ANALISIS PENGARUH KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id...
Transcript of ANALISIS PENGARUH KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS PENGARUH KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI
(KKP-E) BRI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI
KABUPATEN KARANGANYAR
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Program Studi Agribisnis
OLEH:
NOER AYU FAJRINA OKHTA NUGRAHENI
NIM. H0808033
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ANALISIS PENGARUH KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI
(KKP-E) BRI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI
KABUPATEN KARANGANYAR
Oleh:
NOER AYU FAJRINA OKHTA NUGRAHENI
H 0808033
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal: 11 Januari 2013
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua
Dr. Ir. Minar Ferichani, MP NIP. 19670331 199303 2 001
Anggota I
Widiyanto, SP, M.Si NIP. 19810221 200501 1 003
Anggota II
Dr. Sapja Anantanyu, SP, M.Si NIP. 19681227 199403 1 002
Surakarta,
Mengetahui Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 1001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis
Pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI terhadap
Pendapatan Petani Padi di Kabupaten Karanganyar”.
Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas setiap kerja
menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan
skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun
materiil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih ini penulis tujukan terutama kepada :
1. Allah SWT atas segalanya yang telah diberikan kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas
Pertanian UNS Surakarta.
3. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Nuning Setyowati, SP., M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Ibu Dr. Ir. Minar Ferichani, M.P. selaku selaku Dosen Pembimbing Utama
Skripsi sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang dengan kasih selalu
memberikan pengarahan, nasehat, dan motivasi kepada penulis.
6. Bapak Widiyanto, SP., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping Skripsi
yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
7. Bapak Dr. Sapja Anantanyu, SP., M.Si selaku Dosen Penguji Tamu atas
diskusi, bimbingan, serta arahannya kepada penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
8. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staff/karyawan Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya
selama menempuh perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
9. Kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Karanganyar, BAPPEDA Kabupaten
Karanganyar, BP4K Kabupaten Karanganyar, serta BPS Kabupaten
Karanganyar yang telah memberikan izin penelitian serta menyediakan data-
data yang diperlukan penulis.
10. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) kantor cabang Karanganyar yang telah
memberikan izin penelitian serta Bapak Agus Irawan selaku AO Kredit
Program BRI cabang Karanganyar yang telah membantu dalam melengkapi
data-data yang diperlukan.penulis.
11. Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Jaten,
Bapak Sumarso selaku ketua kelompok tani Rukun Tani, Bapak Suyanto
selaku ketua kelompok tani Rukun Makaryo, serta petani responden di
Kelurahan Lalung dan Desa Jati yang telah membantu penulis selama
penelitian.
12. Ayahanda dan Ibunda, Bapak Drs. Waluyo Dwi Basuki, MM dan Ibu Yayuk
Wahyusri, SE yang tiada henti memberikan kasih sayang, semangat, doa, dan
motivasi dalam setiap langkah penulis sehingga penulis dapat berjalan sejauh
ini, adikku Hilda Maulika Ayudya dan Daffa Alby Zhafran, serta keluarga
besar ayah dan bunda yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan
baik moral maupun material kepada penulis.
13. Sahabat-sahabatku Dyah Puspitasari Purnaningtyas, Aulia Rahma Kautsari,
Ayu Nilasari, dan Galuh Perwita Sari, terima kasih atas doa, semangat dan
persahabatan yang luar biasa.
14. Sahabat Agribisnis 2008, Bundo Retna, Riri, Suryani, Mesty, Puput, Anita,
Carrine, Tami, Riana, Ifa, Ema, Inneke, Yurike, Mas Abid, Mas Nanda, Mas
Nur, Mas Ragil, Mas Heri, Ocha, Arum, dan lain-lain serta Sasaeng Group
yang telah memberi dukungan, semangat, dan doanya selama ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
15. Teman-teman Agribisnis 2007, Agribisnis 2009 (Hazizah, Shela, Karin, Iim,
dkk), dan Agribisnis 2010 yang telah memberi semangat dan masukan bagi
penulis.
16. Prima Nandana Multi Pradani, rekan GALAKSI, dan Aks 1 SMAN 1
Karanganyar: Dian, Indah, Rino, Bayu, Giri, Budi, Ditya, Asep, Andre, Alami,
Herlin, Ririn, Gede, dan Habib terima kasih untuk semangat dan persahabatan
supernya, apapun yang terjadi silaturahim harus tetap terjaga.
17. Teman-teman magang dan staff PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya
yang telah memberi pengalaman dan kenangan indah tak terlupakan selama
magang.
18. Pengurus KAMAGRISTA periode 2010-2011 yang telah memberikan
pengalaman dan pembelajaran berharga bagi penulis. Satukan tekad, meraih
asa, jaya KAMAGRISTA!
19. Mas Yudi yang telah bersedia mengantar penulis dalam melengkapi data
penelitian.
20. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini
baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini dapat
memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi penulis sendiri
khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
Surakarta, Januari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii
RINGKASAN ........................................................................................................ xiii
SUMMARY ........................................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 A. Latar Belakang....................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah .............................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7 D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 8 A. Penelitian Terdahulu dan Keterbaruan Penelitian .......................... 8
1. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 8 2. Keterbaruan Penelitian ...................................................................... 11
B. Landasan Teori ...................................................................................... 11 1. Pertanian ............................................................................................. 11 2. Lembaga Keuangan Perbankan ........................................................ 14 3. Kredit Pertanian ................................................................................. 15 4. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi ............................................... 17 5. Peranan Perbankan dalam Pembiayaan Usaha Tani ........................ 22 6. Hubungan Kredit dengan Peningkatan Pendapatan Petani ............. 23
C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 24 D. Asumsi ..................................................................................................... 26 E. Pembatasan Masalah ............................................................................ 26 F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ................ 27 G. Hipotesis .................................................................................................. 29
III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 30 A. Metode Dasar Penelitian ..................................................................... 30 B. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 30
1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ............................................... 30 2. Populasi dan Sampel .......................................................................... 31
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
1. Data Primer ........................................................................................ 33 2. Data Sekunder .................................................................................... 34
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 35 1. Observasi ............................................................................................ 35 2. Wawancara ......................................................................................... 35 3. Pencatatan .......................................................................................... 36
E. Metode Analisis Data ........................................................................... 36 1. Analisis Biaya, Pendapatan, Efisiensi dan Kemanfaatan dalam
Penggunaan Modal Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI ................................................................................................. 36
2. Analisis Pengaruh Modal Sendiri dan Modal Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI terhadap Pendapatan Petani ...... 38
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ........................................... 43 A. Keadaan Geografi.................................................................................. 43
1. Letak dan Batas Wilayah ................................................................... 43 2. Topografi Daerah ............................................................................... 44
B. Keadaan Penduduk ............................................................................... 44 1. Keadaan Penduduk Menurut Golongan Umur dan jenis Kelamin .. 44 2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ........................... 47 3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian .............................. 50
C. Keadaan Pertanian ................................................................................ 52 1. Tata Guna Lahan ................................................................................ 52 2. Produksi Tanaman Pangan ................................................................ 54
D. Keadaan Perekonomian ....................................................................... 56 E. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi Bank Rakyat Indonesia.... 59
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 66 A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 66
1. Usaha Tani Padi di Kabupaten Karanganyar .................................... 66 2. Karakteristik Petani Sampel ............................................................... 67 3. Analisis Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E BRI dan
Petani Bukan Pengguna KKP-E ........................................................ 73 B. Pembahasan ............................................................................................ 90
1. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha Tani ............................. 90 2. Efisiensi dan Kemanfaatan Usaha Tani ............................................ 93 3. Pengaruh Faktor terhadap Pendapatan Usaha Tani ......................... 94
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 106 A. Kesimpulan ............................................................................................. 106 B. Saran ........................................................................................................ 106
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 107 LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1. Kredit Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi tahun 2008-2011 (Miliar Rupiah) ...................................................................... 2
Tabel 1.2. Jumlah Penduduk 10 Tahun keAtas menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008-2010 (Jiwa) ................... 4
Tabel 1.3. Jumlah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI Cabang Karanganyar Tahun 2009-2011 (Rupiah) ........................ 5
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 10
Tabel 3.1. Plafon dan Realisasi Jumlah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI di Kabupaten Karanganyar Tahun 2011 ..................... 30
Tabel 3.2. Populasi Petani Padi Pengguna KKP-E dan Bukan Pengguna KKP-E ............................................................................................... 31
Tabel 3.3. Penentuan Jumlah Sampel Petani Responden Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar .............................................................. 32
Tabel 3.4. Jenis dan Sumber Data dalam Penelitian ........................................ 35
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ............................................. 45
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 ............................................. 46
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin KecamatanJaten Tahun 2010 ........................................................... 47
Tabel 4.4. Penduduk 5 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010..................... 48
Tabel 4.5. Penduduk 5 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 .................... 48
Tabel 4.6. Penduduk 5 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kecamatan Jaten Tahun 2010 ................................. 49
Tabel 4.7. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ......................................... 50
Tabel 4.8. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 ........................................ 51
Tabel 4.9. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Jaten Tahun 2010 ..................................................... 51
Tabel 4.10. Tata Guna Lahan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ........... 52
Tabel 4.11. Tata Guna Lahan di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 .......... 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Tabel 4.12. Tata Guna Lahan di Kecamatan Jaten Tahun 2010 ....................... 54
Tabel4.13. Jumlah Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangandi Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ................................................................ 55
Tabel4.14. Jumlah Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangandi KecamatanKaranganyar Tahun 2010 .............................................. 55
Tabel4.15. Jumlah Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangandi Kecamatan Jaten Tahun 2010 ............................................................................. 56
Tabel 4.16. Sarana Perekonomian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010.... 57
Tabel 4.17. Sarana Perekonomian di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 .. 57
Tabel 4.18. Sarana Perekonomian di Kecamatan Jaten Tahun 2010 ............... 58
Tabel 5.1. Karakteristik Petani Sampel Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar ............................... 71
Tabel 5.2. Rata-rata Besarnya Input dan Output dari Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 .................................. 73
Tabel 5.3. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 .................................. 74
Tabel 5.4. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 .................................. 76
Tabel 5.5. Rata-rata Biaya Sarana Produksi Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 .................................. 78
Tabel 5.6. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ..................................................... 79
Tabel 5.7. Rata-rata Biaya Lain-lain Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ..................................................... 80
Tabel 5.8. Rata-rata Biaya Total Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ............................................................................ 81
Tabel 5.9. Rata-rata Produksi, Harga, dan Penerimaan Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 .................................. 82
Tabel 5.10. Rata-rata Pendapatan Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ............................................................................ 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Tabel 5.11. Rata-rata Efisiensi dan Kemanfaatan Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 .................................. 84
Tabel 5.12. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Beberapa Faktor terhadap Pendapatan Usaha Tani Petani Anggota Kelompok Tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ....................................................................................... 85
Tabel 5.13. Hasil Analisis Uji t-test antara Variabel Pendapatan Petani dan Penggunaan Kredit ........................................................................... 88
Tabel 5.14. Hasil Analisis Uji t-test antara Variabel Luas Lahan dan Penggunaan Kredit ........................................................................... 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1.Bagan Kerangka Berpikir .................................................................. 25
Gambar 2.2 SkemaVariabel X dan Y dalamPenelitian ........................................ 26
Gambar 3.1.Bagan Pengambilan Sampel Responden .......................................... 33
Gambar 4.1. Prosedur Penyaluran KKP-E Bekerjasama dengan Mitra Usaha .. 62
Gambar 5.1. Pengaruh KKP-E terhadap Pendapatan Petani ............................... 99
Gambar 5.2. Penggunaan Modal oleh Petani Bukan Pengguna KKP-E ............. 102
Gambar 5.3. Penggunaan Modal oleh Petani Pengguna KKP-E ......................... 103
Gambar 5.4. Alasan Petani Menggunakan dan Tidak Menggunakan KKP-E.... 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) dan Sex Ratio . 110
Lampiran 2. Identitas Responden pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E ........................................................................................... 112
Lampiran 3. Identitas Responden pada Usaha Tani Padi Petani Bukan Pengguna KKP-E .......................................................................... 114
Lampiran 4. Penggunaan Sarana Produksi pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E .......................................................................... 116
Lampiran 5. Penggunaan Sarana Produksi pada Usaha Tani Padi Petani Bukan Pengguna KKP-E .............................................................. 118
Lampiran 6. Penggunaan Tenaga Kerja pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E .......................................................................... 120
Lampiran 7. Penggunaan Tenaga Kerja pada Usaha Tani Padi Petani Bukan Pengguna KKP-E ........................................................................... 122
Lampiran 8. Biaya Total pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E ..... 124
Lampiran 9. Biaya Total pada Usaha Tani Padi Petani Bukan Pengguna KKP-E ............................................................................................ 125
Lampiran 10. Biaya, Penerimaan, Pendapatan pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E ........................................................................... 126
Lampiran 11. Biaya, Penerimaan, Pendapatan pada Usaha Tani Padi Petani Bukan Pengguna KKP-E ............................................................... 127
Lampiran 12. R/C ratio pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E ......... 128
Lampiran 13. R/C ratio pada Usaha Tani Padi Petani Bukan Pengguna KKP-E ...................................................................................................... 129
Lampiran 14. Incremental B/C Ratio (IBCR) pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Bukan Pengguna KKP-E ......................... 130
Lampiran 15. Hasil Analisis Regresi .................................................................. 132
Lampiran 16. Kuesioner ...................................................................................... 143
Lampiran 17. Peta Kabupaten Karanganyar ....................................................... 148
Lampiran 18. Peta Kecamatan Karanganyar ...................................................... 149
Lampiran 19. Peta Kecamatan Jaten ................................................................... 150
Lampiran 20. Dokumentasi ................................................................................. 151
Lampiran 21. Surat Izin Penelitian ...................................................................... 152
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
RINGKASAN
Noer Ayu Fajrina Okhta Nugraheni. H0808033. Analisis Pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI terhadap Pendapatan Petani Padi di Kabupaten Karanganyar. Dibimbing oleh Dr. Ir. Minar Ferichani, MP. dan Widiyanto, SP., M.Si. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal sendiri dan Program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI terhadap peningkatan pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar.
Metode dasar penelitian adalah metode deskripsi analisis dan pelaksanaan penelitian dilakukan dengan metode survei. Penelitian dilakukan di Kabupaten Karaganyar. Teknik pengambilan sampel dengan metode multistage cluster random sampling. Jumlah sampel ditentukan berdasarkan jumlah pengguna KKP-E terbanyak yaitu kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo. Untuk mengkaji pengaruh modal sendiri dan modal KKP-E terhadap pendapatan petani digunakan model regresi linier berganda, serta didukung dengan analisis R/C ratio dan Incremental B/C ratio untuk melihat perbedaan penggunaan modal sendiri dan KKP-E.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan petani pengguna KKP-E sebesar Rp 15.835.880,00/Ha/MT lebih besar dari pada pendapatan petani bukan pengguna KKP-E sebesar Rp 14.042.598,00/Ha/MT. Nilai efisiensi usahatani petani pengguna KKP-E sebesar 2,57 lebih besar dari efisiensi usahatani petani bukan pengguna KKP-E sebesar 2,50. Kemanfaatan usahatani sebesar 3,517sehingga usahatani pengguna KKP-E lebih memberi kemanfaatan daripada usahatani petani bukan pengguna KKP-E. Hubungan faktor-faktor dengan pendapatan petani dinyatakan dalam model fungsi regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = -5,720E6 + 0,949X1 + 0,008X2 + 0,047X3 + 0,081D1 + 0,083D2 + e Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa luas lahan, tingkat pendidikan,
jumlah anggota keluarga, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Secara individu faktor luas lahan, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani, sedangkan faktor tingka tpendidikan dan jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan yaitu adanya penyuluhan lebih lanjut mengenai KKP-E oleh pemerintah melalui PPL supaya seluruh petani anggota kelompok tani menjadi paham mengenai program pemerintah dalam hal kredit atau bantuan permodalan utamanya KKP-E beserta pengaruh dan manfaatnya dalam pengembangan usaha tani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
SUMMARY
Noer Ayu Fajrina Okhta Nugraheni. H0808033. Analysis of Effect of Energy and Food Safety Credit (KKP-E) BRI to Increase the Rice Farmers Income in Karanganyar Regency.Supervised by Dr. Ir. FerichaniMinar, MP.andWidiyanto, SP., M.Si. Faculty of Agriculture.SebelasMaret University. Surakarta.
This research aimed to analyze the effect of own capital and Credit of Energy and Food Safety BRI to increase the income of owner and tenant farmers in Karanganyar Regency.
The basic method of this research is a descriptive analysis method and the research conducted by survey method. The research was conducted in the Karanganyar Regency. This research uses multistage cluster random sampling method for the sampling technique. Samplesare determined by the most farmers in KKP-E used, they are RukunTani and RukunMakaryo farmers groups. To assess the influence of their own capital and KKP-E to the farmers income used multiple linear regression models, and supported by the analysis of R/C ratio and Incremental B/C ratio to see the difference in the use of its own capital and KKP-E.
The results showed that the average farmer's income who using KKP-E was Rp 15.835.880,00/Ha/GS, that was more than farmer’s income who didn’t use KKP-E. That was Rp 14.042.598,00/Ha/GS. Peasant farming efficiency value of KKP-E user wass 2,57, that was more than the efficiency of peasant farming who was not KKP-E user. That was 2,50. Benefits farming value amounted to 3,517 so that farming farmers who using KKP-E gave more benefits than farming farmers who didn’t use the KKP-E. The relationship between these factors with farmers' income can be expressed in multiple linear regression models as follows:
Y = -5,720E6 + 0,949X1 + 0,008X2 + 0,047X3 + 0,081D1 + 0,083D2 + e The results of the regression analysis showed that the land large, education
level, number of family members, the land rulership, and the use of credit jointly have significant effect on farmers' income. The individual factor of land large, land rulership, and the use of credit give the significant effect on farmers 'income, whereas level of education factor and the number of family members factor did not significantly affect to farmers' income.
Based on this research, the advice can be given is the need to use a well management by KKP-E user so they don’t create bad debts and a further extension of the KKP-E to increase farmers' understanding of the KKP-E and its benefits for farming.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar
dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu
bentuk pembangunan nasional adalah pembangunan dalam hal ekonomi.
Pembangunan ekonomi merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup
masyarakat. Pembangunan ekonomi pedesaan merupakan bagian dari
pembangunan ekonomi nasional. Keberhasilan pembangunan ekonomi di
pedesaan banyak didukung oleh kegiatan usaha di bidang pertanian.
Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perekonomian nasional. Kontribusi sektor pertanian cenderung dominan
dalam pencapaian tujuan pembangunan perekonomian nasional. Kontribusi
sektor pertanian dalam pembangunan meliputi pemantapan ketahanan pangan,
pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan pemerataan
pendapatan. Secara garis besar, kebijakan pembangunan pertanian
diprioritaskan kepada beberapa program kerja yang dijabarkan kedalam
beberapa kegiatan. Beberapa program kerja tersebut dilaksanakan dengan
tujuan untuk mencapai sasaran dari pembangunan pertanian, salah satunya
adalah program ketahanan pangan. Oleh karena itu, dalam program revitalisasi
pertanian dibutuhkan suatu bentuk pembangunan terstruktur antara pemerintah
dan pelaku usaha tani.
Meski perannya strategis, sektor pertanian masih menghadapi banyak
permasalahan. Lemahnya permodalan masih menjadi salah satu permasalahan
utama yang dihadapi oleh pelaku usaha pertanian. Petani umumnya
mengajukan pinjaman ke lembaga pembiayaan di sekitar tempat tinggal
mereka, baik formal maupun informal. Namun demikian, petani di pedesaan
cenderung lebih sering mengakses kredit dari pihak informal dengan bunga
yang tinggi. Petani sering merasa kesulitan dalam mengakses pinjaman yang
dikeluarkan oleh lembaga pembiayaan formal karena persyaratan yang dinilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
berbelit, memerlukan agunan, dan membutuhkan waktu yang lama. Selain itu,
alokasi kredit untuk sektor pertanian cenderung kecil apabila dibandingkan
dengan alokasi kredit untuk sektor perekonomian yang lain. Data Bank
Indonesia menunjukkan alokasi kredit perbankan terhadap sektor pertanian
masih cukup rendah dibandingkan dengan sektor perekonomian yang lainnya.
Berikut adalah data mengenai alokasi kredit bank umum berdasarkan sektor
ekonomi tahun 2007-2011 berdasarkan data statistik perbankan Indonesia
tahun 2011.
Tabel 1.1. Kredit Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi tahun 2008-2011 (Miliar Rupiah)
Sektor Ekonomi Tahun
2008 2009 2010 2011 Pertanian, perburuan, dan sarana pertanian
67.202 77.412 90.999 114.725
Pertambangan 32.215 42.894 61.365 87.780 Perindustrian 271.187 247.440 275.404 344.597 Listrik, gas, dan air 18.475 24.560 34.116 45.841 Konstruksi 58.753 64.225 63.500 75.395 Perdagangan, restoran, dan hotel
259.632 301.382 339.639 405.442
Pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi
62.579 73.213 75.142 95.206
Jasa dunia usaha 152.302 150.843 179.398 224.146 Jasa sosial/masyarakat 15.747 17.038 44.232 57.980 Lain-lain 369.596 438.923 602.049 748.983 Jumlah 1.307.688 1.437.930 1.765.845 2.200.094
Sumber: Bank Indonesia, 2011
Data yang dihimpun dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa alokasi
kredit bank umum yang diberikan kepada debitur jumlahnya selalu meningkat
sejak tahun 2008 hingga tahun 2011. Jumlah kredit paling banyak dicurahkan
pada sektor lain-lain yaitu sebesar 748.983 miliar rupiah pada tahun 2011.
Pada tahun yang sama alokasi kredit terendah diterima sektor listrik, gas, dan
air yaitu sebesar 45.841 miliar rupiah. Alokasi kredit untuk sektor pertanian
menempati urutan ke-5 dengan besar kredit 114.725 miliar rupiah.
Salah satu bank yang menjadikan agribisnis sebagai salah satu sektor
unggulan adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). BRI sebagai lembaga
pembiayaan yang dikenal dekat dengan masyarakat, khususnya di pedesaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
juga memiliki kontribusi dalam mendorong pengembangan pertanian. Salah
satu bentuk kontribusi BRI adalah dengan menerapkan kebijakan pembiayaan
di sektor agribisnis. Peran BRI dalam membangun agribisnis nasional tidak
terlepas dari keprihatinan kondisi di lapangan, dimana secara mikro sebagian
pelaku usaha pertanian masih memiliki aksesibilitas yang rendah terhadap
sumber-sumber permodalan (Aviliani, 2008).
Salah satu program kredit yang digulirkan oleh BRI terkait program
revitalisasi pertanian adalah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E).
KKP-E merupakan salah satu program Kementerian Pertanian berupa fasilitas
kredit yang diberikan untuk usaha produktif dalam rangka mendukung
pelaksanaan program ketahanan pangan dan program pengembangan tanaman
bahan baku dan bahan bakar nabati. Kredit diberikan kepada petani-petani
yang mengusahakan tanaman pangan, hortikultura, peternakan, pengadaan dan
peremajaan alat dan mesin, perikanan, dan petani tebu. KKP-E digulirkan
kepada petani melalui kelompok tani. Pada tahun 2010, posisi KKP-E di BRI
mencapai Rp 1,52 triliun atau mencapai 27,17 % dari plafon sebesar Rp 5,6
triliun. Secara nasional, penyaluran KKP-E pada periode yang sama tercatat
Rp 2,69 triliun sehingga sumbangan BRI terhadap penyaluran KKP-E secara
nasional sebesar 56,5 %. KKP-E dapat diakses melalui Kantor Cabang BRI di
seluruh wilayah Indonesia, dan salah satunya ada di Kabupaten Karanganyar.
Kabupaten Karanganyar merupakan Kabupaten yang terletak di lereng
gunung dengan kondisi alam yang subur. Banyak masyarakat di Kabupaten
Karanganyar bekerja di sektor pertanian. Jumlah penduduk yang bekerja di
sektor pertanian menempati urutan kedua setelah lain-lain. Berikut adalah data
mengenai jumlah penduduk 10 tahun ke atas menurut mata pencaharian di
Kabupaten Karanganyar tahun 2008-2010 berdasarkan data olahan registrasi
penduduk 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Tabel 1.2. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008-2010 (Jiwa)
Mata Pencaharian Tahun
2008 2009 2010 Petani Sendiri 134.175 134.487 135.557 Buruh Tani 68.619 68.324 67.540 Nelayan 0 0 0 Pengusaha 9.384 9.846 10.312 Buruh Industri 104.798 105.536 107.063 Buruh Bangunan 49.362 49.619 50.349 Pedagang 34.762 35.320 36.468 Pengangkutan 6.501 6.427 6.269 PNS/TNI/POLRI 20.169 19.908 20.163 Pensiunan 9764 9976 10.293 Lain-lain 285.061 288.995 288.919 Jumlah 722.595 728.438 732.933
Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka, BPS 2011
Data Registrasi Penduduk 2010 yang dihimpun dari Data Kabupaten
Karanganyar dalam Angka Tahun 2011 pada Tabel 1.1. menunjukkan dari
tahun 2008 hingga tahun 2010 jumlah angkatan kerja di Kabupaten
Karanganyar selalu meningkat. Pada tahun 2010 jumlah penduduk yang
mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian (petani sendiri dan buruh
tani) adalah sebesar 203.097 orang atau 27,71 % dari total jumlah angkatan
kerja di Kabupaten Karanganyar. Jumlah ini meningkat dari jumlah angkatan
kerja sektor pertanian pada tahun 2008 sebesar 202.794 orang dan tahun 2009
sebanyak 202.881 orang (BPS, 2011).
Sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar sangat potensial untuk
dikembangkan, terutama untuk meningkatkan pendapatan petani. Salah satu
cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi dan pendapatan
petani adalah dengan meningkatkan akses permodalan petani. Sumber
permodalan yang dapat diakses petani di Kabupaten Karanganyar beragam.
Salah satu sumber permodalan yang dapat diakses petani adalah Kredit
Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI yang disalurkan melalui BRI
Cabang Karanganyar. Jumlah KKP-E BRI yang diakses petani di BRI Cabang
Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 1.3. berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Tabel 1.3. Jumlah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI Cabang Karanganyar Tahun 2009-2011 (Rupiah)
Jenis Kredit Tahun 2009 2010 2011
KKP-E 2.517.700.000 3.756.407.100 3.651.244.600
Sumber: BRI Cabang Karanganyar
Data yang diambil dari BRI Cabang Karanganyar, pada tahun 2009
jumlah KKP-E yang diakses kelompok petani adalah sebesar Rp
2.517.700.000,00. Pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 3.756.407.100,00
disertai dengan penambahan jumlah kelompok tani pengakses KKP-E. Pada
tahun 2011 jumlah KKP-E yang diakses kelompok tani mengalami penurunan
menjadi Rp 3.651.244.600,00. Hal ini disebabkan oleh penunggakan yang
dilakukan oleh beberapa kelompok tani sehingga pemberian skim kredit tidak
dapat diteruskan. Oleh karena banyaknya KKP-E yang diakses petani di
Kabupaten Karanganyar maka perlu rasanya dilakukan penelitian mengenai
Analisis Pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E)
melalui BRI terhadap Pendapatan Petani Padi di Kabupaten
Karanganyar. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pemerintah dan bank pelaksana dalam hal ini BRI terkait kebijakan-kebijakan
dalam mendukung upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
B. Perumusan Masalah
Pertanian merupakan salah satu sektor yang penting dalam kehidupan
sehari-hari. Keberadaannya pun juga sebagai pendukung kelangsungan sektor
lain, terlebih sektor industri. Dalam meningkatkan produksi pertanian dan
peningkatan kesejahteraan petani, pemerintah melalui Kementerian Pertanian
mencetuskan 7 Gema Revitalisasi Pertanian yang terdiri dari revitalisasi lahan,
revitalisasi perbenihan dan perbibitan, revitalisasi infrastuktur dan sarana,
revitalisasi pembiayaan petani, revitalisasi kelembagaan petani, dan
revitalisasi teknologi dan industri hilir.
Sektor pertanian masih menghadapi banyak permasalahan, diantaranya
keterbatasan permodalan petani dan pelaku usaha pertanian lain. Kebutuhan
modal diperkirakan akan semakin meningkat di masa mendatang seiring
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
dengan semakin melonjaknya harga input pertanian, baik pupuk, obat-obatan,
maupun upah tenaga kerja. Kebutuhan pembiayaan di sektor pertanian, tidak
hanya sebatas untuk keperluan investasi atau modal kerja, tetapi juga
menghadapi tantangan lain berupa permasalahan infrastruktur pertanian
(Ashari, 2009). Dalam upaya membantu petani mengatasi masalah kesulitan
modal, Kementerian Pertanian mengembangkan berbagai skim kredit
pertanian, seperti: Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit
Pembangunan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP) dan
Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), serta memperluas pemanfaatan Kredit
Usaha Rakyat (KUR).
Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai lembaga pembiayaan nasional
tergerak untuk langsung berkontribusi memajukan agribisnis nasional dengan
pemberian kredit pertanian. Salah satu skim kredit BRI yang sesuai dengan
kebijakan pemerintah terkait dengan 7 Gema Revitalisasi Pertanian adalah
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). KKP-E adalah kredit program
berupa kredit investasi dan/atau modal kerja yang diberikan dalam rangka
mendukung pelaksanaan Program Ketahanan Pangan dan Program
Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan Bakar Nabati. Melalui akses
permodalan berupa KKP-E ini, diharapkan dapat membantu petani dalam
meningkatkan produksi usaha taninya sehingga pendapatan petani ikut
meningkat. Jumlah alokasi modal yang dicurahkan para petani untuk usaha
taninya berbeda-beda sehingga antara petani satu dengan yang lain
mempunyai komposisi perubahan tingkat pendapatan yang berbeda.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh modal sendiri terhadap pendapatan petani pemilik
dan penggarap di Kabupaten Karanganyar?
2. Bagaimana pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI terhadap
pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan yang ada, tujuan dari penelitian
antara lain:
1. Untuk menganalisis pengaruh modal sendiri terhadap peningkatan
pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar.
2. Untuk mengkaji pengaruh Program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi
BRI terhadap peningkatan pendapatan petani pemilik dan penggarap di
Kabupaten Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian antara lain:
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk menambah
pengetahuan mengenai hal-hal yang dikaji, selain itu penelitian ini juga
merupakan sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam
menentukan kebijakan yang berhubungan dengan peningkatan pendapatan
petani.
3. Bagi Bank Rakyat Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan sebagai
masukan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan
pelaksanaan kredit pertanian terkait perannya sebagai bank umum dan
bank pelaksana program pemerintah.
4. Bagi petani, penelitian dapat dijadikan sebagai sumber pertimbangan
dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan modal yang bersumber
dari perbankan utamanya Kredit Ketahanan Pangan dan Energi,
5. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi
dan referensi serta bahan kajian mengenai penelitian yang sejenis atau
penelitian lanjutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu dan Keterbaruan Penelitian
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk
melakukan penelitian. Penelitan-penelitian sebelumnya telah mengkaji
masalah kredit atau modal bergulir yang berpengaruh terhadap
peningkatan pendapatan petani. Sebagai bahan pertimbangan dalam
penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh
beberapa peneliti yang pernah penulis baca.
Hasil penelitian Manurung (1996) yang berjudul Dampak Kredit
Bank Perkreditan Rakyat dalam Meningkatkan Perekonomian Pedesaan
(Studi Kasus di Wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali) menyebutkan
peranan kredit BPR terhadap usaha kecil dan masyarakat berpendapatan
rendah akan dapat meningkatkan perekonomian pedesaan melalui
peningkatan pendapatan dan/atau penciptaan kesempatan kerja bagi
masyarakat di pedesaan. Kredit BPR berpengaruh secara signifikan
terhadap pendapatan bersih para pengusaha kecil di pedesaan Jawa Barat,
Jawa Timur, dan Bali terutama untuk kelompok pedagang. Kredit BPR
berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan kesempatan kerja di Jawa
Barat dan Jawa Timur, namun kredit BPR berpengaruh nyata terhadap
peningkatan kesempatan kerja di Bali. BPR berperan sebagai agent of
development dalam memobilisasi perekonomian masyarakat pedesaan dan
menjadi pendorong utama dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer
khususnya untuk pembiayaan pendidikan.
Hasil penelitian Sembiring (2002) yang berjudul Analisis Peranan
Kredit Bank Rakyat Indonesia (BRI) dalam Peningkatan Pendapatan
Petani di Daerah Tingkat II Kabupaten Karo (Studi Kasus: Unit Bank
Rakyat Indonesia Simpang Empat) menyebutkan peranan faktor produksi
modal sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani, baik
modal sendiri maupun modal kredit. Setiap penambahan modal sendiri
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
sebesar Rp 1.000.000,00 akan meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp
100.800,00. Penambahan kredit secara nyata akan meningkatkan
pendapatan petani. Setiap penambahan modal sendiri dan modal kredit
secara bersama-sama sebesar Rp 1.000.000,00 akan meningkatkan
pendapatan petani sebesar Rp 133.900,00. Sehingga jelas bahwa
pendapatan petani mengalami kenaikan setelah menerima kredit. Hasil
rangkuman penelitian terdahulu secara singkat dapat dilihat pada Tabel 2.1
berikut.
Hasil penelitian Setiawan (2005) yang berjudul Pengaruh Kredit,
Luas Lahan, dan Penggunaan Pupuk terhadap Laba Bersih Petani Padi di
Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar menyebutkan bahwa
kredit, luas lahan, dan penggunaan pupuk ini mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap laba bersih. Semakin tinggi kredit yang diterima
petani, maka laba usaha taninya juga akan semakin tinggi. Demikian juga
dengan variable luas lahan dan penggunaan pupuk. Semakin tinggi luas
lahan, maka laba usaha tani juga semakin tinggi. Semakin sedikit pupuk
yang diberikan maka akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan
tanaman yang pada akhirnya akan memperkecil tingkat produktifitas padi.
Hasil penelitian Lely (2007) yang berjudul Pengaruh Modal
Bergulir terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayur di Kota Medan
(Studi Kasus: Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan) menyebutkan ada perbedaan nyata
pendapatan petani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal
bergulir. Pendapatan petani meningkat setelah adanya modal bergulir.
Petani di daerah penelitian menggunakan modal bergulir untuk membeli
benih, pupuk, dan obat-obatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Inti Kajian Romulus Manurung (1996)
Dampak Kredit Bank Perkreditan Rakyat dalam Meningkatkan Perekonomian Pedesaan (Studi Kasus di Wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali)
a. Variabel kredit BPR berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan bersih pengusaha kecil di pedesaan Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali.
b. Variabel kredit BPR berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan kesempatan kerja di Jawa Barat dan Jawa Timur, namun kredit BPR berpengaruh nyata terhadap peningkatan kesempatan kerja di Bali.
Warga Sembiring (2002)
Analisis Peranan Kredit Bank Rakyat Indonesia (BRI) dalam Peningkatan Pendapatan Petani di Daerah Tingkat II Kabupaten Karo (Studi Kasus: Unit Bank Rakyat Indonesia Simpang Empat)
Variabel modal kredit berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan petani.
Rosadi Setiawan (2005)
Pengaruh Kredit, Luas Lahan, dan Penggunaan Pupuk terhadap Laba Bersih Petani Padi di Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar
Variabel kredit , luas lahan, penggunaan pupuk berpengaruh nyata terhadap peningkatan laba bersih petani.
Yenny Lely (2007)
Pengaruh Modal Bergulir terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayur di Kota Medan (Studi Kasus: Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan)
Variabel modal bergulir berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan petani sayur.
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang digunakan sebagai
referensi mencantumkan kredit sebagai salah satu variabel yang
berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan dan laba bersih petani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Variabel lain yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan dan laba
bersih petani adalah luas lahan dan penggunaan pupuk. Berdasarkan
penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa variabel kredit memiliki
hubungan yang positif dan berpengaruh nyata terhadap peningkatan
pendapatan dan laba bersih petani.
2. Keterbaruan Penelitian
Berdasarkan empat penelitian di atas, variabel kredit berpengaruh
nyata terhadap peningkatan pendapatan dan keuntungan usaha tani. Pada
keempat penelitian tersebut hanya dibahas kredit secara keseluruhan dan
tidak ada spesifikasi jenis skim kredit. Kredit Ketahanan Pangan dan
Energi (KKP-E) merupakan salah satu jenis program kredit yang
dikeluarkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pertanian yang
penyalurannya dilakukan oleh bank pelaksana. KKP-E merupakan
penyempurnaan dari Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang sudah berjalan
sejak Oktober 2000 dan disempurnakan menjadi KKP-E pada Oktober
2007. KKP-E tergolong jenis program kredit baru sehingga belum banyak
peneliti yang meneliti mengenai KKP-E, termasuk kaitan KKP-E dengan
peningkatan pendapatan petani. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
mengenai pengaruh KKP-E terhadap peningkatan pendapatan petani di
Kabupaten Karanganyar.
B. Landasan Teori
1. Pertanian
a. Pengertian Pertanian
Mardikanto (2007) menyatakan bahwa pertanian merupakan
usaha turut campur-tangan manusia dalam perkembangan tanaman atau
hewan, agar dapat lebih baik memenuhi kebutuhan dan memperbaiki
kehidupan keluarga dan atau masyarakatnya. Pertanian adalah seluruh
kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran,
dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam
agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan teknologi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan manfaat
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.
Pertanian mempunyai dua pengertian, yaitu pertanian dalam arti
sempit dan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti sempit dapat
dikatakan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga
dimana produksinya bahan makanan utama seperti beras, palawija,
tanaman sayuran dan buah-buahan. Pada umumnya sebagian hasil
pertanian rakyat adalah untuk dikonsumsi keluarga. Adapun petanian
dalam arti luas adalah banyak sekali macamnya, yaitu (1) pertanian
rakyat atau pertanian dalam arti sempit, (2) perkebunan, termasuk
didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar, (3) kehutanan, (4)
peternakan, (5) perkebunan baik perikanan darat maupun perikanan laut.
Usaha tani dapat didefinisikan sebagi himpunan dari sumber-
sumber alam yang terdapat ditempat itu, yang diperlukan untuk produksi
pertanian seperti tumbuhan, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang
telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang
didirikan diatas tanah tersebut. Usaha tani produktif berarti usaha tani itu
produktivitasnya tinggi. Pengertian produktivitas ini, secara teknis
merupakan perkalian antara efisien dan kapasitas. Efisien mengukur
banyaknya output yang diperoleh dari suatu input. Sementara kapasitas
menggambarkan kemampuan yang dapat memberikan hasil produksi
bruto yang sebesar-besarnya pada teknologi tertentu (Mubyarto, 1977).
Antara (1994) berpendapat bahwa peningkatan produksi
pertanian akan berpengaruh pada petani. Dalam meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani, sering diharapkan pada
permasalahan pengetahuan petani yang masih relatif rendah,
keterbatasan modal, lahan garapan yang sempit serta kurangnya
ketrampilan petani yang nantinya akan berpengaruh pada penerimaan
petani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
b. Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian tidak terlepas dari pengembangan
kawasan pedesaan yang menempatkan pertanian sebagai penggerak
utama perekonomian. Lahan, potensi tenaga kerja, dan basis ekonomi
lokal pedesaan menjadi faktor utama pengembangan pertanian. Saat ini
disadari bahwa pembangunan pertanian tidak saja bertumpu di desa
tetapi juga diperlukan integrasi dengan kawasan dan dukungan sarana
serta prasarana yang berada di perkotaan. Struktur perekonomian
wilayah merupakan faktor dasar yang membedakan suatu wilayah
dengan wilayah lainnya, perbedaan tersebut sangat erat kaitannya
dengan kondisi dan potensi suatu wilayah dari segi fisik lingkungan,
sosial ekonomi dan kelembagaan. Menurut Santoso, et al., (2005),
pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk
meningkatkan produksi dan memperluas penganekaragaman hasil
pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi kebutuhan pangan serta
meningkatkan pendapatan, taraf hidup, dan kesejahteraan petani
Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan pertanian
adalah tercapainya peningkatan pendapatan petani yang hidup di
pedesaan. Jumlah, ragam, serta mutu konsumsi masyarakat terus
bertambah, baik konsumsi bahan pokok maupun konsumsi terhadap
barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor non pertanian.
Keberhasilan pembangunan tidak selalu dapat menciptakan perluasan
lapangan kerja dan kesempatan kerja maka untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional diperlukan pertumbuhan sektor-sektor
lain yang memerlukan dukungan dari sektor pertanian, terutama yang
menyangkut kebutuhan modal (investasi dan modal kerja), kebutuhan
tenaga kerja, serta tersedianya bahan baku yang dihasilkan oleh sektor
pertanian (Mardikanto, 2008).
Menurut Ashari (2009) walaupun perannya sangat strategis,
sektor pertanian masih menghadapi banyak permasalahan, diantaranya
keterbatasan permodalan petani dan pelaku usaha pertanian lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Kebutuhan modal diperkirakan akan semakin meningkat di masa
mendatang seiring dengan semakin melonjaknya harga input pertanian,
baik pupuk, obat-obatan, maupun upah tenaga kerja. Kebutuhan
pembiayaan di sektor pertanian, tidak hanya sebatas untuk keperluan
investasi atau modal kerja, tetapi juga menghadapi tantangan lain berupa
permasalahan infrastruktur pertanian. Perbankan nasional memiliki
posisi dan peranan sangat penting dalam menggerakkan perekonomian
Indonesia, karena perbankan menjadi sumber utama pembiayaan
berbagai sektor usaha, termasuk pertanian.
2. Lembaga Keuangan Perbankan
Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam
perekonomian, terutama dalam sistem pembayaran moneter. Secara umum,
bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah
menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit serta memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran
uang. Fungsi perbankan ini bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
kesejahteraan rakyat banyak (Ashari, 2009).
Bank adalah suatu lembaga yang lahir karena fungsinya sebagai
agent of trust dan agent of development. Yang dimaksud sebagai agent of
trust adalah suatu lembaga perantara (intermediary) yang dipercaya untuk
melayani segala kebutuhan dari dan untuk masyarakat. Sedangkan sebagai
agent of development bank adalah sebagai lembaga perantara yang dapat
mendorong kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan
kemudahan-kemudahan pembayaran serta penarikan dalam proses transaksi
yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi.
Berdasarkan definisi tersebut bank sebagai lembaga perantara dapat
membawa dampak ekonomi yang sangat berarti seperti penghimpun dan
penyalur dana, mempermudah pembayaran, peningkatan lapangan kerja,
pemerataan penghasilan, dan stabilitator pembangunan. Penggolongan bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
di Indonesia terdiri dari Bank Sentral/Bank Indonesia, Bank Umum, Bank
Perkreditan Rakyat, Bank berdasarkan Prinsip Syariah, dan Bank Devisa.
Penggolongan lembaga keuangan bank di Indonesia meliputi: Bank
Sentral/Bank Indonesia, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) dan Bank
Asing, Bank Campuran, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) serta Lembaga
Keuangan Bukan Bank (LKBB) dan Usaha-Usaha Lembaga keuangan
(Panggabean, 2002).
Menurut Sutaryono (2009) dalam Ashari (2010), ada beberapa
kendala yang dihadapi perbankan nasional dalam menyalurkan kredit ke
sektor pertanian, diantaranya: (1) sektor pertanian sangat tergantung pada
musim sehingga dipandang mempunyai resiko tinggi, (2) tata niaga
komoditas pertanian banyak yang belum tertata sehingga harga selalu naik
turun dan tidak ada kepastian, dan (3) sebagian dana yang terhimpun
perbankan bersifat jangka pendek (short term funding), sedangkan kredit
pertanian sebagian besar berjangka relatif panjang (long term loan).
Akibatnya terjadi ketidaksesuaian dalam waktu antara pendanaan dan
kredit. Beberapa hal ini menyebabkan alokasi kredit untuk pertanian
cenderung rendah sehingga perlu adanya kredit program untuk pertanian.
3. Kredit Pertanian
Salah satu langkah terobosan yang dilakukan untuk meningkatkan
upaya pemberdayaan petani adalah meningkatkan aksesibilitas terhadap
modal kerja melalui penyediaan skim-skim kredit yang merangsang
pengembangan usaha agribisnis skala kecil, menengah, dan koperasi. Skim-
skim kredit yang dikembangkan tersebut diupayakan mempunyai plafon
unit usaha yang cukup, cakupan input dan komoditas yang lebih banyak,
bunga yang murah serta prosedur pemanfaatannya yang cukup sederhana
(Solahudin, 2009).
Pentingnya kredit dalam pembangunan pertanian Indonesia terkait
dengan tipologi petani yang sebagian besar merupakan petani kecil dengan
penguasaan lahan yang sempit, sehingga tidak memungkinkan untuk
melakukan pemupukan modal untuk investasi pada teknologi baru. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
demikian dukungan pembiayaan harus dilakukan. Syukur, et al., (1998)
menyatakan bahwa peran kredit sebagai pelancar pembangunan pertanian
antara lain: (1) Membantu petani kecil dalam mengatsi keterbatasan modal
dengan bunga yang relatif ringan, (2) Mengurangi ketergantungan petani
dengan pedagang perantara dan pelepas uang, dengan demikian berperan
dalam memperbaiki struktur dan pola pemasaran hasil pertanian, (3)
Mekanisme tranfer pendapatan diantara masyarakat untuk mendorong
pemerataan, (4) Insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi
usahatani.
Arsyad (2004) menganalisis syarat-syarat pembangunan pertanian
jika pertanian akan dikembangkan dengan baik. Mosher mengelompokkan
syarat-syarat pembangunan tersebut menjadi dua yaitu syarat-syarat mutlak
dan syarat-syarat pelancar. Syarat mutlak terdiri dari: adanya pasar untuk
hasil-hasil usaha tani, teknologi yang senantiasa berkembang, tersedianya
bahan-bahan dan alat produksi secara lokal, adanya perangsang produksi
bagi petani, dan tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu. Di
samping kelima syarat mutlak tersebut, ada lima syarat yang keberadaanya
tidak mutlak tetapi apabila ada memperlancar pembangunan pertanian.
Syarat-syarat pelancar tersebut antara lain: pendidikan pembangunan,
kegiatan gotong royong petani, perbaikan dan perluasan tanah pertanian,
perencanaan nasional pembangunan pertanian, dan kredit produksi.
Lembaga perkreditan yang memberikan kredit produksi kepada
petani merupakan suatu faktor pelancar yang penting bagi pembangunan
pertanian. Petani harus lebih banyak mengeluarkan uang untuk membeli
bibit unggul, pestisida, pupuk, dan alat pertanian lainnya untuk
meningkatkan produksinya. Pengeluaran seperti itu harus dibiayai dari
tabungan atau dengan meminjam untuk jangka waktu antara saat bahan-
bahan produksi dan peralatan itu dibeli dan saat hasil panen dapat dijual.
Oleh karena itu, keberadaan lembaga perkreditan ini sangat membantu
dalam pemenuhan modal usaha tani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Berdasarkan penelitian mengenai perkreditan pertanian dalam usaha
intensifikasi pertanian padi sawah yang dilakukan oleh Sudjanadi dalam
Daniel (2002), dalam penggunaan kredit seharusnya:
a. Pemberian kredit usaha tani dengan kredit bunga yang ringan perlu
untuk memungkinkan petani melakukan inovasi-inovasi dalam usaha
taninya.
b. Kredit yang diberikan harus bersifat dinamis, yaitu mendorong petani
untuk menggunakan kredit secara produktif dengan bimbingan dan
pengawasan yang teliti.
c. Kredit yang diberikan selain berupa bantuan modal juga merupakan
perangsang untuk menerima inovasi dan bersedia berpartisipasi dalam
program peningkatan produksi.
d. Kredit pertanian yang diberikan kepada petani tidak hanya terbatas pada
kredit usaha tani yang langsung diberikan bagi produksi pertanian,
tetapi juga mencakup kredit-kredit untuk kebutuhan rumah tangga
(kredit konsumsi).
Pemerintah selama lebih dari empat dekade, telah meluncurkan
beberapa kredit program atau bantuan modal bagi petani dan pelaku usaha
pertanian melalui beberapa bentuk skim seperti dana bergulir, penguatan
modal, subsidi bunga, maupun yang mengarah komersial. Dari
perkembangan skim-skim yang dijalankan ada kecenderungan bahwa
pemerintah lebih mengarah pada kegiatan kredit yang memiliki link dengan
perbankan dan sifatnya eksekuting. Beberapa contoh skim kredit yang
mengarah kepada model tersebut di antaranya KKP-E dan KUR yang
diinisiasi dari model SP3 Deptan (Ashari, 2009).
4. Kedit Ketahanan Pangan dan Energi
Keberhasilan peningkatan produksi pangan di masa lalu dalam hal
pencapaian swasembada pangan, tidak terlepas dari peran pemerintah
melalui penyediaan kredit program dengan suku bunga rendah, fasilitas
Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sampai dengan tahun 1998 dan
subsidi sarana produksi (benih, pupuk, dan pestisida). Semenjak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia maka
tidak tersedia lagi sumber dana dari KLBI, oleh karena itu mulai tahun
2000 telah diluncurkan Skim Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang
sumber dananya berasal dari Perbankan dengan subsidi suku bunga bagi
petani dan peternak yang disediakan oleh pemerintah.
Dalam perkembangannya KKP mengalami penyesuaian dari tahun
ke tahun, mulai Oktober 2007 KKP disempurnakan menjadi KKP-E (Kredit
Ketahanan Pangan dan Energi). Hal ini mengadopsi upaya mengurangi
ketergantungan energi berbahan baku fosil dan perkembangan teknologi
energi dikembangkan energi lain yang berbasis sumber energi nabati.
Energi alternatif dimaksud disini berbasis ubi kayu/singkong dan tebu
diintegrasikan dengan Skim KKP yang telah ada sehingga berubah menjadi
Skim Kredit Ketahanan Pangan dan Energi. Dalam perkembangannya,
KKP-E terus mengalami perubahan dan penyempurnaan, yang meliputi
debitur penerima KKP-E, plafon maksimum per debitur, cakupan
komoditas yang dibiayai dan kebutuhan indikatif masing-masing
komoditas. Penyempurnaan KKP-E ditujukan untuk mendukung ketahanan
pangan nasional dan ketahanan energi sekaligus meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan petani (Kementerian Pertanian, 2011).
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) adalah jenis kredit
investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh bank pelaksana kepada
petani/peternak melalui kelompok tani atau koperasi. Pola penyaluran
kredit yang digunakan KKP-E adalah executing dengan sumber pendanaan
100% berasal dari bank sehingga resikonya ditanggung oleh perbankan.
KKP-E bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dan
membantu petani/peternak di bidang permodalan sehingga produktivitas
dan pendapatan petani menjadi lebih baik (Bank Indonesia, 2012a).
Bank Pelaksana KKP-E meliputi 22 bank yaitu sembilan bank
umum yang terdiri dari Bank BRI, Mandiri, BNI, Bukopin, CIMB Niaga,
Agroniaga, BCA, BII, dan Artha Graha serta 13 Bank Pembangunan
Daerah (BPD) yaitu: BPD Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali,
Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Papua, Riau, dan Nusa Tenggara
Barat. Plafon KKP-E yang dianggarkan secara nasional adalah sebesar Rp
8,806 trilyun yang meliputi untuk sub sektor tanaman pangan sebesar Rp
2,730 trilyun, hortikultura sebesar Rp 725,330 milyar, perkebunan (tebu)
sebesar Rp 2,993 trilyun, peternakan sebesar Rp 2,046 trilyun, dan
pengadaan pangan sebesar Rp 310,830 milyar. Besarnya tingkat bunga
kredit bank untuk KKP-E tebu adalah sebesar 12,25% dan KKP-E lainnya
sebesar 13,25%, sedangkan tingkat bunga kepada peserta KKP-E adalah
sebesar 7% untuk KKP-E tebu dan 5% untuk KKP-E lainnya dengan
subsidi bunga 5,25% untuk KKP-E tebu dan 8,25% untuk KKP-E lainnya.
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) dapat diajukan dengan
persyaratan dan ketentuan pokok sebagai berikut:
a. Usaha dan Komoditas yang Dibiayai KKP-E
1) Petani, dalam rangka pengembangan tanaman padi, jagung, kedelai,
ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, koro dan/atau
perbenihan (padi, jagung dan/atau kedelai);
2) Petani, dalam rangka pengembangan tanaman bawang merah, cabai,
kentang, bawang putih, tomat, jahe, kunyit, kencur, pisang, salak,
nenas, buah naga, melon, semangka, pepaya, strawberi,
pemeliharaan manggis, mangga, durian, jeruk, apel dan/atau
melinjo;
3) Petani, dalam rangka pengembangan tebu, pemeliharaan teh, kopi
arabika, kopi robusta dan atau lada;
4) Peternak, dalam rangka pengembangan peternakan sapi potong, sapi
perah, kerbau, kambing/domba, ayam ras, ayam buras, itik, burung
puyuh , kelinci dan atau babi;
5) Kelompok tani, gabungan kelompok tani dan koperasi, dalam
rangka pengadaan gabah, jagung dan kedelai;
6) Kelompok tani, dalam rangka pengadaan/peremajaan alat dan mesin
untuk mendukung usaha tanaman pangan, hortikultura, tebu dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
peternakan meliputi meliputi traktor, power threser, tracer (alat
tebang), corn sheller, pompa air, dryer, vacuum fryer, chopper,
mesin tetas, pendingin susu, biodigester, mesin pembibitan
(seedler), alat tanam biji-bijian (seeder), mesin panen (paddy
mower, reaper, combine harvester), mesin penggilingan padi (rice
miling unit), mesin pengupas kacang tanah (peanut shell), mesin
penyawut singkong, juicer, mesin pengolah biji jarak, mesin
pengolah pakan (mixer, penepung, pelet) dan atau kepras tebu.
b. Petani, Kelompok Tani, dan Koperasi Penerima KKP-E
Petani, kelompok tani, dan koperasi penerima KKP-E harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Persyaratan Petani Penerima KKP-E, antara lain:
a) Petani/peternak/pekebun mempunyai identitas diri.
b) Petani/peternak/pekebun dapat secara individu dan atau menjadi
anggota Kelompok Tani.
c) Menggarap sendiri lahannya (petani pemilik penggarap) atau
menggarap lahan orang lain (petani penggarap).
d) Apabila menggarap lahan orang lain diperlukan surat kuasa/
keterangan dari pemilik lahan yang diketahui oleh Kepala Desa.
e) Luas lahan petani yang dibiayai maksimum 4 (empat) Ha dan
tidak melebihi plafon kredit Rp. 100 juta per
petani/peternak/pekebun.
f) Bagi petani/peternak/pekebun yang mengajukan plafon kredit
lebih dari Rp. 50 juta harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) dan persyaratan lain sesuai ketentuan Bank Pelaksana.
g) Petani peserta paling kurang berumur 21 (dua puluh satu) tahun
atau sudah menikah.
h) Bersedia mengikuti petunjuk Dinas Teknis atau Penyuluh
Pertanian dan mematuhi ketentuan-ketentuan sebagai peserta
KKP-E.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Persyaratan Kelompok Tani Penerima KKP-E, antara lain:
a) Kegiatan usaha kelompok dapat dilakukan secara mandiri dan
atau bekerjasama dengan mitra usaha. Apabila kelompoktani
bekerjasama dengan Mitra Usaha agar membuat kesepatan
secara tertulis dalam bentuk perjanjian kerjasama antara pihak-
pihak yang bermitra;
b) Kelompok tani telah terdaftar pada Balai Penyuluhan Pertanian/
Dinas Teknis terkait setempat;
c) Mempunyai anggota yang melaksanakan budidaya komoditas
yang dapat dibiayai KKP-E;
d) Mempunyai organisasi dengan pengurus yang aktif, paling
kurang ketua, sekretaris dan bendahara;
e) Mempunyai aturan kelompok yang disepakati oleh seluruh
anggota.
3) Persyaratan Koperasi Penerima KKP-E, antara lain:
a) Berbadan hukum;
b) Memiliki pengurus yang aktif;
c) Memenuhi persyaratan dari Bank Pelaksana;
d) Memiliki anggota yang terdiri dari petani/peternak/ pekebun;
e) Memiliki bidang usaha di sektor pertanian.
c. Mitra Usaha dalam Pelaksanaan KKP-E
Mitra usaha dalam pelaksanaan KKP-E harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) Berbadan hukum dan memiliki usaha terkait dengan bidang
tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, dan atau di
bidang pengolahan energy lain;
2) Bermitra dengan petani/kelompoktani/Gapoktan dan atau koperasi.
Jika mitra usahanya koperasi harus bermitra dengan petani/
kelompoktani/ Gapoktan;
3) Bertindak sebagai penjamin pasar dan atau penjamin kredit (avalis)
sesuai kesepakatan antara petani/kelompok tani/Gapoktan dan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
koperasi, kesepakatan antara petani/kelompok tani/Gapoktan
dengan mitra usaha dibuat secara tertulis dalam bentuk perjanjian
kerjasama sesuai kesepakatan pihak-pihak bermitra.
(Kementerian Pertanian, 2012).
5. Peranan Perbankan dalam Pembiayaan Usaha Tani
Mayoritas petani di Indonesia lebih percaya dan lebih yakin dengan
menggunakan sumber modal dari keluarga atau pedagang dibandingkan
dengan kredit yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga resmi pemerintah.
Kredit yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga resmi pemerintah
dianggap berbelit-belit dalam pengurusan administrasinya. Meski demikian
secara ekonomis, penggunaan modal dari keluarga atau pedagang ini lebih
merugikan bagi petani karena pembagian keuntungan cenderung lebih
besar daripada bunga bank. Sedangkan tujuan utama dari kredit yang
dikeluarkan oleh bank dan lembaga resmi pemerintah adalah membebaskan
petani dari rentenir dan sistem ijon (Daniel, 2002).
Dukungan yang diberikan oleh perbankan selama ini lebih
ditekankan pada pengembangan usahanya dalam rangka pembangunan
pertanian secara menyeluruh. Dukungan tersebut disesuaikan dengan fungsi
bank sebagai institusi sebagaimana diatur dalam UU Perbankan No. 10
Tahun 1998 dari perubahan UU No. 7 Tahun 1992 yang menyatakan bahwa
“Bank merupakan badan usaha yang dalam kegiatan pokoknya
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Berdasarkan pengertian bank menurut UU Perbankan tersebut terlihat
bahwa peran strategis yang dapat dilakukan oleh perbankan dalam
mendukung pembangunan pertanian terletak pada komitmen perbankan
untuk memberikan dukungan finansial atau pembiayaan usaha terutama di
sektor agribisnis (Sanim, 2008).
Bank Rakyat Indonesia sebagai lembaga pembiayaan yang dikenal
dekat dengan masyarakat, khususnya di pedesaan juga memiliki kontribusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dalam mendorong pengembangan pertanian dengan menerapkan kebijakan
pembiayaan di sektor agribisnis. Peran BRI dalam membangun agribisnis
nasional ini tidak terlepas dari keprihatinan kondisi di lapangan, dimana
secara mikro sebagian pelaku usaha pertanian masih memiliki aksesibilitas
yang rendah terhadap sumber-sumber permodalan. Hal ini terkait dengan
berbagai faktor di antaranya tidak dapat menyediakan agunan fisik ataupun
pihak-pihak lain yang dapat menjamin di samping biaya transaksi pinjaman
yang dinilai sangat tinggi. BRI sebagai lembaga pembiayaan nasional
tergerak untuk langsung berkontribusi memajukan agribisnis nasional. Hal
ini didasarkan juga pada fungsi perbankan sebagai penunjang pertumbuhan
sektor agribisnis dengan memberikan pendanaan di tingkat hulu (bio-
technology), pertanian (on farm), hilir (industry), maupun di sektor
penunjang (Aviliani, 2008).
6. Hubungan Kredit dengan Peningkatan Pendapatan Petani
Kredit sebagai sumber permodalan memiliki peran dalam
peningkatan pendapatan petani. Menurut Daniel (2002) pentingnya peran
kredit disebabkan karena modal merupakan faktor produksi non alami yang
persediaannya terbatas terutama di negara-negara sedang berkembang.
Kemungkinan untuk memperluas lahan pertanian pun relatif kecil. Di
samping itu, dengan persediaan tenaga kerja yang melimpah, cara yang
paling mudah dan paling tepat untuk memajukan pertanian adalah dengan
memperbesar penggunaan modal. Prinsip inilah yang menjiwai usaha
intensifikasi pertanian di Indonesia dengan penggunaan bibit unggul baru,
obat pemberantasan hama dan penyakit, penggunaan pupuk yang lebih
banyak, serta investasi di bidang pengairan. Metode yang demikian
membutuhkan modal yang besar.
Keterbatasan modal adalah salah satu masalah utama yang dihadapi
masyarakat pedesaan mengingat modal merupakan faktor penting dalam
mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat pedesaan
yang pada umumnya berprofesi sebagai petani, pedagang kecil, dan usaha
kecil lainnya. Pada dasarnya pelayanan kredit akan memudahkan calon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
nasabah memperoleh tambahan modal untuk meningkatkan kegiatannya.
Peningkatan realisasi kredit bagi setiap nasabah memungkinkan
kesempatan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatannya yang
semakin besar dibandingkan tanpa adanya kredit (Manurung, 1996).
C. Kerangka Berpikir
Pertanian merupakan suatu sektor yang memiliki peran penting dalam
pertumbuhan perekonomian suatu negara. Pertanian adalah salah satu sektor
penghasil devisa dan penyerap tenaga kerja terbesar. Pembangunan ekonomi
pedesaan sebagai bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional,
keberhasilannya banyak di sokong oleh kegiatan usaha tani atau usaha di
bidang pertanian. Faktor produksi merupakan hal yang wajib dicurahkan
untuk mendukung usaha tani. Faktor produksi meliputi faktor produksi alam,
tenaga kerja, modal, dan manajemen. Curahan faktor produksi akan
menghasilkan jumlah biaya yang harus dikeluarkan dalam usaha tani. Dari
produksi usaha tani dihasilkan penerimaan. Pendapatan merupakan selisih
antara penerimaan dan biaya.
Pada penelitian ini dianalisis pendapatan dari petani pengguna KKP-E
dan petani bukan pengguna KKP-E. Hal yang membedakan antara keduanya
adalah penggunaan KKP-E sehingga terdapat tambahan biaya untuk bunga
pinjaman. Penambahan modal sebagai salah satu faktor produksi dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan usaha tani. Modal yang digunakan oleh
petani meliputi modal sendiri dan modal yang berasal dari luar seperti modal
pinjaman atau kredit. Berbagai skim kredit ditawarkan kepada petani oleh
lembaga-lembaga keuangan, baik lembaga keuangan formal maupun non
formal. Lembaga keuangan formal meliputi bank umum, BPR, dan koperasi.
Salah satu bank umum yang menawarkan kredit pertanian adalah Bank Rakyat
Indonesia (BRI). Berbagai macam skim kredit pertanian dapat diakses oleh
petani, antara lain Kedit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Umum Pedesaan
(KUPEDES), Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi
Perkebunan (KPEN-RP), Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), dan Kredit
Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). Skim kredit yang banyak diakses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
oleh petani melalui kantor cabang BRI adalah KKP-E. Berdasarkan
pendapatan yang ada dianalisis pendapatan petani yang menggunakan KKP-E
dan pendapatan petani yang tidak menggunakan KKP-E sehingga didapatkan
pengaruh KKP-E terhadap peningkatan pendapatan petani. Menurut
Mardikanto (2008) salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan pertanian
adalah tercapainya peningkatan pendapatan masyarakat (petani) yang hidup di
pedesaan. Kerangka berpikir dapat digambarkan dengan bagan dalam Gambar
2.1 seperti berikut.
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir
Petani
Pengaruh KKP-E terhadap Pendapatan Petani
Menggunakan KKP-E Tidak Menggunakan KKP-E
Usaha Tani
Faktor Produksi: · Alam · Tenaga Kerja · Modal
- Modal sendiri - Modal KKP-E
· Manajemen
Penerimaan
Produksi
Biaya Pendapatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Gambar 2.2 Skema Variabel X dan Y dalam Penelitian
D. Asumsi
Pada penelitian ini diasumsikan bahwa:
1. Tingkat harga yang berlaku adalah harga saat penelitian.
2. Hasil produksi padi dijual keseluruhan.
3. Keseluruhan input diperoleh dari membeli.
4. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi digunakan seluruhnya untuk
kegiatan usaha tani.
5. Variabel-variabel lain di luar pengamatan dianggap berpengaruh normal
terhadap pendapatan petani.
E. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Penelitian dibatasi pada Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI Cabang
Karanganyar yang diakses oleh petani padi pada tahun 2011.
2. Pendapatan petani merupakan rata-rata pendapatan petani yang
menggunakan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi dan rata-rata
pendapatan petani yang tidak menggunakan Kredit Ketahanan Pangan dan
Energi.
3. Data yang digunakan adalah data usaha tani padi pada musim tanam kedua
(MT II) bulan Mei sampai dengan Agustus 2012.
4. Modal yang digunakan adalah dalam bentuk dana, baik modal sendiri
maupun modal Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E).
a. Luas Lahan b. Tingkat Pendidikan c. Jumlah Anggota
Keluarga d. Kepenguasaan Lahan e. Penggunaan Kredit
Pendapatan Petani
Variabel X Variabel Y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Padi adalah tanaman pangan berupa rumput berumpun yang tumbuh
semusim dan dibudidayakan oleh petani guna diambil hasilnya berupa
bulir atau gabah yang kemudian diolah menjadi beras.
2. Petani adalah perorangan yang mengelola usaha di bidang pertanian,
petani terdiri dari petani sendiri dan buruh tani
(Kementerian Pertanian, 2012).
3. Petani sendiri adalah petani yang menanggung segala resiko usaha taninya
sendiri, terdiri dari petani pemilik penggarap dan petani penyewa.
4. Petani pemilik (pemilik penggarap) merupakan petani yang menggarap
sendiri lahannya.
5. Petani penggarap merupakan petani yang menggarap lahan orang lain,
terdiri dari petani penyewa dan penyakap.
6. Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/ pekebun yang dibentuk
atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,
ekonomi, sumber daya, tempat) dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha anggota, kemudian dapat disingkat menjadi poktan
(Kementerian Pertanian, 2012).
7. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi yang selanjutnya disebut KKP-E,
adalah kredit investasi dan/atau modal kerja yang diberikan dalam rangka
mendukung pelaksanaan Program Ketahanan Pangan dan Program
Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan Bakar Nabati
(Kementerian Pertanian, 2012).
8. Plafon KKP-E adalah berapa besar maksimum kredit yang dapat diberikan
kepada setiap anggota kelompok tani nasabah KKP-E, dinyatakan dalam
rupiah.
9. Peserta KKP-E adalah calon peserta KKP-E yang disetujui oleh Bank
Pelaksana sebagai penerima KKP-E, untuk kemudian disebut nasabah
(Kementerian Pertanian, 2012).
10. Bank pelaksana adalah bank umum yang ditunjuk dan ditetapkan oleh
Menteri Keuangan untuk menyediakan, menyalurkan, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
menatausahakan KKP-E, dalam hal ini adalah Bank Rakyat Indonesia
(Kementerian Pertanian, 2012).
11. Bank Rakyat Indonesia (PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.)
adalah salah satu bank milik pemerintah yang menjalankan fungsinya
sebagai bank umum yakni menghimpun dana, menyalurkan dana, dan
memberikan jasa bank lainnya.
12. Mitra usaha adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha
Milik Swasta dan/atau Badan Usaha Milik Daerah, atau Koperasi yang
berbadan hukum dan memiliki usaha di bidang pertanian tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, peternakan dan/atau industri bahan bakar nabati
(Kementerian Pertanian, 2012).
13. Biaya tetap atau fixed cost (FC) adalah biaya yang dikeluarkan petani
untuk usaha tani yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan
walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit, dinyatakan dalam
satuan rupiah (Soekartawi, 2006).
14. Biaya variabel atau variabel cost (VC) adalah biaya yang dikeluarkan
petani untuk usaha tani yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi
yang diperoleh dan sifatnya dapat berubah-ubah, dinyatakan dalam satuan
rupiah (Soekartawi, 2006).
15. Total biaya atau total cost (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan
biaya variabel (VC), dinyatakan dalam satuan rupiah (Soekartawi, 2006).
16. Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga
jual, dinyatakan dalam satuan rupiah (Soekartawi, 2006).
17. Pendapatan petani adalah penerimaan yang diterima petani setelah
dikurangi biaya yang dikeluarkan dalam usaha tani, dinyatakan dengan
satuan rupiah.
18. Efisiensi usaha tani adalah perbandingan antara penerimaan dengan total
biaya per usaha tani, dianalisis menggunakan R/C ratio (Suratiyah, 2008).
19. Kemanfaatan usaha tani adalah tambahan manfaat yang didapatkan setiap
adanya penambahan biaya, dianalisis menggunakan Incremental B/C ratio
(Sutrisno, 1983).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
20. Modal adalah sejumlah dana yang digunakan untuk menjalankan kegiatan
usaha, dinyatakan dengan satuan rupiah (Bank Indonesia, 2012b).
21. Luas lahan (X1) adalah lahan yang digunakan untuk usaha tani pada luasan
tertentu, dinyatakan dalam satuan Hektar (Ha).
22. Tingkat pendidikan (X2) adalah lama pendidikan yang ditamatkan oleh
petani.
23. Jumlah anggota keluarga (X3) adalah banyaknya anggota keluarga yang
ada dalam satu rumah tangga petani.
24. Kepenguasaan lahan (D1) adalah bentuk penguasaan petani atas lahan yang
digarap, dibedakan antara petani pemilik penggarap dengan petani
penggarap (penyewa dan penyakap).
25. Penggunaan kredit (D2) adalah kriteria petani dalam menggunakan kredit,
dalam hal ini KKP-E, dibedakan menjadi petani pengguna KKP-E dan
petani bukan pengguna KKP-E.
G. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian
yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Diduga semakin besar modal sendiri yang dicurahkan petani dalam usaha
taninya akan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani.
2. Diduga Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI yang diterima petani
akan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Jenis penelitian merupakan penelitian kuantitatif. Metode dasar
penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis deskripsi.
Analisa data dilakukan dengan cara analisis deskriptif dan distributif yaitu
analisa terhadap data secara rinci. Berdasarkan data dianalisa unsur penting
dari suatu data. Data yang diperoleh disajikan dalam tabel kemudian dianalisis
secara deskriptif. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan teknik survei.
B. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive). Metode purposive yaitu suatu cara penentuan lokasi secara
sengaja dengan mempertimbangkan alasan-alasan diketahuinya sifat-sifat
daerah penelitian tersebut. Kabupaten Karanganyar dipilih sebagai lokasi
penelitian karena kelompok tani yang mengakses Kredit Ketahanan
Pangan dan Energi (KKP-E) BRI cukup banyak dengan jumlah kredit
yang cukup tinggi dengan realisasi lebih dari 50% atau sekitar 53,69% dari
plafon yang dianggarkan. KKP-E BRI untuk komoditas padi sendiri
memiliki jumlah realisasi dan persentase realisasi terhadap plafon
terbanyak kedua yaitu sebesar 66,96 % dari plafon yang dianggarkan.
Tabel 3.1. Plafon dan Realisasi Jumlah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI di Kabupaten Karanganyar Tahun 2011
No Jenis KKP-E Plafon Realisasi % 1. KKP-E Hortikultura 500.000.000 0 0,00 2. KKP-E Peternakan (Sapi) 500.000.000 485.000.000 97,00 3. KKP-E Tebu 4.000.000.000 2.130.537.500 53,26 4. KKP-E Pengadaan Pangan 1.000.000.000 500.000.000 50,00 5. KKP-E Pertanian (Padi) 800.000.000 535.707.100 66,96 Jumlah 6.800.000.000 3.651.244.600 53,69
Sumber: BRI Cabang Karanganyar, 2012
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Menurut Singarimbun dan Sofian (1995), populasi merupakan
jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga.
Populasinya adalah seluruh petani anggota kelompok tani dari
kelompok tani yang menggunakan KKP-E dan mengusahakan
komoditas padi.
Tabel 3.2. Populasi Petani Padi Pengguna KKP-E dan Bukan Pengguna KKP-E
No. Kelompok Tani Jenis Kredit Jumlah Petani
Jumlah Pengguna
KKP-E 1. Rukun Tani KKP-E Padi 578 orang 66 orang 2. Rukun Makaryo KKP-E Padi 106 orang 39 orang Jumlah 684 orang 105 orang
Sumber: BRI Cabang Karanganyar, 2012
b. Sampel
Menurut Azwar (2010) sampel merupakan sebagian dari
populasi yang memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasi. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
gugus bertahap ganda (multistage cluster random sampling). Metode
ini merupakan suatu teknik dengan model pengelompokan secara
bertahap, sehingga dalam setiap kelompok yang terkecil dilakukan
penarikan sample secara acak sederhana sebanyak proporsionalnya.
Menurut Singarimbun dan Sofian (1995), data yang dianalisis
harus menggunakan sampel yang cukup besar, karena nilai-nilai yang
diperoleh distribusinya harus mengikuti distribusi normal. Sampel
yang berdistribusi normal adalah sampel dengan jumlah ≥ 30.
Langkah-langkah pengambilan sampel berdasarkan metode cara
gugus bertahap ganda adalah sebagai berikut:
1) Pertama, pembagian populasi menjadi kluster kelompok tani petani
padi dengan anggota merupakan pengguna KKP-E di BRI Cabang
Karanganyar dan bukan pengguna KKP-E.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2) Jumlah responden adalah 60 orang dengan mengambil dari masing-
masing kelompok tani. Sebagai responden diambil 30 orang dari
kelompok tani Rukun Tani dan 30 orang dari kelompok tani Rukun
Makaryo. Sampel dari masing-masing kelompok tani dibagi
menjadi 15 orang yang menggunakan KKP-E dan 15 orang tidak
menggunakan KKP-E.
Tabel 3.3. Penentuan Jumlah Sampel Petani Responden Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar
No Kelompok
Tani Jumlah Petani
Sampel Pengguna KKP-E
Sampel Bukan
Pengguna KKP-E
Jumlah Sampel
1. Rukun Tani 578 15 15 30 2. Rukun
Makaryo 106 15 15 30
Jumlah 684 30 30 60
Sumber: BRI Cabang Karanganyar, 2012
Adapun alur pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 3.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 3.1. Bagan Pengambilan Sampel Responden
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari:
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan
nasabah atau peminjam kredit (debitur) yaitu petani yang mengakses
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) pada BRI Cabang
Karanganyar menggunakan alat bantu kuesioner yang sudah dipersiapkan,
dengan cara melakukan kunjungan ke rumah responden. Data yang
dikumpulkan adalah data karakteristik responden dan karakteristik usaha
dari responden. Karakteristik responden meliputi nama responden, usia
Skim Kredit Pertanian BRI
KUPEDES KUR KPEN-RP KUPS KKP-E
KKP-E Padi 2 Poktan
KKP-E Sapi 1 Gapoktan 4 Poktan
KKP-E Pengadaan Pangan
1 unit KUD
KKP-E Tebu 1 unit KUD
Responden: Rukun Tani: a. Menggunakan KKP-E = 15 orang b. Tidak menggunakan KKP-E = 15 orang
Rukun Makaryo: a. Menggunakan KKP-E = 15 orang b. Tidak menggunakan KKP-E = 15 orang
Poktan Rukun Makaryo Poktan Rukun Tani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
responden, pendidikan responden, dan jumlah anggota keluarga
responden. Karakteristik usaha meliputi jenis usaha tani, umur usaha tani,
jumlah modal usaha, rata-rata penghasilan, besar penggunaan kredit untuk
pengembangan usaha tani, kemudahan mendapatkan kredit, dan
permasalahan dalam menjalankan usaha tani. Berdasarkan informasi
tersebut, diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh
pemberian KKP-E BRI terhadap peningkatan pendapatan petani di
Kabupaten Karanganyar.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan informasi dari
instansi-instansi yang terkait dengan penelitian yaitu dari BRI Cabang
Karanganyar dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karanganyar.
Data sekunder yang dikumpulkan adalah nama debitur beserta jumlah
KKP-E BRI yang diakses, data perkembangan KKP-E BRI Cabang
Karanganyar, dan lain sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 3.4. Jenis dan Sumber Data dalam Penelitian
Data yang Digunakan Jenis Data
Sumber Data Pr Sk Kn Kl
Data Pokok 1. Jumlah dan perkembangan
KKP-E BRI 2. Jumlah modal sendiri petani
responden 3. Jumlah modal kredit petani
responden 4. Rata-rata pendapatan petani
responden yang menggunakan kredit
5. Rata-rata pendapatan petani responden yang tidak menggunakan kredit
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
BRI Cabang Karanganyar Petani responden Petani responden Petani responden Petani responden
Data Pendukung 1. Kondisi umum daerah
penelitian 2. Identitas petani responden 3. Karakteristik usaha petani
responden 4. Besar alokasi kredit dalam
usaha tani
x x
x
x
x
x
x x
x
BPS Kabupaten Karanganyar Petani responden Petani responden Petani responden
Keterangan: Pr = Primer Kn = Kuantitatif Sk = Sekunder Kl = Kualitatif
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara
menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan
berbicara secara tatap muka. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan
data primer berupa informasi yang jelas, akurat, dan dapat dipercaya yaitu
berupa peryataan-pernyataan maupun keterangan dapat membantu dalam
memahami persoalan atau permasalahan. Teknik ini dilakukan untuk
pengumpulan data primer berdasarkan daftar pertanyaan (kuesioner) yang
telah dipersiapkan terlebih dahulu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2. Pencatatan
Pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yaitu
dengan mencatat data yang ada pada instansi pemerintahan atau lembaga
yang terkait dalam penelitian.
E. Metode Analisis Data
1. Analisis Biaya, Pendapatan, Efisiensi dan Kemanfaatan dalam
Penggunaan Modal Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI
a. Biaya
Analisis biaya digunakan untuk mengetahui besarnya biaya
total yang dapat diperhitungkan dari seluruh biaya yang dikeluarkan
selama proses produksi. Biaya usaha tani diklarifikasikan menjadi
dua, yaitu: biaya tetap dan biaya variabel. Rumus matematis yang
dapat digunakan untuk menghitung biaya adalah:
TC = FC + VC
Keterangan:
TC = total biaya
FC = biaya tetap
VC = biaya variabel
(Soekartawi, 2006)
b. Pendapatan
Pendapatan petani merupakan selisih antara penerimaan petani dan
biaya usaha tani. Rumus matematis untuk menghitung pendapatan
adalah:
I = TR - TC
Keterangan:
I = pendapatan petani
TR = total penerimaan
TC = total biaya
(Soekartawi, 2006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
c. Efisiensi dan Kemanfaatan Usaha Tani
1) R/C ratio
R/C ratio adalah singkatan dari Return Cost Ratio. Menurut
Suratiyah (2008), R/C ratio merupakan perbandingan antara
penerimaan dengan total biaya per usaha tani. Pada usaha tani
dianalisis nilai R/C ratio petani yang menggunakan kredit dan tidak
menggunakan kredit kemudian hasilnya diperbandingkan. Usaha
tani dinilai efisien apabila nilai R/C ratio > 1. Secara matematis
R/C ratio dirumuskan sebagai:
R/C = TR
TC
Keterangan:
R/C = R/C ratio
TR = total penerimaan
TC = total biaya
2) Incremental B/C ratio (IBCR)
Incremental B/C ratio dapat didefiniskan sebagai tambahan
manfaat yang didapatkan setiap adanya penambahan biaya. Pada
usaha tani dianalisis besarnya penerimaan usaha tani pengguna
kredit dan bukan pengguna kredit kemudian dibagi dengan
besarnya biaya pengguna kredit dan bukan pengguna kredit.
Menurut Sutrisno (1983), secara matematis incremental B/C ratio
dapat dirumuskan dengan:
IBCR= ∆B
∆C=
penerimaan dengan kredit-penerimaan tanpa kredit
biaya dengan kredit -biaya tanpa kredit
Keterangan:
IBCR = Incremental B/C ratio
∆B = selisih penerimaan
∆C = selisih biaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Kriteria:
B/C > 1 Usaha tani padi petani pengguna KKP-E lebih
memberikan kemanfaatan daripada usaha tani petani
bukan pengguna KKP-E.
B/C < 1 Usaha tani padi petani pengguna KKP-E tidak
memberikan kemanfaatan daripada usaha tani petani
bukan pengguna KKP-E.
2. Analisis Pengaruh Modal Sendiri dan Modal Kredit Ketahanan Pangan
dan Energi (KKP-E) BRI terhadap Pendapatan Petani
Analisis modal sendiri dan modal Kredit Ketahanan Pangan dan
Energi (KKP-E) BRI terhadap peningkatan pendapatan petani merupakan
analisis terhadap pendapatan petani pengguna KKP-E dan petani bukan
pengguna KKP-E. Analisis ini menggunakan metode analisis regresi linier
berganda. Menurut Sumodiningrat (2004) analisis regresi linier berganda
ialah suatu model regresi yang variabel terikatnya merupakan fungsi linier
dari dua variabel bebas atau lebih. Persamaan model analisis regresi linier
berganda adalah sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4D1 + β5D2 + e
Keterangan:
Y = Pendapatan petani (juta Rp)
β0 = Intercept (konstanta)
β1, β2, β3, β4, β5, β6, β7 = Koefisien regresi masing-masing variabel
X1 = Luas lahan (Ha)
X2 = Tingkat pendidikan (Tahun)
X3 = Jumlah Anggota Keluarga (Orang)
D1 = Kepenguasaan lahan (D = 1, petani pemilik, D = 0, petani
penggarap).
D2 = Penggunaan kredit (D = 1, pengguna KKP-E, D = 0, bukan
pengguna KKP-E).
e = Term of error
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Pengujian Model:
a. Uji adjusted R2
Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya proposisi
pengaruh variabel-variabel bebas terhadap peningkatan pendapatan
petani di Kabupaten Karanganyar. Nilai R2 mempunyai range antara 0-
1 atau (0 < R2 ≤ 1). Semakin besar R2 (mendekati satu) semakin baik
hasil regresi tersebut (semakin besar pengaruh variabel bebas terhadap
variabel tak bebas), dan semakin mendekati 0 maka variabel bebas
secara keseluruhan semakin kurang bisa menjelaskan variabel tidak
bebas. Koefisien deteminasi (R2) merupakan angka yang memberikan
proporsi atau persentase variasi total dalam variabel tak bebas (Y) yang
dijelaskan oleh variabel bebas (X). Koefisien determinasi dirumuskan
sebagai berikut:
R62 = 1-(1-R2)
n-1
n-k
Keterangan :
R62 = adjusted R2
R2 = koefisien determinasi
k = jumlah variabel independen termasuk konstanta
n = jumlah sampel
b. Uji F
Pengujian terhadap pengaruh semua variabel independen di
dalam model dapat dilakukan dengan uji simultan (uji F). Pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang
terdapat dalam model secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Hipotesis yang hendak diuji adalah H0 (koefisien regresi tidak
signifikan), dan H1 (koefisien regresi signifikan).
Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan antara nilai F
hitung dengan F tabel, dimana nilai F hitung dapat dipenuhi dengan
formula sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
F Hitung = R2/(k-1)
(1-R2)/(n-k)
Keterangan :
R2 = koefisien determinasi
k = jumlah variabel independen termasuk konstanta
n = jumlah sampel
Apabila nilai F hitung > F tabel pada tingkat derajat
kepercayaan tertentu atau nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari
α maka maka H0 ditolak dan diterima H1. Artinya ada pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen, dan
sebaliknya bila, F hitung < F tabel dengan nilai probabilitas signifikansi
lebih besar dari α maka H0 diterima dan H1 ditolak.
c. Uji t
Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji t ini dilakukan
dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Untuk menguji
hipotesis tersebut digunakan statistik t, dimana nilai t hitung dapat
diperoleh dengan formula sebagai berikut:
t hitung = βj
se(βj)
Keterangan:
βj = koefisien regresi
se(βj) = standar error koefisien regresi
Apabila t hitung > t tabel pada tingkat derajat kepercayaan
tertentu atau nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari α maka H0
ditolak dan diterima H1. Hal ini menyatakan bahwa variabel independen
secara individual mempengaruhi variabel dependen. Sebaliknya apabila
t hitung < t tabel atau nilai probabilitas signifikansi lebih besar dari α
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
maka variabel independen secara individual tidak mempengaruhi
variabel dependen.
d. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
1) Uji Multikolinearitas
Menurut Priyatno (2008), uji multikolinearitas digunakan
untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik
multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linier antara variabel
independen dalam model regresi. Menurut Ghozali (2011), ada
beberapa cara untuk mendeteksi terjadinya multikolinearitas, yaitu
sebagai berikut:
a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi
empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel
independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi
variabel dependen.
b) Memiliki korelasi antar variabel bebas yang sempurna
(umumnya di atas 0,90) maka hal ini merupakan indikasi
adanya problem multikolinearitas.
c) Memiliki nilai VIF lebih dari 10 (>10) dan nilai tolerance
kurang dari 0,10 (<0,10), maka model terjadi problem
multikolinearitas.
2) Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah
pada model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variabel dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak
terjadi Heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk menguji ada
tidaknya Heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan grafik lewat program SPSS. Dasar pengambilan
keputusan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk
suatu pola yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka telah terjadi Heteroskedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka terjadi
Heteroskedastisitas
(Ghozali, 2011).
e. Uji Beda t-test
Menurut Ghozali (2011), uji beda t-test digunakan untuk
menentukan apakah dua sample yang tidak berhubungan memiliki nlai
rata-rata yang berbeda. Uji beda t-test dilakukan dengan cara
membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar
error dari perbedaan rata-rata dua sample. Uji beda t-test digunakan
untuk mengetahui apakah kedua grup tersebut mempunyai nilai rata-
rata yang sama atau kah tidak sama secara signifikan. Secara rumus
dapat ditulis sebagai berikut:
t = rerata sample pertama - rerata sample kedua
standar error perbedaan rerata kedua sample
Hipotesis yeng hendak diuji yaitu:
H0 = Rata-rata pendapatan petani/luas lahan antara petani pengguna
KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E adalah sama
H1 = Rata-rata pendapatan petani/luas lahan antara petani pengguna
KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E adalah berbeda
Dengan kriteria: apabila probabilitas >0,05, maka H0 tidak dapat
ditolak jadi rata-rata sama, sedangkan apabila probabilitas <0,05, maka
H0 ditolak jadi rata-rata beda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Geografi
1. Letak dan Batas Wilayah
Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten yang
terletak di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Karanganyar secara geografis
terletak antara 1100 40’-1100 70’ Bujur Timur dan 70 28’-70 46’ Lintang
Selatan. Kabupaten Karanganyar memiliki luas wilayah sebesar 77.378,64
Ha dan terletak pada ketinggian bekisar antara 80-2000 meter di atas
permukaan laut (dpl). Adapun batas-batas wilayah Kabupaten
Karanganyar meliputi:
Sebelah Utara : Kabupaten Sragen
Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur
Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Barat : Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali
Wilayah Kabupaten Karanganyar terbagi dalam 17 kecamatan,
yang dibagi lagi atas 162 desa dan 15 kelurahan. Desa dan kelurahan
tersebut terdiri dari 1.091 dusun, 2.313 dukuh, 1.876 RW dan 6.130 RT.
Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Karanganyar. Sebagai daerah
sampel dalam penelitian ini adalah Kecamatan Karanganyar dan
Kecamatan Jaten.
Kecamatan Karanganyar merupakan kecamatan yang terletak di
pusat Kabupaten Karanganyar. Jarak Kecamatan Karanganyar dari ibukota
kabupaten 1 km arah Timur. Luas wilayah Kecamatan Karanganyar adalah
43,03 km2 dengan ketinggian rata-rata 320 mdpl. Batas-batas wilayah
Kecamatan Karanganyar sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Mojogedang
Sebelah Timur : Kecamatan Karangpandan dan Kecamatan Matesih
Sebelah Selatan : Kecamatan Jumantono dan Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Barat : Kecamatan Tasikmadu dan Kecamatan Jaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Kecamatan Jaten merupakan kecamatan yang terletak di sebelah
barat pusat Kabupaten Karanganyar. Jarak Kecamatan Jaten dari ibukota
kabupaten 5 km arah Barat. Luas wilayah Kecamatan Jaten adalah 25,55
km2 dengan ketinggian rata-rata 108 mdpl. Batas-batas wilayah
Kecamatan Jaten sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Kebakkramat
Sebelah Timur : Kecamatan Tasikmadu dan Kecamatan Karanganyar
Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Barat : Kota Surakarta
2. Topografi Daerah
Kabupaten Karanganyar mempunyai topografi berupa dataran
rendah dan dataran tinggi dengan ketinggian wilayah berkisar antara 80-
2000 meter dari permukaan air laut (mdpl) dengan suhu rata-rata 220C -
310C. Bagian Barat Kabupaten Karanganyar merupakan dataran rendah,
yakni lembah Bengawan Solo yang mengalir menuju ke Utara. Bagian
Timur berupa pegunungan, yakni bagian sistem dari Gunung Lawu.
Sebagian besar daerah pegunungan ini masih tertutup hutan. Kecamatan
Karanganyar terletak pada ketinggian antara 240-480 mdpl sedangkan
Kecamatan Jaten terletak pada ketinggian antara 90-105 mdpl.
B. Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk di Kabupaten Karanganyar meliputi komposisi
penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk
menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan
pekerjaan utama adalah sebagai berikut:
1. Keadaan Penduduk menurut GolonganUmur dan Jenis Kelamin
Keadaan penduduk menurut umur merupakan penggolongan
penduduk berdasarkan umur sehingga dapat diketahui jumlah penduduk
yang produktif dan yang non produktif pada suatu wilayah tertentu.
Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar, golongan umur
non produktif adalah golongan umur antara 0-14 tahun dan golongan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
umur lebih dari atau sama dengan 65 tahun, sedangkan golongan umur
produktif adalah golongan umur antara 15-64 tahun.
Akhir tahun 2010, Kabupaten Karanganyar mempunyai jumlah
penduduk sebanyak 878.210 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki
sebanyak 436.901 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 441.309 jiwa.
Jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kabupaten
Karanganyar, Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan Jaten pada tahun
2010 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
Kelompok Umur
(Tahun)
Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)
Persentase (%) Laki-laki
(Jiwa) Perempuan
(Jiwa) 0 – 14 113.658 111.242 224.900 25,61 15 – 64 288.051 289.618 577.669 65,78
65 ≤ 35.192 40.449 75.641 8,61 Jumlah 436.901 441.309 878.210 100,00
Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka, BPS 2011
Berdasarkan Tabel 4.1. di atas, dapat diketahui bahwa di
Kabupaten Karanganyar jumlah golongan umur terbanyak adalah umur 15
– 64 tahun atau golongan usia produktif dengan jumlah sebesar 577.669
jiwa atau 65,78 persen dari jumlah penduduk keseluruhan di Kabupaten
Karanganyar. Golongan usia non produktif untuk umur 0 – 14 tahun
berjumlah 224.900 jiwa atau 25,61 persen dan untuk umur lebih dari atau
sama dengan 65 tahun berjumlah 75.641 jiwa atau 8,61 persen dari jumlah
penduduk keseluruhan di Kabupaten Karanganyar.
Data-data di atas dapat digunakan untuk menentukan angka Depen-
dency Ratio (ratio ketergantungan atau beban tanggungan) dan rasio jenis
kelamin (sex ratio). Dependency Ratio (ratio beban tanggungan) yaitu
suatu bilangan yang menunjukkan perbandingan usia non produktif
dengan usia produktif, sedangkan rasio jenis kelamin (sex ratio), yaitu
suatu bilangan yang menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk
berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah penduduk berjenis kelamin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
perempuan. Berdasarkan Lampiran 1 nilai dari Dependency Ratio untuk
Kabupaten Karanganyar adalah sebesar 52,03 persen yang berarti bahwa
setiap 100 jiwa penduduk usia produktif menanggung 52 jiwa penduduk
usia non produktif, sedangkan nilai Sex Ratio adalah sebesar 99 %, artinya
jika di kabupaten tersebut terdapat 100 orang penduduk perempuan maka
terdapat 99 penduduk laki-laki. Keadaan penduduk menurut umur dan
jenis kelamin di Kecamatan Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 4.2. di
bawah ini.
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
Kelompok Umur
(Tahun)
Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)
Persentase (%) Laki-laki
(Jiwa) Perempuan
(Jiwa) 0 – 14 10.076 9.929 20.005 25,84 15 – 64 25.407 25.662 51.069 65,97
65 ≤ 2.930 3.409 6.339 8,19 Jumlah 38.413 39.000 77.413 100,00
Sumber: Kecamatan Karanganyar dalam Angka, BPS 2011
Berdasarkan Tabel 4.2. di atas dapat diketahui bahwa sebagian
besar penduduk Kecamatan Karanganyar termasuk dalam golongan usia
produktif atau berumur 15 – 64 tahun dengan jumlah 51.069 jiwa atau
sebesar 65,97 persen dari jumlah penduduk keseluruhan yang ada di
Kecamatan Karanganyar. Penduduk golongan usia non produktif
berjumlah 20.005 jiwa atau 25,84 persen untuk umur 0 – 14 tahun dan
sebanyak 6.339 jiwa atau 8,19 persen dari jumlah penduduk keseluruhan
di Kecamatan Karanganyar untuk umur di atas atau sama dengan 65 tahun.
Nilai dari Angka Beban Tanggungan atau Dependency Ratio di
Kecamatan Karanganyar berdasarkan Lampiran 1 yang mengacu data-data
pada Tabel 4.2. yaitu sebesar 51,59 persen yang berarti bahwa setiap 100
jiwa penduduk usia produktif menanggung 52 jiwa penduduk usia non
produktif. Nilai Sex Ratio adalah sebesar 98,49 %, artinya jika di
kecamatan tersebut terdapat 100 orang penduduk perempuan maka
terdapat 99 penduduk laki-laki. Keadaan penduduk menurut umur dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
jenis kelamin di Kecamatan Jaten dapat dilihat pada Tabel 4.3. di bawah
ini.
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Kecamatan Jaten Tahun 2010
Kelompok Umur
(Tahun)
Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)
Persentase (%) Laki-laki
(Jiwa) Perempuan
(Jiwa) 0 – 14 9.238 9.108 18.346 25,84 15 – 64 23.294 23.540 46.834 65,97
65 ≤ 2.687 3.126 5.813 8,19 Jumlah 35.219 35.774 70.993 100,00
Sumber: Kecamatan Jaten dalam Angka, BPS 2011
Berdasarkan Tabel 4.3. di atas dapat diketahui bahwa sebagian
besar penduduk Kecamatan Jaten termasuk dalam golongan usia produktif
atau berumur 15 – 64 tahun dengan jumlah 46.834 jiwa atau sebesar 65,97
persen dari jumlah penduduk keseluruhan yang ada di Kecamatan
Karanganyar. Penduduk golongan usia non produktif berjumlah 18.346
jiwa atau 25,84 persen untuk umur 0 – 14 tahun dan sebanyak 5.813 jiwa
atau 8,19 persen dari jumlah penduduk keseluruhan di Kecamatan
Karanganyar untuk umur di atas atau sama dengan 65 tahun. Nilai dari
Angka Beban Tanggungan atau Dependency Ratio di Kecamatan
Karanganyar berdasarkan Lampiran 1 yang mengacu data-data pada Tabel
4.3. yaitu sebesar 51,58 persen yang berarti bahwa setiap 100 jiwa
penduduk usia produktif menanggung 52 jiwa penduduk usia non
produktif. Nilai Sex Ratio adalah sebesar 98,45 %, artinya jika di
kecamatan tersebut terdapat 100 orang penduduk perempuan maka
terdapat 99 penduduk laki-laki.
2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber
daya manusia. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan dapat
digunakan untuk mengetahui kualitas sumber daya manusia dan
kemampuan penduduk untuk menyerap teknologi yang ada dan baru di
daerah tersebut. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
wilayah akan berkaitan dengan pola pikir dan akan mempengaruhi
kecepatan dalam menerima informasi dan inovasi baru serta pengambilan
keputusan. Berikut ini merupakan tabel keadaan penduduk menurut
tingkat pendidikan di Kabupaten Karanganyar, Kecamatan Karanganyar,
dan Kecamatan Jaten pada Tahun 2010.
Tabel 4.4. Penduduk 5 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
Pendidikan yang Ditamatkan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Tamat D III, S1, S2, S3 30.214 3,74 Tamat SLTA, D I, D II 131.516 16,28 Tamat SLTP/MTs 143.410 17,75 Tamat SD/MI 299.143 37,03 Tidak/Belum Tamat SD/MI 143.105 17,72 Tidak/Belum Sekolah 60.422 7,48 Jumlah 807.810 100,00
Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka, BPS 2011
Berdasarkan Tabel 4.4. dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan
yang paling tinggi di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010 adalah
tamat SD/MI sebanyak 299.143 jiwa atau 37,03 persen penduduk di
Kabupaten Karanganyar. Jumlah penduduk yang berpendidikan tamat D
III hingga S3 hanya sebesar 3,74% atau sebanyak 30.214 jiwa. Keadaan
penduduk menurut pendidikan di Kecamatan Karanganyar adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.5. Penduduk 5 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
Pendidikan yang Ditamatkan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Tamat Akademi/PT 4.025 5,66 Tamat SLTA 13.904 19,54 Tamat SLTP/MTs 14.645 20,59 Tamat SD/MI 23.076 32,44 Tidak/Belum Tamat SD/MI 11.734 16,49 Tidak/Belum Sekolah 3.760 5,29 Jumlah 71.144 100,00
Sumber: Kecamatan Karanganyar dalam Angka, BPS 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Berdasarkan Tabel 4.5. di atas, dapat diketahui bahwa sebagian
besar penduduk di Kecamatan Karanganyar memiliki tingkat pendidikan
tamat SD/MI, yaitu sebanyak 23.076 jiwa atau 32,44%. Sedangkan
penduduk yang tidak/belum sekolah menempati persentase terendah, yaitu
sebanyak 3.760 jiwa atau sebesar 5,29%. Jumlah penduduk yang
berpendidikan tamat akademi/PT debesar 5,66%, tamat SLTA sebesar
19,54%, tamat SLTP/MTs sebesar 20,59%, dan tidak/belum tamat SD/MI
sebesar 16,49%. Keadaan demikian menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan di Kecamatan Karanganyar cukup baik melihat banyaknya
jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan. Keadaan penduduk
menurut pendidikan di Kecamatan Jaten adalah sebagai berikut.
Tabel 4.6. Penduduk 5 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kecamatan Jaten Tahun 2010
Pendidikan yang Ditamatkan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Tamat Akademi/PT 6.268 9,59 Tamat SLTA 16.903 25,87 Tamat SLTP/MTs 13.442 20,57 Tamat SD/MI 15.747 24,10 Tidak/Belum Tamat SD/MI 10.499 16,07 Tidak/Belum Sekolah 2.491 3,81 Jumlah 65.350 100,00
Sumber: Kecamatan Jaten dalam Angka, BPS 2011
Berdasarkan Tabel 4.6. di atas, dapat diketahui bahwa sebagian
besar penduduk di Kecamatan Jaten memiliki tingkat pendidikan tamat
SLTA, yaitu sebanyak 16.903 jiwa atau 25,87%. Sedangkan penduduk
yang tidak/belum sekolah menempati persentase terendah, yaitu sebanyak
2.491 jiwa atau sebesar 3,81%. Jumlah penduduk yang berpendidikan
tamat akademi/PT debesar 9,59%, tamat SLTP/MTs sebesar 20,57%,
tamat SD/MI sebesar 24,10%, dan tidak/belum tamat SD/MI sebesar
16,07%. Keadaan demikian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di
Kecamatan Jaten baik melihat banyaknya jumlah penduduk yang
menuntaskan pendidikan hingga SLTA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Komposisi penduduk menurut mata pencaharian digunakan untuk
mengetahui tingkat sosial ekonomi dan karakteristik daerah dengan
melihat lapangan usaha yang menjadi mata pencahariaan penduduk di
daerah tersebut. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di
Kabupaten Karanganyar, Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan Jaten
dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
Tabel 4.7. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Petani Sendiri 135.557 18,50 Buruh Tani 67.540 9,22 Nelayan 0 0,00 Pengusaha 10.312 1,41 Buruh Industri 107.063 14,61 Buruh Bangunan 50.349 6,87 Pedagang 36.468 4,98 Pengangkutan 6.269 0,86 PNS/TNI/POLRI 20.163 2,75 Pensiunan 10.293 1,40 Lain-lain 288.919 39,42 Jumlah 732.933 100,00
Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka, BPS 2011
Berdasarkan Tabel 4.7. dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk
di Kabupaten Karanganyar bermata pencaharian di lapangan pekerjaan
utama lain-lain yaitu sebesar 39,42%. Penduduk yang bermata pencaharian
di sektor pertanian berjumlah 203.097 jiwa yang terdiri dari 135.557 jiwa
petani sendiri dan 67.540 jiwa buruh tani. Penduduk yang bermata
pencaharian sebagai buruh industri adalah sebanyak 107.063 jiwa atau
sebesar 14,61 persen dari keseluruhan jumlah penduduk di Kabupaten
Karanganyar. Jenis lapangan pekerjaan dan pekerjaan akan mempengaruhi
tingkat pendapatan yang diterima oleh seseorang. Keadaan penduduk
menurut mata pencaharian di Kecamatan Karanganyar adalah sebagai
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 4.8. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Petani Sendiri 9.091 14,10 Buruh Tani 3.501 5,43 Nelayan 0 0,00 Pengusaha 1.091 1,69 Buruh Industri 19.447 30,15 Buruh Bangunan 3.314 5,14 Pedagang 4.014 6,22 Pengangkutan 702 1,09 PNS/TNI/POLRI 2.965 4,60 Pensiunan 1.223 1,90 Lain-lain 19.147 29,69 Jumlah 64.495 100,00
Sumber: Kecamatan Karanganyar dalam Angka, BPS 2011
Berdasarkan Tabel 4.8. dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk
di Kecamatan Karanganyar bermata pencaharian sebagai buruh industri
yaitu sebanyak 19.447 jiwa atau sebesar 30,15 persen. Penduduk yang
bermata pencaharian lain-lain berjumlah 19.147 jiwa atau sebesar 29,69
persen. Penduduk yang bermata pencaharian di sektor pertanian berjumlah
12.592 jiwa yang terdiri dari 9.091 jiwa petani sendiri dan 3.501 jiwa
buruh tani. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan
Jaten adalah sebagai berikut.
Tabel 4.9. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Jaten Tahun 2010
Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Petani Sendiri 2.655 4,48 Buruh Tani 1.218 2,06 Nelayan 0 0,00 Pengusaha 1.387 2,34 Buruh Industri 16.356 27,61 Buruh Bangunan 3.566 6,02 Pedagang 2.696 4,55 Pengangkutan 871 1,47 PNS/TNI/POLRI 3.353 5,66 Pensiunan 1.923 3,25 Lain-lain 25.218 42,57 Jumlah 59.243 100,00
Sumber: Kecamatan Jaten dalam Angka, BPS 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Berdasarkan Tabel 4.9. dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk
di Kecamatan Jaten bermata pencaharian di lapangan pekerjaan utama
lain-lain yaitu sebesar 42,57 persen. Penduduk yang bermata pencaharian
sebagai buruh industri adalah sebanyak 16.356 jiwa atau sebesar 27,61
persen. Penduduk yang bermata pencaharian di sektor pertanian berjumlah
3.873 jiwa yang terdiri dari 2.655 jiwa petani sendiri dan 1.218 jiwa buruh
tani. dari keseluruhan jumlah penduduk di Kabupaten Karanganyar.
Jumlah penduduk yang bekerja di sektor industri lebih besar dibandingkan
dengan jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian karena
Kecamatan Jaten merupakan kawasan industri di Kabupaten Karanganyar.
C. Keadaan Pertanian
1. Tata Guna Lahan
Tata guna lahan di Kabupaten Karanganyar dibedakan menjadi
dua, yaitu tanah sawah dan tanah kering. Penggunaan lahan di Kabupaten
Karanganyar, Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan Jaten dapat dilihat
pada tabel-tabel berikut.
Tabel 4.10. Tata Guna Lahan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
No Tata Guna Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1. Lahan Sawah 22.460,56 29,03 a. Irigasi Teknis 12.918,37 16,70 b. Irigasi Non Teknis 7.586,58 9,80 c. Tidak Berpengairan 1.955,61 2,53 2. Lahan Kering 54.917,84 70,97 a. Bangunan/Pekarangan 21.213,99 27,42 b. Kebun, Tegalan 17.836,49 23,05 c. Padang Gembala 219,67 0,28 d. Tambak/Kolam 25,54 0,03 e. Hutan 9.729,50 12,57 f. Perkebunan 3.251,51 4,20 g. Lain-lain 2.641,14 3,41 Jumlah 77.378,40 100,00
Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka, BPS 2011
Berdasarkan data pada Tabel 4.10, menunjukkan bahwa
penggunaan lahan terluas di Kabupaten Karanganyar adalah lahan kering
yang berupa bangunan atau pekarangan seluas 21.213,99 Ha atau sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
27,42 persen dari total luas wilayah Kabupaten Karanganyar. Lahan sawah
yang ada di Kabupaten Karanganyar sebagian besar merupakan sawah
irigasi teknis, yaitu sebesar 12.918,37 Ha atau 16,70 persen. Tata guna
lahan di Kecamatan Karanganyar, dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Tabel 4.11. Tata Guna Lahan di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
No Tata Guna Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1. Lahan Sawah 1.758,11 41,00 a. Irigasi Teknis 1.333,18 30,99 b. Irigasi 1/2 Teknis 280,50 6,52 c. Irigasi Sederhana 75,00 1,74 d. Tadah Hujan 69,43 1,61 2. Lahan Kering 2.544,44 59,00 a. Bangunan/Pekarangan 1.519,96 35,33 b. Kebun, Tegalan 581,50 13,52 c. Padang Gembala 0,00 0,00 d. Tambak/Kolam 0,00 0,00 e. Hutan 122,00 2,84 f. Perkebunan 68,00 1,58 g. Lain-lain 252,98 5,88 Jumlah 4.302,55 100,00
Sumber: Kecamatan Karanganyar dalam Angka, BPS 2011
Berdasarkan data pada Tabel 4.11., menunjukkan bahwa
penggunaan lahan terluas di Kabupaten Karanganyar adalah lahan kering
yang berupa bangunan atau pekarangan seluas 1.519,96 Ha atau sebesar
35,33 persen dari total luas wilayah Kabupaten Karanganyar. Lahan sawah
yang ada di Kabupaten Karanganyar sebagian besar merupakan sawah
irigasi teknis, yaitu sebesar 1.333,18 Ha atau 30,99 persen. Tata guna
lahan di Kecamatan Jaten, dapat dilihat pada Tabel 4.12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 4.12. Tata Guna Lahan di Kecamatan Jaten Tahun 2010
No Tata Guna Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1. Lahan Sawah 1275,32 49,92 a. Irigasi Teknis 1275,32 49,92 b. Irigasi 1/2 Teknis 0,00 0,00 c. Irigasi Sederhana 0,00 0,00 d. Tadah Hujan 0,00 0,00 2. Lahan Kering 1279,49 50,08 a. Bangunan/Pekarangan 1075,76 42,11 b. Kebun, Tegalan 16,34 0,64 c. Padang Gembala 6,13 0,24 d. Tambak/Kolam 0,00 0,00 e. Hutan 0,00 0,00 f. Perkebunan 0,00 0,00 g. Lain-lain 181,26 7,09 Jumlah 2554,81 100,00
Sumber: Kecamatan Jaten dalam Angka, BPS 2011
Berdasarkan data pada Tabel 4.12, menunjukkan bahwa
penggunaan lahan terluas di Kabupaten Karanganyar adalah lahan sawah
yang berupa sawah irigasi teknis seluas 1275,32 Ha atau sebesar 49,92
persen dari total luas wilayah Kabupaten Karanganyar. Lahan kering yang
ada di Kabupaten Karanganyar sebagian besar merupakan bangunan atau
pekarangan, yaitu sebesar 1.075,76 Ha atau 42,11 persen.
2. Produksi Tanaman Pangan
Kabupaten Karanganyar memiliki potensi yang cukup tinggi di
bidang pertanian khususnya di subsektor tanaman pangan, sehingga
banyak penduduk yang bermata pencaharian di bidang pertanian tanaman
pangan. Jumlah luas panen dan produksi tanaman pangan di Kabupaten
Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 4.13.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel 4.13. Jumlah Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
No Jenis Tanaman Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) 1. Ubi Kayu 6.191 101.891 2. Ubi Jalar 553 9.990 3. Kedelai 288 527 4. Kacang Tanah 8.123 10.739 5. Padi Sawah 48.783 292.698 6. Padi Gogo 549 3.195 7. Jagung 9.036 63.379 Jumlah 73.523 482.419
Sumber : Kabupaten Karanganyar dalam Angka, BPS 2011
Berdasarkan Tabel 4.13. dapat diketahui bahwa di Kabupaten
Karanganyar luas panen terbesar adalah tanaman padi sawah, yaitu seluas
48.783 Ha dengan jumlah produksi sebanyak 292.698 Ton. Jumlah
produksi padi sawah adalah jumlah produksi tanaman terbanyak yang
dihasilkan di Kabupaten Karanganyar. Sedangkan jumlah luas panen
terkecil adalah komoditas kedelai, yaitu seluas 288 Ha dengan jumlah
produksi terendah pula, yaitu sebanyak 527 Ton. Jumlah luas panen dan
produksi tanaman pangan di Kecamatan Karanganyar dapat dilihat pada
Tabel 4.14.
Tabel 4.14. Jumlah Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
No Jenis Tanaman Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) 1. Ubi Kayu 225 3.703 2. Ubi Jalar 3 54 3. Kedelai 6 11 4. Kacang Tanah 396 524 5. Padi Sawah 4.136 24.816 6. Padi Gogo 0 0 7. Jagung 117 821 Jumlah 4.883 29.929
Sumber : Kabupaten Karanganyar dalam Angka, BPS 2011
Berdasarkan Tabel 4.14. dapat diketahui bahwa di Kecamatan
Karanganyar luas panen terbesar adalah tanaman padi sawah, yaitu seluas
4.136 Ha dengan jumlah produksi sebanyak 24.816 Ton. Jumlah produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
padi sawah adalah jumlah produksi tanaman terbanyak yang dihasilkan di
Kecamatan Karanganyar. Padi gogo tidak dibudidayakan karena
ketersediaan air untuk pengairan lahan sawah di Kecamatan Karanganyar
masih cukup. Jumlah luas panen dan produksi tanaman pangan di
Kecamatan Jaten dapat dilihat pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15. Jumlah Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Jaten Tahun 2010
No Jenis Tanaman Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) 1. Ubi Kayu 0 0 2. Ubi Jalar 1 18 3. Kedelai 0 0 4. Kacang Tanah 9 12 5. Padi Sawah 3.486 20.916 6. Padi Gogo 0 0 7. Jagung 8 56 Jumlah 3.504 21.002
Sumber : Kabupaten Karanganyar dalam Angka, BPS 2011
Berdasarkan Tabel 4.15. dapat diketahui bahwa di Kecamatan Jaten
luas panen terbesar adalah tanaman padi sawah, yaitu seluas 3.486 Ha
dengan jumlah produksi sebanyak 20.916 Ton. Jumlah produksi padi
sawah adalah jumlah produksi tanaman terbanyak yang dihasilkan di
Kecamatan Jaten. Petani di Kecamatan Jaten tidak membudidayakan
komoditas ubi kayu, kedelai, dan padi gogo sehingga tidak ada produksi.
D. Keadaan Perekonomian
Keadaan sarana dan prasarana perekonomian bagi suatu daerah dapat
mempengaruhi keadaan perekonomian di daerah tersebut. Adanya sarana
perekonomian dalam jumlah yang cukup dan memadai dapat mendukung
serta menunjang pemenuhan kebutuhan konsumsi penduduk maupun untuk
kepentingan produksi. Kegiatan dapat berjalan dengan lancar apabila tersedia
sarana dan prasarana yang memadai. Jumlah sarana perekonomian yang ada
di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 4.16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 4.16. Sarana Perekonomian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
No Jenis Sarana Perekonomian Jumlah 1. Pasar 53 2. Toko/Kios Warung 817 3. KUD/BUUD 17 4. Koperasi Simpan Pinjam/ USP 29
Sumber : Kabupaten Karanganyar dalam Angka, BPS 2011
Berdasarkan Tabel 4.16. dapat diketahui bahwa sarana perekonomian
yang paling banyak terdapat di Kabupaten Karanganyar adalah toko/kios
warung yaitu sebanyak 817 unit. Pasar yang terdapat di Kabupaten
Karanganyar sebanyak 53 unit. KUD yang terdapat di Kabupaten
Karanganyar sebanyak 17 unit. KUD berperan penting dalam penyediaan
saprodi dan tempat jual beli hasil pertanian. Koperasi Simpan Pinjam/USP
sebanyak 29 unit. Jumlah sarana perokonomian yang ada di Kecamatan
Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17. Sarana Perekonomian di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
No Jenis Sarana Perekonomian Jumlah 1. Pasar 6 2. Supermarket/Swalayan 14 3. Restoran/Rumah Makan 34 4. Warung/Kedai Makan 639 5. Toko/Warung Kelontong 1040 6. Hotel/Losmen 2 7. Bank Umum 13 8. BPR 11 9. KUD 1 10. Koperasi 36 11. Bengkel Motor/Mobil 123 12. Bengkel Elektronik 27 13. Foto Copy 52 14. Tour and Travel 0 15. Potong Rambut 35 16. Salon Kecantikan 51 17. Bengkel Las 33 18. Persewaan Alat Pesta 70
Sumber: Kecamatan Karanganyar dalam Angka, BPS 2011
Berdasarkan Tabel 4.17. dapat diketahui bahwa jumlah sarana
perekonomian terbanyak yang ada di Kecamatan Karanganyar pada tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
2010 adalah toko/warung kelontong yaitu sebanyak 1040 unit. Jumlah sarana
perekonomian paling sedikit adalah KUD yaitu 1 unit dan tidak ada tour and
travel. Jumlah bank umum sebanyak 13 unit dan BPR sebanyak 11 unit. Bank
umum dan BPR merupakan sarana perekonomian yang dibutuhkan
masyarakat untuk menabung, melakukan berbagai macam transaksi
keuangan, dan sebagai sumber permodalan. Jumlah sarana perekonomian di
Kecamatan Jaten dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18. Sarana Perekonomian di Kecamatan Jaten Tahun 2010
No Jenis Sarana Perekonomian Jumlah 1. Pasar 4 2. Supermarket/Swalayan 6 3. Restoran/Rumah Makan 16 4. Warung/Kedai Makan 689 5. Toko/Warung Kelontong 1296 6. Hotel/Losmen 3 7. Bank Umum 11 8. BPR 15 9. KUD 1 10. Pegadaian 0 11. Bengkel Motor/Mobil 172 12. Bengkel Elektronik 45 13. Foto Copy 20 14. Tour and Travel 3 15. Potong Rambut 42 16. Salon Kecantikan 86 17. Bengkel Las 33 18. Persewaan Alat Pesta 53
Sumber: Kecamatan Jaten dalam Angka, BPS 2011
Berdasarkan Tabel 4.18. dapat diketahui bahwa jumlah sarana
perekonomian terbanyak adalah toko/warung kelontong yaitu sebanyak 1296
unit. Sedangkan yang paling sedikit adalah KUD sebanyak 1 unit dan tidak
terdapat pegadaian. KUD merupakan tempat petani dalam memperoleh
sarana produksi, memasarkan hasil pertanian, sekaligus sumber permodalan.
Jumlah KUD dalam satu kecamatan hanya ada 1 unit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
E. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi Bank Rakyat Indonesia
Keberhasilan peningkatan produksi pangan di masa lalu dalam hal
pencapaian swasembada pangan, tidak terlepas dari peran pemerintah melalui
penyediaan kredit program dengan suku bunga rendah, fasilitas Kredit
Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sampai dengan tahun 1998 dan subsidi
sarana produksi (benih, pupuk dan pestisida). Semenjak diberlakukannya UU
No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia maka tidak tersedia lagi sumber
dana dari KLBI, oleh karena itu mulai tahun 2000 telah diluncurkan Skim
Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang sumber dananya berasal dari
Perbankan dengan subsidi suku bunga bagi petani dan peternak yang
disediakan oleh pemerintah.
Pada perkembangannya KKP mengalami penyesuaian dari tahun ke
tahun, mulai Oktober 2007 KKP disempurnakan menjadi KKP-E (Kredit
Ketahanan Pangan dan Energi). Hal ini mengadopsi upaya mengurangi
ketergantungan energi berbahan baku fosil dan perkembangan teknologi
energi dikembangkan energi lain yang berbasis sumber energi nabati. Energi
alternatif dimaksud disini berbasis ubi kayu/singkong dan tebu diintegrasikan
dengan Skim KKP yang telah ada sehingga berubah menjadi Skim Kredit
Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E).
KKP-E merupakan skim kredit yang ditetapkan Pemerintah dengan
pola penyaluran executing dengan sumber pendanaan 100% berasal dari bank
sehingga resikonya ditanggung oleh perbankan. Bank Pelaksana KKP-E
meliputi 22 Bank yaitu 9 (sembilan) Bank Umum, antara lain: Bank BRI,
Mandiri, BNI, Bukopin, CIMB Niaga, Agroniaga, BCA, BII, dan Artha
Graha serta 13 (tiga belas) Bank Pembangunan Daerah (BPD), antara lain:
BPD Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan
Selatan, Papua , Riau dan Nusa Tenggara Barat.
Salah satu bank yang berperan sebagai bank pelaksana KKP-E adalah
Bank Rakyat Indonesia (BRI). Menurut Maulana dalam Indonesia Finance
Today (2012), BRI mencatat penyaluran Kredit Ketahanan Pangan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Energi (KKP-E) sebesar Rp 1,9 triliun per semester pertama 2012. Angka ini
menyumbang 54% dari total outstanding KKP-E nasional yang mencapai Rp
3,46 triliun. KKP-E sendiri adalah kredit investasi atau modal kerja yang
diberikan dalam mendukung program pemerintah di bidang ketahanan pangan
dan energi. BRI telah menyalurkan KKP-E sejak 2007 dan secara akumulatif
nilai kredit yang sudah disalurkan mencapai Rp Rp 4,7 triliun. Besarnya
KKP-E yang disalurkan oleh BRI Cabang Karanganyar dari Tahun 2009
hingga 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.3 dan realisasi KKP-E pada Tahun
2011 dapat dilihat pada Tabel 3.1. Ketentuan untuk dapat mengajukan KKP-E
melalui BRI adalah:
1. Petani
a. Petani menjadi anggota kelompok tani.
b. Petani peserta paling kurang berumur 21 tahun atau sudah menikah.
c. Bersedia mengikuti petunjuk dinas teknis atau penyuluh pertanian dan
mematuhi ketentuan-ketentuan sebagai peserta KKP-E.
d. Memiliki bukti kepemilikan lahan atau Surat Kuasa Garap bagi petani
penggarap diketahui oleh kepala desa/kelompok tani.
e. Rekomendasi dari PPL atau mitra usaha.
f. Tidak memiliki tunggakan kredit.
g. Maksimal lahan yang dibiayai 4 ha.
h. Surat Kuasa petani kepada kelompok tani/koperasi.
i. Plafon kredit kepada setiap petani maks Rp. 50.000.000,00.
j. Plafon kredit kepada kelompok tani dalam rangka pengadaan atau
peremajaan alat dan mesin untuk mendukung pengembangan tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan maksimal
Rp. 500.000.000,00.
2. Koperasi
a. Berbadan hukum,
b. Telah berdiri minimal 2 tahun,
c. Rapat Anggota Tahunan dilaksanakan tertib,
d. Tidak memiliki tunggakan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
e. Berusaha dibidang sektor pengadaan pangan,
f. Plafon kredit untuk koperasi dalam rangka pengadaan pangan (padi,
jagung, kedelai) maksimal Rp. 500.000.000,00.
3. Mitra Usaha
a. Berbadan hukum dan memiliki usaha terkait dengan bidang usaha
pertanian.
b. Bermitra dengan kelompok tani.
c. Bertindak sebagai penjamin pasar dan atau penjamin kredit (avalis)
sesuai kesepakatan.
Syarat pengajuan KKP-E melalui Bank Rakyat Indonesia:
1. Permohonan diajukan debitur secara tertulis dan dilampiri dengan:
a. Surat Kuasa
b. Susunan Pengurus
c. RDKK yg ditandatangi Pengurus Kelompok dan PPL
d. Surat Kuasa Garap diketahui kep. Desa dan PPL
e. Fotocopy KTP
f. Bukti kepemilikan lahan
2. KKP-E diberikan melalui kelompok petani/peternak/pembudidaya/
nelayan.
3. Pola kredit executing.
4. Tingkat bunga dapat berubah sesuai ketentuan yang terbaru:
a. Tebu = LPS + 5%
b. Non Tebu = LPS + 6%
5. Jangka waktu maksimal 3 tahun.
6. Maksimal lahan yang dibiayai 4 Ha.
Sistem pengajuan KKP-E yang diterapkan oleh BRI adalah salah
satunya melalui mitra. Kegiatan usaha yang dilaksanakan bekerjasama
dengan mitra usaha baik petani, kelompok tani dan atau koperasi, maka
Rencana Definitive Usaha Petani (RDUP) / RDKK yang telah disusun oleh
kelompok tani dan telah disahkan oleh pejabat yang diberi kuasa oleh dinas
teknis setempat atau penyuluh pertanian dan mitra usaha diajukan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
BRI. Kelompok tani dan atau koperasi menandatangani akad kredit. BRI
merealisasikan KKP-E pada waktu dan jumlah sesuai kebutuhan kepada
petani/kelompok tani dan atau koperasi untuk diteruskan kepada petani
anggota kelompok tani atau anggota koperasi. Dalam hal mitra usaha sebagai
avalis kredit, pengelolaan kredit diatur sesuai kesepakatan pihak-pihak yang
bermitra yang dituangkan pada perjanjian kerjasama. Prosedur penyaluran
KKP-E bekerjasama dengan mitra usaha adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1. Prosedur Penyaluran KKP-E Bekerjasama dengan Mitra Usaha
Keterangan :
1. Petani menyusun Rencana Kebutuhan Usaha dan Kelompok Tani
menyusun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok RDKK (dibantu oleh
Petugas Dinas Teknis setempat/Penyuluh Pertanian.
2. Pejabat yang diberi kuasa Dinas Teknis setempat/Penyuluh Pertanian
terkait mensahkan RDKK yang diketahui oleh Mitra usaha.
3. RDKK yang sudah disahkan diajukan langsung ke BRI.
4. Bank pelaksana meneliti kelengkapan dokumen RKU/RDKK, dan apabila
dinilai layak kemudian bank menandatangani akad kredit dengan
Kelompok tani , selanjutnya menyalurkan KKP-E kepada Kelompok Tani.
5. Dalam hal petani/kelompok tani/koperasi bekerjasama dengan Mitra
Usaha (Perusahaan BUMN, BUMD, Koperasi, Swasta lain yang memiliki
usaha bidang pertanian), maka mitra usaha dapat bertindak sebagai
penjamin pasar atau kredit (avalis) sesuai perjanjian pihak yang bermitra.
4
Bank Pelaksana (BRI)
Dinas Pertanian Mitra Usaha
(perusahaan/koperasi) Petani/kelompok
tani/koperasi
koordinasi
koordinasi koordinasi
7 3
5
6
2
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Jika mitra usaha berbentuk koperasi maka koperasi bertindak sebagai
penjamin pasar atau kredit (avalis) terhadap anggotanya.
6. Mitra usaha menjamin pemasaran hasil produksi petani/kelompok tani/
koperasi dan membantu kelancaran pengembalian kreditnya yang
berkoordinasi dengan BRI.
7. Petani/kelompok tani/koperasi mengembalikan KKP-E langsung kepada
BRI sesuai jadwal yang disepakati dalam akad kredit.
Dalam rangka mengantisipasi agar penyaluran, pemanfaatan dan
pengembalian KKP-E berjalan lancar, aman dan terkendali serta dapat
memberikan manfaat bagi penerimanya maka diperlukan adanya upaya-upaya
pembinaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan secara rutin.
1. Pembinaan
Pembinaan dalam pelaksanaan KKP-E di tingkat pusat dilakukan
oleh Direktorat Pembiayaan Pertanian Ditjen Prasarana dan Sarana
Pertanian bersama Instansi terkait lainnya dan Bank Pelaksana KKP-E
dalam hal ini adalah BRI. Pembinaan di tingkat Propinsi dan
Kabupaten/Kota dilakukan Dinas Teknis berkoordinasi dengan instansi
tekait lainnya dan BRI Cabang Karanganyar. Pembinaan diarahkan dalam
beberapa hal antara lain:
a. Menginventarisir petani/peternak/pekebun dan kelompok tani yang
layak usahanya untuk dibiayai KKP-E;
b. Membimbing petani/peternak/pekebun, dan kelompok tani dalam
penyusunan rencana kebutuhan usaha dan atau RDKK;
c. Melakukan sosialisasi sumber pembiyaan pertanian kepada petani/
peternak/ pekebun dan penyuluh pertanian di tingkat lapangan;
d. Melakukan intermediasi akses pembiyaan ke lembaga perbankan;
e. Memfasilitasi mencarikan penjamin pasar hasil produksi atau penjamin
kredit;
f. Membimbing, mendampingi, dan mengawal petani/peternak/pekebun
dan kelompok tani dalam pemanfaatan KKP-E secara optimal, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
mau dan mampu menerapkan teknologi anjuran guna meningkatkan
mutu intensifikasinya;
g. Memberikan pemahaman kepada petani/peternak/pekebun dan
kelompok tani bahwa kredit yang diterima wajib dikembalikan sesuai
jadwal.
2. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring secara terencana dan teratur mulai dari aspek rencana
penyaluran, perkembangan penyaluran, kelompok sasaran dan
pengembalian KKP-E dilakukan secara periodik berjenjang dari tingkat
kabupaten/kota, propinsi dan pusat. Monitoring di tingkat pusat dilakukan
oleh Tim Monitoring dan Evaluasi KKP-E (Tim Monev KKP-E), dan di
tingkat propinsi serta kabupaten atau kota dilakukan tim teknis
propinsi/kabupaten/kota, yang dibentuk beraggotakan instansi terkait dan
berkoordinasi dengan BRI Cabang Karanganyar. Monitoring dan evaluasi
diarahkan pada pelaksanaan KKP-E secara menyeluruh mulai dari
pemahaman terhadap penyampaian pedoman/petunjuk teknis; mekanisme
pengajuan, penyaluran dan pengembalian KKP-E; pelaksanaan koordinasi
dengan instansi terkait; melakukan identifikasi dan upaya pemecahan
permasalahan di lapangan; mengevaluasi dan merumuskan saran
penyempurnaan skim KKP-E; dan menyampaikan laporan secara berkala
sesuai tugas dan tanggung jawabnya.
3. Pelaporan
BRI pusat wajib menyusun dan menyampaikan laporan bulanan
kepada Direktorat Pembiayaan Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana
dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian paling lambat tanggal 25
bulan berikutnya secara rutin. BRI Cabang Karanganyar wajib
menyampaikan laporan bulanan perkembangan penyaluran dan
pengembalian KKP-E yang dikelolanya kepada Dispertanbunhut
Kabupaten Karanganyar selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.
Dispertanbunhut Kabupaten Karanganyar menyampaikan laporan
penyaluran dan pengembalian KKP-E kepada Direktorat Pembiayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian,
Kementerian Pertanian.
KKP-E dinyatakan berhasil apabila plafon KKP-E yang telah
disediakan BRI dapat dimanfaatkan dan disalurkan kepada petani/
peternak/pekebun, kelompok tani atau koperasi; petani/peternak/pekebun
mendapatkan subsidi suku bunga dari pemerintah; peningkatan penerapan
teknologi anjuran; dan peningkatan produktivitas hasil di atas rata-rata.
Pengajuan KKP-E yang tidak menggunakan agunan sangat membantu petani
dalam memperoleh kemudahan memperoleh pinjaman. KKP-E disalurkan
sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan usaha tani. Namun, beberapa petani
lebih memilih mengambil dalam bentuk natura atau barang untuk kemudian
dipotong dari besar pinjamannya tersebut.
Pada pelaksanaannya, KKP-E pun tidak terlepas dari beberapa
permasalahan. Salah satu permasalahan tersebut adalah adanya pengguna
KKP-E yang kurang bertanggung jawab dan tidak mengembalikan KKP-E
dengan alasan tertentu. Banyaknya kredit macet menyebabkan pengurus
kelompok tani yang berperan sebagai penanggung jawab harus menanggung
terlebih dahulu sisa angsuran KKP-E yang belum dibayarkan. Hal ini
disebabkan oleh gagal panen yang menimpa beberapa orang petani anggota
kelompok tani. Lemahnya sistem administrasi di tingkat kelompok tani pun
menjadi permasalahan tersendiri. KKP-E dikelola hanya oleh pengurus
kelompok tani sehingga kerap terjadi rasa kurang percaya dari beberapa pihak
yang dapat berakibat pada kurang harmonisnya hubungan antar anggota.
Hanya didasari sikap saling percaya, ditambah dengan tidak adanya jaminan
dalam bentuk apapun sehingga beberapa petani juga cenderung mengabaikan.
Selain itu, kurangnya sosialisasi menyebabkan banyak petani yang tidak
mengetahui adanya KKP-E.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Usaha Tani Padi di Kabupaten Karanganyar
Sebagian besar petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan
Rukun Makaryo adalah petani padi. Pola tanam yang diterapkan oleh
petani anggota kedua kelompok tani tersebut adalah padi-padi-padi atau
sepanjang tahun ditanami dengan padi. Namun ada beberapa petani
anggota kelompok tani Rukun Tani yang menerapkan pola tanam padi-
padi-bera. Teknik budidaya padi pada MT II petani anggota kelompok tani
Rukun Tani dan Rukun Makaryo relatif sama, baik petani pengguna KKP-
E maupun petani bukan pengguna KKP-E. Berdasarkan wawancara
dengan petani, teknik budidaya padi adalah sebagai berikut:
a. Persiapan Lahan
Pengolahan tanah merupakan usaha untuk mengubah sifat fisik
tanah agar lapisan yang semula keras menjadi datar dan berlumpur serta
untuk membuat tanah dapat menopang tanaman dengan baik sehingga
tanaman dapat tumbuh subur. Selain itu juga bertujuan untuk
memperlancar aerasi dan drainase dalam tanah sehingga dapat
mendukung pertumbuhan tanaman padi dengan baik. Pengolahan lahan
dilakukan dalam dua tahap yaitu pencangkulan serta luku dan garu.
Pencangkulan dilakukan dengan tujuan membolak-balikan tanah
sehingga tanah yang dulu dibawah terangkat, demikian juga tanah yang
di atas menjadi di bawah.
Pembajakan dilakukan dengan menggunakan mesin traktor.
Sebelum dibajak, tanah sawah digenangi air agar gembur. Lama
penggenangan sawah dipengaruhi oleh kondisi tanah dan persiapan
tanam. Pembajakan biasanya dilakukan dua kali. Pembajakan pertama
dilakukan dengan membolak-balikan tanah dan menjadikan gumpalan-
gumpalan tanah terpecah menjadi kecil-kecil, yang disebut dengan
ngluku. Selanjutnya pembajakan kedua (menggaru) dilakukan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
traktor dimana dibelakang traktor diberi bambu atau semacam perata
sehingga lahan menjadi halus dan rata, serta siap untuk ditanami.
Keuntungan tanah yang telah diolah tersebut yaitu air irigasi dapat
merata. Kegiatan meluku dan menggaru dapat dilakukan secara
bersamaan sehingga dapat mempercepat waktu pengerjaan dan
menghemat biaya persiapan lahan/
Pada petakan sawah yang lebar, perlu dibuatkan bedengan-
bedengan. Antara bedengan satu dengan bedeng lainnya berupa saluran
kecil. Ujung saluran bertemu dengan parit kecil di tepi galengan yang
berguna untuk memperlancar air irigasi. Selanjutnya dilakukan juga
perbaikan dan pengaturan pematang sawah serta selokan. Pematang
(galengan) sawah diupayakan agar tetap baik untuk mempermudah
pengaturan irigasi sehingga tidak boros air dan mempermudah
perawatan tanaman. Air yang diperoleh untuk mengairi sawah
bersumber dari air hujan pada saat musim penghujan dan dari sumur
bor dan sungai saat musim kemarau. Air yang diberikan tidak boleh
berlebihan dan tidak boleh kekurangan karena dapat mempengaruhi
produktivitas padi. Terlalu banyak air dapat menyebabkan tanaman
mudah terserang hama dan penyakit. Tanaman yang kekurangan air
dapat menyebabkan tanaman menjadi layu karena metabolismenya
terhambat.
b. Persemaian
Jenis benih padi yang digunakan oleh petani anggota kelompok
tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo beraneka ragam, namun pada
umumnya menggunakan benih jenis IR64, Mikongga, Denok, dan lain-
lain. Benih yang ditanam merupakan benih bersertifikat yang dibeli
melalui kelompok tani dan kios sarana produksi. Pembuatan persemaian
padi dilakukan di areal yang sama dengan areal sawah yang akan
ditanami. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam penanaman.
Luas persemaian kurang lebih 4 x 4 m2 untuk lahan dengan luasan 3300
m2. Pada lahan persemaian tersebut kemudian dibuat bedengan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Kemudian lahan persemaian ditaburi dengan pupuk untuk menambah
unsur hara dan beberapa petani menggunakan Furadan untuk mencegah
timbulnya jamur. Benih yang telah siap kemudian disebarkan dalam
bedengan tersebut. Setelah bibit berumur kurang lebih 15-24 hari
setelah penyemaian, bibit didaut atau dicabut dan siap untuk ditanam.
c. Penanaman
Penanaman dilakukan pada pagi hari, bibit yang dalam ikatan
dibagi ke beberapa tempat kemudian diambil dan ditanam dengan cara
menekan akar hingga masuk ke dalam tanah menngunakan ibu jari.
Pada saat penanaman, kondisi lahan dalam keadaan macak-macak
sehinggga memudahkan dalam proses tanam dan akar tidak rusak
karena tidak perlu ditekan keras akar sudah dapat masuk ke dalam
tanah. Penanaman bibit padi tiap lobangnya ditanami 2-3 bibit dengan
jarak tanam antara 20 cm x 20 cm. Penyulaman bibit yang tidak tumbuh
dilakukan dengan segera. Tenaga kerja saat penanaman mayoritas
adalah wanita dengan sistem borongan.
d. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan
unsur hara. Pupuk yang digunakan pada usaha tani padi petani anggota
kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo, baik petani pengguna
KKP-E maupun petani bukan pengguna KKP-E adalah sama, hanya
saja dosisnya yang berbeda. Pupuk yang digunakan adalah pupuk
organik granul, Urea, KCl, Phonska, ZA, SP36, dan pupuk organik cair.
Rata-rata petani melakukan tiga kali pemupukan. Pupuk pertama atau
pemupukan dasar diberikan saat sebelum tanam, pemupukan susulan
kedua diberikan saat tanaman berusia kurang lebih 23 HST, dan
pemupukan susulan ketiga diberikan pada saat tanaman berusia kurang
lebih 35 HST.
e. Pengendalian Gulma, Hama, dan Penyakit
Penyiangan gulma dilakukan dengan tujuan untuk
mengendalikan tumbuhan pengganggu yang dapat menurunkan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
dari tanaman. Penyiangan pertama dilakukan pada saat pengolahan
lahan untuk persiapan persemaian untuk mengurangi resiko kegagalan
pembibitan padi. Penyiangan gulma yang biasanya berupa rumput pada
lahan sawah dilakukan dengan menggunakan sosrog atau dengan cara
manual yaitu mencabuti rumput dengan tangan. Penyiangan gulma
selanjutnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Saat musim hujan
intensitas penyiangan lebih sering karena saat itu rumput tumbuh lebih
subur dibandingkan saat musim kemarau. Namun demikian, saat musim
kemarau dibutuhkan tenaga yang lebih banyak karena kondisi tanah
yang kering dan keras sehingga sulit dilakukan penyiangan. Keberadaan
gulma rumput ini dapat dikurangi dengan pemberian obat rumput saat
awal tanam.
Pengendalian hama penyakit dilakuakan dengan cara
penyemprotan dan menaburkan sesuai dengan jenis pestisidanya.
Penyemprotan dilakukan ketika ada indikasi serangan dari hama atau
penyakit. Biasanya penyemprotan dilakukan saat padi beurmur 1/3
pertama dimana tanaman masih rentan terhadap gangguan hama dan
penyakit dan saat-saat menjelang panen. Selain kedua waktu itu,
penyemprotan pestisida dilakukan hanya saat terdapat hama atau
penyakit saja. Dampak yang ditimbulkan dari hama dan penyakit
tanaman adalah penurunan kualitas dan kuantitas produksi padi, yang
pada kondisi parah dapat berakibat pada gagal panen. Hama yang biasa
menyerang tanaman padi adalah tikus, keong mas, dan wereng.
f. Pengairan
Tujuan pengairan adalah untuk membasahi tanah dan menjaga
kelembaban tanah terutama pada daerah perakaran untuk memenuhi
kebutuhan air bagi tanaman. Pengairan pada lahan sawah petani
anggota kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo diandalkan
pada tersedianya air hujan, air sungai, pengairan berkala oleh
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), dan sumur bor. Keterbatasan
jumlah air pada musim kemarau menjadi kendala dalam usaha tani pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
musim tanam III menyebabkan beberapa petani memberakan sawahnya.
Namun demikian, hampir keseluruhan petani anggota kelompok tani
Rukun Makaryo menerapkan pola tanam padi-padi-padi karena
manajemen pengairan yang sudah sangat baik dibuktikan dengan
adanya kelompok pompanisasi. Pada MT III air didapatkan dari sumur
yang dibuat di setiap beberapa patok sawah. Namun, pada MT I dan
MT II petani mengandalkan ketersediaan air hujan dan air dari P3A
yang dikelola oleh PT. Dharma Tirta. Pada setiap musim tanam petani
pengguna air dikenakan iuran yaitu sebesar 20 Kg hingga 30 Kg gabah
per patok yang dikerjakan.
g. Panen
Usia produksi padi adalah empat bulan, sehingga dalam satu
tahun dapat dilakukan tiga kali penanaman. Umur panen optimal
dicapai bila 90-95% butir gabah pada malai sudah berwarna kuning
atau kuning keemasan, malai berumur 30-35 hari setelah berbunga
merata. Padi sudah dapat dipanen ketika sebagian besar padi mulai
merunduk dan menguning, jika bulir padi diusap dengan tangan akan
terasa kering, kesat, dan sudah berisi.
Kegiatan pemanenan umumnya tidak dilakukan sendiri oleh
petani namun dilakukan secara borongan oleh buruh tani dengan
menggunakan threser. Setelah itu hasil panen dijual kepada pedagang
pengumpul. Namun demikian, ada beberapa petani yang menjual padi
dengan cara ditebas. Padi yang masih berada di lahan dijual kepada
penebas sebelum dipanen. Umumnya petani tidak ingin direpotkan
dengan kegiatan pemanenan karena selain membutuhkan biaya yang
mahal untuk membayar upah buruh threser, juga harus mengantri
giliran penggunaan threser sedangkan usia padi sudah semakin tua.
Petani tidak ingin mengambil resiko untuk hasil panen yang kualitasnya
kurang baik.
Selain dijual pada pedagang, petani anggota kelompok tani
Rukun Tani dan Rukun Makaryo utamanya yang menggunakan KKP-E
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
menjual hasil produksi kepada PT. Pertani selaku mitra kelompok tani.
PT. Pertani membeli gabah berkualitas baik milik petani dengan harga
yang relatif lebih tinggi. Gabah tersebut kemudian dijadikan benih
bermutu yang nantinya akan dijual lagi kepada petani untuk kebutuhan
produksi.
2. Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik petani sampel merupakan gambaran umum mengenai
latar belakang dan keadaan petani yang berkaitan dengan usaha tani padi
petani pengguna KKP-E BRI dan petani bukan pengguna KKP-E BRI di
Kabupaten Karanganyar. Karakteristik petani sampel dapat dilihat pada
Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Karakteristik Petani Sampel Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar
No Uraian KKP-E Bukan KKP-E 1. Jumlah petani responden (orang) 30 30 2. Rata-rata umur petani (tahun) 52 54 3. Pendidikan petani
a. Tidak Sekolah (orang) b. SD (orang) c. SMP (orang) d. SMA (orang) e. Perguruan Tinggi (orang)
2 10 9 9 0
2 9 6 11 2
4. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani (orang)
4 4
5. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam UT padi (orang)
2 2
6. Rata-rata luas lahan yang digarap (Ha) 0,99 1 7. Rata-rata pengalaman untuk UT padi
(tahun) 23 24
Sumber: Analisis Data Primer
Jumlah responden petani padi pengguna KKP-E dan bukan
pengguna KKP-E sama yaitu sebanyak 30 orang. Rata-rata umur petani
padi penggunakan KKP-E dan bukan pengguna KKP-E masih tergolong
dalam usia produktif yaitu rata-rata usia 52 tahun bagi petani pengguna
KKP-E dan 54 tahun bagi petani bukan pengguna KKP-E. Penduduk yang
tergolong usia produktif adalah penduduk dengan usia 15-64 tahun. Petani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
yang tergolong dalam usia produktif memiliki semangat kerja yang
cenderung tinggi dan lebih terbuka dalam penyerapan informasi dan
inovasi. Informasi dan inovasi yang disampaikan kepada petani meliputi
banyak hal, diantaranya inovasi teknologi, penggunaan bibit unggul, dan
program pembiayaan usaha tani seperti KKP-E.
Tingkat pendidikan yang ditamatkan petani bervariasi. Petani
pengguna KKP-E paling banyak menamatkan pendidikannya pada tingkat
SD dan petani bukan pengguna KKP-E paling banyak menamatkan
pendidikannya pada tingkat SMA. Tinggi tingkat pendidikan dapat
berpengaruh pada sikap petani dalam mengambil keputusan. Rata-rata
jumlah anggota keluarga petani pengguna KKP-E dan bukan pengguna
KKP-E sama yaitu empat orang. Demikian juga dengan rata-rata jumlah
anggota keluarga yang aktif dalam usaha tani sama yaitu dua orang.
Keterbatasan jumlah anggota keluarga yang bekerja pada usaha tani
menyebabkan penggunaan tenaga kerja luar yang lebih banyak sehingga
akan mempengaruhi pendapatan dari usaha tani.
Luas rata-rata lahan garapan petani pengguna KKP-E dan petani
bukan pengguna KKP-E hanya terpaut 0,01 Ha. Rata-rata luas lahan
garapan petani pengguna KKP-E adalah 0,99 Ha dan rata-rata luas lahan
garapan petani bukan pengguna KKP-E adalah 1 Ha. Lahan garapan yang
digarap berupa lahan sawah irigasi.
Rata-rata pengalaman usaha tani petani pengguna KKP-E dan
petani bukan pengguna KKP-E tidak jauh berbeda. Petani pengguna KKP-
E memiliki rata-rata pengalaman dalam usaha tani 23 tahun, sedangkan
petani bukan pengguna KKP-E memiliki rata-rata pengalaman dalam
usaha tani 24 tahun. Perbedaan lama pengalaman petani pengguna KKP-E
dan petani bukan pengguna KKP-E dipengaruhi oleh usia petani dan
mulainya petani berkecimpung dalam usaha tani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
3. Analisis Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E BRI dan Petani
Bukan Pengguna KKP-E BRI
Pada analisis usaha tani dapat diketahui jumlah input yang
digunakan beserta besaran biaya yang dicurahkan dalam usaha tani dan
output berupa jumlah produksi yang dihasilkan. Besarnya input dan output
dari usaha tani padi petani pengguna KKP-E dan bukan pengguna KKP-E
dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Rata-rata Besarnya Input dan Output dari Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012
No. Jenis KKP-E Bukan KKP-E
Per UT Per Ha Per UT Per Ha Input: 1. Benih a. Jumlah (Kg) 45,75 46,21 47,27 47,27 b. Biaya (Rp) 457.483 462.104 450.623 450.623
2. Pupuk a. Jumlah (Kg) 1054,27 1065 1025,2 1025,2 b. Biaya (Rp) 1.723.891 1.741.304 1.733.354 1.733.354
3. Pestisida a. Jumlah
(Kg/Lt) 25,29 26 24,66 24,66
b. Biaya (Rp) 245.056 247.531 401.823 401.823 4. Lain-lain a. Jumlah
(Kg/Lt) 0,386 0,390 1,83 1,83
b. Biaya (Rp) 25.480 25.737 16.233 16.233 5. Tenaga Kerja a. Jumlah
(HOK) 105 107 100 100
b. Biaya (Rp) 4.037.257 4.078.037 3.932.333 3.932.333 6. Biaya Lain-lain 3.500.529 3.535.888 2.656.901 2.656.901 7. Total biaya 9.989.696 10.090.602 9.191.268 9.191.268
Output:
1. Produksi (Kg) 6.937 7.007 6.593 6.593 2. Harga (Rp/Kg) 3.721 3.721 3.527 3.527 3. Penerimaan (Rp) 25.691.883 25.951.397 23.233.867 23.233.867 4. Pendapatan (Rp) 15.702.187 15.860.795 14.042.598 14.042.598 5. Efisiensi 2,57 2,50 6. Kemanfaatan 3,517
Sumber: Analisis Data Primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Berdasarkan Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa penggunaan input baik
jumlah fisik maupun biaya yang dikeluarkan oleh petani padi pengguna
KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E bervariasi. Demikian pula
dengan jumlah produksi, penerimaan, harga, pendapatan, efisiensi, dan
kemanfaatannya.
a. Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja
Penggunaan sarana produksi usaha tani padi petani penerima
KKP-E dan petani bukan penerima KKP-E di Kabupaten Karanganyar
meliputi penggunaan benih, pupuk, pestisida, dan zat lain yang
mendukung pertumbuhan tanaman seperti pupuk daun dan zat
perangsang tumbuh. Rata-rata penggunaan sarana produksi usaha tani
padi petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E dapat
dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012
No Jenis Masukan KKP-E Bukan KKP-E
Per UT Per Ha Per UT Per Ha 1. Benih (Kg) 45,75 46,21 47,27 47,27 2. Pupuk a. Organik (Kg) 474,44 479,23 243,43 243,43 b. Urea (Kg) 130,30 131,61 186,46 186,46 c. KCl (Kg) 4,58 4,63 15,28 15,28 d. Phonska (Kg) 158,20 159,80 148,96 148,96 e. ZA (Kg) 209,71 211,83 262,14 262,14 f. SP36 (Kg) 75,22 75,98 168,58 168,58 g. Pupuk Cair (Lt) 1,82 1,84 0,39 0,39 3. Pestisida a. Rumput tabur
(Kg) 1,45 1,46 3,82 3,82
b. Score (Lt) 0,21 0,21 0,30 0,30 c. Furadan (Kg) 2,54 2,56 6,56 6,56 d. Lainnya
(Kg/Lt) 0,75 0,76 13,97 13,97
4. Lain-lain a. Gandasil (Kg) 0,32 0,32 0,07 0,07 b. Antonik (Lt) 0,07 0,07 0 0 c. Dolomit (Kg) 0 0 1,67 1,67 d. Pupuk Hantu
(Kg) 0 0 0,10 0,10
Sumber: Analisis Data Primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Rata-rata penggunaan benih pada usaha tani padi petani
pengguna KKP-E adalah 46,21 Kg/Ha dan usaha tani padi petani bukan
pengguna KKP-E adalah 47,27 Kg/Ha. Rata-rata penggunaan pupuk
organik usaha tani padi petani pengguna KKP-E adalah 479,23Kg/Ha
dan usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E adalah 243,43
Kg/Ha. Rata-rata penggunaan pupuk urea usaha tani padi petani
pengguna KKP-E adalah 131,61 Kg/Ha dan usaha tani padi petani
bukan pengguna KKP-E adalah 186,46 Kg/Ha. Rata-rata penggunaan
pupuk KCl usaha tani padi petani pengguna KKP-E adalah 4,63 Kg/Ha
dan usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E adalah 15,28
Kg/Ha. Rata-rata penggunaan pupuk phonska usaha tani padi petani
pengguna KKP-E adalah 159,80 Kg/Ha dan usaha tani padi petani
bukan pengguna KKP-E adalah 148,96 Kg/Ha.
Rata-rata penggunaan pupuk ZA usaha tani padi petani
pengguna KKP-E adalah 211,83 Kg/Ha dan usaha tani padi petani
bukan pengguna KKP-E adalah 262,14 Kg/Ha. Rata-rata penggunaan
pupuk SP36 usaha tani padi petani pengguna KKP-E adalah 75,98
Kg/Ha dan usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E adalah
168,58 Kg/Ha. Rata-rata penggunaan pupuk cair usaha tani padi petani
pengguna KKP-E adalah 1,84 Lt/Ha dan usaha tani padi petani bukan
pengguna KKP-E adalah 0,39 Lt/Ha.
Rata-rata penggunaan pestisida usaha tani padi petani pengguna
KKP-E bermacam-macam tergantung pada jenis pestisida yang
digunakan, demikian juga dengan petani bukan pengguna KKP-E. Rata-
rata pestisida yang paling banyak digunakan oleh petani pengguna
KKP-E adalah pestisida jenis Furadan yaitu sebanyak 2,56 Kg/Ha.
Rata-rata pestisida yang paling banyak digunakan oleh petani bukan
pengguna KKP-E adalah lainnya yaitu sebanyak 13,97 Lt/Ha. Pestisida
jenis lainnya ini antara lain: Trobos, Arrivo, Fujiwa, Starban, Fenval,
Regent, Plenum, Virtaco, Pribon, dan Prevathon. Rata-rata penggunaan
sarana produksi lain-lain petani pengguna KKP-E adalah penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
pupuk daun Gandasil sebesar 0,32 Kg/Ha dan zat perangsang tumbuh
Antonik sebesar 0,07 Lt/Ha. Sedangkan rata-rata penggunaan sarana
produksi lain-lain oleh petani bukan pengguna KKP-E adalah
penggunaan pupuk daun Gandasil sebesar 0,07 Kg/Ha, Dolomit sebesar
1,67 Kg/Ha, dan Pupuk Hantu sebesar 0,10 Kg/Ha.
Rata-rata penggunaan tenaga kerja usaha tani padi petani
pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E dapat dilihat pada
Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012
No Penggunaan Tenaga Kerja
KKP-E Bukan KKP-E TKD TKL TKD TKL
Per UT
Per Ha
Per UT
Per Ha
Per UT
Per Ha
Per UT
Per Ha
1. Pengolahan Tanah
4 4 22 22 2 2 23 23
2. Penanaman 0 0 22 22 0 0 22 22 3. Pemupukan 2 2 3 3 2 2 3 3 4. Penyiangan 2 2 12 12 2 2 13 13 5. Pengendalian
Hama dan Penyakit
2 2 2 2 2 2 1 1
6. Pemanenan 0 0 35 35 0 0 30 30 Jumlah 10 10 96 96 8 8 92 92
Sumber: Analisis Data Primer Keterangan: TKD : Tenaga Kerja Dalam (HOK) TKL : Tenaga Kerja Luar (HOK)
Penggunaan tenaga kerja manusia pada usaha tani padi dihitung
dalam satuan HOK (hari orang kerja) dengan rata-rata upah kerja
sebesar Rp 45.000,00 per HOK per hari termasuk penyediaan makan
dan rokok bagi tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja dalam pada
usaha tani padi petani pengguna KKP-E paling banyak terdapat pada
pengolahan tanah sebanyak 4 HOK/Ha, sedangkan penggunaan tenaga
kerja luar paling banyak terdapat pada pemanenan yaitu sebanyak 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
HOK/Ha dan paling sedikit pada saat pengendalian hama dan penyakit
sebanyak 2 HOK/Ha. Penggunaan tenaga kerja dalam pada usaha tani
padi petani bukan pengguna KKP-E jumlahnya sama pada setiap
kegiatan yaitu 2 HOK/Ha kecuali pada penanaman dan pemanenan.
Sedangkan penggunaan tenaga kerja luar pada usaha tani padi petani
bukan pengguna KKP-E paling banyak pada saat pemanenan yaitu
sebanyak 30 HOK/Ha dan paling sedikit pada saat pengendalian hama
dan penyakit sebanyak 1 HOK/Ha.
b. Biaya Usaha Tani
Biaya usaha tani merupakan besarnya pengeluaran yang
dikeluarkan oleh petani untuk kegiatan usaha taninya. Konsep biaya
usaha tani yang digunakan adalah biaya mengusahakan, yaitu biaya
alat-alat luar ditambah dengan upah tenaga kerja dalam yang
diperhitungkan berdasarkan upah tenaga kerja luar. Komponen biaya
usaha tani padi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: biaya sarana
produksi, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-lain. Besarnya biaya
masing-masing komponen dapat dilihat pada tabel berikut ini:
1) Biaya Sarana Produksi
Biaya sarana produksi merupakan jumlah biaya yang
digunakan untuk membeli sarana produksi dalam usaha tani. Besar
biaya sarana produksi dan jenis sarana produksi yang digunakan
dapat dilihat pada Tabel 5.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tabel 5.5. Rata-rata Biaya Sarana Produksi Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012
No Jenis Biaya KKP-E Bukan KKP-E
Per UT (Rp)
Per Ha (Rp)
Per UT (Rp)
Per Ha (Rp)
1. Benih 457.483 462.104 450.623 450.623 2. Pupuk a. Organik 622.157 628.442 328.632 328.632 b. Urea 234.532 236.901 335.621 335.621 c. KCl 13.292 13.426 44.322 44.322 d. Phonska 367.024 370.731 372.390 372.390 e. ZA 293.594 296.559 366.997 366.997 f. SP36 120.359 121.575 269.726 269.726 g. Pupuk
Cair 72.933 73.670 15.667 15.667
3. Pestisida a. Rumput
tabur 26.073 26.336 68.808 68.808
b. Score 94.731 95.688 136.565 136.565 c. Furadan 31.731 32.052 82.017 82.017 d. Lainnya 92.521 93.455 114.433 114.433 4. Lain-lain a. Gandasil 17.733 17.912 3.733 3.733 b. Antonik 7.747 7.825 0 0 c. Dolomit 0 0 500 500 d. Pupuk
Hantu 0 0 12.000 12.000
Jumlah 2.451.910 2.476.677 2.602.034 2.602.034
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.5. rata-rata biaya sarana produksi yang
dikeluarkan oleh petani pengguna KKP-E adalah sebesar Rp
2.476.677,00/Ha/MT, sedangkan yang dikeluarkan oleh petani bukan
pengguna KKP-E adalah sebesar Rp 2.602.034,00/Ha/MT. Jenis
sarana produksi yang digunakan antara lain: benih, pupuk, pestisida,
dan lain-lain. Pengeluaran petani pengguna KKP-E dalam hal benih
dan lain-lain lebih besar daripada petani bukan pengguna KKP-E,
sedangkan pengeluaran petani pengguna KKP-E dalam hal pupuk
dan pestisida lebih kecil daripada pengeluaran petani bukan
pengguna KKP-E.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
2) Biaya Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha tani padi terdiri
dari tenaga kerja luar dan tenaga kerja dalam yang berasal dari
keluarga. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam usaha tani
meliputi biaya untuk pengolahan tanah, penanaman, pemupukan,
penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, dan pemanenan. Rata-
rata biaya tenaga yang dikeluarkan dalam usaha tani dapat dilihat
pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012
No Jenis Biaya KKP-E Bukan KKP-E
Per UT (Rp)
Per Ha (Rp)
Per UT (Rp)
Per Ha (Rp)
1. Pengolahan Tanah
1.164.090 1.175.848
1.125.000 1.125.000
2. Penanaman 678.833 685.690 617.667 617.667 3. Pemupukan 232.500 234.848 232.500 232.500 4. Penyiangan 610.500 616.667 682.500 682.500 5. Pengendalian
Hama dan Penyakit
175.500 177.273 147.000 147.000
6. Pemanenan 1.175.833 1.187.710 1.127.667 1.127.667 Jumlah 4.037.257 4.078.037 3.932.333 3.932.333
Sumber: Analisis Data Primer
Upah tenaga kerja pada usaha tani padi petani pengguna
KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E sebesar Rp 45.000,00
per HOK per hari. Upah yang diberikan pada tenaga kerja pria
maupun wanita sama. Khusus untuk penanaman dan pemanenan
upah dibayarkan secara borongan. Berdasarkan Tabel 5.5. dapat
diketahui bahwa total biaya penggunaan tenaga kerja pada usaha tani
padi petani pengguna KKP-E adalah Rp 4.078.037,00/Ha/MT.
Sedangkan total biaya penggunaan tenaga kerja pada usaha tani padi
petani bukan pengguna KKP-E adalah Rp 3.932.333,00/Ha/MT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
3) Biaya Lain-lain
Biaya lain-lain merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
petani di luar biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja.
Komponen biaya lain-lain meliputi biaya penyusutan, biaya sewa
lahan, pajak, biaya transportasi, biaya pengairan, bunga pinjaman,
dan selamatan. Besar biaya lain-lain yang dikeluarkan dalam usaha
tani padi petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-
E dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Rata-rata Biaya Lain-lain Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012
No Jenis Biaya KKP-E Bukan KKP-E
Per UT (Rp)
Per Ha (Rp)
Per UT (Rp)
Per Ha (Rp)
1. Penyusutan 161.487 163.118 99.600 99.600 2. Sewa Lahan 2.730.842 2.758.426 2.204.167 2.204.167 3. Pajak 55.621 56.183 71.400 71.400 4. Transportasi 143.333 144.781 116.833 116.833 5. Pengairan 260.846 263.481 262.835 262.835 6. Bunga
Pinjaman 116.333 117.508 0 0
7. Selamatan 32.067 32.391 1.667 1.667 Jumlah 3.500.529 3.535.888 2.656.901 2.656.901
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.7. dapat diketahui bahwa rata-rata biaya
lain-lain usaha tani padi petani pengguna KKP-E adalah Rp
3.535.888,00/Ha/MT, sedangkan biaya lain-lain usaha tani padi
petani bukan pengguna KKP-E adalah Rp 2.656.901,00/Ha/MT.
Besar biaya lain-lain yang paling besar dikeluarkan pada usaha tani
padi adalah biaya sewa lahan, yaitu rata-rata Rp
2.758.426,00/Ha/MT untuk usaha tani petani pengguna KKP-E dan
rata-rata Rp 2.204.167,00/Ha/MT untuk usaha tani petani bukan
pengguna KKP-E. Komponen biaya lain-lain yang membedakan
antara usaha tani petani pengguna KKP-E dan petani bukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
pengguna KKP-E adalah adanya bunga pinjaman bagi petani
pengguna KKP-E.
4) Biaya Total
Biaya total merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan
petani dalam usaha tani padi, yaitu jumlah dari biaya sarana
produksi, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-lain. Besar biaya total
usaha tani padi petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna
KKP-E dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Rata-rata Biaya Total Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012
No Jenis Biaya KKP-E Bukan KKP-E
Per UT (Rp)
Per Ha (Rp)
Per UT (Rp)
Per Ha (Rp)
1. Biaya Sarana Produksi
2.451.910 2.476.677 2.602.034 2.602.034
2. Biaya Tenaga Kerja
4.037.257 4.078.037 3.932.333 3.932.333
3. Biaya Lain-lain
3.500.529 3.535.888 2.656.901 2.656.901
Jumlah 9.989.696 10.090.602 9.191.268 9.191.268
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.8. dapat diketahui bahwa biaya total
yang dikeluarkan petani pengguna KKP-E dalam usaha tani padi
adalah sebesar Rp 10.090.602,00/Ha/MT, sedangkan biaya total
yang dikeluarkan petani bukan pengguna KKP-E dalam usaha tani
padi adalah sebesar Rp 9.191.268,00/Ha/MT. Biaya terbesar yang
dikeluarkan oleh petani pengguna KKP-E maupun petani bukan
pengguna KKP-E adalah biaya tenaga kerja. Besar biaya tenaga
kerja yang dikeluarkan oleh petani pengguna KKP-E adalah Rp
4.078.037/Ha/MT, sedangkan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan
oleh petani bukan pengguna KKP-E adalah Rp 3.932.333,00/Ha/MT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Besarnya biaya tenaga kerja disebabkan oleh banyaknya jumlah
tenaga kerja yang digunakan.
c. Penerimaan Usaha Tani Padi
Penerimaan adalah pendapatan kotor usaha tani, yaitu hasil yang
diterima dari usaha tani padi sebelum dikurangi biaya. Penerimaan
merupakan hasil perkalian antara produksi usaha tani padi dengan harga
per satuan. Rata-rata produksi, harga, dan penerimaan usaha tani padi
petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E dapat
dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Rata-rata Produksi, Harga, dan Penerimaan Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012
No Jenis Biaya KKP-E Bukan KKP-E
Per UT Per Ha Per UT Per Ha 1. Produksi
(Kg) 6.937 7.007 6.593 6.593
2. Harga (Rp/Kg)
3.683 3.721 3.527 3.527
3. Penerimaan (Rp)
25.691.883 25.951.397 23.233.867 23.233.867
Sumber: Analisis Data Primer
Rata-rata produksi padi usaha tani padi petani pengguna KKP-E
adalah 7.007 Kg/Ha dengan rata-rata harga Rp 3.721,00/Kg sehingga
didapatkan rata-rata penerimaan sebesar Rp 25.951.397,00/Ha. Rata-
rata produksi padi usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E
adalah 6.593 Kg/Ha dengan rata-rata harga Rp 3.527,00/Kg sehingga
didapatkan rata-rata penerimaan sebesar Rp 23.233.867,00/Ha.
Perbedaan jumlah produksi disebabkan oleh perbedaan jumlah curahan
input usaha tani. Perbedaan harga jual disebabkan oleh kerja sama yang
dijalani oleh petani pengguna KKP-E melalui kelompok tani dengan
mitra yaitu PT. Pertani. Produksi petani pengguna KKP-E banyak
diserap oleh mitra untuk digunakan kembali sebagai benih, sedangkan
produksi petani bukan pengguna KKP-E dijual untuk keperluan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
konsumsi dengan harga yang lebih rendah. Perbedaan besar penerimaan
disebabkan oleh perbedaan rata-rata produksi dan rata-rata harga.
d. Pendapatan Usaha Tani Padi
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan biaya
usaha tani. Rata-rata pendapatan petani pengguna KKP-E dan petani
bukan pengguna KKP-E dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10. Rata-rata Pendapatan Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012
No Jenis Biaya KKP-E Bukan KKP-E
Per UT Per Ha Per UT Per Ha 1. Penerimaan
(Rp) 25.691.883 25.951.397 23.233.867 23.233.867
2. Biaya (Rp) 9.989.696 10.090.602 9.191.268 9.191.268 3. Pendapatan
(Rp) 15.702.187 15.860.795 14.04.2598 14.042.598
Sumber: Analisis Data Primer
Rata-rata pendapatan usaha tani padi petani pengguna KKP-E
adalah Rp 15.702.187,00/Ha, sedangkan rata-rata pendapatan usaha tani
padi petani bukan pengguna KKP-E adalah Rp 14.042.598,00/Ha.
Pendapatan usaha tani padi petani pengguna KKP-E lebih tinggi
dikarenakan rata-rata penerimaan yang lebih tinggi dengan rata-rata
biaya yang tidak jauh berbeda.
e. Efisiensi dan Kemanfaatan Usaha Tani Padi
Efisiensi merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya
per usaha tani dan dihitung dengan R/C Ratio. Kemanfaatan dihitung
menggunakan Incremental B/C Ratio yaitu tambahan manfaat setiap
adanya penambahan biaya. Rata-rata efisiensi dan kemanfaatan usaha
tani padi petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E
dapat dilihat pada Tabel 5.11 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tabel 5.11. Rata-rata Efisiensi dan Kemanfaatan Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012
No Jenis Biaya KKP-E Bukan KKP-E
Per UT Per Ha Per UT Per Ha 1. Penerimaan
(Rp) 25.691.883 25.951.397 23.233.867 23.233.867
2. Biaya (Rp) 9.989.696 10.090.602 9.191.268 9.191.268 3. Pendapatan
(Rp) 15.702.187 15.860.795 14.042.598 14.042.598
4. Efisiensi 2,57 2,50 5. Kemanfaatan 3,517
Sumber: Analisis Data Primer
Nilai R/C ratio pada usaha tani padi petani pengguna KKP-E
dapat diartikan bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan petani
memberikan pengembalian sebesar Rp 2,57. Sedangkan pada usaha tani
petani bukan pengguna KKP-E dapat diartikan bahwa setiap Rp 1,00
yang dikeluarkan petani memberikan pengembalian sebesar Rp 2,53.
Berdasarkan Tabel 5.11. dapat diketahui bahwa efisiensi usaha tani padi
petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E lebih besar
dari 1, maka kedua usaha tani tersebut efisien. Nilai Incremental B/C
Ratio dua usaha tani tersebut sebesar 2,986 atau lebih besar dari 1
maka, usaha tani padi petani pengguna KKP-E lebih memberikan
kemanfaatan daripada usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E.
f. Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Tani Padi
Hubungan antara faktor-faktor dengan pendapatan usaha tani
padi ditunjukkan dengan model regresi linier berganda. Faktor-faktor
yang dimasukkan ke dalam persamaan meliputi modal sendiri, modal
KKP-E, luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga,
dummy kepenguasaan lahan, dan dummy penggunaan kredit. Data yang
telah dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda dengan
menggunakan SPSS didapatkan persamaan sebagai berikut:
Y = -5,720E6 + 0,949 X1 + 0,008 X2 + 0,047 X3 + 0,081 D1 + 0,083
D2 + e
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Keterangan:
Y = Pendapatan petani (juta Rp)
β0 = Intercept (konstanta)
β1, β2, β3, β4, β5 = Koefisien regresi masing-masing variabel
X1 = Luas lahan (Ha)
X2 = Tingkat pendidikan
X3 = Jumlah anggota keluarga
D1 = Kepenguasaan lahan (D = 1, petani pemilik, D = 0, petani
penggarap).
D2 = Penggunaan kredit (D = 1, pengguna KKP-E, D = 0, bukan
pengguna KKP-E)
Tabel 5.12. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Beberapa Faktor terhadap Pendapatan Usaha Tani Petani Anggota Kelompok Tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012
No Variabel Koefisien Regresi thitung Sig.
1. Luas Lahan (X1) 0,949 31,749 0,000***
2. Tingkat Pendidikan (X2) 0,008 0,251 0,803ns
3. Jumlah Anggota Keluarga (X3)
0,047 1,625 0,110ns
4. Kepenguasaan Lahan (D1) 0,081 2,642 0,011**
5. Penggunaan Kredit (D2) 0,083 2,852 0,006 *** R = 0,977 Adj. R2 = 0,951 Fhitung = 230,577 F Sig. = 0,000***
Sumber: Analisis Data Primer Keterangan: **) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%
***) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99% ns) : tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan
95%, dan 99%
1) Uji adjusted R2
Nilai uji koefisien relasi guna melihat hubungan kekuatan
antara variabel bebas dalam persamaan regresi. Nilai uji koefisien
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
relasi dalam regresi ditunjukkan dengan nilai R. Nilai R pada uji
regresi menunjukkan nilai 0,977, yang artinya bahwa hubungan
antara variabel bebas yaitu luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah
anggota keluarga, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit
memiliki hubungan yang sangat kuat.
Nilai koefisien determinasi digunakan untuk melihat
ketepatan model. Nilai uji koefisien determinasi dilihat pada nilai
adjusted R2 (adj. R2). Nilai adj. R2 berdasarkan analisis model adalah
sebesar 0,951, yang artinya bahwa variabel luas lahan, tingkat
pendidikan, jumlah anggota keluarga, kepenguasaan lahan, dan
penggunaan kredit bersama-sama mampu menjelaskan variasi
perubahan variabel pendapatan petani sebesar 95,1% dan sisanya
sebesar 4,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
2) Pengaruh Faktor-faktor terhadap Usaha Tani Padi (Uji F)
Pengaruh faktor-faktor terhadap pendapatan usaha tani padi
menunjukkan besarnya pengaruh faktor atau variabel secara
bersama-sama antara variabel luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah
anggota keluarga, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit
terhadap pendapatan usaha tani. Pengaruh variabel secara bersama-
sama dapat diketahui dengan melakukan uji F (F-test). Berdasarkan
Tabel 5.12. dapat diketahui bahwa nilai F-hitung sebesar 230,577
lebih besar daripada F-tabel yaitu sebesar 3,38. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah anggota
keluarga, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit secara
bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan usaha tani petani di
Kabupaten Karanganyar.
3) Pengaruh Masing-masing Faktor terhadap Pendapatan Usaha Tani
Padi (Uji t)
Pengaruh masing-masing faktor terhadap pendapatan usaha
tani padi petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan Rukun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Makaryo dapat diketahui melalui uji keberartian regresi dengan uji t
(t-test). Berdasarkan Tabel 5.12. dapat diketahui bahwa terdapat tiga
faktor atau variabel yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan
usaha tani padi petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan
kelompok tani Rukun Makaryo, antara lain: luas lahan,
kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit. Ketiga variabel tersebut
memiliki nilai t-hitung lebih besar daripada t-tabel dan nilai
signifikansi lebih kecil dari batas kesalahan yang dapat terjadi yaitu
0,05 (α=5%) sehingga variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap
pendapatan petani.
Berdasarkan nilai dari koefisien regresi dapat diketahui
bahwa variabel luas lahan, kepenguasaan lahan, dan penggunaan
kredit memiliki hubungan positif dengan pendapatan petani sehingga
setiap peningkatan luas lahan, kepenguasaan lahan, dan penggunaan
kredit akan meningkatkan pendapatan petani. Variabel tingkat
pendidikan dan jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh nyata
terhadap pendapatan petani. Hal ini dapat dilihat pada nilai t-hitung
lebih kecil daripada nilai t-tabel, sehingga dengan demikian terkait
dengan hipotesis berarti Ho diterima.
4) Pengujian Asumsi Klasik
a) Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2011), ada beberapa cara untuk
menemukan hubunganantara variabel X yang satu dengan
variabel X yang lainnya (terjadinya multikolinearitas), ialah
memiliki korelasi antar variabel bebas yang sempurna (lebih dari
0,9) yang dapat dilihat dari nilai dalam matrik Pearson Corelation
(PC). Berdasarkan hasil perhitungan nilai matrik Pearson
Corelation diketahui bahwa nilai terbesar dari keseluruhan
korelasi antara variabel-variabel bebas adalah 0,291 atau tidak
lebih besar dari 0,9 sehingga dapat disimpulkan dalam model
tidak terdapat multikolinearitas (Lampiran 15).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
b) Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola
sebaran titik-titik pada diagram scatterplot. Berdasarkan hasil
analisis data pada diagram scatterplot dapat diketahui bahwa titik-
titik tersebar dalam empat kuadran dan tidak membentuk suatu
pola tertentu sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas (Lampiran 15).
5) Uji Beda t test
Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua
sample yang tidak berhubungan memiliki nlai rata-rata yang
berbeda. Uji beda t-test dilakukan dengan cara membandingkan
perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar error dari
perbedaan rata-rata dua sample.
Tabel 5.13. Hasil Analisis Uji t-test antara Variabel Pendapatan Petani dan Penggunaan Kredit
Penggunaan Kredit N Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean Pendapatan Petani
Pengguna KKP-E
30 1.57E7 1.203E7 2196429.526
Bukan Pengguna KKP-E
30 1.39E7 1.161E7 2119151.289
Sumber: Analisis Data Primer
Kriteria:
H0 = rata-rata pendapatan petani antara petani pengguna KKP-E dan
petani bukan pengguna KKP-E adalah sama
H1 = rata-rata pendapatan petani antara petani pengguna KKP-E dan
petani bukan pengguna KKP-E adalah berbeda
Berdasarkan Tabel 5.13. rata-rata pendapatan petani untuk
reponden petani pengguna KKP-E adalah Rp 1.570.000,00
sedangkan untuk responden petani bukan pengguna KKP-E adalah
Rp 1.390.000,00. Secara absolut terlihat bahwa pendapatan petani
berbeda antara petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
KKP-E. Terlihat dari output SPSS (Lampiran 15) bahwa F hitung
levene test sebesar 0,026 dengan probabilitas 0,872. Karena
probabilitas >0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 tidak dapat
ditolak atau memiliki variance yang sama. Dengan demikian,
analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi equal variance
assumed. Berdasarkan output SPSS terlihat bahwa nilai t pada equal
variance assumed adalah 0,576 dengan probabilitas signifikansi
0,567 (two tail), sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata
pendapatan petani tidak berbeda secara signifikan antara petani
pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E. Modal KKP-
E digunakan petani sebagai faktor pelancar dalam usaha taninya.
KKP-E dimanfaatkan petani untuk memenuhi kebutuhan akan sarana
produksi dan sebagai sarana untuk memenuhi inovasi teknologi yang
disarankan.
Tabel 5.14. Hasil Analisis Uji t-test antara Variabel Luas Lahan dan Penggunaan Kredit
Penggunaan Kredit N Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Luas Lahan Pengguna KKP-E 30 0.9907 0.61062 0.11148
Bukan Pengguna KKP-E
30 0.9960 0.69144 0.12624
Sumber: Analisis Data Primer
Kriteria:
H0 = rata-rata luas lahan petani antara petani pengguna KKP-E dan
petani bukan pengguna KKP-E adalah sama
H1 = rata-rata luas lahan petani antara petani pengguna KKP-E dan
petani bukan pengguna KKP-E adalah berbeda
Rata-rata luas lahan untuk reponden petani pengguna KKP-E
adalah 0,9907 Ha sedangkan untuk responden petani bukan
pengguna KKP-E adalah 0,9960 Ha. Secara absolut terlihat bahwa
luas lahan petani berbeda antara petani pengguna KKP-E dan petani
bukan pengguna KKP-E. Terlihat dari output SPSS (Lampiran 15)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
bahwa F hitung levene test sebesar 0,296 dengan probabilitas 0,589.
Karena probabilitas >0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 tidak
dapat ditolak atau memiliki rata-rata yang sama. Dengan demikian,
analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi equal variance
assumed. Berdasarkan output SPSS terlihat bahwa nilai t pada equal
variance assumed adalah -0,032 dengan probabilitas signifikansi
0,975 (two tail), sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata luas
lahan petani tidak berbeda secara signifikan antara petani pengguna
KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E.
B. Pembahasan
1. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha Tani
Analisis yang digunakan dalam konsep biaya adalah biaya
mengusahakan, yaitu biaya yang terdiri dari biaya alat-alat luar ditambah
dengan upah tenaga kerja dalam yang dihitung berdasarkan upah tenaga
kerja luar. Komponen biaya terdiri dari biaya sarana produksi, biaya
tenaga kerja, dan biaya lain-lain. Komponen biaya yang digunakan dalam
usaha tani antara petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna
KKP-E sama, hanya saja pada komponen biaya lain-lain petani pengguna
KKP-E ditambah dengan bunga pinjaman.
Biaya terbesar yang dikeluarkan oleh petani baik pengguna KKP-E
maupun petani bukan pengguna KKP-E adalah biaya tenaga kerja. Tenaga
kerja yang digunakan dalam usaha tani adalah tenaga kerja dalam dan
tenaga kerja luar. Tidak ada jam kerja yang mengikat. Hal ini tergantung
pada jenis pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan petani berupa pemupukan
dan pengendalian hama dan penyakit biasa dilakukan pada pagi hari pukul
06.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB, karena pada saat itu stomata tanaman
padi sedang dalam kondisi membuka sehingga penyerapan pupuk dan
pestisida oleh tanaman lebih optimal. Sedangkan pelaksanaan penanaman,
pengolahan lahan dengan traktor, dan pemanenan sesuai dengan
ketersediaan tenaga kerja dan dilakukan secara bergantian dengan sawah
milik petani lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Upah tenaga kerja yang diberikan bervariasi sesuai dengan jenis
kegiatan. Besar upah tenaga kerja perorangan adalah sebesar Rp
45.000,00/HOK/hari. Upah pengolahan tanah dengan traktor adalah
sebesar Rp 200.000,00/patok. Upah tanam adalah sebesar Rp 170.000,00
hingga Rp 300.000,00/patok. Upah pemanenan adalah sebesar Rp
400.000,00/patok hingga Rp 800.000,00/patok tergantung letak lahan dan
kondisi tanaman. Bila tanaman dalam kondisi rubuh, biaya yang
dikeluarkan untuk pemanenan lebih tinggi. Upah tanam dan pemanenan
diberikan secara borongan dengan jumlah tenaga kerja per patok bervariasi
sesuai dengan kelompoknya. Rata-rata luasan lahan satu patok di
Kelurahan Lalung adalah seluas 3.300 m2, sedangkan di Desa Jati adalah
seluas 3.000 m2.
Komponen biaya terbesar kedua setelah biaya tenaga kerja adalah
biaya lain-lain. Biaya lain-lain terdiri dari biaya penyusutan, biaya sewa
lahan, pajak, transportasi, pengairan, bunga pinjaman dan selamatan.
Tidak semua petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan Rukun
Makaryo merupakan petani pemilik, ada beberapa petani yang merupakan
petani penggarap (penyewa dan penyakap). Sewa lahan merupakan
komponen biaya lain-lain yang paling besar jumlahnya. Biaya sewa lahan
bervariasi tergantung letak lahan. Besarnya biaya transportasi berbeda-
beda tergantung pada letak lahan dan jumlah produksi yang hendak
diangkut.
Biaya penyusutan merupakan besaran biaya yang harus dikeluarkan
atas penurunan nilai peralatan per satuan waktu. Peralatan yang biasa
digunakan petani baik pengguna KKP-E maupun bukan pengguna KKP-E
antara lain: cangkul, sabit, sosrog, traktor, diesel, sprayer manual, dan
sprayer mesin. Nilai ekonomis dari peralatan usaha tani bervariasi
tergantung jenis peralatan. Besarnya biaya pengairan per usaha tani
ditentukan dalam peraturan desa. Pada kelompok tani Rukun Tani besar
biaya pengairan adalah senilai dengan gabah sebanyak 25 Kg/patok,
sedangkan untuk kelompok tani Rukun Makaryo senilai dengan gabah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
sebanyak 20 Kg/patok pada musim tanam (MT) II. Besarnya biaya bunga
pinjaman yang harus dibayar oleh petani pengguna KKP-E adalah 0,5%
per bulan dari jumlah pinjaman satu tahun. Komponen biaya lain-lain
terkecil adalah untuk selamatan, karena tidak semua petani mengadakan
acara selamatan baik sebelum tanam maupun setelah panen.
Komponen biaya yang paling sedikit dikeluarkan dalam usaha tani
baik oleh petani pengguna KKP-E maupun petani bukan pengguna KKP-E
adalah biaya sarana produksi. Sarana produksi yang digunakan antara lain
benih, pupuk, pestisida, dan lain-lain. Jenis benih yang banyak digunakan
antara lain IR64, Mikongga, dan Ciherang. Harga benih bervariasi dari Rp
8.000,00/Kg hingga Rp 10.000,00/Kg. Kebutuhan benih sebagaian besar
disediakan oleh kelompok tani melalui kemitraan dengan PT. Pertani,
namun ada beberapa petani yang membeli benih sendiri dari toko saprodi.
Pupuk yang digunakan petani dalam usaha tani padi antara lain
pupuk organik granul, Phonska, ZA, Urea, SP36, KCl, dan pupuk organik
cair. Pada usaha tani padi petani pengguna KKP-E penggunaan pupuk
organik granul dan pupuk organik cair lebih besar, namun penggunaan
pupuk kimia lebih rendah daripada usaha tani petani bukan pengguna
KKP-E. Penggunaan pupuk organik granul dan pupuk organik cair yang
tinggi disebabkan oleh berubahnya sudut pandang petani dan kerja sama
yang terjalin antara petani dengan mitra yaitu PT. Pertani dalam hal
pengadaan pupuk organik granul dan pupuk organik cair. Biaya pestisida
yang dikeluarkan oleh petani pengguna KKP-E lebih sedikit daripada
petani bukan pengguna KKP-E, hal ini disebabkan oleh kesadaran petani
untuk mengurangi curahan zat kimia dalam tanaman selama tanaman tidak
terserang hama dan penyakit. Biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh petani
pengguna KKP-E lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan oleh petani
bukan pengguna KKP-E, yakni penggunaan Gandasil dan Antonik untuk
menunjang pertumbuhan padi.
Penerimaan merupakan hasil perkalian dari jumlah produksi
dengan harga padi per satuan. Rata-rata jumlah produksi dan harga jual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
hasil panen petani pengguna KKP-E lebih tinggi daripada petani bukan
pengguna KKP-E sehingga penerimaannya pun lebih besar. Rata-rata
harga jual gabah di daerah penelitian Rp 3.721,00/Kg untuk petani
pengguna KKP-E dan Rp 3.527,00/Kg untuk petani bukan pengguna KKP-
E. Harga ini merupakan harga hasil produksi berupa gabah basah karena
sebagian besar petani menjual hasil panen berupa gabah basah ke PT.
Pertani untuk dijadikan benih dan sebagian petani menjual ke pedagang
pengumpul dengan mengikuti harga yang berlaku. Gabah yang dijual ke
PT. Pertani untuk pembenihan memiliki harga relatif tinggi dibandingkan
dengan gabah yang dijual untuk keperluan konsumsi ke pedagang
pengumpul yang mengikuti harga pasar. Oleh karena jumlah produksi dan
harga jual yang lebih tinggi menyebabkan penerimaan dan pendapatan
petani pengguna KKP-E juga lebih tinggi. Selain itu, juga dikarenakan
adanya pinjaman dana KKP-E dari BRI cabang Karanganyar sehingga
modal yang dimiliki petani lebih besar.
2. Efisiensi dan Kemanfaatan Usaha Tani
Efisiensi usaha tani merupakan perbandingan antara penerimaan
dengan biaya usaha tani. Salah satu alat untuk menilai efisiensi usaha tani
adalah menggunakan R/C Ratio. Apabila nilai R/C Ratio lebih besar dari
satu maka dapat disimpulkan bahwa usaha tani tersebut efisien.
Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata efisiensi usaha tani padi petani
pengguna KKP-E adalah 2,57 dan rata-rata efisiensi usaha tani padi petani
bukan pengguna KKP-E adalah 2,50. Nilai kedua rata-rata efisiensi
tersebut tidak jauh berbeda namun keduanya bernilai lebih dari satu maka,
kedua usaha tani tersebut dapat dikatakan efisien. Biaya yang dikeluarkan
oleh petani pengguna KKP-E lebih besar namun penerimaannya juga lebih
besar karena ditunjang dengan harga jual dan produksi yang tinggi. Hal ini
menyebabkan nilai efisiensinya juga lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan usaha tani petani bukan pengguna KKP-E. Biaya yang dikeluarkan
oleh petani bukan pengguna KKP-E lebih rendah namun besar penerimaan
tidak begitu tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Kemanfaatan usaha tani merupakan perbandingan antara selisih
penerimaan usaha tani petani pengguna KKP-E dan penerimaan usaha tani
petani bukan pengguna KKP-E dengan selisih biaya usaha tani petani
pengguna KKP-E dan biaya usaha tani petani bukan pengguna KKP-E.
Alat analisis untuk mengetahui besarnya kemanfaatan usaha tani adalah
dengan menggunakan Incremental Benefit-Cost Ratio. Hasil analisis data
menunjukkan nilai Incremental B/C Ratio sebesar 3,517, maka dapat
diketahui bahwa usaha tani petani pengguna KKP-E lebih memberikan
kemanfaatan daripada usaha tani petani bukan pengguna KKP-E. Setiap 1
satuan biaya yang dikorbankan oleh petani pengguna KKP-E akan
menghasilkan kemanfaatan sebesar 3,517 satuan.
Kemanfaatan diperoleh karena penggunaan pupuk organik, baik
pupuk organik granul maupun pupuk organik cair, sehingga mampu
menekan biaya untuk pembelian pupuk kimia. Selain itu, kerja sama yang
telah terjalin antara kelompok tani dengan PT. Pertani membuat
penyediaan pupuk organik lebih mudah dibandingkan dengan pupuk kimia
yang sulit didapatkan karena sering mengalami kelangkaan di pasar. Pola
tanam serentak yang dilakukan oleh petani menyebabkan padi terjauh dari
serangan hama sehingga menekan biaya untuk pembelian pestisida. Harga
pembelian gabah oleh PT. Pertani yang cukup tinggi membuat penerimaan
petani pengguna KKP-E juga lebih tinggi. Umumnya, petani pengguna
KKP-E membeli benih berkualitas dari PT. Pertani, yang pada akhirnya
menghasilkan hasil produksi yang berkualitas pula sehingga harga jualnya
pun menjadi lebih tinggi. Hasil produksi ini nantinya akan dijadikan benih
yang berkualitas untuk kembali dijual oleh PT. Pertani. Permodalan kuat
petani pengguna KKP-E sangat bermanfaat dalam mempersiapkan
kebutuhan yang akan digunakan selama masa produksi usaha tani padi.
3. Pengaruh Faktor terhadap Pendapatan Usaha Tani
Besarnya pengaruh faktor atau variabel berbeda-beda. Pengaruh
faktor ditunjukkan dengan nilai uji t berdasarkan hasil dari regresi linier
berganda faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pendapatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
usaha tani. Faktor atau variabel yang berpengaruh nyata terhadap
pendapatan usaha tani padi petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan
kelompok tani Rukun Makaryo, antara lain: luas lahan, kepenguasaan
lahan, dan penggunaan kredit.
a. Pengaruh Luas Lahan, Tingkat Pendidikan, Jumlah Anggota Keluarga,
dan Kepenguasaan Lahan terhadap Pendapatan Usaha Tani
1) Luas Lahan
Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang
mempunyai kontribusi besar dalam usaha tani. Hasil uji t
menunjukkan bahwa nilai t-hitung 31,749 lebih besar dari t-tabel
2,397 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari batas
kesalahan yang dapat terjadi yaitu 0,010 pada tingkat kepercayaan
99%. Dengan demikian, keputusan H0 ditolak dan H1 diterima.
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa luas lahan
berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani pada tingkat
kepercayaan 99%. Koefisien regresi sebesar 0,949 menunjukkan
setiap penambahan luas lahan sebesar 1 Ha akan meningkatkan
pendapatan sebesar Rp 949.000,00.
Peningkatan luas lahan berkaitan dengan jumlah benih,
sarana produksi lain, dan tenaga kerja yang dicurahkan. Melalui
penggunaan sarana produksi dan tenaga kerja yang optimal maka
diharapkan akan meningkatkan hasil produksi. Semakin luas lahan
maka jumlah benih yang ditanam semakin banyak, dengan jarak
tanam yang tepat akan meningkatkan jumlah produksinya. Semakin
banyak jumlah produksi maka semakin banyak hasil yang akan
dijual sehingga pendapatan juga meningkat.
2) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan menunjukkan rata-rata lama pendidikan
yang ditamatkan oleh petani. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t-
hitung sebesar 0,251 lebih rendah daripada nilai t-tabel sebesar 1,674
dengan nilai signifikansi 0,803 lebih besar dari batas kesalahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
dapat terjadi yaitu 0,050 pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan
demikian, keputusan H0 diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan hasil
analisis data menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak
berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Pendidikan formal
tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan usaha tani. Rata-rata
pendidikan formal petani masih rendah yaitu sampai tahap SMP.
Umumnya tingkat pendidikan akan berpengaruh pada tingkat
penyerapan informasi dan inovasi. Namun demikian, informasi dan
inovasi yang dibutuhkan oleh petani tidak didapatkan dari
pendidikan formal. Informasi dan inovasi dalam hal pertanian justru
lebih sering didapatkan petani dari pendidikan non-formal seperti
kursus dan penyuluhan. Selain itu untuk mengubah pola pikirnya,
petani cenderung lebih percaya pada bukti nyata daripada sekedar
teori yang diberikan. Melalui pengarahan PPL dan praktik langsung
di lapang, petani bersedia menerapkan inovasi yang disampaikan
sehingga apa yang diharapkan seperti peningkatan produksi dapat
tercapai.
3) Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga menunjukkan banyaknya anggota
keluarga petani. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t-hitung
sebesar 1,625 lebih rendah daripada nilai t-tabel sebesar 1,674 dan
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,110 lebih besar dari batas
kesalahan yang dapat terjadi yaitu 0,050 pada tingkat kepercayaan
95%. Sehingga keputusan H0 diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan
analisis data menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga tidak
berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani pada tingkat
kepercayaan 95%.
Berdasarkan banyaknya jumlah anggota keluarga diharapkan
banyak pula anggota keluarga yang aktif pada usaha tani sehingga
pengeluaran untuk biaya tenaga kerja luar dapat dikurangi. Semakin
rendah alokasi biaya untuk tenaga kerja dapat berpengaruh pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
peningkatan pendapatan. Namun pada kenyataannya, rata-rata dalam
satu rumah tangga petani hanya ada dua orang saja yang aktif dalam
usaha tani, yaitu pasangan suami-istri saja. Sebagian dari anggota
keluarga lebih memilih untuk bekerja di luar usaha tani seperti di
pabrik atau sebagai buruh bangunan, dan sebagian lagi masih
sekolah. Karena sedikitnya jumlah anggota keluarga yang terjun
dalam kegiatan usaha tani maka penggunaan tenaga kerja dari luar
semakin tinggi sehingga pendapatannya pun berkurang. Apabila
banyak anggota keluarga yang bersedia terjun dalam kegiatan usaha
tani maka, keberlanjutan usaha tani dapat terjaga.
4) Kepenguasaan Lahan
Kepenguasaan lahan berkaitan dengan apakah lahan yang
digarap oleh petani merupakan miliknya atau hanya bersifat sewa
dan bagi hasil. Tidak semua petani pengguna KKP-E maupun petani
bukan pengguna KKP-E adalah petani pemilik, namun ada sebagian
petani yang merupakan petani penggarap (penyewa dan penyakap).
Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar 2,642 lebih
besar daripada nilai t-tabel sebesar 1,674 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,011 lebih rendah dari batas kesalahan yang dapat terjadi
yaitu 0,050 pada tingkat kepercayaan 95%. Sehingga keputusan H0
ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan analisis data menunjukkan
bahwa kepenguasaan lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan
petani pada tingkat kepercayaan 95%. Koefisien regresi sebesar
0,081 menunjukkan bahwa apabila merupakan petani pemilik maka
akan memiliki pendapatan lebih besar Rp 81.000,00 daripada petani
penggarap.
Kepenguasaan lahan berhubungan dengan biaya yang harus
dikeluarkan. Pada petani pemilik penggarap baik pengguna KKP-E
maupun bukan pengguna KKP-E terdapat biaya pajak. Sedangkan
pada petani penggarap terdapat pengeluaran untuk sewa lahan, dan
ada beberapa usaha tani milik petani penggarap yang disertai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
pengeluaran untuk pajak karena tidak seluruh lahannya menyewa.
Biaya pajak dan sewa lahan berpengaruh pada besarnya biaya yang
nantinya akan berpengaruh pada besarnya pendapatan usaha tani.
b. Pengaruh Penggunaan Kredit terhadap Pendapatan Usaha Tani
Penggunaan kredit berkaitan apakah petani menggunakan KKP-
E atau tidak. Pada petani pengguna KKP-E komponen modal yang
digunakan merupakan modal sendiri dan modal KKP-E, sedangkan
petani bukan pengguna KKP-E hanya menggunakan modal sendiri saja.
Modal sendiri merupakan komponen modal yang digunakan oleh petani
yang sumbernya berasal dari petani itu sendiri. Modal sendiri
merupakan cerminan dari nilai sarana produksi yang dikeluarkan
beserta aset yang dimiliki oleh petani. Aset berupa lahan dan alat-alat
yang digunakan dalam pertanian. Modal KKP-E merupakan besar
modal yang digunakan oleh petani yang bersumber dari pinjaman
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) dari BRI cabang
Karanganyar.
Hasil uji t didapatkan bahwa nilai t-hitung 2,852 lebih besar dari
t-tabel sebesar 2,397 dengan nilai signifikansi 0,006 lebih kecil dari
batas kesalahan yang dapat terjadi yaitu 0,010 pada tingkat kepercayaan
99%. Sehingga keputusan H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil
analisis menunjukkan bahwa modal KKP-E berpengaruh nyata terhadap
pendapatan petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan Rukun
Makaryo pada tingkat kepercayaan 99%. Koefisien regresi sebesar
0,083 menunjukkan bahwa apabila petani menggunakan KKP-E sebesar
Rp 1.000.000,00 akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 83.000,00
namun apabila tidak menggunakan KKP-E maka tidak menambah
pendapatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
*)
Gambar 5.1. Pengaruh KKP-E terhadap Pendapatan Petani
· Penggunaan benih bermutu milik PT. Pertani, · Penggunaan pupuk organik lebih banyak (479,23 Kg/Ha) daripada petani bukan
pengguna KKP-E (243,43 Kg/Ha), · Hasil produksi lebih tinggi (rata-rata 7.007 Kg/Ha) dan berkualitas, sehingga
harga jual juga tinggi (Rp 3.721,00/Kg), · Pembinaan oleh BP4K bekerja sama dengan BPK dan BRI cabang Karanganyar.
KKP-E BRI
Usaha Tani
Penyediaan anggaran (permodalan)
Sebagai faktor produksi dan sarana peningkatan kapasitas petani dalam mengadopsi teknologi
Kualitas Produksi Kuantitas Produksi
Produksi ditampung mitra (PT. Pertani) dengan harga lebih tinggi
Penerimaan tinggi
Pendapatan meningkat
R/C ratio 2,57 (> 1)
Incremental B/C ratio 3,517 (> 1)
Efisien KKP-E memberi kemanfaatan:
Setiap penambahan 1 input akan menghasilkan kemanfaatan sebesar 3,517.
Memberi tambahan pendapatan sebesar
Rp 83.000,00
Penggunaan benih bermutu dan pupuk organik
Biaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Berdasarkan Gambar 5.1. dapat diketahui bahwa petani dapat
memanfaatkan KKP-E untuk membeli sarana produksi yang dibutuhkan
dan sebagai sarana peningkatan kapasitas petani dalam mengadopsi
teknologi. Teknologi yang dimaksud adalah penggunaan benih bermutu
dan pemupukan yang berimbang. Melalui penggunaan benih bermutu
dan pemupukan berimbang petani dapat meningkatkan pendapatannya.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan:
1) Penggunaan benih bermutu
Benih yang digunakan oleh petani pengguna KKP-E adalah
benih bermutu, sehingga biaya yang dikeluarkan cenderung lebih
mahal meski jumlah yang digunakan lebih sedikit. Varietas benih
yang biasa digunakan adalah varietas IR64 putih. Harga beli benih
adalah sebesar Rp 10.000,00/Kg. Meski jumlah yang disebar tidak
banyak, namun kemungkinan hidup benih bermutu ini tinggi. Benih
yang digunakan oleh petani pengguna KKP-E adalah sebanyak 47
Kg/Ha (Lampiran 4).
2) Penggunaan pupuk organik
Petani pengguna KKP-E lebih banyak menggunakan sarana
produksi berupa pupuk organik dan meminimalkan penggunaan
pestisida. Petani pengguna KKP-E menggunakan pupuk organik
lebih banyak yaitu sebanyak 479,23 Kg/Ha (Lampiran 4) daripada
petani bukan pengguna KKP-E yang hanya sebanyak 243,43 Kg/Ha
(Lampiran 5). Pupuk organik yang digunakan merupakan pupuk
organik granul dan pupuk organik cair produksi PT. Pertani. Melalui
penggunaan pupuk organik ini, hasil produksi milik petani lebih
berkualitas.
3) Penggunaan zat perangsang pertumbuhan
Adanya penyuluhan yang baik membuat petani lebih mudah
dalam menyerap inovasi teknologi, salah satunya zat perangsang
tumbuh tanaman. Melalui KKP-E petani dapat menjangkau untuk
membeli zat perangsang tumbuh untuk tanamannya, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
tanaman dapat tumbuh dengan optimal dan dengan hasil produksi
yang tinggi.
4) Hasil produksi dan harga jual lebih tinggi
Hasil produksi yang didapatkan relatif tinggi dan kualitasnya
lebih baik sehingga memiliki harga jual yang lebih tinggi pula.
Produktivitas hasil produksi yang diperoleh oleh petani pengguna
KKP-E rata-rata adalah sebesar 7.007 Kg/Ha dengan harga jual
sebesar Rp 3.721,00/Kg (Lampiran 10). Hasil panen yang
berkualitas nantinya akan dibeli oleh mitra yaitu PT. Pertani dengan
harga yang lebih tinggi untuk dijadikan benih kembali.
5) Penggunaan tenaga kerja yang lebih banyak
Menggunakan bantuan permodalan KKP-E, petani dapat
menggunakan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak. Melalui
penggunaan tenaga kerja yang lebih banyak maka pengerjaan lahan
menjadi lebih intensif.
6) Adanya pembinaan dari dinas terkait
Adanya pembinaan dari BP4K Kabupaten Karanganyar
bekerja sama dengan Badan Penyuluh Kecamatan Karanganyar,
Badan Penyuluh Kecamatan Jaten, dan BRI cabang Karanganyar
dalam hal pembinaan mendukung petani dalam mengembangkan
usahanya. Bentuk pembinaan tersebut diantaranya dalam hal
memfasilitasi mencarikan penjamin pasar hasil produksi atau
penjamin kredit, selain itu juga untuk membimbing, mendampingi,
dan mengawal petani dan kelompok tani dalam pemanfaatan KKP-E
secara optimal, sehingga mau dan mampu menerapkan teknologi
anjuran guna meningkatkan mutu intensifikasinya.
Keterbatasan modal merupakan hal yang paling sering dihadapi
oleh petani dalam melakukan proses produksi usaha tani. Banyak petani
yang harus menunggu terkumpulnya modal terlebih dahulu hingga
akhirnya baru memulai kembali kegiatan usaha tani. Sedangkan
penjualan hasil panen sebelumnya juga digunakan untuk mencukupi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
kebutuhan rumah tangga yang lain. Kelangkaan sarana produksi pun
menyebabkan harga sarana produksi yang semakin tinggi, demikian
juga sulitnya mencari tenaga kerja luar dan tenaga kerja borongan
membuat petani harus mengeluarkan biaya yang tinggi untuk upah
tenaga kerja. Dengan demikian, petani membutuhkan banyak dukungan
permodalan untuk menjalankan proses produksi usaha taninya.
Bantuan modal kredit program dari Kementerian Pertanian
berupa KKP-E yang disalurkan melalui BRI cabang Karanganyar
sedikit banyak membantu petani dalam proses produksi usaha taninya,
seperti untuk pengadaan sarana produksi pertanian untuk memulai
usaha tani tepat waktu. Tambahan modal tersebut juga akan
menumbuhkan semangat petani untuk memulai usaha taninya dengan
baik. Melalui bantuan modal ini pun petani dapat mencukupi kebutuhan
usaha taninya, seperti pembelian sarana produksi, biaya tenaga kerja,
dan lain-lain. Penggunaan modal oleh petani pengguna KKP-E dan
petani bukan pengguna KKP-E dapat dilihat pada skema berikut.
Gambar 5.2. Penggunaan Modal oleh Petani Bukan Pengguna KKP-E
Baik petani pengguna KKP-E maupun petani bukan pengguna
KKP-E menggunakan modal yang dimiliki untuk kegiatan usaha tani
dan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Kebutuhan rumah
Penggunaan Modal Petani
untuk Kebutuhan Rumah Tangga
untuk Modal Usaha Tani
Modal Sendiri Pangan Non Pangan:
Perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, pajak, listrik, jasa
Lahan, alat pertanian, tenaga kerja luar dan saprodi (bibit, pupuk, pestisida, zat perangsang pertumbuhan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
tangga terdiri dari kebutuhan pangan dan non pangan yang meliputi
perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, pajak, listrik, jasa, dan
lain-lain. Berdasarkan Gambar 5.2. dapat diketahui bahwa pada petani
bukan pengguna KKP-E hanya terdapat modal sendiri, dimana dalam
pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan untuk modal usaha tani
dicukupi oleh petani sendiri. Penggunaan modal sendiri berupa alat
pertanian, lahan, sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida, dan zat
perangsang tumbuh), dan untuk membayar tenaga kerja luar.
Gambar 5.3. Penggunaan Modal oleh Petani Pengguna KKP-E
Berdasarkan Gambar 5.3. rata-rata petani pengguna KKP-E
menggunakan modal sendirinya berupa peralatan dan lahan. Selain itu
modal sendiri juga digunakan untuk memenuhi sebagian dari biaya
tenaga kerja luar. Biasanya peralatan dibeli oleh petani sudah sejak
sebelum menggunakan KKP-E. Sewa lahan pun dicukupi petani dengan
menggunakan modalnya sendiri karena jumlah KKP-E yang diakses
tidak besar dan biasanya perjanjian sewa lahan dilakukan pada awal
tiap tahunnya. Selain itu, tidak semua petani menyewa lahan. Beberapa
Penggunaan Modal Petani
Perbankan (BRI) untuk Kebutuhan Rumah Tangga
untuk Modal Usaha Tani
KKP-E Modal Sendiri Pangan
Non Pangan: Perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, pajak, listrik, jasa
Lahan, alat pertanian, dan sebagian tenaga kerja luar
Saprodi (bibit, pupuk, pestisida, zat perangsang pertumbuhan) dan sebagian tenaga kerja luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
petani memiliki lahan sendiri, dimana lahan tersebut sudah dimiliki
oleh petani jauh sebelum petani mengajukan KKP-E.
Modal KKP-E digunakan petani untuk membeli sarana produksi
dan sisanya digunakan untuk membayar tenaga kerja luar. Hal ini pun
juga tertuang dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani
(RDKK) yang diajukan pada awal pengajuan KKP-E. Hanya saja
alokasi dana yang digunakan oleh petani tidak sama persis dengan yang
ada di RDKK karena tidak semua petani mengambil sesuai dengan
yang tertuang dalam RDKK. Petani umumnya mengambil KKP-E
sesuai dengan kebutuhannya saja. Selain itu petani juga memperkirakan
sendiri kemampuannya untuk mengembalikan pinjaman berupa KKP-E
tersebut. KKP-E sendiri diangsur sebanyak tiga kali dalam setahun
dengan sistem yarnen atau bayar setelah panen. Sistem pembayaran ini
dinilai memudahkan petani karena pada saat setelah panen lah petani
memiliki dana yang cukup untuk mengembalikan pinjaman atau
kreditnya. Beberapa alasan yang diutarakan oleh petani dalam memilih
untuk menggunakan atau tidak menggunakan KKP-E dapat dilihat pada
Gambar 5.4.
Gambar 5.4. Alasan Petani Menggunakan dan Tidak Menggunakan KKP-E
Alasan Petani Menggunakan dan Tidak Menggunakan KKP-E
a. Bunga rendah, b. Agunan ringan (tidak
menggunakan agunan), c. Persyaratan mudah, d. Kebutuhan usaha tani yang
mendesak untuk dicukupi, e. Ikut ketua kelompok tani.
a. Sudah tercukupinya modal yang dimiliki,
b. Kurangnya keberanian petani mengambil kredit dari sektor perbankan, dan
c. Tidak semua petani mengetahui adanya KKP-E sehingga tidak banyak petani yang mengajukan.
Menggunakan KKP-E Tidak Menggunakan KKP-E
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Persyaratan dalam pengajuan KKP-E relatif mudah. Ketentuan
pengajuan KKP-E oleh petani di BRI antara lain: petani menjadi
anggota kelompok tani, petani peserta paling kurang berumur 21 tahun
atau sudah menikah, bersedia mengikuti petunjuk dinas teknis atau
penyuluh pertanian dan mematuhi ketentuan-ketentuan sebagai peserta
KKP-E, memiliki bukti kepemilikan lahan atau surat kuasa garap bagi
petani penggarap diketahui oleh kepala desa atau kelompok tani, ada
rekomendasi dari PPL atau mitra usaha, tidak memiliki tunggakan
kredit, maksimal lahan yang dibiayai 4 Ha dengan jangka waktu
maksimal kredit selama 3 tahun, dan ada surat kuasa petani kepada
kelompok tani/koperasi. Plafon kredit yang dapat diberikan kepada
setiap petani adalah maksimal Rp 50.000.000,00.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada usaha tani petani pengguna KKP-E
dan petani bukan pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar dapat ditarik
kesimpulan bahwa hasil analisis variabel modal penggunaan kredit diperoleh
t-hitung sebesar 2,852 lebih besar daripada t-tabel sebesar 2,397 dengan nilai
signifikansi 0,006 lebih kecil dari batas kesalahan yang dapat terjadi yaitu
0,010 sehingga variabel penggunaan kredit berpengaruh nyata terhadap
pendapatan petani pada tingkat kepercayaan 99%. Koefisien regresi sebesar
0,083 menunjukkan bahwa apabila petani menggunakan KKP-E sebesar Rp
1.000.000,00 maka akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 83.000,00
sedangkan apabila tidak menggunakan KKP-E atau hanya menggunakan
modal sendiri maka tidak ada tambahan pendapatan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, dapat diketahui bahwa
KKP-E memberikan manfaat dan pengaruh terhadap pendapatan petani,
namun demikian, belum banyak petani yang mengetahui adanya KKP-E
sehingga tidak banyak petani yang mengakses program KKP-E. Hal yang
dapat disarankan adalah adanya sosialisasi mengenai KKP-E oleh pemerintah
melalui PPL kepada semua kelompok tani sehingga seluruh petani anggota
kelompok tani menjadi paham mengenai program pemerintah dalam hal
kredit atau bantuan permodalan utamanya KKP-E beserta pengaruh dan
manfaatnya dalam pengembangan usaha tani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
DAFTAR PUSTAKA
Antara, Made dan Raka Wija, 1994. Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Optimasi Aktivitas Produksi Usahatani. Studi kasus di Desa Candikuning Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan. Majalah Ilmiah Fakultas Pertanian Universitas Udayana No 23 XIV. Februari. Denpasar.
Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.
Ashari. 2009. Peran Perbankan Nasional dalam Pembiayaan Sektor Pertanian di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol. 27 No. 1 Juli 2009. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
. 2010. Pendirian Bank Pertanian di Indonesia: “Apakah Agenda Mendesak?”. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol. 8 No. 1 Maret 2010.
Aviliani. 2008. Peran BRI dalam Membangun Ekonomi Berbasis Agribisnis yng Tangguh dan Kompetitif. Agrimedia. Vol. 13 No. 1 Juni 2008.
Azwar, Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Bank Indonesia. 2011. Statistik Perbankan Indonesia. Vol. 10 No. 2 Desember 2011. Bank Indonesia. Jakarta.
BRI. 1995. Seratus Tahun Bank Rakyat Indonesia 1895-1995. Humas Bank Rakyat Indonesia. Jakarta.
BRI Cabang Karanganyar. 2012. Data Nasabah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI Cabang Karanganyar. Data Internal BRI Cabang Karanganyar. Karanganyar.
BPS. 2011. Karanganyar Dalam Angka Tahun 2011. BPS Kabupaten Karanganyar. Jawa Tengah.
Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, Edisi 5. Badan Penerbit Undip. Semarang
Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Teknis Skim Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). Direktorat Pembiayaan Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta.
. 2012. Pedoman Teknis Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). Direktorat Pembiayaan Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Lely, Yenny. 2007. Pengaruh Modal Bergulir terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayur di Kota Medan (Studi Kasus: Kelurahan Tanah Enam
107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Ratus dan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Manurung, Romulus. 1996. Dampak Kredit Bank Perkreditan Rakyat dalam Meningkatkan Perekonomian Pedesaan (Studi Kasus di Wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali). Jurnal Keuangan dan Moneter. Vol. 3 No. 1 Tahun 1996.
Mardikanto, Totok. 2007. Pengantar Ilmu Pertanian: untuk Mahasiswa dan Peminat Pertanian. PUSPA. Surakarta.
_______. 2008. Membangun Pertanian Modern. UNS Press. Surakarta.
Mubyarto. 1977. Pengantar Ekonomi Pertanian, Edisi Ketiga. PT Pustaka LP3ES. Jakarta.
Panggabean, Riana. 2002. Kerjasama Bank, Koperasi, dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Mendukung Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Infokop. Vol. 15 No. 4 Tahun 2002.
Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service Solution) untuk Analisa Data dan Uji Statistik. MediaKom. Yogyakarta.
Sanim, Bunasor. 2008. Strategi Pembangunan Pertanian Mengatasi Krisis Global melalui Peran Perbankan (Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk). Agrimedia. Vol. 13 No. 1 Juni 2008.
Santoso, Dukat dan Alfandi. 2005. Analisis Usaha Tani Padi Sawah (Oryza sativa L.) dengan Benih Sertifikasi dan Non Sertifikasi (Studi Kasus di Desa Karangsari, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon). Jurnal Agrijati. Vol. 1 No. 1 Desember 2005.
Sembiring, Warga. 2002. Analisis Peranan Kredit Bank Rakyat Indonesia (BRI) dalam Peningkatan Pendapatan Petani di Daerah Tingkat II Kabupaten Karo (Studi Kasus: Unit Bank Rakyat Indonesia Simpang Empat). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Medan.
Setiawan, Rosadi. 2005. Pengaruh Kredit, Luas Lahan dan Penggunaan Pupuk terhadap Laba Bersih Petani Padi di Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar. Tesis Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Singarimbun, M dan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian Survei Edisi Revisi. LP3ES. Jakarta.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.
Solahudin, Soleh. 2009. Pembangunan Pertanian Awal Era Reformasi. Mardi Mulyo. Jakarta.
Sumodiningrat, Gunawan. 2004. Ekonometrika Pengantar. BPFE. Yogyakarta.
Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Sutrisno, P. H. 1983. Dasar-dasar Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi UGM. Yogyakarta.
Syukur, Sumaryanto dan Sumedi. 1998. Kinerja Kredit Pedesaan dan Alternatif Penyempurnaannya Untuk Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor.
Sumber Internet:
Bank Indonesia. 2012a. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). www.bi.go.id. Diakses pada 19 Maret 2012.
. 2012b. Kamus. www.bi.go.id/web/id/Kamus. Diakses pada 19 Maret 2012.
BRI. 2012. Sejarah BRI. http://www.bri.co.id/about_sejarah. Diakses pada 10 September 2012.