Micro Financing

47
Buku yang berjudul “Menciptakan Kesempatan Berusaha ; Sebuah Konsep Baru Tentang Hybrid Microfinancing” ditulis oleh Dr. Bangun Sarwito Kusmuljono berdasarkan disertasi beliau ketika menempuh pendidikan S3 di Institut Pertanian Bogor. Kemudian ia kembangkan berdasarkan hasil diskusinya dalam forum-forum internasional yang diikutinya. Dalam buku ini termuat tiga buah buku. Di bagian awal dibahas secara ringkas buku beliau yang diterbitkan di tahun 2004 dengan judul “MakingThings Happen”. Buku yang kedua berjudul “Dari Praktisi ke Dunia Keilmuan”, sedangkan buku yang ketiga dalam buku ini berjudul “Dari Teori Ilmiah ke Kebijakan Publik”. Namun, walaupun ada tiga buku yang dimuat dalam buku ini akan tetapi yang dibahas mendalam dalam buku ini hanya buku yang kedua dan ketiga. Dua judul bukunya yang terakhir membahas tentang Indonesia yang merupakan negara yang didominasi oleh penduduk yang berusaha mandiri dengan skala usaha mikro. Jumlah mereka mencapai sekitar 40 juta orang yang jika dihitung bersama anggota keluarganya, mereka menghidupi lebih dari 150 juta orang. Berdasarkan kenyataan tersebut, B.S. Kusmuljono mencoba menawarkan sebuah konsep tentang pengembangan usaha mikro berbasis ekonomi mikro. Menurutnya, para penggiat usaha mikro selama ini membutuhkan kesempatan dalam pengembangan usaha mereka. Di bukunya ini, B.S. Kusmuljono melirik sektor pertanian dalam pengembangan ekonomi di Indonesia. Ia berpendapat bahwa Indonesia memiliki mayoritas masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Dengan jumlah yang mayoritas tersebut, petani dapat menjadi salah satu penyumbang terbesar devisa negara. Sektor pertanian dan usaha kecil menengah merupakan basis produksi barang kebutuhan dasar yang dapat menjadi sumber ekonomi bagi negara-negara kecil dan berkembang. Selain itu, dengan mengembangkan usaha mikro dapat mencapai tiga target pemerintah sekaligus, yakni, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan menanggulangi kemiskinan. Sehingga dengan demikian menurut konsepnya ini, Indonesia dapat meningkat dari segi ekonomi di satu sisi dan di sisi lain meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Transcript of Micro Financing

Page 1: Micro Financing

Buku yang berjudul “Menciptakan Kesempatan Berusaha ; Sebuah Konsep Baru Tentang Hybrid Microfinancing” ditulis oleh Dr. Bangun Sarwito Kusmuljono berdasarkan disertasi beliau ketika menempuh pendidikan S3 di Institut Pertanian Bogor. Kemudian ia kembangkan berdasarkan hasil diskusinya dalam forum-forum internasional yang diikutinya. Dalam buku ini termuat tiga buah buku. Di bagian awal dibahas secara ringkas buku beliau yang diterbitkan di tahun 2004 dengan judul “MakingThings Happen”. Buku yang kedua berjudul “Dari Praktisi ke Dunia Keilmuan”, sedangkan buku yang ketiga dalam buku ini berjudul “Dari Teori Ilmiah ke Kebijakan Publik”. Namun, walaupun ada tiga buku yang dimuat dalam buku ini akan tetapi yang dibahas mendalam dalam buku ini hanya buku yang kedua dan ketiga.

Dua judul bukunya yang terakhir membahas tentang Indonesia yang merupakan negara yang didominasi oleh penduduk yang berusaha mandiri dengan skala usaha mikro. Jumlah mereka mencapai sekitar 40 juta orang yang jika dihitung bersama anggota keluarganya, mereka menghidupi lebih dari 150 juta orang. Berdasarkan kenyataan tersebut, B.S. Kusmuljono mencoba menawarkan sebuah konsep tentang pengembangan usaha mikro berbasis ekonomi mikro. Menurutnya, para penggiat usaha mikro selama ini membutuhkan kesempatan dalam pengembangan usaha mereka.

Di bukunya ini, B.S. Kusmuljono melirik sektor pertanian dalam pengembangan ekonomi di Indonesia. Ia berpendapat bahwa Indonesia memiliki mayoritas masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Dengan jumlah yang mayoritas tersebut, petani dapat menjadi salah satu penyumbang terbesar devisa negara. Sektor pertanian dan usaha kecil menengah merupakan basis produksi barang kebutuhan dasar yang dapat menjadi sumber ekonomi bagi negara-negara kecil dan berkembang. Selain itu, dengan mengembangkan usaha mikro dapat mencapai tiga target pemerintah sekaligus, yakni, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan menanggulangi kemiskinan. Sehingga dengan demikian menurut konsepnya ini, Indonesia dapat meningkat dari segi ekonomi di satu sisi dan di sisi lain meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam bukunya ini, B.S. Kusmuljono tidak hanya sampai pada menawarkan pengembangan usaha mikro pertanian berbasis ekonomi mikro, akan tetapi ia juga menawarkan cara pengelolaan pertanian yang ramah lingkungan. Selama ini petani di Indonesia dalam melakukan penyuburan tanah umumnya memanfaatkan pupuk kimia. Hal ini memang meningkatkan produksi beras nasional, namun secara jangka panjang dapat merusak struktur tanah lapisan atas. Untuk mengatasi ketergantungan dengan pupuk anorganik, ia menawarkan pupuk organik. Pupuk organik memang memerlukan waktu dalam pengolahannya dibandingkan menggunakan pupuk anorganik. Namun pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Page 2: Micro Financing

Untuk merealisasikan pengembangan usaha mikro pertanian berbasis lingkungan, yang diperlukan oleh para petani adalah dukungan finansial yang memadai, mudah diakses dan tidak memberatkan mereka. Oleh karena itu dalam merealisasikan hal tersebut pemerintah melakukan penyaluran dana untuk usaha mikro melalui perbankan sebagai pelaksana KUR. Adapun lembaga perbankan yang ditunjuk oleh pemerintah yakni, Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, Bank Bukopin, Bank Negara Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Tabungan Negara. Sedangkan Askrindo dan Jamkrindo sebagai perusahaan penjaminnya.

Pendukung lain dalam merealisasikan program ini menurut B.S. Kusmuljono adalah perlunya kebijakan pemerintah yang memayunginya. Selain itu, dalam proses realisasinya juga harus didukung oleh sistem yang saling mendukung. Dengan mengimplementasikan sistem berarti kita tidak hanya bekerja keras, tetapi juga bekerja cerdas. Artinya, untuk mencapai tujuan dari sebuah pekerjaan besar harus disiapkan sebuah sistem yang terus menerus dapat diperbaiki, dievaluasi, dan ditingkatkan. Dengan sebuah sistem, di lapangan kita akan bisa memilah mana hal yang ada gunanya dan mana yang tidak relevan utnuk mendukung efisiensi program tersebut. Dengan sistem pula pola pikir petani yang memanfaatkan pupuk organik menjadi terbuku untuk mencapai proses yang paling menguntungkan dalam menjalankan usahanya tersebut. Sehingga diharapkan akan tercipta dinamika ekonomi pedesaan yang secara gradual akan meningkatkan investasi ekonomi masyarakat sektor pertanian.

Hybrid Microfinancing

Selain menggagas agar rakyat diberi kesempatan berusaha, Pak Bus juga memberikan sebuah konsep pembiayaan keuangan bagi rakyat yang akan berusaha. Konsep tersebut merupakan hasil pemikiran dan pergulatan Pak Bus sebagai ketua Komisi Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) dengan para pelaku bisinis keuangan mikro. Pada akhirnya konsep tersebut dipakai pemerintah yang dikenal sekarang dengan nama Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Model Hybrid Microfinancing yang dilontarkan oleh Pak Bus, didasari asumsi pokok bahwa pembiayaan usaha mikro yang terkait dengan upaya pengentasan kemiskinan dan perluasan lapangan pekerjaan, khususnya di sector pertanian, memerlukan sinergi sumber dana, yaitu : anggaran pemerintah melalui APBN/APBD dan tabungan masyarakat (dana Pihak Ketiga) melalui mekanisme perbankan.

“Perkuatan modal dan efisiensi bisnis dari usaha mikro di sektor pangan dan pertanian dalam arti luas menjadi sangat penting dan diprioritaskan pada strategi pembangunan nasional. Kesemua itu bermuara

Page 3: Micro Financing

pada pemantapan kebijakan publik yang sinergi dan terkoordinasi dengan efektif melalui lembaga pemberdayaan usaha mikro,” ujarnya.

Usaha Mikro

Usaha Mikro (UM) merupakan jenis usaha skala kecil yang umumnya berupa sector informal, seperti pedagang kaki lima, penjual sayaur, petani kecil, dan usaha rumah tangga. Data Kementerian KUKM menunjukkan bahwa perkembangan UMKM terus meningkat. Jumlah unit UMKM sempat turun dari 39,7 juta pada tahun 1997 menjadi 36,7 juta pada tahun 1998, namun kemudian meningkat menjadi 44,7 juta unit pada tahun 2005 dan meningkat lagi menjadi 49,8 juta unit pada tahun 2007. Dari jumlah tersebut usaha mikro dan kecil sebanyak 99,7 %.

Adapun kebijakan keuangan mikro, perlu dilakukan pemerintah. Pada kesempatan ini, Pak Bus merekomendasikan kebijakan yang mensinergikan dana KUR Mikro yang bersumber dari Bank dengan dana Program Kementrian/Departemen dengan subsidi bunganya, menetapkan instansi yang mengurusi usaha mikro termasuk LKM-nya, dan mendorong terbentuknya Apex LKM seperti Apex BPR, dan Apex KSP.

Selain itu, pertanian yang berdaya saing seperti produk industri pangan yang siap jual menjadi landasan dari ketahanan ekonomi bangsa. Hal ini terkait dengan krisis keuangan glogal sejak 2008 lalu. Krisis global memberi banyak pelajaran dimana negara maju terutama Amerika Serikat sebagai negara pencetus krisis, dituntut kembali kepada basic ekonomi yaitu usaha mikro kecil (UMK) dan usaha pertanian.

“Dari sisi pengembangan pasar, krisis ini juga mengajarkan kita untuk mendayagunakan pasar domestik dan tidak tergantung hanya kepada pasar glogal,” tambahnya.

Melalui ide sederhana KUR dan KUR Mikro, ada banyak pihak yang mengalami empowering. Pertama, usaha mikro mendapat akses kredit dari perbangkan. Kedua, pihak perbankan terpacu untuk menyalurkan pendanaan ke sector riil usaha mikro. Ketiga, lembaga penjamin kredit memperoleh perkuatan permodalan dari pemerintah. Keempat, tentu saja membantu program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan dan menciptakan kesempatan kerja.

Page 4: Micro Financing

Pada akhir tulisan ini saya juga ingin membandingkan konsep, Grameen Bank yang dicetuskan oleh M. Yunus dari Banglades dengan Konsep KUR Mikro yang digagas oleh Pak Bus. Konsep Grameen Bank hanya diperuntukkan bagi kaum perempuan, sedangkan gagasan KUR mikro berlaku buat siapa saja yang mau berusaha. Inilah perbedaan paling mendasar antara M.Yunus dan Pak Bus.

Kiranya buku “Menciptakan Kesempatan Rakyat Berusaha” sangat layak direkomendasikan bagi siapa saja yang bergelut dalam bisnis keuangan mikro maupun bagi praktisi penanggulangan kemiskinan. Buku ini juga sangat cocok dibaca bagi kalangan akademisi maupun pemerintahan.

Dalam buku ini Kusmuljono bercerita tentang seluk beluk kesuksesan berusaha dengan berbagai contoh. Menariknya bukan hanya masalah bisnis, melainkan juga buku ini sangat cocok untuk persoalan utama nilai-nilai kehidupan, termasuk pengembangan pribadi. Gaya tulisan yang populer dan mudah dipahami menambah daya tarik Muluk tenis membacanya.

Dimulai dari pasar

Buku ini diawali dengan gambaran Indonesia pada 2030 yang diprediksi menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-5 di dunia, di bawah China. AS, India, dan Brasil. Alasannya daya dukung vang Bangai lnsii dan Sedang tumbuh, terutama kekuatan sumber daya alam dan SDM

Pada bagian lain. Kus mengemukakan gagasannya, Iklajar dari Ikan Salmon. Salah satu pelajaran yang dipetik dari ikan salmon ini adalah hidup menentang arus dari hilir 11,mi,ml menuju hulu sungai untuk berproduksi. Dia menekankan terhadap pendekatan dalam bisnis yaitu mulai dulu dari pasar, setelah punya pasarnya baru bergerak menuju produksi barang (hulu).

Hal ini diterapkannya lewat PT Microhn Cipta Perdana (Promikro) yang bergerak di bisnis beras organik dan beras nonorganik. Sebagai satu model pendekatan bisnis, apa yang dilakukan Microhn adalah berangkat dari hilir menuju hulu.

Pembahasan lainnya mengenai Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan KUR Mikro yang merupakan aplikasi dari Hybrid Microfinancing. Hal inimerupakan inovasi kecil yang merupakan keberhasilan dari tiga pihak yang saling membutuhkan, tetapi masih terkendala dalam sinergi. Oleh sebab itu, diperlukan katalis untuk menghubungkan satu dengan yang lainnya.

Page 5: Micro Financing

Ketiga pihak itu adalah perbankan, lembaga penjamin ka-dit dan usaha mikro kecil (UMK). Model Hybrid Microfinancing didasari asumsi pokok bahwa pembiayaan usaha mikro yang terkait dengan upaya pengentasan kemiskinan dan perluasan lapangan pekerjaan, khususnya di sektor pertanian, memerlukan sinergi sumber dana.

Kusmuljono juga bercerita tentang kekayaan sumber daya alam yang melimpah seperti di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.

PT Newmont yang beroperasi di Sumbawa Barat memberikan kontribusi 94% terhadap product domestic regional bruto. Hal ini merupakan angka ketergantungan yang amat besar dari satu daerah terhadap satu perusahaan yang akan setop beroperasi pada 2027.

Bagaimana pasca-Newmont? Sumbawa Barat punya potensi di sektor kelautan, peternakan, poertanian, agroforestri, dan ekowisata. Di sektor kelautan dapat dikembangkan produksi rumput laut dan tambak udang. Untuk rumput laut ini, masyarakat di Kabupalen Takalar, Sulawesi Selatan sudah banyak petani yang menikmati hasilnya.

Ada juga pembahasan dari bisnis keluarga dengan contoli Toyota, Honda, Suzuki, Ford sampai raksasa baja dunia Mittal. Memang ada bisnis keluarga yang berhasil terus tumbuh menjadi perusahaan besar, ada juga yang tetap menjadi usaha keluarga yang tertutup. Semuanya mIi sih saja.

Yang tak kalah menarik adalah bagaimana Kusmuljono mendukung para start up business di sektor riil. Dia memiliki catatan khusus dan harapan khusus agar para perintis usaha terutama anak-anak muda memperoleh dukungan liii lingkungan yang kondusif bagi pengembangan usaha mereka.

Dalam buku ini Kus memberi pemaparan secara detail apa yang dia pernah lakukan, apa yang dia ketahui dan apa yang dia alami d.in bagaimana kciikxt-san yang dil apai,

Bagi siapa pun yang membaca buku ini akan memiliki dampak yang sangat kuat. Semua hal yang dikemukakan sang.it menantang, dengan contoh-contoh yang dipilih sangal membumi dan nyata.

Page 6: Micro Financing

Saal ini Kusmuljono menjabat sebagai komisaris independen PT BNI Tbk sejak Mei 2010. Jabatan profesional yang lain adalah ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro indonesia -vj.ik 2005 hingga sekarang, (henysuhendmtyb

Muhammad Yunus meraih Hadiah Nobel berkat aktivitasnya melalui Grameen Bank.

Nama Yunus dan Grameen Bank memang sudah lama dibicarakan orang terutama ketika bicara bagaimana memberikan layanan bank bagi mereka yang selama ini digolongkan kebanyak orang sebagai non-bankable customers. Berawal dari keprihatinannya akan tingkat kemiskinan yang ada di negaranya dan bagaimana mengentaskannya, Yunus melihat bahwa cara terbaik adalah memberdayakan mereka dengan memberikan kesempatan membuka usaha sendiri. Tapi, repotnya, tidak ada lembaga keuangan yang mau memberikan akses ke mereka karena dianggap tidak bankable.

Yunus yang merupakan pengagum Dr Akhtar Hameed Khan, orang yang sebetulnya merupakan pionir keuangan mikro, mencoba mengembangkan lembaga keuangan yang bisa memberikan akses kepada kaum miskin. Di tahun 1976, ia membuat pilot project lembaga keuangan yang bisa memberikan pinjaman kepada kaum miskin dengan mengandalkan pinjaman bank. Pelan tapi pasti pilot project ini berjalan dengan baik, dimana pada tahun 1982 sudah bisa menjangkau 28 000 orang.

Di tahun 1983, pilot project-nya yang mengandalkan pada model solidaritas orang-orang miskin untuk bisa saling menolong, termasuk menjadi penjamin pinjaman, agar bisa lebih sejahtera, dirubah menjadi sebuah bank keuangan mikro yang diberi nama Grameen Bank. Sambutan dari mereka yang selama ini dianggap tidak layak mendapatkan pinjaman bank terhadap bank ini ternyata luar biasa. Dan barangkali dipengaruhi latar belakang Yunus yang menyelesaikan studi master dan doctor di Amerika Serikat dan bahkan pernah mengajar di Amerika, nama Grameen Bank pun mendunia, berhasil menarik donor dari sejumlah lembaga/perusahaan internasional dan akhirnya menjadi platform bagi apa yang disebut sebagai sistem bisnis mikro.

Page 7: Micro Financing

Pada saat yang bersamaan dengan langkah Yunus dalam membuat dan membangun Grameen Bank, direksi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) di awal tahun 1980-an dihadapkan pada tantangan menyelamatkan investasi yang terlanjur dibenamkan untuk mendukung program BIMAS. Mungkin tidak banyak yang tahu kalau sejak tahun 1969 sampai 1983, BBRI ditugaskan pemerintahan Soeharto untuk membantu para petani yang berada di desa-desa. Untuk mendukung kelancaran tugas pemerintah tersebut, BBRI membangun outlet di berbagai desa di seluruh penjuru Indonesia dan tentu saja merekrut orang yang diharapkan bisa mengoperasikan outlet tersebut. Sampai tahun 1983, BBRI sudah punya 3617 outlets dan 14334 karyawan. Jelas tidak mudah melepas investasi sebesar itu hanya gara-gara program BIMAS distop pemerintah.

Salah satu direksi BRI pada saat itu, almarhum Sugianto, melontarkan ide mengkonversi outlet BRI yang ada di desa sebagai jaringan keuangan mikro dan diberi nama BRI Unit dan melayani para petani di desa-desa. Usulan tersebut didukung direksi lainnya, sehingga pada tahun 1984 BBRI memutuskan meluncurkan Kupedes dan Simpedes. Kupedes adalah kredit skala mikro yang hingga kini bahkan sanggup menyediakan kredit sebesar Rp 25.000,-. Kupedes ini --berbeda dengan kredit mikro Grameen Bank-- bersifat individu. Sementara Simpedes adalah produk yang sejak dari awal memang dirancang untuk menjadi ”pasangan” Kupedes.

Ternyata hanya dalam waktu dua tahun sejak kedua produk tersebut diluncurkan, BRI Unit sudah menjadi unit bisnis yang menguntungkan. Ada beberapa kunci kesuksesannya. Pertama, luasnya jaringan yang dimiliki BRI Unit pada saat produk tersebut diluncurkan, sangat cocok bagi para petani yang sulit mendapatkan akses ke perbankan, baik karena alasan kualifikasi maupun transportasi.

Kedua, besar dan dalamnya pemahaman yang dimiliki almarhum Sugianto dan kawan-kawan terhadap para pengguna keuangan mikro, yang selama ini begitu bergantung pada rentenir akan arti penting

Page 8: Micro Financing

menjaga kehormatan sebagai peminjam terutama dikaitkan dengan kondisi para pegawai bank, penabung dan peminjam yang tinggal dalam desa yang sama. Ketiga, meluncurkan produk yang sesuai di waktu yang tepat, karena memang belum ada lembaga keuangan yang serius menggarap kalangan yang selama ini dianggap tidak bankable. Kunci sukses kedua dan ketiga menunjukkan world-class local genius dari unit keuangan mikro BBRI.

Sejak tahun 1986 unit bisnis BBRI tersebut terus mencatat kenaikan keuntungan dari waktu ke waktu. Bahkan ketika BBRI tidak bisa mengelakkan diri dari dampak krisis Asia di tahun 1997-1998, unit bisnis tersebut tetap menguntungkan. Karena itu bukan suatu hal yang mengherankan kalau sejumlah negara berkembang yang ingin meniru jejak BBRI Unit, sampai mengirimkan orang untuk belajar ke BBRI. Di bank ini bahkan sampai dibentuk unit khusus yang menangani kalangan dunia internasional yang mau belajar membangun bisnis keuangan mikro yang diberi nama International Visitors Program.

Sayangnya, kecuali buku ”Micro Finance Revolution: Lesson From Indonesia” karangan Marguirite S Robinson yang diterbitkan oleh Bank Dunia dan LSM-nya George Soros, publikasi unit keuangan yang disebut Bank Dunia sebagai the largest and the most profitable microfinance in the world jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Grameen Bank. Memang ada pengakuan Bank Dunia pada almarhum Sugianto yang membuat Sugianto Award sebagai penghargaan kepada mereka yang berkarya pada keuangan mikro. Meskipun demikian, tidak berarti tidak ada apresiasi sama sekali.

Kinerja BRI Unit bahkan menjadi penyebab mengapa IPO BRI di tahun 2003 menjadi begitu fenomenal --terutama dengan besarnya penambahan persentase jumlah saham yang dilepas akibat tingginya tingkat permintaan. Dan dengan bertumpu pada unit keuangan mikronya, BBRI pun mulai mengembangkan unit bisnis yang lain, mulai dari layanan mass market banking hingga ke priority banking. Langkah pengembangan tersebut juga merupakan bagian serangan balik BBRI terhadap para pesaingnya, baik lokal maupun global yang juga hendak masuk ke bisnis keuangan mikro yang ternyata menguntungkan.

Page 9: Micro Financing

Pelan tapi pasti, BBRI, yang punya outlet paling banyak dan tersebar di Indonesia serta jumlah nasabah sekitar 25 juta, bukan hanya kuat di bisnis keuangan mikro, yang kini bahkan coba diperkuat melalui layanan Teras BRI, tapi juga unit-unit bisnis yang lain.

Contohnya, produk mass market banking-nya yang masih relatif baru dibandingkan para pesaingnya, teryata berhasil membuat BBRI sebagai satu-satunya bank utama di Indonesia dengan dua produk tabungan berbeda segmen --Simpedes dan Britama-- yang dua-duanya masuk dalam 5 besar merek produk tabungan terpopuler dalam survei tahunan MarkPlus Insight, Indonesia Bank Loyalty Index. Dan selain merupakan bank yang pesat perkembangannya dalam aset dan kini menjadi bank terbesar kedua, BBRI selama beberapa tahun terakhir selalu menjadi bank yang meraih laba terbesar di Indonesia, karena punya unit-unit bisnis yang solid, termasuk keuangan mikro.

Dr. Ir. B.S. Kusmuljono, MBA berhasil meraih gelar Doktornya di Institut Pertanian Bogor. Disertasinya mempersembahkan Model Hybrid Microfinancing. Dalam bukunya yang berjudul “Menciptakan Kesempatan Rakyat Berusaha” yang diterbitka IPB Press, Dr. Kusmuljono berusaha menyatakn bahwa Model Hybrid Microfinancing yang realisasinya dalam bentuk skema KUR Mikro atau Linkage Bank LKM, dapat dijadikan acuan upaya penciptaan kesempatan kerja.

“Minat saya yang besar terhadap model pengembangan usaha mikro didorong oleh kenyataan bahwa negeri ini terdapat banyak orang yang berusaha mandiri dengan skala usaha mikro. Jumlah mereka mencapai sekitar 40 juta orang, yang apabila dihitung bersama anggota keluarganya maka mereka menghidupi lebih dari 150 juta orang,” ujar Dr. Kus, demikian ia biasa dipanggil, di hadapan peserta Lokakarya Nasional bertajuk “Upaya Penanggulangan Dampak Krisis Finansial Global Terhadap Sektor Pertanian dan Pedesaan” di IPB International Convention Center (15/5).

Model Hybrid Microfinancing didasari asumsi pokok bahwa pembiayaan usaha mikro yang terkait dengan upaya pengentasan kemiskinan dan perluasan lapangan pekerjaan, khususnya di sector

Page 10: Micro Financing

pertanian, memerlukan sinergi sumber dana, yaitu : anggaran pemerintah melalui APBN/APBD dan tabungan masyarakat (dana Pihak Ketiga) melalui mekanisme perbankan.

“Perkuatan modal dan efisiensi bisnis dari usaha mikro di sektor pangan dan pertanian dalam arti luas menjadi sangat penting dan diprioritaskan pada strategi pembangunan nasional. Kesemua itu bermuara pada pemantapan kebijakan publik yang sinergi dan terkoordinasi dengan efektif melalui lembaga pemberdayaan usaha mikro,” ujarnya.

Adapun kebijakan keuangan mikro, perlu dilakukan pemerintah. Pada kesempatan ini, Dr. Kus merekomendasikan kebijakan yang mensinergikan dana KUR Mikro yang bersumber dari Bank dengan dana Program Kementrian/Departemen dengan subsidi bunganya, menetapkan instansi yang mengurusi usaha mikro termasuk LKM-nya, dan mendorong terbentuknya Apex LKM seperti Apex BPR, dan Apex KSP. Selain itu, menurutnya pertanian yang berdaya saing seperti produk industri pangan yang siap jual menjadi landasan dari ketahanan ekonomi bangsa. Hal ini terkait dengan krisis keuangan glogal sejak 2008 lalu. Krisis global memberi banyak pelajaran dimana negara maju terutama Amerika Serikat sebagai negara pencetus krisis, dituntut kembali kepada basic ekonomi yaitu usaha mikro kecil (UMK) dan usaha pertanian. “Dari sisi pengembangan pasar, krisis ini juga mengajarkan kita untuk mendayagunakan pasar domestik dan tidak tergantung hanya kepada pasar glogal,” tambahnya. Saat ini, selain dipercaya sebagai anggota Majelis Wali Amanat IPB, Dr. Kus juga menjabat sebagai Komisaris Independen Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Chairman Center for Policy Reform Indonesia (CPR-Indonesia) serta menjabat sebagai Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI).(zul)

Dr. Ir. B.S. Kusmuljono, MBA berhasil meraih gelar Doktornya di Institut Pertanian Bogor. Disertasinya mempersembahkan Model Hybrid Microfinancing. Dalam bukunya yang berjudul “Menciptakan Kesempatan Rakyat Berusaha” yang diterbitka IPB Press, Dr. Kusmuljono berusaha menyatakn bahwa Model Hybrid Microfinancing yang realisasinya dalam bentuk skema KUR Mikro atau Linkage Bank LKM, dapat dijadikan acuan upaya penciptaan kesempatan kerja.

“Minat saya yang besar terhadap model pengembangan usaha mikro didorong oleh kenyataan bahwa negeri ini terdapat banyak orang yang berusaha mandiri dengan skala usaha mikro. Jumlah mereka mencapai sekitar 40 juta orang, yang apabila dihitung bersama anggota keluarganya maka mereka menghidupi lebih dari 150 juta orang,” ujar Dr. Kus, demikian ia biasa dipanggil, di hadapan peserta Lokakarya Nasional bertajuk “Upaya Penanggulangan Dampak Krisis Finansial Global Terhadap Sektor Pertanian dan Pedesaan” di IPB International Convention Center (15/5).

Page 11: Micro Financing

Model Hybrid Microfinancing didasari asumsi pokok bahwa pembiayaan usaha mikro yang terkait dengan upaya pengentasan kemiskinan dan perluasan lapangan pekerjaan, khususnya di sector pertanian, memerlukan sinergi sumber dana, yaitu : anggaran pemerintah melalui APBN/APBD dan tabungan masyarakat (dana Pihak Ketiga) melalui mekanisme perbankan.

“Perkuatan modal dan efisiensi bisnis dari usaha mikro di sektor pangan dan pertanian dalam arti luas menjadi sangat penting dan diprioritaskan pada strategi pembangunan nasional. Kesemua itu bermuara pada pemantapan kebijakan publik yang sinergi dan terkoordinasi dengan efektif melalui lembaga pemberdayaan usaha mikro,” ujarnya.

Adapun kebijakan keuangan mikro, perlu dilakukan pemerintah. Pada kesempatan ini, Dr. Kus merekomendasikan kebijakan yang mensinergikan dana KUR Mikro yang bersumber dari Bank dengan dana Program Kementrian/Departemen dengan subsidi bunganya, menetapkan instansi yang mengurusi usaha mikro termasuk LKM-nya, dan mendorong terbentuknya Apex LKM seperti Apex BPR, dan Apex KSP.

Selain itu, menurutnya pertanian yang berdaya saing seperti produk industri pangan yang siap jual menjadi landasan dari ketahanan ekonomi bangsa. Hal ini terkait dengan krisis keuangan glogal sejak 2008 lalu. Krisis global memberi banyak pelajaran dimana negara maju terutama Amerika Serikat sebagai negara pencetus krisis, dituntut kembali kepada basic ekonomi yaitu usaha mikro kecil (UMK) dan usaha pertanian.

“Dari sisi pengembangan pasar, krisis ini juga mengajarkan kita untuk mendayagunakan pasar domestik dan tidak tergantung hanya kepada pasar glogal,” tambahnya.

Saat ini, selain dipercaya sebagai anggota Majelis Wali Amanat IPB, Dr. Kus juga menjabat sebagai Komisaris Independen Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Chairman Center for Policy Reform Indonesia

Page 12: Micro Financing

(CPR-Indonesia) serta menjabat sebagai Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI).(zul)

Jumlah UMKM yang mencapai 98,9 persen dari seluruh pelaku usaha di Indonesia menandakan ada sesuatu yang salah. Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia kerap dipuji-puji sebagai pilar ekonomi bangsa. Apalagi saat terjadi badai krisis tahun 1998, terbukti sektor UMKM paling mampu bertahan.

Menurut Wakil Ketua Umum Kadin Bidang UMKM dan Koperasi, Sandiaga Uno, jumlah pelaku UMKM di Indonesia saat ini mencapai 50,7 juta. Jumlah ini mencapai 98,9 persen dari total seluruh pelaku usaha di Indonesia. Sebagian besar didominasi oleh usaha mikro dan kecil.

Namun, hal ini bukan sesuatu yang harus dibanggakan. “Jumlah UMKM yang mendominasi hingga 98.9 persen dari seluruh pelaku usaha di Indonesia, menandakan ada sesuatu yang salah di sini. Harus ada sesuatu yang kita benahi, ujar Sandiaga.

Ini artinya, nasib usaha mikro dan kecil tidak mengalami perubahan yang berarti selama bertahun-tahun. Padahal, jika sektor ekonomi tersebut berhasil, para pelaku usaha mikro dan kecil ini akan naik kelas menjadi pengusaha menengah dan besar.

Hal senada diungkapkan anggota Komisi VI DPR RI yang membidangi UMKM, investasi, industri perdagangan dan BUMN, Dodi Reza Alex. Menurut dia. usaha mikro harus ditingkatkan. Untuk itu paradigmanya harus

diubah. “Tidak sekadar jargon puji-pujian untuk mereka, tapi bagaimana memberdayakan usaha mikro tersebut. Jadi, jangan berkata bahwa kita bangga punya 51 juta usaha mikro, tapi yang terpenting adalah bagaimana memberdayakan mereka,” tutur Dodi.

Dodi menambahkan, sekarang yang terjadi adalah banyak orang yang menjadi pengusaha mikro karena keadaan. Mereka tidak mempunyai akses maupun kesempatan untuk meningkatkan level usahanya. “Omong kosong kalau kita mengatakanUMKM adalah pilar ekonomi, tapi mereka tetap jalan di tempat. Yang penting adalah memberdayakan mereka dan membuat mereka naik kelas,” tegas Dodi yang juga Ketua Komite Tetap Kerjasama Ekonomi Regional, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.

Page 13: Micro Financing

Sandiaga mengakui, banyaknya UMKMi terutama usaha mikro, disebabkan pemerintah tidak mampu menciptakan lapangan kena. “Mereka lahir karena keterpaksaan atau di PHK,” katanya.

Ia mencontohkan, Indonesia dengan jumlah penduduk 230 juta mempunyai sekitar 50 juta unit UMKM, sedangkan Cina dengan 1.2 miliar penduduk hanya mempunyai 21 juta UMKM. Kita berharap usaha menengah dan besar makin meningkat dan usaha mikro berkurang, sehingga penyerapan tenaga kerja mampu lebih baik lagi,” papar Sandiaga Uno.

Belum merata

Di mata Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Erwin Aksa, menumpuknya jumlah usaha mikro dan keadaan mereka yang stagnan sebagai akibat dari belum meratanya distribusi kesejahteraan dalam sistem ekonomi Indonesia. Para pelaku usaha mikro dan kecil ini tidak memiliki kesempatan untuk masuk ke sektor-sektor strategis. “Mereka terbentur persyaratan yang diajukan pemerintah, usaha besar maupun BUMN terkait pengalaman dan kemampuan yang kuat dari segi permodalan,” ujarnya.

Selain itu. pelaku usaha mikro dan kecil itu juga masih mengalami kendala dalam mengakses sektor keuangan. “Instrumen keuangan yang ditawarkan memang banyak, namun bunga masih tinggi. Untuk mendapatkannya juga butuh persyaratan seperti penjaminan dan perizinan yang sering menjadi kendala,” papar Erwin.

Dodi mengemukakan, usaha mikro dan kecil perlu perlakuan khusus, antara lain bunga pinjaman yang lebih rendah. Selain penyaluran dana melalui perbankan (KUR dan KUR Mikro). BUMN dan swasta juga harus mengambil peran aktif memasilitasi pendanaan UMKM melalui program PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) dan CSR. “Tidak hanya pendanaan yang difasilitasi, tapi juga pembinaan terhadap mereka, dan jaminan asuransi,” tegas Dodi Reza Alex.

Ketua Komnas Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Dr B. S Kusmuljono mengungkapkan perlunya hybrid microfinancing atau siStem penguatan permodalan bagi usaha mikro melalui mekanisme pemadu-serasian (sinergi) sumber-sumber pembiayaan dari dana masyarakat pada perbankan dengan dana pemerintah. Hal itu penting untuk mengang-gulangi kemiskinan serta perluasan lapangan pekerjaan utamanya bagi Rumah Tangga Sasaran (RTS) untuk membantu sektor ini.

Page 14: Micro Financing

Semua upaya tersebut dilakukan karena sektor usaha mikro dan kecil memiliki peran penting dalam perekonomian negara. “Selain menjadi sumber lapangan pekerjaan bagi masyarakat juga dapat menghidupi lebih dari 150 juta orang. Selain itu, sektor ini juga terbukti tangguh terhadap terpaan krisis keuangan global,” ujar B.S Kusmuljono yang juga penulis buku Menciptakan Kesempatan Rakyat Berusaha.

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada 2011 mencapai Rp29 triliun atau melampaui target yang ditetapkan pemerintah Rp20 triliun.

"Jumlah keseluruhan nasabah KUR mencapai enam juta. Ada lebih dari 600 ribu nasabah yang sudah mengalami peningkatan kelas menjadi komersial, yang sebelumnya non-bankable menjadi bankable. Kami berharap agar terus meningkat," kata Hatta dalam konferensi pers usai Rapat Koordinasi Komite Kebijakan Kredit Usaha Rakyat di kantornya, Jakarta, Selasa (10/1).

Hatta menyatakan pada 2012 pemerintah memasang target penyaluran KUR mampu mencapai Rp30 triliun.

Sebesar 50 persen dari target tersebut diserap oleh PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk. Pada 2012, BRI diharapkan memperluas cabangnya hingga daerah-daerah terpencil.

"Untuk 2012, kami tambah 13 bank, termasuk Bank Pembangunan Daerah (BPD). BPD diharapkan bisa masuk untuk kredit sebesar Rp20 juta ke atas," kata Hatta.

Hatta menambahkan pemerintah juga akan menambah jaminan terhadap KUR yang sebelumnya hanya dilakukan PT Jamkrindo dan PT Askrindo.

Menurut Hatta, sektor yang harus diberi perhatian khusus adalah pertanian dan perikanan. Selain itu, masih ada pula sektor lainnya, yaitu sektor perindustrian, perdagangan, kehutanan, industri kreatif, koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (UKM). (R027

Page 15: Micro Financing

Pengajuan Kredit Usaha Rakyat (KUR)

29

05

2010

Saat ini pemerintah sedang menggalakkan kredit ini untuk mendukung UKM agar sektor riil dapat berkembang dengan baik, berikut adalah list bank penyalur KUR, yaitu:

Bank Tabungan Negara (BBTN)

Bank Rakyat Indonesia (BBRI)

Bank Mandiri (BMRI)

Bank Negara Indonesia (BBNI)

Bank Bukopin

Bank Syariah Mandiri (BSM)

Jika anda berminat untuk mengajukan KUR, maka anda bisa lakukan langkah dibawah ini:

UMKM dan Koperasi yang membutuhkan Kredit dapat menghubungi Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu Bank Pelaksana terdekat.

Memenuhi persyaratan dokumentasi sesuai dengan yang ditetapkan Bank Pelaksana.

Mengajukan surat permohonan kredit/ pembiayaan

Bank Pelaksana akan melakukan penilaian kelayakan

Bank Pelaksana berwenang memberikan pesetujuan atau menolak permohonan kredit.

Adapun syarat dan ketentuan sebagai berikut (mengambil contoh pengajuan KUR Bank BTN)

1. Usaha yang dibiayai adalah usaha produktif sektor perindustrian, perdagangan dan jasa, kredit konstruksi perumahan.

Page 16: Micro Financing

2. Media Penyalur KUR, memanfaatkan kredit eksisting BTN yaitu: Kredit Vasa Griya (modal kerja konstruksi), Kredit Pendukung Perumahan, Kredit Modal Kerja, Kredit modal kerja Kontraktor, Kredit Investasi, Kredit Pemilikan Ruko/Kios dan lainnya

Plafond Kredit:

Maksimal kredit sebesar Rp. 500.000.000,-

Kredit Investasi sebesar maksimal 70% dari total biaya investasi.

Kredit modal kerja sebesar maksimal 80% dari modal kerja yang dibutuhkan.

Tingkat Suku Bunga 14,00 % (floating)

Persyaratan mengajukan Kredit

Debitur Perorangan mengajukan surat permohonan KUR dengan melampirkan dokumen pendukung sebagai berikut:

1. KTP dan KK

2. Surat Nikah, bila telah nikah

3. Perizinan usaha (surat izin dari Dinas Pasar bila usaha di pasar, surat keterangan minimal Ketua RT/RW untuk lokasi dilingkungan pemukiman dan sejenisnya).

4. Legalitas tempat usaha, bila ada, misalnya bukti hak atas tanah, perjanjian sewa, atau lainnya.

5. Rincian peruntukkan kredit

6. Agunan, jika ada disyaratkan bank.

Untuk Usaha Kecil dan Menengah (Badan Usaha) mengajukan surat permohonan yang dilampiri dokumen pendukung sebagai berikut:

Page 17: Micro Financing

1. Akte Pendirian Perusahaan sampai dengan perubahan terakhir

2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

3. SIUP, TDP, dan sejenisnya atau sekurang-kurangnya memenuhi kriteria perijinan usaha mikro.

4. Legalitas tempat usaha, bila ada, misalnya bukti hak atas tanah, perjanjian sewa, atau lainnya.

5. Laporan keuangan terakhir/minimal catatan keuangan usaha sebagaimana persyaratan untuk perorangan

6. Rincian peruntukkan kredit

7. Agunan, jika ada disyaratkan bank.

Mekanisme pengajuan kredit:

1. Permohonan yang memenuhi persyaratan dapat menghubungi seluruh Kantor Cabang Bank BTN di Indonesia.

2. Bank akan melakukan analisa kelayakan atas permohonan kredit sesuai ketentuan.

3. Pemohon dikenakan biaya pemrosesan dan harus dibayar sekaligus dan seketika pada saat ditagih oleh Bank yaitu:

*Biaya Provisi

*Biaya Notaris/PPAT/Legal Fee

*Biaya lainnya, jika ada dipersyaratkan bank.

JAKARTA: Pemerintah dipastikan segera memperbaiki beberapa regulasi program kredit usaha rakyat untuk mempermudah proses pengajuan pembiayaan terhadap pelaku usaha mikro yang selama ini masih terkendala dengan agunan tambahan.

Choirul Djamhari, Deputi Bidang Restrukturisiasi dan Pengembangan Usaha Kementerian Koperasi dan UKM, mengatakan perubahan regulasi itu dilakukan untuk makin memperluas jangkauan penyaluran dana yang dilaksanakan dengan pola penjaminan pemerintah.

Page 18: Micro Financing

“Perubahan itu dilakukan juga atas keluhan yang terus bergulir, karena perbankan ternyata masih mencantumkan kewajiban agunan tambahan bagi calon debitor dari skala usaha mikro,” ujar Choirul Djamhari kepada Bisnis, Minggu, 30 Oktober.

Menurut dia, perbankan penyalur dana kredit usaha rakyat (KUR) masih mencantumkan kewajiban agunan tambahan bagi calon debitor, karena selama ini peraturan KUR mikro maksimal Rp20 juta, memang belum dimasukkan dalam perjanjian kerja sama atau MoU.

Oleh karena itu, ke depan, penegasan dicantumkan dalam MoU sehingga tidak ada lagi alasan bagi perbankan meminta jaminan tambahan bagi usaha mikro yang mengajukan kredit mikro. Sedangkan perluasan jangkauan KUR juga sesuai permintaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Selama ini pemerintah secara lantang mengatakan bahwa debitor KUR mikro tidak wajib dikenakan agunan tambahan untuk mengakses Rp20 juta.

Namun seluruh perbankan penyalur, yakni Bank BRI, Bank Mandiri, Bank Mandiri Syariah, Bank BTN, Bank BNI, dan Bank Bukopin maupun 13 Bank Pembangunan Daerah (BPD) tetap mewajibkan calon debitor mencantumkan agunan tambahan.

Akibatnya, berbagai laporan dari seluruh Indonesia terus mengalir ke Kantor Kementerian Koperasi dan UKM bahwa mereka tidak diladeni ketika mengajukan proses kredit. Artinya, mereka masih diwajibkan perbankan mencantumkan agunan tambahan.

Penegasan melalui MoU yang segera dilaksanakan juga akan menetapkan debitor KUR Mikro, tidak wajib lagi masuk dalam Sistem Informasi Debitor (SID) yang merupakan salah satu perangkat pengaman bagi perbankan agar penyaluran kepada satu debitor, tidak dilakukan oleh bank lain.

Perubahan regulasi itu berdasarkan respon Komite Kebijakan KUR terhadap keinginan Presiden. Meski demikian, suku bunga bagi mokro tidak berubah, yakni maksimal 22% dan kredit kecil dan menengah maksimal 14% per tahun.

Page 19: Micro Financing

Adapun delapan perubahan yang dihasilkan Rapat Komite Kebijakan KUR bersama anggotanya. Pertama, Perubahan standar operasional prosedur (SOP) agar bank mencantumkan tidak diperlukan agunan tambahan bagi KUR mikro.

Kedua, suku bunga KUR ritel dan mikro tidak berubah. Ketia, skema kombinasi penjaminan dan subsidi bunga perlu dibahas lebih lanjut. Keempat, agar bank pelaksana memperbaiki pendataan realisasi KUR untuk sektor hulu. Kelima, setuju untuk perubahan SOP KUR Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Keenam, pembayaran klaim yang tertunda karena agunan lebih dari 50% akibat perubahan SOP pada 2009, setuju dibayarkan. Ketujuh, permohonan BNI Syariah dan 13 BPD yang ingin menjadi peserta penyalur KUR dibahas lebih lanjut untuk dikaitkan demean SID Bank Indonesia.

Kedelapan, permohonan perusahaan asuransi penjamin, yakni Jamkrida Jawa Timur dan Bali ditangguhkan untuk dibahas lebih lanjut.

KUR ( KREDIT USAHA RAKYAT )

KUR adalah skema Kredit/Pembiayaan yang khusus diperuntukkan bagi UMKM dan Koperasi yang usahanya layak namun tidak mempunyai agunan yang cukup sesuai persyaratan yang ditetapkan Perbankan. Tujuan akhir diluncurkan Program KUR adalah meningkatkan perekonomian, pengentasan kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja.

Perguliran KUR dimulai dengan adanya keputusan Sidang Kabinet Terbatas yang diselenggarakan pada tanggal 9 Maret 2007 bertempat di Kantor Kementerian Negara Koperasi dan UKM dipimpin Bapak Presiden RI. Salah satu agenda keputusannya antara lain, bahwa dalam rangka pengembangan usaha UMKM dan Koperasi, Pemerintah akan mendorong peningkatan akses UMKM dan Koperasi kepada kredit/pembiayaan dari perbankan melalui peningkatan kapasitas Perusahaan Penjamin. Dengan demikian UMKM dan Koperasi yang selama ini mengalami kendala dalam mengakses kredit/pembiayaan dari perbankan karena kekurangan agunan dapat diatasi.

KUR telah diluncurkan oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 5 Nopember 2007. Peluncuran KUR merupakan upaya Pemerintah dalam mendorong Perbankan menyalurkan kredit/ pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi. Peluncuran tersebut merupakan tindaklanjut dari ditandatanganinya Nota

Page 20: Micro Financing

Kesepahaman Bersama (MoU) pada tanggal 9 Oktober 2007 tentang Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi antara Pemerintah (Menteri Negara Koperasi dan UKM, Menteri Keuangan, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Perindustrian, Perusahaan Penjamin (Perum Sarana Pengembangan Usaha dan PT. Asuransi Kredit Indonesia) dan Perbankan (Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri). KUR ini didukung oleh Kementerian Negara BUMN, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian serta Bank Indonesia.

Instansi Pembina

Kementerian Negara Koperasi dan UKM

Departemen Pertanian

Departemen Kelautan dan Perikanan

Departemen Perindustrian

Departemen Kehutanan

Instansi terkait lainnya

Koordinasi Kebijakan

Dalam rangka mengkoordinasikan program KUR, Pemerintah membentuk Komite Kebijakan.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bersama dengan instansi pembina mengkoordinasikan kebijakan penjaminan kredit.

Hal-hal yang dikoordinasikan:

Penyiapan UMKM dan Koperasi sesuai dengan kewenangan instansi pembina.

Kebijakan dan priotas bidang usaha.

Page 21: Micro Financing

Pembinaan dan pendampingan UMKM dan Koperasi

Koordinasi penyaluran KUR dengan Perbankan dan Perusahaan Penjaminan

Sosialiasi program dan koordinasi dengan daerah

Kebijakan Penjaminan Kredit

Bank Pelaksana KUR:

Bank BRI

Bank Mandiri

BankBNI

Bank BTN

Bank Bukopin

Bank Syariah Mandiri

Perusahaan Penjamin

Perum Sarana Pengembangan Usaha (perum SPU)

PT. Asuransi Kreit Indonesia ( PT Askrindo ).

Skema KUR

Secara umum Skema KUR yang telah disepakati Bank Pelaksana dengan Perusahaan Penjamin dan Permerintah sebagai berikut:

Page 22: Micro Financing

Nilai Kredit maksimal Rp.500 juta per debitur

Bunga maksimal 16% per tahun (efektif)

Pembagian resiko penjaminan: Perusahaan Penjaminan 70% dan Bank Pelaksana 30%.

Penilaian Kelayakan terhadap usaha debitur sepenuhnya menjadi kewenangan Bank Pelaksana.

UMKM dan Koperasi tidak dikenakan Imbal Jasa Penjaminan (IJP)

Cara mengakses KUR

UMKM dan Koperasi yang membutuhkan Kredit dapat menghubungi Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu Bank Pelaksana terdekat.

Memenuhi persyaratan dokumentasi sesuai dengan yang ditetapkan Bank Pelaksana.

Mengajukan surat permohonan kredit/pembiayaan

Bank Pelaksana akan melakukan penilaian kelayakan

Bank Pelaksana berwenang memberikan pesetujuan atau menolak permohonan kredit.

Skema Kredit Usaha Rakyat

Page 23: Micro Financing

PT. BANK RAKYAT INDONESIA

1. Persyaratan Calon Debitur UMKM dan Koperasi yang dapat mengakses Kredit Usaha Rakyat:

Individu (perorangan/ badan hukum), kelompok, koperasi yang melakukan usaha produktif dan memenuhi syarat antara lain:

a. Legalitas perorangan dan Badan Usaha / Hukum:

Individu : KTP dan Kartu Keluarga

Kelompok : Surat Pengukuhan Instansi terkait / Surat Keterangan Usaha dari Lurah / Kepala Desa dan / atau akte Notaris

Koperasi : AD/ART beserta perubahannya

Badan Hukum Lain sesuai ketentuan yang berlaku

b. Perijinan usaha:

(Untuk kredit dengan plafond sid Rp100 juta, ijin usaha a.l. TDP,SIUP, dan SITU dapat digantikan dengan Surat Keterangan Usaha dari Kepala Desa/Lurah.

Pinjaman dengan plafond diatas Rp100 juta perijinan sesuai ketentuan yang berlaku.

2. UMKM dan Koperasi yang baru memulai usaha, minimal usahanya telah berjalan selama 6 bulan.

Page 24: Micro Financing

3. Jenis Kredit dan Jangka Waktu Kredit:

Kredit Modal Kerja jangka waktu maksimal 3 tahun

Kredit Investasi jangka waktu maksimal 5 tahun.

4. Besarnya nilai pinjaman disesuaikan dengan kelayakan usaha maksimal Rp. 500 juta.

5. Sharing dana sendiri untuk kredit Investasi minimum 35%

6. Suku Bunga maks.16% pa, Reviewable sesuai ketentuan Pemerintah.

7. Bentuk Kredit: Prosedur Rekening Koran Maksimum CO menurun, untuk Kredit Musiman dapat sekaligus lunas (maksimal jangka waktu 1 tahun dengan pembayaran pokok dan bunga).

8. Biaya Administrasi dan provisi tidak dipungut.

9. Agunan

Agunan pokok berupa proyek yang dibiayai.

Agunan tambahan ringan dan tidak diwajibkan

10. Sistem dan prosedur kredit:

a.UMKM dan Koperasi dapat mengajukan permohonan kredit/ pinjaman ke Kantor Cabang BRI/Kantor Cabang Pembantu.

b.Permohonan kredit pinjaman yang diajukan, harus dilampiri dengan dokumen pendukung antara lain:

Copy legalitas dan perijinan.

Page 25: Micro Financing

Data usaha dan dokumen untuk keperluan analisa kebutuhan kredit.

On the spot ke tempat usaha oleh Pejabat Kredit Lini.

(4) Hasil analisa kebutuhan kredit dituangkan dalam Memorandum Analisa Kebutuhan Kredit sesuai ketentuan yang berlaku dan diajukan ke pejabat pemutus untuk mendapatkan putusan kredit.

SKEMA KREDIT USAHA RAKYAT

PT. BANK MANDIRI

Skema kredit untuk tujuan produktif dengan kriteria sebagai berikut:

Limit kredit : Maksimal Rp500 juta

Suku Bunga : Saat ini 13.5% efektif pertahun.

Prosentase Penjaminan : 70% dari limit kredit

Persyaratan skema kredit untuk tujuan usaha produktif tersebut antara lain:

Memiliki pengalaman usaha.

Memiliki legalitas usaha dan NPWP.

Berdasarkan trade checking tidak ada informasi negatif mengenai perusahaan/ pengurus pemilik dan tidak sedang menghadapi/terlibat masalah hukum.

Jaminan berupa fixed asset (Untuk kredit investasi jaminannya adalah proyek yang dibiayai. Sedangkan untuk kredit modal kerja jaminannya maksimum 30%).

Memiliki kemampuan membayar dari usaha yang dibiayai.

Berdasarkan SID Bank Indonesia, perusahaan/ pengurus/ pemilik tidak memiliki kredit macet dan tidak masuk Daftar Hitam.

Prosedur untuk pengajuan kredit untuk tujuan usaha produktif tersebut antara lain sebagai berikut:

Page 26: Micro Financing

Calon debitur mendatangi Kantor Cabang Bank Mandiri dengan melengkapi persyaratan dan administrasi.

Bank Mandiri akan melakukan analisa terhadap kelayakan usaha Calon Debitur.

Calon Debitur yang layak untuk dibiayai tetapi agunan tidak mencukupi tetap dapat diberikan kredit melalui program Penjaminan Kredit dengan PT. Askrindo dan Perum. SPU.

SKEMA KREDIT USAHA RAKYAT

PT. BANK NEGARA INDONESIA

Dapat diberikan kepada debitur perorangan kelompok, perusahaan dan koperasi

Usaha feasible namun belum bankable

Sektor yang dibiayai: pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, industri dan perdagangan

Berpengalaman berusaha minimal 1 tahun

Memiliki legalitas usaha, minimal surat keterangan berusaha dari kecamatan/kelurahan setempat untuk kredit s/d Rp. 150 juta.

Memiliki identitas diri (KTP, Kartu Keluarga atau identitas lainnya) untuk perorangan dan akte pendirian untuk badan usaha dan koperasi.

Kredit diatas Rp. 50 juta harus mempunyai NPWP

Calon debitur tidak tercatat sebagai debitur macet/bermasalah atau tidak termasuk dalam daftar hitam Bank Indonesia

Jenis dan Jangka waktu kredit: Kredit Modal Kerja (KMK) s/d. 5 tahun dan Kredit Investasi (KI) s/d. 10 tahun

Suku Bunga maksimum: 16% efektif/tahun

Biaya propisi : bebas

Biaya administrasi : bebas

Biaya pengelolaan rekening: bebas

Page 27: Micro Financing

SKEMA KREDIT USAHA RAKYAT

PT. BANK TABUNGAN NEGARA

Usaha yang dibiayai adalah usaha produktif sektor perindustrian, perdagangan dan jasa, kredit konstruksi perumahan.

Media Penyalur KUR, memanfaatkan kredit eksisting BTN yaitu: Kredit Yasa Griya (modal kerja konstruksi), Kredit Pendukung Perumahan, Kredit Modal Kerja, Kredit Modal Kerja Kontraktor, Kredit Investasi, Kredit Pemilikan Ruko/Kios dan lainnya.

Plafond Kredit :

Maksimal kredit sebesar Rp. 500.000.000,-

Kredit Investasi sebesar maksimal 70% dari total biaya investasi.

Kredit modal kerja sebesar maksimal 80% dari modal kerja yang dibutuhkan.

Tingkat Suku Bunga 14,5% (floating)

Persyaratan mengajukan Kredit:

Debitur perorangan mengajukan surat permohonan KUR dengan melampirkan dokumen pendukung sebagai berikut:

KTP dan KK

Surat Nikah, bila telah nikah

Perizinan usaha, (surat izin dari Dinas Pasar bila usaha di pasar, surat keterangan minimal

Ketua RT/RW untuk lokasi dilingkungan pemukiman dan sejenisnya).

Legalitas tempat usaha, bila ada, misalnya bukti hak atas tanah, perjanjian sewa, atau lainnya.

Rincian peruntukkan kredit

Agunan, jika ada disyaratkan bank.

Untuk Usaha Kecil dan Menengah (Badan Usaha) mengajukan surat permohonan yang dilampiri dokumen pendukung sebagai berikut:

Page 28: Micro Financing

Akte Pendirian Perusahaan sampai dengan perubahan terakhir

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

SIUP, TDP, dan sejenisnya atau sekurang-kurangnya memenuhi kriteria perijinan usaha mikro.

Legalitas tempat usaha, bila ada, misalnya bukti hak atas tanah, perjanjian sewa, atau lainnya.

Laporan keuangan terakhir/minimal catatan keuangan usaha sebagaimana persyaratan untuk perorangan

Rincian peruntukkan kredit

Agunan, jika ada disyaratkan bank.

Mekanisme pengajuan kredit:

Permohonan yang memenuhi persyaratan dapat menghubungi seluruh Kantor Cabang Bank BTN di Indonesia.

Bank akan melakukan analisa kelayakan atas permohonan kredit sesuai ketentuan.

Pemohon dikenakan biaya pemrosesan dan harus dibayar sekaligus dan seketika pada saat ditagih oleh Bank yaitu:

Biaya Provisi

Biaya Notaris / PPAT / Legal Fee

Biaya lainnya, jika ada dipersyaratkan bank.

SKEMA KREDIT USAHA RAKYAT

PT. BANK BUKOPIN

1. Kriteria penerima kredit

a. Usaha Mikro (pengrajin, nelayan, petani, dan pedagang) yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

Page 29: Micro Financing

Menjalankan usaha produktif yang layak.

Mempunyai fotocopy KTP/KK dan sejenisnya.

Mempunyai tempat usaha (milik sendiri atau sewa dan sejenisnya) disertai dengan menyerahkan fotocopy dokumen pendukungnya.

Usaha telah dilakukan lebih dari 2 (dua) tahun terhitung sejak mengajukan permohonan Kredit/Pembiayaan kepada Bank.

Mempunyai pembukuan atau catatan usaha, kecuali untuk budidaya disektor pertanian, kelautan, perdagangan, perindustrian atau perkebunan dalam arti seluas-luasnya.

Mempunyai atau dapat menyerap tenaga kerja.

Mempunyai dan menyerahkan fotocopy perijinan dan legalitas usaha sesuai dengan jenis/bidang usaha minimal dari kelurahan.

Usaha Kecil dalam pengertian ini adalah pelaku usaha disektor pertanian, kelautan, perdagangan, perindustrian, jasa atau perkebunan dalam arti seluas-luasnya, yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

Menjalankan usaha produktif yang layak.

Mempunyai dan menyerahkan fotocopy identitas pribadi/pengelola/ Pengurus (KTP atau Kartu Keluarga dan sejenisnya).

Page 30: Micro Financing

Bentuk usaha dapat berupa: Badan Usaha (Perorangan, CV atau Fa atau Persekutuan Perdata lainnya) atau Badan Hukum (Perseroan Terbatas atau Koperasi).

Mempunyai dan menyerahkan fotocopy Akta Pendirian sesuai dengan bentuk badan usaha atau badan hukumnya.

Mempunyai tempat usaha (milik sendiri atau sewa/kontrak dan sejenisnya) disertai dengaN menyerahkan fotocopy dokumen pendukungnya.

Usaha telah dilakukan lebih dari 2 (dua) tahun terhitung sejak mengajukan permohonan Kredit/Pembiayaan kepada Bank.

Mempunyai pembukuan atau catatan keuangan yang sederhana.

Mempunyai dan menyerahkan fotocopy perijinan dan legalitas usaha antara lain NPWP, SIUP, TDP dan perijinan/legalitas lainnya sesuai dengan bidang/jenis usahanya.

Mempunyai atau dapat menyerap tenaga kerja.

Membuka rekening (tabungan atau giro) pada Bank.

Tidak sedang menikmati Kredit/Pembiayaan sejenis dengan yang dimaksud dalam Ketentuan Perkreditan ini dari perbankan lainnya yang dibuktikan dengan Bank Checking.

Usaha Menegah dan Koperasi dalam pengertian ini adalah pelaku usaha disektor pertanian, kelautan, perdagangan, perindustrian, jasa atau perkebunan dalam arti seluas-luasnya sesuai dengan ketentuan perundang-udangan yang berlaku, yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

Page 31: Micro Financing

Menjalankan usaha produktif yang layak.

Mempunyai identitas pribadi/ pengelola/pengurus (KTP atau Kartu Keluarga dan sejenisnya)

Bentuk usaha dapat berupa: Badan Usaha (Perorangan, CV atau Fa atau Persekutuan Perdata lainnya) atau Badan Hukum (Perseroan Terbatas atau Koperasi)

Mempunyai Akta Pendirian Badan Usaha atau Badan Hukum sesuai dengan bentuk badan usahanya.

Mempunyai tempat usaha (milik sendiri atau sewa/kontrak dan sejenisnya) disertai dengan menyerahkan fotocopy dokumen pendukungnya.

Usaha telah dilakukan lebih dari 2 (dua) tahun terhitung sejak mengajukan permohonan Kredit/Pembiayaan kepada Bank.

Mempunyai pembukuan atau catatan keuangan.

Mempunyai perijinan dan legalitas usaha antara lain NPWP, SIUP, TDP dan perijinan atau legalitas lainnya sesuai dengan bidang/jenis usahanya.

Mempunyai atau dapat menyerap tenaga kerja.

Menyerahkan fotocopy Rekening (tabungan atau giro) minimal 6 (enam) bulan terakhir (jika ada) dan bersedia membuka rekening (tabungan atau giro) pada Bank.

Tidak sedang menikmati Kredit/Pembiayaan sejenis dengan yang dimaksud dalam Ketentuan Perkreditan ini dari perbankan lainnya yang dibuktikan dengan Bank Checking.

Page 32: Micro Financing

2. Kriteria penyaluran Kredit/Pembiayaan UMKMK sebagai berikut:

Kredit/Pembiayaan baru, atau

Kredit/Pembiayaan perpanjangan yang masih dalam keadaan lancar (kolektibiliti 1) sesuai ketentuan Bank Indonesia dan belum pernah direstrukturisasi, atau

Kredit/Pembiayaan tambahan yang masih dalam keadaan lancar (kolektibiliti1) sesuai ketentuan Bank Indonesia dan belum pernah direstrukturisasi.

Kredit/Pembiayaan bukan hasil take over dari bank lain yang dibuktikan dengan hasil Bank Checking.

Penggunaan Kredit/Pembiayaan adalah untuk modal kerja atau investasi dan atau modal kerja, yang mendukung semua sektor ekonomi produktif dan layak untuk dibiayai.

3. Struktur Kredit/Pembiayaan

Untuk Usaha Mikro, plafond Kredit/Pembiayaan yang dapat diberikan adalah diatas Rp. 50.000.000 sampai dengan Rp. 100.000.000.

Untuk Usaha Kecil, plafond Kredit/Pembiayaan yang dapat diberikan adalah lebih dari Rp. 100.000.000 sampai dengan Rp. 250.000.000.

Untuk Usaha Menengah dan Koperasi, plafond Kredit/Pembiayaan yang dapat diberikan adalahlebih dari Rp. 250.000.000 sampai dengan Rp. 500.000.000.

Page 33: Micro Financing

4. Analisa Kelayakan

Menggunakan Internal Credit Risk Rating (ICRR) yaitu suatu alat untuk melakukan analisa kelayakan, mengidentifikasi dan mengukur risiko atas Kredit/Pembiayaan yang akan diberikan oleh Bank.

5. Penggunaan Kredit untuk modal kelja atau untuk investasi dan atau modal kerja.

6. Setting (bentuk) Kredit

Setting (bentuk) Kredit harus dalam bentuk aflopen/installment (plafond menurun) dengan ketentuan setiap akhir tahun terdapat penurunan plafond Kredit/Pembiayaan sesuai dengan analisa kelayakan dari Bank.

7. Jangka waktu Kredit

Untuk Kredit modal kerja maksimal 3 (tiga) tahun.

Untuk kredit investasi maksimal 5 (lima) tahun.

8. Suku bunga/Bagi hasil/Nisbah

Tingkat suku bunga/bagi hasil/nisbah sebesar 16% efektif per-tahun.

9. Biaya Provisi dan Biaya Administrasi

Biaya provisi yang dapat dibebankan kepada UMKMK.

Biaya administrasi yang dapat dibebankan kepada UMKMK.

10. Agunan Kredit/Pembiayaan

Page 34: Micro Financing

Penjaminan Kredit/Pembiayaan dari PT Askrindo atau Perum SPU adalah maksimal sebesar 70% dari plafond Kredit/Pembiayaan, dan

Agunan lain yang diserahkan UMKMK kepada Bank, dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) Untuk Usaha Mikro, dengan plafond Kredit/Pembiayaan diatas Rp. 50.000.000 sampai dengan Rp. 100.000.000, agunannya adalah:

usaha yang dibiayai antara lain berupa stock barang dan atau tagihan (efektif atau

belum efektif) atau sejenisnya dan atau

hak kebendaaan lainnya sebagaimana dimaksud dalam butir 2) dibawah ini, dengan total nilai agunan minimal sebesar 35% dari plafond Kredit/Pembiayaan.

(2) Untuk Usaha Kecil, dengan plafond Kredit/Pembiayaan diatas Rp. 100.000.000 sampai dengan Rp. 250.000.000, agunannya adalah:

Kendaraan roda empat (mobil) dengan usia tahun pembuatan maksimal 8 (delapan) tahun pada saat Kredit/Pembiayan disetujui atau Deposito/Tabungan/Rekening Giro yang diblokir dan atau

fixed asset berupa sertifikat yang dilengkapi dengan dokumen Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) atau fixed asset berupa Kios dan sejenisnya atau tanah dengan status letter “C”/girik/Petuk Bumi dan sejenisnya sepanjang diyakini dapat diproses menjadi sertifikat, dengan total nilai agunan minimal sebesar 35% dari plafond Kredit/Pembiayaan.

(3) Untuk Usaha Menengah dan Koperasi dengan plafond Kredit/Pembiayaan di atas Rp. 250.000.000 s/d Rp. 500.000.000, agunannya adalah:

Page 35: Micro Financing

Kendaraan roda empat (mobil) dengan usia tahun pembuatan maksimal 5 (lima) tahun pada saat Kredit/Pembiayaan disetujui atau Deposito/Tabungan/Rekening Giro, yang diblokir oleh Bank dan atau

fixed asset dalam bentuk Tanah dan bangunan atau Ruko atau apartement atau sejenisnya dengan kepemilikan SHM atau SGB atau SGU yang dilengkapi dengan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) atau dengan kelengkapan dokumennya sesuai jenis fixed assetnya, dengan total nilai agunan minimal sebesar 40% dari plafond Kredit/Pembiayaan.

(4) Untuk Kredit/Pembiayaan Massal (Kelompok Usaha Mikro atau Kelompok Usaha Kecil) atau untuk UMKMK binaan, Ketentuan Perkreditan ini, agunannya adalah:

usaha yang dibiayai antara lain berupa stock barang dan atau tagihan (effektif atau belum efektif) atau sejenisnya dan atau

hak kebendaaan lainnya sebagaimana dimaksud dalam butir b.2) tersebut diatas, dengan total nilai agunan minimal sebesar 35% dari plafond Kredit/Pembiayaan, atau dengan pola risk sharing berdasarkan perjanjian kerjasama yang disepakati oleh para pihak

Perhitungan atau penggunaan nilai agunan sebagaimana dimaksud pada butir b. diatas adalah dengan menggunakan nilai pasar.

Skema Pembiayaan Program Barakah:

PT. BANK SYARIAH MANDIRI

Program Barakah diberikan kepada Perorangan, Badan Usaha di semua sektor indutri, untuk keperluan produktif dengan lamanya usaha minimal 2 (dua) tahun/menurut penilaian bank dapat dibiayai dengan kondisi:

Mempunyai potensi usaha dan atau komonditas yang diusahakan sudah mempunyai pasar.

Page 36: Micro Financing

Mempunyai prospek usaha yang layak dan mampu menyerap tenaga kerja.

Mempunyai legalitas dan perijinan usaha sesuai ketentuan yang berlaku.

Usaha tersebut memenuhi ketentuan dan persyaratan Pembiayaan yang berlaku serta dinyatakan layak oleh BSM.

Tidak termasuk dalam daftar kredit macet atau kredit bermasalah.

Mengusulkan proposal pinjaman/kredit sesuai dengan kebutuhan usaha.

Dokumen Permohonan Pembiayaan

Form Surat Permohonan Pembiayaan (SPP)/Surat tertulis dari nasabah, dengan melampirkan:

Legalitas nasabah perorangan (KTP/SlM/Paspor, KK, Akta nikah, Surat persetujuan istri/suami,

Legalitas badan usaha (SlUP, SlUK, SlU lndustri, SlU Peternakan dll. TDP, SITU, NPWP, Akta Pendirian)

Lap. Keuangan 2 tahun terakhir

Past performace usaha 1 tahun

Rencana usaha 1 tahun ke depan

Page 37: Micro Financing

Bukti kepemilikan agunan

Persyaratan Pembiayaan

Kebutuhan UMKM yang dibiayai adalah investasi dan/atau modal kerja layak untuk dibiayai berdasarkan atas pembiayaan yang sehat dan tidak sedang dibiayai fasilitas Pembiayaan bank lainnya

Pembiayaan dapat disalurkan langsung ke nasabah atau melalui LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syariah)

Maksimum Pembiayaan adalah Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta).

Jangka Waktu Pembiayaan untuk modal kerja 3 (tiga) tahun, apabila diperlukan dapat diperpanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di BSM dan lnvestasi 5 (lima) tahun dan sesuai dengan analisa kelayakan serta ketentuan Pembiayaan yang berlaku pada BSM.

Margin/bagi hasil pembiayaan setinggi-tingginya setara dengan 16% efektif per tahun.

Prosedur Pengajuan Program Barakah

Calon nasabah merupakan pelaku usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi mengajukan permohonan ke kantor Cabang/Cabang Pembantu BSM terdekat, selanjutnya akan dilakukan analisa sesuai ketentuan yang berlaku.