ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO...

133
ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), NILAI TUKAR RUPIAH (KURS), INFLASI, DAN BI RATE TERHADAP NON PERFORMING FINANCING (NPF) SEKTOR UKM PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (Periode Tahun 2012-2015) Oleh : Henry Fajarianto NIM :109081000157 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016 M

Transcript of ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO...

Page 1: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), NILAI

TUKAR RUPIAH (KURS), INFLASI, DAN BI RATE TERHADAP NON

PERFORMING FINANCING (NPF) SEKTOR UKM PADA PERBANKAN

SYARIAH DI INDONESIA

(Periode Tahun 2012-2015)

Oleh :

Henry Fajarianto

NIM :109081000157

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H / 2016 M

Page 2: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan
Page 3: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan
Page 4: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan
Page 5: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan
Page 6: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(Curriculum Vitae)

Data Pribadi

Nama Lengkap : Henry Fajarianto

Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 1 November 1991

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat :

Telepon : 087885044520

Email : [email protected]

Pendidikan Formal

1997-2003 : SD Swasta Pelita

2003-2006 : SMP Negeri 41 Jakarta

2006-2009 : SMA Negeri 55 Jakarta

2009-2016 :

Pengalaman Organisasi

1. Anggota Kuliah Kerja Nyata Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Anggota Basket Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Anggota Basket SMAN 55 Jakarta

4. Anggota Basket SMAN 41 Jakarta

5. Anggota Pramuka SD Swasta Pelita Jakarta

Keahlian

Komputer : Microsoft Office, Adobe, Internet

Bahasa : Inggris

Jl. Musyawarah No.25 RT.02 RW.01

Kelurahan Ragunan. Kecamatan Pasar Minggu.

Jakarta Selatan. 12550

Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 7: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

vi

ABSTRACT

This study aimed to analyze the influence of variables FDR (Financing to

Deposit Ratio), exchange rate (exchange rate), inflation, and the BI Rate to financing

problems (NPF) SME sector in Islamic banking in Indonesia. By using time series

data for each month of the year January 2012 to December 2015. The analysis method

used in this research is multiple linear regression with SPSS version 23 software

applications and Microsoft Office Excel 2010 with statistical science approach to

financing problems of SME sector in Islamic banking the period 2012 to 2015.

The results showed that the variables FDR, exchange rates, inflation and the

central bank jointly Rates significant effect on the financing problems in the SME

sector. Partially exchange rates had no significant effect, while FDR, inflation, and Bi

Rate significant negative effect on financing problems of SME sector in Islamic

banking in Indonesia.

Keywords: FDR, Exchange Rate, Inflation, BI Rate, NPF SME sector

Page 8: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari variabel FDR

(Financing to Deposit Ratio), nilai tukar rupiah (kurs), inflasi, dan BI Rate terhadap

pembiayaan bermasalah (NPF) sektor UKM di perbankan syariah di Indonesia.

Dengan mengunakan data time series pada setiap bulannya dari tahun Januari 2012

sampai Desember 2015. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

regresi linier berganda dengan aplikasi software SPSS versi 23 dan Microsoft Office

Excel 2010 dengan pendekatan ilmu statistik terhadap pembiayaan bermasalah sektor

UKM pada perbankan syariah periode 2012 sampai dengan 2015.

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel FDR, kurs, inflasi dan BI Rates

secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan bermasalah di

sektor UKM. Secara parsial kurs tidak berpengaruh signifikan, sedangkan FDR, inflasi,

dan Bi Rate berpengaruh negatif signifikan terhadap pembiayaan bermasalah sektor

UKM pada perbankan syariah di Indonesia.

Kata Kunci : FDR, Kurs, Inflasi, BI Rate, NPF Sektor UKM

Page 9: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah banyak memberikan anugerah dan nikmatnya pada diri ini sehingga dalam

menjalani aktivitas dapat berjalan sesuai apa yang diharapkan dan skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Dan dengan kekuatan doa dan ijin dari Allah SWT,

akhirnya skripsi ini diberi kemudahan dan kelancaran dalam menyusunnya. Tak lupa

Shalawat dan Salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad Saw berserta

keluarga dan seluruh pengikutnya sepanjang masa.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Bisnis di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis

menyadari sepenuhnya penyusunan skripsi ini bukan merupakan satu hasil dari usaha

beberapa orang, karena manusia adalah makhluk sosial dimana keberhasilan manusia

tidak pernah lepas dari bantuan orang lain. Oleh karena itu dengan ketulusan dan

kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang telah memberikan

masukan yang berarti dalam proses penelitian, penyusunan, dan penyelesaian skripsi

ini. Untuk itu ucapan terima kasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada:

1. Teristimewa untuk kedua orang tua saya, Mommy Damayanti dan almarhum Papi

Steve Rompies, yang selalu mengawasi, mendukung, menjaga, menasehati,

menemani, menyayangi, merawat dan mendidik saya dengan penuh kasih sayang

tanpa kenal lelah dari saya lahir sampai sekarang ini, setiap hari doa-doanya selalu

Page 10: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

ix

mengiri langkah saya untuk meraih cita-cita yang saya impikan terimakasih

Mommy Papiku tersayang .

2. Kakak-kakaku yang tersayang, Mbok Indri Putrianti dan BigBro Bayu Adrianto,

almarhum eyang kakung, eyang uti, Caci, om Kris, mba Uwi, mas Guguh, mas

Aries, mba Ning, mas Toing, Rina, dan saudara-saudaraku tersayang lainnya yang

selalu memberi semangat, dukungan, doa, dan yang selalu menghibur,

menyemangati, menasehati, menjaga, mendukung, dan membantu saya selama ini.

3. Bapak Dr. M. Arif Mufraini, Lc., MA selaku dekan fakultas ekonomi dan bisnis,

Bapak Dr. Amilin, SE.Ak., M.Si selaku wakil dekan I fakultas Ekonomi dan

Bisnis, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, MH selaku wakil Dekan II fakultas

ekonomi dan bisnis, dan bapak Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA selaku wakil

dekan III fakultas ekonomi dan bisnis, yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Pak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku pembimbing I sebelumnya, saya akan ingat

terus perkataan bapak ketika sedang bimbingan skripsi selama ini. Mudah-

mudahan saya dapat mengamalkan sehingga ilmu tersebut dapat bermanfaat

selama hidup saya.

5. Bapak Adhitya Ginanjar, selaku pembimbing II dulu dan sebagai pembimbing I

saya sekarang yang telah memberikan bimbingan, arahan, perhatian, pengarahan,

motivasi, ilmu, serta saran dengan meluangkan waktu dan pikirannya untuk

mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Titi Warninda SE, M.Si selaku ketua jurusan manajemen, dan ibu Ir Ela

Patriana, MM selaku sekretaris jurusan manajemen, dan yang selalu

menyemangati dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Page 11: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

x

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan waktu dan

ilmunya yang bermanfaat bagi saya. Dan juga seluruh staff dan karyawan UIN

terutama jurusan ekonomi dan bisnis yang telah memberikan pelayanan yang

terbaik bagi setiap mahasiswa.

8. Terimakasih untuk teman – teman manajemen D yang telah memberikan semangat,

dukungan, bantuan, keceriaan, dan rasa persaudaraan yang indah, banyak

kenangan-kenangan bersama kalian yang tidak bisa saya lupakan.

9. Sahabat- sahabat seperjuangan saya sesama jurusan perbankan yang tidak dapat

satu persatu saya sebutkan namanya, namun tidak mengurangi rasa sayang dan

terima kasih saya.

10. Seluruh keluarga besar angkatan 2009, kenangan selama ini tidak akan terlupakan

oleh saya. Baik didalam kelas, saling bertukar pikiran dan saling mengeluarkan

pendapat suka maupun duka telah kita rasakan bersama dalam selama kuliah di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Ekonomi dan Bisnis. Penulis memohon

maaf sebesar-besarnya atas kesalahan penulis selama ini dan mengucapkan

terimakasih banyak kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan oleh

penulis.

Page 12: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................. ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ...................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... v

ABSTRACT ................................................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... . xi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... . xiv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. . xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... . xvi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 14

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 16

1. Tujuan Penelitian ................................................................. 16

2. Manfaat Penelitian .............................................................. 17

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. UKM........................................................................................... 18

1. Pengertian UKM................................................................... 18

2. Kriteria UKM........................................................................ 19

3. Karateristik UKM................................................................. 20

B. Bank Syariah............................................................................... 22

1. Pengertian Bank Syariah ...................................................... 22

2. Jenis-jenis Risiko Bank Syariah............................................ 23

C. Manajemen Risiko Pembiayaan.................................................. 27

1. Konsep dan Definisi.............................................................. 27

2. Ruang Lingkup Manajemen Risiko Pembiayaan................ 30

Page 13: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

xii

3. Tujuan Manajemen Risiko Pembiayaan ............................. 29

4. Kerangka Kerja Manajemen Risiko Pembiayaan................ 31

5. Fungsi Manajemen Risiko................................................... 32

D. Pembiayaan Bermasalah............................................................ 32

1. Konsep Pembiayaan Bermasalah ........................................ 32

2. Penyebab Pembiayaan Bermasalah...................................... 34

3. Dampak Pembiayaan Bermasalah ....................................... 35

E. Financing to Deposit Ratio ....................................................... 35

1. Definisi FDR........................................................................ 35

2. Penilaian Tingkat FDR......................................................... 35

3. Hubungan antara FDR terhadap NPF Perbankan

Syariah.................................................................................. 38

F. Nilai Tukar (Kurs)...................................................................... 39

1. Definisi................................................................................. 39

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurs.............................. 40

3. Hubungan Kurs dengan NPF Perbankan Syariah................. 42

G. Inflasi.......................................................................................... 43

1. Pengertian Inflasi................................................................. 43

2. Jenis-jenis Inflasi.................................................................. 44

3. Efek Buruk Inflasi................................................................ 45

4. Hubungan Inflasi dengan NPF............................................. 46

H. Tingkat Suku Bunga................................................................... 47

1. Konsep Tingkat Suku Bunga ............................................... 47

2. Faktor yang Mempengaruhi Kurs ........................................ 48

3. Hubungan BI Rate Terhadap Pembiayaan

Bermasalah........................................................................... 51

I. Penelitian Terdahulu .................................................................. 52

J. Kerangka Pemikiran ................................................................. 54

K. Hipotesis .................................................................................... 59

Page 14: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

xiii

BAB III. METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 62

B. Metode Penentuan Sampel ....................................................... 62

C. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 63

1. Data Sekunder .................................................................... 63

2. Metode Studi Pustaka ........................................................ 63

3. Internet .............................................................................. 63

D. Metode Analisis Data .............................................................. 64

E. Pengujian Hipotesis .................................................................. 69

1. Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ................................ 70

2. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) .................................... 71

3. Koefisien Determinasi ........................................................ 72

F. Definisi Operasional Variabel ................................................... 72

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................. 74

1. Sejarah dan Perkembangan Perbankan Syariah di

Indonesia.............................................................................. 74

B. Analisis dan Pembahasan .......................................................... 78

1. Analisis Deskriptif .............................................................. 78

2. Analisis Pengujian Statistik ................................................ 94

3. Pengujian Hipotesis ............................................................ 100

C. Intepretasi ................................................................................. 105

BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan .............................................................................. 109

B. Implikasi .................................................................................. 110

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 113

LAMPIRAN ............................................................................................. 116

Page 15: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

xiv

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

1.1 Data Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia................................ 3

1.2 Posisi Aset dan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia

Periode 2012-2015 (dalam miliar rupiah) ................................................. 4

1.3 Pembiayaan Perbankan Syariah berdasarkan Golongan Pembiayaan........ 9

1.4 Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah berdasarkan Golongan

Pembiayaan ............................................................................................... 11

1.5 Perkembangan variabel-variabel yang mempengaruhi Non

Performing Financing................................................................................. 14

1.6 Tingkat Loan to Deposit Ratio................................................................... 37

2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 52

4.1 Perkembangan Financing to Deposit Ratio Periode 2012-2015................ 79

4.2 Perkembangan Tingkat Kurs Indonesia Periode 2012-2015...................... 80

4.3 Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia Periode 2012-2015............... 83

4.4 Perkembangan BI Rate Periode 2012-2015............................................... 86

4.5 Non Performing Financing (NPF) sektor UKM Perbankan Syariah

Indonesia Periode 2012-2015.................................................................... 90

4.6 Uji Kolmogorov-Smirnov ......................................................................... 94

4.7 Uji Multikolineritas.................................................................................... 95

4.8 Uji Durbin-Watson .................................................................................... 96

4.9 Uji Park ..................................................................................................... 99

4.10 Uji F ........................................................................................................... 101

4.11 Uji t ............................................................................................................ 102

4.12 Uji Adjusted R Square................................................................................. 105

Page 16: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

xv

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

1.1 Tren Perkembangan FDR Perbankan Syariah .......................................... 6

2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................................. 58

4.6 Histogram ................................................................................................. 92

4.7 Grafik p plot ............................................................................................. 93

4.8 Uji Heterokedatisitas ................................................................................ 98

Page 17: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data-data variabel penelitian dari tahun 2012-2015 ....................... 121

Lampiran 2 Tabel Model Regresi, Anova, dan Koefisien .................................. 123

Lampiran 3 Uji Normalitas ................................................................................. 124

Lampiran 4 Uji Multikolinieritas dan Autokorelasi ........................................... 126

Lampiran 5 Uji Heterokedatisitas ....................................................................... 127

Page 18: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bencana yang menimpa Indonesia tahun 1998, telah menghancurkan

kehidupan perekonomian di Indonesia. Tidak terkecuali negara-negara di kawasan

Asia Tenggara yang tidak luput dari krisis ekonomi dan moneter. Namun negara

Indonesia yang paling lama melaksanakan proses pemulihan ekonomi. Hal ini

antara lain disebabkan oleh parahnya tingkat Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

(KKN), sehingga perbaikan ekonomi memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Krisis

ekonomi juga menyebabkan terjadinya krisis-krisis lain yang bersifat multi

dimensional, berupa krisis yang mengarah pada krisis kepercayaan dan krisis moral.

Perbankan juga tidak luput dari krisis, yakni ditandai dengan banyaknya

bank-bank yang dilikuidasi, dibekukan, ataupun digabung dengan bank-bank lain

(merger). Hal ini lebih disebabkan oleh adanya praktik perbankan yang sangat

kurang menerapkan prinsip kehati-hatian bank (prudential banking principle)

dalam mengelola kegiatan usaha, khususnya dalam hal penyaluran dana kepada

masyarakat dalam bentuk kredit. Lemahnya analis kredit pada perbankan ikut andil

dalam menyebabkan terjadinya krisis dimaksud.

Memburuknya situasi perekonomian Indonesia akibat kebijakan suku bunga

tinggi dan depresiasi nilai tukar mata uang rupiah ternyata justru membawa akibat

yang sangat buruk pada dunia perbankan (Riawan, 2003) dan salah satu

permasalahan utama yang dialami ialah NPL (Non Performing Loan). Masalah ini

muncul sebagai akibat terjadinya kontraksi output disatu pihak dan meningkatnya

beban utang perusahaan karena meningkatnya suku bunga di lain pihak. Dengan

Page 19: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

2

demikian, maka kemampuan perusahaan membayar kredit menjadi berkurang.

Konsekuensinya, bank menanggung jumlah NPL yang lebih besar.

Dan pembiayaan atau kredit bermasalah adalah masalah utama yang paling

dihindari oleh semua bank. Akan tetapi bank tidak bisa terlepas dari kredit macet

yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

bermasalah berbahaya bagi eksistensi suatu bank dalam menepati kewajibannya,

mengurangi profitabilitas dan membahayakan kelangsungan hidupnya. Kredit

macet merupakan risiko bisnis yang mau tidak mau harus ditanggung oleh

perusahaan yang bergerak dalam bidang perkreditan atau pembiayaan. Hal inilah

yang juga melanda sektor perbankan syariah di Indonesia sejak pertama kali

kemunculannya.

Perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan dan terus-menerus

mengalami perkembangan sejak diberlakukannya Undang-Undang tentang

perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yakni bank konvesional yang mendasarkan pada

prinsip bunga dan bank berdasarkan prinsip syariah atau yang kemudian lazim

dikenal dengan bank syariah (dual banking system). Di dalam undang-undang

tersebut telah diatur secara rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang

dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.

Masyarakat dan pihak penyelenggara kegiatan bank memberikan respon

yang positif yang membuat berbagai bank baik BUMN maupun swasta sering

mmengadakan kegiatan jasa perbankan dengan sistem syariah. Disertai dari pihak

masyarakat yang menunjukan minat yang besar terhadap bank syariah karena

suatu implikasi dari bukti nyata ketahanan perbankan syariah terhadap dampak

langsung krisis keuangan global sudah terbukti. Unsur spekulatif yang tidak ada

Page 20: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

3

pada produk-produknya, dan bank syariah juga belum terlalu masuk dalam pasar

keuangan global yang menyebabkan tidak terlalu menerima dampak langsung dari

krisis global merupakan sumber dari minat masyarakat terhadap bank syariah.

Bertambahnya jumlah bank syariah, unit usaha syariah, dan bank umum syariah

menjadi suatu indikasi dari perkembangan bank syariah di Indonesia.

Perkembangan dari perbankan syariah dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1. Data Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Jenis Bank 2012 2013 2014 2015

Bank Umum Syariah 11 11 12 12

Unit Usaha Syariah 24 23 22 22

BPRS 158 163 163 163

Sumber: Laporan Statistik Perbankan Syariah 2015

Tabel di atas menjelaskan dari tahun 2012 hingga Desember 2015 jumlah

bank umum syariah adalah 12 bank, bank konvensional yang memiliki unit usaha

syariah sebanyak 22 bank. Dan jumlah BPRS juga mengalami sedikit penurunan

dari tahun sebelumnya menjadi 163 bank di Desember 2015.

Ditambah dengan meningkatnya minat dari masyarakat terhadap perbankan

syariah membuat semakin besar dana yang terkumpul dari pihak ketiga. Dari data

Bank Indonesia perbankan syariah di Indonesia mempunyai dana pihak ketiga

sebesar Rp 4.801.888.000.000. World Bank (2012) mengungkapkan bahwa 30

persen nasabah bank syariah lebih mementingkan faktor Islami guna mengatur

keuangannya dan sektor UKM juga lebih banyak memilih perbankan syariah dalam

kegiatan bisnisnya dikarenakan kebijakan dan administrasi daripada manajemen

dari regulator pemerintah yang selalu mendukung UKM. Ghozali (2012:48) juga

mengungkapkan penyebab utama masyarakat memilih bank syariah dikarenakan

pelayanan yang diberikan dan kepercayaan terhadap bank syariah, dan menurut

Page 21: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

4

Antonio (2012:7) pesatnya pertumbuhan perbankan syariah disebabkan karena

kesesuaian dengan ajaran mayoritas penduduk Indonesia. Berikut ini merupakan

tabel perkembangan aset dan dana pihak ketiga perbankan syariah di Indonesia.

Tabel 1.2. Posisi Aset dan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia Periode Tahun

2012-2015 (dalam miliar rupiah) Indikator 2012 2013 2014 2015

Aset 195.018 242.276 272.343 272.389

DPK 147.512 183.534 217.858 215.339

Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia 2015

Tabel di atas menggambarkan, total aset dan dana pihak ketiga yang berhasil

dihimpun oleh perbankan syariah di Indonesia terus mengalami peningkatan

setiap tahunnya, seperti periode 2012 hingga 2013 posisi aset mengalami

peningkatan sebesar 24,23% dan 24,41% di segi dana pihak ketiga , meskipun pada

tahun 2014 hingga Juni 2015 dari segi aset tidak terlalu mengalami kenaikan dan

terjadi sedikit penurunan di segi dana pihak ketiga yang terhimpun sebesar 1%,

dana pihak ketiga yang terkumpul harus segera disalurkan dananya guna

memperoleh kesempatan mendapat keuntungan untuk perbankan syariah melalui

prinsip bagi hasil maupun jual beli. Agar bank tidak terkena biaya dana yang besar

dikarenakan uang yang mengendap dari dana pihak ketiga. Hal tersebut

menyebabkan bank-bank syariah di Indonesia menyalurkan dana pihak ketiga yang

terkumpul melalui produk-produk pembiayaan yang mereka tawarkan kepada

para nasabahnya.

Perbankan syariah memiliki fungsi menyalurkan dana kepada nasabahnya

(intermediasi) yang berjalan dengan sangat baik. Hal ini dapat dilihat oleh

tingginya presentase Loan to Deposite Ratio (LDR) atau dalam terminologi

perbankan syariah disebut Financing to Deposite Ratio (FDR). Pada tahun 2012,

Page 22: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

5

rasio FDR perbankan syariah di Indonesia mencapai 100%. Di tahun 2013 berhasil

mencapai 100,32%, dan mengalami kenaikan di tahun 2014 yang mencapai 91,5%,

di akhir Desember 2015 FDR perbankan syariah mengalami sedikit penurunan ke

88,03%

Gambar 1.1. Tingkat Perkembangan FDR Perbankan Syariah di Indonesia

Sumber:

Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia, data diolah dengan excel

Perbankan syariah mengeluarkan pembiayaan kepada sektor-sektor bisnis di

Indonesia yang salah satunya adalah sektor UKM. UKM merupakan salah satu

pemimpin penggerakan ekonomi riil dengan berbasis pada ekonomi kerakyataan.

Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dalam

membangun perekonomian suatu negara ataupun daerah, termasuk di Indonesia.

Kredit atau pembiayaan UKM adalah pembiayaan kepada debitur usaha

mikro, kecil dan menengah yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro, kecil

dan menengah sebagaimana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UKM.

Berdasarkan UU tersebut, UKM adalah usaha produktif yang memenuhi kriteria

usaha dengan batasan tertentu kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan.

70.00%

75.00%

80.00%

85.00%

90.00%

95.00%

100.00%

105.00%

110.00%

2012 2013 2014 2015

100% 100,32%

91,5%

88,03%

Page 23: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

6

Perkembangan potensi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia tidak

terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit atau pembiayaan

kepada UKM. Setiap tahun pembiayaan kepada UKM mengalami pertumbuhan

dan secara umum pertumbuhannya lebih tinggi dibanding total pembiayaan

perbankan.

Usaha mikro kecil menengah menjadi salah satu prioritas dalam agenda

pembangunan di Indonesia hal ini terbukti dari bertahannya sektor UKM saat

terjadi krisis hebat tahun 1998 dan tahun 2008 silam, bila dibandingkan dengan

sektor lain yang lebih besar justru tidak mampu bertahan dengan adanya krisis.

Kuncoro (2008:75) mengemukakan bahwa UKM terbukti tahan terhadap krisis dan

mampu survive karena, pertama, tidak memiliki utang luar negeri. Kedua, tidak

banyak utang ke perbankan karena mereka dianggap unbankable. Ketiga,

menggunakan input lokal. Keempat, berorientasi ekspor.

Di sinilah peran besar perbankan syariah dalam menjalankan fungsi

intermediasi sesungguhnya yang menyentuh sektor ekonomi akar rumput. Dilihat

dari berbagai skema pembiayaan yang dikembangkan, bank syariah hanya

menyalurkan pembiayaan pada sektor riil. Pembiayaan melalui akad murabah,

salam, dan ijarah hanya dapat disalurkan apabila ada barang atau jasa (sektor riil)

yang bisa dibiayai. Bahkan terbentuk korelasi sempurna antara biaya modal

dengan pengembalian atas modal pada pembiyaan dengan akad musyarakah dan

mudharabah.

Jika dibandingkan dengan perbankan konvesional akan tampak perbedaan

yang jelas. Penyaluran pembiayaan atau kredit dari dana pihak ketiga banyak yang

masuk pada sektor keuangan dengan transaksi yang penuh dengan ketidakpastian

Page 24: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

7

dan aksi spekulasi. Sebagian besar dana yang disalurkan oleh perbankan

konvensional tidak memiliki dampak pada ekonomi riil, hal tersebut merupakan

dampak dari penyaluran dana pada sektor bebas resiko seperti Sertifikat Bank

Indonesia. Dan yang lebih memperparah kinerja perbankan konvensional adalah

besarnya dana yang disalurkan ke pasar uang dengan dasar spekulasi. Mubyarto

(2004:6), seorang tokoh ekonomi kerakyatan, meragukan peranan perbankan

sebagai agent of development dalam pengentasan kemiskinan melalui senjata kredit.

Beliau mengkritik beberapa bank daerah yang lebih suka mengirim dana ke pusat

untuk diinvestasikan di surat hutang yang lebih aman seperti SBI. Padahal harapan

UKM terhadap terhadap peranan bank sangat tinggi, namun sayang mereka tidak

dianggap “bankable”. Fenomena itu terjadi pada level bank daerah, yang memang

fungsi utamanya memajukan ekonomi daerah.

Perbankan syariah bukanlah financial sector based banking sebagaimana

yang diterapkan perbankan konvensional. Sebaliknya perbankan syariah

merupakan real sector based banking yang menjalankan pembiayaan pada sektor

riil dan salah satunya adalah sektor UKM. Perbankan syariah memiliki peran yang

cukup besar dalam mengembangkan ekonomi riil di Indonesia berpadu dengan

potensi ekonomi kerakyatan dan UKM. Produk-produk pembiyaan dengan skim

profit and lost sharing dengan paradigma kemitraan dinilai sangat tepat untuk

mengembangkan usaha mikro masyarakat. Dengan pendekatan pembiayaan

lembaga keuangan mikro sebagai kepanjangan tangan dari bank-bank syariah

diharapkan upaya untuk menjangkau UKM bisa dioptimalkan.

Perbankan syariah bisa lebih aktif menjalin kerjasama dengan UKM yang

berada ditengah-tengah masyarakat. UKM-UKM tersebut dapat dirangkul sebagai

Page 25: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

8

mitra kerja potensial untuk membangkitkan kembali perekonomian masyarakat.

Stigma bahwa sektor UKM sangat beresiko merupakan argumentasi yang tidak

beralasan. Bertahannya Bank BRI yang bergerak di sektor tersebut pada krisis

tahun 1998 membuktikan bahwa risiko pada sektor UKM lebih terdiversifikasi

(Antonio 2009:7).

Penyaluran pembiayaan perbankan syariah ke sektor UKM dari tahun 2012

hingga akhir tahun 2015 tergolong tinggi. Dan selalu mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun. Berikut ini tabel lengkap komposisi pembiayaan perbankan

syariah di Indonesia berdasarkan golongan pembiayaan.

Tabel 1.3. Pembiayaan Perbankan Syariah berdasarkan Golongan Pembiayaan Tahun 2012-

2015 (Dalam Miliar Rupiah)

Golongan 2012 2013 2014 2015

UKM 90.860 110.086 59.806 51.603

Selain UKM 56.645 74.034 139.524 152.291

Total 147.505 184.120 199.330 203.894

Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia 2015

Pada tahun 2012 pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah pada

sektor UKM adalah sebesar Rp 90.860.000.000.000 Dan meningkat sebesar 21,16%

atau sebesar Rp 110.086.000.000.000 pada tahun berikutnya. Pada akhir tahun

2015 dana yang disalurkan melalui pembiayaan ke sektor UKM oleh perbankan

syariah di Indonesia telah mencapai Rp 51.603.000.000.000. Keputusan

menyalurkan besarnya pembiayaan ke berbagai sektor bisnis tidak selalu terjadi

sesuai seperti yang diharapkan, karena ada berbagai resiko yang harus ditanggung

oleh perbankan. Salah satunya adalah resiko kredit yang tercermin oleh rasio

kredit bermasalah.

Page 26: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

9

Besarnya pertumbuhan aset dan penyaluran pembiyaan perbankan syariah

di Indonesia dari tahun 2012 sampai tahun 2015 ternyata tidak diikuti dengan

kualitas pembiayaan yang baik. Terjaganya fungsi intermediasi perbankan syariah

ternyata juga dibarengi dengan memburuknya kualitas pembiayaan. Hal tersebut

ditunjukan dengan meningkatnya angka pembiayaan bermasalah atau Non

performing Loan yang dalam terminologi perbankan syariah disebut Non

Performing Finance (NPF ).

NPL menimbulkan permasalahan bagi pemilik bank dan pemilik deposito.

Pertama bagi pemilik bank, dengan semakin tinggi NPL mereka tidak menerima

return pasar dari modal mereka. Kedua untuk pemilik deposito tidak menerima

return pasar dari deposito atau tabungan mereka. Bank membagi kegagalan kredit

atau pembiayaan mereka kepada pemilik deposito dengan cara menekan tingkat

suku bunga atau tingkat bagi hasil. (Nasution, 2007:1) Dalam kasus yang lebih

buruk, jika bank mengalami kebangkrutan deposan akan kehilangan aset atau

dihadapkan dengan jaminan yang tidak seimbang. Bank juga membagi risiko

kerugian mereka kepada debitur lain dengan cara menetapkan suku bunga

pinjaman, margin, tingkat bagi hasil yang tinggi. Non performing loan akan

mengakibatkan jatuhnya sistem perbankan, mengkerutnya pasar saham dan

bahkan mengakibatkan kontraksi dalam perekonomian.

Tabel 1.4. Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah berdasarkan Golongan Pembiayaan

Tahun 2012-2015 (Dalam Miliar Rupiah)

Golongan 2012 2013 2014 2015

UKM 2060 2879 3875 4150

Non UKM 1209 1950 4757 5557

Total 3269 4828 8632 9707

Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia

Page 27: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

10

Pada tahun 2012 NPF perbankan syariah adalah sebesar Rp

2.060.000.000.000. Dan meningkat sebesar 39% atau sebesar Rp

2.879.000.000.000 pada tahun berikutnya. Pada tahun 2015 yang merupakan

akhir periode pengamatan, jumlah NPF perbankan syariah di Indonesia meningkat

menjadi Rp 4.150.000.000.000.

UKM di Indonesia memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan

Produk Domestik Bruto. Namun demikian hal tersebut tidak mampu

mencerminkan kelancaran debitur-debitur dalam melakukan pembayaran atas

pembiayaan yang diberikan.

Selain Produk Domestik Bruto, salah satu variabel yang memengaruhi tingkat

non performing finance adalah ekuivalen tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga

merupakan hal yang diperhatikan oleh debitur dalam menerima suatu

pembiayaan. Meskipun perbankan syariah tidak mengenal sistem bunga, kinerja

pembiayaan sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Semakin tinggi tingkat

suku bunga yang diberikan bank sentral, maka dapat mempengaruhi tingkat bagi

hasil yang diminta oleh bank sehingga tingkat non performing financing akan

semakin meningkat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi NPF pada perbankan syariah salah satunya

ialah financing to deposit ratio (FDR).FDR adalah rasio antara jumlah kredit yang

diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. FDR ditentukkan oleh

perbandingan antara jumlah pinjaman yang diberikan dengan dana masyarakat yang

dihimpun yaitu mencakup giro, simpanan berjangka (deposito), dan tabungan. FDR

tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali

penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang

Page 28: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

11

diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar kredit maka pendapatan

yang diperoleh naik, karena pendapatan naik secara otomatis laba juga akan

mengalami kenaikan. (IlmuPerbankan, 2010:03).

Faktor penyebab berikutnya dari non performing loan atau non performing

financing adalah inflasi. Jakubik (2010) melakukan penelitian di Ceko menemukan

jika inflasi berpengaruh terhadap resiko kredit. Hogart (2007), yang melakukan

penelitian di Inggris raya menemukan pengaruh yang signifikan antara inflasi

dengan pembiayaan bermasalah yang diproksikan dengan peningkatan jumlah

penghapusan pinjaman.

Faktor lainya yang juga memengaruhi tingkat NPF adalah tingkat suku bunga

atau dalam perbankan syariah ditunjukan dengan tingkat bagi hasil dan margin.

Saba (2012) menemukan terdapat pengaruh negatif yang signifikan tingkat suku

bunga terhadap tingkat NPL, beberapa literatur menunjukan adanya pengaruh yang

ditimbulkan dari tingkat suku bunga terhadap perbankan syariah. Hakan (2011)

melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat suku bunga terhadap perbankan

syariah Turki. Hasil penilitian menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan yang

dihasilkan dari tingkat suku bunga terhadap kinerja perbankan syariah.

Di negara dengan dual banking system seperti Indonesia, tidak dapat

dipungkiri bahwa kinerja bank syariah selain dipengaruhi oleh faktor internal

manajemen bank syariah juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, seperti

Ekonomi Makro. Faktor eksternal dari makro ekonomi adalah tingkat suku bunga,

nilai tukar, PDB, jumlah uang beredar, dan inflasi (Hakan, 2011).

Pada teori bejana yang berhubungan Karim (2004:254), mengungkapkan

bahwa kebijakan moneter konvensional akan mempunyai pengaruh terhadap

perbankan syariah seperti misalnya tingkat suku bunga. Kebijkan monenter

Page 29: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

12

mempengaruhi variabel-variabel neraca bank konvensional (suku bunga kredit,

suku bunga deposito, dan sekuritas yang dimiliki). Pada umumnya mekanisme

tersebut ditransmisikan melalui suku bunga kredit. Di pihak lain, perbankan syariah

yang notabene tidak mengenal bunga dalam praktek operasionalnya juga

terpengaruh oleh kebijakan moneter tersebut (Adi, 2012:14). Pengaruh tersebut

terlihat pada kondisi neraca bank syariah. Yakni pada tingkat nisbah bagi hasil

deposito investasi mudharabah. Sementara pengaruh suku bunga SBI terhadap

nisbah pembiayaan bank syariah ditransmisikan melalui suku bunga kredit.

Tabel 1.5. Perkembangan variabel-variabel yang mempengaruhi Non Performing Financing

Tahun FDR

(%)

Kurs BI Inflasi

(%)

BI Rate

(%)

Total Pembiayaan

(Miliar Rupiah)

2012 100 10.194 4,30 5,75 3.269

2013 100,32 10.934 8,38 7,50 4.828

2014 91,5 10.164 8,36 7,75 8.632

2015 96,52 10.010 3,35 7,50 9.707

Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia dan bi.go.id

Berdasarkan data non performing financing, keragaman argumentasi

(research gap) penelitian yang ada, ditambah dengan tingkat financing to deposit

rate (FDR), inflasi, BI Rate, dan total pembiayaan yang disinyalir memiliki pengaruh

terhadap pembiayaan bermasalah (NPF), Membuat penulis ingin meneliti lebih

lanjut dengan membuat penelitian berjudul : “Analisis Pengaruh Financing to

Deposit Ratio (FDR), Nilai Tukar Rupiah (KURS), Inflasi, dan BI Rate Terhadap

Pembiayaan Bermasalah (NPF) di Sektor UKM Perbankan Syariah Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Kredit macet atau pembiayaan bermasalah dalam dunia perbankan syariah

(NPF) ialah masalah yang muncul sebagai akibat terjadinya konstraksi output

disatu pihak. NPF ini juga lebih disebabkan oleh pengelolaan perbankan yang

Page 30: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

13

kurang dalam mengaplikasikan prinsip kehati-hatian (prudential banking

principles), padahal bank merupakan institusi keuangan yang sarat dengan batasan

dan perturan (the most regulated industry in the world). Di samping itu juga,

kurang ditaatinya Kode Etik Bankir Indonesia yang diharapkan dapat menjadi

pedoman moral bagi para bankir dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Sementara di sisi lain, kalangan usaha kecil dan menengah ternyata lebih

mampu bertahan menghadapi krisis. Hal ini lebih disebabkan karena mereka

bergerak di sektor riil, sehingga mereka mempunyai ketergantungan kepada

perbankan yang renda, dan pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah ke

sektor UKM sangat besar jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Hal tersebut

tentunya membuat risiko kegagalan bayar pembiayaan sektor UKM menjadi tinggi.

Dari latar belakang masalah menjelaskan bahwa kondisi ekonomi negara dan

spefikasi bank berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya non performing

finance pada perbankan syariah.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan suatu permasalahan dalam

penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah financing to deposit ratio berpengaruh terhadap NPF di sektor UKM

secara parsial ?

2. Apakah nilai tukar rupiah (KURS) berpengaruh terhadap NPF di sektor UKM

secara parsial ?

3. Apakah inflasi berpengaruh terhadap NPF di sektor UKM secara parsial ?

4. Apakah BI Rate berpengaruh terhadap NPF di sektor UKM secara parsial ?

5. Apakah FDR, Kurs, inflasi, dan BI Rate berpengaruh terhadap NPF di sektor

UKM secara simultan ?

6. Variabel bebas apa yang paling berpengaruh terhadap tingkat NPF ?

Page 31: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

14

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian

ini adalah:

1. Menganalisis pengaruh FDR, Kurs, inflasi,dan BI Rate dari masing-masing

variabel terhadap pembiayaan bermasalah (NPF) pada sektor UKM perbankan

syariah di Indonesia.

2. Menganalisis pengaruh FDR, Kurs, inflasi, dan BI Rate secara bersamaan dari

setiap variabel terhadap pembiayaan bermasalah (NPF) pada sektor UKM

perbankan syariah di Indonesia.

3. Serta menganalisis variabel apa yang paling memiliki pengaruh terhadap

pembiayaan bermasalah sektor UKM pada perbankan syariah di Indonesia.

2. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis dan pihak-pihak lain yang

berkepentingan, yaitu:

1. Memberikan ilmu pengetahuan dan masukan tentang permasalahan yang

dihadapi oleh praktisi perbankan syariah di Indonesia dalam mengambil

keputusan berkaitan risiko dalam pembiayaan agar bisa meminimalisir potensi

kredit atau pembiayaan bermasalah.

2. Dapat memperkaya pemahaman mengenai konsep-konsep yang telah

dipelajari dengan membandingkannya dalam praktik perbankan khususnya

berkenaan dengan tema perbankan syariah dan non performing financing

3. Diharapkan penelitian ini berguna bagi penelitian kedepannya berkenaan

dengan topik penelitian ini.

Page 32: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

15

4. Memberikan suatu pandangan bagi masyarakat dalam menilai kondisi

perbankan konvensional dan perbankan syariah yang baik yang tercermin dari

potensi risiko kredit masing-masing bank.

Page 33: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. UKM

1. Pengertian UKM

Usaha kecil di Indonesia belum pasti dan masih sangat beragam

pengertiannya, sebelum dikeluarkannya UU No 9/1995 terdapat lima instansi yang

merumuskan usaha kecil dengan caranya masing-masing, kelima instansi tersebut

adalah Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Perindustrian, Bank Indonesia,

Departemen Perdagangan dan Kamar dagang dan Industri. (Adi 2012:48)

Departemen Perindustrian dan Bank Indonesia mendefinisikan usaha kecil

berdasarkan nilai asetnya. Menurut kedua instansi ini yang dimaksud dengan usaha

kecil adalah usaha yang assetnya (tidak termasuk tanah dan bangunan) bernilai

kurang dari Rp 600 juta. Departemen perdagangan membatasi usaha kecil

berdasarkan modal kerjanya, yakni usaha (dagang) yang modal kerjanya bernilai

kurang dari Rp 25 juta.

Sedangkan KADIN membedakan usaha kecil menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama adalah yang bergerak dalam bidang perdagangan, pertanian dan

industri. Kelompok kedua adalah yang bergerak dalam bidang konstruksi. Menurut

Kadin yang dimaskud dengan usaha kecil untuk kelompok pertama adalah yang

memiliki modal kerja kurang dari Rp 150 juta dan memiliki nilai usaha kurang dari

Rp 600 juta.

Adapun untuk kelompok kedua yang dimaksud dengan usaha kecil adalah

yang memiliki modal kerja kurang dari Rp 250 juta dan memiliki nilai usaha

kurang dari Rp 1 milyar. Berbeda dari keempat instansi tersebut BPS

Page 34: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

17

mengemukakannya untuk usaha kecil sektor industri. Menurut BPS yang dimaksud

dengan industri kecil adalah usaha industri yang melibatkan tenaga kerja antara

lima sampai 19 orang. Sedangkan yang dimaksud dengan industri rumah tangga

adalah usaha industri yang memperkerjakan kurang dari lima orang.

2. Kriteria UKM

Berdasarkan kelima batasan tersebut dapat kita katakan betapa sangat

beragamnya pengertian usaha kecil yang berlaku di Indonesia. Tetapi diluar kelima

pengertian tersebut pemerintah telah menetapkannya dalam rumusan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 . Menurut UU ini yang

dimaksud dengan usaha Mikro, Kecil dan Menengah dapat dibedakan menjadi tiga

kelompok, diantaranya:

a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah).

b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar

lima ratus juta rupiah).

c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

Page 35: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

18

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

3. Karakteristik UKM

Dari definisi-definisi tersebut dapat digambarkan bahwa UKM bisa menjadi

sebuah lokomotif penting dalam pertumbuhan ekonomi bangsa, menurut

(Tambunan, 2009:40) UKM sangat penting karena karakteristik-karekteristik utama

mereka yang berbeda dengan usaha besar, diantaranya:

a. Jumlah perusahaan sangat banyak (jauh melebihi jumlah usaha besar) terutama

dari kategori usaha mikro dan usaha kecil. Dan hal ini juga didasarkan pada

karakter usaha mikro dan usaha kecil yang tersebar diseluruh pelosok pedesaan

termasuk diwilayah-wilayah yang relatif terisolasi.

b. Karena sangat padat karya,berarti mempunyai suatu potensi pertumbuhan

kesempatan kerja yang sangat besar, pertumbuhan UMKM dapat dimasukkan

sebagai suatu elemen penting dari kebijakan-kebijakn nasional untuk

meningkatkan kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan, terutama bagi

masyarakat miskin.

c. Kegiatan-kegiatan produksi dari kelompok UMKM pada umumnya dari

berbasis pertanian. Oleh karena itu upaya-upaya pemerintah mendukung

UMKM sekaligus juga merupakan cara tak langsung, tetapi efektif untuk

mendukung pembangunan dan pertumbuhan produksi disektor pertanian.

Page 36: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

19

d. UMKM memakai teknologi-teknologi yang lebih “cocok” terhadap proporsi-

proporsi dari faktor-faktor produksi dan kondisi lokal yang ada di negara

sangat berkembang, yakni sumber daya alam (SDA) dan tenaga kerja

berpendidikan rendah yang berlimpah.

e. Banyak UMKM bisa tumbuh pesat. Bahkan, banyak UMKM bisa bertahan

pada saat ekonomi Indonesia dilanda suatu krisis besar pada tahun 1997/1998.

f. Walaupun pada umumnya masyarakat pedesaan miskin, banyak bukti yang

menunjukkan bahwa orang-orang desa yang miskin bisa menabung dan mereka

mau mengambil risiko dengan melakukan investasi. Dalam hal ini, UMKM

bisa menjadi suatu titik permulaan bagi mobilisasi tabungan/investasi di

perdesaan dan disisi lain bisa meningkatkan kemampuan berwirausaha dari

orang-orang desa.

g. Kelompok usaha ini dapat memainkan suatu peran penting lainnya, yaitu

sebagai suatu alat untuk mengalokasikan tabungan-tabungan perdesaan, yang

kalau tidak akan digunakan untuk maksud-maksud yang tidak produktif.

h. Walaupun banyak barang yang diproduksi oleh UMKM juga untuk masyarakat

kelas menegah dan atas, tetapi terbukti secara umum bahwa pasar utama bagi

UMKM adalah untuk barang-barang konsumsi sederhana dengan harga relatif

murah seperti pakaian jadi,mebel dari kayu,alas kaki dan lainnya yang

memenuhi kebutuhan sehari-hari dari masyarakat miskin atau berpendapatan

rendah.

i. Sebagai bagian dari dinamikanya, banyak juga UMKM yang mampu

meningkatakan produktivitasnya lewat investasi dan perubahan teknologi

j. Seperti sering dikatakan dalam literature, satu keunggulan dari UMKM adalah

tingkat fleksibilitasnya yang tinggi, relatif terhadap pesaingnya (usaha besar).

Page 37: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

20

Kelompok usaha ini dilihat sangat penting di industri-industri yang tidak

stabil atau ekonomi-ekonomi yang menghadapi perubahan-perubahan kondisi pasar

yang cepat, seperti krisis ekonomi 1997/98 yang dialami oleh beberapa negara di

Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Oleh karena itu dengan menyadari betapa

pentingnya UMKM secara potensial seperti yang diuraikan diatas tersebut tidak

heran kenapa pemerintah-pemerintah dihampir semua negara berkembang termasuk

Indonesia sudah sejak lama mempunyai berbagai macam program, dengan skim-

skim kredit bersubsidi sebagai komponen terpenting untuk mendukung

perkembangan dan pertumbuhan UMKM (Tambunan, 2009:50).

B. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Perbankan adalah lembaga yang mempunyai peran utama dalam pembangunan

suatu negara. Peran ini terwujud dalam fungsi bank sebagai lembaga intermediasi

keuangan (financial intermediary institution), yakni menghimpuin dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam

bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat. (Khotibul 2016)

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 berdasarkan prinsip

operasionalnya bank dibedakan menjadi dua, yakni bank konvesional yang

mendasarkan pada prinsip bunga dan bank berdasarkan prinsip syariah atau yang

kemudian lazim dikenal dengan bank syariah.Bank syariah terdiri dari Bank Umum

Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah atau yang saat ini disebut sebagai

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Page 38: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

21

Perbankan syariah merupakan institusi yang memberikan layanan jasa

perbankan prinsip syariah. Dalam UU No. UU No. 21 Tahun 2008 prinsip syariah

adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang

dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di

bidang syariah. Prinsip ini menggantikan prinsip bunga yang terdapat dalam sistem

perbankan konvensional.

Konsekuensi hukum dari penggunaan prinsip syariah dalam operasional

perbankan adalah bahwa produk perbankan syariah lebih bervariasi dibanding

produk perbankan konvensional. Bahwa produk perbankan konvensional,

khususnya produk penghimpunan dana dan penyaluran dana hanya mendasarkan

pada sistem bunga sebagai bentuk prestasi dan kontraprestasi atas penggunaan dana,

sedangkan pada perbankan syariah mendasarkan pada akad-akad tradisional Islam

yang mana keberadaannya sangat tergantung pada kebutuhan riil nasabah.

2. Jenis-jenis Risiko Bank Syariah

a. Risiko Pembiayaan

Risiko pembiayaan muncul akibat adanya kegagalan counterpary dalam

memenuhi kewajibannya. Karim (2007: 260) membagi jenis-jenis resiko pada

bank syariah menjadi risiko terkait produk dan risiko terkait korporasi. Risiko

yang terkait dengan produk ditimbulkan oleh jenis produk pada perbankan

syariah yang mempunyai karakteristik yang khas yakni pembiayaan Natural

Certainty Contracts (seperti akad murabahah, ijarah, salam, istishna) dan

Natural Uncertainty Contracts (mudharabah dan musyarakah).

Sementara itu pada risiko terkait pembiayaan korporasi muncul sebagai

akibat dari perubahan kondisi bisnis setelah pembiayaan, komitmen modal

yang terlalu berlebihan, dan lemahnya analisis bank.

Page 39: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

22

b. Risiko Pasar

Risiko pasar adalah risiko kerugian yang terjadi pada portofolio yang

dimiliki oleh bank, penyebabnya adalah karena terjadi pergerakan variabel

pasar berupa suku bunga dan nilai tukar. Menurut Karim (2007:272) risiko

pasar terdiri dari empat hal, yaitu risiko tingkat suku bunga, risiko pertukaran

mata uang risiko harga dan risiko likuiditas.

1) Risiko Tingkat Suku Bunga (Interest Rate Risk)

Risiko tingkat suku bunga merupakan risiko yang harus dihadapi bank

dikarenakan terjadinya fluktuasi tingkat suku bunga. Dalam hal ini,

meskipun bank syariah tidak menetapkan suku bunga pada sisi pendanaan

dan pembiayaan, namun bank syariah tidak akan dapat terlepas dari risiko

tingkat suku bunga. Hal ini disebabkan pangsa pasar yang disasar oleh

bank syariah tidak hanya nasabah-nasabah yang loyal penuh terhadap

sistem syariah.

2) Risiko Pertukaran Mata Uang (Foreign Exchange Rate)

Risiko ini merupakan suatu konsekuensi yang berkaitan dengan adanya

pergerakan nilai tukar terhadap rugi laba bank. Meskipun aktivitas-

aktivitas pendanaan bank syariah tidak terpengaruhi fluktuasi kurs secara

langsung karena tidak dibolehkan melakukan transaksi yang bersifat

spekulasi, namun bank syariah tidak dapat terlepas dari adanya posisi

dalam valuta asing.

Mengingat bank syariah tidak berkenan berspekulasi, maka transaksi

seperti forward, margin trading, option, dan swap tidak boleh dijalankan.

Yang diperkenankan adalah untuk kebutuhan transaksi atau berjaga-jaga dan

Page 40: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

23

transaksi tersebut harus dilakukan secara tunai atau spot. Seperti pembayaran

dengan cek, pemindahbukuan, transfer, dan sarana pembayaran tunai lainnya.

c. Risiko Likuiditas

Menurut Arifin (2009:245) risiko likuiditas adalah risiko yang muncul

manakala bank tidak mampu memenuhi kebetuhan dana (cash flow) dengan

segera, dan dengan biaya yang sesuai, baik untuk memenuhi kebutuhan

transaksi sehari-hari maupun guna memenuhi kebutuhan dana yang mendesak.

Menurutnya, besar-kecilnya risiko ini ditentukan oleh:

1) Kecermatan perencanaan arus kas (cash flow) atau arus dana (fund flow)

berdasarkan prediksi pembiayaan dan prediksi pertumbuhan dana,

termasuk mencermati tingkat fluktuasi dana (volatility of funds).

2) Ketepatan dalam mengatur struktur dana, termasuk kecukupan dana-dana

non profit and loss sharing.

3) Ketersediaan aset yang siap dikonversikan menjadi kas.

4) Kemampuan menciptakan aset ke pasar antarbank atau sumber dana

lainnya, termasuk fasilitas lender of last resort.

d. Risiko Operasional

Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh

ketidakcukupan proses internal, human error, kegagalan sistem atau adanya

problem eksternal yang mempengaruhi operasi bank (Greuning, 2008:174).

Menurut Greuning, terdapat beberapa hal yang dapat memicu

peningkatan risiko operasional pada bank Islam, diantaranya adalah:

1) Risiko pembatalan perjanjian pada pembiayaan yang tidak mengikat

seperti murabahah (partenership) dan istishna (manufacturing).

Page 41: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

24

2) Kegagalan sistem pengendali internal dalam mendeteksi dan mengelola

masalah potensial pada proses operasional.

3) Potensi menghadapi kesulitan dalam penguatan akad atau kontrak pada

lingkungan legal yang lebih lebih luas.

4) Kebutuhan untuk memelihara dan mengelola komoditas yang

diinventorisasikan pada pasar yang tidak likuid.

5) Kegagalan mematuhi persyaratan syariah.

Menurut Arifin (2008:271) terdapat empat risiko yang berkaitan dengan

risiko operasional diantaranya adalah:

1) Risiko Reputasi: adalah risiko yang disebabkan oleh adanya publikasi

negatif terkait dengan kegiatan bank.

2) Risiko Kepatuhan: adalah risiko yang muncul akibat dari ketidakpatuhan

ketentuan-ketentuan internal dan eksternal seperti GWM, batas pemberian

pembiayaan, ketentuan dalam akad, fatwa Dewan Syariah Nasional dan

lain sebagainya.

3) Risiko Strategi: risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya penetapan

dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan

yang salah, atau bank tidak mematuhi perubahan perundang-undangan dan

ketentulan lain.

4) Risiko Hukum: risiko ini muncul sebagai akibat dari adanya kelemahan

aspek yuridis seperti adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan undang-

undang yang mendukung suatu kebijakan dan kegiatan pembiayaan.

C. Manajemen Risiko Pembiayaan

1. Konsep dan Definisi

Page 42: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

25

Dalam menjalankan fungsinya yakni memberikan pembiayaan kepada

masyarakat oleh bank syariah selalu berdampingan dengan risiko. Dijelaskan dalam

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan bahwa:

Kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang diberikan oleh bank

mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan

asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang sehat.

Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit atau pembiayaan

berdasarkan Prinsip Syariah adalam arti keyakinan atas kemampuan dan

kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang

diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank.

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengukuran

terhadap risiko perbankan. Hal-hal seperti jumlah pembiayaan yang diberikan,

kuantitas dan kualitas risiko. Secara keseluruhan risiko pembiayaan merupakan hal

yang penting untuk diperhatikan dibandingkan dengan risiko-risiko lainnya, karena

ketidakmampuan nasabah memenuhi kewajiban pembiayaannya dapat

mengakibatkan bank merugi dan mengikis permodalan bank yang berujung pada

kebangkrutan.

Oleh sebab itu, perlu dilakukan sebuah upaya manajerial terhadap risiko yang

muncul akibat dari penyaluran pembiayaan. Hal ini dimaksudkan agar kualitas

pembiayaan senantiasa dalam keadaan lancar. Senada dengan hal yang dinyatakan

oleh Tampubolon (2004:35) dalam bukunya dijelaskan bahwa:

Manajemen risiko merupakan sejumlah kegiatan yang bersifat proaktif dan

terarah yang ditujukan untuk mengakomodasi kemungkinan gagal pada salah satu

atau sebagian dari sebuah transaksi atau instrumen. Karena itu manajemen risiko

Page 43: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

26

haruslah dinamis tidak statis, dan berubah sejalan dengan perubahan kebutuhan dan

risiko usaha.

Resiko kredit atau pembiayaan berbahaya bagi kelangsungan hidup bank

karena dapat menyebabkan bank gagal memenuhi kewajibannya dan menggerus

profitabilitas bank (Rose, 2002:326). Risiko kredit adalah risiko yang timbul

sebagai akibat kegagalan pihak lawan memenuhi kewajibannya. Risiko ini dapat

timbul karena kinerja satu atau lebih debitur yang buruk. Kinerja debitur yang

buruk ini dapat berupa ketidakmampuan debitur untuk memenuhi sebagian atau

seluruh isi perjanjian kredit yang telah disepakati bersama sebelumnya.

Bank Indonesia mendefininisikan manajemen risiko sebagai serangkaian

prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,

memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank.

2. Ruang Lingkup Manajemen Risiko Pembiayaan

Secara umum manajemen risiko merupakan serangkaian proses yang diawali

dengan proses identifikasi, pengukuran, monitoring dan pengelolaan terhadap

risiko-risiko portofolio. Dengan demikian pengelola bank dapat selalu memantau

agar risiko tidak mempengaruhi tingkat likuiditas bank itu sendiri.

Dalam menjalankan perannya sebagai lembaga intermediasi, bank selalu

dihadapkan pada risiko – risiko bisnis. Risiko bisnis yang dihadapi mencakup

diantaranya risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko

legal. Untuk menjaga dan mengurangi risiko kerugian, bank wajib melaksanakan

transaksi yang berpedoman pada kebijakan dan penerapan manajemen risiko yang

telah ditetapkan pemerintah yang berlandaskan pada prinsip kehati – hatian. Bank

Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 mengidentifikasikan

empat aspek pokok yang sekurangnya tercakup dalam manajemen risiko, yaitu

Page 44: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

27

diantaranya, pertama adalah pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi. Kedua

adalah kebijakan, prosedur dan penetapan limit. Ketiga adalah proses identifikasi,

pengukuran, pemantauan, sistem informasi manajemen risiko kredit. Keempat

adalah Pengendalian Risiko Kredit.

3. Tujuan Manajemen Risiko Pembiayaan

Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 pada tanggal 19 Mei 2003 tentang

“Penerapan Manajemen Risiko Untuk Bank Umum”, merupakan wujud keseriusan

Bank Indonesia dalam masalah manajemen risiko perbankan. Keseriusan tersebut

dipertegas lagi dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia No.

7/25/PBI/2005 pada Agustus tahun 2005 tentang “Sertifikasi Manajemen Risiko

Bagi Pengurus Dan Pajabat Bank Umum”, yang mengharuskan seluruh pejabat

bank dari tingkat terendah hingga tertinggi untuk memiliki sertifikasi manajemen

risiko yang sesuai dengan tingkat jabatannya.

Tujuan dari manajemen risiko menurut Tampubolon (2004 :34) adalah

pengelolaan risiko yang mencakup atas prosedur dan metodologi yang digunakan

sehingga kegiatan usaha bank tetap dapat terkendali pada batas / limit yang dapat

diterima serta menguntungkan bank. Penerapan manajemen risiko tersebut akan

memberikan manfaat, baik kepada perbankan maupun otoritas pengawasan bank.

Bagi perbankan, penerapan manajemen risiko dapat meningkatkan shareholder

value, memberikan gambaran kepada pengelola bank mengenai kemungkinan

kerugian bank di masa datang, meningkatkan metode dan proses pengambilan yang

sistematis yang didasarkan atas ketersedian informasi, digunakan sebagai dasar

pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja bank dan untuk menilai risiko yang

melekat pada instrument atau kegiatan usaha bank yang relatif kompleks, serta

Page 45: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

28

menciptakan infrastruktur infrastruktur yang kokoh dalam rangka meningkatkan

daya saing bank.

Dalam proses penerapan manajemen risiko, bank dapat menggunakan

berbagai pendekatan pengukuran risiko, baik dengan metode standar yang

direkomendasikan oleh Basel Committee on Banking Supervison. Kesepakatan

Basel mencetuskan 2 kesepakatan (Basel I dan Basel II). Dalam kesepakatan Basel

I hanya mencakup risiko kredit, modal yang disediakan hanya dikaitkan dengan

risiko kredit, dan dalam mengukur kecukupan modal menurut risiko kredit didasari

oleh beberapa kalkulasi yang terdiri dari bobot risiko aktiva dan bobot risiko,

penyetaraan dengan risiko kredit, target rasio modal dan kalkulasi konsumsi modal

yang memenuhi syarat, kecukupan hasil pada modal yang memenuhi syarat,

struktur modal (El Tiby, 2011:102).

Dalam kesepakatan Basel II digunakan pendekatan baru dalam hal

pengawasan bank. Kerangka baru Basel II dirancang mencakup tiga konsep yang

dikenal sebagai tiga pilar. Ketiga pilar tersebut diantaranya adalah pilar 1 yaitu

Kewajiban penyediaan modal minimum. Pilar 2 yaitu tinjauan berdasar regulasi

dari kecukupan modal dari masing – masing bank dan proses penilaian internal.

Dan pilar 3 yaitu disiplin pasar yang efektif sebagai pengungkit untuk memperkuat

keterbukaan dan mendorong agar bank lebih aman dalam prakteknya (El Tiby,

2011:107).

4. Kerangka Kerja Manajemen Risiko Pembiayaan

Agar efektif, dalam proses manajemen risiko perlu adanya kerangka kerja,

diantaranya. Memahami rantai risiko, dengan pehaman ini satuan kerja manajemen

risiko wajib terlebih dahulu melakukan analisis lingkungan untuk menetapkan

Page 46: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

29

masalah atau peluang, cakupan dan konteks serta isu yang berhubungan dengan

risiko, seperti masalah politik, ekonomi, sosial, budaya dan lainnya. Menurut

Tampubolon (2004:41) bkerangka kerja manajemen risiko pembiayaan atau kredit

adalah sebagai berikut:

a. Melakukan analisis terhadap stakeholder (deposan, debitur, pemilik saham)

untuk menetapkan atau mengkaji toleransi risiko, posisi dan perilaku dari para

stakeholder.

b. Memahami situasi atau peristiwa yang pernah diambil perusahaan yang dapat

mendatangkan kerugian.

c. Melakukan penilaian atas risiko dan pengendalian yang ada. Menyusun

tanggapan atas risiko yang ada.

d. Menetapkan aktivitas pengendalian berupa program mitigasi risiko.

e. Mengkomunikasikan risiko dan manajemen risiko. Melakukan pemantauan

terhadap risiko dan pengelolaanya.

5. Fungsi Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah sebuah pola pikir, oleh karena itu semua pejabat

bank bisa atau mampu mewaspadai risiko dan menerapkan manajemen risiko

dengan baik. Fungsi manajemen risiko tidak hanya sekedar memelihara tingkat

profitabilitas dan kesehatan bank, namun juga untuk memelihara integritas dan

stabilitas sistem keuangan yang kritis terhadap kesehatan perekonomian nasional.

Secara garis besar, menurut Tampubolon (2004:45) manajemen risiko berfungsi

untuk:

a. Menunjang ketepatan proses perencanaan dan pengambilan keputusan

b. Menunjang efektifitas perumusan kebijakan sistem manajemen dan bisnis.

c. Menciptakan Early Warning System untuk meminimumkan risiko.

Page 47: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

30

d. Menunjang kualitas pengelolaan dan pengendalian pemenuhan tingkat

kesehatan bank.

e. Menunjang penciptaan/pengembangan keunggulan kompetitif.

f. Memaksimalisasi kualitas portofolio perkreditan bank.

D. Pembiayaan Bermasalah (NPF)

1. Konsep Pembiayaan Bermasalah

Suatu kredit dinyatakan bermasalah jika bank benar-benar tidak mampu

mengahadapi risiko yang ditimbulkan oleh kredit tersebut. Risiko kredit atau

pembiayaan didefinisikan sebagai risiko yang muncul jika bank tidak bisa

memperoleh kembali cicilan pokok dan bunga dari pinjaman yang diberikan atau

investasi yang sedang dilakukannya (Arifin, 2008:263).

Sebagai indikator yang menunjukkan kerugian akibat risiko kredit adalah

tercermin dari besarnya non performing loan (NPL), dalam terminologi bank

syariah disebut non perfoming financing (NPF).

Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara pembiayaan yang

bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah.

berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia kategori yang

termasuk dalam NPF adalah pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet.

Dalam peraturan bank indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006

tentang Penilaian Kualitas Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah pasal 9 ayat (2), bahwa kualitas aktiva produktif dalam

bentuk pembiayaan dibagi dalam 5 golongan yaitu lancar (L), dalam perhatian

khusus (DPK), kurang lancar (KL), diragukan (D), macet (M).

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.31 tentang

akuntansi perbankan butir 24 menyebutkan bahwa:

Page 48: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

31

“Kredit non performing pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran

angsuran pokok dan/atau bunganya telah terlewat sembilan puluh hari atau lebih

setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat

diragukan. Kredit non performing terdiri atas kredit yang digolongkan sebagai

kredit kurang lancar, diragukan, dan macet.”

Sedangkan Sutojo (2008:13) menyatakan jika “pengertian kredit bermasalah

adalah suatu keadaan di mana debitur mengingkari janji mereka membayar bunga

dan atau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan

pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran”.

Dari kelima kualitas pembiayaan yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang

lancar, diragukan, dan macet, yang tergolong dalam pembiayaan bermasalah atau

non performing financing adalah pembiayaan dengan kualitas kurang lancar,

diragukan dan macet.

Berdasarkan surat Edaran Bank Indonesia Nomor7/56/DPbS tanggal 9

Desember 2005, pedoman untuk perhitungan rasio non performing finance (NPF)

dihitung dengan cara sebagai berikut:

NPF = X 100%

Rasio ini menunjukan kualitas pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan.

Semakin tinggi rasio NPF maka kualitas pembiayaan yang diberikan oleh perbankan

syariah semakin memburuk. Kelancaran kegiatan usaha bank syariah dapat

terganggu apabila rasio semakin meningkat dan dapat berakibat pada tingkat

kesehatan bank itu sendiri.

Pembiayaan yang bermasalah

Total Pembiayaan Disalurkan

Page 49: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

32

Bank Indonesia sebagai regulator yang turut mengatur perbankan syariah di

Indonesia menetapkan bahwa batas maksimum tingkat pembiayaan yang bermasalah

sebesar 5% dari total pembiayaan yang diberikan.

2. Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah merupakan sumber permasalahan bank. Adanya

pembiayaan bermasalah ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Sutojo (2008:18)

menuturkan terjadinya kredit bermasalah disebabkan oleh berbagai faktor

diantaranya:

a. Faktor Internal:

1) Rendahnya kemampuan atau ketajaman bank melakukan analisis

kelayakan permintaan kredit yang diajukan oleh calon debitur.

2) Lemahnya sistem administrasi kredit atau pembiayaan serta sistem

administrasi bank.

3) Campur tangan yang berlebihan dari para pemegang saham

4) Pengikatan jaminan kredit yang kurang sempurna

b. Faktor debitur

1) Salah urus atau mismanagement

2) Kurangnya pengalaman dan pengetahuan pemilik dalam bidang

usaha yang dijalani.

3) Penipuan

c. Faktor Eksternal

1) Perkembangan kondisi ekonomi atau bidang usaha yang merugikan.

2) Bencana alam

3) Regulasi pemerintah

3. Dampak Pembiayaan Bermasalah

Page 50: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

33

Adanya pembiayaan bermasalah ini akan memberikan dampak negatif

kepada beberapa pihak, Sutojo (2008:25) menjelaskan bahwa terdapat beberapa

dampak yang ditimbulkan dari pembiayaan bermasalah diantaranya adalah:

a. Bank yang bersangkutan akan mengalami gangguan profitablitias untuk

menutupi cadangan pembiayaan bermasalah.

b. Jumlah modal bank akan terkikis dan menurunkan rasio kecukupan modal

bank.

c. Nasabah sendiri akan kehilangan kepercayaan pihak luar dan relasi bisnis,

serta citra dan nama baik yang rusak. Sementara nasabah lainnya akan

kesulitan mendapatkan pembiayaan dari bank yang bersangkutan.

d. Perputaran dana bank di masyarakat akan terhenti.

e. Pengusaha di dalam negeri akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan

pembiayaan untuk ekspansi usahanya.

E. Financing to Deposit Ratio (FDR)

1. Definisi FDR

Perbankan syariah tidak mengenal kredit (loan) dalam penyaluran dananya,

karena itu aktifitas penyaluran dana yang dilakukan bank syariah lebih mengarah

kepada pembiayaan. FDR adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan

oleh bank syariah dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank.

(Muhammad, 2005:55)

FDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang

digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit.

Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank yang berasal dari kegiatan ini.

Deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi

semakin besarnya resiko yang ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Tinggi

Page 51: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

34

rendahnya rasio ini menunjukan tingkat likuiditas bank tersebut. Berdasarkan surat

edaran bank Indonesia No 26/5/BPPP tanggal 29 mei 1993, besarnya FDR telah

ditentukan oleh bank Indonesia tidak boleh melebihi 110%. Yang berarti bank

boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang

berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 100% (Muhammad, 2005:56)

2. Penilaian Tingkat Financing to Deposit Ratio

Secara sistematis financing to Deposit Ratio (FDR) dapat dirumuskan

sebagai berikut: (Sesuai SE No.6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004)

Tujuan penting dari perhitungan FDR adalah untuk mengetahui serta

menilaisampai berapa jauh bank memliki kondisi sehat dalam menjalankan

operasiatau kegiatan usahanya. Dengan kata lain FDR digunakan sebagai suatu

indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu bank. Menurut Surat Edaran

Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993, termasuk dalam dana yang diterima bank

adalah sebagai berikut:

1. KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia) (jika ada).

2. Giro, deposito, dan tabungan masyarakat.

3.Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan,tidak

termasuk pinjaman subordinasi.

4. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari tiga

bulan.

5. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari

tiga bulan

6. Modal pinjaman.

7. Modal inti.

Page 52: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

35

Batas aman tingkat LDR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah sebesar

110%. Tolok ukur untuk tingkat LDR atau istilah perbankan syariah FDR yang baik

menurut BI tampak pada tabel :

Tabel 1.6

Tingkat Loan to Deposit Ratio

Sumber : www.bi.go.id

Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan

yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan

sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula

kemampuan likuiditas bank (Dendawijaya, 2004:97). Rasio yang tinggi

menunjukkan bahwa bank meminjamkan seluruh dananya atau relatif tidak likuid.

Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan

kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Oleh karena itu, rasio ini juga dapat

untuk member isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau

sebaliknya dibatasi. Jika bank syariah memiliki FDR yang terlalu kecil maka bank

akan kesulitan untuk menutup simpanan nasabah dengan jumlah pembiayaan yang

ada, Jika bank mempunyai FDR yang sangat tinggi, maka bank akan mempunyai

risiko tidak tertagihnya pinjaman yang tinggi pada titik tertentu bank akan

mengalami kerugian (Susilo, 1999:24).

Page 53: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

36

Selanjutnya FDR dapat pula digunakan untuk menilai strategi manajemen

suatu bank. Manajemen bank konservatif biasanya cenderung memiliki FDR yang

relatif rendah. Sebaliknya bila FDR melebihi batas toleransi dapat dikatakan

manajemen bank yang bersangkutan sangat expansif atau agresif. (Siamat, 2001:32)

3. Hubungan antara Financing Deposit to Rasio (FDR) terhadap Non Performing

Financing Perbankan Syariah

FDR adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank

syariah dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. (Muhammad,

2005:55). Hubungan antara financing deposit to rasio (FDR) terhadap non

performing financing (NPF), FDR adalah rasio dana pihak ketiga terhadap

pembiayaan, FDR ada karena ada aktifitas dana pihak ketiga, ketika dana pihak

ketiga (DPK) tinggi maka secara teori pembiayaan pun akan ikut meningkat, karena

DPK yang ada akan disalurkan pada sector riil, namun ketika rasio pembiayaan

(FDR) yang cukup tinggi, akan muncul permasalahan pokok utama bank syariah

adalah meningkatnya NPF atau pembiayaan non lancar karena dalam menjalankan

bisnis perbankan yang penuh dengan resiko, bank syariah juga tidak terlepas dari

resiko pembiayaan bermasalah karena pembiayaan bermasalah tidak akan terjadi

tanpa adanya aktivitas pembiayaan yang disalurkan sehingga bank syariah perlu

mengatur strategi agar tingkat NPF di bank syariah tidak dalam kondisi yang

menghawatirkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Maryanto (2010) yaitu meneliti tentang

pengaruh FDR terhadap non performing financing perbankan syariah dengan

menggunakan model regresi linier berganda menunjukan bahwa variabel FDR

secara simultan terdapat pengaruh yang nyata terhadap non performing financing

Page 54: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

37

perbankan syariah dan FDR secara parsial mempunyai pengaruh signifikan dan

berkoefisien negatif.

F. Nilai Tukar (Kurs)

1. Definisi Nilai Tukar

Kurs (exchange rate) atau nilai tukar sering didefinisikan sebagai harga suatu

mata uang terhadap mata uang lainnya (Salvatore, 1997:9). Nilai tukar valuta asing

adalah harga satuan mata uang dalam satuan mata uang lain. Nilai tukar valuta

asing ditentukan dalam pasar valuta asing yaitu pasar tempat berbagai mata uang

yang berbeda diperdagangkan (Samuelson dan Nordhaus, 2004:604).

Kurs dibagi menjadi dua, yaitu: kurs nominal dan kurs riil, berikut pengertian

kurs menurut para ahli :

Nominal exchange rate and real exchange rate. The nominal exchange rate is

the relative price of two different kinds money, as set in the foreign exchange maket

( DeLong, 2002:29) Exchange rate changes have their own terminology.

Depreciation of a curerency refers to the fact that one currency has become

cheaper in terms of another currency. (Schiller, 2003:441). The other side of

defreciation is appreciation, an in crease in value of one currency as expressed in

another country”s currency. Whenever one currency depreciates, another

currency must appreciate. When the exchange rate changed from 2 euros = $1 to 1

euro=$1, not oly did the euro of a dollar fall, the dollar price of a euro rise. Hence,

the euro appreciated as the dollar depreciated. (Schiller, 2003:442)

Kurs valuta asing diklasifikasikan kedalam kurs jual, kurs beli, dan kurs

tengah, untuk melihat pengertian dari kurs jual dan kurs beli maka lihatlah dari

sudut pandang bank. Kurs jual adalah yaitu kurs yang digunakan apabila bank atau

money changer menjual valuta asing atau apabila kita akan menukarkan rupiah

Page 55: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

38

dengan valuta asing yang kita butuhkan (masyarakat membeli mata uang asing).

Begitu pula sebaliknya dengan kurs beli, kurs beli yaitu kurs yang digunakan

apabila bank atau money changer membeli valuta asing atau apabila kita akan

menukarkan valuta asing yang kita miliki dengan rupiah. (masyarakat menjual uang

asing). Kurs tengah yaitu kurs antara kurs jual dan kurs beli (penjumlahan kurs beli

dan kurs jual yang dibagi dua) (www.mypanjimshs. blogspot.com).

Menurut Kuncoro (2008:42) kurs rupiah adalah nilai tukar sejumlah rupiah

yang diperlukan untuk membeli satu US$ (US dollar). Nilai tukar tersebut

ditentukan oleh kekuatan dan penawaran pasar atau istilah lainnya adalah

mekanisme pasar. Kurs adalah harga dari asset domestic (deposito bank, obligasi,

saham, dan lain-lain yang didenominasikan dalam mata uang domestik) dinyatakan

dalam asset luar negeri (asset serupa yang dengan didedominasi dalam mata uang

asing). (Miskhin, 2008:116)

2. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing

Menurut Sukirno (2004:402) perubahan dalam permintaan dan penawaran

suatu valuta asing yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta

asing, disebabkan oleh banyak faktor. Yang terpenting diantaranya adalah seperti

sebagai berikut:

a. Perubahan dalam cita rasa masyarakat.

Citarasa masyarakat mempengaruhi corak ekonomi mereka. Maka perubahan

cita rasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka atas barang-barang

yang diproduksi didalam negri maupun yang diimpor.Jika kualitas barang impor

lebih berkualitas daripada barang-barang yang diproduksi dalam negri akan

menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengkonsumsi barang-barang impor

bertambah besar sehingga permintaan barang impor akan bertambah besar,

Page 56: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

39

perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta

asing.

b. Perubahan harga-harga barang ekspor dan impor.

Harga suatu barang merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah suatu

barang akan diimpor atau diekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat

dijual dengan harga yang relatif lebih murah akan menaikan ekspor dan apabila

haragnya naik maka ekspor akan berkurang. Pengurangan harga barang impor

akan menambah jumlah impor. Dan sebaliknya, impor akan menyebabkan

perubahan dalam penawaran dan permintaan uang negara tersebut.

c. Kenaikan-kenaikan harga umum (inflasi)

Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta asing. Inflasi

yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai suatu valuta

asing. Kecendrungan seperti ini disebabkan efek inflasi yang berikut: inflasi

menyebabkan harga barang-barang ekspor menjadi lebih mahal. Oleh karena itu,

inflasi berkecendrungan mengurangi ekspor, keadaan ini menyebabkan

permintaan valuta asing bertambah dan akhirnya harga valuta asing akan

bertambah.

d. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi.

Suku bunga dan tingkat pengembalian sangat penting dalam mempengaruhi

aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian yang sangat rendah

cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri akan mengalir keluar negeri.

Begitupun sebaliknya, suku bunga dan pengembalian investasi yang tinggi akan

menyebabkan modal luar negeri masuk kenegera tersebut. Apabila lebih banyak

modal mengalir kesuatu negara, permintaan keatas maka uangnya bertambah

maka nilai mata uang tersebut akan bertambah.

Page 57: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

40

e. Pertumbuhan ekonomi

Efek yang akan diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi yang berlaku. Apabila

kemajuan itu ternyata diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan

keatas maka uang negara tersebut bertambah lebih cepat dari penawarannya dan

oleh karenanya nilai mata uang negara bersangkutan akan meningkat.

3. Hubungan Kurs dengan Non Performing Financing Perbankan Syariah

Kurs (exchange rate) atau nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap

mata uang lainnya (Salvatore, 1997:9). Hubungan kurs dengan non performing

financing dapat dilihat dari kurs mata uang rupiah terhadap mata uang asing, ketika

terjadi perubahan kurs rupiah terhadap asing sangat berpengaruh kepada kelancaran

usaha nasabah. Jika nilai rupiah jatuh dibandingkan dengan valuta asing dan jika

usaha tersebut dijalankan menggunakan bahan impor, maka akan memukul usaha

nasabah sebagai kreditur, sehingga mempersulit mereka untuk mengembalikan

kredit yang telah diberikan oleh bank dan mendongkrak nilai NPF perbankan

syariah. Penelitian yang dilakukan Taufan Verdino (2009:100) tentang nilai kurs

terhadap non performing loan perbankan Indonesia, hasil dari penelitian

menunjukan bahwa nilai kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap Non

performing loan.

G. Inflasi

1. Pengertian Inflasi

Inflasi dapat diartikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga

secara umum dan terus-menerus atau inflasi juga merupakan proses menurunnya

nilai mata uang secara kontinu (Manurung, 2008:359). Inflasi adalah proses dari

suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga

yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi

Page 58: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

41

jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling

pengaruh-mempengaruhi.

Manurung lebih lanjut menggambarkan inflasi sebagai salah satu dari

persoalan politik yang sering diangkat menjadi komoditas politik. Sebuah

pemerintahan dianggap gagal bila tidak bisa mengatasi masalah inflasi.

Setidaknya terdapat dua efek utama yang disebabkan oleh inflasi, yaitu

redistribusi dan distorsi. Inflasi mengakibatkan efek distribusi pendapatan dan

kemakmuran karena terjadinya perbedaan pada aset dan utang yang dipegang

masyarakat. Inflasi mengakibatkan efek distorsi karena perekonomian

mengalami masalah efisiensi dan masalah penilaian total output. Masalah

efisiensi ekonomi terjadi karena adanya distorsi pada harga dan penggunaan

uang, sedangkan masalah penilaian total output terjadi karena adanya inflasi

mendorong pelaku ekonomi menyesuaikan penilaian terhadap harga-harga dan

adanya penyesuaian itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

2. Jenis-jenis Inflasi

Dalam teori ekonomi, inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis:

a. Penggolongan inflasi didasarkan sifatnya, inflasi dibagi menjadi tiga kategori

utama yaitu (Putong, 2002:260)

1) Inflasi Merayap (creeping Inflation)

Biasanya ditandai dengan laju inflasi yang rendah, yaitu kurang dari 10% per

tahun.

2) Inflasi Menengah (galloping inflation)

Ditandai dengan meningkatnya harga yang cukup besar dan kondisi tersebut

berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi,

Page 59: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

42

yang artinya harga pada bulan/minggu berikutnya selalu lebih tinggi dari waktu

sebelumnya.

3) Inflasi Tinggi (hyper inflation)

Inflasi jenis ini sangat mengkhawatirkan, karena harga-harga barang meningkat

sampai dengan lima atau enam kali, sehingga nilai uang turun secara tajam.

Inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang panas

(over heated), artinya permintaan atas produk melebihi kapasitas penawaran

produknya.

b. Penggolongan inflasi berdasarkan penyebabnya, dibedakan menjadi dua, yaitu:

(Sukirno, 2006:333).

1) Demand pull inflation, yaitu inflasi yang disebabkan terlalu kuatnya

peningkatan agregat permintaan terhadap komoditi-komoditi di pasar barang.

2) Cost low inflation, yaitu inflasi yang dissebabkan bergesernya kurva agregat

penawaran ke arah kiri atas. Penyebabnya adalah meningkatnya harga-harga

faktor produksi sehingga menaikan harga komoditi di pasar.

3. Efek Buruk Inflasi

Ledakan inflasi telah membuat rumit perekonomian dan meningkatkan angka

kemiskinan. Inflasi dua digit yang dipicu oleh melambungnya harga minyak dunia

telah terbukti menjadi peristiwa yang banyak mengacaukan perekonomian dunia

selama beberapa dekade terakhir sehingga banyak menimbulkan persoalan. Bahkan

dampak inflasi yang dirasakan oleh masyarakat miskin jauh lebih besar

dibandingkan dengan angka inflasi itu sendiri. Inflasi telah mendepresiai nilai

kekayaan dan pendapatan riil masyarakat sehingga terjadi penurunan daya beli.

Dalam kondisi demikian perusahaan dililit oleh biaya – biaya produksi dan

pemasaran yang makin naik. Sehingga pendapatan perusahaan makin menurun.

Page 60: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

43

Manurung (2008:371) mengungkapkan setidaknya ada tiga biaya sosial yang

harus ditanggung dari tingginya angka inflasi. Dampak sosial tersebut ialah

menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat, memburuknya distribusi pendapatan, dan

terganggunnya stabilitas ekonomi.

Inflasi dapat menimbulkan beberapa efek buruk terhadap kegiatan ekonomi

dan kemakmuran individu dan masyarakat (Sukirno 2006:338).

a. Efek Buruk Inflasi terhadap Perkembangan Ekonomi

Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak

menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya

untuk tujuan spekulasi. Kegiatan ekonomi semacam ini dapat menyebabkan

produktivitas dan berakibat pada peningkatan pengangguran. Naiknya harga barang

lokal menyebabkan produk dalam negeri tidak bisa bersaing diluar negeri sehingga

ekspor akan menurun.

b. Efek Buruk Inflasi terhadap Kemakmuran Masyarakat

Inflasi dapat menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan

tetap. Selain itu inflasi dapat mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.

Sebaliknya harta-harta tetap seperti rumah dan tanah akan terus mengalami

kenaikan harga. Hal demikian dapat menyebabkan tidak meratanya kekayaan di

masyarakat.

4. Hubungan antara Inflasi dengan Pembiayaan Bermasalah Sektor UKM

Dalam perekonomian, inflasi merupakan hal yang wajar. Kehadirannya bisa

menggairahkan perekonomian atau justru menghancurkannya. Kenaikan harga-

harga yang disebabkan oleh inflasi juga akan dirasakan oleh para pengusaha,

terutama dalam memperoleh bahan baku untuk usaha. Inflasi mendorong pelaku

ekonomi menyesuaikan penilaian terhadap harga-harga dan adanya penyesuaian itu

Page 61: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

44

membutuhkan biaya yang tidak sedikit (Manurung, 2008:260). Selain itu inflasi

juga mengharuskan pengusaha untuk menaikan gaji para pegawainya. Kedua hal

tersebut dapat berdampak pada kegiatan usaha yang dilakukan. Selain dapat

menurunkan keuntungan perusahaan, inflasi juga dapat mengurangi kemampuan

pengusaha untuk melunasi pembiayaan yang telah diberikan. Keadaan tersebut

dapat menyebabkan kenaikan tingkat pembiayaan bermasalah yang dihadapi oleh

perbankan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hoggart et al. (2005)

peningkatan penghapusan pinjaman meningkat setelah terjadi kenaikan inflasi

harga eceran. Sementara Babouček dan Jančar (2005) mengukur efek dari

guncangan makroekonomi pada kualitas kredit dari sektor perbankan Ceko untuk

periode 1993-2006 menemukan bukti laporan korelasi positif dari non-performing

loan dengan Tingkat pengangguran dan inflasi harga konsumen.

H. Tingkat Suku Bunga

1. Konsep Tingkat Suku Bunga

Sebagai lembaga perantara keuangan akan memperoleh keuntungan dari

selisih bunga yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga yang diterima dari

peminjam. Keuntungan tersebut disebut dengan spread based. Selain itu bank

memperoleh dari jasa-jasa bank lainnya yang disebut fee based. Kegiatan utama

bank sebagai lembaga intermediasi keuangan adalah menghimpun dan menyalurkan

dana, maka menurut Kasmir (2003: 134) bunga merupakan komponen biaya dan

pendapatan bagi bank.

Kasmir (2003: 133) menyatakan bunga bank merupakan balas jasa yang

diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang

membeli atau menjual produknya. Atau bisa diartikan sebagai harga yang harus

Page 62: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

45

dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus dibayar

oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memiliki pinjaman).

Adapun beberapa macam teori mengenai tingkat bunga yang dikemukakan

oleh para ahli, antara lain (Amalia, 2010:75):

a. Teori Keynes

Menurut keynes tingkat bunga merupakan hasil interaksi antara tabungan

dan investasi. Tingkat bunga menurut Keynes merupakan suatu fenomena

moneter artinya tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan

uang. Menurut Keynes uang merupakan salah satu bentuk kekayaan yang

dipunya seseorang (portofolio) seperti halnya kekayaan dalam bentuk tabungan

di bank, saham atau surat berharga lainnya dengan memperoleh keuntungan.

Apabila suku bunga naik maka harga surat berharga akan turun, sehingga

menyebabkan orang tertarik untuk membeli surat berharga.

b. Teori Klasik

Pendapat kaum klasik mengenai harga, bahwa fluktuasi bunga dapat

mempengaruhi perilaku penabung maupun investor. Bunga adalah ”harga” dari

penggunaan (loanable funds) atau ”dana yang tersedia untuk dipinjamkan”,

sebab menurut teori klasik bunga adalah ”harga” yang terjadi di ”pasar” dana

investasi.

Harapan tingkat suku bunga di masa yang akan datang mempengaruhi

seseorang untuk memanfaatkan uangnya. Namun dalam jangka panjang

pendapatanlah yang mempengaruhi kegiatan seseorang dalam perekonomian.

Untuk menentukan besar kecilnya tingkat bunga simpanan dan pinjaman

sangat dipengaruhi oleh keduanya. Artinya baik bunga simpanan maupun

pinjaman saling mempengaruhi disamping pengaruh faktor-faktor lainnya.

Page 63: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

46

2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Suku Bunga

Menurut Kasmir dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,

edisi keenam (2002:122) mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi

besar kecilnya tingkat suku bunga, antara lain :

a. Kebutuhan dana

Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman

meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat

tepenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan suku

bunga simpanan secara otomatis akan meningkatkan bunga pinjaman.

b. Persaingan

Dalam memperebutkan dan simpanan, maka disamping faktor

promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan

pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16%, maka jika

hendak membutuhkan dana dengan cepat sebaiknya bunga simpanan

dinaikkan diatas bunga pesaing misalnya 16%. Namun sebaliknya untuk

bunga pinjaman harus dibawah bunga pesaing.

c. Kebijakan Pemerintah

Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman tidak

boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

d. Target Laba yang diinginkan

Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan

besar maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.

e. Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi

bungannya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa

Page 64: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

47

mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek,

maka bunganya relatif rendah.

f. Kualitas jaminan

Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga

kredit yang dibebankan dan sebaliknya.

g. Reputasi perusahaan

Bonfiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat

menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena

biasanya perusahaan yang bonafit kemungkinan risiko kredit macet relatif

kecil dan sebaliknya.

h. Produk yang kompetitif

Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran.

Untuk produk yang kompetitif, bungan kredit yang diberikan relatif rendah

jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif.

i. Hubungan baik

Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama

(primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan

kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank.

j. Jaminan pihak ketiga

Dalam hal ini pihak yang membarikan jaminan kepada penerima

kredit. Biasanya pihak yang memberikan jaminan bonafit, baik dari segi

kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitasnya tehadap bank,

maka bunga yang dibeban pun juga berbeda.

Sementara itu dalam situs resminya Bank Indonesia mendefinisikan Tingkat

Suku Bunga Bank Indonesia sebagai suku bunga kebijakan yang mencerminkan

Page 65: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

48

sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan

diumumkan kepada publik.

BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat

Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang

dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management)

di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.

Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan

suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku

bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga

deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.

Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian,

Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan

diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank

Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan

berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

3. Hubungan BI Rate terhadap Pembiayaan Bermasalah

Dalam penelitiannya yang dilakukan oleh Haron dan Shanmugam (1997)

menemukan bahwa suku bunga berpengaruh bagi perbankan syariah baik pada sisi

pengumpulan dana maupun pembiayaan. Meskipun Perbankan syariah tidak

menetapkan tingkat bunga baik pada sisi pembiayaan maupun pendanaan, tetapi

dalam dual banking system, bank syariah tidak bisa lepas dari risiko tingkat bunga.

Pasar yang dijangkau oleh perbankan syariah bukan hanya yang loyal terhadap

syariah, melainkan menjangkau pula pihak yang mengharap keuntungan dari bank

syariah. Karim (2007: 272) menjelaskan apabila terjadi bagi hasil pendanaan

syariah lebih kecil dari tingkat bunga maka nasabah akan berpindah ke bank

Page 66: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

49

konvensional, sebaliknya pada sisi pembiayaan, apabila margin yang dikenakan

lebih besar dari tingkat bunga maka nasabah akan beralih ke bank konvensional.

Oleh sebab itu agar bank syariah lebih kompetitif, maka suku bunga acuan atau BI

Rate biasa digunakan sebagai benchmark dalam penentuan tingkat pengembalian

dan yang utama adalah margin keuntungan murabahah. Apabila tingkat

pengembalian tinggi maka kemungkinan terjadi default juga akan meningkat.

I. Penelitian terdahulu

Berikut studi-studi yang dilakukan untuk meneliti mengenai pembiayaan

bermasalah perbankan di suatu negara. Variabel-variabel tersebut seperti Inflasi,

nilai Kurs, GDP, tingkat suku bunga negara, pengangguran, FDR, dan pertumbuhan

pembiayaan. Tabel di bawah akan mencakup penjelasannya :

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

N

o.

Nama

dan Tahun

Variabel

yang digunakan

Metode

Analisis

Hasil

1 Vighnes

wara Swamy

(2012)) Impact

of

macroeconomic

and endogenous

factors

on non

performing bank

assets

(Jurnal

Asing)

Variabel

Independent

Inflasi,

pertumbuhan

kredit, asset bank,

dll dependen:

NPL

Regresi

Linear Berganda

Inflasi tidak

berpengaruh

terhadap NPL,

Pertumbuhan

kredit dan bank

size berpengaruh

negatif signifikan

terhadap NPL

Page 67: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

50

N

o.

Nama

dan Tahun

Variabel

yang digunakan

Metode

Analisis

Hasil

2 Irum

Saba, Rehana

Kouser, dan

Muhammad

Azeem (2012)

“Determinants

of Non

Performing

Loans: Case of

US Banking

Sector”(Jurnal

Asing)

GDP, Total

Loans, dan

Interest Rate

Ordinary

least square

Regression

Terdapat

pengaruh yang

signifikan antara

NPL sebagai

variabel dependent

dengan GDP,

Total pinjaman,

dan tingkat suku

bunga sebagai

variabel

independent.

3 Etem

Hakan, Ergec,

dan Bengul

Gulumser

(2011)

Variabel

Independen:

Interest Rate

Variabel

Dependen:

Deposits

and Loan in

Islamic bankin

Vector

Error Correction

(VEC)

methodology

Kinerja

bank syariah di

Turki di sisi

pendanaan dan

pembiayaan

dipengaruhi oleh

tingkat suku bunga

4 Saiful

Anwar (2010)

Bursa efek

Jakarta, Inflasi,

Kurs, tingkat

bunga SBI, dan

jumlah uang

beredar

Variabel

Dependen :

Pengembalian

Bank dari rasio

NPF

Artificial

Netral Networks

(ANN)

Melihat

ramalan untuk

masa akan datang,

nilai tukar dan

Jumlah uang

beredar tingkat

pertama

mempengaruhi,

suku bunga SBI,

bursa efek Jakarta

dan inflasi tingkat

2 terhadap kredit

perbankan

5 Rahmaw

ulan (2008)

GDP,

Inflasi, Sertifikat

Bank Indonesia,

Sertifikat Wadiah

Bank Indonesia

(SWBI). LDR

atau FDR

Variabel

Dependen : NPL

dan NPF

perbankan

konvensional dan

Vector

Autoregression :

Impulse Response

Membandi

ngkan variabel

dependen terhadap

kredit macet bank

syariah dan

konvensional

dengan NPF/NPL,

pembiayaan tidak

berpengaruh

terhadap kredit

bermasalah, GDP,

dan Inflasi, tapi

Page 68: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

51

Syariah. berpengaruh

terhadap NPL dan

NPF. SBI

berpengaruh

positif terhadap

NPL.

N

o.

Nama

dan Tahun

Variabel

yang digunakan

Metode

Analisis

Hasil

6 Khemraj

dan Pasha

(2006),

melakukan

penelitian yang

berjudul “The

determinants of

non-performing

loans: an

econometric

case study of

Guyana”.

(Jurnal Asing)

Variabel

independen:

GDP, Interest

Rate, dan

pertumbuhan

kredit.

Variabel

dependen: NPL

Panel data

regresi Secara

parsial GDP

berpengaruh

negatif signifikan

terhadap NPL,

interest rate

berpengaruh

positif terhadap

NPL, dan

pertumbuhan

kredit berpengaruh

negatif.

7 Muham

mad Imaduddin

(2006)

“Determinants

of banking

credit default in

Indonesia: a

comparative

analiysis”

(Jurnal

Indonesia)

NPL, Bank Size,

Total Loan, GDP,

dan Indeks

industrial

Ordinary

least square

Regression

Secara simultan

berpengaruh

signifikan positif

terhadap NPF.

Secara parsial

Bank size

berpengaruh

signifikan positif,

Total loan negatif

signifikan, dan

GDP berpengaruh

positif.

8 Tarron

Khemraj dan

Sukrishnalall

Pasha (2004)

The

determinants of

non-performing

loans: an

econometric

case study of

Guyana.

Variabel

Independen:

Inflasi, Bank size,

dan pertumbuhan

kredit

Variabel

Independen: NPL

Regresi

Linear Berganda

Inflasi tidak

signifikan terhadap

NPL,

Pertumbuhan

kredit berpengaruh

signifikan negatif

terhadap NPL,

Bank size tidak

berpengaruh

terhadap NPL.

Page 69: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

52

(Jurnal Asing)

J. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang

dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari

kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian

masalah yang ditetapkan (Rodoni, 2010:15)

Financing deposit to rasio (FDR) adalah perbandingan antara pembiayaan

yang diberikan oleh bank syariah dengan dana pihak ketiga yang berhasil

dikerahkan oleh bank. (Muhammad, 2002:55) rasio ini menggambarkan alokasi

dana pihak ketiga terhadap pembiayaan yang dilakukan oleh bank, berdasarkan

bank indonesia FDR perbankan syariah mencapai >100% yang berarti bank syariah

sebagai lembaga intermediasi baik dalam menjalankan operasionalnya dalam sector

riil. Tingginya FDR bank syariah ini tidak terlepas dari karakteristik utama bank

syariah yang senantiasa mengaitkan kegiatan perbankan dengan aktivitas sector rill,

hal ini didasari pada prinsip-prinsip perbankan syariah yang dalam kegiatan

operasionalnya tidak dibenarkan melakukan pembiayaan (investasi) pada jenis

usaha yang dapat menimbulkan kemudharatan, seperti melakukan maghrib yakni

maysir, gharar, riba, dan bathil serta ikhtikar (spekulasi) dll.

Sebagai akibat dari pertumbuhan pembiayaan FDR yang cukup tinggi, maka

yang menjadi permasalahan pokok utama bank syariah adalah meningkatnya NPF

Page 70: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

53

atau pembiayaan non lancar karena dalam menjalankan bisnis perbankan yang

penuh dengan resiko, bank syariah juga tidak terlepas dari resiko pembiayaan

bermasalah karena pembiayaan bermasalah tidak akan terjadi tanpa adanya

aktivitas pembiayaan yang disalurkan sehingga bank syariah perlu mengatur

strategi agar tingkat NPF di bank syariah tidak dalam kondisi yang menghawatirkan.

Variabel berikutnya yang turut mempengaruhi pembiayaan bermasalah ialah

kurs. Kurs adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya (Salvatore,

1997:9). Nilai tukar valuta asing adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan

mata uang lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar valuta asing yaitu

pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda diperdagangkan (Samuelson dan

Nordhaus, 2004:604)

Perubahan kurs mata uang rupiah terhadap mata uang asing sangat

berpengaruh kepada kelancaran usaha nasabah. Jika nilai rupiah jatuh dibandingkan

dengan valuta asing dan jika usaha tersebut dijalankan menngunakan bahan impor,

maka akan memukul usaha nasabah sebagai kreditur, sehingga mempersulit mereka

untuk mengembalikan kredit yang telah diberikan oleh bank dan mendongkrak nilai

NPL perbankan.

Variabel berikutnya yang turut mempengaruhi pembiayaan bermasalah ialah

inflasi. Inflasi merupakan salah satu akibat dari terjadinya krisis ekonomi yang

berkepanjangan yang melanda suatu negara. Inflasi dapat diartikan sebagai suatu

proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus atau inflasi juga

merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu (Manurung,

2008:359).

Pada tahun 2012 yang merupakan awal periode penelitian ini Inflasi IHK

mencapai 2,78% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan sasaran inflasi yang

Page 71: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

54

ditetapkan oleh Pemerintah sebesar 4,5%±1% (yoy). Penyebabnya adalah

penurunan harga komoditas global, terutama harga energi, telah membuka peluang

bagi Pemerintah untuk menurunkan harga BBM yang diikuti dengan penurunan

tarif angkutan masing-masing 14,1% dan 12,1%.

Inflasi dapat menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat sehingga

menyebabkan penurunan permintaan barang yang ditawarkan produsen. Inflasi juga

mengharuskan pengusaha untuk menyesuaikan gaji pegawainya karena naiknya

harga-harga bahan kebutuhan. Hal tersebut dapat mengakibatkan menurunnnya

keuntungan usaha, sehingga risiko pembiayaan bermasalah menjadi meningkat.

Variabel berikutnya yang turut mempengaruhi pembiayaan bermasalah ialah

tingkat suku bunga acuan atau BI Rate. Meskipun perbankan syariah tidak

menggunakan variabel tingkat suku bunga dalam aktivitas pengumpulan dan

pembiayaan. Namun secara tidak langsung, para pelaku perbankan syariah

menjadikan BI Rate sebagai benchmark dalam menentukan ekuivalen tingkat bagi

hasil maupun margin pada akad jual beli.

Digunakannya BI Rate sebagai acuan dalam penentuan ekuivalen nisbah bagi

hasil, menyebabkan perubahan tingkat suku bunga atau BI Rate turut memengaruhi

tingkat pembiayaan bermasalah. Tingginya ekuivalen bagi hasil maupun margin

pembiayaan dapat menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar atau default pada

pembiayaan.

Penulis membuat penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian

sebelumnya dengan penambahan beberapa variabel dan metode penelitan yang

berbeda. Setelah peneliti mengumpulkan beberapa buku, jurnal, tesis, dan skripsi

peneliti mengambil beberapa variabel dari penelitian terdahulu kemudian membuat

Page 72: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

55

paradigma penelitian yang berbeda dimana penelitaian ini menggunakan Ordinary

least square dan dengan menggunakan bantuan alat SPSS versi 23.

Berikut ini adalah kerangka pemikiran yang peneliti gambarkan secara

sederhana untuk menjelaskan proses penelitian ini.

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

Perbankan Syariah Indonesia

Variabel Makro Ekonomi

Inflasi FDR Kurs Tingkat Suku Bunga

Non Performing Financing Sektor UKM

Analisis

Uji F Uji Adjusted R2 Uji T

Uji statistik regresi berganda

Uji signifikasi model

Uji asumsi klasik regresi linear

berganda

Kesimpulan

1. Normalitas 2. Multikolinearitas 3. Heterokedatisitas 4. Autokorelasi

Page 73: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

56

K. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang masih

perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas, dan dapat diuji.

Berdasarkan kerangka teoritis yang telah disajikan, hipotesis yang dikemukakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. H01 : Tidak terdapat pengaruh antara FDR, Kurs, Inflasi, dan Tingkat Suku

Bunga secara simultan terhadap Pembiayaan Bermasalah Sektor UKM pada

perbankan syariah.

H02 : Terdapat pengaruh antara FDR, Kurs, Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga

secara simultan terhadap Pembiayaan Bermasalah Sektor UKM pada

perbankan syariah.

2. H01 : Tidak terdapat pengaruh antara FDR terhadap Pembiayaan Bermasalah

Sektor UKM pada perbankan syariah secara parsial.

H02 : Terdapat pengaruh antara FDR terhadap Pembiayaan Bermasalah Sektor

UKM pada perbankan syariah secara parsial.

3. H01 : Tidak terdapat pengaruh antara Kurs terhadap Pembiayaan Bermasalah

Sektor UKM pada perbankan syariah secara parsial.

H02 : Terdapat pengaruh antara Kurs terhadap Pembiayaan Bermasalah Sektor

UKM pada perbankan syariah secara parsial.

4. H01 : Tidak terdapat pengaruh antara Inflasi terhadap Pembiayaan Bermasalah

Sektor UKM pada perbankan syariah secara parsial.

H02 : Terdapat pengaruh antara Inflasi terhadap Pembiayaan Bermasalah

Sektor UKM pada perbankan syariah secara parsial.

5. H01 : Tidak terdapat pengaruh antara Tingkat Suku Bunga terhadap

Pembiayaan Bermasalah Sektor UKM pada perbankan syariah secara parsial.

Page 74: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

57

H02 : Terdapat pengaruh antara Tingkat Suku Bunga terhadap Pembiayaan

Bermasalah Sektor UKM pada perbankan syariah secara parsial.

Page 75: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

58

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini berobyek kepada

Perbankan Syariah di Indonesia yang terdiri dari Bank Umum Syariah dan Unit

Usaha Syariah dan dibatasi selama periode tahun 2012-2015. Dengan

menggunakan data time series yang diperoleh dari Bank Indonesia dan Badan

Pusat Statistik (BPS).

Penelitian ini menggunakan variabel terikat (dependent variables) yaitu

pembiayaan bermasalah sektor UKM di perbankan syariah. Sedangkan variabel

bebasnya (independent variables) yaitu FDR, Kurs, inflasi, dan BI Rate.

B. Metode penentuan sampel

Sugiyono (2008:61, 62) mengungkapkan bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karaketristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulan. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut.

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank umum Syariah dan

Unit usaha syariah yang beroperasi di Indonesia yang telah memperoleh ijin resmi

dari Bank Indonesia pada periode Januari 2012 sampai Desember 2015. BUS dan

UUS dipilih karena sesuai dengan undang-undang.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sample data dalam rentang waktu

48 bulan. Penelitian ini menggunakan data dari tahun 2012-2015 karena pada masa

Page 76: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

59

tersebut berada di dalam siklus pertumbuhan ekonomi yang sedang berkembang

setelah tahun 2009 yang mengalami krisis ekonomi di dunia dan Indonesia.

C. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti melalui

pihak kedua atau tangan kedua (Usman, 2006:20). Peneliti menggunakan data

sekunder berupa data runtun waktu (time series) dengan skala bulanan yang

dihimpun oleh Bank Indonesia pada laporan statistik perbankan syariah dari bulan

Januari 2012 sampai dengan Desember 2015 yang diperoleh dari www.ojk.go.id

dan www.bi.go.id.

2. Metode Studi Pustaka

Yaitu dengan melakukan telaah pustaka, eksplorasi, dan mengkaji berbagai

literatur pustaka seperti berbagai majalah, jurnal, dan sumber-sumber yang

berkaitan dengan penelitian.

3. Internet

Yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat dan mengumpulkan

dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini, yang terdapat dalam publikasi

Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, dan Bank syariah yang termasuk dalam

sampel dalam situs-situs internet masing-masing lembaga.

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, penelitian ini sangat

bergantung pada sumber-sumber berikut:

a. Laporan tahunan perbankan tahun 2012-2015 yang dikeluarkan oleh Bank

Indonesia (BI).

b. Beberapa laporan statistik yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Page 77: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

60

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

metode analisi Regresi Linier Berganda Sederhana (Ordinary Least Square).

Dalam melakukan analisis regresi linier berganda, metode ini mensyaratkan untuk

melakukan uji asumsi klasik agar mendapatkan hasil regresi yang baik (Ghozali,

2005:94 ).

1. Uji asumsi Klasik

Dalam menganalisis model regresi linear berganda agar menghasilkan

estimator yang baik, yaitu linier tidak bias dengan varian yang minimum

(bestlinier unbiased estimator = blue) adalah terpenuhinya asumsi dasar regresi

yaitu dengan melakkukan serangkaian uji asumsi klasik sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti

diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti

distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak

valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah

residual berdistribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005:147), yaitu:

1. Analisis Grafik

Uji normalitas dapat dideteksi dengan melihat histogram yang

membandingkan antara observasi dengan distribusi yang mendekati normal

yaitu simetris dan tidak menceng ke kanan atau ke kiri. Atau dengan melihat

grafik normal probability plot, jika data menyebar disekitar garis diagonal

dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Bila data menyebar jauh

Page 78: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

61

dari garis diagonalnya dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka

model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Statistik Normalitas

Untuk mendeteksi normalitas data dengan cara uji statistik penelitian

ini menggunakan analisis statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov

test (K-S) Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:

Ho = data residual terdistribusi normal

Ha = data residual tidak terdistribusi normal

Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:

a) Apabila probabilitas uji K-S signifikan secara statistik (p<0,05) maka Ho

ditolak, yang berarti data terdistribusi tidak normal

b) Apabila probabilitas uji K-S tidak signifikan statistik(p>0.05) maka Ho

diterima, yang berarti data terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Untuk mendeteksi

ada dan tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut

(Gujarati 2007, 205) :

1) Nilai r2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat

tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang

tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2) Menganalisis matrik korelasi variabel – variabel independen. Jika antara

variabel independen ada korelasi cukup tinggi (umumnya diatas 0,80) maka

hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.

Page 79: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

62

3) Pengujian korelasi parsial

4) Regresi subsider atau tambahan. Mengingat multikolinieritas muncul karena

salah satu atau lebih variabel penjelas adalah kombinasi pasti linear, salah

satu cara untuk mengetahui variabel bebas mana yang sangat kolinear

dengan variabel bebas lainnya adalah dengan meregresikan masing-masing

variabel bebas terhadap variabel bebas lainnya untuk mengetahui R2 terkait.

5) Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan (2) variance

inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel

independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Tolerance mengukur variabel independen yang terpilih yang tidak dapat

dijelaskan oleh variabel independen lainnya, jadi nilai tolerance yang

rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai

cutoff yang yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥

10.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi

antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada

periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah

ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut

waktu (time series) atau ruang (cross section). Salah satu penyebab munculnya

masalah autokorelasi adalah adanya kelembaman (inertia) artinya kemungkinan

besar akan mengandung saling ketergantungan pada data data observasi

sebelumnya dan periode sekarang.

Page 80: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

63

Salah satu metode analisis untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi

adalah dengan melakukan pengujian nilai durbin watson (DW test) (Ghozali,

2005:100). Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 = tidak ada autokorelasi (r = 0)

Ha = ada autokorelasi (r ≠ 0)

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif

Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif

Tanpa keputusan dl ≤ d ≤ du

Tidak ada korelasi negatif

Tolak 4 – dl < d < 4

Tidak ada korelasi negatif

Tanpa keputusan 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl

Tidak ada autokorelasi positif atau negatif

Terima du < d < 4 – du

Sumber: Gujarati, Damodar N (United States Military Academy, West Point).

Essentials of Econometrics. Third Edition. McGraw-Hill International Edition. 2006.

d. Uji Heteroskedaskitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model

regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.

1) Analisis Grafik

Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dalam penelitian ini

dilakukan dengan analisis grafik, yaitu melihat grafik scartter plot antara

nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID,

dimana sumbu y adalah y yang telah diprediksi, dan sumbu x adalah

residual (y prediksi – y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Deteksi

Page 81: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

64

ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan sebagai berikut: (Ghozali,

2005: 126)

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur, maka mengidentifikasikan telah terjadi

heterokedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan

dibawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

2) Metode Park

Metode uji Park yaitu dilakukan dengan meregresikan nilai residual

(Lnei2) dengan masing-masing variabel dependen (LnX1, LnX2, LnX3, dan

LnX4). Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi tersebut

signifikan secara statistik, hal ini menunjukan bahwa dalam data model

empiris yang diestimasi terdapat heterokedastisitas, dan sebaliknya jika

parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka asumsi

homokedastisitas pada data model tersebut tidak dapat ditolak (Ghozali,

2005:128)

Setelah melakukan serangkaian uji asumsi klasik diatas, maka data

yang sudah dikumpulkan tersebut dianalisis dengan menggunakan metode

regresi linier berganda. Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

NPF = α + b1FDR + b2Kurs + b3Inflasi + b4BIRate +

Keterangan NPF : Non Performing Financing

FDR : Finance to Deposit Ratio

Kurs : Nilai Mata Uang Rupiah Dollar

Inflasi : Nilai Inflasi

Page 82: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

65

BIRate : Tingkat Suku Bunga Riil

α : Konstanta Regresi

b1 b2 b3 b4 : Koefisien Regresi

: Variabel yang berpengaruh di luar

variabel yang tidak dimasukan di

atas

E. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji bisa atau tidaknya model regresi tersebut digunakan dan untuk

menguji kebenaran hipotesis yang dilakukan, maka diperlukan pengujian statistik,

yaitu:

1. Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Uji F untuk menguji asumsi mengenai tepatnya model regresi untuk

diterapkan terhadap data empiris atau hasil observasi. Uji statistik F pada

dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan

dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap

variabel dependen (Ghozali, 2005:88).

Untuk pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F Statistik

dengan F Tabel. F Hitung dapat diperoleh dengan rumus:

F Hitung =

Keterangan R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah sampel

Langkah langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah:

R2/(k-1)

1-R2/(n-k)

Page 83: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

66

a. Menyusun hipotesis nol H0 dan Hipotesis alternatif (Ha):

1) H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0 : artinya secara bersama-sama variabel

indepeden tidak berpengaruh terhadap variabel independen

2) Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0, artinya secara bersama-sama variabel

independen berpengaruh terhadap variabel independen

b. Menetukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0,05 (α)

c. Membandingkan f-hitung dengan f-tabel

1) Bila fhitung < ftabel maka H0 diterima dan ditolak Ha, artinya bahwa secara

bersama-sama variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen

2) Bila fhitung > ftabel, maka H0 ditolak dan menerima Ha artinya bahwa secara

bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen

d. Berdasarkan probabilitas

Ha akan diterima jika nilai probabilitas kurang dari 0,05 (α).

2. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Uji t merupakan pengujian terhadap variabel independen secara parsial

(individu) dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel

independen secara individual terhadap variabel dependen.

Untuk pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai t Statistik

dengan t Tabel. t Hitung dapat diperoleh dengan rumus:

t =

Dimana b adalah nilai parameter dan Sb adalah standar error dari b.

Standar error dari masing-masing parameter dihitung dari akar varians masing-

masing.

b

Sb

Page 84: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

67

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah (Ghozali,

2005:88):

a. Menyusun hipotesis nol dan hipotesis alternatif:

1) Ho : b1 = 0: artinya bahwa variabel independent tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen

2) Ha : b1 ≠ 0 : artinya bahwa variabel independen berpengaruh terhadap

variabel dependen

b. Menentukan tingkat signifikansi α sebesar 0,05

c. Membandingkan thitung dengan ttabel

1) Jika thitung < ttabel atau -thitung > -ttabel maka H0 diterima atau menolak Ha,

artinya bahwa variabel independent tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen.

2) Jika thitung > ttabel atau -thitung < -ttabel maka H0 ditolak atau meneria Ha,

artinya bahwa variabel independent berpengaruh terhadap variabel

dependen.

d. Berdasarkan probabilitas

Ha akan diterima jika nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 (α)

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel - variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005:87).

Page 85: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

68

F. Definisi Operasional Variabel

Operasional variabel merupakan definisi dari serangkaian variabel yang

digunakan dalam penulisan (Hamid, 2010:20). Pengertian operasional variabel

adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang diamati. Dari definisi

operasional tersebut dapat ditentukan alat pengambilan data yang cocok

dipergunakan. Berikut ini mengenai definisi operasional variabel yang akan

digunakan dalam penelitian, yaitu:

1. Rasio Non Perfoming Financing

Variabel non performing financing (NPF) menggambarkan pembiayaan

bermasalah pada bank syariah yang meliputi pembiayaan kurang lancar (KL),

diragukan (D), dan macet (M). Rasio NPF diperoleh dengan rumus berikut:

NPF= x 100 %

Dalam penelitian ini rasio NPF merupakan variabel dependen yaitu

variabel yang keberadaannya dapat dijelaskan oleh sejumlah variabel

independen. Variabel ini dinotasikan dengan notasi NPF.

2. Financing to Deposit Ratio (FDR)

FDR adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank

syariah dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank.

(Muhammad, 2002:55) Data FDR di peroleh dari bank yang bersangkutan

yang akan diteliti dengan satuan persen. (www.bi.go.id)

3. Kurs

Kurs (Nilai Tukar Mata Uang) adalah perbandingan nilai mata uang

suatu negara dengan mata uang negara lainnya (Sukirno, 2004:397). Pada

Pembiayaan yang bermasalah

Total Pembiayaan Disalurkan

Page 86: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

69

penelitian ini yang digunakan adalah nilai tukar Rupiah terhadap US$.

menurut Bank Indonesia dengan memakai kurs tengah (kurs BI) dengan

memakai skala pengukuran nominal pada setiap tahun yang diperoleh dari

website Bank Indonesia dengan menggunakan data kurs tengah

(www.bi.go.id).

4. Inflasi

Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga

secara umum dan terus-menerus atau inflasi juga merupakan proses

menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu

peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang

dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika

proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling

mempengaruhi. (Adi 2012:74)

5. Tingkat Suku Bunga

Menurut Bank Indonesia, BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang

mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh

bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Sasaran operasional

kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang

Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini

diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan

pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.

Page 87: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

70

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah dan Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas

undang-undang sebelumnya yang dimana berdasarkan prinsip operasionalnya

bank dibedakan menjadi dua, yakni bank konvesional yang mendasarkan pada

prinsip bunga dan bank berdasarkan prinsip syariah atau yang kemudian lazim

dikenal dengan bank syariah. Bank syariah terdiri dari Bank Umum Syariah dan

Bank Perkreditan Rakyat Syariah atau yang saat ini disebut sebagai Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah. (Khotibul 2016:1) Sebelumnya sistem perbankan

syariah sudah mulai dikenal luas di Indonesia pada tahun 1992 dengan momen

dikeluarkannya UU No. 7 Tahun 1992 yang memungkinkan bank-bank di

Indonesia menjalankan kegiatan operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

Menurut Siregar (2002:2) upaya pengembangan perbankan syariah di

Indonesia tidak semata hanya merupakan konsekuensi dari UU No. 10/1998

dan UU No. 23/1999 tetapi juga merupakan bagian dari upaya penyehatan

sistem perbankan yang bertujuan meningkatkan daya tahan perekonomian

nasional. Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan 1997 membuktikan

bahwa bank yang beroperasi dengan prinsip syariah dapat bertahan di tengah

gejolak nilai tukar dan tingkat suku bunga yang tinggi. Kenyataan tersebut

ditopang oleh karakteristik operasi bank syariah yang melarang bunga (riba),

transaksi yang bersifat tidak transparan (gharar) dan spekulatif (maysir).

Dengan kenyataan tersebut, pengembangan perbankan syariah diharapkan

Page 88: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

71

dapat meningkatkan ketahanan sistem perbankan nasional yang pada

gilirannya juga diharapkan dapat meningkatkan ketahanan ekonomi nasional di

masa mendatang. Ketahanan ekonomi nasional yang sedemikian rupa dapat

menciptakan perekonomian yang tangguh, yaitu perekonomian yang

pertumbuhan sektor keuangannya sejalan dengan pertumbuhan sektor riil.

Pada tahap awal, landasan hukum bagi pengembangan perbankan syariah

adalah UU No. 7 tahun 1992 yang mengizinkan bank untuk memberikan

pinjaman kepada nasabah dengan prinsip bagi hasil. Sejak tahun 1992-1998

dapat dikatakan tidak banyak kemajuan dalam perkembangan perbankan

syariah di Indonesia terutama karena belum ada landasan hukum yang jelas

mengenai keberadaan bank syariah. Dengan lahirnya UU No. 10 tahun 1998

dan UU No. 23 tahun 1999 keberadaan bank syariah diakui secara eksplisit dan

memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi Bank Indonesia dalam

pengembangan perbankan syariah. (Adi 2013:77)

Tahun 1992 merupakan tahun yang menggembirakan dalam sejarah

perkembangan bank syariah di Indonesia yang ditandai dengan berdirinya bank

syariah pertama yaitu PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI). Siregar

(2002:4) berpendapat bahwa dalam periode 1992-1998 tidak terdapat hal berarti

dalam perkembangan bank syariah yang disebabkan oleh beberapa hal:

a. Rendahnya pengetahuan dan kesalahpahaman masyarakat mengenai bank

syariah.

b. Belum tersedianya ketentuan pelaksana terhadap operasional bank syariah.

c. Terbatasnya jaringan kantor perbankan syariah.

Page 89: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

72

d. Kurangnya sumber daya insani (SDI) yang memiliki keahlian perbankan

syariah.

Bank Muamalat Indonesia, adalah bank umum pertama di Indonesia yang

menerapkan prinsip Syariah Islam dalam menjalankan operasionalnya. Didirikan

pada tahun 1991, yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan

Pemerintah Indonesia. Mulai beroperasi pada tahun 1992, yang didukung oleh

cendekiawan Muslim dan pengusaha, serta masyarakat luas. Pada tahun 1994,

telah menjadi bank devisa. Produk pendanaan yang ad menggunakan

prinsip Wadiah(titipan) dan Mudharabah (bagi-hasil). Sedangkan penanaman

dananya menggunakan prinsip jual beli, bagi-hasil, dan sewa.

Perkembangan bank syariah mulai terasa sejak dilakukan amandemen

terhadap UU No. 7/1992 menjadi UU No. 10/1998 yang memberikan landasan

operasi yang lebih jelas bagi bank syariah. Sebagai tindak lanjut UU tersebut,

Bank Indonesia mulai memberikan perhatian lebih serius terhadap

pengembangan perbankan syariah, yaitu pada bulan April 1999 membentuk

satuan kerja khusus yang menangani penelitian dan pengembangan bank syariah

(Tim Penelitian dan Pengembangan Bank Syariah dibawah Direktorat Penelitian

dan Pengaturan Perbankan) yang menjadi cikal bakal Biro Perbankan Syariah

yang dibentuk pada 31 Mei 2001. Sebagai hasil dari upaya pengembangan

perbankan syariah yang dilaksanakan secara intensif sejak dikeluarkannya UU

No. 10 tahun 1998 maka pertumbuhan perbankan syariah relatif pesat sejak

tahun 1999. Pada awal tahun 1999 jumlah bank syariah baru terdapat 1 bank

umum syariah dengan 9 kantor cabang serta 76 BPRS.

Sementara itu pada tahun 2012 yang merupakan periode awal penelitian

ini, perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Tiga

Page 90: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

73

belas tahun sejak amandemen UU No. 10/1998, jumlah bank syariah di

Indonesia meningkat menjadi 11 bank sedangkan jumlah unit usaha syariah

sebanyak 24 bank. Membaiknya perekonomian dunia pasca krisis di tahun 2009

membuat optimisme menghampiri perkembangan perbankan syariah di tanah air.

Seperti digambarkan pada bab 1, dijelaskan bahwa jumlah Bank Umum

Syariah adalah sebanyak 12 bank dan Unit Usaha Syariah sebanyak 22 unit di

Juni 2015. Meskipun dalam perkembangannya perbankan syariah selalu

“diintai” oleh siklus krisis ekonomi baik di dalam maupun luar negeri namun

perbankan syariah justru mengalami perkembangan yang baik, bahkan industri

perbankan syariah sering disebut sebagai ”the fastest growing industry” yang

sempat menyentuh angka pertumbuhan aset di atas 20% setiap tahunnya.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia yang notabene masih

tergolong masa awal perkembangan cenderung belum memiliki tingkat integrasi

dengan sistem keuangan global dan eksposur valas yang dimiliki oleh perbankan

syariah di Indonesia pun masih belum signifikan. Hal tersebut berdampak pada

terhindarnya dari dampak langsung krisis global yang terjadi.

Penelitian ini berobjek pada bank umum syariah dan unit usaha syariah

yang memperoleh ijin operasional dari Bank Indonesia yaitu sebanyak 12 bank

umum syariah dan 22 unit usaha syariah.

B. Anaslisis dan Pembahasan

1. Analisis Deskriptif

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

bantuan pengolahan data SPSS 23 dan Microsoft Excel 2010. Variabel-variabel

yang diteliti yaitu terdiri dari variabel independent; FDR, Kurs, Inflasi, dan BI

Page 91: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

74

Rate. Sedangkan variabel dependennya adalah tingkat Non Performing

Financing Sektor UKM. Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:

a. Financing to Deposit Ratio (FDR)

FDR adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank

syariah dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank.

(Muhammad, 2002:55) Tujuan penting dari perhitungan FDR adalah untuk

mengetahui serta menilai sampai berapa jauh bank memliki kondisi sehat

dalam menjalankan operasi atau kegiatan usahanya. Dengan kata lain FDR

digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu

bank syariah.

Besarnya FDR telah ditentukan oleh bank Indonesia tidak boleh

melebihi 110%. Yang berarti bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan

melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak

melebihi 100% (Muhammad, 2005:55). Perkembangan FDR Januari 2012

sampai Desember 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1

Perkembangan Financing to Deposit Ratio Terhadap Perbankan Syariah di

Indonesia Periode 2012-2015

Bulan FDR (%)

2012 2013 2014 2015

Januari 87,27 100,63 100,07 88,85

Febuari 90,49 102,17 102,03 89,37

Maret 87,13 102,62 102,22 89,15

April 95,39 103,08 95,50 89,57

Mei 97,95 102,08 99,43 90,05

Juni 98,59 104,43 100,80 92,56

July 99,91 104,83 99,89 90,13

Agustu

s

101,03 102,53 98,99 90,72

Septem

ber

102,10 103,27 99,71 90,82

Oktobe

r

100,84 103,03 98,99 90,67

Page 92: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

75

Novem

ber

101,19 102,58 94,62 90,26

Desem

ber

100,00 100,32 91,50 88,03

Sumber : Bank Indonesia dan Statistik Perbankan Syariah (data diolah)

Dari tabel 4.1 dapat dilihat perkembangan FDR di Indonesia pada tahun

2012 hingga tahun 2015 mengalami fluktuatif. Sepanjang tahun pengamatan

tingkat FDR tertinggi pada Juli 2013 yaitu FDR perbankan syariah menempati

104,83% melewati batas aman bank indonesia yaitu dibawah 93.75%, dengan

rasio NPF 4.76% hampir mendekati batas aman kesehatan bank syariah 5%,

yang artinya bank syariah harus lebih berhati-hati dalam penempatan dana pada

sektor riil, karena resiko yang besar. FDR terendah terjadi pada November 2012

tingkat FDR pada 87,13% yang artinya bank syariah lebih berhati-hati dalam

pembiayaan sekor riil dan lebih memilih instrument moneter yaitu sebagai

wadah over likuiditas yang mana resiko SBIS lebih kecil dibanding resiko

pembiyaan riil. Tingkat FDR dari tahun Januari 2012-Desember 2015 dalam

rata-rata 87-105 %.

b. Kurs (Rupiah/US$)

Nilai tukar berarti nilai pada tingkat mana dua mata uang yang berbeda

diperdagangkan satu sama lainnya. Pasar valuta asing adalah pasar dimana mata

uang asing diperdagangkan pada tingkat harga yang dinyatakan dalam nilai tukar.

(Rizhard Lipsey, 1995:413). Perkembangan nilai tukar rupiah (kurs

Rupiah/US$) periode 2005- 2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2

Perkembangan Kurs Indonesia Periode 2012-2015

Bulan Kurs

2012 2013 2014 2015

Januari 9622 9753 10238 9778 Febuari 9790 9890 10457 9957

Page 93: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

76

Maret 9810 9978 10627 10057 April 9975 10023 10834 10278 Mei 9236 10149 10760 10075 Juni 9754 10165 11321 10271 July 9974 10210 10968 9903

Agustu

s 9643 10175 11016 10009 Septem

ber 9821 10132 10710 10322 Oktobe

r 9632 10097 10717 9736 Novem

ber 9523 10075 10445 9886 Desem

ber 9897 10178 10164 10010

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa angka nilai tukar rupiah

(kurs) tertinggi terjadi pada bulan Juni 2014 yaitu sebesar Rp.11.321,26 dan nilai

tukar rupiah terendah terjadi pada bulan Mei 2012 yaitu sebesar Rp. 9.236,68

Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa nilai tukar rupiah (kurs Rupiah/US$)

berfluktuasi.

Pada tahun 2014 hingga Desember 2015 kurs Rupiah/US$ kembali stabil

dan gambar di atas menunjukkan bahwa pergerakan yang stabil sepanjang tahun

tersebut karena berada pada kisaran Rp.10.000,00. Pada tahun 2013 hingga 2014

kurs Rupiah/US$ cenderung melemah dengan rata-rata diatas Rp.10.200,00.

Kecenderungan melemahnya nilai tukar Rupiah tersebut terkait dengan kondisi

sosial politik yang bergejolak. Dan pada pertengahan 2014 kurs

Rupiah/US$ kembali menguat hingga mencapai kisaran Rp. 10.164,00. dan dari

pertengahan 2014 sampai akhir 2015 rupiah stabil dan menguat cukup signifikan

sesuai pada gambar 4.2 yang menunjukkan bahwa pergerakan yang stabil

sepanjang tahun tersebut karena berada pada kisaran Rp.10.000,00 sampai

Rp.10.200,00.

Page 94: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

77

Selama tahun 2015 penguatan nilai tukar rupiah tidak terlepas dari prospek

dolar AS yang sedang mengalami depresiasi. Dari sisi domestik, solidnya

fundamental ekonomi dan prospek pencapaian Investment Grade Indonesia yang

membaik menjadi faktor penarik bagi aliran modal masuk. Sehingga, nilai tukar

rupiah ini yang menguat cukup signifikan terutama disebabkan oleh derasnya

aliran masuk modal asing yang ditopang oleh keseimbangan interaksi

permintaan dan penawaran valuta asing di pasar domestik serta fundamental

perekonomian domestik yang kuat. (www.bi.go.id)

c. Inflasi

Menurut Miskhin (2008:13) inflasi yaitu kegiatan kenaikan harga-harga

secara terus menerus, mempengaruhi individu, pengusaha dan

pemerintah.Dalam ilmu ekonomi, inflasi merupakan suatu proses meningkatnya

harga-harga secara umum dan terus menerus. Dengan kata lain, inflasi juga

merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah

proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga. Artinya

tingkat harga yang dianggap tinggi belum dianggap inflasi. Inflasi dianggap

terjadi apabila proses kenaikan harga berlangsung secara terus menerus dan

saling mempengaruhi. (Sukirno, 2004:27)

Angka inflasi sebagai salah satu indikator stabilitas ekonomi selalu

menjadi pusat perhatian. Inflasi dapat dikaitkan dengan gejolak ekonomi yang

selalu mengitu perjalanan perekonomian suatu negara yang dinamis. Tekanan

inflasi menjadi tinggi dengan adanya kebijakan pemerintah untuk mengurangi

berbagai subsidi guna mendorong pembentukan harga berdasarkan mekanisme

pasar.

Page 95: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

78

Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan,

sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga

berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%-30% setahun;

inflasi berat antara 30%-100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tidak

terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.

Data inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perkembangan

inflasi per bulan periode Januari 2012 hingga Desember 2015. Data tersebut

diperoleh dari situs www.bi.go.id.

Tabel 4.3. Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia Periode 2012-2015

Bulan Inflasi (%)

2012

2013

2014

2015

Januari 3,65 4,57 8,22 6,96 Februari 3,56 5,31 7,55 6,29 Maret 3,97 5,90 7,32 6,38 April 4,50 5,57 7,25 6,79 Mei 4,45 5,47 7,32 7,15 Juni 4,53 5,90 6,70 7,26 Juli 4,56 8,61 4,53 7,26 Agustus 4,58 8,79 3,99 7,18 September 4,31 8,40 4,53 6,83 Oktober 4,61 8,32 4,83 6,25 November 4,32 8,37 6,23 4,89 Desember 4,30 8,38 8,36 3,35

Sumber: Bank Indonesia dan Statistik Perbankan Syariah (data diolah)

Dari tabel 4.2 dapat dilihat perkembangan inflasi di Indonesia pada tahun

2012 hingga tahun 2015 mengalami fluktuatif. Sepanjang tahun 2012, inflasi

meningkat secara signifikan, inflasi tertinggi terjadi pada bulan Oktober dengan

tingkat inflasi sebesar 4,61% Penyebab awalnya adalah faktor non fundamental

seperti anomali cuaca baik lokal maupun global yang menyebabkan harga

pangan melonjak. Komoditas bahan pokok seperti beras dan bumbu-bumbuan

Page 96: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

79

memberi kontribusi kenaikan harga yang sangat besar pada inflasi volatile food

selama tahun 2012. Kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga barang atau

jasa yang bersifat strategis seperti tarif dasar listrik kelompok rumah tangga ikut

memengaruhi tingkat inflasi.

Pada tahun 2013 inflasi mencapai angka tertinggi pada bulan Agustus

yakni sebesar 8,79% dan inflasi terendah terjadi pada bulan Januari sebesar

4,57% dan jauh dari sasaran inflasi pemerintah yaitu 4,5% Inflasi terutama

dipicu oleh kawasan Sumatera yang dipengaruhi oleh tingginya inflasi

volatile food dan inflasi administered price, dan berakibat pada tertahannya

tren perbaikan ketenagakerjaan dan kesejahteraan di tahun 2013.

Pada tahun 2014 dengan tingkat inflasi tahunan sebesar 7,5% sepanjang

Januari sampai Desember, tingkat BI Rate ini dipandang masih konsisten

dengan upaya mencapai sasaran inflasi 2014 sebesar 4,5%. Di bulan

November 2014 pemerintah menyikapi kebijakan kenaikan BBM bersubsidi,

BI menaikkan BI Rate menjadi 7,75%. Kenaikan ini ditempuh untuk

mematahkan risiko kenaikan ekspetasi inflasi dan memastikan bahwa tekanan

inflasi pasca kenaikan harga BBM bersubsidi tetap terkendali, temporer, dan

dapat segera kembali pada lintasan sasarannya.

Dan pada tahun 2015 inflasi tercatat sebesar 3,35% dan berada dalam

kisaran sasaran inflasi 2015. Terkendalinya inflasi dipengaruhi oleh faktor

global dan domestik. Di sisi global menurunnya harga minyak dunia

memberikan kesempatan bagi pemerintah untuk menurunkan harga BBM

domestik dan harga LPG 12 kg serta menyesuaikan tarif tenaga listrik.

Penurunan tersebut dimungkinkan sejalan dengan reformasi energi yang

mengatur penentuan harga energi berdasarkan harga keekonomiannya.

Page 97: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

80

Penurunan harga komoditas global, termasuk harga pangan, menyebabkan

inflasi volatile food yang relatif terkendali.

(Laporan Perekonomian Indonesia Tahunan Periode 2012-2015)

d. BI Rate

BI Rate merupakan suku bunga dengan tenor 1 bulan yang diumumkan

oleh bank Indonesia secara periodik yang berfungsi sebagai sinyal kebijakan

moneter. Secara sederhana, BI rate merupakan indikasi dari suku bunga

jangka pendek yang diinginkan Bank Indonesia dalam upaya untuk mencapai

target inflasi. (Adi 2012:89)

BI rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk

mengarahkkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang operasi pasar

terbuka berada disekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga BI rate diharapkan

mempengaruhi PUAB, suku bunga simpanan, dan suku bunga lainnya dalam

jangka panjang.

Sasaran akhir suatu kebijakan moneter dalam arti luas mencakup

stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja,

keseimbangan neraca pembayaran, stabilitas pasar uang, dan stabilitas pasar

valuta asing.

Data dari perhitungan tingkat suku bunga bank Indonesia diambil setiap

akhir bulan mulai dari bulan Januari tahun 2012 sampai dengan bulan

Desember tahun 2015, data diperoleh dari laporan moneter Bank Indonesia.

Page 98: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

81

Tabel 4.4. Perkembangan BI Rate Periode 2012-2015

Bulan BI Rate (%)

2012

2013

2014

2015

Januari 6,00 5,75 7,50 7,75

Februari 5,75 5,75 7,50 7,50

Maret 5,75 5,75 7,50 7,50

April 5,75 5,75 7,50 7,50

Mei 5,75 5,75 7,50 7,50

Juni 5,75 6,00 7,50 7,50

Juli 5,75 6,50 7,50 7,50

Agustus 5,75 7,00 7,50 7,50

September 5,75 7,25 7,50 7,50

Oktober 5,75 7,25 7,50 7,50

November 5,75 7,50 7,75 7,50

Desember 5,75 7,50 7,75 7,50

Sumber: Bank Indonesia dan Statistik Perbankan Syariah (data diolah)

Dari tabel 4.4 dapat dilihat perkembangan BI Rate di Indonesia pada tahun

2012 hingga tahun 2015 mengalami fluktuatif. Sepanjang tahun 2012 hingga

tahun 2015 terus mengalami peningkatan. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank

Indonesia pada 12 Januari 2012 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate

pada level 6,0%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih sejalan dengan

pencapaian sasaran inflasi ke depan, upaya menjaga stabilitas sistem keuangan

serta tetap kondusif dalam mendukung ekspansi ekonomi domestik di tengah

ketidakpastian perekonomian global. Selama tahun 2012, perekonomian

Indonesia menunjukkan kinerja yang menggembirakan dengan tingkat inflasi

yang rendah, pertumbuhan ekonomi yang meningkat, nilai tukar Rupiah yang

stabil, dan stabilitas sistem keuangan yang terjaga. Pencapaian tersebut tidak

terlepas dari berbagai kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah.

Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai risiko memburuknya

perekonomian global.

Page 99: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

82

Di sisi kebijakan, Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran

kebijakan moneter dan makroprudensial, serta koordinasi kebijakan dengan

Pemerintah. Dewan Gubernur meyakini bahwa penerapan bauran kebijakan

moneter dan makroprudensial yang bersifat counter-cyclical sangat diperlukan

dalam pengelolaan makroekonomi secara keseluruhan serta untuk membawa

inflasi pada sasaran yang ditetapkan, yaitu 4,5%±1% pada tahun 2012 dan 2013.

Pada tahun 2014 Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada

11 Desember 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar

7,75%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit

Facility masing-masing tetap pada level 8,00% dan 5,75%. Tingkat suku

bunga tersebut masih konsisten untuk memastikan tekanan inflasi jangka pendek

pasca kebijakan realokasi subsidi BBM yang ditempuh Pemerintah akan tetap

terkendali dan temporer sehingga akan kembali menuju ke sasaran 4±1% pada

2015. Kebijakan tersebut juga sejalan dengan langkah-langkah stabilisasi yang

ditempuh selama ini untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan ke tingkat

yang lebih sehat.

Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan untuk memastikan

stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tetap terjaga. Kebijakan moneter

yang cenderung ketat tetap dilanjutkan untuk mengendalikan inflasi dan defisit

transaksi berjalan, sementara kebijakan makroprudensial yang akomodatif

ditempuh agar pengetatan moneter tersebut tidak menimbulkan risiko terhadap

stabilitas sistem keuangan. Kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk

mendukung penyaluran program sosial Pemerintah dan memperluas Gerakan

Nasional Non-Tunai (GNNT).

Page 100: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

83

Selain itu, koordinasi kebijakan antara Bank Indonesia dan Pemerintah

juga terus diintensifkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi, khususnya

dalam mengendalikan tekanan inflasi pasca kebijakan realokasi subsidi BBM

dan defisit transaksi berjalan, serta mempercepat kebijakan reformasi struktural

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkelanjutan.

Dan pada Desember 2015 Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank

Indonesia pada 17 Desember 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI

Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility 5,50% dan

Lending Facility pada level 8,00%. Bank Indonesia memandang bahwa ruang

bagi pelonggaran kebijakan moneter semakin terbuka dengan terjaganya

stabilitas makroekonomi, khususnya inflasi akhir tahun 2015 yang akan berada

di bawah 3% dan defisit transaksi berjalan yang akan berada pada kisaran 2%

dari Produk Domestik Bruto (PDB). Bank Indonesia akan mencermati

perkembangan pasar keuangan global pascakenaikan suku bunga Bank Sentral

AS (Fed Fund Rate) dan kondisi ekonomi domestik dalam jangka pendek ke

depan.

Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah

dalam pengendalian inflasi, penguatan stimulus pertumbuhan, dan reformasi

struktural, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi

dengan stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan yang tetap terjaga.

(Laporan Perekonomian Indonesia Periode 2012-2015)

e. Pembiayan Bermasalah (NPF) UKM

Kredit atau pembiayaan yang disalurkan dikatakan bermasalah menurut

Manurung dan Rahardja (2004:196) jika pengembaliannya terlambat dibanding

jadwal yang direncanakan, bahkan tidak dikembalikan sama sekali. Dalam

Page 101: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

84

konteks Indonesia, kredit atau pembiayaan bermasalah dapat dikelompokan

menjadi kredit tak lancar dan macet.

Kredit tak lancar adalah kredit yang masih dilakukan pembayarannya,

tetapi lebih lambat dari jadwal yang seharusnya. Kredit tak lancar dapat

dikelompokan menjadi tiga yaitu: kredit kurang lancar, diragukan, dan macet.

Data NPF yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat NPF

bulanan pada sektor ukm perbankan syariah Indonesia periode Januari 2012

hingga Desember 2015. NPF tersebut diperoleh dari total pembiayaan non lancar

sektor UKM dibagi dengan total pembiayaan yang disalurkan yang tercatat

dalam Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasi dalam situs www.bi.go.id.

Tabel 4.5 Non Performing Financing (NPF) sektor UKM Perbankan Syariah Indonesia Periode

2012-2015

Bulan Rasio Pembiayaan Bermasalah (%)

2012 2013 2014 2015 Januari 2.722 3.725 5.455 9.608

Februari 2.930 4.197 6.425 10.081

Maret 3.011 4.434 5.953 9.650

April 3.098 4.664 6.554 9.312

Mei 3.304 4.883 7.624 9.707

Juni 3.384 4.518 7.542 9.755

Juli 3.533 4.798 8.354 10.010

Agustus 3.468 5.249 8.890 10.007

September 3.575 4.962 9.175 9.851

Oktober 3.499 5.302 9.341 9.852

November 3.506 5.561 9.642 9.752

Desember 3.269 4.828 8.632 9.248

Sumber: Bank Indonesia dan Statistik Perbankan Syariah (data diolah)

Dari tabel 4.4. dapat dilihat bahwa rasio pembiayaan bermasalah atau NPF

pada tahun 2012 hingga tahun 2015 mengalami peningkatan yang cukup besar.

Hingga akhir tahun 2015 yang merupakan batas tahun penelitian, Rasio

pembiayaan bermasalah sektor UKM pada perbankan syariah Indonesia

cenderung meningkat yakni dengan rata-rata NPF sebesar 9,73 % dengan jumlah

Page 102: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

85

pembiayaan yang bermasalah sebesar Rp 4.728.410.000.000,- (Statistik

Perbankan Syariah, data diolah).

Pada tahun 2012 sampai 2015 terjadi penurunan kinerja perbankan syariah

secara signifikan yang tercermin pada meningkatnya pembiayaan bermasalah.

Dengan mengacu perkembangan pada rasio non performing financing (NPF)

yang meningkat menjadi sebesar 10%. Kondisi ini memperlihatkan bahwa

perbankan syariah sedang mengalami kendala di bagian pembiayaan yang terus

meningkat setiap tahunnya.

Akan tetapi pada akhir tahun 2015 terjadi penurunan dari total pembiayaan

bermasalah pada sektor UKM menjadi 9,2% di bulan Desember 2015, kondisi

ini memperlihatkan bahwa bank syariah semakin berhati-hati dalam

menyalurkan pembiayaannya dan dan kemampuan pengelolaan risiko

perbankan syariah.

2. Analisis Pengujian Statistik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan

variabel terikat mempunyai distribusi normal. Maksud dari distribusi

normal adalah data akan mengikuti garis diagonal dan menyebar disekitar

garis diagonal. Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai

residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal

atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual

terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik

dan uji Kolmogorov-Smirnov.

Page 103: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

86

1) Analisis Grafik Histogram

Gambar 4.6. Histogram

Berdasarkan grafik histogram pada gambar 4.6. tampak bahwa

residual terdistribusi secara normal dan berbentuk simetri tidak

menceng ke kanan atau ke kiri atau dapat dikatakan histogramnya

menunjukan pola distribusi normal.

Page 104: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

87

2) Analisis Grafik dengan Normal Probability Plot

Gambar 4.7. Grafik P-Plot

Hasil uji normalitas data di atas, menunjukan bahwa data

menyebar dan mengikuti arah garis diagonal. Maka, dapat disimpulkan

bahwa model yang digunakan dalam analisis ini telah memenuhi asumsi

normalitas data.

Page 105: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

88

3) Uji Kolmogorv-Smirnov

Tabel 4.6. Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 48

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 1160,28981093

Most Extreme Differences Absolute ,099

Positive ,064

Negative -,099

Test Statistic ,099

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, maka dapat disimpulkan data

dalam penelitian ini berdistribusi normal dilihat dari nilai Sig > α atau

0,200> 0,05.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada atau tidaknya

variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen

lain dalam suatu model. Kemiripan antar variabel independen dalam suatu

model menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara satu

variabel independen dengan satu variabel yang lain. Selain itu, deteksi

terhadap uji multikolieneritas juga bertujuan untuk menghindari kebiasan

dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

Page 106: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

89

Mengukur multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan

Variance InflationFactor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel

independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai

VIF tinggi karena VIF=1/tolerance. Nilai cut off yang umum dipakai untuk

menunjukan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance<0,010 atau

sama dengan VIF< 10. Berikut ini adalah hasil dari uji Multikolinieritas:

Tabel 4.7. Uji Multikolineritas dengan Nilai Tolerance dan VIF

(Variance Inflation Factor)

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

FDR ,455 2,200

Kurs ,415 2,412

Inflasi ,445 2,246

BiRate ,225 4,436

a. Dependent Variable: NPF

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, nilai Tolerance variabel bebas FDR =

0,455, Kurs = 0,415, Inflasi = 0,455, dan BI Rate = 0,225. Sedangkan nilai

VIF variabel bebas FDR= 2,200, Kurs = 2,412, Inflasi = 2,246, dan BI

Rate = 4,436. Dapat disimpulkan bahwa model regresi dinyatakan bebas

dari multikolineritas karena nilai tolerance > 0,01 dan nilai VIF < 10.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi

antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu

(time series) atau ruang (cross section). Salah satu penyebab munculnya

masalah otokorelasi adalah adanya kelembaman (inertia) yang artinya

Page 107: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

90

kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan

(interdependence) pada data observasi periode sebelumnya dan periode

sekarang.Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah

otokorelasi adalah dengan menguji Durbin-Watson (DW). Berikut ini

adalah hasil uji aotokorelasi dengan metode Durbin-Watson (DW) pada

tabel di bawah ini:

Tabel 4.8. Uji Durbin-Watson (DW)

Berdasarkan

pada tabel 4.7. di atas, nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 0,261 dan dari

tabel Durbin-Watson test 5% significance level dengan jumlah sampel 48

dan jumlah variabel 5, didapat dL=1,36192 dan dU=1,72061 berikut

penjabarannya.

Uji autokorelasi positif, jika 0< d < dL maka terjadi autokorelasi

positif dan hasil :

0 < d = 0,261 < dL=1,36192

Uji autokorelasi negatif, jika (4-d) > dL dan (4-d) > dU maka tidak

terdapat autokorelasi negatif dan hasil :

4-d = 3,739 > dL=1,36192

4-d = 3,739 > dU=1,72061

M

odel

Durbin-

Watson

1 0,261

Page 108: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

91

Maka pada model regresi ini terdapat autokorelasi positif dan tidak

terdapat autokorelasi negatif, dan dapat disimpulkan analisis regresi ini

terdapat autokorelasi positif.

d. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas yaitu kondisi di mana semua residual atau error

mempunyai varian yang berubah-ubah atau tidak konstan. Untuk

mengetahui apakah suatu data bersifat heterokedastisitas atau tidak, maka

perlu pengujian. Pengujian heterokedastisitas dalam pada penelitian ini

menggunakan metode analisis grafik scatterplot dan metode park. Berikut

hasil dari metode yang dilakukan:

1) Grafik Scatterplot

Ada atau tidaknya heterokedatisitas pada suatu model dapat

dilihat dari pola gambar scatterplot model tersebut. Analisis pada

gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linear berganda

tidak terdapat heterokedatisitas jika:

a) Titik-titik menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.

b) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

c) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola

bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar

kembali.

d) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

Page 109: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

92

Gambar 4.8 Hasil Uji Heterokedatisitas

Gambar 4.8. menunjukan bahwa titik-titik data menyebar di atas,

di bawah, dan disekitar angka nol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

model regresi berganda ini terbebas dari asumsi klasik

heterokedatisitas dan layak digunakan dalam penelitian.

2) Uji Park

Metode uji Park yaitu dilakukan dengan meregresikan nilai

residual (LRES_2) dengan masing-masing variabel dependen (Lnx1,

Lnx2, Lnx3, dan Lnx4). Kriteria pengujian dengan menggunakan metode

park adalah sebagai berikut:

Ho : tidak ada gejala heteroskedastisitas

Ha : ada gejala heteroskedastisitas

Ho diterima bila –t tabel < t hitung < t tabel berarti tidak

terdapat heteroskedastisitas dan Ho ditolak bila t hitung > t tabel atau

-t hitung < -t tabel yang berarti terdapat heteroskedastisitas. Berikut

ini adalah hasil uji heterokedatisitas dengan menggunakan metode park.

Page 110: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

93

Tabel 4.9. Tabel Uji Park

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 18,380 95,376 ,193 ,848

Lnx1 -17,235 8,446 -,416 -2,041 ,047

Lnx2 8,428 12,858 ,141 ,656 ,516

Lnx3 4,152 1,813 ,473 2,291 ,027

Lnx4 -6,220 5,508 -,327 -1,129 ,265

a. Dependent Variable: LNRES_2

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat dilihat bahwa nilai t hitung

FDR (Lnx1) = -2,041, Kurs (Lnx2) = 0,656, Inflasi (Lnx3) = 2,291, dan BI

Rate (Lnx4) = -1,129. Sedangkan nilai t tabel dapat dicari pada tabel t

dengan df = n-2 atau 48-2 = 46 dengan signifikansi 0,05 maka di dapat

nilai t tabel sebesar 2,329. Karena nilai t hitung masing-masing variabel

bebas berada pada –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima artinya

pengujian dengan menggunakan metode park disimpulkan tidak ada

gejala heteroskedastisitas. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa tidak

ditemukannya masalah heteroskedastisitas pada model regresi ini.

Page 111: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

94

3. Pengujian Hipotesis

a. Uji F

Uji Fhitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan

variabel bebas terhadap variabel terikatnya untuk menguji ketepatan model

(goddes of fit). Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan

(bersama-sama) terhadap variabel terikat maka model persamaan regresi

masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat

pengaruh secara simultan maka model masuk dalam kategori tidak cocok

atau not fit.

Adapun cara untuk melakukan pengujian uji F ini, dengan

menggunakan tabel ANOVA (Analysis of Variance) dengan melihat nilai

signifikasi (Sig < 0,05 atau 5%). Jika nilai signifikasi >0,05 maka H1

ditolak, sebalikya jika nilai signifikasi <0,05 maka H1 diterima. Berikut

adalah tabel ANOVA pada tabel 4.9 di bawah ini:

Tabel 4.10.

Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 269893899,069 4 67473474,767 45,853 ,000b

Residual 63274804,931 43 1471507,091

Total 333168704,000 47

a. Dependent Variable: NPF

b. Predictors: (Constant), BiRate, FDR, Inflasi, Kurs

Berdasarkan tabel 4.9. di atas nilai Fhitung diperoleh 45,853 α 5%.

Numerator adalah (jumlah variabel – 1) atau 5-1 = 4 dan Denumerator

adalah (jumlah kasus – jumlah variabel bebas) atau 48-4 = 44 maka Ftabel

Page 112: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

95

adalah 2,59. Sementara nilai sig sebesar <0,05 (0,000< 0,05) maka Ho

ditolak, sehingga hipotesis yang menyatakan Tidak ada pengaruh antara

FDR, Kurs , Inflasi, dan BI Rate terhadap NPF Sektor UKM Perbankan

Syariah Indonesia ditolak. Dengan demikian terbukti bahwa terdapat

pengaruh antara FDR, Kurs, Inflasi, dan BI Rate terhadap NPF Sektor UKM

Perbankan Syariah Indonesia.

b. Uji t

Setelah melakukan uji koefiensi regresi secara keseluruhan, maka

langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu

atau uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-

masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen yang

diuji pada tingkat signifikasi 0,05 maka variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen.

Tabel 4.11. Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2533,399 4966,408 -,510 ,613

FDR -91,886 46,831 -,193 -1,962 ,049

Kurs ,034 ,658 ,005 ,052 ,958

Inflasi -319,355 164,653 -,193 -1,940 ,043

BiRate 2842,818 442,118 ,900 6,430 ,000

a. Dependent Variable: NPF

Berdasarkan tabel di atas, besarnya pengaruh masing-masing

variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen

dapat dijelaskan sebagai berikut: FDR, dari pengujian hipotesis

Page 113: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

96

menunjukan bahwa t hitung < t tabel (-1,962 < 2,024) dan tingkat

signifikasinya sebesar 0,049 lebih kecil dari taraf signifikasi α 5% (0,05)

(sig < α). Dengan demikian, secara parsial hipotesis H01 ditolak dan H02

diterima. Artinya, FDR mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

rasio pembiayaan bermasalah. Dan koefisien regresi sebesar -91,886

menunjukan hubungan yang negatif. Artinya jika terjadi kenaikan FDR

sebesar 1% maka NPF sektor UKM akan mengalami penurunan sebesar

91,886%.

Pada tabel 4.10. di atas diketahui bahwa Kurs menunjukan bahwa t

hitung < t tabel (0,052 < 2,024) dan tingkat signifikasinya sebesar 0,958

lebih besar dari taraf signifikasi α 5% (0,05) (sig> α). Dengan demikian,

secara parsial hipotesis H01 diterima dan H02 ditolak. Artinya, Kurs tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rasio pembiayaan

bermasalah sektor UKM. Dan koefisien regresi sebesar 0,034

menunjukan hubungan yang positif.

Variabel inflasi menunjukan bahwa t hitung < t tabel (-1,940 <

2,024) dan tingkat signifikasinya sebesar 0,043 lebih besar dari taraf

signifikasi α 5% (0,05) (sig> α). Dengan demikian, secara parsial hipotesis

H01 ditolak dan H02 diterima. Artinya, inflasi mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap rasio pembiayaan bermasalah sektor UKM. Dan

koefisien regresi sebesar -319,335 menunjukan hubungan yang negatif.

Artinya jika terjadi kenaikan inflasi sebesar 1% maka rasio pembiayaan

bermasalah sektor UKM akan mengalami penurunan sebesar 319,335%.

Sementara itu pada tabel 4.10. di atas menjelaskan bahwa variabel BI

Rate menunjukan t hitung > t tabel (6,430 > 2,024) dan tingkat

Page 114: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

97

signifikasinya sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf signifikasi α 5% (0,05)

(sig< α). Dengan demikian, secara parsial hipotesis H01 ditolak dan H02

diterima. Artinya, BI Rate mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

rasio pembiayaan bermasalah sektor UKM. Dan koefisien regresi sebesar

2842,818 menunjukan hubungan yang positif.

Konstanta sebesar 2533,399 menyatakan bahwa jika variabel

independen yaitu: FDR, Kurs, Inflasi, dan BI Rate bernilai tetap atau

konstan, maka nilai variabel dependen yaitu rasio pembiayaan bermasalah

sektor UKM adalah 2533,399.

c. Uji Adjusted R Square (R2 adj)

Koefisien determinasi atau R Square (R2) merupakan besarnya

kontribusi variabel bebas terhadap terikatnya. Semakin tinggi koefisien

determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam

menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya. Koefisien

determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel

bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan

satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan

meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk

mengurangi kelemahaan tersebut maka digunakan koefisien determinasi

yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2

adj).

Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien

tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran

sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang

disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat

Page 115: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

98

naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model.

Selengkapnya mengenai hasil uji Adj R2

dapat dilihat pada tabel 4.11 di

bawah ini.

Tabel 4.12. Uji Adjusted R Square (R2

adj)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,900a ,810 ,792 1213,057

a. Predictors: (Constant), BiRate, FDR, Inflasi, Kurs

b. Dependent Variable: NPF

Besarnya angka Adjusted R Square adalah 0,792 atau sebesar 79,2%.

Dapat disimpulkan bahwa pengaruh FDR, Kurs, Inflasi dan BI Rate

terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM perbankan syariah

Indonesia adalah 79,2% , sedangkan sisanya sebesar 20,8% dipengaruhi

oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam penelitian ini.

Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukan nilai sebesar 0,900 yang

menandakan bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

adalah kuat karena memiliki nilai lebih dari 0,5 (R>0,5) atau 0,900 > 0,5.

C. Interpretasi

Berdasarkan tabel 4.10 hasil uji t. di atas, maka dapat disusun persamaan

regresi untuk penelitan ini adalah sebagai berikut.

Y = 2533,4 - 91,9 X1 - 319,3 X3 + 2842,8 X4

Page 116: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

99

Dimana:

Y = Rasio Pembiayaan Bermasalah sektor UKM (dalam persentase)

X1 = Tingkat FDR Bulanan (dalam persentase)

X2 = Tingkat Kurs Bulanan (dalam persentase)

X3 = Tingkat Inflasi (dalam persentase)

X4 = Tingkat Suku Bunga Bulanan (dalam persentase)

Persamaan regresi diatas didapat dari hasil variable NPF sebagai variable

dependen dan test variable konstanta dengan Y = 2533,4 didapat dari hasil regresi

NPF dengan menggunakan data tingkat pembiayaan bermasalah periode Januari

2012 sampai Desember 2015 di tabel 4.4 yang berarti setiap 1 % kenaikan dalam

tingkat NPF akan menambah NPF sebesar 2533,4 miliar dalam setiap periodenya ,

variable yang mempengaruhi Y sebagai pembiayaan bermasalah dikarenakan

tingkat signifikasinya <0,05 ialah X1= -91,9 sig= 0,049 sebagai regresi dari tingkat

FDR tabel 4.1, X3= -319,3 sig= 0,043 sebagai regresi dari tingkat inflasi tabel 4.2

dan X4= 2842,8 sig= 0,000 sebagai regresi tingkat suku bunga bulanan. Variabel

yang tidak mempengaruhi Y dikarenakan tingkat signifikasinya >0,05 ialah X2 =

0,034 sig= 0,958 sebagai regresi tingkat kurs bulanan.

Berikut interpretasi penulis terhadap hasil penelitian ini :

1. Pengaruh FDR terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM

Koefisien regresi dari FDR sebesar -91,9 dan berdasarkan pada tabel 4.10,

variabel FDR mempunyai nilai signifikasi 0,049 < 0,05.Hal ini berarti menerima

H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa FDR berpengaruh signifikan terhadap

NPF sektor UKM di perbankan syariah Indonesia. Hubungan FDR dan NPF

bersifat negatif yaitu Y= 2533,4 - 91,9 X1, dengan melihat FDR (X1) sebagai

Page 117: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

100

variabel yang berpengaruh, dapat disimpulkan bahwa setiap 1% kenaikan tingkat

FDR akan mengurangi pembiayaan bermasalah sebesar 91,9 miliar rupiah.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh

Khodijah (2010), Wulandari (2012), dan Halim (2007) yang menyimpulkan

bahwa tingkat FDR berpengaruh terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM.

2. Pengaruh Kurs terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM

Berdasarkan pada tabel 4.10. di atas, variabel Kurs mempunyai nilai

signifikasi 0,958 > 0,05. Hal ini berarti menerima H0 sehingga dapat

disimpulkan bahwa Kurs tidak berpengaruh terhadap pembiayaan bermasalah

sektor UKM.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh

Mutamimah (2012), Siti Nurzaidah (2012), Verdino (2009) menyimpulkan

bahwa pembiayaan bermasalah sektor UKM tidak bergantung pada nilai mata

uang atau Kurs.

3. Pengaruh Inflasi terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM

Berdasarkan pada tabel 4.10. di atas, dan menggunakan data tingkat Inflasi

dari periode Januari 2012 sampai Desember 2015 koefisien regresi Inflasi -319,3

sebagai variable X3 dalam persamaan regresi di atas,dan variabel inflasi

mempunyai nilai signifikasi 0,043 < 0,05. Hal ini berarti menerima H1 sehingga

dapat disimpulkan bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap NPF (2533,4)

sektor UKM. Hubungan inflasi dan NPF sektor UKM bersifat negatif yaitu Y=

2533,4 – 319,3 X3, dengan melihat inflasi (X3) sebagai variabel yang

berpengaruh terhadap tingkat NPF dapat disimpulkan bahwa setiap 1 %

kenaikan dalam tingkat inflasi akan mengurangi pembiayaan bermasalah sebesar

319,3 miliar rupiah.

Page 118: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

101

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh

Hogart et al (2005), Khemraj dan Pasha (2006), Tanujaya (2006), Cahyo (2011),

dan Swamy (2012) menyimpulkan bahwa inflasi mempunyai pengaruh negatif

terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM.

4. Pengaruh BI Rate terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM

Berdasarkan pada tabel 4.10. di atas, dan dengan menggunakan data

tingkat variabel BI Rate periode Januari 2012 sampai Desember 2015. Dengan

koefisien regresi 2842,8 nilai signifikasi 0,000 < 0,05. Hal ini berarti menerima

H1 sehingga dapat disimpulkan bahwa BI Rate berpengaruh signifikan terhadap

NPF sebesar 2533,4 sektor UKM.

Hubungan antara BI Rate dan pembiayaan bermasalah sektor UKM

bersifat positif yaitu Y= 2533,4 + 2842,8 X4 dengan BI Rate sebagai salah satu

variabel yang mempengaruhi tingkat pembiayaan bermasalah, maka dapat

disimpulkan setiap kenaikan 1% dalam tingkat suku bunga akan meningkatkan

NPF sebesar 2842,8 miliar rupiah.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh

Badrudin (2008), Arifah (2011), dan Mahmud (2006) yang menyimpulkan

bahwa tingkat suku bunga akan meningkatkan pembiayaan bermasalah sektor

UKM.

Page 119: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

102

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh dari financing to

deposit ratio, nilai tukar rupiah atau kurs, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga atau

BI Rate terhadap pembiayaan bermasalah atau NPF dengan menggunakan data time

series pada sektor UKM perbankan syariah di Indonesia periode Januari 2012 sampai

dengan Desember 2015. Dari pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka

didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara parsial dari perumusan permasalahan sebelumnya, menghasilkan

bahwa hasil dari uji F yang telah dilakukan menunjukkan variabel FDR,

Kurs, Inflasi, dan BI Rate berpengaruh secara simultan dan signifikan

terhadap pembiayaan bermasalah di sektor UKM di sektor UKM perbankan

syariah Indonesia periode 2012-2015.

2. Secara parsial hasil dari uji t juga menunjukkan variabel FDR, Inflasi, dan BI

Rate berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan bermasalah yang

dimiliki oleh sektor UKM pada perbankan syariah Indonesia periode 2012-

2015, dan juga hasil penelitian menunjukkan bahwa, tidak berpengaruhnya

tingkat perubahan dari Kurs terhadap tingkat perubahan NPF sektor UKM,

terdapatnya hubungan yang negatif dari variabel FDR dan variabel Inflasi,

dan hubungan positif dari variavel BI Rate terhadap NPF dari sektor UKM

pada perbankan syariah di Indonesia.

3. Nilai Adjusted R Square dari hasil sebelumnya dalam penelitian ini adalah

sebesar 0,792 artinya sebesar 79,2% dari variasi pembiayaan bermasalah

yaitu FDR, Kurs, Inflasi, dan BI Rate berpengaruh terhadap NPF sektor

Page 120: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

103

UKM perbankan syariah Indonesia, sedangkan sisanya sebesar 20,8%

dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam

penelitian ini. Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukan nilai sebesar

0,900 yang menandakan bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel

terikat adalah kuat karena memiliki nilai lebih dari 0,5 (R>0,5) atau dari

hasil adalah 0,900 > 0,5.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa implikasi

yang harus diperhatikan, karenanya peneliti mencoba mengemukakan implikasi yang

mungkin bermanfaat kedepannya, di antarnya:

1. Perbankan Syariah

Dari adanya temuan, bahwa FDR, Inflasi, dan BI Rate berpengaruh

signifikan terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM. Sementara itu,

Kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan bermasalah sektor

UKM dengan tingkat kontribusi yang berbeda-beda. Hasil penelitian ini

dapat bermanfaat untuk evaluasi pertumbuhan pembiayaan di sistem

Perbankan Syariah. Ukuran aset bank dapat meningkatkan pengawasan

terhadap rasio NPF di perbankan syariah dengan manajemen risiko secara

efisien. Sehingga semakin besar suatu bank dapat memanfaatkan aset yang

dimilikinya untuk mengunakan, mengawasi, dan mengontrol pembiayaan

yang disalurkan bank tersebut. Penulis menyarankan agar pihak perbankan

syariah terus meningkatkan fungsi manajemen pembiayaannya dengan bijak

kedepannya. Baik sebelum maupun sesudah pembiayaan disalurkan pada

sektor UKM dengan memanfaatkan sistem informasi yang memadai. Di

samping itu dalam menjalankan manajemen risikonya, perbankan syariah

Page 121: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

104

juga disarankan untuk ikut serta memperhatikan kondisi pasar dengan

merespon kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral agar bank-bank

syariah dapat terus bersaing di tengah konsumen dan nasabahnya yang

beraneka ragam.

2. Bagi Nasabah Debitur

Implikasi bagi debitur sektor UKM khususnya dalam pembiayaan

perbankan syariah agar debitur sektor UKM harus lebih memperhatikan

faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran bisnis yang dijalankan guna

memenuhi kewajibannya untuk membayarkan angsuran dari pembiayaan

yang telah disalurkan. Dan disarankan agar menjauhi perilaku moral hazard

yang dapat berpotensi besar merugikan pihak perbankan syariah selaku

pemberi pembiayaannya. Disarankan pula bagi pihak debitur agar memilih

pembiayaan yang tepat dan sesuai dengan karateristik bisnis yang dijalankan

dan sesuai dengan kapasitas kemampuannya dalam mengelola sumber dana

agar tidak terjadi default atau pembiayaan yang tergolong bermasalah.

3. Bagi Akademisi

Penelitian ini akan menambah jumlah pustaka ilmu perekonomian di

bidang manajemen khususnya bidang perbankan syariah dan dapat dijadikan

bahan bacaan dan referensi untuk menambah wawasan dan pengetahuan,

khususnya tentang manajemen risiko dan manajemen pembiayaan yang

terdapat pada perbankan syariah. Untuk peneliti selanjutnya, para peneliti

sebaiknya memperbanyak jumlah variabel moneter, misalnya: trend

perekonomian terbaru, stock dan harga minyak dunia, PDB dan lainnya.

Selain itu bisa dengan menambah variabel spesifikasi bank seperti biaya

Page 122: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

105

operasional, profitabilitas, pertumbuhan pembiayaan, struktur kepemilikan,

kebijakan jenis pembiayaan, indikasi moral hazard dan lainnya.

Page 123: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

106

DAFTAR PUSTAKA

Maryanto, Supriyono. “buku Pintar Perbankan ”, Andi Yogyakarta Publisher, 2011.

Kasmir, “Manajemen Perbanakan edisi revisi”, Rajawali Pers, Jakarta, 2015.

Khotibul, Umam, “Perbankan Syariah”, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2016.

Arifin, Zainul. “Dasar Dasar Manajemen Bank Syariah”, Azkia Publisher, Jakarta,

2009.

Boediono, “Ekonomi Moneter”, BPFE, Yogyakarta, 1989.

El Tiby, Amr Mohammed. “Islamic Banking: How to Manage Risk and Improve

profitability”, Willey Finance, New Jersey, 2011.

Ghozali, Imam, “Aplikasi Analysis Multivariate dengan program IBM SPSS 19”,

Edisi ke 5, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.

Greuning, Hennie Van, dan Zamir Iqbal. “Risk Analysis for Islamic Banks”, The

World Bank, Washington DC, 2008.

Gujarati, Damodar. “Ekonometrika Dasar”, Erlangga, Jakarta, 2006.

Hakan, Etem, Ergec, dan Bangil Gulumser. “Impact of Interest Rate on Islamic and

Conventional Banks: The Case of Turkey”, MPRA Paper No. 29848, Turkey,

2012.

Hogart, Glenn. Steffen Sorensen, dan Lea Zicchino. “Stress tests of UK banks using a

VAR approach”, Working Paper no. 282, ISSN 1368-5562, England, 2005.

Imaduddin, Muhammad. “Determinants of Banking Credit Default in Indonesia: a

Comparative Analysis”, Journal of Markfield Institute of Higher Education

(Loughborough University) United Kingdom, 2006.

Jakubik, Petr. “Macroeconomic Environment and Credit Risk”, Jurnal. Czech

National Bank, and the Institute of Economic Studies of Charles University,

Prague, 2007.

Karim, Adiwarman A. “Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan”, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2007.

Kasmir. “ Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Rajawali Press, Jakarta, 2008.

Khemraj, Tarron dan Sukrishnalall Pasha. “The determinants of non-performing loans:

an econometric case study of Guyana”, Jurnal. Guyana, 2006.

Maski, Ghozali. “Analisis Keputusan Nasabah Menabung: Pendekatan Komponen

dan Model Logistik Studi pada Bank Syariah di Malang”, Jurnal. Fakultas

Ekonomi Universitas Brawijaya, 2012.

Page 124: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

107

Minnan, Ahmad Abdul Jalil “Pengaruh Makro Ekonomi terhadap Kinerja Keuangan

PT Bank Muamalat Indonesia”. Tesis (Magister) program Pasca Sarjana Timur

Tengah dan Islam FE UII, 2008.

Miskhin, Frederic. S. “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan”, Edisi 8,

Salemba 4, Jakarta, 2008

Nopirin. “Ekonomi Moneter Buku II”, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 1990.

Putong, Iskandar. “Ekonomi Mikro dan Makro “, Edisi kedua. Penerbit Ghala

Indonesia, Jakarta, 2002.

Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. “Pengantar Ilmu Ekonomi”, LPFEUI,

Jakarta, 2008.

Rajan, Rajiv dan Sarat Chandra Dhal. “Non Performing Loans and Terms of Credit

Public Sector Banks in India: an Empirical Assesment”, Reserve Bank of India

Occasional Papers Vol. 24, No. 3, India, 2003.

Rose, Peter S. “Commercial Bank Management”, Mc Graw Hill, New York , 2002.

Saba, Irum, Rehana Kouser, dan Muhammad Azeem, “Determinants of Non

Performing Loans: Case of US Banking Sector”, The Romanian Economic

Journal. Year XV no. 44. Rumania. 2012.

Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi ke 5, Lembaga Penerbit

FEUI, Jakarta, 2005.

Singgih, Santoso. “Buku Latihan SPSS Parametrik”, Elex Media Komputindo, Jakarta,

2000.

Siregar, Mulya. “Agenda Pengembangan Perbankan Syariah Untuk Mendukung

Sistem Ekonomi yang Sehat di Indonesia: Evaluasi, Prospek, dan Arah

Kebijakan”, IQTISAD Journal of Islamic Economics Vol. 3, No. 1, Jakarta,

2002.

Sugiyono, “Statistika untuk penelitian”, CV Alfabeta, Bandung, 2008

Sukirno, Sadono. “Pengantar Teori Ekonomi Makro”, Rajawali Press, Jakarta 2004.

Sutojo, Siswanto. “Menangani Kredit Bermaslah Konsep dan Kasus”, PT Damar

Mulia Pustaka, Jakarta, 2008.

Swamy, Vighneswara. “Impact of macroeconomic and endogenous factors on non

performing bank assets”, International Journal of Banking and Finance Volume 9

Issue 1, India, 2012.

Tampubolon, Robert. “Manajemen Risiko Pendekatan Kualitatif untuk Bank

Komersial”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004.

Page 125: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

108

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady. “Pengantar Statistika”, Bumi Aksara, Jakarta,

2006.

“Statistik Perbankan Syariah Indonesia Tahun 2012”. OJK, Jakarta, 2012.

“Statistik Perbankan Syariah Indonesia Tahun 2013”. OJK, Jakarta, 2013.

“Statistik Perbankan Syariah Indonesia Tahun 2014”. OJK, Jakarta, 2014.

“Statistik Perbankan Syariah Indonesia Tahun 2015”. OJK, Jakarta, 2015.

“Laporan Perekonomian Indonesia Periode 2012-2015”. Bank Indonesia, Jakarta,

2015.

http//: www.bi.go.id/statistikkeuangan

http//: www.bps.go.id

http//: www.ojk.go.id

http//: www.karimconsulting.com

http//: www.ilmuperbankan.blogspot.co.id

http//: en.wikipedia.org

Page 126: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

109

Lampiran 1: Data-data variabel penelitian dari tahun 2012-2015

No Waktu NPF UKM FDR Kurs Inflasi BI Rate

Y (%) X

1 (%)

X2(Rp

)

X

3 (%)

X4 (%)

1 Jan-12

2.722

8

7,27 9622 3,65 6,00

2 Feb-12

2.930

9

0,49 9790 3,56 5,75

3 Mar-12

3.011

8

7,13 9810 3,97 5,75

4 Apr-12

3.098

9

5,39 9975 4,50 5,75

5 Mei-12

3.304

9

7,95 9236 4,45 5,75

6 Jun-12

3.384

9

8,59 9754 4,53 5,75

7 Jul-12

3.533

9

9,91 9974 4,56 5,75

8 Agt-12

3.468

1

01,03 9643 4,58 5,75

9 Sept-12

3.575

1

02,10 9821 4,31 5,75

1

0

Okt-12

3.499

1

00,84 9632 4,61 5,75

1

1

Nov-12

3.506

1

01,19 9523 4,32 5,75

1

2

Des-12

3.269

1

00,00 9897 4,30 5,75

1

3

Jan-13

3.725

1

00,63 9753 4,57 5,75

1

4

Feb-13

4.197

1

02,17 9890 5,31 5,75

1

5

Mar-13

4.434

1

02,62 9978 5,90 5,75

1

6

Apr-13

4.664

1

03,08 10023 5,57 5,75

1

7

Mei-13

4.883

1

02,08 10149 5,47 5,75

1

8

Jun-13

4.518

1

04,43 10165 5,90 6,00

1

9

Jul-13

4.798

1

04,83 10210 8,61 6,50

2

0

Agt-13

5.249

1

02,53 10175 8,79 7,00

2 Sept-13 4.962 1 10132 8,40 7,25

Page 127: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

110

1 03,27

2

2

Okt-13

5.302

1

03,03 10097 8,32 7,25

2

3

Nov-13

5.561

1

02,58 10075 8,37 7,50

2

4

Des-13

4.828

1

00,32 10178 8,38 7,50

2

5

Jan-14

5.455

1

00,07 10238 8,22 7,50

2

6

Feb-14

6.425

1

02,03 10457 7,55 7,50

2

7

Mar-14

5.953

1

02,22 10627 7,32 7,50

2

8

Apr-14

6.554

9

5,50 10834 7,25 7,50

2

9

Mei-14

7.624

9

9,43 10760 7,32 7,50

3

0

Jun-14

7.542

1

00,80 11321 6,70 7,50

3

1

Jul-14

8.354

9

9,89 10968 4,53 7,50

3

2

Agt-14

8.890

9

8,99 11016 3,99 7,50

3

3

Sept-14

9.175

9

9,71 10710 4,53 7,50

3

4

Okt-14

9.341

9

8,99 10717 4,83 7,50

3

5

Nov-14

9.642

9

4,62 10445 6,23 7,75

3

6

Des-14

8.632

9

1,50 10164 8,36 7,75

3

7

Jan-15

9.608

8

8,85 9778 6,96 7,75

3

8

Feb-15

10.081

8

9,37 9957 6,29 7,50

3

9

Mar-15

9.650

8

9,15 10057 6,38 7,50

4

0

Apr-15

9.312

8

9,57 10278 6,79

7,50

4

1

Mei-15

9.707

9

0,05 10075 7,15 7,50

4

2

Jun-15

9.755

9

2,56 10271 7,26 7,50

4

3

Jul-15

10.010

9

0,13 9903 7,26

7,50

4

4

Agt-15

10.007

9

0,72 10009 7,18 7,50

Page 128: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

111

4

5

Sept-15

9.851

9

0,82 10322 6,83

7,50

4

6

Okt-15

9.852

9

0,67 9736 6,25 7,50

4

7

Nov-15

9.752

9

0,26 9886 4,89

7,50

4

8

Des-15

9.248

8

8,03 10010 3,35

7,50

Page 129: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

112

Lampiran 2: Tabel Model Regresi, Anova, dan Koefisien

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,900a ,810 ,792 1213,057

a. Predictors: (Constant), BiRate, FDR, Inflasi, Kurs

b. Dependent Variable: NPF

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 269893899,069 4 67473474,767 45,853 ,000b

Residual 63274804,931 43 1471507,091

Total 333168704,000 47

a. Dependent Variable: NPF

b. Predictors: (Constant), BiRate, FDR, Inflasi, Kurs

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2533,399 4966,408 -,510 ,613

FDR -91,886 46,831 -,193 -1,962 ,049

Kurs ,034 ,658 ,005 ,052 ,958

Inflasi -319,355 164,653 -,193 -1,940 ,043

BiRate 2842,818 442,118 ,900 6,430 ,000

a. Dependent Variable: NPF

Page 130: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

113

Lampiran 3: Uji Normalitas

Page 131: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

114

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 48

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 1160,28981093

Most Extreme Differences Absolute ,099

Positive ,064

Negative -,099

Test Statistic ,099

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Page 132: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

115

Lampiran 4: Uji Multikolinieritas dan Autokorelasi

Uji Tolerance & VIF

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2533,399 4966,408 -,510 ,613

FDR -91,886 46,831 -,193 -1,962 ,049 ,455 2,200

Kurs ,034 ,658 ,005 ,052 ,958 ,415 2,412

Inflasi -319,355 164,653 -,193 -1,940 ,043 ,445 2,246

BiRate 2842,818 442,118 ,900 6,430 ,000 ,225 4,436

a. Dependent Variable: NPF

Uji DW

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,900a ,810 ,792 1213,057 ,261

a. Predictors: (Constant), BiRate, FDR, Inflasi, Kurs

b. Dependent Variable: NPF

Page 133: ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang selalu terjadi. Menurut Rose (2002:326) risiko kredit berupa pembiayaan

116

Lampiran 5: Uji Heterokedatisitas

Uji Park

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 18,380 95,376 ,193 ,848

Lnx1 -17,235 8,446 -,416 -2,041 ,047

Lnx2 8,428 12,858 ,141 ,656 ,516

Lnx3 4,152 1,813 ,473 2,291 ,027

Lnx4 -6,220 5,508 -,327 -1,129 ,265

a. Dependent Variable: LNRES_2