Internship Cakupan ASI Eksklusif KalSel
-
Upload
yopi-pramtama -
Category
Documents
-
view
137 -
download
5
description
Transcript of Internship Cakupan ASI Eksklusif KalSel
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam mempersiapkan generasi yang tangguh dan cerdas di masa depan adalah
tanggung jawab bersama semua pihak. Baik tidaknya proses tumbuh kembang fisik, mental
maupun sosial anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor gizi, sosial budaya,
pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Impian setiap orang tua adalah mempunyai anak yang
sehat, cerdas, dan berkepribadian baik.Langkah awal untuk dapat mewujudkan impian
tersebut adalah melalui pemberian makanan pertama atau makanan awal yang benar, dengan
kualitas dan kuantitas yang optimal.Setelah itu dilanjutkan dengan memberikan makan
makanan anak yang bergizi yang seimbang serta imunisasi yang dilakukan secara
teratur.Gangguan gizi pada masa bayi dan anak dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan bayi tersebut dikemudian hari. Penelitian ilmiah membuktikan bahwa bayi
akan tumbuh lebih sehat dan lebih cerdas dengan diberi Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama
empat-enam bulan pertama kehidupannya.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 450 bulan April tahun 2004 tentang
pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir sampai dengan bayi
berumur 6 (enam) bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak umur 2 (dua) tahun dengan
pemberian makanan tambahan yang sesuai.
Angka Kematian Bayi di Indonesia saat ini masih yang tertinggi di antara negara-
negara di ASEAN(Association South East Asia Nation).Tingginya angka kematian bayi di
Indonesia tersebut diperkirakan ada kaitannya dengan pemberian ASI yang akhirnya akan
berkorelasi dengan terjadinya gizi buruk (Survey Demografi Kesehatan Indonesia, 1997-
2003).
1
United Nations ChildrenFund (UNICEF) menyatakan sebanyak 30.000 kematian bayi
di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak
kelahiran, tanpa harus memberikan makanan atau minuman tambahan pada bayi. The World
Alliance for BreastfeedingAction (WABA) memperkirakan 1 juta bayi dapat diselamatkan
setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama kelahiran, kemudian dilanjutkan ASI
eksklusif sampai dengan enam bulan. Namun kesadaran para ibu untuk memberikan ASI
eksklusif di Indonesia baru sekitar 14% (Survey Demografi Kesehatan Indonesia, 1997-
2003).
Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya jumlah ibu yang memberikan ASI
eksklusif antara lain pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif masih rendah,
tatalaksana rumah sakit yang salah dan banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di luar
rumah. Beberapa rumah sakit menganjurkan susu formula pada bayi yang baru lahir sebelum
ibunya mampu memproduksi ASI. Hal ini menyebabkan bayi tidak terbiasa menghisap ASI
dari puting susu ibunya.
Di dalam denyut kehidupan kota besar, kita lebih sering melihat bayi diberi susu botol
daripada disusui oleh ibunya. Sementara di pedesaan, kita melihat bayi yang baru berusiasatu
bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI.
Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia berfluktuasi dan
menunjukkan kecenderungan menurun selama 3 tahun terakhir. Pada grafik terlihat
bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0–6 bulan turun dari 62,2% tahun 2007
menjadi 56,2% pada tahun 2008. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi
sampai 6 bulan turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008. Selain
itu didapatkan data bahwa menyusui eksklusif sedikit lebih tinggi pada bayi laki-laki
dibanding perempuan, lebih tinggi di perdesaan daripada di perkotaan.
2
2004-2008 sumber: susenas
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Data susenas 2010 menunjukkan hanya 33.6% bayi di Indonesia yang Dapat ASI Eksklusif.
Belum ada survei mengenai ASI Eksklusif dan perilaku yang berhubungan di
Desa Pasar Senin, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan.
Tujuan
Tujuan Umum
Mengetahui gambaran cakupan ASI eksklusif di Desa Pasar Senin,
Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan 2013.
3
Tujuan Khusus
1. Diketahuinya cakupan ASI eksklusif di Desa Pasar Senin, Kabupaten Hulu
Sungai Utara, Kalimantan Selatan.
2. Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi cakupan ASI eksklusif
pada masyarakat Desa Pasar Senin
Manfaat
Bagi Diri Sendiri
1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah.
2. Mendapatkan pengalaman dalam melakukan survey
3. Meningkatkan kemampuan komunikasi terhadap masyarakat dan perangkat
masyarakat, termasuk petugas kesehatan.
4. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur program, khususnya program
kesehatan.
Bagi Puskesmas
Dengan adanya masukan – masukan berupa hasil survey dan beberapa
saran sederhana maka diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi
Puskesmas Sungai Malang. Sehingga meningkatkan cakupan pemberian ASI
eksklusif di desa Pasar Senin yang berperan dalam meningkatkan kecerdasan dan
kesehatan anak-anak Indonesia sebagai generasi penerus bangsa dan menurunkan angka
kematian anak serta meningkatkan kesehatan ibu yang termasuk ke dalam Millenium
Development Goals yang ditetapkan oleh WHO.
Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya para ibu mengenai manfaat dan
pentingnya pemberian ASI eksklusif
4
Bab II
Tinjauan Pustaka
A. Definisi ASI
ASI adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan berbagai garam organik
yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu yang berguna sebagai makanan yang
utama bagi bayi.
ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan, faktor pertumbuhan, anti alergi,
serta anti inflamasi, sehingga ASI merupakan makanan yang mencukupi seluruh unsur
kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial, maupun spiritual.
B. Stadium ASI
1. ASI Stadium I
ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama
disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4. setelah persalinan
komposisi kolostrum ASI mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan
disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan antibodi. Kolostrum merupakan
pencahar yang membersihkan mekonium, sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir
segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang mendapat ASI
pada minggu ke-1 sering defekasi dan feses berwarna hitam.
Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap melindungi
bayi saat kondisinya masih lemah. Kandungan protein dalam kolostrum lebih tinggi
dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur. Jenis protein globulin
membuat konsistensi kolostrum menjadi pekat ataupun padat sehingga bayi lebih lama
merasa kenyang meskipun hanya mendapat sedikit kolostrum.
Lemak kolostrum lebih banyak mengandung kolesterol dan lisotin sehingga
bayi sejak dini sudah terlatih mengolah kolesterol. Kandungan hidrat arang kolostrum
lebih rendah dibandingkan susu matur akibat dari aktivitas bayi pada tiga hari pertama
5
masih sedikit dan tidak banyak memerlukan banyak kalori. Total kalori kolostrum hanya
58 kal/100 ml kolostrum.
2. ASI Stadium II
ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada hari ke-4 sampai
hari ke-10. Komposisi protein makin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang makin
tinggi, dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan pemenuhan
terhadap aktivitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap
lingkungan. Pada masa ini, pengeluaran ASI mulai stabil begitu juga kondisi fisik ibu.
Keluhan nyeri pada payudara sudah berkurang. Oleh karena itu, yang perlu ditingkatkan
adalah kandungan protein dan kalsium dalam makanan ibu.
3. ASI Stadium III
ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10 sampai
seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan
perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan
dengan makanan lain selain ASI.
C. ASI Eksklusif
Pemberian ASI eksklusif atau menyusui eksklusif adalah memberikan hanya ASI
pada bayi dan tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, kecuali
obat-obatan, ASI perah dan vitamin atau mineral tetes; yang dilakukan sampai bayi
berumur 6 bulan.
Pemberian ASI secara Eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya
selama 4 bulan tetapi bila memungkinkan sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia
harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai
bayi berusia 2 tahun atau lebih dari 2 tahun.
Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya
diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan
6
lamanya pemberian ASI Eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan
makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan.
Berdasarkan berbagai hal di atas, WHO/UNICEF membuat deklarasi yang dikenal
dengan Deklarasi Innocenti. Deklarasi yang dilahirkan di Innocenti, Italia tahun 1990 ini
bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memberi dukungan pada pemberian ASI.
Deklarasi yang juga ditandatangani Indonesia ini memuat beberapa hal berikut.
“Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi
secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI Eksklusif dan semua bayi diberi ASI
Eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah berumur 4-6 bulan, bayi diberi
makanan pendamping yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diteruskan sampai usia 2
tahun atau lebih. Pemberian makanan untuk bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai dengan
cara menciptakan pengertian serta dukungan dari lingkungan sehingga para ibu dapat
menyusui secara Eksklusif”.
Pada tahun 1999, setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF memberikan
klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI Eksklusif. Rekomendasi
terbaru UNICEF bersama WHA dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu
pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan.
Metode pengumpulan data pemberian ASI eksklusif masih menjadi perdebatan dan
belum ada satu metode yang disepakati. Terdapat dua metode yang disepakti oleh praktisi
kesehatan yaitu dengan metode recall 24 jam dan metode recall sejak lahir . Kategori bayi
diberi ASI eksklusif berdasarkan metode recall 24 jam adalah jika dalam 24 jam terakhir bayi
tidak pernah mendapat makanan atau minuman lain selain ASI. Menurut metode recall sejak
lahir, bayi dikategorikan diberi ASI eksklusif hanya jika sejak lahir bayi tidak pernah
mendapat makanan atau minuman lain selain ASI.
Penyajian data cakupan pemberian ASI eksklusif menurut riset kesehatan dasar
2010 dikategori menjadi tiga.Hal ini dimaksudkan untuk membantu mengatasi terjadinya
perbedaan persepsi dan interpretasi diantara para penyusun kebijakan, pengelola program,
praktisi dan pemerhati masalah kesehatan, serta masyarakat. Ketiga kategori tersebut adalah
sebagai berikut:
7
1. Kategori 1: pemberian ASI eksklusif yang dikumpulkan dengan metode recall 24
jam. Bayi dinyatakan diberi ASI eksklusif jika dalam 24 jam terakhir bayi hanya
disusui/diberi ASI saja.
2. Kategori 2: pemberian ASI eksklusif yang dikumpulkan dengan metode recall 24
jam dan recall sejak lahir. Bayi dinyatakan diberi ASI eksklusif jika dalam 24
jam terakhir bayi hanya disusui/diberi ASI saja dan sejak lahir sampai saat survei
bayi belum diberi makanan atau minuman selain ASI.
3. Kategori 3: pemberian ASI eksklusif yang dikumpulkan dengan metode recall 24
jam dan recall sejak lahir, serta dikontrol dengan pemberian makanan prelakteal.
Bayi dinyatakan diberi ASI eksklusif hanya jika dalam 24 jam terakhir bayi
hanya disusui/diberi ASI saja; sejak lahir sampai saat survei bayi belum diberi
makanan atau minuman selain ASI; dan sebelum ASI keluar bayi tidak diberi
makanan prelakteal berupa makanan atau minuman lain, termasuk air putih,
selain menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah
juga diperbolehkan).
D. Manfaat ASI Eksklusif
1. Manfaat bagi Bayi
Adapun manfaat ASI Eksklusif bagi bayi, yaitu :
a. ASI sebagai nutrisi dimana ASI sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua
kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.
b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena mengandung berbagai zat anti
kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit. ASI juga mengurangi terjadinya mencret,
sakit telinga dan infeksi saluran pernafasan serta terjadinya serangan alergi.
c. ASI Eksklusif meningkatkan kecerdasan karena mengandung asam lemak yang
diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI Eksklusif potensial lebih
pandai.
d. ASI Eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang sehingga dapat menunjang
perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual dan
hubungan sosial yang baik.
8
2. Manfaat bagi Ibu
Adapun manfaat ASI Eksklusif bagi ibu bila memberikan ASI Eksklusif, yaitu :
a. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan karena pada ibu menyusui terjadi
peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh
darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.
b. Mengurangi terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi karena menyusui
mengurangi perdarahan.
c. Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman,
murah dan cukup berhasil.
d. Mengecilkan rahim karena kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat membantu
rahim ke ukuran sebelum hamil.
e. Lebih cepat langsing kembali karena menyusui membutuhkan energi maka tubuh akan
mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil.
f. Mengurangi kemungkinan penderita kanker.
g. Lebih ekonomis dan murah karena dapat menghemat pengeluaran untuk susu formula,
perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan susu formula.
h. Tidak merepotkan dan hemat waktu karena ASI dapat diberikan segera tanpa harus
menyiapkan atau memasak air.
i. Portabel dan praktis karena mudah dibawa kemana-mana sehingga saat bepergian
tidak perlu membawa berbagai alat untuk menyusui.
j. Memberi ibu kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam karena telah
berhasil memberikan ASI Eksklusif.
3. Manfaat bagi Negara
Pemberian ASI Eksklusif akan menghemat pengeluaran Negara karena hal-hal berikut ini :
a. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta
biaya menyiapkan susu.
9
b. Penghematan biaya rumah sakit terutama sakit muntah-mencret dan penyakit saluran
pernafasan.
c. Penghematan obat-obatan, tenaga dan sarana kesehatan.
d. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk
membangun Negara.
e. Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya
genereasi yang hilang khususnya bagi Indonesia.
D. Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering para ibu tidak berhasil
menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini. Berbagai alasan dan kendala ibu untuk
tidak menyusui terutama secara Eksklusif, yaitu:
1. Produksi ASI yang kurang.
2. Pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang ASI eksklusif
3. Ibu kurang memahami tata cara laktasi yang benar.
4. Bayi terlanjur mendapatkan prelacteal feeding (pemberian makanan selain ASI pada
beberapa hari pertama kelahiran).
5. Kelainan ibu, seperti puting ibu lecet, puting ibu terbenam, payudara bengkak, mastitis,
abses.
6. Kelainan bayi, seperti bayi sakit, abnormalitas bayi.
7. Ibu hamil lagi padahal masih menyusui.
8. Ibu yang bekerja.
9. Adanya anggapan bahwa susu formula lebih praktis.
10
Bab III
Metode
3.1 Tempat dan Waktu Survei
Survei ini dilaksanakan pada bulan Januari 2013 sampai dengan April 2013 di Desa Pasar
Senin, Kabupaten Hulu sungai Utara, Kalimantan Selatan.
3.2 Populasi
Seluruh bayi usia 0-12 bulan di Desa Pasar Senin, Kabupaten Hulu sungai Utara,
Kalimantan Selatan.
3.2.1 Responden
Seluruh ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan.
3.3 Cara Kerja
1. Menentukan program dan judul yang akan di survei
2. Menghubungi petugas Puskesmas agar membantu kegiatan survei
3. Menghubungi Kepala desa Pasar Senin untuk menjelaskan tujuan diadakannya survei di
daerah tersebut.
4. Melakukan pengumpulan data-data dengan melakukan survei berupa kuesioner (tanya
jawab) dengan cara dari rumah ke rumah, dengan didampingi petugas kesehatan Pasar
Senin
5. Melakukan pengolahan, dan analisis data.
6. Penulisan laporan survei.
7. Pelaporan survei.
11
3.3.1. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari:
- Data primer diambil dari responden dengan teknik wawancara dengan menggunakan
kuesioner terhadap ibu-ibu yang memiliki anak usia 0-12 bulan di Desa Pasar Senin,
Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan.
3.3.2. Pengolahan Data
Data-data yang telah dikumpulkan dilakukan pengolahan berupa penghitungan
jumlah bayi usia 0-12 bulan yang mendapat ASI Eksklusif atau bukan ASI Eksklusif.
Penghitungan status ASI didapatkan melalui hasil kuisioner ibu yang memiliki anak usia
0-12 bulan. Kuisioner merupakan berbagai pertanyaan-pertanyaan semiterbuka dan
tertutup untuk mengumpulkan data karakteristik pengetahuan, sikap, dan tindakan
responden Hasil penelitian akan di tampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
grafik.
3.3.3. Penyajian Data
Data yang didapat disajikan secara tekstular dan tabular.
3.3.4. Pelaporan Data
Data disusun dalam bentuk pelaporan survei yang selanjutnya akan dipresentasikan
dihadapan pimpinan dan staf puskesmas Sungai Malang.
12
Bab IVHasil
4.1. Profil Komunitas Umum
Puskesmas Sungai Malang memiliki wilayah kerja seluas 64,5 Km2 yang mencakup 2
kelurahan dan 19 desa dengan jumlah penduduk sebanyak 31.499 jiwa yang terdiri dari laki-laki
15.652 jiwa (49,70 %) dan perempuan 15.847 jiwa (50,30 %) dengan kepadatan penduduk yang
tidak merata, yang paling padat penduduknya daerah perkotaan antara lain Kelurahan Sungai
Malang, desa Palampitan Hilir, desa Palampitan Hulu dan kelurahan Paliwara.
13
Gambar 1. Peta wilayah Puskesmas Sungai Malang
Wilayah kerja Puskesmas Sungai Malang terdiri dari 2 kelurahan dan 19 desa, yaitu:
1. Sungai Malang 12. Pasar Senin
2. Tigarun 13. Kandang Halang
3. Sungai Baring 14. Rantawan
4. Harus 15. Muara Tapus
5. Harusan 16. Datu Kuning
6. Paliwara 17. Tapus
7. Palampitan Hulu 18. Pinang Habang
8. Palampitan Hilir 19. Danau Ceramin
9. Kota Raden Hulu 20. Mawar Sari
10. Kota Raden Hilir 21. Pinangkara
11. Kembang Kuning
Wilayah kerja Puskesmas Sungai Malang berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Amuntai Utara.
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Puskesmas Amuntai Tengah dan
Kecamatan Banjang.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kec. Sungai Pandan Kec. Amuntai
Selatan.
4.2. Data Geografi
Fotografi kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan daerah berawa dengan sebagian kecil
daratan sebagai pusat pertumbuhan kota dan perkampungan, dimana desa dan kelurahan tersebut
dapat ditempuh melalui jalan darat baik dengan kendaraan roda 4 maupun roda 2, kecuali desa
yang masuk katagori desa tertinggal yakni desa Mawarsari dan Pinangkara yang hanya dapat di
tempuh dengan kendaraan roda 2 dan transportasi air (perahu).
4.3. Data Demografi14
Jumlah penduduk yang berada di seluruh wilayah kerja Puskesmas Sungai Malang
sebanyak 31.499 jiwa yang terdiri dari laki-laki 15.652 jiwa (49,70 %) dan perempuan 15.847
jiwa (50,30 %) dengan kepadatan penduduk yang tidak merata. Jumlah Penduduk di Desa
Palampitan Hulu 2398 dengan kepala keluarga 503 dan jumlah rumah 627.
Mata Pencaharian Penduduk usia produktif pada wilayah kerja Puskesmas Sungai
Malang sangat bervariasi seperti terlihat pada gambar 1.
Mata Pencarian Penduduk
55%
25%
5%6%
9%Tani & Nelayan
Pekerja Swasta
Dagang
Pegawai Pemerintahan
Lain-lain
Gambar 2. Persentasi mata pencarian penduduk Sungai Malang
4.4. Sumber Daya Kesehatan yang ada
Masih kurangnya sumber daya aparatur yang ada pada Puskesmas Sungai Malang
terutama bidan desa mengakibatkan pencapaian program kegiatan kurang maksimal, dari 21 desa
yang ada pada wilayah kerja hanya 4 desa yang memiliki bidan desa.
Tabel 3. Data Ketenagaan Puskesmas Sungai Malang Tahun 2011
No Jenis Tenaga Kesehatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Dokter Umum 1 1 2
2 Dokter Gigi 0 1 1
3 Kesehatan Masyarakat 1 2 3
4 Apoteker 0 1 1
5 Perawat 6 5 11
6 Perawat Gigi 0 2 2
7 Sanitarian 0 2 2
15
8 Analis Kesehatan 0 2 2
9 Gizi 1 1 2
10 Asisten Apoteker 0 1 1
11 Bidan Puskesmas 0 5 5
12 Bidan Desa 0 8 8
13 TU 0 1 1
14 Pekarya 1 1 2
15 PTT Bidan 0 3 3
Jumlah 46
4.5. Sarana Pelayanan Kesehatan yang ada
Dengan 2 kelurahan dan 19 desa yang menjadi binaan Puskesmas Sungai Malang
memiliki Sarana dan Prasarana sebagai berikut :
a. Puskesmas Induk : 1 buah
b. Puskesmas Pembantu : 5 buah
1) Pustu Pinang Habang
2) Pustu Muara Tapus
3) Pustu Pasar Senin
4) Pustu Pinangkara
5) Pustu Sungai Baring
c. Poliklinik Desa / Pos Kesehatan Desa
1) Poskesdes desa Sungai Baring
2) Poskesdes desa Harusan
3) Poskesdes desa Harus
4) Poskesdes desa Tapus
5) Poskesdes Kandang Halang
Bidan desa yang ada pada Puskesmas Sungai Malang terdiri dari 5 orang yang
bertempat tinggal di desa :
1) Desa Sungai Baring
16
2) Desa Harusan
3) Desa Harus
4) Desa Tapus
5) Desa Kandang Halang
d. Puskesmas Keliling
Satu unit mobil pelayanan kesehatan Puskesmas Keliling merk ISUZU dengan
bahan bakar solar.
e. Fasilitas Lainnya :
Kendaraan roda 2 (dua) sebanyak 22 buah untuk memperlancar kegiatan
operasional di lapangan.
Data Kesehatan Masyarakat
Prevalensi Masalah Kesehatan Masyarakat
Tabel 1: Data Asi Eksklusif
RT Jumlah
Bayi
Pemeriksaan kandungan
di bidan
Saat nifas Ibu
mendapat
kapsul Vit A
Saat hamil Ibu
mendapat tablet
tambah darah
<4 = 4 >4 Ya Tidak Ya Tidak
1 3 0 0 3 0 3 3 0
2 4 0 0 4 1 3 3 1
3 3 0 1 2 1 2 3 0
4 5 1 2 2 1 4 3 2
5 7 2 0 5 0 7 5 2
6 5 2 1 2 2 3 4 1
7 10 2 1 7 4 6 10 0
TOTA 37 7 5 25 9 28 31 6
17
L
% 18.91
%
13.51
%
67.56
%
24.32
%
75.67
%
83.78% 16.21%
RT Jumla
h Bayi
Saat hamil Ibu
mengkonsumsi lauk
hewani
Saat hamil Ibu
mengkonsumsi sayur
dan buah
Ibu paham ASI
eksklusif
Ya Kadan
g
Td
k
Ya Kadan
g
Td
k
Ya Tidak
1 3 1 2 0 3 0 0 0 3
2 4 2 2 0 4 0 0 1 3
3 3 1 2 0 3 0 0 0 3
4 5 3 2 0 4 1 0 3 2
5 7 5 2 0 7 0 0 2 5
6 5 1 4 0 4 1 0 3 2
7 10 5 5 0 7 3 0 5 5
TOTA
L
37 18 19 0 32 5 0 14 23
% 48.64
%
51.35% 0% 86.48
%
13.51% 0% 37.83% 62.16%
RT Jumlah
Bayi
Ibu paham
Kolostrum
Ibu paham beda ASI
dan susu sapi
Pernah dijelaskan cara
menyusui yang benar
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 3 0 3 3 0 1 2
18
2 4 1 3 4 0 1 3
3 3 0 3 3 0 0 3
4 5 1 4 5 0 2 3
5 7 0 7 7 0 0 7
6 5 3 2 5 0 1 4
7 10 3 7 10 0 2 8
TOTA
L
37 8 29 37 0 7 30
% 21.62% 78.37
%
100% 0% 18.91% 81.08%
RT Jumlah
Bayi
Pernah
dijelaskan agar
ASI cepat keluar
Pantangan makanan Bayi 0-6 bl apakah
pernah diberi makanan
lainnya
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 3 0 3 2 1 1 2
2 4 1 3 3 1 2 2
3 3 1 2 3 0 2 1
4 5 2 3 4 1 4 1
5 7 0 7 4 3 6 1
6 5 1 4 3 2 5 0
7 10 2 8 5 5 7 3
TOTA
L
37 7 30 24 13 27 10
% 18.91% 81.08
%
64.86% 35.13% 72.97% 27.02%
19
RT Jumlah
Bayi Harus menunggu ASI keluar
Ibu memberi
makanan lain selama
menunggu ASI
≤1 jam >1jam
sd
2jam
>2 jam sd
24jam
>24jam Ya Tidak
1 3 1 0 0 2 2 1
2 4 1 0 1 2 2 2
3 3 0 0 0 3 3 0
4 5 0 1 0 4 4 1
5 7 3 0 1 3 4 3
6 5 1 0 1 3 4 1
7 10 4 0 1 5 5 5
TOTA
L
37 10 1 4 22 24 13
% 27.02% 2.70% 5.40% 59.45% 64.86% 35.13%
RT Jumlah
Bayi
Alasan Ibu memberi makan selain ASI
Ibu
Sakit
ASI tidak
keluar
ASI tidak
cukup
Ibu
sibuk
Alasan
lain
1 3 0 2 1 0 0
2 4 0 2 1 0 0
3 3 0 3 0 0 0
4 5 0 4 1 0 0
5 7 0 4 2 0 0
6 5 0 4 1 0 0
20
7 10 0 5 3 0 0
TOTAL 37 0 24 9 0 0
% 0% 64.86% 24.32% 0% 0%
Diagram Distribusi Umur Ibu
21
Diagram distribusi pendidikan Ibu
RT Jumlah Bayi Kesimpulan
ASI Eksklusif Bukan ASI Eksklusif
1 3 0 3
2 4 1 3
3 3 0 3
4 5 0 5
5 7 1 6
6 5 0 5
7 10 2 8
TOTAL 37 4 33% 10.81% 89.18%
22
Jumlah bayi yang mendapat ASI Eksklusif adalah 4 bayi
Jumlah sasaran bayi dengan ASI Eksklusif di desa Pasar Senin adalah 37 bayi
Cakupan ASI Eksklusif di Desa Pasar Senin adalah :
= Jumlah bayi dengan ASI Eksklusif X 100%Jumlah sasaran bayi dengan ASI Eksklusif
= 4/37 x 100 % = 10.81%
Bab VHasil
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di puskesmas Sungai Malang Desa Pasar Senin,
kabupaten Hulu Sungai Utara periode Januari sampai April 2013 didapatkan hasil berupa
1. Jumlah bayi usia 0-12 bulan yang ditemukan adalah 37 bayi dimana hanya 4 bayi dengan
presentase sebesar 10.81% menggunakan ASI Eksklusif dan sebesar 33 bayi dengan
presentase 89.18% tidak menggunakan ASI Eksklusif.
2. Besar cakupan ASI Eksklusif di desa Pasar Senin adalah 10.81% dari target sebesar 60%.
3. Jumlah ibu yang mendapat kapsul Vit A selama masa nifas sebanyak 9 orang dengan
presentase 24.32%
4. Jumlah ibu yang mendapat tablet tambah darah selama hamil sebanyak 31 orang dengan
presentase 83.78%
5. Jumlah ibu yang memeriksakan kandungannya di bidan kurang dari 4 kali selama
mengandung sebanyak 7 orang dengan presentase 18.91%
23
6. Jumlah ibu yang paham dengan makna ASI eksklusif sebanyak 14 orang dengan
presentase 37.83%
7. Jumlah ibu yang paham dengan makna kolostrum sebanyak 8 orang dengan presentase
21.62%
8. Jumlah ibu yang paham dengan beda ASI dan susu sapi sebanyak 37 orang dengan
presentase 100%
9. Jumlah ibu yang mengkonsumsi lauk hewani setiap hari sebanyak 18 orang dengan
presentase 48.64%, dan yang mengkonsumsi lauk hewani tidak setiap hari sebanyak 19
orang dengan presentase 51.35%.
10. Jumlah ibu yang mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari sebanyak 32orang dengan
presentase 86.48 %, dan yang mengkonsumsi lauk hewani tidak setiap hari sebanyak 5
orang dengan presentase 13.51%.
11. Jumlah Ibu yang memiliki pantangan makanan setelah melahirkan sebanyak 24 orang
dengan presentase 64.48%
12. Jumlah ibu yang pernah diajarkan bagaimana cara menyusui yang benar sebanyak 7
orang dengan presentase 18.91%.
13. Jumlah ibu yang pernah diajarkan bagaimana agar ASI dapat keluar sebanyak 7 orang
dengan presentase 18.91%.
14. Jumlah ibu yang ASI nya dapat langsung keluar dan diberikan pada bayi sebanyak 10
orang dengan presentase 27.02%, jumlah ibu yang harus menunggu <2 jam sebelum ASI
nya dapat keluar dan diberikan pada bayi sebanyak 1 orang dengan presentase 2.70%,
jumlah ibu yang harus menunggu 2-4 jam sebelum ASI nya dapat keluar dan diberikan
pada bayi sebanyak 4 orang dengan presentase 5.40%, sedangkan jumlah ibu yang harus
menunggu >24 jam sebelum ASI nya dapat keluar dan diberikan pada bayi sebanyak 22
orang dengan presentase 59.45%
15. Jumlah ibu yang memberikan bayinya makanan lain selama menunggu ASI nya dapat
keluar dan diberikan pada bayi sebanyak 24 orang dengan presentase 64.86%
16. Jumlah ibu yang memberikan bayinya makanan lain selain ASI, saat bayi berumur <6
bulan sebanyak 27 orang dengan presentase 72.97%
24
17. 11 Ibu atau sebesar 33.33% memberikan alasan ASI tidak sukup sebagai alasan mengapa
memberikan bayi makanan selain ASI, sedangkan 22 ibu atau sebesar 66.67%
memberikan alasan ASI tidak keluar sebagai alasan mengapa memberikan bayi makanan
lain selain ASI.
18. Sebanyak 21 Ibu atau sebesar 56.75% berumur diantara 17 sampai 25 tahun, 14 Ibu atau
sebesar 37.83% berumur diantara 26 sampai 35 tahun, dan 2 Ibu atau sebesar 5.40%
berumur lebih dari 35 tahun.
19. Sebanyak 12 Ibu atau sebesar 32.43 % memiliki pendidikan terakhir setingkat SD, 12 Ibu
atau sebesar 32.43 % memiliki pendidikan terakhir setingkat SMP, dan 9 Ibu atau sebesar
24.32 % memiliki pendidikan terakhir setingkat SMA, dan 4 Ibu atau sebesar 10.81 %
memiliki pendidikan terakhir setingkat sarjana.
Bab VI
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari hasil survey cakupan ASI Eksklusif di Puskesmas Sungai Malang, Desa Pasar Senin,
Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan didapatkan kesimpulan berupa :
1. Cakupan bayi usia 0-12 bulan dengan ASI Eksklusif sebesar 10.81 %. Hasil ini beda
jauh dengan hasil cakupan ASI nasional sebesar 33.6%. Angka ini lebih kecil dari
cakupan ASI Eksklusif nasional kemungkinan disebabkan berbedanya metode yang
dipergunakan, jumlah sampel dan daerah cakupan survei.
2. Jumlah bayi usia 0-12 bulan tidak dengan ASI Eksklusif sebesar 89.18 %.
Hal ini sangat dipengaruhi antara lain sebagai berikut:25
o Banyak Ibu yang harus menunggu berjam-jam agar ASI mereka akhirnya dapat
keluar dan diberikan pada bayinya, bahkan sebanyak 22 responden (59.45%)
harus menunggu lebih dari 24 jam sebelum ASI dapat keluar. Hal ini
mengakibatkan 24 responden (64.86%) menanggap bayi mereka kelaparan dan
kehausan selama menanti ASI dan memilih makanan lain sebagai penggantinya.
o Sebanyak 9 responden (24.32%) menganggap ASI yang dihasilkan tidak
mencukupi sehingga anak nampak kehausan sehingga diberikan makanan lainnya.
o Pengetahuan Ibu yang rendah mengenai ASI Eksklusif dan kolostrum ditandai
sebanyak 23 responden (62.16%) tidak mengerti apa itu ASI Eksklusif dan
sebanyak 29 responden (78.37%%) tidak mengerti apa itu kolostrum, bahkan
beberapa responden tidak pernah mendengar tentang kolostrum sama sekali.
o Tingkat pendidikan yang rendah pada ibu dimana Sebanyak 12 Ibu atau sebesar
32.43 % memiliki pendidikan terakhir setingkat SD. Semakin bertambahnya
pendidikan seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik, sehingga
akan termotivasi dalam meberikan ASI eksklusif, sebaliknya semakin rendah
pendidikannya semakin tidak mengerti tentang pentingnya ASI eksklusif.
o Keaktifan petugas kesehatan dalam memotivasi yang kurang ditandai dengan 30
responden (81.08) tidak pernah diberikan pengetahuan bagaimana cara menyusui
yang benar dan bagaimana agar ASI bisa cepat keluar.
o Adanya pantangan makanan tertentu setelah melahirkan terhadap 24 responden
(64.86%) yang mempengaruhi gizi ibu dan kualitas dalam memberikan ASI.
Saran
Berdasarkan hasil survey dan kesimpulan di atas, ada beberapa hal yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif yaitu penyuluhan mengenai ASI
eksklusif, dengan harapan akan meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama ibu
mengenai manfaat dan pentingnya ASI bagi bayi. Apabila pengetahuan masyarakat
mengenai ASI meningkat maka diharapkan sikap dan perilaku masyarakat untuk
memberikan ASI akan menjadi lebih baik. Bila memungkinkan penyuluhan dilakukan
26
dengan menggunakan media power point serta menanyangkan beberapa gambar atau
video mengenai ASI Eksklusif sehingga para peserta penyuluhan lebih antusias untuk
mendengarkan dan lebih memahami materi penyuluhan yang telah diberikan.
Keaktifan serta kepedulian petugas kesehatan harus ditingkatkan untuk
memotivasi ibu memberikan ASI kepada bayinya dan memberikan pengetahuan
bagaimana cara menyusui yang baik dan benar. Hal ini untuk membantu memperkecil
angka jumlah bayi yang tidak mendapat ASI baik nasional maupun Kalimantan selatan.
Daftar Pustaka
1. Riset Kesehatan Dasar 2010. avaiable at :
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskesdas2010/
Laporan_riskesdas_2010.pdf
2. Tjahjo, Nur. dan Wilkinson, Wanda. 2008. Paket Modul Kegiatan Inisiasi Menyusui
Dini (IMD) dan ASI Eksklusif 6 Bulan: Direktorat Bina Gizi Masyarakat,
Departemen Kesehatan RI.
3. Departemen Kesehatan RI.2007. Pelatihan Konseling Menyusui.Direktorat Bina Gizi
Masyarakat. Departemen Kesehatan RI.
4. Pekan Asi Sedunia. avaiable at
http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/berita/37-pekan-asi-sedunia-2012
27
5. Hanya 33,6% Bayi di Indonesia yang Dapat ASI Eksklusif. Avaiable at :
http://www.rsiabuahhati.com/artikel-kesehatan/138-hanya-33-6-bayi-di-indonesia-
yang-dapat-asi-eksklusif
6. Widodo, yekti. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif: Akurasi dan Interpretasi Data
Survei dan Laporan Program. Puslitbang Gizi dan Makanan. Bogor. avaiable at :
http://www.persagi.org/document/makalah/201_makalah.pdf
7. Dr. Dra. Jafar, Nurhaedar. 2011. ASI Eksklusif. Program Studi Ilmu Gizi.Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin. avaiable at
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2500/ASI
%20EKSKLUSIF.docx?sequence=2
8. Karim, Nasirul. 2011. Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Air Ssusu Ibu
Eksklusif Pada Bayi Usia 0 – 6 bulan di UPT Puskesmas Mertoyudan II Kecamatan
Mertoyudan Kabupaten Magelang. Kriya Bhakti Husada. avaiable at :
http://www.scribd.com/doc/96817236/Tingkat-Pengetahuan-Ibu-Menyusui-Tentang-
Air-Susu-Ibu-Eksklusif-Pada-Bayi-Usia-0
28