Makalah nikah beda agama

21

Click here to load reader

Transcript of Makalah nikah beda agama

Page 1: Makalah nikah beda agama

MAKALAH

NIKAH BEDA AGAMA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Masa’il Fiqih”

Dosen Pengampu:

H. Misbahul Munir, M A

OLEH:

Ade Mufti Kholil

Sriyanti

Lulu Apriliya

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUNAN DRAJAT

(STAIDRA)

KRANJI PACIRAN LAMONGAN

2014

Page 2: Makalah nikah beda agama

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, inayah dan

hidayah-NYA kepada kita semua, serta mencurahkan karunia-NYA kepada kita, sehingga

pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita semua yakni

Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW. Berkat beliaulah kita bisa keluar dari jalan yang

penuh kesesatan menuju jalan yang terang dan jalan yang ridhoi oleh Allah.

Alhamdulillah makalah tentang Nikah Beda Agama ini dapat selesai tepat pada

waktunya.Kiranya dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, saya mohon maaf,

dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.Amin...

ii

Page 3: Makalah nikah beda agama

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1

C. Tujuan ................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pernikahan .......................................................................................... 2

B. Hukum Nikah Beda Agama ................................................................................. 2

C. Jenis-jenis Nikah Beda Agama ............................................................................ 3

D. Pendapat Ulama tentang Nikah Beda Agama ...................................................... 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 10

B. Saran ..................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11

iii

Page 4: Makalah nikah beda agama

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Allah tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya, yang hidup bebas

mengikuti nalurinya dan berhubungan antara laki-laki dan perempuan secara anarki, dan

tidak ada satu aturan, tetapi demi menjaga kehormatan dan martabat kemulyaan manusia,

Allah adakan hukum sesuai dengan martabatnya.

Sehingga hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan

berdasarkan saling ridho-meridhoi, dengan ucapan ijab qobul sebagai lambang dari adanya

rasa ridho –meridhoi, dan dengan dihadiri para saksi yang menyaksikan kalau kedua

pasangan laki-laki dan perempuan itu telah saling terikat.

Bentuk pernikahan ini telah memberikan jalan yang aman untuk menjaga

nalurinya, memelihara keturunan dengan baik dan menjaga kaum perempuan agar tidak

laksana rumput yang bisa dimakan oleh binatang ternak dengan seenaknya. Pergaulan

suami istri diletakkan di bawah naungan keibuan dan kebapakan, sehingga nantinya akan

menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang baik dan membuahkan buah yang bagus.

Peraturan pernikahan seperti inilah yang diridhoi Allah dan diabadikan Islam untuk

selamanya, sedangkan yang lainnya diharamkan. Untuk itu dalam makalah ini akan

jelaskan tentang Nikah Beada Agama, agar orang-orang tidak salah faham mengenai

hukumnya.

B.Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Pernikahan ?

2. Apa Hukum Nikah Beda Agama ?

3. Apa saja Jenis-jenis Nikah Beda Agama ?

4. Bagaimana Pendapat Ulama tentang Nikah Beda Agama ?

C.Tujuan

Untuk memahami serta mengetahui pengertian pernikahan, hukum nikah beda

agama, jenis-jenis nikah beda agama, dan pendapat ulama tentang nikah beda agama.

1

Page 5: Makalah nikah beda agama

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pernikahan

Pernikahan salah satu sunnatullah yang umum berlaku pada semua makhluk

Allah, baik pada maanusia, hewan maupun tumbuhan. Seperti firman Allah dalam

surat yasin:36.

“Mahasuci Tuhan yang telah menciptakan segala sesuatu berjodoh-jodohan, baik

tumbuh-tumbuhan maupun diri mereka sendiri dan lain-lain yang tidak mereka

ketahui.”

Pernikahan merupakan suatu cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi

manusia untuk beranak, berkembang biak dan kelestarian hidupnya, setelah masing-

masing pasangan siap melakukan peranannya yang positif dalam mewujudkan tujuan

pernikahan.1

B. Hukum Nikah Beda Agama

Seringkali kita jumpai pertanyaan “apa hukumnya bila nikah beda agama, baik

yang laki-laki atau perempuannya yang muslim, apa sah atau tidak menurut Islam ?”.

Pertanyaan ini sering muncul terutama ketika kita berada di sebuah negara yang

mayoritas penduduknya non muslim.

Menurut hukum Islam seorang Muslim, baik pria maupun wanita menikah

dengan orang yang berbeda agama? Masalah perkawinan beda agama telah mendapat

perhatian serius para ulama di Tanah Air. Hukum nikah demikian tidak sah,

sebagaimana telah diputuskan dalam Muktamar NU tahun 1962 dan Muktamar

Thariqah Mu’tabarah tahun 1968. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah

Nasional II pada tahun 1980 juga telah menetapkan fatwa tentang pernikahan beda

agama. MUI menetapkan dua keputusan terkait pernikahan beda agama ini.2

1 Sayyid Sabiq.Fikih Sunnah 6.Bandung.PT Alma’arif.1980.Hal:72 Http://alhijrah.cidensw.net/index.php?options.com-content&task:view &id:111

2

Page 6: Makalah nikah beda agama

C. Jenis- Jenis Nikah Beda Agama

Ada 2 jenis menikah beda agama:

1.  Perempuan beragama Islam menikah dengan laki-laki non-Islam.

2.  Laki-laki beragama Islam menikah dengan perempuan non-Islam.

 

Perempuan beragama Islam menikah dengan laki-laki non-Islam

Hukum mengenai perempuan beragama Islam menikah dengan laki-laki non-

Islam adalah jelas-jelas dilarang (haram). Dalil yang digunakan untuk larangan

menikahnya muslimah dengan laki-laki non Islam adalah Surat Al Baqarah(2):221.

“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.

Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun

dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik

(dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak

yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka

mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.

Jadi, wanita muslimah dilarang atau diharamkan menikah dengan non muslim,

apapun alasannya. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Alquran di atas. Bisa

dikatakan, jika seorang muslimah memaksakan dirinya menikah dengan laki-laki non

Islam, maka akan dianggap berzina.3

 

Laki-laki beragama Islam menikah dengan perempuan non-Islam

Pernikahan seorang lelaki Muslim dengan perempuan non muslim terbagi atas

2 macam:

 

3 Ibid.3

Page 7: Makalah nikah beda agama

1. Lelaki Muslim dengan perempuan Ahli Kitab. Yang dimaksud dengan Ahli Kitab

di sini adalah agama Nasrani dan Yahudi (agama samawi). Hukumnya boleh,

dengan dasar Surat Al Maidah(5):5.

“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-

orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi

mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan

di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga

kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila

kamu telah membayar maskawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak

dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik.

Ibnu Mundzir berkata : tidaklah benar bahwa ada salah seorang sahabat yang

mengharamkan kawin dengan perempuan Ahli kitab.

Dari Ibnu Umar, bahwa pernah ia ditanya orang tentang laki-laki muslim

kawin dengan perempuan Nashrani atau Yahudi. Jawabnya : Allah mengharamkan

orang-orang mukmin kawin dengan perempuan musyrik. Sedangkan menurut saya

tidak ada perbuatan musyrik yang lebih besar daripada perempuan yang mengatakan,

Isa sebagai Tuhannya atau salah seorang oknum Tuhan.

Kata Qurthubi, Nuhas berkata : pendapat ini menyimpang dari pendapat

kelompok besar yang telah dijadikan hujjah, sebab yang berpendapat halal kawin

dengan perempuan Ahli kitab terdiri dari golongan sahabat dan tabi’in. Dari golongan

sahabat diantaranya : Utsman, Thalhah, Ibnu Abbas, Jabir dan Hudzaifah. Dari

golongan tabi’in di antaranya : Sa’id bin Musayyab, Sa’id bin Jubbair, dll.4

Makruhnya Nikah dengan perempuan Ahli Kitab:

Nikah dengan perempuan Ahli kitab sekalipun boleh tetapi dianggap makruh,

karena adanya rasa tidak aman dari gangguan-gangguan keagamaan bagi suaminya

4 Opcit.Hal:155-1564

Page 8: Makalah nikah beda agama

atau bisa saja ia menjadi alat golongan agama. Jika perempuan dari golongan Ahli

kitab yang bermusuhan dengan kita, maka dianggap lebih makruh lagi sebab berarti

akan memperbanyak jumlah orang yang akan menjadi musuh kita.

Bahkan segolongan ulama memandang haram nikah dengan perempuan Ahli

kitab yang memusuhi kita ini.

Ibnu Abbas pernah ditanya tentang hal ini, yang jawabnya tidak halal, sesuai

dengan firman Allah dalam surat At-taubat:29 .

“perangilah mereka yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian dan

beragamaa dengan agama yang benar, dari oran-orang Ahli kitab, sehingga

mereka membayarkan Jizyah (pajak) dari tangannya dengan merendahkan diri.”5

2. Lelaki Muslim dengan perempuan non Ahli Kitab. Untuk kasus ini, banyak ulama

yang melarang, dengan dasar Al Baqarah(2):221.

“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.

Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,

walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang

musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya

budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu.

Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan

dengan izin-Nya. 

Banyak ulama yang menafsirkan bahwa Al Kitab di sini adalah Injil dan

Taurat. Dikarenakan agama Islam, Nasrani dan Yahudi berasal dari sumber yang

sama, agama samawi, maka para ulama memperbolehkan pernikahan jenis ini. Untuk

kasus ini, yang dimaksud dengan musyrik adalah penyembah berhala, api, dan

sejenisnya. Untuk poin 2, menikah dengan perempuan yang bukan ahli kitab, para

ulama sepakat melarang.

5 Ibid.Hal:1575

Page 9: Makalah nikah beda agama

Dari sebuah literatur, di dapatkan keterangan bahwa Hindu, Budha atau

Konghuchu tidak termasuk agama samawi (langit) tapi termasuk agama ardhiy (bumi).

Karena benda yang mereka katakan sebagai kitab suci itu bukanlah kitab yang turun

dari Allah SWT. Benda itu adalah hasil pemikiran para tokoh mereka dan filosof

mereka. Sehingga kita bisa bedakan bahwa kebanyakan isinya lebih merupakan

petuah, hikmah, sejarah dan filsafat para tokohnya.

Kita tidak akan menemukan hukum dan syariat di dalamnya yang mengatur

masalah kehidupan. Tidak ada hukum jual beli, zakat, zina, minuman keras, judi dan

pencurian. Sebagaimana yang ada di dalam Al-Quran Al-Karim, Injil atau Taurat.

Yang ada hanya etika, moral dan nasehat. Benda itu tidak bisa dikatakan sebagai

kalam suci dari Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril dan berisi hukum

syariat. Sedangkan Taurat, Zabur dan Injil, jelas-jelas kitab samawi yang secara

kompak diakui sebagai kitabullah. 

Sementara itu, Imam Syafi’i dalam kitab klasiknya, Al-Umm, mendefinisikan

Kitabiyah dan non Kitabiyah sebagai berikut, “Yang dimaksud dengan ahlul kitab

adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani yang berasal dari keturunan bangsa Israel asli.

Adapun umat-umat lain yang menganut agama Yahudi dan Nasrani, rnaka mereka

tidak termasuk dalam kata ahlul kitab. Sebab, Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa a.s. tidak

diutus kecuali untuk Israil dan dakwah mereka juga bukan ditujukan bagi umat-umat

setelah Bani israil.”

Sementara itu, para jumhur shahabat membolehkan laki-laki muslim menikahi

wanita kitabiyah, diantaranya adalah Umar bin Al-Khattab, Ustman bin Affan, Jabir,

Thalhah, Huzaifah. Bersama dengan para shahabat Nabi juga ada para tabi`Insya Allah

seperti Atho`, Ibnul Musayib, al-Hasan, Thawus, Ibnu Jabir Az-Zuhri. Pada generasi

berikutnya ada Imam Asy-Syafi`i, juga ahli Madinah dan Kufah.

Yang sedikit berbeda pendapatnya hanyalah Imam Malik dan Imam Ahmad

bin Hanbal, dimana mereka berdua tidak melarang hanya memkaruhkan menikahi

wanita kitabiyah selama ada wanita muslimah.

Pendapat yang mengatakan bahwa nasrani itu musyrik adalah pendapat Ibnu

Umar. Beliau mengatakan bahwa nasrani itu musyrik. Selain itu ada Ibnu Hazm yang

mengatakan bahwa tidak ada yang lebih musyrik dari orang yang mengatakan bahwa

tuhannya adalah Isa. Sehingga menurut mereka menikahi wanita ahli kitab itu haram

hukumnya karena mereka adalah musyrik.

6

Page 10: Makalah nikah beda agama

Namun jumhur Ulama tetap mengatakan bahwa wanita kitabiyah itu boleh

dinikahi, meski ada perbedaan dalam tingkat kebolehannya. Namun demikian, wanita

muslimah yang komitmen dan bersungguh-sungguh dengan agamanya tentu lebih

utama dan lebih layak bagi seorang muslim dibanding wanita ahlul kitab. Juga apabila

ia khawatir terhadap akidah anak-anak yang lahir nanti, serta apabila jumlah pria

muslim sedikit sementara wanita muslimah banyak, maka dalam kondisi demikian ada

yang berpendapat haram hukumnya pria muslim menikah dengan wanita non muslim.

Dibolehkannya laki-laki muslim menikah dengan wanita ahlul kitab namun

tidak sebaliknya karena laki-laki adalah pemimpin rumah tangga, berkuasa atas

isterinya, dan bertanggung jawab terhadap dirinya. Islam menjamin kebebasan aqidah

bagi isterinya, serta mlindungi hak-hak dan kehormatannnya dengan syariat dan

bimbingannya. Akan tetapi, agama lain seperti nasrani dan yahudi tidak pernah

memberikan jaminan kepada lelaki isteri yang berlainan agama.6

Pernikahan muslim dengan wanita kafir yang bukan murni ahli kitab, seperti

wanita penyembah berhala, Majusyi, atau salah seorang dari kedua orang tuanya

adalah orang kafir, sebagaimana firman Alloh SWT: “Dan janganlah kamu nikahi

wanita – wanita musyrik sebelum mereka beriman”. Pelarangan dalam ayat tersebut

menunjukkan keharamannya.

Yang dimaksud dengan wanita ahli kitab yang masih murni, adalah wanita

israel. Ia halal bagi kita sebagaimana firman Alloh Swt.: “(dan dihalalkan mengawini)

wanita – wanita yang memiliki kehormatan diantara orang – orang yang diberi al –

kitab sebelum kamu”.

Yang dimaksud dengan Al- kitab, adalah Taurat dan injil, dan bukan kitab –

kitab yang lain sebelumnya, seperti kitab Nabi Syist, idris, dan ibrahim a.s., karena

kitab – kitab tersebut tidak diturunkan secara teratur sistematik, dan bisa dipelajari

ataupun dibaca. Para nabi tersebut hanya diberi wahyu tentang pengertian –

pengertiannya saja, atau karena kitab – kitab tersebut hanya memuat kata hikmah dan

nasehat – nasehat, dan tidak memuat hukum – hukum syariat.7

Bagi orang yang pindah agama, seperti orang Yahudi atau penyembah berhala

menjadi Nasrani atau sebaliknya, maka tidak akan diterima kecuali islam. Hal ini

6 Http://alhijrah.cidensw.net/index.php?options.com-content&task:view &id:111 7 Dr.KH.MA.Sahal Mahfudh.Ahkamul Fuqaha, solusi problematika Aktual Hukum Islam, keputusan Muktamar, Munas dan Konbes Nahdatul Ulama (1926-2004M).Surabaya:Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) NU Jawa Timur.2004.Hal:414-415

7

Page 11: Makalah nikah beda agama

karena ia telah mengakui ketidakbenaran agama yang ditinggalkannya itu dan

mengakui pula ketidakbenaran agama baru yang dipeluknya.

Disepakati, tidak sah wanita muslimah menikah dengan lelaki kafir, baik

merdeka ataupun budak. Tidak sah pula wanita murtad menikah dengan siapapun,

tidak dengan lelaki muslim karena wanita tersebut telah dan tidak mengakui apapun,

dan tidak sah pula menikah dengan lelaki kafir karena masih adanya ikatan islam pada

dirinya.8

D. Pendapat Ulama tentang Nikah Beda Agama

Masalah pernikahan beda agama telah mendapat perhatian serius para ulama di

Tanah Air. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional II pada 1980

telah menetapkan fatwa tentang pernikahan beda agama. MUI menetapkan dua

keputusan terkait pernikahan beda agama ini.

Pertama, para ulama di Tanah Air memutuskan bahwa pernikahan wanita

Muslim dengan laki-laki non-Muslim hukumnya haram. Kedua, seorang laki-laki

Muslim diharamkan mengawini wanita bukan Muslim. Perkawinan antara laki-laki

Muslim dengan wanita ahlul kitab memang terdapat perbedaan pendapat. "Setelah

mempertimbangkan bahwa mafsadatnya lebih besar dari maslahatnya, MUI

memfatwakan perkawinan tersebut hukumnya haram," ungkap Dewan Pimpinan

Munas II MUI, Prof Hamka, dalam fatwa itu.

Dalam memutuskan fatwanya, MUI menggunakan Alquran dan Hadis sebagai

dasar hukum. "Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik hingga mereka ber

iman (masuk Islam). Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita

musyrik, walaupun ia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan wanita

orangorang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) hingga mereka beriman.

Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, meskipun ia

menarik hatimu..." (QS: al-Baqarah:221).

Selain itu, MUI juga menggunakan Alquran surat al-Maidah ayat 5 serta at

Tahrim ayat 6 sebagai dalil. Sedangkan, hadis yang dijadikan dalil adalah Sabda

Rasulullah SAW yang diriwayatkan Tabrani: "Barang siapa telah kawin, ia telah

memelihara setengah bagian dari imannya, karena itu, hendaklah ia takwa (takut)

kepada Allah dalam bagian yang lain."

8 Dr.KH.MA.Sahal Mahfudh.Ahkamul Fuqaha, solusi problematika Aktual Hukum Islam, keputusan Muktamar, Munas dan Konbes Nahdatul Ulama (1926-2004M).Surabaya:Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) NU Jawa Timur.2004.Hal:415

8

Page 12: Makalah nikah beda agama

Ulama Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait nikah beda

agama. Fatwa itu ditetapkan dalam Muktamar ke-28 di Yogyakarta pada akhir

November 1989. Ulama NU dalam fatwanya menegaskan bahwa nikah antara dua

orang yang berlainan agama di Indonesia hukumnya tidak sah.

Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga telah menetapkan fatwa

tentang penikahan beda agama. Secara tegas, ulama Muhammadiyah menyatakan

bahwa seorang wanita Muslim dilarang menikah dengan pria non-Muslim. Hal itu

sesuai dengan surat al-Baqarah ayat 221, seperti yang telah disebutkan di atas.

"Berdasarkan ayat tersebut, laki-laki Mukmin juga dilarang nikah dengan wanita non-

Muslim dan wanita Muslim dilarang walinya untuk menikahkan dengan laki-laki non-

Muslim," ungkap ulama Muhammadiyah dalam fatwanya.

Ulama Muhammadiyah pun menyatakan nikah beda agama juga dilarang

dalam agama Nasrani. Dalam perjanjian alam, kitab ulangan 7:3, umat Nasrani juga

dilarang untuk menikah dengan yang berbeda agama. "Dalam UU No 1 tahun 1974

pasal 2 ayat 1 juga disebutkan bahwa: "Pernikahan adalah sah, apabila dilakukan

menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu."

"Jadi, kriteria sahnya perkawinan adalah hukum masing-masing agama yang

dianut oleh kedua mempelai," papar ulama Muhammadiyah dalam fatwanya. Ulama

Muhammadiyah menilai pernikahan beda agama yang dicatatkan di kantor catatan

sipil tetap tak sah nikahnya secara Islam. Hal itu dinilai sebagai sebuah perjanjian

yang bersifat administratif.

Ulama Muhammadiyah memang mengakui adanya perbedaan pendapat

tentang bolehnya pria Muslim menikahi wanita nonMuslim berdasarkan surat al-

Maidah ayat 5. "Namun, hendaknya pula dilihat surat Ali Imran ayat 113, sehingga

dapat direnungkan ahli kitab yang bagaimana yang dapat dinikahi laki-laki Muslim,"

tutur ulama Muhammadiyah.

Dalam banyak hal, kata ulama Muhammadiyah, pernikahan wanita ahli kitab

dengan pria Muslim banyak membawa kemadharatan. "Maka, pernikahan yang

demikian juga dilarang." Abdullah ibnu Umar RA pun melarang pria Muslim

menikahi wanita non-Muslim.9

BAB III

9 http://www.republika.co.id/berita/ensikopledia-islam/fatwa/10/05/01/113862-hukum-nikah-beda-agama-dalam-islam-dan-kristen.

9

Page 13: Makalah nikah beda agama

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pernikahan merupakan suatu cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi

manusia untuk beranak, berkembang biak dan kelestarian hidupnya, setelah

masing-masing pasangan siap melakukan peranannya yang positif dalam

mewujudkan tujuan pernikahan.

Secara ringkas hukum nikah beda agama bisa kita bagi menjadi demikian :

1. Suami Islam, istri ahli kitab = boleh.

2. Suami Islam, istri kafir bukan ahli kitab = haram.

3. Suami ahli kitab, istri Islam = haram.

4. Suami kafir bukan ahli kitab, istri Islam = haram.

Jenis- Jenis Nikah Beda Agama:

Ada 2 jenis menikah beda agama:

1. Perempuan beragama Islam menikah dengan laki-laki non-Islam.

2. Laki-laki beragama Islam menikah dengan perempuan non-Islam,

terbagi atas 2 macam:

a. Laki-laki Muslim dengan perempuan Ahli Kitab.

b. Laki-laki Muslim dengan perempuan non Ahli Kitab.

Pendapat Ulama tentang Nikah Beda Agama:

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional II pada 1980

telah menetapkan fatwa tentang pernikahan beda agama. MUI menetapkan

dua keputusan terkait pernikahan beda agama ini.

Pertama, para ulama di Tanah Air memutuskan bahwa pernikahan wanita

Muslim dengan laki-laki non-Muslim hukumnya haram. Kedua, seorang

laki-laki Muslim diharamkan mengawini wanita bukan Muslim.

B. Saran

Demikian makalah ini, dengan selesainya makalah ini, tidak bisa di pungkiri

bahwa di dalamnya masih terdapat banyak kesalahan, untuk itu kami selaku

pemakalah mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan pada makalah ini dan

kami juga menyarankan agar para pembaca mencari referensi lain untuk

menambah pengetahuan yang lebih luas lagi tentang pembahasan yang ada di

dalam makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin...

DAFTAR PUSTAKA

10

Page 14: Makalah nikah beda agama

Sabiq, Sayyid.1980.Fikih Sunnah 6.Bandung:PT Alma’arif.

Mahfudh, sahal.2004.Ahkamul Fuqaha, solusi problematika Aktual Hukum Islam, keputusan

Muktamar, Munas dan Konbes Nahdatul Ulama (1926-2004M).Surabaya:Lajnah

Ta’lif wan Nasyr (LTN) NU Jawa Timur.

Http://alhijrah.cidensw.net/index.php?options.com-content&task:view &id:111

http://www.republika.co.id/berita/ensikopledia-islam/fatwa/10/05/01/113862-hukum-nikah-

beda-agama-dalam-islam-dan-kristen.

11