ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK...

56
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENJUALAN BARANG PADA PT. CENTRAL WIJAYA MEDAN SKRIPSI Oleh: AMALIA PRATIWI 148330088 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MEDAN AREA MEDAN 2018 UNIVERSITAS MEDAN AREA

Transcript of ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK...

Page 1: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENJUALAN

BARANG PADA PT. CENTRAL WIJAYA MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

AMALIA PRATIWI 148330088

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MEDAN AREA MEDAN

2018

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 2: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 3: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 4: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 5: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

i

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine whether the calculation and reporting of Value Added Tax (PPN) on the sale of goods at PT. CENTRAL WIJAYA MEDAN is in accordance with the Taxation Law No.42 of 2009. In this study, researchers used descriptive methods. The type of data used is secondary data. Data collection techniques by means of documentation. The data analysis technique used in this study is descriptive analysis techniques. The results of this study indicate that in calculating Value Added Tax, the company has calculated it correctly, namely from the actual Tax Base. The calculation is in accordance with the Law governing Value Added Tax, both in its recording and reporting. Whereas the Value Added Tax reporting is done by the method used, namely the method of crediting the Input Tax on Output Tax, the monthly Value Added Tax reporting is carried out in a timely manner, there is no delay in depositing, and in accordance with the Value Added Tax Law No.42 Year 2009.

Key word : Value Added Tax, Sales of Goods, Calculation of Value Added Tax , Reporting on Value Added Tax.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 6: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

ii

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perhitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas penjualan barang pada PT. CENTRAL WIJAYA MEDAN sudah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan No.42 Tahun 2009. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam perhitungan Pajak Pertambahan Nilai, perusahaan sudah memperhitungkannya dengan benar yaitu dari Dasar Pengenaan Pajak yang sebenarnya. Perhitungannya telah sesuai dengan Undang-Undang yang mengatur Pajak pertambahan Nilai, baik dalam pencatatannya maupun pelaporannya. Sedangkan pada pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dilakukan dengan metode yang digunakan yaitu metode pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran, pelaporan Pajak Pertambahan Nilai tiap bulannya dilakukan dengan tepat waktu, tidak ada keterlambatan penyetoran, dan telah sesuai dengan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai No.42 Tahun 2009.

Kata Kunci : Pajak Pertambahan Nilai, Penjualan Barang, Perhitungan

PPN, Pelaporan PPN

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 7: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah peneliti panjatkan segala puji dan syukur kehendak Allah

SWT, serta shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi besar

Muhammad SAW, Karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Analisis Perhitungan Dan Pelaporan

Pajak Pertambahan Nilai Atas Penjualan Barang Pada PT. CENTRAL WIJAYA

MEDAN “. Penulisan ini merupakan persyaratan untuk mendapatkan gelar

Sarjana Akuntansi (S.Akun) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Medan

Area.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa masih banyak

kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, baik dari segi isi maupun penyajiannya.

Hal ini disebabkan keterbatasan dan kemampuan peneliti sehingga dalam

menyelesaikan skripsi ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Dengan

segala ketulusan hati melalui lembaran halaman ini peneliti mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Dadan Ramdan, M.Eng, M.Sc selaku Rektor

Universitas Medan Area.

2. Bapak Ilham Ramadhan Nasution, SE, AK, M.Si, CA selaku ketua

program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Medan Area.

3. Ibu Dra. Hj. Retnawati Siregar, M.si selaku dosen pembimbing I yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing serta

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 8: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

iv

memberikan arahan dan masukan kepada peneliti untuk menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

4. Ibu Dra. Hj. Rosmaini, AK, MMA selaku dosen pembimbing II yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing serta

memberikan arahan dan masukan kepada peneliti untuk menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

5. Terpenting untuk kedua orangtua saya tercinta Ayahanda Ramlan dan

Ibunda Suratni, serta kakak saya Masnita Wibawa yang telah

memberikan dukungan doa, semangat, moril maupun materil sehingga

peneliti memiliki semangat dalam menjalankan perkuliahan hingga

penyelesaian skripsi ini dengan baik. Untuk sahabat terbaik saya Suci

Ayu Khadijah yang sudah seperti keluarga, yang tiada hentinya

mendorong semangat peneliti, yang tidak pernah bosan dan mengeluh

serta menemani peneliti dari awal hingga akhir perkuliahan, kamu

sahabat terbaik.

6. Buat Fitri Mardiani Harahap dan Teguh Rangga Sukma S.Kom,

terimakasih karena selalu ada saat penulis membutuhkan hiburan dan

selalu memberikan motivasi. Pardamaian Sinaga dan Nur fadhilah

Ramadhana, yang tetap setia memberikan masukan dan semangat

kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuangan stambuk 2014 pagi di Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Jurusan Akuntansi, terkhusus teman-teman Akuntansi-B

yang tidak bisa peneliti tulis semuanya disini yang telah memberikan

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 9: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

v

dukungan serta kenangan selama ini yang tidak akan pernah

terlupakan.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan masukan dari semua

pihak yang dapat membangun kesempurnaan dari skripsi ini. Akhir kata, dengan

segala kerendahan hati peneliti mempersembahkan skripsi ini agar dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agust 2018

Peneliti

Amalia Pratiwi

NPM 148330088

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 10: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL...................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian................................................................ 4

1.4 Manfaat Penelitian.............................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori........................................................................ 6

2.1.1 Pajak Pertambahan Nilai ............................................ 6

2.1.2 Definisi Pajak Pertambahan Nilai .............................. 6

2.1.3 Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai ...................... 6

2.1.4 Objek Pajak Pertambahan Nilai ................................. 8

2.1.5 Subjek Pajak Pertambahan Nilai ................................ 9

2.2.1 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai ........................ 11

2.2.2 Kedudukan Dalam Undang-Undang PPN ............... 11

2.2.3 Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai ............. 12

2.2.4 Tarif Pajak Pertambahan Nilai................................. 16

2.2.5 Pengkreditan Pajak Masukan ................................... 17

2.3.1 Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai......................... 20

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 11: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

vii

2.3.2 Kedudukan Dalam Undang-Undang PPN ............... 20

2.3.3 PPN Kurang Di Bayar ............................................. 21

2.3.4 Tata Cara Pengembalian .......................................... 21

2.3.5 Saat, Tempat, Dan Pemusatan Pajak Terutang ........ 23

2.3.6 Faktur Pajak ............................................................. 25

2.4.1 Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ...................... 30

2.4.2 Karakteristik Pajak Penjualan Atas Barang Mewah 30

2.4.3 Restitusi PPnBM ...................................................... 31

2.4.4 Alasan Pengenaan PPnBM ...................................... 31

2.4.5 Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah ........... 32

2.2 Penelitian Terdahulu ......................................................... 32

2.3 Kerangka Konseptual ........................................................ 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis, Lokasi, dan Waktu Penelitian................................... 36

3.2 Populasi dan Sampel penelitian.......................................... 37

3.3 Definisi Operasional Variabel ............................................ 38

3.3.1 Pajak Pertambahan Nilai .............................................. 38

3.3.2 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai .......................... 38

3.3.3 Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai ............................. 38

3.3.4 Pajak Penjualan Atas Barang Mewah .......................... 39

3.3.5 Pajak Keluaran dan Pajak Masukan ............................. 39

3.4 Jenis dan Sumber Data ....................................................... 39

3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................. 40

3.6 Teknik Analisis Data .......................................................... 40

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 12: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

viii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum PT. CENTRAL WIJAYA MEDAN .... 41

4.2 Struktur Organisasi............................................................ 42

4.3 Mekanisme Sistem Yang Berjalan .................................... 47

4.4 Hasil Penelitian ................................................................. 48

4.4.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai ......... 48

4.4.2 Mekanisme Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai ..... 54

4.4.3 Analisis Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai ............. 55

4.5 Pembahasan ....................................................................... 56

4.5.1 Penerapan PPN PT. CENTRAL WIJAYA MEDAN. 56

4.5.2 Penerapan PPN atas Pajak Masukan .......................... 58

4.5.3 Penerapan PPN atas Pajak Keluaran .......................... 58

4.5.4 Prosedur Pembelian ................................................... 59

4.5.5 Prosedur Penjualan ..................................................... 59

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan............................................................................ 60

5.2 Saran ................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 13: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

ix

DAFTAR TABEL

Tabel II. I Penelitian Terdahulu ....................................................................... 32

Tabel III. I Rincian Waktu Penelitian .............................................................. 37

Tabel IV.I Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai 2017 ................................... 49

Tabel IV.II Pelaporan SPT Masa PPN Tahun 2017 ......................................... 55

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 14: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar II. I Kerangka Konseptual .................................................................. 35

Gambar IV.I Struktur Organisasi ..................................................................... 43

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 15: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi memerlukan investasi dalam jumlah yang besar,

pelaksanaannya harus berlandaskan pada kemampuan sendiri. Seperti yang kita

ketahui bahwa pembangunan ekonomi tidak terlepas dari kebijakan di bidang

perpajakan. Dalam pelaksanaan pembangunan diperlukan dana yang tidak sedikit.

Salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai

pengeluaran dan pembangunan nasional salah satunya adalah pajak.

Penerimaan negara dari sektor pajak mengambil bagian yang sangat besar

dalam pendanaan pembangunan nasional. Penerimaan pajak dijadikan sumber

utama pendapatan negara. Pajak ialah iuran masyarakat kepada negara (yang

dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya, menurut

peraturan-peraturan umum (Undang-Undang) dengan tidak mendapat prestasi

kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk

menyelenggarakan pemerintah.

Di negara ini terdapat banyak jenis pajak yang tentu saja akan dapat

menambah pendapatan negara, salah satunya adalah Pajak Pertambahan Nilai.

Menurut Waluyo (2011:9), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang

dikenakan atas konsumsi barang dan jasa di dalam negeri (di dalam daerah

pabean) oleh orang pribadi atau badan. Dasar hukum Pajak Pertambahan Nilai

ditetapkan oleh Undang-Undang No. 42 Tahun 2009.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 16: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

2

Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar atau yang lebih dibayar

dihitung sendiri dengan menggunakan mekanisme pengkreditan pajak masukan

terhadap pajak keluaran. Pajak masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang

seharusnya sudah dibayar pengusaha kena pajak, karena perolehan barang kena

pajak atau jasa kena pajak di dalam daerah pabean dan pemanfaatan barang kena

pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean atau pemanfaatan jasa kena pajak

dari luar daerah. Sedangkan pajak keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai yang

terutang yang wajib dipungut oleh pengusaha kena pajak yang melakukan barang

kena pajak atau jasa kena pajak atau ekspor barang kena pajak. kelebihan atas

pajak pertambahan nilai dapat direstitusi/dikompensasikan ke masa tahun pajak

berikutnya.

Pajak Pertambahan Nilai itu sendiri timbul karena adanya faktor-faktor

produksi dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan, dan memperdagangkan

barang atau pemberian jasa kepada para konsumen. Barang kena pajak (BKP)

adalah barang yang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat bersifat

barang bergerak atau barang tidak bergerak maupun barang yang tidak berwujud

yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.

Ciri khas dari Pajak Pertambahan Nilai adalah faktur pajak, karena faktur

pajak merupakan bukti pungutan pajak bagi pengusaha kena pajak yang dipungut

pajak dapat dikreditkan denagn jumlah pajak yang terutang. Diperlukan ketelitian

dalam membuat faktur pajak agar tidak terjadi kesalahan pada saat pembukuan

sampai dengan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 17: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

3

Dengan kata lain, Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang

digunakan pada waktu perusahaaan melakukan pembelian atas Barang Kena Pajak

(BKP), dan Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenakan dari Dasar Pengenaan Pajak

(DPP). Setiap pembelian barang yang ada hubungannya secara langsung dengan

barang yang akan dihasilkan atau dijual, maka atas pajak yang dikenakan terhadap

orang tersebut oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang merupakan pajak masukan

sebesar 10% dari harga barang yang dibeli. Sedangkan barang tersebut akan

menambahkan 10% dari harga jual sebelum pajak sebagai PPN yang merupakan

pajak keluaran untuk masa pajak yang bersangkutan.

Dengan demikian, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang harus dibayar

setiap pengenaan PPN tersebut, terlebih dahulu harus diperhitungkan dengan

pajak masukan yang berkaitan dengan pengadaan Barang Kena Pajak tersebut.

Hal ini mengandung arti bahwa, Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan Barang

Kena Pajak pada setiap transaksi, dikenakan atas nilai tambah dari Dasar

Pengenaan Pajak setiap transaksi.

Penulis memilih topik tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di PT.

Central Wijaya Medan, karena PT. Central Wijaya Medan merupakan perusahaan

dagang yang bergerak di bidang supplier baut dan mur yang menyediakan produk

Fastener seperti baut, mur, ring, dan lain sebagainya. Barang tersebut dapat

digunakan untuk keperluan proyek industri berupa membangun jembatan, tower

listrik PLN dan lain sebagainya.

Transaksi yang dilakukan PT. Central Wijaya Medan setiap harinya cukup

besar, dimana sistem penjualan saat ini sudah menggunakan komputer.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 18: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

4

Penggunaan komputer untuk mengolah data penjualan menggunakan Microsoft

Excel, yang terdiri dari perhitungan laporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Transaksi penjualan untuk menghitung laporan Pajak Pertambahan Nilai dengan

menggunakan Microsoft Excel mempermudah para pekerja (karyawan) yang

menghitung Pajak Pertambahan Nilai itu sendiri setiap harinya. Guna untuk

mempercepat proses kinerja perusahaan itu sendiri.

Berdasarakan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti

mengenai Pajak Pertambahan Nilai. Guna ingin mengetahui Apakah Perhitungan

Pajak Pertambahan Nilai di perusahaan tersebut sudah sesuai dengan Undang-

Undang Perpajakan No. 42 tahun 2009?. Judul skripsi ini adalah Analisis

Perhitungan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Atas Penjualan

Barang pada PT. CENTRAL WIJAYA MEDAN.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut: “Apakah Perhitungan dan Pelaporan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) atas Penjualan Barang pada PT. CENTRAL

WIJAYA MEDAN Sudah Sesuai Dengan Undang-Undang Perpajakan No.

42 Tahun 2009”?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah perhitungan

dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas penjualan barang pada

PT. CENTRAL WIJAYA MEDAN sudah sesuai dengan Undang-Undang

Perpajakan No.42 Tahun 2009.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 19: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

5

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini meliputi :

1. Bagi Peneliti

a. Untuk memperoleh langsung tentang cara perhitungan PPN atas

penjualan barang pada PT. Central Wijaya

b. Menambah wawasan dan mempelajari bagaimana cara penerapan

PPN dalam perusahaan sehingga mampu mengefisiensikan pajak

yang harus dibayarkan.

2. Bagi Perusahaan

Sebagai masukan untuk menganalisa perhitungan Pajak Pertambahan

Nilai (PPN) dalam perusahaan sehingga mampu mengefisiensikan pajak

yang yang harus dibayarkan dalam rangka untuk memaksimalkan laba

perusahaan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah informasi dan

memberikan tambahan referensi untuk peneliti selanjutnya dalam

bidang yang sama.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 20: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pajak Pertambahan Nilai

2.1.2 Definisi Pajak Pertambahan Nilai

Dalam peraturan Undang-Undang No. 42 tahun 2009, “Pajak

Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah

Pabean yang dikenakan secara bertingkat disetiap jalur produksi dan

distribusi”.

Menurut Waluyo (2011:9), ”Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang dan jasa didalam negeri (didalam daerah pabean) oleh orang pribadi atau badan”. Dasar hukum Pajak Pertambahan Nilai ditetapkan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009, Pajak Pertambahan Nilai yaitu pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi disetiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan, dan memperdagangkan barang atas pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen.

2.1.3 Karakterisitik Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Siti (2015:2), karakteristik Pajak Pertambahan Nilai adalah

sebagai berikut:

1) Pajak Tidak Langsung

Secara ekonomis beban Pajak Pertambahan Nilai dapat dialihkan

kepada pihak lain. Tanggung jawab pembayaran pajak yang terutang

berada pada pihak yang menyerahkan barang atau jasa, sedangkan

pihak yang menanggung beban pajak berada pada penanggung pajak

(pihak yang memikul beban pajak).

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 21: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

7

2) Pajak Objektif

Timbulnya kewajiban membayar pajak sangat ditentukan oleh

adanya objek pajak. Kondisi subjektif subjek pajak tidak

dipertimbangkan.

3) Multi-Stage Tax

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan secara bertahap pada setiap mata

rantai jalur produksi dan distribusi (dari pabrikan sampai ke peritel).

4) Non Kumulatif

Pajak Pertambahan Nilai tidak bersifat kumulatif (nonkumulatif)

meskipun memiliki karakteristik multistage tax, karena Pajak

Pertambahan Nilai mengenal adanya mekanisme pengkreditan Pajak

Masukan. Oleh karena itu, Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar

bukan unsur dari harga barang dan jasa.

5) Tarif Tunggal

Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia hanya mengenal satu jenis

tarif (single tarif), yaitu 10% untuk penyerahan dalam negeri dan 0%

untuk ekspor Barang Kena Pajak.

6) Credit Method / Invoice Method / Indirect substruction Method

Metode ini mengandung pengertian bahwa pajak yang terutang

diperoleh dari hasil pengurangan pajak yang dipungut atau

dikenakan pada saat penyerahan Barang Kena Pajak / Jasa Kena

Pajak yang disebut Pajak Keluaran (output tax) dengan pajak yang

dibayar pada saat pembelian barang atau penerimaan jasa yang

disebut Pajak Masukan (input tax).

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 22: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

8

7) Pajak atas Konsumsi Dalam Negeri

Atas impor Barang Kena Pajak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai

sedangkan atas ekspor Barang Kena Pajak tidak dikenakan Pajak

Pertambahan Nilai. Prinsip ini menggunakan prinsip tempat tujuan

(destination principle), yaitu pajak dikenakan ditempat barang atau

jasa akan dikonsumsi.

8) Consumption Type Value Added Tax (VAT)

Dalam Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia, Pajak Masukan atas

pembelian dan pemeliharaan barang modal dapat dikreditkan dengan

Pajak Keluaran yang dipungut atas penyerahan barang Kena Pajak /

Jasa Kena Pajak.

2.1.4 Objek Pajak Pertambahan Nilai

Sesuai dengan pasal 4, pasal 16C, dan Pasal 16D Undang-Undang

Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:

1) Penyerahan Barang kena Pajak didalam Daerah Pabean yang

dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak. Syarat-syaratnya adalah:

a) Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena

Pajak.

b) Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena

Pajak tidak berwujud.

c) Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean.

d) Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau

pekerjaannya.

2) Impor Barang Kena Pajak

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 23: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

9

3) Penyerahan Jasa Kena Pajak yang dilakukan didalam Daerah Pabean

oleh Pengusaha Kena Pajak. Syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:

a) Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak.

b) Penyerahan dilakukan didalam Daerah Pabean.

c) Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau

pekerjaannya.

4) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah

Pabean di dalam Daerah Pabean.

5) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam

Daerah Pabean.

6) Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

7) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan

usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya

digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.

8) Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan

semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang PPN

yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.

2.1.5 Subjek Pajak Pertambahan Nilai

Adapun subjek pajak pertambahan nilai adalah sebagai berikut :

1) Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Pengusaha Kena pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan

Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena pajak yang

dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN dan PPnBM, tidak

termasuk Pengusaha Kecil. Pengusaha dikatakan sebagai Pengusaha

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 24: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

10

Kena Pajak apabila melakukan penyerahan Barang Kena Pajak / Jasa

Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto melebihi Rp.600.000.000,-

dalam satu bulan dan/atau Rp.4.800.000.000,- dalam satu tahun. Yang

termasuk dalam Pengusaha Kena Pajak adalah sebagai berikut :

a) Pabrikan atau produsen

b) Importir

c) Pengusaha yang mempunyai hubungan istimewah dengan pabrikan

atau importir

d) Agen utama dan penyalur utama pabrikan atau importir

e) Pemegang hak paten atau merk dagang Barang Kena Pajak

f) Pedagang besar (Distributor)

g) Pengusaha yang melakukan hubungan penyerahan dengan barang

h) Pedagang eceran (peritel)

2) Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha

Kena pajak

Pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku

melakukan penyerahan Barang Kena pajak / jasa Kena Pajak dengan

jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp.600.000.000,- (enam ratus

juta rupiah) dalam satu bulan. Pengusaha kecil yang memilih untuk

dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, selanjutnya wajib

melaksanakan kewajiban sebagaimana halnya Pengusaha Kena Pajak.

3) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak /

Jasa Kena Pajak.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 25: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

11

4) Orang pribadi atau badan yang melakukan pembangunan rumahnya

sendiri dengan persyaratan tertentu.

Orang pribadi atau badan yang melakukan pembangunan

rumahnya sendiri harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a) Luas bangunan lebih atau sama dengan 200 meter persegi

b) Bangunan diperuntukan sebagai tempat tinggal atau tempat usaha

c) Bangunan bersifat permanen

d) Tidak dibangun dalam lingkungan real estate

e) Pembangunan dilakukan tidak dalam lingkungan perusahaan atau

pekerjaan

5) Pemungutan pajak oleh pemerintah.

Pemungutan pajak yang ditunjukkan oleh pemerintah terdiri atas

Kantor Perbendaharaan Negara Bendaharawan Pemerintah Pusat dan

Daerah termasuk Bendaharawan Proyek.

2.2.1 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai

2.2.2 Kedudukan Dalam Undang-Undang PPN

1. Transaksi yang dikenakan PPN menurut UU PPN adalah transaksi

impor, penyerahan di dalam negeri dan ekspor BKP/JKP.

PPN yang terutang atas masing-masing transaksi tersebut sebesar tarif

PPN dikalikan Dasar Pengenaan Pajak. UU PPN mengatur mengenai

tarif PPN dan Dasar Pengenaan Pajak tersebut.

2. PPN yang terutang tersebut tidak menunjukkan jumlah PPN yang

harus disetor ke kas negara.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 26: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

12

3. PPN yang harus disetor ke kas negara sebagai berikut :

a. Transaksi impor adalah sebesar PPN yang terutang

b. Transaksi penyerahan dalam negeri dan ekspor adalah sebesar PPN

teerutang atas penjualan / penyerahan (Pajak Keluaran) di kurangi

PPN atas perolehan/pembelian/impor (Pajak Masukan).

4. UU PPN juga mengatur mengenai :

a. Jangka waktu pengkreditan yaitu berdasarkan masa pajak,

b. Syarat-syarat untuk dapat melakukan pengkreditan pajak masukan,

c. Besarnya pajak masukan yang dapat di kreditkan.

2.2.3 Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Siti (2015:25) Dasar Pengenaan Pajak merupakan jumlah

tertentu sebagai dasar untuk menghitung PPN. Yang termasuk Dasar

Pengenaan Pajak yaitu :

1) Harga Jual

Harga jual adalah nilai berapa uang termasuk semua biaya yang

diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan

Baranag Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang

dipungut menurut Undang-Undang dan potongan harga yang

dicantumkan dalam faktur pajak.

2) Nilai Penggantian

Nilai penggantian adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya

yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena

penyerahan Jasa Kena pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 27: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

13

menurut Undang-undang dan potongan harga yang dicantumkan

dalam Faktur Pajak.

3) Nilai Impor

Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan

bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak

berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undang Daerah

Pabean untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak

Pertambahan Nilai yang dipungut menurut undang-Undang.

4) Nilai ekspor

Nilai ekspor adalah nilai berupa uang termasuk biaya yang diminta

atau seharusnya diminta oleh eksportir. Nilai ekspor dapat diketahui

dari dokumen ekspor, misalnya harga yang tercantum dalam

Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).

5) Nilai lain

Nilai lain adalah suatu jumlah yang ditetapkan sebagai Dasar

Pengenaan Pajak, Nilai lain tersebut adalah :

a) Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor untuk

pemakaian sendiri atau pemberian cuma-cuma Barang Kena

Pajak / Jasa Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya, dan

penyerahan Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak antar cabang.

b) Perkiraan Harga Jual rata-rata untuk penyerahan media rekaman

suara atau gambar.

c) Perkiraan hasil rata-rata per judul film untuk penyerahan film

cerita.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 28: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

14

d) Harga pasar wajar untuk persediaan Barang Kena Pajak yang

masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan dan untuk aktiva

yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan

sepanjang PPN atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan

dapat dikreditkan.

e) 10% dari Harga Jual untuk penyerahan kendaraan bermotor

bekas.

f) 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih

untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata

dan jasa pengiriman paket (ekspedisi).

g) 5% dari jumlah seluruh imbalan yang diterima berupa service

charge, provisi, dan diskon untuk anak barang.

h) Harga lelang untuk penyerahan Barang Kena Pajak kepada

pedagang perantara atau melalui juru lelang.

i) Khusus untuk kegiatan membangun sendiri, Dasar Pengenaan

Pajak (DPP) PPN adalah 40% dari seluruh pengeluaran pada

bulan yang bersangkutan (termasuk PPN).

Penerapan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) diatur dalam

berbagai peraturan pelaksanaan Undang-undang sebagai berikut :

1) Untuk penyerahan atau penjualan Barang Kena Pajak, yang

menjadi DPP adalah jumlah harga jual.

2) Untuk penyerahan Jasa Kena Pajak, yang menjadi DPP adalah

Penggantian.

3) Untuk impor, yang menajdi DPP adalah nilai impor.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 29: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

15

4) Untuk ekspor, yang menjadi DPP adalah nilai ekspor.

5) Atas kegiatan membangun sendiri bangunan permanen dengan

luas 200 meter persegi atau lebih, yang dilakukan oleh orang

pribadi atau badan tidak dalam lingkungan perusahaan atau

pekerjaannya, DPPnya adalah 40% dari jumlah biaya yang

dikeluarkan untuk membangun (tidak termasuk harga

perolehan tanah).

6) Untuk pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau

Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, DPPnya adalah

sebesar jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan

kepada pihak yang menyerahkan Barang Kena Pajak / Jasa

Kena Pajak tersebut.

7) Untuk pemakaian sendiri maupun pemberian cuma-cuma,

DPPnya adalah harga jual dikurangi laba kotor.

8) Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar, DPPnya

adalah perkiraan harga jual rata-rata.

9) Dalam hal penyerahan film cerita, DPPnya adalah perkiraan

hasil rata-rata per judul film.

10) Untuk persediaan Barang Kena Pajak maupun aktiva yang

menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan, yang

masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, DPPnya

adalah harga pasar wajar.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 30: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

16

11) Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atas pariwisata maupun

jasa pengiriman paket, DPPnya adalah 10% dari jumlah

tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.

12) Untuk penyerahan kendaraan bermotor bekas, DPPnya adalah

10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.

13) Untuk penyerahan jasa anjak piutang, DPPnya adalah 5% dari

jumlah seluruh imbalan.

2.2.4 Tarif Pajak pertambahan Nilai

Pajak Pertamabahan Nilai adalah salah satu contoh jenis pajak yang

menggunakan tarif proporsional, yaitu nilai presentase tertentu dikenakan

terhadap semua jenis penyerahan yang terutang pajak tanpa memperhatikan

nilai transaksi. Artinya, berapa pun jumlah dari penyerahan Barang Kena Pajak

/ Jasa Kena Pajak tetap dihitung dengan presentase yang sama.

Menurut Mardiasmo (2009:279) tarif PPN yang berlaku saat ini

adalah 10%. Sedangkan tarif PPN atas ekspor Barang Kena Pajak adalah 0%.

Pengenaan tarif 0% bukan berarti pembebasan dari pengenaan PPN, tetapi

Pajak Masukan yang telah dibayar dari barang yang diekspor dapat

dikreditkan.

Berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomi dan/atau

peningkatan kebutuhan dana untuk pembangunan, dengan Peraturan

Pemerintah tarif PPN dapat diubah serendah-rendahnya 5% dan setinggi-

tingginya 15% dengan tetap memakai tarif tunggal.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 31: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

17

2.2.5 Pengkreditan Pajak Masukan

Salah satu karakter khas yang yang memberikan Pajak Pertambahan

Nilai dengan jenis pajak yang lain adalah adanya mekanisme pengkreditan

Pajak Masukan. Mekanisme pengkreditan Pajak Masukan sebagaimana yang

diatur dalam Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai dan aturan

pelaksanaannya,

1) Mekanisme Pengkreditan Pajak Masukan Secara Umum

a) Pajak masukan dalam suatu masa pajak dikreditkan dengan pajak

keluaran untuk masa pajak yang sama.

b) Pajak masukan tetap dapat dikreditkan meskipun dalam suatu

masa pajak tidak terdapat pajak keluaran. Keadaan seperti ini

mungkin terjadi pada Pengusaha Kena Pajak yang belum

berproduksi, atau belum melakukan penyerahan Barang Kena

Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak atau ekspor Barang Kena Pajak

sehingga pajak keluarannya belum ada.

c) Mekanisme pengkreditan pajak masukan dapat menghasilkan :

(1) Pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan yang dapat

dikreditkan, dan selisihnya merupakan PPN yang harus

dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak.

Contoh :

Dalam Masa Pajak Maret 2013, seorang Pengusaha Kena

Pajak memiliki total pajak keluaran sebesar Rp. 5.000.000,-

dan pajak masukan yang dapat dikreditkan sebesar

Rp.3.000.000,-

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 32: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

18

Perhitungan :

Pajak Keluaran Rp. 5.000.000,-

Pajak Masukan Rp. 3.000.000,-

Selisih (Kurang Bayar) Rp. 2.000.000,-

Jadi, selisih Kurang Bayar sebesar Rp. 2.000.000,- adalah

PPN yang masih harus dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak

pada Masa Pajak Maret 2013 ke kas Negara.

(2) Pajak keluaran lebih kecil dari pajak masukan yang dapat

dikredtikan, sehingga selisihnya merupakan kelebihan pajak

yang dapat dimintakan kembali (restitusi) atau diperhitungkan

ke Masa Pajak berikutnya (kompensasi).

Contoh :

Dalam Masa Pajak Maret 2013, seorang Pengusaha Kena

Pajak memiliki total pajak keluaran Rp. 1.500.000,- dan pajak

masukan yang dapat dikreditkan sebesar Rp. 3.500.000,-

Perhitungan :

Pajak Keluaran Rp. 1.500.000,-

Pajak Masukan Rp. 3.500.000,-

Selisih (Lebih Bayar) ( Rp.2.000.000,-)

Pajak yang Lebih Bayar tersebut dapat direstitusi atau

dikompensasikan pada Masa Pajak April 2013.

Pada Masa Pajak April 2013 :

Pajak Keluaran Rp. 3.500.000,-

Pajak Masukan Rp. 2.000.000,-

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 33: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

19

Selisih (Kurang Bayar) Rp. 1.500.000,-

Pajak yang Lebih bayar Masa Pajak

Maret 2013 yang dikompensasikan ke :

Masa Pajak April 2013. Rp. 2.000.000,-

Selisih (Lebih Bayar) (Rp. 500.000,-)

Selisih Lebih Bayar yang masih ada, dapat direstitusi atau

dikompensasikan pada Masa Pajak berikutnya, yaitu Masa

Pajak Mei 2013.

d) Pajak masukan hanya dapat dikreditkan dengan pajak keluaran di

tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan.

Contoh :

PT. Abadi memiliki usaha di tiga tempat yang berbeda yaitu di

Jakarta Selatan (Pusat), Jakarta Timur (Cabang), Jakarta Utara

(Cabang), yang masing-masing telah dikukuhkan sebagai

Pengusaha Kena Pajak. PT. Abadi di Jakarta Selatan (Pusat)

mempunyai beberapa Pajak Masukan yang belum dikreditkan

yang kemudian diberikan kepada PT. Abadi di Jakarta Utara

(Cabang) untuk dikreditkan dengan Pajak Keluarannya, tetapi hal

tersebut tidak dapat dilakukan.

e) Syarat Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dapat dibagi dua

yaitu :

(1) Formal :

- Bukti pungutan berupa Faktur Pajak atau dokumen lain yang

diperlukan sebagai Faktur Pajak.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 34: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

20

- Belum dilakukan Pemeriksaan, kecuali harga perolehannya

telah dibukukan atau dicatat dalam pembukuan.

(2) Material :

- Berhubungan langsung dengan kegiatan usaha.

- Belum dibebankan sebagai biaya.

2) Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak

yang melakukan penyerahan yang terutang dan tidak terutang PPN.

3) Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak

yang menghitung Pajak Penghasilannya menggunakan Norma

Perhitungan Penghasilan Netto (NPPN).

2.3.1 Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai

2.3.2 Kedudukan Dalam UU PPN

1. PPN yang terutang atas transaksi impor atau pemanfaatan BKP/JKP

oleh siapapun harus disetor ke kas Negara, termasuk apabila terutang

PPnBM.

Perhitungan PPN yang terutang atas penyerahan di dalam negeri atau

ekspor harus dilaporkan tiap-tiap masa Pajak dalam SPT Masa PPN.

2. Apabila terdapat PPN yang kurang dibayar, jumlah PPN tersebut harus

di setor terlebih dahulu sebelum pelaporan SPT Masa PPN, termasuk

apabila terdapat pembayaran PPnBM.

3. Apabila terdapat kelebihan pembayaran PPN, kelebihan pembayaran

tersebut dapat diperhitungkan sebagai pembayaran Masa Pajak

berikutnya (kompensasi) atau di minta pengembalian (restisusi) sesuai

ketentuan UU PPN.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 35: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

21

2.3.3 PPN Kurang Di Bayar

PPN yang kurang di bayar sebagaimana tercantum dalam SPT Masa

PPN harus di setor paling lambat :

1. Tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak untuk

Masa Pajak Maret 2010 dan sebelumnya sesuai ketentuan Pasal 9 UU

KUP.

2. Akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum

SPT masa PPN terseebut di sampaikan dan berlaku mulai Masa Pajak

April 2010 sesuai ketentuan Pasal 15A UU PPN.

2.3.4 Tata Cara Pengembalian Menurut Keputusan Direktorat Jenderal Pajak

(Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 48/PJ/2008)

Cara Pengajuan Permohonan Restitusi :

1. Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang di

sampaikan oleh Pengusaha Kena Pajak dapat melalui :

a. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang

mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan

pembayaran pajak dengan cara mengisi kolom :di kembalikan

(restitusi) “,

b. Surat Pemberitahuan tersendiri, apabila kolom “di kembalikan

(restitusi)” dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan

Nilai tidak di isi atau tidak mencantumkan tanda permohonan

pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

2. Permohonan pengembalian disampaikan kepada Kepala Kantor

Pelayanan pajak di tempat Pengusaha Kena Pajak di kukuhkan.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 36: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

22

3. Permohonan pengembalian ditentukan 1 (satu) masa Pajak.

Setelah di berikan pengembalian pendahuluan, dapat di lakukan

pemeriksaan atas Pengusaha Kena Pajak tertentu adalah sebagai berikut :

a. Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu :

1. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau

pekerjaan bebas

2. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau

pekerjaan bebas dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih

bayar sampai dengan jumlah tertentu

3. Wajib Pajak Badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah

lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu

4. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan

Masa Pajak Pertambahan Nilai dengan jumlah penyerahan dan

jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu.

b. Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi kriteria tertentu :

1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,

kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin untuk

mengangsur atau menunda pembayaran pajak

3. Laporan Keuangan di audit oleh Akuntan Publik atau lembaga

pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa

Pengecualian selama 3 tahun berturut-turut

4. Tidak pernah di pidana karena melakukan tindak pidana di bidang

perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 37: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

23

mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 tahun

terakhir.

2.3.5 Saat, Tempat, Dan Pemusatan Pajak Terutang

1) Saat Pajak Terutang

Penentuan saat terutangnya pajak menjadi sangat penting bagi

semua jenis pajak, tidak terkecuali Pajak Pertambahan Nilai. Setelah

ditentukan saat terutangnya pajak, juga dapat ditentukan mulai kapan pajak

tersebut sudah harus wajib dilunasi oleh Wajib Pajak atau Penanggung

Pajak.

Sesuai dengan Pasal 11 undang-undang tentang Pajak Pertambahan

Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, terutangnya pajak terjadi

pada saat sebagai berikut :

a) Penyerahan Barang Kena pajak

b) Impor Barang Kena pajak

c) Penyerahan Jasa Kena pajak

d) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah

Pabean didalam Daerah Pabean.

e) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam

Daerah Pabean.

f) Ekspor Jasa Kena Pajak.

g) Pembayaran, dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan

Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak atau sebelum dimulainya

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 38: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

24

pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak

dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

h) Saat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak, dalam hal saat

terutangnya pajak sulit ditetapkan atau terjadi perubahan ketentuan

yang dapat menimbulkan ketidakdilan.

2) Tempat Pajak Terutang

Menurut Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai, tempat

terutangnya Pajak Pertambahan Nilai ditetapkan di tempat-tempat

sebagai berikut :

a) Tempat tinggal / tempat kedudukan Penghasilan Kena Pajak.

b) Tempat kegiatan usaha.

c) Tempat lain yang ditetapkan Dirjen Pajak.

d) Satu tempat atau lebih yang ditetapkan Dirjen Pajak.

e) Tempat Barang Kena Pajak dimasukkan ke dalam Daerah Pabean

dalam hal impor.

3) Pemusatan Pajak Terutang

Ada satu hal yang menarik dari Pajak Pertambahan Nilai, yakni

adanya fasilitas pemusatan pajak terutang. Ini sangat menguntungkan

bagi wajib Pajak yang mempunyai beberapa tempat usaha atau kantor

cabang usaha. Permohonan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai

terutang hanya dibolehkan untuk Pengusaha Kena Pajak selain pedagang

eceran, dengan syarat-syarat sebagai berikut :

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 39: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

25

a) Tempat melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang dipusatkan

tidak melakukan kegiatan penjualan dan pembelian. Artinya, semua

kegiatan penjualan dan pembelian dilakukan ditempat pemusatan

Pajak Pertambahan Nilai terutang.

b) Fungsi tempat kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak yang

dipusatkan hanya menyimpan dan menyerahkan persediaan kepada

pembeli atas perintah tempat pemusatan.

c) Semua faktur pajak dan faktur penjualan diterbitkan oleh tempat

pemusatan Pajak Pertambahan Nilai terutang.

2.3.6 Faktur Pajak

Pasal 1 Ayat 23 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai

menyebutkan faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh

Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak / Jasa

Kena Pajak. Undang-undang mewajibkan Pengusaha Kena Pajak membuat

Faktur Pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak

yang dilakukan didalam Daerah Pabean karena faktur pajak merupakan bukti

yang menjadi sarana pelaksanaan cara kerja (mekanisme) pengkreditan Pajak

Pertambahan Nilai.

Dalam Undang-undnag No. 42 Tahun 2009 faktur pajak dibuat

pada saat penyerahan Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak, saat penerimaan

pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan

Barang Kena Pajak /Jasa Kena Pajak, saat penerimaan pembayaran termin

dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan, dan saat lain yang diatur

dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 40: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

26

Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai dikenal macam-macam faktur

pajak, yaitu sebagai berikut :

1) Faktur Pajak Standar

Dalam Faktur Pajak Standar harus dicantumkan keterangan tentang

penyerahan Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak yang paling sedikit

memuat :

a) Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan barang Kena Pajak dan/atau

Jasa Kena Pajak.

b) Nama, alamat, NPWP pembeli Barang Kena Pajak, atau penerima Jasa

Kena Pajak.

c) Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dari

potongan harga.

d) PPN yang dipungut.

e) PPnBM yang dipungut.

f) Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak.

Faktur Pajak Standar harus dibuat paling lambat :

a) Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan barang Kena

Pajak / Jasa Kena Pajak dalam hal pembayaran diterima setelah

bulan penyerahan barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak, kecuali

pembayaran terjadi sebelum akhir bulan berikutnya maka faktur

pajak standar harus dibuat paling lambat pada suatu penerimaan

pembayaran.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 41: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

27

b) Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan

pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena pajak / Jasa

Kena Pajak.

c) Pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan

sebagian tahap pekerjaan.

d) Pada saat Pengusaha Kena Pajak rekaman menyampaikan tagihan

kepada Pemungut pajak Pertambahan Nilai.

2) Faktur Pajak Sederhana

Faktur pajak sederhana juga merupakan bukti pungutan pajak yang

dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak untuk menampung kegiatan

penyerahan Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak yang dilakukan

secara langsung kepada konsumen akhir. Direktur Jenderal Pajak dapat

menetapkan tanda bukti penyerahan atau pembayaran sebagai Faktur

Pajak Sederhana yang paling sedikit memuat :

a) Nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan Barang Kena pajak

atau Jasa Kena Pajak.

b) Jenis, dan kuantum barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak yang

diserahkan.

c) Jumlah Harga Jual atau Penggantian yang sudah termasuk Pajak

Pertambahan Nilai atau besaranya Pajak Pertambahan Nilai

dicantumkan terpisah.

d) Tanggal pembuatan Faktur Pajak Sederhana

Pengusaha Kena Pajak dapat membuat Faktur Pajak Sederhana

dalam hal Pengusaha Kena Pajak melakukan kegiatan sebagai berikut:

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 42: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

28

a) Penyerahan Barang Kena Pajak / Jasa Kenak Pajak kepada

konsumen akhir.

b) Penyerahan Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak kepada pembeli

Barang Kena Pajak dan/atau penerima Jasa Kena Pajak yang nama,

alamat, atau NPWP tidak dapat dikreditkan.

3) Faktur Pajak Gabungan

Faktur Pajak Gabungan adalah faktur pajak yang dibuat meliputi

semua penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang

terjadi selama satu bulan takwin kepada pemebeli yang sama atau

penerima Jasa Kena Pajak yang sama. Faktur Pajak Gabungan ini

berfungsi untuk meringankan beban administrasi Pengusaha Kena Pajak

yang diperkenankan untuk membuat satu Faktur Pajak saja.

4) Dokumen-dokumen tertentu yang diperlakukan sebagai Faktur Pajak

Standar

Direktur Jenderal Pajak dapat menentukan dokumen-dokumen

yang bisa digunakan dalam dunia usaha sebagai Faktur Pajak standar,

ketentuan ini diperlukan karena alasan-alasan sebagai berikut :

a) Faktur Penjualan yang digunakan oleh Pengusaha tidak dikenal

oleh masyarakat luas dan memenuhi persyaratan administratif

sebagai Faktur Pajak. Misalnya : kwitansi, pembayaran telepon,

dan pembayaran tiket pesawat udara.

b) Untuk adanya bukti pungutan pajak harus ada Faktur Pajak,

sedangkan pihak yang seharusnya membuat Faktur Pajak, yaitu

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 43: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

29

pihak yang menyerahkan barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak

dari Luar Daerah Pabean, maka Surat Setoran Pajak dapat

ditetapkan sebagai Faktur Pajak.

Dokumen-dokumen yang dapat diperlukan sebagai Faktur

Pajak Standar, yaitu :

a) Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang dilampiri surat Setoran

Pajak dan/atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea

dan Cukai untuk impor Barang Kena Pajak.

b) Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah dibuat oleh

pejabat yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

dan dilampiri denagn invoice yang merupakan satu kesatuan yang

tidak terpisahkan dengan PEB tersebut.

c) Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan

oleh BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu.

d) Faktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuat/dikeluarkan oelh

PERTAMINA untuk penyerahan BBM dan/atau bukan BBM.

e) Tanda pembayaran atau kwitansi untuk penyerahan jasa

telekomunikasi.

f) Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery

Bill, yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan

udara dalam negeri.

g) Surat Setoran Pajak untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan

Barang Kena Pajak tidak wujud atau Jasa Kena Pajak dari luar

Daerah Pabean.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 44: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

30

h) Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan

jasa kepelabuhan.

i) Tanda pembayaran atau kwitansi listrik.

5) Nota Retur

Nota Retur adalah Nota yang dibuat oleh penerima Barang Kena

Pajak karena adanya pengambilan Barang Kena Pajak yang

dibeli/diterima. Dalam hal terjadi pengambilan Barang Kena Pajak,

maka pembeli harus membuat dan menyampaikan Nota Retur kepada

Pengusaha Kena Pajak Penjual. Nota Retur tersebut harus dibuat dalam

Masa Pajak yang sama dengan Masa Pajak terjadinya pengambilan

Barang Kena Pajak. Namun atas pengembalian Barang Kena Pajak

yang kemudian diganti dengan Barang Kena Pajak yang sama, baik

dalam jumlah fisik, jenis, maupun harganya oleh Pengusaha Kena Pajak

atau yang menghasilkan dan menyerahkan Barang Kena Pajak tersebut,

dapat tidak dibuat Nota Retur.

2.4.1 Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

2.4.2 Karakteristik Pajak Penjualan Atas Barang Mewah :

1. PPnBM dikenakan untuk mengurangi sifat regresif Pajak Pertambahan

Nilai sebagai pajak objektif yang tidak memperhatikan kemampuan

pihak yang melakukan konsumsi.

2. PPnBM di kenakan hanya sekali pada tingkat barang yang tergolong

mewah tersebut dihasilkan. Pihak yang menghasilkan barang

tergolong mewah bisa produsen dalam negri dan produsen luar negri.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 45: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

31

3. Barang yang tergolong mewah dihasilkan di dalam negri wajib di

pungut PPnBM oleh produsen yang bersangkutan, sedangkan barang

yang tergolong mewah dihasilkan di luar negri dan di konsumsi di

dalam negri wajib dipungut dan di setor oleh pihak yang melakukan

impor.

4. Untuk memberikan kepastian hukum, jenis BKP yang tergolong

mewah yang ditetapkan oleh pihak yang melakukan impor.

5. Transaksi yang terutang PPnBM juga akan terutang PPN.

2.4.3 Restitusi PPnBM

Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai memberikan kebijakan

mengenai restitusi atas kelebihan pembayaran PPnBM. Kelebihan

pembayaran PPnBM dapat terjadi dikarenakan :

1. BKP yang tergolong mewah diekspor,

2. BKP yang tergolong mewah dipergunakan untuk keperluan tertentu

sebagaimana diatur dalam ketentuan perpajakan, antara lain kendaraan

untuk angkutan umum, ambulance, dikonsumsi oleh kedutaan besar negara

asing di indonesia.

2.4.4 Alasan Pengenaan PPnBM Menurut UU PPN :

Pengenaan Pajak Penjjualan atas Barang Mewah dengan

mempertimbangkan :

1. Perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang

berpenghasilan rendah dan konsumen yang berpenghasilan tinggi.

2. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas Barang Kena Pajak yang

tergolong mewah.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 46: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

32

3. Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional.

4. Perlu untuk mengamankan penerimaan negara.

2.4.5 Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah :

Peraturan Pemerintah Nomor 145 tahun 2000 di ubah terakhir

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2006, kelompok Barang Kena

Pajak yang ditetapkannya sebagai berikut :

1. Barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok.

2. Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.

3. Barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan

tinggi.

4. Barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status.

2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengacu pada beberapa

penelitian-penelitian sebelumnya yang akan dijadikan pembanding dalam

mengembangkan penelitian ini. Penelitian-penelitian yang dimaksud adalah

sebagai berikut :

Tabel II. I

Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti

dan Tahun Penelitian

Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Afifah Eka Putri (2017)

Analisis Penerapan Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai pada PT. PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO)

Penerapan Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) telah melaksanakan hak dan kewajiban sudah sesuai dengan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai No.42 Tahun 2009. Dan dalam

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 47: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

33

Perhitungannya, Perusahaan sudah memperhitungkannnya dengan benar yaitu dengan dihitung dari Dasar Pengenaan Pajak yang sebenarnya.

2. Yessi Adriani Tampubulon (2008)

Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dan Pelaporannya pada PT. Sawah Besar Farma Cabang Palembang

Hasil penelitian menemukan bahwa PT. Sawah Besar Firma Cabang Palembang sudah melaporkan secara akurat dalam SPT Masa PPN, baik pada Pajak Masukan maupun Pajak Keluarannya. Pencatatan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran dilakukan setiap akhir bulan, yaitu setelah dibuatnya rekapitulasi pembelian dan rekapitulasi penjualan.

3. Sekar Arum Sari (2009)

Evaluasi Penerapan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. BR (Tahun 2005,2006,2007)

Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa evaluasi atas kewajiban perpajakan telah sesuai dengan aturan yang berlaku, namun terdapat beberapa kesalahan dan penyimpangan yang dilakukan oleh PT. BR seperti tidak adanya indikasi tidak melaporkan faktur pajak pada bulan januari 2005 atas faktur pajak dengan Nomor urut 047 dan 048, banyak terjadi kesalahan dalam pengisian SPT Masa PPN.

4. Andri (2011) Analisis Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Healthy World (Tahun 2007, 2008, 2009)

Hasil penelitian menemukan bahwa PT. Healthy World sebenarnya belum melalukan kewajiban sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, yang berakibat terdapat banyak kesalahan-kesalahan seperti terdapat faktur pajak standar yang cacat baik Pajak Masukan atau Pajak Keluaran yang tidak diperbaiki dan tidak meminta perbaikan, dan dalam melaksanakan pelaporan dan pembayaran perusahaan sering tidak tepat waktu yang mengakibatkan adanya sanksi perpajakan pada perusahaan.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 48: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

34

5. Denni Resapita Br. Sembiring (2014)

Analisis Perhitungan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. PLN (PERSERO) UNIT PENDIDIKAN dan PELATIHAN TUNTUNGAN DELI SERDANG

Hasil penelitian menemukan bahwa PT. PLN (PERSERO) Unit Pendidikan dan Pelatihan Tuntungan sudah melaksanakan kewajibannya sebagai PKP dan Pemungut Non Bendahara yang ditunjuk oleh Pemerintah. Tetapi PT. PLN (PERSERO) Unit Pendidikan dan Pelatihan Tuntungan terlambat membuat tagihan yang dipungut PPN kepada customer yang menyebabkan Pajak Keluaran dilaporkan melebihi batas waktu yang ditetapkan yaitu 30 hari sejak tanggal penyerahan jasa kena pajak.

2.3 Kerangka Konseptual

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas

konsumsi barang dan jasa di dalam negeri (di dalam daerah pabean) oleh orang

pribadi atau badan. Di dalam Pajak Pertambahan Nilai itu sendiri merupakan

suatu pencatatan untuk memenuhi ketentuan pembukuan dalam transaksi

pembelian atau penjualan atas Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak yang di

kenakan Pajak Pertambahan Nilai sehingga memerlukan pencatatan,

perhitungan, dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan Undang-

Undang yang sudah ditentukan.

Dari pembahasan di atas, akan di analisis perhitungan dan pelaporan Pajak

Pertambahan Nilai atas penjualan barang sesuai atau tidak dengan Undang-

Undang No. 42 Tahun 2009. Berdasarkan uraian di atas peneliti

menggambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 49: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

35

Gambar II. I

Kerangka Konseptual

Perhitungan Dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Atas Penjualan Barang Pada PT. CENTRAL WIJAYA MEDAN

i

Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai No. 42 Tahun 2009

Menganalisis Perhitungan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Atas Penjualan Barang Pada PT. CENTRAL WIJAYA MEDAN

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 50: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis, Lokasi, dan Waktu Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu metode

dimana data dikumpulkan, diinterpretasikan, dan dianalisis sehingga

memberikan keterangan lengkap bagi pemecahan masalah yang dihadapi.

3.1.2 Lokasi Penelitian

Tempat penelitian ini adalah PT. CENTRAL WIJAYA, Jl. Selayar 3

Kawasan Industri Medan II, Medan Timur Kode Pos 20239.

3.1.3 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai pada bulan November 2017 sampai bulan

Agustus 2018. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat di tabel III. I

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 51: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

37

Tabel III. I Rincian Waktu Penelitian

No Keterangan

Tahun 2017 Tahun 2018

Nov-Des

Jan- Feb Mar Apr-

Mei Jun Jul Agt- Sept Okt

1 Pengajuan Judul

2 Pra Riset

3 Penyusunan Proposal

4 Seminar Proposal

5 Riset

6 Bimbingan Skripsi

7 Seminar Hasil Skripsi

8 Sidang Meja Hijau

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi

Sugiyono (2012:115) mengatakan bahwa “Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.”

Populasi dari penelitian ini adalah Laporan Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) PT. CENTRAL WIJAYA MEDAN.

3.2.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2012:116), “sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Sampel penelitian ini

adalah data PPN Tahun 2017 baik dalam perhitungan maupun pelaporan pada

PT. CENTRAL WIJAYA MEDAN.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 52: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

38

3.3 Definisi Operasional Variabel

3.3.1 Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa

di Daerah Pabean yang di kenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi

dan distribusi.

3.3.2 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai

Tarif Perhitungan PPN yang berlaku saat ini adalah 10%. Sedangkan

tarif PPN atas ekspor Barang Kena Pajak adalah 0%. Pengenaan tarif 0%

bukan berarti pembebasan dari pengenaan PPN, tetapi Pajak Masukan yang

telah dibayar dari barang yang diekspor dapat dikreditkan.

3.3.3 Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai

a. PKP wajaib melaporkan penghitungan PPN yang terutang (PK-PM)

tiap-tiap Masa Pajak dalam SPT Masa PPN sesuai batas waktu yang

telah di tentukan.

b. Sampai dengan Masa Pajak Maret 2010, paling lambat tanggal 20

bulan berikutnya sesuai ketetntuan UU KUP, apabila terdapat PPN

yang kurang di bayar, kekurangan pembayaran tersebut paling lambat

di setor tanggal 15 berikutnya.

c. Mulai Masa Pajak April 2010, paling lambat akhir bulan berikutnya

sesuai ketentuan UU PPN, apabila terdapat PPN yang kurang di bayar

kekurangan pembayaran tersebut paling lambat di setor akhir bulan

berikutnya.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 53: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

39

3.3.4 Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

a. PPnBM di kenakan untuk mengurangi sifat regresif Pajak

Pertambahan Nilai sebagai pajak objektif yang tidak memperhatikan

kemampuan pihak yang melakukan konsumsi.

b. PPnBM di kenakan hanya sekali pada tingkat barang yang tergolong

mewah tersebut di hasilkan. Pihak yang menghasilkan barang

tergolong mewah bisa produsen dalam negri dan produsen luar negri.

3.3.5 Pajak Keluaran dan Pajak Masukan

Menurut Soemarso S.R (2003:270), “Pajak Masukan adalah PPN yang

dibayarkan pada waktu pembelian atau impor barang kena pajak serta

penerimaan jasa kena pajak yang dapat di kreditkan untuk masa kena pajak

yang sama. Dalam hal tertentu, Pajak Masukan tidak dapat di kreditkan.

Sedangkan Pajak Keluaran adalah pajak yang di kenakan atas penjualan

barang kena pajak yang ditambahkan sebesar 10% dari harga jual.”

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka.

3.4.2 Sumber data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Data sekunder yaitu data yang diperoleh berupa data dokumentasi,

yaitu Laporan Pajak Pertambahan Nilai, dan data lainnya yang

berhubungan dengan objek penelitian ini.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 54: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

40

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Dokumentasi

Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan

data sekunder dengan cara mengcopy Laporan Pajak Pertambahan Nilai

pada PT. CENTRAL WIJAYA MEDAN pada tahun 2017.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data penelitian ini adalah :

a. Metode Deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan

mengumpulkan mengklasifikasikan, menganalisis serta

menginterpretasikan data sehingga memberikan keterangan yang lengkap

bagi pemecahan permasalahan yang terjadi.

Teknik tersebut terdiri dari :

1. Menganalisis perhitungan Pajak Keluaran dan Pajak Masukan untuk

menghasilkan besarnya PPN, dengan cara :

a) Dari data transaksi penjualan dan pembelian Pajak Pertambahan

Nilai.

2. Menganalisis jika ada perbedaan perhitungan yang dilakukan oleh

perusahaan dan peneliti (perhitungan berdasarkan menurut Undang-

undang No.42 tahun 2009), maka peneliti akan melakukan analisis

terhadap perbedaan tersebut.

3. Menganalisis pelaporan Pajak Pertamabahan Nilai yang dilakukan oleh

perusahaan.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 55: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

DAFTAR PUSTAKA

Adriani Yessi (2008). Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai pada PT.

Sawah Besar Firma Cabang Palembang, Skripsi, Universitas Sumatra Utara, Medan

Djoko Muljono (2010). Panduan Brevet Pajak. Andi, Yogyakarta

Eka Afifah Putri. (2017). “Analisis Perhitungan Dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan”. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

http://www.academia.edu/11432396/Proposal_Skripsi_PPN (Diakses pada hari senin, 13 November 2017)

Ikhsan Arfan (2013), Metodologi Penelitian Akuntansi Keprilakuan. (Edisi Pertama), Medan

Ilyas Wirawan dan Rudy Suhartono (2007). Panduan Kompherensif dan Praktis

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPN & PPNBM), Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta

Mardiasmo (2009), Perpajakan.(Edisi Revisi 2009). CV Andi Offset, Yogyakarta

(2013), Perpajakan.(Edisi Revisi 2009). CV Andi Offset, Yogyakarta

Nina (2013). “Pajak Masukan, Pajak Keluaran, dan Faktur Pajak”. https://ninaaka.wordpress.com (Diakses pada hari selasa, 14 November 2017)

Resapita Denni Br Sembiring. Analisis Perhitungan dan Pelaporan Pajak

Pertambahan Nilai pada PT. PLN (PERSERO) UNIT PENDIDIKAN

DAN PELATIHAN TUNTUNGAN DELI SERDANG. Skripsi, Universitas Medan Area

Resmi Siti (2015). Perpajakan : Teori dan Kasus. Salemba Empat, Yogyakarta

Retnawati 2017. Diktat Akuntansi Perpajakan, Medan

Soemarso S.R 2003. Perpajakan Pendekatan Kompehensif. Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Undang-undang Nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Page 56: ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK SKRIPSIrepository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9907/1/Amalia Pratiwi... · pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan

Untung Sukardji (2015). Pokok-pokok Pajak Peetambahan Nilai Indonesia. (Edisi Revisi 2015). PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Waluyo (2011). Perpajakan Indonesia. (Edisi 10) (Buku 1). Salemba Empat, Jakarta

(2013). Perpajakan Indonesia. (Edisi 11) (Buku 1). Salemba Empat, Jakarta

UNIVERSITAS MEDAN AREA