Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

112
Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agribisnis (S. Agr) Disusun Oleh: Aulia Dhaifullah 1110092000066 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M / 1439 H

Transcript of Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

Page 1: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

Analisis Permintaan Dan Penawaran

Susu Sapi Di Indonesia

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agribisnis (S. Agr)

Disusun Oleh:

Aulia Dhaifullah

1110092000066

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2017 M / 1439 H

Page 2: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu

Sapi Di Indonesia

Oleh :

Aulia Dhaifullah

1110092000066

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Agribisnis pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M / 1439 H

Page 3: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia
Page 4: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Ciputat, Juni 2017

Aulia Dhaifullah

1110092000066

Page 5: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Aulia Dhaifullah

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 12 Februari 1993

Jenis kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat lengkap : Jl. Pepaya RT 003 / RW 05 No. 47 A Kp. Utan,

Ciputat –Tangerang Selatan, Banten, 15412.

HP : 085710381260

E-mail : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1996 - 1998 : TK Dua Mei Ciputat

1998 - 2004 : SD Dua Mei Ciputat

2004 - 2007 : SMP Negeri 2 Ciputat

2007 - 2010 : SMA Negeri 1 Tangerang Selatan

2010 - 2017 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, S1 Agribisnis

PENGALAMAN ORGANISASI

o 2004 – 2007 : anggota KIR (kelompok ilmiah remaja) SMP 2 Ciputat

o 2008 – 2010 : Wakil Ketua KIR (kelompok ilmiah remaja) SMA Negeri

1 Tangsel

o 2008 – 2010 : Anggota Ekstra Kulikuler Futsal Wanita SON1C ( Soccer

Negeri 1 Ciputat)

o 2011 – sekarang : Anggota FORSA UIN, Div. Futsal, Kiper Ladies Futsal

UIN Jakarta

o 2011 – 2012 : Anggota BEM-J Agribisnis Div. Keolahragaan dan

Kerohanian

o 2012 – 2013 : Wakil Ketua Div. Futsal Putri UIN Jakarta

PENGALAMAN KERJA

o 2013 : Praktek Kerja Lapangan di Koperasi Peternak Sapi Bandung

Utara, Lembang

o 2015 : Magang di MNC Picture, Div. Produksi

o 2016 : Admin data entry di PT. Dheka Tour, Rempoa

o 2016 : Tour Guide di ekowisata Godong Ijo, Sawangan

o 2017 : Div. HRD di PT. Humana International

Page 6: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

v

RINGKASAN Aulia Dhaifullah, Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia. Di bawah bimbingan Elpawati dan Iwan Aminudin.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi permintaan susu sapi di Indonesia. 2) mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi penawaran susu sapi di Indonesia. 3) menghitung elastisitas yang terjadi pada permintaan dan penawaran susu sapi di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (Time Series) mulai tahun 2000 hingga tahun 2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementrian Pertanian. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda menggunakan software Eviews versi 7. Pengujian statistik dalam penelitian ini menggunakan uji koefisien determinasi (R2), Uji-F, Uji-T serta Analisis Elastisitas dan juga dibantu aplikasi Excel 2010.

Hasil pengujian untuk permintaan susu diperoleh Uji R2 sebesar 0.9464, yang menunjukkan bahwa 96,64% permintaan susu sapi di Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan dalam model yaitu, harga susu sapi, harga teh, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan sisanya 5,36% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian ini. Hasil pengujian secara bersama-sama menunjukkan variabel harga susu sapi, harga teh, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk Indonesia berpengaruh terhadap permintaan susu sapi dengan nilai probabilitas 0.000309 < 0,05. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan variabel harga susu sapi dengan nilai probabilitas 0,0973 > 0,05, harga teh dengan nilai probabilitas 0,9034 > 0,05, pendapatan perkapita dengan nilai probabilitas 0,5248 > 0,05 dan jumlah penduduk Indonesia dengan nilai probabilitas 0,3206 > 0,05. Semua variabel tersebut memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap permintaan susu sapi di Indonesia dengan taraf tingkat kepercayaan 95%.

Hasil pengujian untuk penawaran susu diperoleh Uji R2 sebesar 0,6444, yang menunjukkan bahwa 64,44% penawaran susu sapi di Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan dalam model yaitu harga susu sapi dan jumlah populasi sapi perah. Sedangkan sisanya 35,56% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian ini. Hasil pengujian secara bersama-sama menunjukkan variabel harga susu sapi dan jumlah populasi sapi perah berpengaruh terhadap penawaran susu sapi dengan nilai probabilitas 0,000475 < 0,05. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan nilai probabilitas harga susu sapi 0,7873 > 0,05 dan jumlah populasi sapi perah dengan nilai probabilitas 0,0290 < 0,05. Variabel harga susu sapi menunjukkan pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penawaran susu di Indonesia dengan tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan variabel jumlah populasi sapi perah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran susu di Indonesia dengan tingkat kepercayaan 95%.

Analisis elastisitas yang dilakukan menunjukkan permintaan susu bersifat inelastis terhadap harga susu sapi (-0,186), harga teh (-0,006), pendapatan perkapita (-0,027), dan jumlah penduduk Indonesia (-0,375) yang artinya

Page 7: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

vi

permintaan susu tidak responsif terhadap perubahan yang terjadi pada harga susu sapi, harga teh, pendapatan perkapita, dan juga jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan analisis elastisitas yang dilakukan menunjukkan penawaran susu bersifat inelastis terhadap harga susu sapi (-0,0637) dan jumlah populasi sapi perah (-0,8128) yang artinya penawaran susu tidak responsif terhadap perubahan yang terjadi pada harga susu sapi maupun jumlah populasi sapi di Indonesia.

Kata kunci: permintaan, penawaran, elastisitas, regresi linear berganda, susu,

sapi, eviews.

Page 8: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

vii

KATA PENGANTAR

حِيْمِ حْمَنِ الرَّ بسِْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّ

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, pada kesempatan kali ini tiada kata yang paling indah untuk

diucapkan selain rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

segala rahmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia. Skripsi ini

dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agribisnis

(S.Agr) pada Progran Studi Agribisnis di Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis banyak mendapat bantuan baik berupa materil maupun moral yang sangat

berarti dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu pada

kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Slamet Supriyono dan Ibu Siti Aisah yang

begitu pengertian, yang selama ini tidak pernah berhenti memberikan kasih

sayang, do’a, motivasi, serta segala upaya dalam memberikan dukungan

kepada penulis, maaf anakmu karena lama menyelesaikan kuliahnya Bu, Pak.

2. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS, selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan selaku Dosen

Penguji I dan juga Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan

bimbingan, masukan, dan dukungan kepada penulis.

Page 9: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

viii

4. Ibu Dr. Ir. Elpawati, MP, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, solusi, dan

dukungan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II dan juga

selaku Sekretaris prodi Agribisnis yang tidak pernah lelah dan sabar dalam

membimbing, mengingatkan, memberikan arahan dan dukungan kepada

penulis, serta membantu segala proses birokrasi dan administrasi lainnya,

terima kasih banyak, Pak Iwan.

6. Seluruh dosen Prodi Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak

dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat atas ilmu dan

pelajaran dalam perkuliahan maupun diluar perkuliahan, terima kasih banyak

Ibu dan Bapak Dosen. Dan tak lupa saya ingin memohon maaf kepada

Bapak Mudatsir karena tidak dapat melanjutkan sebagai pembimbing skripsi

dan segala kesalahpahaman yang terjadi.

7. My lil brother Mahfudh Naufal. Teknisi IT di rumah. Terima kasih untuk

dukungan dan do’anya.

8. Sahabat Kecees, Qori Amalia, Elly Rachmawati, Cindya Rienaya, Bulan

Maulidina, ahh speachless saya, terima kasih, terima kasih dan terima kasih,

untuk support luar biasa dari kalian. Saya sangat amat bersyukur sekali

punya kawan-kawan seperti kalian. Sekali lagi terima kasih banyak paw, um,

ndin, bul, beh.

Page 10: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

ix

9. Sahabat Untung-untungan, Dini Rachmawati, Risyda Azizah, Leily

Damayanti, Dita Rohmah, Movi dan Galuh. Terima kasih untuk

dukungannya di dalam dan di luar lapangan.

10. Teman-teman seperjuangan skripsi mantan anak papi Sob Adhitia, Pak

Radit, Mas Adrian Priyo, Rian Huda yang telah menemani seluruh proses

drama-drama skripsi ini, dan juga memberikan bantuan luar biasa dan

kesabaran, terima kasih ya kalian.

11. Teman-teman Agribisnis 2010, Ichsan (KM abadi) Ratu, Lia, Jua, Sofi, Icha,

Nira, Savira, Novita, Imas, Uwi, Mayda, Alam, Inay, Tirto, Agung, dan

semua yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu saya

melewati hari-hari dalam masa-masa perkuliahan dengan menyenangkan,

semoga silaturahmi kita terus terjaga.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, saya ucapkan terima

kasih banyak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun

untuk menyempurnakan penelitian ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT memberi

keberkahan kepada kita semua. Amiin yaa Rabbal Allamin,

Ciputat, Juni 2017

Aulia Dhaifullah

Page 11: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN .................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................... iv

RINGKASAN .......................................................... v

KATA PENGANTAR .............................................................. vii

DAFTAR ISI .......................................................................... x

DAFTAR TABEL .......................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .............................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ....................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ................................................. 5

1.4 Kegunaan Penelitian ................................. 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ....................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Perah Di Indonesia ....................................... 8

2.2 Peternakan Sapi Perah ....................................... 9

2.3 Susu Sapi ............................................................... 10

2.4 Kondisi Persusuan di Indonesia ........................... 14

2.4.1 Permasalahan Teknis dan Kelembagaan........ 17

2.4.2 Arah Kebijakan.............................................. 18

2.5 Agribisnis Peternakan dalam Perspektif Syariah

Islam ............................................................... 19

2.6 Harga ............................................................... 20

2.7 Teori Permintaan dan Kurva Permintaan ............... 21

Page 12: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

xi

2.8 Teori Penawaran dan Kurva Penawaran ............... 26

2.9 Teori Elastisitas ................................................... 28

2.9.1 Elastisitas Harga ....................................... 28

2.9.2 Elastisitas Silang ....................................... 30

2.9.3 Elastisitas Pendapatan ....................... 32

2.10 Elastisitas Permintaan ..................................... 33

2.10.1 Pengertian Elastisitas Permintaan ............. 33

2.10.2 Jenis-jenis Elastisitas Permintaan ............ 33

2.11 Penelitian Terdahulu ...................................... 38

2.12 Kerangka Pemikiran ........................................ 42

2.13 Hipotesis Penelitian ........................................ 43

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Penelitian .................................................... 44

3.2 Jenis Data dan Instrumentasi ............................ 44

3.3 Metode Analisis .................................................... 45

3.3.1 Uji Kriteria Statistik ....................... 45

3.3.2 Uji Asumsi Klasik ........................................ 47

3.3.3 Analisis Regresi Linear Berganda ................ 49

3.3.4 Analisis Respon (Elastisitas) ................ 50

3.4 Definisi Operasional ........................................ 51

BAB IV KOMODITI SUSU SAPI DI INDONESIA

4.1 Produksi Susu Sapi di Indonesia ........................... 53

4.2 Konsumsi Susu Sapi di Indonesia ........................... 54

4.3 Jumlah Penduduk dan Pendapatan Perkapita ........... 55

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Susu

Sapi ............................................................................ 57

5.1.1 Hasil Uji Kriteria Statistik ....................... 57

5.1.2 Hasil Uji Asumsi Klasik ............................ 63

5.1.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Penawaran Susu ........................................ 67

5.1.4 Analisis Model Regresi Persamaan

Penawaran Susu ............................ 68

Page 13: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

xii

5.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Susu

Sapi ........................................................................... 70

5.2.1 Hasil Uji Kriteria Statistik ....................... 70

5.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik ............................ 73

5.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Permintaan Susu ........................................ 76

5.2.4 Analisis Model Regresi Persamaan

Permintaan Susu ............................ 76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ................................................... 80

6.2 Saran ............................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 81

LAMPIRAN ........................................................................................ 83

Page 14: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jumlah Populasi Sapi Perah, Produksi Sapi Perah, dan Konsumsi

Susu Nasional Periode 2008 – 2012 ................................... 2

2. Prpoporsi Produksi Susu Sapi Tiap Bulan ........................ 11

3. Produksi Susu Sapi Tiap Laktasi pada Umur Beda ............ 11

4. Konsumsi Per Kapita di Berbagai Negara dalam liter/tahun....... 15

5. Jenis-jenis Elastisitas .................................................................. 34

6. Informasi Data Sekunder Penelitian Menurut Data dan

Sumbernya ........................................................................ 45

7. Produksi dan Impor Susu Sapi ................................................ 53

8. Konsumsi Susu di Indonesia .................................... 54

9. Jumlah Penduduk dan Pendapatan Per Kapita Indonesia............ 55

10. Hasil Uji Glejser ........................................................................ 59

11. Hasil Uji Multikolinearitas ................................................ 60

12. Hasil Uji Durbin-Watson ............................................................ 61

13. Hasil Uji LM Test pada Penawaran .................................... 62

14. Hasil Uji Statistik pada Penawaran .................................... 63

15. Nilai Elastisitas Penawaran Susu Sapi di Indonesia ................... 68

16. Hasil Analisis Regresi Penawaran .................................... 68

17. Hasil Uji Glejser pada Permintaan .................................... 71

18. Hasil Uji Multikollinearitas pada Permintaan ........................ 72

19. Hasil Uji LM Test pada Permintaan .................................... 73

20. Hasil Uji Statistik pada Permintaan ..................................... 75

21. Nilai Elastisitas Permintaan Susu Sapi di Indonesia ................... 76

22. Hasil Analisis Regresi Permintaan Susu ..................................... 77

DAFTAR GAMBAR

Page 15: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

xiv

Halaman

1. Kurva Permintaan ........................................................... 26

2. Kurva Penawaran ........................................................................ 28

3. Kurva Inelastis Sempurna ................................................ 34

4. Kurva Inelastis ........................................................................ 35

5. Kurva Elastis Uniter ............................................................ 36

6. Kurva Permintaan Elastis............................................................ 37

7. Kurva Elastis Sempurna ............................................................ 38

8. Alur Kerangka Berfikir ............................................................ 42

9. Hasil Uji Jarque-Bera Test pada Pernawaran ............................. 58

10. Hasil Uji Jarque-Bera Test pada Permintaan ........................ 70

DAFTAR LAMPIRAN

Page 16: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

xv

Halaman

1. Standar Mutu Susu Segar SNI ....................................................... 83

2. Standar Mutu Susu UHT ................................................................... 84

3. Data Konsumsi Susu, Harga Susu, Harga Teh, Pendapatan Per

Kapita, dan Jumlah Penduduk Indonesia ........................................... 85

4. Data Produksi Susu Dan Populasi Sapi Perah di Indonesia ............ 86

5. Output Hasil Regresi Persamaan Penawaran Susu............................ 87

6. Hasil Uji Asumsi Klasik Penawaran Susu ............................... 88

7. Hasil Uji Statistik Penawaran Susu ........................................... 90

8. Hasil Output Regresi Persamaan Permintaan Susu............................ 91

9. Hasil Uji Asumsi Klasik Permintaan Susu ............................... 92

10. Hasil Uji Statistik Permintaan Susu ........................................... 94

11. Perhitungan Elastisitas Permintaan dan Penawaran........................... 95

Page 17: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Indonesia memiliki karakteristik kondisi geografis, ekologi, dan

kesuburan lahan yang sangat sesuai untuk pengembangan usaha agribisnis. Salah

satunya yaitu subsektor peternakan yang merupakan salah satu sumber

pertumbuhan ekonomi baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian

nasional pada umumnya. Agribisnis berbasis peternakan adalah salah satu

fenomena yang tumbuh pesat ketika basis lahan menjadi terbatas. Selain dinilai

strategis dari segi perannya, subsektor peternakan di Indonesia juga memiliki

potensi besar sekaligus prospek yang cerah untuk dikembangkan. Hal ini

didasarkan pada kenyataan bahwa Indonesia memiliki keunggulan (comparative

adventage) yang tinggi di bidang peternakan sebagaimana tercermin dari potensi

sumber daya ternak dan industri peternakan kita yang berbasis sumber daya lokal

(resources based industries) (Daryanto, 2009).

Beberapa peluang bisnis dalam mengembangkan agribisnis peternakan di

antaranya adalah pertama, jumlah penduduk Indonesia yang mencapai ± 220 juta

jiwa merupakan konsumen yang sangat besar dan masih tetap bertumbuh sekitar

1,4% per tahun. Kedua, kondisi geografis dan sumber daya alam yang mendukung

usaha dan industri peternakan. Ketiga, meningkatnya kesadaran dan pengetahuan

masyarakat tentang gizi. Keempat, jika pemulihan ekonomi berjalan baik maka

akan meningkatkan pendapatan per kapita yang kemudian akan menaikkan daya

beli masyarakat (Daryanto, 2009).

Page 18: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

2

Pada tahun 2013 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa subsektor

peternakan seperti daging, susu, telur, dan hasil-hasil lainnya menyumbang Rp 44,

82 Triliun atau 15,46% dari jumlah total PDB sektor pertanian secara nasional,

dan diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya penduduk

(Buletin PDB, Kementan 2014).

Salah satu produk pangan hewani yang terus mengalami peningkatan

permintaan setiap tahunnya adalah susu. Pada tahun 2012, konsumsi susu di

Indonesia telah mengalamai kenaikan 0,95% yaitu mencapai 3.120.000 ton/tahun,

jika dibandingkan pada tahun 2011 yaitu sebesar 2.964.000 ton/tahun (Direktorat

Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2013). Sedangkan untuk produksi susu

nasional pada tahun 2012 hanya dapat memproduksi 1.017.930 ton/tahun, atau

mengalami kenaikan 0,96% jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang hanya

dapat memproduksi 974.694 ton/tahun (dapat dilihat pada Tabel 1). Konsumsi

susu yang tinggi dikarenakan susu tidak hanya dikonsumsi dalam bentuk segar,

akan tetapi diolah menjadi produk-produk olahan lainnya belum dapat dipenuhi

seluruh oleh produksi susu dalam negeri.

Tabel 1. Jumlah Populasi Sapi Perah, Produksi Sapi Perah, dan Konsumsi

Susu Nasional Periode 2008 – 2012

Tahun Populasi Sapi Perah

(ekor/tahun)

Produksi Susu Sapi

Perah (ton/tahun)

Konsumsi Susu

(ton/tahun)

2008 458.000 647.000 2.125.330

2009 475.000 827.200 2.277.200

2010 488.000 909.500 2.345.000

2011 603.852 974.694 2.964.000

2012 630.326 1.017.930 3.120.000 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2013

Permintaan terhadap komoditi susu dari tahun ke tahun terus mengalami

peningkatan, pertumbuhan sektor industri pengolahan susu tahun 2013 sebesar

Page 19: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

3

12% atau meningkat dibandingkan pada tahun sebelumnya sebesar 10%.

Kebutuhan bahan baku Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) untuk susu olahan

dalam negeri pada tahun 2013 sekitar 3,3 juta ton per tahun, dengan pasokan

bahan baku susu segar dalam negeri 690 ribu ton per tahun (21%) dan sisanya

sebesar 2,61 juta ton (79%) masih diimpor dalam bentuk skim milk powder,

anhydrous milk fat, dan butter milk powder dari berbagai negara seperti Australia,

New Zealand, Amerika Serikat, dan Uni Eropa (Direktorat Jendral Industri Agro,

Kemenperin, 2013). Kondisi ini tidak bisa dibiarkan berlangsung lama tanpa

adanya upaya perbaikan pengelolaan sapi perah.

Prospek industri susu yang semakin menjanjikan ini, mendorong produsen

susu untuk terus menambah kapasitas produksi dan membangun pabrik baru di

Indonesia, yang tentu saja membawa dampak positif karena dapat menambah

investasi dan mendatangkan devisa bagi negara. Hal ini merupakan peluang

sekaligus tantangan bagi usaha peternakan sapi perah di dalam negeri untuk

meningkatkan produksi dan mutu susu segar yang berdaya saing, sehingga secara

bertahap kebutuhan bahan baku susu untuk industri dapat dipenuhi dari dalam

negeri. Dibutuhkan usaha yang keras dari segala komponen yang terkait, mulai

dari peternak, koperasi, industri pengolahan susu, sampai dengan pemerintah.

Meskipun demikian, terdapat berbagai hambatan yang mempersulit

perkembangan usaha peternakan sapi perah rakyat. Belum maksimalnya produksi

susu dari setiap sapi perah yang dimiliki oleh peternak di Indonesia yaitu rata-rata

produksi susu sapi di dalam negeri ini relatif sedikit, sekitar 1,4 juta liter /hari.

Lokasi peternakan yang umumnya berada di daerah pegunungan, jauh dari kota

Page 20: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

4

dengan kondisi jalan yang kurang baik mempersulit peternak memasarkan

susunya. Sedangkan sifat susu yang cepat rusak sehingga memerlukan pemasaran

yang cepat pula. Kesulitan dan kelemahan peternak dalam menghadapi masalah

pemasaran ini dimanfaatkan oleh para pengumpul atau tengkulak, yang dengan

modal yang cukup besar dapat memborong susu para peternak dengan harga

rendah. Selain itu karena masih sedikitnya sentra peternakan sapi perah di

Indonesia, di mana hampir 95% hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa. Adanya

koperasi susu diharapkan dapat menjadi mediator antara peternak dengan industri

pengolahan susu.

Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pasar yang

potensial bagi agribisnis peternakan. Pengembangan usaha tersebut di Indonesia

khususnya ternak sapi difokuskan dalam rangka memenuhi konsumsi susu sapi

dalam negeri dan meningkatkan produksi susu dari dalam negeri.

Melalui segala upaya yang dilakukan pemerintah bersama-sama dengan

masyarakat, diharapkan bangsa Indonesia mampu menjadikan sektor pertanian,

termasuk didalamnya subsektor peternakan sebagai leading sector dalam rangka

membangun kehidupan bangsa yang lebih sejahtera, sehingga Indonesia bisa

bangkit dari keterpurukan dan menjadi negara yang maju dalam segala

bidang termasuk dalam hal ekonomi. Dalam upaya pembangunan ekonomi

nasional maka agribisnis berbasis peternakan harus terus dibangun dan

dikembangkan seiring dengan upaya pemulihan ekonomi dan pembangunan

ekonomi daerah. Atas dasar hal-hal yang disebutkan di atas maka penelitian ini

Page 21: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

5

menganalisis tentang variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan (demand)

dan penawaran (supply) susu sapi di Indonesia.

1.1. Perumusan Masalah

Kebutuhan susu sapi di masyarakat saat ini tidak dapat dipenuhi oleh

produksi susu sapi dalam negeri. Upaya mengurangi impor susu sapi dapat

didekati dari dua sisi yaitu sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi

permintaan dapat dilakukan dengan meningkatkan konsumsi untuk

disubstitusi dengan sumber protein lain. Dari sisi penawaran dengan

meningkatkan produksi susu sapi ditingkat peternak. Berdasarkan uraian diatas

maka rumusan permasalahannya adalah:

1. Apa saja faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan susu sapi di

Indonesia?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi jumlah penawaran susu sapi di

Indonesia?

3. Bagaimana elastisitas (respon) harga terhadap permintaan dan penawaran

susu sapi di Indonesia?

1.2. Tujuan

Dari permasalahan yang telah dirumuskan, maka ada tiga hal yang

menjadi tujuan dilakukannya peneltian ini, yaitu:

1. Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi permintaan susu sapi

di Indonesia.

2. Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi penawaran susu sapi

di Indonesia.

Page 22: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

6

3. Mengetahui elastisitas yang terjadi pada permintaan dan penawaran

susu sapi di Indonesia.

1.3. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna bagi ;

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini sebagai sarana dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu

yang telah didapat selama penulis menempuh studi di Program Studi

Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

menjadi acuan atau perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan faktor-faktor permintaan dan penawaran susu sapi.

3. Bagi Pengambil Kebijakan

• Pelaku usaha peternakan sebagai informasi dalam rangka

meningkatkan usahanya untuk dapat meningkatkan produksi

dalam negeri

• Pemerintah sebagai bahan rujukan dalam menentukan kebijakan

terutama dalam bidang pertanian dan perternakan

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini dapat terselesaikan dengan terarah, maka penulis

memiliki batasan penelitian, antara lain:

Page 23: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

7

1. Berdasarkan subyek penelitiannya, maka penelitian ini memiliki kajian

masalah terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan

penawaran susu sapi di Indonesia. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan enam variabel yaitu produksi susu sapi, harga susu sapi,

harga susu kedelai, pendapatan perkapita, jumlah penduduk, jumlah

populasi sapi perah.

2. Berdasarkan periode pengamatan, data yang digunakan dalam

melakukan penelitian ini merupakan data deret waktu (time series)

rentang waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 tahun,

yaitu 2001 sampai 2015.

3. Alat analisis yang dipakai untuk mengetahui faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi permintaan dan penawaran susu sapi di Indonesia,

menggunakan alat regresi linear berganda, sedangkan untuk melihat

pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap permintaan dan

penawaran susu, peneliti menggunakan Uji T dan Uji F.

Page 24: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sapi Perah di Indonesia

Sapi termasuk jenis Bos. Pada dasarnya ada dua bangsa sapi yaitu Bos

Taurus yang meliputi bangsa-bangsa sapi Eropa yang akan hidup dan berkembang

biak dengan baik pada suhu antara 2°C – 20°C, dan bangsa sapi yang kedua

adalah Bos Indicius yang meliputi sapi-sapi yang ada di daerah tropis dengan suhu

lingkungan yang baik untuk hidup dan berkembang biak antara 10°C – 27°C.

(Ellyza Nurdin, 2011). Bangsa sapi perah yang banyak dipelihara oleh peternak di

Indonesia adalah sapi Fries Holstein (FH). Ada juga yang menyebutnya Fries

Holland karena sapi ini berasal dari negeri Belanda.

Sapi perah mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1890-an. Impor sapi perah

besar-besaran pada tahun 1980-an menghasilkan perkembangan signifikan pada

peternakan sapi perah di Indonesia. Saat itu jenis sapi perah yang diimpor adalah

jenis Ayrshire, Jersey, dan Milking Shorthorn dari Australia. Selanjutnya, pada

permulaan abad ke-20, diimpor sapi Fries Holland (FH) dari Belanda. Saat ini

sapi FH merupakan jenis sapi perah yang mayoritas dipelihara peternak sapi perah

di Indonesia. Pasalnya produksi susunya tertinggi dibandingkan sapi perah pada

jenis lain (Edward, 2007).

Sapi Fries Holland (FH) berasal dari Belanda. Memiliki bobot ideal sapi FH

betina dewasa sekitar 682 kg dan jantan dewasa bias mencapai 1.000 kg. Bobot

anak sapi FH yang baru dilahirkan mencapai 43 kg. Ciri sapi FH antara lain corak

warna bulunya belang hitam putih. Di bagian dahi umumnya terdapat warna putih

Page 25: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

9

berbentuk segitiga, kaki bagian bawah dan bulu ekornya berwarna putih, serta

tanduk pendek dan menjurus ke depan. Sifat sapi ini jinak dan tenang, sehingga

mudah untuk dikuasai. Karena mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan,

jenis sapi ini mudah ditemui di seluruh penjuru dunia. Sapi FH merupakan sapi

perah yang berbadan besar dan rata-rata produksi susunya tergolong paling tinggi

jika dibandingkan dengan bangsa sapi perah lainnya. Di Amerika Serikat, rata-rata

produksi susunya mencapai 5.755 kg dalam satu masa laktasi.

Masa laktasi merupakan masa saat sapi perah menghasilkan susu, yakni

sekitar ± selama 10 (sepuluh) tahun. Kadar lemak susunya relatif rendah, sekitar

3,5 – 3,7%. Produksi susu sapi perah FH di Indonesia rata-rata 10 liter per ekor

per hari atau sekitar 30.050 kg per laktasi. Warna lemaknya kuning dengan

butiran-butiran (globuli) lemak kecil, sehingga baik untuk konsumsi susu segar

(Edward, 2007).

2.2. Peternakan Sapi Perah

Sapi perah adalah ruminansia penghasil susu yang memiliki kekhasan

dalam pengelolaannya. Pengelolaan yang diberikan akan secara langsung

berpengaruh terhadap produktivitas ternak tersebut dan berkaitan langsung dengan

produksi susu serta kualitas susu yang dihasilkan. Begitu spesifiknya ternak ini,

sehingga apabila terjadi perubahan dalam pengelolaannya atau pergantian suasana

di dalam pengelolaan, bahkan pergantian orang yang memerah akan

mempengaruhi produksi susu yang dihasilkan (Ellyza Nurdin, 2011). Usaha sapi

perah memiliki banyak keuntungan karena beberapa alasan yaitu:

Page 26: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

10

(1) Usaha peternakan sapi perah merupakan usaha yang tetap. Produksi susu

dalam suatu usaha peternakan sapi perah tidak banyak bervariasi. Konsumsi

susu juga tidak berubah banyak tiap harinya, produksi susu tidak mengenal

musim seperti produk pertanian lainnya dan harga susu dari tahun ke tahun

tidak banyak mengalami perubahan;

(2) Sapi perah memiliki kemampuan untuk merubah bahan makanan menjadi

protein dan kalori dengan lebih efisien dibandingkan ternak lainnya;

(3) Jaminan pendapatan (income) dari usaha sapi perah adalah tetap, karena sapi

perah akan berproduksi setiap hari secara terus menerus sepanjang tahun;

(4) Penggunaan tenaga kerja dalam usaha ini adalah tetap, karena usaha

peternakan sapi perah menuntut ketekunan dari para pekerjanya dan

pekerjaan secara rutin harus dilaksanakan setiap hari;

(5) Sapi perah dapat menggunakan berbagai macam hijauan dan sisa-sisa

pertanian, hal ini disebabkan karena ternak perah dikenal sangat efisien

dalam memanfaatkan bahan makanan dibandingkan ternak lainnya;

(6) Banyak nilai tambah lain dari usaha peternakan sapi perah, seperti

kotorannya dapat dijadikan pupuk, biogas, dan lainnya.

2.3. Susu Sapi

Secara fisiologis, susu merupakan sekresi kelenjar ambing sebagai makanan

dan proteksi imunologis (immunological protection) bagi bayi mamalia. Dalam

SK Dirjen Peternakan No. 17 tahun 1983 dijelaskan, susu adalah susu sapi yang

meliputi susu segar, susu murni, susu pasteurisasi, dan susu strerilisasi. Susu segar

adalah susu murni yang tidak mengalami proses pemanasan. Sedangkan susu

Page 27: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

11

murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat yang diperoleh dengan

cara pemerahan yang benar tanpa mengurangi atau menambahkan sesuatu

komponen atau bahan lain (Nurdin, 2011). Produksi susu sapi perah akan

mencapai puncaknya pada minggu ke 4 – 6 dalam satu laktasi (tabel 2).

Tabel 2. Proporsi Produksi Susu Sapi Tiap Bulan

Bulan Produksi (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

% 13 13 12 12 11 10 9 8 7 6

Sumber : Tridjoko Wisnu Murti, DEA. 2014

Laktasi pertama mencerminkan 80% dari produksi puncak dihitung Mature

Equivalent (ME) terlihat pada tabel 3. Produksi susu akan berbeda pula antara

spesies yang ada (sapi, kambing dan kerbau) . Dari tahun ke tahun dengan

penambahan kualitas pakan dan perbaikan manajemen juga akan berbeda produksi

susu yang dihasilkan (Murti, 2014).

Tabel 3. Produksi Susu Sapi Tiap Laktasi pada Umur Beda

Umur (Thn.) % Puncak Laktasi ke -

2,5 – 3,5 80 I

3,5 – 4,5 85 – 90 II

4,5 – 5,5 95 III

5,5 – 7 100 IV (ME)

7,5 – 8,5 95 IV

8,5 – 9,5 90 V

9,5 – 10,5 85 VI

10,5 – 11,5 80 VII

11,5 – 12,5 70 VIII

Sumber : Tridjoko Wisnu Murti, DEA. 2014

Page 28: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

12

Susu adalah bahan makanan yang mudah rusak karena kandungan airnya

yang tinggi, di samping itu susu juga mengandung hampir semua zat-zat makanan

yang dibutuhkan tubuh manusia seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin,

mineral, dan lain-lain. Susu selain baik sebagai makanan manusia, juga paling

cocok untuk media tumbuhnya mikroba. Zat-zat makanan yang dikandung susu

ini membuat susu sebagai bahan makanan yang tidak tahan lama disimpan, karena

bakteri akan mudah berkembang dalam air susu dan produk olahannya, sehingga

susu menjadi cepat rusak dan busuk apabia disimpan pada suhu kamar tanpa

perlakuan yang baik dan hygiene.

Pada pemerahan yang dilakukan secara higiene, air susu masih mengandung

bakteri paling sedikit 500 unit/ml. Jumlah ini akan berkembang dengan cepat

sesuai dengan deret ukur, apabila air susu disimpan pada suhu kamar. Standar

susu dikatakan layak minum, adalah kandungan maksimal bakteri dalam air susu

sebanyak 1.000.000 unit/ml. Apabila kandungan bakteri air susu yang baru

diperah mengandung minimal 500 unit/ml, dibiarkan pada penyimpanan suhu

kamar maka bakteri tersebut akan berkembang menjadi dua kali lipat pada setiap

30 menit. Hal itu membuat para peternak berpacu dengan waktu untuk secepat

mungkin melakukan proses pemerahan.

Bakteri yang dapat mencemari susu terbagi menjadi dua golongan, yaitu

bakteri patogen (pathogenic bacteria) dan bakteri pembusuk (spoilage bacteria).

Kedua macam bakteri tersebut dapat menimbulkan penyakit yang ditimbulkan

oleh susu (milkborne diesease) seperti tuberkulosis, bruselosis, dan demam tipoid

(typoid fever). Pembusukan susu oleh bakteri dapat menyebabkan degradasi

Page 29: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

13

protein, karbohidrat, dan lemak yang terkandung dalam susu. Kualitas susu akan

menurun jika terdapat bakteri pembusuk di dalamnya. Pembusukan (spoilage)

adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penurunan kualitas dari

warna, tekstur, aroma, dan rasa makanan hingga pada titik di mana makanan

tersebut tidak cocok dan tidak menimbulkan selera manusia. Terjadinya

kontaminasi bakteri dapat dimulai ketika susu diperah dari puting sapi. Lubang

puting susu memiliki diameter kecil yang memungkinkan bakteri tumbuh di

sekitarnya. Bakteri ini ikut terbawa dengan susu ketika diperah. Meskipun

demikian, aplikasi teknologi dapat mengurangi tingkat pencemaran pada tahap ini

dengan menggunakan mesin pemerah susu (milking machine), sehingga susu yang

keluar dari puting tidak mengalami kontak dengan udara. Pencemaran susu oleh

mikroorganisme lebih lanjut dapat terjadi selama pemerahan (milking),

penanganan (handling), penyimpanan (storage), dan aktivitas pra-pengolahan

(pre-processing) lainnya.

Mata rantai produksi susu memerlukan proses yang steril dari hulu hingga

hilir. Susu memerlukan penyimpanan dalam temperatur rendah agar tidak terjadi

kontaminasi bakteri. Udara yang terdapat dalam lingkungan di sekitar tempat

pengolahan merupakan media yang dapat membawa bakteri untuk mencemari

susu. Proses pengolahan susu sangat dianjurkan untuk dilakukan di dalam ruangan

tertutup. Meningkatkan standar kualitas susu sesuai kehendak industri pengolahan

susu, tak semudah yang dibayangkan. Hal itu terkait dengan banyak faktor, mulai

dari manajemen pemeliharaan sapi hingga susu tiba di industri untuk diolah.

Page 30: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

14

Kualitas susu sangat dipengaruhi oleh manajemen perkandangan,

lingkungan, kesehatan sapi, pakan, genetik, pemerahan, dan pasca panen. Kualitas

susu dapat bervariasi tergantung dari penanganannya (handling) yang berbeda-

beda. Susu segar dari peternak yang bisa diterima IPS saat ini harus memenuhi

beberapa persyaratan. Seperti kandungan lemaknya (fat) 3 – 4,5%, SNF (solid non

fat) 7,5 – 8,2%, TS (total solid) 10,5 – 12,7%, protein 2,2 – 3,2%, laktosa 4,1 -

4,7%, dan FPD (freezing point deppression) 0,49 – 0,56.

Walaupun syarat-syarat tersebut telah dipenuhi, susu akan tetap ditolak

apabila hasil uji alkohol 70% positif (susu pecah), setelah uji organoleptik,

rasanya tidak normal. Apabila setelah diuji susu itu mengandung karbonat,

formalin, peroksida, antibiotik, dan unsur pemalsuan. Ditambah lagi bila pH-nya

di bawah 6,6 atau di atas 6,94, keasaman di bawah 0,1 atau di atas 0,18 (Ellyza

Nurdin, 2011). Kriteria susu segar untuk Indonesia ditetapkan oleh Dewan

Standardisasi Nasional menjadi Standar Nasional Indonesia dengan nomor: SNI

01-3141-1998 (Lampiran 1).

2.4. Kondisi Persusuan di Indonesia

Dalam peta perdagangan internasional produk-produk susu, saat ini

Indonesia berada pada posisi sebagai net-consumer. Sampai saat ini, industri

pengolahan susu nasional masih sangat bergantung pada impor bahan baku susu.

Selama ini, profil konsumen susu di Indonesia menunjukkan bahwa susu putih

cair segar hanya memberikan kontribusi sekitar 18% dari total konsumsi susu

putih. Sementara 82% lainnya merupakan konsumsi susu putih bubuk. Padahal,

selama ini Industri Pengolahan Susu (IPS) masih sangat bergantung dengan bahan

Page 31: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

15

baku dari impor yang mencapai 70%. Jika kondisi tersebut tidak dibenahi dengan

membangun sebuah sistem agribisnis persusuan nasional yang kuat, maka

Indonesia akan terus menjadi negara pengimpor susu sapi.

Dilihat dari sisi konsumsi, sampai saat ini konsumsi masyarakat Indonesia

terhadap produk susu masih tergolong sangat rendah bila dibandingkan dengan

negara berkembang lainnya. Konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya 7,7

liter/kapita/tahun itu pun sudah termasuk produk olahan yang mengandung susu.

Tabel 4. Konsumsi Per Kapita di Berbagai Negara dalam Liter/tahun

Konsumsi Susu Per Kapita dalam liter/tahun

2004 2005 2006

India 43,7 44,2 44,9

Indonesia 5,8 6,8 7,7

Malaysia 25,3 25 25

Singapura 19,9 20,3 20,8

Filipina 11,7 11,3 11

Thailand 23,6 24,9 25,1

Vietnam 6,4 7,6 8,5

China 8,5 10,9 13,2 Sumber : Tetra Pack dalam Arief Daryanto, 2009.

Kondisi produksi susu segar Indonesia saat ini, sebagian besar (91%)

dihasilkan oleh usaha rakyat dengan skala usaha 1 – 3 ekor sapi perah per

peternak. Skala usaha ternak sekecil ini jelas kurang ekonomis karena keuntungan

yang didapatkan dari hasil penjualan susu hanya cukup untuk memenuhi sebagian

kebutuhan hidup. Dari sisi produksi, dengan demikian, kepemilikan sapi perah per

peternak perlu ditingkatkan. Berdasarkan rujukan pengalaman dan praktik bisnis

sapi perah modern, skala ekonomis bisa dicapai dengan kepemilikan 10 – 12 ekor

sapi per peternak (Daryanto, 2009).

Dari sisi kelembagaan, sebagian besar peternak sapi perah yang ada di

Indonesia merupakan anggota koperasi susu. Koperasi tersebut merupakan

Page 32: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

16

lembaga yang bertindak sebagai mediator antara peternak dengan industri

pengolahan susu (IPS). Koperasi susu sangat menentukan posisi tawar peternak

dalam menentukan jumlah penjualan susu, waktu penjualan, dan harga yang akan

diterima peternak. Peranan koperasi sebagai mediator perlu dipertahankan.

Pelayanan perlu ditingkatkan dengan cara meningkatkan SDM koperasi serta

memperkuat jejaring (network) dengan industri-industri pengolahan. Adaptasi

kelembagaan contract farming akan sangat membantu terwujudnya upaya ini.

Terkait dengan agribisnis susu, pada tahun 1983 Pemerintah telah

mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri, yaitu Menteri

Pertanian, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan dan Koperasi. Dalam

SKB tersebut industri pengolahan susu diwajibkan menyerap susu segar dalam

negeri sebagai pendamping dari susu impor untuk bahan baku industrinya.

Proporsi penyerapan susu segar dalam negeri ditetapkan dalam bentuk rasio susu,

yaitu perbandingan antara pemakaian susu segar dalam negeri dan susu impor

yang harus dibuktikan dalam bentuk “bukti serap” (BUSEP). BUSEP tersebut

bertujuan untuk melindungi peternak dalam negeri dari persaingan terhadap susu

impor. Namun, dengan adanya Inpres No. 4 Tahun 1998 yang merupakan bagian

dari LoI yang ditetapkan oleh IMF, maka ketentuan pemerintah yang membatasi

impor susu melalui BUSEP menjadi tidak berlaku lagi, sehingga susu impor

menjadi komoditi bebas masuk.

Persoalan di industri hilir pun ada, misalnya tarif BM yang tidak harmonis

antara produk susu (5%) dengan bahan baku lain seperti gula (35%) dan kemasan

(5-20%). Guna meningkatkan pangsa pelaku pasar domestik dalam pasar susu

Page 33: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

17

segar Indonesia, BUSEP atau bentuk perlindungan lainnya kepada para peternak

perlu dipikirkan kembali dan tarif BM produk susu perlu peninjauan kembali.

2.4.1. Permasalahan Teknis dan Kelembagaan

Kekurangan produksi susu segar dalam negeri merupakan peluang besar

peternak susu untuk mengembangkan usahanya. Namun demikian, pada

kenyataannya peternak masih menghadapi permasalahan, antara lain yaitu

rendahnya kemampuan budi daya khususnya menyangkut kesehatan ternak dan

mutu bibit yang rendah. Hal tersebut mengakibatkan lambatnya pertumbuhan

produksi susu dan juga berpengaruh terhadap kualitas susu yang dihasilkan.

Selain itu, mulai sulitnya lahan sebagai sumber rumput hijauan bagi ternak,

tingginya biaya transportasi, serta kecilnya skala usaha juga menghambat

perkembangan produksi susu domestik.

Dalam hal pemasaran susu dari peternak dalam negeri, keberadaan Inpres

No. 4/1998 mengakibatkan posisi industri pengolahan susu menjadi jauh lebih

kuat dibandingkan peternak. Hal ini menyebabkan relatif rendahnya harga susu

segar yang diterima oleh peternak dalam negeri. Permasalahan lainnya yang

dihadapi peternak adalah besarnya kebergantungan peternak terhadap industri

pengolahan susu dalam memasarkan susu segar yang dihasilkannya.

Adanya pemberlakuan standar bahan baku yang ketat oleh kalangan industri

pengolahan susu mendudukkan peternak sapi perah pada posisi tawar (bargaining

position) yang rendah. Lebih ekstrim lagi, keberadaan industri pengolahan susu

ini dapat menyebabkan terbentuknya struktur pasar oligopsoni yang tentunya

menekan peternak. Masalah lainnya mengenai perkoperasian susu adalah proses

Page 34: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

18

pembentukan koperasi tersebut umumnya bersifat top-down dan intervensi

pemerintah relatif besar dalam mengatur organisasi. Pembentukan anggota

koperasi bukanlah atas dasar akumulasi modal anggota tetapi lebih banyak

bersifat pemberian kredit ternak sapi dalam rangka kemitraan dengan bantuan

modal dari pemerintah. Status anggota koperasi hanya berfungsi pada saat

menjual susu segar dan pembayaran iuran pokok.

2.4.2. Arah Kebijakan

Seiring dengan meningkatnya daya beli, perubahan gaya hidup masyarakat

Indonesia dan perbaikan sistem pemasaran dingin bagi komoditas susu segar dan

derivatif-nya, maka pangsa pasar susu yang dihasilkan peternak domestik harus

dapat ditingkatkan. Tidak ada pilihan lain program percepatan peningkatan

produksi susu domestik harus dilaksanakan mulai saat ini, yaitu dengan

meningkatkan produksi dan konsumsi susu nasional secara bersamaan.

Adapaun kebijakan dalam upaya substitusi impor susu yang dapat diambil

untuk mencapai kondisi tersebut antara lain sebagai berikut: (1) pemerintah perlu

memberikan dukungan nyata untuk meningkatkan produktivitas dan kualits hasil

ternak (susu) kepada para peternak; (2) perlu dibentuk wadah kemitraan yang

jujur dan memperhatikan kepentingan bersama antara peternak, koperasi susu, dan

industri pengolahan susu, sehingga pengembangan agribisnis berbasis peternakan

dapat berjalan dengan baik; (3) koperasi susu perlu didorong dan difasilitasi agar

dapat melakukan pengolahan sederhana susu segar, antara lain pasteurisasi dan

pengemasan susu segar, pengolahan menjadi yogurt, keju, dan lain-lain; (4)

Pemerintah maupun Daerah seyogyanya mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang

Page 35: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

19

mampu memperkuat posisi tawar peternak sapi perah khususnya dan

pengembangan agribisnis berbasis peternakan umumnya; dan (5) Pemerintah

Pusat dan Daerah seyogyanya membiayai pelaksanaan program minum susu untuk

anak-anak di sekolah (Daryanto, 2009).

2.5. Agribisnis Peternakan dalam Perspektif Syariah Islam

Dalam pandangan Islam, peternakan merupakan subsektor agribisnis yang

memberikan banyak manfaat terhadap kehidupan manusia. Manfaat tersebut tidak

hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik sebagai sumber makanan,

sumber minuman, bahan pakain, kendaraan, dan sebagai hiburan bagi manusia

tetapi juga bermanfaat sebagai bahan renungan terhadap kekuasaan Allah SWT.

Selain itu, hewan ternak dapat digunakan oleh manusia untuk menyucikan diri dan

hartanya dengan cara mengeluarkan qurban/zakat atas hasil usaha di bidang

peternakan tersebut (E. Gumbira Said dan Yayuk E. P., 2005)

Hewan ternak merupakan anugerah Allah SWT yang diturunkan kepada

manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, hewan ternak juga

dapat digunakan sebagai bahan renungan bagi manusia untuk mengungkap,

melihat, dan memikirkan tentang kebesaran dan kekuasaan Allah SWT

sebagaimana yang dijelaskan oleh ayat-ayat berikut.

“Dan apakah mereka (manusia) tidak melihat dan memikirkan, bahwa

sesungguhnya Kami telah menciptakan hewan ternak untuk mereka, yaitu

sebagaimana dari apa yang telah Kami Ciptakan dengan tangan-tangan

(kekuasaan) Kami, lalu mereka memilikinya?” (Yaasin: 71). Ada juga tercantum

dalam ayat lainnya: “(Hewan-hewan itu) mempunyai manfaat kepada kamu

Page 36: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

20

sampai kepada waktu yang ditentukan (untuk disembelih), kemudian tempat

menyembelihnya di sekitar rumah suci yang tua itu.” (Al-Hajj: 33)

Allah SWT menciptakan berbagai jenis hewan ternak, baik ternak kelompok

ruminasia maupun kelompok unggas. Hewan ternak tersebut merupakan penyedia

sumber protein hewani. Hewan ternak dapat menyediakan bahan makanan dalam

bentuk daging dan telur. Hewan ternak juga dapat menyediakan sumber minuman

bagi manusia dalam bentuk susu dan juga madu. Susu merupakan salah satu

sumber protein yang paling murah dibandingkan dengan daging (E. Gumbira Said

dan Yayuk E. P., 2005). Oleh karena itu, produktivitas agribisnis subsektor

peternakan hendaknya ditingkatkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein

hewani bagi masyarakat.

Berkenan dengan produk susu, agama Islam mengaturnya melalui ayat-ayat

Al-Quran sebagai berikut: “Dan sesungguhnya pada binatang ternak menjadi

ibarat (pelajaran) bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari apa yang ada di

perutnya antara kotoran dan darah (yaitu) air susu yang bersih bagi yang

meminumnya.” (An-Nahl: 66)

2.6. Harga

Kotler dan Amstrong (2004) menyatakan bahwa harga adalah sejumlah

uang yang dibebankan atas suatu produk, atau jumlah dari nilai yang ditukar

konsumen atas manfaat manfaat karena memiliki atau menggunakan produk

tersebut. Sukirno (2014) menyatakan bahwa harga sesuatu barang dan jumlah

barang tersebut yang diperjualbelikan, ditentukan oleh permintaan dan penawaran

barang tersebut. Oleh karena itu, untuk menganalisis mekanisme penentuan harga

Page 37: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

21

dan jumlah barang yang diperjualbelikan, secara serentak perlulah dianalisis

permintaan dan penawaran terhadap sesuatu barang tertentu yang wujud di pasar.

2.7. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan

Menurut Sukirno (2010) menyatakan bahwa teori permintaan menerangkan

tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Berdasarkan ciri

hubungan antara permintaan dan harga dapat dibuat grafik kurva permintaan.

Rahardja (2008) menyatakan bahwa permintaan adalah keinginan konsumen

membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu.

Permintaan seseorang atau masyarakat kepada suatu barang ditentukan oleh

banyak faktor. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan suatu

barang yaitu :

(1) Harga barang itu sendiri;

(2) Harga barang lain yang terkait

(3) Tingkat Pendapatan Per Kapita;

(4) Selera atau kebiasaan;

(5) Jumlah penduduk;

(6) Perkiraan harga di masa mendatang

(7) Distibusi pendapatan

(8) Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan

Harga Barang Itu Sendiri

Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan terhadap barang itu

bertambah. Begitu juga sebaliknya. Hal ini membawa kita ke hukum

Page 38: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

22

permintaan yang menyatakan, “Bila harga suatu barang naik, ceteris paribus,

maka jumlah barang yang diminta akan berkurang, dan sebaliknya.”

Harga Barang Lain yang Terkait

Harga barang lain juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang, tetapi

kedua macam barang tersebut mempunyai keterkaitan. Keterkaitan kedua

macam barang dapat bersifat substitusi (pengganti) dan bersifat

komplementer (pelengkap). Misalnya, barang substitusi dari daging ayam

adalah daging sapi, ikan atau tempe. Suatu barang menjadi substitusi barang

lain bila terpenuhi paling tidak salah satu syarat dari dua syarat: memiliki

fungsi yang sama atau kandungan yang sama. Dalam hal ini, bila harga

substitusi daging sapi (misalnya daging ayam) meningkat, harga relatif

daging sapi menjadi lebih murah, sehingga permintaan daging sapi

meningkat. Sedangkan kalau harga komplemen daging sapi (misalnya beras)

turun, permintaan terhadap beras meningkat sehingga permintaan daging sapi

mungkin meningkat pula. Contoh lain dua macam barang yang mempunyai

hubungan komplementer adalah BBM dan mobil. Bila dua macam

barangtidak mempunyai hubungan dekat (keterkaitan), maka perubahan harga

satu barang tidak mempengaruhi permintaan barang satunya lagi. Bila harga

pensil naik, misalnya, tidak ada pengaruhnya terhadap permintaan daging

sapi, karena antara pensil dan daging sapi tidak berkorelasi, baik sebagai

barang substitusi maupun barang komplementer.

Page 39: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

23

Tingkat Pendapatan Per Kapita

Tingkat pendapatan per kapita dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi

tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu

barang meningkat.

Selera atau Kebiasaan

Selera atau kebiasaan juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang.

Beras misalnya. Walaupun harganya sama, permintaan beras per tahun di

provinsi Maluku lebih rendah dibanding dengan di Sumatra Utara. Hal itu

dikarenakan orang-orang Maluku lebih menyukai sagu (sejak kecil mereka

makan sagu). Sebaliknya, di Sumatra Utara, selain lebih menyukai beras, ada

kebiasaan (adat) yang membutuhkan beras, terutama di kalangan masyarakat

Batak, pada saat acara pernikahan.

Jumlah Penduduk

Kita ambil contoh beras lagi. Sebagai makanan pokok rakyat Indonesia, maka

permintaan beras berhubungan positif dengan jumlah penduduk. Makin

banyak jumlah penduduk, permintaan beras makin banyak.

Perkiraan Harga di Masa Mendatang

Bila kita memperkirakan bahwa harga suatu barang akan naik, adalah lebih

baik membeli banyak barang itu sekarang.

Distribusi Pendapatan

Tingkat pendapatan perkapita bisa memberikan kesimpulan yang salah bila

distribusi pendapatan buruk. Artinya sebagian kecil kelompok masyarakat

menguasai begitu besar “kue” perekonomian. Jika distribusi pendapatan

Page 40: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

24

buruk, berarti daya beli secara umum melemah, sehingga permintaan terhadap

suatu barang menurun.

Usaha-usaha Produsen Meningkatkan Penjualan

Dalam perekonomian yang modern, bujukan para penjual untuk membeli

barang besar sekali peranannya dalam mempengaruhi masyarakat.

Pengiklanan memungkinkan masyarakat untuk mengenal suatu barang baru

yang menimbulkanperminaatan terhadap barang tersebut. Di samping itu,

untuk barang-barang yang sudah lama, pengiklanan akan mengingatkan

orang-orang adanya barang tersebut dan menarik minat untuk membeli.

Usaha-usaha promosi penjualan lainnya, seperti pemberian hadiah kepada

pembeli apabila membeli suatu barang atau iklan pemberian potongan harga,

sering mendorong orang untuk membeli lanih namyak daripada biasanya.

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003) permintaan atau kurva

permintaan adalah hubungan antara harga dengan kuantitas yang dibeli. Ada

suatu hubungan yang pasti antara harga pasar dari suatu barang dengan kuantitas

yang diminta dari barang tersebut asalkan hal-hal lain tidak berubah. Banyaknya

barang yang dibeli orang tergantung pada harganya, makin tinggi harga suatu

barang maka semakin sedikit unit yang diinginkan konsumen untuk dibeli (ceteris

paribus). Makin rendah harga pasarnya, makin banyak unitnya yang ingin

dibeli. Adalah sangat sukar untuk secara sekaligus menganalisis pengaruh

berbagai faktor-faktor tersebut terhadap permintaan sesuatu barang. Oleh sebab

itu, dalam membicarakan teori permintaan, ahli ekonomi membuat analisis yang

lebih sederhana. Dalam analisis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu

Page 41: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

25

barang terutama dipengaruhi oleh tingkat harganya. Dalam analisa tersebut

diasumsikan bahwa “faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan” atau ceteris

paribus.

Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang

menyatakan ‘makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan

terhadap barang tersebut, sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka

makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut’. Sifat hubungan seperti itu

disebabkan karena kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari barang

lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap barang yang mengalami

kenaikan harga. Sebaliknya, apabila harga turun maka orang mengurangi

pembelian terhadap barang lain yang sama jenisnya dan menambah pembelian

terhadap barang yang mengalami penurunan harga. Selain itu, kenaikan harga

menyebabkan pendapatan riil para pembeli berkurang. Pendapatan yang merosot

tersebut memaksa para pembeli untuk mengurangi pembeliannya terhadap

berbagai jenis barang, dan terutama barang yang mengalami kenaikan harga

(Sadono Sukirno, 2010). Kurva permintaan dapat didefinisikan sebagai suatu

kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara harga sesuatu barang tertentu

dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli (Sukirno, 2010).

Page 42: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

26

Gambar 1. Kurva Permintaan

Keterangan : P = price/harga

Q = quantity/jumalah barang

D = demand/permintaan

2.8. Teori Penawaran dan Kurva Penawaran

Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat

hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan

para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual

untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula

keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah. Hukum

penawaran pada dasarnya menyatakan bahwa makin tinggi tingkat harga suatu

barang, maka semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para

penjual. Sebaliknya, makin rendah harga sesuatu barang, semakin sedikit jumlah

barang yang ditawarkan (Sukiro, 2010).

Kurva penawaran adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan di antara

harga sesuatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut. Pada umumnya

kurva penawaran menaik dari kiri bawah ke kanan atas. Berarti arah

Page 43: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

27

pergerakannya berlawanan dengan arah kurva permintaan. Bentuk kurva

penawaran bersifat seperti karena terdapat hubungan yang positif di antara harga

dan jumlah barang yang ditawarkan, yaitu makin tinggi harga, makin banyak

jumlah yang ditawarkan (Sukirno, 2010).

Sisi penawaran dari sebuah pasar selalu menyangkut hubungan yang

didalamnya para pelaku bisnis menghasilkan dan menjual produk-produknya.

Penawaran suatu barang menginformasikan kepada kita mengenai jumlah

barang yang akan dijual pada setiap tingkat harga barang tersebut. Secara lebih

tepat kurva penawaran menghubungkan kuantitas yang ditawarkan dari sebuah

barang dengan harga pasarnya, sementara hal-hal lain konstan (ceteris paribus).

Dalam mempertimbangkan penawaran, hal-hal lain yang dianggap konstan adalah

biaya produksi, harga barang terkait, dan kebijakan pemerintah (Samuelson dan

Nordhaus, 2003).

Untuk memeriksa kekuatan-kekuatan yang menentukan kurva penawaran,

hal mendasar yang perlu dipahami ialah bahwa para produsen menawarkan

komoditi- komoditinya dengan tujuan mencari keuntungan dan bukan untuk

kesenangan atau amal. Penawaran suatu barang ditentukan oleh faktor-faktor

di antaranya: (1) harga barang itu sendiri, (2) harga barang-barang lain, (3) biaya

produksi, (4) tujuan-tujuan operasi perusahaan tersebut, (5) tingkat teknologi yang

digunakan (Sukirno, 2010).

Page 44: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

28

Gambar 2. Kurva Penawaran

Keterangan : P = price/harga

Q = quantity/jumlah barang

S = supply/penawaran

2.9. Teori Elatisitas

Konsep elastisitas merupakan hubungan kuantitatif antara harga dan

kuantitas yang dibeli. Pada model yang dinamis dapat dihitung elastisitas jangka

pendek dan jangka panjang (Samuel dan Nordhaus, 2003).

Elastisitas adalah persentase perubahan jumlah yang diminta dibagi

dengan persentase perubahan harga yang menyebabkannya. Perubahan persentase

biasanya dihitung sebagai perubahan dibagi oleh nilai rata-rata (lipsey et al.,

1995). Elastisitas dikenal dengan tiga macam jika dikaitkan dengan kuantitas

barang yang bisa berubah, yaitu:

2.9.1. Elastisitas harga (price elasticity)

Yaitu perbandingan dari presentase perubahan dari kuantitas barang yang

diminta atau ditawarkan dengan presentase perubahan barang itu sendiri.

Elastisitas harga dibedakan menjadi dua macam yaitu elastisitas harga dari barang

Page 45: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

29

yang diminta (permintaan) sehingga disebut elastisitas permintaan. Kemudian

elastisitas harga dari barang yang ditawarkan (penawaran) sehingga disebut

elastisitas penawaran.

a. Elastisitas harga permintaan

Para ekonom mengukur bagaimana tingkat respon atau sensitivitas

konsumen terhadap perubahan harga produk dengan dengan konsep

elastisitas harga (McConnell, 1990). Elastisitas harga permintaan mengukur

berapa banyak kuantitas yang diminta dari sebuah barang akan berubah

apabila harganya berubah. Definisi yang tepat dari elastisitas harga adalah

persentase perubahan dalam kuantitas yang diminta dibagi dengan persentase

perubahan dalam harga (Samuelson dan Nordhaus, 2003). Nilai elastisitas

harga daging ayam broiler sebesar -2,335 terhadap permintaan daging

ayam broiler di Kecamatan Pancoran Mas Depok, artinya dengan kenaikan

harga sebesar 1% maka permintaan daging ayam broiler akan turun sebesar

2,335 % ceteris paribus (Khoirunissa, 2008).

Koefisien elastisitas harga permintaan (e) mengukur perubahan jumlah

komoditi yang diminta per unit waktu karena adanya presentase perubahan

harga tertentu dari komoditi itu. Karena hubungan antara harga dan jumlah

adalah terbalik, maka koefisien elastisitas harga permintaan bertanda negatif.

Oleh karena itu, dalam rangka menghindarkan nilai negatif dalam

pembahasan, maka tanda minus sering kali dimasukkan ke dalam rumus e

(Salvatore, 2006). Kita dapat menghitung koefisien elastisitas harga menurut

rumus berikut:

Page 46: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

30

ed = ─ 𝛥𝑄/𝑄

𝛥𝑃/𝑃 = ─

Δ𝑄

Δ𝑃 .

𝑃

𝑄

Ed = Persentase perubahan pada kuantitas yang diminta

Persentase perubahan pada harga

b. Elastisitas harga penawaran

Para pelaku bisinis juga memiliki kepekaan dalam dalam mengambil

keputusan terkait dengan berapa banyak barang yang (harus) diproduksi.

Para ekonom mendefinisikan elastisitas harga penawaran sebagai kepekaan

kuantitas yang ditawarkan dari sebuah barang terhadap harga pasarnya.

Elastisitas harga penawaran adalah presentase perubahan pada kuantitas

yang ditawarkan dibagi dengan persentase perubahan pada harga

(Samuelson dan Nordhaus, 2003). Dalam Idaman (2008) elastisitas harga

penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm memiliki nilai 0,001385. Artinya

harga benih ikan nila ukuran 3-5 cm ini bersifat inelastis karena nilai

elastisitasnya yang kurang dari satu. Rumus untuk menghitung elastisitas

harga penawaran adalah sebagai berikut:

es = 𝛥𝑄/𝑄

𝛥𝑃/𝑃 =

Δ𝑄

Δ𝑃 .

𝑃

𝑄

Es = Persentase perubahan pada kuantitas yang ditawarkan

Persentase perubahan pada harga

2.9.2. Elastisitas silang (Cross Elasticity)

Elastisitas silang adalah perbandingan dari presentase perubahan dari

kuantitas barang X yang diminta atau ditawarkan dengan presentase perubahan

harga barang lain Y. Apabila fungsi permintaan diketahui beasaran nilainya, maka

elastitas dapat dihitung dengan cara menurunkan fungsi permintaan terhadap

Page 47: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

31

barang lain, lalu dikalikan dengan rata-rata harga barang lain dibagi rata-rata

jumlah barang yang diminta. Apabila nilainya lebih besar dari nol maka kedua

barang tersebut mempunyai hubungan substitusi, bila nilainya lebih kecil dari nol

maka hubungan keduanya komplementer.

Barang substitusi memiliki nilai elastisitas positif. Artinya kenaikan barang

substitusi berakibat meningkatnya jumlah yang diminta untuk barang ini (dan

untuk barang substitusinya berkurang). Barang komplementer elastisitas negatif,

artinya kenaikan harga komplemen berakibat turunnya jumlah yang untuk barang

ini (juga untuk barang komplemennya). Hasil penelitian Khoirunissa (2008)

menunjukkan nilai elastisitas silang daging sapi sebesar 6,32 artinya dengan

meningkatnya harga daging sapi sebesar 1% maka permintaan akan daging

ayam broiler naik sebesar 6,32%.

Koefisien elastisitas silang dari permintaan komoditi X terhadap komoditi Y

(exy) mengukur presentase perubahan jumlah X yang dibeli per unit waktu (𝛥Qx

/Qx ) akibat adanya persentase perubahan tertentu dalam harga Y (𝛥Py /Py).

exy = ─ 𝛥𝑄𝑥/𝑄𝑥

𝛥𝑃𝑦/𝑃𝑦 = ─

𝛥𝑄𝑥

𝛥𝑃𝑦 .

𝑃𝑦

𝑄𝑥

Jika X dan Y adalah barang substitusi, exy adalah positif. Dan jika X dan Y

adalah barang komplemen, exy adalah negatif. Bila komoditi-komoditi itu tidak

berhubungan (yaitu, bila komoditi-komoditi itu independen satu sama lain), maka

exy = 0 (Salvatore, 2006).

Page 48: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

32

2.9.3. Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)

Elastisitas pendapatan adalah membahas perbandingan dari presentase

kuantitas suatu barang yang diminta ataupun ditawarkan dengan

presentase perubahan pendapatan. Elastisitas permintaan pendapatan adalah

presentase perubahan permintaan akan suatu barang yang diakibatkan oleh

kenaikan income riil konsumen sebesar satu persen, jika fungsi permintaan

diketahui maka besar nilai elastisitas pendapatan dapat ditentukan dengan cara

menurunkan fungsi permintaan tersebut terhadap variabel pendapatan, lalu

dikalikan rata-rata besaran pendapatan dibagi rata-rata jumlah barang yang

diminta. Untuk barang normal nilai elastistasnya lebih besar dari nol, untuk

barang inferior kurang dari nol, barang kebutuhan pokok antara nol sampai

satu dan untuk barang superior lebih besar dari satu. Begitu pun sebaliknya untuk

elastisitas penawaran pendapatan.

Dalam Khoirunissa (2008) menunjukkan nilai elastisitas permintaan daging

ayam broiler sebesar terhadap pendapatan sebesar 0,447 artinya jika pendapatan

naik 1%, maka permintaan naik 0,447%. Elastisitas pendapatan bernilai positif

antara nol sampai satu sehingga daging ayam broiler disebut barang normal.

Koefisien elastisitas pendapatan dari permintaan (𝑒𝑀) mengukur persentase

perubahan jumlah komoditi yang dibeli per unit waktu (𝛥Q / Q) akibat adanya

persentase perubahan tertentu dalam pendapatan konsumen (𝛥M/M). Jadi,

𝑒𝑀 = 𝛥𝑄/𝑄

𝛥𝑀/𝑀 =

Δ𝑄

Δ𝑀 .

𝑀

𝑄

Page 49: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

33

Apabila 𝑒𝑀 negatif, barangtersebut adalah barang bermutu rendah (inferior).

Bila 𝑒𝑀 positif, barang tersebut adalah barang normal. Barang normal biasanya

menajadi barang mewah bila 𝑒𝑀 > 1, kalau tidak demikian maka barang tersebut

adalah barang kebutuhan pokok. Oleh karena itu, 𝑒𝑀 untuk suatu barang mungkin

sangat bervariasi bertaung pada tingkat pendapatan konsumen. jadi, barang

tertentu mungkin menjadi barang mewah pada tingkat pendapatan yang “rendah”,

barang kebutuhan pokok pada tingkat pendapatan “menengah”, dan barang

bermutu rendah pada tingkat pendapatan yang “tinggi” (Salvatore, 2006).

2.10. Elastisitas Permintaan

2.10.1. Pengertian Elastisitas Permintaan

Secara sederhana elastisitas dapat diartikan sebagai derajat kepekaan suatu

gejala ekonomi terhadap perubahan gejala ekonomi lain. Pengertian lain elastisitas

dapat diartikan sebagai tingkat kepekaan perubahan kuantitas suatu barang yang

disebabkan oleh adanya perubahan faktor-faktor lain.

Elastisitas permintaan adalah suatu pengukuran kuantitatif yang

menunjukkan sampai di mana besarnya pengaruh perubahan harga terhadap

perubahan permintaan. Ketika harga sebuah barang turun, jumlah permintaan

terhadap barang tersebut biasanya naik sedangkan semakin rendah harganya,

semakin banyak benda itu dibeli. Elastisitas permintaan ditunjukan dengan rasio

persen perubahan jumlah permintaan dan persen perubahan harga.

2.10.2. Jenis-jenis Elastisitas Permintaan

Koutsoyiannis (1977) dalam Solihah (2014) mengemukakan beberapa

jenis-jenis elastisitas permintaan yaitu :

Page 50: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

34

Tabel 5. Jenis-jenis Elastisitas

Koefisien Elastisitas

n = 0 Inelastis sempurna

0 < n < 1 Inelastis

n = 1 Elastis uniter

1 < n < ∞ Elastis

n = ∞ Elastis sempura

Permintaan Inelastis Sempurna (Ed = 0)

Gambar 3. Kurva Inelastis Sempurna

Permintaan Inelastis Sempurna terjadi jika tidak ada perubahan jumlah

yang diminta meskipun ada perubahan harga, atau ΔQd = 0, meskipun ΔP

ada. Dengan kata lain perubahan harga sebesar apapun sama sekali tidak

berpengaruh terhadap jumlah yang diminta. Kasus permintaan inelastis

sempurna terjadi bila konsumen dalam membeli barang tidak lagi

memperhatikan harganya, melainkan lebih memperhatikan pada seberapa

besar kebutuhannya. Contoh: Pembelian Garam dapur oleh suatu keluarga

atau pembelian Obat ketika sakit. Konsumen membeli garam atau obat lebih

mempertimbangkan berapa butuhnya, bukan pada berapa harganya.

Page 51: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

35

Permintaan Inelastis (Ed < 1)

Gambar 4. Kurva Inelastis

Ep < 1, maka permintaan terhadap barang dikatakan Inelastis, artinya

jika terjadi perubahan variabel permintaan sebanyak 1% maka akan diikuti

oleh perubahan jumlah barang yang diminta kurang dari 1%. Permintaan

Inelastis kalau perubahan harga kurang begitu berpengaruh terhadap

perubahan kuantitas barang yang diminta. Permintaan Inelastis atau sering

disebut Permintaan yang tidak peka terhadap harga.

Contoh : Beras, jika harganya naik orang akan tetap membutuhkan beras

sebagai makanan pokok meskipun mungkin dapat dihemat penggunaannya.

Sebaliknya, jika harga beras turun konsumen tidak akan menambah

konsumsinya sebesar penurun harganya karena konsumsi beras memiliki

keterbatasan (rasa kenyang), begitu halnya juga dengan gula pupuk, bahan

bakar, dan lain-lain.

Page 52: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

36

Permintaan Elastis Uniter (Ed = 1)

Gambar 5. Kurva Elastis Uniter

Ed = 1, maka permintaan terhadap barang dikatakan elastis tetap atau

Unitary elasticity artinya perubahan variabel permintaan berbanding lurus

dengan perubahan jumlah permintaan. Permintaan Elastis Uniter kalau

perubahan harga pengaruhnya sebanding terhadap perubahan kuantitas

barang yang diminta. Dengan kata lain persentase perubahan jumlah yang

diminta sama dengan persentase perubahan harga.

Permintaan yang elastis uniter atau yang elastis proporsional atau yang

Ed tepat = 1 sulit ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, kalaupun terjadi

sebenarnya hanyalah secara kebetulan. Contoh : handphone, awalnya

handphone dirilis dengan harga jutaan rupiah, di luar jangkauan masyarakat

akan tetapi sekarang ini tiap orang rata-rata sudah memiliki handphone

dengan model dan harganya yang semakin bervariasi murahnya membuat

permintaan tinggi.

Page 53: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

37

Permintaan Elastis (Ed > 1)

Gambar 6. Kurva Permintaan Elastis

Ed > 1, maka permintaan terhadap barang dikatakan elastis, artinya jika

terjadi perubahan variabel permintaan sebanyak 1% maka akan diikuti oleh

perubahan jumlah barang yang diminta lebih dari 1%. Permintaan Elastis

kalau perubahan harga pengaruhnya cukup besar terhadap perubahan

kuantitas barang yang diminta. Dengan kata lain persentase perubahan

jumlah yang diminta relatif lebih besar dari persentase perubahan harga.

Contoh : Barang mewahseperti mobil, motor, pakaian pesta dan lain-lain,

jika harganya turun konsumen akan berbondong-bondong untuk membeli

namun jika harga naik maka konsumen akan mencari barang subtitusinya.

Page 54: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

38

Permintaan Elastis Sempurna (Ed = ∞ )

Gambar 7. Kurva Elastis Sempurna

Ed = ∞ , artinya elastisitas sempurna (infinite elasticity) yaitu

perubahan variabel permintaan tidak diakibatkan oleh perubahan jumlah

barang yang diminta. Kasus permintaan elastis sempurna terjadi pada bila

permintaan suatu barang dapat berubah-ubah meskipun harga barang

tersebut tetap. Contoh kasus ini bisa terjadi pada berbagai produk, yang jelas

kalau permintaan akan produk tersebut bisa berubah-ubah walaupun harga

produk itu tetap. Misalnya bumbu dapur, permintaan bumbu dapur

meningkat lebih disebabkan karena kebutuhannya yang sedang berdekatan

dengan perayaan sesuatu untuk masak. Kenyataannya di lapangan bahwa

naiknya harga bumbu dapur lebih disebabkan karena persediaan atau stok

pasar yang langka

2.11. Penelitian Terdahulu

Hasil-hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh peneliti

terdahulu dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji

penelitian ini.

Page 55: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

39

1. Penelitian sebelumnya yaitu oleh Aditya Hadiwidoyo (2009) dengan judul

Analisis Permintaan dan Penawaran Daging Sapi Indonesia. Permasalahan

yang dibahas adalah faktor-faktor yang menentukan jumlah permintaan

d a n j u m l a h p e n a w a r a n daging sapi diIndonesia. Dan bagaimana

elastisitas (respon) harga, elastisitas silang, dan elastisitas pendapatan

terhadap permintaan dan penawaran daging sapi di Indonesia. Menggunakan

data sekunder time series tahun 1990 – 2005.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) permintaan daging sapi

ditentukan oleh variabel-variabel independen yaitu harga daging domestik,

harga ikan rata-rata, pendapatan per kapita, dan jumlah penduduk

Indonesia, (2) penawaran daging sapi ditentukan oleh variabel-variabel

independen yaitu harga daging domestik, produksi daging sapi domestik,

harga sapi, dan jumlah populasi sapi, (3) Permintaan daging sapi bersifat

inelastis terhadap harga ikan, pendapatan, dan harga daging sapi. Sedangkan

penawaran daging sapi bersifat inelastis terhadap harga daging sapi dan

harga sapi.

2. Penelitian Andhika Febiansyah (2016) dengan judul Respon · Impor

Kedelai Terhadap Konsumsi Kedelai, Nilai Tukar Valuta Asing dan

Barga Kedelai lmpor Di Indonesia. Permasalahan yang diangkat

adalah pengaruh konsumsi, harga kedelai impor dan nilai tukar valuta asing,

terhadap impor kedelai di Indonesia. Serta bagaimana respon impor kedelai

terhadap faktor-faktor tersebut di Indonesia.

Page 56: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

40

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun

waktu (Time Series) mulai tahun 2002 hingga tahun 2011. Data bersumber

dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementrian Pertanian. Pengolahan data

dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda

menggunakan software SPSS versi 18. Pengujian statistik dalam penelitian

ini menggunakan uji R2, Uji-F, Uji-T serta Analisis Elastisitas.

Hasil pengujian diperoleh nilai R2 sebesar 0,894, menunjukan bahwa

89,4% impor kedelai di Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang

digunakan dalam model yaitu konsumsi kedelai, nilai tukar valuta asing

(Rupiah terhadap Dollar Amerika), dan harga kedelai impor. Sedangkan

sisanya 10,6% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini.

Hasil pengujian secara bersama-sama menunjukkan variabel konsumsi, nilai

tukar valuta asing (Rupiah terhadap Dollar Amerika), dan harga kedelai

impor berpegaruh terhadap impor kedelai di Indonesia dengan nilai

probailitas 0,001 < 0,05. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan

variabel konsumsi dengan nilai probabilitas 0,000 < 0,05, harga kedelai

impor dengan nilai probabilitas 0,805 > 0,05, nilai tukar valuta asing

(Rupiah terhadap Dollar Amerika) 0,622 yang memiliki pengaruh terhadap

impor kedelai di Indonesia.

Variabel konsumsi kedelai, memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap impor kedelai di Indonesia dengan tingkat kepercayaan 95%.

Sedangkan variabel harga kedelai impor dan kurs memiliki pengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap impor kedelai di Indonesia dengan

Page 57: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

41

tingkat kepercayaan 95%. Impor kedelai bersifat elastis terhadap konsumsi

kedelai (1,361) yang artinya impor kedelai responsif terhadap perubahan

konsumsi kedelai di Indonesia. Impor kedelai bersifat inelastis terhadap nilai

tukar valuta asing (Rupiah terhadap Dollar Amerika) (0,132) yang artinya

impor kedelai tidak responsif terhadap perubahan nilai tukar valuta asing

(Rupiah terhadap Dollar Amerika) di Indonesia. Impor kedelai bersifat

inelastis terhadap harga kedelai impor kedelai (0,027) yang artinya impor

kedelai tidak responsif terhadap perubahan harga kedelai impor di Indonesia.

Page 58: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

42

2.12. Kerangka Pemikiran

Sektor pertanian

Subsektor peternakan

Penyedia kebutuhan susu

nasional

Adanya kesenjangan antara produksi dalam negeri dan

konsumsi

Permintaan Penawaran

Faktor yang menentukan: Faktor yang menentukan:

- Harga susu sapi - Harga susu sapi

- Harga teh - Jumlah populasi sapi

- Pendapatan per kapita perah

- Jumlah penduduk

Indonesia

Analisis regresi linier berganda

Analisis elastisitas

Implikasi kebijakan

Gambar 9. Alur kerangka berpikir

Keterangan: = Fokus Penelitian

Page 59: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

43

2.13. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Hipotesis dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan

baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta

empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis juga dapat

dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum

jawaban yang empirik (Sugiyono, 2012:64).

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori tersebut, maka hipotesis

yang dapat dibangun dalam penelitian ini adalah :

1. Harga susu sapi, harga teh, pendapatan per kapita, dan jumlah penduduk

diduga berpengaruh terhadap permintaan susu sapi di Indonesia.

2. Harga susu sapi dan jumlah populasi sapi perah diduga berpengaruh terhadap

penawaran susu sapi di Indonesia.

3. Perubahan jumlah permintaan susu elastis atau inelastis terhadap harga susu

sapi, harga teh, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk Indonesia.

4. Perubahan jumlah penawaran susu elastis atau inelastis terhadap harga susu

sapi dan jumlah populasi sapi perah di Indonesia.

Page 60: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu Penelitian

Penelitian mengenai permintaan dan penawaran susu sapi di indonesia,

dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 sampai bulan Februari tahun 2017 meliputi

penyusunan proposal, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan

penulisan laporan dalam bentuk skripsi.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder yang

digunakan berbentuk data Time Series. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat

Statistik, Departemen Pertanian, literatur, jurnal penelitian terdahulu dan internet.

Prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data didasarkan pada pencarian,

pemilihan, pencatatan dan pengkategorian data yang diperlukan kemudian

digunakan untuk pengolahan. Data kemudian diolah dengan menggunakan

program Eviews 7.0 dan Microsoft Excel 2010. Data-data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini adalah data tahunan selama kurun waktu sepuluh tahun (2000 -

2015) adapun data-data utama yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Page 61: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

45

Tabel 6. Informasi Data Sekunder Penelitian Menurut Data dan Satuannya.

NO JENIS DATA SATUAN

DATA SUMBER DATA

1 Populasi Sapi Perah Ekor/Tahun Direktorat Jenderal Peternakan

dan Kesehatan Hewan, Kementan

2 Produksi Susu Sapi Ton / tahun Direktorat Jenderal Peternakan

dan Kesehatan Hewan, Kementan

3 Konsumsi Susu Sapi Ton / tahun Susenas BPS

4 Harga Susu Sapi Rp / liter Kementerian Perdagangan

6 Impor Susu Ton/Tahun BPS

8 Jumlah Penduduk

Indonesia Juta/Jiwa BPS

9 Pendapatan Per

Kapita Rp/Tahun BPS

10 Harga Teh Rp/Kg Direktorat Jendral Perkebunan

3.3. Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda

(multiple regression) dan analisis respon (elastisitas). Akan tetapi sebelumnya

data-data terlebih dahula akan di tes dengan menggunakan uji kriteria statistik dan

uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah data-data tersebut layak digunakan

untuk penelitian.

3.3.1. Uji Kriteria Statistik

Untuk memperoleh hasil yang baik dan model yang layak maka perlu

dilakukan uji statistik. Uji ini meliputi uji-T, uji F, dan Uji Koefisien

Determinan (R2).

1. Uji-T atau Uji Parsial

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing- masing variabel bebas

secara sendiri- sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya.

Page 62: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

46

Jika Ttabel > Thitung, H0 diterima dan jika Ttabel < Thitung, maka H1

diterima, begitupun jika sig > ά (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak dan jika sig

< ά (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima (Supranto, 2001). Digunakan untuk

melihat nyata atau tidaknya pengaruh variabel independen (bebas) terhadap

permintaan dan penawaran susu sapi (Y). Prosedur pengujiannya adalah

sebagai berikut:

H0 : bi = 0 (tidak berpengaruh nyata)

H1 : bi ≠ 0 (berpengaruh nyata)

t-hitung = 𝒃𝟏

𝒔 (𝒃𝟏)

di mana :

b1 didefinisikan sebelumnya sebagai kemiringan β1

s(b1) adalah kesalahan baku β1.

(R. Donald Cooper, 2002)

2. Uji F atau Uji Simultan

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel bebas

terhadap varibel terikat. Bila Fhitung > Ftabel, maka H1 diterima atau secara

bersama-sama variabel bebas dapat menerangkan variabel terikatnya secara

serentak. Sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima atau secara bersama-

sama variabel bebas tidak memiliki pengaruh terhadap variabel terikat. Digunakan

untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas secara simultan terhadap

permintaan dan penawaran susu sapi (Y).

Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut:

Page 63: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

47

H0 : b1 = b2 = b3 = 0 (tidak berpengaruh nyata)

H1 : b1 ≠ 0 atau b2 ≠ 0 atau b3 ≠ 0 (berpengaruh nyata)

Fhitung = JKR / (k−1 )

JKS / (n−k )

JKR = Jumlah kuadrat regresi

JKS = Jumlah kuadrat sisa

k = Jumlah variabel

n = Jumlah sampel

Apabila F- hitung < F-tabel (α)/(k, n-k) maka H0 diterima artinya secara

simultan semua variabel independen tidak berpengaruh nyata terhadap Y.

Apabila F- hitung > F-tabel (α)/(k, n-k) maka H0 ditolak artinya secara

simultan semua variabel independen berpengaruh nyata terhadap Y

3. Uji Koefisien Determinan (R2)

Digunakan untuk mengukur tingkat kelayakan model. Koefisien tersebut

menjelaskan secara total variasi dalam variabel dependen (Y) yang

dijelaskan oleh seluruh variabel independen dalam model. Koefisen

determinasi mempunyai nilai antara nol sampai satu (0 ≤ R2

≤ 1), semakin

besar R-square (mendekati satu) maka model semakin baik, dan semakin

mendekati nol maka model semakin tidak layak karena variabel independen

secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan permintaan dan penawaran susu sapi.

3.3.2 Uji Asumsi Klasik

Dalam melakukan estimasi model regresi linier berganda maka harus

dipenuhi kriteria nilai parameter yang BLUE (Best, Linear, Unbiased,

Page 64: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

48

Estirmator). Kriteria yang diuji meliputi Autokorelasi, normalitas, dan

heteroskedastisitas.

1. Autokorelasi

Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antar anggota

serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (time series) atau

cross section. Persamaan dalam penelitian ini menggunakan data time series.

Masalah autokorelasi sering timbul pada data runtut. Autokorelasi sering

disebut juga korelasi serial. Penyebab utama timbulnya autokorelasi

adalah kesalahan spesifikasi, misalnya terabaikannya suatu variabel penting

atau bentuk fungsi yang tidak tepat.

2. Normalitas

Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen

dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model

regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Pengujian normalitas ini dapat dilakukan melalui uji Jarque-Bera (JB). Ini

merupakan uji asimtotis atau sampel besar, didasarkan atas residu OLS.

Metode lain yang digunakan adalah dengan melihat normal probability plot

yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dasar

pengambilan keputusan dari analisis normal probability plot adalah sebagai

berikut :

A. Jika data menyebar disekitar garis diagonal menunjukkan pola

distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Page 65: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

49

B. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti

arah garis diagonal, tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka

model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3. Heteroskedastisitas

Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,

maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedatisitas (Ghozali, 2011).

Asumsi yang dipakai dalam penerapan model regresi linier adalah

variannya konstan. Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana asumsi di atas

tidak tercapai. Dampak adanya heteroskedastisitas adalah tidak efisiennya

proses estimasi, sementara hasil estimasinya sendiri tetap konsisten dan

tidak bias. Masalah heteroskedastisitas ini akan mengakibatkan hasil uji-t

dan uji F dapat menjadi tidak berguna (misleading).

3.3.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Menurut Sulaiman (2004) analisis regresi berganda digunakan untuk

melihat hubungan variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independen

Analisis penggunaan regresi linier berganda ini memungkinkan untuk

menganalisis faktor-faktor apa saja yang secara signifikan menentukan

permintaan dan penawaran.

Page 66: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

50

Untuk melakukan estimasi model regresi linier berganda, maka data

yang ada diregresikan sehingga menjadi fungsi linier sebagai berikut:

YD = a + b1 HSD + b2 HT + b3 PPK + b4 JPI

YS = a + b1 HSD + b2 JPS

Dimana:

YD = Jumlah permintaan susu sapi domestik (liter

YS = Jumlah penawaran susu sapi domestik (liter)

a = Konstanta

b = Koefisien regresi variabel bebas

HSD = Harga susu sapi domestik (Rp/kg)

HT = Harga teh (Rp/kg)

PPK = Pendapatan per kapita (000 Rp/Bulan)

JPI = Jumlah penduduk Indonesia (000 jiwa)

JPS = Jumlah populasi sapi perah (ekor)

3.3.4 Analisis Respon (Elastisitas)

Dilakukan untuk mengetahui persentase perubahan kenaikan atau penurunan

jumlah susu sapi jika terjadi perubahan permintaan dan penawaran. Elastisitas

permintaan harga dihitung dengan menggunakan rumus:

Dimana:

𝑑𝑦

𝑑𝑥1 = turunan pertama fungsi permintaan terhadap harga susu sapi

Page 67: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

51

X1 = Rata-rata harga susu sapi (Rp/kg)

Y = Jumlah permintaan susu sapi (liter/tahun)

Nilai suatu elastisitas tak terbatas dan bisa positif atau negatif. Pada

umumnya nilai elastisitas yang besar berimplikasi pada variabel endogen yang

menjadi sangat responsif terhadap perubahan variabel eksogen. Apabila nilai

elastisitas lebih besar dari satu (E > 1) maka dikatakan elastis (responsif).

Apabila nilai elastisitas antara antara nol dan satu (0 < E < 1), maka dikatakan

inelastis. Apabila nilai elastisitasnya sama dengan nol (E = 0) dikatakan inelastis

sempurna. Apabila nilai elastisitasnya sama dengan satu (E = 1) dikatakan

unitary elastis. Dan apabila nilai elastisitas tak terhingga (E = ~) dikatakan elastis

sempurna.

3.4 Definisi Operasional

1) Variabel Dependen

Variabel dependen sering disebut variabel output, kriteria, konsekuen.

Dalam bahasa Indonesia disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah permintaan dan penawaran

susu sapi di Indonesia.

2) Variabel Independen

Variabel independen sering disebut variabel stimulus, prediktor,

antecedent. Dalam bahasa Indonesia disebut dengan variabel bebas. Variabel

bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

Page 68: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

52

atau timbulnya variabel terikat (dependen). Adapun variabel – variabel

independen dalam penelitian ini adalah: harga susu sapi, jumlah populasi sapi

perah, harga teh, pendapatan perkapita, jumlah penduduk Indonesia.

Page 69: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

BAB IV

PERKEMBANGAN KOMODITI SUSU SAPI DI INDONESIA

4.1. Produksi Susu Sapi di Indonesia

Produksi susu sapi selama periode 2000 hingga 2015 secara umum cukup

fluktuatif. Berdasarkan Tabel 7, produksi susu sapi pada tahun 2000 adalah

sebesar 495.647 liter dan pada tahun 2001 berubah menjadi 479.947 atau turun

sebesar -3,17 persen. Sedangkan pada tahun 2002 produksi susu sebesar 493.375

liter atau mengalami kenaikan sebesar 2,80 persen dari tahun 2001. Kenaikan

terbesar terjadi pada tahun 2 0 0 9 . Dibandingkan dengan produksi susu sapi

pada tahun 2008 yaitu sebesar 646.953 liter susu atau naik sekitar 27,87 persen

menjadi 827.249 liter pada tahun 2009.

Tabel 7. Produksi dan Impor Susu Sapi

TahunProduksi Susu

(liter)

Pertumbuhan

(%)

Impor Susu

(ton)

Pertumbuhan

(%)

2000 495.647 ─ 117.268 ─

2001 479.947 -3,17 119.922 2,26

2002 493.375 2,80 107.868 -10,05

2003 553.442 12,17 117.318 8,76

2004 549.945 -0,63 165.411 40,99

2005 535.960 -2,54 173.084 4,64

2006 616.548 15,04 188.128 8,69

2007 567.682 -7,93 181.520 -3,51

2008 646.953 13,96 180.933 -0,32

2009 827.249 27,87 211.634 16,97

2010 909.533 9,95 231.396 9,34

2011 974.694 7,16 247.495 6,96

2012 959.971 -1,51 386.116 56,01

2013 786.849 -18,03 380.558 -1,44

2014 800.749 1,77 363.531 -4,47

2015 835 125 0,58 375.942 3,41

rata-rata 679.903 3,83 221.758 9,22Sumber: BPS dan DitJen Peternakan dan Kesehatan Hewan

Page 70: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

54

Produksi susu sapi di Indonesia yang fluktuatif ini terlihat dari 6 tahun

yang mengalami penurunan dari 16 sampel data tahun yang diambil. Salah satu

penyebabnya dikarenakan dengan populasi sapi maupun hasil pemerahan susu

yang belum maksimal. Walaupun produksi susu meningkat, tetapi tetap saja

masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi susu dalam negeri

sehingga impor susu tetap dilakukan. Dari data statistik impor pada Tabel 7,

secara umum cenderung meningkat setiap tahunnya, bahkan pada tahun 2012

impor mengalami kenaikan hingga 56,61 persen dari tahun sebelumnya, yang

merupakan impor tertinggi.

4.2. Konsumsi Susu Sapi di Indonesia

Konsumsi susu di Indonesia selama periode 2000 hingga 2015 secara umum

mengalami peningkatan.

Tabel 8. Konsumsi Susu Di Indonesia

Tahun Konsumsi Susu (liter) Pertumbuhan (%)

2000 998.875 ─

2001 1.000.982 0,21

2002 1.011.722 1,07

2003 1.021.802 1,00

2004 1.237.986 21,16

2005 1.291.294 4,31

2006 1.354.235 4,87

2007 1.430.258 5,61

2008 2.125.330 48,60

2009 2.277.200 7,15

2010 2.345.000 2,98

2011 2.964.000 26,40

2012 3.120.000 5,26

2013 3.197.852 2,50

2014 3.211.439 0,42

2015 3.300.000 2,76

rata-rata 1.992.998 8,95 Sumber: Susenas BPS.

Page 71: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

55

Berdasarkan Tabel 8, konsumsi susu domestik pada tahun 2000 adalah

sebesar 998.875 liter, pada tahun 2001 berubah menjadi 1.000.982 atau naik

sebesar 0,21 persen. Kenaikan terbesar terjadi pada tahun 2008. Konsumsi susu

pada tahun 2007 sebesar 1.430.258 liter, dibanding dengan konsumsi s u s u

tahun 2 0 0 8 mengalami kenaikan sebesar 2.125.330 liter atau naik sekitar

48,60 persen.

4.3. Jumlah Penduduk dan Pendapatan Perkapita

Konsumsi susu domestik yang terus cenderung naik tiap tahunnya ini

disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatkan pendapatan.

Tabel 9. Jumlah Penduduk dan Pendapatan Per Kapita Indonesia

Tahun

Jumlah

Penduduk

(jiwa)

Pendapatan per

Kapita per Tahun

(Rp)

2000 205.132.458 Rp6.171.342,87

2001 208.901.000 Rp7.021.658,63

2002 212.003.000 Rp7.544.406,62

2003 215.276.000 Rp8.106.452,86

2004 218.268.000 Rp9.189.280,32

2005 221.251.000 Rp11.010.476,78

2006 227.700.000 Rp13.008.853,48

2007 225.642.124 Rp15.223.494,38

2008 228.523.342 Rp19.087.875,69

2009 235.000.000 Rp20.935.863,42

2010 237.641.326 Rp23.974.407,31

2011 243.800.000 Rp27.487.046,94

2012 246.900.000 Rp30.674.674,07

2013 247.103.000 Rp32.463.736,28

2014 248.000.000 Rp41.900.000,00

2015 255.462.000 Rp44.892.786,00

rata-rata 229.787.703 Rp19.918.272,23 Sumber: BPS, (diolah).

Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan Tabel 9, pada tahun 2000 sebesar

205.132.458 jiwa dan pada tahun 2015 mengalami kenaikan jumlah menjadi

Page 72: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

56

255.462.000 jiwa atau bertambah sebesar 50.329.542 jiwa dalam kurun waktu 15

tahun. Kemudian, pendapatan per kapita per bulan berdasarkan Tabel 8, pada

tahun 2000 sebesar Rp 514.278,57 dan pada tahun 2015 mengalami kenaikan

jumlah menjadi Rp 3.741.065,50 atau meningkat sebesar 627,43 persen dalam

kurun waktu 15 tahun. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Khoirunissa (2008)

dan Indarsyah (2006) yang menyatakan meningkatnya pendapatan dan jumlah

populasi akan meningkatkan jumlah konsumsi atau permintaan.

Page 73: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Susu Sapi di Indonesia

Model persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian

akan dianalisis menggunakan program eviews 7 yang bertujuan untuk mengetahui

faktor apa saja yang mempengaruhi dan seberapa besar pengaruhya harga susu

dan jumlah populasi sapi perah sebagai variabel independen terhadap penawaran

susu sebagai variabel dependen di Indonesia. Data yang dipakai dalam penelitian

ini adalah deret waktu (time series) selama 15 tahun, yang dimulai dari tahun 2000

sampai dengan tahun 2015. Sebelum membuat model regresi linear berganda,

penulis melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu agar penelitian menjadi tidak

bias. Uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji

heteroskedastisitas, uji multikoliniearitas, dan uji autokorelasi. Penelitian ini juga

menggunakan uji statistik seperti Uji F (uji simultan), uji-t (uji parsial), dan uji

koefisien determinasi (R2).

5.1.1. Hasil Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian dengan regresi berganda, variabel-variabel

penelitian diuji dengan asumsi klasik atau biasa dikenal dengan uji BLUE (Best

Liniear Unbiased Estimate) yaitu data terdistribusi normal (uji normalitas), tidak

terjadinya heteroskedastisitas, tidak terjadinya multikolinieritas, dan tidak

terjadinya autokorelasi sehingga diketahui bahwa tidak ada gangguan pada model

regresi yang akan digunakan dan memenuhi persyaratan pada analisis regresi

linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS).

Page 74: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

58

5.1.1.1.Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau

tidak. Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati

normal. Uji normalitas yang dimaksud dalam asumsi klasik pendekatan OLS

adalah (data) residual yang dibentuk model regresi linier terdistribusi normal,

bukan variabel bebas ataupun variabel terikatnya. Pengujian terhadap residual

terdistribusi normal atau tidak dapat menggunakan Jarque-Bera Test.

Gambar 9. Hasil Uji Jarque-Bera Test pada Penawaran

Keputusan terdistribusi normal tidaknya residual secara sederhana dengan

membandingkan nilai Probabilitas JB (Jarque-Bera) hitung dengan tingkat alpha

0,05 (5%). Apabila Prob. JB hitung lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa residual terdistribusi normal dan sebaliknya, apabila nilainya lebih kecil

maka tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa residual terdistribusi normal.

Nilai Prob. JB hitung sebesar 0,174944 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

0

2

4

6

8

10

-200000 -100000 1 100001 200001

Series: ResidualsSample 2000 2015Observations 16

Mean -5.14e-11Median 19149.07Maximum 161679.7Minimum -235232.3Std. Dev. 104492.6Skewness -1.072269Kurtosis 3.794245

Jarque-Bera 3.486577Probability 0.174944

Page 75: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

59

residual terdistribusi normal yang artinya asumsi klasik tentang kenormalan telah

dipenuhi.

5.1.1.2.Uji Heteroskedastistas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah varian dari dua

observasi atau lebih dalam penelitian sama (homogen) untuk semua variabel

terikat dengan variabel independen lainnya sehingga hasil regresi tidak bias.

Heteroskedastisitas terjadi pada saat residual dan nilai prediksi memiliki korelasi

atau pola hubungan. Pola hubungan ini tidak hanya sebatas hubungan yang linier,

tetapi dalam pola yang berbeda juga dimungkinkan. Oleh karena itu ada beberapa

metode uji heteroskedastisitas yang dimiliki oleh EViews, seperti : Breusch-

Pagan-Godfrey, Harvey, Glejser, ARCH, White dan lain-lain. Idealnya semua

metode uji heteroskedastisitas dicoba sehingga kita yakin bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas dalam model regresi linier ini. Pada kesempatan ini hanya Uji

Glejser saja yang disimulasikan (yang lain prinsipnya sama). Hasil uji

heteroskedastisitas dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Uji Glejser pada Penawaran

Heteroskedasticity Test: Glejser

F-statistic 0.617464 Prob. F(2,13) 0.5544

Obs*R-squared 1.388054 Prob. Chi-Square(2) 0.4996

Scaled explained SS 1.620370 Prob. Chi-Square(2) 0.4448

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 56602.51 106550.1 0.531229 0.6042

X1 20.17507 20.06249 1.005611 0.3330

X2 -0.288976 0.454867 -0.635296 0.5363

Page 76: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

60

Keputusan terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas pada model regresi

linier adalah dengan melihat Nilai Prob. F-statistic (F hitung). Apabila nilai Prob.

Fhitung lebih besar dari tingkat alpha 0,05 (5%) maka H0 diterima yang artinya

tidak terjadi heteroskedastisitas, sedangkan apabila nilai Prob. Fhitung lebih kecil

dari dari tingkat alpha 0,05 (5%) maka H0 ditolak yang artinya terjadi

heteroskedastisitas. Nilai Prob. Fhitung sebesar 0,5544 lebih besar dari tingkat alpha

0,05 (5%) sehingga, berdasarkan uji hipotesis, H0 diterima yang artinya tidak

terjadi heteroskedastisitas.

5.1.1.3.Uji Multikulinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan apakah dalam model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi di antara variabel independennya. Ghozali (2011)

mengemukakan bahwa multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan

lawannya variance inflaction factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk

menujukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≥ 0,10 atau sama

dengan nilai VIF ≤ 10. Setelah data diolah menggunakan aplikasi Eviews 7, maka

hasilnya bisa dilihat pada tabel 11 berikut:

Tabel 11. Hasil Uji Multikolinearitas pada Penawaran

Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF

C 2.38E+10 30.23951 NA

X1 844.1817 55.43055 4.013453

X2 0.433946 109.4156 4.013453

Page 77: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

61

Hasil uji multikolinieritas, dapat dilihat pada tabel kolom Centered VIF.

Nilai VIF untuk variabel X1 dan X2 sama-sama 4,0134. Karena nilai VIF dari

kedua variabel tidak ada yang lebih besar dari 10 atau 5 (banyak buku yang

menyaratkan tidak lebih dari 10, tapi ada juga yang menyaratkan tidak lebih dari

5) maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas pada kedua variabel bebas

tersebut. Berdasarkan syarat asumsi klasik regresi linier dengan OLS, maka

model regresi linier yang baik adalah yang terbebas dari adanya multikolinieritas.

Dengan demikian, model di atas telah terbebas dari adanya multikolinieritas.

5.1.1.4.Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan

penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi mucul karena observasi

yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang

baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Metode yang biasa digunakan

untuk pengujian autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson.

Tabel 12. Hasil Uji Durbin-Watson pada Penawaran

R-squared 0.691841 Mean dependent var 655203.2

Adjusted R-squared 0.644432 S.D. dependent var 188234.2

S.E. of regression 112243.1 Akaike info criterion 26.26208

Sum squared resid 1.64E+11 Schwarz criterion 26.40694

Log likelihood -207.0967 Hannan-Quinn criter. 26.26950

F-statistic 14.59304 Durbin-Watson stat 1.437943

Prob(F-statistic) 0.000475

Page 78: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

62

Tabel 12 menjelaskan bahwa hasil uji Durbin-Watson (DW) memiliki nilai

sebesai 1,437. Nilai ini biasa disebut dengan DW hitung. Nilai ini akan

dibandingkan dengan kriteria penerimaan atau penolakan yang akan dibuat dengan

nilai dL dan dU ditentukan berdasarkan jumlah variabel bebas dalam model

regresi (k) dan jumlah sampelnya (n). Nilai dL dan dU dapat dilihat pada Tabel

DW dengan tingkat signifikansi (error) 5% (a = 0,05).

Jumlah data (n) adalah 16 dan jumlah variabel independennya (k) adalah 2,

sehingga diperoleh nilai nilai dL = 0,982 dan nilai dU = 1,539. Nilai Durbin

Watson yang dihasilkan dalam peneltian ini mendekati angka 2, sehingga dapat

disimpulkan bahwa data tidak mengalami gejala autokorelasi.

Widarjono (2010) mengemukakan jika nilai d mendekati 2 maka tidak ada

autokorelasi. sebaliknya jika nilai d mendekati 0 atau mendekati 4 maka diduga

ada korelasi positif atau autokorelasi negatif. Ghozali (2011) mengemukakan jika

nilai dL < DW < dU maka ketentuan deteksi autokorelasi tidak dapat disimpulkan.

Dalam kasus ini 0,982 < 1,437< 1,539 maka dalam penelitian ini, ketentuan

deteksi autokorelasi tidak dapat disimpulkan. Jika nilai Durbin Watson yang

dihasilkan meragukan, masalah autokorelasi dapat diketahui dengan menggunakan

metode Brusch-Godfrey atau LM (Lagrange Multiplier) Test.

Tabel 13. Hasil Uji LM Test pada Penawaran

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.209465 Prob. F(2,11) 0.3351

Obs*R-squared 2.884201 Prob. Chi-Square(2) 0.2364

Page 79: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

63

Nilai Prob. F (2,11) ≠ sebesar 0,3351 dapat juga disebut sebagai nilai

probabilitas Fhitung. Nilai Prob. Fhitung lebih besar dari tingkat alpha 0,05 (5%)

sehingga, berdasarkan uji hipotesis, H0 diterima yang artinya tidak terjadi

autokorelasi. Sebaliknya, apabila nilai Prob. Fhitung lebih kecil dari 0,05 maka

dapat disimpulkan terjadi autokorelasi.

Hasil pengujian autokorelasi dengan menggunakan dua pendekatan

memberikan hasil yang sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa bahwa dalam

model regresi linier yang diajukakan tidak menggandung autokorelasi. Artinya

pemenuhan asumsi klasik model regresi linier telah terpenuhi.

5.1.2. Hasil Uji Statistik

Untuk hasil perhitungan uji kelayakan model (signifikasi) faktor-faktor

yang mempengaruhi penawaran susu sapi di Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel 14. Hasil Uji Statistik pada Penawaran

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 107328.2 154307.5 -0.695547 0.4990

X1 8.003067 29.05481 0.275447 0.7873

X2 1.616885 0.658746 2.454491 0.0290

R-squared 0.691841 Mean dependent var 655203.2

Adjusted R-squared 0.644432 S.D. dependent var 188234.2

S.E. of regression 112243.1 Akaike info criterion 26.26208

Sum squared resid 1.64E+11 Schwarz criterion 26.40694

Log likelihood -207.0967 Hannan-Quinn criter. 26.26950

F-statistic 14.59304 Durbin-Watson stat 1.437943

Prob(F-statistic) 0.000475

Page 80: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

64

5.1.2.1.Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar harga

susu sapi dan jumlah populasi sapi perah mampu menjelaskan penawaran susu

sapi di Indonesia. Koefisien determinasi menjelaskan variasi pengaruh variabel-

variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Atau dapat pula dikatakan sebagai

proporsi pengaruh seluruh variable bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien

determinasi dapat diukur oleh nilai R-Square atau Adjusted R-Square. R-Square

digunakan pada saat variabel bebas hanya 1 saja (biasa disebut dengan Regresi

Linier Sederhana), sedangkan Adjusted R-Square digunakan pada saat variabel

bebas lebih dari satu.

Pada tabel 14 menunjukan nilai koefisien determinasi sebesarnya 0,6444

menunjukkan bahwa proporsi pengaruh variabel harga susu sapi dan jumlah

populasi sapi perah terhadap penawaran susu sapi di Indonesia sebesar 64,44%.

Artinya, Harga Susu Sapi dan Jumlah Populasi Sapi Perah memiliki proporsi

pengaruh terhadap Penawaran Susu Sapi 64,44% sedangkan sisanya 35,56%

(100% - 64,44%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ada didalam model

regresi.

5.1.2.2.Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel dependennya. Uji ini membandingkan

antara nilai Fhitung dengan Ftabel. Hasil pengolahan Uji F pada penelitian ini

disajikan pada tabel 14.

Page 81: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

65

Uji keterandalan model atau uji kelayakan model atau yang lebih populer

disebut sebagai uji F (uji simultan) merupakan tahapan awal mengidentifikasi

model regresi yang diestimasi layak atau tidak. Layak (andal) disini maksudnya

adalah model yang diestimasi layak digunakan untuk menjelaskan pengaruh

variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Nama uji ini disebut sebagai uji

F, karena mengikuti mengikuti distribusi F yang kriteria pengujiannya seperti One

Way Anova.

Tabel 14. Hasil Uji Statistik pada Penawaran

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 107328.2 154307.5 -0.695547 0.4990

X1 8.003067 29.05481 0.275447 0.7873

X2 1.616885 0.658746 2.454491 0.0290

R-squared 0.691841 Mean dependent var 655203.2

Adjusted R-squared 0.644432 S.D. dependent var 188234.2

S.E. of regression 112243.1 Akaike info criterion 26.26208

Sum squared resid 1.64E+11 Schwarz criterion 26.40694

Log likelihood -207.0967 Hannan-Quinn criter. 26.26950

F-statistic 14.59304 Durbin-Watson stat 1.437943

Prob(F-statistic) 0.000475

Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 14. Nilai prob. F (Statistic) sebesar

0.000475 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa model regresi yang diestimasi layak digunakan untuk menjelaskan

pengaruh Harga Susu Sapi (X1) dan Jumlah Populasi Sapi Perah (X2) terhadap

variabel terikat Penawaran Susu Sapi (Y).

Page 82: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

66

5.1.2.3.Uji Parsial (Uji T)

Uji T dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan thitung dengan ttabel.

Uji T dalam regresi linier berganda dimaksudkan untuk menguji apakah

parameter (koefisien regresi dan konstanta) yang diduga untuk mengestimasi

persamaan/model regresi linier berganda sudah merupakan parameter yang tepat

atau belum. Maksud tepat disini adalah parameter tersebut mampu menjelaskan

perilaku variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikatnya. Parameter yang

diestimasi dalam regresi linier meliputi intersep (konstanta) dan slope (koefisien

dalam persamaan linier). Pada bagian ini, uji T difokuskan pada parameter slope

(koefisien regresi) saja. Jadi uji T yang dimaksud adalah uji koefisien regresi.

Tabel 14. Hasil Uji Statistik pada Penawaran

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -107328.2 154307.5 -0.695547 0.4990

X1 8.003067 29.05481 0.275447 0.7873

X2 1.616885 0.658746 2.454491 0.0290

R-squared 0.691841 Mean dependent var 655203.2

Adjusted R-squared 0.644432 S.D. dependent var 188234.2

S.E. of regression 112243.1 Akaike info criterion 26.26208

Sum squared resid 1.64E+11 Schwarz criterion 26.40694

Log likelihood -207.0967 Hannan-Quinn criter. 26.26950

F-statistic 14.59304 Durbin-Watson stat 1.437943

Prob(F-statistic) 0.000475

Page 83: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

67

Hasil Uji T dapat dilihat pada tabel 14 di atas. Apabila nilai prob. t hitung

(ditunjukkan pada Prob.) lebih kecil dari tingkat kesalahan (alpha) 0,05 (yang

telah ditentukan) maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikatnya, sedangkan apabila nilai prob. thitung lebih

besar dari tingkat kesalahan 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas

tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya.

Nilai prob. thitung dari variabel bebas harga susu sapi (X1) sebesar 0.7873

yang lebih besar dari 0,05 sehingga variabel bebas (X1) tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat (Y) pada alpha 5% atau dengan kata lain,

Harga Susu Sapi tidak berpengaruh signifikan terhadap Penawaran Susu Sapi (Y)

pada taraf keyakinan 95%. Berbeda halnya dengan nilai prob. thitung dari variabel

bebas jumlah populasi sapi perah (X2) sebesar 0.0290 yang lebih kecil dari 0,05

sehingga variabel bebas (X2) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat

penawaran susu sapi (Y) pada alpha 5% atau dengan kata lain, Jumlah Populasi

Sapi Perah (X2) berpengaruh signifikan terhadap Penawaran Susu sapi pada taraf

keyakinan 95%.

5.1.3. Analisis Elastisitas Penawaran

Analisis Elastisitas Penawaran digunakan untuk mengukur respon atau

derajat kepekaan jumlah penawaran susu sapi di Indonesia terhadap perubahan

salah satu faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan model regresi yang sudah

didapat dari perhitungan regresi berganda maka dapat dihitung nilai elastisitas

penawaran susu sapi di Indonesia. Penghitungan elastisitas sendiri dapat

menggunakan rumus elastisitas dan penghitungannya dapat dilihat pada lampiran

Page 84: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

68

11, selanjutnya diperoleh hasil berupa nilai elasitisas penawaran susu sapi di

Indonesia. Adapun nilai elastisitas penawaran susu sapi terhadap kedua

variabel tersebut, yaitu harga susu sapi dan jumlah populasi sapi perah ,

disajikan pada Tabel di bawah.

Tabel 15. Nilai Elastisitas Penawaran Susu Sapi di Indonesia

Variabel Nilai Elasitisitas Interpretasi

X1 (Harga Susu Sapi) 0,0637 Inelastis

X2 (Jumlah Populasi Sapi Perah) 0,8128 Inelastis

5.1.4. Analisis Model Regresi Persamaan Penawaran Susu

Hasil analisis model regresi linier yang diperoleh dari Tabel 15 adalah

sebagai berikut:

Tabel 16. Hasil Analisis Regresi Penawaran

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 107328.2 154307.5 -0.695547 0.4990

X1 8.003067 29.05481 0.275447 0.7873

X2 1.616885 0.658746 2.454491 0.0290

R-squared 0.691841 Mean dependent var 655203.2

Adjusted R-squared 0.644432 S.D. dependent var 188234.2

S.E. of regression 112243.1 Akaike info criterion 26.26208

Sum squared resid 1.64E+11 Schwarz criterion 26.40694

Log likelihood -207.0967 Hannan-Quinn criter. 26.26950

F-statistic 14.59304 Durbin-Watson stat 1.437943

Prob(F-statistic) 0.000475

Y = 107328,2 + 8,003 X1 + 1,616 X2

Model tersebut memberikan gambaran bahwa permintaan susu sapi (Y)

dipengaruhi oleh harga susu sapi (X1) dan jumlah populasi sapi perah (X2).

Page 85: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

69

Harga Susu Sapi

Tabel 15 menunjukkan koefisien harga susu sapi sebesar 8,003 yang

menunjukkan bahwa jika harga susu sapi naik sebesar seribu rupiah/kg maka

penawaran akan meningkat sebesar 8,003 liter. Nilai koefisien yang sifatnya

postif tersebut sesuai dengan teori ekonomi, yaitu ketika harga susu naik maka

peternak akan banyak memproduksi susu sapi sehingga mengakibatkan

penawaran yang tinggi, dan sebaliknya jika harga susu sapi rendah maka peternak

cenderung beralih kepada komoditi lain untuk diproduksi sehingga

penawaran susu akan rendah.

Selain itu, harga susu sapi mempunyai nilai elastisitas sebesar 0,0637

terhadap penawaran susu sapi. Artinya jika harga susu sapi mengalami kenaikan

sebesar sepuluh persen maka penawaran susu sapi akan mengalami peningkatan

sebesar 0,06 persen, ceteris paribus. Nilai yang hanya sebesar 0,087 (inleastis)

terjadi karena kebutuhan konsumi susu juga mengalami laju pertumbuhan yang

meningkat, sehingga walaupun harga susu naik tetapi masyarakat tetap akan

membelinya.

Jumlah Populasi Sapi Perah

Tabel 15 memperlihatkan bahwa nilai koefisien populasi sapi perah

bernilai bernilai positif terhadap penawaran susu sebesar 1,616. Angka ini

menunjukkan setiap ada kenaikan jumlah populasi sapi sebesar satu ekor akan

diikuti dengan kenaikan penawaran susu sapi sebesar 1,616 liter. Berarti

penawaran susu sapi akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah

populasi sapi perah.

Page 86: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

70

5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Susu Sapi di Indonesia

Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini menggambarkan

jumlah permintaan susu sapi dengan menggunakan analisis regresi linier berganda

pada program Eviews versi 7. Pada model dilakukan serangkaian pengujian secara

statistik maupun secara ekonometrik. Pada uji statistik, dianalisis menggunakan

uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, heteroskedastisitas, uji multikolinieritas,

dan uji autokorelasi.

5.2.1. Hasil Uji Asumsi Klasik

5.2.1.1.Uji Normalitas

Uji normalitas yang dimaksud dalam asumsi klasik pendekatan OLS

adalah (data) residual yang dibentuk model regresi linier terdistribusi normal,

bukan variabel bebas ataupun variabel terikatnya. Pengujian terhadap residual

terdistribusi normal atau tidak dapat menggunakan Jarque-Bera Test.

Gambar 10. Hasil Uji Jarque-Bera Test pada Permintaan

Keputusan terdistribusi normal tidaknya residual secara sederhana dengan

membandingkan nilai Probabilitas JB (Jarque-Bera) hitung dengan tingkat alpha

0

1

2

3

4

5

6

-199999 1 200001 400001

Series: ResidualsSample 2000 2015Observations 16

Mean 6.98e-10Median -54069.11Maximum 348574.3Minimum -261563.1Std. Dev. 182684.6Skewness 0.534479Kurtosis 2.167572

Jarque-Bera 1.223739Probability 0.542336

Page 87: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

71

0,05 (5%). Apabila Prob. JBhitung lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa residual terdistribusi normal dan sebaliknya, apabila nilainya lebih kecil

maka tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa residual terdistribusi normal.

Nilai Prob. JBhitung sebesar 0,5423 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

residual terdistribusi normal yang artinya asumsi klasik tentang kenormalan telah

dipenuhi.

5.2.1.2.Uji Heteroskedastistas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah varian dari dua

observasi atau lebih dalam penelitian sama (homogen) untuk semua variabel

terikat dengan variabel independen lainnya sehingga hasil regresi tidak bias. Salah

satu uji yang biasa dilakukan adalah dengan Uji Glejser. Uji glejser dilakukan

dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolute

residualnya. Ghozali (2011) mengemukakan jika nilai signifikansi antara variabel

independen dengan absolute residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah

heteroskesdasitas,Tampilan hasil uji glejser dalam penelitian ini dapat dilihat pada

tabel 16 di bawah ini.

Tabel 17. Hasil Uji Glejser pada Permintaan

Heteroskedasticity Test: Glejser

F-statistic 2.046580 Prob. F(4,11) 0.1570

Obs*R-squared 6.826797 Prob. Chi-Square(4) 0.1453

Scaled explained SS 3.913381 Prob. Chi-Square(4) 0.4179

R-squared 0.426675 Mean dependent var 147675.3

Adjusted R-squared 0.218193 S.D. dependent var 100557.3

S.E. of regression 88912.65 Akaike info criterion 25.87900

Sum squared resid 8.70E+10 Schwarz criterion 26.12044

Log likelihood -202.0320 Hannan-Quinn criter. 25.89137

F-statistic 2.046580 Durbin-Watson stat 1.760058

Prob(F-statistic) 0.156973

Page 88: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

72

Keputusan terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas pada model regresi linier

adalah dengan melihat Nilai Prob. F-statistic (F hitung). Apabila nilai Prob. F hitung

lebih besar dari tingkat alpha 0,05 (5%) maka H0 diterima yang artinya tidak

terjadi heteroskedastisitas, sedangkan apabila nilai Prob. F hitung lebih kecil dari

dari tingkat alpha 0,05 (5%) maka H0 ditolak yang artinya terjadi

heteroskedastisitas. Nilai Prob. F hitung sebesar 0,1570 lebih besar dari tingkat

alpha 0,05 (5%) sehingga, berdasarkan uji hipotesis, H0 diterima yang artinya

tidak terjadi heteroskedastisitas.

5.2.1.3.Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas menggunakan VIF (Variance Inflation Factors).

Tabel 18. Hasil Uji Multikolinearitas Permintaan Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF C 7.97E+12 2803.600 NA

X1 18660.25 339.1937 8.095664

X2 1139.566 77.89712 3.440368

X3 0.052309 69.56733 5.112794

X4 0.000236 4405.376 6.356792

Hasil uji multikolinieritas, dapat dilihat pada tabel kolom Centered VIF.

Nilai VIF untuk variabel X1 adalah 8,095664 dan X2 sebesar 3,440368. Sedangkan

untuk variabel X3 yaitu 5,112794 dan variabel X4 dengan nilai 6,356792. Karena

nilai VIF dari keempat variabel tidak ada yang lebih besar dari 10 atau 5 (banyak

buku yang menyaratkan tidak lebih dari 10, tapi ada juga yang menyaratkan tidak

lebih dari 5) maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas pada kedua

variabel bebas tersebut. Berdasarkan syarat asumsi klasik regresi linier, maka

model regresi linier yang baik adalah yang terbebas dari adanya multikolinieritas.

Dengan demikian, model di atas telah terbebas dari adanya multikolinieritas.

Page 89: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

73

5.2.1.4.Uji Autokorelasi

Data yang digunakan untuk mengestimasi model regresi linier merupakan

data time series maka diperlukan asumsi bebas autokorelasi. Guna memastikan

apakah model regresi linier terbebas dari autokorelasi, dapat menggunakan

metode Brusch-Godfrey atau LM (Lagrange Multiplier) Test.

Tabel 19. Hasil Uji LM Test pada Permintaan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.422535 Prob. F(2,9) 0.1440

Obs*R-squared 5.599187 Prob. Chi-Square(2) 0.0608

Nilai Prob. F(2,11) ≠ sebesar 0,1440 dapat juga disebut sebagai nilai

probabilitas F hitung.. Nilai Prob. F hitung lebih besar dari tingkat alpha 0,05 (5%)

sehingga, berdasarkan uji hipotesis, H0 diterima yang artinya tidak terjadi

autokorelasi. Sebaliknya, apabila nilai Prob. F hitung lebih besar dari 0,05 maka

dapat disimpulkan terjadi autokorelasi.

5.2.2. Hasil Uji Statistik

Untuk hasil perhitungan uji kelayakan model (signifikasi) faktor-faktor

yang mempengaruhi penawaran susu sapi di Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel 20. Hasil Uji Statistik pada Permintaan

R-squared 0.960722 Mean dependent var 1992998.

Adjusted R-squared 0.946440 S.D. dependent var 921785.2

S.E. of regression 213329.6 Akaike info criterion 27.62937

Sum squared resid 5.01E+11 Schwarz criterion 27.87081

Log likelihood -216.0350 Hannan-Quinn criter. 27.64173

F-statistic 67.26456 Durbin-Watson stat 0.945440

Prob(F-statistic) 0.000309

Page 90: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

74

5.2.2.1.Uji Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 19 menunjukan nilai koefisien determinasi sebesar 0.946440,

yang berarti variabel independen yaitu harga susu sapi (X1), harga teh (X2),

pendapatan perkapitan (X3), dan jumlah penduduk Indonesia (X4) mampu

menjelaskan variabel dependennya yaitu permintaan susu sapi sebesar 94,64%

dan sisanya 5,36% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam

model penelitian ini. Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur

seberapa baik regresi sesuai dengan data aktualnya (goodness of fit).

5.2.2.2.Uji Hipotesis Simultan (Uji F)

Hasil uji F dapat dilihat pada tabel di atas. Nilai prob. F (Statistic) sebesar

lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 (5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa

model regresi yang diestimasi layak digunakan untuk menjelaskan pengaruh

Harga Susu Sapi (X1), Harga Teh (X2), Pendapatan Per Kapita (X3) dan Jumlah

Penduduk Indonesia (X4) terhadap variabel terikat Permintaan Susu Sapi di

Indonesia (Y).

5.2.2.3.Uji Parsial (Uji T)

Uji T dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan thitung dengan ttabel. Uji T

dalam regresi linier berganda dimaksudkan untuk menguji apakah parameter

(koefisien regresi dan konstanta) yang diduga untuk mengestimasi

persamaan/model regresi linier berganda sudah merupakan parameter yang tepat

Page 91: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

75

atau belum. Maksud tepat disini adalah parameter tersebut mampu menjelaskan

perilaku variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikatnya.

Tabel 20. Hasil Uji Statistik pada Permintaan

R-squared 0.960722 Mean dependent var 1992998.

Adjusted R-squared 0.946440 S.D. dependent var 921785.2

S.E. of regression 213329.6 Akaike info criterion 27.62937

Sum squared resid 5.01E+11 Schwarz criterion 27.87081

Log likelihood -216.0350 Hannan-Quinn criter. 27.64173

F-statistic 67.26456 Durbin-Watson stat 0.945440

Prob(F-statistic) 0.000309

Hasil Uji T dapat dilihat pada tabel 19 di atas. Apabila nilai prob. t hitung

(ditunjukkan pada Prob.) lebih kecil dari tingkat kesalahan (alpha) 0,05 (yang

telah ditentukan) maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikatnya, sedangkan apabila nilai prob. thitung lebih

besar dari tingkat kesalahan 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas

tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya.

Nilai prob. thitung dari variabel bebas harga susu sapi (X1) sebesar 0.0973

yang lebih besar dari 0,05 sehingga variabel bebas (X1) tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat (Y) pada alpha 5% atau dengan kata lain,

Harga Susu Sapi tidak berpengaruh signifikan terhadap Penawaran Susu Sapi (Y)

pada taraf keyakinan 95%.

Begitu pun dengan variabel harga teh (X2) yang mempunya nilai prob thitung

0.9034, lalu pendapatan per kapita (X3) dengan nilai prob. thitung 0.5248 dan jumlah

penduduk Indonesia (X4) yang memiliki nilai prob. thitung 0.3206 lebih besar dari

alpha 0,05 (5%) atau dengan kata lain Harga Teh, Pendapatan Per Kapita, dan

Page 92: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

76

Jumlah Penduduk Indonesia tidak berpengaruh signifikan terhadap Penawaran

Susu Sapi di Indonesia.

5.2.3. Analisis Elastisitas Permintaan

Analisis Elastisitas Permintaan digunakan untuk mengukur respon atau

derajat kepekaan jumlah permintaan susu sapi di Indonesia terhadap perubahan

salah satu faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan model regresi yang sudah

didapat dari perhitungan regresi berganda maka dapat dihitung nilai elastisitas

pepermintaan susu sapi di Indonesia. Penghitungan elastisitas sendiri dapat

menggunakan rumus elastisitas dan penghitungannya dapat dilihat pada lampiran

4, selanjutnya diperoleh hasil berupa nilai elasitisas permintaan susu sapi di

Indonesia. Adapun nilai elastisitas permintaan susu sapi terhadap kedua

variabel tersebut, yaitu harga susu sapi, harga teh, pendapatan per

kapita dan jumlah penduduk Indonesia , disajikan pada Tabel di bawah ini

Tabel 20 . Nilai Elastisitas Permintaan Susu Sapi di Indonesia

Variabel Nilai Elasitisitas Interpretasi

X1 (Harga Susu Sapi) 0,186 Inelastis

X2 (Harga Teh) 0,006 Inelastis

X3 (Pendapatan Per Kapita) 0,027 Inelastis

X4 (Jumlah Penduduk Indonesia) 0,375 Inelastis

5.2.4. Analisis Model Regresi Persamaan Permintaan

Hasil analisis model regresi linier yang diperoleh dari Tabel 21 adalah

sebagai berikut:

Page 93: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

77

Tabel 22. Hasil Analisis Regresi Permintaan

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3701444. 2823899. -1.310757 0.2166

X1 247.5246 136.6025 1.812006 0.0973

X2 4.191896 33.75746 0.124177 0.9034

X3 0.150217 0.228713 0.656793 0.5248

X4 0.015988 0.015371 1.040094 0.3206

R-squared 0.960722 Mean dependent var 1992998.

Adjusted R-squared 0.946440 S.D. dependent var 921785.2

S.E. of regression 213329.6 Akaike info criterion 27.62937

Sum squared resid 5.01E+11 Schwarz criterion 27.87081

Log likelihood -216.0350 Hannan-Quinn criter. 27.64173

F-statistic 67.26456 Durbin-Watson stat 0.945440

Prob(F-statistic) 0.000309

YD = 3701444.41 + 247.5 X1 + 4.19 X2 + 0.15 X3 + 0.015 X4

Model tersebut memberikan gambaran bahwa permintaan susu sapi (Y)

dipengaruhi oleh harga susu sapi (X1), harga teh (X2), pendapatan per kapita (X3)

dan jumlah penduduk Indonesia (X4).

Harga Susu Sapi

Tabel 21 menunjukkan koefisien harga susu sapi sebesar 247,5 yang

menunjukkan bahwa jika harga susu sapi naik sebesar seribu rupiah/kg maka

permintaan susu akan meningkat sebesar 247,5 liter. Selain itu, harga susu sapi

mempunyai nilai elastisitas sebesar – 0,186 terhadap permintaan susu sapi.

Artinya jika harga susu sapi mengalami kenaikan sebesar sepuluh persen maka

permintaan susu sapi akan mengalami peningkatan sebesar 0,186 persen, ceteris

paribus. Nilai yang hanya sebesar 0,186 (inleastis) terjadi karena kebutuhan

konsumi susu yang tinggi sehingga walaupun harga susu naik tetapi tidak terlalu

mempengaruhi permintaan susu sapi. Dan juga dikarenakan pola hidup atau haya

hidup sehat yang membuat masyarakat mengkosumsi susu terus bertambah.

Page 94: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

78

Harga Teh

Harga Teh yang dimaksud disini adalah harga teh yang dimasukkan

kedalam variabel independen yang diduga mempengaruhi permintaan substitusi

karena teh dalam penelitian ini diduga sebagai barang substitusi dari susu sapi.

Teh dimasukkan kedalam salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan

karena di Indonesia teh sudah menjadi minuman sehari-hari baik dari kalangan

atas hingga bawah, selain itu Indonesia juga memiliki perkebunan-perkebunan

teh yang menghasilkan teh berkualitas dan juga memiliki produktivitas tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa harga teh pada taraf nyata α

= 10% berpengaruh nyata terhadap permintaan susu sapi. Tabel 5 menunjukkan

koefisien harga teh sebesar 4.19 menunjukkan bahwa jika harga teh naik sebesar

seribu rupiah/kg maka permintaan susu sapi akan meningkat sebesar 4,19 liter.

Elastisitas harga teh atau HT memiliki nilai -0,006, hal tersebut berarti bahwa

jika harga teh naik sebesar sepuluh persen maka permintaan s u s u sapi akan

meningkat sebesar 0,6 persen ceteris paribus, hal tersebut terjadi karena

konsumen akan cenderung membeli susu sapi karena harga teh sebagai substitusi

nilainya tinggi. Nilai elastisitas yang negatif juga menunjukkan bahwa antara

susu sapi dengan teh memiliki hubungan substitusi, hal tersebut sesuai dengan

hipotesa awal.

Pendapatan per Kapita

Pendapatan per kapita jika mengalami perubahan maka akan berpengaruhi

terhadap permintaan susu sapi. Tabel 5 menunjukkan koefisien pendapatan per

kapita sebesar 0.150 menunjukkan bahwa jika pendapatan per kapita naik sebesar

Page 95: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

79

satu juta rupiah per bulan maka permintaan akan meningkat sebesar 0,15 liter.

Nilai elastisitas pendapatan terhadap permintaan diperoleh nilai sebesar - 0,027

nilai tersebut lebih kecil dari satu. Hal ini berarti bahwa permintaan susu sapi

bersifat inelastis terhadap perubahan pendapatan atau dengan kata lain persentase

perubahan pendapatan tidak responsif terhadap permintaan susu sapi.

Permintaan susu sapi bersifat inelastis terhadap perubahan pendapatan

karena pendapatan rata-rata pendapatan penduduk Indonesia masih relatif rendah,

sehingga perubahan pendapatan yang relatif rendah tersebut belum

mampu meningkatkan permintaan masyarakat terhadap susu sapi.

Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk suatu wilayah dalam teori ekonomi mempunyai

pengaruh positif terhadap permintaan. Ketika jumlah penduduk suatu wilayah

bertambah banyak akan menyebabkan permintaan suatu komoditi meningkat.

Hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 5 diketahui bahwa nilai koefisien

variabel jumlah penduduk atau JPI nilainya positif sebesar 0,015 menunjukkan

bahwa jika jumlah penduduk naik sebesar seribu jiwa maka permintaan akan

meningkat sebesar 1,5 liter. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis yang

diharapkan yaitu jika jumlah penduduk bertambah maka akan semakin banyak

masyarakat yang mengkonsumsi susu sehingga akan meningkatkan permintaan

susu sapi.

Page 96: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Permintaan susu sapi di Indonesia dipengaruhi oleh harga susu sapi, harga

teh, pendapatan per kapita, dan jumlah penduduk.

2. Penawaran susu sapi di Indonesia dipengaruhi oleh harga susu sapi dan

jumlah populasi sapi perah dalam negeri.

3. Permintaan susu sapi bersifat inelastis terhadap harga susu sapi, harga teh,

pendapatan per kapita dan jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan

penawaran susu sapi juga bersifat inelastis terhadap harga susu dan

jumlah populasi sapi perah di Indonesia.

6.2. Saran

1. Dalam upaya memenuhi kebutuhan permintaan susu sapi dalam negeri

pemerintah hendaknya meningkatkan produksi susu sapi domestik dengan

cara meningkatkan faktor-faktor produksi agar swasembada susu sapi

dapat terpenuhi dan tidak terlalu bergantung pada impor susu.

2. Penelitian ini dapat dijadikan bahan lanjutan untuk penelitian-penelitian

selanjutnya, karena untuk komoditi susu ini masih banyak yang dapat

dikembangkan, terutama dari sisi ekonominya.

Page 97: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

81

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Titin. Outlook Komoditas Pertanian Subsektor Peternakan Susu.

Jakarta: Pusdatin Kementerian Pertanian, 2015.

Agustina, Titin. Outlook Komoditas Pertanian Subsektor Peternakan Susu.

Jakarta: Pusdatin Kementerian Pertanian, 2016.

Cooper, Donald R. Dan C. William Emory. Metode Penelitian Bisnis. Jilid 2.

Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga, 2005.

Daryanto, Arief. Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. Bogor: IPB Press,

2009.

Edward, Imelda. Beternak Sapi Perah. Bandung: Sinergi Pustaka Indonesia, 2007.

Febiansyah, Andhika. Respon Impor Kedelai Terhadap Konsumsi Kedelai, Nilai

Tukar Valuta Asing dan Harga Kedelai Impor di Indonesia. [Skripsi].

Universitas Islam Negeri Jakarta. Fakultas Sains dan Teknologi. Program

Studi Agribisnis. 2016.

Ghozali, Imam. Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Kelima.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011.

Gudono. Analisis Data Multivariat. Yogyakarta; Fakultas Ekonomika dan Bisnis

UGM. 2012.

Gujarti, Damodar N. Dasar-dasar Ekonometrika. Edisi Ketiga. Jilid 1. Jakarta:

Erlangga, 2006.

Hadiwijoyo, Aditya. Analisis Permintaan dan Penawaran Domestik Daging Sapi

Indonesia. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Peternakan. Program

Studi Sosial Ekonomi Peternakan. 2009.

Indarsyah, Y. Analisis Permintaan Daging Ayam Broiler Pada Konsumen

Keluarga di Kec. Pamulang Tangerang. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.

Fakultas Peternakan. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. 2006.

Indarti, Diah. Outlook Teh Komoditas Pertanian Subsektor Perkebunan. Jakarta:

Pusdatin Kementerian Pertanian, 2015.

Khoirunissa. Analisis Permintaan Daging Ayam Broiler Konsumen Keluarga di

Kec. Pancoran Mas Kota Depok. [Skripsi]. Institus Pertanian Bogor.

Fakultas Peternakan. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. 2008.

Kotler, Philip dan Gary Amstrong. Alexander Sindoro (penerjemah). Dasar-dasar

Pemasaran. Edisi Kesembilan. Jakarta: PT Index, 2004.

Page 98: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

82

Lipsey, Richard G. dkk. Wasana dan Kirbrandoko (penerjemah). Pengantar

Mikroekonomi. Edisi Kedeleapan. Jakarta: Erlangga. 1997

Masyhuri. Ekonomi Mikro: Malang. Uin-Malang Press, 2007.

Mubyarto. Pengantar ekonomi pertanian. Yogyakarta: PT Intermasa. 1977.

Tim Penyusun. Pedoman Akademik Program Strata I 2013/2014. Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2013.

Page 99: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

83

Lampiran 1. Standar Mutu Susu Segar SNI

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 Berat jenis (27,5oC) g/cm3 min 1,0280

2 Kadar Lemak % min 3,0

3 SNF % min 8,0

4 Kadar protein % min 2,7

5 Cemaran logam:

- Timbal (Pb) maks 0,3

- Seng (Zn) ppm maks 0,5

- Merkuri (Hg) maks 0,5

- Arsen (As) maks 0,5

6 Organoleptik: warna, aroma, - tidak ada

perubahan

rasa, kekentalan

7 Kotoran dan benda asing - negatif

8 Cemaran mikroba:

1.106

- Total kuman

- Salmonella negatif

- Eschericia coli (patogen) cfu/ml negatif

- Coliform 20

- Streptococcus group B negatif

- Staphylococcus aureus 100

9 Jumlah sel radang /ml maks 4.104

10 Uji Katalase cc maks 3

11 Uji Reduktase jam 2-5

12 Residu antibiotika, pestisida,

- negatif

insektisida

13 Uji alkohol (70%) - negatif

14 pH - 6-7

15 Uji pemalsuan - negatif

16 Titik beku oC -0,520 s/d -0,560

17 Uji Peroksidase - positif

Sumber: SNI 01-3950-1998

Page 100: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

84

Lampiran 2. Standar Mutu Susu UHT

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 Warna - khas, normal sesuai label

2 Bau - khas, normal sesuai label

3 Rasa - khas, normal sesuai label

4 Protein (N x 7) % b/b min 2,7

5 Lemak % b/b min 3,0

6 Bahan Kering Tanpa Lemak % b/b min 8,0

7 Total Padatan - tidak dipersyaratkan

8 Pewarna Tambahan - tidak dipersyaratkan

9 Cemaran Logam - -

10 Timbal (Pb) mg/kg maks 0,3

11 Tembaga (Cu) mg/kg 20

12 Seng (Zn) mg/kg 40

13 Timah (Sn) mg/kg 40

14 Raksa (Hg) mg/kg 0,03

15 Cemaran Arsen mg/kg 0,10

16 Cemaran Mikroba - -

17 Angka Lempeng Total koloni/g 0 Sumber: SNI 01-3950-1998

Page 101: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

85

Lampiran 3. Data Konsumsi Susu, Harga Susu, Harga Teh, Pendapatan per

Kapita, dan Jumlah Penduduk Indonesia

Tahun Konsumsi

Susu (liter)

Harga Susu

(Rp/liter)

Harga Teh (Rp/kg)

Pendapatan Per Kapita (Rp/Bulan)

Jumlah Penduduk

Indonesia (jiwa)

2000 998875 Rp4.279 Rp9.891 514278,6 205132458

2001 1000982 Rp4.639 Rp9.975 585138,2 208901000

2002 1011722 Rp4.884 Rp10.114 628700,6 212003000

2003 1021802 Rp5.091 Rp10.370 675537,7 215276000

2004 1237986 Rp5.099 Rp11.770 765773,4 218268000

2005 1291294 Rp5.370 Rp13.919 917539,7 221251000

2006 1354235 Rp5.754 Rp12.733 1084071,1 227700000

2007 1430258 Rp5.793 Rp13.785 1268624,5 225642124

2008 2125330 Rp7.747 Rp13.890 1590656,3 228523342

2009 2277200 Rp7.950 Rp13.889 1744655,3 235000000

2010 2345000 Rp8.174 Rp13.788 1997867,3 237641326

2011 2964000 Rp8.587 Rp19.217 2290587,2 243800000

2012 3120000 Rp8.790 Rp11.869 2556222,8 246900000

2013 3197852 Rp8.567 Rp17.456 2705311,4 247103000

2014 3211439 Rp9.810 Rp17.634 3491666,7 248000000

2015 3300000 Rp10.270 Rp17.819 3741065,5 255462000 Sumber: BPS dan Kementan.

Page 102: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

86

Lampiran 4. Data Produksi Susu dan Populasi Sapi Perah Di Indonesia

Tahun Produksi Susu Sapi (liter) Jumlah Populasi Sapi Perah (ekor)

2000 479.598 354.253

2001 493.181 346.998

2002 544.314 358.386

2003 558.971 373.753

2004 532.643 364.062

2005 614.113 361.400

2006 570.952 369.008

2007 459.733 374.067

2008 474.439 457.577

2009 488.601 474.701

2010 909.533 488.448

2011 974.694 597.213

2012 959.732 611.940

2013 786.871 444.266

2014 800.751 502.516

2015 835.125 518.649 Sumber: Direktorat Jendral Peternakan, Kementan.

Page 103: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

87

Lampiran 5. Output Hasil Regresi Persamaan Penawaran Susu

Dependent Variable: Y

Method: Least Squares

Date: 03/03/17 Time: 06:35

Sample: 2000 2015

Included observations: 16 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -107328.2 154307.5 -0.695547 0.4990

X1 8.003067 29.05481 0.275447 0.7873

X2 1.616885 0.658746 2.454491 0.0290 R-squared 0.691841 Mean dependent var 655203.2

Adjusted R-squared 0.644432 S.D. dependent var 188234.2

S.E. of regression 112243.1 Akaike info criterion 26.26208

Sum squared resid 1.64E+11 Schwarz criterion 26.40694

Log likelihood -207.0967 Hannan-Quinn criter. 26.26950

F-statistic 14.59304 Durbin-Watson stat 1.437943

Prob(F-statistic) 0.000475

stimation Command: ========================= LS Y C X1 X2 Estimation Equation: ========================= Y = C(1) + C(2)*X1 + C(3)*X2 Substituted Coefficients: =========================

Y = -107328.15157 + 8.00306673448*X1 + 1.61688529611*X2

-300,000

-200,000

-100,000

0

100,000

200,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

900,000

1,000,000

00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15

Residual Actual Fitted

Page 104: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

88

Lampiran 6. Hasil Uji Asumsi Klasik Penawaran Susu

b. Uji Normalitas (dengan Uji Jarque-Bera Test)

c. Uji Heteroskedastisitas (dengan Uji Glejser)

Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic 0.617464 Prob. F(2,13) 0.5544

Obs*R-squared 1.388054 Prob. Chi-Square(2) 0.4996

Scaled explained SS 1.620370 Prob. Chi-Square(2) 0.4448

Test Equation:

Dependent Variable: ARESID

Method: Least Squares

Date: 03/03/17 Time: 06:41

Sample: 2000 2015

Included observations: 16 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 56602.51 106550.1 0.531229 0.6042

X1 20.17507 20.06249 1.005611 0.3330

X2 -0.288976 0.454867 -0.635296 0.5363 R-squared 0.086753 Mean dependent var 69942.99

Adjusted R-squared -0.053746 S.D. dependent var 75502.02

S.E. of regression 77504.44 Akaike info criterion 25.52142

Sum squared resid 7.81E+10 Schwarz criterion 25.66628

Log likelihood -201.1713 Hannan-Quinn criter. 25.52884

F-statistic 0.617464 Durbin-Watson stat 0.735774

Prob(F-statistic) 0.554399

0

2

4

6

8

10

-200000 -100000 1 100001 200001

Series: ResidualsSample 2000 2015Observations 16

Mean -5.14e-11Median 19149.07Maximum 161679.7Minimum -235232.3Std. Dev. 104492.6Skewness -1.072269Kurtosis 3.794245

Jarque-Bera 3.486577Probability 0.174944

Page 105: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

89

Lampiran 6. Lanjutan

d. Uji Multikolinearitas Variance Inflation Factors

Date: 03/03/17 Time: 06:43

Sample: 2000 2015

Included observations: 16 Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF C 2.38E+10 30.23951 NA

X1 844.1817 55.43055 4.013453

X2 0.433946 109.4156 4.013453

e. Uji Autokorelasi

- Uji Durbin-Watson

R-squared 0.691841 Mean dependent var 655203.2

Adjusted R-squared 0.644432 S.D. dependent var 188234.2

S.E. of regression 112243.1 Akaike info criterion 26.26208

Sum squared resid 1.64E+11 Schwarz criterion 26.40694

Log likelihood -207.0967 Hannan-Quinn criter. 26.26950

F-statistic 14.59304 Durbin-Watson stat 1.437943

Prob(F-statistic) 0.000475

- Uji LM Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.209465 Prob. F(2,11) 0.3351

Obs*R-squared 2.884201 Prob. Chi-Square(2) 0.2364 Test Equation:

Dependent Variable: RESID

Method: Least Squares

Date: 03/03/17 Time: 06:48

Sample: 2000 2015

Included observations: 16

Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 67000.34 158542.0 0.422603 0.6807

X1 14.17504 30.06518 0.471477 0.6465

X2 -0.378351 0.695320 -0.544140 0.5972

RESID(-1) 0.403564 0.295097 1.367565 0.1987

RESID(-2) -0.348616 0.300930 -1.158462 0.2712 R-squared 0.180263 Mean dependent var -5.14E-11

Adjusted R-squared -0.117824 S.D. dependent var 104492.6

S.E. of regression 110477.1 Akaike info criterion 26.31331

Sum squared resid 1.34E+11 Schwarz criterion 26.55475

Log likelihood -205.5065 Hannan-Quinn criter. 26.32567

F-statistic 0.604733 Durbin-Watson stat 1.986765

Prob(F-statistic) 0.667390

Page 106: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

90

Lampiran 7. Hasil Uji Statistik Penawaran Susu

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -107328.2 154307.5 -0.695547 0.4990

X1 8.003067 29.05481 0.275447 0.7873

X2 1.616885 0.658746 2.454491 0.0290 R-squared 0.691841 Mean dependent var 655203.2

Adjusted R-squared 0.644432 S.D. dependent var 188234.2

S.E. of regression 112243.1 Akaike info criterion 26.26208

Sum squared resid 1.64E+11 Schwarz criterion 26.40694

Log likelihood -207.0967 Hannan-Quinn criter. 26.26950

F-statistic 14.59304 Durbin-Watson stat 1.437943

Prob(F-statistic) 0.000475

Page 107: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

91

Lampiran 8. Hasil Output Regresi Persamaan Permintaan Susu

Dependent Variable: Y

Method: Least Squares

Date: 03/03/17 Time: 07:03

Sample: 2000 2015

Included observations: 16 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3701444. 2823899. -1.310757 0.2166

X1 247.5246 136.6025 1.812006 0.0973

X2 4.191896 33.75746 0.124177 0.9034

X3 0.150217 0.228713 0.656793 0.5248

X4 0.015988 0.015371 1.040094 0.3206 R-squared 0.960722 Mean dependent var 1992998.

Adjusted R-squared 0.946440 S.D. dependent var 921785.2

S.E. of regression 213329.6 Akaike info criterion 27.62937

Sum squared resid 5.01E+11 Schwarz criterion 27.87081

Log likelihood -216.0350 Hannan-Quinn criter. 27.64173

F-statistic 67.26456 Durbin-Watson stat 0.945440

Prob(F-statistic) 0.000309

Estimation Command: ========================= LS Y C X1 X2 X3 X4 Estimation Equation: ========================= Y = C(1) + C(2)*X1 + C(3)*X2 + C(4)*X3 + C(5)*X4 Substituted Coefficients: ========================= Y = -3701444.41453 + 247.524647265*X1 + 4.19189607084*X2 + 0.150216837685*X3 + 0.0159877515429*X4

-400,000

-200,000

0

200,000

400,000

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15

Residual Actual Fitted

Page 108: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

92

Lampiran 9. Hasil Uji Asumsi Klasik Permintaan Susu

a. Uji Normalitas (dengan Jarque-Bera Test)

b. Uji Heteroskedastisitas (dengan Uji Glejser)

Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic 2.046580 Prob. F(4,11) 0.1570

Obs*R-squared 6.826797 Prob. Chi-Square(4) 0.1453

Scaled explained SS 3.913381 Prob. Chi-Square(4) 0.4179

Test Equation:

Dependent Variable: ARESID

Method: Least Squares

Date: 03/03/17 Time: 07:18

Sample: 2000 2015

Included observations: 16 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1755551. 1176960. -1.491599 0.1639

X1 -110.4345 56.93393 -1.939696 0.0785

X2 -6.115994 14.06961 -0.434695 0.6722

X3 0.100602 0.095324 1.055365 0.3139

X4 0.011247 0.006407 1.755522 0.1069 R-squared 0.426675 Mean dependent var 147675.3

Adjusted R-squared 0.218193 S.D. dependent var 100557.3

S.E. of regression 88912.65 Akaike info criterion 25.87900

Sum squared resid 8.70E+10 Schwarz criterion 26.12044

Log likelihood -202.0320 Hannan-Quinn criter. 25.89137

F-statistic 2.046580 Durbin-Watson stat 1.760058

Prob(F-statistic) 0.156973

0

1

2

3

4

5

6

-199999 1 200001 400001

Series: ResidualsSample 2000 2015Observations 16

Mean 6.98e-10Median -54069.11Maximum 348574.3Minimum -261563.1Std. Dev. 182684.6Skewness 0.534479Kurtosis 2.167572

Jarque-Bera 1.223739Probability 0.542336

Page 109: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

93

Lampiran 9. Lanjutan

c. Uji Multikolinearitas

Variance Inflation Factors

Date: 03/03/17 Time: 07:12

Sample: 2000 2015

Included observations: 16 Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF C 7.97E+12 2803.600 NA

X1 18660.25 339.1937 8.095664

X2 1139.566 77.89712 3.440368

X3 0.052309 69.56733 5.112794

X4 0.000236 4405.376 6.356792

d. Uji Autokorelasi

- Uji LM Test -

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 2.422535 Prob. F(2,9) 0.1440

Obs*R-squared 5.599187 Prob. Chi-Square(2) 0.0608

Test Equation:

Dependent Variable: RESID

Method: Least Squares

Date: 03/03/17 Time: 07:15

Sample: 2000 2015

Included observations: 16

Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -275534.6 2757709. -0.099914 0.9226

X1 -26.62762 151.6365 -0.175602 0.8645

X2 22.86287 32.08486 0.712575 0.4942

X3 -0.020002 0.332618 -0.060136 0.9534

X4 0.000780 0.014219 0.054829 0.9575

RESID(-1) 0.732884 0.358427 2.044723 0.0712

RESID(-2) -0.454157 0.472239 -0.961711 0.3613 R-squared 0.349949 Mean dependent var 6.98E-10

Adjusted R-squared -0.083418 S.D. dependent var 182684.6

S.E. of regression 190151.6 Akaike info criterion 27.44867

Sum squared resid 3.25E+11 Schwarz criterion 27.78667

Log likelihood -212.5893 Hannan-Quinn criter. 27.46598

F-statistic 0.807512 Durbin-Watson stat 1.711907

Prob(F-statistic) 0.588864

Page 110: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

94

Lampiran 10. Hasil Uji Statistik Permintaan Susu

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3701444. 2823899. -1.310757 0.2166

X1 247.5246 136.6025 1.812006 0.0973

X2 4.191896 33.75746 0.124177 0.9034

X3 0.150217 0.228713 0.656793 0.5248

X4 0.015988 0.015371 1.040094 0.3206 R-squared 0.960722 Mean dependent var 1992998.

Adjusted R-squared 0.946440 S.D. dependent var 921785.2

S.E. of regression 213329.6 Akaike info criterion 27.62937

Sum squared resid 5.01E+11 Schwarz criterion 27.87081

Log likelihood -216.0350 Hannan-Quinn criter. 27.64173

F-statistic 67.26456 Durbin-Watson stat 0.945440

Prob(F-statistic) 0.000309

Page 111: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

95

Lampiran 11. Perhitungan Elastisitas Permintaan dan Penawaran Elastisitas Permintaan

YD rata-rata = 3701444,4 + 247,5 X1 + 4,19 X2 + 0,15 X3 + 0,015 X4

= 3701444,4 + 247,5 (6.925) + 4,19 (13.632) + 0,15

(1.659.856,2) + 0,015 (229.787.703)

= 9.168.293,9

Elastisitas Harga Susu Sapi (EHSS)

EHSS = bx . x1

y

= 247,5 . 6.925

9.168.293,9 = 0,186 Inelastis

Elastisitas Harga Teh (EHT) EHT = bx . x2

y

= 4,19 . 13.632

9.168.293,9 = 0,006 Inelastis

Elastisitas Pendapatan per Kapita (EPPK)

EPPK = bx . x3

y

= 0,15 . 1.659.856,2

9.168.293,9 = 0,027 Inelastis

Elastisitas Jumlah Penduduk Indonesia (EJPI)

EJPI = bx . x4

y

= 0,015 . 229.787.703

-9.168.293,9 = 0,375 Inelastis

Page 112: Analisis Permintaan Dan Penawaran Susu Sapi Di Indonesia

96

Elastisitas Penawaran

YS = 107.328,2 + 8,003 X1 + 1,616 X2

= 107 .328 ,2 + 8 ,00 3 (6 .925) + 1 ,616 ( 437 .327 ,31 )

= 8 6 9 . 4 6 9 , 9 0 5

Elastisitas Harga Susu Sapi (EHSS)

EHSS = bx . x1

y

= 8,003 . 6.925

869.469,905 = 0,0637 Inelastis

Elastisitas Jumlah Populasi Sapi (EJPS)

EJPS = bx . x2

y

= 1,616 . 437.327,31

869.469,905 = 0,8128 Inelastis