ANALISIS PENGARUH PENATAUSAHAAN ASET TETAP …stiem-samarinda.ac.id/soal/soal42.pdf · keuangan...
Transcript of ANALISIS PENGARUH PENATAUSAHAAN ASET TETAP …stiem-samarinda.ac.id/soal/soal42.pdf · keuangan...
Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari 2016 151
ANALISIS PENGARUH PENATAUSAHAAN ASET TETAP
TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH KABUPATEN KUBU RAYA
Sukma Febrianti
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pontianak
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of fixed assets consisting of bookkeeping,
inventory and reporting on the quality of financial statements of Pemda Kabupaten Kubu
Raya. The method used is survey method. The population in this study were employees of
local government SPKAD and BPKAD District of Kubu Raya which amounted to 100
peoples. All members of population used as a sample. Anlysis data used SPSS with
independent variables are bookkeeping, inventory and report, dependent variable is
quality of financial statements. The analytical tool used is multiple linear regression with
simultan test and partial test. Result of this research show that bookkeeping, inventory
and report has a simultan impact on quality of financial statements of Pemda kabupaten
Kubu Raya. In Partial that book keeping and report has a significant impact on quality of
financial statements and inventory has no significant impact on quality of financial
statements of Pemda Kabupaten Kubu Raya.
Keywords : Book keeping, Inventory, Report and Financial Statements
PENDAHULUAN
Pemerintah adalah suatu
organisasi yang diberi kekuasaan untuk
mengatur kepentingan bangsa dan
negara. Lembaga Pemerintahan dibentuk
untuk menjalankan aktivitas layanan
terhadap masyarakat luas. Pemerintah
sebagai organisasi nirlaba mempunyai
tujuan bukan mencari keuntungan, tetapi
untuk menyediakan layanan yang terbaik
untuk masyarakatnya (Saputra, 2012).
Pemerintah akan berusaha semaksimal
mungkin untuk melayani dan melakukan
tugas-tugasnya dalam mengelola
daerahnya.
Sistem pemerintahan di
Indonesia berubah sejak adanya
reformasi. Perubahan yang cukup
signifikan sebagai akibat dari reformasi
adalah pemberian otonomi bagi daerah
dalam menjalankan kewenangan yang
tadinya dipegang oleh pemerintah pusat
dan sekarang harus dikelola oleh
masing-masing daerah. Otonomi daerah
ini juga diikuti dengan perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah, perimbangan tersebut berupa
dana alokasi umum dan dana alokasi
khusus. Pelaksanaan otonomi daerah
ditandai dengan diberlakukannya
Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari 2016 152
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintah Daerah, dan
Undang-Undang No. 25 Tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
Otonomi daerah menurut
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004
merupakan hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pemberian otonomi daerah diharapkan
dapat meningkatkan efisiensi,
efektivitas, dan akuntabilitas sektor
publik di Indonesia. Dengan otonomi,
daerah dituntut untuk mencari alternatif
sumber pembiayaan pembangunan tanpa
mengurangi harapan masih adanya
bantuan dan bagian (sharing) dari
Pemerintah Pusat dan menggunakan
dana publik sesuai dengan prioritas dan
aspirasi masyarakat (Mardiasmo, 2002).
Pendelegasian wewenang kepada
Pemerintah Daerah (Pemda) tersebut
disertai dengan penyerahan dan
pengalihan pendanaan, sarana dan
prasarana, serta Sumber Daya Manusia
(SDM). Pendanaan kewenangan yang
diserahkan tersebut dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu pendayagunaan
potensi keuangan daerah dan mekanisme
perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat-daerah dan antar
daerah (Mardiasmo, 2002). Pendanaan
pelaksanaan kewenangan tersebut
memerlukan pengelolaan keuangan yang
efisien dan efektif (Kawedar, 2008).
Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun
2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang MilikDaerah,
pemanfaatan adalah pendayagunaan
barang milik daerah yang tidak
dipergunakan sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dalam bentuk sewa,
pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan,
bangun guna serah dan bangun serah
guna dengan tidak mengubah status
kepemilikan.
Laporan hasil Pemeriksaan atas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) tahun anggaran 2011-2013
mendapatkan opini Wajar Dengan
Pengecualian, ini dkarenakan
penatausahaan dan pelaporan aset tetap
masih belum memadai yaitu masih
Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari 2016 153
terdapat aset yang dilaporkan dalam
pelaporan keuangan dengan rincian aset
yang tidak dapat dijelaskan, aset tetap
yang tidak dapat dirinci dan belum jelas
statusnya, penambahan aset tetap dari
belanja modal yang belum didukung
rincian aset, aset tetap tidak dapat
ditelusuri keberadaannya, aset tetap yang
belum mempunyai nilai dan belum
disajikan dalam laporan keuangan. (BPK
RI Perwakilan KALBAR), (Bambang,
2013).
TINJAUAN PUSTAKA
Teori keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (Agency theory)
merupakan basis teori yang mendasari
praktik bisnis perusahaan yang dipakai
selama ini. Teori tersebut berakar dari
sinergi teori ekonomi, teori keputusan,
sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip
utama teori ini menyatakan adanya
hubungan kerja antara pihak yang
memberi wewenang (prinsipal) yaitu
investor dengan pihak yang menerima
wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam
bentuk kontrak kerja sama yang disebut
“nexus of contract (Subaweh, 2008).
Teori keagenan di pemerintah
daerah mulai dipraktekan terutama sejak,
diberlakukannya otonomi daerah sejak
tahun 1999. Penerapan teori keagenan ini
dapat di telaah dari dua persepektif yaitu
hubungan antara eksekutif dan legislatif,
dan legislatif dengan rakyat, yang
implikasinya dapat berupa hal positif
dalam bentuk efisiensi, namun lebih
banyak yang berupa hal negatif berupa
perilaku opportunistic (Subaweh, 2008).
Hal tersebut terjadi karena pihak agen
memiliki keunggulan berupa informasi
keuangan daripada pihak prinsipal,
sedangkan dari pihak prinsipal boleh jadi
memanfaatkan kepentingan pribadi (self
interest) karena memiliki keunggulan
kekuasaan. Masalah keagenan muncul
ketika eksekutif cenderung
memaksimalkan self interst-nya yang
dimulai dari proses penganggaran,
pembuatan keputusan sampai dengan
menyajikan laporan keuangan yang
sewajar-wajarnya untuk memperlihatkan
bahwa kinerja mereka selama ini telah
baik, selain itu juga untuk mengamankan
posisinya di mata legislatif dan rakyat.
Hubungan antara teori keagenan
dengan penelitian ini adalah pemerintah
yang bertindak sebagai agen (pengelola
pemerintahan) yang harus menetapkan
strategi tertentu agar dapat memberikan
pelayanan terbaik untuk publik sebagai
pihak prinsipal. Pihak prinsipal tentu
menginginkan hasil kinerja yang baik
Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari 2016 154
dari agen dan kinerja tersebut salah
satunya dapat dilihat dari laporan
keuangan dan pelayanan yang baik,
sedangkan bagaimana laporan keuangan
dan pelayanan yang baik tergantung dari
strategi yang diterapkan oleh pihak
pemerintah. Apabila kinerja
pemerintahan baik, maka masyarakat
akan mempercayai pemerintah.
Kesimpulannya pemilihan strategi akan
berpengaruh terhadap kepercayaan
masyarakat sebagai pihak prinsipal
terhadap pemerintah sebagai agen.
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian dan Definisi
Operasional
a. Variabel Terikat (dependent
variable)
Variabel terikat merupakan variabel
yang menjadi perhatian utama
peneliti. Melalui analisis terhadap
variabel terikat adalah mungkin
untuk menemukan jawaban atas
suatu masalah (Sekaran, 2009).
Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah
Kualitas Laporan Keuangan (Y).
Laporan keuangan yang berkualitas
menunjukkan bahwa Kepala Daerah
bertanggungjawab sesuai dengan
wewenang yang dilimpahkan
kepadanya dalam pelaksanaan
tanggung jawab mengelola
organisasi
b. Variabel bebas (independent
variable)
Variabel bebas adalah variabel yang
dapat mempengaruhi variabel terikat
sacara positif atau negatif (Sekaran,
2009). Variabel independen dalam
penelitian ini adalah:
1) Pembukuan (X1)
Menurut penjelasan Permendagri
No. 17 Tahun 2007 disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan
pembukuan adalah proses
pencatatan barang milik daerah
kedalam daftar barang pengguna
dan kedalam kartu inventaris
barang serta dalam daftar barang
milik daerah. Pengguna/kuasa
pengguna barang wajib
melakukan pendaftaran dan
pencatatan barang milik daerah
ke dalam Daftar Barang
Pengguna (DBP)/Daftar Barang
Kuasa Pengguna (DBKP).
2). Inventaris (X2)
Inventarisasi merupakan kegiatan
atau tindakan untuk melakukan
perhitungan,pengurusan,
penyelenggaraan, pengaturan,
Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari 2016 155
pencatatan data dan pelaporan
barang milik daerah dalam unit
pemakaian.
3). Pelaporan (X3)
Dalam Permendagri No. 17
Tahun 2007 disebutkan bahwa
pelaporan barang milik daerah
yang dilakukan pengguna barang
disampaikan setiap semesteran,
tahunan dan 5 (lima) tahunan
kepada pengelola. Yang
dimaksud dengan pelaporan
adalah proses penyusunan
laporan barang semester dan
setiap tahun setelah dilakukan
inventarisasi dan pencatatan.
Pengguna menyampaikan laporan
pengguna barang semesteran,
tahunan, dan 5 (lima) tahunan
kepada Kepala Daerah melalui
pengelola. Sementara Pembantu
Pengelola menghimpun seluruh
laporan pengguna barang
semesteran, tahunan dan 5 (lima)
tahunan dari masing-masing
SKPD, jumlah maupun nilai serta
dibuat rekapitulasinya.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer. Sumber
data primer diperoleh dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang
telah terstruktur dengan tujuan untuk
mengumpulkan informasi yang
mencakup dinas di Kabupaten Kubu
Raya sebagai responden dalam penelitian
ini.
Teknik Analisis Data
Analisis yang dilakukan dengan
menggunakan metode statistika akan
tergantung pada skala pengukuran
variabel, karena beberapa prosedur
analisis tertentu hanya akan cocok untuk
skala pengukuran variabel.
Uji Validitas Instrumen
Di dalam uji validitas ini penulis mencari
harga korelasi antara bagian-bagian dari
alat ukur secara keseluruhan dengan
menggunakan rumus Pearson Product
Moment Adapun rumusnya adalah:
r =
n X2- (X)2n Y
2-(Y)
2
dimana,
r = Koofesien korelasi
n = Banyaknya pasangan renk
X = Jumlah Skor item
Y = Jumlah Skor Total
Dasar pengambilan keputusan untuk
menentukan item atau pertanyaan mana
yang memiliki validitas yang memadai
ditetapkan patokan besaran koefisien
item total koreksi sebesar 0,25 atau 0,30
Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari 2016 156
sebagai batas minimal valid tidaknya
sebuah item.
Uji reliabilitas
Teknik dari Cronbach digunakan untuk
mencari reliabilitas instrumen yang
skornya bukan 0-1, tetapi merupakan
rentangan antara beberapa nilai,
misalnya 0-10 atau 0-100, atau bentuk
skala 1-3, 1-5, atau 1 7, dan seterusnya
dapat menggunakan koefisien alpha ( )
dari Cronbach. Rumus ini ditulis sebagai
berikut:
-1 1-k
k r
2
2
b
Keterangan:
r = reliabilitas instrumen
k = jumlah butir
pertanyaan 2
b = jumlah varians butir 2
t = varians total
Dimana 2 diperoleh dengan
rumus:
n
)(x
22
2 n
x
Keterangan: 2 = varians total
n = Jumlah responden
x = Nilai skor yang dipilih
(total nilai dari nomor-
nomor butir
pertanyaan)
Dengan degree of freedom (df)
= (n-2) dan α = 0,05
Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan analisis Regresi
Linier Berganda, terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi klasik. Kondisi
tersebut akan terjadi apabila memenuhi
beberapa asumsi klasik yang digunakan
yaitu:
a. Uji Normalitas
Salah satu cara untuk menguji
kenormalan adalah dengan
menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov terhadap nilai standar
residual hasil persamaan regresi.
Bila uji One Sample Kolmogorov
Smirnov Test lebih besar dari tingkat
signifikan yang digunakan (α =
0,05), maka ditribusi data menyebar
dengan normal dan sebaliknya.
b. Uji Multikolinearitas
Alat statistik yang sering digunakan
untuk menguji gangguan
multikolinearitas salah satunya
adalah dengan nilai toleransi atau
nilai VIF (Variance Inflation
Factor) digunakan untuk
mendeteksi adanya
multikolinearitas. Batas tolerance
value adalah > 0,10 dan VIF < 10
(Suliyanto, 2011:90). Jika tolerance
value dibawah 0,10 atau nilai VIF di
atas 10 maka dapat dipastikan telah
terjadi multikolinearitas. Untuk itu
Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari 2016 157
ada alternatif cara untuk mengatasi
masalah multikolmearitas adalah
sebagai berikut:
1) Mengganti atau
mengeluarkan variabel
yang mempunyai korelasi
tinggi.
2) Menambah jumlah
observasi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Dalam penelitian ini digunakan uji
Gleyser untuk mendeteksi adanya
gejala heteroskedastisitas, dengan
cara meregresikan nilai absolute
residual terhadap variabel
independen dengan persamaan
regresi (Ghozali, 2009):
Ut = α + X2 + Vt
Keterangan:
|Ut| = nilai mutlak residual
Ut = Y-y
= koefisien regresi
variabel bebas ke-i
Vt = kesalahan pengganggu
Jika nilai probabilitasnya lebih
besar dari nilai alphanya (0,05)
atau apabila nilai sig > (α =
0,05) maka dapat dipastikan
model tidak mengandung unsur
heteroskedastisitas.
Penetapan Hipotesis
Persamaan regresi untuk menguji
hipotesis ini adalah:
Y=a+b1 X1 + b 2 X2 + b2 X3 + e
Sumber: Umar (2008: 117)
Keterangan: Y = Kualitas Laporan
Keuangan
X1= Pembukuan
X2= Inventaris
X3= Pelaporan
a = Intersep
b = Koefisiensi Regresi
Koefisien Determinasi (R2 )
Semakin tinggi nilai koefisien
determinasi (R2) berarti semakin tinggi
kemampuan variabel independent dalam
menjelaskan variasi perubahan terhadap
variabel dependent. Dianjurkan untuk
menggunakan adjusted R2 karena nilai
ini tidak akan naik/turun meskipun
terdapat penambahan variabel
independen dalam model.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis Data
1. Uji Kualitas Data
Kriteria pengujian adalah
dengan membandingkan nilai
korelasi product moment dengan
nilai kritik r tabel dengan tingkat
kepercayaan 95 persen atau α = 0,05.
Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari 2016 158
Tabel 1
Hasil Uji Validitas Kuesioner
Variabel pembukuan mempunyai
kisaran korelasi antara 0,780 sampai
dengan 0,811 dan signifikan pada tingkat
0,01 menunjukkan bahwa pertanyaan-
pertanyaan tentang mengukur
pembukuan dapat dikatakan valid.
Demikian juga variabel inventaris
berada pada kisaran korelasi 0,776
sampai 0,816 dan signifikan pada tingkat
0,01 mengindikasikan masing-masing
indikator pertanyaan sudah valid.
Untuk variabel pelaporan
mempunyai kisaran teoritis antara 0,796
sampai dengan 0,854 dan signifikan pada
tingkat 0,01 hal ini menunjukkan
masing-masing indikator pertanyaan
adalah valid. Sedangkan variabel
kualitas laporan keuangan mempunyai
kisaran korelasi antara 0,772 sampai
0,854 dan signifikan pada tingkat 0,01
artinya pertanyaan-pertanyaan pada
variabel tersebut adalah valid. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa
pertanyaan-pertanyaan yang mengukur
konstruk pembukuan, inventaris,
pelaporan, kualitas laporan keuangan
adalah valid, artinya benar-benar
mengungkapkan hal yang diukur dalam
kuesioner.
2. Uji Reliabitas
Hasil secara lengkap uji reliabilitas
dapat dilihat pada tabel 7 berikut
ini :
Tabel 2
Hasil Pengujian Reliabilitas
No Variabel Kisaran
Korelasi Signifikansi Keterangan
1 Pembukuan 0.780**-0.811** 0.01 Valid
2 Inventaris 0.776**-0.816** 0.01 Valid
3 Pelaporan 0.796**-0.854** 0.01 Valid
4 Kualitas laporan keuangan 0.772**-0.854** 0.01 Valid
Sumber: Data diolah
No Variabel Nilai Cronbach
Alpha Keterangan
1 Pembukuan 0.733 Reliabel
2 Inventaris 0.729 Reliabel
3 Pelaporan 0.841 Reliabel
4 Kualitas laporan keuangan 0.970 Reliabel
Sumber: Data diolah,
Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari 2016 159
Berdasarkan hasil uji reabilitas
diketahui bahwa semua variable
berada di atas nilai cronbach alpha
>0,60 yang menyatakan bahwa
semua variabel penelitian adalah
reliabel.
3. Uji Asumsi Klasik
Yang terdiri dari uji normalitas, uji
multikolinieritas dengan
menggunakan Variance Inflation
Factors (VIF) dan uji
heteroskedastisitas dengan
menggunakan uji glayser antara
nilai prediksi variabel dependen
(ZPRED) dengan residuamya
(SRESID)
4. Uji Normalitas
Metode uji normalitas yang
digunakan adalah Kolmogorov
Smirnov. Hasil uji normalitas dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 100
Normal Parameters
a,,b
Mean .0000000
Std. Deviation 1.33243450
Most Extreme Differences
Absolute .101
Positive .062
Negative -.101
Kolmogorov-Smirnov Z 1.005
Asymp. Sig. (2-tailed) .265
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui
hasil uji normalitas semua variabel
berdistribusi normal yaitu nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan
semua variabel berdistribusi normal.
5. Uji Multikoleniaritas
Tabel 4
Hasil Uji Multikolinearitas
Berdasarkan hasil pengujian pada
tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai VIF
pada masing-masing variabel
berjumlah kurang dari 10 dan nilai
tolerance kurang dari 1, sehingga
dinyatakan semua variabel bebas dari
gejala multikolinieritas.
6. Uji Heteroskedastisitas
Berikut hasil uji heteroskedastisitas
menggunakan program SPSS
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.996 1.011 -.985 .327
total_pembukuan .169 .068 .059 2.496 .014 .668 1.498
total_inventaris -.034 .052 -.013 -.657 .513 .982 1.018
total_pelaporan 1.405 .035 .947 40.254 .000 .668 1.496
a. Dependent Variable: total_kualitasLK
Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari 2016 160
Tabel 5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Hasil pengujian menunjukkan
bahwa sig > alpha dengan alpha
0,05. Dengan demikian tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas pada
model ini.
Analisis Regresi Berganda
Berikut adalah hasil analisis
regresi linier berganda dengan Program
SPSS 17:
Tabel 6
Hasil estimasi regresi berganda pembukuan, inventaris
dan pelaporan terhadap kualitas laporan keuangan
Sumber : Data primer yang diolah
Dari table 11 dapat dibuat
persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut:
Y =-0,996 + 0,169X1 -
0,34X2 + 1,405X3 +
Dari persamaan tersebut dapat
dijelaskan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Nilai konstanta sebesar – 0.996
yang berarti bila pembukuan,
inventaris, pelaporan, sama
dengan nol, maka kualitas
laporan keuangan sebesar -0.996
2. Koefisien X1 sebesar 0,169
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.334 1.011 -.330 .742
total_pembukuan -.017 .067 -.032 -.260 .796 .677 1.477
total_inventaris -.053 .052 -.104 -1.020 .310 .983 1.018
total_pelaporan .039 .035 .138 1.121 .265 .678 1.474
a. Dependent Variable: AbsUt
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.996 1.011 -.985 .327
total_pembukuan .169 .068 .059 2.496 .014
total_inventaris -.034 .052 -.013 -.657 .513
total_pelaporan 1.405 .035 .947 40.254 .000
a. Dependent Variable: total_kualitasLK
Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari 2016 161
berarti variabel pembukuan
mempunyai hubungan yang
positif dengan variabel kualitas
laporan keuangan, hal ini
menunjukkan bahwa naiknya
variabel pembukuan akan
menaikkan variabel kualitas
laporan keuangan. Jika terjadi
kenaikan variabel pembukuan
sebesar 1%, maka akan
menaikkan variabel kualitas
laporan keuangan daerah sebesar
16,9 persen, dengan asumsi
bahwa variabel lain tetap pada
tingkat kepercayaan 95 persen.
3. Koefisien X2 sebesar -0,34
berarti variabel inventaris
mempunyai hubungan negative
dengan variabel kualitas laporan
keuangan, hal ini menunjukkan
bahwa turunya variabel inventaris
akan menurunkan variabel
kualitas laporan keuangan. Jika
terjadi penurunan variabel
inventaris sebesar 1%, maka
akan menurunkan variabel
kualitas laporan keuangan
sebesar 34 persen, dengan asumsi
bahwa variabel lain tetap pada
tingkat kepercayaan 95 persen.
4. Koefisien X3 sebesar 1,405
berarti variabel pelaporan
mempunyai hubungan yang
positif dengan variabel kualitas
laporan keuangan, hal ini
menunjukkan bahwa naiknya
variabel pelaporan akan
menaikkan variabel kualitas
laporan keuangan. Jika terjadi
kenaikan variabel pembukuan
sebesar 1%, maka akan
menaikkan variabel kualitas
laporan keuangan sebesar 14,5
persen, dengan asumsi bahwa
variabel lain tetap pada tingkat
kepercayaan 95 persen.
Koefisien Determinasi (R2)
Tabel. 7
Koefisien Determinasi Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .982a .964 .963 1.353
a. Predictors: (Constant), total_pelaporan, total_inventaris, total_pembukuan
Dan hasil perhitungan regresi linear
berganda di peroleh nilai Adjusted R
Square sebesar 0,963. Hasil ini yang
Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari 2016 162
menunjukkan bahwa 96,3 % variasi
perubahan pada variabel kualitas laporan
keuangan (Y) dipengaruhi oleh variabel-
variabel pembukuan (X1), inventaris
(X2), dan pelaporan (X3), sedangkan
3,7% lainya dipengaruhi oleh variabel
atau faktor lain diluar penelitian ini.
Pengujian Hipotesis
a. Uji F
Dari hasil perhitungan dengan
tingkat keyakinan sebesar 95 persen
atau α = 0,05 diperoleh nilai Ftabel
sebesar 2,719, sedangkan nilai Fhitung
sebesar 869,351. Berikut tabel hasil
output dengan uji F
Tabel 8 ANOVA
b
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 4774.987 3 1591.662 869.351 .000a
Residual 175.763 96 1.831
Total 4950.750 99
a. Predictors: (Constant), total_pelaporan, total_inventaris, total_pembukuan
b. Dependent Variable: total_kualitasLK
Dalam kurva dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut:
Gambar 1. Kurva uji F
Hal tersebut menunjukkan bahwa
nilai Fhitung > nilai Ftabel atau berada
pada daerah penolakan H0, sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel
pembukuan, inventaris dan
pelaporan secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan. Sehingga hipotesis
pertama yang menyatakan
pembukuan, inventaris dan
pelaporan secara simultan
Daerah
penerimaan
H0
Daerah penolakan
H0
2,719 869,3
51
Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari 2016 163
berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan, diterima.
b. Uji t
Dari hasil analisis dengan
menggunakan tingkat kesalahan (α)
= 0,05 diketahui nilai t tabel sebesar
1,990. Berikut hasil output SPSS
Dari hasil perhitungan diperoleh
nilai t hitung seperti yang terlihat pada
gambar 3 berikut ini:
Gambar 2. Kurva Uji t
Berdasarkan gambar dapat dijelaskan
pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen
sebagai berikut:
1) Pengaruh pembukuan terhadap
kualitas laporan keuangan
Berdasarkan gambar 3 diketahui nilai
t hitung variabel pembukuan sebesar
2,469. Dengan menggunakan α =
0,05 diperoleh nilai t tabel sebesar
1,990. Dari hasil tersebut dapat dilihat
bahwa nilai t hitung > nilai t tabel. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel
pembukuan berpengaruh positif
Tabel 9 Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.996 1.011 -.985 .327
total_pembukuan .169 .068 .059 2.496 .014
total_inventaris -.034 .052 -.013 -.657 .513
total_pelaporan 1.405 .035 .947 40.254 .000
a. Dependent Variable: total_kualitasLK
tX3 = 2,496
tX2 = -0,657 tX3 = 40,254
Penerimaan H0
Penolakan H0
t tabel = 1,990 t tabel = -1,990
0
Penolakan H0
Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari 2016 164
signifikan terhadap variabel laporan
keuangan, sehingga hipotesis yang
menyatakan bahwa pembukuna secara
parsial berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan,
diterima.
2) Pengaruh inventaris terhadap kualitas
laporan keuangan
Berdasarkan gambar 2 diketahui nilai
t hitung variabel inventaris sebesar -
0,657. Dengan menggunakan α =
0,05 diperoleh nilai t tabel sebesar
1,990. Dari hasil tersebut dapat dilihat
bahwa nilai t hitung < nilai t tabel- . Hal
ini menunjukkan bahwa variabel
inventaris tidak berpengaruh
terhadap variabel kualitas laporan
keuangan, sehingga hipotesis yang
menyatakan bahwa inventaris secara
parsial berpengaruh signifikan
terhadap laporan keuangan, ditolak.
3) Pengaruh pelaporan terhadap kualitas
laporan keuangan
Berdasarkan gambar 2 diketahui nilai
t hitung pelaporan 40, 254. Dengan
menggunakan α = 0,05 diperoleh nilai
t tabel sebesar 1,990. Dari hasil tersebut
dapat dilihat bahwa nilai t hitung > nilai
t tabel. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel pelaporan berpengaruh
positif terhadap variabel kualitas
laporan keuangan, sehingga hipotesis
yang menyatakan bahwa pelaporan
secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan,
diterima.
Pembahasan
1. Pembukuan, Inventaris dan
Pelaporan secara Simultan
berpengaruh terhadap Kualitas
laporan keuangan
Dari hasil perhitungan dengan
tingkat keyakinan sebesar 95 persen
atau α = 0,05 diperoleh nilai Ftabel
sebesar 2,719, sedangkan nilai Fhitung
sebesar 869,351. Jadi Fhitung > Ftabel,
dengan demikian maka Pembukuan,
Inventaris dan Pelaporan secara
Simultan berpengaruh terhadap
Kualitas laporan keuangan
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dengan menyajikan
pembukuan pencatatan barang milik
daerah kedalam daftar barang
pengguna dan kedalam kartu
inventaris barang serta dalam daftar
barang milik daerah akan
memberikan kemudahan akses, dan
bagi para pengguna/kuasa pengguna
barang yang melakukan pendaftaran
dan pencatatan barang milik daerah
ke dalam Daftar Barang Pengguna
Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari 2016 165
(DBP)/Daftar Barang Kuasa
Pengguna (DBKP) sehingga akan
mampu meningkatkan kualitas
laporan keuangan. Pembukuan,
inventaris, pelaporan secara
simultan berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan. Variabel-
variabel tersebut diatas penting
untuk diperhatikan mengingat
transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan keuangan daerah yang
diindikasikan melalui seberapa
pentingnya kualitas laporan
keuangan tersebut berimbas kepada
kepercayaan publik terhadap kinerja
pemerintah daerah
2. Pembukuan secara Parsial
berpengaruh signifikan terhadap
Kualitas laporan keuangan
Berdasarkan penelitian diketahui
nilai thitung variabel pembukuan
sebesar 2,469. Dengan
menggunakan α = 0,05 diperoleh
nilai ttabel sebesar 1,990. Dari hasil
tersebut dapat dilihat bahwa nilai
thitung > nilai ttabel. Dengan demikian
maka variabel pembukuan
berpengaruh positif signifikan
terhadap variabel kualitas laporan
keuangan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan
meningkatnya proses pembukuan
sesuai prosedur dan peraturan
Undang- Undang akan berimplikasi
terhadap peningkatan kualitas
laporan keuangan.
Pada penelitian ini pembukuan
berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan. Hal ini
sesuai dengan teori keagenan,
dimana pemerintah yang bertindak
sebagai agen yang harus
menetapkan strategi tertentu agar
dapat memberikan pelayanan yang
terbaik untuk publik secara
prinsipal. Jadi, tanggungjawab yang
ditunjukan pemerintah daerah
adalah dengan cara menetapkan
prosedur dan Undang-Undang
pembukuan Permendagri No. 17
Tahun 2007 dimana
Pengguna/kuasa pengguna barang
wajib melakukan pendaftaran dan
pencatatan barang milik daerah ke
dalam Daftar Barang Pengguna
(DBP)/Daftar Barang Kuasa
Pengguna (DBKP) sesuai dengan
apa yang terjadi, dan dapat
dipertanggungjawabkan
kebenarannya secara lengkap dan
wajar. Oleh karena itu pemerintah
daerah akan berusaha menunjukan
Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari 2016 166
bahwa kinerja mereka selama ini
baik dan akuntabel dalam
pengelolaan keuangan daerah.
3. Inventaris secara Parsial
berpengaruh signifikan terhadap
Kualitas laporan keuangan
Berdasarkan nilai t hitung variabel
inventaris sebesar -0,657. Dengan
menggunakan α = 0,05 diperoleh
nilai t tabel sebesar 1,990. Dari hasil
tersebut dapat dilihat bahwa nilai t
hitung < nilai t tabel- Hal ini
menunjukkan bahwa variabel
inventaris tidak berpengaruh
terhadap variabel kualitas laporan
keuangan, sehingga hipotesis yang
menyatakan bahwa inventaris secara
parsial berpengaruh signifikan
terhadap laporan keuangan, ditolak.
Inventaris merupakan merupakan
kegiatan atau tindakan untuk
melakukan perhitungan,pengurusan,
penyelenggaraan, pengaturan,
pencatatan data dan pelaporan
barang milik daerah dalam unit
pemakaian. Dalam kenyataannya di
lingkungan pemda, factor inventaris
tidak cukup menunjang penyajian
kualitas laporan keuangan hal ini
dikarenakan factor inventaris sudah
cukup terakomodir oleh factor
pembukuan yang merinci lebih jelas
standard dan prosedur pencatatan,
sehingga para pegawai tidak
menganggap factor invetaris
merupakan factor yang krusial.
4. Pelaporan secara Parsial
berpengaruh signifikan terhadap
Kualitas laporan keuangan
Berdasarkan nilai t hitung pelaporan
40, 254. Dengan menggunakan α =
0,05 diperoleh nilai t tabel sebesar
1,990. Dari hasil tersebut dapat
dilihat bahwa nilai t hitung > nilai t
tabel. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel pelaporan berpengaruh
positif terhadap variabel kualitas
laporan keuangan.
Dalam Permendagri No. 17 Tahun
2007 disebutkan bahwa pelaporan
barang milik daerah yang dilakukan
pengguna barang disampaikan setiap
semesteran, tahunan dan 5 (lima)
tahunan kepada pengelola. Hal
tersebut perlu diperhatikan oleh
pemerintah daerah termasuk
kabupaten Kubu Raya dalam
menyajikan laporan keuangan
daerah sehingga hasilnya akan
mudah dipahami oleh para pengguna
informasi.
Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari 2016 167
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan mengenai pengaruh
pembukuan, inventaris dan pelaporan
terhadap kualitas laporan keuangan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pembukuan, imventaris dan pelaporan
secara simultan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan dengan nilai F
hitung sebesar 869,351. Nilai positif
ini menunjukkan bahwa dengan
menyajikan pembukuan pencatatan
barang milik daerah kedalam daftar
barang pengguna dan kedalam kartu
inventaris. barang serta dalam daftar
barang milik daerah akan
memberikan kemudahan akses bagi
para pengguna/kuasa pengguna
barang yang melakukan pendaftaran
dan pencatatan barang milik daerah
ke dalam Daftar Barang Pengguna
(DBP)/Daftar Barang Kuasa
Pengguna (DBKP) , kemudahan
akses ini secara langsung akan
membantu meningkatkan kualitas
laporan keuangan.
2. Variabel pembukuan secara parsial
berpengaruh positif signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan,
dengan nilai t hitung sebesar 2,469.
Nilai positif tersebut menunjukkan
bahwa bahwa dengan meningkatnya
proses pembukuan sesuai prosedur
dan peraturan Undang- Undang akan
berimplikasi terhadap peningkatan
kualitas laporan keuangan
3. Variabel inventaris secara parsial
berpengaruh negatif terhadap kualitas
laporan keuangan dengan nilai t
hitung negatif sebesar -0,657. Nilai
negatif ini bermakna bahwa faktor
inventaris tidak cukup menunjang
penyajian kualitas laporan keuangan
hal ini dikarenakan faktor inventaris
sudah cukup terakomodir oleh faktor
pembukuan yang merinci lebih jelas
standard dan prosedur pencatatan,
sehingga para pegawai tidak
menganggap faktor invetaris
merupakan faktor yang krusial.
4. Variabel pelaporan parsial
berpengaruh positif signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan,
dengan nilai t hitung sebesar 40, 254.
Hal ini menunjukkan makna di
lingkungan pemerintahan bahwa
proses penyusunan laporan barang
semester dan setiap tahun setelah
dilakukan inventarisasi dan
pencatatan dalam laporan keuangan
Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari 2016 168
akan membantu untuk melakukan
analisis-analisis yang berhubungan
dengan kinerja pemerintah daerah,
sebaliknya apabila pelaporan tidak
dilakukan setiap semester dan tahun,
maka cenderung akan mengurangi
kualitas informasi laporan keuangan
yang disajikan.
Saran
Adapun Saran dari penelitian ini antara
lain adalah:
1. Penilaian informasi keuangan yang
efektif dapat dibangun melalui
pembukuan sesuai dengan peraturan
yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
2. Pemerintah Daerah Kabupaten Kubu
Raya hendaknya menyajikan laporan
keuangan daerah secara lengkap dan
jelas sesuai standar akuntansi
pemerintah sehingga memudahkan
para pengguna informasi tersebut
dalam menerjemahkan dan
memahami segala sesuatu yang
terdapat dalam laporan keuangan
daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes Sukrisno. 2008. Auditing
Pemeriksaan oleh Kantor
Akuntan Publik Jilid satu.
Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Adisti, Dita. 2013. Pengaruh
Penyajian Laporan Keuangan
Daerah dan Aksesibilitas
Laporan Keuangan Daerah
terhadap Penggunaan Informasi
Keuangan Daerah. Jurnal
Akuntansi. Universitas Siliwangi.
Bandariy, Himmah. 2011. Pengaruh
Penyajian Laporan Keuangan
Daerah dan Aksesibilitas
Laporan Keuangan terhadap
Penggunaan Informasi Keuangan
Daerah. Skripsi. Semarang :
UNDIP.
Belkaouli, Ahmed Riahi. 2001. Teori
Akuntansi, Salemba Empat,
Jakarta.
Cahyadi, Dwi. 2009. Pengaruh Tingkat
Pendidikan, Masa Kerja,
Pelatihan, dan Posisi di
Pemerintahan Terhadap
Pemahaman Laporan Keuangan
Daerah. Tesis. Semarang:
UNDIP.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program
SPSS. Cetakan ke IV. Semarang:
Badan Penerbit UNDIP..
Governmental Accounting Standard
Board. (1998). Governmental
Accounting and Financial
Reporting Standards. GASB,
Norwalk, Conn.
Husein Umar, 2003, Metodologi
Penelitian Untuk Skripsi dan
Tesis Bisnis, Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka.
Husein Umar, 2003, Metode Riset
Akuntansi Terapan, Jakarta :
Ghalia Indonesia, Cetakan
Pertama
Indriantoro, Nur dan Bambang
Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari 2016 169
Supomo. 2002. Metode
penelitian Bisnis. Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE.
Kawedar. Warsito dkk. 2008. Akuntansi
Sektor Publik Pendekatan
Penganggaran Daerah dan
Akuntansi Keuangan Daerah.
Semarang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
KH. Hilmah Fairoza. 2013. “Analisis
pelaksanaan penatausahaan dan
akuntansi
aset tetap pada DPKAD kota padang”.
Fak. Ekonomi Universitas
Padang.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor
Publik. Yogyakarya: Penerbit
Andi.
Mardiasmo. 2006. “Perwujudan
Transparansi dan Akuntabilitas
Publik Melalui Akuntansi Sektor
Publik”: Suatu Sarana Good
Governace. Jurnal Akuntansi
Pemerintahan Vol. 2, No.1, Met
2006.
Mifitri, Dewi, 2009. “ Pengaruh
Pengelolaan Barang Milik
Daerah Terhadap Pengamanan
Aset Daerah Pada Kabupaten
Langkat” , Skripsi, Medan: USU
Iman Mulyana, Dwi Suwandi, 2010.
Keputusan pembelian, WWW.
Dwi.mul.blogspot.com
Indriantoro, Supomo, 2002, Metodologi
Penelitian Bisnis untuk Akuntansi
dan Manajemen, Edisi Pertama,
BPFE, Yogyakarta.
Mulyana. Budi. 2006. “Pengaruh
Penyajian Neraca Daerah dan
Aksesibilitas Laporan Keuangan
terhadap Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Daerah”. Jurnal
Akuntansi Pemerintah Vol. 2
Nordiawan, Deddi. 2010. Akuntansi
Sektor Publik. Jakarta: Salemba
Empat.
Priest, A. N. (1999). User of Local
Government Annual Reports:
Information Preferences.
Accounting, Accountability and
Performance, Vol. 5, No. 3, pp,
49-62.
Putri Ayu Rizqi Rengganis. (2010).
“Hubungan Penerapan Enterprise
Resource Planning (ERP)dengan
Efektifitas Pengendalian Intern
Gaji”. Skripsi Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia
Republik Indonesia, Undang-undang
No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara.
Republik Indonesia, Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah
Republik Indonesia. 2005. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia.
Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Republik Indonesia. 2006. Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Republik Indonesia. 2007 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 59
Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Republik Indonesia. 2010. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan.
Rohman, Abdul. 2009. Pengaruh
Implementasi Sistem Akuntansi,
Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1, Januari 2016 170
Pengelolaan Keuangan Daerah
terhadap Fungsi Pengawasan
dan Kinerja Pemerintah Daerah.
Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Vol.
9 No.1. Universitas Diponegoro
Semarang.
Safitri, Rama Amalia. 2009. Pengaruh
Penyajian Laporan Keuangan
Daerah dan Aksesibilitas
Laporan Keuangan terhadap
Penggunaan Informasi Keuangan
Daerah. Skripsi. Semarang :
UNDIP
Saputra, Ardi Rahmawan. 2012. Kajian
Penggunaan Informasi Keuangan
Daerah. Accounting Analysis
Journal. Universitas Negeri
Semarang.
Sekaran, Uma. 2009. Metodologi
Penelitian untuk Bisnis. Jakarta :
Salemba Empat.
Steccolini, Ileana. 2002. “Local
Government Annual Report: an
Accountability Medium?”.
EIASM Conference on
Accounting and Auditing in
Public Sector Performs, Durbin,
September 2002.
Subaweh, Imam. (2008). Agency Theory
dalam Pemerintahan Daerah.
http://www.google.com. Diakses
tanggal 14 Januari 2014.
Sudjana. 2005. Metode Statistik.
Bandung.Tarsito
Sugiama, A. Gima (2013), Manajemen
Aset Pariwiasata : Pelayanan
Berkualitas agar
Wisatawan Puas dan Loyal,
Guardaya Intimarta, Bandung
Sugiyono. 2007. Statistik untuk
Penelitian. Bandung: Alfa Beta.
Sugiyono .2010. MetodePenelitian
Kuantitatif Kualitatif & RND.
Bandung. Alfabeta
Sujana, Edy. 2002. “User’s of Public
Sector Financial Reporting of
Local Governance”. Jurnal
Keuangan Sektor Publik Vol.3.
Suliyanto. 2005. Analisis Data dan
Aplikasi Pemasaran. Ghalia
Indonesia. Bogor.
------------. 2011. Ekonometrika
Terapan: Teori & Aplikasi
dengan SPSS. Yogyakarta: Andi.
Ulum, Diyaul. (2004). Akuntansi Sektor
Publik: Sebuah Pengantar,
Malang: Umar, Husein. 1999.
Metoda Penelitian untuk Skripsi
dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT
Raja Grafindo. UMM Press.
Umar, Husein. 1999. Metode Penelitian
untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.
Jakarta: PT Raja Grafindo.
Yusuf, M. (2010), 8 Langkah
Pengelolaan aset Daerah Menuju
Pengelolaan Keuangan Daerah
Terbaik, Salemba Empat, Jakarta