ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM...
Transcript of ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM...
ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK
UMUM SYARIAH (BUS) DI INDONESIA DAN
PAKISTAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE
DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh:
ERNA PUTRI LESTARI
NIM: 1113085000052
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Erna Putri Lestari
Alamat : Jalan Pamulang Permai II, Gg. Swadaya RT 01/09
No. 24 Kel. Pondok Benda Kec. Pamulang, Kota
Tangerang Selatan, Provinsi Banten, 15416
Telepon : 0838-7722-6472
Email : [email protected]
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 29 September 1995
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
B. PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan Nama Lembaga Kota Tahun
Masuk
Tahun
Keluar
SD MI Raudhatul Hikmah Tangerang
Selatan 2001 2007
SMP MTsN Pamulang Tangerang
Selatan 2007 2010
SMA SMK Waskito Tangerang
Selatan 2010 2013
S1 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Tangerang
Selatan 2013 2017
C. PENDIDIKAN INFORMAL
Lembaga Jenis Pelatihan Kota Tahun
Pelatihan
PT.
Subafood
Pangan Jaya
Pelatihan Kewirausahaan
Dalam Bidang Kompetensi Life
Skill dan Praktisi Bisnis
Tangerang
Selatan 2013
FoSSEI
Nasional
dan
UNISBA
National Training for Trainer
(Ekonomi Syariah) Bandung 2015
LiSEnSi
dan FRESH
UIN Jakarta
Sekolah Alat Analisis
(SELATIS) dengan metode
DEA dan VAR
Tangerang
Selatan 2016
vi
D. INTERNSHIP
Lembaga Jenis Pelatihan Kota Tahun
Pelaksanaan
CAR Life
Insurance
Admin Keuangan
Asuransi Jiwa
Tangerang
Selatan 2011
BRI Syariah
Pusat
Peneliti Survei Budaya Kerja
dan Kepuasan Nasabah BRIS
Se-Nasional di LC, HCG
Jakarta
Selatan 2016
BNI
Syariah
Kantor WJP
Admin di Unit Sentra Taksasi Tangerang
Selatan 2017
E. PENGALAMAN ORGANISASI
Lembaga/ Institusi Tahun
Wakil Koordinator Dep. Keilmuan LiSEnSi UIN Jakarta 2016-2017
Staff Departemen Keilmuan LiSEnSi UIN Jakarta 2015-2016
Wakil Sekretaris HMJ Perbankan Syariah FEB UIN Jakarta 2013-2014
Anggota Panitia Pengawas Pemilu PEMIRA UIN Jakarta 2014
Volunteer di STF UIN Jakarta 2014-2016
Anggota SEISdance di FEB UIN Jakarta 2013-2016
Anggota Saman Dance di SMK Waskito 2011-2013
Anggota PMR di SMK Waskito 2010-2011
Anggota Math Club di MTsN Pamulang 2007-2010
F. SOFTSKILLS
o Microsoft Office (Word, Excel Access dan Powerpoint)
o Design Grafis (CorelDRAW)
o Bahasa (English dan Indonesia)
G. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
Nama : Tulus Wartono
Tempat, Tanggal Lahir : Boyolali, 18 Agustus 1958
Pendidikan Terakhir : SMP
2. Ibu
Ibu : Suntari
Tempat, Tanggal Lahir : Solo, 14 November 1962
Pendidikan Terakhir : SD
vii
ABSTRACK
This study aims to determine the comparison of efficiency level of Full Fledged
Islamic Bank in Indonesia during the period 2012-2016 using Data Envelopment
Analysis method based on assumption of CRS, VRS, and also Scale Efficiency. In
addition, this study also aims to look at the factors that most affect the level of
efficiency of the variables studied by using the Data Panel Regression method. This
study used 4 samples of BUS in Indonesia and 4 samples of BUS in Pakistan in the
first quarter to fourth in 2012-2016. Based on the research results, Full Fledged
Islamic Bank in Indonesia is more efficient than Full Fledged Islamic Bank in
Pakistan according to the assumption of CRS, VRS, and Scale, but there is no
significant difference between the efficiency value of Full Fledged Islamic Bank in
Indonesia and Pakistan. In Indonesia, the most closely approximated optimum
efficiency is Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri and Bank BRI
Syariah both based on the assumption of CRS, VRS, and Scale at 99% point, while
the lowest is Bank BNI Syariah value Average under 99%. In Pakistan, on average
the closest approach to optimum efficiency is Al-Baraka Bank based on the
assumption of CRS, VRS, and Scale at 99%, while the lowest is assumed by VRS is
the Bank Islami Pakistan Limited and Meezan Islamic Bank Value below 99%.
However, based on the assumption of CRS and Scale, Dubai Islamic Bank Pakistan
Limited gets the lowest efficient value. All good variables from Fixed Assets,
Personal Costs, Deposits, Financing, Other Income, or Financial Investment in
partial or simultaneously significant effect on Efficiency value. As for those who
have a greater influence on the value of Efficiency is Deposits, followed by
Financing, based on existing samples.
Keywords: Data Envelopment Analysis (DEA), Constant Return to Scale (CRS),
Variable Return to Scale (VRS), Scale, Full Fledged Islamic Bank
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat efisiensi Bank
Umum Syariah di Indonesia dengan Pakistan selama periode 2012-2016 dengan
menggunakan metode Data Envelopment Analysis berdasarkan asumsi CRS, VRS,
dan juga Scale Efficiency. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melihat
faktor yang paling mempengaruhi tingkat efisiensi dari variabel yang diteliti dengan
menggunakan metode Regresi Data Panel. Penelitian ini menggunakan 4 sampel
BUS di Indonesia dan 4 sampel BUS di Pakistan pada kuartal pertama sampai
dengan keempat pada tahun 2012-2016. Berdasarkan hasil penelitian, BUS di
Indonesia lebih efisien dibandingkan dengan BUS di Pakistan baik menurut asumsi
CRS, VRS, dan Scale, namun tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai
efisiensi pada BUS di Indonesia dan Pakistan. Di Indonesia, secara rata-rata yang
paling mendekati efisiensi optimum adalah Bank Muamalat Indonesia, Bank
Syariah Mandiri dan Bank BRI Syariah baik berdasarkan asumsi CRS, VRS, dan
Scale yaitu pada titik 99%, sedangkan yang paling terendah adalah Bank BNI
Syariah yang mendapat nilai rata-rata di bawah 99%. Di Pakistan, secara rata-rata
yang paling mendekati efisiensi optimum adalah Al-Baraka Bank baik berdasarkan
asumsi CRS, VRS, dan Scale yaitu pada titik 99%, sedangkan yang paling terendah
menurut asumsi VRS adalah Bank Islami Pakistan Limited dan Meezan Islamic
Bank yang mendapat nilai di bawah 99%. Namun, berdasarkan asumsi CRS dan
Scale, Dubai Islamic Bank Pakistan Limited mendapat nilai efisien terendah.
Semua variabel baik dari Aset Tetap, Beban Tenaga Kerja, Dana Pihak Ketiga,
Pembiayaan, Pendapatan Lainnya, maupun Investasi Finansial secara parsial
maupun simultan signifikan berpengaruh terhadap nilai Efisiensi. Adapun yang
memiliki pengaruh lebih besar pada nilai Efisiensi adalah Dana Pihak Ketiga, yang
disusul oleh Pembiayaan, berdasarkan sampel yang ada.
Kata Kunci: Data Envelopment Analysis (DEA), Constant Return to Scale (CRS),
Variable Return to Scale (VRS), Scale, Bank Umum Syariah (BUS)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan segala
nikmat dan hidayah-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Syariah
(BUS) di Indonesia dan Pakistan dengan metode Data Envelopment Analysis
(DEA)” dengan baik. Shalawat serta salam peneliti haturkan kepada Nabi
Muhammad salllallahu alaihi wassalam yang telah membawa cahaya dari zaman
jahiliyah ke zaman yang terang benderang terutama dengan adanya ilmu
pengetahuan.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selesainya skripsi ini tentu dengan dukungan, bimbingan, bantuan dan semangat
serta doa dari semua orang di sekeliling peneliti selama proses penyelesaian skripsi
ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku, Bapak dan Mamah yang selalu memberikan doa,
mensupport peneliti baik secara material maupun nonmaterial, serta selalu
memberikan semangat dan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang telah mengizinkan peneliti
3. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H., selaku Dosen Pembimbing I
yang telah memberikan arahan, saran, ilmu dan bimbingan serta meluangkan
waktunya dalam proses penyelesaian penelitian skripsi hingga skripsi ini
selesai.
4. Ibu Santi Yustini, SE., M.Ak selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan arahan, saran, ilmu dan bimbingan serta meluangkan waktunya
dalam proses penyelesaian penelitian skripsi hingga skripsi ini selesai.
5. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA. selaku Ketua Jurusan Perbankan
Syariah dan Ibu Fitri Damayanty, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan
x
Perbankan Syariah yang telah memberikan arahan serta bimbingan dalam
membantu peneliti selama perkuliahan ini.
6. Ibu Erika Amelia, SEI., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan arahan serta bimbingan baik dari aspek keilmuan maupun
keorganisasian yang sangat berarti sejak awal masuk perkuliahan sampai
penyelesaian skripsi ini.
7. Seluruh jajaran Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi peneliti selama perkuliahan.
8. Seluruh jajaran karyawan dan staff di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah melayani dan membantu peneliti selama perkuliahan.
9. Saudara-saudaraku, Heri Suwanti, Lusianti, Abang Hamzalah, Ketut Triono
dan Ady Wahyu Yunianto, serta keponakan-keponakanku Qayla Az-zahra
dan Naira Nova Mufidah Triono yang selalu memberikan dukungan dan doa
kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabatku, Firda Elfanisa Fadhillah, Rosalia, Virly Indayani, Dini
Rizqiyanti, dan Maretta Daniaty, atas waktu yang telah kita habiskan bersama
dan yang telah banyak memberikan suka duka bersama selama di kampus.
11. Teman-teman Perbankan Syariah 2013 kelas A dan B, atas kebersamaan
selama 4 tahun mulai dari belajar bersama, ujian bersama, diskusi bersama
hingga mengerjakan skripsi bersama.
12. Kakak-kakak senior Perbankan Syariah 2012, atas bimbingan ilmu dan
pengalaman kehidupan di kampus dari awal pertama kali OPAK hingga
penyelesaian skripsi ini.
13. Teman-teman SEISdance 2013 atas kebersamaan selama mengikuti
perlombaan dan perform tari saman selama di kampus, serta memanage event
bersama-sama di SEISMOGRAF pertama, kedua, dan ketiga.
14. Teman-teman LiSEnSi 2013, yang selalu memberikan banyak pembelajaran
terkait keilmuan, berorganisasi, pengalaman hidup, kekompakan, serta suka
duka selama menjabat di organisasi hingga penyelesaian skripsi ini.
15. Teman-teman Divisi Keilmuan LiSEnSi, Kak Rahmi Rahmawati, Kak Heri
Permana, Ahmad Fadhil, M. Irsyad Hidayatulloh, Idil Adhar, Fitri
xi
Listianingrum, Nazla Ahabbi, Elgi Nurfalahi, Ilham Irsyad Risyadi, dan
Marsela Rahmawati yang selalu setia menemani dan memberikan dukungan
satu sama lain.
16. Para Pencari Hidayah, Fitri Eka Putri, Ayu Andini, Idil Adhar, dan M. Abdu
Sakha yang telah memberikan kebahagiaan, kebersamaan, dan motivasi hidup
untuk menjadi orang yang sukses dunia akhirat. Terimakasih sudah
menemani kehidupan peneliti selama pengerjaan skripsi dengan segala
kehebohan, kelucuan, serta kisah suka duka kehidupan.
17. KKN ILVIL 009 2016, Pak Achmad Tjahja, Risfi, Patimah, Ayu, Afifah,
Nu’man, Fahri, Habibi, dan Fajar atas pengabdian selama 1 bulan yang telah
kita laksanakan bersama. Tanpa KKN ini, peneliti tidak akan bisa
menjalankan sidang skripsi.
18. M. Anas Danussana Kamal, Pak Azhar, Mba Lely dan juga Kak Asep
Saefulloh yang telah banyak membantu peneliti baik bimbingan, arahan,
semangat dan doa sejak awal pembuatan proposal skripsi sampai dengan
penyelesaian skripsi, sehingga memantapkan peneliti untuk mengambil tema
skripsi ini.
19. Abdurrahman Shifa, yang dengan senang hati mau meluangkan waktunya
terkait aplikasi untuk running data DEA.
20. Serta seluruh pihak yang telah membantu peneliti baik selama masa
perkuliahan sampai pengerjaan skripsi yang tidak dapat peneliti sebut satu
persatu. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. Aamiin.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki peneliti. Oleh sebab
itu, peneliti mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun untuk
pencapaian yang lebih baik.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Tangerang Selatan, April 2017
Erna Putri Lestari
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v
ABSTRACK .......................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ................................................................. xvi
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ............................................................................................. 12
1. Kinerja Keuangan Bank ......................................................................... 12
2. Efisiensi .................................................................................................. 16
3. Bank Syariah .......................................................................................... 25
B. Keterkaitan Hubungan Variabel Input dan Output ...................................... 37
C. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 38
D. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 42
E. Hipotesis ...................................................................................................... 45
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 51
B. Metode Penentuan Sampel .......................................................................... 52
C. Metode Pengumpulan Data.......................................................................... 55
D. Metode Analisis Data .................................................................................. 56
E. Operasional Variabel Penelitian .................................................................. 76
xiii
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................. 79
1. Perkembangan Bank Umum Syariah di Indonesia ................................. 79
2. Perkembangan Bank Umum Syariah di Pakistan ................................... 92
B. Analisis Deskriptif ..................................................................................... 103
C. Hasil Analisis Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis .................... 106
1. Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia ........................... 106
2. Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah di Pakistan ............................. 123
D. Total Potential Improvement BUS di Indonesia dan Pakistan .................. 141
E. Hasil Uji Normalitas Kolmogrov Smirnov ................................................. 143
F. Hasil Uji Beda Mann Whitney ................................................................... 145
G. Hasil Analisis Faktor Penentu Efisiensi .................................................... 145
1. Uji Kelayakan Data (Panel Unit Root Test) ......................................... 145
2. Estimasi Data Panel .............................................................................. 146
3. Pengujian Pelanggaran Asumsi ............................................................ 151
4. Pengujian Statistik ................................................................................ 154
5. Model Penentu Efisiensi ....................................................................... 159
H. Interpretasi ................................................................................................. 161
1. Analisis Efisiensi BUS di Indonesia dan Pakistan ............................... 161
2. Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi .................................................. 162
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 170
B. Rekomendasi.............................................................................................. 171
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 175
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 180
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1: Assets of Islamic Finance Segments by Region ............................... 1
Tabel 1.2: Perkembangan Total Asset, Financing, dan Deposit ....................... 5
Tabel 1.3: Perbandingan BOPO BUS Indonesia dan Pakistan (%) .................. 7
Tabel 2.1: Review Penelitian Terdahulu ........................................................ 39
Tabel 3.1: Populasi Penelitian pada BUS di Indonesia dan Pakistan ............. 53
Tabel 3.2: Proses Pengambilan Sampel Penelitian ......................................... 54
Tabel 3.3: Sampel Penelitian .......................................................................... 55
Tabel 3.4: Selang Nilai Statistik Durbin-Watson serta Keputusannya ........... 71
Tabel 3.5: Spesifikasi Variabel Input dan Variabel Output
Dalam Penelitian ........................................................................... 76
Tabel 4.1: Perkembangan Aset, DPK, & Pembiayaan BUS di Indonesia ..... 81
Tabel 4.2: Perkembangan NPF, FDR, dan BOPO BUS di Indonesia ............ 82
Tabel 4.3: Profil Bank Syariah Mandiri ......................................................... 84
Tabel 4.4: Profil Bank BNI Syariah ............................................................... 89
Tabel 4.5: Perkembangan Aset, DPK, & Pembiayaan ................................... 93
Tabel 4.6: Perkembangan NPF, FDR, dan BOPO .......................................... 95
Tabel 4.7: Ringkasan Statistik 4 BUS di Indonesia Kuartal 1-4 2012-2016
(dalam Jutaan Rupiah) ................................................................. 103
Tabel 4.8: Ringkasan Statistik 4 BUS di Pakistan Kuartal 1-4 2012-2016
(dalam Jutaan Ruppe) .................................................................. 105
Tabel 4.9: BUS di Indonesia yang Mencapai Efisiensi Optimum dengan
Metode DEA ................................................................................ 108
Tabel 4.10: Tingkat Efisiensi 4 BUS di Indonesia ......................................... 108
Tabel 4.11: Nilai Efisiensi Asumsi VRS Bank Syariah Mandiri (%)............. 110
Tabel 4.12: Target Efisiensi BSM Desember 2014 ........................................ 111
Tabel 4.13: Nilai Efisiensi Asumsi VRS Bank Muamalat Indonesia (%) ...... 113
Tabel 4.14: Target Efisiensi BMI September 2016 ........................................ 115
Tabel 4.15: Nilai Efisiensi Asumsi VRS BNI Syariah (%) ............................ 116
Tabel 4.16: Target Efisiensi BNI Syariah Maret 2015 ................................... 118
Tabel 4.17: Nilai Efisiensi Asumsi VRS BRI Syariah (%) ............................ 120
Tabel 4.18: Target Efisiensi BRI Syariah Maret 2015 ................................... 121
Tabel 4.19: BUS di Pakistan yang Mencapai Efisiensi Optimum dengan
Metode DEA ................................................................................ 124
Tabel 4.20: Tingkat Efisiensi 4 BUS di Pakistan ........................................... 125
Tabel 4.21: Nilai Efisiensi Asumsi VRS Al-Baraka Bank (%) ...................... 127
Tabel 4.22: Target Efisiensi Al-Baraka Bank September 2015 ..................... 128
Tabel 4.23: Nilai Efisiensi Asumsi VRS Bank Islami Pakistan
Limited (%) ................................................................................. 130
Tabel 4.24: Target Efisiensi Bank Islami Pakistan Limited Maret 2015 ....... 132
Tabel 4.25: Nilai Efisiensi Asumsi VRS Dubai Islamic Bank Pakistan
Limited (%) ................................................................................. 134
Tabel 4.26: Target Efisiensi Dubai Islamic Bank Pakistan Limited
Maret 2015................................................................................... 135
Tabel 4.27: Nilai Efisiensi Asumsi VRS Meezan Islamic Bank (%) ............. 138
Tabel 4.28: Target Efisiensi Meezan Islamic Bank September 2015 ............. 139
Tabel 4.29: One Sample Kolmogrov-Smirnov Test ........................................ 144
Tabel 4.30: Uji Beda Mann Whitney U-Test .................................................. 145
Tabel 4.31: Uji Panel Unit Root (Augmented Dickey Fuller/ADF) ............... 146
Tabel 4.32: Hasil Common Effect Model ........................................................ 147
Tabel 4.33: Hasil Fixed Effect Model dengan Pendekatan GLS .................... 147
Tabel 4.34: Hasil Uji Chow ............................................................................ 148
Tabel 4.35: Hasil Random Effect Model ......................................................... 149
Tabel 4.36: Hasil Uji Hausman ...................................................................... 150
Tabel 4.37: Hasil Multikolineritas .................................................................. 152
Tabel 4.38: Uji Autokolerasi .......................................................................... 153
Tabel 4.39: Uji Heteroskedastisitas ................................................................ 153
Tabel 4.40: Hasil Uji t-statistic ....................................................................... 155
Tabel 4.41: Hasil Uji F-Statistic ..................................................................... 157
Tabel 4.42: Hasil Koefisien Determinasi........................................................ 159
Tabel 4.43: Hasil Fixed Effect Model dengan Pendekatan GLS .................... 160
xvi
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
Gambar
Gambar 2.1: Alur Operasional Bank Syariah ...................................................... 31
Gambar 3.1: Pengukuran Efisiensi dengan Menggunakan 1 Input & 1 Output .. 60
Bagan
Bagan 2.1: Kerangka Pemikiran........................................................................... 44
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1: Persentase Aset Perbankan Syariah Global Berdasarkan Negara ... 2
Grafik 1.2: Prediksi Populasi Muslim (2030) .................................................... 3
Grafik 4.1: Pertumbuhan Aset, DPK, dan Pembiayaan BUS di Indonesia ...... 81
Grafik 4.2: Pertumbuhan Aset, DPK, dan Pembiayaan Bank Syariah
di Pakistan ..................................................................................... 94
Grafik 4.3: Tingkat Efisiensi Rata-rata BUS di Indonesia asumsi
CRS, VRS, dan Scale .................................................................. 109
Grafik 4.4: Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS
Bank Syariah Mandiri (BSM) ..................................................... 111
Grafik 4.5: Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS
Bank Muamalat Indonesia (BMI) ................................................ 114
Grafik 4.6: Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS
Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah ........................................ 117
Grafik 4.7: Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah ........................................ 121
Grafik 4.8: Tingkat Efisiensi Rata-rata BUS di Pakistan asumsi
CRS, VRS, dan Scale .................................................................. 126
Grafik 4.9: Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS
Al-Baraka Bank ........................................................................... 127
Grafik 4.10: Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS
Bank Islami Pakistan Limited ..................................................... 131
Grafik 4.11: Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS
Dubai Islamic Bank Pakistan Limited ......................................... 134
Grafik 4.12: Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS
Meezan Islamic Bank .................................................................. 138
Grafik 4.13: Total Potential Improvment BUS di Indonesia dan Pakistan ...... 141
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan Industri Keuangan Islam di Dunia semakin baik, hal ini
membawa peluang bisnis untuk berbagai industri terutama dalam hal perbankan
syariah maupun sektor pasar modal. Pada tahun 2015, Industri keuangan Islam
global terdiri dari Perbankan Syariah sebesar 1496.5 juta USD atau 80% dari
total aset keuangan Islam global, Sukuk sebesar 290.6 juta USD atau 15.45%
dari total aset keuangan Islam global. Islamic Funds Assets sebesar 71.3 juta
USD atau 3.79% dari total aset keuangan Islam global. Takaful sebesar 23.2 juta
USD atau 1.24% dari total aset keuangan Islam global. Adapun gambaran lebih
detail tentang perkembangan aset keuangan Islam di seluruh dunia dapat dilihat
pada gambar berikut ini:
Tabel 1.1: Assets of Islamic Finance Segments by Region
(USD billion, 2015)
REGION Banking
Assets
Sukuk
Outstanding
Islamic
Funds
Assets
Takaful
Contributions
Asia 209.3 174.7 23.2 5.2
GCC 598.8 103.7 31.2 10.4
MENA
(Exc. GCC) 607.5 9.4 0.3 7.1
Sub-Saharan
Africa 24.0 0.7 1.4 0.5
Others 56.9 2.1 15.2 -
TOTAL 1496.5 290.6 71.3 23.2
Sumber: IFSI Stability Report 2016
Berdasarkan tabel di atas, industri perbankan syariah memberikan lebih
banyak kontribusi dalam industri keuangan syariah. Hal ini ditandai dengan
besarnya aset perbankan syariah yang memberikan kontribusi paling besar bagi
total aset keuangan syariah global, yaitu sebesar 80%. Adapun negara-negara
2
kawasan MENA memiliki aset perbankan syariah tertinggi yaitu sebesar 607.5
juta USD atau 40.60% dari total aset perbankan syariah global. Diikuti oleh
negara-negara kawasan GCC yaitu sebesar 598.8 juta USD atau 40.02%, dan
negara-negara kawasan Asia sebesar 209.3 juta USD atau 13.99%.
Pada tahun 2015, Iran merupakan negara dengan aset perbankan syariah
tertinggi yaitu sebesar 37.3% dari total aset perbankan syariah di dunia, yang
diikuti oleh Saudi Arabia (19%), Malaysia (9.3%), dan (UAE 8.1%). Indonesia
sendiri berada pada posisi 1.4% tidak jauh berbeda dengan Bahrain (1.7%),
Bangladesh (1.6%), Mesir (1.3%), Sudan (1.2%) dan Pakistan (1%). Adapun
gambaran lebih detail dari aset perbankan syariah di beberapa negara dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Sumber: IFSI Stability Report 2016
Berdasarkan tabel di atas, Indonesia memiliki total aset perbankan syariah
yang relatif sama dengan beberapa negara di Asia yaitu Pakistan, Mesir, Sudan,
Bangladesh dan Bahrain. Hal ini menunjukkan bahwa saham yang ditanamkan
Grafik 1.1: Persentase Aset Perbankan Syariah Global Berdasarkan Negara
Sudan|1,2 Egypt|1,3 Indonesia|1,4 Bangladesh|1,6
Bahrain|1,7
Turkey|2,9Qatar|5,1
Kuwait|5,9
UAE|8,1
Malaysia|9,3
Pakistan| 1,00
Jordan|0,6
Brunei|0,4UK|0,3Others|3,1
Iran|37,3
Saudi Arabia|19
3
untuk aset perbankan syariah secara global masih cenderung minim bagi negara-
negara tersebut.
Sangat disayangkan jika negara-negara seperti Pakistan, Indonesia dan
Bangladesh memiliki total aset perbankan syariah lebih rendah dibandingkan
dengan Iran, Saudi Arabia dan Malaysia. Padahal, populasi penduduk muslim di
negara-negara tersebut merupakan yang tertinggi di dunia.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Pew Research Center dalam IFSB-
ADB Islamic Finance for Asia: Development, Prospects and Inclusive Growth
tahun 2015 menunjukkan bahwa Pakistan dan Indonesia diprediksi pada tahun
2030 akan memiliki populasi muslim terbesar dengan berkisar sebesar 250 juta
orang.
Melihat salah satu potensi di atas, perkembangan industri keuangan
syariah termasuk didalamnya perbankan syariah akan terus menerus meningkat.
Pada 2023, industri keuangan syariah dunia diprediksi memiliki aset hingga 8,6
triliun dolar AS. Bahkan, Indonesia diprediksi memimpin industri keuangan
Grafik 1.2: Prediksi Populasi Muslim (2030)
Sumber: Islamic Finance for Asia, IFSB-ADB 2015
)
4
syariah dunia pada tahun 2023 dengan total aset 1,597 triliun dolar AS. Aset
industri keuangan syariah Indonesia akan berada di atas Pakistan yang memiliki
aset 1,388 triliun dolar AS. Posisi ketiga industri keuangan syariah dunia akan
dipegang oleh Bangladesh dengan total aset 1,154 triliun dolar AS. Prediksi
tersebut disampaikan dalam Islamic Finance Intelegence Summit di Kuala
Lumpur, Selasa (15/11) dalam Berita Online Republika.
Berdasarkan prediksi yang telah disebutkan sebelumnya di atas, Indonesia,
dan Pakistan bisa menjadi kiblat bagi ekonomi syariah dunia. Hal ini disebutkan
oleh pengamat Ekonomi Syariah, Adiwarman Azwar Karim, dalam Republika
Rabu (16/11) bahwa ada dua faktor utama bagi Indonesia untuk bisa menjadi
kiblat ekonomi syariah dunia yaitu berupa besarnya populasi dan kreativitas dari
SDM. Kedua potensi ini bersifat market driven.
Akan tetapi, untuk saat ini kedua potensi itu belum bisa menjadikan
Indonesia sebagai kiblat ekonomi syariah dunia. Hal ini bisa kita lihat dari aspek
market share perbankan syariah Indonesia yang masih berkisar pada angka 5.3%
(Sumber: Laporan OJK Triwulan IV 2016), sedangkan market share perbankan
syariah Pakistan sudah mencapai angka 11.7% (Sumber: Islamic Banking
Bulletin - State Bank of Pakistan, Des 2016). Walaupun secara market share
Indonesia masih di bawah Pakistan, tapi untuk total asset, financing, dan deposit
perbankan syariah di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan Pakistan. Hal
ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
5
Tabel 1.2: Perkembangan Total Asset, Financing, dan Deposit
Perbankan Syariah
Negara 2014 2015 2016
Indonesia
1. Total Aset
2. Financing
3. Deposit
Rupiah in billions
272,343 296,262 356,304
199,330 212,996 248,007
217,858 231,175 279,335
Pakistan
1. Total Aset
2. Financing
3. Deposit
Rupees in billions
1,259 1,610 1,853
422.1 645.4 821
1,070 1,375 1,573
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2014-2016, Otoritas Jasa Keuangan
Islamic Banking Bulletin 2014-2016, State Bank of Pakistan
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan baik
asset, financing, dan deposit Indonesia lebih unggul dibandingkan dengan
Pakistan. Namun, growth perbankan syariah di Pakistan lebih tinggi terutama
dalam aspek financing sekitar 30% dari tahun 2015 ke tahun 2016.
Menurut pemaparan Muhammad Iman Sastra Mihajat, Peneliti Islamic
Development Bank, dalam acara seminar ekonomi syariah di Islamabad,
Pakistan pada 5-9 Mei 2014, bahwa Indonesia dan Pakistan harus bisa lebih
meningkatkan hubungan bilateral di sektor ekonomi mikro terutama di bidang
pembiayaan perbankan syariah. Bank syariah di kedua negara ini sama-sama
diunggulkan dalam bidang layanan pembiayaan ke sektor mikro kecil. Keduanya
juga memiliki penerapan ekonomi dan keuangan syariah yang sangat baik dan
didorong oleh pemerintah untuk terus meningkatkan peran bank syariah dalam
melayani masyarakat menengah ke bawah. Permasalahan yang timbul pun juga
sama, masih banyak bank syariah yang enggan memasuki sektor keuangan
syariah mikro.
6
Di tengah tekanan dan ketidakpastian perekonomian global, industri
perbankan syariah dunia khususnya Indonesia dan Pakistan dituntut untuk selalu
bersaing. Persaingan yang ketat dalam perbankan syariah tentunya dituntut
untuk memiliki asset yang besar, market share yang tinggi, mampu
meningkatkan perekonomian masyarakat dengan memberikan pembiayaan yang
dapat diakses oleh masyarakat menengah ke bawah, dan tentunya dituntut untuk
menjadi lembaga/badan yang efisien.
Efisiensi sangat penting dalam bank syariah karena hal itu berhubungan
dengan fungsi utamanya mendayagunakan sumber daya ke dalam aktivitas
keuangan produktif atau output. Jadi, penggunaan sumber daya dan output yang
optimal dapat dicapai oleh semua bank syariah. Jika tidak, persoalan inefisiensi
atau kekurangan efisiensi akan timbul di bank syariah. Di samping itu, efisiensi
bank syariah juga menunjukkan pelayanan keuangan yang lebih baik. Pada
akhirnya, akan menambah perhatian lebih banyak deposan dan investor pada
bank. Secara keseluruhan, kinerja efisiensi bank syariah akan meningkatkan
perbankan dan industri keuangan, dan menaikkan pertumbuhan ekonomi.
(Zainal & Ismail, 2012:56)
Bank yang lebih efisien diharapkan akan memperoleh keuntungan optimal,
memperoleh dana pinjaman yang lebih banyak, dan kualitas layanan yang lebih
baik kepada nasabah. Masalah efisiensi perbankan merupakan hal yang penting
pada saat ini maupun di masa mendatang, hal ini disebabkan oleh kompetisi yang
bertambah ketat, permasalahan yang timbul sebagai akibat berkurangnya sumber
daya, dan meningkatnya standar kepuasan nasabah. Keadaan ini menempatkan
efisiensi sebagai isu penting dalam dunia perbankan. Informasi yang diperoleh
7
dari pengukuran efisiensi perbankan sangat berguna untuk kebijakan pemerintah
yang berkaitan langsung dengan deregulasi perbankan seperti merger,
identifikasi struktur pasar, mengarahkan isu-isu penelitian tentang efisiensi
industri baik tentang ranking maupun metode yang digunakan, atau
meningkatkan kinerja manajerial berdasarkan pada pengalaman keberhasilan
maupun pengalaman akan kegagalan. (Suliyanto & Jati, 2014:298)
Terlepas dari penelitian mengenai tingkat efisiensi suatu bank, sebelumnya
dunia perbankan telah mengenal metode pengukuran tingkat kesehatan bank
yang disebut dengan CAMELS. Pada metode tersebut terdapat enam komponen
yang menjadi sumber perhitungan dan membentuk satu kesatuan nilai dalam
menggambarkan tingkat kesehatan suatu bank. Salah satu komponen dari
metode perhitungan tersebut adalah komponen Earning yang di dalamnya
terdapat rasio BOPO.
Tabel 1.3: Perbandingan BOPO BUS Indonesia dan Pakistan (%) Negara/
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Indonesia 80.54 78.41 74.97 78.21 96.97 97.01 96.23
Pakistan 72.60 60.40 67.30 69.70 66.00 70.00 75.10
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2010-2016, Otoritas Jasa Keuangan
Islamic Banking Bulletin 2010-2016, State Bank of Pakistan
Berdasarkan tabel di atas, nilai BOPO BUS di Indonesia berkisar pada
angka 75-97% selama rentang tahun 2010-2016, sedangkan nilai BOPO BUS di
Pakistan berkisar pada angka 61-75% selama rentang tahun 2010-2016. Rasio
BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi suatu bank dengan
membandingkan Beban Operasional dengan Pendapatan Operasional. Namun
dengan melihat suatu industri perbankan sebagai lembaga intermediasi yang
menggunakan banyak input dan output, maka pengukuran tingkat efisiensi
8
menggunakan rasio BOPO dianggap tidak menggambarkan tingkat efisiensi
suatu bank. Hal tersebut dikarenakan perhitungan tingkat efisiensi menggunakan
rasio BOPO merupakan Partial Efficiency. Selain itu, porsi bobot pada
perhitungan tingkat efisiensi pada metode CAMELS yang hanya sebesar 5%
menjadi suatu perhatian tersendiri apalagi dengan mengingat urgensitas dari
pengukuran tingkat efisiensi dalam menggambarkan kinerja suatu bank. (Firdaus
& Hosssen, 2013:170)
Untuk mengatasi kekurangan yang ada pada analisis rasio dalam
mengukur kinerja bank terutama dalam bidang efisiensi, maka pendekatan
frontier dikembangkan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam hal
ini adalah bank. Salah satu pendekatan frontier yang digunakan untuk
menghitung efisiensi bank ialah Data Envelopment Analysis (DEA).
Data Envelopment Analysis menghitung nilai efisiensi untuk seluruh unit
bank-bank syariah. Data Envelopment Analysis merupakan prosedur yang
dirancang khusus untuk mengukur nilai efisiensi yang menggunakan banyak
input dan banyak output, dimana penggabungan input dan output tersebut tidak
dapat dilakukan. Metode ini memiliki keuntungan dibandingkan dengan metode
parametrik. Keuntungannya adalah kita dapat mengidentifikasi unit yang
digunakan sebagai referensi. (Firdaus & Hosssen, 2013:169)
Oleh karena itu, penelitian terkait perbandingan tingkat efisiensi antar
bank umum syariah di Indonesia dan Pakistan sangat penting untuk diteliti
mengingat potensi kedua negara pada tahun 2030 yang bisa menjadi kiblat bagi
ekonomi syariah di dunia. Selain itu, kedua negara memiliki besaran aset yang
9
kurang lebih sama besar sehingga bisa apple to apple (seimbang) dalam
melakukan penelitian yang bersifat perbandingan.
Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian dari penelitian
sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Norlina Kadri, Rossazana Ab-
Rahim, & Dyg Siti Zahrah Abg-Abdillah pada tahun 2016 dengan topik
penelitian “The Efficiency Performance of Global Islamic Banks”, Rahmat
Hidayat pada tahun 2014 dengan topik penelitian “Efisiensi Perbankan Syariah:
Teori dan Praktik”, Abdul Wahab, Muhammad Nadratuzzaman Hosen, &
Syafaat Muhari pada tahun 2014 dengan topik penelitian “Komparasi Efisiensi
Teknis BUK dan BUS di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis
(DEA)” Namun, perbedaannya pada penelitian ini hanya dilakukan untuk
menganalisis tingkat efisiensi dua negara, metode yang digunakan menggunakan
pendekatan non parametrik yaitu Data Envelopment Analysis, modifikasi
variabel output dan juga obyek penelitian menggunakan data yang lebih update,
serta dinilai juga dari variabel tersebut, manakah yang paling mempengaruhi
efisiensi menggunakan Regresi Data Panel. Untuk itulah peneliti memandang
penting untuk meneliti lebih jauh mengenai efisiensi perbankan syariah ini
dengan mengangkat judul penelitian “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank
Umum Syariah di Indonesia dan Pakistan dengan Metode Data
Envelopment Analysis (DEA).”
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang hendak
diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perbandingan tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di
Indonesia dengan Pakistan selama periode 2012-2016?
2. Faktor apa sajakah yang paling mempengaruhi efisiensi Bank Umum Syariah
di Indonesia dan Pakistan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbandingan tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di
Indonesia dengan Pakistan selama periode 2012-2016.
2. Untuk mengetahui faktor yang paling mempengaruhi efisiensi Bank Umum
Syariah di Indonesia dengan Pakistan.
D. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi berbagai pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Kontribusi Teoritis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai
kinerja perbankan, khususnya tentang efisiensi keuangan bank syariah di
Indonesia dan Pakistan, serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah
didapat selama di bangku perkuliahan.
11
b. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan kepustakaan
dan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan pengembangan penelitian-
penelitian selanjutnya dengan permasalahan yang sejenis.
2. Kontirbusi Praktisi
a. Bagi Bank
Dapat digunakan untuk mengetahui kinerja bank tertutama pada
efisiensi keuangan bank sehingga bisa menjadi salah satu pedoman bagi
manajer dalam mengambil keputusan di masa mendatang.
b. Bagi Nasabah
Dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan kinerja bank syariah dalam
menjalankan usahanya, serta dapat dijadikan pilihan dalam hal penitipan
dana, pengelolaan dana, dan pembiayaan yang tepat.
c. Bagi Pemerintah
Dapat digunakan tolak ukur perbandingan dengan negara lain
sehingga bisa menjadi salah satu pembelajaran bagi pihak pemerintah agar
dapat menjadikan perbankan syariah yang lebih maju dan dapat bersaing
secara global.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Kinerja Keuangan Bank
a. Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan pada
suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun
penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal,
likuiditas, dan profitabilitas. (Jumingan, 2006:239)
Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi yang dicapai
perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat
kesehatan perusahaan tersebut. (Sutrisno, 2009:53)
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja
perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu
perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat
diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang
mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting
agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan
lingkungan. (Fahmi, 2011:2)
b. Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan berkaitan erat dengan pengukuran dan
penilaian kinerja. Pengukuran kinerja (performing measurement) adalah
kualifikasi dan efisiensi serta efektivitas perusahaan dalam pengoperasian
13
bisnis selama periode akuntansi. Adapun penilaian kinerja menurut
Srimindarti (2006:34) adalah penentuan efektivitas operasional, organisasi,
dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya secara periodik.
Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan
di atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.
Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis
terhadap review data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan
memberi solusi terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.
Menurut Munawir (2012:31) menyatakan bahwa tujuan dari
pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah:
1. Mengetahui tingkat likuiditas. Likuiditas menunjukkan kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera
diselesaikan pada saat ditagih.
2. Mengetahui tingkat solvabilitas. Solvabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan
tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka
panjang.
3. Mengetahui tingkat rentabilitas. Rentabilitas atau yang sering disebut
dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu.
4. Mengetahui tingkat stabilitas. Stabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-
14
hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada
waktunya.
c. Alat Analisis Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis.
Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi
(Jumingan, 2006:242):
a) Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis
dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih
dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun
dalam persentase (relatif).
b) Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk
mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan
atau penurunan.
c) Analisis Persentase per-Komponen (common size), merupakan teknik
analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva
terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang.
d) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis
untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui
dua periode waktu yang dibandingkan.
e) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu
periode waktu tertentu.
15
f) Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk
mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan
laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.
g) Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.
h) Analisis Break Event, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat
penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
d. Pengukuran Rasio Keuangan
Pengukuran rasio keuangan dapat juga digunakan untuk mengetahui
kinerja suatu bank. Pengukuran kinerja bank digunakan untuk mengetahui
tentang baik-buruknya operasional bank serta seberapa sehatkah bank
bersangkutan untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi perbankan. Umumnya
berbagai rasio yang dihitung untuk menilai kinerja suatu bank dikelompokkan
ke dalam tiga tipe dasar (Dendawijaya, 2003:116-122):
1) Analisis Rasio Likuiditas, yaitu analisis rasio yang digunakan terhadap
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya
atau kewajiban yang telah jatuh tempo.
2) Analiss Rasio Rentabilitas, yaitu alat untuk menganalisis atau mengukur
tingkat efesiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula
digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam perhitungan
rasio-rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan timbale balik antar pos
yang terdapat pada laporan laba-rugi bank dengan pos-pos pada neraca
16
bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam
mengukur tingkat efesiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan.
3) Analisis Rasio Solvabilitas, yaitu analisis rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka
panjangnya, atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-
kewajibannya jika terjadi likuiditasi bank. Di samping itu, rasio ini
digunakan untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dana
yang diperoleh dari berbagai hutang (jangka pendek dan jangka panjang)
serta sumber-sumber lain diluar modal bank sendiri dengan volume
penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank.
2. Efisiensi
a. Pengertian Efisiensi
Kegiatan-kegiatan dalam berorganisasi, orientasi pemikirannya dan
pelaksanaannya selalu dikaitkan dengan efisiensi, yaitu bagaimana agar
kegiatan organisasi dalam mencapai tujuannya itu dapat berhasil baik tanpa
terjadi pemborosan. (Syamsi, 2007:2).
Menurut Wirapati dalam (The Liang Gie, 1967:26), efisiensi adalah
usaha mencapai prestasi yang sebesar-besarnya dengan menggunakan
kemungkinan-kemungkinan yang tersedia seperti material, mesin dan
manusia dalam tempo sependek-pendeknya, di dalam keadaan yang nyata
tanpa menggangu keseimbangan antara faktor-faktor tujuan, alat, tenaga dan
waktu. (Syamsi, 2007:4).
Efisiensi menurut Ghiselli dan Brown adalah the term efficiency has a
very definition. It is expressed as the ratio of output to input. Istilah efisiensi
17
yang dimaksud Ghiselli dan Brown menunjukkan adanya perbandingan
antara keluaran (output) dan masukan (input). (Syamsi, 2007:7).
Efisiensi merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
dengan benar atau dalam pandangan matematika didefinisikan sebagai
perhitungan rasio output (keluaran) dan atau input (masuk) atau jumlah
keluaran yang dihasilkan dari suatu input yang digunakan. (Muharam &
Puvitasari, 2007:85).
Efisiensi adalah nisbah atau rasio antara output dan input. Suatu
perusahaan termasuk industri perbankan dapat dikatakan efisien jika mampu
menghasilkan output lebih banyak dibandingkan input yang dikeluarkan atau
menghasilkan output yang sama dengan input yang dikeluarkan lebih sedikit
(Hidayat, 2011:3).
Shone Rinald menyatakan bahwa efisiensi merupakan perbandingan
output dan input berhubungan dengan tercapainya output maksimum dengan
sejumlah input yang berarti. Jika rasio output input tersebut bernilai besar
maka efisiensi dikatakan semakin tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa
efisiensi adalah penggunaan input yang terbaik dalam memproduksi output.
(Amirilla, 2014:143).
b. Konsep Efisiensi dalam Perspektif Islam
Dari sudut pandang ekonomi Islam, konsep efisiensi sejalan dengan
prinsip syariah yang bertujuan untuk mencapai dan menjaga Maqashid
Syariah yaitu terpeliharanya al-maal (Sari & Suprayogi, 2015:677). Konsep
efisiensi pada dasarnya adalah menghindari segala bentuk pemborosan
sebagaimana terkandung dalam surat Al-Israa’ ayat 26-27:
18
وءات هٱلقربىذا ب يل ٱبنوٱلم سك يوۥحق ٱلس يرا تبذ ر ر ينإ ن٢٦ولتبذ كنواٱلمبذ
ىن نإ خو يىط ي يطىنوكنٱلش ٢٧كفوراۦل رب ه ٱلش
Artinya: “Dan berikanlah kepada keluarga keluarga yang dekat akan
haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan
syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Q.S. Al-Israa : 26-27)
Makna kata boros pada ayat di atas berasal dari kata tabdzir yang
merupakan kata kerja (fi’il) dari kata sifat (isim) mubadzir yang oleh Imam
Syafi’i diartikan sebagai membelanjakan harta tidak pada jalannya. Lebih
lanjut dijelaskan oleh Mujahid bahwa walaupun seluruh harta dihabiskan
untuk jalan yang benar, maka tidak dikategorikan sebagai mubadzir.
Sebaliknya, walaupun hanya segantang padi tapi digunakan untuk hal yang
tidak benar maka hal itu disebut dengan mubadzir. (Hamka, 2007:48)
Berdasarkan konsep di atas, maka konsep efisiensi pada bank syariah
merujuk pada keharusan manajemen bank untuk bisa mengelola pengeluaran
untuk pos-pos penggerak biaya dengan cara yang tepat guna dan benar,
hemat, layak, dan wajar. (Sari & Suprayogi, 2015:678)
c. Konsep Efisiensi Perbankan
Konsep efisiensi pertama kali diperkenalkan oleh Farrel (1957) yang
merupakan tindak lanjut dari model yang diajukan oleh Debreu (1951) dan
Koopmans (1951). Farrel (1957) mengemukakan bahwa efisiensi perusahaan
atau bank terdiri dari dua komponen, yaitu (Abidin & Endri, 2009:22):
19
1) Efisiensi Teknis
Efisiensi ini mencerminkan kemampuan untuk memproduksi output
semaksimal mungkin dari input yang ada. Efisien secara teknis bukan
berarti efisien dalam hal efisiensi harga atau alokatif.
2) Efisiensi Alokatif/Harga
Allocative efficiency menggambarkan kemampuan perusahaan
untuk menggunakan input dalam proporsi yang optimal yang juga
memasukkan perhitungan biaya. Decision Making Unit (DMU) dianggap
efisien alokatif, jika DMU menghasilkan outputnya dengan biaya
seminimal mungkin dengan menggunakan minimal input.
3) Efisiensi Ekonomis
Kedua komponen efisiensi teknis dan alokatif kemudian
dikombinasikan untuk menghasilkan ukuran efisiensi total atau efisiensi
ekonomis (economic efficiency).
d. Teknik Pengukuran Efisiensi
Secara umum, ada dua pendekatan untuk mengukur tingkat efisiensi
perbankan yaitu pendekatan nisbah keuangan (financial ratio) dan
pendekatan operating research yaitu sebagai berikut (Hidayat, 2014:69-73):
1) Pendekatan Nisbah Keuangan (Financial Ratio)
Pendekatan ini mengukur tingkat efisiensi dengan merujuk pada
kinerja keungan, seperti: pengukuran Return On Asset (ROA), Return On
Equity (ROE), dan Beban Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO).
Secara lebih rinci, ROA merupakan nisbah antaa pendapatan dengan
aset. Teknik ini untuk mengukur tingkat pendapatan bank dalam kaitannya
20
dengan penggunaan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh bank.
Semakin tinggi nilai ROA, maka bank terebut semakin efisien.
ROE merupakan nisbah antara pendapatan dengan modal para
pemegang saham. Teknik ini mengukur tingkat efisiensi bank dalam
kaitannya memperoleh keuntungan dari setiap unit modal para pemegang
saham. Semakin tinggi nilai ROE, berarti bank tersebut semakin efisien.
Kemudian, BOPO merupakan nisbah antara biaya operasi dengan
pendapatan operasi. Teknik ini untuk mengukur tingkat efisiensi bank
dengan cara mengukur jumlah pendapatan (income) dibandingkan dengan
jumlah biaya yang dikeluarkan bank. Semakin tingkat BOPO bermakna
bank tersebut semakin efisien. (Hidayat, 2014:69-70)
2) Pendekatan Operating Research
Pendekatan ini didasarkan pada frontier atau batasan. Pendekatan ini
semakin popular diterapkan untuk mengukur tingkat efisiensi, karena
frontier didasarkan pada perilaku institusi, dalam hal ini bagaimana pihak
institusi memaksimalkan input ataupun dengan meminimalkan output.
Oleh karenanya, deviasi dari frontier dapat diinterpretasikan sebagai
ukuran dari efisiensi, yang merupakan standar kondisi optimal yang
mungkin dicapai. (Fauzi, 2014:126)
Dalam perkembangannya, pendekatan frontier ini lebih diutamakan,
karena hasil pengukurannya lebih objektif, bisa didapatkan dari ukuran-
ukuran numerik ukuran kinerja relatif, yang bisa memasukkan banyak
faktor, seperti: faktor biaya (input), keuntungan (input), dan faktor-faktor
21
lainnya untuk menghitung efisiensi relatif dibandingkan dengan kinerja
terbaik institusi pada industri sejenis. (Fauzi, 2014:126)
Dari pendekatan frontier inilah kemudian pengukuran efisiensi
terbagi kepada dua macam pendekatan pengukuran, yaitu (Fauzi,
2014:127):
a) Parametrik terdiri dari Stochastic Frontier Approach (SFA), Thick
Frontier Approach (TFA), Distribution Free Approach (DFA).
b) Non-Parametrik terdiri dari Data Envelopment Analysis (DEA), Free
Disposal Hull (FDH).
DEA adalah analisa non-parametrik yang merupakan
pengembangan dari matematika linear programming untuk mengukur
tingkat efisiensi dari Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) relatif terhadap
(UKE) yang sejenis ketika semua unit-unit ini berada pada atau di bawah
“kurva” efisiensi frontiernya. Teknik DEA pertama kali diperkenalkan
oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes (1978), berdasarkan penyelidikan
Farrell (1957). Teknik ini sangat populer sebagai alat manajemen
(management tool), serta paling banyak dipergunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi. DEA juga merupakan sebuah teknik yang unggul dalam
mengukur tingkat efisiensi teknik secara total (overall). Sejak pertengahan
tahun 1980-an, teknik non parametrik DEA telah banyak digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi industri perbankan dan secara luas
diaplikasikan dalam menilai kinerja usaha, sekolah, rumah sakit,
perbankan dan perencanaan produksi. (Hidayat, 2014:72-73)
22
Metode DEA menghitung efisiensi teknis untuk seluruh unit. Skor
efisiensi untuk setiap unit adalah relatif, tergantung pada tingkat efisiensi
dari unit-unit lainnya di dalam sampel. Setiap unit dalam sampel dianggap
memiliki tingkat efisiensi yang tidak negatif, dan nilainya antara 0 dan 1
dengan ketentuan satu menunjukkan efisiensi yang sempurna. Selanjutnya,
unit-unit yang memiliki nilai satu ini digunakan dalam membuat envelope
untuk frontier efisiensi, sedangkan unit lainnya yang ada di dalam
envelope menunjukkan tingkat inefisiensi. (Abidin & Endri, 2009:25)
DEA memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri, keunggulan
DEA adalah dapat menangani pengukuran efisiensi secara relatif beberapa
UKE sejenis dengan menggunakan banyak input dan output, DEA tidak
perlu mencari asumsi bentuk fungsi hubungan antara variabel input dan
output dari UKE sejenis yang akan diukur efisiensinya, UKE-UKE
dibandingkan secara langsung dengan sesamanya, faktor input dan output
dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda tanpa perlu melakukan
perubahan satuan dari kedua variabel tersebut. Adapun kelemahan yang
dimiliki oleh DEA yaitu DEA hanya menunjukkan perbandingan baik
buruk apa yang telah dilakukan sebuah UKE dibandingkan dengan
sekumpuan UKE sejenis (relatif), DEA merupakan teknik non parametrik
sehingga sulit dilakukan uji hipotesis statistik, DEA merupakan sebuah
exctreme point technique kesalahan-kesalahan pengukuran dapat
mengakibatkan masalah yang signifkan. (Muharam & Pusvitasari,
2007:93-94)
23
e. Model Pengukuran Efisiensi DEA
Pada pengukuran tingkat efisiensi menggunakan Data Envelopment
Analysis (DEA) terdapat 2 model yang digunakan dalam menganalisis
efisiensi suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE), yaitu model dengan asumsi
constant return to scale (CRS) dan model dengan asumsi variable return to
scale (VRS). (Firdaus & Hossen, 2013:175)
Model yang pertama kali dikembangkan adalah model dengan asumsi
constant return to scale (CRS) atau biasa disebut model CCR (Charnes-
Cooper-Rhodes). Dalam model constant return to scale setiap UKE akan
dibandingkan dengan seluruh UKE yang ada di sampel dengan asumsi bahwa
kondisi internal dan eksternal UKE adalah sama. Menurut Charnes, Cooper,
dan Rhodes model ini dapat menunjukkan technical efficiency secara
keseluruhan atau nilai dari profit efficiency untuk setiap UKE. Dalam
persamaan CCR, dapat diterangkan bahwa nilai/score efisiensi teknis
didapatkan dengan perbandingan antara rasio output terhadap rasio inputnya.
Melalui persamaan CCR, dapat disimpulkan bahwa bank dikatakan efisien
apabila memiliki angka rasio mendekati 1 atau 100 persen, sebaliknya jika
mendekati 0 menunjukkan efisiensi bank semakin rendah. Dalam persamaan
CCR juga dijelaskan bahwa fungsi tujuan dari persamaan tersebut adalah
memaksimalkan output dengan fungsi kendala bahwa nilai input sama dengan
satu, sehingga nilai output yang dikurangi nilai input nilainya kurang atau
sama dengan 0. Hal itu berarti semua bank akan berada atau di bawah tingkat
efisiensi teknis. (Firdaus & Hossen, 2013:175)
24
Kemudian, model kedua yang dikembangkan dalam pengukuran
tingkat efisiensi adalah model dengan asumsi variable return to scale (VRS)
atau biasa disebut dengan model BCC (Bankers-Charnes-Cooper). Dalam
model ini diasumsikan bahwa kondisi semua UKE tidak sama atau dapat
dikatakan bahwa tidak semua UKE beroperasi secara optimal. Persaingan
tidak sempurna, kendala keuangan dan sebagainya mungkin menyebabkan
sebuah perusahaan tidak beroperasi pada skala yang optimal. Model
matematika dengan pendekatan VRS didapat melalui modifikasi dari model
dengan pendekatan CRS dan tetap berpedoman pada model matematika
umum DEA sebagai persamaan dalam mengukur tingkat efisiensi teknis.
(Firdaus & Hossen, 2013:175)
f. Hubungan Input dan Output
Menurut Hadad, Santoso, Ilyas, & Mardanugraha (2003:3), konsep-
konsep yang digunakan dalam mendefinisikan hubungan input output dalam
tingkah laku dari institusi finansial pada metode parametrik maupun
nonparametrik adalah sebagai berikut:
1) Pendekatan Produksi (The Production Approach)
Pendekatan produksi melihat institusi finansial sebagai produser dari
akun deposit (deposit accounts) and kredit pinjaman (loans);
mendefinisikan output sebagai jumlah dari akun-akun tersebut atau dari
transaksi-transaksi yang terkait. Input-input dalam kasus ini dihitung
sebagai jumlah dari tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset-aset tetap
(fixed assets) and material lainnya.
25
2) Pendekatan Intermediasi (The Intermediation Approach)
Pendekatan intermediasi memandang sebuah institusi finansial
sebagai intermediator yaitu merubah dan mentransfer aset-aset finansial
dari unit-unit surplus menjadi unit-unit defisit. Dalam hal ini input-input
institusional seperti biaya tenaga kerja, modal dan pembayaran bunga pada
deposit, dengan output yang diukur dalam bentuk kredit pinjaman (loans)
dan investasi finansial (financial investments).
3) Pendekatan Asset (The Asset Approach)
Pendekatan asset yang memvisualisasikan fungsi primer sebuah
institusi finansial sebagai pencipta kredit pinjaman (loans); dekat sekali
dengan pendekatan intermediasi, dimana output benar-benar didefinisikan
dalam bentuk aset-aset.
3. Bank Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pada
Pasal 1 disebutkan bahwa pengertian perbankan syariah adalah segala sesuatu
yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya. Adapun bank syariah sendiri memiliki pengertian yaitu
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat berdasarkan prinsip
syariah. (Sadi, 2015:36)
26
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah.
(Sudarsono, 2008:27)
Menurut Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio,
bank Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-
ketentuan syariah Islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah
secara Islam. Dalam tata cara bermuamalah itu dijauhi praktik-praktik yang
dikhawatirkan mengandung unur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-
kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.
(Usman, 2012:33-34)
Bank Islam atau di Indonesia disebut bank syariah merupakan lembaga
keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor rill
melalui aktifitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan
prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha,
atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah yang
bersifat makro dan mikro. (Ascarya, 2011:30)
Bank syariah dalam kacamata makro adalah institusi keuangan yang
memposisikan dirinya sebagai pemain aktif dalam mendukung dan
memainkan kegiatan investasi di masyarakat sekitarnya. Pada sisi pasiva atau
liability, bank syariah merupakan lembaga keuangan yang mendorong dan
mengajak masyarakat untuk ikut aktif berinvestasi dan mengajak masyarakat
untuk ikut serta berinvestasi melalui produknya, sedangkan di sisi lain (sisi
27
aktiva atau asset) bank syariah aktif untuk melakukan investasi di
masyarakat. Adapun bank syariah dalam kacamata mikro adalah institusi
keuangan yang menjamin seluruh aktivitas investasi yang menyertainya telah
sesuai dengan syariah. (Ascarya, 2011:31)
b. Fungsi Bank Syariah
Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah di
Pasal 4, disebutkan bahwa bank syariah wajib menjalankan fungsi
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Selain menjalankan
fungsinya sebagai lembaga intermediasi, ada berbagai macam fungsi yang
dapat dijalankan oleh bank syariah. Bank syariah setidaknya memiliki empat
fungsi, yaitu sebagai fungsi manajer investasi, fungsi investor, fungsi sosial,
dan fungsi jasa keuangan. (Yaya, Martawireja, & Abdurahim, 2014:48-50)
c. Konsep Dasar Transaksi Bank Syariah
Bank syariah dalam menjalankan transaksi-transaksinya memiliki
konsep dasar yaitu (Rodoni & Hamid, 2008:21-22):
1) Efisiensi, mengacu pada prinsip saling tolong menolong untuk berikhtiar
dengan tujuan mencapai laba sebesar mungkin dan biaya yang dikeluarkan
selayaknya.
2) Keadilan, mengacu pada hubungan yang tidak menzalimi (menganiaya),
saling ikhlas mengikhlaskan antara pihak-pihak yang terlibat dengan
persetujuan yang adil tentang proporsi bagi hasil, baik untung maupun
rugi.
3) Kebenaran, mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasehat
untuk saling meningkatkan produktvitas.
28
d. Produk dan Jasa Perbankan Syariah
Pada dasarnya, produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dapat
dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu:
1) Produk Penghimpunan Dana (Funding)
Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan,
dan deposito. Prinsip operasional syariah yang dapat diterapkan dalam
penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip Wadi’ah dan Mudharabah.
(Karim, 2014:107)
Pada dasarnya, penghimpunan dana yang dilakukan oleh bank terdiri
dari dua unsur yaitu simpanan dan investasi. Simpanan merupakan dana
yang dipercayakan oleh nasabah kepada bank syariah dan/atau UUS
berdasarkan akad Wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dalam bentuk giro, tabungan, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Investasi merupakan dana yang dipercayakan
oleh nasabah kepada bank syariah dan/atau UUS berdasarkan akad
Mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dalam bentuk deposito, tabungan, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu. (Soemitra, 2009:74)
2) Produk Penyaluran Dana (Financing)
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar
produk penyaluran dana terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: pembiayaan dengan prinsip jual
beli ditujukan untuk memiliki barang, pembiayaan dengan prinsip sewa
ditujukan untuk mendapatkan jasa, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
29
digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan
barang dan jasa sekaligus, pembiayaan dengan akad pelengkap ditujukan
untuk memperlancar pembiayaan dengan menggunakan tiga prinsip di
atas. (Karim, 2014:97)
a) Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli
Pembiayaan dengan prinsip jual beli ini dilaksanakan sehubungan
dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of
property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi
bagian harga atas barang yang dijual. (Karim, 2014:98)
Pembiayaan dengan pola jual beli ini dapat dibedakan menjadi
tiga bagian akad yaitu Murabahah, Salam, dan Isthisna’. (Soemitra,
2009:79-81)
b) Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil ini dilaksanakan
sehubungan dengan adanya kerja sama yang ditujukan guna
mendapatkan barang dan jasa sekaligus. Tingkat keuntungan bank
ditentukan dan besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi
hasil. Pada pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, keuntungan
ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di muka. (Karim,
2014:98)
Pembiayaan dengan pola bagi hasil ini dapat dibedakan menjadi
dua bagian akad yaitu Mudharabah dan Musyarakah. (Soemitra,
2009:81-83)
30
c) Pembiayaan dengan Prinsip Sewa
Pembiayaan dengan prinsip sewa ini dilandasi dengan adanya
perpindahan manfaat. Jadi, pada dasarnya prinsip sewa sama saja
dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek
transaksinya. Bila pada prinsip jual beli objek transaksinya adalah
barang, maka pada prinsip sewa objek transaksinya adalah jasa. Tingkat
keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas
barang yang dijual. (Karim, 2014:101)
Pembiayaan dengan pola sewa ini dapat dibedakan menjadi dua
bagian akad yaitu Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bittamlik. (Soemitra,
2009:85-86)
d) Pembiayaan dengan Prinsip Akad Pelengkap
Dalam rangka mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya
diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan
untuk mencari keuntungan tapi ditujukan untuk mempermudah
pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan untuk mencari
keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta
pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini.
Besarnya pengganti biaya ini sekedar untuk menutupi biaya yang benar-
benar timbul. (Karim, 2014:105).
Pembiayaan dengan akad pelengkap ini dapat dibedakan menjadi
beberapa bagian yaitu Qardh, Hawalah, dan Multijasa. (Soemitra,
2009:84-87).
31
3) Jasa Perbankan
Selain menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediari
(penghubung) antara pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) dengan
pihak yang kelebihan dana surplus unit), bank syariah dapat pula
melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan
imbalan berupa sewa atau keuntungan. (Karim, 2014:112).
Beberapa produk jasa keuangan di perbankan syariah adalah
penukaran valuta asing (sharf), penyewaan kotak simpanan (safe deposit
box) dan jasa tatalaksana administrasi dokumen (custodian), pembukuan
L/C, inkaso, dan transfer uang (Soemitra, 2009:90-91).
e. Alur Operasional Bank Syariah
Secara umum, alur operasional bank syariah tercermin pada gambar di
bawah ini yaitu sebagai berikut:
Sumber: (Wiroso, 2011:112)
Gambar 2.1: Alur Operasional Bank Syariah
32
Adapun penjelasan dari gambar di atas dapat dijabarkan sebagai berikut
(Wiroso, 2011:113-115):
1) Penghimpunan dana bank syariah, yang diperhatikan bukan nama
produknya, namun prinsip syariah yang dipergunakan. Selain itu, bank
syariah juga mempunyai sumber dana lain yang berasal dari modal sendiri.
Semua penghimpunan dana atau sumber dana tersebut dicampur menjadi
satu, dalam bentuk pooling dana. Dalam penghimpunan dana inilah bank
syariah sangat berperan sebagai manager investasi dari pemilik dana yang
dihimpun, khususnya pemilik dana mudharabah, karena hasil pemilik
dana mudharabah tergantung pada hasil usaha pengelolaan dana yang
dilakukan oleh bank syariah.
2) Dana bank syariah yang dihimpun, kemudian disalurkan dengan pola-pola
penyaluran dana yang dibenarkan oleh syariah. Oleh karena dana bank
syariah dicampur menjadi satu dalam bentuk pooling dana, maka dalam
penyaluran tersebut tidak diketahui dengan jelas sumber dananya dari
prinsip wadi’ah atau mudharabah atau dari sumber dana modal sendiri.
3) Atas penyaluran dana tersebut akan diperoleh pendapatan yaitu margin,
bagi hasil, atau ujroh yang merupakan pendapatan operasi utama, yang
nantinya akan dibagihasilkan atau yang termasuk pada unsur pembagian
hasil usaha (profit distribution). Selain itu, bank syariah juga memperoleh
pendapatan operasi lainnya yang berasal dari pendapatan jasa perbankan
yang merupakan pendapatan sepenuhnya milik bank syariah.
4) Lalu dari pendapatan operasi utama yang penerimaannya benar-benar
terjadi (cash basis) inilah yang akan dibagihasilkan antara pemilik dana
33
dan pengelola dana. Secara prinsip pendapatan yang akan dibagihasilkan
antara pemilik dana dengan pengelola dana adalah pendapatan dari
penyaluran dana yang sumber dananya berasal dari mudharabah
mutlaqah.
5) Pendapatan bank syariah tidak hanya dari bagian pendapatan pengelolaan
dana mudharabah saja, tetapi ada pendapatan-pendapatan lainnya yang
menjadi hak sepenuhnya bagi bank syariah, dimana pendapatan-
pendapatan tersebut tidak dibagihasilkan antara pemilik dan pengelola
dana (bank). Pendapatan tersebut antara lain pendapatan yang berasal dari
fee base income, fee pembayaran payroll dan fee lain dari jasa layanan
yang diberikan oleh bank syariah. (Wiroso, 2011:113-115).
f. Sumber Dana Bank
Menurut Kasmir (2004:61), Sumber Dana Bank adalah usaha bank
dalam menghimpun dana untuk membiayai opreasinya. Adapun menurut
Dendawijaya (2003:51), Dana Bank adalah uang tunai yang dimiliki bank
ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan.
Pada dasarnya suatu bank mempunyai tiga alternatif untuk
menghimpun dana untuk kepentingan usahanya yaitu:
1) Dana Pihak Kesatu (Dana Modal Bank Sendiri)
Menurut Dendawijaya (2003:54), dana bank sendiri adalah dana
yang berasal dari pemilik bank atau pemegang saham, baik pemegang
saham pendiri maupun pihak pemegang saham yang ikut dalam usaha
bank tersebut pada waktu kemudian, termasuk pemegang saham publik.
34
Menurut Kasmir (2004:62), dalam neraca bank, dana modal sendiri
tetera dalam rekening modal dan cadangan yang tercantum pada sisi
passiva (liabilities).
2) Dana Pihak Kedua (Dana Pinjaman Pihak Luar)
Pada umumnya dana yang berasal dari luar diperoleh bank sebagai
pinjaman baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang sesuai
kebutuhan dari bank peminjam. Menurut Kasmir (2004:63) dana pihak
kedua adalah dana dari lembaga lainnya yang terdiri dari: kredit likuiditas
dari Bank Indonesia, pinjaman antar bank (call money), pinjaman dari
bank-bank luar negeri, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).
3) Dana Pihak Ketiga (Dana Dari Masyarakat)
Sumber dana dari pihak ketiga merupakan sumber dana terpenting
bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika
mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Dana yang dihimpun
dari masyarakat merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan
oleh bank (bisa mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola oleh
bank (Dendawijaya, 2003:56).
Menurut Kasmir (2004:63) dana pihak ketiga adalah dana berupa
simpanan dari pihak masyarakat luas. Dana ini terdiri dari Simpanan Giro
(Demand Deposits,) Simpanan Tabungan (Saving Deposits), dan
Simpanan Deposito (Time Deposits).
g. Alokasi Dana Bank Syariah
Menurut Kasmir (2004:91), alokasi dana bank adalah menjual kembali
dana yang diperoleh dari penghimpunan dana dalam bentuk simpanan.
35
Penjualan dana tidak lain agar perbankan dapat memperoleh keuntungan
seoptimal mungkin. Dalam mengalokasikan dananya pihak perbankan harus
dapat memilih berbagai alternatif yang ada.
Menurut Sinungan (2000:92), alokasi dana bank mempunyai beberapa
tujuan yaitu mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan mempertahankan
kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap aman.
Dana yang berhasil dihimpun oleh bank justru akan menjadi beban
apabila dibiarkan begitu saja tanpa ada usaha alokasi untuk ttujuan produktif,
sehingga bank berusaha mengalokasikan dananya dalam berbagai bentuk
aktiva dengan berbagai macam pertimbangan (Santoso & Triandaru,
2006:102)
Menurut Dendawijaya (2003:61), cara penempatan (alokasi) dana oleh
suatu bank umum dengan mempertimbangkan sumber dana yang
diperolehnya terdiri atas dua pendekatan yang masih banyak dipergunakan
oleh eksekutif bank yaitu pool of fund approach dan asset allocative
approach. Adapun jenis-jenis pengalokasian dana diantaranya adalah sebagai
berikut (Dendawijaya, 2003:62-66):
1) Primary Reserve (Cadangan Primer), prioritas utama dalam alokasi dana
adalah menempatkan dana untuk memenuhi ketentuan yang ditetapkan
Bank Indonesia. Dana-dana tersebut akan dialokasikan untuk memenuhi
ketentuan likuiditas wajib minimum.
2) Secondary Reserve (Cadangan Sekunder), prioritas kedua dalam alokasi
dana bank adalah penempatan dana-dana ke dalam aset likuid selain kas
36
yang dapat memberikan pendapatan kepada bank, biasanya terdiri atas surat
berharga yang paling likuid.
3) Loan Portfolio (Kredit/Pembiayaan)¸ prioritas ketiga dalam alokasi dana
adalah penyaluran kredit atau pembiayaan. Dasar pemikirannya adalah
setelah bank mencukupi primary reserve dan secondary reserve, bank baru
akan dapat menentukan besarnya volume kredit/pembiayaan yang akan
diberikan.
4) Portfolio Investment, prioritas terakhir dalam alokasi dana bank adalah
dengan mengalokasikan sejumlah dana tertentu pada investasi portfolio.
Alokasi dana ke dalam kategori ini adalah dana sisa setelah penanaman dana
dalam bentuk pinjaman (pembiayaan) telah memenuhi kriteria atau target
tertentu. Investasi ini berupa penanaman dalam bentuk surat-surat berharga
jangka panjang atau surat-surat berharga yang berlikuiditas tinggi. Investasi
pada surat berharga ini bertujuan untuk memberikan tambahan pendapatan
dan likuiditas bank.
5) Fixed Asset, alokai atau penanaman dana bank yang terakhir (meskipun
tidak dikaitkan dengan menjaga likuiditas bank) adalah penanaman modal
dalam bentuk aktiva tetap seperti pembelian tanah, pembangunan cabang
baru, ATM, dan lain sebagainya yang ditujukan untuk memperlancar
kegiatan operasional bank.
37
B. Keterkaitan Hubungan Variabel Input dan Output
Menurut Berger dan Humphrey (1997) dalam (Muharram & Pusvitasari,
2007) menyatakan bahwa pendekatan intermediasi merupakan pendekatan yang
lebih tepat untuk mengevaluasi kinerja lembaga keuangan secara umum karena
karakteristik lembaga keuangan sebagai financial intermediation yang
menghimpun dana dari surplus unit dan menyalurkan kepada deficit unit.
Dengan menggunakan pendekatan intermediasi ini juga diharapkan dapat
menggambarkan fungsi perbankan yang sesungguhnya. Alasan lainnya, karena
dalam praktik pendekatan intermediasi merupakan pendekatan yang paling
banyak digunakan untuk mengukur efisiensi. (Hidayat, 2014:102). Ditambahkan
menurut Iqbal dan Molyneux (2005), pendekatan intermediasi lebih unggul
untuk mengevaluasi frontier efficiency dalam profitabilitas lembaga keuangan,
karena meminimisasi total biaya dan bukan hanya biaya produksi, hal ini
diperlukan untuk memaksimumkan keuntungan.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti menggunakan pendekatan
intermediasi dalam menganalisis efisiensi menggunakan Data Envelopment
Analysis (DEA). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam tinjauan teori
terkait hubungan input dan output dalam Hadad, Santoso, Ilyas, &
Mardanugraha (2003:3), disebutkan bahwa variabel input-input institusional
yaitu biaya tenaga kerja, modal dan pembayaran bunga pada deposit, sedangkan
output yang diukur bisa dalam bentuk kredit pinjaman (loans) dan investasi
finansial (financial investments). Namun, variabel-variabel yang digunakan
dalam menganalisis perbandingan tingkat efisiensi pada 8 bank ini mengacu
kepada penelitian yang dilakukan oleh Norlina Kadri, Rossazana Ab-Rahim, &
38
Dyg Siti Zahrah Abg-Abdillah (2016), Rahmat Hidayat (2014) dan Abdul
Wahab, Muhammad Nadratuzzaman Hosen, & Syafaat Muhari (2013) dengan
sedikit modifikasi dimana variabel outputnya ditambahkan investasi finansial,
sehingga variabel input yang digunakan adalah dana pihak ketiga, aset tetap, dan
biaya tenaga kerja, sedangkan outputnya terdiri dari pembiayaan, pendapatan
lainnya, dan investasi finansial.
Adapun terkait faktor yang mempengaruhi efisiensi pada model penelitian
ini mengacu pada penelitian Rakhmat Hidayat (2014), yaitu menggunakan
pendekatan two stage DEA yaitu melihat ke-6 variabel manakah yang
mempengaruhi nilai Efisiensi hasil olahan DEA, sehingga variabel independen
yang digunakan adalah dana pihak ketiga, aset tetap, biaya tenaga kerja,
pembiayaan, pendapatan lainnya, dan investasi finansial, adapun variabel
dependennya adalah nilai efisiensi hasil olahan DEA.
C. Penelitian Terdahulu
Penellitian ini merupakan pembaharuan dan research ulang penelitian
mengenai tingkat efisiensi bank syariah secara global maupun nasional yang
berkisar dari tahun 2013 sampai dengan 2016. Berikut ini adalah penelitian
mengenai efisiensi bank syariah yang telah banyak dilakukan pada bank-bank
syariah maupun bank-bank konvensional baik domestik maupun luar negeri:
39
Tabel 2.1: Review Penelitian Terdahulu
No
Nama
Peneliti dan
Tahun
Penelitian
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1
Muhammad
Faza
Firdaus dan
Muhamad
Nadratuzza-
man Hosen
(2013)
"Efisiensi Bank
Umum Syariah
mengguna-kan
Pendekatan Two
Stage Data
Envelopment
Analysis"
Data
Envelopment
Analysis (DEA) pada First Stage
Variabel Input:
DPK (I1), total
aset (I2), dan
biaya tenaga kerja
(I3).
Variabel Output:
pembiayaan (O1)
dan pendapatan
operasional (O2).
Pada second
stage, Model
Tobit
Variabel Input: Aset
Tetap.
Variabel Output:
Investasi Financial.
Two Stage:
Regresi Data Panel untuk
melihat faktor penentu
efisiensi.
Penelitian ini memberikan beberapa hasil
temuan, pertama, secara umum tingkat efisiensi
10 (sepuluh) Bank Umum Syariah memiliki
trend yang fluktuatif selama waktu penelitian.
Secara individu, Bank Muamalat Indonesia
memiliki tingkat efisiensi rata-rata yang paling
tinggi dengan score 93,82 dan Bank Victoria
Syariah dengan rata-rata tingkat efisiensi paling
rendah dengan score 72.12. Kedua, dengan
aplikasi model Tobit disimpulkan bahwa
variabel Cabang Bank, Non Performing
Financing (NPF), dan Capital Adequacy Ratio
(CAR) memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap tingkat efisiensi bank. Sedangkan pada
variabel Aset Retun On Asset (ROA), Return On
Equity (ROE) memiliki pengaruh positif dan
signifikan.
Bersambung ke halaman selanjutnya
40
Tabel 2.1: Lanjutan
No Nama &
Tahun Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
2
Abdul
Wahab,
Muhammad
Nadratuzza-
man Hosen,
& Syafaat
Muhari
(2014)
"Komparasi
Efisiensi Teknis
BUK dan BUS di
Indonesia dengan
Metode Data
Envelopment
Analysis (DEA)"
DEA dengan
Variabel Input:
DPK, BTK dan
Aset Tetap.
Variabel Output:
Total Kredit dan
Pendapatan
Lainnya.
Two Stage:
Regresi Panel
Variabel Ouput:
Investasi Financial.
Two Stage:
Regresi Data Panel untuk
melihat faktor penentu
efisiensi
Penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata
efisiensi BUK lebih baik dibandingkan BUS
dengan 10 Bank Konvensional dan 10 Bank
Syariah terbesar di Indonesia yang dijadikan
sampel dari tahun 2010-2012. Dari aspek
Profitabilitas, BOPO berpengaruh negatif, NPL
berpengaruh negatif, LDR berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROE BUK tetapi
berpengaruh positif signifikan terhadap ROA
BUS
3
Rahmat
Hidayat
(2014)
“Efisiensi
Perbankan
Syariah: Teori
dan Praktik”
DEA dengan
Variabel Input:
DPK, BTK dan
Aset Tetap.
Variabel Output:
Total Kredit dan
Surat Berharga
Two Stage:
Regresi Panel
serta dilakukan
Efisiensi dengan
Pendekatan SFA
Variabel Output:
Investasi Financial
Berdasarkan DEA, jumlah bank dari BUS yang
efisien sebanyak 92%, dan UUS 46%. Hal ini
memberikan gambaran bahwa mayoritas
perbankan dari kelompok BUS memiliki tingkat
efisiensi lebih tinggi dibandingkan dengan UUS.
Berdasarkan SFA, tingkat efisiensi perbankan
syariah rata-rata 65.7%, oleh sebab itu, untuk
meningkatkan peringkat nilai efisiensinya maka
perbankan syariah harus mengurangi biaya
sebesar 34.3%.
Berdasarkan hasil output model penentu
efisiensi disimpulkan bahwa pembiayaan
merupakan variabel yang paling berpengaruh
terhadap efisiensi.
Bersambung ke halaman selanjutnya
41
Tabel 2.1: Lanjutan
No Nama
&Tahun Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
4
Solihin,
Noer Azam
Achsani, &
Imam T.
Saptono
(2016)
"The Islamic
Banking and The
Economic
Integration in
ASEAN"
DEA
Variabel Input:
Total Deposit,
Kewajiban ke
bank Lain, dan
Biaya Opex
Variabel Output:
Pembiayaan
Produktif (seluruh
financing, dan
investasi),
Penempatan pada
Bank Lain, dan
Surat Berharga
Variabel Input: Aset
Tetap.
Variabel Output:
Pendapatan Lainnya.
Two Stage:
Regresi Data Panel untuk
melihat faktor penentu
efisiensi
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data tahunan dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2013. Data ini mencakup 32 bank syariah
di ASEAN. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa gabungan bank memiliki nilai yang
paling efisien dalam periode observasi. Efisiensi
perbankan syariah rata-rata di Indonesia, pada
pendekatan intermediasi, lebih rendah dari rata-
rata ASEAN. Penentu efisiensi Perbankan Islam
di ASEAN, hasilnya menunjukkan faktor-faktor
yang paling berpengaruh terhadap efisiensi
perbankan syariah di Indoneisa adalah ukuran
total dari bank atau aset, OPEX/OR, dan Pasar
Power
5
Norlina
Kadri,
Rossazana
Ab-Rahim,
& Dyg Siti
Zahrah
Abg-
Abdillah
(2016)
"The Efficiency
Performance of
Global Islamic
Banks"
DEA, dengan
Variabel Input:
BTK, Fixed
Assets, Deposits
Variabel Output:
Total Asets,
Interest Income,
Interest Expense,
Non-Interest
Income
Variabel Output: Total
Kredit dan Investasi
Financial
Two Stage:
Regresi Data Panel untuk
melihat faktor penentu
efisiensi
Penelitian ini menggunakan sampel 14 negara
yaitu Bahrain, Bangladesh, Iran, Yordania,
Kuwait, Lebanon, Malaysia, Pakistan, Qatar,
Saudi, Tunisia, Turki, UEA, dan Yaman selama
periode 2004-2011 dengan 44 bank syariah
terlibat. Hasil empiris menunjukkan bahwa
selama periode penelitian, efisiensi teknis murni
melebihi efisiensi skala di sektor perbankan
Islam global yang menyiratkan bahwa bank
syariah efisien manajerial sumber daya mereka
Sumber: Jurnal-jurnal terdahulu dan telaah peneliti
42
D. Kerangka Berpikir
Penelitian ini bertujuan tidak jauh berbeda dengan penelitian-penelitian
yang telah ada sebelumnya, yaitu menganalisis tingkat atau nilai efisiensi suatu
bank, khususnya bank syariah di Indonesia dan Pakistan dengan menggunakan
metode Data Envelopment Analysis (DEA). Namun, terdapat beberapa
perbedaan seperti pada objek penelitian, variabel yang digunakan, dan tahun
pengamatan yang digunakan. Objek atau sampel dalam penelitian ini yaitu 4
Bank Umum Syariah di Indonesia dan 4 Bank Umum Syariah di Pakistan yang
dipilih secara purposive sampling. Periode tahun pengamatan pada penelitian ini
pun lebih up to date dibandingkan penelitian sebelumnya, yaitu dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir selama periode 2012-2016, sedangkan variabel-variabel
yang digunakan dalam menganalisis perbandingan tingkat efisiensi pada 8 bank
ini mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Norlina Kadri, Rossazana
Ab-Rahim, & Dyg Siti Zahrah Abg-Abdillah (2016), Rahmat Hidayat (2014)
dan Abdul Wahab, Muhammad Nadratuzzaman Hosen, & Syafaat Muhari
(2013) dengan sedikit modifikasi dimana variabel outputnya ditambahkan
investasi finansial, sehingga variabel input yang digunakan adalah dana pihak
ketiga, aset tetap, dan biaya tenaga kerja, sedangkan outputnya terdiri dari
pembiayaan, pendapatan operasional, dan investasi finansial. Adapun terkait
faktor penentu efisiensi pada model penelitian ini mengacu pada penelitian
Rakhmat Hidayat (2014).
Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu, peneliti membuat
kerangka pemikiran yang tepat untuk mengukur tingkat perbandingan efisiensi
perbankan syariah di Indonesia dan Pakistan selama periode kuartal ke-1 tahun
43
2012 sampai dengan kuartal ke-4 tahun 2016. Dalam pengukurannya, peneliti
menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan
intermediasi. Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dana
Pihak Ketiga, Beban Tenaga Kerja, dan Aset Tetap, adapun untuk variabel
outputnya adalah Total Pembiayaan, Pendapatan Lainnya, dan Investasi
Finansial.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan frontier yaitu
metode nonparametrik Data Envelopment Analysis (DEA). Setelah menentukan
tingkat efisiensi dengan metode DEA dan didapatkan juga variabel yang belum
mencapai nilai efisiensi optimum (potential improvment, kemudian dilakukan
uji normalitas data dengan Kolmogrov-smirnov untuk mengetahui normal
tidaknya distribusi data yang digunakan. Jika data terdistribusi normal, maka uji
yang digunakan adalah independent sample t-test/Uji t sample bebas, sedangkan
jika data tidak terdistribusi normal, maka uji yang digunakan adalah uji beda
Mann Whitney U-Test. Kemudian untuk two stage DEA dilakukan uji regresi
data panel dengan melihat model dari variabel input dan variabel output tersebut.
Hal ini untuk melihat variabel apakah yang paling mempengaruhi dari nilai
efisiensi.
Software analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah software
DEA Frontier untuk mengestimasi bobot efisiensi pada DEA dengan bantuan
Microsoft Excel, dan SPSS 17.00 untuk uji normalitas data & uji beda, Eviews
9.0 untuk mengetahui faktor penentu dalam model efisiensi. Hubungan alur
berpikir dalam analiss yang akan diteliti oleh peneliti dapat dilihat berikut ini:
44
Jika Data terditribusi
Normal
Bagan 2.1: Kerangka Pemikiran
Hasil dan Interpretasi
Penelitian
Kesimpulan dan Rekomendasi
Penelitian
Jika Data terdistribusi
tidak Normal
Jika Data terdistribusi
Normal
Uji Normalitas Data dengan
Kolmogrov-smirnov
Uji Independent Sample t-Test Uji Beda Mann Whitney
Two Stage DEA
Regresi Data Panel
Laporan Keuangan Triwulanan Bank
Umum Syariah di Indonesia dan
Pakistan periode Tahun 2012-2016
Variabel Input:
1. Dana Pihak Ketiga
2. Aset Tetap
3. Biaya Tenaga Kerja
Variabel Output:
1. Pembiayaan
2. Pendapatan Operasional
Lainnya
3. Investasi Finansial
Pengukuran Efisiensi Menggunakan
Metode Data Envelopment Analysis
(DEA) dengan Pendekatan Intermediasi
Asumsi VRS Asumsi CRS
Scale Efficiency Potential Improvement
masing-masing BUS
45
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu penjelasan sementara tentanng perilaku,
fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi yang
merupakan pernyataan peneliti tentang hubungan antara variabel-variabel dalam
penelitian. Dengan kata lain, hipotesi merupakan jawaban sementara yang
disusun oleh peneliti, yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian
yang akan dilakukan. (Sugiyono, 2015:88)
Berdasarkan uraian penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran di atas,
maka hipotesis yang dapat dirumuskan menjadi beberapa hipotesis yaitu sebagai
berikut:
1. Uji Beda (Independent T-Test dan Mann Whitney)
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari nilai efisiensi pada BUS
di Indonesia dan Pakistan.
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan dari nilai efisiensi pada BUS di
Indonesia dan Pakistan.
2. Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi
a. Pengaruh Aset Tetap terhadap Efisiensi
Aset tetap sangat penting dalam dunia perbankan karena bank harus
dalam memenuhi kebutuhannya membutuhkan aset tetap seperti ATM,
Komputer dan lain sebagainya. Hal ini merupakan yang terpenting dalam
dunia perbankan dalam melayani keuangan bagi nasabah dan investor.
(Salvatore, 2005:76). Oleh karena itu, untuk menciptakan bank yang
efisien tersebut haruslah bank yang memiliki aset yang dapat terkontrol.
(Sugiarto, 2003:23).
46
Berdasarkan penelitian Rahmat Hidayat (2014) disebutkan bahwa
Aset Tetap tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai Efisiensi,
sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nurwulan (2011) yang
menyatakan bahwa Aset memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai
Efisiensi.
Adapun hipotesis yang dapat dimunculkan dari pemikiran di atas:
H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Aset Tetap terhadap Nilai
Efisiensi.
Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara Aset Tetap terhadap Nilai
Efisiensi.
b. Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Efisiensi
Mengelola bank membutuhkan manajerial yang cukup berbeda
dengan mengelola industri pada umunya, karena bank menjalankan
usahanya dengan cara intermediary yaitu mengelola uang dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali ke masyarakat. Bank dituntut untuk bisa
menjalankan fungsi kegiatan usaha terutama dalam hal penghimpunan
dana secara efisien agar tetap dapat bersaing dengan bank lain dalam
menarik minat masyarakat, sehingga kepercayaan masayarakat bisa tetap
terjaga. (Sadi, 2015:67)
Berdasarkan penelitian Rahmat Hidayat (2014) disebutkan bahwa
Dana Pihak Ketiga tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai
Efisiensi, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Marisa Hardi (2014)
yang menyatakan bahwa Dana Pihak Ketiga memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap nilai Efisiensi.
47
Adapun hipotesis yang dapat dimunculkan dari pemikiran di atas:
H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Dana Pihak Ketiga terhadap
Nilai Efisiensi.
Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara Dana Pihak Ketiga terhadap Nilai
Efisiensi.
c. Pengaruh Beban Tenaga Kerja terhadap Efisiensi
Beban Tenaga Kerja dalam kaitannya dengan efisiensi merupakan
sejauh mana bank dapat menekan biaya operasionalnya di satu pihakyang
memiliki pengaruh terhadap kinerja perbankan karena menunjukkan
seberapa besar bank dapat melakukan efisiensi terhadap biaya operasional
yang dikeluarkan. (Kartika, 2006:51)
Berdasarkan penelitian Rahmat Hidayat (2014) disebutkan bahwa
Beban Tenaga Kerja tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai
Efisiensi. Adapun hipotesis yang dapat dimunculkan dari pemikiran di atas
sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Beban Tenaga Kerja
terhadap Nilai Efisiensi.
Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara Beban Tenaga Kerja terhadap
Nilai Efisiensi.
d. Pengaruh Pendapatan Lainnya terhadap Efisiensi
Pendapatan merupakan penopang utama keberlanjutan sistem usaha.
Pendapatan juga sering dijadikan sebagai tolok ukur layak tidaknya sebuah
usaha dilaksanakan, bahkan dalam beberapa sektor usaha, pendapatan
dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja dan tingkat kesehatan
48
perusahaan. Perusahaan dalam hal ini adalah bank, yang efisien akan
menunjukkan kinerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan
perusahaan yang kurang efisien. Perusahaan perbankan yang efisien akan
mampu menekan biaya atau meningkatkan output, hal ini secara tidak
langsung akan meningkatkan pelayanan kepada nasabah, dan juga
meningkatkan laba perusahaan yang berujung pada kepuasan nasabah.
(Mubarak, 2009: 24-25)
Berdasarkan penelitian Rahmat Hidayat (2014) disebutkan bahwa
Beban Tenaga Kerja tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai
Efisiensi.
Adapun hipotesis yang dapat dimunculkan dari pemikiran di atas:
H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Pendapatan Lainnya
terhadap Nilai Efisiensi.
Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara Pendapatan Lainnya terhadap
Nilai Efisiensi.
e. Pengaruh Pembiayaan terhadap Efisiensi
Mengelola bank membutuhkan manajerial yang cukup berbeda
dengan mengelola industri pada umunya, karena bank menjalankan
usahanya dengan cara intermediary yaitu mengelola uang dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali ke masyarakat. Bank dituntut untuk bisa
menjalankan fungsi kegiatan usaha terutama dalam hal penyaluran dana
secara efisien agar tetap dapat bersaing dengan bank lain dalam menarik
minat masyarakat, sehingga kepercayaan masyarakat bisa tetap terjaga.
(Sadi, 2015:67)
49
Berdasarkan penelitian Rahmat Hidayat (2014) disebutkan bahwa
Pembiayaan memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai Efisiensi.
Adapun hipotesis yang dapat dimunculkan dari pemikiran di atas:
H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Pembiayaan terhadap Nilai
Efisiensi.
Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara Pembiayaan terhadap Nilai
Efisiensi.
f. Pengaruh Invetasi Finansial terhadap Efisiensi
Investasi Finansial atau biasa dikenal dengan penempatan dana,
sangat penting dalam dunia perbankan karena bank-bank harus memenuhi
kebutuhan finansial mereka untuk penjaminan, perdagangan mata uang
dan sekuritas, asuransi, konsultasi finansial, serta layanan keuangan
lainnya bagi nasabah dan investor yang semakin mengglobal perilaku
operasinya. Oleh karena itu, untuk menciptakan bank yang efisien maka
bank tersebut haruslah memiliki skala usaha dalam hal ini penempatan
dana dan permodalan yang cukup besar (Sugiarto, 2003:24).
Berdasarkan penelitian Rahmat Hidayat (2014) disebutkan bahwa
Investasi Finansial memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai Efisiensi.
Adapun hipotesis yang dapat dimunculkan dari pemikiran di atas:
H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Investasi Finansial terhadap
Nilai Efisiensi.
Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara Investasi Finansial Pembiayaan
terhadap Nilai Efisiensi.
50
g. Pengaruh Aset Tetap, Beban Tenaga Kerja, Dana Pihak Ketiga,
Pendapatan Lainnya, Pembiayaan, dan Investasi Finansial terhadap
Efisiensi
H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Aset Tetap, Beban Tenaga
Kerja, Dana Pihak Ketiga, Pendapatan Lainnya, Investasi Finansial, dan
Pembiayaan terhadap Efisiensi secara simultan.
Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara Aset Tetap, Beban Tenaga Kerja,
Dana Pihak Ketiga, Pendapatan Lainnya, Investasi Finansial, dan
Pembiayaan terhadap Efisiensi secara simultan.
51
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini berdasarkan tingkat eksplanasinya yaitu penelitian
komparatif-asosiatif (kausal). Penelitian komparatif merupakan bentuk atau
metode penelitian yang dilakukan untuk membandingkan suatu variabel
(Supriyanto, 2009:117), adapun yang termasuk dalam penelitian komparatif
yaitu membandingkan nilai efisiensi BUS di Indonesia dengan Pakistan.
Kemudian, penelitian asosiatif (kausal) merupakan penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara variabel yang satu dengan
yang lain (Supriyanto, 2009:118), adapun yang termasuk dalam penelitian
asosiatif yaitu melihat faktor yang mempengaruhi nilai efisiensi hasil olahan
Data Envelopment Analysis. Jadi, dapat dikatakan bahwa jenis penelitian ini
berdasarkan tingkat eksplanasinya adalah penelitian gabungan antara komparatif
dan asosiatif-kausal (Supriyanto, 2009:118).
Jenis penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dengan
melakukan pengolahan variabel input dan output yang digunakan dalam
penelitian. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka. Sesuai dengan
bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis dengan menggunakan
teknik perhitungan statistik (Siregar, 2013:23).
Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis yaitu teknik analisis
metode nonparametrik Data Envelopment Analysis (DEA) untuk analisis nilai
efisiensi dengan variabel inputnya adalah Dana Pihak Ketiga, Beban Tenaga
Kerja, dan Aset Tetap serta variabel outputnya menggunakan Pembiayaan,
52
Pendapatan Lainnya, dan Investasi Finansial. Kemudian dilakukan Uji Beda
Mann Whitney untuk melihat perbandingan efisiensi antarbank. Adapun untuk
melihat faktor yang mempengaruhi nilai efisiensi model adalah menggunakan
teknik analisis Regresi Data Panel dengan variabel dependennya adalah Dana
Pihak Ketiga, Beban Tenaga Kerja, Aset Tetap, Pembiayaan, Pendapatan
Lainnya, dan Investasi Finansial, serta variabel independennya menggunakan
Nilai Efisiensi hasil olahan DEA.
Penelitian ini dilakukan pada Bank Umum Syariah (BUS) atau Full-
Fledged Islamic Bank di Indonesia dan Pakistan yang memiliki data laporan
keuangan triwulanan tahun Maret 2012 sampai dengan Desember 2016.
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder
yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan
diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi dan
terdokumentasi (Suryani, 2015:171). Data yang diperoleh berasal dari Laporan
Keuangan Triwulanan tahun 2012-2016 yang dipublish di Website Resmi Bank
Syariah yang menjadi sampel penelitian.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007:61).
Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan pada kuartal ke-4 tahun 2016 yaitu sebanyak 13 BUS
dan Full-Fledged Islamic Bank yang terdaftar di State Bank of Pakistan pada
53
kuartal ke-4 tahun 2016 yaitu sebanyak 5 BUS. Adapun untuk gambaran lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1: Populasi Penelitian pada BUS di Indonesia dan Pakistan
No. Nama BUS di Indonesia
1 Bank Aceh Syariah
2 Bank Muamalat Indonesia
3 Bank Victoria Syariah
4 Bank BRI Syariah
5 Bank Jabar Banten Syariah
6 Bank BNI Syariah
7 Bank Syariah Mandiri
8 Bank Mega Syariah
9 Bank Panin Syariah
10 Bank Syariah Bukopin
11 BCA Syariah
12 Maybank Syariah Indonesia
13 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
No. Nama BUS di Pakistan
1 AlBaraka Bank (Pakistan) Limited
2 BankIslami Pakistan Limited
3 Dubai Islamic Bank Pakistan Limited
4 Meezan Bank Limited
5 MCB-Islamic Bank Limited
Sumber: Daftar BUS di Otoritas Jasa Keuangan & State Bank of Pakistan
Metode penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan
nonprobability sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dari berbagai macam jenis teknik
sampling nonprobability sampling, peneliti melakukan teknik sampling secara
purposive sampling yang merupakan teknik penentuan sampel dengan
berdasarkan kriteria tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian. (Sugiyono,
2007:66-67).
54
Adapun kriteria dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bank Umum Syariah yang beroperasi di Indonesia dan Pakistan yang
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan atau Bank Indonesia dan Sentral Bank of
Pakitan selama periode pengamatan 2012-2016, tidak termasuk Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Unit Usaha Syariah (UUS).
2. Menyajikan laporan keuangan selama periode pengamatan 2012-2016 dan
telah dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Sentral Bank of
Pakistan maupun di website resmi bank umum syariah yang bersangkutan.
3. Termasuk dalam top four nilai aset tertinggi pada Bank Umum Syariah di
Indonesia atau Full-Fledged Islamic Bank di Pakistan, karena dengan Bank
Umum Syariah yang masuk dalam top four nilai aset tertinggi dapat
menggambarkan setengah dari aset populasi Bank Umum Syariah di
Indonesia ataupun Full-Fledged Islamic Bank di Pakistan.
4. Tidak memiliki nilai atau bobot negatif pada variabel input dan output di
dalam laporan keuangan, hal ini merupakan syarat analisis efisiensi dengan
metode Data Envelopment Analysis (DEA).
Berdasarkan kriteria di atas, maka untuk gambaran lebih detailnya dapat
dilihat pada tabel seleksi kriteria penentuan sampel di bawah ini:
Tabel 3.2: Proses Pengambilan Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah
Indonesia Pakistan Total
1
Bank Umum Syariah yang beroperasi di
Indonesia dan Pakistan yang terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan dan Sentral
Bank of Pakitan selama periode
pengamatan 2012-2016, tidak termasuk
BPRS dan UUS.
13 5 18
55
Tabel 3.2: Lanjutan
2 Menyajikan laporan keuangan selama
periode pengamatan 2012-2016 13 4 17
3
Termasuk dalam top four nilai aset
tertinggi pada Bank Umum Syariah di
Indonesia atau Full-Fledged Islamic
Bank di Pakistan.
4 4 8
4
Tidak memiliki nilai atau bobot negatif
pada variabel input dan output di dalam
laporan keuangan.
4 4 8
Jumlah Bank Syariah sebagai Sampel 8
Jumlah Data Penelitian (8 x 4 x 5 tahun) 160
Sumber: Telaah peneliti
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka diambil 8 sampel
penelitian yang dapat mewakili Bank Umum Syariah atau Full-Fledged Islamic
Bank di Indonesia dan Pakistan yaitu 4 Bank Umum Syariah di Indonesia dan 4
Full-Fledged Islamic Bank di Pakistan. Sampel penelitian dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 3.3: Sampel Penelitian
No. Bank Umum Syariah
Indonesia
Full-Fledged Islamic Bank
Pakistan
1 Bank Syariah Mandiri Al Baraka Bank (Pakistan) Limited
2 Bank Muamalat Indonesia Bank Islami Pakistan Limited
3 BRI Syariah Dubai Islamic Bank Pakistan Limited
4 BNI Syariah Meezan Islamic Bank
Sumber: Daftar BUS di Otoritas Jasa Keuangan & State Bank of Pakistan
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Pooling (Data
Panel). Data panel adalah gabungan antara data time series dan data cross
section, dimana data time series merupakan data yang pengamatannya dilakukan
dari waktu ke waktu (satu objek dengan banyak waktu), dan data cross section
56
adalah data yang pengamatannya dilakukan pada satu waktu dengan banyak
objek. (Winarno, 2011:9.1)
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah
dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi
dan terdokumentasi. (Suryani, 2015:171)
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan metode dokumentasi, yaitu metode yang menghimpun informasi
dan data melalui metode studi pustaka, eksplorasi literatur-literatur, jurnal-jurnal
ilmiah yang terakreditas, website resmi lembaga pengkajian keuangan syariah
untuk memperoleh landasan teori yang komprehensif, dan laporan keuangan
yang dipublikasikan di website bank sentral dan website resmi bank syariah yang
menjadi sampel dalam penelitian ini
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan
keuangan yang dipublikasikan di website Otoritas Jasa Keuangan dan Sentral
Bank of Pakistan serta website resmi bank umum syariah yang menjadi sampel
dalam penelitian ini selama periode pengamatan 2012-2016.
D. Metode Analisis Data
Teknik analisis data adalah dalam penelitian ini menggunakan analisis data
kuantitatif dengan melakukan pengolahan variabel input dan output yang
digunakan dalam penelitian. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka.
Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis dengan
menggunakan teknik perhitungan statistik. (Siregar, 2013:23)
57
Alat pengukuran analisis yang digunakan sudah teruji dan banyak
digunakan oleh peneliti dalam pengukuran efisiensi yaitu menggunakan Data
Envelopment Analysis (DEA) dengan Software DEAFrontier dan Microsoft
Excel 2013, dan Software Eviews 9.0 untuk melakukan Regresi Data Panel
sehingga dapat dilihat faktor penentu efisiensi model, serta Software SPSS 17.0
untuk Uji Normalitas Kolmogrov-Smirov Test dan Uji Beda Mann Whitney
sehingga dapat dilihat uji beda tingkat efisiensi di Indonesia dan Pakistan.
1. Data Envelopment Analysis (DEA)
DEA adalah teknik pemrograman linier untuk meneliti kinerja unit
pembuat keputusan (Decision Making Unit/DMU) atau suatu bank dalam
suatu industri beroperasi dalam hubungannya dengan bank lain dalam sampel.
Teknik ini membuat kumpulan batas (frontier set) perbankan yang efisien dan
membandingkannya dengan perbankan lain yang tidak efisien. Hal ini
dilakukan untuk membat skor (nilai) efisiensi. Selanjutnya, skor efisiensi
bank dibatasi antara 0 dan 1, yang mana bank yang paling efisien mempunyai
skor 1 dan bank yang paling tidak efisien dengan skor 1 tidak perlu
menghasilkan output maksimum daripada input yang ada. Bank tersebut
cukup menghasilkan “best practice level of output” di antara bank lain dalam
sampel. Pendekatan yang biasa digunakan dalam pengukuran efisiensi adalah
penggunaan rasio output atas input, seperti persamaan 3.1 (Hidayat, 2014:99)
Dalam pendekatan DEA, pemrograman linier digunakan untuk
memaksimalkan nisbah antara input dan output. Demikian pula untuk DMU’s
industri perbankan syariah. Untuk DMU’s dalam industri perbankan syariah
Efisiensi = Output
Input (3.1)
58
(yang menjadi objek penelitian), seluruh sampel input dan output masing-
masing dinotasikan oleh ‘n’ dan ‘m’, yang mana n adalah input, m adalah
output, lalu efisiensi masing-masing bank dihitung melalui persamaan berikut
ini: (Hidayat, 2014:99)
𝒆 s = ∑ 𝒖𝒊 𝒚𝒊𝒔
𝒎𝒊=𝟏
∑ 𝒗𝒋𝒏𝒋=𝟏 𝒙𝒋𝒔
untuk i = 1,.., m dan j = 1,...., n. (3.2)
Keterangan:
yis : jumlah output ke-i yang dihasilkan oleh bank ke-s
xjs : jumlah input ke-j yang dihasilkan oleh bank ke-s
ui : pemberat (weight) output
vj : pemberat (weight) input
Nisbah efisiensi (es) dalam persamaan (3.2) kemudian dimaksimumkan
untuk memilih pemberat optimum dengan:
∑ 𝒖𝒊 𝒚𝒊𝒓
𝒎𝒊=𝟏
∑ 𝒗𝒋𝒏𝒋=𝟏 𝒙𝒋𝒓
Subject to ≤ 1, untuk r = 1,..,n dan ui dan vj ≥ 0 (3.3)
Ketidaksamaan persamaan (3.2) menjamin nisbah efisiensi menjadi
sekurang-kurangnya persamaan (3.1) dan ketidaksamaan persamaan (3.3)
menjamin bahwa pemberatnya positif. Charnes, Cooper, dan Rhodes (1978)
menyatakan bahwa bagian pemograman linier ini dapat diubah menjadi
pemograman linier biasa (ordinasry linier program) sebagai berikut:
𝑒𝑠 = ∑ 𝑢𝑖 𝑦𝑖𝑠
𝑚
𝑖=1
∑ 𝑢𝑖 𝑦𝑖𝑠
𝑚
𝑖=1
− ∑ 𝑢𝑗 𝑦𝑖𝑟
𝑚
𝑗=1
Maximuze
Subject to
≤ 0, r = 1,..,n; (3.4)
= 1 dan ui dan uj ≥ 0
59
∑ 𝑢𝑗 𝑥𝑖𝑠
𝑚
𝑗=1
Dengan cara yang sama pemograman linier dapat diubah menjadi dwi
masalah:
𝜀𝑠
∑ 𝜑𝑟 𝑦𝑖𝑟
𝑛
𝑟=1
≥ 𝑦𝑖𝑠,𝑖 = 1, … , 𝑚;
𝜀𝑠 𝑥𝑖𝑠 − ∑ ∅𝑟 𝑥𝑖𝑟
𝑛
𝑟=1
≥ 0, 𝑗 = 1, … , 𝑛; ∅𝑟 ≥ 0,
dan 0 ≤ εs ≤ 1
dengan εs adalah total nilai (skor) efisiensi teknik daripada bank ke-s,
yang mana nilai 1 menandakan titik batas. Persamaan pemograman linier
persamaan (4) dan (5) mengasumsikan constant return to scale (CRS). Batas
(garis) efisiensi dapat dilihat sebagai sempadan OC seperti yang ditujukan
dalam Gambar 3.1. oleh sebab itu, bank yang berada di batas (garis) tersebut
ialah efisien berdasarkan definisi Farrel (1957). Bank ke-s beralokasi di sisi
kanan daripada batas atau bank yang tidak efisien digambarkan sebagai titik
point S dalam Gambar 3.1. keseluruhan efisiensi teknik (εs) kemudian
dihitung dengan nisbah dari AQ/AS. Dengan demikian bank ke-s harus
dikurangi (1- εs) dari input untuk mencapai efisiensi di titik Q. (Hidayat,
2014:99-100)
Maximuze
Subject to (3.5)
60
Sumber: (Hidayat, 2014:101)
Jika masalah pada pemograman linier (4) dan (5) dapat diselesaikan
dengan menambah hambatan (restriction) 𝜑𝑟𝑠 dari 1 ke n sama dengan 1,
maka ada dua pengukuran efisiensi yaitu variable returns to scale (VRS)
yang dapat ditunjukkan oleh Gambar 3.1 sebagai VV’; dan pure technical
effeciency (PTE) yang ditunjukkan oleh ARAS = ps bagi bank ke-s pada titik
S. Ini berarti bahwa scale effeciency dihitung oleh Õs = s/ps. Kemudian,
pecahan daripada pengurangan keluaran (output lost) yang disebabkan scale
effeciency dapat diukur sebagai (1- Õs). (Hidayat, 2014:101)
Scale effeciency sama dengan 1 apabila dan hanya jika teknologi
menunjukkan CRS atau titik B dalam Gambar 3.1. meskipun demikian, scale
effeciency dapat terjadi disebabkan oleh adanya kenaikan (increasing/irs)
atau penurunan (decreasing/drs) return to scale. Untuk memperoleh kedua
hasil tersebut, penyelesaian daripada persamaan pemograman linier (4) dan
(5) harus dibatasi dengan penjumlahan ∅𝑟 dari 1 ke n kurang dari atau sama
dengan 1 (≤ 1) dalam hal mana penyelesaian gambar (pictorical solution)
dapat ditunjukkan sebagai OBV’. Pengukuran efisiensi dengan menggunakan
Gambar 3.1: Pengukuran Efisiensi dengan Menggunakan 1 Input
dan 1 Output
61
metodologi ini bagi bank ke-s pada titik S adalah ∅𝑠 = (AQ/AS) yang juga
sama dengan s. Oleh karena itu decreasing diperoleh dengan Õs = ∅𝑠 dan
increasing terjadi apabila Õs ≠ ∅𝑠 dengan demikian efisiensi terjadi apabila
Õs = ∅𝑠 = s = 1. (Hidayat, 2014:102)
Pada DEA, organisasi atau objek yang diteliti disebut DMU (Decision
Making Unit). Inti dari DEA adalah menentukan bobot (weighted) atau
timbangan untuk setiap input dan output DMU. Secara umum DMU dianggap
sebagai entitas yang bertanggung jawab untuk mengubah input menjadi
output dan kinerjanya harus dievaluasi. Dalam aplikasi manajerial, DMU
dapat mencakup bank, department store dan supermarket, dan diperluas ke
pabrik mobil, rumah sakit, sekolah, perpustakaan umum dan sebagainya.
Dalam mengamankan perbandingan relatif, sekelompok DMU digunakan
untuk mengevaluasi satu sama lain dengan masing-masing DMU yang
memiliki tingkat kebebasan manajerial tertentu dalam pengambilan
keputusan. (Cooper, Seiford, & Tone, 2007:22)
Misalkan ada n DMU: DMU1, DMU2, ..., dan DMUke-n. Beberapa item
input dan output yang umum untuk masing-masing j = l, ..., n, DMU dipilih
sebagai berikut (Cooper, Seiford, & Tone, 2007:22):
a. Data numerik tersedia untuk setiap input dan output, dengan data
diasumsikan positif untuk semua DMU.
b. Item (input, output dan pilihan DMU) harus mencerminkan kepentingan
analis atau manajer dalam komponen yang akan masuk ke dalam evaluasi
efisiensi relatif DMU.
62
c. Pada prinsipnya, jumlah input yang lebih kecil lebih baik dan jumlah
output yang lebih besar lebih disukai sehingga nilai efisiensi harus
mencerminkan prinsip-prinsip ini.
d. Unit pengukuran input dan output yang berbeda tidak perlu kongruen.
Beberapa mungkin melibatkan jumlah orang, atau area lantai, uang yang
dikeluarkan, dan lain-lain.
Analisis DEA pada awalnya digunakan untuk mengatasi kekurangan
analisis rasio dan regresi berganda, dimana DEA dapat mengukur efisiensi
relatif suatu DMU (Decision Making Unit) dengan menggunakan input dan
output lebih dari satu. Efisiensi relatif suatu DMU adalah efisiensi suatu
DMU dibanding dengan DMU lain dalam sampel yang menggunakan jenis
input dan output yang sama. DEA memformulasikan DMU sebagai program
linear fraksional untuk mencari solusi, apabila model tersebut
ditransformasikan ke dalam program linear dengan nilai bobot dari input dan
output. (Sutawijaya & Lestari, 2009:78)
Suatu DMU dikatakan efisien secara relatif apabila nilai dualnya sama
dengan 1 (nilai efisiensi 100 persen). Sebaliknya apabila nilai dualnya kurang
dari 1, maka DMU bersangkutan dianggap tidak efisien secara relatif atau
mengalami inefisiensi. (Huri & Susilowati, 2004:66)
Di samping mengukur tingkat efisiensi relatif suatu DMU terhadap
DMU dalam kelompoknya. DEA juga dapat melihat sumber ketidakefisienan
dengan ukuran peningkatan potensial (potential improvement) dari masing-
masing input dan output (Endri, 2011:76)
63
2. Uji Normalitas Data (Kolmogrov-Smirnov Test)
Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel
independen bila datanya berbentuk ordinal yang telah tersuun pada tabel
distribusi frekuensi kumulatif dengan menggunakan kelas-kelas interval.
(Sugiyono, 2015:198). Dengan kata lain, uji normalitas dapat digunakan
untuk menguji kenormalan dari suatu data.
Rumus untuk menghitung uji normalitas Kolmogrov Smirnov ini adalah
sebagai berikut (Sugiyono, 2015:198):
D = maksimum [Sn1(x) – Sn2(x)] (3.6)
Uji Kolmogrov Smirnov ini dilakukan dengan membuat hipotesis:
H0: Data residual berdistribusi normal
Jika hasil Uji Kolmogrov Smirnov menunjukkan nilai probabilitas tidak
signifikan yaitu di atas 0.05, maka hipotesis nol diterima yang berarti data
residual terdistribusi normal.
Ha: Data residual tidak terdistribusi normal.
Jika hasil Uji Kolmogrov Smirnov menunjukkan nilai probabilitas
signifikan yaitu di bawah atau sama dengan 0.05 maka hipotesis nol
ditolak yang berarti data residual tidak terdistribusi normal.
3. Uji Mann-Whitney U-Test
Uji Mann-Whitney merupakan uji Statistika Nonparametrik. Uji Mann-
Whitney ekuivalen dengan Uji Jumlah Peringkat Wilcoxon (Wilcoxon Rank
Sum Test). Uji Mann-Whitney merupakan alternatif dari uji-t dua sampel
independen. Uji Mann-Whitney digunakan untuk membandingkan dua
sampel independen dengan skala ordinal atau skala interval tapi tidak
64
terdistribusi noral. Uji Mann-Whitney berdasarkan jumlah peringkat (Rank)
data. Data dari kedua sampel digabungkan dan diberi peringkat dari terkecil
hingga terbesar. Ada tiga bentuk hipotesis uji tanda dimana penggunaannya
tergantung dari persoalan yang diuji. (Suharjo, 2013:226)
Terdapat dua rumus untuk pengujian, yaitu rumus (3.7) dan (3.8), kedua
rumus digunakan dalam perhitungan, karena akan digunakan untuk
mengetahui U mana yang lebih kecil. U yang lebih kecil tersebut yang
digunakan untuk pengujian dan membandingkan dengan U Tabel (Sugiyono,
2015:194).
𝐔𝟏 = 𝒏𝟏𝒏𝟐 +𝒏𝟏(𝒏𝟏 + 𝟏)
𝟐− 𝑹𝟏
dan
𝐔𝟐 = 𝒏𝟏𝒏𝟐 +𝒏𝟐(𝒏𝟐 + 𝟏)
𝟐− 𝑹𝟐
Keterangan:
n1 : Jumlah sampel 1
n2 : Jumlah sampel 2
U1 : Jumlah peringkat 1
U2 : Jumlah peringkat 2
R1 : Jumlah rangking pada sampel n1
R2 : Jumlah rangking pada sampel n2
4. Uji Kelayakan Data (Panel Unit Root Test)
Pada penelitian ini data yang akan digunakan akan diuji terlebih dahulu
kelayakannya menggunakan uji akar unit (unit root test). Uji akar unit
digunakan untuk melihat stasioneritas data dengan menggunakan uji ADF
(Augmented Dickey Fuller) dimana statistik ADF harus lebih besar dari t-
statistik pada tingkat level, First Difference, ataupun pada tingkat Second
(3.7)
(3.8)
65
Difference. Dapat juga dilihat pada nilai probabilitasnya, apabila nilai
probabilitasnya kurang dari 5% maka data tersebut stasioner pada taraf
tersebut. (Hidayat, 2014:190)
5. Regresi Data Panel
Data panel atau pooling merupakan kombinasi dari data yang bersifat
cross-section & time series (sejumlah variabel diobservasi atas sejumlah
kategori dan dikumpulkan dalam suatu jangka tertentu). (Rosadi, 2012:271)
Hsiao (2003) dan Klevmarken (1989) dalam (Baltagi, 2005:4-9)
mencantumkan beberapa kelebihan penggunaan data panel sebagai berikut:
a. Mengontrol heterogenitas individu. Data panel menunjukkan bahwa
individu, perusahaan, atau negara adalah heterogen. Penelitian time series
dan cross-section yang tidak mengendalikan heterogenitas ini berisiko
mendapatkan hasil yang bias.
b. Data panel memberikan data yang lebih informatif, lebih variatif, kurang
kolinearitas antar variabel, lebih banyak derajat kebebasannya dan
efisiensi yang lebih tinggi.
c. Data panel lebih mampu mempelajari perubahan secara dinamis.
d. Data panel lebih mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang sama
sekali tidak terdeteksi pada cross-section dan time series.
e. Model data panel memungkinkan kita untuk membangun dan menguji
model perilaku yang lebih rumit daripada cross-section dan time series.
f. Dengan membuat data tersedia untuk beberapa ribu unit, data panel dapat
meminimalkan bias yang mungkin terjadi jika kita menggabungkan
individu atau perusahaan ke agregat yang luas.
66
Singkatnya, data panel dapat memperkaya analisis empiris dengan cara
yang mungkin tidak mungkin dilakukan jika kita hanya menggunakan data
cross-section atau time series. (Gujarati, 1995:638). Selain itu, keuntungan
penting dari data panel dibandingkan dengan time series atau cross-sectional
adalah memungkinkan identifikasi parameter atau pertanyaan tertentu, tanpa
perlu membuat asumsi yang membatasi. (Verbeek, 2004:360).
Pada umumnya, estimasi regresi panel data ada 3 macam, yaitu:
a. Metode Common Effect
Model seperti ini diakatakan sebagai model paling sederhana,
dimana pendekatannya mengabaikan dimensi waktu dan ruang yang
dimiliki oleh data panel. Estimasi untuk model ini biasa dikenal juga
dengan sebutan metode OLS (Ordinary Least Square). Adapun secara
umum, bentuk model linier yang digunakan adalah sebagai berikut
(Suliyanto, 2011:231):
Yit= β0 + β1X1it + β2X2it + εit
keterangan:
Yit : observasi dari unit ke-i dan diamati pada periode waktu ke-t
Xit : vektor k-variabel independen dari unit ke-i & diamati di waktu ke-t
εit : komponen eror yang diasumsikan harga mean 0 & variasi homogen
b. Metode Fixed Effect
Pendekatan ini merupakan cara memasukkan “individualitas” setiap
perusahaan atau setiap unit cross-sectional adalah dengan membuat
intersep bervarisi untuk setiap perusahaan tetapi masih tetap berasumsi
bahwa koefisien slope konstan untuk setiap perusahaan.
(3.9)
67
Istilah Fixed Effect menunjukkan walaupun intersep mungkin
berbeda untuk setiap individu tetapi intersep setiap individu tersebut tidak
bervariasi terhadap waktu (time invariant). Dalam model ini juga
disumsikan bahwa koefisien slope tidak bervariasi baik terhadap individu
maupun waktu (konstan). Pemikiran inilah yang menjadi dasar pemikiran
pembentukan model tersebut. (Suliyanto, 2011:234)
Estimasi pada metode Fixed Effect dapat dilakukan dengan
pembobot (cross section weight) atau General Least Square (GLS) atau
tanpa pembobot (no weighted) atau Least Square Dummy Variabel
(LSDV). Tujuan dilakukannya pembobotan adalah untuk mengurangi
heterogenitas antar unit cross section (Gujarati, 2003:80). Pada umumnya
persamaan model regresi FEM sebagai berikut:
Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3D1i + β5D2i +…..+ Ɛit
keterangan:
Yit : observasi dari unit ke-i dan diamati pada periode waktu ke-t
Xit : vektor k-variabel independen dari unit ke-i & diamati di waktu ke-t
Di : variabel dummy (semu) untuk unit ke-i
εit : komponen eror yang diasumsikan harga mean 0 & variasi homogen
c. Metode Random Effect
Bila pada Model Efek Tetap, perbedaan antar-individu dan atau
waktu dicerminkan lewat intersep, maka pada Model Efek Random,
perbedaan tersebut diakomodasi lewat error. Teknik ini juga
memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time series
dan cross section. (Suliyanto, 2011:243)
(3.10)
68
Metode efek random digunakan untuk mengatasi kelemahan metode
tetap yang menggunakan variabel semu, metode efek random
menggunakan residual, yang diduga memiliki hubungan antarwaktu dan
antarobjek. Namun, untuk menganalisis dengan metode efek random ada
satu syarat, yaitu objek data silang harus lebih besar daripada banyaknya
koefisien (Winarno, 2011:9.17). Adapun model persamaan regresinya
sebagai berikut:
Yit = α + α1DX1 it + α2DX2 it + α3DX3 it + α4DX4 it + α5DX5 it +
ß1X1 it ß2X2 it + γ1 (X1) + γ2 (X2) + γ3 (X3) + γ4 (X4) + γ5 + µit
keterangan:
Yit : observasi dari unit ke-i dan diamati pada periode waktu ke-t
Xit : vektor k-variabel independen dari unit ke-i & diamati di waktu ke-t
Di : variabel dummy (semu) untuk unit ke-i
εit : komponen eror yang diasumsikan harga mean 0 & variasi homogen
Pada umumnya, setelah dilakukan metode estimasi ketiga model regresi
panel data di atas, maka untuk pemilihan model regresi yang terbaik,
digunakan Uji Chow dan Uji Hausman diantaranya sebagai berikut:
a. Uji Chow
Uji Chow bertujuan untuk memilih model terbaik antara model
Common Effect dengan Fixed Effect Model. Nilai yang harus diperhatikan
pada uji chow adalah nilai probabilitas dari F-Statistik.
Hipotesis yang digunakan dalam uji chow adalah sebagai berikut:
H0 : Common Effect Model (CEM)
Ha : Fixed Effect Model (FEM)
(3.11)
69
Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikasi
(5%), maka tolak H0. Begitu pula sebaliknya jika nilai probabilitas F-
statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka menerima H0.
Dasar penolakan terhadap hipotesis nol adalah dengan menggunakan F-
statistik seperti yang dirumuskan sebagai berikut:
𝑪 =𝑹𝑹𝑺𝑺 − 𝑼𝑹𝑺𝑺/ (𝑵 − 𝟏)
𝑼𝑹𝑺𝑺/ (𝑵𝑻 − 𝑵 − 𝑲)
keterangan:
RRSS : Restricted Residual Sum Square (diperoleh dari estimasi data
panel dengan metode pooled least square).
URSS :Unrestricted Residual Sum Square (diperoleh dari estimasi data
panel dengan metode fixed effect).
N : Jumlah data cross section
T : Jumlah data time series
K : Jumlah variabel bebas
b. Uji Hausman
Uji Hausman bertujuan untuk memilih antara Fixed Effect Model
(FEM) atau Random Effect Model (REM). Nilai yang harus diperhatikan
pada uji hausman adalah nilai probabilitas dari Cross-section Random.
Hipotesis yang digunakan dalam uji hausman adalah sebagai berikut:
H0 : Random Effect Model (REM)
Ha : Fixed Effect Model (FEM)
Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikasi
0.005 (5%), maka menolak H0. Begitu pula sebaliknya jika nilai
probabilitas F-statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka
menerima H0. Adapun persamaan uji hausman dapat ditulis sebagai
berikut:
(3.12)
70
H=(βRE - βFE)1 (ΣFE – ΣRE)-1 (βRE – βFE)
keterangan:
βRE : Random Effect Estimator
βFE : Fixed Effect Estimator
ΣFE : Matriks Kovarians Fixed Effect
ΣRE : Matriks Kovarians Random Effect
6. Pengujian Pelanggaran Asumsi
Uji pelanggaran asumsi dilakukan dalam rangka menghasilkan model
yang efisien, visibel dan konsisten. Uji pelanggaran asumsi dilakukan dengan
mendeteksi gangguan waktu (time-related disturbance), gangguan antara
individu atau antar sektor ekonomi, dan gangguan akibat keduanya. (Gujarati,
2003:364)
a. Multikolinearitas
Multikolinearitas terjadi jika pada suatu model regresi tak satu pun
variabel bebas mempunyai koefisien regresi dari OLS (Ordinary Least
Square) yang signifikan secara statistik, walaupun nilai R2 tinggi. Indikasi
multikolinearitas tercermin dari nilai t dan F statistik hasil regresi. Jika
banyak koefisien parameter dari t statistik diduga tidak signifikan
sementara F hitungnya signifikan, maka patut diduga ada
Multikolinearitas. Multikolinearitas dapat di atasi dengan memberi
perlakuan cross section weights, sehingga t-statistik maupun F-hitung
menjadi signifikan. (Gujarati, 2003:364)
b. Autokorelasi
Autokorelasi dapat mempengaruhi efisensi estimatornya. Untuk
mendeteksi adanya autokorelasi atau korelasi serial adalah dengan melihat
(3.13)
71
nilai Durbin Watson (DW) dalam Eviews. Ketika autokorelasi berada di
area ragu-ragu, masalah ini dapat di atasi dengan mentransformai regresi
menjadi regresi Generalized Least Square (GLS), karena GLS merupakan
salah satu remedial dari autokorelasi. (Gujarati, 2003:475)
Menurut Gujarati, (2006:122) untuk mengetahui selang nilai statistik
Durbin-Watson serta keputusannya dapat digunakan sebagai berikut:
Tabel 3.4: Selang Nilai Statistik Durbin-Watson serta Keputusannya
Nilai DW Keputusan
4 - dL < DW < 4 Terdapat autokorelasi negatif
4 - du < DW < 4 - dL Hasil tidak dapat ditentukan
2 < DW < 4 - du Tidak ada autokolerasi
du < DW < 2 Tidak ada autokolerasi
dL < DW < du Hasil tidak dapat ditentukan
0 < DW < dL Terdapat autokorelasi positif
Sumber: Gujarati, 2006:122
c. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan di mana varian dari suatu
kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua variabel bebas, yaitu:
E(Xi, εi) ≠ 0
Sehingga
Var(εi) ≠ ζ2
Hal ini merupakan pelanggaran salah satu asumsi tentang model
regresi linear berdasarkan metode kuadrat terkecil. Salah satu asumsi yang
digunakan dalam regresi adalah bahwa Var(εi) = ζ2, untuk semua ε,
artinya untuk semua kesalahan pengganggu variannya sama. Pada
umumnya heteroskedastisitas terjadi di dalam analisis data cross section,
yaitu data yang menggambarkan keadaan pada suatu waktu tertentu. Jika
pada model dijumpai heteroskedastisitas, maka model menjadi tidak
(3.19)
(3.20)
72
efisien meskipun ada masalah heteroskedastisitas maka hasil regresi akan
menjadi misleading. (Gujarati, 2003:268)
Pendeteksian terhadap pelanggaran asumsi heteroskedastisitas
dilakukan dengan White Heteroscedasticity dalam program Eviews.
Dengan uji White, dibandingkan Obs* R-Squared dengan X (Chi-Squared)
tabel. Jika nilai Obs* RSquared lebih kecil daripada X (Chi-Squared)
tabel, maka tidak ada heteroskedastisitas pada model data panel dalam
Eviews. Pengolahan data panel dalam Eviews 9.0 yang menggunakan
metode General Least Square (cross section weights) untuk mendeteksi
adanya heteroskedastisitas dengan membandingkan Sum Square Resid
pada Weight Statistic dengan Sum Squared Resid Unweighted Statistic.
Jika Sum Square Resid Weighted Statistic < Sum Squared Resid
Unweighted Statistic maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Perlakuan
yang diberikan untuk menghilangkan heteroskedastisitas adalah dengan
mengestimasi GLS dengan White Heteroskedasticity. (Widarjono,
2007:64)
7. Pengujian Statistik
a. Uji t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel individu independen secara individu dalam menerangkan
variabel dependen (Ghozali, 2009:177). Jika nilai probabilitas lebih kecil
daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka variabel independen
secara satu persatu berpengaruh terhadap variabel dependen, sedangkan
jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka variabel independen
73
secara satu persatu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
(Purwanto, 2009:88-89). Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H0 : ß = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
Ha : ß ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan adalah :
Jika Probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak
Jika Probabilitas > 0.05 maka H0 diterima
Adapun persamaan uji t dapat dituliskan sebagai berikut (Purwanto,
2009:88-89):
tibj
Sbj
keterangan:
ti : Nilai t hitung
bj : Koefisien regresi
Sbj : Kesalahan baku koefisien regresi
Dimana:
Sbj = 𝑆𝑒2
𝐷𝑒𝑡 {𝐴} (𝐾𝑖𝑖)
keterangan:
Sbj : Kesalahan baku koefisien regresi
Se : Kesalahan baku estimasi
Det [A] : Determinasi Maktriks A
Kii : Kofaktor Matriks A
Dimana:
(3.14)
(3.15)
74
SeΣ(Y− Ỹ)²
n−k
keterangan:
Se : Kesalahan baku estimasi
(Y - Ỹ)2 : Kuadrat selisih nilai Y riil dnegan nilai Y prediksi
n : ukuran sampel
k : Jumlah variabel yang diamati
b. Uji F
Uji f digunakan untuk membuktikan apakah variabel-variabel
independen (X) secara simultan bersama-sama mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen (Y). Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada
0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika
nilai probabilitas lebih besar daripada 0,05 maka variabel independen
secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Ho : ß = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
Ha : ß ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara
varibel independen terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan adalah :
Jika Probabilitas < 0.05 maka ditolak
Jika Probabilitas > 0.05 maka diterima
(3.16)
75
Adapun persamaan uji signifikansi simultan dapat ditulis sebagai berikut:
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑅2/(𝑛+𝐾−1)
(1− 𝑅2)/(𝑛𝑇−𝑛−𝐾)
Keterangan:
F : Nilai F hitung
R2 : koefisien determinasi
n : jumlah cross section
T : jumlah time series
K : jumlah variabel independen
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R²)
Menurut Ghozali, menyatakan Uji koefisien determinasi bertujuan
untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan
variabel terikat yang dilihat melalui adjusted R². Adjusted R² ini digunakan
karena variabel bebas dalam penelitian ini lebih dari dua. Nilainya terletak
antara 0 dan 1. Jika hasil yang diperoleh >0,5, maka model yang digunakan
dianggap cukup handal dalam membuat estimasi. Semakin besar angka
Adjusted R² maka semakin baik model yang digunakan untuk menjelaskan
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Jika Adjusted R²
semakin kecil berarti semakin lemah model tersebut untuk menjelaskan
variabilitas dari variabel terikatnya. (Ghozali, 2009:177) Adapun
persamaan koefisien determinasi dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑅2 = 𝐸𝑆𝑆
𝑇𝑆𝑆
keterangan:
R2 : koefisien determinasi
ESS : Explained Sum of Square
TSS : Total Sum of Square
(3.17)
(3.18)
76
E. Operasional Variabel Penelitian
Berikut spesifikasi variabel input dan output pendekatan intermediasi yang
dapat digunakan untuk mengukur kinerja efisiensi dalam penelitian ini.
Tabel 3.5: Spesifikasi Variabel Input dan Variabel Output Dalam Penelitian
Variabel Input Sumber
(I1) Dana Pihak Ketiga Neraca
(I2) Aset Tetap Neraca
(I3) Beban Tenaga Kerja Laporan Laba Rugi
Variabel Output Sumber
(O1) Total Pembiayaan Neraca
(O2) Pendapatan Operasional Lainnya Laporan Laba Rugi
(O3) Investasi Finansial Neraca
Sumber: Hidayat (2014), diubah sesuai penelitian peneliti
1. Variabel Input
Variabel input merupakan variabel yang digunakan untuk mengetahui
efisiensi suatu entitas dimana variabel input adalah variabel yang
mempengaruhi variabel output. Variabel input yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak tiga variabel yaitu sebagai berikut:
a. Dana Pihak Ketiga
Dana Pihak Ketiga adalah dana yang berasal dari masyarakat luas
yang jumlahnya tidak terbatas sesuai dengan kemampuan bank menyerap
dana. Adapun sumber dana ini berasal dari deposan rekening tabungan,
giro, maupun deposito. (Iskandar, 2013:141)
b. Aset Tetap
Aset tetap atau fixed asset merupakan harta tetap perusahaan yaitu
kekayaan yang bersifat permanen yang memiliki umur kegunaan jangka
panjang atau mempunyai umum ekonomis lebih dari satu tahun. Adapun
77
yang termasuk dalam aset tetap adalah tanah, bangunan, gedung,
kendaraan, dan inventaris. (Iskandar, 2013:480)
c. Biaya Tenaga Kerja
Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri, maupun masyarakat. Adapun beban tenaga kerja itu sendiri adalah
pengeluaran seperti direct cost maupun indirect cost yang digunakan untuk
membayar seluruh pegawai perusahaan (bank) yang terdiri dari biaya
personalia. (Hidayat, 2014:105-106)
2. Variabel Output
Variabel output adalah variabel yang menjadi pusat perhatian. Variabel
output yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Total Pembiayaan
Menurut M. Syafi’i Antonio, (2001:160) pembiayaan adalah
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-
pihak yang merupakan defisit unit.
b. Pendapatan Operasional Lainnya
Pendapatan Operasional Lainnya merupakan kenaikan manfaat
ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus kas masuk
yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal. Dengan kata lain pendapatan operasional lainnya adalah
sumber penghasilan lainnya yang diterima oleh bank atas jasa yang telah
diberikan kepada nasabahnya (Iskandar, 2013:480). Adapun sumber dari
78
pendapatan operasional lainnya adalah pendapatan yang bukan berasal
dari usaha pokok bank seperti pendapatan biaya administrasi (fee based
income), penjualan aset tetap/inventaris dan lain-lain. (Iskandar,
2013:462)
c. Investasi Finansial
Investasi Finansial atau Portfolio Investment adalah komitmen untuk
mengikatkan aset pada surat-surat berharga (securities), yang diterbitkan
oleh penerbitnya, dimana surat berharga adalah instrumen lembaga
keuangan atau perusahaan untuk berinvestasi. (Iskandar, 2013:335)
79
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Bank Umum Syariah di Indonesia
Perkembangan bank umum syariah di Indonesia dalam masa antara
2012-2016 dikaji dan dianalisis dengan tiga aspek, yaitu keadaan umum bank
umum syariah baik dari aspek aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan.
Kinerja usaha bank umum syariah seperti FDR, BOPO, dan NPF. Serta
membahas perkembangan permasing-masing bank umum syariah yang
menjadi objek dalam penelitian ini.
a. Keadaan Umum Bank Umum Syariah di Indonesia
Dari aspek keadaan umum bank umum syariah di Indonesia
sepanjang tahun 2012-2017 berkembang cukup baik, baik dari sisi aset,
dana pihak ketiga maupun pembiayaan yang diberikan. Aset Bank Umum
Syariah (BUS) dari tahun 2012-2017 mengalami peningkatan secara
signifikan. Pada tahun 2012, aset BUS berjumlah Rp146.77 triliun dan
pada tahun 2013 berjumlah Rp182.33 triliun (naik 19.15% dari tahun
sebelumnya). Lalu di tahun berikutnya aset BUS sudah mencapai angka
dua ratus triliun, dengan tahun 2014 dibukukan sebesar Rp204.96 triliun
(naik 11.04%), tahun 2015 berjumlah Rp213.42 triliun (naik 3.96%), dan
tahun 2016 berjumlah Rp254.18 triliun (naik 16.04%). Sepanjang tahun
2012-2016, kenaikan aset Bank Umum Syariah di Indonesia rata-rata
sebesar 12.64% setiap tahunnya. (Sumber: Statistik Perbankan Syariah
OJK)
80
Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Syariah (BUS) juga
mengalami peningkatan dari tahun 2012-2017. Pada tahun 2012, DPK
BUS berjumlah Rp111.02 triliun dan pada tahun 2013 berjumlah
Rp138.12 triliun (naik 19.63% dari tahun sebelumnya). Lalu di tahun
2014, DPK dibukukan sebesar Rp170.72 triliun (naik 19.09%), tahun 2015
berjumlah Rp174.90 triliun (naik 2.39%), dan tahun 2016 berjumlah
Rp206.41 triliun (naik 15.27%). Sepanjang tahun 2012-2016, kenaikan
DPK Bank Umum Syariah di Indonesia rata-rata sebesar 14.09% setiap
tahunnya. (Sumber: Statistik Perbankan Syariah OJK)
Pertumbuhan DPK yang meningkat ini sejalan dengan peningkatan
jumlah pembiayaan. Pada tahun 2012, pembiayaan yang diberikan oleh
Bank Umum Syariah (BUS) berjumlah Rp111.01 triliun, dan meningkat
pada tahun 2013 menjadi Rp138.57 triliun (naik 19.89% dari tahun
sebelumnya). Kemudian pada tahun 2014 juga meningkat yang berjumlah
Rp148.42 triliun (naik 6.64% dari tahun sebelumnya), lalu meningkat
kembali pada tahun 2015 menjadi Rp154.53 triliun (naik sebesar 3.95%),
dan pada tahun 2016 menjadi Rp175.20 triliun (naik sebesar 11.76%).
Sepanjang tahun 2012-2016, kenaikan pembiayaan Bank Umum Syariah
di Indonesia rata-rata sebesar 10.56% setiap tahunnya. Tabel 4.1 di bawah
ini merupakan gambaran perkembangan Bank Umum Syariah di Indonesia
sepanjang tahun 2012-2016 yang dilihat berdasarkan aset, dana pihak
ketiga, dan pembiayaan yang diberikan oleh bank. (Sumber: Statistik
Perbankan Syariah OJK)
81
Tabel 4.1: Perkembangan Aset, DPK, & Pembiayaan BUS di
Indonesia (triliun Rupiah)
Keterangan Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Aset 146,767 182,332 204,961 213,423 254,184
DPK 111,015 138,124 170,723 174,895 206,407
Pembiayaan 111,010 138,567 148,424 154,526 175,119
Sumber: Statistik Perbankan Syariah OJK, data diolah oleh peneliti
Sumber: Statistik Perbankan Syariah OJK, data diolah oleh peneliti
b. Kinerja Usaha Bank Umum Syariah di Indonesia
Perkembangan Bank Umum Syariah selain dapat dilihat dari aspek
keadaan umum, juga dapat dilihat dan dikaji dari kinerja usaha, antara lain
dapat dilihat dari Financing to Deposit Ratio (FDR), Net Performing
Financing (NPF), dan Beban Operasional pada Pendapatan Operasional
(BOPO). FDR menggambarkan kemampuan bank syariah dalam
melaksanakan fungsi perantaraan bank syariah diantara surplus unit
dengan defisit unit.
19,51%
11,04%3,96%
16,04%
12,64%
19,63%
19,09%
2,39%
15,27%
14,09%
19,89%
6,64%
3,95%
11,76%10.56%
2 0 1 2 / 2 0 1 3 2 0 1 3 / 2 0 1 4 2 0 1 4 / 2 0 1 5 2 0 1 5 / 2 0 1 6 R A T A - R A T A
P E R T A H U N
Pertumbuhan Aset , DPK, dan Pembiayaan BUS
di Indonesia
Aset DPK Pembiayaan
Grafik 4.1: Pertumbuhan Aset, DPK, dan Pembiayaan BUS di Indonesia
82
Tabel 4.2 memberikan gambaran terkait perkembangan kinerja
usaha bank syariah dari aspek FDR, NPF, dan BOPO.
Tabel 4.2: Perkembangan NPF, FDR, dan BOPO BUS di Indonesia
Keterangan Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
BOPO 84.75% 88.21% 96.97% 97.01% 96.23%
FDR 99.99% 100.32% 86.66% 88.03% 85.99%
NPF 4.21% 4.33% 4.95% 4.84% 4.42%
Sumber: Statistik Perbankan Syariah OJK, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, FDR Bank Umum Syariah sepanjang
tahun 2012-2016 secara berturut-turut sebesar 99.99%, 100.32%, 86.66%,
88.03%, dan 85.99%. Tingginya FDR Bank Umum Syariah ini
menggambarkan bahwa Bank Umum Syariah telah melaksanakan fungsi
perantaraan dengan baik. Demikian juga dengan NPF, berdasarkan Tabel
4.2 di atas, NPF Bank Umum Syariah secara berturut-turut 4.21%, 4.33%,
4.95%, 4.84%, dan 4.42%. NPF menggambarkan kinerja usaha
pembiayaan yang diberikan. Pada kasus ini adalah berapa persen jumlah
pembiayaan yang diberikan yang tidak dapat ditagih. Semakin besar
persentase NPF, maka berarti kinerja usaha pembiayaan semakin tidak
baik, demikian pula sebaliknya. Kemudian dengan BOPO, berdasarkan
Tabel 4.2 di atas, BOPO Bank Umum Syariah secara berturut-turut
84.75%, 88.21%, 96.97%, 97.01%, dan 96.23%. BOPO menggambarkan
efisiensi bank dalam mengelola sumber daya operasional yang ada
sehingga menjadi keuntungan yang dapat diambil oleh bank. Semakin
besar nilai BOPO, maka semakin efisien pula bank tersebut. (Sumber:
Statistik Perbankan Syariah OJK)
83
c. Profil Bank Umum Syariah secara Individu
Perkembangan Bank Umum Syariah yang menjadi objek penelitian
ini dapat dilihat sebagai berikut:
1) Bank Syariah Mandiri
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang
Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB
berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger
dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat
bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank
(Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo)
menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada
tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga
menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
sebagai pemilik mayoritas baru BSB. (www.syariahmandiri.co.id)
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri
melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan
Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk
mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan
Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun
1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi
syariah (dual banking system). (www.syariahmandiri.co.id)
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk
84
melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional
menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan
Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga
kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank
yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank
Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto,
SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB
menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank
Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober
1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior
Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan
nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan
pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai
beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1
November 1999. (www.syariahmandiri.co.id)
Tabel 4.3: Profil Bank Syariah Mandiri
Profil Singkat BSM:
Nama PT Bank Syariah Mandiri
(Perseroan Terbatas)
Alamat Wisma Mandiri I, Jl. MH. Thamrin No. 5
Jakarta 10340 – Indonesia
Telepon (62-21) 2300 509, 3983 9000 (Hunting)
Faksimili (62-21) 3983 2989
Situs Web www.syariahmandiri.co.id
Swift Code BSMDIDJA
Tanggal Berdiri 25-Okt-99
Tanggal Beroperasi 01-Nov-99
Modal Dasar Rp2.500.000.000.000,-
Modal Disetor Rp2.489.021.935.000,-
Kantor Layanan 773 Kantor Cabang di seluruh provinsi di
Indonesia
85
Jumlah jaringan
ATM BSM
182,156 ATM (ATM BSM, ATM Mandiri,
ATM Bersama termasuk ATM Mandiri dan
ATM BSM, ATM Prima dan MEPS)
Jumlah Karyawan 16.648 orang (Per September 2016)
Kepemilikan Saham:
PT Bank Mandiri
(Persero)Tbk. 497.804.386 lembar saham (99,9999998%)
PT Mandiri
Sekuritas 1 lembar saham (0,0000002%).
Otoritas Pengawas
Bank:
Otoritas Jasa Keuangan
Gedung Sumitro Djojohadikusumo
Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-
4 Jakarta 10710 Indonesia
Telp (62-21) 3858001
Faks (62-21) 3857917
Sumber: Website Resmi Bank Syariah Mandiri
2) Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius
Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan
operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan
dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-
Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank
Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari
komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat
penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara
silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh
tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam
modal senilai Rp 106 miliar. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua
tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat
sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi
86
Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia
dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.
(www.bankmuamalat.co.id)
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara.
Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen
korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998,
rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan
mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah,
yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal.
(www.bankmuamalat.co.id)
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat
mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh
Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab
Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi
salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun
waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh
tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun
waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi
menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang
oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang
tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara
murni. (www.bankmuamalat.co.id)
87
Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 4,3
juta nasabah melalui 457 gerai yang tersebar di 33 provinsi di
Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari
4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia, 1996 ATM, serta
95.000 merchant debet. BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank
syariah yang telah membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala
Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di
Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic
Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih
dari 2000 ATM di Malaysia. Selain itu, Bank Muamalat memiliki
produk shar-e gold dengan teknologi chip pertama di Indonesia yang
dapat digunakan di 170 negara dan bebas biaya di seluruh merchant
berlogo visa. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat
berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya
comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi
masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi
oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional serta
masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima
oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan yang diterima antara
lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance
News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution in
Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai The Best
Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia
(Hong Kong). (www.bankmuamalat.co.id)
88
3) Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah
Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan
sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu
adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat
terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada
Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000
didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di
Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya
UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor
Cabang Pembantu. (www.bankmuamalat.co.id)
Di samping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di
Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih
kurang 1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di
dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap
memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan
Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH.Ma’ruf Amin,
semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga
telah memenuhi aturan syariah. (www.bankmuamalat.co.id)
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin
usaha kepada PT Bank BNI Syariah, dan di dalam Corporate Plan UUS
BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan
akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada
tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank
89
Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak
terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu
dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah. Di samping itu, komitmen Pemerintah terhadap
pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran
terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin
meningkat. (www.bankmuamalat.co.id)
Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor
Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil
Layanan Gerak dan 20 Payment Point. BNI Syariah terdaftar dan
diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. (www.bnisyariah.co.id).
Tabel 4.4: Profil Bank BNI Syariah
Nama PT BANK BNI SYARIAH
Alamat Perseroan Gedung Tempo Pavilion 1 Jl. HR Rasuna Said
Kav 10-11, Lt 3-6, Jakarta 12950, Indonesia
No. Telp/Fax +62-21 2970 1946 (T)/+62-21 2966 7947 (F)
Alamat Website www.bnisyariah.co.id
Alamat Email [email protected]
Kegiatan Usaha
Bergerak di Bidang Usaha Perbankan Syariah
sesuai dengan Anggaran Dasar BNI Syariah
No. 160 tanggal 22 Maret 2010
Segmen Usaha
Pembiayaan
- Bisnis Komersial
- Bisnis Konsumer & Ritel
- Bisnis Mikro
- Bisnis Tresuri dan Internasional
Kepemilikan
- PT BANK NEGARA INDONESIA
(PERSERO) TBK: 99,9%
- PT BNI LIFE INSURANCE: 0,1%
Tanggal Efektif
Operasional 19 Juni 2010
90
Dasar Hukum
Pendirian
Surat Keputusan Menteri Hukum & HAM
Nomor: AHU-15574, AH.01.01.TAHUN 2010,
TANGGAL 25 MARET 2010
Modal Dasar Rp 4.004.000.000.000
Modal
Ditempatkan dan
Disetor Penuh
Rp 1.501.500.000.000
Jaringan
- 67 Kantor Cabang/Branch Offices
- 165 Kantor Cabang Pembantu/Sub-branches
- 17 Kantor Kas/Cash Office
- 8 Kantor Fungsional/Functional Office
- 22 Mobil Layanan Gerak/Mobile Services
Vehicles
- 20 Payment Point/Payment Points
- 202 Mesin ATM BNI/BNI ATM Machines
- 1500 Outlet/Outlets
Sumber: Website Resmi Bank BNI Syariah
4) Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah
mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui
suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17
November 2008 PT. Bank BRISyariah secara resmi beroperasi.
Kemudian PT. Bank BRISyariah merubah kegiatan usaha yang semula
beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi
kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam. Dua tahun lebih
PT. Bank BRISyariah hadir mempersembahkan sebuah bank ritel
modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah
dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna.
Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence) dan
91
menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan
prinsip syariah. (www.brisyariah.co.id).
Kehadiran PT. Bank BRISyariah di tengah-tengah industri
perbankan nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang
mengikuti logo perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan
tuntutan masyarakat terhadap sebuah bank modern sekelas PT. Bank
BRISyariah yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan
modern. Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan dari
warna biru dan putih sebagai benang merah dengan brand PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. (www.brisyariah.co.id).
Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19
Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT.
Bank BRISyariah (proses spin off) yang berlaku efektif pada tanggal 1
Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir
selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan
Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRISyariah.
Saat ini PT. Bank BRISyariah menjadi bank syariah ketiga terbesar
berdasarkan aset PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan pesat baik dari
sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan
berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRISyariah
menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai
ragam produk dan layanan perbankan. (www.brisyariah.co.id).
92
2. Perkembangan Bank Umum Syariah di Pakistan
Perkembangan bank umum syariah di Pakistan dalam masa antara
2012-2016 dikaji dan dianalisis dengan tiga aspek, yaitu keadaan umum bank
umum syariah baik dari aspek aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan.
Kinerja usaha bank umum syariah seperti FDR, BOPO, dan NPF. Serta
membahas perkembangan permasing-masing bank umum syariah yang
menjadi objek dalam penelitian ini.
a. Keadaan Umum Bank Syariah di Pakistan
Dari aspek keadaan umum bank syariah di Pakistan sepanjang tahun
2012-2017 berkembang cukup baik, baik dari sisi aset, dana pihak ketiga
maupun pembiayaan yang diberikan. Aset Bank Syariah dari tahun 2012-
2017 mengalami peningkatan secara signifikan. Pada tahun 2012, aset
Bank Syariah berjumlah 837,000 Juta Ruppee dan pada tahun 2013
berjumlah 1,014,000 Juta Ruppee (naik 17.46% dari tahun sebelumnya).
Lalu di tahun berikutnya aset Bank Syariah pada tahun 2014 dibukukan
sebesar 1,259,000 Juta Ruppee (naik 19.46%), tahun 2015 berjumlah
1,610,000 Juta Ruppee (naik 21.80%), dan tahun 2016 berjumlah
1,853,000 Juta Ruppee (naik 13.11%). Sepanjang tahun 2012-2016,
kenaikan aset Bank Syariah di Pakistan rata-rata sebesar 17.96% setiap
tahunnya. (Sumber: Islamic Banking Bulletin - State Bank of Pakistan)
Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Syariah juga mengalami
peningkatan dari tahun 2012-2017. Pada tahun 2012, DPK Bank Syariah
berjumlah 660,950 Juta Ruppee dan pada tahun 2013 berjumlah 798,622
Juta Ruppee (naik 17.24% dari tahun sebelumnya). Lalu di tahun 2014,
93
DPK dibukukan sebesar 1,003,804 Juta Ruppee (naik 20.44%), tahun 2015
berjumlah 1,284,000 Juta Ruppee (naik 21.82%), dan tahun 2016
berjumlah 1,462,000 Juta Ruppee (naik 12.18%). Sepanjang tahun 2012-
2016, kenaikan DPK Bank Syariah di Pakistan rata-rata sebesar 17.92%
setiap tahunnya. (Sumber: Islamic Banking Bulletin - State Bank of
Pakistan)
Pertumbuhan DPK yang meningkat ini sejalan dengan peningkatan
jumlah pembiayaan, hanya saja terjadi penurunan dari tahun 2012 ke tahun
2013. Selebihnya pada tahun berikutnya mengalami peningkatan. Pada
tahun 2012, pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah berjumlah
394,400 Juta Ruppee, dan menurun sekitar 16.34% pada tahun 2013
menjadi 339,000 Juta Ruppee. Kemudian pada tahun 2014 mengalami
peningkatan yang menjadi 409,000 Juta Ruppee (naik 17.11% dari tahun
sebelumnya), lalu meningkat kembali pada tahun 2015 menjadi 645,300
Juta Ruppee (naik sebesar 36.62%), dan pada tahun 2016 menjadi 821,000
Juta Ruppee (naik sebesar 21.40%). Sepanjang tahun 2012-2016, kenaikan
pembiayaan Bank Umum Syariah di Indonesia rata-rata sebesar 14.70%
setiap tahunnya. (Sumber: Islamic Banking Bulletin - State Bank of
Pakistan)
Tabel 4.5: Perkembangan Aset, DPK, & Pembiayaan
Bank Syariah di Pakistan (Jutaan Ruppee)
Keterangan Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Aset 837,000 1,014,000 1,259,000 1,610,000 1,853,000
DPK 660,950 798,622 1,003,804 1,284,000 1,462,000
Pembiayaan 394,400 339,000 409,000 645,300 821,000
Sumber: Islamic Banking Bulletin - State Bank of Pakistan, data diolah
94
Adapun untuk lebih ringkas, dapat dilihat pada Tabel 4.5 di tabel atas
dan Grafik 4.2 di bawah ini. Grafik 4.2 di bawah ini menggambarkan
pertumbuhan aset, DPK dan pembiayaan Bank Syariah di Pakistan
sepanjang tahun 2012-2016.
Sumber: Islamic Banking Bulletin State Bank of Pakistan, data diolah
b. Kinerja Usaha Bank Syariah di Pakistan
Perkembangan bank syariah selain dapat dilihat dari aspek keadaan
umum, juga dapat dilihat dan dikaji dari kinerja usaha, antara lain dapat
dilihat dari Financing to Deposit Ratio (FDR), Net Performing Financing
(NPF), dan Beban Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO).
FDR menggambarkan kemampuan bank syariah khususnya pada
penelitian ini adalah bank umum syariah dalam melaksanakan fungsi
perantaraan bank syariah diantara surplus unit dengan defisit unit atau
antara pihak yang kelebihan modal dengan yang kekurangan modal. Tabel
2012/2013 2013/2014 2014/2015 2015/2016Rata-rata
perTahun
Aset 17,46% 19,46% 21,80% 13,11% 17,96%
DPK 17,24% 20,44% 21,82% 12,18% 17,92%
Pembiayaan -16,34% 17,11% 36,62% 21,40% 14,70%
-20,00%
-10,00%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
Pertumbuhan Aset, DPK, dan Pembiayaan
Bank Syariah di Pakistan
Aset DPK Pembiayaan
Grafik 4.2: Pertumbuhan Aset, DPK, dan Pembiayaan Bank Syariah
di Pakistan
95
4.6 memberikan gambaran terkait perkembangan kinerja usaha bank
syariah di Pakistan dari aspek FDR, NPF, dan BOPO.
Tabel 4.6: Perkembangan NPF, FDR, dan BOPO
Bank Syariah di Pakistan
Keterangan Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
BOPO 67.30% 69.70% 66.00% 70.00% 75.10%
FDR 59.67% 42.45% 40.75% 50.26% 56.16%
NPF 6.20% 4.80% 3.20% 4.90% 4.10%
Sumber: Islamic Banking Bulletin State Bank of Pakistan, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, FDR bank syariah di Pakistan
sepanjang tahun 2012-2016 secara berturut-turut sebesar 59.67%, 42.25%,
40.75%, 50.26%, dan 56.16%. Tingginya FDR bank syariah di Pakistan
ini menggambarkan bahwa bank syariah telah melaksanakan fungsi
perantaraan dengan cukup baik. Demikian juga dengan NPF, berdasarkan
Tabel 4.6 di atas, NPF bank syariah secara berturut-turut 6.20%, 4.80%,
3.20%, 4.90%, dan 4.10%. NPF menggambarkan kinerja usaha
pembiayaan yang diberikan. Pada kasus ini adalah berapa persen jumlah
pembiayaan yang diberikan yang tidak dapat ditagih. Semakin besar
persentase NPF, maka berarti kinerja usaha pembiayaan semakin tidak
baik, demikian pula sebaliknya. Kemudian dengan BOPO bank syariah
secara berturut-turut 67.30%, 69.70%, 66.00%, 70.00%, dan 75.10%.
BOPO menggambarkan efisiensi bank dalam mengelola sumber daya
operasional yang ada sehingga menjadi keuntungan. Semakin besar nilai
BOPO, maka semakin efisien pula bank tersebut. (Sumber: Islamic
Banking Bulletin - State Bank of Pakistan)
96
c. Profil Bank Umum Syariah secara Individu
Perkembangan Bank Umum Syariah yang menjadi objek penelitian
ini dapat dilihat sebagai berikut:
1) Al-Baraka Bank Pakistan
Dengan visi untuk layanan yang tak tertandingi, dedikasi terhadap
prinsip perbankan syariah, meningkatkan titik jaringan, dan lini produk
yang inovatif, Al Baraka Bank (Pakistan) Limited berkomitmen pada
Industri Perbankan di Pakistan. Al Baraka Bank (Pakistan) Limited
(ABPL) adalah hasil penggabungan antara Al Baraka Islamic Bank
Pakistan (AIBP), operasi cabang Al Baraka Islamic Bank (AIB)
Bahrain dan Emirates Global Islamic Bank (Pakistan). Entitas
gabungan mulai beroperasi pada tanggal 1 November 2010.
(www.albaraka.com.pk)
ABPL memainkan peran penting dalam menumbuhkan industri
yang telah menyaksikan pertumbuhan yang luar biasa selama 12 tahun
terakhir. Pertumbuhan ini selanjutnya dikatalisis pada bulan November,
2016 ketika operasi Burj Bank Limited digabungkan ke dalam ABPL;
Dengan aset lebih dari Rs. 120 miliar; Sebuah angkatan kerja dari lebih
2800 profesional dan jaringan dari 224 kantor cabang di 100 kota dan
kota di Pakistan, Al Baraka Bank (Pakistan) Limited mengabdikan diri
untuk menyediakan beragam produk Syariah sesuai kebutuhan
perbankan mereka. (www.albaraka.com.pk)
Al Baraka Bank (Pakistan) Limited, menawarkan beragam
produk pembiayaan syariah seperti Murabahah, Ijarah, Musharakah dan
97
Refinance Ekspor Islam, yang mencakup beragam sektor ekonomi
termasuk sektor Korporat, UKM dan Konsumen. Selain itu, berbagai
skema deposito Syariah juga tersedia bagi nasabah untuk
menginvestasikan dananya, bersamaan dengan berbagai layanan
pendukung lainnya seperti perbankan cabang online, Kartu Debit Bayar
Al Baraka, perbankan SMS, Transfer Dana Antar Bank, E-Statement,
Pernyataan rekening elektronik, loker penyimpanan yang aman dan
pembayaran tagihan utilitas. (www.albaraka.com.pk)
ABPL adalah anak perusahaan Al Baraka Banking Group (ABG),
sebuah perusahaan saham gabungan Bahrain, yang terdaftar di bursa
saham Bahrain dan NASDAQ Dubai. Ini adalah bank Islam
Internasional terkemuka dengan Standard & Poor's di BB + (jangka
panjang) / B (jangka pendek) masing-masing dan menawarkan Layanan
Ritel, Korporasi, Perbankan Investasi dan Perbendaharaan dengan ketat
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Modal dasar ABG adalah
US $ 2 miliar; Aset dasar US $ 24 miliar dan total ekuitas US $ 2,1
miliar. Kelompok ini memiliki unit Perbankan dan kantor perwakilan
di 15 negara yang mencakup dari Eropa hingga MENA dan Asia,
dengan jaringan melebihi 700 Cabang. (www.albaraka.com.pk)
2) Bank Islami Pakistan Limited
Ide awal BankIslami dikonseptualisasikan oleh Jahangir Siddiqui
& Company Limited dan keluarga Randeree pada akhir tahun 2003.
Bapak Hasan A. Bilgrami ditunjuk sebagai Penasihat kepada para
sponsor pada tanggal 16 Maret 2004 untuk meresmikan gagasan
98
tersebut. Dia mempresentasikan makalah konsep BankIslami kepada
sponsor pada tanggal 24 Maret 2004. Sebuah rencana bisnis yang
terperinci kemudian disiapkan dan permohonan resmi diajukan ke Bank
Negara Pakistan pada tanggal 26 Mei 2004. Pada tanggal 26 September
2005, Dubai Bank bergabung dengan Sponsor dan menjadi salah satu
pemegang saham pendiri BankIslami dengan menginvestasikan
18,75% pada total Modal. (bankislami.com.pk)
Bank Umum Islam kedua di Pakistan, didirikan pada tanggal 18
Oktober 2004 di Pakistan. BankIslami Pakistan Limited adalah bank
pertama yang menerima lisensi Islamic Banking berdasarkan kebijakan
Islamic Banking tahun 2003 pada tanggal 31 Maret 2005.
(bankislami.com.pk)
Bank membayangkan untuk berfokus terutama pada Wealth
Management sebagai bidang usaha utama selain produk Perbankan
Ritel Syariah, Produk proprietary dan pihak ketiga, dan layanan
perencanaan keuangan terpadu. BankIslami Pakistan Limited
melakukan penawaran umum Rs. 400 Juta, sejajar, dari tanggal 6
sampai 8 Maret 2006. Ini adalah isu utama pertama oleh Bank di lebih
dari satu dekade di Pakistan. Penawaran umum perdana (Initial Public
Offering / IPO) BankIslami mendapat respon yang luar biasa dari
masyarakat umum karena aplikasi yang diterima 9 kali lebih tinggi
daripada yang ditawarkan, mengambil hampir Rs. 3,5 Miliar, melawan
permintaan Rs. 400 Juta. (bankislami.com.pk)
99
Pada akhir tahun 2006, Bank memiliki 10 cabang, sembilan di
Karachi dan satu di Quetta. Bank semakin berkonsentrasi dalam
membangun jaringan nasional dan pada akhir tahun 2007, jaringan
cabangnya tumbuh menjadi 36 cabang di 23 kota. Pada tahun 2008,
Bank membuka 66 cabang baru di seluruh Indonesia yang memperluas
jaringannya menjadi 102 cabang di 49 tempat. Pada akhir 2014, Bank
telah mencapai target 213 cabang di 80 kota secara nasional. Hal ini
memberi BankIslami perbedaan memiliki jaringan dengan
pertumbuhan tercepat di Pakistan serta menawarkan jaringan seluas-
luasnya oleh Bank Syariah manapun. Pada tanggal 7 Mei 2015 Bank of
Pakistan menyetujui penggabungan Bank KASB dengan dan ke
BankIslami. Dengan penggabungan ini, semua 104 cabang Bank KASB
digabungkan ke dalam BankIslami sehingga menjadikannya jaringan
perbankan terbesar ke 11 dengan 317 cabang di 93 kota dalam kurun
waktu singkat 9 tahun. (bankislami.com.pk)
3) Dubai Islamic Bank Pakistan Limited
Dubai Islamic Bank Pakistan Limited (DIBPL) adalah anak
perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Dubai Islamic Bank UAE
(DIB). Perusahaan induk DIB adalah perusahaan yang terdaftar di
Dubai. Bank telah mempertahankan posisinya sebagai penyedia solusi
inovatif untuk semua kebutuhan keuangan pelanggannya, sesuai
dengan syariah. (www.dibpak.com)
DIBPL didirikan di Pakistan sebagai perusahaan terbatas publik
yang tidak terdaftar pada tanggal 27 Mei 2005 di bawah Ordonansi
100
Perusahaan (1984) untuk menjalankan bisnis Bank Umum Islam sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah Islam. (www.dibpak.com)
Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen DIBPL telah
mengambil inisiatif untuk menghasilkan yang terbaik dalam operasi
organisasinya. Selain menyelaraskan proses dengan Visi, Misi dan
Nilai yang ditingkatkan; DIBPL telah memprakarsai peluncuran
Produk Baru, Cabang Baru, Intervensi Pembelajaran & Pengembangan
dan Perbaikan Terus-menerus dalam Sistem dan Proses. Saat ini DIBPL
berada di 243 lokasi (200 cabang dan 43 stan perbankan tanpa cabang)
di 62 kota di seluruh Pakistan. (www.dibpak.com)
DIBPL memiliki basis pelanggan lebih dari 200.000. Sebagai
Bank dengan Persyaratan Minimum Minimum (MCR), DIBPL
menikmati peringkat kredit jangka pendek 'A-1' dan peringkat kredit
jangka panjang 'A +' dengan prospek "positif" oleh JCR VIS, yang
mengindikasikan bahwa Bank Mandiri Posisi di industri. Bank Dunia
terus menegaskan kembali komitmennya kepada Pakistan dengan
cabang baru dan produk dan layanan baru Halal & Syariah.
(www.dibpak.com)
Selain menyediakan layanan perbankan yang komprehensif,
DIBPL juga berperan sebagai investor dan fasilitator untuk menjadi
katalisator untuk Investasi Langsung Asing (Foreign Direct
Investment/FDI) di negara ini. Bank terus memainkan peran aktif dalam
mengembangkan pasar surat kabar komersial Islam di Pakistan dengan
berpartisipasi dalam semua masalah Sukuk Islam Utama dari
101
Pemerintah Pakistan dan juga masalah Sukuk dari sektor swasta. Bank
juga telah secara aktif terlibat dalam membawa merek global ke
Pakistan dan merasa terhormat untuk bertindak sebagai penasihat
keuangan tunggal untuk berbagai waralaba global yang beroperasi di
Pakistan. (www.dibpak.com)
Upaya Bank Dunia sejak awal adalah menyediakan berbagai
produk dan layanan yang sesuai dengan syariah dan unik kepada semua
pelanggan. Dalam hal ini, DIBPL memiliki keunggulan penggerak
pertama di berbagai layanan perbankan syariah seperti Priority
Banking, Platinum Banking, VISA Debit Card, BancaTakaful,
Branchless Banking and Cash Management Services. Sebagai bank
syariah, DIBPL tidak hanya menjadi penyedia kesempatan kerja "halal"
bagi lulusan bisnis dan perdagangan muda, namun juga berkontribusi
pada pembangunan sosial melalui dana amal untuk memimpin yayasan
amal. DIBPL bercita-cita menjadi Bank Islam terkemuka di industri ini
melalui perluasan cabang, pengenalan produk inovatif & komprehensif,
tindakan kepatuhan dan pengendalian biaya yang efektif, penerapan
sistem perbankan mutakhir, dengan tetap melengkapi Transparansi dan
standar etika yang tinggi dalam berurusan dengan pelanggan.
(www.dibpak.com)
4) Meezan Islamic Bank
Meezan Bank, bank Islam pertama dan terbesar di Pakistan,
adalah perusahaan publik dengan modal disetor Rs. 10 miliar. Ini adalah
salah satu lembaga keuangan dengan pertumbuhan tercepat di sektor
102
perbankan negara ini. Dengan visi untuk mendirikan 'perbankan syariah
sebagai perbankan pilihan pertama' - Bank Dunia mulai beroperasi pada
tahun 2002, setelah menerbitkan lisensi perbankan komersial Islam
yang pertama kali oleh Bank Negara Pakistan. Bank menyediakan
beragam produk dan layanan perbankan syariah melalui jaringan
perbankan ritel yang beranggota lebih dari 550 cabang di 143 kota di
Indonesia. Didukung oleh sistem inti inti T-24 mutakhir, jaringan
cabang didukung oleh 24/7 layanan perbankan yang mencakup lebih
dari 500 kartu ATM, VISA dan MasterCard Debit, Call Center, Internet
Banking, Aplikasi Mobile dan SMS. Fasilitas perbankan Untuk
memenuhi populasi yang tidak diindahkan, Bank juga menawarkan
layanan Branchless Banking melalui Meezan UPaisa - Perbankan
Tanpa Cabang Syariah pertama di dunia. (www.meezanbank.com)
Meezan Bank berdiri di antara bank-bank Islam terkemuka di
seluruh dunia. Islamic Finance News - Malaysia telah memberikan
penghargaan kepada Bank Dunia dengan dua penghargaan global untuk
tahun 2015 - 'Best Islamic Retail Bank' dan posisi ketiga dalam kategori
Keseluruhan Islamic Bank. Bank juga telah dinilai sebagai 'Bank Islam
Terbaik Daerah' menurut Indeks Keterbukaan Asia Selatan.
(www.meezanbank.com)
Alhamdulillah, dengan 571 cabang di lebih dari 140 kota di
Pakistan, Meezan Bank adalah Bank Islam terbesar di Pakistan. Ini
adalah tonggak sejarah yang bukan hanya kisah sukses Meezan Bank
tapi juga kisah sukses perbankan syariah di Pakistan. Dengan jaringan
103
yang luas ini, pelanggan kami yang ada dan potensial sekarang lebih
dekat dari sebelumnya untuk mendapatkan keuntungan dari Perbankan
Syariah di depan pintu mereka. (www.meezanbank.com)
B. Analisis Deskriptif
Sebelum dilakukan perhitungan tingkat efisiensi, terlebih dahulu
ditentukan variabel input dan output dari ke-delapan bank umum syariah yang
menjadi objek penelitian. Dalam pendekatan DEA, variabel input terdiri dari
Beban Tenaga Kerja, Aset Tetap, dan Dana Pihak Ketiga. Variabel output terdiri
dari Pendapatan Lainnya, Pembiayaan, dan Investasi Finansial. Adapun untuk
data-data yang akan diolah dapat dilihat pada lampiran 1. Berikut merupakan
ringkasan statistik keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia yang mencakup
variabel input dan output dalam objek penelitian ini:
Tabel 4.7: Ringkasan Statistik 4 BUS di Indonesia Kuartal 1-4 2012-2016
(dalam Jutaan Rupiah)
KETERANGAN MEAN MAX MIN STANDAR
DEVIASI
Beban Tenaga Kerja 508,762.75 1,844,686.00 60,586.00 370,090.56
Dana Pihak Ketiga 31,898,878.48 69,949,861.00 6,921,122.00 18,512,450.41
Aset Tetap 1,374,232.75 5,088,390.00 62,319.00 1,371,876.80
Pendapatan Lainnya 333,386.55 3,448,768.00 14,876.00 477,497.86
Pembiayaan 28,246,408.99 55,388,246.00 5,312,650.00 15,715,973.47
Invetasi Finansial 7,614,875.40 21,577,652.00 1,245,719.00 4,540,493.56
Sumber: Laporan Keuangan Triwulanan BUS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, terdapat variasi yang besar antara BUS yang
menjadi objek penelitian. Hal ini terlihat dengan besarnya nilai standar devasi
untuk masing-masing variabel tersebut. Nilai standar deviasi yang besar tersebut
104
menggambarkan heteroginitas Bank Umum Syariah yang menjadi objek
penelitian baik dari aspek beban tenaga kerja, dana pihak ketiga, aset tetap,
pendapatan lainnya, pembiayaan, dan investasi finansial.
Kemudian, melihat data variabel input berikut, jumlah aset tetap dari 4
Bank Umum Syariah yang menjadi objek penelitian ini rata-rata mencapai Rp
1.37 triliun dengan jumlah maksimum mencapai Rp 5.08 triliun dan tingkat
terendah mencapai Rp 62.32 miliar. Jumlah beban tenaga kerja dari 4 Bank
Umum Syariah yang menjadi objek penelitian ini rata-rata mencapai Rp 508.76
miliar dengan jumlah maksimum mencapai Rp 1.85 triliun dan tingkat terendah
mencapai Rp 60.58 miliar. Jumlah dana pihak ketiga dari 4 Bank Umum Syariah
yang menjadi objek penelitian ini rata-rata mencapai Rp 31.89 triliun dengan
jumlah maksimum mencapai Rp 69.95 triliun dan tingkat terendah mencapai Rp
6.92 miliar. (Sumber: Laporan Keuangan Triwulanan BUS)
Kemudian juga diketahui bahwa variabel output berikut, jumlah
pembiayaan dari 4 Bank Umum Syariah yang menjadi objek penelitian ini rata-
rata mencapai Rp 28.25 triliun dengan jumlah maksimum mencapai Rp 55.34
triliun dan tingkat terendah mencapai Rp 5.3 triliun. Jumlah pendapatan lainnya
dari 4 Bank Umum Syariah yang menjadi objek penelitian ini rata-rata mencapai
Rp 333.39 miliar dengan jumlah maksimum mencapai Rp 3.45 triliun dan tingkat
terendah mencapai Rp 14.88 miliar. Jumlah investasi finansial dari 4 Bank
Umum Syariah yang menjadi objek penelitian ini rata-rata mencapai Rp 7.61
triliun dengan jumlah maksimum mencapai Rp 21.58 triliun dan tingkat terendah
mencapai Rp 1.25 triliun. (Sumber: Laporan Keuangan Triwulanan BUS)
105
Adapun untuk data-data dari Pakistan yang akan diolah dapat dilihat pada
lampiran 2. Berikut merupakan ringkasan statistik keuangan Bank Umum
Syariah di Pakistan yang mencakup variabel input dan output dalam objek
penelitian ini:
Tabel 4.8: Ringkasan Statistik 4 BUS di Pakistan Kuartal 1-4 2012-2016
(dalam Jutaan Ruppe)
KETERANGAN MEAN MAXIMUM MINIMUM STANDAR
DEVIASI
Beban Tenaga Kerja 2,411.65 15,488.00 493.00 2,665.77
Dana Pihak Ketiga 151,426.14 564,024.00 42,069.00 130,951.16
Aset Tetap 3,648.40 9,348.00 1,394.00 2,195.89
Pendapatan Lainnya 731.95 5,797.00 74.00 1,026.31
Pembiayaan 70,064.08 311,530.00 17,655.00 56,141.46
Invetasi Finansial 56,924.50 197,167.00 12,853.00 53,349.96
Sumber: Laporan Keuangan Triwulanan BUS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, sama halnya dengan Indonesia, 4 BUS di
Pakistan yang menjadi objek penelitian juga terdapat variasi yang besar. Hal ini
terlihat dengan besarnya nilai standar devasi untuk masing-masing variabel
tersebut. Nilai standar deviasi yang besar tersebut menggambarkan heteroginitas
Bank Umum Syariah yang menjadi objek penelitian baik dari aspek beban tenaga
kerja, dana pihak ketiga, aset tetap, pendapatan lainnya, pembiayaan, dan
investasi finansial.
Kemudian, melihat data variabel input berikut, jumlah aset tetap dari 4
Bank Umum Syariah yang menjadi objek penelitian ini rata-rata mencapai 3.65
miliar Ruppee dengan jumlah maksimum mencapai 9.35 miliar Ruppee dan
tingkat terendah mencapai 1.39 miliar Ruppee. Jumlah beban tenaga kerja dari
4 Bank Umum Syariah yang menjadi objek penelitian ini rata-rata mencapai 2.41
106
miliar Ruppee dengan jumlah maksimum mencapai 15.48 miliar Ruppee dan
tingkat terendah mencapai 493 juta Ruppee. Jumlah dana pihak ketiga dari 4
Bank Umum Syariah yang menjadi objek penelitian ini rata-rata mencapai
151.43 miliar Ruppee dengan jumlah maksimum mencapai 564.02 miliar
Ruppee dan tingkat terendah mencapai 42.06 miliar Ruppee. (Sumber: Laporan
Keuangan Triwulanan BUS)
Kemudian juga diketahui bahwa variabel output berikut, jumlah
pembiayaan dari 4 Bank Umum Syariah yang menjadi objek penelitian ini rata-
rata mencapai 70.06 miliar Ruppee dengan jumlah maksimum mencapai 311.53
miliar Ruppee dan tingkat terendah mencapai 17.65 miliar Ruppee. Jumlah
pendapatan lainnya dari 4 Bank Umum Syariah yang menjadi objek penelitian
ini rata-rata mencapai 731.95 juta Ruppee dengan jumlah maksimum mencapai
5.79 miliar Ruppee dan tingkat terendah mencapai 74 juta Ruppee. Jumlah
investasi finansial dari 4 Bank Umum Syariah yang menjadi objek penelitian ini
rata-rata mencapai 56.92 miliar Ruppee dengan jumlah maksimum mencapai
197.16 miliar Ruppee dan tingkat terendah mencapai 12.85 miliar Ruppe.
(Sumber: Laporan Keuangan Triwulanan BUS)
C. Hasil Analisis Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis
1. Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia
Berdasarkan data triwulanan BUS di Indonesia yang menjadi objek
penelitian ini pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, diperoleh hasil
perhitungan tingkat efisiensi dengan metode Data Envelompent Analysis
menggunakan asumsi CRS (Constant Return Scale), asumsi VRS (Variabel
107
Return Scale), dan Scale Efficiency. Untuk lebih detail dapat dilihat di
lampiran 2.
Berdasarkan pendekatan asumsi CRS, bank yang mencapai efisien
optimum sangat sedikit apabila dibandingkan dengan yang tidak efisien, atau
dengan kata lain lebih mudah memperoleh bank yang tidak efisien daripada
yang efisien. Adapun dengan pendekatan asumsi VRS, bank yang efisien
lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah bank yang tidak efisien. Untuk
lebih mudah melihat perbedaan efisiensi dengan dua asumsi tersebut, dapat
dilihat pada tabel 4.9 yaitu tabel yang menggambarkan bank yang mencapai
efisiensi optimum selama periode penelitian dengan asumsi CRS dan VRS.
Berdasarkan tabel 4.9, jumlah bank umum syariah di Indonesia yang
mempunyai tingkat efisiensi terendah (berdasarkan asumsi CRS) terjadi pada
kuartal kedua tahun 2014, dimana tidak ada satupun BUS dalam penelitian
ini yang mencapai tingkat efisiensi optimum. Lalu, jumlah bank yang
mencapai efisiensi optimum terbanyak terjadi pada kuartal pertama dan
kuartal keempat tahun 2012, serta kuartal pertama tahun 2016, yaitu semua
BUS di Indonesia dalam penelitian ini mencapai efisiensi optimum.
Adapun untuk pendekatan asumsi VRS, jumlah bank umum syariah di
Indonesia yang mempunyai tingkat efisiensi terendah terjadi pada kuartal
keempat 2012 yaitu hanya satu BUS saja (Bank Muamalat Indonesia). Lalu,
jumlah bank yang mencapai efisiensi optimum terbanyak terjadi pada
sepanjang kuartal 2012, kuartal pertama 2013 dan 2014, kuartal pertama,
kedua, dan keempat 2016 yaitu semua BUS dalam penelitian ini mencapai
efisiensi optimum.
108
Tabel 4.9: BUS di Indonesia yang Mencapai Efisiensi Optimum dengan
Metode DEA
Sumber: Data diolah oleh peneliti
Keterangan*:
1: Bank Syariah Mandiri 3: Bank BNI Syariah
2: Bank Muamalat Indonesia 4: Bank BRI Syariah
Berdasarkan tabel 4.10, peneliti membuat rata-rata bagi ke-4 BUS
selama periode penelitian. Berikut ini hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi
BUS di Indonesia dengan asumsi CRS, VRS, dan Scale Efficiency:
Tabel 4.10: Tingkat Efisiensi 4 BUS di Indonesia
Bank CRS VRS Scale
Bank Syariah Mandiri 98.95% 99.57% 99.38%
Bank Muamalat Indonesia 99.41% 99.94% 99.47%
Bank BNI Syariah 94.60% 98.81% 95.74%
Bank BRI Syariah 99.22% 99.57% 99.65%
Average 98.05% 99.47% 98.56%
Sumber: Data diolah oleh peneliti
Periode Kode Bank
CRS*
Jumlah
Bank Periode
Kode Bank
VRS*
Jumlah
Bank
2012
Q1 1, 2, 3, 4 4
2012
Q1 1, 2, 3, 4 4
Q2 2, 3, 4 3 Q2 1, 2, 3, 4 4
Q3 2, 3, 4 3 Q3 1, 2, 3, 4 4
Q4 1, 2, 3, 4 4 Q4 1, 2, 3, 4 4
2013
Q1 1, 2, 4 3
2013
Q1 1, 2, 3, 4 4
Q2 2 1 Q2 1, 2, 4 3
Q3 1 1 Q3 1, 2, 3 3
Q4 2, 3, 4 3 Q4 2, 3, 4 3
2014
Q1 2, 3, 4 3
2014
Q1 1, 2, 3, 4 4
Q2 0 Q2 1, 2 2
Q3 4 1 Q3 2, 3, 4 3
Q4 2 1 Q4 2 1
2015
Q1 1, 4 2
2015
Q1 1, 2, 4 3
Q2 2, 4 2 Q2 2, 3, 4 3
Q3 1, 2 2 Q3 1, 2 2
Q4 4 1 Q4 3, 4 2
2016
Q1 1, 2, 3, 4 4
2016
Q1 1, 2, 3, 4 4
Q2 2 1 Q2 1, 2, 3, 4 4
Q3 1 1 Q3 1, 3, 4 3
Q4 1, 2, 4 3 Q4 1, 2, 3, 4 4
109
Berdasarkan tabel di atas, tidak ada satupun BUS dalam penelitian ini
yang mencapai efisiensi optimum baik berdasarkan asumsi CRS, VRS,
maupun Scale. Adapun yang paling mendekati efisiensi optimum adalah
Bank Muamalat Indonesia dan Bank BRI Syariah baik berdasarkan asumsi
CRS, VRS, dan Scale yaitu pada titik 99%, sedangkan yang paling terendah
adalah Bank BNI Syariah yang mendapat nilai di bawah 99%.
Sumber: Data diolah oleh peneliti
Berdasarkan grafik di atas, tingkat efisiensi yang dimiliki oleh Bank
Umum Syariah dalam penelitian ini berada pada posisi yang hampir sama,
hanya Bank BNI Syariah saja yang nilainya berkisar pada angka 94% (asumsi
CRS), sedangkan ketiga bank lainnya berada pada posisi di atas 98%.
Berikut ini akan dibahas hasil pengukuran tingkat efisiensi Bank Umum
Syariah di Indonesia secara individu dengan pendekatan intermediasi
menggunakan Model BBC dengan asumsi VRS (Variabel Return Scale).
91,00%92,00%93,00%94,00%95,00%96,00%97,00%98,00%99,00%
100,00%
Bank
Syariah
Mandiri
Bank
Muamalat
Indonesia
Bank BNI
Syariah
Bank BRI
Syariah
Average
Tingkat Efisiensi BUS di Indonesia
CRS VRS Scale
Grafik 4.3: Tingkat Efisiensi Rata-rata BUS di Indonesia asumsi CRS,
VRS, dan Scale
110
a. Bank Syariah Mandiri (BSM)
Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi dengan
asumsi VRS (Variabel Return Scale) Bank Syariah Mandiri:
Tabel 4.11: Nilai Efisiensi Asumsi VRS Bank Syariah Mandiri (%)
PERIODE 2012 2013 2014 2015 2016
Kuartal 1 - Maret 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Kuartal 2 - Juni 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Kuartal 3 - September 100.00 100.00 97.00 100.00 100.00
Kuartal 4 - Desember 100.00 99.00 96.00 99.00 100.00
TOTAL 400.00 399.00 393.00 399.00 400.00
RATA-RATA 100.00 99.75 98.25 99.75 100.00
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2012 nilai efisiensi mencapai
maksimum diperoleh oleh Bank Syariah Mandiri. Namun, pada tahun
2013, nilai efisiensinya hanya mencapai 99.75%, terjadi penurunan
efisiensi dari tahun sebelumnya sebesar 0.25%. Tahun berikutnya 2014,
tingkat efisiensi kembali menurun pada titik 98.25%. Namun, di tahun
selanjutnya yaitu tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 99.75%.
Setelah tiga tahun berturut-turut mengalami inefesiensi, pada tahun 2016,
akhirnya Bank Syariah Mandiri mencapai nilai efisiensi 100%.
Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi Bank Syariah Mandiri selama
periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik 4.4. Berdasarkan grafik 4.4,
terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi Bank Syariah Mandiri (BSM)
mengalami fluktuasi turun dan naik. Pada tahun 2012 sampai dengan 2014
mengalami penurunan, kemudian pada tahun 2015 sampai dengan 2016
meningkat hingga mencapai efisiensi optimum.
111
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai manajemen Bank Syariah
Mandiri dalam mengambil sebuah keputusan untuk mencapai nilai
efisiensi optimum:
Tabel 4.12: Target Efisiensi BSM Desember 2014
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Efficiency Variable Actual Target To
Gain Achieved
Bank
Syariah
Mandiri
Desember
2014
96.45%
BTK 1,359,776 1,072,438 21.13% 78.87%
DPK 59,820,572 57,696,494 3.55% 96.45%
Aset Tetap 2,282,608 2,201,558 3.55% 96.45%
Pendapatan
Lainnya 1,001,565 1,001,565 0.00% 100.00%
Pembiayaan 46,066,124 47,921,611 3.87% 96.13%
Investasi
Finansial 15,085,795 15,085,795 0.00% 100.00%
100.00%
99.66%
98,39%
99.80%100.00%
97,50%
98,00%
98,50%
99,00%
99,50%
100,00%
100,50%
2012 2013 2014 2015 2016
Efi
sien
si
Tingkat Efisiensi Asumsi VRS
Bank Syariah Mandiri (BSM)
Grafik 4.4: Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS
Bank Syariah Mandiri (BSM)
112
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, Bank Syariah Mandiri pada bulan
Desember 2014 mengalami inefisiensi terendah yaitu sebesar 96.45%
dibandingkan dengan triwulan lainnya pada periode penelitian ini. Semua
variabel input mengalami inefisiensi, dan hanya satu variabel output yang
mengalami inefsiensi yaitu pembiayaan. Beban Tenaga Kerja atau BTK
tingkat efisiennya hanya mencapai 78.87% dan untuk mencapai nilai
efisiensi optimum, perlu dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya
sebesar 21.13%. Implementasi anggaran untuk BTK cukup tinggi
mencapai Rp1,359,776 juta. Hal ini mengindikasikan telah terjadi
pemborosan dalam BTK, padahal hanya dengan Rp1,072,438 juta saja,
variabel BTK sudah dapat mencapai efisiensi optimum.
Adapun pencapaian efisiensi pada variabel aset tetap hanya
mencapai 96.45% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum, perlu
dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 3.55%. Aset
tetap yang dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri mencapai Rp2,282,608
juta. Aset tetap ini juga mengalami pemborosan, karena hanya dengan
Rp1,072,438 juta saja, variabel aset tetap sudah dapat mencapai nilai
efisiensi yang optimum.
Begitu pula dengan DPK yang juga mengalami inefisiensi, dengan
nilai 96.45%, maka dari itu diperlukan perbaikan pada variabel DPK
dengan cara menurunkan sebesar 3.55%. Hal ini mengindikasikan DPK
yang dihimpun oleh Bank Syariah Mandiri melebihi target dan tidak
disertai dengan penyaluran kepada nasabah pihak ketiga sehingga tidak
bisa mencapai efisiensi secara optimum. Implementasi DPK yang
113
dihimpun mencapai Rp59,820,572 juta, sedangkan target yang disarankan
agar mencapai efisiensi optimum adalah sebesar Rp57,696,494 juta.
Adapun untuk variabel output yaitu pembiayaan juga mengalami
inefisiensi dengan nilai 96.13%, maka dari itu diperlukan perbaikan pada
variabel pembiayaan dengan cara menaikkan sebesar 3.87%. Hal ini
mengindikasikan total pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah masih
kurang dari target yang seharusnya dicapai oleh Bank Syariah Mandiri.
Implementasi pembiayaan yang disalurkan hanya mencapai Rp46,066,124
juta saja, oleh karena itu Bank Syariah Mandiri harus menaikkan
pembiayaan menjadi Rp47,921,611 juta, agar dapar mencapai efisiensi
yang optimum.
b. Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi dengan
asumsi VRS (Variabel Return Scale) Bank Muamalat Indonesia:
Tabel 4.13: Nilai Efisiensi Asumsi VRS Bank Muamalat Indonesia (%)
PERIODE 2012 2013 2014 2015 2016
Kuartal 1 - Maret 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Kuartal 2 - Juni 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Kuartal 3 - September 100.00 100.00 100.00 100.00 99.12
Kuartal 4 - Desember 100.00 100.00 100.00 99.63 100.00
TOTAL 400.00 400.00 400.00 399.63 399.12
RATA-RATA 100.00 100.00 100.00 99.91 99.78
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, ppada tahun 2012 sampai dengan tahun
2014 berturut-turut, Bank Muamalat Indonesia mencapai nilai efisiensi
maksimum. Namun, pada tahun 2015, nilai efisiensinya hanya mencapai
99.91%, terjadi penurunan efisiensi dari tahun sebelumnya sebesar 0.09%.
Lalu, pada tahun berikutnya 2016, tingkat efisiensi kembali menurun pada
114
titik 99.78%. Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi Bank Muamalat
Indonesia selama periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik berikut
ini:
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Dari grafik di atas, terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi Bank
Syariah Mandiri (BSM) mengalami penurunan. Pada tahun 2012 sampai
dengan 2015 Bank Muamalat Indonesia konsisten mempertahankan
tingkat efisiensinya pada titik optimum. Akan tetapi, pada tahun 2015
mengalami penurunan, dimana nilai efisiensinya hanya mencapai 99.91%
dan menurun kembali pada tahun 2016 dengan nilai efisiensi hanya
sebesar 99.78%.
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai manajemen Bank Muamalat
Indonesia dalam mengambil sebuah keputusan untuk mencapai nilai
efisiensi optimum:
Grafik 4.5: Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS
Bank Muamalat Indonesia (BMI)
100.00% 100.00% 100.00%
99.91%
99.78%
99,65%
99,70%
99,75%
99,80%
99,85%
99,90%
99,95%
100,00%
100,05%
2012 2013 2014 2015 2016
Efi
sien
si
Tingkat Efisiensi Asumsi VRS
Bank Muamalat Indonesia (BMI)
115
Tabel 4.14: Target Efisiensi BMI September 2016
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, Bank Muamalat Indonesia pada bulan
September 2016 mengalami inefisiensi terendah yaitu sebesar 99.12%
dibandingkan dengan triwulan lainnya pada periode penelitian ini. Pada
Bank Muamalat Indonesia bulan September 2015 variabel input saja yang
mengalami inefisiensi, sedangkan untuk variabel output sudah mencapai
efisien yang optimum. Beban Tenaga Kerja atau BTK tingkat efisiennya
hanya mencapai 81.58% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum,
perlu dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 18.42%.
Implementasi anggaran untuk BTK cukup tinggi mencapai Rp707,179
juta. Hal ini mengindikasikan telah terjadi pemborosan dalam BTK,
padahal hanya dengan Rp576,921 juta saja, variabel BTK sudah dapat
mencapai efisiensi optimum.
Adapun pencapaian efisiensi pada variabel aset tetap hanya
mencapai 86.77% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum, perlu
dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 13.23%. Aset
Efficiency Variable Actual Target To
Gain Achieved
Bank
Muamalat
Indonesia
September
2016
99.12%
BTK 707,179 576,921 18.42% 81.58%
DPK 41,073,752 40,711,112 0.88% 99.12%
Aset Tetap 4,828,078 4,189,229 13.23% 86.77%
Pendapatan
Lainnya 258,324 258,324 0.00% 100.00%
Pembiayaan 39,790,041 39,790,041 0.00% 100.00%
Investasi
Finansial 9,828,528 9,828,528 0.00% 100.00%
116
tetap yang dimiliki oleh Bank Muamalat Indonesia mencapai Rp4,828,078
juta. Aset tetap ini juga mengalami pemborosan, karena hanya dengan
Rp4,189,229 juta saja, variabel aset tetap sudah dapat mencapai nilai
efisiensi yang optimum.
Begitu pula dengan DPK yang juga mengalami inefisiensi, dengan
nilai 99.12%, maka dari itu diperlukan perbaikan pada variabel DPK
dengan cara menurunkan sebesar 0.88%. Hal ini mengindikasikan DPK
yang dihimpun oleh Bank Muamalat Indonesia melebihi target dan tidak
disertai dengan penyaluran kepada nasabah pihak ketiga sehingga tidak
bisa mencapai efisiensi secara optimum. Implementasi DPK yang
dihimpun mencapai Rp41,073,752 juta, sedangkan target yang disarankan
agar mencapai efisiensi optimum adalah sebesar Rp40,711,112 juta saja.
c. Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah
Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi dengan
asumsi VRS (Variabel Return Scale) Bank Negara Indonesia (BNI)
Syariah:
Tabel 4.15: Nilai Efisiensi Asumsi VRS BNI Syariah (%)
PERIODE 2012 2013 2014 2015 2016
Kuartal 1 - Maret 100.00 100.00 100.00 93.03 100.00
Kuartal 2 - Juni 100.00 94.96 95.89 100.00 100.00
Kuartal 3 - September 100.00 100.00 100.00 98.20 100.00
Kuartal 4 - Desember 100.00 100.00 94.07 100.00 100.00
TOTAL 400.00 394.96 389.96 391.23 400.00
RATA-RATA 100.00 98.74 97.49 97.81 100.00
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2012 nilai efisiensi mencapai
maksimum diperoleh oleh Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah. Namun,
pada tahun 2013, nilai efisiensinya hanya mencapai 98.74%, terjadi
117
penurunan efisiensi dari tahun sebelumnya sebesar 1.26%. Pada tahun
berikutnya 2014, tingkat efisiensi kembali menurun sebesar 1.25% dan
dibukukan nilai efisiensi pada titik 97.49%. Namun, di tahun selanjutnya
yaitu tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 0.32% dari tahun
sebelumnya, sehingga nilai efisiensi pada tahun 2015 mencapai 99.75%.
Setelah tiga tahun berturut-turut mengalami inefesiensi, pada tahun 2016,
akhirnya Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah mencapai nilai efisiensi
optimum sebesar 100%. Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi Bank
Negara Indonesia (BNI) Syariah selama periode penelitian ini dapat dilihat
pada grafik berikut ini:
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Dari grafik di atas, terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi Bank
Negara Indonesia (BNI) Syariah mengalami fluktuasi turun dan naik. Pada
tahun 2012 sampai dengan 2014 mengalami penurunan, kemudian pada
Grafik 4.6: Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS
Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah
100.00%
98.74%
97.49%
97.81%
100.00%
96,00%
96,50%
97,00%
97,50%
98,00%
98,50%
99,00%
99,50%
100,00%
100,50%
2012 2013 2014 2015 2016
Efi
sien
si
Tingkat Efisiensi Asumsi VRS
Bank BNI Syariah
118
tahun 2015 sampai dengan 2016 meningkat hingga mencapai efisiensi
optimum.
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai manajemen Bank Negara
Indonesia (BNI) Syariah dalam mengambil sebuah keputusan untuk
mencapai nilai efisiensi optimum:
Tabel 4.16: Target Efisiensi BNI Syariah Maret 2015
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.16 di atas, Bank Negara Indonesia (BNI)
Syariah pada bulan Maret 2015 mengalami inefisiensi terendah yaitu
sebesar 93.03% dibandingkan dengan triwulan lainnya pada periode
penelitian ini. Seluruh variabel input mengalami inefisiensi, sedangkan
untuk variabel output hanya satu yang masih inefesiensi, sisanya sudah
mencapai efisien yang optimum. Beban Tenaga Kerja atau BTK tingkat
efisiennya hanya mencapai 93.03% dan untuk mencapai nilai efisiensi
optimum, perlu dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar
6.97%. Implementasi anggaran untuk BTK cukup tinggi mencapai
Rp201,839 juta. Hal ini mengindikasikan telah terjadi pemborosan dalam
Efficiency Variable Actual Target To
Gain Achieved
Bank BNI
Syariah
Maret
2015
93.03%
BTK 201,839 187,770 6.97% 93.03%
DPK 17,422,874 16,208,392 6.97% 93.03%
Aset Tetap 384,274 257,706 32.94% 67.06%
Pendapatan
Lainnya 39,497 43,754 9.73% 90.27%
Pembiayaan 15,697,752 15,697,752 0.00% 100.00%
Investasi
Finansial 4,558,527 4,558,527 0.00% 100.00%
119
BTK, padahal hanya dengan Rp187,770 juta saja, variabel BTK sudah
dapat mencapai efisiensi optimum.
Adapun pencapaian efisiensi pada variabel aset tetap hanya
mencapai 67.06% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum, perlu
dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 32.94%. Aset
tetap yang dimiliki oleh Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah mencapai
Rp384,274 juta. Aset tetap ini juga mengalami pemborosan, karena hanya
dengan Rp257,706 juta saja, variabel aset tetap sudah dapat mencapai nilai
efisiensi yang optimum.
Begitu pula dengan DPK yang juga mengalami inefisiensi, dengan
nilai 93.03%, maka dari itu diperlukan perbaikan pada variabel DPK
dengan cara menurunkan sebesar 6.97%. Hal ini mengindikasikan DPK
yang dihimpun oleh Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah melebihi target
dan tidak disertai dengan penyaluran kepada nasabah pihak ketiga
sehingga tidak bisa mencapai efisiensi secara optimum. Implementasi
DPK yang dihimpun mencapai Rp17,422,874 juta, sedangkan target yang
disarankan agar mencapai efisiensi optimum adalah sebesar Rp16,208,392
juta saja.
Adapun untuk variabel output yaitu pendapatan lainnya juga
mengalami inefisiensi dengan nilai 90.27%, maka dari itu diperlukan
perbaikan pada variabel pendapatan lainnya dengan cara menaikkan
sebesar 9.73%. Hal ini mengindikasikan pendapatan lainnya masih kurang
dari target yang seharusnya dicapai oleh BNI Syariah. Implementasi
pendapatan lainnya hanya mencapai Rp39,497juta saja, oleh karena itu
120
BNI Syariah harus menaikkan pendapatan lainnya menjadi Rp43,754 juta,
agar dapar mencapai efisiensi yang optimum.
d. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah
Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi dengan
asumsi VRS (Variabel Return Scale) Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Syariah:
Tabel 4.17: Nilai Efisiensi Asumsi VRS BRI Syariah (%)
PERIODE 2012 2013 2014 2015 2016
Kuartal 1 - Maret 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Kuartal 2 - Juni 100.00 100.00 95.99 100.00 100.00
Kuartal 3 - September 100.00 99.14 100.00 98.77 100.00
Kuartal 4 - Desember 100.00 100.00 97.54 100.00 100.00
TOTAL 400.00 399.14 393.53 398.77 400.00
RATA-RATA 100.00 99.78 98.38 99.69 100.00
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2012 nilai efisiensi mencapai
maksimum diperoleh oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah. Namun,
pada tahun 2013, nilai efisiensinya hanya mencapai 99.78%, terjadi
penurunan efisiensi dari tahun sebelumnya sebesar 0.22%. Pada tahun
berikutnya 2014, tingkat efisiensi kembali menurun sebesar 1.40% dan
dibukukan nilai efisiensi pada titik 98.38%. Namun, di tahun selanjutnya
yaitu tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 1.31% dari tahun
sebelumnya, sehingga nilai efisiensi pada tahun 2015 mencapai 99.69%.
Setelah tiga tahun berturut-turut mengalami inefesiensi, pada tahun 2016,
akhirnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah mencapai nilai efisiensi
optimum sebesar 100%.
Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Syariah selama periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik berikut ini:
121
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Dari grafik di atas, terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi Bank
Rakyat Indonesia (BRI) Syariah mengalami fluktuasi turun dan naik. Pada
tahun 2012 sampai dengan 2014 mengalami penurunan, kemudian pada
tahun 2015 sampai dengan 2016 meningkat hingga mencapai efisiensi
optimum.
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai manajemen Bank Rakyat
Indonesia (BRI) Syariah dalam mengambil sebuah keputusan untuk
mencapai nilai efisiensi optimum:
Tabel 4.18: Target Efisiensi BRI Syariah Maret 2015
Efficiency Variable Actual Target To
Gain Achieved
Bank BRI
Syariah
Juni 2014
95.99%
BTK 252,989 181,263 28.35% 71.65%
DPK 15,116,605 14,511,091 4.01% 95.99%
Aset Tetap 361,469 346,990 4.01% 95.99%
Grafik 4.7: Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah
100.00%
99.78%
98.38%
99.69%
100.00%
97,50%
98,00%
98,50%
99,00%
99,50%
100,00%
100,50%
2012 2013 2014 2015 2016
Efi
sien
si
Tingkat Efisiensi Asumsi VRS
Bank BRI Syariah
122
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.18 di atas, Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Syariah pada bulan Juni 2014 mengalami inefisiensi terendah yaitu sebesar
95.99% dibandingkan dengan triwulan lainnya pada periode penelitian ini.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah bulan Juni 2014 variabel input saja
yang mengalami inefisiensi, sedangkan untuk variabel output sudah
mencapai efisien yang optimum.
Beban Tenaga Kerja atau BTK tingkat efisiennya hanya mencapai
71.65% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum, perlu dilakukan
perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 28.35%. Implementasi
anggaran untuk BTK cukup tinggi mencapai Rp252,989 juta. Hal ini
mengindikasikan telah terjadi pemborosan dalam BTK, padahal hanya
dengan Rp181,263 juta saja, variabel BTK sudah dapat mencapai efisiensi
optimum.
Adapun pencapaian efisiensi pada variabel aset tetap hanya
mencapai 95.99% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum, perlu
dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 4.01%. Aset
tetap yang dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah mencapai
Rp361,469 juta. Aset tetap ini juga mengalami pemborosan, karena hanya
dengan Rp346,990 juta saja, variabel aset tetap sudah dapat mencapai nilai
efisiensi yang optimum.
Pendapatan
Lainnya 32,758 32,758 0.00% 100.00%
Pembiayaan 13,997,644 13,997,644 0.00% 100.00%
Investasi
Finansial 3,497,899 3,497,899 0.00% 100.00%
123
Begitu pula dengan DPK yang juga mengalami inefisiensi, dengan
nilai 95.99%, maka dari itu diperlukan perbaikan pada variabel DPK
dengan cara menurunkan sebesar 4.01%. Hal ini mengindikasikan DPK
yang dihimpun oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah melebihi target
dan tidak disertai dengan penyaluran kepada nasabah pihak ketiga
sehingga tidak bisa mencapai efisiensi secara optimum. Implementasi
DPK yang dihimpun mencapai Rp15,116,605 juta, sedangkan target yang
disarankan agar mencapai efisiensi optimum adalah sebesar Rp14,511,091
juta saja.
2. Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah di Pakistan
Berdasarkan data triwulanan BUS di Pakistan yang menjadi objek
penelitian ini pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, diperoleh hasil
perhitungan tingkat efisiensi dengan metode Data Envelompent Analysis
menggunakan asumsi CRS (Constant Return Scale), asumsi VRS (Variabel
Return Scale), dan Scale Efficiency. Untuk lebih detail dapat dilihat di
lampiran 2.
Berdasarkan pendekatan asumsi CRS, bank yang mencapai efisien
optimum sangat sedikit apabila dibandingkan dengan yang tidak efisien, atau
dengan kata lain lebih mudah memperoleh bank yang tidak efisien daripada
yang efisien. Adapun dengan pendekatan asumsi VRS, bank yang efisien
lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah bank yang tidak efisien. Untuk
lebih mudah melihat perbedaan efisiensi dengan dua asumsi tersebut, dapat
dilihat pada tabel 4.20 yaitu tabel yang menggambarkan bank yang mencapai
efisiensi optimum selama periode penelitian dengan asumsi CRS dan VRS.
124
Berdasarkan tabel 4.19 berikut ini, jumlah bank umum syariah di
Pakistan yang mempunyai tingkat efisiensi terendah (berdasarkan asumsi
CRS) terjadi pada kuartal kedua tahun 2012, kuartal kedua dan ketiga tahun
2015, dimana tidak ada satupun BUS dalam penelitian ini yang mencapai
tingkat efisiensi optimum. Lalu, jumlah bank yang mencapai efisiensi
optimum terbanyak terjadi pada kuartal keempat tahun 2012, kuartal pertama
dan keempat tahun 2014, yaitu semua BUS di Pakistan dalam penelitian ini
mencapai efisiensi optimum.
Tabel 4.19: BUS di Pakistan yang Mencapai Efisiensi Optimum dengan
Metode DEA
Sumber: Data diolah oleh peneliti
Keterangan*:
1: Al-Baraka Bank 3: Dubai Bank Islamic Pakistan L
2: Bank Islami Pakistan Limited 4: Meezan Islamic Bank
Periode
Kode
Bank
CRS*
Jumlah
Bank Periode
Kode
Bank
VRS*
Jumlah
Bank
2012
Q1 1, 4 2
2012
Q1 1, 4 2
Q2 0 Q2 0
Q3 1, 2 2 Q3 1, 2 2
Q4 1, 2, 3, 4 4 Q4 1, 2 3, 4 4
2013
Q1 1, 3, 4 3
2013
Q1 1, 3, 4 3
Q2 1, 3, 4 3 Q2 1, 3, 4 3
Q3 1, 2, 4 3 Q3 1, 2, 4 3
Q4 2, 3, 4 3 Q4 2, 3, 4 3
2014
Q1 1, 2, 3, 4 4
2014
Q1 1, 2, 3, 4 4
Q2 1, 3 2 Q2 1 3 2
Q3 1, 3 2 Q3 1, 3 2
Q4 1, 2, 3, 4 4 Q4 1, 2, 3, 4 4
2015
Q1 1 1
2015
Q1 1 1
Q2 0 Q2 0
Q3 0 Q3 0
Q4 1, 3 2 Q4 1, 3 2
2016
Q1 1, 2, 4 3
2016
Q1 1, 2, 4 3
Q2 2, 3, 4 3 Q2 2, 3, 4 3
Q3 1 1 Q3 1 1
Q4 1, 3, 4 3 Q4 1, 3, 4 3
125
Berdasarkan tabel di atas, untuk pendekatan asumsi VRS, jumlah bank
umum syariah di Pakistan yang mempunyai tingkat efisiensi terendah terjadi
pada kuartal kedua 2012, kuartal kedua dan kuartal ketiga tahun 2015 yaitu
tidak ada satupun BUS di Pakistan dalam penelitian ini yang mencapai
efisiensi optimum. Lalu, jumlah bank yang mencapai efisiensi optimum
terbanyak terjadi kuartal pertama tahun 2012, kuartal pertama 2014 dan
kuartal keempat tahun 2014 yaitu semua BUS di Pakistan dalam penelitian
ini mencapai efisiensi optimum.
Berdasarkan tabel 4.20, peneliti membuat rata-rata bagi ke-4 BUS
selama periode penelitian. Berikut ini hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi
BUS di Pakistan dengan asumsi CRS, VRS, dan Scale Efficiency:
Tabel 4.20: Tingkat Efisiensi 4 BUS di Pakistan
Bank CRS VRS Scale
Al-Baraka Bank 99.35% 99.83% 99.52%
Bank Islami Pakistan
Limited 95.70% 98.45% 97.21%
Dubai Islamic Bank
Pakistan Limited 94.99% 99.03% 95.92%
Meezan Islamic Bank 95.83% 98.26% 97.53%
Average 96.47% 98.89% 97.54%
Sumber: Data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, tidak ada satupun BUS dalam penelitian ini
yang mencapai efisiensi optimum baik berdasarkan asumsi CRS, VRS,
maupun Scale. Adapun yang paling mendekati efisiensi optimum adalah Al-
Baraka Bank baik berdasarkan asumsi CRS, VRS, dan Scale yaitu pada titik
99%, sedangkan yang paling terendah adalah Bank Islami Pakistan Limited
dan Meezan Islamic Bank yang mendapat nilai di bawah 99% bagi asumsi
VRS. Namun, bila dibandingkan dengnan asumsi CRS dan Scale, yang
126
mendapat nilai terendah adalah Dubai Islamic Bank Pakistan Limited, karena
nilai yang diperoleh paling rendah dari ketiga BUS lainnya.
Adapun untuk memudahkan kita dalam melihat nilai efisiensi
berdasarkan ketiga asumsi dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Sumber: Data diolah oleh peneliti
Berdasarkan grafik di atas, tingkat efisiensi yang dimiliki oleh Bank
Umum Syariah dalam penelitian ini berada pada posisi yang hampir sama,
hanya Al-Baraka Bank saja yang nilainya stabil baik berdasarkan asumsi
CRS, VRS maupun Scale yaitu berkisar pada angka 99%, sedangkan ketiga
bank lainnya memiliki nilai yang beragam.
Berikut ini akan dibahas hasil pengukuran tingkat efisiensi Bank Umum
Syariah di Pakistan secara individu dengan pendekatan intermediasi
menggunakan Model BBC dengan asumsi VRS (Variabel Return Scale).
Grafik 4.8: Tingkat Efisiensi Rata-rata BUS di Pakistan asumsi CRS,
VRS, dan Scale
90,00%
95,00%
100,00%
Al-Baraka
Bank
Bank
Islami
Pakistan
Limited
Dubai
Islamic
Bank
Pakistan
Limited
Meezan
Islamic
Bank
Average
Tingkat Efisiensi BUS di Pakistan
CRS VRS Scale
127
a. Al-Baraka Bank
Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi dengan
asumsi VRS (Variabel Return Scale) Al-Baraka Bank:
Tabel 4.21: Nilai Efisiensi Asumsi VRS Al-Baraka Bank (%)
PERIODE 2012 2013 2014 2015 2016
Kuartal 1 - Maret 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Kuartal 2 - Juni 99.15 100.00 100.00 99.84 99.38
Kuartal 3 - September 100.00 100.00 100.00 98.62 100.00
Kuartal 4 - Desember 100.00 99.70 100.00 100.00 100.00
TOTAL 399.15 399.70 400.00 398.45 399.38
RATA-RATA 99.79 99.92 100.00 99.61 99.85
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2012-2013, Al-Baraka Bank
mengalami inefesiensi yaitu sebesar 99.79% dan 99.92%, kemudian pada
tahun 2014 nilai efisiensi mencapai maksimum diperoleh oleh Al-Baraka
Bank. Namun, pada tahun 2015 dan 2016 kembali menurun nilai
efisiensinya menjadi 99.61% dan 99.85%.
Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi Al-Baraka Bank selama
periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Grafik 4.9: Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS
Al-Baraka Bank
99.79%
99.92%
100.00%
99.61%
99.85%
99,40%
99,50%
99,60%
99,70%
99,80%
99,90%
100,00%
100,10%
2012 2013 2014 2015 2016
Efi
sien
si
Tingkat Efisiensi Asumsi VRS
Al-Baraka Bank
128
Dari grafik di atas, terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi Al-
Baraka Bank mengalami fluktuasi turun dan naik. Pada tahun 2012 sampai
dengan 2014 mengalami peningkatan, kemudian menuju tahun 2015 turun
kembali dan sampai dengan 2016 meningkat walaupun tidak mencapai
efisiensi optimum.
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai manajemen Al-Baraka Bank
dalam mengambil sebuah keputusan untuk mencapai nilai efisiensi
optimum:
Tabel 4.22: Target Efisiensi Al-Baraka Bank September 2015
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.22 di atas, Al-Baraka Bank pada bulan
September 2015 mengalami inefisiensi terendah yaitu sebesar 98.62%
dibandingkan dengan triwulan lainnya pada periode penelitian ini. Semua
variabel input mengalami inefisiensi, dan dua variabel output yang
mengalami inefsiensi kecuali pembiayaan. Beban Tenaga Kerja atau BTK
tingkat efisiennya hanya mencapai 98.62% dan untuk mencapai nilai
efisiensi optimum, perlu dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya
Efficiency Variable Actual Target To
Gain Achieved
Al-
Baraka
Bank
September
2015
98.62%
BTK 2,139 2,109 1.38% 98.62%
DPK 75,536 74,490 1.38% 98.62%
Aset Tetap 2,705 2,668 1.38% 98.62%
Pendapatan
Lainnya 479 507 5.51% 94.49%
Pembiayaan 44,586 44,586 0.00% 100.00%
Investasi
Finansial 19,222 21,082 8.82% 91.18%
129
sebesar 1.38%. Implementasi anggaran untuk BTK cukup tinggi mencapai
2,139 juta Ruppee. Hal ini mengindikasikan telah terjadi pemborosan
dalam BTK, padahal hanya dengan 2,109 juta Ruppee saja, variabel BTK
sudah dapat mencapai efisiensi optimum.
Adapun pencapaian efisiensi pada variabel aset tetap hanya
mencapai 98.62% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum, perlu
dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 1.38%. Aset
tetap yang dimiliki oleh Al-Baraka Bank mencapai 2,705 juta Ruppee.
Aset tetap ini juga mengalami pemborosan, karena hanya dengan 2,668
juta Ruppee, variabel aset tetap sudah dapat mencapai nilai efisiensi yang
optimum.
Begitu pula dengan DPK yang juga mengalami inefisiensi, dengan
nilai 98.62%, maka dari itu diperlukan perbaikan pada variabel DPK
dengan cara menurunkan sebesar 1.38%. Hal ini mengindikasikan DPK
yang dihimpun oleh Al-Baraka Bank melebihi target dan tidak disertai
dengan penyaluran kepada nasabah pihak ketiga sehingga tidak bisa
mencapai efisiensi secara optimum. Implementasi DPK yang dihimpun
mencapai 75,536 juta Ruppee, sedangkan target yang disarankan agar
mencapai efisiensi optimum adalah sebesar 74,490 juta Ruppee.
Adapun untuk variabel output yaitu pendapatan lainnya juga
mengalami inefisiensi dengan nilai 94.49%, maka dari itu diperlukan
perbaikan pada variabel pendapatan lainnya dengan cara menaikkan
sebesar 5.51%. Hal ini mengindikasikan pendapatan lainnya masih kurang
dari target yang seharusnya dicapai oleh Al-Baraka Bank. Implementasi
130
pendapatan lainnya hanya mencapai 479 juta Ruppee saja, oleh karena itu
Al-Baraka Bank harus menaikkan pendapatan lainnya menjadi 507 juta
Ruppee, agar dapar mencapai efisiensi yang optimum.
Kemudian, untuk variabel investasi finansial juga mengalami
inefisiensi dengan nilai 91.18%, maka dari itu diperlukan perbaikan pada
variabel investasi finansial dengan cara menaikkan sebesar 5.51%. Hal ini
mengindikasikan dana yang disalurkan oleh Al-Baraka Bank ke sektor
invetasi finansial belum mencapai target sehingga tidak bisa mencapai
efisiensi secara optimum. Implementasi investasi finansial hanya
mencapai 19,222 juta Ruppee saja, oleh karena itu Al-Baraka Bank harus
menaikkan investasi finansialnya menjadi 21,082 juta Ruppee, agar dapar
mencapai efisiensi yang optimum.
b. Bank Islami Pakistan Limited
Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi dengan
asumsi VRS (Variabel Return Scale) Bank Islami Pakistan Limited:
Tabel 4.23: Nilai Efisiensi Asumsi VRS Bank Islami Pakistan
Limited (%)
PERIODE 2012 2013 2014 2015 2016
Kuartal 1 - Maret 100.00 100.00 100.00 90.35 100.00
Kuartal 2 - Juni 100.00 99.07 94.36 94.91 100.00
Kuartal 3 - September 100.00 100.00 96.57 95.23 98.45
Kuartal 4 - Desember 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
TOTAL 400.00 399.07 390.93 380.49 398.45
RATA-RATA 100.00 99.77 97.73 95.12 99.61
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2012, Bank Islami Pakistan
Limited mencapai efisiensi optimum. Pada tahun 2013-2015, Bank Islami
Pakistan Limited mengalami penurunan nilai inefesiensi secara berturut-
131
turut yaitu 99.77%, 97.73%, dan 95.12%, kemudian pada tahun 2016 nilai
efisiensi mencapai meningkat walaupun belum bisa mencapai nilai
efisiensi optimum yaitu 99.61%.
Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi Bank Islami Pakistan Limited
selama periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Dari grafik di atas, terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi Bank
Islami Pakistan Limited mengalami fluktuasi turun dan naik. Pada tahun
2012 sampai dengan 2015 mengalami penurunan, kemudian menuju tahun
2016 meningkat walaupun tidak mencapai efisiensi optimum.
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai manajemen Bank Islami
Pakistan Limited dalam mengambil sebuah keputusan untuk mencapai
nilai efisiensi optimum:
Grafik 4.10: Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS
Bank Islami Pakistan Limited
100.00% 99.77%
97.73%
95.12%
99.61%
92,00%
93,00%
94,00%
95,00%
96,00%
97,00%
98,00%
99,00%
100,00%
101,00%
2012 2013 2014 2015 2016
Efi
sien
si
Tingkat Efisiensi Asumsi VRS
Bank Islami Pakistan Limited
132
Tabel 4.24: Target Efisiensi Bank Islami Pakistan Limited Maret 2015
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.24 di atas, Bank Islami Pakistan Limited pada
bulan Maret 2015 mengalami inefisiensi terendah yaitu sebesar 90.35%
dibandingkan dengan triwulan lainnya pada periode penelitian ini. Semua
variabel input mengalami inefisiensi, dan dua variabel output yang
mengalami inefsiensi kecuali pembiayaan. Beban Tenaga Kerja atau BTK
tingkat efisiennya hanya mencapai 90.35% dan untuk mencapai nilai
efisiensi optimum, perlu dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya
sebesar 9.65%. Implementasi anggaran untuk BTK cukup tinggi mencapai
919 juta Ruppee. Hal ini mengindikasikan telah terjadi pemborosan dalam
BTK, padahal hanya dengan 830 juta Ruppee saja, variabel BTK sudah
dapat mencapai efisiensi optimum.
Adapun pencapaian efisiensi pada variabel aset tetap hanya
mencapai 90.35% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum, perlu
dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 9.65%. Aset
tetap yang dimiliki oleh Bank Islami Pakistan Limited mencapai 3,397 juta
Efficiency Variable Actual Target To
Gain Achieved
Bank
Islami
Pakistan
Limited
Maret
2015
90.35%
BTK 919 830 9.65% 90.35%
DPK 93,368 84,362 9.65% 90.35%
Aset Tetap 3,397 3,069 9.65% 90.35%
Pendapatan
Lainnya 152 152 0.00% 100.00%
Pembiayaan 41,796 41,796 0.00% 100.00%
Investasi
Finansial 34,196 37,336 8.41% 91.59%
133
Ruppee. Aset tetap ini juga mengalami pemborosan, karena hanya dengan
3,069 juta Ruppee, variabel aset tetap sudah dapat mencapai nilai efisiensi
yang optimum.
Begitu pula dengan DPK yang juga mengalami inefisiensi, dengan
nilai 90.35%, maka dari itu diperlukan perbaikan pada variabel DPK
dengan cara menurunkan sebesar 9.65%. Hal ini mengindikasikan DPK
yang dihimpun oleh Bank Islami Pakistan Limited melebihi target dan
tidak disertai dengan penyaluran kepada nasabah pihak ketiga sehingga
tidak bisa mencapai efisiensi secara optimum. Implementasi DPK yang
dihimpun mencapai 93,368 juta Ruppee, sedangkan target yang disarankan
agar mencapai efisiensi optimum adalah sebesar 84,362 juta Ruppee.
Adapun untuk variabel output yaitu variabel investasi finansial juga
mengalami inefisiensi dengan nilai 91.59%, maka dari itu diperlukan
perbaikan pada variabel investasi finansial dengan cara menaikkan sebesar
8.41%. Hal ini mengindikasikan dana yang disalurkan oleh Bank Islami
Pakistan Limited ke sektor invetasi finansial belum mencapai target
sehingga tidak bisa mencapai efisiensi secara optimum. Implementasi
investasi finansial hanya mencapai 34,196 juta Ruppee saja, oleh karena
itu Bank Islami Pakistan Limited harus menaikkan investasi finansialnya
menjadi 37,336 juta Ruppee, agar dapar mencapai efisiensi yang optimum.
c. Dubai Islamic Bank Pakistan Limited
Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi dengan
asumsi VRS (Variabel Return Scale) Dubai Islamic Bank Pakistan
Limited:
134
Tabel 4.25: Nilai Efisiensi Asumsi VRS Dubai Islamic Bank Pakistan
Limited (%)
PERIODE 2012 2013 2014 2015 2016
Kuartal 1 - Maret 100.00 100.00 100.00 90.69 100.00
Kuartal 2 - Juni 99.83 100.00 100.00 91.55 100.00
Kuartal 3 - September 100.00 100.00 100.00 100.00 98.53
Kuartal 4 - Desember 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
TOTAL 399.83 400.00 400.00 382.24 398.53
RATA-RATA 99.96 100.00 100.00 95.56 99.63
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2012, Dubai Islamic Bank
Pakistan Limited belum mencapai efisiensi optimum. Pada tahun 2013-
2014, Dubai Islamic Bank Pakistan Limited mencapai efisiensi optimum.
kemudian tahun 2015-2016 mengalami penurunan nilai efisiensi secara
berturut-turut yaitu 95.56% dan 99.63%.
Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi Dubai Islamic Bank Pakistan
Limited selama periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Grafik 4.11: Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS
Dubai Islamic Bank Pakistan Limited
99.69% 100.00% 100.00%
95.56%
99.63%
93,00%
94,00%
95,00%
96,00%
97,00%
98,00%
99,00%
100,00%
101,00%
2012 2013 2014 2015 2016
Efi
sien
si
Tingkat Efisiensi Asumsi VRS
Dubai Islamic Bank Pakistan Limited
135
Dari grafik di atas, terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi Dubai
Islamic Bank Pakistan Limited mengalami fluktuasi turun dan naik. Pada
tahun 2012 sampai dengan 2014 mengalami kenaikan dan stagnan,
kemudian menuju tahun 2015 menurun dan ke tahun 2016 meningkat
walaupun tidak mencapai efisiensi optimum.
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai manajemen Dubai Islamic
Bank Pakistan Limited dalam mengambil sebuah keputusan untuk
mencapai nilai efisiensi optimum menurut hasil DEA Frontier dengan
metode VRS:
Tabel 4.26: Target Efisiensi Dubai Islamic Bank Pakistan Limited
Maret 2015
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.26 di atas, Dubai Islamic Bank Pakistan Limited
pada bulan Maret 2015 mengalami inefisiensi terendah yaitu sebesar
90.69% dibandingkan dengan triwulan lainnya pada periode penelitian ini.
Semua variabel input mengalami inefisiensi, dan dua variabel output yang
mengalami inefsiensi kecuali pembiayaan. Beban Tenaga Kerja atau BTK
Efficiency Variable Actual Target To
Gain Achieved
Dubai
Islamic
Bank
Pakistan
Limited
Maret
2015
90.69%
BTK 1,149 1,042 9.31% 90.69%
DPK 94,823 85,997 9.31% 90.69%
Aset Tetap 1,756 1,593 9.31% 90.69%
Pendapatan
Lainnya 221 324 31.83% 68.17%
Pembiayaan 57,838 57,838 0.00% 100.00%
Investasi
Finansial 19,211 29,181 34.17% 65.83%
136
tingkat efisiennya hanya mencapai 90.69% dan untuk mencapai nilai
efisiensi optimum, perlu dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya
sebesar 9.31%. Implementasi anggaran untuk BTK cukup tinggi mencapai
1,149 juta Ruppee. Hal ini mengindikasikan telah terjadi pemborosan
dalam BTK, padahal hanya dengan 1,042 juta Ruppee saja, variabel BTK
sudah dapat mencapai efisiensi optimum.
Adapun pencapaian efisiensi pada variabel aset tetap hanya
mencapai 90.69% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum, perlu
dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 9.31%. Aset
tetap yang dimiliki oleh Dubai Islamic Bank Pakistan Limited mencapai
1,756 juta Ruppee. Aset tetap ini juga mengalami pemborosan, karena
hanya dengan 1,593 juta Ruppee, variabel aset tetap sudah dapat mencapai
nilai efisiensi yang optimum.
Begitu pula dengan DPK yang juga mengalami inefisiensi, dengan
nilai 90.69%, maka dari itu diperlukan perbaikan pada variabel DPK
dengan cara menurunkan sebesar 9.31%. Hal ini mengindikasikan DPK
yang dihimpun oleh Dubai Islamic Bank Pakistan Limited melebihi target
dan tidak disertai dengan penyaluran kepada nasabah pihak ketiga
sehingga tidak bisa mencapai efisiensi secara optimum. Implementasi
DPK yang dihimpun mencapai 94,823 juta Ruppee, sedangkan target yang
disarankan agar mencapai efisiensi optimum adalah sebesar 85,997 juta
Ruppee.
Adapun untuk variabel output yaitu variabel investasi finansial juga
mengalami inefisiensi dengan nilai 65.83%, maka dari itu diperlukan
137
perbaikan pada variabel investasi finansial dengan cara menaikkan sebesar
34.17%. Hal ini mengindikasikan dana yang disalurkan oleh Dubai Islamic
Bank Pakistan Limited ke sektor invetasi finansial belum mencapai target
sehingga tidak bisa mencapai efisiensi secara optimum. Implementasi
investasi finansial hanya mencapai 19,211 juta Ruppee saja, oleh karena
itu Dubai Islamic Bank Pakistan Limited harus menaikkan investasi
finansialnya menjadi 29,181 juta Ruppee, agar dapar mencapai efisiensi
yang optimum.
Kemudian, untuk variabel pendapatan lainnya juga mengalami
inefisiensi dengan nilai 68.17%, maka dari itu diperlukan perbaikan pada
variabel pendapatan lainnya dengan cara menaikkan sebesar 31.83%. Hal
ini mengindikasikan pendapatan lainnya masih kurang dari target yang
seharusnya dicapai oleh Dubai Islamic Bank Pakistan Limited.
Implementasi pendapatan lainnya hanya mencapai 212 juta Ruppee saja,
oleh karena itu Dubai Islamic Bank Pakistan Limited harus menaikkan
pendapatan lainnya menjadi 324 juta Ruppee, agar dapar mencapai
efisiensi yang optimum.
d. Meezan Islamic Bank
Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi dengan
asumsi VRS (Variabel Return Scale) Meezan Islamic Bank:
138
Tabel 4.27: Nilai Efisiensi Asumsi VRS Meezan Islamic Bank (%)
PERIODE 2012 2013 2014 2015 2016
Kuartal 1 - Maret 100.00 100.00 100.00 97.17 100.00
Kuartal 2 - Juni 100.00 100.00 95.73 86.25 100.00
Kuartal 3 - September 100.00 100.00 100.00 86.08 100.00
Kuartal 4 - Desember 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
TOTAL 400.00 400.00 395.73 369.51 400.00
RATA-RATA 100.00 100.00 98.93 92.38 100.00
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, tahun 2012-2013 dan 2016 Meezan
Islamic Bank mencapai efisiensi, sedangkan pada bulan Juni 2014, Maret-
September 2015 mengalami inefesiensi, hanya berbeda nilai efisiensinya
saja. Pada tahun 2012 sampai 2013, Meezan Islamic Bank mencapai
efisiensi optimum. Pada tahun 2014-2015, Meezan Islamic Bank belum
mencapai efisiensi optimum, kemudian tahun 2016 mengalami
peningkatan nilai efisiensi secara berturut-turut yaitu 95.56% dan 99.63%.
Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi Meezan Islamic Bank selama
periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Grafik 4.12: Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS
Meezan Islamic Bank
100.00% 100.00%98.93%
92.38%
100.00%
88,00%
90,00%
92,00%
94,00%
96,00%
98,00%
100,00%
102,00%
2012 2013 2014 2015 2016
Efi
sien
si
Tingkat Efisiensi Asumsi VRS Meezan Islamic Bank
139
Dari grafik di atas, terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi
Meezan Islamic Bank mengalami fluktuasi turun dan naik. Pada tahun
2012 sampai dengan 2013 stabil dalam mempertahankan efisiensi pada
titik optimum. Pada tahun 2014 sampai dengan 2015 mengalami
penurunan secara berturut-turut. Kemudian menuju tahun 2016 kembali
meningkat sehingga mencapai efisiensi optimum.
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai manajemen Meezan Islamic
Bank dalam mengambil sebuah keputusan untuk mencapai nilai efisiensi
optimum menurut hasil DEA Frontier dengan metode VRS:
Tabel 4.28: Target Efisiensi Meezan Islamic Bank September 2015
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.28 di atas, Meezan Islamic Bank pada bulan
September 2015 mengalami inefisiensi terendah yaitu sebesar 86.08%
dibandingkan dengan triwulan lainnya pada periode penelitian ini. Semua
variabel input mengalami inefisiensi, dan dua variabel output yang
mengalami inefsiensi kecuali pembiayaan. Beban Tenaga Kerja atau BTK
tingkat efisiennya hanya mencapai 86.08% dan untuk mencapai nilai
Efficiency Variable Actual Target To
Gain Achieved
Meezan
Islamic
Bank
September
2015
86.08%
BTK 3,386 2,915 13.92% 86.08%
DPK 438,279 364,119 16.92% 83.08%
Aset Tetap 7,652 6,587 13.92% 86.08%
Pendapatan
Lainnya 1,250 1,250 0.00% 100.00%
Pembiayaan 155,797 155,797 0.00% 100.00%
Investasi
Finansial 105,032 130,607 19.58% 80.42%
140
efisiensi optimum, perlu dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya
sebesar 13.92%. Implementasi anggaran untuk BTK cukup tinggi
mencapai 3,386 juta Ruppee. Hal ini mengindikasikan telah terjadi
pemborosan dalam BTK, padahal hanya dengan 2,915 juta Ruppee saja,
variabel BTK sudah dapat mencapai efisiensi optimum.
Adapun pencapaian efisiensi pada variabel aset tetap hanya
mencapai 86.08% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum, perlu
dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 13.92%. Aset
tetap yang dimiliki oleh Dubai Islamic Bank Pakistan Limited mencapai
7,652 juta Ruppee. Aset tetap ini juga mengalami pemborosan, karena
hanya dengan 6,587 juta Ruppee, variabel aset tetap sudah dapat mencapai
nilai efisiensi yang optimum.
Begitu pula dengan DPK yang juga mengalami inefisiensi, dengan
nilai 83.08%, maka dari itu diperlukan perbaikan pada variabel DPK
dengan cara menurunkan sebesar 16.92%. Hal ini mengindikasikan DPK
yang dihimpun oleh Dubai Islamic Bank Pakistan Limited melebihi target
dan tidak disertai dengan penyaluran kepada nasabah pihak ketiga
sehingga tidak bisa mencapai efisiensi secara optimum. Implementasi
DPK yang dihimpun mencapai 438,279 juta Ruppee, sedangkan target
yang disarankan agar mencapai efisiensi optimum adalah sebesar 364,119
juta Ruppee.
Adapun untuk variabel output yaitu variabel investasi finansial juga
mengalami inefisiensi dengan nilai 80.42%, maka dari itu diperlukan
perbaikan pada variabel investasi finansial dengan cara menaikkan sebesar
141
19.58%. Hal ini mengindikasikan dana yang disalurkan oleh Dubai Islamic
Bank Pakistan Limited ke sektor invetasi finansial belum mencapai target
sehingga tidak bisa mencapai efisiensi secara optimum. Implementasi
investasi finansial hanya mencapai 105,032 juta Ruppee saja, oleh karena
itu Dubai Islamic Bank Pakistan Limited harus menaikkan investasi
finansialnya menjadi 130,607 juta Ruppee, agar dapar mencapai efisiensi
yang optimum.
D. Total Potential Improvement BUS di Indonesia dan Pakistan
Hasil perhitungan DEA juga memperlihatkan potential improvement yang
dapat dilakukan oleh bank-bank yang belum beroperasi secara efisien.
Berdasarkan pendekatan intermediasi yang berorientasi input, maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas bank syariah di negara Indonesia dan Pakistan
harus mengurangi jumlah total inputnya, sekaligus meningkatkan outputnya
untuk menghasilkan output yang ideal oleh DMU pada tahun-tahun tersebut.
Berikut ini penyebab inefisiensi pada BUS yang berada di Indonesia dan
Pakistan yang akan dijadikan perbandingan bagi kedua negara tersebut.
Sumber: Data diolah dari Target Input Oriented DEA Frontier
19.90%
2.97%
12.20%
5.82%
0.34%
1.36% BUS di Indonesia
Beban Tenaga Kerja Dana Pihak Ketiga
Aset Tetap Pendapatan Lainnya
Pembiayaan Investasi Finansial
5.64%
8.84%
7.06%10.25%
1.54%
9.93%
BUS di Pakistan
Beban Tenaga Kerja Dana Pihak Ketiga
Aset Tetap Pendapatan Lainnya
Pembiayaan Investasi Finansial
Grafik 4.13: Total Potential Improvment BUS di Indonesia dan Pakistan
142
Berdasarkan grafik di atas, total improvment (variabel yang perlu
mendapatkan perbaikan) terdapat pada variable input dan variabel output.
Variabel input meliputi Beban Tenaga Kerja, Dana Pihak Ketiga, dan Aset
Tetap. Adapun untuk variabel output yang perlu mendapatkan perhatian adalah
Pembiayaan, Pendapatan Lainnya, dan Investasi Finansial.
Di Indonesia, variabel yang menjadi penyebab inefisiensi terbesar adalah
Beban Tenaga Kerja yaitu sebesar 19.90% dan Aset Tetap sebesar 12.20%,
sedangkan variabel yang efisien adalah Pembiayaan yang hanya sebesar 0.34%.
Kemudian, di Pakistan, variabel yang menjadi penyebab inefisiensi terbesar
adalah Pendapatan Lainnya yaitu sebesar 10.25%, sedangkan variabel yang
efisien adalah Pembiayaan yang hanya sebesar 1.54%.
Membengkaknya Beban Tenaga Kerja diakibatkan adanya agresifitas
ekspansif Bank Umum Syariah. Ketika ekspansi, tentu membuka kantor cabang
baru dan akhirnya terjadi peningkatan jumlah SDM. Ketika jumlah SDM
meningkat, tentunya cost pun ikut meningkat. Belum lagi, cost of training dan
pendidikan bagi SDM menjadi ikut membengkak, karena minimnya jumlah
SDM Syariah dari sisi supply namun demand dari industri syariah yang
meningkat (ekspansifitas). Manajemen bank syariah perlu adanya terobosan
baru, misalnya untuk menghemat Beban Tenaga Kerja namun tetap efektif.
Ketika SDM mencapai efisien dan efektif, bukan hal yang tidak mungkin target
efisiensi Beban Tenaga Kerja yang masih kurang sebesar 19.90% bisa tercapai.
Masih kurangnya efisiensi pendapatan lainnya yang berasal dari fee based
income perlu mendapat perhatian yang harus dilakukan. Hanya saja
persoalannya apabila masih terkait dengan rencana investasi tentu menjadi
143
kendala tersendiri. Misalnya saja feee based income diperoleh dari layanan jasa
ATM. Maka sepanjang ATMnya tidak bertambah akan sulit. Tetapi, celakanya
menambah ATM juga berarti mengeluarkan sejumlah biaya yang tidak sedikit.
Meningkatkan fee based income harus tetap memperhatikan input output ratio.
Pada umumnya peningkatan fee based income selalu berkaitan dengan
penggunaan teknologi yang mampu meningkatkan pelayanan kepada
nasabahnya. Jadi sebenarnya peluang peningkatan fee based income hanya akan
lebih banyak dimanfaatkan oleh sejumlah bank yang secara teknologi sudah
maju.
Aset tetap yang berlebih, hal ini terjadi bukan hal yang tidak mungkin
karena adanya ekspansifitas tinggi. Pembangunan cabang baru, kendaraan
operasional, mesin ATM, dan sebagainya, menambah daftar panjang inefisiensi
dari segi Aset Tetap yang berlebih. Sebenarnya hal ini bisa diatasi atau
diminimalisir melalui kerjasama yang apik dengan bank konvensional induknya
untuk menekan cost of fixed asset, misalnya dengan optimalisasi office
channeling, strategi ATM bersama, atau dengan terobosan baru yaitu branchless
banking dimana cabang tanpa kantor berbentuk fisik. Selain bisa menghemat
biaya fixed asset, Bank Umum Syariah pun bisa menjangkau lebih dekat dengan
calon nasabah, khususnya nasabah unbankable sehingga bisa tercapainya
financial inclusion.
E. Hasil Uji Normalitas Kolmogrov Smirnov
Setelah didapatkan hasil efisiensi dari masing-masing BUS di Indonesia
dan Pakistan, maka selanjutnya dilakukan pengujian statistik untuk mengetahui
ada tidaknya signifikansi perbedaan antara tingkat efisiensi di Indonesia dan
144
Pakistan. Namun, sebelum itu, hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan
menguji data hasil analisis DEA dengan pengujian statistik yaitu Uji Normalitas
Kolmogrov Smirnov, agar dapat diketahui apakah data terdistribusi normal atau
tidak. Apabila data terdistribusi normal, maka pengujian statistik untuk uji
bedanya menggunakan Uji Independen T-Test. Apabila data tidak terdistribusi
normal, maka pengujian statistik untuk uji bedanya menggunakan Mann Whitney
U-Test.
Adapun hasil pengolahan menggunakan program SPSS 17.0 didapatkan
hasil analisis data sebagai berikut:
Tabel 4.29: One Sample Kolmogrov-Smirnov Test
aaaaa Scale_Effeciency
N 160
Normal Parametersa,,b Mean .9811
Std. Deviation .03590
Most Extreme Differences Absolute .323
Positive .299
Negative -.323
Kolmogorov-Smirnov Z 4.089
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data diolah dari SPSS 17.0
Berdasarkan tabel 4.29, Uji Normalitas Data denngan Kolmogrov Smirnov
di atas, menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.000. Hal ini berarti
data tidak terdistribusi normal, karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0.05. Oleh
sebab itu, pengujian statistik untuk signifikansi perbedaan pada penelitian ini
dilakukan dengan uji Mann Whitney U-Test.
145
F. Hasil Uji Beda Mann Whitney
Berdasarkan uji normalitas data sebelumnya, maka untuk pengujian
statistik signifikansi perbedaan digunakan uji Mann Whitney U-Test. Adapun
hasil pengolahan menggunakan program SPSS 17.0 didapatkan hasil analisis
data sebagai berikut:
Tabel 4.30: Uji Beda Mann Whitney U-Test
Ranks
Negara N Mean
Rank Sum of Ranks
Scale_Effeciency
Indonesia 80 84.81 6784.50
Pakistan 80 76.19 6095.50
Total 160
Test Statisticsa
Scale_Effeciency
Mann-Whitney U 2855.500
Wilcoxon W 6095.500
Z -1.341
Asymp. Sig. (2-tailed) .180
a. Grouping Variable: Negara
Sumber: Data diolah dari SPSS 17.0
Berdasarkan pada tabel 4.30 dapat diketahui bahwa untuk nilai efisiensi
memiliki nilai signifikansi 0.180 atau lebih dari nilai α=0.05 yang berarti H0
diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan nilai efisiensi pada BUS di Indonesia dan Pakistan.
G. Hasil Analisis Faktor Penentu Efisiensi
1. Uji Kelayakan Data (Panel Unit Root Test)
Langkah awal sebelum mengestimasi model terlebih dahulu dilakukan
uji akar unit terhadap data yang akan digunakan permasing-masing variabel
yang ada dalam model sehingga dapat diketahui stasioneritas data tersebut.
146
Adaun jenis pengukuran akar unit yang dilakukan adalah menggunakan ADF
pada tingkat level dan Fisrt Stage.
Tabel 4.31: Uji Panel Unit Root (Augmented Dickey Fuller/ADF)
Notasi Level (0%) First Stage (5%)
EF 0.0000 0.0000
ln_AT 0.4583 0.0000
ln_BTK 0.5741 0.0014
ln_DPK 0.5711 0.0000
ln_PL 0.5589 0.0188
ln_PM 0.5572 0.0000
ln_IF 0.5354 0.0000
Sumber: Eviews 9.0, data diolah peneliti
Dalam tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa, hanya satu variabel saja
yang stasioner pada bentuk level yaitu Efisiensi, namun sisanya yaitu Aset
Tetap, Beban Tenaga Kerja, Dana Pihak Ketiga, Pendapatan Lainnya,
Pembiayaan, dan Investasi Finansial memiliki karakteristik data stasioner
pada bentuk fisrt stage.
2. Estimasi Data Panel
Analisa model panel data dikenal tiga macam pendekatan estimasi yaitu
Common Effect Model (CEM), Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect
Model (REM).
a. Common Effect Model (CEM)
Langkah pertama dilakukan pengolahan data menggunakan
pendekatan Common Effect Model (CEM) secara sederhana
menggabungkan (pooled) seluruh data times series dan cross section,
kemudian mengestimasikan model dengan menggunakan metode
Ordinary Least Square (OLS). Hasil pengolahan menggunakan program
Eviews 9.0 didapatkan hasil analisis data sebagai berikut:
147
Tabel 4.32: Hasil Common Effect Model
Dependent Variable: EF?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/17/17 Time: 21:19
Sample: 2012Q1 2016Q4
Included observations: 20
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 160 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LN_AT? -0.053468 0.010010 -5.341470 0.0000
LN_BTK? 0.010450 0.015265 0.684529 0.4947
LN_DPK? 0.405461 0.033230 12.20165 0.0000
LN_IF? -0.088538 0.021178 -4.180572 0.0000
LN_PL? -0.041124 0.009885 -4.160319 0.0001
LN_PM? -0.203716 0.028410 -7.170527 0.0000 R-squared -3.169469 Mean dependent var 0.981197
Adjusted R-squared -3.304842 S.D. dependent var 0.035668
S.E. of regression 0.074005 Akaike info criterion -2.332586
Sum squared resid 0.843421 Schwarz criterion -2.217267
Log likelihood 192.6069 Hannan-Quinn criter. -2.285759
Durbin-Watson stat 0.603766
Sumber: Olah data Eviews 9.0
b. Fixed Effect Model (FEM)
Langkah kedua dilakukan pengolahan data menggunakan estimasi
FEM dengan pembobot (cross section weight) atau General Least Square
(GLS) untuk membandingkan dengan metode Common Effect Model
(CEM). Hasil pengolahan menggunakan program Eviews 9.0 didapatkan
hasil analisis data sebagai berikut:
Tabel 4.33: Hasil Fixed Effect Model dengan Pendekatan GLS
Dependent Variable: EF?
Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)
Date: 05/18/17 Time: 19:46
Sample: 2012Q1 2016Q4
Included observations: 20
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 160
Linear estimation after one-step weighting matrix Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.422882 0.098814 14.39965 0.0000
LN_AT? -0.012418 0.004166 -2.981143 0.0034
LN_BTK? -0.011695 0.004552 -2.569038 0.0112
LN_DPK? -0.225789 0.025555 -8.835267 0.0000
148
LN_IF? 0.075415 0.008270 9.119175 0.0000
LN_PL? 0.011836 0.003632 3.258787 0.0014
LN_PM? 0.140358 0.017595 7.977025 0.0000
Fixed Effects (Cross)
ALBARAKA--C -0.023471
BIPL--C -0.031763
BMI--C 0.058539
BNIS--C -0.029610
BRIS--C 0.030755
BSM--C 0.068295
DIBPL--C -0.065760
MEEZANIB--C -0.006985 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics
R-squared 0.536560 Mean dependent var 1.303398
Adjusted R-squared 0.495294 S.D. dependent var 0.564321
S.E. of regression 0.022238 Sum squared resid 0.072198
F-statistic 13.00270 Durbin-Watson stat 1.581315
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.560857 Mean dependent var 0.981197
Sum squared resid 0.088832 Durbin-Watson stat 1.524870
Sumber: Olah data Eviews 9.0
c. Uji Chow
Langkah selanjutnya adalah memilih metode data panel yang akan
digunakan. Maka dari itu, perlu dilakukan Uji Chow untuk memilih antara
Common Effect Model (CEM) atau Fixed Effect Model (FEM). Berikut
merupakan hasil Uji Chow, diantaranya sebagai berikut:
Tabel 4.34: Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: BANK
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 14.322212 (7,146) 0.0000
Cross-section Chi-square 83.642069 7 0.0000
Sumber: Olah data Eviews 9.0
149
Nilai yang harus diperhatikan pada uji chow adalah nilai probabilitas
dari F-Statistik. Hipotesis yang digunakan dalam uji chow adalah sebagai
berikut:
H0 : Common Effect Model (CEM)
Ha : Fixed Effect Model (FEM)
Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikasi
(5%), maka tolak H0. Hasil Uji Chow di atas menunjukan tingkat
signifikansi pada 0.0000, sehingga kesimpulan yang diambil adalah
menolak H0 dan model yang dipilih adalah Fixed Effect Model (FEM).
d. Random Effect Model (REM)
Setelah dilakukannya uji chow, maka dilakukan pengolahan data
dengan metode pendekatan Random Effect Model (REM) untuk
dibandingkan dengan Fixed Effect Model (FEM). Adapun Hasil
pengolahan dari program Eviews 9.0 didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 4.35: Hasil Random Effect Model
Dependent Variable: EF?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 05/17/17 Time: 21:19
Sample: 2012Q1 2016Q4
Included observations: 20
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 160
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.320976 0.055356 23.86345 0.0000
LN_AT? -0.008803 0.006012 -1.464133 0.1452
LN_BTK? -0.025418 0.005743 -4.426186 0.0000
LN_DPK? -0.234455 0.026016 -9.012096 0.0000
LN_IF? 0.082738 0.008744 9.461787 0.0000
LN_PL? 0.028051 0.004520 6.205962 0.0000
LN_PM? 0.146341 0.018414 7.947419 0.0000
Random Effects (Cross)
ALBARAKA--C 0.013673
BIPL--C 0.010015
150
BMI--C 0.012901
BNIS--C -0.047835
BRIS--C 0.009902
BSM--C 0.014550
DIBPL--C -0.023582
MEEZANIB--C 0.010376 Weighted Statistics R-squared 0.454356 Mean dependent var 0.316688
Adjusted R-squared 0.432958 S.D. dependent var 0.032868
S.E. of regression 0.024750 Sum squared resid 0.093725
F-statistic 21.23373 Durbin-Watson stat 1.405097
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.126608 Mean dependent var 0.981197
Sum squared resid 0.176674 Durbin-Watson stat 0.745400
Sumber: Olah data Eviews 9.0
e. Uji Hausman
Langkah selanjutnya adalah memilih metode data panel yang akan
digunakan. Maka dari itu, perlu dilakukan kembali uji penentuan model
yaitu Uji Hausman untuk memilih antara Fixed Effect Model (FEM) atau
Random Effect Model (REM). Berikut merupakan hasil Uji Hausman,
diantaranya sebagai berikut:
Tabel 4.36: Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: BANK
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 19.787749 6 0.0030
Sumber: Olah data Eviews 9.0
Nilai yang harus diperhatikan pada Uji Hausman adalah nilai
probabilitas dari F-Statistik. Hipotesis yang digunakan dalam Uji
Hausman adalah sebagai berikut:
151
H0 : Random Effect Model (REM)
Ha : Fixed Effect Model (FEM)
Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikasi
(5%), maka tolak H0. Hasil Uji Hausman di atas menunjukan tingkat
signifikansi pada 0.0030, sehingga kesimpulan yang diambil adalah
menolak H0 dan model yang dipilih adalah Fixed Effect Model (FEM).
3. Pengujian Pelanggaran Asumsi
Berdasarkan analisis model regresi Fixed Effect Model dengan
pembobot (cross section weight) atau General Least Square (GLS), maka
perlu dilakukan uji pelanggaran asumsi dalam rangka menghasilkan model
yang efisien, visibel dan konsisten. Adapun hasil uji pelanggaran asumsi pada
model ini adalah sebagai berikut:
a. Multikolinearitas
Uji pelanggaran asumsi pada multikolineritas terjadi jika pada suatu
model regresi tak satu pun variabel bebas mempunyai koefisien regresi
dari OLS (Ordinary Least Square) yang signifikan secara statistik,
walaupun nilai R2 tinggi. Indikasi multikolinearitas tercermin dari nilai t
dan F statistik hasil regresi. Jika banyak koefisien parameter dari t statistik
diduga tidak signifikan sementara F hitungnya signifikan, maka patut
diduga ada Multikolinearitas.
Berdasarkan hasil pengujian regresi data panel menggunakan Fixed
Effect Model dengan pendekatan General Least Square (GLS) dapat
dilihat sebagai berikut:
152
Tabel 4.37: Hasil Multikolineritas
Dependent Variable: EF?
Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)
Date: 05/18/17 Time: 19:46
Sample: 2012Q1 2016Q4
Included observations: 20
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 160
Linear estimation after one-step weighting matrix Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.422882 0.098814 14.39965 0.0000
LN_AT? -0.012418 0.004166 -2.981143 0.0034
LN_BTK? -0.011695 0.004552 -2.569038 0.0112
LN_DPK? -0.225789 0.025555 -8.835267 0.0000
LN_IF? 0.075415 0.008270 9.119175 0.0000
LN_PL? 0.011836 0.003632 3.258787 0.0014
LN_PM? 0.140358 0.017595 7.977025 0.0000
Fixed Effects (Cross)
ALBARAKA--C -0.023471
BIPL--C -0.031763
BMI--C 0.058539
BNIS--C -0.029610
BRIS--C 0.030755
BSM--C 0.068295
DIBPL--C -0.065760
MEEZANIB--C -0.006985 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics
R-squared 0.536560 Mean dependent var 1.303398
Adjusted R-squared 0.495294 S.D. dependent var 0.564321
S.E. of regression 0.022238 Sum squared resid 0.072198
F-statistic 13.00270 Durbin-Watson stat 1.581315
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.560857 Mean dependent var 0.981197
Sum squared resid 0.088832 Durbin-Watson stat 1.524870
Sumber: Olah data Eviews 9.0
Berdasarkan tabel di atas, model regresi data panel menggunakan
Fixed Effect Model dengan pendekatan General Least Square (GLS),
semua variabel independen mempunyai koefisien regresi dari GLS yang
signifikan secara statistik, begitu juga dengan nilai R2 yang diperoleh
cukup tinggi mencapai 56.09%. Melihat koefisien parameter dari F
153
statistik dan t-statistik, serta nilai R2 cukup tinggi, maka dipastikan tidak
ada Multikolinearitas.
b. Autokorelasi
Berdasarkan hasil pengujian regresi data panel menggunakan Fixed
Effect Model dengan pendekatan General Least Square (GLS) dapat
dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.38: Uji Autokolerasi
Weighted Statistics
R-squared 0.536560 Mean dependent var 1.303398
Adjusted R-squared 0.495294 S.D. dependent var 0.564321
S.E. of regression 0.022238 Sum squared resid 0.072198
F-statistic 13.00270 Durbin-Watson stat 1.581315
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.560857 Mean dependent var 0.981197
Sum squared resid 0.088832 Durbin-Watson stat 1.524870
Sumber: Olah data Eviews 9.0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa model regresi data
panel untuk faktor penentu efisiensi tidak terdeteksi autokolerasi. Hal ini
dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson stat 1.5248 yang berarti tidak ada
gejala Autokorelasi.
c. Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil pengujian regresi data panel menggunakan Fixed
Effect Model dengan pendekatan General Least Square (GLS) dapat
dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.39: Uji Heteroskedastisitas
Weighted Statistics
R-squared 0.536560 Mean dependent var 1.303398
Adjusted R-squared 0.495294 S.D. dependent var 0.564321
S.E. of regression 0.022238 Sum squared resid 0.072198
F-statistic 13.00270 Durbin-Watson stat 1.581315
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
154
R-squared 0.560857 Mean dependent var 0.981197
Sum squared resid 0.088832 Durbin-Watson stat 1.524870
Sumber: Olah data Eviews 9.0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa model regresi data
panel untuk faktor penentu efisiensi tidak terdeteksi heteroskedastisitas.
Hal ini dapat dilihat dari nilai Sum squared resid unweighted > Sum
squared resid weighted yaitu 0.088832 > 0.072198, sehingga tidak
terdeteksi adanya heteroskedastisitas.
4. Pengujian Statistik
Berdasarkan hasil pengujian regresi data panel menggunakan Fixed
Effect Model dengan pendekatan General Least Square (GLS) didapatkan
hasil penilaian statistik yang relatif bagus, baik dari aspek Adjusted R², F-
statistic, dan t-statistic.
Adapun untuk analisis hasil penelitian dari masing-masing penilaian
Adjusted R², F-statistic, dan t-statistic adalah sebagai berikut:
a. Uji t-statistic
Pengujian secara parsial (t-statistic) digunakan untuk menguji
pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Jika
probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga disimpulkan
bahwa variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen, sedangkan apabila probabilitas > 0.05 maka H0 diterima dan Ha
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen
berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen. Berikut
merupakan hasil analisis uji t-statistic sebagai berikut:
155
Tabel 4.40: Hasil Uji t-statistic
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.422882 0.098814 14.39965 0.0000
LN_AT? -0.012418 0.004166 -2.981143 0.0034
LN_BTK? -0.011695 0.004552 -2.569038 0.0112
LN_DPK? -0.225789 0.025555 -8.835267 0.0000
LN_IF? 0.075415 0.008270 9.119175 0.0000
LN_PL? 0.011836 0.003632 3.258787 0.0014
LN_PM? 0.140358 0.017595 7.977025 0.0000
Fixed Effects (Cross)
ALBARAKA--C -0.023471
BIPL--C -0.031763
BMI--C 0.058539
BNIS--C -0.029610
BRIS--C 0.030755
BSM--C 0.068295
DIBPL--C -0.065760
MEEZANIB--C -0.006985
Sumber: Olah data Eviews 9.0
Berdasarkan hasil uji t-statistik, maka penjelasannya adalah sebagai
berikut:
a. Pengaruh Aset Tetap terhadap Nilai Efisiensi
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient Aset Tetap (AT) sebesar -0.0124
menunjukkan bahwa arah koefisien negatif pada variabel dependen
yang artinya jika Aset Tetap meningkat maka Efisiensi akan menurun,
sedangkan probabilitas Aset Tetap sebesar 0.0034<0.05 yang berarti H0
ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa Aset Tetap
memiliki pengaruh signifikan terhadap Efisiensi.
b. Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Nilai Efisiensi
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar -0.2258
menunjukkan bahwa arah koefisien negatif pada variabel dependen yang
artinya jika Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat maka Efisiensi akan
156
menurun, sedangkan probabilitas Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar
0.0000<0.05 yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki pengaruh
signifikan terhadap Efisiensi.
c. Pengaruh Beban Tenaga Kerja terhadap Nilai Efisiensi
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient Beban Tenaga Kerja (BTK) sebesar -
0.0117 menunjukkan bahwa arah koefisien negatif pada variabel
dependen yang artinya jika Beban Tenaga Kerja meningkat maka
Efisiensi akan menurun, sedangkan probabilitas Beban Tenaga Kerja
sebesar 0.0112<0.05 yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga
dapat disimpulkan bahwa Beban Tenaga Kerja memiliki pengaruh
signifikan terhadap Efisiensi.
d. Pengaruh Pendapatan Lainnya terhadap Nilai Efisiensi
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient Pendapatan Lainnya (PL) sebesar 0.0118
menunjukkan bahwa arah koefisien positif pada variabel dependen yang
artinya jika Pendapatan Lainnya (PL) meningkat maka Efisiensi akan
meningkat pula, sedangkan probabilitas Pendapatan Lainnya (PL)
sebesar 0.0014<0.05 yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga
dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Lainnya (PL) memiliki pengaruh
signifikan terhadap Efisiensi.
157
e. Pengaruh Pembiayaan terhadap Nilai Efisiensi
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient Pembiayaan (PM) sebesar 0.1404
menunjukkan bahwa arah koefisien positif pada variabel dependen yang
artinya jika Pembiayaan (PM) meningkat maka Efisiensi akan meningkat
pula, sedangkan probabilitas Pembiayaan (PM) sebesar 0.0000<0.05
yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa Pembiayaan (PM) memiliki pengaruh signifikan terhadap
Efisiensi.
f. Pengaruh Invetasi Finansial terhadap Nilai Efisiensi
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient Investasi Finansial (IF) sebesar 0.0754
menunjukkan bahwa arah koefisien positif pada variabel dependen yang
artinya jika Investasi Finansial (IF) meningkat maka Efisiensi akan
meningkat pula, sedangkan probabilitas Investasi Finansial (IF) sebesar
0.0000<0.05 yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Investasi Finansial (IF) memiliki pengaruh
signifikan terhadap Efisiensi.
b. Uji F-Statistic
Berikut merupakan hasil analisis uji simultan F-statistic yaitu:
Tabel 4.41: Hasil Uji F-Statistic
Weighted Statistics
R-squared 0.536560 Mean dependent var 1.303398
Adjusted R-squared 0.495294 S.D. dependent var 0.564321
S.E. of regression 0.022238 Sum squared resid 0.072198
F-statistic 13.00270 Durbin-Watson stat 1.581315
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Olah data Eviews 9.0
158
Dengan Hipotesis:
H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Aset Tetap, Beban
Tenaga Kerja, Dana Pihak Ketiga, Pendapatan Lainnya,
Investasi Finansial, dan Pembiayaan terhadap Efisiensi secara
simultan.
Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara Aset Tetap, Beban Tenaga
Kerja, Dana Pihak Ketiga, Pendapatan Lainnya, Investasi
Finansial, dan Pembiayaan terhadap Efisiensi secara simultan.
Berdasarkan tabel di atas, nilai probabilitas F-statistik sebesar
13.00270, dengan menggunakan tingkat keyakinan = 5%, dimana tingkat
signifikansi 0.05 berarti ditemukan siginifikasi antara terdapat pengaruh
Aset Tetap, Beban Tenaga Kerja, Dana Pihak Ketiga, Pendapatan Lainnya,
Investasi Finansial, dan Pembiayaan secara simultan terhadap Efisiensi.
Maka, keputusan yang diambil adalah menolak H0 karena terdapat
pengaruh yang signifikan antara Aset Tetap, Beban Tenaga Kerja, Dana
Pihak Ketiga, Pendapatan Lainnya, Investasi Finansial, dan Pembiayaan
secara simultan terhadap Efisiensi.
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan model dalam penelitian menerangkan variabel dependen.
Koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut:
159
Tabel 4.42: Hasil Koefisien Determinasi
Weighted Statistics
R-squared 0.536560 Mean dependent var 1.303398
Adjusted R-squared 0.495294 S.D. dependent var 0.564321
S.E. of regression 0.022238 Sum squared resid 0.072198
F-statistic 13.00270 Durbin-Watson stat 1.581315
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.560857 Mean dependent var 0.981197
Sum squared resid 0.088832 Durbin-Watson stat 1.524870
Sumber: Olah data Eviews 9.0
Berdasarkan tabel di atas, besarnya niai Adjusted R-squared adalah
0.495294. Hal ini menunjukkan bahwa variabel tingkat efisiensi
perbankan syariah dapat dijelaskan oleh variabel independen (Aset Tetap,
Beban Tenaga Kerja, Dana Pihak Ketiga, Pendapatan Lainnya, Investasi
Finansial, dan Pembiayaan) sebesar 49.53%, sedangkan sisanya (100% -
49.53% = 50.47%) dijelaskan oleh faktor lain di luar model regresi
penelitian.
5. Model Penentu Efisiensi
Model penentu efisiensi dalam tujuannya untuk melihat faktor apa yang
paling berpengaruh terhadap tingkat efisiensi perbankan syariah adalah
sebagai berikut:
EFs,t = a + b1 lnATs,t + b2 lnDPKs,t + b3 lnBTKs,t + b4 lnPMs,t + b5
lnPLs,t + b3 lnIFs,t + et
Keterangan
EF : Efisiensi
lnAT : logaritma normal Aset Tetap
lnDPK : logaritma normal Dana Pihak Ketiga
lnBTK : logaritma normal Beban Tenaga Kerja
lnPM : logaritma normal Pembiayaan
160
lnPL : logaritma normal Pendapatan Lainnya
lnIF : logaritma normal Investasi Finansial
Berdasarkan model di atas, didapatlah model terbaik untuk yaitu fixed
effect model dengan pembobot cross-section weights:
Tabel 4.43: Hasil Fixed Effect Model dengan Pendekatan GLS
Dependent Variable: EF?
Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)
Date: 05/18/17 Time: 19:46
Sample: 2012Q1 2016Q4
Included observations: 20
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 160
Linear estimation after one-step weighting matrix Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.422882 0.098814 14.39965 0.0000
LN_AT? -0.012418 0.004166 -2.981143 0.0034
LN_BTK? -0.011695 0.004552 -2.569038 0.0112
LN_DPK? -0.225789 0.025555 -8.835267 0.0000
LN_IF? 0.075415 0.008270 9.119175 0.0000
LN_PL? 0.011836 0.003632 3.258787 0.0014
LN_PM? 0.140358 0.017595 7.977025 0.0000
Fixed Effects (Cross)
ALBARAKA--C -0.023471
BIPL--C -0.031763
BMI--C 0.058539
BNIS--C -0.029610
BRIS--C 0.030755
BSM--C 0.068295
DIBPL--C -0.065760
MEEZANIB--C -0.006985
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics
R-squared 0.536560 Mean dependent var 1.303398
Adjusted R-squared 0.495294 S.D. dependent var 0.564321
S.E. of regression 0.022238 Sum squared resid 0.072198
F-statistic 13.00270 Durbin-Watson stat 1.581315
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.560857 Mean dependent var 0.981197
Sum squared resid 0.088832 Durbin-Watson stat 1.524870
Sumber: Olah data Eviews 9
161
H. Interpretasi
1. Analisis Efisiensi BUS di Indonesia dan Pakistan
Berdasarkan hasil penelitian, BUS di Indonesia lebih efisien
dibandingkan dengan BUS di Pakistan baik menurut asumsi CRS, VRS, dan
Scale, namun tidak ada perbedaan yang signifikan nilai efisiensi pada BUS di
Indonesia dan Pakistan. Adapun secara rata-rata yang paling mendekati
efisiensi optimum pada BUS di Indonesia adalah Bank Muamalat Indonesia,
Bank Syariah Mandiri dan Bank BRI Syariah baik berdasarkan asumsi CRS,
VRS, dan Scale yaitu pada titik 99%, sedangkan yang paling terendah adalah
Bank BNI Syariah yang mendapat nilai rata-rata di bawah 99%. Adapun yang
paling mendekati efisiensi optimum pada BUS di Pakistan adalah Al-Baraka
Bank baik berdasarkan asumsi CRS, VRS, dan Scale yaitu pada titik 99%,
sedangkan yang paling terendah adalah Bank Islami Pakistan Limited dan
Meezan Islamic Bank yang mendapat nilai di bawah 99% menurut asumsi
VRS. Namun, bila dibandingkan dengnan asumsi CRS dan Scale, yang
mendapat nilai terendah adalah Dubai Islamic Bank Pakistan Limited, karena
nilai yang diperoleh paling rendah dari ketiga BUS lainnya.
Hasil perhitungan DEA juga memperlihatkan potential improvement
yang dapat dilakukan oleh bank-bank yang belum beroperasi secara efisien.
Berdasarkan pendekatan intermediasi yang berorientasi input, maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas bank syariah di negara Indonesia dan Pakistan
harus mengurangi jumlah total inputnya, sekaligus meningkatkan outputnya
untuk menghasilkan output yang ideal oleh DMU pada tahun-tahun tersebut.
162
Di Indonesia, variabel yang menjadi penyebab inefisiensi terbesar
adalah Beban Tenaga Kerja yaitu sebesar 19.90% dan Aset Tetap sebesar
12.20%, sedangkan variabel yang efisien adalah Pembiayaan sebesar 0.34%.
Kemudian, di Pakistan, variabel yang menjadi penyebab inefisiensi terbesar
adalah Pendapatan Lainnya yaitu sebesar 10.25%, sedangkan variabel yang
efisien adalah Pembiayaan yang hanya sebesar 1.54%.
2. Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi
Berdasarkan hasil Uji t-statistik, faktor apa saja yang paling
berpengaruh terhadap tingkat efisiensi bank umum syariah di Indonesia dan
Pakistan yaitu sebagai berikut:
a. Pengaruh Aset Tetap terhadap Nilai Efisiensi
Berdasarkan hasil uji t, Aset Tetap memiliki pengaruh signifikan
terhadap Efisiensi. Hasil pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Firdaus & Hossen (2013).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif
dan signifikan atau dengan kata lain semakin banyak aset tetap yang
dimiliki oleh suatu bank maka akan menyebabkan bank tersebut semakin
inefisien dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Hal tersebut
dikarenakan Bank Umum Syariah di Indonesia belum mencapai
economies of scale dan penambahan jumlah aset tetap seperti pembukaan
cabang baru, atau menambah ATM hanya akan meningkatkan biaya yang
dikeluarkan oleh Bank Umum Syariah tersebut. Hal ini juga sesuai dengan
potential improvment pada hasil DEA dimana untuk mencapai kondisi
efisien, bank syariah perlu menurunkan jumlah aset tetap yang berlebihan
163
dan tidak digunakan sebagaimana mestinya untuk meningkatkan efisiensi
atau kinerja bank.
Namun, hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rahmat Hidayat (2014), pada penelitian Rahmat Hidayat disebutkan
bahwa Aset Tetap tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Efisiensi.
Hal ini bisa disebabkan oleh adanya perbedaan sampel, objek, dan periode
yang dilakukan oleh peneliti.
b. Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Nilai Efisiensi
Berdasarkan hasil uji t, Dana Pihak Ketiga memiliki pengaruh
signifikan terhadap Efisiensi. Hal ini sesuai dengan penelitian Pambuko
(2016), yang menyatakan bahwa adanya dana pihak ketiga yang dapat
dialokasikan kepada sektor aktiva produktif, dapat mempengaruhi
efisiensi bank.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif
dan signifikan atau dengan kata lain semakin besar jumlah Dana Pihak
Ketiga (DPK), maka akan menyebabkan bank tersebut semakin inefisien
dalam mengelola sumber daya (DPK) yang dimilikinya. Kondisi ini
dimaksudkan bahwa, jika Dana Pihak Ketiga semakin banyak, maka
kemampuan bank dalam mengubah DPK menjadi aset-aset produktif
seperti Pembiayaan dan Investasi Portfolio menjadi semakin inefisien. Hal
ini dikarenakan, Dana Pihak Ketiga yang tinggi dan tidak dapat tersalur
dengan baik kepada aset-aset produktif dapat menyebabkan iddle money,
sehingga kinerja bank dalam hal ini efisiensi alokasi dana akan berkurang.
Untuk itulah, diperlukan pengalokasian Dana Pihak Ketiga yang tepat
164
guna kepada sektor-sektor lain sehingga efisiensi bank bisa meningkat.
Hal ini juga sesuai dengan potential improvment pada hasil DEA dimana
untuk mencapai kondisi efisien, bank syariah perlu menurunkan jumlah
dana pihak ketiga yang bisa menyebabkan iddle money, dan juga perlu
meningkatkan jumlah pembiayaan yang disalurkan dan berinvestasi pada
surat berharga.
Namun, hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rahmat Hidayat (2014), pada penelitian Rahmat Hidayat disebutkan
bahwa Dana Pihak Ketiga tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Efisiensi. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya perbedaan sampel, objek,
dan periode yang dilakukan oleh peneliti.
c. Pengaruh Beban Tenaga Kerja terhadap Nilai Efisiensi
Berdasarkan hasil uji t, Beban Tenaga Kerja memiliki pengaruh
signifikan terhadap Efisiensi. Hal ini sesuai dengan penelitian Dewi,
Negoro, dan Rahmawati (2017), yang menyatakan bahwa adanya
kecendrungan perusahaan dalam mengeluarkan biaya tenaga kerja cukup
tinggi, khususnya pada perusahaan perbankan, dapat mempengaruhi
efisiensi perusahaan.
SDM merupakan salah satu asset yang tidak berbentuk fisik pada
individu/pegawai bank baik pengetahuan, etos kerja, keahlian,
pemahaman, energi yang dimiliki oleh individu itu sendiri untuk
memberikan kontribusi serta talenta terbaiknya untuk kemajuan bank.
Pada implementasinya, biasanya bank harus mengalokasikan dana untuk
biaya investasi pengembangan SDM melalui pendidikan dan pelatihan
165
dengan tujuan untuk mengoptimalkan potensi SDM dalam bank tersebut.
SDM menjadi indikator terpenting yang dapat memberikan pengaruh
terbesar dalam kinerja keuangan suatu bank, khususnya efisiensi. Apabila
bank mengeluarkan biaya tenaga kerja sebesar 50%, kemudian kinerja
bank meningkat yang dapat dilihat dari pendapatan naik atau kinerja
penyaluran dana yang baik, maka dapat dikatakan bahwa biaya tenaga
kerja yang dikeluarkan sudah efisien untuk bisa menghasilkan kinerja
terbaik baik bank. Namun, terkadang mahalnya investasi yang telah
dikeluarkan oleh bank, tidak sebanding dengan hasil yang diterima oleh
bank (dalam hal ini adalah tidak ada peningkatan kinerja) sehingga bank
mengalami inefisiensi pada sisi biaya tenaga kerja. Hal ini juga sesuai
dengan potential improvment pada hasil DEA dimana untuk mencapai
kondisi efisien, bank syariah perlu menurunkan jumlah biaya tenaga kerja
yang berlebihan dan tidak sesuai target, sehingga lebih memfokuskan pada
pengembangan SDM yang bisa meningkatkan efisiensi atau kinerja bank.
Namun, hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rahmat Hidayat (2014), pada penelitian Rahmat Hidayat disebutkan
bahwa Biaya Tenaga Kerja tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Efisiensi. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya perbedaan sampel, objek,
dan periode yang dilakukan oleh peneliti.
d. Pengaruh Pendapatan Lainnya terhadap Nilai Efisiensi
Berdasarkan hasil uji t, Pendapatan Lainnya memiliki pengaruh
signifikan terhadap Efisiensi. Hal ini sesuai dengan penelitian Pambuko
166
(2016), yang menyatakan bahwa adanya pendapatan yang meningkat,
dapat mempengaruhi efisiensi bank.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif
dan signifikan atau dengan kata lain semakin besar jumlah pendapatan
lainnya yang diterima oleh bank, maka akan menyebabkan bank tersebut
semakin efisien dalam mengalokasikan keuntungan tersebut kepada sektor
lain. Kondisi ini dimaksudkan bahwa, jika pendapatan lainnya semakin
banyak, maka kemampuan bank dalam mengelola dana tersebut ke sektor
lain semakin efisien. Hal ini dikarenakan, pendapatan lainnya biasanya
berasal dari fee based income. Fee based income dapat diperoleh dari
penggunaan teknologi atau jasa yang ditawarkan oleh bank. Selain itu,
bank yang memiliki fee based income atau pendapatan yang besar otomatis
akan diindikasikan sebagai bank yang efisien karena mampu
menghasilkan keuntungan dari sumber daya yang telah dikelolanya.
Hal ini juga sesuai dengan potential improvment pada hasil DEA
dimana untuk mencapai kondisi efisien, bank syariah harus meningkatkan
jumlah pendapatan lainnya sesuai target sehingga jika jumlah pendapatan
lainnya ditingkatkan, maka akan menghasilkan bank yang efisien.
e. Pengaruh Pembiayaan terhadap Nilai Efisiensi
Berdasarkan hasil uji t, Pembiayaan memiliki pengaruh signifikan
terhadap Efisiensi. Hal ini sesuai dengan penelitian Pambuko (2016) dan
Rakhmat Hidayat (2014), yang menyatakan bahwa adanya pembiayaan
yang merupakan hasil alokasi dari dana pihak ketiga, dapat mempengaruhi
efisiensi bank.
167
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif
dan signifikan atau dengan kata lain semakin besar jumlah pembiayaan
yang disalurkan, maka akan menyebabkan bank tersebut semakin efisien
dalam mengalokasikan sumber daya (DPK) yang dimiliki. Kondisi ini
dimaksudkan bahwa, jika pembiayaan semakin banyak, maka kemampuan
bank dalam menjadikan DPK menjadi Pembiayaan semakin efisien. Hal
ini dikarenakan, pembiayaan yang tinggi menghasilkan keuntungan yang
tinggi, sehingga kinerja bank dalam hal ini efisiensi alokasi dana akan
baik. Untuk itulah, diperlukan penyaluran kepada sektor pembiayaan yang
produktif sehingga efisiensi bank bisa meningkat. Hal ini juga sesuai
dengan potential improvment pada hasil DEA dimana untuk mencapai
kondisi efisien, bank syariah harus meningkatkan jumlah pembiayaan
yang dialokasikan kepada masyarakat secara produktif dan sesuai target
sehingga jika jumlah pembiayaan ditingkatkan, maka akan menghasilkan
bank yang efisien dari aspek intermediary.
f. Pengaruh Invetasi Finansial terhadap Nilai Efisiensi
Berdasarkan hasil uji t, Investasi Finansial memiliki pengaruh
signifikan terhadap Efisiensi. Hal ini sesuai dengan penelitian Pambuko
(2016) dan Firdaus & Hosen (2013) yang menyatakan bahwa adanya
investasi pada surat berharga, dapat mempengaruhi efisiensi bank.
Hal tersebut dikarenakan dengan jumlah investasi pada surat
berharga yang besar, otomatis akan lebih mudah dalam mengadopsi
teknologi baru yang dapat meningkatkan keuntungan dan meminimalkan
biaya manajemen. Atau dengan kata lain semakin besar keuntungan yang
168
diperoleh dari investasi pada surat berharga akan membuat bank semakin
efisien dalam mengelola surmber dayanya. Hal ini mengindikasikan
bahwa bank syariah yag dapat menghasilkan keuntungan lebih besar dari
investasi pada surat berharga, maka akan beroperasi secara efisien. Hal ini
juga sesuai dengan potential improvment pada hasil DEA dimana untuk
mencapai kondisi efisien, bank syariah perlu meningkatkan investasi pada
surat berharga yang memiliki potensi baik di masa mendatang, sehingga
efisiensi atau kinerja bank dapat meningkat.
Namun, hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rahmat Hidayat (2014), pada penelitian Rahmat Hidayat disebutkan
bahwa Investasi Finansial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Efisiensi. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya perbedaan sampel, objek,
dan periode yang dilakukan oleh peneliti.
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa semua variabel
independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Baik dari Aset Tetap, Beban Tenaga Kerja, Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan,
Pendapatan Lainnya, maupun Investasi Finansial secara signifikan
berpengaruh terhadap Efisiensi pada model ini. Adapun yang memiliki
pengaruh lebih besar pada Efisiensi adalah Dana Pihak Ketiga dengan nilai
signifikansi 0.0000 dan nilai koefisien sebesar -0.225789 yang artinya
memiliki pengaruh sebesar 22.58% terhadap nilai Efisiensi pada model, dan
disusul oleh Pembiayaan dengan nilai signifikansi 0.0000 dan nilai koefisien
sebesar 0.140358 yang artinya memiliki pengaruh sebesar 14.03% terhadap
Efisiensi pada model.
169
Hal ini sesuai dengan pendekatan yang diambil oleh peneliti dalam
menentukan nilai efisiensi menggunakan DEA, karena pada dasarnya bank
secara intermediasi harus efisien dalam melaksanakan fungsinya yaitu
mengelola dana yang dihimpun dengan dana yang akan disalurkan, sehingga
melalui model ini bank selaku lembaga intermediari dituntut untuk bisa
menyalurkan dana ke sektor-sektor lain, DPK tidak hanya dijadikan iddle
money saja.
170
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat efisiensi
Bank Umum Syariah di Indonesia dengan Pakistan selama periode 2012-2016
dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis berdasarkan asumsi
CRS, VRS, dan juga Scale Efficiency. Penelitian ini menggunakan 4 sampel BUS
di Indonesia dan 4 sampel BUS di Pakistan pada kuartal pertama sampai dengan
keempat pada tahun 2012-2016. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas
pada bab IV, maka ditemukan beberapa kesimpulan pada penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian, BUS di Indonesia lebih efisien dibandingkan
dengan BUS di Pakistan baik menurut asumsi CRS, VRS, dan Scale, namun
tidak ada perbedaan yang signifikan nilai efisiensi pada BUS di Indonesia dan
Pakistan. Adapun secara rata-rata yang paling mendekati efisiensi optimum
pada BUS di Indonesia adalah Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah
Mandiri dan Bank BRI Syariah baik berdasarkan asumsi CRS, VRS, dan Scale
yaitu pada titik 99%, sedangkan yang paling terendah adalah Bank BNI
Syariah yang mendapat nilai rata-rata di bawah 99%. Adapun yang paling
mendekati efisiensi optimum pada BUS di Pakistan adalah Al-Baraka Bank
baik berdasarkan asumsi CRS, VRS, dan Scale yaitu pada titik 99%,
sedangkan yang paling terendah adalah Bank Islami Pakistan Limited dan
Meezan Islamic Bank yang mendapat nilai di bawah 99% menurut asumsi
VRS. Namun, bila dibandingkan dengnan asumsi CRS dan Scale, yang
171
mendapat nilai terendah adalah Dubai Islamic Bank Pakistan Limited, karena
nilai yang diperoleh paling rendah dari ketiga BUS lainnya.
2. Berdasarkan model faktor yang mempengaruhi efisiensi disimpulkan bahwa
semua variabel baik dari Aset Tetap, Beban Tenaga Kerja, Dana Pihak
Ketiga, Pembiayaan, Pendapatan Lainnya, maupun Investasi Finansial secara
signifikan berpengaruh terhadap Efisiensi. Adapun yang memiliki pengaruh
lebih besar pada Efisiensi adalah Dana Pihak Ketiga, dan disusul oleh
Pembiayaan, berdasarkan sampel yang ada.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka peneliti mencoba mengemukakan implikasi yang dapat
bermanfaat, diantaranya sebagai berikut:
3. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan
mengenai kinerja perbankan, khususnya tentang efisiensi keuangan bank
syariah di Indonesia dan Pakistan bagi peneliti maupun bagi peneliti
selanjutnya. Hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan
kepustakaan dan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan pengembangan
penelitian-penelitian selanjutnya dengan permasalahan yang sejenis.
Adapun bagi peneliti selanjutnya sebaiknya objek pada penelitian ini
tidak hanya menggunakan empat Bank Umum Syariah bisa juga ditambah
menjadi sepuluh atau lebih Bank Umum Syariah. Begitu pula dengan periode
penelitian juga dapat diperbaharui agar hasil yang diperoleh dapat
menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi berkaitan dengan penelitian ini.
172
Begitu pula compare dengan negara lain bahkan kalau bisa objek
penelitiannya se-Asia Tenggara supaya lebih komprehensif. Selain itu, alat
analisisnya bisa menggunakan metode analisis yang bersifat parametrik
misalnya metode Stochatic Frontier Analysis (SFA). Dengan metode analisis
ini, peneliti dapat menganalisis efisiensi bank syariah dengan menggunakan
pendekatan efisiensi biaya, sehingga diperoleh tingkat efisiensi berdasarkan
biaya yang dikeluarkan oleh bank. Adapun untuk two stage-nya, bisa
menggunakan metode analisis Regresi Tobit, yaitu untuk melihat faktor-
faktor lingkungan (eksternal) apa saja yang mempengaruhi nilai efisiensi,
sehingga bisa didapatkan hasil penelitian yang lebih komprehensif mengenai
efisiensi bank syariah.
4. Bagi Manajemen Bank Syariah
Kebijakan ekspansifitas yang agresif di tengah masih minimnya tingkat
aset Bank Umum Syariah bisa membuat inefisiensi pada entitas tersebut, oleh
karenanya perlu adanya kontrol dan strategi yang baik dari internal bank.
Perlu adanya strategi marketing dan inovasi produk yang kompetitif
baik dari produk penghimpunan dana maupun dari produk penyaluran dana
agar bisa bersaing, dengan penguatan kerjasama yang baik antara internal
bank, DSN-MUI, dan regulator.
Beban personalia yang menjadi penyebab utama dalam inefisiensi Bank
Umum Syariah, hal ini perlu adanya strategi dalam manajemen SDM, seperti
menerapkan AO Multispesialisasi. Selain itu, perlu melakukan penghematan,
dari transformasi ke digital, core banking, dan sebagainya. Ini memang upaya
173
yang tidak bisa sesaat karena perkembangan teknologi yang sangat cepat,
sehingga perbankan syariah juga dituntut harus sustainable.
Untuk mengatasi fixed asset yang membengkak, hal ini bisa diterapkan
strategi branchless banking, sehingga selain meningkatkan efisiensi, bank
dapat efektif dalam penyaluran pembiayaan bagi nasabah yang unbankable.
Selain itu, penguatan kerjasama office channeling maupun teknologi
perbankannya untuk menekan cost of fixed asset bisa menjadi solusi. Tentu
hal ini perlu dukungan kebijakan supervisi dari regulator agar bisa berjalan
dengan baik.
Peningkatan teknologi pun juga menjadi perhatian penting bagi bank
syariah di era milenium ini, karena penggunaan teknologi menjadi hal yang
dimanfaatkan beberapa bank untuk meningkatkan pendapatan operasional
lainnya. Khususnya yang berasal dari fee based income perlu mendapat
perhatian yang harus dilakukan terkait dengan input output ratio. Pada
umumnya peningkatan fee based income selalu berkaitan dengan penggunaan
teknologi yang mampu meningkatkan pelayanan kepada nasabahnya. Jadi,
sebenarnya peluang peningkatan fee based income hanya akan lebih banyak
dimanfaatkan oleh sejumlah bank yang secara teknologi sudah maju. Adapun
cara lain yang dapat digunakan dengan melakukan joint atau sharing
operation. Dalam bidang ATM penggunaan fasilitas VSAT dan disaster
recovery center dapat dilakukan secara bersama-sama.
5. Bagi Pemerintahan/Regulator
Membengkaknya beban tenaga kerja, pihak regulator dapat
menerapkan standar minimum dana personalia yang tepat. Mengingat supply
174
dan demand kebutuhan SDM syariah yang bermasalah, pihak praktisi,
akademisi, dan regulator perlu untuk duduk bersama agar terciptanya link and
match, sehingga permasalahan minimnya tenaga kerja yang handal di bidang
keuangan syariah bisa teratasi.
Pihak regulator perlu meningkatkan literasi keuangan syariah dan
utilitas produk keuangan syariah. Seperti kita ketahui, tingkat pengetahuan
masyarakat terhadap keuangan syariah masih minim. Hal ini bisa berdampak
pada perkembangan bank syariah, khususnya tingkat efisiensi itu sendiri.
Beberapa program telah diusungkan oleh pemerintah khususnya OJK untuk
meningkatkan literasi terkait keuangan syariah, rekomendasi dari peneliti
adalah tetap jalin kerjasama dengan organisasi-organisasi yang bergerak
dalam lingkup keuangan syariah untuk membantu meningkatkan literasi
keuangan syariah baik di kalangan atas, menengah dan bawah. Selain itu,
OJK juga bisa membuat video learning terkait keuangan syariah dan bisa
diputar di tempat-tempat ramai seperti di KRL, Bandara, Terminal, Busway,
dan lain-lain.
OJK dan Kementrian BUMN bisa mensinergikan bank syariah plat
merah untuk bisa memiliki perusahaan switcing sendiri sama seperti bank
induknya, sehingga sistem operasional ATM secara penuh dapat dikelola oleh
perusahaan pengalih transaksi milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yaitu PT Jalin Pembayaran Nasional (JPN). Dengan terintegrasinya ATM
tersebut, dapat meningkatkan efisiensi bank syariah. Lewat kerja sama itu
pula, satu perbankan bisa menggunakan empat mesin ATM milik BUMN
sehingga setiap bank tidak perlu berinvestasi ATM baru.
175
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zaenal., & Endri. 2009. "Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan
Daerah: Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)". Jurnal Akuntansi
dan Keuangan, Vol. II, No. 1, 21-29.
Acarya. 2011. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.
Ali, Zainuddin. 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.
Amirillah, Afif. 2014. "Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia". Journal of
Economics and Policy Vol. 7, No. 2, 141-150.
Antonio, Muhammad Syafi'i. 2001. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani.
Arifin, Zainul. 2009. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Azkia
Publisher.
Baltagi, Badi H. 2005. Econometric Analysis of Panel Data. England: John Wiley
& Sons Ltd.
Berger, Allen N., & Humphrey, David B. 1997. "Efficiency of Financial
Institutions: International Survey and Directions for Future Research".
European Journal of Operational Research.
Cooper, William W., Seiford, Lawrance M., & Tone, Kaoru. 2007. Data
Envelopment Analysis, Second Edition. New York: Springer.
Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Dewi, K. R., Negoro, N. P., & Rahmawati, Y. (2017). Peran Human Capital
Terhadap Efisiensi Perusahaan Perbankan di Indonesia. Jurnal Sains dan
Seni, Vol 6, No. 1, 2337-3520.
Endri. 2011. "Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi
Two-Stage Data Envelopment Analysis". STEI Tazkia.
Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Lampulo: ALFABETA.
Fauzi, Ahmad. 2014. "Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia:
Apakah Efisien dalam Profitabilitas Operasional?" Forum Riset Keuangan
Syariah 2014, hal. 215.
Firdaus, Muhammad Faza, & Hossen, Muhammad Nadratuzzaman. 2013. Efesiensi
Bank Umum Syariah menggunakan Two Stage Data Envelopment
Analysis." Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 167-188.
176
Ghazali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics. USA: McDraw Hill.
Gujarati, Damodar. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika, Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Hadad, M. D., Santoso, W., Ilyas, D., & Mardanugraha, E. 2003. "Analisis Efisensi
Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Nonparametrik Data
Envelopment Analysis (DEA)." Biro Stabilitas Sistem Keuangan Bank
Indonesia Research Paper, No. 7/5.
Hamka. (2007). Tafsir al-Azhar Juz XV. Jakarta: .......
Hidayat, Rahmat. 2011. "Kajian Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia". Media
Riset Bisnis & Manajemen Vol. 11, No. 1, April.
Hidayat, Rahmat. 2014. Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik. Bekasi:
Gramata Publishing.
Huri, M. D., & Susilowati, Indah. 2004. "Pengukuran Efisiensi Relatif Emiten
Perbankan Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi
Kasus: Bank-bank yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002)".
Jurnal Dinamika Pembangunan, Vol. 1 No 2, 95.
Iskandar, Syamsyu. 2013. Akuntansi Perbankan: Dalam Rupiah dan Valuta Asing.
Jakarta: In Media.
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Karim, Adiwarman. 2014. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. PT Raja Grafindo Presada: Jakarta.
Manan, Abdul. 2012. Hukum Ekonomi Syariah dalam Perspektif Kewenangan
Peradilan Agama. Jakarta: Kencana.
Muharam, Harum., & Pusvitasari, Rizki. 2007. "Analisis Perbandingan Efisiensi
Bank Syariah di Indonesia Dengan Metode Data Envelopment Analysis".
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam.
Munawir. 2012. Analisis Informasi Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Pambuko, Z. B. 2016. "Determinan Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di
Indonesia: Two Stage Data Envelopment Analysis". Cakrawala, Vol. XI,
No. 2, 178-194.
177
Prasetyia, Ferry., & Diendtara, Kanda. 2011. "Pengukuran Efesiensi Perbankan
Syariah Berbasis Manajemen Risiko". Jurnal Keuangan dan Perbankan,
Vol. 15, No. 1, 119.
Purwanto S, D. 2009. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern Buku 2.
Jakarta: Salemba Empat.
Rodoni, Ahmad., & Hamid, Abdul. 2008. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:
Zikrul Hakim.
Rosadi, Dedi. 2012. Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan dengan
Eviews. Yogyakarta: ANDI.
Sadi, Muhammad. 2015. Konsep Hukum Perbankan Syariah: Pola Relasi Sebagai
Institusi Intermediasi dan Agen Investasi. Malang: Setara Press.
Santoso, A. B., & Sri, T. S. (2012). Manajemen Perkreditan Bank Umum. Jakarta:
Salemba Empat.
Santoso, Singgih. 2005. Seri Solusi Bisnis Berbasis TI: Menggunakan SPSS untuk
Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sari, Ditta Feicyllia., & Suprayogi, Noven. 2015. "Membandingkan Efisiensi
Pembiayaan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional di
Indonesia dengan Metode Data Envelopment Anaysis (DEA)". JESTT Vol.
2, No. 8, 673-688.
Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana.
Subramanyam, K. R., & Wild, Jhon. J. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Srimindarti, C. 2006. Balanced Scorecard Sebagai Alternatif untuk Mengukur
Kinerja. Semarang: STIE Stikubank.
Sudarsono, Heri. 2008. Bank & Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan
Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharjo, Bambang. 2013. Statistika Terapan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan - Teori dan Aplikasi dengan SPSS.
Yogyakarta: ANDI.
178
Suliyanto, & Jati, Dian Purnomo. 2014. "Perbandingan Efesiensi Bank Perkreditan
Rakyat dan Bank Umum dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis".
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 18, No. 2, 297.
Supranto, Joko. 2010. Ekonometrika. Bogor: Ghalia Indonesia.
Supriyanto. 2009. Metodologi Riset Bisnis. Jakarta: PT Indeks.
Suryani, Handryadi. 2015. Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Sutawijaya, A., & Lestari, E. P. 2009. "Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia Pasca
Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA". Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Vol. 10 No.1.
Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi. Yogyakarta:
Ekonisia.
Syamsi, Ibnu. 2007. Efisiensi, Sistem, dan Prosedur Kerja. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Usman, Rachmadi. 2012. Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta:
Sinar.
Verbeek, Marno. 2004. A Guide to Modern Econometrics. England: John Wiley &
Sons Ltd.
Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan
Bisnis. Yogyakarta: Ekonisia.
Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews, Edisi 3. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Wiroso. 2011. Produk Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE Usakti.
Yaya, R., Martawireja, A. E., & Abdurahim, A. 2014. Akuntansi Perbankan
Syariah: Teori dan Praktik Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.
Zainal, N. S., & Ismail, M. (2012). "Islamic Banking Efficiency: A DEA Approach".
3rd International Conference On Business and Economic Research (3rd
ICBER) Proceeding, 1952-1965.
Islamic Financial Services Industry Stability Report. 2016. Islamic Financial
Services Board
Islamic Finance in Asia: Development, Prospects, and Inclusive Growth. 2015.
Islamic Financial Services Board & Asian Development Bank
Islamic Banking Bulletin 2012, State Bank of Pakistan
179
Islamic Banking Bulletin 2013, State Bank of Pakistan
Islamic Banking Bulletin 2014, State Bank of Pakistan
Islamic Banking Bulletin 2015, State Bank of Pakistan
Islamic Banking Bulletin 2016, State Bank of Pakistan
Statistik Perbankan Syariah 2012, Bank Indonesia
Statistik Perbankan Syariah 2013, Bank Indonesia
Statistik Perbankan Syariah 2014, Otoritas Jasa Keuangan
Statistik Perbankan Syariah 2015, Otoritas Jasa Keuangan
Statistik Perbankan Syariah 2016, Otoritas Jasa Keuangan
https://www.syariahmandiri.co.id/ diakses pada tanggal 02 Mei 2017
http://www.bankmuamalat.co.id/ diakses pada tanggal 02 Mei 2017
http://www.bnisyariah.co.id/ diakses pada tanggal 02 Mei 2017
http://www.brisyariah.co.id/ diakses pada tanggal 02 Mei 2017
http://www.albaraka.com.pk/ diakses pada tanggal 05 Mei 2017
http://bankislami.com.pk/ diakses pada tanggal 05 Mei 2017
https://www.dibpak.com/ diakses pada tanggal 05 Mei 2017
https://www.meezanbank.com/ diakses pada tanggal 05 Mei 2017
http://www.republika.co.id/berita/syariah/keuangan/11/11/16/lur1fb-2023-
indonesia-pimpin-industri-keuangan-syariah-dunia diakses pada tanggal 10
Mei 2017
180
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Daftar Lampiran:
1. Data Sekunder Sebelum Diolah
2. Hasil Efisiensi DEA CRS – (Sumber: DEAFrontier)
3. Hasil Efisiensi DEA VRS – (Sumber: DEAFrontier)
4. Target to Optimum Efficient DEA – VRS (Sumber: DEAFrontier)
5. Panel Unit Root Test (Augmented Dickey Fuller/ADF)
181
Data Sekunder Sebelum Diolah
1. Indonesia (Dalam Jutaan Rupiah)
PERIODE BANK BTK DPK AT PL PM IF
2012Q1 BSM 271,925 42,371,223 2,363,864 328,395 36,271,914 8,929,156
2012Q2 BSM 489,702 42,727,170 1,710,178 612,749 38,686,029 7,075,760
2012Q3 BSM 706,720 43,918,084 1,634,674 860,619 40,559,192 6,819,427
2012Q4 BSM 973,160 46,687,969 1,458,417 1,137,920 43,096,256 7,509,316
2013Q1 BSM 270,407 47,619,185 1,397,566 295,751 44,737,441 7,361,456
2013Q2 BSM 589,551 50,529,792 1,860,286 626,868 46,795,123 7,513,976
2013Q3 BSM 928,550 53,649,161 1,516,482 888,458 48,093,542 9,567,373
2013Q4 BSM 1,192,403 55,767,955 2,123,519 1,192,864 48,723,715 10,750,661
2014Q1 BSM 343,346 54,510,183 2,214,057 278,323 48,067,336 10,277,797
2014Q2 BSM 683,029 54,652,683 2,085,709 504,427 48,725,262 10,449,366
2014Q3 BSM 1,022,584 57,071,718 2,041,567 783,649 47,432,859 13,178,431
2014Q4 BSM 1,359,776 59,820,572 2,282,608 1,001,565 46,066,124 15,085,795
2015Q1 BSM 379,074 59,198,066 2,398,275 267,311 47,413,049 15,182,012
2015Q2 BSM 966,425 59,164,461 2,563,328 1,824,013 50,255,939 13,993,807
2015Q3 BSM 1,276,046 59,707,778 2,708,673 3,448,768 50,405,127 14,554,684
2015Q4 BSM 1,685,208 62,112,879 2,622,325 798,611 50,893,511 16,832,327
2016Q1 BSM 491,390 63,160,283 2,659,917 171,276 50,567,308 18,832,281
2016Q2 BSM 957,458 63,792,138 2,570,050 353,090 52,520,809 17,265,170
2016Q3 BSM 1,393,253 65,977,531 2,211,472 515,368 53,047,287 19,642,898
2016Q4 BSM 1,844,686 69,949,861 2,530,837 722,217 55,388,246 21,577,652
2012Q1 BMI 128,001 27,511,865 979,605 90,847 23,206,627 6,419,935
2012Q2 BMI 266,005 28,229,124 863,756 229,046 25,746,402 5,739,656
2012Q3 BMI 413,224 30,793,835 883,629 332,316 27,884,997 6,321,389
2012Q4 BMI 564,875 39,422,307 883,607 402,692 32,843,988 10,317,334
2013Q1 BMI 181,275 40,056,618 954,795 100,341 35,269,600 9,612,677
2013Q2 BMI 382,329 40,780,470 996,729 238,158 38,089,107 8,129,240
2013Q3 BMI 592,711 43,531,102 1,349,636 377,753 39,713,994 8,295,361
2013Q4 BMI 754,059 45,022,858 1,585,134 441,960 41,779,112 9,206,863
2014Q1 BMI 215,893 44,580,901 1,739,507 137,128 42,386,500 8,411,948
2014Q2 BMI 430,506 48,832,261 1,922,318 231,810 44,529,089 9,843,682
2014Q3 BMI 652,780 50,268,112 2,202,400 306,946 45,657,811 9,688,840
2014Q4 BMI 860,392 53,496,985 3,292,737 313,515 42,938,217 14,549,833
2015Q1 BMI 227,947 44,037,649 3,131,597 68,041 40,851,776 9,228,660
2015Q2 BMI 476,489 41,770,048 4,105,501 160,215 41,399,859 9,886,782
2015Q3 BMI 700,753 42,380,242 4,418,794 485,571 40,919,690 10,844,510
2015Q4 BMI 924,521 45,077,653 4,926,194 434,666 40,735,121 11,729,748
2016Q1 BMI 267,667 40,984,915 4,935,514 253,985 39,877,001 8,680,017
2016Q2 BMI 534,150 39,890,896 4,725,157 758,922 39,696,616 8,293,189
2016Q3 BMI 707,179 41,073,752 4,828,078 258,324 39,790,041 9,828,528
182
2016Q4 BMI 880,812 41,919,920 5,088,390 343,171 40,050,420 11,163,564
2012Q1 BNIS 60,586 6,921,122 62,319 53,560 5,312,650 3,514,078
2012Q2 BNIS 132,449 7,247,944 76,548 142,988 5,777,755 2,658,139
2012Q3 BNIS 190,724 7,721,027 82,028 202,848 6,472,513 2,405,494
2012Q4 BNIS 317,073 8,980,035 105,597 318,607 7,513,233 2,596,610
2013Q1 BNIS 95,371 10,683,235 134,038 81,553 8,366,904 3,634,208
2013Q2 BNIS 220,666 10,386,112 120,045 133,110 9,408,658 3,097,110
2013Q3 BNIS 340,320 10,960,565 119,810 194,748 10,387,077 3,170,908
2013Q4 BNIS 461,512 11,488,209 164,396 270,848 11,051,094 2,980,444
2014Q1 BNIS 120,486 12,613,835 118,519 31,531 13,907,000 3,099,770
2014Q2 BNIS 268,315 13,509,005 210,138 59,742 13,367,876 3,543,686
2014Q3 BNIS 412,967 14,932,565 158,387 101,803 13,871,888 4,002,636
2014Q4 BNIS 644,458 16,246,405 370,232 139,924 14,786,638 4,099,896
2015Q1 BNIS 201,839 17,422,874 384,274 39,497 15,697,752 4,558,527
2015Q2 BNIS 337,158 17,321,427 407,399 63,268 16,741,370 3,826,251
2015Q3 BNIS 519,228 18,930,220 415,983 99,019 16,971,124 5,581,774
2015Q4 BNIS 646,364 19,322,756 419,757 137,828 17,765,096 5,020,649
2016Q1 BNIS 164,730 20,918,881 451,278 32,128 18,044,641 6,390,748
2016Q2 BNIS 378,504 21,834,360 496,516 72,069 18,981,364 6,436,788
2016Q3 BNIS 566,346 22,766,399 469,278 126,705 19,532,253 7,137,185
2016Q4 BNIS 724,498 24,233,009 558,824 159,368 20,493,609 7,604,202
2012Q1 BRIS 76,054 8,899,482 176,580 41,767 8,895,289 1,245,719
2012Q2 BRIS 168,146 9,410,923 187,540 74,433 9,499,597 1,561,844
2012Q3 BRIS 254,463 10,153,407 213,906 108,458 9,967,398 1,767,749
2012Q4 BRIS 323,383 11,948,889 159,989 169,071 11,186,856 2,457,962
2013Q1 BRIS 100,616 13,063,951 206,874 35,569 11,731,984 2,872,982
2013Q2 BRIS 208,351 13,832,170 258,190 74,426 13,034,791 2,780,656
2013Q3 BRIS 328,920 13,924,879 254,358 107,172 13,454,988 2,668,548
2013Q4 BRIS 400,267 14,349,712 198,879 138,109 13,921,114 2,858,859
2014Q1 BRIS 135,081 13,990,979 323,554 14,876 13,708,715 3,175,005
2014Q2 BRIS 252,989 15,116,605 361,469 32,758 13,997,644 3,497,899
2014Q3 BRIS 384,143 15,494,505 245,649 53,487 14,435,812 3,629,786
2014Q4 BRIS 452,036 16,947,388 428,834 83,454 15,416,277 4,468,751
2015Q1 BRIS 121,797 17,562,001 540,185 30,180 15,172,604 4,655,483
2015Q2 BRIS 310,295 17,310,457 514,895 65,918 16,071,540 5,029,001
2015Q3 BRIS 436,466 18,863,643 542,857 101,920 16,469,500 5,821,612
2015Q4 BRIS 509,946 20,123,656 552,095 143,116 16,660,573 7,080,609
2016Q1 BRIS 172,676 20,279,023 510,541 37,748 16,893,559 6,907,165
2016Q2 BRIS 279,094 20,935,807 674,710 69,926 17,855,563 6,440,158
2016Q3 BRIS 458,215 21,193,544 618,666 104,541 17,740,932 7,346,416
2016Q4 BRIS 538,227 22,019,067 876,601 145,202 18,035,451 8,973,624
183
2. Pakistan (Dalam Jutaan Ruppee)
PERIODE BANK BTK DPK AT PL PM IF
2012Q1 ALBARAKA 493 58,497 2,766 94 26,028 27,050
2012Q2 ALBARAKA 977 61,308 2,736 199 26,414 27,625
2012Q3 ALBARAKA 1,474 57,084 2,603 311 23,536 27,152
2012Q4 ALBARAKA 1,991 63,279 2,629 406 28,783 27,422
2013Q1 ALBARAKA 507 63,251 2,923 130 30,962 26,614
2013Q2 ALBARAKA 1,063 73,773 2,767 261 34,234 27,538
2013Q3 ALBARAKA 1,619 73,105 2,720 421 31,509 30,255
2013Q4 ALBARAKA 2,119 75,547 2,726 593 37,021 22,162
2014Q1 ALBARAKA 636 67,134 2,727 222 36,850 16,531
2014Q2 ALBARAKA 1,298 80,358 2,686 394 41,724 25,965
2014Q3 ALBARAKA 1,948 76,289 2,656 559 36,246 26,167
2014Q4 ALBARAKA 2,546 80,223 2,667 727 47,023 19,561
2015Q1 ALBARAKA 653 77,059 2,704 145 44,281 19,338
2015Q2 ALBARAKA 1,406 81,782 2,691 323 45,726 19,159
2015Q3 ALBARAKA 2,139 75,536 2,705 479 44,586 19,222
2015Q4 ALBARAKA 2,849 71,644 2,672 656 47,645 15,278
2016Q1 ALBARAKA 687 68,929 2,714 151 49,029 16,712
2016Q2 ALBARAKA 1,526 75,483 2,708 322 46,804 21,023
2016Q3 ALBARAKA 2,372 77,959 2,681 491 49,637 21,183
2016Q4 ALBARAKA 3,414 105,843 4,502 874 66,785 24,602
2012Q1 BIPL 524 48,716 1,757 74 17,655 18,662
2012Q2 BIPL 556 54,530 1,758 74 17,729 24,231
2012Q3 BIPL 598 56,706 1,768 223 18,366 27,777
2012Q4 BIPL 2,272 64,216 1,913 534 27,433 28,995
2013Q1 BIPL 610 64,786 1,843 138 26,416 28,714
2013Q2 BIPL 645 69,828 1,835 92 30,441 30,117
2013Q3 BIPL 647 70,423 1,829 99 32,758 31,665
2013Q4 BIPL 2,488 75,226 2,958 454 38,309 31,610
2014Q1 BIPL 755 77,576 3,162 169 37,945 32,165
2014Q2 BIPL 820 85,466 3,213 159 37,696 35,803
2014Q3 BIPL 893 89,590 3,132 133 43,057 38,581
2014Q4 BIPL 1,509 90,331 3,380 632 41,097 30,655
2015Q1 BIPL 919 93,368 3,397 152 41,796 34,196
2015Q2 BIPL 1,137 141,334 5,627 172 57,599 40,149
2015Q3 BIPL 1,117 145,112 5,603 121 57,174 42,260
2015Q4 BIPL 5,037 153,058 5,633 570 69,576 35,886
2016Q1 BIPL 1,457 144,485 6,025 154 75,231 71,933
2016Q2 BIPL 1,478 148,609 6,147 193 81,449 73,031
2016Q3 BIPL 1,501 155,074 6,303 170 81,436 72,171
184
2016Q4 BIPL 6,142 154,400 9,348 638 77,817 46,317
2012Q1 DIBPL 618 42,069 1,547 105 22,606 12,853
2012Q2 DIBPL 668 47,799 1,563 105 22,487 18,825
2012Q3 DIBPL 702 49,310 1,586 191 22,189 17,013
2012Q4 DIBPL 2,846 53,110 1,535 695 26,315 21,335
2013Q1 DIBPL 744 53,883 1,476 151 27,899 28,251
2013Q2 DIBPL 811 57,806 1,417 206 31,133 29,826
2013Q3 DIBPL 806 60,991 1,405 170 30,843 28,994
2013Q4 DIBPL 3,183 67,639 1,455 743 35,540 25,044
2014Q1 DIBPL 865 73,667 1,410 320 37,005 21,047
2014Q2 DIBPL 974 75,878 1,394 336 41,899 26,820
2014Q3 DIBPL 996 69,954 1,544 232 47,528 24,310
2014Q4 DIBPL 3,972 83,844 1,751 1,117 58,840 18,259
2015Q1 DIBPL 1,149 94,823 1,756 221 57,838 19,211
2015Q2 DIBPL 1,243 106,466 1,736 280 64,575 22,020
2015Q3 DIBPL 1,274 109,087 1,696 363 77,100 22,147
2015Q4 DIBPL 4,988 136,744 1,842 1,275 104,954 18,516
2016Q1 DIBPL 1,303 129,767 1,817 338 92,980 26,095
2016Q2 DIBPL 1,320 128,229 1,857 504 96,061 32,890
2016Q3 DIBPL 1,303 129,265 1,822 410 89,606 25,930
2016Q4 DIBPL 5,264 129,265 1,870 1,567 93,911 27,212
2012Q1 MEEZANIB 1,742 175,820 4,127 799 61,173 110,411
2012Q2 MEEZANIB 1,708 194,374 4,349 601 52,608 133,047
2012Q3 MEEZANIB 1,836 207,554 4,501 479 56,137 147,071
2012Q4 MEEZANIB 7,193 230,426 4,898 2,399 88,678 152,460
2013Q1 MEEZANIB 1,960 235,018 5,054 754 84,693 170,677
2013Q2 MEEZANIB 2,051 260,348 5,182 810 86,301 172,495
2013Q3 MEEZANIB 2,157 268,087 5,408 874 90,917 177,537
2013Q4 MEEZANIB 8,404 289,811 5,595 3,502 127,623 151,614
2014Q1 MEEZANIB 2,434 307,227 5,580 1,282 124,064 127,818
2014Q2 MEEZANIB 2,550 317,724 5,635 1,029 116,379 112,050
2014Q3 MEEZANIB 2,552 329,934 6,057 1,089 138,322 109,462
2014Q4 MEEZANIB 10,460 380,422 6,273 4,755 175,712 114,089
2015Q1 MEEZANIB 3,043 391,350 6,428 1,156 146,540 103,110
2015Q2 MEEZANIB 3,339 434,527 7,179 1,030 144,468 102,913
2015Q3 MEEZANIB 3,386 438,279 7,652 1,250 155,797 105,032
2015Q4 MEEZANIB 13,561 471,821 8,057 4,597 207,569 146,305
2016Q1 MEEZANIB 3,632 468,910 8,072 1,333 201,247 193,243
2016Q2 MEEZANIB 3,753 500,983 8,847 1,475 225,262 195,228
2016Q3 MEEZANIB 3,832 500,939 8,961 1,507 222,994 197,167
2016Q4 MEEZANIB 15,488 564,024 8,924 5,797 311,530 130,156
185
Hasil Efisiensi DEA asumsi CRS
a. Bank Syariah Mandiri
Inputs Outputs
Beban Tenaga Kerja Pendapatan Lainnya
Dana Pihak Ketiga Pembiayaan
Aset Tetap Investasi Finansial
Input-
Oriented
CRS Sum of Optimal Lambdas DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS with Benchmarks
1 BSM2012Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 BSM2012Q1
2 BSM2012Q2 0.97987 0.851 Increasing 0.006 BSM2012Q4 0.732 BSM2013Q1 0.113 BSM2015Q3 3 BSM2012Q3 0.99742 0.926 Increasing 0.616 BSM2012Q4 0.289 BSM2013Q1 0.022 BSM2015Q3 4 BSM2012Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 BSM2012Q4 5 BSM2013Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 BSM2013Q1 6 BSM2013Q2 0.99175 1.060 Decreasing 0.372 BSM2012Q4 0.687 BSM2013Q1 7 BSM2013Q3 1.00000 1.000 Constant 1.000 BSM2013Q3 8 BSM2013Q4 0.97563 1.037 Decreasing 0.670 BSM2013Q1 0.275 BSM2015Q3 0.093 BSM2016Q3 9 BSM2014Q1 0.97718 1.045 Decreasing 0.820 BSM2013Q1 0.222 BSM2016Q1 0.004 BSM2016Q3
10 BSM2014Q2 0.98828 1.047 Decreasing 0.803 BSM2013Q1 0.048 BSM2015Q3 0.195 BSM2016Q3 11 BSM2014Q3 0.96806 0.966 Increasing 0.419 BSM2013Q1 0.129 BSM2015Q3 0.418 BSM2016Q3 12 BSM2014Q4 0.93098 0.898 Increasing 0.128 BSM2013Q1 0.193 BSM2015Q3 0.577 BSM2016Q3 13 BSM2015Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 BSM2015Q1 14 BSM2015Q2 0.99354 1.021 Decreasing 0.291 BSM2013Q1 0.475 BSM2015Q3 0.089 BSM2016Q1 0.167 BSM2016Q3 15 BSM2015Q3 1.00000 1.000 Constant 1.000 BSM2015Q3 16 BSM2015Q4 0.99191 0.991 Increasing 0.169 BSM2013Q1 0.111 BSM2015Q3 0.711 BSM2016Q3 17 BSM2016Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 BSM2016Q1 18 BSM2016Q2 0.99485 1.039 Decreasing 0.240 BSM2013Q1 0.251 BSM2016Q1 0.549 BSM2016Q3 19 BSM2016Q3 1.00000 1.000 Constant 1.000 BSM2016Q3 20 BSM2016Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 BSM2016Q4
186
Hasil Efisiensi DEA asumsi CRS
b. Bank Muamalat Indonesia
Inputs Outputs
Beban Tenaga Kerja Pendapatan Lainnya
Dana Pihak Ketiga Pembiayaan
Aset Tetap Investasi Finansial
Input-
Oriented
CRS Sum of Optimal Lambdas DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS with Benchmarks
1 MUA2012Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 MUA2012Q1 2 MUA2012Q2 1.00000 1.000 Constant 1.000 MUA2012Q2 3 MUA2012Q3 1.00000 1.000 Constant 1.000 MUA2012Q3 4 MUA2012Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 MUA2012Q4 5 MUA2013Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 MUA2013Q1 6 MUA2013Q2 1.00000 1.000 Constant 1.000 MUA2013Q2 7 MUA2013Q3 0.98552 1.080 Decreasing 0.296 MUA2012Q3 0.342 MUA2013Q2 0.433 MUA2013Q4 0.009 MUA2016Q2 8 MUA2013Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 MUA2013Q4 9 MUA2014Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 MUA2014Q1
10 MUA2014Q2 0.96829 1.145 Decreasing 0.099 MUA2013Q1 0.721 MUA2013Q2 0.122 MUA2014Q1 0.202 MUA2015Q2 11 MUA2014Q3 0.95709 1.158 Decreasing 0.700 MUA2013Q2 0.231 MUA2014Q1 0.107 MUA2015Q2 0.121 MUA2016Q2 12 MUA2014Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 MUA2014Q4 13 MUA2015Q1 0.99315 1.039 Decreasing 0.349 MUA2013Q1 0.415 MUA2014Q1 0.275 MUA2016Q1 14 MUA2015Q2 1.00000 1.000 Constant 1.000 MUA2015Q2 15 MUA2015Q3 1.00000 1.000 Constant 1.000 MUA2015Q3
16 MUA2015Q4 0.99257 1.091 Decreasing 0.439 MUA2012Q4 0.240 MUA2015Q3 0.412 MUA2016Q4 17 MUA2016Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 MUA2016Q1 18 MUA2016Q2 1.00000 1.000 Constant 1.000 MUA2016Q2 19 MUA2016Q3 0.98564 0.965 Increasing 0.650 MUA2015Q2 0.310 MUA2015Q3 0.005 MUA2016Q2 20 MUA2016Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 MUA2016Q4
187
Hasil Efisiensi DEA asumsi CRS
c. Bank BNI Syariah
Inputs Outputs
Beban Tenaga Kerja Pendapatan Lainnya
Dana Pihak Ketiga Pembiayaan
Aset Tetap Investasi Finansial
Input-
Oriented
CRS Sum of Optimal
Lambdas DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS
with Benchmarks
1 BNIS2012Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 BNIS2012Q1 2 BNIS2012Q2 1.00000 1.000 Constant 1.000 BNIS2012Q2 3 BNIS2012Q3 1.00000 1.000 Constant 1.000 BNIS2012Q3 4 BNIS2012Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 BNIS2012Q4 5 BNIS2013Q1 0.99818 1.505 Decreasing 1.443 BNIS2012Q1 0.021 BNIS2012Q2 0.042 BNIS2014Q1 6 BNIS2013Q2 0.94818 0.985 Increasing 0.326 BNIS2012Q1 0.118 BNIS2012Q4 0.255 BNIS2013Q4 0.286 BNIS2014Q1 7 BNIS2013Q3 0.99512 1.076 Decreasing 0.166 BNIS2012Q1 0.428 BNIS2012Q4 0.144 BNIS2013Q4 0.338 BNIS2014Q1 8 BNIS2013Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 BNIS2013Q4 9 BNIS2014Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 BNIS2014Q1
10 BNIS2014Q2 0.94127 1.116 Decreasing 0.224 BNIS2012Q1 0.082 BNIS2013Q4 0.811 BNIS2014Q1 11 BNIS2014Q3 0.91291 1.255 Decreasing 0.340 BNIS2012Q1 0.229 BNIS2013Q4 0.686 BNIS2014Q1 12 BNIS2014Q4 0.89408 1.303 Decreasing 0.259 BNIS2012Q1 0.389 BNIS2013Q4 0.655 BNIS2014Q1 13 BNIS2015Q1 0.87209 1.410 Decreasing 0.455 BNIS2012Q1 0.955 BNIS2014Q1 14 BNIS2015Q2 0.88733 1.236 Decreasing 0.018 BNIS2012Q1 0.100 BNIS2013Q4 1.117 BNIS2014Q1 15 BNIS2015Q3 0.90525 1.706 Decreasing 0.745 BNIS2012Q1 0.120 BNIS2013Q4 0.840 BNIS2014Q1 16 BNIS2015Q4 0.90061 1.581 Decreasing 0.382 BNIS2012Q1 0.332 BNIS2013Q4 0.867 BNIS2014Q1 17 BNIS2016Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 BNIS2016Q1 18 BNIS2016Q2 0.87967 1.950 Decreasing 0.947 BNIS2012Q1 1.003 BNIS2014Q1 19 BNIS2016Q3 0.89458 2.152 Decreasing 1.164 BNIS2012Q1 0.139 BNIS2013Q4 0.850 BNIS2014Q1 20 BNIS2016Q4 0.89035 2.296 Decreasing 1.248 BNIS2012Q1 0.249 BNIS2013Q4 0.799 BNIS2014Q1
188
Hasil Efisiensi DEA asumsi CRS
d. Bank BRI Syariah
Inputs Outputs
Beban Tenaga Kerja Pendapatan Lainnya
Dana Pihak Ketiga Pembiayaan
Aset Tetap Investasi Finansial
Input-
Oriented
CRS Sum of Optimal
Lambdas DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS
with Benchmarks
1 BRIS2012Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 BRIS2012Q1 2 BRIS2012Q2 1.00000 1.000 Constant 1.000 BRIS2012Q2 3 BRIS2012Q3 1.00000 1.000 Constant 1.000 BRIS2012Q3 4 BRIS2012Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 BRIS2012Q4 5 BRIS2013Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 BRIS2013Q1 6 BRIS2013Q2 0.97830 1.087 Decreasing 0.225 BRIS2012Q1 0.227 BRIS2012Q4 0.121 BRIS2013Q1 0.120 BRIS2013Q4 7 BRIS2013Q3 0.98251 1.145 Decreasing 0.589 BRIS2012Q2 0.421 BRIS2013Q4 0.072 BRIS2014Q1 0.063 BRIS2015Q2 8 BRIS2013Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 BRIS2013Q4
9 BRIS2014Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 BRIS2014Q1 10 BRIS2014Q2 0.95967 0.980 Increasing 0.109 BRIS2013Q4 0.645 BRIS2014Q1 0.226 BRIS2015Q2 11 BRIS2014Q3 1.00000 1.000 Constant 1.000 BRIS2014Q3 12 BRIS2014Q4 0.97539 1.003 Decreasing 0.388 BRIS2013Q4 0.547 BRIS2015Q2 0.068 BRIS2016Q4 13 BRIS2015Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 BRIS2015Q1
14 BRIS2015Q2 1.00000 1.000 Constant 1.000 BRIS2015Q2 15 BRIS2015Q3 0.98142 1.032 Decreasing 0.397 BRIS2013Q4 0.226 BRIS2015Q2 0.057 BRIS2016Q1 0.352 BRIS2016Q4 16 BRIS2015Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 BRIS2015Q4 17 BRIS2016Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 BRIS2016Q1 18 BRIS2016Q2 0.97358 1.195 Decreasing 0.232 BRIS2012Q2 0.271 BRIS2014Q1 0.483 BRIS2016Q1 0.209 BRIS2016Q4 19 BRIS2016Q3 0.99302 1.059 Decreasing 0.164 BRIS2013Q4 0.123 BRIS2015Q4 0.444 BRIS2016Q1 0.327 BRIS2016Q4 20 BRIS2016Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 BRIS2016Q4
189
Hasil Efisiensi DEA asumsi CRS
e. Al-Baraka Bank
Inputs Outputs
Beban Tenaga Kerja Pendapatan Operasional
Dana Pihak Ketiga Pembiayaan
Aset Tetap Investasi Finansial
Input-
Oriented
CRS Sum of Optimal
Lambdas DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS
with Benchmarks
1 AlBaraka2012Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 AlBaraka2012Q1 2 AlBaraka2012Q2 0.99128 0.999 Increasing 0.552 AlBaraka2012Q1 0.248 AlBaraka2012Q3 0.023 AlBaraka2012Q4 0.175 AlBaraka2013Q3 3 AlBaraka2012Q3 1.00000 1.000 Constant 1.000 AlBaraka2012Q3 4 AlBaraka2012Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 AlBaraka2012Q4 5 AlBaraka2013Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 AlBaraka2013Q1
6 AlBaraka2013Q2 0.99735 1.013 Decreasing 0.391 AlBaraka2012Q1 0.187 AlBaraka2013Q3 0.435 AlBaraka2014Q2 7 AlBaraka2013Q3 1.00000 1.000 Constant 1.000 AlBaraka2013Q3 8 AlBaraka2013Q4 0.97701 0.948 Increasing 0.008 AlBaraka2014Q1 0.550 AlBaraka2014Q3 0.390 AlBaraka2014Q4 9 AlBaraka2014Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 AlBaraka2014Q1
10 AlBaraka2014Q2 1.00000 1.000 Constant 1.000 AlBaraka2014Q2
11 AlBaraka2014Q3 1.00000 1.000 Constant 1.000 AlBaraka2014Q3 12 AlBaraka2014Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 AlBaraka2014Q4 13 AlBaraka2015Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 AlBaraka2015Q1 14 AlBaraka2015Q2 0.96229 0.961 Increasing 0.187 AlBaraka2014Q2 0.078 AlBaraka2014Q4 0.438 AlBaraka2016Q1 0.257 AlBaraka2016Q3 15 AlBaraka2015Q3 0.95020 0.960 Increasing 0.101 AlBaraka2012Q4 0.256 AlBaraka2014Q4 0.093 AlBaraka2015Q4 0.175 AlBaraka2016Q1 16 AlBaraka2015Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 AlBaraka2015Q4 17 AlBaraka2016Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 AlBaraka2016Q1 18 AlBaraka2016Q2 0.99315 0.998 Increasing 0.044 AlBaraka2013Q3 0.218 AlBaraka2014Q2 0.347 AlBaraka2016Q1 0.390 AlBaraka2016Q3 19 AlBaraka2016Q3 1.00000 1.000 Constant 1.000 AlBaraka2016Q3 20 AlBaraka2016Q4 0.99938 1.408 Decreasing 0.007 AlBaraka2012Q3 0.639 AlBaraka2014Q4 0.579 AlBaraka2015Q4 0.184 AlBaraka2016Q1
190
Hasil Efisiensi DEA asumsi CRS
f. Bank Islami Pakistan Limited
Inputs Outputs
Beban Tenaga Kerja Pendapatan Operasional
Dana Pihak Ketiga Pembiayaan
Aset Tetap Investasi Finansial
Input-
Oriented
CRS Sum of Optimal
Lambdas DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS
with Benchmarks
1 BIPL2012Q1 0.78723 0.425 Increasing 0.184 BIPL2012Q3 0.095 BIPL2013Q3 0.119 BIPL2016Q1 0.027 BIPL2016Q2 2 BIPL2012Q2 0.91861 0.746 Increasing 0.542 BIPL2012Q3 0.136 BIPL2013Q3 0.068 BIPL2016Q1 3 BIPL2012Q3 1.00000 1.000 Constant 1.000 BIPL2012Q3
4 BIPL2012Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 BIPL2012Q4 5 BIPL2013Q1 0.98309 0.909 Increasing 0.348 BIPL2012Q3 0.502 BIPL2013Q3 0.029 BIPL2014Q1 0.030 BIPL2016Q2 6 BIPL2013Q2 0.95566 0.950 Increasing 0.036 BIPL2012Q3 0.910 BIPL2013Q3 0.004 BIPL2016Q1 7 BIPL2013Q3 1.00000 1.000 Constant 1.000 BIPL2013Q3 8 BIPL2013Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 BIPL2013Q4 9 BIPL2014Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 BIPL2014Q1
10 BIPL2014Q2 0.93873 0.849 Increasing 0.228 BIPL2012Q3 0.033 BIPL2013Q3 0.354 BIPL2014Q1 0.233 BIPL2016Q2 11 BIPL2014Q3 0.94106 0.839 Increasing 0.486 BIPL2013Q3 0.003 BIPL2013Q4 0.036 BIPL2014Q4 0.313 BIPL2016Q2 12 BIPL2014Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 BIPL2014Q4 13 BIPL2015Q1 0.89670 0.947 Increasing 0.359 BIPL2013Q3 0.385 BIPL2014Q1 0.028 BIPL2014Q4 0.175 BIPL2016Q2 14 BIPL2015Q2 0.94551 0.947 Increasing 0.449 BIPL2014Q1 0.498 BIPL2016Q2 15 BIPL2015Q3 0.92883 0.702 Increasing 0.702 BIPL2016Q2 16 BIPL2015Q4 0.89680 1.685 Decreasing 0.423 BIPL2013Q3 1.090 BIPL2013Q4 0.171 BIPL2016Q2 17 BIPL2016Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 BIPL2016Q1 18 BIPL2016Q2 1.00000 1.000 Constant 1.000 BIPL2016Q2 19 BIPL2016Q3 0.98452 1.000 Increasing 1.000 BIPL2016Q2 20 BIPL2016Q4 0.96267 1.617 Decreasing 1.249 BIPL2013Q4 0.368 BIPL2016Q2
191
Hasil Efisiensi DEA asumsi CRS
g. Dubai Islamic Bank Pakistan Limited
Inputs Outputs
Beban Tenaga Kerja Pendapatan Operasional
Dana Pihak Ketiga Pembiayaan
Aset Tetap Investasi Finansial
Input-
Oriented
CRS Sum of Optimal
Lambdas DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS
with Benchmarks
1 DIBPL2012Q1 0.81734 0.508 Increasing 0.093 DIBPL2013Q2 0.415 DIBPL2014Q3 2 DIBPL2012Q2 0.82463 0.650 Increasing 0.536 DIBPL2013Q2 0.107 DIBPL2014Q3 0.008 DIBPL2016Q2 3 DIBPL2012Q3 0.86926 0.609 Increasing 0.223 DIBPL2013Q2 0.374 DIBPL2014Q2 0.012 DIBPL2016Q4 4 DIBPL2012Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 DIBPL2012Q4 5 DIBPL2013Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 DIBPL2013Q1 6 DIBPL2013Q2 1.00000 1.000 Constant 1.000 DIBPL2013Q2 7 DIBPL2013Q3 0.98298 0.971 Increasing 0.006 DIBPL2013Q1 0.956 DIBPL2013Q2 0.010 DIBPL2016Q2 8 DIBPL2013Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 DIBPL2013Q4 9 DIBPL2014Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 DIBPL2014Q1
10 DIBPL2014Q2 1.00000 1.000 Constant 1.000 DIBPL2014Q2
11 DIBPL2014Q3 1.00000 1.000 Constant 1.000 DIBPL2014Q3 12 DIBPL2014Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 DIBPL2014Q4 13 DIBPL2015Q1 0.81301 0.599 Increasing 0.034 DIBPL2015Q4 0.565 DIBPL2016Q2 14 DIBPL2015Q2 0.80948 0.672 Increasing 0.005 DIBPL2015Q4 0.667 DIBPL2016Q2 15 DIBPL2015Q3 0.94223 0.799 Increasing 0.040 DIBPL2015Q4 0.759 DIBPL2016Q2 16 DIBPL2015Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 DIBPL2015Q4 17 DIBPL2016Q1 0.98892 0.968 Increasing 0.003 DIBPL2015Q4 0.965 DIBPL2016Q2 18 DIBPL2016Q2 1.00000 1.000 Constant 1.000 DIBPL2016Q2 19 DIBPL2016Q3 0.95051 0.933 Increasing 0.002 DIBPL2015Q4 0.931 DIBPL2016Q2 20 DIBPL2016Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 DIBPL2016Q4
192
Hasil Efisiensi DEA asumsi CRS
h. Meezan Islamic Bank
Inputs Outputs
Beban Tenaga Kerja Pendapatan Operasional
Dana Pihak Ketiga Pembiayaan
Aset Tetap Investasi Finansial
Input-
Oriented
CRS Sum of Optimal
Lambdas DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS
with Benchmarks
1 Meezan2012Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 Meezan2012Q1 2 Meezan2012Q2 0.94333 0.780 Increasing 0.008 Meezan2012Q4 0.773 Meezan2013Q1 3 Meezan2012Q3 0.97571 0.862 Increasing 0.862 Meezan2013Q1 4 Meezan2012Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 Meezan2012Q4 5 Meezan2013Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 Meezan2013Q1 6 Meezan2013Q2 0.99973 0.992 Increasing 0.524 Meezan2013Q1 0.466 Meezan2013Q3 0.002 Meezan2013Q4 7 Meezan2013Q3 1.00000 1.000 Constant 1.000 Meezan2013Q3 8 Meezan2013Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 Meezan2013Q4 9 Meezan2014Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 Meezan2014Q1
10 Meezan2014Q2 0.87312 0.745 Increasing 0.480 Meezan2014Q1 0.011 Meezan2014Q4 0.099 Meezan2016Q1 0.155 Meezan2016Q2 11 Meezan2014Q3 0.96643 0.777 Increasing 0.360 Meezan2014Q1 0.004 Meezan2014Q4 0.413 Meezan2016Q2 12 Meezan2014Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 Meezan2014Q4 13 Meezan2015Q1 0.90787 0.724 Increasing 0.145 Meezan2014Q1 0.036 Meezan2014Q4 0.543 Meezan2016Q2 14 Meezan2015Q2 0.78332 0.638 Increasing 0.009 Meezan2014Q4 0.615 Meezan2016Q2 0.013 Meezan2016Q4 15 Meezan2015Q3 0.83574 0.874 Increasing 0.401 Meezan2014Q1 0.012 Meezan2014Q4 0.462 Meezan2016Q2 16 Meezan2015Q4 0.88661 1.034 Decreasing 0.585 Meezan2013Q4 0.050 Meezan2014Q4 0.398 Meezan2016Q4 17 Meezan2016Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 Meezan2016Q1 18 Meezan2016Q2 1.00000 1.000 Constant 1.000 Meezan2016Q2 19 Meezan2016Q3 0.99445 1.023 Decreasing 0.041 Meezan2013Q1 0.013 Meezan2014Q1 0.009 Meezan2014Q4 0.960 Meezan2016Q2 20 Meezan2016Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 Meezan2016Q4
193
Hasil Efisiensi DEA asumsi VRS
a. Bank Syariah Mandiri
Inputs Outputs
Beban Tenaga Kerja Pendapatan Lainnya
Dana Pihak Ketiga Pembiayaan
Aset Tetap Investasi Finansial
Input-
Oriented
VRS Optimal
Lambdas DMU No. DMU Name Efficiency
with Benchmarks
1 BSM2012Q1 1.00000 1.000 BSM2012Q1 2 BSM2012Q2 1.00000 1.000 BSM2012Q2 3 BSM2012Q3 1.00000 1.000 BSM2012Q3 4 BSM2012Q4 1.00000 1.000 BSM2012Q4 5 BSM2013Q1 1.00000 1.000 BSM2013Q1 6 BSM2013Q2 1.00000 1.000 BSM2013Q2 7 BSM2013Q3 1.00000 1.000 BSM2013Q3 8 BSM2013Q4 0.98640 0.129 BSM2013Q2 0.160 BSM2013Q3 0.503 BSM2014Q2 0.208 BSM2015Q3 9 BSM2014Q1 1.00000 1.000 BSM2014Q1
10 BSM2014Q2 1.00000 1.000 BSM2014Q2 11 BSM2014Q3 0.97099 0.093 BSM2012Q1 0.115 BSM2012Q3 0.282 BSM2013Q1 0.105 BSM2015Q3 0.405 BSM2016Q3
12 BSM2014Q4 0.96449 0.097 BSM2012Q1 0.213 BSM2012Q2 0.165 BSM2015Q3 0.525 BSM2016Q3 13 BSM2015Q1 1.00000 1.000 BSM2015Q1
14 BSM2015Q2 0.99940 0.027 BSM2013Q1 0.167 BSM2014Q1 0.080 BSM2014Q2 0.476 BSM2015Q3 0.250 BSM2016Q2 15 BSM2015Q3 1.00000 1.000 BSM2015Q3 16 BSM2015Q4 0.99259 0.036 BSM2012Q1 0.152 BSM2013Q1 0.110 BSM2015Q3 0.702 BSM2016Q3 17 BSM2016Q1 1.00000 1.000 BSM2016Q1 18 BSM2016Q2 1.00000 1.000 BSM2016Q2 19 BSM2016Q3 1.00000 1.000 BSM2016Q3 20 BSM2016Q4 1.00000 1.000 BSM2016Q4
194
Hasil Efisiensi DEA asumsi VRS
b. Bank Muamalat Indonesia
Inputs Outputs
Beban Tenaga Kerja Pendapatan Lainnya
Dana Pihak Ketiga Pembiayaan
Aset Tetap Investasi Finansial
Input-
Oriented
VRS Optimal
Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency with
Benchmarks
1 MUA2012Q1 1.00000 1.000 MUA2012Q1
2 MUA2012Q2 1.00000 1.000 MUA2012Q2 3 MUA2012Q3 1.00000 1.000 MUA2012Q3
4 MUA2012Q4 1.00000 1.000 MUA2012Q4 5 MUA2013Q1 1.00000 1.000 MUA2013Q1 6 MUA2013Q2 1.00000 1.000 MUA2013Q2 7 MUA2013Q3 1.00000 1.000 MUA2013Q3 8 MUA2013Q4 1.00000 1.000 MUA2013Q4 9 MUA2014Q1 1.00000 1.000 MUA2014Q1
10 MUA2014Q2 1.00000 1.000 MUA2014Q2 11 MUA2014Q3 1.00000 1.000 MUA2014Q3 12 MUA2014Q4 1.00000 1.000 MUA2014Q4 13 MUA2015Q1 1.00000 1.000 MUA2015Q1 14 MUA2015Q2 1.00000 1.000 MUA2015Q2 15 MUA2015Q3 1.00000 1.000 MUA2015Q3 16 MUA2015Q4 0.99632 0.085 MUA2012Q4 0.251 MUA2014Q4 0.659 MUA2015Q3 0.005 MUA2016Q4 17 MUA2016Q1 1.00000 1.000 MUA2016Q1 18 MUA2016Q2 1.00000 1.000 MUA2016Q2 19 MUA2016Q3 0.99117 0.071 MUA2012Q2 0.582 MUA2015Q2 0.072 MUA2016Q2 0.275 MUA2016Q4
20 MUA2016Q4 1.00000 1.000 MUA2016Q4
195
Hasil Efisiensi DEA asumsi VRS
c. Bank BNI Syariah
Inputs Outputs
Beban Tenaga Kerja Pendapatan Lainnya
Dana Pihak Ketiga Pembiayaan
Aset Tetap Investasi Finansial
Input-
Oriented
VRS Optimal
Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency with
Benchmarks
1 BNIS2012Q1 1.00000 1.000 BNIS2012Q1 2 BNIS2012Q2 1.00000 1.000 BNIS2012Q2 3 BNIS2012Q3 1.00000 1.000 BNIS2012Q3 4 BNIS2012Q4 1.00000 1.000 BNIS2012Q4 5 BNIS2013Q1 1.00000 1.000 BNIS2013Q1 6 BNIS2013Q2 0.94964 0.311 BNIS2012Q1 0.234 BNIS2012Q4 0.115 BNIS2013Q4 0.340 BNIS2014Q1 7 BNIS2013Q3 1.00000 1.000 BNIS2013Q3 8 BNIS2013Q4 1.00000 1.000 BNIS2013Q4 9 BNIS2014Q1 1.00000 1.000 BNIS2014Q1
10 BNIS2014Q2 0.95894 0.112 BNIS2012Q1 0.060 BNIS2013Q4 0.739 BNIS2014Q1 0.090 BNIS2016Q4 11 BNIS2014Q3 1.00000 1.000 BNIS2014Q3 12 BNIS2014Q4 0.94065 0.290 BNIS2013Q4 0.374 BNIS2014Q1 0.186 BNIS2015Q4 0.151 BNIS2016Q4 13 BNIS2015Q1 0.93029 0.012 BNIS2012Q1 0.574 BNIS2014Q1 0.290 BNIS2016Q1 0.124 BNIS2016Q3 14 BNIS2015Q2 1.00000 1.000 BNIS2015Q2 15 BNIS2015Q3 0.98205 0.056 BNIS2012Q1 0.379 BNIS2014Q1 0.182 BNIS2016Q3 0.383 BNIS2016Q4 16 BNIS2015Q4 1.00000 1.000 BNIS2015Q4 17 BNIS2016Q1 1.00000 1.000 BNIS2016Q1 18 BNIS2016Q2 1.00000 1.000 BNIS2016Q2 19 BNIS2016Q3 1.00000 1.000 BNIS2016Q3
20 BNIS2016Q4 1.00000 1.000 BNIS2016Q4
196
Hasil Efisiensi DEA asumsi VRS
d. Bank BRI Syariah
Inputs Outputs
Beban Tenaga Kerja Pendapatan Lainnya
Dana Pihak Ketiga Pembiayaan
Aset Tetap Investasi Finansial
Input-
Oriented
VRS Optimal
Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency with
Benchmarks
1 BRIS2012Q1 1.00000 1.000 BRIS2012Q1 2 BRIS2012Q2 1.00000 1.000 BRIS2012Q2
3 BRIS2012Q3 1.00000 1.000 BRIS2012Q3 4 BRIS2012Q4 1.00000 1.000 BRIS2012Q4 5 BRIS2013Q1 1.00000 1.000 BRIS2013Q1 6 BRIS2013Q2 1.00000 1.000 BRIS2013Q2 7 BRIS2013Q3 0.99136 0.096 BRIS2012Q2 0.703 BRIS2013Q4 0.202 BRIS2014Q1 8 BRIS2013Q4 1.00000 1.000 BRIS2013Q4 9 BRIS2014Q1 1.00000 1.000 BRIS2014Q1
10 BRIS2014Q2 0.95994 0.001 BRIS2012Q2 0.080 BRIS2013Q4 0.850 BRIS2014Q1 0.014 BRIS2015Q2 0.056 BRIS2016Q4 11 BRIS2014Q3 1.00000 1.000 BRIS2014Q3 12 BRIS2014Q4 0.97540 0.349 BRIS2013Q4 0.588 BRIS2015Q2 0.025 BRIS2016Q1 0.038 BRIS2016Q4
13 BRIS2015Q1 1.00000 1.000 BRIS2015Q1 14 BRIS2015Q2 1.00000 1.000 BRIS2015Q2 15 BRIS2015Q3 0.98766 0.185 BRIS2013Q4 0.361 BRIS2015Q2 0.328 BRIS2016Q3 0.126 BRIS2016Q4 16 BRIS2015Q4 1.00000 1.000 BRIS2015Q4 17 BRIS2016Q1 1.00000 1.000 BRIS2016Q1
18 BRIS2016Q2 1.00000 1.000 BRIS2016Q2 19 BRIS2016Q3 1.00000 1.000 BRIS2016Q3 20 BRIS2016Q4 1.00000 1.000 BRIS2016Q4
197
Hasil Efisiensi DEA asumsi VRS
e. Al-Baraka Bank
Inputs Outputs
Beban Tenaga Kerja Pendapatan Operasional
Dana Pihak Ketiga Pembiayaan
Aset Tetap Investasi Finansial
Input-
Oriented
VRS Optimal
Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency with
Benchmarks
1 AlBaraka2012Q1 1.00000 1.000 AlBaraka2012Q1 2 AlBaraka2012Q2 0.99150 0.546 AlBaraka2012Q1 0.266 AlBaraka2012Q3 0.012 AlBaraka2012Q4 0.171 AlBaraka2013Q3 0.005 AlBaraka2014Q2 3 AlBaraka2012Q3 1.00000 1.000 AlBaraka2012Q3 4 AlBaraka2012Q4 1.00000 1.000 AlBaraka2012Q4 5 AlBaraka2013Q1 1.00000 1.000 AlBaraka2013Q1
6 AlBaraka2013Q2 1.00000 1.000 AlBaraka2013Q2 7 AlBaraka2013Q3 1.00000 1.000 AlBaraka2013Q3
8 AlBaraka2013Q4 0.99697 0.125 AlBaraka2012Q3 0.069 AlBaraka2014Q1 0.281 AlBaraka2014Q3 0.525 AlBaraka2014Q4 9 AlBaraka2014Q1 1.00000 1.000 AlBaraka2014Q1
10 AlBaraka2014Q2 1.00000 1.000 AlBaraka2014Q2 11 AlBaraka2014Q3 1.00000 1.000 AlBaraka2014Q3 12 AlBaraka2014Q4 1.00000 1.000 AlBaraka2014Q4 13 AlBaraka2015Q1 1.00000 1.000 AlBaraka2015Q1 14 AlBaraka2015Q2 0.99837 0.117 AlBaraka2012Q3 0.206 AlBaraka2014Q4 0.534 AlBaraka2016Q1 0.143 AlBaraka2016Q3 15 AlBaraka2015Q3 0.98615 0.157 AlBaraka2012Q3 0.342 AlBaraka2014Q4 0.108 AlBaraka2016Q1 0.393 AlBaraka2016Q3 16 AlBaraka2015Q4 1.00000 1.000 AlBaraka2015Q4 17 AlBaraka2016Q1 1.00000 1.000 AlBaraka2016Q1 18 AlBaraka2016Q2 0.99385 0.025 AlBaraka2012Q3 0.249 AlBaraka2014Q2 0.336 AlBaraka2016Q1 0.390 AlBaraka2016Q3 19 AlBaraka2016Q3 1.00000 1.000 AlBaraka2016Q3 20 AlBaraka2016Q4 1.00000 1.000 AlBaraka2016Q4
198
Hasil Efisiensi DEA asumsi VRS
f. Bank Islami Pakistan Limited
Inputs Outputs
Beban Tenaga Kerja Pendapatan Operasional
Dana Pihak Ketiga Pembiayaan
Aset Tetap Investasi Finansial
Input-
Oriented
VRS Optimal
Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency with
Benchmarks
1 BIPL2012Q1 1.00000 1.000 BIPL2012Q1 2 BIPL2012Q2 1.00000 1.000 BIPL2012Q2 3 BIPL2012Q3 1.00000 1.000 BIPL2012Q3 4 BIPL2012Q4 1.00000 1.000 BIPL2012Q4 5 BIPL2013Q1 1.00000 1.000 BIPL2013Q1 6 BIPL2013Q2 0.99074 0.073 BIPL2012Q1 0.081 BIPL2012Q2 0.846 BIPL2013Q3 7 BIPL2013Q3 1.00000 1.000 BIPL2013Q3 8 BIPL2013Q4 1.00000 1.000 BIPL2013Q4 9 BIPL2014Q1 1.00000 1.000 BIPL2014Q1
10 BIPL2014Q2 0.94363 0.177 BIPL2012Q3 0.318 BIPL2013Q3 0.393 BIPL2014Q1 0.112 BIPL2016Q2 11 BIPL2014Q3 0.96571 0.495 BIPL2013Q3 0.019 BIPL2013Q4 0.309 BIPL2014Q1 0.176 BIPL2016Q2 12 BIPL2014Q4 1.00000 1.000 BIPL2014Q4 13 BIPL2015Q1 0.90355 0.363 BIPL2013Q3 0.009 BIPL2013Q4 0.491 BIPL2014Q1 0.006 BIPL2014Q4 0.131 BIPL2016Q2 14 BIPL2015Q2 0.94907 0.117 BIPL2013Q3 0.417 BIPL2014Q1 0.466 BIPL2016Q2 15 BIPL2015Q3 0.95229 0.499 BIPL2013Q3 0.501 BIPL2016Q2 16 BIPL2015Q4 1.00000 1.000 BIPL2015Q4 17 BIPL2016Q1 1.00000 1.000 BIPL2016Q1 18 BIPL2016Q2 1.00000 1.000 BIPL2016Q2 19 BIPL2016Q3 0.98453 0.000 BIPL2013Q3 1.000 BIPL2016Q2 20 BIPL2016Q4 1.00000 1.000 BIPL2016Q4
199
Hasil Efisiensi DEA asumsi VRS
g. Dubai Islamic Bank Pakistan Limited
Inputs Outputs
Beban Tenaga Kerja Pendapatan Operasional
Dana Pihak Ketiga Pembiayaan
Aset Tetap Investasi Finansial
Input-
Oriented
VRS Optimal
Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency with
Benchmarks
1 DIBPL2012Q1 1.00000 1.000 DIBPL2012Q1
2 DIBPL2012Q2 0.99831 0.612 DIBPL2012Q1 0.388 DIBPL2013Q1
3 DIBPL2012Q3 1.00000 1.000 DIBPL2012Q3
4 DIBPL2012Q4 1.00000 1.000 DIBPL2012Q4
5 DIBPL2013Q1 1.00000 1.000 DIBPL2013Q1
6 DIBPL2013Q2 1.00000 1.000 DIBPL2013Q2
7 DIBPL2013Q3 1.00000 1.000 DIBPL2013Q3
8 DIBPL2013Q4 1.00000 1.000 DIBPL2013Q4
9 DIBPL2014Q1 1.00000 1.000 DIBPL2014Q1
10 DIBPL2014Q2 1.00000 1.000 DIBPL2014Q2
11 DIBPL2014Q3 1.00000 1.000 DIBPL2014Q3
12 DIBPL2014Q4 1.00000 1.000 DIBPL2014Q4
13 DIBPL2015Q1 0.90692 0.322 DIBPL2013Q2 0.098 DIBPL2014Q2 0.248 DIBPL2014Q3 0.332 DIBPL2016Q2
14 DIBPL2015Q2 0.91545 0.482 DIBPL2014Q2 0.011 DIBPL2014Q3 0.256 DIBPL2015Q3 0.251 DIBPL2016Q2
15 DIBPL2015Q3 1.00000 1.000 DIBPL2015Q3
16 DIBPL2015Q4 1.00000 1.000 DIBPL2015Q4
17 DIBPL2016Q1 1.00000 1.000 DIBPL2016Q1
18 DIBPL2016Q2 1.00000 1.000 DIBPL2016Q2
19 DIBPL2016Q3 0.98529 0.092 DIBPL2014Q2 0.001 DIBPL2015Q4 0.478 DIBPL2016Q1 0.429 DIBPL2016Q2
20 DIBPL2016Q4 1.00000 1.000 DIBPL2016Q4
200
Hasil Efisiensi DEA asumsi VRS
h. Meezan Islamic Bank
Inputs Outputs
Beban Tenaga Kerja Pendapatan Operasional
Dana Pihak Ketiga Pembiayaan
Aset Tetap Investasi Finansial
Input-
Oriented
VRS Optimal
Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency with
Benchmarks
1 Meezan2012Q1 1.00000 1.000 Meezan2012Q1
2 Meezan2012Q2 1.00000 1.000 Meezan2012Q2
3 Meezan2012Q3 1.00000 1.000 Meezan2012Q3
4 Meezan2012Q4 1.00000 1.000 Meezan2012Q4
5 Meezan2013Q1 1.00000 1.000 Meezan2013Q1
6 Meezan2013Q2 1.00000 1.000 Meezan2013Q2
7 Meezan2013Q3 1.00000 1.000 Meezan2013Q3
8 Meezan2013Q4 1.00000 1.000 Meezan2013Q4
9 Meezan2014Q1 1.00000 1.000 Meezan2014Q1
10 Meezan2014Q2 0.95727 0.147 Meezan2012Q1 0.845 Meezan2014Q1 0.008 Meezan2016Q4
11 Meezan2014Q3 1.00000 1.000 Meezan2014Q3
12 Meezan2014Q4 1.00000 1.000 Meezan2014Q4
13 Meezan2015Q1 0.97174 0.933 Meezan2014Q3 0.039 Meezan2016Q2 0.028 Meezan2016Q4
14 Meezan2015Q2 0.86254 0.952 Meezan2014Q3 0.025 Meezan2016Q2 0.023 Meezan2016Q4
15 Meezan2015Q3 0.86081 0.168 Meezan2014Q1 0.614 Meezan2014Q3 0.208 Meezan2016Q2 0.010 Meezan2016Q4
16 Meezan2015Q4 1.00000 1.000 Meezan2015Q4
17 Meezan2016Q1 1.00000 1.000 Meezan2016Q1
18 Meezan2016Q2 1.00000 1.000 Meezan2016Q2
19 Meezan2016Q3 1.00000 1.000 Meezan2016Q3
20 Meezan2016Q4 1.00000 1.000 Meezan2016Q4
201
Target to Optimum Efficient DEA asumsi VRS
a. Bank Syariah Mandiri
Input-Oriented
VRS Model Target
Efficient Input Target Efficient Output Target DMU No. DMU Name Beban Tenaga Kerja Dana Pihak Ketiga Aset Tetap Pendapatan Lainnya Pembiayaan Investasi Finansial
1 BSM2012Q1 271925.00000 42371223.00000 2363864.00000 328395.00000 36271914.00000 8929156.00000
2 BSM2012Q2 489702.00000 42727170.00000 1710178.00000 612749.00000 38686029.00000 7075760.00000
3 BSM2012Q3 706720.00000 43918084.00000 1634674.00000 860619.00000 40559192.00000 6819427.00000
4 BSM2012Q4 973160.00000 46687969.00000 1458417.00000 1137920.00000 43096256.00000 7509316.00000
5 BSM2013Q1 270407.00000 47619185.00000 1397566.00000 295751.00000 44737441.00000 7361456.00000
6 BSM2013Q2 589551.00000 50529792.00000 1860286.00000 626868.00000 46795123.00000 7513976.00000
7 BSM2013Q3 928550.00000 53649161.00000 1516482.00000 888458.00000 48093542.00000 9567373.00000
8 BSM2013Q4 833429.42804 55009267.82611 2094629.88924 1192864.00000 48723715.00000 10781435.64693
9 BSM2014Q1 343346.00000 54510183.00000 2214057.00000 278323.00000 48067336.00000 10277797.00000
10 BSM2014Q2 683029.00000 54652683.00000 2085709.00000 504427.00000 48725262.00000 10449366.00000
11 BSM2014Q3 992917.94866 55416017.81668 1921711.97214 783649.00000 47432859.00000 13178431.00000
12 BSM2014Q4 1072437.72885 57696494.40120 2201558.34839 1001565.00000 47921611.30830 15085795.00000
13 BSM2015Q1 379074.00000 59198066.00000 2398275.00000 267311.00000 47413049.00000 15182012.00000
14 BSM2015Q2 965844.14309 59128900.98643 2506173.98331 1824013.00000 50255939.00000 13993807.00000
15 BSM2015Q3 1276046.00000 59707778.00000 2708673.00000 3448768.00000 50405127.00000 14554684.00000
16 BSM2015Q4 1169580.86551 61652333.91740 2147987.08697 798611.00000 50893511.00000 16832327.00000
17 BSM2016Q1 491390.00000 63160283.00000 2659917.00000 171276.00000 50567308.00000 18832281.00000
18 BSM2016Q2 957458.00000 63792138.00000 2570050.00000 353090.00000 52520809.00000 17265170.00000
19 BSM2016Q3 1393253.00000 65977531.00000 2211472.00000 515368.00000 53047287.00000 19642898.00000
20 BSM2016Q4 1844686.00000 69949861.00000 2530837.00000 722217.00000 55388246.00000 21577652.00000
202
Target to Optimum Efficient DEA asumsi VRS
b. Bank Muamalat Indonesia
Input-Oriented
VRS Model Target
Efficient Input Target Efficient Output Target DMU No. DMU Name Beban Tenaga Kerja Dana Pihak Ketiga Aset Tetap Pendapatan Lainnya Pembiayaan Investasi Finansial
1 MUA2012Q1 128001.00000 27511865.00000 979605.00000 90847.00000 23206627.00000 6419935.00000
2 MUA2012Q2 266005.00000 28229124.00000 863756.00000 229046.00000 25746402.00000 5739656.00000
3 MUA2012Q3 413224.00000 30793835.00000 883629.00000 332316.00000 27884997.00000 6321389.00000
4 MUA2012Q4 564875.00000 39422307.00000 883607.00000 402692.00000 32843988.00000 10317334.00000
5 MUA2013Q1 181275.00000 40056618.00000 954795.00000 100341.00000 35269600.00000 9612677.00000
6 MUA2013Q2 382329.00000 40780470.00000 996729.00000 238158.00000 38089107.00000 8129240.00000
7 MUA2013Q3 592711.00000 43531102.00000 1349636.00000 377753.00000 39713994.00000 8295361.00000
8 MUA2013Q4 754059.00000 45022858.00000 1585134.00000 441960.00000 41779112.00000 9206863.00000
9 MUA2014Q1 215893.00000 44580901.00000 1739507.00000 137128.00000 42386500.00000 8411948.00000
10 MUA2014Q2 430506.00000 48832261.00000 1922318.00000 231810.00000 44529089.00000 9843682.00000
11 MUA2014Q3 652780.00000 50268112.00000 2202400.00000 306946.00000 45657811.00000 9688840.00000
12 MUA2014Q4 860392.00000 53496985.00000 3292737.00000 313515.00000 42938217.00000 14549833.00000
13 MUA2015Q1 227947.00000 44037649.00000 3131597.00000 68041.00000 40851776.00000 9228660.00000
14 MUA2015Q2 476489.00000 41770048.00000 4105501.00000 160215.00000 41399859.00000 9886782.00000
15 MUA2015Q3 700753.00000 42380242.00000 4418794.00000 485571.00000 40919690.00000 10844510.00000
16 MUA2015Q4 730177.68838 44911689.71334 3840156.86545 434666.00000 40735121.00000 11729748.00000
17 MUA2016Q1 267667.00000 40984915.00000 4935514.00000 253985.00000 39877001.00000 8680017.00000
18 MUA2016Q2 534150.00000 39890896.00000 4725157.00000 758922.00000 39696616.00000 8293189.00000
19 MUA2016Q3 576920.55790 40711111.90582 4189228.57284 258324.00000 39790041.00000 9828528.00000
20 MUA2016Q4 880812.00000 41919920.00000 5088390.00000 343171.00000 40050420.00000 11163564.00000
203
Target to Optimum Efficient DEA asumsi VRS
c. Bank BNI Syariah
Input-Oriented
VRS Model Target
Efficient Input Target Efficient Output Target DMU No. DMU Name Beban Tenaga Kerja Dana Pihak Ketiga Aset Tetap Pendapatan Lainnya Pembiayaan Investasi Finansial
1 BNIS2012Q1 60586.00000 6921122.00000 62319.00000 53560.00000 5312650.00000 3514078.00000
2 BNIS2012Q2 132449.00000 7247944.00000 76548.00000 142988.00000 5777755.00000 2658139.00000
3 BNIS2012Q3 190724.00000 7721027.00000 82028.00000 202848.00000 6472513.00000 2405494.00000
4 BNIS2012Q4 317073.00000 8980035.00000 105597.00000 318607.00000 7513233.00000 2596610.00000
5 BNIS2013Q1 95371.00000 10683235.00000 134038.00000 81553.00000 8366904.00000 3634208.00000
6 BNIS2013Q2 187092.56925 9863088.71543 103289.17230 133110.00000 9408658.00000 3097110.00000
7 BNIS2013Q3 340320.00000 10960565.00000 119810.00000 194748.00000 10387077.00000 3170908.00000
8 BNIS2013Q4 461512.00000 11488209.00000 164396.00000 270848.00000 11051094.00000 2980444.00000
9 BNIS2014Q1 120486.00000 12613835.00000 118519.00000 31531.00000 13907000.00000 3099770.00000
10 BNIS2014Q2 188383.56274 12954354.39720 154531.38894 59742.00000 13367876.00000 3543686.00000
11 BNIS2014Q3 412967.00000 14932565.00000 158387.00000 101803.00000 13871888.00000 4002636.00000
12 BNIS2014Q4 407978.33500 15282255.24451 254045.71658 139924.00000 14786638.00000 4099896.00000
13 BNIS2015Q1 187769.57821 16208392.34294 257705.80483 43753.91917 15697752.00000 4558527.00000
14 BNIS2015Q2 337158.00000 17321427.00000 407399.00000 63268.00000 16741370.00000 3826251.00000
15 BNIS2015Q3 429490.48829 18590380.08217 347749.07522 99019.00000 16971124.00000 5581774.00000
16 BNIS2015Q4 646364.00000 19322756.00000 419757.00000 137828.00000 17765096.00000 5020649.00000
17 BNIS2016Q1 164730.00000 20918881.00000 451278.00000 32128.00000 18044641.00000 6390748.00000
18 BNIS2016Q2 378504.00000 21834360.00000 496516.00000 72069.00000 18981364.00000 6436788.00000
19 BNIS2016Q3 566346.00000 22766399.00000 469278.00000 126705.00000 19532253.00000 7137185.00000
20 BNIS2016Q4 724498.00000 24233009.00000 558824.00000 159368.00000 20493609.00000 7604202.00000
204
Target to Optimum Efficient DEA asumsi VRS
d. Bank BRI Syariah
Input-Oriented
VRS Model Target
Efficient Input Target Efficient Output Target DMU No. DMU Name Beban Tenaga Kerja Dana Pihak Ketiga Aset Tetap Pendapatan Lainnya Pembiayaan Investasi Finansial
1 BRIS2012Q1 76054.00000 8899482.00000 176580.00000 41767.00000 8895289.00000 1245719.00000
2 BRIS2012Q2 168146.00000 9410923.00000 187540.00000 74433.00000 9499597.00000 1561844.00000
3 BRIS2012Q3 254463.00000 10153407.00000 213906.00000 108458.00000 9967398.00000 1767749.00000
4 BRIS2012Q4 323383.00000 11948889.00000 159989.00000 169071.00000 11186856.00000 2457962.00000
5 BRIS2013Q1 100616.00000 13063951.00000 206874.00000 35569.00000 11731984.00000 2872982.00000
6 BRIS2013Q2 208351.00000 13832170.00000 258190.00000 74426.00000 13034791.00000 2780656.00000
7 BRIS2013Q3 324589.03190 13804565.58245 222924.81041 107172.00000 13454988.00000 2798411.29114
8 BRIS2013Q4 400267.00000 14349712.00000 198879.00000 138109.00000 13921114.00000 2858859.00000
9 BRIS2014Q1 135081.00000 13990979.00000 323554.00000 14876.00000 13708715.00000 3175005.00000
10 BRIS2014Q2 181262.50003 14511090.92908 346989.91784 32758.00000 13997644.00000 3497899.00000
11 BRIS2014Q3 384143.00000 15494505.00000 245649.00000 53487.00000 14435812.00000 3629786.00000
12 BRIS2014Q4 346992.56556 16530479.56406 418284.61550 93448.44394 15416277.00000 4468751.00000
13 BRIS2015Q1 121797.00000 17562001.00000 540185.00000 30180.00000 15172604.00000 4655483.00000
14 BRIS2015Q2 310295.00000 17310457.00000 514895.00000 65918.00000 16071540.00000 5029001.00000
15 BRIS2015Q3 404176.10059 18630932.83039 536160.07807 101920.00000 16469500.00000 5885621.40335
16 BRIS2015Q4 509946.00000 20123656.00000 552095.00000 143116.00000 16660573.00000 7080609.00000
17 BRIS2016Q1 172676.00000 20279023.00000 510541.00000 37748.00000 16893559.00000 6907165.00000
18 BRIS2016Q2 279094.00000 20935807.00000 674710.00000 69926.00000 17855563.00000 6440158.00000
19 BRIS2016Q3 458215.00000 21193544.00000 618666.00000 104541.00000 17740932.00000 7346416.00000
20 BRIS2016Q4 538227.00000 22019067.00000 876601.00000 145202.00000 18035451.00000 8973624.00000
205
Target to Optimum Efficient DEA asumsi VRS
e. Al-Baraka Bank
Input-Oriented
VRS Model Target
Efficient Input Target Efficient Output Target DMU No. DMU Name Beban Tenaga Kerja Dana Pihak Ketiga Aset Tetap Pendapatan Operasional Pembiayaan Investasi Finansial
1 AlBaraka2012Q1 493.00000 58497.00000 2766.00000 94.00000 26028.00000 27050.00000
2 AlBaraka2012Q2 968.69498 60786.84931 2712.74254 212.91995 26414.00000 27625.00000
3 AlBaraka2012Q3 1474.00000 57084.00000 2603.00000 311.00000 23536.00000 27152.00000
4 AlBaraka2012Q4 1991.00000 63279.00000 2629.00000 406.00000 28783.00000 27422.00000
5 AlBaraka2013Q1 507.00000 63251.00000 2923.00000 130.00000 30962.00000 26614.00000
6 AlBaraka2013Q2 1063.00000 73773.00000 2767.00000 261.00000 34234.00000 27538.00000
7 AlBaraka2013Q3 1619.00000 73105.00000 2720.00000 421.00000 31509.00000 30255.00000
8 AlBaraka2013Q4 2112.58400 75318.25561 2659.99375 593.00000 40351.23875 22162.00000
9 AlBaraka2014Q1 636.00000 67134.00000 2727.00000 222.00000 36850.00000 16531.00000
10 AlBaraka2014Q2 1298.00000 80358.00000 2686.00000 394.00000 41724.00000 25965.00000
11 AlBaraka2014Q3 1948.00000 76289.00000 2656.00000 559.00000 36246.00000 26167.00000
12 AlBaraka2014Q4 2546.00000 80223.00000 2667.00000 727.00000 47023.00000 19561.00000
13 AlBaraka2015Q1 653.00000 77059.00000 2704.00000 145.00000 44281.00000 19338.00000
14 AlBaraka2015Q2 1403.71092 71169.23018 2686.61884 337.19566 45726.00000 19159.00000
15 AlBaraka2015Q3 2109.37545 74489.84769 2667.53651 506.95608 44586.00000 21081.91502
16 AlBaraka2015Q4 2849.00000 71644.00000 2672.00000 656.00000 47645.00000 15278.00000
17 AlBaraka2016Q1 687.00000 68929.00000 2714.00000 151.00000 49029.00000 16712.00000
18 AlBaraka2016Q2 1516.61439 74996.66665 2691.34453 348.20671 46804.00000 21023.00000
19 AlBaraka2016Q3 2372.00000 77959.00000 2681.00000 491.00000 49637.00000 21183.00000
20 AlBaraka2016Q4 3414.00000 105843.00000 4502.00000 874.00000 66785.00000 24602.00000
206
Target to Optimum Efficient DEA asumsi VRS
f. Bank Islami Pakistan Limited
Input-Oriented
VRS Model Target
Efficient Input Target Efficient Output Target DMU No. DMU Name Beban Tenaga Kerja Dana Pihak Ketiga Aset Tetap Pendapatan Operasional Pembiayaan Investasi Finansial
1 BIPL2012Q1 524.00000 48716.00000 1757.00000 74.00000 17655.00000 18662.00000
2 BIPL2012Q2 556.00000 54530.00000 1758.00000 74.00000 17729.00000 24231.00000
3 BIPL2012Q3 598.00000 56706.00000 1768.00000 223.00000 18366.00000 27777.00000
4 BIPL2012Q4 2272.00000 64216.00000 1913.00000 534.00000 27433.00000 28995.00000
5 BIPL2013Q1 610.00000 64786.00000 1843.00000 138.00000 26416.00000 28714.00000
6 BIPL2013Q2 630.67851 67556.11507 1818.00678 95.15473 30441.00000 30117.00000
7 BIPL2013Q3 647.00000 70423.00000 1829.00000 99.00000 32758.00000 31665.00000
8 BIPL2013Q4 2488.00000 75226.00000 2958.00000 454.00000 38309.00000 31610.00000
9 BIPL2014Q1 755.00000 77576.00000 3162.00000 169.00000 37945.00000 32165.00000
10 BIPL2014Q2 773.77251 79554.76589 2825.28349 159.00000 37696.00000 35803.00000
11 BIPL2014Q3 862.37839 86517.89450 3024.60147 144.05774 43057.00000 39114.53723
12 BIPL2014Q4 1509.00000 90331.00000 3380.00000 632.00000 41097.00000 30655.00000
13 BIPL2015Q1 830.35808 84362.21258 3069.34320 152.00000 41796.00000 37335.90722
14 BIPL2015Q2 1079.08691 109820.66072 4396.41020 172.00000 57599.00000 51137.97639
15 BIPL2015Q3 1063.70321 109629.20599 3994.25206 146.13610 57174.00000 52407.89409
16 BIPL2015Q4 5037.00000 153058.00000 5633.00000 570.00000 69576.00000 35886.00000
17 BIPL2016Q1 1457.00000 144485.00000 6025.00000 154.00000 75231.00000 71933.00000
18 BIPL2016Q2 1478.00000 148609.00000 6147.00000 193.00000 81449.00000 73031.00000
19 BIPL2016Q3 1477.77813 148588.12514 6145.84714 192.97490 81436.00000 73019.95570
20 BIPL2016Q4 6142.00000 154400.00000 9348.00000 638.00000 77817.00000 46317.00000
207
Target to Optimum Efficient DEA asumsi VRS
g. Dubai Islamic Bank Pakistan Limited
Input-Oriented
VRS Model Target
Efficient Input Target Efficient Output Target DMU No. DMU Name Beban Tenaga Kerja Dana Pihak Ketiga Aset Tetap Pendapatan Operasional Pembiayaan Investasi Finansial
1 DIBPL2012Q1 618.00000 42069.00000 1547.00000 105.00000 22606.00000 12853.00000
2 DIBPL2012Q2 666.86816 46650.97220 1519.46318 122.84076 24658.85076 18825.00000
3 DIBPL2012Q3 702.00000 49310.00000 1586.00000 191.00000 22189.00000 17013.00000
4 DIBPL2012Q4 2846.00000 53110.00000 1535.00000 695.00000 26315.00000 21335.00000
5 DIBPL2013Q1 744.00000 53883.00000 1476.00000 151.00000 27899.00000 28251.00000
6 DIBPL2013Q2 811.00000 57806.00000 1417.00000 206.00000 31133.00000 29826.00000
7 DIBPL2013Q3 806.00000 60991.00000 1405.00000 170.00000 30843.00000 28994.00000
8 DIBPL2013Q4 3183.00000 67639.00000 1455.00000 743.00000 35540.00000 25044.00000
9 DIBPL2014Q1 865.00000 73667.00000 1410.00000 320.00000 37005.00000 21047.00000
10 DIBPL2014Q2 974.00000 75878.00000 1394.00000 336.00000 41899.00000 26820.00000
11 DIBPL2014Q3 996.00000 69954.00000 1544.00000 232.00000 47528.00000 24310.00000
12 DIBPL2014Q4 3972.00000 83844.00000 1751.00000 1117.00000 58840.00000 18259.00000
13 DIBPL2015Q1 1042.04892 85996.69698 1592.54822 324.21082 57838.00000 29181.49990
14 DIBPL2015Q2 1137.90682 97464.51127 1589.22465 384.01981 64575.00000 27125.07508
15 DIBPL2015Q3 1274.00000 109087.00000 1696.00000 363.00000 77100.00000 22147.00000
16 DIBPL2015Q4 4988.00000 136744.00000 1842.00000 1275.00000 104954.00000 18516.00000
17 DIBPL2016Q1 1303.00000 129767.00000 1817.00000 338.00000 92980.00000 26095.00000
18 DIBPL2016Q2 1320.00000 128229.00000 1857.00000 504.00000 96061.00000 32890.00000
19 DIBPL2016Q3 1283.83109 124147.73139 1795.19589 410.00000 89606.00000 29068.44581
20 DIBPL2016Q4 5264.00000 129265.00000 1870.00000 1567.00000 93911.00000 27212.00000
208
Target to Optimum Efficient DEA asumsi VRS
h. Meezan Islamic Bank
Input-Oriented
VRS Model Target
Efficient Input Target Efficient Output Target DMU No. DMU Name Beban Tenaga Kerja Dana Pihak Ketiga Aset Tetap Pendapatan Operasional Pembiayaan Investasi Finansial
1 Meezan2012Q1 1742.00000 175820.00000 4127.00000 799.00000 61173.00000 110411.00000
2 Meezan2012Q2 1708.00000 194374.00000 4349.00000 601.00000 52608.00000 133047.00000
3 Meezan2012Q3 1836.00000 207554.00000 4501.00000 479.00000 56137.00000 147071.00000
4 Meezan2012Q4 7193.00000 230426.00000 4898.00000 2399.00000 88678.00000 152460.00000
5 Meezan2013Q1 1960.00000 235018.00000 5054.00000 754.00000 84693.00000 170677.00000
6 Meezan2013Q2 2051.00000 260348.00000 5182.00000 810.00000 86301.00000 172495.00000
7 Meezan2013Q3 2157.00000 268087.00000 5408.00000 874.00000 90917.00000 177537.00000
8 Meezan2013Q4 8404.00000 289811.00000 5595.00000 3502.00000 127623.00000 151614.00000
9 Meezan2014Q1 2434.00000 307227.00000 5580.00000 1282.00000 124064.00000 127818.00000
10 Meezan2014Q2 2441.04160 290045.38153 5394.22330 1248.60873 116379.00000 125278.00328
11 Meezan2014Q3 2552.00000 329934.00000 6057.00000 1089.00000 138322.00000 109462.00000
12 Meezan2014Q4 10460.00000 380422.00000 6273.00000 4755.00000 175712.00000 114089.00000
13 Meezan2015Q1 2956.99313 343153.07275 6246.32003 1234.37968 146540.00000 113417.44357
14 Meezan2015Q2 2880.01896 339565.80215 6192.17014 1207.11622 144468.00000 112062.12311
15 Meezan2015Q3 2914.71391 364119.26178 6586.94355 1250.00000 155797.00000 130607.14756
16 Meezan2015Q4 13561.00000 471821.00000 8057.00000 4597.00000 207569.00000 146305.00000
17 Meezan2016Q1 3632.00000 468910.00000 8072.00000 1333.00000 201247.00000 193243.00000
18 Meezan2016Q2 3753.00000 500983.00000 8847.00000 1475.00000 225262.00000 195228.00000
19 Meezan2016Q3 3832.00000 500939.00000 8961.00000 1507.00000 222994.00000 197167.00000
20 Meezan2016Q4 15488.00000 564024.00000 8924.00000 5797.00000 311530.00000 130156.00000
209
Panel Unit Root Test (Augmented Dickey Fuller/ADF)
Nilai Efisiensi (EF)
1. Level
Null Hypothesis: EF has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=13) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.857837 0.0000
Test critical values: 1% level -3.471719
5% level -2.879610
10% level -2.576484
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
2. First Stage
Null Hypothesis: D(EF) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=13) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -11.38750 0.0000
Test critical values: 1% level -3.472534
5% level -2.879966
10% level -2.576674
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Aset Tetap (ln_AT)
1. Level
Null Hypothesis: LN_AT has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=13) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.642903 0.4583
Test critical values: 1% level -3.471719
5% level -2.879610
10% level -2.576484
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
210
2. First Stage
Null Hypothesis: D(LN_AT) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=13) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -13.62629 0.0000
Test critical values: 1% level -3.471987
5% level -2.879727
10% level -2.576546
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Beban Tenaga Kerja (ln_BTK)
1. Level
Null Hypothesis: LN_BTK has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 8 (Automatic - based on SIC, maxlag=13) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.413999 0.5741
Test critical values: 1% level -3.473967
5% level -2.880591
10% level -2.577008
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
2. First Stage
Null Hypothesis: D(LN_BTK) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 7 (Automatic - based on SIC, maxlag=13) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.085119 0.0014
Test critical values: 1% level -3.473967
5% level -2.880591
10% level -2.577008
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
211
Dana Pihak Ketiga (ln_DPK)
1. Level
Null Hypothesis: LN_DPK has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=13) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.420428 0.5711
Test critical values: 1% level -3.471719
5% level -2.879610
10% level -2.576484
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
2. First Stage
Null Hypothesis: D(LN_DPK) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=13) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -12.81752 0.0000
Test critical values: 1% level -3.471987
5% level -2.879727
10% level -2.576546
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Pembiayaan (ln_PM)
1. Level
Null Hypothesis: LN_PM has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=13) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.408143 0.5772
Test critical values: 1% level -3.471719
5% level -2.879610
10% level -2.576484
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
212
2. First Stage
Null Hypothesis: D(LN_PM) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=13) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -12.67422 0.0000
Test critical values: 1% level -3.471987
5% level -2.879727
10% level -2.576546
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Pendapatan Lainnya (ln_PL)
1. Level
Null Hypothesis: LN_PL has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 12 (Automatic - based on SIC, maxlag=13) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.444470 0.5589
Test critical values: 1% level -3.475184
5% level -2.881123
10% level -2.577291
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
2. First Stage
Null Hypothesis: D(LN_PL) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 11 (Automatic - based on SIC, maxlag=13) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.256024 0.0188
Test critical values: 1% level -3.475184
5% level -2.881123
10% level -2.577291
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
213
Investasi Finansial (ln_IF)
1. Level
Null Hypothesis: LN_IF has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=13) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.495713 0.5334
Test critical values: 1% level -3.471719
5% level -2.879610
10% level -2.576484
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
2. First Stage
Null Hypothesis: D(LN_IF) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=13) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -12.86843 0.0000
Test critical values: 1% level -3.471987
5% level -2.879727
10% level -2.576546
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.