Analisis Pengaruh Pemodelan dan Eksentrisitas Pelat Buhul ...
Transcript of Analisis Pengaruh Pemodelan dan Eksentrisitas Pelat Buhul ...
Analisis Pengaruh Pemodelan dan Eksentrisitas Pelat Buhul pada Sambungan Sendi Bangunan Struktur Baja
Martin Ulpan
DepartemenTeknik Sipil, Universitas Indonesia, Depok 16424
Email: [email protected]
Abstrak
Pemodelan sambungan sendi pada analisis struktur baja biasanya disederhanakan dengan hanya melakukan release moment. Sedangkan keberadaan pelat buhul (gusset plate) dan eksentrisitasnya diabaikan. Pada penelitian ini dikaji pengaruh gusset plate pada respon struktur ketika komponen tersebut dimodelkan dan eksentrisitasnya diperhitungkan. Kemudian, analisis dilakukan dengan 3 macam pemodelan. Pertama, sambungan sendi dimodelkan dengan release moment. Kedua, gusset plate dan baut (untuk memunculkan efek eksentrisitasnya) pada sambungan sendi dimodelkan sebagai frame. Terakhir, sama dengan pemodelan kedua namun sebagai elemen shell. Variasi pembebanan yang dilakukan selain pada kondisi ideal juga terhadap adanya eksentrisitas pembebanan, faktor kejut, dan beban gempa. Untuk studi kasusnya yaitu pada bangunan struktur baja pabrik butadiene yang menahan sebuah mesin kondensor. Hasilnya, terjadi kenaikan nilai rasio tegangan dan rasio puntir yang cukup signifikan pada pemodelan kedua dan ketiga. Bahkan banyak sambungan sendi yang menjadi gagal terutama pada sambungan yang dekat dengan lokasi beban besar.
Analysis The Effect of Gusset Plate’s Modeling and Eccentricity on The Shear Connection of Steel Structur Building
Abstract
Modeling shear connection on steel structure analysis, commonly simplified by doing release moment. While the existence of gusset plate and its eccentricity were ignored. This study was examined the effect of gusset plate on structure response when its component was modeled and the eccentiricity was considered. Then, the analysis was done with 3 kinds of modeling. Firstly, the shear connection was modeled by releasing moment. Secondly, gusset plate and bolt (to appear its eccentricity) on the shear connnection were modeled as frame. The last, similar with second modeling, but as shell elemesnt. Loading variations that were assigned beside in ideal condition, also toward the loading eccentricity, impact factor, and seismic load. The case study was taken at steel structure building of butadiene factory that hold a condensor machine. As the result, the stress ratio and torsion ratio increased significantly at second and third modeling. Even, many shear connections were being failure especially in connection that close to the big loading.
Keywords : Eccentricity; Gusset Plate; Shear Connection Pendahuluan
Suatu pabrik butadiene dibangun untuk menempatkan sebuah mesin kondensor dengan
ditopang oleh 4 buah penyangga pada elevasi +26400. Beberapa hari setelah mesin diinstalasi,
terjadi deformasi pada beberapa sambungan sendi. Sambungan sendinya berupa single plate
dimana posisi dari pelat buhul terhadap web balok yang disambung tidak simetris sehingga
menimbulkan eksentrisitas pada sambungannya. Dugaan awal terjadinya deformasi tersebut
Analisis pengaruh..., Martin Ulpan, FT UI, 2013.
yaitu adanya pengaruh eksentrisitas tersebut. Melalui penelitian ini, akan dikaji pengaruh
eksentrisitas pada sambungan sendi dengan cara memodelkan pelat buhul (gusset plate) pada
struktur.
Gambar 1. Lokasi mesin diletakkan (kiri) dan deformasi yang terjadi (kanan) Landasan Teori Sambungan sendi harus dapat berubah bentuk agar memberikan rotasi yang diperlukan pada
sambungan. Sambungan tidak boleh mengakibatkan momen lentur terhadap komponen
struktur yang disambung. Detail sambungan harus mempunyai kemampuan rotasi yang
cukup. Sambungan harus dapat memikul gaya reaksi yang bekerja pada eksentrisitas yang
sesuai dengan detail sambungannya. (Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan,
SNI 03–172–2002).
Sambungan eksentrik yaitu dimana resultan beban yang bekerja tidak melintasi titik pusat
gravitasi pada baut atau las. Jika sambungan mempunyai bidang yang simetris, centroid dari
area alat pengunci atau las dapat digunakan sebagai titik referensi, dan jarak vertikal dari garis
kerja beban ke centroid disebut sebagai eksentrisitas. (William T. Segui, 2007).
Metode Penelitian Dan Pemodelan Alur berpikir dan bagaimana penelitian ini dilakukan lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
2. Struktur yang ingin dimodelkan yaitu struktur bangunan butadien extraction plant dengan
tinggi 33,1 m. Untuk lokasi struktur dimana lokasi mesin berada dan gusset plate
berdeformasi yaitu pada elevasi +26400. Pemodelan yang akan dilakukan yaitu dengan
menghitung eksentrisitasnya dan yang tidak.
Analisis pengaruh..., Martin Ulpan, FT UI, 2013.
Gambar 2. Alur Berpikir
Identifikasi Struktur
Tabel 1. Properti material dan dimensi komponen
Tanda Profil Ukuran (mm) Mutu
Balok
G92,G95 GRE40 H 400x200x8x13
SS400
= 400 Mpa = 240 Mpa
G94,G93 GS588 H 588x300x12x20 B75,B76 BS194 H 194x150x6x9
B80,B81,B79,B83,B78,B84 BS350 H 350x350x12x19 B77,B82 BS588 H 588x300x12x20
Kolom C32,C36 C400 H 400x400x13x21 P13,P16 P300 H 300x300x10x15
Gusset plate
GP2, GP3, GP4 200 x 12 GP18, GP161,GP166 440 x 12
GP168,GP176 140 x 10 Bresing HB23,HB29 HVL97 L90x90x7
Baut 20 A325 Skematika Penahan gaya lateral arah Y (sumbu kuat) bangunan ini berupa sambungan kaku. Sedangkan
arah X (sumbu lemah) berupa bresing. Oleh karena itu sambungan arah X diperbolehkan
sambungan sendi . Bentuk sambungan sendinya yaitu single plate dimana posisi gusset plate
dan web balok tidak simetris. Kemudian konfigurasi membernya juga tidak simetris, dimana
letak posisi balok tidak saling simetris terhadap titik tengah mesin diletakkan, seperti antara
B77 dengan B82, B81 dengan B80, dan G933 dengan G94.
Analisis pengaruh..., Martin Ulpan, FT UI, 2013.
Gambar 3. Skematika balok dan gusset plate pada struktur lokasi mesin
Gambar 4. Sambungan sendi single plate (a) tampak potongan atas, (b) tampak samping.
Pembebanan • Beban mati : - Berat sendiri struktur, = 78,5 kN/m3
- Berat mesin ketika diam (empty weight) = 64470 kg
- Berat mesin ketika beroperasi (operational weight) = 87990 kg
- Beban Railing = 15 kg/m
- Beban Grating = 50 kg/m2
• Beban hidup : - Beban lantai untuk bangunan pabrik = 400 kN/m2
(a)
(b)
Analisis pengaruh..., Martin Ulpan, FT UI, 2013.
- Beban hidup pegangan pada railing = 0,75 kN/m
• Beban gempa : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan non gedung (RSNI 201x).
Modelisasi Struktur Modelisasi struktur menggunakan Structural Analysis Programme (SAP2000). Modelisasi
yang dilakukan yaitu keseluruhan bangunan struktur seperti terlihat pada gambar 4. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui perilaku struktur secara keseluruhan. Untuk modelisasi struktur
selanjutnya hanya pada bagian struktur yang ditinjau yaitu struktur pada elevasi +26400
dimana mesin berada. Bagian struktur tersebut akan dimodelkan ke dalam 3 tipe pemodelan
sebagai berikut:
Gambar 5. Pemodelan keseluruhan bangunan struktur Pemodelan 1
Pada pemodelan ini, sambungan sendi hanya dilakukan release moment. Sehingga tidak ada
pengaruh eksentrisitas sambungan yang terjadi karena gusset plate tidak dimodelkan. Untuk
mendapatkan nilai kekuatan gusset plate, dilakukan pemodelan gusset plate secara terpisah
dengan menggunakan SAP2000 dan pembebanan yang dilakukan berasal dari ouput gaya
dalam di titik lokasi sambungan.
EL +26400
Analisis pengaruh..., Martin Ulpan, FT UI, 2013.
Gambar 6. Pemodelan 1(kiri) dan gusset plate dimodelkan terpisah (kanan)
Pemodelan 2
Dari gambar struktur, gusset plate dibaut pada web balok yang ingin disambung dan dilas
pada ujung lainnya. Kemudian gusset plate dan juga baut dimodelkan sebagai elemen frame
dengan panjang baut yaitu jarak ½ tebal gusset plate ditambah ½ tebal web balok yang
disambung. Untuk gusset plate yang ujungnya dilas, maka dimodelkan sebagai sambungan
rigid sedangkan yang dibaut dimodelkan sebagai sambungan sendi. Untuk memberikan sifat
sebagai sambungan sendi, titik pertemuan baut dengan web beam dilakukan release moment.
Perlu diperhatikan pula bahwa pada bagian gusset plate yang berada di antara flange balok
akan menerima kekakuan dan inersia bahan dari flange tersebut dan akan dimodelkan sebagai
balok WF dengan tebal flange sama dengan tebal flange balok dimana gusset plate dilas.
Gambar 7. Pemodelan 2
Pemodelan 3
Analisis pengaruh..., Martin Ulpan, FT UI, 2013.
Untuk pemodelan yang terakhir, prinsipnya sama dengan pemodelan 2 dimana gusset plate
dan baut dimodelkan. Perbedaannya yaitu untuk elemen balok dimodelkan sebagai shell pada
bagian web nya sedangkan bagian flange dimodelkan sebagai frame. Kemudian pada bagian
web tersebut di-mesh sehingga area web terbagi ke dalam beberapa nodal. Gusset plate juga
dimodelkan serupa. Sedangkan untuk baut, dimodelkan sebagai frame dengan ujung baut
yang disambung dengan balok dilakukan release moment.
Gambar 8. Pemodelan 3
Simulasi Untuk variasi pembebanannya, dibagi ke dalam 3 macam kondisi. Pembebanan dengan kondisi ideal
Pembebanan tiap penopang sama besar yaitu 25% dari total beban mesin. Kondisi ini
secara praktik mustahil karena sangat sulit menempatkan mesin dengan zero impact dan
penempatan yang sempurna (kasus 1).
Pembebanan dengan adanya eksentrisitas.
Pada saat pemasangan mesin kondensor, beban yang bekerja pada keempat penopang tersebut
sulit untuk menjadi konsentris. Sehingga kasus ini dimodelkan dengan variasi 5% pada
setiap penopang, yaitu 5% eksentrisitas pada arah barat - timur (kasus 2) dan 5 % eksentrisitas
arah utara – selatan (kasus 3). Pembebanan dengan adanya faktor kejut
Pada saat instalasi mesin, beban yang dihasilkan bisa lebih besar dibandingkan beban saat
mesin dalam keadaan diam (empty weight) yang mana besarnya tergantung dari
pengoperasian dari mobil crane. Untuk kasus ini, dimodelkan dengan menganggap beban
Analisis pengaruh..., Martin Ulpan, FT UI, 2013.
yang bekerja bertambah 10 % dari berat mesin saat keadaan diam (empty weight) yang
ditopang. Nilai ini diperoleh berdasarkan expert judgement. Tabel 2. Eksentrisitas pembebanan
Beban Penopang
P = 64470 kg atau 87990 kg Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3
% P % P % P P1 25 20 30 P2 25 20 20 P3 25 30 20 P4 25 30 30
Gambar 9. Titik penopang mesin
Untuk simulasi yang dilakukan akan dibagi ke dalam dua tahapan konstruksi yaitu tahapan
instalasi dan operasional. Tahapan instalasi yaitu tahapan ketika mesin kondensor sedang
diletakkan pada tiap penopangnya dengan menggunakan crane. Sedangkan tahapan
operasional yaitu ketika mesin sudah selesai diinstalasi dan siap untuk dioperasikan.
Tabel 3. Simulasi
Tahapan konstruksi
Tipe pembebanan Beban Mesin Output Kombinasi
Beban Faktor kejut
Beban Gempa
Instalasi Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3
Empty weight Rasio Tegangan Metode
tegangan izin Ya Tidak
Displacement dan rasio puntir
Metode tegangan izin Ya Tidak
Operasional Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3
Empty Weight Rasio Tegangan Metode ultimit Tidak Tidak
Displacement dan rasio Puntir
Metode tegangan izin Tidak Tidak
Operational weight Rasio Tegangan Metode ultimit Tidak Ya
Analisis pengaruh..., Martin Ulpan, FT UI, 2013.
Displacement dan rasio Puntir
Metode tegangan izin Tidak Ya
Hasil dan Analisis • Periode getar, jumlah mode, dan gaya geser dasar.
• Member displacement
• Rasio tegangan dan gusset plate.
Batas izin = 0,95. Jika lebih dari itu, maka dianggap overstressed.
• Rasio Puntir
Batas izin nilai rasio puntir sebesar 1/250 atau 0,004. Periode getar dan jumlah mode
Dari ketiga pemodelan ternyata menghasilkan jumlah mode yang sama untuk mencapai
partisipasi massa sebesar 90% pada arah X, Y, dan torsi. Namun pada mode 1 bekerja mode
arah Y dan torsi secara bersamaan. Hal ini kurang baik pada struktur seandainya terjadi
gempa karena struktur akan mengalami puntir terlebih dahulu. Sedangkan nilai periode
getarnya, tidak terlalu berbeda jauh antara masing – masing pemodelan. Sehingga dari data
yang diperoleh ini dapat disimpulkan bahwa perilaku struktur secara keseluruhan setelah
dilakukan 3 pemodelan ini, tidak jauh berbeda.
Tabel 4. Partisipasi massa
Pemodelan Jumlah Mode
Partisipasi Massa Arah X Arah Y Torsi
Periode Mode % Periode Mode % Periode Mode % 1 11 0,45 3 73 0,783 1 67 0,783 1 77 2 11 0,451 2 72 0,803 1 68 0,803 1 76 3 11 0,501 2 66 0,833 1 66 0,833 1 75
Gaya geser dasar Gaya geser dasar ketiga pemodelan memenuhi syarat , sehingga tidak
perlu dilakukan scele up pada beban gempa respon spektrum.
Tabel 5. Gaya geser dasar statik dan dinamik
Pemodelan arah Vdinamik (N) Vstatik (N) 0,85 Vstatik (N) Status
1 X 191638,4 143227,6 121743,5 OK Y 191638,4 161865 137585,2 OK
2 X 185861,35 154192,9 131063,9 OK
Analisis pengaruh..., Martin Ulpan, FT UI, 2013.
Y 183218,97 174257,1 148118,5 OK
3 X 171058,96 154295,6 131151,2 OK Y 175547,59 174373,2 148217,2 OK
Displacement Untuk balok, pada sumbu Z terjadi perbedaan yang mencolok antara pemodelan 1 dengan
pemodelan 2 dan 3 pada profil yang dekat dengan lokasi penopang mesin yaitu B78, B79,
B80, B81, B84, dan B83. Hal ini juga terkait gaya yang besar bekerja pada daerah
sambungan.
Tabel 6. Displacement balok tahapan instalasi kasus 1
Member Pemodelan 1 Pemodelan 2 Pemodelan 3
X Y Z X Y Z X Y Z mm mm mm mm mm mm mm mm mm
G94 0,654 -1,277 -8,069 0,623 -1,246 -7,590 0,664 -1,505 -8,124 G93 0,767 -1,281 -5,863 0,749 -1,281 -5,091 0,786 -1,442 -5,952 G92 0,716 -1,281 -5,178 0,674 -1,246 -5,143 0,665 -1,162 -5,478 G95 0,767 -1,013 -5,208 0,784 -0,909 -5,138 0,875 -0,913 -6,000 B77 0,747 -1,215 -7,924 0,723 -1,190 -8,980 0,661 -1,332 -9,348 B82 0,757 -1,083 -7,951 0,736 -0,992 -9,030 0,806 -1,160 -9,413 B81 0,634 -1,215 -8,953 0,610 -1,186 -12,548 0,528 -1,454 -12,402 B80 0,750 -1,215 -7,387 0,732 -1,199 -10,759 0,672 -1,307 -10,679 B79 0,682 -1,215 -8,934 0,647 -1,169 -15,143 0,536 -1,330 -15,050 B83 0,687 -1,141 -8,936 0,667 -1,066 -15,159 0,586 -1,172 -15,028 B78 0,750 -1,215 -7,743 0,725 -1,171 -13,608 0,855 -1,379 -13,977 B84 0,750 -1,138 -7,770 0,727 -1,045 -13,618 0,866 -1,204 -13,945 B75 0,689 -1,279 -7,846 0,659 -1,237 -6,535 0,732 -0,811 -7,385 B76 0,694 -1,082 -7,873 0,682 -0,985 -6,584 0,769 -0,668 -7,144
Untuk gusset plate, displacement antar pemodelan tidak jauh berbeda. Namun pada arah Z
terjadi perbedaan nilai yang mencolok pada gusset plate didekat penopang mesin antara
pemodelan yang memperhitungkan eksentrisitas dengan yang tidak. Dimana terjadi kenaikan
berkisar 3 – 7 mm pada pemodelan 2 dan 3. Untuk displacement pemodelan 1, diperoleh dari
titik dimana lokasi gusset plate berada, karena pada pemodelan ini gusset plate dimodelkan
terpisah.
Tabel 7. Displacement gusset plate tahapan instalasi kasus 1
Member Pemodelan 1 Pemodelan 2 Pemodelan 3
X Y Z X Y Z X Y Z mm mm mm mm mm mm mm mm mm
GP166(a) 0,628 -1,277 -5,178 0,590 -1,246 -5,394 0,629 -1,505 -5,774 GP166(b) 0,654 -1,013 -5,208 0,643 -0,942 -5,486 0,634 -0,878 -5,843 GP18(a) 0,716 -1,281 -2,955 0,677 -1,281 -3,142 0,710 -1,442 -3,674 GP18(b) 0,767 -1,013 -3,021 0,783 -0,965 -3,182 0,874 -0,969 -3,716 GP161(a) 0,633 -1,215 -7,182 0,615 -1,189 -8,308 0,562 -1,331 -8,648
Analisis pengaruh..., Martin Ulpan, FT UI, 2013.
GP161(b) 0,728 -1,215 -4,966 0,723 -1,189 -6,130 0,666 -1,157 -6,056 GP161(c) 0,647 -1,082 -7,199 0,626 -0,990 -8,395 0,686 -1,157 -8,751 GP161(d) 0,757 -1,082 -5,003 0,736 -0,993 -6,185 0,761 -1,332 -6,118
GP4(a) 0,633 -1,215 -7,658 0,613 -1,187 -11,383 0,530 -1,455 -11,250 GP4(b) 0,634 -1,082 -7,678 0,618 -1,005 -11,435 0,520 -1,115 -11,169 GP4(c) 0,747 -1,215 -6,085 0,721 -1,199 -9,586 0,662 -1,307 -9,515 GP4(d) 0,749 -1,082 -6,120 0,728 -0,995 -9,616 0,746 -1,208 -9,407 GP2(a) 0,632 -1,161 -8,934 0,620 -1,127 -14,947 0,514 -1,282 -14,855 GP2(b) 0,632 -1,141 -8,936 0,621 -1,070 -14,963 0,545 -1,176 -14,834 GP2(c) 0,750 -1,157 -7,367 0,720 -1,116 -13,401 0,849 -1,314 -13,765 GP2(d) 0,750 -1,138 -7,371 0,723 -1,050 -13,411 0,861 -1,210 -13,733 GP3(a) 0,682 -1,215 -7,924 0,648 -1,184 -12,230 0,544 -1,103 -12,068 GP3(b) 0,687 -1,083 -7,951 0,668 -1,005 -12,279 0,623 -1,181 -12,074 GP3(c) 0,696 -1,215 -7,743 0,679 -1,183 -11,722 0,446 -1,302 -11,474 GP3(d) 0,699 -1,083 -7,770 0,699 -1,004 -11,759 0,826 -1,358 -11,463
GP168(a) 0,688 -1,279 -4,121 0,659 -1,239 -4,285 0,732 -0,812 -4,843 GP168(b) 0,694 -1,013 -4,181 0,682 -0,910 -4,324 0,593 -0,554 -4,880 GP176(a) 0,689 -1,215 -7,846 0,659 -1,197 -7,092 0,743 -0,812 -7,695 GP176(b) 0,693 -1,082 -7,873 0,682 -0,986 -7,141 0,571 -0,793 -7,681
.
Rasio Tegangan Rasio tegangan pada baut, balok, dan gusset plate yang mendapat kekakuan flange nilainya
masih aman pada semua variasi pembebanan. Sedangkan gusset plate tanpa kekakuan flange
tidak semua aman dan akan dijelaskan sebagai berikut : Tahapan Instalasi
Pada tahapan instalasi kasus 1, gusset plate pada ketiga pemodelan masih aman dari batas izin
rasio tegangan. Pada kasus 2 dan kasus 3, mulai ada gusset plate yang gagal pada pemodelan
3. Jumlahnya masih sedikit sekitar 1 – 3 titik. Sesuai dengan fakta dilapangan bahwa
deformasi terjadi beberapa hari setelah instalasi.
Tahapan Operasional
Pada tahapan ini, beberapa gusset plate dengan memodelkan eksentrisitas (pemodelan 2 dan
3) mengalami overstressed. Dimana nilai rasio tegangan yang memperhitungkan eksentrisitas
ini dan yang tidak rata – rata 1,5 sampa 2,5 kali lebih besar. Pada pembebanan terkecil yaitu
pada kasus 1 empty weight saja, gusset plate sudah gagal yaitu di GP2 dan GP4. Untuk
pembebanan terbesar yaitu Kasus 3 operational weight dengan beban gempa, lokasi gusset
plate yang overstressed bertambah yaitu pada GP4, GP3, GP2, GP 176 dan GP161(b). Jika
diperhatikan, gusset plate yang gagal tersebut berada didekat mesin diletakkan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Analisis pengaruh..., Martin Ulpan, FT UI, 2013.
Gambar 10. Rasio Tegangan Gusset Plate (Kasus 1 Empty Weight)
Gambar 11. Rasio Tegangan Gusset Plate (Kasus 3 Operational Weight + beban gempa)
Rasio Puntir Pada kasus dengan pembeban terkecil (tahapan instalasi kasus 1 dengan beban empty weight),
nilai rasio puntir balok pemodelan 1 semuanya masih di bawah batas puntir izin. Namun pada
pemodelan 2 dan 3, beberapa balok seperti B81, B80, B79, B83, B78, dan B84 (lokasinya
dekat beban mesin) lebih dari batas maksimum. Bahkan ada yang nilainya mencapai 0,0255.
Hal ini menandakan terjadi gaya dalam torsi yang cukup besar pada daerah tersebut. Pada
pembebanan terbesar (tahapan instalasi kasus 1 dengan beban operational weight), balok yang
gagal puntir masih sama tetapi nilainya menjadi lebih besar.
Analisis pengaruh..., Martin Ulpan, FT UI, 2013.
Gambar 12. Rasio puntir balok (K1 EW Tahapan Instalasi)
Gambar 13. Rasio puntir balok (K3 OW + beban gempa pada T. Operasional)
Gusset plate pada pemodelan 1 dengan pembeban terkecil (tahapan instalasi kasus 1 dengan
beban empty weight), nilai rasio puntir masih dibawah batas izin. Sedangkan pada pemodelan
2 dan 3, nilai rasio puntir sangat besar hingga seluruh gusset plate melewati batas izin kecuali
pada GP168 dan GP176. Kenaikan nilai yang terjadi cukup bervariasi pada tiap gusset plate.
Untuk yang terbesar mampu mencapai 20 kali lebih besar. Pada pembebanan terbesar
(tahapan instalasi kasus 1 dengan beban operational weight), gusset plate yang gagal puntir
lokasinya masih sama tetapi nilainya menjadi lebih besar.
Gambar 14. Rasio puntir gusset plate (K1 EW Tahapan Instalasi)
Analisis pengaruh..., Martin Ulpan, FT UI, 2013.
Gambar 13. Rasio puntir gusset plate (K3 OW + beban gempa pada T. Operasional)
Kesimpulan Untuk melihat rasio tegangan dan puntir pada gusset plate tidak bisa dideteksi pada cara
pemodelan 1. Sedangkan pada pemodelan 2 dan 3 dimana eksentrisitas diperhitungkan, nilai
rasio tegangan dan puntir lebih mendekati dengan keadaan sebenarnya. Nilai rasio tegangan
maupun rasio puntir yang dihasilkan juga sangat besar terutama pada gusset plate atau balok
yang dekat dengan beban mesin. Sebagai saran bahwa pentingnya memperhitungkan nilai
eksentrisitas pada sambungan sendi terutama pada area yang memperoleh pembebanan yang
besar. Perhitungan yang dilakukan bisa seperti pada pemodelan 2 atau pemodelan 3. Namun
pemodelan 2 lebih realistis dilakukan karena jauh lebih mudah dibandingkan pemodelan 3
dan nilai yang dihasilkan juga tidak terlau jauh .
Daftar Referensi Badan Standarisasi Nasional. (2010). Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
bangunan gedung dan non gedung (RSNI3 03–1726–201x). Jakarta: Author
Departemen Pekerjaan Umum. (2002). Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk
Bangunan (SNI 03–172–2002). Jakarta: Author
Departemen Pekerjaan Umum. (1989). Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah
dan Gedung (SNI 1727–1989). Jakarta: Author
Segui, William T. (2007). Steel Design (International Student Edition). Canada: Nelson, a
division of Thomson.
YL Engineers Indonesia (2012). Technical Report, Steel Construction Joint Evaluation
Structure No. 4 PBI BDE Project – Chandra Asri. Jakarta: Author
Analisis pengaruh..., Martin Ulpan, FT UI, 2013.