ANALISIS PERANAN SEKTOR EKONOMI BASIS TERHADAP...

172
ANALISIS PERANAN SEKTOR EKONOMI BASIS TERHADAP KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 2015 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) Disusun Oleh: Apriyani Intan Sari 1113084000057 Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1438 H/2017

Transcript of ANALISIS PERANAN SEKTOR EKONOMI BASIS TERHADAP...

ANALISIS PERANAN SEKTOR EKONOMI BASIS TERHADAP

KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/KOTA

DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 – 2015

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Disusun Oleh:

Apriyani Intan Sari

1113084000057

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

1438 H/2017

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Apriyani Intan Sari

2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/21 April 1995

3. Alamat : Jl. Balita XI No.5 RT 04/004, Kecamatan

Pinang, Kelurahan Kunciran Indah,

Tangerang 15144

4. Telepon : 085777115536

5. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD Islam YAKMI Tahun 2001 – 2007

2. SMPN 3 Tangerang Tahun 2007 – 2010

3. SMAN 3 Tangerang Tahun 2010 – 2013

4. Diploma 1 Practical Education Center Tahun 2016 – 2017

5. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 – 2017

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Sekretaris 2 OSIS SMAN 3 Tangerang Tahun 2012 – 2013

ii

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Sujono, SH

2. Ibu : Sutarni

3. Alamat : Jl. Balita XI No.5 RT 04/004, Kecamatan Pinang,

Kelurahan Kunciran Indah, Tangerang 15144

4. Anak ke : 2 (dua) dari 3 (tiga) bersaudara

iii

ABSTRACT

This study aims to analyze the economic base sector and and the role of the

economic base sector in reducing income inequality between regencies/cities in

Central Java Province, typology of each regency/city, the level of income

inequality between regencies/cities and the correlation with economic growth.

The secondary data in this study period 2011 to 2015. Data sourced from

BPS in Central Java Province and Central Java Province. This study used several

analytical models such as Location Quotient (LQ), Klassen Typology, Williamson

Index, and Pearson Product Moment Correlation.

The results showed that Central Java Province have 4 economic base

sectors, which are agriculture, manufacturing, construction and trade, where the

biggest role in reducing income inequality among regencies/cities is agriculture

sector (27,7%); Klassen Typology showed that only 6 regencies/cities are

included in developed areas, while those included in undeveloped areas are 16

regencies/cities; Williamson Index in years was declined although the decline is

very small (0,02), from 0,69 in 2011 to 0,67 in 2015 and Pearson Product Moment

Correlation between economic growth with income inequality was positively

related, with a correlation of 25,1%.

Keywords: economic base sector, income inequality between regencies/cities,

pearson product moment correlation, williamson index.

iv

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sektor ekonomi basis dan

perannya terhadap ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota, tipologi daerah,

tingkat ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota dan hubungannya dengan

laju pertumbuhan ekonomi.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini periode 2011 hingga

2015. Yang bersumber dari BPS di Provinsi Jawa. Kemudian dianalisis dengan

Location Quotient (LQ), Tipologi Klassen, Indeks Williamson, dan Korelasi

Pearson Product Moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Tengah memiliki 4

sektor ekonomi basis, yakni sektor pertanian, industri pengolahan, konstruksi, dan

perdagangan, yang dominan mengurangi ketimpangan dimiliki sektor pertanian

(27,7%); sedangkan Tipologi Klassen menunjukkan hanya 6 kabupaten/kota yang

maju, dan yang tertinggal 16 kabupaten/kota; Indeks Williamson dalam jangka

waktu 5 tahun menurun sangat kecil (0,02), dari sebesar 0,69 tahun 2011 menjadi

0,67 tahun 2015, dan Korelasi Pearson Product Moment pertumbuhan ekonomi

dengan ketimpangan pendapatan berhubungan positif, dengan korelasi 25,1%.

Kata Kunci: sektor ekonomi basis, ketimpangan pendapatan, tipologi klassen,

korelasi pearson product moment, indeks williamson.

v

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamiin puji serta syukur penulis panjatkan selalu atas

kehadirat Allah SWT. yang selalu memberikan rahmat, nikmat, dan karuniaNya

yang tiada henti kepada penulis, sehingga penulis mampu melalui masa demi

masa untuk menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Peranan Sektor

Ekonomi Basis Terhadap Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015”. Salawat serta salam tidak lupa

penulis hanturkan kepada baginda kita, Nabi Muhammad SAW yang telah

membawa umatnya dari zaman jahiliah ke zaman yang penuh dengan ilmu

pengetahuan, serta pembawa syafa’at di hari akhir bagi umatnya kelak.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka untuk memenuhi syarat-syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya penulisan skripsi ini, tentun tidak terlepas

dari segala dukungan, arahan dan do’a dari ketulusan banyak pihak. Maka dari

itu, terima kasih dari lubuk hati yang paling dalam penulis sampaikan kepada:

1. Kedua orang tua penulis, yakni Ibunda Sutarni dan Ayahanda Sujono yang

memberikan do’a, semangat dan dukungan, serta pesona kasih sayang yang

membahana deras serta tiada henti untuk penulis. Serta, saudara-saudara

kandung penulis, yakni Putri dan Amalia, dan seluruh keluarga di Solo (budeh,

mas Yan dan mas Aji), yang selalu mendukung penulis. Semoga kalian semua

senantiasa diberkahi dan dicintai Allah SWT, aamiin.

2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis yang tiada henti berbagi ilmu dan selalu memberikan yang terbaik untuk

seluruh anggota Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

3. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si dan Ibu Najwa Khairina, yang selalu bersedia dan

tanpa lelah meluangkan waktunya untuk membimbing seluruh mahasiswa/i

jurusan Ekonomi Pembangunan.

4. Bapak Dr. H. Tb. Ace Hasan, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah

bersedia meluangkan banyak waktunya di sela-sela waktu yang sangat sibuk

vi

sebagai wakil rakyat, untuk membimbing dan mengarahkan penulis, demi

terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih banyak bapak, semoga segala

kebaikan bapak, Allah SWT balas berlipat ganda, aamiin.

5. Bapak Drs. Jackie Nurdjaman, MA selaku dosen pembimbing II yang tiada

henti memberikan motivasinya, memberikan banyak waktunya untuk

membimbing dan mengkoreksi skripsi ini. Dengan segenap hati, penulis

ucapkan terima kasih banyak bapak, semoga Allah SWT memberikan bapak,

Lula, serta keluarga kesehatan serta kebahagiaan selalu, aamiin.

6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan

ilmu pengetahuan selama perkuliahan, serta jajaran karyawan dan staff UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan untuk membantu

proses sistematis dalam penyelesaian skripsi.

7. Sahabat-sahabat terbaik semasa perkuliahan dan semoga berlanjut seterusnya,

Anum, Dini, Julita, dan Indah. Terima kasih atas canda tawa, dan suka duka

selama ini. Semoga perjuangan kita bersama tidak sia-sia dan senantiasa

diridhoi Allah SWT, aamiin. See You On Top!

8. Muhammad Hisby Amamillah dan Nindi Mahira, sebagai pihak-pihak terbaik,

yang selalu mendukung dan membantu segala kesulitan yang penulis hadapi,

dan tidak pernah meninggalkan penulis ketika penulis merasa down.

9. Ukhti-ukhti terbaik yang selalu memberikan semangat yang tulus dari hati

kepada penulis dan saling mengingatkan dalam kebaikan, Ninis dan Cita.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan wawasan kepada para

pencari ilmu dan mampu menjadi referensi tambahan. Dengan segala kerendahan

hati, penulis butuh kritik dan saran yang membangun, karena skripsi ini masih

jauh dari kata sempurna.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Tangerang, 27 Juli 2017

Apriyani Intan Sari

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... i

ABSTRACT ................................................................................................. iii

ABSTRAK ................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI ..................................................................................... ……... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xi

DAFTAR GRAFIK .............................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Penelitian ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 11

D. Manfaat Penelirian ......................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 13

A. Landasan Teori ............................................................................... 13

1. Pembangunan Ekonomi................................................................ 13

2. Teori Basis Ekonomi .................................................................. 15

3. Produk Domestik Regional Bruto ................................................ 19

a. Konsep Produk Domestik Regional Bruto................................ 19

b. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto ................ 20

c. Teori Pertumbuhan Kuznets ................................................... 21

4. Tipologi Klassen Daerah .............................................................. 21

5. Ketimpangan Antar Wilayah ....................................................... 23

a. Konsep Ketimpangan Antar Wilayah ....................................... 23

b. Perhitungan Ketimpangan ........................................................ 23

B. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 25

C. Kerangka Berpikir ........................................................................... 40

viii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 41

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 41

B. Metode Penentuan Sampel ................................................................. 41

C. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 42

D. Metode Analisis Data ........................................................................ 43

1. Metode Analisis Location Quotient (LQ) ......................................... 43

2. Tipologi Klassen ............................................................................ 45

3. Ketimpangan Pendapatan Antar Wilayah (Indeks Williamson) ...... 46

4. Korelasi Pearson Product Moment ................................................ 47

5. Analisis Peranan Sektor Basis terhadap Ketimpangan Pendapatan .. 48

E. Operasional Variabel Penelitian ........................................................ 48

1. Potensi Ekonomi ........................................................................... 48

2. Produk Domestik Regional Bruto ................................................... 49

3. Sektor-sektor Ekonomi ................................................................. 49

4. Ketimpangan Pendapatan Antar Wilayah ........................................ 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 51

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................... 51

1. Keadaan Geografis ...................................................................... 51

2. Administrasi Pemerintahan dan Kependudukan .............................. 54

3. Kondisi Perekonomian .................................................................. 57

B. Hasil dan Pembahasan ......................................................................... 61

1. Sektor Ekonomi Basis dengan Location Quotient (LQ)................... 61

2. Tipologi Klassen ......................................................................... 67

3. Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota ............................ 70

4. Hubungan Antara Laju Pertumbuhan Ekonomi dengan

Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota............................ 77

5. Peranan Sektor Ekonomi Basis terhadap Ketimpangan Pendapatan

Antar Kabupaten/Kota .................................................................. 79

ix

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 90

A. Kesimpulan ....................................................................................... 90

B. Saran .................................................................................................. 91

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 94

LAMPIRAN .............................................................................................. 97

x

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1. PDRB Per Kapita di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015 8

2.1. Pengelompokkan Ekonomi Daerah Berdasarkan Tipologi Klassen 22

2.2. Penelitian Sebelumnya 31

3.1. Data dan Sumber Perolehannya 43

3.2. Tipologi Daerah 46

4.1. Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2015 52

5.2. Kontribusi Sektor-sektor Lapangan Usaha PDRB

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015 (dalam persen) 59

5.3. Nilai Location Quotient (LQ) di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2011 – 2015 62

5.4. Nilai Location Quotient (LQ) Kabupaten/Kota

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015 66

5.5. Indeks Williamson (CVw) Dengan dan Tanpa Sektor Basis

Pertanian beserta Presentase Perubahannya 81

5.6. Indeks Williamson (CVw) Dengan dan Tanpa Sektor Basis

Industri Pengolahan beserta Presentase Perubahannya 83

5.7. Indeks Williamson (CVw) Dengan dan Tanpa Sektor Basis

Konstruksi beserta Presentase Perubahannya 86

5.8. Indeks Williamson (CVw) Dengan dan Tanpa Sektor Basis

Perdagangan beserta Presentase Perubahannya 88

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.2. Kerangka Berpikir 40

4.1. Peta Provinsi Jawa Tengah 51

4.2. Tipologi Klassen Daerah Tahun 2011 – 2015 70

4.3. Hasil Korelasi Pearson Product Moment Laju Pertumbuhan

Ekonomi dengan Indeks Williamson 77

xii

DAFTAR GRAFIK

No. Keterangan Halaman

1.1. PDRB Per Kapita di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015 7

4.1. Kepadatan Penduduk di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2011 – 2015 (dalam Jiwa/Km2) 55

4.2. Presentase Penduduk Jawa Tengah Berumur 15 Tahun ke Atas yang

Bekerja Seminggu yang lalu menurut Lapangan Pekerjaan Utama 56

4.3. Perkembangan IPM di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2012 57

4.4. PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015 (dalam Juta Rupiah) 58

4.5. Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2011-2015 71

4.6. Perbandingan Rata-rata PDRB per Kapita Kabupaten dengan Kota

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 (dalam Juta Rupiah) 72

4.7. Indeks Williamson antar Kabupaten dan Indeks Williamson

antar Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 73

4.8. Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota Dengan dan Tanpa

Sektor Basis Pertanian di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 80

4.9. Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota Dengan dan Tanpa

Sektor Basis Industri Pengolahan di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2011-2015 82

4.10. Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota Dengan dan Tanpa Sektor

Basis Konstruksi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 85

4.11. Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota Dengan dan Tanpa Sektor

Basis Perdagangan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 87

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

A. Data Penelitian ...................................................................................... 96

1. PDRB ADHK 2010 Masing-masing Kabupaten/Kota Menurut

Lapangan Usaha (dalam Milyar Rupiah) ....................................... 96

2. PDRB ADHK 2010 Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

Jawa Tengah (dalam Milyar Rupiah) .............................................. 131

3. PDRB ADHK 2010 Menurut Lapangan Usaha di Provinsi

Jawa Tengah (dalam Milyar Rupiah) ............................................. 132

4. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota

di Provinsi Jawa Tengah .............................................................. 133

5. PDRB ADHK 2010 Menurut Lapangan Usaha di Indonesia ........... 134

B. Hasil Perhitungan Penelitian ............................................................. 135

1. Perhitungan Analisis Location Quotient (LQ) .................................. 135

2. Perhitungan Tipologi Klassen Daerah …………………………...... 136

3. Perhitungan Indeks Williamson ................................................... 138

4. Korelasi Pearson Product Moment ……………………………...... 154

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi di suatu daerah merupakan jalan untuk

menciptakan kehidupan masyarakat di daerah tersebut lebih sejahtera.

Sejahtera berarti mampu memenuhi keinginannya dan memiliki keadaan

perekonomian yang cukup. Pada intinya, pembangunan ekonomi merupakan

segala upaya untuk mencapai tujuan bangsa maupun negara demi terwujud

kesejahteraan rakyatnya.

Salah satu tujuan atas keberhasilan dari pembangunan ekonomi yakni

dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, jadi

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi merupakan hal berbeda. Seperti

yang diungkapkan Sadono Sukirno (2006:9-11), bahwa pertumbuhan dan

pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda, di mana

pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan

perkembangan suatu perekonomian dalam satu tahun tertentu apabila

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan pembangunan ekonomi

dapat dikatakan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per

kapita penduduk suatu negara meningkat secara berketerusan dalam jangka

panjang. Jadi, pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang merupakan salah

satu indikator atau tujuan yang perlu dicapai dalam pembangunan ekonomi.

Kemudian, Todaro (2006:19), mengungkapkan bahwa pembangunan

harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

2

berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat,

dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi

pertumbuhan ekonomi, penanganan keimpangan pendapatan, serta

pengentasan kemiskinan. Jadi, pada intinya, pembangunan ekonomi

merupakan segala upaya untuk mencapai tujuan bangsa maupun negara demi

terwujud kesejahteraan rakyatnya. Kemudian menjadi penting dalam

pembangunan ekonomi suatu daerah dengan peningkatan laju pertumbuhan

ekonomi dalam jangka panjang, yang disertai dengan pemerataan dari

ketimpangan pendapatan antar wilayah di Indonesia.

Indonesia merupakan Negara berkembang yang memiliki perbedaan

karakteristik dan keanekaragaman yang tinggi baik meliputi budaya, suku

bangsa, bahkan sumber daya alam yang dimiliki tiap daerah yang tentunya

berbeda-beda dari Sabang hingga Merauke. Sebagai salah satu Negara

Sedang Berkembang (NSB), dalam proses pembangunannya, Indonesia pasti

memiliki berbagai masalah yang harus dibenahi demi terwujudnya

kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Ketimpangan pendapatan antar daetah

masih merupakan salah satu permasalahan dalam mewujudkan pembangunan

ekonomi di Indonesia.

Sejalan dengan Kuncoro (2010:136) yang mengungkapkan bahwa para

pendukung strategi “pertumbuhan dengan distribusi” atau “redistribusi dari

pertumbuhan”, pada hakikatnya menganjurkan Negara Sedang Berkembang

(NSB) agar tidak hanya memusatkan perhatian pada pertumbuhan ekonomi

3

(memperbesar “kue” pembangunan), namun juga mempertimbangkan

bagaimana distribusi “kue” pembangunan.

Untuk itulah, masih menjadi tugas Indonesia sebagai NSB, dalam

mengurangi ketimpangan pendapatan dengan mempertimbangkan bagaimana

distribusi “kue” pembangunan tersebut. Meskipun memang dalam

kenyataannya bahwa ketimpangan tidak dapat dimusnahkan, melainkan

hanya bisa dikurangi, Supriyantoro (2005) dalam Agus Naufal (2010:2).

Seperti yang diuraikan pula oleh Arief dan Yundy (2010:196), bahwa usaha

untuk menciptakan pemerataan atau mengurangi ketimpangan pendapatan

dalam suatu proses pembangunan sangatlah sulit. Terutama disebabkan

karena adanya trade off antara ketimpangan pendapatan dengan laju

pertumbuhan ekonomi, sebagaimana yang disebutkan dalam Hipotesis

Kuznets.

Kemudian dalam proses pembangunannya, Indonesia menganut sistem

sentralisasi pada masa Orde Baru. Namun, dapat dikatakan bahwa Orde Baru

gagal dalam membangun Indonesia. Dibalik kegagalannya, ada hal yang

harus kita ingat bahwa pemerintahan Orde Baru memiliki keberhasilan,

seperti misalnya terwujudnya pembangunan fisik dan infrastruktur di

Indonesia. Namun, keberhasilan pembangunan tersebut tidak diimbangi

dengan pembangunan mental oleh para pelaksana pembangunan tersebut,

diantaranya pemerintah maupun swasta. Dapat dikatakan, pembangunan

ekonomi pada masa itu hanya terpusat di pemerintah pusat dan pihak swasta

yang, hingga ketimpangan menjadi salah satu masalah yang muncul.

4

Penyebab lainnya dari jatuhnya masa Orde Baru yakni, kewenangan yang

hanya dimiliki oleh Pemerintah Pusat menyebabkan Pemerintah Pusat

kewalahan mengatur segala urusan termasuk urusan milik daerah.

Hingga pada puncak kegagalan dari masa Orde Baru tersebut, Indonesia

mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997 hingga 1998. Berbagai masalah

pun timbul sebagai akibat dari terjadinya krisis ekonomi di Indonesia,

misalnya seperti permasalahan penegakan hukum yang kurang berjalan

dengan baik, ketimpangan, serta terjadinya Korupsi Kolusi dan Nepotisme

(KKN). Namun, ada hal yang patut disyukuri dari terjadinya krisis ekonomi

tersebut, yakni karena krisis ekonomi pada masa tersebutlah terbuka jalan

menuju reformasi di Indonesia.

Terwujudnya reformasi menjadi faktor terlaksananya otonomi daerah,

diharapkan mampu mengatasi berbagai masalah dalam pembangunan

ekonomi daerah, termasuk masalah ketimpangan. Dengan otonomi daerah,

setiap daerah di Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur urusannya

sendiri selama tidak menentang ketentuan dalam Undang-Undang.

Pelaksanaan otonomi daerah tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 (sebagai revisi UU Nomor 22 tahun 1999) tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 (sebagai

revisi UU Nomor 25 tahun 1999) tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

Daerah. Pemerintahan Indonesia yang sebelumnya menganut sistem

sentralisasi dengan kekuasaan berada di pusat, berubah menjadi sistem

5

desentralisasi dengan masing-masing daerah otonom memiliki kekuasaan dan

kewenangan.

Dengan ditetapkannya otonomi daerah diharapkan akan terjadi

optimalisasi pembangunan di daerah. Hal tersebut mengingat bahwa tidak

semua daerah mampu melaksanakan berbagai kebijakan pembangunan yang

ditetapkan oleh pemerintah pusat. Daerah yang memiliki kemampuan

melaksanakannya berpeluang memiliki pembangunan yang lebih maju,

dibandingkan daerah yang belum memiliki kemampuan melaksanakan

kebijakan nasional.

Karena otonomi daerah pula, diharapkan pembangunan ekonomi daerah

di Indonesia dapat terwujud. Sehingga setiap daerah harus mampu menggali

potensi perekonomiannya dan penggalian potensi ekonomi (sektor ekonomi

basis) tersebut diarahkan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi. Seperti

yang diungkapkan Selifia Fifi (2013:1) bahwa untuk mencapai keberhasilan

pembangunan ekonomi daerah, maka suatu daerah harus mengetahui sektor

apa saja yang menjadi sektor basis di daerah tersebut.

Sebab, sektor ekonomi basis merupakan sektor – sektor yang paling

mampu mempengaruhi keadaan perekonomian. Dimana berdasarkan teorinya,

sektor basis tersebut merupakan sektor penggerak utama (primer mover)

dalam perekonomian dan mampu mendorong sektor lainnya. Mengingat

seperti yang diungkapkan Glasson (1997), bahwa sektor ekonomi basis

mampu mendorong sektor lainnya yang bukan basis (non basis). Sehingga

diharapkan dengan penggalian sektor ekonomi basis, mampu meningkatkan

6

kemandirian daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah hingga mampu

mewujudkan pembangunan ekonomi daerah yang berorientasi pada

pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan pemerataan ketimpangan

pendapatan antar daerah. Seperti yang diungkapkan Mardiasmo (2009) dalam

Dhani Kurniawan (2012:13) bahwa pelaksanaan otonomi daerah yang tidak

terlepas dari desentralisasi, salah satu tujuannya adalah mengurangi

kesenjangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, maupun antar

daerah.

Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi di Indonesia, yang

letaknya di antara 2 provinsi besar di Pulau Jawa pun tidak terlepas dari

berbagai permasalahan dalam pembangunan ekonominya, termasuk

ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota yang terjadi. Jika dilihat secara

umum, Provinsi Jawa Tengah sudah mampu dalam meningkatkan perolehan

Produk Domestik Bruto (PDRB) per kapitanya. PDRB per kapita di Provinsi

Jawa Tengah selalu meningkat di setiap tahunnya dengan peningkatan yang

cukup baik. Peningkatan PDRB per kapita dari tahun ke tahun, dari sekitar

18,76 juta rupiah pada tahun 2011, menjadi 22,50 juta rupiah pada tahun

2015. Peningkatan PDRB per kapita dengan baik di Provinsi Jawa Tengah

tersebut dapat dilihat dengan jelas melalui grafik berikut ini.

7

Grafik 1.1.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015 (dalam Juta Rupiah)

Sumber: BPS, diolah kembali oleh penulis.

Dari grafik di atas terlihat. Namun, peningkatan PDRB per kapita

tersebut belum merata di seluruh kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah. Ada

kabupaten/kota yang mampu memperoleh PDRB per kapita sangat tinggi, dan

ada pula yang mampu memperoleh PDRB per kapita sangat rendah dan jauh

di bawah rata – rata.

Dimana salah satu faktanya, bahwa PDRB per kapita Kabupaten Kudus

di tahun 2015 mencapai lebih dari 7 kali lipat PDRB per kapita Kabupaten

Grobogan dan Kabupaten Pemalang, selain itu PDRB Kota Semarang

mencapai lebih dari 5 kali lipat PDRB per kapita Kabupaten Grobogan dan

Kabupaten Pemalang. Masih banyak kabupaten lainnya yang memiliki

perolehan PDRB per kapita di bawah rata-rata PDRB per kapita Provinsi

Jawa Tengah. Hal tersebut dapat dilihat dengan jelas melalui tabel berikut ini.

16

18

20

22

24

2011 2012 2013 2014 2015

PDRB PerKapita (dalamJuta Rupiah)

8

Tabel 1.1.

Rata – rata PDRB Per Kapita (dalam Juta Rupiah)

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015

Nomor Kabupaten/Kota

PDRB

per

Kapita

Nomor Kabupaten/Kota

PDRB

per

Kapita

1 Kab. Cilacap 20,88 19 Kab. Kudus 73,96

2 Kab. Banyumas 17,26 20 Kab. Jepara 13,51

3 Kab. Purbalingga 17,17 21 Kab. Demak 12,33

4 Kab.

Banjarnegara 12,41 22 Kab. Semarang 26,43

5 Kab. Kebumen 12,29 23 Kab. Temanggung 15,47

6 Kab. Purworejo 14,04 24 Kab. Kendal 24,09

7 Kab. Wonosobo 13,50 25 Kab. Batang 15,24

8 Kab. Magelang 13,90 26 Kab. Pekalongan 13,94

9 Kab. Boyolali 17,10 27 Kab. Pemalang 10,32

10 Kab. Klaten 17,64 28 Kab. Tegal 12,70

11 Kab. Sukoharjo 22,83 29 Kab. Brebes 13,52

12 Kab. Wonogiri 16,28 30 Kota Magelang 39,52

13 Kab. Karanganyar 22,86 31 Kota Surakarta 50,33

14 Kab. Sragen 21,86 32 Kota Salatiga 39,01

15 Kab. Grobogan 10,83 33 Kota Semarang 58,99

16 Kab. Blora 13,85 34 Kota Pekalongan 18,73

17 Kab. Rembang 16,07 35 Kota Tegal 33,19

18 Kab. Pati 18,27

Rata-rata PDRB

perkapita 16,61

Sumber: BPS yang diolah kembali oleh penulis.

Hal tersebut turut pula membuktikan bahwa masih terdapat perbedaan

PDRB per kapita yang tinggi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah

ini. Maka dari itu, dalam pelaksanaan otonomi daerah dengan jalan

pemberian kewenangan kepada daerah untuk mampu menciptakan

kemandirian perekonomiannya dan diberi kewenangan seluas – luasnya atas

kebijakan terkait potensi yang dimilikinya, hingga diarahkan untuk mampu

mewujudkan pembangunan ekonomi daerah. Maka, dibutuhkan penelitian

9

untuk mengetahui potensi apa saja yang dimiliki Provinsi Jawa Tengah dan

bagaimana perannya terhadap ketimpangan pendapatan antar Kabupaten/Kota

yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah.

B. Rumusan Masalah

Dalam segala usaha menuju pembangunan ekonomi daerah yang

berorientasi pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang serta pemerataan

ketimpangan pendapatan, setiap daerah memiliki wewenang yang sama dalam

mengatur urusan daerahnya, yakni dengan pelaksanaan otonomi daerah.

Dengan otonomi daerah, setiap daerah harus mampu menciptakan

kemandirian daerahnya, yang dapat dilakukan dengan penggalian potensi

ekonomi masing-masing daerah, termasuk Provinsi Jawa Tengah. Dimana

penggalian potensi ekonomi tersebut diarahkan untuk mampu mewujudkan

pembangunan ekonomi daerah. Seperti yang diungkapkan Selifia Fifi

(2013:1) bahwa untuk mencapai keberhasilan pembangunan ekonomi daerah,

maka suatu daerah harus mengetahui sektor apa saja yang menjadi sektor

basis di daerah tersebut.

Karena pada kenyataannya Provinsi Jawa Tengah memiliki laju

pertumbuhan ekonomi yang baik, tetapi belum tercipta pemerataan dari

pertumbuhan ekonomi antar kabupaten/kota tersebut. Atau masih terjadinya

ketimpangan pendapatan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

tersebut, dibutuhkan jalan keluarnya agar terwujud pembangunan yang nyata.

Hingga menjadi penting bagi pemerintah Provinsi Jawa Tengah, untuk

10

mengetahui potensi ekonominya yang mampu menjadi sektor ekonomi basis,

yang dapat diketahui dengan analisis Location Quotient (LQ).

Dimana sektor – sektor yang mampu menjadi sektor ekonomi basis

tersebut, penggaliannya pada era otonomi daerah diarahkan untuk mampu

mewujudkan pembangunan ekonomi daerah, yang berorientasi pertumbuhan

ekonomi jangka panjang yang disertai pemerataan ketimpangan pendapatan

antar kabupaten/kota. Sebab, sektor basis tersebut berdasarkan teorinya

merupakan sektor yang paling mampu menggerakkan perekonomian (primer

mover) di suatu daerah serta mampu mendorong kegiatan ekonomi sektor

lainnya yang bukan sektor basis, hingga tentunya menjadikannya sektor yang

paling mampu mempengaruhi keadaan perekonomian.

Maka, dibutuhkan penelitian untuk mengetahui sektor apa saja yang

merupakan sektor basis di Provinsi Jawa Tengah. Kemudian diperlukan pula

penelitian yang melakukan identifikasi terkait peran dari masing – masing

sektor ekonomi basis tersebut terhadap ketimpangan pendapatan antar daerah

di Provinsi Jawa Tengah. Karena dengan mengetahui potensi ekonomi (sektor

ekonomi basis) yang dimiliki, dan mengetahui peran dari masing – masing

sektor ekonomi basis tersebut terhadap ketimpangan, pembangunan ekonomi

tentu dapat berjalan lebih baik kedepannya dengan jalan menentukan prioritas

kebijakan yang tepat dan terarah serta mengembangkan potensi ekonomi yang

dimiliki sesuai dengan peran yang dimilikinya terhadap ketimpangan

pendapatan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, dan diharapkan

11

mampu menciptakan pengurangan ketimpangan pendapatan antar

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah ke depannya.

Atas dasar gap tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan yang

dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

1. Sektor ekonomi mana saja yang merupakan sektor ekonomi basis di

Provinsi Jawa Tengah?

2. Bagaimana tipologi klassen daerah di Provinsi Jawa Tengah?

3. Seberapa besar tingkat ketimpangan pendapatan antar Kabupaten/Kota di

Provinsi Jawa Tengah dan bagaimana arah hubungannya dengan

pertumbuhan ekonomi?

4. Bagaimana peran masing-masing sektor ekonomi basis terhadap

ketimpangan pendapatan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, diantaranya:

1. Diketahui sektor yang menjadi sektor ekonomi basis di Provinsi Jawa

Tengah.

2. Didapatkan tipologi masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jawa

Tengah.

3. Digambarkan seberapa besar tingkat ketimpangan pendapatan antar

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dan hubungan antara

pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan tersebut.

4. Diidentifikasi peran dari masing-masing sektor ekonomi basis terhadap

ketimpangan pendapatan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.

12

D. Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, diantaranya:

1. Bagi Pemerintah, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

mengambil kebijakan yang berhubungan dengan pembangunan ekonomi

daerah.

2. Bagi pembaca maupun mahasiswa, semoga penelitian ini dapat menambah

wawasan mengenai pembangunan ekonomi daerah, terutama yang terkait

dengan potensi ekonomi daerah dan pemerataan ketimpangan pendapatan

antar kabupaten/kota.

13

BAB II

KERANGKA TEORITIS DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah suatu rangkaian proses kegiatan yang

dilakukan oleh suatu negara untuk mengembangkan kegiatan atau aktifitas

ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup atau kemakmuran (income per-

kapita) dalam jangka panjang (Subandi, 2011:9) dalam Widi Asih

(2015:16). Todaro (2006:19), mengungkapkan bahwa pembangunan harus

dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai

perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi

pertumbuhan ekonomi, penanganan keimpangan pendapatan, serta

pengentasan kemiskinan.

Todaro (2006:22) menjelaskan tiga tujuan inti pembangunan yaitu:

a. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang

kebutuhan yang pokok, seperti pangan sandang, papan, kesehatan, dan

perlindungan keamanan.

b. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan

pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan

kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas

nilai-nilai kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak hanya

14

untuk memperbaiki kesejahteraan materiil, melainkan juga

menumbuhkan harga diri pada pribadi dan bangsa yang bersangkutan.

c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta

bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka dari

belitan sikap menghamba dan ketergantungan, bukan hanya terhadap

orang atau bangsa-bangsa lain, namun juga terhadap setiap kekuatan

yang berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.

Pertumbuhan ekonomi seringkali diidentikan dengan pembangunan

ekonomi suatu wilayah. Namun menurut Sadono Sukirno (2006:33) dalam

Denny Iswanto (2014:17), pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses

kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang.

Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator

keberhasilan pembangunan.

Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya

makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator

yang lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi

ialah usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah

kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman

modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan

ketrampilan, penambahan kemampuan dalam berorganisasi dan

manajemen, Denny Iswanto (2014:17).

15

Jadi, pada intinya, pembangunan ekonomi merupakan proses yang

menunjukan segala upaya untuk mencapai tujuan bangsa maupun negara

demi terwujud kesejahteraan rakyatnya yang salah satu tujuan atau

indikatornya adalah meningkatnya pendapatan perkapita penduduk dalam

jangka panjang.

2. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

Dalam teori basis ekonomi (economic base theory) kegiatan

ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan nonbasis,

Tarigan (2005:28).

a. Sektor Basis

Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung

perekonomian daerah karena mempunyai Keuntungan Kompetitif

(Competitive Advantage) yang cukup tinggi, (Sjafrijal, 2008:89).

Kemudian kegiatan basis merupakan kegiatan yang bersifat exogenous

artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan

sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya pekerjaan lainnya, (Tarigan,

2005:55).

Emilia (2006) dalam Norma Rita S (2013:18) mengemukakan

bahwa aktifitas basis memiliki peranan penggerak utama (primer

mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu

wilayah semakin maju pertumbuhan wilayah. Perubahan yang terjadi

pada sektor basis menimbulkan efek ganda dalam perekonomian

regional.

16

Glasson (1997) dalam Linda Kristiyanti (2007:19-20)

mengungkapkan, meningkatnya arus jumlah aktivitas ekonomi basis di

suatu wilayah akan membentuk arus pendapatan ke wilayah tersebut.

Dengan meningkatnya arus pendapatan tersebut mereka akan

meningkatkan permintaan terhadap barang-barang dan pelayanan yang

dihasilkan oleh sektor bukan basis. Sebaliknya, jika menurunnya

aktivitas sektor basis di suatu wilayah maka akan menurunkan tingkat

pendapatan dan permintaan terhadap sektor bukan basis. Karena itu

sektor basis dapat dijadikan sebagai penggerak utama perubahan

peningkatan di sektor non basis dan memiliki nilai multiplier atau

pengganda basis terhadap pendapatan suatu wilayah.

Inti dari Model Ekonomi Basis (Economic Base Model) adalah

arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah

tersebut. Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah teknik yang

digunakan adalah Kuosien lokasi (Location Quotient = LQ). LQ

digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor

basis atau unggulan (leading sector).

b. Sektor non basis

Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang

kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang Sektor Basis atau

Service Industries, dalam (Sjafrijal, 2008:89).

Sektor non basis adalah sektor yang menyediakan barang dan jasa

untuk masyarakat di dalam batas wilayah perekonomian bersangkutan.

17

Luas lingkup produksi dan pemasaran bersifat lokal. Inti dari teori ini

adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh

ekspor wilayah tersebut, (Aditya Nugraha, 2013:13).

Bagian yang cukup sulit dalam menggunakan analisis basis ekonomi

adalah memilah antara kegiatan basis dan kegiatan nonbasis. Secara

logika penggunaan variabel pendapatan lebih mengena kepada sasaran.

Peningkatan pendapatan di sektor basis akan mendorong kenaikan

pendapatan di sektor nonbasis dalam bentuk yang lebih ketat dibandingkan

dengan menggunakan variabel lapangan kerja. Beberapa metode untuk

memilah antara kebiatan basis dan kegiatan nonbasis dikemukakan berikut

ini: (Tarigan, 2005:32-35)

a. Metode Langsung

Metode langsung dapat dilakukan dengan survei langsung kepada

pelaku usaha ke mana mereka memasarkan barang yang diproduksi dan

dari mana mereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk

menghasilkan produk tersebut. Dari jawaban yang mereka berikan,

dapat ditentukan berapa persen produk yang dijual ke luar wilayah dan

berapa persen yang dipasarkan di dalam wilayah. Untuk kepentingan

analisis, perlu diketahui jumlah orang yang bekerja dan berapa nilai

tambah yang dihasilkan dari kegiatan usaha tersebut. Namun,

menggunakan variabel nilai tambah/pendapatan sangat sulit karena di

dalamnya terdapat unsur laba yang biasanya sensitif untuk ditanyakan.

18

b. Metode Tidak Langsung

Salah satu metode tidak langsung adalah dengan menggunakan

asumsi atau biasa disebut metode asumsi. Ada kegiatan yang secara

tradisional dikategorikan sebagai kegiatan basis, misalnya:

1) Asrama militer karena gaji penghuninya dan biaya

operasional/perawatan lokasi berasal dari uang pemerintah pusat;

2) Kegiatan pertambangan karena umumnya hasilnya dibawa ke luar

wilayah;

3) Kegiatan pariwisata karena mendatangkan uang dari luar wilayah.

Dalam metode asumsi, kegiatan lain yang bukan dikategorikan

basis adalah otomatis menjadi kegiatan nonbasis.

c. Metode Campuran

Dalam metode campuran diadakan survei pendahuluan, yaitu

pengumpulan data sekunder, biasanya dari instansi pemerintah atau

lembaga pengumpul data seperti BPS. Dari data sekunder berdasarkan

analisis ditentukan kegiatan mana yang dianggap basis dan yang

nonbasis. Asumsinya apabila 70% atau lebih produknya diperkirakan

dijual ke luar wilayah maka kegiatan itu langsung dianggap basis.

Sebaliknya, apabila 70% atau lebih produknya dipasarkan di tingkat

lokal maka langsung dianggap non basis.

d. Metode Location Quotient

Metode LQ membandingkan porsi lapangan kerja/nilai tambah

untuk sektor tertentu di wilayah kita dibandingkan dengan porsi

19

lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang sama secara nasional.

LQ > 1 memberi indikasi bahwa sektor tersebut adalah basis, LQ < 1

berarti sektor itu adalah nonbasis.

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

a. Konsep Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah

nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan suatu daerah pada

periode tertentu, Sjafrizal (2014:182). Perhitungan nilai Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat dihitung melalui tiga

pendekatan, yaitu: (Sjafrizal, 2014:183 – 184)

1) Pendekatan Produksi (Production Approach)

Pada pendekatan ini digunakan penjumlahan dari nilai

produksi barang dan jasa yang diproduksi oleh daerah bersangkutan

pada periode atau tahun tertentu, yaitu:

PDRB = ∑ piqi i = 1, 2.......n

Dimana:

pi = harga komoditi i

qi = jumlah produksi komoditi bersangkutan

2) Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada pendekatan ini

merupakan penjumlahan dari nilai pengeluaran yang dilakukan pada

daerah bersangkutan. Dengan formula sebagai berikut:

PDRB = ∑ Ci + Ii + Gi + Mi i = 1, 2.......n

20

Dimana:

C = Konsumsi

I = Investasi

G = Pengeluaran pemerintah

M = Impor

3) Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

Pada pendekatan ini Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

merupakan penjumlahan dari unsur – unsur pendapatan yang

diterima oleh masyarakat. Dengan demikian, PDRB dapat dihitung

dengan formula berikut:

PDRB = ∑ si + wi + ri + πi i = 1, 2.......n

Dimana:

s = sewa

w = gaji dan upah

r = tingkat pengembalian modal atau tingkat bunga

π = keuntungan

b. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau

Pertumbuhan Ekonomi merupakan kenaikan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) PDRB di suatu wilayah dari tahun ke tahun.

Pertumbuhan ekonomi seringkali diidentikan dengan pembangunan

ekonomi suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dilihat

21

atau dihitung dengan membandingkan besarnya Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) tahun ini dengan tahun lalu.

c. Teori Pertumbuhan Kuznets

Profesor Kuznets telah mengemukakan bahwa pada tahap-tahap

pertumbuhan awal, distribusi pendapatan atau kesejahteraan cenderung

memburuk namun pada tahap-tahap berikutnya hal itu akan membaik,

Todaro (1998:189).

Ketimpangan tersebut terjadi akibat dari kurang lancarnya

mobilitas faktor produksi baik modal dan tenaga kerja pada awal

pembangunan. Faktor pada awal pembangunan akan terkonsentrasi

pada daerah yang maju sehingga ketimpangan cenderung melebar.

Namun jika pembangunan terus berlanjut seperti perbaikan sarana

prasarana di daerah kurang maju maka ketimpangan regional akan

berkurang, Syafrizal (2008:97).

4. Tipologi Klassen Daerah

Karakteristik pola pertumbuhan ekonomi yang berbeda – beda antar

daerah dapat diketahui dengan Tipologi Klassen Daerah. Seperti yang

diungkapkan Leo Klassen (1965) analisis ini digunakan untuk mengetahui

gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing

daerah. Tipologi klassen daerah ini membagi daerah berdasarkan dua

indikator utama, yaitu PDRB per kapita daerah dan laju pertumbuhan

ekonomi daerah.

22

Menurut Tipologi Klassen, daerah dibagi menjadi 4 klasifikasi:

(Sjafrizal, 2014:197)

a. Daerah Maju (Developed Region) pada kuadran I di mana laju

pertumbuhan dan pendapatan perkapita yang lebih tinggi dari rata –

rata.

b. Daerah Maju Tapi Tertekan pada kuadran II di mana tingkat

penadapatan per kapita lebih tinggi dari rata – rata, tetapi laju

pertumbuhannya lebih rendah dari rata – rata.

c. Daerah Berkembang pada kuadran III di mana tingkat pendapatan per

kapita masih berada di bawah rata – rata, tetapi laju pertumbuhan

daerah ini telah berada di atas rata – rata.

d. Daerah Tertinggal pada kuadran IV di mana baik laju pertumbuhan

maupun pendapatan per kapita daerah ini berada di bawah nilai rata –

rata.

Untuk lebih jelasnya mengenai klasifikasi dari tipologi daerah, dapat

dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 2.1.

Pengelompokkan Ekonomi Daerah Berdasarkan Tipologi Klassen

Laju Pertumbuhan

Pendapatan Per Kapita

Laju Pertumbuhan

di Atas Rata - rata

Laju Pertumbuhan

di Bawah Rata - rata

Pendapatan Per Kapita

di Atas Rata - rata Daerah Maju

Daerah Maju Tapi

Tertekan

Pendapatan Per Kapita

di Bawah Rata - rata

Daerah

Berkembang Daerah Tertinggal

23

5. Ketimpangan Antar Wilayah

a. Konsep Ketimpangan Antar Wilayah

Sjafrizal (2005:104) mengungkapkan bahwa ketimpangan

pembangunan antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi

dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini pada dasarnya

disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumberdaya alam dan

perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing

wilayah. Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah biasanya

terdapat wilayah maju (Developed Region) dan wilayah terbelakang

(Underdeveloped Region). Terjadinya ketimpangan antar wilayah ini

membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar

wilayah. Karena itu, aspek ketimpangan pembangunan antar wilayah ini

juga mempunyai implikasi pula terhadap kebijakan pembangunan

wilayah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

b. Perhitungan Ketimpangan Indeks Williamson

Sjafrizal (2014:193) menguraikan bahwa ukuran ketimpangan

ekonomi antar wilayah yang mula-mula ditemukan adalah Williamson

Index yang digunakan dalam studinya pada pertengahan tahun

enampuluhan. Secara ilmu statistik, indeks ini sebenarnya adalah

coefficient of variation yang lazim digunakan untuk mengukur suatu

perbedaan.

Arief dan Yundy (2010:204) turut menguraikan bahwa formula

pada Indeks Williamson pada dasarnya dengan coefficient of variation

24

(CV) biasa dimana standar deviasi dibagi dengan rataan. Williamson

(1965) dalam Tadjoeddin et al., (2001) memperkenalkan CV ini dengan

menimbangnya dengan proporsi penduduk, yang disebut dengan CVw.

Berbeda dengan Gini Rasio yang lazim digunakan dalam

mengukur distribusi pendapatan, Williamson Index menggunakan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita sebagai data

dasar. Alasannya jelas karena yang diperbandingkan adalah tingkat

pembangunan antar wilayah dan bukan tingkat kemakmuran antar

kelompok. Indeks ini dapat dihitung dengan rumus:

dimana:

CVW = Indeks ketimpangan pendapatan wilayah

ƒi = Jumlah penduduk di kabupaten/kota i

n = Jumlah penduduk provinsi

Yi = Pendapatan per kapita di kabupaten/kota i

Y = Rata-rata pendapatan per kapita untuk seluruh provinsi

Batasan tingkat ketimpangan antar wilayah dengan menggunakan

ukuran ini, yaitu:

1) Bila IW < 0,3 artinya ketimpangan wilayah rendah

2) Bila IW 0,3 – 0,5 artinya ketimpangan wilayah sedang

3) Bila IW > 0,5 artinya ketimpangan wilayah tinggi.

25

B. Penelitian Terdahulu

1. (Linda Kristiyanti, 2007) Analisis Sektor Basis Perekonomian dan

Peranannya dalam Mengurangi Ketimpangan Pendapatan Antar

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini difokuskan pada

sektor basis di Provinsi Jawa Timur menggunakan dua metode yaitu

Location Quotient untuk mengetahui sektor basis ekonomi di Provinsi

Jawa Timur dan Indeks Williamson untuk menghitung tingkat

ketimpangan pendapatan daerah, dan peranan sektor basis dalam

mengurangi tingkat ketimpangan pendapatan antar daerah tingkat II di

Provinsi Jawa Timur.

2. (Agus Naufal, 2010) Peranan Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan

Ekonomi dan Mengurangi Ketimpangan Pendapatan di Pemerintah Aceh.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar kontribusi sektor

pertanian terhadap PDRB, penyerapan tenaga kerja, dan laju pertumbuhan

ekonomi, serta besarnya ketimpangan pendapatan di Pemerintah Aceh.

Selain itu akan diidentifikasi peranan sektor pertanian terhadap

pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan di daerah Pemerintah

Aceh pada kurun waktu tahun 2000-2007. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sektor pertanian menyumbang rata-rata 20,97 persen per tahun

terhadap PDRB. Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian rata-rata hanya

sebesar 1,52 persen per tahun, akan tetapi mampu menyerap tenaga kerja

56,31 persen pada tahun 2006 dan 49,62 persen pada tahun 2007.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa telah tejadi trend ketimpangan

26

pendapatan daerah di Pemerintah Aceh yang semakin menurun selama

periode analisis 2000-2007. Indeks Ketimpangan dengan

mengikutsertakan PDRB sektor pertanian dalam perhitungan nilainya lebih

kecil dibandingkan dengan Indeks Ketimpangan tanpa mengikutsertakan

PDRB sektor pertanian. Tahun 2000-2007 Indeks Ketimpangan tanpa

PDRB sektor pertanian berkisar antara 0,693471602 - 0,533987351. Pada

saat perhitungan dilakukan dengan memasukkan PDRB sektor pertanian,

Indeks Ketimpangan turun menjadi sekitar 0,425624060 - 0,204331984.

3. (Syari Syafrina, 2015) Peranan Sektor Pertanian Dalam Mengurangi

Ketimpangan Pendapatan Antar Daerah di Provinsi Sumatra Utara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya ketimpangan

pendapatan antar daerah, kontribusi sektor pertanian terhadap

perekonomian Sumatera Utara, keterkaitan sektor pertanian terhadap

sektor-sektor lain di Sumatera Utara, peranan sektor pertanian dalam

mengurangi ketimpangan pendapatan antar daerah Sumatera Utara tahun

2008-2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketimpangan yang terjadi

antar daerah di Provinsi Sumatera Utara berada pada level sedang dengan

rata-rata Indeks Ketimpangan Williamson 0,474. Sektor pertanian

Sumatera Utara berperan dalam mengurangi tingkat ketimpangan antar

daerah di Sumatera Utara sebesar 32,23 persen per tahun. Sejak tahun

2008-2013 sektor pertanian menjadi sektor dengan kenaikan PDRB paling

besar sebesar 7,07 triliyun rupiah, mengalami pertumbuhan paling cepat

diantara sembilan sektor lain, memiliki daya saing paling baik, dan

27

merupakan sektor dengan laju pertumbuhan PDRB paling besar. Sektor

Pertanian memiliki keterkaitan ke belakang yang rendah. Dari enam belas

subsektor pertanian hanya sub sektor unggas dan peternakan lainnya yang

memiliki daya penyebaran yang tinggi. Empat sub sektor yang memiliki

derajat kepekaan yang tinggi adalah kehutanan, padi, karet dan kelapa

sawit. Sektor Pertanian dapat mengurangi tingkat ketimpangan karena

merupakan penyerap tenaga kerja paling besar dan nilai tambah terbesar

yaitu 42,5 dan 70,05 persen setiap tahun, serta merupakan sektor

pengekspor terbesar kedua.

4. (Denny Iswanto, 2015) Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota

dan Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Timur. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis besarnya disparitas antar daerah dan

pertumbuhan ekonomi, sektor-sektor yang berpotensi dikembangkan guna

mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, mengklasifikasi

daerah di Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur berdasarkan laju

pertumbuhan dan pendapatan perkapitanya. Hasil penelitian ini yakni,

masih banyak daerah di Propinsi Jawa Timur yang tergolong dalam daerah

relatif tertinggal, tercatat sebanyak 23 Kabupaten/Kota termasuk daerah

relatif tertinggal. Disparitas pendapatan antar daerah di Propinsi Jawa

Timur tergolong tinggi (>0,5) dengan nilai 0,4295 dan mengalami

kenaikan. Sementara hipotesis “U” terbalik Kuznets yang menggambarkan

hubungan antara pertumbuhan dengan ketimpangan tidak berlaku di

28

Propinsi Jawa Timur (sig-2 tailed correlation 0,160 terhadap indeks

Williamson dan 0,257 indeks Entropi Theil).

5. (Norma Rita, 2013) Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan

Pendapatan Antar Provinsi di Indonesia Tahun 2004-2010. Penelitian ini

ditujukan untuk mengetahui seberapa besar ketimpangan antar Provinsi di

Indonesia, dan untuk menentukan sektor-sektor unggulan di 33 provinsi di

Indonesia agar pertumbuhan ekonomi dapat tercapai secara optimal.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis pertumbuhan ekonomi,

location quotient (LQ), Shift-share, tipologi klassen, indeks Williamson

dan hipotesis U terbalik. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa: sektor

jasa dan sektor pertanian termasuk sektor yang berpotensi untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi tiap Provinsi di Indonesia. Masih ada

Provinsi di Indonesia yang tergolong dalam Provinsi relatif tertinggal,

tercatat sebanyak 14 Provinsi termasuk daerah relatif tertinggal. Disparitas

pendapatan antar Provinsi di Indonesia tahun 2004-2010 tegolong tinggi (>

0,5) dan mengalami kecenderungan menurun. Sementara hipotesis “U”

terbalik Kuznets yang menggambarkan hubungan antara pertumbuhan

dengan ketimpangan berlaku di Propinsi Indonesia.

6. (Puput Desi dan Made Kembar, 2013). Pertumbuhan Ekonomi dan

Ketimpangan Antar Kecamatan di Kabupaten Buleleng. Tujuan dari

penelitian ini yakni untuk mengetahui pola pertumbuhan ekonomi

perkecamatan di Kabupaten Buleleng, mengetahui ketimpangan antar

kecamatan di Kabupaten Buleleng, menguji hipotesis Kuznets di

29

Kabupaten Buleleng. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis Tipologi Klassen, analisis Indeks Williamson, dan dengan

korelasi pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah yang

tumbuh cepat tetapi tidak maju terdiri lima kecamatan yakni, Kecamatan

Gerokgak, Kecamatan Seririt, Kecamatan Sukasada, Kecamatan Buleleng,

dan kecamatan Kubutambahan. Daerah yang kedua yakni daerah yang

relative tertinggal adalah Kecamatan Bususngbiu, Kecamatan Banjar,

Kecamatan Sawan, dan Kecamatan Tejakula. Tingkat ketimpangan antar

kecamatan dengan Indeks Williamson angkanya cukup kecil. Lalu, melalui

korelasi pearson untuk mengetahui hubungan antara Pendapatan Per kapita

dengan Indeks Williamson, hasilnya sebesar -0,743 dengan nilai

signifikansi 0,150 yang berarti adalah secara statistik adanya korelasi

pearson dan hubungannya adalah negatif.

7. (Kukuh Danuargo dkk, 2015). Analisis Disparitas Pendapatan Kabupaten

dan Kota di Provinsi Jawa Timur (An Analysis the Income Disparity of

Regency and Town in East Java Province). Tujuan penelitian ini adalah

untuk melihat pola pertumbuhan, seberapa besar tingkat disparitas yang

terjadi, serta sektor unggulan pada daerah maju di Provinsi Jawa Tengah.

Alat analisis dalam penelitian ini adalah analisis tipologi klassen, Indeks

Williamson dan Indeks Enthropy Theil, analisis LQ, dan Analisis Shift

Share. Hasil penelitian ini adalah rata-rata kabupaten dan kota yang ada di

Provinsi Jawa Timur berada pada kuadran IV. Terdapat 23 kabupaten dan

kota yang masuk dalam kategori kuadran ini, daerah merupakan daerah

30

yang relatif tertinggal. Jika dilihat dari sisi tahunan, perekonomian

membaik, meski masih terjadi disparitas. Sektor unggulan pada masing-

masing kota di kuadran I, rata-rata yang menjadi kawasan andalan Provinsi

Jawa Timur sektor tersebut hanya memiliki keunggulan kompetitif (C’ij)

namun tidak memiliki spesialisasi (Aij), berarti juga sebaliknya.

31

Tabel 2.2.

Penelitian Sebelumnya

Nama

dan

Tahun

Judul Tujuan dan

Alat Analisis

Hasil Penelitian

Linda

Kristi-

yanti

(2007)

Analisis Sektor

Basis Per-

ekonomian dan

Peranannya

dalam

Mengurangi

Ketimpangan

Pendapatan

Antar

Kabupaten/

Kota di

Provinsi Jawa

Timur

Tujuan: untuk

mengetahui sektor

basis dan tingkat

ketimpangan di

Provinsi Jawa Timur,

serta peranan sektor

basis terhadap

ketimpangannya.

Alat analisis:

menggunakan dua

metode yaitu

Location Quotient

untuk mengetahui

sektor basis ekonomi

di Provinsi Jawa

Timur dan Indeks

Williamson untuk

menghitung tingkat

ketimpangan

pendapatan daerah,

dan peranan sektor

basis dalam

mengurangi tingkat

ketimpangan

pendapatan antar

daerah tingkat II di

Sektor yang menjadi

basis perekonomian

Provinsi Jawa Timur

pada tahun

2001-2003 yaitu sektor

pertanian, sektor

industri dan

pengolahan, sektor

listrik,

gas dan air bersih,

sektor perdagangan,

hotel dan restoran, dan

sektor

pengangkutan dan

komunikasi.

Ketimpangan

pendapatan di Propinsi

Jawa Timur termasuk

dalam kategori

ketimpangan sangat

tinggi karena nilai

indeks ketimpangan

lebih besar dari 1

(satu), besar nilai

ketimpangan. Sektor

basis yang memiliki

32

Provinsi Jawa Timur. peranan besar dalam

mengurangi tingkat

pendapatan terbesar di

Jawa Timur adalah

sektor pertanian

rata-rata sebesar 19

persen. Sektor basis

lainnya seperti sektor

listrik, gas dan air

bersih dan sektor

pengangkutan dan

komunikasi hanya

berperan kecil dalam

mengurangi tingkat

ketimpangan rata-rata

di bawah 3 persen.

Namun sektor

industri dan

pengolahan, dan sektor

perdagangan justru

memberikan dampak

yang

negatif terhadap

ketimpangan dan

menyebabkan kenaikan

tingkat ketimpangan

rata-rata selama perode

pengamatan sebesar 45

persen.

Agus

Naufal

Peranan Sektor

Pertanian

Tujuan: melihat

seberapa besar

Sektor pertanian

menyumbang rata-rata

33

(2010) dalam

Pertumbuhan

Ekonomi dan

Mengurangi

Ketimpangan

Pendapatan di

Pemerintah

Aceh

kontribusi sektor

pertanian terhadap

PDRB, penyerapan

tenaga kerja, dan laju

pertumbuhan

ekonomi, serta

besarnya ketimpangan

pendapatan di

Pemerintah Aceh.

Selain itu akan

diidentifikasi peranan

sektor pertanian

terhadap pertumbuhan

ekonomi dan

pemerataan

pendapatan di daerah

Pemerintah Aceh pada

kurun waktu tahun

2000-2007.

Alat Analisis: analisis

sumbangan sektor

pertanian terhadap

PDRB, penyerapan

tenaga kerja, dan laju

pertumbuhan ekonomi

di Pemerintah Aceh;

analisis Indeks

Williamson; dan

analisis peranan sektor

pertanian dalam

mengurangi

20,97 persen per tahun

terhadap PDRB.

Pertumbuhan ekonomi

sektor pertanian rata-

rata hanya sebesar 1,52

persen per tahun, akan

tetapi mampu menyerap

tenaga kerja 56,31

persen pada tahun 2006

dan 49,62 persen pada

tahun 2007. Trend

ketimpangan

pendapatan daerah di

Pemerintah Aceh yang

semakin berkurang.

Indeks Ketimpangan

dengan

mengikutsertakan

PDRB sektor pertanian

dalam perhitungan

nilainya lebih kecil

dibandingkan dengan

Indeks Ketimpangan

tanpa mengikutsertakan

PDRB sektor pertanian.

Tahun 2000-2007

Indeks Ketimpangan

tanpa PDRB sektor

pertanian berkisar

antara 0,69 - 0,53. Pada

saat perhitungan

34

ketimpangan

pendapatan dan

pertumbuhan ekonomi

Pemerintah Aceh.

dilakukan dengan

memasukkan PDRB

sektor pertanian, Indeks

Ketimpangan turun

menjadi sekitar 0,43 -

0,20.

Syari

Syafrina

(2015)

Peranan Sektor

Pertanian

Dalam

Mengurangi

Ketimpangan

Pendapatan

Antar Daerah

di Provinsi

Sumatra Utara

Tujuan penelitian:

untuk mengetahui

besarnya ketimpangan

pendapatan antar

daerah, kontribusi

sektor pertanian

terhadap

perekonomian,

keterkaitan sektor

pertanian terhadap

sektor-sektor lain,

peranan sektor

pertanian dalam

mengurangi

ketimpangan

pendapatan antar

daerah Sumatera

Utara tahun 2008-

2013.

Alat Analisis: metode

deskriptif berdasarkan

coefficient of variation

oleh Williamson

(CVw), analisis Shift-

Share, analisis

Ketimpangan yang

terjadi antar daerah di

Provinsi Sumatera

Utara berada pada level

sedang dengan rata-rata

Indeks Ketimpangan

Williamson 0,474.

Sektor pertanian

Sumatera Utara

berperan dalam

mengurangi tingkat

ketimpangan antar

daerah di Sumatera

Utara sebesar 32,23

persen per tahun. Sejak

tahun 2008-2013 sektor

pertanian menjadi

sektor dengan kenaikan

PDRB paling besar

sebesar 7,07 triliyun

rupiah, mengalami

pertumbuhan paling

cepat diantara sembilan

sektor lain, memiliki

daya saing paling baik,

35

keterkaitan, serapan

tenaga kerja di Sektor

Pertanian, nilai

tambah produk

pertanian dan nilai

ekspor komoditi

pertanian.

dan merupakan sektor

dengan laju

pertumbuhan PDRB

paling besar. Sektor

Pertanian memiliki

keterkaitan ke belakang

yang rendah. Hanya sub

sektor unggas dan

peternakan lainnya

yang memiliki daya

penyebaran yang tinggi.

Empat sub sektor yang

memiliki derajat

kepekaan yang tinggi

adalah kehutanan, padi,

karet dan kelapa sawit.

Sektor Pertanian dapat

mengurangi tingkat

ketimpangan karena

merupakan penyerap

tenaga kerja paling

besar dan nilai tambah

terbesar yaitu 42,5 dan

70,05 persen setiap

tahun, serta merupakan

sektor pengekspor

terbesar kedua.

Denny

Iswanto

(2015)

Ketimpangan

Pendapatan

Antar

Kabupaten/

Tujuan: mengetahui

disparitas antar daerah

dan pertumbuhan

ekonomi, sektor-

Masih banyak daerah di

Propinsi Jawa Timur

yang tergolong dalam

daerah relatif tertinggal,

36

Kota dan

Pertumbuhan

Ekonomi di

Propinsi Jawa

Timur.

sektor yang

berpotensi, klasifikasi

laju pertumbuhan

daerah.

Alat Analisis:

Location Quotient

(LQ), Shift-share,

Tipologi Sektoral,

Tipologi Klassen,

Indeks Williamson,

Indeks Theil, Korelasi

Pearson

tercatat sebanyak 23

Kabupaten/Kota

termasuk daerah relatif

tertinggal. Disparitas

pendapatan antar daerah

di Propinsi Jawa Timur

tergolong tinggi (>0,5)

dengan nilai 0,43 dan

mengalami kenaikan.

Sementara hipotesis

Kuznets yang

menggambarkan

hubungan antara

pertumbuhan dengan

ketimpangan tidak

berlaku di Propinsi

Jawa Timur (sig-2

tailed correlation 0,160

terhadap indeks

Williamson dan 0,257

indeks Entropi Theil).

Norma

Rita

(2013)

Analisis

Pertumbuhan

Ekonomi dan

Ketimpangan

Pendapatan

Antar Provinsi

di Indonesia

Tahun 2004-

2010

Tujuan: untuk

mengetahui

ketimpangan antar

Provinsi di Indonesia,

sektor-sektor

unggulan di 33

provinsi di Indonesia.

Alat analisis: analisis

pertumbuhan

ekonomi, location

Sektor jasa dan sektor

pertanian termasuk

sektor yang berpotensi

untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi

tiap Provinsi di

Indonesia. Masih ada

Provinsi di Indonesia

yang tergolong dalam

Provinsi relatif

37

quotient (LQ), Shift-

share, tipologi

klassen, indeks

Williamson dan

hipotesis kuznets.

tertinggal, tercatat

sebanyak 14 Provinsi

termasuk daerah relatif

tertinggal. Disparitas

pendapatan antar

Provinsi di Indonesia

tahun 2004-2010

tegolong tinggi (> 0,5)

dan mengalami

kecenderungan

menurun. Sementara

hipotesis “U” terbalik

Kuznets yang

menggambarkan

hubungan antara

pertumbuhan dengan

ketimpangan berlaku di

Propinsi Indonesia.

Puput

Desi dan

Made

Kembar

(2013)

Pertumbuhan

Ekonomi dan

Ketimpangan

Antar

Kecamatan di

Kabupaten

Buleleng

Tujuan: untuk

mengetahui pola

pertumbuhan, tingkat

ketimpangan, dan

hipotesis kuznets di

Kabupaten Buleleng.

Alat analisis: Tipologi

Klassen, Indeks

Williamson, Korelasi

Pearson.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

hasil dari tipologi

klassen, hanya

terbagi menjadi dua

kuadran. Tingkat

ketimpangan antar

kecamatan dengan

Indeks Williamson

angkanya cukup kecil.

Lalu, melalui korelasi

pearson untuk

mengetahui hubungan

38

antara Pendapatan Per

kapita dengan Indeks

Williamson, hasilnya

sebesar -0,743 dengan

nilai signifikansi 0,150

yang berarti adalah

secara statistik adanya

korelasi pearson dan

hubungannya adalah

negatif.

Kukuh

Danuar-

go dkk

(2015)

Analisis

Disparitas

Pendapatan

Kabupaten dan

Kota di

Provinsi Jawa

Timur (An

Analysis the

Income

Disparity of

Regency and

Town in East

Java Province)

Tujuan: untuk

mengetahui pola

pertumbuhan, tingkat

disparitas, serta sektor

unggulan pada daerah

maju di Provinsi Jawa

Tengah.

Alat analisis: analisis

tipologi klassen,

Indeks Williamson

dan Indeks Enthropy

Theil, analisis LQ, dan

Analisis Shift Share.

Hasil penelitian ini

adalah rata-rata

kabupaten dan kota

yang ada di Provinsi

Jawa Timur berada

pada kuadran IV.

Terdapat 23 kabupaten

dan kota yang masuk

dalam kategori kuadran

ini, daerah merupakan

daerah yang relatif

tertinggal. Jika dilihat

dari sisi tahunan,

perekonomian

membaik, meski masih

terjadi disparitas.

Sektor unggulan pada

masing-masing kota di

kuadran I, rata-rata

yang menjadi kawasan

andalan Provinsi Jawa

39

Timur sektor tersebut

hanya memiliki

keunggulan kompetitif

(C’ij) namun tidak

memiliki spesialisasi

(Aij), berarti juga

sebaliknya.

40

C. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1.

Kerangka Berpikir

Pelaksanaan Otonomi Daerah

Pembangunan Ekonomi Daerah

Penggalian

Potensi Ekonomi Daerah

(Teori Ekonomi Basis)

Pertumbuhan

Ekonomi

Pengurangan

Ketimpangan

Pendapatan

Antar Daerah

Korelasi

Pearson

Product

Moment

Analisis

Location Quotient

(LQ)

Analisis

Ketimpangan

Indeks

Williamson

Peran

Sektor

Ekonomi Basis

Tipologi

Klassen

Daerah

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Provinsi Jawa Tengah.

Adapun data time series yang telah ditentukan adalah tahun 2011 – 2015.

Kemudian jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder

yang berasal dari BPS, dan bersifat kuantitatif. Kemudian metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode expost facto. Aditya Nugraha

(2013:31) mengungkapkan bahwa metode expost de facto merupakan metode

dimana menggunakan data masa lampau yang sudah ada tanpa memberi

perlakuan maupun treatment khusus pada variabel yang diteliti.

Untuk menghindari terlalu luasnya ruang lingkup pembahasan serta

tercapainya suatu hasil pembahasan yang lebih rinci dan terarah maka perlu

ditegaskan bahwa penulis akan membahas sektor ekonomi basis, tipologi

klassen daerah, tingkat ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota,

korelasi Pearson product moment hipotesis Kuznets, dan peran sektor basis

terhadap ketimpangan di Provinsi Jawa Tengah.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi adalah keseluruhan kelompok unit dari minat dalam studi

penelitian, (Syamsir Abduh, 2006:62). Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah seluruh provinsi di Indonesia. Kemudian Sugiyono

(2008:62) mengungkapkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan

42

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Provinsi Jawa Tengah. Metode pengambilan sampel

yang digunakan adalah teknik purposive sampling, yaitu penarikan sampel

yang dilakukan karena tujuan penelitian hanya dimaksudkan untuk

mengungkap penelitian hanya sebatas sampel itu saja, atau cara pengambilan

sampel dimana anggota sampel diserahkan pada pertimbangan pengumpul

data yang berdasarkan atas pertimbangan yang sesuai dengan maksud dan

tujuan tertentu, Ayu Andini (2017:55).

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan hal yang penting dan tidak

diperbolehkan adanya manipulasi dalam pengumpulannya, karena data yang

dikumpulkan merupakan data yang akan dianalisis dan akan menjadi hasil

yang diperoleh dari penelitian. Kemudian jika diklasifikasikan berdasarkan

sumbernya, data penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder

merupakan data yang diperoleh dari sumber yang menerbitkan dan bersifat

siap pakai, Tony Wijaya (2013:19).

Rangkaian kegiatan yang dilakukan penulis dalam memperoleh data

sekunder dalam penelitian ini adalah:

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan ini dilakukan dengan tujuan agar penulis

memperoleh konsep serta landasan teori yang sesuai topik penelitian. Studi

kepustakaan turut pula dilakukan dengan cara mengumpulkan, memilih,

43

dan memahami penelitian terdahulu yang sesuai dengan topik yang ditulis

dalam penelitian. Penelitian terdahulu berupa jurnal serta skripsi.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data terkait penelitian yang

diperoleh melalui laporan hingga statistik yang ada pada objek penelitian.

Peneliti hanya mengambil data yang telah diolah oleh pihak lain. Sumber

data perolehan atas data sekunder yang merupakan dalam penelitian ini

dapat dilihat melalui tabel berikut ini.

Tabel 3.1.

Data dan Sumber Perolehannya.

No. Data Sumber

1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) masing-

masing Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

menurut Lapangan Usaha tahun 2011-2015.

BPS

2. Jumlah penduduk berdasarkan Kabupaten/Kota di

Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2015.

BPS

3. PDB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) di Indonesia

menurut Lapangan Usaha tahun 2011-2015.

BPS

D. Metode Analisis Data

1. Metode Location Quotient (LQ)

Location Quotient (kuosien lokasi) atau disingkat LQ adalah suatu

perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu

daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional,

44

Tarigan (2005:82). Analisis LQ ini untuk mengetahui sektor apa saja yang

merupakan potensi ekonomi yang menjadi pendorong perekonomian di

suatu wilayah atau sektor basis, dan sektor-sektor lainnya yang hanya

menjadi penunjang dari sektor basis atau yang biasa disebut dengan sektor

non basis.

Arief dan Yundy (2010:20-21) menguraikan ada dua cara untuk

mengukur LQ dari suatu sektor dalam perekonomian wilayah yakni

melalui pendekatan nilai tambah atau PDRB (Produk Domestik Regional

Bruto) dan tenaga kerja. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan nilai

tambah atau PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), sehingga

rumusnya sebagai berikut.

LQ = 𝑉𝑖/𝑉𝑡

𝑌𝑖/𝑌𝑡 ................................................................. (1)

dimana :

Vi = Nilai PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih rendah

Vt = Total PDRB pada tingkat wilayah yang lebih rendah

Yi = Nilai PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih atas

Yt = Total PDRB pada tingkat wilayah yang lebih atas

Menurut Bendavid Val dalam Choliq (2007:56), kriteria pengukuran

ada tiga kemungkinan yang terjadi yaitu:

a. Jika LQ > 1 maka sektor tersebut dikatagorikan sektor basis, artinya

tingkat spesialisasi kabupaten/kota lebih tinggi dari tingkat provinsi.

Dan merupakan kegiatan ekonomi yang mampu melayani pasar di

daerah itu sendiri maupun di luar daerah.

45

b. Jika LQ = 1 maka tingkat spesialisasi kabupaten/kota sama dengan di

tingkat provinsi. Dan merupakan kegiatan ekonomi yang hanya

mampu melayani pasar di daerah itu sendiri.

a. Jika LQ < 1 maka sektor tersebut dikatagorikan sektor non basis,

artinya tingkat spesialisasi kabupaten/kota lebih rendah dari tingkat

provinsi. Dan merupakan kegiatan ekonomi yang kurang mampu

melayani pasar di daerah itu sendiri.

2. Tipologi Klassen

Tipologi Klassen pendekatan wilayah atau daerah dalam penelitian

ini digunakan untuk mengetahui pola pertumbuhan ekonomi pada masing-

masing Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.

Menurut Tipologi Klassen, daerah dibagi menjadi 4 klasifikasi:

(Sjafrizal, 2014:197)

e. Daerah Maju (Developed Region) pada kuadran I di mana laju

pertumbuhan dan pendapatan perkapita yang lebih tinggi dari rata –

rata.

f. Daerah Maju Tapi Tertekan pada kuadran II di mana tingkat

penadapatan per kapita lebih tinggi dari rata – rata, tetapi laju

pertumbuhannya lebih rendah dari rata – rata.

g. Daerah Berkembang pada kuadran III di mana tingkat pendapatan per

kapita masih berada di bawah rata – rata, tetapi laju pertumbuhan

daerah ini telah berada di atas rata – rata.

46

h. Daerah Tertinggal pada kuadran IV di mana baik laju pertumbuhan

maupun pendapatan per kapita daerah ini berada di bawah nilai rata –

rata.

Untuk lebih jelasnya mengenai klasifikasi dari tipologi daerah, dapat

dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 3.2.

Pengelompokkan Ekonomi Daerah Berdasarkan Tipologi Klassen

Laju Pertumbuhan

Pendapatan Per Kapita

Laju Pertumbuhan

di Atas Rata - rata

Laju Pertumbuhan

di Bawah Rata - rata

Pendapatan Per Kapita

di Atas Rata - rata Daerah Maju

Daerah Maju Tapi

Tertekan

Pendapatan Per Kapita

di Bawah Rata - rata

Daerah

Berkembang Daerah Tertinggal

3. Ketimpangan Pendapatan Antar Wilayah (Indeks Williamson)

Dalam penelitian ini, ketimpangan pendapatan antar wilayah

dihitung dengan Indeks Williamson. Semakin besar angka Indeks

Williamson ini maka semakin besar pula tingkat ketimpangan yang terjadi.

Indeks ini dapat dihitung dengan rumus (Denny Iswanto, 2015:50):

dimana:

CVw = Indeks ketimpangan pendapatan di Provinsi Jawa Tengah

Ƒi = Jumlah penduduk di Kabupaten/Kota i

47

N = Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah

Yi = Pendapatan per kapita di Kabupaten/Kota i

Y = Pendapatan perkapita di Provinsi Jawa Tengah

Batasan tingkat ketimpangan antar wilayah dengan menggunakan

ukuran ini, yaitu:

a. Bila IW < 0,3 artinya ketimpangan wilayah rendah

b. Bila IW 0,3 – 0,5 artinya ketimpangan wilayah sedang

c. Bila IW > 0,5 artinya ketimpangan wilayah tinggi.

4. Korelasi Pearson Product Moment

Korelasi adalah suatu teknik statistik yang digunakan untuk mencari

hubungan antara dua variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif. Dua

variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan pada variabel yang satu

akan diikuti perubahan variabel yang lain secara teratur, dengan arah yang

sama atau dapat pula dikatakan dengan arah yang berlawanan.

Koefisien korelasi dinyatakan dengan bilangan antara 0 (nol) sampai

+1 atau 0 (nol) sampai -1. Apabila koefisien korelasi r mendekati +1 atau

-1 berarti terdapat hubungan yang lemah atau tidak ada hubungan. Apabila

r (korelasi pearson) sama dengan +1 atau -1 berarti terdapat hubungan

positif sempurna (Djarwanto, 1993: 327) dalam Aditya P (2010:72).

Penelitian korelasional berusaha untuk menentukan apakah terdapat

dua hubungan (asosiasi) antara dua variabel atau lebih serta seberapa jauh

korelasi yang ada di antara variabel yang diteliti. Korelasi antara x dan y

48

secara numerik dapat dihitung dengan koefisian korelasi Pearson Product

Moment. (Kuncoro, 2009:12)

Pada penelitian ini, analisis korelasi pearson diperlukan untuk

melihat hubungan antara laju pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan

pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Analisis

Korelasi Pearson ini dilakukan dengan menggunakan software eviews 6.0.

5. Analisis Peranan Sektor Basis Terhadap Ketimpangan Pendapatan

Untuk melihat peranan sektor basis terhadap ketimpangan

pendapatan daerah dilakukan dengan cara menghitung ketimpangan

pendapatan tanpa memasukkan nilai PDRB masing-masing sektor basis

dalam perhitungan tersebut. Kemudian bandingkan dengan besarnya

tingkat ketimpangan dengan memasukkan PDRB sektor basis. Apabila

setelah PDRB sektor basis dikeluarkan dari perhitungan tingkat

ketimpangan semakin besar, maka artinya sektor basis berperan dalam

mengurangi ketimpangan pendapatan antar daerah yang terjadi, (Linda

Kristianti, 2007: 32).

E. Operasional Variabel Penelitian

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Potensi Ekonomi

Potensi Ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala

sesuatu yang dimiliki daerah yang mungkin atau layak dikembangkan

sehingga akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan rakyat

setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan

49

untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan, Aditya

(2013:47) dikutip kembali dari Soeparmoko dalam Nudiatulhuda (2007).

Oleh karena itu, menjadi penting untuk pemerintah mengetahui potensi apa

yang dimiliki daerahnya.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Penelitian ini menggunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan

(ADHK) tahun 2010. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah

jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh

sektor perekonomian di suatu wilayah (BPS, 2017).

Dalam penelitian ini menggunakan PDRB Atas Dasar Harga

Konstan (ADHK), bukan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB), karena

PDRB ADHK dihitungnya melalui tingkat produksi riil dengan

mengeluarkan pengaruh dari faktor perubahan harga antar periode waktu,

dalam Tinjauan PDRB Kabupaten/Kota Se-Jawa Tengah Tahun 2014

(2015:5).

3. Sektor-sektor Ekonomi

Merupakan lapangan usaha yang terdapat pada PDRB di Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Tengah, yaitu:

a. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

b. Pertambangan dan Penggalian

c. Industri Pengolahan

d. Pengadaan Listrik dan Gas

e. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

50

f. Konstruksi

g. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

h. Transportasi dan Pergudangan

i. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

j. Informasi dan Komunikasi

k. Jasa Keuangan dan Asuransi

l. Real Estate

m. Jasa Perusahaan

n. Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

o. Jasa Pendidikan

p. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

q. dan Jasa Lainnya.

4. Ketimpangan Pendapatan Antar Wilayah

Dalam penelitian ini, wilayah yang dimaksud merupakan kabupaten

dan kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Tingkat ketimpangan diukur

berdasarkan hasil perhitungan Indeks Williamson, dengan besaran antara 0

sampai 1.

51

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Keadaan Geografis

Gambar 4.1.

Peta Provinsi Jawa Tengah

Sumber: Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

Secara geografis, letak wilayah Provinsi Jawa Tengah berada pada

5040' - 8030' Lintang Selatan dan 108030' - 111030' Bujur Timur. Letak

wilayah Provinsi Jawa Tengah berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur

Sebelah Selatan : Samudera Hindia, dan

Daerah Istimewa Yogyakarta

Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat

52

Tabel 4.1.

Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015

Kabupaten/

Kota

Luas

(km2)

Persentase

(%)

Kabupaten/

Kota

Luas

(km2)

Persentase

(%)

Kab. Cilacap 2138,51 6,57 Kab. Kudus 425,17 1,31

Kab.

Banyumas

1327,59 4,08 Kab. Jepara 1004,16 3,09

Kab.

Purbalingga

777,65 2,39 Kab. Demak 897,43 2,76

Kab.

Banjarnegara

1069,74 3,29 Kab.

Semarang

946,86 2,91

Kab.

Kebumen

1282,74 3,94 Kab.

Temanggung

870,23 2,67

Kab.

Purworejo

1034,82 3,18 Kab. Kendal 1002,27 3,08

Kab.

Wonosobo

984,68 3,03 Kab. Batang 788,95 2,42

Kab.

Magelang

1085,73 3,34 Kab.

Pekalongan

836,13 2,57

Kab. Boyolali 1015,07 3,12 Kab.

Pemalang

1011,90 3,11

Kab. Klaten 655,56 2,01 Kab. Tegal 879,70 2,70

Kab.

Sukoharjo

466,66 1,43 Kab. Brebes 1657,73 5,09

Kab.

Wonogiri

1822,37 5,60 Kota

Magelang

18,12 0,06

Kab.

Karanganyar

772,20 2,37 Kota

Surakarta

44,03 0,14

Kab. Sragen 946,49 2,91 Kota Salatiga 52,96 0,16

Kab.

Grobogan

1975,85 6,07 Kota

Semarang

373,67 1,15

Kab. Blora 1794,40 5,51 Kota

Pekalongan

44,96 0,14

Kab.

Rembang

1014,10 3,12 Kota Tegal 34,49 0,11

Kab. Pati 1491,20 4,58 Provinsi Jawa

Tengah

32544,12 100,00

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah adalah 3.254.412 Ha atau

25,04% dari luas Pulau Jawa. Dengan wilayah terluas yaitu Kabupaten

53

Cilacap dengan luas 213851 Ha (6,57%) dan wilayah terkecil Kota

Magelang dengan luas 1812 Ha (0,06%).

Kondisi topografi wilayah Jawa Tengah beraneka ragam, meliputi

daerah pegunungan dan dataran tinggi yang membujur sejajar dengan

panjang pulau Jawa di bagian tengah; dataran rendah yang hampir tersebar

di seluruh Jawa Tengah; dan pantai yaitu pantai Utara dan Selatan.

Kemiringan lahan di Jawa Tengah bervariasi, meliputi lahan dengan

kemiringan 0-2% sebesar 38%; lahan dengan kemiringan 2-15% sebesar

31%; lahan dengan kemiringan 15-40% sebesar 19%; dan lahan dengan

kemiringan lebih dari 40% sebesar 12%.

Secara fisiografis, Jawa Tengah terbagi menjadi 7 (tujuh) klasifikasi

fisiografis, yaitu Perbukitan Rembang, Zone Randublatung, Pegunungan

Kendeng, Pegunungan Selatan Jawa Tengah bagian Timur, Pegunungan

Serayu Utara, Pegunungan Serayu Selatan, dan Pegunungan Progo Barat.

Jenis tanah yang ada di wilayah Jawa Tengah meliputi organosol, alluvial,

planosol, litosol, regosol, andosol, grumosol, mediteran, latosol, dan

podsolik, dan didominasi jenis tanah latosol, aluvial, dan gromosol, yang

tersebar di seluruh wilayah. Jenis tanah ini merupakan jenis tanah yang

tingkat kesuburannya cukup tinggi.

Jumlah gunung di Jawa Tengah relatif banyak, beberapa diantaranya

masih aktif sehingga sewaktu-waktu masih mengeluarkan lava/gas

beracun. Terdapat 6 (enam) gunung berapi yang aktif di Jawa Tengah,

yaitu Gunung Merapi (di Boyolali), Gunung Slamet (di Pemalang),

54

Gunung Sindoro (di Temanggung-Wonosobo), Gunung Sumbing (di

Temanggung-Wonosobo), Gunung Dieng (di Banjarnegara) dan Gunung

Merbabu (di Salatiga-Boyolali). Gunung berapi di sepanjang wilayah Jawa

Tengah rata-rata mempunyai tingkat kerentanan terhadap bahaya bencana

vulkanik tinggi, sehingga memerlukan pengawasan terus menerus.

Kemudian penggunaan lahan di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun

2010 meliputi lahan sawah seluas 991.524 Ha (30,47%) dan bukan lahan

sawah seluas 2.262.888 Ha (69,53%). Dibandingkan Tahun 2009, kondisi

ini menunjukkan penurunan luas lahan sawah yang beralih menjadi bukan

lahan sawah sebesar 128 Ha (0,013%). (RPJMD Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2013-2018)

2. Administrasi Pemerintahan dan Kependudukan

Pembentukan Provinsi Jawa Tengah diatur dalam Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Djawa Tengah dan

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2016 tentang

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah.

Kemudian secara administratif, menurut Buku Induk Kode Wilayah tahun

2015, Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 35 Kabupaten/Kota (29 Kabupaten

dan 6 Kota).

Berdasarkan data dari BPS Jawa Tengah, jumlah penduduk di

Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2010 hingga tahun 2015 selalu meningkat

dari tahun ke tahun, yakni dari sebesar 32.643.612 jiwa pada tahun 2011,

menjadi 33.774.141 jiwa pada tahun 2015. Jumlah penduduk paling

55

banyak dari tahun ke tahunnya yakni ada di Kabupaten Brebes, dengan

rata-rata jumlah penduduk sebanyak 1.766.483 jiwa dan dengan jumlah

penduduk paling sedikit di Kota Magelang dengan rata-rata sebanyak

hanya 120.030 jiwa.

Jika dilihat dari kepadatan penduduknya pun, Provinsi Jawa Tengah

cenderung mengalami peningkatan kepadatan penduduk dari tahun ke

tahunnya, hanya dari tahun 2012 ke 2013 yang tidak mengalami

peningkatan kepadatan penduduk dari 1003 jiwa/km2 pada tahun 2011

menjadi 1038 jiwa/km2 pada tahun 2015, hal tersebut dapat ditunjukkan

melalui grafik berikut ini.

Grafik 4.1.

Kepadatan Penduduk di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2011 – 2015 (dalam Jiwa/Km2)

Sumber: BPS yang diolah kembali oleh penulis.

Berdasarkan data Keadaan Angkatan Kerja Jawa Tengah Agustus

2015, lapangan kerja utama penduduk di Provinsi Jawa Tengah didominasi

980

1000

1020

1040

2011 2012 2013 2014 2015

Kepadatan Penduduk

56

sektor industri (29,88%), pertanian (28,66%), dan perdagangan (23,24%).

Seperti yang terlihat pada grafik berikut ini.

Grafik 4.2.

Presentase Penduduk Jawa Tengah Berumur 15 Tahun ke Atas yang

Bekerja Seminggu yang lalu menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Sumber: Keadaan Angkatan Kerja Jawa Tengah Agustus 2015

Terkait tingkat yang mencerminkan status kemampuan dasar

penduduknya, yakni Indeks Pembangunan Manusia (IPM), di Provinsi

Jawa Tengah IPM selalu meningkat dari tahun ke tahunnya, yang berarti

bahwa kemampuan dasar penduduknya membaik. Perkembangan IPM

tersebut dapat dilihat melalui grafik berikut ini.

28,66%

19,88%

0,76%

12,62%

2,09%

23,24%

9,3%3,33%

Pertanian Industri

Pertambangan Jasa Kemasyarakatan

Keuangan Perdagangan

Konstruksi Angkutan

57

Grafik 4.3

Perkembangan IPM di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012

Sumber: RPJMD Jawa Tengah 2013 - 2018

3. Kondisi Perekonomian

Kondisi perekonomian di suatu wilayah dapat kita lihat dari Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB). Seperti menurut BPS, bahwa PDRB

per kapita dapat dijadikan salah satu indikator guna melihat keberhasilan

pembangunan perekonomian di suatu wilayah. Perkembangan PDRB Per

Kapita Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) di Provinsi Jawa Tengah

menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Secara keseluruhan,

kondisi perekonomian di Provinsi Jawa Tengah terus meningkat, hal

tersebut dapat dilihat dari grafik total PDRB perkapita di Provinsi Jawa

Tengah berikut ini.

70.5

71

71.5

72

72.5

73

73.5

2008 2009 2010 2011 2012

IPM

58

Grafik 4.4.

PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015 (dalam Juta Rupiah)

Sumber: BPS yang diolah kembali oleh penulis.

Dapat dilihat dari grafik di atas bahwa PDRB per kapita di Provinsi

Jawa Tengah selalu meningkat setiap tahunnya. Di tahun 2011 Provinsi

Jawa Tengah hanya memiliki PDRB per kapita sebesar 11,86 juta rupiah,

dan menjadi 22,50 juta rupiah pada tahun 2015.

Kemudian apabila dilihat dari kontribusinya pada tabel di bawah ini,

3 sektor pertama yang memiliki kontribusi besar pada Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Jawa Tengah yakni, sektor industri

pengolahan, pertanian, serta perdagangan. Hal tersebut dapat dilihat

melalui tabel berikut ini.

16.00

17.00

18.00

19.00

20.00

21.00

22.00

23.00

2011 2012 2013 2014 2015

PDRB Per Kapita(dalam JutaRupiah)

59

Tabel 4.2.

Kontribusi Sektor-sektor Lapangan Usaha PDRB

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015 (dalam persen)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 16,90 16,58 16,13 15,28 15,21

Pertambangan dan Penggalian 2,14 2,14 2,15 2,18 2,18

Industri Pengolahan 29,74 30,15 30,66 31,09 30,88

Pengadaan Listrik dan Gas 0,11 0,12 0,12 0,12 0,11

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 0,09 0,08 0,08 0,08 0,08

Konstruksi 10,77 10,86 10,76 10,65 10,72

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 16,19 15,68 15,50 15,38 15,27

Transportasi dan Pergudangan 3,19 3,23 3,34 3,45 3,49

Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 3,24 3,24 3,19 3,25 3,30

Informasi dan Komunikasi 3,67 3,82 3,91 4,18 4,29

Jasa Keuangan dan Asuransi 2,93 2,89 2,85 2,81 2,86

Real Estate 1,86 1,85 1,85 1,91 1,95

Jasa Perusahaan 0,32 0,37 0,34 0,35 0,36

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,31 3,09 3,07 2,94 2,93

Jasa Pendidikan 3,17 3,53 3,66 3,84 3,89

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,73 0,84 0,78 0,83 0,84

Jasa lainnya 1,63 1,53 1,61 1,67 1,63

Sumber: BPS yang diolah kembali oleh penulis.

Sektor yang memiliki kontribusi paling besar Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) di setiap tahunnya, yakni sektor industri

pengolahan yang rata-rata besarnya kontribusinya terhadap Produk

60

Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2011 hingga 2015 mencapai

30,50%. Kemudian sektor pertanian memiliki kontribusi terbesar kedua

setelah sektor industri pengolahan, dengan rata-rata kontribusinya terhadap

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 16,02%. Sektor

perdagangan yang berada di urutan ketiga, memiliki rata-rata kontribusi

terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai 15,60%.

Dan sektor yang memiliki nilai kontribusi terkecil dengan presentase

kontribusi selalu di bawah 1% dari tahun ke tahunnya, yakni sektor jasa

kesehatan dan kegiatan sosial, serta sektor jasa perusahaan.

Berbeda dengan kontribusi sektor industri pengolahan terhadap

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang selalu meningkat di setiap

tahunnya, yang terjadi pada kontribusi sektor pertanian dan sektor

perdagangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) justru

selalu menurun setiap tahunnya. Sektor pertanian turun dari sebesar

16,90% pada tahun 2011 menjadi hanya sebesar 15,21% pada tahun 2015,

dan sektor perdagangan turut menurun dari sebesar 16,19% menjadi

15,27%. Namun, penurunan kontribusi tersebut bukan berarti karena

penurunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian dan

sektor perdagangan, namun karena pertumbuhan sektor lainnya yang lebih

cepat.

Hal tersebut dapat dilihat dari total PDRB sektor pertanian yang

meningkat dari 103,5 triliyun rupiah pada tahun 2011 menjadi 115,6

triliyun rupiah pada tahun 2015, dan total PDRB sektor perdagangan

61

meningkat dari 99 triliyun rupiah pada tahun 2011 menjadi 116 triliyun

rupiah pada tahun 2015.

B. Hasil dan Pembahasan

1. Sektor Ekonomi Basis dengan Location Quotient (LQ)

Untuk menentukan sektor basis dan sektor non basis dalam

perekonomian suatu wilayah maka digunakan analisis Location Quotient

(LQ). Penentuan sektor basis ini sangat penting untuk Pemerintah Daerah,

karena dengan mengetahui sektor basis dan non basis, dapat dijadikan

sebagai barometer sektor mana saja yang dapat dijadikan prioritas dalam

pembangunan ekonomi daerah pada periode selanjutnya.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis Location Quetient

(LQ) di Provinsi Jawa Tengah menurut Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 selama periode 2011

hingga 2015 di atas, menurut sektor lapangan usahanya, yang menjadi

sektor basis dengan nilai LQ lebih besar dari satu (1), yakni sektor

pertanian, industri pengolahan, konstruksi, dan perdagangan. Berarti ke

empat sektor tersebut memiliki peran yang besar dalam pembangunan

perekonomian di Provinsi Jawa Tengah.

Nilai dari hasil Location Quotient (LQ) selengkapnya dapat dilihat

melalui tabel berikut ini.

62

Tabel 4.3.

Nilai Location Quotient (LQ)

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,21 1,22 1,18 1,13 1,13

Pertambangan dan Penggalian 0,20 0,21 0,22 0,23 0,25

Industri Pengolahan 1,32 1,34 1,38 1,40 1,39

Pengadaan Listrik dan Gas 0,10 0,10 0,11 0,10 0,10

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur Ulang 1,06 1,01 0,98 0,95 0,89

Konstruksi 1,13 1,13 1,11 1,08 1,06

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 1,14 1,11 1,10 1,09 1,10

Transportasi dan Pergudangan 0,86 0,86 0,87 0,88 0,87

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,26 0,27 0,28 0,30 0,30

Informasi dan Komunikasi 0,93 0,91 0,89 0,91 0,88

Jasa Keuangan dan Asuransi 0,82 0,78 0,74 0,74 0,72

Real Estate 0,62 0,61 0,60 0,62 0,63

Jasa Perusahaan 0,21 0,24 0,22 0,21 0,21

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 0,86 0,83 0,84 0,83 0,82

Jasa Pendidikan 0,23 0,25 0,26 0,28 0,28

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,72 0,81 0,73 0,75 0,74

Jasa lainnya 1,07 1,00 1,04 1,04 0,98

Sumber: BPS Jawa Tengah yang diolah kembali oleh penulis

Keterangan: dicetak tebal adalah sektor basis selama tahun 2011 - 2015.

Kemudian jika dilihat dari besarnya nilai LQ, yang memiliki nilai

LQ paling besar adalah sektor industri pengolahan. Hal tersebut tidak

terlepas dari sektor yang memiliki kontribusi paling besar terhadap PDRB

63

adalah sektor industri pengolahan. Sektor industri pengolahan ini mampu

menjadi sektor basis karena banyaknya keberadaan kegiatan industri besar

dan sedang, seperti di antaranya di Kabupaten Cilacap yang terdapat

pabrik semen PT. Holcim Tbk, pabrik tepung PT. Panganmas Inti Persada,

pabrik karet PT. Ja Wattle dan masih banyak lagi. Kemudian di Kabupaten

Klaten yang terdapat beberapa pabrik tembakau kering maupun tembakau

rajangan, pabrik air minum dalam kemasan PT. Tirta Investama, pabrik

mebel PT. Jawa Furni Lestari dan lain-lain. Lalu pabrik teh botol PT. Sinar

Sosro yang terdapat di Kabupaten Semarang, beberapa pabrik kain dan

pakaian jadi di Kabupaten Karanganyar, pabrik gula PT. Industri Gula

Nusantara di Kabupaten Kendal, dan pabrik kayu olahan UD. Rimbang

Jaya, dan beberapa industri fillet ikan di Kabupaten Batang. Selain itu

terdapat pabrik rokok terkenal di Kabupaten Kudus, yakni PT. Djarum.

(Direktori Industri Manufaktur Besar Sedang Jawa Tengah 2015)

Sektor basis berikutnya yakni sektor pertanian. Sektor pertanian

mampu menjadi sektor basis karena sektor pertanian mampu menjadi

sektor yang masih diandalkan dalam kegiatan perekonomian hampir di

seluruh kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Sektor pertanian di

Provinsi Jawa Tengah ini didominasi oleh kontribusi dari tanaman pangan

yang meliputi komoditi padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai, kacang

tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar.

64

Namun, besarnya nilai LQ sektor pertanian cenderung menurun, hal

tersebut dikarenakan kontribusinya terhadap PDRB yang juga cenderung

menurun dari tahun ke tahun. Penurunan kontribusi dari sektor pertanian

tersebut disebabkan karena maraknya pengalihan lahan pertanian menjadi

perumahan maupun lahan industri. Statistik Lahan 2014 pun

mengungkapkan bahwa luas lahan sawah di Provinsi Jawa Tengah tahun

2009 seluas 960.768 Ha turun menjadi 952.525 Ha pada tahun 2014.

Selain itu, presentase pekerja yang bekerja di sektor pertanian dari

tahun ke tahunnya turut menurun dari 33,8% pada tahun 2011 menjadi

28,66% pada tahun 2015, (dalam Keadaan Angkatan Kerja Jawa Tengah

Agustus 2011 hingga 2015). Penurunan kontribusi dan nilai LQ sektor

pertanian tersebut sangat disayangkan, mengingat hasil produksi dari

sektor pertanian merupakan input untuk sektor industri pengolahan.

Lalu sektor konstruksi mampu menjadi sektor basis tidak lepas dari

kontribusinya yang cukup besar terhadap PDRB, dimana kontribusi

tersebut tidak lepas dari usaha pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam

penyediaan maupun pengembangan infrastruktur. Salah satu faktanya,

sesuai dengan yang diuraikan pada RPJMD Provinsi Jawa Tengah tahun

2013 - 2018 bahwa terdapat pembangunan Jalan Tol Ungaran – Bawen

sepanjang 11,95 km yang targetnya terselesaikan pada tahun 2013; Jalan

Tol Solo - Kertosono sepanjang 20,9 km (bagian dari Jalan Tol Solo –

Mantingan sepanjang 181 km); serta Jalan Tol Bawen - Solo sepanjang

40,84 km yang targetnya terselesaikan pada tahun 2014; kemudian

65

pengembangan 2 bandar udara yaitu Bandar Udara pengumpul sekunder

skala internasional Bandara Ahmad Yani Semarang serta pengembangan

Bandar Udara Karimunjawa Jepara.

Kemudian yang menjadi sektor terakhir dari ekonomi basis di

Provinsi Jawa Tengah yaitu sektor perdagangan. Sektor perdagangan di

Jawa Tengah yang mampu menjadi sektor ekonomi basis ini tidak terlepas

dari nilai ekspor yang tinggi dari komoditi non migas, dengan nilai ekspor

selalu di atas 4 milyar US dollar dari tahun ke tahunnya, dengan dominasi

dari komoditi kayu, gabus dan jerami mencapai 1017587,71 ton pada

tahun 2015 (Provinsi Jawa Tengah dalam Angka tahun 2016). Sektor

perdagangan ini juga merupakan andalan kegiatan perekonomian dari

hampir seluruh kabupaten/kota, sehingga mampu menjadikannya sektor

basis perekonomian di Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun.

Untuk dapat melihat sektor ekonomi basis yang dimiliki berbagai

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, maka dapat dilakukan

perhitungan analisis LQ dengan membandingkan besarnya sektor

perekonomian di kabupaten/kota terhadap nilai sektor perekonomian

daerah tingkat atasnya, yaitu tingkat provinsi. Sektor ekonomi basis yang

dimiliki antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tersebut berbeda

karena setiap kabupaten/kota memiliki potensi yang berbeda dalam

perekonomiannya.

Hampir seluruh kabupaten masih mengandalkan sektor pertanian

dalam perekonomiannya. Sektor perdagangan pun menjadi sektor yang

66

mampu diandalkan dalam perekonomian pada banyak kabupaten dan kota.

Kemudian yang unik, bahwa Kabupaten Kudus hanya memiliki satu sektor

perekonomian yang menjadi tulang punggung atau sektor ekonomi basis

do Kabupaten Kudus, yakni sektor industri pengolahan. Hal tersebut dapat

dilihat melalui tabel berikut ini.

Tabel 4.4.

Nilai Location Quetient (LQ) Kabupaten/Kota

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015

Kabupaten/Kota Sektor Kabupaten/Kota Sektor

Kab. Cilacap 1,2,3,4,5,8 Kab. Kudus 3

Kab. Banyumas 2,6-12,13-17 Kab. Jepara 3,7-9,13,15-17

Kab. Purbalingga 1,5,15,16,17 Kab. Demak 1,7,14,17

Kab. Banjarnegara 1,2,7,8,13-17 Kab. Semarang 3-6,11,12,13

Kab. Kebumen 1,2,7,8,14-17 Kab. Temanggung 1,5,7,8,15-17

Kab. Purworejo 1,8,10-12,14-17 Kab. Kendal 1,3,4,5

Kab. Wonosobo 1,5,7,8,15-17 Kab. Batang 1,2,3,5,9,16

Kab. Magelang 1,2,5,8,9,12,14,15,17 Kab. Pekalongan 1,2,4,14-17

Kab. Boyolali 1,2,8,15-17 Kab. Pemalang 1,2,5,7,9,14-17

Kab. Klaten 2-4,7,9-11,15-17 Kab. Tegal 2,7,9,13,15,17

Kab. Sukoharjo 3,4,7,9-12 Kab. Brebes 1,7,9,17

Kab. Wonogiri 1,2,7,8,15,17 Kota Magelang 4-12,14-17

Kab. Karanganyar 3,4,5,9,11 Kota Surakarta 4-7,9-16

Kab. Sragen 1,2,4,7,13,15,17 Kota Salatiga 4-6,9,11-16

Kab. Grobogan 1,7-9,11,12,14-17 Kota Semarang 4,5,6,8,10-14

Kab. Blora 1,7,9,11,14-17 Kota Pekalongan 4-7,9-16

Kab. Rembang 1,2,8,11,14-17 Kota Tegal 4,6-12,14,16

Kab. Pati 1,9,14-17 Provinsi Jawa Tengah 1,3,6,7

Sumber: diolah oleh penulis.

67

Keterangan:

1. Pertanian, kehutanan, dan perikanan

2. Pertambangan dan penggalian

3. Industri pengolahan

4. Pengadaan listrik dan gas

5. Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang

6. Konstruksi

7. Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor

8. Transportasi dan pergudangan

9. Penyediaan akomodasi makan dan minum

10. Informasi dan komunikasi

11. Jasa keuangan dan asuransi

12. Real estate

13. Jasa perusahaan

14. Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib

15. Jasa pendidikan

16. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial

17. Jasa lainnya

2. Tipologi Klassen

Dalam pembangunan ekonomi daerah, pertumbuhan PDRB serta

besarnya PDRB per kapita setiap daerah berbeda-beda, termasuk pada

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Perbedaan tersebut dapat

diklasifikasikan menjadi 4 bagian dengan Tipologi Klassen.

Tipologi Klassen masing – masing Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

Tengah tahun 2011 – 2015 di atas menunjukkan hasil bahwa daerah yang

maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I) terdiri dari 3 kabupaten dan 3

kota, yakni Kabupaten Kendal, Kabupaten Semarang, Kabupaten Sragen,

Kota Salatiga, Kota Semarang, dan Kota Surakarta. Dimana daerah –

daerah yang masuk dalam kategori ini merupakan kabupaten/kota yang

memiliki laju pertumbuhan dan PDRB per kapita lebih dari yang dimiliki

68

Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten yang mampu menjadi daerah maju pada

Provinsi Jawa Tengah ini merupakan kabupaten yang memiliki andalan

perekonomian industri pengolahan, kecuali Kabupaten Sragen. Namun,

Kabupaten Sragen memiliki andalan sektor pertanian serta perdagangan

yang sangat baik perkembangannya. Kemudian untuk kota yang masuk

dalam kategori daerah maju ini merupakan kota yang memiliki andalan

sektor konstruksi dalam perekonomiannya.

Kemudian terdapat 3 kabupaten dan 2 kota yang termasuk dalam

daerah yang maju tapi tertekan (Kuadran II), yakni Kabupaten Cilacap,

Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Kudus, Kota Tegal, dan Kota

Magelang. Daerah – daerah ini merupakan daerah yang maju namun

mengalami pertumbuhan ekonomi yang relatif kecil selama tahun 2011

hingga 2015. Dimana daerah maju namun pertumbuhan ekonominya kecil

ini, kabupatennya memiliki andalan perekonomian industri pengolahan

dan kotanya memiliki andalan perekonomian pada sektor konstruksi

Lalu yang termasuk dalam daerah yang masih berkembang dengan

cepat (Kuadran III), terdiri dari 8 kabupaten, yakni Kabupaten Banyumas,

Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Tegal,

Kabupaten Brebes, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, dan

Kabupaten Pati. Ke tujuh kabupaten ini merupakan daerah yang memiliki

pendapatan relatif masih rendah, namun memiliki laju pertumbuhan

ekonomi yang baik. Seluruh daerah dalam kategori ini memiliki andalan

dalam perekonomiannya pada sektor pertanian dan perdagangan.

69

Yang terakhir, yakni daerah yang masuk dalam kategori daerah

relatif tertinggal (Kuadran IV). Terdapat 15 kabupaten dan 1 kota yang

masuk dalam kategori ini, yaitu Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten

Batang, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pemalang, Kabupaten

Magelang, Kabupaten Jepara, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten

Wonogiri, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten

Grobogan, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Temanggung, Kabupaten

Demak, Kabupaten Blora, dan Kota Pekalongan. Daerah yang masuk

dalam kategori ini merupakan daerah yang memiliki laju pertumbuhan dan

PDRB per kapita relatif kecil. Kemudian hampir seluruh daerah yang

masuk dalam kategori ini merupakan daerah yang hanya memiliki andalan

perekonomian pertanian, kecuali hanya Kabupaten Jepara dan Kota

Pekalongan.

Jadi, dapat dikatakan bahwa daerah di Provinsi Jawa Tengah masih

didominasi dengan daerah kabupaten/kota yang relatif tertinggal. Karena

jumlahnya yang masih sangat banyak bila dibandingkan dengan daerah

yang sudah maju maupun daerah yang berkembang mampu berkembang

dengan baik.

Untuk lebih jelasnya mengenai klasifikasi masing-masing

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tersebut, dapat dilihat melalui

gambar tipologi klassen berikut ini.

70

Gambar 4.2.

Tipologi Klassen Daerah Tahun 2011 – 2015

Sumber: diolah oleh penulis.

3. Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota (Indeks

Williamson)

Perhitungan ketimpangan pendapatan antar daerah dapat dilihat dari

perhitungan Indeks Williamson (1965) atau yang sering disebut dengan

Coefficient of Variance Williamson (CVw). Arief dan Yundy (2010:204)

turut menguraikan bahwa formula pada Indeks Williamson pada dasarnya

dengan Coefficient of Variation (CV) biasa dimana standar deviasi dibagi

dengan rataan. Namun tetap menimbangnya dengan proporsi penduduk

Kuadran I:

Kab. Kendal, Kab. Semarang, Kab. Sragen, Kota Salatiga, Kota

Semarang, dan Kota Surakarta

Kuadran II:

Kab. Cilacap, Kab. Karanganyar, Kab. Kudus, Kota Tegal, dan Kota

Magelang

Kuadran III:

Kab. Banyumas, Kab. Purbalingga, Kab. Sukoharjo, Kab. Tegal, Kab.

Brebes, Kab. Boyolali, Kab. Klaten, dan Kab. Pati

Kuadran IV:

Kab. Banjarnegara, Kab. Batang, Kab. Rembang, Kab. Pemalang, Kab.

Magelang, Kab. Jepara, Kab. Wonosobo, Kab. Wonogiri, Kab.

Kebumen, Kab. Purworejo, Kab.Grobogan, Kab. Pekalongan, Kab. Temanggung, Kab. Demak, Kab. Blora, dan Kota Pekalongan

71

Berikut grafik yang menunjukkan hasil perhitungan dari tingkat

ketimpangan antar-kabupaten/kota yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah

tahun 2011 hingga 2015.

Grafik 4.5.

Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015

Sumber: diolah oleh penulis.

Dari grafik di atas terlihat bahwa tingkat ketimpangan antar

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur masih dalam kategori ketimpangan

antar wilayah yang tinggi, karena besarnya masih di atas 0,5. Hal tersebut

dikarenakan masih tingginya perbedaan PDRB per kapita yang dimiliki

daerah kota dengan PDRB per kapita daerah kabupaten.

Perbedaan total rata – rata PDRB per kapita kabupaten dengan rata –

rata PDRB per kapita kota di Provinsi Jawa Tengah tersebut dapat dilihat

dengan jelas melalui grafik berikut ini.

0.50

0.60

0.70

0.80

0.90

1.00

2011 2012 2013 2014 2015

IndeksWilliamson(CVw)

72

Grafik 4.6.

Perbandingan Rata-rata PDRB per Kapita Kabupaten dengan Kota

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 (dalam Juta Rupiah)

Sumber: diolah oleh penulis.

Dari grafik terlihat bahwa perbedaan rata-rata PDRB per kapita

kabupaten dengan kota di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 hingga

2015 begitu tinggi. Rata-rata PDRB per kapita yang dimiliki kabupaten di

Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahunnya selalu tidak lebih dari 20 juta

rupiah, sedangkan rata-rata PDRB per kapita yang dimiliki kota di

Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahunnya besarnya selalu di atas 36

juta rupiah bahkan hampir mencapai 44 juta rupiah pada tahun 2015.

Jurang perbedaan pendapatan yang cukup tinggi tersebutlah yang

menyebabkan ketimpangan pendapatan antar daerah.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

2011 2012 2013 2014 2015

Kabupaten Kota

73

Grafik 4.7.

Indeks Williamson antar Kabupaten dan

Indeks Williamson antar Kota

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015

Sumber: diolah oleh penulis.

Selain itu, seperti yang terlihat pada grafik di atas bahwa

ketimpangan pendapatan yang dalam kategori tinggi terjadi antara

kabupaten yang dihitung dengan Indeks Williamson besarnya selalu di atas

0,5, yakni karena kabupaten besar yang memiliki basis ekonomi di sektor

industri pengolahan, dengan yang tidak berbasis industri pengolahan

memiliki perolehan PDRB per kapita yang jauh berbeda. Sedangkan

ketimpangan antar kota dalam kategori rendah yakni dengan Indeks

Williamson selalu di bawah 0,3, dikarenakan ke enam kota di Provinsi

Jawa Tengah masing-masing sudah mampu memperoleh PDRB per kapita

yang cukup tinggi. PDRB per kapita masing-masing kota di Provinsi Jawa

0.000

0.200

0.400

0.600

2011 2012 2013 2014 2015

CVw antar Kabupaten

CVw antar Kota

74

Tengah sudah mencapai lebih dari 30 juta rupiah rata-ratanya di tahun

2011 hingga 2015, kecuali Kota Pekalongan yang PDRB per kapita rata-

ratanya hanya mencapai 18 juta rupiah. Namun, Kota Semarang yang

hanya memiliki basis sektor perdagangan, rata-rata PDRB per kapitanya

jauh lebih tinggi mencapai hampir 59 juta rupiah. Jadi, ketimpangan

pendapatan antar kota yang rendah tersebut terjadi hanya karena kecilnya

PDRB per kapita Kota Pekalongan dibandingkan dengan PDRB per kapita

kota – kota lainnya di Jawa Tengah.

Kemudian ketimpangan pendapatan yang tinggi antar kabupaten

terjadi karena beberapa kabupaten yang perekonomiannya berbasis

industri pengolahan dan memiliki kontribusi sektor industri pengolahan

paling tinggi terhadap total PDRBnya masing-masing, seperti Kabupaten

Kudus, Kabupaten Cilacap, dan Kabupaten Semarang memiliki rata-rata

PDRB perkapita yang tinggi di tahun 2011 hingga 2015. Sehingga

menimbulkan jurang perbedaan dengan pendapatan perkapita kabupaten

lainnya di Provinsi Jawa Tengah yang tidak berbasis sektor industri

pengolahan.

Di Kabupaten Kudus sendiri kontribusi sektor industri pengolahan

mencapai lebih dari 80% terhadap total pendapatan daerahnya, dengan

nilai pendapatan sektor industri pengolahan lebih dari 45 milyar rupiah di

setiap tahunnya. Hal ini mengingat pula bahwa satu-satunya sektor basis di

Kabupaten Kudus merupakan sektor industri pengolahan.

75

Bahkan rata-rata PDRB per kapita tahun 2011 hingga 2015 di

Kabupaten Kudus selalu di atas 71 juta rupiah. Kabupaten Cilacap yang

memiliki beberapa pabrik industri besar, PDRB per kapitanya mencapai

lebih dari 20 juta rupiah di tahun 2015. Kemudian Kabupaten Semarang

yang memiliki industri besar teh dalam kemasan dan beberapa industri

pakaian, memiliki rata-rata PDRB per kapita hampir mencapai 23 juta

rupiah.

Pendapatan besar yang dimiliki beberapa kabupaten yang berbasis

industri pengolahan tersebut jauh berbeda dengan rata-rata PDRB yang

dimiliki kabupaten-kabupaten lainnya yang tidak memiliki basis di sektor

industri pengolahan yang hanya mencapai belasan rupiah. Sehingga,

ketimpangan pendapatan antar daerah yang tinggi di Provinsi Jawa Tengah

ini, selain karena masih tingginya jurang perbedaan pendapatan yang

mampu dicapai oleh daerah kota dengan kabupaten, tetapi juga karena

perbedaan pendapatan antara daerah yang yang berbasis ekonomi industri

pengolahan dan yang bukan.

Seperti yang telah diungkapkan di latar belakang sebelumnya, salah

satu fakta nyatanya, bahwa Kabupaten Kudus yang hanya memiliki basis

industri pengolahan, memiliki PDRB per kapita yang jauh lebih besar

bahkan mencapai 7 kali lipat dari PDRB per kapita Kabupaten Pemalang

dan Kabupaten Grobogan, dimana kedua kabupaten tersebut

mengandalkan sektor pertanian dan sektor perdagangan dalam

perekonomiannya.

76

Namun, jika dilihat dari grafiknya, dari tahun ke tahun nilai Indeks

Williamson (CVw) selalu menurun, meskipun nilai penurunannya sedikit

yakni dari 0,688 pada tahun 2011 kemudian menjadi 0,666 pada tahun

2015. Penurunan tingkat ketimpangan tersebut menandakan bahwa daerah-

daerah yang perolehan pendapatannya masih kurang dibandingkan daerah

kota dan di bawah rata – rata PDRB per kapita provinsi, seperti

Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Klaten, dan

Kabupaten Tegal, memiliki laju pertumbuhan PDRB per kapita yang lebih

tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB per kapita yang

dimiliki daerah maju maupun kota – kota besar.

Keempat kabupaten yang juga masuk dalam daerah berkembang

pesat dalam tipologi klassen tersebut memiliki rata – rata laju pertumbuhan

PDRB per kapita di atas 5% meskipun perolehan PDRB per kapitanya

masih relatif rendah, sementara kota – kota besar ataupun daerah yang

masuk dalam kategori daerah maju dan memiliki PDRB per kapita yang

relatif tinggi, rata – rata laju pertumbuhan PDRB per kapitanya tidak lebih

dari 5 %.

Penurunan tingkat ketimpangan pendapatan antara kabupaten/kota di

Provinsi Jawa Tengah selama tahun 2011 hingga 2015 karena kemampuan

daerah-daerah yang perolehan pendapatannya masih kurang dibandingkan

dengan daerah lainnya terutama daerah maju yang memiliki pendapatan

tinggi, perlahan mampu mengejar ketertinggalannya, hingga tingkat

77

ketimpangan antar kabupaten/kota berkurang meskipun penurunannya

hanya sedikit demi sedikit dari tahun ke tahunnya.

4. Hubungan Antara Laju Pertumbuhan Ekonomi dengan Ketimpangan

Pendapatan Antar Kabupaten/Kota

Gambar 4.8.

Hasil Korelasi Pearson Product Moment

Laju Pertumbuhan PDRB dengan Indeks Williamson

Diolah dengan eviews 6.0

Berdasarkan hasil korelasi pearson di atas, bahwa hubungan antara

laju pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan antar

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah berhubungan positif, yang berarti

pertumbuhan PDRB sebesar 1% berarti justru meningkatkan tingkat

ketimpangan di Provinsi Jawa Tengah sebesar 25,1% meskipun

hubungannya masih dalam kategori lemah.

Hasil ini sejalan dengan yang diungkapkan Kuncoro (2003) ada

banyak teori yang mengatakan ada trade off antara pertumbuhan ekonomi

dan ketimpangan. Sejalan dengan yang diungkapkan Sjafrizal (2008:97)

pula mengenai hipotesis Kuznets, bahwa pembangunan yang

terkonsentrasi pada daerah yang maju menyebabkan ketimpangan antar

daerah cenderung melebar. Namun jika pembangunan mampu

78

dilaksanakan dengan perbaikan sarana dan prasarana di daerah kurang

maju maka ketimpangan regional antar daerah tentunya akan berkurang.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan otonomi daerah di

Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 hingga 2015, belum menunjukkan

pada keadaan pembangunan dimana pertumbuhan ekonomi yang terjadi

mampu menciptakan distribusi semakin merata atau ketimpangan semakin

menurun. Itu berarti, perbaikan sarana prasarana di daerah kurang maju

yang mampu menyebabkan ketimpangan berkurang, belum terjadi atau

belum mampu terwujud di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 – 2015.

Dan membuktikan bahwa pembangunan masih terkonsentrasi pada daerah

yang maju.

RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2013 – 2018 sendiri mengungkapkan

bahwa ketimpangan yang tinggi terjadi disebabkan oleh luasnya wilayah

Jawa Tengah tetapi tidak didukung dengan kebijakan pembangunan

wilayah yang adil, hingga ke pelosok daerah. Permasalahan kesenjangan

antar wilayah terjadi terutama antara wilayah pantai utara dan pantai

selatan Jawa Tengah yang memerlukan pembenahan infrastruktur secara

massif.

5. Peranan Sektor Ekonomi Basis terhadap Ketimpangan Pendapatan

Antar Kabupaten/Kota

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa sektor ekonomi

basis merupakan sektor yang paling mampu berkontribusi terhadap

pembangunan ekonomi daerah, termasuk dalam pembentukkan PDRB

79

sebagai salah satu indikator kesejahteraan di suatu daerah. Karena adanya

trade off atau pertukaran antara laju pertumbuhan ekonomi dengan

ketimpangan pendapatan antar daerah, maka dalam penelitian ini diuraikan

hasil dari peranan total PDRB dari masing-masing sektor ekonomi basis di

Provinsi Jawa Tengah terhadap ketimpangan pendapatan antar

kabupaten/kota. Hal tersebut juga mengingat bahwa perhitungan

ketimpangan ini juga bergantung pada PDRB per kapita masing-masing

kabupaten/kota yang merupakan jumlah dari seluruh sektor PDRB masing-

masing kabupaten/kota tersebut.

Untuk mengetahui bagaimana peranan keempat sektor ekonomi basis

di Provinsi Jawa Tengah, yang terdiri dari sektor pertanian, industri

pengolahan, konstruksi atau bangunan, dan sektor perdagangan, maka

dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih antara indeks

ketimpangan dengan memasukkan PDRB sektor basis dengan indeks

ketimpangan tanpa memasukkan PDRB sektor basis. Besarnya selisih

antara indeks ketimpangan dengan memasukkan dan tanpa memasukkan

PDRB sektor basis tersebut, menunjukkan seberapa besar dan bagaimana

peranan sektor basis terhadap ketimpangan pendapatan antar

kabupaten/kota. Di bawah ini merupakan hasil perhitungan peranan sektor

basis terhadap ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota-nya.

80

a. Peranan Sektor Basis Pertanian terhadap Ketimpangan

Pendapatan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sektor pertanian

mampu menjadi sektor basis di hampir seluruh kabupaten, yaitu 22

kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Untuk itulah, berdasarkan hasil

perhitungan Indeks Williamson (CVw) berikut ini, keberadaan sektor

pertanian mampu mengurangi ketimpangan pendapatan antar

kabupaten/kota. Perbedaan tingkat ketimpangan Indeks Williamson

antara Indeks Williamson dengan dan tanpa sektor basis pertanian

tersebut dapat terlihat jelas melalui grafik berikut ini.

Grafik 4.8.

Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota Dengan dan Tanpa Sektor

Basis Pertanian di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015

Sumber: diolah oleh penulis.

Grafik di atas menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan

pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dengan

0.50

0.60

0.70

0.80

0.90

2011 2012 2013 2014 2015

CVw di Provinsi JawaTengah

CVw tanpa SektorBasis Pertanian diProvinsi JawaTengah

81

memasukkan PDRB sektor basis pertanian dengan rata-rata nilai Indeks

Williamson (CVw) besarnya 0,68, jauh lebih rendah dibandingkan

dengan tingkat ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota di

Provinsi Jawa Tengah tanpa memasukkan PDRB sektor basis pertanian

yang besarnya rata-rata nilai Indeks Williamson (CVw) mencapai

sebesar 0,87.

Meskipun kontribusi sektor pertanian terhadap pengurangan

ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota selalu berkurang dari

tahun ke tahun, yakni dari sebesar 29,20% pada tahun 2011, menjadi

hanya sebesar 26,40% pada tahun 2015. Namun, sektor basis pertanian

ini tetap memiliki kontribusi yang cukup tinggi dalam mengurangi

tingkat ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa

Tengah, yakni dengan rata-rata perubahan sebesar 27,7%.

Tabel 4.5.

Indeks Williamson (CVw) Dengan dan Tanpa Sektor Basis Pertanian

beserta Presentase Perubahannya

Tahun

CVw

Provinsi

Jawa Tengah

CVw tanpa

Sektor Basis

Pertanian

Presentase

Perubahan (%)

2011 0,69 0,89 29,20

2012 0,68 0,88 28,67

2013 0,68 0,87 27,96

2014 0,67 0,85 26,44

2015 0,67 0,84 26,40

Sumber: diolah oleh penulis.

82

b. Peranan Sektor Basis Industri Pengolahan terhadap Ketimpangan

Pendapatan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sektor industri

pengolahan merupakan sektor yang berkontribusi paling besar terhadap

total PDRB di Provinsi Jawa Tengah, sehingga mampu menjadikannya

sektor basis untuk Provinsi Jawa Tengah.

Grafik 4.9.

Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota Dengan

dan Tanpa Sektor Basis Industri Pengolahan

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015

Sumber: diolah oleh penulis.

Namun, besarnya kontribusi yang diberikan sektor industri

pengolahan tersebut tidak menjadikannya mampu mengurangi

ketimpangan pendapatan, dan justru menyebabkan ketimpangan

pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut

dikarenakan, sektor industri pengolahan yang hanya terpusat di

beberapa kabupaten besar seperti Kabupaten Cilacap, Sukoharjo,

0.500

0.550

0.600

0.650

0.700

2011 2012 2013 2014 2015

CVw diProvinsi JawaTengah

CVw tanpaSektor BasisIndustriPengolahandi ProvinsiJawa Tengah

83

Karanganyar, Kudus, Jepara, Semarang, Kendal dan Batang. Sehingga,

setiap peningkatan pada PDRB di Provinsi Jawa Tengah dari sektor

industri pengolahan dimana PDRB dari sektor industri pengolahan

tersebut cukup besar, berarti hanya karena terjadinya peningkatan

perekonomian yang tinggi dari sektor industri di kabupaten-kabupaten

besar tersebut saja.

Perbedaan tingkat ketimpangan Indeks Williamson (CVw) antara

dengan dan Tanpa sektor basis industri pengolahan terlihat sangat jelas

dari grafik di atas. Indeks Williamson tanpa sektor basis industri

pengolahan yang rata-rata dari tahun ke tahunnya sebesar 0,60 lebih

rendah dibandingkan jika dengan memasukkan sektor basis industri

pengolahan yang rata-rata nya mencapai 0,68. Untuk besarnya

presentase perubahan yang lebih jelas antara Indeks Williamson (CVw)

dengan dan tanpa sektor basis industri pengolahan dari tahun-ke

tahunnya, dapat dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 4.6.

Indeks Williamson (CVw) Dengan dan Tanpa

Sektor Basis Industri Pengolahan beserta Presentase Perubahannya

Tahun CVw Provinsi

Jawa Tengah

CVw tanpa Sektor Basis

Industri Pengolahan

Presentase

Perubahan (%)

2011 0,69 0,595 27,62

2012 0,68 0,596 18,14

2013 0,68 0,598 21,60

2014 0,67 0,598 16,96

2015 0,67 0,602 24,06

Sumber: diolah oleh penulis.

84

Kemudian jika dilihat pada tabel di atas, dari besarnya presentase

perubahan yang lebih jelas antara Indeks Williamson (CVw) dengan

dan tanpa sektor basis industri pengolahan dari tahun ke tahunnya,

besarnya selalu berfluktuatif dari tahun ke tahun. Namun, jika dilihat

dari besarnya rata-rata presentase perubahan antara Indeks Williamson

(CVw) dengan dan tanpa sektor basis industri pengolahan, perubahan

tersebut cukup tinggi, yakni mencapai sebesar 21,68%. Itu berarti,

sektor basis industri pengolahan justru menyebabkan ketimpangan

pendapatan antar kabupaten/kota yang cukup tinggi dengan pada rata-

rata sebesar 21,68% setiap tahunnya.

c. Peranan Sektor Basis Konstruksi terhadap Ketimpangan

Pendapatan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

Jika dilihat dari jumlah PDRB-nya, sektor basis konstruksi di

Provinsi Jawa Tengah selalu meningkat setiap tahunnya, dari hampir 66

triliyun rupiah pada tahun 2011 kemudian menjadi 81,5 triliyun rupiah

di tahun 2015, sehingga mampu menjadikannya salah satu sektor basis

di Provinsi Jawa Tengah.

Namun, hal tersebut tidak menjadikan sektor basis konstruksi

sebagai sektor yang mampu mengurangi ketimpangan pendapatan antar

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut dikarenakan,

sektor basis konstruksi hanya berjalan atau maju beberapa kabupaten

atau kota besar saja. Selain itu, RPJMD Jawa Tengah 2013-2018 pun

mengungkapkan, bahwa infrastruktur merupakan salah satu

85

permasalahan pembangunan daerah, adanya kesenjangan antar wilayah

terutama antara wilayah pantai utara dan pantai selatan Jawa Tengah.

Grafik 4.10.

Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota Dengan

dan Tanpa Sektor Basis Konstruksi

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015

Sumber: diolah oleh penulis.

Perbedaan tingkat ketimpangan pendapatan keduanya cukup

membuktikan bahwa sektor basis konstruksi justru berkontribusi

terhadap peningkatan ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota di

Provinsi Jawa Tengah. Indeks Williamson tanpa sektor basis konstruksi

yang rata-rata dari tahun ke tahunnya sebesar 0,62 lebih rendah

dibandingkan jika dengan memasukkan sektor basis konstruksi

sehingga rata-rata Indeks Williamson-nya mencapai 0,68.

Tingkat ketimpangan pendapatan baik dengan maupun tanpa

sektor basis konstruksi terlihat searah menurun dari tahun ke tahun,

0.56

0.58

0.60

0.62

0.64

0.66

0.68

0.70

2011 20122013

20142015

CVw diProvinsi JawaTengah

CVw tanpaSektor BasisKonstruksi diProvinsi JawaTengah

86

namun jika dilihat presentase perbedaan antara Indeks Williamson

dengan dan tanpa sektor basis konstruksi, cenderung mengalami

peningkatan. Itu berarti, sektor basis konstruksi justru makin

mengakibatkan ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota di

Provinsi Jawa Tengah, dengan rata–rata 8,5% selama tahun 2011–2015.

Tabel 4.7.

Indeks Williamson (CVw) Dengan dan Tanpa Sektor Basis Konstruksi

beserta Presentase Perubahannya

Tahun CVw Provinsi

Jawa Tengah

CVw tanpa Sektor Basis

Konstruksi

Presentase

Perubahan (%)

2011 0,69 0,64 7,94

2012 0,68 0,63 8,33

2013 0,68 0,62 8,64

2014 0,67 0,62 8,57

2015 0,67 0,61 9,04

Sumber: diolah oleh penulis.

d. Peranan Sektor Basis Perdagangan terhadap Ketimpangan

Pendapatan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

Berdasarkan perhitungan Indeks Williamson, sektor basis

perdagangan ini mampu mengurangi tingkat ketimpangan pendapatan

antara kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, karena sektor

perdagangan ini mampu menjadi andalan dalam perekonomian di

hampir seluruh kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah.

Sehingga, peningkatan sektor perdagangan di tingkat provinsi,

berarti karena meningkatnya pula perekonomian di hampir seluruh

87

kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah, jadi bukan peningkatan

perekonomian yang dikarenakan meningkatnya perekonomian di suatu

daerah yang menjadi pusat saja. Perbedaan nilai Indeks Williamson

secara keseluruhan dari rata – rata 0,68 menjadi 0,70 ketika tanpa sektor

perdagangan. Perbedaan tingkat ketimpangan antar kabupaten/kota

yakni Indeks Williamson antara dengan dan tanpa sektor basis

perdagangan di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat melalui grafik

berikut ini.

Grafik 4.11.

Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota Dengan

dan Tanpa Sektor Basis Perdagangan

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015

Sumber: diolah oleh penulis.

Sektor perdagangan mampu menjadi sektor ekonomi basis di

Provinsi Jawa Tengah melihat kontribusinya yang cukup besar yang

0.60

0.65

0.70

0.75

0.80

2011 2012 2013 2014 2015

CVw diProvinsi JawaTengah

CVw tanpaSektor BasisPerdagangandi ProvinsiJawa Tengah

88

berada di urutan ketiga setelah sektor industri pengolahan dan sektor

pertanian terhadap perekonomian di Provinsi Jawa Tengah. Kontribusi

atau rata-rata presentase perubahannya selama tahun 2011 hingga 2015

terhadap pengurangan ketimpangan hanya sebesar 2,84% yang berarti

jauh lebih kecil dibandingkan sektor pertanian yang mencapai 27,7%.

Lebih lengkapnya dapat dilihat melalui tabel berikut ini.

Tabel 4.8.

Indeks Williamson (CVw) Dengan dan Tanpa Sektor Basis Perdagangan

beserta Presentase Perubahannya

Tahun CVw Provinsi

Jawa Tengah

CVw tanpa Sektor

Basis Perdagangan

Presentase

Perubahan (%)

2011 0,69 0,71 3,09

2012 0,68 0,70 2,99

2013 0,68 0,70 2,77

2014 0,67 0,69 2,87

2015 0,67 0,68 2,49

Sumber: diolah oleh penulis.

89

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka penulis memperoleh

beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai “Analisis

Peranan Sektor Ekonomi Basis terhadap Ketimpangan Pendapatan Antar

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015”, yakni sebagai

berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis LQ, Provinsi Jawa Tengah memiliki 4 sektor

ekonomi basis, yakni sektor pertanian, industri pengolahan, konstruksi,

dan perdagangan. Nilai LQ paling besar yang dimiliki oleh sektor industri

pengolahan, dengan rata-rata nilai LQ selama tahun 2011 hingga 2015

sebesar 1,36.

2. Berdasarkan hasil Tipologi Klassen daerah menunjukkan bahwa hanya 6

kabupaten/kota yang masuk dalam kategori daerah maju, sedangkan yang

termasuk dalam daerah tertinggal masih banyak, yakni 16 kabupaten/kota.

3. Berdasarkan hasil analisis Indeks Williamson, tingkat ketimpangan di dari

tahun ke tahunnya menurun meskipun penurunan sangat kecil yakni hanya

sebesar 0,02 dalam jangka waktu 5 tahun, dari sebesar 0,68 pada tahun

2011 menjadi 0,66 pada tahun 2015 dan Korelasi Pearson Product

Moment antara pertumbuhan dengan ketimpangan pendapatan

berhubungan positif, di mana pertumbuhan PDRB sebesar 1% berarti

90

meningkatkan ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota sebesar

25,1%.

4. Sektor basis yang memiliki peran paling besar dalam mengurangi

ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah

adalah sektor basis pertanian, dengan nilai presentase perubahan cukup

besar antara tingkat ketimpangan dengan dan tanpa sektor pertanian,

dimana tingkat ketimpangan pendapatan tanpa sektor pertanian lebih besar

dengan rata-rata sebesar 27,7% dibandingkan dengan tingkat ketimpangan

pendapatan antar kabupaten/kota secara keseluruhan.

B. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, maka penulis ajukan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah

a. Mengembangkan sektor ekonomi basis yang memiliki daya saing.

b. Terkait dengan potensi ekonomi basis yang dimiliki Provinsi Jawa

Tengah, pengurangan ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota

yang sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) 2013 - 2018, dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah

dengan langkah:

1) Melanjutkan pelaksanaan program perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan (LP2B) di Provinsi Jawa Tengah, mengingat

sektor pertanian merupakan sektor basis yang paling mampu

mengurangi ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota

91

sedangkan lahan pertanian semakin berkurang. Program LP2B

tersebut dapat dilakukan dengan stimulasi pembuatan sertifikat bagi

masyarakat di kawasan tersebut. Status kepemilikan dan

penggunaan tanah tersebut selain dimaksudkan untuk

mempertahankan keberadaan fungsi kawasan juga digunakan untuk

meningkatkan akses masyarakat terhadap lahannya.

2) Melanjutkan pelaksanaan program pengembangan kawasan industri

yang berbasis industri kerajinan, dimana industri kerajinan tersebut

tersebar di hampir seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Jawa

Tengah, dengan harapan sektor industri tidak hanya maju di

beberapa kabupaten besar saja, kemudian dengan begitu

ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota yang disebabkan

karena kemajuan sektor industri di daerah tertentu saja, dapat

diminimalisir.

3) Terkait ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota karena sektor

konstruksi, maka dapat dilanjutkan pelaksanaan program

pembenahan infrastruktur secara massif antara wilayah pantai utara

dengan wilayah pantai selatan Jawa Tengah.

4) Sektor perdagangan yang mampu menjadi andalan hampir di

seluruh kabupaten/kota, yang kontribusinya tidak terlepas dari

besarnya ekspor barang non migas ke luar negeri, dapat

ditingkatkan kembali dengan beberapa upaya yang dilakukan dalam

rangka meningkatkan ekspor barang ke luar negeri tersebut, antara

92

lain melalui pemberian izin usaha perdagangan luar negeri, dan

sertifikasi mutu produk ekspor.

2. Bagi masyarakat

Mengingat keadaan ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota,

maka dibutuhkan peran masyarakat untuk mendukung segala program dan

rencana Pemerintah Daerah dalam menggali potensi ekonomi basis yang

dimiliki daerah untuk mewujudkan pengurangan ketimpangan pendapatan

antar kabupaten/kota.

3. Bagi civitas akademika

a. Dapat meneliti peran sektor ekonomi basis terhadap ketimpangan

pendapatan antar kabupaten/kota di provinsi lainnya, untuk

memperkaya informasi mengenai keadaan ketimpangan di setiap

provinsi yang ada di Indonesia.

b. Selain itu, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menganalisis

lebih dalam yakni meneliti potensi ekonomi di suatu daerah

berdasarkan sub sektor nya, bukan hanya tingkat sektor nya saja.

93

DAFTAR PUSTAKA

Aditya Nugraha. “Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta”, Skripsi S-1 Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2013.

Aditya Pramulyawan. “Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan

Antar Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2001 – 2008”, Skripsi

S-1 Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta, 2010.”

Agus Naufal. “Peranan Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan Ekonomi dan

Mengurangi Ketimpangan Pendapatan di Pemerintah Aceh”, Skripsi S-1

Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Pertanian Bogor, 2010.

Arief dan Yundy. “Model-Model Kuantitatif untuk Perencanaan Pembangunan

Ekonomi Daerah: Konsep dan Aplikasi”, PT Penerbit IPB Press, Bogor,

2010.

BAPPEDA. “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018”, BAPPEDA Provinsi Jawa Tengah,

2014.

BPS. “Direktori Industri Manufaktur Besar Sedang Jawa Tengah 2015”, BPS

Provinsi Jawa Tengah, 2016.

BPS. “Keadaan Angkatan Kerja di Jawa Tengah Agustus 2011”, BPS Provinsi

Jawa Tengah, 2012.

BPS. “Keadaan Angkatan Kerja di Jawa Tengah Agustus 2015”, BPS Provinsi

Jawa Tengah, 2016.

BPS. “Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha

2011 – 2015”, BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016.

BPS. “Provinsi Jawa Tengah dalam Angka Tahun 2016”, BPS Provinsi Jawa

Tengah, 2016.

Kementrian Pertanian. “Statistik Lahan Pertanian Tahun 2009 -2013”, Pusat Data

dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jendral – Kementrian Pertanian,

2014.

BPS. “Tinjauan PDRB Kabupaten/Kota Se-Jawa Tengah Tahun 2014”, BPS

Provinsi Jawa Tengah, 2015.

Denny Iswanto. “Analisis Ketimpangan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 –

2012”, Skripsi S-1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

94

Dhani Kurniawan. “Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal di Indonesia”,

2012.

Kukuh Danuargo dkk. “Analisis Disparitas Pendapatan Kabupaten dan Kota di

Provinsi Jawa Timur (An Analysis The Income Disparity of Regency and

Town in East Java Province)”, Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember (UNEJ), 2015.

Linda Kristiyanti. “Analisis Sektor Basis Perekonomian Dan Peranannya dalam

Mengurangi Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi

Jawa Timur”, Skripsi S-1 Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan

Manajemen Institut Pertanian Bogor, 2007.

Mudrajad Kuncoro. “Masalah, Kebijakan, dan Politika Ekonomika

Pembangunan”, edisi kelima, PT Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 2010.

Mudrajad Kuncoro. “Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi”, edisi ketiga, PT

Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 2009.

Norma Rita. “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan

Antar Provinsi di Indonesia Tahun 2004-2010”, Skripsi S-1 Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, 2013.

Puput Desi dan Made Kembar. “Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Antar

Kecamatan di Kabupaten Buleleng”, Jurnal Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Udayana, 2013.

Putri Puspita. “Analisis Pengaruh Desentralisasi Fiskal terhadap Disparitas

Pendapatan Provinsi Lampung Tahun 2001 – 2014”, Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Lampung Bandar Lampung, 2014.

Sadono Sukirno. “Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijakan”, edisi kedua cetakan kesatu, PT Fajar Interpratama Mandiri,

Jakarta, 2006.

Sanudin dkk. “Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap Perekonomian Wilayah:

Kasus Provinsi Lampung”, Program Doktoral Ilmu Kehutanan Fakultas Ke

hutanan Universitas Gajah Mada, 2015.

Selifia Fifi. “Peranan Sektor Basis terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di

Kabupaten Gresik”, Fakultas Ekonomi Unesa Surabaya, 2013.

Sjafrijal. “Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi”, Praninta Offset, Padang, 2008.

Sjafrizal. “Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi”, edisi

pertama cetakan pertama, Rajawali Pers, Jakarta, 2014.

Sugiyono. “Statistika Untuk Penelitian”, edisi revisi terbaru cetakan ketigabelas,

CV Alfabeta, Bandung, 2008.

95

Supartomo dan Sri Kurniawati. “Analisis Pertumbuhan dan Ketimpangan Antar

Kabupaten/Kota di Kalimantan Tahun 2000 – 2007”, Pusat Keilmuan –

LPPM Universitas Terbuka, 2009.

Syamsir Abduh. “Metodologi Penelitian: Cara Praktos Menulis Disertasi”, edisi

pertama, Universitas Trisakti, Jakarta, 2006.

Syari Syafrina. “Peranan Sektor Pertanian dalam Mengurangi Ketimpangan

Pendapatan Antar Daerah di Provinsi Sumatra Utara”, Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, 2015.

Tarigan, Robinson. “Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi”, edisi revisi cetakan

pertama, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2005.

Todaro, Michael. “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”, edisi keenam,

Erlangga, Jakarta, 1998.

Todaro, Michael. “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”, Erlangga, Jakarta,

2006.

Tony Wijaya. “Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis; Teori dan Praktik”,

edisi pertama cetakan pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2013.

Widi Asih. “Analisis Ketimpangan dalam Pembangunan Ekonomi Antar

Kecamatan di Kabupaten Cilacap Tahun 2004 – 2013”, Skripsi S-1 Program

Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Yogyakarta, 2015.

Y Simonsen. “Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Ketimpangan Pendapatan

Antar Wilayah (Studi Kasus Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara)”,

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, 2011.

96

LAMPIRAN

A. DATA PENELITIAN

1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 Masing-masing

Kabupaten/Kota Menurut Lapangan Usaha (Dalam Milyar Rupiah)

1) Kabupaten Cilacap

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 5712,491 6003,871 6206,301 6158,626 6446,713

Pertambangan dan

Penggalian 1629,85 1743,558 1863,797 2038,906 2145,648

Industri Pengolahan 10511,33 11057,27 12157,84 12427,28 13031,03

Pengadaan Listrik dan Gas 35,52326 39,52701 43,45742 45,98 44,348

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang 30,97426 29,8527 29,2731 31,2704 31,3009

Konstruksi 3331,861 3474,562 3549,952 3680,933 3997,283

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

3720,12 3740,893 3775,682 4068,355 4297,309

Transportasi dan Pergudangan 1523,886 1649,788 1864,674 2024,164 2117,324

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 647,3965 684,9321 713,6349 787,1813 834,7673

Informasi dan Komunikasi 913,5301 1004,837 1058,972 1253,535 1316,985

Jasa Keuangan dan Asuransi 550,4366 559,1329 571,5274 615,9584 662,5983

Real Estate 528,2153 563,7142 610,0207 670,4238 720,5388

Jasa Perusahaan 81,10254 86,79539 99,05561 109,1283 119,7339

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

830,0323 830,1494 851,0715 860,7319 913,7911

Jasa Pendidikan 848,7126 962,1944 1050,63 1116,73 1189,706

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 177,7713 193,0114 209,9017 240,6519 262,2449

Jasa lainnya 464,7006 474,1831 525,8825 565,5383 588,4465

Jumlah 31537,93 33098,27 35181,67 36695,39 38719,77

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

97

2) Kabupaten Banyumas

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 3535,603 3727,668 3923,57 3903,345 4154,507

Pertambangan dan Penggalian 1429,335 1442,481 1536,093 1600,762 1714,736

Industri Pengolahan 4620,634 5343,043 5959,583 6621,418 7087,107

Pengadaan Listrik dan Gas 26,60556 28,53271 31,16942 32,79503 31,83071

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang 27,49413 26,53812 27,05754 27,38419 27,8246

Konstruksi 3102,866 3309,262 3401,805 3526,715 3739,024

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4624,814 4691,362 4919,742 5087,14 5267,271

Transportasi dan Pergudangan 956,0138 956,6451 1046,029 1130,988 1203,063

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 810,6615 830,17 899,3052 978,3077 1064,037

Informasi dan Komunikasi 1385,729 1437,533 1538,591 1674,918 1790,32

Jasa Keuangan dan Asuransi 788,7404 812,0452 852,066 886,102 928,2749

Real Estate 566,5263 580,0466 645,6254 708,3453 762,9588

Jasa Perusahaan 60,54552 66,00344 77,51937 81,88135 89,81827

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

901,4407 901,8069 923,7733 936,829 1013,087

Jasa Pendidikan 1038,196 1148,89 1263,549 1361,872 1451,892

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 199,1748 227,2656 249,4352 271,5352 283,7747

Jasa lainnya 464,2157 452,8652 498,2257 537,3494 555,3506

Jumlah 24538,6 25982,16 27793,14 29367,69 31164,88

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

98

3) Kabupaten Purbalingga

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 3759,17 3985,553 4412,817 4982,941 5532,716

Pertambangan dan Penggalian 574,066 626,155 684,352 814,426 944,403

Industri Pengolahan 2949,21 3358,36 3669,711 4276,08 4774,916

Pengadaan Listrik dan Gas 6,893 7,536 7,735 8,035 8,165

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang 17,087 16,914 17,427 18,438 19,445

Konstruksi 692,857 778,329 846,169 951,737 1054,505

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1723,92 1807,242 1962,626 2111,46 2285,565

Transportasi dan Pergudangan 371,718 399,948 440,4 508,133 572,68

Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 277,406 303,828 327,289 373,045 423,066

Informasi dan Komunikasi 200,232 231,687 242,028 265,407 288,717

Jasa Keuangan dan Asuransi 272,077 306,975 332,32 360,185 391,92

Real Estate 129,577 137,826 154,099 173,28 191,346

Jasa Perusahaan 17,144 20,088 23,574 26,399 30,504

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

372,399 412,61 440,363 471,842 516,112

Jasa Pendidikan 510,761 697,061 823,902 945,801 1022,437

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 103,63 125,173 142,954 163,536 183,181

Jasa lainnya 227,217 233,369 263,529 305,3 325,435

Jumlah 12205,4 13448,65 14791,3 16756,05 18565,11

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

99

4) Kabupaten Banjarnegara

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3448,28 3484,74 3680,74 3620,1 3760,99

Pertambangan dan Penggalian 560,554 601,385 640,617 684,669 703,895

Industri Pengolahan 1181,94 1264,3 1380,97 1505,16 1619,24

Pengadaan Listrik dan Gas 2,86221 3,23796 3,50405 3,64202 3,53234

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 5,61807 5,64062 5,6864 5,88421 5,9825

Konstruksi 651,208 710,483 746,887 780,608 826,214

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1618,37 1700,15 1785,28 1890,34 1988,6

Transportasi dan Pergudangan 376,522 410,578 445,528 482,859 525,116

Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 190,669 203,117 211,904 228,408 244,229

Informasi dan Komunikasi 266,879 301,487 329,053 374,989 414,922

Jasa Keuangan dan Asuransi 278,073 293,54 309,14 326,406 342,543

Real Estate 161,806 174,913 18,832 203,138 216,422

Jasa Perusahaan 33,7851 36,9219 39,5834 43,5245 47,2644

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 415,936 417,128 429,939 435,274 456,129

Jasa Pendidikan 433,781 522,246 571,93 629,153 675,462

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 104,608 117,803 126,632 140,481 150,405

Jasa lainnya 221,507 225,69 247,099 270,614 281,483

Jumlah 9952,4 10473,4 10973,3 11625,3 12262,4

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

100

5) Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 1664,332 1883,017 1913,143 1843,965 1975,792

Pertambangan dan Penggalian 82,51354 83,61177 86,06157 90,14576 91,86336

Industri Pengolahan 6517,106 6999,476 7551,722 8045,938 8285,662

Pengadaan Listrik dan Gas 24,92235 26,7781 29,59491 29,75937 28,67457

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

7,87485 7,7264 7,82379 8,0009 8,15802

Konstruksi 1132,134 1173,648 1225,426 1266,624 1366,477

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

3506,393 3550,249 3661,154 3837,604 4052,54

Transportasi dan Pergudangan 558,35 580,9889 637,9909 694,754 759,0158

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 662,9826 679,2408 704,4094 750,3121 802,6074

Informasi dan Komunikasi 711,2173 770,7229 841,6354 993,9212 1137,81

Jasa Keuangan dan Asuransi 669,703 678,5874 695,6364 700,9943 762,0447

Real Estate 410,2798 422,6008 456,596 485,4433 523,6648

Jasa Perusahaan 56,09467 59,55258 67,56351 72,76313 79,24716

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

454,5518 455,3779 464,3547 462,2211 485,8347

Jasa Pendidikan 477,1347 580,0893 633,953 696,7018 755,4693

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 131,8345 143,7714 153,3074 174,4645 191,6288

Jasa lainnya 252,2147 246,8082 271,5176 295,319 305,1826

Jumlah 17319,64 18342,25 19401,89 20448,93 21611,67

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

101

6) Kabupaten Kendal

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 4537,33 4682,68 4989,87 5130,35 5299,5

Pertambangan dan Penggalian 79,7 83,85 94,57 100,52 119,96

Industri Pengolahan 7959,84 8539,07 8976,1 9472,06 9977,89

Pengadaan Listrik dan Gas 43,33 47,11 49,83 53,38 52,01

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

18,53 18,68 19,44 20,59 21,06

Konstruksi 1269,85 1362,05 1471,37 1536,87 1629,14

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

2583,92 2634,13 2794,62 2961,03 3044,75

Transportasi dan Pergudangan 430,01 441,9 463,31 488,41 530,03

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 624,22 650,63 703,05 746,03 831,54

Informasi dan Komunikasi 664,95 718,08 813,44 894,62 979,87

Jasa Keuangan dan Asuransi 383,73 393,99 404,4 424,68 448,15

Real Estate 159,09 167,97 182,65 192,19 236,77

Jasa Perusahaan 47,29 50,5 57,39 60,61 66,5

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

443,62 445,8 466,6 474,05 499,22

Jasa Pendidikan 407,63 443,15 480,35 528,32 565,72

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 112,63 124,54 130,34 140,55 151,46

Jasa lainnya 266,75 271,56 288,8 312,57 317,99

Jumlah 20032,42 21075,69 22386,13 23536,83 24771,56

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

102

7) Kabupaten Batang

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 2531,196 2520,644 2585,09 2627,387 2721,101

Pertambangan dan Penggalian 243,0325 254,742 267,6774 279,3605 299,6567

Industri Pengolahan 3067,992 3320,26 3615,243 3850,335 4055,241

Pengadaan Listrik dan Gas 6,57238 7,30861 7,88806 7,92323 7,73726

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

13,41043 13,04487 12,8143 13,06257 13,37925

Konstruksi 490,0631 513,9045 534,3441 556,0623 599,7828

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

1491,09 1514,388 1587,58 1657,661 1733,36

Transportasi dan Pergudangan 245,9571 259,34 286,3424 315,0982 339,1734

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 394,0728 408,7582 418,398 445,9392 482,3294

Informasi dan Komunikasi 249,9306 275,8289 299,775 358,9049 415,0455

Jasa Keuangan dan Asuransi 185,0361 188,5574 193,9021 200,1432 212,624

Real Estate 112,4433 118,9199 127,9534 138,001 146,4999

Jasa Perusahaan 31,73499 34,08427 38,75997 42,88664 46,38347

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

285,9423 288,588 294,2485 295,8092 317,2656

Jasa Pendidikan 422,3675 507,7849 550,7966 606,7197 647,293

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 60,7013 67,02401 71,83018 81,29769 85,5552

Jasa lainnya 193,5027 195,2788 212,0544 230,8062 240,2649

Jumlah 10025,05 10488,46 11104,7 11707,4 12362,69

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

103

8) Kabupaten Semarang

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 2976,207 3026,516 3080,143 3117,724 3267,348

Pertambangan dan Penggalian 64,66603 61,77813 62,9387 64,23196 68,06673

Industri Pengolahan 8570,189 9361,199 10017,55 10699,42 11288,82

Pengadaan Listrik dan Gas 29,48267 32,12715 34,77923 36,20626 35,20319

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

22,53769 21,7328 21,90816 22,31948 22,76587

Konstruksi 3039,667 3196,638 3435,216 3633,966 3773,721

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

2910,476 2942,075 3087,824 3182,061 3346,966

Transportasi dan Pergudangan 473,7393 503,601 543,7664 590,6975 627,6414

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 719,1473 752,9762 777,1408 824,384 879,1154

Informasi dan Komunikasi 765,251 841,5422 911,007 1052,309 1129,566

Jasa Keuangan dan Asuransi 762,1643 801,3152 847,7401 895,6197 962,4028

Real Estate 715,0975 751,0774 801,5222 861,4644 919,5155

Jasa Perusahaan 93,01096 97,60966 110,1186 119,5902 129,1574

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

748,7585 749,6705 767,1712 772,8809 815,548

Jasa Pendidikan 614,2731 735,8419 795,5749 885,2866 952,5002

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 141,5286 156,2744 164,5375 179,5974 192,0693

Jasa lainnya 279,2611 274,744 299,1778 324,8546 332,9012

Jumlah 22925,46 24306,72 25758,12 27262,61 28743,31

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

104

9) Kabupaten Rembang

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 2939,405 3042,784 3171,162 2992,145 3115,474

Pertambangan dan Penggalian 265,1756 276,3556 291,7656 310,7677 323,2916

Industri Pengolahan 1525,025 1693,227 1860,446 2143,284 2307,831

Pengadaan Listrik dan Gas 7,119793 7,924657 8,73372 9,196669 8,994853

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

5,457247 5,448737 5,438493 5,546093 5,640839

Konstruksi 667,5302 708,5833 677,3777 776,6302 824,6422

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

1299,711 1310,768 1351,958 1406,725 1464,601

Transportasi dan Pergudangan 318,3447 339,5337 375,3208 414,9223 443,0365

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 270,4215 284,0372 302,4191 336,2317 356,8339

Informasi dan Komunikasi 102,6999 112,6969 124,0697 145,366 155,9409

Jasa Keuangan dan Asuransi 348,9452 362,8711 383,2949 407,2519 425,2977

Real Estate 91,18586 94,74288 99,19248 105,5207 112,0442

Jasa Perusahaan 21,33626 22,54727 26,30816 28,18871 30,67979

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

376,4469 380,8894 388,4534 391,051 410,088

Jasa Pendidikan 313,2535 365,5289 423,9061 486,8802 520,0486

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 84,2751 94,36092 102,3042 117,6194 129,0878

Jasa lainnya 171,9696 174,8632 188,6004 206,2821 214,6819

Jumlah 8808,302 9277,163 9780,751 10283,61 10848,21

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

105

10) Kabupaten Pemalang

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 3322,731 3455,924 3680,933 3615,816 3762,377

Pertambangan dan Penggalian 543,0074 571,1895 600,72 638,0848 656,2631

Industri Pengolahan 2141,096 2316,429 2472,07 2810,142 3014,904

Pengadaan Listrik dan Gas 14,21126 15,15773 15,944 16,03682 15,56617

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

10,98388 11,1772 11,79194 12,64214 12,93589

Konstruksi 498,4027 528,9049 559,3698 585,3246 617,9935

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

2060,119 2118,202 2185,403 2317,614 2420,234

Transportasi dan Pergudangan 338,414 367,4541 389,2016 411,1652 433,522

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 651,2204 688,7841 711,8384 759,0047 808,8863

Informasi dan Komunikasi 242,016 267,6697 293,6604 333,1871 360,8771

Jasa Keuangan dan Asuransi 348,5255 357,9633 371,3755 393,7843 426,21

Real Estate 208,0159 220,5593 235,7338 251,8579 269,813

Jasa Perusahaan 35,70858 38,74381 42,94364 47,41407 52,36028

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

461,3972 465,6882 475,6539 476,4149 498,9695

Jasa Pendidikan 515,8155 586,998 633,4683 697,8287 757,1803

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 108,2881 117,8283 124,1792 134,3371 143,3131

Jasa lainnya 347,2475 348,5671 367,7731 399,6958 413,205

Jumlah 11847,2 12477,24 13172,06 13900,35 14664,61

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

106

11) Kabupaten Magelang

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 3884,447 3827,627 3900,103 3885,15 4068,747

Pertambangan dan Penggalian 621,0982 667,0271 706,3722 733,1539 750,9427

Industri Pengolahan 2938,922 3190,67 3539,294 3813,631 3985,246

Pengadaan Listrik dan Gas 9,116522 10,13217 10,90725 11,26925 10,97669

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

18,08419 18,13332 18,08011 18,40738 18,65151

Konstruksi 1395,777 1526,541 1609,322 1691,118 1791,406

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

2335,348 2400,862 2500,051 2588,142 2700,161

Transportasi dan Pergudangan 526,1453 570,4601 619,3184 672,2772 729,6916

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 597,4163 643,0027 677,7211 728,5383 776,5871

Informasi dan Komunikasi 559,444 618,5021 667,6924 754,7879 826,0956

Jasa Keuangan dan Asuransi 400,3976 416,8101 435,1014 456,8123 497,0915

Real Estate 309,7496 322,1682 346,9738 371,8736 399,2158

Jasa Perusahaan 31,96222 34,20781 38,33421 41,53731 45,58263

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

623,2039 627,9805 645,1036 649,3937 683,6717

Jasa Pendidikan 635,2286 748,4375 818,8579 902,1532 966,2397

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 102,9935 113,7687 121,845 136,202 145,6339

Jasa lainnya 333,7063 334,8122 365,6782 396,8008 409,8494

Jumlah 15323,04 16071,14 17020,76 17851,25 18805,79

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

107

12) Kabupaten Jepara

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 2249,876 2336,51 2442,71 2374,2 2444,16

Pertambangan dan Penggalian 285,341 284,0724 284,63 296,11 300,9

Industri Pengolahan 4625,536 4838,35 5140,57 5472,14 5756,34

Pengadaan Listrik dan Gas 15,658 17,5285 18,71 18,86 18,91

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

12,857 12,77002 12,43 12,79 13,03

Konstruksi 907,727 972,3129 1007,48 1050,53 1103,07

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

2600,471 2701,718 2815,81 2933 3072,17

Transportasi dan Pergudangan 564,513 597,2799 650,67 695,08 735,84

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 569,513 601,0233 605,11 661,86 715,42

Informasi dan Komunikasi 315,782 356,0508 394,6 468,28 523,71

Jasa Keuangan dan Asuransi 313,278 322,6477 324,64 339,18 357,15

Real Estate 236,707 255,1731 269,31 286,82 305,84

Jasa Perusahaan 57,591 62,2536 69,87 75,58 82,67

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

394,041 394,8933 399,8 399,36 417,01

Jasa Pendidikan 500,231 631,4971 689,18 764,99 803,5

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 105,214 119,0792 128 146,36 157,93

Jasa lainnya 319,263 321,8356 349,34 378,98 390,15

Jumlah 14073,6 14825 15602,86 16374,12 17197,8

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

108

13) Kabupaten Karanganyar

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 2660,573 2642,511 2730,072 2782,235 2944,377

Pertambangan dan Penggalian 212,521 219,387 231,9036 234,7941 237,2595

Industri Pengolahan 7497,423 8125,204 8697,103 9249,002 9674,317

Pengadaan Listrik dan Gas 29,067 31,779 34,55547 35,70048 35,82839

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

16,08549 15,72219 16,45101 16,81112 16,96948

Konstruksi 1076,657 1139,647 1207,317 1254,347 1318,937

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

2132,273 2222,453 2320,459 2403,685 2537,865

Transportasi dan

Pergudangan 462,081 494,057 538,423 578,918 605,6198

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 588,258 613,493 621,1779 662,6768 697,2793

Informasi dan Komunikasi 224,027 246,608 267,1361 294,1018 315,5125

Jasa Keuangan dan Asuransi 599,259 606,062 640,2251 661,4932 702,9293

Real Estate 318,429 338,995 362,2981 382,2728 403,1832

Jasa Perusahaan 50,258 53,287 60,03443 65,21206 70,90507

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

418,327 418,808 426,4389 427,6944 441,2047

Jasa Pendidikan 544,189 638,196 688,056 757,3881 803,5803

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 120,1 130,41 137,7682 153,1526 164,5318

Jasa lainnya 255,529 252,447 277,098 302,2907 314,4428

Jumlah 17205,06 18189,07 19256,52 20261,78 21284,74

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

109

14) Kabupaten Wonosobo

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 3301,682 3406,757 3402,317 3487,819 3615,481

Pertambangan dan Penggalian 93,342 96,128 99,758 103,8216 105,5857

Industri Pengolahan 1537,632 1621,383 1712,642 1787,495 1880,888

Pengadaan Listrik dan Gas 3,549 3,899 4,192445 4,358399 4,226013

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

12,77 12,864 12,97681 13,38669 13,62179

Konstruksi 561,767 601,526 637,3512 669,6481 718,6663

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

1716,25 1766,536 1862,821 1958,338 2040,785

Transportasi dan

Pergudangan 472,695 506,975 553,5276 609,0504 661,6425

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 282,782 302,17 318,6651 343,2296 367,6256

Informasi dan Komunikasi 108,053 119,767 130,6888 146,5183 160,3204

Jasa Keuangan dan Asuransi 260,533 272,561 281,8885 294,2786 316,7309

Real Estate 147,395 155,184 166,1088 176,9008 190,2352

Jasa Perusahaan 18,73 19,838 21,98801 23,68282 25,62304

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

262,177 264,073 270,2661 272,8262 287,1622

Jasa Pendidikan 414,69 478,079 524,1967 581,4328 622,9471

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 97,209 108,512 117,8091 131,5426 140,8558

Jasa lainnya 198,285 199,014 216,5598 235,1276 242,4051

Jumlah 9489,541 9935,266 10333,76 10839,46 11394,8

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

110

15) Kabupaten Tegal

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 2756,015 2835,913 2878,663 2754,864 2831,399

Pertambangan dan Penggalian 659,443 691,859 733,2076 778,4378 794,7977

Industri Pengolahan 4479,753 4863,89 5475,268 5920,279 6314,826

Pengadaan Listrik dan Gas 12,136 13,293 14,26496 14,86927 14,62363

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

9,297 8,978 8,918241 9,266723 9,294836

Konstruksi 1286,428 1359,73 1418,501 1482,495 1564,698

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

2986,041 3032,317 3167,243 3331,114 3468,214

Transportasi dan

Pergudangan 439,939 462,832 505,8153 551,9151 600,2697

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 750,683 774,271 791,7862 846,7139 907,5065

Informasi dan Komunikasi 485,102 534,81 583,9701 635,4564 692,6707

Jasa Keuangan dan Asuransi 381,396 389,531 397,9413 412,0373 442,0954

Real Estate 297,727 308,104 320,9383 340,5149 365,3756

Jasa Perusahaan 60,571 63,758 71,11347 76,87396 83,96753

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

404,114 404,496 412,7445 415,894 437,1109

Jasa Pendidikan 566,996 666,065 725,443 795,9306 851,0082

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 119,595 129,523 136,9047 148,5366 155,9406

Jasa lainnya 376,586 372,865 407,57 443,1659 457,0215

Jumlah 16071,82 16912,24 18050,29 18958,36 19990,82

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

111

16) Kabupaten Brebes

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 9191,604 9352,734 9602,927 9626,654 10013,78

Pertambangan dan Penggalian 410,6823 445,6562 478,2428 518,0296 549,195

Industri Pengolahan 2483,007 2691,237 3054,225 3419,497 3749,56

Pengadaan Listrik dan Gas 13,04929 14,48605 16,078 16,4968 16,097

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

16,43938 17,54297 17,22316 17,93073 18,308

Konstruksi 821,7428 909,2576 963,5727 1014,362 1179,078

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

4051,013 4178,625 4406,12 4629,032 4830,484

Transportasi dan

Pergudangan 569,4103 625,1312 703,3888 783,4803 836,524

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 923,8201 963,1686 994,3995 1090,37 1135,103

Informasi dan Komunikasi 612,4852 706,0477 788,1785 948,1552 1069,687

Jasa Keuangan dan Asuransi 376,7735 394,3191 409,9996 421,2149 445,19

Real Estate 256,5541 274,9255 302,1261 330,1619 351,42

Jasa Perusahaan 44,1604 47,89917 56,01877 62,21399 67,215

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

509,7163 511,3296 528,0263 532,4061 553,768

Jasa Pendidikan 641,3545 744,3402 827,4412 933,8358 996,723

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 137,9485 152,4896 165,4923 183,7513 195,231

Jasa lainnya 438,6614 453,0724 510,0969 564,1222 563,317

Jumlah 21498,42 22482,26 23823,56 25091,71 26570,68

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

112

17) Kabupaten Wonogiri

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 4947,089 5172,907 5226,842 5266,837 5467,449

Pertambangan dan

Penggalian 447,7383 477,066 520,6053 568,8735 588,638

Industri Pengolahan 1929,65 2060,56 2236,339 2409,45 2558,404

Pengadaan Listrik dan Gas 10,13227 11,19118 12,23466 12,83799 12,49196

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

11,32527 11,7517 11,62698 12,50633 12,77905

Konstruksi 850,5333 929,1905 982,3824 1032,984 1.099,181

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

2366,383 2479,221 2601,481 2759,197 2902,861

Transportasi dan

Pergudangan 823,8751 882,1014 956,5865 1060,923 1146,111

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 339,4344 355,0669 369,2736 387,736 409,653

Informasi dan Komunikasi 113,6804 125,3817 137,5833 161,9285 177,158

Jasa Keuangan dan Asuransi 388,3056 413,9145 431,3729 454,0833 486,43

Real Estate 109,5969 112,406 121,2163 131,4586 142,017

Jasa Perusahaan 46,09587 48,61277 54,20125 60,54411 65,735

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

441,1689 441,793 452,592 458,2151 486,115

Jasa Pendidikan 598,1961 712,6045 782,7461 880,2829 946,738

Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 108,3469 118,2907 127,646 143,6508 154,887

Jasa lainnya 255,1587 253,0291 280,5682 308,2005 318,421

Jumlah 13786,71 14605,09 15305,3 16109,71 16975,07

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

113

18) Kabupaten Kebumen

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 3704,526 3985,936 3795,424 3922,86 4281,318

Pertambangan dan

Penggalian 623,757 657,871 697,001 736,382 751,993

Industri Pengolahan 2380,469 2331,506 2608,646 2853,163 2965,337

Pengadaan Listrik dan Gas 8,6562 9,556 10,747 10,972 10,591

Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang

10,048 9,428 8,999 9,318 9,535

Konstruksi 882,80 959,739 1017,929 1067,91 1.124,94

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor

2131,796 2160,6 2292,3 2366,33 2.495,21

Transportasi dan

Pergudangan 488,766 502,518 559,653 614,624 646,358

Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum 272,923 281,588 297,924 311,022 333,566

Informasi dan Komunikasi 234,328 261,628 284,883 335,315 366,969

Jasa Keuangan dan

Asuransi 389,803 398,701 416,627 419,237 446,804

Real Estate 189,673 193,678 206,87 218,325 233,259

Jasa Perusahaan 33,199 35,823 42,509 45,652 49,585

Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib

502,041 503,328 518,456 519,538 543,956

Jasa Pendidikan 782,357 972,412 1088,9 1201,811 1300,84

Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 117,98 130,588 143,001 156,578 170,247

Jasa lainnya 314,858 312,15 343,463 375,355 386,653

Jumlah 13067,98 13707,05 14333,33 15164,39 16117,16

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

114

19) Kabupaten Purworejo

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 2500,312 2505,323 2546,812 2498,092 2606,735

Pertambangan dan

Penggalian 66,964 70,514 73,948 78,839 80,796

Industri Pengolahan 1505,279 1585,212 1694,226 1823,343 1917,866

Pengadaan Listrik dan Gas 7,989 8,879 9,503 9,731 9,482

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

7,632 7,409 7,329 7,566 7,685

Konstruksi 775,33 805,703 842,614 878,29 916,122

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

1252,552 1289,743 1350,859 1415,842 1474,918

Transportasi dan

Pergudangan 488,076 531,732 576,141 616,005 659,644

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 201,022 206,439 212,528 226,195 238,058

Informasi dan Komunikasi 434,127 480,868 517,423 586,406 629,369

Jasa Keuangan dan Asuransi 318,383 323,013 333,778 344,771 367,232

Real Estate 286,293 199,078 214,377 229,406 243,358

Jasa Perusahaan 21,182 22,961 25,495 27,563 29,816

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

414,905 417,093 426,649 428,487 446,905

Jasa Pendidikan 522,69 621,245 678,566 747,022 799,19

Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 115,647 128,924 138,224 154,315 165,131

Jasa lainnya 195,225 202,106 222,496 242,065 249,348

Jumlah 9113,608 9406,242 9870,968 10313,94 10841,66

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

115

20) Kabupaten Boyolali

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 3697,278 3771,709 3846,252 3777,647 4092,594

Pertambangan dan

Penggalian 593,362 622,124 656,806 696,722 710,935

Industri Pengolahan 3721,942 4065,228 4482,52 4857,151 5170,61

Pengadaan Listrik dan Gas 3,294 3,645 3,955 4,002 3,881

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

11,271 10,993 10,943 11,221 11,339

Konstruksi 952,579 1012,228 1049,622 1098,594 1167,366

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

2252,745 2286,535 2384,57 2478,005 2567,851

Transportasi dan

Pergudangan 609,915 651,088 710,114 778,495 838,184

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 417,419 433,997 442,776 477,495 513,043

Informasi dan Komunikasi 371,548 407,82 443,148 511,962 564,541

Jasa Keuangan dan Asuransi 334,65 344,283 358,418 371,893 398,506

Real Estate 173,838 181,833 193,861 209,726 228,433

Jasa Perusahaan 43,601 46,627 53,038 57,387 62,621

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

452,902 453,012 461,497 460,751 482,683

Jasa Pendidikan 576,343 689,655 747,432 833,671 895,946

Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 114,347 125,359 133,404 150,298 161,3

Jasa lainnya 264,989 263,839 287,399 310,64 319,866

Jumlah 14592,02 15369,98 16265,76 17085,66 18189,7

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

116

21) Kabupaten Kudus

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 1315,173 1387,113 1411,791 1411,53 1491,318

Pertambangan dan

Penggalian 55,235 61,74 64,288 68,863 71,392

Industri Pengolahan 45206,11 46818,35 48686,04 50757,71 52497,35

Pengadaan Listrik dan Gas 25,297 27,705 30,036 31,261 30,497

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

11,019 12,172 12,856 13,496 13,796

Konstruksi 1643,3 1823,412 1915,309 2000,04 2121,325

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

3008,185 3111,215 3329,985 3517,733 3752,373

Transportasi dan

Pergudangan 552,658 593,83 646,981 702,056 769,366

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 577,908 616,466 658,606 708,891 781,179

Informasi dan Komunikasi 311,946 348,029 377,372 427,043 467,736

Jasa Keuangan dan Asuransi 832,457 896,868 943,02 989,886 1064,595

Real Estate 288,244 315,381 340,359 364,894 392,648

Jasa Perusahaan 47,08209 49,99 54,903 58,809 64,021

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

468,717 475,523 488,251 492,548 518,776

Jasa Pendidikan 427,542 467,769 512,406 564,419 604,373

Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 139,007 150,168 160,894 178,862 191,504

Jasa lainnya 265,914 285,083 311,465 337,984 351,561

Jumlah 55175,79 57440,81 59944,56 62626,03 65183,81

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

117

22) Kabupaten Grobogan

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 4229,096 4420,863 4499,335 4503,753 4821,979

Pertambangan dan Penggalian 135,896 154,981 167,385 176,1995 180,265

Industri Pengolahan 1342,087 1431,366 1542,865 1662,383 1768,852

Pengadaan Listrik dan Gas 12,438 13,606 14,814 14,956 14,592

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

6,967 6,881 7,033 7,359 7,492

Konstruksi 709,486 755,16 804,909 845,724 892,916

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

2893,418 3006,954 3141,786 3269,108 3402,658

Transportasi dan Pergudangan 615,53 660,218 709,686 764,287 812,458

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 597,676 615,008 626,623 666,96 710,335

Informasi dan Komunikasi 322,918 348,213 375,216 413,466 449,961

Jasa Keuangan dan Asuransi 481,751 504,466 536,723 576,002 618,024

Real Estate 291,013 309,366 337,598 357,185 379,163

Jasa Perusahaan 30,743 309,366 34,695 36,728 39,741

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

504,349 32,352 522,631 528,423 554,725

Jasa Pendidikan 509,898 507,617 618,424 667,207 712,16

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 123,775 572,65 135,034 142,437 151,367

Jasa lainnya 365,672 130,236 399,974 432,272 445,931

Jumlah 13172,71 13779,3 14474,73 15064,45 15962,62

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

118

23) Kabupaten Klaten

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 2224,077 2471,011 2583,62 2611,62 2741,585

Pertambangan dan Penggalian 504,193 523,681 557,451 597,551 622,111

Industri Pengolahan 5625,016 5991,221 6506,552 7093,269 7601,144

Pengadaan Listrik dan Gas 31,781 34,545 37,302 38,526 37,087

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

10,572 10,692 11,062 11,528 11,793

Konstruksi 1169,365 1199,174 1254,97 1294,69 1356,318

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

3868,307 3912,955 4000,471 4095,158 4234,749

Transportasi dan Pergudangan 407,274 424,248 469,346 515,457 543,842

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 717,638 733,825 755,16 792,088 832,821

Informasi dan Komunikasi 707,362 722,286 749,129 778,394 811,32

Jasa Keuangan dan Asuransi 600,124 637,717 675,611 718,815 767,542

Real Estate 262,526 272,023 290,53 316,063 339,894

Jasa Perusahaan 46,526 50,941 60,536 65,626 70,962

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

531,35 530,808 543,502 546,823 574,875

Jasa Pendidikan 881,597 1085,189 1193,988 1333,544 1438,628

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 160,516 182,775 200,873 224,011 241,26

Jasa lainnya 323,128 319,312 351,325 381,431 396,731

Jumlah 18071,35 19102,4 20241,43 21414,59 22622,66

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

119

24) Kabupaten Pekalongan

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 2184,282 2194,312 2226,95 2195,9 2262,404

Pertambangan dan Penggalian 322,929 337,679 354,575 376,417 396,883

Industri Pengolahan 3158,752 3426,772 3786,082 4051,814 4264,207

Pengadaan Listrik dan Gas 19,038 21,226 22,787 22,976 22,417

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

6,599 6,185 5,994 6,234 6,387

Konstruksi 694,956 712,121 739,113 772,398 802,343

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

1724,166 1750,32 1820,302 1873,66 1944,855

Transportasi dan Pergudangan 272,572 289,845 316,178 345,845 366,243

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 582,362 604,826 616,96 652,04 687,691

Informasi dan Komunikasi 227,735 248,575 270,773 313,705 350,764

Jasa Keuangan dan Asuransi 268,075 273,236 282,36 297,893 312,544

Real Estate 159,47 166,482 178,206 189,96 202,283

Jasa Perusahaan 25,429 26,928 31,014 34,462 37,23

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

405,001 405,697 413,496 411,743 432,571

Jasa Pendidikan 449,464 536,8998 584,005 656,994 697,607

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 116,414 129,853 139,565 159,626 167,87

Jasa lainnya 226,959 223,893 246,445 268,619 279,548

Jumlah 10844,2 11354,85 12034,81 12630,29 13233,85

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

120

25) Kabupaten Temanggung

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 2792,31 2820,318 2871,059 2817,479 2948,434

Pertambangan dan Penggalian 94,191 90,636 92,521 95,805 98,311

Industri Pengolahan 2522,622 2646,109 2816,645 3042,972 3213,427

Pengadaan Listrik dan Gas 9,049 10,329 11,06 11,551 11,241

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

11 10,525 10,288 10,492 10,709

Konstruksi 442,849 493,191 513,556 537,588 583,26

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

2305,66 2368,525 2506,859 2699,337 2794,199

Transportasi dan

Pergudangan 437,257 484,588 539,878 568,601 613,424

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 161,404 172,115 179,241 188,554 201,3

Informasi dan Komunikasi 147,681 165,139 177,73 201,372 217,69

Jasa Keuangan dan Asuransi 297,013 315,002 334,179 362,501 387,026

Real Estate 82,734 86,328 93,686 99,758 106,711

Jasa Perusahaan 29,173 31,432 35,784 39,262 42,446

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

332,092 334,692 341,072 341,604 359,689

Jasa Pendidikan 342,209 406,366 442,805 486,467 516,482

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 93,568 103,148 110,154 123,929 130,646

Jasa lainnya 200,952 202,541 222,827 243,334 250,293

Jumlah 10301,76 10740,98 11299,34 11870,61 12485,29

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

121

26) Kabupaten Demak

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 3375,097 3430,569 3482,389 3367,149 3567,714

Pertambangan dan Penggalian 54,499 56,032 57,107 59,177 60,464

Industri Pengolahan 3097,12 3345,67 3630,72 3909,988 4139,046

Pengadaan Listrik dan Gas 12,009 13,231 14,493 15,367 14,942

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

9,82 10,029 10,375 10,847 11,071

Konstruksi 1027,711 1080,69 1137,071 1196,921 1262,143

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

2051,242 2103,26 2214,102 2339,528 2472,423

Transportasi dan Pergudangan 342,104 362,243 388,412 418,49 451

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 321,033 330,921 342,056 361,784 378,022

Informasi dan Komunikasi 228,836 252,131 277,892 316,233 346,008

Jasa Keuangan dan Asuransi 284,146 295,974 307,907 327,28 345,888

Real Estate 156,627 163,396 173,574 189,843 201,861

Jasa Perusahaan 26,13 27,871 30,278 33,221 35,9

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

492,964 494,07 502,858 508,558 531,24

Jasa Pendidikan 404,058 453,446 491,425 547,292 595,555

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 78,08 85,594 90,861 101,061 108,464

Jasa lainnya 314,227 318,1 347,705 376,17 391,519

Jumlah 12275,7 12823,23 13499,23 14078,91 14913,26

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

122

27) Kabupaten Pati

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 5386,388 5678 5902,448 5831,926 6276,42

Pertambangan dan Penggalian 350,891 378,085 405,306 430,795 457,033

Industri Pengolahan 5150,503 5520,584 5984,883 6380,18 6680,746

Pengadaan Listrik dan Gas 20,165 22,161 24,154 26,486 26,116

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

15,125 14,859 14,641 15,356 15,627

Konstruksi 1545,019 1647,919 1739,01 1813,757 1908,072

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

3119,404 3178,82 3287,462 3500,934 3658,738

Transportasi dan Pergudangan 545,819 586,053 643,674 706,541 761,832

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 665,279 719,005 760,935 817,587 879,85

Informasi dan Komunikasi 405,884 445,748 486,915 583,47 640,887

Jasa Keuangan dan Asuransi 505,859 521,219 546,758 567,032 599,845

Real Estate 216,983 227,767 242,821 258,939 276,716

Jasa Perusahaan 37,485 40,583 45,428 49,16 53,248

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

775,238 785,387 805,316 817,152 858,767

Jasa Pendidikan 634,096 751,901 825,903 913,564 983,636

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 163,862 177,504 190,039 210,411 226,276

Jasa lainnya 355,327 376,733 404,865 440,338 456,541

Jumlah 19893,33 21072,33 22310,56 23363,63 24760,35

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

123

28) Kabupaten Blora

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 3168,043 3221,616 3301,131 3155,967 3220,136

Pertambangan dan Penggalian 1489,241 1576,085 1693,314 1779,36 2005,087

Industri Pengolahan 1007,28 1094,477 1171,963 1341,483 1330,456

Pengadaan Listrik dan Gas 8,334 9,214 9,932 10,251 9,961

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

5,96 5,80448 5,954 6,245 6,385

Konstruksi 423,456 466,188 489,298 513,72 551,442

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

1929,342 1984,841 2090,327 2207,679 2339,458

Transportasi dan Pergudangan 291,424 312,483 344,92 381,366 410,929

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 379,442 402,046 416,432 453,924 487,196

Informasi dan Komunikasi 132,132 146,31 161,629 182,697 197,619

Jasa Keuangan dan Asuransi 329,282 343,744 357,983 383,015 408,204

Real Estate 153,36 162,718 175,835 191,35 204,632

Jasa Perusahaan 28,068 30,03 34,076 37,687 40,727

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

434,085 437,056 447,597 452,716 479,617

Jasa Pendidikan 491,368 589,648 646,702 729,251 770,59

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 86,938 95,687 102,586 115,09 123,226

Jasa lainnya 239,97 238,918 262,831 285,401 296,924

Jumlah 10597,73 11116,87 11712,51 12227,2 12882,59

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

124

29) Kabupaten Sragen

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 3356,684 3477,864 3623,916 3348,642 3471,414

Pertambangan dan Penggalian 422,841 451,6 483,473 517,244 549,657

Industri Pengolahan 4852,713 5359,097 5887,153 6568,884 7097,515

Pengadaan Listrik dan Gas 28,097 30,865 34,213 34,982 33,658

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

15,093 14,703 14,681 15,333 16,04

Konstruksi 1152,96 1231,738 1312,564 1379,827 1461,725

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

3801,13 3859,085 4055,278 4288,085 4484,493

Transportasi dan Pergudangan 435,819 472,8923 518,975 572,182 600,022

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 511,8 541,932 554,737 600,499 641,083

Informasi dan Komunikasi 214,343 236,516 255,72 302,067 333,96

Jasa Keuangan dan Asuransi 463,345 480,577 498,46 533,771 569,613

Real Estate 157,114 167,631 182,875 197,192 211,374

Jasa Perusahaan 63,502 67,756 73,839 80,471 87,32

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

445,786 446,246 457,107 460,948 480,355

Jasa Pendidikan 547,438 643,899 693,04 770,542 828,92

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 116,678 125,891 133,814 147,409 156,375

Jasa lainnya 284,893 293,813 323,237 359,85 365,27

Jumlah 16870,24 17902,11 19103,08 20177,93 21388,79

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

125

30) Kota Salatiga

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 332,14 337,77 348,6066 359,6948 376,8042

Pertambangan dan Penggalian 4,31 4,08 3,6994 3,50973 3,35823

Industri Pengolahan 1772,77 1928,74 2081,155 2223,832 2320,389

Pengadaan Listrik dan Gas 14,25 15,70 16,93358 16,93914 15,71733

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

6,47 6,40 6,42187 6,52321 6,57197

Konstruksi 869,54 901,40 977,7579 1014,487 1066,759

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

954,59 968,72 1019,45 1056,198 1094,505

Transportasi dan Pergudangan 190,28 204,65 226,6507 247,0736 270,3602

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 480,85 504,36 515,4838 557,9217 600,6599

Informasi dan Komunikasi 245,13 252,86 266,8252 283,2149 295,6599

Jasa Keuangan dan Asuransi 224,19 232,36 240,6106 246,8821 263,7011

Real Estate 313,17 336,87 362,4793 386,6966 413,9778

Jasa Perusahaan 59,84 65,85 72,63055 77,78946 84,0927

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

395,93 396,51 401,718 401,644 420,9039

Jasa Pendidikan 224,66 264,31 286,9132 314,6373 335,7976

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 76,29 85,97 92,02207 102,0555 108,7216

Jasa lainnya 65,83 68,36 69,68808 75,06564 77,25008

Jumlah 6230,24 6574,91 6989,05 7374,16 7755,23

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

126

31) Kota Pekalongan

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 295,206 301,977 305,27 298,9869 311,209

Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0

Industri Pengolahan 958,304 1066,172 1177,9 1252,412 1302,42

Pengadaan Listrik dan Gas 9,65 10,661 11,45 11,56485 11,3341

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

6,955 7,085 7,1037 7,28129 7,46594

Konstruksi 676,286 716,119 761,45 797,2128 842,141

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

1181,029 1198,596 1232,7 1295,313 1342,16

Transportasi dan Pergudangan 348,494 360,884 372,33 389,7086 409,631

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 226,282 238,663 253,45 270,1132 291,125

Informasi dan Komunikasi 201,166 222,007 242,03 268,6076 291,66

Jasa Keuangan dan Asuransi 269,806 285,277 302,82 322,5113 344,74

Real Estate 131,324 139,941 149,86 160,6818 172,689

Jasa Perusahaan 16,099 17,511 18,298 21,1903 22,9592

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

246,47 247,776 254,59 257,0343 271,899

Jasa Pendidikan 166,059 188,56 204,98 225,8931 236,682

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 51,266 56,367 59,349 65,33121 69,9721

Jasa lainnya 93,929 94,21 102,62 111,4393 115,004

Jumlah 4878,325 5151,806 5456,2 5755,2816 6043,1

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

127

32) Kota Tegal

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 411,146 418,36 432,28 424,1864 435,553

Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0

Industri Pengolahan 956,878 1017,508 1121,2 1205,038 1279,11

Pengadaan Listrik dan Gas 13,57 14,277 14,757 15,22679 14,892

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

6,414 5,734 5,7412 5,914903 6,011

Konstruksi 1239,252 1315,763 1363,4 1410,518 1495,21

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

2261,04 2285,275 2404,1 2510,612 2614,52

Transportasi dan Pergudangan 279,474 291,241 313,31 365,7405 397,968

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 376,041 401,392 432,18 464,8497 497,763

Informasi dan Komunikasi 407,177 442,205 469,93 500,9377 533,644

Jasa Keuangan dan Asuransi 335,175 348,3433 358,68 366,1397 386,775

Real Estate 170,483 174,413 184,87 194,9064 206,798

Jasa Perusahaan 22,507 25,078 28,291 31,034 33,519

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

471,558 470,385 482,68 474,8882 496,529

Jasa Pendidikan 210,92 247,102 266,74 292,7398 313,462

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 84,976 95,209 102,3 115,8895 124,06

Jasa lainnya 94,923 98,18 103,73 112,4039 116,008

Jumlah 7341,534 7650,465 8084,2 8491,0255 8951,82

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

128

33) Kota Semarang

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 903,821 919,391 954,1 955,371 1041,93

Pertambangan dan Penggalian 165,917 173,033 179,27 180,989 183,86

Industri Pengolahan 21956,02 23700,81 25954 27693,43 28739

Pengadaan Listrik dan Gas 104,331 114,145 123,21 123,652 123,697

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

101,218 99,153 98,544 100,363 104,151

Konstruksi 23022,73 24467,35 25710 26606,79 28463,9

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

14300,92 14404,6 14969 15307,23 16392,7

Transportasi dan Pergudangan 2877,537 3099,053 3415,7 3718,913 3932,57

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 2651,723 2866,794 3040,3 3238,499 3488,72

Informasi dan Komunikasi 7117,18 7826,304 8449,3 9498,187 10341,3

Jasa Keuangan dan Asuransi 3699,669 3809,625 3961,9 4048,687 4468,35

Real Estate 2505,217 2640,245 2842,9 3026,679 3285,25

Jasa Perusahaan 466,452 497,324 558,25 597,792 657,81

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

3091,251 3117,265 3215,8 3198,841 3413,77

Jasa Pendidikan 1644,235 1946,151 2125,6 2312,701 2510,84

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 537,735 597,809 640,17 711,486 765,704

Jasa lainnya 997,013 1002,968 1103,1 1181,766 1229

Jumlah 86142,97 91282,02 97341 102501,38 109143

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

129

34) Kota Surakarta

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 116,4925 119,2903 125,29 127,6343 129,927

Pertambangan dan Penggalian 0,5672 0,56481 0,5625 0,54959 0,53517

Industri Pengolahan 1746,601 1874,946 2044 2183,006 2263,87

Pengadaan Listrik dan Gas 50,90597 57,2935 61,821 63,49968 63,3795

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

49,44181 48,18739 47,384 48,59469 49,4542

Konstruksi 6175,997 6512,555 6767,6 7014,333 7390,4

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

5647,923 5764,372 6193,4 6461,014 6730,42

Transportasi dan Pergudangan 591,8973 630,023 695,07 750,1482 811,008

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 1130,16 1218,51 1288,4 1377,876 1463,05

Informasi dan Komunikasi 2646,722 2959,429 3204 3490,331 3723,08

Jasa Keuangan dan Asuransi 818,2944 842,7048 872,11 887,6598 968,339

Real Estate 971,8596 1040,6 1094,7 1164,924 1249,07

Jasa Perusahaan 151,6293 162,5163 177,73 189,9153 207,531

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

1426,534 1450,191 1506,4 1543,922 1623,47

Jasa Pendidikan 888,3604 982,1672 1041,3 1117,904 1194,52

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 205,3148 220,6996 238,72 268,7586 285,59

Jasa lainnya 229,7385 239,732 254,18 264,987 273,171

Jumlah 22848,44 24123,78 25613 26955,057 28426,8

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

130

35) Kota Magelang

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 96,342 98,182 100,98 102,615 104,604

Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0

Industri Pengolahan 615,817 660,616 706,98 757,427 797,94

Pengadaan Listrik dan Gas 13,702 15,909 17,812 18,388 17,919

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang 7,334 7,307 7,346 7,545 7,695

Konstruksi 739,662 791,37 818,38 835,695 870,588

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 717,209 730,826 767,95 791,8 818,177

Transportasi dan Pergudangan 295,247 312,536 344,42 373,226 399,517

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 245,055 252,104 263,89 281,212 299,608

Informasi dan Komunikasi 212,67 234,772 255,63 297,579 321,936

Jasa Keuangan dan Asuransi 208,442 214,434 224,12 229,343 242,076

Real Estate 148,283 154,353 167,09 175,398 185,958

Jasa Perusahaan 13,137 14,215 15,212 16,333 17,645

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

540,681 546,94 561,49 558,632 581,97

Jasa Pendidikan 211,713 251,436 290,3 314,699 335,891

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 99,349 108,676 113,91 123,662 131,677

Jasa lainnya 91,021 90,594 99,6 104,621 107,643

Jumlah 4255,664 4484,27 4755,1 4988,175 5240,84

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

131

2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 Menurut

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah (dalam Milyar Rupiah)

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kab. Cilacap 31537,93 33098,27 35181,67 36695,39 38719,77

Kab. Banyumas 24538,6 25982,16 27793,14 29367,69 31164,88

Kab. Purbalingga 12205,36 13448,65 14791,3 16756,05 18565,11

Kab. Banjarnegara 9952,404 10473,36 10973,33 11625,25 12262,43

Kab. Kebumen 13067,98 13707,05 14333,33 15164,39 16117,16

Kab. Purworejo 9113,608 9406,242 9870,968 10313,94 10841,66

Kab. Wonosobo 9489,541 9935,266 10333,76 10839,46 11394,8

Kab. Magelang 15323,04 16071,14 17020,76 17851,25 18805,79

Kab. Boyolali 14592,02 15369,98 16265,76 17085,66 18189,7

Kab. Klaten 18071,35 19102,4 20241,43 21414,59 22622,66

Kab. Sukoharjo 17319,64 18342,25 19401,89 20448,93 21611,67

Kab. Wonogiri 13786,71 14605,09 15305,3 16109,71 16975,07

Kab. Karanganyar 17205,06 18189,07 19256,52 20261,78 21284,74

Kab. Sragen 16870,24 17902,11 19103,08 20177,93 21388,79

Kab. Grobogan 13172,71 13779,3 14474,73 15064,45 15962,62

Kab. Blora 10597,73 11116,87 11712,51 12227,2 12882,59

Kab. Rembang 8808,302 9277,163 9780,751 10283,61 10848,21

Kab. Pati 19893,33 21072,33 22310,56 23363,63 24760,35

Kab. Kudus 55175,79 57440,81 59944,56 62626,03 65183,81

Kab. Jepara 14073,6 14825 15602,86 16374,12 17197,8

Kab. Demak 12275,7 12823,23 13499,23 14078,91 14913,26

Kab. Semarang 22925,46 24306,72 25758,12 27262,61 28743,31

Kab. Temanggung 10301,76 10740,98 11299,34 11870,61 12485,29

Kab. Kendal 20032,42 21075,69 22386,13 23536,83 24771,56

Kab. Batang 10025,05 10488,46 11104,7 11707,4 12362,69

Kab. Pekalongan 10844,2 11354,85 12034,81 12630,29 13233,85

Kab. Pemalang 11847,2 12477,24 13172,06 13900,35 14664,61

Kab. Tegal 16071,82 16912,24 18050,29 18958,36 19990,82

Kab. Brebes 21498,42 22482,26 23823,56 25091,71 26570,68

Kota Magelang 4255,664 4484,27 4755,102 4988,175 5240,844

Kota Surakarta 22848,44 24123,78 25612,68 26955,06 28426,8

Kota Salatiga 6230,24 6574,91 6989,046 7374,165 7755,23

Kota Semarang 86142,97 91282,02 97340,98 102501,4 109142,6

Kota Pekalongan 4878,325 5151,806 5456,198 5755,282 6043,096

Kota Tegal 7341,534 7650,465 8084,176 8491,025 8951,822

Jawa Tengah 612314,1 645073,4 683064,6 719153,2 760076

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

132

3. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 Menurut Lapangan

Usaha di Provinsi Jawa Tengah (dalam Milyar Rupiah)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan 103.506,45 106.947,96 110.185,07 109.881,21 115.603,99

Pertambangan dan

Penggalian 13.086,86 13.785,01 14.670,02 15.653,50 16.567,78

Industri Pengolahan 182.112,57 194.508,31 209.400,25 223.580,10 234.711,48

Pengadaan Listrik dan

Gas 682,79 750,50 812,56 837,68 820,62

Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang

555,76 548,06 549,06 567,45 580,36

Konstruksi 65920,35 70.086,39 73.488,22 76.569,45 81.480,79

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor

99.127,37 101.156,43 105.846,72 110.596,07 116.068,19

Transportasi dan

Pergudangan 19.521,76 20.818,74 22.811,71 24.841,59 26.560,66

Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum 19.816,12 20.878,66 21.805,18 23.397,48 25.061,66

Informasi dan

Komunikasi 22.489,89 24.670,09 26.687,65 30.047,37 32.639,29

Jasa Keuangan dan

Asuransi 17.967,84 18.638,37 19.434,65 20.243,54 21.769,48

Real Estate 11.416,61 11.931,43 12.653,71 13.741,59 14.790,93

Jasa Perusahaan 1.948,91 2.365,51 2.346,38 2.538,11 2.770,52

Administrasi

Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

20.275,13 19.955,41 20.987,72 21.137,15 22.304,79

Jasa Pendidikan 19.397,82 22.774,78 25.023,35 27.601,66 29.599,56

Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 4.497,59 5.412,00 5.335,80 5.938,48 6.367,12

Jasa lainnya 9.990,34 9.845,77 11.026,56 11.980,76 12.378,81

Jumlah 612.314,15 645.073,42 683.064,60 719.153,19 760.076,03

133

4. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2011 - 2015

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kab. Cilacap 1651940 1679864 1676089 1685573 1694726

Kab. Banyumas 1570598 1603037 1605579 1620918 1635909

Kab. Purbalingga 858798 877489 879880 889214 898376

Kab.

Banjarnegara 875214 890962 889921 895986 901826

Kab. Kebumen 1162294 1181678 1176722 1181006 1184882

Kab. Purworejo 696141 708483 705483 708038 710386

Kab. Wonosobo 758993 771447 769318 773280 777122

Kab. Magelang 1194353 1219371 1221681 1233695 1245496

Kab. Boyolali 936822 953317 951817 957857 963690

Kab. Klaten 1135201 1153047 1148994 1154040 1158795

Kab. Sukoharjo 832094 848718 849506 856937 864207

Kab. Wonogiri 929870 946373 942377 945817 949017

Kab. Karanganyar 821694 838762 840171 848255 856198

Kab. Sragen 861939 875283 871989 875600 879027

Kab. Grobogan 1316693 1339127 1336304 1343960 1351429

Kab. Blora 833786 847125 844444 848369 852108

Kab. Rembang 596801 608548 608903 614087 619173

Kab. Pati 1198935 1219993 1218016 1225594 1232889

Kab. Kudus 788364 807005 810810 821136 831303

Kab. Jepara 1115688 1144916 1153213 1170797 1188289

Kab. Demak 1067993 1091379 1094472 1106328 1117905

Kab. Semarang 944877 968383 974092 987557 1000887

Kab.

Temanggung 715907 730720 731911 738915 745825

Kab. Kendal 908533 926325 926812 934643 942283

Kab. Batang 713942 728578 729616 736397 743090

Kab. Pekalongan 845471 861366 861082 867573 873986

Kab. Pemalang 1264535 1285024 1279596 1284236 1288577

Kab. Tegal 1399789 1421001 1415009 1420132 1424891

Kab. Brebes 1742528 1770480 1764648 1773379 1781379

Kota Magelang 118606 120447 119935 120373 120792

Kota Surakarta 501650 509576 507825 510077 512226

Kota Salatiga 173056 177480 178594 181193 183815

Kota Semarang 1585417 1629924 1644800 1672999 1701114

Kota Pekalongan 284413 290347 290870 293704 296404

Kota Tegal 240777 244632 243860 244998 246119

Jawa Tengah 32643612 33270207 33264340 33522663 33774175

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

134

5. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 Menurut Lapangan

Usaha di Indonesia

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 993857,3 1030440,7 1083141,8 1129052,7 1174456,8

Pertambangan dan

Penggalian 748956,3 771561,6 791054,4 796711,6 756239,2

Industri Pengolahan 1607452,0 1697787,2 1771961,9 1853688,2 1932457,4

Pengadaan Listrik dan Gas 76678,1 84393,0 88805,1 93755,9 94894,8

Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang

6125,1 6329,8 6539,9 6923,5 7420,2

Konstruksi 683421,9 728226,4 772719,6 826615,6 881583,9

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor

1013199,6 1067911,5 1119272,1 1177048,6 1206074,7

Transportasi dan

Pergudangan 265774,0 284662,6 304506,2 326933,0 348775,6

Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum 214022,0 228232,6 243748,3 257815,5 260054,5

Informasi dan Komunikasi 281693,8 316278,7 349150,1 384407,4 423063,5

Jasa Keuangan dan

Asuransi 256443,0 280896,1 305515,1 319825,5 347095,7

Real Estate 213441,4 229254,2 244237,5 256440,2 268811,4

Jasa Perusahaan 108239,3 116293,3 125490,7 137795,3 148395,5

Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib

276336,8 282235,3 289448,9 296329,7 310393,9

Jasa Pendidikan 215029,1 232704,3 250016,2 263889,6 283540,0

Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 72592,1 78380,1 84621,4 91357,1 97840,8

Jasa lainnya 109372,4 115675,4 123083,1 134070,1 144902,4

Jumlah 7142634,2 7560262,8 7953312,3 8352659,5 8695000,3

Sumber: BPS

135

B. HASIL PERHITUNGAN PENELITIAN

1. Perhitungan Analisis Location Quotient (LQ)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,21 1,22 1,18 1,13 1,13

Pertambangan dan Penggalian 0,20 0,21 0,22 0,23 0,25

Industri Pengolahan 1,32 1,34 1,38 1,40 1,39

Pengadaan Listrik dan Gas 0,10 0,10 0,11 0,10 0,10

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur

Ulang 1,06 1,01 0,98 0,95 0,89

Konstruksi 1,13 1,13 1,11 1,08 1,06

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor 1,14 1,11 1,10 1,09 1,10

Transportasi dan Pergudangan 0,86 0,86 0,87 0,88 0,87

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,26 0,27 0,28 0,30 0,30

Informasi dan Komunikasi 0,93 0,91 0,89 0,91 0,88

Jasa Keuangan dan Asuransi 0,82 0,78 0,74 0,74 0,72

Real Estate 0,62 0,61 0,60 0,62 0,63

Jasa Perusahaan 0,21 0,24 0,22 0,21 0,21

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib 0,86 0,83 0,84 0,83 0,82

Jasa Pendidikan 0,23 0,25 0,26 0,28 0,28

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,72 0,81 0,73 0,75 0,74

Jasa lainnya 1,07 1,00 1,04 1,04 0,98

136

2. Perhitungan Tipologi Klassen Daerah

a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (dalam %)

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015 Rata - rata

Kab. Cilacap 4,07 4,95 6,29 4,30 5,52 5,03

Kab. Banyumas 6,61 5,88 6,97 5,67 6,12 6,25

Kab. Purbalingga 5,67 10,19 9,98 13,28 10,80 9,98

Kab. Banjarnegara 5,44 5,23 4,77 5,94 5,48 5,37

Kab. Kebumen 6,15 4,89 4,57 5,80 6,28 5,54

Kab. Purworejo 5,64 3,21 4,94 4,49 5,12 4,68

Kab. Wonosobo 5,37 4,70 4,01 4,89 5,12 4,82

Kab. Magelang 6,68 4,88 5,91 4,88 5,35 5,54

Kab. Boyolali 6,34 5,33 5,83 5,04 6,46 5,80

Kab. Klaten 6,29 5,71 5,96 5,80 5,64 5,88

Kab. Sukoharjo 5,88 5,90 5,78 5,40 5,69 5,73

Kab. Wonogiri 3,58 5,94 4,79 5,26 5,37 4,99

Kab. Karanganyar 4,92 5,72 5,87 5,22 5,05 5,36

Kab. Sragen 6,55 6,12 6,71 5,63 6,00 6,20

Kab. Grobogan 3,19 4,60 5,05 4,07 5,96 4,58

Kab. Blora 4,42 4,90 5,36 4,39 5,36 4,89

Kab. Rembang 5,19 5,32 5,43 5,14 5,49 5,31

Kab. Pati 5,91 5,93 5,88 4,72 5,98 5,68

Kab. Kudus 4,24 4,11 4,36 4,47 4,08 4,25

Kab. Jepara 5,44 5,34 5,25 4,94 5,03 5,20

Kab. Demak 5,39 4,46 5,27 4,29 5,93 5,07

Kab. Semarang 6,27 6,03 5,97 5,84 5,43 5,91

Kab. Temanggung 6,09 4,26 5,20 5,06 5,18 5,16

Kab. Kendal 6,57 5,21 6,22 5,14 5,25 5,68

Kab. Batang 6,12 4,62 5,88 5,43 5,60 5,53

Kab. Pekalongan 5,66 4,71 5,99 4,95 4,78 5,22

Kab. Pemalang 5,01 5,32 5,57 5,53 5,50 5,38

Kab. Tegal 6,39 5,23 6,73 5,03 5,45 5,77

Kab. Brebes 6,65 4,58 5,97 5,32 5,89 5,68

Kota Magelang 6,11 5,37 6,04 4,90 5,07 5,50

Kota Surakarta 6,42 5,58 6,17 5,24 5,46 5,77

Kota Salatiga 6,58 5,53 6,30 5,51 5,17 5,82

Kota Semarang 6,58 5,97 6,64 5,30 6,48 6,19

Kota Pekalongan 5,49 5,61 5,91 5,48 5,00 5,50

Kota Tegal 6,47 4,21 5,67 5,03 5,43 5,36

Jawa Tengah 5,70 5,30 5,81 5,35 5,64 5,56

137

b. PDRB Per Kapita (dalam Juta Rupiah)

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015 Rata - rata

Kab. Cilacap 19,09 19,70 20,99 21,77 22,85 20,88

Kab. Banyumas 15,62 16,21 17,31 18,12 19,05 17,26

Kab. Purbalingga 14,21 15,33 16,81 18,84 20,67 17,17

Kab. Banjarnegara 11,37 11,76 12,33 12,97 13,60 12,41

Kab. Kebumen 11,24 11,60 12,18 12,84 13,60 12,29

Kab. Purworejo 13,09 13,28 13,99 14,57 15,26 14,04

Kab. Wonosobo 12,50 12,88 13,43 14,02 14,66 13,50

Kab. Magelang 12,83 13,18 13,93 14,47 15,10 13,90

Kab. Boyolali 15,58 16,12 17,09 17,84 18,88 17,10

Kab. Klaten 15,92 16,57 17,62 18,56 19,52 17,64

Kab. Sukoharjo 20,81 21,61 22,84 23,86 25,01 22,83

Kab. Wonogiri 14,83 15,43 16,24 17,03 17,89 16,28

Kab. Karanganyar 20,94 21,69 22,92 23,89 24,86 22,86

Kab. Sragen 19,57 20,45 21,91 23,04 24,33 21,86

Kab. Grobogan 10,00 10,29 10,83 11,21 11,81 10,83

Kab. Blora 12,71 13,12 13,87 14,41 15,12 13,85

Kab. Rembang 14,76 15,24 16,06 16,75 17,52 16,07

Kab. Pati 16,59 17,27 18,32 19,06 20,08 18,27

Kab. Kudus 69,99 71,18 73,93 76,27 78,41 73,96

Kab. Jepara 12,61 12,95 13,53 13,99 14,47 13,51

Kab. Demak 11,49 11,75 12,33 12,73 13,34 12,33

Kab. Semarang 24,26 25,10 26,44 27,61 28,72 26,43

Kab. Temanggung 14,39 14,70 15,44 16,06 16,74 15,47

Kab. Kendal 22,05 22,75 24,15 25,18 26,29 24,09

Kab. Batang 14,04 14,40 15,22 15,90 16,64 15,24

Kab. Pekalongan 12,83 13,18 13,98 14,56 15,14 13,94

Kab. Pemalang 9,37 9,71 10,29 10,82 11,38 10,32

Kab. Tegal 11,48 11,90 12,76 13,35 14,03 12,70

Kab. Brebes 12,34 12,70 13,50 14,15 14,92 13,52

Kota Magelang 35,88 37,23 39,65 41,44 43,39 39,52

Kota Surakarta 45,55 47,34 50,44 52,85 55,50 50,33

Kota Salatiga 36,00 37,05 39,13 40,70 42,19 39,01

Kota Semarang 54,33 56,00 59,18 61,27 64,16 58,99

Kota Pekalongan 17,15 17,74 18,76 19,60 20,39 18,73

Kota Tegal 30,49 31,27 33,15 34,66 36,37 33,19

Jawa Tengah 18,76 19,39 20,53 21,45 22,50 20,53

138

3. Perhitungan Indeks Williamson

a. Indeks Williamson Provinsi Jawa Tengah

PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota dalam Juta Rupiah (Yi)

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kab. Cilacap 19,09145 19,70295 20,99034 21,77028 22,84721

Kab. Banyumas 15,62373 16,20808 17,31035 18,11794 19,0505

Kab. Purbalingga 14,21214 15,32629 16,81058 18,84366 20,66519

Kab. Banjarnegara 11,3714 11,75512 12,33068 12,97481 13,59733

Kab. Kebumen 11,24327 11,59965 12,18073 12,84023 13,60233

Kab. Purworejo 13,09161 13,2766 13,99179 14,56693 15,26164

Kab. Wonosobo 12,5028 12,87874 13,43236 14,01751 14,66282

Kab. Magelang 12,82957 13,17986 13,93224 14,46974 15,09904

Kab. Boyolali 15,57609 16,12263 17,08916 17,83738 18,87505

Kab. Klaten 15,91908 16,56689 17,61665 18,5562 19,52257

Kab. Sukoharjo 20,81452 21,61171 22,83903 23,86282 25,00752

Kab. Wonogiri 14,82649 15,4327 16,24116 17,03259 17,887

Kab. Karanganyar 20,93852 21,68561 22,91976 23,88642 24,8596

Kab. Sragen 19,57242 20,45293 21,90748 23,04469 24,33235

Kab. Grobogan 10,00439 10,28977 10,83191 11,209 11,81166

Kab. Blora 12,71037 13,12305 13,87008 14,4126 15,11849

Kab. Rembang 14,7592 15,24475 16,0629 16,74618 17,52049

Kab. Pati 16,5925 17,2725 18,31713 19,06311 20,08319

Kab. Kudus 69,98771 71,17777 73,9317 76,26754 78,41161

Kab. Jepara 12,61428 12,94854 13,5299 13,98545 14,47274

Kab. Demak 11,49418 11,74956 12,33401 12,7258 13,34036

Kab. Semarang 24,2629 25,10032 26,44321 27,60612 28,71784

Kab. Temanggung 14,38981 14,69918 15,43814 16,06491 16,74024

Kab. Kendal 22,04919 22,75194 24,15391 25,1827 26,28887

Kab. Batang 14,04182 14,39579 15,21992 15,89821 16,63687

Kab. Pekalongan 12,82623 13,18238 13,97638 14,55818 15,14194

Kab. Pemalang 9,368819 9,709733 10,29392 10,82383 11,38047

Kab. Tegal 11,4816 11,90163 12,75631 13,34972 14,02972

Kab. Brebes 12,33749 12,6984 13,50046 14,1491 14,91579

Kota Magelang 35,88068 37,23023 39,64733 41,43932 43,38734

Kota Surakarta 45,54658 47,34089 50,43604 52,84507 55,4966

Kota Salatiga 36,00129 37,04592 39,13371 40,69785 42,19041

Kota Semarang 54,33458 56,00385 59,18104 61,26804 64,15946

Kota Pekalongan 17,15226 17,74362 18,7582 19,59552 20,38804

Kota Tegal 30,49101 31,27336 33,15089 34,65753 36,37193

Jawa Tengah (Y) 18,75755 19,38892 20,53444 21,45275 22,50467

Sumber: BPS yang diolah kembali oleh penulis.

139

(Yi – Y)2

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kab. Cilacap 0,111491 0,098612 0,207841 0,100826 0,117334

Kab. Banyumas 9,820835 10,11773 10,39474 11,12097 11,93135

Kab. Purbalingga 20,66074 16,50494 13,86712 6,80734 3,383691

Kab. Banjarnegara 54,55527 58,27495 67,30166 71,87538 79,34072

Kab. Kebumen 56,46445 60,67276 69,7845 74,17539 79,25165

Kab. Purworejo 32,10284 37,36053 42,80632 47,41451 52,46155

Kab. Wonosobo 39,12183 42,38245 50,43954 55,28281 61,49464

Kab. Magelang 35,14089 38,5524 43,58903 48,76236 54,84346

Kab. Boyolali 10,12169 10,66867 11,86995 13,07087 13,17415

Kab. Klaten 8,056923 7,963858 8,513488 8,389997 8,892915

Kab. Sukoharjo 4,231138 4,940786 5,311113 5,808444 6,26423

Kab. Wonogiri 15,4532 15,6517 18,43224 19,53783 21,32289

Kab. Karanganyar 4,756636 5,274783 5,689743 5,922767 5,54569

Kab. Sragen 0,664022 1,132123 1,885238 2,534275 3,340406

Kab. Grobogan 76,61775 82,79463 94,13901 104,9343 114,3406

Kab. Blora 36,56842 39,26111 44,41364 49,56368 54,55566

Kab. Rembang 15,98683 17,17414 19,99464 22,15181 24,84208

Kab. Pati 4,687444 4,479242 4,916465 5,710383 5,86356

Kab. Kudus 2624,53 2682,085 2851,267 3004,662 3125,586

Kab. Jepara 37,73977 41,47845 49,06355 55,76055 64,51193

Kab. Demak 52,75654 58,35978 67,24712 76,15959 83,98457

Kab. Semarang 30,3089 32,62002 34,91351 37,86396 38,60338

Kab. Temanggung 19,07716 21,99368 25,97229 29,02874 33,22872

Kab. Kendal 10,83493 11,30989 13,10053 13,91252 14,32018

Kab. Batang 22,2381 24,93135 28,24414 30,85282 34,43111

Kab. Pekalongan 35,18058 38,52121 43,00823 47,53501 54,20979

Kab. Pemalang 88,14824 93,68668 104,8683 112,9739 123,7479

Kab. Tegal 52,93938 56,05945 60,49933 65,65904 71,82487

Kab. Brebes 41,21715 44,76308 49,47691 53,34328 57,59112

Kota Magelang 293,2016 318,3125 365,3024 399,463 436,0859

Kota Surakarta 717,6519 781,3126 894,1056 985,4783 1088,467

Kota Salatiga 297,3468 311,7696 345,9328 370,3738 387,5281

Kota Semarang 1265,725 1340,653 1493,56 1585,258 1735,121

Kota Pekalongan 2,57696 2,707025 3,155026 3,449303 4,480152

Kota Tegal 137,6741 141,24 159,1748 174,3663 192,3007

140

Jumlah Penduduk Kabupaten Kota / Jumlah Penduduk Provinsi (Fi / n)

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kab. Cilacap 0,050605 0,050492 0,050387 0,050282 0,050178

Kab. Banyumas 0,048113 0,048182 0,048267 0,048353 0,048437

Kab. Purbalingga 0,026308 0,026375 0,026451 0,026526 0,0266

Kab. Banjarnegara 0,026811 0,02678 0,026753 0,026728 0,026702

Kab. Kebumen 0,035606 0,035518 0,035375 0,03523 0,035083

Kab. Purworejo 0,021325 0,021295 0,021208 0,021121 0,021033

Kab. Wonosobo 0,023251 0,023187 0,023127 0,023067 0,023009

Kab. Magelang 0,036588 0,036651 0,036726 0,036802 0,036877

Kab. Boyolali 0,028698 0,028654 0,028614 0,028573 0,028533

Kab. Klaten 0,034776 0,034657 0,034541 0,034426 0,03431

Kab. Sukoharjo 0,02549 0,02551 0,025538 0,025563 0,025588

Kab. Wonogiri 0,028486 0,028445 0,02833 0,028214 0,028099

Kab. Karanganyar 0,025172 0,025211 0,025257 0,025304 0,025351

Kab. Sragen 0,026405 0,026308 0,026214 0,02612 0,026027

Kab. Grobogan 0,040335 0,04025 0,040172 0,040091 0,040014

Kab. Blora 0,025542 0,025462 0,025386 0,025307 0,02523

Kab. Rembang 0,018282 0,018291 0,018305 0,018319 0,018333

Kab. Pati 0,036728 0,036669 0,036616 0,03656 0,036504

Kab. Kudus 0,024151 0,024256 0,024375 0,024495 0,024614

Kab. Jepara 0,034178 0,034413 0,034668 0,034926 0,035183

Kab. Demak 0,032717 0,032803 0,032902 0,033002 0,033099

Kab. Semarang 0,028945 0,029107 0,029283 0,029459 0,029635

Kab. Temanggung 0,021931 0,021963 0,022003 0,022042 0,022083

Kab. Kendal 0,027832 0,027842 0,027862 0,027881 0,0279

Kab. Batang 0,021871 0,021899 0,021934 0,021967 0,022002

Kab. Pekalongan 0,0259 0,02589 0,025886 0,02588 0,025877

Kab. Pemalang 0,038738 0,038624 0,038468 0,038309 0,038153

Kab. Tegal 0,042881 0,042711 0,042538 0,042363 0,042189

Kab. Brebes 0,05338 0,053215 0,053049 0,052901 0,052744

Kota Magelang 0,003633 0,00362 0,003606 0,003591 0,003576

Kota Surakarta 0,015367 0,015316 0,015266 0,015216 0,015166

Kota Salatiga 0,005301 0,005335 0,005369 0,005405 0,005442

Kota Semarang 0,048567 0,04899 0,049446 0,049907 0,050367

Kota Pekalongan 0,008713 0,008727 0,008744 0,008761 0,008776

Kota Tegal 0,007376 0,007353 0,007331 0,007308 0,007287

141

(Yi – Y)2 x (Fi / n)

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kab. Cilacap 0,006 0,005 0,010 0,005 0,006

Kab. Banyumas 0,473 0,487 0,502 0,538 0,578

Kab. Purbalingga 0,544 0,435 0,367 0,181 0,090

Kab. Banjarnegara 1,463 1,561 1,801 1,921 2,119

Kab. Kebumen 2,010 2,155 2,469 2,613 2,780

Kab. Purworejo 0,685 0,796 0,908 1,001 1,103

Kab. Wonosobo 0,910 0,983 1,167 1,275 1,415

Kab. Magelang 1,286 1,413 1,601 1,795 2,022

Kab. Boyolali 0,290 0,306 0,340 0,373 0,376

Kab. Klaten 0,280 0,276 0,294 0,289 0,305

Kab. Sukoharjo 0,108 0,126 0,136 0,148 0,160

Kab. Wonogiri 0,440 0,445 0,522 0,551 0,599

Kab. Karanganyar 0,120 0,133 0,144 0,150 0,141

Kab. Sragen 0,018 0,030 0,049 0,066 0,087

Kab. Grobogan 3,090 3,332 3,782 4,207 4,575

Kab. Blora 0,934 1,000 1,127 1,254 1,376

Kab. Rembang 0,292 0,314 0,366 0,406 0,455

Kab. Pati 0,172 0,164 0,180 0,209 0,214

Kab. Kudus 63,384 65,057 69,499 73,599 76,932

Kab. Jepara 1,290 1,427 1,701 1,947 2,270

Kab. Demak 1,726 1,914 2,213 2,513 2,780

Kab. Semarang 0,877 0,949 1,022 1,115 1,144

Kab. Temanggung 0,418 0,483 0,571 0,640 0,734

Kab. Kendal 0,302 0,315 0,365 0,388 0,400

Kab. Batang 0,486 0,546 0,620 0,678 0,758

Kab. Pekalongan 0,911 0,997 1,113 1,230 1,403

Kab. Pemalang 3,415 3,619 4,034 4,328 4,721

Kab. Tegal 2,270 2,394 2,574 2,782 3,030

Kab. Brebes 2,200 2,382 2,625 2,822 3,038

Kota Magelang 1,065 1,152 1,317 1,434 1,560

Kota Surakarta 11,029 11,967 13,650 14,995 16,508

Kota Salatiga 1,576 1,663 1,857 2,002 2,109

Kota Semarang 61,473 65,679 73,851 79,115 87,393

Kota Pekalongan 0,022 0,024 0,028 0,030 0,039

Kota Tegal 1,015 1,039 1,167 1,274 1,401

∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 166,580 175,569 193,969 207,876 224,622

√∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 12,907 13,250 13,927 14,418 14,987

CVw=√∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n))/Y 0,688 0,683 0,678 0,672 0,666

142

b. Indeks Williamson tanpa Sektor Pertanian di Provinsi Jawa Tengah

PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota tanpa Sektor Pertanian dalam Juta Rupiah (Yi)

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kab. Cilacap 15,6334 16,12893 17,28749 18,11655 19,04323

Kab. Banyumas 13,37261 13,88271 14,86664 15,70983 16,51092

Kab. Purbalingga 9,834899 10,7843 11,79533 13,2399 14,50662

Kab. Banjarnegara 7,431463 7,843903 8,194647 8,934464 9,426914

Kab. Kebumen 8,056012 8,226534 8,955308 9,518607 9,989048

Kab. Purworejo 9,499938 9,740416 10,38176 11,03874 11,59218

Kab. Wonosobo 8,152722 8,46268 9,00985 9,507083 10,01042

Kab. Magelang 9,57723 10,04085 10,73984 11,32054 11,83227

Kab. Boyolali 11,62947 12,16622 13,0482 13,89353 14,62826

Kab. Klaten 13,95988 14,42386 15,36806 16,29317 17,15668

Kab. Sukoharjo 18,81435 19,39305 20,58696 21,71101 22,72127

Kab. Wonogiri 9,506299 9,966663 10,69472 11,46403 12,12583

Kab. Karanganyar 17,70061 18,53512 19,67033 20,60647 21,42071

Kab. Sragen 15,67808 16,47952 17,75156 19,22029 20,3832

Kab. Grobogan 6,792485 6,988463 7,464915 7,857895 8,2436

Kab. Blora 8,910778 9,320053 9,960849 10,69256 11,33947

Kab. Rembang 9,833927 10,24468 10,85491 11,87367 12,48882

Kab. Pati 12,09985 12,61837 13,47118 14,30466 14,99237

Kab. Kudus 68,31948 69,45893 72,19049 74,54855 76,61766

Kab. Jepara 10,5977 10,90777 11,41173 11,9576 12,41587

Kab. Demak 8,333955 8,606229 9,152209 9,682264 10,14894

Kab. Semarang 21,11307 21,97499 23,28114 24,44911 25,45338

Kab. Temanggung 10,48943 10,83954 11,51545 12,25192 12,78699

Kab. Kendal 17,05507 17,69682 18,77 19,69359 20,66477

Kab. Batang 10,49644 10,93611 11,67684 12,33032 12,975

Kab. Pekalongan 10,24272 10,6349 11,39015 12,0271 12,55334

Kab. Pemalang 6,741189 7,020348 7,417284 8,00829 8,460677

Kab. Tegal 9,512724 9,90592 10,72193 11,40986 12,04262

Kab. Brebes 7,062623 7,415801 8,058621 8,720674 9,294429

Kota Magelang 70,94908 73,64532 78,45271 82,02616 85,9087

Kota Surakarta 45,31436 47,10679 50,18932 52,59485 55,24295

Kota Salatiga 34,08203 35,14278 37,18176 38,7127 40,1405

Kota Semarang 53,7645 55,43978 58,60097 60,69699 63,54696

Kota Pekalongan 16,11431 16,70356 17,70869 18,57753 19,33809

Kota Tegal 28,78343 29,5632 31,37823 32,92614 34,60224

PDRB Per Kapita tanpa Sektor

Pertanian Jawa Tengah (Y) 15,71711 16,30918 17,36498 18,32373 19,23699

143

(Yi – Y)2

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kab. Cilacap 0,007008 0,032491 0,006005 0,042923 0,037544

Kab. Banyumas 5,496704 5,88777 6,241698 6,832476 7,431446

Kab. Purbalingga 34,60045 30,52432 31,02098 25,84531 22,37644

Kab. Banjarnegara 68,65202 71,66088 84,09503 88,15828 96,23762

Kab. Kebumen 58,69248 65,32913 70,72261 77,53016 85,52447

Kab. Purworejo 38,65328 43,14863 48,76537 53,07108 58,4432

Kab. Wonosobo 57,22002 61,56753 69,80822 77,73322 85,12956

Kab. Magelang 37,69817 39,29199 43,89257 49,04459 54,82993

Kab. Boyolali 16,70882 17,16409 18,63456 19,62667 21,24044

Kab. Klaten 3,087854 3,554412 3,987699 4,123151 4,327691

Kab. Sukoharjo 9,592865 9,510259 10,38115 11,47367 12,14019

Kab. Wonogiri 38,57423 40,22749 44,49243 47,0555 50,56861

Kab. Karanganyar 3,93425 4,954823 5,314653 5,210905 4,768604

Kab. Sragen 0,001523 0,029016 0,149444 0,803824 1,313784

Kab. Grobogan 79,64901 86,87572 98,01132 109,5337 120,8547

Kab. Blora 46,32621 48,84787 54,82118 58,23475 62,37086

Kab. Rembang 34,61189 36,77815 42,381 41,60331 45,53781

Kab. Pati 13,08457 13,62203 15,16171 16,15293 18,0168

Kab. Kudus 2767,009 2824,896 3005,836 3161,23 3292,541

Kab. Jepara 26,20843 29,17516 35,44126 40,52761 46,52773

Kab. Demak 54,51103 59,33541 67,44964 74,6749 82,59277

Kab. Semarang 29,1163 32,10138 35,00093 37,5203 38,64351

Kab. Temanggung 27,32871 29,91698 34,21701 36,86686 41,60258

Kab. Kendal 1,790115 1,92556 1,974073 1,876534 2,038545

Kab. Batang 27,25544 28,86981 32,355 35,92094 39,21257

Kab. Pekalongan 29,96901 32,19747 35,69859 39,64754 44,67121

Kab. Pemalang 80,56723 86,28235 98,95669 106,4083 116,129

Kab. Tegal 38,49445 41,00171 44,13011 47,80164 51,75899

Kab. Brebes 74,90021 79,09215 86,60835 92,21865 98,85457

Kota Magelang 3050,57 3287,433 3731,711 4058 4445,117

Kota Surakarta 875,9968 948,4931 1077,437 1174,51 1296,429

Kota Salatiga 337,2702 354,7044 392,7047 415,7101 436,9565

Kota Semarang 1447,603 1531,204 1700,407 1795,493 1963,373

Kota Pekalongan 0,157764 0,155539 0,118135 0,064415 0,01022

Kota Tegal 170,7286 175,6692 196,3712 213,2305 236,0909

144

(Yi – Y)2 x (Fi / n)

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kab. Cilacap 0,000 0,002 0,000 0,002 0,002

Kab. Banyumas 0,264 0,284 0,301 0,330 0,360

Kab. Purbalingga 0,910 0,805 0,821 0,686 0,595

Kab. Banjarnegara 1,841 1,919 2,250 2,356 2,570

Kab. Kebumen 2,090 2,320 2,502 2,731 3,000

Kab. Purworejo 0,824 0,919 1,034 1,121 1,229

Kab. Wonosobo 1,330 1,428 1,614 1,793 1,959

Kab. Magelang 1,379 1,440 1,612 1,805 2,022

Kab. Boyolali 0,480 0,492 0,533 0,561 0,606

Kab. Klaten 0,107 0,123 0,138 0,142 0,148

Kab. Sukoharjo 0,245 0,243 0,265 0,293 0,311

Kab. Wonogiri 1,099 1,144 1,260 1,328 1,421

Kab. Karanganyar 0,099 0,125 0,134 0,132 0,121

Kab. Sragen 0,000 0,001 0,004 0,021 0,034

Kab. Grobogan 3,213 3,497 3,937 4,391 4,836

Kab. Blora 1,183 1,244 1,392 1,474 1,574

Kab. Rembang 0,633 0,673 0,776 0,762 0,835

Kab. Pati 0,481 0,500 0,555 0,591 0,658

Kab. Kudus 66,825 68,521 73,267 77,434 81,041

Kab. Jepara 0,896 1,004 1,229 1,415 1,637

Kab. Demak 1,783 1,946 2,219 2,464 2,734

Kab. Semarang 0,843 0,934 1,025 1,105 1,145

Kab. Temanggung 0,599 0,657 0,753 0,813 0,919

Kab. Kendal 0,050 0,054 0,055 0,052 0,057

Kab. Batang 0,596 0,632 0,710 0,789 0,863

Kab. Pekalongan 0,776 0,834 0,924 1,026 1,156

Kab. Pemalang 3,121 3,333 3,807 4,076 4,431

Kab. Tegal 1,651 1,751 1,877 2,025 2,184

Kab. Brebes 3,998 4,209 4,595 4,878 5,214

Kota Magelang 11,084 11,901 13,455 14,571 15,898

Kota Surakarta 13,462 14,527 16,449 17,871 19,662

Kota Salatiga 1,788 1,892 2,108 2,247 2,378

Kota Semarang 70,306 75,014 84,079 89,607 98,890

Kota Pekalongan 0,001 0,001 0,001 0,001 0,000

Kota Tegal 1,259 1,292 1,440 1,558 1,720

∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 195,217 205,660 227,120 242,454 262,208

√∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 13,972 14,341 15,070 15,571 16,193

CVw = √∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) / Y 0,889 0,879 0,868 0,850 0,842

145

c. Indeks Williamson tanpa Sektor Industri Pengolahan di Provinsi Jawa

Tengah

PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota tanpa Sektor Industri Pengolahan dalam Juta Rupiah

(Yi)

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kab. Cilacap 12,72843 13,12071 13,73664 14,39755 15,15805

Kab. Banyumas 12,68177 12,87501 13,59856 14,03295 14,71828

Kab. Purbalingga 10,77803 11,49905 12,63989 14,03483 15,35014

Kab. Banjarnegara 10,02093 10,33609 10,77889 11,29491 11,80182

Kab. Kebumen 9,195187 9,626602 9,963854 10,42436 11,09969

Kab. Purworejo 10,92929 11,03912 11,59028 11,99172 12,56189

Kab. Wonosobo 10,47692 10,777 11,20618 11,70593 12,2425

Kab. Magelang 10,36889 10,56321 11,03517 11,37851 11,89931

Kab. Boyolali 8,121424 8,204018 8,590666 8,864157 9,26002

Kab. Klaten 10,96399 11,3709 11,95383 12,40973 12,96305

Kab. Sukoharjo 12,98235 13,36459 13,94948 14,47364 15,41993

Kab. Wonogiri 12,75131 13,25537 13,86808 14,48511 15,19116

Kab. Karanganyar 11,81417 11,99847 12,56817 12,98286 13,56044

Kab. Sragen 13,94243 14,33023 15,15607 15,54254 16,25807

Kab. Grobogan 8,985106 9,220886 9,677338 9,972072 10,50278

Kab. Blora 11,50229 11,83106 12,48223 12,83135 13,55712

Kab. Rembang 12,20386 12,46235 13,0075 13,25598 13,79321

Kab. Pati 12,2966 12,7474 13,4035 13,85732 14,66442

Kab. Kudus 12,64604 13,16282 13,88552 14,45353 15,26093

Kab. Jepara 8,468374 8,722601 9,072296 9,311589 9,628516

Kab. Demak 8,594235 8,68402 9,016681 9,191597 9,637862

Kab. Semarang 15,19274 15,43348 16,15922 16,77189 17,43902

Kab. Temanggung 10,86613 11,07794 11,5898 11,94675 12,43168

Kab. Kendal 13,28799 13,53372 14,46899 15,04828 15,69982

Kab. Batang 9,744563 9,838612 10,26493 10,6696 11,1796

Kab. Pekalongan 9,090141 9,204076 9,579486 9,887896 10,26291

Kab. Pemalang 7,675631 7,907098 8,362006 8,635647 9,040753

Kab. Tegal 8,281297 8,478773 8,886887 9,180897 9,597923

Kab. Brebes 10,91255 11,17834 11,76967 12,22086 12,81093

Kota Magelang 30,68856 31,74553 33,75267 35,14698 36,78144

Kota Surakarta 42,06486 43,66147 46,41102 48,56532 51,07693

Kota Salatiga 25,75738 26,17856 27,48072 28,42457 29,5669

Kota Semarang 40,48585 41,4628 43,40158 44,71488 47,26525

Kota Pekalongan 13,78285 14,07156 14,70872 15,33132 15,99396

Kota Tegal 26,51688 27,11402 28,55315 29,73897 31,1748

PDRB Per Kapita tanpa Sektor

Industri Jawa Tengah (Y) 13,07882 13,43789 14,13098 14,67172 15,43398

146

(Yi – Y)2

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kab. Cilacap 0,1228 0,1006 0,1555 0,0752 0,0761

Kab. Banyumas 0,1576 0,3168 0,2835 0,4080 0,5122

Kab. Purbalingga 5,2936 3,7591 2,2234 0,4056 0,0070

Kab. Banjarnegara 9,3507 9,6212 11,2366 11,4028 13,1925

Kab. Kebumen 15,0826 14,5259 17,3650 18,0401 18,7860

Kab. Purworejo 4,6205 5,7541 6,4552 7,1824 8,2489

Kab. Wonosobo 6,7699 7,0803 8,5545 8,7959 10,1855

Kab. Magelang 7,3437 8,2638 9,5840 10,8452 12,4939

Kab. Boyolali 24,5757 27,3934 30,6951 33,7278 38,1177

Kab. Klaten 4,4725 4,2724 4,7400 5,1166 6,1055

Kab. Sukoharjo 0,0093 0,0054 0,0329 0,0392 0,0002

Kab. Wonogiri 0,1073 0,0333 0,0691 0,0348 0,0590

Kab. Karanganyar 1,5993 2,0719 2,4424 2,8523 3,5101

Kab. Sragen 0,7458 0,7963 1,0508 0,7583 0,6791

Kab. Grobogan 16,7585 17,7831 19,8350 22,0867 24,3166

Kab. Blora 2,4854 2,5819 2,7184 3,3870 3,5226

Kab. Rembang 0,7655 0,9517 1,2622 2,0043 2,6921

Kab. Pati 0,6119 0,4768 0,5292 0,6633 0,5922

Kab. Kudus 0,1873 0,0757 0,0603 0,0476 0,0299

Kab. Jepara 21,2562 22,2340 25,5903 28,7310 33,7034

Kab. Demak 20,1115 22,5993 26,1561 30,0318 33,5949

Kab. Semarang 4,4687 3,9824 4,1137 4,4107 4,0202

Kab. Temanggung 4,8960 5,5693 6,4576 7,4255 9,0137

Kab. Kendal 0,0438 0,0092 0,1142 0,1418 0,0707

Kab. Batang 11,1172 12,9548 14,9464 16,0170 18,0997

Kab. Pekalongan 15,9095 17,9252 20,7161 22,8850 26,7399

Kab. Pemalang 29,1944 30,5897 33,2811 36,4342 40,8733

Kab. Tegal 23,0162 24,5928 27,5006 30,1492 34,0595

Kab. Brebes 4,6927 5,1056 5,5758 6,0067 6,8804

Kota Magelang 310,1029 335,1697 385,0104 419,2364 455,7144

Kota Surakarta 840,1908 913,4646 1042,0009 1148,7758 1270,4204

Kota Salatiga 160,7461 162,3245 178,2153 189,1408 199,7397

Kota Semarang 751,1453 785,3955 856,7677 902,5912 1013,2303

Kota Pekalongan 0,4957 0,4015 0,3338 0,4351 0,3136

Kota Tegal 180,5817 187,0366 207,9989 227,0219 247,7735

147

(Yi – Y)2 x (Fi / n)

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kab. Cilacap 0,006 0,005 0,008 0,004 0,004

Kab. Banyumas 0,008 0,015 0,014 0,020 0,025

Kab. Purbalingga 0,139 0,099 0,059 0,011 0,000

Kab. Banjarnegara 0,251 0,258 0,301 0,305 0,352

Kab. Kebumen 0,537 0,516 0,614 0,636 0,659

Kab. Purworejo 0,099 0,123 0,137 0,152 0,174

Kab. Wonosobo 0,157 0,164 0,198 0,203 0,234

Kab. Magelang 0,269 0,303 0,352 0,399 0,461

Kab. Boyolali 0,705 0,785 0,878 0,964 1,088

Kab. Klaten 0,156 0,148 0,164 0,176 0,209

Kab. Sukoharjo 0,000 0,000 0,001 0,001 0,000

Kab. Wonogiri 0,003 0,001 0,002 0,001 0,002

Kab. Karanganyar 0,040 0,052 0,062 0,072 0,089

Kab. Sragen 0,020 0,021 0,028 0,020 0,018

Kab. Grobogan 0,676 0,716 0,797 0,885 0,973

Kab. Blora 0,063 0,066 0,069 0,086 0,089

Kab. Rembang 0,014 0,017 0,023 0,037 0,049

Kab. Pati 0,022 0,017 0,019 0,024 0,022

Kab. Kudus 0,005 0,002 0,001 0,001 0,001

Kab. Jepara 0,726 0,765 0,887 1,003 1,186

Kab. Demak 0,658 0,741 0,861 0,991 1,112

Kab. Semarang 0,129 0,116 0,120 0,130 0,119

Kab. Temanggung 0,107 0,122 0,142 0,164 0,199

Kab. Kendal 0,001 0,000 0,003 0,004 0,002

Kab. Batang 0,243 0,284 0,328 0,352 0,398

Kab. Pekalongan 0,412 0,464 0,536 0,592 0,692

Kab. Pemalang 1,131 1,181 1,280 1,396 1,559

Kab. Tegal 0,987 1,050 1,170 1,277 1,437

Kab. Brebes 0,251 0,272 0,296 0,318 0,363

Kota Magelang 1,127 1,213 1,388 1,505 1,630

Kota Surakarta 12,912 13,991 15,908 17,480 19,267

Kota Salatiga 0,852 0,866 0,957 1,022 1,087

Kota Semarang 36,481 38,477 42,364 45,045 51,034

Kota Pekalongan 0,004 0,004 0,003 0,004 0,003

Kota Tegal 1,332 1,375 1,525 1,659 1,806

∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 60,524 64,230 71,494 76,938 86,342

√∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 7,780 8,014 8,455 8,771 9,292

CVw = √∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) / Y 0,595 0,596 0,598 0,598 0,602

148

d. Indeks Williamson tanpa Sektor Konstruksi di Provinsi Jawa Tengah

PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota tanpa Sektor Konstruksi dalam Juta Rupiah (Yi)

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kab. Cilacap 17,07451 17,63459 18,87234 19,58649 20,48855

Kab. Banyumas 13,64813 14,14371 15,19161 15,94218 16,7649

Kab. Purbalingga 13,40537 14,4393 15,8489 17,77335 19,4914

Kab. Banjarnegara 10,62734 10,95768 11,49141 12,10358 12,68118

Kab. Kebumen 10,48373 10,78747 11,31567 11,936 12,65292

Kab. Purworejo 11,97786 12,13937 12,79741 13,32647 13,97203

Kab. Wonosobo 11,76266 12,099 12,6039 13,15152 13,73804

Kab. Magelang 11,66093 11,92795 12,61494 13,09897 13,66073

Kab. Boyolali 14,55927 15,06083 15,98641 16,69045 17,6637

Kab. Klaten 14,88898 15,52689 16,52442 17,43432 18,35212

Kab. Sukoharjo 19,45394 20,22886 21,39651 22,38473 23,42633

Kab. Wonogiri 13,91181 14,45085 15,19871 15,94042 16,72877

Kab. Karanganyar 19,62823 20,32689 21,48277 22,40768 23,31914

Kab. Sragen 18,23479 19,04569 20,40223 21,46882 22,66946

Kab. Grobogan 9,465553 9,725846 10,22958 10,57972 11,15094

Kab. Blora 12,20249 12,57273 13,29065 13,80706 14,47134

Kab. Rembang 13,64068 14,08037 14,95045 15,48148 16,18865

Kab. Pati 15,30384 15,92174 16,88939 17,58321 18,53555

Kab. Kudus 67,90327 68,91829 71,56948 73,83184 75,85981

Kab. Jepara 11,80068 12,0993 12,65627 13,08817 13,54446

Kab. Demak 10,5319 10,75936 11,29508 11,64391 12,21134

Kab. Semarang 21,0459 21,79931 22,91662 23,92636 24,94746

Kab. Temanggung 13,77122 14,02424 14,73647 15,33738 15,9582

Kab. Kendal 20,6515 21,28156 22,56635 23,53836 24,55995

Kab. Batang 13,3554 13,69044 14,48756 15,1431 15,82972

Kab. Pekalongan 12,00425 12,35564 13,11802 13,66789 14,22392

Kab. Pemalang 8,97468 9,298142 9,856775 10,36805 10,90087

Kab. Tegal 10,56259 10,94475 11,75384 12,30581 12,9316

Kab. Brebes 11,86591 12,18483 12,95442 13,5771 14,2539

Kota Magelang 29,64439 30,65996 32,82381 34,49677 36,18001

Kota Surakarta 33,23521 34,56055 37,10943 39,09356 41,0686

Kota Salatiga 30,97668 31,96704 33,65896 35,09891 36,38697

Kota Semarang 39,81302 40,99251 43,55006 45,36439 47,42695

Kota Pekalongan 14,77443 15,27719 16,14037 16,88118 17,54684

Kota Tegal 25,34412 25,89482 27,55996 28,90027 30,29678

PDRB Per Kapita tanpa Sektor

Konstruksi di Jawa Tengah (Y) 16,73815 17,28234 18,32522 19,16864 20,09215

149

(Yi – Y)2

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kab. Cilacap 0,113138 0,124079 0,299338 0,174602 0,157133

Kab. Banyumas 9,548232 9,850976 9,819504 10,41 11,07061

Kab. Purbalingga 11,10748 8,082888 6,132191 1,946836 0,360902

Kab. Banjarnegara 37,34205 40,00127 46,701 49,91498 54,92259

Kab. Kebumen 39,11778 42,18339 49,13375 52,3111 55,34215

Kab. Purworejo 22,66042 26,45011 30,55672 34,1309 37,45594

Kab. Wonosobo 24,75557 26,86698 32,73354 36,20567 40,37473

Kab. Magelang 25,77823 28,66945 32,6073 36,84089 41,36322

Kab. Boyolali 4,747537 4,935098 5,470058 6,1414 5,897378

Kab. Klaten 3,419437 3,081619 3,24289 3,00785 3,02772

Kab. Sukoharjo 7,375482 8,681987 9,432813 10,34329 11,11671

Kab. Wonogiri 7,988199 8,017315 9,775071 10,42135 11,31234

Kab. Karanganyar 8,352545 9,269258 9,970109 10,49141 10,41347

Kab. Sragen 2,239918 3,109398 4,313955 5,290856 6,642517

Kab. Grobogan 52,89073 57,1006 65,53949 73,76942 79,94531

Kab. Blora 20,57221 22,18039 25,34688 28,7465 31,59352

Kab. Rembang 9,594337 10,25263 11,38909 13,59509 15,23737

Kab. Pati 2,057259 1,851237 2,06161 2,513592 2,423009

Kab. Kudus 2617,869 2666,271 2834,951 2988,066 3110,031

Kab. Jepara 24,37869 26,8639 32,13696 36,97207 42,87232

Kab. Demak 38,51763 42,5493 49,42282 56,62145 62,10724

Kab. Semarang 18,55671 20,40301 21,08097 22,63596 23,57399

Kab. Temanggung 8,802678 10,61521 12,8791 14,67855 17,08953

Kab. Kendal 15,31429 15,99375 17,98714 19,09445 19,96117

Kab. Batang 11,44301 12,90176 14,72768 16,20492 18,16831

Kab. Pekalongan 22,40983 24,27237 27,11493 30,25827 34,43621

Kab. Pemalang 60,27152 63,74742 71,71459 77,45029 84,47961

Kab. Tegal 38,13762 40,16501 43,18303 47,09844 51,27352

Kab. Brebes 23,73876 25,98457 28,84555 31,26523 34,08518

Kota Magelang 166,5708 178,9607 210,2092 234,9518 258,8192

Kota Surakarta 272,1528 298,5365 352,8466 397,0024 440,0114

Kota Salatiga 202,7356 215,6404 235,1235 253,7738 265,521

Kota Semarang 532,4495 562,172 636,2924 686,2177 747,191

Kota Pekalongan 3,856224 4,020616 4,773592 5,232478 6,478606

Kota Tegal 74,06271 74,17486 85,2804 94,70462 104,1344

150

(Yi – Y)2 x (Fi / n)

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kab. Cilacap 0,006 0,006 0,015 0,009 0,008

Kab. Banyumas 0,459 0,475 0,474 0,503 0,536

Kab. Purbalingga 0,292 0,213 0,162 0,052 0,010

Kab. Banjarnegara 1,001 1,071 1,249 1,334 1,467

Kab. Kebumen 1,393 1,498 1,738 1,843 1,942

Kab. Purworejo 0,483 0,563 0,648 0,721 0,788

Kab. Wonosobo 0,576 0,623 0,757 0,835 0,929

Kab. Magelang 0,943 1,051 1,198 1,356 1,525

Kab. Boyolali 0,136 0,141 0,157 0,175 0,168

Kab. Klaten 0,119 0,107 0,112 0,104 0,104

Kab. Sukoharjo 0,188 0,221 0,241 0,264 0,284

Kab. Wonogiri 0,228 0,228 0,277 0,294 0,318

Kab. Karanganyar 0,210 0,234 0,252 0,265 0,264

Kab. Sragen 0,059 0,082 0,113 0,138 0,173

Kab. Grobogan 2,133 2,298 2,633 2,957 3,199

Kab. Blora 0,525 0,565 0,643 0,727 0,797

Kab. Rembang 0,175 0,188 0,208 0,249 0,279

Kab. Pati 0,076 0,068 0,075 0,092 0,088

Kab. Kudus 63,223 64,673 69,101 73,193 76,549

Kab. Jepara 0,833 0,924 1,114 1,291 1,508

Kab. Demak 1,260 1,396 1,626 1,869 2,056

Kab. Semarang 0,537 0,594 0,617 0,667 0,699

Kab. Temanggung 0,193 0,233 0,283 0,324 0,377

Kab. Kendal 0,426 0,445 0,501 0,532 0,557

Kab. Batang 0,250 0,283 0,323 0,356 0,400

Kab. Pekalongan 0,580 0,628 0,702 0,783 0,891

Kab. Pemalang 2,335 2,462 2,759 2,967 3,223

Kab. Tegal 1,635 1,715 1,837 1,995 2,163

Kab. Brebes 1,267 1,383 1,530 1,654 1,798

Kota Magelang 0,605 0,648 0,758 0,844 0,926

Kota Surakarta 4,182 4,572 5,387 6,041 6,673

Kota Salatiga 1,075 1,150 1,262 1,372 1,445

Kota Semarang 25,860 27,541 31,462 34,247 37,634

Kota Pekalongan 0,034 0,035 0,042 0,046 0,057

Kota Tegal 0,546 0,545 0,625 0,692 0,759

∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 113,846 118,862 130,883 140,791 150,594

√∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 10,670 10,902 11,440 11,866 12,272

CVw = √∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) / Y 0,637 0,631 0,624 0,619 0,611

151

a. Indeks Williamson tanpa Sektor Perdagangan di Provinsi Jawa Tengah

PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota tanpa Sektor Perdagangan dalam Juta Rupiah (Yi)

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kab. Cilacap 19,09145 19,70295 20,99034 21,77028 22,84721

Kab. Banyumas 15,62373 16,20808 17,31035 18,11794 19,0505

Kab. Purbalingga 14,21214 15,32629 16,81058 18,84366 20,66519

Kab. Banjarnegara 11,3714 11,75512 12,33068 12,97481 13,59733

Kab. Kebumen 9,409138 9,771232 10,23269 10,83658 11,49646

Kab. Purworejo 11,29233 11,45617 12,07699 12,56726 13,18542

Kab. Wonosobo 10,24158 10,58884 11,01097 11,485 12,03674

Kab. Magelang 10,87425 11,21093 11,88584 12,37186 12,9311

Kab. Boyolali 13,17142 13,72412 14,58388 15,25035 16,21045

Kab. Klaten 12,51148 13,17331 14,13494 15,00766 15,86813

Kab. Sukoharjo 20,81452 21,61171 22,83903 23,86282 25,00752

Kab. Wonogiri 12,28164 12,81299 13,48061 14,11532 14,82819

Kab. Karanganyar 18,34355 19,03593 20,15787 21,05274 21,89549

Kab. Sragen 15,16245 16,04398 17,25687 18,14738 19,2307

Kab. Grobogan 7,806903 8,044307 8,480813 8,776557 9,293837

Kab. Blora 10,39641 10,78002 11,3947 11,81034 12,373

Kab. Rembang 12,5814 13,09082 13,84259 14,45542 15,15508

Kab. Pati 13,99069 14,66689 15,6181 16,20659 17,11558

Kab. Kudus 66,17198 67,32251 69,82471 71,98356 73,89777

Kab. Jepara 10,28346 10,58879 11,08819 11,48032 11,88737

Kab. Demak 9,573528 9,822405 10,31102 10,61112 11,12871

Kab. Semarang 21,18263 22,06218 23,27326 24,38396 25,37384

Kab. Temanggung 11,16919 11,45782 12,01305 12,41181 12,99378

Kab. Kendal 19,20514 19,9083 21,1386 22,01461 23,05763

Kab. Batang 11,95329 12,31724 13,04401 13,64717 14,30423

Kab. Pekalongan 10,78693 11,15035 11,8624 12,39853 12,91667

Kab. Pemalang 7,739668 8,061358 8,586035 9,019165 9,502246

Kab. Tegal 9,348395 9,767705 10,51799 11,00408 11,5957

Kab. Brebes 10,0127 10,33823 11,00358 11,53881 12,20414

Kota Magelang 29,83369 31,16262 33,24424 34,86143 36,61391

Kota Surakarta 34,28788 36,0288 38,24008 40,17833 42,35704

Kota Salatiga 30,48522 31,58773 33,42551 34,86871 36,23602

Kota Semarang 45,31429 47,16626 50,08027 52,11847 54,52299

Kota Pekalongan 12,99974 13,61547 14,5202 15,18525 15,85989

Kota Tegal 21,10041 21,93168 23,29244 24,41005 25,74894

PDRB Per Kapita tanpa Sektor

Perdagangan di Jawa Tengah (Y) 16,18633 16,81405 17,83659 18,66057 19,59781

152

(Yi – Y)2

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kab. Cilacap 8,439714 8,345735 9,946121 9,670281 10,55864

Kab. Banyumas 0,316525 0,367193 0,276925 0,294453 0,299551

Kab. Purbalingga 3,897438 2,213415 1,052692 0,033521 1,13931

Kab. Banjarnegara 23,18363 25,59278 30,31502 32,32786 36,0057

Kab. Kebumen 45,93038 49,60126 57,81928 61,21488 65,6318

Kab. Purworejo 23,95124 28,7069 33,17302 37,12846 41,11873

Kab. Wonosobo 35,34004 38,7532 46,58911 51,48886 57,16972

Kab. Magelang 28,21824 31,39496 35,41143 39,54784 44,44504

Kab. Boyolali 9,089691 9,547639 10,58012 11,6296 11,4742

Kab. Klaten 13,50455 13,25496 13,70224 13,34378 13,91048

Kab. Sukoharjo 21,42013 23,01755 25,02437 27,06337 29,26497

Kab. Wonogiri 15,24664 16,00848 18,97456 20,65928 22,74922

Kab. Karanganyar 4,653575 4,936749 5,388342 5,722464 5,279356

Kab. Sragen 1,04834 0,59301 0,336071 0,263368 0,134771

Kab. Grobogan 70,21485 76,90836 87,53055 97,69373 106,1718

Kab. Blora 33,52319 36,4095 41,49799 46,92572 52,19787

Kab. Rembang 12,99555 13,8624 15,95206 17,68332 19,73787

Kab. Pati 4,820869 4,610273 4,921696 6,022043 6,161448

Kab. Kudus 2498,565 2551,104 2702,765 2843,341 2948,486

Kab. Jepara 34,84397 38,75382 45,54084 51,55605 59,45087

Kab. Demak 43,7292 48,88307 56,6342 64,79363 71,72567

Kab. Semarang 24,96299 27,54292 29,55733 32,7572 33,36249

Kab. Temanggung 25,17169 28,68917 33,91359 39,04707 43,61313

Kab. Kendal 9,113169 9,574418 10,90328 11,24957 11,97035

Kab. Batang 17,91867 20,22131 22,96884 25,13417 28,02194

Kab. Pekalongan 29,15355 32,07752 35,69089 39,21321 44,63755

Kab. Pemalang 71,34616 76,6096 85,57276 92,95671 101,9204

Kab. Tegal 46,7574 49,65096 53,56191 58,6218 64,03376

Kab. Brebes 38,11376 41,93617 46,69009 50,71949 54,66635

Kota Magelang 186,2504 205,8815 237,3957 262,4679 289,5476

Kota Surakarta 327,6661 369,2065 416,3023 463,0141 517,9828

Kota Salatiga 204,4581 218,2616 243,0145 262,7039 276,8302

Kota Semarang 848,438 921,2568 1039,655 1119,431 1219,768

Kota Pekalongan 10,15436 10,23092 10,99843 12,07786 13,97206

Kota Tegal 24,14817 26,19013 29,76628 33,05651 37,83641

153

(Yi – Y)2 x (Fi / n)

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kab. Cilacap 0,427 0,421 0,501 0,486 0,530

Kab. Banyumas 0,015 0,018 0,013 0,014 0,015

Kab. Purbalingga 0,103 0,058 0,028 0,001 0,030

Kab. Banjarnegara 0,622 0,685 0,811 0,864 0,961

Kab. Kebumen 1,635 1,762 2,045 2,157 2,303

Kab. Purworejo 0,511 0,611 0,704 0,784 0,865

Kab. Wonosobo 0,822 0,899 1,077 1,188 1,315

Kab. Magelang 1,032 1,151 1,301 1,455 1,639

Kab. Boyolali 0,261 0,274 0,303 0,332 0,327

Kab. Klaten 0,470 0,459 0,473 0,459 0,477

Kab. Sukoharjo 0,546 0,587 0,639 0,692 0,749

Kab. Wonogiri 0,434 0,455 0,538 0,583 0,639

Kab. Karanganyar 0,117 0,124 0,136 0,145 0,134

Kab. Sragen 0,028 0,016 0,009 0,007 0,004

Kab. Grobogan 2,832 3,096 3,516 3,917 4,248

Kab. Blora 0,856 0,927 1,053 1,188 1,317

Kab. Rembang 0,238 0,254 0,292 0,324 0,362

Kab. Pati 0,177 0,169 0,180 0,220 0,225

Kab. Kudus 60,342 61,880 65,879 69,648 72,573

Kab. Jepara 1,191 1,334 1,579 1,801 2,092

Kab. Demak 1,431 1,604 1,863 2,138 2,374

Kab. Semarang 0,723 0,802 0,866 0,965 0,989

Kab. Temanggung 0,552 0,630 0,746 0,861 0,963

Kab. Kendal 0,254 0,267 0,304 0,314 0,334

Kab. Batang 0,392 0,443 0,504 0,552 0,617

Kab. Pekalongan 0,755 0,830 0,924 1,015 1,155

Kab. Pemalang 2,764 2,959 3,292 3,561 3,889

Kab. Tegal 2,005 2,121 2,278 2,483 2,702

Kab. Brebes 2,035 2,232 2,477 2,683 2,883

Kota Magelang 0,677 0,745 0,856 0,942 1,036

Kota Surakarta 5,035 5,655 6,355 7,045 7,856

Kota Salatiga 1,084 1,164 1,305 1,420 1,507

Kota Semarang 41,206 45,133 51,407 55,867 61,436

Kota Pekalongan 0,088 0,089 0,096 0,106 0,123

Kota Tegal 0,178 0,193 0,218 0,242 0,276

∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 131,837 140,045 154,569 166,458 178,942

√∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 11,482 11,834 12,433 12,902 13,377

CVw = √∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) / Y 0,709 0,704 0,697 0,691 0,683

154

4. Korelasi Pearson Product Moment Hipotesis Kuznets

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Pertumbuhan PDRB (%) 5,59 5,35 5,89 5,28 5,69

Indeks Williamson 0,688 0,683 0,678 0,672 0,666

Diolah oleh penulis dengan eviews 6.0