ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan...

91
i ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH PADA PT. BPR GROGOL JOYO SUKOHARJO PERIODE 2007-2009 TUGAS AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Keuangan Dan Perbankan Oleh : RATIH KUSUMANINGRUM F3607073 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN DAN PERBANKAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan...

Page 1: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

i

ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH

PADA PT. BPR GROGOL JOYO SUKOHARJO

PERIODE 2007-2009

TUGAS AKHIR

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Ahli Madya

Program Studi Diploma III Keuangan Dan Perbankan

Oleh :

RATIH KUSUMANINGRUM

F3607073

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN DAN PERBANKAN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank merupakan lembaga intermediasi keuangan yang berbasis

kepercayaan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat

melalui produk-produk yang ditawarkan seperti tabungan, deposito dan giro

serta menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk

kredit.

Perbankan dalam menjalankan kegiatannya membutuhkan

kepercayaan. Masyarakat memberikan kepercayaan kepada pihak perbankan

untuk menjaga sejumlah dana yang telah disimpan di Bank, sementara pihak

Bank menyalurkan atau menempatkan dananya berupa kredit kepada debitur

yang dilandasi unsur kepercayaan (Nur Hidayah, 2007: 1).

Bank dari sisi penempatan dananya yang berpotensi menghasilkan

profitabilitas untuk mendukung aktivitas usahanya adalah melalui usaha

perkreditan. Aktivitas penyaluran kredit bank selain menghasilkan profit

(spread income) juga memiliki risiko yang tinggi, yaitu risiko kredit dimana

nasabah gagal memenuhi kewajibannya. Peningkatan risiko kredit ini dapat

meningkatkan non performing loan, bad debt atau kredit bermasalah. Kredit

bermasalah adalah kredit yang tidak lancar yang sampai saat jatuh temponya

tidak dapat diselesaikan oleh debitur yang bersangkutan.

Page 3: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

iii

Kasus kredit bermasalah pada perbankan nasional bukanlah hal yang

baru bagi BPR Grogol Joyo, karena berdasarkan laporan keuangan BPR

Grogol Joyo selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2007, 2008, 2009

jumlah NPLnya sebesar 13,50%, 8,65%, 5,33%. Jumlah tersebut melampui

batas yang ditentukan oleh Bank Indonesia, yaitu Non Performing Loan tidak

boleh melebihi maksimal dari 5% (Sumber: Laporan Keuangan Tahun 2007-

2009 PT. BPR Grogol Joyo Sukoharjo).

Peningkatan NPL pada BPR Grogol Joyo sejak tahun 2007 sampai

dengan tahun 2009 merupakan akumulasi dari beberapa permasalahan yang

dihadapi juga oleh industri perbankan lainnya.Pertama, karena imbas negatif

krisis keuangan global yang memaksa perusahaan (counterparty bank) masuk

kedalam persaingan yang semakin ketat, keadaan ini membuat perusahaan

(counterparty bank) mengalami kesulitan dalam mempertahankan pangsa

pasar dan memperburuk prospek usaha dalam jangka pendek dan jangka

panjang, konsekuensinya pendapatan perusahaan (counterparty bank)

menurun. Kondisi ini yang membuat perusahaan mengalami penurunan

kemampuan dalam membanyar angsuran pinjaman ke bank. Kedua,

kebijakan industri perbankan yang mempertahankan suku bunga kredit tinggi

ditengah –tengah kondisi perekonomian yang tidak stabil serta kontribusi

terhadap tingginya NPL. Tingginya suku bunga kredit pada saat pendapatan

perusahaan (counterparty bank) mengalami penurunan, membuat beban

angsuran pinjaman perusahaan ke perbankan relatif mengalami peningkatan.

Ketiga, pemberian kredit bank yang tidak prudent pada saat situasi ekonomi

Page 4: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

iv

yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank

yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah yang

mendapatkan fasilitas kredit pada saat ekonomi baik dan stabil.

Pemberian kredit mengandung suatu tingkat risiko tertentu dimana ada

kemungkinan kredit yang tidak dapat kembali/ ditagih. Untuk menghindari

atau memperkecil resiko tersebut,sebelum kreditur atau pihak bank

memberikan kredit kepada calon debitur, kreditur harus menentukan calon

debitur yang layak. Agar dapat menentukan besar jumlah pinjaman yang akan

diberikan, kreditur juga harus mengetahui kondisi atau keadaan keuangan

calon debitur. Permohonan kredit harus dinilai oleh bank, adapun syarat-

syarat penilaiannya adalah character, capacity, capital, collateral, condition

of economy, return, repayment capacity, risk bearing ability (Nur Hidayah,

2007: 2). Dengan dipenuhinya syarat-syarat 5C dan 3R tersebut kemungkinan

kredit yang bermasalah dapat diminimalisasikan.

Meskipun penilaian tersebut sudah diterapkan tetapi masih ada kredit

yang bermasalah. Hampir semua bank mengalami kredit bermasalah

termasuk BPR Grogol Joyo. Menurut data perkembangan kredit yang

diperoleh dari PT. BPR Grogol Joyo adalah sbb:

Tabel 1.1Perkembangan Kolektibilitas Kredit

Pada Tahun 2010

(Dalam Jutaan Rupiah)

Periode/ Bulan

Menurut kolektibilitas Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet

Rp NSB Rp NSB Rp NSB Rp NSB Januari 9.901 379 44 153 20 474 114

Page 5: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

v

Februari 9.998 409 44 135 22 487 116 Maret 10.170 321 41 163 20 502 118 April 10.191 257 35 131 19 500 118

Sumber: Laporan Keuangan Tahun 2010 PT. BPR Grogol Joyo Sukoharjo

NPL Januari = 5,95%

NPL Februari = 6,10%

NPL Maret = 5,63%

NPL April = 4,77%

Dari data diatas dapat diketahui bahwa PT. BPR Grogol Joyo dalam

pemberian kreditnya masih ditemukan kredit yang bermasalah. Penelitian ini

mendiskripsikan langkah yang ditempuh PT. BPR Grogol Joyo dalam

mengungkap faktor-faktor penyebab kredit bermasalah dan penanganan

kredit bermasalah.

Penelitian yang hampir sama tentang kredit bermasalah pernah

dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, berikut ini tabel tentang daftar

penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.

Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu

No Nama Pengarang, Tahun, Judul Penelitian, Kesimpulan 1 Andi Arif Swastiana, 2004

”Aspek Hukum Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan”. Dua faktor penyebab kredit macet, yaitu:

1. Faktor internal bank sendiri, yaitu kurangnya pengawasan dari pihak bank setelah menyalurkan kredit.

Page 6: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

vi

2. Faktor internal debitur penerima kredit,yaitu disebabkan oleh debitur dalam penggunaan kredit menyimpang dari tujuan pemberian kredit.

Dalam penyelesaian kredit macet dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Penyelesaian oleh pihak bank sendiri dengan cara membentuk tim

Satuan Tugas Khusus untuk mengurus kredit macet dan melakukan restrukturisasi kredit secara selektif terhadap debitur yang masih memiliki prospek usaha yang baik.

Apabila pihak debitur tidak mampu juga membayar kewajiban atas kreditnya, maka dilakukan penyelesaian cara kedua, yaitu dengan menyerahkan pengurusan piutang kredit macet piutang negara tersebut kepada KP2LN

2 Erna Indriasari, 2005 ”Penyelesaian Kredit Bermasalah Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Karangayar”. Dua faktor penyebab kredit macet, yaitu:

1. Faktor intern, yang disebabkan oleh pihak bank sendiri, yaitu karena kurang pengawasan dan kurang tepatnya didalam menyalurkan kredit.

2. Faktor ekstern, yaitu karena perubahan kondisi ekonomi, perdagangan dan perubahan teknologi.

Penyelesaian kredit macet dilakukan dengan dua cara,yaitu: 1. Tindakan preventif, yaitu dengan cara pengawasan terhadap

kelancaran suatu kredit yang diberikan, mengadakan pembinaan terhadap usaha debitur agar kredit berjalan lancar dan pengikatan jaminan kredit dengan jaminan.

2. Tindakan represif. Pertama, dengan cara perdamaian, yaitu penundaan waktu dan keringanan suku bunga dan angsuran. Kedua, penjualan barang jaminan yang dilakukan dengan prosedur yang berlaku menurut hukum.

3 Hermanto, 2006

”Faktor-Faktor Kredit Macet Pada PD. BPR BKK Ungaran Kabupaten Semarang”. Kesimpulan yang dapat ditarik, yaitu faktor-faktor yang menyebabkan kredit macet pada PD. BPR BKK Ungaran, antara lain: salah penggunaan kredit, pengelolaan administrasi pembukuan debitur serta menurunnya pendapatan.

Pengalaman adanya kredit bermasalah akhir-akhir ini, telah memacu

BPR Grogol Joyo untuk lebih berhati-hati dalam mengatur alokasi dana

kredit. Rencana kredit disusun lebih matang, analisis atas permohonan kredit

lebih terarah dan pengamanan kredit lebih diperketat, disamping itu

peningkatan dalam sistem pembinaan nasabah.

Page 7: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

vii

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik mengambil judul

”ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH PADA PT.

BPR GROGOL JOYO SUKOHARJO PADA PERIODE 2007-2009”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, pokok permasalahan yang akan

dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah:

1. Apakah yang menyebabkan kredit bermasalah pada PT. BPR Grogol Joyo

Sukoharjo?

2. Bagaimanakah upaya yang ditempuh oleh PT. BPR Grogol Joyo

Sukoharjo dalam menyelesaikan kredit bermasalah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan tugas akhir ini adalah:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kredit bermasalah pada PT. BPR

Grogol Joyo Sukoharjo.

2. Untuk mengetahui upaya yang ditempuh oleh PT. BPR Grogol Joyo

Sukoharjo dalam menyelesaikan kredit bermasalah.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi BPR Grogol Joyo

Page 8: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

viii

Bagi PT. BPR Grogol Joyo dapat digunakan sebagai bahan masukan

mengenai bagaimana cara penyelesaian kredit bermasalah setelah diketahui

faktor-faktor penyebabnya, agar dapat menguntungkan bank itu sendiri.

2. Bagi Fakultas Ekonomi UNS

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan sebagai

pembanding untuk penelitian sejenis lainnya.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara

teori-teori yang telah diperoleh dibangku kuliah dengan kenyataan yang

sebenarnya di PT. BPR Grogol Joyo.

E. Metode Penelitian

1. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini desain penelitian menggunakan interactive analysis

model, yaitu:

a. Pengumpulan Data

Page 9: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

ix

Dalam hal ini penelitian mencatat semua data secara obyektif dan apa

adanya sesuai hasil observasi dan wawancara di lapangan.Data yang ada

tanpa ada rekayasa dari pihak manapun.

b. Reduksi Data

Reduksi data adalah pemilihan pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan tertulis dilaporan. Reduksi data merupakan suatu

bentuk analisis menanyakan, menggolongkan, menyerahkan, membuang

yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan sedemikian rupa

sehingga akhirnya dapat ditarik kesimpulan dan diverifikasi.

c. Sajian Data

Sajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun, yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data merupakan analisa merancang deretan kolom-kolom

dalam sebuah matrik untuk data kualitatif dan menentukan jenis dan

bentuk data yang dimasukan dalam kotak-kotak matrik.

2. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Perkreditan Rakyat Grogol Joyo yang

berlokasi di Jl. Raya Solo Baru, Komplek Plaza I HB 01, Solo Baru,

Grogol, Sukoharjo. Penelitian ini khususnya pada bagian kredit.

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian ini adalah kualitatif, yaitu penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan data tentang faktor-faktor yang menyebabkan kredit

Page 10: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

x

bermasalah serta pemecahannya. Sehingga dalam memperoleh data

tersebut dibutuhkan observasi lapangan untuk memperoleh data primer.

Selain data primer yang berasal dari penelitian diperlukan juga data

sekunder yang berasal dari studi kepustakaan berupa literatur-literatur yang

berkaitan dengan objek penelitian tersebut.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diusahakan sebanyak mungkin data mengenai

masalah yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu:

a. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang keadaan atau

kegiatan yang terjadi. Dalam penelitian ini data yang digunakan yaitu

tentang pendirian perusahaan, struktur organisasi, permasalahan kredit

dan penanganan kredit bermasalah.

b. Observasi

Teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan

secara langsung terhadap obyek penelitian.

c. Interview atau Wawancara

Wawancara adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dengan

mengajukan pertanyaan langsung kepada pemberi informasi atau

Page 11: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xi

seorang ahli yang berwenang dalam suatu masalah, khususnya bagian

kredit pada PT. BPR Grogol Joyo.

5. Teknik Pembahasan

Penelitian dalam Tugas Akhir ini termasuk penelitian yang diskriptif.

Penelitian diskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan

secara sistematis, faktual dan akurat terhadap objek yang menjadi pokok

permasalahan yaitu mengenai faktor-faktor yang menyebabkan kredit

bermasalah yang ada di PT. BPR Grogol Joyo beserta penanganannya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perbankan dan Bank

1. Pengertian Perbankan

Page 12: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xii

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya (Undang-undang No. 10 Tahun 1998).

2. Pengertian Bank

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat

dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang-undang No.10 Tahun

1998).

3. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang

dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran

(Undang-undang No. 10 Tahun 1998). Hal ini berarti bahwa kegiatan BPR

jauh lebih sempit bila dibandingkan dengan kegiatan Bank Umum.

Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran

dana.

Kegiatan operasional BPR sesuai Peraturan Pemerintah RI No.71

Tahun 1992 tentang Pendirian Bank Perkreditan Rakyat, pasal 4, yang

menyatakan “BPR dapat didirikan di daerah pedesaan di wilayah

kecamatan di luar ibukota negara, ibukota propinsi, ibukota kotamadya,

dan ibukota kabupaten”. (PP RI No.71 Tahun 1992 dalam Martono, 2002:

35)

Page 13: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xiii

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa BPR merupakan

bank yang fungsinya menerima simpanan dalam bentuk uang dan

memberikan kredit dalam jangka pendek untuk masyarakat pedesaan. BPR

tergolong bank sekunder, yaitu bank yang tidak dapat menciptakan uang

karena tidak memberikan pinjaman melebihi dana yang dihimpun. BPR

wilayah usahanya terbatas pada lingkungan kecamatan dan beberapa desa

tertentu. (Martono, 2002: 35)

4. Bentuk Hukum Bank Perkreditan Rakyat

Bentuk hukum suatu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dapat berupa

(Martono, 2002: 35):

a. Perusahaan Daerah (PD)

Perusahaan Daerah (PD) adalah perusahaan yang modalnya dimiliki

oleh pemerintah daerah, di mana kekayaan perusahaan dipisahkan dari

kekayaan negara. Tujuan Perusahaan Daerah adalah mencari

keuntungan yang nantinya akan digunakan untuk pembangunan daerah.

b. Koperasi

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau

badan usaha Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang

berdasar atas asas kekeluargaan. Modal Koperasi terdiri dari simpanan

pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, hutang, dan Sisa Hasil

Usaha (SHU) yang tidak terbagi. Tujuan Koperasi untuk meningkatkan

kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Page 14: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xiv

Pengelolaan badan usaha dilakukan secara efektif dan efisien tanpa

mengabaikan prinsip-prinsip Koperasi.

c. Perseroan Terbatas (PT)

Perseroan Terbatas (PT) adalah suatu persekutuan untuk menjalankan

perusahaan yang mempunyai modal usaha yang terbagi atas beberapa

saham di mana setiap pemegang saham turut mengambil bagian

sebanyak satu atau lebih saham. Para pemegang saham (sebagai pemilik

perusahaan) bertanggung jawab terbatas terhadap hutang-hutang

perusahaan sebesar modal yang disetor.

Tujuan PT adalah untuk memperoleh laba maksimal, dimana laba

tersebut sebagian dibagi kepada para pemegang saham dalam bentuk

deviden, dan sebagian untuk menambah modal serta membentuk

cadangan.

5. Pendirian Bank Perkreditan Rakyat

Untuk mendapat izin usaha BPR dari Menteri Keuangan, dua tahapan

yang harus dilakukan, yaitu (Martono, 2002: 36):

a. Tahap Persetujuan Prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan

persiapan pendirian BPR. Permohonan untuk memperoleh persetujuan

prinsip, harus melampirkan:

1) Rancangan Anggaran Dasar

2) Daftar calon pemegang saham, susunan direksi dan dewan komisaris

Page 15: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xv

3) Rencana susunan organisasi

4) Rencana kerja

5) Bukti penyetoran sekurang-kurangnya sebesar 30% dari modal yang

disetorkan

b. Tahap Izin Usaha, yaitu izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan

usaha setelah persiapan sebagaimana yang dimaksud dalam butir (1) di

atas. Sewaktu melakukan pengajuan izin usaha harus disertai dengan

melampirkan keterangan tentang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

6. Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat

Usaha-usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) meliputi (Martono,

2002: 36):

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan

dengan itu.

b. Memberikan kredit kepada pengusaha kecil dan rumah tangga.

c. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil

sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.

Page 16: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xvi

d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),

deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank

lain.

Karena keterbatasan yang dimiliki oleh BPR, maka ada beberapa

larangan yang tidak boleh dilakukan BPR, larangan ini meliputi hal-hal

sebagai berikut (Kasmir, 2005: 47):

a. Menerima Simpanan Giro

b. Mengikuti Kliring

c. Melakukan Kegiatan Valuta Asing

d. Melakukan Kegiatan Perasuransian

B. Pengertian Kredit

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Undang –

undang No. 10 Tahun 1998 pasal 21 ayat 11).

Dalam penyaluran kredit pasti terdapat risiko kredit yang dihadapi

oleh bank yaitu resiko gagal bayar (default).

Risiko kredit adalah risiko pinjaman tidak kembali sesuai kontrak,

seperti penundaan, pengurangan pembayaran suku bunga dan/atau pinjaman

Page 17: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xvii

pokoknya, atau tidak membayar pinjaman sama sekali (Ktut Silvanita, 2009:

28).

Risiko kredit muncul karena adanya pilihan merugikan dan bahaya

moral dari peminjam. Peminjam dengan risiko tinggilah yang paling mau

meminjam karena mengharapkan pengembalian yang tinggi, dan untuk

mendapakatkannya mereka melakukan pilihan merugikan. Setelah

memperoleh pinjaman, masalah bahaya moral muncul karena peminjam

memiliki insentif untuk menginvestasikan dana pinjamannya ke investasi

yang menurutnya memberikan pengembalian yang tinggi. Risiko yang tinggi

membuat dana yang dipinjam mengalami risiko default, untuk menghindari

risiko kredit bank perlu menerapkan prinsip-prinsip pemberian kredit (Ktut

Silvanita, 2009: 28).

Manajer bank perlu menekan perilaku pilihan merugikan dan bahaya

moral dari peminjam dengan menerapkan prinsip-prinsip pemberian pinjaman

(loans principles management), antara lain (Ktut Silvanita, 2009: 20):

1. Penyaringan dan Pengawasan (Screening and Monitoring)

Dengan penyaringan dan pengawasan, bank mengumpulkan informasi

mengenai calon debitur sehingga sehingga dapat menurunkan risiko kredit.

2. Hubungan Jangka Panjang dengan Pelanggan (Long-term Customer

Relationship)

Dengan long-term customer relationship, dapat membangun hubungan

jangka panjang dengan debitur, sehingga memudahkan bank mengukur

risiko kreditnya dan dapat menekan ongkos penyaringan dan pengawasan.

Page 18: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xviii

Dengan demikian, memungkinkan bank memberikan bunga yang rendah,

pada sisi lain debitur akan berusaha untuk menekan bahaya moralnya untuk

memiliki hubungan jangka panjang dengan bank agar memperoleh

pinjaman dengan bunga murah.

3. Komitmen pinjaman (Loan Commitments)

Komitmen pinjaman adalah janji bank untuk memberikan pinjaman dalam

jumlah tertentu dengan bunga pasar yang berlaku. Dengan demikian,

perusahaan memberikan informasi mengenai laporan keuangan dan

aktivitas bisnisnya secara kontinu sehingga memungkinkan bank menekan

ongkos penyaringan dan pengawasan.

4. Jaminan (Collateral)

Jaminan mengurangi perilaku pilihan merugikan dan bahaya moral dari

peminjam, karena bila peminjam gagal membayar pinjamannya, bank dapat

menjual jaminan tersebut.

5. Saldo Kompensasi (Compensating Balances)

Saldo kompensasi fungsinya mirip dengan jaminan, yaitu peminjam wajib

menyimpan sejumlah dana tertentu dalam rekening bank tersebut. Dengan

demikian, bank dapat memonitor peminjam sehingga menurunkan bahaya

moralnya.

6. Penjatahan Kredit (Credit Rationing)

Dengan penjatahan kredit, bank tidak memberikan pinjaman sama sekali,

atau memberikan pinjaman kurang dari yang diminta, meskipun peminjam

bersedia memberikan bunga yang tinggi. Memberikan pinjaman dengan

Page 19: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xix

bunga yang tinggi akan mengundang peminjam dengan bahaya moral

tinggi untuk melakukan pilihan merugikan. Dengan memberikan batasan

jumlah pinjaman, bank menekan bahaya moral peminjam, karena biasanya

semakin besar jumlah pinjaman, semakin besar insentif untuk tidak

mengembalikan pinjaman tersebut.

Gagal bayar oleh debitur dapat mengakibatkan adanya kredit

bermasalah pada bank. Dibawah ini ada beberapa pengertian kredit

bermasalah menurut beberapa ahli.

Kredit bermasalah didefinisikan oleh Mudrajad Kuncoro dan

Suhardjono (2002: 462) sebagai suatu keadaan di mana nasabah sudah tidak

sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti

yang telah diperjanjikannya.

Kredit bermasalah didefinisikan oleh Martono (2002: 60) sesuatu yang

disebabkan oleh debitur dalam memenuhi kewajibannya yaitu membayar

angsuran kredit sekaligus dengan bunganya tidak sesuai dengan kesepakatan

yang telah disetujui dalam perjanjian kredit.

C. Unsur-Unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas

kredit adalah sebagai berikut (Martono, 2002: 52):

a. Kepercayaan

Page 20: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xx

Merupakan suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang

diberikan baik berupa uang, atau jasa akan benar-benar diterima kembali di

masa tertentu di masa datang.

b. Kesepakatan

Kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing

pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu yang

mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

d. Risiko

Faktor risiko dapat disebabkan oleh dua hal. Pertama, faktor kerugian yang

diakibatkan adanya unsur kesenjangan nasabah untuk tidak membayar

kreditnya padahal mampu. Kedua, risiko kerugian yang ditimbulkan oleh

unsur ketidaksengajaan nasabah sehingga mereka tidak mampu membayar

kreditnya, misalnya akibat terjadi musibah bencana alam.

D. Fungsi Kredit

Terdapat beberapa fungsi kredit dalam hubungannya dengan siklus

perekonomian, perdagangan, lalu lintas moneter. Fungsi-fungsi itu dalam

garis besarnya adalah sebagai berikut (Muchdarsyah Sinungan dalam M.

Faisal Abdullah, 2003: 84):

1. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari uang.

2. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang.

Page 21: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xxi

3. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

4. Kredit adalah salah satu alat stabilisasi ekonomi.

5. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.

6. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.

7. Kredit adalah sebagai alat hubungan ekonomi internasional.

E. Tujuan Kredit

Tujuan kredit dibedakan menjadi empat antara lain (M.Faisal

Abdullah, 2003: 84):

1. Bagi pendekatan mikro ekonomi, tujuan pemberian kredit guna

mendapatkan suatu nilai tambah baik bagi nasabah (debitur) maupun bagi

bank sebagai kreditur.

2. Bagi nasabah sebagai debitur dengan mendapatkan kredit bertujuan untuk

mengatasi kesulitan pembiayaan dan meningkatkan usaha dan pendapatan

dimasa depan.

3. Bagi bank sendiri juga mengharapkan melalui pemberian kredit akan

menghasilkan pendapatan bunga sebagai pengganti harga dari pinjaman itu

sendiri.

Page 22: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xxii

4. Bagi pendekatan makro ekonomi pemberian kredit merupakan salah satu

instrumen untuk menjaga keseimbangan jumlah uang beredar di

masyarakat.

F. Jenis Kredit

Pada prinsipnya, kredit itu hanya ada satu macam saja, yaitu uang bank

yang dipinjamkan kepada nasabah dan akan dikembalikan pada suatu waktu

tertentu di masa mendatang, disertai dengan suatu “kontraprestasi” berupa

bunga. Tetapi berdasarkan berbagai keperluan usaha serta berbagai unsur

ekonomi yang mempengaruhi bidang usaha para nasabah, maka jenis kredit

menjadi beragam, yaitu antara lain berdasarkan (Martono: 2002):

1. Jenis Kredit Menurut Sifat Penggunaan

Jenis kredit menurut sifat penggunaannya terdiri atas (Martono, 2002:

53):

a. Kredit Konsumtif

Kredit ini dipergunakan oleh peminjam untuk keperluan konsumsi,

artinya uang kredit akan habis dipergunakan atau semua akan terpakai

untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi kredit ini tidak bernilai bila kita

tinjau dari segi utility uang, akan tetapi hanya membantu seseorang

memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya, kredit untuk membeli rumah,

barang-barang keperluan rumah tangga dan lain-lainnya.

b. Kredit Produktif

Page 23: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xxiii

Kredit ini ditujukan untuk keperluan produksi dalam arti luas. Melalui

kredit produktif inilah suatu utility uang dan barang dapat dilihat dengan

nyata. Peranan kredit produktif digunakan untuk peningkatan usaha baik

usaha-usaha produksi, perdagangan maupun investasi.

2. Jenis Kredit Menurut Sifat Keperluannya

Jenis kredit menurut keperluannya adalah sebagai berikut (Martono,

2002: 54):

a. Kredit Produksi/Eksploitasi

Kredit ini diperlukan perusahaan untuk meningkatkan produksi baik

peningkatan kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi maupun

peningkatan kualitatif, yaitu peningkatan kualitas/mutu hasil produksi.

Disebut juga kredit eksploitasi karena bantuan modal kerja tersebut

digunakan untuk menutup biaya-biaya eksploitasi perusahaan secara

luas berupa pembelian bahan-bahan baku, bahan penolong dan biaya-

biaya produksi lainnya (upah, biaya pengepakan, biaya distribusi dan

sebagainya).

b. Kredit Perdagangan

Kredit ini digunakan untuk keperluan-keperluan perdagangan pada

umumnya, yang berarti peningkatan utility of place dari sesuatu barang.

Page 24: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xxiv

Pelaksanaan pemberian kredit perdagangan dalam negeri maupun luar

negeri dapat dilakukan dengan Letter of Credit (L/C). Letter of Credit

pada dasarnya adalah surat perintah dari pembeli (importir) kepada

penjual (eksportir) untuk mengirimkan sejumlah barang yang tertera

dalam L/C dengan jaminan uang akan dikirim bilamana syarat-syarat

dalaam L/C dapat dipenuhi oleh penjual (eksportir).

c. Kredit Investasi

Kredit ini diberikan oleh bank kepada para pengusaha untuk keperluan

investasi. Pemanfaatannya bukanlah untuk keperluan penanaman modal

kerja, akan tetapi untuk keperluan perbaikan ataupun pertambahan

barang modal (capital goods) beserta fasilitas-fasilitas yang erat

hubungannya dengan itu. Ciri dari kredit investasi antara lain:

1) Diperlukan untuk penanaman modal

2) Mempunyai perencanaan yang terarah dan matang

3) Waktu penyelesaian kredit berjangka menengah dan panjang

3. Jenis Kredit Menurut Sifat Jangka Waktu

Menurut jangka waktunya, kredit dapat dibagi menjadi (Martono,

2002: 54):

a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit dengan jangka waktu selama-

lamanya 1 tahun.

b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang berjangka waktu antara 1

sampai dengan 10 tahun.

Page 25: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xxv

c. Kredit jangka panjang, adalah kredit yang berjangka waktu lebih dari 10

tahun.

4. Jenis Kredit Menurut Sumber Dana Pembiayaannya

Berdasarkan sumber dana pembiayaan, kredit dapat dibedakan

menjadi (M. Faisal Abdullah, 2003: 87):

a. Kredit Likuiditas, yaitu kredit yang sebagian sumber dana

pembiayaannya diperoleh melalui Kredit Likuiditas Bank Indonesia

(KLBI).

b. Kredit Pihak Ketiga, yaitu kredit yang sebagian sumber dana

pembiayaannya diperoleh dari dana pihak ketiga (giro, tabungan,

deposito).

5. Jenis Kredit Menurut Status Hukum Debitur

Berdasarkan status hukum debitur, kredit dapat dibedakan menjadi

(M.Faisal Abdullah, 2003:86):

a. Kredit bagi debitur korporasi, yaitu kredit yang diberikan kepada debitur

berstatus badan hukum (corporate loans) dan dalam jumlah kredit

berskala menengah/besar.

Page 26: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xxvi

b. Kredit bagi debitur perorangan, yaitu kredit yang diberikan kepada

debitur berstatus perorangan (personal loans) dan jumlah kredit berskala

kecil.

6. Jenis Kredit Menurut Segmen Usaha

Berdasarkan segmen usaha debitur, kredit dapat dibedakan menjadi

(M.Faisal Abdullah, 2003: 86):

a. Whole Loans, yaitu kredit yang diberikan kepada individu maupun

korporasi untuk menjalankan bidang usaha, misalnya perdagangan,

industri dan lain-lain sebagai tambahan modal kerja. Kredit semacam ini

ada kesamaan dengan kredit komersial.

b. Retail Loans, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah (debitur)

untuk tujuan konsumsi. Kredit semacam ini ada kesamaan dengan kredit

konsumtif.

7. Jenis Kredit Menurut Sifat Pemakaian Dana

Berdasarkan sifat pemakaian dana, kredit dapat dibedakan menjadi

(M.Faisal Abdullah, 2003:87):

a. Kredit Revolving, yaitu kredit yang dananya dapat ditarik berulang-

ulang, artinya jumlah kredit dapat ditarik berulang-ulang, artinya jumlah

kredit dapat ditarik sekaligus atau secara bertahap tergantung pada

kebutuhan debitur.

Ciri-ciri kredit revolving (Menurut Jopie Jusuf dalam M.Faisal

Abdullah, 2003:87):

Page 27: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xxvii

1) Nasabah (debitur) diberi suatu plafon kredit tertentu dimana plafon

tersebut merupakan jumlah dana maksimum yang dapat ditarik.

2) Jenis ini merupakan pinjaman untuk usaha yang kebutuhkan dananya

tergantung dari aliran kas (cash flow).

3) Ditinjau dari jangka waktunya, jenis revolving ini termasuk termasuk

kredit jangka pendek (maksimum satu tahun).

4) Penarikan atas dana pinjaman dapat dilakukan secara bertahap dan

atau sekaligus. Demikian juga dengan pelunasannya. Dengan

demikian, outstanding pinjaman akan meningkat dan menurun sesuai

dengan penarikan dan pelunasan yang dilakukan.

b. Kredit Non-Revolving, yaitu kredit yang dananya dilakukan sekaligus

dan pelunasannya dilakukan secara bertahap maupun sekaligus.

Ciri-ciri kredit non-revolving (Menurut Jopie Jusuf dalam M. Faisal

Abdullah, 2003:87):

1) Penarikan dana pinjaman dapat dilakukan secara langsung dan

sekaligus atau secara bertahap sesuai perjanjian (walaupun umumnya

penarikan dilakukan secara sekaligus).

2) Pelunasan atas pinjaman dapat dilakukan secara bertahap atau

sekaligus sesuai dengan perjanjian.

3) Debitur tidak dapat menarik dana yang telah dilunasi. Dengan

demikian, seiring dengan pelunasan yang dilakukan, outstanding

pinjaman akan terus menurun.

Page 28: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xxviii

4) Umumnya dipergunakan untuk pembelian (pengadaan) aktiva tetap

(investasi).

5) Dari sudut jangka waktunya, kredit jenis ini dapat merupakan

pinjaman jangka pendek, menengah atau jangka panjang.

8. Jenis Kredit Menurut Sifat Jaminannya

Jenis kredit berdasarkan jaminannya adalah sebagai berikut (Martono

2002: 55):

a. Kredit Tanpa Jaminan (Unsecured Loans)

Jaminan di sini yang dimaksud adalah jaminan fisik. Di Indonesia jenis

kredit ini belum lazim dan dilarang oleh Bank Indonesia. Tetapi di

Eropa dan Amerika kredit ini justru yang lazim dipakai dan khususnya

diperuntukan pada perusahaan yang besar dan kuat.

b. Kredit Dengan Jaminan (Secured Loans)

Jenis kredit ini adalah kredit yang penilainnya lengkap dalam arti segala

aspek penilaian turut dipertimbangkan termasuk jaminan. Jaminan

kredit dapat berupa tanah, rumah, pabrik, dan atau mesin-mesin pabrik,

perhiasan dan barang-barang fisik lainnya.

G. Penggolongan Kredit

Page 29: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xxix

Sesuai ketentuan Direksi Bank Indonesia No.31/147/KEP/DIR tanggal

12 November 1998 kualitas aktiva produktif (kredit) dinilai berdasarkan tiga

kriteria, yaitu berdasarkan prospek usaha, kondisi keuangan dengan

penekanan pada arus kas debitur dan kemampuan membayar. Dengan ketiga

kriteria tersebut kualitas kredit digolongkan menjadi lancar, dalam perhatian

khusus, kurang lancar, diragukan dan macet.

1. Penggolongan Kualitas Kredit Berdasarkan Prospek Usaha

a. Lancar

Kredit yang digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1) Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang

baik.

2) Pasar yang stabil dan tidak dipengaruhi oleh perubahan kondisi

perekonomian.

3) Persaingan yang terbatas, termasuk posisi yang kuat dalam pasar.

4) Manajemen yang sehat.

5) Perusahaan afiliasi atau grup stabil dan mendukung usaha.

6) Tenaga kerja yang memadai dan belum pernah tercatat mengalami

perselisihan atau pemogokan.

b. Dalam Perhatian Khusus (DPK)

Kredit yang digolongkan DPK apabila memenuhi kriteria sebagai

berikut:

Page 30: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xxx

1) Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang

terbatas.

2) Posisi di pasar baik, tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan

kondisi perekonomian.

3) Pangsa pasar sebanding dengan pesaing.

4) Manajemen yang baik.

5) Perusahaan afiliasi atau grup stabil dan tidak memiliki dampak yang

memberatkan terhadap debitur.

6) Tenaga kerja pada umumnya memadai dan belum pernah tercatat

mengalami perselisihan atau pemogokan.

c. Kurang Lancar

Kredit yang digolongkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria

sebagai berikut:

1) Industri atau kegiatan usaha menunjukan potensi pertumbuhan yang

sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan.

2) Pasar dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.

3) Posisi di pasar cukup baik tetapi banyak pesaing, namun dapat pulih

kembali jika melaksanakan strategi bisnis yang baru.

4) Manajemen cukup baik.

5) Hubungan dengan perusahaan afiliasi atau grup mulai memberikan

dampak yang memberatkan terhadap debitur.

6) Tenaga kerja berlebihan namun hubungan pimpinan dan karyawan

pada umumnya baik.

Page 31: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xxxi

d. Diragukan

Kredit yang digolongkan diragukan apabila memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1) Industri atau kegiatan usaha menurun.

2) Pasar sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.

3) Persaingan usaha sangat ketat dan operasional perusahaan mengalami

permasalahan yang serius.

4) Manajemen kurang berpengalaman.

5) Perusahaan afiliasi atau grup telah memberikan dampak yang

memberatkan debitur.

6) Tenaga kerja berlebihan dalam jumlah yang besar sehingga dapat

menimbulkan keresahan.

e. Macet

Kredit yang digolongkan macet apabila memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1) Kelangsungan usaha sangat diragukan, industri mengalami

penurunan dan sulit untuk pulih kembali.

2) Kehilangan pasar sejalan dengan kondisi perekonomian yang

menurun.

3) Manajemen sangat lemah.

4) Perusahaan afiliasi sangat merugikan debitur.

5) Terjadi pemogokan tenaga kerja yang sangat sulit diatasi.

2. Penggolongan Kualitas Kredit Berdasarkan Kondisi Keuangan Debitur

Page 32: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xxxii

a. Lancar

Kredit yang digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1) Perolehan laba tinggi dan stabil

2) Permodalan kuat

3) Likuiditas dan modal kerja kuat

4) Analisis arus kas menunjukan bahwa debitur dapat memenuhi

kewajiban pembayaran pokok serta bunga tanpa dukungan sumber

dana tambahan.

5) Jumlah portofolio yang sensitif terhadap perubahan nilai tukar valuta

asing dan suku bunga relatif sedikit atau telah dilakukan lindung nilai

(hedging) secara baik.

b. Dalam Perhatian Khusus (DPK)

Kredit yang digolongkan DPK apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Perolehan laba cukup baik namun memiliki potensi menurun.

2) Permodalan cukup baik dan pemilik mempunyai kemampuan untuk

memberikan modal tambahan apabila diperlukan.

3) Likuiditas dan modal kerja umumnya baik.

4) Analisis arus kas menunjukan bahwa meskipun debitur mampu

memenuhi kewajiban pembayaran pokok serta bunga namun terdapat

indikasi masalah tertentu yang apabila tidak diatasi akan

mempengaruhi pembayaran di masa mendatang.

Page 33: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xxxiii

5) Beberapa portofolio sensitif terhadap perubahan nilai tukar valuta

asing dan suku bunga tetapi masih terkendali.

c. Kurang Lancar

Kredit yang digolongkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1) Perolehan laba rendah.

2) Rasio utang terhadap modal cukup tinggi.

3) Likuiditas kurang dan modal kerja terbatas.

4) Analisis arus kas menunjukan bahwa debitur hanya mampu membayar

bunga dan sebagian pokok.

5) Kegiatan usaha terpengaruh perubahan nilai tukar valuta asing dan

suku bunga.

6) Perpanjangan kredit untuk menutupi kesulitan keuangan.

d. Diragukan

Kredit yang digolongkan diragukan apabila memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1) Laba sangat kecil atau negatif.

2) Kerugian operasional dibiayai dengan penjualan aset.

3) Rasio utang terhadap modal tinggi.

4) Likuiditas sangat rendah.

Page 34: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xxxiv

5) Analisis arus kas menunjukan ketidakmampuan membayar pokok dan

bunga.

6) Kegiatan usaha terancam karena perubahan nilai tukar valuta asing dan

suku bunga.

7) Pinjaman baru digunakan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh

tempo.

e. Macet

Kredit yang digolongkan macet apabila memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1) Mengalami kerugian besar

2) Debitur tidak mampu memenuhi seluruh kewajiban dan kegiatan usaha

tidak dapat dipertahankan.

3) Rasio utang terhadap modal sangat tinggi.

4) Kesulitan likuiditas.

5) Analisis arus kas menunjukan bahwa debitur tidak mampu menutup

biaya produksi.

6) Kegitan usaha terancam karena fluktuasi nilai tukar valuta asing dan

suku bunga.

7) Pinjaman baru digunakan untuk menutup kerugian operasional.

3. Penggolongan Kualitas Kredit Berdasarkan Kemampuan Membayar

a. Lancar

Kredit yang digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria sebagai

berikut:

Page 35: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xxxv

1) Pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada

tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit.

2) Hubungan debitur dengan baik dan debitur selalu menyampaikan

informasi keuangan secara teratur dan akurat.

3) Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat.

b. Dalam Perhatian Khusus

Kredit yang digolongkan DPK apabila memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga sampai 90

hari.

2) Jarang mengalami cerukan/ overdaraft.

3) Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu

menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih akurat.

4) Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat.

5) Pelanggaran perjanjian kredit yang tidak prinsipil.

c. Kurang Lancar

Kredit yang digolongkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria

sebagai berikut:

1) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah

melampaui 90 hari.

2) Terdapat cerukan/overdraft yang berulang kali khususnya untuk

menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas.

Page 36: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xxxvi

3) Hubungan debitur dengan bank memburuk dan informasi keuangan

debitur tidak dapat dipercaya.

4) Dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang

lemah.

5) Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit.

6) Perpanjangan kredit untuk menyembunyikan kesulitan keuangan.

d. Diragukan

Kredit yang digolongkan diragukan apabila memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah

melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari.

2) Terjadi cerukan/overdraft yang bersifat permanen khususnya untuk

menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas.

3) Hubungan debitur dengan bank semakin memburuk informasi

keuangan debitur tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya.

4) Dokumentasi kredit tidak lengkap dan pengikatan agunan yang

lemah.

5) Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam

perjanjian kredit.

e. Macet

Kredit yang digolongkan macet apabila memenuhi kriteria sebagai

berikut:

Page 37: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xxxvii

1) Terdapat tunggakan pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270

hari.

2) Dokumentasi kredit dan/atau pengikatan agunan tidak ada.

H. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Prinsip perkreditan juga disebut sebagai konsep 5C dan 7P. Pada

dasarnya konsep 5C ini akan dapat memberikan informasi mengenai itikad

baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah

untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Prinsip perkreditan 5C

tersebut adalah sebagai berikut (Martono, 2002: 57):

1. Character (Analisis Watak)

Pada prinsip ini diperhatikan dan diteliti tentang kebiasaan-kebiasaan, sifat-

sifat pribadi, cara hidup (style of living), keadaan keluarganya (anak istri),

hobby dan social standing calon debitur. Prinsip ini merupakan ukuran

tentang kemauan untuk membayar (wiliingnes to pay).

2. Capacity (Analisis Kemampuan)

Penilaian terhadap capacity debitur dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana kemampuan debitur mengembalikan pokok pinjaman serta bunga

pinjamannya. Penilaian kemampuan membayar tersebut dilihat dari

kegiatan usaha dan kemampuannya melakukan pengelolaan atas usaha

yang akan dibiayai dengan kredit.

3. Capital (Analisis Modal)

Page 38: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xxxviii

Prinsip capital atau permodalan debitur tidak hanya melihat besar kecilnya

modal tersebut, tetapi juga distribusi modal itu ditempatkan oleh debitur.

Kecukupan modal yang tersedia sehingga segala sumber dapat bergerak

secara efektif. Kemampuan pengaturan modal sehingga perusahaan

berjalan lancar atau maju. Besarnya modal kerja, semuanya ini dapat dilihat

dari posisi neraca perusahaan calon debitur.

4. Collateral (Analisis Agunan)

Penilaian terhadap barang jaminan (collateral) yang diserahkan debitur

sebagai jaminan atas kredit bank yang diperolehnya adalah untuk

mengetahui sejauh mana nilai barang jaminan atau agunan dapat menutupi

resiko kegagalan pengembalian kewajiban-kewajiban debitur. Fungsi

jaminan di sini adalah sebagai alat pengaman terhadap kemungkinan tidak

mampunya debitur melunasi kredit yang diterimanya.

5. Condition (Analisis Kondisi/ Prospek Usaha)

Pada prinsip kondisi (condition), dinilai kondisi ekonomi secara umum

serta kondisi pada sektor usaha calon debitur. Maksudnya agar bank dapat

memperkecil risiko yang timbul oleh kondisi ekonomi, keadaan

perdagangan dan persaingan di lingkungan sektor usaha calon debitur dapat

diketahui, sehingga bantuan yang akan diberikan benar-benar bermanfaat

bagi perkembangan usahanya. Kondisi ekonomi ini termasuk pula

peraturan-peraturan atau kebijaksanaan pemerintah yang memiliki dampak

terhadap keadaan perekonomian yang pada gilirannya akan mempengaruhi

kegiatan usaha nasabah atau debitur.

Page 39: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xxxix

Prinsip-prinsip 7P dalam kredit adalah sebagai berikut (Martono, 2002:

58):

1. Personality

Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat

hidupnya (kelahiran, pendidikan, pengalaman, usaha/pekerjaan dan

sebagainya), hobby, keadaan keluarga, pergaulan dalam masyarakat (social

standing) dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kepribadian calon

debitur.

2. Purpose

Bank mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit

(berdagang, berproduksi atau membeli rumah). Apakah tujuan penggunaan

kredit itu sesuai dengan line of business kredit bank yang bersangkutan.

3. Prospect

Prospect merupakan harapan masa depan dari bidang usaha atau kegiatan

usaha calon debitur selama beberapa bulan atau tahun, perkembangan

keadaan ekonomi/perdagangan, keadaan sektor usaha calon debitur,

kekuatan keuangan perusahaan masa lalu dabitur perkiraan masa

mendatang.

4. Payment

Payment merupakan prinsip untuk mengetahui bagaimana pembayaran

kembali pinjaman yang akan diberikan. Hal ini dapat diperoleh dari

Page 40: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xl

perhitungan tentang prospect, kelancaran penjualan dan pendapatan

sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau

dari waktu serta jumlah pengembaliannya.

5. Party

Party merupakan pengklasifikasian nasabah ke dalam klasifikasi tertentu

atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta

karakternya. Dengan demikian nasabah dapat digolongkan ke golongan

tertentu dan akan mendapat fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank,

baik dari segi jumlah, bunga dan persyaratan lainnya.

6. Profitability

Profitability merupakan kemampuan nasabah dalam mencari laba.

Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau

semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan

diperolehnya dari bank.

7. Protection

Tujuan protection adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh

bank melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan

barang atau orang atau jaminan asuransi.

Penilaian kredit dengan prinsip 3R untuk kredit berskala kredit, antara lain

(Nur Hidayah, 2007: 20):

1. Return

Page 41: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xli

Return yaitu hasil yang diperkirakan dapat diperoleh dari proyek dan hasil

tersebut diperkirakan cukup untuk mengembalikan kredit beserta

bunganya, disamping itu memberikan keuntungan bagi pengusahanya.

2. Repayment Capacity

Repayment Capacity yaitu kemampuan membayar kembali kredit beserta

bunganya, disamping itu memberikan keuntungan pula bagi pengusahanya.

3. Risk Bearing Ability

Risk Bearing Ability yaitu kemampuan suatu proyek menghadapi risiko

kegagalan yang akan mengakibatkan macetnya pengembalian kredit.

Setelah prinsip-prinsip dalam pemberian kredit diterapkan, maka pihak

bank perlu melakukan pengawasan kredit, hal ini dimaksudkan agar tidak

terjadi kredit bermasalah yang akan merugikan bank itu sendiri. Adapun

sistem pengawasan kredit yang dilakukan oleh bank ada tiga, yaitu (Nur

Hidayah, 2007: 26):

1. Internal Control of Credit

Internal control of credit adalah sistem pengawasan kredit yang dilakukan

oleh karyawaan bank bersangkutan, cakupannya meliputi pencegahan dan

penyelesaian kredit.

2. Audit Control of Credit

Audit control of credit adalah sistem pengendalian dan penilaian masalah

yang berkaitan dengan pembukuan kredit. Jadi pengendalian atas masalah

khusus yaitu tentang kebenaran pembukuan kredit bank.

3. External Control of Credit

Page 42: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xlii

External control of credit adalah sistem pengendalian kredit yang

dilakukan pihak luar, baik oleh Bank Indonesia maupun akuntan publik.

Pengawasan kredit menurut tujuannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

(Muchdarsyah Sinungan dalam M. Faisal Abdullah, 2003: 95):

1. Preventif Control

Merupakan pengawasan kredit yang dilakukan sebelum pencairan kredit

dengan bertujuan untuk mencegah kemungkinan terjadi penyimpangan

penggunaan kredit.

2. Represif Control

Merupakan pengawasan kredit yang dilakukan setelah pencairan dan saat

penggunaan kredit dengan tujuan untuk mengatasi setiap penyimpangan

yang terjadi.

I. Faktor Penyebab Kredit Bermasalah

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kredit bermasalah antara

lain (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002: 472):

1. Sisi Nasabah

a. Faktor Keuangan

Faktor-faktor keuangan yang dapat diidentifikasikan sebagai penyebab

kredit bermasalah, antara lain:

1) Utang meningkat tajam.

2) Utang meningkat tidak seimbang dengan peningkatan asset.

3) Pendapatan bersih menurun.

Page 43: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xliii

4) Penurunan penjualan dan laba kotor.

5) Biaya penjualan, biaya umum dan administrasi meningkat.

6) Perubahan kebijaksanaan dan syarat-syarat penjualan secara kredit.

7) Rata-rata umur piutang bertambah lama sehingga perputaran piutang

semakin lambat.

8) Piutang tak tertagih meningkat.

9) Perputaran persediaan semakin lambat.

10) Keterlambatan memperoleh neraca nasabah secara teratur.

11) Tagihan yang terkonsentrasi pada pihak tertentu.

b. Faktor Manajemen

Faktor-faktor manajemen yang dapat diidentifikasikan sebagai

penyebab kredit bermasalah, antara lain:

1) Perubahan dalam manajemen dan kepemilikan perusahaan.

2) Tidak ada kaderisasi dan job description yang jelas.

3) Sakit atau meninggalnya orang penting dalam perusahaan (key

person).

4) Kegagalan dalam perencanaan.

5) Manajemen puncak didominasi oleh orang yang kurang cakap.

6) Pelanggaran terhadap perjanjian atau klausula kredit.

7) Penyalahgunaan kredit.

8) Pendapatan naik dengan kualitas menurun.

9) Rendahnya semangat dalam mengelola perusahaan.

Page 44: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xliv

c. Faktor Operasional

Faktor-faktor operasional yang dapat diidentifikasikan sebagai

penyebab kredit bermasalah, antara lain:

1) Hubungan nasabah dengan mitra usahanya menurun.

2) Kehilangan satu atau lebih pelanggan utama.

3) Pembinaan sumber daya manusia yang tidak baik.

4) Tertundanya penggantian mesin dan peralatan yang sudah

ketinggalan atau tidak efisien.

5) Operasional perusahaan mencemari lingkungan.

2. Sisi Ekstern

Faktor-faktor ekstern yang dapat diidentifikasikan sebagai penyebab

kredit bermasalah, antara lain:

a. Perubahan kebijaksanaan pemerintah di sektor riil.

b. Peraturan yang bersifat membatasi dan berdampak besar atas situasi

keuangan dan operasional serta manajemen nasabah.

c. Kenaikan harga faktor-faktor produksi yang tinggi.

d. Perubahan teknologi yang sangat cepat dalam industri yang diterjuni

oleh nasabah.

e. Meningkatnya tingkat suku bunga pinjaman.

f. Resesi, devaluasi, inflasi, deflasi dan kebijakan moneter lainnya.

g. Peningkatan persaingan dalam bidang usahanya.

h. Bencana alam (force majeure).

Page 45: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xlv

3. Sisi Bank

Faktor-faktor yang dapat diidentifikasikan sebagai penyebab kredit

bermasalah, antara lain:

1) Buruknya perencanaan financial atas aktiva tetap/modal kerja.

2) Adanya perubahan waktu dalam permintaan kredit musiman.

3) Menerbitkan cek kosong.

4) Gagal memenuhi syarat-syarat dalam perjanjian kredit.

5) Adanya over credit atau underfinancing.

6) Manipulasi data.

7) Over taksasi agunan atau penilaian agunan terlalu tinggi.

8) Kredit topengan, tampilan atau fiktif.

9) Kelemahan analisis oleh pejabat kredit sejak awal proses pemberian

kredit.

10) Kelemahan dalam pembinaan dan monitoring kredit.

J. Penilaian Kredit

Penilaian kredit ada beberapa aspek tentang kegiatan usaha calon

debitur yang perlu dianalisis, antara lain (Martono, 2002: 59):

1. Aspek Umum dan Manajemen

Penilaian terhadap aspek umum dan manajemen antara lain mengenai:

a. Bentuk, nama, dan alamat perusahaan (termasuk akte pendirian

perusahaan).

Page 46: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xlvi

b. Susunan pengurus lengkap perusahaan (dilengkapi daftar riwayat

hidupnya).

c. Bidang usaha (line of business) calon debitur.

d. Social standing pengurus

e. Jumlah pegawai

f. Struktur organisasi

2. Aspek Teknis

Penilaian terhadap aspek teknis mencakup beberapa hal, sebagai berikut:

a. Keterangan tentang produksi termasuk kapasitas riil dan design

capacity.

b. Perkembangan usaha (produksi, penjualan dan persediaan).

c. Lokasi perusahaan.

d. Persedian bahan baku dan kontinuitas persediaan.

e. Rencana usaha (kapasitas yang direncanakan).

f. Kualitas tenaga kerja.

3. Aspek Ekonomis dan Komersial

Penilaian aspek ekonomis dan komersial antara lain mengenai:

a. Kondisi pemasaran dan posisi harga penjualan.

b. Keadaan persaingan dari perusahaan sejenis dan posisi debitur dalam

persaingan.

c. Prospek pemasaran di masa datang.

4. Aspek Finansial

Page 47: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xlvii

Penilaian terhadap aspek financial antara lain mengenai:

a. Analisis laporan neraca dan rugi/laba perusahaan.

b. Analisis biaya dan pendapatan.

c. Perhitungan kebutuhan kredit.

5. Aspek Jaminan

Penilaian atas aspek jaminan meliputi:

a. Jumlah dan nilai jaminan.

b. Status pemilikan.

c. Daya tahan jaminan.

d. Tata cara pengikatan.

6. Aspek Analisis Dampak Lingkungan

Merupakan aspek yang menilai dampak lingkungan yang akan timbul

dengan adanya suatu usaha, serta cara-cara pencegahan terhadap dampak

tersebut.

K. Penanganan Kredit Bermasalah

Langkah-langkah dalam penanganan kredit bermasalah antara lain

(Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002: 475):

1. Penyelamatan Kredit Bermasalah

Rencana tindak lanjut yang dapat dilakukan dalam upaya penyelamatan

kredit bermasalah jika diperkirakan prospek usaha masih baik adalah

dengan cara 3R, yaitu:

Page 48: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xlviii

a. Persyaratan Kembali (Reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau

seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal

pembayaran, jangka waktu, dan atau persyaratan lainnya, sepanjang

tidak menyangkut maksimum saldo kredit, yang meliputi rescheduling

dan atau:

1) Perubahan tingkat suku bunga/denda.

2) Perubahan cara perhitungan tingkat suku bunga.

3) Keringanan denda/bunga.

4) Perubahan/penggantian kepemilikan atau kepengurusan.

5) Perubahan/penggantian nama dan atau status perusahaan.

6) Perubahan/penggantian nasabah atau novasi.

7) Perubahan/penggantian agunan.

b. Penjadwalan Kembali (Reschedulling), yaitu perubahan syarat kredit

yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya

meliputi:

1) Perubahan grace period.

2) Perubahan jadwal pembayaran.

3) Perubahan jangka waktu.

4) Perubahan jumlah angsuran.

c. Penataan Kembali (Restructuring), yaitu perubahan syarat-syarat kredit

yang meliputi rescheduling, reconditioning dan atau:

1) Penambahan dana bank (suplai kredit).

Page 49: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xlix

2) Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok

kredit baru.

3) Perubahan jenis fasilitas kredit termasuk konversi pinjaman dalam

valuta asing atau sebaliknya.

4) Konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam

perusahaan.

Upaya penyelamatan dengan cara 3R tersebut di atas dapat dilakukan

apabila masih memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

1) Debitur menunjukan itikad baik yang positif untuk bekerja sama

(kooperatif) terhadap upaya penyelamatan yang akan dijalankan.

2) Usaha debitur masih berjalan dan mempunyai prospek yang bagus.

3) Debitur masih mampu membayar kewajiban yang dijadwalkan.

4) Debitur masih mampu membayar bunga berjalan.

5) Adanya kemampuan dan prospek usaha debitur untuk pulih kembali.

6) Posisi bank akan menjadi lebih baik.

2. Penyelesaian Kredit Bermasalah

Selanjutnya bila usaha penyelamatan dengan 3R tersebut tidak berhasil

dilakukan, maka harus segera dilakukan upaya penyelesaian agar bank

tidak mengalami kerugian dengan cara, antara lain:

a. Penyelesaian kredit bermasalah dengan cara damai, dengan cara sebagai

berikut:

1) Pemberian keringanan bunga untuk kredit kolektibilitas diragukan

dan macet dengan pembayaran lunas ataupun angsuran. Dalam

Page 50: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

l

putusan persetujuan penyelesaian kredit bermasalah dengan

keringanan bunga harus dicantumkan syarat batal dan kembali pada

kewajiban sesuai surat utang, apabila kewajiban yang telah

dijadwalkan tidak dipenuhi dengan tertib.

2) Penjualan agunan di bawah tangan, yaitu penyelamatan kredit secara

damai dengan penjualan agunan di bawah tangan.

3) Penjualan sebagian atau seluruh harta kekayaan debitur atau barang

agunan.

4) Penebusan sebagian atau seluruh barang agunan oleh debitur atau

pemilik barang agunan.

b. Penyelesaian kredit bermasalah melalui saluran hukum

Apabila upaya penyelamatan/penyelesaian secara damai sudah

diupayakan secara maksimal dan belum memberikan hasil atau

nasabah tidak menunjukan itikad baiknya (on will) dalam

menyelesaikan kreditnya, maka penyelesaiannya di tempuh melalui

saluran hukum. Penyelesaian melalui saluran hukum harus didasarkan

kepada keyakinan bahwa posisi bank secara yuridis kuat dan beban

biaya legitasi yang ringan.

Penyelesaian kredit bermasalah melalui saluran hukum dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Penyelesaian kredit melalui pengadilan negeri.

2) Penyerahan pengurusan kredit macet kepada BUPLN/PUPN.

3) Penyarahan penyelesaian kredit macet melalui kejaksaan.

Page 51: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

li

4) Penyelesaian kredit dengan pengajuan klaim asuransi.

Oleh karena itu kreditur dalam penanganan kredit juga perlu

mengetahui tipe debitur. Adapun tipe debitur, antara lain (Nur

Hidayah, 2007: 27):

1. Dictator

Ciri-ciri dictator, yaitu mengontrol, agresif, tenang, ahli

mengorganisasi, goal oriented, ulet, kompeten, cerdas, dingin,

disiplin.

Cara menghadapi tipe dictator, yaitu opening ceremony singkat,

disiplin, tenang, tidak menantang kuasai persoalan, waspada atas

kharismanya.

2. Jungle Fighter (Tukang Pukul)

Ciri-ciri jungle fighter, yaitu flamboyan, ulet, cerdas, optimis,

suka perang, curang/licik, mau menang sendiri, mengumbar janji,

kerja keras, tidak setia)

Cara menghadapi jungle fighter, yaitu persiapan yang matang,

tegas, tenang, waspada/jangan terperangkap, jangan menantang,

konsisten.

3. Shooter (Bayang-bayang)

Ciri-ciri shooter, yaitu mentolerir keadaan, ragu-ragu, pemalas,

penjilat, mengelak dari tanggung jawab, menghargai, suka

menolong, memperhatikan, janji tidak ditepati, suka harmonis.

Page 52: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lii

Cara menghadapi shooter, yaitu tetapkan goal, jelaskan maksud

secara rinci, beri batas waktu, konsisten.

4. Big Daddy/mama (Kebapakan/Keibuan)

Ciri-ciri big daddy/mama, yaitu manipulator, suka mengancam,

terlalu melindungi, menyalahkan diri, suka membantu, suka

bekerja, baik hati, tenang, suka ikut campur urusan orang lain.

Cara menghadapi big daddy/mama, yaitu serius, konsisten,

tetapkan goal.

5. Shilhoutte (Orang Terlalu Baik)

Ciri-ciri shilhoutte, yaitu motivasi tinggi, kompeten, hati-hati,

kreatif, setia, tekun, dapat dipercaya, menghindar/menjaga jarak,

tidak komunikatif.

Cara menghadapi shilhoutte, yaitu dengan to the point, sabar, beri

batas waktu, konsisten.

6. Win-win (Menang-menang)

Ciri-ciri win-win, yaitu memperhatikan, mencari alternatif

penyelesaian masalah, meminta pendapat orang lain, memberi

kesempatan orang lain untuk maju, berusaha memahami, dapat

dipercaya, fleksible, humoris)

Cara menghadapi win-win, yaitu memberi masukan, kuasai

persoalan, pertimbangan usulan dengan serius, ikut iramanya.

Page 53: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

liii

BAB III

PEMBAHASAN

A. GAMBARAN OBJEK PENELITIAN

1. Sejarah Perusahaan

Page 54: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

liv

PT. BPR Grogol Joyo Sukoharjo didirikan oleh Yusak Kereh,

Koentjahjono Tanto dan Drs. Himayana Jonathan. Perusahaan ini berlokasi

di Jalan Raya Solo Baru, Komplek Plaza HB 01, Solo Baru, Grogol,

Sukoharjo. Ide mendirikan usaha perusahaan ini mencul setelah melihat

peluang dalam kegiatan membantu memberikan modal bagi para usahawan

yang masih potensial untuk mengembangkan usahanya. Selanjutnya pada

tanggal 10 Oktober 1992 dihadapan pada Notaris Pujiastuti, S.H, di

Karangayar, Akte Pendirian Bank Perkreditan Rakyat ini dibuat dan dicatat

dengan Akte No.15 Tanggal 23 April 1993, sehingga pada tanggal itulah

PT. BPR GROGOL JOYO resmi didirikan. Sedangkan yang menjabat

sebagai Dewan Komisarisnya adalah Yusak Kareh, Koentjahjono Tanto

dan Drs. Himayana Jonathan (Sumber: Profil Perusahaan PT. BPR Grogol

Joyo Sukoharjo).

Dalam Akte pendirian tersebut, disebutkan bahwa modal dasar

dalam pendirian perusahaan ini sebesar Rp 500.000.000,00. Sedangkan

disetor sebesar Rp 300.000.000,00 tersebut atas saham-saham PT. BPR

GROGOL JOYO, dan memulai kegiatan operasional sejak tanggal 5

Agustus 1998 setelah melengkapi beberapa persyaratan sebagai berikut:

a. Ijin Menteri Keuangan RI No.40 Kep.5.692/MK.17/1992 tanggal 17

Desember 1992.

b. Ijin Usaha Keputusan Menteri Keuangan RI No.40

Kep.144/KM/17/1993 tanggal 16 Juli 1998.

Page 55: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lv

c. Surat Ijin Tempat Usaha dari PEMDA Sukoharjo No.507/6034/93

tanggal 3 Juli 1998

Oleh karena itu, PT. BPR GROGOL JOYO Sukoharjo memiliki

tujuan yang hendak dicapai atas berdirinya badan keuangan tersebut.

Tujuan pokok didirikannya PT. BPR GROGOL JOYO Sukoharjo antara

lain:

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan deposito

berjangka.

b. Memberikan kredit kepada pengusaha/masyarakat umum.

c. Menunjang kelancaran penyedia sarana produksi, terutama permodalan.

d. Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha bagi pengusaha ekonomi

lemah.

e. Mendorong masyarakat agar gemar menabung melalui Tabungan Joyo

dan Deposito Berjangka.

f. Menumbuhkan perkembangan wiraswasta di pedesaan, sehingga secara

tidak langsung membuka lapangan pekerjaan.

2. Visi Dan Misi Perusahaan

Visi : Menjadi BPR yang sehat dan terpercaya.

Misi : Menjadi BPR pilihan masyarakat dengan produk-produk yang

terbaik dan layanan yang terbaik.

3. Perkembangan Perusahaan

PT. BPR GROGOL JOYO GROGOL JOYO Sukoharjo didirikan

oleh Yusak Kareh, Koentjahjono Tanto dan Drs. Himayana Jonathan.

Page 56: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lvi

Perusahaan ini berlokasi di Jalan Raya Solo Baru, Kompleks Plaza HB 01,

Solo Baru, Grogol, Sukoharjo. Ide mendirikan usaha perusahaan ini

muncul setelah melihat peluang dalam kegiatan membantu memberikan

modal bagi para usahawan yang masih potensial untuk mengembangkan

usahanya. Selanjutnya pada tanggal 10 Oktober 1992 dihadapkan pada

Notaris Pujiastuti, S.H, di Karangayar, Akte Pendirian Bank Perkreditan

Rakyat ini dibuat dan dicatat dengan Akte No.15 Tanggal 23 April 1993,

Sehingga pada tanggal itulah PT. BPR GROGOL JOYO resmi didirikan.

Sedangkan yang menjabat sebagai dewan Komisarisnya adalah Yusak

Kareh, Koentjahjono Tanto dan Drs.Himayana Jonathan.

Dalam akte pendirian tersebut, disebutkan bahwa modal dasar

dalam pendirian perusahaan ini sebesar Rp 500.000.000,00. Sedangkan

disetorkan sebesar Rp 300.000.000,00 tersebut atas saham-saham PT BPR

GROGOL JOYO, dan memulai kegiatan operasional sejak tanggal 5

Agustus 1998.

Perkembangan sampai saat ini, produk-produk pelayanan yang dipasarkan

oleh PT. BPR GROGOL JOYO antara lain, sebagai berikut:

a. Tabungan

Jenis tabungan yang masih ada di PT. BPR GROGOL JOYO saat ini

adalah Tabungan Joyo.

Adapun ketentuan-ketentuan Tabungan Joyo Sebagai berikut:

1) Yang berhak menjadi penabung adalah semua lapisan masyarakat.

Page 57: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lvii

2) Sebagai bukti tabungan, BPR GROGOL JOYO menerbitkan Buku

Tabungan Joyo atas nama nasabah.

3) Apabila terdapat perbedaan antara saldo pada Buku Tabungan Joyo

dengan saldo yang tercatat pada pembukuan di BPR, maka sebagai

patokannya adalah yang ada pada pembukuan BPR.

4) BPR dibebaskan dari segala kerugian yang timbul karena kehilangan

atau pemalsuan, dan atas penyalahgunaan Buku Tabungan Joyo

Ada pula ketentuan penyetoran, penarikan, perhitungan bunga dan

penutupan rekening Tabungan Joyo sebagai berikut:

a) Penyetoran dan Penarikan Tabungan Joyo:

(1) Besar setoran awal minimal Rp 25.000,00.

(2) Saldo mengendap sekurang-kurangnya Rp 25.000,00.

(3) Setiap penyetoran dan penarikan harus disertai dengan Buku

Tabungan Joyo.

(4) Penyetoran dan penarikan bisa dilakukan setiap saat pada jam kerja

selama kas buka.

(5) Penarikan tabungan tidak bisa dilakukan dengan Cek, Bilyet Giro

atau perintah pembayaran lainnya.

b) Perhitungan Bunga dan Penutupan Rekening Tabungan Joyo:

(1) Perhitungan bunga dilakukan atas dasar saldo harian.

(2) Apabila terjadi perubahan tingkat bunga, maka perubahan tersebut

akan segera dilakukan oleh pihak BPR tanpa harus diberitahukan

dahulu kepada penabung.

Page 58: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lviii

(3) Penutupan rekening Tabungan Joyo dilakukan sebelum saldo

mengendap satu bulan terhitung sejak tanggal setoran pertama.

b. Deposito Berjangka

Ketentuan-ketentuan yang berlaku pada Deposito Berjangka antara lain:

1) Setoran deposito antara Rp 1.000.000,00 sampai dengan

Rp 2.000.000.000,00 tiap nasabah.

2) Jangka waktu yang diberikan 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan.

3) Bunga yang dikenakan bersifat fluktuatif (berubah-ubah) tergantung

dari keputusan LPS (Lembaga Penjamin Simpanan).

c. Kredit atau Pinjaman

Kredit atau pinjaman yang diberikan PT. BPR GROGOL JOYO ada 3

jenis, yaitu:

1) Kredit biasa

Ada 2 macam kredit yang biasanya diberikan:

a) Pinjaman Tetap Angsuran (PTA)

Pinjaman yang diberikan dengan pembayaran angsuran wajib tiap

bulan, yaitu angsuran pokok pinjaman ditambah bunga. Bunga

yang dikenakan ada 2 macam, yaitu bunga Tetap/Flat (1,75% tiap

bulan) dan Menurun/Effective (2,75% tiap bulan). Jangka waktu

yang diberikan antara 6 bulan sampai 24 bulan dengan jaminan

BPKB atau Sertifikat Hak Milik. Apabila lebih dari 3 hari dari

tanggal angsuran tidak mengangsur, maka dikenakan denda.

Page 59: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lix

Perhitungan denda (PTA) kurang dari 1 bulan:

b) Pinjaman Bayar Bunga (PBB)

Pinjaman yang diberikan dengan pembayaran angsuran tiap bulan

adalah bunga saja, sedangkan pokok dibayar bebas sampai jangka

waktu yang diberikan (bisa dicicil). Jangka waktu yang diberikan

hanya 6 bulan. Bunga yang dikenakan sebesar 2,75%

Menurun/Effective tiap bulan dengan jaminan BPKB atau

Sertifikat Hak Milik. Apabila lebih dari 3 hari dari tanggal

angsuran tidak mengangsur, maka dikenakan denda.

Perhitungan denda (PBB) kurang dari 1 bulan:

Perhitungan denda (PBB) lebih dari 1 bulan:

Adapun kelebihan, kelemahan dan kemudahan dari

masing - masing produk pinjaman biasa dalam table berikut: Table

3.1. Perbedaan jenis pinjaman

Jenis pinjaman

Kelebihan Kelemahan Kemudahan

Jumlah hari keterlambatan x Pokok x 6%

30 hari

Pokok x 6%

Jumlah hari keterlambatan x Pokok x 6%

30 hari

Bunga x 6 %

Page 60: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lx

PTA Flat Jumlah bunga lebih kecil.

Jika dilunasi kurang dari jatuh tempo maka akan dikenai finalti.

Jumlah angsuran tetap sama tiap bulannya.

PTA Effective

Jumlah bunga setiap bulannya semakin kecil.

Pembanyaran angsuran tidak tetap setiap bulannya.

Dapat membayar bunganya saja terlebih dahulu.

PBB Setiap bulannya hanya membayar bunga saja dulu.

Jangka waktu terlalu pendek.

Jika jatuh tempo belum bisa melunasi, maka dapat diperpanjang maksimal 6 bulan.

Sumber: PT. BPR Grogol Joyo Sukoharjo

2) Kredit paket pernikahan

Paket pinjaman yang diberikan khususnya untuk pasangan yang

akan melangsungkan pernikahan, pinjaman bisa digunakan

sebagai bantuan biaya-biaya pernikahan. Pinjaman tidak

dikenakan bunga (bunga 0%) jika pelunasan dilakukan pada

bulan pertama, artinya jika pada angsuran bulan pertama

langsung melunasi, maka pinjaman tidak dikenai bunga. Jika

angsuran bulan pertama belum pelunasan, maka bulan pertama

tersebut bunga 0% (Nol Persen), selanjutnya dikenakan bunga

2,75% tiap bulannya. Provisi yang dibebankan lebih besar dari

pinjaman biasa, karena administrasinya lebih banyak.

3) Kredit paket persalinan

Page 61: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxi

Paket pinjaman yang diberikan khusus untuk pasangan yang

akan melangsungkan persalinan istri, pinjaman bisa digunakan

sebagai bantuan biaya-biaya persalinan bayi mereka. Pinjaman

tidak dikenakan bunga (bunga 0%) jika pelunasan dilakukan

pada bulan pertama, artinya jika pada angsuran bulan pertama

langsung melunasi, maka pinjaman tidak dikenai bunga. Jika

angsuran bulan pertama belum pelunasan, maka bulan pertama

tersebut bunga 0% (Nol Persen), selanjutnya dikenakan bunga

2,75% tiap bulannya. Provisi yang dibebankan lebih besar dari

pinjaman biasa, karena administrasinya lebih banyak.

Saat ini, wilayah pemasaran yang dijangkau PT. BPR GROGOL

JOYO untuk memasarkan produk-produk pelayanannya meliputi daerah se-

eks Karisidenan Surakarta, antara lain Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten

Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Klaten,

Kabupaten Boyolali. Untuk hal kredit, apabila nasabah berasal dari luar

wilayah Karisidenan Surakarta, maka harus ada seorang referator yang

bertanggung jawab atas kredit dari BPR, yang mana orang tersebut telah

dipercaya oleh PT. BPR GROGOL JOYO.

4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang baik perlu diterapkan untuk

mempermudah dalam pengawasan manajemen agar pelaksanaan suatu

kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Penetapan struktur organisasi yang

Page 62: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxii

jelas sangat diperlukan sesuai dengan bagian masing-masing. Adapun

tujuan disusunnya struktur organisasi adalah sebagai berikut:

a. Mempermudah dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan,

b. Mempermudah pimpinan dalam mengawasi pekerjaan bawahan,

c. Mengkoordinasi kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan,

d. Menentukan kedudukan seseorang dalam fungsi dan kegiatan sehingga

mampu menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya.

Adapun susunan organisasi PT. BPR GROGOL JOYO adalah

sebagai berikut:

1) Dewan Komisaris

2) SPI

3) Direksi

4) Staf Personalia dan Umum

5) Penerapan dan Pelayanan Kredit

6) Administrasi Kredit

7) Pemasaran dan Penagihan Kredit

8) Staf Tabungan

9) Staf Deposito

10) Staf Kas

11) Staf Pembukuan

Page 63: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxiii

STRUKTUR ORGANISASI PT. BPR GROGOL JOYO SUKOHARJO

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Perusahaan

Page 64: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxiv

Sumber: PT. BPR Grogol Joyo

Tugas dan Tanggung Jawab Masing-masing Bagian:

Dalam menjalankan tugasnya, masing-masing karyawan harus

memiliki sifat-sifat yang ulet, supel, cakap dan tangkas serta tanggung

jawab, sehingga masing-masing bagian mempunyai rasa kerjasama yang

baik untuk memperoleh prestasi kerja yang maksimal. Berikut ini tugas dan

tanggung jawab masing-masing bagian:

1) Dewan Komisaris

Fungsi : Melaksanakan supervise terhadap direksi

Tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris:

a) Menetapkan visi dan misi bank

Page 65: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxv

b) Mengesahkan rencana kerja dan anggaran

c) Menyetujui rencana pengembangan anggaran

d) Menganalisa dan menerima hasil pencapaian tujuan bank

2) SPI

Rincian tugas pokok pengawasan intern

a) Kasir:

(1) Jumlah uang harus sama dengan neraca

(2) Kartu pengaman harus ditulis, setelah dicocokan saat membuka

Brankas harus dua orang

(3) Pembukaan Brankas harus dua orang

(4) Rekening administrasi

(5) Penitipan BG atau Cek harus dicatat keluar masuknya,

jumlahnya harus sama

(6) Dalam Brankas harus bersih dari barang-barang yang tidak ada

kaitannya dengan operasional perbankan

(7) Pembayaran atau penerimaan harus dilakukan sesuai dengan

batas kewenangan bayar/terima

b) Deposito:

(1) Deposito dua orang pejabat

(2) Lembar regrestasi untuk pembayaran bunga harus diparaf

oleh pejabat

(3) Nominal harus sama dengan neraca

(4) Bilyet yang sudah cair harus dicap (telah dibayar/Lunas)

Page 66: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxvi

(5) Tanda tangan deposan harus dicocokan dan apabila sudah cocok

petugas harus diparaf

(6) Bilyet asli harus selalu dimonitori jumlah yang tersisa harus

sama dengan fisiknya

(7) Pastikan bahwa pemotongan pajak telah dilakukan

c) Tabungan:

(1) Lembar aplikasi tabungan harus lengkap mengenai tanda

tangannya

(2) Identitas penabung

(3) Saldo harus sama dengan neraca

(4) Buku-buku yang sudah tutup rekening supaya di arsip

(5) Pastikan bahwa nasabah yang jumlah saldonya pernah Satu Juta

Rupiah (Rp 1.000.000,00) telah dilakukan pemotongan pajak

d) Personalia sekretaris logistik:

(1) Surat keluar/masuk harus di file dan di kelompok-kelompokan

sesuai dengan urut tanggalnya

(2) Pastikan bahwa setiap pengeluaran biaya harus persetujuan

dengan pimpinan dan didukung oleh bon-bon/kwitansi atau

bukti-bukti lainnya

(3) Rekening-rekening transistor RRA/K21/RRP harus sama dengan

neraca

(4) Administrasi untuk materai harus jelas dan benar

Page 67: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxvii

(5) Pendataan inventaris harus jelas mengenai keluar masuknya,

jumlah barangnya

e) Pembukuan

(1) Tiket jurnal harus diarsip dengan baik, lalu dimasukan ke dalam

kotak (dus) dan ditulis tanggal dari sekian s/d sekian

(2) Memastikan bahwa tiket-tiket biaya dan pembelian inventarisasi

sudah ditanda tangani oleh Pimpinan

(3) Perikasa kembali mengenai kelengkapan tanda tangan baik pada

tiket, jurnal seksi , dll yang terkait dengan itu

(4) Cocokan nominal : Deposito, Pinjaman, Saldo Tabungan

(5) Tersedianya informasi manajemen dengan akurat (MIS) : ATM,

CAR, Rekonsiliasi, Neraca, Laporan Rugi-Laba, dll

(6) Pastikan rekening-rekening transistoris/RRA/RRP/K2L sudah

sama dengan bagian yang terkait

(7) Pastikan bahwa jumlah angka pada ledger maupun sub ledger

sudah sama

f) Kredit

(1) Meneliti dokumen perkreditan

(2) Harus ada bukti yang mengatur kedudukan hukum dari penerima

kredit

(3) Pemeriksaan terhadap bukti-bukti perorangan (KTP, Kartu

Keluarga)

Page 68: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxviii

(4) Pemeriksaan terhadap bukti-bukti sebagai Badan Hukum (Akte

Pendirian dan perubahannya dan bentuk perusahaannya)

(5) Harus ada bukti-bukti tertulis tentang adanya suatu akad kredit

antara Bank dan Debitur

(6) Pemeriksaan terhadap perjanjian kredit (secara intern)

(7) Pemeriksaan terhadap perjanjian kredit (secara Notariil)

(8) Harus ada bukti-bukti tertulis yang menunjukan hak pemilikan

atas benda-benda

(9) Barang barang yang diserahkan Debitur, atau pihak yang

menyerahkan benda/barang-barang Bank untuk dijadikan jaminan

kredit

(10) Pemeriksaan terhadap bukti-bukti barang tidak bergerak, misal :

Sertifikat Tanah

(11) Pemeriksaan terhadap bukti-bukti barang bergerak, misal :

BPKB, dsb

(12) Pemeriksaan akte-akte bukti benda-benda yang tidak termasuk

f.1 dan f.2

(13) Harus ada bukti tertulis tentang cara pengikatan dan penyerahan

barang

(14) Pemeriksaan atas batas-batas pemberian kredit dari pihak yang

berwenang memberikan keputusan kredit

(15) Meneliti rekening pinjaman

(16) Apabila rekening pinjaman telah jatuh tempo belum dilunasi

Page 69: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxix

(17) Apabila rekening selalu menunjukan “Saldo Debet” yang lebih

tinggi karena pembebanan bunga

(18) Periksa rekening pinjaman yang selalu menunggak baik

tunggakan pokok maupun tunggakan bunga

(19) Meneliti cara Penyimpanan dan administrasi Dokumen asli

Perkreditan dan file kredit

(20) Melakukan pemeriksaan fisik jaminan (Pemeriksaan setempat)

(21) Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa barang jaminan

yang ada betul-betul telah sesuai dengan data-data yang terkait

pada bukti pemiliknya

(22) Melakukan Penilaian atas tingkat kesehatan kredit

3) Direksi

Fungsi: Memaksimalkan keuntungan, kelestarian dan pertumbuhan

bank.

Tugas dan tanggung jawab Direksi:

a) Menyusun rencana bank

b) Menyusun rencana pengembangan usaha

c) Melaksanakan pengamatan pasar sekaligus memanfaatkan

kesempatan pasar secara optimal

d) Menyetujui aplikasi dan rekomendasi proposal kredit

e) Mendayagunakan seluruh tenaga secara optimal

f) Menyampaikan laporan secara periodik atas usaha bank kepada

dewan komisaris

Page 70: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxx

g) Menilai performance manajer operasional, manajer kredit, dan staf

4) Staf Personalia dan Umum

Fungsi: Melaksanakan administrasi dan lain-lain yang berkaitan dengan

keputusan intern prusahaan.

Tugas dan tanggung jawab:

a) Melaksanakan administrasi dan korespondensi untuk keperluan bank

b) Melaksanakan pembayaran gaji dan biaya untuk keperluan bank

c) Melaksanakan pengawasan absensi pegawai

d) Menghitung pajak penghasilan karyawan yang ada hubungannya

dengan kesejahteraan karyawan

e) Membuat penilaian performance satpam, sopir, dan pramubakti

5) Penerapan dan Pelayanan Kredit

Fungsi : Melaksanakan koordinasi dan supervise kegiatan kredit

Tugas dan tanggung jawab:

a) Melaksanakan tujuan kredit

b) Melakukan evaluasi terhadap calon debitur

c) Memperhitungkan bunga dan angsuran pokok serta aktif dalam hal

penagihan

d) Bertanggung jawab terhadap kredit yang telah dicairkan

e) Bertanggung jawab langsung terhadap atasan

6) Administrasi Kredit

Fungsi: Melaksanakan administrasi pinjaman yang diberikan

Tugas dan tanggung jawab:

Page 71: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxxi

a) Melaksanakan pencatatan atas mutasi pinjaman yang diberikan

b) Memperhitungkan bunga

c) Proving posisi pinjaman dan membuat perjanjian kredit

d) Membuat laporan rekomendasi kredit untuk direksi dan bank

e) Membuat voucher atas transaksi pinjaman

7) Pemasaran dan Penagihan Kredit

Fungsi : Melaksanakan evaluasi dan kelayakan aplikasi kredit.

Tugas dan tanggung jawab:

a) Mencari calon nasabah

b) Memproses pemberian kredit

c) Memonitor pembayaran angsuran dan melaksanakan penagihan

d) Mengkoordinasi pelaksanaan kredit

e) Melaksanakan pemblokiran atas barang-barang jaminan debitur

kepada instansi bersangkutan

8) Staf Tabungan

Fungsi: Melayani pembukuan simpanan dan penutupan rekening.

Tugas dan tanggung jawab:

a) Melaksanakan proses pembukuan sampai penutupan rekening

b) Melaksanakan posting saldo

c) Memelihara dan menyimpan specenmin

d) Membuat voucher mutasi tabungan

e) Menghitung tabungan dan pajak

9) Staf Deposito

Page 72: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxxii

Fungsi: Melayani pembukuan sampai pencatatan deposito.

Tugas dan tanggung jawab:

a) Melakukan posting atas transaksi harian

b) Menyusunan laporan neraca dan daftar rugi/laba

c) Memonitor dan daftar ulang atas transaksi yang benar

d) Membukukan transaksi tunai dari nasabah

e) Menghitung pajak perusahaan, laporan bulanan dan pengeluaran

hutang

10) Staf Kas

Fungsi: Melayani transaksi tunai dari nasabah.

Tugas dan tanggung jawab:

a) Memelihara persediaan uang tunai dalam box cash

b) Menerima setoran tunai dari nasabah

c) Melaksanakan pembayaran tunai dari nasabah

d) Mencatat transaksi kedalam daftar mutasi kas dan membuat

rekapitulasi

e) Bertanggung jawab langsung terhadap nasabah

11) Staf Pembukuan

Fungsi: Membuat laporan yang autentik dan konsisten.

Tugas dan tanggung jawab:

a) Membuat jurnal harian dan membukukan ke dalam buku besar

b) Membuat rencana harian dan akhir bulan

Page 73: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxxiii

c) Membuat laporan likuiditas mingguan ke Bank Indonesia dan

kantor pusat

d) Menyimpan berkas mutasi dengan bank

e) Membuat rencana akhir tahun, penilaian rugi/laba, daftar

penyusutan inventaris dan perincian pos-pos aktiva administrasi

B. LAPORAN MAGANG KERJA

1. Pengertian Magang Kerja

Magang kerja merupakan kegiatan penunjang perkulihan yang wajib

dilakukan oleh mahasiswa dengan diterjunkan secara langsung ke dunia

kerja dengan tujuan agar mahasiswa dapat melihat secara langsung aplikasi

dari berbagai teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan.

2. Tujuan Magang Kerja

Tujuan magang bukan semata-mata hanya mencari data untuk diolah

sebagai acuan Tugas Akhir, tetapi diharapkan benar – benar mampu

menjadi sarana pelatihan masahasiswa untuk mengetahui kenyataan di

dunia kerja sebagaimana mahasiswa mampu menerapkan dan

membandingkan dengan materi yang telah didapatkan di perkuliahan.

Selain itu juga untuk mengetahui kinerja yang sesungguhnya didalam

perbankan, khususnya pada PT. BPR GROGOL JOYO. Sehingga setelah

Page 74: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxxiv

magang diharapkan mampu langsung bekerja sesuai dengan bidangnya,

dan mampu menjadi bankir yang baik dan lebih percaya diri, yang dapat

diterima dengan baik oleh lingkungan bisnis dan dunia kerja.

3. Manfaat Magang Kerja

Manfaat yang dapat diambil dari Kegiatan Magang Kerja adalah:

a. Bagi Mahasiswa

1) Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang kinerja

perbankan pada PT.BPR GROGOL JOYO.

2) Menerapkan teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan di dunia

kerja.

3) Menumbuhkan semangat kerja mandiri penulis dengan kesibukan

yang ada dalam dunia kerja.

4) Meningkatkan rasa solidaritas terhadap rekan Kegiatan Magang

Kerja

5) Menciptakan kreativitas dan ketelitian dalam setiap menyelesaikan

pekerjaan.

b. . Bagi Instansi Terkait

1) Menjalin kerjasama antara peserta Magang Kerja dengan karyawan

pada instansi yang terkait.

Page 75: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxxv

2) Sebagai salah satu acuan bagi kepentingan Kegiatan Magang Kerja

yang akan datang.

3) Instansi mendapat bantuan tenaga dan pikiran dari peserta Magang

Kerja yang bisa digunakan untuk meringankan kegiatan operasional

harian.

c. Bagi Program Diploma Keuangan Dan Perbankan UNS

1) Menjalin kerjasama dengan instansi terkait sebagai acuan tempat

Kegiatan Magang Kerja berikutnya.

2) Program Diploma Keuangan Dan Perbankan dapat menganalisa data

yang diperoleh mahasiswa selama Kegiatan Magang Kerja.

3) Lebih mantap dalam menerapkan ilmu pengetahuan kepada

mahasiswa sebagai kader berjiwa membangun etos kerja.

4. Divisi Tempat Magang

PT. BPR GROGOL JOYO, khususnya divisi Administrasi Kredit

(back office) dan Angsuran Kredit (front office) adalah pilihan tempat

untuk magang karena di PT. BPR GROGOL JOYO, khususnya divisi

Administrasi Kredit dan Angsuran Kredit bisa mengetahui seperti apa dan

bagaimana proses pengajuan kredit sampai dengan keputusan kredit dan

untuk mengetahui urutan pelayanan pembayaran angsuran kredit debitur

beserta perhitungan pokok, bunga dan denda. Sehingga setelah lulus nanti

diharapkan mampu dalam bekerja dan lebih percaya diri dalam mencari

Page 76: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxxvi

pekerjaan maupun menciptakan lapangan pekerjaan, dengan bekal yang

diteladani dari tempat magang tersebut. Selain itu, di PT.BPR GROGOL

JOYO khususnya di divisi Administrasi Kredit dan Angsuran Kredit bisa

memperluas pengetahuan tentang Analisis Kredit sebagaimana yang telah

dipelajari di perkuliahan, karena kegiatan di PT. BPR GROGOL JOYO

khususnya divisi Administrasi Kredit dan Angsuran Kredit merupakan

tempat Magang yang tepat untuk penerapan materi yang dipelajari di

bangku kuliah.

5. Pelaksanaan Magang Kerja

Pelaksanaan Magang Kerja dilakukan selama kurang lebih satu bulan,

yaitu mulai tanggal 01 April 2010 sampai dengan 01 Mei 2010.

Pelaksanaan Magang Kerja dilaksanakan di PT. BPR Grogol Joyo

Sukoharjo.

Bentuk kegiatan magang antara lain: pengamatan, praktik kerja,

pengambilan data, pencatatan data, membaca dokumen-dokumen dan

wawancara dengan karyawan dan staf perusahaan.

Tempat dan pelaksanaan magang kerja:

a. Tempat : PT. BPR Grogol Joyo

b. Alamat : Jl. Raya Solo Baru, Komplek Plaza I HB 01, Solo Baru,

Grogol, Sukoharjo

c. Waktu : 01 April 2010 s/d 01 Mei 2010/ (08.00 – 16.00 WIB)

6. Aktivitas / Kegiatan Magang Kerja

Page 77: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxxvii

Kegiatan Magang Kerja yang dilaksankan selama 1 bulan dari tanggal

1 April 2010 sampai dengan 1 Mei 2010, penulis ditempatkan pada 2

bagian. Dua minggu pada bagian administrasi kredit, dua minggu terakhir

pada bagian angsuran kredit.

Pada minggu pertama dan kedua saat ditempatkan di bagian

administrasi kredit, kegiatan yang penulis lakukan antara lain,

memfotokopi , yaitu fotokopi KTP, STNK, BPKB, Sertifikat, KK, Buku

Nikah, dan berkas kredit nasabah lainnya. Selain itu juga mengkopi SPK

(Surat Perjanjian Kredit), mencari map dalam brankas (filling cabinet)

sesuai dengan inisial nama nasabah yang biasanya akan mengajukan kredit

baru, minta fotokopi berkas, dll. Apabila ada yang akan mengajukan kredit

baru dan sudah pernah menjadi nasabah (nasabah lama), maka tinggal

mencari kartu pinjaman lunas pada map order sesuai dengan bulan

lunasnya.

Penulis juga mulai diajari membuat kelengkapan surat-surat kredit,

salah satunya LRK (Lembar Rekomendasi Kredit). LRK dibuat yaitu

untuk kredit yang sudah cair dan sudah diinput. Dari data-data yang ada

pada map, dimasukkan ke format dalam komputer, sesuai yang telah

diajarkan. Setelah pengerjaan itu selesai kemudian dikoreksi oleh

karyawan, barulah data di komputer tersebut dicetak ke kertas printer.

Selain kegiatan tersebut penulis juga mengetik perlengkapan pencairan

kredit, yang terdiri dari kwitansi, tanda serah terima jaminan, dan kartu

Page 78: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxxviii

angsuran. Pengetikannya sesuai dengan SPK (Surat Perjanjian Kredit)

dengan menggunakan mesin ketik manual.

Pada hari-hari berikutnya penulis juga melakukan hal yang sama

seperti hari-hari sebelumnya. Rutinitas sama, hanya karena tumpukan map

yang akan dimintakan tanda tangan pimpinan, dan LRKnya sudah dibuat

makin banyak menumpuk maka berkas map tersebut susunannya dirapikan.

Dua minggu terakhir, penulis di pindah pada bagian angsuran kredit.

Kegiatan yang dilakukan, saat ada nasabah yang mengangsur, langkah

yang dikerjakan mencari kartu pinjaman sesuai data yang tertulis pada

kartu angsuran, menuliskan slip setoran, besarnya pokok, bunga, dan denda

(jika ada), kemudian bukti setoran diinput ke dalam sistem komputer oleh

karyawan dan penulis mengetik pada kartu pinjamannya. Setiap hari kas

tutup pukul 14.00 WIB, karyawan bagian angsuran mengetell slip setoran,

barulah penulis mengurutkan dan mencocokan slip dengan kartu pinjaman.

Selain itu, kartu pinjaman yang lunas hari itu, difotokopi dan kopiannya

diberikan kepada bagian administrasi kredit. Sedangkan kartu pinjaman

yang diproses hari-hari sebelumnya dan sudah diperiksa pimpinan

dimasukkan ke brankas, jika nasabah kantor dimasukkan map sesuai

tanggal cairnya, yang nasabah AO dimasukkan map sesuai nama AO-nya.

Demikian tadi seluruh Kegiatan Magang Kerja yang penulis lakukan

selama satu bulan di PT.BPR GROGOL JOYO SUKOHARJO.

Page 79: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxxix

C. PEMBAHASAN MASALAH

1. Faktor-Faktor Penyebab Kredit Bermasalah

Table 3.2 Penyebab kredit bermasalah

NO TAHUN/ PERIODE

JUMLAH NASABAH Gagal Usaha

Karakter Jelek Pindah Meninggal

1 2007 46 31 22 99 2 2008 42 38 25 105 3 2009 54 45 15 114

Sumber: PT. BPR Grogol Joyo Sukoharjo

Dari data diatas dapat diketahui faktor-faktor penyebab kredit

bermasalah pada PT.BPR Grogol Joyo dari sisi nasabah (debitur) adalah

gagal usaha, karakter jelek, pindah alamat dan meninggal dunia. Adapun

penyebabnya adalah sebagai berikut:

a. Gagal usaha dikarenakan:

1) Proyek debitur dalam tahap pembangunan (belum selesai).

2) Perusahaan debitur masih beroperasi tetapi mengalami kerugian.

3) Perusahaan debitur sudah tidak lagi beroperasi lagi, terutama debitur

yang telah digolongkan macet.

4) Kelemahan dalam manajemen perusahaan debitur.

5) Debitur masih dalam tahap pengembangan usaha.

Page 80: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxxx

6) Biaya produksi yang meningkat dan kesulitan bahan baku yang

dihadapi perusahaan debitur.

7) Kelemahan pada produksi, yaitu kualitas, kuantitas, dan waktu

penyerahan tidak sesuai.

8) Hambatan perusahaan debitur dalam kegiatan pemasaran.

9) Persaingan usaha yang semakin ketat.

b. Karakter jelek dikarenakan:

1) Penyalahgunaan dana kredit oleh nasabah (debitur) yang diperoleh

dari pihak bank (kreditur).

2) Kurangnya kesadaran debitur dalam pengembalian kredit.

3) Menunda jadwal pengangsuran bunga maupun pokok kredit yang

dilakukan oleh pihak debitur.

Kredit bermasalah akan merugikan bank namun tidak semua kesalahan

itu bersumber dari pihak debitur (nasabah), karena sebelum bank

memberikan kredit kepada debitur telah terjadi kesepakatan antara pihak

kreditur (bank) dengan pihak debitur (nasabah). Kreditur telah setuju pada

permohonan kredit yang diberikan sebelum debitur menerima uang.

Pihak kreditur harus lebih teliti dan lengkap dalam meneliti data

pemohon atau crosscheck, serta kreditur harus bersikap tegas dan cepat jika

ada kredit yang bermasalah dalam arti tidak menutup-nutupi dan segera

menindaklanjuti. Terjadinya kredit bermasalah akibat beberapa kesalahan

dari pihak kreditur, yaitu kelemahan didalam penilaian usaha dan

pengawasan oleh kreditur (bank) yang disebabkan antara lain:

Page 81: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxxxi

a. Informasi usaha dari pemohon kurang crosscheck.

b. Jangka waktu kredit tidak didasarkan atas cashflow yang nyata.

c. Frekuensi peninjauan usaha di lapangan kurang memadai disebabkan

banyaknya usaha yang harus diawasi.

d. Sistem administrasi bank pelaksana kurang memadai untuk

mengidentifikasikan kredit yang bermasalah atau melakukan peringatan

secara cepat dan tepat kepada debiturnya.

e. Kelemahan dalam pembinaan dan monitoring kredit.

2. Penanganan Kredit Bermasalah

Sebelum terjadinya kredit bermasalah, langkah-langkah yang

dilakukan oleh PT. BPR Grogol Joyo dalam pencegahan kredit bermasalah,

antara lain:

a. Mentaati prosedur dan persyaratan pemberian kredit.

b. Tidak bersikap subyektif dalam pemrosesan proposal kredit.

c. Tidak bertindak spekulatif dalam pengambilan keputusan kredit.

Upaya yang ditempuh oleh PT. BPR Grogol Joyo dalam penanganan

kredit bermasalah, yaitu:

a. Teguran secara lisan dan tulisan (Pendekatan secara persuasif)

Mengadakan pendekatan persuasif kepada debitur, yaitu jalan ini

ditempuh oleh kedua belah pihak apabila masalah masih bisa

diselesaikan antara kreditur (bank) dengan debitur (nasabah) dapat

mencari jalan keluarnya dan tidak harus menempuh jalur hukum.

Page 82: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxxxii

b. Rescheduling (Penjadwalan Kembali)

Penjadwalan kembali, yaitu perubahan syarat kredit yang hanya

menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya, yang

meliputi:

1) Memperpanjang jangka waktu kredit.

2) Memperpanjang jarak waktu angsuran.

3) Menurunkan jumlah angsuran.

Penanganan kredit bermasalah dengan metode rescheduling, yaitu

untuk kolektibilitas kredit yang kurang lancar, diragukan dan macet.

Jumlah efektivitas penanganan kredit bermasalah dengan metode

rescheduling sebesar 50% yang berhasil menjadi lancar. Kolektibilitas

dapat menjadi lancar apabila tidak terjadi tungakan pokok atau

tunggakan bunga selama 3 (tiga) kali periode angsuran secara berturut-

turut.

c. Reconditioning (Persyaratan Kembali)

Persyaratan kembali, yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-

syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran,

jangka waktu dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut

perubahan maksimum saldo kredit, yang meliputi:

1) Kapitalisasi bunga.

2) Penundaan pembayaran bunga.

3) Penurunan suku bunga.

4) Pembebasan bunga.

Page 83: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxxxiii

5) Mengkonversi kredit jangka pendek menjadi jangka panjang.

Penanganan kredit dengan metode reconditioning pada BPR Grogol

Joyo jarang digunakan.

d. Restructuring (Penataan Kembali)

Penataan kembali, yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang

menyangkut:

1) Penambahan dana/kredit.

2) Konversi seluruh atau sebagian tunggakan menjadi pokok kredit

baru.

3) Konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan

dalam perusahaan.

4) Perubahan jenis fasilitas kredit

Penanganan dengan metode restructuring, yaitu untuk

kolektibilitas kredit yang kurang lancar, diragukan dan macet.

Jumlah efektivitas penanganan kredit bermasalah dengan metode

restructuring sama dengan metode, rescheduling, yaitu sebesar

50% yang berhasil menjadi lancar. Kolektibilitas dapat menjadi

lancar apabila tidak terjadi tunggakan pokok atau tunggakan

bunga selama 3 (tiga) kali periode angsuran secara berturut-turut.

e. Melakukan peneguran atau peringatan kepada nasabah (debitur)

Peringatan adalah suatu permintaan bank kepada debiturnya untuk

segera membayar hutang/penyelesaian kredit yang sudah jatuh tempo.

Page 84: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxxxiv

Peringatan ini baru dilakukan bank, apabila usaha pendekatan persuasif

yang dilakukan oleh bank terhadap debitur tidak membuahkan hasil

yang diharapkan. Biasanya peringatan ini dilakukan oleh pihak bank

beberapa kali (3 kali), yaitu Surat Peringatan I, SP II, SP III dan apabila

tidak memperoleh tanggapan dari debitur, maka menentukan langkah

berikutnya.

f. Mencari informasi atas kepindahan debitur dan tetap menindaklanjuti

kredit yang bermasalah tersebut.

g. Berkonsultasi pada keluarga debitur terhadap ahli warisnya tentang

kesanggupan membayar kreditnya, bagi debitur yang telah meninggal

dunia.

h. Penjualan jaminan oleh nasabah (debitur).

Bank dapat membantu debitur dengan cara mencarikan calon pembeli,

namun dalam hal bank bertindak hati-hati dan tidak menangani secara

langsung melakukan jual beli dengan pembeli. Hal tersebut penting

untuk menghindarkan tuntutan debitur bahwa penjualan barang jaminan

tersebut di bawah hal umum.Dalam melakukan tindakan ini, memegang

prinsip “Bank tidak menjamah transaksi dan debitur tidak menjamah

uang” yang berarti bahwa dalam transaksi jual beli barang jaminan

tersebut tidak jatuh ke tangan debitur tetapi disetorkan kepada bank

untuk diperhitungkan dengan hutang debitur.

i. Penarikan jaminan.

Page 85: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxxxv

Bank akan menarik jaminan dari debitur, apabila debitur tidak mau

menjual jaminan sendiri, dan bank melakukan penarikan jaminan untuk

dijual berdasarkan surat kuasa dari debitur.

j. Pengajuan sita eksekusi di Pengadilan Negeri.

Pengajuan sita eksekusi, apabila upaya penyelamatan/penyelesaian

kredit bermasalah yang dilakukan dengan jalan damai/kekeluargaan

tidak dapat lagi diusahakan/tidak memberi hasil dan nasabah (debitur)

tidak menunjukan itikad baiknya, maka penyelesaian ditempuh melalui

saluran hukum. Jalan yang ditempuh dengan melakukan sita benda

jaminan di pengadilan (eksekusi).

k. Penghapubukuan kredit

Penyelesaian kredit bermasalah yang tidak dapat diatasi, apabila

penyelamatan/penyelesaian kredit bermasalah sudah diupayakan secara

maksimal belum memberikan hasil dan tidak dapat ditagih maka

dilakukan penghapusbukuan kredit, yaitu dengan cara:

1) Pengusulan penghapusbukuan kredit kepada direksi dengan

mencantumkan alasan penghapusbukuan (daftar nama, agunan dan

penjelasan singkat).

2) Penghapusbukuan kredit tidak membatalkan perjanjian sehingga

bank masih berhak menagih dan dan debitur masih wajib membayar

sampai lunas.

3) Penghapusbukuan kredit bersifat rahasia sehingga hanya diketahui

oleh bank saja.

Page 86: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxxxvi

Penghapusbukuan kredit (hapus buku) adalah tindakan administrasi

bank untuk menghapus buku kredit macet dari neraca sebesar

kewajiban debitur tanpa menghapus hak tagih bank kepada debitur.

Penghapus hak tagih kredit (hapus tagih) adalah tindakan bank

menghapus semua kewajiban debitur yang tidak dapat diselesaikan.

Jadi penanganan kredit bermasalah yang sering digunakan oleh BPR

Grogol Joyo adalah metode Rescheduling dan metode Restructuring.

Metode ini hanya menjembatani debitur supaya agunannya tidak diproses

dalam eksekusi di Pengadilan Negeri apabila debitur mempunyai itikad

baik untuk menyelesaikan kredit bermasalah tersebut.

Metode Rescheduling dan metode Restructuring dapat dilakukan

apabila:

1) Debitur mengalami kesulitan pembayaran pokok dan/atau bunga kredit

2) Debitur memiliki prospek usaha yang baik dan diperkirakan mampu

memenuhi kewajiban setelah ada Restructuring atau Rescheduling.

Metode Rescheduling dan metode Restructuring dilarang apabila:

1) Penurunan kualitas kredit

2) Peningkatan pembentukan PPAP

3) Penghentian pengakuan pendapatan bunga secara akkrual.

BAB IV

PENUTUP

Page 87: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxxxvii

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian yang berjudul “Analisis Pengelolaan

Kredit Bermasalah Pada PT. BPR Grogol Joyo Sukoharjo Periode 2007-2009”,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Faktor yang mempengaruhi munculnya kredit bermasalah adalah faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari dalam

perusahaan perbankan, yaitu kurangnya pengawasan dan pembinaan dari pihak

bank setelah menyalurkan kredit. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang

bersumber dari pihak debitur yang meliputi kegagalan usaha debitur, karakter

jelek debitur, alamat debitur pindah, dan debitur meninggal dunia.

2. PT. BPR Grogol Joyo perlu melakukan tindakan penyelamatan kredit

bermasalah agar kinerja perusahaan membaik. Tindakan penyelamatan kredit

bermasalah di kelompokan menjadi 3 (tiga), yaitu pertama melalui teguran

secara lisan dan tulisan (pendekatan personal dan organisasi). Kedua melakukan

kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan kemampuan bayar debitur kepada

perusahaan dengan kebijakan penjadwalan kembali, persyaratan kembali,

penataan kembali yang disesuaikan dengan kondisi debitur. Ketiga adalah

melakukan kebijakan pengambil alihan jaminan jika dua kebijakan sebelumnya

tidak berhasil. Sebelum melakukan pengambil alihan jaminan, PT. BPR Grogol

Joyo terlebih dahulu memberikan Surat Peringatan I, Surat Peringatan II, Surat

Peringatan III, jika tidak ada itikad baik dari debitur maka bank melakukan

Page 88: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxxxviii

kebijakan pengambil alihan jaminan yang dilakukan sesuai ketentuan yang

berlaku.Keempat, apabila penyelamatan/penyelesaian kredit bermasalah sudah

diupayakan secara maksimal belum memberikan hasil dan tidak dapat ditagih

maka dilakukan penghapusbukuan kredit. Apabila penyelamatan/penyelesaian

kredit bermasalah sudah diupayakan secara maksimal belum memberikan hasil

dan tidak dapat ditagih maka dilakukan penghapusbukuan kredit.

3. Kebijakan penanganan kredit bermasalah yang sering digunakan pada BPR

Grogol Joyo adalah dengan metode penjadwalan kembali (Rescheduling) dan

penataan kembali (Restructuring) karena lebih efektif dari pada metode lainnya

dan mampu meningkatkan kinerja bank, yaitu dengan penurunan angka NPL

pada laporan keuangan PT. BPR Grogol Joyo dari periode 2007, 2008, 2009

secara berturut-turut sebesar 13,50%, 8,65%, 5,33%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan dalam penelitian yang berjudul

“Analisis Pengelolaan Kredit Bermasalah Pada PT. BPR Grogol Joyo Sukoharjo

Periode 2007-2009”, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

Page 89: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

lxxxix

1. Saran untuk penguatan faktor internal, yaitu dalam prosedur pemberian kredit,

analisis kelayakan kredit dan proses pencairan dilakukan dengan baik sesuai

dengan azas kehati-hatian dalam pemberian kredit bank. Untuk itu dalam

memperoleh hasil yang baik, maka perlu dilakukan kegitan peningkatan mutu

SDM Perusahaan melalui program pelatihan dan pengembangan khususnya

pada pelatihan tentang kredit,yaitu tentang pengelolaan dan penanganan kredit

yang baik secara kontinu sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Saran untuk

faktor eksternal, yaitu pertama melalui program pendampingan, pembinaan dan

pengembangan usaha debitur. Kedua, meningkatkan kualitas hubungan yang

baik dengan lingkungan debitur. Ketiga, menjalain hubungan yang baik dengan

pihak ahli waris debitur. Keempat, memperkuat surat jaminan dan pengikatan

jaminan antara pihak kreditur dengan pihak debitur.

2. Saran untuk mencegah dan mengurangi kredit bermasalah, yaitu dengan

melakukan pembinaan kepada debitur.

Pembinaan kredit dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:

a. Pembinaan Secara Administratif

Pembinaan yang dilakukan di belakang meja berdasarkan pada laporan-

laporan yang diterima dari nasabah (debitur), mengambil langkah-langkah

Page 90: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xc

untuk bahan kegiatan dilapangan, memberikan informasi perkembangan

kreditnya dan meminta tindakan segera, dan sebagainya.

b. Pembinaan di Lapangan

Pembinaan yang dilakukan dengan mengadakan kunjungan ketempat usaha

debitur (on the spot), yang meliputi penelitian apakah kredit yang diberikan

telah dipergunakan sesuai dengan syarat dan tujuan yang telah disepakati,

mengadakan pengamatan apakah manajemen perusahaan terpelihara

dengan baik, meneliti sampai berapa jauh kemungkinan pengembangan

perkreditan di sektor usaha nasabah yang bersangkutan.

3. Membuat kebijakan sebagai upaya penyelamatan kredit bermasalah, yaitu

mengenai jangka waktu kredit yang didasarkan pada cash flow debitur yang

nyata dan tidak menutup-nutupi adanya kredit bermasalah dan segera

mengatasinya dengan menyusun daftar kolektibilitas kredit serta melakukan

penanganan secara cepat dan tegas kepada debitur yang mengalami kredit

bermasalah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,M.Faisal. 2003. Manajemen Perbankan. Edisi Pertama. Malang: UMM (Universitas Muhammadiyah Malang)

Hermanto. 2006. Faktor-faktor Kredit Macet Pada PD. BPR BKK Ungaran Kabupaten Semarang. (http://google.com/TugasAkhir, 02/01/2010,16:05 WIB)

Page 91: ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH …...iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah

xci

Hidayah,Nur. 2007. Analisis Kredit Pada PD. BPR-BKK Lasem. (http://google.com/ Tugas Akhir, 24/04/2010, 16:07 WIB)

Indriasari,Erna. 2005. Penyelesaian Kredit Bermasalah Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Karangayar. (http://google.com/Tugas Akhir, 24/04/2010, 16:00 WIB)

Kasmir. 2005. Pemasaran Bank. Edisi Pertama. Jakarta: Prenada Media

Kuncoro,Mudrajat,Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE

Mangani,Ktut Silvanita. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta: Penerbit

Erlangga Martono. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Kampus Fakultas Ekonomi

UII. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia Swastiana,Andi Arif. 2004. Aspek Hukum Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank

Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan. (http://google.com/Thesis, 02/05/2010, 15:00 WIB)

.2008. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang

Perbankan. Bank Indonesia. Jakarta . Surat Direksi Bank Indonesia Nomor 31/147/KEP/DIR Tahun

1998 Tentang Kualitas Aktiva Produktif. (http://google.com/ Skdir Tentang Kualitas Aktiva Produktif, 28/03/2010, 14:30 WIB)