ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB...

68
ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA TAHAP PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN ( SKRIPSI ) Oleh: INDRA AMOZA PERDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA TAHAP PENYELIDIKAN

DAN PENYIDIKAN

( SKRIPSI )

Oleh:

INDRA AMOZA PERDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

ABSTRAK

ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTI TERHADAP PELAKU

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA TAHAP PENYELIDIKAN

DAN PENYIDIKAN

Oleh

INDRA AMOZA PERDANA

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,

baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan

dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan

sebagaimana terlampir dalam Undang-undang. Terhadap upaya penanggulangan

narkotika terutama upaya represif, aparat kepolisian dan pihak BNN dalam

menangkap seseorang yang diduga menyalahgunakan narkotika harus

mengumpulkan cukup bukti untuk memperkuat alasan mereka untuk menangkap

seseorang yang diduga menyalahgunakan narkotika. Berdasarkan latar belakang

tersebut yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana

Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan dalam mencari alat bukti terhadap

pelaku penyalahgunaan narkotika dan apa saja faktor penghambat dalam mencari

alat bukti terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika pada tahap penyidikan dan

penyelidikan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris.

Jenis data terdiri dari data primer dan sekunder. Narasumber terdiri dari Penyidik

Ditresnarkoba polda lampung , Petugas Badan Narkotika Nasional Provinsi

Lampung dan Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas

Lampung. Analisis data menggunakan analisis kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan dalam mencari alat bukti terhadap

pelaku penyalahgunaan narkotika maka pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan

memiliki berbagai cara dan teknik mulai dari observasi (peninjauan), surveillance

(pembuntutan), undercover agent (penyusupan agen), undercover buy (pembelian

terselubung), controlled planning (penyerahan yang dikendalikan), dan raid

planning execution (rencana Pelaksanaan penggerebekan).

Page 3: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

INDRA AMOZA PERDANA

Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan (2) Melakukan Tindakan Pertama

yaitu setelah menerima laporan dari seseorang maka penyidik melakukan

serangkaian penyelidikan dan pembuntutan terhadap seseorang yang dicurigai (3)

Penangkapan (4) Penggeledahan (5) Penyitaan (6) Pemeriksaan Tersangka dan

Saksi (7) Penahanan (8) Selesainya Penyidikan.

Faktor penghambat dalam mencari alat bukti terhadap pelaku penyalahgunaan

narkotika pada tahap penyelidikan dan penyidikan adalah besarnya biaya yang

dibutuhkan untuk mencari barang bukti dan pengujian terhadap alat bukti terhadap

jenis golongan narkotika yang membutuhkan biaya yang cukup besar, hambatan

lain datang dari anggota penyidik Polri yang kurangnya pendidikan khusus

tentang narkotika, dan hambatan yang terbesar yakni dari masyarakat yang masih

kurang mengetahui ciri-ciri narkotika dan kurangnya kesadaran akan kejahatan

narkotika yang terjadi dilingkungan sekitarnya.

Adapun saran yang diberikan penulis dalam peranannya diharapkan penyidik

Polri dan BNN dapat memberikan pembinaan terhadap masyarakat agar mengenal

apa itu narkotika dan kejahatan narkotika, karena tidak semua masyarakat

mengetahui tentang narkotika dan kejahatan narkotika dan pembinaan terhadap

masyarakat agal lebih peka terhadap lingkungan sekitar, salah satunya bila terjadi

kejahatan narkotika yang mereka ketahui sehingga dapat melaporkannya kepada

yang berwajib.

Kata kunci: Analisis, Mencari Alat Bukti, Pelaku, Tindak Pidana Narkotika,

Penyelidikan, Penyidikan

Page 4: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTI TERHADAP PELAKU

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA TAHAP PENYELIDIKAN

DAN PENYIDIKAN

Oleh :

INDRA AMOZA PERDANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan
Page 6: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan
Page 7: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan
Page 8: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

RIWAYAT HIDUP

Indra Amoza Perdana dilahirkan di Bandar Lampung pada 25

November 1995, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, buah

hati pasangan Bapak Amanuddin, S.E, M.M, dan Ibu Helmawati,

A.Md.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis, yaitu :

1. TK Unila Bandar Lampung, diselesaikan Tahun 2002

2. SD Negeri 02 Labuhan Ratu Bandar Lampung, diselesaikan Tahun 2008

3. SMP Al-Kautsar Bandar Lampung, diselesaikan Tahun 2011

4. SMA Al-Kautsar Bandar Lampung, diselesaikan Tahun 2014

Penulis tercatat sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung pada

pertengahan juli 2014. Di pertengahan Tahun 2016 penulis memfokuskan diri

untuk lebih mendalami Hukum Pidana. Semasa perkuliahan penulis bergabung di

Himpunan Mahasiswa (HIMA) Hukum Pidana. Pada pertengahan Tahun 2017

penulis mengabdikan diri guna mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama

perkuliahan dengan melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Padang Ratu

Kecamatan Padang Ratu Kabupaten Lampung Tengah

Page 9: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

MOTO

“Fiat Iustitia, Et Pereat Mundus”

Keadilan akan tetap ada meskipun dunia akan musnah.

(Philipp Melanchthon)

Bergelap-gelaplah dalam Terang, Berterang-teranglah dalam Gelap.

(Tan Malaka)

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)

kepadamu,dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu

mengingkari (ni’mat)-Ku.“

(QS. Al-Baqarah:152)

Page 10: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya skripsi kecilku

ini kepada inspirasi terbesarku:

Orangtuaku Amanuddin, S.E, M.M. dan Helmawati, A.Md. Yang senantiasa membesarkan, mendidik, membimbing, berdoa,

berkorban dan mendukungku.

Terimakasih untuk semua kasih sayang dan pengorbanannya serta

setiap doa’nya yang selalu mengiringi setiap langkahku menuju

keberhasilan.

Kakak-kakak ku Amelia Perdana, S.Pd. dan Dian Arista, S.K.M. yang kusayangi dan kubanggakan dan terimakasih atas motivasi dan

doa untuk keberhasilanku.

Terima kasih atas kasih sayang tulus yang diberikan, semoga suatu saat dapat membalas semua budi baik dan nantinya dapat menjadi

anak yang membanggakan kalian.

Dosen Pembimbingku dan Dosen Pembahasku, terima kasih untuk

bantuan dan dukungannya dalam pembuatan skripsi ini.

Almamater Universitas Lampung Fakultas Hukum

Tempat aku menimba Ilmu dan mendapatkan pengalaman berharga

yang menjadi awal langkahku meraih kesuksesan

Page 11: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

SANWACANA

Segala Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha

Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan Nikmat, Hidayah dan

Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat

waktu. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Suri Tauladan Rasulullah

Muhammad SAW berserta keluarga dan para sahabat serta seluruh Umat Muslim.

Skripsi dengan judul ” Analisis Teknik Mencari Alat Bukti Terhadap Pelaku

Penyalahgunaan Narkotika Pada Tahap Penyelidikan dan Penyidikan”

adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas

Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi

ini, untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat

diharapkan untuk pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini. Pada kesempatan

kali ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M. P, selaku Rektor Universitas

Lampung;

2. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung beserta staf yang telah memberikan bantuan dan

kemudahan kepada Penulis selama mengikuti pendidikan;

Page 12: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

3. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H. selaku ketua jurusan, yang telah meluangkan

waktu, untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam

upaya penyusunan skripsi ini;

4. Bapak Prof. DR. Sunarto, S.H., M.H. selaku pembimbing satu, yang telah

meluangkan waktu, pikiran, serta memberi dorongan semangat dan

pengarahan kepada penulis dalam upaya penyusunan skripsi ini;

5. Bapak Budi Rizki Husin, S.H., M.H. selaku pembimbing dua, yang telah

meluangkan waktu, pikiran, serta memberi dorongan semangat dan

pengarahan kepada penulis dalam upaya penyusunan skripsi ini;

6. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H. selaku pembahas satu dan juga penguji utama

yang telah memberikan masukan, saran dan pengarahannya dalam penulisan

skripsi ini;

7. Bapak Gunawan Jatmiko, S.H., M.H. selaku pembahas dua yang telah

memberikan masukan, kritik, dan saran dalam penulisan skripsi ini;

8. Bapak Tri Andrisman, S.H., M.Hum. selaku dosen Pembimbing Akademik

yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama ini;

9. Seluruh Dosen Hukum Universitas Lampung yang telah meluangkan waktu

untuk selalu memberikan bimbingan, ilmu pengetahuan, dan juga bantuannya

kepada penulis serta kepada staf administrasi Fakultas Hukum Universitas

Lampung;

10. Seluruh Karyawan Gedung A, Bude Siti, Pakde Misio, dan Bu As untuk selalu

mengingatkan penulis agar segera menyelesaikan studi, memberikan masukan,

dan motivasi dalam penulisan ini;

Page 13: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

11. Narasumber dalam penulisan skripsi ini bapak Darman Bm Seri, S.H.,M.H.

selaku Kabag Binopsal Ditres Narkoba Polda Lampung, bapak Panca Okta

Wijaya selaku anggota Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung serta

bapak Tri Andrisman, S.H.,M.Hum. selaku Dosen Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah sangat membantu dalam

mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini, terima kasih

untuk semua kebaikan dan bantuannya;

12. Kedua Orang Tuaku yang selalu menjadi inspirasi terbesar bagi penulis

Amanuddin, S.E, M.M, dan Helmawati,A.Md. Serta seluruh keluarga besar ,

Terimakasih atas dukungan dan doanya;

13. Kakak-kakakku yang selalu memberikan bantuan dan semangat

Amelia Perdana, S.Pd. Dauzan Deriyansyah Praja, S.Sos. dan Dian Arista,

S.K.M. , Terimakasih atas dukungan dan doanya;

14. Sahabat-sahabat terbaikku, M Wiryawan, Rachmad Septiawan, Ilham Guntara,

Ridho Ferdian, Dimas Kurniawan, Rexzi Ananda, Dimas Putra Pamungkas, Gian,

Bowo, Rosanti Marlinda, Bima Erza , Joshua Purba, Jody setiawan ,Andey ,Erick

,Naim dan seluruh Teman Teman ORMAS 00, CALON SH. Terimakasih selalu

ada untukku baik saat suka maupun duka, serta motivasi yang diberikan selama

ini, kalian sudah seperti keluarga bagiku, semoga persahabatan ini tetap terjalin

untuk selamanya;

15. Keluarga baruku KKN Desa Padang Ratu Kecamatan Padang Ratu Kabupaten

Lampung Tengah Ayu Citra Pertiwi , Indra Pambudi, Ilham Yoditama ,

Mariah Ramandisyah, Mewa Safitri, Osy Lulu Alfarossi, terimakasih atas 40

hari yang sangat berharga dan pengalaman yang luar biasa dan tak akan

telupakan;

Page 14: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

16. Seluruh Angkatan 2014 Fakultas Hukum Unila;

17. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung;

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas semua bantuan dan

dukungannya. Akhir kata atas bantuan, dukungan, serta doa dan semangat dari

kalian, penulis yang hanya mampu mengucapkan mohon maaf apabila ada

yang salah dalam penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah

wawasan keilmuaan pada umumnya dan ilmu hukum khususnya hukum pidana.

Bandar Lampung, November 2018

Penulis

INDRA AMOZA PERDANA

Page 15: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian ................................. 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 7

D. Kerangka Teori dan Konseptual ...................................................... 8

E. Sistematika Penulisan ...................................................................... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Umum Tentang Narkotika ............................................. 17

B. Tindak Pidana Narkotika ................................................................. 21

C. Pengertian, Jenis-Jenis dan Unsur Tindak Pidana ........................... 25

D. Tinjauan Umum Penyelidikan dan Penyidikan ............................... 32

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah ........................................................................ 42

B. Sumber dan Jenis Data .................................................................... 43

C. Penentuan Narasumber .................................................................... 44

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ................................. 45

E. Analisis Data.................................................................................... 46

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penyelidikan dan Penyidikan dalam Mencari

Alat bukti Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika .... ............ 47

Page 16: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

B. Faktor Penghambat dalam Mencari Alat Bukti Terhadap

Pelaku Penyalahgunaan Narkotika pada Tahap Penyelidikan

dan Penyidikan ................................................................................ 71

V. PENUTUP

A. Simpulan .......................................................................................... 76

B. Saran ................................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,

baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan

dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan

sebagaimana terlampir dalam Undang-undang.

Narkotika adalah sejenis zat yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu

bagi orang-orang yang menggunakannya, yaitu dengan cara memasukkan ke

dalam tubuh.1

Narkotika merupakan salah satu obat yang diperlukan dalam dunia pengobatan,

demikian juga dalam bidang penelitian untuk tujuan pendidikan, pengembangan

ilmu dan penerapannya.2 Dengan maksud untuk kepentingan pengobatan maka

ketersediannya perlu dijamin akan tetapi yang terjadi pada saat ini adalah

penyalahgunaan narkotika menjadi masalah besar karena dapat pula menimbulkan

ketergantungan yang berkepanjangan jika dipergunakan tidak sesuai dengan dosis

dan pengawasan yang ketat. Penyalahgunaan narkotika juga mengakibatkan

gangguan fisik, mental, sosial, keamanan dan ketertiban masyarakat.

1 Taufik Makarao, dkk, 2003, Tindak Pidana Narkotika, Ghalia Indonesia, Jakarta,Hal. 16.

2 Andi Hamzah, 1991, Perkembangan Hukum Pidana Khusus, Rineka Cipta, Jakarta,Hal. 176.

Page 18: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

2

Zat-zat narkotika yang semula ditujukan untuk kepentingan pengobatan, namun

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, khususnya

perkembangan tekhnologi obat-obatan maka jenis-jenis narkotika dapat diolah

sedemikian banyak seperti yang terdapat pada saat ini, serta dapat pula

disalahgunakan fungsinya yang bukan lagi untuk kepentingan di bidang

pengobatan, bahkan sudah mengancam kelangsungan eksistensi generasi suatu

bangsa.3

Penyalahgunaan narkotika yang dilakukan seseorang dapat diartikan

menggunakan narkotika tidak sebagaimana mestinya, dalam hal ini tentunya di

luar pengawasan seorang dokter. Terjadinya penyalahgunaan di dalam masyarakat

tentunya sangat mempengaruhi masyarakat itu sendiri. Pengaruh itu bisa berupa

pengaruh terhadap ketenangan dalam masyarakat, pengaruh terhadap timbulnya

kejahatan dalam masyarakat dan sebagainya4

Berdasarkan penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) yang bekerjasama

dengan Puslitkes UI bahwa angka penyalahgunaan Narkoba di Indonesia pada

tahun 2017 menyentuh hampir 6 juta penduduk indonesia yang terlibat dalam

penyalahgunaan narkoba.5

Hasil data tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan narkotika di Indonesia

semakin lama semakin meningkat sehingga perlu adanya upaya penanggulangan

terhadap permasalahan penyalahgunaan narkotika ini.

3

Ibid, Halaman 19.

4 Mardani, 2007, Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana

Nasional, Jakarta: Raja Grafindo, hlm. 102 5 https://news.okezone.com/read/2017/07/20/337/1740788/indonesia-darurat-narkoba-6-juta-

orang-jadi-pecandu diakses pada hari senin, tanggal 29 Januari 2018 pada pukul 21.45

Page 19: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

3

Kasus penyalahgunaan narkotika tidak dapat dibiarkan terus berlangsung karena

semakin berkembangnya narkotika tidak hanya secara langsung dapat merusak

kesehatan fisik dan mental para penggunanya, tetapi dampaknya dapat

mengancam perkembangan ekonomi dan kemajuan sosial. Penyalahgunaan

narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini kian

meningkat. Berbagai tindakan terus dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah

dan memberantas tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang timbul di

masyarakat, yaitu dengan cara :

a. Pre-emptive adalah pencegahan secara dini atau lebih awal, sebelum adanya

tanda-tanda kriminogen (faktor pencetus tindak kriminal).

b. Tindakan preventif adalah tindakan sebelum terjadinya kejahatan atau

perbuatan yang melanggar hukum

c. Tindakan represif yaitu tindakan ini dimulai dari suatu adanya pelanggaran

sampai pada suatu proses pengusutan, penuntuntan, dan penjatuhan pidana

serta pelaksanaan pidana yakni menjerat pelaku dengan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.6

Upaya penanggulangan penyalahguaan narkotika telah banyak dilakukan, baik itu

upaya preventif (pencegahan) seperti melakukan penyuluhan-penyuluhan

mengenai dampak penyalahgunaan narkoba, baik yang dilakukan oleh Badan

Narkotika Nasional (BNN) atau aparat kepolisian dan upaya represif (penindakan)

yaitu menindak mereka yang menyalahgunakan narkotika yang dilakukan oleh

aparat kepolisian termasuk juga BNN yang bertindak sendiri-sendiri.

6 Wresniworo. Masalah Narkotika dan Obat-obatan Berbahaya. Jakarta: Mitra Bintimar. 2002

hlm. 33.

Page 20: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

4

Terhadap upaya penanggulangan narkotika terutama upaya represif, aparat

kepolisian dan pihak BNN dalam menangkap seseorang yang diduga

menyalahgunakan narkotika harus mengumpulkan cukup bukti untuk memperkuat

alasan mereka untuk menangkap seseorang yang diduga menyalahgunakan

narkotika. Salah satu cara untuk membuktikan seseorang mengunakan narkotika

atau tidak yaitu dengan menggunakan tes urine, disamping itu banyak cara lain

untuk membuktikan seseorang mengunakan narkotika atau tidak yaitu dengan cara

melakukan tes darah, tes rambut, tes asam dioksiribonukleat (DNA), dan/atau tes

bagian tubuh lainnya dengan cara dilakukan sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Ketentuan ini diatur pada Pasal 75 huruf l Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika yang menyatakan “Dalam rangka melakukan penyidikan,

penyidik BNN berwenang untuk melakukan tes urine, tes darah, tes rambut, tes

asam dioksiribonukleat (DNA), dan/atau tes bagian tubuh lainnya.”

Penjelasan Pasal 75 huruf l Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tersebut

bahwa penyidik dapat melakukan semua tes tersebut, akan tetapi pada

kenyataannya dari berbagai macam tes tersebut yang merupakan suatu cara untuk

membuktikan seseorang menggunakan narkotika, pihak penyidik hanya akan

melakukan salah satu dari tes tersebut. Adapun tes yang sering dilakukan oleh

penyidik dan dipandang mewakili dari semua tes di atas yaitu tes urine.

Padahal tes urine ini memiliki kelemahan yaitu tes ini tidak bisa mendeteksi

narkotika yang sudah dikonsumsi lama. “Kandungan narkoba dalam urine dapat

Page 21: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

5

berkurang dan hilang dalam waktu singkat, antara 48 hingga 72 jam. Kandungan

narkoba cepat hilang bila orang sering minum dan buang air kecil.”7

Membandingkan keakuratan dari beberapa tes untuk menentukan seseorang

menggunakan narkotika atau tidak, uji narkoba melalui rambut lebih akurat bila

dibandingkan dengan uji lainnya. Tes melalui rambut bisa diketahui jejak narkoba

dalam kurun waktu tiga bulan ke belakang. Pengujian dengan media rambut ini

lebih sederhana dan tidak menjijikkan dibandingkan memeriksa urine. 8

Kurangnya alat bukti bila tidak ditemukan barang bukti dapat terlihat seperti kasus

Tersangka Yudiyanto, satu diantara dua anggota dewan yang tertangkap karena

diduga penyalahgunaan narkoba kini dapat menghirup udara bebas. Pasalnya,

penyidik telah membantarkan dan menyerahkan tersangka tersebut kepada Badan

Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Lampung untuk dilakukan rehabilitasi.

Direktur Direktorat Reserse Narkoba (Diresnarkoba) Polda Lampung Kombes

Pol Abrar Tuntalanai menjelaskan kepada PeNa melalui sambungan telepon

genggamnya. “Untuk proses perkara atas nama tersangka Rama dan Yudi,

penyidik melanjutkan perkara tersebut dengan pengajuan keduanya rehabilitasi

dan assesment ke BNNP. Dan menunggu pembentukan tim assesment terpadu

dari BNNP,” kata dia, Senin (9/1). Ditambahkan dia, pada keduanya terdapat

barang bukti berbeda dan hanya sama positif saat tes urin. “Meskipun TKP sama

dalam olah TKP diperoleh bukti yang berbeda. Dimana untuk Rama ditemukan

BB sabu bekas pakai dan alat bong serta urin positif Metaphitamine (sabu) jadi

7

http://www.rmol.co/read/2012/10/24/83183/Bawa-Penampung-Urine,-Hakim-Antre-Ke-Toilet,

diakses pada hari senin, tanggal 29 januari 2018 pada pukul 22.52 8

https://lifestyle.kompas.com/read/2016/02/22/115810223/Berapa.Lama.Narkoba.Bertahan.dala

m.Darah. Diakses pada hari selasa , tanggal 30 januari 2018 pada pukul 09.00

Page 22: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

6

kasus lanjut sidik sedangkan Yudi tidak ditemukan BB di TKP hanya urin positif

Amphetamine (ekstasi) jadi langsung rehabilitasi. Saat ini sedang proses

pengajuan assesment dan rehabilitasi ke BNNP Lampung,” terang dia.9

Berdasarkan latar belakang itulah yang menjadi alasan penulis untuk melakukan

penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Teknik Mencari Alat

Bukti Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika Pada Tahap

Penyelidikan dan Penyidikan”

9 http://penaberlian.com/kasus-dugaan-penggunaan-narkoba-anggota-dprd-pesawaran-yudiyanto-

bebas-hannya-dilakukan-rehabilitasi.html Diakses pada hari selasa , tanggal 30 januari 2018

pada pukul 09.00

Page 23: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

7

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi inti

permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan dalam mencari alat

bukti Terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika ?

2. Apa saja faktor penghambat dalam mencari alat bukti terhadap pelaku

penyalahgunaan narkotika pada tahap penyidikan dan penyelidikan ?

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah kajian hukum pidana , khususnya yang

berkaitan dengan Alat bukti terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan dalam mencari

Alat bukti Terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika

b. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam mencari alat bukti terhadap

pelaku penyalahgunaan narkotika pada tahap penyelidikan dan penyidikan.

Page 24: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

8

2. Kegunaan Penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perkembangan

hukum dalam pembuktian pidana khususnya terhadap pidana narkotika.

b. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan bagi masyarakat pada

umumnya dan pada instansi dan lembaga terkait khususnya dalam hal

pembuktian pada tindak pidana narkotika.

D. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi

dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan

mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan

untuk penelitian.10

Landasan kerangka teori ini perlu dilakukan agar sebuah penelitian yang

dilakukan mempunyai dasar yang kokoh adapun beberapa teori untuk menjawab

permasalah di atas yaitu:

1. Penyidikan

Pengertian penyidikan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh polisi sebagai

penyidik untuk mencari dan mengungkap keterangan atau informasi tentang

peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana atau peristiwa kejahatan tindak

pidana yang diduga dilakukan oleh seseorang yang belum diketahui identitas

pelakunya, dalam hal penyidikan penyidik mengumpulkan data-data atau

10

Soerjono soekanto. Pengantar penelitian hukum. UI press. Jakarta. 1986. Hlm 123

Page 25: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

9

informasi yang harus mampu membongkar pelaku pelanggar hukum yang

sebenarnya.11

Menurut Andi Hamzah mengenai penyidikan untuk membuktikan alat alat bukti

dari tersangka yaitu berupa upaya dari penyidik untuk mencari informasi dan

sebagai bukti-bukti pelaku tindak pidana yang harus sesuai dengan peraturan

Perundang-Undangan, Bagian-bagian hukum acara pidana yang menyangkut

tentang penyidikan yaitu sebagai berikut: 12

a. Ketentuan tentang alat-alat penyidik.

b. Ketentuan tentang diketahui terjadinya delik.

c . Pemeriksaan di tempat kejadian.

d. Pemanggilan tersangka atau terdakwa.

e. Penahanan sementara.

f. Pemeriksan atau interogasi.

g. Berita acara (penggeledahan, interogasi, dan pemeriksaan di tempat).

h. Penyitaan.

i. Penyampingan perkara.

j. Pelimpahan perkara kepada penuntut umum dan pengembalian kepada

penyidik untuk disempurnakan Dalam hal melakukan penyidikan sebagai

penyidik haruslah mengetahui tentang aturanaturan penyidikan, aturan-

aturan dalam penyidikan adalah sebagai berikut:13

a) Penyidikan dilakukan segera setelah adanya laporan atau pengaduan

terjadinya tindak pidana atau mengetahui terjadinya perbuatan pidana,

11

Hartono, PenyidikandanPenegakanHukumPidanaMelaluiPendekatanHukumProgresif (Jakarta:

SinarGrafika, 2010), hlm, 33. 12

AndiHamzah, HukumAcaraPidana, (Jakarta: SinarGrafika, 2014), hlm, 120-121. 13

Mohammad TaufikMakarao dan Suhasril, Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek,

(Jakarta :GhaliaIndonesia, 2002), hlm. 25.

Page 26: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

10

b) Penyidikan oleh penyidik pegawai negri sipil diberi petunjuk oleh

penyidik Kepolisian Republik Indonesia.

2. Penyelidikan

Berdasarkan Pasal 1 butir 5 KUHAP menegaskan „penyelidikan adalah

serangkaian tindakan/ penyelidikan untuk mencari dan menemukan suatu

peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau

tidaknya dilakukan penyelidikan menurut cara yang diatur dalam Undang-

undang.”

Penyelidikan dilakukan sebelum penyidikan. Dengan pengertian yang ditegaskan

dalam KUHAP, penyelidikan sesungguhnya penyelidik yang berupaya atau

berinsiatif sendiri untuk menemukan peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana.

Walaupun dalam pelaksaanan tugas penyelidikan terkadang juga menerima

laporan atau pengaduan dari pihak yang dirugikan (vide: Pasal 108 KUHAP).

Tujuan dari pada penyelidikan memberikan tuntutan tanggung jawab kepada

aparat penyelidik, agar tidak melakukan tindakan hukum yang merendahkan

harkat dan martabat manusia.

3. Bukti Permulaan yang cukup

Bukti permulaan yang cukup pada Pasal 17 Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) harus dimaknai minimal dua alat

bukti sesuai Pasal 184 KUHAP, yaitu:

a. keterangan saksi;

b. keterangan ahli;

c. surat;

Page 27: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

11

d. petunjuk;

e. keterangan terdakwa.

Chandra M Hamzah dalam bukunya Penjelasan Hukum tentang Bukti Permulaan

yang Cukup menjelaskan bahwa pada dasarnya, fungsi bukti permulaan yang

cukup dapat diklasifikasikan atas 2 (dua) buah kategori, yaitu merupakan

prasyarat untuk:

1. Melakukan penyidikan;

2. Menetapkan status tersangka terhadap seseorang yang diduga telah

melakukan suatu tindak pidana.

Terhadap kategori pertama, Chandra M. Hamzah menjelaskan bahwa fungsi bukti

permulaan yang cukup adalah bukti permulaan untuk menduga adanya suatu

tindak pidana dan selanjutnya dapat ditindaklanjuti dengan melakukan suatu

penyidikan. Sedangkan terhadap kategori kedua, fungsi bukti permulaan yang

cukup adalah bukti permulaan bahwa (dugaan) tindak pidana tersebut diduga

dilakukan oleh seseorang.

4. Upaya Paksa

Upaya paksa yang berwenang melakukannya yaitu penyidik dan penuntut umum

dan hakim, upaya paksa bisa dilakukan dengan dasar hukum yang kuat seperti

penangkapan harus didahului dengan adanya bukti bahwa seorang tersangka telah

melakukan tindak pidana, penyidik, penuntut umum dan hakim dalam melakukan

upaya paksa haruslah mempunyai dasar-dasar hukum agar tidak terjadinya

kesalahan dalam melakukan upaya paksa tersebut, seperti salah tangkap dan

penahanan.

Page 28: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

12

Secara etimologi upaya paksa adalah upaya yang dilakukan aparat penegak

hukum berupa penangkapan, penahananm, penggeledahan, penyitaan dan

pemeriksaan dalam rangka melaksanakan proses peradilan, sementara itu, pakar

hukum acara pidana Universitas Islam Indonesia Mudzakkir mengakui

sesungguhnya upaya paksa hanya dapat dilakukan pada tahap penyidikan, karena

penyelidikan itu menurut beliau belum sampai pada penegakan hukum pidana,

Pengaturan upaya paksa secara eksplisit tercatat pada Pasal 112 ayat 1 dan ayat 2

dalam Kitab UndangUndang Acara Pidana, Macam-macam upaya paksa yaitu

sebagai berikut:14

a. Penangkapan

b. Penahanan

c. Penggeledahan

d. Penyitaan

e. Pemeriksaan

5. Teori Penegakan Hukum

Penegakan hukum pada hakikatnya mengandung supremasi nilai substansial yaitu

keadilan.15

Hukum dibuat untuk dilaksanakan, hukum tidak dapat lagi disebut

sebagai hukum apabila tidak pernah dilaksanakan. Oleh karena itu, hukum dapat

disebut konsisten dengan pengertian hukum sebagai suatu yang harus

dilaksanakan.16

Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-

14

Diakses dari http://syahrul-r1703.blogspot.com/2012/05/hukum-acara-pidana-hukum-

acarapidana.html, 14 Februari 2018 15

Sajipto Raharjo, 2009, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Genta Publishing,

Yogyakarta, hlm ix 16

Ibid,hlm 1

Page 29: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

13

ide keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan social menjadi kenyataan.

Menurut Soerjono Soekanto , faktor yang mempengaruhi penegakan hukum

adalah :

a. Faktor hukum itu sendiri yakni dibatasi pada undang-undang saja.

b. Penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan

hukum.

c. Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum yakni berupa

tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik,

peralatan yang memadai, dan sebagainya.

d. Masyarakat dimana hukum tersebut diterapkan yakni dimana hukum

tersebut berlaku atau diterapkan

e. Kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan

pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

2. Konseptual

Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara

konsepkonsep khusus yang akan diteliti. Konsep bukan merupakan

gejala/faktayang akan diteliti, melainkan abstraksi dari gejala-gejala tersebut.

Dalam penelitian dan penulisan ini, penulis akan mencantumkan beberapa konsep

yang bertujuan untuk menjelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam

pembuatan skripsi ini antara lain:

Page 30: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

14

a. Analisis adalah analisa atau penyelidikan terhadap suatu peristiwa.

(Karangan, perubahan dan sebagainya untuk mengetahui keadaan yang

sebenarnya, sebab musabab duduk perkaranya, dan sebagainya).17

b. Bukti Permulaan adalah keadaan,perbuatan,dan/atau bukti berupa keterangan,

tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat

bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak pidana.

c. Narkotika adalah zat atau obat yang bersal dari tanaaman atau bukan tanaman

baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (Pasal 1 angka 1 Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika).

d. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan

menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang

diatur dalam undang-undang ini.

d. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara

yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan

bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang

17

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Page 31: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

15

terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Ketentuan yang memuat

mengenai penyidikan diatur oleh KUHAP.18

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahsan dalam penulisan skripsi ini maka penulis

memyusun pembahasan ini menjadi 5 bab, yaitu :

I. PENDAHULUAN

Berisi latar belakang skripsi, kemudian menarik permasalahan dan membatasi

ruang lingkup penulisan, memuat tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori

dan konseptual serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tinjauan pustaka yang merupakan pengantar dalam pemahaman dan

pengertian umum mengenai analisis bukti permulaan terhadap pelaku

penyalahgunaan narkotika pada tahap penyelidikan dan penyidikan

III. METODE PENELITIAN

Menjelaskan tentang metode penulisan skripsi berupa langkah-langkah yang

digunakan dalam pendekatan masalah, sumber data dan metode pengumpulan dan

pengolahan serta analisis data.

18

Undang-Undang Nomor 8 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum acara Pidana, Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1981., Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 76 tahun 1981

Pasal 1 butir 2.

Page 32: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

16

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Merupakan penjelasan dan pembahasan tentang permasalahan yang ada, yaitu

pembahasan tentang analisis teknik mencari alat bukti terhadap pelaku

penyalahgunaan narkotika pada tahap penyelidikan dan penyidikan , dan faktor

penghambat pembuktian terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika pada tahap

penyelidikan dan penyidikan.

V. PENUTUP

Merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dari penelitian yang telah

dilakukan dan kemudian memberikan beberapa saran yang dapat membantu serta

berguna bagi pihak–pihak yang membutuhkan.

Page 33: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Umum tentang Narkotika

Kata narkotika ada hubungannya dengan kata narkam dalam bahasa Yunani yang

berarti menjadi kaku (kejang), dalam terminologi medis dikenal istilah-istilah

narcose atau narkosis yang berarti dibiuskan terutama disaat pelaksanaan

pembedahan (operasi), arti inilah yang kiranya terdapat dalam istilah latin

narkotikum (obat bius), yang kemudian artinya semakin luas sehingga sama

dengan drug dalam bahasa Inggris.19

Secara umum, yang dimaksud dengan narkotika adalah sejenis zat yang dapat

menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi orang-orang yang

menggunakannya, yaitu dengan cara memasukkan ke dalam tubuh.20

Menurut

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, Narkotika adalah zat atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang

dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana

terlampir dalam Undang-Undang ini.

19

Soedjono D, 1985, Narkotika dan Remaja, Alumni, Bandung, Hal. 129.

20 Taufik Makarao, op cit, Halaman 16.

Page 34: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

18

Istilah narkotika yang dipergunakan pada penelitian ini sama artinya dengan

“drug”, yaitu sejenis zat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan

pengaruh-pengaruh tertentu pada tubuh si pemakai, yaitu :

a. Mempengaruhi kesadaran;

b. Memberikan dorongan yang dapat berpengaruh terhadap perilaku manusia;

c. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat berupa :

1) Penenang;

2) Perangsang (bukan rangsangan sex);

3) Menimbulkan halusinasi .21

Pada mulanya zat narkotika ditemukan orang yang penggunaannya ditujukan

untuk kepentingan umat manusia, khususnya di bidang pengobatan.22

Zat-zat

narkotika yang semula ditujukan untuk kepentingan pengobatan, namun dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, khususnya perkembangan

tekhnologi obat-obatan maka jenis-jenis narkotika dapat diolah sedemikian

banyak seperti yang terdapat pada saat ini, serta dapat pula disalahgunakan

fungsinya yang bukan lagi untuk kepentingan di bidang pengobatan, bahkan

sudah mengancam kelangsungan eksistensi generasi suatu bangsa. Narkotika yang

terkenal di Indonesia sekarang ini berasal dari kata “Narkoties”, yang sama

artinya dengan kata narcosis yang berarti membius.23

Sifat zat tersebut terutama

21

Taufik Makarao, dkk, op cit, Halaman 16-17.

22 Soedjono D, 1996, Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia, PT Rineka Cipta, Jakarta,

Hal. 69-70.

23 Taufik Makarao, op cit, Halaman 21.

Page 35: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

19

berpengaruh pada otak sehingga menimbulkan perubahan pada perilaku, perasaan,

pikiran, persepsi, keasadaran, halusinasi, di samping dapat digunakan untuk

pembiusan.

Tujuan dibuatnya pengaturan mengenai tindak pidana narkotika berdasarkan Pasal

4 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 yaitu :

a. menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan

dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

b. mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika;

c. memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan

d. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah Guna

dan pecandu Narkotika.

Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 menyebutkan

bahwa narkotika digolongkan menjadi 3 golongan yaitu :

a. Narkotika Golongan I;

b. Narkotika Golongan II; dan

c. Narkotika Golongan III

Dari ketiga golongan tadi masih banyak penggolongannya lagi akan tetapi ada

jenis-jenis narkotika yang perlu diketahui dalam kehidupan sehari -hari karena

sudah marak beredar di dalam masyarakat yaitu :

1. Candu atau disebut juga dengan opium

Berasal dari jenis-jenis tumbuhan-tumbuhan yang dinamakan Papaver

Somniferum, nama lain dari candu selain opium adalah madat.

Page 36: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

20

Bagian yang dapat dipergunakan dari tanaman ini adalah getahnya yang diambil

dari buahnya, narkotika jenis candu atau opium termasuk jenis depressants yang

mempunyai pengaruh hypnotics dan tranglizers. Depressants yaitu merangsang

sistem saraf parasimpatis, dalam dunia kedokteran digunakan sebagai pembunuh

rasa sakit yang kuat.

2. Morphine

Adalah zat utama yang berkhasiat narkotika yang terdapat pada candu mentah,

diperoleh dengan jalan mengolah secara kimia. Morphine termasuk jenis

narkotika yang membahayakan dan memiliki daya eskalasi yang relatif cepat,

dimana seorang pecandu untuk memperoleh rangsangan yang diingini selalu

memerlukan penambahan dosis yang lambat laut membahayakan jiwa.

3. Heroin

Berasal dari tumbuhan papaver somniferum. Heroin disebut juga dengan sebutan

putau, zat ini sangat berbahaya bila dikonsumsi kelebihan dosis, bisa mati

seketika.

4. Cocaine

Berasal dari tumbuhan yang disebut erythroxylon coca. Untuk memperoleh

cocaine yaitu dengan memetik daun coca, lalu dikeringkan dan diolah dipabrik

dengan menggunakan bahan kimia.

5. Ganja

Berasal dari bunga dan daun-daun sejenis tumbuhan rumput bernama cannabis

sativa. Sebutan lain dari ganja adalah mariyuana. Ganja terbagi atas dua jenis

yaitu :

Page 37: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

21

a) Ganja jenis jantan, dimana jenis seperti ini kurang bermamfaat, yang

diambil hanya seratnya saja untuk pembuatan tali.

b) Ganja jenis betina, jenis ini dapat berbunga dan berbuah, biasanya

dipergunakan untuk pembuatan rokok ganja.

6. Narkotika Sintetis atau buatan

Adalah jenis narkotika yang dihasilkan dengan melalui proses kimia secara

farmakologi yang sering disebut dengan istilah Napza, yaitu kependekan dari

Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.24

Kesimpulannya adalah narkotika dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

1. Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya

adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu

pengetahuan. Contoh : ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium.

2. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat,

tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin,

benzetidin, dan betametadol.

3. Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan,

tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : kodein dan

turunannya.

B. Tindak Pidana Narkotika

Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum

larangan mana disertai ancaman sanksi yang berupa pidana tertentu bagi

barangsiapa melanggar larangan tersebut.25

Dapat juga dikatakan bahwa perbuatan

24

Ibid, Halaman 21-25. 25

Moeljatno, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, Hal. 59.

Page 38: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

22

pidana adalah suatu perbuatan yang melanggar aturan hukum dan apabila

melanggar dikenakan sanksi.

Penyalahgunaan narkoba atau narkotika adalah pemakaian narkoba di luar

indikasi medik, tanpa petunjuk atau resep dokter dan pemakaiannya bersifat

patologik dan menimbulkan hambatan dalam aktivitas di rumah, sekolah atau

kampus, tempat kerja dan lingkungan sosial.26

Penyalahguna narkotika merupakan suatu perbuatan pidana karena telah ada

aturan hukum yang mengatur mengenai penyalahguna narkotika yaitu Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, sehingga seseorang yang

menyalahgunakan narkotika dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. “Penyalahguna narkoba itu sendiri adalah pengguna narkoba yang

dilakukan bukan untuk maksud pengobatan, tetapi

karena ingin menikmati

pengaruhnya, dalam jumlah berlebih yang secara kurang teratur, dan berlangsung

cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, mental dan

kehidupan sosialnya.”27

Menurut ketentuan hukum pidana para pelaku tindak pidana narkotika pada

dasarnya dapat dibedakan menjadi :

1. Pelaku utama

2. Pelaku peserta

3. Pelaku pembantu.28

26

Mardani, 2008, Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana

Nasional, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 2.

27 Lydia Harlina dan Satya Joewana, 2010, Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan

Narkoba Berbasis Sekolah, Balai Pustaka, Jakarta, Hal. 5. 28

Taufik Makarao, dkk, op cit, Halaman 44-45.

Page 39: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

23

Untuk menentukan apakah seorang pelaku tersebut termasuk kedalam golongan

pembagian di atas maka akan dibuktikan melalui proses peradilan sesuai

ketentuan yang berlaku.

Bentuk tindak pidana narkotika yang umum dikenal antara lain berikut ini :

1. Penyalahgunaan/melebihi dosis

2. Pengedaran narkotika

3. Jual beli narkotika29

Bila melihat ketiga bentuk penyalahgunaan di atas, maka tindak tertutup

kemungkinan terjadinya tindak pidana lainnya seperti pembunuhan, pencurian,

pemerasan, penipuan, dan lain-lain, karena ketika pengguna sedang dalam

keadaan sakaw (putus obat) karena efek ketergantungan dari narkotika itu maka

biasanya orang yang sakaw tadi melakukan berbagai cara untuk dapat

mendapatkan zat atau obat yang dibutuhkannya tersebut sehingga karena tidak

memiliki uang untuk membeli zat atau obat terlarang tersebut maka melakukan

tindak pidana lain yang telah dicontohkan seperti di atas.

Menurut Moh. Taufik Makarao bentuk-bentuk tindak pidana narkotika yang

umum dikenal antara lain sebagai berikut :

1. Penyalahgunaan/melebihi dosis;

Hal ini disebabkan oleh banyak hal antara lain :

a. Membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan berbahaya dan

mempunyai resiko;

b. Menentang suatu otoritas, baik terhadap guru, orang-orang hukum, maupun

instansi tertentu;

c. Mempermudah penyaluran perbuatan seks;

29 Ibid, Halaman 44-45.

Page 40: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

24

d. Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman-pengelaman

emosional;

e. Berusaha agar menemukan arti dari pada hidup;

f. Mengisi kekosongan-kekosongan dan perasaan bosan karena tidak ada

kegiatan;

g. Menghilangkan rasa frustasi dan gelisah;

h. Mengikuti kemauan teman dan tata pergaulan lingkungan;

i. Hanya sekedar ingin tahu atau iseng.

2. Pengedaran narkotika

Karena keterkaitan dengan sesuatu mata rantai peredaran narkotika, baik nasional

maupun internasional;

3. Jual beli narkotika

Ini pada umumnya dilatarbelakangi oleh motivasi untuk mencari keuntungan

materiil, namun ada juga karena motivasi untuk kepuasan.30

Di dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah diatur

mengenai ketentuan pidana terhadap penyalahgunaan narkotika yaitu terdapat

pada Pasal 111 sampai dengan Pasal 148. Bagi pengedar dan pengguna narkotika

terdapat pasal-pasal yang berbeda dalam hal mengatur mengenai jenis sistem

perumusan jenis sanksi pidana (strafsoort) dan sistem perumusan lamanya sanksi

pidana (strafmaat), yang akan dijelaskan sebagai berikut :

Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika untuk pengedar dikenal

adanya dua jenis sistem perumusan jenis sanksi pidana (strafsoort) yaitu sistem

perumusan kumulatif antara pidana penjara dan pidana denda (Pasal 111, 112,

113, 116, 117, 120, 122, 123, 124, 125 UU Narkotika) dan sistem perumusan

kumulatif-alternatif (campuran/gabungan) antara pidana mati, pidana penjara

30

Ibid, Halaman 45.

Page 41: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

25

seumur hidup atau pidana penjara dan pidana denda (Pasal 114, 115, 118, 119 UU

Narkotika). Kemudian untuk sistem perumusan lamanya saksi pidana (strafmaat)

dalam UU Narkotika juga terdapat dua perumusan yaitu fixed/indefinite sentence

system atau sistem maksimum dan determinate sentence system (Pasal 111, 112,

113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 125 UU Narkotika).31

Berikutnya pada Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika untuk

pengguna dikenal adanya tiga jenis sistem perumusan sanksi pidana (strafsoort)

yaitu sistem perumusan kumulatif antara pidana penjara dan pidana denda (Pasal

126 UU Narkotika), kemudian sistem perumusan kumulatif-alternatif

(campuran/gabungan) antara pidana mati, pidana penjara seumur hidup atau

pidana penjara dan pidana denda (Pasal 116, 121 UU Narkotika) dan sistem

perumusan alternatif antara pidana kurungan atau denda (Pasal 128, 134 UU

Narkotika). Kemudian untuk sistem perumusan lamanya saksi pidana (strafmaat)

dalam UU Narkotika juga terdapat dua perumusan yaitu fixed/indefinite sentence

system atau sistem maksimum (Pasal 128, 134 UU Narkotika) dan determinate

sentence system (Pasal 116, 121, 126 UU Narkotika).32

C. Pengertian, Jenis-Jenis dan Unsur Tindak Pidana

1. Pengertian Tindak Pidana

Istilah tindak pidana sebagai terjemahan strafbaar feit diperkenalkan oleh pihak

pemerintahan Departemen Kehakiman. Istilah ini banyak dipergunakan dalam

undang-undang tindak pidana khusus, misalnya: undang-undang tindak pidana

31

http://pn-kepanjen.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=168:ba b-

iiipemidanaan-terhadap-pengedar-narkoba&catid=23:artikel&Itemid=36, diakses pada hari

kamis, tanggal 10 Mei pada pukul 10.23 32

Ibid

Page 42: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

26

korupsi, undang-undang tindak pidana narkotika, dan undang-undang mengenai

pornografi yang mengatur secara khusus tindak pidana pornografi.33

Tindak

pidana adalah salah kelakuan yang diancam oleh peraturan perundang-undangan,

jadi suatu kelakuan yang pada umumnya dilarang dengan ancaman pidana.34

Menurut Simons, tindak pidana adalah kelakuan (handeling) yang diancam

dengan pidana, yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan

kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab,35

sedangkan menurut Prodjodikoro, tindak pidana adalah suatu perbuatan yang

pelakunya dikenakan hukuman pidana.36

Pompe mendefinisikan tindak pidana

menurut teori adalah suatu pelanggaran terhadap norma, yang dilakukan karena

kesalahan pelanggar dan diancam dengan pidana untuk mempertahankan tata

hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum sedangkan menurut hukum

positif adalah suatu kejadian yang oleh peraturan undang-undang dirumuskan

sebagai perbuatan yang dapat dihukum.37

Moeljatno, mengemukakan tindak pidana adalah suatu perbuatan yang memiliki

unsur dan dua sifat yang berkaitan, unsur-unsur yang dapat dibagi menjadi dua

macam yaitu :

a) Subyektif adalah berhubungan dengan diri sipelaku dan termasuk ke

dalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung dihatinya.

33

Teguh Prasetyo. Hukum Pidana. Jakarta. Raja Grafindo Persada. 2012. hlm. 49. 34

Tri Andrisman. Hukum Pidana. Bandar Lampung. Universitas Lampung. 2007. hlm. 81. 35

Ibid. 36

Ibid. 37

Ibid.

Page 43: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

27

b) Obyektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri sipelaku atau yang

ada hubungannya dengan keadaan-keadaannya, yaitu dalam keadaan-

keadaan mana tindakan-tindakan dari pelaku itu harus dilakukan.38

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat diketahui bahwa tindak pidana

adalah perbuatan melakukan sesuatu yang memiliki unsur kesalahan sebagai

perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, dimana penjatuhan pidana

terhadap pelaku adalah demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya

kepentingan umum.

2. Jenis-Jenis Tindak Pidana

Menurut Moeljatno, jenis-jenis tindak pidana dibedakan atas dasar-dasar tertentu,

antara lain sebagai berikut:39

a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) membedakan antara

kejahatan yang dimuat dalam Buku II dan Pelanggaran yang dimuat dalam

Buku III. Pembagian tindak pidana menjadi “kejahatan” dan “pelanggaran”

itu bukan hanya merupakan dasar bagi pembagian KUHP kita menjadi Buku

ke II dan Buku III melainkan juga merupakan dasar bagi seluruh sistem

hukum pidana di dalam perundang-undangan secara keseluruhan.

b. Cara merumuskannya, dibedakan dalam tindak pidana formil (Formeel

Delicten) dan tindak pidana materil (Materiil Delicten). Tindak pidana formil

adalah tindak pidana yang dirumuskan bahwa larangan yang dirumuskan itu

adalah melakukan perbuatan tertentu. Misalnya Pasal 351 KUHP yaitu

tentang penganiayaan. Tindak pidana materil inti larangannya adalah pada

38

Moeljatno. Azas-Azas Hukum Pidana. Jakarta. Rineka Cipta. 1993. hlm. 69. 39

Ibid. hlm. 47.

Page 44: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

28

menimbulkan akibat yang dilarang, karena itu siapa yang menimbulkan

akibat yang dilarang itulah yang dipertanggungjawabkan dan dipidana.

c. Dilihat dari bentuk kesalahan, tindak pidana dibedakan menjadi tindak pidana

sengaja (dolus delicten) dan tindak pidana tidak sengaja (culpose delicten).

Contoh tindak pidana kesengajaan (dolus) yang diatur di dalam KUHP antara

lain sebagai berikut: Pasal 310 KUHP (penghinaan) yaitu sengaja menyerang

kehormatan atau nama baik seorang, Pasal 322 KUHP (membuka rahasia)

yaitu dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya

karenajabatan atau pencariannya.Pada delik kelalaian (culpa) orang juga

dapat dipidana jika ada kesalahan, misalnya Pasal 360 Ayat 2 KUHP yang

menyebabkan orang lain luka-luka.

d. Berdasarkan macam perbuatannya, tindak pidana aktif (positif), perbuatan

aktif juga disebut perbuatan materil adalah perbuatan untuk mewujudkannya

diisyaratkan dengan adanya gerakan tubuh orang yang berbuat, misalnya

Pencurian (Pasal 362 KUHP) dan penipuan (Pasal 378 KUHP).Tindak pidana

dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Tindak pidana murni adalah tindak pidana yang dirumuskan secara formil

atau tindak pidana yang pada dasarnya unsur perbuatannya berupa

perbuatan pasif, misalnya diatur dalam Pasal 224, Pasal 304 dan Pasal 552

KUHP.

2) Tindak pidana tidak murni adalah tindak pidana yang pada dasarnya berupa

tindak pidana positif, tetapi dapat dilakukan secara tidak aktif atau tindak

pidana yang mengandung unsur terlarang tetapi dilakukan dengan tidak

Page 45: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

29

berbuat, misalnya diatur dalam Pasal 338 KUHP, ibu tidak menyusui

bayinya sehingga bayi tersebut meninggal.

e. Berdasarkan saat dan jangka waktu terjadinya, maka dapat dibedakan antara

tindak pidana terjadi seketika dan tindak pidana terjadi dalam waktu lama

atau berlangsung lama/berlangsung terus.40

Tindak pidana yang terjadi dalam

waktu yang seketika disebut juga dengan aflopende delicten. Misalnya

pencurian Pasal 362, jika perbuatan mengambilnya selesai, tindak pidana itu

menjadi selesai secara sempurna. Sebaliknya, tindak pidana yang terjadinya

berlangsung lama disebut juga dengan voortderende delicten. Seperti Pasal

333, perampasan kemerdekaan itu berlangsung lama, bahkan sangat lama,

dan akan terhenti setelah korban dibebaskan/terbebaskan.

f. Berdasarkan sumbernya, tindak pidana dapat dibedakan antara tindak pidana

umum dan tindak pidana khusus. Tindak pidana umum adalah tindak pidana

yang dapat dilakukan oleh setiap orang sedangkan yang dimaksud dengan

tindak pidana khusus adalah tindak pidana yang hanya dapat dilakukan oleh

orang-orang tertentu.

g. Dilihat dari sudut subjek hukumnya, dapat dibedakan antara tindak pidana

communia (delicta communia) yang dapat dilakukan siapa saja dan tindak

pidana propia dapat dilakukan hanya oleh orang yang memiliki kualitas

pribadi tertentu. Jika dilihat dari sudut subjek hukumnya, tindak pidana itu

dapat dibedakan antara tindak pidana yang dapat dilakukan oleh semua orang

(delicta communia) dan tindak pidana yang hanya dapat dilakukan oleh orang

40

Adami Chazawi.Pelajaran Hukum Pidana bagian I.Jakarta. Rineka Cipta. 2001.hlm. 126

Page 46: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

30

yang berkualitas tertentu (delicta propria). Pada umumnya, itu dibentuk

untuk berlaku kepada semua orang. Akan tetapi, ada perbuatan-perbuatan

tertentu yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang berkualitas

tertentu saja.

h. Berdasarkan perlu tidaknya pengaduan dalam hal penuntutan, maka

dibedakan antara tindak pidana biasa (gewone delicten) dan tindak pidana

aduan ( klacht delicten).41

Tindak pidana biasa adalah tindak pidana yang

untuk dilakukannya penuntutan pidana tidak disyaratkan adanya aduan dari

yang berhak. Sedangkan delik aduan adalah tindak pidana yang untuk

dilakukannya penuntutan pidana disyaratkan adanya aduan dari yang berhak.

i. Berdasarkan berat dan ringannya pidana yang diancamkan, maka dapat

dibedakan antara tindak pidana bentuk pokok (eenvoudige delicten) tindak

pidana yang diperberat (gequalificeerde delicten) dan tindak pidana yang

diperingan (gepriviligieerde delicten).

j. Berdasarkan kepentingan hukum yang dilindungi, maka tindak pidana

terbatas macamnya bergantung dari kepentingan hukum yang dilindungi

seperti tindak pidana terhadap nyawa dan tubuh, terhadap harta benda, tindak

pidana pemalsusan, tindak pidana terhadap nama baik, terhadap kesusilaan

dan lain sebagainya

Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat diketahui bahwa jenis-jenis tindak pidana

terdiri dari tindak pidana kejahatan dan tindak pidana pelanggaran, tindak pidana

formil dan tindak pidana materil, tindak pidana sengaja dan tindak pidana tidak

41

Ibid. hlm. 127-128

Page 47: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

31

sengaja, tindak pidana aktif dan tindak pidana pasif, tindak pidana yang terjadi

seketika dan tindak pidana yang terjadi dalam waktu lama, tindak pidana umum

dan tindak pidana khusus, tindak pidana communia dan tindak pidana propia,

tindak pidana biasa dan tindak pidana aduan, serta tindak pidana bentuk pokok

dan tindak pidana yang diperberat.

3. Unsur-Unsur Tindak Pidana

Unsur-unsur tindak pidana adalah sebagai berikut:

a) Kelakuan dan akibat (perbuatan);

b) Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan;

c) Keadaan tambahan yang memberatkan pidana;

d) Unsur melawan hukum yang objektif;

e) Unsur melawan hukum yang subyektif.42

Menurut Leden Marpaung unsur tindak pidana yang terdiri dari 2 (dua) unsur

pokok, yakni43

:

1) Unsur Subjektif

a. Sengaja (dolus)

b. Keadaan (culpa)

2) Unsur Objektif

a. Perbuatan manusia

42

Andi Hamzah. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Jakarta. Ghalia Indonesia.

2001. hlm. 22. 43

Leden Marpaung. Proses Penanganan Perkara Pidana. Jakarta. Sinar Grafika. 1992. hlm. 295.

Page 48: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

32

b. Akibat (result) perbuatan manusia

c. Keadaan-keadaan

d. Sifat dapat dihukum dan sifat melawan hukum.

D. Tinjauan Umum Tentang Penyelidikan dan Penyidikan

Penyelidikan dan penyidikan merupakan pemahaman awal proses hukum dalam

perkara pidana, dimulai dari proses yang ditangani oleh polisi sebagai aparat

penyelidik dan aparat penyidik serta aparat lainnya dalam hal ini adalah PPNS

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 4 KUHAP yang berbunyi sebagai

berikut. Penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia.

44Selain itu yang dimaksud Penyidik diatur dalam Pasal 6 ayat (1) KUHAP

sebagai berikut. Penyidik adalah:

a. Pejabat polisi negara Republik Indonesia;

b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh

undang-undang.

1. Penyelidikan

Secara umum penyelidikan atau dengan kata lain sering disebut penelitian adalah

langkah awal atau upaya awal untuk mengidentifikasi benar dan tidaknya suatu

peristiwa pidana itu terjadi. Adapun penyelidikan menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 KUHAP

adalah sebagai berikut:

Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan

menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan

44

Hartono, Penyidikan & Penegakan Hukum Pidana Melalui Pendekatan Hukum Progresif.

Cetakan II, Sinar Grafika, Jakarta, 2012,hal. 17

Page 49: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

33

dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam

undang-undang ini45

. Jadi, menurut ketentuan Pasal 1 angka 5 KUHAP,

penyelidikan adalah tindakan atas nama hukum untuk melakukan penelitian,

apakah perkara dimaksud benar-benar merupakan peristiwa pelanggaran terhadap

hukum pidana atau bukan merupakan pelanggaran terhadap hukum pidana.

a. Jenis-Jenis Tindakan dalam Penyelidikan

Untuk mengetahui pada tahap awal, apakah peristiwa itu merupakan peristiwa

pidana atau bukan merupakan peristiwa pidana, harus terlebih dahulu dilakukan

tindakan hukum yang berupa penyelidikan. Penyelidikan yang dapat dilakukan

antara lain dapat berupa tindakan mendengarkan informasi yang beredar di

masyarakat, atau keterangan-keterangan apa saja yang diucapkan atau

disampaikan oleh masyarakat tentang peristiwa yang sedang terjadi dan

melakukan pengecekan secara langsung terhadap objek yang diduga ada

hubungannya dengan peristiwa yang sedang terjadi. Tindakan-tindakan itu

dimaksudkan untuk mensinkronkan dengan aturan hukum mana yang cocok

dengan peristiwa itu.46

Proses penyelidikan dinamakan dengan tindakan hukum karena dalam

penyelidikan itu terdapat tindakan-tindakan yang ditujukan untuk pengungkapan

peristiwa hukumnya, yang ditandai dengan adanya surat perintah dari penyidik

yang di dalamnya juga terdapat kewenangan yang harus dihormati oleh setiap

orang. Dalam penyelidikan, untuk mengidentifikasi apakah peristiwa itu

merupakan peristiwa pidana atau bukan merupakan peristiwa pidana, antara lain

dengan cara sebagai berikut:

45

Ibid.hal. 18 46

Ibid. hal. 26

Page 50: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

34

a) Menentukan siapa pelapor atau pengadunya

Untuk menentukan siapa pelapor atau pengadu dalam perkara pidana biasanya

relatif tidak mengalami kesulitan, karena pelapor atau pengadu akan datang ke

kantor polisi untuk melaporkan atau mengadukan peristiwa yang diduga

merupakan peristiwa pidana. Pengaduan yang sudah dilakukan itu adalah bagian

dari yang menyebabkan hukum sudah mulai dapat dioperasionalkan.

b) Menentukan peristiwa apa yang dilaporkan

Untuk mengidentifikasi apakah peristiwa itu merupakan peristiwa pelanggaran

hukum tertentu, perlu dilakukan upaya penyelidikan, artinya upaya atau tindakan

penyelidikan itu untuk mengumpulkan keterangan tertentu dari berbagai pihak

yang dianggap mengerti karena melihat, mendengarkan, dan mengerti secara

langsung peristiwa itu.

c) Dimana peristiwa itu terjadi

Tindakan selanjutnya masih dalam rangka penyelidikan terhadap peristiwa hukum

itu untuk menentukan tempat perkara itu terjadi (locus delicty).

d) Kapan peristiwa itu terjadi

Dalam peristiwa tertentu, waktu kejadian (tempos delicty) yang mendekati

ketepatan waktunya sangat penting untuk mengungkap peristiwa pelanggaran

hukum itu. karena peristiwa hukum tanpa diketahui kapan waktu peristiwa itu

secara jelas, akan sulit untuk dilaksanakan proses penegakan hukumnya.47

e) Menentukan siapa pelaku dan korban atau pihak yang dirugikan

Tindakan selanjutnya adalah menentukan atau mengidentifikasi siapa pelaku dan

siapa korbannya. Dalam perkara tertentu seperti kasus penipuan, penggelapan, dan

47

Ibid. hal. 29

Page 51: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

35

pencemaran nama baik, menentukan pelaku tidak banyak mengalami masalah

karena biasanya antara pelaku dan korban sudah saling kenal. Namun, dalam

perkara lain misalnya perkara pencurian atau perampokan, untuk menentukan

siapa pelakunya mengalami kesulitan dikarenakan korban rata-rata tidak

mengenal pelakunya. Adapun dalam peristiwa lainnya, misalnya dalam peristiwa

yang diatur dalam undang-undang psikotropika, untuk mengetahui siapa

sebenarnya pelaku dari peristiwa itu, perlu dilakukan pendalaman secara sungguh-

sungguh terhadap peristiwa yang sesungguhnya terjadi, tidak ada jaminan yang

hanya mendasari kepada didapatnya barang bukti itu menyebabkan yang

kedapatan adalah tersangkanya.

f) Bagaimana peristiwa itu terjadi

Tugas selanjutnya masih dalam rangka penyelidikan, adalah mencari tahu

bagaimana peristiwa kejahatan itu terjadi, artinya dengan cara bagaimana pelaku

kejahatan itu melakukan aksinya. Tujuan dari mengumpulkan bahan keterangan

ini adalah dalam rangka mencari persesuaian antara perbuatan melawan aturan

hukum dengan aturan hukum yang ada. Apabila ada kesesuaian dalam perkara ini

secara benar, maka hukum harus mulai digerakkan melalui upaya

penyidikan.Persesuaian harus dicermati dengan benar bahwa memang benar

terdapat persesuaian antara peristiwa dengan kelakuan yang sesungguhnya, bukan

semata-mata bahwa antara keadaan yang terjadi itu dibuat bersesuaian dengan

peraturan yang ada. Karena hanya secara lahiriah saja sesuai belum tentu

peristiwa itu betulbetul merupakan peristiwa pelanggaran hukum, mengingat

banyak perilaku oknum yang berwenang mengolah situasi sedemikian, seolah-

Page 52: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

36

olah peristiwa itu benar adanya, padahal sesungguhnya peristiwa itu adalah rekaan

saja.48

b. Lembaga Penyelidik

Lembaga penyelidik adalah lembaga yang oleh ketentuan peraturan perundang-

undangan diberi kewenangan untuk melakukan tugas penyelidikan terhadap

peristiwa yang diduga merupakan peristiwa pidana. Kemudian timbul pertanyaan

siapa sebenarnya lembaga penyelidik itu, Pasal 1 angka 4 KUHAP, berbunyi

penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang

oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan.

Dengan demikian, menurut KUHAP bahwa penyelidik adalah pejabat Kepolisian

Negara Republik Indonesia, dengan catatan apabila kejahatan itu diatur dalam

KUHP, sedangkan untuk ketentuan lain misalnya dalam kasus korupsi tentu akan

berlaku aturan tersendiri. Dalam ranah ini yang perlu menjadi catatan penting

adalah ranah penegakan hukum, bukan ranah penegakan peraturan perundang-

undangan.49

2. Penyidikan

Penyidikan merupakan tindakan preventif setelah dilakukannya penyelidikan dan

dari laporan penyelidik diputuskan untuk ditindak lanjutkan. Sebagaimana

KUHAP menjelaskan Ketentuan Umum pasal 1 point 2 yang berbunyi:

Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam

undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti

48

Ibid.hal. 31 49

Ibid. hal. 31

Page 53: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

37

itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan

tersangkanya.50

Dari bunyi pasal di atas, menurut M. Yahya Harahap, S.H., dalam bukunya

Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan

untuk memahami perbedaan mencolok antara penyelidikan dengan penyidikan

jika dalam penyelidikan arahnya untuk menentukan ada atau tidaknya peristiwa

yang diduga merupakan perbuatan pidana, sedang dalam penyidikan arahnya

untuk menentukan siapa tersangka yang dapat diduga melakukan perbuatan

pidana tersebut.51

Maka dari itu, tentulah tugas selanjutnya aparat hukum menentukan kepastian

perbuatan seseorang merupakan perbuatan pidana berdasarkan undang-undang

pidana dengan cara memperoleh bukti-bukti kuat bahwa pelaku benar-benar

melakukannya. Dengan dimualainya penyidikan ditandai secara formal procedural

dikeluarkannya surat perintah oleh pejabat yang berwenang di instansi penyidik

sekaligus diterimanya laporan atau pengaduan ataupun informasi tentang telah

terjadinya perbuatan pidana di lapangan.

a. Petugas Penyidik

Dalam pasal 6 KUHAP, ditentukan instansi dan kepangkatan seorang pejabat

penyidik yang melakukan tugas. Dari pasal tersebut menjelaskan bahwa penyidik

terbagi menjadi 2 bagian sesuai dengan syarat-syaratnya yang ditentukan, yaitu:

50

M. Yahya Harahap, S.H. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Ed. 2 Cet.14,

Jakarta, Sinar Grafika,2012, hal. 70. 51

Ibid. hal. 33

Page 54: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

38

1. Pejabat Penyidik Polisi

Menurut ketentuan pasal 6 ayat 1 huruf a, salah satu instansi yang diberi

kewenangan untuk melakukan penyidikan ialah pejabat polisi Negara. Peraturan

kepangkatan pejabat penyidik kepolisian tersebut telah ditetapkan pada tanggal 1

Agustus 1983, berupa PP No. 27 Tahun 1983. Syarat kepangkatan pejabat

penyidik diatur dalam BAB 2 PP No. 27 Tahun 1983. Memperhatikan ketentuan

kepangkatan yang diatur dalam BAB 2 peraturan pemerintah dimaksud, syarat

kepangkatan dan pengangkatan pejabat penyidik kepolisian, dapat diperinci

sebagai berikut:

a) Pejabat penyidik penuh, syarat-syaratnya:

Sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua Polisi

Atau yang berpangkat bintara di bawah Pembantu Letnan Dua apabila

dalam suatu sektor kepolisian tidak ada pejabat penyidik yang berpangkat

Pembantu Letnan Dua,

Ditunjuk dan diangkat oleh Kepala Kepolisian R.I.

b) Penyidik Pembantu, syarat-syaratnya:

Sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua Polisi

Atau pegawai negeri sipil dalam lingkungan Kepolisian Negara dengan

syarat sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda (golongan II/a),

Diangkat oleh Kepala R.I. atas usul komandan atau pimpinan kesatuan

masing-masing.

Page 55: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

39

2. Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Penyidik pegawai negeri sipil ini diatur dalam Pasal 6 ayat 1 huruf b. Yaitu

pegawai negeri sipil yang mempunyai fungsi dan wewenang sebagai penyidik.

Pada dasarnya wewenang yang mereka miliki bersumber pada ketentuan undang-

undang pidana khusus, yang telah menetapkan sendiri pemberian wewenang

penyidikan pada salah satu pasalnya. Sesuai dengan pembatasan wewenang yang

disebutkan dalam Pasal 7 ayat 2 yang berbunyi: Penyidik pegawai negeri sipil

sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 6 ayat 1 huruf b mempunyai wewenang

sesuai dengan undang-undang yang menjadi landasan hukumnya masing-masing

dan dalam pelakasanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan

penyidik Polri. Berikut kedudukan dan wewenang penyidik pegawai negeri sipil:

a) Penyidik pegawai negeri sipil kedudukannya berada di bawah:

Koordinasi penyidik Polri, dan

Di bawah pengawasan penyidik Polri.

b) Penyidik Polri memberikan petunjuk kepada penyidik pegawai negeri sipil

tertentu, dan memberikan bantuan penyidikan yang diperlukan (Pasal 107

ayat 1).

c) Penyidik pegawai negeri tertentu, harus melaporkan kepada penyidik Polri

tentang adanya suatu tindak pidana yang sedang di disidiknya (Pasal 107 ayat

2).

d) Apabila penyidik pegawai negeri sipil telah selesai, hasil penyidikan harus

diserahkan kepada penuntut umum melalui penyidik Polri (Pasal 107 ayat 3)

Page 56: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

40

e) Apabila penyidik pegawai negeri sipil mengehntikan penyidikan yang telah

dilaporkannya pada penyidik Polri maka penghentian penyidikan itu harus

diberitahukan kepada penyidik Polri dan penuntut umum (Pasal 109 ayat 3).52

b. Wewenang Penyidik

Mengetahui wewenang pejabat penyidik yang terbagi menjadi pejabat penyidik

dan penyidik pembantu, dapat kita lihat dalam aturan Pasal 7 ayat 1. Wewenang

kedua pejabat ini semua terperinci secara umum dalam pasal tersebut, yang oleh

M. Yahya Harahap dipaparkan sebagai berikut:53

1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana,

2. Melakukan tindak pertama pada saat di tempat kejadian,

3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri

tersangka,

4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan,

5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat,

6. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang,

7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi,

8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan saat perkara,

9. Mengadakan penghentian penyidikan,

10.Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

52

M. Yahya Harahap, Op.cit. hal. 77 53

Ibid. hal. 118

Page 57: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

41

c. Tata cara pemeriksaan penyidikan

Sebagaimana diketahui, titik pangkal pemeriksaan dihadapan penyidikan ialah

oknum tersangka. Dari dialah akan diperoleh keterangan tentang peristiwa pidana

yang sedang diperiksa. Akan tetapi sekalipun tersangka yang menjadi titik tolak

pemeriksaan, terhadapnya harus diperlukan akusatur.Tersangka harus ditempatkan

pada kedudukan manusia yang memiliki harkat martabat diri.Perbuatan tindak

pidana yang dilakukannya itulah pemeriksaan ditujukan.Tersangka harus

dianggap tak bersalah, sesuai dengan prinsip hukum “praduga tak bersalah”

(presumption of innocent) sampai diperoleh keputusan pengadilan yang telah

berkekuatan hukum tetap.Pada suatu pemeriksaan tindak pidana, tidak selamanya

hanya tersangka saja yang harus diperiksa.Adakalanya diperlukan pemeriksaan

saksi-saksi atau ahli, demi untuk terangnya dan jelasnya peristiwa pidana yang

disangkakan kepada tersangka.Namun, sedangkan kepada tersangka harus

ditegakkan harkat martabat dan hak-hak asasinya.

Page 58: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penelitian Hukum adalah suatu penelitian yang mempunyai obyek hukum, baik

hukum sebagai suatu ilmu atau aturan-aturan yang sifatnya dogmatis maupun

hukum yang berkaitan dengan perilaku dan kehidupan masyarakat. pendapat

Soerjono Soekanto, penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang

didasarkan pada metode sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara

menganalisisnya.54

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua

pendekatan, yaitu :

a. Pendekatan Yuridis Normatif, yaitu pendekatan dengan cara melihat dan

mempelajari buku-buku dan dokumen-dokumen serta peraturan-peraturan

lainnya yang berlaku dan berhubungan dengan judul dan pokok bahasan yang

akan diteliti, yaitu Analisis Teknik Mencari Alat Bukti terhadap Pelaku

penyalahgunaan Narkotika pada tahap penyelidikan dan penyidikan

b. Pendekatan Empiris, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan meneliti data

primer yang diperoleh secara langsung dari wawancara guna mengetahui

54

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, 2004, Rajawali Pers : Jakarta, hlm.1.

Page 59: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

43

kenyataan yang terjadi dalam praktek. Peneliti melakukan wawancara dengan

Petugas Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung, Penyidik

kepolisian Dir Res Narkoba Polda Lampung dan Dosen Bagian Hukum

Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung untuk mendapat gambaran

tentang bagaimana Analisis Teknik Mencari Alat Bukti Terhadap Pelaku

Penyalahgunaan Narkotika pada tahap penyelidikan dan penyidikan.

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber data dari penelitian ini berasal dari data lapangan dan data

kepustakaan,sedangkan jenis data terdiri atas data primer dan data sekunder, yaitu

sebagai berikut :

1. Jenis Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh penulis dari sumber utama melalui

penelitian yang dilakukan dilapangan dan hasil wawancara, yang berupa datadata,

informasi atau keterangan dari pihak yang terkait dengan permasalahan.

2. Jenis Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, terdiri dari:

a. Bahan hukum primer terdiri dari:

1. UU. NO. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian.

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Page 60: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

44

4. Peraturan-peraturan pelaksana lainnya.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan

penjelasan mengenai bahan-bahan hukum primer seperti literatur-leteratur

ilmu hukum, makalah-makalah, dan tulisan hukum lainnya yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang bersumber dari kamus-kamus,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, artikel, jurnal, media massa, paper, serta

bersumber dari bahan-bahan yang didapat melalui internet.

C. Penentuan Narasumber

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian ini

adalah wawancara terhadap para narasumber atau informan.Wawancara ini

dilakaukan dengan metode depth Interview (wawancara langsung secara

mendalam).

Adapun narasumber atau responden yang akan diwawancarai adalah:

1. Petugas Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung : 1 orang

2. Penyidik Kepolisian Dir Res Narkoba Polda Lampung : 1 orang

3. Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila : 1 orang +

Jumlah : 3 orang

Page 61: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

45

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan

dan studi laporan.

a. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dimaksud untuk memperoleh data-data

sekunder. Dalam hal ini penulis melakukan serangkaian kegiatan studi

dokumenter dengan cara membaca, mencatat, mengutip buku-buku referensi

dan menelaah Perundangundangan, dokumen dan informasi lain yang ada

hubungannya dengan permasalahan.

b. Studi Lapangan Studi lapangan merupakan usaha mendapatkan data primer

dan dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara terpimpin yaitu dengan

cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pemasalahan

yang ada dalam penelitian ini. Pertanyaan yang telah dipersiapkan diajukan

kepada pihak-pihak yang bersangkutan dengan maksud untuk mendapatkan

data, tanggapan, dan juga jawaban dari responden. Selain itu, untuk

melengkapi penulisan ini penulisan juga melakukan observasi untuk

melengkapi data-data dan fakta-fakta yang berkaitan dengan permasalahan.

2. Prosedur Pengolahan Data

Data yang diperoleh baik dari studi lapangan maupun dari studi kepustakaan

kemudian diolah dengan cara sebagai berikut:

Page 62: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

46

a. Seleksi data yaitu data yang diperoleh diperiksa dan diteliti mengenai

kelengkapan, kejelasan, kebenaran, sehingga terhindar dari kekurangan dan

kesalahan

b. Klasifikasi data yaitu pengelompokan data yang telah diseleksi dengan

mempertimbangkan jenis dan hubungannya guna mengetahui tempat masing-

masing data.

c. Penyusunan data yaitu dengan menyusun dan menempatkan data pada pokok

bahasan atau pemasalahan dengan susunan kalimat yang sistematis sesuai

dengan tujuan penelitian.

E. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisa data kualitatif, yang merupakan tata

cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan

responden secara nyata, dan perilaku nyata.55

Analisa data seperti ini bersifat

deskriptif analisis, yaitu berusaha menganalisa data yang dikumpulkan, dengan

cara menguraikan dan memaparkan secara jelas dan apa adanya mengenai obyek

yang diteliti didapat hasil yang benar-benar valid.

55

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 2007, hlm.32

Page 63: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, baik dalam penelitian kepustakaan, maupun

penelitian lapangan, serta analisis yang telah penulis lakukan pada bab-bab

terdahulu, berikut disajikan kesimpulan yang merupan jawaban terhadap rumusan

permasalahan dalam penelitian hukum, beberapa hal sebagai berikut :

1. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan dalam menemukan alat bukti

tindak pidana narkotika memiliki berbagai cara ada beberapa teknik

penyelidikan mulai dari observasi (peninjauan), surveillance (pembuntutan),

undercover agen (penyusupan agen), undercover buy ( pembelian

terselubung), controlled planning (penyerahan yang dikendalikan), dan raid

planning execution (rencana Pelaksanaan penggerebekan). Dan memiliki

beberapa teknik, Teknik yang bertujuan untuk mendapatkan atau menguatkan

informasi tentang terjadinya tindak pidana narkoba yang meliputi : observasi,

surveillance dan undercover agen. Teknik yang bertujuan untuk menangkap

pelaku tindak pidana narkoba yang meliputi: undecover buy, controled

delivery. Dari teknik yang ada dapat dikatakan bahwa teknik yang pertama

adalah mendahului tindakan kedua. Karena pada teknik pertama penyidik

harus berusaha untuk mendapatkan informasi serta menguatkan informan

yang telah didapat mengenai pelaku tindak pidana narkotika dan modus

Page 64: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

77

operandinya. Setelah mendapatkan informasi-informasi tersebut maka

diadakanlah teknik yang kedua yaitu merupakan usaha untuk merencanakan

adanya tindak pidana yang dikontrol dengan cara pembuatan TKP. Kegiatan

yang paling menentukan keberhasilan tindakan pendahuluan diatas adalah

Raid Planning Execution. Dan Proses Penyidikan Berdasarkan hasil

penelitian dan analisa data dapat disimpulkan bahwa Proses penyidikan

perkara tindak pidana narkotika yaitu (1) Menerima Laporan (2) Melakukan

Tindakan Pertama yaitu setelah menerima laporan dari seseorang maka

penyidik melakukan serangkaian penyelidikan dan pembuntutan terhadap

seseorang yang dicurigai (3) Penangkapan (4) Penggeledahan (5) Penyitaan

(6) Pemeriksaan Tersangka dan Saksi (7) Penahanan (8) Selesainya

Penyidikan.

2. Hambatan-hambatan yang ditemui penyidik Polri dalam Pembuktian tindak

pidana narkotika , adalah besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mencari

barang bukti dan pengujian terhadap alat bukti terhadap jenis golongan

narkotika yang membutuhkan biaya yang cukup besar, hambatan lain datang

dari anggota penyidik yang kurangnya pendidikan khusus tentang narkotika,

dan hambatan yang terbesar yakni dari masyarakat yang masih kurang

mengetahui ciri-ciri narkotika dan kurangnya kesadaran akan kejahatan

narkotika yang terjadi dilingkungan sekitarnya.

Page 65: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

78

B. Saran

Bertitik tolak dari kesimpulan diatas tentang hambatan yang ditemui penyidik ,

berikut ini yang ingin dikemukakan oleh penulis beberapa saran yang mungkin

dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat penyelesaian perkara tindak

pidana narkotika antara lain :

1. Perlu pengadaan suatu pendidikan atau penataran khusus terhadap para

penyidik yang terlibat dalam pencegahan tindak pidana narkotika, karena

dilihat dari berbagai macam jenis-jenis narkotika yang disalahgunakan dan

beredar di masyarakat, diharapkan penyidik telah mengetahui jenis-jenis obat-

obatan yang beredar di masyarakat.

2. Dalam peranannya diharapkan penyidik Polri dan BNN dapat memberikan

pembinaan terhadap masyarakat agar mengenal apa itu narkotika dan

kejahatan narkotika, karena tidak semua masyarakat mengetahui tentang

narkotika dan kejahatan narkotika dan pembinaan terhadap masyarakat agar

lebih peka terhadap lingkungan sekitar, salah satunya bila terjadi kejahatan

narkotika yang mereka ketahui sehingga dapat melaporkannya kepada yang

berwajib.

Page 66: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

DAFTAR PUSTAKA

Andrisman, Tri, Hukum Pidana. Bandar Lampung: Universitas Lampung. 2007.

Chazawi, Adami, Pelajaran Hukum Pidana bagian I. Jakarta: Rineka Cipta. 2001.

Hamzah, Andi, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Jakarta: Ghalia

Indonesia. 2001.

Hamzah, Andi. Hukum Acara Pidana. Jakarta : Sinar Grafika. 2014.

Hamzah, Andi. Perkembangan Hukum Pidana Khusus. Jakarta: Rineka Cipta.

1991.

Harahap, Yahya. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Ed. 2

Cet.14, Jakarta: Sinar Grafika. 2012.

Harahap, Yahya. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHP penyidikan

dan penuntutan, Edisi kedua. Jakarta: Sinar Grafika. 2009.

Harlina, Lydia dan Satya Joewana. Pencegahan dan Penanggulangan

Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah. Jakarta: Balai Pustaka. 2010.

Hartono, Penyidikan & Penegakan Hukum Pidana Melalui Pendekatan Hukum

Progresif . Cetakan II. Jakarta : Sinar Grafika. 2012.

Hartono, Penyidikan dan Penegakan Hukum Pidana Melalui Pendekatan Hukum

Progresif . Jakarta : Sinar Grafika. 2010.

Husin, Kadri dan Budi Rizki, Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia. Bandar

Lampung: Lembaga Penelitian Universitas Lampung. 2015.

Makarao, Taufik dan Suhasril. Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek.

Jakarta : Ghalia Indonesia. 2002.

Makarao, Taufik dkk. Tindak Pidana Narkotika. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2003.

Mardani, Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum

Pidana Nasional. Jakarta: Raja Grafindo. 2007.

Mardani, Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum

Pidana Nasional. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2008.

Page 67: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

Marpaung, Leden, Proses Penanganan Perkara Pidana. Jakarta: Sinar Grafika.

1992.

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.

Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta. 1993.

Prasetyo, Teguh, Hukum Pidana. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2012.

Raharjo, Sajipto. Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis. Yogyakarta:

Genta Publishing. 2009.

Soedjono , D. Narkotika dan Remaja. Bandung: Alumni. 1985.

Soedjono, D. Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia. Jakarta: PT Rineka

Cipta. 1996.

Soekanto, Soerjono. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali Pers. 2004.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press. 2007.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press. 1986.

Soesilo, R, Taktik dan teknik penyidikan perkara kriminal. Bogor: Politea. 1980.

Suharsil, Tindak Pidana Narkotika. Bogor: Ghalia Indonesia. 2005.

Sujono, AR, dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: Sinar Grafika. 2011.

Tentri, Andi. Proses Penyidikan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika. 2013.

Wresniworo, Masalah Narkotika dan Obat-obatan Berbahaya. Jakarta: Mitra

Bintimar. 2002.

Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No.14 Tahun 2012

tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana.

Page 68: ANALISIS TEKNIK MENCARI ALAT BUKTITERHADAP PELAKU ...digilib.unila.ac.id/54804/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · INDRA AMOZA PERDANA Dan proses penyidikan (1) Menerima Laporan

Internet

http://bnn.go.id

http://www.rmol.co

http://www.lifestyle.kompas.com

http://www.penaberlian.com

https://news.okezone.com