ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

85
ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL TERHADAP PENERAPAN WISATA SYARIAH DI TANJUNG BIRA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh Arwinni Eka Putri Ahmad NIM: 105 25 11002 16 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/ 2020 M

Transcript of ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

Page 1: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL

TERHADAP PENERAPAN WISATA SYARIAH

DI TANJUNG BIRA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum (S.H) Pada Program Studi Hukum

Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Arwinni Eka Putri Ahmad

NIM: 105 25 11002 16

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

1441 H/ 2020 M

Page 2: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

ii

ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL

TERHADAP PENERAPAN WISATA SYARIAH

DI TANJUNG BIRA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum (S.H) Pada Program Studi Hukum

Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Arwinni Eka Putri Ahmad

NIM: 105 25 11002 16

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

1441 H/ 2020 M

Page 3: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

iii

Page 4: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

iv

Page 5: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

v

Page 6: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

vi

Page 7: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

vii

ABSTRAK

Arwinni Eka Putri Ahmad. 105 251 1002 16. 2020. Analisis Persepsi dan

Kesiapan Masyarakat Lokal Terhadap Penerapan Wisata Syariah di Bira.

Dibimbing oleh ibu Hurriah Ali Hasan dan bapak Hasanuddin.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yaitu bertujuan untuk

mengetahui bagaimana persepsi dan kesiapan masyarakat lokal dalam

menerapkan praktik wisata syariah di tanjung Bira.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bira, Kec. Bontobahari, Kab.

Bulukumba, Sulawesi Selatan yang berlangsung selama dua bulan mulai dari 08

Februari sampai dengan 08 April 2020. Teknik penentuan sampel dilakukan

secara sensus dengan 150 masyarakat lokal melalui dua variabel yaitu variabel

bebas berupa persepsi dan kesiapan serta variabel terikat yang berupa penerapan

wisata syariah.

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan angket (kuesioner) pada

responden yang adalah masyarakat lokal di kawasan wisata Tanjung Bira. Hasil

penelitian diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS (Statistical Product and

Services Solution) dan menunjukkan bahwa Persepsi dan Kesiapan masyarakat

lokal berpengaruh terhadap penerapan wisata syariah di Tanjung Bira, ini ditandai

dengan positifnya tanggapan responden terhadap kuesioner yang dibagikan.

Meskipun pada umumnya persepsi dan kesiapan masyarakat menyatakan setuju,

pada beberapa konsep syariah yang mungkin diterapkan pada kawasan wisata

tidak semua menyatakan menerima.

Kata Kunci : Persepsi, Kesiapan, dan Wisata Syariah

Page 8: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil „alamin, ungkapan syukur kami haturkan dan segala

puji bagi Allah SWT yang atas-Nya kami dilimpahi berkat, rahmat dan karunia

sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Persepsi dan

Kesiapan Masyarakat Lokal Terhadap Penerapan Wisata Syariah di Tanjung

Bira”. Terbalut salawat dan salam kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW

yang perjuangannya berbuah pencerahan iman dan Islam bagi kehidupan ummat

manusia.

. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada

kedua orang tua dan adik tercinta Bapak Akhmad Muddin dan Ibu Husnia, Ardian

Satria Budi Akhmad yang tak lelah menengadah memohon kebajikan juga turut

sibuk membantu peneliti dengan segala lika-liku juang yang dihadapi. Bahtiar,

kekasih halal yang meski jauh tidak luput memberi dukungan do‟a, moril dan

materiil juga senantiasa kuat menguatkan serta kepada kedua keluarga besar yang

tidak bosan menyalurkan semangat atas segala harapan dan cita-cita.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga pula peneliti haturkan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., MM, selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama

Islam.

3. Ayahanda Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP selaku ketua prodi Hukum

Ekonomi Syariah yang selalu menyalurkan semangat dan motivasi.

4. Ibunda Hurriah Ali Hasan, S.T,.ME., PhD dan Bapak Hasanuddin

SE.Sy.,ME.I selaku pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

yang senantiasa tegas memberikan suntikan semangat untuk terus belajar.

5. Kakanda Andi Arfandi Pabottingi S.Pd, Jusman Aris S.H, Ningsih S.H,

Ardiansyah S.Pd juga kepada para sahabat Reski Dian Utami, Andi Rosman

Nur, Aldy Alfian Syam yang tidak bosan membantu dan menyemangati

sehingga dapat melewati rintangan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 9: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

ix

6. Kakanda Gunawan yang membantu peneliti mendapatkan informasi dari

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bulukumba, bapak Albar selaku staf dari

Dinas Penanaman dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bulukumba, juga bapak

Tamrin selaku staf dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Bulukumba serta

kakanda Rian Juniardi selaku Tokoh Pemuda Bira yang membantu

pengurusan administrasi penelitian ini.

7. Kepada sahabat sejuang angkatan 2016 HES mulai kelas A, B dan C yang

telah turut membersamai perjuangan ini dengan tidak bosan menyemangati

dan mengembalikan harapan yang setiap detik terkikis keputusasaan, terutama

kepada saudara Nurfadillah Arifuddin, Ikmawati, Rizki Amelia Kadir,

Nurmala Sari, Mulya Ramadana, juga kepada Rinawati dkk.

8. Rekan-rekan, kakanda dan adinda lembaga se-FAI.

9. Dan terakhir kepada seluruh pihak yang telah membantu untuk segala

kelancaran penyusunan skripsi ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan mendasar pada

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu kritik konstruktif sangat kami harapkan

demi penyempurnaan penulisan selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita

semua.

Makassar, 27 Juni 2020

Penulis

Arwinni Eka Putri Ahmad

Page 10: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL ..................................................................... ....................ii

PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................. iii

BERITA ACARA MUNAQQASYAH ............................................................. iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................... v

SURAT PERNYATAAN ................................................................................... vi

ABSTRAK ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 9

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 9

D. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Persepsi ................................................................................. 11

B. Pengertian Wisata.................................................................................... 14

C. Hipotesis .................................................................................................. 35

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian ..................................................................... 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 35

C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 35

D. Variabel Penelitian .................................................................................. 36

E. Definisi Operasioanl Variabel ................................................................. 36

F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 37

G. Instrumen Penelitian................................................................................ 38

Page 11: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

xi

H. Skala Pengukuran .................................................................................... 38

I. Teknik Analisis Data ............................................................................... 39

BAB IV PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 42

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan............................................................ 44

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 57

B. Saran ........................................................................................................ 58

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 62

RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

Page 12: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisata ........................................................................ 7

Tabel 3.1 Contoh Tabel Angket .......................................................................... 39

Tabel 3.2 Skala Likert ......................................................................................... 40

Tabel 4.1 Responden berdasarkan Jenis Kelamin ............................................... 46

Tabel 4.2 Responden berdasarkan Umur ............................................................ 46

Tabel 4.3 Tanggapan Responden mengenai Persepsi Masyarakat...................... 47

Tabel 4.4 Tanggapan Responden mengenai Kesiapan Masyarakat .................... 48

Tabel 4.5 Tanggapan Responden mengenai Penerapan Wisata Syariah ............. 49

Tabel 4.6 Uji Validitas ........................................................................................ 50

Tabel 4.7 Uji Realibilitas .................................................................................... 51

Tabel 4.8 Hasil Regresi ....................................................................................... 54

Tabel 4.9 Uji Simultan (Uji F) ............................................................................ 55

Tabel 4.10 Uji Koefisien Determinasi (R2) ......................................................... 56

Page 13: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Uji Nomalitas .................................................................................. 52

Gambar 4.2 Uji Heterskodastisitas ...................................................................... 53

Page 14: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menyumbang pendapatan

cukup banyak dalam sebuah Negara. Pariwisata dalam sejarahnya adalah hal

khusus yang dinikmati secara ekslusif oleh orang-orang Yunani saja. Di Yunani,

resort-resort untuk bersantai dibangun di bagian luar kota-kota yang penuh sesak

atau sepanjang garis pantai, untuk memungkinkan mereka yang berasal dari kelas

lebih tinggi lari dari tekanan kehidupan kota.1

Dulu industri syariah hanya terkait makanan dan minuman saja. Kemudian

pada 1970-an masuk ke sektor keuangan dan 2005 mulai berkembang ke halal

lifestyle, termasuk pariwisata dan sebagainya. Sebenarnya hal itu dipicu dua

penyebab utama. Pertama, adanya trensosial back to nature. Yang kedua, populasi

muslim dunia cukup besar.

Sejumlah negara telah mencoba menangkap peluang wisata syariah.

Mislanya di Goald Coast, Queensland, Australia. Pemerintahnya sangat antusias

menjemput wistawan muslim sampai mendorong semua mal dan theme park

untuk menyediakan mushalla. Bahkan hotel bintang lima Hilton Surfers Paradise

selalu menyediakan tempat berbuka puasa beserta makanannya, gratis, sepanjang

ramadhan. Hal hampir serupa juga dilakukan di Hong Kong. Bahkan CEOHK

Tourism Board Anthony lalu mengatakan, Hong Kong harus menyiapkan lebih

1 Foster Dennis L. 2000. First Class An Introduction Travel & Tourism. Jakarta:PT Raja

Grafindo Persada. h.13

Page 15: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

2

banyak lagi masjid atau musala serta makanan halal untuk meningkatkan

kedatangan wistawan muslim.

Istilah pariwisata syariah memang istilah baru dalam dunia pariwisata.

Beberapa istilah lain yang bermakna senada antara lain Islamic Tourism, Halal

Friendly Tourism Destination, Halal Travel, Muslim-Friendly Travel

Destinations, atau halal lifestyle. Konsep wisata syariah lebih luas dari wisata

religi, dimana kalau wisata religi didefinisikan sebagai wisata dalam kerangka

kepentingan ibadah/agama, misalnya haji dan umroh ke tanah haram, atau

sebagian umat Islam berziarah ke makam-makam para wali/aulia/tokoh agama.

Adapun wisata syariah mengandung konsep yang lebih luas, yaitu

pariwisata yang keseluruhan aspeknya tidak bertentangan dengan syariah. Dalam

industri pariwisata terdapat banyak aspek dan pelaku yang terlibat, misalnya hotel

dan akomodasi, makanan dan minuman, transportasi, fasilitas ibadah, dan tentu

obyek wisata itu sendiri. Seluruh aspek ini haruslah tidak bertentangan dengan

syariah, sederhananya halal dan toyyib.

Obyek dari wisata syariah tidak harus tempat-tempat atau khazanah

budaya Islam, tetapi dapat apa saja yang menarik sepanjang tidak melanggar

ketentuan syariah. Pantai, gunung, gua, mainan, bahkan budaya lokal dapat saja

menjadi destinasi wisata ini. Indonesia sangat kaya dengan destinasi yang menarik

dan telah dikenal secara internasional.

Memang seringkali yang menjadi masalah krusial adalah perhotelan dan

akomodasi, sebab hotel pada umumnya memang tidak didesain untuk bersesuaian

dengan syariah. Oleh karena itu sekarang juga muncul konsep hotel syariah, yaitu

Page 16: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

3

hotel yang tidak menyediakan khamr, makanan dan minumannya halal, semua

perlengkapan yang disediakan juga halal. Tambahan lagi hotel tersebut tidak

menjadi tempat kegiatan yang dilarang syariah.

Untuk mendukung pariwisata syariah tentu makanan dan minuman halal

tidak hanya tersedia di hotel syariah, tetapi wisatawan dengan mudah

mendapatkan di berbagai tempat. Jadi seharusnya banyak tersedia restoran halal,

bahkan oleh-oleh dan cenderamata seharusnya juga terjamin halal. Jaminan halal

ini tentu harus dikeluarkan oleh pihak yang terpercaya dan dipercayai masyarakat

(internasional), misalnya label halal LPPOM MUI.

Ditinjau dari segi bisnis, pariwisata syariah sangat menjanjikan.

Wisatawan-wisatawan dari negara muslim jumlahnya cukup besar dan juga tidak

kalah dengan wisatawan dari negara non muslim. Masyarakat Arab Saudi,

misalnya, pada tahun 2015 menghabiskan tidak kurang dari Rp 400 triliun untuk

belanja wisata ke luar negeri.

Namun sayangnya, Indonesia kurang cukup bersemangat menangkap

potensi wisata syariah ini. Indonesia hanya menempati rangking 6 di antara

negara–negara Islam sebagai destinasi wisata syariah. Bahkan di antara negara

ASEAN, wisata syariah Indonesia berada di bawah Malaysia, Singapura, dan

Thailand. Tentu saja hal ini sangat disayangkan, sebab Indonesia memiliki

segalanya untuk pengembangan wisata syariah ini.

Bahkan hal ini sudah menjadi program resmi pemerintah dan telah

diluncurkan sejak lama. Wisata syariah pertama kali diluncurkan secara nasional

pada kegiatan Indonesia Halal Expo (Indhex) 2013 dan Global Halal Forum yang

Page 17: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

4

digelar pada 30 Oktober-2 November 2013 oleh presiden Susilo Bambang

Yudhoyono.

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki

lebih dari 17.000 pulau, dimana hanya sekitar 7.000 pulau yang berpenghuni.

Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Sumatera dan Papua merupakan pulau utama di

Indonesia. Selain itu, Indonesia juga memiliki pulau-pulau kecil dengan segala

pesona keindahannya yang merupakan tujuan wisata lokal maupun internasional.2

Pariwisata di Indonesia saat ini semakin mengalami peningkatan dan

belakangan konsep syariah kian marak dan sedang menjadi tren di masyarakat

Indonesia. Pada awalnya konsep syariah umumnya digunakan pada dunia

perbankan. Lambat laun seiring dengan perkembangan waktu, masyarakat mulai

familiar dengan kata maupun istilah “syariah”. Maka, bermunculanlah berbagai

bank maupun lembaga yang menambahkan penerapan syariah pada aktifitas

bisnis.

Dunia pariwisata tidak mau ketinggalan. Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bertekad menjadikan Indonesia sebagai salah

satu destinasi wisata syariah (syariah tourism) di dunia. Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif menetapkan sembilan tujuan wisata yang memiliki potensi

untuk dipromosikan sebagai kawasan wisata syariah di Indonesia. Sembilan

daerah itu adalah Sumatera Barat, Riau, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat,

Jawa Timur, Makassar, dan Lombok. Ini tak lepas dari latar sosial budaya yang

menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dengan didukung keindahan alamnya.

2 M Malta, 2018”The Transmigrants’ Empowerment in Farming in Banyuasin and Ogan

Ilir Regencie, South Sumtera Province”, https://journal.ipb.ac.id. (diakses 12 Desember 2019)

Page 18: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

5

Wisata syariah di Indonesia masih sangat minim keberadaannya

khususnya di Tanjung Bira, pemerintah sedang melakukan pengembangan

terhadap salah satu destinasi pariwisata tersebut. Banyak masyarakat yang belum

mengetahui tentang wisata syariah, bahkan wisata syariah masih asing

terdengar pada masyarakat awam. Wisata Syariah atau Halal Tourism adalah

salah satu sistem pariwisata yang disediakan bagi wisatawan Muslim maupun

non-muslim yang pelaksanaannya mematuhi aturan syariah. Beberapa strategi

yang dilakukan pemerintah selain promosi juga memperbaiki strategi pemasaran,

penyiapan produk, hingga pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.

Pada awal 2014 baru disahkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif RI No.2 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel

Syariah. Banyak masyarakat yang mengira bahwa wisata syariah sama dengan

wisata religi, perlu digaris bawahi bahwa wisata syariah berbeda dengan wisata

religi. Wisata religi contohnya seperti ziarah ke makam para Nabi dan juga

umroh. Sedangkan, wisata syariah tersebut harus dibuat standarisasinya sesuai

dengan kaidah Islam. Misalnya, para pengunjung dilarang membawa minuman

beralkohol, menyediakan fasilitas untuk beribadah sehingga layak dan nyaman

untuk bersuci, menyediakan makanan dan minuman halal, menetapkan batas

muhrim yang jelas dan tidak ada suasana hiburan maksiat.3.

Wisata syariah sangat mengedepankan produk-produk halal dan aman

dikonsumsi wisatawan muslim. Bagi wisatawan non-muslim, wisata syariah

dengan produk halal ini adalah jaminan sehat. Karena pada prinsipnya,

3 Sutomo. 2014. Analisis Perbandingan Hotel dan Pariwisata Syariah dengan

Konvensional. Bogor: Megister Manajemen Syariah IPB.

Page 19: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

6

implementasi kaidah syariah itu berarti menyingkirkan hal-hal yang

membahayakan bagi kemanusiaan dan lingkungannya dalam produk maupun jasa

yang diberikan, dan tentu memberi kebaikan. Dengan nilai-nilai keislaman yang

ada pada pariwisata syariah bukan hanya bermanfaat bagi industri pariwisata tapi

juga bermanfaat bagi masyarakat dalam meningkatkan keimanan, menjadi

manusia yang lebih baik dan mencegah terjadinya hal yang bersifat mudharat bagi

masyarakat.

Pariwisata juga tidak lepas dengan kata persaingan, masing-masing tempat

wisata memberikan keunggulan yang mereka miliki dan tentunya dengan

pelayanan yang baik pula, khususnya di tanjung Bira. Sulawesi tekhusus Sulawesi

Selatan yang lokasinya berbatasan dengan laut Flores di bagian selatan

menjadikannya dikenal sebagai tempat wisata dengan pesona bahari yang

memukau. Salah satu daerah wisata yang banyak dikunjungi karena pesona

baharinya adalah tanjung Bira. Tanjung Bira adalah daerah wisata yang berada di

Kabupaten Bulukumba dengan jarak tempuh 41 km tepatnya di Kecamatan

Bontobahari dan dengan jarak 200 km dari Kota Makassar. Lokasi geografisnya

terletak d ujung selatan daratan Sulawesi Selatan sehingga tanjung Bira di

kelilingi lautan. Pasir sehalus tepung serta pemandangan sunrise dan sunsetnya

menjadi daya tarik wisatawan yang paling kuat baik lokal maupun asing.

Wisata syariah di Tanjung Bira terbilang sangat minim bahkan masih

sangat jarang dan susah untuk ditemukan, hal ini menyebabkan mayoritas

masyarakat Bulukumba tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan wisata

syariah. Bulukumba sebagai salah satu Kabupaten yang berada di Sulawesi

Page 20: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

7

Selatan tentunya menjadi salah satu daerah yang paling diminati para wisatawan

lokal hingga mancanegara. Hal ini didasarkan pada potensi yang dimiliki oleh

daerah dengan sebutan “Butta Panrita Lopi” dengan kekayaan budaya dan potensi

wisata yang cukup beragam. Kabupaten Bulukumba memiliki letak geografis

yang terdiri dari daerah pegunungan dan pesisir pantai sehingga memiliki

beragam suku, budaya dan objek wisata lainnya, sehingga menarik untuk

dikunjungi dunia nasional maupun internasional. Salah satu objek wisata yang

paling menawan adalah kawasan wisata Tanjung Bira yang menawarkan pantai

berpasir putih dan panorama pesisir yang menakjubkan.

Tanjung Bira sebagai salah satu objek wisata telah menjadi pilar yang

menopang perekonomian daerah Bulukumba, khususnya pada sektor pariwisata

secara umum telah menarik wisatawan dalam jumlah yang besar. Asumsi ini

didasarkan oleh data berikut yang menggambarkan peningkatan jumlah

wisatawan yang mengunjungi kabupaten Bulukumba dalam kurung waktu delapan

tahun belakangan.

Tabel 1.1

Data Kunjungan Wisatawan Domestic dan Mancanegara

Tahun 2011 – 2018

Tahun Wisatawan

Nusantara

Wisatawan

Mancanegara

Jumlah

2011 87.019 2.500 89.519

2012 98.030 2.940 100.970

2013 115.343 3.425 118.768

2014 137.087 4.195 141.282

2015 156.770 3.769 160.539

2016 158.695 3.125 161.820

2017 186.145 3.036 189.181

2018 238.810 3.557 242.367

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bulukumba 2019

Page 21: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

8

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah kunjungan wisatawan ke

Kabupaten Bulukumba dari tahun ke tahun mengalami peningkatan selama

kurung waktu lima tahun belakangan. Pada tahun 2011 jumlah kunjungan

wisatawan mencapai 89.519 orang, kemudian meningkat pada tahun 2012

mencapai angka 100.970 orang. Selanjutnya pada tahun 2013 kunjungan

wisatawan berjumlah 118.768 orang dan meningkat lagi sebanyak 141.282 orang

pada tahun 2014, berikutnya di tahun 2015 meningkat menjadi 160.539 orang,

kemudian meningkat lagi sebanyak 161.820 orang di tahun 2016, dan terus

meningkat di tahun 2017 sebanyak 189.181 orang hingga di tahun 2018 terakhir

telah mencapai 242.367 orang.

Dari data yang telah dipaparkan di atas peneliti menyimpulkan bahwa

minat berkunjung wisatawan ke Sulawesi Selatan terkhusus di Tanjung Bira

Kabupaten Bulukumba memiliki peningkatan yang sangat signifikan. Dari hasil

survei pada masyarakat dan pengunjung di Kabupaten Bulukumba, terkhusus

masyarakat di Tanjung Bira di antaranya mempunyai persepsi bahwa wisata

syariah identik dengan wisata ziarah para makam ulama, mengunjungi masjid-

masjid peninggalan sejarah, melaksanakan umrah dan haji. Kurangnya

pemahaman dan persepsi-persepsi masyarakat tentang wisata syariah yang

terkadang salah mengartikan wisata syariah tersebut bisa saja berpengaruh

terhadap minat berkunjung para wisatawan, ada dua kemungkinan yang akan

berpengaruh dengan kurangnya pemahaman wisata syariah membuat mereka

semakin berminat untuk mengetahui bagaimana wisata syariah atau akan

sebaliknya.

Page 22: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

9

B. Rumusan Masalah

1. Apa persepsi masyarakat lokal tentang wisata syariah?

2. Bagaimana kesiapan masyarakat lokal dalam menerapkan praktik

wisata syariah di tanjung Bira?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat lokal tentang

wisata syariah.

2. Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan masyarakat lokal dalam

menerapkan praktik wisata syariah di tanjung Bira.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

teoritis dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan

pariwisata daerah khususnya pariwisata syariah di Tanjung Bira.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Menambah wawasan penulis mengenai pariwisata khususnya

pariwisata syariah dan memberikan pengalaman berfikir ilmiah

melalui penyusunan dan penulisan skripsi.

b. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan edukasi atau pemahaman tentang wisata

syariah kepada masyarakat umum khususnya yang ada di Tanjung

Page 23: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

10

Bira. Dengan adanya pemahaman tentang wisata syariah masyarakat

dapat mengenalkan dan memiliki kesiapan dalam menerapkan wisata

syariah kepada para pendatang atau orang-orang yang berdomisili di

luar daerah Bulukumba.

c. Bagi Pemerintah

Agar pemerintah dapat melihat peluang untuk menambah

pendapatan daerah dengan meningkatkan pariwisata daerah khususnya

dengan membuat tempat wisata berkonsep syariah sehingga

masyarakat khususnya wisatawan yang mayoritas muslim merasa lebih

nyaman menjalankan ibadah pada saat berwisata.

Page 24: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Persepsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menerangkan bahwa persepsi

adalah tanggapan langsung dari suatu serapan atau proses seseorang mengenai

beberapa hal melalui panca inderanya.4 Persepsi adalah sebuah proses individu

mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan sensoris untuk memberikan

pengertian pada lingkungannya.5

Istilah persepsi sering disebut juga dengan pandangan, gambaran, atau

anggapan, sebab dalam persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai satu hal

atau objek. Persepsi didefinisikan sebagai proses seseorang memilih

mengorganisasikan, megartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu

gambaran yang berarti. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda beda dari

objek yang sama karena adanya tiga proses persepsi.6

Persepsi mempunyai banyak pengertian, diantaranya adalah :

Bimo Walgito menyatakan pengertian persepsi adalah suatu proses yang

didahului oleh penginderaan yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya

stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris.7

Slameto berpendapat persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya

pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus

4 Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. 1984

5 Robbins, Stephen p. judge, Stephen P. judge, Timothy A Judge. Perilaku Organisasi

(Organizational Behavior), Terj. Ratna Saraswati dan Febriella Sirat Edisi 16. Jakarta : Salemba

empat, 2015, h.295 6 Sunyoto, Danang. Teori, Kuesioner dan Analisis Data. Yogyakarta Graha : Timur ,

2012. h13 7 Bimo, Walgito. 2010. Pengantar Psikolog Umum.Yogyakarta: C.V Andi Offse. h.12

Page 25: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

12

menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan

lewat inderanya, yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan

pencium.8

Robbins mendeskripsikan bahwa persepsi merupakan kesan yang

diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian di analisa (diorganisir),

diintepretasi dan kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut memperoleh

makna.9

Poerwadarminta menyatakan persepsi adalah tanggapan langsung dari

suatu serapan atau Persepsi mempunyai sifat subjektif, karena bergantung pada

kemampuan dan keadaan dari masing-masing individu, sehingga akan ditafsirkan

berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain.10

Dengan demikian persepsi merupakan proses perlakuan individu yaitu

pemberian tanggapan, arti, gambaran, atau penginterprestasian terhadap apa yang

dilihat, didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan

tingkah laku atau disebut sebagai perilaku individu proses seseorang mengetahui

beberapa hal melalui pengindraan.

a. Perhatian yang selektif

b. Gangguan yang selektif

c. Mengingat kembali yang selektif

8 Slameto. 2010. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

h15 9 Robbins, S. P. 2003. Perilaku Organisasi, (Terjemahan). Buku 1. Edisi Indonesia.

Jakarta : PT. Gramedia. h31 10

Poerwadarminta, W.J.S. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka,Jakarta :

Balai Pustaka.

Page 26: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

13

Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi,di

mana sensasi adalah aktivitas merasakan atau penyebab keadaan yang

mengembirakan. Sensasi juga dapat didefinisikan sebagai tanggapan yang cepat

dari indera penerima kita terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna, dan suara.

Dengan adanya itu semua maka persepsi akan timbul.11

Persepsi kita dibentuk

oleh :

a. Karakteristik dari stimuli

b. Hubungan stimuli dengan sekelilingnya

c. Kondisi-kondisi di dalam diri kita sendiri

Persepsi adalah pengalaman tentang suatu objek, peristiwa atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimulus inderawi.

Menafsirkan bahwa inderawi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi atensi,

ekspentasi, motivasi, dan memori. Pendapat tersebut menerangkan bahwa persepsi

merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Stimulus atau

rangsangan yang diterima individu melalui penginderaan akan diteruskan kepusat

susunan syaraf yaitu otak dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu

menyadari apa yang dilihat dan apa yang didengar.12

Persepsi terbagi menjadi dua macam yaitu:

a. External Perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya

rangsangan yang datang dari luar diri individu.

11

Sungadji, Etta Mamang, dan Sopiah. 2013. Perilaku konsumen : Pendekatan Praktis

disertai Himpunan Jurnal Penelitian. Yogyakarta : Andi, h.128 12

Rakhmat, Jalaluddin . 1991. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja

Rosdakarya. h.81

Page 27: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

14

b. Self Perception, yaitu yang terjadi karena adanya rangsangan yang

berasa dari dalam diri individu.

B. Pengertian Wisata

Secara etimologis wisata merupakan kata yang berasal dari bahasa

sansekerta yang dalam bahasa Indonesia berarti perjalanan. Selain itu, pariwisata

yang merupakan kegiatan dari orang-orang yang mengunjungi tempat tertentu

untuk jalan-jalan, mengunjungi teman atau kerabat, mengambil liburan, dan

bersenang-senang.

Definisi wisata sendiri adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan

manusia ke luar daerahnya baik perorangan maupun kelompok untuk

mengunjungi destinasi tertentu dengan tujuan rekreasi, mempelajari keunikan

daerah wisata, pengembangan diri dan sebagainya dalam kurun waktu yang

singkat atau sementara waktu. Dalam artian sempit, pariwisata merujuk pada

aktivitas atau praktek melakukan perjalanan untuk kepentingan penyegaran diri

pribadi, untuk pendidikan atau untuk bersenang-senang.13 Sebagaimana dijelaskan

dalam Al-qur‟an Surah Muhammad : 10.

قبة ٱلرض أفلم يسيزوا في ز ٱلذيه فيىظزوا كيف كان ع مه قبلهم دم ٱلل

لها فزيه أمث عليهم وللك

Terjemahnya :

“Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga

mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum

13

Marpaung. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta. h.78

Page 28: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

15

mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir

akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.”14

1. Wisata Syariah

Istilah pariwisata syariah memang istilah baru dalam dunia pariwisata.

Beberapa istilah lain yang bermakna senada antara lain Islamic Tourism, Halal

Friendly Tourism Destination, Halal Travel, Muslim-Friendly Travel

Destinations, atau halal lifestyle. Wisata syariah mengandung konsep yang lebih

luas, yaitu pariwisata yang keseluruhan aspeknya tidak bertentangan dengan

syariah.15

Dalam industri pariwisata terdapat banyak aspek dan pelaku yang terlibat,

misalnya hotel dan akomodasi, makanan dan minuman, transportasi, fasilitas

ibadah, dan tentu obyek wisata itu sendiri. Seluruh aspek ini haruslah tidak

bertentangan dengan syariah, sederhananya halal dan toyyib. Obyek dari wisata

syariah tidak harus tempat-tempat atau khazanah budaya Islam, tetapi dapat apa

saja yang menarik sepanjang tidak melanggar ketentuan syariah.

Pantai, gunung, gua, mainan, bahkan budaya lokal dapat saja menjadi

destinasi wisata ini. Indonesia sangat kaya dengan destinasi yang menarik dan

telah dikenal secara internasional. Wisatawan muslim merupakan segmen baru

yang sedang berkembang pesat dalam industri pariwisata. Menjelajahi dunia

seperti wisatawan lain dengan tidak mengorbankan kebutuhan dasar mereka

14

Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2015. Mushaf Al-qur’an Al-Karim dan Terjemahan,

QS. Muhammad : 10. Yogyakarta. Gramasurya. h507 15

Ediwarsyah. 1987. Pengaruh Pengembangan Obyek Pariwisata Terhadap Pendapatan

Masyarakat di Lingkungan Objek Pariwisata : Tesis Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM

Yogyakarta. h16

Page 29: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

16

berupa pemenuhan makanan halal dan kemudahan pelaksanaan ibadahnya berupa

shalat.

Indonesia has a much tourism area, which is visited by both domestic and

foreign tourist, are often equipped with facilities for entertainment that are not

accorded to social norms and clash with religion norms. While Indonesia is the

largest Moslem country in the world with 85 pecent people are Moslem.16

Secara

umum pariwisata syariah dan pariwisata konvensional tidak beda, hanya

kebutuhan terhadap paket wisata, akomodasi, makanan dan minuman memenuhi

ketentuan nilai-nilai Islam di mana hal ini dapat juga dinikmati oleh semua

kalangan karena secara generic tidak berbeda telah mengumpulkan pendapat para

pakar dalam mendefinisikan pariwisata syari‟ah.

Obyek dalam pariwisata syariah dapat berupa: wisata alam, wisata budaya,

wisata buatan yang dibingkai dalam nilai-nilai Islam. Adanya nilai-nilai Islam

yang melekat tersebut menjadikan para wisatawan dalam melakukan kegiatan

wisata disamping memperoleh kesenangan yang bersifat duniawi, juga

mendapatkan kesenangan yang sejalan dengan nilai-nilai yang selaras dan seiring

dengan tujuan dijalankannya syariah, yaitu memelihara kesejahteraan manusia

yang mencakup perlindungan terhadap keimanan, kehidupan, akal, keturunan, dan

harta benda.17

16

Hurriah Ali Hasan. 2019. Humanities & Social Sciences.

https://scholar.google.co.id/scholar/q=related:O_Idaafw0vEJ:scholar.google.com/&hl=id&as_sdt=

0,5 Diakses pada 03 Juni 2020 17

Ediwarsyah. 1987. Pengaruh Pengembangan Obyek Pariwisata Terhadap Pendapatan

Masyarakat di Lingkungan Objek Pariwisata : Tesis Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM

Yogyakarta. h71

Page 30: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

17

Dengan demikian, dalam pariwisata syariah meletakan prinsip yang ada

harus didasarkan pada tujuan untuk meningkatkan semangat keberagaman dengan

cara yang menghibur. Keadaan tersebut menjadi sangat berbeda manakala

wisatawan melakukan kegiatan wisata yang konvensional maupun wisata religi.

2. Persepsi Orang Terhadap Objek Wisata Syariah

Persepsi pengunjung adalah penilaian atau pandangan pengunjung

terhadap sesuatu. Suatu objek wisata harus meningkatkan kualitas objek menjadi

lebih baik guna mendapat persepsi positif. Persepsi dalam dunia pariwisata

merupakan pendapat atau cara pandang pengunjung maupun wisatawan dalam

memahami suatu destinasi wisata.

Dalam industri pariwisata setiap wisatawan memiliki kepribadian masing-

masing sehingga melihat fenomena yang ada, mereka memiliki persepsi masing-

masing. Persepsi wisatawan merupakan salah satu hal yang penting dalam

pengembangan suatu destinasi pariwisata. Mengenai apa yang diminati, diingini,

dan diharapkan oleh pengunjung ke suatu destinasi menjadi amat penting artinya

dalam kaitan dengan pemasaran objek wisata.

Banyak masyarakat yang mengira bahwa wisata syariah sama dengan

wisata religi. Perlu digaris bawahi bahwa wisata syariah berbeda dengan wisata

religi. Wisata religi contohnya seperti ziarah ke makam para Nabi dan juga

umroh. Sedangkan, wisata syariah tidak hanya mengedepankan objek tujuan para

wisatawan, tetapi tempat wisata syariah tersebut harus dibuat standarisasinya

sesuai dengan kaidah Islam. Misalnya, para pengunjung dilarang membawa

minuman beralkohol, menyediakan fasilias untuk beribadah sehingga layak dan

Page 31: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

18

nyaman untuk bersuci, menyediakan makanan dan minuman halal, menetapkan

batas muhrim yang jelas dan tidak ada suasana hiburan maksiat.18

a. Minuman Beralkohol

Berdasarkan pemaparan di atas bahwa minuman beralkohol itu

hukumnya haram sehingga tidak dapat dibawa masuk ke dalam kawasan

wisata syariah. Ada banyak jenis minuman beralkohol yang beredar di

kalangan masyarakat termasuk minuman keras tradisional maupun

minuman keras buatan pabrik. Apapun jenis minuman keras tersebut,

semua minuman yang mengandung alkohol adalah haram dan tidak di

perbolehkan dikonsumsi oleh umat Islam. Islam dengan jelas melarang

minuman beralkohol dan ini telah disebutkan dalam Alquran dan Hadits

secara nyata, Allah SWT melarang mengkomsumsi minuman beralkohol

karena minuman ini dapat mendatangkan mudharat atau keburukan bagi

seseorang yang mengkonsumsinya. Yang dapat menjadi alasan mengapa

minuman ini diharamkan yaitu merusak kesehatan, menghilangkan

kesadaran, menyebabkan kecanduan, merusak akhlak dan menurunkan

produktivitas. Masih banyak alasan yang mendasari mengapa alkohol

dilarang dalam Islam. Minuman halal sendiri pada dasarnya dapat dibagi

menjadi 4 bagian. Pertama, semua jenis air atau cairan yang tidak

membahayakan bagi kehidupan manusia, baik membahayakan dari segi

jasmani, akal, jiwa, maupun akidah. Kedua, air dan cairan yang tidak

memabukkan walaupun sebelumnya pernah memabukkan seperti arak

18

Hasanuddin. 2010. Pembangunan dan Konflik Kepariwisataan. Padang : Andalas

University Press. h90

Page 32: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

19

yang berubah menjadi cuka. Ketiga, air dan cairan itu bukan berupa benda

najis atau benda suci yang terkena najis. Keempat, air dan cairan yang suci

itu didapatkan dengan cara-cara yang halal yang tidak bertentangan

dengan ajaran agama Islam.

b. Fasilitas untuk beribadah

Secara definisi tempat ibadah merupakan sebuah tempat yang

digunakan oleh umat beragama untuk beribadah menurut ajaran agama

atau kepercayaan masing-masing. Tiap-tiap tempat ibadah untuk masing-

masing agama adalah fasilitas umum yang khusus untuk masing-

masing agama. Tempat ibadah umat Muslim adalah Masjid, Masjid

bukanlah fasilitas umum untuk bagi siapa saja yang boleh melaksanakan

ibadah di dalam Masjid. Fasilitas untuk beribadah yang paling diutamakan

mulai dari tempat mengambil wudhu, mihrab, toilet, parkir, mimbar,

kantor sekretariatan masjid dan perlengkapan Shalat.

c. Makanan halal

Halal artinya boleh, jadi makanan yang halal ialah yang dibolehkan

untuk dikonsumsi. Pada dasarnya makanan itu adalah baik dan halal

untuk dikonsumsi, asalkan sesuai dengan syarat dan ketentuannya.

Makanan halal adalah tidak mendekatkan kita pada syaitan atau

bukan untuk hal yang tidak diridhoi Allah. Allah berfirman dalam :

ا في ال بعىا خطىات الشيطان يا أيها الىاس كلىا مم رض حلالا طيبا ولا تت

بيه ﴿ ﴾٦١إوه لكم عدو م

Terjemahannya :

Page 33: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

20

”Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang

terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;

karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”19

Adapun tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab yaitu bahwa

manusia diingatkan untuk memakan makanan yang Tuhan ciptakan di

bumi dari segala yang halal dan yang baik yang disukai manusia. Manusia

dilarang mengikti jejak langkah setan yang merayu untuk memakan yang

haram. Karena sesungguhnya kita telah mengetahui permusuhan dan

kejahatan-kejahatan setan.20

d. Menetapkan batas muhrim

Kata muhrim artinya orang yang berihram dalam ibadah haji sebelum

bertahallul. Istilah muhrim yang sering diucapkan masyarakat Indonesia

pada umumnya biasa dipakai oleh orang yang sedang melakukan ihram

dalam ibadah haji dan umrah juga berarti bahwa mereka yang memakai

pakaian ihram dilarang melakukan perbuatan tertentu. Seperti melakukan

hubungan suami istri, melangsungkan perkawinan, membunuh binatang

dan larangan lain selama proses haji atau umrah berlangsung.

e. Tidak ada suasana maksiat

Maksiat merupakan tindakan manusia yang melanggar hukum moral

yang bertentangan dengan perintah Allah, menurut ajaran Islam orang

yang semacam ini lebih dihindari binatang, karena ia diberikan mata Allah

namun tidak digunakan untuk melihat ayat-ayat Allah. Kerugian bagi

manusia yang melakukan maksiat yaitu menjadi penghalang untuk mem-

19

Depag RI. 2005. Alqur’an dan terjemahannya, QS. Al-Baqarah: 168. Bandung: Syamil

Al-Qur‟an. h25 20

https://tafsirku.com/2015/Tafsir-Quraish-Shihab.html, diakses pada 18 Desember 2019

Page 34: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

21

peroleh ilmu pengetahuan, terhalang ketaatan kepada Allah, meyebabkan

seseorang menjadi hina, hilangnya rasa malu, mendapat akhir hidup yang

buruk, hati menjadi keras, menghilangkan berkah, membuat hati menjadi

sempit, mendapatkan laknat dan siksa Allah di akhirat .

Terjemahnya:

“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali

jika bersama mahramnya.” (HR. Bukhari, no. 5233). 21

Kurangnya pemahaman dan persepsi-persepsi masyarakat tentang wisata

syariah yang terkadang salah mengartikan wisata syariah tersebut bisa saja

berpengaruh terhadap minat berkunjung para wisatawan, ada dua kemungkinan

yang akan berpengaruh dengan kurangnya pemahaman wisata syariah

membuat mereka semakin berminat untuk mengetahui bagaimana wisata

syariah atau akan sebaliknya.

3. Kesiapan Masyarakat Lokal

Kesiapan atau readiness menurut Jamies Dreaver dalam Slameto adalah

Preparedness to respond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi

respon atau bereaksi. Kesiapan merupakan segenap sifat atau kekuatan yang

membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu. Kesiapan adalah

keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau

jawaban dengan cara tertentu terhadap suatu situasi.” Kemampuan dan kesediaan

ini merupakan gambaran dari sikap mental yang banyak dipengaruhi oleh faktor

21

Az-Zabidi, Imam. 2018. Mukhtasar Shahih Bukhari. Indoenesia : Ummul Quro. h71

Page 35: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

22

pengalaman yang diperoleh dari hasil belajar dan kematangan maturity. Akan

tetapi kematangan yang dijelaskan oleh Slameto bukanlah suatu kondisi fisik.

Kesiapan dapat dituangkan dalam prinsip-prinsip kesiapan meliputi :

a. Semua aspek perkembangan berinteraksi.

b. Pengalaman seseorang mempengaruhi pertumbuhan fisiologi individu.

c. Pengalaman-pengalaman mempunyai efek komulatif dalam perkembangan

fungsi kepribadian individu, baik jasmani maupun rohani.

d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk pada diri sesorang

merupakan masa perkembangan pribadinya.

Kesiapan seseorang dipengaruhi beberapa faktor internal, di antarnya

faktor usia, sikap mental, pola pikir, wawasan, pengetahuan dan pengalaman-

pengalaman yang diperoleh dari hasil proses belajar, baik di sekolah maupun

masyarakat. Selain itu faktor-faktor eksternal diantaranya lingkungan dan kultur

yang meliputi latar belakang ekonomi, sosial budaya, keluarga, dan lingkungan

juga cenderung dapat mempengaruhi kesiapan seseorang.

Jadi, kesiapan merupakan suatu keadaan yang mendorong seseorang

secara keseluruhan untuk melakukan reaksi (pekerjaan) secara fisik, mental,

pengetahuan maupun denagn keterampilan. Dalam hal ini yang mempengaruhi

kesiapan seseorang adalah kematangan, perkembangan, keterampilan berpikir dan

adanya motif.

Kesiapan menurut kamus psikologi adalah “tingkat perkembangan dari

kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan

Page 36: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

23

sesuatu.”22

Menurut Slameto “kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau

individu yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban di dalam

cara tertentu terhadap suatu situasi dan kondisi yang dihadapi”.23

Dalyono juga

mengartikan „kesiapan adalah kemampuan yang cukup baik fisik maupun mental.

Kesiapan fisik berarti tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik, sementara

kesiapan mental berarti memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk

melakukan suatu kegiatan”.24

Menurut Oemar Hamalik “kesiapan adalah

tingkatan atau keadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan

perorangan pada tingkatan pertumbuhan mental, fisik, sosial dan emosional”.25

Berdasarkan beberapa pengertian di atas peneliti dapat menyimpulkan

mengenai pengertian kesiapan. Kesiapan adalah keseluruh kondisi seseorang atau

individu untuk menanggapi dan mempraktekkan suatu kegiatan yang mana sikap

tersebut memuat mental, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki dan

dipersiapkan sebelum melakukan tindakan tertentu.

Pengertian masyarakat dalam suatu perkembangan daerah, masyarakat

bisa dibagi menjadi dua bagian yaitu masyarakat maju dan masyarakat sederhana.

Masyarakat maju adalah masyarakat yang memiliki pola pikir untuk kehidupan

yang akan dicapainya dengan kebersamaan meskipun berbeda golongan.

Sedangkan masyarakat sederhana adalah sekumpulan masyarakat yang

22

Chaplin, J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. h

419 23

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka

Cipta.h25 24

Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.hlm. 52 25

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Sinar Grafika hlm. 94

Page 37: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

24

mempunyai pola pikir yang primitif, yang hanya membedakan antara laki-laki dan

perempuan saja.

Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan

golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.

Masyarakat yang sesungguhnya adalah sekumpulan orang yang telah memiliki

hukum adat, norma-norma dan berbagai peraturan yang siap untuk ditaati. Pada

hakekatnya, versi terjemahan apapun yang dipakai, ternyata rujukan berpijaknya

bertemu pada pemahaman konseptual yang sama.

Masyarakat mempunyai arti sekumpulan orang yang terdiri dari berbagai

kalangan dan tinggal didalam satu wilayah, kalangan bisa terdiri dari kalangan

orang mampu hingga orang yang tidak mampu. Seperti; sekolah, keluarga,

perkumpulan, Negara semua adalah masyarakat. Masyarakat Sipil (Civil Society),

banyak diterjemahkan dengan berbagai macam makna. Civil Society sebagai

wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan bercirikan, antara lain;

kesukarelaan (voluntary), kesewasembadaan (self generating), dan keswadayaan

(self supporting), kemandirian tinggi berhadapan dengan negara, dan keterikatan

dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya.

Pada dasarnya istilah manapun yang dipakai tidak menjadi soal sepanjang

kita memiliki perspektif, sudut pandang dan pemahaman konseptual yang sama

menurut makna istilah yang digunakan. Dalam ilmu sosiologi kita kita mengenal

ada dua macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat

petambayan. Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara anggota-

Page 38: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

25

anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka. Kalau pada

masyarakat patambayan terdapat hubungan pamrih antara anggota-anggotanya.

Unsur-unsur suatu masyarakat:

a. Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak

b. Telah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu.

c. Adanya aturan atau undang-undang yang mengatur masyarakat untuk

menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.

Masyarakat setempat atau masyarakat lokal adalah penduduk Indonesia

yang sebagian besar tinggal di pedesaan dan berada di sekitar kawasan hutan,

umumnya memiliki pengalaman hidup dan kearifan tradisional dalam mengelola

sumberdaya alam sekaligus dalam mendefenisikan kearifan tradisional sebagai

pengetahuan kebudayaan yang dimiliki suatu masyarakat tertentu yang mencakup

sejumlah pegetahuan kebudayaan yang berkenaan model-model pemnafaatan dan

pengelolaaan sumberdaya alam secara lestari.26

4. Kehidupan Masyarakat Wisata

Masyarakat setempat biasanya melihat pariwisata sebagai faktor budaya

dan pekerjaan. Yang penting bagi masyarakat setempat, adalah efek dari interaksi

antara sejumlah besar pengunjung internasioan dan penduduk. Efek ini mungkin

akan bermanfaat atau berbahaya atau juga bisa keduanya.

Pariwisata adalah fenomena kemasyarakatan yang menyangkut manusia,

masyarakat, kelompok, organisasi, kebudayaan dan sebagainya. Kajian sosial

terhadap kepariwisataan belum begitu lama, hal ini disebabkan pada awalnya

26

https://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-masyarakat-dalapandangan.html, (diakses

pada tanggal 29 November 2019)

Page 39: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

26

pariwisata lebih dipandang sebagai kegiatan ekonomi dan tujuan pengembangan

kepariwisataan adalah untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, baik untuk

pemerintah maupun masyarakat karena kepariwisataan menyangkut manuisa dan

masyarakat maka kepariwisataan dalam laju pembangunan tidak dapat dilepaskan

dari pengaruh aspek sosial. Karena makin disadari bahwa pembangunan

kepariwisataan tanpa mempertimbangkan aspek sosial yang matang akan

membawa malapetaka bagi masyarakat, khususnya di daerah pariwisata.

Kepariwisataan adalah kegiatan yang secara langsung menyentuh dan

melibatkan masyarakat setempat. Dampak pariwisata terhadap masyarakat

seringkali dilihat dari hubungan antara masyarakat lokal dengan wisatawan yang

menyebabkan terjadinya proses komoditisasi dan komersialisasi dari keramah-

tamahan masyarakat lokal.27

Pada mulanya wisatawan diterima dengan baik dengan penuh harapan

wisatawan akan membawa perkembangan bagi daerahnya. Dengan meningkatnya

jumlah kunjungan maka sebagian masyarakat lokal mulai menyediakan berbagai

fasilitas yang memang khusus dipersiapkan dan diperuntukkan bagi wisatawan.

Hubungan-hubungan pariwisata mulai terjadi antara wisatawan dengan usaha

pariwisata, wisatawan dengan masyarakat lokal. Hubungan atau interaksi

umumnya tidak setara, pada umumnya masyarakat lokal lebih inferior, wisatawan

lebih kaya, lebih berpendidikan dan dalam suasana berlibur.28

Dalam hubungan dengan evolusi sikap masyarakat terhadap wisatawan,

Doxey mengembangkan sebuah kerangka teori yang disebut IRRITATION INDEX

27

Pitana, I G. dan Gayatri, P G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi.

h83 28

Ibid. h82

Page 40: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

27

(IRRINDEX) yang menggambarkan perubahan sikap masyarakat terhadap

wisatawan secara linier. Sikap yang mula-mula positif berubah menjadi semakin

negatif seiring dengan pertumbuhan wisatawan.29

Ada beberapa tahapan-tahapan sikap mayarakat lokal terhadap wisatawan

yaitu :

a. Euphoria; kedatangan wisatawan diterima dengan baik dengan berbagai

harapan.

b. Apathy; masyarakat menerima wisatawan sebagai sesuatu yang lumrah

dan hubungan antara masyarakat dengan wisatawan mulai berjalan dalam

bentuk hubungan komersial.

c. Annoyance; titik kejenuhan sudah hampir dicapai dan masyarakat mulai

merasa terganggu dengan kehadiran wisatawan.

d. Antagonism; masyarakat secara terbuka sudah menunjukkan ketidak

seangannya dan melihat wistawan sebagai sumbu masalah.

e. Xenophobia; adanya perubahan lingkungan yang diakibatkan pariwisata

masyarakat menjadi tidak ramah diakibatkan oleh adanya perubahan.

Sikap masyarakat lokal terhadap wisatawan tersebut di atas tentunya

dibutuhkan suatu penyesuian dan penelitian yang mendalam terhadap masyarakat

di kawasan Tanjung Bira. Penelitian agar memberikan gambaran bagi pengambil

keputusan dalam mengambil tindakan dan penyeseuaian terhadap gejala-gejala

yang muncul baik positif maupun negtaif di tengah-tengah masyarakat.30

29

Ibid. h84 30

A.J Muljadi. 2012. Kepariwisataan dan perjalanan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

h34

Page 41: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

28

Dalam upaya mencapai sasaran pembangunan kepariwisataan Indonesia

dan berdasarkan Rencana Repelita VII Pariwisata diperlukan suatu kebijakan dan

langkah-langkah yang harus dilaksanakan secara terus-menerus. Kebijakan

tersebut antara lain adalah :

a. Menjadikan pariwisata sebagai pengahsil devisa utama,

b. Menjadikan pariwisata nusantara sebagai pendorong pembangunan,

c. Meningkatkan ketangguhan periwisata nasional,

d. Meningkatkan sumber daya manusia

e. Meningkatkan kemitraan masyarakat, swasta, dan media masa,

Meningkatkan kerja sama lintas sektoral.

5. Kehidupan Religi

Religi bersifat kesatuan batin, orang segolongan merasa satu dengan

golongan seluruhnya dan tugas persekutuan adalah memelihara keseimbangan

lahir dan batin antara anggota dan lingkungan alam hidupnya. Kebahagiaan sosial

di dalam persekutuan akan tetap terjamin apabila keseimbangan itu dipelihara

dengan semestinya.

6. Dampak Ekonomi

Industri perjalanan dan pariwisata adalah industri individual terbesar di

dunia dan penyumbang terbesar bagi pembangunan ekonomi global. Di seluruh

dunia, industri yang berubah sangat cepat ini menghasilkan lebih dari 2,5 trilliun

dollar setiap tahunnya dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi 112 juta orang

lebih. Dalam artian pendapatan total, investasi dan lapangan pekerjaan, perjalanan

adalah juga industri yang tumbuh paling cepat.

Page 42: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

29

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menyumbang pendapatan

cukup banyak dalam sebuah Negara. Dalam artian luas, pariwisata adalah bisnis

menyediakan informasi, transportasi, akomodasi dan pelayanan lainnya bagi para

wisatawan. Industri perjalanan dan pariwisata terbentuk dari perusahaan yang

menyediakan pelayanan untuk semua tipe wisatawan, baik mereka yang

melakukan perjalanan untuk kepentingan bisnis atau untuk bersenang-senang.

Keuntungan pariwisata secara ekonomi tidak bisa diabaikan. Menurut

Persatuan Bangsa-Bangsa, pariwisata internasional naik tiga kali lipat 1967,

menyumbangkan 13 persen dari semua perdagangan luar negeri. Kurang lebih 15

persen dari pendapatan ini dibelanjakan di negara yang sedang membangun.

Keuntungan pariwisata secara ekonomi paling nyata terlihat dalam masalah

ketenagakerjaan. Pariwisata menyediakan pekerjaan bagi para karyawan hotel,

pemgemudi taksi, pemandu wisata, pekerja konstruksi, penghibur, karyawan

restoran,dan pekerja dalam bidang transportasi lainnya. Banyak dari pekerjaan

seperti ini tidak akan tersedia jika pariwisata tidak dikembangkan. 31

7. Interaksi Masyarakat dengan Pariwisata

Wisatawan yang mengunjungi suatu daerah tujuan wisata antara lain

didorong oleh keinginan atau motivasi untuk mengenal, mengetahui, atau

mempelajari daerah dan kebudayaan, kehidupan masyarakat lokal, keindahan

alam, berbagai jenis kuliner dan lain-lain. Selama berada di daerah tujuan wisata,

wisatawan pasti berinteraksi dengan masyarakat lokal, bukan saja dengan mereka

yang secara langsung melayani kebutuhan wisatawan melainkan juga dengan

31

Foster Dennis L. 2000. First Class An Introduction Travel & Tourism. Jakarta:PT Raja

Grafindo Persada. h.35

Page 43: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

30

masyarakat luas. Apapun motivasi seseorang melakukan perjalanan wisata, maka

bagi seseorang atau kelompok wisatawan, perjalanan tersebut mempunyai

beberapa manfaat dan akibat antara lain :32

a. Perjalanan wisata memberikan stimulasi bagi penyegaran fisik dan mental

serta merupakan konpensasi terhadap berbagia hal yang melelahkan seperti

situasi yang sibuk, ketegangan, rutinitas yang mnejemukan, sehingga

melakukan perjalanan wisata merupakan konpenasasi terhadap

permasalahan-permasahan tersbut di atas.

b. Selama berada di daerah tujuan wisata, wisatawan berinteraksi dengan

masyarakat lokal. Hubungan antara wisatawan dengan masyarakat lokal

sangat dipengaruhi oleh sistem sosial budaya kedua belah pihak.

c. Hubungan wisatawan dengan masyarakat lokal bersifat sementara, ada

kendala ruang dan waktu, hubungan yang terjadi banyak yang bersifat

transaksi ekonomi yang tidak ada lain merupakan proses komersialisasi.

d. Pariwisata memberikan keuntungan sosial, ekonomi pada satu sisi tetapi di

sisi lain membawa ketergantungan dan ketimpangan sosial dan berbagai

masalah sosial. Pariwisata membawa berbagai peluang baru bagi

masyarakat dan mendorog berbagai bentuk perubahan sosial.

e. Munculnya kondidsi frustasi di tengah-tenagh masyarakat yang merasa

jadi obyek tetapi tidak merasa menikmati keuntungan dari pembangunan

kepariwisataan.

32

A.J Muljadi. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

h36

Page 44: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

31

Di samping berbagai dampak yang dinilai positif, hampir semua diskusi

seminar tentang kepariwisataan juga banyak mengemukakan adanya berbagai

dampak yang tidak diharapkan (dampak negatif). Menilai dampak pariwisata

terhadap kehidupan masyarakat lokal membutuhkan pengkajian secara mendalam

di tengah-tengah masyarakat setempat dan berbgai aspek seperti sosial, ekonomi,

budaya dan lingkungan.

Aspek-aspek tersebut berpengaruh di tengah-tengah masyarakat yang satu

berbeda dengan masyarakat yang lain atau dampak terhadap kelompok sosial yang

satu belum tentu sama, bahkan bisa bertolak belakang dengan dampak terhadap

kelompok sosial yang lain. Namun sebagai gambaran dalam upaya mengurangi

dampak pariwisata terhadap masyarakat lokal dapat dikemukakan pendekatan

sebagai berikut :33

a. Berbagai perubahan sosial yang terjadi tidak dapat sepenuhnya dipandang

sebagai dampak pariwisata semata-mata, mengingat pariwisata memiliki

sifat kegiatan multidimensional dan terjalin erat dengan berbagai kegiatan

lain yang mungkin pengaruhnya jauh sebelum pariwisata berkembang di

satu kota atau kabupaten.

b. Mengenai penilain positifi dan negatif tidak selalu sama bagi segenap

kelompok masyarakat, perlu melihat segmen-segmen yang ada atau

melihat berbagai interset grup mengingat dinamika masyarakat

berkembang dan berpengaruh pada ritme kehidupan sosial masyarakat.

33

Hasanuddin, 2010. Pembangunan dan Konflik Kepariwisataan. Padang :Andalas

University Press. Hal 190

Page 45: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

32

c. Setiap daerah wisata mempunyai citra tertentu yang mengandung

keyakinan, kesan dan persepsi yang diterima wisatawan dan berbagai

sumber dari pihak lain atau dari instansinya sendiri.

d. Pariwisata adalah industri yang memiliki citra tersendiri dan berbasiskan

citra, karena citra atau kesan membawa calon wisatawan ke dunia simbol

dan makna. Citra juga akan memberikan kesan bahwa satu destinasi akan

memberikan suatu aktrasi yang berbeda dengan destinasi lainnya.Dari

waktu ke waktu, aspek sosial dalam pembangunan pariwisata semakin

mnendapat perhatian karena semakin meningkatnya kesadaran bahwa

pembangunan kepariwisataan tanpa pertimbangan yang matang dari aspek

sosial akan membawa malapetaka bagi masyarakat.

e. Secara umum bahwa pengembangan kepariwisataan semakin mendapat

perhatian, karena semakin meningkatnya kesadaran bahwa pembangunan

kepariwisataan tanpa pertimbangan yang matang dari aspek sosial akan

mempengaruhi bagi pariwisata itu sendiri.

f. Secara umum bahwa pengembangan kepariwisataan selalu terkait dengan

kreatifitas dan inovasi dalam berbagai bentuk kegiatan, karya masyarakat

yang dapat dimanfaatkan oleh wisatawan pada saat berkunjung ke satu

daerah wisata yang dapat menambah pengalaman perjalanan baru bagi

wistawan dan peningkatan berwirausaha bagi masyarakat.

Keberhasilan pariwisata di Tanjung Bira menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari keberhasilan pembangunan kepariwisataan di Kabupaten

Bulukumba secara menyeluruh. Namun demikian ada banyak masalah yang

Page 46: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

33

mendasar dalam pembangunan kepariwisataan di kawasan wisata Tanjung Bira

yang mengancam keberlanjutan dari pembangunan itu sendiri.

Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain menyangkut aspek

lingkungan, sosial dan ekonomi. Dari aspek lingkungan, pemanfaatan sumber

daya alam sudah melampaui daya dukung, tampak jelas dapat dilihat antara lain,

pembangunan fisik yang mengikuti jalur jalan raya, berdirinya bangunan-

bangunan yang tidak selayaknya. Dari aspek ekonomi, manfaat pariwisata

terdistribusi secara tidak proporsioanal dan dalam beberapa kasus terjadi

marginalisasi terhadap masyarakat setempat. Masalah sosial yang juga menjadi

ancaman kepariwisataan.

Pada sifatnya, hubungan antara wisatawan dengan masyarakat dicirikan

oleh empat hal :34

a. Mereka berhubungan sementara (transitory realtionship), sehingga tidak

ada hubungan yang mendalam. Hubungan yang bersifat sementara dan

tidak berulang, sering menyebabkan mereka yang berhubungan tidak

memikirkan dampak di masa yang akan datang, sehingga jarang

memunculkan rasa saling percaya. Akibat lebih jauh, masing-masing pihak

mempunyai potensi untuk memeras dan saling membohongi. Ada kendala

ruang dan waktu yang menghambat hubungan.

b. Wisatawan umumnya berkunjung secara musiman dan tidak berulang.

Apalagi kenyataan bahwa fasilitas pariwisata umumnya hanya

terkonsentrasi pada tempat–tempat tertentu, maka wisatawan hanya

34

Hasanuddin, 2010. Pembangunan dan Konflik Kepariwisataan. Padang :Andalas

University Press. h91

Page 47: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

34

berhubungan secara intensif dengan sebagian anggota masyarakat yang

secara langsung berhubungan dengan pelayanan terhadap wisatawan,

sedangkan masyarakat yang jauh dari fasilitas pariwisata berhubungan

dengan wisatawan secara kurang intensif.

c. Dalam Mass Tourism, tidak ada hubungan yang bersifat spontan antara

wisatawan dengan masyarakat lokal, melainkan sebagian besar diatur

dalam paket wisata yang ditangani oleh usaha pariwisata dengan jadwal

yang ketat.

d. Kegiatan pariwisata adalah kegiatan ekonomi, yang berarti bahwa

masyarakat lokal bekerja pada pariwisata adalah untuk kepentingan

ekonomi atau mendapatkan penghidupan. Dengan demikan, interaksi yang

terjadi antara wisatawan dengan masyarakat lokal lebih banyak bersifat

transaksi ekonomi. Hubungan yang semula didasarkan atas keramahan-

keramahan tradisional, dalam pariwisata telah berubah menjadi keramah-

tamahan yang dikomersilkan.

e. Hubungan atau interaksi umumnya bersifat tidak setara, pada umumnya

masyarakat lokal merasa inferior. Wisatawan lebih kaya, lebih

berpendidikan, dan dalam suasana berlibur, sedangkan masyrakat lokal

dalam suasana melakukan pekerjaan, penuh kewajiban dan mengharapkan

uang wisatawan. Posisi yang tidak seimbang ini menyebabkan terjadinya

hubungan eksploitatif, atau inferior-inferior.

C. Hipotesis

Page 48: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

35

Berdasarkan teori di atas maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai

berikut :

H1 = diduga ada pengaruh persepsi masyarakat terhadap penerapan wisata

syariah di kawasan Tanjung Bira.

H2 = diduga ada pengaruh kesiapan masyarakat lokal terhadap penerapan

wisata syariah di kawasan Tanjung Bira.

H3 = diduga ada pengaruh persepsi dan kesiapan masyarakat lokal secara

simultan terhadap penerapan wisata syariah di kawasan Tanjung Bira.

Page 49: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Ditinjau dari cara

perolehan datanya, penelitian ini menggunakan metode expost facto karena data

yang dibutuhkan telah tersedia tanpa harus memberikan perlakuan sehingga

peneliti langsung melakukan pengumpulan data dilapangan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kawasan wisata Tanjung Bira, Kecamatan

Bontobahari Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan di tahun 2020,

tepatnya pada tanggal 08 Februari 2020 – 08 April 2020.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, jadi populasi bukan hanya

orang tetapi juga obyek dan benda alam lainnya.35

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat lokal yang beraktivitas

di kawasan Tanjung Bira. Data yang diperoleh dari pengawas kawasan wisata di

Tanjung Bira menyebut jumlah masyarakat lokal yang beraktifitas adalah ± 150

orang.

2. Sampel penelitian

35

Sugiyono, Metode penelitian Bisnis (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R & D.

(Bandung : Alfabeta 2014) h. 230-232

Page 50: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

37

Dalam melakukan penelitian pada suatu populasi, kita sering

menggunakan sampel untuk mewakili populasi tersebut. Hal ini dikarenakan

penelitian dengan menggunakan jumlah populasi secara keseluruhan akan

memakan waktu yang lama dan biaya yang sangat besar.

Secara definisi, populasi dapat diartikan sebagai jumlah dari keseluruhan

obyek yang ingin diteliti karakteristiknya. Sedangkan Sampel adalah sebagian dari

populasi yang ingin diteliti karakteristiknya. Sample tersebut dianggap dapat

mewakili keseluruhan populasinya. Jadi pada dasarnya, jumlah Sampel akan lebih

sedikit dari jumlah populasinya.36

Namun dalam penelitian ini karena jumlah

populasi terbatas yaitu hanya 150 orang, maka semua populasi akan diteliti, dalam

arti tidak digunakan sampel.

D. Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu dua variabel bebas

(X) dan satu variabel terikat (Y) dengan rincian yaitu X1 adalah persepsi

masyarakat lokal, X2 adalah kesiapan masyarakat lokal dan variabel Y adalah

penerapan wisata syariah di Tanjung Bira.

E. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari adanya kesalahan dalam penafsiran tentang

variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti

membatasi pengertian dari variabel-variabel tersebut:

a. Persepsi masyarakat adalah pendapat atau tanggapan masyarakat terhadap

wisata syariah di kawasan Tanjung Bira.

36

Wiratna Sujarweni, mendapakan sampel untuk mewakili populasinya, 2014. H.16

Page 51: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

38

b. Kesiapan masyarakat adalah kecenderungan atau keinginan hati atau

reaksi orang-orang untuk menerapkan wisata syariah di lokasi wisata

Tanjung Bira.

c. Masyarakat lokal adalah kumpulan orang-orang yang bermukim dan

beraktifitas di kawasan Tanjung Bira.

d. Wisata syariah adalah standarisasi wisata yang mengedapankan nilai-nilai

dan kaidah Islam.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menurut cara memperolehnya

dengan melakukan pengumpulan data primer. Data primer yang didapatkan

peneliti menggunakan angket atau kuesioner. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya,

kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu

dengan pasti variabel yang akan diukur dan apa yang bisa diharapkan dari

responden.37

Metode ini dilakukan dengan cara memberi sejumlah pertanyaan

atau pernyataan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian kepada konsumen

sebagai sampel penelitian sehingga memperoleh data yang akurat.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini dalam bentuk angket. Berikut adalah tabel

angket yang dimaksud :

37

Sugiyono, Metode penelitian Bisnis (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R & D.

(Bandung : Alfabeta 2014) h. 91

Page 52: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

39

Tabel 3.1

Contoh Tabel Angket

No. Pernyataan S SS N TS STS

H. Skala Pengukuran

Variabel yang ada pada penelitian ini adalah persepsi dan kesiapan

masyarakat tentang wisata syariah dan pengaruhnya terhadap penerapan wisata

syariah. Variabel-variabel dalam penelitian ini diukur menggunakan skala likert

yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang fenomena social.38

Dengan skala likert maka

variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Jawaban setiap

item instrumen yang menggunakan skala likert yang dapat berupa kata-kata yaitu :

1. Sangat Setuju

2. Setuju

3. Netral

4. Tidak Setuju

5. Sangat Tidak Setuju

Dalam skala likert setiap jawaban diberi bobot teretentu yaitu:

Tabel 3.2

Skala Likert

38

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R &

D). Bandung : Alfabeta. h. 282

Page 53: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

40

No. Alternatif Jawaban Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Netral (N) 3

4 Kurang Setuju (KS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

I. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh persepsi konsumen tentang wisata syariah

dan minat berkunjung di lokasi wisata Tanjung Bira, maka digunakan analisis

statistika.

1. Uji Validiti dan Reliabiliti

a. Uji validitas adalah kebenaran instrument penelitian yang digunakan

untuk menguji apakah pertanyaan pada kuesioner tersebut benar atau

tidak. Perhitungan ini dilakukan dengan bantuan computer program

SPSS (Statistical Package For Social Science). Untuk menetukan

nomor-nomor item yang valid dan tidak valid, dikonsultasikan dengan

table product moment. Kriteria penilaian uji validitas adalah :

Apabila rhitung > rtabel pada taraf signifikansi α = 0,05 maka dapat

dikatakan item kuesioner tersebut valid.

Apabila rhitung < rtabel pada taraf signifikansi α = 0,05, maka dapat

dikatakan item kuesioner tersebut tidak valid.

b. Uji Realibilitas

Selanjutnya uji realibilitas adalah menguji data yang diperoleh sebagai

dari jawaban kuesioner yang telah dibagikan. Jika kuesioner tesebut

Page 54: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

41

itu handal atau realible. Dikatakan handal atau realible jika jawaban

seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu

ke waktu. Untuk mengukur reliabilitas menggunakan uji statistik

cronbach alpha. Suatu variable dikatakan realible jika rhitung > rtabel

maka pada taraf signifikansi α = 0,6. Adapun ukuran kemantapan

alpha dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

a) Nilai alpha Cronbach 0.00 s.d 0.20, berarti kurang reliable.

b) Nilai alpha Cronbach 0.21 s.d 0.40, berarti agak reliable.

c) Nilai alpha Cronbach 0.42 s.d 0.60, berarti cukup reliable.

d) Nilai alpha Cronbach 0.61 s.d 0.80, berarti reliable.

e) Nilai alpha Cronbach 0.81 s.d 1.00, berarti sangat reliable.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk

menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah

sebaran data tersebut berdistribusi normal ataukah tidak.

b. Uji Heteroskedastisitas adalah uji yang menilai apakah ada

ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada

model regresi linear. Uji ini merupakan salah satu dari uji asumsi

klasik yang harus dilakukan pada regresi linear. Apabila asumsi

heteroskedastisitas tidak terpenuhi, maka model regresi dinyatakan

tidak valid sebagai alat peramalan.

3. Uji Hipotesis

Page 55: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

42

a. Uji Regresi adalah uji yang menentukan hubungan sebab-akibat

antara satu variabel dengan variabel yang lain.

b. Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana

pengaruh masing–masing variabel bebasnya secara sendiri-

sendiri terhadap variabel terikatnya.

c. Uji Simultan atau uji F dikenal dengan uji serentak, yaitu uji untuk

melihat bagaimanakah pengaruh semua variabel bebasnya secara

bersama-sama terhadap variabel terikatnya. Atau untuk menguji

apakah model regresi yang kita buat baik/signifikan atau tidak

baik/non signifikan.

d. Uji Determinan (R2) dapat dipakai untuk memprediksi seberapa

besar kontribusi pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel

terikat (Y) dengan syarat hasil uji F dalam analisis regresi

bernilai signifikan. Sebaliknya, jika hasil dalam uji F tidak

signifikan maka nilai koefisien determinasi (R2) ini tidak dapat

digunakan untuk memprediksi kontribusi pengaruh variabel X

terhadap Y.

Page 56: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pantai Tanjung Bira merupakan pantai berpasir putih yang sangat

terkenal di Provinsi Sulawesi Selatan. Pantai dengan keindahan serta

kenyamanannya membuat pantai ini terlihat bersih, rapi dan mempunyai air

yang jernih. Karena keindahan dan kenyamanannya tersebut, Tanjung Bira

terkenal di mancanegara. Banyak wisatawan asing dari berbagai negara sudah

menyambangi objek wisata ini untuk mengisi acara liburan mereka.

Keindahan Pantai Tanjung Bira tidak diragukan lagi, di dalam kawasan

pantai terlihat sangat bersih dan rapi serta tertata cukup baik. Pasir pantainya

yang berbeda dari pasir pantai lainnya membuat Tanjung Bira sangat nyaman.

Tekstur pasir yang lembut merupakan ciri dari Pantai Tanjung Bira. Pesona

pantai dengan panorama alam pesisir pantai tropis yang terletak di ujung

selatan Pulau Sulawesi. Pantai yang membujur dari sisi utara hingga selatan

ini tampak sangat memukau siapa saja yang datang berkunjung. Jajaran pohon

kelapa serta bukit karang yang tampak kokoh menjadikan pantai ini terlihat

nyaman. Di kawasan pantai Sulawesi ini, para wisatawan dapat menghabiskan

waktu liburnya dengan berenang, menyelam, snorkeling atau hanya sekedar

berjemur menikmati segarnya angin yang berhembus. Pada saat pagi atau

menjelang malam, wisatawan juga dapat melihat pesona matahari terbit dan

terbenam dalam satu lokasi. Sebatas mata memandang ke laut lepas,

Page 57: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

44

wisatawan juga dapat menikmati keindahan Pulau Liukang dan Pulau

Kambing.

Terletak di ujung selatan pulau Sulawesi, tepatnya berada di

Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Akses

Pantai Tanjung Bira berjarak kurang lebih 40 Kilometer dari Bulukumba, atau

sekitar 200 Kilometer dari Makassar. Perjalanan dari Makassar ke Bulukumba

dapat ditempuh dengan transportasi umum seperti mobil pribadi yang

digunakan untuk angkutan umum dengan biaya sekitar Rp. 60.000,-/orang.

Setelah sampai di Bulukumba, perjalanan dilanjutkan ke Pantai Tanjung Bira

dengan menggunakan angkutan umum seperti mikrolet (pete-pete) dengan

biaya sekitar Rp. 10.000,-/orang. Waktu yang ditempuh dari Makassar sampai

ke Tanjung Bira sekitar 4 jam lamanya. Jika Wisatawan dari Bandara

Hasanuddin, dapat menggunakan transportasi umum seperti taksi langsung

menuju ke Terminal Malengkeri dengan biaya sekitar Rp. 50.000,-.

Sesampainya di terminal, perjalanan bisa dilanjutkan dengan menggunakan

bus tujuan Bulukumba atau langsung Tanjung Bira. Di Tanjung Bira,

transportasi umum hanya beroperasi sampai sore hari, jadi persiapkan waktu

Anda dengan matang. Biaya tiket masuk di kawasan Pantai Tanjung Bira

sekitar Rp. 10.000,-, serta fasilitas dan akomodasi di Tanjung Bira sangatlah

lengkap, seperti tempat persewaan perlengkapan menyelam, kamar mandi

yang nyaman, persewaan motor, dan pelabuhan kapal ferry yang digunakan

untuk mengantar para wisatawan yang ingin menyelam di pulau Selayar.

Page 58: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

45

Untuk akomodasi penginapan tersedia villa, bungalow, dan hotel dengan tarif

yang relatif murah yang didukung dengan rumah makan ataupun restoran.

Ketersediaan fasilitas yang menunjang kegiatan wisata di kawasan

indah nan eksotis inilah yang membuat banyak wisatawan rela datang jauh-

jauh, baik domestik maupun asing. Keramahan masyarakat lokal di sekitar

kawasan wisata ini juga menjadi alasan wisatawan baik domestik maupun

asing betah berlama-lama menghabiskan waktu di tempat ini. Jarak rumah

penduduk sendiri dengan kawasan wisata Tanjung Bira terbilang cukup dekat

yaitu sekitar satu kilometer dan pada umumnya masyarakat lokal di kawasan

wisata berprofesi sebagai pelaut, pegawai negeri sipil, pengusaha dan

pengrajin sarung tenun Bira. Masyarakat lokal di kawasan wisata sendiri

terkenal dengan lingkungan yang kental dengan kegiatan-kegiatan ibadah dan

ketersediaan fasilitas ibadah yang cukup banyak berdiri dan aktif melakukan

kajian-kajian Islami serta latihan-latihan tartil Al-qur‟an.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Deskripsi Responden

Responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah masyarakat

lokal yang tinggal di kawasan wisata Tanjung Bira dan masyarakat yang

menjadi responden sebanyak 150 orang.

a. Responden berdasarkan jenis kelamin

Keadaan responden berdasarkan umur dapat didefinisikan dalam

tabel 4.1 sebagai berikut :

Page 59: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

46

Tabel 4.1

Responden berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (%)

1. Laki-laki 81 54%

2. Perempuan 69 46%

Total 150 100%

Sumber : data diolah 2020

Berdasarkan tabel 4.1 jumlah responden laki-laki sebanyak 81 orang

(54,0%) dan responden perempuan sebanyak 69 orang (46,0%), ini menunjukkan

bahwa responden masyarakat lokal lebih banyak laki-laki.

b. Responden berdasarkan umur

Keadaan responden berdasarkan umur dapat di definisikan dalam

bentuk table 4.2 berikut :

Tabel 4.2

Responden berdasarkan Umur

No. Usia

(Tahun)

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase

(%)

1. 13 – 20 54 36,1

2. 21 – 30 80 53,4

3. 31 – 40 6 4,1

4. 41 – 65 10 6,8

Total 150 100

Sumber : data diolah 2020

Dari tabel di atas, responden terdiri dari 150 masyarakat lokal dengan

ragam usia dimana responden terbanyak berada pada usia 21 sampai 30 tahun

yaitu sebanyak 80 responden.

2. Uji Deskripsi Variabel

Page 60: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

47

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu Persepsi

Masyarakat Lokal (X1) dan Kesiapan Masyarakat Lokal (X2), dan variabel terikat

yaitu Penerapan Wisata Syariah (Y). Survey ini menggunakan skala pengukuran

dengan skala Likert dengan bobot tertinggi disetiap pertanyaan adalah 5 (lima)

dan bobot terendah adalah 1 (satu) dengan jumlah responden sebanyak 150 orang.

a. Deskripsi Variabel Persepsi Masyarakat Lokal (X1)

Adapun deskripsi data tanggapan Responden mengenai Persepsi

Masyarakat Lokal di kawasan Wisata di Tanjung Bira dapat dilihat pada tabel 4.3

sebagai berikut :

Tabel 4.3

Tanggapan Responden mengenai Persepsi Masyarakat Lokal (X1)

Pertanyaan Tingkat Jawaban Responden

Menerima

(S + SS)

Tidak

Menerima (KS + TS + STS)

F % F % Kawasan pantai harus dipisahkan antara laki-laki dan

perempuan

32 21,3 118 78,7

Kawasan Bira tidak boleh ada makanan haram 132 88 18 12,1

Pelayanan di objek pariwisata di Bira harus sesuai dengan

prinsip syariah

117 78 33 22

Masyarakat merasa nyaman jika wisata syraiah dapat

diterapkan di Bira

124 82,7 26 17,4

Lebih aman bila di Bira diberlakukan wisata syariah 119 79,3 31 40,7

Masyarakat harus mendukung bila di Bira diberlakukan

wisata syariah

119 79,3 31 40.7

Sumber : data diolah 2020

Dari table 4.3 di atas dapat diihat bahwa dari enam pertanyaan terkait

persepsi masyarakat lokal terhadap penerapan wisata syariah yang diajukan,

mayoritas responden (penduduk) pada umumnya setuju dengan adanya prinsip

wisata syariah diantaranya tidak boleh ada makanan haram di Bira, pelayanan

yang sesuai prinsip syariah akan lebih aman juga nyaman dan masyarakat

Page 61: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

48

mendukung bila diberlakukan wisata syariah di Bira. Hanya satu yang tidak

sepenuhnya diterima responden yaitu pemisahan antara laki-laki dan perempuan

di kawasan pantai Bira.

b. Deskripsi Variabel Kesiapan (X2)

Adapun deskripsi data tanggapan Responden mengenai Kesiapan

Masyaralat Lokal di kawasan Wisata di Tanjung Bira dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut :

Tabel 4.4

Tanggapan Responden mengenai Kesiapan Masyarakat Lokal (X2)

Pertanyaan Tingkat Jawaban Responden

Menerima

(S + SS)

Tidak

Menerima

(KS+TS+ STS)

F % F % Punya kegiatan usaha di kawasan pantai Bira 56 37,3 94 62,6

Objek wisata Bira memberi kesempatan kepada

masyarakat melakukan kegiatan ekonomi

143 95,3 7 4,6

Kegiatan wisata Bira membantu ekonomi masyarakat

setempat

122 81,4 28 18,7

Bira tetap akan ramai dikunjungi bila Wisata syariah

diterapkan

39 26 111 74,1

Kawasan Bira tidak ada kegiatan hiburan yang tidak

sesuai aturan agama

135 90 15 10

Kawasan Bira harus melarang kegiatan hiburan yang

mendekati maksiat

118 78,7 32 21,4

Sumber : data diolah 2020

Deskripsi table 4.4 di atas menunjukkan bahwa dari enam pertanyaan yang

diajukan kepada responden terkait kesiapan dalam penerapan wisata syariah di

Bira mayoritas penduduk pada umumnya menyatakan siap terutama dalam

kegiatan ekonomi yang memberi kesempatan dan membantu pererkonomian

masyarakat setempat juga tidak ada kegiatan hiburan yang tidak sesuai aturan

agama sehingga masyarakat harus melarang adanya kegiatan hiburan yang

mendekati maksiat. Sementara untuk kepemilikan usaha ternyata banyak

Page 62: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

49

masyarakat lokal yang belum memiliki usaha di Bira dan masyarakat tidak yakin

Bira akan tetap ramai bila wisata syariah diterapkan.

c. Deskripsi Variabel Penerapan (Y)

Adapun deskripsi data tanggapan Responden mengenai Persepsi

Masyarakat Lokal di kawasan Wisata di Tanjung Bira dapat dilihat pada tabel 4.5

sebagai berikut :

Tabel 4.5

Tanggapan responden terkait Penerapan Wisata Syariah

Pertanyaan Tingkat Jawaban Responden

Menerima

(S+SS)

Tidak Menerima

(KS+TS+STS)

F % F % Kawasan Bira sudah menyediakan makanan halal 128 85,4 22 14,7

Kawasan Bira sudah menyediakan fasilitas ibadah

yang memadai

118 78,7 32 21,4

Kawasan Bira sudah menyediakan penginapan

syariah

72 48 78 52

Penginapan di Bira harus melakukan pemeriksaan

terhadap tanda pengenal dan buku nikah pasangan

tamu yang datang

81 80,7 29 19,3

Kawasan Bira tidak boleh ada minuman beralkohol 125 83,4 25 16,6

Sumber : data diolah 2020

Dari tabel 4.5 di atas menunjukkan data lapangan bahwa ternyata Bira

secara tidak langsung sudah menerapkan konsep wisata syariah terlihat dari

tersedianya fasilitas ibadah yang memadai, makanan halal dan mayoritas

responden menolak adanya minuman beralkohol serta mengharuskan penginapan

melakukan pemeriksaan identitas pada tamu yang datang. Ini berarti secara

konsep, penerapan wisata syariah di Bira telah dilakukan meskipun belum tidak

resmi sebagai contoh penginapan berlabel syariah yang masih sangat kurang.

Page 63: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

50

3. Uji Validitas dan Realibilitas

a. Uji Validitas

Tabel 4.6

Uji Validitas

Variabel Item R Hitung R Tabel Keterangan

Persepsi

Masyarakat

Lokal (X1)

P8 0, 575 0,1339 Valid

P9 0,395 0,1339 Valid

P13 0,693 0,1339 Valid

P14 0,723 0,1339 Valid

P15 0,836 0,1339 Valid

P16 0,762 0,1339 Valid

Kesiapan

Masyarakat

Lokal (X2)

P1 0,582 0,1339 Valid

P2 0,489 0,1339 Valid

P3 0,594 0,1339 Valid

P7 0,650 0,1339 Valid

P12 0,384 0,1339 Valid

P17 0,481 0,1339 Valid

Penerapan

Wisata

Syariah (Y)

P4 0,481 0,1339 Valid

P5 0,604 0,1339 Valid

P6 0,722 0,1339 Valid

P10 0,623 0,1339 Valid

P11 0,275 0,1339 Valid

Sumber : data diolah 2020

Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa variabel persepsi dan kesiapan

masyarakat lokal serta penerapan wisata syariah dinyatakan valid. Hal ini

dibuktikan dengan diperolehnya nilai koefisien korelasi (rhitung) > 0,1339

sehingga dapat dikatakan bahwa keseluruhan item variabel penelitian adalah valid

untuk digunakan sebagai instrument dalam penelitian. Nilai rtabel yaitu 0,1339

diperoleh dari nilai rhitung dengan N= 150.

Page 64: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

51

b. Uji Realibilitas

Hasil uji reliabilitas ditunjukkan pada tabel 4.5 sebagai

berikut:

Tabel 4.7

Uji Realibilitas

No. Variabel Cronbach‟s Alpha Keterangan

1. Persepsi (X1) 0, 726 Reliabel

2. Kesiapan (X2) 0,482 Reliabel

3. Penerapan (Y) 0,427 Reliabel

Sumber : data diolah 2020

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa semua nilai cronbach‟s

alpha variabel Persepsi (X1) 0,726 dinyatakan reliabel, sementara untuk nilai

variabel Kesiapan 0,482 (X2) dan Penerapan (Y) 0,427 dinyatakan cukup reliabel.

Nilai cronbach‟s alpha yang reliable adalah antara 0,61-0,8, sementara daftar nilai

croanbach‟s alpha yang cukup reliabel adalah antara 0.42-0.60. Sebagaimana

dijelaskan sebagai berikut :

a) Nilai alpha Cronbach 0.00 s.d 0.20, berarti kurang reliable.

b) Nilai alpha Cronbach 0.21 s.d 0.40, berarti agak reliable.

c) Nilai alpha Cronbach 0.42 s.d 0.60, berarti cukup reliable.

d) Nilai alpha Cronbach 0.61 s.d 0.80, berarti reliable.

e) Nilai alpha Cronbach 0.81 s.d 1.00, berarti sangat reliable.

4. Uji Asumsi Klasik

Page 65: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

52

a. Uji Normalitas

Gambar 4.1

Uji Normalitas

Sumber : data diolah 2020

Berdasarkan gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa hasil pengujian

menunjukkan normalitas dimana grafik histogram memberikan pola distribusi

yang melenceng ke kanan yang artinya adalah data berdistibusi normal.

b. Uji Heteroskedastsitas

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu

model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model tersebut, tidak

dapat heteroskedastisidas jika :

1. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola

2. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.

3. Titik-titik data mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

Page 66: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

53

Gambar 4.2

Uji Heroskedastisitas

Sumber : data diolah 2020

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa titik-titik pada grafik scatterplot

tidak mempunyai pola penyebaran yang jelas dan titik-titik tersebut menyebar

di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak

terdapat gangguan heteroskedastisitas pada model regresi.

5. Uji Hipotesis

a. Uji Regresi

Untuk lebih jelasnya akan disajikan hasil olahan data mengenai persamaan

regresi dibawah ini :

Page 67: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

54

Tabel 4.8

Hasil Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 6.749 1.383 4.878 .000

Persepsi .271 .057 .360 4.787 .000

Kesiapan .309 .065 .360 4.787 .000

a. Dependent Variable: Penerapan Wisata Syariah

Sumber: data diolah 2020

Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat dianalisis model estimasi sebagai

berikut :

Y = α + bX1 + cX2 0 + e

Y = 6,749 + 0,271X1 + 0,309X2 + 1,383

Dimana :

Y = Penerapan Wisata Syariah

X1 = Persepsi masyarakat lokal

X2 = Kesiapan masyarakat lokal

a = Konstanta

b = Koefisien Variabel X

e = Nilai Kritis (Standar Error)

Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dijelaskan bahwa persamaan tersebut

dapat diketahui nilai konstantanya sebesar 6,749. Secara matematis, nilai

konstanta ini menyatakan bahwa nilai konsisten variabel Penerapan wisata

syariah. Koefisien regresi X1 sebesar 0,271 dan X2 sebesar 0,309 menyatakan

bahwa setiap penambahan 1 poin nilai Persepsi (X1) dan Kesiapan (X2) maka

Page 68: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

55

Penerapan (Y) wisata syariah akan bertambah 1 poin. Koefisien regresi tersebut

bernilai positif, sehingga dapat dikatakan bahwa arah hubungan pengaruh variabel

X1 dan X2 terhadap Y adalah positif.

b. Uji Parsial (Uji t)

Berdasarkan analisis data pada penelitian ini yang tergambar pada tabel

4.8 dapat diketahui bahwa Persepsi (X1) dan Kesiapan (X2) mempunyai pengaruh

yang Signifikan terhadap Penerapan (Y). Hal ini ditunjukkan dari hasil uji parsial

dimana thitung 4,878 dan ttabel 1,655. Maka secara parsial persepsi dan kesiapan

masyarakat lokal berpengaruh terhadap penerapan wisata syariah di Tanjung Bira

karena thitung > ttabel atau 4,878 > 1,655.

c. Uji Simultan (Uji F)

Tabel 4.9

Uji Simultan (Uji F)

ANOVAa

Model

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 426.584 2 213.292 48.169 .000b

Residual 650.909 147 4.428

Total 1077.493 149

a. Dependent Variable: Penerapan Wisata Syariah

b. Predictors: (Constant), Kesiapan, Persepsi

Sumber : data diolah 2020 Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa nilai Sig. adalah

sebesar 0,000. Karena nilai Sig. 0,000 < 0,05, dimana Ftabel = 3,50 dan Fhitung =

48,169, maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan dalam uji f dapat

disimpulkan bahwa hipotesis diterima atau dengan kata lain Persepsi (X1) dan

Kesiapan (X2) secara simultan berpengaruh terhadap Penerapan (Y). Karena F >

Ftabel atau 48,169 > 3,50.

Page 69: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

56

d. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi merupakan besaran yang menunjukkan variasi

variabel bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel independennya. Dengan kata

lain, koefisien determinasi ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh variabel

bebas (Persepsi masyarakat lokal) dan (Kesiapan masyarakat lokal) dalam

menerangkan variabel terikatnya (Penerapan wisata syariah). Nilai koefisien

determinasi ditentukan dengan nilai R square sebagaimana dapat dilihat pada tabel

dibawah :

Tabel 4.10

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .629a .396 .388 2.10427

a. Predictors: (Constant), Kesiapan, Persepsi

b. Dependent Variable: Penerapan Wisata Syariah

Sumber: data diolah 2020

Berdasarkan hasil uji koefisien deteminasi pada tabel 4.10 diatas, nilai R2

(R Square) dari model regresi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variabel terikat. Dari tabel diatas

diketahui bahwa nilai R2 sebesar 0,396. Hal ini berarti bahwa 39,6% yang

menunjukkan bahwa persepsi dan kesiapan masyarakat dalam mempengaruhi

penerapan wisata syariah di Bira. Sisanya sebesar 60,4% dipengaruhi oleh

variabel lain yang belum atau tidak diteliti dalam penelitian ini.

C. Pembahasan

Terkait persepsi masyarakat lokal terhadap penerapan wisata syariah yang

diajukan, mayoritas responden (penduduk) pada umumnya setuju dengan

Page 70: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

57

adanya prinsip wisata syariah diantaranya tidak boleh ada makanan haram di

Bira, pelayanan yang sesuai prinsip syariah akan lebih aman juga nyaman dan

masyarakat mendukung bila diberlakukan wisata syariah di Bira. Hanya satu

yang tidak sepenuhnya diterima responden yaitu pemisahan antara laki-laki

dan perempuan di kawasan pantai Bira.

Terkait kesiapan dalam penerapan wisata syariah di Bira mayoritas

penduduk pada umumnya menyatakan siap terutama dalam kegiatan ekonomi

yang memberi kesempatan dan membantu pererkonomian masyarakat

setempat juga tidak ada kegiatan hiburan yang tidak sesuai aturan agama

sehingga masyarakat harus melarang adanya kegiatan hiburan yang mendekati

maksiat. Sementara untuk kepemilikan usaha ternyata banyak masyarakat

lokal yang belum memiliki usaha di Bira dan masyarakat tidak yakin Bira

akan tetap ramai bila wisata syariah diterapkan.

Data lapangan menunjukkan bahwa ternyata Bira secara tidak langsung

sudah menerapkan konsep wisata syariah terlihat dari tersedianya fasilitas

ibadah yang memadai, makanan halal dan mayoritas responden menolak

adanya minuman beralkohol serta mengharuskan penginapan melakukan

pemeriksaan identitas pada tamu yang datang. Ini berarti secara konsep,

penerapan wisata syariah di Bira telah dilakukan meskipun belum tidak resmi

sebagai contoh penginapan berlabel syariah yang masih sangat kurang.

Page 71: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

58

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil akhir dan pembahasan dalam penelitian ini, maka

didapatkan kesimpulan bahwa :

1. Persepsi masyarakat lokal terhadap penerapan wisata syariah di kawasan

wisata pada umumnya positif, masyarakat lokal pada umumnya setuju pada

konsep syariah diterapkan di kawasan wisata, hanya saja menolak beberapa

konsep syariah yang biasa diterapkan pada wisata seperti pemisahan antara

laki-laki dan perempuan di kawasan wisata terutama pantai.

2. Kesiapan masyarakat lokal terhadap penerapan wisata syariah juga pada

umumnya positif dan menyatakan siap dari berbagai aspek seperti kegiatan

ekonomi dan peluang ekonomi namun tidak begitu yakin bahwa kawasan

wisata Bira akan tetap ramai apabila diterapkan.

3. Penerapan wisata syariah sendiri secara konsep telah diberlakukan di kawasan

wisata Bira meskipun tidak secara resmi dilabelkan sebagai kawasan wisata

syariah, terlihat dari beberapa aktifitas wisata yang menyediakan makanan

halal dan pemeriksaan identitas tamu.

Dengan demikian, persepsi dan kesiapan masyarakat lokal disimpulkan

mempengaruhi penerapan wisata syariah di Tanjung Bira. Hanya saja meskipun

responden menyatakan setuju pada prinsip wisata syariah dan siap menerapkan

wisata syariah di Bira, tidak sepenuhnya prinsip dan konsep itu dapat disetujui

dan diyakini oleh responden.

Page 72: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

59

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini maka

diajukan saran-saran sebagai pelengkap terhadap hasil penelitian, yaitu :

1. Untuk pemerintah agar dapat melihat peluang ini untuk menambah

pendapatan daerah dengan meningkatkan pariwisata daerah khususnya wisata

syariah di Tanjung Bira dengan melakukan promosi agar masyarakat semakin

mengenal pariwisata syariah dan memberikan kesan yang positif bagi

masyarakat.

2. Pemerintah harus mempertimbangkan bila diberlakukan konsep penerapan

syariah di pantai Bira agar kesehjateraan masyarakat lokal tidak terdampak

dan Bira tetap ramai dikunjungi wisatawan baik domestik maupun asing.

3. Untuk peneliti agar dapat dijadikan bahan acuan jika dilakukan penelitian

lanjutan terkait penerapan wisata syariah di Tanjung Bira.

Page 73: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

60

DAFTAR PUSTAKA

A.J Muljadi. 2012. Kepariwisataan dan perjalanan. Jakarta : Raja Grafindo

Persada.

Az-Zabidi, Imam. 2018. Mukht Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Bimo, Walgito. 2010. Pengantar Psikolog Umum. Yogyakarta: C.V Andi Offse.

Chaplin, J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada.

Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Danang, Sunyoto. 2012. Teori, Kuesioner dan Analisis Data. Yogyakarta Graha :

Timur.

Dennis L, Foster, 2000. First Class An Introduction Travel & Tourism.

Jakarta:PT Raja Grafindo Persada

Depag RI, 2005. Alqur’an dan terjemahannya, QS. Al-Baqarah: 168. Bandung:

Syamil Al-Qur‟an.

Depdikbud, 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Ediwarsyah. 1987. Pengaruh Pengembangan Obyek Pariwisata Terhadap

Pendapatan Masyarakat di Lingkungan Objek Pariwisata : Tesis Fakultas

Ilmu Sosial dan Politik UGM Yogyakarta.

Foster Dennis L. 2000. First Class An Introduction Travel & Tourism. Jakarta:PT

Raja Grafindo Persada.

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Sinar Grafika

Hasanuddin. 2010. Pembangunan dan Konflik Kepariwisataan. Padang : Andalas

University Press.

https://tafsirku.com/2015/Tafsir-Quraish-Shihab.html, diakses pada 18 Desember

2019

https://www.e.jurnal.com/2013/12/pengertianmasyarakatdalampandangan.html,

diakses pada tanggal 29 November 2019

Hasan Hurriah Ali. 2019. Humanities & Social Sciences.

https://scholar.google.co.id/scholar/q=related:O_Idaafw0vEJ:scholar.googl

e.com/&hl=id&as_sdt=0,5Diakses pada Juni 2020

M Malta, 2018. ”The Transmigrants’ Empowerment in Farming in Banyuasin and

Ogan Ilir Regencie, South Sumtera Province”, https://journal.ipb.ac.id.

(diakses 12 Desember 2019)

Page 74: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

61

Marpaung. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2015. Mushaf Al-qur’an Al-Karim dan

Terjemahan, QS. Muhammad : 10. Yogyakarta: Gramasurya

Pitana, I G. dan Gayatri, P G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit

Andi.

Poerwadarminta, W.J.S. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai

Pustaka,Jakarta : Balai Pustaka.

Rakhmat, Jalaluddin, 1991. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Robbins, Stephen p. judge, Stephen P. judge, Timothy A Judge. 2015. Perilaku

Organisasi (Organizational Behavior), Terj. Ratna Saraswati dan Febriella

Sirat Edisi 16. Jakarta : Salemba Empat.

S. P , Robbins, 2003. Perilaku Organisasi , (Terjemahan). Buku 1. Edisi

Indonesia.Jakarta : PT. Gramedia.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :

Rineka Cipta.

Slameto, 2010. Belajar dan Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sugiyono, 2014. Metode penelitian Bisnis (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan

R & D. Bandung : Alfabeta.

Sungadji, Etta Mamang, dan Sopiah. 2013. Perilaku konsumen : Pendekatan

Praktis disertai Himpunan Jurnal Penelitian. Yogyakarta : Andi.

Sunyoto, Danang. 2012. Teori, Kuesioner dan Analisis Data. Yogyakarta Graha :

Timur.

Sutomo, 2014. Analisis Perbandingan Hotel dan Pariwisata Syariah dengan

Konvensional. Bogor: Megister Manajemen Syariah IPB.

Wiratna Sujarweni,2014. Mendapakan Sampel Untuk Mewakili Populasinya

Page 75: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

RIWAYAT HIDUP

Arwinni Eka Putri Ahmad, lahir di Bantaeng, 31 Januari

1998. Putri pertama dari pasangan Akhmad Muddin dan

Husnia. Peneliti mengawali pendidikan pada tahun 2003

di SD Neg. 179 Tanah Beru, tamat pada tahun 2009. Lalu

melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Bontobahari

pada tahun 2009 dan tamat pada tahun 2012. Kemudian melanjutkan pendidikan

sekolah menengah atas di SMA Negeri 3 Bulukumba pada tahun 2012 dan tamat

pada tahun 2015. Dan atas ridha Allah SWT juga restu kedua orang tua, pada

tahun 2016 melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Muhammadiyah Makassar

dengan program studi Hukum Ekonomi Syariah (HES), Fakultas Agama Islam

(FAI) dan menyelesaikan pendidikan S1 pada tahun 2020. Selama menggeluti

dunia kemahasiswaan, peneliti banyak mengabdi pada beberapa organisasi

internal kampus diantaranya pernah menjabat sebagai Ketua Bidang Keilmuan

HMJ HES dan BEM FAI UNISMUH Makassar, pernah menjadi anggota bidang

Hikmah di PIKOM IMM FAI dan juga menjadi sekertaris DPW ASHESI

Indonesia Timur. Beberapa prestasi yang pernah diraih peneliti diantaranya pada

lomba bedah buku, debat ilmiah, orasi ilmiah, dan drama monolog.

Page 76: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian

Peneliti : Arwinni Eka Putri Ahmad

“Analisis Persepsi dan Kesiapan Masyarakat Lokal Terhadap

Penerapan Wisata Syariah”

Desa :

Hari/Tanggal :

No. Responden :

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

No. Pertanyaan SS S KS TS STS

1. Anda punya kegiatan usaha di Bira.

2. Objek wisata Bira memberi kesempatan

kepada masyarakat melakukan kegiatan

ekonomi.

3. Menurut anda, kegiatan wisata Bira membantu

ekonomi masyarakat setempat

4. Menurut anda, kawasan Bira sudah

menyediakan makanan halal

5. Menurut anda, kawasan bira sudah

menyediakan asilitas ibadah yang memadai

6. Menurut anda, kawasan Bira sudah

menyediakan penginapan syariah.

7. Menurut anda, di kawasan Bira tidak ada

kegiatan hiburan yang tidak sesuai aturan

agama.

8. Menurut anda, kawasan pantai harus

dipisahkan antara laki-laki dan perempuan.

9. Menurut anda, kawasan Bira tidak boleh ada

makanan haram.

10. Di kawasan Bira tidak boleh ada minuman

beralkohol.

11. Menurut anda, penginapan di Bira harus

melakukan pemeriksaan terhadap tanda

pengenal dan buku nikah pasangan tamu

datang.

12. Menurut anda, di kawasan Bira harus melarang

kegiatan hiburan yang mendekati maksiat.

13. Menurut anda, pelayanan di objek pariwisata di

Page 77: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

Bira harus sesuai dengan prinsip syariah.

14. Menurut anda, masyarakat merasa nyaman

jika wisata syariah dapat diterapkan .

15. Menurut anda, lebih aman bila di Bira

diberlakukan wisata syariah.

17. Bira tetap akan ramai dikunjungi bila wisata

syariah diterapkan.

Analisis Persepsi dan Kesiapan Masyarakat Lokal Terhadap Penerapan

Wisata Syariah

Variabel (Persepsi) X1

8. Menurut Anda, kawasan pantai harus dipisahkan antara laki-laki dan

perempuan (P)

9. Menurut Anda kawasan Bira tidak boleh ada makanan haram (P)

13. Menurut Anda, Pelayanan di objek pariwisata di Bira harus sesuai dengan

prinsip syariah (P)

14. Menurut anda, Masyarakat merasa nyaman jika wisata syariah dapat

diterapkan di Bira (P)

15. Menurut Anda, lebih aman bila di Bira diberlakukan wisata syariah (P)

16. Menurut Anda, masyarakat harus mendukung bila di Bira diberlakukan wisata

syariah (P)

Variabel (Kesiapan) X2

1. Anda punya kegiatan usaha di kawasan pantai bira (K)

2. Objek Wisata Bira memberi kesempatan kepada masyarakat melakukan

kegiatan ekonomi (K)

3. Menurut, Anda Kegiatan wisata Bira membantu ekonomi masyarakat setempat

(K)

7. Menurut Anda di Kawasan bira tidak ada Kegiatan hiburan yang tidak sesuai

aturan agama (K)

12. Menurut Anda di Kawasan bira harus melarang Kegiatan hiburan yang

mendekati maksiat (K)

17. Bira tetap akan ramai dikunjungi bila Wisata syariah diterapkan (K)

Variabel (Penerapan) Y

4. Menurut Anda kawasan Bira sudah menyediakan makanan halal (Y)

5. Menurut Anda Kawasan Bira sudah menyediakan Fasilitas ibadah yang

memadai (Y)

6. Menurut Anda Kawasan Bira sudah menyediakan penginapan syariah (Y)

11. Menurut Anda penginapan di Bira harus melakukan pemeriksaan terhadap

tanda pengenal dan buku nikah pasangan tamu yang datang (Y)

10. Di Kawasan Bira tidak boleh ada minuman beralkohol (Y)

Page 78: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …

2. Dokumentasi Proses Penyebaran Kuesioner, Hasil Penelitian, dan

Persuratan

Page 79: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …
Page 80: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …
Page 81: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …
Page 82: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …
Page 83: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …
Page 84: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …
Page 85: ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL …