ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK ... · PDF fileANALISIS PROSES PEMBELAJARAN...
Transcript of ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK ... · PDF fileANALISIS PROSES PEMBELAJARAN...
i
ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAKBERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) SLOW LEARNERS
DI KELAS INKLUSI(Penelitian Dilakukan Di SD Al Firdaus Surakarta)
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
Fida Rahmantika Hadi
S851302031
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAKBERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) SLOW LEARNERS
DI KELAS INKLUSI(Penelitian Dilakukan Di SD Al Firdaus Surakarta)
TESIS
Oleh:FIDA RAHMANTIKA HADI
NIM. S851302031
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Dr. Mardiyana, M.SiNIP. 19660225199302 1 002 ...................... ......................
Sekretaris Dr. Riyadi, M. SiNIP. 19670116199402 1 001 ...................... ......................
Anggota Penguji
Prof. Drs. Tri Atmojo K., M.Sc., Ph.DNIP. 19630826198803 1 002 ...................... ......................
Dr. Budi Usodo, M.PdNIP. 19680517199303 1 002 ...................... ......................
Telah dipertahankan di depan pengujiDinyatakan telah memenuhi syarat
Pada tanggal ...................
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.PdNIP. 19600727198702 1 001
Prof. Dr. Budiyono, M.ScNIP. 19530915197903 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul: “ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) SLOW LEARNERS DI
KELAS INKLUSI” ini adalah karya peneliti sendiri dan bebas plagiat, serta tidak
terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar
akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagian acuan dalam
naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila
dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas
No. 17, tahun 2010)
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain
harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai
institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan
sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau
keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Matematika PPs-UNS berhak
mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan
Matematika PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi
ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta,
Mahasiswa,
FIDA RAHMANTIKA HADIS851302031
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang,
tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan Anda
tak akan mengetahui masa depan jika Anda menunggu-nunggu”.
(William Feather)
“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”.
(Thomas Alva Edison)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, Tesis
ini Penulis persembahkan kepada:
1. Bapak Ibukku, Hadi Suprapto dan Ibu Wiwik
Setiawati
2. Suamiku, Dian Indra Permana
3. Putri cantikku, Najwa Khairunnisa Permana
4. Nenek Kakekku, Mbahti dan Apo
5. Teman-teman dan Dosen PascaSarjana
Pendidikan Matematika UNS Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji sukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan yang
Maha Esa, karena dengan nikmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tesis dengan judul “ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN
MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) SLOW
LEARNERS DI KELAS INKLUSI” ini dengan baik. Tesis ini disusun untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Program pascasarjana
Pendidikan Matematika. Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya, kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan penyusunan tesis ini.
2. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., Ketua Program Studi Magister Pendidikan Matematika
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menyelesaikan penyusunan tesis ini.
3. Prof. Drs. Tri Atmojo K., M.Sc., Ph.D., Dosen Pembimbing I dengan penuh
kesabaran memberikan motivasi, bimbingan dan masukan kepada penulis demi
kesempurnaan penyusunan tesis ini.
4. Dr. Budi Usodo, M.Pd., Dosen pembimbing II dengan penuh kesabaran
memberikan motivasi, bimbingan dan masukan kepada penulis demi kesempurnaan
penyusunan tesis ini.
5. Seluruh Dosen Program Studi Magister Pendidikan Matematika Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat berguna bagi penulis.
6. Wahyudi, S.Pd Kepala Sd Al Firdaus Surakarta yang telah membantu pelaksanaan
penelitian.
7. Siti Komariyah, S.Si Guru Matematika SD Al Firdaus Surakarta yang telah
membantu pelaksanaan penelitian.
8. Ragil Tri U, S.Pd Guru Pendamping Khusus (GPK) ABK Slow Leraners SD Al
Firdaus Surakarta yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
9. Drs. Basuki Rachmat, M.Pd dan Swasti Maharani, M.Pd, Dosen Program Studi
Pendidikan Matematika IKIP PGRI Madiun,, Drs. Yuli Irfan Aliurido, M.Pd, guru
matematika MAN 2 Madiun, yang telah menjadi validator instrumen penelitian.
10. Suami, orangtua dan nenek kakek yang selalu memberikan doa dan semangat
sehingga penulis dapat mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan penyusunan tesis
ini.
11. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Matematika
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, teman-teman Tambahan Dua Angkatan
Februari 2013 yang telah memberikan bantuan dan semangat sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga bimbingan, dorongan dan bantuan yang telah diberikan dinilai sebagai
amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah SWT. Penulis berharap semoga tesis ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi dunia pendidikan pada
umumnya.
Surakarta, September 2014
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRAK
Fida Rahmantika Hadi. S851302031. 2014. Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Slow Learners Di Kelas Inklusi (Penelitian Dilakukan di SD Al Firdaus Surakarta). TESIS. Pembimbing I: Prof. Drs. Tri Atmojo K., M.Sc. Ph.D, II: Dr. Budi Usodo, M. Pd. Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Proses pembelajaran matematika di kelas inklusi yang meliputi kesiapan guru sebelum proses pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi serta tindak lanjut; (2) Faktor atau kendala yang dialami anak berkebutuhan khusus (ABK) slow learners saat proses pembelajaran matematika di kelas inklusi dan penyelesaiannya.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah guru matematika dan guru pendamping khusus. Teknik yang digunakan dalam pengambilan subjek adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data adalah dengan observasi dan wawancara. Teknik untuk memvalidasi data dengan triangulasi waktu. Teknik analisis data yang digunakan terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini antara lain: (1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dilakukan setiap selesai satu kompetensi dasar dan adanya modifikasi RPP untuk ABK slow learners. Modifikasi tersebut antara lain modifikasi indikator keberhasilan, waktu, materi dan soal. Sebelum proses pembelajaran dimulai,media khusus telah disiapkan guru untuk ABK slow learners. Media khusus dapat berbentuk puzzle, papan penjodohan atau media yang dibuat menarik agar ABK slow learners tidak cepat bosan. Dalam tahap evaluasi dan tindak lanjut, guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa reguler atau ABK yang mengalami kesulitan dengan dibantu guru pendamping khusus (GPK). (2) Faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners adalah kesulitan dalam menanamkan konsep matematika, selain itu juga dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas yang diberikan oleh guru dan menolak untuk melanjutkan mengerjakan tugas ketika mereka bosan. Guru menyelesaikan kendala tersebut dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika secara bertahap dan intens, memberikan tambahan waktu belajar, memberikan motivasi dan pemberian reward.
Kata kunci: proses pembelajaran matematika, anak berkebutuhan khusus (ABK) slow learners, inklusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
ABSTRACT
Fida Rahmantika Hadi. S851302031. 2014. An Analysis On Mathematics Learning Process In Slow Learners Child In Inclusion Class (Study on the SD Al Firdaus Surakarta). THESIS. First Consultant: Prof. Drs. Tri Atmojo K., M.Sc. Ph.D, Second Consultant: Dr. Budi Usodo, M. Pd. Mathematics Education Studies Program, Postgraduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta.
This research aims to find out: (1) the mathematics learning process in inclusive class includes readiness of teacher before learning process, implementation and evaluation and follow up; (2) the inhibiting factors encountered of slow learners child during mathematics learning process in inclusive class and the solution to them.
It was a qualitative research. The subjects were taken by purposive sampling.The subjects of this research were mathematics teacher and special assistant teacher.Data collection techniques in this research were interviews and observation. Techniques to validate that the data triangulation time. The data analysis technique used was consisted of data reduction, data display, and conclusion.
The results of this study were: (1) preparation of Lesson Plan has done after one basic competence finished and any Lesson Plan modified for slow learners child. Modification of Lesson Plan such as modification of succes indicator, time, subject and task. Before learning process began, specific media teachers has been prepared for slow learners child. Specific media can be formed puzzle, match board or media that was made interest so the slow learner child can’t felt bored. In evaluation and follow-up stage, teachers planned follow-up activities in remedial learning, enrichment programs, counseling services for reguler students or special needs children with the help of a special assistant teacher. (2) factors or the difficulties which have been slow learners child was difficult about mathematics concepts, beside of that also may lost interest in the task and refused to resume the task when they was bored. The teacher resolve problems by providing mathematical concepts step by step and intens, provide additional learning time, provide motivation and provide reward.
Keywords: mathematics learning process, slow learners child, inclusion.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................................................. ii
PENGESAHAN PENGUJI ........................................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS ............................... iv
MOTTO ......................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5
D. Batasan Istilah ...................................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ......................................................................................................... 7
1. Proses Pembelajaran ........................................................................................ 7
2. Matematika....................................................................................................... 8
3. Proses Pembelajaran Matematika..................................................................... 9
a. Kesiapan Guru Sebelum Pembelajaran ...................................................... 9
b. Pelaksanaan Pembelajaran........................................................................... 10
c. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut .............................................................. 12
4. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Slow Learners ........................................ 12
a. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ............................................................ 12
b. Slow Learners .............................................................................................. 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
5. Pendidikan Inklusi ........................................................................................... 15
a. Pengertian Pendidikan Inklusi ..................................................................... 15
b. Tujuan Pendidikan Inklusi........................................................................... 16
c. Model Pendidikan Inklusi............................................................................ 17
d. Komponen Pendidikan Inklusi .................................................................... 19
e. Kurikulum Pendidikan Inklusi..................................................................... 21
f. Pembelajaran Model Inklusi di Kelas Reguler ............................................ 23
B. Kerangka Berpikir ................................................................................................ 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................. 27
1. Tempat Penelitian ............................................................................................ 27
2. Waktu Penelitian ............................................................................................. 27
B. Pendekatan Penelitian ........................................................................................... 27
C. Subjek Penelitian .................................................................................................. 27
D. Data dan Sumber Data ........................................................................................ 28
E. Metode Pengumpulan Data .................................................................................. 29
F. Instrumen Penelitian ............................................................................................. 30
G. Validitas Data ....................................................................................................... 31
H. Teknik Analisis Data ............................................................................................ 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengembangan Instrumen ................................................................................... 33
B. Penentuan Subjek Penelitian ................................................................................ 35
C. Diskripsi Subjek Penelitian .................................................................................. 36
D. Paparan, Triangulasi dan Analisis Data ............................................................... 36
1. Kesiapan Guru Sebelum Pembelajaran ........................................................... 36
2. Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Pendahuluan .............................................. 45
3. Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Inti ............................................................. 56
4. Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Penutup ..................................................... 70
5. Evaluasi dan Tindak Lanjut ............................................................................. 79
6. Faktor-faktor atau Kendala dan Penyelesaiannya Saat Proses Pembelajaran
Matematika ...................................................................................................... 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
E. Pembahasan.......................................................................................................... 96
1. Proses Pembelajaran Matematika Di Kelas Inklusi .......................................... 96
2. Faktor-faktor atau Kendala ABK Slow Learners dan Penyelesaiannya Saat
Proses Pembelajaran Matematika..................................................................... 100
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 102
B. Implikasi ............................................................................................................... 105
C. Saran ..................................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 107
LAMPIRAN-LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Rincian Waktu Penelitian ......................................................................... 27
Tabel 4.1 : Nama-nama Validator Instrumen Observasi ............................................ 33
Tabel 4.2 : Nama-nama Validator Instrumen Pedoman Wawancara........................... 34
Tabel 4.3 : Triangulasi Data untuk Subjek 1 pada Aspek Kesiapan Guru Sebelum
Pembelajaran ........................................................................................... 43
Tabel 4.4 : Triangulasi Data untuk Subjek 2 pada Aspek Kesiapan Guru Sebelum
Pembelajaran ........................................................................................... 44
Tabel 4.5 : Triangulasi Data untuk Subjek 1 pada Aspek Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap Pendahuluan .................................................................................. 53
Tabel 4.6 : Triangulasi Data untuk Subjek 2 pada Aspek Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap Pendahuluan .................................................................................. 54
Tabel 4.7 : Triangulasi Data untuk Subjek 1 pada Aspek Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap Inti ................................................................................................ 66
Tabel 4.8 : Triangulasi Data untuk Subjek 2 pada Aspek Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap Inti ................................................................................................ 68
Tabel 4.9 : Triangulasi Data untuk Subjek 1 pada Aspek Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap Penutup ......................................................................................... 77
Tabel 4.10 : Triangulasi Data untuk Subjek 2 pada Aspek Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap Penutup ......................................................................................... 78
Tabel 4.11 : Triangulasi Data untuk Subjek 1 pada Aspek Evaluasi dan Tindak Lanjut 86
Tabel 4.12 : Triangulasi Data untuk Subjek 2 pada Aspek Evaluasi dan Tindak Lanjut 87
Tabel 4.13 : Triangulasi Data untuk Subjek 1 mengenai Faktor-faktor atau Kendala
ABK slow learners ................................................................................... 94
Tabel 4.14 : Triangulasi Data untuk Subjek 2 mengenai Faktor-faktor atau Kendala
ABK slow learners ................................................................................... 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kisi-kisi Observasi .................................................................................................. 111
2. Validasi Instrumen Observasi oleh Validator Pertama ........................................... 113
3. Validasi Instrumen Observasi oleh Validator Kedua ............................................. 114
4. Validasi Instrumen Observasi oleh Validator Ketiga ............................................. 115
5. Lembar Observasi Pertama Subjek 1 ..................................................................... 116
6. Lembar Observasi Pertama Subjek 2 ...................................................................... 118
7. Lembar Observasi Kedua Subjek 1 ......................................................................... 120
8. Lembar Observasi Kedua Subjek 2 ........................................................................ 122
9. Pedoman Wawancara ............................................................................................. 124
10. Validasi Pedoman Wawancara oleh Validator Pertama.......................................... 127
11. Validasi Pedoman Wawancara oleh Validator Kedua............................................. 128
12. Validasi Pedoman Wawancara oleh Validator Ketiga ............................................ 129
13. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pertama Subjek 1 ......................................... 130
14. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Kedua Subjek 1 ........................................... 137
15. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pertama Subjek 2 ......................................... 143
16. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pertama Subjek 2 ......................................... 150
17. Catatan Lapangan Hasil Observasi Pertama .......................................................... 157
18. Catatan Lapangan Hasil Observasi Kedua ............................................................. 160
19. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................................................ 162
20. Program Pelaksanaan Individual (PPI) ................................................................... 172
21. Surat Keterangan Penelitian ................................................................................... 173
22. Dokumentasi ........................................................................................................... 174
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan. Setiap manusia
membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun berada. Pendidikan
sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang
dan bahkan akan terbelakang karena pendidikan itu berkembang secara terus
menerus yang tidak ada batasannya selama manusia itu masih hidup. Dengan
demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia
yang berkualitas dan mampu bersaing.
Pendidikan di Indonesia tidak hanya berlaku untuk anak yang memiliki
kondisi normal tetapi juga berlaku untuk anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Anak-anak berkebutuhan khusus ini tersebar di banyak sekolah umum atau
mungkin tidak sekolah. Mereka tidak diterima oleh sekolah-sekolah umum yang
menganggap anak-anak seperti ini tidak akan bisa mengikuti pelajaran sama
dengan anak-anak lainnya. Di lain sisi, banyak orang tua juga tidak mempunyai
informasi yang cukup tentang anak-anak berkebutuhan khusus ini.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Undang-Undang No.20
Tahun 2003) pasal 32 menyebutkan bahwa “Pendidikan khusus (pendidikan luar
biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan
dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,
dan sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.” Artinya,
pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sudah diatur dalam undang-
undang dan hak mereka memperoleh pendidikan adalah sama dengan orang non
ABK. Anak-anak ini berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan tidak
dibeda-bedakan dengan anak normal lainnya.
Sebagai wujud kepedulian pemerintah terhadap pendidikan khusus bagi
anak berkebutuhan khusus ABK pemerintah telah memberikan sarana sekolah
yang lebih dikenal dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
kekhususannya masing-masing. Menurut hasil penelitian Sambira Mambela
(2010), pelayanan pendidikan khusus atau SLB di Indonesia masih belum sesuai
target, yakni belum menjangkau semua anak berkebutuhan khusus (ABK) yang
ada. Pada tahun 1990-an baru ada 476 sekolah untuk ABK dan 207 Sekolah Dasar
Luar Biasa (SDLB) yang menampung sekitar 31.759 orang ABK. Dari jumlah itu,
baru sekitar 31.000 yang telah mendapat pelayanan pendidikan khusus secara
layak. Sisanya, sebagian memang belum mendapat pelayanan pendidikan sama
sekali atau tanpa disadari bahwa mereka yang berkebutuhan khusus ini berada di
sekolah biasa bersama anak-anak normal. Dari hasil penelitian Istiningsih (2005),
salah satu penyebabnya antara lain faktor sosial, ekonomis dan geografis. Seperti
kondisi sosial ekonomi orangtua kurang menunjang, jarak antar rumah dan
sekolah cukup jauh dan sekolah reguler tidak mau menerima anak-anak
berkelainan belajar bersama-sama dengan anak-anak normal.
Slow learners atau biasa disebut lambat belajar merupakan salah satu dari
anak berkebutuhan khusus (ABK). Berdasarkan hasil penelitian Chauhan (2011)
The learners and underdeveloped in the sense that they are not achieving in tune
with their capabilities. Even some of the most efficient teachers are not
adequately equipped to identify and guide the backward students like slow
learners to reach their optimum levels. To ensure this we need special educational
programmes for backward children like slow learners. Artinya anak berkebutuhan
khusus (ABK) belum mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan
mereka. Bahkan beberapa guru belum mampu untuk mengidentifikasi dan
membimbing siswa terbelakang seperti lambat belajar untuk mencapai hasil
optimal. Untuk memastikan hal ini kita perlu memberikan program pendidikan
khusus untuk anak-anak seperti anak dalam kategori lambat belajar.
Paradigma baru untuk pendidikan bagi ABK justru menempatkan mereka
sama dengan anak-anak normal lainnya. Bahwa pendidikan untuk semua tanpa
membeda-bedakan kaya, miskin, normal atau berkebutuhan khusus. Untuk itu
sekarang dikenallah sekolah inklusi. Pendidikan inklusi merupakan perkembangan
terkini dari model pendidikan bagi anak berkelainan yang secara formal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pendidikan inklusi telah menjadi program Direktorat Pendidikan Luar
Biasa yang bertugas untuk mengatur pelaksanaan pendidikan luar biasa tidak
hanya di SLB namun juga di sekolah-sekolah reguler, termasuk salah satunya
adalah membekali para guru di semua sekolah reguler dengan pengetahuan dan
keterampilan layanan bagi anak berkebutuhan khusus. Beberapa sekolah pun baik
itu SD, SMP, dan SMA reguler telah ditunjuk menjadi sekolah penyelenggara
pendidikan inklusi.
Pendidikan inklusi merupakan pendidikan regular yang di dalamnya
terdapat anak berkebutuhan khusus (ABK). Melalui pendidikan inklusi ini ABK
dididik bersama anak-anak lainnya (normal) untuk dapat mengoptimalkan potensi
yang dimilikinya. Pendidikan inklusi ini menutup adanya kemungkinan terjadinya
diskriminasi terhadap ABK dan ABK dapat belajar hidup di lingkungan
masyarakat yang sebenarnya yaitu masyarakat yang terdiri dari orang normal dan
tidak normal atau disable and able person yang tidak dapat dipisahkan sebagai
suatu komunitas, yang dimulai dari masyarakat sekolah.
Sekolah inklusi menerapkan ruang khusus untuk siswa yang mempunyai
permasalahan untuk mengadakan bimbingan secara intensif setelah jam pelajaran
biasa selesai. Jadi, anak berkebutuhan khusus (ABK) di samping mendapatkan
layanan, mereka juga mendapat layanan tambahan diluar jam pelajaran. Hal
tersebut dapat meningkatkan kepercayaan diri anak dalam bergaul dengan anak
normal lainnya sesuai dengan kondisi lingkungan. Adapun dalam pelajaran biasa,
guru pendamping dapat menerapkan situasi kelas lebih komunikatif dengan tidak
membedakan antara anak normal dengan ABK.
Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang
menyelenggarakan pendidikan inklusi. Surakarta sendiri setidaknya memiliki tiga
belas sekolah penyelenggaran pendidikan inklusi. Dari ke tiga belas sekolah
tersebut diantaranya, tujuh sekolah tingkat SD, dua sekolah tingkat SMP, dua
sekolah tingkat SMA, dan dua sekolah tingkat SMK. SD Al Firdaus Surakarta
salah satu di antara tiga belas yang menyelenggarakan pendidikan inklusi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari humas SD Al Firdaus Surakarta,
sekolah ini telah ditetapkan sebagai sekolah inklusi percontohan nasional oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kemendikbud. Anak-anak yang dalam
kategori Berkebutuhan Khusus di SD Al Firdaus adalah anak berkesulitan belajar,
autis, lamban belajar (slow learners), retardasi mental dan anak yang mempunyai
gangguan pemusatan perhatian.
Sekolah yang menerapkan pendidikan inklusi harus mempunyai kesiapan
dalam segala hal baik dari segi kesiapan kepala sekolah, guru, kurikulum, sarana
prasarana, dan sebagainya yang menunjang terlaksananya pendidikan inklusi
dengan baik. Tidak hanya itu juga tetapi dari siswanya sendiri yaitu siswa biasa
maupun ABK juga harus mempunyai kesiapan mental dalam belajar di sekolah
inklusi baik di luar maupun saat proses pembelajaran tidak terkecuali dalam
pembelajaran matematika.
Pelajaran matematika dikategorikan sebagai pelajaran yang tidak disukai
sebagian siswa. Ketidaksenangan siswa pada pelajaran ini dapat berpengaruh pada
keberhasilan belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa tidak hanya dipengaruhi
dari faktor siswa saja, melainkan juga dari faktor guru khususnya di kelas inklusi.
Untuk itu sudah semestinya guru sebagai pendidik khususnya bidang
studi matematika dapat menghilangkan anggapan-anggapan siswa yang kurang
baik terhadap pembelajaran matematika, sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik. Adanya sikap atau kesiapan mental yang baik dari semua
anggota sekolah sangat diperlukan, sehingga dapat terjalinnya hubungan yang
baik di lingkungan sekolah khususnya saat pembelajaran matematika di kelas
inklusi.
Selama proses pembelajaran berlangsung dimungkinkan ABK akan
mengalami berbagai macam kendala. Oleh karena itu sebagai guru matematika
yang dibantu guru pembimbing khusus harus dapat memberikan penyelesaian
terhadap kendala-kendala yang dialami ABK tersebut agar tidak ditemukan lagi
saat proses pembelajaran selanjutnya. Kendala-kendala yang terjadi harus dapat
ditangani dengan cepat agar ABK dapat mengikuti pembelajaran matematika
bersama siswa lainnya dan mencapai hasil yang optimal dalam pembelajarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran matematika di kelas inklusi meliputi
kesiapan guru sebelum proses pembelajaran, pelaksanaan dan evaluasi serta
tindak lanjut?
2. Apakah yang menjadi faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners
saat proses pembelajaran matematika di kelas inklusi dan bagaimana
penyelesaiannya?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran matematika di kelas inklusi
meliputi kesiapan guru sebelum proses pembelajaran, pelaksanaan dan
evaluasi serta tindak lanjut.
2. Untuk mengetahui faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners saat
proses pembelajaran matematika di kelas inklusi dan penyelesaiannya.
D. Batasan Istilah
1. Analisis Proses Pembelajaran
Analisis Proses Pembelajaran dalam penelitian ini adalah menyelidiki
dengan rinci kegiatan yang dilakukan guru terhadap siswa sehingga terjadinya
proses belajar pada siswa yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
ABK dalam penelitian ini adalah anak-anak yang mengalami kelainan
atau ketunaan baik bersifat permanen ataupun temporer sehingga mereka
memerlukan pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan ketunaan
mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
3. Slow Learners
Slow Learners dalam penelitian ini adalah siswa yang lambat dalam
proses belajar sehingga ia membutuhkan waktu yng lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
4. Kelas Inklusi
Kelas Inklusi dalam penelitian ini adalah kelas regular yang
merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak-anak berkelainan tanpa
pengecualian untuk bersama-sama mendapatkan pelayanan pendidikan.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan wawasan dan masukan tentang pendidikan inklusi yaitu
proses pembelajaran matematika di kelas inklusi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk
lebih mengembangkan pendidikan inklusi.
b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk
memberi perubahan cara mengajar dalam proses pembelajaran
matematika di kelas inklusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Proses Pembelajaran
Proses berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti “berjalan ke
depan” yaitu berupa urutan langkah-langkah atau kemajuan yang mengarah
pada tercapainya suatu tujuan. Menurut Tim (2005: 899), proses adalah
rangkaian tindakan, perbuatan, atau pengolahan yang menghasilkan produk.
Menurut Reber (Joesafira:2010) dalam psikologi belajar, proses berarti cara-
cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan
ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Dari beberapa pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa proses adalah urutan langkah-langkah atau
rangkaian tindakan untuk tercapainya suatu tujuan tertentu.
Belajar (learning) merupakan kegiatan orang sehari-hari. Belajar
adalah satu proses kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung
seumur hidup (Bambang Warsita, 2008:65). Menurut Jerome Brunner (dalam
Trianto, 2009:15) bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa
membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan
pengalaman/pengetahuan yang sudah dimiliki. Dari beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang terjadi pada semua
orang untuk membangun pengetahuan baru berdasarkan pengalaman yang
sudah dimiliki.
Menurut Tim (2005:17) pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran merupakan
proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru dan siswa yaitu
saling bertukar informasi. Gagne, Briggs dan Wager (Udin S. Winataputra
dkk, 2007:19) menyatakan bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan
yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses kegiatan yang
dilakukan guru terhadap siswa sehingga terjadinya proses belajar pada siswa.
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan merupakan proses yang
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap
satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan (Permen No 32 Th
2013).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian proses
pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru terhadap siswa sehingga
terjadinya proses belajar pada siswa yang meliputi perencanaan, pelaksanaan
dan penilaian pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Matematika
Matematika adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan
bernalar yaitu berpikir sistematis, logis dan kritis dalam mengkomunikasikan
gagasan atau pemecahan masalah (Depdiknas, 2002:8).
Landerl (2004: 99) menyatakan bahwa Mathematics is a complex
subject, involving language, space and quantity. Matematika adalah satu
subjek yang kompleks, melibatkan bahasa, ruang dan kuantitas.
Sriraman (2010: 344) mengatakan
…Mathematics is a conceptual framework thai is consistent with lester’s model, in that (a)it is a research-based framework, (b) it attempts to understand fundamental problems in mathematics learning and teaching.(… matematika adalah kerangka konseptual yang konsisten (a) itu
suatu kerangka kerja yang berbasis penelitian (b) untuk memahami masalah
matematika dalam pengajaran dan (pemahaman yang mengembangkan
potensi yang efektif).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yaitu berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
sistematis, logis dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau
pemecahan masalah.
3. Proses Pembelajaran Matematika
Berdasarkan pengertian proses pembelajaran dan matematika yang
telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran
matematika adalah kegiatan yang dilakukan guru terhadap siswa sehingga
terjadinya proses belajar pada siswa yang meliputi kesiapan guru,
pelaksanaan serta evaluasi dan tindak lanjut untuk mencapai tujuan
pembelajaran untuk mempelajari ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan
bernalar serta mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa.
Proses pembelajaran matematika melalui tiga pokok tahapan, yakni
tahap kesiapan guru sebelum proses pembelajaran, tahap pelaksanaan
pembelajaran dan tahap pengevaluasian suatu tugas pekerjaan selama proses
pembelajaran. Deskripsi lebih lanjut secara terperinci dijelaskan sebagai
berikut.
a. Kesiapan Guru Sebelum Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran matematika kesiapan guru sebelum
pembelajaran sangat diperlukan. Kesiapan guru yang paling penting
adalah menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Menurut
Moh. Uzer Usman (2001: 18-19) dalam membuat rencana
pembelajaran/satuan acara pembelajaran, seorang guru harus
memperhatikan beberapa hal yang sangat menentukan keberhasilan
proses belajar mengajar yang sesuai dengan RPP yang terdiri dari
komponen-komponen sebagai berikut, yaitu menentukan tujuan
pembelajaran, menentukan materi atau bahan pelajaran, menentukan
metode mengajar, menentukan alat atau media pengajaran dan
menentukan alat evaluasi atau penilaian.
Menurut Oemar Hamalik (2003:54), pengajaran adalah kegiatan
yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada
siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesiapan atau perencanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
pembelajaran selain sebagai alat kontrol juga berguna sebagai pegangan
bagi guru itu sendiri dalam pelaksanaan pembelajaran nanti.
Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki kemampuan dalam
merencanakan pembelajaran. Seorang guru sebelum mengajar hendaknya
menyusun perencanaan pembelajaran yang hendak dilaksanakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, proses perencanaan itu
harus mengandung kejelasan tujuan yang akan dicapai dan proses
pembelajaran yang bagus diperlukan adanya perencanaan pembelajaran
yang bagus pula.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Jika proses belajar mengajar itu ditinjau dari segi kegiatan guru,
maka terlihat bahwa guru memegang peranan yeng sangat penting. Guru
berfungsi sebagai pembuat keputusan yang berhubungan dengan
perencanaan, implementasi dan penilaian/evaluasi. Sebagai implementasi
rencana pengajaran yang telah disusun, guru hendaknya
mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada dan berupaya memoles
setiap situasi yang muncul menjadi situasi yang memungkinkan
berlangsungnya kegiatan belajar yang berpusat pada siswa. Semua itu
memerlukan keterampilan profesional. Dengan demikian, pada
pelaksanan pembelajaran guru hendaknya mengatur kondisi yang
mempengaruhi pembelajaran, antara lain tentang isi, menetapkan sendi
pengajaran untuk siswa yang menjadi obyek pengajaran dan menciptakan
suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.
Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran menurut
Depdiknas (2008: 10) adalah melalui tiga tahapan pokok, yaitu:
1) Tahap Prainstruksional
Tahap ini dapat disebut dengan pendahuluan yang
merupakan kegiatan pembelajaran yang sesungguhnya. Kegiatan
pendahuluan dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada
siswa, memusatkan perhatian, dan mengetahui apa yang telah
dikuasai siswa berkaitan dengan bahan yang akan dicapai. Tahap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia
memulai proses belajar dan mengajar.
2) Tahap Instruksional
Tahap kedua adalah tahap pengajaran atau tahap inti.Yakni
tahapan memberikan bahan pelajaran yang telah disusun guru
sebelumnya. Kegiatan inti adalah kegiatan utama dalam proses
pembelajaran untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan. Kegiatan pembelajaran ini meliputi, antara lain: 1)
Uraian, penjelasan tentang materi pelajaran atau konsep, prinsip dan
prosedur yang akan dipelajari siswa. 2) Contoh, merupakan benda
atau kegiatan yang terdapat dalam kehidupan siswa sebagai wujud
dari meteri pelajaran yang diuraikan. 3) Latihan, merupakan kegiatan
siswa dalam rangka menerapkan konsep, prinsip atau prosedur yang
sedang dipelajarinya ke dalam praktek yang relevan dengan
pekerjaan atau kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini, tidak menutup
kemungkinan guru memberikan bimbingan pada pemahaman siswa
atas materi yang dipelajarinya.
3) Tahap Penutup
Kegiatan ini memberikan penegasan/kesimpulan dan
penilaian terhadap penguasaan bahan kajian yang diberikan pada
kegiatan inti. Penilaian harus dipandang sebagai salah satu faktor
yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Kegiatan
penilaian harus mampu memberikan informasi yang membantu guru
meningkatkan kemampuan mengajarnya dan membantu siswa
mencapai perkembangan pendidikan secara optimal.
Dengan demikian, di sini terlihat bahwa mengajar bukan lagi
usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga usaha
menciptakan sistem lingkungan yang membelajarkan subyek didik
agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
c. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Muhibbin Syah (2003:141) menyatakan bahwa evaluasi adalah
penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam sebuah program.
Roger dalam Ning Haryani (2006) mengemukakan “evaluation
isprocess of helping to make things better than they are, of improvingthe
situation”. (Evaluasi adalah proses yang membantu membuat segala
sesuatu lebih baik untuk membangun situasi).
Dalam kegiatan evaluasi ini, yang harus dilaksanakan guru
adalah sebagai berikut.
1) Melaksanakan penilaian akhir dan mengkaji hasil pembelajaran.
2) Melaksanakan kegiatan tindak lanjut dengan alternatif kegiatan.
3) Mengalihkan proses-proses pembelajaran dengan menjelaskan atau
memberi bahan materi pokok yang akan dibahas pada pada pelajaran
berikutnya.
4. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Slow Learners
a. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan istilah lain yang
digunakan untuk menggantikan kata “Anak Luar Biasa” yang
menandakan adanya kelainan khusus. Menurut Suran dan Rizzo
(Mangunsong dalam Ecie Lasarie dan Uly Gusniarti, 2009) yang
tergolong “Anak Luar Biasa” adalah anak yang secara signifikan berbeda
dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya.
Mega Iswari (2007:2) mengemukakan anak berkebutuhan
khusus adalah anak-anak yang mengalami kelainan atau ketunaan dalam
segi fisik, mental, emosi dan sosial atau gabungan dari hal-hal tersebut
sedemikian rupa baik bersifat permanen ataupun temporer sehingga
mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan
dengan ketunaan mereka.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda pada umumnya tanpa selalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik
(Geniofam, 2010: 11). Anak berkebutuhan khusus ini memiliki apa yang
disebut dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan (barrier
to learning and development). Oleh sebab itu, mereka memerlukan
layanan pendidikan yang sesuai dengan hambatan belajar dan hambatan
perkembangan yang dialami oleh masing-masing anak. Yang termasuk
ke dalam ABK, antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,
lamban belajar (slow learners), anak mengalami kesulitan belajar,
tunalaras, anak berbakat, dan anak dengan gangguan kesehatan (Munro,
2003).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang memiliki kelainan atau
mempunyai karakteristik khusus yang berbeda pada umumnya serta
memerlukan pelayanan khusus sesuai dengan ketunaan mereka.
b. Slow Learners
1) Pengertian Slow Learners
Slow Learners merupakan salah satu macam dari anak
berkebutuhan khusus (ABK), atau biasa disebut lamban belajar.
Masi G (1998) menyatakan “A slow learner is not a distinctive
category; it is a term that teachers use to describe a student who has
the ability to learn necessary academic skills, but at rate and depth
below average same age peers”. Artinya slow learner merupakan
istilah yang digunakan guru untuk menggambarkan seorang siswa
yang memiliki kemampuan dan keterampilan akademik, tetapi pada
tingkat di bawah rata-rata teman-teman sebaya.
Singh (dalam Pujar, 2006) menyatakan
slow learners are the students who find difficult to keeppace with their classmates. Slow learners are not mentally retarded, but are capable of achieving academic success at a slower rate compared to normal or regular class students. (Slow learners atau lambat belajar adalah siswa yang
memiliki kesulitan bersaing dengan teman sekelas mereka. Lambat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
belajar tidak mengalami keterbelakangan mental, namun mampu
mencapai keberhasilan akademis pada tingkat lebih lambat
dibandingkan dengan siswa kelas normal atau biasa).
Griffin (dalam Younis & Batinah, 2008) menyatakan “Slow
learners are students who learn more slowly than their peers, yet do
not have a disability requiring special education”. (Lambat belajar
adalah siswa yang belajar lebih lambat dari rekan-rekan mereka,
namun tidak memiliki cacat yang memerlukan pendidikan khusus).
Menurut Ratna dan Dany (2011:144) Slow Learners atau
lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar
sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang
sama.
Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI
(2011:46) Slow Learners adalah mereka yang mempunyai nilai
pelajaran sangat rendah yang ditandai pula dengan tes IQ berada di
bawah rata-rata anak pada umumnya. Eastmead (2004) juga
menyatakan “Slow learners score between 70 and 90 on IQ tests”.
Artinya skor tes IQ mereka menunjukkan skor antara 70 dan 90.
Walaupun demikian tidak keseluruhan anak slow learner memiliki
IQ seperti itu. Kelemahan akademik utama yang dialami oleh slow
learners adalah membaca, berbahasa, memori, sosial, dan perilaku
(Borah, 2013).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Slow
Learners atau lambat belajar adalah siswa yang membutuhkan waktu
lebih lambat dalam proses belajar atau mempunyai nilai pelajaran
sangat rendah dibanding dengan rekan-rekannya namun mampu
mencapai keberhasilan akademis tetapi tidak memiliki cacat dan
memerlukan pendidikan khusus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) Karakteristik Slow Learners
Malik (2012) menyatakan “Academically slow learners are
usually identified based on their attained scores on intelligence tests,
with IQ between 70-89”. Artinya slow learners secara akademis
biasanya diidentifikasi berdasarkan skor yang dicapai mereka pada
tes kecerdasan, dengan IQ antara 70-89.
Chauhan (2011: 282) menyatakan
“Taking the aforesaid factors into consideration, characteristics of slow learners can be systematically listed out: 1) limited cognitive capacity, 2) Poor memory, 3) Distraction and lack of concentration, 4) Inability to express ideas”.(Setiap anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik
(ciri-ciri) tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Adapun karakteristik anak berkebutuhan khusus Slow
Learners yaitu: 1) Kapasitas kognitifnya terbatas, 2) memori atau
daya ingatnya rendah, 3) mempunyai gangguan dan kurangnya
konsentrasi, 4) ketidakmampuan menyampaikan ide dengan cepat).
5. Pendidikan Inklusi
a. Pengertian Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi adalah sebuah konsep atau pendekatan
pendidikan yang berupaya menjangkau semua anak tanpa kecuali.
Mereka semua memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk
memperoleh manfaat yang maksimal dari pendidikan. Pendidikan inklusi
bukan hanya untuk anak-anak yang membutuhkan layanan khusus atau
anak-anak cacat (Tarmansyah, 2007:11).
Menurut Odom (1997) definitions of inclusion is that children
with and without disabilities are placed in the same setting, which is most
often a classroom.” (definisi inklusi adalah bahwa anak-anak dengan dan
tanpa cacat ditempatkan dalam pengaturan yang sama, dalam satu ruang
kelas).
Ballard (Carrington: 1999) mendefinisikan pendidikan inklusi
ke dalam beberapa faktor, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
1) education needs to be non-discriminatory in terms of disability, culture and gender (pendidikan khusus bukan diskriminasi dalam kaitannya dengan penyandang cacat, budaya dan jenis kelamin)
2) it involves all students in a community with no exceptions(melibatkan semua siswa dalam suatu komunitas tanpa terkecuali)
3) students should have equal rights to access the culturally valued curriculum as full-time members of age appropriate regular classroom (siswa seharusnya memperoleh persamaan hak untuk masuk pada kurikulum secara kultural sebagai anggota penuh dari kelas reguler sesuai usianya)
4) there should be an emphasis on diversity rather than assimilation(seharusnya memperhatikan pada keanekaragaman dibandingkan asimilasi)
Menurut Staub dan Peck (1995), pendidikan inklusi adalah
penempatan anak berkelainan ringan, sedang dan berat secara penuh di
kelas. Hal ini menunjukan kelas regular merupakan tempat belajar yang
relevan bagi anak-anak berkelainan, apapun jenis kelainannya.
Dari beberapa pendapat, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendidikan inklusi adalah pendekatan pendidikan untuk peserta didik
yang berkebutuhan khusus tanpa pengecualian untuk bersama-sama
mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah reguar.
Dengan diselenggarakannya pendidikan inklusi bukan berarti
SLB (Sekolah Luar Biasa), sekolah terpadu dan SDLB (Sekolah Dasar
Luar Biasa) ditutup, akan tetapi dijadikan mitra kerja yang baik dengan
penyelenggaraan sekolah inklusi bahkan jika perlu dijadikan nara sumber
bagi guru-guru khusus yang mengajar di sekolah inklusi.
b. Tujuan Pendidikan Inklusi
Ofsted (Amstrong, 2011: 32) menyatakan bahwa An
educationally inclusive school is one in which the teaching and learning,
achievement, attitude anf well-being of every young person matter
(Sebuah sekolah yang mempraktekkan pendidikan inklusif adalah sebuah
sekolah yang memperhatikan pengajaran dan pembelajaran, pencapaian,
sikap dan kesejahteraan setiap anak).
Melalui pendidikan inklusi ini diharapkan anak berkelainan atau
berkebutuhan khusus dapat dididik bersama-sama dengan anak normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
lainnya (Gillies dan Carrington, 2004). Tujuannya adalah tidak ada
kesenjangan di antara anak berkebutuhan khusus dengan anak normal
lainnya. Diharapkan pula anak dengan kebutuhan khusus dapat
memaksimalkan potensi yang ada dalam dirinya. Sehingga hasil belajar
siswa ABK tidak terlampau jauh dengan siswa normal lainnya (Cole,
2002).
Pendidikan inklusi tidak sekedar mengintegrasikan ABK di
sekolah reguler, tetapi lebih kepada pendekatan untuk mengubah sistem
pendidikan agar dapat mengakomodasikan keadaan siswa yang beragam,
dan bukan mengubah anak menyesuaikan sistem (Munro, 2000).
Menurut Depdiknas (2007: 10) pendidikan inklusi di Indonesia
diselenggarakan dengan tujuan:
1) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak
(termasuk anak berkebutuhan khusus) mendapatkan pendidikan yang
layak sesuai dengan kebutuhannya.
2) Membantu mempercepat program pendidikan wajib belajar dasar.
3) Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah
dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah.
4) Menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keanekaragaman ,
tidak diskriminatif, serta ramah terhadap pembelajaran.
5) Memenuhi amanat Undang-undang Dasar 1945.
c. Model Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi pada dasarnya memiliki dua model (Ekeh,
2013). Pertama yaitu model inklusi penuh (full inclusion). Model ini
menyertakan ABK untuk menerima pembelajaran individual dalam kelas
regular. Kedua yaitu model inklusi parsial (partial inclusion). Model
parsial ini mengikutsertakan ABK dalam sebagian pembelajaran yang
berlangsung di kelas reguler dan sebagian lagi dalam kelas-kelas pull out
dengan bantuan guru pendamping khusus.
Hardin (2002) mengemukakan model lain yaitu pendidikan
inklusi yang disebut inklusi terbalik (reverse inclusive). Dalam model ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
anak normal dimasukkan ke dalam kelas yang berisi ABK. Model ini
berkebalikan dengan model yang pada umumnya memasukkan ABK ke
dalam kelas yang berisi anak normal.
Model inklusi terbalik agaknya menjadi model yang kurang
lazim dilaksanakan. Model ini mengandaikan ABK sebagai anak dengan
jumlah yang lebih banyak dari anak normal. Dengan pengandaian
demikian seolah sekolah untuk ABK secara kuantitas lebih banyak dari
sekolah untuk anak normal, atau bisa juga tidak. Model pendidikan
inklusi seperti apapun tampaknya tidak menjadi persoalan berarti
sepanjang mengacu kepada konsep dasar pendidikan inklusi (Lamport,
2012).
Model pendidikan inklusi yang diselenggarakan pemerintah
Indonesia menurut Depdiknas (2007: 8) yaitu model pendidikan inklusi
moderat. Pendidikan inklusi moderat yang dimaksud adalah pendidikan
inklusi yang memadukan antara terpadu dan inklusi penuh. Model
moderat ini dikenal dengan model mainstreaming merupakan model
yang memadukan antara pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus
(Sekolah Luar Biasa) dengan pendidikan reguler. ABK digabungkan ke
dalam kelas reguler hanya untuk beberapa waktu saja.
Filosofinya tetap pendidikan inklusi, tetapi dalam praktiknya
ABK disediakan berbagai alternatif layanan sesuai dengan kemampuan
dan kebutuhannya. Anak berkebutuhan khusus dapat berpindah dari satu
bentuk layanan ke bentuk layanan yang lain, seperti:
1) Kelas Reguler
Dalam kelas ini, ABK belajar bersama anak lain sepanjang hari di
kelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang sama.
2) Kelas Reguler dengan Cluster
Dalam kelas ini, ABK belajar bersama-sama anak lain di kelas
reguler dalam kelompok khusus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3) Kelas Reguler dengan Pull Out
Dalam kelas ini, ABK belajar bersama anak lain di kelas reguler
namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas tersebut ke
ruang sumber untuk belajar bersama guru pembimbing khusus
(GPK).
4) Kelas Reguler dengan Cluster dan Pull Out
Dalam kelas ini, ABK belajar bersama anak lain di kelas reguler
dalam kelompok khusus. Dalam waktu-waktu tertentu mereka ditarik
dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan GPK.
5) Kelas Khusus dengan Berbagai Pengintegrasian
Dalam kelas ini, ABK belajar di kelas khusus di sekolah reguler
namun dalam bidang-bidang tertentu dapat belajar bersama-sama
dengan anak lain di kelas reguler.
6) Kelas Khusus Penuh
Dalam kelas ini, ABK belajar di dalam kelas khusus pada sekolah
reguler.
Dengan demikian tidak setiap anak dengan kebutuhan khusus
diharuskan berada dalam kelas reguler dengan mengikuti semua
pembelajaran yang ada. Sebagian dari mereka dapat berada dalam ruang
khusus atau terapi tergantung dari gradasi kelainannya sehngga untuk
anak dengan gradasi kelainan yang cukup berat dapat lebih lama berada
dalam ruang khusus daripada ruang reguler. Sedangkan anak dengan
gradasi kelainan yang sangat berat lebih dianjurkan untuk memperoleh
pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB) atau sekolah khusus yang
menangani kelainan tersebut bukan di sekolah inklusi.
d. Komponen Pendidikan Inklusi
Menurut Depdiknas (2008: 6) dalam pendidikan inklusi terdapat
beberapa komponen pendidikan yang perlu dikelola dalam sekolah
inklusi, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
1) Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan merupakan salah satu komponen
pendidikan inklusi yang perlu mendapat perhatian dan pengelolaan
lebih. Hal ini dikarenakan kondisi anak pada pendidikan inklusi yang
lebih majemuk daripada kondisi anak pada pendidikan reguler.
Tujuan dari manajemen kesiswaan ini tidak lain agar kegiatan belajar
mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur, serta
mencapai tujuan yang diinginkan.
2) Manajemen Kurikulum
Pemerintah menyatakan bahwa kurikulum yang dipakai
satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusi adalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai
dengan bakat, minat dan potensinya.
3) Manajemen Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan merupakan salah satu unsur penting
dalam pendidikan inklusi. Tenaga kependidikan dalam pendidikan
inklusi mendapat porsi tanggung jawab yang jelas berbeda dengan
tenaga kependidikan pada pendidikan noninklusi. Perbedaan yang
terdapat pada individu meniscayakan adanya kompetensi yang
berbeda dari tenaga kependidikan lainnya.
4) Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen sarana dan prasarana sekolah bertugas
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,
mengkordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi kebutuhan dan
penggunaan sarana-prasarana agar dapat memberikan sumbangan
secara optimal pada kegiatan belajar mengajar.
5) Manajemen Keuangan/Dana
Pendanaan pendidikan inklusi memerlukan manajemen
keuangan atau pendanaan yang baik. Walaupun penyelenggaraan
pendidikan inklusi dilaksanakan pada sekolah reguler dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
penyesuaian-penyesuaian, namun tidak serta merta pendanaan
penyelenggaraannya dapat diikutkan begitu saja dengan pendanaan
sekolah reguler. Maka diperlukan manajemen keuangan atau
pendanaan yang mampu memenuhi berbagai kebutuhan dalam
penyelenggaraan pendidikan inklusi dan mengatasi berbagai
permasalahan terkait dengan pendanaan.
6) Manajemen Lingkungan (Hubungan Sekolah dan Masyarakat)
Sekolah penyelenggara pendidikan inklusi perlu mengelola
dengan baik hubungan sekolah dengan masyarakat agar dapat
tercipta dan terbina hubungan yang baik dalam rangka upaya
memajukan pendidikan di daerah.
7) Manajemen Layanan Khusus
Dalam pendidikan inklusi terdapat komponen manajemen
layanan khusus. Manajemen layanan khusus ini mencakup
manajemen kesiswaan, kurikulum, tenaga kependidikan, sarana-
prasarana, pendanaan dan lingkungan. Kepala sekolah dapat
menunjuk stafnya, terutama yang memahami ke-PLB-an, untuk
melaksanakan manajemen layanan khusus ini.
e. Kurikulum Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi masih menggunakan kurikulum standar
nasional yang telah ditetapkan pemerintah. Namun dalam pelaksanaan di
lapangan, kurikulum pada pendidikan inklusi disesuaikan dengan
kemampuan dan karakteristik anak. Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009
menyatakan bahwa kurikulum yang dipakai satuan pendidikan
penyelenggara pendidikan inklusi adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan
peserta didik sesuai dengan bakat, minat dan potensinya.
Kurikulum pendidikan inklusi hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan anak, yang selama ini anak dipaksakan mengikuti kurikulum.
Oleh sebab itu hendaknya memberikan kesempatan untuk menyesuaikan
kurikulum dengan anak. Menurut Tarmansyah (2007:154) untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
modifikasi kurikulum merupakan model kurikulum dalam sekolah
inklusi. Modifikasi pertama adalah mengenai pemahaman bahwa teori
model itu selalu merupakan representasi yang disederhanakan dari
realitas yang kompleks. Modifikasi kedua adalah mengenai aspek
kurikulum yang secara khusus difokuskan dalam pembelajaran yang akan
dibahas lebih banyak dalam praktek pembelajaran.
Kurikulum yang digunakan di sekolah inklusi adalah kurikulum
anak normal (regular) yang disesuaikan (dimodifikasi sesuai) dengan
kemampuan awal dan karakteristik ABK. Lebih lanjut, menurut
Direktorat PLB (Tarmansyah, 2007:168) modifikasi dapat dilakukan
dengan cara modifikasi alokasi waktu, modifikasi isi/materi, modifikasi
proses belajar mengajar, modifikasi sarana dan prasarana, modifikasi
lingkungan untuk belajar, dan modifikasi pengelolaan kelas. Dengan
kurikulum akan memberikan peluang terhadap tiap-tiap anak untuk
mengaktualisasikan potensinya sesuai dengan bakat, kemampuannya dan
perbedaan yang ada pada setiap anak.
Model pengembangan kurikulum pendidikan inklusi menurut
Depdiknas (2007: 19) terdiri dari:
1) Model kurikulum regular
Model kurikulum reguler, yaitu kurikulum yang mengikutsertakan
peserta didik berkebutuhan khusus untuk mengikuti kurikulum
reguler sama seperti kawan-kawan lainnya di dalam kelas yang
sama.
2) Model kurikulum reguler dengan modifikasi
Model kurikulum reguler dengan modifikasi, yaitu kurikulum yang
dimodifikasi oleh guru pada strategi pembelajaran, jenis penilaian,
maupun pada program tambahan lainnya dengan tetap mengacu pada
kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Di dalam model ini bisa
terdapat anak berkebutuhan khusus yang memiliki PPI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3) Model kurikulum Program Pembelajaran Individual (PPI)
Model kurikulum PPI yaitu kurikulum yang dipersiapkan guru
program PPI yang dikembangkan bersama tim pengembang yang
melibatkan guru kelas, guru pendamping khusus, kepala sekolah,
orang tua, dan tenaga ahli lain yang terkait.
f. Pembelajaran Model Inklusi di Kelas Reguler
Pelaksanaan pembelajaran dalam kelas inklusi sama dengan
pelaksanaan pembelajaran dalam kelas reguler. Namun jika diperlukan,
ABK membutuhkan perlakuan tersendiri yang disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhannya.
Untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan ABK diperlukan
proses skrining atau assesment yang bertujuan agar pada saat
pembelajaran di kelas, bentuk intervensi pembelajaran bagi ABK
merupakan bentuk intervensi pembelajaran yang sesuai bagi mereka.
Assesment yang dimaksud yaitu proses kegiatan untuk mengetahui
kemampuan dan kelemahan setiap peserta didik dalam segi
perkembangan kognitif dan perkembangan sosial melalui pengamatan
yang sensitif (Bandi Delphie, 2006: 1).
Seorang pendidik hendaknya mengetahui program pembelajaran
yang sesuai bagi ABK. Pola pembelajaran yang harus disesuaikan
dengan ABK biasa disebut dengan Individualized Education Program
(IEP) atau Program Pembelajaran Individual (PPI). Perbedaan
karakteristik yang dimiliki ABK membuat pendidik harus memiliki
kemampuan khusus.
Sebelum Program Pembelajaran Individual (PPI) dijalankan
oleh pendidik, terlebih dahulu pendidik harus melakukan identifikasi
terhadap kondisi dan kebutuhan ABK agar diperoleh informasi yang
akurat mengenai kebutuhan pembelajaran ABK. Setelah proses skrining
atau assesment dilakukan dan kebutuhan ABK teridentifikasi, maka PPI
dapat dijalankan di kelas-kelas reguler. PPI tersebut sebenarnya tidak
mutlak diperlukan bagi ABK dalam pembelajaran model inklusi di kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
reguler. Pada praktiknya ada beberapa ABK yang tidak memerlukan PPI.
Mereka dapat belajar bersama dengan anak reguler dengan program yang
sama tanpa perlu dibedakan.
Program Pembelajaran Individual (PPI) menurut Bandi Delphie
(2006: 150) meliputi enam komponen, yaitu:
1) Elicitors, yaitu peristiwa atau kejadian yang dapat menimbulkan atau
menyebabkan perilaku
2) Behaviors, merupakan kegiatan peserta didik terhadap sesuatu yang
dapat ia lakukan
3) Reinforcers, suatu kejadian atau peristiwa yang muncul sebagai
akibat dari perilaku dan dapat menguatkan perilaku tertentu yang
dianggap baik
4) Entering behavior, kesiapan menerima pelajaran
5) Terminal objective, sasaran antara dari pencapaian suatu tujuan
pembelajaran yang bersifat tahunan
6) Enroute, langkah dari entering behavior menujut ke terminal
objective
Model pembelajaran bagi ABK harus memperhatikan prinsip
umum dan prinsip khusus. Prinsip umum pembelajaran meliputi
motivasi, konteks, keterarahan, hubungan sosial, belajar sambil bekerja,
individualisasi, menemukan, dan prinsip memecahkan masalah. Prinsip
umum ini dijalankan ketika ABK belajar bersama-sama dengan anak
reguler dalam satu kelas. Baik anak reguler maupun ABK mendapatkan
program pembelajaran yang sama. Prinsip khusus disesuaikan dengan
karakteristik masing-masing ABK. Prinsip khusus ini dijalankan ketika
ABK membutuhkan pembelajaran individual melalui PPI (Bandi
Delphie, 2006:154).
B. Kerangka Berpikir
Salah satu macam kelainan pada anak berkebutuhan khusus (ABK)
adalah ABK Slow Learners. Adapun karakteristik anak berkebutuhan khusus Slow
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Learners antara lain kapasitas kognitifnya terbatas, memori atau daya ingatnya
rendah, mempunyai gangguan dan kurangnya konsentrasi serta ketidakmampuan
menyampaikan ide dengan cepat. Untuk itu mereka perlu mendapat pendidikan
yang menempatkan mereka sama dengan anak-anak normal lainnya tanpa
membeda-bedakan kaya, miskin, normal atau berkebutuhan khusus.
Pendidikan inklusi merupakan pendidikan regular yang di dalamnya
terdapat anak berkebutuhan khusus (ABK). Melalui pendidikan inklusi ini ABK
dididik bersama anak-anak lainnya untuk dapat mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya. Pendidikan inklusi ini menutup adanya kemungkinan terjadinya
diskriminasi terhadap ABK dan ABK dapat belajar hidup di lingkungan
masyarakat yang sebenarnya yaitu masyarakat yang terdiri dari orang normal dan
tidak normal atau disable and able person yang tidak dapat dipisahkan sebagai
suatu komunitas, yang dimulai dari masyarakat sekolah.
Proses pembelajaran matematika di kelas inklusi sama dengan proses
pembelajaran di kelas reguler. Namun untuk ABK slow learners telah disediakan
model kelas dan kurikulum khusus dalam proses pembelajaran di kelas inklusi.
Model kelas yang digunakan adalah model pull out sedangkan kurikulum yang
digunakan adalah kurikulum anak regular yang disesuaikan (dimodifikasi), sesuai
dengan kemampuan awal dan karakteristik ABK slow learners. Selama proses
pembelajaran di kelas, ABK slow learners selalu dipantau dan dibimbing oleh
guru pendamping khusus (GPK).
Dalam proses pembelajaran matematika di kelas inklusi kesiapan belajar
sebelum pembelajaran sangat diperlukan baik untuk guru matematika, GPK
matematika, dan siswa biasa maupun ABK. Kesiapan belajar tersebut meliputi
kesiapan fisik, kesiapan mental, maupun kesiapan secara kognitif. Guru
matematika yang berperan sebagai pemberi pelajaran siswa biasa dan ABK dalam
pembelajaran harus selalu membekali dengan persiapan sebelum mengajar dan
menjalin komunikasi dengan GPK terkait kemampuan ABK. Untuk ABK slow
learners sebagai penerima pelajaran juga harus membekali diri dengan persiapan
sebelum pembelajaran sehingga terlaksana dan tercapainya tujuan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Adapun dalam proses pembelajaran, ABK slow learners akan mengalami
berbagai macam kendala seperti ketidakmampuan mengikuti pelajaran dengan
baik, kurang konsentrasi ketika guru menerangkan. Oleh karena itu sebagai guru
yang mengajar dalam kelas inklusi yang dibantu GPK harus dapat memberikan
penyelesaian terhadap kendala-kendala yang dialami ABK slow learners tersebut
agar tidak ditemukan lagi saat proses pembelajaran selanjutnya. Kendala-kendala
yang terjadi harus dapat ditangani dengan cepat agar ABK slow learners dapat
mengikuti pembelajaran matematika bersama siswa lainnya dan mencapai hasil
yang optimal dalam pembelajarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Al Firdaus Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai
dengan bulan Juli 2014. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rincian Waktu Penelitian
Tahap
Bulan
Des
2013
Jan
2013
Feb
2013
Mar
2014
Apr
2014
Mei
2014
Jun
2014
Jul
2014
1. Perencanaan
- Pengajuan Judul
- Penyusunan
Proposal
- Penyusunan
Instrumen
2. Pelaksanaan
3. Analisis Data
4. Penyusunan Laporan
B. Pendekatan Penelitian
Berangkat dari fokus permasalahan dalam penelitian ini, maka
pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Lexy J.
Moleong (2007:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain lain, secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Strauss & Corbin
(2003:4) penelitian kualitatif adalah penelitian yang temuan-temuannya tidak
diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan.
Ditinjau dari jenis penelitiannya, penelitian ini termasuk penelitian
lapangan (field research), karena penelitian ini mempelajari secara intensif
tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit
sosial, kelompok, lembaga dan masyarakat yang dilaksanakan dalam kehidupan
dan realitas yang sebenarnya.
Pendekatan kualitatif dipilih dalam penelitian ini karena beberapa
pertimbangan antara lain: (1) Penelitian ini merupakan upaya untuk
mendeskripsikan permasalahan yang terkait dengan proses pembelajaran
matematika Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Slow Learners (2) Penelitian ini
lebih bersifat induktif, artinya peneliti berusaha mendeskripsikan permasalahan
berdasar data yang terbuka bagi penelitian lebih lanjut; (3) Penelitian ini
dilakukan dalam situasi yang wajar dan mengutamakan data yang bersifat
kualitatif.
C. Subjek Penelitian
Pemilihan subjek penelitian berdasarkan teknik pengambilan purposive
sampling. Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sumber data dengan
pertimbangan maksud tertentu sesuai dengan tujuan penelitian ini dilaksanakan.
Pertimbangan tersebut adalah karena subjek sudah lama mengajar dan
membimbing ABK slow learners sehingga diharapkan subjek dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan peneliti dan dapat menjawab rumusan permasalahan
dalam penelitian ini. Sekolah yang dipilih dalam penelitian ini adalah sekolah
inklusi yaitu SD Al Firdaus Surakarta, sedangkan sumber informan dalam
penelitian ini yaitu guru matematika dan guru pendamping khusus (GPK).
D. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini berupa informasi tentang proses pembelajaran
yang meliputi kesiapan guru sebelum proses pembelajaran, pelaksanaan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
evaluasi serta tindak lanjut. Selain itu informasi tentang faktor atau kendala yang
dialami ABK slow learners saat proses pembelajaran matematika di kelas inklusi
dan bagaimana penyelesaiannya. Informasi-informasi tersebut diperoleh melalui
observasi dan wawancara terhadap guru matematika dan guru pendamping khusus
(GPK).
Ada tiga sumber data dalam penelitian ini, yaitu informan kunci (key
informan), tempat dan peristiwa serta dokumen.
1. Informan kunci (key informan), informan awal dipilih secara purposive
(purposive sampling). Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2006:102)
kekuatan dari sampel purposif adalah dari sedikit kasus yang diteliti secara
mendalam memberikan banyak pemahaman tentang topik. Bertindak sebagai
informan kunci adalah guru matematika dan guru pendamping khusus (GPK).
2. Tempat dan peristiwa, yang meliputi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
beserta kelengkapan administrasi KBMnya.
3. Dokumen, antara lain RPP, Program Pembelajaran Individual (PPI), Proses
Belajar Mengajar (PBM) yang meliputi kegiatan belajar mengajar dan
perangkat mengajar. Data ini dipergunakan untuk melengkapi hasil
wawancara. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
yang sesuai dengan fokus penelitian.
E. Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan tahapan penelitian dalam penelitian kualitatif, instrumen
utama adalah peneliti sendiri. Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan
data berjalan dari medan empiris dalam upaya membangun teori dari data. Proses
pengumpulan data ini meliputi proses memasuki lokasi penelitian serta berada di
lokasi penelitian dan mengumpulkan data. Metode pengumpulan data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah
1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah proses pengambilan data dalam
penelitian dimana peneliti melihat situasi yang diambil berdasarkan data
yang diperlukan. Observasi ini digunakan untuk memperoleh data mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
proses pembelajaran yang dilakukan guru matematika dan guru pendamping
khusus.
2. Wawancara
Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini wawancara tak
terstruktur yaitu wawancara dilakukan apabila adanya jawaban berkembang
diluar pertanyaan-pertanyaan terstruktur namun tidak terlepas dari
permasalahan (Sugiyono, 2012: 191). Wawancara dalam penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui informasi dari guru matematika dan guru
pendamping khusus tentang proses pembelajaran matematika di kelas
inklusi dan kendala yang dialami ABK slow learners selama proses
pembelajaran.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam
mengumpulkan data. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Instrumen Utama
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang
bertujuan untuk mencari dan mengumpulkan data langsung dari sumber data.
Karena peneliti sebagai instrumen, maka peneliti harus sanggup
menyesuaikan diri dan berinteraksi secara langsung dan tuntas dengan
fenomena yang sedang dipelajari.
2. Instrumen Bantu Pertama
Instrumen bantu pertama ini berupa lembar observasi untuk
memperoleh data mengenai proses pembelajaran matematika, kegiatan yang
dilakukan guru matematika dan guru pendamping khusus selama proses
pembelajaran.
3. Instrumen Bantu Kedua
Instrumen bantu kedua ini berupa pedoman wawancara yang dibuat
oleh peneliti sebagai alat bantu dalam pengambilan data secara langsung di
lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
G. Validitas Data
Validitas data dalam penelitian ini ditentukan melalui teknik triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data tersebut bagi keperluan pengecekan atau sebagai
bahan pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2011: 327-332). Dalam
penelitian ini teknik triangulasi data yang digunakan adalah triangulasi waktu.
Triangulasi waktu digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan mengecek kepada sumber yang sama dengan waktu yang berbeda. Data
yang diperoleh dari guru matematika dan guru pendamping khusus (GPK) yaitu
dengan observasi pertama kemudian ditindaklanjuti dengan wawancara pertama
merupakan data pertama. Selanjutnya data yang diperoleh dari guru matematika
dan guru pendamping khusus (GPK) yaitu dengan observasi kedua kemudian
ditindaklanjuti dengan wawancara kedua merupakan data kedua. Data kedua yang
diperoleh digunakan untuk pengecekan data pertama. Jika hasil kedua data
tersebut sama maka data pertama yang telah diperoleh dinyatakan valid.
H. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa
data. Teknik analisis data yaitu untuk menganalisa data yang telah diperoleh untuk
ditarik kesimpulan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis data kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal dan sepanjang
proses penelitian berlangsung. Teknik analisa data dalam penelitian ini dilakukan
dengan empat prosedur sebagai berikut.
1. Pengumpulan Data
Data-data yang diperoleh di lapangan dicatat atau direkam dalam
bentuk naratif yaitu uraian data yang diperoleh dari lapangan apa adanya
komentar peneliti yang berbentuk catatan kecil. Dari catatan deskriptif itu
kemudian dibuat catatan reflektif yaitu catatan yang berisi komentar,
pendapat atau penafsiran peneliti yang ditemui di lapangan.
2. Reduksi Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasi data dengan sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya
dapat ditarik dan diverifikasi. Tahap reduksi data dalam penelitian ini adalah.
a. Menentukan guru matematika dan guru pendamping khusus sebagai subjek
penelitian.
b. Membuat catatan atau pertanyaan yang digunakan sebagai bahan
wawancara untuk subjek penelitian.
c. Hasil wawancara disederhanakan menjadi susunan yang baik dan rapi.
3. Penyajian Data
Penyajian data adalah penyampaian informasi berdasarkan data yang
dimiliki dan disusun secara baik, runtut sehingga mudah dilihat, dibaca dan
dipahami tentang suatu kejadian dan tindakan atau peristiwa dalam bentuk
teks naratif. Tahap penyajian data dalam penelitian ini adalah.
a. Menyajikan hasil wawancara yang telah tersusun dengan baik dan rapi.
b. Menyajikan data dengan memperhatikan alur penelitian agar data tersebut
jelas.
c. Menganalisis hasil wawancara sehingga dapat menjawab permasalahan
dalam penelitian ini.
4. Penarikan Kesimpulan
Langkah akhir dalam proses analisis data kualitatif adalah menarik
kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan. Kesimpulan yang
diperoleh melalui analisis data tersebut dijadikan pedoman untuk menyusun
rekomendasi dan implikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengembangan Instrumen
1. Instrumen Bantu Pertama
Instrumen bantu pertama ini berupa lembar observasi untuk
memperoleh data mengenai proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
matematika dan guru pendamping khusus (GPK). Lembar observasi sebelum
digunakan terlebih dahulu di validasi oleh tiga validator yaitu dua orang dosen
matematika dan satu orang guru matematika. Validasi diarahkan pada kriteria
penelaahan dari segi materi (substansi), segi konstruksi dan segi bahasa. Nama-
nama validator instrumen observasi dapat dilihat dalam Tabel 4.1 berikut
Tabel 4.1. Nama-nama Validator Instrumen Observasi
No Nama Jabatan
1. Drs. Basuki Rachmat, M.PdDosen Matematika IKIP PGRI
Madiun
2. Swasti Maharani, M.PdDosen Matematika IKIP PGRI
Madiun3. Drs. Yuli Irfan Alliurido, M.Pd Guru Matematika MAN 2 Madiun
Hasil validasi lembar observasi disajikan dalam lembar validasi yang
diisi oleh validator setelah memeriksa instrumen yang telah dibuat. Validator
dapat memberikan tanda cek (v) pada kolom yang sesuai, jika indikator telah
memenuhi kriteria yang disebutkan. Jika tidak sesuai, validator memberi tanda
silang (x) pada kolom. Dari hasil penilaian tersebut, validator dapat
memberikan kesimpulan apakah instrumen tersebut layak digunakan atau tidak.
Secara umum berdasarkan hasil validasi oleh ketiga validator terhadap
instrumen lembar observasi dapat disimpulkan bahwa instrumen ini dinyatakan
valid atau layak digunakan. Lembar validasi oleh validator dapat dilihat pada
Lampiran 2, 3 dan 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2. Instrumen Bantu Kedua
Instrumen bantu kedua ini berupa pedoman wawancara yang dibuat
oleh peneliti sebagai alat bantu dalam pengambilan data secara langsung di
lapangan. Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengetahui proses
pembelajaran matematika meliputi kesiapan guru, perencanaan, pelaksanaan
serta evaluasi dan tindak lanjut di kelas inklusi dan faktor-faktor atau kendala
yang dialami siswa ABK slow learners serta upaya yang dilakukan guru dalam
menyelesaikannya.
Instrumen pedoman wawancara sebelum digunakan terlebih dahulu di
validasi oleh tiga validator yaitu dua orang dosen matematika dan satu orang
guru matematika. Validasi diarahkan pada aspek/indikator kejelasan tujuan
wawancara dan butir pertanyaan serta kesesuaian pertanyaan untuk
mengungkapkan proses pembelajaran di kelas inklusi. Nama-nama validator
instrumen pedoman wawancara dapat dilihat dalam Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2. Nama-nama Validator Instrumen Pedoman Wawancara
No Nama Jabatan
1. Drs. Basuki Rachmat, M.PdDosen Matematika IKIP PGRI
Madiun
2. Swasti Maharani, M.PdDosen Matematika IKIP PGRI
Madiun3. Drs. Yuli Irfan Alliurido, M.Pd Guru Matematika MAN 2 Madiun
Hasil validasi pedoman wawancara ini disajikan dalam lembar validasi
yang diisi oleh validator setelah memeriksa instrumen yang telah dibuat.
Validator dapat memberikan tanda cek (v) pada kolom Ya, jika indikator telah
memenuhi kriteria yang disebutkan. Jika tidak sesuai, validator memberi tanda
cek (v) pada kolom Tidak. Dari hasil penilaian tersebut, validator dapat
memberikan kesimpulan apakah instrumen tersebut layak digunakan (L), layak
digunakan dengan perbaikan (P) atau tidak layak digunakan (T).
Secara umum berdasarkan hasil validasi oleh ketiga validator terhadap
instrumen pedoman wawancara dapat disimpulkan bahwa instrumen ini
dinyatakan valid atau layak digunakan. Lembar validasi oleh validator dapat
dilhat pada Lampiran 9, 10 dan 11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
B. Penentuan Subjek Penelitian
Penentuan subjek pada penelitian ini menggunakan Purposive Sampling.
Adapun langkah penentuannya sebagai berikut.
1. Peneliti memilih sekolah yang telah menyelenggarakan pendidikan inklusi di
Surakarta.
2. Di Surakarta ada tiga belas sekolah penyelenggara pendidikan inklusi, dan
terpilih SD Al Firdaus Surakarta karena sekolah ini telah ditetapkan sebagai
sekolah inklusi percontohan nasional
3. Dari data hasil pengamatan sementara oleh peneliti dengan guru matematika
dan guru pendamping khusus (GPK) maka terpilih 2 subjek penelitian. Alasan
dipilihnya kedua subjek ini adalah subjek mempunyai karakteristik yaitu sudah
berpengalaman mengajar dan membimbing siswa ABK slow learners dalam
proses pembelajaran di kelas inklusi. Selain itu peneliti juga memperoleh saran
dari kepala SD Al Firdaus Surakarta.
C. Diskripsi Subjek Penelitian
1. Subjek 1
Siti Komariyah, S.Si merupakan guru matematika kelas VB SD Al
Firdaus Surakarta. Lulusan dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Jurusan Matematika Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan mengambil
Akta IV di Universitas Nahdatul Ulama Surakarta. Subjek 1 sudah bekerja di
SD Al Firdaus Surakarta dari tahun 2001 hingga sekarang.
2. Subjek 2
Ragil Tri U, S.Pd merupakan guru pendamping khusus (GPK) untuk
siswa ABK slow learners kelas VB di SD Al Firdaus Surakarta. Lulusan dari
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Bimbingan Konseling
Universitas Slamet Riyadi Surakarta. Subjek 2 sudah bekerja SD Al Firdaus
Surakarta dari tahun 2013 hingga sekarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
D. Paparan, Triangulasi dan Analisis Data
1. Kesiapan Guru Sebelum Pembelajaran
a. Paparan Data
1) Paparan Data I
a) Hasil Observasi Subjek 1
Berdasarkan hasil observasi di atas (dapat dilihat pada
Lampiran 5), aspek kesiapan guru sebelum pembelajaran S1
menyiapkan media dan sumber belajar untuk siswa reguler ataupun
ABK (1a) tetapi S1 tidak .menyiapkan media khusus untuk ABK slow
learners (1b). Sebelum proses pembelajaran berlangsung, kesiapan
yang dilakukan S1 adalah menyiapkan RPP dan silabus (1c).
b) Hasil Wawancara Subjek 1
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi pertama terhadap subjek 1 pada aspek kesiapan guru
sebelum pembelajaran dengan indikator yaitu: (1) menyiapkan media
dan sumber belajar, (2) menyiapkan media khusus untuk ABK (3)
menyiapkan RPP dan silabus.
Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti
dengan subjek 1 (Lampiran 13).
Pa01 : Bagaimana kesiapan Ibu sebelum pembelajaran matematika?
S1a01 : Persiapannya menyusun RPP dan silabusPa02 : Penyusunan RPP dilakukan kapan, Bu?S1a02 : Penyusunan RPP biasanya dilakukan setelah selesai satu
kompetensi dasar.Pa03 : Apakah RPP untuk siswa ABK slow learners sama dengan
RPP siswa biasa?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
S1a03 : RPPnya sama, namun untuk ABK ada modifikasi indikator, modifikasi materi dan modifikasi soal. Dalam RPP itu sudah dituliskan dengan jelas.
Pa04 : Bagaimana cara menetukan modifikasi untuk tiap-tiap ABK?
S1a04 : Saya sealalu berkomunikasi dengan guru pendamping masing-masing ABK.
Pa05 : Modifikasi apa yang dilakukan untuk ABK slow learners?S1a05 : Modifikasi materi, misalnya pada materi perbandingan dan
skala ini, untuk siswa biasa mereka dikenalkan dengan perbandingan namun untuk slow learners hanya sampai pada materi sebelumnya yaitu pecahan.
Pa06 : Adakah modifikasi yang lain?S1a06 : Modifikasi soal bisa ditanyakan kepada guru pendamping
atau bisa dilihat di RPP.Pa07 : Apakah ibu menyiapkan media dan sumber belajar sebelum
pembelajaran?S1a07 : YaPa08 : Media yang digunakan apa?S1a08 : Laptop dan proyektor tergantung materi yang mau
dijelaskan.Pa09 : Kalau sumber belajar yang digunakan?S1a09 : Buku paket dan kiat mahir matematikaPa10 : Adakah media khusus untuk siswa ABK slow learners?S1a10 : Ada tetapi guru kelas tidak menyiapkan media khusus untuk
siswa ABK, Pa11 : Siapa yang menyiapkan media khusus tersebut, Bu?S1a11 : Biasanya guru pendamping yang menyiapkan atau media
tersebut sudah ada di ruang Puspa.
Berdasarkan penggalan hasil wawancara di atas, persiapan-
persiapan yang dilakukan S1 sebelum proses pembelajaran yaitu
menyiapkan RPP dan silabus (S1a01). Selain itu S1 juga menyiapkan
media dan sumber belajar (S1a07). Namun untuk siswa ABK, S1 tidak
menyiapkan media khusus karena media khusus sudah disiapkan di
Ruang Puspa oleh guru pendamping (S1a11).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
c) Hasil Observasi Subjek 2
Berdasarkan hasil observasi di atas (dapat dilihat pada
Lampiran 6), kesiapan yang dilakukan S2 adalah menyiapkan media
dan sumber belajar (1a) dengan catatan hanya untuk siswa ABK slow
learners. Media khusus untuk siswa ABK slow learners juga
disiapkan oleh S2 (1b). Untuk RPP dan silabus S2 tidak
menyiapkannya (1c).
d) Hasil Wawancara Subjek 2
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi pertama terhadap subjek 2 pada aspek kesiapan guru
sebelum pembelajaran dengan indikator yaitu: (1) menyiapkan media
dan sumber belajar, (2) menyiapkan media khusus untuk ABK (3)
menyiapkan RPP dan silabus.
Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti
dengan subjek 2 (Lampiran 15).
Pa01 : Bagaimana kesiapan Ibu sebelum pembelajaran matematika?
S2a01 : Saya siapkan media dan sumber belajar untuk ABK yang akan dipakai saat itu.
Pa02 : Apakah sama media dan sumber belajar yang digunakan siswa reguler dan ABK?
S2a02 : Tidak sama, untuk ABK disediakan media khusus contohnya bisa berupa puzzle atau papan penjodohan seperti anak TKyang dibuat semenarik mungkin.
Pa03 : Mengapa disiapkan media khusus untuk ABK?S2a03 : Yaaa,,, karena mereka berbeda dengan siswa lain. Kalau
ada media yang menarik mereka tidak cepat bosan. Jadi diharapkan dengan adanya media itu dapat membantu proses belajar megajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Pa04 : Apakah media itu sudah Ibu siapkan di dalam kelas?S2a04 : Media khusus untuk ABK sudah disiapkan di ruang Puspa
atau ruang pusat pelayanan ABK.Pa05 : Apakah ABK selalu menggunakan media tersebut setiap
proses pembelajaran?S2a05 : Tergantung materinya, Pa06 : Apakah Ibu juga menyiapkan RPP dan silabus?S2a06 : Saya tidak menyiapkan RPP dan silabus karena sudah
disiapkan oleh guru kelas. Saya hanya menyiapkan PPI.Pa07 : Dalam RPP itu dituliskan kalau ada modifikasi untuk ABK,
bisa dijelaskan Bu?S2a07 : Modifikasi untuk ABK itu ada modifikasi indikator
keberhasilan, materi, soal. Di RPP kan ada..Pa08 : Di RPP ini dituliskan kalau modifikasi soal dibuat oleh
GPK.S2a08 : Ya, karena slow leraners materinya tidak sampai
perbandingan hanya sampai pecahan maka soalnya pun juga beda, itu saya yang buat. Dan saya selalu berkomunikasi dengan guru kelas mengenai modifikasi dalam penyusunan RPP.
Pa09 : Untuk PPI tiap ABK apakah sama, Bu?S2a09 : Tidak sama itu disesuaikan dengan kondisi siwa masing-
masing ABK.
Berdasarkan hasil penggalan wawancara di atas, persiapan-
persiapan yang dilakukan S2 yaitu menyiapkan media dan sumber
belajar hanya untuk ABK slow learners (S2a01). Selain itu S2
menyiapkan media khusus untuk ABK slow learners di Ruang Puspa
atau ruang Pusat Pelayanan ABK (S2a02 dan S2a04). S2 tidak
menyiapkan RPP dan silabus karena sudah disiapkan oleh guru kelas
namun hanya menyiapkan Program Pembelajaran Individual (PPI)
untuk ABK slow learners (S2a06). Dalam penyusunan RPP S2 selalu
berkomunikasi dengan S1 mengenai modifikasi untuk ABK slow
learners (S2a08).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2) Paparan Data II
a) Hasil Observasi Subjek 1
Berdasarkan hasil observasi kedua di atas (dapat dilihat pada
Lampiran 7), aspek kesiapan guru sebelum pembelajaran, S1
menyiapkan media dan sumber belajar untuk siswa reguler ataupun
ABK (1a) tetapi S1 tidak .menyiapkan media khusus untuk ABK slow
learners (1b). Sebelum proses pembelajaran berlangsung S1 juga
sudah menyiapkan RPP dan silabus (1c).
b) Hasil Wawancara Subjek 1
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi kedua terhadap subjek 1 pada aspek kesiapan guru sebelum
pembelajaran dengan indikator yaitu: (1) menyiapkan media dan
sumber belajar, (2) menyiapkan media khusus untuk ABK (3)
menyiapkan RPP dan silabus.
Berikut ini penggalan wawancara kedua antara peneliti dengan
subjek 1 (Lampiran 14).
Pb01 : Bagaimana kesiapan Ibu sebelum pembelajaran matematika?
S1b01 : menyusun RPP dan silabusPb02 : Penyusunan RPP dilakukan kapan, Bu?S1b02 : biasanya setelah selesai satu KD.Pb03 : Apakah RPP untuk siswa ABK slow learners sama dengan
RPP siswa biasa?S1b03 : RPPnya sih sama, namun untuk ABK ada modifikasi.Pb04 : Bagaimana cara menentukan modifikasi untuk tiap-tiap
ABK?S1b04 : ya itu komunikasi dengan GPK tiap ABK.Pb05 : Modifikasi apa yang dilakukan untuk ABK slow learners?S1b05 : Modifikasi materi dan soal,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Pb06 : Apakah semua materi dimodifikasi?S1b06 : Tidak semuanya,ya tergantung tingkat kesulitan materi.
Dilihat juga kemampuan anak slow learners bagaimana, apa bisa mengikuti atau tidak, begitu.
Pb07 : Apakah ibu menyiapkan media dan sumber belajar sebelum pembelajaran?
S1b07 : YaPb08 : Media yang digunakan apa?S1b08 : Laptop dan proyektor tergantung materi.Pb09 : Kalau sumber belajar yang digunakan?S1b09 : Buku paket dan kiat mahir matematikaPb10 : Adakah media khusus untuk siswa ABK slow learners?S1b10 : Ada tetapi guru kelas tidak menyiapkan media khusus itu
dibuat oleh GPK, nanti bisa ditanyakan sendiri
Berdasarkan penggalan hasil wawancara di atas, persiapan-
persiapan yang dilakukan S1 sebelum proses pembelajaran yaitu
menyiapkan RPP dan silabus (S1b01). Selain itu S1 juga menyiapkan
media dan sumber belajar (S1b07). Namun untuk siswa ABK, S1
tidak menyiapkan media khusus karena media khusus sudah disiapkan
di Ruang Puspa oleh guru pendamping (S1b11).
c) Hasil Observasi Subjek 2
Berdasarkan hasil observasi kedua di atas (dapat dilihat pada
Lampiran 8), kesiapan yang dilakukan S2 adalah menyiapkan media
dan sumber belajar (1a) dengan catatan hanya untuk siswa ABK slow
learners. Media khusus untuk siswa ABK slow learners juga
disiapkan oleh S2 (1b). Untuk RPP dan silabus S2 tidak
menyiapkannya (1c).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
d) Hasil Wawancara Subjek 2
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi kedua terhadap subjek 2 pada aspek kesiapan guru sebelum
pembelajaran dengan indikator yaitu: (1) menyiapkan media dan
sumber belajar, (2) menyiapkan media khusus untuk ABK (3)
menyiapkan RPP dan silabus.
Berikut ini penggalan wawancara kedua antara peneliti dengan
subjek 2 (Lampiran 16).
Pb01 : Bagaimana kesiapan Ibu sebelum pembelajaran matematika?
S2b01 : menyiapkan media dan sumber belajar.Pb02 : Media untuk siswa reguler atau ABK?S2b02 : hanya untuk ABK karena untuk siswa reguler sudah
disiapkan guru matematika, media yang saya gunakan untuk ABK adalah media khusus contohnya bisa berupa puzzle atau papan penjodohan.
Pb03 : Mengapa disiapkan media khusus untuk ABK?S2b03 : Media khusus disiapkan agar anak senang atau semangat
dalam belajar matematika. Kalau ada media yang menarik mereka tidak cepat bosan.
Pb04 : Apakah media itu sudah Ibu siapkan di dalam kelas?S2b04 : Media khusus untuk ABK sudah ada di ruang Puspa atau
ruang pusat pelayanan ABK. Jadi saya tinggal membawa anak ABK ke ruang Puspa.
Pb05 : Apakah ABK selalu menggunakan media tersebut setiap proses pembelajaran?
S2b05 : Dilihat materinya dulu, Pb06 : Apakah Ibu juga menyiapkan RPP dan silabus?S2b06 : Saya tidak menyiapkan RPP dan silabus. Saya hanya
menyiapkan PPI atau program pembelajaran individu.Berdasarkan hasil penggalan wawancara kedua di atas,
persiapan-persiapan yang dilakukan S2 yaitu menyiapkan media dan
sumber belajar hanya untuk ABK slow learners (S2b01). Selain itu S2
menyiapkan media khusus untuk ABK slow learners di Ruang Puspa
atau ruang Pusat Pelayanan ABK (S2b02 dan S2b04). S2 tidak
menyiapkan RPP dan silabus karena sudah disiapkan oleh guru kelas
namun S2 hanya menyiapkan Program Pembelajaran Individual (PPI)
untuk ABK slow learners (S2b06).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
b. Triangulasi Data
Berdasarkan hasil dari paparan data I dan data II pada aspek
kesiapan guru sebelum pembelajaran terhadap subjek 1 dan 2 dapat
dijelaskan dalam Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.3 Triangulasi Data untuk Subjek 1 pada Aspek Kesiapan Guru
Sebelum Pembelajaran
Metode Data I Data IIObservasi Subjek 1 menyiapkan RPP dan
silabus, menyiapkan media dan sumber belajar, tidak menyiapkan media khusus untuk ABK slow learners.
Subjek 1 menyiapkan RPP dan silabus, menyiapkan media dan sumber belajar, tidak menyiapkan media khusus untuk ABK slow learners.
Wawancara S1 sebelum proses pembelajaran yaitu menyiapkan RPP dan silabus.Selain itu S1 juga menyiapkan media dan sumber belajar. Namun untuk siswa ABK, S1 tidak menyiapkan media khusus karena media khusus sudah disiapkan di Ruang Puspa oleh guru pendamping.
S1 sebelum proses pembelajaran yaitu menyiapkan RPP dan silabus.Selain itu S1 juga menyiapkan media dan sumber belajaruntuk siswa reguler dan S1 tidak menyiapkan media khusus karena media khusus sudah disiapkan di Ruang Puspa oleh guru pendamping.
Hasil Triangulasi data:
Sebelum proses pembelajaran berlangsung subjek 1 sudah terlebih dahulu menyiapkan RPP dan silabus selain itu subjek 1 juga menyiapkan media dan sumber belajar untuk siswa reguler namun tidak menyiapkan media khusus untuk ABK slow learners.
Tabel 4.4 Triangulasi Data untuk Subjek 2 pada Aspek Kesiapan Guru
Sebelum Pembelajaran
Metode Data I Data IIObservasi Subjek 2 menyiapkan media
dan sumber belajar, menyiapkan media khusus untuk ABK slow learners, tidak menyiapkan RPP dan silabus.
Subjek 2 menyiapkan media dan sumber belajar, menyiapkan media khusus untuk ABK slow learners, tidak menyiapkan RPP dan silabus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Wawancara Subjek 2 sebelum proses pembelajaran berlangsung menyiapkan media dan sumber belajar, subjek 2 menyiapkan media khusus untuk ABK slow learners, subjek 2 tidak menyiapkan RPP dan silabus karena sudah disiapkan oleh subjek 1 tetapi subjek 2 menyiapkan Program Pembelajaran Individual (PPI) untuk ABK slow learners.
Subjek 2 sebelum proses pembelajaran berlangsung menyiapkan media dan sumber belajar, subjek 2 menyiapkan media khusus untuk ABK slow learners, subjek 2 tidak menyiapkan RPP dan silabus tetapi menyiapkan Program Pembelajaran Individual (PPI) untuk ABK slow learners.
Hasil Triangulasi Data:Sebelum proses pembelajaran berlangsung subjek 2 tidak menyiapkan RPP dan silabus karena sudah disiapkan oleh subjek 1 tetapi subjek 2 menyiapkan Program Pembelajaran Individual (PPI) untuk ABK slow learners. Subjek 2 menyiapkan media dan sumber belajar serta menyiapkan media khusus untuk ABK slow learners.
c. Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil
wawancara, subjek 1 menyiapkan RPP dan silabus. Sebelum proses
pembelajaran berlangsung subjek 1 telah menyusun RPP dan silabus
(S1a01). Penyusunan RPP biasanya dilakukan setelah selesai satu
kompetensi dasar (S1a02). RPP yang digunakan untuk siswa biasa dan
siswa ABK sama, namun dalam RPP tersebut dijelaskan adanya modifikasi
untuk siswa ABK. Modifikasi tersebut antara lain modifikasi indikator
keberhasilan, waktu, materi dan soal (RPP Lampiran 9). Dalam penyusunan
RPP, subjek 1 juga berkomunikasi mengenai modifikasi dengan guru
pendamping untuk masing-masing ABK dan dengan subjek 2 untuk siswa
ABK slow learners.
Subjek 2 tidak menyiapkan RPP dan silabus karena sudah disiapkan
oleh subjek 1. Subjek 2 hanya bertugas menyiapkan Program Pembelajaran
Individual (PPI) untuk siswa ABK slow learners (Lampiran 17). PPI yang
disiapkan oleh subjek 2 meliputi seluruh mata pelajaran. PPI yang
digunakan untuk tiap-tiap ABK berbeda. Hal ini disesuaikan dengan kondisi
siswa ABK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Kesiapan lainnya yang dilakukan subjek 1 yaitu menyiapkan media
dan sumber belajar (Observasi 1a). Media yang biasa digunakan yaitu laptop
dan proyektor yang sudah ada dalam ruang kelas. Namun subjek 1 dapat
juga menggunakan media lain disesuaikan dengan materi apa yang akan
dijelaskan. Untuk materi skala dan perbandingan subjek 1 menggunakan
media benang, penggaris dan atlas untuk menghitung jarak pada atlas
kemudian mencari skala peta tersebut. Sedangkan sumber belajar yang
digunakan yaitu buku paket dan kiat mahir matematika. Subjek 2 juga
menyiapkan media dan sumber belajar namun hanya untuk siswa ABK slow
learners yang sesuai dengan PPI (Lampiran 17).
Untuk siswa ABK slow learners, subjek 1 tidak menyiapkan media
khusus. Media khusus tersebut sudah disiapkan oleh subjek 2 atau sudah
tersedia di ruang Puspa (Pusat Pelayanan ABK) ketika siswa ABK slow
learners melakukan pembelajaran pull out. Media khusus dapat berbentuk
puzzle atau papan penjodohan sesuai materi yang dipelajari, dibuat
semenarik mungkin agar ABK slow learners tidak cepat bosan saat
pembelajaran. Hal ini diharapkan dengan adanya media khusus, siswa tidak
kesulitan dalam belajar atau materi yang disampaikan oleh guru dapat
diserap dengan baik.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Pendahuluan
a. Paparan Data
1) Paparan Data I
a) Hasil Observasi Subjek 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Berdasarkan hasil observasi pertama di atas (dapat dilihat pada
Lampiran 5), proses pelaksanaan pembelajaran tahap pendahuluan, S1
menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses
pembelajaran baik siswa biasa maupun ABK slow learners (2a1).
Selain itu S1 juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan pengetahuan
sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari
dengan catatan pertanyaan untuk siswa ABK lebih mudah (2a2). Pada
observasi 2a3, S1 menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi
dasar yang akan dicapai.
b) Hasil Wawancara Subjek 1
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi pertama terhadap subjek 1 pada aspek pelaksanaan
pembelajaran tahap pendahuluan dengan indikator yaitu: (1)
menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses
pembelajaran, (2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan pengetahuan
sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dan
(3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai.
Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti
dengan subjek 1 (Lampiran 13).
Pa15 : Dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari pelaksanaan pembelajaran. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di kelas, Bu?
S1a15 : Pelaksanaan pembelajaran ada tiga tahapan yaitu pendahuluan, inti dn penutup.
Pa16 : Pada tahap pendahuluan apakah siswa sebelum pembelajaran dipersiapkan secara psikis dan fisik?
S1a16 : Ya, karena pada pertemuan sebelumnya sudah diberitahu materi apa yang akan diajarkan jadi siswa sudah siap melakukan proses pembelajaran.
Pa17 : Apakah Ibu mengajukan pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi?
S1a17 : YaPa18 : Apakah pertanyaan tersebut berlaku juga untuk siswa ABK
slow learners?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
S1a18 : Jika siswa ABK mengikuti di kelas maka pertanyaan sama dengan siswa lain, biasanya pertanyaan lebih mudah dan diberi arahan-arahan oleh GPKnya. Karena pada materi ini slow learners tidak diberikan maka pertanyaan dari GPK.
Pa19 : Apakah ibu juga menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD?
S1a19 : Ya, di awal sebelum pembelajaran dijelaskan tujuan yang akan dicapai atau apersepsi kegunaan materi yang akan dijelaskan.
Berdasarkan hasil wawancara pertama tersebut saat
pelaksanaan pembelajaran pada tahapan pendahuluan S1 menyiapkan
siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran dengan
memberitahu pada pertemuan sebelumnya materi apa yang akan
dibahas sehingga siswa sudah mempersiapkan dengan baik (S1a13).
Sebelum proses pembelajaran berlangsung S1 juga menjelaskan
tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai (S1a16).
Selain itu S1 memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan
dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa biasa maupun
siswa ABK slow learners ketika mengikuti pembelajaran di kelas
dengan bantuan atau arahan-arahan dari GPK (S1a15).
c) Hasil Observasi Subjek 2
Berdasarkan hasil observasi pertama di atas (dapat dilihat pada
Lampiran 7), proses pelaksanaan pembelajaran tahap pendahuluan, S2
menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
pembelajaran hanya untuk ABK slow learners (2a1). Selain itu S2
juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan pengetahuan sebelumnya
yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari oleh ABK slow
learners (2a2). Pada observasi 2a3, S2 tidak menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
d) Hasil Wawancara Subjek 2
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi pertama terhadap subjek 2 pada aspek pelaksanaan
pembelajaran tahap pendahuluan dengan indikator yaitu: (1)
menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses
pembelajaran, (2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan pengetahuan
sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dan
(3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai.
Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti
dengan subjek 2 (Lampiran 15).
Pa10 : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika untuk ABK slow learners di kelas, Bu?
S2a10 : Sama seperti siswa lain, pelaksanaan pembelajaran ada 3 tahap yaitu penduluan, inti dan penutup
Pa11 : Pada tahap pendahuluan apakah siswa sebelum pembelajaran dipersiapkan secara psikis dan fisik?
S2a11 : Ya, Pa12 : Bagaimana mempersiapkan anak secara psikis dan fisik?S2a12 : Pada pertemuan sebelumnya saya biasanya memberitahu
materi apa yang akan diajarkan. Itu juga saya tuliskan pada buku agar tidak lupa
Pa13 : Apakah menulis pada buku tulis mereka?S2a13 : Ya, buku khusus yang isinya kegiatan dia di sekolah, apa
saja yang perlu dibawa besuk. Jadi itu orangtuanya juga bisa mantau dari buku itu
Pa14 : Apakah Ibu mengajukan pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi?
S2a14 : Ya biasanya slow learners saya arahkan dengan pertanyaan yang nyrempet dengan materi, kalau ini bahas pecahan ya saya tanyakan membagi jeruk jadi beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
bagian. Pertanyaan sesederhana mungkin supaya dia mengerti.
Pa15 : Apakah mereka selalu bisa menjawab pertanyaanyang Ibu berikan?
S2a15 : Ya kadang bisa kadang gak, harus pelan-pelan mengajar slow learners itu. Juga harus diulang-ulang.
Pa16 : Pada tahap pendahuluan ini, apakah Ibu juga menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD?
S2a16 : Ya tidak, itu sudah dijelaskan sama guru matematika di depan kelas.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut saat pelaksanaan
pembelajaran pada tahapan pendahuluan S2 menyiapkan siswa secara
psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran dengan memberitahu
pada pertemuan sebelumnya materi apa yang akan dibahas sehingga
siswa sudah mempersiapkan dengan baik (S2a13). S2 tidak
menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan
dicapai karena sudah dijelaskan oleh S1. Sebelum proses
pembelajaran S2 memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan
dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa ABK slow learners
(S2a15).
2) Paparan Data II
a) Hasil Observasi Subjek 1
Berdasarkan hasil observasi kedua di atas (Lampiran 6), pada
proses pelaksanaan pembelajaran tahap pendahuluan, S1 menyiapkan
siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran baik siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
biasa maupun ABK slow learners (2a1). Selain itu S1 juga
mengajukan pertanyaan-pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang
berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dengan catatan
pertanyaan untuk siswa ABK lebih mudah (2a2). Pada observasi 2a3,
S1 menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai.
b) Hasil Wawancara Subjek 1
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi kedua terhadap subjek 1 pada aspek pelaksanaan
pembelajaran tahap pendahuluan dengan indikator yaitu: (1)
menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses
pembelajaran, (2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan pengetahuan
sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dan
(3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai.
Berikut ini penggalan wawancara kedua antara peneliti dengan
subjek 1 (Lampiran 14).
Pb15 : Dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari pelaksanaan pembelajaran. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di kelas, Bu?
S1b15 : Pelaksanaan pembelajaran ada tiga tahapan yaitu pendahuluan, inti dn penutup.
Pb16 : Pada tahap pendahuluan apakah siswa sebelum pembelajaran dipersiapkan secara psikis dan fisik?
S1b16 : Ya, karena pada pertemuan sebelumnya sudah diberitahu materi apa yang akan diajarkan jadi siswa sudah siap
Pb17 : Apakah Ibu mengajukan pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi?
S1b17 : YaPb18 : Apakah pertanyaan tersebut berlaku juga untuk siswa ABK
slow learners?S1b18 : Jika siswa ABK mengikuti di kelas maka pertanyaan sama
dengan siswa lain, biasanya pertanyaan lebih mudah Pb19 : Apakah ibu juga menjelaskan tujuan pembelajaran atau
KD?S1b19 : Ya, di awal sebelum pembelajaran saya jelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Pb20 : Apakah dalam pembelajaran Ibu menggunakan pendekatan, media pembelajaran dan sumber belajar lain?
S1b20 : Ya, Pb21 : Pendekatan pembelajaran yang bagaimana?S1b21 : yang berpusat pada siswa dengan arahan dari guru Pb22 : Media yang digunakan?S1b22 : Tergantung materinya, biasanya dengan praktek. Pb23 : Kalau sumber belajar yang dipakai?S1b23 : Pakai buku paket dan kiat mahir matematika
Berdasarkan hasil wawancara kedua tersebut saat pelaksanaan
pembelajaran pada tahapan pendahuluan S1 menyiapkan siswa secara
psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran dengan memberitahu
pada pertemuan sebelumnya materi apa yang akan dibahas sehingga
siswa sudah mempersiapkan dengan baik (S1b07). Sebelum proses
pembelajaran berlangsung S1 juga menjelaskan tujuan pembelajaran
dan kompetensi dasar yang akan dicapai (S1b09). Selain itu S1
memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi
yang akan dibahas baik untuk siswa biasa maupun siswa ABK slow
learners ketika mengikuti pembelajaran di kelas dengan bantuan atau
arahan-arahan dari GPK (S1b08).
c) Hasil Observasi Subjek 2
Berdasarkan hasil observasi di atas (Lampiran 7), pada proses
pelaksanaan pembelajaran tahap pendahuluan, S2 menyiapkan siswa
secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran hanya untuk
ABK slow learners (2a1). Selain itu S2 juga mengajukan pertanyaan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari oleh ABK slow learners (2a2). Pada observasi
2a3, S2 tidak menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar
yang akan dicapai.
d) Hasil Wawancara Subjek 2
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi pertama terhadap subjek 2 pada aspek pelaksanaan
pembelajaran tahap pendahuluan dengan indikator yaitu: (1)
menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses
pembelajaran, (2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan pengetahuan
sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dan
(3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai.
Berikut ini penggalan wawancara kedua peneliti dengan subjek
2 (Lampiran 16).
Pb10 : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika untuk ABK slow learners di kelas, Bu?
S2b10 : ada 3 tahap yaitu penduluan, inti dan penutupPb11 : Pada tahap pendahuluan apakah siswa sebelum
pembelajaran dipersiapkan secara psikis dan fisik?S2b11 : Ya, Pb12 : Bagaimana mempersiapkan anak secara psikis dan fisik?S2b12 : pertemuan sebelumnya saya biasanya itu nagsih tahu
mereka materi apa yang akan diajarkan, apa saja yang perlu dibawa, apa saja yang perlu dikerjakan esok hari. Itu semua saya tuliskan pada buku khusus yang selalu mereka bawa pulang ke rumah.
Pb13 : Buku khusus itu bagaimana ya maksutnya Bu?S2b13 : buku khusus itu isinya kegiatan dia di sekolah, apa saja
yang perlu dibawa besuk. Jadi itu orangtuanya juga bisa mantau dari buku itu. Kalau misal anak bandel atau gak nurut ya saya catat di situ,saya laporkan ke orangtua mereka. Anak slow learners kan cepet lupa, jadi orangtua di rumah juga bisa mengingatkan apa saja yang akan dibawa ke sekolah besuk.
Pb14 : Apakah Ibu mengajukan pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
S2b14 : Ya biasanya slow learners saya arahkan dengan pertanyaan sederhana, misalnya saat ini lagi bahas pecahan contohnya membagi apel jadi beberapa bagian.
Pb15 : Apakah mereka selalu bisa menjawab pertanyaan yang Ibu berikan?
S2b15 : Ya kadang bisa kadang gak, harus pelan-pelan mengajar slow learners itu. Juga harus diulang-ulang. Harus sabar.
Pb16 : Pada tahap pendahuluan ini, apakah Ibu juga menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD?
S2b16 : Ya tidak, itu sudah dijelaskan sama guru matematika di depan kelas.
Berdasarkan hasil wawancara pertama tersebut saat
pelaksanaan pembelajaran pada tahapan pendahuluan S2 menyiapkan
siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran dengan
memberitahu pada pertemuan sebelumnya materi apa yang akan
dibahas sehingga siswa sudah mempersiapkan dengan baik (S2b13).
S2 tidak menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang
akan dicapai karena sudah dijelaskan oleh S1 (S2b14). Sebelum
proses pembelajaran S2 memberikan pertanyaan pengetahuan yang
berkaitan dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa ABK
slow learners (S2a16).
b. Triangulasi Data
Berdasarkan hasil dari paparan data I dan data II pada aspek
pelaksanaan pembelajaran pada tahap pendahuluan terhadap subjek 1 dan 2
dapat dijelaskan dalam Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.5 Triangulasi Data untuk Subjek 1 pada Aspek Pelaksanaan
Pembelajaran pada Tahap Pendahuluan
Metode Data I Data IIObservasi Subjek 1 menyiapkan siswa
secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran, menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai dan memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan
Subjek 1 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran, menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai dan memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa biasa maupun siswa ABK slow learners.
dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa biasa maupun siswa ABK slow learners.
Wawancara Subjek 1 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran dengan memberitahu pada pertemuan sebelumnya materi apa yang akan dibahas sehingga siswa sudah mempersiapkan dengan baik. Sebelum proses pembelajaran berlangsung subjek 1 juga menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai. Selain itu subjek 1 memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa biasa maupun siswa ABK slow learners.
Subjek 1 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran. Sebelum proses pembelajaran berlangsung subjek 1 juga menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai. Selain itu subjek 1 memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas.
Hasil Triangulasi data:Pelaksanaan pembelajaran pada tahap pendahuluan subjek 1 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran. Subjek 1 juga menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai. Selain itu subjek 1 memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa biasa maupun siswa ABK slow learners.
Tabel 4.6 Triangulasi Data untuk Subjek 2 pada Aspek Pelaksanaan
Pembelajaran pada Tahap Pendahuluan
Metode Data I Data IIObservasi Subjek 2 menyiapkan siswa
secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran, tidakmenjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai dan memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas untuk siswa ABK slow learners.
Subjek 2 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran, tidakmenjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai dan memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas untuk siswa ABK slow learners.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Wawancara Subjek 2 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran. Subjek 2 tidak menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai karena sudah dijelaskan oleh subjek 1. Sebelum proses pembelajaran subjek 2 memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa ABK slow learners.
Subjek 2 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran. Subjek 2 tidak menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai karena sudah dijelaskan oleh subjek 1. Sebelum proses pembelajaran subjek 2 juga memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas tetapi hanyauntuk siswa ABK slow learners.
Hasil Triangulasi data:Subjek 2 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran. Subjek 2 tidak menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai karena sudah dijelaskan oleh subjek 1. Sebelum proses pembelajaran subjek 2 memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa ABK slow learners.
c. Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil
wawancara, dalam pelaksanaan pembelajaran melalui 3 tahap yaitu
pendahuluan, inti dan penutup. Pada tahap pertama subjek 1 menyiapkan
siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran. Siswa disiapkan
dengan cara memberitahukan materi yang akan dibahas pada pertemuan
sebelumnya sehingga mereka sudah mempersiapkan dengan baik. Dalam hal
ini subjek 2 juga menyiapkan ABK slow learners dengan memberitahu saat
pembelajaran sebelumnya. Subjek 2 mencatatkan pada buku khusus apa saja yang
perlu disiapkan agar mereka tidak lupa. Buku khusus itu juga dapat digunakan
orangtua untuk memantau kegiatan yang dilakukan anak mereka di sekolah.
Selain menyiapkan psikis dan fisik siswa, subjek 1 juga menjelaskan
tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai sebelum
menjelaskan materi yang diajarkan. Untuk hal ini subjek 2 tidak
menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai
karena sudah dijelaskan oleh subjek 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Pada tahap pendahuluan pelaksanaan pembelajaran subjek 1
memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang
akan dibahas baik untuk siswa biasa maupun siswa ABK slow learners.
Untuk siswa ABK slow learners pertanyaan yang diberikan lebih mudah.
Ketika mengikuti pembelajaran di kelas, siswa ABK slow learners
mendapat bantuan atau arahan-arahan dari GPK agar dapat menjawab
pertanyaan dari subjek 1. Sedangkan subjek 2 bertugas membimbing ABK
slow learners untuk mendapat pertanyaan dari subjek 1. Namun karena
adanya modifikasi pada materi skala dan perbandingan maka subjek 2 yang
memberikan pertanyaan pengetahuan.
3. Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Inti
a. Paparan Data
1) Paparan Data I
a) Hasil Observasi Subjek 1
Berdasarkan hasil observasi di atas (Lampiran 5), bahwa
dalam kegiatan inti pembelajaran matematika, S1 menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber
belajar lain (b1). Misal dengan praktek menghitung jarak pada peta
menggunakan benang. S1 melibatkan siswa biasa atau ABK secara
aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (b2). S1 memfasilitasi
terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara
siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran (b3). S1 memfasilitasi
siswa biasa atau ABK melalui pemberian tugas, diskusi untuk
memunculkan gagasan baru baik lisan atau tertulis (b4). S1 dengan
bantuan GPK memantau dan membimbing ABK dalam proses
pembelajaran (b5).
b) Hasil Wawancara Subjek 1
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi pertama terhadap subjek 1 pada aspek pelaksanaan
pembelajaran tahap inti dengan indikator yaitu: (1) menggunakan
beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber
belajar lain, (2) melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam
setiap kegiatan pembelajaran, (3) memfasilitasi terjadinya interaksi
antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru
dalam setiap pembelajaran (4) memfasilitasi siswa biasa atau ABK
melalui pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan baru
baik lisan atau tertulis dan (5) memantau dan membimbing ABK
dalam proses pembelajaran.
Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti
dengan subjek 1 (Lampiran 13).
Pa20 : Apakah dalam pembelajaran Ibu menggunakan pendekatan, media pembelajaran dan sumber belajar lain?
S1a20 : Ya, Pa21 : Pendekatan pembelajaran yang bagaimana?S1a21 : Pendekatan yang berpusat pada siswa dengan arahan dari
guru maupun GPK untuk ABKPa22 : Media yang digunakan?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
S1a22 : Tergantung materinya, biasanya dengan praktek. Misalnya pada materi skala menggunakan benang untuk menghitung jarak pada peta atau atlas.
Pa23 : Kalau sumber belajar yang dipakai?S1a23 : Pakai buku paket dan kiat mahir matematikaPa21 : Dalam inti pembelajaran, apakah Ibu melibatkan siswa
biasa dan ABK dalam pembelajaran yang aktif?S1a21 : YaPa22 : Bagaimana cara melibatkan mereka?S1a22 : Dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan
soal-kerjakan-jawab yang membuat siswa berani berbicara untuk menjawab.
Pa23 : Bagaimana interaksi yang terjadi antara siswa biasa dan siswa ABK?
S1a23 : Interaksi terjadi dengan baik, sebagai guru tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK.
Pa24 : Apakah dalam pemberian tugas antara siswa biasa dengan ABK berbeda?
S1a24 : Untuk tugas siswa ABK dibuat oleh GPK sesuai dengan kemampuan individu.
Pa25 : Apakah selama proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners?
S1a25 : Ya, tetapi yang berperan utama dalam memantau dan membimbing ABK adalah GPK.
Berdasarkan hasil wawancara pertama tersebut dalam kegiatan
inti pembelajaran matematika, S1 menggunakan beragam pendekatan
pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain (S1a10).
Biasanya dengan menggunakan praktek misalnya pada materi skala
dan perbandingan seperti mengukur jarak dengan benang pada peta
atau atlas untuk menghitung skala. S1 melibatkan siswa biasa atau
ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan
memberikan soal-kerjakan-jawab yang membuat siswa berani
berbicara (S1a13). S1 juga memfasilitasi terjadinya interaksi antara
siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam
setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa
maupun ABK. Sedangkan untuk pemberian tugas siswa ABK
dilakukan oleh GPK sesuai kemampuan individu (S1a15). S1 dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK namun
yang berperan lebih utama adalah GPK (S1a16).
c) Hasil Observasi Subjek 2
Berdasarkan hasil observasi di atas (Lampiran 6), bahwa
dalam kegiatan inti pembelajaran matematika, S2 menggunakan
beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber
belajar lain (b1). S2 melibatkan siswa biasa atau ABK slow learners
secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (b2). S2 memfasilitasi
terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK slow
learners, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran (b3).
S2 memfasilitasi ABK slow learners melalui pemberian tugas, diskusi
untuk memunculkan gagasan baru baik lisan atau tertulis (b4). S2
selalu memantau dan membimbing ABK dalam proses pembelajaran
(b5).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
d) Hasil Wawancara Subjek 2
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi pertama terhadap subjek 2 pada aspek pelaksanaan
pembelajaran tahap inti dengan indikator yaitu: (1) menggunakan
beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber
belajar lain, (2) melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam
setiap kegiatan pembelajaran, (3) memfasilitasi terjadinya interaksi
antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru
dalam setiap pembelajaran (4) memfasilitasi siswa biasa atau ABK
melalui pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan baru
baik lisan atau tertulis dan (5) memantau dan membimbing ABK
dalam proses pembelajaran.
Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti
dengan subjek 2 (Lampiran 15).
Pa20 : Apakah dalam pembelajaran Ibu menggunakan pendekatan, media pembelajaran dan sumber belajar lain?
S2a20 : Ya, Pa21 : Pendekatan pembelajaran yang bagaimana?S2a21 : Pendekatan yang berpusat pada ABK slow learnersPa22 : Media apa yang digunakan?S2a22 : Medianya bisa berbentuk puzzle, papan penjodohan, ya
sebisa mungkin media yang dipakai menarik untuk siswa.Pa23 : Kalau sumber belajar yang dipakai?S2a23 : Pakai buku paket.Pa21 : Dalam inti pembelajaran, apakah Ibu melibatkan ABK slow
learners dalam pembelajaran yang aktif?S2a21 : YaPa22 : Bagaimana cara melibatkan mereka?S2a22 : Diberi soal terus suruh mengerjakan, dibimbing terus kalau
bisa mengerjakan diberi pujian kalau belum bisa ya diarahkan secara berulang-ulang.
Pa23 : Bagaimana interaksi yang terjadi antara siswa biasa dan siswa ABK?
S2a23 : Interaksi terjadi dengan baik, siswa biasa tidak pernah menganggap kalau ABK itu berbeda. Mereka sangat welcome.
Pa24 : Apakah dalam pemberian tugas antara siswa biasa dengan ABK slow learners berbeda?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
S2a24 : Ya tentu, kalau ABK diberikan sesuai kemampuan mereka. Kalau materinya dimodifikasi beda ya jelas soalnya juga beda.
Pa25 : Apakah selama proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners?
S2a25 : Ya, itu memang tugas saya sebagai GPK
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dalam kegiatan inti
pembelajaran matematika, S2 menggunakan beragam pendekatan
pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain (S2a20).
S2 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal dan dikerjakan oleh
ABK slow learners (S1a22). S2 juga memfasilitasi terjadinya interaksi
antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru
dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa
biasa maupun ABK. Sedangkan untuk pemberian tugas siswa ABK
slow learners, disesuaikan kemampuan individu (S1a24). S2 dalam
proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow
learners (S1a25).
2) Paparan Data II
a) Hasil Observasi Subjek 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Berdasarkan hasil observasi di atas bahwa dalam kegiatan inti
pembelajaran matematika, S1 menggunakan beragam pendekatan
pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain (b1).
Misal dengan praktek menghitung jarak pada peta menggunakan
benang. S1 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran (b2). S1 memfasilitasi terjadinya interaksi
antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru
dalam setiap pembelajaran (b3). S1 memfasilitasi siswa biasa atau
ABK melalui pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan
baru baik lisan atau tertulis (b4). S1 dengan bantuan GPK memantau
dan membimbing ABK dalam proses pembelajaran (b5).
b) Hasil Wawancara Subjek 1
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi kedua terhadap subjek 1 pada aspek pelaksanaan
pembelajaran tahap inti dengan indikator yaitu: (1) menggunakan
beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber
belajar lain, (2) melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam
setiap kegiatan pembelajaran, (3) memfasilitasi terjadinya interaksi
antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru
dalam setiap pembelajaran (4) memfasilitasi siswa biasa atau ABK
melalui pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan baru
baik lisan atau tertulis dan (5) memantau dan membimbing ABK
dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Berikut ini penggalan wawancara kedua antara peneliti dengan
subjek 1 (Lampiran 14).
Pb20 : Apakah dalam pembelajaran Ibu menggunakan pendekatan, media pembelajaran dan sumber belajar lain?
S1b20 : Ya, Pb21 : Pendekatan pembelajaran yang bagaimana?S1b21 : yang berpusat pada siswa dengan arahan dari guru Pb22 : Media yang digunakan?S1b22 : Tergantung materinya, biasanya dengan praktek. Pb23 : Kalau sumber belajar yang dipakai?S1b23 : Pakai buku paket dan kiat mahir matematikaPb21 : Dalam inti pembelajaran, apakah Ibu melibatkan siswa
biasa dan ABK dalam pembelajaran yang aktif?S1b21 : YaPb22 : Bagaimana cara melibatkan mereka?S1b22 : dengan memberikan soal-kerjakan-jawab yang membuat
siswa berani berbicara untuk menjawab.Pb23 : Bagaimana interaksi yang terjadi antara siswa biasa dan
siswa ABK?S1b23 : Interaksi terjadi dengan baik, sebagai guru tidak
membedakan antara siswa biasa maupun ABK.Pb24 : Apakah dalam pemberian tugas antara siswa biasa dengan
ABK berbeda?S1b24 : Untuk tugas siswa ABK dibuat oleh GPK sesuai dengan
kemampuan individu.Pb25 : Apakah selama proses pembelajaran selalu memantau dan
membimbing ABK slow learners?S1b25 : Ya, tetapi yang berperan utama adalah Bu Ragil sebagai
GPK.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dalam kegiatan inti
pembelajaran matematika, S1 menggunakan beragam pendekatan
pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain (S1b10).
Biasanya dengan menggunakan praktek misalnya pada materi skala
dan perbandingan seperti mengukur jarak dengan benang pada peta
atau atlas untuk menghitung skala (S1b11). S1 melibatkan siswa biasa
atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan
memberikan soal-kerjakan-jawab yang membuat siswa berani
berbicara terlihat pada wawancara S1b12 dan S1b13. S1 juga
memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan
tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK (S1b14).
Sedangkan untuk pemberian tugas siswa ABK dilakukan oleh GPK
sesuai kemampuan individu (S1b15). S1 dalam proses pembelajaran
selalu memantau dan membimbing ABK namun yang berperan lebih
utama adalah GPK yang menangani masing-masing ABK (S1b16).
c) Hasil Observasi Subjek 2
Berdasarkan hasil observasi di atas bahwa dalam kegiatan inti
pembelajaran matematika, S2 menggunakan beragam pendekatan
pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain (b1). S2
melibatkan siswa biasa atau ABK slow learners secara aktif dalam
setiap kegiatan pembelajaran (b2). S2 memfasilitasi terjadinya
interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK slow learners, antara
siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran (b3). S2 memfasilitasi
ABK slow learners melalui pemberian tugas, diskusi untuk
memunculkan gagasan baru baik lisan atau tertulis (b4). S2 selalu
memantau dan membimbing ABK dalam proses pembelajaran (b5).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
d) Hasil Wawancara Subjek 2
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi pertama terhadap subjek 2 pada aspek pelaksanaan
pembelajaran tahap inti dengan indikator yaitu: (1) menggunakan
beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber
belajar lain, (2) melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam
setiap kegiatan pembelajaran, (3) memfasilitasi terjadinya interaksi
antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru
dalam setiap pembelajaran (4) memfasilitasi siswa biasa atau ABK
melalui pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan baru
baik lisan atau tertulis dan (5) memantau dan membimbing ABK
dalam proses pembelajaran.
Berikut ini penggalan wawancara kedua antara peneliti dengan
subjek 2 (Lampiran 16).
Pb20 : Apakah dalam pembelajaran Ibu menggunakan pendekatan, media pembelajaran dan sumber belajar lain?
S2b20 : Ya, Pb21 : Pendekatan pembelajaran yang bagaimana?S2b21 : Pendekatan yang berpusat pada ABK slow learnersPb22 : Media apa yang digunakan?S2b22 : Medianya bisa berbentuk puzzle, papan penjodohan, ya
sebisa mungkin media yang dipakai menarik untuk siswa.Pb23 : Kalau sumber belajar yang dipakai?S2b23 : Pakai buku paket.Pb21 : Dalam inti pembelajaran, apakah Ibu melibatkan ABK slow
learners dalam pembelajaran yang aktif?S2b21 : YaPb22 : Bagaimana cara melibatkan mereka?S2b22 : Diberi soal terus suruh mengerjakan, dibimbing terus kalau
bisa mengerjakan diberi pujian kalau belum bisa ya diajari berulang-ulang.
Pb23 : Bagaimana interaksi yang terjadi antara siswa biasa dan siswa ABK?
S2b23 : Interaksi terjadi dengan baik, siswa biasa tidak pernah menganggap kalau ABK itu berbeda. Mereka sangat welcome. Kalau anak kesulitan siswa lain bahkan mau membantu.
Pb24 : Apakah dalam pemberian tugas antara siswa biasa dengan ABK slow learners berbeda?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
S2b24 : Ya jelas, kalau ABK diberikan sesuai kemampuan mereka. Kalau materinya dimodifikasi beda ya jelas soalnya juga beda.
Pb25 : Apakah selama proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners?
S2b25 : Ya, GPK itu selalu duduk di samping siswa ABK.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dalam kegiatan inti
pembelajaran matematika, S2 menggunakan beragam pendekatan
pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain (S2b20).
S2 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal dan dikerjakan oleh
ABK slow learners (S2b22). S2 juga memfasilitasi terjadinya
interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan
guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara
siswa biasa maupun ABK. Sedangkan untuk pemberian tugas siswa
ABK slow learners, disesuaikan kemampuan individu (S2b24). S2
dalam proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK
slow learners (S2b25).
b. Triangulasi Data
Berdasarkan hasil dari paparan data I dan data II pada aspek
pelaksanaan pembelajaran pada tahap inti terhadap subjek 1 dan 2 dapat
dijelaskan dalam Tabel 4.7 dan Tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.7 Triangulasi Data untuk Subjek 1 pada Aspek Pelaksanaan
Pembelajaran pada Tahap Inti
Metode Data I Data IIObservasi Subjek 1 menggunakan
beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain, melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa
Subjek 1 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain, melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK, memfasilitasi siswa dalam pemberian tugas dan memantau dan membimbing ABK slow learners.
ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK, memfasilitasi siswa dalam pemberian tugas dan memantau dan membimbing ABK slow learners.
Wawancara Subjek 1 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. Selain itu subjek 1 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal dan dikerjakan oleh ABK slow learners. Subjek 1 jugamemfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK.Sedangkan untuk pemberian tugas siswa ABK slow learners, disesuaikankemampuan individu. Subjek 1 dalam proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners.
Subjek 1 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. Selain itu subjek 1 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal dan dikerjakan oleh ABK slow learners. Subjek 1 jugamemfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK.Sedangkan untuk pemberian tugas siswa ABK slow learners, disesuaikankemampuan individu. Subjek 1 dalam proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners.
Hasil Triangulasi data:Subjek 1 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. Subjek 1 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal dan dikerjakan oleh ABK slow learners. Subjek 1 juga memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK. Sedangkan untuk pemberian tugas siswa ABK slow learners, disesuaikan kemampuan individu.Subjek 1 dalam proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.8 Triangulasi Data untuk Subjek 2 pada Aspek Pelaksanaan
Pembelajaran pada Tahap Inti
Metode Data I Data IIObservasi Subjek 2 menggunakan
beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain, melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran memfasilitasi siswa dalam pemberian tugas dan memantau dan membimbing ABK slow learners.
Subjek 2 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain, melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran memfasilitasi siswa dalam pemberian tugas dan memantau dan membimbing ABK slow learners.
Wawancara Subjek 2 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. Subjek 2 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal dan dikerjakan oleh ABK slow learners. Subjek 2 jugamemfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK.Sedangkan untuk pemberian tugas siswa ABK slow learners, disesuaikankemampuan individu. Subjek 2dalam proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners.
Subjek 2 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. Subjek 2 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal dan dikerjakan oleh ABK slow learners. Subjek 2 jugamemfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK.Sedangkan untuk pemberian tugas siswa ABK slow learners, disesuaikankemampuan individu. Subjek 2dalam proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Hasil Triangulasi data:Subjek 2 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. Subjek 2 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal dan dikerjakan oleh ABK slow learners. Subjek 2 juga memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK. Sedangkan untuk pemberian tugas siswa ABK slow learners, disesuaikan kemampuan individu.Subjek 2 dalam proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners yang merupakan tugasnya sebagai guru pendamping
c. Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil
wawancara, subjek 1 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran,
media pembelajaran dan sumber belajar lain. Pendekatan yang digunakan
subjek 1 adalah pendekatan yang berpusat pada siswa dengan arahan dari
guru maupun GPK untuk ABK. Sedangkan media yang digunakan biasanya
subjek 1 memberikan media pembelajaran lain dengan menggunakan
praktek misalnya pada materi skala dan perbandingan seperti mengukur
jarak dengan benang pada peta atau atlas untuk menghitung skala. Untuk
sumber belajar subjek 1 menggunakan buku paket dan kiat mahir
matematika.
Subjek 2 juga menggunakan beragam pendekatan pembelajaran,
media pembelajaran dan sumber belajar lain. Pendekatan pembelajaran yang
digunakan adalah berpusat pada ABK slow learners. Untuk sumber belajar
berupa buku paket dan media untuk ABK slow learners bisa berbentuk
puzzle, papan penjodohan yang dibuat semenarik mungkin agar ABK slow
learners tidak cepat bosan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran subjek 1 melibatkan siswa biasa
atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan
memberikan soal-kerjakan-jawab yang membuat siswa berani berbicara
untuk menjawab. Subjek 2 juga melibatkan ABK slow learners dalam
pembelajaran aktif dengan diberi soal untuk dikerjakan. Jika mereka tidak
bisa maka akan dibimbing terus kalau bisa mengerjakan diberi pujian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Subjek 1 dan subjek 2 sama-sama memfasilitasi terjadinya interaksi
antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam
setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun
ABK. Selain itu subjek 1 dan subjek 2 dalam proses pembelajaran selalu
memantau dan membimbing ABK namun yang berperan lebih utama adalah
subjek 2 yang menangani ABK slow learners.
4. Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Penutup
a. Paparan Data
1) Paparan Data I
a) Hasil Observasi Subjek 1
Berdasarkan hasil observasi di atas bahwa dalam kegiatan
pelaksanaan pembelajaran tahap penutup, S1 bersama siswa membuat
rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa
dan ABK (c1) dengan catatan siswa ABK dibimbing GPK. S1
melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah
dilaksanakan (c2). Penilaian untuk siswa ABK dilakukan oleh GPK
bukan S1. Selain itu S1 juga memberikan umpan balik terhadap proses
dan hasil pembelajaran (c3).
b) Hasil Wawancara Subjek 1
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi pertama terhadap subjek 1 pada aspek pelaksanaan
pembelajaran tahap inti dengan indikator yaitu: (1) bersama siswa
membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
siswa biasa dan ABK, (2) melakukan penilaian atau refleksi terhadap
apa yang sudah dilaksanakan, (3) memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran.
Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti
dengan subjek 1 (Lampiran 13).
Pa26 : Kegiatan apa yang dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir?
S1a26 : Bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang baru diajarkan.
Pa27 : Apakah melibatkan siswa ABK slow learners?S1a27 : Tidak, karena untuk slow learners materi dimodifikasiPa28 : Apakah guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa
yang sudah dilaksanakan?S1a28 : YaPa29 : Penilaian yang dilakukan seperti apa?S1a30 : Menilai hasil kinerja siswa saat pembelajaran dan latihan
soal.Pa31 : Bagaimana penilaian untuk siswa ABK?S1a31 : Kalau penilaian untuk siswa ABK jika dia mengikuti
kurikulum regular maka guru kelas yang menilai, namun untuk ABK slow learners yang menilai GPK karena dia mengikuti kurikulum khusus
Pa32 : Bagaimana dengan pemberian umpan balik setelah selesai pembelajaran?
S1a32 : Biasanya diberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dalam pelaksanaan
pembelajaran pada tahap penutup, S1 bersama siswa membuat
rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa
dan ABK (S1a17). S1 melakukan penilaian untuk siswa yang
mengikuti kurikulum regular baik siswa biasa maupun siswa ABK
namun siswa ABK slow learners karena mengikuti kurikulum khusus
maka dinilai oleh GPK (S1a20). S1 memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan (S1a21).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
c) Hasil Observasi Subjek 2
Berdasarkan hasil observasi di atas bahwa dalam kegiatan
pelaksanaan pembelajaran tahap penutup, S2 bersama ABK slow
learners membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang hanya
melibatkan ABK slow learnera (c1). S2 melakukan penilaian atau
refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan (c2). Selain itu S2 juga
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (c3).
d) Hasil Wawancara Subjek 2
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi pertama terhadap subjek 1 pada aspek pelaksanaan
pembelajaran tahap inti dengan indikator yaitu: (1) bersama siswa
membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan
siswa biasa dan ABK, (2) melakukan penilaian atau refleksi terhadap
apa yang sudah dilaksanakan, (3) memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran.
Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti
dengan subjek 2 (Lampiran 15).
Pa26 : Kegiatan apa yang dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir?
S2a26 : Bersama ABK slow learners membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang baru diajarkan.
Pa27 : Bagaimana cara mengajak mereka membuat rangkuman?S2a27 : Pelan-pelan diarahkan, pokoknya dengan slow learners
harus diulang-ulang agar mereka paham juga dimotivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Pa28 : Apakah guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan?
S2a28 : YaPa29 : Penilaian yang dilakukan seperti apa?S2a30 : Menilai hasil kinerja siswa ABK.Pa31 : Bagaimana penilaian untuk siswa ABK?S2a31 : Kalau penilaian untuk siswa ABK tentu berbeda dengan
siswa reguler, ABK saya yang menilai.Pa32 : Bagaimana dengan pemberian umpan balik setelah selesai
pembelajaran?S2a32 : Biasanya diberikan pertanyaan-pertanyaan yang tadi saya
ajarkan
Berdasarkan hasil wawancara pertama di atas dalam
pelaksanaan pembelajaran pada tahap penutup, S2 bersama ABK slow
learners membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang baru
diajarkan (S2a26). S2 melakukan penilaian untuk siswa ABK dengan
menilai hasil kinerja mereka (S2a30). Penilaian tersebut tentu saja
berbeda dengan siswa reguler. S2 memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan (S2a32).
2) Paparan Data II
a) Hasil Observasi Subjek 1
Berdasarkan hasil observasi di atas bahwa dalam kegiatan
pelaksanaan pembelajaran tahap penutup, S1 bersama siswa membuat
rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa
dan ABK (c1) dengan catatan siswa ABK dibimbing GPK. S1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah
dilaksanakan (c2). Penilaian untuk siswa ABK dilakukan oleh GPK
bukan S1. Selain itu S1 juga memberikan umpan balik terhadap proses
dan hasil pembelajaran (c3).
b) Hasil Wawancara Subjek 1
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi pertama terhadap subjek 1 pada aspek pelaksanaan
pembelajaran tahap penutup dengan indikator yaitu: (1) bersama siswa
membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan
siswa biasa dan ABK, (2) melakukan penilaian atau refleksi terhadap
apa yang sudah dilaksanakan, (3) memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran.
Berikut ini penggalan wawancara kedua antara peneliti dengan
subjek 1 (Lampiran 14).
Pb26 : Kegiatan apa yang dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir?
S1b26 : membuat rangkuman atau kesimpulan materi Pb27 : Apakah melibatkan siswa ABK slow learners?S1b27 : Tidak, karena untuk slow learners materi dimodifikasiPb28 : Apakah guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa
yang sudah dilaksanakan?S1b28 : YaPb29 : Penilaian yang dilakukan seperti apa?S1b30 : Menilai hasil kinerja siswa saat pembelajaran dan latihan
soal.Pb31 : Bagaimana penilaian untuk siswa ABK?S1b31 : untuk ABK slow learners yang menilai GPK karena dia
mengikuti kurikulum khususPb32 : Bagaimana dengan pemberian umpan balik setelah selesai
pembelajaran?S1b32 : Biasanya diberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai
materi yang telah diajarkan.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dalam pelaksanaan
pembelajaran pada tahap penutup, S1 bersama siswa membuat
rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
dan ABK (S1b26). S1 melakukan penilaian untuk siswa yang
mengikuti kurikulum regular baik siswa biasa maupun siswa ABK
namun siswa ABK slow learners karena mengikuti kurikulum khusus
maka dinilai oleh GPK (S1b31). S1 memberikan umpan balik
terhadap proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan (S1b32).
c) Hasil Observasi Subjek 2
Berdasarkan hasil observasi di atas bahwa dalam kegiatan
pelaksanaan pembelajaran tahap penutup, S2 bersama ABK slow
learners membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang hanya
melibatkan ABK slow learnera (c1). S2 melakukan penilaian atau
refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan (c2). Selain itu S2 juga
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (c3).
d) Hasil Wawancara Subjek 2
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi pertama terhadap subjek 1 pada aspek pelaksanaan
pembelajaran tahap inti dengan indikator yaitu: (1) bersama siswa
membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan
siswa biasa dan ABK, (2) melakukan penilaian atau refleksi terhadap
apa yang sudah dilaksanakan, (3) memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Berikut ini penggalan wawancara kedua antara peneliti dengan
subjek 2 (Lampiran 16).
Pb26 : Kegiatan apa yang dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir?
S2b26 : membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang baru diajarkan. Mengajak mereka menulis apa yang mereka pahami dari pelajaran yang barusan diterangkan
Pb27 : Bagaimana cara mengajak mereka membuat rangkuman?S2b27 : Pelan-pelan diarahkan, pokoknya dengan slow learners
harus diulang-ulang agar mereka paham juga dimotivasi Pb28 : Apakah guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa
yang sudah dilaksanakan?S2b28 : YaPb29 : Penilaian yang dilakukan seperti apa?S2b30 : Menilai hasil kinerja siswa ABK.Pb31 : Bagaimana penilaian untuk siswa ABK?S2b31 : Kalau penilaian untuk siswa ABK tentu berbeda dengan
siswa reguler, ABK saya yang menilai.Pb32 : Bagaimana dengan pemberian umpan balik setelah selesai
pembelajaran?S2b32 : Biasanya diberikan pertanyaan-pertanyaan yang tadi saya
ajarkan
Berdasarkan hasil wawancara di atas dalam pelaksanaan
pembelajaran pada tahap penutup, S2 bersama ABK slow learners
membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang baru diajarkan
(S2b26). S2 melakukan penilaian untuk siswa ABK dengan menilai
hasil kinerja mereka (S2b30). Penilaian tersebut tentu saja berbeda
dengan siswa reguler. S2 memberikan umpan balik terhadap proses
dan hasil pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
mengenai materi yang telah diajarkan (S2b32).
b. Triangulasi Data
Berdasarkan hasil dari paparan data I dan data II pada aspek
pelaksanaan pembelajaran pada tahap penutup terhadap subjek 1 dan 2
dapat dijelaskan dalam Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 4.9 Triangulasi Data untuk Subjek 1 pada Aspek Pelaksanaan
Pembelajaran pada Tahap Penutup
Metode Data I Data IIObservasi Subjek 1 bersama siswa
membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan ABK, melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Subjek 1 bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan ABK, melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Wawancara Subjek 1 bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan ABK. Subjek 1 melakukan penilaian untuk siswa yang mengikuti kurikulum regular baik siswa biasa maupun siswa ABK namun siswa ABK slow learners karena mengikuti kurikulum khusus maka dinilai oleh GPK. Subjek 1 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan.
Subjek 1 bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan ABK. Subjek 1 melakukan penilaian untuk siswa yang mengikuti kurikulum regular baik siswa biasa maupun siswa ABK namun siswa ABK slow learners karena mengikuti kurikulum khusus maka dinilai oleh GPK. Subjek 1 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan.
Hasil Triangulasi Data:Subjek 1 bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan ABK, melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tabel 4.10 Triangulasi Data untuk Subjek 2 pada Aspek Pelaksanaan
Pembelajaran pada Tahap Penutup
Metode Data I Data IIObservasi Subjek 2 bersama ABK slow
learners membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang hanya melibatkan ABK slow learners, melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakandan memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Subjek 2 bersama ABK slow learners membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang hanya melibatkan ABK slow learners, melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakandan memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Wawancara Subjek 2 bersama ABK slow learners membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang baru diajarkan. S2 melakukan penilaian untuk siswa ABK dengan menilai hasil kinerja mereka. Penilaian tersebut tentu saja berbeda dengan siswa reguler. S2 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan.
Subjek 2 bersama ABK slow learners membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang baru diajarkan. S2 melakukan penilaian untuk siswa ABK dengan menilai hasil kinerja mereka. Penilaian tersebut tentu saja berbeda dengan siswa reguler. S2 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materiyang telah diajarkan.
Hasil Triangulasi data:Subjek 2 bersama ABK slow learners membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang hanya melibatkan ABK slow learners. S2 melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan. Selain itu S2 juga memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
c. Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara diperoleh data
bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran pada tahap penutup, subjek 1
bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang
melibatkan siswa biasa dan ABK. Saat membuat rangkuman siswa ABK
slow learners dibantu dan dibimbing oleh subjek 2. Tentu tidak mudah
mengajak siswa ABK slow learners untuk membuat rangkuman tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
seperti siswa reguler. Subjek 2 harus bersabar, pelan-pelan mengajari
mereka dan dilakukan berulang-ulang.
Subjek 1 melakukan penilaian untuk siswa yang mengikuti
kurikulum regular baik siswa biasa maupun siswa ABK namun siswa ABK
slow learners karena mengikuti kurikulum khusus maka dinilai oleh subjek
2. Untuk penilaian terhadap siswa ABK slow learners tentu saja berbeda
dengan siswa reguler. Penilaian terhadap siswa reguler yang dilakukan oleh
subjek 1 yaitu menilai hasil kinerja siswa saat pembelajaran dan latihan
soal.
Pelaksanaan pembelajaran pada tahap penutup yang terakhir adalah
subjek 1 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah
diajarkan. Siswa reguler diberikan pertanyaan atau penjelasan mengenai
materi yang diajarkan. Jika pada materi yang tidak dimodifikasi untuk ABK
slow learners maka subjek 1 juga memberikan pertanyaan yang sama.
Namun dikarenakan pada materi skala dan perbandingan adanya modifikasi
maka subjek 2 yang memberikan umpan balik pada ABK slow learners
dengan pertanyaan-pertanyaan terhadap apa yang sudah diajarkan.
5. Evaluasi Dan Tindak Lanjut
a. Paparan Data
1) Paparan Data I
a) Hasil Observasi Subjek 1
Berdasarkan hasil observasi di atas dalam kegiatan evaluasi
dan tindak lanjut, S1 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam
bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan (3a). Program
pengayaan maupun layanan konseling untuk siswa ABK slow learners
di ruang Puspa ketika pembelajaran dengan kelas pull out. Selain itu
S1 juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya (3b).
b) Hasil Wawancara Subjek 1
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi pertama terhadap subjek 1 pada aspek evaluasi dan tindak
lanjut dengan indikator yaitu: (1) merencanakan kegiatan tindak lanjut
dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan
konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan (2)
menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada
pertemuan berikutnya.
Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti
dengan subjek 1 (Lampiran 13).
Pa33 : Bagaimana kegiatan tindak lanjut yang diberikan setelah proses pembelajaran selesai?
S1a33 : Dengan memberikan remedi, pengayaan ataupun layanan konseling untuk siswa regular sedangkan untuk siswa ABK dilakukan oleh GPK.
Pa34 : Remedi dilaksanakan jika apa, Bu?S1a34 : Jika siswa belum mencapai KKM.Pa35 ; Berapa KKMnya?S1a35 : KKM 68Pa36 : Bagaimana dengan pengayaan?S1a36 : Pengayaan diberikan kepada siswa yang sudah mencapai
KKMPa37 : Pengayaannya dalam bentuk apa?S1a38 : Mengerjakan soal dengan tingkatan lebih sulitPa39 : Apakah Ibu juga menyampaikan rencana pembelajaran
untuk pertemuan berikutnya?S1a39 : Ya, setiap selesai pembelajaran saya menyampaikan kepada
siswa rencana pembelajaran berikutnya
Berdasarkan hasil wawancara di atas S1 merencanakan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang
mengalami kesulitan dengan dibantu GPK (S1a22). S1 menyampaikan
rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan
berikutnya (S1a23).
c) Hasil Observasi Subjek 2
Berdasarkan hasil observasi di atas dalam kegiatan evaluasi
dan tindak lanjut, S2 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam
bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling
untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan (3a). Program
pengayaan maupun layanan konseling untuk siswa ABK slow learners
di ruang Puspa ketika pembelajaran dengan kelas pull out. Selain itu
S2 juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya (3b).
d) Hasil Wawancara Subjek 2
Hasil wawancara ini diunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi pertama terhadap subjek 2 pada aspek evaluasi dan tindak
lanjut dengan indikator yaitu: (1) merencanakan kegiatan tindak lanjut
dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan
konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan (2)
menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada
pertemuan berikutnya.
Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti
dengan subjek 2 (Lampiran 15).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Pa33 : Bagaimana kegiatan tindak lanjut yang diberikan setelah proses pembelajaran selesai?
S2a33 : kalau tindak lanjut itu biasanya diajak ke puspa Pa34 : Apa itu Puspa, Bu?S2a34 : Puspa adalah pelayanan khusus untuk siswa ABK, ada
ruangannya sendiri.Pa35 ; apakah siswa selalu diajak ke Puspa setiap selesai
pembelajaran? S2a35 : ya tergantung kebutuhan sajaPa36 : apa tindak lanjut untuk ABK berbeda dengan siswa lain?S2a36 : kalau siswa lain kan ada remidi dan pengayaan kalau ABK
tidak, paling-paling hanya layanan konseling saja,Pa37 : Layanan konseling itu contohnya bagaimana?S2a38 : siswa yang agak membandel gak mau nurut ya diarahkan,
dikasihtahu apa salahnya diajari benernya bagaimana, kita harus sabar menghadapi mereka
Pa39 : Apakah Ibu juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya?
S2a39 : Ya, setiap selesai pembelajaran saya menyampaikan kepada siswa rencana pembelajaran berikutnya
Berdasarkan hasil wawancara pertama di atas S2
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling hanya untuk siswa
ABK. Kegiatan tindak lanjut itu dengan mengajak ABK slow learners
ke ruang Puspa (S2a33). Namun tidak selalu setiap selesai
pembelajaran diajak ke ruang Puspa tetapi tergantung kebutuhan ABK
slow learners. Dan yang terakhir S2 menyampaikan rencana
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya
(S2a39).
2) Paparan Data II
a) Hasil Observasi Subjek 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Berdasarkan hasil observasi kedua di atas (Lampiran 6), dalam
kegiatan evaluasi dan tindak lanjut, S1 merencanakan kegiatan tindak
lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan,
layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami
kesulitan (3a). Program pengayaan maupun layanan konseling untuk
siswa ABK slow learners di ruang Puspa ketika pembelajaran dengan
kelas pull out. Selain itu S1 juga menyampaikan rencana
pembelajaran untuk pertemuan berikutnya (3b).
b) Hasil Wawancara Subjek 1
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi pertama terhadap subjek 1 pada aspek evaluasi dan tindak
lanjut dengan indikator yaitu: (1) merencanakan kegiatan tindak lanjut
dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan
konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan (2)
menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada
pertemuan berikutnya (S1a23).
Berikut ini penggalan wawancara kedua antara peneliti dengan
subjek 1 (Lampiran 14).
Pb33 : Bagaimana kegiatan tindak lanjut yang diberikan setelah proses pembelajaran selesai?
S1b33 : Dengan memberikan remedi, pengayaan ataupun layanan konseling untuk siswa regular sedangkan untuk siswa ABK dilakukan oleh GPK.
Pb34 : Remedi dilaksanakan jika apa, Bu?S1b34 : Jika siswa belum mencapai KKM 68.Pb36 : Bagaimana dengan pengayaan?S1b36 : Pengayaan diberikan kepada siswa yang sudah mencapai
KKMPb37 : Pengayaannya dalam bentuk apa?S1b38 : Mengerjakan soal dengan tingkatan lebih sulitPb39 : Apakah Ibu juga menyampaikan rencana pembelajaran
untuk pertemuan berikutnya?S1b39 : Ya, setiap selesai pembelajaran saya menyampaikan kepada
siswa rencana pembelajaran berikutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Berdasarkan hasil wawancara kedua atas S1 merencanakan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang
mengalami kesulitan dengan dibantu GPK (S1b33). Remidi dilakukan
ketika siswa reguler tidak mencapai nilai KKM 68. Pengayaan
dilakukan ketika sisw yang sudah mencapai KKM diberikan soal
dengan tingkatan yang lebih sulit. Selain itu S1 menyampaikan
rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan
berikutnya (S1b39).
c) Hasil Observasi Subjek 2
Berdasarkan hasil observasi di atas dalam kegiatan evaluasi
dan tindak lanjut, S2 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam
bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling
untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan (3a). Program
pengayaan maupun layanan konseling untuk siswa ABK slow learners
di ruang Puspa ketika pembelajaran dengan kelas pull out. Selain itu
S2 juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya (3b).
d) Hasil Wawancara Subjek 2
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi pertama terhadap subjek 2 pada aspek evaluasi dan tindak
lanjut dengan indikator yaitu: (1) merencanakan kegiatan tindak lanjut
dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan
konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan (2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada
pertemuan berikutnya.
Berikut ini penggalan wawancara kedua antara peneliti dengan
subjek 2 (Lampiran 16).
Pb33 : Bagaimana kegiatan tindak lanjut yang diberikan setelah proses pembelajaran selesai?
S2b33 : kalau tindak lanjut itu biasanya diajak ke puspa Pb34 : Kegiatan apa yang dilakukan di puspa?S2b34 : Puspa itu kan pelayanan khusus untuk siswa ABK, ada
ruangannya sendiri. Biasanya di sana itu anak diberi masukan, dimotivasi,dikasih pujian kalau tadi waktu pelajaran bisa mengerjakan
Pb35 ; apakah siswa selalu diajak ke Puspa setiap selesai pembelajaran?
S2b35 : ya tergantung kebutuhan saja, kalau anak mengganggu pembelajaran di kelas diajak ke puspa
Pb36 : apa tindak lanjut untuk ABK berbeda dengan siswa lain?S2b36 : kalau siswa lain kan ada remidi dan pengayaan kalau ABK
tidak, paling-paling hanya layanan konseling saja,Pb37 : Layanan konseling itu contohnya bagaimana?S2b38 : siswa yang agak membandel gak mau nurut ya diarahkan,
dikasihtahu apa salahnya diajari benernya bagaimana, kita harus sabar menghadapi mereka
Pb39 : Apakah Ibu juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya?
S2b39 : Ya, setiap selesai pembelajaran saya menyampaikan kepada siswa rencana pembelajaran berikutnya
Berdasarkan hasil wawancara pertama di atas S2
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling hanya untuk siswa
ABK. Kegiatan tindak lanjut itu dengan mengajak ABK slow learners
ke ruang Puspa (S2a33). Namun tidak selalu setiap selesai
pembelajaran diajak ke ruang Puspa tetapi tergantung kebutuhan ABK
slow learners. Dan yang terakhir S2 menyampaikan rencana
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya
(S2a39).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
b. Triangulasi Data
Berdasarkan hasil dari paparan data I dan data II pada aspek evaluasi
dan tindak lanjut terhadap subjek 1 dan 2 dapat dijelaskan dalam Tabel 4.11
dan Tabel 4.12 berikut.
Tabel 4.11 Triangulasi Data untuk Subjek 1 pada Aspek Evaluasi dan
Tindak Lanjut
Metode Data I Data IIObservasi S1 merencanakan kegiatan
tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan dengan dibantu GPK dan menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
S1 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan dengan dibantu GPK dan menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
Wawancara S1 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan dengan dibantu GPK. Selain itu S1 menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
S1 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan dengan dibantu GPK. Selain itu S1 menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
Hasil Triangulasi data:Subjek 1 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan dengan dibantu GPK. Selain itu S1 menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
Tabel 4.12 Triangulasi Data untuk Subjek 2 pada Aspek Evaluasi dan
Tindak Lanjut
Metode Data I Data II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Observasi Subjek 2 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK dan menyampaikan rencana pembelajaran untukpertemuan berikutnya.
Subjek 2 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK dan menyampaikan rencana pembelajaran untukpertemuan berikutnya.
Wawancara S2 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling hanya untuk siswa ABK.Kegiatan tindak lanjut itu dengan mengajak ABK slow learners ke ruang Puspa. Namun tidak selalu setiap selesai pembelajaran diajak ke ruang Puspa tetapi tergantung kebutuhan ABK slow learners. Dan yang terakhir S2 menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
S2 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling hanya untuk siswa ABK.Kegiatan tindak lanjut itu dengan mengajak ABK slow learners ke ruang Puspa. Dan yang terakhir S2 menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
Hasil Triangulasi data:Subjek 2 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan dengan dibantu GPK. Selain itu Subjek 2 menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
c. Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara diperoleh data
bahwa dalam evaluasi dan tindak lanjut, subjek 1 merencanakan kegiatan
tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan,
layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan
dengan dibantu subjek 2. Remidi untuk siswa biasa dilakukan jika siswa
belum mencapai KKM dengan nilai KKM 68. Pengayaan diberikan
diberikan kepada siswa yang sudah mencapai KKM dengan mengerjakan
soal yang tingkatan lebih sulit. Sedangkan pengayaan maupun layanan
konseling untuk siswa ABK slow learners di ruang Puspa ketika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
pembelajaran dengan kelas pull out didampingi oleh subjek 2. Namun tidak
selalu setiap selesai pembelajaran diajak ke ruang Puspa tetapi tergantung
kebutuhan ABK slow learners.
Subjek 1 juga selalu menyampaikan rencana pembelajaran yang
akan dilaksanakan untuk pertemuan berikutnya. Subjek 2 juga
menyampaikan rencana pembelajaran pada ABK slow learners. Subjek 2
juga mencatatkan pada buku khusus pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya agar tidak lupa. Dengan adanya buku itu orangtua ABK slow
learners juga dapat mengingatkan serta dapat memantau kegiatan mereka di
sekolah.
6. Faktor-faktor atau Kendala dan Penyelesaiannya Saat Proses
Pembelajaran Matematika
a. Paparan Data
1) Paparan Data I
a) Hasil Wawancara Subjek 1
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi pertama pada subjek 1 mengenai faktor atau atau kendala
yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran dan
penyelesaiannya.
Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti
dengan subjek 1 (Lampiran 13).
Pa40 : Selama proses pembelajaran Bu, adakah faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners?
S1b40 : wah itu pasti adaPb41 : Apa saja faktor atau kendala tersebut?S1b42 : Siswa ABK tidak paham kalau dirinya itu tidak pahamPb43 : Maksudnya itu bagaimana?S1b43 ; untuk siswa ABK yang memliki kelainan ringan biasanya
tahu kalau mereka tidak paham maka akan berusaha untuk mengerti lain halnya dengan siswa ABK dengan degradasi kelainan tinggi
Pb44 : Adakah kendala yang lain?S1b44 : ABK slow learner juga kesulitan ketika menanamkan
konsep matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Pb45 : Apakah penyebabnya Bu?S1b45 : ya karena ABK slow learners mempunyai daya ingat yang
cukup rendah ketika diajarkan tentang konsep matematika, hari ini diterangkan dia paham namun ketika diulang kembali beberapa minggu tidak paham.
Pb46 : Bagaimana menanganinya?S1b46 : ABK slow learners hanya diberikan konsep-konsep dasar
dengan penambahan aplikasi yang mudah-mudah saja dan dilakukan berulang-ulang
Pa47 ; Apakah ABK juga mengalami mood yang berubah-ubah?S1a47 : Ya, ketika dia mulai tidak tertarik dengan tugas yang saya
berikan, misalnya saya beri tugas terus dia gak bisa atau jenuh pasti moodnya berubah awalnya semangat nanti lama-lama jadi males-malesan
Pb48 : Bagaimana ibu mengatasinya?S1b48 : Itu saya serahkan kepada GPK karena setiap ABK
didampingi oleh 1 GPK yang sudah mengetahui karakter anaknya dengan melakukan pendekatan individu
Berdasarkan hasil wawancara di atas diperoleh data bahwa
faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses
pembelajaran yaitu ABK slow learners mengalami kesulitan
menanamkan konsep matematika (S1a44) dan dapat kehilangan
ketertarikan terhadap tugas tersebut atau menolak untuk melanjutkan
pekerjaan tugas (mood berubah-ubah). Sedangkan penyelesaian yang
dilakukan subjek 1 untuk kendala-kendala yang dialami ABK slow
learners adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar
matematika secara bertahap atau berulang-ulang (S1a46).
b) Hasil Wawancara Subjek 2
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi pertama pada subjek 1 mengenai faktor atau atau kendala
yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran dan
penyelesaiannya.
Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti
dengan subjek 2 (Lampiran 15).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Pa40 : Selama proses pembelajaran Bu, adakah faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners?
S2a40 : Banyak sekali pastinyaPa41 : Apa saja faktor atau kendala tersebut Bu?S2a41 : ABK slow learner biasanya di tengah-tengah pembelajaran
malas untuk mengerjakan tugas atau kadang menolak melanjutkan tugas
Pa42 : Bagaimana cara menanganinya?S2a42 ; Pertama diberi motivasi saat masih membandel maka ada
penerapan konsekuensi yang harus diterima yaitu dipulangkan lebih akhir atau diberi tambahan waktu belajar atau tambahan waktu mengerjakan soal
Pa43 : Adakah faktor-faktor yang lain?S2a43 : ABK slow learner itu sering kali kesulitan ketika
menanamkan konsep matematikaPa44 : Mengapa bisa terjadi?S2a44 : ABK slow learners itu mempunyai daya ingat yang cukup
rendah Pa45 : Bagaimana menanganinya?S2a45 : Hanya diberikan konsep-konsep dasar matematika sesuai
dengan kemampuan ABK dan dilakukan berulang-ulang Pa46 ; Apakah ABK juga mengalami mood yang berubah-ubah?S2a46 : Ya, sering kali mengalami hal ituPa47 : Bagaimana ibu mengatasinya?S2a48 : Sebagai GPK saya harus sabar dalam membimbing siswa
ABK, Saya selalu memberikan motivasi terus menerus atau biasanya adanya pemberian reward baik berupa pujian atau hadiah agar mereka lebih semangat.
Berdasarkan hasil wawancara di atas diperoleh data bahwa
faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses
pembelajaran yaitu ABK slow learners mengalami kesulitan
menanamkan konsep matematika dan dapat kehilangan ketertarikan
terhadap tugas tersebut atau menolak untuk melanjutkan pekerjaan
tugas (mood berubah-ubah). Sedangkan penyelesaian yang dilakukan
subjek kedua untuk kendala-kendala yang dialami ABK slow learners
adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar
matematika secara bertahap dan intens, memberikan tambahan waktu
belajar dan tambahan waktu mengerjakan soal, memberikan motivasi
dan penerapan konsekuensi ketika ABK slow learners tidak mau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
memperhatikan saat mood mereka berubah serta pemberian reward
(dalam bentuk pujian atau hadiah).
2) Paparan Data II
a) Hasil Wawancara Subjek 1
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi pertama pada subjek 1 mengenai faktor atau atau kendala
yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran dan
penyelesaiannya.
Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti
dengan subjek 1 (Lampiran 14).
Pb40 : Selama proses pembelajaran Bu, adakah faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners?
S1b40 : Pasti adaPb41 : Apa saja faktor atau kendala tersebut?S1b42 : Siswa ABK tidak paham kalau dirinya itu tidak pahamPb43 : Maksudnya itu bagaimana?S1b43 ; untuk siswa ABK yang memliki kelainan ringan biasanya
tahu kalau mereka tidak paham maka akan berusaha untuk mengerti
Pb44 : Adakah faktor-faktor yang lain?S1b44 : ABK slow learner juga kesulitan ketika menanamkan
konsep matematikaPb45 : Mengapa itu bisa terjadi?S1b45 : ya karena ABK slow learners mempunyai daya ingat yang
cukup rendah Pb46 : Bagaimana menanganinya?S1b46 : hanya diberikan konsep-konsep dasar terus dilakukan
berulang-ulangPb47 ; Apakah ABK juga mengalami mood yang berubah-ubah?S1b47 : YaPb48 : Bagaimana ibu mengatasinya?S1b48 : Itu saya serahkan kepada GPK karena sudah mengetahui
karakter anaknya
Berdasarkan hasil wawancara di atas diperoleh data bahwa
faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses
pembelajaran yaitu ABK slow learners mengalami kesulitan
menanamkan konsep matematika dan dapat kehilangan ketertarikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
terhadap tugas tersebut atau menolak untuk melanjutkan pekerjaan
tugas (mood berubah-ubah). Sedangkan penyelesaian yang dilakukan
subjek pertama untuk kendala-kendala yang dialami ABK slow
learners adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar
matematika secara bertahap dan intens.
b) Hasil Wawancara Subjek 2
Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil
observasi pertama pada subjek 1 mengenai faktor atau atau kendala
yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran dan
penyelesaiannya.
Berikut ini penggalan wawancara kedua antara peneliti dengan
subjek 2 (Lampiran 16).
Pb40 : Selama proses pembelajaran Bu, adakah faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners?
S2b40 : Wah kalau itu banyak sekali pastinyaPb41 : Apa saja kendala tersebut Bu?S2b41 : ABK slow learner biasanya di tengah-tengah pembelajaran
malas untuk mengerjakan tugas atau kadang menolak melanjutkan tugas
Pb42 : Bagaimana cara menanganinya?S2b42 ; Pertama diberi motivasi saat masih membandel maka ada
penerapan konsekuensi yang harus diterima yaitu dipulangkan lebih akhir atau diberi tambahan waktu belajar atau tambahan waktu mengerjakan soal
Pb43 : Adakah faktor-faktor yang lain?S2b43 : ABK slow learner itu sering kali kesulitan ketika
menanamkan konsep matematikaPb44 : Mengapa bisa terjadi?S2b44 : ABK slow learners itu mempunyai daya ingat yang cukup
rendah. Maka dari itu ada modifikasi materi. Pb45 : Bagaimana menanganinya?S2b45 : Hanya diberikan konsep-konsep dasar matematika sesuai
dengan kemampuan ABK dan dilakukan berulang-ulang. Orang hari ini diajarkan besuk aja kalau ditanya pasti jawabnya lupa
Pb46 ; Apakah ABK juga mengalami mood yang berubah-ubah?S2b46 : Ya, sering kali mengalami hal ituPb47 : Bagaimana ibu mengatasinya?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
S2b47 : Sebagai GPK saya harus sabar dalam membimbing siswa ABK, Saya selalu memberikan motivasi terus menerus atau biasanya adanya pemberian reward baik berupa pujian atau hadiah agar mereka lebih semangat. Perlu diingat slow learner itu bukan kelainan atau cacat mental seperti autis, hanya mereka itu mempunyai kemampuan di bawah rata-rata dari teman-teman yang lain, meskipun demikian mereka juga perlu mendapat penganan khusus.
Berdasarkan hasil wawancara di atas diperoleh data bahwa
faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses
pembelajaran yaitu ABK slow learners mengalami kesulitan
menanamkan konsep matematika dan dapat kehilangan ketertarikan
terhadap tugas tersebut atau menolak untuk melanjutkan pekerjaan
tugas (mood berubah-ubah). Sedangkan penyelesaian yang dilakukan
subjek kedua untuk kendala-kendala yang dialami ABK slow learners
adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar
matematika secara bertahap dan intens, memberikan tambahan waktu
belajar dan tambahan waktu mengerjakan soal, memberikan motivasi
dan penerapan konsekuensi ketika ABK slow learners tidak mau
memperhatikan saat mood mereka berubah serta pemberian reward
(dalam bentuk pujian atau hadiah).
b. Triangulasi Data
Berdasarkan hasil dari paparan data I dan data II mengenai faktor
atau kendala yang dialami ABK slow learners dan penyelesaiannya menurut
subjek 1 dan 2 dapat dijelaskan dalam Tabel 4.13 dan Tabel 4.14 berikut.
Tabel 4.13 Triangulasi Data untuk Subjek 1 mengenai faktor atau kendala
yang dialami ABK slow learners dan penyelesaiannya
Metode Data I Data IIWawancara Faktor atau kendala yang
dialami ABK slow learnersselama proses pembelajaran menurut subjek 1 adalah ABK slow learners mengalami kesulitan menanamkan konsep
Faktor atau kendala yang dialami ABK slow learnersselama proses pembelajaran menurut subjek 1 adalah ABK slow learners mengalami kesulitan menanamkan konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
matematika dan dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas tersebut ataumenolak untuk melanjutkan pekerjaan tugas (moodberubah-ubah). Sedangkan penyelesaian yang dilakukan subjek pertama untuk kendala-kendala yang dialami ABK slow learners adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika secara bertahap dan intens.
matematika dan dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas tersebut ataumenolak untuk melanjutkan pekerjaan tugas (moodberubah-ubah). Sedangkan penyelesaian yang dilakukan subjek pertama untuk kendala-kendala yang dialami ABK slow learners adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika secara bertahap dan intens.
Hasil Triangulasi data:Faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran menurut subjek 1 adalah ABK slow learners mengalami kesulitan menanamkan konsep matematika dan dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas tersebut atau menolak untuk melanjutkan pekerjaan tugas (mood berubah-ubah). Sedangkan penyelesaian yang dilakukan subjek pertama untuk kendala-kendala yang dialami ABK slow learners adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika secara bertahap dan intens.
Tabel 4.14 Triangulasi Data untuk Subjek 2 mengenai faktor atau kendala
yang dialami ABK slow learners dan penyelesaiannya
Metode Data I Data IIWawancara Faktor atau kendala yang
dialami ABK slow learnersselama proses pembelajaran menurut subjek 2 adalah ABK slow learners mengalami kesulitan menanamkan konsep matematika dan dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas tersebut ataumenolak untuk melanjutkan pekerjaan tugas (moodberubah-ubah). Sedangkan penyelesaian yang dilakukan subjek pertama untuk kendala-kendala yang dialami ABK slow learners adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika secara bertahap
Faktor atau kendala yang dialami ABK slow learnersselama proses pembelajaran menurut subjek 2 adalah ABK slow learners mengalami kesulitan menanamkan konsep matematika dan dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas tersebut ataumenolak untuk melanjutkan pekerjaan tugas (moodberubah-ubah). Sedangkan penyelesaian yang dilakukan subjek pertama untuk kendala-kendala yang dialami ABK slow learners adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika secara bertahap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
dan intens. dan intens.
Hasil Triangulasi data:Faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran menurut subjek 2 adalah ABK slow learners mengalami kesulitan menanamkan konsep matematika dan dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas tersebut atau menolak untuk melanjutkan pekerjaan tugas (mood berubah-ubah). Sedangkan penyelesaian yang dilakukan subjek pertama untuk kendala-kendala yang dialami ABK slow learners adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika secara bertahap dan intens.
c. Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap
subjek 1 dan subjek 2 bahwa faktor atau kendala yang dialami ABK slow
learners selama proses pembelajaran yaitu ABK slow learners mengalami
kesulitan menanamkan konsep matematika. Hal ini dapat terjadi karena
ABK slow learners mempunyai daya ingat yang cukup rendah. Selain itu
selama proses pembelajaran ABK slow learners biasanya di tengah-tengah
pembelajaran malas untuk mengerjakan tugas atau kadang menolak
melanjutkan tugas atau dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas
tersebut (mood berubah-ubah).
Faktor atau kendala yang terjadi subjek 1 dan subjek 2 menjelaskan
pula untuk penyelesaiannya yaitu dengan memberikan penanaman konsep-
konsep dasar matematika secara bertahap dan intens, memberikan tambahan
waktu belajar dan penyelesaian tugas, memberikan motivasi dan penerapan
konsekuensi ketika ABK slow learners tidak mau memperhatikan saat mood
ABK slow learners berubah serta pemberian reward (dalam bentuk pujian
atau hadiah). Dalam hal ini subjek 2 sebagai guru pendamping
menambahkan harus sabar dalam membimbing siswa ABK, selalu
memberikan motivasi terus menerus. Perlu diingat slow learner itu bukan
kelainan atau cacat mental seperti autis, hanya mereka itu mempunyai
kemampuan di bawah rata-rata dari teman-teman yang lain, meskipun
demikian mereka juga perlu mendapat penanganan khusus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
E. Pembahasan
1. Proses Pembelajaran Matematika di Kelas Inklusi
a. Kesiapan Guru Sebelum Pembelajaran
Berkaitan dengan proses pembelajaran matematika di kelas inklusi,
kesiapan guru sangat diperlukan sebelum dimulainya pembelajaran.
Kesiapan guru yang paling penting adalah menyiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Menurut Moh. Uzer Usman (2001: 18-19) dalam
membuat rencana pembelajaran/satuan acara pembelajaran, seorang guru
harus memperhatikan beberapa hal yang sangat menentukan keberhasilan
proses belajar mengajar yang sesuai dengan RPP. Di SD Al Firdaus
Surakarta, sebelum pembelajaran dimulai guru matematika menyiapkan
RPP dan silabus. Sebelum proses pembelajaran berlangsung guru
matematika telah menyusun RPP dan silabus. Penyusunan RPP biasanya
dilakukan setelah selesai satu kompetensi dasar. RPP yang digunakan untuk
siswa biasa dan siswa ABK slow learners, namun dalam RPP tersebut
dijelaskan adanya modifikasi untuk siswa ABK slow learners. Modifikasi
tersebut antara lain modifikasi indikator keberhasilan, waktu, materi dan
soal (RPP Lampiran 19). Dalam penyusunan RPP, guru matematika juga
berkomunikasi mengenai modifikasi dengan guru pendamping khusus
(GPK) untuk ABK slow learners.
GPK sebelum proses pembelajaran tidak menyiapkan RPP dan
silabus karena sudah disiapkan oleh guru matematika. GPK hanya bertugas
menyiapkan Program Pembelajaran Individual (PPI) untuk siswa ABK slow
learners (Lampiran 20). PPI yang disiapkan oleh GPK meliputi seluruh
mata pelajaran. PPI yang digunakan untuk masing-masing ABK berbeda.
Hal ini disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan siswa ABK.
Kesiapan lainnya yang dilakukan guru matematika yaitu
menyiapkan media dan sumber belajar. Media yang biasa digunakan yaitu
laptop dan proyektor yang sudah ada dalam ruang kelas. Namun guru
matematika dapat juga menggunakan media lain disesuaikan dengan materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
apa yang akan dijelaskan. Sedangkan sumber belajar yang digunakan yaitu
buku paket. Selain guru matematika, GPK juga menyiapkan media dan
sumber belajar untuk siswa ABK slow learners sesuai dengan PPI
(Lampiran 20).
Untuk siswa ABK slow learners, guru matematika tidak
menyiapkan media khusus. Media khusus tersebut sudah disiapkan oleh
GPK atau sudah tersedia di ruang Puspa (Pusat Pelayanan ABK) ketika
siswa ABK slow learners melakukan pembelajaran pull out. Media khusus
dapat berbentuk puzzle atau papan penjodohan, dibuat semenarik mungkin
agar ABK slow learners tidak cepat bosan saat pembelajaran. Hal ini
diharapkan dengan adanya media khusus, materi yang disampaikan dapat
diserap dengan baik oleh ABK slow learners.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas inklusi melalui tiga
tahap, yaitu pendahuluan, inti dan penutup. Hal ini sudah sejalan dengan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran menurut Depdiknas (2008: 10).
1) Tahap Pendahuluan
Dalam pelaksanaan pembelajaran tahap pendahuluan di SD Al
Firdaus Surakarta, guru matematika menyiapkan siswa secara psikis dan
fisik sebelum proses pembelajaran. Siswa disiapkan dengan cara
memberitahukan materi yang akan dibahas pada pertemuan sebelumnya
sehingga mereka sudah mempersiapkan dengan baik. Dalam hal ini guru
pendamping khusus (GPK} juga menyiapkan ABK slow learners dengan
memberitahu saat pembelajaran sebelumnya. GPK mencatatkan pada buku
khusus apa saja yang perlu disiapkan agar mereka tidak lupa. Buku khusus itu
juga dapat digunakan orangtua untuk memantau kegiatan yang dilakukan anak
mereka di sekolah.
Selain menyiapkan psikis dan fisik siswa, guru matematika juga
menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan
dicapai sebelum menjelaskan materi yang diajarkan. Untuk hal ini GPK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
tidak menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan
dicapai karena sudah dijelaskan oleh guru matematika.
Pada tahap pendahuluan guru matematika memberikan
pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas
baik untuk siswa biasa maupun siswa ABK slow learners. Untuk siswa
ABK slow learners pertanyaan yang diberikan lebih mudah. Ketika
mengikuti pembelajaran di kelas, siswa ABK slow learners mendapat
bantuan atau arahan-arahan dari GPK agar dapat menjawab pertanyaan
dari guru matematika. Sedangkan GPK dalam hal ini bertugas
membimbing ABK slow learners untuk dapat menjawab pertanyaan dari
guru. Namun karena adanya modifikasi pada materi skala dan
perbandingan untuk ABK slow learners maka GPK yang memberikan
pertanyaan pengetahuan.
2) Tahap Inti
Dalam tahap inti pembelajaran yang dilakukan guru matematika
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran
dan sumber belajar lain. Guru matematika menggunakan beragam
pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang berpusat pada siswa
dengan arahan dari guru maupun GPK untuk ABK. Sedangkan media
yang digunakan biasanya dengan menggunakan praktek misalnya pada
materi skala dan perbandingan seperti mengukur jarak dengan benang
pada peta atau atlas untuk menghitung skala. Untuk sumber belajar guru
matematika menggunakan buku paket dan kiat mahir matematika.
GPK juga menggunakan beragam pendekatan pembelajaran,
media pembelajaran dan sumber belajar lain. Pendekatan pembelajaran
yang digunakan adalah berpusat pada ABK slow learners. Untuk sumber
belajar berupa buku paket dan media untuk ABK slow learners bisa
berbentuk puzzle, papan penjodohan yang dibuat semenarik mungkin
agar ABK slow learners tidak cepat bosan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru matematika melibatkan
siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran
dengan memberikan soal-kerjakan-jawab yang membuat siswa berani
berbicara untuk menjawab. GPK juga melibatkan ABK slow learners
dalam pembelajaran aktif dengan diberi soal untuk dikerjakan. Jika
mereka tidak bisa maka akan dibimbing terus kalau bisa mengerjakan
diberi pujian.
Guru matematika dan GPK sama-sama memfasilitasi terjadinya
interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru
dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa
maupun ABK. Selain itu dalam proses pembelajaran guru matematika
dan GPK selalu memantau dan membimbing ABK namun yang berperan
lebih utama adalah GPK yang menangani ABK slow learners.
3) Tahap Penutup
Guru matematika pada tahap penutup bersama siswa membuat
rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan
ABK. Saat membuat rangkuman siswa ABK slow learners dibantu dan
dibimbing oleh GPK. Selain itu guru matematika melakukan penilaian
untuk siswa yang mengikuti kurikulum regular baik siswa biasa maupun
siswa ABK namun siswa ABK slow learners karena mengikuti
kurikulum khusus maka dinilai oleh GPK. Penilaian yang dilakukan oleh
guru matematika yaitu menilai hasil kinerja siswa saat pembelajaran dan
latihan soal.Guru matematika memberikan umpan balik terhadap proses
dan hasil pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
mengenai materi yang telah diajarkan. GPK juga memberikan umpan
balik pada ABK slow learners.
c. Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahapan terakhir dalam proses pembelajaran matematika adalah
evaluasi dan tindak lanjut. Dalam tahap ini guru matematika merencanakan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
kesulitan dengan dibantu GPK. Muhibbin Syah (2003:141) menyatakan
bahwa evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Jadi tingkat
keberhasilan siswa di SD Al Firdaus dilihat dari pencapaian standart KKM.
Remidi untuk siswa biasa dilakukan jika siswa belum mencapai KKM
dengan nilai KKM 68. Pengayaan diberikan diberikan kepada siswa yang
sudah mencapai KKM dengan mengerjakan soal yang tinkatan lebih sulit.
Sedangkan pengayaan maupun layanan konseling untuk siswa ABK slow
learners di ruang Puspa ketika pembelajaran dengan kelas pull out
didampingi oleh GPK.
Selain itu guru matematika juga selalu menyampaikan rencana
pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk pertemuan berikutnya. GPK
juga menyampaikan rencana pembelajaran pada ABK slow learners. GPK
mencatatkan pada buku khusus pembelajaran untuk pertemuan berikutnya
agar tidak lupa. Dengan adanya buku itu orangtua ABK slow learners juga
dapat mengingatkan serta dapat memantau kegiatan mereka di sekolah.
2. Faktor-faktor atau Kendala ABK Slow Learners dan Penyelesaiannya
Saat Proses Pembelajaran Matematika
Saat proses pembelajaran berlangsung ada faktor-faktor atau kendala yang
dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran matematika. Faktor
atau kendala yang dialami yaitu mereka mengalami kesulitan menanamkan
konsep matematika. Menurut Ratna dan Dany (2011:144) Slow Learners atau
lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar sehingga ia
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain
yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Untuk itu dalam hal ini guru
mempunyai penyelesaian dengan memberikan penanaman konsep-konsep
dasar matematika secara bertahap dan intens serta dilakukan berulang-ulang.
Selain itu ada kendala lain yang dialami ABK slow learners adalah
mereka dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas yang diberikan oleh guru
matematika maupun guru pendamping khusus (GPK). Dapat terjadi juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
mereka menolak untuk melanjutkan tugas ketika mereka bosan. Pada awal
mereka diberi tugas mereka merasa senang atau semangat dapat juga secara
tiba-tiba mereka malas karena bosan (mood berubah-ubah).
Chauhan (2011: 282) menyatakan bahwa salah satu karakteristik ABK
slow learners adalah memori atau daya ingatnya rendah dan kurangnya
konsentrasi. Untuk itu sebagai guru matematika dan GPK harus mempunyai
penyelesaian untuk kendala-kendala yang dialami ABK slow learners agar
tidak ditemukan lagi saat proses pembelajaran selanjutnya. Penyelesaian-
penyelesaian tersebut adalah dengan memberikan tambahan waktu belajar,
memberikan motivasi agar mereka menjadi semangat kembali atau dapat juga
dengan pemberian reward (dalam bentuk pujian atau hadiah).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Proses Pembelajaran Matematika di Kelas Inklusi
a. Kesiapan Guru Sebelum Pembelajaran
Sebelum proses pembelajaran berlangsung guru matematika
telah menyiapkan RPP dan silabus. Penyusunan RPP biasanya
dilakukan setelah selesai satu kompetensi dasar. RPP yang digunakan
untuk siswa biasa dan siswa ABK slow learners, namun dalam RPP
tersebut dijelaskan adanya modifikasi untuk siswa ABK slow learners.
Modifikasi tersebut antara lain modifikasi indikator keberhasilan,
waktu, materi dan soal. Dalam penyusunan RPP, guru matematika juga
berkomunikasi mengenai modifikasi dengan guru pendamping khusus
(GPK) untuk ABK slow learners. GPK sebelum proses pembelajaran
tidak menyiapkan RPP dan silabus karena sudah disiapkan oleh guru
matematika. GPK hanya bertugas menyiapkan Program Pembelajaran
Individual (PPI) untuk siswa ABK slow learners.
Kesiapan lainnya yang dilakukan guru matematika yaitu
menyiapkan media dan sumber belajar. Selain guru matematika, GPK
juga menyiapkan media dan sumber belajar untuk siswa ABK slow
learners sesuai dengan PPI. Untuk siswa ABK slow learners, guru
matematika tidak menyiapkan media khusus. Media khusus dapat
berbentuk puzzle atau papan penjodohan, dibuat semenarik mungkin
agar ABK slow learners tidak cepat bosan saat pembelajaran. Media
khusus tersebut sudah disiapkan oleh GPK atau sudah tersedia di ruang
Puspa (Pusat Pelayanan ABK) ketika siswa ABK slow learners
melakukan pembelajaran pull out.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran di SD Al Firdaus Surakarta melalui
tiga tahapan yaitu pendahuluan, inti dan penutup. Dalam tahap
pendahuluan guru matematika dan GPK menyiapkan siswa secara
psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran baik untuk siswa biasa
maupun ABK slow learners. Selain menyiapkan psikis dan fisik siswa,
guru matematika juga menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi
dasar yang akan dicapai sebelum menjelaskan materi yang diajarkan.
Untuk hal ini GPK tidak menjelaskan tujuan pembelajaran dan
kompetensi dasar yang akan dicapai karena sudah dijelaskan oleh guru
matematika. Pada tahap pendahuluan guru matematika dan GPK
memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi
yang akan dibahas baik untuk siswa biasa maupun siswa ABK slow
learners.
Dalam tahap inti pembelajaran guru matematika dan GPK sama-
sama menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran dan sumber belajar lain baik untuk siswa biasa maupun
ABK slow learners. Guru matematika melibatkan siswa biasa atau
ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. GPK juga
melibatkan ABK slow learners dalam pembelajaran aktif dengan diberi
soal untuk dikerjakan. Guru matematika dan GPK sama-sama
memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa
ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan
tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK. Selain itu guru
matematika dan GPK dalam proses pembelajaran selalu memantau dan
membimbing ABK namun yang berperan lebih utama adalah subjek 2
yang menangani ABK slow learners.
Dalam tahap penutup kegiatan yang dilakukan guru matematika
kelas VB bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan
pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan ABK. Guru matematika
melakukan penilaian untuk siswa yang mengikuti kurikulum regular
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
baik siswa biasa maupun siswa ABK namun siswa ABK slow learners
karena mengikuti kurikulum khusus maka dinilai oleh GPK. Guru
matematika memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai
materi yang telah diajarkan.
c. Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahapan terakhir dalam proses pembelajaran matematika adalah
evaluasi dan tindak lanjut. Dalam tahap ini guru matematika kelas VB
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau
ABK yang mengalami kesulitan dengan dibantu GPK. Program
pengayaan maupun layanan konseling untuk siswa ABK slow learners
di ruang Puspa ketika pembelajaran dengan kelas pull out. Selain itu
guru juga selalu menyampaikan rencana pembelajaran yang akan
dilaksanakan untuk pertemuan berikutnya.
2. Faktor-faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners dan
penyelesaiannya.
Saat proses pembelajaran berlangsung ada faktor-faktor atau kendala
yang dialami ABK slow learners. Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu
mengalami kesulitan dalam menanamkan konsep matematika, dapat
kehilangan ketertarikan terhadap tugas yang diberikan oleh guru
matematika maupun guru pendamping khusus (GPK). Untuk itu sebagai
guru matematika dan GPK harus mempunyai penyelesaian untuk kendala-
kendala yang dialami ABK slow learners agar tidak ditemukan lagi saat
proses pembelajaran selanjutnya. Penyelesaian-penyelesaian tersebut
adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika
secara bertahap dan intens serta dilakukan berulang-ulang, memberikan
tambahan waktu belajar, memberikan motivasi agar mereka menjadi
semangat kembali atau dapat juga dengan pemberian reward (dalam
bentuk pujian atau hadiah).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dikemukakan
implikasi teoritis dan implikasi praktis sebagai berikut.
1. Implikasi Teoritis
Secara teoritis dapat diungkapkan bahwa penelitian ini
mendiskripsikan proses pembelajaran matematika di kelas inklusi dan
faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses
pembelajaran. Dari hasil penelitian ini tampak bahwa kesiapan guru
sebelum pembelajaran sangat diperlukan dalam proses pembelajaran
matematika. Selain itu penyelesaian yang dilakukan untuk mengatasi
kendala pada anak ABK slow learners perlu dikembangkan agar tidak
ditemukan lagi kendala saat proses pembelajaran selanjutnya. Hasil
penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang proses
pembelajaran serta dapat menyikapi kendala yang dialami ABK slow
learners dalam proses pembelajaran matematika di kelas inklusi.
2. Implikasi Praktis
Persiapan yang baik sebelum pembelajaran dan penyusunan RPP
yang baik mampu membantu kelancaran pelaksanaan pembelajaran
matematika di kelas inklusi. Untuk penyelesaian atas kendala yang
dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran perlu
dikembangkan. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada
guru betapa pentingnya persiapan yang baik sebelum pembelajaran serta
penyelesaian yang lebih berkembang lagi untuk mengatasi kendala ABK
slow learners selama proses pembelajaran. Dengan demikian diharapkan
dapat membantu kelaksanaan pelaksanaan pembelajaran dan tidak
ditemukan lagi kendala saat proses pembelajaran selanjutnya.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, dapat disampaikan saran
sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
1. Bagi Sekolah
Partisipasi warga sekolah harus lebih maksimal sehingga kualitas
sekolah dan prestasi siswa inklusi terutama anak berkebutuhan khusus
(ABK) tidak kalah dengan siswa reguler.
2. Bagi guru
Guru hendaknya juga perlu menyiapkan media khusus untuk anak
berkebutuhan khusus (ABK) slow learners meskipun media khusus
tersebut sudah disiapkan oleh guru pendamping, agar ABK tidak kesulitan
dalam proses pembelajaran matematika ketika mengikuti kurikulum
reguler. Guru harus mengajak semua siswa baik siswa reguler maupun
siswa anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran matematika antara lain dengan selalu memotivasi siswa
terutama ABK slow learners sehingga mempunyai semangat tinggi dalam
belajar.
3. Bagi Guru Pendamping Khusus (GPK)
GPK hendaknya dapat memberikan bimbingan, bantuan maupun
arahan kepada siswa ABK slow learners sehingga dapat mengikuti
pelajaran matematika di kelas. Penyelesaian yang diberikan untuk
mengatasi kendala yang dialami ABK slow learners perlu dikembangkan
agar tidak ditemukan lagi kendala saat proses pembelajaran selanjutnya.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya hendaknya melaksanakan penelitian pada anak
berkebutuhan khusus (ABK) lainnya dengan jenjang pendidikan yang
lebih tinggi atau peneliti selanjutnya dapat menerapkan kurikulum 2013 di
kelas inklusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, D. & Spandagou, I. 2011. Inclusion: By Choice or By Chance?. International Journal of Inclusive Education, 15(1), 29-39.
Bambang Warsita. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Bandi Delphie. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Borah, R. R. 2013. Slow Learners: Role of Teachers and Guardians in Honing their Hidden Skills. International Journal of Educational Planning & Administration. 3(2), 139-143.
Carrington, S. 1999. Inclusion Needs A Different School Culture. International Journal of Inclusive Education, 3(3), 257-2268.
Chauhan, S. 2011. Slow Learners: Their Psychology and Educational Programmes. International Journal of Multidisciplinary Research, 1(8), 279-289.
Cole, C. M. 2002. The Academic Progress of Students Across Inclusive andTraditional Settings. School of Education, 23(4), 2-20.
Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
Depdiknas. 2007. Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
Depdiknas. 2008. Policy Brief, Sekolah Inklusif; Membangun Pendidikan Tanpa Diskriminasi. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
Eastmead, D. 2004. What is a Slow Learners?. Handout. Neurology Wolf River Circle: Germantown.
Ecie Lasarie dan Uly Gusniarti. 2009. Hubungan Antara Self Efficacy Guru Dengan Sikap Terhadap Program Pendidikan Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Psikologis, 4(2), 42-48.
Ekeh, P. U. 2013. Academic Achievement of Regular and Special Needs Studentsin Inclusive and Non-Inclusive Classroom Setting. European Scientific Journal, 9(8), 141-150.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Geniofam. 2010. Mengasuh dan Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus. Jogjakarta: Garailmu.
Gillies, R. M. & Carrington, S. 2004. Inclusion: Culture, Policy and Practice: A Queesland Perspective. Asia Pacific Journal of Education, 24(2), 117-128.
Hardin, B. & Hardin, M. 2002. Into The Mainstream: Practical Strategies for Teaching in Inclusive Environments. Journal of Education Strategies, 75(4), 175-178.
Istiningsih. 2005. Manajemen Pendidikan Inklusi Di SDN Klego I Boyolali. Tesis Magister, tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Joesafira. 2010. Pengertian Contoh dan Macam Proses Belajar. Diambil pada 6 Januari 2014 dari http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/pengertian-contoh-dan-macam-proses.html.
Lamport, A. M. 2012. Special Needs Students in Inclusive Classroom. European Journal of Business and Social Sciences, 1(5), 54-69.
Landerl, K. 2004. Developmental Dyscalculia and Basic Numerical Capacities: A Study of 8-9 Year Old Students. Journal of Cognition, 93(2), 99-125..
Lexy J Moleong. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Malik, N. I, Rehman, G. Hanif, R. 2012. Effect of Academic Interventions on theDevelopmental Skills of Slow Learners. Pakistan Journal of Psychological Research, 27(1), 135-151..
Malik, S. 2009. Effect of Intervention Training on Mental Abilities of Slow Learner. International Journal Education Scients, 1(1), 61-64..
Masi G, Marcheschi M, Pfanner P. 1998. Adolescents with borderline intellectual functioning: psychopathological risk. Quality Education Practices, 33,415–424.
Mega Iswari. 2007. Kecakapan Hidup Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta :Depdiknas.
Moh. Uzer Usman. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Munro, J. 2000. Practical Teaching Strategies in Numeracy for Children with Learning Difficulties. Books 1-5. Melbourne: Mathematical Association of Victoria.
Munro, J. 2003. Dyscalculia: A Unifying Concept in Understanding Mathematics Learning Disabilities. Australian Journal of Learning Disabilities, 8(4), 25-32.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ning Haryani. 2006. Manajemen Pembelajaran Aktif Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Sekolah Dasar. Tesis Magister, tidak diterbitkan. Universitas Muhammadyah, Surakarta.
Odom, L. S. 1998. Inclusion of Young Children with Special Needs In Early Childhood Education. The Resesarch Base, 1, 3-25.
Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Prayudi. 2007. Proses Pembelajaran. http://prayudi.wordpress.com
Pujar, L. L. 2006. Instructional Strategies To Accelerate Science Learning Among Slow Learners. Tesis Magister, tidak diterbitkan. University Of Agricultural Sciences, Dharwad.
Ratna Yudhawati & Dhany Haryanto. 2011. Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Sambira Mambela. 2010. Mainstreaming sebagai Alternatif Penanganan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di Indonesia. SOSIOHUMANIKA, 3(2) 295-304..
Sriraman, B. 2010. Theories of Mathematics Education. 668 pages. London: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Staub, D. & Peck, A. C. What Are Outcomes for Nondisabled Students?. International Journal of Inclusive Education, 52(4), 36-40.
Strauss, Anselm & Juliet Corbin, 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Tarmansyah. 2007. Inklusi (Pendidikan Untuk Semua). Jakarta: Depdiknas.
Tim. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2011. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bagian II. Bandung: Grasindo.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progesif. Jakarta: Kencana.
Udin S Winataputra. 2007.Teori Belajar Minat dan Pembelajaran. Jakarta: UT.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Younis S. A. & Batinah S. R. 2008. Slow Learners: How Are They Identified and Supported?. International Journal, 1, 166-172..
Zentall, S.S. 2007. Math performance of students with ADHD: Cognitive and behavioral contributors and interventions. International Journal of Inclusive Education, 219-237.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Lampiran 1
KISI-KISI LEMBAR OBSERVASI GURU
No Aspek IndikatorBanyak
Instrumen
Item
Instrumen
1. Kesiapan
Sebelum
Pembelajaran
a. Menyiapkan media dan sumber belajar
b. Menyiapkan media khusus untuk ABK
c. Menyiapkan RPP, silabus dll
3 1a, 1b, 1c
2. Pelaksanaan
Pembelajaran
a. Pendahuluan
1) Menyiapkan siswa secara psikis dan
fisik sebelum proses pembelajaran
2) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
pengetahuan sebelumnya yang berkaitan
dengan materi yang akan dipelajari
3) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar yang akan dicapai
b. Inti
1) Menggunakan beragam pendekatan
pembelajaran, media pembelajaran dan
sumber belajar lain
2) Melibatkan siswa biasa atau ABK secara
aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran
3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antara
siswa biasa dengan siswa ABK, antara
siswa dengan guru
4) Memfasilitasi siswa biasa atau ABK
melalui pemberian tugas, diskusi untuk
memunculkan gagasan baru baik lisan
atau tertulis
5) Memantau dan membimbing ABK
dalam proses pembelajaran
c. Penutup
8 2a.1),
2a.2),
2a.3)
2b.1),
2b.2),
2b.3),
2b.4),
2b.5)
2c.1),
2c.2),
2c.3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
1) Bersama siswa membuat rangkuman
atau kesimpulan pelajaran yang
melibatkan siswa biasa dan ABK
2) Melakukan penilaian atau refleksi
terhadap apa yang sudah dilaksanakan
3) Memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran
3. Evaluasi
dan Tindak
lanjut
a. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam
bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling untuk siswa
biasa atau ABK yang mengalami kesulitan
b. Menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya
2 3a, 3b
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Lampiran 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Lampiran 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Lampiran 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Lampiran 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Lampiran 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Lampiran 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Lampiran 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Lampiran 9
INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA
Aspek Indikator Bentuk pertanyaan
1. Kesiapan
Sebelum
Pembelajaran
d. Menyiapkan media dan
sumber belajar
e. Menyiapkan media khusus
untuk ABK
f. Menyiapkan RPP, silabus.
1. Bagaimana kesiapan guru
sebelum pembelajaran
matematika di kelas inklusi?
2. Apakah guru menyiapkan media
dan sumber belajar sebelum
pembelajaran?
3. Adakah media khusus untuk
siswa ABK?
4. Apakah sebelum pembelajaran
guru menyiapkan RPP dan
silabus?
5. Apakah RPP untuk siswa ABK
slow learners sama dengan RPP
siswa biasa?
2. Pelaksanaan
Pembelajaran
d. Pendahuluan
4) Menyiapkan siswa secara
psikis dan fisik sebelum
proses pembelajaran
5) Mengajukan pertanyaan-
pertanyaan pengetahuan
sebelumnya yang
berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
6) Menjelaskan tujuan
pembelajaran atau
kompetensi dasar yang
1. Bagaimana pelaksanaan
pembelajaran matematika di
kelas?
2. Apakah guru menyiapkan siswa
secara psikis dan fisik?
3. Apakah guru mengajukan
pertanyaan pengetahuan
sebelumnya yang berkaitan
dengan materi?
4. Apakah pertanyaan tersebut
berlaku juga untuk siswa ABK?
5. Apakah guru menjelaskan tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
akan dicapai
e. Inti
6) Menggunakan beragam
pendekatan
pembelajaran, media
pembelajaran dan sumber
belajar lain
7) Melibatkan siswa biasa
atau ABK secara aktif
dalam setiap kegiatan
pembelajaran
8) Memfasilitasi terjadinya
interaksi antara siswa
biasa dengan siswa ABK,
antara siswa dengan guru
9) Memfasilitasi siswa biasa
atau ABK melalui
pemberian tugas, diskusi
untuk memunculkan
gagasan baru baik lisan
atau tertulis
10) Memantau dan
membimbing ABK
dalam proses
pembelajaran
f. Penutup
4) Bersama siswa membuat
rangkuman atau
kesimpulan pelajaran
yang melibatkan siswa
biasa dan ABK
pembelajaran atau KD?
6. Apakah dalam pembelajaran guru
menggunakan beragam
pendekatan pembelajaran?
7. Contohnya seperti apa?
8. Apakah guru melibatkan siswa
biasa atau siswa ABK secara
aktif?
9. Bagaimana cara melibatkan
mereka?
10. Bagaimana interaksi yang terjadi
antara siswa biasa dan siswa
ABK?
11. Apakah dalam pemberian tugas
antara siswa biasa dengan ABK
berbeda?
12. Apakah selama proses
pembelajaran selalu memantau
dan membimbing ABK slow
learners?
13. Apa yang guru lakukan setelah
proses pembelajaran berakhir?
14. Apakah melibatkan siswa ABK
slow learners?
15. Apakah guru melakukan
penilaian atau refleksi terhadap
apa yang sudah dilaksanakan?
16. Bagaimana penilaian untuk siswa
ABK?
17. Bagaimana dengan pemberian
umpan balik setelah selesai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
5) Melakukan penilaian atau
refleksi terhadap apa
yang sudah dilaksanakan
6) Memberikan umpan balik
terhadap proses dan hasil
pembelajaran
pembelajaran?
3. Evaluasi
dan
Tindak
lanjut
4. Faktor
atau
Kendala
c. Merencanakan kegiatan
tindak lanjut dalam bentuk
pembelajaran remedi,
program pengayaan,
layanan konseling untuk
siswa biasa atau ABK yang
mengalami kesulitan
d. Menyampaikan rencana
pembelajaran pada
pertemuan berikutnya
a. Faktor atau kendala dalam
proses pembelajaran
b. Penyelesaian yang
dilakukan untuk menangani
faktor atau kendala yang
terjadi
1. Bagaimana kegiatan tindak lanjut
yang diberikan setelah proses
pembelajaran selesai?
2. Apakah guru menyampaikan
rencana pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya?
1. Adakah faktor atau kendala yang
dialami saat proses
pembelajaran?
2. Bagaimana penyelesaiannya?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Lampiran 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Lampiran 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Lampiran 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Lampiran 13
CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA
Catatan Lapangan Nomor : 01
Wawancara ke- : 01
Tempat Wawancara : Ruang Kelas VB
Hari, Tanggal : Jumat, 04 April 2014
Narasumber : Siti Komariyah, S. Si (Subjek 1)
Untuk memudahkan analisis data, peneliti memberi kode pada transkrip
wawancara, yaitu sebagai berikut.
1. Kode “P” menunjukkan Peneliti
2. Kode “S1” menunjukkan subjek penelitian 1 (Guru Matematika)
3. Kode “S2” menunjukkan subjek penelitian 2 (Guru Pendamping Khusus
(GPK))
4. Kode “a” menunjukkan wawancara pertama
5. Kode “b” menunjukkan wawancara kedua
6. Kode setelah kode huruf kecil, menunjukkan urutan pertanyaan.
Salah satu contohnya adalah S1a01 yang berarti subjek 1 menjawab wawancara
pertama untuk pertanyaan ke-1.
A. Catatan Deskriptif
Pada hari itu peneliti menunggu kehadiran S1 di front office sekolah.
Sebelumnya peneliti sudah membuat janji dengan S1 untuk mengadakan
wawancara. S1 waktu itu sudah berada di sekolah, akan tetapi S1 masih mengajar
di kelas. Tidak lama kemudian S1 selesai mengajar dan mengajak peneliti untuk
ke ruang kelas. S1 menyalami peneliti sambil tersenyum ramah sambil
menanyakan kabar peneliti. Sesampainya di ruang kelas, kelas dalam keadaan sepi
karena siswa sedang istirahat jam makan siang. Berikut hasil wawancara pertama
dengan S1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Pa00 : Selamat siang Bu.
S1a00 : Selamat siang
Pa01 : Bagaimana kesiapan Ibu sebelum pembelajaran matematika?
S1a01 : Persiapannya menyusun RPP dan silabus
Pa02 : Penyusunan RPP dilakukan kapan, Bu?
S1a02 : Penyusunan RPP biasanya dilakukan setelah selesai satu kompetensi
dasar.
Pa03 : Apakah RPP untuk siswa ABK slow learners sama dengan RPP siswa
biasa?
S1a03 : RPPnya sama, namun untuk ABK ada modifikasi indikator, modifikasi
materi dan modifikasi soal. Dalam RPP itu sudah dituliskan dengan
jelas.
Pa04 : Bagaimana cara menetukan modifikasi untuk tiap-tiap ABK?
S1a04 : Saya sealalu berkomunikasi dengan guru pendamping masing-masing
ABK.
Pa05 : Modifikasi apa yang dilakukan untuk ABK slow learners?
S1a05 : Modifikasi materi, misalnya pada materi perbandingan dan skala ini,
untuk siswa biasa mereka dikenalkan dengan perbandingan namun
untuk slow learners hanya sampai pada materi sebelumnya yaitu
pecahan.
Pa06 : Adakah modifikasi yang lain?
S1a06 : Modifikasi soal bisa ditanyakan kepada guru pendamping atau bisa
dilihat di RPP.
Pa07 : Apakah ibu menyiapkan media dan sumber belajar sebelum
pembelajaran?
S1a07 : Ya
Pa08 : Media yang digunakan apa?
S1a08 : Laptop dan proyektor tergantung materi yang mau dijelaskan.
Pa09 : Kalau sumber belajar yang digunakan?
S1a09 : Buku paket dan kiat mahir matematika
Pa10 : Adakah media khusus untuk siswa ABK slow learners?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
S1a10 : Ada tetapi guru kelas tidak menyiapkan media khusus untuk siswa ABK,
Pa11 : Siapa yang menyiapkan media khusus tersebut, Bu?
S1a11 : Biasanya guru pendamping yang menyiapkan atau media tersebut
sudah ada di ruang Puspa atau ruang Pusat Pelayanan ABK.
Pa12 : Pada waktu apa ABK ke ruang Puspa?
S1a12 : Ya waktu mereka pull out,
Pa13 : Apakah ada waktu tertentu untuk anak pull out?
S1a13 : Itu kita serahkan sama guru pendamping, guru pendamping yang lebih
tahu kapan waktunya
Pa14 : Apakah ABK slow learners ketika pull out berbarengan dengan ABK
lain.
S1a14 : Tidak, karena itu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing ABK.
Kalau untuk slow learners lebih jelasnya bisa tanya Bu Ragil.
Pa15 : Dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari pelaksanaan
pembelajaran. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di kelas, Bu?
S1a15 : Pelaksanaan pembelajaran ada tiga tahapan yaitu pendahuluan, inti dn
penutup.
Pa16 : Pada tahap pendahuluan apakah siswa sebelum pembelajaran
dipersiapkan secara psikis dan fisik?
S1a16 : Ya, karena pada pertemuan sebelumnya sudah diberitahu materi apa
yang akan diajarkan jadi siswa sudah siap melakukan proses
pembelajaran.
Pa17 : Apakah Ibu mengajukan pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang
berkaitan dengan materi?
S1a17 : Ya
Pa18 : Apakah pertanyaan tersebut berlaku juga untuk siswa ABK slow
learners?
S1a18 : Jika siswa ABK mengikuti di kelas maka pertanyaan sama dengan
siswa lain, biasanya pertanyaan lebih mudah dan diberi arahan-arahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
oleh GPKnya. Karena pada materi ini slow learners tidak diberikan
maka pertanyaan dari GPK.
Pa19 : Apakah ibu juga menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD?
S1a19 : Ya, di awal sebelum pembelajaran dijelaskan tujuan yang akan dicapai
atau apersepsi kegunaan materi yang akan dijelaskan.
Pa20 : Apakah dalam pembelajaran Ibu menggunakan pendekatan, media
pembelajaran dan sumber belajar lain?
S1a20 : Ya,
Pa21 : Pendekatan pembelajaran yang bagaimana?
S1a21 : Pendekatan yang berpusat pada siswa dengan arahan dari guru
maupun GPK untuk ABK
Pa22 : Media yang digunakan?
S1a22 : Tergantung materinya, biasanya dengan praktek. Misalnya pada materi
skala menggunakan benang untuk menghitung jarak pada peta atau
atlas.
Pa23 : Kalau sumber belajar yang dipakai?
S1a23 : Pakai buku paket dan kiat mahir matematika
Pa21 : Dalam inti pembelajaran, apakah Ibu melibatkan siswa biasa dan ABK
dalam pembelajaran yang aktif?
S1a21 : Ya
Pa22 : Bagaimana cara melibatkan mereka?
S1a22 : Dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal-
kerjakan-jawab yang membuat siswa berani berbicara untuk
menjawab.
Pa23 : Bagaimana interaksi yang terjadi antara siswa biasa dan siswa ABK?
S1a23 : Interaksi terjadi dengan baik, sebagai guru tidak membedakan antara
siswa biasa maupun ABK.
Pa24 : Apakah dalam pemberian tugas antara siswa biasa dengan ABK
berbeda?
S1a24 : Untuk tugas siswa ABK dibuat oleh GPK sesuai dengan kemampuan
individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Pa25 : Apakah selama proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing
ABK slow learners?
S1a25 : Ya, tetapi yang berperan utama dalam memantau dan membimbing
ABK adalah GPK.
Pa26 : Kegiatan apa yang dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir?
S1a26 : Bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang baru
diajarkan.
Pa27 : Apakah melibatkan siswa ABK slow learners?
S1a27 : Tidak, karena untuk slow learners materi dimodifikasi
Pa28 : Apakah guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang
sudah dilaksanakan?
S1a28 : Ya
Pa29 : Penilaian yang dilakukan seperti apa?
S1a30 : Menilai hasil kinerja siswa saat pembelajaran dan latihan soal.
Pa31 : Bagaimana penilaian untuk siswa ABK?
S1a31 : Kalau penilaian untuk siswa ABK jika dia mengikuti kurikulum regular
maka guru kelas yang menilai, namun untuk ABK slow learners yang
menilai GPK karena dia mengikuti kurikulum khusus
Pa32 : Bagaimana dengan pemberian umpan balik setelah selesai
pembelajaran?
S1a32 : Biasanya diberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang
telah diajarkan.
Pa33 : Bagaimana kegiatan tindak lanjut yang diberikan setelah proses
pembelajaran selesai?
S1a33 : Dengan memberikan remedi, pengayaan ataupun layanan konseling
untuk siswa regular sedangkan untuk siswa ABK dilakukan oleh GPK.
Pa34 : Remedi dilaksanakan jika apa, Bu?
S1a34 : Jika siswa belum mencapai KKM.
Pa35 ; Berapa KKMnya?
S1a35 : KKM 68
Pa36 : Bagaimana dengan pengayaan?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
S1a36 : Pengayaan diberikan kepada siswa yang sudah mencapai KKM
Pa37 : Pengayaannya dalam bentuk apa?
S1a38 : Mengerjakan soal dengan tingkatan lebih sulit
Pa39 : Apakah Ibu juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya?
S1a39 : Ya, setiap selesai pembelajaran saya menyampaikan kepada siswa
rencana pembelajaran berikutnya
Pa40 : Selama proses pembelajaran Bu, adakah faktor atau kendala yang
dialami ABK slow learners?
S1b40 : wah itu pasti ada
Pb41 : Apa saja faktor atau kendala tersebut?
S1b42 : Siswa ABK tidak paham kalau dirinya itu tidak paham
Pb43 : Maksudnya itu bagaimana?
S1b43 ; untuk siswa ABK yang memliki kelainan ringan biasanya tahu kalau
mereka tidak paham maka akan berusaha untuk mengerti lain halnya
dengan siswa ABK dengan degradasi kelainan tinggi
Pb44 : Adakah kendala yang lain?
S1b44 : ABK slow learner juga kesulitan ketika menanamkan konsep
matematika
Pb45 : Apakah penyebabnya Bu?
S1b45 : ya karena ABK slow learners mempunyai daya ingat yang cukup
rendah ketika diajarkan tentang konsep matematika, hari ini
diterangkan dia paham namun ketika diulang kembali beberapa
minggu tidak paham.
Pb46 : Bagaimana menanganinya?
S1b46 : ABK slow learners hanya diberikan konsep-konsep dasar dengan
penambahan aplikasi yang mudah-mudah saja dan dilakukan berulang-
ulang
Pb47 ; Apakah ABK juga mengalami mood yang berubah-ubah?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
S1b47 : Ya, ketika dia mulai tidak tertarik dengan tugas yang saya berikan,
misalnya saya beri tugas terus dia gak bisa atau jenuh pasti moodnya
berubah awalnya semangat nanti lama-lama jadi males-malesan
Pb48 : Bagaimana ibu mengatasinya?
S1b48 : Itu saya serahkan kepada GPK karena setiap ABK didampingi oleh 1
GPK yang sudah mengetahui karakter anaknya dengan melakukan
pendekatan individu
Pa49 : saya rasa sudah cukup bu wawancara kali ini, terimakasih Bu atas
waktunya
S1a49 : Sama-sama, semoga bisa membantu
B. Catatan Reflektif
S1 memberikan keterangan yang cukup lengkap dan jelas tentang proses
pembelajaran matematika di kelas dan kendala yang dialami ABK slow learner.
Dimulai dari kesiapan S1 sebelum pembelajaran, tahap-tahap pelaksanaan
pembelajaran hingga evaluasi dan tindak lanjut baik untuk siswa biasa maupun
ABK slow learners. Selain menjelaskan kendala yang dialami ABK slow
learners, S1 juga menjelaskan cara menyelesaikan kendala tersebut. Dari hasil
wawancara ini sudah dapat menggambarkan proses pembelajaran yang terjadi di
kelas serta faktor atau kendala yang dialami ABK slow learner dan
penyelesaiannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Lampiran 14
CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA
Catatan Lapangan Nomor : 02
Wawancara ke- : 02
Tempat Wawancara : Ruang Front Office
Hari, Tanggal : Sabtu, 12 April 2014
Narasumber : Siti Komariyah, S. Si (Subjek 1)
Untuk memudahkan analisis data, peneliti memberi kode pada transkrip
wawancara, yaitu sebagai berikut.
7. Kode “P” menunjukkan Peneliti
8. Kode “S1” menunjukkan subjek penelitian 1 (Guru Matematika)
9. Kode “S2” menunjukkan subjek penelitian 2 (Guru Pendamping Khusus
(GPK))
10. Kode “a” menunjukkan wawancara pertama
11. Kode “b” menunjukkan wawancara kedua
12. Kode setelah kode huruf kecil, menunjukkan urutan pertanyaan.
Salah satu contohnya adalah S1b01 yang berarti subjek 1 menjawab wawancara
kedua untuk pertanyaan ke-1.
A. Catatan Deskriptif
Pada hari itu peneliti menunggu kehadiran S1 di front office sekolah.
Sebelumnya peneliti sudah membuat janji dengan S1 untuk mengadakan
wawancara. S1 waktu itu sudah berada di sekolah, akan tetapi S1 masih sibuk di
ruang guru. Sekolah terlihat sepi karena Hari Sabtu siswa libur. Tidak lama
kemudian S1 datang di front office dan menyalami peneliti sambil tersenyum
ramah sambil menanyakan kabar peneliti. S1 menyarankan untuk wawancara di
front office saja karena dalam keadaan sepi. Berikut hasil wawancara kedua
dengan S1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Pb00 : Selamat pagi Bu.
S1b00 : Selamat pagi
Pb01 : Bagaimana kesiapan Ibu sebelum pembelajaran matematika?
S1b01 : menyusun RPP dan silabus
Pb02 : Penyusunan RPP dilakukan kapan, Bu?
S1b02 : biasanya setelah selesai satu KD.
Pb03 : Apakah RPP untuk siswa ABK slow learners sama dengan RPP siswa
biasa?
S1b03 : RPPnya sih sama, namun untuk ABK ada modifikasi.
Pb04 : Bagaimana cara menentukan modifikasi untuk tiap-tiap ABK?
S1b04 : ya itu komunikasi dengan GPK tiap ABK.
Pb05 : Modifikasi apa yang dilakukan untuk ABK slow learners?
S1b05 : Modifikasi materi dan soal,
Pb06 : Apakah semua materi dimodifikasi?
S1b06 : Tidak semuanya,ya tergantung tingkat kesulitan materi. Dilihat juga
kemampuan anak slow learners bagaimana, apa bisa mengikuti atau
tidak, begitu.
Pb07 : Apakah ibu menyiapkan media dan sumber belajar sebelum
pembelajaran?
S1b07 : Ya
Pb08 : Media yang digunakan apa?
S1b08 : Laptop dan proyektor tergantung materi.
Pb09 : Kalau sumber belajar yang digunakan?
S1b09 : Buku paket dan kiat mahir matematika
Pb10 : Adakah media khusus untuk siswa ABK slow learners?
S1b10 : Ada tetapi guru kelas tidak menyiapkan media khusus itu dibuat oleh
GPK, nanti bisa ditanyakan sendiri
Pb15 : Dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari pelaksanaan
pembelajaran. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di kelas, Bu?
S1b15 : Pelaksanaan pembelajaran ada tiga tahapan yaitu pendahuluan, inti dn
penutup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
Pb16 : Pada tahap pendahuluan apakah siswa sebelum pembelajaran
dipersiapkan secara psikis dan fisik?
S1b16 : Ya, karena pada pertemuan sebelumnya sudah diberitahu materi apa
yang akan diajarkan jadi siswa sudah siap
Pb17 : Apakah Ibu mengajukan pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang
berkaitan dengan materi?
S1b17 : Ya
Pb18 : Apakah pertanyaan tersebut berlaku juga untuk siswa ABK slow
learners?
S1b18 : Jika siswa ABK mengikuti di kelas maka pertanyaan sama dengan
siswa lain, biasanya pertanyaan lebih mudah
Pb19 : Apakah ibu juga menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD?
S1b19 : Ya, di awal sebelum pembelajaran saya jelaskan
Pb20 : Apakah dalam pembelajaran Ibu menggunakan pendekatan, media
pembelajaran dan sumber belajar lain?
S1b20 : Ya,
Pb21 : Pendekatan pembelajaran yang bagaimana?
S1b21 : yang berpusat pada siswa dengan arahan dari guru
Pb22 : Media yang digunakan?
S1b22 : Tergantung materinya, biasanya dengan praktek.
Pb23 : Kalau sumber belajar yang dipakai?
S1b23 : Pakai buku paket dan kiat mahir matematika
Pb21 : Dalam inti pembelajaran, apakah Ibu melibatkan siswa biasa dan ABK
dalam pembelajaran yang aktif?
S1b21 : Ya
Pb22 : Bagaimana cara melibatkan mereka?
S1b22 : dengan memberikan soal-kerjakan-jawab yang membuat siswa berani
berbicara untuk menjawab.
Pb23 : Bagaimana interaksi yang terjadi antara siswa biasa dan siswa ABK?
S1b23 : Interaksi terjadi dengan baik, sebagai guru tidak membedakan antara
siswa biasa maupun ABK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Pb24 : Apakah dalam pemberian tugas antara siswa biasa dengan ABK
berbeda?
S1b24 : Untuk tugas siswa ABK dibuat oleh GPK sesuai dengan kemampuan
individu.
Pb25 : Apakah selama proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing
ABK slow learners?
S1b25 : Ya, tetapi yang berperan utama adalah Bu Ragil sebagai GPK.
Pa26 : Kegiatan apa yang dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir?
S1a26 : membuat rangkuman atau kesimpulan materi
Pa27 : Apakah melibatkan siswa ABK slow learners?
S1a27 : Tidak, karena untuk slow learners materi dimodifikasi
Pa28 : Apakah guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang
sudah dilaksanakan?
S1a28 : Ya
Pa29 : Penilaian yang dilakukan seperti apa?
S1a30 : Menilai hasil kinerja siswa saat pembelajaran dan latihan soal.
Pa31 : Bagaimana penilaian untuk siswa ABK?
S1a31 : untuk ABK slow learners yang menilai GPK karena dia mengikuti
kurikulum khusus
Pa32 : Bagaimana dengan pemberian umpan balik setelah selesai
pembelajaran?
S1a32 : Biasanya diberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang
telah diajarkan.
Pa33 : Bagaimana kegiatan tindak lanjut yang diberikan setelah proses
pembelajaran selesai?
S1a33 : Dengan memberikan remedi, pengayaan ataupun layanan konseling
untuk siswa regular sedangkan untuk siswa ABK dilakukan oleh GPK.
Pa34 : Remedi dilaksanakan jika apa, Bu?
S1a34 : Jika siswa belum mencapai KKM 68.
Pa36 : Bagaimana dengan pengayaan?
S1a36 : Pengayaan diberikan kepada siswa yang sudah mencapai KKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Pa37 : Pengayaannya dalam bentuk apa?
S1a38 : Mengerjakan soal dengan tingkatan lebih sulit
Pa39 : Apakah Ibu juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya?
S1a39 : Ya, setiap selesai pembelajaran saya menyampaikan kepada siswa
rencana pembelajaran berikutnya
Pb40 : Selama proses pembelajaran Bu, adakah faktor atau kendala yang
dialami ABK slow learners?
S1b40 : Pasti ada
Pb41 : Apa saja faktor atau kendala tersebut?
S1b42 : Siswa ABK tidak paham kalau dirinya itu tidak paham
Pb43 : Maksudnya itu bagaimana?
S1b43 ; untuk siswa ABK yang memliki kelainan ringan biasanya tahu kalau
mereka tidak paham maka akan berusaha untuk mengerti
Pb44 : Adakah faktor-faktor yang lain?
S1b44 : ABK slow learner juga kesulitan ketika menanamkan konsep
matematika
Pb45 : Mengapa itu bisa terjadi?
S1b45 : ya karena ABK slow learners mempunyai daya ingat yang cukup
rendah
Pb46 : Bagaimana menanganinya?
S1b46 : hanya diberikan konsep-konsep dasar terus dilakukan berulang-ulang
Pb47 ; Apakah ABK juga mengalami mood yang berubah-ubah?
S1b47 : Ya
Pb48 : Bagaimana ibu mengatasinya?
S1b48 : Itu saya serahkan kepada GPK karena sudah mengetahui karakter
anaknya
Pb49 : Terimakasih Bu atas waktunya
S1b49 : Sama-sama,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
B. Catatan Reflektif
S1 memberikan keterangan yang cukup lengkap dan jelas tentang proses
pembelajaran matematika di kelas dan kendala yang dialami ABK slow learner.
Dimulai dari kesiapan S1 sebelum pembelajaran, tahap-tahap pelaksanaan
pembelajaran hingga evaluasi dan tindak lanjut baik untuk siswa biasa maupun
ABK slow learners. Selain menjelaskan kendala yang dialami ABK slow
learners, S1 juga menjelaskan cara menyelesaikan kendala tersebut. Dari hasil
wawancara ini sudah dapat menggambarkan proses pembelajaran yang terjadi di
kelas serta faktor atau kendala yang dialami ABK slow learner dan
penyelesaiannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Lampiran 15
CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA
Catatan Lapangan Nomor : 03
Wawancara ke- : 01
Tempat Wawancara : Ruang Kelas VB
Hari, Tanggal : Selasa, 01 April 2014
Narasumber : Ragil Tri, S. Pd (Subjek 2)
Untuk memudahkan analisis data, peneliti memberi kode pada transkrip
wawancara, yaitu sebagai berikut.
C. Kode “P” menunjukkan Peneliti
D. Kode “S1” menunjukkan subjek penelitian 1 (Guru Matematika)
E. Kode “S2” menunjukkan subjek penelitian 2 (Guru Pendamping Khusus
(GPK))
F. Kode “a” menunjukkan wawancara pertama
G. Kode “b” menunjukkan wawancara kedua
H. Kode setelah kode huruf kecil, menunjukkan urutan pertanyaan.
Salah satu contohnya adalah S2a01 yang berarti subjek 2 menjawab wawancara
pertama untuk pertanyaan ke-1.
A. Catatan Deskriptif
Pada hari itu setelah melakukan observasi pertama di kelas, peneliti
membuat janji untuk mengadakan wawancara pada hari itu juga. S2 kemudian
menyanggupi untuk wawancara pada saat jam makan siang karena masih ada jam
mengajar. Peneliti menunggu S2 di front office sekolah. Tidak lama kemudian S2
selesai mengajar dan mengajak peneliti untuk ke ruang kelas. Sesampainya di
ruang kelas, kelas dalam keadaan sepi karena siswa sedang istirahat jam makan
siang. Peneliti dipersilahkan duduk dan menyiapkan alat untuk merekam proses
wawancara. Berikut hasil wawancara pertama dengan S2.
Pa00 : Selamat siang bu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
S2a00 : ya selamat siang
Pa01 : Bagaimana kesiapan Ibu sebelum pembelajaran matematika?
S2a01 : Saya siapkan media dan sumber belajar untuk ABK yang akan dipakai
saat itu.
Pa02 : Apakah sama media dan sumber belajar yang digunakan siswa reguler
dan ABK?
S2a02 : Tidak sama, untuk ABK disediakan media khusus contohnya bisa
berupa puzzle atau papan penjodohan seperti anak TK yang dibuat
semenarik mungkin.
Pa03 : Mengapa disiapkan media khusus untuk ABK?
S2a03 : Yaaa,,, karena mereka berbeda dengan siswa lain. Kalau ada media
yang menarik mereka tidak cepat bosan. Jadi diharapkan dengan
adanya media itu dapat membantu proses belajar megajar.
Pa04 : Apakah media itu sudah Ibu siapkan di dalam kelas?
S2a04 : Media khusus untuk ABK sudah disiapkan di ruang Puspa atau ruang
pusat pelayanan ABK.
Pa05 : Apakah ABK selalu menggunakan media tersebut setiap proses
pembelajaran?
S2a05 : Tergantung materinya,
Pa06 : Apakah Ibu juga menyiapkan RPP dan silabus?
S2a06 : Saya tidak menyiapkan RPP dan silabus karena sudah disiapkan oleh
guru kelas. Saya hanya menyiapkan PPI.
Pa07 : Dalam RPP itu dituliskan kalau ada modifikasi untuk ABK, bisa
dijelaskan Bu?
S2a07 : Modifikasi untuk ABK itu ada modifikasi indikator keberhasilan,
materi, soal. Di RPP kan ada..
Pa08 : Di RPP ini dituliskan kalau modifikasi soal dibuat oleh GPK.
S2a08 : Ya, karena slow leraners materinya tidak sampai perbandingan hanya
sampai pecahan maka soalnya pun juga beda, itu saya yang buat.
Dan saya selalu berkomunikasi dengan guru kelas mengenai
modifikasi dalam penyusunan RPP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
Pa09 : Untuk PPI tiap ABK apakah sama, Bu?
S2a09 : Tidak sama itu disesuaikan dengan kondisi siwa masing-masing ABK.
Pa10 : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika untuk ABK slow
learners di kelas, Bu?
S2a10 : Sama seperti siswa lain, pelaksanaan pembelajaran ada 3 tahap yaitu
penduluan, inti dan penutup
Pa11 : Pada tahap pendahuluan apakah siswa sebelum pembelajaran
dipersiapkan secara psikis dan fisik?
S2a11 : Ya,
Pa12 : Bagaimana mempersiapkan anak secara psikis dan fisik?
S1a12 : Pada pertemuan sebelumnya saya biasanya memberitahu materi apa
yang akan diajarkan. Itu juga saya tuliskan pada buku agar tidak lupa
Pa13 : Apakah menulis pada buku tulis mereka?
S1a13 : Ya, buku khusus yang isinya kegiatan dia di sekolah, apa saja yang
perlu dibawa besuk. Jadi itu orangtuanya juga bisa mantau dari buku
itu
Pa14 : Apakah Ibu mengajukan pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang
berkaitan dengan materi?
S1a14 : Ya biasanya slow learners saya arahkan dengan pertanyaan yang
nyrempet dengan materi, kalau ini bahas pecahan ya saya tanyakan
membagi jeruk jadi beberapa bagian. Pertanyaan sesederhana
mungkin supaya dia mengerti.
Pa15 : Apakah mereka selalu bisa menjawab pertanyaan yang Ibu berikan?
S2a15 : Ya kadang bisa kadang gak, harus pelan-pelan mengajar slow
learners itu. Juga harus diulang-ulang.
Pa16 : Pada tahap pendahuluan ini, apakah Ibu juga menjelaskan tujuan
pembelajaran atau KD?
S2a16 : Ya tidak, itu sudah dijelaskan sama guru matematika di depan kelas.
Pa20 : Apakah dalam pembelajaran Ibu menggunakan pendekatan, media
pembelajaran dan sumber belajar lain?
S2a20 : Ya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
Pa21 : Pendekatan pembelajaran yang bagaimana?
S2a21 : Pendekatan yang berpusat pada ABK slow learners
Pa22 : Media apa yang digunakan?
S2a22 : Medianya bisa berbentuk puzzle, papan penjodohan, ya sebisa
mungkin media yang dipakai menarik untuk siswa.
Pa23 : Kalau sumber belajar yang dipakai?
S2a23 : Pakai buku paket.
Pa21 : Dalam inti pembelajaran, apakah Ibu melibatkan ABK slow learners
dalam pembelajaran yang aktif?
S2a21 : Ya
Pa22 : Bagaimana cara melibatkan mereka?
S2a22 : Diberi soal terus suruh mengerjakan, dibimbing terus kalau bisa
mengerjakan diberi pujian kalau belum bisa ya diarahkan secara
berulang-ulang.
Pa23 : Bagaimana interaksi yang terjadi antara siswa biasa dan siswa ABK?
S2a23 : Interaksi terjadi dengan baik, siswa biasa tidak pernah menganggap
kalau ABK itu berbeda. Mereka sangat welcome.
Pa24 : Apakah dalam pemberian tugas antara siswa biasa dengan ABK slow
learners berbeda?
S2a24 : Ya tentu, kalau ABK diberikan sesuai kemampuan mereka. Kalau
materinya dimodifikasi beda ya jelas soalnya juga beda.
Pa25 : Apakah selama proses pembelajaran selalu memantau dan
membimbing ABK slow learners?
S2a25 : Ya, itu memang tugas saya sebagai GPK
Pa26 : Kegiatan apa yang dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir?
S2a26 : Bersama ABK slow learners membuat rangkuman atau kesimpulan
materi yang baru diajarkan.
Pa27 : Bagaimana cara mengajak mereka membuat rangkuman?
S2a27 : Pelan-pelan diarahkan, pokoknya dengan slow learners harus
diulang-ulang agar mereka paham juga dimotivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
Pa28 : Apakah guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang
sudah dilaksanakan?
S2a28 : Ya
Pa29 : Penilaian yang dilakukan seperti apa?
S2a30 : Menilai hasil kinerja siswa ABK.
Pa31 : Bagaimana penilaian untuk siswa ABK?
S2a31 : Kalau penilaian untuk siswa ABK tentu berbeda dengan siswa
reguler, ABK saya yang menilai.
Pa32 : Bagaimana dengan pemberian umpan balik setelah selesai
pembelajaran?
S2a32 : Biasanya diberikan pertanyaan-pertanyaan yang tadi saya ajarkan
Pa33 : Bagaimana kegiatan tindak lanjut yang diberikan setelah proses
pembelajaran selesai?
S2a33 : kalau tindak lanjut itu biasanya diajak ke puspa
Pa34 : Apa itu Puspa, Bu?
S2a34 : Puspa adalah pelayanan khusus untuk siswa ABK, ada ruangannya
sendiri.
Pa35 ; apakah siswa selalu diajak ke Puspa setiap selesai pembelajaran?
S2a35 : ya tergantung kebutuhan saja
Pa36 : apa tindak lanjut untuk ABK berbeda dengan siswa lain?
S2a36 : kalau siswa lain kan ada remidi dan pengayaan kalau ABK tidak,
paling-paling hanya layanan konseling saja,
Pa37 : Layanan konseling itu contohnya bagaimana?
S2a38 : siswa yang agak membandel gak mau nurut ya diarahkan, dikasihtahu
apa salahnya diajari benernya bagaimana, kita harus sabar
menghadapi mereka
Pa39 : Apakah Ibu juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya?
S2a39 : Ya, setiap selesai pembelajaran saya menyampaikan kepada siswa
rencana pembelajaran berikutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Pa40 : Selama proses pembelajaran Bu, adakah faktor atau kendala yang
dialami ABK slow learners?
S2a40 : Banyak sekali pastinya
Pa41 : Apa saja faktor atau kendala tersebut Bu?
S2a41 : ABK slow learner biasanya di tengah-tengah pembelajaran malas
untuk mengerjakan tugas atau kadang menolak melanjutkan tugas
Pa42 : Bagaimana cara menanganinya?
S2a42 ; Pertama diberi motivasi saat masih membandel maka ada penerapan
konsekuensi yang harus diterima yaitu dipulangkan lebih akhir atau
diberi tambahan waktu belajar atau tambahan waktu mengerjakan
soal
Pa43 : Adakah faktor-faktor yang lain?
S2a43 : ABK slow learner itu sering kali kesulitan ketika menanamkan konsep
matematika
Pa44 : Mengapa bisa terjadi?
S2a44 : ABK slow learners itu mempunyai daya ingat yang cukup rendah
Pa45 : Bagaimana menanganinya?
S2a45 : Hanya diberikan konsep-konsep dasar matematika sesuai dengan
kemampuan ABK dan dilakukan berulang-ulang
Pa46 ; Apakah ABK juga mengalami mood yang berubah-ubah?
S2a46 : Ya, sering kali mengalami hal itu
Pa47 : Bagaimana ibu mengatasinya?
S2a48 : Sebagai GPK saya harus sabar dalam membimbing siswa ABK, Saya
selalu memberikan motivasi terus menerus atau biasanya adanya
pemberian reward baik berupa pujian atau hadiah agar mereka lebih
semangat.
Pa49 : Terimakasih Bu atas waktunya
S21a49 : Sama-sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
B. Catatan Reflektif
S2 memberikan keterangan yang cukup lengkap dan jelas tentang proses
pembelajaran matematika di kelas dan kendala yang dialami ABK slow learner.
Dimulai dari kesiapan S2 sebelum pembelajaran, tahap-tahap pelaksanaan
pembelajaran hingga evaluasi dan tindak lanjut baik untuk siswa biasa maupun
ABK slow learners. Selain menjelaskan kendala yang dialami ABK slow
learners, S2 juga menjelaskan cara menyelesaikan kendala tersebut. Dari hasil
wawancara ini sudah dapat menggambarkan proses pembelajaran yang terjadi di
kelas serta faktor atau kendala yang dialami ABK slow learner dan
penyelesaiannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
Lampiran 16
CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA
Catatan Lapangan Nomor : 03
Wawancara ke- : 02
Tempat Wawancara : Ruang Kelas VB
Hari, Tanggal : Rabu, 09 April 2014
Narasumber : Ragil Tri, S. Pd (Subjek 2)
Untuk memudahkan analisis data, peneliti memberi kode pada transkrip
wawancara, yaitu sebagai berikut.
13. Kode “P” menunjukkan Peneliti
14. Kode “S1” menunjukkan subjek penelitian 1 (Guru Matematika)
15. Kode “S2” menunjukkan subjek penelitian 2 (Guru Pendamping Khusus
(GPK))
16. Kode “a” menunjukkan wawancara pertama
17. Kode “b” menunjukkan wawancara kedua
18. Kode setelah kode huruf kecil, menunjukkan urutan pertanyaan.
Salah satu contohnya adalah S2b01 yang berarti subjek 2 menjawab wawancara
kedua untuk pertanyaan ke-1.
A. Catatan Deskriptif
Pada hari itu peneliti membuat janji untuk mengadakan wawancara,
sebelumnya peneliti sudah meminta waktu kepada S2 melalui telepon. S2
kemudian menyanggupi untuk wawancara pada saat jam makan siang karen a
sebelumnyamasih ada jam mengajar. Peneliti menunggu S2 di front office
sekolah. Tidak lama kemudian S2 selesai mengajar dan mengajak peneliti untuk
ke ruang kelas. Sesampainya di ruang kelas, kelas dalam keadaan sepi karena
siswa sedang istirahat jam makan siang. Peneliti dipersilahkan duduk dan
menyiapkan alat untuk merekam proses wawancara. Berikut hasil wawancara
pertama dengan S2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Pb00 : Selamat siang bu,
S2b00 : selamat siang
Pb01 : Bagaimana kesiapan Ibu sebelum pembelajaran matematika?
S2b01 : menyiapkan media dan sumber belajar.
Pb02 : Media untuk siswa reguler atau ABK?
S2b02 : hanya untuk ABK karena untuk siswa reguler sudah disiapkan guru
matematika, media yang saya gunakan untuk ABK adalah media
khusus contohnya bisa berupa puzzle atau papan penjodohan.
Pb03 : Mengapa disiapkan media khusus untuk ABK?
S2b03 : Media khusus disiapkan agar anak senang atau semangat dalam
belajar matematika. Kalau ada media yang menarik mereka tidak
cepat bosan.
Pb04 : Apakah media itu sudah Ibu siapkan di dalam kelas?
S2b04 : Media khusus untuk ABK sudah ada di ruang Puspa atau ruang pusat
pelayanan ABK. Jadi saya tinggal membawa anak ABK ke ruang
Puspa.
Pb05 : Apakah ABK selalu menggunakan media tersebut setiap proses
pembelajaran?
S2b05 : Dilihat materinya dulu,
Pb06 : Apakah Ibu juga menyiapkan RPP dan silabus?
S2b06 : Saya tidak menyiapkan RPP dan silabus. Saya hanya menyiapkan PPI
atau program pembelajaran individu.
Pb07 : Dalam RPP itu dituliskan kalau ada modifikasi untuk ABK, bisa
dijelaskan Bu?
S2b07 : Modifikasi untuk ABK itu ada modifikasi indikator keberhasilan,
materi, soal.
Pb08 : Di RPP ini dituliskan kalau modifikasi soal dibuat oleh GPK.
S2b08 : Ya, karena slow leraners materinya tidak sampai perbandingan hanya
sampai pecahan maka soalnya pun juga beda, itu saya yang buat.
Pb09 : Apakah PPI dibuat untuk pelajaran matematika saja?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
S2b09 : Tidak, PPI itu dibuat untuk semua mata pelajaran. Karena slow
learners hanya kesulitan dalam pelajaran matematika, untuk
pelajaran lain dia bisa mengikuti sesuai dengan materi siswa reguler.
Pb10 : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika untuk ABK slow
learners di kelas, Bu?
S2b10 : ada 3 tahap yaitu penduluan, inti dan penutup
Pb11 : Pada tahap pendahuluan apakah siswa sebelum pembelajaran
dipersiapkan secara psikis dan fisik?
S2b11 : Ya,
Pb12 : Bagaimana mempersiapkan anak secara psikis dan fisik?
S2b12 : pertemuan sebelumnya saya biasanya itu nagsih tahu mereka materi
apa yang akan diajarkan, apa saja yang perlu dibawa, apa saja yang
perlu dikerjakan esok hari. Itu semua saya tuliskan pada buku khusus
yang selalu mereka bawa pulang ke rumah.
Pb13 : Buku khusus itu bagaimana ya maksutnya Bu?
S2b13 : buku khusus itu isinya kegiatan dia di sekolah, apa saja yang perlu
dibawa besuk. Jadi itu orangtuanya juga bisa mantau dari buku itu.
Kalau misal anak bandel atau gak nurut ya saya catat di situ,saya
laporkan ke orangtua mereka. Anak slow learners kan cepet lupa, jadi
orangtua di rumah juga bisa mengingatkan apa saja yang akan
dibawa ke sekolah besuk.
Pb14 : Apakah Ibu mengajukan pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang
berkaitan dengan materi?
S2b14 : Ya biasanya slow learners saya arahkan dengan pertanyaan
sederhana, misalnya saat ini lagi bahas pecahan contohnya membagi
apel jadi beberapa bagian.
Pb15 : Apakah mereka selalu bisa menjawab pertanyaan yang Ibu berikan?
S2b15 : Ya kadang bisa kadang gak, harus pelan-pelan mengajar slow
learners itu. Juga harus diulang-ulang. Harus sabar.
Pb16 : Pada tahap pendahuluan ini, apakah Ibu juga menjelaskan tujuan
pembelajaran atau KD?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
S2b16 : Ya tidak, itu sudah dijelaskan sama guru matematika di depan kelas.
Pb20 : Apakah dalam pembelajaran Ibu menggunakan pendekatan, media
pembelajaran dan sumber belajar lain?
S2b20 : Ya,
Pb21 : Pendekatan pembelajaran yang bagaimana?
S2b21 : Pendekatan yang berpusat pada ABK slow learners
Pb22 : Media apa yang digunakan?
S2b22 : Medianya bisa berbentuk puzzle, papan penjodohan, ya sebisa
mungkin media yang dipakai menarik untuk siswa.
Pb23 : Kalau sumber belajar yang dipakai?
S2b23 : Pakai buku paket.
Pb21 : Dalam inti pembelajaran, apakah Ibu melibatkan ABK slow learners
dalam pembelajaran yang aktif?
S2b21 : Ya
Pb22 : Bagaimana cara melibatkan mereka?
S2b22 : Diberi soal terus suruh mengerjakan, dibimbing terus kalau bisa
mengerjakan diberi pujian kalau belum bisa ya diajari berulang-
ulang.
Pb23 : Bagaimana interaksi yang terjadi antara siswa biasa dan siswa ABK?
S2b23 : Interaksi terjadi dengan baik, siswa biasa tidak pernah menganggap
kalau ABK itu berbeda. Mereka sangat welcome. Kalau anak
kesulitan siswa lain bahkan mau membantu.
Pb24 : Apakah dalam pemberian tugas antara siswa biasa dengan ABK slow
learners berbeda?
S2b24 : Ya jelas, kalau ABK diberikan sesuai kemampuan mereka. Kalau
materinya dimodifikasi beda ya jelas soalnya juga beda.
Pb25 : Apakah selama proses pembelajaran selalu memantau dan
membimbing ABK slow learners?
S2b25 : Ya, GPK itu selalu duduk di samping siswa ABK.
Pb26 : Kegiatan apa yang dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
S2b26 : membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang baru diajarkan.
Mengajak mereka menulis apa yang mereka pahami dari pelajaran
yang barusan diterangkan
Pb27 : Bagaimana cara mengajak mereka membuat rangkuman?
S2b27 : Pelan-pelan diarahkan, pokoknya dengan slow learners harus
diulang-ulang agar mereka paham juga dimotivasi
Pb28 : Apakah guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang
sudah dilaksanakan?
S2b28 : Ya
Pb29 : Penilaian yang dilakukan seperti apa?
S2b30 : Menilai hasil kinerja siswa ABK.
Pb31 : Bagaimana penilaian untuk siswa ABK?
S2b31 : Kalau penilaian untuk siswa ABK tentu berbeda dengan siswa
reguler, ABK saya yang menilai.
Pb32 : Bagaimana dengan pemberian umpan balik setelah selesai
pembelajaran?
S2b32 : Biasanya diberikan pertanyaan-pertanyaan yang tadi saya ajarkan
Pb33 : Bagaimana kegiatan tindak lanjut yang diberikan setelah proses
pembelajaran selesai?
S2b33 : kalau tindak lanjut itu biasanya diajak ke puspa
Pb34 : Kegiatan apa yang dilakukan di puspa?
S2b34 : Puspa itu kan pelayanan khusus untuk siswa ABK, ada ruangannya
sendiri. Biasanya di sana itu anak diberi masukan, dimotivasi,dikasih
pujian kalau tadi waktu pelajaran bisa mengerjakan
Pb35 ; apakah siswa selalu diajak ke Puspa setiap selesai pembelajaran?
S2b35 : ya tergantung kebutuhan saja, kalau anak mengganggu pembelajaran
di kelas diajak ke puspa
Pb36 : apa tindak lanjut untuk ABK berbeda dengan siswa lain?
S2b36 : kalau siswa lain kan ada remidi dan pengayaan kalau ABK tidak,
paling-paling hanya layanan konseling saja,
Pb37 : Layanan konseling itu contohnya bagaimana?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
S2b38 : siswa yang agak membandel gak mau nurut ya diarahkan, dikasihtahu
apa salahnya diajari benernya bagaimana, kita harus sabar
menghadapi mereka
Pb39 : Apakah Ibu juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya?
S2b39 : Ya, setiap selesai pembelajaran saya menyampaikan kepada siswa
rencana pembelajaran berikutnya
Pb40 : Selama proses pembelajaran Bu, adakah faktor atau kendala yang
dialami ABK slow learners?
S2b40 : Wah kalau itu banyak sekali pastinya
Pb41 : Apa saja kendala tersebut Bu?
S2b41 : ABK slow learner biasanya di tengah-tengah pembelajaran malas
untuk mengerjakan tugas atau kadang menolak melanjutkan tugas
Pb42 : Bagaimana cara menanganinya?
S2b42 ; Pertama diberi motivasi saat masih membandel maka ada penerapan
konsekuensi yang harus diterima yaitu dipulangkan lebih akhir atau
diberi tambahan waktu belajar atau tambahan waktu mengerjakan
soal
Pb43 : Adakah faktor-faktor yang lain?
S2b43 : ABK slow learner itu sering kali kesulitan ketika menanamkan konsep
matematika
Pb44 : Mengapa bisa terjadi?
S2b44 : ABK slow learners itu mempunyai daya ingat yang cukup rendah.
Maka dari itu ada modifikasi materi.
Pb45 : Bagaimana menanganinya?
S2b45 : Hanya diberikan konsep-konsep dasar matematika sesuai dengan
kemampuan ABK dan dilakukan berulang-ulang. Orang hari ini
diajarkan besuk aja kalau ditanya pasti jawabnya lupa
Pb46 ; Apakah ABK juga mengalami mood yang berubah-ubah?
S2b46 : Ya, sering kali mengalami hal itu
Pb47 : Bagaimana ibu mengatasinya?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
S2b47 : Sebagai GPK saya harus sabar dalam membimbing siswa ABK, Saya
selalu memberikan motivasi terus menerus atau biasanya adanya
pemberian reward baik berupa pujian atau hadiah agar mereka lebih
semangat. Perlu diingat slow learner itu bukan kelainan atau cacat
mental seperti autis, hanya mereka itu mempunyai kemampuan di
bawah rata-rata dari teman-teman yang lain, meskipun demikian
mereka juga perlu mendapat penganan khusus.
Pb48 : Terimakasih Bu atas waktu untuk wawancara hari ini
S2b48 : Sama-sama semoga bisa membantu
B. Catatan Reflektif
S2 memberikan keterangan yang cukup lengkap dan jelas tentang proses
pembelajaran matematika di kelas dan kendala yang dialami ABK slow learner.
Dimulai dari kesiapan S2 sebelum pembelajaran, tahap-tahap pelaksanaan
pembelajaran hingga evaluasi dan tindak lanjut baik untuk siswa biasa maupun
ABK slow learners. Selain menjelaskan kendala yang dialami ABK slow
learners, S2 juga menjelaskan cara menyelesaikan kendala tersebut. Dari hasil
wawancara ini sudah dapat menggambarkan proses pembelajaran yang terjadi di
kelas serta faktor atau kendala yang dialami ABK slow learner dan
penyelesaiannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
Lampiran 17
CATATAN LAPANGAN HASIL OBSERVASI PERTAMA
Subjek Pertama (S1) adalah guru matematika sedangkan subjek kedua (S2)
adalah guru pendamping khusus (GPK). Observasi dilakukan pada Hari Selasa,
01 April 2014 di kelas VB SD Al Firdaus Surakarta. Pada hari itu, mata pelajaran
matematika akan dimulai pada pukul 10.05 sampai 11.15. Beberapa menit
sebelum bel mulai pembelajaran, peneliti menemui S1 terlebih dahulu di front
office sekolah. Kemudian tepat pukul 10.00, S1 mengajak peneliti segera menuju
kelas VB. Sesampai di kelas terlihat siswa masih duduk santai dan ada yang masih
bergerombol dengan temannya, siswa terlihat sedang menyantap bekal dari
rumah. S1 meminta siswa untuk cepat menyelesaikan istirahatnya, karena
sebentar lagi waktu istirahat habis. S1 menemui S2 yang sudah berada di dalam
kelas dan memperkenalkan peneliti dan maksut tujuan melakukan penelitian.
Ruang kelas VB terletak di lantai dua, ruangan cukup luas dengan
menampung 32 siswa reguler dan 5 anak berkebutuhan khusus (ABK). Penataan
tempat duduk yang bagus dengan papan tulis di depan kelas dan meja guru di
pojok kanan depan kelas. Sedangkan di belakang kelas terdapat almari tempat
menyimpan buku-buku siswa dan meja komputer. Dinding di ruang tersebut
penuh dengan kreasi hasil karya siswa. Di samping itu tidak hanya guru
matematika yang akan mempersiapkan pengajaran, namun guru pendamping
khusus (GPK) untuk masing-masing siswa ABK sudah siap pula membimbing
ABK.
Sebelum pembelajaran dimulai S1 menyiapkan buku dan peralatan untuk
mengajar demikian pula dengan S2. S1 mengambil peralatan dari meja yang
berada di belakang kelas, kemudian S1 menuju depan kelas sedangkan S2 berdiri
di samping ABK slow learners. Di sisi lain pada saat itu peneliti memilih berdiri
di belakang kelas untuk melakukan pengamatan. Peneliti menyiapkan lembar
observasi untuk mengamati kegiatan S1 dan S2. Serta menyiapkan kamera video
untuk merekam kegiatan pembelajaran di kelas pada waktu itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
Sesampainya di depan kelas, S1 mengucapkan salam kemudian mengajak
anak-anak berdoa. S1 menanyakan pelajaran minggu lalu sampai mana, mengajak
siswa mengulang sedikit pelajaran pada materi pecahan. Selanjutnya S1
memasuki pelajaran baru bab skala dan perbandingan. Menuliskan di papan judul
Perbandingan dan Skala. Sebelum membahas tentang materi perbandingan dan
skala, S1 memberikan pertanyaan pada siswa mengenai perbandingan. Siswa pun
menjawab dengan mengangkat jari terlebih dahulu. Kemudian menjelaskan materi
tersebut.
Peneliti kemudian mulai mengamati S2 yang sudah mengambil kursi
duduk di sebelah ABK slow learners. Pada materi ini karena adanya modifikasi
materi maka untuk ABK slow learners tidak memperhatikan S1 melainkan hanya
memperhatikan S2. ABK slow learners mempelajari materi pecahan. Sebelum
mengajar S2 terlebih dahulu menanyakan apakah tugas yang diberikan di rumah
sudah dikerjakan, ABK slow learners menjawab ada yang belum dan ada yang
sudah. Sambil tersenyum, S2 menanyakan mana yang belum selesai kemudian
mengajak ABK slow learners menjawab bersama-sama. Sesekali S2 bertanya
mana yang masih belum mengerti. Sudah dirasa cukup S2 melanjutkan
menjelaskan materi pecahan. S2 menggunakan media untuk ABK slow learners
berupa papan penjodohan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.
ABK slow learners mendengarkan walaupun sering terlihat menguap dan
mengucek mata. Kalau sudah begitu biasanya S2 menghentikan menerangkan.
Peneliti kembali lagi mengamati S1 ketika S1 sedang memberikan tugas
untuk dikerjakan siswa reguler. Ketika siswa mengerjakan S1 berkeliling melihat
jawaban siswa. S1 juga menuju meja ABK slow learners untuk melihat dan
memantau apa yang sedang dikerjakannya. Sesekali S1 bercengkrama dengan S2
menanyakan sejauh mana ABK slow learners mempelajari materi pecahan. ABK
slow learners terlihat sudah mulai bosan, ini ditunjukkan dengan mulai bersender
santai di bangku, meletakkan kepala di atas meja, menguap, mengajak ngobrol
siswa reguler padahal banyak siswa yang masih menghitung skala. S2 bertanya
apa sudah selesai mengerjakan tugas yang diberikan, dia menjawab belum.
Kemudian S2 menanyakan mana yang belum bisa dan mengajari pelan-pelan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
Memang terlihat kesabaran yang luar biasa dari S2 saat membimbing ABK slow
learners. Belum lagi saat ABK slow learners tidak menjawab ketika tanya, tidak
mau mngerjakan, mulai menjawab pertanyaan S2 dengan nada membentak dan
sedikit berteriak. Namun S2 terus membimbing, berkali-kali membujuk agar mau
melanjutkan mengerjakan.
15 menit sebelum pembelajaran berakhir S2 menuliskan pada buku khusus
ABK slow learners apa saja yang sudah dikerjakan hari itu. Tak lupa menuliskan
apa saja yang perlu dibawa untuk pertemuan selanjutnya. Ini berfungsi agar ABK
slow learners tidak lupa dan orangtua mereka mengetahui serta dapat memantau
apa saja yang sudah dikerjakan di sekolah. Di sisi lain S1 mulai menuliskan soal
di papan untuk siswa reguler dan menanyakan kepada siswa siapa yang bisa
menjawab. Siswa reguler menghitung dan beberapa dari mereka mengangkat jari
untuk mengerjakan soal di papan. Setelah selesai S1 mengajak siswa membuat
rangkuman dan merefleksikan apa yang sudah dilakukan hari ini serta
memberikan umpan balik dengan menanyakan pada siswa. 5 menit sebelum bel
berbunyi S1 menjelaskan rencana untuk pertemuan berikunya, menyuruh siswa
menutup buku dan memasukkan dalam tas. Tak beberapa lama kemudian bel
berbunyi yang menandakan pelajaran selesai dan waktunya istirahat makan siang.
Tak lupa S1 mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa. Siswa-siswa
berhamburan keluar kelas, S1 dan S2 menuju ke belakang kelas duduk di samping
peneliti kemudian peneliti berbincang-bincang dengan S1dan S2 tentang hal-hal
yang berkaitan dengan penelitian. Kemudian peneliti membuat janji dengan S1
dan S2 untuk melakukan proses wawancara. Setelah membuat janji peneliti pamit
untuk pulang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
Lampiran 18
CATATAN LAPANGAN HASIL OBSERVASI KEDUA
Subjek Pertama (S1) adalah guru matematika sedangkan subjek kedua (S2)
adalah guru pendamping khusus (GPK). Observasi dilakukan pada Hari Selasa,
08 April 2014 di kelas VB SD Al Firdaus Surakarta. Pada hari itu, mata pelajaran
matematika akan dimulai pada pukul 10.05 sampai 11.15. Beberapa menit
sebelum bel mulai pembelajaran, peneliti menemui S1 terlebih dahulu di front
office sekolah. Kemudian tepat pukul 10.00, S1 mengajak peneliti segera menuju
kelas VB. Sesampai di kelas terlihat siswa masih duduk santai dan ada yang masih
bergerombol dengan temannya, siswa terlihat sedang menyantap bekal dari
rumah. S1 meminta siswa untuk cepat menyelesaikan istirahatnya, karena
sebentar lagi waktu istirahat habis. S1 segera menyiapkan buku dan peralatan
untuk mengajar. Di sisi lain pada saat itu peneliti memilih berdiri di belakang
kelas untuk melakukan pengamatan. Untuk kali ini peneliti mengamati jalannya
proses pembelajaran hanya mencatat hal-hal penting di kertas. Itu dikarenakan
pada observasi pertama ketika melakukan proses perekaman banyak siswa yang
sering menengok ke belakang melihat peneliti. Hal ini dapat mengganggu proses
belajar siswa tersebut.
Sebelum proses pembelajaran berlangsung, S1 mengucapkan salam dan
mengajak siswa untuk berdoa. Setelah itu S1 menyiapkan sumber belajar yaitu
buku paket. Untuk media belajar kali ini S1 menggunakan penggaris, benang dan
atlas yang akan digunakan sebagai praktek menghitung skala. Kemudian S1
mengingatkan kembali kepada siswa reguler mengenai materi yang sudah
diajarkan pada pertemuan sebelumnya dan menjelaskan tujuan pembelajaran hari
ini. Di sisi lain karena adanya modifikasi materi untuk ABK slow learners, maka
sepenuhnya ABK slow learners diajar oleh S2 dengan materi pecahan. Hari ini S2
sudah menyiapkan media khusus berupa puzzle serta buku paket untuk ABK slow
learners. Sebelum meneruskan pelajaran, S2 menanyakan pelajaran sebelumnya
pada ABK slow learners. ABK slow learners menjawab sedikit-sedikit kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
mengatakan bahwa dia lupa. S2 membantu dengan memberikan arahan untuk
mengingatnya, walaupun lama akhirnya ABK slow learners dapat menjawab
pertanyaan S2. Kemudian S2 mulai melanjutkan pelajaran dengan media puzzle.
Siswa reguler sedang asik menghitung panjang dari kota A ke kota B
dengan benang untuk mencari skala. S1 berkeliling memantau pekerjaan masing-
masing siswa reguler. S1 juga menuju meja ABK slow learners untuk melihat dan
memantau apa yang sedang dikerjakannya. Sesekali S1 bercengkrama dengan S2
menanyakan sejauh mana ABK slow learners mempelajari materi pecahan. Jam
menunjukkan pukul 10.30 tapi terlihat bahwa ABK slow learners sudah mulai
bosan, ini ditunjukkan dengan mulai bersender santai di bangku, meletakkan
kepala di atas meja, menguap, mengajak ngobrol siswa reguler padahal banyak
siswa yang masih menghitung skala. S2 bertanya apa sudah selesai mengerjakan
tugas yang diberikan, dia menjawab belum. Kemudian S2 menanyakan mana yang
belum bisa dan mengajari pelan-pelan. Memang terlihat kesabaran yang luar biasa
dari S2 saat membimbing ABK slow learners. Belum lagi saat ABK slow learners
tidak menjawab ketika tanya, tidak mau mngerjakan, mulai menjawab pertanyaan
S2 dengan nada membentak dan sedikit berteriak. Namun S2 terus membimbing,
berkali-kali membujuk agar mau melanjutkan mengerjakan.
Jam menunjukkan pukul 11.30, 15 menit lagi pelajaran selesai. S1 mulai
menuliskan soal di papan untuk siswa reguler dan menanyakan kepada siswa
siapa yang bisa menjawab. Siswa reguler menghitung dan beberapa dari mereka
mengangkat jari untuk mengerjakan soal di papan. Setelah selesai S1 mengajak
siswa membuat rangkuman dan merefleksikan apa yang sudah dilakukan hari ini
serta memberikan umpan balik dengan menanyakan pada siswa. 5 menit sebelum
bel berbunyi S1 menjelaskan rencana untuk pertemuan berikunya, menyuruh
siswa menutup buku dan memasukkan dalam tas. Tak beberapa lama kemudian
bel berbunyi yang menandakan pelajaran selesai dan waktunya istirahat makan
siang. Tak lupa S1 mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa. Siswa-siswa
berhamburan keluar kelas, S1 dan S2 menuju ke belakang kelas duduk di samping
peneliti kemudian peneliti berbincang-bincang dengan S1dan S2 tentang hal-hal
yang berkaitan dengan penelitian. Kemudian peneliti membuat janji dengan S1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
dan S2 untuk melakukan proses wawancara. Setelah membuat janji peneliti pamit
untuk pulang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
Lampiran 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
Lampiran 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
Lampiran 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
Lampiran 22
Dokumentasi
Observasi terhadap Subjek 1
Observasi terhadap Subjek 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
Wawancara dengan Subjek 1
Wawancara dengan Subjek 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user