Analisis Regressi Determinant Kemiskinan

6
Analisis Regressi Determinant Kemiskinan

description

Mohon dipahami, karya ini merupakan tugas saya pada saat semester 3

Transcript of Analisis Regressi Determinant Kemiskinan

Page 1: Analisis Regressi Determinant Kemiskinan

Analisis Regressi

Determinant Kemiskinan

Page 2: Analisis Regressi Determinant Kemiskinan

Oleh :

Ahmad Zuhdi Dwi Kusuma

1206206676

Ilmu Ekonomi 2012

1

Page 3: Analisis Regressi Determinant Kemiskinan

I. PendahuluanKemiskinan merupakan masalah perekonomian yang dekat dengan kehidupan sehari

– hari masyarakat. Tetapi hingga saat ini belum ditemukan determinant yang benar – benar yang mempengaruhi tingkat kemiskinan. Dalam buku yang berjudul “Poverty & Inequality” oleh Jonathan Haughton & Shahidur R. Khander, kemiskinan diartikan sebagai sebuah masalah yang rumit. Kerumitan dari kemiskinan ini timbul karena kemiskinan dapat bersifat sebab maupun akibat.

Kemiskinan sebagai sebab, dapat dilihat dari bagaimana kemiskinan menimbulkan masalah lain. Seperti masalah dari sisi mikro berupa kriminalitas, hingga masalah yang bersifat makro, seperti pertumbuhan ekonomi.

Kemiskinan sebagai akibat, dapat dilihat bahwa kemiskinan merupakan akibat dari adanya kesenjangan sosial, distribusi pendapatan yang tidak baik, pengangguran, ketidakmampuan untuk mencapai akses infrastruktur, & lainnya.

Hal lain yang perlu diketahui adalah, bahwa kemiskinan tidak hanya dilihat dari sisi pendapatan, tapi kemiskinan juga dapat dilihat dari sisi pengeluaran. Dalam pengukuran kemiskinan seseorang dapat dikatagorikan kedalam katagori miskin apabila tingkat pengeluaran dari orang tersebut tidak memenuhi asumsi tingkat pengeluaran minimal untuk hidup layak. Jonathan Haughton & Shahidur R. Khander dalam bukunya, menyertakan pro & kontra dalam penggunaan sisi pengeluaran sebagai taraf ukur kemiskinan.

Income (“potential”)Pro:• Easy to measure, given the limited number of

sources of income.• Measures degree of household “command” over

resources (which they could use if they so wish).• Costs only a fifth as much to collect as

expenditure data, so sample can be larger.Con:• Likely to be underreported.• May be affected by short-term fluctuations (for

example, the seasonal pattern of agriculture).

• Some parts of income are hard to observe (for

example, informal sector income, home agriculturalproduction, self-employment income).

• Link between income and welfare is not always clear.

• Reporting period might not capture the “average”

income of the household.

Consumption (“achievement”)Pro:• Shows current actual material standard of

living.• Smoothes out irregularities, and so reflects

long-term average well-being.• Less understated than income, because

expenditure is easier to recall.Con:• Households may not be able to smooth Consumption.

(for example, via borrowing, social networks).

• Consumption choices made by households may be misleading (for example, if a rich household chooses to live simply, that does not mean it is poor).

• Some expenses are not incurred regularly, so datamay be noisy.

• Difficult to measure some components ofconsumption, including durable goods.

I. I Variabel

2

Page 4: Analisis Regressi Determinant Kemiskinan

Penganalisa menekankan pembentukan hubungan korelasi antara jumlah penduduk miskin yang ada di 33 Provinsi di negara Indonesia pada tahun 2010 ( cross-section ) dengan jumlah masyarakat menganggur dan pengeluaran rumah tangga perkapita.Dependent Variable : Jumlah penduduk miskin di setiap Provinsi di Indonesia.Independent Variable : Jumlah penduduk yang menganggur di setiap provinsi.

Jumlah pengeluaran rumah tangga perkapita.

Model yang diujikan :

Y=β0+β1 (J . PendudukMenganggur )+β2 (PengeluaranRT perkapita )+ϑ

II. Analisis Hasil Regressi

Source | SS df MS Number of obs = 33-------------+------------------------------ F( 2, 30) = 49.74 Model | 5.2262e+13 2 2.6131e+13 Prob > F = 0.0000 Residual | 1.5760e+13 30 5.2532e+11 R-squared = 0.7683-------------+------------------------------ Adj R-squared = 0.7529 Total | 6.8022e+13 32 2.1257e+12 Root MSE = 7.2e+05

------------------------------------------------------------------------------ y | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]-------------+---------------------------------------------------------------- x1 | 3.036836 .3239333 9.37 0.000 2.375275 3.698396 x2 | -3.652339 .9607868 -3.80 0.001 -5.614528 -1.690151 _cons | 2118289 517195.9 4.10 0.000 1062034 3174544

Y = Jumlah penduduk miskinX1 = Jumlah penduduk menganggurX2 = Pengeluaran rumah tangga perkapita

ϑ = Error

Model terbentuk :Y=2118289+3.036836 ( X1 )−3.652339 (X2 )+ϑ

Dari tabel regressi diatas, variabel terkait terhadap jumlah masyarakat miskin di 33 provinsi di Indonesia menunjukan hasil yang signifikan. Variabel pengeluaran rumah tangga bersifat negatif, hal ini dikarenakan pengeluaran rumah tangga perkapita melambangkan daya beli. Daya beli masyarakat mencerminkan kondisi perkenomian masyarakat tersebut, apakah ia miskin atau tidak. Masyarakat yang menganggur berdasarkan teori multiplier of unemployment dapat menimbulkan efek yang berlipat ganda. Dari tabel diatas terlihat koefisien variabel penduduk menganggur = 3.036836 ( pembulatan menjadi = 3 ), jika dilihat berdasarkan kenyataan, ketika ada perubahan terhadap jumlah penduduk yang menganggur, maka akan menambah jumlah penduduk miskin sebanyak 3 kali lipat.

III. Referensi

3

Page 5: Analisis Regressi Determinant Kemiskinan

Gustafsson, B. (1995, November). Assesing Poverty : SOme Reflection on the Literature. Journal of Population Economics, 8(4), 361-381. Retrieved December 25, 2013, from http://www.jstor.org/stable/20007478

Hagenaars, A., & de Vos, K. (1988). The Definition and Measurement of Poverty. The Journal of Human Resources, 23(2), 211-221. Retrieved December 25, 2013, from http://www.jstor.org/stable/145776

Haughton , J., & Khandker, S. (2009). Handbook of Poverty & Inequality. Washington: Worldbank.

Data per ProvinsiTahun 2010

Provinsi Y X1 X2

Bali, Prop. 189869 68791 623247Banten, Prop. 761263 726377 644138Bengkulu, Prop. 313940 39285 477749D I Yogyakarta, Prop. 581896 107148 553967DKI Jakarta, Prop. 334231 582843 1024214Gorontalo, Prop. 241214 23573 416691Jambi, Prop. 257895 83278 476495Jawa Barat, Prop. 4852156 1951391 487681Jawa Tengah, Prop. 5362568 1046883 393831Jawa Timur, Prop. 5718953 828943 411477Kalimantan Barat, Prop. 396518 101620 471360Kalimantan Selatan, Prop. 188947 96674 590378Kalimantan Tengah, Prop. 149758 44153 511818Kalimantan Timur, Prop. 272171 166557 793438Kepulauan Bangka Belitung, Prop. 79637 34927 661834Kepulauan Riau, Prop. 135173 57049 681998Lampung, Prop. 1441032 220619 411603Maluku Utara, Prop. 97788 26397 526951Maluku, Prop. 425395 64909 388663Nanggroe Aceh Darussalam, Prop. 942927 162265 482705Nusa Tenggara Barat, Prop. 969796 119143 424377Nusa Tenggara Timur, Prop. 1078685 71152 333008Papua Barat, Prop. 265235 26341 498338Papua, Prop. 1587755 53631 498350Riau, Prop. 479069 207247 598012Sulawesi Barat, Prop. 157345 17304 404379Sulawesi Selatan, Prop. 1225527 298952 461810Sulawesi Tengah, Prop. 476146 56228 451174Sulawesi Tenggara, Prop. 380656 48221 425599Sulawesi Utara, Prop. 206624 99635 506633Sumatera Barat, Prop. 460456 152586 531874Sumatera Selatan, Prop. 1152576 243851 453723Sumatera Utara, Prop. 1468287 491806 499693

Keterangan : Y = Jumlah Penduduk Miskin Per Provinsi

4

Page 6: Analisis Regressi Determinant Kemiskinan

X1 = Jumlah Penduduk Menganggur Per Provinsi X2 = Pengeluaran Per Kapita Rumah Tangga ( Dalam Rupiah )

Sumber : http://databank.worldbank.org/ http://bps.go.id/

5