ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN TINGKAT PENDIDIKAN...
Transcript of ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN TINGKAT PENDIDIKAN...
ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN TINGKAT
PENDIDIKAN DISTRIBUTOR MLM TERHADAP
KEPATUHAN PAJAK
(Studi Kasus pada distributor MLM di wilayah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Diajukan Oleh :
Nama : Ahmad Syahri
NIM : 105082002603
FAK/JUR : FEIS/Akuntansi Perpajakan
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Ahmad Syahri
2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Mei 1987
3. Alamat : Jl. Tegal Parang Sel.I Rt.001/05,
No.42 Mampang Prapatan,Jakarta
Selatan 12790
4. Telepon : (021) 98247990 / (021) 7941152
II. PENDIDIKAN
1. MI Al-Khairiyah, Jakarta Tahun 1993-1999
2. MTsN 1, Jakarta Tahun 1999-2002
3. SMAN 55, Jakarta Tahun 2002-2005
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta Tahun 2005-2010
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : H. Syamsudin
2. Ibu : Hj. Maesaroh
3. Alamat : Jl. Tegal Parang Sel.I Rt.001/05,
No.42 Mampang Prapatan, Jakarta
Selatan 12790
4. Telepon : (021) 98247990 / (021) 7941152
vi
THE ANALYSIS INFLUENCE OF MOTIVATION AND LEVEL OF
EDUCATION MLM AGENTS TO TAX COMPLIANCE
(Case Study on MLM agents in the region Mampang Prapatan, South Jakarta)
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of Motivation and Education Level
MLM agents of Tax Compliance Factors of Individual, (A case study in the area
of MLM agents Mampang Prapatan, South Jakarta). The variables are the focus
of this research is the motivation and education level (X) as the independent
variable and tax compliance (Y) as the dependent variable.
This research was conducted through questionnaires by MLM agents who
are resident in the area Mampang Prapatan, South Jakarta., The sample taken as
many as 75 respondents, but only back as many as 52 and 49 that can be
processed. For the method of analysis and test hypotheses using multiple
regression, then the calculations using the SPSS program version 1.6, while the
determination of samples was done using convenience sampling method. The
results of this study indicated tha only the motivation of MLM agents have
significant effect to tax compliance, otherwhise not for education level.
Keywords: Motivation, Education Level, MLM Agents and Tax Compliance
vii
ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN TINGKAT PENDIDIKAN
DISTRIBUTOR MLM TERHADAP KEPATUHAN PAJAK
(Studi Kasus pada distributor MLM di wilayah Mampang Prapatan, Jakarta
Selatan)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh Motivasi dan Tingkat
Pendidikan Distributor MLM terhadap Kepatuhan Pajak Faktor Individu, (Studi
kasus pada distributor MLM di wilayah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan).
Variabel yang menjadi fokus penelitian ini adalah motivasi dan tingkat pendidikan
(X) sebagai variabel bebas dan kepatuhan pajak (Y) sebagai variabel terikat.
Penelitian ini dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh distributor MLM
yang bertempat tinggal di daerah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan., sampel
diambil sebanyak 75 responden, tetapi hanya kembali sebanyak 52 dan yang dapat
diolah 49. Untuk metode analisis dan uji hipotesis menggunakan regresi berganda,
kemudian perhitungannya menggunakan program SPSS versi 1.6, sedangkan
penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa motivasi distributor MLM
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan perpajakannya, sedangkan tingkat
pendidikan tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajaknya.
Kata kunci: Motivasi, Tingkat Pendidikan, Distributor MLM dan Kepatuhan
Pajak
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Analisis Pengaruh Faktor Individu, Budaya Organisasi dan
Pengalaman Terhadap Kinerja Konsultan Pajak (Studi Empiris pada Kantor
Akuntan Publik di Wilayah DKI Jakarta) ”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-
syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Aba dan Umi (H. Syamsudin dan Hj. Maesaroh), yang telah memberikan
semangat, dan dukungan baik material maupun non material serta doa yang
tiada henti-hentinya kepada penulis.
2. Keluargaku especially Cing Alim beserta keluarga, kakak-kakak (Po Emah, Po
Eni, Po Iyah) beserta keluarga dan adik (maya beserta suami) yang telah
menyemangati dan memberikan banyak inspirasi dalam menyelesaikan skripsi
ini.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta selaku Pembimbing Skripsi I
yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta selaku dosen
Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.
7. Calon ibu dari anak-anakku, Ahyanawati yang selalu tanpa lelah menemaniku,
membantuku dalam susah dan senang, satu lagi langkah maju menuju
keridhoan Allah SWT.
8. Sahabat-sahabatku yang tak kan pernah tergantikan, Ida Hamadah, Dang
Hadiarrohman (tengkyu y dah dijinin bernaung dan numpang ngeprint),
Ridwan Alhadian Bier, Fani Oktafiani Oneng beserta Galonnya.
9. Uni Fitri dan Apik (makasih banget atas bimbelnya menghadapi kompre) serta
teman-teman Macrophylla (Cez, Ceu, Gra, Ryan Ncong, Ndut, Komeng, dan
Onez)
10. Kawan-kawanku akuntansi A 2005 Rocklee, Nandar, Icha, Mayang, Be2r dan
lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
11. Rekan-rekan Akuntansi Perpajakan, khususnya sari (makasih atas bimbingan
SPSSnya), Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Audit angkatan 2005 yang
telah memberikan dukungannya selama ini kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 27 Agustus 2010
(Ahmad Syahri)
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………………. i
Lembar Pengesahan Skripsi ………………………………………………… ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ……………………………………. iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi ……………………………………………. iv
Daftar Riwayat Hidup ………………………………………………………. v
Abstract ……………………………………………………………………… vi
Abstrak ………………………………………………………………………. vii
Kata Pengantar ……………………………………………………………… viii
Daftar Isi ……………………………………………………………………... x
Daftar Tabel …………………………………………………………………. xiv
Daftar Gambar ……………………………………………………………… xv
Daftar Lampiran ……………………………………………………………. xvi
BAB.I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 9
BAB.II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 10
A. Tinjauan Literatur……………………………………………………10
1. Pengertian Motivasi......................................................................10
2. Pengertian Pendidikan...................................................................14
xi
3. Pengertian Multi-Level Marketing (MLM) dan Distributor MLM
...................................................................................................... 17
4. Konsep Dasar Perpajakan ............................................................ 22
5. Kewajiban Perpajakan yang Terkait dengan MLM ..................... 37
B. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 43
C. Kerangka pemikiran ............................................................................ 46
D. Hipotesis .............................................................................................. 47
BAB.III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………………… 49
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 49
B. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 49
C. Metode Analisis Data .......................................................................... 50
1. Statistik Deskriptif ....................................................................... 50
2. Uji Kualitas Data .......................................................................... 50
a. Uji Reliabilitas ........................................................................ 50
b. Uji Validitas ........................................................................... 51
3. Uji Asumsi Klasik.................................................................... .... 51
a. Uji Multikolonieritas.............................................................. 52
b. Uji Normalitas........................................................................ 52
c. Uji Heteroskedastisitas........................................................... 53
4. Uji Hipotesis ............................................................................... 54
a. Koefisien Determinasi (R2) .................................................... 55
b. Uji Statistik t ........................................................................... 55
c. Uji Statistik t ........................................................................... 56
xii
BAB.IV. PENEMUAN DAN PEMBAHASAN..................................................58
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian……………………..…...58
1. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................58
2. Karakteristik Responden……........................................................59
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian……………………………………….61
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif……………………………………..61
2. Hasil Uji Kualitas data…………………………………………...62
a. Hasil Uji Validitas……………………………………………62
b. Hasil Uji Reliabilitas………………………………………....64
3. Hasil Uji Asumsi klasik................................................................ 65
a. Uji Multikolonieritas................................................................ 65
b. Uji Normalitas…................................................................ 66
c. Uji Heteroskedastisitas.............................................................. 68
4. Hasil Uji Hipotesis…………………………………………….....69
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi …………………………….69
b. Hasil Uji Statistik t ………………………………………......70
c. Hasil Uji Statistik F………………………………………......72
C. Pembahasan…………………………………………………………..73
BAB.V. PENUTUP……………………………………………………………...75
A. Kesimpulan……………………………………………………………75
B. Implikasi………………………………………………………………76
C. Saran…………………………………………………………………. 77
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...78
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………......81
xiii
Daftar Tabel
No. Keterangan Halaman
2.1 Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu ................... 46
3.1 Bobot dan Kategori Skala Likert ..................................................... 50
3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................... 57
4.1 Data Sampel Penelitian ................................................................... 58
4.2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin........... 59
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia .......................... 59
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir. 60
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Bidang MLM… 60
4.6 Hasil Uji Statistik Deskriptif .......................................................... 61
4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi ............................................. 62
4.8 Hasil Uji Validitas Tingkat Pendidikan .......................................... 63
4.9 Hasil Uji Validitas Kepatuhan Wajib Pajak .................................... 63
4.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Motivasi ......................................... 64
4.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Tingkat Pendidikan ....................... 64
4.12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak ................ 65
4.13 Hasil Uji Multikolonieritas ............................................................ 66
4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................................... 69
4.15 Hasil Uji Statistik t ......................................................................... 70
4.16 Hasil Uji Statistik F ........................................................................ 72
xiv
Daftar Gambar
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Penelitian ........................................................................... 47
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ............................ 67
4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ..................... 67
4.3 Grafik Scatterplot............................................................................... 68
xv
Daftar Lampiran
No. Keterangan Halaman
1. Kuesioner Penelitian ....................................................................... 82
2. Rekapitulasi Responden ................................................................. 85
3. Uji Validitas Data ........................................................................... 92
4. Uji Reliabilitas Data ………………….…………………………… 97
5. Uji Regresi Linier Berganda………………………………………. 103
1
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pajak bagi suatu masyarakat yang modern, memegang peranan
penting. Pembiayaan penyelenggaraan negara sebagian besar bersumber
dari pajak, juga merupakan sumber dana utama dalam melakukan
pembangunan. Karena peranannya yang sangat sentral dalam negara,
tentunya masyarakat sebagai warga negara mestinya paham tentang
pentingnya pajak, serta mengerti bagaimana melaksanakan hak dan
kewajibannya terkait dengan pajak. Apalagi dengan sistem self assesment
seperti yang diterapkan Indonesia (doytea.wordpress.com/2007/08/06
/sosialisasi-pajak-tanggung-jawab-siapa/-38k).
Sejak diterapkannya sistem self assesment dalam undang-undang
perpajakan di Indonesia, kunci pokoknya adalah kesadaran dan kepatuhan
wajib pajak dalam memenuhi seluruh kewajiban perpajakannya.
Konsekuensi dari penerapan sistem self assesment tersebut. Direktorat
Jendral Pajak (DJP) berkewajiban untuk melakukan pelayanan,
pengawasan, pembinaan, dan penerapan sanksi perpajakan. Karena pada
sistem self assesment wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung,
memperhitungkan, melaporkan, dan membayar sendiri kewajiban
pajaknya (Media Indonesia, 30 Oktober 2007).
2
Pelaksanaan sistem self assesment tersebut harus didukung oleh
tingkat pemahaman dan kesadaran wajib pajak. Sayangnya di Indonesia,
tingkat pemahaman dan kesadaran tentang pajak sangat rendah. Fakta-
fakta dilapangan menunjukkan hal tersebut. Sebagai contoh, sebenarnya
undang-undang mewajibkan setiap orang yang penghasilannya diatas
PTKP wajib memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Faktor-faktor
yang menyebabkannya antara lain ketidaktahuan tentang aturan
perpajakan, kurangnya pengawasan, lemahnya penegakkan hukum, malas
berurusan dengan kantor pajak, sampai ada kesan ”tidak bersahabatnya”
kantor pajak. Selain itu, tingkat pemahaman terhadap ketentuan
perpajakan juga menunjukkan tingkat yang rendah. Misalnya kita sering
mendengar keluhan tentan rumitnya pengisian SPT dan adanya peraturan-
peraturan baru yang belum diketahui oleh wajib pajak
(doytea.wordpress.com/2007/08/06/sosialisasi-pajak-tanggung-jawab-
siapa/).
Kepatuhan waji pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya juga
dipengaruhi oleh motivasi wajib pajak. Motivasi merupakan salah satu
faktor penting yag harus dimiliki individu. Karena dengan motivasi inilah
orang akan tergerak untuk melaksanakan suatu aktivitas. Tanpa adanya
motivasi, orang akan lemah, pesimis dan tidak tertolong untuk beraktifitas.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 tahun 2007,
pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orag
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
3
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari definisi
tersebut dijelaskan bahwa rakyat tidak mendapatkan imbalan secara
langsung atas pembayaran pajaknya. Hal ini akan menyebabkan wajib
pajak kurang termotivasi untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.
Untuk menumbuhkan motivasi wajib pajak, maka dalam
pelaksanaan sosialisasi aparat pajak harus memaparkan secara konkret
manfaat pajak dan menumbuhkan kesadaran bahwa pajak digunakan untuk
keperluan negara bagi kemakmuran rakyat. Diantaranya pajak digunakan
untuk menggaji PNS, membangun sekolah, rumah sakit, jalan, jembatan,
keamanan dan fasilitas umum lainnya sehingga motivasi wajib pajak
semakin kuat untuk patuh dalam memenuhi kewajiban pajak
(www.jawapos.co.id/index.php?a..id=18102&c= 88)
Sosialisasi yang aktif dilakukan Ditjen Pajak selama beberapa
tahun terakhir, baik melalui media cetak maupun elektronik merupakan
konsistensi pihak DJP dalam rangka mengamankan penerimaan negara.
Salah satunya adalah sosialisasi dalam lingkup institusi pendidikan yaitu
dengan tema High School Tax Roadshow (Berita Pajak, 15 November
2005) adalah seragkaian kegiatan dari sosialisasi perpajakan terhadap
generasi muda yang dikemas dalam bentuk Edutainment diharapkan agar
pajak semakin dekat dengan masyarakat. Temuan Laporan Pembangunan
Manusia Indonesia (LPMI,2004) mengatakan bahwa mutu manusia
indonesia tergolong rendah. LPMI mendesak pemerintah dan masyarakat
4
memberikan prioritas investasi lebih tinggi pada upaya pembangunan
manusia, terutama lewat penidikan dan kesehatan (Tambunan,2004).
Menurut Printi dalam Harian Kontan pada tanggal 19 Februari
2009 mengatakan bahwa salah satu upaya DJP meningkatkan kesadaran
masyarakat indonesia, maka diupayakannya program Suncet Policy pada
akhir tahun 2008 hingga memasuki awal tahun 2009, yang kemudian
program tersebut mengarah ke komunitas hobi, olahraga, sosial dan juga
organisasi profesi seperti dokter dan pengacara. Kemudian, perusahaan
asuransi, Multi Level Marketing (MLM), dan direct selling (Penjualan
Langsung). Pengusaha MLM atau yang biasa disebut distributor MLM
mempunyai tanggung jawab dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
apabila telah mempunyai penghasilan melebihi PTKP yang telah
ditentukan oleh DJP.
Menurut Rahmawati (2007) bahwa terdapat dua unsur dalam Multi
Level Marketing (MLM), yang meliputi sebagai perusahaan yang
memperdagangkan produk Multi Level Marketing, dan pemberi rabat bagi
distributor MLM yang bersangkutan, serta distributor Multi Level
Marketing (MLM). Sehingga dari sini terdapat dua kewajiban yang harus
dilaporkan kepada kantor Direktorat Jenderal Pajak yaitu Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh). PPN dapat
dipungut dari perusahaan Multi Level Marketing atas penyerahan barang
yang dilakukan dari perusahaan Multi Level Marketing kepada distributor
Multi Level Marketing yang bersangkutan. Sedangkan PPh dapat dipungut
5
dari distributor Multi Level Marketing atas penghasilan berupa rabat yang
diperoleh dimana PPh ini dapat dipungut langsung oleh perusahaan MLM
(http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2007-
rahmawatin- 4054&PHPSESSID=cd6d62b041fb8953 9eef16c4c73dcbec).
Penelitian sebelumnya oleh Nurseto (2002) dengan judul
”Pengaruh Persepsi tentang Pajak dan Tingkat Pendidikan terhadap
Kesadaan Wajib Pajak.” hasilnya menunjukkan bahwa persepsi tentang
pajak dan tingkat pendidikan dapat memberikan sumbangan efektif
terhadap kesadaran wajib pajak sebesar 37,15%. Ini berarti semakin tinggi
persepsi pajak dan tingkat pendidikan maka pengaruh terhadap kesadaran
wajib pajak semakin signifikan.
Penelitian selanjutnya oleh Yusronillah (2006) dengan judul
”Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan Wajib Pajak
Terhadap Motivasi Memenuhi Kewajiban Pajak”. Hasilnya menunjukkan
bahwa interaksi tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan wajib pajak tidak
berpengaruh terhadap motivasi memenuhi kewajiban pajak dengan
menunjukkan hasil signifikasi diatas 5% (lima persen).
Penelitian lain oleh Setiadi (2006) dengan judul ”Persepsi tentang
Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, menunjukkan bahwa persepsi
tentang pajak para responden termasuk kategori baik dengan tingkat
persepsi rata-rata 76,14% dari skor idealnya. Sedangkan dalam konteks
kepatuhan wajib pajak diketahui bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak
rata-rata mencapai 77,24% dari skor idealnya. Dari hasil perhitungan
6
korelasi diketahui bahwa tingkat hubungan kedua variabel penelitian ini
0,443 sehingga ada hubungan positif dan cukup signifikan antara persepsi
tentang pajak dengan kepatuhan waijb pajak.
Penelitian lainnya pernah dilakukan oleh Rahmawati (2007), Dari
penelitian dengan membandingkan peraturan perundang-undangan
perpajakan, terdapat fakta hukum yang ada mengenai Multi Level
Marketing baik berasal dari narasumber anggota Multi Level Marketing
dan buku-buku mengenai Multi Level Marketing itu sendiri, bahwa
terdapat dua unsur dalam Multi Level Marketing, yang meliputi
perusahaan Multi Level Marketing sebagai perusahaan yang
memperdagangkan atau menjual produk Multi Level Marketing dan
pemberi rabat bagi distributor Multi Level Marketing yang bersangkutan,
serta distributor Multi Level Marketing (MLM) sehingga dari sini terdapat
dua kewajiban yang harus dilaporkan kepada kantor Direktorat Jenderal
Pajak yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh).
PPN dapat dipungut dari perusahaan Multi Level Marketing atas
penyerahan barang yang dilakukan dari perusahaan Multi Level Marketing
kepada distributor Multi Level Marketing yang bersangkutan. Sedangkan
PPh dapat dipungut dari distributor Multi Level Marketing atas
penghasilan berupa rabat yang diperoleh dimana PPh ini dapat dipungut
langsung oleh perusahaan Multi Level Marketing sebagai kewajiban
WAPU.
7
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maka untuk
penelitian kali ini ingin mengetahui pengaruh motivasi dan tingkat
pendidikan wajib pajak yang mempunyai pekerjaan sebagai distributor
MLM terhadap kepatuhan atas kewajiban perpajakannya, apakah terdapat
pengaruh yag signifikan atau tidak. Penelitian ini lebih mengacu kepada
penelitian yang dilakukan oleh Yusronillah (2006). Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu:
1. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mampang Prapatan, sedangkan
penelitian sebelumnya dilakukan di Kecamatan Jatinegara.
2. Adanya perubahan sampel penelitian, yaitu distibutor MLM,
sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan kepada masyarakat umum
Kecamatan Jatinegara.
3. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah Convinience
Sampling sedangkan penelitian terdahulu menggunakan Area
Sampling.
4. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010, sedangkan penelitian
sebelumnya dilakukan pada tahun 2006.
Berdasarkan pertimbangan sebelumnya, maka penulis mencoba
untuk meneliti lebih lanjut permasalahan diatas dengan memilih judul
“ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN TINGKAT
PENDIDIKAN DISTRIBUTOR MLM TERHADAP KEPATUHAN
PAJAK”.
8
B. Perumusan Masalah
1. Apakah Motivasi Distributor MLM berpengaruh terhadap
kepatuhannya dalam memenuhi Kewajiban Perpajakan?
2. Apakah Tingkat Pendidikan Distributor MLM berpengaruh terhadap
kepatuhannya dalam memenuhi Kewajiban Perpajakan?
3. Apakah Motivasi dan Tingkat Pendidikan Distributor MLM
berpengaruh terhadap kepatuhannya dalam memenuhi Kewajiban
Perpajakan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui apakah motivasi distributor MLM berpengaruh
terhadap kepatuhannya dalam memenuhi kewajiban perpajakan?
b. Untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan distributor MLM
berpengaruh terhadap kepatuhannya dalam memenuhi kewajiban
perpajakan?
c. Untuk mengetahui apakah motivasi dan tingkat pendidikan
distributor MLM berpengaruh terhadap kepatuhannya dalam
memenuhi kewajiban perpajakan?
9
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. Masyarakat khususnya distributor MLM, yaitu sebagai sarana
informasi bahwa pembinaan pendidikan pajak sangat penting bagi
tumbuhnya kesadaran memenuhi kewajiban pajaknya.
b. Pemerintah, sebagai masukan untuk perbaikan sistem pelayanan
pajak yang lebih baik lagi.
c. Bagi penulis dan para pembaca, penelitian ini dapat bermanfaat
untuk memperluas khasanah keilmuan khususnya ilmu perpajakan.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin yakni
”movere” yang berarti menggerakkan (to move). Winardi (2002)
menyatakan bahwa motivasi mewakili proses-proses psikologikal yang
menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan terjadinya persistensi
kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke arah tujuan
tertentu.
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme
baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat
sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi berarti pemasok daya
(energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Syah, 1997:136).
Pengertian motivasi dapat pula dinyatakan sebagai proses
psikologis yang terjadi karena interaksi antara sikap, kebutuhan,
persepsi dan pemecahan persoalan. Motivasi adalah suatu kekuatan
potensial yang ada dalam diri seorang manusia yang dapat
dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang dapat mempengaruhi
hasil kinerjanya secara positif atau negatif. Hal ini tergantung pada
situasi dan kondisi yang dihadapi orang tersebut. Maslow dan Hezberg
adalah dua tokoh pencetus teori motivasi yang terkenal. Perbedaan
11
keduanya adalah Maslow menekankan kebutuhan psikologis orang-
orang, sedangkan Hezberg berfokus pada kondisi pekerjaan untuk
memenuhi kebutuhan. Hirarki kebutuhan Maslow dalam Winardi
(2002) yaitu:
a. Kebutuhan untuk merealisasikan diri
b. Kebutuhan akan penghargaan.
c. Kebutuhan- kebutuhan sosial.
d. Kebutuhan akan keamanan.
e. Kebutuhan fisiologikal.
Kebutuhan akan penghargaan dalam hirarki kebutuhan Maslow
menegaskan bahwa manusia selalu akan senang mendapatkan
penghargaan dan status yang bergengsi. Oleh karena itu dengan
membayar pajak, secara ekonomi berarti sebenarnya mereka yang
membayar pajak telah masuk dalam kelompok yang lebih mampu
(prestise). Karena sesuai aturan, sistem dan mekanismenya, tidak
semua masyarakat tergolong sebagai pembayar pajak. Disamping itu,
pembayaran pajak disini juga sebagai bukti kepedulian terhadap
sesama.
Problem inti motivasi yang berkaitan dengan perpajakan adalah
bagaimana cara merangsang sekelompok orang yang masing-masing
memiliki kebutuhan mereka yang khas untuk bekerja sama menuju
pencapaian sasaran pembangunan ekonomi disuatu negara. Tujuan
12
teori motivasi adalah memprediksi perilaku. Perlu ditekankan
perbedaan-perbedaan antara motivasi, perilaku dan kinerja
(performance). Motivasilah penyebab perilaku, andaikan perilaku
tersebut efektif atau baik maka akibatnya adalah berupa kinerja yang
tinggi, perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan (goal oriented)
dengan kata lain perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu
keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Perilaku disebabkan atau
dipengaruhi oleh upaya manusia untuk mencapai suatu kondisi hidup
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan masing-masing
model/obyek yang memotivasi sekalipun hal tersebut telah tercapai
(Winardi, 2002).
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah pemerintah khususnya
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat memotivasi para wajib pajak
dengan memahami kebuuhan-kebutuhan sosial mereka akan
pengadaan public goods and services dan membuat mereka senang
serta penting bagi pelaksanaan pembangunan. Dari berbagai pendapat
yang dikemukakan sebelumnya menenai motivasi, pada dasarnya
semua memiliki pandangan yang sama yaitu motivasi merupakan
dorongan dari dalam manusia yang menjadi pangkal seseorang
melakukan tindakan.
Menurut Syah (1997), motivasi dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Motivasi Intrinstik adalah motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar.
13
b. Motivasi Ekstrinsik adalah motif yang menjadi aktif karena adanya
rangsangan dari luar.
Motivasi ekstrinstik ini tidak mudah timbul, maka aparat pajak
sangat berperan menumbuhkan motivasi pajak agar proses penerimaan
negara berjalan dan berhasil dengan baik. Antara motivasi intrinstik
dan ekstinstik itu berperan menumbuhkan motivasi pajak agar proses
penerimaan negara berjalan dengan baik. Antara motivasi intristik dan
ekstrinstik itu saling memperkuat, bahkan ekstrinstik itu dapat
membangkitkan motivasi intrinstik. Hubungan peran aparat pajak
adalah aparat pajak (fiskus) yang dipercaya untuk mengelola
penerimaan dalam suatu negara. Motivasi timbul dari dalam diri
seseorang yang kemudian terealisasi yang berupa usaha atau kegiatan
untuk mencapai tujuan.
Apabila motivasi masyarakat tinggi dalam memenuhi
kewajiban pajaknya maka secara tidak langsung pembangunan di
Indonesia diharapkan akan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Tetapi, jika motivasi masyarakat rendah dalam memenuhi
kewajiban pajaknya maka diperkirakan perjalanan pembangunan akan
terhambat.
Keberhasilan pembangunan berkaitan erat dengan jumlah
penghasilan negara diantaranya PPh apalagi wajib pajak orang pribadi
yang sekarang sedang digalakkan untuk meningkatkan penerimaan
negara. Karena penerimaan dana dari wajib pajak orang pribadi masih
14
sangat kecil dari 200 juta lebih penduduk Indonesia hanya 10,8 juta
warga Indonesia yang memiliki NPWP dan sudah termasuk wajib
pajak badan usaha (http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=
show&id=4967&q=tenggat&hlm=4).
2. Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata “didik” lalu kata ini mendapat
awalan “me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan
memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan
adanya ajaran, tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran. Selanjutnya menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian yang luas pendidikan
dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu
sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Syah, 1997).
Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha pengembangan
sumber daya manusia, yang dilakukan secara sistematis, programatis
dan berjenjang, agar dapat dihasilkan manusia-manusia yang
berkualitas, yang akan dapat memberikan manfaat dan sekaligus
meningkatkan harkat dan martabatnya (Hasan, 2005).
15
Selanjutnya menurut Hasan (2005), peningkatan kualitas diri
manusia yang dicapai melalui pendidikan, diharapkan dapat mencakup
beberapa aspek, yaitu:
a. Peningkatan kualitas fikir (kecerdasan, kemampuan analisis,
kreativitas dan visioner).
b. Peningkatan kualitas moral (ketaqwaan, kejujuran, ketabahan,
keadilan dan tanggung jawab).
c. Peningkatan kualitas kerja (keterampilan, professional dan efisien).
d. Peningkatan kualitas hidup (kesejahteraan materi dan rohani,
ketentraman dan terlindungnya martabat dan harga diri).
e. Peningkatan kualitas pengabdian (semangat berprestasi, sadar
pengorbanan, kebanggaan terhadap tugas).
Peran sumber daya manusia (SDM) dalam meningkatkan
kualitas, produktivitas dan efisiensi sangat jelas dan tidak diraukan
lagi. Produk dengan kualitas tinggi yang dihasilkan melalui
produktivitas dan efisiensi produksi yang tinggi sehingga mempunyai
daya saing yanng kuat tidak mungkin dihasilkan oleh SDM
berketerampilan rendah. Jadi, peningkatan kualitas SDM di Indonesia
merupakan suatu keharusan dan bersifat sangat mendesak (Subri,
2003).
16
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan
kelakuan peserta didik. Pendidikan berkaitan dengan transmisi
pengetahuan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada
generasi muda. Pendidikan adalah proses belajar dan mengajar pola-
pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat.
Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang dilakukan
seseorang secara berjenjang dan berkesinambungan dari pendidikan
dasar sampai perguruan tinggi (Nasution, 1999).
Menurut Indriyanto (2006) bangsa yang hanya mengandalkan
kekayaan sumber daya alam saja tanpa meningkatkan kualitas sumber
daya manusia tidak akan pernah menjadi neara yang maju dan mandiri.
Mengapa negara-negara seperti Jepang, Singapura, Korea dan
sebagainya yang secara alamiah kurang memiliki kekayaan alam,
justru mampu menunjukkan dirinya sebagai negara maju, jawabannya
adalah karena mereka menguasai pengetahuan itu (bukan sekedar
memiliki).
Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan demikian
merupakan suatu prasyarat keharusan (necessary condition) yang perlu
diwujudkan. Peningkatan kualitas SDM dilakukan melalui pendidikan.
Bukan hanya pendidikan dalam arti sempit disekolah, tetapi juga
dalam arti yang lebih luas mencakup pendidikan dalam keluarga dan
masyarakat. Karena pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses
pembudayaan sikap, watak dan perilaku yang berlangsung sejak dini
17
bahkan sejak manusia masih berupa janin dalam rahim seorag ibu.
Melalui pendidikan sebagai proses budaya akan tumbuh dan
berkembang nilai-nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia
seperti keimanan dan kelakuan, akhlak, disiplin dan etos kerja serta
nilai-nilai instrumental seperti penguasaan IPTEK dan kemampuan
berkomunikasi yang merupakan unsur pembentuk kemajuan dan
kemandirian bangsa (Subri, 2003).
Oleh karena itu masyarakat dapat mengambil langkah-langkah
yang lebih bijaksana dalam bertindak dan mengambil keputusan serta
menjadikan pendidikan sebagi investasi yang penting dan produktif
bagi kemajuan dalam segala segi kehidupan.
3. Pengertian Multi-Level Marketing (MLM) dan Distributor MLM
Mulit-Level Marketing (MLM) berasal dari kata Multi yang
berarti banyak dan level yang berarti jenjang atau tingkat. Sedangkan
Marketing artinya pemasaran. Jadi Mulit-Level Marketing adalah
pemasaran yang berjenjang banyak (Tarmizi Yusuf, 2000). Dikatakan
Mulit-Level Marketing (MLM) karena organisasi distributor
penjualnya berjenjang banyak. Organisasi distributor bertingkat-
tingkat, tidak hanya satu atau dua tingkat saja, akan tetapi lebih dari
tiga atau empat tingkat. Jika seseorang mempunyai status sebagai
distributor dalam usaha tersebut, maka ia dapat mengajak orang lain
untuk ikut juga menjadi distributor dalam usaha Mulit-Level Marketing
18
(MLM), kemudian orang lain tersebut dapat pula mengajak orang lain
untuk menjadi seorang distributor dalam usaha Mulit-Level Marketing
(MLM) dan seterusnya. Dalam mengajak orang lain untuk bergabung
dalam usaha Mulit-Level Marketing (MLM) tidak dibatasi sampai
beberapa tingkat atau beberapa level.
Menurut Purnawan (1998), konsep inti dari pemasaran adalah
proses sosial dan manajemen dimana pribadi-pribadi atau kelompok
memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka. Jadi sistem pemasaran
secara sederhana berarti memindahkan suatu produk dan atau jasa dari
produsen ke konsumen.
Perpindahan produk dan atau jasa tersebut dapat dilakukan
melalui beberapa metode, antara lain: (Failla, 1996)
a. Eceran atau ritel
b. Penjualan langsung
c. Sistem pemasaran multi level
MLM ini pada dasar prinsipnya adalah sistem pemasaran yang
banyak menggunakan jenjang dan sumber daya manusia, dalam suatu
organisasi. Sistem ini dirancang guna memindahkan produk dan atau
jasa dari produsen ke konsumen, dengan memakai pendekatan
langsung dari pribadi ke pribadi (Tomsic, & Hardwick., 1997).
19
Purnawan (1998) menyatakan, pada bisnis MLM banyak orang
yang akan terlibat dalam pendistribusian produk dan atau jasa yang
biasa disebut Distributor MLM. Akibatnya, setiap orang akan bekerja
lebih ringan pada saat terjadinya penjualan. Selain itu, mereka yang
terlibat dalam MLM memiliki kebebasan untuk menikmati hidupnya
karena mereka bekerja untuk dirinya sendiri. Pada MLM, setiap orang
yang berada di posisi atas maupun di posisi bawah pada struktur
jenjang organisasi, memiliki peluang yang sama. Sistem MLM
memberikan peluang yang cukup luas bagi setiap orang yang memiliki
hasrat dan ambisi untuk mencapai puncak keberhasilan.
Di dalam ketentuan Pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 16
tahun 2000 (UU KUP), distributor MLM dikategorikan sebagai
pengusaha karena sebagai orang pribadi dianggap melakukan usaha
perdagangan. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
571/KMK.03/2003, apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun
buku para distributor tadi melakukan penyerahan BKP atau JKP
dengan jumlah peredaran bruto lebih dari Rp 600 juta, maka yang
bersangkutan wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Apabila sudah PKP maka distributor MLM mutlak harus
menjalankan kewajibannya yakni memungut-menyetorkan-melapor
PPN terutang. Namun meski peredaran bruto atas penyerahan BKP
20
atau JKP-nya tidak melebihi Rp 600 juta, distributor boleh memilih
untuk dikukuhkan sebagai PKP.
Secara khusus, pengenaan PPh atas penghasilan sehubungan
kegiatan MLM diatur dalam Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-
39/PJ.43/1999. dalam surat edaran tersebut di antaranya diatur hal-hal
sebagai berikut:
a. Terhadap setiap pembelian produk dari perusahaan MLM, para
anggota dapat membayar dengan harga distributor (harga yang
diberlakukan terhadap anggota), sedangkan untuk penjualan
produk tersebut kepada konsumen yang bukan anggota, perusahaan
MLM menetapkan harga yang dianjurkan. Selisih antara harga
yang dianjurkan dengan harga distributor merupakan keuntungan
yang dinikmati oleh distributor.
b. Dalam hal produk yang dibeli oleh distributor dari perusahaan
MLM tidak seluruhnya terjual maka perusahaan MLM menjamin
untuk membeli kembali produk tersebut.
c. Setiap bulan perusahaan MLM akan memberikan rabat kepada
distributor. Rabat tersebut diberikan dalam bentuk persentase
tertentu secara bertingkat sesuai dengan akumulasi pembelian yang
dilakukan oleh distributor.
d. Rabat pada hakekatnya adalah komisi penjualan yang diberikan
oleh perusahaan MLM kepada distributor.
21
e. Berdasarkan Pasal 11 ayat (2) keputusan Direktur Jendral Pajak
No. KEP-281/PJ/1998 tanggal 28 Desember 1998 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak
Penghasilan pasal 21 dan pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan,
jasa dan kegaitan orang pribadi sebagaimana telah diubah terakhir
dengan UU No. 10/1994, diterapkan atas Penghasilan Kena pajak
dari penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan
kegiatan MLM. Besarnya penghasilan bruto bulan yang
bersangkutan dikurangi dengan PTKP per bulan.
f. Perlakuan perpajakan atas penghasilan yang diterima oleh setiap
distributor (upline dan downline) sehubungan dengan kegiatan
MLM adalah:
1) Atas rabat merupakan penghasilan yang terutang dan harus
dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21.
2) Atas penghasilan karena selisih antara harga distributor dengan
harga yang dianjurkan oleh perusahaan Multilevel Marketing
adalah merupakan penghasilan yang harus dilaporkan dalam
SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.
22
4. Konsep Dasar Perpajakan
a. Pengertian Pajak
Banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang
memberikan pengertian atau definisi yang berbeda-beda mengenai
pajak, namun demikian definisi tersebut mempunyai inti atau
tujuan yang sama. Beberapa kutipan definisi yang telah
dikemukakan oleh para ahli antara lain:
1). Menurut Feldman dalam Siti Resmi (2003)
“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan
terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang
ditetapkan secara umum), tanpa adanya konte-prestasi, dan
semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-
pengeluaran umum”.
2). Menurut Soemitro dalam Burton dan Ilyas (2004) berpendapat:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan
undang-undang (yang dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa-
timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
3). Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007:
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah:
1) Iuran dari rakyat kepada negara.
23
2) Sifatnya dapat dipaksakan berdasarkan Undang-Undang,
artinya pajak dipungut dengan kekuatan Undang-Undang dan
aturan pelaksanaanya.
3) Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat
dirasakan oleh pembayar pajak.
4) Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik oleh pemerintah
pusat maupun daerah (tidak boleh dipungut oleh swasta).
5) Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
pemerintah (utin dan pembangunan) bagi kepentingan
masyarakat umum.
b. Fungsi Pajak
Menurut Mardiasmo (2003) fungsi pajak dalam masyarakat
suatu negara terbagi dalam dua fungsi, yaitu:
1) fungsi budgetair (Sumber Dana bagi Pemerintah)
Fungsi ini bertujuan untuk memasukkan penerimaan uang
untuk kas negara sebanyak-banyaknya antara lain mengisi
APBN sesuai dengan target penerimaan pajak yang telah
ditetapkan, sehingga posisi anggaran pendapatan dan
pengeluaran yang berimbang (balance budget) tercapai.
24
2) Fungsi Regulered (Mengatur)
Fungsi pajak yang secara tidak langsung dapat mengatur dan
menggerakkan perkembangan sarana perekonomian nasional
yang produktif. Adanya pertumbuhan perekonomian yang
demikian maka akan dapat menumbuhkan obyek pajak dan
subyek pajak yang baru yang lebih banyak lagi, sehingga basis
pajak lebih meningkat lagi.
c. Jenis Pajak
Menurut Djunaedi (2004:11) jenis pajak dapat digolonglan
sebagai berikut:
1) Berdasarkan sifat :
a) Pajak pribadi (perseorangan)
Dalam hal ini pengertian pajak lebih memperhatikan
keadaan pribadi seseorang seperti: berapa anak.
b) Pajak kebendaan
Yang diperhatikan adalah obyek pajaknya, pribadi Wajib
Pajak dikesampingkan.
c) Pajak atas kekayaan
Yang menjadi obyek pajak adalh kekayaan seseorang atau
badan.
25
d) Pajak atas bertambahya kekayaan
Pengenaanya didasarkan atas seseorang atau badan yang
mengalami pertambahan kekayaan, biasanya dikenakan
hanya sekali.
e) Pajak atas konsumsi
Pajak atas kenikmatan wajib pajak.
2) Berdasarkan Ciri-ciri :
a) Pajak Subjektif
Pajak Subjektif adalah pajak yang emperhatikan keadaan
pribadi wajib pajak untuk menetapkan pajaknya dicari
alasan yang objektif yang berhubungan erat dengan keadan
material (contoh: Pajak Penghasilan).
b) Pajak Objektif
Pertama melihat kepada obyeknya kemudian barulah dicari
subyeknya (contoh: Pajak Pertambahan Nilai).
3) Berdasarkan Golongan :
a) Pajak langsung dalam arti pajak langsung disetor secara
periodik berdasarkan kohir dan tidak dapat dilimpahkan
kepada pihak lain (contoh :PPh).
26
b) Pajak tidak langsung adalah pajak yang dapat dilimpahkan
kepada orang lain, bisa tidak periodik (contoh: Bea Materai,
PPN).
4) Berdasarkan Lembaga Pemungut:
a) Pajak Pusat yang dipungut oleh pemerintah pusat melalui
Direktorat Jenderal Pajak Departement Keuangan.
Contoh : PPh, PPN dan PPnBM, Bea Materai, PBB dan
BPHTB.
b) Pajak Daerah adalah pajak yang pungutannya dilakukan
pemerintah daerah baik daerah tingkat I maupun tingkat II.
Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Pajak
Pembagunan I, Pajak Reklame.
d. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam Mardiasmo (2003:7) pada dasarnya terdapat 3 (tiga)
sistem pemungutan pajak yang berlaku, yaitu:
1) Oficial Assessment System adalah sistem pemungutan pajak
dimana jumlah pajak yang harus dilunasi atau terutang oleh
wajib pajak dihitung dan ditetapkan oleh fiskus (aparat pajak).
Ciri-cirinya:
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang
terletak pada fiskus.
27
b) Wajib Pajak bersifat pasif.
c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan
Pajak (SKP) oleh pihak fiskus.
2) Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak
dimana wajib pajak harus menghitung, menyetor, dan
melaporkan jumlah pajak yang terutang.
Ciri-cirinya:
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang
terletak pada wajib pajak sendiri.
b) Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan
melaporkan sendiri pajak yang terhutang.
c) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
3) Witholding System adalah sistem pemungutan pajak yang mana
besar pajak terutangnya dihitung dan dipotong oleh pihak
ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud disini antara lain pemberi
kerja, bendaharawan pemerintah. Ciri-cirinya: wewenang
menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak
ketiga.
e. Definisi Wajib Pajak
Undang-Undang No. 28 tahun 2007 Pasal I menyebutkan,
definisi wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, yang meliputi
28
pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Wajib pajak tersebut wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau kedudukan wajib pajak.
1) Wajib Pajak Terdaftar
Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000), yang dimaksud
dengan wajib pajak terdaftar adalah wajib pajak yang telah
terdaftar dalam tata usaha Kantor Pelayanan Pajak dan telah
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak yang terdiri dari 15 (lima
belas) digit, yaitu 9 (sembilan) digit pertama merupakan kode
wajib pajak dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan kode
administrasi perpajakan.
2) Wajib Pajak Non Efektif
Dalam SE No. 14/PJ.9/1990 disebutkan, bahwa yang
termasuk Wajib Pajak Non Efektif adalah:
a) Wajib pajak yang selama dua tahun berturut-turut tidak
pernah melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan, baik
29
berupa melakukan pembayaran pajak, memasukkan SPT
Masa ataupun SPT Tahunan.
b) Wajib pajak meninggal atau bubar.
c) Wajib pajak yang tidak diketahui lagi alamatnya walaupun
sudah dilakukan pencarian oleh petugas verifikasi atau
petugas yang ditunjuk untuk itu.
d) Wajib pajak yang secara nyata berdasarkan hasil penelitian
atau pengamatan tidak menunjukkan adanya kegiatan usaha
lagi.
f. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
Untuk menjamin dan memberikan kepastian hukum kepada
wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya, Undang-Undang
juga mengatur dengan tegas hak-hak wajib pajak dalam satu
Hukum Pajak Formal secara tegas. Dalam bukunya Siti Resmi
(2004) dituliskan hak dan kewajiban wajib pajak diantaranya yaitu:
1) Kewajiban Wajib Pajak
a) Mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP).
b) Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.
30
c) Mengambil sendiri Surat Pemberitahuan, mengisinya
dengan benar dan memasukkannya sendiri ke KPP dalam
bats waktu yang telah ditetapkan.
d) Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.
2) Hak Wajib Pajak
a) Mengajukan surat keberatan dan banding.
b) Menerima tanda bukti pemasukan, pembetulan dan
mengajukan permohonan penundaan pemasukan Surat
Pemberitahuan (SPT).
c) Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
d) Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan
sanksi serta pembetulan surat ketetapan yang salah.
e) Memberi kuasa kepada orang lain untuk melaksanakan
kewajiban perpajakan.
g. Pajak Penghasilan
Setelah mengetahui pengertian pajak, definisi penghasilan
menurut UU No. 36 tahun 2008 pasal 4 ayat 1 adalah:
“Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun
dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
31
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun”.
Sehingga definisi Pajak Penghasilan menurut Siti Resmi
(2004) adalah: “Pajak yang dikenakan terhadap subjek atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun
pajak”.
1) Subjek Pajak Penghasilan
Subjek Pajak Penghasilan adalah segala sesuatu yang
mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan
menjadi sasaran untuk dikenakan Pajak Penghasilan.
Pasal 2 ayat 1 UU No. 36 tahun 2008 mengelompokkan
Subjek Pajak Penghasilan sebagi berikut:
a) Orang Pribadi;
b) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak;
c) Badan; dan
d) Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam
negeri dan subjek pajak luar negeri.
Subjek pajak dalam negeri adalah:
32
a) Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak
berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia;
b) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia,
Subjek Pajak luar negeri adalah:
a) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap
di Indonesia; dan
b) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima
atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari
33
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia.
Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang
dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal
di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih
dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu
12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:
a) tempat kedudukan manajemen;
b) cabang perusahaan;
c) kantor perwakilan;
d) gedung kantor;
e) pabrik;
f) bengkel;
g) gudang;
h) ruang untuk promosi dan penjualan;
i) pertambangan dan penggalian sumber alam;
j) wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;
k) perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan,atau
kehutanan;
34
l) proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;
m) pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau
orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam
puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan;
n) orang atau badan yang bertindak selaku agen yang
kedudukannya tidak bebas;
o) agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia
yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di
Indonesia; dan
p) komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang
dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara
transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha
melalui internet.
2) Objek Pajak Penghasilan
Menurut Pasal 4 ayat 1 UU Pajak Penghasilan, yang
dimaksud objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:
35
a) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
b) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan
penghargaan;
c) Laba usaha;
d) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
termasuk:
a. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti
saham atau penyertaan modal;
b. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang
saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya;
c. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau
reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
d. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah,
bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan
kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
36
satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
di antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan
e. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian
atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam
pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan
pertambangan;
e) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah
dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan
pengembalian pajak;
f) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena
jaminan pengembalian utang;
g) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk
dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis,
dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
h) Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta;
37
j) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai
dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah;
l) Keuntungan selisih kurs mata uang asing;
m) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n) Premi asuransi;
o) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas;
p) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan
yang belum dikenakan pajak;
q) Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata
cara perpajakan; dan
s) Surplus Bank Indonesia.
5. Kewajiban Perpajakan yang Terkait dengan MLM
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
571/KMK.03/2003, apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun
buku para distributor tadi melakukan penyerahan BKP atau JKP
38
dengan jumlah peredaran bruto lebih dari Rp 600 juta, maka yang
bersangkutan wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Apabila sudah PKP maka distributor MLM mutlak harus
menjalankan kewajibannya yakni memungut-menyetorkan-melapor
PPN terutang. Namun meski peredaran bruto atas penyerahan BKP
atau JKP-nya tidak melebihi Rp 600 juta, distributor boleh memilih
untuk dikukuhkan sebagai PKP (http://www.pajakpribadi.com/artikel/
distributor.htm).
Sedangkan soal terminologi pekerja, diartikan sebagai
seseorang yang terlibat dalam suatu hubungan kerja, yang tidak
memperoleh penghasilan dari menjalankan kegiatan usaha. Pekerja
bisa berarti pegawai tetap, pegawai lepas, harian, honorer dan lainnya.
Penjelasan definitif mengenai pekerja yang relevan dengan
bahasan ini, tidak akan dijumpai dalam ketentuan perpajakan. Yang
ada hanyalah pengertian pegawai seperti yang disebutkan dalam
Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-545/PJ/2000.
Sementara istilah pekerja boleh dibilang cakupannya lebih luas,
lanjutnya yakni tidak hanya terbatas pada pengertian pegawai. Bagi
distributor yang sekaligus pegawai mungkin tidak terlalu salah terkait
pendapatannya, mengingat sudah terlibat hubungan kerja dengan
39
perusahaan. Sementara distributor yang fungsinya murni semata-mata
sebagai agen yang melakukan penjualan atas nama perusahaan MLM
dan tidak memperoleh penghasilan berkala seperti gaji atau upah.
Komisi dapat diartikan sebagai imbalan berkaitan dengan
omzet penjualan baik pribadi maupun kelompok. Sedangkan bonus
sifatnya lebih cenderung seperti hadiah yang diberikan saat seorang
distributor mencapai target-target tertentu. Sementara keuntungan
langsung adalah uang yang diperoleh distributor dari selisih harga
distributor dengan harga konsumen.
Komisi diberikan berkaitan dengan prestasi seorang distributor.
Prestasi di sini hubungannya adalah dengan omzet penjualan yang
dicapainya. Mengenai jenis komisi ini masing-masing perusahaan
MLM tidak sama. Ada perusahaan MLM yang memberi komisi kepada
distributor dalam bentuk diskon dan ada yang berbentuk royalti.
Diskon adalah komisi yang dihitung dari pembelian produk.
Caranya perusahaan MLM memberikan rabat (potongan harga) kepada
distributornya. Asumsinya diskon merangsang anggota membeli dan
kemudian menjualnya atau dipakai sendiri. Sedangkan royalti, yaitu
komisi yang diperoleh distributor karena telah berjasa mengenalkan
bisnis perusahaan. Meski keduanya dikaitkan dengan prestasi yang
dicapai seorang distributor, nyatanya baik komisi maupun bonus
berbeda (atau dibedakan).
40
Batasan mengenai penghasilan distributor berupa komisi dan
bonus boleh jadi tidak sama untuk tiap perusahaan. Masing-masing
memiliki kebijakan sendiri dalam memberikan imbalan kepada
distributornya.
Namun demikian bila dikaitkan dengan peraturan
perpajakannya, distributor MLM lazimnya tidak diperlakukan sebagai
pengusaha sehingga tidak wajib melakukan pembukuan, yang perlu
dilakukan hanya pencatatan. Sesuai peraturan perpajakan, distributor
MLM diperlakukan sebagai tenaga lepas, yaitu orang pribadi yang
bekerja pada pemberi kerja yang hanya menerima imbalan apabila
orang pribadi yang bersangkutan bekerja.
Secara khusus, pengenaan PPh atas penghasilan sehubungan
kegiatan MLM diatur dalam Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-
39/PJ.43/1999. dalam surat edaran tersebut di antaranya diatur hal-hal
sebagai berikut:
a. Terhadap setiap pembelian produk dari perusahaan MLM, para
anggota dapat membayar dengan harga distributor (harga yang
diberlakukan terhadap anggota), sedangkan untuk penjualan produk
tersebut kepada konsumen yang bukan anggota, perusahaan MLM
menetapkan harga yang dianjurkan. Selisih antara harga yang
dianjurkan dengan harga distributor merupakan keuntungan yang
dinikmati oleh distributor.
41
b. Dalam hal produk yang dibeli oleh distributor dari perusahaan MLM
tidak seluruhnya terjual maka perusahaan MLM menjamin untuk
membeli kembali produk tersebut.
c. Setiap bulan perusahaan MLM akan memberikan rabat kepada
distributor. Rabat tersebut diberikan dalam bentuk persentase tertentu
secara bertingkat sesuai dengan akumulasi pembelian yang dilakukan
oleh distributor.
d. Rabat pada hakekatnya adalah komisi penjualan yang diberikan oleh
perusahaan MLM kepada distributor.
e. Berdasarkan Pasal 11 ayat (2) keputusan Direktur Jendral Pajak No.
KEP-281/PJ/1998 tanggal 28 Desember 1998 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak
Penghasilan pasal 21 dan pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa
dan kegaitan orang pribadi sebagaimana telah diubah terakhir dengan
UU No. 10/1994, diterapkan atas Penghasilan Kena pajak dari
penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan kegiatan
MLM. Besarnya penghasilan bruto bulan yang bersangkutan dikurangi
dengan PTKP per bulan.
f. Perlakuan perpajakan atas penghasilan yang diterima oleh setiap
distributor (upline dan downline) sehubungan dengan kegiatan MLM
adalah:
42
1) Atas rabat merupakan penghasilan yang terutang dan harus dipotong
Pajak Penghasilan Pasal 21.
2) Atas penghasilan karena selisih antara harga distributor dengan
harga yang dianjurkan oleh perusahaan Multilevel Marketing adalah
merupakan penghasilan yang harus dilaporkan dalam SPT Tahunan
PPh Orang Pribadi.
6. Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepatuhan adalah
sifat patuh, ketaatan. Menurut Gunadi (2005:5) pengertian kepatuhan
diartikan bahwa wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi
kewajiban pajaknya sesuai dengan peraturan yang berlaku tanpa perlu
diadakan pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan, ataupun
ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi. Jadi,
kepatuhan itu merupakan sikap taat dalam melaksanakan sesuatu tanpa
adanya unsur pemaksaan dari pihak manapun.
Menurut Burtin (2005:4-6) ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban pajaknya. Adapun faktor-faktor tersebut, antara lain:
a. Tarif pajak.
b. Pelaksanaan penagihan yang rapi, konsisten dan konsekuen.
c. Ada tidaknya sanksi bagi pelanggar.
43
d. Pelaksanaan saksi secara konsisten, konsekuen dan tidak pandang
bulu.
Kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya pada dasarnya tercermin dari 3 (tiga) hal, yaitu:
a. Pemenuhan kewajiban interim, seperti pembayaran masa dan Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa termasuk SPT PPN dan PPN BM yang
dilaksanakan setiap bulan.
b. Pemenuhan kewajiban tahunan, seperti menghitung dan melunasi
utang pajak, serta melaporkan perhitungan dan SPT diakhir tahun.
c. Pemenuhan ketentuan materil dan yuridis formal perpajakan
melalui perlakuan pembukuan atas pengakuan penghasilan dan
biaya serta berbagai transaksi keuangan lain untuk memperoleh
dasar perhitungan pajak terutang yang tercermin dalam pembukuan
Wajib Pajak.
B. Penelitian Terdahulu
Berikut ini akan dipaparkan mengenai penelitian yang dilakukan
terkait dengan analisis pengaruh motivasi dan tingkat pendidikan
distributor MLM terhadap kepatuhan pajak.
1. Penelitian Nurseto (2002), tentang pengaruh persepsi tentang pajak dan
tingkat pendidikan terhadap kesadaan wajib pajak, menunjukkan
bahwa persepsi tentang pajak dan tingkat pendidikan dapat
memberikan sumbangan efektif terhadap kesadaran wajib pajak
44
sebesar 37,15%. Ini berarti semakin tinggi persepsi pajak dan tingkat
pendidikan maka pengaruh terhadap kesadaran wajib pajak semakin
signifikan.
2. Penelitian selanjutnya oleh Yusronillah (2006) tentang analisis
pengaruh tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan wajib pajak terhadap
motivasi memenuhi kewajiban pajak, menunjukkan bahwa interaksi
tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan wajib pajak tidak berpengaruh
terhadap motivasi memenuhi kewajiban pajak dengan menunjukkan
hasil signifikasi diatas 5% (lima persen).
3. Penelitian lain oleh Setiadi (2006) mengenai persepsi tentang pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak, menunjukkan bahwa persepsi tentang
pajak para responden termasuk kategori baik dengan tingkat persepsi
rata-rata 76,14% dari skor idealnya. Sedangkan dalam konteks
kepatuhan wajib pajak diketahui bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak
rata-rata mencapai 77,24% dari skor idealnya. Dari hasil perhitungan
korelasi diketahui bahwa tingkat hubungan kedua variabel penelitian
ini 0,443 sehingga ada hubungan positif dan cukup signifikan antara
persepsi tentang pajak dengan kepatuhan waijb pajak.
4. Penelitian lainnya dilakukan oleh Rahmawati (2007), dengan
membandingkan peraturan perundang-undangan perpajakan, terdapat
fakta hukum yang ada mengenai Multi Level Marketing baik berasal
dari nara sumber anggota Multi Level Marketing dan buku-buku
mengenai Multi Level Marketing itu sendiri, bahwa terdapat dua unsur
45
dalam Multi Level Marketing, yang meliputi perusahaan Multi Level
Marketing sebagai perusahaan yang memperdagangkan atau menjual
produk Multi Level Marketing dan pemberi rabat bagi distributor Multi
Level Marketing yang bersangkutan, serta distributor Multi Level
Marketing (MLM) sehingga dari sini terdapat dua kewajiban yang
harus dilaporkan kepada kantor Direktorat Jenderal Pajak yaitu Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh). PPN dapat
dipungut dari perusahaan Multi Level Marketing atas penyerahan
barang yang dilakukan dari perusahaan Multi Level Marketing kepada
distributor Multi Level Marketing yang bersangkutan. Sedangkan PPh
dapat dipungut dari distributor Multi Level Marketing atas penghasilan
berupa rabat yang diperoleh dimana PPh ini dapat dipungut langsung
oleh perusahaan Multi Level Marketing sebagai kewajiban WAPU.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maka untuk
penelitian kali ini ingin mengetahui pengaruh motivasi dan tingkat
pendidikan wajib pajak yang mempunyai pekerjaan sebagai distributor
MLM terhadap kepatuhan atas kewajiban perpajakannya, apakah terdapat
pengaruh yag signifikan atau tidak. Penelitian ini lebih mengacu kepada
penelitian yang dilakukan oleh Yusronillah (2006). Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya.
46
Tabel 2.1.
Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu Penelitian saat ini
Objek Wajib Pajak umum Distributor MLM yang
terdaftar sebagai Wajib Pajak
Tahun
Penelitian
2006 2010
Metode
Penentuan
Sampel
Judgment/purposive
sampling
Convenience sampling
Metode
Pengumpulan
Data
Observasi dan
interview
Observasi, interview dan
kuesioner
Variabel
Dependen
Kepatuhan
perpajakan distributor
MLM
Motivasi pemenuhan
kewajiban pajak
Variabel
Independen
Motivasi dan tingkat
pendidikan
Tingkat pendidikan dan jenis
pekerjaan
C. Kerangka Pemikiran
Pajak merupakan penghasilan negara yang saat ini mulai
diandalkan sebagai modal pembangunan. Pemerintah mencoba merubah
kesadaran masyarakat salah satunya yang berprofesi sebagai distributor
Multi-Level Marketing, untuk dapat memenuhi kewajiban pajaknya. Yang
semula tidak mengerti sama sekali masalah pajak sedikit demi sedikit
diberikan penyuluhan mengenai perpajakan agar mereka menyadari dan
mau memenuhi kewajiban pajaknya. Kepatuhan wajib pajak akan
kewajiban perpajakannya dilatar belakangi oleh tingkat pendidikan dan
motivasi yang dimiliki oleh wajib pajak.
47
Tingkat pendidikan dan pengetahuan wajib pajak tidak hanya
diperoleh dari jenjang pendidikan formal saja, juga dapat melalui
pendidikan informal misalnya: komunikasi antar keluarga, teman, diskusi-
diskusi yang secara langsung dapat menambah pengetahuan masyarakat
tentang perpajakan. Dengan pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan
formal atau informal diharapkan pengetahuan tentang perpajakan dan
menambah motivasi wajib pajak untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya.
Kerangka Berfikir ini dapat dituangkan dalam sebuah model
penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berfikir maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ha1: Motivasi Distributor MLM berpengaruh terhadap kepatuhannya
atas kewajiban perpajakannya.
Motivasi
Tingkat Pendidikan
Kepatuhan atas
Kewajiban Perpajakan
48
Ha2: Tingkat pendidikan Distributor MLM berpengaruh terhadap
kepatuhannya atas kewajiban perpajakannya.
Ha3: Interaksi antara motivasi dengan tingkat pendidikan Distributor
MLM berpengaruh terhadap kepatuhannya atas kewajiban
perpajakannya
49
BAB III
MEODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memilih Kecamatan Mampang
Prapatan Jakarta Selatan sebagai tempat penelitian atau melakukan riset.
Maka penelitian ini menggunakan data yang bersifat ex post facto yaitu
suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi
dan kemudian merunut kebelakang untuk mengetahui faktor-faktor yang
dapat menimbulkan kejadian tersebut (sugiyono,2004:7)
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipakai adalah daftar pertanyaan
(kuesioner). Metode kuesioner merupakan satu mekanisme pengumpulan
data yang efisien bila peneliti mengetahui secara jelas apa yang
disyaratkan dan bagaimana mengukur varibel yang diminati. Satu
kuesioner atau angket adalah satu set tulisan tentang pertanyaan yang
diformulasikan untuk responden mencatat jawabannya, biasanya secara
terbuka alternatif jawaban ditentukan. Kuesioner ini terdiri dari dua
bagian, pertama memuat pertanyaan tentang data diri responden dan kedua
berisi pernyataan penelitian yang berhubungan dengan motivasi dan
kepatuhan distributor MLM terhadap kewajiban pajaknya.
Jenis skala yang digunakan untuk menjawab bagian pertanyaan
penelitian adalah skala likert yaitu metode yang digunakan untuk
50
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang suatu fenomena sosial (Inriantoro dan Supomo, 2002:104). Skala
likert yang digunakan untuk menjawab pernyataan penelitian memiliki
lima kategori sebagaimana disajikan dalam tabel 3.1 dibahah ini:
Tabel 3.1
Bobot dan Kategori Skala Likert
No Jenis Jawaban Bobot
1
2
3
4
5
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
R = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
5
4
3
2
1
C. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas
data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskripstif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness
(kemencengan distribusi) (Imam Ghozali, 2005:19).
2. Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka
peneliti melakukan uji reliabilitas dan validitas.
a. Uji Validitas
51
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
keusioner mampu mengungkapakan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini menggunakan Pearson
Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai yang
diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila Pearson Correlation
yang didapat memiliki nilai di bawah 0,05 berarti data yang
diperoleh adalah valid (Imam Ghozali, 2005:45).
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pernyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1) Repeated Measure atau pengukuran ulang.
2) One Shot atau pengukuran sekali saja, pengukurannya hanya sekali
dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau
mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.
Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistik Cronbach
Alfa (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach’s Alfa > 0,60. Sedangkan, jika sebaliknya data tersebut
dikatakan tidak reliabel (Imam Ghozali, 2005:41-42).
3. Uji Asumsi Klasik
52
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka
peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas dan uji
heteroskedastisitas.
a. Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk menguji
apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
terdapat problem multikoliniearitas (multiko). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka
dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel
independen.
Suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika
mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 dan mempunyai angka
tolerance mendekati 1, sedangkan jika dilihat dengan besaran
korelasi antar variabel independen, maka suatu model regresi dapat
dikatakan bebas multiko jika koefisien korelasi antar variabel
independen haruslah lemah (dibawah 0,5). Jika korelasinya kuat,
maka terjadi problem multiko (Singgih Santoso, 2000:203-206).
b. Uji Normalitas
Pengujian normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel
53
independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau
mendekati normal. Cara mendeteksinya yaitu dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari garfik. Jika data
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Sedangkan jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau
tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas (Singgih Santoso, 2000:212-214).
c. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heterokedastisitas ini bertujuan untuk menguji
apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians
dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika varians berbeda,
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak
terjadi heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada atau tidaknya pola
tertentu pada grafik, dimana sumbu X adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di studentized. Jika pola tertentu, seperti
titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah
54
terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-
titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heteroskedastisitas (Singgih Santoso, 2000:208-210).
4. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi
besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen
yang sudah diketahui besarnya (Singgih Santoso, 2000:163). Model
regresi berganda umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau
lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala
pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier (Nur
Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:211). Variabel independen
terdiri dari motivasi dan tingkat pendidikan sedangkan variabel
dependennya adalah kepatuhan perpajakan distributor MLM.
Untuk menguji hipotesis tersebut, maka rumus persamaan
regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y= a + b1 X1 + b2 X2 + e
Keterangan :
Y = Kepatuhan Distributor MLM
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X1 = Motivasi
X2 = Tingkat Pendidikan
E = Standar error
Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:
55
a. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol)
dan 1 (satu). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen (Imam Ghozali,
2005: 83).
b. Uji Statistik t
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen yang
diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Imam Ghozali, 2005:84).
Menurut Singgih Santoso (2000:168) dasar pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima
atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel
independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara
individual terhadap variabel dependen atau terikat.
56
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak
atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel
independen atau bebas mempunyai pengaruh secara individual
terhadap variabel dependen atau terikat.
c. Uji Statistik F
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau
terikat. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara
bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikan 0,05 (Imam Ghozali, 2005:84).
Menurut Singgih Santoso (2000:120) dasar pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima
atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel
independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak
atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel
independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen atau terikat.
57
Tabel 3.2
Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Sub Variabel Indikator Skala
1 Motivasi
(X1)
1. Intrinstik
2. Ekstrinstik
a. Sukarela
b. Mendaftarkan diri untuk
memiliki NPWP
c. Pengabdian kepada
Negara
d. Gotong royong
e. Pengentasan kemiskinan
f. Pemerataan dan keadilan
g. Kewajiban Warga
Negara
h. Fasilitas publik
i. Transparansi pemerintah
j. Tarif Pajak
k. Denda dan Sanksi
l. Sosialisasi perpajakan
m. Hadiah atau
penghargaan
Likert
Likert
2 Tingkat
Pendidikan
(D)
Jenjang Pendidikan a. Perguruan Tinggi
b. Non Perguruan Tinggi
Likert
3 Kepatuhan
Distributor
MLM (Y)
1. Menghitung Pajak
2. Memperhitungkan
3. Membayar
4. Melapor
5. Melaksanakan
Peraturan Pajak Yang
Berlaku
6. Pemeriksaan Pajak
7. Pengetahuan Pajak
a. Menghitung dengan
benar pajak yang harus
dibayar
b. Dihuting sendiri
c. Menghitung Surat
Setoran Pajak (SSP) dan
Surat Pemberitahuan
(SPT) Masa dab
Tahunan dengan benar
d. Tepat waktu membayar
pajak
e. Tepat waktu melaporkan
SPT masa dan Tahunan
f. Tidak memiliki
tunggakan pajak
g. Tidak mendapatkan
sanksi atau denda
perpajakan
h. Membantu kelancaran
proses pemeriksaan
pajak
i. Peraturan kriteria Wajib
Pajak patuh
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
58
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Wajib Pajak yang berprofesi
sebagai distributor MLM yang bertempat tinggal di kawasan Mampang
Prapatan, Jakarta Selatan.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner
penelitian secara langsung maupun melalui perantara kepada responden.
Pernyebaran kuesioner dimulai pada tanggal 12 Juni 2010 sampai 5 Juli
2010
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 75 buah dan jumlah yang
kembali adalah sebanyak 52 buah atau 69,33%. Jumlah kuesioner yang
tidak kembali adalah 23 buah atau 30,67%. Kuesioner yang dapat diolah
berjumlah 49 buah atau 65,33%, sedangkan yang tidak dapat diolah karena
tidak diisi secara lengkap berjumlah 3 buah atau 4%. Data sampel ini dapat
dilihat dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1
Data Sampel Penelitian
No. Keterangan Auditor Persentase
1. Jumlah kusesioner yang disebar 75 100%
2. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 23 30,67%
3. Jumlah kuesioner yang tidak dapat
diolah
3 4%
4. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 49 65,33%
Sumber: Data primer yang diolah
59
2. Karakteristik Responden
Dalam deskripsi data ini, peneliti menyajikan identitas responden
yaitu auditor eksternal pada beberapa kantor akuntan publik di wilayah
Jakarta.
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.2
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin JK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-laki 35 71.4 71.4 71.4
Perempuan 14 28.6 28.6 100.0
Total 49 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa sekitar 35 orang atau
71,4% responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya
sebesar 14 orang atau 28,6% berjenis kelamin perempuan.
b. Deskripsi responden beradasarkan usia
Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 17-25 tahun 31 63.3 63.3 63.3
26-40 tahun 16 32.7 32.7 95.9
41-55 tahun 2 4.1 4.1 100.0
Total 49 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.3 diatas menunjukkan sebesar 31 orang atau 63,3%
diantaranya responden berusia 17 sampai dengan 25 tahun, 16 orang
60
atau 32,7% diantaranya berusia 26 sampai dengan 40 tahun, sedangkan
yang berusia 41 sampai dengan 55 tahun sebanyak 2 orang atau 4,1%.
c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir TP
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Non Perguruan tinggi
21 42.9 42.9 42.9
Perguruan tinggi
28 57.1 57.1 100.0
Total 49 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.4 mengindikasikan bahwa 21 orang atau 42,9%
berpendidikan tidak mencapai perguruan tinggi dan 28 orang atau
57,1% telah mencapai perguruan tinggi.
d. Deskripsi responden berdasarkan jenis bidang MLM
Tabel 4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Bidang MLM Jenis Bidang MLM
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kesehatan 11 22.4 22.4 22.4
Kebutuhan Sehari-hari
7 14.3 14.3 36.7
Kosmetik 11 22.4 22.4 59.2
Otomotif 20 40.8 40.8 100.0
Total 49 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.5 dibawah ini menjelaskan jenis bidang yang diambil
oleh distributor dalam menjalani usaha Multi Level Marketing-nya.
Distributor yang mengambil bidang kesehatan sebanyak 11 orang atau
61
22,4%, bidang kebutuhan sehari-hari sebanyak 7 orang atau 14,3%,
bidang kosmetik sebanyak 11 orang atau 22,4%, sedangkan yang
mengambil bidang otomotif sebanyak 20 orang atau 40,8%.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang
meliputi motivasi, tingkat pendidikan dan kepatuhan distributor MLM
akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TMV 49 42 70 58.24 5.829
TPD 49 6 29 16.61 5.503
TKP 49 40 63 51.49 5.788
Valid N (listwise) 49
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.6 menjelaskan bahwa pada variabel motivasi jawaban
minimum responden sebesar 42 dan maksimum sebesar 70, dengan rata-
rata total jawaban 58,24 dan standar deviasi sebesar 3,829. Pada variabel
tingkat pendidikan minimum jawaban responden sebesar 6 dan maksimum
sebesar 29, dengan rata-rata total jawaban 16,61 dan standar deviasi
sebesar 5,503. Variabel kepatuhan distributor MLM minimum jawaban
responden sebesar 40 dan maksimum sebesar 63, dengan rata-rata total
jawaban 51,49 dan standar deviasi sebesar 5,788.
62
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
dalam kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada
kuesioner tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
Pearson Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat
dikatakan valid, tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dari tiga
variabel dengan 49 sampel responden.
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi
Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,509** 0,000 Valid
Pertanyaan 2 0,670** 0,000 Valid
Pertanyaan 3 0,543** 0,000 Valid
Pertanyaan 4 0,466** 0,001 Valid
Pertanyaan 5 0,632** 0,000 Valid
Pertanyaan 6 0,683** 0,000 Valid
Pertanyaan 7 0,422** 0,003 Valid
Pertanyaan 8 0,624** 0,000 Valid
Pertanyaan 9 0,531** 0,000 Valid
Pertanyaan 10 0,526** 0,000 Valid
Pertanyaan 11 0,616** 0,000 Valid
Pertanyaan 12 0,532** 0,000 Valid
Pertanyaan 13 0,408** 0,004 Valid
Pertanyaan 14 0,455** 0,001 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.7 menunjukkan variabel motivasi mempunyai kriteria
valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil
dari 0,05.
63
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Tingkat Pendidikan
Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,678** 0,000 Valid
Pertanyaan 2 0,775** 0,000 Valid
Pertanyaan 3 0,822** 0,000 Valid
Pertanyaan 4 0,847** 0,000 Valid
Pertanyaan 5 0,747** 0,259 Tidak Valid
Pertanyaan 6 0,847** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.8 menunjukkan variabel motivasi mempunyai kriteria
valid untuk 5 item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05, kecuali pertanyaan nomor 4 dengan nilai signifikansi lebih besar
dari 0,05.
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Kepatuhan Wajib Pajak
Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,678** 0,000 Valid
Pertanyaan 2 0,606** 0,000 Valid
Pertanyaan 3 0,551** 0,000 Valid
Pertanyaan 4 0,646** 0,000 Valid
Pertanyaan 5 0,688** 0,000 Valid
Pertanyaan 6 0,566** 0,000 Valid
Pertanyaan 7 0,624** 0,000 Valid
Pertanyaan 8 0,626** 0,000 Valid
Pertanyaan 9 0,558** 0,000 Valid
Pertanyaan 10 0,489** 0,000 Valid
Pertanyaan 11 0,686** 0,000 Valid
Pertanyaan 12 0,523** 0,000 Valid
Pertanyaan 13 0,488** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.9 menunjukkan variabel kesadaran etis mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05.
64
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menilai konsistensinya dari
instrument penelitian, instrument dikatakan reliabel jika nilai
Cronbach Alpha diatas 0,6.
Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Motivasi
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.813 .820 14
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.10 menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel
motivasi sebesar 0,813, sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan
dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai croanbach’s
alpha lebih besar dari 0,6.
Tabel 4.11
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Tingkat Pendidikan
Cronbach's Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.877 .876 6
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.11 menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel
tingkat pendidikan sebesar 0,877, sehingga dapat disimpulkan bahwa
65
pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai
croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6.
Tabel 4.12
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Items N of Items
.840 .849 13
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.12 menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel
kepatuhan sebesar 0,840, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai
croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah
pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat
dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen.
66
Tabel 4.13
Hasil Uji Multikolonieritas
Model
Unstandardize
d Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Tolera
nce VIF
1 (Constant) 31.367 8.082 3.881 .000
TMV .377 .136 .380 2.777 .008 .991 1.009
TPD -.110 .144 -.105 -.768 .447 .991 1.009
Sumber: Data primer yang diolah
Pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa masing-masing variabel
mempunyai nilai tolerance mendekati angka 1 dan nilai variance
inflation factor (VIF) disekitar angka 1. Dimana motivasi dan tingkat
pendidikan mempunyai nilai tolerance 0,991, 0,991 dan mempunyai
nilai VIF 1,009, 1,009. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
persamaan regresi tidak terdapat problem multiko.
b. Hasil Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
67
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.1 dan 4.2 memperlihatkan penyebaran data yang
berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini
menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asusmsi normalitas.
68
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari
residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians
dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas.
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.3 menunjukkan titik-titik menyebar secara acak dan
tidak membentuk pola tertentu serta tersebar diatas dan dibawah angka
0 (nol) pada sumbu Y. Ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas
sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi distributor
69
MLM berdasarkan masukan atas variabel motivasi dan tingkat
pendidikan
4. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan
model analisis regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu:
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Uji Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variabel independen.
Tabel 4.14
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .384a .148 .111 5.459
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.14 menunjukkan nilai R sebesar 0,384 atau 38,4%.
Hal ini berarti bahwa hubungan atau korelasi antara kepatuhan
distributor MLM dengan motivasi dan tingkat pendidikan adalah
rendah karena berada dikisaran 0,20-0,399 (Riduwan dan Engkos
Achmad Kuncoro, 2007:62). Nilai Adjusted R Square sebesar 0,111
atau 11,1%, ini menunjukkan bahwa variabel kepatuhan pajak
distributor MLM yang dapat dijelaskan oleh variabel motivasi dan
tingkat pendidikan adalah sebesar 11,1%, sedangkan sisanya sebesar
70
0,899 atau 89,9% (1-0,111) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang
tidak disertakan dalam model penelitian ini.
b. Hasil Uji Statistik t
Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.21, jika nilai
probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0,
sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima dan menolak Ha.
Tabel 4.15
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 31.367 8.082 3.881 .000
TMV .377 .136 .380 2.777 .008
TPD -.110 .144 -.105 -.768 .447
a. Dependent Variable:
TKP
Sumber: Data primer yang diolah
Hipotesis 1: Pengaruh motivasi terhadap kepatuhan pajak
distributor MLM.
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.15, variabel
audit fee mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,008. Hal ini berarti
menerima Ha1 sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi berpengaruh
secara signifikan terhadap kepatuhan pajak distributor MLM karena
71
tingkat signifikansi yang dimiliki variabel audit fee lebih kecil dari
0,05.
Hipotesis 2: Pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepatuhan
pajak distributor MLM.
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.15, variabel
kesadaran etis mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,447. Hal ini
berarti menolak Ha2 sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat
pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan
pajak distributor MLM karena tingkat signifikansi yang dimiliki
variabel kesadaran etis lebih besar dari 0,05.
Berdasarkan tabel 4.15, maka diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut
Dimana:
Y = Kepatuhan distributor MLM
X1 = motivasi
X2 = Kesadaran Etis
e = Error
Pada persamaan regresi diatas menunjukkan nilai konstanta
sebesar 31,367. Hal ini menyatakan bahwa jika variabel motivasi dan
tingkat pendidikan dianggap konstan, maka perilaku auditor eksternal
akan konstan sebesar 31,367.
Y = 31,367 + 0,377X1 - 0,110X2 + e
72
Koefisien regresi pada variabel motivasi sebesar 0,377, hal ini
berarti jika variabel motivasi bertambah satu satuan maka variabel
kepatuhan pajak distributor MLM akan bertambah sebesar 0,377.
Koefisien regresi pada variabel tingkat pendidikan sebesar -0,110, hal
ini berarti jika variabel tingkat pendidikan bertambah satu satuan maka
variabel perilaku auditor eksternal akan berkurang sebesar 0,110.
c. Hasil Uji Statistik F
Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.16, jika nilai
probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0,
sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima dan menolak Ha.
Tabel 4.16
Hasil Uji Statistik F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 237.633 2 118.816 3.988 .025a
Residual 1370.612 46 29.796
Total 1608.245 48
a. Predictors: (Constant), TPD, TMV
b. Dependent Variable: TKP
Sumber: Data primer yang diolah
Hipotesis 3: Pengaruh motivasi dan tingkat pendidikan terhadap
kepatuhan pajak distributor MLM.
Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.16 nilai F
diperoleh sebesar 3,988 dengan tingkat signifikansi 0,025. Karena
tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 maka Ha4 ditolak, sehingga
dapat dikatakan bahwa motivasi dan tingkat pendidikan tidak
73
berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kepatuhan pajak
distributor MLM.
C. Pembahasan
1. Pengaruh motivasi terhadap kepatuhan pajak distributor MLM.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh
secara signifikan terhadap kepatuhan distributor MLM. Dengan demikian,
semakin tinggi motivasi maka akan semakin meningkatkan kepatuhan
distributor MLM terhadap kewajiban perpajakannya, ini disebabkan
karena distributor MLM cenderung sadar akan kewajibannya sebagai
wajib pajak, sedangkan semakin rendah motivasi maka akan semakin
menngurangi kepatuhan distributor MLM terhadap kewajiban
perpajakannya. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian
Yusronillah (2006) yang menyatakan bahwa interaksi tingkat pendidikan
dan jenis pekerjaan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap motivasi
memenuhi kewajiban pajak dengan menunjukkan hasil signifikasi diatas
5% (lima persen).
2. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepatuhan pajak distributor MLM.
Hasil uji hipotesis menunjukkan tingkat pendidikan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan distributor MLM.
Dengan demikian tingkat pendidikan distributor MLM tidak terlalu
memberikan sumbangan efektif terhadap kepatuhan distributor MLM
terhadap kewajiban perpajakannya. Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yusronillah (2006) tetapi tidak konsisten
74
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurseto (2002) yang menyatakan
semakin tinggi tingkat pendidikan maka pengaruh terhadap kesadaran
wajib pajak semakin signifikan.
3. Pengaruh motivasi dan tingkat pendidikan terhadap kepatuhan pajak
distributor MLM.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa motivasi dan tingkat
pendidikan tidak berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap
kepatuhan pajak distributor MLM. Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nurseto (2002), Yusronillah (2006) dan
Rahmawati (2007).
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi dan
tingkat pendidikan terhadap kepatuhan perpajakan distributor MLM.
Responden penelitian ini berjumlah 49 orang yang berprofesi sebagai
distributor MLM yang bertempat tinggal di Mampang Prapatan, Jakarta
Selatan. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang
telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunkan model regresi
berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaruh motivasi terhadap kepatuhan pajak distributor MLM
menunjukkan hasil yang signifikan, karena mempunyai tingkat
signifikansi sebesar 0,008. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan
penelitian Yusronillah (2006) yang menyatakan bahwa interaksi tingkat
pendidikan dan jenis pekerjaan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap
motivasi memenuhi kewajiban pajak dengan menunjukkan hasil
signifikasi diatas 5% (lima persen).
2. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepatuhan pajak distributor MLM
menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan mempunyai tingkat
signifikansi sebesar 0,447. Hal ini berarti menolak Ha2 sehingga dapat
dikatakan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepatuhan distributor MLM karena tingkat signifikansi yang
dimiliki variabel kesadaran etis lebih besar dari 0,05. Hasil penelitian ini
76
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusronillah (2006) tetapi
tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurseto (2002)
yang menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan maka pengaruh
terhadap kesadaran wajib pajak semakin signifikan.
3. Pengaruh motivasi dan tingkat pendidikan terhadap kepatuhan pajak
distributor MLM menunjukkan bahwa nilai F diperoleh sebesar 3,988
dengan tingkat signifikansi 0,025. Karena tingkat signifikansi lebih besar
dari 0,05 maka Ha4 ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi dan
tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara simultan dan signifikan
terhadap kepatuhan distributor MLM. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurseto (2002), Yusronillah (2006)
dan Rahmawati (2007).
B. Implikasi
Dengan adanya motivasi yang dimiliki oleh distributor MLM dalam
meningkatkan kepatuhan perpajakannya, maka distributor MLM akan
cenderung sadar akan kewajibannya sebagai wajib pajak, untuk menumbuhkan
motivasi dalam diri distributor MLM dalam pemenuhan kewajiban pajaknya,
DJP maupun perusahaan MLM dapat memberikan penghargaan atau hadiah,
imbalan kepada para distributor MLM yang selalu taat dan patuh dalam
memenuhi kewajiban pajaknya. Selain itu juga motivasi dapat ditumbuhkan
dengan cara memberikan penyuluhan mengenai kepatuhan dalam memenuhi
kewajiban pajaknya.
77
Sedangkan untuk tingkat pendidikan tidak terlalu mempengaruhi
terhadap kepatuhan distributor dalam memenuhi kewajiban perpajakannya,
maka faktor pendidikan wajib pajak terutama distributor MLM tidak perlu
dibatasi atau dibedakan.
C. Saran
Berdasarkan penelitian ini, maka disarankan kepada DJP supaya dapat
meningkatkan faktor-faktor yang dapat merangsang motivasi distributor
MLM sebagai wajib pajak agar dapat memenuhi kewajiban pajaknya. Dapat
dilakukan dengan melakukan berbagai penyuluhan-penyuluhan, pemberian
reward atau imbalan kepada distributor yang patuh terhadap kewajiban
pajaknya.
78
DAFTAR PUSTAKA
Failla, Don. Rahasia Membangun Organisasi Multi Level Marketing Yang Besar
dan Sukses, Spectrum Balapustaka, Jakarta, 1996
Ghozali, Imam. Aplikasi Multivariat dengan program SPSS,Badan Penerbit
Univeritas Diponegoro, Edisi III, Jakarta, 2005.
Gunadi. Reformasi Administrasi Perpajakan Menuju Good Dovernance, Berita
Pajak no 1514 tahun 36, 2005.
Hamid, Abdul. Panduan Penulisan Skripsi, FEIS UIN Press, Jakarta, 2004
Hasan, M Tholhah. Islam dan Masalh SDM, Lantabora Press, Jakarta,2005.
http://doytea.wordpress.com/2007/08/06/sosialisasi-pajak-tanggung-jawab-siapa/-
38k, diakses pada tanggal 24 desember 2009.
http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2007-rahmawatin-4054
&PHPSESSID=cd6d62b041fb8953 9eef16c4c73dcbec, diakses pada
tanggal 26 desember 2009.
http://www.jawapos.co.id/index.php?a..id=18102&c= 88, diakses pada tanggal 24
desember 2009.
http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=4967&q=tenggat&hlm
=4
http://www.pajakpribadi.com/artikel/distributor.htm
Indonesian Tax Review. Di balik Sepuluh Juta NPWP, volume 4 edisi 50/2005.
Indriantoro, Nur & Bambang Supomo. Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 2002.
79
Nawawi, M. Tony. Teori Motivasi, Prestasi dan Kepuasan Kerja Titik
Persinggungan Teori X dan Y, Jurnal Manajemen, Universitas
Tarumanegara, 2000
Nasution, S. Sosiologi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 1999.
Prianti, Martina. Pajak Incar Komunitas Hobi, Harian Kontan, 19 Februari 2009
Purnawan, Herman, Bisnis Multi Level Marketing, Jurnal Ekonomi FE Untar
tahun III, Jakarta, 1998
Rahmawati, Novian Reni, Multi Level Marketing Dalam Menunjang Penerimaan
Pajak Penghasilan (Pph) Dan Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Airlangga
University Library, Surabaya, 2007
Resmi, Siti. Perpajakan Teori dan kasus, Salemba Empat, Jakarta, 2003.
Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2000
Subri, Mulyadi. Ekonomi SDM dalam perspektif Pembangunan, Raja Graffindo
Persada, Jakarta, 2003.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung, 2004
Syah, Muhibin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Rosda, Bandung,
1997.
Tambunan, Frietz. Pajak sosial Pendidikan, Mengapa tidak?, Berita Pajak no
1522, tahun 37/ 1 sept 2004
Tomsic, Walt & Hardwick, Joe Jr. Tanya Jawab MLM, Edisi Pertama, Spectrum
Balapustaka, Jakarta,1997
Winardi, Wahyu. Manajemen KOmunikasi Internal dalam Mewujudkan Efisiensi
kerja, Berita Pajak, tahun 38, 15 maret 2006
80
Yusronillah, Fanny. Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan
Wajib Pajak terhadap Motivasi Memenuhi Kewajiban Pajak, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2006
Zulaicha, Ratni. Pengaruh Pendidikan dan Pekerjaan Terhadao Pembayaran
PBB di Kabupaten Daerah Tingkat II banyumas, Fakultas Ekonomi
Universita Soedirman, 1993
Lampiran 1
82
DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER (mohon dijawab dengan sebenarnya)
A. Data Diri Responden
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Usia : 17 – 25 Tahun 41 – 55 Tahun
26 – 40 Tahun lebih dari 55 tahun
Tingkat Pendidikn : SD D3 S3
SMP S1
SMA S2
Jenis Bidang ML : Kesehatan Kosmetik
Kebutuhan Sehari-hari Otomotif
Lain – lain (sebutkan ………………………)
B. Petunjuk Pengisian
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda pilih dilembar
jawaban yang telah disediakan. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan perasaan,
pendapat, dan keadaan Bapak/Ibu/Sdr/I yang sebenarnya.
No Jenis Jawaban Bobot
1
2
3
4
5
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
R = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
5
4
3
2
1
Lampiran 1
83
1. Motivasi Wajib Pajak
No. PERNYATAAN SS S R TS STS
1 Saya melaksanakan kewajiban perpajakan
dengan sukarela.
2 Saya degan sukarela mendaftarkan diri untuk
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
3 Membayar pajak merupakan salah satu
bentuk pengabdian saya kepada Negara.
4 Membayar pajak berarti saya ikut
mewujudkan sistem gotong royong nasional.
5 Dengan membayar pajak, dapat membantu
dalam usaha mengurangi tingkat kemiskinan.
6 Pajak yang dibayar oleh wajib pajak
berfungsi untuk pemerataan dan keadilan bagi
masyarakat keseluruhan.
7 Bagi saya membayar pajak penghasilan untuk
masyarakat yang sudah berpenghasilan diatas
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
merupakan suatu kewajiban.
8 Manfaat pembayaran pajak salah satunya
adalah penyediaan sarana pendidikan dan
layanan kesehatan gratis yang disediakan
pemerintah.
9 Rakyat akan taat pajak jika keuangan Negara
dikelola dengan tertib, efisien, transparan dan
bertanggung jawab.
10 Proporsi tarif pajak dan lapisan Penghasilan
Kena Pajak (PKP) harus menganut asas
keadilan bagi masyarakat.
11 Pembayaran Pajak Penghasilan sebaiknya
dilakukan sebelum jatuh tempo karena jika
sudah lewat akan terkena denda 2%.
12 Pemberian informasi tentang pentingnya
pajak sangat diperlukan karena banyak
masyarakat yang belum tahu gunanya pajak
tersebut.
13 Sosialisasi atau penyuluhan tentang pajak
perlu dilakukan oleh aparat pajak untuk
meningkatkan pemahaman wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban pajaknya.
14 Pemberian penghargaan atau hadiah oleh
kantor pajak kepada wajib pajak terbaik
dperlukan untuk merangsang wajib pajak
dalam membayar pajak.
2. Tingkat Pendidikan Wajib Pajak
No. PERNYATAAN SS S R TS STS
1 Saya merasa pendidikan diperoleh untuk awal
menentukan karir saya.
2 Pendidikan menurut saya dapat berorientasi
pada kemampuan umum.
3 Saya merasa pendidikan itu mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam membangun
jaringan downline.
4 Saya merasa pendidikan itu penting untuk
individu secara optimal.
5 Tingginya pendidikan formal tidak
menentukan kepatuhan seseorang dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.
6 Tingginya pendidikan formal mempengaruhi
motivasi seseorang dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya.
Lampiran 1
84
3. Kepatuhan Wajib Pajak
No. PERNYATAAN SS S R TS STS
1 Sebagai Wajib Pajak, saya sudah melakukan
pembukuan atau pencatatan dengan benar.
2 Sebagai Wajib Pajak, saya telah menghitung
pajak terutang dengan benar dalam SPT Masa
dan SPT Tahunan.
3 Saya telah menghitung dengan benar dalam
pengisian Surat Seroran Pajak (SSP) dan
fiskus telah menghitung pajak secara pasti.
4 Saya selalu menyetor dan melaporkan SPT
Masa dengan tepat waktu setiap bulannya.
5 Saya tepat waktu dalam menyampaikan SPT
Tahunan setiap tahunnya.
6 Saya bersedian memenuhi kewajiban atas
tunggakan pajak selama ini, jika ada.
7 Saya tidak mempunyai tunggakan pajak
untuk semua jenis pajak kecuali telah
memperoleh izin untuk menunda pembayaran
pajak dari kantor pajak.
8 Saya tidak pernah melakukan kejahatan
dibidang perpajakan.
9 Saya tidak pernah mendapat sanksi atau
denda pajak karena kelalaian saya.
10 Saya akan membantu kelancaran proses
pemeriksaan pajak bila diperiksa oleh petugas
pajak.
11 Saya bersedia memberikan data yang
diperlukan dalam proses pemeriksaan pajak.
12 Saya masih merasa takut bila berhubungan
dengan pemeriksaan pajak.
13 Saya mengetahui bahwa Keputusan Menteri
Keuangan No. 235/KMK/03/2003 jo.
Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. 550
tahun 2000 diatur dalam pasal 17C UUKUP
adalah peraturan pajak mengenai kriteria
Wajib Pajak Patuh.
Lampiran 2 Rekapitulasi Responden
85
JENIS
KELAMIN USIA TINGKAT
PENDIDIKAN JENIS BIDANG MLM
L P 17-25 26-40 41-55 >55 Non PT PT kesehatan kebutuhan sehari-hari kosmetik otomotif lain-lain
1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
2 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
3 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
4 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0
5 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0
6 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
7 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0
8 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
9 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
10 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0
11 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0
12 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
13 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
14 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
15 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
16 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
17 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
18 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
19 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0
20 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
21 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0
22 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0
23 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0
24 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
25 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0
26 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
27 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
28 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
29 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
Lampiran 2 Rekapitulasi Responden
86
30 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0
31 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0
32 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0
33 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0
34 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
35 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
36 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
37 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0
38 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0
39 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
40 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
41 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
42 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
43 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0
44 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0
45 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0
46 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0
47 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0
48 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
49 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
Lampiran 2 Rekapitulasi Responden
87
Frequencies [DataSet1]
Statistics
Jenis Kelamin
N Valid 49
Missing 0
JK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-laki 35 71.4 71.4 71.4
Perempuan 14 28.6 28.6 100.0
Total 49 100.0 100.0
Usia
N Valid 49
Missing 0
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 17-25 tahun 31 63.3 63.3 63.3
26-40 tahun 16 32.7 32.7 95.9
41-55 tahun 2 4.1 4.1 100.0
Total 49 100.0 100.0
Tingkat Pendidikan
N Valid 49
Missing 0
TP
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Non Perguruan tinggi
21 42.9 42.9 42.9
Perguruan tinggi
28 57.1 57.1 100.0
Total 49 100.0 100.0
Lampiran 2 Rekapitulasi Responden
88
Statistics
Jenis bidangMLM
N Valid 49
Missing 0
Jenis Bidang MLM
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kesehatan 11 22.4 22.4 22.4
Kebutuhan Sehari-hari
7 14.3 14.3 36.7
Kosmetik 11 22.4 22.4 59.2
Otomotif 20 40.8 40.8 100.0
Total 49 100.0 100.0
Descriptives
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TMV 49 42 70 58.24 5.829
TPD 49 6 29 16.61 5.503
TKP 49 40 63 51.49 5.788
Valid N (listwise) 49
Lampiran 2 Rekapitulasi Responden
89
MOTIVASI
MV1 MV2 MV3 MV4 MV5 MV6 MV7 MV8 MV9 MV10 MV11 MV12 MV13 MV14 TMV
1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70
2 3 2 2 4 4 4 5 5 3 5 4 4 4 3 52
3 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 60
4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 63
5 4 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 63
6 3 4 4 4 4 4 5 4 3 5 4 5 5 5 59
7 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 63
8 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 61
9 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 2 60
10 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 66
11 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 63
12 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 53
13 4 4 4 4 2 2 3 4 3 4 4 4 4 4 50
14 3 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 2 55
15 2 2 2 3 2 2 3 3 3 5 3 4 4 4 42
16 4 4 4 5 2 2 5 3 5 5 4 5 5 5 58
17 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 67
18 4 5 4 4 3 3 4 4 3 5 4 5 5 5 58
19 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 61
20 3 3 5 5 4 4 2 2 2 3 5 4 4 1 47
21 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 62
22 5 5 5 5 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 54
23 5 5 4 4 3 4 4 3 5 4 5 4 4 5 59
24 2 4 5 4 4 2 3 3 3 3 3 5 4 4 49
25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
26 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 3 50
27 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 53
28 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 5 63
29 3 2 2 4 4 4 5 5 2 5 4 4 4 3 51
30 4 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 63
31 4 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 63
32 3 4 4 4 4 4 5 4 3 5 4 5 5 5 59
33 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 63
34 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 55
35 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 67
36 4 5 4 4 3 3 4 4 3 5 4 5 5 5 58
37 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 61
38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
39 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 3 50
40 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 53
41 5 4 5 4 5 4 4 5 3 4 5 4 5 5 62
42 3 2 2 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 3 54
43 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 60
44 4 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 63
45 4 4 5 4 5 5 4 5 3 5 5 5 4 4 62
46 3 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 5 60
47 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 63
48 5 3 4 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 52
49 5 4 5 4 5 4 4 5 3 4 5 4 5 5 62
Lampiran 2 Rekapitulasi Responden
90
TINGKAT PENDIDIKAN
PD1 PD2 PD3 PD4 PD5 PD6 TPD
1 3 3 4 3 4 3 20
2 5 5 4 5 5 5 29
3 3 4 3 4 3 4 21
4 2 2 3 2 4 2 15
5 3 3 1 3 3 3 16
6 5 4 4 4 4 4 25
7 5 1 1 5 1 5 18
8 3 2 1 2 3 2 13
9 5 4 4 4 4 4 25
10 2 1 1 1 1 1 7
11 3 3 2 3 3 3 17
12 4 5 4 4 4 4 25
13 3 2 1 2 2 2 12
14 4 2 2 2 3 2 15
15 3 4 3 3 2 3 18
16 4 2 2 2 3 2 15
17 4 2 2 2 3 2 15
18 3 3 4 4 3 4 21
19 4 5 2 2 3 2 18
20 4 2 2 2 2 2 14
21 4 4 4 4 4 4 24
22 3 3 3 3 3 3 18
23 2 2 2 2 3 2 13
24 3 3 3 3 4 3 19
25 4 4 4 3 5 3 23
26 2 2 2 2 2 2 12
27 2 2 1 1 1 1 8
28 2 5 4 5 2 5 23
29 3 5 2 2 2 2 16
30 4 4 4 5 3 5 25
31 5 5 4 1 2 1 18
32 5 1 4 1 1 1 13
33 3 2 3 2 2 2 14
34 3 3 2 3 3 3 17
35 2 2 2 2 2 2 12
36 2 2 1 1 2 1 9
37 2 2 1 1 2 1 9
38 2 2 1 2 4 2 13
39 1 1 1 1 1 1 6
40 1 2 1 2 1 2 9
41 2 2 2 2 2 2 12
42 3 3 3 4 3 4 20
43 4 4 4 3 4 3 22
44 3 2 2 1 2 1 11
45 4 2 5 3 4 3 21
46 4 2 2 2 2 2 14
47 3 3 3 3 3 3 18
48 2 1 1 3 1 3 11
49 5 4 4 4 4 4 25
Lampiran 2 Rekapitulasi Responden
91
KEPATUHAN WAJIB PAJAK
KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 KP11 KP12 KP13 TKP
1 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 58
2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 5 3 43
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 53
4 4 5 4 4 4 4 4 5 3 4 4 5 3 53
5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 58
6 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 63
7 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 57
8 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 58
9 3 3 3 2 2 3 4 3 3 4 4 3 3 40
10 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 4 57
11 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 58
12 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 2 3 49
13 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 49
14 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 51
15 3 3 4 4 3 4 3 3 2 4 3 4 2 42
16 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 48
17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
18 4 4 3 2 4 5 5 5 5 5 5 2 5 54
19 4 4 3 2 4 5 5 5 3 5 5 2 3 50
20 2 2 1 3 3 3 3 5 5 4 3 1 5 40
21 4 3 4 4 4 5 3 3 4 4 3 4 4 49
22 4 3 3 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 55
23 4 3 3 4 4 4 5 5 4 4 5 3 4 52
24 4 2 2 2 2 5 5 5 3 4 5 3 3 45
25 3 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 52
26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 53
27 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 46
28 4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 4 5 58
29 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 58
30 3 3 3 2 2 3 4 3 3 4 3 3 4 40
31 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 58
32 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 59
33 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 5 2 4 51
34 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 48
35 4 3 3 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 55
36 4 3 3 4 4 4 5 5 5 4 5 3 5 54
37 4 2 2 2 2 5 5 5 3 4 5 3 5 47
38 3 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 51
39 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 53
40 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 48
41 3 3 3 2 2 3 4 3 3 4 3 3 4 40
42 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 58
43 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 59
44 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 2 4 52
45 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 47
46 4 3 3 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 55
47 4 3 3 4 4 4 5 5 4 4 5 3 5 53
48 4 2 2 2 2 5 5 5 3 4 5 3 5 47
49 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 47
Lampiran 3 HASIL UJI VALIDITAS
92
Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi
MV1 MV2 MV3 MV4 MV5 MV6 MV7 MV8 MV9 MV10 MV11 MV12 MV13 MV14 TMV
MV1 Pearson Correlation 1 .460**
.458**
.347* .255 .382
** .125 .245 .283
* -.068 .022 -.079 .092 .274 .509
**
Sig. (2-tailed) .001 .001 .015 .077 .007 .392 .090 .049 .644 .881 .589 .529 .056 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
MV2 Pearson Correlation .460**
1 .655**
.332* .148 .164 .030 .049 .359
* .114 .404
** .474
** .302
* .522
** .670
**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .020 .311 .262 .840 .737 .011 .437 .004 .001 .035 .000 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
MV3 Pearson Correlation .458**
.655**
1 .310* .485
** .316
* -.265 .120 .098 -.208 .276 .336
* .208 .171 .543
**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .030 .000 .027 .066 .411 .504 .151 .055 .018 .152 .241 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
MV4 Pearson Correlation .347* .332
* .310
* 1 .169 .343
* .175 .077 .196 .067 .324
* .281 .236 -.053 .466
**
Sig. (2-tailed) .015 .020 .030 .246 .016 .229 .600 .178 .648 .023 .051 .102 .716 .001
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
MV5 Pearson Correlation .255 .148 .485**
.169 1 .794**
.118 .676**
.208 .230 .333* .104 .117 -.005 .632
**
Sig. (2-tailed) .077 .311 .000 .246 .000 .420 .000 .151 .112 .019 .477 .424 .974 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
MV6 Pearson Correlation .382**
.164 .316* .343
* .794
** 1 .302
* .637
** .304
* .356
* .330
* .248 -.020 -.031 .683
**
Sig. (2-tailed) .007 .262 .027 .016 .000 .035 .000 .034 .012 .020 .085 .891 .834 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
MV7 Pearson Correlation .125 .030 -.265 .175 .118 .302* 1 .416
** .236 .562
** .138 .308
* .253 .227 .422
**
Sig. (2-tailed) .392 .840 .066 .229 .420 .035 .003 .103 .000 .345 .031 .080 .117 .003
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
MV8 Pearson Correlation .245 .049 .120 .077 .676**
.637**
.416**
1 .196 .520**
.300* .176 .244 .152 .624
**
Sig. (2-tailed) .090 .737 .411 .600 .000 .000 .003 .177 .000 .036 .226 .091 .297 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
MV9 Pearson Correlation .283* .359
* .098 .196 .208 .304
* .236 .196 1 .308
* .204 .259 .071 .251 .531
**
Sig. (2-tailed) .049 .011 .504 .178 .151 .034 .103 .177 .032 .161 .073 .626 .082 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
Lampiran 3 HASIL UJI VALIDITAS
93
MV1
0
Pearson Correlation -.068 .114 -.208 .067 .230 .356* .562
** .520
** .308
* 1 .380
** .455
** .256 .288
* .526
**
Sig. (2-tailed) .644 .437 .151 .648 .112 .012 .000 .000 .032 .007 .001 .076 .045 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
MV1
1
Pearson Correlation .022 .404**
.276 .324* .333
* .330
* .138 .300
* .204 .380
** 1 .327
* .240 .118 .616
**
Sig. (2-tailed) .881 .004 .055 .023 .019 .020 .345 .036 .161 .007 .022 .096 .418 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
MV1
2
Pearson Correlation -.079 .474**
.336* .281 .104 .248 .308
* .176 .259 .455
** .327
* 1 .229 .259 .532
**
Sig. (2-tailed) .589 .001 .018 .051 .477 .085 .031 .226 .073 .001 .022 .113 .072 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
MV1
3
Pearson Correlation .092 .302* .208 .236 .117 -.020 .253 .244 .071 .256 .240 .229 1 .279 .408
**
Sig. (2-tailed) .529 .035 .152 .102 .424 .891 .080 .091 .626 .076 .096 .113 .052 .004
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
MV1
4
Pearson Correlation .274 .522**
.171 -.053 -.005 -.031 .227 .152 .251 .288* .118 .259 .279 1 .455
**
Sig. (2-tailed) .056 .000 .241 .716 .974 .834 .117 .297 .082 .045 .418 .072 .052 .001
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
TMV Pearson Correlation .509**
.670**
.543**
.466**
.632**
.683**
.422**
.624**
.531**
.526**
.616**
.532**
.408**
.455**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000 .000 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .004 .001
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-
tailed).
Lampiran 3 HASIL UJI VALIDITAS
94
Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Pendidikan
PD1 PD2 PD3 PD4 PD5 PD6 TPD
PD1 Pearson Correlation 1 .417**
.572**
.408**
.427**
.408**
.678**
Sig. (2-tailed) .003 .000 .004 .002 .004 .000
N 49 49 49 49 49 49 49
PD2 Pearson Correlation .417**
1 .607**
.533**
.540**
.533**
.775**
Sig. (2-tailed) .003 .000 .000 .000 .000 .000
N 49 49 49 49 49 49 49
PD3 Pearson Correlation .572**
.607**
1 .545**
.601**
.545**
.822**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 49 49 49 49 49 49 49
PD4 Pearson Correlation .408**
.533**
.545**
1 .491**
1.000**
.847**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .000 .000 .000
N 49 49 49 49 49 49 49
PD5 Pearson Correlation .427**
.540**
.601**
.491**
1 .491**
.747**
Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .000 .000 .000
N 49 49 49 49 49 49 49
PD6 Pearson Correlation .408**
.533**
.545**
1.000**
.491**
1 .847**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .000 .000 .000
N 49 49 49 49 49 49 49
TPD Pearson Correlation .678**
.775**
.822**
.847**
.747**
.847**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 49 49 49 49 49 49 49
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 3 HASIL UJI VALIDITAS
95
Hasli Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak
KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 KP11 KP12 KP13 TKP
KP1 Pearson Correlation 1 .521**
.510**
.292* .391
** .458
** .480
** .418
** .109 .242 .550
** .307
* .148 .678
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .042 .005 .001 .000 .003 .458 .094 .000 .032 .310 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
KP2 Pearson Correlation .521**
1 .780**
.579**
.604**
.124 .094 .135 .063 .287* .156 .354
* -.075 .606
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .395 .522 .356 .665 .046 .284 .013 .610 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
KP3 Pearson Correlation .510**
.780**
1 .659**
.595**
.088 -.081 -.123 .094 .241 -.006 .500**
-.140 .551**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .549 .579 .401 .520 .095 .966 .000 .338 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
KP4 Pearson Correlation .292* .579
** .659
** 1 .819
** .070 -.008 .161 .333
* .099 .112 .463
** .087 .646
**
Sig. (2-tailed) .042 .000 .000 .000 .634 .957 .270 .019 .497 .442 .001 .551 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
KP5 Pearson Correlation .391**
.604**
.595**
.819**
1 .083 .079 .274 .426**
.306* .215 .320
* .072 .688
**
Sig. (2-tailed) .005 .000 .000 .000 .569 .590 .057 .002 .033 .138 .025 .625 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
KP6 Pearson Correlation .458**
.124 .088 .070 .083 1 .555**
.574**
.196 .294* .589
** .186 .334
* .566
**
Sig. (2-tailed) .001 .395 .549 .634 .569 .000 .000 .176 .040 .000 .202 .019 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
KP7 Pearson Correlation .480**
.094 -.081 -.008 .079 .555**
1 .676**
.304* .414
** .851
** .159 .549
** .624
**
Sig. (2-tailed) .000 .522 .579 .957 .590 .000 .000 .034 .003 .000 .276 .000 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
KP8 Pearson Correlation .418**
.135 -.123 .161 .274 .574**
.676**
1 .328* .325
* .834
** .004 .415
** .626
**
Sig. (2-tailed) .003 .356 .401 .270 .057 .000 .000 .021 .023 .000 .979 .003 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
KP9 Pearson Correlation .109 .063 .094 .333* .426
** .196 .304
* .328
* 1 .257 .318
* .150 .704
** .558
**
Sig. (2-tailed) .458 .665 .520 .019 .002 .176 .034 .021 .075 .026 .303 .000 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
Lampiran 3 HASIL UJI VALIDITAS
96
KP10 Pearson Correlation .242 .287* .241 .099 .306
* .294
* .414
** .325
* .257 1 .383
** .076 .224 .489
**
Sig. (2-tailed) .094 .046 .095 .497 .033 .040 .003 .023 .075 .007 .603 .122 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
KP11 Pearson Correlation .550**
.156 -.006 .112 .215 .589**
.851**
.834**
.318* .383
** 1 .093 .438
** .686
**
Sig. (2-tailed) .000 .284 .966 .442 .138 .000 .000 .000 .026 .007 .526 .002 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
KP12 Pearson Correlation .307* .354
* .500
** .463
** .320
* .186 .159 .004 .150 .076 .093 1 .085 .523
**
Sig. (2-tailed) .032 .013 .000 .001 .025 .202 .276 .979 .303 .603 .526 .562 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
KP13 Pearson Correlation .148 -.075 -.140 .087 .072 .334* .549
** .415
** .704
** .224 .438
** .085 1 .488
**
Sig. (2-tailed) .310 .610 .338 .551 .625 .019 .000 .003 .000 .122 .002 .562 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
TKP Pearson Correlation .678**
.606**
.551**
.646**
.688**
.566**
.624**
.626**
.558**
.489**
.686**
.523**
.488**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 4 Hasil Uji Realibilitas
97
Hasil uji realibilitas variabel motivasi
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 49 100.0
Excludeda 0 .0
Total 49 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items N of Items
.813 .820 14
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
MV1 4.02 .777 49
MV2 3.90 .823 49
MV3 4.18 .808 49
MV4 4.18 .527 49
MV5 4.16 .825 49
MV6 4.08 .838 49
MV7 4.14 .612 49
MV8 4.29 .736 49
MV9 3.86 .866 49
MV10 4.55 .614 49
MV11 4.02 1.199 49
MV12 4.49 .505 49
MV13 4.35 .481 49
MV14 4.02 .878 49
Lampiran 4 Hasil Uji Realibilitas
98
Inter-Item Correlation Matrix
MV1 MV2 MV3 MV4 MV5 MV6 MV7 MV8 MV9 MV10 MV11 MV12 MV13 MV14
MV1 1.000 .460 .458 .347 .255 .382 .125 .245 .283 -.068 .022 -.079 .092 .274
MV2 .460 1.000 .655 .332 .148 .164 .030 .049 .359 .114 .404 .474 .302 .522
MV3 .458 .655 1.000 .310 .485 .316 -.265 .120 .098 -.208 .276 .336 .208 .171
MV4 .347 .332 .310 1.000 .169 .343 .175 .077 .196 .067 .324 .281 .236 -.053
MV5 .255 .148 .485 .169 1.000 .794 .118 .676 .208 .230 .333 .104 .117 -.005
MV6 .382 .164 .316 .343 .794 1.000 .302 .637 .304 .356 .330 .248 -.020 -.031
MV7 .125 .030 -.265 .175 .118 .302 1.000 .416 .236 .562 .138 .308 .253 .227
MV8 .245 .049 .120 .077 .676 .637 .416 1.000 .196 .520 .300 .176 .244 .152
MV9 .283 .359 .098 .196 .208 .304 .236 .196 1.000 .308 .204 .259 .071 .251
MV10 -.068 .114 -.208 .067 .230 .356 .562 .520 .308 1.000 .380 .455 .256 .288
MV11 .022 .404 .276 .324 .333 .330 .138 .300 .204 .380 1.000 .327 .240 .118
MV12 -.079 .474 .336 .281 .104 .248 .308 .176 .259 .455 .327 1.000 .229 .259
MV13 .092 .302 .208 .236 .117 -.020 .253 .244 .071 .256 .240 .229 1.000 .279
MV14 .274 .522 .171 -.053 -.005 -.031 .227 .152 .251 .288 .118 .259 .279 1.000
Lampiran 4 Hasil Uji Realibilitas
99
Inter-Item Covariance Matrix
MV1 MV2 MV3 MV4 MV5 MV6 MV7 MV8 MV9 MV10 MV11 MV12 MV13 MV14
MV1 .604 .294 .288 .142 .163 .248 .060 .140 .190 -.032 .020 -.031 .034 .187
MV2 .294 .677 .436 .144 .100 .113 .015 .030 .256 .057 .398 .197 .119 .377
MV3 .288 .436 .653 .132 .324 .214 -.131 .071 .068 -.103 .267 .137 .081 .121
MV4 .142 .144 .132 .278 .074 .151 .057 .030 .089 .022 .205 .075 .060 -.025
MV5 .163 .100 .324 .074 .681 .549 .060 .411 .149 .116 .330 .043 .046 -.003
MV6 .248 .113 .214 .151 .549 .702 .155 .393 .220 .183 .332 .105 -.008 -.023
MV7 .060 .015 -.131 .057 .060 .155 .375 .188 .125 .211 .101 .095 .074 .122
MV8 .140 .030 .071 .030 .411 .393 .188 .542 .125 .235 .265 .065 .086 .098
MV9 .190 .256 .068 .089 .149 .220 .125 .125 .750 .164 .211 .113 .030 .190
MV10 -.032 .057 -.103 .022 .116 .183 .211 .235 .164 .378 .280 .141 .076 .155
MV11 .020 .398 .267 .205 .330 .332 .101 .265 .211 .280 1.437 .198 .139 .125
MV12 -.031 .197 .137 .075 .043 .105 .095 .065 .113 .141 .198 .255 .056 .115
MV13 .034 .119 .081 .060 .046 -.008 .074 .086 .030 .076 .139 .056 .231 .118
MV14 .187 .377 .121 -.025 -.003 -.023 .122 .098 .190 .155 .125 .115 .118 .770
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
58.24 33.980 5.829 14
Lampiran 4 Hasil Uji Realibilitas
100
Hasil Uji Realibilitas Variabel Tingkat
Pendidikan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 49 100.0
Excludeda 0 .0
Total 49 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.877 .876 6
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
PD1 3.20 1.099 49
PD2 2.82 1.219 49
PD3 2.55 1.209 49
PD4 2.65 1.182 49
PD5 2.73 1.095 49
PD6 2.65 1.182 49
Inter-Item Correlation Matrix
PD1 PD2 PD3 PD4 PD5 PD6
PD1 1.000 .417 .572 .408 .427 .408
PD2 .417 1.000 .607 .533 .540 .533
PD3 .572 .607 1.000 .545 .601 .545
PD4 .408 .533 .545 1.000 .491 1.000
PD5 .427 .540 .601 .491 1.000 .491
PD6 .408 .533 .545 1.000 .491 1.000
Inter-Item Covariance Matrix
PD1 PD2 PD3 PD4 PD5 PD6
PD1 1.207 .559 .760 .531 .514 .531
PD2 .559 1.486 .895 .768 .721 .768
PD3 .760 .895 1.461 .778 .795 .778
PD4 .531 .768 .778 1.398 .635 1.398
PD5 .514 .721 .795 .635 1.199 .635
PD6 .531 .768 .778 1.398 .635 1.398
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
16.61 30.284 5.503 6
Lampiran 4 Hasil Uji Realibilitas
101
Hasil Uji Realibilitas Variabel Kepatuhan
Wajib Pajak
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 49 100.0
Excludeda 0 .0
Total 49 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.840 .849 13
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
KP1 3.84 .514 49
KP2 3.63 .782 49
KP3 3.61 .786 49
KP4 3.82 .905 49
KP5 3.80 .763 49
KP6 4.02 .721 49
KP7 4.31 .713 49
KP8 4.39 .786 49
KP9 3.88 .754 49
KP10 4.22 .468 49
KP11 4.31 .769 49
KP12 3.57 1.000 49
KP13 4.10 .770 49
Inter-Item Correlation Matrix
KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 KP11 KP12 KP13
KP1 1.000 .521 .510 .292 .391 .458 .480 .418 .109 .242 .550 .307 .148
KP2 .521 1.000 .780 .579 .604 .124 .094 .135 .063 .287 .156 .354 -.075
KP3 .510 .780 1.000 .659 .595 .088 -.081 -.123 .094 .241 -.006 .500 -.140
KP4 .292 .579 .659 1.000 .819 .070 -.008 .161 .333 .099 .112 .463 .087
KP5 .391 .604 .595 .819 1.000 .083 .079 .274 .426 .306 .215 .320 .072
KP6 .458 .124 .088 .070 .083 1.000 .555 .574 .196 .294 .589 .186 .334
KP7 .480 .094 -.081 -.008 .079 .555 1.000 .676 .304 .414 .851 .159 .549
KP8 .418 .135 -.123 .161 .274 .574 .676 1.000 .328 .325 .834 .004 .415
KP9 .109 .063 .094 .333 .426 .196 .304 .328 1.000 .257 .318 .150 .704
KP10 .242 .287 .241 .099 .306 .294 .414 .325 .257 1.000 .383 .076 .224
KP11 .550 .156 -.006 .112 .215 .589 .851 .834 .318 .383 1.000 .093 .438
KP12 .307 .354 .500 .463 .320 .186 .159 .004 .150 .076 .093 1.000 .085
KP13 .148 -.075 -.140 .087 .072 .334 .549 .415 .704 .224 .438 .085 1.000
Lampiran 4 Hasil Uji Realibilitas
102
Inter-Item Covariance Matrix
KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 KP11 KP12 KP13
KP1 .264 .210 .206 .136 .153 .170 .176 .169 .042 .058 .218 .158 .059
KP2 .210 .612 .480 .410 .361 .070 .052 .083 .037 .105 .094 .277 -.045
KP3 .206 .480 .617 .469 .357 .050 -.045 -.076 .056 .089 -.004 .393 -.085
KP4 .136 .410 .469 .820 .566 .045 -.005 .114 .227 .042 .078 .420 .061
KP5 .153 .361 .357 .566 .582 .046 .043 .164 .245 .109 .126 .244 .042
KP6 .170 .070 .050 .045 .046 .520 .285 .325 .107 .099 .327 .134 .185
KP7 .176 .052 -.045 -.005 .043 .285 .509 .379 .163 .138 .467 .113 .301
KP8 .169 .083 -.076 .114 .164 .325 .379 .617 .194 .119 .504 .003 .251
KP9 .042 .037 .056 .227 .245 .107 .163 .194 .568 .091 .184 .113 .409
KP10 .058 .105 .089 .042 .109 .099 .138 .119 .091 .219 .138 .036 .081
KP11 .218 .094 -.004 .078 .126 .327 .467 .504 .184 .138 .592 .071 .260
KP12 .158 .277 .393 .420 .244 .134 .113 .003 .113 .036 .071 1.000 .065
KP13 .059 -.045 -.085 .061 .042 .185 .301 .251 .409 .081 .260 .065 .594
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
51.49 33.505 5.788 13
Lampiran 5 Hasil Uji Linier Berganda
103
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 TPD, TMVa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: TKP
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .384a .148 .111 5.459
a. Predictors: (Constant), TPD, TMV
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 237.633 2 118.816 3.988 .025a
Residual 1370.612 46 29.796
Total 1608.245 48
a. Predictors: (Constant), TPD, TMV
b. Dependent Variable: TKP
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 31.367 8.082 3.881 .000
TMV .377 .136 .380 2.777 .008
TPD -.110 .144 -.105 -.768 .447
a. Dependent Variable: TKP
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 31.367 8.082 3.881 .000
TMV .377 .136 .380 2.777 .008 .991 1.009
TPD -.110 .144 -.105 -.768 .447 .991 1.009
a. Dependent Variable: TKP
Lampiran 5 Hasil Uji Linier Berganda
104
Coefficient Correlationsa
Model TPD TMV
1 Correlations TPD 1.000 -.093
TMV -.093 1.000
Covariances TPD .021 -.002
TMV -.002 .018
a. Dependent Variable: TKP
Collinearity Diagnosticsa
Model
Dimens
ion Eigenvalue Condition Index
Variance Proportions
(Constant) TMV TPD
1 1 2.929 1.000 .00 .00 .01
2 .066 6.673 .02 .03 .99
3 .005 24.570 .98 .97 .00
a. Dependent Variable: TKP
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 45.21 55.55 51.49 2.225 49
Std. Predicted Value -2.821 1.824 .000 1.000 49
Standard Error of Predicted Value .813 2.365 1.304 .356 49
Adjusted Predicted Value 45.95 55.33 51.54 2.189 49
Residual -13.415 12.151 .000 5.344 49
Std. Residual -2.458 2.226 .000 .979 49
Stud. Residual -2.516 2.307 -.004 1.011 49
Deleted Residual -14.061 13.049 -.051 5.699 49
Stud. Deleted Residual -2.680 2.426 -.008 1.038 49
Mahal. Distance .086 8.029 1.959 1.706 49
Cook's Distance .000 .158 .022 .036 49
Centered Leverage Value .002 .167 .041 .036 49
a. Dependent Variable: TKP