ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA PROTOKOL ...i ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING...

112
i ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING REAKTIF (DYMO) TERHADAP PROTOKOL ROUTING REAKTIF (AODV) DI JARINGAN VANET SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Oleh : RENDRA 125314131 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA PROTOKOL ...i ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING...

  • i

    ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING

    REAKTIF (DYMO) TERHADAP PROTOKOL ROUTING REAKTIF (AODV)

    DI JARINGAN VANET

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

    Komputer Program Studi Teknik Informatika

    Oleh :

    RENDRA

    125314131

    PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

    JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2016

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PERFORMANCE COMPARISON OF A REACTIVE ROUTING PROTOCOL

    AODV AND A REACTIVE ROUTING PROTOCOL DYMO IN VANET

    A THESIS

    Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

    To Obtain Sarjana Komputer Degree in Informatics Engineering

    By:

    RENDRA

    125314131

    INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM

    DEPARTMENT OF INFORMATICS ENGINEERING

    FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

    SANATA DHARMA UNIVERSITY

    YOGYAKARTA

    2016

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    HALAMAN PERSETUJUAN

    SKRIPSI

    ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING

    REAKTIF (DYMO) TERHADAP PROTOKOL ROUTING REAKTIF (AODV)

    DI JARINGAN VANET

    Oleh :

    RENDRA

    125314131

    Telah disetujui oleh :

    Dosen Pembimbing

    Bambang Soelistijanto,S.T.,M.Sc.,Ph.D. Tanggal 2016

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    SKRIPSI

    ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING

    REAKTIF (DYMO) TERHADAP PROTOKOL ROUTING REAKTIF (AODV)

    DI JARINGAN VANET

    Dipersiapkan dan di tulis oleh :

    RENDRA

    NIM:125314131

    Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

    pada tanggal 2016

    dan diyatakan memenuhi syarat .

    Susunan Panitia Penguji

    Nama lengkap Tanda tangan

    Ketua : Puspaningtyas Sanjoyo Adi,ST.,M.T. ………………….

    Sekretaris : Henricus Agung Hernawan,S.T.,M.KOM …………………

    Anggota : Bambang Soelistijanto,S.T.,M.Sc.,Ph.D. …………………

    Yogyakarta, 2016

    Fakultas Sains dan Teknologi

    Universitas Sanata Dharma

    Dekan,

    Sudi Mungkasi, Ph.D.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    HALAMAN MOTTO

    Memulai dengan penuh keyakinan

    Menjalankan dengan penuh keikhlasan

    Menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

    memuat karya atau bagian karya orang lain , terkecuali yang sudah tertulis di dalam

    kutipan daftar pustaka , sebagaimana lakyaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta,3 Januari 2016

    Penulis

    RENDRA

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

    KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertanda tangan dibawah ini , saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

    Nama : RENDRA

    NIM : 125314131

    Demi mengembangkan ilmu pengetahuan , saya memberikan kepada Perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

    ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING

    REAKTIF (DYMO) TERHADAP PROTOKOL ROUTING REAKTIF (AODV)

    DI JARINGAN VANET

    Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian , sayamemberikan

    kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan , mengalihkan kedalam

    bentuk media lain , mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara

    terbatas dan mempublikasikanya di internet atau media lain untuk kepentingan

    akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberi royalty kepada saya selama tetap

    mencantumkan nama saya sebagai penulis .

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Yang menyatakan

    RENDRA

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    ABSTRAK

    VANET Sebuah jaringan terorganisir yang dibentuk dengan menghubungkan

    kendaraan dengan kendaraan atau kendaraan dengan RSU (Roadside Unit) disebut

    Vehicular Ad Hoc Network (VANET), dan RSU lebih lanjut terhubung ke jaringan

    backbone berkecepatan tinggi melalui koneksi jaringan.Vehicular Ad hoc Network

    (VANET) termasuk dalam jaringan komunikasi nirkabel dan merupakan turunan dari

    MANET (Mobile Ad hoc Network). Dalam tugas akhir ini akan diuji perbandingan

    antara routing protokol AODV dan routing protokol DYMO mengunakan simulator

    OMNET++ dan SUMO.

    Routing protokol DYMO lebih unggul dari segi delay , troughput dan control

    messages karena protokol DYMO merupakan pembaharuan dari routing AODV

    dimana terdapat fitur- fitur yang menjandikan routing DYMO lebih unggul yaitu fitur

    akumulasi path. Dengan mengunakan fitur akumulasi patch routing DYMO lebih cepat

    dalam menemukan jalur baru hal ini di karenakan routing ini dapat menyimpan jalur

    ketika melakukan route discovery. Routing ini dapat menyimpan semua jalur yang

    dilewati sehingga ketika terjadi putus link maka routing DYMO akan lebih cepat dalam

    menemukan jalur kedestination sehingga routing DYMO lebih efisien dibandingkan

    routing AODV. Sedangkan kekukarangan dari routing DYMO sendiri adalah

    menghasilkan paket zise yang besar hal ini dikarenakan routing DYMO menyimpan

    semua informasi jalur yang dilewatinya sehingga dalam keadaan jalur yang selalu ada

    atau node jarang mengalami putus link maka paket size dari routing ini akan besar dan

    akan berdampak kepada control messages.

    Routing AODV sendiri mempunyai cara kerja yang sama dengan routing

    DYMO. keunggulan dari routing AODV lebih cocok digunakan pada kecepatan rendah

    keunggulan routing ini dapat di lihat dari control messages nya . Sedangkan kelemahan

    routing AODV sendiri yaitu routing ini tidak cocok digunakan pada keadaan mobilitas

    tinggi karena seiring kecepatan bertambah maka topologi jaringan akan cepat berubah

    dan routing ini akan kesulitan dalam menemukan jalur baru.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    ABSTRACT

    Vehicular Ad Hoc Network (VANET) is an organized network formed by

    connecting vehicles with vehicles or vehicles with RSU (Roadside Units) and then

    further connected to high-speed backbone networks through network connections.

    Vehicle Ad-hoc Network (VANET) in wireless communications networks is a

    derivative of MANET (Mobile Ad-hoc Network). In this final project, we will examine

    the comparison between AODV routing protocol and DYMO routing protocol using

    OMNET ++ and SUMO simulator.

    DYMO protocol routing is overcome AODV in terms of delay, throughput and

    control messages. That happens because the DYMO protocol is a renewal of AODV

    routing where there a new feature to improve DYMO routing that is the path

    accumulation feature. Using the accumulated path routing feature, DYMO is faster in

    finding new paths because this routing can save paths when doing route discovery. This

    routing can store all the paths that pass so that when the link is broken the DYMO

    routing can be faster in finding the path to the destination so DYMO routing is more

    efficient than AODV routing. While the dysfunction of the DYMO routing itself is to

    generate a large size packet this is because the routing DYMO stores all the path

    information it passes so that in an existing path state or node rarely breaks the packet

    size of this routing will be large and will affect the control messages.

    AODV routing itself has the same way of working with DYMO routing. the

    advantage of AODV routing is more suitable for use at low speeds. This routing

    advantage can be viewed from its control messages. The weakness of AODV routing

    itself is that the routing is not suitable for use in high mobility conditions because as

    the speed increases then the network topology will quickly change and this routing will

    find difficulties in finding new paths.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan Karunia

    –Nya , Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul

    “ ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING

    REAKTIF (DYMO) TERHADAP PROTOKOL ROUTING REAKTIF (AODV)

    DI JARINGAN VANET “ ini dengan baik.

    Penulis menyadari bahwa selama proses penelitian dan penyusunan laporan

    tugas akhir ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa dukugan,

    perhatian, semangat, kritik dan saran yang sangat penulis butuhkan, sehingga pada

    kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya,antara

    lain kepada :

    1. Bambang Soelistijanto,S.T.,M.Sc.,Ph.D. selaku dosen pembimbing tugas akhir

    ini, atas kesabarannya dan nasehat dalam membimbing penulis, meluangkan

    waktunya, memberi dukungan, motivasi, serta saran yang membantu penulis.

    2. Orang tua, Yang Swan dan Sumiyati, serta seluruh keluarga yang selalu

    memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

    3. DRS.Johanes Eka Priyatma M.SC.,Ph.D. selaku Dosen Pembimbing

    Akademik, atas bimbingan dan nasehat yang diberikan kepada penulis.

    4. Sudi Mungkasi, P.h.D. selaku dekan Fakultas Sains Dan Teknologi, atas

    bimbingan , Kritik dan saran yang diberikan kepada penulis.

    5. Dr.Anastasia Rita Widiarti, M.Kom. selaku Ketua Program Studi Teknik

    Informatika, atas bimbingan dan nasehat yang diberikan kepada penulis.

    6. Teman –teman semua angkatan khususnya angkatan 2012 TI yang yang telah

    memberikan semangat dengan kebersamaan kepada penulis sehingga penulis

    dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    7. Teman-teman perjuangan di Lab Jaringan Tugas akhir yang selalu memberikan

    semangat yang teramat lebih sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

    tugas akhir ini.

    8. Temanp-teman nongkrong dan teman main kartu Rudi , Fajar , Bany , Aldy ,

    Parta , Boby yang telah memberikan hiburan di tegah-tegah kepenatan

    penulisan Skripsi.

    9. Teman – teman Kontrakan Rudi ,Appri , Firmus yang telah memberikan

    semangat berupa kejailan-kejailan .

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    SKRIPSI ................................................................................................................................ i

    A THESIS ............................................................................................................................ ii

    HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................................ iii

    SKRIPSI .............................................................................................................................. iv

    HALAMAN MOTTO ........................................................................................................... v

    PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................................. vi

    LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

    AKADEMIS .................................................................................................................... vii

    ABSTRAK ........................................................................................................................ viii

    ABSTRACT ........................................................................................................................ ix

    KATA PENGANTAR ........................................................................................................... x

    Daftar Isi ............................................................................................................................. xii

    Daftar Gambar ..................................................................................................................... xv

    Daftar Tabel..................................................................................................................... xviii

    BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1

    1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................... 2

    1.3 Rumusan Masalah .................................................................................................. 2

    1.4 Tujuan ..................................................................................................................... 2

    1.5 Batasan Masalah .................................................................................................... 3

    1.6 Metodologi Penelitian ............................................................................................. 3

    1.7 Pembangunan dan Pengumpulan Data ................................................................ 4

    1.8 Analisis Data Simulasi ............................................................................................ 4

    1.9 Sistematika Penulisan ............................................................................................ 4

    BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................................. 6

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    2.1 Protokol Routing ........................................................................................................ 6

    2.1.1 Routing Proaktif ............................................................................................. 7

    2.1.2 Routing Reaktif .............................................................................................. 7

    2.1.3 Hybrid Routing ............................................................................................... 8

    2.2 Protokol Routing Mobile Ad Hoc Network (MANET) ............................................ 8

    2.2.1 Karakteristik Mobile Ad Hoc Network (MANET) .................................... 10

    2.3 Vehicular Ad Hoc Network (VANET) .................................................................... 12

    2.3.1 Komunikasi Vanet ........................................................................................ 13

    2.4 Ad Hoc On Demand Distance Vector (AODV) .................................................. 13

    2.5 Dynamic MANET On Demand Routing (DYMO) ............................................. 16

    2.5.1 Route Discovery ............................................................................................ 17

    2.5.2 Route Maintenance ....................................................................................... 19

    2.6 OMNET++ ............................................................................................................ 20

    2.6.1 Berbagai tipe objek pada OMNet++ : ........................................................ 20

    2.6.2 Kelebihan Omnet++ : ................................................................................... 21

    2.6.3 Kekurangan Omnet++ ................................................................................. 21

    2.7 Simulation of Urban Mobility(SUMO) ............................................................... 22

    3.1 Parameter Simulasi .............................................................................................. 23

    3.2 Skenario Simulasi ................................................................................................. 25

    3.2.1 Tabel Simulasi .............................................................................................. 25

    3.2.2 Model Skenario Komunikasi ....................................................................... 25

    3.2.3 Model Skenario Kecepatan .......................................................................... 26

    3.2.4 Model Pergerakan Simulasi ......................................................................... 27

    3.3 Skenario A UDP Koneksi skenario URBAN ...................................................... 27

    3.4 Skenario A UDP Koneksi skenario HIGHWAY ............................................... 28

    3.5 Parameter Kinerja ............................................................................................... 29

    3.6 Snapshoot Jaringan .............................................................................................. 30

    BAB IV PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN ..................................................... 37

    4.1 Skenario A AODV Vs DYMO URBAN V2V ...................................................... 37

    4.1.1 Troughputh Jaringan ................................................................................... 37

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    4.1.2 Delay Jaringan .............................................................................................. 41

    4.1.3 Control Message ........................................................................................... 44

    4.2 Skenario B AODV VS DYMO HIGHWAY V2V ............................................... 48

    4.2.1 Throughput Jaringan ................................................................................... 48

    4.2.2 Delay Jaringan .............................................................................................. 52

    4.2.3 Control Messages .......................................................................................... 56

    4.3 Skenario C AODV VS DYMO URBAN V2I ...................................................... 59

    4.3.1 Throughput Jaringan ................................................................................... 59

    4.3.2 Delay Jaringan .............................................................................................. 63

    4.3.3 Control Messages .......................................................................................... 67

    4.4 Skenario D AODV VS DYMO HIGHWAY V2I ................................................ 71

    4.4.1 Throughpput Jaringan ................................................................................. 71

    4.4.2 Delay Jaringan .............................................................................................. 74

    4.4.3 Control Messages ........................................................................................ 78

    BAB V KESIMPULAN ..................................................................................................... 83

    5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 83

    5.2 Saran ...................................................................................................................... 83

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    Daftar Gambar

    Gambar 2.1 Jaringan Manet ........................................................................................ 10

    Gambar 2.2 Jaringan Vanet ......................................................................................... 12

    Gambar 2.3 Proses Penemuan Rute ............................................................................ 15

    Gambar 2.4 Mekanisme Route Data Eror ................................................................... 16

    Gambar 2.5 Proses Pencarian Jalur ............................................................................. 18

    Gambar 2.6 Route Maintenance .................................................................................. 19

    Gambar 2.7 SUMO Simulation of Urban Mobility .................................................... 22

    Gambar 3.1 Vehicle-to-Vehicle (V2V) Communication ............................................ 26

    Gambar 3.2 Infrastructure-to-Vehicle (IVC) Communication.................................... 26

    Gambar 3.3 Snapshoot Jaringan dengan 100 node URBAN V2V.............................. 30

    Gambar 3.4 Snapshoot Jaringan dengan 100 node saat membroadcast jalur rute

    URBAN V2V .............................................................................................................. 31

    Gambar 3.5 Jaringan URBAN dengan 20 RSU(Road Side Unit) V2I ....................... 31

    Gambar 3.6 Snapshoot Jaringan dengan 100 node saat membroadcast jalur rute

    URBAN V2I ............................................................................................................... 32

    Gambar 3.7 Snapshoot Peta Downtown Olando Mengunakan SUMO ...................... 33

    Gambar 3.8 Snapshoot Jaringan dengan 20 node HIGHWAY V2 ............................. 34

    Gambar 3.9 Snapshoot Jaringan dengan 20 node saat membroadcast jalur rute

    HIGHWAY V2V ........................................................................................................ 34

    Gambar 3.10 Snapshoot Jaringan HIGHWAY dengan 10 RSU(Road Side Unit) V2I

    ..................................................................................................................................... 35

    Gambar 3.11 Snapshoot Jaringan dengan 20 node saat membroadcast jalur rute

    HIGHWAY V2I .......................................................................................................... 35

    Gambar 3.12 Snapshoot Peta HIGHWAY Mengunakan SUMO ............................... 36

    Gambar 4.1 Perbandingan Troughput AODV DYMO NODE 100 Urban

    V2V…………………………………………………………………………………. 37

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    Gambar 4.2 Perbandingan Troughput AODV DYMO NODE 200 Urban

    V2V……......................................................................................................................38

    Gambar 4.3 Perbandingan Troughput AODV DYMO NODE 300 Urban

    V2V………………….. ……………………………………………………………...39

    Gambar 4.4 Perbandingan Delay AODV DYMO NODE 100 Urban V2V ................ 41

    Gambar 4.5 Perbandingan Delay AODV DYMO NODE 200 Urban V2V ................ 42

    Gambar 4.6 Perbandingan Delay AODV DYMO NODE 300 Urban V2V ................ 43

    Gambar 4.7 Perbandingan Control Message AODV DYMO NODE 100 Urban V2V

    ..................................................................................................................................... 44

    Gambar 4.8 Perbandingan Control Message AODV DYMO NODE 200 Urban V2V

    ..................................................................................................................................... 45

    Gambar 4.9 Perbandingan Control Message AODV DYMO NODE 300 Urban V2V

    ..................................................................................................................................... 46

    Gambar 4.10 Perbandingan Troughput AODV DYMO NODE 20 Highway V2V .... 48

    Gambar 4.11 Perbandingan Troughput AODV DYMO NODE 40 Highway V2V .... 49

    Gambar 4.12 Perbandingan Troughput AODV DYMO NODE 60 Highway V2V .... 50

    Gambar 4.13 Perbandingan Delay AODV DYMO NODE 20 Highway V2V……....51

    Gambar 4.14 Perbandingan Delay AODV DYMO NODE 40 Highway V2V ........... 52

    Gambar 4.15 Perbandingan Delay AODV DYMO NODE 60 Highway V2V ........... 54

    Gambar 4.16 Perbandingan Control Message AODV DYMO NODE 20 Highway

    V2V ............................................................................................................................. 56

    Gambar 4.17 Perbandingan Control Message AODV DYMO NODE 40 Highway

    V2V ............................................................................................................................. 57

    Gambar 4.18 Perbandingan Control Message AODV DYMO NODE 60 Highway

    V2V ............................................................................................................................. 58

    Gambar 4.19 Perbandingan Troughput AODV DYMO NODE 100 Urban V2I ........ 60

    Gambar 4.20 Perbandingan Troughput AODV DYMO NODE 200 Urban V2I ........ 61

    Gambar 4.21 Perbandingan Troughput AODV DYMO NODE 300 Urban V2I ........ 62

    Gambar 4.22 Perbandingan Delay AODV DYMO NODE 100 Urban V2I ............... 64

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    file:///C:/Users/RENDRA/Downloads/AHONG%20SKRIPSI%20(Repaired).docx%23_Toc468627185

  • xvii

    Gambar 4.23 Perbandingan Delay AODV DYMO NODE 200 Urban V2I ............... 65

    Gambar 4.24 Perbandingan Delay AODV DYMO NODE 300 Urban V2I ............... 66

    Gambar 4.25 Perbandingan Control Message AODV DYMO NODE 100 Urban V2I

    ..................................................................................................................................... 67

    Gambar 4.26 Perbandingan Control Message AODV DYMO NODE 200 Urban V2I

    ..................................................................................................................................... 68

    Gambar 4.27 Perbandingan Control Message AODV DYMO NODE 300 Urban V2I

    ..................................................................................................................................... 69

    Gambar 4.28 Perbandingan Troughput AODV DYMO NODE 20 Highway V2I ..... 71

    Gambar 4.29 Perbandingan Troughput AODV DYMO NODE 40 Highway V2I ..... 72

    Gambar 4.30 Perbandingan Troughput AODV DYMO NODE 60 Highway V2I ..... 73

    Gambar 4.31 Perbandingan Delay AODV DYMO NODE 20 Highway V2I ............ 75

    Gambar 4.32 Perbandingan Delay AODV DYMO NODE 40 Highway V2I ............ 76

    Gambar 4.33 Perbandingan Delay AODV DYMO NODE 60 Highway V2I ............ 77

    Gambar 4.34 Perbandingan Control Message AODV DYMO NODE 20 Highway

    V2I .............................................................................................................................. 79

    Gambar 4.35 Perbandingan Control Message AODV DYMO NODE 40 Highway

    V2I .............................................................................................................................. 80

    Gambar 4.36 Perbandingan Control Message AODV DYMO NODE 60 Highway

    V2I .............................................................................................................................. 81

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    Daftar Tabel

    Tabel 3.1 Parameter tetap dalam scenario perkotan URBAN V2V ............................ 23

    Tabel 3.2 Parameter tetap dalam scenario perkotan URBAN V2I ............................. 23

    Tabel 3.3 Parameter tetap dalam scenario jalan tol (HIGHWAY) V2V..................... 24

    Tabel 3.4 Parameter tetap dalam scenario jalan tol (HIGHWAY) V2I ...................... 24

    Tabel 3.5 Model Simulasi ........................................................................................... 25

    Tabel 3.6 Model kecepatan node skenario perkotan (URBAN) ................................. 26

    Tabel 3.7 Model kecepatan node skenario jalan tol (HIGHWAY) ............................. 27

    Tabel 3.8 Skenario A UDP Koneksi 1 (DYMO dan AODV) ..................................... 27

    Tabel 3.9 Skenario B UDP Koneksi 2 (DYMO dan AODV) ..................................... 28

    Tabel 3.10 Skenario A UDP Koneksi 1 (DYMO dan AODV) ................................... 28

    Tabel 3.11 Skenario B UDP Koneksi 2 (DYMO dan AODV) ................................... 29

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Penggunaan komunikasi nirkabel berkembang pesat. Teknologi nirkabel

    sudah digunakan pada kendaraan atau lebih dikenal dengan Vehicular Ad hoc

    Network (VANET). VANET adalah salah satu turunan dari Mobile Ad hoc

    Network (MANET). Sedangkan MANET sendiri adalah kumpulan mobile user

    yang berkomunikasi melalui masing-masing pada kanal wireless. Tetapi

    VANET lebih spesifik ke kecepatan. Setiap node yang bergerak, akan

    menyebabkan topologi jaringan yang berubah-ubah dengan cepat. Semua

    aktifitas jaringan misalnya pencarian rute, dan pengiriman pesan ditangani oleh

    setiap node. Sehingga setiap node harus mempunyai routing protocol.

    Pada VANET, routing diharuskan dikerjakan dengan cepat dan tepat.

    Karena VANET diterapkan pada kendaraan atau perangkat lalu lintas. Sehingga

    keselamatan menjadi hal mutlak. Untuk melakukan routing bukan perkara

    yang mudah. Terdapat berbagai macam routing protocol yang dikembangkan

    untuk VANET. Pada VANET routing protocol terbagi menjadi 2, yaitu proaktif

    dan reaktif. Pada proaktif ,node-node secara terus menerus mengevaluasi rute-

    rute yang dapat dicapai ke semua node dan usaha untuk memelihara konsistensi

    up to date informasi routing. Sedangkan reaktif mencari routing path ketika

    dibutuhkan. Tugas akhir ini akan Membandingkan routing protocol reaktif

    Dynamic Manet On-demand (DYMO) danAd hoc On-Demand Distance Vector

    (AODV) .

    Protokol DYMO adalah pengembangan dari protokol AODV. Biasanya

    kedua protokol ini digunakan pada MANET. Sedangkan untuk penggunaan pada

    VANET, protokol DYMO belum banyak diterapkan. Dan masih belum jelas

    apakah protokol DYMO lebih baik dari pada protokol AODV.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    Di dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap dua jenis routing

    protocol tersebut dengan menggunakan dua skenario yaitu Urban dan Highway,

    untuk membandingkan kinerja keduanya berdasarkan tingkat throughput, delay,

    dan control massage. Dengan membandingkan ketiga parameter untuk

    mengetahui seberapa baik unjuk kerja masing- masing routing protokol routing

    AODV dan DYMO dalam mengirimkan paket data dan jenis routing protokol

    mana yang lebih baik digunakan pada jaringan VANET.

    Berdasarkan uraian di atas, maka disusun suatu laporan tugas akhir yang

    berjudul “Analisis Perbandingan Unjuk Kerja Jaringan Protokol Reaktif

    (AODV) Terhadap Routing Reaktif (DYMO) Pada Jaringan Vanet”.

    1.2 Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, diidentifikasi permasalahan

    pada jaringan vanet dengan menggunakan routing protocol AODV dan DYMO,

    yaitu sebagai berikut:

    1. Cara untuk menerapkan protokol DYMO dan AODV pada VANET

    2. Perbandingan unjuk kerja protokol DYMO dan AODV pada VANET

    1.3 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, rumusan masalah penelitian

    ini adalah sebagai berikut Cara untuk mensimulasikan protokol DYMO dan

    AODV pada jaringan VANET ?

    1. Bagaimana membandingkan tingkat throughput, end to end delay, dan

    control message pada masing-masing routing protocol pada jaringan Vanet.

    1.4 Tujuan

    Penelitian Tugas Akhir ini bertujuan untuk menganalisa perbandingan

    unjuk kerja routing protokol AODV dan DYMO pada jaringan VANET. Dengan

    mengunakan skenario seperti jalan bebas hambatan (HIGHWAY) dan jalan

    dalam kota (URBAN) dalam mengirimkan data dengan mebandingkan

    troughput, end to end delay dan control message.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    1.5 Batasan Masalah

    Penelitian untuk menguji kinerja routing protocol ini dibatasi dengan hal-hal

    sebagai berikut :

    1. Protokol yang digunakan adalah AODV dan DYMO.

    2. Parameter yang digunakan sebagai uji unjuk kerja adalah throughput, delay

    dan control massage.

    3. Pergerakan node menggunakan Tracimobility.

    4. Trafik data yang digunakan adalah protokol User Datagram Protokol (UDP).

    5. Menggunakan simulator computer dengan OMNET++ dan SUMO.

    6. Skenario jalan bebas hambatan (HIGHWAY) pengaruh terhadap jumlah

    node menggunakan 20, 40 dan 60 node dan pengaruh terhadap kecepatan

    node menggunakan 50 km/h, 70 km/h, 110 km/h node dengan kecepatan

    50,70 dan 110 km/jam.

    7. Skenario jalan dalam kota (URBAN) pengaruh terhadap jumlah node

    menggunakan 100, 200 dan 300 node dan pengaruh terhadap kecepatan

    node menggunakan 100 ,200 dan 300 node dengan kecepatan 20 km/h ,

    30 km/h dan 50 km/h. Menggunakan dua komunikasi vehicle-to-vehicle

    (V2V) dan vehicle to infrastructure (V2I).

    1.6 Metodologi Penelitian

    Adapun metodologi dan langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan

    tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

    1. Studi Literatur

    Mengumpulkan berbagai macam referensi dan mempelajari teori yang

    mendukung penulisan tugas akhir, seperti :

    a. Teori MANET

    b. Teori VANET

    c. Teori DYMO (Dynamic Manet On-demand) dan Teori AODV (Ad-hoc

    On-demand Distance Vector)

    d. Teori throughput, end to end delay, control message

    e. Teori OMNET++

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    f. Teori SUMO (Simulation of Urban Mobility)

    2. Perancangan dan Skenario

    Dalam tahap ini penulis merancang skenario sebagai berikut :

    a. Luas area simulasi.

    b. Penambahan jumlah node.

    c. Penambahan kecepatan pergerakan node.

    d. Penambahan koneksi UDP

    1.7 Pembangunan dan Pengumpulan Data

    Simulasi dalam tugas akhir ini menggunakan Omnet++ dan SUMO (Simulation

    of Urban Mobility) dalam pengumpulan data.

    1.8 Analisis Data Simulasi

    Dalam tahap ini penulis menganalisa hasil pengukuran yang diperoleh pada

    proses simulasi. Analisa dihasilkan dengan melakukan pengamatan dari

    beberapa kali pengukuran yang menggunakan parameter simulasi yang berbeda.

    1.9 Sistematika Penulisan

    Adapun sistematika penulisan laporan tugas akhir ini terdiri dari lima bab,

    dengan rincian sebagai berikut :

    Bab I Pendahuluan

    Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi

    masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, dan sistematika penulisan.

    Bab II Landasan Teori

    Pada bagian ini akan diuraikan tentang landasan teori yang digunakan sebagai

    data pendukung untuk menyelesaikan laporan tugas akhir ini yang berisi tentang

    pengertian Protokol Routing,protokol Routing Manet,definisi Manet, definisi

    Vanet, routing protocol, routing protocol AODV, routing protocol DYMO,

    Omnet ++ dan SUMO.

    Bab III Perencanaan Simulasi Jaringan

    Bab ini berisi perencanaan simulasi jaringan.

    Bab IV Pengujian Dan Analisis Routing Protokol

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    Pada bagian implementasi akan dibuat suatu skenario simulasi, melakukan

    konfigurasi, dan melakukan proses simulasi. Bab ini juga membahas tentang

    hasil dari implementasi dan analisis yang meliputi analisis file, hasil pengukuran

    berdasarkan parameter dan grafik.

    Bab V Kesimpulan Dan Saran

    Pada bagian ini dibahas tentang kesimpulan dan saran-saran terhadap penelitian

    yang telah dilakukan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Protokol Routing

    Protokol Routing Jaringan MANET adalah sekumpulan node yang dapat

    bergerak (mobile node) yang di dalamnya terdapat kemampuan untuk

    berkomunikasi secara wireless dan juga dapat mengakses jaringan. Perangkat

    tersebut dapat berkomunikasi dengan node yang lain selama masih berada dalam

    jangkauan perangkat radio. Node yang bersifat sebagai penghubung tersebut

    akan digunakan untuk meneruskan paket dari node sumber ke tujuan. Protokol

    Routing Jaringan MANET adalah sekumpulan node yang dapat bergerak (mobile

    node) yang di dalamnya terdapat kemampuan untuk berkomunikasi secara

    wireless dan juga dapat mengakses jaringan. Perangkat tersebut dapat

    berkomunikasi dengan node yang lain selama masih berada dalam jangkauan

    perangkat radio. Node yang bersifat sebagai penghubung tersebut akan

    digunakan untuk meneruskan paket dari node sumber ke tujuan.

    Routing merupakan algoritma perpindahan informasi di seluruh jaringan

    dari node sumber ke node tujuan dengan minimal satu node yang berperan

    sebagai perantara. Komponen penting pada sebuah protokol routing / Algoritma

    routing berfungsi untuk menentukan bagaimana node berkomunikasi dengan

    node yang lainnya dan menyebarkan informasi yang memungkinkan node yang

    lainnya dapat menyebarkan informasi yang memungkinkan node sumber untuk

    memilih rute optimal ke node tujuan dalam sebuah jaringan komputer.

    Sedangkan sebuah algoritma routing berfungsi untuk menghitung secara

    matematis jalur yang optimal berdasarkan informasi routing yang dipunyai oleh

    suatu node.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    Mengenai sebuah algoritma routing harus mencakup banyak hal yang perlu di

    perhatikan :

    1. Penentuan jalur terpendek yang akan di tujukan ke node tujuan harus efisien.

    2. Selalu up-to-date table routing ketika terjadi perubahan pada topologi.

    3. Meminimalisir jumlah control paket.

    4. Waktu konvergen yang seminim mungkin.

    2.1.1 Routing Proaktif

    Tipe golongan Protokol routing proaktif ini bersifat (table driven

    routing protocol) yaitu mengelola daftar tujuan dan rute terbaru masing-

    masing serta bersifat broadcast sehingga sistem pendistribusian table

    routingnya selalu diupdate secara periodik, maka dari itu perlu

    penggambaran keseluruhan node jaringan serta setiap node akan

    merespon perubahan dalam mengupdate agar terjadi konsistensi routing

    table, maka memperlambat aliran data jika terjadi restruktursi routing,

    beberapa contoh algoritma routing proaktif yaitu Intrazone Routing

    Protocol (IARP), Linked Cluster Architecture (LCA), Witness Aided

    Routing(WAR), Optimized Link State Routing Protocol(OLSR), Better

    Approach to Mobile Ad hoc Network(BATMAN, Highly Dynamic

    Destination Sequenced Distance Vector routing protocol(DSDV),

    Fisheye state routing (FSR).

    2.1.2 Routing Reaktif

    Tipe algoritma protocol routing reaktif ini bersifat on demand, pada

    intinya node sumber yang akan menentukan node tujuan sesuai prosedur

    yang diinginkannya, proses pencarian rute hanya akan dilakukan ketika

    dibutuhkan komunikasi antara node sumber dengan node tujuan saja, jadi

    routing table yang ada pada node hanyalah informasi route ke tujuan saja.

    Protokol reaktif ini memanfaatkan metode broadcast untuk membuat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    route discovery, pembuatan route discovery ini untuk maintaining route

    agar tidak terputus saat jalur yang tidak digunakan tidak di lalui paket

    menuju node tujuan, selain itu routing reaktif ini akan membroadcast

    paket kepada node tetangganya untuk menyampaikan paket kepada node

    tujuan menggunakan route request setelah menerima maka node tujuan

    akan memberikan pesan balasan berupa route reply, dengan cara ini agar

    dapat meminimalkan routing overhead agar tidak membanjiri jaringan

    berbeda dengan protokol routing proaktif yang membroadcast update

    routing table ke semua node yang mengakibatkan boros bandwidth karena

    beberapa contoh algoritma routing reaktif adalah Associativity Based

    Routing (ABR), Ad Hoc On Demand Distance Vector (AODV), Ad Hoc

    On Demand Multipath Distance Vector, Dynamic Source Routing (DSR),

    AntRouting algorithm for mobile adhoc networks (ARAMA).

    2.1.3 Hybrid Routing

    Protokol hybrid routing ini dikembangkan dengan pemikiran untuk

    menggabungkan kelebihan dari protokol routing reaktif dan proaktif

    sehingga didapatkan sebuah protokol routing yang palinge fektif.

    Protokol routing hybrid menggunakan karakteristik protokol routing

    reaktif dan proaktif untuk mencari jalur terbaik sesuai dengan tuntutan

    dan kondisi (on demand) dengan jaringan yang terus di-update. Selain itu,

    pada protokol routing hybrid, paket Route Request (RREQ) dan Route

    Reply (RREP) dikirimkan setelah terdapat routing request dengan waktu

    interval tertentu[12]. Protokol untuk tipe ini adalah:Hybrid

    RoutingProtocol for Large Scale MANET(HRPLS),Hybrid Wireless

    Mesh Protocol(HWMP), ZoneRouting Protocol (ZRP).

    2.2 Protokol Routing Mobile Ad Hoc Network (MANET)

    Protokol Routing adalah mekanisme penentuan link dari node pengirim ke

    node penerima yang bekerja pada layer 3 OSI (Layer Network). Protokol routing

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    diperlukan karena untuk mengirimkan paket data dari node pengirim ke node

    penerima akan melewati beberapa node penghubung (intermediate node), dimana

    protokol routing berfungsi untuk mencarikan route link yang terbaik dari link

    yang akan dilalui melalui mekanisme pembentukan tabel routing. Pemilihan

    route terbaik tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan seperti bandwith

    link dan jaraknya. Jaringan Ad Hoc memiliki dua model protokol routing.

    Pertama, protokol routing yang bersifat reaktif (reactive), dimana tabel routing

    dibentuk jika ada permintaan pembuatan route link baru atau perubahan link.

    Kedua, protokol routing yang bersifat proaktif (proactive), dimana tabel

    routing dibentuk dan diupdate setiap waktu (secara kontinu) jika terjadi

    perubahan link. MANET adalah sebuah jaringan nirkabel yang terdiri dari

    beberapa node yang tidak memerlukan infrastruktur. Setiap node atau user pada

    jaringan ini bersifat mobile. Setiap node dalam jaringan dapat berperan sebagai

    host dan router yang berfungsi sebagai penghubung antara node yang satu dengan

    node yang lainnya. MANET melakukan komunikasi secara peer to peer

    menggunakan routing dengan cara multihop. Informasi yang akan dikirimkan

    disimpan dahulu dan diteruskan ke node tujuan melalui node perantara. Ketika

    topologi mengalami perubahan karena node bergerak, maka perubahan topologi

    harus diketahui oleh setiap node.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    Gambar 2.0.1 Jaringan Manet

    MANET adalah sebuah jaringan nirkabel yang terdiri dari beberapa

    node yang tidak memerlukan infrastruktur. Setiap node atau user pada

    jaringan ini bersifat mobile. Setiap node dalam jaringan dapat berperan

    sebagai host dan router yang berfungsi sebagai penghubung antara node

    yang satu dengan node yang lainnya. MANET melakukan komunikasi secara

    peer to peer menggunakan routing dengan cara multihop. Informasi yang

    akan dikirimkan disimpan dahulu dan diteruskan ke node tujuan melalui

    node perantara. Ketika topologi mengalami perubahan karena node

    bergerak, maka perubahan topologi harus diketahui oleh setiap node.

    2.2.1 Karakteristik Mobile Ad Hoc Network (MANET)

    Beberapa karakteristik dari jaringan ini adalah:

    a. Topologi yang dinamis : Node pada MANET memiliki sifat yang

    dinamis, yaitu dapat berpindah-pindah kemana saja. Maka

    topologi jaringan yang bentuknya adalah loncatan antara hop ke

    hop dapat berubah secara tidak terpola dan terjadi secara terus

    menerus tanpa ada ketetapan waktu untuk berpindah. Bisa saja

    didalam topologi tersebut terdiri dari node yang terhubung ke

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    banyak hop lainnya,sehingga sangat berpengaruh secara

    signifikan terhadap susunantopologi jaringan.

    b. Otonomi : Setiap node pada MANET berperan sebagai end-user

    sekaligus sebagai router yang menghitung sendiri route-path yang

    selanjutnya akan dipilih.

    c. Keterbatasan bandwidth : Link pada jaringan wireless cenderung

    memiliki kapasitas yang rendah jika dibandingkan dengan

    jaringan berkabel. Jadi, kapasitas yang keluar untuk komunikasi

    wireless juga cenderung lebih kecil dari kapasitas maksimum

    transmisi. Efek yang terjadi pada jaringan yang berkapasitas

    rendah adalah congestion (kemacetan).

    d. Keterbatasan energi : Semua node pada MANET bersifat

    mobile,sehingga sangat dipastikan node tersebut menggunakan

    tenaga baterai untuk beroperasi. Sehingga perlu perancangan

    untuk optimalisasi energi.

    e. Keterbatasan Keamanan : Jaringan wireless cenderung lebih

    rentan terhadap keamanan daripada jaringan berkabel. Kegiatan

    pencurian (eavesdroping, spoofing dan denial of service) harus

    lebih diperhatikan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    2.3 Vehicular Ad Hoc Network (VANET)

    Gambar 2.0.2 Jaringan Vanet

    VANET Sebuah jaringan terorganisir yang dibentuk dengan

    menghubungkan kendaraan dengan kendaraan atau kendaraan dengan RSU

    (Roadside Unit) disebut Vehicular Ad Hoc Network (VANET), dan RSU lebih

    lanjut terhubung ke jaringan backbone berkecepatan tinggi melalui koneksi

    jaringan.Vehicular Ad hoc Network (VANET) termasuk dalam jaringan

    komunikasi nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc

    Network). Tujuan dasar VANET adalah untuk mendukung komunikasi antar

    kendaraan sehingga dapat digunakan sebagai sistem informasi trafik lalu lintas

    yang cerdas Dalam VANETs, RSUs dapat memberikan bantuan dalam

    menemukan fasilitas seperti restoran dan pompa bensin, dan membroadcast

    pesan yang terkait seperti ( maksimum kurva kecepatan)pemberitahuan untuk

    memberikan pengendara informasi. Sebuah kendaraan dapat berkomunikasi

    dengan lampu lalu lintas cahaya melalui V2I komunikasi, dan lampu lalu lintas

    dapat menunjukkan ke kendaraan ketika keadaan lampu ke kuning atau merah.

    Ini dapat berfungsi sebagai tanda pemberitahuan kepada pengemudi, dan akan

    sangat membantu para pengendara ketika mereka sedang berkendara selama

    kondisi cuaca musim dingin atau di daerah asing. Hal ini dapat mengurangi

    terjadinya kecelakaan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    2.3.1 Komunikasi Vanet

    a. Vehicle to Vehicle Communication (V2V) komunikasi yang terjadi

    antara satu node dengan node lainnya di dalam jaringan komunikasi.

    b. Vehicle to infrastructure Communication (V2I) komunikasi yang

    terjadi antara node dengan infrastruktur yang berada di jalan raya.

    c. Vehicle to Roadside (V2R)

    Gabungan antara komunikasi V2V dan V2I

    2.3.2 Karakateristik VANET :

    a. TopologiDinamis Tingkat Tinggi Perubahan topologi pada VANET

    disebabkan oleh pergerakan dari kendaraan dengan kecepatan tinggi.

    b. Sering Terputusnya Jaringan Hasil dari topologi dinamis dapat

    diamati bahwa pemutusan sering terjadi antara dua kendaraan ketika

    sedang bertukar informasi.

    c. Pemodelan Mobilitas Pola mobilitas kendaraan tergantung pada

    lingkungan lalu lintas, jalan terstruktur,kecepatan kendaraan,

    perilaku mengemudi dan sebagainya.

    d. Daya Baterai dan Kapasitas Penyimpanan Dalam kendaraan daya

    baterai dan penyimpanan tidak terbatas.. Hal inI berguna untuk

    komunikasi yang efektif dan membuat rute keputusan.

    2.4 Ad Hoc On Demand Distance Vector (AODV)

    AODV merupakan salah satu jenis reactive routing yang dirancang khusus

    untuk jaringan mobile ad hoc. AODV routing protocol menawarkan adaptasi

    cepat untuk kondisi dinamyc link, pemrosesan yang rendah dan overhead

    memori, pemanfaatan jaringan rendah, dan menentukan unicast rute ke tujuan

    dalam jaringan ad hoc. Selama koneksi rute pengirim ke penerima telah valid,

    AODV tidak melakukan pencarian lagi dan akan memelihara rute ini selama

    mereka dibutuhkan. Dalam proses penentuan jalur, AODV membutuhkan pesan-

    pesan RREQ (Route Request), RREP(RouteReply), dan RERR(RouteError).

    AODV merupakan on-demand routing yang hanya melakukan discovery

    routing apabila rute dibutuhkan oleh source node. AODV memiliki ciri utama

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    yaitu menjaga timer-based state pada setiap node sesuai dengan penggunaan table

    routing.AODV memiliki routing discovery berupa Routing Request(RREQ) dan

    Routing Reply (RREP), serta Routing Maintenance berupa data, Routing Update

    juga Routing Error.Routing Discovery dan Routing Maintenance Terdapat

    beberapa tahap pencarian rute pada routing protocol AODV , diantaranya sebagai

    berikut:

    1. Di saat node sumber(S) membutuhkan suatu rute menuju node

    tujuan(D),tahap awal yang dilakukan oleh node sumber adalah menyiarkan

    paket routing request (RREQ) menuju node tetangganya.

    2. Apabila node yang menerima RREQ memiliki informasi rute menuju node

    tujuan, maka node tersebut akan mengirim paket RREP kembali menuju

    node sumber melalui reverse path yang diciptakan RREQ setiap kali

    flooding dilakukan. Namun, jika node yang menerima RREQ tidak memiliki

    informasi rute menuju node tujuan, maka node tersebut akan menyiarkan

    ulang RREQ ke node tetangganya.

    3. Node yang menerima RREQ dengan nilai source address dan broadcast ID

    yang sama dengan RREQ yang diterima sebelumnya, akan mempertahankan

    RREQ yang sudah diterima diawal dan membuang RREQ baru.

    4. Ketika sebuah node yang memiliki informasi rute menuju node tujuan

    menerima RREQ, maka node tersebut akan melakukan perbandingan antara

    nilai destination sequence number yang dia miliki dengan nilai destination

    sequence number yang ada di RREQ berdasarkan nilai yang lebih besar.

    Apabila nilai destination sequence number yang ada di RREQ lebih besar

    dari nilai yang dimiliki oleh node maka paket RREQ tersebut akan disiarkan

    kembali ke node tetangganya, namun apabila nilai destination sequence

    number yang yang ada di node lebih besar atau sama dengan nilai yang ada

    diRREQ maka node tersebut akan mengirim routing reply(RREP) menuju

    node sumber menggunakan reverse path.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    5. Apabila terjadi masalah pada rute, routing maintenance yang digunakan

    untuk mendeteksi kerusakan rute akan mengirimkan paket routing error

    (RERR) menuju source node dan rute yang rusak akan dihilangkan dari

    routing cache.

    6. Informasi timeout (masa aktif rute) diinformasikan oleh Intermediate

    node yang menerima RREP , dan informasi rute sumber ke tujuan akan

    dihapus apabila waktu timeout telah habis.

    AODV menggunakan tabel routing dengan satu entry untuk setiap

    tujuan. Tanpa menggunakan routing sumber, AODV mempercayakan pada

    tabel routing untuk menyebarkan Route Reply (RREP) kembali ke sumber dan

    secara sekuensial akan mengarahkan paket datmenuju ketujuan. AODV juga

    menggunakan sequence number untuk menjaga setiap tujuan agar didapat

    informasi routing yang terbaru dan untuk menghindari routing loops. Semua

    paket yang diarahkan membawa sequence number. Penemuanjalur

    (Pathdiscovery) atau Routedis covery di-inisiasi dengan menyebarkan Route

    Reply (RREP), seperti terlihat pada Gambar 1. Ketika RREP menjelajahi node,

    ia akan secara otomatis men-setup path. Jika sebuah node menerima RREP,

    maka node tersebut akan mengirimkan RREP lagi ke node atau destination

    sequence number. Pada proses ini, node pertama kali akan mengecek

    destination sequence.

    Gambar 2.0.3 Proses Penemuan Rute

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    Gambar 2.0.4 Mekanisme Route Data Eror

    Number pada tabel routing, apakah lebih besar dari 1 (satu) pada

    RouteRequest(RREQ),jika benar, maka node akan mengirim RREP. Ketika

    RREP berjalan kembali ke source melalui path yang telah di-setup, ia akan

    men-setup jalur kedepan dan meng-update timeout. Jika sebuah link ke hop

    berikutnya tidak dapat dideteksi dengan metode penemuan rute, maka link

    tersebut akan diasumsikan putus dan RouteEr-ror (RERR)akan disebarkan ke

    node neigh-bour seperti terlihat pada Gambar 2. Dengan demikian sebuah node

    bisa menghentikan pen-giriman data melalui rute ini atau meminta rute baru

    dengan menyebarkan RREQ kembali.

    2.5 Dynamic MANET On Demand Routing (DYMO)

    DYMO (Dynamic Manet On-demand) routing protocol juga merupakan

    sebuah routing protocol yang bersifat reactive yang bekerja ketika

    dibutuhkan.DYMO dibangun berdasarkan pengalaman dan pendekatan dari

    reactive routing protocol sebelumnya,terutama dengan routing protocol

    AODV.Ini ditujukan untuk desain yang sederhana,membantu mengurangi

    kebutuhan sistem untuk node yang berpartisipasi, dan menyederhanakan

    implementasi protokol. Perbedaan khusus antara routing AODV dan DYMO

    adalah pada routing DYMO terdapat 2 fitur tambahan yaitu fitur akumulasi path

    dan fitur agensi monitoring fitur akumulasi path adalah setiap node mengikutkan

    alamat informasi dirinya ketika meneruskan paket sehingga ketika paket telah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    sampai ke tujuan maka semua alamat yang dilewati akan diketahui oleh node

    tujuan dan berlaku sebaliknya, sedangkan fitur agensi monitoring berfungsi

    seperti halnya paket hello pada routing AODV akan tetapi fitur agensi monitoring

    sendiri memiliki cara kerja yang berbeda yaitu setiap node hanya memonitoring

    node-node yang berada dalam satu jangkauan untuk mengetahui node penerus

    masih ada atau tidak . Seperti hal dengan reactive routing protocol yang lain,

    DYMO terdiri dari dua operasi protokol, yaitu penemuan rute dan pemeliharaan

    rute. Rute ditemukan ketika sebuah node ingin mengirimkan data ke tujuan yang

    tidak terdapat pada tabel routing.Sebuah pesan request akan dibanjiri di dalam

    jaringan dengan menggunakan broadcast. Jika paket mencapai tujuan, maka

    pesan balasan akan dikirim kembali berisi pesan discovery , dan akumulasi jalur.

    Setiap entri table rute berisi informasi sebagai berikut :

    • Destination Adress

    • No urut

    • Hop count

    • Next hop address

    • Next hop interface

    • Gateway

    • Prefix

    • Valid timeout

    • Delete timeout

    2.5.1 Route Discovery

    Route Discovery Ketika sebuah node ingin mengirimkan data ke

    node tujuan, maka node tersebut akan menginisiasikan sebuah pesan

    RREQ.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    Gambar 2.0.5 Proses Pencarian Jalur

    Proses penemuan jalur pada DYMO routing protocol

    diilustrasikan pada gambar 2.5 pada gambar diinisialisasikan node 2

    sebagai pengirim dan node 9 sebagai target tujuan. Hal yang pertama yang

    dilakukan pengirim adalah menginisiasikan pesan request (RREQ). Di

    dalam pesan RREQ node 2 mengikut sertakan alamat dan nomor urut

    dirinya sendiri sebelum ditambahkan pesan request.Jumlah hop juga

    ditambahkan dengan menginisiasikan hop bernilai1kemudian

    menambahkan informasi tentang node target yaitu node 9.Hal yang paling

    penting adalah informasi tentang target.

    Jika sipengirim sudah mengetahui nomor urut target dan jumlah hop

    maka akan ditambahkan kedalam pesan. Pesan RREQ kemudian dibanjir

    kan ke dalam jaringan dengan menggunakan broadcast. Setiap

    node yang meneruskan pesan RREQ akan menambahkan informasi

    tentang dirinya, baik alamat,nomor urut,prefix, dan informasi gateway ke

    dalam pesan RREQ hal ini merupakan fitur akumulasi path yaitu dapat

    menyimpan informasi alamat sebelumnya .Selama terjadi pengiriman

    pesan RREQ,node sumber menunggu pesan balasan (RREP).

    Jika selama dalam waktu RREQ WAIT TIME tidak ada pesanRREP

    yang diterima, maka node sumber akan mencobamelakukan broadcast

    pesan RREQ lagi. Pada gambar 2.5.1 node 4 dan 6 menambahkan

    informasi tentang diri mereka sendiri ke dalam pesan RREQ sebelum

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    meneruskannya kembali. Ketika sebuah node menerimapesan

    RREQ,node tersebut memproses pesan RREQ kemudian membalas pesan

    tersebut dengan RREP yang berisi informasi tentang target tujuan, yang

    pada gambar 2.5.1 node 9 adalah target. Informasi RREP tersebut berisi

    tentang alamat tujuan, nomor urut,prefix,dan gateway.Kemudian RREP

    dikirim kembali melalui jalur sebaliknya dengan menggunakan

    unicast.Karena balasan dikrim melalui jalur sebaliknya, DYMO tidak

    mendukung link asimetris.

    2.5.2 Route Maintenance

    Route Maintenance Pemeliharaan jalur (route maintenance) adalah

    proses respon terhadap perubahan topologi yang terjadi setelah

    inisialisasi rute telah dibuat. Untuk menjada jalur,node-node terus-

    menerus memonitor dan memperbaharui timeout yang valid pada entri

    tabel routing ketika menerima dan mengirimkan paket data. Jika node

    menerima paket data untuk tujuan, dan node tersebut tidak memilki rute

    untuk tujuan maka node tersebut akan merespon dengan pesan Router

    Error (RERR). Ketika membuat pesan RERR, node membuat list yang

    berisi alamat dan nomor urut node yang unreachable. Selain itu,node

    menambahkan semua entri

    Gambar 2.0.6 Route Maintenance

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    ditabel routing yang tergantung pada tujuan unreachable sebagai entri hop

    berikutnya. Tujuannya adalah untuk memberi tahu tentang tambahan jalur

    yang tidak tersedia.Ketika node menerima pesan RERR, node tersebut

    membandingkan list node yang ada dalam pesan RERR untuk

    menyesuaikan entri dalam tabel routing-nya. Jika entri tabe rute untuk

    node dari RERR ada, dikatakan batal jika hop node berikutnya sama

    dengan node RERR yang diterima dari dan nomor urut masuk lebih besar

    dari atau sama dengan nomor urut yang ditemukan pada pesan RERR.

    Jika entri tabel tidak valid, entri yang sesui dalam daftar node unreachable

    dari RERR harus dihilangkan. Jika tidak ada entri yang tinggal, node tidak

    menyebarkan RERR ini lebih lanjut(Bisoyi & Sahu, 2010).

    2.6 OMNET++

    OMNeT++ adalah simulator kejadian diskrit berorientasi objek. Simulator

    dapat digunakan untuk pemodelan: protokol komunikasi, jarignan komputer dan

    pemodelan lalu lintas, multi-processors dan sistem terdistribusi, dan lain-

    lain.OMNeT++ mendukung animasi dan penjalanan.

    OMNet++ juga menyediakan infrastruktur dan tools untuk memrogram

    simulasi sendiri. Pemrograman OMNet++ bersifat object-oriented dan bersifat

    hirarki. Objek-objek yang besar dibuat dengan cara menyusun objek-objek yang

    lebih kecil. Objek yang paling kecil disebut simple module, akan memutuskan

    algoritma yang akan digunakan dalam simulasi tersebut.

    2.6.1 Berbagai tipe objek pada OMNet++ :

    e. Module (Simple Module dan Compound Module) adalah objek yang

    kita buat, kita program dan kita susun. Compound Module adalah

    sebuah modul yang dibuat dengan cara menggabungkan beberapa

    Simple Module.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    f. Gate adalah pintu keluar/masuk message. Setiap modul hanya bisa

    berinteraksi dengan modul lainnya melalui gate.

    g. Message adalah komunikasi yang dilakukan antar modul. Message

    adalah konsep inti dari simulasi OMNet++. Sebuah modul bisa

    mengirimkan message pada modul lain atau dirinya sendiri (self

    message).

    h. Connection adalah jalur tempat dimana message mengalir. Disini kita

    bisa mendefinisikan parameter/variabel yang berkaitan dengan

    koneksi, misalnya hambatan udara, datarate dan lain sebagainya.

    2.6.2 Kelebihan Omnet++ :

    a. Pemrograman Omnet++ lebih mudah karena menggunakan eclipse

    yang memudahkan penggunaan secara tekstual maupun grafis.

    b. Omnet++ juga menggunakan bahasa pemrograman NED, yaitu

    bahasa tingkat tinggi yang digunakan untuk topologi jaringan

    c. Tool simulasi Omnet++ yang non-komersial dapat bersaing dengan

    beberapa versi komersial seperti opnet yang memiliki cukup banyak

    model protokol yang ready-mode

    d. Omnet++ mendukung dua programming model yaitu thread

    /corountine-based programming dan FSM

    2.6.3 Kekurangan Omnet++

    a. Omnet++ membutuhkan memori yang besar dan waktu yang lama

    pada saat instalasi danpenambahan modul.

    b. Omnet++ hanya menyediakan modul dan tidak mempunyai library

    seperti software simulasiNS2.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    2.7 Simulation of Urban Mobility(SUMO)

    Simulation of Urban Mobility(SUMO) atau disingkatdengan SUMO

    dikembangkan pertama kali oleh Daniel Krajzewicz, Eric Nikolay, dan Michael

    Behrisch pada tahun 2000 yang bertujuan melakukan akomodasi penelitian-

    penelitian yang melibatkan pergerakan kendaraan di jalan raya, terutama daerah-

    daerah yang padat penduduknya.SUMO merupakan software aplikasi simulator

    yang digunakan untuk membuat simulasi pergerakan-kendaraan pada suatu jalur

    dan model tertentu.

    Gambar 2.0.7 SUMO Simulation of Urban Mobility

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    BAB III

    PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN

    3.1 Parameter Simulasi

    Pada penelitian ini mengunakan beberapa parameter yang bersifat konstan

    atau tetap yang akan digunakan untuk setiap simulasi untuk kedua routing

    protokol yaitu AODV dan DYMO, adalah sebagai berikut :

    Tabel 3.1 Parameter tetap dalam scenario perkotan URBAN V2V

    Parameter Nilai

    Luas Area Jaringan 3000mx3000m

    Waktu simulasi 1000s

    Radio range 250m

    Jumlah node 100, 200 dan 300

    Type mobility Tracimobility

    Kecepatan node 20km/h, 30km/h, 50km/h

    Jumlah paket data 24MB

    Traffic Source UDP

    Banyak Koneksi 1 dan 2 UDP

    Tabel 3.2 Parameter tetap dalam scenario perkotan URBAN V2I

    Parameter Nilai

    Luas Area Jaringan 3000mx3000m

    Waktu simulasi 1000s

    Radio range 250m

    Jumlah node 100, 200 dan 300

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    Type mobility Tracimobility

    Kecepatan node 20km/h, 30km/h, 50km/h

    Jumlah paket data 24MB

    Traffic Source UDP

    Banyak Koneksi 1 dan 2 UDP

    Jumlah RSU(Road Side Unit) 20

    Tabel 3.3 Parameter tetap dalam scenario jalan tol (HIGHWAY) V2V

    Parameter Nilai

    Luas Area Jaringan 400mx2000m

    Waktu simulasi 1000s

    Radio range 250m

    Jumlah node 20, 40 dan 60

    Type mobility Tracimobility

    Kecepatan node 20km/h, 30km/h, 50km/h

    Jumlah paket data 24MB

    Traffic Source UDP

    Banyak Koneksi 1 dan 2 UDP

    Tabel 3.4 Parameter tetap dalam scenario jalan tol (HIGHWAY) V2I

    Parameter Nilai

    Luas Area Jaringan 400mx2000m

    Waktu simulasi 1000s

    Radio range 250m

    Jumlah node 20, 40 dan 60

    Type mobility Tracimobility

    Kecepatan node 20km/h, 30km/h, 50km/h

    Jumlah paket data 24MB

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    Traffic Source UDP

    Banyak Koneksi 1 dan 2 UDP

    Jumlah RSU(Road Side Unit) 10

    3.2 Skenario Simulasi

    Skenario yang digunakan dalam simulasi antara kedua protokol routing

    DYMO dan AODV adalah skenario dengan luas areanya tetap Skenario simulasi

    unjuk kerja antara kedua protokol routing DYMO dan AODV mengunakan 2

    peta dan 2 komunikasi. Mengunakan 2 Peta yaitu perkotaan (URBAN) dan jalan

    tol (HIGHWAY) serta 2 komunikasi Vehicle to Vehicle Communication(V2V)

    dan Vehicle to infrastructure Communication(V2I). Dengan skenario

    perbandingan dapat dilihat pada table dibawah ini :

    3.2.1 Tabel Simulasi

    Tabel 3.5 Model Simulasi

    Skenario Komunikasi Peta Protokol

    A V2V URBAN AODV VS DYMO

    B V2V HIGHWAY AODV VS DYMO

    C V2I URBAN AODV VS DYMO

    D V2I HIGHWAY AODV VS DYMO

    3.2.2 Model Skenario Komunikasi

    1. Vehicle-to-Vehicle (V2V) yaitu komunikasi yang terjadi antara satu

    node dengan node lainnya di dalam jaringan komunikasi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    Gambar 3.1 Vehicle-to-Vehicle (V2V) Communication

    2. Vehicle to Infrastructure (V2I) yaitu komunikasi yang terjadi antara

    node dengan infrastruktur yang berada di jalan raya. Gambar 2

    dibawah menggambarkan komunikasi V2I

    Gambar 3.2 Infrastructure-to-Vehicle (IVC) Communication

    3.2.3 Model Skenario Kecepatan

    Kecepatan node menggunakan mobility model : Moderat Car Model

    (MCM), dan Fast Car Model (FCM).

    Tabel 3.6 Model kecepatan node skenario perkotan (URBAN)

    Model Kecepatan

    Moderat Car Model (MCM) 20 km/h

    Moderat Car Model (MCM) 30 km/h

    Fast Car Model (FCM) 50 km/h

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    Tabel 3.7 Model kecepatan node skenario jalan tol (HIGHWAY)

    Model Kecepatan

    Fast Car Model (FCM) 50 km/h

    Fast Car Model (FCM) 70 km/h

    Fast Car Model (FCM) 110 km/h

    3.2.4 Model Pergerakan Simulasi

    Model pergerakan kendaraan dibuat menggunakan

    randomTrips.py pada SUMO yang digunakan untuk membuat pergerakan

    banyak kendaraan secara acak. Jumlah kendaraan untuk menggambarkan

    lalu lintas padat, sedang, dan lengang diatur dengan menentukan waktu

    jeda munculnya kendaraan baru dalam skenario yang dibuat. Semakin kecil

    jeda kemunculan kendaraan maka lalu lintas akan semakin padat,

    sedangkan semakin besar waktu jeda yang diberikan maka lalu lintas

    semakin lengang. Lalu lintas padat digunakan untuk menggambarkan

    komunikasi antar kendaraan yang dapat terus terjadi karena jaringan V2V

    dapat terus ter bentuk. Kemudian skenario lalu lintas sedang digunakan

    untuk menggambarkan komunikasi antar jaringan V2V tidak dapat

    berlangsung secara kontinu, sehingga komunikasi dengan jaringan infra

    struktur juga perlu dilakukan. Sedangkan lalu lintas lengang

    menggambarkan komunikasi antar kendaraan tidak dapat dilakukan karena

    sinyal radio antar kendaraan tidak dapat menjangkau, sehingga komunikasi

    yang dapat diandalkan hanya dengan melalui jaringan infrastruktur.

    3.3 Skenario A UDP Koneksi skenario URBAN

    Tabel 3.8 Skenario A UDP Koneksi 1 (DYMO dan AODV)

    Skenario Node Kecepatan

    A1 100 20 km/h

    A2 200 20 km/h

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    A3 300 20 km/h

    A4 100 30 km/h

    A5 200 30 km/h

    A6 300 30 km/h

    A7 100 50 km/h

    A8 200 50 km/h

    A9 300 50 km/h

    Tabel 3.9 Skenario B UDP Koneksi 2 (DYMO dan AODV)

    Skenario Node Kecepatan

    B1 100 20 km/h

    B2 200 20 km/h

    B3 300 20 km/h

    B4 100 30 km/h

    B5 200 30 km/h

    B6 300 30 km/h

    B7 100 50 km/h

    B8 200 50 km/h

    B9 300 50 m/h

    3.4 Skenario A UDP Koneksi skenario HIGHWAY

    Tabel 3.10 Skenario A UDP Koneksi 1 (DYMO dan AODV)

    Skenario Node Kecepatan

    A1 20 50 km/h

    A2 40 50 km/h

    A3 60 50 km/h

    A4 20 70 km/h

    A5 40 70 km/h

    A6 60 70 km/h

    A7 20 110 km/h

    A8 40 110 km/h

    A9 60 110 km/h

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    Tabel 3.11 Skenario B UDP Koneksi 2 (DYMO dan AODV)

    Skenario Node Kecepatan

    B1 20 50 km/h

    B2 40 50 km/h

    B3 60 50 km/h

    B4 20 70 km/h

    B5 40 70 km/h

    B6 60 70 km/h

    B7 20 110 km/h

    B8 40 110 km/h

    B9 60 110 km/h

    3.5 Parameter Kinerja

    Ada tiga parameter kinerja dalam penelitian tugas akhir ini:

    a. Delay

    Delay atau yang sering disebut end to end delay adalah waktu yang

    dibutuhkan paket dalam jaringan atau waktu jeda antara paket pertama

    dikirim dengan paket tersebut di terima .Delay merupakan suatu paramater

    yang dibutuhkan untuk membandingkan suatu routing protokol routing.

    Karena besarnya sebuah delay dapat memperlambat kinerja dari protokol

    routing.

    Average Delay =Total End Delay

    𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎

    b. Throughput

    Rumus untuk menghitung Throughput adalah jumlah bit data per

    waktu unit yang dikirimkan ke terminal tertentu dalam suatu jaringan, dari

    node jaringan, atau dari satu node ke yang lain. Biasanya throughput selalu

    dikaitkan dengan bandwidth[4]. Throughput adalah rata-rata data yang

    dikirim dalam suatu jaringan, biasa diekspresikan dalam satuan

    bitpersecond (bps), byte persecond (Bps) atau packet persecond (pps).

    Throughput merujuk pada besar data yang dibawa oleh semua trafik

    jaringan,tetapi dapat juga digunakan untuk keperluan yang lebih

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    spesifik.Throughput akan semakin baik jika nilainya semakin besar.

    Besarnya throughput akan memperlihatkan kualitas dari kinerja protokol

    routing tersebut. Karena itu throughput dijadikan sebagai indikator

    untukmengukur performansi dari sebuah protokol. Rumus untuk

    menghitungthroughput adalah :

    𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑇ℎ𝑟𝑜𝑢𝑔ℎ𝑝𝑢𝑡 =𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎

    𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑖𝑟𝑖𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑡𝑎

    c. Control Message

    Jumlah routing OverHead selama simulasi.Jika nilai control message

    rendah maka dapat dikatakan bahwa protokol routing tersebut memiliki

    kinerja yang cukup baik dalam hal pengiriman paket.

    3.6 Snapshoot Jaringan

    Gambar 3.3 Snapshoot Jaringan dengan 100 node URBAN V2V

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    Gambar 3.4 Snapshoot Jaringan dengan 100 node saat membroadcast jalur rute

    URBAN V2V

    Gambar 3.5 Jaringan URBAN dengan 20 RSU(Road Side Unit) V2I

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    Gambar 3.6 Snapshoot Jaringan dengan 100 node saat membroadcast jalur rute

    URBAN V2I

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    Gambar 3.7 Snapshoot Peta Downtown Olando Mengunakan SUMO

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    Gambar 3.8 Snapshoot Jaringan dengan 20 node HIGHWAY V2

    Gambar 3.9 Snapshoot Jaringan dengan 20 node saat membroadcast jalur rute

    HIGHWAY V2V

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    Gambar 3.0.80 Snapshoot Jaringan HIGHWAY dengan 10 RSU(Road Side Unit)

    V2I

    Gambar 3.0.91 Snapshoot Jaringan dengan 20 node saat membroadcast jalur rute

    HIGHWAY V2I

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    Gambar 3.12 Snapshoot Peta HIGHWAY Mengunakan SUMO

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    BAB IV

    PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN

    4.1 Skenario A AODV Vs DYMO URBAN V2V

    4.1.1 Troughputh Jaringan

    Gambar 4.1 Perbandingan Troughput AODV DYMO NODE 100 Urban V2V

    20km/h 30km/h 50km/h

    AODV 6465 5660 4553

    DYMO 6483 5883 4856

    4000

    4500

    5000

    5500

    6000

    6500

    7000

    Tro

    ugh

    pu

    t(bit/s)

    KONEKSI 1 UDP AODV VS DYMO Node100

    AODV

    DYMO

    20km/h 30km/h 50km/h

    AODV 6457 5645 4528

    DYMO 6477 5860 4832

    4000

    4500

    5000

    5500

    6000

    6500

    7000

    Tro

    ugh

    pu

    t(bit/s)

    KONEKSI 2 UDP AODV VS DYMO Node100

    AODV

    DYMO

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    Gambar 4.2 Perbandingan Troughput AODV DYMO NODE 200 Urban V2V

    20km/h 30km/h 50km/h

    AODV 6632 5926 4912

    DYMO 6688 6122 5215

    4000

    4500

    5000

    5500

    6000

    6500

    7000

    Tro

    ugh

    pu

    t(bit/s)

    KONEKSI 1 UDP AODV VS DYMO Node200

    AODV

    DYMO

    20km/h 30km/h 50km/h

    AODV 6617 5912 4907

    DYMO 6659 6102 5211

    4000

    4500

    5000

    5500

    6000

    6500

    7000T

    rou

    gh

    pu

    t(bit/s)

    KONEKSI 2 UDP AODV VS DYMO Node200

    AODV

    DYMO

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    Gambar 4.3 Perbandingan Troughput AODV DYMO NODE 300 Urban V2V

    Perbandingan throughput antara AODV dan DYMO pada skenario

    Urban V2V menunjukkan bahwa ketika node ditambah atau density

    ditambah kedua routing mengalami penambahan nilai throughput, hal ini

    terjadi karena semakin rapat node maka ketahanan link akan semakin kuat

    20km/h 30km/h 50km/h

    AODV 6650 6157 5169

    DYMO 6758 6357 5442

    4000

    4500

    5000

    5500

    6000

    6500

    7000

    Tro

    ugh

    pu

    t(bit/s)

    KONEKSI 1 UDP AODV VS DYMO Node300

    AODV

    DYMO

    20km/h 30km/h 50km/h

    AODV 6634 6134 5125

    DYMO 6740 6326 5428

    4000

    4500

    5000

    5500

    6000

    6500

    7000

    Tro

    ugh

    pu

    t(bit/s)

    KONEKSI 2 UDP AODV VS DYMO Node300

    AODV

    DYMO

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    sehingga node akan jarang mengalami terjadinya putus link dan kerapatan

    node membuat paket yang diterima akan lebih banyak.

    Perbandingan throughput antara AODV dan DYMO pada Grafik

    diatas menunjukan bahwa ketika kecepatan Node ditambah throughput

    akan mengalami penurunan karena ketika mobilitas semakin tinggi maka

    topologi akan cepat berubah dan karakteristik kedua protokol yang

    berusaha memelihara satu jalur, sehingga menyulitkan dalam pencarian

    jalur baru dan akan membuat nilai througput menurun secara signifikan .

    Jika dilihat pada grafik diatas pada saat kecepatan 110 km/h terjadi

    penurunan troughput secara signifikan hal ini dikarenakan jarak antara

    node satu dengan yang lain semakin jauh atau tidak terhubung sehingga

    routing berada dalam kondisi route maintenance dan route discovery.

    Nilai throughput routing AODV lebih rendah dibandingkan routing

    DYMO hal ini disebabkan karena ketika terjadi link putus routing ini sulit

    dalam menemukan jalur baru dan harus melakukan broadcast ulang untuk

    menemukn jalur lagi sehingga paket yang terkirim akan lebih sedikit yang

    sampai ke destination sedangkan routing DYMO ketika terjadi putus link

    routing ini mempunyai jalur alternatif lain yaitu dengan mengunakan fitur

    akumulasi path sehingga paket yang terkirim akan lebih banyak dan cepat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    4.1.2 Delay Jaringan

    Gambar 4.4 Perbandingan Delay AODV DYMO NODE 100 Urban V2V

    20km/h 30km/h 50km/h

    AODV 22.4 48.5 84

    DYMO 15.5 26 46.1

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    Dela

    y(m

    s)

    KONEKSI 1 UDP AODV VS DYMO Node100

    AODV

    DYMO

    20km/h 30km/h 50km/h

    AODV 23.6 49.6 88.2

    DYMO 16.1 30.1 49.2

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    Dela

    y(m

    s)

    KONEKSI 2 UDP AODV VS DYMO Node100

    AODV

    DYMO

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    20km/h 30km/h 50km/h

    AODV 35.9 55.4 94.2

    DYMO 25.5 35.87 59.9

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    Dela

    y(m

    s)

    KONEKSI 1 UDP AODV VS DYMO Node200

    AODV

    DYMO

    20km/h 30km/h 50km/h

    AODV 37.4 60.5 98

    DYMO 26.1 39.3 60.7

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    Dela

    y(m

    s)

    KONEKSI 2 UDP AODV VS DYMO Node 200

    AODV

    DYMO

    Gambar 4.5 Perbandingan Delay AODV DYMO NODE 200 Urban V2V

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    Gambar 4.6 Perbandingan Delay AODV DYMO NODE 300 Urban V2V

    Perbandingan Delay antara AODV dan DYMO pada Skenario Urban

    V2V menunjukkan bahwa ketika node ditambahkan atau density ditambah

    kedua routing tersebut mengalami kenaikan delay, hal ini terjadi karena

    semakin node ditambah maka jalur akan semakin panjang dan Hop Count

    akan semakin bertambah sehingga paket yang dikirim ke destination

    menjadi lebih lama.

    20km/h 30km/h 50km/h

    AODV 44 61.4 104

    DYMO 34.9 44.6 73.2

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    Dela

    y(m

    s)

    KONEKSI 1 UDP AODV VS DYMO Node 300

    AODV

    DYMO

    20km/h 30km/h 50km/h

    AODV 46 68.2 112

    DYMO 35.1 47.3 75.5

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    Dela

    y(m

    s)

    KONEKSI 2 UDP AODV VS DYMO Node 300

    AODV

    DYMO

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    Perbandingan Delay antara AODV dan DYMO pada menunjukan bahwa

    ketika kecepatan node semakin tinggi delay pada kedua routing akan

    mengalami peningkatan hal ini terjadi karena jarak antara node satu dengan

    yang lain yang semakin jauh sehingga menyebabkan terjadinya putus link

    hal ini membuat routing harus melakukan route discovery dan akan

    membuat paket yang dikirim menjadi lebih lama .

    Jika dilihat delay pada routing DYMO lebih baik dari pada routing

    AODV hal ini karena routing DYMO mempunyai fitur akumulasi path

    yaitu setiap node dapat menyimpan informasi node alamat sebelumnya

    sehingga ketika routing DYMO mengalami putus link maka routing ini

    akan lebih cepat dalam melakukan pencarian rute baru karena routing ini

    mengetahui alternative lain menuju ke destination. Sedangkan AODV

    harus membroadcast ulang setiap kali mengalami putus link sehingga

    waktu menemukan route akan lebih lama dalam pencarian jalur baru.

    Jika dilihat kenaikan delay secara signifikan berada pada , kecepatan

    110km dan kepadatan 300 node hal ini dikarena sering terjadinya

    kegagalan link dan jalur yang semakin panjang.

    4.1.3 Control Message

    20km/h 30km/h 50km/h

    AODV 24762784 90653056 151915904

    DYMO 19642820 78214783 128912647

    10000000

    60000000

    110000000

    160000000

    210000000

    Co

    ntr

    ol

    Mes

    sag

    e

    KONEKSI 1 UDP AODV VS DYMO Node 100

    AODV

    DYMO

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    Gambar 4.7 Perbandingan Control Message AODV DYMO NODE 100 Urban V2V

    20km/h 30km/h 50km/h

    AODV 25093184 91996252 153745184

    DYMO 21102176 79921948 129426720

    10000000

    60000000

    110000000

    160000000

    210000000

    Co

    ntr

    ol

    Mes

    sag

    e

    KONEKSI 2 UDP AODV VS DYMO Node 100

    AODV

    DYMO

    20km/h 30km/h 50km/h

    AODV 27965376 99252448 181959304

    DYMO 22947348 84634711 145678274

    10000000

    60000000

    110000000

    160000000

    210000000

    Co

    ntr

    ol

    Mes

    sag

    e

    KONEKSI 1 UDP AODV VS DYMO Node 200

    AODV

    DYMO

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    Gambar 4.8 Perbandingan Control Message AODV DYMO NODE 200 Urban V2V

    20km/h 30km/h 50km/h

    AODV 29289600 101304864 186013504

    DYMO 23882954 89203847 147048576

    10000000

    60000000

    110000000

    160000000

    210000000

    Co

    ntr

    ol

    Mes

    sag

    e

    KONEKSI 2 UDP AODV VS DYMO Node 200

    AODV

    DYMO

    20km/h 30km/h 50km/h

    AODV 32258422 113804448 221375776

    DYMO 27947862 95442905 178025923

    10000000

    60000000

    110000000

    160000000

    210000000

    Co

    ntr

    ol

    Mes

    sag

    e

    KONEKSI 1 UDP AODV VS DYMO Node 300

    AODV

    DYMO

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    Gambar 4.9 Perbandingan Control Message AODV DYMO NODE 300 Urban V2V

    Perbandingan Control Massages antara AODV dan DYMO pada

    Skenario Urban V2V menunjukkan bahwa ketika mobilitas tinggi Control

    Messages pada kedua routing mengalami kenaikan, hal ini terjadi karena

    kedua routing tersebut mengalami kegagalan jalur sehingga membut

    routing sering melaukan route discovery dan mengakibatkan aktivitas

    routing menjadi semakin banyak. Perbandingan Control Massages antara

    AODV dan DYMO dengan penambahan node kedua routing tersebut

    mengalami kenaikan control massages hal ini disebabkan karena seiring

    node bertambah maka jalur yang dilewati akan semakin panjang sehingga

    control paket atau waktu tunggu paket akan semakin lama.

    Jika dilihat pada grafik diatas control massages AODV lebih tinggi

    dari pada DYMO hal ini dikarenakan fitur hello massages ketika routing

    AODV sudah mematenkan jalurnya routing ini akan mengirim paket lagi

    mengunakan fitur hello message untuk mengecek tentangganya hal ini

    membuat aktivitas pada routing ini akan semakin banyak. Sedangkan

    routing DYMO ketika mengalami kegagalan route hanya melakukan route

    discovery dan mengcek jalur alternativenya sehingga aktivitas routing ini

    20km/h 30km/h 50km/h

    AODV 34903581 127465859 232208574

    DYMO 28896736 102006455 186302356

    10000000

    60000000

    110000000

    160000000

    210000000

    Co

    ntr

    ol

    Mes

    sag

    e

    KONEKSI 2 UDP AODV VS DYMO Node 300

    AODV

    DYMO

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48

    akan lebih cepat dan efisien. Dan ketika rute sudah terbentuk routing

    DYMO mengunakan agensi monitoring yang berguna untuk mengetahui

    node valid yang berada pada satu jangkuan tanpa harus melakukan hello

    message serperti routing AODV hal ini membuat routing DYMO lebih

    efisien karena aktivitas routing nya tidak terlalu banyak.

    Jika dilihat pada Grafik diatas kenaikan Control Massages naik secara

    signifikan pada kecepatan 110 km/h dan node 300 hal ini dikarenakan

    semakin sering routing melakukan route discovery serta semakin panjang

    waktu tunggu paketnya maka control message akan semakin meningkat.

    4.2 Skenario B AODV VS DYMO HIGHWAY V2V

    4.2.1 Throughput Jaringan

    50km/h 70km/h 110km/h

    AODV 5172 3029 1621

    DYMO 5312 3456 2152

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    Tro

    ugh

    pu

    t(b

    it/s

    )

    KONEKSI 1 UDP AODV VS DYMO Node 20

    AODV

    DYMO

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 49

    Gambar 4.10 Perbandingan Troughput AODV DYMO NODE 20 Highway V2V

    50km/h 70km/h 110km/h

    AODV 5152 2958 1591

    DYMO 5289 3421 2124

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    Tro

    ugh

    pu

    t(b

    it/s

    )

    KONEKSI 2 UDP AODV VS DYMO Node 20

    AODV

    DYMO

    50km/h 70km/h 110km/h

    AODV 5792 3530 1953

    DYMO 5987 3836 2612

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    Tro

    ugh

    pu

    t(b

    it/s

    )

    KONEKSI 1 UDP AODV VS DYMO Node 40

    AODV

    DYMO

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 50

    Gambar 4.11 Perbandingan Troughput AODV DYMO NODE 40 Highway V2V

    50km/h 70km/h 110km/h

    AODV 5767 3516 1928

    DYMO 5942 3791 2589

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    Tro

    ugh

    pu

    t(b

    it/s

    )

    KONEKSI 2 UDP AODV VS DYMO Node 40

    AODV

    DYMO

    50km/h 70km/h 110km/h

    AODV 6112 4053 2641

    DYMO 6319 4369 3176

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    Tro

    ugh

    pu

    t(b

    it/s

    )

    KONEKSI 1 UDP AODV VS DYMO Node 60

    AODV

    DYMO

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 51

    Gambar 4.12 Perbandingan TroughputAODV DYMO NODE 60 Highway V2V

    Perbandingan troughput antara AODV dan DYMO pada Skenario

    Highway V2V pada penambahan kecepatan kedua routing ini mengalami

    penurunan troughput semakin tinggi kecepatan maka dan akan berakibat

    routing mengalami kegagalan route hal ini akan membuat routing harus

    melakukan route discovery .Pada scenario saat penambahan node kedua

    routing ini mengalami peningkatan troughput dikarenakan semakin pada

    node maka ketahanan link akan semakain kuat sehingga jalur yang dilewati

    akan selalu ada dan akan meminimal terjadinya kegagalan route.

    Pada perbandingan kedua protocol ini DYMO mengunguli AODV

    dikarenakan penemuan jalur pada routing DYMO lebih baik dan lebih

    cepat dari pada AODV. , routing DYMO dalam pencarian jalur

    memanfaatkan jalur alternative sehingga troughput pada routing DYMO

    akan lebih banyak dan cepat , sedangkan routing AODV setiap kali

    mengalami kegagalan route harus membroadcast ulang dalam penemuan

    jalur menuju kedestination.Jika kita lihat pada grafik diatas penurunan

    troughput secara signifikan pada node 20 dan kecepatan 110 km/h hal ini

    dikarenakan routing lebih sering mengalami putus link dengan node yang

    50km/h 70km/h 110km/h

    AODV 6087 4029 2611

    DYMO 6299 4332 3154

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    Tro

    ugh

    pu

    t(b

    it/s

    )

    KONEKSI 1 UDP AODV VS DYMO Node 60

    AODV

    DYMO

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 52

    sedikit dan kecepatan yang tinggi maka jarak antara node satu dengan node

    yang lain akan semakin jauh sehingga routing kesulitan dalam penemuan

    jalur kedestination.