ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK SYARIAH HASIL …
Transcript of ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK SYARIAH HASIL …
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK SYARIAH HASIL SPIN-OFF
DENGAN BANK KONVENSIONAL BERDASARKAN METODE RGEC
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
MAULANA HASANUDIN
NIM : 1112046100032
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016 M/ 1438 H
v
ABSTRAK
Maulana Hasanudin, 1112046100032, Analisis Perbandingan Kinerja Bank SyariahHasil Spin-Off dengan Bank Konvensional Berdasarkan Metode RGEC. PerbankanSyariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas IslamNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan kinerja keuanganBank Syariah Hasil Spin-Off (BJB Syariah, BNI Syariah, BRI Syariah dan BukopinSyariah) dengan Bank Induk Konvensionalnya. Metode yang digunakan adalahanalisis kuantitatif deskriptif dan statistik uji Independent Sample t-test. Pengukurankinerja keuangan dilakukan dengan menggunakan metode RGEC yang meliputi rasioNPF/NPL, FDR/LDR, ROA, ROE, dan CAR berdasarkan PBI No.13/1/PBI/2011 danSurat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.10/SEOJK.03/2014. Data yang digunakandalam penelitian ini adalah data rasio keuangan tahunan dari tahun 2011-2015.
Hasil penelitian menyatakan bahwa kinerja keuangan Bank Induk Konvensional lebihbaik dibandingkan Bank Syariah Hasil Spin-Off. Pada analisis statistik kinerja BJBSyariah dengan BJB Konvensional menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaanyang signifikan pada rasio NPF/NPL, FDR,LDR dan CAR akan tetapi pada rasioROA dan ROE terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja BJB Syariah denganBJB Konvensional. Pada analisis statistik kinerja BNI Syariah dengan BNIKonvensional menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan padarasio NPF/NPL, FDR,LDR dan CAR akan tetapi pada rasio ROA dan ROE terdapatperbedaan yang signifikan antara kinerja BNI Syariah dengan BNI Konvensional.Pada analisis statistik kinerja BRI Syariah dengan BRI Konvensional menunjukkanbahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja BRI Syariah dengan BRIKonvensional pada semua rasio keuangan yaitu, NPF/NPL, FDR,LDR, ROA, ROEdan CAR. Pada analisis statistik kinerja Bukopin Syariah dengan BukopinKonvensional menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan padarasio NPF/NPL, dan CAR akan tetapi pada rasio FDR/LDR, ROA dan ROE terdapatperbedaan yang signifikan antara kinerja Bukopin Syariah dengan BukopinKonvensional.
Kata Kunci : Kinerja Keuangan, Spin-Off, Metode RGEC, NPF/NPL,FDR/LDR, ROA, ROE, CAR.
Pembimbing : Supriyono, S.E., M.M.
Daftar Pustaka : Tahun 2002 s.d 2015
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat dan
rahmat-Nya. Berkat kehendak dan kuasa-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita, Baginda
Nabi Muhammad SAW, yang telah memberi petunjuk kepada umatnya menuju
kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan jika tanpa ada bantuan dari
banyak pihak. Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya atas segala kepedulian
mereka yang telah memberikan berbagai macam bentuk bantuan baik berupa moril,
kritik, masukan, motivasi, dukungan finansial, maupun inspirasi dalam penulisan
skripsi ini.
Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A. selaku Ketua Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum dan Bapak Abdurrauf, Lc., M.A. selaku
Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Supriyono SE, MM. selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis, yang
telah menyediakan waktu luang dan sangat sabar dalam memberikan
vi
pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menulis skripsi sehingga
skripsi ini dapat selesai dengan baik. Selain itu, berbagai masukan, motivasi,
ilmu, dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis
mendapatkan pelajaran berharga yang bermanfaat untuk masa depan.
semoga Allah membalas kebaikan Bapak berupa limpahan rezeki dan
keberkahan dunia akhirat.
4. Kepada Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan.
5. Bapak Muh. Fudhail Rahman, Lc,. MA. Selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan nasihat dan waktu luangnya untuk
berkonsultasi mengenai masalah akademik selama penulis menjadi
mahasiswa.
6. Kepada seluruh Dosen dan Karyawan Akademik Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama menempuh
pendidikan jenjang kuliah.
7. Kepada kedua orang tuaku Bapak Nur Ali dan Ibu Suryani, juga adik-adikku
tercinta Fathur Rahman, Rizki Ahmad Zam-zami, serta yang paling kecil
dan yang paling cantik Kaeyla Nur Alfiyani yang telah memberikan do’a,
dukungan moril maupun materil, semangat, dan rela berkorban waktu dan
keringatnya untuk membantu penulis dalam menjalani perkuliahan. Semoga
vi
kebaikan kalian dibalas oleh Allah SWT dan diberi keberkahan dunia dan
akhirat.
8. Kepada saudara-saudara penulis, Tiara S. Pratiwi, Dyta Anggraeni, Sahibul
Mabda, Andika Ahmad dan Mutmainnah. Terima kasih atas dukungannya
kepada penulis.
9. Kepada saudara Irfan Muttaqin dan Anas Santoso, terima kasih untuk kalian
telah menemani penulis dari semester satu sampai sekarang. Susah, senang,
canda dan tawa di dalam maupun di luar kampus. Semoga kita bisa wisuda
tahun ini, dapet kehidupan yang lebih baik di masa depan dan cepet ketemu
jodohnya masing-masing. Amiiinnn…
10. Kepada teman-teman terhebat, Kevin Costner, Taufik Dwi Hananto, Ahmad
Fawwaz, Ahmad Mutamimul Ula, Kamal Awal Al-Din, Pandy Dharmawan,
Fadly Pradana, Avicenna Nurman A, Ibrahim kholil N, dan Muh. Irham N.
Terima kasih atas kebersamaannya dan bantuannya kepada penulis.
11. Kepada teman-teman perempuan terhebat, Nanda Pipit Nurjannah, Annisa
Farida, Siti Sarah, Meydha Nurcholis, Leni Indriani, Rahmawati, Eka
Rahayu, Farah Dhiba, Nur Azila, Rinrin, dan Mariatul Adila. Semoga kalian
makin kompak dan cepet ketemu jodohnya masing-masing.
12. Kepada seluruh teman-teman Perbankan Syariah A Tahun 2012 yang telah
membantu penulis selama proses skripsi, terutama kepada Nanda Pipit
Nurjannah, teman seperjuangan penulis semenjak bangku SMA sampai
kuliah yang selalu memotivasi penulis.
vi
13. Kepada seluruh teman-teman Perbankan Syariah Angkatan 2012, terima
kasih atas kebersamaannya selama empat tahun terakhir. Semoga kita
dipertemukan lagi di masa depan oleh Allah.
14. Kepada Keluarga KKN PILAR, Alex, Kahfi, Rizqi, Qomar, Basith, Aray,
Ayut, Dita, Rahmi, Nay, Ghina, Lela, Osi, Ayu, Ara dan Mila. Terima kasih
atas berbagai cerita, ilmu, pengalaman, dan kebersamaan sewaktu menjalani
kegiatan KKN.
15. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Dengan demikian, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas semua pihak
yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah
SWT membalas kalian yang terbaik dan semoga karya ini dapat bermanfaat bagi
seluruh masyarakat dan menyumbangkan aspirasi bagi perkembangan keuangan
syariah.
Jakarta, 12 Oktober 2016
Maulana Hasanudin
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………. .. iii
LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………….. iv
ABSTRAK ………………………………………………………………….. v
KATA PENGANTAR ……………………………………………………... vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… .. vii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………. viii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………………... 13
C. Pembatasan Masalah …………………………………………….. 14
D. Perumusan Masalah ……………………………………………… 14
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………... 15
F. Metode Penelitian ………………………………………………... 16
G. Sistematika Penulisan ……………………………………………. 19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank ……………………………………………………………… 21
1. Pengertian Bank …………………………………………. 21
2. Asas, Fungsi dan Tujuan Perbankan …………………….. 22
vii
3. Jenis Bank ………………………………………………... 23
B. Bank Syariah ……………………………………………………... 26
1. Definisi Bank Syariah …………………………………… 26
2. Karakteristik Bank Syariah ……………………………… 27
3. Tujuan Bank Syariah …………………………………….. 28
4. Produk dan Jasa Bank Syariah ……………………………… 29
C. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ……………..... 37
D. Kinerja Keuangan ………………………………………………... 38
E. Laporan Keuangan ………………………………………………. 39
F. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank …………………………….. 42
G. Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ……………………..... 43
1. Risk Profile ………………………………………………. 43
2. Good Corporate Governance ……………………………. 47
3. Earnings …………………………………………………. 48
4. Capital …………………………………………………... 50
H. Review Studi Terdahulu ………………………………………… 51
I. Kerangka Pemikiran …………………………………………….. 56
J. Hipotesis ………………………………………………………… 57
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………….. 58
B. Objek Penelitian …………………………………………………. 59
C. Metode Pengumpulan Data ……………………………………… 59
D. Teknik Analisis Data …………………………………………….. 60
E. Definisi Operasional Variabel …………………………………… 62
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Kinerja Keuangan dengan Metode RGEC ……………….. 69
1. Analisis Kinerja BJB Syariah dengan BJB Konvensional … 69
a. Non Performing Financing/Non Performing Loan …… 70
b. Financing to Deposit Ratio/Loan to Deposit Ratio ….... 71
vii
c. Return On Assets …………………………………….. 73
d. Return On Equity …………………………………….. 75
e. Capital Adequacy Ratio ……………………………… 76
2. Perbandingan Kinerja Keuangan BJB Syariah dengan
BJB Konvensional ………………………………………… 78
a. Uji Beda NPF/NPL BJB Syariah dan
BJB Konvensional ……………………………………. 80
b. Uji Beda FDR/LDR BJB Syariah dan
BJB Konvensional ……………………………………. 81
c. Uji Beda ROA BJB Syariah dan BJB Konvensional …. 83
d. Uji Beda ROE BJB Syariah dan BJB Konvensional …. 84
e. Uji Beda CAR BJB Syariah dan BJB Konvensional …. 86
3. Analisis Kinerja BNI Syariah dengan BNI Konvensional … 87
a. Non Performing Financing/Non Performing Loan …… 88
b. Financing to Deposit Ratio/Loan to Deposit Ratio ….... 89
c. Return On Assets …………………………………….. 90
d. Return On Equity …………………………………….. 92
e. Capital Adequacy Ratio ……………………………… 93
4. Perbandingan Kinerja Keuangan BNI Syariah dengan
BNI Konvensional ………………………………………… 94
a. Uji Beda NPF/NPL BNI Syariah dan
BNI Konvensional ……………………………………. 96
b. Uji Beda FDR/LDR BNI Syariah dan
BNI Konvensional ……………………………………. 97
c. Uji Beda ROA BNI Syariah dan BNI Konvensional …. 99
d. Uji Beda ROE BNI Syariah dan BNI Konvensional …. 100
e. Uji Beda CAR BNI Syariah dan BNI Konvensional …. 102
5. Analisis Kinerja BRI Syariah dengan BRI Konvensional … 103
a. Non Performing Financing/Non Performing Loan …… 104
b. Financing to Deposit Ratio/Loan to Deposit Ratio ….... 105
c. Return On Assets …………………………………….. 106
vii
d. Return On Equity …………………………………….. 108
e. Capital Adequacy Ratio ……………………………… 109
6. Perbandingan Kinerja Keuangan BRI Syariah dengan
BRI Konvensional ………………………………………… 110
a. Uji Beda NPF/NPL BRI Syariah dan
BRI Konvensional ……………………………………. 112
b. Uji Beda FDR/LDR BRI Syariah dan
BRI Konvensional ……………………………………. 114
c. Uji Beda ROA BRI Syariah dan BRI Konvensional …. 115
d. Uji Beda ROE BRI Syariah dan BRI Konvensional …. 116
e. Uji Beda CAR BRI Syariah dan BRI Konvensional …. 118
7. Analisis Kinerja Bukopin Syariah dengan Bukopin
Konvensional ……………………………………………… 119
a. Non Performing Financing/Non Performing Loan …… 120
b. Financing to Deposit Ratio/Loan to Deposit Ratio ….... 121
c. Return On Assets ……………………………………… 123
d. Return On Equity ……………………………………… 125
e. Capital Adequacy Ratio ………………………………. 126
8. Perbandingan Kinerja Keuangan Bukopin Syariah dengan
Bukopin Konvensional ……………………………………. 128
a. Uji Beda NPF/NPL Bukopin Syariah dan
Bukopin Konvensional ……………………………….. 130
b. Uji Beda FDR/LDR BRI Syariah dan
BRI Konvensional ……………………………………. 131
c. Uji Beda ROA Bukopin Syariah dan
Bukopin Konvensional ………………………………… 133
d. Uji Beda ROE Bukopin Syariah dan
Bukopin Konvensional ….……………………….......... 134
e. Uji Beda CAR Bukopin Syariah dan
Bukopin Konvensional ….……………………….......... 136
vii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………….. 138
B. Saran ……………………………………………………………… 139
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 141
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Perbankan Syariah …………………………… 7
Tabel 1.2 Rasio Keuangan BUS dan UUS ……………………………. 8
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ………..... 37
Tabel 3.1 Matriks Kriteria Penilaian Rasio NPF/NPL ……………….. 64
Tabel 3.2 Matriks Kriteria Penilaian Rasio FDR/LDR ……………….. 65
Tabel 3.3 Matriks Kriteria Penilaian Rasio ROA …………………….. 66
Tabel 3.4 Matriks Kriteria Penilaian Rasio ROE …………………….. 67
Tabel 3.5 Matriks Kriteria Penilaian Rasio CAR …………………….. 68
Tabel 4.1 Ringakasan Hasil Penilaian Kinerja BJB Syariah Berdasarkan
REC ………………………………………………………… 69
Tabel 4.2 Ringakasan Hasil Penilaian Kinerja BJB Konvensional
Berdasarkan REC ………………………………………….. 70
Tabel 4.3 Uji Normalitas BJB Syariah & BJB Konvensional …………. 79
Tabel 4.4 Uji Independent Sample t-test BJB Syariah dan
BJB Konvensional ………...................................................... 80
Tabel 4.5 Ringakasan Hasil Penilaian Kinerja BNI Syariah Berdasarkan
REC ………………………………………………………… 87
Tabel 4.6 Ringakasan Hasil Penilaian Kinerja BNI Konvensional
Berdasarkan REC ………………………………………….. 87
Tabel 4.7 Uji Normalitas BNI Syariah & BNI Konvensional …………. 95
Tabel 4.8 Uji Independent Sample t-test BNI Syariah dan
BNI Konvensional ………...................................................... 96
Tabel 4.9 Ringakasan Hasil Penilaian Kinerja BRI Syariah Berdasarkan
REC ………………………………………………………… 103
Tabel 4.10 Ringakasan Hasil Penilaian Kinerja BRI Konvensional
Berdasarkan REC ………………………………………….. 103
Tabel 4.11 Uji Normalitas BRI Syariah & BRI Konvensional …………. 111
Tabel 4.12 Uji Independent Sample t-test BRI Syariah dan
BRI Konvensional ………...................................................... 112
Tabel 4.13 Ringakasan Hasil Penilaian Kinerja Bukopin Syariah
Berdasarkan REC ………………………………………… 119
Tabel 4.14 Ringakasan Hasil Penilaian Kinerja Bukopin Konvensional
Berdasarkan REC ………………………………………….. 120
Tabel 4.15 Uji Normalitas Bukopin Syariah & Bukopin
Konvensional ……………………………………………….. 129
Tabel 4.16 Uji Independent Sample t-test Bukopin Syariah dan
Bukopin Konvensional ………...................................................... 130
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ……………………………………….. 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem keuangan merupakan tatanan perekonomian dalam suatu
Negara yang berperan dalam melakukan aktivitas berbagai jasa keuangan.
Tugas utama sistem keuangan adalah mengalihkan dana yang tersedia dari
pihak yang surplus dana kepada pihak yang defisit dana untuk kemudian
membeli barang atau jasa disamping untuk investasi sehingga ekonomi dapat
tumbuh dan meningkatkan standar kehidupan.1
Peranan lembaga perbankan yang sangat strategis dalam mencapai
tujuan pembangunan nasional, mengakibatkan perlu adanya pembinaan dan
pengawasan yang efektif, sehingga lembaga perbankan di Indonesia mampu
berfungsi secara efisien, sehat, dan mampu melindungi dana masyarakat yang
dihimpun dengan baik, serta mampu menyalurkannya ke bidang-bidang yang
produktif agar tercapainya sasaran pembangunan.
Hal ini senada dengan salah satu target pencapaian sistem perbankan
syariah nasional yang tercantum pada blue print Perbankan Syariah Indonesia
adalah memiliki peran signifikan dalam sistem perekonomian nasional, serta
mampu melakukan perbaikan kesejahteraan rakyat. Sekaligus berdasarkan
1 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan (Jakarta: Lembaga Penerbit FakultasEkonomi Universitas Indonesia, 2004), Edisi keempat, Hal. 1. Veithzal Rivai dkk, Bank andFinancing Institution Management, h. 18.
2
nilai-nilai syariah, visi pengembangan perbankan syariah di Indonesia adalah
“Terwujudnya sistem perbankan syariah yang kompetitif, efisien dan
memiliki prinsip kehati-hatian yang mampu mendukung sektor riil secara
nyata melalui kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil dan transaksi riil
dalam kerangka keadilan tolong menolong dan menuju kebaikan guna
mencapai kemaslahatan masyarakat.”2
Saat ini di Indonesia mulai berkembang berbagai produk lembaga
keuangan berbasis syariah. Kini lembaga keuangan syariah telah menjadi
fenomena kontemporer yang telah memberikan warna dalam perekonomian
Indonesia. Perkembangan sistem keuangan syariah ini ditandai dengan
didirikannya berbagai lembaga keuangan syariah dan diterbitkannya
instrument keuangan berbasis syariah3, termasuk juga sektor perbankan.
Perbankan syariah banyak diminati oleh masyarakat Indonesia, bahkan
peminat perbankan syariah cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
disebabkan karena perbankan syariah dinilai sangat menjanjikan dan tidak
merugikan nasabah. Sehingga dari tahun ke tahun peranan perbankan syariah
semakin penting bagi masyarakat Indonesia.4
2 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005), h. 37.3Andi Sumitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2009), h. 27.4Fahrur Ulum, Perbankan Syariah di Indonesia (Surabaya: CV. Putra Media Nusantara, 2011),
h. 49.
3
Pada tanggal 16 Juni 2008, telah disahkan UU No. 21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Dengan disahkannya undang-undang ini
memberikan landasan hukum industri perbankan syariah nasional dan
diharapkan mampu mendorong perkembangan industri perbankan syariah
menjadi lebih baik. Salah satu hal yang paling krusial dalam undang-undang
ini yang mampu mengakselerasi perkembangan perbankan syariah di
Indonesia adalah terkait pemisahan (spin-off) unit usaha syariah baik secara
sukarela maupun wajib apabilaaset unit usaha syariah telah mencapai 50%
asset bank induknya atau 15 tahun setelah UU No. 21 tahun 2008
diperundangkan.5
Sejak disahkannya UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
maka persoalan pengembangan perbankan syariah diatur melalui mekanisme
baru, yaitu mekanisme akuisisi dan konversi bank konvensional menjadi bank
syariah. Implementasinya dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu:
Pertama, Bank Umum Konvensional (BUK) yang telah memiliki Unit Usaha
Syariah (UUS) mengakuisisi bank yang relatif kecil kemudian
mengkonversinya menjadi syariah dan melepaskan serta menggabungkan
UUS-nya dengan bank yang baru dikonversi tersebut. Kedua, BUK yang
belum memiliki UUS, mengakuisisi bank yang relatif kecil dan
5 M. Nur Rianto Al Arif, “Keterkaitan Kebijakan Pemisahan Terhadap Tingkat Efisiensi padaIndustri Perbankan Syariah di Indonesia” (Jurnal Keuangan dan Perbankan. Volume 19, Nomor 2,Mei, Tahun 2015), h. 295.
4
mengkonversinya menjadi syariah. Ketiga, BUK melakukan pemisahan (spin-
off) UUS dan dijadikan Bank Umum Syariah (BUS) tersendiri.6
Dari waktu ke waktu, jumlah BUS terus mengalami peningkatan.
Banyak UUS yang melakukan spin-off untuk menjadi BUS, diantaranya BJB
Syariah, BNI Syariah, BRI Syariah dan Bukopin Syariah. Selain melihat
potensi pasar perbankan syariah yang masih sangat besar, UUS yang
melakukan spin-off untuk menjadi BUS juga bertujuan agar perbankan
syariah lebih efisien, fleksibel, dan independen dalam melakukan kinerjanya
sendiri.
Spin-off adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki dan memaksimalkan kinerja perusahaan. Dengan memisahkan
UUS dari sebuah Bank Induk Perusahaan, diharapkan Bank Induk Perusahaan
yang dimaksud serta BUS yang baru terbentuk dari hasil spin-off
tersebutdapat fokus beroperasi masing-masing, lebih cepat dan fleksibel
dalam pengambilan keputusan bisnis, serta kebijakan untuk perbaikan kinerja
perusahaan yang dilakukan lebih tepat guna.
Banyaknya BUS diharapkan dapat mempercepat perkembangan
perbankan syariah di Indonesia sebab pengelolaan BUS lebih fokus jika
dibandingkan dengan UUS. Terjadinya spin-off yang dilakukan UUS untuk
6 Amalia Nasuha, “Dampak Kebijakan Spin-off Terhadap Kinerja Bank Syariah” (JurnalIqtishad, Vol. IV, No. 2, Juli 2012), h. 242.
5
menjadi BUS juga diperkirakan akan meningkatkan posisi asset perbankan
syariah, sehingga pertumbuhan bank syariah jadi lebih baik.
Perkembangan bank syariah yang cukup pesat sebenarnya bukan
tanpa masalah, banyak masalah yang dihadapi oleh bank-bank syariah.
persaingan dengan bank-bank konvensional yang sudah lebih dahulu berdiri
di Indonesia dengan market share yang sudah begitu luas dan mewujudkan
kepercayaan dari para stakeholder adalah tantangan-tantangan yang dihadapi
oleh bank syariah.
Kepercayaan para stakeholder akan sangat berguna bagi bank-bank
syariah dalam upayanya untuk terus tumbuh dan berkembang. Tentunya para
stakeholder ini mempunyai harapan kepada bank-bank tempat dimana
mereka menanamkan dananya, dan mereka tidak akan menanamkan dananya
apabila harapan mereka terhadap bank tidak terpenuhi.
Untuk memenuhi harapan dari para stakeholder dan dalam
menghadapi persaingan yang ketat dengan bank-bank konvensional, kinerja
bank-bank syariah harus terus naik, tumbuh dan berkembang agar bank-bank
syariah bisa memperoleh kepercayaan dari para stakeholder.
Namun alih-alih kinerja bank-bank syariah terus naik, tumbuh dan
berkembang, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai perkembangan bisnis
perbankan syariah pada 2015 sedang memasuki masa suram. Pertumbuhan
aset yang sempat mencapai 49 persen pada 2013, tidak bisa terulang lagi pada
6
tahun ini dan harus puas dengan pertumbuhan di angka 7,98 persen pada Juli
2015. Turunnya pertumbuhan perbankan syariah, tidak hanya terjadi dari sisi
aset, namun juga pembiayaan dan dana pihak ketiga (DPK). Bahkan
pertumbuhan tersebut juga berada jauh di bawah perbankan konvensional.
Pada posisi Juli 2015, pembiayaan perbankan syariah hanya tumbuh 5,55
persen, jauh lebih rendah dibanding konvensional yang bertumbuh 8 persen.7
Terlebih lagi, pembiayaan bermasalah atau non performing financing
(NPF) perbankan syariah pada November 2014 mencapai 4,86%, mengalami
peningkatan bila dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya
yang hanya 3,08%.8 Pada tahun 2014, BirI mencatat ada 5 BUS yang NPF-
nya berada diatas 5%, yakni Maybank Syariah Indonesia (5,04%), Bank
Syariah Mandiri (6,84%), Bank Muamalat (6,43%), BJB Syariah (5,84%),
dan Bank Victoria Syariah (7,10%).9
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan saat ini, total nasabah
perbankan syariah mencapai sekitar 15 juta jiwa. Sementara itu, nasabah
perbankan konvensional menyentuh sekitar 80 juta orang. Dibandingkan
7 Website Berita Satu, “Pertumbuhan Bank Syariah Melambat Drastis”, Diakses pada tanggal19 Januari 2016 dari http://www.beritasatu.com/ekonomi/314843-pertumbuhan-bank-syariah-melambat-drastis-ini-penyebabnya.html.
8 Statistik Perbankan Syariah Januari 2015, Diakses pada tanggal 17 Maret 2016 darihttp://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-perbankan-syariah/Documents/SPSJanuari2015_1426741251.pdf.
9 Website Info Bank News, “Ekonomi Melambat NPF Bank Umum Syariah Melonjak”,Diakses pada 19 Januari 2016 dari http://infobanknews.com/ekonomi-melambat-npf-bank-umum-syariah-melonjak/.
7
dengan bank konvensional, total nasabah bank syariah baru mencapai 18,75
persen.10
Otoritas Jasa keuangan (OJK) menyatakan pangsa pasar bank syariah
terhadap total pasar perbankan nasional baru mencapai 4,87 persen pada akhir
2015 atau masih di bawah target minimal 5,0 persen. Pada akhir 2014 market
share perbankan syariah sebenarnya sudah 4,89 persen. Tapi, pada Maret dan
April 2015 turun menjadi 4,67 persen. Namun, di akhir 2015, ternyata naik
kembali menjadi 4,87 persen.11
Tabel 1.1 Pertumbuhan Perbankan Syariah
Dalam Miliar Rupiah
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha SyariahIndikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Aset 97,519 145,467 195,018 242,276 272,343 270,735Pembiayaan 68,181 102,655 147,505 184,122 199,330 212,996
DPK 76,036 115,415 147,512 183,534 217,858 272,750Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Jika dilihat dari Tabel 1.1, jumlah asset, volume pembiayaan dan dana
pihak ketiga dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Namun jika dilihat
lebih teliti, pada tahun 2014 dan 2015 kenaikan yang terjadi tidak sebesar
pada tahun 2010 sampai 2013.
10 Website Berita Satu, “Bank dan Pembiayaan”, Diakses pada tanggal 19 Januari 2016 darihttp://www.beritasatu.com/bank-dan-pembiayaan/306719-nasabah-bank-syariah-1875-persen-dari-total-konvensional.html.
11 Website Antara News, “ OJK Pangsa Pasar Perbankan Syariah”, Diakses pada tanggal 17Maret 2016 dari http://www.antaranews.com/berita/546856/ojk-pangsa-pasar-perbankan-syariah-487.
8
Tabel 1.2 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015NPF 3.02% 2.52% 2.22% 2.62% 4.33% 4.84%ROA 1.67% 1.79% 2.14% 2% 0.8% 0.49%FDR 89.67% 88.94% 100% 100.32% 91.5% 88.03%
BOPO 80.54% 78.41% 74.97% 78.21% 79.28% 97.01%Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Jika dilihat dari Tabel 1.2, misalnya pada rasio NPF dari tahun 2010-
2013, tingkat gagal bayar bank syariah sebesar 2-3% saja. Namun pada dua
tahun berikutnya yaitu tahun 2014 dan 2015, rasio NPF mengalami kenaikan
yang cukup tinggi, hampir mencapai ketentuan maksimal nilai NPF yaitu
sebesar 5%.
Pada rasio ROA terlihat pada tahun 2010-2013 mengalami
peningkatan, akan tetapi terjadi penurunan yang tajam di tahun 2014 yang
hanya sebesar 0,8 persen dan pada tahun 2015 hanya sebesar 0,49%. Ini
berarti tingkat profit yang diperoleh bank syariah masih sangat sedikit.
Dengan pesatnya perkembangan perbankan di Indonesia, yang antara
lain ditandai dengan banyaknya bank-bank yang bermunculan. Maka, sangat
penting dilakukannya suatu pengawasan terhadap bank-bank tersebut. Dalam
hal ini, bank Indonesia selaku bank sentral memerlukan suatu kontrol
terhadap bank-bank untuk mengetahui bagaimana keadaan, kegiatan usaha
serta kesehatan masing-masing bank tersebut.
9
Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank perlu menjaga kinerjanya
agar dapat beroperasi secara optimal. Terlebih lagi untuk bank syariah yang
bersaing dengan bank konvensional dimana bank konvensional telah
berkembang pesat dan memiliki market share yang luas di Indonesia.
Persaingan ini harus dibarengi dengan manajemen yang baik untuk bisa
bertahan di industri perbankan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh
bank untuk terus bertahan hidup adalah dengan menjaga kinerja bank
tersebut.
Kondisi bank tersebut dapat digunakan oleh para pihak untuk dapat
melihat dan mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-
hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen resiko.
Perkembangan industri perbankan, terutama produk dan jasa yang semakin
kompleks dan beragam akan meningkat pula resiko-resiko yang akan
dihadapi bank.
Penilaian kinerja merupakan hal yang esensial bagi sebuah
perusahaan untuk memenangkan persaingan global yang semakin ketat
sekarang ini, kinerja sebuah perusahaan haruslah mencerminkan peningkatan
dari suatu periode ke periode berikutnya. Kinerja sebuah perusahaan lebih
banyak diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan selama satu periode tertentu.
Pengukuran berdasarkan rasio keuangan ini sangatlah bergantung pada
metode yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan perusahaan
10
sehingga seringkali kinerja perusahaan terlihat baik dan meningkat, yang
mana sebenarnya kinerja tidak mengalami peningkatan bahkan menurun.
Untuk memperoleh gambaran yang tepat tentang perkembangan
perusahaan, kita perlu mengetahui kondisi bisnis yang dijalankan perusahaan
dalam beradaptasi terhadap lingkungan usaha yang selalu berubah. Laporan
keuangan yang merupakan ringkasan dari kegiatan ekonomi yang dijalankan
perusahaan dapat mencerminkan kondisi perusahaan itu. Maka perlu
dilakukan penilaian kinerja keuangan terhadap kondisi perusahaan.
Laporan keuangan dapat memberikan gambaran posisi keuangan
suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan
tersebut. Laporan keuangan yang dibuat oleh bank memberikan informasi
kepada para pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan
investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha
lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat.
Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa
kebutuhan informasi yang berbeda.12
Laporan keuangan menyajikan laporan keuangan perusahaan dan
kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Posisi laporan keuangan
ditunjukkan dalam laporan neraca. Dalam laporan neraca tersebut kita dapat
mengetahui kekayaan atau asset yang dimiliki (sisi aktiva), dan kita dapat
12 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah (Jakarta: UIN JakartaPress, 2013), h. 2.
11
mengetahui dari mana dana-dana untuk membiayaia aktiva (dari modal
sendiri atau hutang) tersebut kita peroleh yaitu pada sisi passive sedangkat
kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba dapat kita lihat dalam laporan
laba rugi.
Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan memang memberikan
informasi posisi dan kondisi keuangan perusahaan akan tetapi laporan
tersebut harus dianalisis lebih lanjut dengan alat analisa keuangan untuk
mendapatkan informasi yang lebih spesifik dalam menjelaskan posisi dan
kondisi keuangan perusahaan tersebut.
Menurut Haryono, “Analisis pada laporan keuangan adalah untuk
menilai keadaan keuangan dan potensi suatu bank”.13 Sedangkan menurut
Harahap, menyatakan bahwa “Analisis laporan keuangan adalah menguraikan
pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan
melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna
antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data
non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih
dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang
tepat.”14
13 Haryono, Analisa Laporan Keuangan Perbankan Syariah (Yogyakarta: Pustaka SayidSabiq, 2009), h. 177.
14 Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), h. 190.
12
Mengingat kepercayaan stakeholder sangat penting karena
kepercayaan ini akan berguna bagi bank-bank khususnya bank syariah dalam
upayanya untuk terus tumbuh dan berkembang. Maka diperlukan penilaian
kinerja bank agar kepercayaan stakeholder meningkat. Setelah kepercayaan
stakeholder meningkat maka nasabah akan lebih percaya untuk menyimpan
dananya di bank syariah. Oleh pihak bank syariah dana tersebut disalurkan
dalam bentuk pembiayaan pada masyarakat yang membutuhkan modal.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam menilai
kesehatan dan kinerja bank dan salah satunya adalah yang terdapat dalam
Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 mengenai penilaian tingkat
kesehatan Bank Umum yang dalam penilaiannya menggunakan pendekatan
RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, Capital). Pada
tahun 2014 ada penyempurnaan terhadap Peraturan Bank Indonesia tersebut,
ditandai dengan diedarkannya Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.
10/SEOJK.03/2014 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah yang masih menggunakan pendekatan yang
sama.
Adanya persaingan antar bank syariah dan bank konvensional yang
tidak bisa dihindarkan lagi, saat ini juga cukup banyak bank konvensional
yang telah mendirikan atau membuka unit yang bersifat syariah yang
bertujuan untuk memperluas cakupan market share dalam menghimpun dana
13
masyarakat. Perkembangan perbankan syariah yang pesat dan tantangan bank
syariah dalam meningkatkan kepercayaan stakeholder dan memperluas
market share, membuat peneliti merasa perlu untuk menilai kinerja bank
umum syariah dan bank umum konvensional dengan melihat dari analisa
rasio-rasio keuangannya
Berdasarkan latar belakang diatas, tentang begitu pentingnya
penilaian kinerja suatu perusahaan dalam hal ini adalah bank dan perlu diteliti
lebih jauh mengenai bagaimana kinerja bank syariah dan bank konvensional,
dalam penelitian ini peneliti mengambil objek bank syariah yaitu bank
syariah hasil spin-off dengan bank konvensional yaitu bank induk perusahaan,
maka peneliti bermaksud mengangkat penelitian mengenai penilaian kinerja
bank dengan menggunakan metode RGEC dengan judul “ANALISIS
PERBANDINGAN KINERJA BANK SYARIAH HASIL SPIN-OFF
DENGAN BANK KONVENSIONAL BERDASARKAN METODE
RGEC”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas.
Maka, masalah-masalah tersebut dapat di identifikasikan sebagai berikut:
1. Kepercayaan Stakeholder masih menjadi tantangan utama bagi
perbankan syariah.
14
2. Rasio Non Performing Financing (NPF) pada tahun 2014-2015
meningkat dan hampir mencapai 5 persen.
3. Penurunan kinerja keuangan yang dilihat dari rasio keuangan,
diantaranya menurunnya rasio ROA pada tahun 2014-2015 dibanding
tahun-tahun sebelumnya.
4. Pangsa pasar (market share) bank syariah terhadap total pasar perbankan
nasional masih di bawah target minimal.
5. Kinerja Bank Syariah mengalami perlambatan pertumbuhan pada tahun
2014 dan 2015 bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis sebelumnya,
penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu penulis hanya fokus untuk
meneliti masalah kinerja keuangan dan membandingkannya yang hanya
melihat dari rasio Non Performing Financing/Non Performing Loan
(NPF/NPL), Financing to Deposit Ratio/Loan to Deposit Ratio (FDR/LDR),
Return On Assets (ROA). Return On Equity (ROE), dan Capital Adequacy
Ratio (CAR) dari setiap bank yang diteliti dan tidak melihat dari sisi lainnya.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah yang akan diuji lebih lanjut dalam penelitian ini adalah:
15
Bagaimana kinerja keuangan Bank Syariah hasil spin-off dan Bank
Konvensional periode 2011-2015?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk membandingkan kinerja Bank Syariah hasil spin-off dan Bank
Konvensional dengan menggunakan metode RGEC.
b. Untuk menganalisis apakah ada perbedaan yang signifikan antara
kinerja Bank Syariah hasil spin-off dan Bank Konvensional.
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa buku
bacaan perpustakaan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya di Fakultas Syariah dan Hukum
Program Studi Muamalat.
b. Penelitian ini juga di harapkan dapat memberikan sumbangan yang
berarti bagi lembaga lembaga perbankan syariah maupun perbankan
konvensional, khususnya Bank Syariah hasil spin-off dan Bank
Konvensional agar selalu memperhatikan kinerja keuangannya demi
tercapainya tingkat kepuasan yang diinginkan stakeholder.
c. Penelitian ini juga di harapkan dapat memberikan referensi dan saran
penelitian bagi kalangan akademisi dan praktisi dalam
mengembangkan penelitian selanjutnya.
16
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu situasi kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang berjenis kuantitatif (quantitative data). Data bersumber
dari laporan keuangan tahunan (annual report), laporan keuangan
triwulan Bank Syariah hasil spin-off dan Bank Konvensional periode
2011-2015.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini langsung melihat pada buku-buku, jurnal,
artikel, maupun hasil laporan penelitian terdahulu yang terkait
dengan permasalahan yang diteliti.
b. Studi Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik
dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data
sekunder berupa laporan keuangan periode 2011-2015 yang
diperoleh dari website bank yang menjadi objek penelitian dan
17
Otoritas jasa Keuangan. Jenis laporan yang digunakan adalah
neraca keuangan, laporan laba rugi, laporan kualitas aktiva
produktif, dan perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum.
3. Objek Penelitian
Bank yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah
Bank Syariah hasil spin-off dan Bank Konvensional.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
menghitung dan menganalisis data laporan keuangan Bank Syariah hasil
spin-off dan Bank Konvensional menggunakan rasio-rasio yang
rumusnya telah ditentukan oleh Peraturan Bank Indonesia
No.13/1/PBI/2011 dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.
10/SEOJK.03/2014.
1. Menggunakan teknik kuantitatif deskriptif, yaitu membandingkan
rasio-rasio keuangan kemudian menjelaskannya. Untuk mengetahui
kinerja bank mana yang lebih bagus dalam 5 tahun terakhir, apakah
kinerja Bank Syariah hasil spin-off atau Bank Induk Konvensional.
2. Selanjutnya melakukan analisis perbandingan kinerja Bank Syariah
hasil spin-off dan Bank Induk Konvensional yang telah diketahui hasil
perhitungannya dengan menggunakan teknik stastistik yang berupa uji
beda (Independent Sample t-test) untuk mengetahui apakah ada
perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Syariah hasil spin-off
18
dengan Bank Konvensional. Dalam Independent Sample t-test, ada
asumsi-asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu, yaitu:
Skala data interval/rasio
Kelompok data saling bebas atau tidak berpasangan
Data per kelompok berdistribusi normal
Varians antar kelompok sama atau homogen
Dalam uji normalitas apabila nilai signifikansi kedua data lebih
besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal. Kemudian dalam uji
homogenitas jika F hitung dengan equal variance assumed (diasumsikan
kedua varians sama), memiliki nilai sig. > 0.05 maka dinyatakan kedua
varians sama. Bila kedua varians sama, maka selanjutnya menggunakan
dasar equal variance assumed (diasumsikan kedua varians sama) untuk t
hitung. Jika t hitung sig. < 0.05, dikatakan kinerja keuangan Bank
Syariah hasil spin-off dan Bank Konvensional terdapat perbedaan yang
signifikan, sebaliknya jika t hitung sig > 0.05 dinyatakan kinerja
keuangan Bank Syariah hasil spin-off dan Bank Konvensional tidak
terdapat perbedaan yang signifikan.
Jika F hitung dengan equal variance assumed (diasumsikan kedua
varians sama) memiliki nilai sig. < 0.05 , maka dinyatakan bahwa kedua
varians berbeda. Bila kedua varians berbeda, maka untuk
membandingkan kedua bank dengan t-test selanjutnya menggunakan
19
dasar equal variance not assumed (diasumsikan kedua varians tidak
sama) untuk t hitung. Jika t hitung dengan equal variance not assumed
(diasumsikan varians tidak sama) memiliki nilai sig. > 0.05 , dapat
dikatakan bahwa kinerja keuangan Bank Syariah hasil spin-off dan Bank
Konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan, namun jika nilai
sig. < 0.05, dapat dinyatakan bahwa kinerja keuangan Bank Syariah hasil
spin-off dan Bank Konvensional terdapat perbedaan yang signifikan.15
5. Teknik Penulisan
Teknik penulisan yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2012.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar memudahkan
penulisan skripsi maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima
bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
15 Dwi Consultant, Independent Sample t-test”, Diakses pada tanggal 19 Mei 2016 darihttp://duwiconsultant.blogspot.co.id/2011/11/independent-samples-t-test.html.
20
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai teori-teori yang berhubungan
dengan kinerja perbankan. Pembahasan mengenai teori tersebut
meliputi definisi bank dan bank syariah, definisi laporan
keuangan, definisi tingkat kesehatan bank yaitu dengan metode
RGEC.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai jenis dan sumber data,
objek penelitian, metode pengumpulan data, teknik pengolahan
data, dan metode analisis data yang akan digunakan.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat hasil pengukuran kinerja keuangan bank.
Pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan metode REC
(Risk Profil, Earning, Capital).
BAB V PENUTUP
Pada bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari
rumusan permasalahan dan juga saran.
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank
1. Pengertian Bank
Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai, “Lembaga
keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat
serta memberikan jasa bank lainnya.”
Menurut Undang-undang RI No. 10 tahun 1998 tentang
perbankan, “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Ikatan Akuntan
Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan No. 31 menyatakan bahwa:
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.”
Menurut A. Abdurahman dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan
dan Perdagangan, “Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang
melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman,
22
mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak
sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha
perusahaan-perusahaan dan lain-lain.” 16
2. Asas, Fungsi dan Tujuan Perbankan
Berikut ini adalah fungsi, asas, dan tujuan Perbankan Indonesia
menurut pasal 2, 3, dan 4 UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan dinyatakan
bahwa:
Asas: Perbankan Indonesia dalam melaksanakan kegiatan usahanya
berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-
hatian.
Fungsi: Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat.
Tujuan: Perbankan Indonesia bertujusn menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan rakyat
banyak.
16 Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, Bank dan Lembaga Keuangan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 2.
23
3. Jenis Bank
Menurut Kasmir, jenis perbankan dibagi menjadi 4 (empat),
yaitu:17
1) Dilihat dari segi fungsinya, dibagi menjadi:
a. Bank Umum
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
2) Dilihat dari segi kepemilikannya, dibagi menjadi:
a. Bank Milik Pemerintah
Bank yang akte pendirian maupun modalnya dimiliki
oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki
oleh pemerintah pula.
17 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h.32.
24
b. Bank Milik Swasta Nasional
Bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh
swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh
swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk
keuntungan swasta pula.
c. Bank Milik koperasi
Bank yang kepemilikan saham bank ini dimiliki oleh
perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
d. Bank Milik Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di
luar negeri, baik bank swasta asing atau pemerintah asing. Jelas
kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri.
e. Bank Milik Campuran
Bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak
asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara
mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.
25
3) Dilihat dari segi status, dibagi menjadi:
a. Bank Devisa
Bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri
atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan.
b. Bank Non Devisa
Bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan
transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.
4) Dilihat dari segi cara menentukan harga, dibagi menjadi:
a. Bank Konvensional
Bank yang dalam mencari keuntungan dan menentukan
harga kepada nasabahnya menggunakan metode penetapan
bunga, untuk produk simpanan dan produk pinjamannya.
b. Bank Syariah
Bank yang dalam mencari keuntungan dan menentukan
harga kepada nasabahnya berdasarkan prinsip syariah, yaitu
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah),
prinsip penyertaan modal (Musyarakah), prinsip jual beli barang
26
dengan memperoleh keuntungan (Murabahah), pembiayaan
barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (Ijarah),
atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atau
barang yang disewa dari pihak bank kepada pihak penyewa
(Ijarah wa iqtina).
B. Bank Syariah
1. Definisi Bank Syariah
Pada umumnya yang dimaksud bank syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain
daslam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi
disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank
akan selalu berkaitan dengan masalah uang sebagai dagangan
utamanya.18
Dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 diterangkan bahwa
yang dimaksud dengan perbankan syariah adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya.
18 Hari Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Ekonisia, 2008), h. 27.
27
Dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 juga diterangkan
bahwa Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umun
Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS)
Sehingga dapat ditarik kesimpulan, bank syariah adalah lembaga
keuangan yang menjalankan fungsi perantara (intermediary) dalam
penghimpunan dana masyarakat serta menyalurkan pembiayaan kepada
masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.19
2. Karakteristik Bank Syariah
Secara fundamental terdapat beberapa karakteristik bank syariah:20
a. Penghapusan riba
b. Pelayanan kepada kepentingan publik dan merealisasikan sasaran
sosio-ekonomi islam.
c. Bank syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari bank
komersial dan bank investasi.
d. Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati-hati
terhadap permohonan pembiayaan yang berorientasi kepada
19 M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-dasar Ekonomi Islam (Solo: PT. Era Adicitra Intermedia,2011), h. 296.
20 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media,2009), h. 67.
28
penyertaan modal karena bank konvensional syariah menerapkan
profit-loss sharing dalam konsinyasi, ventura, bisnis, atau industry.
e. Bagi hasil cenderung mempererat hubungan antara bank syariah dan
pengusaha.
f. Kerangka yang dibangun dalam membantu bank mengatasi
likuiditasnya dengan memanfaatkan instrument pasar uang antarbank
syariah dan instrumen bank sentral berbasis syariah.
3. Tujuan Bank Syariah
Bank Syariah memiliki beberapa tujuan, diantaranya yaitu:21
a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara
Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan.
b. Untuk menciptakan suatu keadilan, dibidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi.
c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat.
d. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan.
e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter.
f. Menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank
konvensional.
21 Hari Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Ekonisia, 2008) h. 43.
29
4. Produk dan Jasa Bank Syariah
a. Produk Penghimpunan Dana22
Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro,
tabungan dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan
dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip Wadiah dan
Mudharabah.
1) Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titpan murni dari satu
pihak ke pihak lainnya, baik individu ataupun badan hukum,
yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip
menghendaki. Secara umum terdapat dua jenis Al-Wadiah,
yaitu:
a) Wadiah Yad Al-Amanah
Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh untuk
dimanfaatkan dan digunakan oleh si penerima titipan.
Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima
amanah yang bertugas dan berkewajiban untuk menjaga
barangyang dititipkan tanpa boleh memanfaatkannya.
Sebagai kompensasi, penerima titipan diperkenankan
untuk membebani biaya kepada yang menitipkan.
22 Adiwarman A. karim, Bank Islam: analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2010), h.107.
30
b) Wadiah Yad Adh-Dhamanah
Harta atau barang yang dititipkan boleh dan dapat
dimanfaatkan oleh si penerima titipan. Karena boleh
dimanfaatkan yang jelas akan mendatangkan manfaat
atau keuntungan, sekalipun demikian, tidak ada
keharusan bagi penerima titipan untuk memberikan hasil
pemanfaatan kepada si penitip.
2) Prinsip Mudharabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan
bertindak sebagai Shahibul maal (pemilik modal) dan bank
sebagai Mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan bank
untuk melakukan murabahah atau ijarah. Dapat pula dana
tersebut digunakan bank untuk melakukan mudharabah kedua.
Hasil usaha akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang
disepakati. Dalam hal bank menggunakannya untuk melakukan
mudharabah kedua, maka bank bertanggung jawab penuh atas
kerugian yang terjadi.
31
b. Produk Penyaluran Dana23
Penyaluran dana bank syariah dibagi menjadi empat kategori,
yaitu:
1) Prinsip Jual Beli (At-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata
cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang
yang dibutuhkan atau mengangkat nsabah sebagai agen bank
melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank
menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga beli
ditambah keuntungan (margin). Implikasinya berupa:
a) Al-Murabahah
Akad jual beli barang dengan menyatakan harga asal
perolehan dengan tambahan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli.
b) Bai’ As-Salam
Akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan
pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera
oleh pembeli (bayar dimuka) sebelum barang pesanan
tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
23 Hari Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Ekonisia, 2008) h. 61.
32
c) Bai’ Al-Istishna
Akad jual beli antara pembeli dan pembuat barang.
Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran dimuka,
cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu.
Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara
umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan
kuantitasnya.
2) Prinsip Sewa (Al-Ijarah)
Akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak
kepemilikan atas barang itu sendiri. Al-Ijarah terbagi kepada
dua jenis:
a) Ijarah, sewa murni
b) Ijarah Al-Muntahiya Bit Tamlik, merupakan penggabungan
sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk
memiliki barang pada akhir masa sewa (sewa yang diikuti
dengan pemindahan kepemilikan).
3) Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara
pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola
dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah:
33
a) Al-Mudharabah
Akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%)
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola
(mudharib), dan si pemilik modal tidak ikut campur dalam
pengelolaan usaha. Keuntungan usaha dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan
apabila mengalami kerugian ditangung oleh pemilik modal
selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola,
seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan atau
kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung
jawab atas kerugian tersebut.
Secara umum akad Mudharabah terbagi menjadi dua jenis:
Mudharabah Muthlaqah
Bentuk kerjasama antara shahibul maal dan
mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak
dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan
daerah bisnis, tidak ada batasan bagi mudharib dalam
menggunakan dana tersebut.
Mudharabah Muqayyadah
Bentuk kerjasama antara shahibul maal dan
mudharib dimana shahibul maal memberikan batasan
34
kepada mudharib mengenai tempat, cara, dan objek
investasi.
b) Al-Musyarakah
Akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dan tenaga dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.
Ada dua jenis Musyarakah, yaitu:
Musyarakah Pemilikan
Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan,
wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan
pemilikan suatu aset oleh dua orang atau lebih.
Musyarakah Akad
Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan
dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang
dari mereka memberikan modal musyarakah.
4) Akad pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan biasanya
diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan. Diantaranya adalah:
35
a) Al-Hiwalah
Pengalihan utang dari orang yang berutang kepada
orang lain yang wajib menanggungnya. Kontrak hawalah
dalam perbankan biasanya diterapkan pada Factoring (anjak
piutang), Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai
juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.
b) Ar-Rahn
Menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya.barang yang
ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan
demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk
dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.
c) Al-Qardh
Pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih
atau dimintai kembali atau dengan kata lain meminjamkan
tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk
membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini
diperoleh darri dana zakat, inffaq dan shadaqah.
d) Al-Wakalah
Wakalah atau wikalah yang berarti penyerahan,
pendelegasian, atau pemberian mandat. Nasabah
36
memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya
melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.
e) Al-Kafalah
Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajibanpihak kedua atau yang
ditanggung. Dengan kata lain yaitu mengalihkan tanggung
jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada
tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.
c. Jasa
1) Al-Sharf
Sharf adalah perjanjian jual-beli suatu valuta denan valuta
lainnya. Transaksi jual-beli mata uang asing (valuta asing) dapat
dilakukan baik dengan sesama mata uang yang sejenis maupun
yang tidak sejenis. Jual-beli mata uang yang tidak sejenis ini,
penyerahannya yang harus dilakukan pada waktu yang sama
(spot).
2) Al-Ijarah
Jenis kegiatan antara lain menyewakan kotak simpanan
(safe deposit box) dan jasa tata laksana administrasi dokumen
(custodian). Bank dapat imbalan sewa dari jasa-jasa tersebut.
37
C. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Berikut ini beberapa perbedaan antara Bank Syariah dan Bank
Konvensional.24
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank konvensional
No. Bank Syariah No. Bank Konvensional
1. Investasi, hanya untuk proyek dan
produk yang halal serta
menguntungkan.
1. Investasi, tidak mempertimbangkan
halal atau haram asalkan proyek
yang dibiayai menguntungkan.
2. Return yang dibayar dan/atau diterima
berasal dari bagi hasil atau pendapatan
lainnya berdasarkan prinsip syariah.
2. Return baik yang dibayar kepada
nasabah penyimpan dana dan
return yang diterima dari nasabah
pengguna dana berupa bunga.
3. Perjanjian dibuat dalam bentuk akad
sesuai dengan syariah Islam.
3. Perjanjian menggunakan hokum
positif.
4. Orientasi pembiayaan, tidak hanya
untuk keuntungan, tetapi juga falah
oriented, yaitu berorientasi pada
kesejahteraan masyarakat.
4. Orientasi pembiayaan, untuk
memperoleh keuntungan atas dana
yang dipinjamkan.
5. Hubungan antara bank dan nasabah
adalah mitra.
5. Hubungan antara bank dan nasabah
adalah kreditor dan debitur.
6. Dewan pengawas terdiri dari BI,
Bapepam, Komisaris, dan Dewan
Pengawas Syariah (DPS).
6. Dewan pengawas terdiri dari BI,
Bapepam, dan Komisaris.
24 Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 38.
38
7. Penyelesaian sengketa, diupayakan
diselesaikan secara musyawarah antara
bank dan nasabah, melalui peradilan
agama.
7. Penyelesaian sengketa melalui
pengadilan negeri setempat.
D. Kinerja Keuangan25
Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi yang
mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu melalui
aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efisien
dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan cara menganalisis
terhadap data-data keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan. Untuk
mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada
laporan keuangan disamping data-data non keuangan lain yang bersifat
sebagai penunjang. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi
kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber dana yang
ada.
Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang
dikeluarkan perusahaan. Laporan keuangan yang berupa laporan neraca, laba
rugi, arus kas, dan perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan
suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Informasi yang terdapat
25 Marissa Ardiyana, ”Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dan BankKonvensional Sebelum, Selama, dan Sesudah Krisis Global Tahun 2008 dengan MenggunakanMetode CAMEL”, (Skripsi, Fakultas Ekonomi, UNDIP, 2011), h. 37.
39
dalam laporan keuangan digunakan investor untuk memperoleh perkiraan
tentang laba dan deviden dimasa yang akan datang dan risiko-risiko atas
penialaian tersebut. Melalui laporan keuangan inilah stakeholders dapat
mengetahui kondisi suatu perusahaan dalam periode tertentu dan dengan
demikian pengukuran kinerja keuangan dari laporan keuangan dapat
digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan kinerja perusahaan tersebut.
E. Laporan Keuangan
Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank pada suatu periode
akan melaporkan semua kegiatan keuangannya. Secara umum, penyajian
laporan keuangan oleh manajemen perusahaan bertujuan untuk memberikan
informasi kuantitatif mengenai kondisi dan posisi keuangan perusahaan yang
bersangkutan pada suatu periode dan untuk mengetahui pencapaian kinerja
perusahaan sehingga pihak manajemen dapat menentukan keputusan yang
akan diambil pada masa yang akan datang.26
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan
suatu perusahaan baik informasi mengenai jumlah dan jenis aktiva, kewajiban
(hutang) serta modal, yang kesemuanya tergambar dalam neraca. Laporan
keuangan juga memberikan gambaran hasil usaha perusahaan dalam suatu
periode tertentu yang dikeluarkan dalam laporan laba rugi. Kemudian laporan
26 Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan PengukuranKinerja (Jakarta: PT. Indeks, 2013), h. 36.
40
keuangan juga memberikan gambaran arus kas suatu perusahaan yang
tergambar dalam laporan arus kas. Masing-masing laporan keuangan
memiliki tujuan tersendiri.27
Di samping itu, tujuan lainnya adalah: (KDPPLKS 2007: Paragraf 30)
1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi
dan kegiatan usaha.
2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah serta
informasi asset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai
dengan prinsip syariah, bila ada, dan bagaimana perolehan dan
penggunaannya.
3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan dan tanggung jawab
entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.
4. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam
modal dan pemilik dana syirkah temporer, dan informasi mengenai
pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas syariah, termasuk
pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf.
Dengan demikian laporan keuangan disamping menggambarkan
kondisi keuangan suatu perusahaan juga untuk menilai kinerja perusahaan
tersebut.
27 Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 173.
41
Jenis-jenis laporan keuangan bank:
1. Laporan Neraca
Neraca adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets),
utang (liabilities), dan modal sendiri (owners equity) dari suatu
perusahaan pada tanggal tertentu.28
Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank
pada saat tertentu. Posisi keuangan yang dimaksud adalah posisi aktiva
(harta), passiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. Penyusunan
komponen didalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh
tempo.29
2. Laporan Komitmen dan Kontijensi
Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa
janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (Irrecovable) dan harus
dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi.
Contoh laporan komitmen adalah komitmen kredit, komitmen penjualan
atau pembelian aktiva bank dengan syarat Repuschase Agrement (Repo),
sedangkan laporan kontijensi merupakan tagihan atau kewajiban bank
yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak
terjadinya satu atau lebih peristiwa dimasa yang akan datang. Penyajian
laporan komitmen dan kontijensi disajikan tersendiri tanpa pos lama.
28 Jumingan, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h. 13.29 Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 175.
42
3. Laporan laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang
menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu.
4. Laporan Arus Kas
Laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan
kegiatan bank baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung
terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas
selama periode laporan.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai posisi Devisa Neto
menurut jenis mata uang dan aktivitas lainnya.
6. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi
Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang
bank yang bersangkutan baik yang ada di dalam negeri maupun di luar
negeri. Sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan bank yang
bersangkutan dengan anak perusahaannya.
F. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 Tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yang dimaksud tingkat kesehatan
adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan terhadap risiko dan
kinerja bank. Bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara
43
individual dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating),
dengan cakupan penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut:
a) Profil Risiko (Risk Profil)
b) Good Corporate Governance (GCG)
c) Rentabilitas (Earnings)
d) Permodalan (Capital)
Hasil akhir dari penilaian tingkat kesehatan bank, bagi manajemen
bank dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menetapkan strategi dan
kebijakan yang akan datang, sedangkan bagi Bank Indonesia digunakan
sebagai alat dalam pengawasan terhadap pengelolaan bank oleh manajemen.30
G. Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Faktor penilaian tingkat kesehatan bank umum dengan metode RGEC,
dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober
2011 yang disempurnakan dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.
10/SEOJK.03/2014 yang menjadi faktor penilaian tingkat kesehatan bank
adalah:
1. Risk Profile
a. Risiko Kredit
30 Selamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management (Jakarta: Lembaga PenerbitFakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), h.169.
44
Risiko pinjaman tidak kembali sesuai kontrak, seperti
penundaan, pengurangan pembayaran suku bunga/selisih dan
pinjaman pokoknya, atau tidak membayar pinjamannya sama sekali.
Rasio kredit dihitung dengan menggunakan rasio Non
Performing Loan/Financing:
NPL adalah rasio yang menunjukkan perbandingan Kredit
bermasalah dibagi dengan Total kredit sedangkan NPF adalah rasio
yang menunjukkan perbandingan Pembiayaan bermasalah dengan
Total pembiayaan.
Rumus NPL:
= × 100 %Rumus NPF: = × 100 %
b. Risiko Pasar
Suatu risiko yang timbul karena menurunnya nilai suatu
investasi karena pergerakan pada faktor-faktor pasar.
Rasio pasar dihitung dengan menggunakan rasio Interest Rate Risk:
45
= ( )( ) × 100 %c. Risiko Likuiditas
Suatu risiko yang terjadi karena adanya penarikan dana
secara serentak yang dapat mengakibatkan kebangkrutan bank.
Rasio likuiditas dihitung dengan menggunakan rasio-rasio sebagai
berikut:
1. Loan to Deposit Ratio (LDR)/ Financing to Deposit Ratio (FDR):
LDR/FDR adalah perbandingan antara Total Kredit/ Jumlah
Pembiayaan yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang dapat dihimpun oleh bank.
= × 100%= × 100%
2. Loan to Assest Ratio (LAR)
= × 100%3. Cash Ratio
= − × 100%
46
d. Risiko Opersional
Suatu risiko yang diakibatkan oleh kegagalan atau tidak
memadainya proses internal, manusia dan sistem.
e. Risiko Hukum
Suatu risiko yang diakibatkan oleh ketidakpastian dari
pelaksanaan atau interpretasi dari kontrak, hukum atau peraturan.
f. Risiko kepatuhan
Suatu risiko yang diakibatkan oleh ketidakpatuhan suatu
bank untuk melaksanakan perundang-undangan dan ketentuan lain
yang berlaku.
g. Risiko Strategik
Suatu risiko yang diakibatkan oleh adanya penetapan dan
pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan
yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan
eksternal.
47
h. Risiko Reputasi
Suatu risiko yang diakibatkan oleh menurunnya tingkat
kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif
terhadap bank.
i. Risiko Imbal Hasil
Risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan
bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil
yang diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi
perilaku nasabah dana pihak ketiga bank.
j. Risiko Investasi
Risiko akibat bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah
yang dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil baik yang
menggunakan metode net revenue sharing maupun yang
menggunakan metode profit and loss sharing.
2. Good Corporate Governance
Penilaian faktor Good Corporate Governance bagi Bank Umum
Syariah merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank atas
pelaksanaan 5 prinsip Good Corporate Governance yaitu, transparansi,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional, dan kewajaran. Prinsip-
48
prinsip dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance tersebut berpedoman pada ketentuan Good
Corporate Governance yang berlaku bagi Bank Umum Syariah dengan
memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank.
3. Earnings
Earnings adalah salah satu penilaian kesehatan bank dari sisi
rentabilitas. Indikator penilaian rentabilitas adalah ROA (Return on
Assets), ROE (Return on Equity), NIM (Net Interest Margin)/NOM (Net
Operating Margin), dan BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional). Karakteristik bank dari sisi rentabilitas adalah kinerja bank
dalam menghasilkan laba, kestabilan komponen-komponen yang
mendukung core earning, dan kemampuan laba dalam meningkatkan
permodalan dan prospek laba di masa depan.
Penilaian terhadap faktor earning didasarkan pada rasio:
a. Return on Assets (ROA)
Adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara Laba
(sebelum pajak) dengan total asset bank, rasio ini menunjukkan
49
tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh bank yang
bersangkutan.31
= × 100%b. Return on Equity (ROE)
Adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara Laba
(setelah pajak) dengan Modal Inti bank, rasio ini menunjukkan tingkat
% (persentase) yang dapat dihasilkan.
= − × 100%c. Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM)
NIM adalah perbandingan antara Pendapatan Bunga Bersih
dibagi Rata-rata Aktiva Produktif dan NOM adalah perbandingan
antara Pendapatan Setelah Bagi Hasil dibagi Rata-rata Aktiva
Produktif.
= − × 100%= −− × 100%
31 Selamet Riyadi, Banking Assets And Liability Management (Jakarta: Lembaga PenerbitFakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006), h. 156.
50
d. Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO adalah rasio perbandingan antara Biaya Operasional
dengan Pendapatan Operasional. Semakin rendah tingkat rasio BOPO
maka semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih
efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan.
= × 100%4. Capital
Capital atau permodalan memiliki indikator antara lain rasio
kecukupan modal dan kecukupan modal bank untuk mengantisipasi
potensi kerugian sesuai profil risiko, yang disertai dengan pengelolaan
permodalan yang sangat kuat sesuai dengan karakteristik, skala usaha
dan kompleksitas usaha bank.
a. Rasio kecukupan modal (CAR):
CAR adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum
yang harus dimiliki oleh bank.
= × 100%BI menetepakan ketentuan modal minimum bagi perbankan
sebagaimana ketentuan dalam standar Bank for Internasional
51
Setlements (BIS) bahwa setiapbank umum diwajibkan menyediakan
modal minimum sebesar 8% dari total Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR).
H. Review Studi Terdahulu
1. Abustan. Tahun 2009. Skripsi berjudul “Analisa perbandingan kinerja
keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional”. Skripsi ini
bertujuan untuk membandingkan kinerja keuangan perbankan syariah
dengan perbankan konvensional. Metode penelitian menggunakan metode
kuantitatif dan statistik (Independent sample t-test). Hasil penelitian ini
adalah bank syariah mempunyai rata-rata (mean) kinerja sebesar 87,96%
lebih besar dibanding dari mean kinerja bank konvensional yang sebesar
81,84%. Hasil uji Independent sample t-test adalah pada rasio NPL, ROA,
ROE, BOPO, dan LDR menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja bank syariah dengan bank konvensional.
Sedangkan pada rasio CAR menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara kinerja bank syariah dengan bank konvensional.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah peneliti
menggunakan objek yang berbeda yaitu Bank Syariah hasil spin-off
52
dengan Bank Konvensional dan tahun yang akan diteliti adalah tahun
2011-2015.
2. Andi Dahlia. Tahun 2012. Skripsi berjudul “Analisis perbandingan kinerja
keuangan PT. Bank Syariah Mandiri dengan PT. bank Muamalat Indonesia
dengan metode CAMELS”. Skripsi ini bertujuan untuk membandingkan
kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri dengan PT. bank Muamalat
Indonesia. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif dan statistik
(Independent Sample t-test). Hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan
yang signifikan untuk rasio NPM, BOPO, dan LDR. Sedangkan pada rasio
ROA dan CAR tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Sedangkan
perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah peneliti
menggunakan objek yang berbeda yaitu Bank Syariah hasil spin-off
dengan Bank Konvensional dan tahun yang akan diteliti adalah tahun
2011-2015.
3. Sasa Elida Sovia, Muhammad Saifi, Achmad Husaini. Tahun 2016. Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB) Vol.37 No.1 agustus 2016 berjudul “Analisis
Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Konvensional dan Bank Syariah
Berdasarkan Rasio Keuangan Bank (Studi pada Bank Konvensional yang
Terdapat di BEI yang Memiliki Bank Syariah Periode 2012-2014).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan
bank konvensional dan bank syariah berdasarkan analisis rasio keuangan
bank pada bank konvensional yang terdaftar di BEI yang memiliki bank
53
syariah periode 2012-2014. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode kuantitatif deskriptif dan statistik (Independent Sample t-test).
Hasil penelitian ini adalah menjelaskan bahwa terdapat perbedaan kinerja
keuangan bank konvensional dan bank syariah yang diukur dengan rasio
keuangan. Rasio yang memiliki perbedaan pada bank konvensional dan
bank syariah yaitu rasio ROA, BOPO, FDR/LDR, NPF/NPL, dan ROE,
sedangkan rasio yang sama pada bank konvensional dan syariah yaitu rasio
CAR dan NIM/NOM. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah peneliti menggunakan objek yang berbeda yaitu Bank
Syariah hasil spin-off dengan Bank Konvensional dan tahun yang akan
diteliti adalah tahun 2011-2015.
4. Defri Duantika. Tahun 2015. Skripsi berjudul “Perbandingan Kinerja Bank
Syariah Berdasarkan RGEC dan Islamicity Performance Index (Studi Bank
Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri)”. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis dan membandingkan kinerja Bank Muamalat
Indonesia dan Bank Syariah Mandiri secara komprehensif meliputi kinerja
keuangan dan syariah. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif
dan statistik (Independent Sample t-test). Pengukuran kinerja keuangan
menggunakan metode RGEC berdasarkan PBI No.13/1/PBI/2011 dan
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.10/SEOJK.03/2014. Hasil dari
penelitian ini adalah pengukuran kinerja keuangan yang ditinjau dari aspek
REC periode 2010-2014 yang meliputi rasio NPF,FDR,ROA,NOM dan
54
CAR dapat diperoleh kesimpulan bahwa kinerja keuangan kedua bank
dinilai baik. Pada analisis statistik yang digunakan menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio NPF,FDR, ROA, dan
CAR. Akan tetapi pada rasio NOM terdapat perbedaan yang signifikan
antara Bank Muamalat Indonesia dan Bnak Syariah Mandiri. Sedangkan
perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah peneliti
menggunakan objek yang berbeda yaitu Bank Syariah hasil spin-off
dengan Bank Konvensional dan tahun yang akan diteliti adalah tahun
2011-2015.
5. Nur Fitriana, Ahmad Rosyid dan Agus Fakhrina. Tahun 2015. Jurnal
berjudul “Tingkat Kesahatan Bank BUMN Syariah dengan Bank BUMN
Konvensional: Metode RGEC”. Penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan tingkat keseshatan Bank BUMN Syariah dengan Bank
BUMN Konvensional dengan menggunakan metode RGEC. Metode
penelitian menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan pengujian
statistik Mann-Whitney Test. Pengukuran kesehatan Bank Syariah dan
Konvensional menggunakan metode RGEC ( Risk Profile, Good
Corporate Governance, Earnings, Capital ). Hasil dari penelitian ini
adalah pada faktor NPF/NPL, FDR/LDR, GCG, dan CAR menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kesehatan Bank BUMN Syariah
dan Bank BUMN Konvensional, sedangkan pada faktor ROA terdapat
perbedaan tingkat kesehatan Bank BUMN Syariah dan Bank BUMN
55
Konvensional. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah peneliti menggunakan objek yang berbeda yaitu Bank
Syariah hasil spin-off dengan Bank Konvensional dan tahun yang akan
diteliti adalah tahun 2011-2015.
56
I. Kerangka Pemikiran
Penulis menganalisis faktor keuangan yang telah ditetapkan oleh
Bank Indonesia didalam Peraturan bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 dan
Surat Edaran OJK No. 10/ SEOJK.03/2014. Faktor –faktor yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Profil Risiko, Rentabilitas dan Permodalan.
Berikut ini akan dikemukakan kerangka pemikiran dalam penelitian
yang dapat dilihat melalui gambar dibawah ini:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Pengukuran kinerjakeuangan dengan RGEC
Metode RGEC (Risk Profil, Good CorporateGovernance, Earning, Capital) yang diwakili dengan
perhitungan rasio NPF/NPL, FDR/LDR, ROA, ROE,dan CAR
Analisis deskriptif, Analisis statistik denganmenggunakan Independent Sample t-test
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan
Bank Syariahhasil spin-off
Bank IndukKonvensional
Laporan Keuangan
57
J. Hipotesis
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan
Bank Syariah hasil spin-off dan Bank Konvensional
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank
Syariah hasil spin-off dan Bank Konvensional
Pengambilan keputusan:
Jika Sig. / Probabilitas > 0,05 H0 diterima
Jika Sig. / Probabilitas < 0,05 H0 ditolak
58
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu situasi kondisi, suatu
sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Pengukuran RGEC dalam penelitian ini hanya akan menghitung
variabel REC (Risk Profile, Earning, dan Capital) sedangkan variabel GCG
(Good Corporate Governance) tidak dihitung. Pengukuran variabel REC
menggunakan rasio Non Performing Financing/Non Performing Loan
(NPF/NPL), Loan to Deposit Ratio/Financing to Deposit Ratio (LDR/FDR),
Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), dan Capital Adequacy
Ratio (CAR). Rasio tersebut yang dipilih karena rasio-rasio diatas
merupakan rasio utama dalam komponen RGEC. Rasio tersebut kemudian
dihitung sesuai rumus yang berlaku.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yanag berjenis kuantitatif (quantitative data). Data bersumber dari laporan
keuangan tahunan (annual report), laporan keuangan triwulan Bank Syariah
hasil spin-off dan Bank Konvensional periode 2011-2015.
59
B. Objek Penelitian
Bank yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah Bank
Syariah hasil spin-off (BJB Syariah, BNI Syariah, BRI Syariah dan Bukopin
Syariah) dan Bank Konvensional (BJB Konvensional, BNI Konvensional,
BRI Konvensional dan Bukopin Konvensional).
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara yang dicatat oleh pihak lain. Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam data dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan.32 Peneliti memperoleh data-data yang bersumber dari:
a. Studi Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini langsung melihat pada buku-buku, jurnal, artikel,
maupun hasil laporan penelitian terdahulu yang terkait dengan
permasalahan yang diteliti.
b. Studi Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik
dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder
32 Nur Indriantoro dan Babang Suporno, “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi danManajemen” (Yogyakarta, Edisi pertama, Lembaga Penerbit BPFE 2002), h. 147.
60
berupa laporan keuangan periode 2011-2015 yang diperoleh dari website
bank yang menjadi objek penelitian dan Otoritas Jasa Keuangan. Jenis
laporan yang digunakan adalah neraca keuangan, laporan laba rugi,
laporan kualitas aktiva produktif, dan perhitungan kewajiban penyediaan
modal minimum.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
menghitung dan menganalisis data laporan keuangan Bank Syariah hasil spin-
off dan Bank Konvensional menggunakan rasio-rasio yang rumusnya telah
ditentukan oleh Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 dan Surat
Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 10/SEOJK.03/2014.
1. Menggunakan teknik kuantitatif deskriptif, yaitu membandingkan rasio-
rasio keuangan kemudian menjelaskannya. Kinerja bank mana yang lebih
bagus dalam 5 tahun terakhir, apakah kinerja Bank Syariah hasil spin-off
atau Bank Induk Konvensional.
2. Selanjutnya melakukan analisis perbandingan kinerja Bank Syariah hasil
spin-off dan Bank Konvensional yang telah diketahui hasil
perhitungannya dengan menggunakan teknik stastistik yang berupa uji
beda (Independent Sample t-test) untuk mengetahui apakah ada
perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Syariah hasil spin-off
61
dengan Bank Konvensional. Dalam Independent Sample t-test, ada
asumsi-asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu, yaitu:
Skala data interval/rasio
Kelompok data saling bebas atau tidak berpasangan
Data per kelompok berdistribusi normal
Varians antar kelompok sama atau homogen
Dalam uji normalitas apabila nilai signifikansi kedua data lebih besar
dari 0,05 maka data berdistribusi normal. Kemudian dalam uji homogenitas
jika F hitung dengan equal variance assumed (diasumsikan kedua varians
sama), memiliki nilai sig. > 0.05 maka dinyatakan kedua varians sama. Bila
kedua varians sama, maka selanjutnya menggunakan dasar equal variance
assumed (diasumsikan kedua varians sama) untuk t hitung. Jika t hitung sig. <
0.05, dikatakan kinerja keuangan Bank Syariah hasil spin-off dan Bank
Konvensional terdapat perbedaan yang signifikan, sebaliknya jika t hitung sig
> 0.05 dinyatakan kinerja keuangan Bank Syariah hasil spin-off dan Bank
Konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Jika F hitung dengan equal variance assumed (diasumsikan kedua
varians sama) memiliki nilai sig. < 0.05 , maka dinyatakan bahwa kedua
varians berbeda. Bila kedua varians berbeda, maka untuk membandingkan
kedua bank dengan t-test selanjutnya menggunakan dasar equal variance not
assumed (diasumsikan kedua varians tidak sama) untuk t hitung. Jika t hitung
62
dengan equal variance not assumed (diasumsikan varians tidak sama)
memiliki nilai sig. > 0.05 , dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan Bank
Syariah hasil spin-off dan Bank Konvensional tidak terdapat perbedaan yang
signifikan, namun jika nilai sig. < 0.05, dapat dinyatakan bahwa kinerja
keuangan Bank Syariah hasil spin-off dan Bank Konvensional terdapat
perbedaan yang signifikan.33
E. Definisi Operasional Variabel
1. Pengukuran Berdasarkan REC
Faktor kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Risk Profil, Earning dan Capital yang sebagaimana terdapat dalam
Lampiran SEBI No.6/23/DPNP Tahun 2004, Lampiran SEBI No.
9/24/DPbs Tahun 2007 dan Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011
yang disempurnakan dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.
10/SEOJK.03/2014 yang mana faktor kinerja keuangan diwakilkan oleh
variabel:
33 Dwi Consultant, “Independent Sample t-test”, Diakses pada tanggal 19 Mei 2016 darihttp://duwiconsultant.blogspot.co.id/2011/11/independent-samples-t-test.html.
63
a. Risk Profil
1) Non Performing Financing/Non Performing Loan (NPF/NPL)
NPF/NPL adalah rasio untuk mengukur tingkat
permasalahan pembiayaan/kredit yang dihadapi oleh bank syariah
dan bank konvensional. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan
kualitas pembiayaan/kredit bank syariah dan bank konvensional
semakin buruk. Bank dengan NPF/NPL yang tinggi akan
memperbesar biaya baik pencadangan aktiva produktif maupun
biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank.34
Rasio NPL dihitung dengan rumus:
= × 100 %Rasio NPF dihitung dengan rumus:
= × 100 %Yang termasuk jumlah pembiayaan bermasalah adalah
pembiayaan yang tergolong Kurang Lancar, Diragukan, dan
34 Dwi Nur’aini Ihsan, “Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah” (Jakarta: UINJakarta Press, 2013), h. 96.
64
Macet.35 Setelah dilakukan perhitungan, hasilnya dinilai
berdasarkan kriteria penilaian peringkat berikut ini:
Tabel 3.1. Matriks Kriteria Penilaian Rasio NPF/NPL
Sangat Baik < 2%
Baik 2% - 5%
Cukup Baik 5% - 8%
Kurang Baik 8% - 12%
Sangat Kurang ≥ 12%
Sumber: Lampiran SE-BI No. 9/24/DPbs Tahun 2007
2) Financing to Deposit Ratio/Loan to Deposit Ratio (FDR/LDR)
FDR adalah rasio yang mengukur perbandingan antara total
pembiayaan yang diberikan bank syariah dengan total dana yang
dapat dihimpun oleh bank syariah. Sedangkan, LDR adalah adalah
rasio yang mengukur perbandingan antara total kredit yang
diberikan bank konvensional dengan total dana yang dapat
dihimpun oleh bank konvensional. FDR/LDR menggambarkan
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh
para deposan dengan mengandalkan pembiayaan/kredit yang
35 Otoritas Jasa Keuangan, “Lampiran I.1 SE OJK No. 10/SEOJK.03/2014”, data diaksespada 9 Mei dari www.ojk.go.id, h. 36.
65
diberikan sebagai sumber likuidasinya. Maksimal FDR/LDR yang
diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110%.
Rasio FDR dihitung dengan rumus:
= × 100%Rasio LDR dihitung dengan rumus:
= × 100%Setelah dilakukan perhitungan, hasilnya dinilai berdasarkan
kriteria penilaian peringkat berikut ini:
Tabel 3.2. Matriks Kriteria Penilaian Rasio FDR/LDR
Sangat Baik < 75%
Baik 75% - 85%
Cukup Baik 85% - 100%
Kurang Baik 100% - 120%
Sangat Kurang ≥ 120%
Sumber: Lampiran SE-BI No. 6/23/DPNP Tahun 2004
66
b. Earnings
1) Return On Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) adalah rasio laba sebelum pajak
selama 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam
periode yang sama.36 Rasio ini untuk mengukur kemampuan bank
dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan atau mengukur
keberhasilan manajemen dalam menghasikan laba. Rasio ROA
dihitung dengan rumus:
= − × 100%Setelah dilakukan perhitungan, hasilnya dinilai berdasarkan
kriteria penilaian peringkat berikut ini:
Tabel 3.3. Matriks Kriteria Penilaian Rasio ROA
Sangat Baik > 2%
Baik 2% - 1,25%
Cukup Baik 1,25% - 0,5%
Kurang Baik 0,5% - 0%
Sangat Kurang ≤ 0%
Sumber: Lampiran SE-BI No. 9/24/DPbs Tahun 2007
36 Selamet Riyadi, “Banking Assets And Liability Management” (Jakarta: Lembaga PenerbitFakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006), h. 180.
67
2). Return On Equity (ROE)
Adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara Laba
(setelah pajak) dengan Modal Inti bank, rasio ini menunjukkan
tingkat % (persentase) yang dapat dihasilkan. Rasio ini untuk
mengukur kemampuan modal disetor bank dalam menghasilkan
laba. Semakin besar rasio ini menunjukkan kemampuan modal
disetor bank dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham
semakin besar. Rasio ROE dihitung dengan rumus:
= − × 100%Tabel 3.4. Matriks Kriteria Penilaian Rasio ROE
Sangat Baik > 15%
Baik 12,5% - 15%
Cukup Baik 5% - 12,5%
Kurang Baik 0% - 5%
Sangat Kurang ≤ 0%
Sumber: Lampiran SE-BI No. 6/23/DPNP Tahun 2004
c. Capital
Rasio yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal
yang dimiliki bank adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). Bank
68
Indonesia menetepakan ketentuan modal minimum bagi perbankan
sebagaimana ketentuan dalam standar Bank for Internasional
Setlements (BIS) bahwa setiap bank umum diwajibkan menyediakan
modal minimum sebesar 8% dari total Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR).
Rasio CAR dihitung dengan rumus:
= × 100%Setelah dilakukan perhitungan, hasilnya dinilai berdasarkan
kriteria penilaian peringkat berikut ini:
Tabel 3.5. Matriks Kriteria Penilaian Rasio CAR
Sangat Baik > 12%
Baik 12% - 9%
Cukup Baik 9% - 8%
Kurang Baik 8% - 6%
Sangat Kurang < 6%
Sumber: Lampiran SE-BI No.9/24/DPbs Tahun 2007
69
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Kinerja Keuangan dengan Metode RGEC
Berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.
10/SEOJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah dan Peraturan Bank Indonesia No.
13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat kesehatan Bank Umum, tingkat
kesehatan bank umum syariah dan bank umum konvensional dinilai
dengan menggunakan metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate
Governance, Earning, dan Capital). Namun, dalam penelitian ini penulis
hanya menggunakan REC (Risk Profile, Earning, dan Capital) yang
diwakili oleh rasio NPF/NPL, FDR/LDR, ROA, ROE, dan CAR.
1. Analisis Kinerja BJB Syariah dengan BJB Konvensional
Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Penilaian Kinerja BJB Syariah Berdasarkan REC
Faktor Rasio Tahun Rata-Rata
2011 2012 2013 2014 2015
Risk Profile NPF 1,36% 4,43% 1,87% 5,84% 7,81% 4,26%
FDR 79,53% 87,91% 96,94% 83,99% 102,94% 90,26%
Earnings ROA 1,14% -0,66% 0,91% 0,66% 0,27% 0,46%
ROE 3,65% -3,59% 4,65% 3,73% 1,20% 1,93%
Capital CAR 30,28% 21,09% 17,99% 15,78% 22,53% 21,53%
70
Tabel 4.2 Ringkasan Hasil Penilaian Kinerja BJB Konvensional Berdasarkan
REC
Faktor Rasio Tahun Rata-Rata
2011 2012 2013 2014 2015
Risk Profile NPL 1,56% 2,15% 2,83% 4,23% 3,06% 2,76%
LDR 79,75% 75,64% 102,89% 100,04% 93,65% 90,39%
Earnings ROA 2,66% 2,43% 2,64% 1,98% 2,18% 2,38%
ROE 20,66% 25,66% 25,72% 18,16% 22,87% 22,62%
Capital CAR 18,36% 18,11% 16,51% 16,08% 16,21% 17,05%
a. Non Performing Financing/Non Performing Loan
Berdasarkan perhitungan diatas, BJB Syariah memiliki nilai
rasio NPF sebesar 1,36%, 4,43%, 1,87%, 5,84%, dan 7,81% pada
tahun 2011-2015, dan nilai rasio NPL BJB Konvensional memiliki
nilai rasio NPL sebesar 1,56%, 2,15%, 2,83%, 4,23%, dan 3,06%
pada tahun 2011-2015. Hal ini menunjukkan bahwa rasio NPF BJB
Syariah dan NPL BJB Konvensional pada tahun 2011-2015
mengalami fluktuasi. Nilai rasio NPF tertinggi terdapat pada tahun
2015 yang mengalami peningkatan sebesar 1,97% dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar 7,81%, termasuk kriteria cukup baik.
Sedangkan nilai terendah terdapat pada tahun 2011 yaitu sebesar
1.36%, termasuk kriteria yang sangat baik. Pada periode 2011-2015
71
posisi rasio NPF Bank Jabar Banten Syariah berada dibawah angka
8%. Hal ini menunjukkan bahwa BJB Syariah memiliki kinerja
yang cukup baik dari rasio NPF-nya.
Nilai rasio NPL tertinggi terdapat pada tahun 2014 yang
mengalami peningkatan sebesar 1,40% dari tahun sebelumnya yaitu
sebesar 4,23% termasuk kriteria baik. Sedangkan nilai terendah
terdapat pada tahun 2011 yaitu sebesar 1.56% termasuk kriteria
sangat baik. Pada periode 2011-2015 posisi rasio NPL Bank Jabar
Banten Konvensional berada dibawah angka 5%. Hal ini
menunjukkan bahwa BJB Konvensional memiliki kinerja yang baik
dari rasio NPL-nya.
Berdasarkan hasil diatas, diketahui rata-rata rasio NPF BJB
Syariah sebesar 4,26% dan rata-rata rasio NPL BJB Konvensional
sebesar 2,76%. Karena nilai rata-rata rasio NPL BJB Konvensional
lebih kecil dari nilai rata-rata rasio NPF BJB Syariah maka ini
menunjukkan bahwa kinerja BJB Konvensional lebih baik dari BJB
Syariah dilihat dari rasio NPL-nya.
b. Financing to Deposit Ratio/Loan to Deposit Ratio
Berdasarkan perhitungan diatas, BJB Syariah memiliki nilai
rasio FDR sebesar 79,53%, 87,91%, 96,94%, 83,99%, dan
102,94% pada tahun 2011-2015, dan BJB Konvensional memiliki
72
nilai rasio LDR sebesar 79,75%, 75,64%, 102,89%, 100,04%, dan
93,65% pada tahun 2011-2015. Hal ini menunjukkan bahwa rasio
FDR BJB Syariah dan LDR BJB Konvensional dari tahun 2011-
2015 mengalami fluktuasi. Nilai rasio FDR tertinggi terdapat pada
tahun 2015 yang mengalami peningkatan sebesar 18,95% dari
tahun sebelumnya. Sedangkan nilai terendah terdapat pada tahun
2011 yaitu sebesar 79.53%. Dari perhitungan FDR tersebut, pada
tahun 2011 menunjukkan bahwa BJB Syariah memiliki kinerja
yang baik, karena posisi rasio FDR BJB Syariah berada diantara
nilai 75%-85%. Namun, pada 2 tahun berikutnya, kinerja BJB
Syariah dikatakan cukup baik karena posisi rasio FDR BJB Syariah
berada diantara nilai 85%-100%. pada tahun 2015 kinerja BJB
Syariah berdasarkan rasio FDR dikatakan kurang baik karena
mempunyai nilai FDR sebesar 102,94 %.
Nilai rasio LDR tertinggi terdapat pada tahun 2013 yang
mengalami peningkatan sebesar 27,25% dari tahun sebelumnya.
Sedangkan nilai terendah terdapat pada tahun 2012 yaitu sebesar
75,78% yang mengalami penurunan sebesar 4,11% dari tahun
sebelumnya. Dari perhitungan LDR tersebut, pada tahun 2011-
2012 menunjukkan bahwa BJB Konvensional memiliki kinerja
yang baik, karena posisi rasio LDR BJB Konvensional berada
73
diposisi antara 75%-85%. Namun pada tahun 2013-2014
menunjukkan bahwa BJB Konvensional memiliki rasio LDR yang
kurang baik, karena posisi rasio LDR BJB Konvensional berada
diposisi antara 100%-120%. Tetapi pada tahun 2015 nilai rasio
LDR BJB konvensional termasuk kriteria cukup baik karena rasio
LDR berada di posisi antara 85%-100% yakni sebesar 93,65%.
Berdasarkan hasil diatas, diketahui rata-rata rasio FDR BJB
Syariah sebesar 90,26% dan rata-rata rasio LDR BJB Konvensional
sebesar 90,39%. Karena nilai rata-rata rasio FDR BJB Syariah
lebih kecil dari nilai rata-rata rasio LDR BJB Konvensional maka
ini menunjukkan bahwa kinerja BJB Syariah lebih baik dari BJB
Konvensional dilihat dari rasio FDR-nya.
c. Return On Assets
Pada periode 2011-2015, nilai rasio ROA BJB Syariah
berturut-turut adalah sebesar 1,14%, -0,66%, 0,91%, 0,66%, dan
0,27%. Selama periode tersebut, nilai rasio ROA tertinggi terdapat
pada tahun 2011 yaitu sebesar 1,14% termasuk kriteria cukup baik.
Sedangkan, nilai rasio ROA terendah terdapat pada tahun 2012
yang mengalami penurunan sebesar 1,8% dari tahun sebelumnya
yaitu sebesar -0,66% termasuk kriteria sangat kurang. Pada tahun
2011, ROA BJB Syariah menunjukkan kinerja yang cukup baik
74
karena memiliki ROA lebih besar dari 0,5%. Namun pada tahun
2012, ROA BJB Syariah menunjukkan kinerja yang sangat kurang
karena memiliki nilai ROA dibawah 0% yaitu -0,51%. Pada tahun
2013-2014 ROA BJB Syariah menunjukkan kinerja yang cukup
baik karena memiliki ROA lebih besar dari 0,5%. Namun rasio
ROA BJB Syariah kembali turun pada tahun 2015, ini
menunjukkan bahwa BJB Syariah kurang mampu mempertahankan
kinerjanya karena memiliki ROA dibawah 0,5% yang merupakan
batas rasio ROA dikatakan cukup baik.
Pada periode 2011-2015, nilai rasio ROA BJB Konvensional
berturut-turut adalah sebesar 2,66%, 2,43%, 2,64%, 1,98%, dan
2,18%. Selama periode tersebut, nilai rasio ROA tertinggi terdapat
pada tahun 2011 yaitu sebesar 2,66% yang termasuk kriteria sangat
baik. Sedangkan, nilai rasio ROA terendah terdapat pada tahun
2014 yang mengalami penurunan sebesar 0,66% dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar 1,98%, walaupun demikian besarnya
rasio ROA masih termasuk kriteria baik. Nilai ROA BJB
Konvensional pada periode 2011-2013 dan 2015 menunjukkan
bahwa kinerja BJB Konvensional sangat baik karena memiliki nilai
ROA diatas 2%. Pada tahun 2014 menunjukkan bahwa kinerja BJB
Konvensional baik karena memiliki nilai ROA antara 1,25% - 2%.
75
Berdasarkan hasil diatas, diketahui rata-rata rasio ROA BJB
Syariah sebesar 0,46% dan rata-rata rasio ROA BJB Konvensional
sebesar 2,38%. Karena nilai rata-rata rasio ROA BJB Konvensional
lebih besar dari nilai rata-rata rasio ROA BJB Syariah maka ini
menunjukkan bahwa kinerja BJB Konvensional lebih baik dari BJB
Syariah dilihat dari rasio ROA-nya.
d. Return On Equity
Pada periode 2011-2015, nilai rasio ROE BJB Syariah
berturut-turut adalah sebesar 3,65%, -3,59%, 4,65%, 3,73%, dan
1,20%. Selama periode tersebut, nilai rasio ROE tertinggi terdapat
pada tahun 2013 yaitu sebesar 4,65% termasuk kriteria kurang
baik. Sedangkan, nilai rasio ROE terendah terdapat pada tahun
2012 yang mengalami penurunan sebesar 7,24% dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar -3,59% termasuk kriteria sangat kurang.
Pada tahun 2011-2015, ROE BJB Syariah menunjukkan kinerja
yang sangat kurang baik karena memiliki ROE yang lebih kecil
dari 5%. Hal ini menunjukkan bahwa modal disetor BJB Syariah
kurang mampu menghasilkan laba bagi para pemegang saham
karena trend tahun 2011-2015 nilai ROE BJB syariah lebih kecil
dari 5%.
76
Pada periode 2011-2015, nilai rasio ROE BJB Konvensional
berturut-turut adalah sebesar 20,66%, 25,66%, 25,72%, 18,16%,
dan 22,87%. Selama periode tersebut, nilai rasio ROE tertinggi
terdapat pada tahun 2013 yaitu sebesar 25,72% yang termasuk
kriteria sangat baik. Sedangkan, nilai rasio ROE terendah terdapat
pada tahun 2014 yang mengalami penurunan sebesar 7,56% dari
tahun sebelumnya yaitu sebesar 18,16%, walaupun demikian
besarnya rasio ROE masih termasuk criteria sangat baik. Nilai ROE
BJB Konvensional pada periode 2011-2015 menunjukkan bahwa
kinerja BJB Konvensional sangat baik karena memiliki nilai ROE
diatas 15%.
Berdasarkan hasil diatas, diketahui rata-rata rasio ROE BJB
Syariah sebesar 1,93% dan rata-rata rasio ROE BJB Konvensional
sebesar 22,62%. Karena nilai rata-rata rasio ROE BJB
Konvensional lebih besar dari nilai rata-rata rasio ROE BJB
Syariah maka ini menunjukkan bahwa kinerja BJB Konvensional
lebih baik dari BJB Syariah dilihat dari rasio ROE-nya.
e. Capital Adequacy Ratio
Pada tahun 2011, BJB Syariah memiliki rasio CAR sebesar
30,28% yang kemudian mengalami penurunan pada tiga tahun
berikutnya yaitu sebesar 9,19% menjadi 21,09% pada tahun 2012.
77
Tahun 2013 rasio CAR BJB Syariah kembali turun sebesar 3,10%
menjadi 17,99%. Kemudian pada tahun 2014 rasio CAR BJB
Syariah kembali turun sebesar 2,21% menjadi 15,78%. Namun
pada tahun 2015 rasio CAR BJB Syariah mengalami kenaikan
sebesar 6,75% menjadi 22,53%. Meskipun lebih sering mengalami
penurunan, jika dilihat dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa
pada tahun 2011 sampai 2015 rasio CAR BJB Syariah
menunjukkan kinerja yang sangat baik dikarenakan nilai CAR lebih
besar dari 12%.
Pada tahun 2011, BJB Konvensional memiliki rasio CAR
sebesar 18,36% yang kemudian mengalami penurunan pada empat
tahun berikutnya yaitu sebesar 0,25% menjadi 18,11% pada tahun
2012. Tahun 2013 rasio CAR BJB Konvensional turun sebesar
1,60% menjadi 16,51%. Kemudian pada tahun 2014 rasio CAR
BJB Konvensional kembali turun sebesar 0,43% menjadi 16,08%.
Pada tahun 2015 rasio CAR BJB Konvensional mengalami
kenaikan sebesar 0,13% menjadi 16,21%. Meskipun lebih sering
mengalami penurunan nilai CAR, jika dilihat dari perhitungan
diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2011 sampai 2015 rasio
CAR BJB Konvensional menunjukkan kinerja yang sangat baik
dikarenakan nilai CAR lebih besar dari 12%.
78
Berdasarkan hasil diatas, diketahui rata-rata rasio CAR BJB
Syariah sebesar 21,53% dan rata-rata rasio CAR BJB Konvensional
sebesar 17,05%. Karena nilai rata-rata rasio CAR BJB Syariah
lebih besar dari nilai rata-rata rasio CAR BJB Konvensional maka
ini menunjukkan bahwa kinerja BJB Syariah lebih baik dari BJB
Konvensional dilihat dari rasio CAR-nya.
2. Perbandingan Kinerja Keuangan BJB Syariah dengan BJB
Konvensional
Dalam membandingkan kinerja keuangan dan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja BJB Syariah dan BJB Konvensional, peneliti menggunakan
uji Independent Sample t-test. Sebelum melakukan uji Independent
Sample t-test, harus dibuktikan terlebih dahulu data yg digunakan
berdistribusi normal. Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
79
Tabel 4.3 Uji Normalitas BJB Syariah & BJB Konvensional
Tests of Normality
Bank
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
NPF/NPL NPF BJB Syariah .212 5 .200* .941 5 .670
NPL BJB Konvensional .185 5 .200* .978 5 .922
FDR/LDR FDR BJB Syariah
LDR BJB Konvensional
.197
.209
5
5
.200*
.200*
.956
.896
5
5
.777
.389
ROA ROA BJB Syariah
ROA BJB Konvensional
.209
.213
5
5
.200*
.200*
.914
.910
5
5
.495
.465
ROE ROE BJB Syariah
ROE BJB Konvensional
.297
.225
5
5
.172
.200*
.831
.911
5
5
.141
.471
CAR CAR BJB Syariah
CAR BJB Konvensional
.229
.291
5
5
.200*
.194
.934
.816
5
5
.623
.108
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan output Tests of Normality, diperoleh nilai signifikansi
pada tabel Shapiro-Wilk untuk semua rasio-rasio keuangan BJB Syariah
dan BJB Konvensional diatas 0,05. Karena semua nilai signifikansi lebih
besar > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa semua data pada rasio-rasio
keuangan BJB Syariah dan BJB Konvensional berdistribusi normal.
80
Tabel 4.4 Uji Independent Sample t-test BJB Syariah & BJB
Konvensional
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t Df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
NPF/NPL Equal variances assumed 4.681 .062 1.159 8 .280 1.49600 1.29069
Equal variances not assumed 1.159 5.091 .298 1.49600 1.29069
FDR/LDR Equal variances assumed .832 .388 -.019 8 .985 -.13200 6.91428
Equal variances not assumed -0.19 7.579 .985 -.13200 6.91428ROA Equal variances assumed 2.490 .153 -5.591 8 .001 -1.91400 .34233
Equal variances not assumed -5.591 5.356 .002 -1.91400 .34233ROE Equal variances assumed .004 .953 -9.904 8 .000 -20.68600 2.08863
Equal variances not assumed -9.904 7.996 .000 -20.68600 2.08863CAR Equal variances assumed 3.651 .092 1.770 8 .115 4.48000 2.53109
Equal variances not assumed 1.770 4.309 .146 4.48000 2.53109
Sumber: Output SPSS 2.0
a. Uji Beda NPF/NPL BJB Syariah dan BJB Konvensional
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung untuk NPF/NPL
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varians sama)
adalah 4,681 dengan probabilitas 0,062 maka probabilitas data diatas
lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data perbandingan
keuangan homogen atau tidak ada perbedaan varians pada data
81
perbandingan kinerja keuangan BJB Syariah dan BJB Konvensional
untuk rasio NPF/NPL.
Bila kedua varians sama, maka digunakan equal variances assumed. t
hitung untuk NPF/NPL dengan menggunakan equal variances assumed
adalah 1,159 dengan signifikan sebesar 0,280. Oleh karena nilai sig. t
hitung > t tabel (0,280 > 0,05), berdasarkan hipotesis penelitian dimana P
= > 0,05, maka keputusan yang diambil adalah menerima Ho yang
menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja BJB Syariah dan BJB Konvensional.
Hal ini sejalan dengan penelitian Defri Duantika37 yang menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio NPF/NPL.
Hal ini juga sesuai dengan teori yang menunjukkan bahwa terdapat
prinsip kehati-hatian yang dilakukan bank syariah dan bank konvensional
pada saat memberikan pembiayaan dan kredit, sehingga nilai rata-rata
NPF/NPL kedua bank sama-sama di bawah angka 5% yang merupakan
batas maksimal nilai NPF/NPL bank.
b. Uji Beda FDR/LDR BJB Syariah dan BJB Konvensional
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung untuk
FDR/LDR dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varians
sama) adalah 0,832 dengan probabilitas 0,388 maka probabilitas data
37 Defri Duantika, “Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah Berdasarkan RGEC danIslamicity Performance Index”, (Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta, 2015), h. 69.
82
diatas lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data
perbandingan keuangan homogen atau tidak ada perbedaan varians pada
data perbandingan kinerja keuangan BJB Syariah dan BJB Konvensional
untuk rasio FDR/LDR.
Bila kedua varians sama, maka digunakan equal variances assumed. t
hitung untuk FDR/LDR dengan menggunakan equal variances assumed
adalah -0,019 dengan signifikan sebesar 0,985. Oleh karena nilai sig. t
hitung > t tabel (0,985 > 0,05), berdasarkan hipotesis penelitian dimana P
= > 0,05, maka keputusan yang diambil adalah menerima Ho yang
menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja BJB Syariah dan BJB Konvensional.
Hasil ini sejalan dengan teori yang menunjukkan bahwa bank syariah
dan bank konvensional mengandalkan pembiayaan dan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuidasinya. Hasil ini juga sejalan dengan
yang dilakukan Defri Duantika38 yang menyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada rasio FDR/LDR.
38 Defri Duantika, “Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah Berdasarkan RGEC danIslamicity Performance Index”, (Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta, 2015), h. 70.
83
c. Uji Beda ROA BJB Syariah dan BJB Konvensional
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung untuk ROA
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varians sama)
adalah 2,490 dengan probabilitas 0,153 maka probabilitas data diatas
lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data perbandingan
keuangan homogen atau tidak ada perbedaan varians pada data
perbandingan kinerja keuangan BJB Syariah dan BJB Konvensional
untuk rasio ROA.
Bila kedua varians sama, maka digunakan equal variances assumed. T
hitung untuk ROA dengan menggunakan equal variances assumed
adalah -5,591 dengan signifikan sebesar 0,001. Oleh karena nilai sig. t
hitung < t tabel (0,001 < 0,05), berdasarkan hipotesis penelitian dimana P
= < 0,05, maka keputusan yang diambil adalah menolak Ho, dan
menerima H1 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja BJB Syariah dan BJB Konvensional.
Perbedaan ini terjadi karena laba sebelum pajak yang diperoleh BJB
syariah tidak sebanding dengan rata-rata total asset yang dimiliki, hal ini
mengakibatkan kecilnya nilai rasio ROA BJB Syariah. Jauh berbeda
dengan rasio ROA yang dimiliki BJB Konvensional, karena pada BJB
konvensional nilai laba sebelum pajak meningkat seiring dengan
84
meningkatnya nilai rata-rata total asset yang dimiliki, sehingga pada rasio
ini terjadi perbedaan yang signifikan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Sasa Elida Sovia39 yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio ROA.
Hal ini membuktikan bahwa salah satu bank yaitu BJB Syariah belum
mampu mengelola assetnya dengan lebih baik dibanding BJB
Konvensional, sehingga nilai rasio ROA cukup berbeda.
d. Uji Beda ROE BJB Syariah dan BJB Konvensional
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung untuk ROE
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varians sama)
adalah 0,004 dengan probabilitas 0,953 maka probabilitas data diatas
lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data perbandingan
keuangan homogen atau tidak ada perbedaan varians pada data
perbandingan kinerja keuangan BJB Syariah dan BJB Konvensional
untuk rasio ROE.
Bila kedua varians sama, maka digunakan equal variances assumed. t
hitung untuk ROE dengan menggunakan equal variances assumed
adalah -9,094 dengan signifikan sebesar 0,000. Oleh karena nilai sig. t
39 Sasa Elida Sovia, dkk. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Konvensional danBank Syariah Berdasarkan Rasio Keuangan Bank” (Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 37, No. 1,Agustus 2016), h. 134.
85
hitung < t tabel (0,000 < 0,05), berdasarkan hipotesis penelitian dimana P
= < 0,05, maka keputusan yang diambil adalah menolak Ho, dan
menerima H1 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja BJB Syariah dan BJB Konvensional.
Perbedaan ini terjadi karena laba setelah pajak yang diperoleh BJB
syariah tidak sebanding dengan rata-rata modal inti yang dimiliki, hal ini
mengakibatkan kecilnya nilai rasio ROE BJB Syariah. Jauh berbeda
dengan rasio ROE yang dimiliki BJB Konvensional, karena pada BJB
konvensional nilai laba setelah pajak meningkat seiring dengan
meningkatnya nilai rata-rata modal inti yang dimiliki, sehingga pada
rasio ini terjadi perbedaan yang signifikan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Sasa Elida Sovia40 yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio ROE.
Hal ini membuktikan bahwa salah satu bank yaitu BJB Syariah belum
mampu mengelola modalnya dengan lebih baik dibanding BJB
Konvensional, sehingga nilai rasio ROE cukup berbeda.
40 Sasa Elida Sovia, dkk. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Konvensional danBank Syariah Berdasarkan Rasio Keuangan Bank” (Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 37, No. 1,Agustus 2016), h. 134.
86
e. Uji Beda CAR BJB Syariah dan BJB Konvensional
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung untuk CAR
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varians sama)
adalah 3,651 dengan probabilitas 0,092 maka probabilitas data diatas
lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data perbandingan
keuangan homogen atau tidak ada perbedaan varians pada data
perbandingan kinerja keuangan BJB Syariah dan BJB Konvensional
untuk rasio CAR.
Bila kedua varians sama, maka digunakan equal variances assumed. t
hitung untuk CAR dengan menggunakan equal variances assumed
adalah 1,770 dengan signifikan sebesar 0,115. Oleh karena nilai sig. t
hitung > t tabel (0,115 > 0,05), berdasarkan hipotesis penelitian dimana P
= > 0,05, maka keputusan yang diambil adalah menerima Ho yang
menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja BJB Syariah dan BJB Konvensional.
Hal ini sejalan dengan penelitian Andi Dahlia41 dan Defri Duantika42
yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
41 Andi Dahlia, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri dengan PT.Bank Muamalat Indonesia”, (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin Makassar,2012), h.103.42 Defri Duantika, “Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah Berdasarkan RGEC dan IslamicityPerformance Index”, (Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta, 2015), h. 74.
87
rasio CAR. Hal ini juga sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa
bank harus menyediakan Kewajiban penyediaan Modal Minimum
(KPMM) minimal 8% agar kinerja bank baik. Kedua bank yaitu BJB
Syariah dan BJB Konvensional sama-sama memiliki nilai CAR lebih dari
8%, sehingga kinerja kedua bank dikatakan baik.
3. Analisis Kinerja BNI Syariah dengan BNI Konvensional
Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Penilaian Kinerja BNI Syariah Berdasarkan REC
Faktor Rasio Tahun Rata-Rata
2011 2012 2013 2014 2015
Risk Profile NPF 3,62% 2,02% 1,86% 1,86% 2,53% 2,38%
FDR 78,60% 84,99% 97,86% 92,58% 91,94% 89,19%
Earnings ROA 1,29% 1,48% 1,37% 1,27% 1,43% 1,37%
ROE 6,63% 10,18% 11,73% 13,05% 15,22% 11,36%
Capital CAR 20,67% 14,10% 16,23% 18,42% 15,48% 16,98%
Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Penilaian Kinerja BNI Konvensional Berdasarkan
REC
Faktor Rasio Tahun Rata-Rata
2011 2012 2013 2014 2015
Risk Profile NPL 3,61% 2,84% 2,17% 1,96% 2,70% 2,66%
LDR 70,37% 77,52% 85,30% 87,81% 87,77% 81,75%
Earnings ROA 2,94% 2,92% 3,36% 3,49% 2,64% 3,07%
ROE 20,06% 19,99% 22,47% 23,64% 17,21% 20,67%
Capital CAR 17,63% 16,67% 15,09% 16,22% 19,49% 17,02%
88
a. Non Performing Financing/Non Performing Loan
Berdasarkan perhitungan diatas, BNI Syariah memiliki nilai
rasio NPF sebesar 3,62%, 2,02%, 1,86%, 1,86%, dan 2,53% pada
tahun 2011-2015. Hal ini menunjukkan bahwa rasio NPF BNI
Syariah pada tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi. Nilai rasio
NPF tertinggi terdapat pada tahun 2011, termasuk kriteria baik.
Sedangkan nilai terendah terdapat pada tahun 2013 dan 2014 yaitu
sebesar 1.86%, termasuk kriteria yang sangat baik. Pada periode
2011-2015 posisi rasio NPF BNI Syariah berada dibawah angka
5%. Hal ini menunjukkan bahwa BNI Syariah memiliki kinerja
yang baik dari rasio NPF-nya.
Nilai rasio NPL BNI Konvensional memiliki nilai rasio NPL
sebesar 3,61%, 2,84%, 2,17%, 1,96%, dan 2,70% pada tahun 2011-
2015. Nilai rasio NPL tertinggi terdapat pada tahun 2011, termasuk
kriteria baik. Sedangkan nilai terendah terdapat pada tahun 2014
yaitu sebesar 1.96% termasuk kriteria sangat baik. Pada periode
2011-2015 posisi rasio NPL BNI Konvensional berada dibawah
angka 5%. Hal ini menunjukkan bahwa BNI Konvensional
memiliki kinerja yang baik dari rasio NPL-nya.
Berdasarkan hasil diatas, diketahui rata-rata rasio NPF BNI
Syariah sebesar 2,38% dan rata-rata rasio NPL BNI Konvensional
sebesar 2,66%. Karena nilai rata-rata rasio NPF BNI Syariah lebih
89
kecil dari nilai rata-rata rasio NPL BNI Konvensional maka ini
menunjukkan bahwa kinerja BNI Syariah lebih baik dari BNI
Konvensional dilihat dari rasio NPL-nya.
b. Financing to Deposit Ratio/Loan to Deposit Ratio
Berdasarkan perhitungan diatas, BNI Syariah memiliki nilai
rasio FDR sebesar 78,60%, 84,99%, 97,86%, 92,58%, dan 91,94%
pada tahun 2011-2015. Hal ini menunjukkan bahwa rasio FDR BNI
Syariah dari tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi. Nilai rasio
FDR tertinggi terdapat pada tahun 2013 yang mengalami
peningkatan sebesar 12,87% dari tahun sebelumnya. Sedangkan
nilai terendah terdapat pada tahun 2011 yaitu sebesar 78.60%. Dari
perhitungan FDR tersebut, pada tahun 2011 menunjukkan bahwa
BNI Syariah memiliki kinerja yang baik, karena posisi rasio FDR
BNI Syariah berada diantara nilai 75%-85%. Namun, pada 2 tahun
berikutnya, yaitu tahun 2013 kinerja BNI Syariah dikatakan cukup
baik karena posisi rasio FDR BNI Syariah berada diantara nilai
85%-100%. pada tahun 2015 kinerja BNI Syariah berdasarkan
rasio FDR dikatakan cukup baik karena mempunyai nilai FDR
sebesar 91,94 %.
BNI Konvensional memiliki nilai rasio LDR sebesar 70,37%,
77,52%, 85,30%, 87,81%, dan 87,77% pada tahun 2011-2015.
90
Nilai rasio LDR tertinggi terdapat pada tahun 2014 yang
mengalami peningkatan sebesar 2,51% dari tahun sebelumnya.
Sedangkan nilai terendah terdapat pada tahun 2011 yaitu sebesar
70,37%. Dari perhitungan LDR tersebut, pada tahun 2011
menunjukkan bahwa BNI Konvensional memiliki kinerja yang
sangat baik, karena posisi rasio LDR BNI Konvensional berada
diposisi <75%. Sedangkan pada tahun 2012-2015 menunjukkan
bahwa BNI Konvensional memiliki rasio LDR yang cukup baik,
karena posisi rasio LDR BNI Konvensional berada diposisi antara
85%-100%.
Berdasarkan hasil diatas, diketahui rata-rata rasio FDR BNI
Syariah sebesar 89,19% dan rata-rata rasio LDR BNI Konvensional
sebesar 81,75%. Karena nilai rata-rata rasio LDR BNI
Konvensional lebih kecil dari nilai rata-rata rasio FDR BNI syariah
maka ini menunjukkan bahwa kinerja BNI Konvensional lebih baik
dari BNI Syariah dilihat dari rasio LDR-nya.
c. Return On Assets
Pada periode 2011-2015, nilai rasio ROA BNI Syariah
berturut-turut adalah sebesar 1,29%, 1,48%, 1,37%, 1,27%, dan
1,43%. Selama periode tersebut, nilai rasio ROA tertinggi terdapat
pada tahun 2012 yaitu sebesar 1,48% termasuk kriteria baik.
91
Sedangkan, nilai rasio ROA terendah terdapat pada tahun 2014
yang mengalami penurunan sebesar 0,1% dari tahun sebelumnya
yaitu sebesar 1,27% masih termasuk kriteria baik. Pada tahun
2011-2015, nilai ROA BNI Syariah menunjukkan kinerja yang baik
karena semua nilai rasio ROA BNI Syariah berada di posisi antara
1,25%-2%.
Pada periode 2011-2015, nilai rasio ROA BNI Konvensional
berturut-turut adalah sebesar 2,94%, 2,92%, 3,36%, 3,49%, dan
2,64%. Selama periode tersebut, nilai rasio ROA tertinggi terdapat
pada tahun 2014 yaitu sebesar 3,49% yang termasuk kriteria sangat
baik. Sedangkan, nilai rasio ROA terendah terdapat pada tahun
2015 yang mengalami penurunan sebesar 0,85% dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar 2,64%. Nilai ROA BNI Konvensional
pada periode 2011-2015 menunjukkan bahwa kinerja BNI
Konvensional sangat baik karena memiliki nilai ROA diatas 2%.
Berdasarkan hasil diatas, diketahui rata-rata rasio ROA BNI
Syariah sebesar 1,37% dan rata-rata rasio ROA BNI Konvensional
sebesar 3,07%. Karena nilai rata-rata rasio ROA BNI Konvensional
lebih besar dari nilai rata-rata rasio ROA BNI Syariah maka ini
menunjukkan bahwa kinerja BNI Konvensional lebih baik dari BNI
Syariah dilihat dari rasio ROA-nya.
92
d. Return On Equity
Pada periode 2011-2015, nilai rasio ROE BNI Syariah
berturut-turut adalah sebesar 6,63%, 10,18%, 11,73%, 13,05%, dan
15,22%. Selama periode tersebut, nilai rasio ROE tertinggi terdapat
pada tahun 2015 yaitu sebesar 15,22% termasuk kriteria sangat
baik. Sedangkan, nilai rasio ROE terendah terdapat pada tahun
2011 yaitu sebesar 6,63% termasuk kriteria cukup baik. Pada tahun
2011-2015, ROE BNI Syariah menunjukkan kinerja yang cukup
baik sampai sangat baik karena memiliki ROE yang lebih besar
dari 5% sampai lebih besar dari 15%.
Pada periode 2011-2015, nilai rasio ROE BNI Konvensional
berturut-turut adalah sebesar 20,06%, 19,99%, 22,47%, 23,64%,
dan 17,21%. Selama periode tersebut, nilai rasio ROE tertinggi
terdapat pada tahun 2014 yaitu sebesar 23,64% yang termasuk
kriteria sangat baik. Sedangkan, nilai rasio ROE terendah terdapat
pada tahun 2015 yang mengalami penurunan sebesar 6,43% dari
tahun sebelumnya yaitu sebesar 17,21%, walaupun demikian
besarnya rasio ROE masih termasuk kriteria sangat baik. Nilai
ROE BNI Konvensional pada periode 2011-2015 menunjukkan
bahwa kinerja BNI Konvensional sangat baik karena memiliki nilai
ROE diatas 15%.
93
Berdasarkan hasil diatas, diketahui rata-rata rasio ROE BNI
Syariah sebesar 11,36% dan rata-rata rasio ROE BNI Konvensional
sebesar 20,67%. Karena nilai rata-rata rasio ROE BNI
Konvensional lebih besar dari nilai rata-rata rasio ROE BNI
Syariah maka ini menunjukkan bahwa kinerja BNI Konvensional
lebih baik dari BNI Syariah dilihat dari rasio ROE-nya.
e. Capital Adequacy Ratio
Pada tahun 2011, BNI Syariah memiliki rasio CAR sebesar
20,67% yang kemudian mengalami penurunan pada tahun
berikutnya yaitu sebesar 6,57% menjadi 14,10% pada tahun 2012.
Tahun 2013 rasio CAR BNI Syariah mengalami kenaikan sebesar
2,13% menjadi 16,23%. Kemudian pada tahun 2014 rasio CAR
BNI Syariah kembali naik sebesar 2,19% menjadi 18,42%. Pada
tahun 2015 rasio CAR BNI Syariah mengalami penurunan sebesar
2,94% menjadi 15,48%. Meskipun lebih sering mengalami
fluktuasi, jika dilihat dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa
pada tahun 2011 sampai 2015 rasio CAR BNI Syariah
menunjukkan kinerja yang sangat baik dikarenakan nilai CAR lebih
besar dari 12%.
Pada tahun 2011, BNI Konvensional memiliki rasio CAR
sebesar 17,63% yang kemudian mengalami penurunan pada dua
94
tahun berikutnya yaitu sebesar 0,96% menjadi 16,67% pada tahun
2012. Tahun 2013 rasio CAR BNI Konvensional turun sebesar
1,58% menjadi 15,09%. Kemudian pada tahun 2014 rasio CAR
BNI Konvensional naik sebesar 1,13% menjadi 16,22%. Pada
tahun 2015 rasio CAR BNI Konvensional mengalami kenaikan
sebesar 3,27% menjadi 19,49%. Meskipun lebih sering mengalami
fluktuasi nilai CAR, jika dilihat dari perhitungan diatas
menunjukkan bahwa pada tahun 2011 sampai 2015 rasio CAR BNI
Konvensional menunjukkan kinerja yang sangat baik dikarenakan
nilai CAR lebih besar dari 12%.
Berdasarkan hasil diatas, diketahui rata-rata rasio CAR BNI
Syariah sebesar 16,98% dan rata-rata rasio CAR BNI Konvensional
sebesar 17,02%. Karena nilai rata-rata rasio CAR BNI
Konvensional lebih besar dari nilai rata-rata rasio CAR BNI
Syariah maka ini menunjukkan bahwa kinerja BNI Konvensional
lebih baik dari BNI Syariah dilihat dari rasio CAR-nya.
4. Perbandingan Kinerja Keuangan BNI Syariah dengan BNI
Konvensional
Dalam membandingkan kinerja keuangan dan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja BNI Syariah
dan BNI Konvensional, peneliti menggunakan uji Independent Sample
95
t-test. Sebelum melakukan uji Independent Sample t-test, harus
dibuktikan terlebih dahulu data yg digunakan berdistribusi normal.
Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7 Uji Normalitas BNI Syariah & BNI Konvensional
Tests of Normality
Bank
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
NPF/NPL NPF BNI Syariah .264 5 .200* .825 5 .127
NPL BNI Konvensional .188 5 .200* .950 5 .738
FDR/LDR FDR BNI Syariah
LDR BNI Konvensional
.234
.279
5
5
.200*
.200*
.956
.849
5
5
.779
.192
ROA ROA BNI Syariah
ROA BNI Konvensional
.208
.246
5
5
.200*
.200*
.937
.929
5
5
.644
.590
ROE ROE BNI Syariah
ROE BNI Konvensional
.157
.197
5
5
.200*
.200*
.984
.955
5
5
.954
.770
CAR CAR BNI Syariah
CAR BNi Konvensional
.214
.184
5
5
.200*
.200*
.962
.972
5
5
.819
.891
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan output Tests of Normality, diperoleh nilai signifikansi
pada tabel Shapiro-Wilk untuk semua rasio-rasio keuangan BNI Syariah
dan BNI Konvensional diatas 0,05. Karena semua nilai signifikansi lebih
besar > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa semua data pada rasio-rasio
keuangan BNI Syariah dan BNI Konvensional berdistribusi normal.
96
Tabel 4.8 Uji Independent Sample t-test BNI Syariah & BNI
Konvensional
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t Df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
NPF/NPL Equal variances assumed .196 .670 -.412 8 .691 -.18600 .45195
Equal variances not assumed -.412 7.738 .692 -.18600 .45195
FDR/LDR Equal variances assumed .052 .879 1.556 8 .158 7.44000 4.78004
Equal variances not assumed 1.556 7.997 .158 7.44000 4.78004ROA Equal variances assumed 10.274 .013 -10.587 8 .000 -1.70200 .16076
Equal variances not assumed -10.587 4.527 .000 -1.70200 .16076ROE Equal variances assumed .208 .660 -5.106 8 .001 -9.31200 1.82380
Equal variances not assumed -5.106 7.521 .001 -9.31200 1.82380CAR Equal variances assumed 1.475 .259 -.029 8 .977 -.04000 1.37399
Equal variances not assumed -.029 6.803 .978 -.04000 1.37399
Sumber: Output SPSS 2.0
a. Uji Beda NPF/NPL BNI Syariah dan BNI Konvensional
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung untuk NPF/NPL
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varians sama)
adalah 0,196 dengan probabilitas 0,670 maka probabilitas data diatas
lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data perbandingan
keuangan homogen atau tidak ada perbedaan varians pada data
97
perbandingan kinerja keuangan BNI Syariah dan BNI Konvensional
untuk rasio NPF/NPL.
Bila kedua varians sama, maka digunakan equal variances assumed. t
hitung untuk NPF/NPL dengan menggunakan equal variances assumed
adalah -0,412 dengan signifikan sebesar 0,691. Oleh karena nilai sig. t
hitung > t tabel (0,691 > 0,05), berdasarkan hipotesis penelitian dimana P
= > 0,05, maka keputusan yang diambil adalah menerima Ho yang
menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja BNI Syariah dan BNI Konvensional.
Hal ini sejalan dengan penelitian Defri Duantika43 yang menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio NPF/NPL.
Hal ini juga sesuai dengan teori yang menunjukkan bahwa terdapat
prinsip kehati-hatian yang dilakukan bank syariah dan bank konvensional
pada saat memberikan pembiayaan dan kredit, sehingga nilai rata-rata
NPF/NPL kedua bank sama-sama di bawah angka 5% yang merupakan
batas maksimal nilai NPF/NPL bank.
b. Uji Beda FDR/LDR BNI Syariah dan BNI Konvensional
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung untuk
FDR/LDR dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varians
sama) adalah 0,025 dengan probabilitas 0,879 maka probabilitas data
43 Defri Duantika, “Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah Berdasarkan RGEC danIslamicity Performance Index”, (Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta, 2015), h. 69.
98
diatas lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data
perbandingan keuangan homogen atau tidak ada perbedaan varians pada
data perbandingan kinerja keuangan BNI Syariah dan BNI Konvensional
untuk rasio FDR/LDR.
Bila kedua varians sama, maka digunakan equal variances assumed. t
hitung untuk FDR/LDR dengan menggunakan equal variances assumed
adalah 1,556 dengan signifikan sebesar 0,158. Oleh karena nilai sig. t
hitung > t tabel (0,158 > 0,05), berdasarkan hipotesis penelitian dimana P
= > 0,05, maka keputusan yang diambil adalah menerima Ho yang
menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja BNI Syariah dan BNI Konvensional.
Hasil ini sejalan dengan teori yang menunjukkan bahwa bank syariah
dan bank konvensional mengandalkan pembiayaan dan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuidasinya. Hasil ini juga sejalan dengan
yang dilakukan Defri Duantika44 yang menyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada rasio FDR/LDR.
44 Defri Duantika, “Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah Berdasarkan RGEC danIslamicity Performance Index”, (Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta, 2015), h. 70.
99
c. Uji Beda ROA BNI Syariah dan BNI Konvensional
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung untuk ROA
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varians sama)
adalah 10,274 dengan probabilitas 0,013 maka probabilitas data diatas
lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data perbandingan
keuangan tidak homogen atau ada perbedaan varians pada data
perbandingan kinerja keuangan BNI Syariah dan BNI Konvensional
untuk rasio ROA.
Bila kedua varians berbeda, maka digunakan equal variances not
assumed. t hitung untuk ROA dengan menggunakan equal variances not
assumed adalah -10,587 dengan signifikan sebesar 0,000. Oleh karena
nilai sig. t hitung < t tabel (0,000 < 0,05), berdasarkan hipotesis
penelitian dimana P = < 0,05, maka keputusan yang diambil adalah
menolak Ho, dan menerima H1 yang menyatakan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara kinerja BNI Syariah dan BNI
Konvensional.
Perbedaan ini terjadi karena laba sebelum pajak yang diperoleh BNI
syariah tidak sebanding dengan rata-rata total asset yang dimiliki, hal ini
mengakibatkan kecilnya nilai rasio ROA BNI Syariah. Jauh berbeda
dengan rasio ROA yang dimiliki BNI Konvensional, karena pada BNI
100
konvensional nilai laba sebelum pajak meningkat seiring dengan
meningkatnya nilai rata-rata total asset yang dimiliki, sehingga pada rasio
ini terjadi perbedaan yang signifikan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Sasa Elida Sovia45 yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio ROA.
Hal ini membuktikan bahwa salah satu bank yaitu BNI Syariah belum
mampu mengelola assetnya dengan lebih baik dibanding BNI
Konvensional, sehingga nilai rasio ROA cukup berbeda.
d. Uji Beda ROE BNI Syariah dan BNI Konvensional
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung untuk ROE
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varians sama)
adalah 0,208 dengan probabilitas 0,660 maka probabilitas data diatas
lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data perbandingan
keuangan homogen atau tidak ada perbedaan varians pada data
perbandingan kinerja keuangan BNI Syariah dan BNI Konvensional
untuk rasio ROE.
Bila kedua varians sama, maka digunakan equal variances assumed. t
hitung untuk ROE dengan menggunakan equal variances assumed
45 Sasa Elida Sovia, dkk. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Konvensional danBank Syariah Berdasarkan Rasio Keuangan Bank” (Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 37, No. 1,Agustus 2016), h. 134.
101
adalah -5,106 dengan signifikan sebesar 0,001. Oleh karena nilai sig. t
hitung < t tabel (0,001 < 0,05), berdasarkan hipotesis penelitian dimana P
= < 0,05, maka keputusan yang diambil adalah menolak Ho, menerima
H1 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja BNI Syariah dan BNI Konvensional.
Perbedaan ini terjadi karena laba setelah pajak yang diperoleh BNI
syariah tidak sebanding dengan rata-rata modal inti yang dimiliki, hal ini
mengakibatkan kecilnya nilai rasio ROE BNI Syariah. Jauh berbeda
dengan rasio ROE yang dimiliki BNI Konvensional, karena pada BNI
konvensional nilai laba setelah pajak meningkat seiring dengan
meningkatnya nilai rata-rata modal inti yang dimiliki, sehingga pada
rasio ini terjadi perbedaan yang signifikan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Sasa Elida Sovia46 yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio ROE.
Hal ini membuktikan bahwa salah satu bank yaitu BNI Syariah belum
mampu mengelola modalnya dengan lebih baik dibanding BNI
Konvensional, sehingga nilai rasio ROE cukup berbeda.
46 Sasa Elida Sovia, dkk. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Konvensional danBank Syariah Berdasarkan Rasio Keuangan Bank” (Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 37, No. 1,Agustus 2016), h. 134.
102
e. Uji Beda CAR BNI Syariah dan BNI Konvensional
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung untuk CAR
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varians sama)
adalah 1,475 dengan probabilitas 0,259 maka probabilitas data diatas
lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data perbandingan
keuangan homogen atau tidak ada perbedaan varians pada data
perbandingan kinerja keuangan BNI Syariah dan BNI Konvensional
untuk rasio CAR.
Bila kedua varians sama, maka digunakan equal variances assumed. t
hitung untuk CAR dengan menggunakan equal variances assumed
adalah -0,029 dengan signifikan sebesar 0,977. Oleh karena nilai sig. t
hitung > t tabel (0,977 > 0,05), berdasarkan hipotesis penelitian dimana P
= > 0,05, maka keputusan yang diambil adalah menerima Ho yang
menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja BNI Syariah dan BNI Konvensional.
Hal ini sejalan dengan penelitian Andi Dahlia47 dan Defri Duantika48
yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
47 Andi Dahlia, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri denganPT. Bank Muamalat Indonesia”, (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas HasanuddinMakassar, 2012), h.103.
48 Defri Duantika, “Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah Berdasarkan RGEC danIslamicity Performance Index”, (Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta, 2015), h. 74.
103
rasio CAR. Hal ini juga sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa
bank harus menyediakan Kewajiban penyediaan Modal Minimum
(KPMM) minimal 8% agar kinerja bank baik. Kedua bank yaitu BNI
Syariah dan BNI Konvensional sama-sama memiliki nilai CAR lebih dari
8%, sehingga kinerja kedua bank dikatakan baik.
5. Analisis Kinerja BRI Syariah dengan BRI Konvensional
Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Penilaian Kinerja BRI Syariah Berdasarkan REC
Faktor Rasio Tahun Rata-Rata
2011 2012 2013 2014 2015
Risk Profile NPF 2,77% 3,00% 4,06% 4,60% 4,86% 3,86%
FDR 90,55% 103,07% 102,70% 93,90% 84,16% 94,88%
Earnings ROA 0,20% 1,19% 1,15% 0,08% 0,76% 0,68%
ROE 1,19% 10,41% 10,20% 0,44% 8,20% 6,09%
Capital CAR 14,74% 11,35% 14,49% 12,89% 13,94% 13,48%
Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Penilaian Kinerja BRI Konvensional Berdasarkan
REC
Faktor Rasio Tahun Rata-Rata
2011 2012 2013 2014 2015
Risk Profile NPL 2,30% 1,78% 1,55% 1,69% 2,02% 1,87%
LDR 76,20% 79,85% 88,54% 81,68% 86,88% 82,63%
Earnings ROA 4,93% 5,15% 5,03% 4,74% 4,19% 4,81%
ROE 42,49% 38,66% 34,11% 31,22% 29,89% 35,27%
Capital CAR 14,96% 16,95% 16,99% 18,31% 20,59% 17,56%
104
a. Non Performing Financing/Non Performing Loan
Berdasarkan perhitungan diatas, BRI Syariah memiliki nilai
rasio NPF sebesar 2,77%, 3,00%, 4,06%, 4,60%, dan 4,86% pada
tahun 2011-2015. Hal ini menunjukkan bahwa rasio NPF BRI
Syariah pada tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi. Nilai rasio
NPF tertinggi terdapat pada tahun 2015 sebesar 4,86%, termasuk
kriteria baik. Sedangkan nilai terendah terdapat pada tahun 2011
yaitu sebesar 2.77%, termasuk kriteria baik. Pada periode 2011-
2015 posisi rasio NPF BRI Syariah berada dibawah angka 5%. Hal
ini menunjukkan bahwa BRI Syariah memiliki kinerja yang baik
dari rasio NPF-nya.
Nilai rasio NPL BRI Konvensional memiliki nilai rasio NPL
sebesar 2,30%, 1,78%, 1,55%, 1,69%, dan 2,02% pada tahun 2011-
2015. Nilai rasio NPL tertinggi terdapat pada tahun 2011, termasuk
kriteria baik. Sedangkan nilai terendah terdapat pada tahun 2013
yaitu sebesar 1.55% termasuk kriteria sangat baik. Pada periode
2011-2015 posisi rasio NPL BRI Konvensional berada dibawah
angka 5%. Hal ini menunjukkan bahwa BRI Konvensional
memiliki kinerja yang baik dari rasio NPL-nya.
Berdasarkan hasil diatas, diketahui rata-rata rasio NPF BRI
Syariah sebesar 3,86% dan rata-rata rasio NPL BRI Konvensional
sebesar 1,87%. Karena nilai rata-rata rasio NPL BRI Konvensional
105
lebih kecil dari nilai rata-rata rasio NPF BRI Syariah maka ini
menunjukkan bahwa kinerja BRI Konvensional lebih baik dari BRI
Syariah dilihat dari rasio NPL-nya.
b. Financing to Deposit Ratio/Loan to Deposit Ratio
Berdasarkan perhitungan diatas, BRI Syariah memiliki nilai
rasio FDR sebesar 90,55%, 103,07%, 102,70%, 93,90%, dan
84,16% pada tahun 2011-2015. Hal ini menunjukkan bahwa rasio
FDR BRI Syariah dari tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi. Nilai
rasio FDR tertinggi terdapat pada tahun 2012 yang mengalami
peningkatan sebesar 12,52% dari tahun sebelumnya. Sedangkan
nilai terendah terdapat pada tahun 2015 yaitu sebesar 84.16%. Dari
perhitungan FDR tersebut, pada tahun 2011 menunjukkan bahwa
BRI Syariah memiliki kinerja yang cukup baik, karena posisi rasio
FDR BRI Syariah berada diantara nilai 85%-100%. Namun, pada 2
tahun berikutnya, yaitu tahun 2012 dan 2013 kinerja BRI Syariah
dikatakan kurang baik karena posisi rasio FDR BRI Syariah berada
diantara nilai 100%-120%. pada tahun 2015 kinerja BRI Syariah
berdasarkan rasio FDR dikatakan baik karena mempunyai nilai
FDR sebesar 84,16 %.
BRI Konvensional memiliki nilai rasio LDR sebesar 76,20%,
79,85%, 88,54%, 81,68%, dan 86,88% pada tahun 2011-2015.
106
Nilai rasio LDR tertinggi terdapat pada tahun 2013 yang
mengalami peningkatan sebesar 8,69% dari tahun sebelumnya.
Sedangkan nilai terendah terdapat pada tahun 2011 yaitu sebesar
76,20%. Dari perhitungan LDR tersebut, pada tahun 2011, 2012
dan 2014 menunjukkan bahwa BRI Konvensional memiliki kinerja
yang baik, karena posisi rasio LDR BRI Konvensional berada
diposisi 75%-85%. Sedangkan pada tahun 2013 dan 2015
menunjukkan bahwa BRI Konvensional memiliki rasio LDR yang
cukup baik, karena posisi rasio LDR BRI Konvensional berada
diposisi antara 85%-100%.
Berdasarkan hasil diatas, diketahui rata-rata rasio FDR BRI
Syariah sebesar 94,88% dan rata-rata rasio LDR BRI Konvensional
sebesar 82,63%. Karena nilai rata-rata rasio LDR BRI
Konvensional lebih kecil dari nilai rata-rata rasio FDR BRI syariah
maka ini menunjukkan bahwa kinerja BRI Konvensional lebih baik
dari BRI Syariah dilihat dari rasio LDR-nya.
c. Return On Assets
Pada periode 2011-2015, nilai rasio ROA BRI Syariah
berturut-turut adalah sebesar 0,20%, 1,19%, 1,15%, 0,08%, dan
0,76%. Selama periode tersebut, nilai rasio ROA tertinggi terdapat
pada tahun 2012 yaitu sebesar 1,19% termasuk kriteria cukup baik.
107
Sedangkan, nilai rasio ROA terendah terdapat pada tahun 2014
yang mengalami penurunan sebesar 1,07% dari tahun sebelumnya
yaitu sebesar 0,08% termasuk kriteria kurang baik. Pada tahun
2011-2015, nilai ROA BRI Syariah menunjukkan kinerja yang
kurang baik sampai cukup baik karena semua nilai rasio ROA BRI
Syariah berada dibawah 2%.
Pada periode 2011-2015, nilai rasio ROA BRI Konvensional
berturut-turut adalah sebesar 4,93%, 5,15%, 5,03%, 4,74%, dan
4,19%. Selama periode tersebut, nilai rasio ROA tertinggi terdapat
pada tahun 2012 yaitu sebesar 5,15% yang termasuk kriteria sangat
baik. Sedangkan, nilai rasio ROA terendah terdapat pada tahun
2015 yang mengalami penurunan sebesar 0,55% dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar 4,19%. Nilai ROA BRI Konvensional
pada periode 2011-2015 menunjukkan bahwa kinerja BRI
Konvensional sangat baik karena memiliki nilai ROA diatas 2%.
Berdasarkan hasil diatas, diketahui rata-rata rasio ROA BRI
Syariah sebesar 0,68% dan rata-rata rasio ROA BRI Konvensional
sebesar 4,81%. Karena nilai rata-rata rasio ROA BRI Konvensional
lebih besar dari nilai rata-rata rasio ROA BRI Syariah maka ini
menunjukkan bahwa kinerja BRI Konvensional lebih baik dari BRI
Syariah dilihat dari rasio ROA-nya.
108
d. Return On Equity
Pada periode 2011-2015, nilai rasio ROE BRI Syariah
berturut-turut adalah sebesar 1,19%, 10,41%, 10,20%, 0,44%, dan
8,20%. Selama periode tersebut, nilai rasio ROE tertinggi terdapat
pada tahun 2012 yaitu sebesar 10,41% termasuk kriteria cukup
baik. Sedangkan, nilai rasio ROE terendah terdapat pada tahun
2014 yaitu sebesar 0,44% termasuk kriteria kurang baik. Pada
tahun 2011-2015, ROE BRI Syariah menunjukkan kinerja yang
kurang baik sampai cukup baik karena memiliki ROE yang lebih
besar dari 0% sampai kurang dari 12,5%.
Pada periode 2011-2015, nilai rasio ROE BRI Konvensional
berturut-turut adalah sebesar 42,49%, 38,66%, 34,11%, 31,22%,
dan 29,89%. Selama periode tersebut, nilai rasio ROE tertinggi
terdapat pada tahun 2011 yaitu sebesar 42,49% yang termasuk
kriteria sangat baik. Sedangkan, nilai rasio ROE terendah terdapat
pada tahun 2015 yang mengalami penurunan sebesar 1,33% dari
tahun sebelumnya yaitu sebesar 29,89%, walaupun demikian
besarnya rasio ROE masih termasuk kriteria sangat baik. Nilai
ROE BRI Konvensional pada periode 2011-2015 menunjukkan
bahwa kinerja BRI Konvensional sangat baik karena memiliki nilai
ROE diatas 15%.
109
Berdasarkan hasil diatas, diketahui rata-rata rasio ROE BRI
Syariah sebesar 6,09% dan rata-rata rasio ROE BRI Konvensional
sebesar 35,27%. Karena nilai rata-rata rasio ROE BRI
Konvensional lebih besar dari nilai rata-rata rasio ROE BRI
Syariah maka ini menunjukkan bahwa kinerja BRI Konvensional
lebih baik dari BRI Syariah dilihat dari rasio ROE-nya.
e. Capital Adequacy Ratio
Pada tahun 2011, BRI Syariah memiliki rasio CAR sebesar
14,74% yang kemudian mengalami penurunan pada tahun
berikutnya yaitu sebesar 3,39% menjadi 11,35% pada tahun 2012.
Tahun 2013 rasio CAR BRI Syariah mengalami kenaikan sebesar
3,14% menjadi 14,49%. Kemudian pada tahun 2014 rasio CAR
BRI Syariah kembali turun sebesar 1,60% menjadi 12,89%. Pada
tahun 2015 rasio CAR BRI Syariah mengalami kenaikan sebesar
1,05% menjadi 13,94%. Meskipun lebih sering mengalami
fluktuasi, jika dilihat dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa
pada tahun 2011 sampai 2015 rasio CAR BRI Syariah
menunjukkan kinerja yang sangat baik dikarenakan nilai CAR lebih
besar dari 12%.
Pada tahun 2011, BRI Konvensional memiliki rasio CAR
sebesar 14,96% yang kemudian mengalami kenaikan pada tahun
110
berikutnya yaitu sebesar 1,99% menjadi 16,95% pada tahun 2012.
Tahun 2013 rasio CAR BRI Konvensional naik sebesar 0,04%
menjadi 16,99%. Kemudian pada tahun 2014 rasio CAR BRI
Konvensional naik sebesar 1,32% menjadi 18,31%. Pada tahun
2015 rasio CAR BRI Konvensional mengalami kenaikan kembali
sebesar 2,28% menjadi 20,59%. Jika dilihat dari perhitungan diatas
menunjukkan bahwa pada tahun 2011 sampai 2015 rasio CAR BRI
Konvensional menunjukkan kinerja yang sangat baik dikarenakan
nilai CAR lebih besar dari 12%.
Berdasarkan hasil diatas, diketahui rata-rata rasio CAR BRI
Syariah sebesar 13,48% dan rata-rata rasio CAR BRI Konvensional
sebesar 17,56%. Karena nilai rata-rata rasio CAR BRI
Konvensional lebih besar dari nilai rata-rata rasio CAR BRI
Syariah maka ini menunjukkan bahwa kinerja BRI Konvensional
lebih baik dari BRI Syariah dilihat dari rasio CAR-nya.
6. Perbandingan Kinerja Keuangan BRI Syariah dengan BRI
Konvensional
Dalam membandingkan kinerja keuangan dan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja BNI Syariah
dan BNI Konvensional, peneliti menggunakan uji Independent Sample
t-test. Sebelum melakukan uji Independent Sample t-test, harus
111
dibuktikan terlebih dahulu data yg digunakan berdistribusi normal.
Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.11 Uji Normalitas BRI Syariah & BRI Konvensional
Tests of Normality
Bank
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
NPF/NPL NPF BRI Syariah .220 5 .200* .897 5 .391
NPL BRI Konvensional .217 5 .200* .954 5 .767
FDR/LDR FDR BRI Syariah
LDR BRI Konvensional
.233
.199
5
5
.200*
.200*
.914
.952
5
5
.493
.748
ROA ROA BRI Syariah
ROA BRI Konvensional
.220
.228
5
5
.200*
.200*
.868
.883
5
5
.257
.324
ROE ROE BRI Syariah
ROE BRI Konvensional
.267
.188
5
5
.200*
.200*
.807
.938
5
5
.093
.649
CAR CAR BRI Syariah
CAR BRI Konvensional
.229
.208
5
5
.200*
.200*
.904
.963
5
5
.433
.830
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan output Tests of Normality, diperoleh nilai signifikansi
pada tabel Shapiro-Wilk untuk semua rasio-rasio keuangan BRI
Syariah dan BRI Konvensional diatas 0,05. Karena semua nilai
signifikansi lebih besar > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa semua
data pada rasio-rasio keuangan BRI Syariah dan BRI Konvensional
berdistribusi normal.
112
Tabel 4.12 Uji Independent Sample t-test BRI Syariah & BRI Konvensional
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t Df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
NPF/NPL Equal variances assumed 10.540 .012 4.526 8 .002 1.99000 .43963
Equal variances not assumed 4.526 4.789 .007 1.99000 .43963
FDR/LDR Equal variances assumed 1.408 .269 2.863 8 .021 12.24600 4.27681
Equal variances not assumed 2.863 6.717 .025 12.24600 4.27681ROA Equal variances assumed 1.364 .276 -14.406 8 .000 -4.13200 .28683
Equal variances not assumed -14.406 7.299 .000 -4.13200 .28683ROE Equal variances assumed .000 .985 -9.088 8 .000 -29.18600 3.21132
Equal variances not assumed -9.088 7.961 .000 -29.18600 3.21132CAR Equal variances assumed .473 .511 -3.654 8 .006 -4.07800 1.11590
Equal variances not assumed -3.654 6.985 .008 -4.07800 1.11590
Sumber: Output SPSS 2.0
a. Uji Beda NPF/NPL BRI Syariah dan BRI Konvensional
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung untuk NPF/NPL
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varians sama)
adalah 10,540 dengan probabilitas 0,012 maka probabilitas data diatas
lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data perbandingan
keuangan tidak homogen atau ada perbedaan varians pada data
113
perbandingan kinerja keuangan BRI Syariah dan BRI Konvensional
untuk rasio NPF/NPL.
Bila kedua varians berbeda, maka digunakan equal variances not
assumed. t hitung untuk NPF/NPL dengan menggunakan equal variances
not assumed adalah 4,526 dengan signifikan sebesar 0,007. Oleh karena
nilai sig. t hitung < t tabel (0,007 < 0,05), berdasarkan hipotesis
penelitian dimana P = < 0,05, maka keputusan yang diambil adalah
menolak Ho, dan menerima H1 yang menyatakan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara kinerja BRI Syariah dan BRI
Konvensional.
Hal ini sejalan dengan penelitian Sasa Elida Sovia49 yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio
NPF/NPL. Perbedaan ini terjadi dikarenakan pembiayaan bermasalah
yang dihadapi BRI Syariah terus naik jika dibandingkan jumlah
pembiayaan yang diberikan. Berbeda dengan BRI Konvensional yang
dapat meminimalkan Kredit bermasalah mereka jika dibandingkan
dengan total kredit yang diberikan. Maka rasio NPF BRI Syariah lebih
besar dari rasio NPL BRI Konvensional.
49 Sasa Elida Sovia, dkk. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Konvensional danBank Syariah Berdasarkan Rasio Keuangan Bank” (Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 37, No. 1,Agustus 2016), h. 134.
114
b. Uji Beda FDR/LDR BRI Syariah dan BRI Konvensional
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung untuk
FDR/LDR dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varians
sama) adalah 1,408 dengan probabilitas 0,269 maka probabilitas data
diatas lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data
perbandingan keuangan homogen atau tidak ada perbedaan varians pada
data perbandingan kinerja keuangan BRI Syariah dan BRI Konvensional
untuk rasio FDR/LDR.
Bila kedua varians sama, maka digunakan equal variances assumed. t
hitung untuk FDR/LDR dengan menggunakan equal variances assumed
adalah 2,863 dengan signifikan sebesar 0,021. Oleh karena nilai sig. t
hitung < t tabel (0,021 < 0,05), berdasarkan hipotesis penelitian dimana P
= < 0,05, maka keputusan yang diambil adalah menolak Ho, dan
menerima H1 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja BRI Syariah dan BRI Konvensional.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Sasa Elida Sovia50 yang
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada rasio FDR/LDR. Hal
ini menunjukkan bahwa salah satu bank yaitu BRI Syariah dalam
memberikan pembiayaan tidak sebanding dengan total dana pihak ketiga
50 Sasa Elida Sovia, dkk. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Konvensional danBank Syariah Berdasarkan Rasio Keuangan Bank” (Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 37, No. 1,Agustus 2016), h. 134.
115
yang berhasil dihimpun. Maka, rasio FDR BRI Syariah jauh lebih besar
dibanding rasio LDR BRI Konvensional. Terjadilah perbedaan kinerja
yang signifikan antara BRI Syariah dan BRI Konvensional pada rasio
FDR/LDRnya.
c. Uji Beda ROA BRI Syariah dan BRI Konvensional
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung untuk ROA
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varians sama)
adalah 1,364 dengan probabilitas 0,276 maka probabilitas data diatas
lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data perbandingan
keuangan homogen atau tidak ada perbedaan varians pada data
perbandingan kinerja keuangan BRI Syariah dan BRI Konvensional
untuk rasio ROA.
Bila kedua varians sama, maka digunakan equal variances assumed. t
hitung untuk ROA dengan menggunakan equal variances assumed
adalah -14,406 dengan signifikan sebesar 0,000. Oleh karena nilai sig. t
hitung < t tabel (0,000 < 0,05), berdasarkan hipotesis penelitian dimana P
= < 0,05, maka keputusan yang diambil adalah menolak Ho, menerima
H1 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja BRI Syariah dan BRI Konvensional.
116
Perbedaan ini terjadi karena laba sebelum pajak yang diperoleh BRI
syariah tidak sebanding dengan rata-rata total asset yang dimiliki, hal ini
mengakibatkan kecilnya nilai rasio ROA BRI Syariah. Jauh berbeda
dengan rasio ROA yang dimiliki BRI Konvensional, karena pada BRI
konvensional nilai laba sebelum pajak meningkat seiring dengan
meningkatnya nilai rata-rata total asset yang dimiliki, sehingga pada rasio
ini terjadi perbedaan yang signifikan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Sasa Elida Sovia51 yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio ROA.
Hal ini membuktikan bahwa salah satu bank yaitu BRI Syariah belum
mampu mengelola assetnya dengan lebih baik dibanding BRI
Konvensional, sehingga nilai rasio ROA cukup berbeda.
d. Uji Beda ROE BRI Syariah dan BRI Konvensional
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung untuk ROE
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varians sama)
adalah 0,000 dengan probabilitas 0,985 maka probabilitas data diatas
lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data perbandingan
keuangan homogen atau tidak ada perbedaan varians pada data
51 Sasa Elida Sovia, dkk. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Konvensional danBank Syariah Berdasarkan Rasio Keuangan Bank” (Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 37, No. 1,Agustus 2016), h. 134.
117
perbandingan kinerja keuangan BRI Syariah dan BRI Konvensional
untuk rasio ROE.
Bila kedua varians sama, maka digunakan equal variances assumed. t
hitung untuk ROE dengan menggunakan equal variances assumed
adalah -9,088 dengan signifikan sebesar 0,000. Oleh karena nilai sig. t
hitung < t tabel (0,000 < 0,05), berdasarkan hipotesis penelitian dimana P
= < 0,05, maka keputusan yang diambil adalah menolak Ho, menerima
H1 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja BRI Syariah dan BRI Konvensional.
Perbedaan ini terjadi karena laba setelah pajak yang diperoleh BRI
syariah tidak sebanding dengan rata-rata modal inti yang dimiliki, hal ini
mengakibatkan kecilnya nilai rasio ROE BRI Syariah. Jauh berbeda
dengan rasio ROE yang dimiliki BRI Konvensional, karena pada BRI
konvensional nilai laba setelah pajak meningkat seiring dengan
meningkatnya nilai rata-rata modal inti yang dimiliki, sehingga pada
rasio ini terjadi perbedaan yang signifikan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Sasa Elida Sovia52 yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio ROE.
Hal ini membuktikan bahwa salah satu bank yaitu BRI Syariah belum
52 Sasa Elida Sovia, dkk. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Konvensional danBank Syariah Berdasarkan Rasio Keuangan Bank” (Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 37, No. 1,Agustus 2016), h. 134.
118
mampu mengelola modalnya dengan lebih baik dibanding BRI
Konvensional, sehingga nilai rasio ROE cukup berbeda.
e. Uji Beda CAR BRI Syariah dan BRI Konvensional
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung untuk CAR
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varians sama)
adalah 0,473 dengan probabilitas 0,511 maka probabilitas data diatas
lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data perbandingan
keuangan homogen atau tidak ada perbedaan varians pada data
perbandingan kinerja keuangan BRI Syariah dan BRI Konvensional
untuk rasio CAR.
Bila kedua varians sama, maka digunakan equal variances assumed. t
hitung untuk CAR dengan menggunakan equal variances assumed
adalah -3,654 dengan signifikan sebesar 0,006. Oleh karena nilai sig. t
hitung < t tabel (0,006 < 0,05), berdasarkan hipotesis penelitian dimana P
= < 0,05, maka keputusan yang diambil adalah menolak Ho, dan
menerima H1 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja BRI Syariah dan BRI Konvensional.
119
Hal ini bertentangan dengan penelitian Andi Dahlia53 dan Defri
Duantika54 yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada rasio CAR. Hal ini dikarenakan total modal BRI Syariah
tidak sebanding dengan ATMR BRI Syariah, berbeda dengan BRI
Konvensional sehingga rasio CAR BRI Syariah lebih kecil dibandingkan
dengan rasio CAR BRI Konvensional. Inilah yang menyebabkan
terjadinya perbedaan kinerja yang signifikan antara BRI Syariah dengan
BRI Konvensional dari rasio CARnya.
7. Analisis Kinerja Bank Bukopin Syariah dengan Bank Bukopin
Konvensional
Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Penilaian Kinerja Bank Bukopin Syariah
Berdasarkan REC
Faktor Rasio Tahun Rata-Rata
2011 2012 2013 2014 2015
Risk Profile NPF 1,74% 4,57% 4,27% 4,07% 2,99% 3,53%
FDR 83,66% 92,29% 100,29% 92,89% 90,56% 91,94%
Earnings ROA 0,52% 0,55% 0,69% 0,27% 0,79% 0,56%
ROE 6,19% 7,32% 7,63% 2,44% 5,35% 5,79%
Capital CAR 15,29% 12,78% 11,10% 15,85% 16,31% 14,27%
53Andi Dahlia, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri denganPT. Bank Muamalat Indonesia”, (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas HasanuddinMakassar, 2012), h.103.
54 Defri Duantika, “Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah Berdasarkan RGEC danIslamicity Performance Index”, (Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta, 2015), h. 74.
120
Tabel 4.14 Ringkasan Hasil Penilaian Kinerja Bank Bukopin Konvensional
Berdasarkan REC
Faktor Rasio Tahun Rata-Rata
2011 2012 2013 2014 2015
Risk Profile NPL 2,88% 2,66% 2,26% 2,78% 2,83% 2,68%
LDR 85,01% 83,81% 85,80% 83,89% 86,34% 84,97%
Earnings ROA 1,87% 1,83% 1,75% 1,23% 1,39% 1,61%
ROE 20,10% 19,47% 19,09% 11,53% 14,80% 17,00%
Capital CAR 12,71% 16,34% 15,12% 14,20% 13,56% 14,39%
a. Non Performing Financing/Non Performing Loan
Berdasarkan perhitungan diatas, Bukopin Syariah memiliki nilai
rasio NPF sebesar 1,74%, 4,57%, 4,27%, 4,07%, dan 2,99% pada
tahun 2011-2015. Hal ini menunjukkan bahwa rasio NPF Bukopin
Syariah pada tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi. Nilai rasio
NPF tertinggi terdapat pada tahun 2012, sebesar 4,57% termasuk
kriteria baik. Sedangkan nilai terendah terdapat pada tahun 2011
yaitu sebesar 1.74%, termasuk kriteria yang sangat baik. Pada
periode 2011-2015 posisi rasio NPF Bukopin Syariah berada
dibawah angka 5%. Hal ini menunjukkan bahwa Bukopin Syariah
memiliki kinerja yang baik dari rasio NPF-nya.
Nilai rasio NPL Bukopin Konvensional memiliki nilai rasio
NPL sebesar 2,88%, 2,66%, 2,26%, 2,78%, dan 2,83% pada tahun
121
2011-2015. Nilai rasio NPL tertinggi terdapat pada tahun 2011,
sebesar 2,88% termasuk kriteria baik. Sedangkan nilai terendah
terdapat pada tahun 2013 yaitu sebesar 2.26% termasuk kriteria
sangat baik. Pada periode 2011-2015 posisi rasio NPL Bukopin
Konvensional berada dibawah angka 5%. Hal ini menunjukkan
bahwa Bukopin Konvensional memiliki kinerja yang baik dari rasio
NPL-nya.
Berdasarkan hasil diatas, diketahui rata-rata rasio NPF
Bukopin Syariah sebesar 3,53% dan rata-rata rasio NPL Bukopin
Konvensional sebesar 2,68%. Karena nilai rata-rata rasio NPL
Bukopin Konvensional lebih kecil dari nilai rata-rata rasio NPF
Bukopin Syariah maka ini menunjukkan bahwa kinerja Bukopin
Konvensional lebih baik dari Bukopin Syariah dilihat dari rasio
NPL-nya.
b. Financing to Deposit Ratio/Loan to Deposit Ratio
Berdasarkan perhitungan diatas, Bukopin Syariah memiliki
nilai rasio FDR sebesar 83,66%, 92,29%, 100,29%, 92,89%, dan
90,56% pada tahun 2011-2015. Hal ini menunjukkan bahwa rasio
FDR Bukopin Syariah dari tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi.
Nilai rasio FDR tertinggi terdapat pada tahun 2013 yang
mengalami peningkatan sebesar 8,00% dari tahun sebelumnya.
122
Sedangkan nilai terendah terdapat pada tahun 2011 yaitu sebesar
83.66%. Dari perhitungan FDR tersebut, pada tahun 2011
menunjukkan bahwa Bukopin Syariah memiliki kinerja yang baik,
karena posisi rasio FDR BNI Syariah berada diantara nilai 75%-
85%. Namun, pada 2 tahun berikutnya, yaitu tahun 2012 dan 2013
kinerja Bukopin Syariah dikatakan cukup baik karena posisi rasio
FDR Bukopin Syariah berada diantara nilai 85%-100%. Pada tahun
2015 kinerja Bukopin Syariah berdasarkan rasio FDR dikatakan
cukup baik karena mempunyai nilai FDR sebesar 92,89%.
Bukopin Konvensional memiliki nilai rasio LDR sebesar
85,01%, 83,81%, 85,80%, 83,89%, dan 86,34% pada tahun 2011-
2015. Nilai rasio LDR tertinggi terdapat pada tahun 2015 yang
mengalami peningkatan sebesar 2,45% dari tahun sebelumnya.
Sedangkan nilai terendah terdapat pada tahun 2012 yaitu sebesar
83,81%. Dari perhitungan LDR tersebut, pada tahun 2011, 2013
dan 2015 menunjukkan bahwa Bukopin Konvensional memiliki
kinerja yang cukup baik, karena posisi rasio LDR Bukopin
Konvensional berada diposisi 85%-100%. Sedangkan pada tahun
2012-2014 menunjukkan bahwa Bukopin Konvensional memiliki
rasio LDR yang baik, karena posisi rasio LDR Bukopin
Konvensional berada diposisi antara 75%-85%.
123
Berdasarkan hasil diatas, diketahui rata-rata rasio FDR
Bukopin Syariah sebesar 91,94% dan rata-rata rasio LDR Bukopin
Konvensional sebesar 84,97%. Karena nilai rata-rata rasio LDR
Bukopin Konvensional lebih kecil dari nilai rata-rata rasio FDR
Bukopin syariah maka ini menunjukkan bahwa kinerja Bukopin
Konvensional lebih baik dari Bukopin Syariah dilihat dari rasio
LDR-nya.
c. Return On Assets
Pada periode 2011-2015, nilai rasio ROA Bukopin Syariah
berturut-turut adalah sebesar 0,52%, 0,55%, 0,69%, 0,27%, dan
0,79%. Selama periode tersebut, nilai rasio ROA tertinggi terdapat
pada tahun 2015 yaitu sebesar 0,79% termasuk criteria cukup baik.
Sedangkan, nilai rasio ROA terendah terdapat pada tahun 2014
yang mengalami penurunan sebesar 0,42% dari tahun sebelumnya
yaitu sebesar 0,27% termasuk kriteria kurang baik. Pada tahun
2011-2015, nilai ROA Bukopin Syariah menunjukkan kinerja yang
cukup baik karena semua nilai rasio ROA Bukopin Syariah berada
di posisi antara 0,5%-1,25%. Hanya tahun 2014, nilai ROA
Bukopin Syariah yang termasuk kriteria kurang baik karena nilai
ROA sebesar 0,27%.
124
Pada periode 2011-2015, nilai rasio ROA Bukopin
Konvensional berturut-turut adalah sebesar 1,87%, 1,83%, 1,75%,
1,23%, dan 1,39%. Selama periode tersebut, nilai rasio ROA
tertinggi terdapat pada tahun 2011 yaitu sebesar 1,87% yang
termasuk kriteria baik. Sedangkan, nilai rasio ROA terendah
terdapat pada tahun 2014 yang mengalami penurunan sebesar
0,52% dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 1,23%. Nilai ROA
Bukopin Konvensional pada periode 2011-2015 menunjukkan
bahwa kinerja Bukopin Konvensional baik karena memiliki nilai
ROA diantara 1,25%-2%. Hanya tahun 2014, nilai ROA Bukopin
Konvensional yang termasuk kriteria cukup baik karena nilai ROA
sebesar 1,23%.
Berdasarkan hasil diatas, diketahui rata-rata rasio ROA
Bukopin Syariah sebesar 0,56% dan rata-rata rasio ROA Bukopin
Konvensional sebesar 1,61%. Karena nilai rata-rata rasio ROA
Bukopin Konvensional lebih besar dari nilai rata-rata rasio ROA
Bukopin Syariah maka ini menunjukkan bahwa kinerja Bukopin
Konvensional lebih baik dari Bukopin Syariah dilihat dari rasio
ROA-nya.
125
d. Return On Equity
Pada periode 2011-2015, nilai rasio ROE Bukopin Syariah
berturut-turut adalah sebesar 6,19%, 7,32%, 7,63%, 2,44%, dan
5,35%. Selama periode tersebut, nilai rasio ROE tertinggi terdapat
pada tahun 2013 yaitu sebesar 7,63% termasuk kriteria cukup baik.
Sedangkan, nilai rasio ROE terendah terdapat pada tahun 2014
yaitu sebesar 2,44% termasuk kriteria kurang baik. Pada tahun
2011-2015, ROE Bukopin Syariah menunjukkan kinerja yang
cukup baik karena memiliki nilai ROE diantara 5%-12,5%. Hanya
tahun 2014, nilai ROE Bukopin Syariah yang termasuk kriteria
kurang baik karena nilai ROE sebesar 2,44%.
Pada periode 2011-2015, nilai rasio ROE Bukopin
Konvensional berturut-turut adalah sebesar 20,10%, 19,47%,
19,09%, 11,53%, dan 14,80%. Selama periode tersebut, nilai rasio
ROE tertinggi terdapat pada tahun 2011 yaitu sebesar 20,10% yang
termasuk kriteria sangat baik. Sedangkan, nilai rasio ROE terendah
terdapat pada tahun 2011 yang mengalami penurunan sebesar
7,56% dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 11,53%, walaupun
demikian besarnya rasio ROE masih termasuk kriteria cukup baik.
Nilai ROE Bukopin Konvensional pada periode 2011-2013
menunjukkan bahwa kinerja Bukopin Konvensional sangat baik
126
karena memiliki nilai ROE diatas 15%. Hanya tahun 2014, nilai
ROE Bukopin Konvensional yang termasuk kriteria cukup baik
karena nilai ROE sebesar 11,53%. Sedangkan tahun 2015, nilai
ROE Bukopin Konvensional termasuk kriteria baik karena nilai
ROE Bukopin konvensional sebesar 14,80%.
Berdasarkan hasil diatas, diketahui rata-rata rasio ROE
Bukopin Syariah sebesar 5,79% dan rata-rata rasio ROE Bukopin
Konvensional sebesar 17,00%. Karena nilai rata-rata rasio ROE
Bukopin Konvensional lebih besar dari nilai rata-rata rasio ROE
Bukopin Syariah maka ini menunjukkan bahwa kinerja Bukopin
Konvensional lebih baik dari Bukopin Syariah dilihat dari rasio
ROE-nya.
e. Capital Adequacy Ratio
Pada tahun 2011, Bukopin Syariah memiliki rasio CAR
sebesar 15,29% yang kemudian mengalami penurunan pada tahun
berikutnya yaitu sebesar 2,51% menjadi 12,78% pada tahun 2012.
Tahun 2013 rasio CAR Bukopin Syariah mengalami penurunan
sebesar 1,68% menjadi 11,10%. Kemudian pada tahun 2014 rasio
CAR Bukopin Syariah naik sebesar 4,75% menjadi 15,85%. Pada
tahun 2015 rasio CAR Bukopin Syariah kembali naik sebesar
0,46% menjadi 16,31%. Meskipun lebih sering mengalami
127
fluktuasi, jika dilihat dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa
pada tahun 2011 sampai 2015 rasio CAR Bukopin Syariah
menunjukkan kinerja yang sangat baik dikarenakan nilai CAR lebih
besar dari 12%. Hanya tahun 2013, nilai CAR Bukopin Syariah
yang termasuk kriteria baik karena nilai ROE sebesar 11,10%.
Pada tahun 2011, Bukopin Konvensional memiliki rasio CAR
sebesar 12,71% yang kemudian mengalami kenaikan pada tahun
berikutnya yaitu sebesar 3,63% menjadi 16,34% pada tahun 2012.
Tahun 2013 rasio CAR Bukopin Konvensional turun sebesar
1,22% menjadi 15,12%. Kemudian pada tahun 2014 rasio CAR
Bukopin Konvensional turun sebesar 0,92% menjadi 14,20%. Pada
tahun 2015 rasio CAR Bukopin Konvensional kembali mengalami
penurunan sebesar 0,64% menjadi 13,56%. Meskipun lebih sering
mengalami fluktuasi nilai CAR, jika dilihat dari perhitungan diatas
menunjukkan bahwa pada tahun 2011 sampai 2015 rasio CAR
Bukopin Konvensional menunjukkan kinerja yang sangat baik
dikarenakan nilai CAR lebih besar dari 12%.
Berdasarkan hasil diatas, diketahui rata-rata rasio CAR
Bukopin Syariah sebesar 14,27% dan rata-rata rasio CAR Bukopin
Konvensional sebesar 14,39%. Karena nilai rata-rata rasio CAR
Bukopin Konvensional lebih besar dari nilai rata-rata rasio CAR
128
Bukopin Syariah maka ini menunjukkan bahwa kinerja Bukopin
Konvensional lebih baik dari Bukopin Syariah dilihat dari rasio
CAR-nya.
8. Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Bukopin Syariah dengan
Bank Bukopin Konvensional
Dalam membandingkan kinerja keuangan dan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja Bukopin
Syariah dan Bukopin Konvensional, peneliti menggunakan uji
Independent Sample t-test. Sebelum melakukan uji Independent
Sample t-test, harus dibuktikan terlebih dahulu data yg digunakan
berdistribusi normal. Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
129
Tabel 4.15 Uji Normalitas Bukopin Syariah & Bukopin Konvensional
Tests of Normality
Bank
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
NPF/NPL NPF Bukopin Syariah .279 5 .200* .885 5 .334
NPL Bukopin Konvensional .265 5 .200* .824 5 .124
FDR/LDR FDR Bukopin Syariah
LDR Bukopin Konvensional
.236
.231
5
5
.200*
.200*
.955
.904
5
5
.776
.431
ROA ROA Bukopin Syariah
ROA Bukopin Konvensional
.212
.282
5
5
.200*
.200*
.961
.861
5
5
.817
.231
ROE ROE Bukopin Syariah
ROE Bukopin Konvensional
.217
.314
5
5
.200*
.120
.890
.849
5
5
.359
.191
CAR CAR Bukopin Syariah
CAR Bukopin Konvensional
.277
.153
5
5
.200*
.200*
.885
.987
5
5
.333
.968
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan output Tests of Normality, diperoleh nilai signifikansi
pada tabel Shapiro-Wilk untuk semua rasio-rasio keuangan Bukopin
Syariah dan Bukopin Konvensional diatas 0,05. Karena semua nilai
signifikansi lebih besar > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa semua
data pada rasio-rasio keuangan Bukopin Syariah dan Bukopin
Konvensional berdistribusi normal.
130
Tabel 4.16 Uji Independent Sample t-test Bukopin Syariah & Bukopin
Konvensional
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
NPF/NPL Equal variances assumed 9.607 .015 1.589 8 .151 .84600 .53225
Equal variances not assumed 1.589 4.367 .181 .84600 .53225
FDR/LDR Equal variances assumed 2.600 .146 2.576 8 .033 6.96800 2.70453
Equal variances not assumed 2.576 4.287 .058 6.96800 2.70453ROA Equal variances assumed 2.357 .163 -6.751 8 .000 -1.05000 .15554
Equal variances not assumed -6.751 7.095 .000 -1.05000 .15554ROE Equal variances assumed 3.527 .097 -5.903 8 .000 -11.21200 1.89924
Equal variances not assumed -5.903 6.296 .001 -11.21200 1.89924CAR Equal variances assumed 2.595 .146 -.102 8 .922 -.12000 1.18004
Equal variances not assumed -.102 6.732 .922 -.12000 1.18004
Sumber: Output SPSS 2.0
a. Uji Beda NPF/NPL Bukopin Syariah dan Bukopin Konvensional
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung untuk NPF/NPL
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varians sama)
adalah 9,607 dengan probabilitas 0,015 maka probabilitas data diatas
lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data perbandingan
keuangan tidak homogen atau ada perbedaan varians pada data
131
perbandingan kinerja keuangan Bukopin Syariah dan Bukopin
Konvensional untuk rasio NPF/NPL.
Bila kedua varians berbeda, maka digunakan equal variances not
assumed. t hitung untuk NPF/NPL dengan menggunakan equal variances
not assumed adalah 1,589 dengan signifikan sebesar 0,181. Oleh karena
nilai sig. t hitung > t tabel (0,181 > 0,05), berdasarkan hipotesis
penelitian dimana P = > 0,05, maka keputusan yang diambil adalah
menerima Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja Bukopin Syariah dan Bukopin Konvensional.
Hal ini sejalan dengan penelitian Defri Duantika55 yang menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio NPF/NPL.
Hal ini juga sesuai dengan teori yang menunjukkan bahwa terdapat
prinsip kehati-hatian yang dilakukan bank syariah dan bank konvensional
pada saat memberikan pembiayaan dan kredit, sehingga nilai rata-rata
NPF/NPL kedua bank sama-sama di bawah angka 5% yang merupakan
batas maksimal nilai NPF/NPL bank.
b. Uji Beda FDR/LDR Bukopin Syariah dan Bukopin Konvensional
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung untuk
FDR/LDR dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varians
sama) adalah 2,600 dengan probabilitas 0,146 maka probabilitas data
55Defri Duantika, “Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah Berdasarkan RGEC danIslamicity Performance Index”, (Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta, 2015), h. 69.
132
diatas lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data
perbandingan keuangan homogen atau tidak ada perbedaan varians pada
data perbandingan kinerja keuangan Bukopin Syariah dan Bukopin
Konvensional untuk rasio FDR/LDR.
Bila kedua varians sama, maka digunakan equal variances assumed. t
hitung untuk FDR/LDR dengan menggunakan equal variances assumed
adalah 2,576 dengan signifikan sebesar 0,033. Oleh karena nilai sig. t
hitung < t tabel (0,033 < 0,05), berdasarkan hipotesis penelitian dimana P
= < 0,05, maka keputusan yang diambil adalah menolak Ho, menerima
H1 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja Bukopin Syariah dan Bukopin Konvensional.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Sasa Elida Sovia56 yang
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada rasio FDR/LDR. Hal
ini menunjukkan bahwa salah satu bank yaitu Bukopin Syariah dalam
memberikan pembiayaan tidak sebanding dengan total dana pihak ketiga
yang berhasil dihimpun. Maka, rasio FDR Bukopin Syariah jauh lebih
besar dibanding rasio LDR Bukopin Konvensional. Terjadilah perbedaan
kinerja yang signifikan antara Bukopin Syariah dan Bukopin
Konvensional pada rasio FDR/LDRnya.
56 Sasa Elida Sovia, dkk. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Konvensional danBank Syariah Berdasarkan Rasio Keuangan Bank” (Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 37, No. 1,Agustus 2016), h. 134.
133
c. Uji Beda ROA Bukopin Syariah dan Bukopin Konvensional
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung untuk ROA
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varians sama)
adalah 2,357 dengan probabilitas 0,163 maka probabilitas data diatas
lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data perbandingan
keuangan homogen atau tidak ada perbedaan varians pada data
perbandingan kinerja keuangan Bukopin Syariah dan Bukopin
Konvensional untuk rasio ROA.
Bila kedua varians sama, maka digunakan equal variances assumed. t
hitung untuk ROA dengan menggunakan equal variances assumed
adalah -6,751 dengan signifikan sebesar 0,000. Oleh karena nilai sig. t
hitung < t tabel (0,000 < 0,05), berdasarkan hipotesis penelitian dimana P
= < 0,05, maka keputusan yang diambil adalah menolak Ho, dan
menerima H1 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja Bukopin Syariah dan Bukopin Konvensional.
Perbedaan ini terjadi karena laba sebelum pajak yang diperoleh
Bukopin syariah tidak sebanding dengan rata-rata total asset yang
dimiliki, hal ini mengakibatkan kecilnya nilai rasio ROA Bukopin
Syariah. Jauh berbeda dengan rasio ROA yang dimiliki Bukopin
Konvensional, karena pada Bukopin konvensional nilai laba sebelum
134
pajak meningkat seiring dengan meningkatnya nilai rata-rata total asset
yang dimiliki, sehingga pada rasio ini terjadi perbedaan yang signifikan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Sasa Elida Sovia57 yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio ROA.
Hal ini membuktikan bahwa salah satu bank yaitu Bukopin Syariah
belum mampu mengelola assetnya dengan lebih baik dibanding Bukopin
Konvensional, sehingga nilai rasio ROA cukup berbeda.
d. Uji Beda ROE Bukopin Syariah dan Bukopin Konvensional
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung untuk ROE
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varians sama)
adalah 3,527 dengan probabilitas 0,097 maka probabilitas data diatas
lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data perbandingan
keuangan homogen atau tidak ada perbedaan varians pada data
perbandingan kinerja keuangan Bukopin Syariah dan Bukopin
Konvensional untuk rasio ROE.
Bila kedua varians sama, maka digunakan equal variances assumed. t
hitung untuk ROE dengan menggunakan equal variances assumed
adalah -5,903 dengan signifikan sebesar 0,000. Oleh karena nilai sig. t
57 Sasa Elida Sovia, dkk. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Konvensional danBank Syariah Berdasarkan Rasio Keuangan Bank” (Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 37, No. 1,Agustus 2016), h. 134.
135
hitung < t tabel (0,000 < 0,05), berdasarkan hipotesis penelitian dimana P
= < 0,05, maka keputusan yang diambil adalah menolak Ho, menerima
H1 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja Bukopin Syariah dan Bukopin Konvensional.
Perbedaan ini terjadi karena laba setelah pajak yang diperoleh
Bukopin syariah tidak sebanding dengan rata-rata modal inti yang
dimiliki, hal ini mengakibatkan kecilnya nilai rasio ROE Bukopin
Syariah. Jauh berbeda dengan rasio ROE yang dimiliki Bukopin
Konvensional, karena pada Bukopin konvensional nilai laba setelah pajak
meningkat seiring dengan meningkatnya nilai rata-rata modal inti yang
dimiliki, sehingga pada rasio ini terjadi perbedaan yang signifikan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Sasa Elida Sovia58 yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio ROE.
Hal ini membuktikan bahwa salah satu bank yaitu Bukopin Syariah
belum mampu mengelola modalnya dengan lebih baik dibanding
Bukopin Konvensional, sehingga nilai rasio ROE cukup berbeda.
58 Sasa Elida Sovia, dkk. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Konvensional danBank Syariah Berdasarkan Rasio Keuangan Bank” (Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 37, No. 1,Agustus 2016), h. 134.
136
e. Uji Beda CAR Bukopin Syariah dan Bukopin Konvensional
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F hitung untuk CAR
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varians sama)
adalah 2,595 dengan probabilitas 0,146 maka probabilitas data diatas
lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data perbandingan
keuangan homogen atau tidak ada perbedaan varians pada data
perbandingan kinerja keuangan Bukopin Syariah dan Bukopin
Konvensional untuk rasio CAR.
Bila kedua varians sama, maka digunakan equal variances assumed. t
hitung untuk CAR dengan menggunakan equal variances assumed
adalah -0,102 dengan signifikan sebesar 0,922. Oleh karena nilai sig. t
hitung > t tabel (0,922 > 0,05), berdasarkan hipotesis penelitian dimana P
= > 0,05, maka keputusan yang diambil adalah menerima Ho yang
menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja Bukopin Syariah dan Bukopin Konvensional.
Hal ini sejalan dengan penelitian Andi Dahlia59 dan Defri Duantika60
yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
59 Andi Dahlia, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri denganPT. Bank Muamalat Indonesia”, (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas HasanuddinMakassar, 2012), h.103.
60 Defri Duantika, “Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah Berdasarkan RGEC danIslamicity Performance Index”, (Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta, 2015), h. 74.
137
rasio CAR. Hal ini juga sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa
bank harus menyediakan Kewajiban penyediaan Modal Minimum
(KPMM) minimal 8% agar kinerja bank baik. Kedua bank yaitu Bukopin
Syariah dan Bukopin Konvensional sama-sama memiliki nilai CAR lebih
dari 8%, sehingga kinerja kedua bank dikatakan baik.
138
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan meneliti bagaimana
kinerja keuangan bank syariah hasil spin-off dengan bank konvensional dan apakah ada
perbedaan antara kinerja bank syariah hasil spin-off dengan bank konvensional yang
dilihat dari rasio NPF/NPL, FDR/LDR, ROA, ROE dan CAR. Dengan melakukan
analisis pengujian data secara deskriptif dan statistik (Independent Sample t-test), maka
dapat diperoleh kesimpulan, yaitu:
1. Berdasarkan hasil analisis pengujian data secara deskriptif, Diperoleh hasil dan
kesimpulan sebagai berikut:
Secara umum, jika dilihat dari perbandingan kinerja keuangan BJB Syariah
dengan BJB Konvensional, BNI Syariah dengan BNI Konvensional, BRI Syariah
dengan BRI Konvensional, dan Bukopin Syariah dengan Bukopin konvensional
maka dapat dikatakan kinerja keuangan Bank Induk Konvensional lebih baik jika
dibandingkan kinerja keuangan Bank Syariah hasil Spin-off.
2. Berdasarkan hasil analisis pengujian data secara statistik dengan pengujian uji beda
Independent Sample t-test, diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut:
a. Secara umum, terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Syariah
hasil spin-off dengan kinerja Bank Induk Konvensional.
139
b. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Syariah hasil spin-off
dengan kinerja Bank Induk Konvensional pada semua objek peneltian (BJB
Syariah dengan BJB Konvensional, BNI Syariah dengan BNI Konvensional,
BRI Syariah dengan BRI Konvensional, dan Bukopin Syariah dengan Bukopin
konvensional) terutama pada variabel earnings yaitu rasio ROA dan ROE.
B. SARAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka penulis ingin menyarankan
beberapa hal berikut:
1. Bagi bank syariah khususnya bank syariah hasil spin-off yaitu BJB Syariah, BNI
Syariah, BRI Syariah dan Bukopin Syariah agar dapat terus menganalisis kinerja
keuangan setiap periode dengan mengamati perkembangan kondisi perekonomian
nasional. Bank syariah hasil spin-off terus meningkatkan kinerja keuangan
terutama pada komponen earnings / rentabilitas (ROA dan ROE) yaitu lebih
berhati-hati dalam melakukan ekspansi. Usahakan setiap ekspansi senantiasa
menghasilkan laba dan jangan sampai asset berkembang tanpa menghasilkan
profitabilitas, mengoptimalkan asset yang dimiliki agar dapat menghasilkan laba
yang lebih besar dan mengurangi beban operasionalnya. Serta meningkatkan
tingkat efisiensi bank dan memperhatikan pergerakan kondisi ekonomi nasional
pada saat membuat pertimbangan dalam pengambilan keputusan serta
perencanaan dimasa yang akan datang agar siap menghadapi risiko-risiko yang
akan timbul dimasa depan.
2. Bagi Bank Induk Konvensional, yaitu memberikan kebebasan kepada bank
syariah hasil spin-off yang juga merupakan anak perusahaan untuk dapat
140
menggunakan fasilitas bersama, seperti kantor cabang, ATM, teknologi dan
lainnya. Ini akan menurunkan biaya operasional yang dihadapi oleh bank syariah
hasil spin-off.
3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas penelitian dengan
menambah periode penelitian, mengikut sertakan komponen GCG (Good
Corporate Governance) dan menambah rasio-rasio keuangan dalam penelitian,
memperbanyak jumlah sample dengan menambahkan semua bank syariah dan
bank konvensional.
141
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Thamrin dan Francis Tantri. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2013.
Abustan. “Analisa perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan
konvensional”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. Jakarta, 2009.
Al Arif, M. Nur Rianto. Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Solo: PT. Era Adicitra Intermedia, 2011.
Al Arif, M. Nur Rianto. “Keterkaitan Kebijakan Pemisahan Terhadap Tingkat Efisiensi pada
Industri Perbankan Syariah di Indonesia”. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 19, No.2:
295-304. 2015.
Ardiyana, Marissa. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Bank
Konvensional Sebelum, Selama, dan Sesudah Krisis Global Tahun 2008 dengan
Menggunakan Metode CAMEL”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Semarang, 2011.
Arifin, Zainul. Dasar-dasarManajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005.
Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 Tentang Sistem Penilaian
Kesehatan Bank Umum. Jakarta: BI, 2011.
Bank Indonesia. Surat Edaran No.9/DPbs Tahun 2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Berdasarkan Prinsip Syariah. Jakarta: BI, 2007.
Dahlia, Andi. “Analisis perbandingan kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri dengan PT.
bank Muamalat Indonesia dengan metode CAMELS”. Skripsi Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar, 2012.
142
Duantika, Defri. “Perbandingan Kinerja Bank Syariah Berdasarkan RGEC dan Islamicity
Performance Index (Studi Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri)”. Skripsi
Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Fitriana, Nur, dkk. “Tingkat Kesahatan Bank BUMN Syariah dengan Bank BUMN
Konvensional: Metode RGEC”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol 17, No. 2: 1-12. 2015.
Harahap. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo, 2006.
Haryono. Analisa Laporan Keuangan Perbankan Syariah. Yogyakarta: Pustaka Sayid Sabiq,
2009.
Ihsan, Dwi Nur’aini. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2013.
Indiantoro, Nur dan Babang Supomo. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. Yogyakarta: BPFE, 2002.
Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta: kencana Prenada Media Group, 2011.
Jumingan. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.
Karim, Adiwarman A. Bank Islam: analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2010.
Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002.
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013.
Laporan Keuangan Bank Jabar Banten Syariah Tahun 2011-2015. http://bjbsyariah.co.id
Laporan Keuangan Bank Jabar Banten Konvensional Tahun 2011-2015. http://bankbjb.co.id
Nasuha, Amalia. “Dampak Kebijakan Spin-Off Terhadap Kinerja Bank Syariah”. Jurnal Iqtishad.
Vol. IV, No. 2: 241-258. 2012.
Otoritas Jasa Keuangan. Surat Edaran OJK No. 10/SEOJK.03/2014 Tentang penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Syariah. Jakarta: OJK, 2014.
143
Riyadi, Selamet. Banking Assets and Liability Management. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI,
2004.
Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2004.
Sovia, Sasa Elida, dkk. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Konvensional dan Bank
Syariah Berdasarkan Rasio Keuangan Bank (Studi pada Bank Konvensional yang
Terdaftar di BEI yang Memiliki Bank Syariah Periode 2012-2014)”. Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB). Vol. 37, No. 1: 129-136. 2016.
Statistik Perbankan Syariah Januari 2015. Diakses pada tanggal 17 Maret 2016 dari
http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-perbankan-
syariah/Documents/SPSJanuari2015_1426741251.pdf.
Sudarsono, Hari. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia, 2008.
Sumarsan, Thomas. Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi dan Pengukuran
Kinerja. Jakarta: PT. Indeks, 2013.
Sumitra, Andi. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana, 2009.
Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) Nomor 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011.
Uji Beda Independent Sample t-test. Diakses pada tanggal 19 Mei 2016 dari
http://duwiconsultant.blogspot.co.id/2011/11/independent-samples-t-test.html.
Ulum, Fahrur. Perbankan Syariah di Indonesia. Surabaya: CV. Putra Media Nusantara, 2011.
Website Antaranews.com. Diakses pada tanggal 17 Maret 2016 dari
http://www.antaranews.com/berita/546856/ojk-pangsa-pasar-perbankan-syariah-487.
144
Website Beritasatu.com. Diakses pada tanggal 19 Januari 2016 dari
http://www.beritasatu.com/ekonomi/314843-pertumbuhan-bank-syariah-melambat-drastis-
ini-penyebabnya.html.
Website Beritasatu.com. Diakses pada tanggal 19 Januari 2016 dari http://
www.beritasatu.com/bank-dan-pembiayaan/306719-nasabah-bank-syariah-1875-persen-
dari-total-konvensional.html.
Website Infobanknews.com Diakses pada 19 Januari 2016 dari
http://infobanknews.com/ekonomi-melambat-npf-bank-umum-syariah-melonjak/.
Lampiran 1
Uji Normalitas BJB Syariah dan BJB konvensional
Tests of Normality
Bank
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
NPF/NPL NPF BJB Syariah .212 5 .200* .941 5 .670
NPL BJB Konvensional .185 5 .200* .978 5 .922
FDR/LDR FDR BJB Syariah
LDR BJB Konvensional
.197
.209
5
5
.200*
.200*
.956
.896
5
5
.777
.389
ROA ROA BJB Syariah
ROA BJB Konvensional
.209
.213
5
5
.200*
.200*
.914
.910
5
5
.495
.465
ROE ROE BJB Syariah
ROE BJB Konvensional
.297
.225
5
5
.172
.200*
.831
.911
5
5
.141
.471
CAR CAR BJB Syariah
CAR BJB Konvensional
.229
.291
5
5
.200*
.194
.934
.816
5
5
.623
.108
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Uji Normalitas BNI Syariah dan BNI konvensional
Tests of Normality
Bank
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
NPF/NPL NPF BNI Syariah .264 5 .200* .825 5 .127
NPL BNI Konvensional .188 5 .200* .950 5 .738
FDR/LDR FDR BNI Syariah
LDR BNI Konvensional
.234
.279
5
5
.200*
.200*
.956
.849
5
5
.779
.192
ROA ROA BNI Syariah
ROA BNI Konvensional
.208
.246
5
5
.200*
.200*
.937
.929
5
5
.644
.590
ROE ROE BNI Syariah
ROE BNI Konvensional
.157
.197
5
5
.200*
.200*
.984
.955
5
5
.954
.770
CAR CAR BNI Syariah
CAR BNi Konvensional
.214
.184
5
5
.200*
.200*
.962
.972
5
5
.819
.891
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Uji Normalitas BRI Syariah dan BRI konvensional
Tests of Normality
Bank
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
NPF/NPL NPF BRI Syariah .220 5 .200* .897 5 .391
NPL BRI Konvensional .217 5 .200* .954 5 .767
FDR/LDR FDR BRI Syariah
LDR BRI Konvensional
.233
.199
5
5
.200*
.200*
.914
.952
5
5
.493
.748
ROA ROA BRI Syariah
ROA BRI Konvensional
.220
.228
5
5
.200*
.200*
.868
.883
5
5
.257
.324
ROE ROE BRI Syariah
ROE BRI Konvensional
.267
.188
5
5
.200*
.200*
.807
.938
5
5
.093
.649
CAR CAR BRI Syariah
CAR BRI Konvensional
.229
.208
5
5
.200*
.200*
.904
.963
5
5
.433
.830
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Uji Normalitas Bukopin Syariah dan Bukopin konvensional
Tests of Normality
Bank
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
NPF/NPL NPF Bukopin Syariah .279 5 .200* .885 5 .334
NPL Bukopin Konvensional .265 5 .200* .824 5 .124
FDR/LDR FDR Bukopin Syariah
LDR Bukopin Konvensional
.236
.231
5
5
.200*
.200*
.955
.904
5
5
.776
.431
ROA ROA Bukopin Syariah
ROA Bukopin Konvensional
.212
.282
5
5
.200*
.200*
.961
.861
5
5
.817
.231
ROE ROE Bukopin Syariah
ROE Bukopin Konvensional
.217
.314
5
5
.200*
.120
.890
.849
5
5
.359
.191
CAR CAR Bukopin Syariah
CAR Bukopin Konvensional
.277
.153
5
5
.200*
.200*
.885
.987
5
5
.333
.968
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Lampiran 2
Uji Homogenitas BJB Syariah dan BJB Konvensional
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
NPF Based on Mean 4.681 1 8 .062
Based on Median 4.068 1 8 .078
Based on Median and with
adjusted df
4.068 1 5.529 .094
Based on trimmed mean 4.807 1 8 .060
Levene Statistic df1 df2 Sig.
FDR Based on Mean .832 1 8 .388
Based on Median .312 1 8 .592
Based on Median and with
adjusted df
.312 1 7.701 .592
Based on trimmed mean .805 1 8 .396
Levene Statistic df1 df2 Sig.
ROA Based on Mean 2.490 1 8 .153
Based on Median 1.230 1 8 .300
Based on Median and with
adjusted df
1.230 1 4.811 .320
Based on trimmed mean 2.315 1 8 .167
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
ROE Based on Mean .004 1 8 .953
Based on Median .054 1 8 .822
Based on Median and with
adjusted df
.054 1 6.295 .824
Based on trimmed mean .005 1 8 .944
Levene Statistic df1 df2 Sig.
CAR Based on Mean 3.651 1 8 .092
Based on Median 3.236 1 8 .110
Based on Median and with
adjusted df
3.236 1 4.425 .140
Based on trimmed mean 3.472 1 8 .099
Uji Homogenitas BNI Syariah dan BNI Konvensional
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
NPF Based on Mean .196 1 8 .670
Based on Median .026 1 8 .875
Based on Median and with
adjusted df
.026 1 6.603 .876
Based on trimmed mean .155 1 8 .704
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
FDR Based on Mean .025 1 8 .879
Based on Median .002 1 8 .964
Based on Median and with
adjusted df
.002 1 7.927 .964
Based on trimmed mean .018 1 8 .896
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
ROA Based on Mean 10.274 1 8 .013
Based on Median 2.896 1 8 .127
Based on Median and with
adjusted df
2.896 1 4.257 .160
Based on trimmed mean 10.318 1 8 .012
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
ROE Based on Mean .208 1 8 .660
Based on Median .193 1 8 .672
Based on Median and with
adjusted df
.193 1 7.713 .672
Based on trimmed mean .193 1 8 .672
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
CAR Based on Mean 1.475 1 8 .259
Based on Median .670 1 8 .437
Based on Median and with
adjusted df
.670 1 6.849 .441
Based on trimmed mean 1.422 1 8 .267
Uji Homogenitas BRI Syariah dan BRI Konvensional
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
NPF Based on Mean 10.540 1 8 .012
Based on Median 4.731 1 8 .061
Based on Median and with
adjusted df
4.731 1 5.221 .079
Based on trimmed mean 10.356 1 8 .012
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
FDR Based on Mean 1.408 1 8 .269
Based on Median 1.021 1 8 .342
Based on Median and with
adjusted df
1.021 1 6.924 .346
Based on trimmed mean 1.472 1 8 .260
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
ROA Based on Mean 1.364 1 8 .276
Based on Median .884 1 8 .375
Based on Median and with
adjusted df
.884 1 7.904 .375
Based on trimmed mean 1.350 1 8 .279
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
ROE Based on Mean .000 1 8 .985
Based on Median .011 1 8 .920
Based on Median and with
adjusted df
.011 1 7.898 .920
Based on trimmed mean .000 1 8 .989
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
CAR Based on Mean .473 1 8 .511
Based on Median .249 1 8 .631
Based on Median and with
adjusted df
.249 1 6.841 .633
Based on trimmed mean .472 1 8 .511
Uji Homogenitas Bukopin Syariah dan Bukopin Konvensional
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
NPF Based on Mean 9.607 1 8 .015
Based on Median 2.397 1 8 .160
Based on Median and with
adjusted df
2.397 1 4.393 .190
Based on trimmed mean 8.785 1 8 .018
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
FDR Based on Mean 2.600 1 8 .146
Based on Median 2.373 1 8 .162
Based on Median and with
adjusted df
2.373 1 4.131 .196
Based on trimmed mean 2.599 1 8 .146
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
ROA Based on Mean 2.357 1 8 .163
Based on Median .489 1 8 .504
Based on Median and with
adjusted df
.489 1 6.362 .509
Based on trimmed mean 2.191 1 8 .177
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
ROE Based on Mean 3.527 1 8 .097
Based on Median .597 1 8 .462
Based on Median and with
adjusted df
.597 1 5.458 .472
Based on trimmed mean 3.208 1 8 .111
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
CAR Based on Mean 2.595 1 8 .146
Based on Median .539 1 8 .484
Based on Median and with
adjusted df
.539 1 5.762 .492
Based on trimmed mean 2.390 1 8 .161
Lampiran 3
Hasil Uji Independent Sample t-test Kinerja Keuangan BJB Syariah dengan BJB Konvensional
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
NPF/NPL Equal variances assumed 4.681 .062 1.159 8 .280 1.49600 1.29069
Equal variances not assumed 1.159 5.091 .298 1.49600 1.29069
FDR/LDR Equal variances assumed .832 .388 -.019 8 .985 -.13200 6.91428
Equal variances not assumed -0.19 7.579 .985 -.13200 6.91428ROA Equal variances assumed 2.490 .153 -5.591 8 .001 -1.91400 .34233
Equal variances not assumed -5.591 5.356 .002 -1.91400 .34233ROE Equal variances assumed .004 .953 -9.904 8 .000 -20.68600 2.08863
Equal variances not assumed -9.904 7.996 .000 -20.68600 2.08863CAR Equal variances assumed 3.651 .092 1.770 8 .115 4.48000 2.53109
Equal variances not assumed 1.770 4.309 .146 4.48000 2.53109
Hasil Uji Independent Sample t-test Kinerja Keuangan BNI Syariah dengan BNI Konvensional
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t Df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
NPF/NPL Equal variances assumed .196 .670 -.412 8 .691 -.18600 .45195
Equal variances not assumed -.412 7.738 .692 -.18600 .45195
FDR/LDR Equal variances assumed .052 .879 1.556 8 .158 7.44000 4.78004
Equal variances not assumed 1.556 7.997 .158 7.44000 4.78004ROA Equal variances assumed 10.274 .013 -10.587 8 .000 -1.70200 .16076
Equal variances not assumed -10.587 4.527 .000 -1.70200 .16076ROE Equal variances assumed .208 .660 -5.106 8 .001 -9.31200 1.82380
Equal variances not assumed -5.106 7.521 .001 -9.31200 1.82380CAR Equal variances assumed 1.475 .259 -.029 8 .977 -.04000 1.37399
Equal variances not assumed -.029 6.803 .978 -.04000 1.37399
Hasil Uji Independent Sample t-test Kinerja Keuangan BRI Syariah dengan BRI Konvensional
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
NPF/NPL Equal variances assumed 10.540 .012 4.526 8 .002 1.99000 .43963
Equal variances not assumed 4.526 4.789 .007 1.99000 .43963
FDR/LDR Equal variances assumed 1.408 .269 2.863 8 .021 12.24600 4.27681
Equal variances not assumed 2.863 6.717 .025 12.24600 4.27681ROA Equal variances assumed 1.364 .276 -14.406 8 .000 -4.13200 .28683
Equal variances not assumed -14.406 7.299 .000 -4.13200 .28683ROE Equal variances assumed .000 .985 -9.088 8 .000 -29.18600 3.21132
Equal variances not assumed -9.088 7.961 .000 -29.18600 3.21132CAR Equal variances assumed .473 .511 -3.654 8 .006 -4.07800 1.11590
Equal variances not assumed -3.654 6.985 .008 -4.07800 1.11590
Hasil Uji Independent Sample t-test Kinerja Keuangan Bukopin Syariah dengan Bukopin Konvensional
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
NPF/NPL Equal variances assumed 9.607 .015 1.589 8 .151 .84600 .53225
Equal variances not assumed 1.589 4.367 .181 .84600 .53225
FDR/LDR Equal variances assumed 2.600 .146 2.576 8 .033 6.96800 2.70453
Equal variances not assumed 2.576 4.287 .058 6.96800 2.70453ROA Equal variances assumed 2.357 .163 -6.751 8 .000 -1.05000 .15554
Equal variances not assumed -6.751 7.095 .000 -1.05000 .15554ROE Equal variances assumed 3.527 .097 -5.903 8 .000 -11.21200 1.89924
Equal variances not assumed -5.903 6.296 .001 -11.21200 1.89924CAR Equal variances assumed 2.595 .146 -.102 8 .922 -.12000 1.18004
Equal variances not assumed -.102 6.732 .922 -.12000 1.18004
Lampiran 4
Data Rasio Keuangan BJB Syariah
Faktor Rasio Tahun Rata-Rata
2011 2012 2013 2014 2015
Risk Profile NPF 1,36% 4,43% 1,87% 5,84% 7,81% 4,26%
FDR 79,53% 87,91% 96,94% 83,99% 102,94% 90,26%
Earnings ROA 1,14% -0,66% 0,91% 0,66% 0,27% 0,46%
ROE 3,65% -3,59% 4,65% 3,73% 1,20% 1,93%
Capital CAR 30,28% 21,09% 17,99% 15,78% 22,53% 21,53%
Data Rasio Keuangan BJB Konvensional
Faktor Rasio Tahun Rata-Rata
2011 2012 2013 2014 2015
Risk Profile NPL 1,56% 2,15% 2,83% 4,23% 3,06% 2,76%
LDR 79,75% 75,64% 102,89% 100,04% 93,65% 90,39%
Earnings ROA 2,66% 2,43% 2,64% 1,98% 2,18% 2,38%
ROE 20,66% 25,66% 25,72% 18,16% 22,87% 22,62%
Capital CAR 18,36% 18,11% 16,51% 16,08% 16,21% 17,05%
Data Rasio Keuangan BNI Syariah
Faktor Rasio Tahun Rata-Rata
2011 2012 2013 2014 2015
Risk Profile NPF 3,62% 2,02% 1,86% 1,86% 2,53% 2,38%
FDR 78,60% 84,99% 97,86% 92,58% 91,94% 89,19%
Earnings ROA 1,29% 1,48% 1,37% 1,27% 1,43% 1,37%
ROE 6,63% 10,18% 11,73% 13,05% 15,22% 11,36%
Capital CAR 20,67% 14,10% 16,23% 18,42% 15,48% 16,98%
Data Rasio Keuangan BNI Konvensional
Faktor Rasio Tahun Rata-Rata
2011 2012 2013 2014 2015
Risk Profile NPL 3,61% 2,84% 2,17% 1,96% 2,70% 2,66%
LDR 70,37% 77,52% 85,30% 87,81% 87,77% 81,75%
Earnings ROA 2,94% 2,92% 3,36% 3,49% 2,64% 3,07%
ROE 20,06% 19,99% 22,47% 23,64% 17,21% 20,67%
Capital CAR 17,63% 16,67% 15,09% 16,22% 19,49% 17,02%
Data Rasio Keuangan BRI Syariah
Faktor Rasio Tahun Rata-Rata
2011 2012 2013 2014 2015
Risk Profile NPF 2,77% 3,00% 4,06% 4,60% 4,86% 3,86%
FDR 90,55% 103,07% 102,70% 93,90% 84,16% 94,88%
Earnings ROA 0,20% 1,19% 1,15% 0,08% 0,76% 0,68%
ROE 1,19% 10,41% 10,20% 0,44% 8,20% 6,09%
Capital CAR 14,74% 11,35% 14,49% 12,89% 13,94% 13,48%
Data Rasio Keuangan BRI Konvensional
Faktor Rasio Tahun Rata-Rata
2011 2012 2013 2014 2015
Risk Profile NPL 2,30% 1,78% 1,55% 1,69% 2,02% 1,87%
LDR 76,20% 79,85% 88,54% 81,68% 86,88% 82,63%
Earnings ROA 4,93% 5,15% 5,03% 4,74% 4,19% 4,81%
ROE 42,49% 38,66% 34,11% 31,22% 29,89% 35,27%
Capital CAR 14,96% 16,95% 16,99% 18,31% 20,59% 17,56%
Data Rasio Keuangan Bukopin Syariah
Faktor Rasio Tahun Rata-Rata
2011 2012 2013 2014 2015
Risk Profile NPF 1,74% 4,57% 4,27% 4,07% 2,99% 3,53%
FDR 83,66% 92,29% 100,29% 92,89% 90,56% 91,94%
Earnings ROA 0,52% 0,55% 0,69% 0,27% 0,79% 0,56%
ROE 6,19% 7,32% 7,63% 2,44% 5,35% 5,79%
Capital CAR 15,29% 12,78% 11,10% 15,85% 16,31% 14,27%
Data Rasio Keuangan Bukopin Konvensional
Faktor Rasio Tahun Rata-Rata
2011 2012 2013 2014 2015
Risk Profile NPL 2,88% 2,66% 2,26% 2,78% 2,83% 2,68%
LDR 85,01% 83,81% 85,80% 83,89% 86,34% 84,97%
Earnings ROA 1,87% 1,83% 1,75% 1,23% 1,39% 1,61%
ROE 20,10% 19,47% 19,09% 11,53% 14,80% 17,00%
Capital CAR 12,71% 16,34% 15,12% 14,20% 13,56% 14,39%