Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum...

310
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Apa yang dimaksud dengan AMDAL? AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan. Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial- budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). “…kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup; dibuat pada tahap perencanaan…” Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan pemerintah tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah satu syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum memberikan ijin usaha/kegiatan. AMDAL digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau kegiatan. Dokumen AMDAL terdiri dari : Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Tiga dokumen (ANDAL, RKL dan RPL) diajukan bersama-sama untuk dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan apakah rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan apakah perlu direkomendasikan untuk diberi ijin atau tidak. Apa guna AMDAL? Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau

Transcript of Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum...

Page 1: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Apa yang dimaksud dengan AMDAL?

AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada

tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan.

Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-

budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha

dan/atau kegiatan.

AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu

usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses

pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah

No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).

“…kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup; dibuat pada tahap

perencanaan…”

Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan,

pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan pemerintah tentang AMDAL

secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah satu syarat perijinan, dimana para

pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum memberikan ijin

usaha/kegiatan. AMDAL digunakan untuk mengambil keputusan tentang

penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau kegiatan.

Dokumen AMDAL terdiri dari :

• Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)

• Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)

• Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

• Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

Tiga dokumen (ANDAL, RKL dan RPL) diajukan bersama-sama untuk dinilai oleh Komisi

Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan apakah rencana usaha dan/atau

kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan apakah perlu direkomendasikan untuk

diberi ijin atau tidak.

Apa guna AMDAL?

• Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah

• Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari

rencana usaha dan/atau kegiatan

• Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau

Page 2: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

kegiatan

• Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan

hidup

• Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana

usaha dan atau kegiatan

“…memberikan alternatif solusi minimalisasi dampak negatif”

“…digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberi ijin usaha

dan/atau kegiatan”

Bagaimana prosedur AMDAL?

Prosedur AMDAL terdiri dari :

• Proses penapisan (screening) wajib AMDAL

• Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat

• Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)

• Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL

Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi kegiatan wajib AMDAL, yaitu

menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak.

Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL

Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu yang

ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang diberikan, dan kemudian

melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu sebelum menyusun KA-ANDAL.

Proses penyusunan KA-ANDAL. Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk menentukan

lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses pelingkupan).

Proses penilaian KA-ANDAL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen KA-

ANDAL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu

maksimal untuk penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh

penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.

Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan

dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL).

Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan

dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan

peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar

waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali

dokumennya.

Page 3: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

Siapa yang harus menyusun AMDAL?

Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk

menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifikat

Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar minimal cakupan materi

penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09/2000.

Siapa saja pihak yang terlibat dalam proses AMDAL?

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai AMDAL, pemrakarsa,

dan masyarakat yang berkepentingan.

Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat

pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi berkedudukan di

Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota

berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Kabupaten/Kota. Unsur

pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena dampak

diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi

Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara

anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh

Gubernur dan Bupati/Walikota.

Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha

dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.

Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk

keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai berikut:

kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi,

faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-

nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat

dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.

Apa yang dimaksud dengan UKL dan UPL ?

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh

penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).

Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya pengelolaan

lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.

Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL

Page 4: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia.

UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan keputusan

dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan.

Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan menggunakan

formulir isian yang berisi :

• Identitas pemrakarsa

• Rencana Usaha dan/atau kegiatan

• Dampak Lingkungan yang akan terjadi

• Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

• Tanda tangan dan cap

Formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :

• Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup

Kabupaten/Kota untuk kegiatan yang berlokasi pada satu wilayah kabupaten/kota

• Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Propinsi untuk

kegiatan yang berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota

• Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan

pengendalian dampak lingkungan untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu propinsi

atau lintas batas negara

Apa kaitan AMDAL dengan dokumen/kajian lingkungan lainnya ?

AMDAL-UKL/UPL

Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi diwajibkan

menyusun UKL-UPL (lihat penapisan Keputusan Menteri LH 17/2001). UKL-UPL dikenakan

bagi kegiatan yang telah diketahui teknologi dalam pengelolaan limbahnya.

AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Wajib

Bagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen pengelolaan lingkungan hidup

(RKL-RPL) sehingga dalam operasionalnya menyalahi peraturan perundangan di bidang

lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut tidak bisa dikenakan kewajiban AMDAL, untuk kasus

seperti ini kegiatan tersebut dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai Keputusan

Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit

Lingkungan yang Diwajibkan.

Audit Lingkungan Wajib merupakan dokumen lingkungan yang sifatnya spesifik, dimana

kewajiban yang satu secara otomatis menghapuskan kewajiban lainnya kecuali terdapat kondisi-

kondisi khusus yang aturan dan kebijakannya ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan

Hidup.

Page 5: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

Kegiatan dan/atau usaha yang sudah berjalan yang kemudian diwajibkan menyusun Audit

Lingkungan tidak membutuhkan AMDAL baru.

AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Sukarela

Kegiatan yang telah memiliki AMDAL dan dalam operasionalnya menghendaki untuk

meningkatkan ketaatan dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat melakukan audit lingkungan

secara sukarela yang merupakan alat pengelolaan dan pemantauan yang bersifat internal.

Pelaksanaan Audit Lingkungan tersebut dapat mengacu pada Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit

Lingkungan.

Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela bagi kegiatan-kegiatan yang wajib

AMDAL tidak secara otomatis membebaskan pemrakarsa dari kewajiban penyusunan dokumen

AMDAL. Walau demikian dokumen-dokumen sukarela ini sangat didorong untuk disusun oleh

pemrakarsa karena sifatnya akan sangat membantu efektifitas pelaksanaan pengelolaan

lingkungan sekaligus dapat “memperbaiki” ketidaksempurnaan yang ada dalam dokumen

AMDAL.

Dokumen lingkungan yang bersifat sukarela ini sangat bermacam-macam dan sangat berguna

bagi pemrakarsa, termasuk dalam melancarkan hubungan perdagangan dengan luar negeri.

Dokumen-dokumen tersebut antara lain adalah Audit Lingkungan Sukarela, dokumen-dokumen

yang diatur dalam ISO 14000, dokumen-dokumen yang dipromosikan penyusunannya oleh

asosiasi-asosiasi industri/bisnis, dan lainnya.

Sumber: www. menlh.go.id

Page 6: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

Halaman 1 dari 4

BERITA ACARA PELAKSANAAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAKSANAAN KEWAJIBAN DAN PERSYARATAN IZIN LINGKUNGAN

PT. SAKTI MAIT JAYA LANGIT

Pada hari ini, Selasa tanggal Satu bulan Agustus tahun Dua Ribu Tujuh Belas, kami yang bertanda tangan di bawah ini : DLH Kabupaten Kapuas :

No Nama/NIP Jabatan

1. Drs. Yahunda 19600625 198803 1 005 Pembina Tk. I (IV/b)

Kabid Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup

2. H. Samsurahman, S.Sos 19640703 198801 1 003 Penata Tk. I (III/d)

Kasi Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup

3. Sesilia Endang Kahyanti, ST 19771120 200701 2 015 Penata (III/c)

Kasi Penegakan Hukum Lingkungan

4. Tulus Bujur, S.Pi, M.S 19730817 200801 1 019 Penata (III/c)

Kasi Kajian Dampak Lingkungan

Pihak Perusahaan:

No Nama Jabatan

1. Johanes Trisno General Manajer 2.

Telah melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kewajiban dan persyaratan izin lingkungan pada PT. Sakti Mait Jaya Langit melalui kegiatan sebagai berikut: 1. Pertemuan Pembuka 2. Pemeriksaan dokumen lingkungan dan perizinan terkait perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup; 3. Peninjauan lokasi pabrik, Work Shop, TPS Limbah B3, genset, Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL). 4. Wawancara dan pengambilan foto 5. Pertemuan penutup : pembuatan dan pembahasan berita acara

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS

DINAS LINGKUNGAN HIDUP Jl.Pemuda No. 50A Telp. / Fax. (0513) 22610 Kuala Kapuas

KodePos : 73515

Page 7: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

Halaman 2 dari 4

Dari hasil kegiatan tersebut di atas, diperoleh fakta-fakta sebagai berikut : 1. Dokumen Lingkungan (AMDAL) dan Perizinan.

a. PT. Sakti Mait Jaya Langit telah memiliki Arahan Lokasi dari Bupati Kapuas melalui surat Nomor 525/474/Disbun/II/2007 Bulan Februari 2007 perihal Arahan Lokasi Perkebunan Kelapa Sawit An. PT. Sati Mait Jaya Langit. Luas areal yang diberikan 15.000 hektar.

b. PT. Sakti Mait Jaya Langit mendapatkan perpanjangan Arahan Lokasi dari Bupati Kapuas melalui surat Nomor 525/1646/Disbunhut.2008 Tanggal 9 September 2008 perihal Perpanjangan Arahan Lokasi Perkebunan Kelapa Sawit An. PT. Sati Mait Jaya Langit. Luas areal yang diberikan 10.000 hektar.

c. PT. Sakti Mait Jaya Langit telah memiliki Izin lokasi dari Bupati Kapuas Nomor 591.1/1962/BPN/TAHUN 2008 Tanggal 8 Nopember 2008 tentang Pemberian Izin Lokasi Kepada PT. Sakti Mait Jaya Langit Untuk Keperluan Perkebunan Kelapa Sawit di Kecamatan Mentangai, Kabupaten Kapuas. Luas areal 10.000 hektar.

d. PT. Sakti Mait Jaya Langit telah memiliki Izin Usaha Perkebunan dari Bupati Kapuas Nomor 946/DISBUNHUT.TAHUN 2008 Tanggal 16 September 2008 tentang Pemberian Izin Usaha Perkebunan (IUP) Kepada PT. Sakti Mait Jaya. Luas areal 10.000 hektar. Masa berlaku IUP sampai dengan tanggal 16 September 2009.

e. PT. Sakti Mait Jaya Langit telah memiliki dokumen lingkungan (AMDAL) dengan Persetujuan Kelayakan Lingkungan dari Bupati Kapuas Nomor 268/BLH TAHUN 2009 Tanggal 27 Juli 2009 tentang Kelayakan Lingkungan Rencana Usaha Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah oleh PT. Sakti Mait Jaya Langit. Luas areal yang dinyatakan layak lingkungan sebesar 10.000 hektar dan kapasitas pabrik pengolahan sebesar 40 ton TBS/jam.

f. PT. Sakti Mait Jaya Langit melakukan kegiatan pengolahan dengan kapasitas pabrik 60 ton TBS/Jam.

2. Pelaporan RKL-RPL

a. PT. Sakti Mait Jaya Langit telah membuat Laporan RKL-RPL terakhir pada Semester II (Juli - Desember) Tahun 2016.

3. Pengendalian Pencemaran Air

a. Sumber pencemar air PT. Sakti Mait Jaya Langit bersumber dari pabrik pengolahan kelapa sawit kapasitas 60 ton TBS/Jam.

b. Pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Sakti Mait Jaya Langit mulai beroperasi Tahun 2014.

c. PT. Sakti Mait Jaya Langit memiliki Instalasi pengolahan air limbah yang terdiri dari cooling pond sebanyak 2 buah, kolam pembiakan bakteri, kolam anerob sebanyak 3 buah. Untuk kolam fakultatif pond, sedimentasi pond, emergency pond, dan indicator pond sedang dalam proses pembuatan.

Page 8: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

Halaman 3 dari 4

d. Effluen air limbah dari kolam Anaerobic Pond 3 direncanakan dialirkan ke land application, pipa dari kolam anaerobic pond 3 telah dipasang hingga ke lokasi kebun.

e. PT. Sakti Mait Jaya Langit berencana untuk melakukan proses pengajuan izin land application

f. PT. Sakti Mait Jaya Langit melakukan pemantauan air limbah meskipun tidak setiap bulan.

g. PT. Sakti Mait Jaya Langit merencanakan akan memasang alat pengukur debit air limbah pada Anaerobic Pond 3 yang direncanakan dialirkan ke land application, sehingga tidak dapat dilakukan pencatatan debit harian.

h. PT. Sakti Mait Jaya Langit melakukan pengukuran pH meskipun tidak secara harian.

i. Skim pada anaerobic pond 1 diambil setiap minggu untuk di campur dengan fiber dan selanjutnya di aplikasikan ke lahan diperkebunan kelapa sawit.

j. PT. Sakti Mait Jaya Langit memanfatkan air sungai untuk kepentingan industri pengolahan kelapa sawit dan berencana untuk mengajukan izin pemanfaatan air permukaan.

4. Pengelolaan Emisi Udara

a. PT. Sakti Mait Jaya Langit memiliki sumber emisi tidak bergerak terdiri dari:

1) Boiler dengan kapasitas 29 ton/jam 2) 3 (tiga) buah genset kapasitas 552 KVA, 264 KVA dan 241 KVA yang

terletak di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit b. PT. Sakti Mait Jaya Langit telah membuat sarana dan prasarana

(sampling hole, tangga, dan pagar pengaman) untuk pengujian emisi pada boiler sesuai dengan ketentuan teknis yang dipersyaratkan.

c. PT. Sakti Mait Jaya Langit berencana melakukan pengujian emisi dari boiler.

d. PT. Sakti Mait Jaya Langit sedang berencana melakukan pengujian emisi dari 3 (tiga) buah genset yang digunakannya.

5. Pengelolaan Limbah B3

a. PT. Sakti Mait Jaya Langit akan melakukan identifikasi limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatannya

b. PT. Sakti Mait Jaya Langit telah membangun Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3, namun pengajuan proses izin TPS Limbah B3 ke pejabat yang berwenang akan diajukan dalam waktu segera.

c. Limbah B3 yang disimpan di TPS antara lain oli bekas, accu bekas, filter bekas dan besi bekas.

d. Limbah medis dari klinik disimpan sementara dalam wadah, dan selanjutnya di angkut ke tempat pembakaran sampah akhir.

e. TPS Limbah B3 yang dibangun oleh PT. Sakti Mait Jaya Langit perlu disesuaikan dengan persyaratan teknis yang berlaku, antara lain

Page 9: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

Halaman 4 dari 4

penambahan bak penampung limbah, APAR, Kotak P3K, Log Book dan lain-lain

f. Penyimpanan limbah B3 masih perlu disesuaikan dengan ketentuan teknis yang berlaku antara lain, pemberian wadah, pemasangan simbol dan label, pengadaan pallet.

g. PT. Sakti Mait Jaya Langit perlu melakukan pengelolan lanjutan terhadap Limbah B3 yang dihasilkannya.

6. Pengendalian Kebakaran Lahan

a. PT. Sakti Mait Jaya Langit memiliki sarana dan prasarana pengendalian kebakaran lahan berupa 4 unit water sprayer, 2 unit djhondeere, 3 gulung selang 2,5 inc, 6 gulung selang 1,5 inc, 1 noozle 2,5 inc dan 2 nozzle 1,5 inc.

b. PT. Sakti Mait Jaya Langit telah memiliki personil/regu pengendali kebakaran.

c. PT. Sakti Mait Jaya Langit telah melakukan patroli kejadian kebakaran terutama pada saat musim kemarau.

7. Lain-lain

a. PT. Sakti Mait Jaya Langit sudah melakukan studi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (High Conservation Value).

No. Pihak Pemerintah Tanda Tangan BLH Kabupaten Kapuas

1. Drs. Yahunda

2. H. Samsurahman, S.Sos

3. Sesilia Endang Kahyanti, ST

4. Tulus Bujur, S.Pi, M.S

Pihak Perusahaan

1. Johanes Trisno

2.

Page 10: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

Buku panduan pengawasan

dan kumpulan peraturan

pengendalian pencemaran lingkungan

Badan pengelolaan lingkungan hidup daerah

provinsi jawa barat

Oktober 2014

Page 11: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

PENYUSUN:

Sub bidang pembinaan

Bidang pengendalian pencemaran lingkungan

Bplhd provinsi jawa barat

APRESIASI

UNTUK SUBSTANSI:

Ruly fatwani, aep saepuloh, fitria rakhmawati, titin sumiati, mitha

pratiwi, prima puspita sari, sofiyan hadi, indah dewi puspita, hery

herawan.

UNTUK ARAHAN:

Anang sudarna

Suharsono

Didi adji siddik

Resmiani

Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan pengendalian

pencemaran lingkungan

Cetakan 1, 2014

DITERBITKAN OLEH:

Badan pengelolaan lingkungan hidup daerah provinsi jawa barat

Page 12: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

iii

KATA PENGANTAR

Perbedaan jenis usaha dan/atau kegiatan dari suatu industri akan

berdampak kepada perbedaan dalam pengelolaan lingkungan yang

dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. Untuk

itu perlu upaya peningkatan pemahaman kepada aparat pengawas

lingkungan hidup mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan dari suatu

industri agar tepat dalam menerapkan berbagai peraturan dalam

melakukan pengendalian pencemaran lingkungan yang dilaksanakan

oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

Pengawasan lingkungan hidup adalah kegiatan yang dilaksanakan

secara langsung ataupun tidak langsung oleh aparat pengawas

lingkungan hidup daerah untuk mengetahui ketaatan penanggung

jawab usaha dan atau kegiatan terhadap peraturan dalam melakukan

pengendalian pencemaran lingkungan. Dalam melakukan pengawasan,

pengawas dituntut untuk mempelajari industri yang akan diawasi dan

peraturan-peraturan pengelolaan lingkungan yang berkaitan dengan

hal tersebut. Oleh karena itu, bagi pengawas diperlukan teknik

pengawasan yang baik dan benar yang sesuai dengan kaidah

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Page 13: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

iv

Pedoman pengawasan pengendalian pencemaran industri ini

merupakan panduan untuk memudahkan pengawas lapangan dalam

mengawasi kinerja pengelolaan lingkungan pada industri untuk

memberikan gambaran yang lebih jelas tentang langkah-langkah yang

diperlukan di dalam melakukan pengawasan. Pedoman ini berisi

prinsip-prinsip pengendalian pencemaran dari sumber-sumber limbah

yang dihasilkan, strategi pengawasan proses produksi, potensi

pencemaran, persyaratan teknis, dan peraturan yang harus ditaati.

Bandung, Oktober 2014

Penyusun,

BPLHD Provinsi Jawa Barat

Page 14: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................. iii

DAFTAR ISI .......................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................. vii

DAFTAR TABEL ................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................... 1

1.1 Latar belakang ........................................................................... 1

1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................. 2

1.3 Sasaran ..................................................................................... 3

BAB II GAMBARAN UMUM ................................................ 4

2.1 Sumber-sumber Pencemaran Sektor Industri ......................... 4

2.2 Potensi Pencemaran Lingkungan ............................................. 6

2.2.1 Potensi Pencemaran Air ...................................................... 6

2.2.2 Potensi Pencemaran Udara ................................................. 7

2.2.3 Potensi Limbah Berbahaya dan Beracun (LB3) .................. 9

2.3 Pengelolaan Lingkungan ........................................................ 23

2.3.1 Pengendalian Pencemaran Air .......................................... 23

2.3.2 Pengendalian Pencemaran Udara ..................................... 25

2.3.3 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)

........................................................................................... 32

BAB III STRATEGI PENGAWASAN .................................. 46

3.1 Persiapan Pengawasan ........................................................... 46

3.2 Pelaksanaan Pengawasan ....................................................... 47

3.3 Format Berita Acara Pengawasan .......................................... 50

3.4 Contoh dan Penjelasan Cara Pengisian Berita Acara .............. 61

Page 15: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

vi

3.5 Kegiatan Paska Kunjungan Lapangan ................................... 84

3.5.1 Pengolahan Data dan Informasi Hasil Pengawasan ......... 84

3.5.2 Penyusunan Laporan Pengawasan ................................... 84

3.5.3 Penyusunan Rekomendasi (Rencana Tindak) Pengawasan

........................................................................................... 85

3.5.4 Pemeliharaan Data dan Informasi .................................... 86

BAB IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG

LINGKUNGAN HIDUP ........................................... 87

4.1 Peraturan Perundang-Undangan Skala Nasional .................. 87

4.1.1 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup .......... 87

4.1.2 Pengelolaan Sampah ......................................................... 87

4.1.3 Perlindungan dan Pengelolaan Air ................................... 88

4.1.4 Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) ............ 90

4.1.5 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (LB3)

............................................................................................ 91

4.1.6 Perlindungan dan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati 93

4.1.7 Perlindungan dan Pengelolaan Tutupan Lahan ............... 94

4.1.8 Pelestarian Fungsi Atmosfer ............................................. 95

4.1.9 Pelestarian Fungsi Udara .................................................. 96

4.1.10 Perlindungan dan Pengelolaan Laut ................................. 97

4.1.11 Instrumen Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup ................................................................................ 98

4.1.12 Data dan Informasi .......................................................... 113

4.1.13 Pengawasan dan Penegakan Hukum ............................... 113

4.1.14 Kapasitas Sumber Daya Manusia .................................... 115

4.1.15 Kapasitas Kelembagaan ................................................... 116

4.1.16 Perjanjian Internasional .................................................. 121

4.2 Peraturan Perundang-Undangan Skala Provinsi Jawa Barat

.............................................................................................. 123

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. ix

Page 16: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pencemaran Lingkungan ................................................... 5

Gambar 2 Mekanisme Pengelolaan LB3 .......................................... 33

Gambar 3 Diagram Pengelolaan Limbah B3 .................................... 34

Gambar 4 Kegiatan Pengawasan ...................................................... 47

Page 17: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sumber Limbah Cair Berdasarkan Jenis Usaha .................... 6

Tabel 2 Potensi Pencemaran Udara Berdasarkan Industri ................ 8

Tabel 3 Identifikasi Jenis Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) Sektor Manufaktur ..................................................... 9

Tabel 4 Identifikasi Jenis LB3 Industri Agroindustri ...................... 17

Tabel 5 Identifikasi Jenis LB3 Fasilitas Umum Sektor Agroindustri ............................................................................................. 18

Tabel 6 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Pertambangan, Energi, Minyak, Dan Gas ................................................................. 19

Tabel 7 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Prasarana Jasa Dan Non Institusi ................................................................................ 21

Tabel 8 Peraturan Limbah Cair ....................................................... 24

Tabel 9 Alat Pengendali Partikulat Pencemaran Udara .................. 26

Tabel 10 Alat Pengendali Gas Pencemaran Udara ............................ 27

Tabel 11 Baku Mutu Yang Digunakan Bagi Sumber Emisi ............... 30

Tabel 12 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 ................... 34

Tabel 13 Checklist Form Evaluasi TPS LB3 .................................... 35

Tabel 14 Checklist Pemanfaatan Fly ash dan Bottom ash Batubara 38

Tabel 15 Checklist Pemanfaatan Substitusi Bahan Bakar ................ 39

Tabel 16 Checklist Pengolahan Secara Thermal ................................ 41

Tabel 17 Checklist Penimbunan Limbah B3 ..................................... 43

Tabel 18 Persiapan Pelaksanaan Pengawasan .................................. 46

Tabel 19 Mekanisme Pengawasan ...................................................... 47

Page 18: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kasus-kasus pencemaran dan perusakan lingkungan dari sektor industri

yang terjadi akhir-akhir ini mendesak pemerintah untuk secara serius

meningkatkan efektivitas pengawasan lingkungan untuk mengetahui

tingkat ketaatan industri terhadap ketentuan peraturan perundang-

undangan di bidang lingkungan hidup dalam menjamin kelestarian

fungsi lingkungan dari hasil kegiatan usaha atau kegiatan industri.

Peran pemerintah berkewajiban menetapkan kebijakan dan peraturan,

pembinaan, dan bersama-sama melakukan pengawasan. Sementara

pelaku usaha berkewajiban memenuhi ketentuan perundang-undangan

lingkungan sebagaimana tertuang pada Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

serta peraturan turunannya.

Kegiatan pengawasan penaatan merupakan amanat Pasal 71 ayat (1) UU

Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa “Menteri, Gubernur, atau

Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan

pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab dan/atau kegiatan

atas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan

di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup”. Untuk itu

penguatan sistem dan perangkat pengawasan lingkungan yang efisien

dan efektif menjadi suatu keharusan.

Page 19: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

2

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2002

tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup Bagi

Pejabat Pengawas menyebutkan bahwa tujuan pengawasan lingkungan

hidup adalah untuk memantau, mengevaluasi, dan menetapkan status

ketaatan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan terhadap:

1) Kewajiban yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan di

bidang pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan

hidup;

2) Kewajiban untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup dan

pemantauan lingkungan sebagaimana tercantum dalam dokumen

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya

Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan

(UPL) atau persyaratan lingkungan yang tercantum dalam izin

terkait.

Kegiatan pengawasan ini diperlukan agar penanggung jawab kegiatan

menaati semua ketentuan perundang-undangan lingkungan hidup,

persyaratan dalam berbagai izin (izin usaha, izin pembuangan limbah,

dll) serta persyaratan mengenai semua media lingkungan (air, udara,

tanah, kebisingan, getaran) yang seharusnya tercantum dalam perizinan

yang telah dimiliki. Buku pedoman ini dapat dijadikan dasar dalam

pelaksanaan pengawasan pemerintah kabupaten/kota untuk

meningkatkan ketaatan industri dalam pengelolaan lingkungan hidup.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud pembuatan buku pedoman ini adalah sebagai panduan dalam

melaksanakan pengawasan penaatan pengelolaan lingkungan oleh

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

Page 20: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

3

Tujuan pembuatan buku pedoman ini diantaranya adalah:

Menyajikan informasi mengenai potensi pencemaran lingkungan,

dan pengelolaan lingkungannya;

Menyajikan informasi tentang rangkaian kegiatan pengawasan

mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan pasca pengawasan;

Memberikan pemahaman kepada para pengawas dalam memantau

dan mengevaluasi ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau

kegiatan yang dituangkan ke dalam Berita Acara Pengawasan.

Selanjutnya Berita Acara tersebut dijadikan acuan dalam

menetapkan status ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau

kegiatan terhadap ketentuan izin/dokumen lingkungan, pengelolaan

dan pengendalian pencemaran air, pengelolaan dan pengendalian

pencemaran udara, pengelolaan dan pengendalian Bahan Berbahaya

dan Beracun (B3), serta Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

(LB3).

1.3 Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan buku pedoman ini yaitu

untuk mengetahui tingkat ketaatan suatu kegiatan dan/atau usaha

dalam pengelolaan lingkungan serta upaya tindak lanjut yang harus

dilakukan.

Page 21: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

4

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Sumber-sumber Pencemaran Sektor Industri

Salah satu dampak aktivitas industridari sisi lingkungan hidup adalah

terjadinya pencemaran lingkungan akibat limbah industri. Pencemaran

air, udara, tanah dan pembuangan Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun (LB3) merupakan persoalan yang harus dihadapi oleh kita

semua, khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan industri

tersebut. Beberapa hal yang dapat menimbulkan permasalahan,

misalnya lokasi pabrik yang dekat dengan pemukiman penduduk,

pembebasan tanah yang bermasalah, tidak dilibatkannya masyarakat

dalam rencana kegiatan, buruknya kualitas AMDAL, tidak adanya

pengolahan limbah yang baik, dan lain sebagainya.

Air limbah yang tidak dikelola dengan baik, apabila dibuang ke

lingkungan sekitar dapat mengakibatkan masuknya bahan-bahan

pencemar termasuk logam berat dan bahan berbahaya lainnya ke tanah

dan saluran-saluran air warga sekitar sampai ke sumber air masyarakat.

Pencemaran juga terjadi akibat kebisingan suara yang dihasilkan oleh

aktivitas produksi yang melebihi batas. Salah satu cara menguranginya

adalah dengan melakukan perbaikan kualitas bangunan agar dapat

menurunkan intensitas bising dan menambah pepohonan di sekitar

pabrik. Selain itu pencemaran lingkungan yang juga terjadi berupa

polusi udara, dimana polusi tersebut berasal dari kegiatan mesin-mesin

produksi pabrik yang membuang emisinya melalui cerobong, terutama

perusahaan yang dalam produksi lebih banyak melakukan kegiatan

pembakaran.

Page 22: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

5

Gambar 1 Pencemaran Lingkungan

(Sumber: Diklat Dasar-Dasar Pengawasan Lingkungan Hidup, Pusdiklat Kementerian

Lingkungan Hidup dan Pusdiklat Provinsi Jawa Barat, 2012)

Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan dari

aktivitas industri, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran

lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu

lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan

pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan

terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Adapun

prinsip pengelolaan limbah industri dapat dilakukan melalui

pendekatan teknis dan non teknis, pendekatan teknis berhubungan

dengan peraturan-peraturan, kajian sistem produksi dalam industri

tersebut yang meliputi sistem, produk, servis maupun proses.

Sedangkan pendekatan non teknis dengan peningkatan kesadaran

lingkungan masyarakat dan industri dalam menyikapi masalah

pencemaran.

Page 23: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

6

2.2 Potensi Pencemaran Lingkungan

2.2.1 Potensi Pencemaran Air

Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat

No. 6 Tahun 1999, limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang

dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan

diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Sumber-sumber limbah

cair tersebut dapat berasal dari seluruh proses kegiatan yang meliputi

limbah cair domestik, limbah cair dari proses produksi bagi kegiatan

industri, perhotelan dan dari kegiatan klinis bagi kegiatan rumah sakit.

Sumber dan kegiatan yang menghasilkan limbah cair berdasarkan jenis

usaha dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Sumber Limbah Cair Berdasarkan Jenis Usaha

No. Jenis Usaha/Kegiatan

Sumber Air Limbah Kegiatan yang Menghasilkan Air

Limbah

1. Rumah Sakit Sarana Perawatan Ruang rawat jalan, ruang rawat inap, ruang operasi dan IPI, ruang kamar bersalin, ruang rawat bedah, ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), ruang Intensive Care Unit (ICU).

Sarana Penunjang Ruang farmasi, laboratorium, ruang sterilisasi, ruang instalasi gizi, ruang jenazah, instalasi gizi/dapur, laundry

Sarana umum Ruang kantor, fasilitas sosial 2. Keramik Sarana produksi Proses persiapan bahan

baku, penanganan dan penyimpanan, shaping glate preparation, off gas treatment, dan pengeringan.

3. Pupuk Sarana produksi Proses oksidasi parsial untuk memproduksi karbon dioksida, ceceran air bekas cuci atau buangan dari absorber, blowdown, kompresor,dll.

Sarana penunjang Laboratorium 4. Pulp dan kertas Sarana produksi Proses chemical making ,

ruang proses pemutihan,

Page 24: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

7

No. Jenis Usaha/Kegiatan

Sumber Air Limbah Kegiatan yang Menghasilkan Air

Limbah

pulp making, dan black liquor thickening.

5. Peleburan besi dan baja

Sarana penunjang Laboratorium dan ruang proses pendinginan.

6. Hotel Fasilitas kamar Kamar mandi dan toilet meliputi washtafel, shower/bathtub, pembersihan kamar mandi.

Fasilitas umum Dapur dan restoran, meliputi pencucian bahan masakan, peralatan masak dan peralatan makan. Laundry, kolam berenang, alat pendingin (ac dan refrigerator), dan alat pemadam kebakaran

7. Tekstil Sarana produksi Proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, pengelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan, dan proses penyempurnaan.

Sarana utilitas Pencucian sarana dan peralatan serta blowdown.

8. Minyak Sawit Sarana produksi Sterilisasi, pemurnian, dan pemisahan inti sawit dengan cangkang.

9. Semen Sarana umum Utilitas, pencucian kendaraan dan alat berat, domestik.

2.2.2 Potensi Pencemaran Udara

Emisi udara adalah komponen-komponen yang dihasilkan dari suatu

pembakaran yang dikeluarkan langsung dari sumbernya. Sumber emisi

udara utama usaha dan/atau kegiatan biasanya berasal dari

pengoperasian boiler (ketel uap) dan genset. Genset pada umumnya

bersifat sebagai cadangan (stand by) ketika aliran listrik padam.

Parameter pencemar udara yang dihasilkan dari ruang pembakaran

boiler dan genset bergantung pada bahan bakar yang digunakan.

Potensi pencemaran berdasarkan jenis industri dapat dilihat pada

Tabel 2.

Page 25: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

8

Tabel 2 Potensi Pencemaran Udara Berdasarkan Industri

No. Jenis Industri Sumber pencemaran Potensi emisi

1. Rumah Sakit Genset Incinerator

CO, NOx, SOx, Partikulat, Partikulat, SO2, NO2, HF, CO, HCl, CH4, As, Cd, Cr, Pb, Hg, Ti, Opasitas

2. Keramik Kiln, utilitas (genset, boiler)

NOx, SOx, TSP, HF, Opasitas, CO

3. Pupuk Pabrik pupuk ammonium sulfat ZA: Drier scrubber, saturator, exhaust gas scrubber, unit asam sulfat, dan gas turbin

Total partikel, NH3, SO2, NO2

Pabrik pupuk urea: Primary reformer, prilling tower, dan gas turbine/waste heat boiler.

NO2, NH3, total partikel

Pabrik pupuk fosfat: Penyimpanan bahan ball mill, unit reaksi, unit granulasi

Total partikel dan fluor

Pabrik pupuk majemuk NPK:scrubber

Total partikel, fluor, dan amoniak

Utilitas: Power boiler SO2, NO2 4. Pulp dan kertas Boiler, incinerator, turbin

generator SO2, Cl2, ClO2, CO, NO2. SO2, partikulat

5. Peleburan besi dan baja

Unit DR Plant (cerobong pabrik besi spons dan cerobong pabrik hyl), proses peleburan, rolling mill, rotary kiln, dan boiler.

SO2, NO2, dan partikulat

6. Hotel Genset, boiler SO2, CO, NOx, dan jelaga 7. Elektronik Persiapan plat, electroless

plating, imaging, electroplating, tahap akhir, dan tes

Partikulat, uap asam, VOC, uap organik, ammonia, CFC

8. Tekstil Mesin penyempurnaan, stentering, proofing, dry cleaning, proses pencucian, boiler, pencelupan dan pencetakan, pelepasan dan penyempurnaan crosslink.

TSP, NOx, SOx, Minyak dan Mist, Solven, VOC, CO2, Amonia, Formaldehid, CO, dan uap asam.

9. Semen Kiln plant/stack kiln, packling, coal mill, dan finish mill.

Partikulat, debu, SO2, NO2

Page 26: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

9

2.2.3 Potensi Limbah Berbahaya dan Beracun (LB3)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun

1999, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)merupakan bahan

yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik

secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau

merusakkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan

hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.

Limbah B3 Menurut Karakteristiknya antara lain :

1. Mudah meledak (misal : bahan peledak);

2. Mudah terbakar ( misal: bahan bakar, solven);

3. Bersifat reaktif (misal: bahan-bahan oksidator);

4. Beracun (misal: HCN, Cr(VI)) ;

5. Menyebabkan infeksi (limbah bakteri/rumah sakit);

6. Bersifat korosif (misal: asam kuat).

7. Pengujian toksikologi untuk menentukan sifat akut dan atau kronik

{karsinogenik, mutagenik dan teratogenik (merkuri, turunan

benzena), bahan radioaktif (uranium, plutonium,dll)}.

Adapun sumber limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) spesifik

dari berbagai sektor dapat dilihat pada Tabel 3- Tabel 7.

Tabel 3 Identifikasi Jenis Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)

Sektor Manufaktur

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

1. Pupuk - Proses produksi ammonia, urea/asam sulfat

- IPAL yang mengolah efluen dari proses produksi di atas

Sumber spesifik - Katalis bekas - sludge proses produksi - limbah laboratorium - sludge dari IPAL - Karbon aktif bekas - Alumina ball

Sumber Tidak Spesifik: - Limbah PCB - Pelumas bekas - Kemasan

terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan, dll)

Page 27: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

10

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

- Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum, dll)

2. Peleburan/pengolahan besi dan baja

- Proses peleburan besi/baja

- Proses casting besi/baja

- Proses besi/baja: rolling, drawing, sheeting

- Coke manufacturing

- IPAL yang mengolah efluen dari coke oven/blast furnace

Sumber Spesifik - Ash, dross, slag dari

furnace - Debu, residu, dan/atau

sludge dari fasilitas pengendali pencemaran udara

- Sludge dari IPAL - Pasir foundry dan debu

cupola - Simulsi minyak dari

pendingin pelumas - Sludge ammonia - Sludge dari proses

rolling

Sumber Tidak Spesifik: - Slag - Millscale - Debu EAF - Pelumas bekas - Kemasan

terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan, dll)

- Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum, dll)

3. Tekstil - Proses finishing tekstil

- Proses dyeing bahan bahan tekstil

- Proses printing bahan tekstil

- IPAL yang mengolah efluen proses kegiatan di atas

Sumber Spesifik: - Sludge dari IPAL yang

mengandung logam berat

- Pelarut bekas (cleaning)

- Fire retardant (SB/senyawa brom organic)

Sumber Tidak Spesifik: - Fly ash dan bottom ash - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

limbah B3 (kaleng cat, drum)

- Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)

4. Manufaktur dan Perakitan kendaraan dan Mesin

- Seluruh proses yang berhubungan dengan fabrikasi dan finishing logam, manufaktur mesin, dan suku cadang dan perakitan,

Sumber Spesifik: - Sludge proses produksi - Pelarut bekas dan

cairan pencuci (organik dan anorganik)

- Residu proses produksi - Sludge dari IPAL Sumber Tidak Spesifik:

Page 28: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

11

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

termasuk kegiatan pengecatan

- IPAL yang mengolah efluen dari proses di atas

- Potongan PCB tersolder - Scrub timah solder - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng cat, drum, dll)

- Tinner bekas - Coolant radiator - sludge painting - pelumas bekas - kemasan

terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)

5. Elektroplating dan galvanis

- semua proses yang berkaitan dengan kegiatan pelapisan logam termasuk proses perlakuan phospating, etching, polishing chemical conversion coating, anodizing

- pre treatment: pickling degreasing, stripping, cleaning, grinding, sand blasting weld cleaning depainting

- IPAL yang mengolah efluen proses elektroplating dan galvanis

Sumber spesifik: - Sludge pengolahan dan

pencucian - Larutan pengolah bekas - Larutan asam

(pickling) - Dross, slag - Pelarut bekas

(terklorinasi) - Larutan bekas proses

degreasing - Sludge dari IPAL - Residu dan larutan

batch - Mill scale - Abu timah - HCl Sumber Non Spesifik: - Pelumas bekas - Aki bekas - E-waste (computer,

printer, dll) - Lampu TL bekas

6. Cat (varnish dan bahan pelapis lain)

- MFDP cat - IPAL yang

mengolah efluen proses yang berkaitan dengan cat

Sumber Spesifik: - Sludge cat - Pelarut bekas - Sludge dari IPAL - Filter bekas - Produk off-spec - Residu proses destilasi - Cat anti korosi (Pb, Cr) - Debu/sludge dari unit

pengendalian pencemaran udara

- Sludge proses painting - Solvent based - Water based Sumber Non Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)

Page 29: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

12

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

- E-waste (computer, printer, dll)

7. Batere Sel Kering - MFDP batere sel kering

- IPAL yang mengolah efluen proses produksi batere

Sumber Spesifik: - Sludge proses produksi - Residu proses produksi - Batere bekas, off spec,

dan kadaluarsa - Sludge dari IPAL - Metal powder - Dust, slag, ash Sumber Non Spesifik: - Batere kadaluarsa - BM sedotan/sapuan - Abu insinerator - Minyak pembersih

solar - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

8. Batere Sel Basah - MFDP batere sel kering

- IPAL yang mengolah efluen proses batere

Sumber Spesifik: - Sludge proses produksi - Batere bekas

kadaluarsa dan off spec - Sludge dari IPAL - Larutan asa/alkali - Dross - Lead powder Sumber Non Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

9. Komponen elektronik/peralatan elektronik

- Manufaktur dan perakitan komponen, serta peralatan elektronik

- IPAL yang mengolah efluen proses

Sumber Spesifik: - Sludge proses produksi - Pelarut bekas - Merkuri

contractors/switch - Lampu fluorosens (Hg) - Coated glass - Larutan etching untuk

printed circuit - Caustic stripping

(photoresist) - Residu solder dan

fluxnya - Limbah pengecatan

Page 30: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

13

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

- PBC breaking - Thinner dan flux - Solder waste - Phosphating waste - Polyol Sumber Non Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkontaminasi limbah (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

10. Farmasi - MFDP produk farmasi

- IPAL yang mengolah efluen proses manufaktur dan produksi farmasi

Sumber Spesifik: - Sludge dari fasilitas

produksi - Pelarut bekas - Produk off spec

kadaluarsa dan sisa - Sludge dari IPAL - Peralatan dan kemasan

bekas - Residu proses produksi

dan formulasi - Absorben dan filter

(karbon aktif) - Residu proses destilasi,

evaporasi dan reaksi - Limbah laboratorium - Residu dari proses

insinerasi Sumber Non Spesifik: - Katalis bekas - Fly ash - Limbah laboratorium - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

11. Sabun-detergen/produk pembersih desinfaktan/kosmetik

- Proses manufaktur dan formulasi produk

Sumber Spesifik: - Residu produksi dan

konsentrat - Filter dan absorben

bekas - Pelarut bekas - Konsentrat off spec dan

kadaluarsa - Limbah laboratorium - Sludge dari IPAL Sumber Non Spesifik:

Page 31: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

14

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

- Batubara - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

12. Gelas keramik/Enamel

- Manufakturing dan formulasi produk gelas dan keramik/enamel

Sumber Spesifik: - Bubuk gelas-terlapis

logam - Emulsi minyak - Residu dari proses

etching - Hg (glass switches) - Debu/sludge dari

peralatan pencemaran udara

- Residu opal glass-As - Bronzing dan

decolorizing agent-As Sumber Non Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 - Kemasan kimia

kadaluarsa - Kemasan

terkontaminasi B3 (majun, sarung tangan)

- Filter oli bekas - Serbuk gergaji bekas - Reject product

13. Chemical industry - Degreasing, descalling, phosphating, derusting passivation, refinishing

Sumber Spesifik: - Alkali, pelarut

asam/larutan oksidator yang terkontaminasi logam, minyak, gemuk

- Residu dari kegiatan pembersihan

Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 ( kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E- waste (computer, printer, dll)

- Limbah laboratorium (botol bekas)

- Lampu TL - Aki bekas

Page 32: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

15

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

14. Semua jenis industri yang menghasilkan/menggunakan listrik

- Proses replacement, refilling, reconditioning atau retrofitting dari transformer dan capasitor

Sumber Spesifik: - Asbestos Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - E-waste (computer,

printer, dll) - Lampu TL - Aki bekas

15. Semua jenis industri konstruksi

- AC, atap, insulation Sumber Spesifik: - Asbestos Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - E-waste (computer,

printer, dll) - Lampu TL - Aki bekas

16. Bengkel pemeliharaan kendaraan

- Pemeliharaan mobil, motor, kereta api, pesawat, termasuk body repair

Sumber Spesifik: - Pelumas bekas - Pelarut (cleaning

degreasing) - Limbah cat - Asam - Batere bekas Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

17. Plastik - Sumber Spesifik: - Solvent bekas Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

18. Sepatu - Sumber Spesifik: - Solvent bekas Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkominasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

Page 33: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

16

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

- Limbah laboratorium/medis

19. Ban - Sumber Spesifik: - Sludge/oil separator Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkominasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

20. Rayon - Sumber Spesifik: - Katalis bekas - Fly ash Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkominasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

- Limbah laboratorium (botol bekas)

- Lampu TL - Aki bekas

21. Kaca - Pembakaran silica dalam gas furnace

- Boiler - VCM Plant

Sumber Spesifik: - Dust checker - Sludge dari IPAL - Fly ash dan bottom ash - Residu proses produksi - Katalis bekas Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan, kerak lem)

- E-waste (computer, printer, dll)

- Limbah laboratorium/medis

Page 34: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

17

Tabel 4 Identifikasi Jenis LB3 Industri Agroindustri

No.

Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

1. Boiler yang menggunakan bahan bakar batubara

Boiler 1. Fly ash batubara 2. Bottom ash batubara

2. Agar-agar Workshop, kantor Lihat Tabel 5

3. Gula Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik

Lihat Tabel 5

4. Jamu Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik

Lihat Tabel 5

5. Karet Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik

Lihat Tabel 5

6. Kina Proses produksi

Ampas kina/residu destilasi

Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik

Lihat Tabel 5

7.

Makanan dan minuman (kecap, saos, air mineral, minuman ringan, makanan ringan, kerupuk, pengalengan makanan, cold storage)

Proses produksi

Sludge

Workshop kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik

Lihat Tabel 5

8. Minyak goreng Proses produksi

- Spent earth - Sludge minyak/lemak

Workshop kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik

Lihat Tabel 5

9. Pakan ternak Workshop kantor, gudang bahan kimia, laboratorium

Lihat Tabel 5

10. Penyamakan kulit Proses produksi IPAL

Limbah trimming/shaving/bufing Sludge IPAL dari proses tanning dan finishing Kerak cat

Workshop,kantor Lihat Tabel 5 11. Peternakan

/Penggemukan hewan Workshop Kantor

Lihat Tabel 5

12. Plywood (kayu lapis) Proses produksi Kerak lem, sisa lem IPAL Sludge IPAL Workshop, kantor, gudang bahan kimia

Lihat Tabel 5

13. Rokok Proses produksi Tinta bekas Kemasan bekas tinta

Page 35: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

18

No.

Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik

Lihat Tabel 5

14. Sawit dan tapioka Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, klinik

Lihat Tabel 5

15. Teh Workshop, kantor, gudang bahan kimia

Lihat Tabel 5

16. Tepung terigu dan tapioka

Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium

Lihat Tabel 5

17. Kertas Proses produksi Sisa tinta printing Kemasan bekas tinta printing Sludge tinta converting Sludge tinta coragated

IPAL Sludge IPAL (proses kimia/biologi)

Workshop, kantor, gudang bahan kimia

Lihat Tabel 5

18. Pulp Proses Produksi Dregs dan Grits IPAL Suldge IPAL Workshop, kantor, gudang bahan kimia, poliklinik

Lihat Tabel 5

19. MSG Workshop, kantor, gudang bahan kimia

Lihat Tabel 5

20. Gula rafinasi IPAL Sludge IPAL Workshop, kantor, gudang bahan kimia

Lihat Tabel 5

Tabel 5 Identifikasi Jenis LB3 Fasilitas Umum Sektor Agroindustri

No. Sumber limbah Jenis limbah

1. Workshop 1. Pelumas bekas 2. Filter bekas 3. Aki bekas 4. Majun terkontaminasi LB3 5. Serbuk gergaji terkontaminasi LB3 6. Solar bekas

2. Gudang bahan kimia 1. Kemasan bekas bahan kimia 2. Bahan kimia kadaluarsa

3. Laboratorium 1. Limbah laboratorium cair 2. Limbah laboratorium padat

4. Klinik/poliklinik 1. Limbah klinis

Page 36: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

19

Tabel 6 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Pertambangan, Energi, Minyak, Dan Gas

No. Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

1. Emas dan tembaga Proses produksi/ pengolahan ore, Workshop, perkantoran dan perumahan, laboratorium, utilitas (PLTU dll)

Spesifik - Tailing - Limbah fire assay

(ceramic, flux, cupell) - Bahan kimia kadaluarsa - Limbah laboratorium Non Spesifik - Oli bekas - Grease bekas - Filter bekas - Aki bekas - Baterai - Hose bekas - Majun/ material

terkontaminasi - Kemasan terkontaminasi

limbah B3 - E-waste (catridge/toner

bekas, monitor, dll) - Lampu TL bekas - Fly ash and Bottom ash - Limbah medis/infeksius

2. PLTU/PLTG/ PLTGU/PLTD

Spesifik - Sludge IPAL - Limbah laboratorium

Non Spesifik - Oli bekas - Grease bekas - Filter bekas - Aki bekas - Baterai - Hose bekas - Majun/ material

terkontaminasi - Kemasan terkontaminasi

limbah B3 (drum bekas, kaleng cat, kemasan bahan kimia)

- E-waste (catridge/toner bekas, monitor, dll)

- Lampu TL bekas - Fly ash and Bottom ash - Limbah medis/infeksius

3. EP Migas Eksplorasi dan produksi pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas pemeliharaan IPAL Tangki penyimpanan Workshop Perkantoran dan

Spesifik - Slop minyak/ minyak

kotor - Oily water - Sludge minyak - Lumpur bor - Karbon aktif - Absorben bekas

Page 37: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

20

No. Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

perumahan Laboratorium

- Sludge IPAL - Tanah terkontaminasi

minyak Non Spesifik - Oli bekas - Filter bekas - Aki bekas - Baterai - Bahan kimia bekas dan

kadaluarsa & limbah laboratorium (glycol, MDEA, Ethyl mercaptan, silica gel, resin, dll)

- Material terkontaminasi B3 dan LB3 (majun, sarung tangan, serbuk gergaji, spill kit, pigging kit, ceramic balls, dll)

- Kemasan terkontaminasi limbah B3 (drum bekas, kaleng cat, kemasan bahan kimia)

- E-waste (catridge/toner bekas, monitor, dll)

- Lampu TL bekas - Limbah medis/infeksius

4. Pengolahan migas Eksplorasi dan produksi pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas pemeliharaan IPAL Tangki penyimpanan Workshop Perkantoran dan perumahan Laboratorium Unit dissolve air flotation

Spesifik - Katalis bekas - Oily water - Sludge minyak - Karbon aktif bekas - Filter bekas - Sludge IPAL - Tanah terkontaminasi

minyak - Limbah laboratorium Non Spesifik - Oli bekas - Filter bekas - Aki bekas - Baterai - Bahan kimia bekas dan

kadaluarsa & limbah laboratorium (glycol, MDEA, Ethyl mercaptn, resin, dll)

- Material terkontaminasi B3 dan LB3 (majun, sarung tangan, serbuk gergaji, spill kit, pigging kit, ceramic balls, dll)

- Kemasan terkontaminasi limbah B3 (drum bekas, kaleng cat, kemasan

Page 38: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

21

No. Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

bahan kimia) - E-waste (catridge/toner

bekas, monitor, dll) - Lampu TL bekas - Limbah medis/infeksius

5. Distribusi Workshop Perkantoran Tangki

Spesifik Sludge minyak dan tanah terkontaminasi minyak Non Spesifik - Oli bekas - Oil off spec - Minyak kotor/ slop oil - Filter bekas - Aki bekas - Baterai - Majun / material

terkontaminasi - Kemasan terkontaminasi

LB3 (drum bekas, kaleng cat, kemasan bahan kimia)

- E- waste (catridge, toner bekas, monitor, dll)

- Lampu TL bekas - Limbah medis

Tabel 7 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Prasarana Jasa Dan Non Institusi

No Jenis industri Sumber limbah Jenis Limbah

1. Hotel Operasional/perkantoran - Catridge, toner printer

- Solvent bekas - Lampu TL bekas - Baterai bekas - E-waste

Utilitas/ kegiatan pendukung - Oli bekas - Sisa kemasan

chemical, bahan kimia laundry

- Majun bekas - Filter oli bekas, filter

solar bekas - Kemasan bahan

kimia, drum solvent, kaleng cat

- Aki bekas, baterai bekas

- Asbes - Sludge IPAL

2. Rumah sakit Operasional/perkantoran - Limbah medis - Lampu TL bekas - Catridge - Jarum suntik - Obat kadaluarsa,

Page 39: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

22

No Jenis industri Sumber limbah Jenis Limbah

reagen - Kaleng bertekanan - Limbah laboratorium

Utilitas - Aki bekas - Oli bekas] - Filter oli dan solar

bekas - Sisa kemasan bahan

kimia - Abu insinerator - Sludge IPAL

3. Pengolahan Limbah B3

Penghasil LB3 dan pengumpul LB3

- Sludge - Sarung tangan bekas,

masker, kain majun - Kaleng kemasan

kimia terkontaminasi - Lampu TL bekas - Abu ex dust collector

(abu furnace) - Sludge scrubber - Aki bekas - Air chemical bekas - Air separator - Sludge IPAL, WWT

Cake, sludge cake - Oli bekas - Abu insinerator - Filter oli bekas, filter

solar dan udara - Sludge oil - Slop oil - Katalis bekas - Absorber - Residu - Contaminated goods,

Expired product - Powder spray - Catridge printer

bekas - Lab waste ( organik

solvent dan bekas uji coba)

- Solid cake/ padatan - Elektronik bekas - Poor slag - Bag filter - Separator - Dross - Steel shot & steel grit - Coolant & waste

water - Moulding resin - Used grease - Valsvar corrocoat

powder - Blank rod

Page 40: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

23

No Jenis industri Sumber limbah Jenis Limbah

- Unused carbon - Cutting PCB - Used Electrolyte - Blaster dust shot grit - Mill scale - Contaminated soil - Thinner - TCE - Hydrocarbon - Hydraulic oil - Used contaminated

rags - Sludge water base

brush - Used solvent brush

cleaner - Sludge compound - Ash compound - Dry glue - Laboratory waste

4. Kawasan industri

Operasional/ perkantoran - Sludge IPAL - Lampu TL bekas - Kemasan bekas

limbah lab - Lab waste - Catridge printer

Utilitas/kegiatan pendukung - Kain majun

- Sand blasting - Oil coolant - Oil tank cleaning - Limbah pickling - Pelumas bekas

2.3 Pengelolaan Lingkungan

2.3.1 Pengendalian Pencemaran Air

Seluruh usaha dan atau kegiatan memiliki kewajiban dalam pengelolaan

air limbah menggunakan teknologi proses pengolahan air limbah

(IPAL) agar outlet IPALnya selalu memenuhi standar baku mutu yang

dipersyaratkan. Secara umum kewajiban usaha dan atau kegiatan dalam

pengendalian pencemaran air adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan

sehingga baku mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak

melampaui Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan;

Page 41: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

24

b. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air

sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan

saluran limpahan air hujan;

c. Memasang alat ukur debit laju alir limbah cair dan melakukan

pencatatan debit harian limbah cair tersebut;

d. Memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair kepada

laboratorium terakreditasi sekurang-kurangnya satu kali dalam

sebulan;

e. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian dan kadar

parameter Baku Mutu Limbah Cair sekurang-kurangnya tiga bulan

sekali kepada OPD Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota, yang

tembusannya disampaikan kepada Gubernur dan Menteri, serta

instansi lainnya yang dianggap perlu sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan mengenai kualitas efluen air limbah yang boleh dibuang ke

lingkungan untuk usaha dan kegiatan adalah sebagai berikut dapat

dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Peraturan Limbah Cair

No Jenis Usaha/ Kegiatan

Peraturan terkait Kewajiban Parameter

1. Rumah Sakit KepMenLH Nomor:

Kep-58/MENLH/12/1995

Fisika: Suhu

Kimia: pH, BOD5, COD, TSS, NH3 bebas, PO4,

Biologi: MPN-Kuman Golongan Koli/100mL

Radioaktivitas: 32P, 35S, 45Ca, 51Cr, 67Ga, 85Sr, 99Mo, 113Sn, 125I, 131I, 192Ir, 201Ti

2. Keramik PerMenLH Nomor: 16 Tahun 2008

TSS, Timbal (Pb), Kobalt (Co), Kadmium (Cd), Krom total (Cr), pH

3. Pupuk KepMenLH Nomor: Kep51/MENLH/10/1995

COD, TSS, Minyak dan Lemak, NH2-N, TKN, pH

4. Pulp dan kertas - KepMenLH Nomor:Kep-51/MENLH/10/1995

- KepGub No.6/1999 Lampiran II.5

BOD, COD, TSS, pH

Page 42: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

25

No Jenis Usaha/ Kegiatan

Peraturan terkait Kewajiban Parameter

5. Hotel KepMenLH Nomor: Kep-52/MENLH/10/1995

BOD, COD, TSS, pH

6. Tekstil - KepMenLH

- Nomor:Kep-51/MENLH/10/1995

- KepGub

No.6/1999Lampiran

II.9

BOD, COD, TSS, Fenol total, Krom total, Amonia total (NH3-N), Sulfida sebagai S, Minyak dan Lemak, pH

7. Minyak Sawit KepMenLH Nomor: Kep-51/MENLH/10/1995

BOD, COD, TSS, Minyak dan lemak, Amonia (NH3-N), pH

8 Industri tidak spesifik

KepGub No.6/1999 Lampiran III

Fisika: Temperatur, TSS, TDS

Kimia: pH, Fe, Mn, Ba, Cu, Zn, Cr+6, Cr, Cd, Hg, Pb, Sn, As, Se, Ni, Co, CN, H2S, F, Cl2, NH3-N, NO3-N, NO2-N, BOD5, COD, Senyawa Aktif Biru Metilen, Fenol, Minyak Nabati, Minyak Mineral, Radiaktivitas

2.3.2 Pengendalian Pencemaran Udara

Peraturan mengenai pengendalian pencemaran udara skala nasional

adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999

tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Sedangkan peraturan tingkat

Provinsi Jawa Barat adalah Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat

Nomor 11 Tahun 2006. Untuk mengurangi pencemaran udara hingga

mencapai tingkat yang tidak membahayakan atau mencemari

lingkungan udara ambien dan memenuhi baku mutu emisi udara adalah

dengan menggunakan alat atau teknologi pengendalian pencemaran

udara. Alat pengendali pencemaran udara dapat dilihat pada Tabel 9

dan 10.

Page 43: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

26

Tabel 9 Alat Pengendali Partikulat Pencemaran Udara

No Nama Alat Cara kerja Gambar 1. Wet Scrubber Arus gas kotor dibawa menuju

kontak dengan liquid pencuci dengan cara menyemprotkan, mengalirkan atau dengan metode kontak lainnya. Kemampuan alat ini terbatas menyisihkan partikel < 0.3 mikron.

2. Gravity Settling

Chamber Prinsip penyisihan partikulat dalam Gravity Settler adalah gas yang mengandung partikulat dialirkan melalui suatu ruang (chamber) dengan kecepatan rendah sehingga memberikan waktu yang cukup bagi partikulat untuk mengendap secara gravitasi ke bagian pengumpul debu (dust collecting hoppers).

3. Siklon Peralatan mekanis yang digunakan untuk menyisihkan partikel dengan ukuran > 5 mikron dengan efisiensi penyisihan 50-90%. Prinsip kerja siklon yaitu dengan memanfaatkan gaya sentrifugal dan inersia dari udara/gas buangan. Udara yang mengandung partikulat menyebabkan partikel terlempar ke luar, membentur dinding, dan bergerak turun ke dasar siklon. Dalam aplikasi di dunia industri, siklon sering digunakan sebagai pre-cleaner untuk alat kontrol polusi udara yang lebih rumit seperti electrostatic precipitator atau baghouses.

4. Electrostatic Precipitator (EP)

Alat pengendali pencemar partikulat yang didasari pada konsep presipitasi akibat gaya elektrostatik. EP sangat efektif sebagai pengendali partikulat yang berukuran kurang dari 10 mikron. Pemberian muatan listrik oleh precipitator discharge electrode disebut sebagai corona discharge. Partikel diberikan muatan negatif

Page 44: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

27

No Nama Alat Cara kerja Gambar (negative charging) sehingga menimbulkan gaya elektrostatis. Gaya ini akan berinteraksi sehingga partikulat akan mengalami presipitasi pada sistem pengumpul (berbentuk plat atau tabung) yang bermuatan positif. Setelah menempel pada bidang pengumpul maka akan terjadi discharging muatan hingga kolektor ternetralisir oleh jumlah partikulat bermuatan yang menempel.

5. Fabrik filter/ Baghouse

Unit pengendali pencemaran udara yang disisihkan melalui mekanisme impaksi, intersepsi dan difusi. Fabric filter menggunakan bahan filter tertentu seperi nilon atau wol untuk menyisihkan partikel dari aliran gas

Tabel 10 Alat Pengendali Gas Pencemaran Udara

No Alat Cara Kerja Gambar 1. Adsorber Unit pengendali gas yang

menggunakan prinsip adsorpsi. Adsorpsi adalah suatu proses tertahannya pencemar gas yang terdapat dalam aliran gas buang pada suatu permukaan padat. Adsorben adalah permukaan padat yang mampu menarik molekul gas pencemar (seperti karbon aktif, silica gel, activated alumina), adsorbat adalah molekul gas pencemar yang tertahan pada permukaan padat (seperti senyawa organik volatil, thinner cat, pelarut / solvents).

Page 45: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

28

No Alat Cara Kerja Gambar 2. Absorber/

scrubber Unit pengendali gas yang menggunakan prinsip absorpsi. Absorpsi adalah mekanisme dimana satu atau lebih zat pencemar dalam aliran gas dieliminasi atau dihilangkan dengan cara melarutkannya dalam cairan.

3. Kondenser Unit pengendali gas yang menggunakan prinsip kondensasi, yaitu proses penyisihan gas pencemar dengan cara merubah fasa dari fasa gas ke fasa cair. Kondenser bentuknya sederhana, relatif murah dan biasanya menggunakan air atau udara untuk mendinginkan dan mengkondensasikan uap. Umumnya digunakan sebelum adsorber, absorber, atau insinerator untuk mengurangi total massa gas buang yang akan diolah.

4. Unit pembakaran/ combustion

Unit pengendali yang bekerja dengan prinsip okidasi, digunakan untuk mengendalikan senyawa organik volatil (VOC) dan atau senyawa-senyawa beracun. Pada temperatur yang cukup tinggi dan waktu tinggal yang cukup, senyawa organik dapat dioksidasi membentuk CO2 dan uap air. Oksidasi senyawa organik yang mengandung klorin dan florin atau sulfur dapat berupa HCl, HF, Cl2 atau SO2.

Secara umum kewajiban usaha dan/atau kegiatan dalam pengendalian

pencemaran udara dalam peraturan terkait emisi sumber tidak bergerak

adalah sebagai berikut:

Page 46: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

29

a. Membuang emisi gas melalui cerobong yang dilengkapi dengan

sarana pendukung dan alat pengaman sesuai peraturan yang

berlaku;

b. Memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju alir

volume untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur

arah dan kecepatan angin;

c. Melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari

setiap cerobong emisi (CEMs).

d. Melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong

paling sedikit 2 (dua) kali selama periode operasi setiap tahunnya

bagi sumber emisi tidak bergerak yang beroperasi selama 6 (enam)

bulan atau lebih;

e. Melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong

paling sedikit 1 (satu) kali selama periode operasi setiap tahunnya

bagi sumber emisi tidak bergerak yang beroperasi kurang dari 6

(enam) bulan;

f. Menggunakan laboratorium yang terakreditasi dalam pengujian

emisi sebagaimana dimaksud dalam huruf d dan huruf e;

g. Melakukan pengujian emisi setelah kondisi proses pembakaran

stabil;

h. Menyampaikan laporan hasil analisis pengujian emisi sebagaimana

dimaksud dalam huruf c kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan

Gubernur dan Menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga)

bulan, untuk huruf d atau e paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6

(enam) bulan;

i. Melaporkan kejadian tidak normal dan/atau keadaan darurat yang

mengakibatkan baku mutu emisi dilampau serta rincian upaya

penanggulangannya kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan

Gubernur dan Menteri.

Page 47: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

30

Tabel 11 Baku Mutu Yang Digunakan Bagi Sumber Emisi

No. Sumber Emisi

Peraturan Terkait

Parameter

1. Boiler/ketel uap PerMenLH Nomor 07 Tahun 2007

Bahan bakar Minyak: Partikulat, SO2, NO2, Opasitas Bahan bakar gas: SO2, NO2 Bahan bakar batu bara: partikulat, SO2, NO2, Opasitas

2. Genset PermenLH Nomor 13 Tahun 2009

Kapasitas ≤570 KWth Bahan bakar minyak dan gas NO2, CO

Kapasitas ≤570 KWth Bahan bakar minyak dan gas: total partikulat, SO2, NO2, CO

3. Pembangkit tenaga termal (PLTU)

PermenLH Nomor 21 Tahun 2008

SO2, NO2, Total partikulat, Opasitas

4. Kegiatan industri besi dan baja

KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran IB

Penanganan bahan baku, tanur oksigen basa, tanur busur listrik, dapur pemanas, dapur proses pelunakan baja: Total partikel Proses celup lapis metal: Total partikel, HCl

5. Kegiatan industri pulp dan kertas

KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran IIB

Tungku recovery, tanur putar pembakaran, tangki pelarutan lelehan, digester: Total partikel, Total sulfur tereduksi Unit pemutihan: Cl2, ClO2

6 Kegiatan industri semen

KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran IVB

Total partikel, SO2, NO2, Partikulat

7. Kegiatan industri lain-lain

KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran VB

NH3, Cl2, HCl, HF, NO2, Opasitas, Partikel, SO2, H2S, Hg, As, Sb, Cd, Zn, Pb

8. Kegiatan industri pupuk

PermenLH Nomor 133 Tahun 2004

Total partikel, Fluor, Opasitas, SO2, NO2

9. Kegiatan industri keramik

PermenLH Nomor 17 Tahun 2008

Kiln: SO2, NOx, Total partikulat, HF Semua sumber selain kiln: Total partikulat Semua sumber: Opasitas

10. Incinerator KEP - 03 / BAPEDAL / 09 / 1995

Partikel, SO2, NO2, HF, CO, HCl, CH4, As, Cd, Cr, Pb, Hg, TI, dan Opasitas

Ketentuan teknis cerobong emisi diatur dalam Keputusan Kepala

Bapedal Nomor 205 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian

Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak, yaitu:

Page 48: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

31

1. Persyaratan cerobong

Lokasi lubang sampling pada cerobong ditentukan sebesar 8 (delapan)

kali diameter cerobong dari aliran bawah (hulu) dan 2 (dua) kali

diameter dari aliran atas (hilir) dan bebas dari gangguan aliran seperti

bengkokan, ekspansi, atau pengecilan aliran di dalam cerobong. Jika

diameter berbentuk segi empat, maka diameter yang berlaku adalah

diameter ekivalen (De) dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:

De: diameter ekivalen

L : panjang penampang cerobong

W : lebar penampang cerobong

Jika cerobong memiliki ukuran bagian bawah dan atas berbeda, maka

diameter ekivalen ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:

De: diameter ekivalen

D : diameter dalam cerobong bawah

d : diameter dalam cerobong atas

2. Persyaratan lubang pengambilan sampel

Untuk mengambil sampel emisi cerobong diperlukan pembuatan lubang

pengambilan sampel dengan persyaratan:

a. Diameter lubang pengambilan sampel sekurang-kurangnya 10 cm;

b. Lubang pengambilan sampel harus memakai tutup dengan sistel plat

flange yang dilengkapi dengan baut;

c. Arah lubang pengambilan sampel tegak lurus dinding cerobong.

Page 49: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

32

3. Persyaratan pendukung

Persyaratan pendukung lubang pengambilan sampel diantaranya:

a. Tangga besi dan selubung pengaman berupa plat besi

b. Lantai kerja (landasan pengambilan sampel) dengan ketentuan

sebagai berikut:

Dapat mendukung beban minimal 500 kg;

Keleluasaan kerja bagi minimal 3 0rang;

Lebar lantai kerja terhadap lubang pengambilan sampel adalah

1,2 m dan melingkari cerobong;

Pagar pengaman setinggi 1 m;

Dilengkapi dengan katrol pengangkat alat pengambil sampel;

Stop kontak aliran listrik yang sesuai dengan peralatan yang

digunakan yaitu Voltase 220V, 3A, single phase, 50 Hz AC.

Penempatan sumber aliran listrik dekat dengan lubang

pengambilan sampel.

2.3.3 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

(LB3)

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) merupakan

suatu rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan,

pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk

penimbunan hasil pengolahan tersebut. Dalam rangkaian kegiatan

tersebut terkait beberapa pihak yang masing-masing merupakan mata

rantai dalam pengelolaan limbah B3, yaitu :

a. Penghasil Limbah B3;

b. Pengumpul Limbah B3;

c. Pengangkut Limbah B3;

d. Pemanfaat Limbah B3;

e. Pengolah Limbah B3;

f. Penimbun Limbah B3.

Page 50: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

33

Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas, maka mata

rantai siklus perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil

limbah B3 sampai penimbunan akhir oleh pengolah limbah B3 dapat

diawasi. Setiap mata rantai perlu diatur, sedangkan perjalanan limbah

B3 dikendalikan dengan sistem manifest berupa dokumen limbah B3.

Dengan sistem manifest dapat diketahui berapa jumlah B3 yang

dihasilkan dan berapa yang telah dimasukkan ke dalam proses

pengolahan dan penimbunan tahap akhir yang telah memiliki

persyaratan lingkungan. Mekanisme pengelolaan limbah B3 melalui

manifest dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Mekanisme Pengelolaan LB3

Lingkup kegiatan pengelolaan limbah B3 terdiri daripengurangan,

penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan

dan penimbunan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 51: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

34

Gambar 3 Diagram Pengelolaan Limbah B3

Adapun kewenangan dalam perizinan dan pengawasan pengelolaan

limbah B3 menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 dan

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel

12.

Tabel 12 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999

Pengelolaan

Limbah B3

Perizinan Pengawasan

Pusat Provinsi Kab/Kota Pusat Provinsi Kab/Kota

Penyimpanan √ √ √

Pengumpulan √ √ √ √ √ √

Pengangkutan √ √

Pemanfaatan √ √

Pengolahan √ √

Penimbunan √ √

Catatan: izin pengumpulan oli bekas di pusat

KEGIATAN PENGELOLAAN LIMBAH B3

PENGURANGAN

PENYIMPANAN

PENGUMPULAN

PENGANGKUTAN

PEMANFAATAN

PENGOLAHAN

PENIMBUNAN

Page 52: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

35

Fasilitas pengelolaan Limbah B3, yaitu sebagai berikut:

a. Tempat Penyimpanan Limbah B3 (TPS LB3)

Seluruh kegiatan usaha yang menghasilkan limbah B3 wajib memiliki

Tempat penyimpanan Limbah B3 baik berbentuk gudang penyimpanan

limbah B3 maupun sludge pond apabila limbah B3 berupa sludge.

Check list form evaluasi TPS LB3 dapat dilihat pada Tabel13.

Tabel 13 Checklist Form Evaluasi TPS LB3

CHECKLIST TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3

NAMA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI :

Contoh: Peleburan Timah Hitam

PT. ABCDE LOKASI : Kab/Kota...

TIM PENILAI :

TGL PENILAIAN:

NO KETENTUAN YA TIDAK KET

PENGEMASAN

1 apakah pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan bentuk limbah B3?

2 apakah pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah B3?

3 apakah pengemasan limbah B3 dilengkapi dengan simbol label limbah B3?

4 apakah penempatan limbah B3 disesuaikan dengan jenis dan karakteristik limbah B3?

5 apakah kondisi kemasan limbah B3 bebas karat?

6 apakah kondisi kemasan limbah B3 tidak bocor?

7 apakah kondisi kemasan limbah B3 tidak meluber?

BANGUNAN DAN PENYIMPANAN

8 apakah bagian luar bangunan diberi papan nama?

9 apakah bagian luar diberi simbol limbah B3 sesuai dengan karakteristik limbah B3 yang disimpan?

10 apakah limbah B3 terlindung dari hujan dan sinar matahari?

11 apakah bangunan mempunyai sistem ventilasi?

12 apakah bangunan memiliki saluran dan bak penampung tumpahan (jika menyimpan limbah B3 cair)?

Page 53: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

36

13 apakah penyimpanan menggunakan sistem blok / sel

14 apakah masing-masing blok/sel dipisahkan gang/tanggul?

15 apakah kemasan/limbah limbah B3 diberi alas / pallet?

16 apakah tumpukan limbah B3 maksimal 3 lapis?

17 apakah limbah B3 disimpan sesuai dengan masa penyimpanan dalam izin?

(jika baru mengajukan izin, tidak perlu diisi)

PEMANTAUAN

18 adakah logbook/catatan untuk mencatat keluar masuk limbah limbah B3?

19 apakah jumlah dan jenis limbah B3 sesuai dengan yang tercatat di logbook/catatan?

PENGELOLAAN LANJUTAN

20 apakah melakukan pengelolaan lanjutan terhadap limbah B3 yang disimpan? (diserahkan ke pihak ketiga/dimanfaatkan internal)

LAIN-LAIN

21 tersediakah alat tanggap darurat yang mudah dijangkau?

22 tersediakah fasilitas P3K yang mudah dijangkau?

23 apakah memiliki SOP penyimpanan?

24 apakah memiliki SOP tanggap darurat?

25

tersediakah pagar, pintu darurat dan rute evakuasi? (sesuai dengan SOP penyimpanan dan tanggap darurat)

26 apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan baik?

TOTAL YA

TOTAL TIDAK

PROSENTASE PENTAATAN LB3 100%

Keterangan:

Diisi dengan tanda checklist “√”pada kolom “YA” atau “TIDAK”.

Page 54: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

37

b. Pemanfaatan Limbah B3

Seluruh kegiatan pemanfaatan limbah B3 wajib memiliki izin

pemanfaatan dari Kementerian Lingkungan Hidup, kecuali untuk

pemanfaatan sebagai reuse atau penggunaan kembali pada proses yang

sama. Pemanfaatan limbah B3 berdasarkan Permen LH No. 2 Tahun

2008 tentang Pemanfaatan Limbah B3 terdiri dari 3 jenis, yaitu reuse,

recycle, dan recovery, yaitu sebagai:

1. Substitusi bahan bakar

Checklist form pemanfaatan dapat dilihat pada Tabel 14 dengan isi

disesuaikan dengan ketentuan izin pemanfaatan yang dimiliki

perusahaan tersebut. Selain check list pengawas juga memeriksa

pelaksanaan ketentuan izin lainnya yang tidak tercantum dalam

checklist pemanfaatan serta memeriksa log book pemanfaatan

limbah B3 yang dimiliki perusahaan dan mengecek kesesuainnya

dengan izin. Jika ketentuan izin mewajibkan pengukuran emisi,

maka periksa:

Hasil pengukuran emisi oleh laboratorium (sertifikat hasil

analisa)

Laboratorium yang mengukur wajib terakreditasi dan

teregistrasi di KLH

Periksa kesesuaian jumlah parameter yang diukur dengan izin

yang berlaku

Periksa kesesuaian frekuensi pengukuran yang dilakukan dengan

izin yang berlaku

Periksa hasil pengukuran emisi dan bandingkan dengan baku

mutu emisi yang berlaku baik berdasarkan ketentuan izin

maupun berdasarkan peraturan yang berlaku.

Page 55: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

38

Tabel 14 Checklist Pemanfaatan Fly ash dan Bottom ash Batubara

CHECKLIST PEMANFAATAN FLY ASH&BOTTOM ASH BATUBARA

NAMA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI :

PT. ABCDE LOKASI : Kab./Kota

TIM PENILAI :

TGL PENILAIAN:

NO KETENTUAN YA TIDAK KET

PENAATAN UMUM

1 apakah dilakukan pengujian karakteristik kimia fisik fly ash dan bottom ash sekurang-kurangnya 1 bulan sekali atau sesuai izin?

2 apakah hasil pengujian karakteristik kimia fisik fly ash dan bottom ash memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam izin?

3 apakah dilakukan analisa kandungan logam berat total fly ash dan bottom ash?

4 apakah hasil analisa kandungan logam berat total fly ash dan bottom ash memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam izin (cek sertifikat hasil uji)

apakah penyimpanan fly ash dan bottom ash dilaksanakan sesuai dengan izin?, seperti:

5 a. Bentuk dan kualitas tempat penyimpanan

6 c. Kesesuaian tempat penyimpanan dgn limbah yang disimpan

7 d. Dilengkapi simbol dan label

8 e. Waktu penyimpanan (<90 hari)

9 apakah fasilitas pemanfaatan dilengkapi dengan prosedur tanggap darurat?

10 Fasilitas pemanfaatan batas-batas fisik yang jelas dan dilengkapi dengan pintu darurat

PENAATAN KHUSUS

11 apakah persentase kualitatif pemanfaatan sesuai dengan izin?

12 apakah spesifikasi teknis pemanfaatan sesuai dengan izin?

LAIN-LAIN (berkaitan dengan penunjang dan tanggap darurat di fasilitas)

13 apakah tersedia alat tanggap darurat yang sesuai dan mudah dijangkau?

14 apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan baik?

TOTAL YA

TOTAL TIDAK

PROSENTASE PENTAATAN LB3

Page 56: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

39

2. Substitusi bahan baku

Contoh substitusi ini adalah pemanfaatan sebagai paving block,

batako, semen dan lain-lain. Checklist pemanfaatan substitusi

bahan baku dapat dilihat pada Tabel 15 jika belum ada checklist

yang spesifik maka pengawas wajib membuat checklist berdasarkan

ketentuan izin pemanfaatan yang dimiliki perusahaan. Kemudian

periksa pelaksanaan ketentuan izin lainnya yang tidak tercantum

dalam checklist pemanfaatan dan periksa loog book pemanfaatan

limbah B3 yang dimiliki perusahaan dan cek kesesuainnya dengan

izin.

3. Jenis lainnya setelah melalui penelitian dari kajian yang

memperhatikan aspek-aspek lingkungan.

Tabel 15 Checklist Pemanfaatan Substitusi Bahan Bakar

CHECKLIST PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS UNTUK SUBSTITUSI BAHAN BAKAR

NAMA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI :

PT. ........

LOKASI : Kab./Kota ................

TIM PENILAI :

TGL PENILAIAN:

NO KETENTUAN YA TIDAK KET

PENAATAN UMUM

1 apakah dilakukan uji karakteristik minyak pelumas bekas minimal 1 bulan sekali atau sesuai izin?

2 apakah Hasil uji karakteristik minyak pelumas bekas dan atau proses pemanfaatan minyak pelumas bekas sesuai dan memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam izin? (cek sertifikat hasil uji)

3 apakah dilakukan uji dampak terhadap proses energi yang dihasilkan sebagai akibat perubahan karakteristik?

apakah penyimpanan minyak pelumas bekas dilaksanakan sesuai dengan izin?, seperti:

4 a. Bentuk dan kualitas kontainer sesuai izin

5 b. Resistensi terhadap air dan bahan kimia lain sesuai izin

Page 57: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

40

6 c. Kesesuaian bahan kontainer dengan isi kontainer

7 d. Dilengkapi simbol dan label

8 e. Waktu penyimpanan (<90 hari)

9 apakah fasilitas pemanfaatan dilengkapi dengan prosedur tanggap darurat dan penanganan tumpahan?

10 apakah fasilitas pemanfaatan memiliki batas-batas fisik yang jelas dan dilengkapi dengan pintu darurat?

PENAATAN KHUSUS

11 apakah persentase kualitatif pemanfaatan minyak pelumas bekas sesuai dengan izin?

apakah Informasi kriteria pemanfaatan sesuai dengan izin?, seperti:

12 a. Pelaporan kualitas udara emisi (Frekuensi sesuai izin)

13 b. Pelaporan udara ambien (frekuensi setahun sekali)

14 c. Jumlah oli bekas yang dihasilkan (ton/bulan)

15 d. Jumlah oli bekas yang dimanfaatkan (ton/bulan)

16 e. Menyebutkan semua sumbernya

apakah spesifikasi teknis pemanfaatan minyak pelumas bekas sesuai izin?, seperti:

17 a. Terdapat spray nozzle

18 b. Flow rate pelumas bekas ke combustion chamber sesuai izin

19 c. Aliran pelumas bekas (temperatur combustion chamber >950°C)

20 d. Flow rate dan volume total pelumas bekas tercatat harian

21 e. Wajib diemisikan tunggal pada cerobong pembakaran

22 f. pelumas bekas tidak digunakan selama start up dan shut down

23 g. tidak memasukkan pelumas bekas diluar ketentuan dalam izin

24 h. tidak mencampur dengan limbah B3 lain selama proses recovery energy

LAIN-LAIN (berkaitan dengan penunjang dan tanggap darurat di fasilitas)

25 terdiakah tersedia alat tanggap darurat yang sesuai dan mudah dijangkau?

26 memiliki SOP tanggap darurat?

27 apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan baik?

TOTAL YA

TOTAL TIDAK

PROSENTASE PENTAATAN LB3

Page 58: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

41

c. Pengolahan Limbah B3

Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi,

solidifikasi, fisika, kimia, biologi dan cara lainnya sesuai dengan

perkembangan teknologi. Untuk pengolahan secara thermal,

pengamatan lapangan mengikuti checklist pada Tabel 16 dan untuk

pengolahan lainnya, pengamatan lapangan dapat mengikuti checklist

pada Tabel 16 dengan mengacu pada izin pengolahan yang dimaksud.

Tabel 16 Checklist Pengolahan Secara Thermal

CHECKLIST PENGOLAHAN LIMBAH B3 SECARA THERMAL (INSINERATOR)

NAMA PERUSAHAAN

SEKTOR INDUSTRI :

PT. LOKASI : Kab./Kota

TIM PENILAI :

TGL PENILAIAN:

NO KETENTUAN YA TIDAK KET

PENAATAN UMUM

1 apakah selama pengakutan tidak terjadi ceceran?

2

apakah Jenis limbah yang dibakar sesuai dengan yang tercantum dalam izin?

3 apakah pengoperasian insinerator sesuai izin?

PENAATAN KHUSUS

4 apakah dilakukan pengukuran suhu gas bakar di burning chamber?

5 apakah dilakukan pencatatan jumlah dan komposisi limbah yang dibakar? (cek log book)

8 apakah komposisi limbah yang dibakar sesuai izin?

6 apakah suhu ruang bakar I saat insinerator beroperasi 600-800 °C (atau sesuai izin)?

7 apakah suhu ruang bakar II saat insinerator beroperasi 900-1100 °C (atau sesuai izin)?

9 apakah efisiensi pembakaran terpenuhi? (Cek sertifikat hasil uji)

10

apakah melakukan pengelolaan lanjutan terhadap abu sisa pembakaran? (diserahkan ke pihak ke-3/landfill)

Page 59: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

42

PEMANTAUAN

11 apakah memiliki logbook/pencatatan keluar masuk limbah yang dibakar dan abu insinerator?

LAIN-LAIN

12 tersediakah alat tanggap darurat yang mudah dijangkau?

13 tersediakah fasilitas P3K yang mudah dijangkau?

14 apakah memiliki SOP pengoperasian insinerator ?

15 apakah memiliki SOP tanggap darurat?

16

tersediakah pagar, pintu darurat dan rute evakuasi? (sesuai dengan SOP penyimpanan dan tanggap darurat)

17 apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan baik?

TOTAL YA

TOTAL TIDAK

PROSENTASE PENTAATAN LB3

Pemeriksaaan pengolahan menggunakan insinerator meliputi:

Log book limbah B3 yang dibakar dalam insinerator

Kesesuaian jenis limbah B3 yang dibakar dengan izin yang berlaku

Housekeeping di sekitar fasilitas insinerator

Hasil pengukuran emisi oleh laboratorium terakreditasi dan

teregistrasi di KLH (sertifikat hasil analisis) selama satu tahun

Kesesuaian jumlah parameter yang diukur dengan izin yang

berlaku/peraturan yang berlaku

Kesesuaian frekuensi pengukuran dengan izin yang berlaku

Pemeriksaaan pengolahan secara biologis (bioremediasi) meliputi:

Ketentuan izin lainnya yang belum tercantum dalam checklist

Kesesuaian jenis limbah B3 yang diolah dengan perizinan yang

berlaku

Jenis dan jumlah limbah B3 yang diolah setiap siklusnya untuk satu

tahun terakhir

Page 60: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

43

d. Penimbunan Limbah B3

Penimbunan limbah B3 dapat berupa landfill kategori I, kategori 2, dan

kategori 3. Hal tersebut tergantung dari jenis limbah B3 yang akan

ditimbun dan hasil uji analisis total logam berat limbah B3 yang akan

ditimbun. Checklist penimbunan limbah B3 dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Checklist Penimbunan Limbah B3

CHECKLIST PENIMBUNAN LIMBAH B3

NAMA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI :

PT. LOKASI : Kab./Kota

TIM PENILAI :

TGL PENILAIAN:

NO KETERANGAN YA TIDAK KET

DATA PENAATAN

1 apakah Jenis limbah B3 yang ditimbun sesuai dengan izin ?

2 apakah jenis limbah yang ditimbun memenuhi bakumutu TCLP?

3 terdapat sumur pantau minimal 3 buah (1 upstream dan 2 downstream)?

RANCANG BANGUN FASILITAS PENIMBUNAN

4 apakah lapisan dasar (sub base) adalah tanah lempung yang dipadatkan dengan permeabilitas 1 x 10

-9 m/det?

5 apakah permeabilitas dari sistem pendeteksi kebocoran (k) = 1 x 10-4 m/det?

6 apakah ketebalan minimum lapisan geomembran HDPE 1,5 mm

7 apakah permeabilitas lapisan tanah penghalang k = 1 x 10-9 m/det

8 apakah lapisan pelindung adalah tanah setempat dg tebal 20 cm dan dilapisi geotextile?

BAK PENGUMPUL LINDI

9 apakah berada di area lokasi landfill dan memiliki 1 unit pompa?

10 apakah konstruksi pondasi, lantai dan dinding dari beton?

11 apakah air lindi diolah di IPAL ?

12 apakah melakukan uji kualitas lindi dalam bak pengumpul lindi sebelum dipindah ke fasilitas IPAL?

Page 61: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

44

13 apakah melakukan uji kualitas air tanah pada sumur pantau rona awal?

14 apakah Baku Mutu air tanah ditetapka sesuai dengan rona awal?

15 apakah pengujian dilakukan oleh laboratorium pihak ketiga yang independen dan terakreditasi? (cek sertifikat hasil uji)

16 apakah melakukan uji kualitas air lindi setiap 3 bulan/sesuai izin?

17 apakah melakukan pencatatan arus jumlah limbah B3 yang keluar dan masuk tempat penimbunan? (cek log book)

LAIN-LAIN

18 terdiakah tersedia alat tanggap darurat yang sesuai dan mudah dijangkau?

19 apakah memiliki SOP tanggap darurat?

20 apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan baik?

TOTAL YA

TOTAL TIDAK

PROSENTASE PENTAATAN LB3

Pemeriksaaan pengolahan secara biologis (bioremediasi) meliputi:

Ketentuan izin penimbunan lainnya jika terdapat ketentuan teknis

yang belum tercantum dalam checklist,

Akreditasi dan registrasi KLH dari laboratorium yang melakukan

analisis kualitas air lindi

Jumlah parameter air lindi yang diukur dibandingkan dengan

perizinan yang dimiliki atau peraturan penimbunan limbah B3 yang

berlaku

Frekuensi pengukuran air lindi dibandingkan dengan perizinan yang

dimiliki atau peraturan penimbunan limbah B3 yang berlaku

Pemenuhan kualitas air lindi terhadap baku mutu air lindi

berdasarkan izin atau peraturan penimbunan limbah B3 yang

berlaku.

Jenis dan jumlah limbah B3 yang ditimbun selama satu tahun

terakhir dalam log book

Page 62: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

45

Jenis limbah yang ditimbun dan kesesuaian dengan izin

penimbunan yang dimiliki

Page 63: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

46

BAB III

STRATEGI PENGAWASAN

Strategi dalam melaksanakan pengawasan terdiri dari beberapa tahapan,

antara lain tahap persiapan pengawasan, pelaksanaan pengawasan, dan

penyusunan berita acara, serta tindak lanjut hasil pengawasan.

3.1 Persiapan Pengawasan

Hal-hal yang harus disiapkan dan dipelajari sebelum melaksanakan

pengawasan dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Persiapan Pelaksanaan Pengawasan

No. Kegiatan Persiapan Uraian kegiatan 1. Administrasi Surat penugasan, tanda pengenal, format berita

acara (BA pengawasan penaatan lingkungan hidup, BA pengambilan sampel, BA pengambilan foto/video, BA penolakan pengawasan penaatan lingkungan hidup, BA penolakan pengambilan sampel, BA penolakan pengambilan foto/video).

2. Peraturan/dokumen/ referensi terkait

Riwayat ketaatan usaha dan/atau kegiatan objek pengawasan, izin-izin terkait, peraturan terkait, dokumen lainnya.

3. Kuesioner dan Check list Membuat kuesioner dan chek list sebagai panduan untuk mengumpulkan informasi dan pemeriksaan secara berurutan.

4. Perlengkapan inspeksi Alat pencatat, kamera/handycam, perlengkapan keselamatan kerja, alat sampling, GPS, sarana transportasi, dan perlengkapan lain yang dianggap perlu.

5. Koordinasi Melakukan koordinasi dengan KLH, OPD Lingkungan hidup kabupaten/kota, laboratorium terakreditasi, dan kegiatan usaha yang akan didatangi .

Page 64: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

47

3.2 Pelaksanaan Pengawasan

Pelaksanaan pengawasan merupakan rangkaian pekerjaan untuk

memperoleh bahan keterangan mendalam tentang suatu usaha

dan/atau kegiatan diantaranya berupa: proses kegiatan, ketaatan

terhadap peraturan maupun persyaratan atau kewajiban yang

tercantum dalam izin, dan evaluasi terhadap cara pengelolaan

lingkungan. Rangkaian kegiatan pengawasan dapat dilihat pada

Gambar 4. Selain rangkaian kegiatan tersebut, dilakukan juga

pengambilan dokumentasi yang merupakan bagian penting dalam

kegiatan pengawasan untuk dijadikan alat bukti dalam menguatkan

temuan di lapangan.

Gambar 4 Kegiatan Pengawasan

Adapun penjelasan dari rangkaian kegiatan tersebut tercantum pada

Tabel 19.

Tabel 19 Mekanisme Pengawasan

No. Nama kegiatan Uraian Kegiatan 1. Pertemuan Pendahuluan Pertemuan dengan pihak penanggungjawab usaha

dan/atau kegiatan membahas maksud dan tujuan pelaksanaan pengawasan pihak-pihak yang akan dihubungi objek yang akan dikunjungi data/dokumen yang harus dilengkapi. Data-data yang harus dilengkapi:

Penyusunan BAP

Pengamatan TPS LB3

Pengamatan sumber emisi & fasilitas PPU

Pengamatan IPAL

Pengamatan proses kegiatan

Pertemuan pendahuluan

Page 65: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

48

No. Nama kegiatan Uraian Kegiatan

Informasi umum usaha dan/atau kegiatan

Identitas penanggung jawab

Dokumen pelaporan pemeriksaan air limbah

Dokumen pelaporan pemeriksaan emisi udara dan ambien

Dokumen AMDAL/UKL/UPL

Perizinan 2. Pengamatan proses

kegiatan Pengecekan terhadap: Layout, tata letak, luas

Peta drainase, sistem perpipaan

Jenis dan jumlah limbah (cair, padat, gas)

Flow meter, neraca air Penggunaan energi dan sumbernya

Kemungkinan adanya by pass

Upaya minimasi limbah/teknologi proses daur ulang limbah

3. Pengamatan IPAL Pengecekan terhadap:

Sumber air limbah dan kapasitasnya Pengelolaan air limbah yang diterapkan dan

teknologinya Jenis dan jumlah bahan kimia yang digunakan

dalam pengelolaan air limbah

Kondisi fisik IPAL (permanen, kedap air) Kondisi kinerja IPAL (peralatan tidak bekerja,

rusak, pengoperasian kurang baik) Teknik pengelolaan air limbah yang digunakan

dan sistem operasional IPAL (batch/continue) Skema/lay out IPAL

Kapasitas limbah yang dihasilkan dari masing-masing unit kerja

Debit air limbah inlet dan outlet IPAL

Saluran air limbah (bercampur dengan saluran air hujan, by pass)

Alat ukur debit air limbah

Penggunaan air baku

Data swapantau analisa air limbah

Pengelolaan sludge IPAL

Upaya pemanfaatan air limbah (reuse, recycle, reduce)

4. Pengamatan sumber emisi&fasilitas PPU

Pengecekan terhadap: Sumber-sumber emisi

Data swapantau emisi cerobong dan kualitas udara ambien (periode pemeriksaan, lokasi pengujian dan akretasi laboratorium)

Upaya pengendalian pencemaran udara yang dilakukan (teknik/alat yang digunakan)

Sarana uji emisi cerobong (bandingkan dengan Ketentuan Kepdal 205/BAPEDAL/09/1996)

Jenis bahan bakar Pengaduan masyarakat/gangguang kualitas

udara yang terjadi

Upaya pengendalian kebisingan, getaran, dan bau

Page 66: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

49

No. Nama kegiatan Uraian Kegiatan 5. Pengamatan TPS LB3 Pengecekan terhadap:

Check list form evaluasi TPS LB3: - Pemeriksaan bangunan : rancang bangun

dan luas sesuai dengan jenis, karakteristik, dan jumlah LB3 yang dihasilkan, terlindung dari masuknya air hujan, memiliki sistem ventilasi udara dan penerangan yg memadai, lantai kedap air, kemiringan 1% landai ke arah bak penampung, penandaan/simbol tempat penyimpanan;

- Pemeriksaan sarana lain yang tersedia: peralatan sistem pemadam kebakaran, pagar pengamanan, fasilitas pertolongan pertama, pintu darurat, alarm;

- Pemeriksaan kemasan: kondisi baik, tidak rusak, tidak karat dan tidak bocor; bentuk, ukuran dan bahan kemasan saling cocok dengan limbah B3;

- Pemeriksaan pengemasan: kecocokan pengemasan, pemeriksaan dan pemasangan simbol dan label;

- Pemeriksaan pewadahan LB3 dalam tangki: rancang bangun, fasilitas dan sistem penunjang memenuhi persyaratan, LB3 yang disimpan sesuai, memiliki penampungan sekunder, dilakukan pemeriksaan setiap hari, penanggulangan bila terjadi kebocoran atau gangguan;

- Pemeriksaan cara penyimpananan LB3: kemasan dibuat sistem blok, lebar gang memenuhi persyaratan, penumpukan kemasan stabil, tumpukan maksimal 3 lapis dan menggunakan palet, jarak dengan atap dan dinding minimal 1 meter.

- Pemeriksaan penyimpanan dengan tangki: mempunyai tanggul, saluran pembuangan dan bak penampung (kedap air dan kapasitas 110% kapasitas tangki), terlindung dari penyinaran matahari dan air hujan secara langsung.

Izin penyimpanan LB3 Catatan penyimpanan LB3 (sumber LB3, jenis

LB3, tanggal masuk, tanggal keluar, jumlah LB3, neraca LB3,)

Waktu penyimpanan LB3 (>90 hari atau tidak)

Pelaporan penyimpanan LB3

6. Penyusunan BAP (dibahas dalam bahasan format berita acara pengawasan)

Page 67: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

50

3.3 Format Berita Acara Pengawasan

Berikut adalah format Berita Acara Pengawasan yang telah disusun

melalui berbagai diskusi dengan OPD Lingkungan Hidup se-Jawa Barat:

BERITA ACARA

PENGAWASAN PENATAAN LINGKUNGAN HIDUP

Pada hari ini,……..tanggal ……… bulan.........tahun …….., pukul ……., di Kabupaten……..,Provinsi Jawa Barat, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Instansi : NIP. : Pangkat/Gol : Jabatan : Beserta anggota pengawas:

Nama NIP/PPLH Jabatan

1. .....

2. .....

.....

.....

.....

.....

secara bersama-sama telah melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap : Perusahaan : Alamat : Telp/Fax :

Pihak Perusahaan Nama Jabatan : No.Kontak : Email :

Pengawasan dan pemantauan tersebut dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan PENGAWASAN PENAATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP, yang terdiri dari pemantauan, pemeriksaan dan verifikasi teknis terhadap pelaksanaan kegiatan Pengendalian Pencemaran Air dan Pengendalian Pencemaran Udara. Catatan temuan-temuan lapangan selama pengawasan dan pemantauan tersebut disajikan dalam Lampiran Berita Acara ini dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini. Demikian Berita Acara Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan disaksikan oleh yang bertanda tangan di bawah ini.

BPLHD Prov. Jabar

BPLH Kabupaten/Kota ........

Pihak Perusahaan

Nama : Nama : Nama : Ttd : Ttd : Ttd :

Nama : Nama : Ttd : Ttd :

Page 68: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

51

LAMPIRAN BERITA ACARA PENGAWASAN PENAATAN LINGKUNGAN HIDUP

Nama Perusahaan :

Jenis Industri :

Lokasi Kegiatan : Kab/Kota ........., Provinsi Jawa Barat

UMUM

Nama Perusahaan : ....

Alamat lokasi kegiatan : .…

Telp./Fax. : ....

Alamat Kantor Pusat : ….

Telp./Fax. : ....

Nama Holding Company : -

Alamat Kantor Holding Company : -

Telp./Fax. : -

Tahun Berdiri Perusahaan/ Beroperasi

Perusahaan

: ..

Jenis Industri : .....

Status Permodalan : ...

Luas Area Pabrik/Lokasi Kegatan : ......

Jumlah Karyawan : …..

Kapasitas Produksi Terpasang : .....

Produksi Rill : .....

Bahan Baku Utama :

Bahan Penolong : (aditif)

Prosentase Pemasaran Eksport : .......... %

Prosentase Pemasaran Domestik/Lokal : ........... %

Dokumen Lingkungan yang dimiliki : ....

Nama Personal Kontak : ...

Nomor HP dan e-mail Personal Kontak : .....

PROSES PRODUKSI :

Page 69: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

52

RINGKASAN TEMUAN LAPANGAN:

I. DOKUMEN LINGKUNGA/IZIN LINGKUNGAN (AMDAL/UKL-UPL)

No.

Kewajiban

Penanggungjawab Usaha

sesuai PP 27/2012

Penaatan Temuan

1. Memiliki dokumen lingkungan /

izin Lingkungan.

2. Melaksanakan ketentuan

dalam dokumen lingkungan /

izin lingkungan :

A. Deskripsi kegiatan (luas

area dan kapasitas

produksi)

B. Pengelolaan lingkungan

terutama terutama aspek

pengendalian pencemaran

air, pengendalian

pencemaran udara, dan

Pengelolaan LB3 (matriks

pengelolaan dan matriks

pemantauan)

-

3. Melaporkan pelaksanaan

dokumen lingkungan/izin

lingkungan (terutama aspek

pengendalian pencemaran air,

pengendalian pencemaran

udara, dan Pengelolaan LB3)

II. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

a. Perusahaan ini mempunyai beberapa titik penaatan sebagai berikut:

No Nama Outlet Lokasi Koordinat Sumber Keterangan

1.

Page 70: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

53

b. Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC)

No Titik

Penaatan No. Izin

Instansi

Penerbit Izin Masa Berlaku Keterangan

1.

2.

c. Data swapantau periode Bulan …. sampai dengan Bulan … sebagai berikut :

TAHUN 2014 BMAL Ket

Konsentrasi (mg/L)

Parameter Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des

Outlet

Produksi

(ton/bln)

Debit

(m3/bln)

Page 71: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

54

d. Persyaratan Teknis:

Persyaratan teknis Ya / Tidak Keterangan

Melakukan pemantauan self monitoring

menggunakan laboratorium yang

terakreditasi

Memisahkan saluran pembuangan air

limbah dengan saluran air hujan

Saluran air limbah kedap air

Memasang alat pengukur debit

(flowmeter) atau laju alir air limbah

Melakukan pencatatan pH air limbah

harian dan debit air limbah harian;

Menetapkan titik penaatan untuk

pengambilan contoh uji

Tidak melakukan pengenceran air limbah

ke dalam aliran buangan air limbah

e. Perhitungan Beban Pencemaran :

No Parameter Beban Inlet

(Ton/Tahun)

Beban Outlet

(Ton/Tahun)

f. Hasil verifikasi lapangan terhadap kondisi IPAL dan kualitas air

limbah:…………………………………………………………………………………………….…

………………………….……………………………………………………………………………

Page 72: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

55

III. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

Ringkasan Temuan Lapangan:

a. Sumber emisi udara berasal dari : …

b. Tabel sumber emisi : ...

No Sumber Emisi

Spesifikasi Cerobong Sarana Pendukung Sampling

Ket Bentuk

Cerobong Kode

D atau

De (cm)

H

(m)

Tinggi Lubang

dari Elbow (m)

Alat

PPU

Lubang

Sampling Flange

Lantai

Kerja Tangga Koordinat Pagar

Jumlah Total Cerobong

Aktif

Page 73: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

56

c. Ketaatan Parameter dari Sumber Emisi yang Dipantau Tahun …..

No Sumber

Emisi

Kode Parameter Semester 1

(mg/m3)

Semester 2

(mg/m3)

Baku Mutu

(sebutkan BMEU)

1.

2.

d. Perhitungan Beban Pencemaran Udara (Ton/periode)

No. Parameter Semester II Tahun Semester I Tahun

1.

2.

e. Data Kualitas Ambien

Pengujian kualitas ambien : (Ada/Tidak ada*)

Periode pengujian : ………………………………………...................

Laboratorium Penguji : ………………………………………...................

f. Hasil verifikasi lapangan terhadap kegiatan pengendalian pencemaran udara

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

.........................................................................................................................................................

V. PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (LIMBAH B3)

A. Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Pengelolaan LimbahB3

Status Perizinan No. SK/ No. Surat

Masa Berlaku

Keterangan

Penyimpanan Sementara

-

Pemanfaatan

Pengolahan Penimbunan Dst

Page 74: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

57

B. Neraca Limbah B3 Periode ….

Jenis Limbah

Satuan Limbah Dihasilkan

Limbah Dikelola

Limbah Belum

Dikelola

Perlakuan

A. Sumber Dari Proses Produksi

B. Sumber Dari Luar Proses Produksi

C. Sumber dari Gabungan Proses dan Di luar Proses (jika ada)

Total

Persentrase

Ket : ..... % limbah B3 yang diserahkan ke pihak ke tiga yang memiliki izin, ......% limbah B3

dimanfaatkan....... % limbah B3 masih tersimpan di TPS. Secara umum ...... % limbah B3 sudah

dikelola sesuai dengan peraturan yang berlaku dan persyaratan dalam izin

C. Temuan dan Rekomendasi

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

1 Pendataan Jenis dan Volume

a. Limbah yang dihasilkan

Identifikasi jenis limbah B3

Pencatatan Jenis dan Volume Limbah B3 yang dihasilkan

Pendataan Pengelolaan Lanjutan Limbah B3

b. Pelaporan

2. Perizinan Pengelolaan LB3

Kepemilikan izin PLB3 yang dipersyaratkan

Masa berlaku izin -

3. Pelaksanaan ketentuan izin :

a. Pemenuhan terhadap ketentuan teknis dalam izin selain Baku Mutu Emisi, Effluent dan Standard Mutu (check list).

b. Emisi dari kegiatan pengolahan dan/atau pemanfaatan limbah B3:

- Pemenuhan terhadap BME

- Jumlah parameter yang diukur dan dianalisa

- Frekuensi pengukuran

c. Effluent dari kegiatan pengolahan dan/atau penimbunan dan/atau pengelolaan limbah B3 lainnya :

Page 75: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

58

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

d. Standar Mutu Produk dan/atau kualitas limbah B3 untuk pemanfaatan

4. Open dumping, pengelolaan tumpahan, dan penanganan media/tanah terkontaminasi limbah B3 :

Jenis limbah dan jumlah limbah yang di open dumping

Rencana pengelolaan lahan terkontaminasi

Kesesuaian rencana dengan pelaksanaa pengelolaan lahan terkontaminasi

Jumlah total limbah dan tanah terkontaminasi yang dilakukan pengelolaan

Perlakuan pengelolaan limbah dan tanah terkontaminasi yang diangkat sesuai perencanaan

SSPLT (surat status pemulihan lahan terkontaminasi)

Ketentuan dalam SSPLT

5. Jumlah limbah B3 yang dikelola (Neraca Limbah B3)

6. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3

a. Pengelolaan melalui pengumpul limbah B3

Masa berlaku izin

Kesesuaian jenis limbah B3 yang dikumpul dengan izin yang berlaku

Kontrak kerjasama penghasil limbah dan pengumpul limbah

Kontrak kerjasama antara pengumpul dengan pihak pemanfaat, pengolah atau penimbun

Ada/tidak masalah pencemaran lingkungan

b. Pihak ke-3 pengelola lanjut limbah B3 (pemanfaat/ pengolah/ penimbun)

Masa berlaku izin

Kesesuaian jenis limbah B3 yang dikumpul dengan izin yang berlaku

Kontrak kerjasama penghasil limbah dan pengumpul limbah

Ada/tidak masalah pencemaran lingkungan

Page 76: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

59

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

Pihak ke-3 Jasa Pengangkutan

Ada/tidak izin dari Kementerian Perhubungan

Ada/tidak rekomendasi dari KLH

Kesesuaian jenis limbah yang diangkut dengan izin

Kesesuaian alat angkut dengan yang tercantum dalam izin (No. polisi, no. rangka, no. mesin)

Rute pengangkutan sesuai dengan izin

Penggunaan dokumen/manifest yang sah

7. Dumping, injeksi dan pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu:

Izin dumping/izin pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu

Jumlah/volume limbah B3 yang di dumping

8. Pengelolaan Limbah B3 lainnya

D. Penaatan

No. Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3

Taat Belum Taat Keterangan

1. a. Pendataan jenis dan volume limbah yang dihasilkan

b. Pelaporan

2. Status perizinan pengelolaan limbah B3

3. Pelaksanaan ketentuan dalam Izin

a. Pemenuhan Ketentuan Teknis

b. Pemenuhan Baku Mutu Emisi

c. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah

d. Pemenuhan Pemanfaatan

4. Penanganan open dumping, pengelolaan tumpahan, dan penanganan media terkontaminasi LB3

a. Rencana pengelolaan

b. Pelaksanaan pengelolaan

c. Jumlah tanah terkontaminasi yang dikelola

d. Pelaksanaan ketentuan SSPLT

5. Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai dengan peraturan

6. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ketiga dan pengangkutan limbah B3

7. Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai dengan peraturan

Page 77: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

60

E. Kesimpulan Hasil Pengawasan Pengelolaan Limbah B3

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

Page 78: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

61

3.4 Contoh dan Penjelasan Cara Pengisian Berita Acara

Berikut adalah contoh dan penjelasan cara pengisian Berita

Acara Pengawasan yang telah disusun melalui berbagai diskusi dengan

OPD Lingkungan Hidup se-Jawa Barat:

BERITA ACARA

PENGAWASAN PENATAAN LINGKUNGAN HIDUP

Pada hari ini, Selasa tanggal Tiga puluh bulan September tahun Dua Ribu Empat Belas, pukul 16.00 WIB, di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ir. Hakim Malik Instansi : BPLHD Provinsi Jawa Barat NIP. : 19601123 198901 1 001 Pangkat/Gol : Pembina/IV a Jabatan : PPLH Beserta anggota pengawas:

Nama NIP/PPLH Jabatan

1. Harry Gunawan, ST, M.Eng

2. Meisyara, ST

19721123 199901 1 001

19871123 201001 2 001

Kasubid Pembinaan BPLHD Jawa Barat

Staf Subid Pembinaan BPLH Kota Bandung

secara bersama-sama telah melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap : Perusahaan : PT. Prima Utama Persada Alamat : Jl. ABCDE No.20, Kec. ABCDE, Kel ABCDE Telp/Fax : 022-45xxxxx/022-45xxxxx

Pihak Perusahaan Nama Puspita Sari Jabatan : Manager HSE No.Kontak : 08123920xxxxx Email : [email protected]

Pengawasan dan pemantauan tersebut dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan PENGAWASAN PENAATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP, yang terdiri dari pemantauan, pemeriksaan dan verifikasi teknis terhadap pelaksanaan kegiatan Pengendalian Pencemaran Air dan Pengendalian Pencemaran Udara. Catatan temuan-temuan lapangan selama pengawasan dan pemantauan tersebut disajikan dalam Lampiran Berita Acara ini dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini. Demikian Berita Acara Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan disaksikan oleh yang bertanda tangan di bawah ini.

BPLHD Prov. Jabar

BPLH Kota Bandung

Pihak Perusahaan

Nama : Ir. Hakim Malik Nama : Meisyara, ST Nama : Puspita Sari Ttd : Ttd : Ttd :

Nama : Harry Gunawan, ST, M.Eng Nama : Haryono Ttd : Ttd :

Page 79: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

62

LAMPIRAN BERITA ACARA PENGAWASAN PENAATAN LINGKUNGAN HIDUP

Nama Perusahaan : PT. Prima Utama Persada

Jenis Industri : Tekstil

Lokasi Kegiatan : Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat

UMUM

Nama Perusahaan : ....

Alamat lokasi kegiatan : .…

Telp./Fax. : ....

Alamat Kantor Pusat : ….

Telp./Fax. : ....

Nama Holding Company : -

Alamat Kantor Holding Company : -

Telp./Fax. : -

Tahun Berdiri Perusahaan/ Beroperasi

Perusahaan

: ..

Jenis Industri : .....

Status Permodalan : ...

Luas Area Pabrik/Lokasi Kegatan : ......

Jumlah Karyawan : …..

Kapasitas Produksi Terpasang : .....

Produksi Rill : .....

Bahan Baku Utama :

Bahan Penolong : (aditif)

Prosentase Pemasaran Eksport : .......... %

Prosentase Pemasaran Domestik/Lokal : ........... %

Dokumen Lingkungan yang dimiliki : ....

Nama Personal Kontak : ...

Nomor HP dan e-mail Personal Kontak : .....

PROSES PRODUKSI : (lampirkan proses produksi (diagram/bagan alir/gambar)

Page 80: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

63

RINGKASAN TEMUAN LAPANGAN:

I. DOKUMEN LINGKUNGA/IZIN LINGKUNGAN (AMDAL/UKL-UPL)

No.

Kewajiban

Penanggungjawab Usaha

sesuai PP 27/2012

Penaatan Temuan

1. Memiliki dokumen lingkungan/

izin Lingkungan.

Taat/Tidak Taat Sudah/Belum memiliki

dokumen lingkungan :

(sebutkan dokumen

lingkungan : Amdal,

UKL/UPL)

2. Melaksanakan ketentuan

dalam dokumen lingkungan/izin

lingkungan :

C. Deskripsi kegiatan (luas

area dan kapasitas

produksi)

D. Pengelolaan lingkungan

terutama terutama aspek

pengendalian pencemaran

air, pengendalian

pencemaran udara, dan

Pengelolaan LB3 (matriks

pengelolaan dan matriks

pemantauan)

Taat/Tidak Taat - Luas area dan kapasitas

produksi sesuai/Tidak

sesuai dengan ketentuan

dokumen lingkungan

- Telah melaksanakan

pengendalian pencemaran

udara dan pengelolaan

limbah B3 sesuai dengan

ketentuan dalam dokumen

lingkungan.

3. Melaporkan pelaksanaan

dokumen lingkungan/izin

lingkungan (terutama aspek

pengendalian pencemaran air,

pengendalian pencemaran

udara, dan Pengelolaan LB3)

Taat/Tidak Taat Telah/belum melaporkan

pelaksanaan RKL-RPL

secara periodik setiap 6

bulan sekali kepada BPLH

Kota Bandung dan

tembusan ke BPLHD

Provinsi Jawa Barat dan

Kementerian Lingkungan

Hidup.

II. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

a. Perusahaan ini mempunyai beberapa titik penaatan sebagai berikut:

No Nama

Outlet

Lokasi Koordinat Sumber Keterangan

1. IPAL Sebelah

selatan

pabrik

LS : 06⁰21’50.5”

BT : 170⁰31’22.03”

Proses

Produksi

Berfungsi

dengan baik

Page 81: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

64

b. Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC)

No Titik

Penaatan No. Izin

Instansi

Penerbit Izin Masa Berlaku Keterangan

1. IPAL No.... BLH Kab/Kota...

BPPT...

19/9/12 – 19/9/15

(3 tahun)

(sebutkan badan air penerima serta debit maksimum. sebutkan juga baku

mutu yang diacu/ IPLC belum dilampirkan BMLC).

2. Utilitas

c. Data swapantau periode Bulan Januari 2014 sampai dengan Bulan Desember 2014 sebagai berikut:

TAHUN 2014 BMAL Ket

Konsentrasi (mg/L)

Parameter Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des

Outlet 1

BOD5 40 10 15 37 35 26 30 19 15.5 22.75 20.1 33 50

mg/L

KepGub No.6 Tahun 1999 Lampiran III Gol.

1 (sesuai dengan IPLC)

Parameter...

Produksi

(ton/bln)

2000 1989 1900 … … … … … … … … …

Debit

(m3/bln)

100 … … … … … … … … … … …

Page 82: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

65

d. Persyaratan teknis:

Persyaratan teknis Ya / Tidak Keterangan

Melakukan pemantauan self

monitoring menggunakan laboratorium

terakreditasi

Ya/Tidak (lampirkan copy akreditasi lab

dan berikut parameternya)

Memisahkan saluran pembuangan air

limbah dengan saluran air hujan

Ya / Tidak (lampirkan dengan foto)

Saluran air limbah kedap air Ya / Tidak

Memasang alat pengukur debit

(flowmeter) atau laju alir air limbah

Ya / Tidak (terpasang flowmeter tipe …

(lampirkan dengan foto))

Melakukan pencatatan pH air limbah

harian dan debit air limbah harian;

Ya / Tidak (lampirkan dengan copy log

book)

Menetapkan titik penaatan untuk

pengambilan contoh uji

Ya / Tidak (telah dilengkapi dengan titik

koordinat di lokasi titik

penaatan (lampirkan foto))

Tidak melakukan pengenceran air

limbah ke dalam aliran buangan air

limbah

Ya / Tidak (kalau ada bypass atau potensi

tumpahan langsung ke

lapangan, lampirkan dengan

foto)

e. Perhitungan Beban Pencemaran :

No Parameter Beban Inlet

(Ton/Tahun)

Beban Outlet

(Ton/Tahun)

1. BOD .... ….

... …. .... ….

Catatan:

Cara menghitung beban pencemaran:

Beban Pencemaran (Ton/bulan) = (

)

Beban Pencemaran (Ton/tahun) = Kumulatif beban pencemaran per

bulan (Beban Pencemaran selama 1 Tahun)

f. Informasi lain:

1) Jumlah IPAL : 1 buah

2) Proses IPAL : Pengolahan Fisika-Kimia

3) Diagram alir IPAL : InletKoagulasi Flokulasi Sedimentasi Outlet

4) Kapasitas IPAL : 500 m3/hari

5) Bahan Kimia IPAL : PAC

6) Debit Riil Outlet Saat Kunjungan : 100 m3/hari

Page 83: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

66

g. Hasil verifikasi lapangan terhadap kondisi IPAL dan kualitas air limbah :

Secara visual, air outlet IPAL jernih, pH 6,9, dan suhu 26,6o C. Perusahaan belum

melaporkan kinerja pengelolaan lingkungan ke BPLH Kota Bandung, BPLHD Prov. Jawa

Barat, dan Kementerian Lingkungan Hidup (tambahkan penjelasan lainnya sesuai dengan

kondisi di lapangan).

Page 84: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

67

III. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

Ringkasan Temuan Lapangan:

a. Sumber emisi udara berasal dari: Steam Boiler, Oil Thermal Heater dan Genset ......

b. Tabel sumber emisi :

No Sumber Emisi

Spesifikasi Cerobong Sarana Pendukung Sampling

Ket Bentuk

Cerobong Kode

D

atau

De

(cm)

H

(m)

Tinggi Lubang

dari Elbow (m) Alat PPU

Lubang

Sampling Flange

Lantai

Kerja Tangga Koordinat Pagar

1. 1 Unit Boiler:

Kapasitas : 1200

ton/jam

Bahan Bakar

solar

Jenis

pengoperasian:

aktif/cadangan

Silinder B-1 100 10 8 Scrubber √ √ √ - LS: 06⁰21’51”

BT:

170⁰31’22.03”

√ Tangga

Portable

2. ...

3. ...

Jumlah Total Cerobong

Aktif

1

Page 85: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

68

c. Ketaatan Parameter dari Sumber Emisi yang Dipantau Tahun 2014

No Sumber

Emisi

Kode Parameter Semester 1

(mg/m3)

Semester 2

(mg/m3)

Baku Mutu

(sebutkan BMEU)

1. 1 Unit Boiler

Kapasitas : 1200

ton/jam

Bahan Bakar :

Solar

Jenis

Pengoperasian:

Aktif

B-1 SO2 250 500 700 mg/m3

NO2 410 300 700 mg/m3

Partikulat 150 100 200 mg/m3

Opasitas 10 10 15%

2. …

d. Perhitungan Beban Pencemaran Udara (Ton/tahun)

No. Parameter Semester II Tahun Semester I Tahun

1.

2.

Catatan:

Cara menghitung beban pencemaran udara:

Beban Pencemaran (Ton) =

(

) (

)

x 3600

Beban Pencemaran (Ton/tahun) = Kumulatif beban pencemaran per

bulan (Beban Pencemaran selama 1 Tahun)

e. Data Kualitas Ambien

Pengujian kualitas ambien : (Ada/Tidak ada*)

Periode pengujian : Semester II tahun 2014 bulan Agustus

Laboratorium Penguji : ………………………………………...................

f. Hasil verifikasi lapangan terhadap pengendalian pencemaran udara : Perusahaan belum

melaporkan kinerja pengelolaan lingkungan ke BPLH Kota Bandung, BPLHD Prov. Jawa

Barat, dan Kementerian Lingkungan Hidup. Cerobong B-2 belum beroperasi karena masih

dalam proses pembangunan. Boiler direncanakan beroperasi bulan Januari 2015

(tambahkan penjelasan lainnya sesuai dengan kondisi di lapangan).

Page 86: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

69

IV. PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (LIMBAH B3)

A. Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Pengelolaan LimbahB3

Status Perizinan

No. SK/ No. Surat

Masa Berlaku Keterangan

Penyimpanan Sementara

√ (bila mempunyai izin diisi dengan tanda “√” sedangkan bila tidak mempunyai izin diisi dengan “---” Jika izin masih dalam proses, dilihat dimana proses akhirnya, apabila di perusahaan maka tidak taat, apabila di instansi yang bertanggung jawab maka taat)

Sk bupati/ walikota, No.…… izin dari BPPT misalnya) , tanggal surat izin

5 (lima) tahun(lihat di

izin)

- 1 unit TPS LB3 dengan ukuran (19,6 x 5,2 x 2)m untuk menyimpan limbah sludge, oli bekas

- TPS LB3 berada di titik koordinat LS: 06⁰21’51.6”

BT: 170⁰31’22.03”

- Persetujuan penyimpanan limbah B3 lebih dari 90 hari

(sebutkan dengan lengkap serta diisi dengan hal-hal yang penting untuk diinformasikan, seperti limbah yang dapat disimpan, batas masa penyimpanan di TPS yang tidak standar, kronologis persuratan pengajuan izin yang masih dalam proses)

Page 87: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

70

Pengelolaan LimbahB3

Status Perizinan No. SK/ No. Surat

Masa Berlaku

Keterangan

Pemanfaatan

Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 52 Tahun 2014 tanggal 28 Maret 2014

5 (lima) tahun

Pemanfaatan oli bekas untuk substitusi bahan bakar di Steam Coal Boiler (SCB)

SK. Menteri Lingkungan Hidup, Nomor : 568 Tahun 2009, tanggal 27 September 2010

5 (lima) tahun

Pemanfaatan abu batubara (fly ash dan bottom ash) sebagai bahan baku pembuatan batako dan paving block

Pengolahan √

SK. Menteri Lingkungan Hidup, Nomor : 455 Tahun 2009 tanggal 13 Agustus 2009

5 (lima) tahun

Pengoperasian incenerator untuk Pembakaran limbah B3 sludge ETP (Polyester), limbah cair (lab dan plant), kain majun terkontaminasi, kemasan bekas B3 dan katalis Sb2O3 serta limbah cair ex laboratorium yang berasal dari kegiatannya sendiri

Penimbunan √

SK. Menteri Lingkungan Hidup, Nomor : 261 tahun 2010, Tanggal 14 Oktober 2010.

Sampai landfill penuh

Izin penimbunan/Landfill fly ash/bottom ash.

Kategri landfill Kelas 1 (secure landfill double liner)

Catatan:

Kolom pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan diisi apabila

perusahaan melakukan kegiatan tersebut.

B. Neraca Limbah B3 Periode 01 Jan 2014 – 31 Des 2014

Jenis Limbah

Satuan Limbah Dihasilkan

Limbah Dikelola

Limbah Belum

Dikelola

Perlakuan

A. Sumber Dari Proses Produksi

Residu Destilasi

Ton 0.2 0.2 0 Disimpan di TPS Limbah B3 dengan masa simpan masih

sesuai dengan izin

Page 88: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

71

Jenis Limbah

Satuan Limbah Dihasilkan

Limbah Dikelola

Limbah Belum

Dikelola

Perlakuan

B. Sumber Dari Luar Proses Produksi

Fly ash/Bottom ash batubara Boiler

Ton 50

15

0

Diserahkan dan diangkut oleh PT. Wastec International dengan Kode Manifest HL

9 Dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan batako dan paving block

25 Dilakukan penimbunan di landfill sesuai dengan izin

1 Disimpan di TPS Limbah B3 dengan masa simpan masih sesuai dengan izin

Sludge IPAL Ton 75

74

0

Diserahkan dan diangkut oleh PT. Wastec International dengan Kode Manifest HL

1 Disimpan di TPS Limbah B3 dengan masa simpan masih sesuai dengan izin

Majun terkontaminasi

Ton 5 5 0 Diolah melalui incinerator sesuai dengan izin

Kemasan Bekas

Ton 1 1 0 Diolah melalui incinerator sesuai dengan izin

Lampu TL Bekas

Ton 0.041

0.038

0

Diserahkan ke PT. PPLI melalui transporter PT. Jasa Medivest dengan Kode Manifest QR.

0.003 Disimpan di TPS Limbah B3 dengan masa simpan masih sesuai dengan izin

Scrap terkontaminasi LB3

Ton 249.072 249.072 0 Dikirim ke PT. Putra Harapan Urip melalui transporter PT. Putra Harapan Urip (kode manifest : AAA)

Limbah Medis Ton 0.002 0.002

0

Diserahkan dan diangkut oleh PT. Jasa Medivest dengan Kode Manifest QR.

E-Waste Ton 0 0 0 Belum dihasilkan sampai dengan periode pengawasan

C. Sumber Dari Kegiatan Lain

Oli Bekas Ton 608.200 602.050

0

Dimanfaatkan sendiri sebagai subtitusi bahan bakar di boiler

6.150 Disimpan di tanki induk

TOTAL Ton 988.515 988.515 0

Persentase % 100 0

Ket : 60.90% limbah B3 dimanfaatkan sendiri sebagai substitusi bahan bakar di boiler, 34.20%

diserahkan ke pihak ke tiga yang berizin, 2.53% ditimbun (landfill), 0.91% dimanfaatkan

sebagai bahan baku pembuatan batako dan paving block, 0.85% masih disimpan di TPS, dan

0.61% diolah dengan insinerator. Secara umum 100% limbah B3 sudah dikelola sesuai

dengan peraturan yang berlaku dan persyaratan dalam izin.

Page 89: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

72

Catatan :

1. Kolom “limbah belum dikelola” diisi jika limbah B3 disimpan di luar TPS

limbah B3, dikelola oleh pihak ketiga yang tidak berizin dan dilakukan

pengelolaan oleh perusahaan tanpa izin.

2. kolom perlakuan lihat di logbook/neraca dan manifest salinan 7.

C. Temuan dan Rekomendasi

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

1 Pendataan Jenis dan Volume

a. Limbah yang dihasilkan

Identifikasi jenis limbah B3 Telah melakukan identifikasi terhadap seluruh limbah B3 yang dihasilkan.

Tetap melakukan identifikasi terhadap seluruh limbah B3 yang dihasilkan.

Pencatatan Jenis dan Volume Limbah B3 yang dihasilkan

Telah melakukan pencatatan terhadap jenis dan volume seluruh limbah B3 yang dihasilkan.

Tetap melakukan pencatatan terhadap jenis dan volume seluruh limbah B3 yang dihasilkan.

Pendataan Pengelolaan Lanjutan Limbah B3

Telah melakukan pendataan pengelolaan terhadap jenis limbah yang teridentifikasi dan telah melakukan pengelolaan lebih lanjut.

Tetap melakukan pendataan terhadap identifikasi dan dan tetap melakukan pengelolaan lebih lanjut.

b. Pelaporan Belum melaporkan realisasi pengelolaan semua limbah B3 yang dihasilkan dengan menyampaikan neraca limbah B3, logbook, dan manifest salinan #2 per triwulan kepada BPLH Kota Bandung dengan tembusan kepada BPLHD Provinsi Jawa Barat, Kementerian Lingkungan Hidup.

Wajib melaporkan realisasi pengelolaan semua limbah B3 yang dihasilkan dengan menyampaikan neraca limbah B3, logbook, dan manifest salinan #2 per triwulan kepada BPLH Kota Bandung dengan tembusan kepada BPLHD Provinsi Jawa Barat, Kementerian Lingkungan Hidup.

2. Perizinan Pengelolaan LB3

Kepemilikan izin PLB3 yang dipersyaratkan

1. Surat Rekomendasi Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 dari BPLH Kota Bandung, Nomor : 660.1/254/wasdal tertanggal 16 Juli 2013.

Tetap memiliki izin pengelolaan limbah B3 yang dipersyaratkan.

Page 90: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

73

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

2. Izin Pemanfaatan Limbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup Nomor 26 Tahun 2013, tertanggal 21 Januari 2013.

3. SK. Menteri Lingkungan Hidup, Nomor : 568 Tahun 2009, tanggal 27 September 2010

4. SK. Menteri Lingkungan Hidup, Nomor : 455 Tahun 2009 tanggal 13 Agustus 2009

5. SK. Menteri Lingkungan Hidup, Nomor : 261 tahun 2010, Tanggal 14 Oktober 2010.

Masa berlaku izin 1. Rekomendasi Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 masa berlaku 2 (dua) Tahun;

2. Izin Pemanfaatan Sludge IPAL masa berlaku 5 (lima) Tahun.

3. Izin Pemanfaatan Abu Batu Bara masa berlaku 5 (lima) Tahun.

4. Izin Pengolahan (Incinerator) masa berlaku 5 (lima) Tahun.

5. Izin Penimbunan/Landfill masa berlaku 5 (lima) Tahun.

Tetap memastikan semua izin yang dimiliki masih berlaku

3. Pelaksanaan ketentuan izin :

a. Pemenuhan terhadap ketentuan teknis dalam izin selain Baku Mutu Emisi, Effluent dan Standard Mutu (check list).

100% Pemenuhan ketentuan teknis Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 (Ketentuan TPS Limbah B3 telah sesuai dengan Kepdal Nomor : 01/1995 tentang Tata cara Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3); dan

100% Pemenuhan ketentuan teknis Pemanfaatan oli bekas Limbah B3 (Ketentuan Pemanfaatan Limbah B3 telah sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 26 Tahun 2013, tertanggal 21 Januari 2013 tentang Izin Pemanfaatan limbah B3).

Pemanfaatan Limbah B3 - Tata tata cara penyimpanan fly

ash/bottom ash di lokasi kegiatan produksi batako dan paving blok belum sesuai dengan Kepdal Nomor : 01 Tahun 1995 tentang Tata cara

Tetap menjaga ketentuan teknis Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 dan pemanfaatan oli bekas sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Page 91: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

74

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

penyimpanan limbah B3. Fly ash/bottom ash disimpan disimpan dengan sistem curah, sebagian berada di dalam tempat yang terlindung dari masuknya air hujan, dan sebagian lagi disimpan di tempat terbuka.

Pengolahan Limbah B3 - Belum melakukan pencatatan

temperatur ruang bakar secara keseluruhan. Pencatatan hanya dilakukan pada ruang bakar 1.

- Berdasarkan pencatatan pihak perusahaan, temperatur ruang bakar 1 belum sesuai dengan ketentuan, yaitu hanya 400 OC. Sedangkan ketentuan dalam izin, bahwa selama pembakaran limbah B3, kondisi temperatur ruang bakar 1 berkisar antara 800 OC – 1.000 OC, dan ruang bakar 2 bekisar antara 1.000 OC – 1.100 OC.

Penimbunan Limbah B3 - Sedang dalam proses

penutupan dan alih fungsi lahan.

b. Emisi dari kegiatan pengolahan dan/atau pemanfaatan limbah B3:

- Pemenuhan terhadap BME Hasil analisa emisi 2 (dua) buah cerobong boiler pada Semester II Tahun 2012 (bulan Juli 2013) dan Semester I Tahun 2013 (bulan Januari 2013) telah memenuhi BME sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor : 26 Tahun 2013, tertanggal 21 Januari 2013 tentang Izin Pemanfaatan limbah B3 PT. Sinkona Indonesia Lestari.

Tetap menjaga kualitas udara emisi boiler selalu memenuhi baku mutu

- Jumlah parameter yang diukur dan dianalisa

Jumlah Parameter yang diukur dan dianalisa telah sesuai dengan ketentuan perizinan, yaitu : Partikel, SO2, NO2, HF, HCl, CO, CH4, As, Cd, Cr, Pb, Hg, Ti dan opasitas.

Tetap melakukan penggukuran emisi cerobong dengan jumlah parameter sebagaimana tercantum dalam izin

- Frekuensi pengukuran Frekuensi pengukuran telah sesuai dengan ketentuan perizinan yaitu setiap 6 (enam) bulan sekali.

Tetap melakukan pemantauan kualitas udara emisi cerobong sebagaimana tercantum dalam izin.

Page 92: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

75

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

c. Effluent dari kegiatan pengolahan dan/atau penimbunan dan/atau pengelolaan limbah B3 lainnya:

Pemenuhan terhadap BMAL Semua parameter hasil pengolahan air lindi (basin clarifier) sudah memenuhi baku mutu.

Tetap mempertahankan kinerja IPAL CPP sehingga hasilnya tetap memenuhi baku mutu.

Jumlah parameter yang diukur dan dianalisa

Jumlah parameter yang diukur dan dianalisa sesuai dengan Permen LH No. 8 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha/Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Thermal.

Tetap melakukan pemantauan dan analisa dengan jumlah parameter sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Frekuensi pengukuran Frekuensi pengukuran telah sesuai dengan ketentuan perizinan yaitu setiap 1 (satu) bulan sekali.

Tetap melakukan pemantauan kualitas udara emisi cerobong sebagaimana tercantum dalam izin.

d. Standar Mutu Produk dan/atau kualitas limbah B3 untuk pemanfaatan

Pemenuhan terhadap standard (mis : kuat tekan, toleransi kadar pencemar dalam limbah B3 yang akan dimanfaatkan)

Sudah melakukan analisa uji tekan terhadap hasil pemanfaatan batako dan paving blok sesuai dengan SII-0964-84.

Tetap memperhatikan komposisi campuran antara semen, pasir dan fly ash/bottom ash dalam kegiatan pemanfaatan fly ash/bottom ash menjadi batako dan paving blok.

Frekuensi pengukuran/pengujian

Pengujian dilakukan sebagai persyaratan izin.

-

4. Open dumping, pengelolaan tumpahan, dan penanganan media/tanah terkontaminasi limbah B3 :

Kegiatan yang dimaksud adalah penanganan lahan terkontaminasi dari ceceran oil yang berjumlah 22 titik.

Jenis limbah dan jumlah limbah yang di open dumping

Ceceran oil yang diakibatkan dari adanya kebocoran Marine Hose di SPM 150 DWT.

Rencana pengelolaan lahan terkontaminasi

Telah melakukan penanganan lahan terkontaminasi pada 22 titik sesuai dengan rencana, yaitu :

Penganan ceceran yang berada di perairan SPM 150 DWT dilakukan dengan cara memasang Oil Boom dan penyemprotan dengan oil

Page 93: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

76

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

dispersant. Oil Dispersant yang digunakan sesuai rekomendasi Ditjen Migas No 1840 /28.02/DMT/ 2006;

Melokalisir Ceceran oil agar tidak meluas

Melakukan clean up terhadap tanah dan pasir diseluruh lahan terkontaminasi.

Kesesuaian rencana dengan pelaksanaa pengelolaan lahan terkontaminasi

Pelaksanaan pengelolaan lahan terkontaminasi telah sesuai dengan rencana yang telah dibuat

Tetap memastikan pelaksanaan pengelolaan lahan terkontaminasi telah sesuai dengan rencana yang telah dibuat

Jumlah total limbah dan tanah terkontaminasi yang dilakukan pengelolaan

Jumlah limbah B3 berupa tanah/pasir serta kemasan dan material terkontaminasi sebanyak 9.509,57 ton;

Perlakuan pengelolaan limbah dan tanah terkontaminasi yang diangkat sesuai perencanaan

Telah dilakukan pengelolaan lanjutan terhadap semua limbah B3 dari kebgiatan penaganan lahan terkontaminasi tersebut, yaitu :

Tanah/pasir terkontaminasi sebanyak 2,474.58 ton diserahkan kepada Pihak-3 yang berizin yaitu PT. Teknotama Lingkungan Internusa dan plastik bekas terkontaminasi sebanyak 84.4 ton diserahkan kepada PT. PPLi. Bukti penyerahan tanah/pasir serta kemasan terkontaminasi terekam dalam dokumen manifest serta bukti kontrak kerja/MOU pengelolaan limbah B3 dengan PT. TLI maupun PT. PPLi ;

Tanah/pasir terkontaminasi sebanyak 6,950.59 ton dimanfaatkan sebagai material backfill di area TPS Lay down. Hal tersebut sesuai dengan surat rekomendasi dari Deputi IV Kementerian Lingkungan Hidup, Nomor : B-4969/Dep.IV/LH/07/2012 tertanggal 1 Juli 2012 dinyatakan bahwa tanah/pasir terkontaminasi minyak yang

Page 94: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

77

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

nilai TPH-nya lebih kecil daripada 1% (10.000 mg/kg) dapat digunakan langsung tanpa harus diolah lebih dahulu. Adapun hasil analisa kadar TPH yang telah dilakukan melalui laboratorium ALS sebesar 109 mg/kg.

SSPLT (surat status pemulihan lahan terkontaminasi)

Telah terbit Surat Status Penyelesaian Lahan Terkontaminasi (SPPLT) dari Kementerian Lingkungan Hidup berdasarkan surat nomor : B-12630/Dep.IV/LH/PDAL/12/2012 tertanggal 27 Desember 2012 yang diperuntukkan untuk 13 (tiga belas) titik. Sementara itu, 8 (delapan) titik sedang dalam proses penerbitan SPPLT dari KLH dan 1 (satu) titik yaitu titik 3 sedang dalam proses pembahasan dengan Kementerian Lingkungan Hidup..

Agar segera melaporkan hasil pembahasan pemulihan lahan terkontaminasi pada area/titik 3 kepada Kementerian Lingkungan Hidup, dan tembusannya kepada BPLH Kota Bandung serta BPLHD Provinsi Jawa Barat.

Ketentuan dalam SSPLT - Ketentuan yang tertera dalam SPPLT adalah perusahaan berkewajiban untuk melakukan monitoring terhadap sedimen dan perairan di lokasi terjadinya pencemaran. Frekuensi pengujian sebagaimana dimaksud dilaksanakan setiap 6 (enam) bulan sekali oleh laboratorium terakreditasi selama 1 (satu) tahun terhitung sejak ditandatanganinya SPPLT;

- Pengujian pertama rencananya akan dilakukan pada awal bulan Juli 2013, dan pada saat ini penunjukan laboratorium sedang dalam proses.

Hasil monitoring sebagai kewajiban yang tertera dalam SPPLT wajib dilaporkan kepada Kementerian Lingkungan Hidup serta ditembuskan kepada BPLH Kota Bandung serta BPLHD Provinsi Jawa Barat.

5. Jumlah limbah B3 yang dikelola (Neraca Limbah B3)

Jumlah limbah B3 yang dihasilkan dan dikelola dari tangga 1 Juli 2013 s/d 8 Mei 2014 sebanyak 610.613 ton. 98.60% limbah B3 dimanfaatkan sebagai subtitusi bahan bakar di boiler, 0.34% diserahkan ke pihak ketiga yang berizin, 1.06% limbah yang masih tersimpan di TPS limbah B3 menunggu pengelolaan lanjut berikutnya. Secara umum, 100% limbah B3 sudah dikelola sesuai dengan peraturan yang berlaku dan

Tetap mengelola seluruh limbah B3 yang dihasilkan sesuai ketentuan yang berlaku.

Page 95: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

78

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

persyaratan dalam izin

6. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3

a. Pengelolaan melalui pengumpul limbah B3

Perusahaan telah menjalin kerjasama pengelolaan limbah B3 yang berupa Scrap terkontaminasi, Kemasan bekas dan oli bekas dengan PT. Putra Harapan Urip yang memiliki Izin Pengumpulan limbah B3 sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2012, tanggal 20 Januari 2012.

Tetap melakukan kerjasama pengelolaan limbah B3 dengan pihak ketiga yang berizin.

Masa berlaku izin Masa berlaku Izin Pengumpulan Limbah B3 masih berlaku.

Tetap memperhatikan masa berlaku izin pihak ketiga.

Kesesuaian jenis limbah B3 yang dikumpul dengan izin yang berlaku

Jenis limbah yang dikelola oleh PT. PT. Putra Harapan Urip telah sesuai dengan izin yang dimilikinya.

Tetap melakukan pengecekan jenis limbah B3 yang dikelola pihak ketiga sesuai dengan izin yang dimiliki.

Kontrak kerjasama penghasil limbah dan pengumpul limbah

Kerjasama pengelolaan limbah B3 dengan PT. Putra Harapan Urip telah dimuat dalam Surat Perjanjian Kerjasama/MOU nomor :05/PHU/IX/2013 tanggal 1 September 2013.

Tetap bekerjasama dengan pihak ketiga berizin dalam pengelolaan limbah B3 yang dilengkapi dengan kontrak kerja/MOU.

Kontrak kerjasama antara pengumpul dengan pihak pemanfaat, pengolah atau penimbun

PT. Putra Harapan Urip telah bekerjasama dengan pihak pemanfaat/pengolah atau penimbun yaitu dengan :

1. PT. WGI Nomor 04/Log Ref/III/2014;

2. Sarana Alloy Casting Nomor : 036/XI/SAC/SE/2013;

3. PT. Luth Putra Solder

Ada/tidak masalah pencemaran lingkungan

- Tidak ada berita/informasi terkait dengan pencemaran lingkungan yang telah dilakukan oleh pihak ketiga selaku pemanfaat ;

- Telah dilengkapi dengan surat pernyataan dari pihak ketiga dengan nomor : Ref.112/PHU-IV/2013 yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut tidak bermasalah dengan pencemaran lingkungan.

Tetap Update terhadap berita/informasi pencemaran lingkungan dan memiliki surat pernyataan dari pihak ketiga yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut tidak bermasalah dengan pencemaran lingkungan.

Page 96: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

79

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

b. Pihak ke-3 pengelola lanjut limbah B3 (pemanfaat/ pengolah/ penimbun)

Perusahaan telah menjalin kerjasama pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan dengan : 1. PT. Wastec International, 2. PT. Jasa Medivest. 3. PT. PPLI

Masa berlaku izin 1. Masa berlaku izin PT. Wastec International adalah 5 tahun sampai dengan tanggal/bulan/tahun

2. Masa berlaku izin PT. Jasa Medivest adalah 5 tahun sampai dengan tanggal/bulan/tahun.

3. Masa berlaku izin PT. PPLI adalah 5 tahun sampai dengan tanggal/bulan/tahun.

Tetap melakukan pengecekan terhadap masa berlaku izin dari pihak ketiga.

Kesesuaian jenis limbah B3 yang dikumpul dengan izin yang berlaku

Jenis limbah B3 yang dikelola oleh PT. Wastec International tidak sesuai dengan izin, sedangkan PT. Jasa Medivest ddan PT. PPLI telah sesuai dengan izin yang dimiliki.

Wajib bekerjasama dengan pihak ketiga yang jenis limbah B3 nya sesuai dengan ijin yang dimiliki.

Kontrak kerjasama penghasil limbah dan pemanfaat,/pengolah/penimbun limbah B3

Surat kontrak kerjasama/MoU antara penghasil dengan :

1. PT. Wastec International yang dimuat dalam Surat Perjanjian Kerjasama/MOU nomor : 604/WI/SKLB3/ VI/2014 dengan masa berlaku sampai dengan 09 Februari 2016.

2. PT. Jasa Medivest yang dimuat dalam Surat Perjanjian Kerjasama/MOU nomor : 421.0d/JM/K-PT.SIL/KSN/IX/2013 dengan masa berlaku sampai dengan 02 September 2014

3. PT. PPLI yang dimuat dalam Surat Perjanjian Kerjasama/MOU nomor 021/PPLI-LOA/III/2013;

Tetap memiliki MoU dengan pihak ketiga pengelola limbah B3 yang berizin.

Ada/tidak masalah pencemaran lingkungan

- Tidak ada berita/informasi terkait dengan pencemaran lingkungan yang telah dilakukan oleh semua pihak ketiga;

- Perusahaan telah memiliki surat pernyataan dari PT. Wastec International, PT. Jasa Medivest dan PT. PPLI yang menyatakan bahwa pihak ketiga tersebut tidak

Tetap memantau atau mencari informasi ada tidaknya pencemaran yang dilakukan oleh pihak ketiga pengelola limbah B3 dan memiliki surat pernyataan dari pihak

Page 97: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

80

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

memiliki masalah pencemaran lingkungan

ketiga yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut tidak bermasalah dengan pencemaran lingkungan.

Pihak ke-3 Jasa Pengangkutan

Ada/tidak izin dari Kementerian Perhubungan

1. PT. Wastec International memiliki izin pengangkutan limbah B3 dari Kementerian Perhubungan dengan salah satu nomor izinnya SK. 5984/AJ309/DJPD/2013/360720516BB-0010 dengan masa berlaku sampai dengan 09 Oktober 2014;

2. PT. Jasa Medivest memiliki izin pengangkutan limbah B3 dari Kementerian Perhubungan dengan salah satu nomor izinnya SK. 2111/AJ309/DJPD/2013/320040034BB-0005 dengan masa berlaku sampai dengan 30 April 2014;

3. PT. Putra Harapan Urip. memiliki izin pengangkutan limbah B3 dari Departemen Perhubungan, diantaranya Nomor : SK.542/AJ309/DJPD/2013/ 320750574BB-0002 tanggal 19 Oktober 2013 dengan masa berlaku sampai dengan 21 Oktober 2014.

Tetap melakukan pengecekan terhadap masa berlaku izin pengangkutan

Ada/tidak rekomendasi dari KLH

1. PT. Wastec International memiliki rekomendasi pengangkutan dari Kementerian Lingkungan Hidup Nomor : B-8631/ Dep.IV/LH/PDAL/07/2013 tanggal 29 Juli 2013, dengan masa berlaku 5 (lima) tahun;

2. PT. Jasa Medivest memiliki rekomendasi pengangkutan dari Kementerian Lingkungan Hidup Nomor B-9994/ Dep.IV/LH/PDAL/09/2013 tanggal 10 September 2013, dengan masa berlaku 5 (lima) tahun.

3. PT. Putra Harapan Urip telah memiliki rekomendasi

Tetap melakukan pengecekan terhadap masa berlaku rekomendasi izin pengangkutan

Page 98: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

81

No. Aspek Penilaian Temuan Lapangan

Rencana Tindak Lanjut

pengangkutan limbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup dengan Rekomendasi Nomor : B - 7463/ Dep.IV/ LH/PDAL/06/2013 tanggal 28 Juni 2013 dengan masa berlaku 5 tahun

Kesesuaian jenis limbah yang diangkut dengan izin

Jenis Limbah B3 yang diangkut sesuai dengan izin dan rekomendasi yang berlaku.

tetap bekerjasama dengan pengangkut yang jenis limbah B3-nya sesuai dengan ijin yang dimiliki.

Kesesuaian alat angkut dengan yang tercantum dalam izin (No. polisi, no. rangka, no. mesin)

Alat angkut sesuai dengan izin dan rekomendasi yang berlaku dengan salah satu nomor kendaraan yang tercantum dalam izin adalah :

1. PT. Wastec International (B 9405 IN)

2. PT. Jasa Medivest (D 8396 EE)

3. PT. Putra Harapan Urip (B 9017 MX)

Tetap melakukan pengecekan terhadap alat angkut sesuai izin.

Rute pengangkutan sesuai dengan izin

Rute pengangkutan sesuai dengan izin yang berlaku.

Tetap melakukan pengecekan terhadap rute pengangkutan sesuai dengan izin.

Penggunaan dokumen/manifest yang sah

Manifest salinan #3 dan #7, telah sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan

Tetap menggunakan dan memiliki manifest sesuai dengan ketentuan yang berlaku

7. Dumping, injeksi dan pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu:

Izin dumping/izin pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu

--- ---

Jumlah/volume limbah B3 yang di dumping

--- ---

8. Pengelolaan Limbah B3 lainnya

Perusahaan telah menyimpan oli bekas diluar TPS limbah B3 (dapat diisi dengan temuan yang tidak tertulis dalam kriteria).

Perusahaan wajibmemindahkan oli bekas ke dalam TPS limbah B3

Catatan:

1. Kolom Temuan Lapangan dan Rencana Tindak Lanjut diisi

sesuai dengan kondisi di lapangan terkait dengan kegiatan

perusahaan dalam pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.

Page 99: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

82

2. Kolom Temuan Lapangan :diisi hal-hal yang sesuai dan tidak

sesuai dengan aspek penilaian.

3. Kolom Rencana Tindak Lanjut : diisi dengan hal-hal yang

harus dilakukan selanjutnya terkait dengan temuan lapangan yang

tidak sesuai dengan aspek penilaian. Apabila pada temuan

lapangan sudah sesuai dengan aspek penilaian, maka kolom

rencana tindak lanjut .

D. Penaatan

No. Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3

Taat Belum Taat Keterangan

1. a. Pendataan jenis dan volume limbah yang dihasilkan

√ --- ---

b. Pelaporan √ ---

2. Status perizinan pengelolaan limbah B3

√ --- ---

3. Pelaksanaan ketentuan dalam Izin

√ --- ---

a. Pemenuhan Ketentuan Teknis

√ --- TPS LB3 memenuhi 100% ketentuan teknis

b. Pemenuhan Baku Mutu Emisi

√ --- ---

c. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah

√ --- ---

d. Pemenuhan Pemanfaatan √ --- ---

4. Penanganan open dumping, pengelolaan tumpahan, dan penanganan media terkontaminasi LB3

---

a. Rencana pengelolaan √ --- ---

b. Pelaksanaan pengelolaan √ --- ---

c. Jumlah tanah terkontaminasi yang dikelola

√ --- ---

d. Pelaksanaan ketentuan SSPLT

√ --- ---

5. Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai dengan peraturan

√ --- 100% limbah B3 dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

6. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ketiga dan pengangkutan limbah B3

--- √ Jenis limbah B3 yang dikelola oleh PT.

Wastec tidak sesuai dengan izin yang

dimiliki

7. Pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu (antara lain : Dumping, Re-injeksi, dll)

--- --- ---

Page 100: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

83

E. Kesimpulan Hasil Pengawasan Pengelolaan Limbah B3

Segera melakukan pelaporan perbaikan sesuai dengan rencana tindak lanjut pada tabel D. dan menyampaikan hasil perbaikan tindak lanjut dari berita acara beserta data-data pendukung kepada BPLH Kota Bandung dengan tembusan kepada BPLHD Provinsi Jawa Barat dan Kementerian Lingkungan Hidup.

Page 101: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

84

3.5 Kegiatan Paska Kunjungan Lapangan

Kegiatan paska kunjungan lapangan adalah kegiatan yang

dilaksanakan setelah pengawasan ke industri selesai dilakukan. Pada

prinsipnya kegiatan yang menjadi bagian dari kegiatan paska

kunjungan lapangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

3.5.1 Pengolahan Data dan Informasi Hasil Pengawasan

Data yang terkait dengan pengendalian pencemaran air dan udara

serta pengelolaan limbah padat non B3 baik berupa hasil analisis

laboratorium maupun temuan di lapangan selanjutnya diolah untuk

dijadikan dasar dalam menetapkan status penaatan serta tindak

pengawasan.

3.5.2 Penyusunan Laporan Pengawasan

Setiap pengawas wajib melaporkan hasil pengawasan kepada pejabat

yang menugaskan/yang memberi tugas. Sementara, isi laporan

memuat tentang profil industri, kondisi lingkungan setempat saat

kunjungan serta data dan informasi tentang pelaksanaan pengendalian

pencemaran.

Data dan informasi yang disampaikan dalam laporan harus dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum dan ilmiah. Berkenaan dengan

hal tersebut maka penulisan sebaiknya:

Harus jelas dan sistematis;

Akurat, aktual dan faktual;

Harus difokuskan sesuai dengan tujuan pengawasan;

Bukan merupakan pendapat, pandangan, dan asumsi-asumsi

pribadi;

Didukung dengan data atau bukti yang akurat dan faktual;

Page 102: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

85

Dokumen pendukung seperti foto dan berita acara disebutkan

secara jelas.

Sementara isi atau format laporan seperti format pada lampiran

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2006

tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup

adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan

b. Kegiatan lapangan

c. Analisis yuridis/ketaatan

d. Kesimpulan dan saran tindak

e. Lampiran

3.5.3 Penyusunan Rekomendasi (Rencana Tindak)

Pengawasan

Data yang terkait dengan pengendalian pencemaran air dan udara

serta pengelolaan limbah B3 baik berupa hasil analisis laboratorium

maupun kondisi di lapangan yang diperoleh dari pihak perusahaan

maupun dari pemerintah daerah selanjutnya akan diolah untuk

dijadikan dasar dalam menerapkan status penaatan serta rencana

tindak pengawasan. Rencana tindak pengawasan bisa berupa

pembinaan maupun penetapan sanksi administrasi. Bagi industri yang

beberapa kali dibina/diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan,

akan tetapi masih belum bisa melaksanakan pengendalian pencemaran

sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka Pemerintah Daerah,

Kabupaten/Kota, maupun KLH baik langsung maupun melalui

Pemerintah Provinsi dapat menindaklanjuti dengan upaya penegakan

hukum. Tindak lanjut pengawasan dapat berupa rekomendasi

pembinaan, teguran, maupun sanksi administrasi sampai pada sanksi

pidana atau perdata.

Page 103: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

86

3.5.4 Pemeliharaan Data dan Informasi

Data dan informasi hasil kunjungan perlu disimpan dalam database.

Hal ini diperlukan untuk menghindari adanya data yang hilang serta

mempermudah pengawasan di masa yang akan datang.

Page 104: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

87

BAB IV

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

Agar pelaksanaan pengawasan pengendalian pencemaran lingkungan

sesuai amanat Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dapat lebih efisien

dan efektif, berikut ini daftar berbagai peraturan lingkungan hidup

untuk mempermudah para pengawas dalam melaksanakan tugasnya.

4.1 Peraturan Perundang-Undangan Skala Nasional

Daftar peraturan perundang-undangan skala nasional bidang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan pengelolaan

sampah berdasarkan lingkupnya:

4.1.1 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4.1.2 Pengelolaan Sampah

1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah.

2. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan

Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah

Tangga.

Page 105: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

88

3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce,

Reuse, Dan Recycle Melalui Bank Sampah.

4.1.3 Perlindungan dan Pengelolaan Air

1. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun

2003 tentang Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air

Limbah dari Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan

Kelapa Sawit.

3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun

2003 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air

Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit pada Tanah di Perkebunan

Kelapa Sawit.

4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun

2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan

Pengambilan Contoh Air Permukaan.

5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun

2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban

Pencemaran Air pada Sumber Air.

6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun

2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan

Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air atau

Sumber Air.

7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 114 Tahun

2003 tentang Pedoman Pengkajian Untuk Menetapkan Kelas Air.

Page 106: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

89

8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun

2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

9. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142 Tahun

2003 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman

Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian

Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber Air.

10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun

2007 tentang Pedoman Pengkajian Teknis Untuk Menetapkan

Kelas Air.

11. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun

2007 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengelolaan Air Limbah

Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Serta Panas

Bumi Dengan Cara Injeksi.

12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun

2009 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Standar Kompetensi

Manajer Pengendalian Pencemaran Air.

13. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun

2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan.

14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun

2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau

dan/atau Waduk

15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun

2010 tentang Tatalaksana Pengendalian Pencemaran Air

Page 107: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

90

4.1.4 Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3)

1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pengesahan

Stockholm Convention On Persistens Organic Pollutant (Konvensi

Stokholm tentang Bahan Pencemar Organik Yang Persistent)

2. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Bahan Berbahaya dan Beracun

3. Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan

Vienna Convention for The Ozon Layer dan Montreal Protocol on

substances That Deplete The Ozone Layer As Adjusted and

Amanded by The Second Meeting of Parties London, 27-29 June

1990.

4. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Beijing Amendment to the Montreal Protocol on Substances That

Deplete The Ozone Layer (Amandemen Beijing Atas Protokol

Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan Ozon),

5. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Montreal Amendment to the Montreal Protocol on Substances

That Deplete The Ozone Layer (Amandemen Montreal atas

Protokol Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan

Ozon)

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun

2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label pada Bahan

Berbahaya dan Beracun.

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun

2010 tentang Penggunaan Sistem Elektronik Registrasi Bahan

Berbahaya dan Beracun dalam Kerangka Indonesia Nation Single

Window di Kementerian Lingkungan Hidup.

Page 108: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

91

4.1.5 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

(LB3)

1. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

3. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1993 tentang Pengesahan

Basel Convention on The Control of Transboundary Movements of

Hazardous Wastes and Their Disposal.

4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Amendment to the Basel Convention on the control of

Transboundary Movement of hazardous waste and their disposal

(Amandemen Atas Konvensi Basel tentang Pengawasan

Perpindahan lintas batas limbah bahan berbahaya dan

pembuangannya).

5. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan

Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.

6. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor 02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3.

7. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor 03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis

Pengolahan Limbah B3.

8. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor 04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara Persyaratan

Page 109: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

92

Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas

Pengolahan, dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah B3.

9. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah

B3.

10. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor 255/BAPEDAL/08/1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan

Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.

11. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor 02/BAPEDAL/01/1998 tentang Tata Laksana Pengawasan

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Daerah.

12. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor 03/BAPEDAL/01/1998 tentang Program Kemitraan dalam

Pengelolaan Limbah B3.

13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 128 Tahun

2003 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan

Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak

Bumi Secara Biologis

14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun

2008 tentang Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun

2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan

Berbahaya dan Beracun

16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun

2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan (Menggantikan

Permen No.03 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pengumpulan Dan

Page 110: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

93

Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di

Pelabuhan).

17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun

2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun

18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun

2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Serta Pengawasan

Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun oleh Pemerintah Daerah

19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 33 Tahun

2009 tentang Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun.

4.1.6 Perlindungan dan Pengelolaan Keanekaragaman

Hayati

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United

Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi

Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati)

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan

Cartagena Protokol on Biosafety to The Convention on Biological

Diversity (Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati Atas

Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati).

4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan

Hayati Produk Rekayasa Genetika.

Page 111: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

94

5. Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1987 tentang Pengesahan

Amandemen 1979 atas Convention on International Trade in

Endangered Species of Wild Fauna and Flora, 1973.

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun

2009 tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di

Daerah

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 15 tahun 2012 tentang Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem

Hutan

4.1.7 Perlindungan dan Pengelolaan Tutupan Lahan

1. Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang

Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 04 Tahun 2001 tentang

Pengendalian Kerusakan dan/atau Pencemaran Lingkungan Hidup

yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan

3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-

43/MENLH/10/1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi

Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis

Lepas Di Dataran

4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun

2006 tentang Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan

Tanah untuk Produksi Biomassa.

5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun

2008 tentang Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan

Lingkungan Hidup Akibat Pertambangan Emas Rakyat.

Page 112: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

95

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2012 tentang Panduan Valuasi Ekonomi

Ekosistem Gambut

4.1.8 Pelestarian Fungsi Atmosfer

1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United

Nations Frame Work Convention on Climate Change (Konvensi

Kerangka Kerja PBB Mengenai Perubahan Iklim).

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan

Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (Ratification of Kyoto

Protocol to the United Nations Framework convention on climate

Change)

3. Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan

Vienna Convention for The Ozon Layer dan Montreal Protocol on

substances That Deplete The Ozone Layer As Adjusted and

Amanded by The Second Meeting of Parties London, 27-29 June

1990

4. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Beijing Amendment to the Montreal Protocol on Substances That

Deplete The Ozone Layer (Amandemen Beijing Atas Protokol

Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan Ozon)

5. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Montreal Amendment to the Montreal Protocol on Substances

That Deplete The Ozone Layer (Amandemen Montreal atas

Protokol Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan

Ozon)

Page 113: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

96

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun

2008 tentang Pedoman Teknis dan Persyaratan Kompetensi

Pelaksanaan Retrofit dan Recycle Pada Sistem Refrigerasi

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 396 Tahun

2008 tentang Penunjukan Lembaga Sertifikasi Kompetensi untuk

Teknisi Retrofit dan Recycle pada Sistem Refrigerasi

4.1.9 Pelestarian Fungsi Udara

1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara.

2. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor KEP-205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis

Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak.

3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara.

4. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor KEP-107/BAPEDAL/11/1997 tentang Pedoman Teknis

Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar

Pencem Udara.

5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun

2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel

Uap.

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun

2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha

dan/atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal

Page 114: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

97

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun

2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di

Daerah

8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 35 Tahun

2009 tentang Pengelolaan Halon

9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun

2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di

Daerah

10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun

2011 tentang Standar Kompetensi dan Sertifikasi Kompetensi

Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Udara

4.1.10 Perlindungan dan Pengelolaan Laut

1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran dan/atau Perusakan Laut.

2. Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2006 tentang

Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut

3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun

2001 tentang Kriteria Baku Mutu Kerusakan Terumbu Karang.

4. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor 47 Tahun 2001 tentang Pedoman Pengukuran Kondisi

Terumbu Karang.

5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun

2004 tentang Baku Mutu Air Laut.

Page 115: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

98

6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 179 Tahun

2004 tentang Ralat atas Keputusan MENLH No. 51 Tahun 2004

tentang Baku Mutu Air Laut.

7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun

2004 tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan

Status Padang Lamun.

8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun

2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan

Mangrove.

9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun

2006 tentang Persyaratan dan Tata Cara Perizinan Pembuangan

Air Limbah ke Laut.

10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 12 Tahun 2012 TentangPedoman Penghitungan Beban

Emisi Kegiatan Industri Minyak Dan GasBumi

4.1.11 Instrumen Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup

1. Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup

1) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun

2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan

Hidup dalam Penataan Ruang

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110

Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung

Beban Pencemaran Air pada Sumber Air

Page 116: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

99

3) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun

2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau

dan/atau Waduk

2. Kajian Lingkungan Hidup Strategis

1) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun

2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup

Strategis

2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun

2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup

Strategis

3. Tata Ruang

1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penataan

Ruang

2) Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman

Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan

Ruang

4. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin

Lingkungan

2) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Hidup Nomor 56 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai

Ukuran Dampak Penting.

3) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Hidup Nomor Kep-299/11/1996 tentang Pedoman Teknis

Page 117: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

100

Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan.

4) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Hidup Nomor Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek

Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan.

5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04

Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Kegiatan Pembangunan Permukiman

Terpadu.

6) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05

Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan

Basah.

7) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan

Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup.

8) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 49

Tahun 2004 tentang Pendelegasian Kewenangan untuk

Menandatangani Surat Keputusan Kerangka Acuan Analisis

Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)

9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun

2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (Menggantikan Keputusan Kepala

BAPEDAL No.09 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan

Amdal)

Page 118: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

101

10) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun

2006 tentang Dokumen Pengelolaan Dan Pemantauan

Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Tidak

Memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup

11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun

2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (Menggantikan Keputusan Kepala

BAPEDAL No.09 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan

Amdal.

12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun

2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis mengenai

Dampak Lingkungan Hidup

13) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun

2008 tentang Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai Analisis

mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota

14) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun

2008 tentang Persyaratan Kompetensi Dalam Penyusunan

Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Dan

Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusun

Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

15) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun

2009 tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup (Menggantikan Kepmen No. 02

Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis

Mengenai Dampak lingkungan Hidup).

Page 119: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

102

16) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 25 Tahun

2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Komisi

Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

17) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun

2010 tentang Sertifikasi Kompetensi Penyusunan Dokumen

AMDAL dan Peryaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi

Penyusun Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

18) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun

2010 tentang Persyaratan dan Tata Laksana Lisensi Komisi

Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

19) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun

2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang

Wajib Memiliki AMDAL

20) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik

IndonesiaNomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan

Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup

Dan Izin Lingkungan.

5. Dokumen Lingkungan Hidup

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45

Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan

Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik

Indonesia Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan

Dokumen Lingkungan Hidup

Page 120: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

103

6. Baku Mutu Lingkungan Hidup

a. Baku Mutu Air dan air Limbah

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi

Kegiatan Industri.

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

52/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi

Kegiatan Hotel.

3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi

Kegiatan Rumah Sakit.

4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112

Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113

Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan

atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara.

6) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 122

Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-51/MENLH/10/1995

tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.

7) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 202

Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha

dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas atau Tembaga

Page 121: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

104

8) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun

2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Rumah

Pemotongan Hewan.

9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun

2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pertambangan Bijih Timah.

10) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun

2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel.

11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun

2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Usaha

dan/atau Kegiatan Industri Vinyl Chloride Monomer dan Poly

Vinyl Chloride.

12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun

2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi.

13) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun

2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pengolahan Buah-Buahan dan/atau Sayuran.

14) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun

2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan.

15) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun

2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Industri Petrokimia Hulu.

Page 122: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

105

16) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun

2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Industri Rayon.

17) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun

2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Industri Purified Terephthalate Acid dan Poly

Ethylene Terephthalate.

18) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun

2008 Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan

Pengolahan Rumput Laut.

19) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun

2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pengolahan Kelapa.

20) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun

2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pengolahan Daging.

21) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun

2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pengolahan Kedelai

22) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun

2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Industri Keramik.

23) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun

2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal.

Page 123: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

106

24) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun

2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pengolahan Obat Tradisional/Jamu.

25) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun

2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiaan Industri Oleokimia Dasar.

26) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun

2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Peternakan Sapi dan Babi.

27) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun

2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pertambangan Bijih Besi.

28) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 34 Tahun

2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pertambangan Bijih Bauksit.

29) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun

2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri.

30) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun

2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Industri Minyak Goreng.

31) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun

2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Gula.

32) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun

2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Rokok

dan/atau Cerutu.

Page 124: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

107

33) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun

2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Minyak dan Gas.

34) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun

2011 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi Gas Metana Batubara.

b. Baku Mutu Air Laut

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun

2004 tentang Baku Mutu Air Laut.

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 179

Tahun 2004 tentang Ralat atas Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu

Air Laut.

c. Baku Mutu Udara

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

13/MENLH/03/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak

Bergerak.

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

48/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.

3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

49/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Getaran.

4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

50/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan.

5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara.

Page 125: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

108

6) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun

2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan

Bermotor Lama((Menggantikan Permen No.35 Tahun 1993

tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor).

7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun

2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi

Ketel Uap.

8) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun

2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber tidak Bergerak Bagi

Usaha dan/atau Kegiatan Industri Keramik.

9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun

2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi

Usaha dan/atau Kegiatan Industri Carbon Black.

10) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun

2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi

Usaha an/atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal.

11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun

2009 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan

Bermotor Tipe Baru (Menggantikan Kepmen No.141 Tahun

2003 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan

Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor Yang Sedang

Diproduksi (current production).

12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun

2009 tentang Ambang Batas Kebisingan Kendaraan Bermotor

Tipe Baru.

Page 126: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

109

13) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun

2009 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi

Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi.

14) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik

Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 tentang Baku MutuEmisi Gas

Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori L3.

15) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik

Indonesia Nomor 07 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Emisi

Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan

Industri Rayon.

16) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Emisi

Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori L3.

d. Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-

43/MENLH/10/1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan

Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian

Golongan C Jenis Lepas Di Dataran.

2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun

2006 tentang Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan

Tanah Untuk Produksi Biomassa.

3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04

Tahun 2001 tentang Kriteria Baku Mutu Kerusakan Terumbu

Karang.

Page 127: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

110

4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 200

Tahun 2004 tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman

Penentuan Status Padang Lamun.

5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201

Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan

Kerusakan Mangrove.

7. Perizinan

1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin

Lingkungan

2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun

2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun

3) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun

2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan dan Beracun Serta

Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah Daerah

4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29

Tahun 2003 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan

Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit pada

Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit.

5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111

Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara

Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke

Air atau Sumber Air.

Page 128: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

111

6) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142

Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang

Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta

Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber

Air.

7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun

2006 tentang Persyaratan dan Tata Cara Perizinan

Pembuangan Air Limbah Ke Laut.

8. Program Insentif dan Disinsentif

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

15/MENLH/4/1996 tentang Program Langit Biru.

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

45/MENLH/11/1996 tentang Program Pantai Lestari.

3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

04/BAPEDAL/01/1998 tentang Penetapan Prioritas Daerah

Tingkat I Program Kemitraan Dalam Pengelolaan Limbah B3.

4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 93

Tahun 2004 tentang Program Bangun Praja.

5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 252

Tahun 2004 tentang Program Penilaian Peringkat Hasil Uji

Tipe Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru.

6) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun

2006 tentang Program Menuju Indnoesia Hijau.

Page 129: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

112

7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun

2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata.

8) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun

2009 tentang Urusan Pemerintah diBidang Lingkungan Hidup

Yang Dapat Didekonsentrasikan.

9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun

2009 tentang Program ADIPURA(Menggantikan Permen

No.99 Tahun 2006 tentang Program ADIPURA dan Permen

No.14 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Program

ADIPURA).

10) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun

2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan

dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.

11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun

2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura.

12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun

2012tentangProgram Menuju Indonesia Hijau.

9. Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup

1) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun

2011 tentang Ganti Kerugian Akibat Pencemaran dan/atau

Kerusakan Lingkungan Hidup.

2) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tentang Nomor 22 Tahun

2012 tentang Perubahan atas Peraturan MENLH Nomor 14

Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Anggaran,

Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan pada Satker di

Lingkup Kementerian LH.

Page 130: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

113

3) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2012

tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan dan Tugas

Pembantuan Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2013.

4) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 26 Tahun 2012

tentang Petunjuk Teknis Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus

Bidang Lingkungan Hidup Tahun Anggaran 2013.

10. Audit Lingkungan Hidup

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2013 tentang

Audit Lingkungan Hidup

4.1.12 Data dan Informasi

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 6 Tahun 2011

tentang Pelayanan Informasi Publik.

4.1.13 Pengawasan dan Penegakan Hukum

1. Penegakan Hukum Administrasi

1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun

2001 tentang Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dan Pejabat

Pengawas Lingkungan Hidup Daerah.

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56

Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan

Lingkungan Hidup Bagi Pejabat Pengawas.

3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 57

Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan

Hidup di Kementerian Lingkungan Hidup.

Page 131: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

114

4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58

Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan

Hidup Di Propinsi/Kabupaten/Kota.

5) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun

2010 tentang Tata Cara Pengaduan dan Penanganan

Pengaduan Akibat Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan

Lingkungan Hidup.

6) Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2011 tentang Jabatan

Fungsional Pengawas Lingkungan Hidup dan Angka Kreditnya.

7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun

2012 tentang Tata Laksana Jabatan Penyidik Pegawai Negeri

Sipil Lingkungan Hidup

2. Penegakan Hukum Perdata

1) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000 tentang Lembaga

Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan

Hidup Di Luar Pengadilan.

2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 77

Tahun 2003 tentang Pembentukan Lembaga Penyedia Jasa

Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar

Pengadilan (LPJP2SLH) pada Kementerian Lingkungan Hidup.

3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 78

Tahun 2003 tentang Tata Cara Pengelolaan Permohonan

Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar Pengadilan

pada Kementerian Lingkungan Hidup.

Page 132: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

115

4) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik

Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyidikan

Tindak Pidana Di Bidang Perlindungan Dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

4.1.14 Kapasitas Sumber Daya Manusia

1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 95 Tahun

2004 tentang Klasifikasi Pendidikan dan Pelatihan Lingkungan

Hidup.

2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 178 Tahun

2004 tentang Kurikulum Penyusunan, Penilaian dan Pedoman

Serta Kriteria Penyelenggaraan Pelatihan Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup.

3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 26 Tahun

2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan

di Bidang Lingkungan Hidup.

4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun

2007 tentang Pedoman Teknis dan Persyaratan Kompetensi

Pelaksanaan Retrofit dan Recycle pada Sistem Refrigerasi.

5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun

2006 tentang Pedoman Umum Standardisasi Kompetensi Personil

dan Lembaga Jasa Lingkungan.

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun

2009 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Standar Kompetensi

Menager Pengendalian Pencemaran Air.

Page 133: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

116

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 22 Tahun

2009 tentang Tata Laksana Registrasi Kompetensi Bidang

Lingkungan.

8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 31 Tahun

2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penerapan Sistem

Manajemen Lingkungan, Ekolabel, Produksi Bersih, dan Teknologi

Berwawasan Lingkungan di Daerah.

9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun

2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penerapan Standar

Nasional Indonesia dan Standar Kompetensi Bidang Pengelolaan

Lingkungan Hidup di Daerah.

10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun

2010 tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah

Lingkungan.

11. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 06 Tahun 2012 tentang Pedoman Rencana Pembiayaan

Penerapan Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup

Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota

12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan

Pendidikan dan/atau Pelatihan di Bidang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4.1.15 Kapasitas Kelembagaan

1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian

Negara.

Page 134: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

117

2. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Framework Agreement Between The Government Of The Republic

Of Indonesia And The Secretariat Of The Basel Convention On The

Control Of Transboundary Movement Of Hazardous Waste And

Their Disposal On The Establishment Of A Basel Convention

Regional Centre For Training And Technology Transfer For

Southeast Asia (Persetujuan kerangka kerja antara Pemerintah

republik Indonesia dan Sekretariat Konvensi Basel mengenai

Pengawasan perpindahan lintas batas limbah bahan berbahaya dan

beracun serta pembuangannya tentang pembentukan pusat

regional konvensi basel untuk pelatihan dan alih teknologi bagi

Asia Tenggara.

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan

dan Organisasi Kementerian Negara.

4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,

Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara.

5. Keputusan Bersama Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kepala

Kepegawaian Negara Nomor 08 Tahun 2002 & Nomor 22 Tahun

2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional

Pengendalian Dampak Lingkungan dan Angka Kreditnya.

6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

47/Kep/M.Pan/8/2002 tentang Jabatan Fungsional Pengendalian

Dampak Lingkungan dan Angka kreditnya.

7. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparaturan Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2011 tentang Jabatan

Fungsional Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dan Angka

Kreditnya.

Page 135: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

118

8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 61 Tahun

2003 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyesuaian

(INPASSING) ke dalam Jabatan dan Angka Kredit Pengendali

Dampak Lingkungan.

9. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 62 Tahun

2004 tentang Tata Cara Permintaan, Pemberian dan Pergantian

Tunjangan Jabatan Fungsional Pengendalian Dampak Lingkungan.

10. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 75 Tahun

2004 tentang Organisasi dan Tata Laksana Pusat Produksi Bersih.

11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 148 Tahun

2004 tentang Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan

Hidup Daerah.

12. Peraturan MENLH Nomor 19 Tahun 2008 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan

Daerah Kabupaten/Kota.

13. Peraturan MENLH Nomor 20 Tahun 2008 tentang Petunjuk

Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup

Daerah Provinsi Kabupaten/Kota.

14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun

2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara

Lingkungan Hidup.

15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun

2009 tentang Laboratorium Lingkungan Hidup.

16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun

2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup

Tahun 2010 – 2014.

Page 136: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

119

17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2011

tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Kementerian Lingkungan

Hidup.

18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun

2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2010 tentang Rencana

Strategis Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2010 – 2014.

19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun

2011 tentang Tata Cara Penyusunan Peraturan Perundang-

undangan di Kementerian Lingkungan Hidup.

20. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun

2011 tentang Pedoman Perumusan Materi Muatan Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Peraturan Perundang-

undangan.

21. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun

2011 tentang Pedoman Materi Muatan Rancangan Peraturan

Daerah di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

22. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun

2011 tentang Pedoman Materi Muatan Rancangan Peraturan

Daerah tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah

Sejenis Sampah Rumah Tangga.

23. Peraturan Bersama Menteri Negara Lingkungan Hidup Dan Kepala

Badan Kepegawaian Negara Nomor : 09 Tahun 2012 Nomor : 06

Tahun 2012 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi

Page 137: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

120

Nomor 39 Tahun 2011 tentang Jabatan Fungsional Pengawas

Lingkungan Hidup Dan Angka Kreditnya.

24. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 08 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2011 tentang Petunjuk

Teknis Penyelenggaraan Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup

Tahun 2012.

25. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup.

26. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 19 Tahun 2012 tentang Program Kampung Iklim.

27. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 21 Tahun 2012 tentang Akreditasi Lembaga Pelaksana

Pendidikan dan/atau Pelatihan di Bidang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup .

28. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 11 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Negara Lingkungan HIdup Nomor 10A Tahun 2006 tentang

Pedoman Teknis Penyaluran Pembiayaan Bagi Kegiatan Debt for

Nature Swap (DNS) Dengan Pemerintah Jerman Untuk Investasi

Lingkungan Bagi Usaha Mikro Dan Kecil (UMK).

29. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 19 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10A Tahun 2006

tentang Pedoman Teknis Penyaluran Pembiayaan Bagi Kegiatan

Page 138: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

121

Debt for Nature Swap (DNS) Dengan Pemerintah Jerman Untuk

Investasi Lingkungan Bagi Usaha Mikro Dan Kecil (UMK)

4.1.16 Perjanjian Internasional

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United

Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi

Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati).

2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United

Nations Frame Work Convention on Climate Change (Konvensi

Kerangka Kerja PBB Mengenai Perubahan Iklim).

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan

Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (Ratification of Kyoto

Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate

Change).

4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan

Cartagena Protokol on Biosafety to The Convention on Biological

Diversity (Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati Atas

Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati).

5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pengesahan

Stockholm Convention On Persistens Organic Pollutant (Konvensi

Stokholm tentang Bahan Pencemar Organik Yang Persistent).

6. Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1987 tentang Pengesahan

Amandemen 1979 atas Convention on International Trade in

Endangered Species of Wild Fauna and Flora, 1973.

7. Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan

Vienna Convention for The Ozon Layer dan Montreal Protocol on

Page 139: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

122

substances That Deplete The Ozone Layer As Adjusted and

Amanded by The Second Meeting of Parties London, 27-29 June

1990.

8. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1993 tentang Pengesahan

Basel Convention on The Control of Transboundary Movements of

Hazardous Wastes and Their Disposal.

9. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Beijing Amendment to the Montreal Protocol on Substances That

Deplete The Ozone Layer (Amandemen Beijing Atas Protokol

Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan Ozon).

10. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Montreal Amendment to the Montreal Protocol on Substances

That Deplete The Ozone Layer (Amandemen Montreal atas

Protokol Montreal Tentang Bahan-Bahan Yang Merusak Lapisan

Ozon).

11. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Amendment to the Basel Convention on the control of

Transboundary Movement of hazardous waste and their disposal

(Amandemen Atas Konvensi Basel tentang Pengawasan

Perpindahan lintas batas limbah bahan berbahaya dan

pembuangannya).

12. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2005 tentang Pengesahan

Framework Agreement Between The Government Of The Republic

Of Indonesia And The Secretariat Of The Basel Convention On The

Control Of Transboundary Movement Of Hazardous Waste And

Their Disposal On The Establishment Of A Basel Convention

Regional Centre For Training And Technology Transfer For

Southeast Asia (Persetujuan kerangka kerja antara Pemerintah

Page 140: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

123

republik Indonesia dan Sekretariat Konvensi Basel mengenai

Pengawasan perpindahan lintas batas limbah bahan berbahaya dan

beracun serta pembuangannya tentang pembentukan pusat

regional konvensi basel untuk pelatihan dan alih teknologi bagi

Asia Tenggara.

4.2 Peraturan Perundang-Undangan Skala Provinsi Jawa

Barat

Berikut ini adalah daftar peraturan perundang-undangan skala

provinsi bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan

pengelolaan sampah berdasarkan tahun pembuatan:

1) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor

6 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan

Industri di Jawa Barat.

2) Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2004

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

Air.

3) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 69 Tahun 2005 tentang

Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

4) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006

tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

5) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2006

tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

6) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah

Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013.

Page 141: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

124

7) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Perikanan.

8) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Pengendalian Pencemaran Air.

9) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008

tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung

Utara.

10) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2008

tentang Pengelolaan Air Tanah.

11) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2008

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi

Jawa Barat Tahun 2005-2025.

12) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2010

tentang Pengelolaan Sampah Di Jawa Barat.

13) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2011

tentang Pengurusan Hutan Mangrove Dan Hutan Pantai.

14) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2012

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Penaatan Hukum

Lingkungan.

15) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2012

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Penaatan Hukum

Lingkungan.

16) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 23 Tahun 2012

tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di

Jawa Barat.

Page 142: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

125

17) Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 56 Tahun 2012

tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Gas Rumah Kaca.

18) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2013

tentang Pedoman Pelestarian dan Pengendalian Pemanfaatan

Kawasan Lindung.

19) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2013 tentang

Baku Mutu Air dan Pengendalian Pencemaran Air Sungai Cimanuk,

Sungai Cilamaya dan Sungai Bekasi.

20) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 78 Tahun 2013 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat

Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

21) Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat

Nomor 660.31/Sk/694-BKPMD/82 Tahun 1982 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Kriteria Pencemaran Lingkungan Akibat Industri.

22) Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 660.3/Kep.1197-

Bplhd/2004 tentang Pembentukan Pos Pengaduan Kasus

Pencemaran Dan Perusakan Lingkungan Hidup.

23) Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 660.3/46/BPLHD

Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Inventarisasi dan Identifikasi

Sumber Pencemaran di Jawa Barat (Air).

24) Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 660.31/58/BPLHD

Tahun 2010 tentang Pengendalian Pencemaran Air di DAS

Cilamaya.

Page 143: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 144: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

ix

DAFTAR PUSTAKA

Hamrat H., dan Bambang P., 2007. Pengawasan Industri dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Yayasan Obor Indonesia.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2010. Panduan Penataan Pengelolaan Lingkungan Industri Minyak Sawit. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Elektronika. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Hotel. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Kendaraan Bermotor (Otomotif). Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Keramik. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Peleburan Besi dan Baja. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Pulp dan Kertas. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Pupuk. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Rumah Sakit. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Semen. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Tekstil. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

Page 145: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

x

Kementerian Lingkungan Hidup. 2013. Pedoman Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta: Deputi Bidang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dan Sampah.

Pusdiklat Kementerian Lingkungan Hidup dan Pusdiklat Provinsi Jawa Barat, 2012, Diklat Dasar-Dasar Pengawasan Lingkungan Hidup.

Wahyuni, Sri. 2014. Pengawasan Pengendalian Pencemaran Udara. Bandung: Pelatihan Aparatur Pengawas Kabupaten/Kota.

Page 146: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

CHEMICAL ENGINEERING TRANSACTIONS

VOL. 52, 2016

A publication of

The Italian Association of Chemical Engineering Online at www.aidic.it/cet

Guest Editors: Petar Sabev Varbanov, Peng-Yen Liew, Jun-Yow Yong, Jiří Jaromír Klemeš, Hon Loong Lam Copyright © 2016, AIDIC Servizi S.r.l.,

ISBN 978-88-95608-42-6; ISSN 2283-9216

Environmental Index for Palm Oil Mill

Nabila Farhana Jamaludina, Zarina Ab Muis*a, Haslenda Hashima,

Rahmalan Ahamadb

aProcess System Engineering Centre (PROSPECT), Faculty of Chemical and Energy Engineering, Universiti Teknologi

Malaysia, Johor Bahru, Skudai, Malaysia bPalm Oil Research Centre (PORC), Universiti Teknologi Malaysia, Johor Bahru, Skudai, Malaysia

[email protected]

Palm oil mill has been regarded as a profit making industry for the past decades. Besides revenue from the

palm oil production itself, the abundance of biomass could generate high economic return to the palm oils mill

by converting it to value added products. However, the palm oil industry currently suffered various criticisms

and negative reports from the international non-government organizations on the environmental issue. This

paper presents the development and the applicability of environmental index (EI) for palm oil mill in order to

enhance the competitiveness of the industry. The methodology will include the index development and identify

area of weaknesses (hotspot). The index will be able to identify performance of the mills in Environmental

aspect against benchmarks and differentiate every mills performance. By this, the mills can easily identify its

hotspot and take necessary steps to improve. The system will also benefit the marketing team to market its

products (CPO, PKO etc.) to niche markets that seek uptake from mills with lowest footprints (Carbon, water,

energy etc.). The results can be used not only to evaluate the performance of an operating process against

standard benchmarking but also to establish the best environmental practices among palm oil industry. It is

anticipated that the development of environmental index will be an important instrument for supporting

sustainable operation for palm oil mill.

1. Introduction

Some of the research done regarding environmental issues on palm oil area are waste utilization through

thermochemical conversion liquefaction (Awalludin et al., 2015) and innovation on effective utilization of waste

to become renewable energy (Yusoff, 2006). Other than that, eco-labelling for carbon footprint modelling

which can help to measure the value taken of product and services thus reducing impact to the environment

(Choong and Alison, 2013). Most of sustainability trend research from 2004 to 2013 in Malaysia dominate to

technology and residue use area which include to the palm oil mill effluent (POME) treatment and value added

product from the POME. The other hand, index related research is the ENERGY STAR® energy performance

indicator. The ENERGY STAR industry program focuses on encouraging and enabling sustainable corporate

energy management (Gale et al., 2008). Meanwhile, Environmental performance index (EPI), is a global

metric of environmental performance between the countries to protect ecosystems and human health from

environmental harm (NRE, 2014). Tan et al. (2015) proposed a development of the Low Carbon Indicator

(LCCI) for the research that focused on evaluation, implementation and standardization of low carbon cities

(LCC) by measure on waste management, environment control, economic factor and municipal solid waste

(MSW) of the country. Thus, it can be said that Malaysia is still lack of research in palm oil mill area as most of

the research only focused on palm oil plantation area. On top of that tool or application that can measure the

palm oil mill environmental index is needed. The results can be used not only to evaluate the performance of

an operating process against standard benchmarking but also to establish the best environmental

performance among palm oil industry.

DOI: 10.3303/CET1652197

Please cite this article as: Jamaludin N.F., Ab Muis Z., Hashim H., Ahamad R., 2016, Environmental index for palm oil mill, Chemical Engineering Transactions, 52, 1177-1182 DOI:10.3303/CET1652197

1177

Page 147: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

2. Methodology

Figure 1: Overall methodology of Environmental Index for Palm Oil Mill

First, extensive review on previous work is conducted to review the drawback of the existing index system.

Secondly, from the availability of the data and literature reading, the potential factors and indicators are

identified. Then, the indicator will be classified according their group called as parameter. This parameter will

represent the indicator grouping for each environmental aspect. Once the indicator, parameter and aspect

have been identified, standard data collection step are started through palm oil related agencies such as

FELDA, RSPO and MSPO and from the industrial study. The data collected are varies in term of unit and

scale, to make it dimensionless, data normalization method is needed to ensure the consistency and accuracy

of the data. The SI are analysed using radar chart so area of weaknesses (hotspot) are clearly identified. The

methodology flowchart of environmental index for palm oil mill as shown in Figure 1.

2.1 Review and raw data collection on current practice in palm oil industry First step, comprehensive review on palm oil mill and management will be conducted to understand the

current practices in palm oil industry. The raw data will be gathered from selected palm oil mill or previous

studies to develop framework of the index. Besides, source of data could be palm oil mill manual, discussion

with plant manager or staff and data extraction from palm oil mill current data system. Palm oil mill will be

classified with different category such as big scale mill, small scale mill, and their technology.

2.2 Indicators and parameter selection

In depth, parameter is a benchmarks of the category and obtained from previous study, palm oil policies and

literature. Therefore, parameters obtained are assigned to one of the suitable category, water or air. Indicator

is a tool to measure the parameter and monitor the sustainability level. Generally, indicators are selected

based on the relevance, performance orientation, transparency, data quality, data sustainability and data

custodian (NRE, 2014). Table 1 profiled the indicators and parameters available. Indicators are given a

symbol and mapped into the palm oil process flowchart as in Figure 2 to give a clear visual of where the

indicator located.

Table 1: List of Parameter and Indicator

Category Parameter Symbol Indicator Symbol

Environmental

Index for Palm

Oil Mill

Water Water Consumption E1 Use of Water UOW

Water Quality E2 BOD5 BOD

COD COD

Oil and Grease O&G

Suspended

Solid

SS

pH PH

Air Air Quality E3 NOX NOX

CO2 CO2

Development of Environmental

Index of Palm Oil Mill

Identify Parameter and Indicator

Review on current practice.

Definition of Category

Analysis of Index

Weighting Average

Proximity to Target calculation

Data Gathering and Establishment

of standard or target

Weak

Performance

Indicator?

Propose

Improvement

Index Profiling for Palm Oil Mill

YES

NO

Index Calculation

Raw Data Collection

1178

Page 148: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

Figure 3: Proximity to Target Concept

𝑟𝑎𝑤 𝑑𝑎𝑡𝑎−𝑚𝑖𝑛

𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡−𝑚𝑖𝑛× 100 (1)

max − 𝑟𝑎𝑤 𝑑𝑎𝑡𝑎

max − 𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡× 100 (2)

Figure 2: Indicator Location

2.3 Data gathering and establishment of standard or target value Standard value will be obtained from related authorities such as FELDA, DOE and etc. Besides, certain value

will use the industries target as a standard value. For instant, FELDA target to increase Oil Extraction Rate

(OER) production annually more than 21.94 %. Thus, 21.94 % can be used as a benchmark to be achieved by

the indicator. By having the standard value, it can be determined the performance of each indicator as

opposed to the target or specify standard. However, in case of the indicator does not have any target or

standard, trend line data from the industry will be used to determine the best condition to be set as our target.

2.4 Proximity to Target (PTT)

The indicator collected are different in unit and dimension. Each indicator either positive (type A) or negative

indicator (type B), where the positive indicates the high value equates good performance and vice versa

(Sieting, 2015) the concept of Proximity to Target (PTT) is illustrated in Figure 3. PTT is a simple approach of

measure on how close each mill indicator compared to the palm oil standard. Thus, indicators are normalized

using Eq(1) for type A indicator and Eq(2) for type B indicator to get their PTT score.

2.5 Weightage Average In this step, it required expert view to give weight to the parameter using questionnaire and interview because

not every parameter have same value of importance. Might be this parameter will be more important than

another parameter so we will take expert view and opinion to give rating to the parameter.

2.6 Index Calculation Figure 4 shows calculation flow steps to obtain the index value. It starts from normalize data using PTT,

averaged it according their parameter, sum up to the aspect score and lastly obtain the index.

2.7 Sustainability Index Profiling and Analysis of Index Environmental Index Profiling is a method to collect and clustered the result according to their own mill.

Therefore, easier to compile and make comparison between the mill. The analysis of Sustainability Index is

presented using radar chart. Radar chart are selected because it gives explicit results analysis by clearly

shows areas for improvements. The outer ring of the web which mean 100 % score, so towards the outer ring

it shows a better result. Radar chart allows the industries to quickly recognize area which they perform well or

to identify area for improvement.

UOW

NOX

CO2BOD,COD,O&G

SS, PH, TEMP

1179

Page 149: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

Figure 4: Index Performance Calculation Step

3. Preliminary Result

Analysis results and interpretation of the Environmental Index of Palm Oil Mill. It can be e analyses in various

way, such as index profiling, bar and radar chart. Up to this part 8 indicators were identified and classified into

3 parameters that will be grouped into environment category.

3.1 Database Database include category, parameter, list of indicator, parameter limit of indicator, type of indicator and raw

data of each indicator as shown in Table 2.

Table 2: Palm Oil Mill Environment Database

Category Parameter Indicator

(from

literature)

Unit Parameter

Limit

(Standard)

Type Mill

(Raw

Data)

A B C D E

Water Water

Consumption

Use of

water

t 1.3 B 3.42 2.95 3.67 4.01 3.51

Waste Water

Quality after

treatment

BOD5 mg/L 100 B 25,000 25,000 22,700 25,000 25,545

COD mg/L 1,000 B 50,000 50,000 44,300 70,900 55,775

Oil and

Grease

mg/L 50 B 8,000 4,000 4,000 4,850 8,020

Suspend

ed Solid

mg/L 400 B 19,000 18,000 19,780 25,800 18,479

pH - 7 B 4.5 4.7 4.05 4.52 3.4

Air Air Quality NOX kg - B 0.04 0.08 0.12 0.1 0.2

CO2 kg - B 13.74 43.47 60.7 161.2 142.2

3.2 PTT Score result From the raw data, PTT score will be calculated using Eqs. (1) and (2) depends on type of indicator in

percentage form as in Table 3.

1180

Page 150: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

Table 3: Indicators PTT Score

Category Parameter Indicator (from

literature)

Unit Parameter

Limit

(Standard)

PTT Score (%)

A B C D E

Water Water

Consumption

Use of water t 1.3 21.8 39.1 12.6 0 18.5

Waste Water

Quality after

treatment

BOD5 mg/L 100 57.2 2.14 11.2 6.51 0

COD mg/L 1,000 29.9 29.9 38.1 0 21.6

Oil and grease mg/L 50 0.25 50.4 63 39.8 0

Suspended Solid mg/L 400 26.8 30.7 23.7 0 28.8

pH - 7 30.6 36.1 18.1 31.1 0

Temperature ˚c 45 11.6 9.3 0 6.98 41.9

Air Boiler

Emission (Air

Quality)

NOX kg 100 75 50 62.5 0

CO2 kg 100 79.8 68.2 0 12.9

3.3 Weightage Table 4 shows list of parameter with their own weightage.

Table 4: Parameter Weightage

Category Parameter Symbol Weightage (%) Indicator Symbol

Water Water Consumption E1 30 Use of Water UOW

Water Quality E2 40 BOD5 BOD

COD COD

Oil and Grease O&G

Suspended Solid SS

pH PH

Temperature TEMP

Air Air Quality E3 30 NOX NOX

CO2 CO2

3.4 Parameter Score

Average of PTT score will get parameter score and using weightage in Table 4, parameter score will be

calculated to parameter aggregation score.as in Table 5

Table 5: Parameter Score and Parameter Aggregation Score

Parameter Score Parameter Aggregation Score

Category Water Air Water Air

Parameter E1 E2 E3 E1 E2 E3

Weightage 30 40 30

A 21.77 26.04 100.00 6.53 10.42 30.00

B 39.11 26.43 77.42 11.74 10.57 23.22

C 12.55 25.66 59.08 3.76 10.26 17.72

D 0.00 14.06 31.25 0.00 5.62 9.38

E 18.45 15.39 6.45 5.54 6.16 1.94

3.5 Category and Index Score The summation of parameter aggregation will get category score and lastly the summation of category score

will get Environmental Index Score for each mill as in Table 6.

1181

Page 151: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

Table 6: Category and Environmental Index Score

Mill Category Score

Environmental Index Score Water Air

A 16.95 30.00 46.95

B 22.31 23.22 45.53

C 14.02 17.72 31.74

D 5.62 9.38 15

E 11.7 1.94 13.64

3.6 Environmental Index Analysis Based on the score the index will be analyse using Bar chart and Radar chart. Bar Chart will show

environment index performance of every mill. Industry can compare their performance against other mill

industry, thus they aware their performance rating compared to others. If identified their mill have the low

rating the industry can zoom in the problem factor using Radar chart. Both method will help industries identify

their weaknesses and area of improvement effectively. As an example, in Figure 3 Mill D shows low

performance, and one of the hotspot is ineffective usage of water as shown in Figure 4.

Figure 3: Environmental Index of every Mill Figure 4: Indicator analysis of Mill D (Radar chart)

4. Conclusions

A new systematic approach to analyse palm oil mill environment index performance has been developed.

Using the database and index calculation, this system is able to determine the EI performance rating between

palm oil mill industries. Besides, it can give information to the industry the area of weaknesses (hotspot) that

should give an attention.

References

Awalludin M., Sulaiman O., Hashim R., Wan Nadhari W., 2015. An Overview of the Oil Palm Industry in

Malaysia and Its Waste Utilization through Thermochemical Conversion, Specifically via Liquefaction.

Renewable and Sustainable Energy Reviews, 50, 1469 – 1484.

Choong C.G., Alison M., 2014. Sustainability in the Malaysian palm oil industry. Journal of Cleaner Production,

85, 258-264.

Gale B., Dutrow E., Tunnessen W., 2008. The evolution of energy star energy performance indicator for

benchmarking industrial plant manufacturing energy use. Journal of Cleaner Production, 16, 709 – 715.

Natural Resources and Environment (NRE), Universiti Teknologi Malaysia (UTM), 2015. Environmental

Performance Index for Malaysia 2014, ISBN 978-983-52-1031-0.

Tan S., Yang J., Yan J., 2015. Development of the Low Carbon City Indicator (LCCI) Framework. Energy

Procedia, 75, 2516 – 2522.

Yusoff S., 2006, Renewable energy from palm oil e innovation on effective utilization of waste. Journal.of

Cleaner. Production, 14, 87 – 93.

0

10

20

30

40

50

A B C D E

Perf

orm

ance S

core

(%

)

Mill

Environment

1182

Page 152: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

1

Lampiran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 45 Tahun 2005 Tanggal : 05 April 2005

______________________________________________________________________________________

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PELAKSANAAN

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL)

I. PENJELASAN UMUM

Sistematika dalam Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL ini merupakan persyaratan minimum yang harus dilaporkan oleh pemrakarsa. Dalam pelaksanaannya, pelaporan ini dapat mengakomodasi berbagai kebutuhan informasi lingkungan yang diperlukan oleh instansi terkait.

Penyusunan pedoman ini dilatarbelakangi antara lain oleh beberapa hal sebagai berikut: 1. Dalam proses pelaporan pelaksanaan RKL dan RPL selama ini tidak

menggunakan format pelaporan yang seragam; 2. Format pelaporan pelaksanaan RKL dan RPL sebelumnya dianggap

membingungkan, tidak jelas dan terjadi pengulangan sehingga menyulitkan pemrakarsa dalam melakukan pelaporan pelaksanaan RKL dan RPL-nya;

3. Format pelaporan pelaksanaan RKL dan RPL sebelumnya belum menggambarkan tujuan dari pemantauan RKL dan RPL yaitu memberikan gambaran kecenderungan perubahan kualitas lingkungan di lokasi dan sekitar rencana usaha dan/ atau kegiatan, dan penaatan terhadap ketentuan yang berlaku (misalnya: ketentuan dalam RKL dan RPL).

II. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pedoman ini adalah: 1. Pelaksanaan ketentuan dalam RKL dan RPL; 2. Pelaksanaan ketentuan dalam izin yang terkait pengelolaan dan pemantauan

lingkungan hidup; 3. Pelaksanaan ketentuan-ketentuan lain terkait Keputusan Kelayakan

Lingkungan Hidup.

Page 153: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

2

III. MAKSUD DAN TUJUAN

Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL ini dimaksudkan untuk memberikan acuan dalam penyusunan laporan pelaksanaan RKL dan RPL. Tujuan pedoman penyusunan laporan pelaksanaan RKL dan RPL ini adalah: 1. Memberikan kemudahan kepada pemrakarsa dalam melaporkan pelaksanaan

RKL dan RPL; 2. Memberikan kemudahan kepada berbagai instansi terkait dalam pengawasan

pelaksanaan RKL dan RPL; 3. Mendorong pemrakarsa memanfaatkan data-data pemantauan lingkungan

dalam menerapkan sistem pengelolaan lingkungan yang berdasarkan prinsip-prinsip perbaikan secara menerus (continual improvement).

IV. MEKANISME PELAPORAN

Pelaporan pelaksanaan RKL dan RPL merupakan wujud tanggung jawab pemrakarsa untuk memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas usaha dan/ atau kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya, serta memenuhi hak setiap orang untuk mendapatkan informasi lingkungan hidup dan berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Laporan pelaksanaan RKL dan RPL wajib dilaporkan oleh pemrakarsa kepada instansi yang membidangi usaha dan atau kegiatan yang bersangkutan, instansi yang ditugasi mengelola lingkungan hidup di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Pada umumnya Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup dan dokumen RKL dan RPL telah mengatur instansi-instansi yang harus diberikan laporan pelaksanaan RKL dan RPL. Oleh sebab itu, pemrakarsa wajib memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup dan dokumen RKL dan RPL tersebut. Laporan disampaikan dalam bentuk buku laporan dan dianjurkan untuk disertai dengan file elektronik seperti Compact Disc (CD) atau disket. Selain laporan pelaksanaan RKL dan RPL yang disampaikan kepada Pemerintah, pemrakasa usaha dan/ atau kegiatan sangat dianjurkan untuk membuka informasi pelaksanaan RKL dan RPL tersebut kepada publik, baik dalam bentuk buku laporan atau sistem informasi elektronik lainnya seperti situs internet (internet website).

Page 154: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

3

V. FREKUENSI PELAPORAN

Frekuensi pelaporan pelaksanaan RKL dan RPL dilakukan sesuai dengan Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup. Oleh sebab itu, pemrakarsa wajib memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup tersebut. Dalam hal frekuensi pelaporan tidak ditetapkan dalam Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup, maka pelaporan dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali.

VI. SISTEMATIKA PELAPORAN

Pemrakarsa dalam menyusun laporan pelaksanaan RKL dan RPL mengikuti sistematika sebagai berikut:

BAB I

PENDAHULUAN

A. IDENTITAS PERUSAHAAN

Tuliskan identitas pemrakarsa dan domisili usaha dan atau kegiatan Nama Perusahaan/Pemrakarsa : ………………………………………… Jenis Badan Hukum : CV/PT/Koperasi/………………………. Alamat Perusahaan/Pemrakarsa : ………………………………………… Nomor Telepon : (kode wilayah) ………………………… Nomor Fax. : (kode wilayah) ………………………... e-mail : …………………………………………. Status pemodalan : PMA/PMDN/…………………………. Bidang usaha dan atau kegiatan : …………………………………………. SK AMDAL yang disetujui : …………………………………………. Penanggung jawab : …………………………………………. (Nama dan Jabatan) Izin yang terkait dengan AMDAL (lampirkan) : …………………………………………

B. LOKASI USAHA DAN ATAU KEGIATAN

Tuliskan secara jelas lokasi usaha dan atau kegiatan (alamat lengkap dan nomor telepon). Lengkapi dengan peta dan koordinat.

Page 155: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

4

C. DESKRIPSI KEGIATAN

Uraikan secara singkat kegiatan dan status pelaksanaan kegiatan tersebut pada saat pelaporan beserta kapasitas produksi dan atau luasan lahan yang dimanfaatkan. Uraian ini harus dapat menjelaskan apakah kegiatan perusahaan tersebut dalam tahap pra-kontruksi, konstruksi, operasi atau pasca operasi. Pemrakarsa dapat mencantumkan berbagai penghargaan yang dimiliki, baik dari dalam negeri, luar negeri atau institusi lain (misalnya: ISO 14000, Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan - PROPER).

D. PERKEMBANGAN LINGKUNGAN SEKITAR Informasikan secara lengkap dan jelas, apabila terjadi perubahan-perubahan di sekitar kegiatan selama proyek berlangsung yang kemungkinan dan atau turut mempengaruhi kegiatan.

BAB II PELAKSANAAN DAN EVALUASI

A. PELAKSANAAN

Uraikan secara rinci hasil pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Apabila terdapat rekomendasi terhadap laporan hasil pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan sebelumnya, maka hasil pelaksanaan terhadap rekomendasi tersebut turut dilaporkan. Teknik dan metodologi pengelolaan dan pemantauan yang digunakan dalam pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) harus dilakukan sesuai dengan teknik dan metodologi standar atau yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam penulisan laporan, harus ada kesesuaian uraian antara dampak yang dikelola dengan komponen lingkungan yang dipantau. Uraian pelaksanaan pengelolaan dapat dilakukan per komponen kegiatan dan pelaksanaan pemantauan per komponen lingkungan.

1. RKL

• Uraikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan hasil-hasil yang dicapai meliputi: jenis dampak, sumber dampak, tindakan pengelolaan

Page 156: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

5

lingkungan hidup, tolok ukur pengelolaan, lokasi pengelolaan dan periode/ waktu pengelolaan.

• Untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan pengelolaan

lingkungan hidup perlu diuraikan tentang besaran dampak dari masing-masing sumber dampak. Misalnya untuk menjelaskan pengelolaan dampak penurunan kualitas udara akibat emisi dari cerobong perlu diuraikan tentang besaran sumber dampak (dalam hal ini adalah uraian tentang berapa emisi yang dikeluarkan dari cerobong) dan uraian tentang besaran dampak yang terjadi di lingkungan (dalam hal ini informasi hasil pemantauan kualitas udara ambien).

• Lampirkan visualisasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan (misalnya

foto-foto, grafik, tabel, peta lokasi pengelolaan, dsb). 2. RPL

• Uraikan pelaksanaan pemantauan lingkungan dan hasil-hasil yang

dicapai meliputi: jenis dampak, sumber dampak, lokasi pemantauan, parameter lingkungan yang dipantau, metode pemantauan, jangka waktu dan frekuensi pemantauan.

• Lampirkan berbagai hasil pelaksanaan pengukuran, antara lain hasil

analisis dari laboratorium yang terakreditasi atau diakui oleh pemerintah, catatan tingkat kesehatan masyarakat dan data pelaporan aspek sosial. Lampirkan juga visualisasi pelaksanaan pemantauan lingkungan (misalnya foto-foto, grafik, tabel, peta lokasi pemantauan, dsb).

B. EVALUASI

Evaluasi ditujukan untuk: • Memudahkan identifikasi penaatan pemrakarsa terhadap peraturan

lingkungan hidup seperti standar-standar baku mutu lingkungan, • Mendorong pemrakarsa untuk mengevaluasi kinerja pengelolaan dan

pemantauan lingkungan sebagai upaya perbaikan secara menerus (continual improvement),

• Mengetahui kecenderungan pengelolaan dan pemantauan lingkungan suatu kegiatan, sehingga memudahkan instansi yang melakukan pengendalian dampak lingkungan dalam penyelesaian permasalahan lingkungan dan perencanaan pengelolaan lingkungan hidup dalam skala yang lebih besar,

• Mengetahui kinerja pengelolaan lingkungan hidup oleh pemrakarsa untuk program penilaian peringkat kinerja.

Page 157: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

6

Uraian evaluasi meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Evaluasi Kecenderungan (trend evaluation)

Evaluasi kecenderungan adalah evaluasi untuk melihat kecenderungan (trend) perubahan kualitas lingkungan dalam suatu rentang ruang dan waktu tertentu. Untuk melakukan evaluasi ini mutlak dibutuhkan data hasil pemantauan dari waktu ke waktu (time series data), karena penilaian perubahan kecenderungan hanya dapat dilakukan dengan data untuk waktu pemantauan yang berbeda. Data perubahan dari waktu ke waktu dapat menggambarkan secara lebih jelas mengenai kecenderungan proses suatu kegiatan maupun perubahan kualitas lingkungan yang diakibatkannya, karena proses suatu kegiatan tidak selalu dalam kondisi normal atau optimal.

2. Evaluasi Tingkat Kritis (criticial level evaluation) Evaluasi tingkat kritis dimaksudkan untuk menilai tingkat kekritisan (critical level) dari suatu dampak. Evaluasi tingkat kritis dapat dilakukan dengan data hasil pemantauan dari waktu ke waktu maupun data dari pemantauan sesaat. Evaluasi tingkat kritis adalah evaluasi terhadap potensi risiko dimana suatu kondisi akan melebihi baku mutu atau standar lainnya, baik untuk periode waktu saat ini maupun waktu mendatang.

3. Evaluasi Penaatan (compliance evaluation).

Evaluasi penaatan adalah evaluasi terhadap tingkat kepatuhan dari pemrakarsa kegiatan untuk memenuhi berbagai ketentuan yang terdapat dalam izin atau pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam dokumen pengelolaan lingkungan hidup (RKL-RPL).

Ketiga jenis evaluasi di atas dapat dilakukan untuk menilai tingkat penaatan terhadap ketentuan yang berlaku maupun untuk menilai kinerja pengelolaan lingkungan hidup dari suatu usaha dan atau kegiatan.

BAB III KESIMPULAN

Uraikan dalam bab ini hal-hal penting yang dihasilkan dari pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Dalam bab ini dapat diuraikan pula temuan dan usulan untuk perbaikan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup selanjutnya, yaitu:

Page 158: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

7

1. Kesimpulan mengenai efektivitas pengelolaan lingkungan hidup dan kendala-kendala yang dihadapi;

2. Kesimpulan mengenai kesesuaian hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan

dan pemantauan lingkungan dengan rencana pengelolaan dan pemantauan dalam dokumen RKL dan RPL.

Dalam hal terdapat usulan perubahan untuk rencana perbaikan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup, maka usulan tersebut harus didasarkan atas data hasil pemantauan. Usulan tersebut wajib dikomunikasikan untuk mendapatkan persetujuan dari instansi yang ditugasi mengelola lingkungan hidup.

Menteri Negara Lingkungan Hidup,

ttd

Ir. Rachmat Witoelar Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup, ttd Hoetomo, MPA.

Page 159: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

1

SALINAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2009

TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup perlu dilakukan upaya pengendalian terhadap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup;

b. bahwa usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal merupakan salah satu usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan air limbah dari usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3317);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Page 160: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

2

2003 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3816);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

9. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL.

Page 161: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

3

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha

dan/atau kegiatan yang menggunakan bahan bakar baik padat, cair, dan gas maupun campuran serta menggunakan uap panas bumi untuk menghasilkan tenaga listrik.

2. Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair.

3. Proses utama adalah proses yang menghasilkan air limbah yang bersumber dari proses pencucian (dengan atau tanpa bahan kimia) dari semua peralatan logam, blowdown cooling tower, blowdown boiler, laboratorium, dan regenerasi resin water treatment plant.

4. Kegiatan pendukung adalah kegiatan yang meliputi kegiatan fasilitas air pendingin, kegiatan fasilitas desalinasi, kegiatan fasilitas stockpile batu bara, dan kegiatan air buangan dari fasilitas flue gas desulphurization (FGD) sistem sea water scrubber.

5. Oily water adalah air limbah yang mengandung minyak yang berasal dari drainase lantai kerja, kebocoran (seepage), kebocoran air limbah dari pencucian peralatan-peralatan, dan tumpahan dari kegiatan operasional yang dibuang ke media lingkungan melalui kolam separator atau oil separator atau oil catcher atau oil trap.

6. Blowdown boiler adalah upaya untuk mengeluarkan air buangan minimum dari proses resirkulasi air boiler berdasarkan best engineering practice.

7. Blowdown cooling tower adalah upaya untuk mengeluarkan air buangan hasil kondensasi dari proses pendinginan cooling tower berdasarkan best engineering practice.

8. Air bahang adalah air limbah dari sumber proses pendinginan yang menggunakan air laut sebagai air baku yang dialirkan satu kali lewat (once through system) melalui kondensor menuju badan air/laut.

9. Desalinasi atau reverse osmosis (RO) adalah proses pemurnian air yang menghasilkan air limbah berupa brine reject.

10. Flue gas desulphurization (FGD) Sistem sea water wet scrubber adalah sistem penyerapan sulfur dari emisi gas buang dengan menggunakan air laut.

11. Stockpile batu bara adalah timbunan batu bara yang menghasilkan air limbah berupa air limpasan.

12. Water treatment plant (WTP) atau demineralisasi adalah proses pemurnian air baku untuk keperluan proses maupun domestik.

13. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan/atau kegiatan.

Page 162: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

4

14. Kadar maksimum air limbah adalah kadar tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan.

15. Kondisi normal adalah kondisi operasi yang sesuai dengan parameter desain operasi.

16. Kondisi tidak normal adalah kondisi operasi di luar parameter operasi normal dan masih dapat dikendalikan yaitu: start-up, shutdown dan up-set.

17. Kondisi darurat adalah kondisi operasi di luar parameter operasi normal dan tidak dapat dikendalikan.

18. Titik penaatan adalah satu atau lebih lokasi yang dijadikan acuan untuk pemantauan dalam rangka penaatan baku mutu air limbah.

19. Instansi terkait adalah instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagalistrikan.

20. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengelolaan lingkungan hidup.

Pasal 2

Jenis usaha dan/atau kegiatan yang diatur dalam Peraturan Menteri ini meliputi kegiatan: a. Pembangkit Litrik Tenaga Uap (PLTU); b. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG); c. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU); d. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD); dan e. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).

Pasal 3 Air limbah dari usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bersumber dari: a. proses utama; b. kegiatan pendukung; dan c. kegiatan lain yang menghasilkan oily water.

Pasal 4 Baku mutu air limbah yang diatur dalam Peraturan Menteri ini meliputi: a. baku mutu air limbah sumber proses utama sebagaimana tercantum dalam

Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;

b. baku mutu air limbah sumber kegiatan pendukung sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini; dan

c. baku mutu air limbah sumber kegiatan lain yang menghasilkan oily water sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Page 163: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

5

Pasal 5 (1) Dalam kondisi normal, baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 setiap saat tidak boleh dilampaui oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.

(2) Bagi usaha dan/atau kegiatan yang beroperasi setelah ditetapkannya Peraturan Menteri ini, khusus untuk parameter suhu air bahang, diberlakukan baku mutu berdasarkan hasil kajian dengan ketentuan lebih ketat daripada baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

(3) Baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan kadar maksimum.

Pasal 6 (1) Pemerintahan daerah provinsi dapat menetapkan:

a. baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal dengan ketentuan sama atau lebih ketat daripada baku mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4; dan/atau

b. parameter tambahan di luar parameter sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini setelah mendapat persetujuan dari Menteri.

(2) Menteri dapat menyetujui atau menolak parameter tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling lama 90 (sembilan puluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan tersebut dengan memperhatikan saran dan pertimbangan instansi teknis terkait.

(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Menteri tidak memberikan keputusan terhadap permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, permohonan dianggap disetujui.

(4) Penolakan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan alasan penolakan.

(5) Baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan daerah provinsi.

Pasal 7

Dalam hal hasil kajian kelayakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dari usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal mensyaratkan baku mutu air limbah lebih ketat daripada baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 atau Pasal 6, diberlakukan baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal yang dipersyaratkan oleh AMDAL.

Pasal 8 Dalam hal hasil kajian mengenai pembuangan air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal mensyaratkan baku mutu air limbah lebih ketat daripada baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 6, atau Pasal 7 diberlakukan baku mutu air limbah berdasarkan hasil kajian.

Page 164: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

6

Pasal 9

Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal wajib: a. mengidentifikasi sumber-sumber air limbah, termasuk memberi kode nama

dan kuantitasnya; b. menentukan koordinat sumber air limbah, titik penaatan, dan titik

pembuangan air limbah; c. melakukan pendokumentasian saluran air limbah; d. melakukan pengolahan air limbah sehingga mutu air limbah yang dibuang

tidak melampaui baku mutu air limbah yang diatur dalam Peraturan Menteri ini;

e. menggunakan sistem saluran air limbah kedap air sehingga tidak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan;

f. memisahkan saluran pembuangan air limbah dengan saluran limpasan air hujan;

g. memasang alat ukur debit atau laju alir air limbah dan melakukan pencatatan debit harian air limbah;

h. melakukan pencatatan produksi bulanan senyatanya; i. tidak melakukan pengenceran air limbah, termasuk mencampurkan

buangan bekas pendingin ke dalam aliran pembuangan air limbah; j. melakukan kalibrasi atau uji fungsi (function check) alat ukur air limbah; k. membuat log book system atau electronic enterprise system pengelolaan air

limbah; l. menyusun dan menetapkan prosedur penanganan kondisi tidak normal

dan keadaan darurat; m. memeriksa kadar parameter baku mutu air limbah sebagaimana tercantum

dalam lampiran Peraturan Menteri ini secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan dan setiap 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan dilakukan di laboratorium yang terakreditasi;

n. memeriksa kadar parameter baku mutu air limbah khusus untuk PLTD di laboratorium yang terakreditasi paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan;

o. melakukan pemantauan debit air limbah harian dari air limbah proses utama dan air bahang;

p. menghitung beban pencemaran air limbah dengan mengalikan debit air limbah dengan konsentrasi parameter baku mutu air limbah;

q. menyampaikan laporan mengenai pencatatan produksi bulanan senyatanya, hasil analisa laboratorium, kadar parameter, debit air limbah harian, dan beban pencemaran air limbah sebagaimana dimaksud dalam huruf h, huruf m, huruf o, dan huruf p, 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan dan hasil analisa laboratorium sebagaimana dimaksud dalam huruf n, 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan kepada bupati/walikota dengan tembusan kepada gubernur, Menteri, dan instansi teknis;

r. memberitahukan terjadinya kejadian tidak normal dan keadaan darurat dalam jangka waktu 1 x 24 jam kepada bupati/walikota dengan tembusan

Page 165: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

7

kepada gubernur, Menteri dan instansi teknis; dan s. melaporkan upaya penanggulangan kejadian tidak normal dan keadaan

darurat paling lama 7 x 24 jam kepada bupati/walikota dengan tembusan kepada gubernur, Menteri dan instansi teknis.

Pasal 10

(1) Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal yang telah ditetapkan lebih longgar sebelum Peraturan Menteri ini ditetapkan, wajib menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini paling lama 1 (satu) tahun.

(2) Izin pembuangan air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal yang sudah ada sebelum Peraturan Menteri ini berlaku, dinyatakan tetap berlaku sampai habis masa berlakunya izin.

Pasal 11

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal yang telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini.

Pasal 12

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal : 7 April 2009 MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

ttd RACHMAT WITOELAR

Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.

Page 166: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

8

Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2009 Tanggal : 7 April 2009

BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL SUMBER PROSES UTAMA

A. Sumber Proses Utama

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum

1. pH - 6 – 9

2. TSS mg/L 100 3. Minyak dan Lemak mg/L 10 4. Klorin Bebas (Cl2)* mg/L 0,5 5. Kromium Total (Cr) mg/L 0,5 6. Tembaga (Cu) mg/L 1 7. Besi (Fe) mg/L 3 8. Seng (Zn) mg/L 1 9. Phosphat (PO4-) ** mg/L 10

Catatan : * Apabila cooling tower blowdown dialirkan ke IPAL ** Apabila melakukan injeksi Phospat

B. Sumber Blowdown Boiler

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum

1. pH - 6 – 9

2. Tembaga (Cu) mg/L 1 3. Besi (Fe) mg/L 3

Catatan : Apabila sumber air limbah blowdown boiler tidak dialirkan ke IPAL

Page 167: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

9

C. Sumber Blowdown Cooling Tower

Catatan : Apabila sumber air limbah blowdown cooling tower tidak dialirkan ke IPAL D. Sumber Demineralisasi/WTP

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum 1. pH - 6 - 9 2. TSS mg/L 100

Catatan : Apabila sumber air limbah demineralisasi/WTP tidak dialirkan ke IPAL

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

ttd RACHMAT WITOELAR

Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum

1. pH - 6 – 9

2. Klorin Bebas (Cl2) mg/L 1 3. Zinc (Zn) mg/L 1 4. Phosphat (PO4-) mg/L 10

Page 168: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

10

Lampiran II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2009 Tanggal : 7 April 2009

BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN ATAU KEGIATAN

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL SUMBER KEGIATAN PENDUKUNG

A. Sumber Pendingin (Air Bahang)

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum

1. Temperatur oC 40* 2. Klorin Bebas (Cl2) mg/L 0,5

Catatan: Apabila sumber air bahang tidak dialirkan ke IPAL * Merupakan hasil pengukuran rata-rata bulanan di oulet kondensor B. Sumber Desalinasi

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum

1. pH - 6 – 9 2. Salinitas o/oo Pada radius 30 m dari

lokasi pembuangan air limbah ke laut, kadar salinitas air limbah sudah harus sama dengan kadar salinitas alami.

Catatan : Apabila sumber air limbah desalinasi tidak dialirkan ke IPAL C. Sumber FGD Sistem Sea Water Wet Scrubber

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum

1. pH - 6 – 9 2. SO4 (2-) % Kenaikan kadar

maksimum parameter Sulfat 4% dibanding kadar Sulfat titik penaatan

Page 169: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

11

Inlet air laut.

Catatan : Apabila sumber air limbah FGD Sistem Sea Water Wet Scrubber tidak dialirkan ke IPAL

Page 170: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

12

D. Sumber Coal Stockpile

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum 1. pH - 6 – 9 2. TSS mg/L 200 3. Fe mg/L 5 4. Mn mg/L 2

Catatan : Apabila sumber air limbah Coal Stockpile tidak dialirkan ke IPAL

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

ttd RACHMAT WITOELAR

Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.

Page 171: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

13

Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2009 Tanggal : 7 April 2009

BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL

AIR LIMBAH MENGANDUNG MINYAK (OILY WATER)

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum

1. COD* mg/L 300 2. TOC** mg/L 110 3. Minyak dan Lemak mg/L 15

Catatan: Apabila sumber air limbah mengandung minyak tidak dialirkan ke IPAL * Parameter COD hanya berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2009

** Parameter Total Organic Carbon (TOC) mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2010

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

ttd

RACHMAT WITOELAR

Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.

Page 172: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

813

KEPUTUSANMENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

NOMOR 128 TAHUN 2003

TENTANG

TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENGOLAHAN LIMBAH MINYAK BUMIDAN TANAH TERKONTAMINASI OLEH MINYAK BUMI SECARA BIOLOGIS

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Menimbang : a. bahwa limbah minyak bumi yang dihasilkan usaha atau kegiatan minyak, gas dan

panas bumi atau kegiatan lain yang menghasilkan limbah minyak bumi merupakan

limbah bahan berbahaya dan beracun yang memiliki potensi menimbulkan

pencemaran dan atau kerusakan lingkungan oleh karena itu perlu dilakukan

pengelolaan dengan baik;

b. bahwa salah satu upaya pengolahan limbah minyak bumi dan tanah terkontaminasi

oleh minyak bumi dapat dilakukan dengan pengolahan secara biologis sebagai

alternative teknologi pengolahan limbah minyak bumi;

c. bahwa pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun secara teknis telah

diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor :Kep-03/Bapedal/09/1995 tentang

Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun , oleh

karena sifat kekhususannya, maka pengolahan limbah dan tanah terkontaminasi

oleh minyak bumi secara biologis perlu diatur tersendiri dalam Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup;

d. bahwa berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perubahan

Atas Keputusan Presiden Nomor 101 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Menteri Negara, bahwa

pembuatan pedoman pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun menjadi

kewenangan Menteri Negara Lingkungan Hidup;

e. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, dipandang perlu untuk

menetapkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Tatacara dan

Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi

Oleh Minyak Bumi Secara Biologis;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3699);

Page 173: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

814

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran

Negara Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4152);

3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 44 Tahun 1960 tentang

Pertambangan Minyak, Gas, dan Panas Bumi (Lembaran Negara Tahun 1960

Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2070);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 31, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3815), jo. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999

tentang Perubahan Atas Peraturan pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Pengelolaan

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor

190, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3910);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3838);

6. Keputusan Menteri Pertambangan Nomor 4/P/M/Pertamb/1973 tentang

Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Perairan dalam Kegiatan Eksplorasi

dan Eksploitasi Minyak, Gas, dan Panas Bumi;

7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 42 Tahun 1996 tentang

Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak, Gas, dan Panas Bumi;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : TATACARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENGOLAHAN LIMBAH MINYAK BUMI DAN

TANAH TERKONTAMINASI OLEH MINYAK BUMI SECARA BIOLOGIS.

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. Limbah minyak bumi adalah sisa atau residu minyak yang terbentuk dari proses pengumpulan dan

pengendapan kontaminan minyak yang terdiri atas kontaminan yang sudah ada di dalam minyak,

maupun kontaminan yang terkumpul dan terbentuk dalam penanganan suatu proses dan tidak

dapat digunakan kembali dalam proses produksi;

2. Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan

temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin mineral, atau ozokerit, dan

bitumin yang diperoleh dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk batu bara atau endapan

hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan

kegiatan usaha dan minyak bumi;

3. Pengolahan limbah minyak bumi adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah

minyak bumi untuk menghilangkan dan atau mengurangi sifat bahaya dan atau sifat racun;

4. Tanah terkontaminasi adalah tanah atau lahan yang terkontaminasi akibat dari tumpahan atau

ceceran atau kebocoran atau penimbunan limbah minyak bumi yang tidak sesuai dengan persyaratan

dari kegiatan operasional sebelumya;

Page 174: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

815

5. Kegiatan lain yang berhubungan dengan pengelolaan limbah minyak bumi adalah kegiatan di luar

dari usaha pengelolaan minyak dan gas bumi yang menghasilkan limbah minyak bumi.

Pasal 2

(1) Setiap usaha dan atau kegiatan minyak dan gas bumi serta kegiatan lain yang menghasilkan

limbah minyak bumi wajib melakukan pengolahan limbahnya.

(2) Pengolahan limbah minyak bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan

menggunakan metoda biologis sebagai salah satu alternatif teknologi pengolahan yang

meliputi :

a. landfarming;

b. biopile;

c. composting;

(3) Tatacara dan persyaratan teknis pengolahan limbah minyak bumi dan tanah terkontaminasi oleh

minyak bumi secara biologis dalam Lampiran II Keputusan ini mencakup:

a. persyaratan teknis pengelolaan;

b. analisis terhadap proses pengolahan;

c. kriteria hasil akhir pengolahan;

d. penanganan hasil olahan;

e. pemantauan dan pengawasan terhadap hasil olahan.

Pasal 3

Ketentuan perizinan pengelolaan limbah minyak bumi dan tanah terkontaminasi oleh minyak bumi

secara biologis sebagaimana dimaksud di dalam ayat (1) mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor

18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan berbahaya dan Beracun dan format permohonan

izin untuk pengolahan secara biologi yang tercantum pada Lampiran I Keputusan ini.

Pasal 4

(1) Hasil analisis terhadap proses pengolahan biologis dan pemantauan terhadap bahan hasil

pengolahan dilaporkan kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan tembusan kepada instansi

yang bertanggungjawab di bidang lingkungan hidup Propinsi, Kabupaten/Kota atau instansi lain

yang terkait minimum 6 (enam) bulan sekali.

(2) Pelaporan yang dimaksud pada ayat (2) minimal mencakup jumlah, jenis dan karakteristik limbah

yang diolah, hasil analisis dari pemantauan limbah yang diolah dan air tanah serta data analisis

dari pemantauan terhadap hasil olahan setelah proses pengolahan biologis.

Pasal 5

Apabila pada saat diberlakukannya keputusan ini telah dilakukan pengolahan limbah minyak dan

tanah terkontaminasi secara biologis yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud

dalam keputusan ini, maka pelaksana kegiatan wajib menyesuaikan pengelolaannya dengan

keputusan ini selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak diterbitkannya

keputusan ini.

Page 175: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

816

Pasal 6

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan : di Jakarta

pada tanggal : 28 Juli 2003

Menteri Negara

Lingkungan Hidup

ttd

Nabiel Makarim, MSM., MPA.

Salinan ini sesuai dengan aslinya

Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan

Kelembagaan Lingkungan Hidup,

ttd

Hoetomo, MPA.

Page 176: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

817

Lampiran I :

Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup

Nomor : 128 tahun 2003

Tanggal : 28 Juli 2003

FORMAT PERMOHONAN IZIN PENGOLAHAN LIMBAH DAN LAHAN

TERKONTAMINASI OLEH MINYAK BUMI SECARA BIOLOGIS

I. KETERANGAN TENTANG PEMOHON

1. Pemohon

a. Nama pemohon/kuasa : ......................................................................

b. Alamat : ......................................................................

c. Nomor telefon/fax : ......................................................................

2. Perusahaan

a. Nama pemohon/kuasa : ......................................................................

b. Alamat : ......................................................................

c. Nomor telefon/fax : ......................................................................

d. Bidang usaha : ......................................................................

e. Akte pendirian : ......................................................................

f. Nomor persetujuan prinsip : ......................................................................

g. NPWP : ......................................................................

h. Izin-izin yang telah diperoleh

(Izin lokasi, IMB, HO, Amdal) : ......................................................................

II. KETERANGAN TENTANG LOKASI PERUSAHAAN

1. Luas : ......................................................................

2. Letak : ......................................................................

a. Desa : ..................................................................................

b. Kecamatan : ..................................................................................

c. Kabupaten/Kota : ..................................................................................

d. Propinsi : ..................................................................................

III.KETERANGAN UMUM PENGOLAHAN SECARA BIOLOGIS

1. Limbah yang diolah :

a. Jenis limbah : .....................................................................

b. Sumber limbah : .....................................................................

c. Jumlah limbah : .....................................................................

d. Produk limbah per bulan : .....................................................................

Page 177: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

818

e. Komposisi limbah

- Kandungan minyak : ���..%

- Kandungan air : ���..%

- Kandungan padatan: ���..%

f. Konsentrasi awal TPH : ���..µg/g

(Total petroleum hidrokarbon)

2. Data umum pengolahan biologis

a. Lokasi pengolahan (peta) : internal/eksternal/*dari area penghasil limbah

b. Proses pengolahan : ek-situ/in-situ/*

c. Luas total pengolahan : ����..m2/ha/*

d. Titik koordinat pengolahan : ������

e. Jumlah unit pengolahan : ���� unit

f. Kapasitas pengolahan : ����. ton/m3/*

g. Dimensi area pengolahan : �.m (panjang) x �m (lebar) x �.m (dalam)

h. Jenis pengolahan : landfarming/biopile/composting/* ����.

i. Mulai pengolahan : ��������������������.

j. Lama pengolahan (1 siklus) : ��������������������..

IV. DOKUMEN YANG DISAMPAIKAN OLEH PEMOHON IJIN

1. Akte pendirian perusahaan;

2. Ijin lokasi;

3. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB);

4. Ijin HO;

5. peta lokasi kegiatan;

6. Persetujuan Amdal perusahaan;

7. Persetujuan Amdal atau revisi RKL/RPL pengolahan biologis (jika ada);

8. Uraian tentang hasil uji skala laboratorium dan atau pilot unit;

9. Uraian tentang data fisik, hidrogeologis dan cuaca dari lokasi lahan pengolahan;

10. Uraian tentang rancang bangun unit pengolahan;

11. Uraian tentang tata cara proses pengolahan;

12. Uraian tentang pengambilan sample dan analisis parameter;

13. Uraian tentang rencana penanganan bahan hasil pengolahan.

........................................, .............

Nama dan tanda tangan pemohon

asli bermaterai secukupnya

( .................................................. )

*) coret yang tidak perlu

Page 178: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

819

Tembusan Yth.:

1. Menteri Dalam Negeri;

2. Menteri/Instansi lain terkait.

Ditetapkan : di Jakarta

pada tanggal : 28 Juli 2003

Menteri Negara

Lingkungan Hidup

ttd

Nabiel Makarim, MSM., MPA.

Salinan ini sesuai dengan aslinya

Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan

Kelembagaan Lingkungan Hidup,

ttd

Hoetomo, MPA.

Page 179: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

820

Lampiran II :

Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup

Nomor : 128 Tahun 2003

Tanggal : 28 Juli 2003

TATACARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENGOLAHAN LIMBAH DAN TANAH

TERKONTAMINASI OLEH MINYAK BUMI SECARA BIOLOGIS

I. PENDAHULUAN

I.1. Maksud dan Tujuan

Pengolahan dengan metoda biologis merupakan salah satu alternatife teknologi pengelolaan

limbah minyak bumi dengan memanfaatkan makhluk hidup khususnya mikroorganisme untuk

menurunkan konsentrasi atau daya racun bahan pencemar. Tatacara dan persyaratan teknis

ini digunakan bagi pelaku kegiatan pengolahan limbah minyak bumi baik yang berasal dari

proses produksi, pengolahan minyak mentah atau pembersihan dari tanki penyimpanan (secara

bioproses) maupun kegiatan penanganan limbah minyak bumi dari lahan yang telah

terkontaminasi (secara bioremediasi).

Maksud disusunnya tatacara dan persyaratan teknis pengolahan limbah dan tanah

terkontaminasi minyak bumi secara biologis adalah untuk mewujudkan terlaksananya

pengelolaan limbah dan pemulihan lingkungan akibat kegiatan usaha minyak dan gas bumi

atau kegiatan lain yang berhubungan dengan pengelolaan limbah minyak bumi yang efektif

dan efisien sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Tujuan diaturnya tatacara dan persyaratan teknis pengolahan limbah minyak bumi secara

biologis adalah untuk memberikan acuan dan arahan bagi kegiatan usaha minyak dan gas

bumi atau kegiatan lain yang berhubungan dengan pengolahan limbah minyak bumi dalam

mengurangi konsentrasi residu minyak atau menghilangkan sifat bahaya dan beracun agar

tidak membahayakan kesehatan manusia dan untuk menanggulangi pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup.

I.2. Ruang Lingkup

Tatacara dan persyaratan teknis ini berlaku bagi semua kegiatan yang berhubungan dengan

pengolahan limbah minyak bumi baik dari kegiatan usaha minyak dan gas bumi ataupun

kegiatan lainnya dalam rangka pengelolaan limbah minyak bumi.

I.3. Istilah-istilah

Beberapa istilah yang tercantum dalam Keputusan ini adalah :

1. Uji TCLP limbah atau Uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure limbah adalah pengujian

terhadap limbah untuk mengukur kadar atau konsentrasi parameter pencemar dalam lindi;

2. Bioproses adalah proses pengolahan limbah minyak bumi yang berasal dari kegiatan minyak

dan gas bumi dengan memanfaatkan mahluk hidup termasuk mikroorganisme, tumbuhan

atau organisme lain untuk mengurangi konsentrasi atau menghilangkan daya racun bahan

pencemar;

Page 180: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

821

3. Bioremidiasi adalah proses pengolahan limbah minyak bumi yang sudah lama atau

tumpahan/ceceran minyak pada lahan terkontaminasi dengan memanfaatkan mahluk hidup

mikroorganisme, tumbuhan atau organisme lain untuk mengurangi konsentrasi atau

menghilangkan daya racun bahan pencemar;

4. Pengolahan secara in-situ adalah pengolahan limbah yang dilakukan secara langsung pada

lokasi tempat terjadinya pencemaran;

5. Pengolahan secara ek-situ adalah pengolah limbah yang dilakukan dengan cara

memindahkan dan mengolah limbah di tempat lain yang memenuhi persyaratan lahan

pengolahan;

6. Aerob adalah kondisi lingkungan yang mengandung atau membutuhkan oksigen;

7. Anaerob adalah kondisi lingkungan yang tidak mengandung atau tidak membutuhkan

oksigen;

8. Landfarming adalah proses pengolahan limbah minyak bumi dengan cara menyebarkan

dan mengaduk limbah sampai merata di atas lahan dengan ketebalan tertentu (sekitar 20

� 50 cm) sehingga proses penguraian limbah minyak bumi secara mikrobiologis dapat

terjadi;

9. Biopile adalah proses pengolahan limbah dengan cara menempatkan limbah pada pipa-

pipa pensuplai oksigen untuk meningkatkan aerasi dan penguraian limbah minyak bumi

secara mikrobiologis agar lebih optimal;

10. Composting adalah proses pengolahan limbah dengan menambahkan bahan organic seperti

pupuk kandang, serpihan kayu, sisa tumbuhan atau serasah daun dengan tujuan untuk

meningkatkan porositas dan aktifitas mikroorganisme pengurai;

11. Bahan pencampur (misalnya tanah dan pasir) adalah bahan yang ditambahkan pada proses

pengolahan limbah minyak bumi sehingga memungkinkan proses penguraian limbah

hidrokarbon secara mikrobiologis terjadi;

12. Bahan penggembur (bulking agent) adalah bahan tambahan yang digunakan untuk

menggemburkan campuran limbah minyak bumi, seperti pupuk kandang, serpihan kayu,

sisa tumbuhan atau serasah daun;

13. Surfaktan adalah bahan kimia aktif yang dapat mempercepat proses emulsifikasi dan

pelarutanbahan organik;

14. Uji toksikologi adalah pengujian terhadap hasil olahan untuk menetapkan nilai LD50

(Lethal

dose Fifty) dengan melakukan perhitungan terhadap dosis (gram pencemar per kilogram

berat badan) yang dapat menyebabkan kematian 50% populasi mahluk hidup yang dijadikan

hewan percobaan;

15. Landfill adalah tempat penimbunan limbah atau hasil olahan yang dirancang sesuai dengan

persyaratan;

16. Penempatan limbah secara permanent (backfill) adalah penempatan akhir hasil pengolahan

yang memenuhi persyaratan baku mutu lingkungan.

Page 181: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

822

II. PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN

II.1. Persyaratan Umum Pengolahan

II.1.1. Sumber Limbah

Pada umumnya, limbah minyak bumi pada kegiatan usaha minyak dan gas bumi

atau kegiatan lain bersumber dari :

a. Tangki pemisah dan atau penimbun minyak mentah dan/atau produk bahan minyak,

baik di darat maupun di laut (tanker, floating storage, storage tank dan lain-lain);

b. Instalasi Pengolah Air Limbah (Separator, Oil Catcher, Dissolved Air Floatation/

DAF, Chemical Unit dan/atau, Free Water Knock Out/Separator minyak dari sumur

produksi) yang mengolah air limbah pada kegiatan usaha minyak dan gas bumi

dan/atau kegiatan lain yang berhubungan dengan pengelolaan limbah minyak

bumi;

c. Hasil pembersihan alat-alat proses pada kegiatan usaha minyak dan gas bumi

dan/atau kegiatan lain yang berhubungan dengan pengelolaan limbah minyak

bumi;

d. Timbunan kumulatif limbah minyak dari hasil kegiatan usaha minyak dan gas

bumi dan/atau kegiatan lain yang telah beroperasi sebelum adanya peraturan

pengelolaan limbah;

e. Limbah pemboran berupa limbah lumpur bor dan serbuk bor (cutting) yang

mengandung residu minyak bumi;

f. Tumpahan minyak pada lahan akibat dari proses pengangkutan minyak melalui

pipa, alat angkut, proses pemindahan (transfer) minyak atau dari ceceran minyak

pada tanah terkontaminasi.

II.1.2. Analisis Limbah

Sebelum melakukan pengolahan limbah minyak bumi dengan metoda biologis, maka

perlu dilakukan analisis terhadap bahan yang diolah untuk mengetahui komposisi

dan karakteristik limbah yang terdiri dari:

a. Kandungan minyak atau oil content (bila kandungan minyak relatif besar) dan/

atau Total Petroleum Hydrocarbon / TPH (bila kandungan minyak relative kecil);

b. Kandungan total logam berat;

c. Uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) logam berat.

Prosedur persiapan contoh dan metode analisis untuk mengidentifikasi limbah tersebut

adalah sebagai berikut :

Analisis Metoda

- TPH US EPA SW � 846, Spektrofotometri

- Oil Content Ekstraksi, Spektrofotometri infra merah

- Total Logam Berat Spektrofotometri serapan atom

- TCLP US EPA 1311

II.1.3. Persyaratan Limbah Yang Diolah

Persyaratan limbah minyak bumi yang diolah secara biologis adalah sebagai berikut:

a. Konsentrasi maksimum TPH awal sebelum proses pengolahan biologis adalah

tidak lebih dari 15%;

Page 182: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

823

b. Konsentrasi TPH yang sebelum proses pengolahan lebih dari 15% perlu dilakukan

pengolahan atau pemanfaatan terlebih dahulu dengan mempertimbangkan

teknologi yang tersedia dan karakteristik limbah;

c. Hasil uji TCLP logam berat berada di bawah baku mutu seperti yang dicantumkan

di dalam Kep-04/Bapedal/09/1995;

d. Ketentuan persyaratan limbah minyak bumi lain yang bersifat spesifik akan diatur

kemudian dan disesuaikan dengan karakteristik dan komposisi limbah.

II.1.4. Persyaratan Tempat Pengolahan

Tempat dilakukannya proses pengolahan secara biologis harus memenuhi persyaratan

berikut di bawah ini :

1. Persyaratan umum adalah :

a. Daerah bebas banjir;

b. Bukan daerah genangan air sepanjang tahun;

c. Bukan merupakan aliran sungai intermittent;

d. Bukan daerah resapan atau sumber mata air;

e. Bukan daerah yang dilindungi;

f. Jauh dari lokasi pemukiman berjarak minimum 300 m;

g. Sesuai dengan tata ruang yang sudah ditentukan;

h. Kondisi hidrogeologi memenuhi ketentuan:

- Struktur geologi bersifat stabil;

- Lokasi pengolahan terletak di lahan datar atau dengan kemiringan

maksimum 12%;

- Kedalaman air tanah di lokasi tersebut minimum 4 meter dari lapisan

terbawah unit pengolahan;

- Tekstur tanah tidak memiliki porositas yang tinggi (lahan dengan tekstur

tanah berpasir sebaiknya tidak digunakan sebagai lokasi pengolahan).

2. Persyaratan lainnya adalah :

a. Melakukan pengkajian terhadap kondisi awal lahan (background atau baseline)

dari lokasi yang akan dibangun unit pengolahan termasuk data kandungan

TPH dan logam berat pada sample tanah dan air tanah;

b. Lahan unit pengolahan terkonsentrasi pada satu area (tidak tersebar);

c. Menentukan tata letak lokasi pada peta termasuk titik koordinat posisi dari

unit pengolahan;

d. Pada kondisi lokasi lahan terkontaminasi terletak di area pemukaan tanah,

maka pengolahan secara in-situ memungkinkan untuk diterapkan dengan

mempertimbangkan kondisi hidrogeologi, air tanah dan lingkungan yang aman

sesuai dengan persyaratan lahan pengolahan;

e. Pada kondisi lokasi lahan terkontaminasi berada di daerah yang dilarang seperti

yang tercantum di dalam persyaratan ;ahan umum atau tidak sesuai dengan

persyaratan lahan pengolahan, maka limbah harus dipindahkan dan dilakukan

pengolahan secara ek-situ.

II.1.5. Persyaratan Fasilitas

Fasilitas pengolahan limbah minyak bumi secara biologis dilengkapi dengan fasilitas

sebagai berikut:

Page 183: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

824

A. Rancang Bangun :

1. Di atas tanah unit tempat pengolahan dilapisi tanah lempung dengan ketebalan

minimum 60 cm setelah dipadatkan dan memenuhi batas permeabilitas (K)

minimum adalah 10-5 cm/detik.

2. Lahan dengan permeabilitas (K) lebih besar dari 10-5 cm/detik harus dilengkapi

dengan bahan pelapis tambahan berupa HDPE (high density polyethylene) dengan

ketebalan minimum 1.5 mm atau bahan pelapis lainnya yang memenuhi

persyaratan.

3. Saluran drainase dirancang di sekeliling unit lokasi pengolahan untuk mengkontrol

larinya air luapan.

4. Arah aliran air luapan tersebut diatur sehingga aliran menuju ke kolam

penampungan.

5. Konstruksi saluran drainase dan kolam penampung air luapan harus kedap air

dan mampu mengakomodasikan volume curah hujan maksimum.

6. Tanggul dibangun di sekeliling unit lokasi pengolahan untuk mencegah luapan

air hujan yang masuk pada waktu curah hujan tertinggi (jika saluran drainase

tidak mencukupi luapan air hujan).

7. Sumur pantau air tanah dipasang minimum 2 (dua) buah yang terletak secara

representatif di daerah hulu dan hilir dari unit lokasi pengolahan yang disesuaikan

dengan arah aliran air tanah.

8. Sumur pantau air tanah tidak diperlukan jika data hidrogeologis mendukung

terjaminnya permeabilitas yang sangat rendah, baik dari segi kedalaman air tanah

maupun struktur geologi lahan.

9. Pagar pengaman atau pembatas di sekeliling lokasi unit pengolahan dipasang

untuk menghindari masuknya pihak yang tidak berkepentingan.

10. Tanda-tanda peringatan dipasang untuk menjaga aspek keselamatan dan

keamanan yang mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. lokasi pengolahan limbah minyak bumi secara biologis;

b. dilarang masuk bagi yang tidak berkepentingan;

c. pemakaian alat pelindung diri yang sesuai dengan standar keselamatan kerja;

d. atau tanda lain yang dianggap perlu.

B. Kelengkapan lain :

1. Untuk menunjang proses pengolahan, maka peralatan-peratan yang digunakan

untuk pencampuran dan pengadukan harus tersedia setiap saat diperlukan.

2. Proses pengolahan perlu dilengkapi prosedur kerja tertulis tentang tata laksana

operasional pengolahan, pemantauan dan pengawasan.

3. Mempunyai sistem penanggulangan keadaan darurat jika terjadi kebocoran atau

tumpahan dari unit pengolahan.

4. Memiliki alat perlengkapan keselamatan bagi pekerja yang melakukan kegiatan

operasional pada unit pengolahan.

Page 184: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

825

II.2. Tata cara pengolahan

A. Proses pengolahan

Proses pengolahan secara biologis dapat dilakukan secara aerob maupun anearob,

beberapa teknik yang dapat diterapkan adalah landfarming, biopile, composting

atau teknik-teknik lain yang layak digunakan.

1. Bahan pencampur dapat ditambahkan pada limbah dengan tujuan untuk

mengoptimalkan proses penguraian limbah minyak buminoleh mikroorganisme

dengan persyaratan perbandingan maksimum antara limbah dan bahan pencampur

adalah 1:1

2. Bahan penggembur (bulking agent) dapat ditambahkan untuk meningkatkan

porositas campuran limbah minyak bumi dengan memanfaatkan bahan yang

tersedia di sekitar lokasi pengolahan.

3. Pada proses pengolahan yang dilakukan secara aerob, maka pemberian oksigen

(aerasi) perlu dilakukan dengan cara mensuplai oksigen melalui pipa-pipa,

pengadukan manual atau dengan alat berat.

4. Kelembaban optimum dari proses pengolahan perlu dijaga dengan cara

menyiramkan atau menyemprotkan dengan air.

5. Pengaturan pH optimum (mendekati pH netral) terhadap proses pengolahan

merupakan faktor yang perlu diperhatikan.

6. Penambahan zat makanan atau unsur hara untuk meningkatkan proses penguraian

limbah minyak bumi dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor

lain, seperti kemungkinan terjadinya pencemaran lain atau timbulnya bau yang

mengganggu.

7. Untuk mempercepat proses penguraian limbah minyak bumi, mikroorganisme

pengurai limbah minyak local dapat diaktifkan dengan cara memberikan zat

makanan/unsure hara dan mengoptimalkan kondisi lingkungan.

8. Mikroorganisme pengurai limbah minyak yang diperoleh dari luar dipersyaratkan

bukan merupakan organisme pathogen, bukan termasuk organisme hasil rekayasa

genetic dan apabila produk import digunakan harus seijin dari instansi Departemen

Pertanian.

9. Bahan surfaktan yang digunakan pada proses pengolahan biologis harus bersifat

mudah diurai dan non-toksik (disertai MSDS).

10. Proses pencampuran atau pengadukan (mixing) dilakukan secara teratur dan

periodic untuk mengoptimalkan proses pengolahan secara biologis.

11. Air luapan atau air lindi yang berada di kolam penampung dapat disirkulasi kembali

ke unit pengolahan untuk menjaga kelembaban.

12. Jika air luapan atau air lindi tersebut dibuang ke lingkungan maka limbah cair

tersebut diperlakukan sebagai limbah cair.

B. Evaluasi kinerja pengolahan

1. Keberhasilan proses pengolahan secara biologis dalam menurunkan kadar TPH/

oil content sampai memenuhi criteria yang dipersyaratkan dievaluasi untuk melihat

efektifitas penguraian limbah minyak bumi secara biologis dengan ketentuan waktu

maksimum pengolahan adalah 8 (delapan) bulan.

Page 185: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

826

2. Jika proses pengolahan memakan waktu lebih dari 8 (delapan) bulan, maka

evaluasi ulang dilakukan untuk meningkatkan kinerja proses pengolahannya.

III.ANALISIS TERHADAP PROSES PENGOLAHAN

Selama proses pengolahan secara biologis ini dilakukan, maka beberapa parameter dianalisis dengan

ketentuan sebagai berikut :

1. Analisis limbah :

a. Analisis Kimia

Tabel 1. Parameter dan metoda sampling untuk analisis sample limbah yang diolah.

� � ������

���� �����! ����� "����

#������ "����

����$ � ������

���� ������� � ������� ������ ��������� �����

�������

�� ������������ ����������� ����

�� ��������� ����������������� ����������������

����� ��������� ������� ����� ����

!�"#$� %�&����� ����� '( �� )������������

�������%�$$� %�&����� ����� '( �� )������������

�*+��������� ����

%,���(�����&����� ����� '( �� �*+�� ���������-��%%$$$�

� *) Benzene, totuene, ethylbenzene, xylene

**) PAH adalah Polycyclic Aromatic Hydrocarbon

***) Spektrofotometri Serapan Atom

b. Analisis pendukung

- Analisis terhadap produk hasil penguraian limbah minyak bumi (TPH) akibat kegiatan

mikrobiologis dapat dilakukan untuk melihat komponen dan konsentrasi senyawa

hidrokarbon, seperti senyawa yang terdapat di dalam kelompok C6-C

15.

- Analisis terhadap parameter yang berhubungan dengan proses mikrobiologis dapat

dilakukan sebagai data pendukung untuk efektifnya pengolahan, diantaranya adalah

penghitungan jumlah total bakteri, biomassa unsure karbon, pengukuran respirasi,

fiksasi nitrogen dan lain-lain.

2. Analisis sample air tanah dari sumur pantau

Sampel air tanah diambil dari sumur pantau yang dipasang secara representatife di daerah

hulu dan hilir minimum pada saat awal operasi, selama proses dan akhir operasi. Parameter

yang diukur adalah pH dan Electrical conductivity (EC) yang diukur minimum 2 minggu sekali

serta analisis konsentrasi TPH minimum 3 (tiga) bulan sekali.

3. Analisis sample tanah

Pada kondisi air tanah dalam (> 50 m), maka cukup sample tanah yang dianalisis untuk

konsentrasi TPH dengan pengambilan sample tanaha pada kedalaman 2 m di bawah lapisan

paling dasar unit pengolahan minimum 1 (satu) bulan sekali.

Page 186: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

827

4. Analisis sample air lindi

Analisis sample air luapan atau lindi yang dibuang ke lingkungan diperlukan sebagai limbah

cair mengacu kepada KepMen LH No. 42/1996 jo. KepMen LH No. 09/1997 (baku mutu limbah

cair bagi kegiatan minyak, gas dan panas bumi) minimum 1 (satu) bulan sekali.

IV. KRITERIA HASIL AKHIR PENGOLAHAN

Hasil akhir dari Proses Pengolahan secara biologis harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Limbah

Tabel2. Persyaratan nilai akhir hasil pengolahan minyak bumi secara biologis

���� � � ����� � �� � ��� �� ������ ����%� � �

%.������/���

%�������������&$��������! �0 � ���� � �"�&1�� �0 � �

�&�

�2�3����2�3����2�3����2�3���

�4�5�6��7.777����7��7�

4�8�

#1� � ��������%��

�2�3����2�3���

�7��7�

!.������/���4�8�9�6�

%���������*+�����%��!��*(�*��*����� �:��

���3+���3+���3+���3+���3+���3+���3+���3+���3+�

�������7������7�7-����7�

� * Semua analisis kimia untuk limbah minyak bumi, nilai konsentrasi (µg/g) ditentukan dalam

berat kering.

2. Limbah Cair

Limbah cair yang dibuang ke media lingkungan harus memenuhi KepMen baku mutu limbah

cair yang terkait (KepMen 42/1996)

3. Air tanah pada sumur pantau

Sampel air tanah diambil pada sumur pantau yang ada di hulu dan hilir kemudian dianalisis

pH, EC (Electrical Conductivity) dan TPH.

4. Uji toksikologi

Uji toksikologi dilakukan terhadap limbah hasil olahan minimum 1 (satu) kali pengujian dari

jenis limbah yang sama untuk menetapkan nilai LD50

(Lethal Dose fifty). Nilai dari LD50

yang

dipersyaratkan adalah tidak boleh kurang dari (<) 15 gram per kilogram berat badan dari

hewan uji.

Page 187: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

828

V. PENANGANAN HASIL OLAHAN

Setelah proses pengolahan mencapai ketentuan criteria hasil akhir di atas, maka terhadap bahan

tersebut dapat dilakukan perlakuan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Sebelum melakukan kegiatan pengelolaan terhadap hasil olahan pasca operasi, maka pengelola

melaporkan rencana kegiatan tersebut kepada KLH.

2. Hasil olahan ditimbun ke landfill jika hasil analisis lebih dari pada baku mutu yang dipersyaratkan

pada Tabel 2 Keputusan ini dengan kategori landfill sesuai dengan hasil analisis minyak bumi

(mengacu kepada Kep-04/Bapedal/09/1995).

Table 3. Beberapa cara penanganan hasil olahan setelah proses pengolahan

���� ������ ���#�'�

���� � �"� � � ����� � �

�.� ;<� ���� ��� �����&���(����=����� �������� � �&������ ����

.� �<���<� +��(�������� �����'''� � ����) �(���7/3�66��

�.� >�<� �.� � � ������� ��(�� ��&����&���(���� �������

�.� � ����������

?�������� ���&��� 1���� ������������

!�&���� ������� ��������=����-���� �������������(�������������

3. Hasil olahan dapat ditempatkan ke lokasi dimana proses pengolahan biologis sebelumnya

berlangsung jika hasil analisis memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan pada Tabel 2

Keputusan ini dengan memberikan tanda dan titik koordinat pada lokasi.

4. Hasil olahan dapat ditempatkan ke lokasi lain yang masih berada di sekitar area internal

penghasil limbah jika hasil analisis memenuhi baku mutu.

5. Persyaratan lahan penempatan hasil olahan tersebut sedapat mungkin terkonsentrasi pada

satu area (tidak menyebar).

6. Persyaratan lahan penempatan hasil olahan tersbeut harus merupakan daerah bebas banjir,

bukan daerah resapan atau sumber mata air, bukan daerah air permukaan dangkal (< 4 m)

dan bukan daerah yang dilindungi.

7. Penempatan hasil olahan pada lahan dengan kedalaman air tanah kurang dari 4 (empat) m,

bagian dasar lahan dilapisi dengan tanah lempung setebal minimum 60 cm.

8. Penanganan hasil olahan yang dilakukan seperti yang dicantumkan pada butir 4, maka air

lindi atau air cucian diatur agar arah aliran tidak menyebar ke media lingkungan lain, seperti

air tanah, persawahan, perkebunan atau air sungai.

9. Setelah ditempatkan di atas lahan, di atas hasil olahan dapat ditanami tumbuhan yang bukan

termasuk jenis yang dapat dikonsumsi.

10. Hasil olahan yang ditempatkan di luar area penghasil limbah harus memperoleh ijin dari KLH.

11. Hasil olahan yang dimanfaatkan untuk keperluan tertentu, seperti bahan pencampur lapisan

jalan, material bangunan dan lain-lain harus memperoleh ijin dari KLH.

Page 188: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

829

VI. PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN TERHADAP HASIL OLAHAN

Pemantauan dan pengawasan terhadap hasil olahan yang diletakkan di atas lahan seperti yang

tercantum pada butir V dilakukan secara teratur dan periodic dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Analisis TPH terhadap sampel hasil olahan, sampel tanah, sampel air tanah, sampel tanaman

(jika digunakan) dan badan sungai (jika ada) dilakukan oleh penghasil limbah minimum 6

(enam) bulan sekali.

2. Penghasil limbah bertanggung jawab terhadap pengendalian atau pengolahan terhadap lokasi

penempatan hasil olahan minimum 2 (dua) tahun atau jangka waktu lain yang ditentukan

oleh instansi yang bertanggung jawab.

3. Pemantauan dan pengawasan terhadap lokasi penempatan hasil olahan dilakukan oleh KLH,

Bapedalda Propinsi dan Bapedalda Kabupaten/Kota atau instansi lain yang berwenang minimum

6 (enam) bulan sekali.

4. Pelaporan tentang hasil pemantauan diberikan kepada KLH, Bapedalda Propinsi dan Bapedalda

Kabupaten/Kota atau instansi lain yang berwenang minimum 6 (enam) bulan sekali.

Ditetapkan di : Jakarta

pada tanggal : 28 Juli 2003

Menteri Negara

Lingkungan Hidup,

ttd

Nabiel Makarim, MPA., MSM

Salinan sesuai dengan aslinya

Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan

Kelembagaan Lingkungan Hidup,

ttd

Hoetomo, MPA

Page 189: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

830

Page 190: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 191: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 192: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 193: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 194: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 195: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 196: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 197: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 198: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 199: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 200: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 201: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 202: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 203: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 204: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 205: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 206: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 207: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 208: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 209: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 210: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 211: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 212: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 213: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 214: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 215: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 216: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 217: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 218: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 219: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 220: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 221: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 222: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 223: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 224: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 225: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 226: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 227: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 228: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 229: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 230: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 231: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 232: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 233: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 234: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 235: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 236: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 237: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 238: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 239: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 240: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 241: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 242: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 243: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 244: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 245: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 246: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 247: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 248: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 249: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 250: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 251: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 252: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 253: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 254: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 255: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 256: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 257: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 258: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 259: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 260: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 261: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 262: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 263: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 264: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 265: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 266: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 267: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 268: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 269: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 270: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 271: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 272: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 273: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 274: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 275: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 276: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 277: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 278: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 279: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 280: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 281: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 282: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 283: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 284: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 285: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 286: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 287: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 288: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 289: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 290: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 291: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 292: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 293: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 294: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 295: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 296: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 297: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 298: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 299: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 300: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 301: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 302: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 303: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 304: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 305: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

PROSEDUR PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH B3

PERMOHONAN IZIN Sesuai Permen LH

18/2009

Permintaan Kelengkapan Administrasi

Evaluasi Kelengkapan Administrasi (Dokumen Administrasi dan Teknis)

Kegiatan Optional (bila diperlukan)

Evaluasi Teknis Perbaikan

Penolakan Izin

Verifikasi Lapangan

Peer Review Teknis

PENETAPAN KEPUTUSAN

Penerbitan izin

Keputusan Penerbitan atau Penolakan Izin Max 45 hari kerja sejak diterimanya surat permohonan secara lengkap

Page 306: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

KEWENANGAN PENERBITAN IZIN

(UU 23/2014+PP 101/2014)

BUPATI/WALIKOTA GUBERNUR MENTERI

PENYIMPANAN V PENGUMPULAN V V V PENGANGKUTAN V PEMANFAATAN V PENGOLAHAN V PENIMBUNAN V

Page 307: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LH DALAM PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH B3

PEMERINTAH PEMERINTAH PROVINSI PEMERINTAH KAB/KOTA

o Penetapan Kebijakan Nasional Pengelolaan B3 dan LB3

o Penetapan LB3 dan status B3 o Notifikasi B3 dan Limbah B3 o Menyelenggarakan registrasi

B3 o Pengawasan Pengelolaan

pengelolaan (B3) o Ekspor dan Impor B3 dan LB3 o Pengawasan LB3 skala Nasional o Izin Pengumpul skala Nasional o Izin

Pengolahan,Pemanfaatan,Pengangkutan dan Penimbunan LB3

o Pengawasan pemulihan pencemaran LB3 skala nasional

o Izin dan rekomendasi izin pengumpulan LB3

o Pengawasan PLB3 o Pengawasan Sistem Tanggap

Darurat Penanggulangan Kecelakaan PLB3, pemulihan pencemaran LB3 skala Provinsi

o Izin Penyimpanan LB3 o Izin Lokasi Pengelolaan LB3 o Pengawasan PLB3 o Pengawasan Sistem Tanggap

Darurat Penanggulangan Kecelakaan PLB3, Pemulihan Pencemaran LB3 skala Kab/Kota

Page 308: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela

KEWENANGAN DALAM PERIZINAN DAN PENGAWASAN PENGELOLAAN LIMBAH B3

PENGELOLAAN LIMBAH B3

PERIZINAN PENGAWASAN

PUSAT PROVINSI KAB/KOTA PUSAT PROVINSI KAB/KOTA

Penyimpanan V V V V

Pengumpulan V V V V V V

Pengangkutan V V V V

Pemanfaatan V V V V

Pengolahan V V V V

Penimbunan V V V V

Page 309: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela
Page 310: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan · Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan. Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela