ANALISIS STRUKTUR DAN TEKSTUR NASKAH DRAMA · FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS...
Transcript of ANALISIS STRUKTUR DAN TEKSTUR NASKAH DRAMA · FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS...
i
ANALISIS STRUKTUR DAN TEKSTUR NASKAH DRAMA
“PADA SUATU HARI” KARYA ARIFIN C. NOER
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Yohanes Prima Pramudya
NIM: 131224004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
a. Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan
kesehatan. Tuhan Yesus pahlawan terhebat dan terbaik dalam hidupku.
b. Ibuku tercinta Yenny Sadyaningsih, Bapakku Benidiktus Kusmayadi dan
adikku tersayang Yakobus Andi Bagaskara. Terima kasih atas doa,
motivasi, semangat, cinta, kasih sayang dan pengorbanan yang telah
diberikan.
c. Kepada diriku sendiri Yohanes Prima Pramudya, jangan puas diri hanya
sampai di sini, terus kejar mimpi dan cita-cita itu. Jangan menyerah! Tetap
semangat!
d. Bapak Drs. P. Hariyanto, M.Pd. dosen pembimbing pertama terima kasih
atas segala bantuan, bimbingan, dan motivasi yang diberikan.
e. Romo Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum. dosen pembimbing kedua terima
kasih atas segala bantuan, bimbingan, dan motivasi yang diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
1. Rancangan Tuhan, memang bukan yang termudah tetapi pasti yang
terbaik, percayalah!
2. Tuhan tahu batas kekuatan kita. Jangan resah, percayalah! Karena dibalik
kelemahan kita lah, kuasa Tuhan bekerja dengan luar biasa!
3. Jangan lupa untuk bersyukur, karena Tuhan tak pernah lupa untuk
memberkati kita!
4. Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai
melampaui kekuatanmu (1 Korintus 10: 13).
5. Kita harusnya berterima kasih pada masalah, sebab ialah yang memaksa
kita tuk menjadi pribadi yang lebih berkualitas.
6. Kita boleh saja kalah, asal bukan karena menyerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Pramudya, Yohanes Prima. 2018. “Struktur dan Tekstur Naskah Drama
‘Pada Suatu Hari’ Karya Arifin C.Noer”. Skripsi: Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan .
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menganalisis struktur dan tekstur naskah drama “Pada Suatu
Hari” karya Arifin C. Noer. Unsur struktur dan tekstur naskah drama “Pada Suatu
Hari” karya Arifin C. Noer meliputi tema, alur, karakter, dialog, mood, dan
spectacle. Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan struktur dan tekstur
naskah drama ‘Pada Suatu Hari’ karya Arifin C. Noer.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, metode yang digunakan
adalah metode deskriptif kualitatif, dan teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah teknik baca dan teknik catat. Penelitian ini termasuk
jenis penelitian kepustakaan atau studi pustaka karena penelitian ini mengkaji
objek berupa bahan-bahan tertulis yaitu struktur dan tekstur drama. Metode
deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis struktur dan tekstur. Teknik
baca dan catat digunakan untuk menemukan dan menguraikan struktur dan
tekstur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam drama “Pada Suatu Hari”
karya Arifin C. Noer terdapat sebilan tokoh yaitu Kakek karakter bijak,
penyayang, dan tidak jujur; Nenek karakter penyayang, pencemburu, dan bijak;
Pesuruh karakter jujur, amanah, lalai; Sopir karakter jujur dan amanah; janda
karakter centil; Novia karakter cemburu dan egois; Nita karakter bijak; Meli
karakter penurut; dan Feri karakter penurut. Alur dalam drama ini meliputi tujuh
tahapan, yaitu eksposisi, rangsangan, gawatan, konflik, komplikasi, klimaks, dan
penyelesaian. Tema drama ini adalah cinta dalam keluarga. Drama “Pada Suatu
Hari” berupa dialog yang diperankan beberapa tokoh. Suasana atau mood drama
ini adalah bahagia, resah, mencengkram, dan bahagia. Spectacle drama ini
meliputi pembabakan, tata kostum, tata rias, dan perlengkapan.
Kata kunci: drama, struktur, tekstur, pada suatu hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Pramudya, Yohanes Prima. 2018. Structures and Textures of Drama Script
on ‘Pada Suatu Hari’ based on Arifin C. Noer’s Work. Thesis.
Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Study Program,
Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma
University.
In this research, the researcher analyzed the structures and textures of a
drama script based on Arifin C. Noer’s work, ‘Pada Suatu Hari’. There are some
structures and textures that are interesting to be analyzed in the script, such as the
theme, plots, characters, dialogues, moods, and spectacles. The aim of this study
is to describe the structures and textures based on ‘Pada Suatu Hari’ script written
by Arifin C. Noer.
The type of this research used library study. The researcher used
descriptive qualitative method and there were two techniques used to collect the
data by reading and recording technique. Besides, the type of this research was
library study because the researcher analyzed the written components in the script,
such as the structures and textures of the drama script. In addition, descriptive
qualitative method was used to analyze the structures and textures in the script.
Furthermore, reading and recording technique were also used to find and elaborate
the structures and textures.
The result showed that there were nine characters in the script written by
Arifin C. Noer, ‘Pada Suatu Hari’, they were grandpa and grandpa who were
wise, lover, but dishonest and jealous; household assistant who was honest,
careless, and trusted; driver who was honest and trusted; widow who was
coquettish; Novia who was jealousy and egoistic; Nita was wise; Meli and Fere
who were obedient . Then, the plots in the script covered seven steps, those were
exposition, excitement, crisis, conflict, complication, climax, and resolution.
Moreover, the theme of this drama was about the dynamics love in the family.
The drama script ‘Pada Suatu Hari’ was filled fully by dialogues from the
characters who carried their moods to show the happiness and restless. Thus, there
were some spectacles in this script, such as action, costume, makeup, and
equipment.
Keywords: drama, structure, texture, Pada Suatu Hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................ iv
MOTO........................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................... vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI.................................................................. vii
ABSTRAK.................................................................................................. viii
ABSTRACT.................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR................................................................................ x
DAFTAR ISI............................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian............................................................................... 3
E. Batasan Istilah...................................................................................... 4
F. Sistematika Penyajian.......................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penelitian yang Relevan....................................................................... 9
B. Kajian Teori......................................................................................... 10
1. Pengertian Drama............................................................................ 10
2. Struktur dan Tekstur Naskah Drama............................................... 12
a. Struktur Naskah Drama.............................................................. 12
1) Alur....................................................................................... 13
2) Karakter................................................................................. 20
3) Tema..................................................................................... 25
b. Tekstur Naskah Drama............................................................... 28
1) Dialog.................................................................................... 29
2) Spectacle................................................................................ 30
3) Mood...................................................................................... 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian................................................................................... 32
B. Metode Penelitian............................................................................... 32
C. Data dan Sumber Data..................................................................... 33
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 33
E. Teknik Analisis Data........................................................................ 34
F. Triangulasi Data................................................................................ 34
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Hasil Penelitian...................................................................... 38
1. Struktur Naskah Drama................................................................... 38
a. Alur............................................................................................. 38
1) Awal....................................................................................... 39
a) Eksposisi............................................................................ 39
b) Rangsangan....................................................................... 41
c) Gawatan........................................................................... 41
2) Tengah................................................................................... 42
a) Konflik.............................................................................. 43
b) Komplikasi........................................................................ 44
c) Klimaks............................................................................. 45
3) Akhir...................................................................................... 47
a) Penyelesaian...................................................................... 47
b. Karakter..................................................................................... 49
1) Nenek.................................................................................... 49
2) Kakek.................................................................................... 50
3) Pesuruh.................................................................................. 51
4) Janda, Nyonya Wenas........................................................... 51
5) Arba, Sopir............................................................................ 52
6) Novia..................................................................................... 52
7) Nita........................................................................................ 53
8) Meli........................................................................................ 53
9) Feri......................................................................................... 54
c. Tema......................................................................................... 54
2. Tekstur Naskah Drama................................................................... 58
a. Dialog........................................................................................ 58
b. Spectacle.................................................................................... 64
1) Pembabakan.......................................................................... 65
2) Tata Kostum.......................................................................... 71
3) Tata Rias................................................................................ 73
4) Perlengkapan.......................................................................... 73
c. Mood........................................................................................... 74
B. Pembahasan......................................................................................... 77
1. Struktur Naskah Drama................................................................... 77
2. Tekstur Naskah Drama.................................................................... 79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB V PENUTUP
A. Simpulan............................................................................................ 82
B. Saran.................................................................................................. 85
Daftar Pustaka............................................................................................... 86
Biodata Penulis.............................................................................................. 88
Lampiran Triangulasi..................................................................................... 90
Lampiran Surat Triangulasi………………………………………………... 109
Lampiran Hasil Triangulasi........................................................................... 110
Lampiran Naskah Drama............................................................................... 129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GRAFIK...................................................................................... 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini mahasiswa dari pendidikan bahasa sastra Indonesia banyak yang
tidak tertarik mengambil tema tugas akhir mereka berkaitan dengan drama. Jika
ada mahasiswa yang mengambil topik skripsi tentang drama, penelitiannya tidak
selalu dilakukan secara tuntas dan terperinci. Di sini maksud dari tidak selalu
dilakukan secara tuntas dan terperinci yaitu mahasiswa menganalisis drama tidak
secara detail di mana banyak dari mereka yang masih menganalisis secara garis
besarnya saja. Skripsi-skripsi yang sudah ada, berkaitan dengan drama hanya
menganalisis struktur drama saja dan mengabaikan tekstur drama. Padahal tekstur
drama juga penting dalam menganalisis drama.
Sehubungan dengan hal di atas peneliti tertarik untuk meneliti drama secara
utuh, yaitu struktur dan tekstur. Naskah drama dibangun oleh struktur dan tekstur
yang menjadi satu kesatuan yang utuh. Unsur-unsur struktur yang membangun
naskah ini terdiri dari tokoh dan penokohan, alur, dan tema serta dari tekstur
naskah drama yang membangun naskah ini terdiri dari dialog, mood, dan
spectacle. Maka untuk itu dalam penelitian ini unsur penyusun karya sastra yang
akan diteliti adalah struktur dan tekstur dari naskah drama. Peneliti melihat belum
ada yang meneliti judul skripsi tentang struktur dan tekstur di Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia di kampus Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini menjadi hal yang baru program studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Drama mempunyai karakteristik khusus dan keunikan tersendiri. Drama
menegaskan keunikannya dengan pementasan di atas panggung. Drama memiliki
dua dimensi yang dapat dinikmati dan diapresiasikan. Dimensi pertama adalah
dimensi sastra. Dimensi ini terbentuk ketika sebuah drama dipandang dan dikaji
dari segi teks drama itu sendiri. Dimensi kedua adalah dimensi pertunjukan, yakni
ketika sebuah teks drama direalisasikan dalam bentuk pementasan di atas
panggung Hassanuddin (2010: 8). Dalam penelitian ini Peneliti lebih cenderung
mengambil drama dari segi naskah untuk dianalisis. Peneliti mengambil naskah
drama untuk diteliti karena, peneliti ingin menganalisis dari segi penulisan naskah
dramanya bukan dari pementasannya.
Dalam penelitian ini penulis mengambil naskah drama Pada Suatu Hari yang
ditulis oleh Arifin C Noor untuk dianalisis. . Peneliti melihat adanya nilai yang
terkandung dalam naskah drama Pada Suatu Hari. Peneliti melihat kebiasan dan
perilaku manusia dalam kehidupan berumah tangga yang selalu mendapatkan
masalah di dalamnya entah itu masalah kecil atau sepele atau masalah besar.
Naskah ini bercerita tentang bagaimana menyikapi banyaknya sebuah kata
perceraian yang terjadi dewasa ini yang didasari oleh perasaan cemburu.
Peneliti dapat melihat bahwa naskah drama ini terkandung nilai, yaitu
perceraian bukan jalan yang paling suci untuk menyelesaikan sebuah masalah
yang terjadi dalam keluarga. Nilai-nilai dalam naskah drama tersebut dipandang
baik dan layak diteliti dalam kehidupan saat ini, karena naskah ini sudah pernah
dipentaskan. Naskah drama Pada Suatu Hari pertama kali dipentaskan pada
tanggal 06 Agustus tahun 2010 oleh sekelompok teater yang dinamakan Teater
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Kecil Jakarta. Pada tahun 2014 Teater Tjerobong Paberik (Teater Tjerobong
Paberik: 2014) berkolaborasi dengan beberapa kelompok teater mementaskan
naskah drama yang berjudul Pada Suatu Hari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan berkaitan dengan struktur dan
tektur naskah drama, agar pengkajian ini lebih baik dan terarah, penulis
merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut.
Bagaimana struktur dan tekstur naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin C.
Noer?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, peneliti
merumuskan tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.
Mendeskripsikan struktur dan tekstur naskah drama Pada Suatu Hari karya
Arifin C. Noer
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang berjudul Analisis struktur dan tekstur Naskah drama Pada
Suatu Hari Karya Arifin C. Noer memiliki manfaat secara teoretis dan praktis
sebagai berikut;
1. Teoretis
Sebagai sumber informasi mengenai struktur dan tekstur naskah drama Pada
Suatu Hari karya Arifin C. Noer dan sebagai referensi untuk melakukan
penelitian serupa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Praktis
Bisa menjadikan struktur dan tekstur dalam naskah drama ini sebagai sarana
untuk mengapresiasi sebuah karya sastra.
E. Batasan Istilah
Batasan istilah yang peneliti ambil dari teori drama, struktur, alur, karakter,
tema, tekstur, dialog, spectacle, dan mood. Teori drama yang peneliti ambil dari
teori Waluyo. Teori struktur yang peneliti ambil ambil dari teori Harymawan.
Teori alur yang peneliti ambil ambil dari teori Sudjiman. Teori karakter yang
peneliti ambil ambil dari teori Harymawan. Teori tema yang peneliti ambil ambil
dari teori Dewojati. Teori tekstur yang peneliti ambil ambil dari teori Dewojati.
Teori dialog yang peneliti ambil ambil dari teori Dewojati. Teori spectacle yang
peneliti ambil ambil dari teori Dewojati. Teori mood yang peneliti ambil dari teori
Dewojati
1. Drama
Waluyo (2003: 2) menyatakan bahwa drama memiliki arti luas apabila ditinjau
dari genre sastra atau cabang kesenian sendiri, yaitu drama naskah dan pentas.
Menurut Harymawan (1988: 1) mengatakan drama adalah kualitas komunikasi,
situasi, action (segala apa yang terlihat dalam pentas) yang menimbulkan
perhatian, kehebatan (exciting), dan ketegangan pada pendengar/penonton.
2. Struktur Naskah Drama
Struktur merupakan mekanisme antarhubungan unsur yang satu dengan unsur
yang lain. Dalam hal ini struktur terdiri atas tiga bagian, yaitu alur, karakter, dan
tema (premise) Harymawan (1984: 26-29). Secara etimologis, kata struktur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
berasal dari bahasa latin yaitu structura, yang berarti bentuk atau bangunan.
Struktur merupakan mekanisme antarhubungan unsur yang satu dengan unsur
yang lainnya.
3. Tema
Kernodle (dalam Dewojati, 2010: 173) mengungkapkan bahwa tema bisa
secara implisit didapatkan pada karakter dan latar maupun kekayaan tekstur
nonverbal yang dapat diamati di atas panggung. Di samping itu juga berfungsi
untuk melayani visi atau responsi pengarang terhadap pengalaman dan hubungan
totalnya dengan jagat raya menurut Sayuti (dalam Wiyatmi, 2005: 43).
4. Alur
Marjorie Boulton (1984: 75 via Sudjiman, 1988: 29) mengatakan alur
sebagaimana rangka dalam tubuh manusia yang menyangga tegaknya tubuh
manusia. Demikian pula alur di sini bisa dikatakan merupakan kerangka sebuah
cerita. Alur adalah rekayasa pencerita yang menandai sebuah fiksi, bukan
peristiwa nyata. Dalam alur ada unsur kesengajaan pengarang/pencerita yang
merangkai sebuah cerita sehingga cerita itu tersusun secara sistematis.
5. Karakter
Karakter merupakan bahan paling aktif yang menggerakkan jalan cerita.
Karekter memiliki kepribadian dan watak. Karakter dapat dibagi menjadi tiga
dimensi, yaitu fisiologis, sosiologis, dan psikologis (Harymawan, 1988: 25).
Menurut Wiyatmi (2006: 50) tokoh dalam drama mengacu pada watak (sifat-sifat
pribadi seorang pelaku), sementara aktor atau pelaku mengacu pada peran yang
bertindak atau berbicara dalam hubungannya dengan alur peristiwa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
6. Tekstur Naskah Drama
Tekstur berasal dari bahasa latin yang berarti tenunan Kernodle (dalam
Dewojati, 1967:355). Ia mencontohkan pada tekstur pakaian. Untuk mengetahui
tekstur pakaian, kita harus menyentuhnya, merasakan perbedaan. Pengalaman
tersebut hadir melalui indra, sesuatu yang didengar (dialog), sesuatu yang dilihat
(spectacle), dan sesuatu yang dirasa lewat pengalaman visual dan aural (suasana)
Kernodle (dalam Dewojati, 1967: 345).
7. Dialog
Dewojati (2010:176) juga mengemukakan bahwa secara universal, dialog
dalam drama berfungsi sebagai wadah bagi pengarang untuk menyampaikan
informasi -informasi, menjelaskan fakta, atau ide-ide utama. Dengan kata lain,
dialog merupakan wadah bagi penikmat atau penonton untuk menangkap
informasi, kejelasan fakta atau ide-ide utama.
8. Mood
Peneliti mengambil pengertian dari Dewojati berkaitan dengan pengertian
mood. Menurut Kernodle (dalam Dewojati, 2010: 182) terciptanya mood yang ada
dalam drama melibatkan banyak unsur. Dengan kata lain, mood akan terbangun
apabila ia berhubungan dengan unsur -unsur lain yakni spectacle, dialog, dan
irama dalam drama.
9. Spectacle
Peneliti mengambil pengertian dari Dewojati berkaitan dengan pengertian
spectacle. Spectacle juga dapat pula disebut sebagai aspek-aspek visual sebuah
lakon, terutama action fisik para tokoh-tokoh di atas panggung. Kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
spectacle juga dapat mengacu pada pembabakan, tata kostum, tata rias, tata lampu,
dan perlengkapan yang lain. Spectacle juga dianggap menjadi salah satu unsur
yang sangat menghidupkan dan menjadi bagian penting dalam pementasan drama.
Kernodle memberikan ilustrasi betapa pentingnya menghadirkan Machbeth dan
Lady Machbeth dalam jubah-jubah indah, duduk di atas tahta yang indah, dengan
para hadirin, terompet, panji-panji, saat menandakan kemenangan mereka
(Dewojati, 2010: 185).
F. Sistematika Penyajian
Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan bab pendahuluan yang
berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
batasan istilah, dan sistematika penyajian. Latar belakang berisi hal-hal yang
mendorong peneliti melakukan peneliti ini dan permasalahan yang ditemukan.
Rumusan masalah mencakup uraian permasalahan yang dituangkan dalam kalimat
tanya. Tujuan penelitian berisi tujuan dilakukannya penelitian yang sejalan
dengan rumusan masalah. Manfaat penelitian berisi manfaat atau kegunaan dari
hasil penelitian. Definisi istilah digunakan untuk membatasi istilah yang
tercantum agar tidak terlalu melebar. Sistematika penyajian berisi alur agar
tercipta kesistematisan dalam penyajian.
Bab II berisi landasan teori yang berisi penelitian yang relevan dan kajian-
kajian teori. Penelitian yang relevan ini menunjukkan posisi tulisan sehingga tidak
dimungkinkan pengulangan tulisan karya ilmiah dan dapat membahas masalah
dengan tajam dan kritis. Kajian teori dalam penelitian ini berisi pengertian drama,
struktur naskah drama, dan tekstur naskah drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Bab III berisi metodologi penelitian. Pada bab ini meliputi jenis penelitian,
metode penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data. Jenis penelitian merupakan pengkategorian menurut data yang
diperoleh. Data adalah bahan yang dapat dijadikan bahan kajian. Sumber data
merupakan subjek dari mana data diperoleh. Teknik pengumpulan data adalah
langkah-langkah untuk mendapatkan data. Teknik analisis data merupakan
langkah untuk menganalisis data utama.
Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini adalah inti dari sebuah
karya ilmiah. Pada bagian ini, masalah yang telah dirumuskan pada bagian latar
belakang dan rumusan masalah dibahas dan dibedah sesuai teori yang digunakan.
Bab V merupakan bab penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran bagi
peneliti selanjutnya. Kesimpulan berisi pokok-pokok penting dari hasil
pembahasan dan berkaitan dengan rumusan masalah. Saran merupakan imbauan
kepada peneliti selanjutnya jika ingin melakukan yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian yang Relevan
Tinjauan terhadap Penelitian yang relevan ini bertunjuan untuk melihat
perbedaan dan membandingkan penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu.
Penelitian yang pertama, peneliti ini dari Hidayatulloh (2010) dalam jurnal yang
berjudul “Struktur dan Tekstur Drama Kabale Und Liebe Karya Friedrich
Schiller”. Adapun tujuan dari jurnal tersebut adalah, membahas struktur dan
tekstur drama dalam naskah drama Kabale Und Liebe karya Friedrich Schiller.
Hasil penelitian dari Hidayatulloh adalah mendeskripsikan struktur dan tekstur
naskah drama Kabale Und Liebe karya Friedrich Schiller.
Penelitian yang kedua, dilakukan oleh Zulkarnain (2014) dalam skripsi yang
berjudul ” Struktur dan Tekstur Lakon eMBeRR yang Dibawakan Oleh Ludruk
Paguyuban Peminat Seni Tradisi Kota Malang”. Adapun tujuan dari skripsi
tersebut adalah penelitian ini bertujuan ingin mengetahui struktur dan tekstur
lakon “eMBeRR” yang dibawakan oleh ludruk PPST Kota Malang. Hasil
penelitian dari Zulkarnain adalah mendeskripsikan struktur dan tekstur naskah
drama eMBeRR.
Penelitian yang ketiga, peneliti ambil dari skripsi Wuryanto (2008) yang judul
“Struktur dan Nilai-nilai Pendidikan Dalam Lakon Dewa Ruci Versi KI Anom
Suroto dan Kemungkinan Sebagai Bahan Ajar Bagi Siswa SMP”. Adapun tujuan
dari skripsi tersebut adalah mencari struktur lakon wayang purwa dengan cerita
Dewa Ruci versi Ki Anom Suroto dan menemukan nilai-nilai pendidikan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
terkandung dalam lakon Dewa Ruci versi Ki Anom Suroto. Hasil penelitian dari
Wuryanto adalah mendeskripsikan struktur dan tekstur naskah drama Dewa Ruci.
Perbedaan skripsi ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu terletak pada naskah
drama yang ditulis. Peneliti sebelumnya menganalisis naskah drama yang
berjudul, Kabale Und Liebe Karya Friedrich Schiller, eMBeRR, dan Dewa Ruci.
Sedangkan peneliti meneliti naskah drama Pada Suatu Hari. Peneliti memiliki
perbedaan dalam isi judul naskah yang dianalisis dan memiliki kebaruan dari dari
isi analisis yang diteliti.
B. Kajian Teori
Peneliti menggunakan beberapa teori yaitu, pengertian drama, struktur naskah
drama, dan tekstur naskah drama. Peneliti memberikan penjelasan tentang
pengertian drama dalam kehidupan sehari. Peneliti menjelaskan apa saja yang
terdapat dalam struktur naskah drama. Peneliti memberikan penjelasan tentang
pengertian drama dalam kehidupan sehari. Peneliti menjelaskan apa saja yang
terdapat dalam tekstur naskah drama.
1. Pengertian Drama
Waluyo (2003: 2) menyatakan bahwa drama memiliki arti luas apabila ditinjau
dari genre sastra atau cabang kesenian sendiri, yaitu drama naskah dan drama
pentas. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2011: 342) drama
memiliki beberapa arti, yaitu (1) komposisi syair atau prosa yang diharapkan
dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau
dialog yang dipentaskan; (2) cerita atau kisah terutama yang melibatkan konflik
atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater; (3) kejadian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
menyedihkan. Budianta, dkk (2002: 95) mengatakan drama merupakan genre
sastra di mana penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya
percakapan atau dialog di antara para tokoh yang ada.
Drama adalah bentuk sastra yang dapat merangsang gairah dan mengasyikkan
para pemain dan penonton sehingga sangat digemari masyarakat Rahmanto (1988:
89). Luxemburg (dalam Wiyatmi, 2006: 43) mengatakan yang dimaksud dengan
teks-teks drama ialah semua teks yang bersifat dialog dan yang isinya
membentangkan sebuah alur. Drama adalah kesenian melukis sifat dan sikap
manusia dengan gerak Slametmuljana (dalam Tarigan, 1991: 70). Drama adalah
seni yang menggarap lakon-lakon mulai sejak penulisan sampai produksi terakhir
Barnhart (dalam Tarigan, 1991: 70). Hornby (dalam Tarigan, 1991: 71)
mengatakan drama adalah suatu lakon (komedi, tragedi, dan sebagainya) yang
dipentaskan di atas panggung teater. Drama adalah kualitas komunikasi, situasi,
action, (segala apa yang terlihat dalam pentas) yang menimbulkan perhatian,
kehebatan (exciting), dan ketegangan pada pendengar/penonton (Harymawan,
1988: 1). Menurut peneliti drama adalah sebuah cerita atau kisah terutama yang
melibatkan konflik atau emosi dalam bentuk karya sastra yang dapat merangsang
gairah dan mengasyikkan para pemain dan penonton sehingga sangat digemari
masyarakat.
Dari berbagai pendapat di atas peneliti dapat simpulkan bahwa drama adalah
sebuah cerita atau kisah terutama yang melibatkan konflik atau emosi dalam
bentuk karya sastra yang dapat merangsang gairah dan mengasyikkan para pemain
dan penonton sehingga dapat digemari masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2. Struktur dan Tekstur Naskah Drama
Struktur dan tekstur merupakan unsur yang membangun dalam naskah drama.
Peneliti akan menjelaskan masing-masing berdasarkan bagiannya sendiri-sendiri.
Pertama peneliti akan menjelaskan pengertian dan bagian dari struktur naskah
drama berdasarkan ahli yang peneliti gunakan. kedua peneliti akan menjelaskan
pengertian dan bagian dari tekstur naskah drama berdasarkan ahli yang peneliti
gunakan.
a. Struktur Naskah Drama
Struktur adalah bentuk drama pada waktu pementasan. Struktur terdiri atas
alur, karakter, dan tema (premise) (Harymawan, 1984: 26-29). Secara etimologis,
kata struktur berasal dari bahasa Latin structura, yang berarti bentuk atau
bangunan. Struktur merupakan mekanisme antarhubungan unsur yang satu dengan
unsur yang lainnya. Hubungan tersebut tidak semata-mata bersifat positif, seperti
keselarasan, kesesuaian, dan kesepahaman, tetapi juga unsur negatif, seperti
konflik dan pertentangan. Karena pada dasarnya analisis struktural memiliki
fungsi sebagai alat untuk membongkar unsur-unsur tersembunyi dalam suatu
karya sastra (Ratna 2004: 91). Dalam hal ini, Kernodle (via Dewojati, 2010: 65)
membagi unsur yang menciptakan struktur drama tersebut menjadi tiga yakni plot,
karakter dan tema. Drama mendapat intensitas konsentrasi dan kekuatan dari alur.
Drama mendapat intensitas konsentrasi dan kekuatan dari alur. Struktur naskah
drama itu adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
1) Alur
Seorang dramawan menyusun alur untuk mencapai beberapa tujuan, salah
satunya adalah mengungkapkan buah pikirannya. Alur pada dasarnya merupakan
deretan peristiwa dalam hubungan logik dan kronologik saling berkaitan dan yang
diakibatkan atau dialami oleh para pelaku Luxemburg (dalam Wiyatmi, 2006: 49).
Plot atau alur cerita adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungkan
dengan hukum sebab-akibat. Dalam teks drama, alur tidak diceritakan, tetapi akan
divisualkan dalam panggung. Dengan demikian, bagian terpenting dari sebuah
alur drama adalah dialog dan lakuan (Soemardjono, 1984: 138).
Alur tersusun dari peristiwa-peristiwa yang tersaji di atas pentas. Penikmat
drama pada umumnya mengejar cerita dari bagian awal, tengah, dan akhir
(Kernodle dalam Dewojati, 1967: 345). Di dalam cerita, kegentingan satu ke
kegentingan selanjutnya dalam sebuah pola yang berirama, dari tegangan dan
istirahat, dipengaruhi oleh pergerakan alur. Alur mengarahkan cerita drama pada
klimaks dengan dorongan menarik, kemudian membiarkan berganti dan berdebar
di bagian akhir melalui pengalaman pertunjukan yang luar biasa. Kernodle dalam
Dewojati (1966: 346) menjelaskan bahwa sebuah drama bukan narasi, tidak hanya
dialog atau percakapan, tetapi sebuah interaksi. Tiap pembicaraan dari masing-
masing karakter menuntut reaksi dari karakter lain. Dengan demikian penikmat
drama menjadi tertarik untuk mengikuti cerita. Mereka ingin sekali melihat
sesuatu yang akan terjadi selanjutnya. Eric Bentley menganalogikannya seperti
sorang penari striptis yang melepas lapisan persembunyiannya satu persatu
(Kernodle dalam Dewojati, 1967: 347).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Yang dimaksud dengan alur (plot) di sini ialah pertalian sebab-akibat dalam
sebuah cerita. Alur memadu rangkaikan cerita atau peristiwa yang terjalin secara
saksama yang menggerakkan jalan cerita dari awal (pengenalan), konflik, rumitan,
klimaks, dan penyelesaian (denomen) (Hendy, 1988: 6). Dewojati (2010: 167)
mengungkapkan bahwa ide Aristoteles tentang plot ini kemudian dikembangkan
oleh Kernodle. Ia membagi perkembangan plot menjadi beberapa bagian, yakni
exposition (eksposisi), point of attack (titik serangan), inciting force (kekuatan
penggerak), complication (komplikasi), build (pertumbuhan), minor climax
(klimaks kecil), let down (penurunan), anticipation (antisipasi), forebonding
(pratanda), great suspense (ketegangan besar), major crisis (krisis besar), major
climax (klimkas besar), conclusion (kesimpulan), dan denouement (kesudahan)
Hubungan antara satu peristiwa atau sekelompok peristiwa yang lain disebut
alur atau plot. Alur sebagai rangkaian peristiwa-peristiwa atau sekelompok yang
saling berhubungan secara kausalitas akan menunjukkan kaitan sebab akibat. Jika
hubungan kausalitas peristiwa terputus dengan peristiwa lain maka dapat
dikatakan bahwa alur tersebut kurang baik. Alur yang baik adalah alur yang
memiliki kausalitas sesama peristiwa yang ada di dalam sebuah teks drama
(Hasanuddin, 2015: 109). Karakteristik alur drama, jika ingin membedakannya
mungkin dapat dikategorikan dengan istilah alur konvensional dan alur non
konvensional.
Penyajian alur dalam drama diwujudkan dalam urutan babak dan adegan.
Babak adalah bagian terbesar dalam sebuah lakon (Wiyatmi, 2006: 49).
Pergantian babak dalam pentas drama ditandai dengan layar yang diturunkan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
ditutup, atau lampu panggung dimatikan sejenak. Setelah lampu dinyalakan
kembali atau layar dibuka kembali dimulailah babak baru berikutnya. Pergantian
babak biasanya menandai pergantian latar, baik latar tempat, ruang, maupun
waktu.
Adegan adalah bagian dari babak, sebuah adegan hanya menggambarkan satu
suasana. Pergantian adegan tidak selalu disertai dengan pergantian latar. Satu
babak dapat terdiri atas beberapa adegan. Struktur alur drama, yang oleh
Aristoteles (lewat Harymawan dalam Wiyatmi, 2006: 49) disebut sebagai alur
dramatik (dramatic plot)dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
a) Protasis (permulaan) : dijelaskan peran dan motif
b) Epitasio (jalinan kejadian).
c) Catastasis (klimaks) : peristiwa mencapai titik kulminasi.
d) Catastrophe (penutup).
Menurut Marjorie Boulton (1984: 75 via Sudjiman, 1988: 29), alur
sebagaimana rangka dalam tubuh manusia yang menyangga tegaknya tubuh
manusia. Demikian pula alur di sini bisa dikatakan merupakan kerangka sebuah
cerita. Alur adalah rekayasa pencerita yang menandai sebuah fiksi, bukan
peristiwa nyata. Alurlah yang membedakan antara cerita fiksi dengan fakta nyata;
antara fiksi, drama dengan puisi. Dalam alur ada unsur kesengajaan
pengarang/pencerita yang merangakai sebuah cerita sehingga cerita itu tersusun
secara sistematis.
Tentu saja peristiwa dalam alur merupakan hasil seleksi dari peristiwa-
peristiwa. Tidak semua peristiwa pantas dimasukkan ke dalam alur. Hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
peristiwa-peristiwa yang memiliki arti dan makna tertentu dalam membangun
cerita yang disajikkannya. Peristiwa yang tidak menunjang tema bisa
ditinggalkannya, sebab bisa mengganggu keutuhan cerita. Struktur dinamika alur
menurut Sudjiman dan Nurgiantoro dibagi menjadi tiga macam, yaitu awal,
tengah, dan akhir;
1) Awal
Bagian awal alur ini terdiri dari tiga bagian yaitu, eksposisi, rangsangan, dan
gawatan. Eksposisi merupakan tahap pengenalan dari peristiwa yang dicerita.
Rangsangan berisi tentang gangguan keharmonisan suasana yang terjadi dalam
cerita. Gawatan berisi tentang ketegangan yang terjadi di dalam cerita.
a) Eksposisi
Situasi yang terdapat dalam eksposisi ini adalah (tempat, waktu, keadaan, para
tokoh, hubungan antara tokoh). Eksposisi di sini menyampaikan perkenalan
keadaan, peristiwa yang dialami tokoh. Disamping informasi seperlunya bagi
pembaca untuk dapat mengikuti jalan cerita selanjutnya, di awal cerita juga
diselipkan butir-butir yang memancing rasa ingin tahu pembaca akan kelanjutan
cerita. Paparan atau pengenalan ini biasanya menggambarkan situasi yang masih
stabil & harmonis, namun terbuka terhadap peristiwa selanjutnya. Pada tahap awal
cerita, di samping untuk memperkenalkan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita
sebagaimana dicontohkan di atas, konflik sedikit demi sedikit mulai
diumnculkan. Di sini pembaca yang peka akan menangkap awal ketidakstabilan
yang tersirat maupun yang tersurat. Ketidakstabilan ini memiliki potensi untuk
mengembangkan cerita (Kenney, 1966: 15 dalam Sudjiman, 1988: 32). Mulailah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
terasa adanya rangsangan, yaitu peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan di
tahap ini.
b) Rangsangan
Rangsangan merupakan adanya sesuatu yang terjadi, dimulai adanya
mengganggu keharmonisan suasana (Sudjiman, 1988: 32). Merangsang seseorang
bertanya, apa yang akan terjadi selanjutnya. Mulai rangsangan inilah awal gerak
cerita dan alur menjadi dinamis. Awal dari ketidakstabilan. Ketidakstabilan
berpotensi untuk mengembangkan cerita Kenney (dalam Sudjiman, 1966: 15).
Awal munculnya konflik Nurgiantoro (dalam Sudjiman, 149). Muncul berita yang
meresahkan keadaan yang semula laras. Rangsangan sering ditimbulkan oleh
masuknya seorang tokoh baru yang berlaku sebagai kealisator (Sudjiman, 1986:
39). Rangsangan dapat pula ditimbulkan oleh hal lain, misalnya oleh datangnya
berita yang merusak keadaan yang semula terasa laras. Dalam cerita: Nyonya
Wenas mantan kekasih dari Kakek datang ke rumahnya untuk mengucapkan
selamat atas pesta yang baru dirayakan oleh Kakek dan Nenek
c) Gawatan
Gawatan adalah rangsangan yang semakin besar sehingga mulai terjadi
ketegangan yang semakin gawat dan makin tegangnya keadaan. Ketika Nyonya
Wenas berbicara dengan Kakek dan Nenek tingkah laku Kakek membuat Nenek
menjadi kesal dan marah serta menimbulkan rasa cemburu terhadap Nyonya
Wenas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2) Tengah
Bagian tengah alur ini terdiri dari tiga bagian yaitu, konflik, komplikasi, dan
klimaks. Konflik merupakan tahap pertentangan dilakukan antara pihak
protagonis dan antagonis di dalam cerita. Komplikasi berisi perkembangan dari
gejala awal konflik menuju ke klimaks yang terjadi dalam cerita. klimaks berisi
puncaknya kehebatan dari komplikasi yang menyebabkan suasana semakin
memuncak yang terjadi di dalam cerita.
a) Konflik
Konflik adalah munculnya unsur-unsur yang mengarah pada mengarah
ketidakstabilan dan konflik dari dalam cerita. Pada bagian konflik ini mulai jelas
adanya pertentangan antara pihak protagonis dengan antagonis. Bagian ini Nenek
yang beda berpendapat dengan Kakek dan Nyonya Wenas membuat Nenek
menjadi marah dan cemburu akan sikap Kakek. Menurut Sudjiman (1988: 35)
Biasanya diwakili pribadi manusia yang menjadi protagonis. Konflik bisa terjadi
antara protagonis dengan tokoh lain, masyarakat, dirinya sendiri, maupun alam.
b) Komplikasi
Komplikasi (rumitan) merupakan perkembangan dari gejala awal tikaian
menuju ke klimaks (Sudjiman, 1988: 35). Situasi ini menjadi semakin rumit,
panas dan semakin menegangkan (mengkhawatirkan). Tidak bisa ditentukan siapa
yang kalah atau yang menang. Antara protagonis dengan antagonis saling
mengalahkan, saling dikalahkan. Bahkan pihak protagonis semakin terpepet atau
terpojok hampir kalah. Situasi semacam ini yang membuat pembaca maupun
penonton drama, film semakin tegang. Ada kekhawatiran jangan-jangan tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kesayangannya akan kalah. Nenek yang marah dan cemburu terhadap Kakek
semakin memuncak dan Nenek berdiam tidak berbicara dengan Kakek.
c) Klimaks
Klimaks adalah bagian dari alur drama, fiksi atau sajak kisahan yang
melukiskan puncak ketegangan, terutama dipandang dari segi emosional pembaca.
Puncak kehebatan dari rumitan yang dialami oleh para tokoh dalam cerita
(Sudjiman, 35). Titik tertinggi dari alur, yang menentukan akhir cerita. Nenek
yang cemburu kepada Kakek membuat hati Nenek menjadi tidak karuan sehingga
membuat Nenek ingin meminta cerai kepada Kakek.
3) Akhir
Bagian akhir alur ini terdiri dari satu bagian saja yaitu, penyelesaian.
Penyelesaian merupakan tahap terakhir yang berisi penyelesaian dengan
kemenangan dari para tokoh. Peneliti dapat simpulkan pada bagian akhir ini
penyelesaian dari masalah-masalah yang dialami oleh tokoh dalam cerita.
a) Penyelesaian
Penyelesaian adalah bagian akhir alur yang berisi penutup cerita. Pada adegan
ini konflik diselesaikan dengan kemenangan yang benar. Selesaian bisa berbentuk
happy ending, sad ending, ataupun open ending. Dalam open ending, pokok
masalah tetap menggantung tanpa pemecahan. Penyelesaian yang terdapat dalam
drama “Pada Suatu Hari” yaitu happy ending karena peneliti melihat dalam drama
tersebut berakhir dengan kebahagian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
6
7
4 5
1 2 3
6
7
5
3 4
1
2
3 4
1
2
Gambar 2.1. Grafik pencapaian alur
Gambar 2.1. Grafik pencapaian alur
Selain fungsi utamanya untuk mengungkapkan buah pikiran, plot memiliki
fungsi lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu menangkap, membimbing, dan
mengarahkan perhatian pembaca atau penonton. Betapapun bagusnya buah
pikiran yang hendak disampaikan pengarang, kalau pembaca atau penonton tidak
tertarik kepada karya yang diciptanya, maka buah pikiran itu tidak akan dapat
diterima. Tugas menarik pembaca atau penonton itu diemban plot dengan
mempergunakan unsur-unsurnya (Sumardjo, 1988: 141).
Dari berbagai pendapat di atas peneliti dapat simpulkan bahwa alur adalah
rekayasa pencerita yang menandai sebuah fiksi, bukan peristiwa nyata. Alur
memiliki unsur kesengajaan pangarang/pencerita yang merangkai sebuah cerita
sehingga cerita itu tersusun secara sistematis.
2) Karakter
Karakter tidak hanya berupa pengenalan tokoh melalui umur, bentuk fisik,
penampilan, kostum, tempo/irama permainan tokoh, tetapi juga sikap batin tokoh
yang dimiliki. Misalnya, untuk mengidentifikasi apakah tokoh tersebut seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
peragu, humoris, periang, pemurung, bijak, atau tokoh yang suka bersikap main-
main saja. (Kernodle dalam Dewojati, 2010: 170). Karakter merupakan bahan
paling aktif yang menggerakkan jalan cerita. Karekter memiliki kepribadian dan
watak. Karakter dapat dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu fisiologis, sosiologis,
dan psikologis (Harymawan, 1984: 25).
Dimensi fisiologis adalah ciri-ciri badani yang dimiliki oleh seorang tokoh.
Contoh yang bisa diambil, antara lain usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri
muka, dan sebagainya. Dimensi sosiologis adalah latar belakang kemasyarakatan
dari cerita tersebut. Contoh dari dimensi sosiologis, antara lain status sosial,
pekerjaan, jabatan, peranan dalam masyarakat, pendidikan, kehidupan pribadi,
pandangan hidup, kepercayaan, agama, ideologi, aktivitas sosial, organisasi, hobi,
bangsa,suku, dan keturunan. Dimensi ketiga adalah psikologis. Dimensi ini berarti
latar belakang kejiwaan yang dimiliki oleh tokoh-tokohnya, seperti mentalitas,
ukuran moral, perbedaan yang baik dengan yang tidak baik, temperamen,
keinginan dan perasaan pribadi terhadap sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan,
dan keahlian khusus dalam bidang tertentu (Harymawan, 1984: 27-28).
Sifat dan kedudukan tokoh cerita di dalam suatu karya sastra drama beraneka
ragam. Ada yang bersifat penting dan digolongkan kepada tokoh pembantu
(minor). Ada kedudukan sebagai protagonis, yaitu tokoh yang berperan sebagai
penggerak cerita, dan tokoh antagonis, yaitu tokoh yang berperan sebagai
penghalang dan masalah bagi protagonis. Biasanya pembaca dan penonton lebih
berempati pada tokoh protagonis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Tokoh dalam drama mengacu pada watak (sifat-sifat pribadi seorang pelaku,
sementara aktor atau pelaku mengacu pada peran yang bertindak atau berbicara
dalam hubungannya dengan alur peristiwa (Wiyatmi, 2006: 50). Cara
mengemukakan watak di dalam drama lebih banyak bersifat tidak langsung yaitu
melalui dialog dan lakuan. Dalam drama, watak pelaku dapat diketahui dari
perbuatan dan tindakan yang mereka lakukan, dari reaksi mereka terhadap suatu
situasi tertentu terutama situasi-situasi yang kritis, dari sikap mereka menghadapi
suatu situasi atau peristiwa atau watak toko lain (Brahim dalam Wiyatmi, 2006:
50).
Di samping itu, watak juga terlihat dari kata-kata yang diucapkan. Dalam hal
ini ada dua cara untuk mengungkapkan watak lewat kata-kata (dialog). Pertama,
dari kata-kata yang diucapkan sendiri oleh pelaku dalam percakapan dengan
pelaku lain. Kedua, melalui kata-kata yang diucapkan pelaku lain mengenai diri
pelaku tertentu (Brahim dalam Wiyatmi, 2006: 51).
Watak pada tokoh itu bukan saja merupakan pendorong untuk terjadinya
peristiwa, akan tetapi juga merupakan unsur yang menyebabkan masalah-masalah
yang timbul dalam peristiwa. Watak seorang tokoh biasanya menjadi penggerak
cerita. Tokoh cerita memiliki fungsi yang juga penting dalam hubungan dengan
pengungkapan buah pikiran pengarang. Tingkah laku dan perkataan tokoh pasti
akan membangkitkan perhatian dan menggiring pembaca atau penonton yang
peka untuk memahami, menghayati, dan menyimpulkan buah pikiran sang
pengarang (Sumardjo, 1988: 145).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Keadaan fisik tokoh (fisiologi) dapat pula memberikan tuntutan bagi
pemahaman drama. Persoalannya, keadaan fisik biasanya berkaitan dengan peran
tokoh, seorang yang berperan sebagai tukang pukul tidak mungkin berfisik kurus
kerempeng. Tokoh gadis yang diperebutkan, biasanya tidak berwajah jelek dan
memiliki cacat tubuh, melainkan cantik dan menarik. Pencatatan data fisik tokoh
dapat membantu interpretasi pembaca dalam merumuskan pemahaman terhadap
naskah drama. Tokoh-tokoh yang telah dipilih oleh pengarang biasanya telah
dipersiapkan sedemikian rupa. Saat karya drama ditulis kemungkinan untuk
membuat sosok tokoh yang telah dipersiapkan menjadi menyimpang dapat saja
terjadi namun, pengarang akan tetap menjaga agar tokoh tetap pada jalurnya dan
tidak terlalu jauh. Tokoh yang dihadirkan harus memiliki “beban” dalam
membangun konflik dalam drama, jika pengarang membiarkan tokoh terlalu bebas
maka obsesi tertentu yang terdapat dalam diri pengarang saat mempersiapkan
karya drama akan buyar dan digantikan dengan obsesi lain (Hasanuddin, 2015:
94).
Pemilihan aspek penamaan untuk tokoh diniatkan sejak semula oleh pengarang
untuk mewakili permasalahan dan konflik yang hendak dikemukakan. Oleh sebab
itu, dalam upaya menemukan permasalahan drama, pembaca perlu
mempertimbangkan unsur penamaan tokoh. Setidaknya hal yang harus disadari
pembaca adalah faktor nama merupakan suatu subsistem dari sistem yang lebih
besar. Nama dalam drama dapat menimbulkan persepsi dan resepsi tertentu.
Penamaan dalam drama berlaku sebagai suatu rangkaian dari sistem, meskipun
sulit merumuskan secara jelas maksud sistem dalam hal ini. Sistem nama tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
biasanya dianggap sebagai sesuatu yang periferial bukan sesuatu yang inti,
sehingga tidak pernah mendapat perhatian. Padahal sistem nama tokoh dalam teks
fiksionalitas merupakan subsistem dari sistem lain yang lebih besar (Junus dalam
Hasanuddin, 2015: 95).
Setiap nama yang diberikan kepada tokoh akan menyiratkan imajinasi pembaca
yang segera dihubungkan dengan pengetahuan tentang realitas yang mereka
miliki. Di samping itu nama juga memberikan gambaran profil tertentu dan juga
dapat menimbulkan persepsi mengenai etnis, prilaku, dan tradisi yang dimiliki
etnis tersebut. Berdasarkan kenyataan ini, pemberian nama tertentu pada diri
tokoh oleh pengarang akan memberikan pengaruh pada tokohnya.
Sastra Indonesia tidak mempunyai tradisi psikologisme yang kuat, dalam arti
bahwa penokohan dan perwatakan dalam karya sastra tidak banyak
mempersoalkan perkembangan personalitas dari pelaku-pelakunya. Tokoh-tokoh
dalam sastra tidak memiliki perwatakan yang merdeka, tetapi merupakan tokoh
yang sudah ditertibkan (Soemardjan dkk., 1984: 127). Personalitas dibentuk untuk
melancarkan jalannya kejadian dan bukan sebaliknya. Kejadian tidak pernah
mempengaruhi personalitas.
Dalam penokohan termasuk hal-hal yang berkaitan dengan penamaan,
pemeranan, keadaan fisik tokoh (aspek fisiologis), keadaan kejiwaan tokoh (aspek
psikologis) kedaan sosial tokoh (aspek sosiologi), serta karakter tokoh
(Hasanuddin, 2015: 93). Hal-hal yang termasuk di dalam permasalahan
penokohan ini saling berhubungan dalam upaya membangun permasalahan atau
konflik kemanusiaan yang merupakan aspek penting. Selain melalui aspek inilah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
aspek lain dalam drama dimungkinkan berkembang, unsur penokohan dalam
drama terkesan lebih tegas dan jelas pengungkapannya dibandingkan dengan fiksi.
Dari berbagai pendapat di atas peneliti dapat simpulkan bahwa karakter adalah
sifat dari seorang tokoh yang dimiliki dalam sebuah cerita. Sifat dari seorang
tokoh yang muncul berdasarkan perannya dalam cerita.
3) Tema
Tema merupakan unsur penting selanjutnya yang ada pada sebuah karya sastra,
karena tema merupakan gagasan sentral yang mencakup segala permasalahan
yang ada dalam cerita. Kernodle (dalam Dewojati, 2010: 173) juga
mengungkapkan bahwa tema bisa secara implisit didapatkan pada karakter, dan
latar maupun kekayaan tekstur nonverbal yang dapat diamati di atas panggung.
Tema pada dasarnya merupakan sejenis komentar terhadap subjek atau pokok
masalah, baik secara ekplisit maupun implisit. Dalam tema terkandung sikap
pengarang terhadap subjek atau pokok cerita. Tema memiliki fungsi untuk
menyatukan unsur-unsur lainnya. Di samping itu, juga berfungsi untuk melayani
visi atau responsi pengarang terhadap pengalaman dan hubungan totalnya dengan
jagat raya (Sayuti dalam Wiyatmi, 2005: 43). Tema adalah sesuatu yang menjadi
dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok
permasalahan dalam cerita (Rokhmansyah, 2014: 42). Menurut Kokasih (2011:
136) tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi drama. Tema dalam drama
menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan,
kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Agar kita mengetahui tema dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
sebuah drama, kita perlu mengapresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur
karangan itu, hal ini dikarenakan tema jarang dinyatakan secara tersirat.
Harymawan (1984: 26 dan Soemanto, 2001: 22) menyebutnya tema yaitu
premis. Premis adalah rumusan intisari cerita sebagai landasan idiil dalam
menentukan arah tujuan cerita (Harymawan, 1984: 26). Dalam bahasa Indonesia,
premis dapat diartikan sebagai ide pemikiran cerita. Untuk menemukan makna
lengkap dalam drama, tema sangat erat hubungannya dengan nilai-nilai drama
yang lain Kernodle (dalam Dewojati, 1967: 354). Tema dapat ditemukan melalui
banyak cara. Tema dapat ditemukan dalam dialog dan diperjelas dalam
pertunjukan Kernodle (dalam Dewojati, 1967: 354). Tiap adegan memiliki
kesatuan yang erat yang saling berhubungan untuk melengkapi dan
menyempurnakan tema.
Tema dapat dirumuskan dari berbagai peristiwa, penokohan, dan latar. Tema
adalah inti permasalahan yang hendak dikemukakan pengarang dalam karyanya.
Oleh sebab itu tema merupakan hasil konklusi dari berbagai peristiwa yang terkait
dengan penokohan dan latar. Dalam sebuah drama terdapat banyak peristiwa yang
masing-masingnya mengemban permasalahan, tetapi hanya ada sebuah tema
sebagai intisari dari permasalahan-permasalahan tersebut. Permasalahan ini dapat
juga muncul melalui perilaku para tokoh ceritanya yang terkait dengan latar dan
ruang.
Tema dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu tema jasmani, yang
berkaitkan dengan keadaan jiwa seorang manusia. Tema organic (moral yang
berhubungan dengan moral manusia). Tema social yang berhubungan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
masalah politik, pendidikan, dan propaganda. Tema egoik, berhubungan dengan
reaksi-reaksi pribadi yang pada umumnya menentang pengaruh sosial. Tema
ketuhanan yang berhubungan dengan kondisi dan situasi sebagai makhluk sosial
(Sayuti dalam Wiyatmi, 2006: 43).
Unsur tema dalam karya sastra drama terdiri dari masalah, pendapat, dan pesan
pengarang itu secara langsung dan intuitif disimak oleh pembaca atau penonton
itu. Tema merupakan buah pikiran dari pengarang atau dramawan yang memiliki
fungsi terhadap unsur drama yang lain. Tema merupakan tujuan akhir yang harus
diungkapkan oleh plot, karakter, maupun bahasa. Oleh karena itu, tema justru
menjadi pedoman dan pemersatu bagi unsur-unsur drama lainnya (Sumardjo,
1988: 148). Menurut Sayuti dalam Wiyatmi (2006: 43) tema ditafsirkan melalui
cara-cara berikut;
1) Penafsir hendaknya mempertimbangkan tiap detil cerita yang dikedepankan.
2) Penafsiran tema hendaknya tidak bertentangan dengan tiap detail cerita.
3) Penafsiran tema hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti yang
tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tidak langsung.
4) Penafsiran tema haruslah mendasarkan pada bukti yang secara langsung ada
atau diisyaratkan dalam cerita.
Tema adalah rumusan dari berbagai peristiwa, penokohan, dan latar yang
memiliki inti permasalahan yang hendak dikemukakan oleh pengarang dalam
sebuah karyanya. Tema itu sendiri menentukan jalan cerita yang disampaikan oleh
penceritanya di dalam naskah drama. Tema yang terdaat dalam naskah drama
“Pada Suatu Hari” yaitu dinamika cinta keluarga pada masa tua Kakek dan Nenek,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dalam tema tersebut memiliki jenis tema yaitu tema jasmani karena tema tersebut
berkaitan dengan keadaan jiwa seorang manusia.
Dari berbagai pendapat di atas peneliti dapat simpulkan bahwa tema adalah
rumusan dari berbagai peristiwa, penokohan, dan latar yang memiliki inti
permasalahan yang hendak dikemukakan oleh pengarang dalam sebiah karyanya.
Tema juga merupakan tujuan akhir yang harus diungkapkan oleh alur, karakter,
maupun bahasa.
b. Tekstur Naskah Drama
Tekstur berasal dari bahasa latin yang berarti tenunan Kernodle (dalam
Dewojati, 1967:355). Ia mencontohkan pada tekstur pakaian. Untuk mengetahui
tekstur pakaian, kita harus menyentuhnya, merasakan perbedaan. Dalam drama,
indra yang dipakai adalah indra penglihatan dan indra pendengaran. Indra
pendengaran digunakan untuk mendengarkan suara dan citra bahasa, sedangkan
indra penglihatan digunakan untuk melihat latar peristiwa dan gerakan-gerakan
aktornya. Pengertian tekstur dalam penelitian drama adalah sesuatu yang dialami
langsung oleh pengamat. Pengalaman tersebut hadir melalui indra, sesuatu yang
didengar (dialog), sesuatu yang dilihat (spectacle), dan sesuatu yang dirasa lewat
pengalaman visual dan aural (suasana) Kernodle (dalam Dewojati, 1967: 345).
Tekstur dalam pementasan drama diciptakan oleh suara, imajinasi bahasa,
mood (suasana) panggung yang kuat, properti/materi pentas, materi cerita, warna,
gerakan, setting, dan kostum. Adapun tekstur yang diungkapkan dalam drama
ialah dialog, mood, spectacle. Tekstur dalam dialog dapat dijumpai dalam
haupttext, sedangkan mood dan spectacle biasanya ditemukan dalam nebentext.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Nebentext adalah petunjuk panggung yang terdapat dalam naskah drama biasanya
nebentext diberi tanda kurung (...).
Dari berbagai pendapat di atas peneliti dapat simpulkan tekstur dalam
pementasan drama diciptakan oleh suara, imajinasi bahasa, mood (suasana)
panggung yang kuat, properti/materi pentas, materi cerita, warna, gerakan, setting,
dan kostum.
1) Dialog
Dewojati (2010: 176) juga mengemukakan bahwa secara universal, dialog
dalam drama berfungsi sebagai wadah bagi pengarang untuk menyampaikan
informasi -informasi, menjelaskan fakta, atau ide-ide utama. Dengan kata lain,
dialog merupakan wadah bagi penikmat atau penonton untuk menangkap
informasi, kejelasan fakta atau ide-ide utama. Dalam drama selain dialog, terdapat
pula monolog.
Abdullah (dalam Dewojati, 2010: 180) berpendapat bahwa monolog dalam
pengertian awal ialah berbicara sendiri, monolog merupakan lawan dari dialog
(dua orang tokoh atau lebih saling berbicara). Sebuah naskah drama biasanya
disusun dalam bentuk skenario (rencana lakon sandiwara secara terperinci) yang
mengutamakan dialog para pelaku. Dialog ini tidak lain merupakan percakapan
antarpelaku drama yang mengungkapkan hal-hal atau peristiwa yang dipentaskan
itu (Hendy, 1988: 6).
Dari berbagai pendapat di atas peneliti dapat simpulkan bahwa dialog adalah
percakapan antar pelaku drama yang mengungkapkan hal-hal atau peristiwa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dipentaskan dan sebagai wadah bagi pengarang untuk menyampaikan informasi-
informasi dan menjelaskan fakta yang terdapat dalam peristiwa tersebut.
2) Spectacle
Spectacle juga dapat pula disebut sebagai aspek-aspek visual sebuah lakon,
terutama action fisik para tokoh-tokoh di atas panggung. Kemudian spectacle juga
dapat mengacu pada pembabakan, tata kostum, tata rias, tata lampu, dan
perlengkapan yang lain. Spectacle juga dianggap menjadi salah satu unsur yang
sangat menghidupkan dan menjadi bagian penting dalam pementasan drama
Kernodle (dalam Dewojati, 2010: 185).
Dari pendapat yang ada di atas peneliti dapat simpulkan bahwa spectacle
adalah aspek-aspek yang terdapat dalam naskah drama berupa pembabakan, tata
kostum, tata rias, tata lampu, dan perlengkapan.
3) Mood
Menurut Kernodle (dalam Dewojati, 2010: 182) terciptanya mood yang ada
dalam drama melibatkan banyak unsur. Dengan kata lain, mood akan terbangun
apabila ia berhubungan dengan unsur -unsur lain yakni spectacle, dialog, dan
irama dalam drama. Mood dalam naskah drama dapat diteliti melalui nebentext.
Nebentext adalah petunjuk pementasan (Soemanto, 2001: 4) Seperti contoh
dibawah ini.
Kakek : “Sekarang kau nyanyi.”
Nenek : “(Menggeleng sambil tersenyum manja)”
Kakek : “Seperti dulu.”
Nenek : “(Menggeleng sambil tersenyum manja)”
Kakek : “Nyanyi seperti dulu.”
Nenek : “(malu)”
Kakek : “Sejak dulu kau selalu begitu.”
Nenek : “Habis kaupun selalu mengejek setiap kali saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
menyanyi.” (hal. 2)
Kalimat dalam kurung merupakan gambaran mood atau suasana yang terjadi.
Kakek dan Nenek mengalami suasana kebahagian setelah mereka merayakan
pesta emas pernikahannya. Kakek dan Nenek saling beradu pandang di sofa
layaknya sepasang suami istri yang baru saja menikah. Peneliti dapat
menyimpulkan mood adalah suasana yang tercipta di dalam sebuah peristiwa yang
sedang terjadi dan melibatkan banyak unsur. Mood dan tema dalam drama ini ada
keterkaitannya.
Dari pendapat yang ada di atas peneliti dapat simpulkan bahwa mood adalah
suasana yang terdapat dalam sebuah cerita. suasana bisa terjadi ketika ada
keterkaitan antara dialog, spectacle, dan tema.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (field research). Penelitian
kepustakaan adalah penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur
(kepustakaan), baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian
terdahulu menurut Hasan (2002: 11). Penelitian ini menggunakan literatur berupa
buku-buku yang membahas mengenai sastra dalam bentuk bentuk prosa, puisi,
maupun drama. Penelitian kepustakaan menggunakan data-data atau bahan-bahan
yang diperlukan dalam menyelesaikan penelitian berasal dari kepustakaan baik
berupa buku-buku, ensklopedia, kamus, jurnal, dokumen, majalah, dan sebagainya
(Hadi, 1990).
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang bersifat menggambarkan
objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Margono, 2013:
36). Peneliti menggunakan metode kualitatif karena metode ini memanfaatkan
cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi (Ratna, 2015:
46).
Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif ini, peneliti akan
memaparkan dan menganalisis naskah drama. Hal yang dideskripsikan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
penelitian ini adalah struktur dan tekstur dalam naskah drama “Pada Suatu Hari”
karya Arifin C Noor. Penelitian ini digunakan sesuai dengan tujuan untuk
mendeskripsikan tentang tema, penokohan, alur serta mendeskripsikan dialog,
mood (suasana), dan Spectacle yang terdapat dalam naskah drama Pada Suatu
Hari karya Arifin C Noor.
C. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini berupa dialog dari tokoh-tokoh yang terdapat dalam
naskah drama Pada Suatu Hari yang mengandung struktur dan tekstur. Sumber
data dalam penelitian ini adalah naskah drama Pada Suatu Hari yang ditulis oleh
Arifin C Noor. Naskah drama ini merupakan naskah drama dialog.
D. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data dalam penelitian ini dengan teknik baca-
catat. Teknik baca merupakan teknik yang dilakukan dengan membaca, yakni
membaca dialog dari para tokoh dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya
Arifin C. Noer yang mengandung unsur struktur dan tekstur. Teknik selanjutnya
adalah teknik catat, yakni mencatat kata-kata atau kalimat-kalimat yang
mengandung struktur dan tekstur (tema, penokohan, alur dan dialog, mood
(suasana), spectacle) yang dikatakan oleh tokoh Kakek, Nenek, pesuruh, sopir,
janda, Novia, Nita, Meli, dan Feri dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya
Arifin C.Noer. Pada teknik baca-catat peneliti membaca teks kurang lebih 3 kali
dalam sehari. Sekali membaca peneliti menghabiskan waktu kurang lebih 60
menit. Selama membaca teks peneliti mencari satu indikator lalu mencatatnya dan
menganalisis untuk dimasukkan ke dalam korpus data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan penelitian
kualitatif, yaitu dengan menggunakan metode analisis isi, dalam media massa
penelitian dengan metode analisis isi dilakukan terhadap paragraf, kalimat, dan
kata, termasuk volume ruangan yang diperlukan, waktu penulisan, di mana ditulis,
dan sebagainya (Ratna, 2015: 49). Teknik analisis data dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. membaca naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin C Noor,
2. mencatat dialog sesuai dengan indikator yang telah didapat sebagai data
penelitian,
3. data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan teori unsur-unsur intrinsik
yang dikemukakan oleh Rokhmansyah dan pendapat dari ahli lainnya,
4. hasil analisis kemudian dicatat dengan menggunakan catatan deskriptif.
Peneliti Mendeskripsikan struktur dan tekstur yang terkandung dalam naskah
drama Pada Suatu Hari. Struktur yang terdapat dalam naskah drama yang peneliti
ambil, yaitu alur, karakter dan tema. Tekstur yang terdapat dalam naskah drama
yang peneliti ambil, yaitu dialog, spectacle.
F. Triangulasi data
Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2006: 330). Teknik triangulasi yang
paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin
dalam Moleong (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan
teori.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam penelitian kualitatif (Patton dalam Moleong, 1987: 331). Hal itu dapat
dicapai dengan jalan:
1. membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil; wawancara,
2. membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi,
3. membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu,
4. membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan,
5. membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Patton (dalam Moleong, 2006: 331) mengatakan yang terpenting di sini ialah
bisa mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut.
Dalam hal ini jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil pembandingan
tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat, atau pemikiran. Pada
triangulasi dengan metode, menurut Patton dalam Moleong (2006: 329), terdapat
dua strategi, yaitu:
1. pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2. pengecekan derajat kepercayan beberapa sumber data dengan metode yang
sama.
Teknik triangulasi jenis ketiga ini ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti
atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan
data. Pemanfaatan pengamatan pengamat lainnya membantu mengurangi
kemelencengan dalam pengumpulan data.
Maka dalam hal ini, jika analisis telah menguraikan pola, hubungan, dan
menyertakan penjelasam yang muncul dari analisis, maka penting sekali untuk
mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaing. Hal itu dapat dilakukan
dengan menyertakan usaha pencarian cara lainnya untuk mengorganisasikan data
yang barangkali mengarahkan pada upaya penemuan penelitian. Melaporkan hasil
penelitian disertai penjelasan sebagaimana yang dikemukakan tadi jelas akan
menimbulakan derajat kepercayaan data yang diperoleh Moleong (2006: 315).
Peneliti melakukan triangulasi data dalam penelitian ini dengan me-recheck
temuannya dengan ahli. Triangulasi data yang didapat oleh peneliti dikaitkan
dengan berbagai sumber, metode, atau teori yang ada. Triangulasi data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. membuat table triangulasi data yang berisikan no, unsur, hasil analisis,
keterangan hasil analisis, setuju, tidak setuju, dan keterangan menurut ahli,
2. peneliti mencatat hasil temuannya di dalam table yang sudah disediakan,
3. peneliti memberikan hasil temuannya kepada ahli yang mengerti akan hasil
temuannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Peneliti menemukan Memanfaat dari hasil triangulasi yang dilakukannya. Peneliti
dapat mengetahui hasil data-data temuannya apakah dapat disetuju semua oleh
ahli yang bersangkutan atau masih ada yang tidak setuju.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu memaparkan struktur dan tekstur drama
“Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer. Hasil analisis dan pembahasan akan
diuraikan menjadi beberapa bagian. Bagian pertama yaitu deskripsi struktur
naskah drama “Pada Suatu Hari”. Bagian kedua yaitu deskripsi tekstur naskah
drama “Pada Suatu Hari”.
1. Struktur Naskah Drama
Struktur yang terdapat dalam naskah drama yaitu Alur, karakter, tema, amanat,
dan setting. Peneliti hanya mengambil tiga bagian dari lima bagian struktur
naskah drama yang akan dianalisis dalam penelitian. Struktur yang akan dianalisis
oleh peneliti yaitu alur, karakter, dan tema. Alur merupakan rangkaian sebuah
cerita sehingga cerita itu tersusun secara sistematis. Karakter berisi tentang
pengidentifikasi tokoh berdasarkan watak dalam cerita. Tema berisi perumusan
dari berbagai peristiwa, penokohan dan latar yang terdapat dalam cerita.
a. Alur
Alur adalah rekayasa pencerita yang menandai sebuah fiksi, bukan peristiwa
nyata. Dalam alur ada unsur kesengajaan pengarang/pencerita yang merangkai
sebuah cerita sehingga cerita itu tersusun secara sistematis. Namun tidak semua
peristiwa pantas dimasukkan ke dalam alur. Hanya peristiwa-peristiwa yang
memiliki arti dan makna tertentu dalam membangun cerita yang disajikkanya.
Sudjiman dan Nurgiantoro berpendapat bahwa alur dibagi menjadi tiga bagian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
yaitu awa, tengah, dan akhir. Pada bagian awal alur terdapat eksposisi/
pengenalan, rangsangan, dan gawatan. Sedangkan pada bagian tengah alur
terdapat konflik, komplikasi, dan klimaks. Pada bagian akhir sebuah alur terdapat
penyelesain Marjorie Boulton (1984: 75 via Sudjiman, 1988: 29).
Pergantian alur dalam bagian drama diwujudkan dalam urutan babak dan
adegan. Pergantian babak dalam pentas drama ditandai dengan layar yang
diturunkan atau ditutup, atau lampu panggung dimatikan sejenak. Setelah lampu
dinyalakan kembali atau layar dibuka kembali dimulailah babak baru berikutnya.
Pergantian babak biasanya menandai pergantian latar, baik latar tempat, ruang,
maupun waktu.
1) Awal
Bagian awal alur ini terdiri dari tiga bagian yaitu, eksposisi, rangsangan, dan
gawatan. Eksposisi merupakan tahap pengenalan dari peristiwa yang dicerita.
Rangsangan berisi tentang gangguan keharmonisan suasana yang terjadi dalam
cerita. Gawatan berisi tentang ketegangan yang terjadi di dalam cerita.
a) Ekposisi
Situasi yang terdapat dalam eksposisi ini adalah (tempat, waktu, keadaan, para
tokoh, hubungan antara tokoh). Eksposisi di sini menyampaikan perkenalan
keadaan, peristiwa yang dialami tokoh. Disamping informasi seperlunya bagi
pembaca untuk dapat mengikuti jalan cerita selanjutnya, di awal cerita juga
diselipkan butir-butir yang memancing rasa ingin tahu pembaca akan kelanjutan
cerita. Paparan atau pengenalan ini biasanya menggambarkan situasi yang masih
stabil & harmonis, namun terbuka terhadap peristiwa selanjutnya. Pada tahap awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
cerita, di samping untuk memperkenalkan siuasi latar dan tokoh-tokoh cerita
sebagaimana dicontohkan di atas, konflik sedikit demi sedikit mulai
diumnculkan.
Eksposisi merupukan alur awal dalam cerita yang mengenali keadaan dan
peristiwa yang dialami tokoh dan latar dalam cerita. Peneliti dapat melihat bahwa
kisah awal drama Pada Suatu Hari menceritakan yang diawali dengan kisah
Nenek dan Kakek yang sedang saling memandang dan dimulai dari mereka
seperti sepasang kekasih yang baru menjadi pengantin dengan berlatar di sofa
ruang tamu rumahnya. Dengan bukti dialog sebagai berikut:
Kakek : “Sekarang kau nyayi.”
Nenek : “(menggeleng sambil tersenyum manja.)”
Kakek : “seperti dulu.”
Nenek : “(menggeleng sambil tersenyum manja.)”
Kakek : “Nyanyi seperti dulu.”
Nenek : “Malu”
Kakek : “Sejak dulu kau selalu begitu.”
Nenek : “Habis kaupun selalu mengejek setiap kali saya
menyanyi.”
Kakek : “sekarang tidak, sejak sekarang saya tidak akan
pernah mengejek kau lagi.”
Nenek : “Saya tidak mau menyanyi.”
Kakek : “Kapanpun?”
Nenek : “Kapanpun.”
Kakek : “Juga untuk saya?”
Nenek : “Juga untuk kau.”
Kakek : “Sama sekali?”
Nenek : “Sama sekali.”... (lampiran hal. 2-3)
Peneliti dapat simpulkan pada bagian eksposisi yang terdapat dalam drama
Pada Suatu Hari yaitu, ketika Nenek dan Kakek saling beradu pandang di ruang
tamu seperti sepasang suami istri yang baru saja menikah. Peneliti dapat
membuktikan pada dialog pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
b) Rangsangan
Rangsangan merupukan tahap ke dua alur dari bagian awal alur. Peneliti dapat
melihat bahwa awal kisah yang mengganggu keharmonisan hubungan dari Kakek
dan Nenek ketika kekasih lama Kakek yaitu Nyonya Wenas datang ke rumah
Kakek. Nyonya Wenas datang ke rumah Kakek bertujuan untuk mengucapkan
pesta emas hubungan dari Kakek dan Nenek. Dengan bukti dialog sebagai berikut:
Pesuruh : “Ada tamu, Nyonya besar.”
Nenek : “Siapa?”
Pesuruh : “Nyonya Wenas, Nyonya.”
Nenek : “(melirik pada Kakek) Nyonya janda itu? (kepada
pesuruh) sebentar saya ke depan.”
Nenek : “Kau surati dia?”
Kakek : “Tidak.”
Nenek : “Kau bohong. Bagaimana dia bisa tahu tentang
pesta kita?”
Kakek : “Saya tidak tahu.”
Nenek : “Kau bohong (exit) demam saya mulai kambuh.”
Janda : “... terlaknat saya, kenapa saya jadi gemetar.”
(lampiran hal. 6-7)
Peneliti dapat simpulkan pada bagian rangsangan yang terdapat dalam drama
Pada Suatu Hari yaitu, ketika Nyona Wenas datang berkunjung ke rumah
Kakekdan Nenek untuk mengucapkan selamat atas perayaan pesta emas
pernikahan. Peneliti dapat membuktikan pada dialog pertama, kedua, ketiga,
keempat, dan kelima.
c) Gawatan
Gawatan merupukan tahap ke tiga alur awal dalam cerita ini semakin tegang
dan gawat suasananya. Tahap ini semakin tegangnya keadaan. Situasi semakin
gawat. Tegangan semakin meninggi. Dalam situasi gawatan ini peneliti melihat
adanya permasalah yang besar ketika orang ke tiga masuk dalam kehidupan
rumah tangga dari Kakek dan Nenek yang membuat suasana keluarganya tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
harmonis lagi. Ketika pesuruh yang ada di rumah Kakek dan Nenek itu
membuatkan dan memberikan minuman kesukaan dari Nyonya Wenas sang
mantan kekasih Kakek itu.
“pesuruh muncul membawa minuman, ketika pesuruh itu akan
pergi.”
Janda : “Nanti dulu.”
Pesuruh : “Ya, Nyonya.”
Janda : “Siapa yang memilih minuman ini?”
Pesuruh : “Saya sendiri Nyonya, kenapa?”
Janda : “Ini memang kesukaan saya.”
Pesuruh : “Menyenangkan sekali silahkan minum Nyonya.”
Janda : “(minum) segar bukan main. Bagaimana kau tahu
saya suka minuman ini?”
pesuruh : “Tuan besar sering menceritakan perihal Nyonya
kepada saya. Dan ketika tahu Nyonya datang,
segera saya buatkan minuman itu. Selamat
minum nyonya.”
Janda : “Nanti dulu.”
Pesuruh : “Iya Nyonya?” (lampiran hal. 7-8)
Peneliti dapat simpulkan pada bagian gawatan yang terdapat dalam drama
Pada Suatu Hari yaitu, ketika kedatangan Nyona Wenas berkunjung ke rumah
Kakek dan Nenek untuk mengucapkan selamat atas perayaan pesta emas
pernikahan membuat keharmonisan Kakek dan Nenek hancur. Pesuruh yang
mengetahui minuman kesukaan dari Nyonya Wenas langsung membuatkannya
untuk Nyonya Wenas. Peneliti dapat membuktikan pada dialog ketiga, keempat,
dan kelima.
2) Tengah
Bagian tengah alur ini terdiri dari tiga bagian yaitu, konflik, komplikasi, dan
klimaks. Konflik merupakan tahap pertentangan dilakukan antara pihak
protagonis dan antagonis di dalam cerita. Komplikasi berisi perkembangan dari
gejala awal konflik menuju ke klimaks yang terjadi dalam cerita. klimaks berisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
puncaknya kehebatan dari komplikasi yang menyebabkan suasana semakin
memuncak yang terjadi di dalam cerita.
a) Konflik
Konflik bisa terjadi antara protagonis dengan tokoh lain, masyarakat, dirinya
sendiri, maupun alam. Dalam tahap ini diceritakan adanya pertentangan antara
Kakek, Nenek, dan Nyonya Wenas yang saling tidak suka dalam berpendapat.
Peneliti dapat melihat bahwa bagian ini adanya pertentang antara Kakek, Nenek,
dan Nyonya Wenas. Cerita ini diawali dengan Kakek yang bertingkah berlebihan
di depan Nyonya Wenas sehingga menyebabkan Nenek tidak suka.
Nenek : “Selamat datang Nyonya.”
Janda : “Selamat atas...”
Kakek : “Terima kasih. Maaf, Nyonya Tampubolon?”
Nenek : “Kau pelupa benar.”
Kakek : “Siapa bilang? Nyonya pasti Nyonya
Mangandaralam.”
Nenek : “Sayang, ini Nyonya Wenas.”
Kakek : “Iya, saya maksud Nyonya Wenas. Apa kabar
suami Nyonya?”
Nenek : “Maaf, Nyonya. Sayang, Tuan Wenas telah
meninggal sebelas tahun yang lalu.”
Kakek : “Maafkan. Kau benar sayang, daya ingat saya
Jelek sekali. Maafkan Nyonya.”
Janda : “Tidak apa.”
Nenek : “(berseru) Joni!!!”... (lampiran hal. 8-10)
Peneliti dapat simpulkan pada bagian konflik yang terdapat dalam drama Pada
Suatu Hari yaitu, ketika kedatangan Nyona Wenas berkunjung ke rumah Kakek
dan Nenek untuk mengucapkan selamat atas perayaan pesta emas pernikahan
membuat keharmonisan Kakek dan Nenek hancur. Kakek yang bertingkah laku
yang berlebihan terhadap Nyonya Wenas membuat perasaan Nenek menjadi
cemburu. Peneliti dapat membuktikan pada dialog pertama, kedua, ketiga,
keempat, kelima, keenam, dan ketujuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
b) Komplikasi
Komplikasi (rumitan) merupakan perkembangan dari gejala awal tikaian
menuju ke klimaks (Sudjiman, 1988: 35). Situasi ini menjadi semakin rumit,
panas dan semakin menegangkan (mengkhawatirkan). Tidak bisa ditentukan siapa
yang kalah atau yang menang. Peneliti dapat melihat bahwa perkembangan awal
tikaian menuju ke klimaks ditandai dari Nenek yang cemburu terhadap tingkah
laku Kakek kepada Nyonya Wenas. Setelah Nyonya Wenas pulang dari rumahnya
dan Nenek mencurigai Kakek yang menyuruh pesuruh menyiapkan minum
kesukaan dari Nyonya Wenas.
Kakek : “Kenapa kau diam begitu?”
Nenek : “Diam saja.”
Kakek : “Kenapa kau begitu diam?”
Nenek : “Kau juga begitu.”
Kakek : “Kenapa?”
Nenek : “Kau juga kenapa?”
Kakek : “Sayang, adalah tidak baik kita bubuhi pesta emas
dengan kata-kata seru.”
Nenek : “Kau sendiri yang membubuhinya. Kau rusak
bunga-bunga pesta kita dengan kaktus-kaktus
pacar kau.”
Kakek : “Sejak muda kau begitu yakin seakan saya pernah
punya hubungan percintaan dengan perempuan
tadi. Saya heran kenapa kau begitu berhasil
menciptakan tokoh yang fantastis itu menjadi
tokoh seolah nyata dalam diri kau sehingga tokoh
itu mampu mempermainkan kau sendiri selama
hidup kau.”
Nenek : “Bukan fantastis. Tapi memang dia tokoh fantasi
kau bahkan sampai saat kau tua (menangis).
Sengaja kau suruh Joni menyiapkan segera
minuman kesukaannya begitu dia datang.”
Kakek : “Siapa? Saya? Menyuruh Joni? Minuman apa?”
Nenek : “Kau menyuruh Joni membuat es susu begitu
Nyonya Janda itu datang.”
Kakek : “Tidak. Saya tidak menyuruh
Joni.”... (lampiran hal. 15-17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Peneliti dapat simpulkan pada bagian komplikasi yang terdapat dalam drama
Pada Suatu Hari yaitu, ketika kedatangan Nyona Wenas berkunjung ke rumah
Kakek dan Nenek untuk mengucapkan selamat atas perayaan pesta emas
pernikahan membuat keharmonisan Kakek dan Nenek hancur. Kakek yang
bertingkah laku yang berlebihan terhadap Nyonya Wenas membuat perasaan
Nenek menjadi cemburu. Nenek yang sudah cemburu kepada Kakek membuat
Nenek menjadi marah dan mendiami Kakek. Peneliti dapat membuktikan pada
dialog pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima.
c) Klimaks
Klimaks adalah bagian dari alur drama, fiksi atau sajak kisahan yang
melukiskan puncak ketegangan, terutama dipandang dari segi emosional pembaca.
Puncak kehebatan dari rumitan yang dialami oleh para tokoh dalam cerita
(Sudjiman, 1988: 35). Peneliti melihat dalam situasi klimaks ini ketika anak-anak
Kakek dan Nenek yaitu Novia dan Nita datang berkunjung ke rumah untuk
menguntarakan permasalah yang dialami oleh Novia terhadap suami. Novia anak
kedua dari Nenek dan Kakek yang menceritakan keluh kesahnya kepada suaminya
dan ingin meminta cerai dengan suaminya. Pada saat itulah permasalahan semakin
memuncak.
Kakek : “Begitu Nita. Kau harus dengar dari permulaan
sekali soal ibumu.”
Novia : “Pak....”
Kakek : “Ada apa kau? Baru kemarin kau pulang dari
sini?Dengan siapa?”
Novia : “Anak-anak”
Kakek : “Mana mereka?”
Novia : “Di belakang. Lihat ikan seperti biasanya.”
Kakek : “(setelah berfikir) kebetulan kau datang. Begini.
Tidak salah kalau kau juga sebagai anak tahu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Ini persoalan juga sangat runcing dan bisa
mengakitbatkan kesedihan berlarut-larut.”
Novia : “Soal apa pak?”
Nita : “Ibu Purik. Ibu marah.”
Novia : “Kenapa?”
Kakek : “Itulah dengarkan saya (berfikir). Begini. Soalnya
sepele dan tidak bermutu. Ibumu tidak suka
tanaman kaktus. Saya suka tanaman itu. Bahkan
saya punya tanaman kaktus dalam kakus. Ibumu
marah-marah.”
Novia : “Bapak tidak mau mengalah?”
Kakek : “Selama hidup saya selalu mengalah dan terus
terusan kalah malah.”
Novia : “Buang saja kaktus itu.”
Nita : “Soalnya bukan kaktus itu. Soalnya itu cemburu
pada Nyonya Wenas.”
Kakek : “Ya, begitulah kalau tanpa tedeng aling-aling.
Ibumu cemburu dan minta cerai.”
Novia : “Minta cerai?”
Kakek : “Minta cerai. Bahkan ibumu minta supaya hari ini
juga diselesaikan surat-suratnya.”
Novia : “Ibu?”
Nita : “Ya, seperti kau sekarang.”
Kakek : “Apa? Seperti kau, Novia? Ada apa? Kau juga
sedang minta cerai? Dari siapa?”
Nita : “Dari siapa. Dari suaminya tentu, vita.”
Kakek : “Kau dan ibumu memang satu jiwa...” ( lampiran
hal.24-26)
Peneliti dapat simpulkan pada bagian klimaks yang terdapat dalam drama Pada
Suatu Hari yaitu, ketika Nenek yang sudah cemburu kepada Kakek membuat
Nenek menjadi marah dan mendiami Kakek sehingga membuat Nenek ingin
meminta cerai. Ketika itu datanglah anak-anak dari Kakek dan Nenek yang ingin
bercerita tentang masalah yang dihadapi oleh Novia anak pertama dari Kakek dan
Nenek. Novia yang ingin meminta cerai kepada suaminya. Peneliti dapat
membuktikan pada dialog ke-16, ke-17, ke-18, ke-19, ke-20, ke-21, ke-22.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
3) Akhir
Bagian akhir alur ini terdiri dari satu bagian saja yaitu, penyelesaian.
Penyelesaian merupakan tahap terakhir yang berisi penyelesaian dengan
kemenangan dari para tokoh. Peneliti dapat simpulkan pada bagian akhir ini
penyelesaian dari masalah-masalah yang dialami oleh tokoh dalam cerita.
a) Penyelesaian
Pada adegan ini konflik diselesaikan dengan kemenangan yang benar.
Pertanyaan-pertanyaan dan harapan dijawab dan terpenuhi. Dalam situasi klimaks
ini peneliti dapat melihat akan kesadaran dari si Nenek bahwa perceraian itu
bukan hal yang baik dalam mengambil jalan keluar. Sehingga Nenek
menghentikan perbuatan Novia yang hendak bercerai kepada suaminya.
Penyelesaian merupukan tahap terakhir dari alur, dalam tahap ini permasalah
yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik-baik secara kekeluargaa dan dasar
cinta. Peneliti dapat melihat bahwa ketika Novia berkata bahwa dia akan meminta
cerai kepada Vita, saat itu Nenek tersadar bahwa bercerai adalah bukan hal yang
baik. Maka dari itu, Nenek mengingatkan Novia untuk tidak mengambil
keputusan secara mendadak dan menarik kembali apa yang dikatakannya.
Seketika itu pula, Novia mulai tersadar. Bahwa masih ada anak-anaknya yang
harus diperhatikan oleh kedua orang tuanya.
Nenek : “Lebih jelek lagi (menangis lagi) Tuhanku, apa
jadinya nanti kalau kau jadi berpisah dengan vita
yang dulu kau agung-agungkan? Apa jadinya
hidupmu?”
Nita : “Apa jadinya anak-anakmu? Meli dan Feri akan
kehausan cinta sebab mereka tidak akan lengkap
menerima keutuhan cinta.”
Nenek : “Fikirkan baik-baik, sayangku. Singkirkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
kegelapan yang dibenihkan setan cemburu.”
Kakek : “Apa kira surat talak itu cek?”
Nenek : “Tuhanku, limpahilah anak saya dengan cahaya
kasih Mu. Novia, tidakkah kau bisa menimba
pelajaran dari pengalaman-pengalaman ibu dan
ayahmu?”
Kakek : “Ayah dan ibumu berumah tangga selama
setengah abad, tanpa sedikitpun membiarkan
setan talak bertelur dalam kamar tidurnya,
bahkan tidak dalam dapurnya.”
Nenek : “Kami bagaikan Adam dan Hawa.”
Kakek : “Apa kau pernah mendengar Hawa minta talak
kepada Adam? Berkacalah kepada Ibu dan
Ayahmu. Kamilah pasangan abadi dunia dan
akhirat.”
Nenek : “Kami bagaikan Sam Pek dan Eng Tay.”
Kakek : “Pronocitro dan Roro Mendut.”
Nenek : “Di Sahara kami adalah Leila dan Qais.”
Kakek : “Kau sendiri tahu betapa setianya Layonsari
Sampai-sampai ia bunuh diri demi cintanya
kepada Jayaprana.”
Nenek : “Bacalah semua itu, sayang. Semua itu pusaka
Nenek moyang kita yang manjur.”
Kakek : “Demi menegakkan tiang-tiang rumah tangga kita
berfikir dengan tenang.”
Nita : “Dan demi kebahagiaan anak kita. Adikku, kau
begitu bahagia dengan Meli dan Feri dan
papanya Vita kenapa kau sebodoh itu mau
memuaskan kebahagiaan itu? Tidakkah kau tahu
bahwa diam diam saya sebagai kakakmu selalu
merasa iri karena saya dan suami saya tidak
pernah diberkahi anak?”... (lampiran hal. 30-31)
Peneliti dapat simpulkan pada bagian penyelesaian yang terdapat dalam drama
Pada Suatu Hari yaitu, ketika Novia yang ingin meminta cerai kepada suaminya
Kakek, Nenek, dan Nita menasihatii Novia agar tidak bercerai kepada suaminya.
Nenek mengatakan perceraian bukan jalan yang suci dalam mengambil sebuah
keputusan. Peneliti dapat membuktikan pada dialog ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, ke-5,
ke-6, dan ke-7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
b. Karakter
Watak pada tokoh itu bukan saja merupakan pendorong untuk terjadinya
peristiwa, akan tetapi juga merupakan unsur yang menyebabkan masalah-masalah
yang timbul dalam peristiwa. Watak seorang tokoh biasanya menjadi penggerak
cerita. Tokoh cerita memiliki fungsi yang juga penting dalam hubungan dengan
pengungkapan buah pikiran pengarang.
Peneliti dapat melihat ada sembilan tokoh yang memiliki karakter yang
berbeda-beda. Tokoh yang memiliki karakter berbeda-beda ini dapat
menggambarkan cerita di dalam drama Pada Suatu Hari. Peneliti dapat
menyimpulkan bahwa karakter dari masing-masing tokoh dalam drama Pada
Suatu Hari dilihat dari fisiologi, sosiologis, dan psikologis dari para tokoh. Tokoh
dan karakter dapat digambarkan di bawah ini;
1) Nenek
Peneliti dapat menemukan bahwa terdapat dua tokoh utama yang saya dapati
dalam drama ini. Nenek menjadi tokoh utama, selain itu nenek juga menjadi tokoh
protagonis. Nenek yang memiliki sifat pencemburu, bijak, juga, penyayang
terhadap anak-anaknya..
Penyayang
“Sayang , kenapa kau berfikir ke sana? Itu sangat tidak baik, lagi
Tidak ada gunanya.” (hal. 3)
“Sayang, berhenti kau berfikir tentang hal itu.” (hal.3)
“Selalu kau begitu. Selalu kau tak pernah ambil pusing setiap kali
Saya sakit.” (hal.4)
“Kau sudah terlalu pintar ciuman ketika pertama kali kau mencium
saya.” (hal. 6)
Pencemburu
“Saya kira tidak begitu. Tua adalah konsekwensi dari kesadaran
kita.” (hal.12)
“Bukan fantastis, tapi memang dia tokoh fantasi kau bahkan sampai
saat kau tua (menangis) sengaja kau suruh Joni menyiapkan segera
minuman kesukaannya begitu dia datang.” (hal.15)
“Saya akan terus menangis. Biar geledek menyambar saya tetap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
menangis.” (hal. 19)
Penyayang terhadap anaknya
“Novia, sayang, tidak satupun kebaikan yang terselip dalam niatmu
untuk bercerai dari suamimu. Lagi tidakkah kau dapat
membayangkan kembali kebaikan-kebaikan suamimu seperti
katamu dulu, ketika kau mendesak ibu agar menerima lamaran?
(novia akan bicara) tidak perlu kau bicara apa-apa.” (hal. 29)
Bijak
“kau dalam keadaan marah. Dalam keadaaan marah lebih baik orang
diam, dan lebih baik lagi kalau kau mau mendengarkan saran orang
lain.” (hal.30)
Berdasarkan kutipan di atas dapat terlihat bahwa Nenek memiliki frekuensi
karakter penyayang, bijak, dan pencemburu. Peneliti melihat dari kutipan yang
diperankan oleh Nenek dalam naskah drama.
2) Kakek
Peneliti dapat menemukan bahwa Kakek menjadi tokoh utama, selain itu kakek
juga menjadi tokoh protagonis. Kakek dalam cerita ini memiliki sifat bijak,
penyayang, dan tidak jujur. Terlihat ketika Nyonya Wenas datang berkunjung dan
terdapat beberapa rahasia yang masih disimpan oleh Kakek.
Penyayang
“Saya memang pintar berkhayal. Setiap kali saya menonton saya
selalu mengkhayalkan adegan ciuman secara terperinci.” (lampiran
hal. 6)
“Kau sendiri yang menyuruh agar saya berlaku pura-pura tidak kenal
kepada Nyonya itu.” (lampiran hal. 10)
“Katakan bidadariku apa yang....” (lampiran hal. 19)
Bijak
“Ayah dan ibumu berumah tangga selama setengah abad, tanpa
sedikitpun membiarkan setan talak bertelur dalam kamar tidurnya,
bahkan tidak dalam dapurnya.” (lampiran hal. 31)
Tidak jujur
“Siapa? Saya? Menyuruh Joni? Minuman apa?” (lampiran hal. 15)
“tidak. Saya tidak menyuruh Joni.” (lampiran hal. 15)
Berdasarkan kutipan di atas dapat terlihat bahwa Kakek memiliki frekuensi
karakter penyayang, bijak, dan tidak jujur. Peneliti melihat dari kutipan yang
diperankan oleh Kakek dalam naskah drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
3) Pesuruh
Peneliti dapat melihat bahwa pesuruh memiliki sifat yang amanah, jujur, dan
lalai dalam menjalankan tugasnya di rumah.
Jujur
“Tuan besar sering menceritakan perihal nyonya kepada saya. Dan
ketika saya tahu nyonya yang datang, segera saya buatkan minuman
itu. Selamat minum.” (lampiran hal. 8)
“Terus terang sudah dua kali, nyonya.” (lampiran hal.16)
“tidak selalu, nyonya. Kadang kala, tetapi tidak pernah lebih tiga kali
sehari.” (lampiran hal.17)
“Ayo kita nonton ikan.” (lampiran hal. 23)
Amanah
”Pesuruh membawa minuman tadi ke dalam.” (lampiran hal. 9)
“dua es susu dan satu gelas jeruk panas, maksud nyonya?” (hal. 10)
Lalai
“dengan pucat dan tergesa Joni (pesuruh) muncul.” (lampiran hal.
34)
“hilang.” (lampiran hal. 35)
Berdasarkan kutipan di atas dapat terlihat bahwa Pesuruh memiliki frekuensi
karakter jujur, amanah, dan lalai. Peneliti melihat dari kutipan yang diperankan
oleh pesuruh dalam naskah drama.
4) Janda
Peneliti dapat melihat bahwa tokoh Nyonya Wenas sebagai pemeran
pengganggu di sini, sangat bisa membuat konflik di antara Kakek dan Nenek.
Tidak begitu banyak karakter Nyonya Wenas yang saya dapat dari keterbacaan
saya karena Nyonya Wenas hanya ditunjukkan pada beberapa sekuen untuk
menimbulkan konflik. Namun, di sana terlihat Nyonya Wenas yang sedikit centil
mungkin dikarenakan Nyonya Wenas adalah janda dan mantan kekasih Kakek
juga.
“Ya, saya dan anjing saya sakit. Setiap kali saya sakit anjing saya
Juga ikut sakit. Saya agak senang karena sekarang saya agak
sembuh, tetapi Bison agak parah sakitnya,” (lampiran hal. 7)
centil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
“Terima kasih (sambil pergi) Bisonku.” (lampiran hal. 14)
“Siapa yang memilih minuman ini?” (lampiran hal.8)
Berdasarkan kutipan di atas dapat terlihat bahwa Janda memiliki frekuensi
karakter centil. Peneliti melihat dari kutipan yang diperankan oleh Janda dalam
naskah drama.
5) Arba, sopir
Peneliti dapat melihat bahwa pak Arba memiliki sifat yang amanah dan jujur
dalam menjalankan tugas dari majikkannya. Dengan bukti dengan dialog sebagai
berikut:
Jujur
“Papanya sendiri yang meculik, kira-kira seperempat jam yang lalu
tuan dokter tadi menemui saya dan diam-diam mengajak Meli dan
feri pulang.” (lampiran hal. 36)
Amanah
“Di sini Nyonya?” (lampiran hal.22)
“yang lainnya, nya?” (lampiran hal. 22)
“baik, nyonya.” (lampiran hal. 22)
Berdasarkan kutipan di atas dapat terlihat bahwa Arba, sopir memiliki
frekuensi karakter jujur dan amanah. Peneliti melihat dari kutipan yang
diperankan oleh Arba dalam naskah drama.
6) Novia
Peneliti dapat melihat bahwa Anak kedua Nenek dan Kakek ini sifatnya tidak
jauh dengan Nenek (ibunya), Novia terlalu cepat mengambil keputusan tanpa
memikirkan apa yang akan terjadi setelahnya. Tetapi Novia juga memiliki sifat
yang penyayang. Dengan bukti dengan dialog sebagai berikut:
Cemburu
“Saya, yakin dia hanya pura-pura sakit.” (lampiran hal. 24)
“Ibu, saya cemburu.” (lampiran hal. 33)
“Tapi, Nita, kau sendiri bisa menimbang bagaimana sakitnya
Perasaan saya melihat tingkah vita terhadap pasiennya yang pura
pura sakit itu.” (lampiran hal. 24)
egois
”saya tidak membayang-bayangkan tapi memastikan.” (lampiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
hal. 28)
Berdasarkan kutipan di atas dapat terlihat bahwa Novia memiliki frekuensi
karakter cemburu dan egois. Peneliti melihat dari kutipan yang diperankan oleh
Novia dalam naskah drama.
7) Nita
Peneliti dapat melihat bahwa Nita tidak jauh halnya dengan ayahnya, Nita
memiliki sifat yang bijak. Karena Nita hanya pemeran pembantu, karakter Nita
hanya sedikit yang ditunjukkan.
Bijak
“Novia, apakah kau tidak pernah memperhatikan baik-baik betapa
jernih mata anak-anakmu yang lucu itu. Meli dan Feri.” (lampiran
Hal. 26)
“Betul-betul kau diliputi kemarahan saja. Cobalah berfikir dengan
tenang. Sebegitu banyak sudah kata yang kau ucapkan tapi tidak
sepatahpun kata yang dapat menjelaskan kenapa kau minta cerai
dari suamimu. Kalau kau mau jujur sebenarnya kau hanya
digerakkan oleh prasngka-prasangkamu sendiri saja. Coba. Kalau
kau bisa cemburu oleh Icih kenapa oleh puluhan perempuan
perempuan lain atau bahkan gadis-gadis yang juga berobat kepada
suamimu?” (lampiran Hal. 28)
Berdasarkan kutipan di atas dapat terlihat bahwa Nita memiliki frekuensi
karakter bijak. Peneliti melihat dari kutipan yang diperankan oleh Nita dalam
naskah drama.
8) Meli
Peneliti dapat melihat bahwa Meli adalah anak dari Novia yang memiliki
karakter yang menurut kepada ibunya. Dengan bukti dengan dialog sebagai
berikut:
Penurut
“papa nanti ke sini, mam?” (lampiran Hal. 22)
“Meli Juga, Mam” (lampiran Hal. 23)
“saya mam” (lampiran Hal. 23)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Berdasarkan kutipan di atas dapat terlihat bahwa Meli memiliki frekuensi
karakter penurut. Peneliti melihat dari kutipan yang diperankan oleh Meli dalam
naskah drama.
9) Feri
Peneliti dapat melihat bahwa Feri adalah anak dari Novia yang memiliki
karakter yang menurut kepada ibunya. Dengan bukti dengan dialog sebagai
berikut:
Penurut “Feri ingin lihat ikan, mam” (Hal. 22)
“saya mam” (Hal. 23)
Berdasarkan kutipan di atas dapat terlihat bahwa Feri memiliki frekuensi
karakter penurut. Peneliti melihat dari kutipan yang diperankan oleh Feri dalam
naskah drama.
c. Tema
Menurut peneliti tema adalah rumusan dari berbagai peristiwa, penokohan, dan
latar yang memiliki inti permasalahan yang hendak dikemukakan oleh pengarang
dalam sebuah karyanya. Oleh sebab itu tema merupakan hasil konklusi dari
berbagai peristiwa yang terkait dengan penokohan dan latar. Tema yang terdapat
pada drama “Pada Suatu Hari” adalah dinamika cinta keluarga pada masa tua
Kakek dan Nenek. Peneliti menemukan tema itu karena dalam drama “Pada
Suatu Hari” terjadi pasang surut dalam sebuah hubungan keluarga Kakek dan
Nenek. Peneliti adanya nostalgia antara Kakek dan Nenek. Peneliti melihat
adanya cemburu yang dirasakan oleh Nenek, kemarahan yang dialami Nenek dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Kakek. Peneliti melihat adanya kemarahan yang dialami Nenek dan Kakek dan
pada akhirnya peneliti melihat keduanya kembali saling memaafkan dan
berbahagia. Peneliti menjabarkan dinamika cinta keluarga pada masa tua Kakek
dan Nenek sebagai berikut.
Nostalgia yang dirasakan oleh Kakek dan Nenek di masa tua nya
sungguh membawa rasa yang mengesankan dan bahagia. Di usia pernikahan
yang ke-50. Kakek dan Nenek mengingat pada masa muda dahulu ketika
mereka saling berkenalan. Peneliti memberikan bukti dialog sebagai berikut.
Kakek : “Sekarang kau nyanyi.”
Nenek : “(Menggeleng sambil tersenyum manja).”
Kakek : “Seperti dulu.”
Nenek : “(Menggeleng sambil tersenyum manja).”
Kakek : “Nyanyi seperti dulu.”
Nenek : “(Malu).”
Kakek : “Sejak dulu kau selalu begitu.”
Nenek : “Habis kaupun selalu mengejek setiap kali saya nyanyi.”
Kakek : “Sekarang tidak, sejak sekarang saya tidak akan pernah
mengejek kau lagi.”
Nenek : “Saya tidak mau nyanyi.”
Kakek : “Kapanpun?”
Nenek : “Kapanpun.” (lampiran hal. 2-3)
Berdasarkan kutipan di atas peneliti dapat simpulkan bahwa notalgia yang
dirasakan oleh Kakek dan Nenek, yaitu ketika mengingat masa mudanya ketika
mereka saling mengenal. Kakek dan Nenek duduk berdua seperti sepasang
suami istri yang baru saja.
Di tengah-tengah nostalgia yang dirasakan oleh Kakek dan Nenek ketika
masih muda dulu tiba-tiba datanglah tamu yang membuat Nenek menjadi
cemburu. Cemburu yang dirasakan oleh Nenek karena kedatangan Nyonya
Wenas mantan kekasih dari Kakek. Nenek berpikir kalau Kakek masih ada
rasa terhadap nyonya Wenas. Peneliti akan memberikan bukti dialog sebagai
berikut:
Dialog pertama.
Pesuruh : “Ada tamu, nyonya besar.”
Nenek : “Siapa?”
Pesuruh : “Nyonya Wenas. Nyonya.”
Nenek : “(Melirik pada Kakek) nyonya janda itu? (kepada
pesuruh)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Sebentar saya ke depan.”
Nenek : “Kau surati dia?”
Kakek : “Tidak.”
Nenek : “Kau bohong. Bagaimana dia bisa tahu tentang pesta
kita?”
Kakek : “Saya tidak tahu.”
Nenek : “Kau bohong (exit) demam saya mulai kambuh.”
(lampiran hal. 6)
Dialog kedua
Nenek : “(Berseru) Joni.!”
Pesuruh : “Ya, Nyonya.”
Nenek : “Bawa minuman ini ke dalam.” (lampiran hal. 9)
(pesuruh membawa mimuman tadi ke dalam)
Terlihat di sini Nenek tidak suka kalau nyonya Wenas diberikan minum
kesukaannya yaitu es susu.
Dialog ketiga
Janda : “Tua dan tidak tua tetap saja sama, kaktus, misalnya.”
Nenek : “Ya, kaktus memang tetap kaktus kaku dan berduri
kapanpun.”
Kakek : “Saya jadi ingat Old Shatterhand dengan Winnetou,
bagaimana keduanya merangkak di atas padang rumput
sambil membaui udara yang mengantarkan bau musuh,
atau bagaimana mereka mendengar bentak-bentakan
kaki kuda musuh dari jarak ber-mil-mil. Kaktus-kaktus
liar banyak bertumbuhan di Amerika.
Janda : “Indahnya.”
Nenek : “Apa tidak kemeriahan flamboyant, yang mampu
menciptakan jalan selalu diliputi senja?”
Kakek : “Saya kira lebih indah, juga lebih bermanfaat. Kita
Bahkan biasa berteduh di bawah cahaya kuning
merahnya.”
Janda : “Tapi flamboyant saya kira terlalu mewah dan kurang
sederhana.”
Nenek : “Kaktus memang selalu kesepian.”
Janda : “Memang ia kurang dihiraukan orang.”
Nenek : “Lantaran berbahaya.” (lampiran hal. 13-14)
Terlihat di sini Nenek yang tidak suka akan tanaman kaktus membuat Nenek
menjadi cemburu karena Kakek memiliki tanaman kaktus tersebut.
Kecemburuan Nenek yang berlarut-larut kepada nyonya Wenas membuat
dirinya menjadi marah terhadap Kakek karena sikapnya kepada nyonya
Wenas. Kakek yang bertingkah laku yang berlebih di depa nyonya Wenas
membuat Nenek menjadi marah. Peneliti akan memberikan bukti dialog
sebagai berikut:
Kakek : “Kenapa kau diam begitu?”
Nenek : “Diam saja.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Kakek : “Kenapa kau begitu diam?”
Nenek : “Kau juga begitu.”
Kakek : “Kenapa?”
Nenek : “Kau juga kenapa?”
Kakek : “Sayang, adalah tidak baik kita bubuhi pesta emas
Dengan kata-kata seru.”
Nenek : “Kau sendiri yang membubuhinya. Kau rusak bunga
bunga pesta kita dengan kaktus-kaktus pacar kau.”
(lampiran hal. 15)
Berdasarkan kutipan di atas peneliti dapat simpulkan bahwa kemarahan yang
dirasakan oleh Nenek, yaitu ketika Nenek mendiami Kakek cukup lama karena
tingkah lakunya terhadap Nyonya Wenas yang berlebihan.
Pada akhirnya kemarahan Nenek yang besar menjadi luluh ketika
kedatangan anak-anaknya. Dan ahkirnya Nenek tidak jadi bercerai
kepada Kakek karena dia harus mencontohi anak-anaknya dalam
huungan berkeluarga dengan baik dan hidup dengan bahagia. Peneliti
akan memberikan bukti dialog sebagai berikut:
Nenek : “Fikirkan baik-baik, sayangku. Singkirkan
Kegelapan yang dibenihkan setan cemburu.”
Kakek : “Apa kira surat talak itu cek?”
Nenek : “Tuhanku, limpahilah anak saya dengan cahaya kasih
Mu. Novia, tidakkah kau bisa menimba pelajaran dari
pengalaman-pengalaman ibu dan ayahmu?”
Kakek : “Ayah dan Ibumu berumah tangga selama setengah abad,
tanpa sedikitpun membiarkan setan talak bertelur dalam
kamar tidurnya, bahkan tidak dalam dapurnya.”
Nenek : “Kami bagaikan Adam dan Hawa.”
(lampiran hal. 30-31)
Keluarga Kakek dan Nenek yang mengalami pasang surut dalam hubungan
percinta dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan berahkir bahagia tanpa
ada perceraian di dalam keluarga tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
2. Tekstur Naskah Drama
Tekstur naskah drama meliputi dialog, spectacle, dan mood. Dialog merupakan
penyampaian informasi-informasi yang ada dalam cerita. Spectacle berisi tentang
action fisik, tata kostum, tata rias, tata lampu, dan perlengkapan yang ada dalam
cerita. Mood berisi tentang suasana yang tercipta dalam cerita.
a. Dialog
Peneliti dapat melihat bahwa drama “Pada Suatu Hari” berupa dialog yang
dilakukan oleh para tokoh dalam drama tersebut. Dewojati (2010: 176) juga
mengemukakan bahwa secara universal, dialog dalam drama berfungsi sebagai
wadah bagi pengarang untuk menyampaikan informasi -informasi, menjelaskan
fakta, atau ide-ide utama. Dialog yang dilakukan dalam naskah drama tersebut
antara lain: dialog antara Kakek dan Nenek; dialog Kakek, Nenek, pesuruh; dialog
antara Nenek dan Nyonya Wenas (Janda); dialog antara Nyonya Wenas (Janda)
dan pesuruh; dialog antara Kakek, Nenek, Nyonya Wenas (Janda), dan Pesuruh;
dialog antara Kakek, Nenek, dan nyonya Wenas (Janda); dialog antara Pesuruh,
Kakek, dan Nenek; dialog antara Nenek dan Pesuruh; dialog antara Nita dan
Kakek; dialog antara Nita dan pesuruh (Joni); dialog antara Novia, Arba (sopir),
Meli (anak Novia), dan Feri (anak Novia); dialog antara Novia, Pesuruh (Joni),
dan Nita; dialog antara Kakek, Novia, dan Nita; dialog antara Nenek, Kakek, Nita,
dan Novia; dialog antara Nita, Novia, Kakek, pesuruh (Joni). Peneliti akan
menjabarkan atau menganalisis dialog-dialog yang sudah ada tersebut. Dengan
bukti dengan dialog sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Dialog antara Kakek dan Nenek
Kakek : “saya akan tersenyum kalau kau mau mengucapkan
Janji.”
Nenek : “Tentu, tentu.”
Kakek : “Kau mau menyanyi.”
Nenek : “Tentu, sayang, tentu.”
Kakek : “Kapan?”
Nenek : “Suatu ketika.”
Kakek : “Sebelum saya mati?”
Nenek : “Ya sayang, ya, sayang.”
Kakek : “Sekarang.”
Nenek : “Tidak mungkin sayang. Kau tahu saya sedikit flu karena
pesta beberapa hari yang lalu.” ( lampiran hal. 4)
Dialog antara Pesuruh, Nenek, dan Kakek
Pesuruh : “Ada tamu, nyonya besar.”
Nenek : “Siapa?”
Pesuruh : “Nyonya Wenas, nyonya.”
Nenek : “(Melirik pada Kakek), nyonya janda itu? (kepada
pesuruh). Sebentar saya ke depan.”
Nenek : “Kau surati dia?”
Kakek : “Tidak.”
Nenek : “Kau bohong. Bagaimana dia bisa tahu tentang pesta
kita?”
Kakek : “saya tidak tahu.” (lampiran hal. 6)
Dialog antara Nenek dan Nyonya wenas (Janda)
Nenek : “Kami sangat berharap sekali nyonya bisa hadir kemarin.
Suami saya juga heran kenapa nyonya tidak datang
kemudian.”
Janda : “Kami sakit.”
Nenek : “Kami? Maksud nyonya...”
Janda : “Iya, saya dan anjing saya sakit. Setiap kali saya sakit
anjing saya juga ikut sakit. Saya agak senang karena
sekarang saya agak sembuh, tetapi Bison agak parah
sakitnya.
Nenek : “Kasihan. Sayang. (Heran Suaminya tidak ada). Di mana
kau? Dia tadi di sini. Sebentar nyonya (berseru) Onda,
di mana kau?” (lampiran hal. 7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Dialog Nyonya Wenas dan Pesuruh
Janda : “Nanti dulu.”
Pesuruh : “Ya, nyonya.”
Janda : “Siapa yang memilih minuman ini?”
Pesuruh : “Saya sendiri nyonya.”
Janda : “Ini memang kesukaan saya.”
Pesuruh : “Menyenangkan sekali, silahkan minum, nyonya.”
Janda : “(Minum) segar bukan main. Bagaimana kau tahu saya
suka minuman ini?
Pesuruh : “Tuan besar sering menceritakan perihal nyonya kepada
saya. Dan ketika saya tahu nyonya datang, segera saya
buatkan minuman itu. Selamat minum nyonya.”
(lampiran hal. 8)
Dialog Nenek, Nyonya Wenas (Janda), Kakek, dan Pesuruh
Nenek : “Selamat datang, nyonya.”
Janda : “Selamat atas....”
Kakek : “Terima kasih. Maaf, nyonya Tampubolon?
Nenek : “Kau pelupa benar.”
Kakek : “Siapa bilang, nyonya pasti nyonya Mangandaralam.”
Nenek : “Sayang, ini nyonya Wenas.”
Kakek : “Ya, maksud saya nyonya Wenas. Apa kabar suami
nyonya?”
Nenek : “Maaf, nyonya. Sayang, tuan Wenas telah meninggal
sebelas tahun yang lalu.
Kakek : “Maafkan, kau benar sayang. Daya ingat saya jelek
sekali. Maafkan nyonya.”
Janda : “Tidak apa.”
Nenek : “(Berseru) Joni.!!
Pesuruh : “Ya, Nyonya.”
Nenek : “Bawa minuman ini ke dalam.” (lampiran hal. 9)
Dialog antara Kakek, Nenek, Nyonya Wenas
Kakek : “Udara sangat baik ahkir-ahkir ini, di rumah nyonya
Sering turun hujan?”
Janda : “Ya, terutama belakangan ini.”
Nenek : “Memang musim hujan.”
Janda : “Dan terutama kalau sore.”
Kakek : “Seperti di rumah kita, tidak begitu, sayang?”
Nenek : “Tentu saja. Kalau di rumah nyonya Wenas jatuh hujan
Di rumah kitapun turun hujan, sebab nyonya dan kita
Satu kota, bahkan satu wilayah kecamatan.”
Kakek : “Memang satu kota, satu kecamatan. Tidak begitu nyonya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
eh, siapa? O ya nyonya Wenas? Tidak begitu?
Janda : “Ya, kita satu kota.” (lampiran hal. 11)
Dialog antara Pesuruh, Kakek, dan Nenek
Pesuruh : “Ya, tuan besar.”
Kakek : “Siapa yang menyuruh.....”
Nenek : “Biar saya yang tanya (kepada Joni) Joni.”
Pesuruh : “Ya, nyonya besar.”
Kakek : “Siapa yang menyuru.....”
Nenek : “Biar saya yang tanya (kepada Joni) Joni.”
Pesuruh : “Ya, nyonya besar.” (lampiran hal. 16)
Dialog antara Nenek dan Pesuruh
Nenek : “Sejak tadi pagi sudah berapa kali kau berbohong?”
Pesuruh : “Belum sekalipun nyonya.”
Nenek : “Akui saja toh tidak akan mengurangi penghasilanmu.”
Pesuruh : “Terus terang sudah dua kali, nyonya.”
Nenek : “Nah, begitu lebih jantan. Apa saja?”
Pesuruh : “Pertama kepada istri saya.”
Nenek : “Itu tidak perlu, yang ke dua?”
Pesuruh : “Yang ke dua kepada istri saya.”
Nenek : “Jadi kau selalu berdusta kepada istrimu sendiri?”
Pesuruh : “Tidak selalu, nyonya. Kadang kala, tetapi tidak pernah
lebih tiga kali sehari.” (lampiran hal. 17)
Dialog antara Nita dan Kakek
Kakek : “(Mengejar) Sayang.
Nita : “Ada apa lagi, pak?”
Kakek : “Kaktus dalam kakus. (exit)” (lampiran hal. 21)
Dialog antara Nita dan Pesuruh (Joni)
Nita : “Bustomi.”
Joni : “Ya, nyonya.”
Nita : “Ibu dan bapak bertengkar?”
Joni : “Tidak tahu, nyonya, tapi saya dengar mereka tangis
tangisan.” (lampiran hal. 22)
Dialog antara Novia, Arba (sopir), Meli (anak Novia), dan Feri (anak
Novia)
Arba : “Di sini, nyonya?”
Novia : “Ya, letakkan saja di sini dulu.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Arba : “Yang lainnya, nya?
Novia : “Biarkan saja di mobil, kau tunggulah di sana.”
Meli : “Papa nanti ke sini, mam?”
Novia : “Ya, sayang. (berseru) Pak Arba!
Arba : “Ya, nyonya.”
Novia : “Tidak, nanti saja.”
Arba : “Baik nyonya.”
Feri : “Mana bude Ita, mam?”
Novia : “Sebentar, sayang.”
Feri : “Feri ingin lihat ikan, mam?”
Novia : “Sebentar sayang, sebentar.”
Meli : “Meli juga, mam.”
Novia : “Ya, sayang Meli dan Feri boleh lihat ikan dengan janji
tidak main-main air. Nanti ikannya sakit. Kalau ikannya
sakit nanti Kakek dan Nenek menangis.”
Feri : “Nenek juga suka menangis, mam?”(lampiran hal. 22-23)
Dialog antara Novia, Pesuruh (Joni), dan Nita
Nita : “(Setelah memainkan Meli dan Feri) Ada apa lagi
Novia?”
Novia : “Nanti saya ceritakan semuanya. Mana Memet?”
Nita : “Bustam!”
Joni : “Ya, nyonya.”
Novia : “Memet.”
Nita : “Ya, nyonya.”
Novia : “Bawa masuk Meli dan Feri (pada anak-anaknya) Siapa
yang mau lihat ikan?”
(Meli dan Feri mengacungkan tangannya: saya mam.)
Novia : “Ikutlah sama mang Memet.”
Joni : “Ayo kita nonton ikan.” (lampiran hal. 23)
Dialog antara Nita dan Novia
Nita : “Lagu lama?”
Novia : “Api kali ini saya kira yang terahkir.”
Nita : “Dulu kau juga bilang begitu.”
Novia : “Tapi, Nita kau sendiri bisa menimbang bagaimana
sakitnya perasaan saya melihat tingkah vita terhadap
pasiennya yang pura-pura sakit itu.”
Nita : “Siapa lagi?”
Novia : “Icih, anak sunda itu, pacarnya waktu sekolah.”
Nita : “Tapi kalau memang dia sakit apa salahnya berobat
kepada suamimu?
Novia : “Saya yakin dia hanya pura-pura sakit.”
(lampiran hal. 24)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Dialog antara Kakek, Novia, dan Nita
Kakek : “Begitu Nita. Kau harus dengar dari permulaan sekali
Soal ibumu....
Novia : “Pak....”
Kakek : “Ada apa kau? Baru kemarin kau pulang dari sini?
Dengan siapa?
Novia : “Anak-anak.”
Kakek : “Mana mereka?”
Novia : “Di belakang. Lihat ikan seperti biasanya.”
Kakek : “(setelah berfikir) kebetulan kau datang. Begini. Tidak
salah kalau kau juga sebagai anak tahu. Ini persoalan
juga sangat runcing dan bisa mengakibatkan kesedihan
berlarut-larut.”
Novia : “Soal apa pak?”
Nita : “Ibu Purik. Ibu marah.”
Novia : “Kenapa?”
Kakek : “Itulah dengarkan saya (berfikir). Begini. Soalnya sepele
dan tidak bermutu. Ibumu tidak suka tanaman kaktus.
Saya suka tanaman itu. Bahkan saya punya tanaman
kaktus dalam kakus. Ibumu marah-marah.”
Novia : “Bapak tidak mau mengalah?” (lampiran hal. 24-25)
Dialog Kakek, Nenek, Nita, dan Novia
Kakek : “Ya, tidak perlu sebab, kata-kata seru saja yang kau
Punya sekarang.”
Nenek : “Kau dalam keadaan marah. Dalam keadaan marah lebih
baik orang diam, dan lebih baik lagi kalau kau mau
mendengarkan saran orang lain.”
Kakek : “Ya, saya kira begitu. Ibumu sebenarnya juga sedang
marah tetapi tak sepatahpun kata-kata yang diucapkan.”
Nenek : “Ban ini, koper-koper ini apa perlu artinya? Main-main
kau sudah keterlaluan.”
Novia : “Saya tidak main-main bu, saya sungguh-sungguh.”
Nenek : “Lebih jelek lagi (menangis sedih) Tuhanku, apa jadinya
berpisah dengan Vita yang dulu kau agung-agungkan?
Apa jadinya hidupmu?”
Nita : “Apa jadinya anak-anakmua? Meli dan Feri akan
kehausan cinta sebab mereka tidak akan lengkap
menerima keutuhan cinta.”
Nenek : “Fikirkan baik-baik, sayangku. Singkirkan kegelapan
Yang dibenihkan setan cemburu.” (lampiran hal. 30)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Dialog antara Nita, Novia, Kakek, dan pesuruh (Joni)
Nita : “Bustam!”
Novia : “Memet!”
Kakek : “Joni!”
Joni : “Ya, tuan besar.”
Nita : “Air dingin, Bustam!”
Novia : “Cepat, Met!”
Joni : “Sebentar nyonya.”
Nita : “Permainanmu terlalu kasar, Novia, kalau kau teruskan
ibu bisa pingsan.” (lampiran hal. 33)
b. Spectacle
Spectacle juga dapat pula disebut sebagai aspek-aspek visual sebuah lakon,
terutama action fisik para tokoh-tokoh di atas panggung. Kemudian spectacle
juga dapat mengacu pada pembabakan, tata kostum, tata rias, tata lampu, dan
perlengkapan yang lain. Spectacle juga dianggap menjadi salah satu unsur yang
sangat menghidupkan dan menjadi bagian penting dalam pementasan drama
Kernodle (dalam Dewojati, 2010: 185). Peneliti memberikan ilustrasi betapa
pentingnya menghadirkan Kakek dan Nenek dengan memakai kostum seorang
Nenek dan Kakek dan memakai rias sebagai Nenek dan Kakek, dengan
didukung dengan gelas, kaktus, kursi yang mendukung dalam drama tersebut.
Dengan bukti percakapan yang terdapat pada dalam kurung sebagai berikut:
Nenek : “(menggeleng sambil tersenyum manja)”
Nenek : “(menggeleng sambil tersenyum manja)”
Nenek : “(malu)” (lampiran hal. 2)
Kakek : “(tertawa) U, saya baru ingat sekarang” (lampiran hal.4)
Nenek : “(Melirik pada Kakek)...” (lampiran hal.6)
Janda : “(Minum)...” (lampiran hal. 8)
Kakek : “(Menangis)...” (lampiran hal.20)
Kakek : “(Mengejar)...” (lampiran hal. 21)
Action fisik yang terlihat adalah Nenek yang malu-malu tidak mau
Sambil menggelengkan kepala nya ketika disuruh Kakek untuk menyanyi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Peneliti dapat melihat dalam drama “Pada Suatu Hari” terdapat
pembabakan, tata kostum, tata rias, dan perlengkapan yang digunakan.
Peneliti akan menjabarkan hasil analisisnya sebagai berikut:
1) Pembabakan
Peneliti dapat melihat bahwa pada naskah “Pada Suatu Hari” memiliki
dua puluh babak yang terdapat dalam cerita. Pembabakan tersebut
memiliki masing-masing bagian dialog yang diperankan para tokoh.
babak ketiga terdapat pada (hal. 2)
Kakek : “Sekarang kau nyanyi.”
Nenek : “(Menggeleng sambil tersenyum manja)”
Kakek : “Seperti dulu.”
Nenek : “(Menggeleng sambil tersenyum manja)”
Kakek : “Nyanyi seperti dulu.”
Nenek : “(malu)”
Kakek : “Sejak dulu kau selalu begitu.”
Nenek : “Habis kaupun selalu mengejek setiap kali saya
menyanyi.” (hal. 2)
Action fisik yang dilakukan oleh Nenek adalah menggelengkan kepala
dan malu ketika Kakek menyuruh dirinya untuk menyanyi. Nenek tau
ketika dia menyanyi akan diledek oleh Kakek maka dia malu dan
menolak dengan menggelengkan kepala.
babak ke empat terdapat pada (hal. 6)
Pesuruh : “Ada tamu, nyonya besar.”
Nenek : “Siapa?”
Pesuruh : “Nyonya Wenas, nyonya.”
Nenek : “(Melirik pada Kakek), nyonya janda itu? (kepada
pesuruh). Sebentar saya ke depan.”
Nenek : “Kau surati dia?”
Kakek : “Tidak.”
Nenek : “Kau bohong. Bagaimana dia bisa tahu tentang pesta
kita?”
Kakek : “saya tidak tahu.” (lampiran hal. 6)
Action fisik yang Nenek adalah melirik ke Kakek menyatakan curiga ke
pada Kakek bahwa kedatangan nyonya Wenas disurati oleh Kakek.
babak kelima, enam, dan tujuh terdapat pada (hal. 7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Babak kelima Kakek : “Seharusnya dia tidak perlu datang kemari.”
(kemudian Kakek mondar-mandir sambil bersungut
sungut,)
Kakek : “Saya takut dia betul-betul demam karena kedatangan
janda itu. Ah. Lebih baik saya menyingkir ke ruang
baca.” (lampiran hal. 7)
Action fisisk yang dilakukan oleh Kakek adalah mondar-mandi sambil
gelisah dan bersungut-sungut ketika Nenek bilang jika Kakek bohong
Nenek demamnya akan kambuh. Kakek yang panik akhirnya dia pergi ke
ruang baca.
Babak keenam
Nenek : “Kami sangat berharap sekali nyonya bisa hadir kemarin.
Suami saya juga heran kenapa nyonya tidak datang
kemudian.”
Janda : “Kami sakit.”
Nenek : “Kami? Maksud nyonya...”
Janda : “Iya, saya dan anjing saya sakit. Setiap kali saya sakit
anjing saya juga ikut sakit. Saya agak senang karena
sekarang saya agak sembuh, tetapi Bison agak parah
sakitnya.
Nenek : “Kasihan. Sayang. (Heran Suaminya tidak ada). Di mana
kau? Dia tadi di sini. Sebentar nyonya (berseru) Onda,
di mana kau?” (lampiran hal. 7)
Action fisik yang dilakukan Nenek ketika melihat Kakek tidak ada di
ruang tamu adalah terheran-heran karena Kakek tidak ada di ruang
tamu.
Babak ketujuh
(sambil mengamati ruangan tengah itu nyonya Wenas membenahi
dirinya)
Janda : “Terlaknat saya, kenapa saya jadi gemetar?” (lampiran hal. 7)
Action fisik yang dilakukan oleh nyonya Wenas ketika berada di
rumah Kakek adalah dia membenahi diri agar penampilannya menarik
dilihat oleh Kakek. Nyonya Wenas menjadi gemetar ketika ingin
bertemu dengan Kakek.
babak kedelapan terdapat pada (hal. 7-8)
(Pesuruh muncul membawa minuman, ketika pesuruh itu akan pergi)
Janda : “Nanti dulu.”
Pesuruh : “Ya, nyonya.”
Janda : “Siapa yang memilih minuman ini?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Pesuruh : “Saya sendiri nyonya.”
Janda : “Ini memang kesukaan saya.”
Pesuruh : “Menyenangkan sekali, silahkan minum, nyonya.”
Janda : “(Minum) segar bukan main. Bagaimana kau tahu saya
suka minuman ini?
Pesuruh : “Tuan besar sering menceritakan perihal nyonya kepada
saya. Dan ketika saya tahu nyonya datang, segera saya
buatkan minuman itu. Selamat minum nyonya.”
(lampiran hal. 8)
Action fisik yang dilakukan pesuruh adalah masuk ke ruang tamu
Dengan membawa minuman untuk nyonya Wenas. Minuman yang
diberikan oleh nyonya Wenas adalah minuman kesukaannya yaitu es
putih. Nyonya Wenas langsung minum es susu kesukaannya itu.
babak kesembilan terdapat pada (hal. 8-9)
Nenek : “Selamat datang, nyonya.”
Janda : “Selamat atas....”
Kakek : “Terima kasih. Maaf, nyonya Tampubolon?
Nenek : “Kau pelupa benar.”
Kakek : “Siapa bilang, nyonya pasti nyonya Mangandaralam.”
Nenek : “Sayang, ini nyonya Wenas.”
Kakek : “Ya, maksud saya nyonya Wenas. Apa kabar suami
nyonya?”
Nenek : “Maaf, nyonya. Sayang, tuan Wenas telah meninggal
sebelas tahun yang lalu.
Kakek : “Maafkan, kau benar sayang. Daya ingat saya jelek
sekali. Maafkan nyonya.”
Janda : “Tidak apa.”
Nenek : “(Berseru) Joni.!!
Pesuruh : “Ya, Nyonya.”
Nenek : “Bawa minuman ini ke dalam.” (lampiran hal. 9)
Action fisik yang dilakukan Nenek adalah dia berseru memanggil Joni
pesuruh rumah itu untuk membawa masuk ke dalam minuman yang
sudah disediakan itu dan mengganti dengan minuman yang berbeda.
babak kesepuluh terdapat pada (lampiran hal. 14)
(perang bisu meletus antara Kakek dan Nenek)
Action fisik yang dilakukan keduanya adalah saling berdiam diri
dikarenakan Nenek marah kepada Kakek akan sikapnya terhadap
nyonya Wenas membuat hatinya cemburu.
babak kesebelas terdapat pada (hal. 15)
Kakek : “Kenapa kau diam begitu?”
Nenek : “Diam saja.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Kakek : “Kenapa kau begitu diam?”
Nenek : “Kau juga begitu.”
Kakek : “Kenapa?”
Nenek : “Kau juga kenapa?”
Kakek : “Sayang, adalah tidak baik kita bubuhi pesta emas
Dengan kata-kata seru.”
Nenek : “Kau sendiri yang membubuhinya. Kau rusak bunga
bunga pesta kita dengan kaktus-kaktus pacar kau.”
(lampiran hal. 15)
Action fisik yang dilakukan oleh Nenek adalah cuek kepada Kakek dan
tidak mau ngomong banyak kepada Kakek.
Dialog dalam babak kedua belas terdapat pada (hal. 16)
Pesuruh : “Ya, tuan besar.”
Kakek : “Siapa yang menyuruh.....”
Nenek : “Biar saya yang tanya (kepada Joni) Joni.”
Pesuruh : “Ya, nyonya besar.”
Kakek : “Siapa yang menyuru.....”
Nenek : “Biar saya yang tanya (kepada Joni) Joni.”
Pesuruh : “Ya, nyonya besar.” (lampiran hal. 16)
Action fisik yang dilakukan Nenek adalah membentak Kakek ketika ingin
berbicara kepada pesuruh namun Kakek yang mencoba berbicara
terlebih dahulu.
babak ke tiga belas terdapat pada (hal. 18)
(Sunyi)
Nenek : “Berkomplot.”
Kakek : “Tidak baik mengada-ada.”
Nenek : “Bahkan kau diam-diam memelihara kaktus dalam
kakus.”
Kakek : “Tidak melulu kaktus tapi beberapa jenis bunga lainnya.
Juga.....”
Nenek : “(Tiba-tiba menangis sangat kerasnya).” (lampiran hal.
18)
Action fisik yang dilakukan oleh Nenek adalah menangis sangat keras
karena kemarahan yang sedang dilanda pada dirinya. Nenek cemburu
karena Kakek memiliki kaktus yang disukai oleh nyonya Wenas.
babak keempat belas terdapat pada (lampiran hal. 21)
Kakek : “(Mengejar) sayang.”
Nita : “Ada apa lagi, pak?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Kakek : “Kaktus dalam kakus (exit).”
Nita : “Bustam.”
Joni : “Ya, nyonya.”
Nita : “Ibu dan bapak bertengkar?”
Joni : “Tidak tahu, nyonya, tapisaya dengar mereka tangis
tangisan.”
Action fisik yang dilakukan Kakek adalah larik mengejar Nenek yang
masuk ke dalam ruangan lain di dalam rumah karena menangis.
babak kelima belas terdapat pada (lampiran hal. 22)
(ketika Nita dan kemudian Joni exit, muncul sopir Arba membawa
beberapa koper dan tas meletakkan di sana, tidak lama kemudian muncul
Novia dengan anak-anaknya, Meli dan Feri)
Arba : “Di sini, nyonya?”
Novia : “Ya, letakkan saja di sini dulu.”
Arba : “Yang lainnya, nya?
Novia : “Biarkan saja di mobil, kau tunggulah di sana.”
Meli : “Papa nanti ke sini, mam?”
Novia : “Ya, sayang. (berseru) Pak Arba!
Arba : “Ya, nyonya.”
Novia : “Tidak, nanti saja.”
Arba : “Baik nyonya.”
Feri : “Mana bude Ita, mam?”
Novia : “Sebentar, sayang.”
Feri : “Feri ingin lihat ikan, mam?”
Novia : “Sebentar sayang, sebentar.”
Meli : “Meli juga, mam.”
Novia : “Ya, sayang Meli dan Feri boleh lihat ikan dengan janji
tidak main-main air. Nanti ikannya sakit. Kalau ikannya
sakit nanti Kakek dan Nenek menangis.”
Feri : “Nenek juga suka menangis, mam?”(lampiran hal. 22-23)
Action fisik yang dilakukan oleh sopir Arba adalah membawa koper dan
tas yang dibawa oleh Novia ke rumah Nenek dan Kakek.
Dialog dalam babak ke enam belas terdapat pada (lampiran hal. 23)
(muncul Nita dan terkejut)
Nita : “(Setelah memainkan Meli dan Feri) Ada apa lagi
Novia?”
Novia : “Nanti saya ceritakan semuanya. Mana Memet?”
Nita : “Bustam!”
Joni : “Ya, nyonya.”
Novia : “Memet.”
Nita : “Ya, nyonya.”
Novia : “Bawa masuk Meli dan Feri (pada anak-anaknya) Siapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
yang mau lihat ikan?”
(Meli dan Feri mengacungkan tangannya: saya mam.)
Novia : “Ikutlah sama mang Memet.”
Joni : “Ayo kita nonton ikan.” (lampiran hal. 23)
(Joni dan Meli dan Feri masuk ke dalam)
Action fisik yang dilakukan oleh pesuruh adalah dia masuk ke dalam
membawa Meli dan Feri untuk bermain ikan di kolam Nenek dan Kakek.
babak ke tujuh belas dan kedelapan belas terdapat pada
(lampiran hal. 24)
Babak ketujuh belas
Nita : “Lagu lama?”
Novia : “Api kali ini saya kira yang terahkir.”
Nita : “Dulu kau juga bilang begitu.”
Novia : “Tapi, Nita kau sendiri bisa menimbang bagaimana
sakitnya perasaan saya melihat tingkah vita terhadap
pasiennya yang pura-pura sakit itu.”
Nita : “Siapa lagi?”
Novia : “Icih, anak sunda itu, pacarnya waktu sekolah.”
Nita : “Tapi kalau memang dia sakit apa salahnya berobat
kepada suamimu?
Novia : “Saya yakin dia hanya pura-pura sakit.”
(lampiran hal. 24)
Babak kedelapan belas
Kakek : “Begitu Nita. Kau harus dengar dari permulaan sekali
Soal ibumu....
Novia : “Pak....”
Kakek : “Ada apa kau? Baru kemarin kau pulang dari sini?
Dengan siapa?
Novia : “Anak-anak.”
Kakek : “Mana mereka?”
Novia : “Di belakang. Lihat ikan seperti biasanya.”
Kakek : “(setelah berfikir) kebetulan kau datang. Begini. Tidak
salah kalau kau juga sebagai anak tahu. Ini persoalan
juga sangat runcing dan bisa mengakibatkan kesedihan
berlarut-larut.”
Novia : “Soal apa pak?”
Nita : “Ibu Purik. Ibu marah.”
Novia : “Kenapa?”
Kakek : “Itulah dengarkan saya (berfikir). Begini. Soalnya sepele
dan tidak bermutu. Ibumu tidak suka tanaman kaktus.
Saya suka tanaman itu. Bahkan saya punya tanaman
kaktus dalam kakus. Ibumu marah-marah.”
Novia : “Bapak tidak mau mengalah?” (lampiran hal. 24-25)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Action fisik yang dilakukan oleh Kakek adalah berfikir ketika ingin
bercerita kepada Novia dan Nita sebab persoalan yang dihadapi oleh
bapaknya.
babak ke sembilan belas terdapat pada (lampiran hal. 27)
Nita : “Novia, apakah kau tidak pernah memperhatikan baik
baik betapa jernihnya anak-anakmu yang lucu itu. Meli
dan Feri.”
Novia : “Tapi kau juga bisa menimbang betapa sakitnya hati
saya. Coba saja Icih sundal itu hampir setiap hari ia
berobat ke rumah.”
Nita : “Tiap hari?”
Novia : “Tidak. Maksud saya hampir seminggu sekali.”
Nita : “Seminggu sekail?”
babak ke dua puluh terdapat pada (lampiran hal. 29)
Nenek : “..... Novia, ibu yakin kau telah terpengaruh roman
roman sampah itu sehingga hidup gabimu tak ubahnya
seperti mainan peranan belaka. Bacalah Romeo Juliet.
Bacalah tentang kesetian cinta, dan singkirkan bacaan
yang mengajarkan kebencian dan perceraian. Kau kira
perceraian itu jalan suci?
Kakek : “Kau kira kau akan menjadi betina yang jantan kalau kau
berhasil bercerai dengan suamimu?”
Nenek : “Jangan kau sangka perasaanmu dan kecemburuanmu
akan menuntun hidupmu kearah kebahagiaan.”
Nita : “Juga jangan lupakan Meli dan Feri.”
Action fisik yang dilakukan oleh Nenek adalah lari dan memeluk Novia
yang pada saat itu sedang menangis karena adanya masalah dalam
hubungan keluarganya.
2) Tata kostum
peneliti dapat melihat bahwa kostum yang dipakai dalam percakapan
naskah drama “Pada Suatu Hari” menggunakan kostum Kakek dan
Nenek berkostumkan Nenek dan Kakek, pesuruh memakai kostum
pembantu di rumah, janda memakai kostum yang mencolok agar dapat
menggoda Kakek, supir memakai kostum seragam layaknya supir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
pribadi, Novia dan Nita memakai kostum wanita, Meli dan Feri memakai
kostum anak-anak ketika dipakai pada saat berada di dalam rumah.
Dialog pertama
Kakek : “Sekarang kau nyanyi.”
Nenek : “(menggeleng sambil tersenyum manja)”
Kakek : “Seperti dulu.”
Nenek : “(menggeleng sambil tersenyum manja)”
Kakek : “Nyanyi seperti dulu?”
Nenek : “(malu)” (hal. 2)
Dialog kedua
Pesuruh : “Ya, tuan besar.”
Kakek : “Siapa yang menyuruh...”
Nenek : “Biar saya yang tanya (kepada Joni) Joni.”
Pesuruh : “Ya, nyonya besar.”
Kakek : “Siapa yang menyuru...”
Nenek : “Biar saya yang tanya (kepada Joni) Joni.”
Pesuruh : “Ya, nyonya besar.” (hal. 16)
Peneliti dapat simpulkan bahwa tata kostum yang digunaka dalam naskah
drama ini, yaitu kostum sebagai Kakek dan Nenek, kostum sebagai
pembantu/pesuruh, kostum sebagai wanita muda, kostum sebagai sopir, dan
makeup sebagai anak-anak. kostum sebagai Kakek dan Nenek dipakai untuk
memperlihatkan tokoh tersebut berperan sebagai Nenek dan Kakek. kostum
sebagai Pesuruh/pembantu dipakai untuk memperlihatkan tokoh tersebut berperan
sebagai pesuruh. kostum sebagai wanita muda dipakai untuk memperlihatkan
tokoh tersebut berperan sebagai wanita muda. kostum sebagai Sopir dipakai untuk
memperlihatkan tokoh tersebut berperan sebagai Sopir. kostum sebagai anak-anak
dipakai untuk memperlihatkan tokoh tersebut berperan sebagai anak-anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
3) Tata Rias
peneliti dapat melihat bahwa Rias yang dipakai dalam naskah drama
Pada Suatu Hari adalah makeup sebagai Kakek dan Nenek, makeup
sebagai pembantu/pesuruh, makeup sebagai wanita muda, makeup
sebagai sopir, dan makeup sebagai anak-anak.
Kakek : “Kapan?”
Nenek : “Suatu ketika”
Kakek : “Sebelum saya mati?”
Nenek : “Ya sayang, iya sayang.” (lampiran hal.4)
Peneliti dapat simpulkan bahwa tata rias yang digunaka dalam naskah drama
ini, yaitu makeup sebagai Kakek dan Nenek, makeup sebagai pembantu/pesuruh,
makeup sebagai wanita muda, makeup sebagai sopir, dan makeup sebagai anak-
anak. makeup sebagai Kakek dan Nenek dipakai untuk memperlihatkan tokoh
tersebut berperan sebagai Nenek dan Kakek. Makeup sebagai Pesuruh/pembantu
dipakai untuk memperlihatkan tokoh tersebut berperan sebagai pesuruh. makeup
sebagai wanita muda dipakai untuk memperlihatkan tokoh tersebut berperan
sebagai wanita muda. Makeup sebagai Sopir dipakai untuk memperlihatkan tokoh
tersebut berperan sebagai Sopir. Makeup sebagai anak-anak dipakai untuk
memperlihatkan tokoh tersebut berperan sebagai anak-anak.
4) Perlengkapan
Peneliti dapat melihat bahwa perlengkapan yang digunakan dalam
naskah drama Pada Suatu Hari adalah tanaman kaktus, kursi, dan gelas
minum.
“Siapa yang memilih minuman ini?”
“Nyonya suka minum jeruk?”
“Menyirami kaktus?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
“Saya punya tanaman kaktus dalam kaktus” (lampiran hal. 8)
Berdasarkan kutipan yang terdapat di atas peneliti dapat simpulkan bahwa
perlengkapaan yang digunaka dalam naskah drama ini, yaitu kaktus, gelas, sofa.
Kaktus dipakai sebagai tanaman kesukaan dari kakek. Gelas digunakan pada saat
Pesuruh memberikan minuman kepada Nenek, Kakek, dan Nyonya Wenas. Sofa
digunakan pada saat para tokoh sedang duduk.
c. Mood
Menurut Kernodle (dalam Dewojati, 2010: 182) terciptanya mood yang ada
dalam drama melibatkan banyak unsur. Dengan kata lain, mood akan
terbangun apabila ia berhubungan dengan unsur -unsur lain yakni spectacle,
dialog, dan irama dalam drama. Peneliti menemukan mood atau suasana yang
terdapat dalam drama “Pada SuatuHari” yaitu menggambarkan suasana
bahagia atau nostalgia, cemburu atau resah, marah atau mencengkram, dan
kembali bahagia atau memaafkan. Peneliti menjabarkan mood sebagai berikut.
Peneliti dapat melihat bahwa awal suasana yang terdapat dalam naskah
drama “Pada Suatu Hari” adalah bahagia atau Nostalgia yang dirasakan
oleh Kakek dan Nenek di masa tuanya sungguh membawa rasa yang
mengesankan dan bahagia. Di usia pernikahan yang ke-50. Kakek dan
Nenek mengingat pada masa muda dahulu ketika mereka saling berkenalan
dengan digambarkan oleh Kakek dan Nenek yang duduk berdua di sofa
seperti pasangan yang baru saja menikah. Dengan bukti dialog sebagai
berikut:
Kakek : “Sekarang kau nyanyi.”
Nenek : “(Menggeleng sambil tersenyum manja)”
Kakek : “Seperti dulu.”
Nenek : “(Menggeleng sambil tersenyum manja)”
Kakek : “Nyanyi seperti dulu.”
Nenek : “(malu)”
Kakek : “Sejak dulu kau selalu begitu.”
Nenek : “Habis kaupun selalu mengejek setiap kali saya
menyanyi.” (hal. 2)
Action fisik yang dilakukan Nenek pada dialog diatas adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
menggelengkan kepala dan merasa malu ketika Kakek menyuruh
menyanyi. Nenek sangat bahagia mengingat masa lalu bersama Kakek di
dalam ruang tamu.
Tata kostum yang digunakan adalah pakaian Kakek dan Nenek usia 70
tahun.
Tata rias yang dipakai adalah makeup seorang Kakek dan Nenek usia 70
tahun.
Tata lampu berpusat pada Kakek dan Nenek yang sedang duduk berdua
di ruang tamu dengan cahaya yang redup.
Di tengah-tengah nostalgia atau kebahagian yang dirasakan oleh Kakek dan
Nenek ketika masih muda dulu tiba-tiba datanglah tamu yang membuat Nenek
menjadi cemburu. Cemburu atau resah yang dirasakan oleh Nenek karena
Kedatangan Nyonya Wenas mantan kekasih dari Kakek. Nenek berpikir kalau
Kakek masih ada rasa terhadap nyonya Wenas. sehingga mengacaukan
suasana bahagia dari Kakek dan Nenek. Nyonya Wenas ini mantan kekasih
dari Kakek. Dengan bukti dialog sebagai berikut:
Pesuruh : “Ada tamu, nyonya besar.”
Nenek : “Siapa?”
Pesuruh : “Nyonya Wenas, nyonya.”
Nenek : “(Melirik pada Kakek), Nyonya janda itu (kepada
pesuruh) sebentar saya ke depan.”
Nenek : “Kau surati dia?”
Kakek : “Tidak.”
Nenek : “Kau bohong. Bagaimana dia bisa tahu tentang pesta
kita?”
Kakek : “Saya tidak tahu.”
Nenek : “Kau bohong (exit) demam saya mulai kambuh.”
(lampiran hal. 6)
Action fisik yang dilakukan Nenek adalahmelirik ke Kakek dan sambil
curiga kalau kedatangan nyonya Wenas disurati oleh Kakek. Kemudian
dengan nada kecewa Nenek keluar sambil menyuruh nyonya Wenas
masuk
Tata kostum yang digunakan adalah pakaian Kakek dan Nenek usia 70
Tahun dan kostum seorang pesuruh dengan membawa serbet.
Tata rias yang dipakai adalah makeup seorang Kakek dan Nenek usia 70
Tahun dan makeup seorang pesuruh.
Tata lampu berpusat pada pesuruh yang datang. Lampu pada Nenek dan
Kakek diredupkan.
Kecemburuan Nenek yang berlarut-larut kepada nyonya Wenas membuat
dirinya menjadi marah terhadap Kakek karena sikapnya kepada nyonya
Wenas. Kakek yang bertingkah laku yang berlebih di depa nyonya Wenas
membuat Nenek menjadi marah menyebabkan hubungan Kakek dan Nenek
ingin bercerai. Dengan bukti dengan dialog sebagai berikut:
Dialog pertama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Kakek : “Kenapa kau diam begitu?”
Nenek : “Diam saja.”
Kakek : “Kenapa kau begitu diam?”
Nenek : “Kau juga begitu.”
Kakek : “Kenapa?”
Nenek : “Kau juga kenapa?”
Kakek : “Sayang, adalah tidak baik kita bubuhi pesta emas
Dengan kata-kata seru.”
Nenek : “Kau sendiri yang membubuhinya. Kau rusak bunga
bunga pesta kita dengan kaktus-kaktus pacar kau.”
(lampiran hal. 15)
Dialog dua
Nenek : “Kau kejam. Kau bagaikan patung perunggu dengan hati
terbuat dari timah. Kau tidak punya perasaan. Kau
nodai percintaan kita dengan perempuan berhati kaktus.
Hatimu ular cobra. Kejam! Tuhan, masukkan dia ke
dalam neraka sampai kukunya hangus”
Kakek : “(Menangis) doamu jahat.”
Nenek : “Biar.”
Kakek : “Kau ingin saya masuk neraka?”
Nenek : “Bukan. Kerak neraka. Neraka paling neraka.”
Kakek : “Kau kejam dan kau sendiri?”
Nenek : “Ke Sorga.”
Kakek : “Kau egoistis.”
Nenek : “Biar.”
Kakek : “Kenapa kita tidak sama-sama satu tempat?”
Nenek : “Tidak sudi.”
Kakek : “Kau rupanya ingin kita pisah.”
Nenek : “Ya, saya ingin kiita pisah tapi kau tidak mengerti.”
Nenek : “..... saya ingin kita cerai.”
Kakek : “Cerai?”
Nenek : “Ya, cerai. Hari ini juga kita ke pengadilan. Kita cerai.”
(lampiran hal. 20)
Action fisik yang dilakukan oleh Kakek dan Nenek adalah mereka saling
berdiam diri dan tidak mau berbicara. Sehingga membuat Kakek menangis
mendengar doa dari Nenek. mendoakan Kakek meminta Tuhan
memasukkan Kakek ke dalam neraka atas perbuatan yang membuat Nenek
cemburu.
Tata kostum yang digunakan adalah pakaian Kakek dan Nenek usia 70
tahun.
Tata rias yang dipakai adalah makeup seorang Kakek dan Nenek usia 70
tahun.
Tata lampu berpusat pada Kakek dan Nenek yang sedang bertengkar di
ruang tamu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Pada bagian akhir suasana kemarahan Nenek yang awalnya membesar
mendengar anaknya Novia ingin bercerai dengan suaminya membuat hati
Nenek menjadi luluh dan tidak jadi minta cerai kepada Kakek. Ibu dan
bapak harus mencontohkan yang baik kepada anak-anaknya. Dan ahkirnya
Nenek tidak jadi bercerai kepada Kakek karena dia harus mencontohi anak-
anaknya dalam huungan berkeluarga dengan baik dan hidup dengan
bahagia. Peneliti akan memberikan bukti dialog sebagai berikut:
Nenek : “Fikirkan baik-baik, sayangku. Singkirkan
kegelapan
yang dibenihkan setan cemburu.”
Kakek : “Apa kira surat talak itu cek?”
Nenek : “Tuhanku, limpahilah anak saya dengan cahaya kasih
Mu. Novia, tidakkah kau bisa menimba pelajaran dari
pengalaman-pengalaman ibu dan ayahmu?”
Kakek : “Ayah dan Ibumu berumah tangga selama setengah abad,
tanpa sedikitpun membiarkan setan talak bertelur dalam
kamar tidurnya, bahkan tidak dalam dapurnya.”
Nenek : “Kami bagaikan Adam dan Hawa.” (lampiran hal. 30-31)
Action fisik yang dilakukan oleh Nenek dan Kakek adalah duduk dekat
dengan Novia dan menasihati Novia agar tidak melakukan tidakan yang
berlebihan.
Tata kostum yang digunakan adalah pakaian Nenek dan Kakek usia 70
tahun serta pakain perempuan usia 35 tahun.
Tata rias yang dipakai adalah makeup usia 70 tahun dan makeup usia 35
tahun.
Tata lampu berpusat kepada Kakek, Nenek, Novia, dan Nita yang sedang
menyelesaikan masalah dengan cahaya yang sedang.
B. Pembahasan
Peneliti akan membahas dari hasil penelitian yang sudah diperoleh berupa
ringkasan yang dikaitankan dengan teori yang sudah peneliti cantumkan. Peneliti
akan membagi dua pembahasan yaitu pembahasan mengenai struktur dan
pembahasan mengenai tekstur.
1. Struktur Naskah Drama
Struktur adalah bentuk drama pada waktu pementasan. Struktur terdiri atas
alur, karakter, dan tema (premise) (Harymawan, 1984: 26-29). Tekstur dalam
pementasan drama diciptakan oleh suara, imajinasi bahasa, mood (suasana)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
panggung yang kuat, properti/materi pentas, materi cerita, warna, gerakan, setting,
dan kostum. Unsur-unsur ini yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya
sastra. Unsur struktur itu adalah mekanisme antarhubungan unsur yang satu
dengan unsur yang lainnya dalam sebuah drama. Unsur struktur yang terdapat di
dalam naskah drama “Pada Suatu Hari”, yaitu tema, alur, dan karakter. Dilihat
dari analisis alur dalam drama “Pada Suatu Hari”, maka dapat disimpulkan adanya
berbagai bagian di dalam alur. Alur ini antar lain: bagian awal yang terdapat di
dalamnya eksposisi, rangsangan, dan gawatan; bagian tengah yang terdapat di
dalamnya ada konflik, komplikasi, dan klimaks; dan bagian akhir yang terdapat di
dalamnya penyelesaian.
Tema adalah pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra, khususnya
dalam hal ini adalah drama. Tema juga dapat dituliskan melalui ucapan-ucapan
para tokoh melalui dialog. Dalam analisis tema drama “Pada Suatu Hari” dapat
diambil tema sesuai dengan situasi dan kondisi para tokoh dalam cerita itu.
Bahasa juga sangat berperan penting dalam setiap hal, termasuk dalam drama
“Pada Suatu Hari”. Bahasa terdapat kata maupun kalimat yang nantinya
digunakan oleh para tokoh untuk berkomunikasi. Setiap dialog juga berupa
bahasa-bahasa yang mempunyai makna.
Alur merupakan urutan-urutan peristiwa dalam setiap cerita. Hal ini dimaksud
agar cerita dapat berjalan dengan baik dan utuh, sehingga makna dapat dicapai.
Pembagian alur dalam drama ini antara lain; eksposisi, rangsangan, gawatan,
konflik, komplikasi, klimaks, dan penyelesaian. Dari urutan-urutan alur itu, maka
cerita dapat terangkai secara jelas. Masalah demi masalah dapat terlihat dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
setiap dialog para tokoh yang mengalami perubahan diri yang digambarkan
melalui setiap peristiwa. Alur dapat mempermudah pembaca dalam menganalisis
unsur struktur drama. Pembaca dapat memahami rangkaian peristiwa dalam
drama maupun dalam kehidupannya sehari-hari.
Karakter merupakan gambaran sifat tokoh dalam setiap cerita. Hal ini
dimaksudkan agar cerita dapat terlihat gamabaran jelas dari karakter para tokoh.
Sifat dan kedudukan tokoh cerita di dalam suatu karya sastra drama beraneka
ragam. Ada yang bersifat penting dan digolongkan kepada tokoh pembantu
(minor). Karakter itu sendiri Karakter merupakan bahan paling aktif yang
menggerakkan jalan cerita dan memiliki kepribadian dan watak.
2. Tekstur Naskah Drama
Tekstur dalam pementasan drama diciptakan oleh suara, imajinasi bahasa,
mood (suasana) panggung yang kuat, properti/materi pentas, materi cerita, warna,
gerakan, setting, dan kostum. Tekstur ini yang menyebabkan karya sastra hadir
sebagai karya sastra. Tekstur itu adalah mekanisme antarhubungan unsur yang
satu dengan unsur yang lainnya dalam sebuah drama. Unsur tekstur yang terdapat
di dalam naskah drama “Pada Suatu Hari”, yaitu dialog, spectacle, dan mood.
Dialog merupakan percakapan dari para tokoh dalam setiap cerita. Hal ini
dimaksudkan untuk menyampaikan informasi-informasi, menjelaskan fakta, atau
ide-ide utama yang sampaikan oleh para tokoh dalam cerita tersebut. Dialog-
dialog yang diucapkan oleh para tokoh memiliki bagiannya.
Mood atau suasana merupakan bagian penting dalam setiap cerita. Hal ini
dimaksud kan untuk mengetahui suasana yang terdapat dalam cerita tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Mood ada kaitannya dengan dialog yang diucapkan, spectacle dan drama itu
sendiri. Maka untuk itu di dalam mood kita bisa dilihat gambaran dialog,
spectacle (tata kostum, tata rias, dan tata lampu) seperti apa yang digunakan
dalam naskah drama. Pada awal cerita suasana yang tergambar dalam cerita
tersebut adalah kebahagian atau nostalgia yang dirasakan oleh Kakek dan Nenek.
Pada bagian ini action fisik yang dilakukan oleh Nenek adalah malu-malu dan
menggeleng kepala. Tata kostum yang dipakai adalah pakaian Nenek dan Kakek
usia 70 tahun, tata rias yang digunakan makeup usia 70 tahun, tata lampu yang
digunakan pada bagian itu berpusat pada Kakek dan Nenek yang sedang duduk
berdua di ruang tamu. Kebahagian mereka rusak ketika mantan kekasih Kakek
yang bernama Nyonya Wenas itu datang ke rumahnya untuk mengucapkan
selamat atas pesta emas perkawinan mereka. Suasana menjadi cemburu atau resah
dan ketika itu juga pesuruh membuatkan minuman kesukaan nyonya Wenas.
Nenek yang curiga dan cemburu langsung berpikiran bahwa Kakeklah yang
menyuruh menyediakan minuman tersebut. Selain permasalahan yang dihadapi
oleh Kakek dna Nenek ternyata anak mereka yang bernama Novia mengalami hal
yang sama yaitu cemburu dengan suaminya dan ingin meminta cerai. Nenek dan
Kakek yang mendengar itu menjadi membaik dan menasihati Novia agar setan
talak tidak menghantui rumah tangganya.
Peneliti dapat melihat adanya keterkaitan antara struktur dan tekstur khususnya
pada bagian tema dan mood. Tema yang terdapat pada drama “Pada Suatu Hari”
yaitu dinamika cinta keluarga pada masa tua Kakek dan Nenek. Dinamika cinta
yang ada yaitu nostalgia, cemburu, marah, dan bahagia. Dinamika cinta yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dialami Kakek dan Nenek merupakan gambaran suasana atau mood yang terdapat
dalam cerita maka dari itu ada keterkaitan antara tema dengan mood dalam drama
“Pada Suatu Hari”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan deskripsi hasil analisis penelitian yang diperoleh dari pembahasan
penelitian, dapat disimpulkan bahwa unsur struktur dan tekstur drama “Pada
Suatu Hari” karya Arifin C. Noer meliputi tema,alur, karakter, dialog, mood, dan
spectacle. Tokohnya meliputi Kakek, Nenek, janda (nyonya Wenas), pesuruh,
supir, Novia, Nita, Meli, Feri. Kakek dan Nenek merupakan tokoh utama
sekaligus sebagai tokoh protagonis. Mereka ditampilkan sebagai pusat kisahan.
Nyonys Wenas adalah tokoh antagonis, Nyonya Wenas dikisahkan sebagai tokoh
lawan dari protagonis. Nyonya Wenas memiliki sifat centil dan pengganggu
hubungan Kakek dan Nenek. Pesuruh, supir, Meli, Feri, Novia dan Nita mereka
merupakan tokoh pembantu dalam cerita.
Tema yang terdapat dalam drama ini yaitu dinamika cinta keluarga pada
masa tua Kakek dan Nenek, hal ini terlihat adanya pasang surut hubungan
percintaan yang dialami oleh Kakek dan Nenek. Peneliti dapat menyimpulkan
bahwa tema yang terdapat dalam drama termasuk jenis tema ketuhanan. Tema
ketuhanan ini berhubungan dengan kondisi dan situasi sebagai makhluk sosial.
Dinamika Cinta itulah yang dapat dialami oleh keluarga Kakek dan Nenek selama
masa tuanya.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam drama ini disajikan dengan urutan
tertentu atau biasa disebut alur. Alur dalam drama ini terjadi tujuh tahapan yaitu,
eksposisi, rangsangan, gawatan, konflik, komplikasi, klimaks, dan penyelesaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Eksposisi berupa paparan karya sastra drama berisi keterangan mengenai tokoh
dan latar. Rangsangan terjadi saat nyonya Wenas mantan kekasih Kakek datang
ke rumahnya sehingga membuat Nenek cemburu akan kedatangannya. Akhirnya
terjadi gawatan ketika pesuruh rumah membuatkan minuman kesukaan dari
nyonya Wenas dan diketahui oleh Nenek sehingga membuat Nenek menjadi
marah. Konflik dalam teks drama ini terjadi pertentangan antara Kakek, Nenek,
dan nyonya Wenas mantan kekasih Kakek, sikap Kakek yang bertingkah laku
berlebihan terhadap nyonya Wenas di depan Nenek. Komplikasi dalam teks
drama ini ditandai dengan kecemburuan Nenek terhadap nyonya Wenas yang
bertingkah laku genit dan centil kepada Kakek. Klimaks drama ini ditandai
dengan Novia anak pertama dari Kakek dan Nenek yang ingin minta cerai kepada
suaminya Vita, sehingga Kakek dan Nenek yang mendengar kejadian itu menjadi
sedih dan marah, kemudian Kakek dan Nenek membujuk Novia agar tidak
bercerai kepada suaminya itu. Penyelesaian merupakan bagian akhir dari alur
drama. Dalam hal ini biasanya rahasia atau kesalahpahaman yang bertalian
dengan alur cerita terjelaskan ketentuan final dan segala pertentangan yang terjadi
terungkap. Semua masalah terpecahkan. Penyelesaian dalam drama “Pada Suatu
Hari” ditandai dengan kekeluarga Kakek dan Nenek menjadi bahagia kembali
seperti dahulu.
Drama “Pada Suatu Hari’ berupa dialog yang ucapkan oleh para tokoh yang
terdapat di dalam naskah. Hal ini dimaksudkan untuk menyampaikan informasi-
informasi, menjelaskan fakta, atau ide-ide utama. Dialog inilah yang memudahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
pembaca dapat mengerti tema, alur, dan amanat yang terdapat di dalam cerita
tersebut.
Mood atau suasana yang terdapat dalam drama ini yaitu bahagia, cemburu,
marah, dan kembali menjadi kebahagian. Kebahagian yang dirasakan oleh Kakek
dan Nenek begitu indah karena mereka bernostalgia ketika mereka dulu saling
mengenal satu sama lain. Kebahagian dan nostalgia yang dirasakan oleh Kakek
dan Nenek berubah kecemburuan yang dirasakan oleh Nenek ketika mantan
kekasih Kakek datang berkunjung ke rumahnya. Kecemburuan yang dirasakan
oleh Nenek menjadi marah sehingga hampir menyebabkan perceraian dalam
keluarga tersebut. Nenek yang awalnya marah kepada Kakek menjadi baik
kembali ketika mendengar anaknya Novia ingin minta cerai kepada suaminya.
Sehingga Nenek tidak jadi bercerai.
Spectacle merupakan bagian dari drama yang berupa action fisik yang
dilakukan oleh para tokoh dalam naskah drama. Spectacle juga dapat mengacu
pada pembabakan, tata kostum, tata rias, dan perlengkapan yang mendukung
dalam pementasan di panggung. Drama “Pada Suatu Hari” terdapat dua puluh
babak yang di dalamnya terdapat beberapa dialog yang perankan oleh para tokoh.
Tata kostum yang digunakan oleh para tokoh yaitu kostum Kakek dan Nenek,
wanita muda, kostum pembantu atau pesuruh, kostum supir, dan kostum anak-
anak. Karena peneliti melihat dalam naskah drama ini terdapat sembilan tokoh
yang memiliki peran berbeda-beda dan kostum yang berbeda-beda juga. Begitu
juga dengan tata rias yang digunakan dalam drama “Pada Suatu Hari” juga sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
seperti tata kostum. Perlengkapan yang mendukung dalam drama “Pada Suatu
Hari” adalah kaktus, gelas, dan sofa.
B. Saran
Berdasarkan uraian di atas, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
Penelitian ini dapat memperkaya pemahaman tentang sastra, terutama unsur
struktur dan tekstur drama. Agar mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
bisa membaca hasil analisis struktur dan tekstur naskah drama “Pada Suatu Hari”
karya Arifin C. Noer sehingga bisa mengetahui kekurangan dan kelebihannya.
Bagi pembaca umum, struktur dan tekstur dalam naskah drama ini dapat
dijadikan sarana untuk mengapresiasi sebuah karya sastra. Amanat yang
terkandung di dalamnya dapat dijadikan pelajaran bagi kita bagaimana seharusnya
kita menyikapi kecemburuan dengan rasa cinta yang ada dalam keluarga.
Bagi peneliti lain yang ingin melakukan serupa, skripsi ini dapat dijadikan
sebagai bahan untuk menambah referensi, agar peneliti selanjutnya dapat
menghasilkan penelitian yang jauh lebih baik. Sebagai sumber informasi
mengenai struktur dan tekstur dalam naskah drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
DAFTAR PUSTAKA
Academia. “Analisis Drama ‘Pada Suatu Hari’”. Diunduh pada tanggal 14
Februari 2018. Dari:
https://www.academia.edu/5607943/Analisis_Drama_Pada_Suatu_hari_.
Budianta, Melainie, dkk. 2002. Membaca Sastra. Magelang: Indonesia tera.
Budianta, Melainie, dkk. 2006. Membaca Sastra. Magelang: Indonesia tera.
Chaer, Abdul dan Agustina, Leoni. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.
Jakarta : Rineka Cipta
Dewojati, Cahyaningrum. 2010. Drama Sejarah, Teori, dan
Penerapannya.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Hadi, Sutrisno. 1990. Metedologi Research. Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM.
Harymawan, RMA. 1988.Dramaturgi. Bandung: Rosda
Hasanuddin, WS. 2015. Drama Karya Dalam Dua Dimensi. Bandung: Angkasa
Bandung.
Hidayahtulloh, Putri. ____. Jurnal Mahasiswa. Surabaya: UNESA
Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi
IV. Jakarta: Gramedia Pustaka
Kartikajati, Rintis. 2009. Unsur Intrinsik Drama ‘Janji’ Karya Djody M. Dan
Implementasi dalam Silabus Serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Drama Di SMP. Skripsi. Tidak diterbitkan . Yogyakarta: PBSID USD.
Kosasih, Encang. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama
Widya.
Latip, Asep Wahid. 2015. “Analisis Drama ‘Pada Suatu Hari’ Karya Arifin C
Noor”. Diunduh pada tanggal 24 Januari 2018.
http://asepwahidlatip.blogspot.co.id/2015/03/analisis-drama-pada-suatu-
hari-karya_17.html?m=1
Margono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Moleong, Lexy. J. 2006. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Rosdakarya Offset.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Ratna, Nyoman Kutha. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Semi, M. Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Soemanto, Bakdi. 2001. J.A.G.A.T Teater. Yogyakart: Media Pressindo.
Soemardjono, Selo, dkk. 1984. Budaya Sastra. Jakarta: Rajawali.
Sudjiman, Panuti, 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Teater Tjerobong Paberik. 2014. “ Pementasan Naskah Drama Pada Suatu Hari”.
Diunduh pada tanggal 14 februari 2018. Dari:
http://teatertjerobongpaberik.blogspot.co.id/2014/11/pada-suatu-hari.html.
Waluyo, Herman J. 2003. Drama: Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta:
Hanindita Graha Widya.
Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.
Wuryanto, Joko. 2008. “Struktur dan Nilai-nilai Pendidikan Dalam Lakon Dewa
Ruci Versi KI Anom Suroto dan Kemungkinan Sebagai Bahan Ajar Bagi
Siswa SMP”. Diunduh pada tanggal 05 Februari 2018. Dari:
http://lib.unnes.ac.id/2199/1/4305.pdf
Zulkarnain, Firdaus. 2014. “Struktur dan Tekstur Lakon eMBeRR yang
Dibawakan Oleh Ludruk Paguyuban Peminat Seni Tradisi Kota Malang”.
Diunduh dari: http://digilib.isi.ac.id/360/1/BAB%20I%20Firdaus.pdf pada
tanggal 20 Februari 2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
BIODATA
Yohanes Prima Pramudya, lahir di Bekasi pada tanggal
12 Desember 1994. Mengawali pendidikan dasar di SD
Strada Kampung Sawah Bekasi, lulus tahun 2007.
Setelah itu, melanjutkan pendidikan di SMP Strada
Kampung Sawah Bekasi, lulus tahun 2010. Selanjutnya
menempuh sekolah lanjutan menengah atas di SMA Pangudi Luhur Servasius
Kampung Sawah Bekasi, dan lulus tahun 2013. Terakhir, melanjutkan studi di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tugas akhir ditempuh
dengan menulis skripsi berjudul “Analisis Struktur dan Tekstur Naskah Drama
‘Pada Suatu Hari’ Karya Arifin C. Noer. ”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
HALAMAN LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
TRIANGULASI HASIL PENELITIAN
UNSUR STRUKTUR DAN TEKSTUR DRAMA “PADA SUATU HARI” KARYA ARIFIN C. NOER
Bapak/Ibu Dosen Triangulator mohon untuk memeriksa dan mengecek kembali data yang diperoleh peneliti untuk
keperluan kebasahan data. Triangulator yang dipercaya untuk memeriksa data penelitian adalah penyidik yang memiliki
kemampuan dalam bidang Drama.
Petunjuk Pengisian:
1. Bapak/Ibu Dosen Triangulator mohon berikan tanda centang pada kolom triangulasi jika setuju atau tidak terhadap
analisis UNSUR STRUKTUR DAN TEKSTUR DRAMA “PADA SUATU HARI” KARYA ARIFIN C. NOER
2. Bapak/Ibu Dosen Triangulator mohon berilah catatan pada kolom keterangan Triangulator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
No Unsur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis Setuju Tidak
Setuju
keterangan
1. Struktur Tema Kekeluargaan : Peneliti
dapat melihat bahwa
Tema yang terdapat pada
naskah drama ini adalah
tentang kekeluargaan. Di
mana menceritakan kisah
dalam sebuah keluarga
yang saling membantu
satu sama lain dalam
menyelesaikan masalah
yang terjadi, sampai pada
akhirnya keluarga
tersebut hidup dengan
harmonis kembali,
meskipun banyak kaktus
yang menghampiri.
Nita : “Ganti kalimatmu, Novia.”
Kakek : “Ya, kalau kau tidak
ingin perut kamu
kembung oleh air
dingin.”
Nenek : “cari halaman lain yang
lebih lembut kata
katanya.”
Novia : “Ibu, saya Cemburu.”
Nenek : “Nah, itu baik. Cemburu
itu suci. Hanya
dengan modal itu kau
mampu bercinta.”
Novia : “Tapi Vita keterlaluan.”
Kakek : “barang kali cemburu kau
yang keterlaluan.”
Nita : “Novia, cemburu pada salah
seorang seorang pasien
Vita...”(hal. 34)
Alur Eksposisi : Peneliti dapat
melihat bahwa kisah
awal “Pada Suatu Hari”
menceritakan diawali
dengan kisah Nenek dan
Kakek yang sedang
saling memandang dan di
Kakek : “Sekarang kau nyanyi.”
Nenek : “menggeleng sambil
tersenyum manja.”
Kakek : “Seperti dulu.”
Nenek : “(menggeleng sambil
tersenyum manja).”
Kakek : “Nyanyi seperti dulu.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
mulai dari mereka seperti
sepasang kekasih yang
baru menjadi pengantin
dengan berlatar di sofa
ruang tamu rumahnya.
Dengan bukti dialog
sebagai berikut :
Nenek : “Malu”
Kakek : “Sejak dulu kau selalu
begitu.”
Nenek : “Habis kaupun selalu
mengejek setiap Kali saya
menyanyi.”
Kakek : “Sekarang tidak, sejak
sekarang saya Tidak akan
pernah mengejek kau lagi.”
Nenek : “Saya tidak mau menyanyi.”
Kakek : “Kapanpun?”
Nenek : “Kapanpun.”
Kakek : “Juga untuk saya.”
Nenek : “Juga untuk kau.”
Kakek : “Sama sekali?”
Nenek : “Sama sekali.”
(hal. 2-3)
Rangsangan : Peneliti
dapat melihat bahwa
awal kisah yang
mengganggu
keharmonisan hubungan
dari Kakek dan Nenek
ketika kekasih lama
Kakek yaitu Nyonya
Wenas datang ke
rumahnya. Nyonya
Wenas sebelumnya
Pesuruh : “Ada tamu, nyonya besar.”
Nenek : “Siapa?”
Pesuruh : “Nyonya Wenas, nyonya.”
Nenek : (Melirik pada Kakek)
Nyonya janda itu (kepada
pesuruh) Sebentar saya
kedepan.
Pesuruh exit.”
Nenek : “Kau surati dia?”
Kakek : “Tidak.”
Nenek : “Kau bohong. Bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
pernah memiliki
hubungan dengan Kakek.
dia bisa tahu
tentang pesta kita?”
Kakek : “Saya tidak tahu.”
Nenek : “Kau bohong (Exit) Demam
saya mulai kambuh.”
Janda : “...Terlaknat saya, kenapa
saya jadi gemetar.”
(hal.6-7)
Gawatan : Peneliti dapat
melihat bahwa dalam
situasi ini suasa menjadi
semakin mengalami
ketegangan dan semakin
gawat ketika pesuruh dari
rumah Kakek dan Nenek
itu memberikan
minuman kesukaan dari
Nyonya Wenas sang
mantan kekasih Kakek
itu.
“Pesuruh muncul membawa minuman,
ketika pesuruh itu aan pergi.”
Janda : “Nanti dulu.”
Pesuruh : “Ya, Nyonya”.
Janda : “Siapa yang memilih
minuman ini?”
Pesuruh : “Saya sendiri Nyonya,
kenapa?”
Janda : “Ini memang kesukaan
saya.”
Pesuruh : “Menyenangkan sekali.
Silahkan minum Nyonya.”
Janda : “(minum) Segar bukan
main. Bagaimana kau tahu
saya suka minuman ini?”
Pesuruh : “Tuan besar sering
menceritakan perihal
Nyonya kepada saya. Dan
ketika tahu Nyonya datang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
segera saya buatkan
minuman itu. Selamat
minum Nyonya.”
Janda : “Nanti dulu.”
Pesuruh : “Iya Nyonya?” (hal. 7-8)
Konflik : Peneliti dapat
melihat bahwa bagian
adanya pertentangan
antara Kakek, Nenek,
dan Nyonya Wenas. Di
awali dengan Kakek
yang bertingkah
berlebihan di depan
Nyonya Wenas yang
menyebabkan Nenek
tidak suka.
Nenek : “Selamat datang Nyonya.”
Janda : “Selamat atas...”
Kakek : “Terima kasih. Maaf, Nyonya
Tampubolon?”
Nenek : “Kau pelupa benar.”
Kakek : “Siapa bilang, Nyonya pasti
Nyonya Mangandaralam.”
Nenek : “Sayang, ini Nyonya Wenas.”
Kakek : “Iya, saya maksud Nyonya
Wenas. Apa kabar suami
Nyonya?”
Nenek : “maaf, Nyonya. Sayang, tuan
Wenas telah meninggal
sebelas tahun yang lalu.”
Kakek : “maafkan. Kau benar sayang.
Daya ingat saya jelek sekali.
Maafkan Nyonya.”
Janda : “Tidak apa.”
Nenek : “(berseru) Joni.!!”
(...) (hal. 8-10)
Komplikasi : Peneliti Kakek : “Kenapa Kau diam begitu?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
dapat melihat bahwa
perkembangan awal
tikaian menuju ke
klimaks ditandai dari
Nenek yang cemburu
terhadap tingkah Kakek
terhadap Nyonya Wenas
setelah Nyonya Wenas
pulang dari rumahnya
dan mencurigai Kakek
yang menyuruh Kakek
yang menyiapkan
minuman kesukaan dari
Nyonya Wenas.
Nenek : “Diam saja.”
Kakek : “Kenapa kau begitu diam?”
Nenek : “Kau juga begitu.”
Kakek : “Kenapa?”
Nenek : “Kau juga kenapa?”
Kakek : “Sayang, adalah tidak baik
kita bubuhi pesta emas
dengan kata-kata seru.”
Nenek : “Kau sendiri yang
membubuhinya. Kau rusak
bunga-bunga pesta kita
dengan kaktus-kaktus pacar
kau.”
Kakek : “Sejak muda kau begitu yakin
seakan saya pernah punya
hubungan percintaan dengan
perempuan tadi. Saya heran
kenapa kau begitu berhasil
menciptakan tokoh yang
fantastis itu menjadi tokoh
yang seolah nyata dalam diri
kau sehingga tokoh itu
mampu mempermainkan
kau sendiri selama hidup
kau.”
Nenek : “Bukan fantastis. Tapi
memang dia tokoh fantasi
kau bahkan sampai saat kau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
tua (menangis). Sengaja kau
suruh Joni menyiapkan
segera minuman
kesukaannya begitu dia
datang.”
Kakek : “Siapa? Saya? Menyuruh
Joni? Minuman apa?”
Nenek : “Kau menyuruh kau
menyuruh Joni membuat es
susu begitu Nyonya janda
itu datang.”
Kakek : “Tidak. Saya tidak menyuruh
Joni.”
(...) (Hal. 15-17)
Klimaks : Peneliti dapat
melihat bahwa Puncak
masalah terjadi ketika
anak-anak Kakek dan
Nenek datang
berkunjung untuk
mengutarakan
masalahnya. Terutama
Novia anak kedua Nenek
dan Kakek yang
menceritakan keluh
kesahnya dan ingin
bercerai dengan Vita
suaminya. Pada saat itu
Kakek : “Begitu Nita. Kau harus
dengar dari permulaan sekali
soal Ibumu.”
Novia : “Pak…..”
Kakek : “Ada apa kau? Baru kemarin
kau pulang dari sini?
Dengan siapa?”
Novia : “Anak-anak.”
Kakek : “Mana mereka?”
Novia : “Di belakang. Lihat ikan
Seperti biasanya.”
Kakek : “(Setelah berfikir) Kebetulan
kau datang. Begini. Tidak
salah kalau kau juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
masalah semakin rumit. sebagai anak tahu. Ini
persoalan juga sangat
runcing dan bisa
mengakibatkan
kesedihan berlarut-larut.”
Novia : “Soal apa pak?”
Nita : “Ibu Purik. Ibu marah.”
Novia : “Kenapa?”
Kakek : “Itulah dengarkan saya
(berfikir). Begini. Soalnya
sepele dan tidak bermutu.
Ibumu tidak suka tanaman
kaktus. Saya suka tanaman
itu. Bahkan saya punya
tanaman kaktus dalam
kakus. Ibumu marah-marah.”
Novia : “Bapak tidak mau
mengalah?”
Kakek : “Selama hidup saya selalu
mengalah dan terus-terusan
kalah malah.”
Novia : “Buang saja kaktus itu.”
Nita : “Soalnya bukan kaktus.
Soalnya itu Cemburu pada
nyonya Enas.”
Kakek : “Ya, begitulah kalau tanpa
tedeng aling aling. Ibumu
cemburu dan minta cerai.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Novia : “Minta cerai?”
Kakek : “Minta cerai. Bahkan ibumu
minta supaya hari ini juga
diselesaikan surat-suratnya.”
Novia : “Ibu?”
Nita : “Ya, seperti kau sekarang.”
Kakek : “Apa? Seperti kau, Novia?
Ada apa? Kau juga sedang
minta cerai? Dari siapa?”
Nita : “Dari siapa. Dari suaminya
tentu, Vita.”
Kakek : “Kau dan ibumu memang
satu jiwa...”
(hal. 24-26)
Penyelesaian : Peneliti
dapat melihat bahwa
Ketika Novia berkata
bahwa Novia akan
meminta cerai kepada
Vita, saat itu Nenek
tersadar bahwa bercerai
adalah bukan hal yang
baik. Maka dari itu,
Nenek mengingatkan
Novia untuk tidak
mengambil keputusan
secara mendadak dan
menarik kembali apa
Nenek : “Lebih jelek lagi (menangis
lagi) Tuhanku, apa jadinya
nanti kalau kau jadi
berpisah dengan Vita yang
dulu kau agung-agungkan?
Apa jadinya
hidupmu?”
Nita : “Apa jadinya anak-anakmu?
Meli dan Feri akan
kehausan cinta sebab
mereka tidak akan lengkap
menerima keutuhan cinta.”
Nenek : “Fikirkan baik-baik,
sayangku. Singkirkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
yang dikatakannya.
Seketika itu pula, Novia
mulai tersadar. Bahwa
masih ada anaknya yang
harus diperhatikan oleh
kedua orang tuanya.
kegelapan yang dibenihkan
setan cemburu.”
Kakek : “Apa kira surat talak itu cek?”
Nenek : “Tuhanku, limpahilah anak
saya dengan cahaya kasih
Mu. Novia, tidakkah kau
bisa menimba pelajaran dari
pengalaman-pengalaman ibu
dan ayahmu?”
Kakek : “Ayah dan ibumu berumah
Tangga selama setengah
abad, tanpa sedikitpun
membiarkan setan talak
bertelur dalam kamar
tidurnya, bahkan tidak
dalam dapurnya.”
Nenek : “Kami bagaikan Adam dan
Hawa.”
Kakek : “Apa kau pernah mendengar
Hawa minta talak kepada
Adam? Berkacalah kepada
ibu dan Ayahmu. Kamilah
pasangan abadi dunia dan
akhirat.”
Nenek : “Kami bagaikan Sam Pek dan
Eng Tay.”
Kakek : “Pronocitro dan Roro
Mendut.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Nenek : “Di sahara kami adalah Leila
dan Qais.”
Kakek : “Kau sendiri tahu betapa
Setianya Layonsari sampai
sampai ia bunuh diri demi
cintanya kepada Jayaprana.”
Nenek : “Bacalah semua itu, sayang.
Semua itu pusaka Nenek
moyang kita yang manjur.”
Kakek : “Demi menegakkan tiang
tiang rumah tangga kita,
berfikir dengan tenang.”
Nita : “Dan demi kebahagiaan anak
kita. Adikku, kau begitu
bahagia dengan Meli dan
Feri dan papanya Vita
Kenapa kau sebodoh itu
mau memuaskan
kebahagiaan itu? Tidakkah
kau tahu bahwa diam-diam
saya sebagai kakakmu selalu
merasa iri karena saya dan
suami saya tidak pernah
diberkahi anak?” (hal. 30-31)
Karakter Nenek : Peneliti dapat
melihat bahwa terdapat
dua tokoh utama yang
saya dapati dalam cerpen
“Sayang, kenapa kau berfikir kesana?
Itu sangat tidak baik, lagi tidak ada
gunanya.” (Hal. 3)
“Sayang , berhenti kau berfikir tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
ini. Nenek sebagai tokoh
utama yang memiliki
sifat pencemburu, bijak,
juga penyayang terhadap
anak-anaknya.
hal itu.” (Hal. 3)
“Selalu kau begitu. Selalu kau tak
pernah ambil pusing setiap kali saya
sakit.” (Hal. 4)
“Kau sudah terlalu pintar berciuman
ketika pertama kali kau mencium
saya.” (Hal. 6)
“Saya kira tidak begitu. Tua adalah
konsekwensi dari kesadaran kita.”
(Hal. 12)
“Bukan fantastis. Tapi memang dia
tokoh fantasi kau bahkan sampai saat
kau tua (Menangis) Sengaja kau suruh
Joni menyiapkan segera minuman
kesukaannya begitu dia datang.” (Hal.
15)
“Saya akan terus menangis. Biar
geledek menyambar saya tetap
menangis.” (Hal. 19)
Kakek : Peneliti dapat
melihat bahwa Kakek
dalam cerita ini adalah
sebagai tokoh utama
yang memiliki sifat bijak,
penyayang dan sulit
ditebak. Terlihat ketika
Nyonya Wenas datang
berkunjung dan terdapat
“Saya memang pintar berkhayal.
Setiap kali saya menonton saya selalu
mengkhayalkan adegan ciuman secara
amat terperinci.” (Hal. 6)
“Kau sendiri yang menyuruh agar saya
berlaku pura-pura tidak kenal kepada
nyonya itu.” (Hal. 10)
“Katakan bidadariku apa yang……..”
(Hal. 19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
beberapa rahasia yang
masih disimpan oleh
Kakek.
Pesuruh : Peneliti dapat
melihat bahwa pesuruh
memilik sifat yang
amanat, jujur dan lalai
dalam menjalankan
tugasnya di rumah.
“Tuan besar sering menceritakan
perihal nyonya kepada saya. Dan
ketika saya tahu nyonya datang, segera
saya buatkan minuman itu. Selamat
minum nyonya.” (Hal. 8)
“Terus terang sudah dua kali, nyonya.”
(Hal. 16)
“Ayo lita nonton ikan.” (Hal. 23)
Janda, Nyonya Wenas :
Peneliti dapat melihat
bahwa Tokoh nyonya
Wenas sebagai pemeran
pengganggu di sini,
sangat bisa membuat
konflik di antara Kakek
dan Nenek. Tidak begitu
banyak karakter nyonya
Wenas yang saya dapat
dari keterbacaan saya
karena nyonya Wenas
hanya ditunjukan pada
beberapa sekuen untuk
menimbulkan konflik.
Namun, di sana terlihat
nyonya Wenas yang
“Ya, saya dan anjing saya sakit. Setiap
kali saya sakit anjing saya juga ikut
sakit. Saya agak senang karena
sekarang saya agak sembuh, tetapi
Bison agak parah sakitnya.” (Hal. 7)
“Terima kasih (Sambil pergi)
Bisonku.” (Hal. 14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
sedikit centil mungkin
dikarenakan nyonya
Wenas adalah janda dan
mantan kekasih Kakek
juga.
Arba, Sopir : Peneliti
dapat melihat bahwa pak
Arba memiliki sifat yang
amanat dan jujur dalam
menjalankan tugas dari
majikannya.
“Papanya sendiri yang menculik, kira-
kira seperempat jam yang lalu tuan
dokter tadi menemui saya dan diam-
diam mengajak Meli dan Feri pulang.”
(Hal. 36)
Novia : Peneliti dapat
melihat bahwa Anak
kedua Nenek dan Kakek
ini sifatnya tidak jauh
dengan Nenek (ibunya),
Novia terlalu cepat
mengambil keputusan
tanpa memikirkan apa
yang akan terjadi
setelahnya. Tetapi Novia
juga memiliki sifat yang
penyayang.
“Saya yakin dia hanya pura-pura
sakit.” (Hal. 24)
“Ibu, saya cemburu.” (Hal. 33)
“Tapi, Nita, kau sendiri bisa
menimbang bagaimana sakitnya
perasaan saya melihat tingkah Vita
terhadap pasiennya yang pura-pura
sakit itu.?” (Hal. 24)
Nita : Peneliti dapat
melihat bahwa Nita tidak
jauh halnya dengan
ayahnya, Nita memiliki
sifat yang bijak. Karena
“Novia, apakah kau tidak pernah
memperhatikan baik-baik betapa
jernih mata anak-anakmu yang lucu
itu. Meli dan Feri.” (Hal. 26)
“Betul-betul kau diliputi kemarahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Nita hanya pemeran
pembantu, karakter Nita
hanya sedikit yang
ditunjukkan.
saja. Cobalah berfikir dengan tenang.
Sebegitu banyak sudah kata yang kau
ucapkan tapi tidak sepatahpun kata
yang dapat menjelaskan kenapa kau
minta cerai dari suamimu. Kalau kau
mau jujur sebenarnya kau hanya
digerakkan oleh prasngka-
prasangkamu sendiri saja. Coba. Kalau
kau bisa cemburu oleh Icih kenapa
oleh puluhan perempuan-perempuan
lain atau bahkan gadis-gadis yang juga
berobat kepada suamimu?” (Hal. 28)
Meli : Peneliti dapat
melihat bahwa Meli
adalah anak dari Novia
yang memiliki karakter
yang menurut kepada
ibunya.
“papa nanti ke sini, mam?” (Hal. 22)
“Meli Juga, Mam” (Hal. 23)
“saya mam” (Hal. 23)
Feri : Peneliti dapat
melihat bahwa Feri
adalah anak dari Novia
yang memiliki karakter
yang menurut kepada
ibunya.
“Feri ingin lihat ikan, mam” (Hal. 22)
“saya mam” (Hal. 23)
2. Tekstur Dialog Peneliti dapat melihat
bahwa Kakek dan Nenek
mempunyai konflik
setelah nyonya wenas
Kakek : Kenapa kau diam begitu?
Nenek : diam saja.
Kakek : Kenapa kau begitu diam?
Nenek : Kau juga begitu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
datang ke acara ulang
tahun pernikahan
mereka. Karena si Kakek
membahas masa lalaunya
dengan nyonya wenas.
Kakek : Kenapa?
Nenek : Kau juga kenapa?
Kakek : Sayang, adalah tidak baik
kita bubuhi pesta emas
dengan kata-kata seru.
Nenek : Kau sendiri yang
membubuhinya. Kau
rusak bunga-bunga pesta
kita dengan kaktus-kaktus
pacar kau.
Mood
(suasana)
Peneliti dapat melihat
bahwa suasana yang
terdapat dalam naskah
drama “Pada Suatu Hari”
adalah mencengkram
dalam masalah yang
terdapat di dalam
keluarga Kakek dan
Nenek yang ingin ada
perceraian dalam
hubungan rumah tangga
mereka.
Novia : soal apa pak?
Nita : Ibu Purik. Ibu marah.
Novia : Kenapa?
Kakek : itulah dengarkan saya
(berfikir). Begini. Soalnya
sepele dan tidak bermutu.
Ibumu tidak suka tanaman
kaktus. Saya suka tanaman
itu. Bahkan saya punya
tanaman kaktus dalam kakus.
Ibumu marah-marah.
Novia : Bapak tidak mau mengalah?
Kakek : Selama hidup saya selalu
mengalah dan terus-terusan
kalah malah.
Novia : buang saja kaktus itu.
Nita : Soalnya bukan kaktus.
Soalnya itu cemburu pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
nyonya Enas.
Kakek : Ya, begitulah kalau tanpa
tedeng aling aling. Ibumu
cemburu dan minta cerai.
Novia : Ibu?
Nita : Ya, seperti kau sekarang.
Kakek : apa? Seperti kau, Novia?
Ada apa? Kau juga sedang
minta cerai? Dari siapa?
Nita : dari siapa. Dari suaminya
tentu. Vita.
Kakek : Kau dan ibumu memang
satu jiwa...
Spectacle Pembabakan : peneliti
dapat melihat bahwa
pada naskah “Pada Suatu
Hari” memiliki dua puluh
babak yang di mana
masing-masing babak
sudah ada bagian-
bagiannya sendiri.
Dialog dalam babak ketiga terdapat
pada (hal.2)
Dialog dalam babak keempat terdapat
pada (hal.6)
Dialog dalam babak lima, enam, dan
tujuh terdapat pada (hal.7)
Dialog dalam babak delapan terdapt
pada (hal.8)
Dialog dalam babak sembilan terdapat
pada (hal.9)
Dialog dalam babak sepuluh dan
sebelas terdapat pada (hal.15)
Dialog dalam babak dua belas terdapat
pada (hal.16)
Dialog dalam babak tiga belas terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
pada (hal.18)
Dialog dalam babak empat belas dan
lima belas terdapat pada (hal.22)
Dialog dalam babak enam belas
terdapat pada (hal.23)
Dialog dalam babak tujuh belas dan
delapan belas terdapat pada (hal.24)
Dialog dalam babak sembilan belas
terdapat pada (hal.27)
Dialog dalam babak dua puluh
terdapat pada (hal.29)
Tata kostum : peneliti
dapat melihat bahwa
kostum yang dipakai
dalam percakapan naskah
drama “Pada Suatu Hari”
menggunakan kostum
Kakek dan Nenek serta
kostum berada di dalam
rumah.
Kakek : ”sekarang kau nyanyi”
Nenek : “(menggeleng sambil
tersenyum manja)”
Kakek : “seperti dulu”
Nenek : “(menggeleng sambil
tersenyum manja)”
Kakek : “Nyanyi seperti dulu”
Nenek : “(malu)”
(hal. 2)
Tata rias : peneliti dapat
melihat bahwa Rias yang
dipakai dalam naskah
drama “Pada Suatu Hari”
adalah rias sebagai
Kakek dan Nenek, rias
sebagai
pembantu/pesuruh,
Kakek : “kapan?”
Nenek : “Suatu ketika.”
Kakek : “sebelum saya mati?”
Nenek : “Ya sayang, iya sayang.”
(hal. 4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
wanita muda.
Perlengkapan : peneliti
dapat melihat bahwa
perlengkapan yang
digunakan dalam naskah
drama “Pada Suatu Hari”
adalah tanaman kaktus,
kursi, dan gelas minum.
“siapa yang memilih minuman ini?”
“nyonya suka minum minum jeruk?”
“menyirami kaktus?”
“saya punya tanaman kaktus dalam
kakus”
(hal. 8)
Yogyakarta
Triangulator
Septina Krismawati, S.S., M.A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PADA SUATU HARI
Karya : ARIFIN C. NOOR
Ijin Penyiaran dan pementasan pada Teater Kecil Jakarta
Para Tokoh:
Nenek
Kakek
Pesuruh
Janda, Nyonya Wenas
Arba, Sopir
Novia
Nita
Meli
Feri
SANDIWARA INI DIMULAI DENGAN MENG-EXPOSE LEBIH DULU:
1. POTRET KAKEK DAN NENEK KETIKA PACARAN
2. POTRET KAKEK DAN NENEK KETIKA KAWIN
3. POTRET KAKEK DAN NENEK DENGAN ANAK-ANAK
4. POTRET KELUARGA BESAR
5. POTRET KAKEK TUA
6. POTRET NENEK TUA
7. MAIN TITLE ETC-ETC
Kakek dan Nenek duduk berhadapan. Beberapa saat mereka saling memandang,
Beberapa saat mereka saling tersenyum. Suatu saat mereka sama-sama menuju
ke sofa, duduk berdampingan, seperti sepasang pemuda dan pemudi. Setelah
mereka ketawa kembali mereka duduk berhadapan. Lalu beberapa saat saling
memandang, tersenyum, lalu ke sofa lagi duduk berdampingan, seperti pepasang
pengantin, malu-malu dan sebagainya, demikian seterusnya..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
TIGA
Kakek Sekarang kau nyanyi.
Nenek (menggeleng sambil tersenyum manja)
Kakek Seperti dulu.
Nenek (menggeleng sambil tersenyum manja)
Kakek Nyanyi seperti dulu.
Nenek (Malu)
Kakek Sejak dulu kau selalu begitu.
Nenek Habis kaupun selalu mengejek setiap kali saya menyanyi.
Kakek Sekarang tidak, sejak sekarang saya tidak akan pernah mengejek
Kau lagi.
Nenek Saya tidak mau menyanyi.
Kakek Kapanpun?
Nenek Kapanpun.
Kakek Juga untuk saya.
Nenek Juga untuk kau.
Kakek Sama sekali?
Nenek Sama sekali.
Kakek Kau kejam. Saya sangat sedih. Saya mati tanpa lebih dulu
Mendengar kau menyanyi.
Nenek Sayang, kenapa kau berfikir kesana? Itu sangat tidak baik, lagi
tidak ada gunanya. Sayang , berhenti kau berfikir tentang hal itu.
Kakek Mati saya tidak bahagia karena kau tidak mau menyanyi. Ini
Memang salah saya. Tetapi kalau sejak dulu kau cukup mengerti
bahwa saya memang sangat memainkan kau, tentu kau bisa
memaafkan segala macam ejekan-ejekan saya. Tuhan, saya kira
saya akan menghembuskan nafas saya yang terakhir tatkala kau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
sedang menyanyikan sebuah lagu ditelinga saya.
Nenek Sayang saya mohon berhentilah kau berfikir mengenai hal itu.
Demi segala-galanya berhentilah. Tersenyumlah lagi seperti
biasanya.
Kakek Saya akan tersenyum kalau kau mau mengucapkan janji.
Nenek Tentu, tentu.
Kakek Kau mau menyanyi.
Nenek Tentu, sayang, tentu.
Kakek Kapan?
Nenek Suatu ketika.
Kakek Sebelum saya mati?
Nenek Ya, sayang, ya, sayang.
Kakek Sekarang.
Nenek Tidak mungkin, sayang, kau tahu saya sedikit flu karena pesta
beberapa hari yang lalu?
Kakek (Tertawa) U, saya baru ingat sekarang.
Nenek Selalu kau begitu. Selalu kau tak pernah ambil pusing setiap kali
saya sakit.
Kakek Kau melebih-lebihkan.
Nenek Tapi acap kali kau begitu. Kalau saya batuk baru setelah satu
minggu kau tahu.
Kakek Ya, saya akui saya acap kali terlalu asyik dengan diri sendiri. Saya
akui. Saya minta dimaafkan supaya sorga saya tidak tertutup,
supaya kubur saya…….
Nenek Sayang, saya tidak mau memberi maaf kalau kau tidak mau juga
berhenti menyebut-nyebut soal kematian.
Kakek Maaf, tidak lagi.
Nenek Sekarang saya akan memaafkan kau dengan satu syarat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Kakek Apa?
Nenek Kau harus menyanyi.
Kakek (menggelengkan kepalanya)
Nenek Kalau begitu, kau tak saya maafkan.
Kakek Dan sorga saya…?
Nenek Mungkin, tertutup.
Kakek Baik, saya akan menyanyi. Tapi separo. Kalau terlalu lama nanti
Saya batuk.
Nenek Tidak. Satu lagu.
Kakek Nanti batuk.
Nenek Setiap kali kau bilang begitu, padahal kau memang pintar
menyanyi. Dan kau selalu menghabiskan sebuah lagu dengan
sempurna tanpa batuk.
Kakek Satu lagu?
Nenek Ayolah, sayang. Penonton sudah tidak sabar lagi menunggu sang
penyanyi.
(Kemudian Kakek menyanyi du tiga baris dari no other love stand
– chen Schubert atau lainnya dan selebihnya play back. Begitu
lagu berakhir Nenek bertepuk tangan dengan semangat.)
Nenek Suara kau tidak pernah berubah.
Kakek Mana album kesatu? Saya ingin melihat gambar saya ketika saya
menyanyi di depan umum dimana kau juga ikut mendengarkan.
Kau ingat kapan itu.
Nenek Ketika itu kau baru saja lulus propaedus. Kau sombong betul
ketika itu.
Kakek Kau juga. Sepicingpun kau tak pernah membalas pandang saya.
Nenek Habis pandangan kau nakal.
Kakek Habis kau juga suka mencuri pandang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Nenek Kau sudah terlalu pintar berciuman ketika pertama kali kau
Mencium saya.
Kakek Saya memang pintar berkhayal. Setiap kali saya menonton saya
selalu mengkhayalkan adegan ciuman secara amat terperinci.
EMPAT
Pesuruh Ada tamu, nyonya besar.
Nenek Siapa?
Pesuruh Nyonya Wenas, nyonya.
Nenek (Melirik pada Kakek ) Nyonya janda itu (kepada pesuruh) Sebentar
saya ke depan.
Pesuruh exit.
Nenek Kau surati dia?
Kakek Tidak.
Nenek Kau bohong. Bagaimana dia bisa tahu tentang pesta kita?
Kakek Saya tidak tahu.
Nenek Kau bohong (Exit) Demam saya mulai kambuh.
LIMA
Kakek Seharusnya dia tidak perlu datang kemari.
\ Kemudian Kakek mondar-mandir sambil bersungut-sungut.
Kakek Saya takut dia betul-betul demam karena kedatangan janda itu. Ah.
Lebih baik saya menyingkir ke ruang baca. (Exit)
ENAM
Nenek Kami sangat berharap sekali nyonya hadir kemarin. Suami saya
juga heran kenapa nyonya tidak datang kemudian.
Janda Kami sakit.
Nenek Kami? Maksud nyonya….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Janda Ya, saya dan anjing saya sakit. Setiap kali saya sakit anjing saya
juga ikut sakit. Saya agak senang karena sekarang saya agak
sembuh, tetapi Bison agak parah sakitnya.
Nenek Kasihan, Sayang. (Heran suaminya tidak ada). Dimana kau? Dia
Tadi disini. Sebentar, nyonya (beseru) Onda, dimana kau? (Exit)
TUJUH
Sambil mengamati ruangan tengah itu nyonya Wenas membenahi
dirinya.
Janda Terlaknat saya, kenapa saya jadi gemetar?
DELAPAN
Pesuruh muncul membawa minuman, ketika pesuruh itu akan
pergi,
Janda Nanti dulu.
Pesuruh Ya, nyonya.
Janda Siapa yang memilih minuman ini?
Pesuruh Saya sendiri, nyonya, kenapa?
Janda Ini memang kesukaan saya.
Pesuruh Menyenangkan sekali. silahkan minum, nyonya.
Janda (Minum) Segar bukan main. Bagaimana kau tahu saya suka
Minuman ini?
Pesuruh Tuan besar sering menceritakan perihal nyonya kepada saya. Dan
ketika saya tahu nyonya datang, segera saya buatkan minuman itu.
Selamat minum nyonya.
Janda Nanti dulu.
Pesuruh Ya, nyonya?
Janda Tuan besar masih suka…
Pesuruh Menyirami kaktus?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Janda Ya?
Pesuruh Tidak, nonya, tapi tuan besar menyirami seluruh bunga sekarang,
setiap pagi dan sore. Memang tengah malam seringkali diam-diam
ia menyirami kaktus yang ditaruh di dalam kakus. Maaf nyonya,
saya harus ke dalam.
SEMBILAN
Nenek Selamat datang, nyonya.
Janda Selamat atas….
Kakek Terima kasih. Maaf , nyonya Tampubolon?
Nenek Kau pelupa benar.
Kakek Siapa bilang, Nyonya pasti nyonya Mangandaralam.
Nenek Sayang, ini nyonya Wenas.
Kakek Ya, saya maksud nyonya Wnas. Apa kabar suami nyonya?
Nenek Maaf, Nyonya. Sayang, tuan Wenas telah meninggal sebelas tahun
yang lalu.
Kakek Maafkan, kau benar sayang. Daya ingat saya jelek sekali. Maafkan
nyonya.
Janda Tidak apa.
Nenek (Berseru) Joni.!
Pesuruh Ya, nyonya.
Nenek Bawa minuman ini ke dalam.
Pesuruh membawa minuman tadi ke dalam.
Kakek Baik-baik nyonya?
Janda Berkat doa tuan dan nyonya. Tuan sendiri?
Kakek Berkat doa nyonya.
Nenek Nyonya suka minum jeruk?
Janda Minuman apa saja saya suka. Tapi es susu saya paling uka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Kakek Saya sendiri tidak begitu, tapi……..
Nenek Kita berdua minum jeruk saja. Kita flue (Berseru) Joni!
Pesuruh Ya, nyonya.
Nenek Bikin es susu dan dua gelas jeruk panas.
Pesuruh Dua es susu dan satu gelas jeruk panas, maksud nyonya?
Nenek Dua es jeruk satu susu panas.
Kakek Bagaimana anak-anak nyonya?
Nenek Sayang, Nyonya dan tuan Wenas tidak diberkahi putera. Kenapa
kau bertanya begitu?
Kakek Maaf, saya lupa. Maksud saya apa tujuan nyonya datang kemari?
Nenek Maafkan suami saya, Nyonya. Kadangkala dia amat kasar, tapi
sebenarnya dia lelaki yang amat lembut.
Janda Betul, nyonya. Onda adalah lelaki yang amat lembut, malah sangat
amat lembut. Onda selalu cermat dalam memilih kata-kata dan juga
saya kira ia tidak pernah memakai tanda seru selama hidupnya.
Kakek Kita minum apa? Nyonya suka….
Nenek Onda, kita baru saja memesan minuman (menyeret) Tingkahmu
berlebihan sehingga memuakkan.
Kakek Kau sendiri yang menyuruh agar saya berlaku pura-pura tidak
Kenal kepada nyonya itu.
Nenek Ya, tapi kau berlebihan. Kau kurang wajar.
Kakek Susah. Kalau saya wajar kau marah. Kalau saya berlebihan kau
juga marah. Kalau saya jumput di perpustakaan kau juga marah.
Saya tidak tahu bagaimana supaya kau tidak marah dan saya tidak
mau marah agar kau tidak marah.
Nenek Pendeknya berlakulah sedikit agak sopan.
Kakek Saya coba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Nenek Kendorkan urat wajahmu.
Sementara itu pesuruh telah menyajikan minuman di atas meja dan
baru saja akan melangkah pergi.
Kakek Udara sangat baik akhir-akhir ini, di rumah nyonya sering turun
hujan?
Janda Ya, terutama belakangan ini.
Nenek Memang musim hujan.
Janda Dan terutama kalau sore.
Kakek Seperti di rumah kita, tidak begitu, sayang?
Nenek Tentu saja. Kalau di rumah nyonya Wenas jatuh hujan di rumah
kitapun turun hujan, sebab nyonya dan kita satu kota, bahkan satu
wilayah kecamatan.
Kakek memang satu kota, satu kecamatan. Tidak begitu nyonya eh, siapa?
O ya nyonya Wenas? Tidak begitu?
Janda Ya, kita satu kota.
Kakek Mari kita minum, satu kota mari.
Nenek Silahkan, nyonya.
Kakek (Setelah minum) Alangkah hangat es jeruk ini.
Nenek Ya, silahkan, nyonya. Nyonya tidak suka?
Janda (Menjerit) Alangkah sejuknya. Terima kasih.
Kakek Sejak kapan nyonya suka es susu yang panas?
Janda Sejak, sejak kemarin. Ya, kemarin.
Kakek Kami sendiri menyukai wedang jeruk yang sejuk baru saja. Tidak
begitu sayang?
Nenek Ya.
Janda Terus terang saya sangat kagum pada nyonya. Saya tidak pernah
melihat nyonya bertambah tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Nenek Nyonya berlebihan.
Janda Saya sungguh-sungguh, nyonya.
Nenek Kalau begitu saya pun berterus terang. Nyonya semakin tua
Semakin cantik.
Kakek Memang (Nenek melotot). Maksud saya, maksud saya ketuaan itu
hanya timbul apabila kita merasa tua. Adapun tua itu sendiri hanya
hasil dari suatu penjabaran, hanya sayangnya penjabaran tersebut
dilakukan oleh waktu, sehingga menyebabkan kurang enak kita
terima konsekwensinya.
Nenek Saya kira tidak begitu. Tua adalah konsekwensi dari kesadaran
kita.
Kakek Ya, kalau saja kita punya matematika, kita tidak akan pernah tua.
Juga kalau saja kita tidak punya jam kita tidak akan pernah tua.
Janda Tapi kita punya matahari.
Nenek Itu susahnya.
Kakek Takdir. Sekarang mari kita minum seakan kita tidak punya
matahari.
Janda Alangkah sejuknya susu pana ini.
Kakek Alangkah panasnya es jeruk ini. Tidak begitu, sayang?
Nenek Ya.
Janda Tapi kalau kita tidak punya matahari kitapun tak akan pernah
Punya bulan.
Nenek Juga kita tidak akan punya siang hari dan rematik kau akan lebih
Parah lagi.
Janda Kita tidak akan punya siang dan punya malam.
Kakek Kalau begitu?
Nenek Lebih baik punya matahari dari pada sama sekali tak punya apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
apa.
Kakek Ya, dan itu berarti tuapun merupakan rahmat.
Janda Tidak, bukan rahmat tapi “apa boleh buat”
Kakek Apa boleh buat mari kita minum lagi.
Mereka minum dan omong seperti tadi.
Janda Tua dan tidak tua tetap saja sama, kaktus, misalnya.
Nenek Ya, kaktus memang tetap kaktus kaku dan berduri kapanpun.
Kakek Saya jadi ingat Old Shatterhand dengan Winnetou, bagaimana
keduanya merangkak di atas padang rumput sambil membaui udara
yang mengantarkan bau musuh, atau bagaimana mereka
mendengarkan bentak-bentakan kaki kuda musuh dari jarak ber
mil-mil. Kaktus-kaktus liar banyak bertumbuhan di Amerika.
Janda Indahnya.
Nenek Apa tidak indah kemeriahan flamboyant, yang mampu
menciptakan jalan selalu diliputi senja?
Kakek Saya kira lebih indah, juga lebih bermanfaat. Kita bahkan biasa
berteduh di bawah cahaya kuning merahnya.
Janda Tapi flamboyant saya kira terlalu mewah dan kurang sederhana.
Nenek Kaktus memang selalu kesepian.
Janda Memang ia kurang dihiraukan orang.
Nenek Lantaran berbahaya.
Kakek Bagaimana kalau kita beralih kepada bunga bank saja. Ini lebih
langsung menyangkut kepentingan ekonomi kita.
Janda Sayang sekali kita telah sepakat menerima kehadiran matahari,
sehingga saya kini telah ditegurnya. Sudah cukup lama.
Janda Saya di jamu di sini. Saya minta diri sekali lagi saya mengucapkan
selamat atas perkawinan emas tuan dan nyonya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Sayang sekali dia sedang sakit: saya harus segera pulang.
Nenek Terima kasih banyak atas kunjungan nyonya.
Kakek Terima kasih banyak. Salam pada suami nyonya.
Janda Terima kasih (Sambil pergi) Bisonku.
SEPULUH
Perang bisu meletus antara Kakek dan Nenek.
SEBELAS
Kakek Kenapa kau diam begitu?
Nenek diam saja.
Kakek Kenapa kau begitu diam?
Nenek Kau juga begitu.
Kakek Kenapa?
Nenek Kau juga kenapa?
Kakek Sayang, adalah tidak baik kita bubuhi pesta emas dengan kata-kata
seru.
Nenek Kau sendiri yang membubuhinya. Kau rusak bunga-bunga pesta
kita dengan kaktus-kaktu pacar kau.
Kakek Sejak muda kau begitu yakin seakan saya pernah punya hubungan
percintaan dengan perempuan tadi. Saya heran kenapa kau begitu
berhasil menciptakan tokoh yang fantatis itu menjadi tokoh yang
seolah nyata dalam diri kau sehingga tokoh itu mampu
mempermainkan kau sendiri selama hidup kau.
Nenek Bukan fantastis. Tapi memang dia tokoh fantasi kau bahkan sampai
saat kau tua (Menangis) Sengaja kau suruh Joni menyiapkan segera
minuman kesukaannya begitu dia datang.
Kakek Siapa? Saya? Menyuruh Joni? Minuman apa?
Nenek Kau menyuruh Joni membuat es susu begitu nyonya janda itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
datang.
Kakek Tidak. Saya tidak menyuruh Joni.
Nenek Kau lakukan itu ketika saya sedang menemui dia tadi ketika kau
menyingkir dari dari sini tadi dan kemudian kau sembunyi ke
kamar baca.
Kakek Tidak, sayang, dari sini tadi saya langsung ke kamar baca dan
kemudian saya asyik membaca mengenai para psikologi. Ketika
kau datang tepat saya sampai pada baris-baris mengenai telepati.
Saya ingat betul.
Nenek Kau bohong.
Kakek Kalau tidak percaya kau boleh memanggil Joni (Berseru) J o n i !
DUA BELAS
Pesuruh Ya, tuan besar.
Kakek Siapa yang menyuruh…..
Nenek Biar saya yang Tanya (Kepada Joni) Joni.
Pesuruh Ya, nyonya besar.
Kakek Siapa yang menyuru…..
Nenek Biar saya yang Tanya (Kepada Joni) Joni.
Pesuruh Ya, nyonya besar.
Nenek Sejak tadi pagi sudah berapa kali kau berbohong?
Pesuruh Belum sekalipun nyonya.
Nenek Akui saja toh tidak akan mengurangi penghasilanmu.
Pesuruh Terus terang sudah dua kali, nyonya.
Nenek Nah, begitu lebih jantan. Apa saja?
Pesuruh Pertama kepada istri saya.
Nenek Itu tidak perlu, yang kedua?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Pesuruh Yang kedua kepada istri saya.
Nenek Jadi kau selalu berdusta kepada istrimu sendiri?
Pesuruh Tidak selalu, nyonya. Kadang kala, tetapi tidak pernah lebih tiga
Kali sehari.
Nenek Kenapa kau lakukan itu?
Pesuruh Karena saya percaya istri saya pun melakukan hal yang sama.
Nenek Mengenai hal apa saja kau berbohong?
Pesuruh hampir segala hal dari yang paling ringan sampai yang paling
berat.
Nenek Yang paling ringan misalnya?
Pesuruh Pura-pura sakit.
Nenek Yang paling berat?
Pesuruh Soal sembahyang.
Nenek Tentang perempuan?
Pesuruh Itu taraf tengah-tengah, nyonya.
Nenek Bagaimana?
Pesuruh Saya kira pertanyaan ini sudah bersifat sangat amat pribadi, nyonya
dan kurang sopan.
Nenek Kau memang jago silat. Baik. Sekarang kau akui saja siapa yang
menyuruh kau menyiapkan tiga gelas e susu begitu tamu tadi
datang?
Pesuruh Saya sendiri nyonya.
Nenek Kenapa justru es susu?
Pesuruh Saya tidak tahu. Saya asal saja. Nyonya, seperti halnya untuk tamu
sebelumnya saya buatkan es sirop dan nyonya diam saja.
S u n y i .
Pesuruh Ada yang perlu saya kerjakan lagi, nyonya besar?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Nenek Pergi !
Joni exit.
TIGA BELAS
S u n y i .
Nenek Berkomplot.
Kakek Tidak baik mengada-ada.
Nenek Bahkan kau diam-diam memelihara kaktus dalam kakus.
Kakek Tidak melulu kaktus tapi beberapa jenis bunga lainnya, juga……
Nenek tiba-tiba menangis sangat kerasnya.
Kakek Diamlah, sayang. Kalau kau diam saya akan menyanyi lagi.
Diamlah. Saya akan menyanyi dua buah lagu sekaligus. Sayang
diamlah. Lagi jangan terlalu keras kau menangis nanti kau batuk
kalau batuk tenggorokan bisa luka dan suara bisa serak.
Selain itu apa kata anak-anak nanti kalau mereka datang. Sayang.
Atau kau mau saya membaca kitab suci? Dongeng? Saya akan
membaca bagaimana nabi Nuh melayani singa betina yang
bunting, sementara seekor kera sakit enfluensa.
Nenek Biarpun kau dukung saya dari sini ke kamar saya tidak akan diam.
Kakek Baiklah, saya tidak akan berbuat apa-apa tapi kau mau diam.
Nenek Kalau kau tidak berbuat apa-apa saya akan menangis lebih keras
lagi.
Kakek Tuhanku,kepala saya Cuma satu dan puyeng. Kalau saja saya
punya tiga kepala barangkali saya tahu apa yang harus saya perbuat
agar kau diam. Tapi kepala saya Cuma satu dan tangis kau
memenuhi kepala saya dengan sejuta lalat hijau. Tuhan-ku.
Nenek Saya akan terus menangis. Biar geledek menyambar saya tetap
menangis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Kakek Katakan bidadariku apa yang……..
Nenek Saya bukan bidadari.
Kakek Katakan malaikat ku.
Nenek Saya bukan malaikat!
Kakek Katakan dewiku………..
Nenek Saya bukan dewi.
Kakek Terserah siapa kau tapi katakan………..
Nenek Saya istrimu!
Kakek Ya, katakan istriku apa yang……..
Nenek Saya bukan istrimu!
Kakek Tuhan-ku.
Nenek Kau kejam. Kau bagaikan patung perunggu dengan hati terbuat
dari timah. Kau tidak punya perasaan. Kau nodai percintaan kita
dengan perempuan berhati kaktus. Hatimu ular cobra. Kejam!
Kejam! Tuhan, masukkan dia ke dalam neraka sampai kukunya
hangus.
Kakek (Menangis) Doamu jahat.
Nenek Biar
Kakek Kau ingin saya masuk neraka?
Nenek Bukan. Kerak neraka. Neraka paling neraka.
Kakek Kau kejam dan kau sendiri?
Nenek Ke sorga.
Kakek Kau egoistis.
Nenek Biar.
Kakek Kenapa kita tidak sama-sama satu tempat?
Nenek Tidak sudi.
Kakek Kau rupanya ingin kita pisah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Nenek Ya, saya ingin kita pisah tapi kau tidak mengerti.
Nenek …..Saya ingin kita cerai.
Kakek Cerai?
Nenek Ya, cerai. Hari ini juga kita ke pengadilan. Kita cerai.
Kakek Sayang, kau harus panjang berfikir untuk sampai ke sana.
Nenek Kalau saya panjang fakir saya takut kita nanti tidak jadi cerai.
Kakek Tapi kau harus berfikir…..
Nenek Dalam soal perceraian tidak perlu fikiran tapi perasaan seperti
halnya soal percintaan. Pokoknya kita harus cerai.
Hari ini juga kita harus selesaikan surat-suratnya.
Kakek Sekarang sudah terlalu siang dan saya kira kantor-kantor………
Nenek Kalau kantor-kantor tutup besokpun jadi, tapi mulai malam ini saya
tidak sudi tidur satu kamar bersama kau.
Kau boleh tidur di kamar baca di ata kitab-kitabmu bersama rayap
rayapnya.
Suara Nita B u s t a m i
Suara Joni Ya, nyonya!
Kakek Kau dengar? Nita sudah datang.
Joni lewat.
Kakek Sayang diamlah.
Nenek Saya tidak mau diam.
Kakek Nita datang.
Nenek Tidak perduli.
Joni lewat membawa banyak bungkusan belanja, begitu muncul
Nita begitu Nenek lari ke dalam.
EMPAT BELAS
Kakek (Mengejar) Sayang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Nita Ada apa lagi, pak?
Kakek Kaktus dalam kakus (Exit)
Nita Bustam.
Joni Ya, Nyonya.
Nita Ibu dan bapak bertengkar?
Joni Tidak tahu, nyonya, tapi saya dengar mereka tangis tangisan.
LIMA BELAS
Ketika Nita dan kemudian Joni exit, muncul Sopir Arba membawa
beberapa koper dan tas meletakkan di sana, tidak lama kemudian
muncul Novia dengan anak-anaknya, Meli dan Feri.
Arba Di sini, nyonya?
Novia Ya, letakkan saja di sini dulu.
Arba Yang lainnya, nya?
Novia Biarkan saja di mobil, kau tunggulah disana.
Meli Papa nanti ke sini, Mam?
Novia Ya, sayang (berseru) Pak Arba!
Arba Ya, nyonya?
Novia Tidak, nanti saja.
Arba Baik, nyonya (exit)
Feri Mana bude Ita, Mam?
Novia Sebentar, sayang.
Feri Feri ingin lihat ikan, Mam?
Novia Sebentar, sayang, sebentar.
Meli Meli juga, Mam.
Novia Ya, sayang Meli dan Feri boleh lihat ikan dengan janji tidak
main-main air. Nanti ikannya sakit. Kalau ikannya sakit nanti
Kakek dan Nenek menangis.
Feri Nenek juga suka menangis, Mam?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
ENAM BELAS
Muncul Nita dan terkejut.
Nita (Setelah memainkan Meli dan Feri) Ada apa lagi Novia?
Novia Nanti saya ceritakan semuanya. Mana Memet?
Nita Bustam!
Joni Ya, nyonya.
Novia Memet!
Nita Ya, nyonya.
Novia Bawa masuk Meli dan Feri (pada anak-anaknya) Siapa yang mau
lihat ikan?
Meli dan Feri mengacungkan tangannya: Saya Mam.
Novia Ikutlah sama Mang Memet.
Joni Ayo lita nonton ikan.
Joni dan Meli dan Feri masuk ke dalam.
TUJUH BELAS
Nita Lagu lama?
Novia api kali ini saya kira yang terakhir.
Nita Dulu kau juga bilang begitu.
Novia Tapi, Nita, kau sendiri bisa menimbang bagaimana sakitnya
Perasaan saya melihat tingkah Vita terhadap pasiennya yang pura
pura sakit itu.
Nita Siapa lagi?
Novia Icih, anak sunda itu, pacarnya waktu sekolah.
Nita Tapi kalau memang dia sakit apa salahnya berobat kepada
suamimu?
Novia Saya yakin dia hanya pura-pura sakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
DELAPAN BELAS
Kakek Begitu Nita. Kau harus dengar dari permulaan sekali soal
ibumu……
Novia Pak…..
Kakek Ada apa kau? Baru kemarin kau pulang dari sini? Dengan siapa?
Novia Anak-anak.
Kakek Mana mereka?
Novia Di belakang. Lihat ikan seperti biasanya.
Kakek (Setelah berfikir) Kebetulan kau datang. Begini. Tidak salah kalau
kau juga sebagai anak tahu. Ini persoalan juga sangat runcing dan
bisa mengakibatkan kesedihan berlarut-larut.
Novia Soal apa pak?
Nita Ibu Purik. Ibu marah.
Novia Kenapa?
Kakek Itulah dengarkan saya (berfikir). Begini. Soalnya sepele dan tidak
bermutu. Ibumu tidak suka tanaman kaktus. Saya suka tanaman itu.
Bahkan saya punya tanaman kaktus dalam kakus. Ibumu marah
marah.
Novia Bapak tidak mau mengalah?
Kakek Selama hidup saya selalu mengalah dan terus-terusan kalah malah.
Novia Buang saja kaktus itu.
Nita Soalnya bukan kaktus. Soalnya itu cemburu pada nyonya Enas.
Kakek Ya, begitulah kalau tanpa tedeng aling-aling. Ibumu cemburu dan
minta cerai.
Novia Minta cerai?
Kakek Minta cerai. Bahkan ibumu minta supaya hari ini juga diselesaikan
surat-suratnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Novia Ibu?
Nita Ya, seperti kau sekarang.
Kakek Apa? Seperti kau, Novia? Ada apa? Kau juga sedang minta cerai?
Dari siapa?
Nita Dari siapa. Dari suaminya tentu, Vita.
Kakek Kau dan ibumu memang satu jiwa. Alasan apa yang mendorong
kau meminta kesedihan serupa itu? Kebodohan macam apa yang
mengotori otakmu? Cerai! Seakan dengan mendapatkan kata itu
kau dapat mengecap hidup ini lebih nikmat? Novia, kau jangan
seperti gadis ingusan. Kamu kira rumah tangga itu rumah-rumahan
dari kotak geretan yang dengan mudah dapat kau bongkar-bongkar
dan kau susun-susun? Novia, kau sudah waktunya menginsafi
bahwa rumah tangga adalah rumah suci yang lain, seperti masjid,
gereja dan kelenteng. Dan rumah suci adalah tempat dimana
firman-firman Tuhan yang agung dan suci dimulyakan, rumah suci
adalah tempat dimana cinta kasih ditumbuh-kembangkan menjadi
gairah hidup, untuk meraih maka hidup yang samara dalam
semesta ini.
Tuhanku…
Novia, alasan picisan apa yang menjadikan kau begitu gairah
mendapatkan surat talak? Jangan main-main. Ini bukan lagi semata
persolan kau, juga bukan persoalan suamimu semata, tetapi
persoalan anak-anakmu yang masih kecil (Menangis)
Meli, Feri…. Ini sudah menjadi persolan Negara, persoalan dunia,
saya tidak boleh membiarkan rumahmu terbakar hanya disebabkan
api mainan yang diminyaki cemburu buta. Saya harus beritahu
segera ibumu. (Exit)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
SEMBILAN BELAS
Nita Novia, apakah kau tidak pernah memperhatikan baik-baik betapa
jernih mata anak-anakmu yang lucu itu. Meli dan Feri.
Novia Tapi kau juga bisa menimbang betapa sakitnya hati saya. Coba
saja, icih. Si sundal itu hampir setiap hari ia berobat ke rumah.
Nita Tiap hari?
Novia Tidak. Maksud saya hampir seminggu sekali.
Nita Seminggu sekali?
Novia Katakanlah sebulan sekali tapi sekalipun begitu tingkahnya yang
kekanak-kanakan cukup membakar seluruh amarah saya.
Nita Bagaimana kau tahu? Apa kau ikut memeriksa penyakitnya?
Novia Saya terpaksa jadi polisi kalau tahu perempuan itu mau berobat.
Sengaja saya masuk dalam kamar praktek. Pura-pura mencari
sesuatu.
Nita Kau juga dengan apa yang dipercakapkan Icih dengan suamimu?
Novia Dengar.
Nita Apa?
Novia Seperti dokter dan pasien.
Nita Lalu apa yang kau cemburukan?
Novia (Setelah diam) Kalau periksa dalam.
Nita Kenapa kau tidak ikut ke dalam dan menyaksikan Vita memeriksa
tubuh perempuan itu.
Novia Gila.
Nita Lalu kau di luar saja.
Novia Tentu saja.
Nita Itulah kesalahanmu.
Novia Lalu apa saya perlu juga membuka kancing roknya? Gila!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Nita Daripada kau di luar dan membayang-bayangkan yang tidak-tidak?
Novia Saya tidak membayang-bayangkan tapi memastikan.
Nita Tapi nanti dulu. Coba jelaskan. Jujur. Icih sudah bersuami?
Novia Ini bukan masalah bersuami atau belum tapi masalah watak.
Sekalipun perempuan jalang itu sudah mati saya yakin rohnya
masih binal.
Nita Betul-betul kau diliputi kemarahan saja. Cobalah berfikir dengan
tenang. Sebegitu banyak sudah kata yang kau ucapkan tapi tidak
sepatahpun kata yang dapat menjelaskan kenapa kau minta cerai
dari suamimu. Kalau kau mau jujr sebenarnya kau hanya
digerakkan oleh prasangka-prasang kamu sendiri saja. Coba. Kalau
kau bisa cemburu oleh Icih kenapa oleh puluhan perempuan
perempuan lain atau bahkan
gadis-gadis yang juga berobat kepada suamimu?
Novia Apa kau kira semua perempuan banal seperti sundal itu? Kalau
ternyata memang demikian sayapun pasti cemburu sebesar
besarnya
terhadap semua perempuan. Tapi saya kira kaupun yakin tidak
semua perempuan punya leher selenggang-lenggok leher Icih yang
suka membelit leher suami orang lain.
DUA PULUH
Muncul Nenek dan Kakek .
Nenek (Menubruk Novia sambil menangis) Novia, sayang, kau jangan
suka membaca roman-roman picisan. Kau bisa bayangkan sendiri
apa jadinya isi kepalamu dengan roman-roman seperti itu. Dengan
membaca cerita-cerita cengeng seperti itu kau sama dengan
mengisi usus besarmu dengan minuman keras. Sekali-kali tentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
kau boleh, tapi kalau setiap hari kau minum arak sama dengan
memperpendek usiamu sendiri.
Nenek ………Novia, ibu yakin kau telah terpengaruh roman-roman
Sampah itu sehingga hidup bagimu tak ubahnya seperti mainan
peranan belaka. Bacalah Romeo Juliet. Bacalah tentang kesetiaan
cinta, dan singkirkan bacaan yang mengajarkan kebencian dan
perceraian. Kau kira perceraian itu jalan cuci?
Kakek Kau kira kau akan menjadi betina yang jantan kalau kau berhasil
bercerai dengan suamimu?
Nenek Jangan kau sangka perasaanmu dan kecemburuanmu akan
Menuntun hidupmu kearah kebahagiaan.
Nita Juga jangan lupakan Meli dan Feri.
Kakek Hanya karena soal cemburu, soal-soal roman picisan rumah tangga
kau bongkar? Kenapa tidak kandang ayam saja yang kau bongkar
yang sudah jelas sudah tapuh itu?
Nenek Novia, sayang, tidak satupun kebaikan yang terselip dalam niatmu
untuk bercerai dari suamimu. Lagi tidakkah kau dapat
membayangkan kembali kebaikan-kebaikan suamimu seperti
katamu dulu, ketika kau mendesak ibu agar menerima lamaran?
(Novia akan bicara) tidak perlu kau bicara apa-apa.
Kakek Ya, tidak perlu sebab, kata-kata seru saja yang kau punya sekarang.
Nenek Kau dalam keadaan marah. Dalam keadaan marah lebih baik orang
diam, dan lebih baiklagi kalau kau mau mendengarkan sayan orang
lain.
Kakek Ya, saya kira begitu. Ibumu sebenarnya juga sedang marah tetapi
Tak sepatahpun kata kata yang diucapkan.
Nenek Ban ini, kopor-kopor iniapa perlu artinya? Main-main kau sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
keterlaluan.
Novia Saya tidak main-main, bu, saya sungguh-sungguh.
Nenek Lebih jelek lagi (menangis lagi) Tuhanku, apa jadinya nanti kalau
kau jadi berpisah dengan Vita yang dulu kau agung-agungkan?
Apa jadinya hidupmu?
Nita Apa jadinya anak-anakmu? Meli dan Feri akan kehausan cinta
Sebab mereka tidak akan lengkap menerima keutuhan cinta.
Nenek Fikirkan baik-baik, sayangku. Singkirkan kegelapan yang
Dibenihkan setan cemburu.
Kakek Apa kira surat talak itu cek?
Nenek Tuhanku, limpahilah anak saya dengan cahaya kasih Mu. Novia,
tidakkah kau bisa menimba pelajaran dari pengalaman-pengalaman
ibu dan ayahmu?
Kakek Ayah dan ibumu berumah tangga selama setengah abad, tanpa
sedikitpun membiarkan setan talak bertelur dalam kamar tidurnya,
bahkan tidak dalam dapurnya.
Nenek Kami bagaikan Adam dan Hawa.
Kakek Apa kau pernah mendengar Hawa minta talak kepada Adam?
Berkacalah kepada ibu dan Ayahmu. Kamilah pasangan abadi
dunia dan akhirat.
Nenek Kami bagaikan Sam Pek dan Eng Tay.
Kakek Pronocitro dan Roro Mendut.
Nenek Di sahara kami adalah Leila dan Qais.
Kakek Kau sendiri tahu betapa setianya Layonsari sampai-sampai ia
bunuh diri demi cintanya kepada Jayaprana.
Nenek Bacalah semua itu, sayang. SEmua itu pusaka Nenek moyang kita
yang manjur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Kakek Demi menegakkan tiang-tiang rumah tangga kita, berfikir dengan
tenang.
Nita Dan demi kebahagiaan anak kita. Adikku, kau begitu bahagia
dengan Meli dan Feri dan papanya Vita kenapa kau sebodoh itu
mau memuaskan kebahagiaan itu? Tidakkah kau tahu bahwa diam
diam saya sebagai kakakmu selalu merasa iri karena saya dan
suami saya tidak pernah diberkahi anak?
Nenek Belum. Nita.
Kakek Kau tidak boleh berkata begitu.
Novia Tapi bu.
Nenek Tidak, jangan bicara.
Kakek Sekarang kau tidak akan bicara kecuali marah-marah.
Nenek Marah-marah hanya menghasilkan kerut muka.
Kakek Ibumu juga tidak suka marah.
Nenek Sekali-kali tentu saja boleh sekedar olah raga urat muka, tapi kalau
terlalu sering bisa membuatpenyakit.
Nita Dan anak-anakmu, Novia, anak-anakmu? Akan kau biarkan
Mereka kehausan cinta hanya demi kepuaan amarahmu? Egoistis?
Novia Saya tidak akan bicara apa-apa, saya hanya akan menjelakan
Panjang lebar. Duduk perkaranya.
Nenek Bicaralah.
Kakek Apa persoalannya.
Nita Sudahlah, kita semua sudah mengerti.
Nenek Biarlah dia jelaskan semua, Nita.
Kakek Bagaimana kita bisa mengerti tanpa lebih dulu mendengar
penjelasannya?
Novia Vita mau kawin lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Nita Apa kau bilang?
Kakek Dia bilang apa?
Nenek Apa kau yakin itu kalimatmu? Saya yakin kalimat itu kau pungut
dari salah satu buku picisanmu (berseru) Joni! (tak ada sahutan)
Nita Bustam !
Novia Memet !
Kakek Joni!
Joni Ya, tuan besar.
Nita Air dingin, Bustam!
Novia Cepat, Met!
Joni Sebentar, nyonya.
Nita Permainanmu terlalu kasar, Novia, kalau kau teruskan ibu bisa
pingsan.
Novia Maksud saya, maksud saya, Vita serong.
Nenek Dari halaman berapa kau pungut kalimat itu? (berseru) Joni!
Novia Met !
Kakek Joni !
Nita Bus !
Joni tergesa membawa empat gelas air dingin, mereka berempat
sama-sama minum
Nita Ganti kalimatmu, Novia.
Kakek Ya, kalau kau tidak ingin perut kamu kembung oleh air dingin.
Nenek Cari halaman lain yang lebih lembut kata-katanya.
Novia Ibu, saya cemburu.
Nenek Nah, itu baik. Cemburu itu suci. Hanya dengan modal itu
Kaumampu bercinta.
Novia Tapi vita keterlaluan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Kakek Barangkali cemburu kau yang keterlaluan.
Nita Novia, cemburu pada salah seorang pasien Vita.
Nenek Novia, rupanya kau beluim menyadari bahwa usapan tangan
seorang dokter lembut dan suci seperti lembut usapan orang-orang
suci atau bahkan nabi. Dokter-dokter bekerja atas tugas suci.
Merekalah yang paling nyata mengamalkan firman-firman Tuhan.
Kalau kau mau mengerti para dokterlah yang paling banyak tahu
tentang penderitaan manusia sepanjang sejarahnya. Merekalah
yang berjuang dengan nyata agar kita bisa mengecap hidup ini
bertambah baik.
Kakek Merekalah menghibur kita, menyembuhkan kita dari segala macam
Luka yang ditatahkan sang kala.
Nenek Saya jadi terharu.
Kakek Kasihan Vita.
Nenek Anak sebaik itu dicurigai.
Kakek Seperti nabi-nabi yang diludahi oleh umatnya sendiri.
Nenek Kau kejam, Novia Abujahal kau.
Kakek Judas kau.
Dengan pucat dan tergesa Joni muncul.
Nita Ada apa, Bus?
Nenek Ada apa, Joni?
Novia Ada apa, Met?
Joni Meli, nya.
Keempatnya Meli?
Joni Feri.
Keempatnya Feri?
Joni Meli dan Feri ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Keempatnya Meli dan Feri?
Joni Ya, nya.
Keempatnya Kenapa?
Joni Hilang.
Keempatnya Apa?
Joni Hilang.
Keempatnya Diculik ?
Joni Hilang.
Novia Kau gila.
Nita Kau taruh dimana mereka?
Kakek Beberapa kali saya bilang, hati-hati.
Nenek Dunia penuh culik.
Nita Kenapa kau bengong begitu?
Keempatnya Cari.
Nita Tidak telpon dulu.
Kakek Polisi.
Kemudian mereka berimprovisasi, mereka betul-betul cemas, takut
dan lain-lain.
Nita Meli ! Feri ! Di mana.
Kakek Cucuku.
Nenek Cucuku.
Novia Met !
Joni Ya, nya.
Novia Panggil Arba.
Arba Saya di sini, nya.
Novia Kenapa kau diam saja?
Arba Saya di sini, nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Novia Meli dan Feri hilang.
Arba Mereka diculik, nya.
Novia Diculik?
Arba Papanya sendiri yang menculik, kira-kira seperempat jam yang lalu
tuan dokter tadi menemui saya dan diam-diam mengajak Meli dan
Feri pulang.
Novia Gila kamu.
Kakek dan Nenek dan Nita muncul.
Nenek Di mana mereka?
Kakek Sudah ada telpon dari Polisi?
Nita Tukang rokok seberang jalan Cuma bilang bahwa seorang laki-laki
telah membawa lari Meli dan Feri dalam sebuah mobil.
Nenek dan Kakek : Apa?
Nenek (minum) Telpon polisi lagi.
Telpon berdering.
Kakek Pasti dari Polisi.
Nenek Cucuku yang malang…. Oh saya sedang membayangkan mereka
menangis karena penculik itu mengeluarkan pisau cukur.
Nita (menyerahkan pesawat telpon) untuk mamanya Meli.
Kakek Dari Polisi?
Nita Dari Meli.
Kakek Berapapun bayar saja permintaannya.
Nenek Saya yakin pisau cukur itu menyentuh lehernya yang halus.
Nita Meli dan Feri sudah di rumahnya ekarang. Mereka diculik oleh
papanya sendiri.
Nenek Dongeng apa ini?
Kakek Keterlaluan! Keterlaluan! Saya tidak bisa memaafkan permainan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
kasar seperti ini ini.
Nenek Kenapa berang begitu? Seharusnya kita bersyukur bahwa ini semua
Cuma main-main.
Kakek Justru lantaran main-main saya jadi berang.
Nenek Lalu apa kau berharap semua ini sungguh-sungguh? Apa memang
kau berharap agar Meli dan Feri diculik?
Kakek Bukan begitu maksud saya, tapi permainan ini bukan untuk orang
orang tua macam kita. Ini permainan pemuda dan bukan untuk
orang-orang yang rapuh jantungnya.
Setelah Novia telpon, Nita mendekati dan keduanya bercakap
tampak Nita membujuk Novia.
Kakek Betapapun akan saya marahi Vita. Akan saya katakana bahwa
sebagai dokter dia kurang mempertimbangkan kemungkinan effek
psikologis dari permainannya. Apa dia tahu bahwa setiap kali saya
harus mengatur peredaran darah saya sedemikian rupa di depan
aquarium sambil mendengarkan lagu-lagu yang paling lembut agar
kesehatan saya terpelihara? Dengan permainan baru saja, sama
dengan dia meledakkan granat di atas batok kepala saya. Apa dia
fakir dia mampu mengobati kalau saya sakit keras? Barang kali dia
lupa bahwa dia dokter muda. Dokter muda jelas baru tahu tentang
ilmu kedokteran seninya. Untuk ia, ia perlu bergaul dengan alam.
Banyak tingkah. Coba……
Novia Pak, Ibu, saya permisi pulang.
Kakek Tanpa minta maaf? Pulanglah dan bilanglah pada suamimu besok
Dia harus menghadap kemari.
Novia Pulang dulu, bu.
Nenek Jangan lupa semua nasehat ibu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Novia Ya, bu.
Joni Polisi, Nyonya.
Nita Sebentar, saya ke muka.
TAMAT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI