ANALISIS PERBAIKAN STRUKTUR DERMAGA DENGAN TIANG …
Transcript of ANALISIS PERBAIKAN STRUKTUR DERMAGA DENGAN TIANG …
ANALISIS PERBAIKAN STRUKTUR DERMAGA DENGAN TIANG
MIRING DAN BRESING
Bonifacius Jovianto
,*
1Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok,
Depok, 16424, Jawa Barat
E-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini membahas tentang kinerja perbaikan dermaga dengan opsi penambahan tiang miring dan bresing
dari batang prategang. Struktur dermaga dan perbaikannya dimodelkan sesuai dengan data hasil penyelidikan
lapangan dan validasi permodelan tanah berdasarkan simpangan terukur. Penelitian dilakukan dalam dua fase,
terdiri dari penyesuaian simpangan struktur model dengan simpangan terukur pada kondisi sesungguhnya untuk
mendapatkan konstanta kekakuan pegas tanah sebagai validasi struktur model dengan struktur eksisting pada
fase pertama dan permodelan struktur dermaga eksisting dengan penambahan komponen perbaikan untuk
mendapatkan efek penambahan komponen perbaikan yang ditinjau dari beberapa parameter pada fase kedua.
Variasi model perbaikan terdiri dari inklinasi dan dimensi tiang miring, serta bentuk bresing dan gaya prategang.
Parameter desain yang ditinjau berupa karakteristik dinamik struktur dan responnya terhadap beban gravitasi dan
lateral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tiang miring dan bresing dalam arah memanjang
dermaga lebih efektif untuk memperkecil simpangan struktur. Inklinasi tiang miring merupakan faktor dominan
yang mempengaruhi simpangan sedangkan dimensi tiang miring dan gaya prategang mempengaruhi rasio
tegangan.
Kata Kunci : bresing, dermaga, tiang miring, fluktuasi gaya dalam, konstanta pegas tanah, perilaku struktur,
rasio tegangan, simpangan
Abstract
This study discussed about performance of pier structural reparation by adding batter piles and bracing of
prestressed bars. Pier structur and it’s repairs was modeled according to the data of field investigation and
validation of earth model according to measured displacement. Study was done in two phase, consisted of
adjustment of displacement measured in structural model with displacement measured in existing structural in
order to get earth spring constant as a validation for structural model with the real structural in first phase and
modeling existing pier structural in addition of repair component to measure the effect of additional repair
component that will be observed from several parameter in second phase. Variation of repairation model
consisted of inclination and dimension of batter pile, bracing shape and it’s prestress force. Reviewed design
parameter was structural dynamic characteristics and structural response due gravitation and lateral load. Study
results showed that addition of batter piles and bracing in the long side of pier was more effective to reduce
structural displacement. Inclination of batter piles was significant factor to affect structural displacement, while
dimension of batter pile and prestress force affecting stress ratio mostly.
Key Words : batter pile, bracing, displacement, earth spring constant , inner force fluctuation, pier, stress ratio,
structural behavior
Analisis perbaikan..., Bonifacius Jovianto, FT UI, 2013
Pendahuluan
Dalam menunjang fungsinya,
pelabuhan harus didesain kuat dan aman
sehingga dapat digunakan dalam kondisi
layan (servicibility) yang dapat menunjang
segala aktivitas manusia dan peralatan di
atas pelabuhan. Kondisi layan ini dinilai
dari kenyamanan manusia beraktivitas
secara normal di atas pelabuhan, tanpa
harus khawatir akibat adanya goyangan
yang bisa diakibatkan oleh arus, angin dan
bertambatnya kapal pada pelabuhan,
ataupun lendutan pada struktur akibat
pembebanan vertikal. Gaya yang bekerja
pada pelabuhan akan ditahan oleh
komponen struktural pelabuhan.
Komponen struktural utama pelabuhan
adalah dermaga yang merupakan
komponen utama yang menjadi pusat
kegiatan manusia dan bertambatnya kapal
yang beraktivitas pada pelabuhan.
Dermaga dalam menjalankan fungsinya,
memiliki komponen struktural balok, pelat,
dan pondasi, yang dibantu dengan fasilitas
pendukung lainnya seperti mooring
dolphin dan fender. Keseluruhan
komponen harus didesain agar tidak gagal
secara struktural.
Dalam kasus dermaga pada sungai
Siak di Riau, dermaga didesain secara
fungsional sebagai dermaga minyak yang
dapat menjadi tempat bertambat kapal
tanker minyak 3,500 DWT. Namun, pada
masa serah terima sebelum dermaga
difungsikan, dermaga sudah mengalami
gangguan dalam kondisi layan. Mooring
Dolphin yang terhubung dengan dermaga
mengalami pergoyangan sejauh 9 cm
ketika menerima gelombang air sungai
yang disebabkan oleh Speedboat yang
melewati sungai Siak. Maka, diperlukan
analisis perbaikan struktur dermaga untuk
melakukan perkuatan dermaga untuk dapat
menjalankan fungsinya.
Tinjauan Teoritis
Suatu struktur dermaga didesain
untuk dapat berperilaku baik dalam kondisi
dibebani beban lateral berupa gaya gempa,
gaya sandar dan gaya tambat yang
ditimbulkan oleh kapal, arus, dan angin
serta gaya gelombang yang menerpa
struktur dermaga.
a. Gaya yang membebani struktur
dermaga
Gaya Sandar Kapal
Pada saat kapal datang merapat pada
dermaga dengan kecepatan tertentu maka
akan terjadi gaya kontak antara kapal dan
dermaga yang disebut dengan gaya sandar
(berthing forces)
.............. (1)
Dimana :
E = energi benturan (ton meter)
Analisis perbaikan..., Bonifacius Jovianto, FT UI, 2013
V = komponen tegak lurus sisi dermaga
dari kecepatan kapal pada saat membentur
dermaga (m/detik)
W = displacement (berat) kapal
g = percepatan gravitasi (m/detik2)
Cm = koefisien massa
Ce = koefisien eksentrisitas
Cs = koefisien kekerasan (diambil 1)
Cc = koefisien bentuk dari tambatan
(diambil 1)
Dimana :
................... (2)
Dimana :
....................... (3)
Dimana :
Cb = koefisien blok kapal
d = draft kapal (m)
B = lebar kapal (m)
Lpp = panjang garis air (m)
γo = berat jenis air laut (ton/m3)
Panjang garis air (Lpp) dapat dihitung
dengan rumus :
Sementara itu
..................... (4)
Dimana :
l = jarak sepanjang permukaan air
dari pusat berat kapal sampa titik sandar
kapal (m)
r = jari – jari putaran disekeliling
pusat berat kapal pada permukaan air (m)
dengan titik kontak antara kapal
dengan struktur yang ditumbuk dapat
dihitung dengan rumus :
Dermaga : l = ¼ Loa (m)
Dolphin : l = 1/6 Loa (m)
Gambar 1 Jari-jari putaran di sekeliling
pusat berat kapal (Bambang Triatmodjo,
2009)
Gaya Tambat Kapal
Kapal yang bertambat sementara
diikatkan kepada alat penambat (bollard)
menimbulkan gaya tarik pada dermaga
yang ditimbulkan oleh angin dan arus
1. Gaya Tambat Akibat Angin
.................................. (5)
Dimana :
Qa : tekanan angina (N/m2)
: luas bidang kapal yang diterpa
angina (m2)
2. Gaya Tambat Akibat Arus
(
) ............... (6)
Dimana :
Analisis perbaikan..., Bonifacius Jovianto, FT UI, 2013
: nilai koefisien tekanan arus
: berat jenis air laut (N/m3)
: luas bidang kapal yang terkena
dampak arus (m2)
: kecepatan arus air (m/detik)
3. Gaya gelombang yang dibangkitkan
kapal
(
)
√
........ (7)
Dimana :
H0 : tinggi gelombang karakteristik
yang dihasilkan oleh kapal yang
bergerak. Dapat berarti tinggi gelombang
yang diobservasi pada jarak 100 meter dari
garis arah layar kapal dalam kondisi terisi
penuh.
Ls : panjang kapal (Lpp) (meter)
VK : kecepatan kapal dengan muatan
penuh (knot)
EHPW : energi pembangkit gelombang
(W)
Energi pembangkit gelombang dapat
ditentukan dengan formulasi sebagai
berikut :
........... (8)
Dengan,
................. (9)
................ (10)
S =2.5∇Ls
CF =0.075logV0Lsv-22
Dimana :
SHPm : continuous maximum shaft power
(W)
ñ : densitas air (kg/m3)
CF : koefisien friksi
V0 : kecepatan kapal dengan
muatan penuh (m/s);
V0=0.514Vk
v : koefisien kinematis dari
viskositas air (v=1.2×10-6m2/s
∇ : volume dalam air dari
bagian kapal dengan muatan penuh
(m3)
Formulasi beban gelombang yang menerpa
bidang adalah sebagai berikut :
o o .......... (11)
Dimana :
: tekanangelombang pada
permukaan air (kN/m2)
: massa jenis air (ton/m3)
: sudut antra garis normal dan
bidang yang diterpa gelombang
:faktor modifikasi tekanan
gelombang (nilai standar yang
digunakan adalah 1.0)
: kedalaman air tepat di depan
bidang yang diterpa gelombang (m)
: kedalaman air dengan acuan
bagian bawah dari bidang yang diterpa
gelombang
: panjang gelombang saat
kedalaman h (m)
Analisis perbaikan..., Bonifacius Jovianto, FT UI, 2013
{
}
{
}
b. Daya Dukung Tiang
Dalam melakukan analisis
perbaikan struktur dermaga, perlu untuk
mengetahui daya dukung eksisting
komponen struktur dermaga, salah satu nya
adalah tiang pondasi. Daya dukung
meliputi daya dukung aksial untuk
menahan beban vertikal dan daya dukung
terhadap gaya lateral untuk menahan beban
horisontal.
Daya Dukung Ijin Lateral Tiang
Untuk mengetahui daya dukung
lateral tiang, maka dilakukan dengan
pendekatan subgrade reaction. Nilai
modulus subgrade reaction (kh), dapat
ditentukan berdasarkan hasil pengujian N-
SPT di lapangan. Dengan mengetahui nilai
kh, maka dapat ditentukan kekakuan pegas
(ks) dengan persamaan :
ks=khxA ........................................... (12)
Dimana :
ks= kekakuan pegas (kN/m)
kh=modulus subgrade reaction (kN/m3)
A = luas permukaan tiang yang terkena
tanah (m2)
Gambar 5 Nilai kh Berdasarkan
Yokohama (Steel Sheet Piling Design
Manual)
Inklinasi pemasangan tiang miring
Pemasangan tiang miring
dipengaruhi oleh kemampuan mesin dan
peralatan yang dimiliki. Semakin landai
sudut inklinasi pemasangan tiang miring
akan memerlukan peralatan yang lebih
canggih dikarenakan kesulitan dalam
melakukan pemasangan tersebut.
Untuk batas efektif pemasangan
tiang miring pada kondisi yang ada dapat
dilihat dari
Analisis perbaikan..., Bonifacius Jovianto, FT UI, 2013
Tabel 2 Batas Efektif Pemasangan Tiang
miring
Akhir Bentang dan Abutmen 1:06
Pier Tanpa Benturan Kapal 1:12
Bentang Menengah 1:06
Pier Terkena Benturan Kapal 1:04
c. Bresing pada tiang dermaga
Bresing merupakan secondary
member pada struktur yang memiliki
fungsi utama sebagai pengaku pada elemen
struktur yang memiliki kecenderungan
untuk mengalami buckling. Selain itu,
bresing juga digunakan untuk memberikan
kekakuan pada struktur sehingga nantinya
karakteristik struktur setelah diberi beban
sesuai dengan kriteria desain. Pada
umumnya, bresing digunakan pada
struktur yang mengalami gaya lateral dari
angin, gempa, dan beban hidup.
Pada praktiknya, terdapat
berbagai jenis pola bresing pada struktur
tergantung kebutuhan dan peruntukannya.
Gambar 6 Jenis bresing
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, permodelan
struktur disesuaikan dengan permodelan
struktur dermaga terminal buatan di Siak,
Riau. Data yang didapat berupa hasil
penyelidikan lapangan yang sudah
divalidasi sesuai dengan kondisi struktur
asli. Data tersebut berupa gambar kerja
yang akan dilampirkan pada bagian akhir
penelitian ini, data borehole logs pada 1
titik yang akan diberikan dalam bentuk
olahan nilai konstanta kekakuan tanah,
data pasang surut selama 15 hari
penyelidikan lapangan yang akan diberikan
dalam perhitungan beban gelombang, dan
data hasil penyelidikan lapangan mengenai
gangguan berupa simpangan relatif sebesar
9 cm antara dermaga dengan mooring
dolphin yang diakibatkan oleh gelombang
yang dibangkitkan speedboat berkecepatan
20knot yang melaju sejajar dengan sisi
panjang dermaga. Properti dan konfigurasi
struktur asli terhadap desain rencana sudah
divalidasi dengan pengukuran dan ujicoba
di lapangan untuk komponen balok dan
pelat dan tiang pancang, tetapi belum
dilakukan untuk konfigurasi dan
kedalaman pemasangan tiang pancang
dikarenakan kedalaman arus sungai dan
kondisi air sungai yang deras tidak
memungkinkan dilakukan penyelidikan.
Maka untuk melengkapi data tersebut,
dilakukan perhitungan nilai kekakuan
pegas tanah setempat yang akan divalidasi
Analisis perbaikan..., Bonifacius Jovianto, FT UI, 2013
dengan kasus simpangan relatif yang
terjadi pada struktur asli. Dengan
mengetahui nilai gaya gelombang yang
ditimbulkan speedboat dan nilai simpangan
relatif yang dihasilkan berdasarkan hasil
penyelidikan, maka akan didapat kekakuan
struktur dan tanah secara keseluruhan. Hal
ini akan dibahas dalam penelitian fase 1.
Fase 2 penelitian akan difokuskan
untuk membahas perbaikan yang akan
dilakukan untuk struktur dermaga agar
struktur dermaga mampu digunakan dalam
kondisi layan dan mampu menahan
pembebanan ultimat.
a. Analisis dan Evaluasi Struktur
Eksisting
Modelisasi Struktur
Berdasarkan latar belakang
penelitian ini, maka modelisasi struktur
akan dilakukan untuk dermaga dan
mooring dolphin Modelisasi struktur
dilakukan mengikuti model asli dermaga
terminal buatan. Berikut sketsa konfigurasi
struktur dermaga asli,
Gambar 7 Konfigurasi Denah Dermaga
Siak
Terdapat dilatasi di antara trestle
dengan dermaga (lingkaran biru), sehingga
tidak ada hubungan kekakuan antara
dermaga dengan trestle. Oleh sebab itu,
permodelan dermaga akan dilakukan hanya
dengan memodelkan dermaga tanpa trestle.
Mooring dolphin yang dimodelkan adalah
2 mooring dolphin yang sejajar dengan
dermaga.
Modelisasi struktur yang dilakukan dalam
analisis adalah sebagai berikut :
1. Pelat : Beton fc’ 37 MPa, tebal
300 mm,penulangan memanjang D16-
250
2. Balok : Beton fc’ 37 MPa,
700x500 mm, penulangan D13
3. Pile Cap : 800x800x800 mm untuk
tiang tegak, 1600x800x800 mm untuk
tiang miring
4. PC Spun Pile : 400mm,
kedalaman 40m.
5. Struktur pendukung berupa mooring
dolphin 4000x3000 mm, didukung
dengan 9 PC Spun pile.
Gambar 8 Permodelan Struktur
Dermaga
Analisis perbaikan..., Bonifacius Jovianto, FT UI, 2013
Gambar 9 Permodelan Struktur
Mooring Dolphin
Modelisasi Kekakuan Pegas Tanah
Permodelan tiang pondasi
diberikan pegas constant dimulai dari
kedalaman tanah yang tercatat pada
masing-masing titik pondasi dan dilakukan
dengan penambahan kedalaman 1 m.
Tabel 3 Properti Pegas Constant Tanah untuk Tiang
Modelisasi Pembebanan terhadap
dermaga
Pembebanan fase 1 berasal dari gelombang
yang dibangkitkan oleh kapal.
Nama Kapal : Legacy 34
Sedan
Kapasitas Mesin : 447420
Watt ( )
Draft : 1,0638 m
Beam : 3,7 m
Kecepatan rata-rata : 20 knot =
10,28 m/s
Kecepatan saat terisi penuh : 5,1 m/s
Berdasarkan data tersebut dapat
dihitung tekanan gelombang yang
menerpa bidang
8,1 kN/m2
Dalam keadaan nyata di lapangan,
gelombang tersebut tidak mengenai tiang
pondasi melainkan dinding beton penahan
gelombang dengan tinggi 2.5m dari elevasi
pelat dermaga. Hasil penyelidikan
simpangan didapat pada tanggal 15
Oktober 2009 sekitar jam 14.00-15.00,
dengan ketinggian muka air berada pada
elevasi -1m dari pelat lantai dermaga.
Maka, bagian dinding penahan yang
terkena gelombang adalah sedalam 1.5m.
Dalam permodelan, dinding
penahan tersebut tidak dimodelkan,
sehingga letak beban dipindahkan ke frame
balok dengan elevasi setara dengan pelat
lantai dermaga. Akibat pemindahan beban
garis tersebut, maka ditimbulkan momen
terhadap sumbu x sebesar
M = p x (elevasi muka air + titik
pusat beban garis dari elevasi muka air)
= 12,11 kN/m’ x 1.75 m =
21.26 kNm/m’
b. Analisis dan Evaluasi Perkuatan
Struktur
Analisis perbaikan..., Bonifacius Jovianto, FT UI, 2013
Pada fase 2, struktur ditinjau
dengan pembebanan standar yang
diperhitungkan terhadap permodelan
struktur kondisi eksisting dengan
modifikasi sesuai dengan hasil analisis
fase 1.
Modelisasi Struktur Perbaikan
1. Tiang Miring
Dalam permodelan komponen
perbaikan struktur, tiang miring
divariasikan dari segi dimensi dan
konfigurasi pemasangan. Tiang
miring yang digunakan memiliki
properti sebagai berikut
Material : BajaA36
Penampang : Hollow
Pipe
Variasi Dimensi :
1) diameter luar 610 mm, tebal
dinding 16 mm
2) diameter luar 610 mm, tebal
dinding 12.5 mm
3) diameter luar 500 mm, tebal
dinding 14.2 mm
4) diameter luar 500 mm, tebal
dinding 12.5 mm
Variasi Inklinasi : 1 : 12, 1 :
10, 1 : 08
2. Bresing
Permodelan bresing divariasikan dari
segi bentuk dan prestress. Properti
yang digunakan adalah sebagai
berikut
Material : PrestressBar, Fu= 1030 MPa
Penampang : Bar
Dimensi : D40
Variasi Prestress : 30% dan 40%
Variasi Bentuk : Bresing Silang (X),
Bresing Tunggal Diagonal (/)
Khusus untuk permodelan bresing
diperlukan penambahan komponen baja
lain untuk menyokong bresing. Profil
dipilih berdasarkan pada kemampuan
profil untuk menahan tegangan awal akibat
prestress dan tidak runtuh ketika struktur
dermaga dibebani dalam kondisi ultimate.
Material : Baja A36, Fy= 240MPa
Penampang : WF 350x350
Gambar 12 Konfigurasi Pemasangan
Komponen Struktur Perbaikan
Analisis perbaikan..., Bonifacius Jovianto, FT UI, 2013
Tabel 4 Variasi Pemasangan Komponen
Perbaikan Tiang Miring dan Bresing
Modelisasi Pembebanan
Pembebanan pada dermaga sesuai
dengan standar yang tersusun dari
bermacam kombinasi.Kombinasi
pembebanan pada struktur dermaga
menurut daya layan
Komb 1: Beban mati + benturan kapal +
tekan arus + angin
Komb 2: Beban mati + tarik bollard
Komb 3:Beban mati + beban hidup +
tarik bollard
Komb 4:Beban gempa searah memanjang
dermaga
Komb 5: Beban gempa searah melintang
dermaga
Kombinasi pembebanan pada struktur
dermaga menurut daya dukung ultimate
Komb 1 : 1.2 Beban mati + 1.3 benturan
kapal + 1.3 tekan arus + 1.3 angin
Komb 2 : 1.2 Beban mati + 1.3 tarik
bollard
Komb 3 : 1.2 Beban mati + 1.6 beban
hidup + 1.3 tarik bollard
Komb 4 : (1.2+0.2 Sds) Beban mati + 1
Beban Gempa I, searah memanjang
dermaga
Komb 5 :(1.2+0.2 Sds) Beban mati + 1
beban gempa II, searah melintang dermaga
Komb 6 :(1.2+0.2 Sds) Beban mati ± 1
beban gempa I ± 0.3 beban Gempa II
Komb 7: (1.2+0.2 Sds) Beban mati ± 0.3
beban gempa I ± 1 beban Gempa II
1. Beban Mati
2. Beban Hidup LL = 500 kg/m2
3. Gaya Sandar Kapal
4. Gaya Tambat Kapal
5. Gaya Tambat Kapal
6. Gaya Gempa
Perhitungan gaya gempa pada
dermaga didasarkan pada SNI 1726 2012
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non Gedung. Gaya geser statik dapat
dihitung menggunakan rumus
................................................. (14)
Analisis perbaikan..., Bonifacius Jovianto, FT UI, 2013
Dimana :
C1: Faktor respons gempa dari
spektrum respons gempa rencana
untuk waktu getar alami pertama T1
I : Faktor keutamaan gedung
R : faktor reduksi gempa
Wt: berat gedung
Data Awal perhitungan gaya gempa
Gaya Geser dinamik dihitung
menggunakan metode spektrum desain
berdasarkan data awal gempa.
Gambar 13 Respons Spektrum
Tabel 5 Periode Getar dan Faktor Skala
Beban Gempa Spektrum Desain Struktur
dengan Permodelan SAP
7. Gaya Prestress
Prestress Bar 30% prestressing
Tegangan (σ) = 0.3 * 1030 = 309 MPa
Regangan (ε) = σ/E = 309/200000 =
0.001545 mm
Koefisien muai panjang Baja = 1.170E-05
mm/ ˚ C
Beban temperature = ε/Koef muai = 132˚
C
Prestress Bar 40% prestressing
Tegangan (σ) = 0.4 * 1030 = 412 MPa
Regangan (ε) = σ/E = 412/200000 =
0.00206 mm
Koefisien muai panjang Baja = 1.170E-05
mm/ ˚ C
Beban temperature = ε/Koef muai = 176˚
C
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0 2 4
Grafik Respon Spektrum
SDS
Cs
Cs Limit
Analisis perbaikan..., Bonifacius Jovianto, FT UI, 2013
Hasil Penelitian
a. Analisis dan Evaluasi Struktur
Eksisting
Tabel 6 Hasil Iterasi dengan SAP
b. Analisis dan Evaluasi Perkuatan
Struktur
Simpangan yang ditinjau merupakan
simpangan pada titik pusat massa dermaga.
Tabel 7 Simpangan Struktur Dermaga hasil
permodelan dengan SAP
Gaya Dalam yang ditinjau adalah
gaya dalam pada struktur komponen tiang
tegak dan tiang miring pada struktur
eksisting.
Gambar 14 Fluktuasi Gaya Dalam Aksial
Komponen Struktur Eksisting Dermaga
Gambar 15 Fluktuasi Gaya Dalam Momen
Komponen Struktur Eksisting Dermaga
Tabel 8 Rasio Tegangan Komponen
Struktur Perbaikan Hasil Permodelan SAP
Analisis perbaikan..., Bonifacius Jovianto, FT UI, 2013
Pembahasan
a. Analisis dan Evaluasi Struktur
Eksisting
Dari hasil iterasi, didapat nilai
faktor kekakuan pegas sebesar 0.05<1,
yang menyatakan bahwa terjadi
ketidaksesuaian dengan indikasi terjadi
pengecilan kekakuan struktur
sesungguhnya dari perencanaan. Faktor
pengecilan ini dihubungkan dengan
pendekatan pengambilan nilai kekakuan
pegas tanah yang berasal dari nilai kh yang
didapat dari grafik, dengan kisaran variasi
nilai yang cukup besar berdasarkan
kerapatan tanah. Namun, jauhnya
perbandingan antara kekakuan pegas tanah
kondisi eksisting dengan pendekatan
kekakuan pegas tanah hasil uji boring log,
dipengaruhi oleh tidak samanya properti
dan konfigurasi struktur kondisi eksisting
dengan perencanaan, sambungan struktur
yang tidak diperhitungkan dengan baik,
ataupun ketidaksempurnaan proses
konstruksi. Konstanta kekakuan pegas
tanah ini merupakan validasi permodelan
kekakuan tanah sesuai dengan kondisi
eksisting di lapangan
b. Analisis dan Evaluasi Perkuatan
Struktur
Simpangan Struktur
Nilai simpangan izin antar tingkat
diambil dari SNI 1726 – 2012 Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung. Struktur dermaga termasuk ke
dalam semua struktur lainnya, dan untuk
struktur dermaga ini termasuk ke dalam
kategori desain bangunan B, sehingga
tidak perlu membagi nilai simpangan antar
lantai izin dengan nilai redundansi.
Simpangan antar lantai izin = 0.02 x hsx
Hsx = 13 m (diambil berdasarkan elevasi
permukaan tanah di bawah dermaga)
Simpangan antar lantai izin = 0.02 x 13m
= 0.26 m (untuk kondisi daya dukung
ultimat
Simpangan antar lantai izin (menurut
kondisi daya layan = 0.26 m /Cd = 0.26/2
= 0.13 m
Hasil penelitian menunjukan
bahwa perkuatan menggunakan tiang
miring dan bresing mengurangi nilai
simpangan yang cukup signifikan terutama
pada arah panjang dermaga. Dermaga
mampu berperilaku dengan baik dalam
kondisi dibebani oleh gaya sandar dan
tambat oleh kapal, angin, dan arus. Namun,
simpangan akibat beban gempa pada arah
panjang dermaga masih melebihi
simpangan ijin. Maka diperlukan
perkuatan yang lebih untuk dapat
mengurangi nilai simpangan untuk
mencapai nilai di bawah simpangan izin.
Analisis perbaikan..., Bonifacius Jovianto, FT UI, 2013
Tabel 9 Efektivitas Perubahan
Variasi Perbaikan Terhadap Simpangan
Simpangan U1 Simpangan U2
Variasi % %
Inklinasi (-1.22%) - 0.94% (-1.59%) – 3.36%
Dimensi (-0.78%) - 0.20% (-1%) - 0.92%
Prestress (-0.01%) - 0% (-0.17%) - 0%
Bentuk (-0.13) – (-0.12)% (-1%)- (-0.25%)
Berdasarkan data nilai simpangan
dermaga, dapat ditinjau pengaruh variasi
komponen perbaikan terhadap nilai
simpangan yang dihasilkan.
Fluktuasi Gaya Dalam Komponen
Struktur Eksisting
Terjadi distribusi gaya dalam dari
komponen struktur eksisting kepada
komponen struktur perbaikan sehingga
terjadi penurunan gaya dalam pada
komponen struktur eksisting. Terjadi
penurunan gaya dalam momen pada
komponen struktur eksisting, tetapi terjadi
kenaikan gaya dalam aksial pada tiang
tegak komponen struktur eksisting. Hal ini
disebabkan oleh beban prestress yang
digunakan pada bresing yang dipasang
pada tiang tegak.
Rasio Tegangan Komponen struktur
perbaikan
Penambahan komponen perbaikan
menyebabkan penyebaran gaya dalam dari
komponen eksisting kepada komponen
perbaikan. Berdasarkan hasil penelitian,
komponen perbaikan mampu menahan
tegangan yang terjadi, kecuali komponen
tiang miring pada sisi panjang dermaga
yang melebihi batas kemampuannya. Oleh
sebab itu bisa dilakukan penggunaan baja
mutu tinggi untuk meningkatan kapasitas
tiang miring. Berdasarkan data nilai rasio
tegangan, dapat ditinjau pengaruh variasi
komponen perbaikan terhadap nilai rasio
tegangan yang dimiliki.
Tabel 10 Efektivitas Perubahan Variasi
Perbaikan Terhadap rasio tegangan
Kesimpulan
Perbaikan struktur dengan
menggunakan tiang miring dan bresing
dapat memperbaiki perilaku struktur yang
ditinjau berdasarkan parameter periode
getar dan mode getar struktur, simpangan
struktur, fluktuasi gaya dalam komponen
struktur eksisting, dan rasio tegangan
komponen struktur perbaikan. Hasil
penelitian menunjukan,
Nilai konstanta pegas tanah yang
didapat sebesar 0.05 hasil permodelan
pada fase 1 sebagai validasi model
dengan struktur asli.
Perbaikan optimum terjadi dengan
penambahan komponen perbaikan
struktur pada sisi panjang dan sisi lebar
dermaga. Nilai simpanan akibat angin,
arus, dan kapal untuk struktur dermaga
dengan perbaikan memenuhi batas
simpangan izin, tetapi belum
Analisis perbaikan..., Bonifacius Jovianto, FT UI, 2013
memenuhi untuk simpangan pada arah
panjang dermaga akibat gempa.
Perbaikan pada sisi panjang dermaga
lebih efektif untuk struktur dermaga
pada penelitian ini. Efektivitas
perbaikan dermaga sebesar ± 67.42%
terhadap simpangan arah panjang
dermaga dan ±5.87 % arah lebar
dermaga.
Komponen perbaikan tiang miring
lebih efektif dibandingkan dengan
komponen perbaikan bresing. Tiang
miring mampu meningkatkan
kekakuan struktur secara signifikan dan
mengurangi periode struktur secara
efektif. Tiang miring mampu menyerap
gaya dalam aksial, geser, dan momen
dari struktur eksisting yang berasal dari
gaya gempa.
Perbaikan struktur mengakibatkan
perubahan fluktuasi gaya dalam pada
komponen struktur. Diperlukan
perbaikan tambahan pada komponen
struktur yang berada pada sudut luar
untuk mengatasi pemusatan
penyebaran gaya dalam.
Efektivitas kinerja komponen
perbaikan untuk menurunkan
simpangan dan meningkatkan
kekakuan struktur dipengaruhi secara
dominan oleh faktor inklinasi tiang
miring. Secara rata-rata efektivitas
variasi inklinasi tiang miring pada sisi
lebar dermaga berkisar -1.23% hingga
0.95% terhadap simpangan sisi
panjang dermaga dan -1.59 % hingga
3.36 % terhadap sisi lebar dermaga.
Nilai rasio tegangan komponen struktur
perbaikan dipengaruhi secara dominan
oleh faktor dimensi penampang tiang
miring dan gaya prategang bresing.
Secara rata-rata efektivitas variasi
dimensi penampang tiang miring
berkisar (-2.84%) hingga 2.07%
terhadap rasio tegangan tiang miring
pada sisi panjang dan (11.04%) hingga
42.95 % terhadap rasio tegangan tiang
miring sisi lebar. Efektivitas variasi
gaya prategang bresing berkisar 19.3%
hingga 25.58% terhadap rasio tegangan
bresing pada sisi lebar dermaga.
Saran
Penelitian ini dapat
dikembangkan lebih luas dan dianalisa
lebih dalam dengan menggunakan aspek
yang berada di luar batas penelitian. Hal
tersebut antara lain,
Opsi perbaikan bresing bisa
menggunakan profil baja umum seperti
WF
Opsi pebaikan tiang miring bisa
dilakukan dengan konfigurasi yang
berbeda, seperti pemasangan dalam 2
baris pada sisi panjang atau lebar
dermaga
Analisis perbaikan..., Bonifacius Jovianto, FT UI, 2013
Variasi perbaikan dermaga dapat
dilakukan terhadap komponen
perbaikan pada sisi panjang dermaga.
Daftar Referensi
Atkinson, P. J. (n.d.). Soil Shear Capacity
Based on Part of the
GeotechniCAL Reference Package.
Retrieved from
http://www.uwe.ac.uk/geocal/ ;
http://fbe.uwe.ac.uk/
Departemen Pekerjaan Umum. (2013).
Tata cara perencanaan ketahanan
gempa untuk struktur bangunan
gedung dan non gedung. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional.
Japanese Unified Soil Classification
System. (n.d.).
Port Technology Group ASEAN-Japan
Transport Partnership. (n.d.).
Guidelines on Strategic
Maintenance for Port Structures.
Sorum, A. (2006). Northern Harbors &
Small Ports Operation and
Maintenance. Fairbanks, Alaska:
Alaska Sea Grant College Program
University of Alaska Fairbanks.
Standar Nasional Indonesia. (1989).
Standar Perencanaan Pembebanan
Untuk Rumah dan Gedung (SNI-
1727-1989). Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
Standar Nasional Indonesia. (2002).
Standar Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung (SNI-1726-2002. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional.
Steel Sheet Piling Design Manual. (n.d.).
Triatmodjo, Bambang. (2009).
Perencanaan Pelabuhan.
Yogyakarta: Beta Offset
Yogyakarta.
The Overseas Coastal Area Development
Institute of Japan. (2002).
Technical Standards and
Commentaries for Port and
Harbour Facilities in Japan. Japan:
Daikousha Printing Co., Ltd.
Analisis perbaikan..., Bonifacius Jovianto, FT UI, 2013