ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL ......Hersinta Pusdika, Annisa Rivelia, Fikri Choirunnisa,...

172
ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM INDEKS LQ45 PERIODE 2009-2014)SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Oleh: Achmad Fauzi 1112081000062 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

Transcript of ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL ......Hersinta Pusdika, Annisa Rivelia, Fikri Choirunnisa,...

  • “ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL

    TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA

    KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI

    KASUS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM

    INDEKS LQ45 PERIODE 2009-2014)”

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

    Oleh:

    Achmad Fauzi

    1112081000062

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1437 H/2016 M

  • i

  • ii

  • iii

  • iv

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

    Yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Achmad Fauzi

    No. Induk Mahasiswa : 1112081000062

    Jurusan/ Konsentrasi : Manajemen/ Keuangan

    Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

    1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu memgembangkan dan

    mempertanggungjawabkan.

    2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

    3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau

    tanpa pemilik karya.

    4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

    5. Mengerjakan sendiri karya dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

    Jikalau dikemudian hari terdapat tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan

    telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang

    ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap

    untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

    Jakarta, 9 Juli 2016

    Yang menyatakan,

    Achmad Fauzi

  • v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    IDENTITAS DIRI

    Nama : Achmad Fauzi

    Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/ 20 Mei 1995

    Agama : Islam

    Alamat : Jl. Gudang Baru RT 007/004 No.13 Kel.Ciganjur

    Kec Jagakarsa Kota. Jakarta Selatan

    Telp/ HP : 021 7270733/ 087886911310

    Email : [email protected]

    PENDIDIKAN FORMAL

    2000 – 2006 SDN 02 Ciganjur

    2006 – 2009 SMPN 175 Jakarta

    2009 – 2012 MAN 13 Jakarta

    2012 – 2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    PENDIDIKAN NON FORMAL

    2012 Peserta Kuliah Umum Sosialisasi Hemat Energi

    yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Ekonomi

    dan Bisnis.

    2014 Peserta Seminar Pasar Modal yang diselenggarakan

    Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen.

    mailto:[email protected]

  • vi

    2014 Peserta International Seminar dengan materi

    “Toward ASEAN Economic Community 2015; Fair

    Governments Policies in Islamic Finance Sectors

    Among ASEAN Countries”, Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2014 Peserta seminar “ ASEAN Economic Community

    2015 “ Threat or Opportunity? Prepare

    Yourself!!!”, diselenggarakan oleh Himpunan

    Mahasiswa Jurusan Manajemen.

    PENGALAMAN ORGANISASI

    2010 – 2013 Panitia Divisi Olahraga di Karang Taruna

    RT 007/004

    2013 Panitia dalam Management Camp “Together with

    Management Bring Your Kingdom to The Future”,

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    2014 Anggota Divisi Olahraga Himpunan Mahasiswa

    Jurusan Manajemen periode tahun 2013 – 2014

    2013 Peserta terbaik dalam Masa Penerimaan Anggota

    Baru Organisasi PMII, “Rapatkan Barisan

    Melanjutkan Langkah Pergerakan”.

    PENGALAMAN BEKERJA

    2012 Price Checker di Carefour Cempaka Putih.

  • vii

    ABSTRACT

    This research is purpose to analyze the influence of intellectual capital on

    corporate value and financial performance as an intervening variable in a

    company registered in LQ 45 period 2009-2014. This study examined the

    relationship of intellectual capital variables ie Value Added Capital Employed

    (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added

    (STVA). The company's financial performance variables measured by using

    Return on Assets (ROA) and Return On Equity (ROE). And variable values firm

    Price Book Value (PBV) and Price Earning Ratio (PER).

    Sample selection method used in this research is purposive sampling method, in

    which 21 companies were included in the LQ 45 as sample. Secondary data used

    were obtained from the annual financial statements, books, journals and other

    reading sources. The data obtained were processed with Microsoft Excel Software

    and Software lisrel 8.80 to examine the influence of the independent variables,

    dependent and intervening variables.

    The results of this research that there is a direct influence of intellectual capital

    on the financial performance also between intellectual capital on firm value. and

    financial performance also directly affect the value of the company. the results of

    this study also shows that financial performance can mediate the relationship

    between intellectual capital and firm value.

    Keywords: Intellectual Capital, Financial Performance, Corporate Values

  • viii

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara intellectual capital

    terhadap nilai perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening

    pada perusahaan yang terdaftar di indeks LQ 45 periode 2009-2014. Penelitian ini

    menguji hubungan variabel intellectual capital yaitu Value Added Capital

    Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural Capital

    Value Added (STVA). Variabel kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan

    menggunakan Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). Dan variabel

    nilai perusahaan Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER).

    Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    purposive sampling, dimana 21 perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ 45

    menjadi sampel penelitian. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari laporan

    keuangan tahunan, buku, jurnal, dan sumber bacaan lainya. Data-data yang

    diperoleh diolah dengan Software Microsoft Excel dan Software Lisrel 8.80 untuk

    menguji pengaruh antara variabel independen, dependen dan variabel intervening.

    Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh secara langsung antara

    intellectual capital terhadap kinerja keuangan juga antara intellectual capital

    terhadap nilai perusahaan. lalu kinerja keuangan juga berpengaruh secara

    langsung terhadap nilai perusahaan. hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa

    kinerja keuangan dapat memediasi hubungan antara intellectual capital dan nilai

    perusahaan.

    Kata kunci: Intellectual Capital, Kinerja Keuangan, Nilai Perusahaan

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya,

    penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses penyusunan skripsi yang

    berjudul “Analisis Pengaruh Intelectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan

    Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada

    Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ 45 Periode 2009-2014)”,

    semata-mata bukanlah hasil usaha penulis sendiri, melainkan dari berbagai pihak

    yang memberikan bantuan, dorongan, bimbingan, dan motivasi. Oleh karena itu,

    sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Kedua orang tua tercinta, yang selalu menjadi inspirasi dan mendampingi

    penulis melalui doa-doanya. Yang telah merawat dan membesarkan penulis

    dengan kasih sayang, serta selalu memberikan semangat dan dukungan

    kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

    2. Kakak-kakak yang saya banggakan, Iwan Setiadi, Achmad Sofyan, Wahyu

    Hidayat, terima kasih karena selalu mengingatkan untuk segera

    menyelesaikan skripsi ini dan memberikan dukungan dalam bentuk hal

    apapun.

    3. Bapak Dr. Arief Mufrainy. Lc. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan dukungan

    serta motivasi kepada penulis selama menimba ilmu di Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Ibu Titi Dewi Warninda, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tiada henti

    memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis sejak awal perkuliahan

    hingga akhir.

    5. Ibu Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM, selaku dosen pembimbing I yang telah

    meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi

    ini, dan tak henti memberikan semangat kepada penulis sejak awal hingga

    akhirnya skripsi ini terselesaikan.

  • x

    6. Bapak Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA, sebagai dosen pembimbing II yang

    telah bersedia membantu membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi

    ini dari sejak awal penulisan hingga skripsi ini selesai.

    7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

    Jakartayang telah sabar dan ikhlas mendidik dan memberikan ilmunya kepada

    penulis. Insya Allah ilmu yang diberikan dapat bermanfaat.

    8. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

    telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

    9. Lia Nurfitriana, SE, yang selalu memberikan semangat, inspirasi dan bantuan

    dalam menyelesaikan skripsi ini.

    10. Hersinta Pusdika, Annisa Rivelia, Fikri Choirunnisa, Yulvie Sabriani, Asri

    Lestari, yang sejak awal perkuliahan sudah menjadi teman terbaik, tempat

    berbagi suka dan duka.

    11. Muhammad Andi Fauzi, Lutfi Wijaya, dan Alifikram Mughofir yang telah

    bersedia menjadi teman baik dan mau direpotkan oleh penulis sejak masuk ke

    dalam kelas keuangan.

    12. Rekan Manajemen Keuangan 2012 yang sudah memberikan warna indah

    pertemanan bagi penulis.

    13. Sahabat/i Manajemen 2012 seperjuangan, yang selama ini sudah bersedia

    bertukar pikiran, saling memberi semangat dan motivasi, dan memberi warna

    pada kehidupan perkuliahan penulis. Kesuksesan menunggu kita di depan!

    Akhir kata, dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, saya

    mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

    persatu. Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan mendapat pahala

    yang berlipat dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

    memberikan manfaat bagi penulis serta pembaca.

    Jakarta, 7 Juli 2016

    (Achmad Fauzi)

  • xi

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. i

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................ ii

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. iii

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ iv

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... v

    ABSTRACT ......................................................................................................... vii

    ABSTRAk ........................................................................................................... viii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................................... 12

    C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 13

    D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 13

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu ........................................... 15

    1. Landasan Teori ............................................................................. 15

    a. Stakeholder Theory ................................................................ 15

  • xii

    b. Legitimacy Theory ................................................................. 16

    c. Resources Based Theory ....................................................... 17

    d. Intellectual Capital ................................................................ 18

    e. Value Added Intellectual Capital (VAICTM

    ) ......................... 34

    f. Kinerja Keuangan .................................................................. 39

    g. Nilai Perusahaan .................................................................... 44

    2. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 48

    B. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 59

    C. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 59

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 63

    B. Metode Penentuan Sampel .................................................................. 63

    C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 64

    D. Metode Analisis Data ........................................................................... 65

    1. Structural Eqation Model (SEM) ................................................. 65

    2. Statistik Deskriptif ........................................................................ 70

    3. Uji Koefiseien Determinasi (R2) .................................................. 70

    E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ....................... 71

    1. Variabel Independen ..................................................................... 71

    2. Variabel Dependen ....................................................................... 72

    3. Variabel Intervening ..................................................................... 75

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................... 77

  • xiii

    1. Sejarah Perkembangan Pasar Modal ............................................ 77

    2. Gambaran Umum Perusahaan-perusahaan Indeks LQ 45 ............ 80

    B. Analisis dan Pembahasan .................................................................... 87

    1. Deskriptif Sampel .......................................................................... 87

    2. Deskriptif Variabel ....................................................................... 88

    a. Perkembangan Value Added Capital Employed (VACA) ..... 89

    b. Perkembangan Value Added Human Capital (VAHU) ......... 91

    c. Perkembangan Structural Capital Value Added (STVA) ..... 92

    d. Perkembangan Price Book Value (PBV) ............................... 94

    e. Perkembangan Price Earning Ratio (PER) ........................... 96

    f. Perkembangan Return On Asset (ROA) ................................ 98

    g. Perkembangan Return On Equity (ROE) .............................. 100

    3. Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................ 102

    4. Hasil Pengujian Goodness of Fit Model ....................................... 105

    5. Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................................. 106

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .......................................................................................... 112

    B. Saran .................................................................................................... 113

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 115

    LAMPIRAN ........................................................................................................ 119

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1.1 Perkembangan Variabel dari Tahun 2009-2014 7

    Tabel 2.1 Metode Pengukuran Intellectual Capital 30

    Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu 53

    Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria 64

    Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel 76

    Tabel 4.1 Nama Sampel Perusahaan 87

    Tabel 4.2 Nilai VACA Masing-masing Perusahaan 90

    Tabel 4.3 Nilai VAHU Masing-masing Perusahaan 91

    Tabel 4.4 Nilai STVA Masing-masing Perusahaan 93

    Tabel 4.5 Nilai PBV Masing-masing Perusahaan 95

    Tabel 4.6 Nilai PER Masing-masing Perusahaan 97

    Tabel 4.7 Nilai ROA Masing-masing Perusahaan 99

    Tabel 4.8 Nilai ROE Masing-masing Perusahaan 101

    Tabel 4.9 Descriptve Statistics 103

    Tabel 4.10 Hasil Pengujian Goodness of Fit Model 105

    Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Uji Hipotesa 108

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 59

    Gambar 4.1 Nilai VACA Masing-masing Perusahaan 89

    Gambar 4.2 Nilai VAHU Masing-masing Perusahaan 91

    Gambar 4.3 Nilai STVA Masing-masing Perusahaan 93

    Gambar 4.4 Nilai PBV Masing-masing Perusahaan 95

    Gambar 4.5 Nilai PER Masing-masing Perusahaan 97

    Gambar 4.6 Nilai ROA Masing-masing Perusahaan 99

    Gambar 4.7 Nilai ROE Masing-masing Perusahaan 101

    Gambar 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) 107

    Gambar 4.9 Hasil Uji Hipotesa 108

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan 118

    Lampiran 2 Daftar Rincian Data Perusahaan 2009-2014 119

    Lampiran 3 Output Lisrel 147

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Perkembangan dalam bidang ekonomi membawa dampak perubahan

    yang cukup signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis ataupun penentuan

    strategi bersaing. Kini para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa

    kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva berwujud,

    tetapi lebih menekankan pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan

    organisasi dan sumber daya manusia yang dimilikinya (aset tak berwujud).

    Selain itu, saat ini Indonesia sudah memasuki periode MEA (Masyarakat

    Ekonomi ASEAN), yang akan semakin membuat persaingan antar pelaku

    bisnis semakin ketat kedepanya. Oleh karena itu, organisasi bisnis saat ini

    harus menitikberatkan akan pentingnya knowledge asset (aset pengetahuan)

    sebagai salah satu bentuk aset tak berwujud, guna meningkatkan keunggulan

    kompetitif mereka dibanding organisasi bisnis lainya.

    Di Indonesia penjelasan mengenai aset yang tak berwujud dapat

    ditemukan di dalam Penyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.19

    (revisi 2000). Menurut PSAK No.19, aset tidak terwujud adalah aset non

    meter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta

    dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang dan

    jasa, disewakan kepada lainya, atau untuk tujuan administratif.

  • 2

    Pengetahuan adalah salah satu bagian penting dalam aset tak berwujud.

    pengetahuan diakui sebagai komponen esensial bisnis dan sumber daya

    strategis yang lebih sustainable (berkelanjutan) untuk memperoleh dan

    mempertahankan keunggulan kompetitif yang dimiliki para pelaku bisnis.

    Bahkan pengetahuan telah menjadi bagian dalam pengembangan suatu bisnis.

    Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran

    knowledge asset (aset pengetahuan) tersebut adalah intellectual capital yang

    telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen,

    teknologi informasi, sosiologi maupun akuntansi.

    Perhatian pelaku bisnis terhadap pengelolaan intellectual capital

    beberapa tahun terakhir ini semakin besar. Hal ini disebabkan adanya

    kesadaran bahwa intellectual capital merupakan landasan bagi perusahaan

    untuk unggul dan bertumbuh. Kesadaran ini antara lain ditandai dengan

    semakin seringnya istilah knowledge based company muncul dalam wacana

    bisnis. Istilah tersebut ditujukan terhadap perusahaan yang lebih

    mengandalkan pengelolaan intellectual capital sebagai sumber keunggulan

    dan pertumbuhan jangka panjangnya.

    Knowledge based company adalah perusahaan yang diisi oleh komunitas

    yang memiliki pengetahuan, keahlian, dan keterampilan. Komunitas ini

    memiliki kemampuan belajar, daya inovasi, dan kemampuan problem solving

    yang tinggi. Ciri lainnya adalah perusahaan ini lebih mengandalkan

    knowledge dalam mempertajam daya saingnya, hal ini digambarkan dengan

  • 3

    semakin mengecilnya investasi yang dialokasikannya untuk physical goods,

    sementara untuk soft factor mendapat alokasi investasi yang semakin besar.

    Firer dan Williams, (2003) mendefinisikan intellectual capital sebagai

    kekayaan perusahaan yang merupakan kekuatan dibalik penciptaan nilai

    perusahaan. intellectual capital terdiri dari 3 komponen yaitu, Human Capital

    (HC), Customer Capital (CC) dan Structural Capital (SC). Dalam sebuah

    forum Organisation For Economic Co-Opertaion and Development (OECD)

    pada bulan Juni 1999 (Ulum, 2009) menyepakati bahwa intellectual capital

    adalah aset yang sangat penting bagi perusahaan dalam menciptakan nilai

    (value) perusahaan dan memenangkan persaingan. Sedangkan menurut

    Bontis (1998) modal intelektual adalah seperangkat tak berwujud

    (sumber daya, kemampuan dan kompetensi) yang menggerakkan kinerja

    organisasi dan penciptaan nilai.

    Dalam dunia bisnis modern, intellectual capital telah menjadi aset yang

    sangat bernilai. Hal ini menimbukan tantangan bagi para akuntan untuk

    mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkanya dalam laporan keuangan

    (Sawarjuwono, 2003). Lalu dalam riset yang dilakukan oleh Purnomoshidi

    (2006) menemukan bahwa rata-rata jumlah atribut IC yang diungkapkan

    dalam laporan tahunan perusahaan publik di Indonesia sebesar 56%.

    Persentase ini menggambarkan bahwa perusahaan publik telah memiliki

    kesadaran terhadap arti penting IC bagi peningkatan keunggulan kompetitif,

    meskipun cara pengungkapan IC belum sistematis sesuai dengan kerangka

  • 4

    kerja yang ada serta praktik pengungkapan IC diantara perusahaan masih

    bervariasi (Purnomoshidi, 2006).

    Menurut Pulic (1998) tujuan utama dalam ekonomi yang berbasis

    pengetahuan adalah untuk menciptakan value added, sedangkan untuk

    mendapatkan value added dibutuhkan ukuran yang tepat tentang physical

    capital (yaitu dana-dana keuangan) dan intelectual potential (dipresentasikan

    oleh karyawan dengan segala potensi dan kemampuan yang melekat pada

    mereka) dan menyatakan bahwa VAIC menunjukan bagaimana kedua sumber

    daya tersebut (physical capital dan intelectual potential) telah secara efisien

    dimanfaatkan oleh perusahaan..

    Intellectual capital dapat menghasilkan value added bagi perusahaan.

    Kapasitas intelektual yang dimiliki perusahaan akan meningkatkan rasa

    percaya diri investor, dan hal tersebut akan berdampak akan meningkatnya

    nilai dari perusahaan. Nilai suatu perusahaan dapat tercermin dari harga yang

    dibayar investor atas sahamnya dipasar. Semakin meningkatnya perbedaan

    antara harga saham dengan nilai buku aktiva yang dimiliki perusahaan

    menunjukkan adanya hidden value. Penghargaan lebih atas suatu perusahaan

    dari para investor tersebut diyakini disebabkan oleh modal intelektual yang

    dimiliki perusahaan (Chen et.al, 2005). Berkurangnya atau bahkan hilangnya

    aktiva tetap dalam neraca perusahaan tidak menyebabkan hilangnya

    penghargaan pasar terhadap perusahaan (Rupert, 1998), hal tersebut tercermin

    dari banyaknya perusahaan yang memiliki aktiva berwujud yang tidak

  • 5

    signifikan dalam laporan keuangan namun penghargaan pasar atas

    perusahaan-perusahaan tersebut sangat tinggi.

    Oleh karena itu intellectual capital telah menjadi aset yang sangat

    bernilai dalam dunia bisnis modern. Hal ini menimbulkan tantangan bagi para

    akuntan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannya dalam

    laporan keuangan. Akuntansi tradisional yang digunakan sebagai dasar

    pembuatan laporan keuangan dirasa gagal dalam memberikan informasi

    mengenai IC (Sawarjuwono, 2003). Dilain pihak, para pengguna laporan

    keuangan membutuhkan informasi kuantifatif dan kualitatif sebagai evaluasi

    kinerja perusahaan serta informasi mengenai IC yang dimiliki perusahaan.

    Praktik akuntansi tradisional hanya mampu mengakui intellectual

    property sebagai aset tak berwujud dalam laporan keuangannya, seperti paten,

    merk dagang dan goodwill (Starovic et.al, 2003). Intangible baru seperti

    kompetensi staf, hubungan pelanggan, model simulasi, sistem komputer dan

    administrasi tidak memperoleh pengakuan dalam model keuangan tradisional,

    ungkap Stewart (1997) dalam Tan et al., 2007. Pengakuan terhadap modal

    intelektual yang merupakan penggerak nilai perusahaan dan keunggulan

    kompetitif makin meningkat, meskipun demikian pengukuran yang tepat atas

    modal intelektual masih terus dicari dan dikembangkan (Chen et.al, 2005).

    Ada beberapa indikator yang mencerminkan nilai perusahaan,

    diantaranya Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER). PBV

    merupakan perbandingan dari harga suatu saham dengan nilai buku. PBV

  • 6

    yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke depan.

    PBV juga dapat menunjukan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu

    menciptakan nilai perusahaan dengan jumlah modal yang diinvestasikan oleh

    perusahaan. Perusahaan yang baik memiliki PBV diatas 1, semakin tinggi

    PBV mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku per

    lembar saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan

    dalam menciptakan nilai bagi para pemegang sahamnya (Simanungkalit,

    2015).

    Sedangkan PER adalah merupakan perbandingan antara harga saham per

    lembar dengan laba bersih per saham. Kegunaan PER adalah untuk melihat

    bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dincerminkan oleh

    earning per share nya.

    PER menunjukan hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per

    share. Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham

    tersebut akan semkin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka

    rasio ini biasa digunakan investor untuk memprediksi kemampuan

    perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang.

    Adanya pengungkapan intellectual capital dalam laporan keuangan dapat

    mencerminkan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan dapat

    mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam jangka

    waktu tertentu. Kinerja keuangan yang bagus otomatis akan meningkatkan

  • 7

    nilai perusahaan dimata para investor. Kinerja keuangan perusahaan diukur

    dengan menggunakan Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE).

    ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

    menghasilkan laba bersih dengan menggunakan total aset yang dimiliki oleh

    perusahaan untuk menghitung pengembalian atas total aset setelah bunga dan

    pajak (Simanungkalit, 2015). Semakin tinggi nilai ROA semakin baik, karena

    hal tersebut mengidikasikan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan secara

    efektif dan efisien total aset yang dimilikinya guna mendapatkan laba.

    Sedangkan ROE digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

    menghasilkan laba bersih dengan menggunakan total modal yang dimiliki

    oleh perusahaan, untuk menghitung pengembalian atas total modal setelah

    bunga dan pajak. Penggunaan seluruh aset perusahaan yang efisien, baik aset

    yang berwujud maupun aset tidak berwujud (intellectual capital) akan

    meningkatkan laba perusahaan. Semakin tinggi tingkat laba yang diperoleh

    oleh perusahaan maka semakin tinggi nilai ROA dan ROE. Tingginya nilai

    ROA dan ROE tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan.

    Tabel 1.1

    Perkembangan Variabel dari Tahun 2009-2014.

    Variabel 2009 2010 2011 2012 2013 2014

    VACA 0,313 0,297 0,291 0,285 1,292 0,261

    VAHU 4,429 4,029 4,465 4,212 3,729 3,593

    STVA 0,658 0,668 0,669 0,685 0,641 0,637

    ROA 0,1450 0,1369 0.1575 0,1411 0,1149 0.1097

    ROE 0.2966 0,2857 0,3217 0,3021 0,2781 0,2573

  • 8

    PBV 4,723 5,772 4,918 5,124 5,407 5,385

    PER 18,562 23,648 14,765 16,244 16,942 18,190

    Sumber: BEI 2009-2014, data diolah sendiri

    Berdasarkan tabel 1.1 tersebut dapat diketahui bahwa variabel VACA

    mengalami penurunan dari tahun 2009-2012, kemudian pada tahun 2012-

    2013 VACA mengalami kenaikan. Hal tersebut sedikit berbeda dengan

    variabel STVA yang mengalami peningkatan pada tahun 2009-2012,

    kemudian mengalami penurunan pada tahun 2013-2014. Nilai variabel ROA

    mengalami penurunan pada tahun 2012-2014, hal tersebut juga dialami pada

    variabel ROE yang mengalami penurunan pada tahun yang sama. Variabel

    VAHU mengalami kenaikan dan penurunan pada tahun 2009-2014. Pada

    variabel PBV terdapat kenaikan dari tahun 2011-2013, hal tersebut juga

    dialami pada variabel PER yang mengalami kenaikan dari tahun 2011-2014.

    Value Added Capital Employed (VACA) merupakan kemampuan

    perusahaan dalam mengelola sumber daya berupa capital asset yang jika

    dikelola dengan baik dapat menambah nilai perusahaan (Pramelasari, 2010).

    Value Added Human Capital (VAHU) mengindikasikan kemampuan human

    capital dalam menciptakan value added dalam perusahaan (Tan et.al, 2007).

    Human capital merupakan individual knowledge stock suatu organisasi yang

    tercermin dari karyawannya (Bontis et. Al., 1998). Structural Capital Value

    Added (STVA) merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi proses

    rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk

  • 9

    menghasilkan kinerja bisnis dan kinerja intelektual yang optimal secara

    keselurahan (Dewi, 2011).

    Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu

    negara. Karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan

    akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan

    pastisipasi masyarakat dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan

    pembangunan nasional. Selain itu, pasar modal juga merupakan representasi

    untuk menilai kondisi perusahaan-perusahaan di suatu negara. Karena hampir

    semua industri di suatu negara terwakili oleh pasar modal. Pasar modal yang

    sedang mengalami peningkatan atau mengalami penurunan terlihat dari naik

    turunnya harga-harga saham yang tercatat dan tercermin melalui suatu

    pergerakan indeks atau lebih dikenal dengan Indeks Harga Saham Gabungan

    (IHSG). IHSG merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja

    gabungan seluruh saham (perusahaan/emiten) tercatat di Bursa Efek

    Indonesia (BEI).

    Pasar modal menjadi alternatif investasi bagi para investor selain

    alternatif investasi lainya seperti menabung di bank, membeli emas, asuransi,

    tanah, bangunan dan sebagainya. Sebagaimana dipahami pasar modal

    merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum

    perdagangan efek yang diterbitkanya, serta lembaga dan profesi yang

    berkaitan dengan efek tersebut. Pasar modal bertindak sebagai penghubung

  • 10

    antara para investor dengan perusahaan ataupun insititusi pemerintah melalui

    perdagangan sekuritas.

    Bentuk sekuritas yang dikenal dan diperdagangkan di pasar modal adalah

    saham. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah

    perusahaan yang berbetuk Perseroan Terbatas (PT) atau emiten. Saham

    tersebut menandakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik

    sebagian dari perusahaan itu dan memiliki hak untuk ikut serta dalam setiap

    pemgambilan keputusan di perusahaan

    . Ada 2 keuntungan yang mungkin akan didapatkan investor apabila

    berinvestasi dalam bentuk saham, pertama, investor dapat mendapatkan

    capital gain. Capital gain adalah suatu keuntungan yang diperoleh dari

    selisih harga saham pada saat investor membeli dengan pada saat invesor

    menjual harga saham tersebut. Kedua, investor dapat memperoleh dividen.

    Dividen adalah sebuah keuntungan yang didapatkan dari perusahaan tempat

    dimana kita membeli saham tersebut. Namun pemberian dividen kepada para

    pemegang saham tersebut, sifatnya tidak mutlak atau pasti, dikarenakan

    tergantung dengan kebijakan serta keadaan yang sedang dialami oleh

    perusahaan tersebut.

    Membaiknya kondisi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)

    mampu menarik kebali para investor untuk meramaikan perdagangan saham

    di lantai bursa bahkan mampu menarik masyarakat umum untuk

    menginvestasikan kelebihan dananya di pasar saham. Masyarakat umum

  • 11

    mulai sadar bahwa dengan berinvestasi di pasar saham jauh lebih

    menguntungkan dibandingkan dengan hanya menyimpan dana mereka di

    bank.

    Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-

    perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ 45 tahun 2009-2014. Peneliti

    memilih indeks LQ 45 karena indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham pilihan

    yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan serta memiliki likuiditas

    tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar. Indeks LQ 45 berisi 45 saham yang

    disesuaikan setiap enam bulan (awal bulan Februari dan Agustus). Indeks LQ

    45 diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama likuiditas transaksi

    adalah transaksi di pasar reguler. Indeks LQ 45 bertujuan untuk menyediakan

    sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer

    investasi, investor dan pemerhati pasar modal dalam memonitor pergerakan

    harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan.

    Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan pengaruh dari

    intellectual capital terhadap nilai perusahaan dan kinerja keuangan.

    Pramelasari, (2010) meneliti mengenai pengaruh intellectual capital terhadap

    nilai perusahaan dan kinerja keuangan pada perusahaan yang listing di BEI

    tahun 2004-2008. Hasil penelitian menunjukan bahwa VACA memiliki

    pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan sedangkan dua komponen lain

    yaitu VAHU dan STVA memiliki pengaruh positif. Berbeda dengan

  • 12

    penelitian yang dilakukan Harahap, (2014) yang menunjukan bahwa VACA

    memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

    Penelitian Pramelasari, (2010) menemukan adanya pengaruh negatif

    antara VAHU dengan kinerja keuangan perusahaan. sedangkan penelitian

    yang dilakukan oleh Tan et.,al (2007) membuktikan bahwa VAHU

    berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.

    Berdasarkan fenomena di atas serta hasil penelitian sebelumnya yang

    tidak konsisten, maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul

    “Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan

    Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada

    Perusahaan Yang Terdaftar Pada Indeks LQ 45 Periode 2009-2014)”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka yang menjadi

    rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

    1. Apakah intellectual capital berpengaruh secara langsung terhadap

    kinerja keuangan di perusahaan yang terdaftar di LQ 45?

    2. Apakah kinerja keuangan berpengaruh secara langsung terhadap nilai

    perusahaan di perusahaan yang terdaftar di LQ 45?

    3. Apakah intelectual capital berpengaruh secara langsung terhadap nilai

    perusahaan yang terdaftar di LQ 45?

    4. Apakah intellectual capital berpengaruh secara tidak langsung terhadap

    nilai perusahaan di perusahaan yang terdaftar di LQ 45?

  • 13

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah disebutkan di atas,

    maka tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui apakah intellectual capital berpengaruh secara

    langsung terhadap kinerja keuangan di perusahaan yang terdaftar di LQ

    45.

    2. Untuk mengetahui apakah kinerja keuangan berpengaruh secara langsung

    terhadap nilai perusahaan di perusahaan yang terdaftar di LQ 45.

    3. Untuk mengetahui apakah intelectual capital berpengaruh secara

    langsung terhadap nilai perusahaan yang terdaftar di LQ 45.

    4. Untuk mengetahui apakah intellectual capital berpengaruh secara tidak

    langsung terhadap nilai perusahaan di perusahaan yang terdaftar di LQ

    45.

    D. Manfaat Penelitian

    Ada beberapa pihak yang akan dapat memanfaatkan hasil dari penelitian

    ini, diantaranya:

    1. Manfaat Bagi Peneliti

    Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi peneliti untuk

    menambah pengetahuan, khususnya pengetahuan yang sifatnya empiris

    mengenai faktor-faktor penentu nilai perusahaan di LQ 45.

    2. Manfaat Bagi Penelitian Selanjutnya

    Hasil penilitian diharapkan dapat menjadi referensi untuk para

    peneliti selanjutnya, yang berminat untuk melakukan penelitian

  • 14

    mengenai pengaruh intellectual capital terhadap nilai perusahaan di LQ

    45.

    3. Manfaat Bagi Perusahaan

    Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber tambahan referensi

    informasi kepada manajemen perusahaan sebagai bahan pertimbangan

    dalam melakukan keputusan penerapan intellectual capital di perusahaan

    untuk dapat menciptakan nilai perusahaan.

    4. Manfaat Bagi Investor

    Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dan dasar

    pertimbangan dalam pengambilan keputusan sebelum melakukan

    investasi dengan mengukur kinerja intellectual capital yang selanjutnya

    dapat digunakan untuk menilai perusahaan.

  • 15

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu

    Dalam sub bab ini menjelaskan teori yang menjadi landasan penulis

    dalam perumusan hipotesis dan hasil penelitian terdahulu yang menjadi

    landasan penulis dalam merumuskan hipotesis.

    1. Landasan Teori

    Teori yang menjadi landasan penulis adalah stakeholder theory,

    legitimacy theory, resourced based theory, intellectual capital, Value Added

    Intelectual Coefficient (VAICᵀ ᴹ ), kinerja keuangan dan nilai perusahaan.

    a. Stakeholder Theory

    Berdasarkan theory stakeholder, manajemen organisasi

    diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh

    stakeholder mereka dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas

    tersebut kepada para stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa

    seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang

    bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka (sebagai

    contoh melalui sponsorship, inisiatif pengamanan dan lain-lain),

    bahkan ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi

    tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung

    memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup

    organisasi (Deegan, 2004).

  • 16

    Lebih lanjut Deegan (2004) menyatakan bahwa teori

    stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi

    kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini menyatakan

    bahwa organisasi akan memilih secara sukarela mengungkapkan

    informasi tentang kinerja lingkungan, sosial dan intelektual mereka,

    melebihi dan di atas permintaan wajibnya, untuk memenuhi

    ekspektasi sesungguhnya atau diakui oleh stakeholder.

    Tujuan utama dari theory stakeholder adalah untuk membantu

    manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan

    melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan

    hubungan-hubungan di lingkungan perusahaaan mereka. Namun

    demikian, tujuan yang lebih luas dari theory stakeholder adalah

    untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari

    dampak aktifitas-aktifitas mereka, dan meninimalkan kerugian-

    kerugian bagi stakeholder.

    b. Legitimacy Theory

    Teori legitimasi berhubungan erat dengan theory stakeholder.

    Teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi secara berkelanjutan

    mencari cara untuk menjamin operasi mereka berada dalam batas

    dan norma yang berlaku di masyarakat (Deegan, 2004). Menurut

    Deegan (2004), dalam perspektif teori legitimasi, suatu perusahaan

    akan secara sukarela melaporkan aktifitasnya jika manajemen

    menganggap bahwa hal ini adalah yang diharapkan komunitas. Teori

  • 17

    legitimasi bergantung pada premis bahwa terdapat “kontrak sosial”

    antara perusahaan dengan masyarakat di mana perusahaan tersebut

    beroperasi. Kontrak sosial adalah suatu cara untuk menjelaskan

    sejumlah besar harapan masyarakat tentang bagaimana seharusnya

    organisasi melaksanakan operasinya, harapan sosial ini tidak tetap,

    namun berubah seiring berjalannya waktu. Hal ini menuntut

    perusahaan untuk responsif terhadap lingkungan di mana mereka

    beroperasi (Deegan, 2004)

    c. Resource Based Theory

    Resources Based Theory (RBT) adalah suatu teori yang

    membahas mengenai sumber daya yang dimiliki perusahaan dan

    bagaimana perusahaan tersebut dapat mengolah dan

    memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dengan baik

    (Bontis, 2000). Teori ini menjelaskan bahwa kinerja perusahaan

    yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan

    yang efektif dan efisien dari aset berwujud maupun tak berwujud

    yang dimiliki oleh perusahaan atau intellectual ability. RBT dapat

    menjelaskan bahwa perusahaan dengan kemampuan mengelola

    intellectual capital dengan maksimal dalam hal ini seluruh sumber

    daya yang dimiliki perusahaan, baik karyawan (human capital), aset

    fisik (physical capital) maupun structural capital dapat menciptakan

    nilai bagi perusahaan tersebut. Asumsi dari teori ini adalah

    bagaimana perusahaan mendapatkan nilai tambah (value added)

  • 18

    dengan mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan

    kemampuan perusahaan. penciptaan nilai tambah bagi perusahaan

    akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

    d. Intellectual capital

    Menurut Bontis (1998) modal intelektual adalah

    seperangkat tak berwujud (sumber daya, kemampuan dan

    kompetensi) yang menggerakkan kinerja organisasi dan penciptaan

    nilai.

    Sangkala (2006) mendefinisikan Intellectual Capital sebagai

    hasil dari proses transformasi pengetahuan atau pengetahuan itu

    sendiri yang di transformasikan dalam aset yang bernilai bagi

    perusahaan. Salah satu area yang menarik perhatian akademisi

    maupun praktisi adalah terkait dengan kegunaan IC sebagai salah

    satu alat untuk menentukan nilai perusahaan (Edvinsson dan Malone,

    1997 dalam Ulum (2008)).

    Bontis et al. (2000) menyatakan bahwa secara umum, para

    peneliti mengidentifikasi tiga konstruk utama dari modal intelektual,

    yaitu: Human Capital (HC), Structural Capital (SC), dan Customer

    Capital (CC). Menurut Bontis et al. (2000), secara sederhana HC

    merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang

    direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi dari

  • 19

    genetic inheritance, education, experience, and attitude tentang

    kehidupan dan bisnis.

    Mengacu pada pandangan Bontis dalam Sanchez et.al., Cut

    Zurnali (2008) mengemukakan bahwa modal intelektual dibentuk

    dari sistem hubungan antar blok (system of inter-relational blocks),

    sebagai berikut:

    1) Modal Manusia (Human Capital)

    Pengetahuan individual yang tak terlihat dari para

    anggota yang dimiliki organisasi. Human capital ini

    didefinisikan sebagai kombinasi dari pendidikan

    (education), warisan genetik (genetic inheritance),

    pengalaman dan sikap (experience and attitudes) terhadap

    hidup dan pekerjaan. Ini diukur sebagai fungsi volume

    (function of volume).

    2) Modal Struktural (Structural Capital)

    Pengetahuan tak terlihat yang merangkul organisasi

    (tacit knowledge that embraces the organization). Ini

    mengenal keberagaman yang sangat besar dari pemenuhan

    hubungan untuk mengelola perusahaan dalam sebuah cara

    yang terkoordinasi (a coordinated manner). Tanpa ini,

    intellectual capital hanya merupakan human capital.

  • 20

    3) Modal Pelanggan (Customer Capital)

    Pengetahuan yang komprehensif dalam bidang

    pemasaran (marketing) dan hubungan dengan pelanggan

    (customer relations). Hal ini mencakup pengembangan

    pengetahuan mengenai pelanggan, pemasok dan asosiasi

    industrial atau yang berkaitan dengan pemerintah. Customer

    capital ini dapat diukur sebagai sebuah fungsi lamanya usia

    perusahaan (function of longevity).

    Namun, menurut Cut Zurnali (2008), modal intektual lebih dari

    sekedar penjumlahan ketiga elemen ini. Hal ini berkaitan dengan

    bagaimana membiarkan pengetahuan dari sebuah perusahaan bekerja dan

    menciptakan nilai. Modal intelektual mampu menghasilkan peningkatan

    nilai organisasi dan dimaksudkan untuk membolehkan perusahaan

    mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada lebih baik dari yang

    didapatkan para pesaing dan memberikan peningkatan penghasilan

    dimasa depan.

    Menurut Cut Zurnali, dalam kaitannya dengan organisasi publik

    seperti instansi-instansi pemerintah dan universitas, maka komponen-

    komponen yang tepat untuk mengukur modal intelektual adalah sebagai

    berikut: Human Capital– the set of explicit and tacit knowledge of the

    institutions’personnel acquired through formal and informal educational

    and actualization processes embodied in their activities (seperangkat

    pengetahuan yang terlihat dan tersembunyi yang didapat oleh personal

  • 21

    institusi melalui proses pendidikan formal dan informal yang diterapkan

    dalam kegiatan-kegiatan mereka); Structural Capital – the explicit

    knowledge related to the internal process of dissemination,

    communication and management of scientific and technical knowledge in

    the institution (can be both institutional and technological) (pengetahuan

    yang terlihat yang berkaitan dengan proses internal dari penyebaran,

    pengkomunikasian dan manajemen ilmiah dan pengetahuan teknis dalam

    organisasi atau dapat dua-duanya yaitu keorganisasian dan teknologi);

    dan Relational Capital – gathers the wide set of economical, political

    and institutional relationships developed and maintained by institution

    (perangkat yang luas secara ekonomi, politik dan hubungan institusional

    yang dikembangkan dan dipelihara oleh institusi).

    Sebagai tambahan, menurut Cut Zurnali (2008), organisasi-

    organisasi publik mempunyai permintaan eksternal yang terus-menerus

    untuk transparansi dan informasi yang lebih besar dalam hal penggunaan

    dana publik. Dan dengan adanya otonomi daerah atau otonomi kampus,

    tuntutan ini menjadi lebih besar lagi terhadap organisasi, manajemen dan

    alokasi anggaran mereka. Situasi ini memerlukan sistem pelaporan dan

    manajemen yang baru (new management and reporting systems).

    Mengacu pada pendapat Elena (2004), Cut Zurnali (2008)

    menjelaskan bahwa intellectual capital management dan knowledge

    management menyediakan metodologi yang efisien untuk

    mengidentifikasi, mengukur, mengelola dan menyebarkan pengetahuan,

  • 22

    inilah yang disebut dengan suatu cara yang pantas (a proper way) untuk

    memperbaiki transparansi dan manajemen internal. Intellectual Capital

    Management (ICM) dan Knowledge Management (KM) adalah

    seperangkat kegiatan manajerial yang ditujukan pada pengidentifikasian

    dan pemberian nilai asset-aset pengetahuan (knowledge assets)

    organisasi. Pengaruh asset-aset ini melalui pembagian pengetahuan dan

    menciptakan pengetahuan baru (Easterby-Smith and Lyles, 2003;

    Holsapple, 2003).

    Menurut Cut Zurnali (2008), sistem pelaporan dan manajemen baru

    akan membolehkan organisasi berada dalam posisi menciptakan

    transparansi dalam penggunaan dana publik, menjelaskan pencapaian

    riset, pelatihan, inovasi dan manfaat lainnya kepada para stakeholder dan

    mengilustrasikan pengembangan aset tak terlihat.

    Lebih lanjut Bontis et al. (2000) menyebutkan bahwa SC meliputi

    seluruh non-human storehouses of knowledge dalam organisasi.

    Termasuk dalam hal ini adalah database, organizational charts, process

    manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai

    perusahaan lebih besar dari nilai materialnya. Customer Capital (CC)

    merupakan pengetahuan yang melekat dalam marketing channels dan

    customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkan hal

    tersebut melalui proses berbisnis (Bontis et al., 2000).

  • 23

    Ulrich (1998) dan Nasih (2012) memberikan lima alasan mengapa

    modal intelektual merupakan isu dan aset penting bagi perusahaan, yakni :

    a) Modal intelektual merupakan satu-satunya kekayaan perusahaan

    yang bernilai (appreciable). Aset lain seperti bangunan, pabrik,

    peralatan, mesin, dan sebagaimana harus didepresiasi begitu aset

    tersebut digunakan, sedangkan modal intelektual justru bertambah

    begitu digunakan.

    b) Pekerjaan yang berhubungan dengan pengetahuan semakin

    bertambah jumlahnya. Hal tersebut diindikasikan oleh semakin

    banyaknya lapangan kerja yang muncul dari sektor jasa.

    Perekonomian jasa tumbuh pesat secara langsung dalam industri

    jasa seperti ritel, investasi, informasi, pendidikan, konsultasi, dan

    hiburan; serta secara tidak langsung dalam industri manufaktur

    tradisional seperti otomotif, barang dalam kemasan, dan peralatan

    instalasi. Pada umumnya jasa bertumpu pada jalinan relasi yang

    didasari kompetensi dan komitmen individu. Oleh sebab itu, arti

    penting modal intelektual semakin meningkat seiring dengan

    pertumbuhan perekonomian jasa.

    c) Personil dengan modal intelektual tinggi menjadi volunteer,

    karena sebagai yang terbaik memiliki peluang besar untuk

    mencari kesempatan kerja di sejumlah perusahaan (Drucker,

    1997). Bukan berarti mereka bersedia bekerja secara cuma-cuma

  • 24

    (tanpa bayaran), namun mereka memiliki banyak pilihan tempat

    bekerja sehingga mereka menjadi volunteer di perusahaan

    tertentu. Komitmen para volunteer cenderung terbentuk karena

    ikatan emosional mereka pada suatu perusahaan. Mereka lebih

    tertarik pada aspek makna dan tantangan pekerjaan daripada

    imbalan finansial. Para karyawan yang memiliki mind-set seperti

    umumnya lebih cenderung berpindah ke perusahaan lain.

    d) Intensitas persaingan dan maraknya kebijakan downsizing serta

    delayering menyebabkan tuntutan, tekanan, dan stres kerja

    meningkat drastis. Bila hal itu tidak diimbangi dengan perbaikan

    kualitas kehidupan kerja, maka akan banyak karyawan berbakat

    dan berpotensi tinggi yang tidak betah dan memilih untuk pindah

    perusahaan.

    e) Sebagian besar investasi pada modal intelektual yang dilakukan

    saat ini salah fokus. Di bawah corporate citizenship, banyak

    eksekutif senior yang membicarakan isu-isu pekerjaan dan

    keluarga. Program semacam itu menyiratkan bahwa setelah

    semua urusan bisnis dirampungkan, barulah disediakan waktu

    untuk keperluan citizenship karyawan. Padahal, modal intelektual

    menentukan keberhasilan atau kegagalan perusahaan.

  • 25

    1) Pengukuran Intellectual Capital

    Metode pengukuran intellectual capital dapat dikelompokkan ke

    dalam dua kategori, yaitu: pengukuran non moneter dan pengukuran

    moneter (Tan et al., 2007). Hartono (2001) menguraikan beberapa

    keunggulan menggunakan pengukuran non moneter dalam mengukur

    intangible assets perusahaan. keunggulan tersebut adalah sebagai berikut:

    a) Pengukuran secara non moneter akan mudah menunjukan unsur-

    unsur yang membangun intellectual capital dalam perusahaan,

    sedangkan secara moneter hal itu akan sulit dilakukan.

    b) Pengaruh internal development dalam pembentukan intellectual

    capital tidak dapat diukur dengan pengukuran atribut moneter.

    c) Pengkapitalisasian biaya menjadi aset akan mengakibatkan

    adanya manipulasi terhadap laba.

    Luthy (1998) mengelompokkan metode pengukuran intellectual

    capital ke dalam dua kelompok besar, yaitu: metode yang dilakukan

    dengan component by component evaluation dan metode pengukuran

    yang dilakukan dengan mengukur nilai intelectual assets dalam istilah

    keuangan pada tingkat organisasi tanpa mengacu pada komponen-

    komponen individual intellectual capital.

    Luthy (1998) mengungkapkan bahwa dalam metode component by

    component evaluation terdapat dua cara yang digunakan untuk

    mengklasifikasikan komponen-komponen intellectual capital, yaitu

  • 26

    model Edvinsson/Malone yang merupakan dasar dari pendekatan

    Skandia “Navigator”. Pendekatan ini telah diilustrasikan dan

    dipublikasikan dalam suplemen laporan tahunan Skandia kepada para

    pemegang saham. Model Brooking yang menjadi dasar “Dream Ticket”

    dan pendekatan target yang diilustrasikan sebagai bagian dari audit

    intellectual capital. Sedangkan dalam metode pengukuran dengan

    menggunakan dasar keuangan pada tingkatan perusahaan (luthy, 1998)

    menganjurkan penggunaan metode Market to Book Value, Tobin’s “Q”

    dan Calculated Intangible Value.

    Seiring dengan semakin banyak riset terhadap metode pengukuran

    Intellectual capital, (Sveiby, 2001) mencoba mengklasifikasikan 21

    metode pengukuran yang ada ke dalam empat kelompok besar. Keempat

    kelompok itu adalah sebagai berikut (Luthy, 1998):

    a) Direct Intellectual capital Methods (DIC)

    Estimasi nilai dolar dari aset tidak berwujud dilakukan dengan

    cara mengidentifikasi komponen-komponen yang bervariasi. Sekali

    komponen-komponen ini dapat diidentifikasikan, komponen-

    komponen tersebut langsung dapat dievaluasi baik sscara individu

    maupun sebagai suatu koefisien agregat (aggregat coefficient).

  • 27

    b) Market Capitalization Methods (MCM)

    Perhitungan terhadap perbedaan antara kapitalisasi pasar

    perusahaan dengan ekuitas pemegang sahamnya sebagai nilai dari

    intellectual capital atau intangible assets perusahaan.

    c) Return On Assets (ROA)

    Rata-rata laba sebelum pajak dalam suatu periode dibagi dengan

    nilai aset berwujud. Hasil dari pembagian ini merupakan retun on

    assets perusahaan yang dapat dibandingkan dengan rata-rata industri.

    d) Scorecard Methods (SC)

    Komponen-komponen dari aset tidak berwujud atau intellectual

    capital diidentifikasikan. Dan indikator-indikator yang ada

    dilaporkan dalam bentuk scorecards atau grafik. Metode scorecard

    ini hampir sama dengan metode direct intellectual capital yang

    mengharapkan tidak ada estimasi yang dibuat dari nilai dollar asset

    tidak berwujud.

    Metode-metode ini memiliki manfaat sebagai berikut (Sveiby,

    2001):

    1) Metode-metode yang menawarkan penilaian dalam dolar seperti

    return on asset dan market capitalization method digunakan

    dalam situasi merger, akuisisi dan penilaian harga pasar saham.

    Metode ini juga dapat digunakan untuk membandingkan

    perusahaan yang berada dalam industri yang sama. Metode ini

    juga sangat tepat untuk mengilustrasikan nilai keuangan aset

  • 28

    tidak berwujud. Metode ini telah mengalami pembuktian yang

    cukup lama dalam bidang akuntansi sehingga mudah

    dikomunikasikan di antara para praktisi akuntansi. Kelemahan

    metode ini adalah perubahan segala sesuatu ke dalam nilai uang

    akan memberi kedangkalan makna (Sawarjuwono dan Kadir,

    2003)

    2) Manfaat direct intellectual capital dan metode scorecard adalah

    kemampuannya untuk menghasilkan gambaran yang lebih

    komprehensif dari kondisi kesehatan setiap level organisasi.

    Metode-metode ini lebih menggambarkan kejadian yang

    sebenarnya dan pelaporan dapat lebih cepat dan lebih akurat

    pada pengukuran keuangan. Metode-metode ini sangat berguna

    bagi organisasi non laba, departemen internal, organisasi sektor

    publik dan untuk tujuan yang berhubungan dengan kegiatan

    sosial maupun lingkungan. Kelemahan metode ini terletak pada

    indikator-indikator yang bersidat kontekstual dan harus sesuai

    untuk setiap organisasi dan setiap tujuan, di mana

    perbandingannya sangat sulit (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).

    Metode-metode ini masih baru sehingga tidaklah mudah untuk

    diterima oleh para manajer yang biasa melihat segala sesuatu

    dari perspektif keuangan.

    Tidak satupun metode yang dapat memenuhi semua tujuan yang

    diinginkan, sehingga salah satu metode harus dipilih untuk memenuhi

  • 29

    satu tujuan dengan satu situasi dan audience yang berbeda.

    Pengelompokkan yang lainya dilakukan terhadap metode pengukuran

    intellectual capital (Luu et al., 2001) dari Australia. Mereka

    mengelompokan intellectual capital ke dalam dua kelompok, yaitu

    external measures dan internal measures.

    Suatu metode dikelompokkan ke dalam pengukuran internal, karena

    pengukuran dan pelaporan terhadap aktiva tidak berwujud. Dengan

    metode ini ditujukan untuk memperbaiki manajemen dalam hal

    pengambilan keputusan bisnis. Fokus lebih pada penganggaran, training

    dan sumber daya manusia. Metode-metode yang dikelompokkan ke

    dalam kelompok ini adalah human resources accounting, the intangible

    aseet monitor, the skandia navigator, dan balance scorecards.

    Sedangkan metode yang dikelompokkan ke dalam pengukuran eksternal

    merupakan metode yang menilai bagaimana pengaruh aktiva tidak

    berwujud terhadap kinerja perusahaan yang merupakan faktor utama

    penyebab perbedaan yang sangat besar antara nilai pasar dan nilai buku

    perusahaan yang ada pada pasar modal. Metode-metode yang

    dikelompokkan dalam kelompok ini adalah market to book value, tobin’s

    “Q”, calculated intangible value, dan pendekatan yang baru yaitu real

    option-based approach.

  • 30

    Tabel 2.1 Metode Pengukuran Intellectual Capital

    LABEL PENGANJUR

    UTAMA

    KATEGORI DESKRIPSI

    PENGUKURAN

    Technology

    Broker

    Brooking

    (1996)

    Direct

    Intellectual

    capital Methods

    (DIC)

    Nilai intellectual capital

    suatu perusahaan ditaksir

    berdasarkan pada analisis

    diagnostik dari respon

    perusahaan terhadap 20

    pertanyaan yang meliputi

    empat komponen utama

    intellectual capital.

    Citation-

    Weighted

    Patents

    Bontis (1996) Direct

    Intellectual

    capital Methods

    (DIC)

    Faktor teknologi dihitung

    berdasarkan pada

    pengembangan paten oleh

    perusahaan. intellectual

    capital dan kinerjanya diukur

    berdasarkan pada upaya

    pengembangan riset atas

    serangkaian indeks, seperti

    jumlah paten dan biaya paten

    terhadap perputaran

    penjualan, yang menjelaskan

    paten perusahaan

    Inclusive

    Valuation

    Methodology

    (IVM)

    Mc Pherson

    (1998)

    Direct

    Intellectual

    capital Methods

    (DIC)

    Menggunakan hirarki dari

    weighted indicator yang

    dikombinasikan, dan fokus

    pada nilai relatif daripada

    nilai absolut. Kombinasi

    value added = monetary

    value added dikombinasikan

    dengan intangible value

    added

    The Value

    Explorerᵀ ᴹ Andriessen &

    Tiessen (2000)

    Direct

    Intellectual

    capital Methods

    (DIC)

    Metodologi akuntansi

    diajukan oleh KMPG untuk

    menghitung dan

    mengalokasikan nilai kepada

    lima jenis intangible:

    1)Assets and endowments,

    2)Skills & tacit knowledge,

    3)Collective value & norm,

    4)Technology dan explicit

    knowledge, 5)Management

  • 31

    process

    Intelectual

    Asset

    Valuation

    Sullivan

    (2000)

    Direct

    Intellectual

    capital Methods

    (DIC)

    Metode untuk menaksir nilai

    dari intelectual property.

    Total Value

    Creation,

    TVCᵀ ᴹ

    Anderson &

    Mclean (2000)

    Direct

    Intellectual

    capital Methods

    (DIC)

    Suatu proyek inisiatif oleh

    canadian institute of

    chartered accountants. TVC

    menggunakan discounted

    arus kas diproyeksikan untuk

    menguji kembali bagaimana

    peristiwa mempengaruhi

    aktivitas yang direncanakan.

    Accounting

    for the

    Future

    (AFTF)

    Nash H.

    (1998)

    Direct

    Intellectual

    capital Methods

    (DIC)

    Suatu sistem dari projected

    discounted cash-flows.

    Perbedaan antara AFTF pada

    akhir dan awal periode

    adalah nilai tambah (value

    added) selama periode

    tersebut.

    Tobin’s “Q” Stewart (1997)

    Bontis (1999)

    Market

    Capitalization

    Methods

    (MCM)

    “Q” adalah rasio dari nilai

    pasar saham perusahaan

    dibagi dengan biaya

    pengganti (replacement cost)

    aset. Perubahan pada “Q”

    merupakan proksi untuk

    pengukuran efektif tidaknya

    kinerja intellectual capital

    perusahaan.

    Investor

    Assigned

    Market

    Value

    (IAMVᵀ ᴹ )

    Standfield

    (1998)

    Market

    Capitalization

    Methods

    (MCM)

    Mengambil nilai

    sesungguhnya perusahaan

    untuk nilai pasar sahamnya

    dan membaginya kepada

    intangible capital + (Realized

    IC + IC Erosion + SCA

    (Sustanaible Competitive

    Advantage)

    Market to

    Book Value

    Stewart (1997)

    Luthy (1998)

    Market

    Capitalization

    Methods (MCM)

    Nilai intellectual capital

    diperhitungkan dari

    perbedaan antara nilai pasar

    saham (firm’s stock market

  • 32

    value) dan nilai buku

    perusahaan (firm’s book

    value)

    Economic

    Value Added

    (EVAᵀ ᴹ )

    Stewart (1997) Return On

    Assets (ROA)

    Dihitung dengan

    menyesuaikan laba yang

    diungkap perusahaan dengan

    beban yang berhubungan

    dengan intangible. Perubahan

    dalam EVA merupakan

    indikasi apakah intellectual

    capital perusahaan produktif

    atau tidak.

    Human

    Resources

    Costing &

    Accounting

    (HRCA)

    Johansson

    (1996)

    Return On

    Assets (ROA)

    Menghitung dampak

    tersembunyi dari beban

    terkait HR dengan penurunan

    laba perusahaan. Penyesuaian

    dibuat terhadap P&L.

    Intellectual capital diukur

    dengan menghitung

    kontribusi human assets yang

    dimiliki perusahaan dibagi

    dengan pengeluaran gaji

    yang dikapitalisasi.

    Calculated

    Intangible

    Value

    Stewart (1997)

    Luthy (1998)

    Return On

    Assets (ROA)

    Mengkalkulasi kelebihan

    return pada hard assets

    kemudian menggunakan

    figur ini sebagai dasar untuk

    menentukan proporsi dari

    return yang bisa dihubungkan

    pada intangible assets.

    Knowledge

    Capial

    Earnings

    Lev (1999) Return On

    Assets (ROA)

    Knowledge capital earnings

    dihitung sebagai porsi atas

    kelebihan normalized

    earnings dan tambahan

    expected earnings yang bisa

    dihubungkan kepada book

    assets.

    Value Added

    Intelectual

    Coefficient

    (VAICᵀ ᴹ )

    Pulic (1997) Return On

    Assets (ROA) –

    (tidak cukup

    memenuhi salah

    satu kategori)

    Mengukur seberapa dan

    bagaimana efisiensi

    intellectual capital dan

    capital employed

    menciptakan nilai yang

  • 33

    berdasar pada hubungan tiga

    komponen utama, yaitu: 1)

    Capital employed. 2) Human

    capital, 3) Structural capital.

    Human

    Capital

    Intelligence

    Jac Fitz-Enz

    (1994)

    Scorecard

    Methods (SC)

    Perangkat indikator human

    capital dikumpulkan dan di

    benchmark terhadap

    database. Mirip seperti

    HTCA.

    Skandia

    Navigatorᵀᴹ

    Edvinsson and

    Malone (1997)

    Scorecard

    Methods (SC)

    Intellectual capital diukur

    melalui analisis 164 ukuran

    metrik (91 berbasis

    intelektual dan 73 tradisional

    metrik) yang mencakup lima

    komponen: 1) Keuangan, 2)

    Pelanggan, 3) Proses, 4)

    Pembaruan dan

    pengembangan; dan

    5)Manusia.

    Value Chain

    Scoreboardᵀᴹ

    Lev B. (2002) Scorecards

    Methods (SC)

    Suatu matrik dari indikator

    non-keuangan yang disusun

    tiga kategori menurut siklus

    pengembangan;

    perolehan/pembelajaran,

    implementasi, komersialisasi.

    IC Indexᵀ ᴹ Roos, Dragonetti and

    Edvinsson

    (1997)

    Scorecard

    Methods (SC)

    Mengkonsolidasikan seluruh

    indikator individual yang

    mempresentasikan

    intellectual property dan

    komponen-komponen kepada

    satu indeks. Perubahan pada

    indeks kemudian

    dihubungkan dengan

    perubahan di dalam penilaian

    pasar perusahaan.

    Intangible

    Asset

    Monitor

    Sveiby (1997) Scorecards

    Methods (SC)

    Manajemen memilih

    indikator, berdasarkan pada

    tujuan stratejik perusahaan,

    untuk mengukur empat aspek

    dari penciptaan nilai dari aset

    tidak berwujud. Melalui: 1)

    Pertumbuhan, 2) Pembaruan,

  • 34

    3) Utilisasi/efisiensi, dan 4)

    Pengurangan risiko/stabilitas.

    Balance

    Scorecard

    Kaplan and

    Nornton

    (1992)

    Scorecards

    Methods (SC)

    Kinerja perusahaan diukur

    dengan indikator-indikator

    yang meliputi empat

    perspektif, yaitu: 1)

    Financial perspective, 2)

    Customer perspective, 3)

    Internal process perspective,

    dan 4) Learning Perspective.

    Sumber: Sveiby (2001)

    e. Value Added Intelectual Coefficient (VAICTM

    )

    Metode VAICTM

    dikembangkan oleh Pulic (1998), didesain

    untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari

    aset berwujud (tangible assets) dan aset tidak berwujud (intangible

    assets) yang dimiliki perusahaan. VAICᵀ ᴹ merupakan instrumen

    untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. pendekatan

    ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan, karena

    dikontruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan

    (neraca, laba rugi).

    Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk

    menciptakan value added. Value Added (VA) adalah indikator paling

    objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan

    kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation). VA

    dihitung sebagai selisih antara output dan input.

    Output mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh

    produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input mencakup

  • 35

    seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Hal

    penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour

    expenses) tidak termasuk di dalam input. Karena peran aktifnya

    dalam proses value creation, intelectual potential (yang

    direpresentasikan dengan labour expenses) tidak dihitung sebagai

    biaya (cost) dan tidak masuk dalam komponen input. Karena itu,

    aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja

    sebagai entitas penciptaan nilai (value creating entity).

    VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC) dan

    Structural Capital (SC). Hubungan lainya dari VA adalah Capital

    Employed (CE), yang dalam hal ini dilabeli dengan VACA. VACA

    adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari

    physical capital. Pulic mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE

    menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang

    lain, berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE

    (dana yang tersedia).

    Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC. Value Added Human

    Capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan

    dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. VAHU

    mengindikasikan kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai

    dalam perusahaan (Tan et al., 2007).

  • 36

    Hubungan yang ketiga adalah Structural Capital Value Added

    (STVA) yang menunjukkan kontribusi Structural Capital (SC)

    dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang

    dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA, dan merupakan

    indikasi bagaimana kontribusi SC dalam penciptaan nilai. SC

    bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, ia dependen

    terhadap value creation (Pulic, 1999). Artinya semakin besar

    kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil

    kontribusi SC dalam hal tersebut. SC adalah VA dikurangi HC.

    Koefisien yang telah dihitung sebelumnya akan dijumlahkan dan

    hasil penjumlahan tersebut diformulasikan dalam indikator yang

    baru yaitu VAIC.

    Rasio terakhir adalah menghitung kemampuan intelektual

    perusahaan dengan menjumlahkan koefisien-koefisien yang telah

    dihitung sebelumnya. Hasil penjumlahan tersebut diformulasikan

    dalam indikator baru yang unik, yaitu VAICTM

    (Tan et al., 2007).

    Secara lebih ringkas, formulasi dan tahapan perhitungan

    VAICᵀ ᴹ adalah sebagai berikut:

    Tahap Pertama: Menghitung Value Added (VA)

    Va dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic,

    1999).

    VA = OUT – IN

  • 37

    Di mana:

    a. OUT = Output : total penjualan dan pendapatan

    b. IN = Input : beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban

    karyawan).

    Tahap Kedua: Menghitung Value Added Capital Empoyed

    (VACA)

    VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu

    unit dari physical capital. Rasio ini menunjukan kontribusi yang

    dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi.

    VACA = VA/CE

    Di mana:

    a. VACA = Value Added Capital Employed : rasio dari VA terhadap

    CE.

    b. VA = Value Added

    c. CE = Capital Employed : dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih)

    Tahap Ketiga: Menghitung Value Added Human Capital

    (VAHU)

    VAHU menujukan berapa banyak VA yang dapat dihasilkan

    dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini

    menunjukan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang

    diinvestasikan dalam HC terhadap value added organisasi.

  • 38

    VAHU = VA/HC

    Di mana:

    a. VAHU = Value Added Human Capital : rasio dari VA terhadap HC.

    b. VA = Value Added

    c. HC = Human Capital : beban karyawan.

    Tahap Keempat: Menghitung Structural Capital Value Added

    (STVA)

    Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk

    menghasilkan 1 rupiah dari Va dan merupakan indikasi bagaimana

    keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.

    STVA = SC/VA

    Di mana:

    a. STVA = Structural Capital Value Added : rasio dari SC terhadap

    VA.

    b. SC = Structural Capital : VA - HC

    c. VA = Value Added

    Tahap Kelima: Menghitung Value Added Intelectual Coefficient

    (VAICTM

    )

    VAICTM

    mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi

    yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance

    Indicator). VAICTM

    merupakan penjumlahan dari 3 komponen

    sebelumnya yaitu: VACA, VAHU, dan STVA.

  • 39

    VAICTM

    = VACA + VAHU + STVA

    Keunggulan metode VAICTM

    adalah karena data yang dibutuhkan relatif

    mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan. Data yang

    dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka

    keuangan yang standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan

    perusahaan. Alternatif pengukuran IC lainnya terbatas hanya menghasilkan

    indikator keuangan dan non-keuangan yang unik yang hanya untuk

    melengkapi profil suatu perusahaan secara individu. Indikator-indikator

    tersebut, khususnya indikator non-keuangan, tidak tersedia atau tidak tercatat

    oleh perusahaan yang lain (Tan et al., 2007). Konsekuensinya, kemampuan

    untuk menerapkan pengukuran IC alternatif tersebut secara konsisten

    terhadap sampel yang besar dan terdivesifikasi menjadi terbatas (Firer dan

    Williams, 2003).

    f. Kinerja Keuangan

    Kinerja keuangan merupakan sebuah tampilan yang

    memberikan informasi terkait keadaan dan kondisi keuangan suatu

    perusahaan dalam periode tertentu atau dalam kurun waktu tertentu.

    Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam

    kegiatan operasi merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi

    perusahaan, dan laba menjadi indikator kemampuan perusahaan

    dalam memenuhi kewajiban kepada kreditur dan investor, serta

    merupakan bagian dalam proses penciptaan nilai perusahaan

  • 40

    berkaitan dengan prospek perusahaan di masa depan (Suhendah,

    2012).

    Analisis kinerja keuangan perusahaan pada umumnya dilakukan

    dengan menganalisis laporan keuangan, yang mencakup

    perbandingan kinerja keuangan dengan perusahaan lain dalam

    industri yang sama dan mengevaluasi kecenderungan posisi

    keuangan perusahaan sepanjang waktu (Moeljadi, 2006). Terdapat

    beberapa teknik analisis yang dapat digunakan untuk menilai kinerja

    perusahaan, namun yang paling sering digunakan ialah analisis rasio.

    Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil

    perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainya

    yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio

    keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang

    menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainya.

    Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat

    hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkanya dengan rasio

    lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan

    penilaian. Analisis rasio tersebut akan memberikan gambaran atau

    pengukuran relatif dari operasi perusahaan. Rasio-rasio tersebut

    adalah:

  • 41

    1) Rasio likuiditas

    Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai

    kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban

    finansialnya pada saat jatuh tempo. Kewajiban tersebut

    merupakan kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang

    sudah segera jatuh tempo.

    2) Rasio Solvabilitas

    Solvabilitas merupakan istilah yang digunakan oleh

    perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam

    memenuhi seluruh kewajiban finansialnya apabila perusahaan

    dilikuidasi. Secara umum solvabilitas dapat dihitung dengan

    membagi total aset dengan total utang.

    3) Rasio Aktivitas

    Rasio-rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa

    efektif perusahaan mengelola aset. Rasio-rasio tersebut juga

    dirancang untuk menjawab pertanyaan apakah total jumlah

    setiap jenis aset yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan

    sudah wajar, terlalu tinggi atau terlalu rendah jika dibandingkan

    dengan tingkat penjualan yang diproyeksikan, perhitungan rasio

    aktivitas dapat menjawab pertanyaan tersebut.

    4) Rasio Profitabilitas

    Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan

    dan keputusan manajemen. Oleh karena itu, rasio ini

  • 42

    menggambarkan hasil akhir dari kebijakan dan keputusan-

    keputusan operasional perusahaan. Secara umum, rasio

    profitabilitas dihitung dengan membagi laba dengan modal.

    Rasio profitabilitas juga menunjukan pengaruh gabungan dari

    likuiditas, aset dan utang terhadap hasil operasi.

    5) Rasio Nilai Pasar

    Rasio nilai pasar (market value creation), menghubungkan

    harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham.

    Rasio tersebut memberikan petunjuk mengenai apa yang

    dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta

    prospeknya di masa yang akan datang.

    Pengukuran terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam

    penelitian ini adalah dengan menggunakan rasio profitabilatas, rasio

    profitabilitas yang juga sering disebut rasio rentabilitas

    menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui

    semua kemampuan, dan sumber daya yang ada seperti kegiatan

    penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan

    sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan

    menghasilkan laba disebut juga operating ratio (Sofyan Syarif

    Harahap, 2010).

    Profitabilitas merupakan ukuran serta informasi penting yang

    akan mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan. Dari

  • 43

    sudut pandang investor, profitabilitas menjadi indikator penting

    untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang, dengan

    melihat perkembangan pertumbuhan profitabiltas perusahaan. Ada 2

    rasio profitabilitas yang digunakan untuk dalam penelitian yaitu

    ROA (Return On Asset) dan ROE (Return On Equity). ROA adalah

    profitabilitas kunci yang mengukur jumlah profit yang diperoleh tiap

    rupiah aset yang dimiliki perusahaan. ROA memperlihatkan

    kemampuan perusahaan dalam melakukan efisiensi penggunaan

    total aset untuk operasional perusahaan (Chen et.al.,2005). ROE

    mengukur seberapa banyak keuntungan sebuah perusahaan dapat

    dihasilkan untuk setiap rupiah dari modal pemegang saham. ROE

    yang lebih tinggi melebihi biaya modal yang digunakan, itu berarti

    perusahaan telah efisien dalam menggunakan modal sendiri,

    sehingga laba yang dihasilkan mengalami peningkatan dari tahun-

    tahun sebelumnya (Angkoso, 2006).

    Meningkatkan kinerja keuangan merupakan salah satu strategi

    perusahaan dalam mencapai tujuan meningkatkan nilai perusahaan.

    Bagi perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan dapat membuat

    saham perusahaan terlihat menarik bagi investor. Jika kinerja

    keuangan menunjukkan prospek yang baik, maka saham akan

    diminati oleh investor dan berpengaruh pada harga jual saham

    tersebut. Biasanya investor melakukan peninjauan dengan melihat

    rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi. Pemanfaatan seluruh

  • 44

    aset (intellectual capital) perusahaan akan meningkatkan nilai

    tambah perusahaan. Adanya rasio ini akan mempererat hubungan

    antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.

    g. Nilai Perusahaan

    Nilai perusahaan adalah nilai pasar dari utang dan ekuitas

    perusahaan (Arthur J.Keown et.al, 2010) nilai perusahaan

    merupakan pandangan investor atau pasar terhadap sebuah

    perusahaan yang kerap tercermin dari harga sahamnya, atau dengan

    kata lain sebuah perusahaan dengan harga saham yang tinggi

    merupakan sebuah perusahaan yang memiliki nilai baik bagi

    investor.

    Masalahnya adalah bahwa indikator tradisional tentang

    keberhasilan bisnis, seperti peningkatan pendapatan, arus kas, laba,

    penguasaan pasar, dan kempemimpinan teknologi sesungguhnya

    tidak mampu menyediakan informasi apakah perusahaan benar-

    benar menciptakan nilai bagi pemilik dan pemegang saham atau

    belum. Hanya ketika suatu perusahaan mampu menghasilkan sesuatu

    yang lebih dari sumber daya yang diinvestasi, maka kita dapat

    berbicara tentang penciptaan nilai. Dalam konteks ini, kepentingan

    utama semua stakeholders adalah bahwa strategi bisnis diarahkan

    pada pencapaian tujuan tersebut (value creation) dan bahwa sistem

    pengukuran mencerminkan kemampuan manajemen untuk mencapai

  • 45

    tujuan tersebut. Bagaimanapun, meningkatnya tekanan dan tanggung

    jawab terhadap pemegang saham dan karyawan menyiratkan

    perhatian kepada penciptaan nilai (value creation) sebagai suatu

    ukuran baru tentang keberhasilan bisnis (riset yang dilakukan di

    pasar modal membuktikan bahwa terdapat hubungan antara efisiensi

    penciptaan nilai dan nilai pasar perusahaan). Tujuan akhirnya adalah

    untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam jangka panjang,

    yang hanya akan dapat dicapai dengan investasi pada sumber daya

    intelektual (terutama pada human capital, yang merupakan faktor

    kunci penciptaan nilai pada bisnis modern) dan peningkatan

    mobilisasi dari potensi internal perusahaan, terutama adalah

    intangible (Ulum, 2009).

    Premis kunci untuk penciptaan nilai perusahaan adalah bahwa

    semua kontribusi terhadap penciptaan nilai (value creation) namun

    juga pembinasaan nilai (value destruction) dapat diukur tampa

    kerancuan, yang sering kali memerlukan skema organisasi dan

    indeks-indeks baru. Sebagai tambahan, proses perencanaan dan

    pengambilan keputusan harus difokuskan pada upaya penciptaan

    nilai. Untuk efektifitas pengendalian biaya, maka manajemen

    eksekutif perlu bersama-sama dengan manajemen puncak

    mengidentifikasi berbagai kemungkinan untuk terus meningkatkan

    efisiensi penciptaan nilai. Melalui proses ini, semua potensial

    inteketual yang berada di dalam perusahaan dapat dimoblisasi untuk

  • 46

    tujuan pencapaian nilai maksimum (baik untuk pemegang saham

    maupun karyawan).

    Teori modern mendefinisikan aktiva bisnis sebagai nilai tambah

    (value added) dan kekayaan, yang jauh lebih kompleks daripada

    sebelumnya. Untuk tujuan penciptaan laba, adalah penting

    membangun hubungan dengan pelanggan ke tingkatan paling tinggi.

    Lebih dari itu, adalah penting untuk menyadari bahwa format yang

    terukur/berwujud (tangible form) dari penciptaan nilai (seperti:

    pendapatan, nilai tambah) adalah tergantung pada format yang tidak

    terwujud (intangible form) dari penciptaan nilai (seperti: peningkatan

    waktu dan efektivitas komunikasi, hubungan yang lebih baik dengan

    pelanggan, membangun dan mempertahankan reputasi). Kunci untuk

    sukses adalah dalam penciptaan sebab akibat hubungan antara dua

    format penciptaan nilai (tangible dan intangible form). Harus

    dikatakan bahwa salah satu tantangan utama bagi manajemen adalah

    menciptakan kondisi yang akan membuka peluang generasi sukses

    nilai intangible (seperti: pengetahuan layanan, pengalaman,

    keuntungan, kecepatan, kualitas, kesan) dan transformasinya kepada

    format tangible (seperti: pendapatan, laba, nilai tambah, pangsa

    pasar, nilai pasar). Manajemen penciptaan nilai yang sistematik

    didasarkan pada premis bahwa konsep ini melekat di dalam

    perusahaan sebagai tujuan akhir bisnis. Penting untuk dipastikan

    bahwa konsep “hidup” di semua tingkatan bisnis, pada aktifitas hari

  • 47

    ke hari, dirangsang, dihargai, diukur dan dikomunikasikan (Ulum,

    2009)

    Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan

    Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER). PBV

    merupakan perbandingan dari harga suatu saham dengan nilai buku.

    PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek

    perusahaan ke depan. PBV juga dapat menunjukan seberapa jauh

    sebuah perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan dengan

    jumlah modal yang diinvestasikan oleh perusahaan. Perusahaan yang

    baik memiliki PBV diatas 1, semakin tinggi PBV mencerminkan

    harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku per lembar saham.

    Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan dalam

    menciptakan nilai bagi para pemegang sahamnya (Simanungkalit,

    2015). Sedangkan PER adalah perbandingan antara harga saham per

    lembar dengan laba bersih per saham. Kegunaan PER adalah untuk

    melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang

    dincerminkan oleh earning per share nya. PER menunjukan

    hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per share.

    Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham

    tersebut akan semkin mahal terhadap pendapatan bersih per

    sahamnya. Angka rasio ini biasa digunakan investor untuk

    memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

    dimasa yang akan datang (Prastowo, 2002).

  • 48

    2. Penelitian Terdahulu

    Sunarsih dan Mendra, (2012) meneliti tentang hubungan antara

    modal intelektual dengan nilai perusahaan. Dimana variabel

    independennya terdiri dari Value added Capital Employed (VACA),

    Value added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value added

    (STVA). Variabel dependennya adalah nilai perusahaan