Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore),...

22
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 1 Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan Destinasi: Studi Kasus Pulau Bali Nyoman Budiartha R.M 1 , Djauhar Manfaat 2 , Tri Achmadi 3 1 Kandidat Doktor, 2 Promotor, 3 Co Promotor Program Pasca Sarjana Teknologi Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ABSTRAK Perkembangan pada sektor pariwisata Dunia telah memberi peluang yang sangat besar pada wisatawan cruise. Perkembangan ini tidak hanya menyangkut jumlah kapal tapi juga menyangkut ukuran kapal. Dinamika pasar yang terjadi pada dunia pariwisata ini menuntut adanya inovasi pengembangan teknologi dan manajemen secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan nilai tambah yang optimal pada sektor pariwisata ini. Persyaratan yang tinggi untuk melayani wisatawan cruise yang hanya singggah dalam waktu yang singkat (short time scale). Suatu tantangan bagi pariwisata Bali (local resources), manajemen lalu lintas dan prasarana pendukungnya serta dibutuhkan pengembangan atau pembangunan pelabuhan baru dengan perencanaan yang teliti serta pengaturan destinasi (manajemen destinasi). Untuk mencapai tujuan ini, adalah penting untuk memahami mengapa orang bepergian ke Bali dan factor-faktor apa yang mempengaruhi pilihan mereka. Bali dipilih sebagai studi kasus, karena Bali masih tetap merupakan salah satu daerah tujuan wisata (destinasi) utama yang diminati oleh wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia. Studi ini mengidentifikasi factor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan destinasi oleh wisatawan mancanegara yang datang ke Bali dan mengevaluasi preferensi wisatawan terhadap destinasi yang dipilih. Model AHP 4 tingkat, yang terdiri dari 22 atribut pada keempat tingkat, diusulkan dan diuji dengan menggunakan data yang dikumpulkan dari para wisatawan yang berkunjung ke pulau Bali untuk menentukan kreteria pemilihan factor-faktor yang relatif penting. Dengan menggunakan teori fuzzy dan TOPSIS, preferensi dari 47 destinasi yang ada di Bali dikelompokkan menjadi 11 destinasi untuk setiap kreteria dapat dievaluasi dan diberi peringkat akhir. Hasil-hasil yang didapat mengindikasikan bahwa kunjungan persahabatan/relative dan keamanan pribadi nampaknya menjadi 2 faktor yang paling penting untuk kedatangan (inbound) wisatawan yang berkunjung ke Bali, biaya/ongkos tidak begitu penting dan paket destinasi Jimbaran, Nusa Dua dan Kuta adalah menjadi prioritas pertama dalam kunjungan ke Bali Kata Kunci: Wisatawan Cruise, Kebutuhan dan Motivasi wisatawan, Destinasi, AHP, TOPSIS, Pulau Bali 1. IDENTIFIKASI MASALAH Ditengah pertumbuhan pariwisata dunia yang cenderung terus meningkat ini, justru pariwisata Indonesia akhir-akhir ini tidak mengalami perkembangan yang cukup berarti (stagnan) dan sangat jauh tertinggal dibandingkan negara- negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Hal ini tercermin dari peningkatan jumlah kedatangan wisatawan ke Indonesia yang jauh tertinggal dibandingkan dengan Negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara seperti misalnya malaysia pada tahun 2008 ini berhasil mendatangkan wisatawan dalam jumlah 22 juta orang sangat jauh dibandingkan Indonesia yang hanya 6,4 juta orang . (seperti diperlihatkan pada gambar 1-1). Padahal apa yang ada di Malaysia pasti ada di Indonesia karena mempunyai kesamaan dalam lokasi geografinya, masyarakatnya, sejarahnya, bahasanya, kebudayaannya dan sumber alamnya. Dua Negara juga menjual atraksi yang sama, pantai, gunung,, kebudayaan, kerajinan dan seni (Aznam 1992). Sebaliknya apa yang ada di Indonesia belum tentu ada di Malaysia. Seperti pulau Bali yang tahun 2009 ini mendapat penghargaan Award for Asia’s Best Resort Destination (Pulau Wisata Terbaik Asia) dari Asia Magazine Perkembangan pada sektor pariwisata Dunia telah memberi peluang yang sangat besar pada wisatawan cruise. Industri cruise merupakan katagori yang paling manarik dalam pasar pariwisata sejak tahun 1990, industri ini memiliki pertumbuhan penumpang rata-rata 7,4 % per tahun.

Transcript of Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore),...

Page 1: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4)

Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 1

Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan Destinasi:

Studi Kasus Pulau Bali

Nyoman Budiartha R.M

1, Djauhar Manfaat

2, Tri Achmadi

3

1Kandidat Doktor,

2Promotor,

3Co Promotor Program Pasca Sarjana Teknologi Kelautan

Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

ABSTRAK

Perkembangan pada sektor pariwisata Dunia telah memberi peluang yang sangat besar pada

wisatawan cruise. Perkembangan ini tidak hanya menyangkut jumlah kapal tapi juga menyangkut

ukuran kapal. Dinamika pasar yang terjadi pada dunia pariwisata ini menuntut adanya inovasi

pengembangan teknologi dan manajemen secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan nilai

tambah yang optimal pada sektor pariwisata ini. Persyaratan yang tinggi untuk melayani wisatawan

cruise yang hanya singggah dalam waktu yang singkat (short time scale). Suatu tantangan bagi

pariwisata Bali (local resources), manajemen lalu lintas dan prasarana pendukungnya serta

dibutuhkan pengembangan atau pembangunan pelabuhan baru dengan perencanaan yang teliti serta

pengaturan destinasi (manajemen destinasi).

Untuk mencapai tujuan ini, adalah penting untuk memahami mengapa orang bepergian ke Bali dan

factor-faktor apa yang mempengaruhi pilihan mereka. Bali dipilih sebagai studi kasus, karena Bali

masih tetap merupakan salah satu daerah tujuan wisata (destinasi) utama yang diminati oleh

wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia.

Studi ini mengidentifikasi factor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan destinasi oleh wisatawan

mancanegara yang datang ke Bali dan mengevaluasi preferensi wisatawan terhadap destinasi yang

dipilih. Model AHP 4 tingkat, yang terdiri dari 22 atribut pada keempat tingkat, diusulkan dan diuji

dengan menggunakan data yang dikumpulkan dari para wisatawan yang berkunjung ke pulau Bali

untuk menentukan kreteria pemilihan factor-faktor yang relatif penting. Dengan menggunakan teori

fuzzy dan TOPSIS, preferensi dari 47 destinasi yang ada di Bali dikelompokkan menjadi 11

destinasi untuk setiap kreteria dapat dievaluasi dan diberi peringkat akhir. Hasil-hasil yang didapat

mengindikasikan bahwa kunjungan persahabatan/relative dan keamanan pribadi nampaknya menjadi

2 faktor yang paling penting untuk kedatangan (inbound) wisatawan yang berkunjung ke Bali,

biaya/ongkos tidak begitu penting dan paket destinasi Jimbaran, Nusa Dua dan Kuta adalah menjadi

prioritas pertama dalam kunjungan ke Bali

Kata Kunci: Wisatawan Cruise, Kebutuhan dan Motivasi wisatawan, Destinasi, AHP, TOPSIS,

Pulau Bali

1. IDENTIFIKASI MASALAH

Ditengah pertumbuhan pariwisata dunia yang cenderung terus meningkat ini, justru pariwisata Indonesia akhir-akhir

ini tidak mengalami perkembangan yang cukup berarti (stagnan) dan sangat jauh tertinggal dibandingkan negara-

negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Hal ini tercermin dari peningkatan jumlah kedatangan

wisatawan ke Indonesia yang jauh tertinggal dibandingkan dengan Negara-negara lainnya di kawasan Asia

Tenggara seperti misalnya malaysia pada tahun 2008 ini berhasil mendatangkan wisatawan dalam jumlah 22 juta

orang sangat jauh dibandingkan Indonesia yang hanya 6,4 juta orang . (seperti diperlihatkan pada gambar 1-1).

Padahal apa yang ada di Malaysia pasti ada di Indonesia karena mempunyai kesamaan dalam lokasi geografinya,

masyarakatnya, sejarahnya, bahasanya, kebudayaannya dan sumber alamnya. Dua Negara juga menjual atraksi yang

sama, pantai, gunung,, kebudayaan, kerajinan dan seni (Aznam 1992). Sebaliknya apa yang ada di Indonesia belum

tentu ada di Malaysia. Seperti pulau Bali yang tahun 2009 ini mendapat penghargaan Award for Asia’s Best Resort

Destination (Pulau Wisata Terbaik Asia) dari Asia Magazine

Perkembangan pada sektor pariwisata Dunia telah memberi peluang yang sangat besar pada wisatawan cruise.

Industri cruise merupakan katagori yang paling manarik dalam pasar pariwisata sejak tahun 1990, industri ini

memiliki pertumbuhan penumpang rata-rata 7,4 % per tahun.

Page 2: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Nyoman Budiartha R.M, Djauhar Manfaat, Tri Achmadi

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 2

Gambar 1-1. Jumlah Kedatangan Wisatawan di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Singapore

Sumber: download dari http:/google/tourism

Industri ini sebenarnya masih muda. Namun sejak 1980 lebih dari 150 juta penumpang telah menggunakan jasa ini,

61 % diantaranya tumbuh dalam 10 tahun pertama dan 37 % tumbuh tahun-tahun terakhir. Pasar cruise sangat

potensial. Tercermin dari jumlah penumpang pada tahun 2008 telah mencapai 12,8 juta penumpang. Seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 1-2.

Gambar 1-2. Pertumbuhan Penumpang Cruise Dunia 1990 - 2008

Sumber : (CLIA 2008)

Selama 10 tahun, industri ini telah merespon pasar secara luas dan riset konsumen yang menuntun kearah

penambahan destinasi-destinasi baru, konsep desain kapal baru, kegiatan baru didalam kapal (on-board) atau di darat

(on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan pada pasar

cruise saat ini.

Perkembangan ini tidak hanya menyangkut jumlah kapal tapi juga menyangkut ukuran kapal. Menurut survey yang

dilakukan G.P.Wild (International) Ltd menyatakan bahwa lebih dari 50% kapal-kapal cruise yang berlayar dewasa

ini mempunyai panjang lebih dari 290 m loa, hampir 30 % mempunyai panjang lebih dari 300 m loa. Malahan

sekarang ini 20 dari 42 kapal-kapal cruise yang sedang dibangun mempunyai panjang lebih dari 300 m loa, dengan

lebih dari 5000 penumpang, seperti misal kapal cruise ”Oasis of the seas” yang mempunyai 16 deck, dengan bobot

220.000 GT, serta mengangkut 2.700 crew dan 5.400 penumpang. Seperti ditunjukkan pada Tabel 1-1.

Akibatnya, pelabuhan-pelabuhan yang sudah ada tapi tidak bisa mengikuti perkembangan atau mengakomodasi

kapal-kapal cruise yang berukuran besar ini, prospek pasarnya akan menurun. Misalnya sebuah pelabuhan yang 17

tahun yang lalu dapat melayani kapal-kapal cruise besar (sekitar 250 m) tapi kalau tidak melakukan perubahan atau

pengembangan, pasarnya akan turun sebesar 54 % dalam tahun 2014. Karena mulai tahun 2011 hampir 78 %

wisatawan cruise yang akan berlayar menggunakan kapal-kapal yang mempunyai panjang lebih dari 250 m yang

terdiri dari 57 % mempunyai ukuran > 275 m dan 21 % > 300 m

Dari data yang ada ternyata sangat kecil sensitifitas para wisatawan yang berkunjung ke Indonesia terhadap atribut

pelayanan angkutan laut ini dan ada kecendrungan terus menurun ditengah peningkatan jumlah wisatawan cruise

Page 3: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Analisis Preferensi Wisatawan Cruise TerhadapPemilihan Destinasi

Studi Kasus Pulau Bali

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 3

dunia khususnya di kawasan Asia Pasific. Ini berarti ada indikasi bahwa para wisatawan yang menggunakan

angkutan kapal cruises, sangat kecil. Hal ini disebabkan Indonesia khususnya Bali sampai saat ini belum

mempunyai pelabuhan yang berstandar internasional untuk melayani kapal-kapal cruise, sementara Negara tetangga

kita sudah mempunyai pelabuhan khusus pariwisata(cruise) seperti Singapura, Malaysia (Port Klang) maupun

Thailand (Laem Chabang). Pelabuhan Benoa yang merupakan satu-satunya pelabuhan yang dicanangkan menjadi

pelabuhan pariwisata termasuk untuk melayani kapal-kapal cruise secara teknis belum mampu melayani kapal-kapal

cruise yang mempunyai panjang lebih dari 200 m. Sementara ini kapal-kapal cruise yang mempunyai panjang lebih

dari 200 meter biasanya hanya buang jangkar di perairan sekitar padangbai. Selanjutnya penumpang diturunkan

dengan menggunakan sekoci yang ada di kapal akibatnya kebanyakan dari penumpang tidak berani/enggan untuk

turun. disamping itu waktu embarkasi dengan menggunakan sekoci membutuhkan waktu yang lama, sehari penuh

seperti yang dialami sewaktu kapal cruise costa marine yang buang jangkar di perairan padang bai. Jadi, ‘Kekalahan’ Indonesia bersaing dengan sesama negara ASEAN dalam upaya menjaring wisatawan

mancanegara bukan terletak pada kelangkaan daya tarik wisata melainkan pada kelemahan sistem transportasi

nasional. Pada tingkat angkutan antarnegara, keandalan dan pelayanan sistem transportasi Indonesia masih kalah

jauh bersaing dengan pelayanan transportasi mancanegara. Akomodasi dan daya tarik wisata serta

peristiwa/pertunjukan yang menarik tak akan banyak maknanya tanpa dukungan sistem transportasi yang andal

dengan tingkat daya hubung yang tinggi dan handal pula. Keandalan pelayanan transportasi adalah prasyarat upaya

pengembangan kepariwisataan, khususnya dalam persaingan ‘merebut’ kedatangan para wisatawan baik wisatawan

mancanegara maupun wisatawan nusantara.

Tabel 1-1. Perkembangan Karakteristik Kapal pesiar (cruise ship)

Periode Panjang Draft PAX Karakteristik

1960 508 ft 36 ft 500

Pembaharuan & perbaikan kapal-kapal yang

sudah ada

1970 705 ft 32 ft 650

Model bisnis standar yang menguntungkan

sampai krisis bahan baker

1980 803 ft 29.5 ft 1,500

Berubah dari model bisnis; mencoba dengan

kapal-kapal yang lebih besar dan

mengoperasikan rencana perjalanan(itineraries)

1990 902 ft 26.25 ft 2,600 kapal-kapal lebih besar. shaalower draft

1997 965 ft 26.25 ft 3,600

Mega-ships seperti kota terapung. berfokus

kepada memaksimalkan kapasitas penumpang.

namun tidak mamapu melawati terusan panama

2000 1000 ft 29.5 ft 3,000

volume kapal lebih besar yang berkonsentrasi

pada menciptakan efisiensi dengan desain kapal,

pengembangan diluar kabin, jasa kapal dan

pengaturan yang fleksibel

2006 1000 ft 29.5 ft 4,000

Klas Pinnacle dan kebebasan, 160,000 GT.

Pendapatan onboard yang ditingkatkan, status

kapal besar dunia (ego boost), ekonomy of scale

Generasi

Selanjutnya 1100 -1400 ft 32 - 36 ft 5,000+

desain produk dan jasa kalas atas; desain yang

inovatif untuk struktur diatas air yang lebih

mendukung dan lebih terhindar dari masalah.

zone-zone apartemen terpisah dan nyaman. opsi

pelabuhan yang disinggahi terbatas

Sumber: (Bermello 2006)

Dinamika pasar yang terjadi pada dunia pariwisata ini menuntut adanya inovasi pengembangan teknologi dan

manajemen secara berkelanjutan, para pelaku pariwisata mau tidak mau harus mengembangkan strategi pengelolaan

yang mengintegrasikan para pelaku dari semua unsur dalam upaya meningkatkan nilai tambah yang optimal pada

sektor pariwisata ini. Persyaratan yang tinggi untuk melayani wisatawan cruise yang hanya singgah dalam waktu

yang singkat (short time scale). Suatu tantangan bagi pariwisata Bali (local resources), manajemen lalu lintas dan

prasarana pendukungnya serta dibutuhkan pembangunan atau pengembangan/upgrade pelabuhan dengan

perencanaan yang detail serta destinasi-destinasi yang baru untuk menghadapi perubahan pasar yang sangat

menjanjikan ini.

Pemerintah Indonesia sangat berkomitmen untuk meningkatkan kunjungan wisata ke Indonesia dengan semboyan

Visit Indonesia year 2008 sebagai slogan pemasaran internasional. Untuk mencapai tujuan ini, adalah penting untuk

memahami mengapa orang bepergian ke Bali dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi pilihan mereka. Bali dipilih

Page 4: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Nyoman Budiartha R.M, Djauhar Manfaat, Tri Achmadi

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 4

sebagai daerah tujuan studi karena Bali masih tetap merupakan salah satu daerah tujuan wisata (destinasi) utama

yang paling diminati oleh wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia.

Proses dalam pengambilan keputusan final dalam memilih destinasi adalah proses yang sangat kompleks, dan

memahami apa yang mempengaruhi seorang wisatawan memilih suatu destinasi, hal ini penting dalam

mengembangkan strategi pemasaran yang tepat. Studi ini mengidentifikasi factor-faktor yang berpengaruh dalam

pemilihan destinasi oleh wisatawan dan mengevaluasi preferensi wisatawan terhadap destinasi yang dipilih. Model

AHP 4 tingkat, yang terdiri dari 22 atribut pada keempat tingkat, diusulkan dan diuji dengan menggunakan data

yang dikumpulkan dari para wisatawan yang berkunjung ke pulau Bali untuk menentukan kreteria pemilihan factor-

faktor yang relatif penting. Dengan menggunakan teori fuzzy dan TOPSIS, preferensi dari 11 destinasi yang ada di

Bali untuk setiap kreteria dapat dievaluasi dan diberi peringkat akhir

Faktor-faktor prioritas dan pemilihan atribut-atribut yang berpengaruh terhadap pemilihan destinasi adalah

merupakan proses pengambilan keputusan multi-criteria yang komplek. AHP, adalah sebuah multi-kriteria umum,

proses pengambilan keputusan multi-objectif adalah sangat cocok untuk situasi di mana sebagian besar data yang

penting adalah subjektif. Hal ini dapat secara konsisten diperkenalkan ke dalam pengaturan prioritas dan

berhubungan dengan masalah keputusan yang melibatkan dimensi multi-kriteria. AHP adalah unik dalam arti bahwa

ia mengakui bias dan inkonsistensi dalam penilaian subjektif. Inkonsistensi ini dapat diuji dan diperbaiki, agar pada

peringkat akhir lebih konsisten

Selama ini AHP telah digunakan dalam perencanaan pariwisata (Moutinho and Curry 1994), dan situs konvensi

seleksi (Chen 2006), namun tidak ada penelitian empiris dengan menggunakan AHP dalam pilihan destinasi. Studi

ini menyajikan model pengambilan keputusan berdasarkan AHP untuk memilih destinasi; itu tidak hanya

memberikan pemahaman umum tentang faktor-faktor keputusan tetapi juga akan mengevaluasi bobot relatif atribut

kritis yang mempengaruhi pilihan destinasi. AHP mengubah preferensi individu ke dalam bobot skala

perbandingan; hasil pembobotan ini digunakan dalam menentukan peringkat alternatif dan membantu pengambil

keputusan dalam membuat pilihan atau meramalkan suatu hasil. Kekurangan dari AHP adalah perbandingan

berpasangan yang dapat mengakibatkan proses perbandingan yang membosankan jika terdapat banyak alternatif

untuk dievaluasi. Oleh karena itu, dalam studi ini digunakan TOPSIS untuk mengevaluasi alternatif.

TOPSIS, didasarkan pada konsep dimana alternative terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari

solusi ideal positif, namun juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif (Hwang.C.L and Yoon 1981),

Dengan kata lain, alternatif yang ideal memiliki tingkat terbaik untuk semua atribut dipertimbangkan, sedangkan

yang ideal negatif adalah satu dengan semua nilai atribut yang paling buruk. Konsep ini banyak digunakan pada

beberapa model Multi Attribute Decision Making untuk menyelesaikan masalah keputusan secara praktis. Hal ini

disebabkan: konsepnya sederhana dan mudah dipahami; komputasinya efisien; dan memiliki kemampuan untuk

mengukur kinerja relative dari alternative-alternatif keputusan dalam bentuk matematis yang sederhana. Ketika

memecahkan masalah kehidupan nyata, atau mewakili fenomena dunia nyata, variabel linguistik biasanya muncul

menjadi output penting dari proses. Dalam studi ini deskripsi dan tujuan dalam penilaian digunakan istilah linguistik

yang diwakili oleh bilangan fuzzy.

Teori himpunan fuzzy telah diterapkan untuk bidang ilmu manajemen, walaupun begitu, hampir tidak ada yang

menggunakan dalam bidang pilihan destinasi. Dengan demikian, penelitian ini yang meliputi kriteria fuzzy proses

yang saling berkaitan dengan menggabungkan pandangan subjektif ke proses keputusan yang eksplisit

Dalam bagian 2 dari tulisan ini, kami meninjau beberapa studi tentang pemilihan destinasi yang sudah ada. Pada

Bagian 3, kami membahas metodologi penelitian dan evaluasi. Bagian 4 menyajikan sebuah kasus aplikasi, dan

bagian terakhir menyajikan kesimpulan

2. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Destinasi

Semenjak dilakukan studi mengenai pemilihan destinasi banyak terjadi perbedaan diantara berbagai pendekatan

dalam mendefinisikan destinasi. Karakteristik dari produk pariwisata/destinasi meliputi kualitas pelayanan,

advertensi (iklan, leaflet/brosur) dan kestabilan politik yang dikombinasi untuk membangun sebuah persepsi/feeling

berkenaan dengan destinasi wisatawan dalam pikiran dari para wisatawan. Seperti yang ditunjukan pada gambar 2-1

(Yoeti.H.O.A 2008) Destinasi yang ideal memang harus memiliki daya tarik wisata, mempunyai cukup fasilitas,

menawarkan acara/atraksi, menyediakan: (a) sesuatu yang dapat dilihat; (b) sesuatu yang dapat dilakukan; (c)

sesuatu yang dapat dibeli. Dan dengan perkembangan spectrum pariwisata yang makin luas, maka syarat tersebut

masih perlu ditambah, yakni: (d) sesuatu yang dapat dinikmati, yakni hal-hal yang memenuhi selera dan cita rasa

wisatawan dalam arti luas, dan (e) sesuatu yang berkesan, sehingga mampu menahan wisatawan lebih lama atau

merangsang kunjungan ulang.

Page 5: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Analisis Preferensi Wisatawan Cruise TerhadapPemilihan Destinasi

Studi Kasus Pulau Bali

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 5

Wisatawan

-Domestik

-Mancanegara

Transportasi

-Darat

-Laut

- Udara

-Domestik

Informasi/Promosi

-Iklan

-Leaflet

-Video

Objek & Atraksi

Wisata

-Something to see

-Something to do

-Something to buy

Biro Perjalanan

Gambar 2-1. Wisatawan dan fasilitas yang diperlukan di suatu destinasi

Sumber : (Yoeti.H.O.A 2008)

Pariwisata sebagai suatu industri, menghasilkan produk. Produk pariwisata adalah bukti bahwa dalam

kepariwisataan para pengusaha/operator mengusung semua elemen pariwisata (melakukan perjalanan dan tinggal

sementara di luar kediamannya) dan menjualnya dalam satu paket. Kegiatan ini ditandai oleh permintaan akan aneka

barang dan jasa misalnya: atraksi/pertunjukkan, angkutan, akomodasi, fasilitas penunjang, dan prasarana di daerah

tujuan wisata (destinasi).

Beberapa penulis memandang destinasi sebagai sebuah produk atau sebuah produk tertentu (brand) (Van Raaij

1986; McIntosh and Goeldner 1990; Kozak 2002; Yoon and Uysal 2005). memandang perjalanan destinasi sebagai

sebuah produk, yang merupakan sebagian dari “pemberian” dan merupakan sebagian dari “buatan manusia”. Bagian

dari pemberian ini berkenaan dengan kualitas alam dari destinasi wisatawan seperti iklim, pemandangan yang indah,

pantai, gunung, bangunan-bangunan bersejarah, dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut dengan buatan

manusia seperti hotel, paket wisata, fasilitas transportasi, dan fasilitas-fasilitas untuk olahraga dan rekreasi yang

keseluruhannya dapat diadaptasi oleh keinginan konsumen, yang dibatasi oleh anggaran subyektif.

(Kim 1998) menyatakan bahwa, destinasi dapat dipandang sebagai produk khas yang komplek dari industri

pariwisata, diantara berbagai faktor, atribut-atribut iklim suatu daerah, pelayanan sarana dan prasarana, alam dan

budaya. Meskipun ini komplek, bagaimanapun menurutnya juga adalah sebuah produk,

(Beerli and Martin 2004) menjelaskan destinasi wisata harus dibayangkan sebagai perusahaan yang harus dikelola

dari suatu strategi hampir sama.

(Buhalis 2000) menganggap destinasi sebagai suatu daerah geografi yang dipahami oleh pengunjung sebagai sesuatu

yang khas, dengan suatu kerangka politik dan undang-undang dalam perencanaan dan pemasaran wisatawan;

destinasi menawarkan suatu gabungan dari produk-produk wisata dan pelayanan yang dibawah nama produk

destinasi.

Destinasi yang di Indonesia juga disebut daerah tujuan wisata (DTW) didefinisikan secara tradisional sebagai suatu

daerah geografi yang dirumuskan seperti Negara, pulau atau sebuah kota (Hall 2000). Departemen Perhubungan

menyatakan bahwa destinasi adalah bagian dari tata ruang wilayah yang ditunjuk berdasarkan potensi pariwisata

daerah tersebut yang dapat dikelompokkan kedalam lima faktor potensi, yaitu: (1) akomodasi dan fasilitas meliputi

komponen hotel , restoran, biro perjalanan, pramuwisata, fasilitas rekreasi; (2) daya tarik wisata budaya meliputi

komponen peninggalan bersejarah dan kepurbakalaan, bahasa dan adat istiadat, seni lukis, kerajinan dan ukir, hasil

karya arsitektur dan lansekap, dan suku bangsa; (3) daya tarik wisata alam meliputi komponen flora dan fauna,

lansekap, gunung, danau, sungai dan laut/pantai; (4) keadaan ekonomi meliputi komponen jumlah penanaman modal

dalam negeri dan asing serta perdagangan; (5) aksesibilitas meliputi komponen jalan raya, jalan rel, pelabuhan,

bandara.

Dalam studi ini kami mengikuti definisi Buhalis yang paling mendekati dengan lima faktor potensi yang

dikelompokan oleh Departemen Perhubungan. Contoh yang dilakukan pemerintah dalam hal promosi pariwisata

dengan memperkenalkan/menjual Indonesia sebagai sebuah produk dengan slogan “Visit Indonesia Year 2008”,

bisa dipahami sebagai suatu “produk” internasional, Oleh karena itu dalam studi kami, Indonesia dapat dipandang

sebagai suatu produk korporasi (atau, lebih umum, sebagai suatu produk yang terorganisir) dimana 11 destinasi

domestik (Bali) dengan produk-produk yang berbeda dari suatu organisasi. Jadi Kintamani atau Ubud dapat

dipandang sebagai suatu produk tertentu.

Page 6: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Nyoman Budiartha R.M, Djauhar Manfaat, Tri Achmadi

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 6

Pilihan Destinasi

Penelitian yang ada saat ini berkenaan dengan proses pengambilan keputusan yang komplek untuk memilih suatu

perjalanan ke suatu destinasi belum benar-benar diteliti. Studi-studi yang sudah dilakukan yang berhubungan dengan

pemilihan destinasi lebih fokus pada identifikasi atribut-atribut penting yang mempengaruhi pemilihan destinasi.

Disamping itu, literatur yang membahas tentang pemilihan destinasi, apakah itu model multinomial logit ataukah

model nested multinomial logit yang digunakan untuk menginvestigasi pilihan destinasi pada sebagian besar dari

penelitian tersebut, hanya terpusat pada pengaruh langsung dari atribut-atribut destinasi seperti jarak dan biaya

perjalanan (F.J.Mas. 2006; Nicolau and Mas. 2006), iklim (Hamilton and Lau 2004), kualitas dan biaya (Goossens

2000).

Sebagian besar studi yang telah dilakukan tentang pemilihan destinasi menggunakan analisis nilai individu untuk

menentukan mengapa konsumen memilih destinasi tertentu. (Um and Crompton 1990) mencoba menjelaskan proses

pemilihan destinasi dengan konsep menjadi dua tahap. Tahap pertama, memutuskan apakah berwisata atau tidak.

Sebelum melakukan perjalanan pariwisata, orang terlebih dahulu akan mempelajari maksud/keinginannya berwisata.

Hal ini erat kaitannya dengan sesuatu yang ingin dirasakan, dinikmati, dilihat, dan dilakukan. Tahap kedua, Kalau

keputusannya berwisata, selanjutnya dipelajari di mana saja semuanya dapat diperoleh, kemudian menghitung

kemampuan keuangannya, dan akhirnya memilih dan menetapkan destinasi atau negara yang akan dikunjungi. (Um

and Crompton 1990) menguraikan tahap yang kedua dengan mengembangkan suatu kerangka dari model pilihan

destinasi dalam membangun sebuah teori.

Konsep yang digunakan di dalam kerangka tersebut digambarkan sebagai input external, input internal, atau

cognitive constructs. Input eksternal dipandang sebagai jumlah dari interaksi dan komunikasi pemasaran yang

ditujukan kepada wisatawan yang potensial. Input yang internal diperoleh dari psikologi sosial wisatawan potensial,

yang meliputi karakteristik-karakteristik pribadi, alasan-alasan, nilai-nilai, dan sikap. Teori yang dibangun

(cognitive construct); menunjukkan satu pengintegrasian input yang internal dan eksternal kedalam himpunan

kesadaran dari destinasi dan himpunan yang ditimbulkan oleh destinasi (lihat Gambar 2-2)

Gambar 2-2. Model Proses Pemilihan Destinasi Perjalanan Wisata

Sumber : (Um and Crompton 1990)

(Sirakaya and Woodside 2005) memberikan suatu tinjauan kwalitatif yang menyeluruh dari literatur pengambilan

keputusan wisatawan dan mengintegrasikan konsep empiris yang ditulis dalam literatur pariwisata. Menurut

analisisnya, pemilihan model destinasi dikembangkan oleh (Um and Crompton 1990) adalah sederhana dan lebih

teoritis dan kedengarannya metodologis dibandingkan dengan penelitian yang lain dalam pengambilan keputusan

wisatawan. Dalam model ini pemilihan destinasi pariwisata dilakukan melalui urutan tiga tingkat dan proses seperti

menyalurkan suatu komposisi dari sekumpulan kesadaran (sekumpulan awal dari destinasi yang wisatawan sadar

akan waktu yang dihabiskan), sebuah penempatan yang sangat berkesan dan pilihan destinasi yang pasti. Pengaturan

yang cermat dibuat dari kepedulian terhadap pengaturan. Hal ini terdiri dari berbagai jenis destinasi yang

informasinya dicari secara aktif oleh banyak orang sebagai alternatif terbaik yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Menurut (Dellaert et al 1998), keputusan wisatawan dalam memilih destinasi adalah suatu keputusan yang komplek

multi-faceted dalam pemilihan untuk elemen-elemen berbeda yang interlesasi yang dalam, proses keputusan

Page 7: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Analisis Preferensi Wisatawan Cruise TerhadapPemilihan Destinasi

Studi Kasus Pulau Bali

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 7

meliputi over time, dan kebanyakan studi-studi tentang pemilihan perjalanan wisatawan menekankan pada

pemilihan destinasi sebagai elemen kunci dalam proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan

dipengaruhi oleh variabel psychologi (internal) dan variabel non-psychologi (external) dan terdiri dari jumlah

tingkatan yang berbeda-beda yang dibuat oleh kegiatan yang spesific.

Sedangkan (Kusbiantoro 1981) menyatakan bahwa dalam memutuskan suatu pilihan (destinasi) dapat dipengaruhi

oleh adanya kekuatan/dorongan yang bersifat situasional dan yang bersifat pribadi (lihat Gambar 2-3)

Gambar 2-3. Proses Pengambilan Keputusan Pemilihan

Sumber: Kusbiantoro (1981:45)

Dorongan situasional dapat dianalogikan dengan tingkat pelayanan dari sistem transportasi dan faktor lingkungan

pada saat pelayanan itu diberikan. Sedangkan dorongan yang bersifat personal ini sangat dipengaruhi oleh aspirasi

gaya hidup (Manheim 1979) dan kebutuhan dasar (Maslow, 1970), yang membentuk motivasi dari individu itu

untuk melakukan perjalanan. Apabila dikaji lebih lanjut lagi bahwa dalam dorongan yang bersifat situasional ini

terdapat faktor yang langsung dapat dipengaruhi oleh pemberi jasa angkutan, yaitu tingkat pelayanan (level of

service) dari jasa angkutan itu atau menurut Manheim sebagai sistem transportasi (T) dan mensinergikan daerah

tujuan wisata dan tempat asal (origin point)

Dalam studi ini, pilihan destinasi dapat dikonseptualisasikan sebagai pilihan wisatawan terhadap suatu destinasi dari

sekumpulan alternatif; seleksi ditentukan oleh berbagai faktor motivasi. Studi mencakup fuzzy multi-kriteria teori

pengambilan keputusan untuk memperkuat rasionalitas dan kelengkapan dari proses pengambilan keputusan. AHP

adalah sebuah model yang tidak kompensasi(non-compensatory) karena keputusan dapat ditentukan oleh skor pada

satu atribut, terlepas dari nilai pada atribut lainnya. Fuzzy TOPSIS adalah model kompensasi karena mensyaratkan

bahwa nilai atribut yang buruk dapat dikompensasikan dengan nilai-nilai yang baik pada atribut mereka, dan

alternatif yang dipilih adalah lebih unggul daripada alternatif lain dalam sejumlah utilitas dari semua atribut

dipertimbangkan dan mengarah pada maksimalisasi utilitas. Dengan menggabungkan fuzzy AHP TOPSIS, yang

memperhatikan baik kompensasi psikologis dan non-efek kompensasi dalam proses pengambilan keputusan, dapat

dianggap sebagai yang lebih rasional dan lebih efisien untuk model pilihan destinasi. Metode yang diterapkan

dalam penelitian kami adalah pendekatan lain untuk tujuan pengambilan keputusan, dengan tujuan untuk

menggambarkan proses yang sama dengan cara yang berbeda dan mencapai hasil yang berguna dan melengkapi,

bukan bertentangan, satu sama lain.

Teori Kebutuhan dan Motivasi Perjalanan

Terjadinya perjalanan dari satu tempat ke tempat lain disebabkan karena adanya suatu kebutuhan (needs) tertentu

yang harus dipenuhinya, yang memaksa dia untuk melakukan perjalanan. Bahkan dalam melakukan perjalanan

tersebut ada suatu unsur paksaan dan pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh si pelaku perjalanan. Pengorbanan

tersebut dapat berupa waktu, biaya perjalanan, kehilangan kenyamanan dan sebagainya. Semua unsur pengorbanan

tersebut dapat dikelompokkan sebagai ongkos. Perjalanan baru akan terjadi apabila manfaatnya (utility) yang

diperoleh dirasa lebih besar dari ongkos yang dikeluarkannya.

Premis dasar dari teori perilaku konsumen adalah setiap individu selalu berusaha memilih barang/jasa yang

dianggapnya dapat memberikan kepuasan maksimal (Meyer & Miller 1984 : 168). Menurut (Lancaster 1966) dalam

menilai suatu barang/jasa, konsumen sebenarnya lebih menekankan pada nilai dari sekumpulan atribut (a bundle of

atributes ) yang ditawarkan oleh barang/jasa itu, bukan pada barang/jasa itu sendiri (Henher 1981) Nilai dari setiap

atribut itu disebut utiliti.

Dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa manusia adalah makhluk ekonomi yang selalu berusaha memaksimalkan

kepuasannya dan selalu bertindak rasional. Asumsi ini dalam banyak hal kurang tepat, karena ternyata banyak faktor

yang tidak rasional dapat mempengaruhi keputusan seseorang, seperti efek pamer atau lebih dikenal dengan veblen

effect, efek sok (snob effect) dan efek ikut arus (back wagon effect) (Sudarsono 1986). Menurut G.A.Schmoll,

wisatawan itu bertindak sekehendak hatinya (punya kebebasan untuk memilih) konsumsi yang diinginkannya, tidak

hanya untuk hal-hal yang dianggap perlu benar, permintaan untuk melakukan perjalanan wisata dirasakan tidak

merupakan keharusan, lebih banyak ditentukan berdasarkan subjektivitas atau emosional dan tidak atas

pertimbangan rasional

Page 8: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Nyoman Budiartha R.M, Djauhar Manfaat, Tri Achmadi

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 8

Teori Maslow mengenai motivasi sudah mulai menjelajahi tentang hirarki kebutuhan (hierarcy of needs), dan ini

lebih sesuai dengan keperluan studi ini. Maslow menyatakan bahwa setiap individu mempunyai sekumpulan

kebutuhan, yang sangat bervariasi sesuai dengan tingkat kepentingannya sehingga secara sadar atau tidak, setiap

individu akan memiliki peringkat tertentu atas kebutuhannya.

Maslow mengajukan seperangkat peringkat kebutuhan, yaitu sebagai berikut:

1. Kebutuhan Fisik (physiological), seperti lapar, haus dan seks

2. Rasa aman (safety), seperti bebas dari rasa takut dan kecemasan.

3. Kasih sayang (belonging), seperti perhatian, cinta kasih, kebersamaan, memberi dan menerima perhatian.

4. Penghargaan (esteem), seperti harga diri dan ingin dihargai.

5. Aktualisasi diri (self actualization), seperti tumbuhnya hasrat untuk lebih memperhatikan lingkungan di

luar dirinya sendiri atau dorongan untuk selalu meningkatkan kemampuannya misalnya dengan belajar

(menjadi ketua organisasi), olah raga (pembina olah raga) dan sebagainya.

Namun demikian Maslow juga menyatakan bahwa peringkat tersebut tidak kaku, dapat luwes dan berkembang. Oleh

karena itu dalam mengkaji perilaku wisatawan dan perjalanan wisata maka Christie et al (1985, 6) perlu

menambahkan dua unsur kebutuhan dasar sebagai turunan dari aktualisasi diri yaitu:

6. Rasa ingin tahu dan memahami (to know and understand), seperti keinginan untuk menambah pengalaman

dengan berpetualang (wisata).

7. Estetika (aesthetics), seperti apresiasi terhadap seni dan keindahan.

Terutama untuk kebutuhan yang bersifat jangka panjang manusia cenderung untuk mengevaluasi kembali kebutuhan

dasarnya, berdasarkan pada pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Disamping itu ditegaskan pula bahwa

relasi antara kebutuhan dan pola kegiatan itu tidak bersifat paralel, dapat juga berbentuk matriks. Misalnya

perjalanan untuk bekerja yang pada awalnya merupakan pengejawantahan dari peringkat yang paling dasar yaitu

kebutuhan fisik (mencari nafkah untuk keperluan hidup) tetapi dalam jangka panjang juga mempunyai nilai

pemenuhan rasa untuk dihargai (peringkat ke empat).

Berwisata mempunyai tujuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan selain kebutuhan pokok akan pangan, pakaian,

dan papan/tempat tinggal. Orang masih mempunyai kebutuhan rohani maupun jasmani yang lain, misalnya rasa

senang, puas, dekat pada sang pencipta(Tuhan), konsumsi rohani, kebugaran, kesehatan yang tidak diperoleh di

sekitarnya. Untuk memenuhi semua kebutuhannya itu, orang melakukan perjalanan ke luar untuk satu atau beberapa

hari menikmati suasana lain dari keseharian. Pariwisata adalah kebutuhan hidup yang wajar yang harus dipenuhi,

apabila tidak mungkin seluruhnya, maka sekurang-kurangnya sebagian.

Kebutuhan dasar ini merupakan suatu kekuatan potensial yang dapat dirangsang ( to promote) sehingga menjadi

suatu keinginan (wants). Keinginan inilah yang disalurkan secara fisikal menjadi suatu bentuk aktivitas, apabila

tersedia akses dan fasilitas. Fungsi pemasaran (marketing) antara lain memberikan promosi untuk merangsang

kebutuhan menjadi keinginan.

Sedangkan fungsi pelayanan transportasi adalah menyediakan akses dan fasilitas tersebut, agar keinginan tersebut

dapat terlaksana menjadi suatu aktivitas. Bentuk aktivitas tersebut dapat tercermin pada maksud

perjalanan dan pola perjalanan. Oleh karena itulah dalam analisis transportasi informasi mengenai maksud

perjalanan dan pola perjalanan menjadi sangat penting. Hubungan antara kebutuhan, keinginan dan aktifitas ini

seperti ditunjukkan dalam Gambar 2-4.

Gambar 2-4. Hubungan Antara Kebutuhan, Keinginan dan Aktifitas

Page 9: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Analisis Preferensi Wisatawan Cruise TerhadapPemilihan Destinasi

Studi Kasus Pulau Bali

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 9

Selanjutnya (Gunn 1988) memandang pariwisata sebagai suatu sistem dan memilahnya dalam sisi permintaan dan

sediaan (lihat gambar 2-5). Bertitik tolak dari pendekatan Gunn, elemen kepariwisataan dikelompokkan menjadi

empat elemen utama, yakni daya tarik (attraction); prasyarat, yakni transportasi, penunjang yakni promosi dan

informasi dan prasarana pelayanan, yakni elemen yang membuat proses kegiatan pariwisata menjadi lebih mudah,

nyaman, aman, dan menyenangkan berupa hotel, rumah makan dan lain-lain. Salah satu ciri utama pariwisata adalah

‘melakukan perjalanan’, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa pelayanan jasa transportasi maka kepariwisataan

akan lumpuh. Dengan kata lain, transportasi menempati kedudukan yang vital sebagai prasarat, faktor dominan, dan

pembentuk jaringan kepariwisataan Oleh karena itu, keandalan layanan sistem transportasi – termasuk keandalan

angkutan antar moda-menjadi urat nadi kehidupan kepariwisataan; bukan hanya bagi kepentingan perjalanan para

wisatawan melainkan juga bagi pengangkutan produk industri pariwisata yang menjadi kebutuhan dan kelengkapan

kepariwisataan, antara lain produk kerajinan, makanan,dsb

Gambar 2-5. Sistem Tarikan Wisatawan (Tourism Attraction System)

Sumber diolah dari: (S.Rosentraub: and Joo 2009)

Daya tarik wisata dianggap sebagai magnet/energi pariwisata, menjadi pemicu dan pemacu utama minat kunjungan

wisatawan. Daya tarik wisata adalah sesuatu yang ada di lokasi destinasi/tujuan pariwisata yang tidak hanya

menawarkan/menyediakan sesuatu bagi wisatawan untuk dilihat dan dilakukan, tetapi juga menjadi magnet penarik

seseorang untuk melakukan perjalanan. Ciri utama daya tarik wisata adalah tidak dapat dipindahkan, dan untuk

menikmatinya wisatawan harus mengunjungi tempat tersebut. Gambar 2-5 memperlihatkan sistem tarikan

wisatawan ditinjau dari sisi supply dan demand.

Studi dari sisi sediaan(supply), yang difokuskan pada sekumpulan dari fasilitas-fasilitas suatu komunitas dapat

dibangun dan berdampak pada daya tarik wisatawan termasuk investor. Disamping itu juga dibutuhkan apa saja

yang bisa dikerjakan untuk tipe-tipe yang berbeda dari komunitas relatif dari permintaan (demand). Berdasarkan

kedua kelompok data-data tersebut (supply/demand) kemudian suatu komunitas dapat dibangun. Jika fasilitas-

fasilitas yang dibangun dirancang (design) sesuai kebutuhan pasar atau sesuai dengan karakteristik demand, secara

ekonomi akan lebih berhasil dan akan berkontribusi besar pada pengembangan wilayah. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bahwa konsep motivasi dianggap sebagai suatu elemen dari segmentasi

pasar pariwisata dalam sebagian besar investigasi empiris (Kozak 2002) dan (Yavuz et al 1998). Satu tipologi yang

populer untuk memahami motivasi perjalanan adalah model dorongan dan tarikan oleh (Crompton 1979). Motivasi

dorongan sudah digunakan untuk menjelaskan keinginan untuk melakukan perjalanan sedangkan motivasi tarikan

digunakan untuk menjelaskan pilihan destinasi yang tepat. Crompton menggambarkan psikologi sosial menjadi

7(tujuh) motivasi (dorongan) yaitu pelarian, mencari jati diri, relax, kehormatan/prestise, ingat masa lalu,

peningkatan martabat, dan interaksi sosial dan budaya menjadi dua motivasi (tarikan) yaitu kesenangan baru dan

pengetahuan/wawasan.

Page 10: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Nyoman Budiartha R.M, Djauhar Manfaat, Tri Achmadi

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 10

Tabel 2-1. Ringkasan Klasifikasi Daya Tarik Wisatawan

Penulis/Tahun Klasifikasi

(Formica 2000) 1) Pelayanan dan fasilitas pariwisata

2) Budaya dan Sejarah

3) Penginapan di pedesaan

4) Rekreasi di luar

(Weaver 2002) 1) Tempat alami

2) Atraksi alam

3) Tempat-tempat budaya

4) Atraksi budaya

(Kim and Yoon 2003) 1)Destination Image

(Fallon 2003; Boo and A.Busser 2005) 1)Pengamanan dan keamanan

(Marcouiller and Prey 2005) 1) Tempat-tempat rekreasi

2) Fasilitas-fasilitas yang alami

(Pearce and Lee 2005) Mengikuti hirarki kebutuhan Maslow’s

1)Kebutuhan untuk rilex/santai

2)Kebutuahn keamanan/rasa aman

3)Kebutuhan akan hubungan dengan sesame

4)Kebutuhan pengembangan diri dan kekaguman akan diri sendiri

5)Pemenuhan akan aktualisasi diri

(Boo and A.Busser 2005) Pengaruh karakteristik Pengunjung terhadap Image Destinasi

(Sheng-Hshiung Tsaur and Wu 2005) 1)Kekhasan wisata

2)Harga

3)Lama perjalanan

4)Tipe penerbangan

5)Pengaturan waktu senggang

(Vietze 2008) 1)Budaya dan kepercayaan tertentu

(L.Nicolau and J.Mas 2008) 1)Karakter pantai

2)Karakter perkotaan

(Royo-Vela 2009) 1bersejarah & kaya dgn warisan pusaka

2)Harga

3)kebersihan lingkungan

4)Pemandangan yang menarik

5)Berbeda dan menyegarkan

6)Keramah tamahan

7)Fasilitas akomodasi

8)Fasilitas transportasi

9)Bangunan yang berarsitektur harmonis & menyenangkan(gereja,

benteng,biara)

10)Pengalaman yang asli

11)Kualitas dan variasi makanan

12)Pertunjukan seni

13)Keamanan lingkungan dan pribadi

(Uysal and Jurowski 1994) mengartikan internal (dorongan/push) dan external (tarikan/pull) motivasi untuk suatu

perjalanan. Motivasi internal meliputi keinginan lari dari masalah, istirahat, relax, prestise, kesehatan dan

kebugaran, petualangan, dan interaksi sosial. Motivasi external merupakan dasar dari tarikan suatu destinasi, yang

meliputi resort-resort(pantai, aktivitas rekreasi, dan atraksi budaya), persepsi dan harapan perjalanan/wisatawan

(kesenangan baru, harapan keuntungan, dan image pasar).

Dalam penelitian baru-baru ini, peneliti menambahkan shopping sebagai salah satu karakteristik motivasi dari

destinasi (Hangim and Lam 1999) dan (Sirakarya et al 2003). (Oh et al 1995) mencatat tempat shopping yang bagus

dianggap sebagai satu atribut daya tarik dari destinasi. Tabel 2-1, memperlihatkan ringkasan klasifikasi daya tarik

wisatawan.

Masih ada faktor-faktor penting lainnya sebagai destinasi seperti image, makanan, dan keamanan. (Milman and

Pizam 1995) menjelaskan bahwa image destinasi adalah sesuatu yang visual atau kesan/opini public terhadap suatu

tempat. (Goossens 2000) mendiskusikan lebih mendalam tentang peran mental imaginer yang berperan sebagai

kekuatan penuh. Wisata kulener (menikmati makanan) adalah salah satu aktivitas yang sangat dinikmati wisatawan

selama liburan mereka (Ryan 1997). (Quan and Wang 2004) menemukan bahwa makanan dapat sebagai motivasi

perjalanan yang pertama atau kedua dan nilai tambah untuk image dari suatu destinasi. Keamanan menjadi perhatian

utama wisatawan (Middleton 1994). (Heung et al 2001) mendapatkan bahwa keamanan tampil menjadi prioritas

teratas untuk pejalan/wisatawan yang bepergian ke Hongkong dan Taiwan

Page 11: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Analisis Preferensi Wisatawan Cruise TerhadapPemilihan Destinasi

Studi Kasus Pulau Bali

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 11

Kecendrungan akhir-akhir ini menunjukan bahwa masyarakat dari Negara-negara maju mencari pengobatan dari

tenaga kesehatan yang professional. Pergeseran preferensi ini dikenal secara luas sebagai “Medical Tourism” yang

sudah menjadi salah satu dari industri yang menjadi perhatian utama.

Studi motivasi wisatawan dalam kasus ini didasarkan pada konsep dari model push-pull dari Crompton seperti yang

dilakukan oleh (Tzu-Kuang Hsu, Yi-Fan Tsai et al. 2009). Faktor utama yang berpengaruh dari pemilihan destinasi

dikelompokkan kedalam katagori. Push Motivasi yang berhubungan dengan kekuatan internal terdiri dari 4 faktor

(pisikologi, pisik, interaksi social dan pelarian/pencarian dan dibawahnya terdiri dari masing-masing 11 item

sedangkan Pull motivasi yang berkaitan dengan kekuatan external yang terdiri dari dua faktor yaitu tangible dan

intangible. Faktor Tangible terdiri dari 9 item dan factor intangible terdiri dari 2 item seperti diperlihatkan pada

Gambar 2-6

Pemilihan Destinasi

Internal External

Faktor

psikologi

Faktor

Fisik

Hubungan

Sosial

Pencarian/

Exploration

Faktor

Tangibel

Faktor

Itangibel

- Pelarian

- Aktualisasi

diri

- Istirahat &

rilex

- Berobat

- Kesehatan &

Kebugaran

- Bertemu teman

- Bertemu orang

teman baru

- Kesenangan

baru

- Budaya

- Tantangan

- Hiburan

malam

- Fasilitas Transportasi

- Keramah tamahan

- Kualitas & Variasi

makanan

- Keamanan Pribadi

- Harga (price)

- Tempat bersejarah &

Budaya

- Shopping

- Kualitas & keamanan

lingkungan

- Destinating

- Image

- Keuntungan

(Benefit)

Level 1

Level 2

Level 3

Level 4

Gambar 2-6. Hirarki Seleksi Destinasi

Sumber: (Tzu-Kuang Hsu, Yi-Fan Tsai et al. 2009)

Preferensi Wisatawan (Preference of tourist)

Menurut (Goodall 1991). Preferensi individu, seperti motivasi, pada hakekatnya hanya ada dua kemungkinan,

refleksi dari individu suka atau tidak suka, dan kondisi social(extrinsic). (Pearce 1988) menyatakan bahwa

peringkat minat adalah lebih spesifik dibandingkan dengan motivasi, dan dinyatakan oleh kemana

pejalan/wisatawan pergi dan apa yang akan dilakukan. Sudah ada beberapa studi menyangkut peringkat

minat(preferences) dari pejalan; studi-studi ini menggunakan analisis conjoint(metode peringkat minat statis) yang

berhasil diaplikasikan dalam pariwisata sebagai suatu teknik untuk menggambarkan dan meramalkan perilaku

memilih dari wisatawan (Suh and McAvoy 2005).

(Decrop 2000) mencatat bahwa peringkat minat adalah kasus khusus dari atribut dimana alternatif produk

dibandingkan dan salah satunya adalah pilihan diatas yang lainnya. Para wisatawan memilih destinasi yang mereka

inginkan untuk dikunjungi dan yang dilewati. Hasilnya adalah kreasi dari pola tipe konsumsi dari produk pariwisata

sebagai dasar dari peringkat minat(preferensi). Monanova, Logit model, Probit model, model ekonometrik dan non-

metric regression merupakan beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis rangking data. Bentuk dari

fungsi utiliti tersedia software dan maksud dari penelitian (Kroes and Sheldon 1988). Analisis peringkat minat

dalam studi meliputi peringkat minat untuk faktor-faktor pemilihan destinasi (criteria) dan destinasi wisatawan

(alternatif) Analisis ini dapat berhubungkan dengan faktor-faktor motivasi untuk rating peringkat minat dari

destinasi dan untuk memahami faktor-faktor apakah yang mengerakkan/menentukan peringkat minat tersebut.

Hal ini penting untuk wisatawan-wisatawan potensial untuk membuat suatu keputusan dalam pemilihan destinasi.

Jadi dengan pemahaman yang lebih baik memungkinkan untuk memasarkan destinasi secara kompetitif dan

kombinasi informasi ini dengan peringkat minat wisatawan.

Page 12: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Nyoman Budiartha R.M, Djauhar Manfaat, Tri Achmadi

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 12

3. METODELOGI EVALUASI

Prosedur evaluasi dari studi ini terdiri dari beberapa langkah. Deskripsi rinci setiap langkah ditunjukkan dalam

subseksion berikut.

Proses Hirarki Analitik (AHP) Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process – AHP) dikembangkan oleh Dr.Thomas L.Saaty dari

Wharton School of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgment dalam memilih

alternative yang paling disukai (Saaty 1983).

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik

menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Tujuan secara keseluruhan berada pada paling atas,

kemudian kriteria, sub-kriteria, dan alternatif-alternatif berada pada setiap tingkat yang dibawahnya dari hirarki.

(Saaty 1986) dan (Harker and & Vargas 1987) memberikan pendapat yang rinci prihal AHP yang ditekankan pada

banyak aplikasi. Salah satu hirarki yang sudah dibangun, pembuat keputusan memulai dengan prosedur prioritas

untuk menentukan kepentingan relatif dari elemen pada setiap tingkat.

Diasumsikan bahwa pengambil keputusan sudah mempunyai pengetahuan dan mengerti elemen-elemen tersebut.

Elemen-elemen dalam setiap level dibandingkan berpasangan dalam terminologi dari kepentingan elemen paling

atas.

Dimulai dari atas dan bekerja kebawah, jumlah dari matrik kuadrat, matrik preference, dibuat dalam proses dari

elemen-elemen yang dibandingkan pada satu level. (Saaty 1980) menggambarkan pengembangan 9 titik skala

perbandingan yang terintegrasi dengan AHP. Pengambil keputusan dapat cepat membuat preferensi diantara dua

elemen-elemen sebagai kepentingan yang sama, moderat, penting, sangat penting, paling penting. Peringkat minat

ini ditegaskan kemudian kedalam peringkat 1, 3, 5, 7, dan 9, ditanggapi dengan 2, 4, 6 dan 8 sebagai nilai tengah

(intermediate) untuk menggabungkan dua kualitas. Skala ini adalah tidak sensitif untuk perubahan yang kecil dalam

suatu pengambil keputusan peringkat minat. Dengan demikian mongurangi pengaruh dari evaluasi yang tidak tepat.

Setelah bentuk matrik peringkat minat, bobot relatif dari elemen-elemen setiap level dengan merespek elemen level

diatasnya dihitung sebagai komponen-komponen yang menormalkan kumpulan eigenvector dengan eigenvalue yang

terbesar dari perbandingan matriknya, nilai ini dapat diestimasi dengan rata-rata geometrik dari setiap baris dalam

matrik peringkat minat (Saaty 1980). Gabungan bobot dari alternatif-alternatif kemudian ditentukan oleh hirarki

bobot aggregat. Salah satu keuntungan yang penting menggunakan AHP adalah dapat mengukur derajat

perbandingan yang konsisten. Pengukuran perbandingan konsisten (CR) ini, dimaksudkan untuk mengetahui

ketidak hati-hatian dalam melakukan perbandingan. Tidak hanya mengurangi kesalahan, tetapi juga dapat

mengungkapkan bias tidaknya pengukuran kepada manager seperti yang diperkirakan atau pernyataan yang dibesar-

besarkan yang tertarik satu atau lebih perbandingan. Jika CR adalah besarnya melebihi 0,1 disarankan agar

pengambil keputusan mengevaluasi kembali perbandingannya, yang beberapa dari pendapat yang kontradiktif (lihat

Gambar 3-1).

Teori Fuzzy

Konsep dari fuzzy sudah diperkenalkan oleh (Zadeh 1965). Ia memperkenalkan notasi dari fuzzy dan beberapa ide-

ide yang memainkan peranan yang mendasar dalam perkembangan(evolusi) dari teori fuzzy (Zadeh 1976)

mempresentasikan ide-ide selanjutnya yang koncern pada pengambilan keputusan fuzzy dan optimasi fuzzy.

Penerapan dari teori fuzzy kedalam studi ini adalah elaborasi dalam urutan subseksi.

Page 13: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Analisis Preferensi Wisatawan Cruise TerhadapPemilihan Destinasi

Studi Kasus Pulau Bali

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 13

Gambar 3-1. Kerangka Analisa AHP

Variabel Linguistik

Suatu variable linguistic adalah variabel dengan penekanan bahasa sebagai nilainya. Misalnya, dalam kasus ini,

mengevaluasi destinasi dengan jawaban responden yang diberikan dengan tanggapan untuk masing-masing kreteria

dengan menggunakan variable linguistik. Kemungkinan nilai untuk variabel ini dapat beragam diurut seperti berikut:

“very good”, “good”, “fair”, “poor”, “very poor.” Sebutan/istilah setiap bahasa dapat di bentuk dengan bilangan

segitiga fuzzy (triangular fuzzy). Bilangan yang mewakili perkiraan nilai antara 0 dan 10. Bilangan-bilangan ini

selajutnya dapat dijadikan sebagai nilai terendah, modal value dan nilai teratas, notasi adalah (l,m,u), dimana

0 ≤ l ≤ m ≤ u ≤10, m adalah nilai yang paling disukai dari terminology bahasa, dan l, u adalah terendah dan teratas,

berturut-turut, untuk merefleksikan kedalam terminologi fuzzy.

Bilangan Fuzzy

Suatu nomor fuzzy adalah suatu fuzzy set cembung, dibentuk oleh suatu interval dari nomer yang tepat, dengan

setiap tingkatan dari keangotaan antara 0 dan 1. Dalam studi ini nomor triangular fuzzy akan digunakan didalam

model kami. Fungsi keanggotaan didefinisikan sebagai berikut

Page 14: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Nyoman Budiartha R.M, Djauhar Manfaat, Tri Achmadi

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 14

Misalnya, dalam kontek studi ini responden percaya bahwa Kuta adalah ”very good” tempat untuk pelarian/santai,

responden dapat saja asumsinya pada tingkat subyektif pribadi dari variabel (very good) = (8,9,10), dan fungsi

keanggotaan dapat dihitung menurut persamaan (1)

Dalam rangka untuk membentuk matrik keputusan, asumsikan bahwa kita telah mempunyai sebagai pengambil

keputusan yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi untuk mengevaluasi m alternatif dengan n kriteria.

Menganggap bilangan triangular

di mana k = 1,2,.p, j = 1,2,.m j = 1,2,,n

Penggunaan tambahan bilangan dari segitiga dan pembagian oleh bilangan yang tepat memberikan rata-rata segitiga

(Bojadziev and Bojadziev 1997)

Di mana ⊕ operasi penambahan bilangan fuzzy

Defuzzification Fuzzy Pengelompokan ditentukan oleh jumlah rata-rata segitiga yang sering ditekankan oleh nilai yang tepat yang

mewakili koresponden rata-rata terbaik. Operasi ini disebut defuzzification. Operasi defuzzification tidak dapat

didefinisikan unik(Bojadziev and Bojadziev 1997) (Bojadziev and Bojadziev 1997), dalam studi kami nilai

defuzzified dari nomor fuzzy dapat Dihasilkan dari rumus:

(2)

Teknik untuk mendapatkan Preferensi dengan TOPSIS

Penggunaan teori himpunan fuzzy sebagai metodelogi untuk pemodelan dan menganalisis sistem keputusan tertentu

dengan pengambilan keputusan pada masalah yang komplek. Proses melibatkan memilih terbaik diantara beberapa

alternatif melalui evaluasi yang tepat dari masing-masing parameter. Jenis keputusan dapat diklasifikasikan menjadi

tiga katagori:

• Keputusan didasarkan pada kepastian

• Keputusan didasarkan pada resiko

• Keputusan didasarkan pada ketidakpastian

Sebagian besar keputusan di tingkat strategis adalah katagori (2) dan (3). Namun, penerapan pada fuzzy TOPSIS

masih kurang mendalam. Dalam tulisan ini kami ingin memperluas salah satu metode yang digunakan untuk

memutuskan kepastian untuk memecahkan masalah dibawah ketidakpastian. (Hwang.C.L and Yoon 1981)

mengusulkan TOPSIS (Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution) yang merupakan metode

criteria ganda untuk mengidentifikasi solusi dari himpunan berhingga. Prinsip dasarnya dimana alternatif terpilih

yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif, namun juga memiliki jarak terpanjang

dari solusi ideal negatif.

Secara umum, prosedur TOPSIS mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:(Sri Kusumadewi, Sri Hartati et al.

2006).

Setelah bobot criteria didapat,kemudian dapat digunakan untuk mendapatkan peringkat. TOPSIS mengiaumsikan

bahwa setiap atribut memiliki kecendrungan kearah peningkatan atau penurunan secara monoton. Oleh karena itu,

mudah menemukan solusi yang ideal dan solusi yang negative. Metode TOPSIS mengevaluasi matrik keputusan, X

yang berkenaan dengan m alternative dan dievaluasi dalam n creteria elemen xij dari X adalah bentuk pengukuran

Page 15: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Analisis Preferensi Wisatawan Cruise TerhadapPemilihan Destinasi

Studi Kasus Pulau Bali

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 15

dari alternatif ke i dalam terminologi dari kreteria ke j dari persamaan (2) selanjutnya metode TOPSIS terdiri dari

setep-setep berikut:

Step 1: Membuat matrik keputusan yang ternormalisasi R:

Elemen rij dari R adalah dihitung seperti berikut:

di mana: i = 1,2,…,m; dan j = 1,2,…,n.

Step 2: membuat matrik keputusan yang ternormalisasi terbobot V: kumpulan dari bobot . Di mana

bobot W = (w1,w2,…,wn) dari pembuat keputusan adalah mengakomodasi matrik keputusan dalam step ini.

Element vij dari V adalah dihitung sebagai

dengan i = 1, 2…,m; dan j = 1, 2…,n.

Step 3: Menentukan matriks solusi idel positif & matriks solusi ideal negatif: A*yang ideal dan negatif ideal A

solusi:

i i

i i Di mana

J = {j = 1,2,…,n| j kriteria keuntungan}

= {j = 1,2,…,n| j kriteria baya}

Step 4: Menentukan jarak antara setiap alternative dengan matriks solusi ideal positif & matriks solusi ideal negatif.

Diberikan oleh

Hampir serupa dengan pembagian dari negative-ideal satu adalah diberikan oleh:

Step 5: Menentukan relative clones to ideal solution

dari alternatif Ai dengan mengikuti solusi ideal A* ditentukan sebagai:

jelas bahwa jika dan hanya jika Ai=A*, dan jika dan hanya jika Ai = A

−.

Step 6: Menentukan nilai peringkat minat (preferensi) untuk setiap alternatif: kumpulan dari alternatif-alternatif

sekarang dapat di peringkatkan menurut .

4. KASUS APLIKASI

Bali digunakan sebagai aplikasi kasus,karena sampai saat ini merupakan destinasi yang paling terkenal di Indonesia.

Prosedur dari penelitian diperlihatkan seperti berikut.

Membangun Hirarki Evaluasi

Faktor-faktor kunci terdiri dari 22 item yang digunakan Untuk membentuk 4 level hirarci, pembentukan pembuatan

keputusan wisatawan dan kaitannya dengan kajian pustaka, diskusikan dengan ahli (seksi professional dan

akademisi dari sector pariwisata) dan dasar pada 4 axioma dari AHP. Level yang tertinggi dari hirarki adalah tujuan

keseluruhan. Dibawah tujuan keseluruhan, tingkat kedua mewakili factor-faktor yang berpengaruh pada seleksi

destinasi, yang meliputi faktor-faktor ekternal dan internal. Berbagai kumpulan dari kreteria dengan setiap faktor

Page 16: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Nyoman Budiartha R.M, Djauhar Manfaat, Tri Achmadi

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 16

dalam level kedua yang berhubungan dengan level ke 3. berbagai kumpulan dari sub-creteria (atribut-atribut)

kumpulkan dengan Setiap kreteria didalam level ketiga yang berhubungan dengan level ke empat Seperti yang

diperlihatkan pada Gambar 2-6. Ada total 22 atribut pada level keempat.

Alternatif

Terdapat empat puluh tujuh alternative tempat-tempat yang menarik di Bali yang biasa dikunjungi oleh wisatawan

mancanegara seperti yang ditunjukan pada Gambar 4-1 dan Table 4-1 dibawah.

Tabel 4-1. Prosentase Kunjungan Wisatawan Manca Negara ke Bali Berdasarkan Obyek-Obyek Wisata yang telah

dikunjungi Di Bali TOTAL

NO THE VISITED PLACES of INTERSET RESPONDENT %

I DENPASAR CITY 231 7.31

1 SANUR 227 7.18

2 MUSEUM BALI 4 0.13

II BADUNG REGENCY 1074 34

1 TANJUNG BENOA 9 0.29

2 GWK 16 0.51

3 SANGEH 8 0.25

4 KUTA 612 19.36

5 NUSA DUA 92 2.91

6 ULUWATU 220 6.98

7 JIMBARAN 82 2.6

8 TAMAN AYUN 9 0.28

9 SERANGAN 1 0.03

10 DREAM LAND 24 0.76

11 PETI TENGET 1 0.03

III GIANYAR REGENCY 696 22.01

1 SUKAWATI 596 18.85

2 UBUD 21 0.66

3 TAMPAKSIRING 28 0.89

4 GOA GAJAH 3 0.1

5 BATUBULAN 8 0.25

6 GUNUNGKAWI 12 0.38

7 TAMAN BURUNG 3 0.09

8 CELUK 25 0.79

IV BANGLI REGENCY 294 9.3

1 KINTAMANI 217 6.86

2 DANAU BATUR 17 0.54

3 GUNUNG BATUR 56 1.77

4 PENGLIPURAN 4 0.13

V KLUNGKUNG REGENCY 71 2.24

1 GOA LAWAH 14 0.44

2 KERTA GOSA 5 0.16

3 NUSA LEMBONGAN 45 1.42

4 NUSA PENIDA 7 0.22

VI TABANAN REGENCY 399 12.63

1 BEDUGUL 53 1.68

2 TANAH LOT 276 8.73

3 ALAS KEDATON 65 2.06

4 DANAU BERATAN 4 0.13

5 JATI LUWIH 1 0.03

VII KARANGASEM REGENCY 264 8.34

1 UJUNG KARANGASEM 5 0.16

2 BESAKIH 137 4.33

3 AMED 27 0.85

4 TIRTA GANGGA 15 0.47

5 CANDI DASA 37 1.17

6 TENGANAN 2 0.06

7 PADANG BAI 11 0.35

8 GUNUNG AGUNG 14 0.44

9 TULAMBEN 16 0.51

VIII BULELENG REGENCY 130 4.11

1 PULAU MENJANGAN 6 0.19

2 LOVINA 97 3.07

3 GITGIT 27 0.85

IX JEMBRANA REGENCY 2 0.06

1 PANTAI MEDEWI 2 0.06

3161 100

Sumber: Hasil survey Dinas Pariwisata Bali 2006

Page 17: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Analisis Preferensi Wisatawan Cruise TerhadapPemilihan Destinasi

Studi Kasus Pulau Bali

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 17

4.3. Metode Survey

Merancang Kuisioner Komposisi questener terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama terdiri dari 22 atribut yang dirancang Untuk

memahami motivasi wisatawan untuk bepergian ke suatu destinasi. Responden menyerahkan jawaban yang

disesuaikan dengan nilai numeric dari atribut yang relative penting berkenaan dengan pencapaian secara menyeluruh

dari seleksi destinasi. Sebagai contoh, apabila jawaban yang berkenaan dengan internal force dan external force,

yang mana yang lebih penting untuk anda seleksi dalam perjalanan suatu destinasi? Keputusan/pertimbangan lisan

dari sama penting menjadi benar-benar lebih penting kemudian di rangking dengan skala 1-9. setelah semuanya

dipasangkan di level 2 dibuatkan matrik. Sama dengan presedur diatas kemudian mengaplikasikan semua faktor-

faktor yang berhubungan dengan level 3 dan kemudian level 4. Ringkasan pernyataan dari 22 item didalam kuisener

juga dilakukan Untuk memberikan pengertian yang lebih baik dari analisis. Dalam bagian 2, jawaban responden

untuk mengevaluasi 47 destinasi lokal dengan tanggapan untuk setiap kreteria dengan menggunakan variable

linguistic “very good”, “good”, “fair”, “ poor”, or “ very poor.” Agar supaya fungsi kumpulan keanggotaan

dengan masing-masing variable linguistic, jawaban responden mengindikasikan dengan nomor-nomor kedalam

range skala 0 – 10.

Pengumpulan Data

Survei yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan sampling dengan tetap memperhatikan kenyamanan para

responden (wisatawan) selama liburan akhir tahun bulan Desember 2009. Data dikumpulkan dari wisatawan yang

sedang berkumpul di lounge Bandara Ngurah Rai Internasional, hotel-hotel internasional (hotel bintang) dan hotel-

hotel lokal yang diusulkan oleh pemandu wisata yang bekerja untuk agen-agen perjalanan wisata lokal yang

mengkhususkan diri dalam perjalanan wisatawan mancanegara. Orang-orang dari luar negeri yang telah

menghabiskan lebih dari setahun di Bali tidak dianggap wisatawan. Oleh karena itu, inbound pengunjung asing

berlibur dan / atau bisnis yang telah menghabiskan waktu luang mereka jalan-jalan selama kunjungan mereka ke

Bali dimasukkan sebagai populasi kami. Alasan untuk membatasi kualifikasi responden adalah bahwa kami

menginginkan pendapat wisatawan yang berpengalaman, mempunyai pengetahuan tentang seluruh kriteria dan

tujuan yang akan dievaluasi, seperti yang dipersyaratkan oleh metode AHP. Di antara orang-orang yang mengetahui

47 destinasi dengan baik dan mampu mengingat dan membandingkan mereka secara tepat, dengan jumlah 28

(tingkat tanggapan 70%) menjawab kuesioner dengan tatap muka wawancara. Dalam rangka menciptakan sebuah

sample representative dan akurat individu wisatawan asing yang mengunjungi Bali, 3 dari 28 yang memiliki rasio

konsistensi yang lebih besar dari 0,1 ketika menerapkan pendekatan AHP dibuang. Bali cukup terkenal untuk orang

asing. Sejumlah wisatawan datang untuk menghadiri beberapa acara atau festival, namun hanya sedikit memiliki

pengetahuan dan pemahaman menyeluruh tentang seluruh 47 destinasi tersebut, Untuk memudahkan pemahaman

tentang destinasi secara menyeluruh selanjutnya kami melakukan pengelompokan (clastering) menjadi 11 destinasi.

Pengelompokan ini didasarkan pada destinasi yang saling berdekatan(jarak) dikelompokkan menjadi suatu kawasan

atau paket wisata . Walaupun mungkin sampel tidak harus mewakili semua wisatawan asing di Bali, itu tidak

menunjukkan bias sistematis apapun yang mungkin membuat kesulitan dalam menggambar secara akurat

perbandingan dari 11 destinasi tersebut. Dengan menggunakan mahasiswa/mahasiswi fakultas teknik jurusan Sipil

Universitas Udayana, kami mampu mengikuti konsep dasar dari metode AHP.

Evaluasi Bobot Kriteria Setelah struktur hirarki dibangun , prosedur selanjutnya adalah menentukan prioritas untuk menentukan kepentingan

relatif dari unsure-unsur disetiap tingkat. Perhitungan yang dilakukan menggunakan Microsoft Excel; Gambar 4-

1dan 4-2 memperlihatkan bobot relatif untuk setiap kriteria.

4.4. Hasil dan Diskusi

Tabel 4-1 dan Gambar 4-1 dan 4-2 memperlihatkan bobot relatif untuk setiap kriteria. Dari 22 motif aktualisasi diri

dan pelarian (escape),menemui teman, istirahat dan rilex, kesehatan, bertemu kawan baru dan kesenangan baru

tampaknya menjadi 6 faktor paling penting bagi wisatawan inbound ke Bali. Di antara kekuatan-kekuatan internal,

faktor yang paling penting adalah menemui teman dan / atau kerabat. sedang (baik secara fisik dan mental) yang

ditawarkan oleh destinasi. ini menunjukkan bahwa meskipun Bali adalah sebuah pulau kecil, yang merupakan

tempat yang bagus untuk relaksasi dan istirahat.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengunjungi teman/keluarga tampaknya tidak menjadi prioritas selama

liburan (Heung et al 2001) dan (Mok 1995). Studi mereka terfokus pada wisatawan outbound Hong Kong dan

wisatawan yang rekreasi Jepang ke Hong Kong, masing-masing. Sebaliknya, mengunjungi teman dan / atau kerabat

Page 18: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Nyoman Budiartha R.M, Djauhar Manfaat, Tri Achmadi

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 18

tampaknya menjadi faktor penting dalam studi kami. Yaitu, bagi para wisatawan asing, terutama Eropa, Australia,

Jepang dan Selandia Baru. Wisatawan. Individu datang ke Bali untuk keperluan mengunjungi teman-teman yang

telah mereka kenal atau sudah bertemu di masa lalu di negara lain atau melalui Internet dalam beberapa tahun

terakhir. Di antara kekuatan-kekuatan eksternal, faktor yang paling penting adalah image destinasi (Bali), keramah

tamahan dan fasilitas transportasi.

Hasil studi pariwisata sebelumnya, sangat berbeda dengan hasil yang didapat dalam penelitian ini yang menyatakan

bahwa baik pribadi dan keamanan lingkungan adalah motif umum untuk melakukan perjalanan. Dari 22 motif, harga

adalah faktor yang paling penting Hal ini mungkin karena Bali mempunyai pemandangan yang indah, mutu

makanan, fasilitas akomodasi, budaya yang berbeda, dan menemukan tempat-tempat baru faktor yang lebih penting

daripada harga ketika wisatawan berada pada tahap awal memilih tujuan untuk berlibur. Hal ini konsisten dengan

studi Stevens (1992) dan Nicolau dan Más (2006).

Tabel 4-2. Bobot dan rangking

No Sub Kriteria Weight Rank

1 Escape 0.16506351 1

2 Self actualization 0.16506351 1

3 Rest and Relaxtion 0.13554674 3

4 Medical treatment 0.09677613 4

5 Helth and Fitness 0.05623825 7

6 Visiting friends and/or relatives 0.15694033 2

7 Meeting New People 0.06726014 5

8 Novelty seeking 0.05983049 6

9 Culture exploration 0.04828606 8

10 Adventure seeking 0.03736692 9

11 Enjoying night life & shopping 0.00000000 21

12 Transportation facilities 0.00127153 12

13 Friendlines of people 0.00143183 11

14 Quality & variety of food 0.00097933 15

15 Accomodation facilities 0.00089543 16

16 Personal safety 0.00113727 14

17 Price 0.00045581 20

18 Culture & historical resources 0.00064935 17

19 Good Shopping 0.00052503 18

20 Environmental safety & quality 0.00049946 19

21 Destination image 0.00232987 10

22 Benefits expectation 0.00115850 13

Gambar 4-1 Bobot Faktor dan Kriteria (Lokal)

Page 19: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Analisis Preferensi Wisatawan Cruise TerhadapPemilihan Destinasi

Studi Kasus Pulau Bali

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 19

Gambar 4-2 Bobot Faktor dan Kriteria Global

Tabel 4-3. Final Rangking Destinasi

HASIL PERHITUNGAN

HASIL SURVEI DINAS PARIWISATA BALI

TAHUN 2006 (FAHP & TOPSIS)

FAHP &

TOPSIS

No Destination

% Tourist

Preference % Tourist Preference Summation Rank

1 Jimbaran, Nusa Dua, Kuta 33.04 32.6948905 3.341406937 1

2 Ubud & Gianyar 22.00 21.05146705 2.151452933 2

3 Tabanan 12.63 11.08685639 1.133073037 3

4 Kintamani & Batur 9.30 9.478472934 0.968696782 4

5 Karangasem 8.34 8.919797945 0.911600384 5

6 Sanur 7.31 6.631498937 0.677736986 6

7 Buleleng 3.92 3.319764285 0.339278806 7

8 Klungkung 2.68 3.228420514 0.329943503 8

9 Sangeh & Taman Ayun 0.53 1.521624702 0.155509539 9

10 Pulau Menjangan 0.19 1.239871239 0.126714428 10

11 Jembrana 0.06 0.827335498 0.084553413 11

5. PENUTUP

Kesimpulan

Dari sudut pandang metodologis, hasil studi ini yang mengadopsi pendekatan AHP perjalanan mengungkapkan

bahwa motivasi mempunyai pengaruh terhadap pilihan destinasi. Temuan menunjukkan bahwa pendekatan AHP

adalah sebuah alat yang berguna untuk membantu mendukung keputusan dalam pilihan destinasi ini. Dengan

mengintegrasikan pendapat dan evaluasi para pakar dan perencanakan yang kompleks sistem pengambilan

keputusan menjadi sistem hirarki elemen sederhana. Saat pengunjung lebih terdidik disertai dengan informasi yang

memadai tentang destinasi yang dikunjungi, seharusnya dengan menggunakan metoda AHP, pengukurannya lebih

Page 20: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Nyoman Budiartha R.M, Djauhar Manfaat, Tri Achmadi

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 20

akurat Perhitungan dan hasil dari pendekatan ini akan lebih baik dibandingkan dengan pendekatan lainya. Peringkat

dari 11 destinasi (paket destinasi) dalam hal kinerja mereka secara keseluruhan dalam penelitian kami agak mirip

dengan survei tahunan 2006 laporan dari Dnas Pariwisata Bali di peringkat titik-titik pemandangan favorit inbound

pengunjung(lihat Tabel 4-1). Temuan ini menunjukkan bahwa TOPSIS adalah alat yang memadai untuk memilih

alternatif terbaik. Meskipun demikian, studi ini juga memiliki keterbatasan karena hanya mencakup sampel yang

dipilih dari wisatawan yang berkunjung Bali, dan data yang dikumpulkan selama periode waktu yang singkat. Untuk

memverifikasi validitas dari temuan studi ini, hasilnya harus dibandingkan dengan mereka yang berasal dari studi

masa depan yang menggunakan sampel yang berbeda. Kedua penggunaan AHP dalam memilih destinasi

mensyaratkan bahwa responden memiliki pengalaman bepergian, pengetahuan serta pemahaman tentang semua

destinasi untuk dievaluasi. Oleh karena itu, ukuran sampel terbatas.

Potensi Aplikasi

Konsep ini banyak digunakan pada beberapa model Multi-Attribute Decision Making untuk menyelesaikan masalah

keputusan secara praktis (Hwang.C.L.: Lai and Liu 1993; Liang 1999; Yeh 2000). Hal ini disebabkan: konsepnya

sederhana dan mudah dipahami; koputasinya efisien; dan memiliki kemampuan untuk mengukur kinerja alternative-

alternatif keputusan dalam bentuk matematis sederhana. Secara umum potensi aplikasi seperti pada merangking

factor-faktor yang paling berkontribusi pada kinerja dalam industri transportasi laut, model pemilihan rute dalam

jaringan transportasi, jaringan transportasi dan pemilihan pelabuhan, mengidentifikasi preferensi dari alternative-

alternatif yang mempunyai kemiripan, dan banyak lagi yang berpotensi untuk diterapkan dengan menggunakan

konsep ini

DAFTAR PUSTAKA

Aznam, S. (1992). "Indonesia 1992-Tourism: Growth from the Asia Markets." Far Eastern Economic Review

155(13): 54-56.

Beerli, A. and J. D. Martin (2004). "Tourist's characteristics and the perceived image of tourist destinations: a

quantitative analysis - a case study of Lanzarote, Spain." Tourism Management 25: 623-636.

Bermello, A. p., (ba) (2006). Workshop, Preparation of a Cruise Tourism Destination Management Plan for the

Town of Bar Harbor Maine. August 16, 2006. Maine, A Presentation to the City of Bar Harbor and Maine

Port Authority.

Bojadziev and Bojadziev (1997). G.Bojadziev and M.Bojadziev, Fuzzy logic for business, finance, and

management. NJ(1997), World Scientific.

Boo, S. and J. A.Busser (2005). "The Hierarchical Influence of Visitor Characteristics on Tourism Destination

Images." Journal of Travel & Tourism Marketing 19(4).

Buhalis (2000). "D.Buhalis, Marketing the competitive destination of the future,." Tourism Management 21: 97-116.

Chen, C. F. (2006). "Applying the analytical hierarchy process approach to convention site selection." journal of

Tourism Research 45: 167-174.

CLIA (2008). "Cruise Line International Association. 2008 CLIA Cruise Market Overview, Statistical Cruise

Industry Data Through 2007." Download; http://www.cruising.org/Press/overvew2008/.

Crompton (1979). "J.Crompton, Motivation for pleasure travel,." Annual of Tourism Research, 6: 408-424.

Decrop, Ed. (2000). A.Decrop, Tourists' decision-making and behavior processes. In: A.Pizam and Y.Mansfeld,

Editors, Consumer behavior in travel and touris. NY, The Haworth Hospitality Press,.

Dellaert et al (1998). "B.G.C. Dellaert, F.Etterma and C.Lindh, Multi-faceted tourist travel decisions: a constraint-

based conceptual framework to describe tourists' sequential choice of travel components,." Tourism

Management 19(4): 313-320.

F.J.Mas., J. L. N. a. (2006). "The influence of distance and prices on choice of tourist destinations: the moderating

role of motivations,." Tourism Management 27: 982-996.

Fallon, F. (2003). "After the Lombok Riots, Is Sustainable Tourism Achievable?" Journal of Travel & Tourism

Marketing 15(2/3): 139-158.

Formica, S. (2000). Destination attractiveness: as a function of supply and demand interaction. hospitality and

tourism management. Virginia, The Virginia Polytechnic Institute and State University. Doctoral

dissertation.

Goodall (1991). B.Goodall, Understanding holiday choice. . London, Belhaven.

Goossens (2000). "Tourism information and pleasure motivation." Annals of Tourism Research, 27: 301-321.

Gunn, C. A. (1988). Tourism planning (2nd ed). New York.

Hall (2000). C.M.Hall, Tourism planning: Policies, processes, relationships. U.K, Prentice Hall.

Page 21: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Analisis Preferensi Wisatawan Cruise TerhadapPemilihan Destinasi

Studi Kasus Pulau Bali

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 21

Hamilton and Lau (2004). J.M. Hamilton and M.A. Lau, The role of clime information in tourist destination choice

decision-making, Working Paper FNU-56. Center for Marine and Climate Research,. Hamburg, Germany,

Hamburg University.

Hangim and Lam (1999). "Z.Hangin and T.Lam, An analysis of Mainland Chinese visitor's motivations to visit

Hongkong,." Tourism Management 20: 587-594.

Harker and & Vargas (1987). "P.T.Harker and L.G.Vargas, The theory of ratio scale estimation: Saaty's analytic

hierarchy process." Management Science 36(3): 1383-1403.

Henher, D. (1981). Applied Discrete Choice Modelling, Halsted Press-John Wiley & Son.

Heung et al (2001). "V.C.S.Heung, H.Qu and R.Chu, The relationship between vacation factors and socio-

demographic and traveling characteristics: the case of Japanese leisure travelers,." Tourism Management

22(3): 259-269.

Hwang.C.L and K. Yoon (1981). Multiple Attribute decision making. Berlin/Heidelberg/New York: Springer-

Verlag.

Hwang.C.L.: Lai, Y. J. and T. Y. Liu (1993). "A New Approach for Multiple Objective Decision Making, dalam

Yeh, Chung-Hsing.2002. A Problem-based Selection of Multi-Attribute Decision making Methods."

International transactions in Operational Research, pp 169-181, Blacwell Publishing

Kim, H. B. (1998). "Kim, Perceived attractiveness of Korean destinations,." Annual of Tourism Research, 25(2):

340-361.

Kim, S. and Y. Yoon (2003). "The Hierarchical Effects of Affective and Cognitive Components on Tourism

Destination Image." Journal of Travel & Tourism Marketing 14(2).

Kozak (2002). "M. Kozak, Comparative analysis of tourist motivations by nationality and destinations,." Tourism

Management 23: 221-232.

Kroes and Sheldon (1988). "E.P.Kroes and R.J.Sheldon, Stated preference methods: an introductions,." Tourism

Management 22: 11-25.

Kusbiantoro (1981). "Studi of urban travel demand analysis In LDCs." Desertation, MIT, 1981.

L.Nicolau, J. and F. J.Mas (2008). "Sequential choice behavior:Going on vacation and type of destination." Tourism

Management 29(5): 1023-1034.

Lancaster (1966). "K.J. Lancaster, A new approach to consumer theory." Journal of Political Economy 14(1966):

132-157.

Liang, G. (1999). Fuzzy MCDM based on Ideal and anti -Ideal Concepts, dalam: Yeh, Chung-Hsing.2002. A

Problem-based Selection of Multi-Attribute Decision Making Methods,, International transactions in

Operational Research, pp.169-181, Blackwell Publishing.

Manheim, M. L. (1979). Fundamentals of Transportation system analysis, The MIT Press, 1979.

Marcouiller, D. W. and J. Prey (2005). "The tourism supply linkage:recreational sites and their related natural

amenities." Journal of Regional Analysis and Policy 35: 29-39.

McIntosh and Goeldner (1990). R.W.McIntosh and C.R.Goelner, Tourism: Principles, practices, philosophies. New

York, Wiley.

Middleton (1994). V.M.Middleton, Marketing in travel and tourism. Oxford, Butterworth-Heinemann, Oxford.

Milman and Pizam (1995). "A.Milman and A.Pizam, The role of an awareness and familiarity with a destination: the

central Florida case,." Journal of Tourism Research 33(3): 21-27.

Mok, C., & Armstrong, R.W. (1995). "Leisure travel destination choice criteria of Hongkong residents." Journal of

Travel & Tourism Marketing 4(1): 99-104.

Moutinho, L., & and B. Curry (1994). "Modeling site location decisions in tourism." Journal of Travel & Tourism

Marketing 3(2): 35-36.

Nicolau and Mas. (2006). "The influence of distance and prices on choice of tourist destinations: the moderating role

of motivations,." Tourism Management 27: 982-996.

Oh et al (1995). "H.Oh,M.Uysal and P.Weaver, Product bundles and market segments based on travel motivations: a

canonical approach,." International Journal of Hospitality Management 14(2): 123-137.

Pearce (1988). "D.Pearce, Yourism time budgets,." Annual of Tourism Research 15(1): 106-121.

Pearce, P. L., & and U. I. Lee (2005). "Developing the travel career approach to tourist motivation." Journal of

travel research 43(Feb): 226-237.

Quan and Wang (2004). "S.Quan and N.Wang, Towards a structural model of the tourist experience: an illustration

from food experience in tourism,." Tourism Management 25(3): 297-305.

Royo-Vela, M. (2009). "Rural-cultural excursion conceptualization: A local tourism marketing management model

based on tourist destination image measurement." Tourism Management 30(3): 419-428.

Ryan (1997). The tourist experience: A new introduction. London, Cassell.

S.Rosentraub:, M. and a. M. Joo (2009). "Tourism and economic development: Which investments produce gains

for regions?" Tourism Management 30: 759-770.

Page 22: Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan

Nyoman Budiartha R.M, Djauhar Manfaat, Tri Achmadi

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 22

Saaty, T. L. (1980). The analytical hierarchy process: Planning, priority setting, resource allocation,. New York

(1980), McGraw-Hill Book Co.

Saaty, T. L. (1983). Decision Making For Leaders: The Analytical Hierarchy Process for Decision in Complex

World. Pittsburg, RWS Publication.

Saaty, T. L. (1986). "Axiomatic foundation of the analytic hierarchy process." Management Science 36(3): 259-268.

Sheng-Hshiung Tsaur and D.-H. Wu (2005). "The Use of Stated Preference Model in Travel Itinerary Choice

Behavior." Journal of Travel & Tourism Marketing 18(4).

Sirakarya et al (2003). "E.Sirakaya, M.Uysal and C.Yoshioka, Segmenting the Japanese tour market in Turkey,."

Journal of Tourism Research 41: 293-304.

Sirakaya and Woodside (2005). "E.Sirakaya and A.G.Woodside, Building and testing theories of decision making

by travelers,." Tourism Management 26: 815-832.

Sri Kusumadewi, Sri Hartati, et al. (2006). Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (FUZZY MADM). Yogyakarta,

Indonesia, Graha Ilmu.

Sudarsono (1986). Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta, LP3ES.

Suh and McAvoy (2005). "Y.K Suh and L.McAvoy, Preferences and trip expenditures-a conjoint analysis of visitor

to Seoul, Korea,." Tourism Management 26: 325-333.

Tzu-Kuang Hsu, Yi-Fan Tsai, et al. (2009). "The preference analysis for tourist choice of destination: A case study

of taiwan." Tourism Management 30: 288-297.

Um and Crompton (1990). "Um and J.L.Crompton, Attitude determinants in tourism destination choice,." Annual of

Tourism Research, 17(3): 432-448.

Uysal and Jurowski (1994). "M.Uysal and C.Jurowski, Testing the push and pull factors,." Annual of Tourism

Research 21(4): 844-846.

Van Raaij (1986). "W.F.Van Raaij, Consumer research on tourism: mental and behavioural constructs,." Annuals of

Tourism Research, 13: 1-9.

Vietze, C. (2008). "Cultural Effects on Inbound Tourism into the USA:A Gravity Approach." Jena Economic

Research Papers 2008 - 037.

Weaver, D., & Lawton,L. (2002). Tourism Management. Milton, Australia, John Wiley & Sons.

Yavuz et al (1998). "N.Yavuz, S. Baloglu and M.Uysal, Market segmentation of European and Turkish travelers to

North Cyprus, ." An International Journal of Tourism and Hospitality 9(1): 4-18.

Yeh, C.-H. D., H.; Chang, Y.H (2000). "Fuzzy Multi Criteria Analysis for Performance Evaluation of Bus

Companies", dalam: Yeh, Chung-Hsing.2002. A Problem-based SelectiMethodson Of Multi-Attribute

Decision Making International transaction in Operational Research, pp.169-181, Blakwell Publishing.

Yoeti.H.O.A (2008). Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta, PT.Pradnya Paramita.

Yoon and Uysal (2005). "Y.Yoon and M.Uysal, An examination of the effects of motivation and satisfaction on

destination loyalty: a structural model,." Tourism Management 26: 45-56.

Zadeh (1965). L.A.Zadeh, Fzzy sets. In: J.Klir and B.Yuan, Editors, Fuzzy sets, fuzzy logic, and fuzzy systems.

Singapore (1965), World Scientific.

Zadeh, Ed. (1976). L.A.Zadeh, The linguistic approach and its application to decision analysis. In J.Kir and

B.Yuan,. Singapore (1976), World Scientific.