Analisis Pusat Permukiman Kabupaten Temanggung Dengan Metode Skalogram Dan Ism

27
DAFTAR ISI DAFTAR ISI.........................................................i BAB I..............................................................1 PENDAHULUAN........................................................1 1.1. Latar Belakang........................................... 1 1.2. Tujuan dan Sasaran.......................................1 1.2.1. Tujuan................................................... 1 1.2.2. Sasaran.................................................. 1 1.3. Ruang Lingkup............................................ 2 1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah....................................2 1.3.2. Ruang Lingkup Materi.....................................2 1.4. Sistematika Penulisan....................................2 BAB II.............................................................3 KAJIAN LITERATUR...................................................3 2.1. Analisis Skalogram.......................................3 2.2. Analisis Indeks Sentralis Marshal........................5 BAB III............................................................6 GAMBARAN UMUM KABUPATEN TEMANGGUNG.................................6 3.1. Kondisi Geografis........................................6 3.2. Kependudukan............................................. 6 BAB IV.............................................................8 ANALISIS SKALOGRAM DAN ISM KABUPATEN TEMANGGUNG....................8 4.1. Analisis Skalogram.......................................8 4.2. Analisis Indeks Sentralis Marshal.......................11 BAB V.............................................................16 PENUTUP...........................................................16 5.1. Kesimpulan.............................................. 16 5.2. Rekomendasi............................................. 16 DAFTAR PUSTAKA....................................................18 i

description

pusat permukiman

Transcript of Analisis Pusat Permukiman Kabupaten Temanggung Dengan Metode Skalogram Dan Ism

DAFTAR ISIDAFTAR ISIiBAB I1PENDAHULUAN11.1.Latar Belakang11.2.Tujuan dan Sasaran11.2.1.Tujuan11.2.2.Sasaran11.3.Ruang Lingkup21.3.1.Ruang Lingkup Wilayah21.3.2.Ruang Lingkup Materi21.4.Sistematika Penulisan2BAB II3KAJIAN LITERATUR32.1.Analisis Skalogram32.2.Analisis Indeks Sentralis Marshal5BAB III6GAMBARAN UMUM KABUPATEN TEMANGGUNG63.1.Kondisi Geografis63.2.Kependudukan6BAB IV8ANALISIS SKALOGRAM DAN ISM KABUPATEN TEMANGGUNG84.1.Analisis Skalogram84.2.Analisis Indeks Sentralis Marshal11BAB V16PENUTUP165.1.Kesimpulan165.2.Rekomendasi16DAFTAR PUSTAKA18

18

BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangPermukiman adalah bagian permukaan bumi yang dihuni oelh manusia yang meliputi segala prasarana dan sarana yang menunjang kehidupan masyarakat yang menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal mereka. Secara umum,faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan permukiman adalah faktor fisik,sosial, budaya, ekonomi, politik dan faktor-faktor lainnya. Dasar teori dari sitem pusat permukiman adalah central place teori serta range of goods serta threshold. Analisis sistem pusat permukiman pada dasarnya ada dua elemen, yaitu daerah perkotaan dan daerah perdesaan. Pada daerah perdesaan pola permuukimannya dipengaruhi oelh pertanian,permukiman yang rapat dan cenderung berkembag pada daerah yang memiliki tanah yag subur. Sedangkan daerah perkotaan adalah daerah yang bersifat non agraris, bersifat persaingan dalam menggunakan ruang lebih intensif daripada perdesaan. Analisis sistem permukiman berfungsi untuk membuat analisis tentang sistem kota. Selain itu juga berfungsi untuk mengetahui hirarki dan fungsi sistem permukiman. Alat analisis yang digunakan antara lain analisis Skalogram Guttman dan Analisis Sentralitas Marshall. Teknik skalogram digunakan untuk memberikan gambaran adanya pengelompokan permukiman sebagai pusat pelayanan dengan mendasarkan pada kelengkapan fungsi pelayanannya. Sedangkan analisis indeks sentralitas marshall merupakan penghitungan skor dengan menjumlahkan nilai indeks sentralitasnya dari tiap-tiap fasilitas yang dimiliki dan didasarkan pada urutan kelengkapan fasilitas yang dimiliki. Berdasarkan teori dan pemahaman tersebut kemudian dilakukan analisis mengenai sistem pusat permukiman di Kabupaten Temanggung menggunakan analisis skalogram dan indeks sentralitas marshall. Hal tersebut dilakukan guna mengetahui dan menentukan hirarki-hirarki pusat pelayanan diantara kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Temanggung.

1.2. Tujuan dan SasaranTujuan dan sasaran dalam laporan ini adalah sebagai berikut.1.2.1. TujuanTujuan dari laporan ini adalah mengidentifikasi pusat pelaynan permukiman di Kabupaten Temanggung dengan menggunakan dua metode yaitu skalogram dan indeks sentralis marshal.1.2.2. SasaranSasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut.a. Mengetahui jenis dan jumlah fasilitas yang berhirarki di Kabupaten Temanggung.b. Menganalisis data tersebut dengan menggunakan metode skalogram dan indeks sentralis marshal.c. Menganalisis pusat pelayanan permukiman di Kabupaten Temanggung.

1.3. Ruang Lingkup1.3.1. Ruang Lingkup WilayahRuang lingkup wilayah dalam laporan ini adalah Kabupaten Temanggung dengan batas-batas wilayah sebagai berikut.Utara: Kabupaten Kendal dan Kabupaten SemarangSelatan: Kabupaten MagelangBarat: Kabupaten WonosoboTimur: Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang1.3.2. Ruang Lingkup MateriRuang lingkup materi dalam laporan ini adalah analisis pusat permukiman dengan metode skalogram dan metode indeks sentralis marshal.

1.4. Sistematika PenulisanSistematika penulisan dalam laporan ini adalah sebagai berikut.Bab I PendahuluanBab ini terdiri dari latar belakang penulisan laporan, tujuan dan sasaran, ruang lingkup baik ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi, dan sistematika penulisan.Bab II Kajian LiteraturKajian literatur berisi tentang pengertian analisis skalogram dan indeks sentralis marshal.Bab III Gambaran Umum Kabupaten TemanggungBab ini mendiskripsikan gambaran umum dalam ruang lingkup wilayah studi yaitu Kabupaten Temanggung. Gambaran umum tersebut terdiri dari kondisi geografis, kependudukan,Bab IV Analisis Skalogram dan ISM Kabupaten TemanggungBab ini berisi tentang analisis skalogram dan indeks sentralis marshal di Kabupaten Temanggung.Bab V PenutupBab terakhir ini membahas kesimpulan dan rekomendasi dari pembahasan yang ada di laporan.

BAB II KAJIAN LITERATUR2.1. Analisis SkalogramMetode skalogram adalah metode paling sederhana yang dapat digunakan untuk melakukan analisis fungsi wilayah, karena hanya menunjukkan daftar dari komponen-komponen pendukungnya. Komponen-komponen yang dibutuhkan biasanya meliputi :1. data pemukiman wilayah yang ditinjau;2. jumlah penduduk/populasi masing-masing pemukiman;3. data fungsi/fasilitas pelayanan yang terdapat pada setiap pemukiman.Berdasarkan daftar tersebut, dapat dihitung rasio dari jumlah fungsi pelayanan yang ada dengan jumlah penduduk, baik dalam skala kabupaten maupun skala setiap wilayah/kecamatan (Riyadi dan Bratakusumah, 2005).Metode sklagoram ini sering juga disebut sebagai metode analisis skala Guttman. Menurut Soenjoto yang dikutip dari (Dias, 1997), metode analisis skala Guttman merupakan suatu teknik skala, yang memiliki sedikit perbedaan dengan teknik-teknik skala lainnya. Perbedaan tersebut terletak pada persyaratan-persyaratan yang diajukan Guttman dalam membentuk skalanya. Persyaratan-persyaratan tersebut merupakan sifat-sifatnya yaitu :a. variabel-variabel (pernyataan-pernyataan) dalam suatu set pernyataan harus homogen (undimensional) atau memiliki ketunggalan dimensi. Artinya skala sebaiknya hanya mengukur satu dimensi saja dari variabel yang memiliki banyak dimensi. Misalnya, walaupun variabel nilai anak mempunyai dimensi ekonomi, dimensi psikologi, dan dimensi sosial, namun suatu skala nilai anak sebaiknya hanya mengukur salah satu dimensi saja.b. seperangkat variabel-variabel dalam suatu set pernyataan harus bersifat kumulatif, yang berarti pernyataan-pernyataan mempunyai bobot yang berbeda, dan apabila seorang responden menyetujui pernyataan yang lebih berat bobotnya, maka dia diharapkan akan menyetujui pernyataan-pernyataan yang lebih rendah/ringan.Untuk lebih memahami tentang persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh Guttman seperti tersebut di atas, berikut ini diberikan suatu contoh. Contoh ini merupakan salah satu dari tiga perangkat variabel yang digunakan dalam mengukur ketiga fungsi. Variabel-variabel tersebut ialah sebagai berikut: 1) Jumlah penduduk pusat perkembangan kota (kota kecamatan); 2) jumlah tenaga kerja di sektor perkotaan, yang mencakup tenaga kerja sektor perdagangan, industri, jasa dan pegawai negeri; 3) jumlah sekolah lanjutan pertama; 4) jumlah sekolah lanjutan atas, 5) jumlah akademi dan perguruan tinggi.Dari variabel-variabel tersebut di atas, jelas bahwa seperangkat variabel tersebut memiliki sifat-sifat homogen dan kumulatif. Semua variabel berusaha untuk dapat mengukur objek tunggal guna mengukur tingkatan perkembangan pusat-pusat (ibukota-ibukota kecamatan), dan variabel-variabel tersebut kemungkinan untuk dipunyai pada pusat perkembangan, tersusun dari yang mudah didapat sampai ke tingkat yang sulit didapat atau sebaliknya (sifat kumulatif).Cara menyusun dan menetapkan ranking atau tingkatan kota-kota tersebut menurut Budiharjo adalah sebagai berikut: a. wilayah kecamatan disusun urutannya berdasarkan jumlah penduduk.b. kemudian kecamatan tersebut disusun urutannya berdasarkan atas jumlah jenis fasilitas sosial dan ekonomi yang tersedia.c. masing-masing jenis fasilitas tersebut disusun urutannya pada semua wilayah yang memiliki jenis fasilitas tertentu.d. ranking atau peringkat fasilitas sosial dan ekonomi disusun urutannya berdasarkan atas jumlah unit fasilitas tersebut.e. ranking kota kecamatan/wilayah ditentukan berdasarkan jumlah jenis dan jumlah unit fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing unit (Muzahar, 1997: 46).Kemudian dari contoh tadi, diharapkan suatu pusat perkembangan akan cenderung memiliki variabel 1 daripada 2, atau variabel 3 daripada 4. Hal ini disebabkan menurut logika atau kebutuhan dan batas ambang penduduknya bahwa suatu pusat terlebih dahulu memiliki penduduk daripada tenaga kerja di sektor perkotaan, atau akan terlebih dahulu membutuhkan SLTP daripada akademi dan perguruan tinggi. Jadi dengan perangkat variabel-variabel tersebut, diharapkan setiap pusat perkembangan dapat dinilai. Jika pusat tersebut memiliki variabel 2 maka akan memiliki variabel 1, atau jika pusat tersebut memiliki variabel 5, maka akan memiliki variabel 4 dan 3. Akan tetapi jika pusat perkembangan memiliki variabel 1, maka tak akan selalu memiliki variabel 2, 3, 4, dan 5.Lebih lanjut dalam perhitungan metode ini dikenal cara penyusunan tabel skala Guttman dengan tahapan sebagai berikut : 1) menyiapkan matriks data dasar, yang mengandung jumlah objek penelitian dengan jumlah variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian, tingkat pelayanan masyarakat, dan tingkat sumberdaya manusia; 2) perhitungan dengan menggunakan titik potong (cutting point). Titik potong adalah suatu nilai tertentu (ditentukan) untuk menetapkan batas antara kelompok-kelompok objek penelitian yang memperlihatkan tingkatan tiap objek penelitian terhadaap variabel-variabel yang ada. Jadi, tingkat tiap-tiap objek penelitian ditentukan oleh besarnya jumlah tiap-tiap variabel yang dimiliki pada objek-objek penelitian tersebut. Dalam studi ini tingkatan tiap-tiap objek penelitian terhadap variabel-variabelnya dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat tinggi, tingkat sedang, dan tingkat rendah.Interval Nilai = Nilai Tertinggi Nilai Terendah.............................. (3) 3Selanjutnya, nilai masing-masing objek dimasukkan ke dalam tabel skala Guttman. Sebelumnya tabel skala Guttman dibagi atas tiga kolom penilaian, yaitu tinggi-sedang-rendah, dengan objek penelitian sebagai barisnya. Tiap tingkatan nilai tinggi-sedang-rendah memiliki skor tertentu. Susunan variabel dari masing-masing kolom klasifikasi dapat diubah penempatannya, tergantung hasil yang paling baik. Hasil dikatakan paling baik jika memiliki coefficient of reproducibility yang mendekati 1 (atau > 0,9).Pada kenyataannyaa, pola skala Guttman yang sempurna jarang sekali terjadi, dikarenakan adanya penyimpangan-penyimpangan dan penyimpangan ini disebut error. Sempurna atau tidaknya skala Guttman dapat ditunjukkan oleh coefficient of reproducibility, yaitu merupakan suatu koefisien yang menunjukkan seberapa jauh suatu skor yang diperoleh suatu objek penelitian benar-benar dapat memberikan prediksi terhadap reaksi-reaksi objek-objek penelitian dalam skala yang bersangkutan. Nilai dari koefisien ini bervariasi dari 0 sampai 1. Menurut Soenjoto seperti dikutip Rinaldi (2004:40), nilai koefisien yang makin mendekati nilai 1, akan menunjukkan skala Guttman yang semakin sempurna, dan biasanya koefisien yang bernilai lebih besar dari 0,9 dianggap menunjukkan suatu skala yang berlaku.COR (coefficient of reproducibility) = ( frekuensi kesalahan ) x 100%.. (4) frekuensi

2.2. Analisis Indeks Sentralis MarshalAnalisis indeks sentralitas Marshall digunakan untuk memberikan bobot pada fasilitas yang ada. Dengan analisi ini dapat ditentukan hierarki dari masing-masing kota. Untuk menentukan nilai sentralitas bobot dapat dihitung dari persamaan berikut:C =C= Bobot dari atribut suatu fasilitast = Nilai sentralitas gabunganT = Jumlah total atribut fasilitasSetelah mengetahui nilai sentralitas, kita dapat menentukan indeks sentralitas dengan mengalikanya dengan jumlah fasilitas yang ada. Berdasarkan range yang kemudian dapat ditentukan hierarki (tingkatan) masing-masig kota.

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN TEMANGGUNG

3.1. Kondisi GeografisKabupaten Temanggung adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di 110023-11004630 BT dan 7014-703235 LS. Kabupaten Temanggung yang terdiri dari 20 kecamatan secara geoekonomis dilalui oleh tiga jalur pusat kegiatan ekonomi yaitu Semarang (77 Km), Yogyakarta (64 Km), dan Purwokerto (134 Km).Kabupaten Temanggung memiliki sifat iklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau antara BUlan April sampai dengan September dan musim penghujan antara BUlan Oktober dan sampai dengan Maret dengan curah hujan tahunan pada umumnya tinggi. Daerah Kabupate Temanggung pada umumnya berhawa dingin dengan udara pegungungan berkisar antara 200C-300C. Daerah berhawa sejuk terutama di daerah Kecamatan Tretep, Kecamatan Bulu (lereng Gunung Sumbing), Kecamatan Tembarak, Kecamatan Ngadirejo serta Kecamatan Candiroto.Permukaan wilayah Kabupaten Temanggung termasuk dataran tinggi. Pola topografi silayah secara umum mirip sebuah cekungan atau depresi raksasa yang terbuka di bagian tenggara, di bagian selatan dan Barta dibatasi oleh 2 guunung yaitu Gunung Sumbing (3.260 mdpl) dan Gunung Sindoro (3.151 mdpl). Di bagian utara di batasi oleh sebuah pegungungan yang membujur dari timur laut kea rat tenggara. Dengan topografi semacam itu, Kabupaten Temangunggung memiliki permukaan yang sangat beragam ditinjau dari ketinggian dan luas wilayah/kawasan. Sebagian wilayah kapupaten berada pada ketinggian 500 m-1.450 m (24,3%), luasan area ini merupakan daerah lereng Gunung Sindoro dan Gungung Sumbing yang terhampar dari sisi selatan, barat sampai dengan utara wilayah.

3.2. KependudukanJumlah penduduk Kapbupaten Temanggung terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 telah mencapai 739.874 jiwa. Dengan laju pertumbuhan penduduk besarannya di bawah 1 persen selama tiga tahun terakhir seperti tabel di bawah ini.Tabel III.1 Kependudukan Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2013Uraian201120122013

Jumlah Penduduk727.184733.418739.873

Pertumbuhan Penduduk (%)0,760,860,88

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)835842850

Sex Rasio (%)199,55100,60100,57

Jumlah Rumah Tangga191.074192.080193.096

Rata-rata (jiwa/rumah tangga)3,813,823,83

Sumber: Statistik Kabupaten Temanggung,2014Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Hal ini terlihat pada rasio perbandingan jenis kelamin yang angkanya selalu lebih besar dari 100 persen dalam tiga tahun terakhir.Dengan luas wilayah 870,65 km2 berarti setiap km2 rata-rata ditempati penduduk sebanyak 850 jiwa pada tahun 2013. Untuk anggota rumah tangga dalam setiap rumah tangga terlihat cenderung naik.Komposisi penduduk Kabupaten Temanggung didominasi oleh penduduk muda/dewasa. Dasar piramida yang melebar baik untuk penduduk laki-laki maupun perempuan menunjukkan bahwa angka kelahiran di Kabupaten Temanggung masih cukup tinggi. Dari komposisi penduduk, juga didapatkan rasio ketergantungan sebesar 46 persen, yang artinya setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) harus menanggung 46 orang tidak produktif (usia di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun)

BAB IV ANALISIS SKALOGRAM DAN ISM KABUPATEN TEMANGGUNG

4.1. Analisis SkalogramKabupaten Temanggung terdiri atas 20 Kecamatan dengan persebaran tiap jumlah fasilitasnya berbeda-beda. Dalam anialisis ini, fasilitas yang digunakan ada 16 fasilitas diantaranya adalah fasilitas pendidikan yang terdiri atas PAUD,TK,SD/MI sederajat,SMP/MTS sederajat,SMA/MAN sederajat dan Perguruan Tinggi/Akademi. Fasilitas Kesehatan yang terdiri atas PKD,Polindes,balai pengobatan,Puskesmas Pembantu,dan Rumah Sakit Umum. Fasilitas perniagaan yang terdiri atas pasar desa dan pasar daerah. Serta fasilitas peribadatan yang terdiri atas mushola/langgar dan masjid. Berdasarkan hasil analisis Skalogram, setelah datanya diurutkan berdasakan jumlah penduduk tertinggi dan banyaknya fasilitas yang ada maka didapatkan eror (kesalahan) sebesar 28 dengan jumlah total dari fasilitas yang ada sebesar 240. Dengan demikian setelah dilakukan perhitungan COR (coeffisien of reproducibility ) dengan rumus yang ada didapatkan COR sebesar 0.9125 yang artinya bahwa analisis skalogram ini dianggap layak untuk menentukan orde pusat permukiman.Dalam menentukan pusat permukiman tersebut digunakan perhitungan sebagai berkut.Range/Jangkauan = Jumlah Terbesar-Jumlah Terkecil = 16-10 =6Orde pusat permukiman dibuat 4 orde yaitu I,II,III, dan IV dengan pertimbangan semua nilai masuk ke dalam kelas tersebut.Interval kelas = range : orde = 6 : 4 = 1.5Sehingga didapatkan kelas nya adalah sebagai berikut: Tabel IV.1 Orde Hirarki Pusat Permukiman dengan Analisis SkalogramORDE 1>14.5-16

ORDE 2>13.14.5

ORDE 3>11.5-13

ORDE 410-11.5

Sumber: Analisis Kelompok,2014

No

Kecamatan

Jumlah pendudukFasilitas

MusholaMasjidSD/MI sederajatTKPAUDPKDSMP/MTS sederajatSMA/SMK/MAN sederajatPuskesmas PembantuPasar DesaPuskesmasPolindesBalai PengobatanPasar DaerahRS umumPT/AkademiJumlahKesalahanOrde Kota

5Temanggung79,6301111111111111111160I

13Kedu55,8561111111111110000120III

14Ngadirejo52,2301111111111110100132III

1Parakan51,1451111111111111111160I

10Pringsurat48,5101111111111111100140II

12Kandangan48,0891111111111101001132III

4Bulu46,2321111111111110010132III

9Kranggan45,2371111111111111100140II

11Kaloran41,0761111111111110000120III

16Gemawang31,8481111111111100000110IV

17Candiroto30,5941111111110110100122III

7Tembarak29,0311111111101100000102IV

15Jumo28,3921111111111100000110IV

2Kledung24,9881111111010110000104IV

20Wonoboyo24,5671111111011110000112IV

3Bansari22,3231111111100110000104IV

6Tlogomulyo22,2661111111011100000102IV

19Tretep19,8071111111011110000112IV

18Bejen19,6331111111010110000104IV

8Selopampang18,4191111111111100000110IV

Jumlah202020202020201518162014563324028

Sumber: Analisis Kelompok,2014Tabel IV.2 Analisis Skalogram

Hasil dari penentuan kelas tersebut kemudian digunakan untuk menentukan orde dari masing-masing Kecamatan dengan hasil sebagai berikut:Tabel IV.3 Jumlah Fasilitas dan Orde Tiap KecamatanKecamatanJumlahOrde

Temanggung16I

Kedu12III

Ngadirejo13III

Parakan16I

Pringsurat14II

Kandangan13III

Bulu13III

Kranggan14II

Kaloran12III

Gemawang11IV

Candiroto12III

Tembarak10IV

Jumo11IV

Kledung10IV

Wonoboyo11IV

Bansari10IV

Tlogomulyo10IV

Tretep11IV

Bejen10IV

Selopampang11IV

Sumber:Analisis Kelompok,2014 Kemudian, setiap kecamatan yang mempunyai orde yang sama dikelompokan menjadi seperti yang di bawah ini.Tabel IV.4 Hierarki KecamatanOrdeKecamatan

ITemanggung dan Parakan

IIPringsurat dan Kranggan

IIIKedu, Ngadirejo, Kandangan, Bulu, Kaloran, Candiroto

IVGemawang, Tembarak, Jumo, Kledung, Wonoboyo, Bansari, Tlogomulyo, Tretep, Bejen dan Selopampang

Sumber:Analisis Kelompok,2014

Gambar IV.1 Peta Hierarki Pusat Permukiman kabupaten Temanggung dengan Metode Skalogram Sumber:Analisis Kelompok,2014 4.2. Analisis Indeks Sentralis MarshalAnalisis ISM dilakukan dengan menggunakan angka jumlah fasilitas yang ada kemudian ditentukan bobot dari masing-masing fasilitas tersebut.Dalam menentukan bobot masing-masing fasilitas menggunakan rumus C = .FasilitasMusholaMasjidSD/MI sederajatTKPAUDPKDSMP/MTS sederajatSMA/SMK/MAN sederajatPuskesmas PembantuPasar DesaPuskesmasPolindesBalai PengobatanPasar DaerahRS umumPT/Akademi

T154912825633092291581055040352422161043

t100100100100100100100100100100100100100100100100

C0.060.080.180.320.440.630.952.002.502.864.174.556.2510.0025.0033.33

Tabel IV.5 Bobot Tiap fasilitasSumber: Analisis Kelompok,2014Gambar IV.2 Analisis Indeks Sentralis Marshal

Sumber:Analisis Kelompok,2014

Setelah diketahui bobot dari masing-masing fasilitas kemudian mengalikan bobot dengan jumlah fasilitas untuk setiap kecamatan. Kemudian hasilnya dijumlahkan per kecamatan untuk digunakan sebagai penentu orde. Hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:Range = jumlah tertinggi jumlah terendah = 220-36 = 184Sama seperti analisis Skalogram sebelumnya, dalam analisi ISM ini menggunakan empat orde dengan asumsi semua nilai masuk ke dalam kelas.Interval kelas = range : orde = 184 : 4 = 46.03Sehingga didapatkan kelasnya adalah sebagai berikut:Tabel IV.6 Orde Hirarki Pusat Permukiman dengan Analisis ISMORDE 1174.08-220.11

ORDE 2128.06-174.08

ORDE 382.03-128.06

ORDE 436-82.03

Sumber:Analisis Kelompok,2014Hasil dari penentuan kelas tersebut kemudian digunakan untuk menentukan orde dari masing-masing Kecamatan dengan hasil sebagai berikut:Tabel IV.7 Jumlah Bobot dan Orde Tiap KecamatanKecamatanJumlahOrde

Temanggung220I

Kedu61IV

Ngadirejo80IV

Parakan148II

Pringsurat117III

Kandangan105III

Bulu66IV

Kranggan92III

Kaloran86III

Gemawang56IV

Candiroto75IV

Tembarak49IV

Jumo51IV

Kledung41IV

Wonoboyo51IV

Bansari40IV

Tlogomulyo36IV

Tretep38IV

Bejen44IV

Selopampang43IV

Sumber:Analisis Kelompok,2014Kemudian, setiap kecamatan yang mempunyai orde yang sama dikelompokan menjadi seperti yang di bawah ini.Tabel IV.8 Hirarki KecamatanOrdeKecamatan

ITemanggung

IIParakan

IIIPringsurat, Kandangan, Kranggan, Kaloran

IVGemawang, Ngadirejo, Bulu, Kedu, Candiroto, Tembarak, Jumo, Kledung, Wonoboyo, Bansari, Tlogomulyo, Tretep,Bejen dan Selopampang

Sumber:Analisis Kelompok,2014

Gambar IV.3 Peta Hierarki Pusat Permukiman Kabupaten Temanggung dengan Metode ISM

Sumber:Analisis Kelompok,2014BAB V PENUTUP5.1. KesimpulanDari hasil analisis dengan dua metode diatas, didapatkan hasil bahwa Kecamatan yang menempati orde pertama dalam perhitungan menggunakan Saklogram dan ISM berturut-turut adalah Kecamatan Temanggung. Hal ini dikarenakan karena Kecamatan Temanggung merupakan Ibu Kota dari Kabupaten Temanggung dan merupakan daerah pusat pelayanan yang melayani daerah-daerah lain dan juga daerahnya sendiri.5.2. RekomendasiBerdasarkan Perda No 5 Tahun 2008 tentang RTRW Kabupaten Temanggung pasal 33, bahwa:(1) Arahan pengembangan sistem pusat permukiman perkotaan meliputi arahan terhadap fungsi pusat kegiatan dan arahan terhadap penataan struktur ruang pusat-pusat permukiman perkotaan.(2) Pengelolaan pusat permukiman perkotaan terkait dengan pusat kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari pusat kegiatan wilayah dan lokal, meliputi:a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) merupakan kawasan dengan fungsi sebagai pusat pertumbuhan pertama dengan orientasi kegiatan berupa pemerintahan, perdagangan dan jasa, pelayanan masyarakat dan lain yang termasuk PKL ini adalah seluruh wilayah Kecamatan Temanggung.b. PKL I merupakan kawasan perkotaan dengan fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa, permukiman, koleksi dan distribusi dengan skala pelayanan berupa beberapa kecamatan yang termasuk kedalam PKL 1 adalah Kecamatan Parakan, Ngadirejo, Kranggan, Pringsurat dan Kedu.c. PKL II merupakan kawasan perdesaan yang ditingkatkan menjadi kawasan perkotaan dengan fungsi sebagai pusat produksi,pertanian dan perkebunan dengan skala pelayanan beberapa kecamatan serta menunjang kota dengan PKL I. Kecamatan yang masuk lingkup PKL II adalah kecamatan Kandangan, Kledung, Bulu, Candiroto, dan Selopampang.d. PKL III merupakan kawasan perdesaan yang ditingkatkan menjadi kawasan perkotaan yang memiliki fungsi sebagai pusat produksi pertanian dengan skal lokal. PKL III terdiri atas Kecamatan Bejen, Jumo, Tlogomulyo, Tembarak dan Kaloran.e. PKL IV merupakan kawasan perdesaan yang ditingkatkan menjadi kawasan perkotaan yang memiliki fungdi sebagai pusat produksi pertanian dengan skala lokal. Kecamatan yang termasuk kedalam PKL IV adalah Kecamatan Gemawang, Wonoboyo, Bansari, dan Tretepf. Pengembangan Kawasan Perdesaan diarahkan pada usaha pemerataan pembangunan untuk mengurangi kesenjangan antara desa dan kota.

DAFTAR PUSTAKA

Dias, R. d. (1997). Studi Analisis Penentuan Lokasi Ibukota Kabupaten dati II Pekalongan. Bandung: TA Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ITB.Daerah, P. (2008). Paten No. Perda No 5 Tahun 2008 tentang RTRW Kabupaten TemanggungRiyadi dan Bratakusumah, D. S. (2005). Perencanaan Pembangunan Daerah: Starategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Sumaatmaja, N. (1988). Studi Geografi Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni.Temanggung, B. K. (2014). Statistk Daerah Kabupaten Temangung 2014. Temanggung: BPS Kabupaten Temanggung.Temanggung, B. K. (2014). Temanggung dalam Angka 2014. Temanggung: BPS Kabupaten Temanggung.Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Temanggung. Diunduh dari studio3bkedu.blogspot.com Sabtu, 6 Desember 2014