ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL ......Hersinta Pusdika, Annisa Rivelia, Fikri Choirunnisa,...
Transcript of ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL ......Hersinta Pusdika, Annisa Rivelia, Fikri Choirunnisa,...
-
“ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA
KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI
KASUS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM
INDEKS LQ45 PERIODE 2009-2014)”
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Achmad Fauzi
1112081000062
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
-
i
-
ii
-
iii
-
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Achmad Fauzi
No. Induk Mahasiswa : 1112081000062
Jurusan/ Konsentrasi : Manajemen/ Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu memgembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
Jikalau dikemudian hari terdapat tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 9 Juli 2016
Yang menyatakan,
Achmad Fauzi
-
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama : Achmad Fauzi
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/ 20 Mei 1995
Agama : Islam
Alamat : Jl. Gudang Baru RT 007/004 No.13 Kel.Ciganjur
Kec Jagakarsa Kota. Jakarta Selatan
Telp/ HP : 021 7270733/ 087886911310
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
2000 – 2006 SDN 02 Ciganjur
2006 – 2009 SMPN 175 Jakarta
2009 – 2012 MAN 13 Jakarta
2012 – 2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENDIDIKAN NON FORMAL
2012 Peserta Kuliah Umum Sosialisasi Hemat Energi
yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Ekonomi
dan Bisnis.
2014 Peserta Seminar Pasar Modal yang diselenggarakan
Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen.
mailto:[email protected]
-
vi
2014 Peserta International Seminar dengan materi
“Toward ASEAN Economic Community 2015; Fair
Governments Policies in Islamic Finance Sectors
Among ASEAN Countries”, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2014 Peserta seminar “ ASEAN Economic Community
2015 “ Threat or Opportunity? Prepare
Yourself!!!”, diselenggarakan oleh Himpunan
Mahasiswa Jurusan Manajemen.
PENGALAMAN ORGANISASI
2010 – 2013 Panitia Divisi Olahraga di Karang Taruna
RT 007/004
2013 Panitia dalam Management Camp “Together with
Management Bring Your Kingdom to The Future”,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2014 Anggota Divisi Olahraga Himpunan Mahasiswa
Jurusan Manajemen periode tahun 2013 – 2014
2013 Peserta terbaik dalam Masa Penerimaan Anggota
Baru Organisasi PMII, “Rapatkan Barisan
Melanjutkan Langkah Pergerakan”.
PENGALAMAN BEKERJA
2012 Price Checker di Carefour Cempaka Putih.
-
vii
ABSTRACT
This research is purpose to analyze the influence of intellectual capital on
corporate value and financial performance as an intervening variable in a
company registered in LQ 45 period 2009-2014. This study examined the
relationship of intellectual capital variables ie Value Added Capital Employed
(VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added
(STVA). The company's financial performance variables measured by using
Return on Assets (ROA) and Return On Equity (ROE). And variable values firm
Price Book Value (PBV) and Price Earning Ratio (PER).
Sample selection method used in this research is purposive sampling method, in
which 21 companies were included in the LQ 45 as sample. Secondary data used
were obtained from the annual financial statements, books, journals and other
reading sources. The data obtained were processed with Microsoft Excel Software
and Software lisrel 8.80 to examine the influence of the independent variables,
dependent and intervening variables.
The results of this research that there is a direct influence of intellectual capital
on the financial performance also between intellectual capital on firm value. and
financial performance also directly affect the value of the company. the results of
this study also shows that financial performance can mediate the relationship
between intellectual capital and firm value.
Keywords: Intellectual Capital, Financial Performance, Corporate Values
-
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara intellectual capital
terhadap nilai perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening
pada perusahaan yang terdaftar di indeks LQ 45 periode 2009-2014. Penelitian ini
menguji hubungan variabel intellectual capital yaitu Value Added Capital
Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural Capital
Value Added (STVA). Variabel kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan
menggunakan Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). Dan variabel
nilai perusahaan Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER).
Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
purposive sampling, dimana 21 perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ 45
menjadi sampel penelitian. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari laporan
keuangan tahunan, buku, jurnal, dan sumber bacaan lainya. Data-data yang
diperoleh diolah dengan Software Microsoft Excel dan Software Lisrel 8.80 untuk
menguji pengaruh antara variabel independen, dependen dan variabel intervening.
Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh secara langsung antara
intellectual capital terhadap kinerja keuangan juga antara intellectual capital
terhadap nilai perusahaan. lalu kinerja keuangan juga berpengaruh secara
langsung terhadap nilai perusahaan. hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa
kinerja keuangan dapat memediasi hubungan antara intellectual capital dan nilai
perusahaan.
Kata kunci: Intellectual Capital, Kinerja Keuangan, Nilai Perusahaan
-
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses penyusunan skripsi yang
berjudul “Analisis Pengaruh Intelectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ 45 Periode 2009-2014)”,
semata-mata bukanlah hasil usaha penulis sendiri, melainkan dari berbagai pihak
yang memberikan bantuan, dorongan, bimbingan, dan motivasi. Oleh karena itu,
sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, yang selalu menjadi inspirasi dan mendampingi
penulis melalui doa-doanya. Yang telah merawat dan membesarkan penulis
dengan kasih sayang, serta selalu memberikan semangat dan dukungan
kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
2. Kakak-kakak yang saya banggakan, Iwan Setiadi, Achmad Sofyan, Wahyu
Hidayat, terima kasih karena selalu mengingatkan untuk segera
menyelesaikan skripsi ini dan memberikan dukungan dalam bentuk hal
apapun.
3. Bapak Dr. Arief Mufrainy. Lc. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan dukungan
serta motivasi kepada penulis selama menimba ilmu di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Titi Dewi Warninda, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tiada henti
memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis sejak awal perkuliahan
hingga akhir.
5. Ibu Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM, selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi
ini, dan tak henti memberikan semangat kepada penulis sejak awal hingga
akhirnya skripsi ini terselesaikan.
-
x
6. Bapak Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA, sebagai dosen pembimbing II yang
telah bersedia membantu membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini dari sejak awal penulisan hingga skripsi ini selesai.
7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakartayang telah sabar dan ikhlas mendidik dan memberikan ilmunya kepada
penulis. Insya Allah ilmu yang diberikan dapat bermanfaat.
8. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
9. Lia Nurfitriana, SE, yang selalu memberikan semangat, inspirasi dan bantuan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Hersinta Pusdika, Annisa Rivelia, Fikri Choirunnisa, Yulvie Sabriani, Asri
Lestari, yang sejak awal perkuliahan sudah menjadi teman terbaik, tempat
berbagi suka dan duka.
11. Muhammad Andi Fauzi, Lutfi Wijaya, dan Alifikram Mughofir yang telah
bersedia menjadi teman baik dan mau direpotkan oleh penulis sejak masuk ke
dalam kelas keuangan.
12. Rekan Manajemen Keuangan 2012 yang sudah memberikan warna indah
pertemanan bagi penulis.
13. Sahabat/i Manajemen 2012 seperjuangan, yang selama ini sudah bersedia
bertukar pikiran, saling memberi semangat dan motivasi, dan memberi warna
pada kehidupan perkuliahan penulis. Kesuksesan menunggu kita di depan!
Akhir kata, dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu. Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan mendapat pahala
yang berlipat dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis serta pembaca.
Jakarta, 7 Juli 2016
(Achmad Fauzi)
-
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... v
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
ABSTRAk ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 13
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu ........................................... 15
1. Landasan Teori ............................................................................. 15
a. Stakeholder Theory ................................................................ 15
-
xii
b. Legitimacy Theory ................................................................. 16
c. Resources Based Theory ....................................................... 17
d. Intellectual Capital ................................................................ 18
e. Value Added Intellectual Capital (VAICTM
) ......................... 34
f. Kinerja Keuangan .................................................................. 39
g. Nilai Perusahaan .................................................................... 44
2. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 48
B. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 59
C. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 59
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 63
B. Metode Penentuan Sampel .................................................................. 63
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 64
D. Metode Analisis Data ........................................................................... 65
1. Structural Eqation Model (SEM) ................................................. 65
2. Statistik Deskriptif ........................................................................ 70
3. Uji Koefiseien Determinasi (R2) .................................................. 70
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ....................... 71
1. Variabel Independen ..................................................................... 71
2. Variabel Dependen ....................................................................... 72
3. Variabel Intervening ..................................................................... 75
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................... 77
-
xiii
1. Sejarah Perkembangan Pasar Modal ............................................ 77
2. Gambaran Umum Perusahaan-perusahaan Indeks LQ 45 ............ 80
B. Analisis dan Pembahasan .................................................................... 87
1. Deskriptif Sampel .......................................................................... 87
2. Deskriptif Variabel ....................................................................... 88
a. Perkembangan Value Added Capital Employed (VACA) ..... 89
b. Perkembangan Value Added Human Capital (VAHU) ......... 91
c. Perkembangan Structural Capital Value Added (STVA) ..... 92
d. Perkembangan Price Book Value (PBV) ............................... 94
e. Perkembangan Price Earning Ratio (PER) ........................... 96
f. Perkembangan Return On Asset (ROA) ................................ 98
g. Perkembangan Return On Equity (ROE) .............................. 100
3. Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................ 102
4. Hasil Pengujian Goodness of Fit Model ....................................... 105
5. Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................................. 106
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 112
B. Saran .................................................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 115
LAMPIRAN ........................................................................................................ 119
-
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Perkembangan Variabel dari Tahun 2009-2014 7
Tabel 2.1 Metode Pengukuran Intellectual Capital 30
Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu 53
Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria 64
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel 76
Tabel 4.1 Nama Sampel Perusahaan 87
Tabel 4.2 Nilai VACA Masing-masing Perusahaan 90
Tabel 4.3 Nilai VAHU Masing-masing Perusahaan 91
Tabel 4.4 Nilai STVA Masing-masing Perusahaan 93
Tabel 4.5 Nilai PBV Masing-masing Perusahaan 95
Tabel 4.6 Nilai PER Masing-masing Perusahaan 97
Tabel 4.7 Nilai ROA Masing-masing Perusahaan 99
Tabel 4.8 Nilai ROE Masing-masing Perusahaan 101
Tabel 4.9 Descriptve Statistics 103
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Goodness of Fit Model 105
Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Uji Hipotesa 108
-
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 59
Gambar 4.1 Nilai VACA Masing-masing Perusahaan 89
Gambar 4.2 Nilai VAHU Masing-masing Perusahaan 91
Gambar 4.3 Nilai STVA Masing-masing Perusahaan 93
Gambar 4.4 Nilai PBV Masing-masing Perusahaan 95
Gambar 4.5 Nilai PER Masing-masing Perusahaan 97
Gambar 4.6 Nilai ROA Masing-masing Perusahaan 99
Gambar 4.7 Nilai ROE Masing-masing Perusahaan 101
Gambar 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) 107
Gambar 4.9 Hasil Uji Hipotesa 108
-
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan 118
Lampiran 2 Daftar Rincian Data Perusahaan 2009-2014 119
Lampiran 3 Output Lisrel 147
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dalam bidang ekonomi membawa dampak perubahan
yang cukup signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis ataupun penentuan
strategi bersaing. Kini para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa
kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva berwujud,
tetapi lebih menekankan pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan
organisasi dan sumber daya manusia yang dimilikinya (aset tak berwujud).
Selain itu, saat ini Indonesia sudah memasuki periode MEA (Masyarakat
Ekonomi ASEAN), yang akan semakin membuat persaingan antar pelaku
bisnis semakin ketat kedepanya. Oleh karena itu, organisasi bisnis saat ini
harus menitikberatkan akan pentingnya knowledge asset (aset pengetahuan)
sebagai salah satu bentuk aset tak berwujud, guna meningkatkan keunggulan
kompetitif mereka dibanding organisasi bisnis lainya.
Di Indonesia penjelasan mengenai aset yang tak berwujud dapat
ditemukan di dalam Penyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.19
(revisi 2000). Menurut PSAK No.19, aset tidak terwujud adalah aset non
meter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta
dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang dan
jasa, disewakan kepada lainya, atau untuk tujuan administratif.
-
2
Pengetahuan adalah salah satu bagian penting dalam aset tak berwujud.
pengetahuan diakui sebagai komponen esensial bisnis dan sumber daya
strategis yang lebih sustainable (berkelanjutan) untuk memperoleh dan
mempertahankan keunggulan kompetitif yang dimiliki para pelaku bisnis.
Bahkan pengetahuan telah menjadi bagian dalam pengembangan suatu bisnis.
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran
knowledge asset (aset pengetahuan) tersebut adalah intellectual capital yang
telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen,
teknologi informasi, sosiologi maupun akuntansi.
Perhatian pelaku bisnis terhadap pengelolaan intellectual capital
beberapa tahun terakhir ini semakin besar. Hal ini disebabkan adanya
kesadaran bahwa intellectual capital merupakan landasan bagi perusahaan
untuk unggul dan bertumbuh. Kesadaran ini antara lain ditandai dengan
semakin seringnya istilah knowledge based company muncul dalam wacana
bisnis. Istilah tersebut ditujukan terhadap perusahaan yang lebih
mengandalkan pengelolaan intellectual capital sebagai sumber keunggulan
dan pertumbuhan jangka panjangnya.
Knowledge based company adalah perusahaan yang diisi oleh komunitas
yang memiliki pengetahuan, keahlian, dan keterampilan. Komunitas ini
memiliki kemampuan belajar, daya inovasi, dan kemampuan problem solving
yang tinggi. Ciri lainnya adalah perusahaan ini lebih mengandalkan
knowledge dalam mempertajam daya saingnya, hal ini digambarkan dengan
-
3
semakin mengecilnya investasi yang dialokasikannya untuk physical goods,
sementara untuk soft factor mendapat alokasi investasi yang semakin besar.
Firer dan Williams, (2003) mendefinisikan intellectual capital sebagai
kekayaan perusahaan yang merupakan kekuatan dibalik penciptaan nilai
perusahaan. intellectual capital terdiri dari 3 komponen yaitu, Human Capital
(HC), Customer Capital (CC) dan Structural Capital (SC). Dalam sebuah
forum Organisation For Economic Co-Opertaion and Development (OECD)
pada bulan Juni 1999 (Ulum, 2009) menyepakati bahwa intellectual capital
adalah aset yang sangat penting bagi perusahaan dalam menciptakan nilai
(value) perusahaan dan memenangkan persaingan. Sedangkan menurut
Bontis (1998) modal intelektual adalah seperangkat tak berwujud
(sumber daya, kemampuan dan kompetensi) yang menggerakkan kinerja
organisasi dan penciptaan nilai.
Dalam dunia bisnis modern, intellectual capital telah menjadi aset yang
sangat bernilai. Hal ini menimbukan tantangan bagi para akuntan untuk
mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkanya dalam laporan keuangan
(Sawarjuwono, 2003). Lalu dalam riset yang dilakukan oleh Purnomoshidi
(2006) menemukan bahwa rata-rata jumlah atribut IC yang diungkapkan
dalam laporan tahunan perusahaan publik di Indonesia sebesar 56%.
Persentase ini menggambarkan bahwa perusahaan publik telah memiliki
kesadaran terhadap arti penting IC bagi peningkatan keunggulan kompetitif,
meskipun cara pengungkapan IC belum sistematis sesuai dengan kerangka
-
4
kerja yang ada serta praktik pengungkapan IC diantara perusahaan masih
bervariasi (Purnomoshidi, 2006).
Menurut Pulic (1998) tujuan utama dalam ekonomi yang berbasis
pengetahuan adalah untuk menciptakan value added, sedangkan untuk
mendapatkan value added dibutuhkan ukuran yang tepat tentang physical
capital (yaitu dana-dana keuangan) dan intelectual potential (dipresentasikan
oleh karyawan dengan segala potensi dan kemampuan yang melekat pada
mereka) dan menyatakan bahwa VAIC menunjukan bagaimana kedua sumber
daya tersebut (physical capital dan intelectual potential) telah secara efisien
dimanfaatkan oleh perusahaan..
Intellectual capital dapat menghasilkan value added bagi perusahaan.
Kapasitas intelektual yang dimiliki perusahaan akan meningkatkan rasa
percaya diri investor, dan hal tersebut akan berdampak akan meningkatnya
nilai dari perusahaan. Nilai suatu perusahaan dapat tercermin dari harga yang
dibayar investor atas sahamnya dipasar. Semakin meningkatnya perbedaan
antara harga saham dengan nilai buku aktiva yang dimiliki perusahaan
menunjukkan adanya hidden value. Penghargaan lebih atas suatu perusahaan
dari para investor tersebut diyakini disebabkan oleh modal intelektual yang
dimiliki perusahaan (Chen et.al, 2005). Berkurangnya atau bahkan hilangnya
aktiva tetap dalam neraca perusahaan tidak menyebabkan hilangnya
penghargaan pasar terhadap perusahaan (Rupert, 1998), hal tersebut tercermin
dari banyaknya perusahaan yang memiliki aktiva berwujud yang tidak
-
5
signifikan dalam laporan keuangan namun penghargaan pasar atas
perusahaan-perusahaan tersebut sangat tinggi.
Oleh karena itu intellectual capital telah menjadi aset yang sangat
bernilai dalam dunia bisnis modern. Hal ini menimbulkan tantangan bagi para
akuntan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannya dalam
laporan keuangan. Akuntansi tradisional yang digunakan sebagai dasar
pembuatan laporan keuangan dirasa gagal dalam memberikan informasi
mengenai IC (Sawarjuwono, 2003). Dilain pihak, para pengguna laporan
keuangan membutuhkan informasi kuantifatif dan kualitatif sebagai evaluasi
kinerja perusahaan serta informasi mengenai IC yang dimiliki perusahaan.
Praktik akuntansi tradisional hanya mampu mengakui intellectual
property sebagai aset tak berwujud dalam laporan keuangannya, seperti paten,
merk dagang dan goodwill (Starovic et.al, 2003). Intangible baru seperti
kompetensi staf, hubungan pelanggan, model simulasi, sistem komputer dan
administrasi tidak memperoleh pengakuan dalam model keuangan tradisional,
ungkap Stewart (1997) dalam Tan et al., 2007. Pengakuan terhadap modal
intelektual yang merupakan penggerak nilai perusahaan dan keunggulan
kompetitif makin meningkat, meskipun demikian pengukuran yang tepat atas
modal intelektual masih terus dicari dan dikembangkan (Chen et.al, 2005).
Ada beberapa indikator yang mencerminkan nilai perusahaan,
diantaranya Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER). PBV
merupakan perbandingan dari harga suatu saham dengan nilai buku. PBV
-
6
yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke depan.
PBV juga dapat menunjukan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu
menciptakan nilai perusahaan dengan jumlah modal yang diinvestasikan oleh
perusahaan. Perusahaan yang baik memiliki PBV diatas 1, semakin tinggi
PBV mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku per
lembar saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan
dalam menciptakan nilai bagi para pemegang sahamnya (Simanungkalit,
2015).
Sedangkan PER adalah merupakan perbandingan antara harga saham per
lembar dengan laba bersih per saham. Kegunaan PER adalah untuk melihat
bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dincerminkan oleh
earning per share nya.
PER menunjukan hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per
share. Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham
tersebut akan semkin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka
rasio ini biasa digunakan investor untuk memprediksi kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang.
Adanya pengungkapan intellectual capital dalam laporan keuangan dapat
mencerminkan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan dapat
mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam jangka
waktu tertentu. Kinerja keuangan yang bagus otomatis akan meningkatkan
-
7
nilai perusahaan dimata para investor. Kinerja keuangan perusahaan diukur
dengan menggunakan Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE).
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dengan menggunakan total aset yang dimiliki oleh
perusahaan untuk menghitung pengembalian atas total aset setelah bunga dan
pajak (Simanungkalit, 2015). Semakin tinggi nilai ROA semakin baik, karena
hal tersebut mengidikasikan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan secara
efektif dan efisien total aset yang dimilikinya guna mendapatkan laba.
Sedangkan ROE digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dengan menggunakan total modal yang dimiliki
oleh perusahaan, untuk menghitung pengembalian atas total modal setelah
bunga dan pajak. Penggunaan seluruh aset perusahaan yang efisien, baik aset
yang berwujud maupun aset tidak berwujud (intellectual capital) akan
meningkatkan laba perusahaan. Semakin tinggi tingkat laba yang diperoleh
oleh perusahaan maka semakin tinggi nilai ROA dan ROE. Tingginya nilai
ROA dan ROE tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Tabel 1.1
Perkembangan Variabel dari Tahun 2009-2014.
Variabel 2009 2010 2011 2012 2013 2014
VACA 0,313 0,297 0,291 0,285 1,292 0,261
VAHU 4,429 4,029 4,465 4,212 3,729 3,593
STVA 0,658 0,668 0,669 0,685 0,641 0,637
ROA 0,1450 0,1369 0.1575 0,1411 0,1149 0.1097
ROE 0.2966 0,2857 0,3217 0,3021 0,2781 0,2573
-
8
PBV 4,723 5,772 4,918 5,124 5,407 5,385
PER 18,562 23,648 14,765 16,244 16,942 18,190
Sumber: BEI 2009-2014, data diolah sendiri
Berdasarkan tabel 1.1 tersebut dapat diketahui bahwa variabel VACA
mengalami penurunan dari tahun 2009-2012, kemudian pada tahun 2012-
2013 VACA mengalami kenaikan. Hal tersebut sedikit berbeda dengan
variabel STVA yang mengalami peningkatan pada tahun 2009-2012,
kemudian mengalami penurunan pada tahun 2013-2014. Nilai variabel ROA
mengalami penurunan pada tahun 2012-2014, hal tersebut juga dialami pada
variabel ROE yang mengalami penurunan pada tahun yang sama. Variabel
VAHU mengalami kenaikan dan penurunan pada tahun 2009-2014. Pada
variabel PBV terdapat kenaikan dari tahun 2011-2013, hal tersebut juga
dialami pada variabel PER yang mengalami kenaikan dari tahun 2011-2014.
Value Added Capital Employed (VACA) merupakan kemampuan
perusahaan dalam mengelola sumber daya berupa capital asset yang jika
dikelola dengan baik dapat menambah nilai perusahaan (Pramelasari, 2010).
Value Added Human Capital (VAHU) mengindikasikan kemampuan human
capital dalam menciptakan value added dalam perusahaan (Tan et.al, 2007).
Human capital merupakan individual knowledge stock suatu organisasi yang
tercermin dari karyawannya (Bontis et. Al., 1998). Structural Capital Value
Added (STVA) merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi proses
rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk
-
9
menghasilkan kinerja bisnis dan kinerja intelektual yang optimal secara
keselurahan (Dewi, 2011).
Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu
negara. Karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan
akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan
pastisipasi masyarakat dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan
pembangunan nasional. Selain itu, pasar modal juga merupakan representasi
untuk menilai kondisi perusahaan-perusahaan di suatu negara. Karena hampir
semua industri di suatu negara terwakili oleh pasar modal. Pasar modal yang
sedang mengalami peningkatan atau mengalami penurunan terlihat dari naik
turunnya harga-harga saham yang tercatat dan tercermin melalui suatu
pergerakan indeks atau lebih dikenal dengan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). IHSG merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja
gabungan seluruh saham (perusahaan/emiten) tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Pasar modal menjadi alternatif investasi bagi para investor selain
alternatif investasi lainya seperti menabung di bank, membeli emas, asuransi,
tanah, bangunan dan sebagainya. Sebagaimana dipahami pasar modal
merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
perdagangan efek yang diterbitkanya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek tersebut. Pasar modal bertindak sebagai penghubung
-
10
antara para investor dengan perusahaan ataupun insititusi pemerintah melalui
perdagangan sekuritas.
Bentuk sekuritas yang dikenal dan diperdagangkan di pasar modal adalah
saham. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah
perusahaan yang berbetuk Perseroan Terbatas (PT) atau emiten. Saham
tersebut menandakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik
sebagian dari perusahaan itu dan memiliki hak untuk ikut serta dalam setiap
pemgambilan keputusan di perusahaan
. Ada 2 keuntungan yang mungkin akan didapatkan investor apabila
berinvestasi dalam bentuk saham, pertama, investor dapat mendapatkan
capital gain. Capital gain adalah suatu keuntungan yang diperoleh dari
selisih harga saham pada saat investor membeli dengan pada saat invesor
menjual harga saham tersebut. Kedua, investor dapat memperoleh dividen.
Dividen adalah sebuah keuntungan yang didapatkan dari perusahaan tempat
dimana kita membeli saham tersebut. Namun pemberian dividen kepada para
pemegang saham tersebut, sifatnya tidak mutlak atau pasti, dikarenakan
tergantung dengan kebijakan serta keadaan yang sedang dialami oleh
perusahaan tersebut.
Membaiknya kondisi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)
mampu menarik kebali para investor untuk meramaikan perdagangan saham
di lantai bursa bahkan mampu menarik masyarakat umum untuk
menginvestasikan kelebihan dananya di pasar saham. Masyarakat umum
-
11
mulai sadar bahwa dengan berinvestasi di pasar saham jauh lebih
menguntungkan dibandingkan dengan hanya menyimpan dana mereka di
bank.
Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ 45 tahun 2009-2014. Peneliti
memilih indeks LQ 45 karena indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham pilihan
yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan serta memiliki likuiditas
tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar. Indeks LQ 45 berisi 45 saham yang
disesuaikan setiap enam bulan (awal bulan Februari dan Agustus). Indeks LQ
45 diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama likuiditas transaksi
adalah transaksi di pasar reguler. Indeks LQ 45 bertujuan untuk menyediakan
sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer
investasi, investor dan pemerhati pasar modal dalam memonitor pergerakan
harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan.
Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan pengaruh dari
intellectual capital terhadap nilai perusahaan dan kinerja keuangan.
Pramelasari, (2010) meneliti mengenai pengaruh intellectual capital terhadap
nilai perusahaan dan kinerja keuangan pada perusahaan yang listing di BEI
tahun 2004-2008. Hasil penelitian menunjukan bahwa VACA memiliki
pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan sedangkan dua komponen lain
yaitu VAHU dan STVA memiliki pengaruh positif. Berbeda dengan
-
12
penelitian yang dilakukan Harahap, (2014) yang menunjukan bahwa VACA
memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Penelitian Pramelasari, (2010) menemukan adanya pengaruh negatif
antara VAHU dengan kinerja keuangan perusahaan. sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Tan et.,al (2007) membuktikan bahwa VAHU
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.
Berdasarkan fenomena di atas serta hasil penelitian sebelumnya yang
tidak konsisten, maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Pada Indeks LQ 45 Periode 2009-2014)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah intellectual capital berpengaruh secara langsung terhadap
kinerja keuangan di perusahaan yang terdaftar di LQ 45?
2. Apakah kinerja keuangan berpengaruh secara langsung terhadap nilai
perusahaan di perusahaan yang terdaftar di LQ 45?
3. Apakah intelectual capital berpengaruh secara langsung terhadap nilai
perusahaan yang terdaftar di LQ 45?
4. Apakah intellectual capital berpengaruh secara tidak langsung terhadap
nilai perusahaan di perusahaan yang terdaftar di LQ 45?
-
13
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah disebutkan di atas,
maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah intellectual capital berpengaruh secara
langsung terhadap kinerja keuangan di perusahaan yang terdaftar di LQ
45.
2. Untuk mengetahui apakah kinerja keuangan berpengaruh secara langsung
terhadap nilai perusahaan di perusahaan yang terdaftar di LQ 45.
3. Untuk mengetahui apakah intelectual capital berpengaruh secara
langsung terhadap nilai perusahaan yang terdaftar di LQ 45.
4. Untuk mengetahui apakah intellectual capital berpengaruh secara tidak
langsung terhadap nilai perusahaan di perusahaan yang terdaftar di LQ
45.
D. Manfaat Penelitian
Ada beberapa pihak yang akan dapat memanfaatkan hasil dari penelitian
ini, diantaranya:
1. Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi peneliti untuk
menambah pengetahuan, khususnya pengetahuan yang sifatnya empiris
mengenai faktor-faktor penentu nilai perusahaan di LQ 45.
2. Manfaat Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penilitian diharapkan dapat menjadi referensi untuk para
peneliti selanjutnya, yang berminat untuk melakukan penelitian
-
14
mengenai pengaruh intellectual capital terhadap nilai perusahaan di LQ
45.
3. Manfaat Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber tambahan referensi
informasi kepada manajemen perusahaan sebagai bahan pertimbangan
dalam melakukan keputusan penerapan intellectual capital di perusahaan
untuk dapat menciptakan nilai perusahaan.
4. Manfaat Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dan dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan sebelum melakukan
investasi dengan mengukur kinerja intellectual capital yang selanjutnya
dapat digunakan untuk menilai perusahaan.
-
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
Dalam sub bab ini menjelaskan teori yang menjadi landasan penulis
dalam perumusan hipotesis dan hasil penelitian terdahulu yang menjadi
landasan penulis dalam merumuskan hipotesis.
1. Landasan Teori
Teori yang menjadi landasan penulis adalah stakeholder theory,
legitimacy theory, resourced based theory, intellectual capital, Value Added
Intelectual Coefficient (VAICᵀ ᴹ ), kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
a. Stakeholder Theory
Berdasarkan theory stakeholder, manajemen organisasi
diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh
stakeholder mereka dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas
tersebut kepada para stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa
seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang
bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka (sebagai
contoh melalui sponsorship, inisiatif pengamanan dan lain-lain),
bahkan ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi
tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung
memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup
organisasi (Deegan, 2004).
-
16
Lebih lanjut Deegan (2004) menyatakan bahwa teori
stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi
kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini menyatakan
bahwa organisasi akan memilih secara sukarela mengungkapkan
informasi tentang kinerja lingkungan, sosial dan intelektual mereka,
melebihi dan di atas permintaan wajibnya, untuk memenuhi
ekspektasi sesungguhnya atau diakui oleh stakeholder.
Tujuan utama dari theory stakeholder adalah untuk membantu
manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan
melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan
hubungan-hubungan di lingkungan perusahaaan mereka. Namun
demikian, tujuan yang lebih luas dari theory stakeholder adalah
untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari
dampak aktifitas-aktifitas mereka, dan meninimalkan kerugian-
kerugian bagi stakeholder.
b. Legitimacy Theory
Teori legitimasi berhubungan erat dengan theory stakeholder.
Teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi secara berkelanjutan
mencari cara untuk menjamin operasi mereka berada dalam batas
dan norma yang berlaku di masyarakat (Deegan, 2004). Menurut
Deegan (2004), dalam perspektif teori legitimasi, suatu perusahaan
akan secara sukarela melaporkan aktifitasnya jika manajemen
menganggap bahwa hal ini adalah yang diharapkan komunitas. Teori
-
17
legitimasi bergantung pada premis bahwa terdapat “kontrak sosial”
antara perusahaan dengan masyarakat di mana perusahaan tersebut
beroperasi. Kontrak sosial adalah suatu cara untuk menjelaskan
sejumlah besar harapan masyarakat tentang bagaimana seharusnya
organisasi melaksanakan operasinya, harapan sosial ini tidak tetap,
namun berubah seiring berjalannya waktu. Hal ini menuntut
perusahaan untuk responsif terhadap lingkungan di mana mereka
beroperasi (Deegan, 2004)
c. Resource Based Theory
Resources Based Theory (RBT) adalah suatu teori yang
membahas mengenai sumber daya yang dimiliki perusahaan dan
bagaimana perusahaan tersebut dapat mengolah dan
memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dengan baik
(Bontis, 2000). Teori ini menjelaskan bahwa kinerja perusahaan
yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan
yang efektif dan efisien dari aset berwujud maupun tak berwujud
yang dimiliki oleh perusahaan atau intellectual ability. RBT dapat
menjelaskan bahwa perusahaan dengan kemampuan mengelola
intellectual capital dengan maksimal dalam hal ini seluruh sumber
daya yang dimiliki perusahaan, baik karyawan (human capital), aset
fisik (physical capital) maupun structural capital dapat menciptakan
nilai bagi perusahaan tersebut. Asumsi dari teori ini adalah
bagaimana perusahaan mendapatkan nilai tambah (value added)
-
18
dengan mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan
kemampuan perusahaan. penciptaan nilai tambah bagi perusahaan
akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
d. Intellectual capital
Menurut Bontis (1998) modal intelektual adalah
seperangkat tak berwujud (sumber daya, kemampuan dan
kompetensi) yang menggerakkan kinerja organisasi dan penciptaan
nilai.
Sangkala (2006) mendefinisikan Intellectual Capital sebagai
hasil dari proses transformasi pengetahuan atau pengetahuan itu
sendiri yang di transformasikan dalam aset yang bernilai bagi
perusahaan. Salah satu area yang menarik perhatian akademisi
maupun praktisi adalah terkait dengan kegunaan IC sebagai salah
satu alat untuk menentukan nilai perusahaan (Edvinsson dan Malone,
1997 dalam Ulum (2008)).
Bontis et al. (2000) menyatakan bahwa secara umum, para
peneliti mengidentifikasi tiga konstruk utama dari modal intelektual,
yaitu: Human Capital (HC), Structural Capital (SC), dan Customer
Capital (CC). Menurut Bontis et al. (2000), secara sederhana HC
merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang
direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi dari
-
19
genetic inheritance, education, experience, and attitude tentang
kehidupan dan bisnis.
Mengacu pada pandangan Bontis dalam Sanchez et.al., Cut
Zurnali (2008) mengemukakan bahwa modal intelektual dibentuk
dari sistem hubungan antar blok (system of inter-relational blocks),
sebagai berikut:
1) Modal Manusia (Human Capital)
Pengetahuan individual yang tak terlihat dari para
anggota yang dimiliki organisasi. Human capital ini
didefinisikan sebagai kombinasi dari pendidikan
(education), warisan genetik (genetic inheritance),
pengalaman dan sikap (experience and attitudes) terhadap
hidup dan pekerjaan. Ini diukur sebagai fungsi volume
(function of volume).
2) Modal Struktural (Structural Capital)
Pengetahuan tak terlihat yang merangkul organisasi
(tacit knowledge that embraces the organization). Ini
mengenal keberagaman yang sangat besar dari pemenuhan
hubungan untuk mengelola perusahaan dalam sebuah cara
yang terkoordinasi (a coordinated manner). Tanpa ini,
intellectual capital hanya merupakan human capital.
-
20
3) Modal Pelanggan (Customer Capital)
Pengetahuan yang komprehensif dalam bidang
pemasaran (marketing) dan hubungan dengan pelanggan
(customer relations). Hal ini mencakup pengembangan
pengetahuan mengenai pelanggan, pemasok dan asosiasi
industrial atau yang berkaitan dengan pemerintah. Customer
capital ini dapat diukur sebagai sebuah fungsi lamanya usia
perusahaan (function of longevity).
Namun, menurut Cut Zurnali (2008), modal intektual lebih dari
sekedar penjumlahan ketiga elemen ini. Hal ini berkaitan dengan
bagaimana membiarkan pengetahuan dari sebuah perusahaan bekerja dan
menciptakan nilai. Modal intelektual mampu menghasilkan peningkatan
nilai organisasi dan dimaksudkan untuk membolehkan perusahaan
mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada lebih baik dari yang
didapatkan para pesaing dan memberikan peningkatan penghasilan
dimasa depan.
Menurut Cut Zurnali, dalam kaitannya dengan organisasi publik
seperti instansi-instansi pemerintah dan universitas, maka komponen-
komponen yang tepat untuk mengukur modal intelektual adalah sebagai
berikut: Human Capital– the set of explicit and tacit knowledge of the
institutions’personnel acquired through formal and informal educational
and actualization processes embodied in their activities (seperangkat
pengetahuan yang terlihat dan tersembunyi yang didapat oleh personal
-
21
institusi melalui proses pendidikan formal dan informal yang diterapkan
dalam kegiatan-kegiatan mereka); Structural Capital – the explicit
knowledge related to the internal process of dissemination,
communication and management of scientific and technical knowledge in
the institution (can be both institutional and technological) (pengetahuan
yang terlihat yang berkaitan dengan proses internal dari penyebaran,
pengkomunikasian dan manajemen ilmiah dan pengetahuan teknis dalam
organisasi atau dapat dua-duanya yaitu keorganisasian dan teknologi);
dan Relational Capital – gathers the wide set of economical, political
and institutional relationships developed and maintained by institution
(perangkat yang luas secara ekonomi, politik dan hubungan institusional
yang dikembangkan dan dipelihara oleh institusi).
Sebagai tambahan, menurut Cut Zurnali (2008), organisasi-
organisasi publik mempunyai permintaan eksternal yang terus-menerus
untuk transparansi dan informasi yang lebih besar dalam hal penggunaan
dana publik. Dan dengan adanya otonomi daerah atau otonomi kampus,
tuntutan ini menjadi lebih besar lagi terhadap organisasi, manajemen dan
alokasi anggaran mereka. Situasi ini memerlukan sistem pelaporan dan
manajemen yang baru (new management and reporting systems).
Mengacu pada pendapat Elena (2004), Cut Zurnali (2008)
menjelaskan bahwa intellectual capital management dan knowledge
management menyediakan metodologi yang efisien untuk
mengidentifikasi, mengukur, mengelola dan menyebarkan pengetahuan,
-
22
inilah yang disebut dengan suatu cara yang pantas (a proper way) untuk
memperbaiki transparansi dan manajemen internal. Intellectual Capital
Management (ICM) dan Knowledge Management (KM) adalah
seperangkat kegiatan manajerial yang ditujukan pada pengidentifikasian
dan pemberian nilai asset-aset pengetahuan (knowledge assets)
organisasi. Pengaruh asset-aset ini melalui pembagian pengetahuan dan
menciptakan pengetahuan baru (Easterby-Smith and Lyles, 2003;
Holsapple, 2003).
Menurut Cut Zurnali (2008), sistem pelaporan dan manajemen baru
akan membolehkan organisasi berada dalam posisi menciptakan
transparansi dalam penggunaan dana publik, menjelaskan pencapaian
riset, pelatihan, inovasi dan manfaat lainnya kepada para stakeholder dan
mengilustrasikan pengembangan aset tak terlihat.
Lebih lanjut Bontis et al. (2000) menyebutkan bahwa SC meliputi
seluruh non-human storehouses of knowledge dalam organisasi.
Termasuk dalam hal ini adalah database, organizational charts, process
manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai
perusahaan lebih besar dari nilai materialnya. Customer Capital (CC)
merupakan pengetahuan yang melekat dalam marketing channels dan
customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkan hal
tersebut melalui proses berbisnis (Bontis et al., 2000).
-
23
Ulrich (1998) dan Nasih (2012) memberikan lima alasan mengapa
modal intelektual merupakan isu dan aset penting bagi perusahaan, yakni :
a) Modal intelektual merupakan satu-satunya kekayaan perusahaan
yang bernilai (appreciable). Aset lain seperti bangunan, pabrik,
peralatan, mesin, dan sebagaimana harus didepresiasi begitu aset
tersebut digunakan, sedangkan modal intelektual justru bertambah
begitu digunakan.
b) Pekerjaan yang berhubungan dengan pengetahuan semakin
bertambah jumlahnya. Hal tersebut diindikasikan oleh semakin
banyaknya lapangan kerja yang muncul dari sektor jasa.
Perekonomian jasa tumbuh pesat secara langsung dalam industri
jasa seperti ritel, investasi, informasi, pendidikan, konsultasi, dan
hiburan; serta secara tidak langsung dalam industri manufaktur
tradisional seperti otomotif, barang dalam kemasan, dan peralatan
instalasi. Pada umumnya jasa bertumpu pada jalinan relasi yang
didasari kompetensi dan komitmen individu. Oleh sebab itu, arti
penting modal intelektual semakin meningkat seiring dengan
pertumbuhan perekonomian jasa.
c) Personil dengan modal intelektual tinggi menjadi volunteer,
karena sebagai yang terbaik memiliki peluang besar untuk
mencari kesempatan kerja di sejumlah perusahaan (Drucker,
1997). Bukan berarti mereka bersedia bekerja secara cuma-cuma
-
24
(tanpa bayaran), namun mereka memiliki banyak pilihan tempat
bekerja sehingga mereka menjadi volunteer di perusahaan
tertentu. Komitmen para volunteer cenderung terbentuk karena
ikatan emosional mereka pada suatu perusahaan. Mereka lebih
tertarik pada aspek makna dan tantangan pekerjaan daripada
imbalan finansial. Para karyawan yang memiliki mind-set seperti
umumnya lebih cenderung berpindah ke perusahaan lain.
d) Intensitas persaingan dan maraknya kebijakan downsizing serta
delayering menyebabkan tuntutan, tekanan, dan stres kerja
meningkat drastis. Bila hal itu tidak diimbangi dengan perbaikan
kualitas kehidupan kerja, maka akan banyak karyawan berbakat
dan berpotensi tinggi yang tidak betah dan memilih untuk pindah
perusahaan.
e) Sebagian besar investasi pada modal intelektual yang dilakukan
saat ini salah fokus. Di bawah corporate citizenship, banyak
eksekutif senior yang membicarakan isu-isu pekerjaan dan
keluarga. Program semacam itu menyiratkan bahwa setelah
semua urusan bisnis dirampungkan, barulah disediakan waktu
untuk keperluan citizenship karyawan. Padahal, modal intelektual
menentukan keberhasilan atau kegagalan perusahaan.
-
25
1) Pengukuran Intellectual Capital
Metode pengukuran intellectual capital dapat dikelompokkan ke
dalam dua kategori, yaitu: pengukuran non moneter dan pengukuran
moneter (Tan et al., 2007). Hartono (2001) menguraikan beberapa
keunggulan menggunakan pengukuran non moneter dalam mengukur
intangible assets perusahaan. keunggulan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Pengukuran secara non moneter akan mudah menunjukan unsur-
unsur yang membangun intellectual capital dalam perusahaan,
sedangkan secara moneter hal itu akan sulit dilakukan.
b) Pengaruh internal development dalam pembentukan intellectual
capital tidak dapat diukur dengan pengukuran atribut moneter.
c) Pengkapitalisasian biaya menjadi aset akan mengakibatkan
adanya manipulasi terhadap laba.
Luthy (1998) mengelompokkan metode pengukuran intellectual
capital ke dalam dua kelompok besar, yaitu: metode yang dilakukan
dengan component by component evaluation dan metode pengukuran
yang dilakukan dengan mengukur nilai intelectual assets dalam istilah
keuangan pada tingkat organisasi tanpa mengacu pada komponen-
komponen individual intellectual capital.
Luthy (1998) mengungkapkan bahwa dalam metode component by
component evaluation terdapat dua cara yang digunakan untuk
mengklasifikasikan komponen-komponen intellectual capital, yaitu
-
26
model Edvinsson/Malone yang merupakan dasar dari pendekatan
Skandia “Navigator”. Pendekatan ini telah diilustrasikan dan
dipublikasikan dalam suplemen laporan tahunan Skandia kepada para
pemegang saham. Model Brooking yang menjadi dasar “Dream Ticket”
dan pendekatan target yang diilustrasikan sebagai bagian dari audit
intellectual capital. Sedangkan dalam metode pengukuran dengan
menggunakan dasar keuangan pada tingkatan perusahaan (luthy, 1998)
menganjurkan penggunaan metode Market to Book Value, Tobin’s “Q”
dan Calculated Intangible Value.
Seiring dengan semakin banyak riset terhadap metode pengukuran
Intellectual capital, (Sveiby, 2001) mencoba mengklasifikasikan 21
metode pengukuran yang ada ke dalam empat kelompok besar. Keempat
kelompok itu adalah sebagai berikut (Luthy, 1998):
a) Direct Intellectual capital Methods (DIC)
Estimasi nilai dolar dari aset tidak berwujud dilakukan dengan
cara mengidentifikasi komponen-komponen yang bervariasi. Sekali
komponen-komponen ini dapat diidentifikasikan, komponen-
komponen tersebut langsung dapat dievaluasi baik sscara individu
maupun sebagai suatu koefisien agregat (aggregat coefficient).
-
27
b) Market Capitalization Methods (MCM)
Perhitungan terhadap perbedaan antara kapitalisasi pasar
perusahaan dengan ekuitas pemegang sahamnya sebagai nilai dari
intellectual capital atau intangible assets perusahaan.
c) Return On Assets (ROA)
Rata-rata laba sebelum pajak dalam suatu periode dibagi dengan
nilai aset berwujud. Hasil dari pembagian ini merupakan retun on
assets perusahaan yang dapat dibandingkan dengan rata-rata industri.
d) Scorecard Methods (SC)
Komponen-komponen dari aset tidak berwujud atau intellectual
capital diidentifikasikan. Dan indikator-indikator yang ada
dilaporkan dalam bentuk scorecards atau grafik. Metode scorecard
ini hampir sama dengan metode direct intellectual capital yang
mengharapkan tidak ada estimasi yang dibuat dari nilai dollar asset
tidak berwujud.
Metode-metode ini memiliki manfaat sebagai berikut (Sveiby,
2001):
1) Metode-metode yang menawarkan penilaian dalam dolar seperti
return on asset dan market capitalization method digunakan
dalam situasi merger, akuisisi dan penilaian harga pasar saham.
Metode ini juga dapat digunakan untuk membandingkan
perusahaan yang berada dalam industri yang sama. Metode ini
juga sangat tepat untuk mengilustrasikan nilai keuangan aset
-
28
tidak berwujud. Metode ini telah mengalami pembuktian yang
cukup lama dalam bidang akuntansi sehingga mudah
dikomunikasikan di antara para praktisi akuntansi. Kelemahan
metode ini adalah perubahan segala sesuatu ke dalam nilai uang
akan memberi kedangkalan makna (Sawarjuwono dan Kadir,
2003)
2) Manfaat direct intellectual capital dan metode scorecard adalah
kemampuannya untuk menghasilkan gambaran yang lebih
komprehensif dari kondisi kesehatan setiap level organisasi.
Metode-metode ini lebih menggambarkan kejadian yang
sebenarnya dan pelaporan dapat lebih cepat dan lebih akurat
pada pengukuran keuangan. Metode-metode ini sangat berguna
bagi organisasi non laba, departemen internal, organisasi sektor
publik dan untuk tujuan yang berhubungan dengan kegiatan
sosial maupun lingkungan. Kelemahan metode ini terletak pada
indikator-indikator yang bersidat kontekstual dan harus sesuai
untuk setiap organisasi dan setiap tujuan, di mana
perbandingannya sangat sulit (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).
Metode-metode ini masih baru sehingga tidaklah mudah untuk
diterima oleh para manajer yang biasa melihat segala sesuatu
dari perspektif keuangan.
Tidak satupun metode yang dapat memenuhi semua tujuan yang
diinginkan, sehingga salah satu metode harus dipilih untuk memenuhi
-
29
satu tujuan dengan satu situasi dan audience yang berbeda.
Pengelompokkan yang lainya dilakukan terhadap metode pengukuran
intellectual capital (Luu et al., 2001) dari Australia. Mereka
mengelompokan intellectual capital ke dalam dua kelompok, yaitu
external measures dan internal measures.
Suatu metode dikelompokkan ke dalam pengukuran internal, karena
pengukuran dan pelaporan terhadap aktiva tidak berwujud. Dengan
metode ini ditujukan untuk memperbaiki manajemen dalam hal
pengambilan keputusan bisnis. Fokus lebih pada penganggaran, training
dan sumber daya manusia. Metode-metode yang dikelompokkan ke
dalam kelompok ini adalah human resources accounting, the intangible
aseet monitor, the skandia navigator, dan balance scorecards.
Sedangkan metode yang dikelompokkan ke dalam pengukuran eksternal
merupakan metode yang menilai bagaimana pengaruh aktiva tidak
berwujud terhadap kinerja perusahaan yang merupakan faktor utama
penyebab perbedaan yang sangat besar antara nilai pasar dan nilai buku
perusahaan yang ada pada pasar modal. Metode-metode yang
dikelompokkan dalam kelompok ini adalah market to book value, tobin’s
“Q”, calculated intangible value, dan pendekatan yang baru yaitu real
option-based approach.
-
30
Tabel 2.1 Metode Pengukuran Intellectual Capital
LABEL PENGANJUR
UTAMA
KATEGORI DESKRIPSI
PENGUKURAN
Technology
Broker
Brooking
(1996)
Direct
Intellectual
capital Methods
(DIC)
Nilai intellectual capital
suatu perusahaan ditaksir
berdasarkan pada analisis
diagnostik dari respon
perusahaan terhadap 20
pertanyaan yang meliputi
empat komponen utama
intellectual capital.
Citation-
Weighted
Patents
Bontis (1996) Direct
Intellectual
capital Methods
(DIC)
Faktor teknologi dihitung
berdasarkan pada
pengembangan paten oleh
perusahaan. intellectual
capital dan kinerjanya diukur
berdasarkan pada upaya
pengembangan riset atas
serangkaian indeks, seperti
jumlah paten dan biaya paten
terhadap perputaran
penjualan, yang menjelaskan
paten perusahaan
Inclusive
Valuation
Methodology
(IVM)
Mc Pherson
(1998)
Direct
Intellectual
capital Methods
(DIC)
Menggunakan hirarki dari
weighted indicator yang
dikombinasikan, dan fokus
pada nilai relatif daripada
nilai absolut. Kombinasi
value added = monetary
value added dikombinasikan
dengan intangible value
added
The Value
Explorerᵀ ᴹ Andriessen &
Tiessen (2000)
Direct
Intellectual
capital Methods
(DIC)
Metodologi akuntansi
diajukan oleh KMPG untuk
menghitung dan
mengalokasikan nilai kepada
lima jenis intangible:
1)Assets and endowments,
2)Skills & tacit knowledge,
3)Collective value & norm,
4)Technology dan explicit
knowledge, 5)Management
-
31
process
Intelectual
Asset
Valuation
Sullivan
(2000)
Direct
Intellectual
capital Methods
(DIC)
Metode untuk menaksir nilai
dari intelectual property.
Total Value
Creation,
TVCᵀ ᴹ
Anderson &
Mclean (2000)
Direct
Intellectual
capital Methods
(DIC)
Suatu proyek inisiatif oleh
canadian institute of
chartered accountants. TVC
menggunakan discounted
arus kas diproyeksikan untuk
menguji kembali bagaimana
peristiwa mempengaruhi
aktivitas yang direncanakan.
Accounting
for the
Future
(AFTF)
Nash H.
(1998)
Direct
Intellectual
capital Methods
(DIC)
Suatu sistem dari projected
discounted cash-flows.
Perbedaan antara AFTF pada
akhir dan awal periode
adalah nilai tambah (value
added) selama periode
tersebut.
Tobin’s “Q” Stewart (1997)
Bontis (1999)
Market
Capitalization
Methods
(MCM)
“Q” adalah rasio dari nilai
pasar saham perusahaan
dibagi dengan biaya
pengganti (replacement cost)
aset. Perubahan pada “Q”
merupakan proksi untuk
pengukuran efektif tidaknya
kinerja intellectual capital
perusahaan.
Investor
Assigned
Market
Value
(IAMVᵀ ᴹ )
Standfield
(1998)
Market
Capitalization
Methods
(MCM)
Mengambil nilai
sesungguhnya perusahaan
untuk nilai pasar sahamnya
dan membaginya kepada
intangible capital + (Realized
IC + IC Erosion + SCA
(Sustanaible Competitive
Advantage)
Market to
Book Value
Stewart (1997)
Luthy (1998)
Market
Capitalization
Methods (MCM)
Nilai intellectual capital
diperhitungkan dari
perbedaan antara nilai pasar
saham (firm’s stock market
-
32
value) dan nilai buku
perusahaan (firm’s book
value)
Economic
Value Added
(EVAᵀ ᴹ )
Stewart (1997) Return On
Assets (ROA)
Dihitung dengan
menyesuaikan laba yang
diungkap perusahaan dengan
beban yang berhubungan
dengan intangible. Perubahan
dalam EVA merupakan
indikasi apakah intellectual
capital perusahaan produktif
atau tidak.
Human
Resources
Costing &
Accounting
(HRCA)
Johansson
(1996)
Return On
Assets (ROA)
Menghitung dampak
tersembunyi dari beban
terkait HR dengan penurunan
laba perusahaan. Penyesuaian
dibuat terhadap P&L.
Intellectual capital diukur
dengan menghitung
kontribusi human assets yang
dimiliki perusahaan dibagi
dengan pengeluaran gaji
yang dikapitalisasi.
Calculated
Intangible
Value
Stewart (1997)
Luthy (1998)
Return On
Assets (ROA)
Mengkalkulasi kelebihan
return pada hard assets
kemudian menggunakan
figur ini sebagai dasar untuk
menentukan proporsi dari
return yang bisa dihubungkan
pada intangible assets.
Knowledge
Capial
Earnings
Lev (1999) Return On
Assets (ROA)
Knowledge capital earnings
dihitung sebagai porsi atas
kelebihan normalized
earnings dan tambahan
expected earnings yang bisa
dihubungkan kepada book
assets.
Value Added
Intelectual
Coefficient
(VAICᵀ ᴹ )
Pulic (1997) Return On
Assets (ROA) –
(tidak cukup
memenuhi salah
satu kategori)
Mengukur seberapa dan
bagaimana efisiensi
intellectual capital dan
capital employed
menciptakan nilai yang
-
33
berdasar pada hubungan tiga
komponen utama, yaitu: 1)
Capital employed. 2) Human
capital, 3) Structural capital.
Human
Capital
Intelligence
Jac Fitz-Enz
(1994)
Scorecard
Methods (SC)
Perangkat indikator human
capital dikumpulkan dan di
benchmark terhadap
database. Mirip seperti
HTCA.
Skandia
Navigatorᵀᴹ
Edvinsson and
Malone (1997)
Scorecard
Methods (SC)
Intellectual capital diukur
melalui analisis 164 ukuran
metrik (91 berbasis
intelektual dan 73 tradisional
metrik) yang mencakup lima
komponen: 1) Keuangan, 2)
Pelanggan, 3) Proses, 4)
Pembaruan dan
pengembangan; dan
5)Manusia.
Value Chain
Scoreboardᵀᴹ
Lev B. (2002) Scorecards
Methods (SC)
Suatu matrik dari indikator
non-keuangan yang disusun
tiga kategori menurut siklus
pengembangan;
perolehan/pembelajaran,
implementasi, komersialisasi.
IC Indexᵀ ᴹ Roos, Dragonetti and
Edvinsson
(1997)
Scorecard
Methods (SC)
Mengkonsolidasikan seluruh
indikator individual yang
mempresentasikan
intellectual property dan
komponen-komponen kepada
satu indeks. Perubahan pada
indeks kemudian
dihubungkan dengan
perubahan di dalam penilaian
pasar perusahaan.
Intangible
Asset
Monitor
Sveiby (1997) Scorecards
Methods (SC)
Manajemen memilih
indikator, berdasarkan pada
tujuan stratejik perusahaan,
untuk mengukur empat aspek
dari penciptaan nilai dari aset
tidak berwujud. Melalui: 1)
Pertumbuhan, 2) Pembaruan,
-
34
3) Utilisasi/efisiensi, dan 4)
Pengurangan risiko/stabilitas.
Balance
Scorecard
Kaplan and
Nornton
(1992)
Scorecards
Methods (SC)
Kinerja perusahaan diukur
dengan indikator-indikator
yang meliputi empat
perspektif, yaitu: 1)
Financial perspective, 2)
Customer perspective, 3)
Internal process perspective,
dan 4) Learning Perspective.
Sumber: Sveiby (2001)
e. Value Added Intelectual Coefficient (VAICTM
)
Metode VAICTM
dikembangkan oleh Pulic (1998), didesain
untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari
aset berwujud (tangible assets) dan aset tidak berwujud (intangible
assets) yang dimiliki perusahaan. VAICᵀ ᴹ merupakan instrumen
untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. pendekatan
ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan, karena
dikontruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan
(neraca, laba rugi).
Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk
menciptakan value added. Value Added (VA) adalah indikator paling
objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation). VA
dihitung sebagai selisih antara output dan input.
Output mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh
produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input mencakup
-
35
seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Hal
penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour
expenses) tidak termasuk di dalam input. Karena peran aktifnya
dalam proses value creation, intelectual potential (yang
direpresentasikan dengan labour expenses) tidak dihitung sebagai
biaya (cost) dan tidak masuk dalam komponen input. Karena itu,
aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja
sebagai entitas penciptaan nilai (value creating entity).
VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC) dan
Structural Capital (SC). Hubungan lainya dari VA adalah Capital
Employed (CE), yang dalam hal ini dilabeli dengan VACA. VACA
adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari
physical capital. Pulic mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE
menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang
lain, berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE
(dana yang tersedia).
Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC. Value Added Human
Capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan
dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. VAHU
mengindikasikan kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai
dalam perusahaan (Tan et al., 2007).
-
36
Hubungan yang ketiga adalah Structural Capital Value Added
(STVA) yang menunjukkan kontribusi Structural Capital (SC)
dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang
dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA, dan merupakan
indikasi bagaimana kontribusi SC dalam penciptaan nilai. SC
bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, ia dependen
terhadap value creation (Pulic, 1999). Artinya semakin besar
kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil
kontribusi SC dalam hal tersebut. SC adalah VA dikurangi HC.
Koefisien yang telah dihitung sebelumnya akan dijumlahkan dan
hasil penjumlahan tersebut diformulasikan dalam indikator yang
baru yaitu VAIC.
Rasio terakhir adalah menghitung kemampuan intelektual
perusahaan dengan menjumlahkan koefisien-koefisien yang telah
dihitung sebelumnya. Hasil penjumlahan tersebut diformulasikan
dalam indikator baru yang unik, yaitu VAICTM
(Tan et al., 2007).
Secara lebih ringkas, formulasi dan tahapan perhitungan
VAICᵀ ᴹ adalah sebagai berikut:
Tahap Pertama: Menghitung Value Added (VA)
Va dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic,
1999).
VA = OUT – IN
-
37
Di mana:
a. OUT = Output : total penjualan dan pendapatan
b. IN = Input : beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban
karyawan).
Tahap Kedua: Menghitung Value Added Capital Empoyed
(VACA)
VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu
unit dari physical capital. Rasio ini menunjukan kontribusi yang
dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi.
VACA = VA/CE
Di mana:
a. VACA = Value Added Capital Employed : rasio dari VA terhadap
CE.
b. VA = Value Added
c. CE = Capital Employed : dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih)
Tahap Ketiga: Menghitung Value Added Human Capital
(VAHU)
VAHU menujukan berapa banyak VA yang dapat dihasilkan
dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini
menunjukan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan dalam HC terhadap value added organisasi.
-
38
VAHU = VA/HC
Di mana:
a. VAHU = Value Added Human Capital : rasio dari VA terhadap HC.
b. VA = Value Added
c. HC = Human Capital : beban karyawan.
Tahap Keempat: Menghitung Structural Capital Value Added
(STVA)
Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 rupiah dari Va dan merupakan indikasi bagaimana
keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.
STVA = SC/VA
Di mana:
a. STVA = Structural Capital Value Added : rasio dari SC terhadap
VA.
b. SC = Structural Capital : VA - HC
c. VA = Value Added
Tahap Kelima: Menghitung Value Added Intelectual Coefficient
(VAICTM
)
VAICTM
mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi
yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance
Indicator). VAICTM
merupakan penjumlahan dari 3 komponen
sebelumnya yaitu: VACA, VAHU, dan STVA.
-
39
VAICTM
= VACA + VAHU + STVA
Keunggulan metode VAICTM
adalah karena data yang dibutuhkan relatif
mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan. Data yang
dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka
keuangan yang standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan
perusahaan. Alternatif pengukuran IC lainnya terbatas hanya menghasilkan
indikator keuangan dan non-keuangan yang unik yang hanya untuk
melengkapi profil suatu perusahaan secara individu. Indikator-indikator
tersebut, khususnya indikator non-keuangan, tidak tersedia atau tidak tercatat
oleh perusahaan yang lain (Tan et al., 2007). Konsekuensinya, kemampuan
untuk menerapkan pengukuran IC alternatif tersebut secara konsisten
terhadap sampel yang besar dan terdivesifikasi menjadi terbatas (Firer dan
Williams, 2003).
f. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan sebuah tampilan yang
memberikan informasi terkait keadaan dan kondisi keuangan suatu
perusahaan dalam periode tertentu atau dalam kurun waktu tertentu.
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam
kegiatan operasi merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi
perusahaan, dan laba menjadi indikator kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban kepada kreditur dan investor, serta
merupakan bagian dalam proses penciptaan nilai perusahaan
-
40
berkaitan dengan prospek perusahaan di masa depan (Suhendah,
2012).
Analisis kinerja keuangan perusahaan pada umumnya dilakukan
dengan menganalisis laporan keuangan, yang mencakup
perbandingan kinerja keuangan dengan perusahaan lain dalam
industri yang sama dan mengevaluasi kecenderungan posisi
keuangan perusahaan sepanjang waktu (Moeljadi, 2006). Terdapat
beberapa teknik analisis yang dapat digunakan untuk menilai kinerja
perusahaan, namun yang paling sering digunakan ialah analisis rasio.
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainya
yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio
keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainya.
Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat
hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkanya dengan rasio
lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan
penilaian. Analisis rasio tersebut akan memberikan gambaran atau
pengukuran relatif dari operasi perusahaan. Rasio-rasio tersebut
adalah:
-
41
1) Rasio likuiditas
Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai
kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban
finansialnya pada saat jatuh tempo. Kewajiban tersebut
merupakan kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang
sudah segera jatuh tempo.
2) Rasio Solvabilitas
Solvabilitas merupakan istilah yang digunakan oleh
perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam
memenuhi seluruh kewajiban finansialnya apabila perusahaan
dilikuidasi. Secara umum solvabilitas dapat dihitung dengan
membagi total aset dengan total utang.
3) Rasio Aktivitas
Rasio-rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa
efektif perusahaan mengelola aset. Rasio-rasio tersebut juga
dirancang untuk menjawab pertanyaan apakah total jumlah
setiap jenis aset yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan
sudah wajar, terlalu tinggi atau terlalu rendah jika dibandingkan
dengan tingkat penjualan yang diproyeksikan, perhitungan rasio
aktivitas dapat menjawab pertanyaan tersebut.
4) Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan
dan keputusan manajemen. Oleh karena itu, rasio ini
-
42
menggambarkan hasil akhir dari kebijakan dan keputusan-
keputusan operasional perusahaan. Secara umum, rasio
profitabilitas dihitung dengan membagi laba dengan modal.
Rasio profitabilitas juga menunjukan pengaruh gabungan dari
likuiditas, aset dan utang terhadap hasil operasi.
5) Rasio Nilai Pasar
Rasio nilai pasar (market value creation), menghubungkan
harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham.
Rasio tersebut memberikan petunjuk mengenai apa yang
dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta
prospeknya di masa yang akan datang.
Pengukuran terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan rasio profitabilatas, rasio
profitabilitas yang juga sering disebut rasio rentabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan, dan sumber daya yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba disebut juga operating ratio (Sofyan Syarif
Harahap, 2010).
Profitabilitas merupakan ukuran serta informasi penting yang
akan mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan. Dari
-
43
sudut pandang investor, profitabilitas menjadi indikator penting
untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang, dengan
melihat perkembangan pertumbuhan profitabiltas perusahaan. Ada 2
rasio profitabilitas yang digunakan untuk dalam penelitian yaitu
ROA (Return On Asset) dan ROE (Return On Equity). ROA adalah
profitabilitas kunci yang mengukur jumlah profit yang diperoleh tiap
rupiah aset yang dimiliki perusahaan. ROA memperlihatkan
kemampuan perusahaan dalam melakukan efisiensi penggunaan
total aset untuk operasional perusahaan (Chen et.al.,2005). ROE
mengukur seberapa banyak keuntungan sebuah perusahaan dapat
dihasilkan untuk setiap rupiah dari modal pemegang saham. ROE
yang lebih tinggi melebihi biaya modal yang digunakan, itu berarti
perusahaan telah efisien dalam menggunakan modal sendiri,
sehingga laba yang dihasilkan mengalami peningkatan dari tahun-
tahun sebelumnya (Angkoso, 2006).
Meningkatkan kinerja keuangan merupakan salah satu strategi
perusahaan dalam mencapai tujuan meningkatkan nilai perusahaan.
Bagi perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan dapat membuat
saham perusahaan terlihat menarik bagi investor. Jika kinerja
keuangan menunjukkan prospek yang baik, maka saham akan
diminati oleh investor dan berpengaruh pada harga jual saham
tersebut. Biasanya investor melakukan peninjauan dengan melihat
rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi. Pemanfaatan seluruh
-
44
aset (intellectual capital) perusahaan akan meningkatkan nilai
tambah perusahaan. Adanya rasio ini akan mempererat hubungan
antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
g. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan adalah nilai pasar dari utang dan ekuitas
perusahaan (Arthur J.Keown et.al, 2010) nilai perusahaan
merupakan pandangan investor atau pasar terhadap sebuah
perusahaan yang kerap tercermin dari harga sahamnya, atau dengan
kata lain sebuah perusahaan dengan harga saham yang tinggi
merupakan sebuah perusahaan yang memiliki nilai baik bagi
investor.
Masalahnya adalah bahwa indikator tradisional tentang
keberhasilan bisnis, seperti peningkatan pendapatan, arus kas, laba,
penguasaan pasar, dan kempemimpinan teknologi sesungguhnya
tidak mampu menyediakan informasi apakah perusahaan benar-
benar menciptakan nilai bagi pemilik dan pemegang saham atau
belum. Hanya ketika suatu perusahaan mampu menghasilkan sesuatu
yang lebih dari sumber daya yang diinvestasi, maka kita dapat
berbicara tentang penciptaan nilai. Dalam konteks ini, kepentingan
utama semua stakeholders adalah bahwa strategi bisnis diarahkan
pada pencapaian tujuan tersebut (value creation) dan bahwa sistem
pengukuran mencerminkan kemampuan manajemen untuk mencapai
-
45
tujuan tersebut. Bagaimanapun, meningkatnya tekanan dan tanggung
jawab terhadap pemegang saham dan karyawan menyiratkan
perhatian kepada penciptaan nilai (value creation) sebagai suatu
ukuran baru tentang keberhasilan bisnis (riset yang dilakukan di
pasar modal membuktikan bahwa terdapat hubungan antara efisiensi
penciptaan nilai dan nilai pasar perusahaan). Tujuan akhirnya adalah
untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam jangka panjang,
yang hanya akan dapat dicapai dengan investasi pada sumber daya
intelektual (terutama pada human capital, yang merupakan faktor
kunci penciptaan nilai pada bisnis modern) dan peningkatan
mobilisasi dari potensi internal perusahaan, terutama adalah
intangible (Ulum, 2009).
Premis kunci untuk penciptaan nilai perusahaan adalah bahwa
semua kontribusi terhadap penciptaan nilai (value creation) namun
juga pembinasaan nilai (value destruction) dapat diukur tampa
kerancuan, yang sering kali memerlukan skema organisasi dan
indeks-indeks baru. Sebagai tambahan, proses perencanaan dan
pengambilan keputusan harus difokuskan pada upaya penciptaan
nilai. Untuk efektifitas pengendalian biaya, maka manajemen
eksekutif perlu bersama-sama dengan manajemen puncak
mengidentifikasi berbagai kemungkinan untuk terus meningkatkan
efisiensi penciptaan nilai. Melalui proses ini, semua potensial
inteketual yang berada di dalam perusahaan dapat dimoblisasi untuk
-
46
tujuan pencapaian nilai maksimum (baik untuk pemegang saham
maupun karyawan).
Teori modern mendefinisikan aktiva bisnis sebagai nilai tambah
(value added) dan kekayaan, yang jauh lebih kompleks daripada
sebelumnya. Untuk tujuan penciptaan laba, adalah penting
membangun hubungan dengan pelanggan ke tingkatan paling tinggi.
Lebih dari itu, adalah penting untuk menyadari bahwa format yang
terukur/berwujud (tangible form) dari penciptaan nilai (seperti:
pendapatan, nilai tambah) adalah tergantung pada format yang tidak
terwujud (intangible form) dari penciptaan nilai (seperti: peningkatan
waktu dan efektivitas komunikasi, hubungan yang lebih baik dengan
pelanggan, membangun dan mempertahankan reputasi). Kunci untuk
sukses adalah dalam penciptaan sebab akibat hubungan antara dua
format penciptaan nilai (tangible dan intangible form). Harus
dikatakan bahwa salah satu tantangan utama bagi manajemen adalah
menciptakan kondisi yang akan membuka peluang generasi sukses
nilai intangible (seperti: pengetahuan layanan, pengalaman,
keuntungan, kecepatan, kualitas, kesan) dan transformasinya kepada
format tangible (seperti: pendapatan, laba, nilai tambah, pangsa
pasar, nilai pasar). Manajemen penciptaan nilai yang sistematik
didasarkan pada premis bahwa konsep ini melekat di dalam
perusahaan sebagai tujuan akhir bisnis. Penting untuk dipastikan
bahwa konsep “hidup” di semua tingkatan bisnis, pada aktifitas hari
-
47
ke hari, dirangsang, dihargai, diukur dan dikomunikasikan (Ulum,
2009)
Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan
Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER). PBV
merupakan perbandingan dari harga suatu saham dengan nilai buku.
PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek
perusahaan ke depan. PBV juga dapat menunjukan seberapa jauh
sebuah perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan dengan
jumlah modal yang diinvestasikan oleh perusahaan. Perusahaan yang
baik memiliki PBV diatas 1, semakin tinggi PBV mencerminkan
harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku per lembar saham.
Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan dalam
menciptakan nilai bagi para pemegang sahamnya (Simanungkalit,
2015). Sedangkan PER adalah perbandingan antara harga saham per
lembar dengan laba bersih per saham. Kegunaan PER adalah untuk
melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang
dincerminkan oleh earning per share nya. PER menunjukan
hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per share.
Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham
tersebut akan semkin mahal terhadap pendapatan bersih per
sahamnya. Angka rasio ini biasa digunakan investor untuk
memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dimasa yang akan datang (Prastowo, 2002).
-
48
2. Penelitian Terdahulu
Sunarsih dan Mendra, (2012) meneliti tentang hubungan antara
modal intelektual dengan nilai perusahaan. Dimana variabel
independennya terdiri dari Value added Capital Employed (VACA),
Value added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value added
(STVA). Variabel dependennya adalah nilai perusahaan