Analisis manajemen risiko pembiayaan dan pengaruhnya...

download Analisis manajemen risiko pembiayaan dan pengaruhnya ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47686/H11drp.pdf · Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan ...

If you can't read please download the document

Transcript of Analisis manajemen risiko pembiayaan dan pengaruhnya...

  • ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN

    DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA

    (STUDI KASUS PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk)

    Oleh

    DIAN ROSALIA PRADINI

    H24062329

    DEPARTEMEN MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2011

  • 2

    RINGKASAN

    DIAN ROSALIA PRADINI. H24062329. Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Laba (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk). Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI.

    Dunia Perbankan memegang peranan penting dalam stabilitas ekonomi.

    Perbankan Indonesia tidak hanya diisi oleh perbankan konvensional, terdapat pula perbankan syariah yang sejak tahun 1992 telah memainkan perannya di dunia perbankan Indonesia. Saat ini, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini berpengaruh pada peningkatan ekspansi pembiayaan pada tahun 2010. Dengan semakin besar jumlah pembiayaan yang disalurkan maka potensi terjadinya risiko pun semakin besar. Risiko pembiayaan perlu dikendalikan. Kegiatan pembiayaan dan pengendalian risiko hendaknya diantisipasi oleh manajemen risiko pembiayaan yang baik. Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan sangat penting dan berguna sebagai input alternatif manajerial terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada pencapaian laba.

    Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko pembiayaan, (2) Mengidentifikasi dan menganalisis manajemen risiko pembiayaaan, (3) Menganalisis perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba, (4) Menganalisis pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah korelasi pearson product moment untuk melihat derajat hubungan pembiayaan dan NPF terhadap laba bank, dan regresi linier berganda untuk melihat pengaruh perubahan pembiayaan dan NPF secara simultan terhadap laba bank dengan alat analisis minitab 14.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko pembiayaan dipengaruhi oleh faktor internal (sumber daya manusia, teknologi informasi, kebijakan dan prosedur, keuangan, dan pengendalian internal) dan faktor eksternal (kebijakan pemerintah, peminjam, dan persaingan dengan bank lain). Manajemen risiko pembiayaan yang dilakukan untuk mengendalikan dan mengelola risiko dengan cara preventive control of finance (penetapan prosedur dan kebijakan umum pembiayaan, asuransi, peningkatan kualitas SDM, penagihan intensif, dan manajemen kolektibilitas) dan repressive control of finance (proses revitalisasi, dan penyelesaian melalui jaminan baik secara non litigasi maupun litigasi). Pembiayaan pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk terus mengalami peningkatan dengan rata-rata 5,54% per triwulan selama periode 2007-2010 yang didominasi oleh pembiayaan murabahah dengan persentase rata-rata 44,70% terhadap total pembiayaan. Sedangkan NPF dan laba mengalami fluktuasi pada periode yang sama dimana NPF tertinggi terjadi pada triwulan ke tiga 2009 sebesar 8,86% dan terendah pada triwulan terakhir 2007 sebesar 2,91%. Pertumbuhan laba terbesar terjadi pada triwulan pertama 2008 yaitu mencapai 37,89% dan terendah turun sebesar 18,66% pada triwulan ke tiga 2009. Model regresi menunjukkan bahwa pembiayaan memberikan pengaruh positif terhadap laba dengan koefisien 0,0257 atau setiap kenaikan pembiayaan sebesar satu miliar

  • 3

    rupiah akan menaikkan perolehan laba sebesar 0,0257 miliar rupiah. Sedangkan NPF memberikan pengaruh negatif terhadap laba dengan koefisien -2147 atau dengan kenaikan NPF sebesar 1% akan menurunkan laba sebesar 2,147 miliar rupiah. Hasil uji F menunjukkan bahwa secara keseluruhan pembiayaan dan NPF berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada tingkat signifikansi 5% dengan nilai p-value 0,021. Namun, secara parsial hanya pembiayaan yang berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada tingkat signifikasi 5 % dengan nilai p-value 0,008. Model ini memiliki nilai R-square sebesar 50,3% yang berarti keragaman nilai dari laba 50,3% dipengaruhi oleh variabel dalam model yaitu pembiayaan dan NPF, sedangkan 49,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang tidak dijelaskan dalam penelitian.

  • 4

    ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN

    DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA

    (STUDI KASUS PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk)

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA EKONOMI

    pada Departemen Manajemen

    Fakultas Ekonomi dan Manajemen

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh :

    DIAN ROSALIA PRADINI

    H24062329

    DEPARTEMEN MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2011

  • 5

    Skripsi : Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap

    Laba (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)

    Nama : Dian Rosalia Pradini NIM : H24062329

    Menyetujui:

    Pembimbing,

    (Farida Ratna Dewi, SE, MM) NIP: 197103072005012001

    Mengetahui:

    Ketua Departemen,

    (Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc) NIP: 196101231986011002

    Tanggal Lulus :

  • 6

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 10 September 1988.

    Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

    pasangan H. Endang Ruswandi dan Hj. Sudiarti. Penulis

    mengawali pendidikan formal di TK Desfita Pondok Indah,

    Cilegon. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan di SD

    Yayasan Pendidikan Warga Krakatau Steel (YPWKS) III

    Cilegon pada tahun 1994 hingga 2000. Setelah selesai dari sekolah dasar penulis

    melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Cilegon dari tahun 2000-2003.

    Kemudian tahun 2003-2006, penulis menempuh pendidikan di SLTA Negeri 1

    Cilegon. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)

    pada tahun 2006 dan menempuh pendidikan di Departemen Manajemen tahun

    2007. Selama perkuliahan penulis aktif berorganisasi di kelembagaan mahasiswa

    sebagai bendahara divisi pendidikan dan keilmuan, Sharia Economic Student Club

    (SES-C) dan sekretaris divisi keputrian FORMASI. Selain itu penulis juga

    berkesempatan menjadi tentor kajian ekonomi syariah pada Small Group

    Discussion SES-C.

    Pada tahun 2009 penulis tergabung dalam divisi acara untuk SEASON 4

    (Sharia Economic at Seminar, Expo, and Campaign). Pada tahun 2008, penulis

    melaksanakan praktek kerja pada bidang Subdit Subsidiaris, Management

    Accounting Krakatau Steel dan pada tahun 2009 pada bidang pemasaran dan

    purchasing Krakatau Industrial and Entertainment Company.

    iii

  • 7

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Alloh

    SWT atas segala limpahan rahmat, karunia, dan hidayahNya, sehingga penulis

    dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

    syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

    Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

    Bogor.

    Skripsi ini mengambil judul Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan dan

    Pengaruhnya Terhadap Laba (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia,

    Tbk) dilaksanakan sejak bulan November hingga Desember 2010. Dengan telah

    selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis mengucapkan terima

    kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan dukungan dan

    motivasi.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skipsi ini masih terdapat

    kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk kemajuan

    yang lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

    kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Alloh SWT. Amin.

    Bogor, April 2011

    Dian Rosalia Pradini

    iv

  • 8

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Alloh SWT atas karuniaNya sehingga

    skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Analisis Manajemen

    Risiko Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Laba dilaksanakan pada PT.

    BMI, Tbk sejak bulan November hingga Desember 2010.

    Dengan selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin

    menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Ibunda dan Ayahanda, atas kasih sayang dan pengorbanan Beliau berdua

    kepada penulis dan sebagai motivator utama penulis dapat segera

    menyelesaikan skripsi ini, juga adik-adikku tercinta Sevy Dwi Putri dan

    Nanda Chesaria atas keceriaan, motivasi, dan dukungan yang diberikan.

    2. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM atas bimbingan Beliau dalam penyelesaian

    pendidikan sarjana yang ditempuh oleh penulis, dan atas kesabaran Beliau

    dalam membimbing.

    3. Ibu Dra. Siti Rahmawati, MPd dan Ibu Yusrina Permanasari, S.Sos, ME atas

    kesediaannya untuk meluangkan waktu menjadi dosen penguji dan

    memberikan masukan yang membangun bagi penulis.

    4. Bapak Ir. Arviyan Arifin selaku presiden direktur BMI dan Bapak Ahmad

    Fadjri selaku direktur Muamalat Institute atas kesempatan yang diberikan

    kepada penulis untuk dapat melaksanakan penelitian pada PT. BMI, Tbk.

    5. Ibu Sunarti atas segala bantuan dalam proses perolehan data, wawancara, dan

    orientasi serta motivasi yang diberikan.

    6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM

    IPB.

    7. Sahabat-sahabat rohis kelas manajemen 43 Manajemen Moeslem Society

    (MMS) Ade gustika, Hendra Etri Gunawan, Munawar Holil, Indra Yuda, Tri

    Joko, Yunita Tri Rahayu Purba, Dwi Rahayu, Lulus Fitriana, serta rekan-rekan

    seperjuangan Salam ISC 2010 atas kerjasama, pengorbanan, teladan, dan

    ukhuwah yang tak akan terlupakan.

    8. Yunita Tri Rahayu Purba dan Dwi Rahayu atas bingkai persahabatan terindah

    selama perkuliahan serta dukungan dan motivasi terselesainya skripsi.

    v

  • 9

    9. Sahabat-sahabat SES-C angkatan 41, 42, 43, 44, dan 45 atas kerjasama,

    pengorbanan, teladan, dan ukhuwah yang indah dan tak terlupakan.

    10. Saudari-saudari NJ Houz atas bantuan dan motivasi kepada penulis untuk

    menyelesaikan tugas akhir.

    11. Rekan-rekan Manajemen 43 yang selalu bersama-sama membuat kenangan

    indah selama kuliah.

    12. Teman-teman satu bimbingan skripsi Astrid, Dwi, Alini, Tunjung, Faisal,

    Winda, Mevi, dan Ajit atas motivasi dan dukungan untuk segera

    menyelesaikan tugas akhir.

    13. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga

    Alloh SWT senantiasa memberikan balasan atas seluruh kebaikan yang telah

    diberikan.

    vi

  • 10

    DAFTAR ISI

    Halaman

    RINGKASAN

    RIWAYAT HIDUP ........................................................................... iii

    KATA PENGANTAR ....................................................................... iv

    UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................. v

    DAFTAR ISI ..................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL ............................................................................. ix

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................... x

    DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xi

    I. PENDAHULUAN .................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ............................................................ 4 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................ 5 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................. 6 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ................................................... 6

    II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 7

    2.1. Pengertian Bank ................................................................... 7 2.2. Bank Syariah ...................................................................... 8

    2.2.1. Definisi Bank Syariah ................................................ 8 2.2.2. Falsafah Operasional Bank Syariah ............................ 8

    2.3. Pembiayaan Bank Syariah ................................................... 11 2.3.1. Pengertian Pembiayaan .............................................. 11 2.3.2. Jenis-jenis Pembiayaan............................................... 12 2.3.3. Produk Pembiayaan .................................................... 12 2.3.4. Prinsip-Prinsip Penilaian Pembiayaan ........................ 15

    2.4. Risiko ................................................................................. 17 2.4.1. Pengertian Risiko ....................................................... 17 2.4.2. Jenis-jenis Risiko ....................................................... 17

    2.5. Risiko Pembiayaan ............................................................. 20 2.6. Teknik Pengelolaan Risiko .................................................. 23 2.7. Manajemen Risiko .............................................................. 24

    2.7.1. Definisi Manajemen Risiko ........................................ 24 2.7.2. Karakter Manajemen Risiko Bank Syariah ................. 25 2.7.3. Proses Manajemen Risiko .......................................... 27

    2.8. Laba Bank .......................................................................... 29 2.9. Hasil Penelitian Terdahulu .................................................. 29

    III. METODE PENELITIAN ........................................................ 30

    3.1. Kerangka Pemikiran ........................................................... 30

    vii

  • 11

    3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 32 3.3. Metode Pengumpulan Data ................................................. 32 3.4. Metode Pengolahan Dan Hasil Analisis Data ....................... 32

    3.4.1. Analisis Deskriptif ..................................................... 32 3.4.2. Analisis Korelasi Pearson Product Moment ............... 32 3.4.3. Analisis Regresi Linear Berganda............................... 33 3.4.4. Analisis Uji Simultan (Uji F) ...................................... 36 3.4.5. Analisis Uji Simultan (Uji t) ....................................... 37

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 38

    4.1. Gambaran Umum Perusahaan ............................................. 38 4.1.1. Identifikasi Risiko Pembiayaan .................................. 38 4.1.2. Pengelompokan Risiko Pembiayaan ........................... 39 4.1.3. Pengukuran Tingkat Risiko Pembiayaan .................... 39 4.1.4. Pengendalian Dan Pengelolaan Risiko Pembiayaan .... 40

    4.2. Proses Penyaluran Pembiayaan ........................................... 44 4.3. Perkembangan Pembiayaan ................................................. 53 4.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Pembiayaaan ..... 58 4.5. Manajemen Risiko Pembiayaan .......................................... 64

    4.5.1. Identifikasi Risiko Pembiayaan .................................. 65 4.5.2. Pengelompokan Risiko Pembiayaan ........................... 66 4.5.3. Pengukuran Tingkat Risiko Pembiayaan .................... 68 4.5.4. Pengendalian Dan Pengelolaan Risiko Pembiayaan .... 70

    4.6. Laba Bank Muamalat Indonesia .......................................... 75 4.7. Pengaruh Pembiayaan Dan Rasio NPF Terhadap Laba ......... 76

    4.7.1. Analisis Korelasi ........................................................ 76 4.7.2. Analisis Regresi Linear Berganda............................... 77 4.7.3. Dampak Perubahan Secara Keseluruhan (Uji F) ......... 81 4.7.4. Dampak Perubahan Secara Parsial (Uji t) .................. 82

    4.8. Implikasi Manajerial ............................................................ 83

    KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 85

    1. Kesimpulan ..................................................................................... 85 2. Saran ........................................................................................... 86

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 87

    LAMPIRAN ....................................................................................... 89

    viii

  • 12

    DAFTAR TABEL

    No Halaman

    1. Jaringan kantor perbankan syariah dan konvensional .......................... 2 2. Komposisi pembiayaan perbankan syariah .......................................... 2 3. Perbandingan bank syariah dan bank konvensional ............................. 11

    4. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi .............. 33 5. Divisi dalam struktur organisasi Bank Muamalat Indonesia ................ 40 6. Garis besar pelaksanaan On The Spot (OTS) ....................................... 48 7. Perkembangan pembiayaan per triwulan periode 2007-2010 ............... 54 8. Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) periode 2007-2010 ........................ 56

    9. PPAP minimum yang wajib dibentuk berdasarkan kualitas ................. 61 10. Jumlah kolektibilitas pembiayaan periode 2007-2010 ......................... 67 11. Persentase Non Performing Finance (NPF) periode 2007-2010........... 69 12. Laba periode 2007-2010 ..................................................................... 75 13. Nilai korelasi antar variabel pembiaayaan, NPF, dan laba ................... 76 14. Nilai VIF peubah bebas regresi berganda ............................................ 78

    ix

  • 13

    DAFTAR GAMBAR

    No Halaman

    1. Proses manajemen risiko bank Islam dan konvensional ....................... 25 2. Penilaian risiko bank Islam dengan pendekatan kualitatif .................... 26 3. Siklus manajemen risiko ..................................................................... 28 4. Kerangka pemikiran penelitian ........................................................... 31 5. Proses penyaluran pembiayaan PT. BMI, Tbk ..................................... 52

    6. Grafik perkembangan pembiayaan berdasarkan produk ....................... 53 7. Grafik perkembangan DPK dan pembiayaan periode 2007-2010 ....... 55 8. Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) periode 2007-2010 ................... 56 9. Grafik perkembangan jumlah peminjam periode 2007-2010................ 57 10. Komposisi kolektibilitas pembiayaan periode 2007-2010 .................... 66 11. Grafik perkembangan rasio NPF periode 2007-2010 ........................... 70 12. Grafik perkembangan laba periode 20017-2010 .................................. 76 13. Output uji heteroskedastisitas pada regresi .......................................... 79 14. Hasil run test terhadap residual model ................................................. 80 15. Output uji heteroskedastisitas pada regresi .......................................... 81

    x

  • 14

    DAFTAR LAMPIRAN

    No Halaman

    1. Struktur organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ...................... 89 2. Tingkat pembiayaan bermasalah Bank Umum Syariah (BUS) ............. 90

    3. Pertumbuhan NPF perbankan syariah periode 2006-2010 ................... 91 4. Komposisi pembiayaan BMI terhadap total pembiayaan BUS ............. 92 5. Pembiayaan BMI periode 2006-2010 .................................................. 93

    6. Skema proses pemberian pembiayaan BMI ......................................... 94 7. Proyeksi tingkat kesehatan pembiayaan .............................................. 95 8. Kuesioner penelitian ........................................................................... 96 9. Data kolektibilitas BMI periode 2007-2010 ........................................ 101 10. Hasil perhitungan regresi berganda .................................................... 115

    xi

  • 15

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Dunia perbankan memegang peranan penting dalam stabilitas

    ekonomi. Hal ini dapat dilihat ketika sektor ekonomi mengalami

    penurunan maka salah satu cara mengembalikan stabilitas ekonomi adalah

    menata sektor perbankan. Sehingga kebijakan pengembangan industri

    perbankan diarahkan untuk mencapai suatu sistem perbankan yang sehat,

    kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan yang pada

    gilirannya akan membantu mendorong perekonomian nasional secara

    berkesinambungan.

    Perbankan Indonesia tidak hanya diisi oleh perbankan konvensional

    saja. Terdapat pula perbankan syariah yang sejak tahun 1992 telah

    memainkan perannya di dunia perbankan Indonesia. Bank syariah adalah

    bank yang tata cara dan operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah

    Islam dengan prinsip yang berorientasi produktif, berlandaskan keadilan,

    dan mengembangkan investasi yang halal dalam perbaikan kesejahteraan

    masyarakat (Karim, 2003).

    Saat ini, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia mengalami

    kemajuan yang pesat. Salah satu faktornya disebabkan oleh dukungan

    permintaan islamic product dari penduduk Indonesia yang sebagian besar

    adalah muslim. Pada perkembangannya, jumlah perbankan syariah dalam

    5 tahun terakhir selama periode 2006-2010 mengalami peningkatan.

    Dengan berdirinya 5 bank syariah baru yaitu BCA syariah, BNI syariah,

    Bank Jabar Banten syariah, Bank Victoria syariah, dan Maybank

    Indonesia Syariah semakin mendorong pertumbuhan perbankan syariah

    secara signifikan. Berdasarkan data statistik Bank Indonesia (2010),

    jumlah jaringan kantor perbankan syariah mengalami peningkatan

    rata-rata 29,83% per tahun selama periode 2006-2010, persentase tersebut

    lebih besar dibanding perbankan konvensional yang mencapai 11,11%.

    Tabel 1 menunjukkan jumlah jaringan kantor perbankan syariah dan

    konvensional dalam kurun waktu tahun 2006 hingga tahun 2010.

    1

  • 16

    Tabel 1. Jaringan kantor perbankan syariah dan konvensional

    Sumber: Bank Indonesia, 2010

    Kondisi perbankan syariah yang semakin tumbuh berpengaruh pada

    peningkatan ekspansi pembiayaan pada tahun 2010. Di samping itu,

    fungsi bank sebagai lembaga keuangan untuk menyalurkan dana kepada

    peminjam yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan dan semakin

    kompleksnya kebutuhan pendanaan baik yang bersifat modal, investasi

    maupun konsumsi dari masyarakat dan korporasi mengakibatkan

    pembiayaan perbankan syariah pun semakin berkembang.

    Tabel 2. Komposisi pembiayaan perbankan syariah (triliun rupiah) Akad 2006 2007 2008 2009 2010

    Akad Mudharabah 2,335 4,406 7,411 10,412 14,624 Akad Musyarakah 4,062 5,578 6,205 6,597 8,631 Akad Murabahah 12,624 16,553 22,486 26,321 37,.508 Akad Salam 0 0 0 0 0 Akad Istishna 337 351 369 423 347 Akad Ijarah 836 516 765 1,305 2,341 Akad Qardh 250 540 959 1,829 4,731 Total 20,445 27,944 38,195 46,886 68,181

    Sumber: Bank Indonesia, 2010

    Tabel 2 menunjukkan bahwa total pembiayaan yang disalurkan

    perbankan syariah mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Pada

    tahun 2006 total pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp 20,445 triliun

    dan terus meningkat setiap tahunnya hingga tahun 2010 menjadi Rp

    Jenis Bank 2006 2007 2008 2009 2010

    Bank Umum Syariah Jumlah Bank 3 3 5 6 11 Jumlah Kantor 349 401 581 711 1.215 Unit Usaha Syariah Jumlah Bank 20 26 27 25 23 Jumlah Kantor 183 196 241 287 262 BPR Syariah Jumlah Bank 105 114 131 138 150 Jumlah Kantor 105 185 202 225 287 Bank Konvensional Jumlah Bank 130 130 124 121 122 Jumlah Kantor 9110 9680 10868 12837 13837

    2

  • 17

    68,181 triliun atau mengalami pertumbuhan rata-rata 35,38 persen per

    tahun.

    Dari kegiatan pembiayaan ini, semakin banyak dana yang disalurkan

    maka potensi timbulnya risiko pun semakin besar. Hal ini karena

    pembiayaan merupakan salah satu aktivitas perbankan yang memiliki

    risiko disebabkan oleh adanya ketidakmampuan peminjam untuk melunasi

    kewajibannya kepada pihak bank. Besarnya risiko pembiayaan

    ditunjukkan dalam rasio Non Performing Finance (NPF). Tingginya NPF

    menunjukkan banyaknya jumlah peminjam yang tidak dapat

    mengembalikan pinjaman sesuai dengan perjanjian awal yang telah

    disepakati bersama antara bank dengan peminjam. Pembiayaan dengan

    kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet termasuk dalam NPF.

    Semakin besar NPF menunjukkan semakin tinggi tingkat pembiayaan

    bermasalah, sehingga mengakibatkan turunnya pendapatan yang

    berpengaruh pada kinerja, tingkat kesehatan, dan kelangsungan bank.

    Saat ini, dunia perbankan syariah di Indonesia mengalami kendala

    dengan tingkat pembiayaan bermasalah. Bank Indonesia mencatat

    sebanyak 6 periode triwulan selama 2006-2010, rasio pembiayaan

    bermasalah (NPF) berada pada tingkat di atas 5%. Selama periode

    tersebut, NPF tumbuh dengan persentase rata-rata sebesar 0,31% per

    triwulan. NPF meningkat dari 3,02% pada Desember 2010 menjadi 3,28%

    per Januari 2011 dengan komposisi 45,2% modal kerja, 19,5% investasi,

    dan 35,3% konsumsi (Lampiran 2).

    Di Indonesia, salah satu bank syariah besar yang berkontribusi dalam

    industri perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI).

    Berdasarkan data statistik Bank Indonesia (2010), BMI merupakan bank

    syariah besar dilihat dari sisi jumlah aktiva dan pembiayaan. BMI

    menyediakan berbagai produk syariah bagi nasabah perorangan, usaha

    kecil dan menengah (UKM), korporasi dan badan usaha milik negara

    (BUMN). Sebagai lembaga intermediasi, BMI tidak hanya menyimpan

    dana dari masyarakat tetapi juga menyalurkan dana kepada peminjam

    yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan. Jumlah pembiayaan BMI

    3

  • 18

    mencapai 14,38% dari total pembiayaan industri perbankan syariah di

    Indonesia. Jumlah tersebut menempati posisi pertama. Selanjutnya, BSM

    13,46% dan Bank Mega Syariah 0,70%, sedangkan 71,46% lainnya

    merupakan pembiayaan dari 8 bank umum syariah yaitu BRI syariah,

    Bank Bukopin Syariah, Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, BCA

    syariah, Bank Jabar Banten Syariah, Bank Syariah BNI, dan Maybank

    Indonesia Syariah serta 24 unit usaha syariah (Lampiran 4). Berdasarkan

    laporan keuangan BMI (2010), pembiayaan BMI terus mengalami

    peningkatan dengan persentase rata-rata sebesar 4,57% per triwulan dalam

    kurun waktu tahun 2006 sampai Juni 2010 (Lampiran 5). Dari kegiatan

    pembiayaan tersebut bank memperoleh pendapatan. Namun di sisi lain,

    potensi timbulnya risiko pun semakin besar.

    Dalam upaya pencapaian laba yang maksimum, BMI sebagai bank

    syariah besar dengan visi Bank syariah utama di Indonesia, dominan di

    pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional harus terus berusaha

    meningkatkan pembiayaan dengan nilai NPF yang rendah melalui

    pengelolaan risiko pembiayaan yang baik. Risiko pembiayaan perlu

    dikendalikan. Kegiatan pembiayaan dan pengendalian risiko hendaknya

    diantisipasi oleh kualitas sistem manajemen risiko pembiayaan yang baik.

    Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan sangat penting dan

    berguna sebagai input alternatif manajerial terhadap berbagai

    kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada

    pencapaian laba. Dengan pencapaian laba yang maksimum, BMI

    diharapkan mampu meningkatkan kinerja, mempertahankan kesehatan,

    dan kelangsungan bank serta semakin mapan dalam persaingan di dunia

    perbankan Indonesia.

    1.2. Perumusan Masalah Fungsi Bank Muamalat Indonesia sebagai lembaga intermediasi

    menimbulkan kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan dalam kegiatan

    penyaluran dana. Pembiayaan yang semakin besar mengakibatkan potensi

    terjadinya risiko pembiayaan semakin tinggi. Hal ini karena pembiayaan

    merupakan salah satu aktivitas bisnis bank yang memiliki risiko besar dan

    4

  • 19

    signifikan. Pada penelitian ini, besarnya risiko pembiayaan ditunjukkan

    dalam Non Performing Financing (NPF). Tingginya nilai NPF

    menunjukkan banyaknya peminjam yang tidak dapat mengembalikan

    pinjaman sesuai dengan perjanjian awal yang telah disepakati bersama

    antara bank dengan peminjam. Hal ini perlu diantisipasi oleh manajemen

    risiko yang baik melalui pengelolaan dan pengendalian risiko pembiayaan

    agar dapat memaksimalkan pencapaian laba dan meminimalisasi kerugian

    yang dihadapi oleh Bank Muamalat Indonesia. Oleh karena itu,

    permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    1. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan pada

    Bank Muamalat Indonesia?

    2. Bagaimana manajemen risiko pembiayaan pada Bank Muamalat

    Indonesia?

    3. Bagaimana perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba pada Bank

    Muamalat Indonesia?

    4. Bagaimana pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba pada Bank

    Muamalat Indonesia?

    1.3. Tujuan Penelitian Mengacu pada perumusan masalah seperti yang telah diuraikan di atas,

    maka tujuan penelitian ini adalah:

    1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan

    pada Bank Muamalat Indonesia.

    2. Mengidentifikasi dan menganalisis manajemen risiko pembiayaan

    pada Bank Muamalat Indonesia.

    3. Menganalisis perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba pada Bank

    Muamalat Indonesia.

    4. Menganalisis pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba pada Bank

    Muamalat Indonesia.

    5

  • 20

    1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan input

    alternatif manajerial terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko

    pembiayaan yang berpengaruh pada pencapaian laba sehingga dapat

    meminimalisasi kerugian dan meningkatkan kinerja perusahaan.

    2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    pengetahuan dan kontribusi dalam memajukan pendidikan di Indonesia

    terutama bagi kalangan akademisi dan masyarakat Indonesia pada

    umumnya.

    1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai analisis manajemen risiko pembiayaan dan

    pengaruhnya terhadap laba. Terfokus pada analisis faktor-faktor yang

    mempengaruhi risiko pembiayaan, manajemen risiko pembiayaan,

    perkembangan pembiayaan, NPF dan laba, serta pengaruh pembiayaan dan

    NPF terhadap laba Bank BMI. Data dan informasi yang digunakan dalam

    penelitian hanya berdasarkan dari sudut pandang perusahaan. Perhitungan

    risiko pembiayaan tidak memperhitungkan aspek pasar seperti suku bunga

    dan inflasi serta tidak memperhitungkan aspek makroekonomi yang

    mempengaruhi kinerja PT BMI. Penelitian ini hanya membahas risiko

    pembiayaan sedangkan risiko operasional dan risiko pasar tidak menjadi

    bahasan dalam penelitian.

    6

  • 21

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pengertian Bank

    Bank secara etimologi memiliki arti tempat untuk menukarkan uang.

    Secara lembaga keuangan, bank adalah setiap perusahaan yang bergerak di

    bidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dan

    menyalurkan dana, atau kedua-duanya, menghimpun dan menyalurkan

    (Kasmir, 2000).

    Menurut UU No.7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU

    No.10 tahun 1998 tentang perbankan, bank diartikan sebagai badan usaha

    yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

    menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-

    bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

    Dari definisi bank diatas, menunjukkan bahwa kegiatan utama bank

    adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan

    sumber dana bank dan dari segi penyaluran dana, hendaknya bank tidak

    semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya tapi juga

    kegiatannya harus diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat

    (Siamat, 2004).

    Bank sebagai suatu badan usaha yang memberikan jasa atau pelayanan

    keuangan memiliki beberapa tujuan dalam melaksanakan kegiatan

    operasionalnya. Menurut Siamat (2004), tujuan tersebut dapat dibedakan

    berdasarkan jangka waktu, yaitu:

    1. Tactical Planning (Jangka pendek)

    a. Pemenuhan likuiditas, terutama untuk memenuhi likuiditas wajib

    minimum yang ditetapkan oleh otoritas moneter disamping

    kebutuhan likuiditas untuk memenuhi penarikan dana oleh nasabah

    sehari-hari.

    b. Memberikan pelayanan kepada nasabah secara maksimum.

    2. Strategic Planning (Jangka Panjang)

    a) Meningkatkan nilai perusahaan.

    b) Memperoleh laba maksimum.

  • 22

    2.2. Bank Syariah

    2.2.1. Definisi Bank Syariah

    Bank Islam adalah lembaga keuangan atau perbankan yang

    operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada

    prinsip-prinsip hukum atau syariah Islam dengan mengacu kepada

    Al-Quran dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, bank syariah

    adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan

    pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran

    serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan

    prinsip syariah Islam (Siamat, 2004).

    Menurut Karim (2003), dalam kegiatan operasionalnya, bank

    syariah melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan,

    memberikan pinjaman, dan memberikan pelayanan jasa dengan

    berlandaskan prinsip syariah. Baraba dalam Darajat (2007),

    menambahkan satu fungsi bank syariah, yaitu sebagai pengelola

    fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan penerimaan serta

    penyaluran dana kebajikan.

    2.2.2. Falsafah Operasional Bank Syariah

    Menurut Muhammad dalam Darajat (2007), hal-hal yang harus

    dilakukan bank syariah dalam menjalankan operasionalnya adalah

    dengan cara menjauhkan diri dari praktik-praktik yang memiliki

    unsur riba serta menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan.

    Unsur riba tersebut dihindari dengan cara:

    1) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan

    keberhasilan suatu usaha di muka secara pasti.

    2) Menghindari penggunaan sistem presentasi untuk pembebanan

    biaya terhadap utang atau pemberian imbalan terhadap

    simpanan yang mengandung unsur melipatgandakan secara

    otomatis utang atau simpanan tersebut hanya karena

    berjalannya waktu.

    8

  • 23

    3) Menghindari penggunaan sistem perdagangan atau penyewaan

    barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan

    memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas.

    4) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka

    tambahan atas utang yang bukan atas prakarsa yang

    mempunyai utang secara sukarela.

    Hal lain yang membedakan bank syariah dengan bank

    konvesional terlihat dari beberapa aspek, yaitu aspek legal, struktur

    organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja (Antonio,

    2001).

    a) Akad dan Aspek Legalitas

    Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki

    konsekuensi baik duniawi maupun ukhrawi karena akad yang

    dilakukan berdasarkan hukum Islam. Setiap akad dalam bank

    syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun

    ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad seperti hal-

    hal berikut:

    a. Rukun, mencakup penjual, pembeli, barang yang

    dipertukarkan, harga, dan akad (ijab kabul).

    b. Syarat, seperti:

    1) Barang dan jasa bersifat halal, sehingga transaksi atas

    barang dan jasa yang haram menjadi batal demi hukum

    syariah.

    2) Harga barang dan jasa harus jelas.

    3) Tempat penyerahan harus jelas karena akan berdampak

    pada biaya transportasi.

    4) Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam

    kepemilikan, tidak boleh menjual sesuatu yang belum

    dimiliki dan dikuasai.

    b) Struktur Organisasi

    Unsur yang paling membedakan antara bank syariah

    dengan bank konvensional adalah adanya Dewan Pengawas

    9

  • 24

    Syariah (DPS) pada bank syariah, yang bertugas mengawasi

    operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan

    garis-garis syariah. DPS biasanya diletakkan pada posisi

    setingkat dewan komisaris pada setiap bank. Hal ini bertujuan

    untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan

    oleh DPS. Oleh karena itu, biasanya penetapan anggota DPS

    dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para

    anggota DPS tersebut mendapatkan rekomendasi dari Dewan

    Syariah Nasional.

    c) Bisnis dan Usaha yang Dibiayai

    Bank syariah tidak mungkin membiayai usaha yang

    terkandung didalamnya hal-hal yang diharamkan. Dalam

    perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan disetujui

    sebelum dipastikan beberapa hal pokok, diantaranya sebagai

    berikut: Apakah objek pembiayaan itu halal atau haram?

    Apakah proyek menimbulkan kerugian bagi masyarakat?

    Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan asusila? (Antonio,

    2001).

    d) Lingkungan Kerja dan Corporate Culture

    Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja

    yang sejalan dengan syariah, antara lain sikap amanah dan

    shiddiq yang baik. Di samping itu, karyawan bank syariah

    harus memiliki skill yang baik dan profesional, dan tabhligh.

    Dalam reward dan dan punishment pun juga diperlukan prinsip

    keadilan yang sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu, cara

    berpakaian dan tingkah laku dari para karyawan juga harus

    mengikuti syariat Islam (Antonio, 2001). Tabel 3 menunjukkan

    perbedaan bank syariah dengan bank konvensional.

    10

  • 25

    Tabel 3. Perbandingan Bank Syariah dan Bank Konvesional Bank Syariah Bank Konvensional

    Melakukan investasi-investasi

    yang halal saja

    Investasi yang halal dan

    haram

    Berdasarkan prinsip bagi hasil,

    jual beli, atau sewa

    Memakai perangkat bunga

    Profit dan falah oriented Profit oriented

    Hubungan dengan nasabah dalam

    bentuk hubungan kemitraan

    Hubungan dengan nasabah

    adalah hubungan debitur-

    kreditur

    Penghimpunan dan penyaluran

    dana harus sesuai dengan fatwa

    DPS

    Tidak ada dewan sejenis

    Sumber: Antonio, 2001

    2.3. Pembiayaan Bank Syariah

    2.3.1. Pengertian Pembiayaan

    Menurut UU No.7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah

    dengan UU No.10 tahun 1998, pembiayaan berdasarkan prinsip

    syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

    dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

    kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

    yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut

    setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

    Bank Indonesia (2007), menyebutkan bahwa pembiayaan

    syariah mengandung beberapa nilai dasar dalam pelaksanaannya,

    yaitu:

    1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang

    menggunakan dana maupun pihak yang menyediakan dana.

    2. Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan

    persetujuan pembiayaan baik dalam menghitung margin

    keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai pembiayaan

    tersebut.

    11

  • 26

    2.3.2. Jenis-Jenis Pembiayaan Jenis-jenis pembiayaan pada bank syariah, yaitu (Karim, 2003):

    1. Pembiayaan Modal Kerja Syariah.

    Adalah pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada

    perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya

    berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

    2. Pembiayaan Investasi Syariah

    Adalah pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang

    untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk:

    a. Pendirian proyek baru, yaitu pendirian atau pembangunan

    proyek atau pabrik dalam rangka usaha baru.

    b. Rehabilitasi, yaitu penggantian mesin atau peralatan lama

    yang sudah rusak dengan mesin atau peralatan baru yang

    lebih baik.

    c. Modernisasi, yaitu penggantian secara keseluruhan mesin

    atau peralatan lama dengan mesin atau peralatan baru

    dengan teknologi yang lebih baik.

    d. Relokasi proyek yang sudah ada, yaitu pemindahan lokasi

    proyek atau pabrik secara keseluruhan (termasuk sarana

    penunjang pabrik, seperti laboratorium).

    3. Pembiayaan Konsumsi Syariah

    Adalah pembiayaan yang bertujuan memenuhi kebutuhan

    nasabah baik barang maupun jasa yang tidak dipergunakan

    untuk tujuan usaha dan umumnya bersifat perorangan.

    2.3.3. Produk Pembiayaan Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, produk

    pembiayaan syariah terbagi dalam empat kategori yang dibedakan

    berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu (Karim, 2003):

    1. Berdasarkan Prinsip Jual Beli

    Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya

    perpindahan kepemilikan barang atau benda. Tingkat

    keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga

    12

  • 27

    atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan

    berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan

    barangnya, yaitu:

    a. Murabahah

    Adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah

    dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh

    nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang

    bersangkutan dengan margin atau keuntungan yang

    disepakati antara bank syariah dan nasabah.

    b. Salam

    Adalah perjanjian jual beli barang dengan cara

    pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran

    harga terlebih dahulu. Dalam transaksi ini, kualitas,

    kuantitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus

    ditentukan secara pasti.

    c. Istishna

    Adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan

    pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu

    yang disepakati antara pemesan dan penjual.

    2. Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil

    a. Musyarakah

    Adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih

    untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak

    memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa

    keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai

    kesepakatan.

    b. Mudharabah

    Adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana

    shahibul maal (pihak pertama) menyediakan seluruh atau

    100% modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.

    Keuntungan usaha mudharabah dibagi menurut

    kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan

    13

  • 28

    rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu

    bukan akibat kelalaian pengelola.

    c. Muzaraah

    Adalah akad kerja sama pengolahan pertanian antara

    pemilik lahan dan penggarap, dimana pemiliki lahan

    memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk

    ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu

    (persentase) dari hasil panen.

    d. Musaqah

    Adalah akad kerja sama, merupakan bentuk yang lebih

    sederhana dari muzaraah dimana penggarap hanya

    bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan.

    Sebagai imbalan, penggarap berhak atas nisbah tertentu dari

    hasil panen.

    3. Berdasarkan Prinsip Sewa

    a. Ijarah

    Adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau

    jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan

    pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Harga

    sewa disepakati pada awal perjanjian antara bank dengan

    nasabah.

    b. Ijarah Muntahiyyah Bittamlik

    Adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa

    melalui pembayaran upah sewa. Pada akhir masa sewa,

    bank menjual barang yang disewakannya kepada nasabah

    yang diikuti dengan perpindahan kepemilikan. Harga sewa

    dan harga jual disepakati pada awal perjanjian antara bank

    dengan nasabah.

    4. Berdasarkan Prinsip Pinjaman

    Penyaluran dana bank syariah berdasarkan prinsip pinjaman

    dilakukan dengan menggunakan akad qardh yaitu penyediaan

    dana atau tagihan yang diberikan kepada pihak peminjam dan

    14

  • 29

    mewajibkannya melakukan pembayaran baik secara langsung

    maupun angsuran dalam jangka waktu tertentu tanpa disertai

    tambahan pada saat pengembaliannya. Pembiayaan ini bersifat

    khusus dan bersumber dari sadaqah, infak, zakat atau modal

    yang sengaja dialokasikan untuk tujuan sosial. Oleh karenanya,

    al-qardh dikenal sebagai pembiayaan dana talangan bagi

    nasabah atau sebagai sumber dana talangan antar bank.

    2.3.4 Prinsip-Prinsip Penilaian Pembiayaan Dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah, terdapat

    prinsip-prinsip penilaian pembiayaan yang harus dipenuhi oleh

    pemohon pembiayaan karena terdapat unsur kepercayaan dan

    risiko yang harus dipertaruhkan. Untuk memperkecil risiko

    pembiayaan yang mungkin terjadi, maka pembiayaan harus dinilai

    dengan memperhatikan (Munawir dalam Hartati, 2005):

    1. Character

    Penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon

    peminjam dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan

    bahwa peminjam dapat memenuhi kewajibannya. Bank

    melakukan beberapa pendekatan untuk mengetahui karakter

    nasabah, diantaranya dengan mengenal dekat nasabah,

    mengumpulkan keterangan mengenai aktivitas calon debitur,

    dan mengumpulkan keterangan serta meminta pendapat dari

    rekan-rekannya, pegawai, dan pesaing mengenai reputasi,

    kebiasaan pribadi, pergaulan sosial, dan lain-lain.

    2. Capacity

    Penilaian terhadap kemampuan calon peminjam baik dalam

    manajemen maupun keahlian pada bidang usaha yang dijalani.

    Hal-hal yang diperhatikan dalam penilaian, yaitu angka-angka

    hasil produksi, angka-angka penjualan dan pembelian,

    perhitungan rugi laba perusahaan saat ini dan proyeksinya,

    data-data finansial terdahulu yang tercermin dalam laporan

    keuangan perusahaan. Sehingga dapat mengukur kemampuan

    15

  • 30

    nasabah untuk melaksanakan rencana kerjanya terkait dengan

    penggunaan pembiayaan tersebut.

    3. Capital

    Penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh

    calon peminjam dengan cara menganalisa posisi finansial

    perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh rasio

    finansial dan penekanan pada komposisi modalnya. Untuk itu

    bank melakukan analisa rasio sehingga dapat mengetahui

    likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas dari calon peminjam,

    serta analisis neraca, minimal neraca dua tahun terakhir.

    4. Collateral

    Penilaian terhadap jaminan yang diberikan oleh calon

    peminjam untuk dapat meyakinkan, jika terjadi risiko

    kegagalan pembayaran maka jaminan dapat dipakai sebagai

    pengganti dari kewajibannya. Untuk itu bank harus meneliti

    kepemilikian jaminan tersebut, mengukur stabilitas nilai

    jaminan, memperhatikan kemampuan jaminan untuk dapat

    dijadikan uang dalam waktu relatif singkat tanpa terlalu

    mengurangi nilainya, dan memperhatikan barang jaminan

    adalah benar-benar menjamin kepentingan bank sesuai dengan

    ketentuan hukum yang berlaku.

    5. Condition

    Penilaian terhadap kondisi ekonomi yang terjadi di

    masyarakat dan secara spesifik melihat keterkaitannya dengan

    jenis usaha yang dijalani oleh calon peminjam. Bank

    memperhatikan keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi

    perkembangan dan kondisi usaha, membandingkan dengan

    usaha sejenis lainnya didaerah dan lokasi lingkungannya, dan

    prospek usaha di masa yang akan datang serta pengaruh

    kebijakan pemerintah terhadap prospek industri dimana usaha

    calon peminjam termasuk didalamnya.

    16

  • 31

    2.4. Risiko

    2.4.1. Pengertian Risiko

    Risiko dalam konteks perbankan menurut Karim (2003)

    merupakan suatu kejadian potensial, baik anticipated (dapat

    diperkirakan) maupun unanticipated (tidak dapat diperkirakan)

    yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan

    bank. Menurut Djohanputro (2004), risiko terkait dengan adanya

    keadaan tidak pasti dan tingkat ketidakpastian terukur secara

    kuantitatif yang dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan.

    Menurut Kountur (2004), risiko sebagai suatu keadaan tidak

    pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan sehingga dapat

    memberikan dampak yang merugikan.

    2.4.2. Jenis-Jenis Risiko

    Secara umum, risiko yang terjadi pada aktivitas fungsional

    bank syariah diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu (Karim, 2003):

    1. Risiko Pembiayaan

    Risiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan pihak lawan

    transaksi dalam memenuhi kewajibannya. Pada bank syariah,

    risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan

    pembiayaan korporasi.

    2. Risiko Pasar

    Risiko kerugian yang terjadi pada portofolio yang dimiliki

    bank akibat adanya pergerakan variabel pasar berupa suku

    bunga dan nilai tukar. Risiko pasar mencakup empat hal, yaitu:

    a. Risiko Tingkat Suku Bunga

    Adalah risiko yang terjadi sebagai akibat dari fluktuasi

    tingkat bunga. Meskipun bank syariah tidak menetapkan

    tingkat bunga baik dari sisi pendanaan maupun dari sisi

    pembiayaan, namun bank syariah tidak terlepas dari risiko

    tingkat bunga. Hal ini disebabkan pasar yang dijangkau

    oleh bank syariah tidak hanya untuk nasabah-nasabah yang

    memiliki tingkat keloyalan penuh terhadap syariah

    17

  • 32

    sehingga terdapat kemungkinan bank syariah menghadapi

    beberapa kondisi, diantaranya:

    1) Direct Competitor Market Rate (DCMR) yaitu tingkat

    bagi hasil dari bank-bank yang menjalankan usaha

    dengan prinsip syariah.

    2) Indirect Copetitor Market Rate (ICMR) yaitu tingkat

    bunga pada bank-bank konvensional.

    3) Expected Competitive Return for Investor, yaitu hasil

    investasi yang kompetitif yang diharapkan oleh

    investor.

    Dari kondisi tersebut, interest rate risk timbul jika

    bagi hasil pendanaan syariah lebih kecil dari tingkat

    bunga atau pada sisi pembiayaan, jika margin yang

    dikenakan lebih besar dari tingkat bunga maka nasabah

    dapat beralih pada bank konvensional.

    b. Risiko Pertukaran Mata Uang

    Adalah risiko yang terjadi sebagai akibat dari fluktuasi

    nilai tukar terhadap rugi laba bank. Hal ini karena bank

    syariah tidak terlepas dari adanya posisi dalam valuta asing

    meskipun aktivitas treasury syariah tidak terpengaruh risiko

    kurs secara langsung.

    c. Risiko Harga

    Adalah risiko yang terjadi sebagai akibat dari

    perubahan harga. Pada bank syariah, risiko harga timbul

    dari perubahan harga atas instrumen keuangan (obligasi

    syariah dan reksadana syariah) dan komoditas.

    d. Risiko Likuiditas

    Adalah risiko yang disebabkan oleh ketidakmampuan

    bank untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.

    Risiko likuiditas yang dihadapi bank syariah, diantaranya:

    1) Turunnya kepercayaan nasabah terhadap sistem

    perbankan syariah.

    18

  • 33

    2) Turunnya kepercayaan nasabah pada bank syariah yang

    bersangkutan.

    3) Dalam mudharabah kontrak, memungkin nasabah

    untuk menarik dananya kapan saja.

    4) Mismatcing antara dana jangka pendek dengan

    pembiayaan jangka panjang.

    5) Keterbatasan instrumen keuangan untuk solusi

    likuiditas.

    3. Risiko Operasional

    Adalah risiko yang disebabkan oleh ketidakcukupan atau

    tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,

    kegagalan sistem dan adanya problem eksternal yang

    mempengaruhi operasional bank. Risiko operasional mencakup

    lima hal, yaitu:

    1. Risiko Reputasi

    Adalah risiko yang disebabkan oleh adanya publikasi

    negatif terkait dengan kegiatan bank atau persepsi negatif

    terhadap bank.

    2. Risiko Kepatuhan

    Adalah risiko yang disebabkan oleh tidak dipatuhinya

    ketentuan-ketentuan yang ada, baik ketentuan internal

    maupun eksternal.

    3. Risiko Strategik

    Adalah risiko yang disebabkan oleh ketidaktepatan

    dalam hal penetapan dan pelaksanaan strategi bank,

    pengambilan keputusan bisnis, dan ketidakpatuhan bank

    dalam melaksanakan perubahan perundang-undangan atau

    ketentuan lain yang berlaku.

    4. Risiko Transaksi

    Adalah risiko yang disebabkan oleh permasalahan yang

    yang timbul dalam pelayanan atau produk-produk yang

    disediakan. Diantaranya, yaitu kekeliruan dalam penetapan

    19

  • 34

    akad, kesempurnaan akad, dan sistem teknologi informasi

    dari bank tersebut.

    5. Risiko Hukum

    Adalah risiko yang disebabkan oleh kelemahan aspek

    yuridis. Diantaranya, yaitu adanya tuntutan hukum,

    ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung

    dan kelemahan perjanjian sehingga tidak terpenuhinya

    syarat keabsahan suatu kontrak.

    2.5. Risiko Pembiayaan

    Risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh adanya

    kegagalan pihak lawan transaksi dalam memenuhi kewajibannya. Pada

    bank syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan

    pembiayaan korporasi, diantaranya (Karim, 2003):

    1. Risiko Terkait Produk

    a) Risiko Pembiayaan Berbasis Natural Certainty Contracts (NCC)

    Adalah risiko pembiayaan dari transaksi yang memiliki

    kepastian pendapatan baik jumlah maupun waktunya dan pihak-

    pihak yang bertransaksi saling menukarkan asetnya. Pembiayaan

    berbasis NCC, yaitu:

    1) Murabahah

    Risiko yang timbul dari pembiayaan murabahah, diantaranya:

    - Default atau kelalaian diakibatkan oleh nasabah yang tidak

    membayar angsuran dengan sengaja.

    - Penundaan kewajiban pembayaran pada waktu jatuh tempo

    yang disebabkan oleh ketidakmampuan nasabah

    menimbulkan kerugian bagi bank, karena bank tidak

    diperbolehkan menerima tambahan pendapatan dari

    keterlambatan tersebut melainkan menunggu hingga

    nasabah mampu membayar angsurannya.

    - Fluktuasi harga komparatif.

    20

  • 35

    - Penolakan nasabah terhadap barang yang dibeli karena

    rusak atau tidak sesuai dengan spesifikasi dari permintaan

    nasabah.

    2) Ijarah

    Risiko yang timbul dari pembiayaan ijarah, diantaranya:

    - Dalam hal barang yang disewakan adalah milik bank,

    ketiadaan nasabah akan menimbulkan risiko tidak

    produktifnya aset ijarah.

    - Dalam hal barang yang disewakan adalah bukan milik

    bank, timbul risiko kerusakan barang diluar pemakaian

    normal.

    - Dalam hal jasa tenaga kerja yang disewakan bank kepada

    nasabah memungkinkan timbulnya risiko ketidaksesuaian

    nasabah terhadap performance pemberi jasa.

    3) Salam dan Istishna

    Risiko yang timbul dari pembiayaan salam dan istishna,

    diantaranya:

    - Risiko gagal-serah barang.

    - Risiko jatuhnya harga barang.

    b) Risiko Pembiayaan Berbasis Natural Uncertainty Contracts (NUC)

    Adalah risiko pembiayaan dari transaksi yang belum memiliki

    kepastian pendapatan baik jumlah maupun waktunya dan pihak-

    pihak yang bertransaksi saling mencampurkan asetnya menjadi

    satu kesatuan untuk mendapatkan keuntungan serta risiko

    ditanggung bersama. Pembiayaan berbasis NUC, yaitu

    mudharabah dan musyarakah.

    Risiko yang timbul dari pembiayaan mudharabah dan

    musyarakah, diantaranya:

    - Asymmetric information problem, yaitu kecenderungan salah

    satu pihak lebih banyak menguasai informasi bersikap tidak

    jujur.

    21

  • 36

    - Side streaming, yaitu nasabah tidak mengelola dana sesuai

    dengan kontrak perjanjian.

    - Kelalaian dan kesalahan yang disengaja.

    2. Risiko Pembiayaan Korporasi

    Kompleksitas dan volume pembiayaan korporasi menimbulkan

    risiko tambahan selain risiko terkait produk, yaitu:

    a) Risiko Perubahan Kondisi Bisnis Nasabah Setelah Pencairan

    Pembiayaan

    Adalah risiko yang dapat timbul dari perubahan kondisi bisnis

    nasabah setelah pencairan biaya, diantaranya:

    1) Over Trading

    Terjadi ketika nasabah mengembangkan volume bisnis

    yang besar dengan dukungan modal yang kecil.

    2) Adverse Trading

    Terjadi ketika nasabah mengembangkan bisnisnya dengan

    kebijakan melakukan pengeluaran tetap yang besar setiap

    tahunnya sedangkan volume penjualannya tidak stabil. Dalam

    keadaan ini, posisi nasabah lemah dan berisiko tinggi.

    3) Liquidity Run

    Terjadi ketika nasabah mengalami kesulitan likuiditas

    karena kehilangan sumber pendapatan dan peningkatan

    pengeluaran yang tidak terduga. Keadaan ini akan

    mempengaruhi kemampuan nasabah dalam menyelesaikan

    kewajibannya kepada bank.

    b) Risiko Analisis Bank

    1) Analisis Pembiayaan yang Keliru

    Terjadi karena kesalahan dalam pengambilan keputusan

    pembiayaan dari informasi yang tersedia. Kekeliruan bukan

    karena perubahan kondisi nasabah yang tidak terduga tetapi

    nasabah yang bersangkutan berisiko tinggi.

    22

  • 37

    2) Creative Accounting

    Terjadi karena adanya kecurangan dari pihak nasabah

    melalui penggunaan kebijakan akuntansi perusahaan yang

    memberikan keterangan tidak sesuai dengan laporan keuangan

    yang sebenarnya. Seperti, menggambarkan keuntungan lebih

    besar, aset lebih bernilai, pengurangan kewajiban pada neraca

    keuangan.

    3) Karakter Nasabah

    Terjadi karena adanya kesengajaan dari pihak nasabah

    untuk menciptakan pembiayaan macet dan bank belum secara

    objektif memberikan penilaian terhadap karakter nasabah.

    2.6. Teknik Pengelolaan Risiko

    Pada prinsipnya, terdapat empat teknik pengelolaan risiko secara

    klasik. Keempat teknik tersebut adalah penghindaran risiko, pengurangan

    risiko, pemindahan risiko, dan penanganan risiko (Djohanputro, 2004):

    1. Penghindaran Risiko

    Penghindaran risiko adalah tindakan bank untuk tidak melakukan

    kegiatan tertentu yang mengandung risiko yang tidak diinginkan.

    Pada dasarnya, tidak ada manusia yang bisa menghindari risiko,

    demikian halnya dengan bank. Oleh karena itu, bank dapat

    menghindari beberapa risiko dengan tidak memasuki wilayah bisnis

    atau kegiatan tertentu. Hal terpenting adalah kemampuan bank

    melakukan studi dan identifikasi risiko.

    2. Pengurangan Risiko

    Pengurangan risiko penting dilakukan oleh bank agar dapat

    menekan besarnya risiko. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara

    pengurangan kemungkinan terjadinya peril (risiko yang menjadi

    kenyataan) atau menekan besarnya dampak bila peril terjadi.

    3. Pemindahan Risiko

    Pemindahan atau pengalihan risiko dilakukan dengan cara

    memindahkan risiko dari satu pihak ke pihak lainnya dengan tujuan

    bisnis, seperti asuransi.

    23

  • 38

    Akibat pemindahan risiko menimbulkan biaya. Terdapat dua macam

    biaya yang ditanggung bank akibat mengalihkan risiko kepada pihak

    lain. Biaya berupa premi yang harus dibayarkan kepada pihak

    penanggung risiko dan biaya berupa hilangnya kesempatan untuk

    mendapatkan keuntungan dengan menanggung risiko.

    4. Penanganan Risiko

    Penanganan terhadap risiko dilakukan karena dua sebab. Pertama,

    bank secara sadar ingin mempertahankan risiko dan mengelolanya

    sendiri. Dengan pertimbangan didasarkan atas efektivitas biaya dan

    selama manajemen memiliki kemampuan serta sumber daya untuk

    mengelola sehingga dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dari

    risiko itu sendiri. Kedua, bank tidak mengetahui risiko tersebut

    sehingga risiko yang tidak teridentifikasi tidak akan dikelola.

    2.7. Manajemen Risiko

    2.7.1. Definisi Manajemen Risiko

    Kontur (2004), mendefinisikan manajemen risiko adalah cara-

    cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai

    permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko. Proses

    manajemen dimulai dengan mengidentifikasi, mengukur, dan

    menangani risiko-risiko yang dihadapi perusahaan.

    Menurut Karim (2003), manajemen risiko adalah

    mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan

    pelaksanaan kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko yang wajar

    secara terarah, terintegrasi, dan berkesinambungan. Dengan

    demikian, manajemen risiko berfungsi sebagai filter terhadap

    kegiatan usaha bank.

    Tujuan manajemen risiko adalah (Karim, 2003):

    1. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator.

    2. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat

    unacceptable.

    3. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat

    uncontrolled.

    24

  • 39

    4. Mengukur eksposur dan pemusatan risiko.

    5. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko.

    2.7.2 Karakter Manajemen Risiko Bank Syariah Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang

    berbeda dengan bank konvensional. Perbedaan tersebut terletak

    pada proses manajemen risiko operasional bank Islam yang

    meliputi identifikasi risiko, penilaian risiko, antisipasi risiko, dan

    monitoring risiko (Karim, 2003). Gambar 1 menunjukkan

    perbandingan proses manajemen risiko antara bank Islam dengan

    bank konvensional.

    Gambar 1. Perbandingan Proses Manajemen Risiko antara Bank Islam dengan Bank Konvensional (Karim, 2003)

    1. Identifikasi Risiko

    Identifikasi risiko yang dilakukan bank Islam tidak hanya

    mencakup risiko yang ada pada bank-bank secara umum, tetapi

    Bank Konvensional Bank Syariah

    Identifikasi Risiko

    Penilaian Risiko

    Antisipasi Risiko

    Monitoring Risiko

    General Banking General Banking Risk

    Penilaian Risiko Penilaian Risiko

    Syariah Spesific Risk

    Antisipasi Risiko

    General Banking Response

    Syariah Banking Response

    General Banking Activities

    Syariah Spesific Activities

    Monitoring Risiko

    25

  • 40

    juga meliputi risiko pada bank yang beroperasi berdasarkan

    prinsip syariah.

    2. Penilaian Risiko

    Penilaian risiko pada bank Islam mengacu pada hubungan

    antara probability dan impact yang ditunjukkan dalam

    pendekatan kualitatif pada (gambar 2).

    Gambar 2. Penilaian Risiko Bank Islam Dengan Pendekatan Kualitatif (Karim, 2003)

    Berdasarkan kuadran tersebut:

    a) Kuadran I sampai IX merupakan posisi suatu jenis risiko

    b) Jenis risiko V, VI, VIII, IX (area abu-abu) merupakan jenis

    risiko yang memiliki prioritas pengendalian karena

    kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dalam tingkat

    sedang dan tinggi.

    c) Jenis risiko dalam kuadran I, II, III, IV, dan VII (area putih)

    diselesaikan setelah penyelesaian risiko pada area abu-abu.

    d) Adanya otoritas perbankan dan otoritas syariah

    mengakibatkan risiko di area putih masuk ke daerah abu-

    abu.

    3. Antisipasi Risiko

    Pada bank Islam, antisipasi risiko dilaksanakan dengan

    Tujuan:

    a) Preventive, bank Islam diharuskan mendapat persetujuan

    dari Dewan Pengawas Syariah terkait kebijakan atas segala

    kegiatan usahanya untuk mencegah kekeliruan dalam

    proses dan transaksi dari aspek syariah. Selain itu, bank

    IMPA

    CT High III VI IX

    Med II V VIII

    Low I IV VII

    Low Med High

    PROBABILITY

    26

  • 41

    Islam memerlukan fatwa Dewan Syariah Nasional bila

    Bank Indonesia memandang persetujuan Dewan Pengawas

    Syariah belum memadai atau berada diluar

    kewenangannya.

    b) Detective, pengawasan terhadap jalannya setiap kegiatan

    usaha bank Islam baik dari segi aspek perbankan oleh Bank

    Indonesia maupun aspek syariah oleh Dewan Pengawas

    Syariah.

    c) Recovery, koreksi atas kesalahan dengan melibatkan Bank

    Indonesia untuk aspek perbankan dan Dewan Syariah

    Nasional untuk aspek syariah.

    4. Monitor dan Pengendalian Risiko

    Aktivitas monitoring dalam bank Islam tidak hanya

    melibatkan manajemen bank Islam tetapi juga Dewan

    Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah nasional (DSN).

    2.7.3. Proses Manajemen Risiko

    Proses manajemen risiko pada bank Islam menurut Karim

    (2003) dimulai dengan mengenal, memahami, dan

    mengidentifikasi risiko baik yang sudah ada maupun yang

    mungkin terjadi dari kegiatan usaha baru. Kemudian, dilakukan

    pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko secara

    berkesinambungan membentuk sebuah siklus.

    Menurut Djohanputro (2004), secara umum siklus manajemen

    risiko terdiri dari lima tahap yaitu identifikasi risiko, pengukuran

    risiko, pemetaan risiko, model pengelolaan dan pengawasan serta

    pengendalian risiko dapat ditunjukkan pada (gambar 3).

    27

  • 42

    Gambar 3. Siklus Manajemen Risiko (Djohanputro, 2004)

    Tahap 1 : Identifikasi Risiko

    Pada tahap ini, perusahaan mengidentifikasi risiko yang akan

    dihadapi. Langkah pertama dalam memulai proses identifikasi

    adalah dengan melakukan analisis pihak berkepentingan.

    Tahap 2 : Pengukuran Risiko

    Pada tahap ini, perusahaan mengukur seberapa besar

    kemungkinan risiko yang akan terjadi. Pengukuran risiko mengacu

    pada dua faktor yaitu kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas

    risiko terkait dengan berapa banyak nilai eksposure yang rentan

    terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu

    risiko dapat terjadi.

    Tahap 3 : Pemetaan Risiko

    Pada tahap ini, perusahaan menetapkan prioritas risiko

    berdasarkan kepentingan. Penetapan prioritas disebabkan karena

    keterbatasan sumber daya yang ada untuk menghadapi semua

    risiko.

    Tahap 4 : Model Pengelolaan Risiko

    Pada tahap ini, risiko dikelola dengan model pengelolaan risiko

    perusahaan. Pengelolaan risiko dapat dilakukan secara

    konvensional, penetapan modal risiko, dan struktur organisasi

    pengelolaan.

    Identifikasi Risiko Evaluasi Pihak Berkepentingan

    Pemetaan Risiko

    Pengukuran Risiko

    Model Pengelolaan

    Pengawasan dan Pengendalian

    28

  • 43

    Tahap 5 : Monitor dan Pengendalian

    Pada tahap ini, perusahaan melakukan monitoring dan

    pengendalian. Hal ini penting untuk dilakukan, karena: manajemen

    perlu (1) memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko

    berjalan sesuai dengan rencana, (2) memastikan bahwa model

    pengelolaan risiko cukup efektif, dan (3) memantau perkembangan

    terhadap kecenderungan berubahnya profil risiko, karena

    perubahan ini berpengaruh pada pergeseran peta risiko atau

    prioritas risiko.

    2.8. Laba Bank

    Menurut Sastradipoera dalam Rohaeni (2009), laba adalah jumlah

    yang tersisa setelah biaya tetap dan biaya variabel dikurangkan dari

    penerimaan bank, kelebihan pendapatan di atas pengeluaran bank. Jadi

    untuk mengetahui laba suatu perusahaan (bank) harus mengetahui terlebih

    dahulu nilai seluruh pendapatan dan nilai biaya secara keseluruhan. Laba

    yang diperoleh oleh suatu perusahaan menunjukkan sejauh mana

    manajemen perusahaan berhasil mengorganisasi bisnis dan sebaliknya.

    2.9. Hasil Penelitian Terdahulu

    Gumayantika (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh risiko

    kredit terhadap laba pada Bank Jabar Ciamis. Hasil penelitian ini dengan

    menggunakan korelasi pearson product moment membuktikan bahwa

    terdapat hubungan yang negatif sebesar 0,652 antara risiko kredit dan laba.

    Pada penelitian Rohaeni (2009), menganalisis pengaruh kredit

    bermasalah terhadap laba pada PT Bank X. Penelitian ini membuktikan

    bahwa berdasarkan model regresi linier berganda NPL memberikan

    pengaruh negatif sebesar 1,13E+08, artinya bahwa kenaikan NPL satu

    satuan akan menurunkan laba sebesar 1,13E+08. Berdasarkan hasil

    pengujian dengan menggunakan uji t, membuktikan bahwa kredit

    bermasalah berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap laba.

    29

  • 44

    III. METODE PENELITIAN

    3.1. Kerangka Pemikiran Bank Muamalat Indonesia sebagai lembaga intermediasi mempunyai

    kegiatan utama yaitu menghimpun dan menyalurkan dana. Sumber dana

    yang ada akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk

    pembiayaan. Namun dalam realisasinya, pembiayaan tidak terlepas dari

    prinsip risk and return, dimana kegiatan yang diharapkan akan

    mempunyai hasil atau pendapatan yang besar, biasanya mempunyai risiko

    yang tinggi. Dengan jumlah pembiayaan yang semakin besar maka

    peluang untuk mendapatkan keuntungan pun semakin besar. Namun di sisi

    lain, tingkat risiko yang mungkin terjadi akan semakin tinggi pula.

    Risiko pembiayaan perlu dikendalikan. Pengendalian risiko hendaknya

    diantisipasi oleh manajemen risiko pembiayaan yang baik. Manajemen

    risiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi,

    mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dalam

    kegiatan usaha dengan tujuan agar terhindar dari kerugian yang lebih

    besar. Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan sangat

    penting dan berguna sebagai input alternatif manajerial terhadap berbagai

    kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada

    pencapaian laba.

    Dalam penelitian ini, pembiayaan dan Non Performing Finance (NPF)

    adalah variabel yang digunakan untuk meneliti pengaruh manajemen

    risiko terhadap laba. Manajemen risiko secara tidak langsung berpengaruh

    pada pencapaian laba yang maksimal melalui pengelolaan dan

    pengendalian risiko pembiayaan yang mungkin terjadi akibat tingginya

    konsentrasi pembiayaan dan nilai NPF. Pengelolaan dan pengendalian

    manajemen risiko diharapkan mampu menekan tingkat NPF meski

    pembiayaan terus ditingkatkan sehingga pencapaian laba dapat maksimal.

    NPF menunjukkan banyaknya peminjam yang tidak dapat membayar

    secara kontinyu pinjamannya. Sedangkan laba bank yang digunakan

    adalah laba bersih sebelum dikurangi pajak.

    30

  • 45

    Besarnya pembiayaan dan nilai NPF berpengaruh terhadap laba bank.

    Analisis linier berganda digunakan untuk melihat pengaruh perubahan

    pembiayaan dan NPF secara simultan terhadap laba bank. Sedangkan

    analisis korelasi digunakan untuk melihat derajat hubungan diantara

    pembiayaan dan nilai NPF terhadap laba bank. Penelitian ini diharapkan

    dapat menjadi input alternatif dalam peningkatan laba. Adapun kerangka

    pemikiran konseptual dari penelitian ini, dapat dilihat pada (gambar 4).

    Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian

    Keterangan : : Alur pemikiran : Alat analisis

    Pembiayaan

    Laba

    Pengaruh Pembiayaan dan NPF terhadap laba

    Korelasi Pearson Product Moment

    Regresi Linear Berganda

    Uji F

    Uji t

    Risiko Pembiayaan

    Implikasi Manajerial

    Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Pembiayaan

    Manajemen Risiko Pembiayaan

    Pembiayaan NPF

    Murabahah Mudharabah Musyarakah Istishna Qardh Ijarah

    BMI

    31

  • 46

    3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Muamalat Institute dengan objek penelitian

    PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk yang berlokasi di Arthaloka Building

    Jalan Jenderal Sudirman No.2 Jakarta Pusat. Data diperoleh melalui

    Muamalat Institute yang berlokasi di Gedung Dana Pensiun Telkom

    Lantai 2 Jalan Jenderal S Parman kav 56 Slipi, Jakarta Barat. Pemilihan

    tempat dilakukan secara purposive. Waktu penelitian dimulai dari bulan

    November 2010 sampai Desember 2010.

    3.3. Metode Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

    dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pencatatan,

    pengumpulan data, dan wawancara langsung dengan pihak analisis

    pembiayaan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur,

    buku, skripsi, data historis, dan laporan keuangan bank.

    3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisis dengan

    metode statistik yaitu dengan menggunakan metode analisis deskriptif,

    analisis korelasi pearson product moment, analisis linier berganda, dan

    diolah dengan menggunakan minitab 14.

    3.4.1. Analisis deskriptif Analisis deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk

    menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

    menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa

    bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

    generalisasi (Sugiono, 2006).

    3.4.2. Analisis Korelasi Person Product Moment Korelasi pearson product moment adalah statistik yang

    mengukur keserasian hubungan diantara dua variabel. Rumus

    dibawah ini digunakan bila sekaligus akan menghitung persamaan

    regresi.

    32

  • 47

    Dalam sugiono (2006), perumusan untuk korelasi pearson

    product moment yaitu:

    nXiYi __ ( Xi ) ( Yi ) r= = ...(1) n Xi2 __ ( Xi )2 n Yi2 __ ( Yi )2 Dimana:

    r =Koefisien korelasi

    Y = Variabel terikat ( laba )

    X = Variabel bebas ( tingkat risiko kredit )

    n = Lamanya periode

    Korelasi pearson product moment dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 r +1).

    Nilai r = -1 memiliki arti korelasi negatif sempurna; r = 0 berarti

    tidak ada korelasi; dan r = 1 memiliki arti korelasi sangat kuat. Tabel 4. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien

    Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

    0.00 0.199 Sangat rendah 0.20 0.399 Rendah 0.40 0.599 Sedang 0.60 0.799 Kuat 0.80 1.000 Sangat kuat

    Sumber : Sugiono, 2006

    3.4.3. Analisis Regresi Linier Berganda

    Menurut Arief (2006), analisis regresi digunakan untuk melihat

    bagaimana variasi peubah dari beberapa peubah bebas

    mempengaruhi peubah tidak bebas dalam suatu fenomena yang

    kompleks. Analisis regresi dapat dibedakan menjadi regresi

    sederhana dan regresi berganda. Jika parameter dari suatu

    hubungan fungsional antara satu peubah tidak bebas dengan lebih

    dari satu peubah bebas maka yang digunakan adalah regresi

    berganda. Analisis berganda menjelaskan seberapa jauh suatu

    peubah mempengaruhi peubah lainnya. Pada penelitian ini

    pembiayaan yang disalurkan dan pembiayaan bermasalah menjadi

    33

  • 48

    peubah bebas yang mempengaruhi peubah tidak bebas yaitu laba.

    Model regresi berganda ditunjukkan oleh persamaan berikut ini:

    Y = 0 + 1X1 + 2X2 + e ...... (2)

    Keterangan :

    Y = Laba

    = Konstanta

    X1= Pembiayaan

    X2= NPF

    e = Tingkat kesalahan (galat)

    Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi oleh model regresi.

    Oleh karena itu diperlukan pengujian asumsi yang meliputi uji

    normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan

    heroskedastisitas menurut (Gujarati dalam Rohaeni, 2009).

    a. Uji Normalitas Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan jika data yang

    digunakan kurang dari 30 untuk mengetahui distribusi

    kenormalan data, yaitu apakah data dapat dianggap

    berdistribusi normal atau tidak. Ketika data telah berdistribusi

    normal, maka data tersebut dapat diolah menggunakan model

    regresi berganda. Untuk menguji kenormalan data dilakukan

    dengan menguji kenormalan data residual. Uji normalitas dapat

    dilihat dengan melihat nilai statistik Kolmogorov-Smirnov (KS)

    pada uji normalitas residual. Jika nilai statistik KS lebih kecil

    dibanding nilai tabel KS dan nilai p-value lebih besar dari ,

    maka asumsi kenormalan terpenuhi sehingga model regresi

    yang telah dibuat dapat digunakan (Iriawan dan Astuti, 2006)

    b. Uji Multikoliniearitas Multikolinieritas adalah kondisi dimana peubah-peubah

    bebas memiliki korelasi diantara satu dengan lainnya. Jika

    peubah-peubah bebas memiliki korelasi sama dengan 1 atau

    berkorelasi sempurna mengakibatkan koefisien-koefisien

    regresi menjadi tidak dapat diperkirakan dan nilai standar error

    34

  • 49

    setiap koefisien regresi menjadi tak hingga (Arief, 2006). Uji

    multikolinieritas adalah uji untuk melihat apakah terdapat

    korelasi antara peubah bebas yang digunakan dalam model

    regresi. Untuk melihat apakah ada multikolinieritas pada model

    regresi dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Jika

    nilai VIF masing-masing peubah bebas memiliki nilai lebih

    besar dari 5 maka model regresi memiliki multikolinieritas

    sehingga menjadi tidak valid (Iriawan dan Astuti, 2006)

    c. Uji Autokorelasi Menurut Arief (2006), penaksiran model regresi linear

    memiliki asumsi bahwa tidak terdapat autokorelasi.

    Autokorelasi kemungkinan terjadi pada data time series. Model

    regresi yang baik tidak memperkenankan terjadinya

    autokorelasi. Akibat dari terjadinya autokorelasi adalah

    pengujian hipotesis dalam uji F menjadi tidak valid dan jika

    diterapkan akan memberikan kesimpulan yang menyimpang

    pada tingkat signifikansi dan koefisien regresi yang ditaksir.

    Uji autokorelasi dengan perangkat lunak minitab melalui

    uji run test residual. Jika hasil perhitungan didapatkan p-value

    lebih besar dari , menunjukkan tidak adanya autokorelasi.

    d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

    dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari

    residual untuk peubah bebas yang diketahui. Jika varian dari

    residual untuk peubah yang diketahui tetap, disebut dengan

    homoskedastisitas. Jika varian berbeda, disebut

    heteroskedastisitas (Arief, 2006). Asumsi pada model regresi

    adalah varian setiap variabel independen mempunyai nilai yang

    konstan atau memiliki varian yang sama. Masalah

    heteroskedastisitas umumnya terjadi pada data cross sectional.

    Konsekuensi dari adanya heteroskedastisitas adalah

    kemungkinan untuk mengambil kesimpulan yang salah dalam

    35

  • 50

    uji F karena pengujian yang kurang kuat (Iriawan dan Astuti,

    2006).

    Untuk melihat apakah pada model regresi terdapat

    heteroskedastisitas dilihat dari sebaran titik-titik yang tersebar

    pada output perhitungan dengan perangkat lunak Minitab.

    Sebaran titik-titik yang tidak membentuk pola tertentu namun

    tersebar di atas dan di bawah nol menunjukkan bahwa model

    regresi tidak mengalami masalah heteroskedastisitas (Iriawan

    dan Astuti, 2006).

    3.4.4. Analisis Uji Simultan (Uji F)

    Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua

    variabel independen yang dimaksud dalam model mempunyai

    pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen

    (Kuncoro, 2003). Langkah-langkah uji statistik F:

    1. Merumuskan hipotesis

    a) H0 : i = 0, i=1,2,3

    b) H1 : i 0, i=1,2,3

    2. Menentukan F tabel

    a) F (k-1, n-k)

    b) Taraf nyata () = 0,05; yaitu tingkat kesalahan yang masih

    dapat ditolerir.

    c) Derajat bebas pembilang = k-1

    d) Derajat bebas penyebut = n-k

    3. Menentukan F hitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui

    perangkat lunak minitab 14.

    4. Membandingkan F hitung dengan F tabel

    a) Jika statistik hitung (angka F output) > statistik tabel (F

    tabel) atau F hitung < -F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

    b) Jika F tabel < statistik hitung (angka F output) < statistik

    table (F tabel) maka H0 diterima dan H1 ditolak.

    36

  • 51

    3.4.5. Analisis Uji Simultan (Uji t )

    Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

    pengaruh satu variabel independen secara individual dalam

    menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro, 2003). Langkah-

    langkah uji statistik t adalah:

    1. Merumuskan Hipotesis

    a. H0 : 1 = 0

    Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu

    parameter (1) sama dengan nol. Artinya, suatu variabel

    independen bukan merupakan penjelas yang signifikan

    terhadap variabel dependen.

    b. H0 : 1 0

    Hipotesis alternatifnya (H1), parameter suatu variabel tidak

    sama dengan nol. Artinya, semua variabel tersebut

    merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel

    dependen.

    2. Menentukan t tabel

    a. Menentukan besarnya t-tabel : t (/2,df)

    b. Taraf nyata () = 0,05 yaitu tingkat kesalahan yang masih

    dapat ditolerir

    c. Derajat bebas (df) = n-k

    3. Menentukan t hitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui

    program minitab 14.

    4. Membandingkan t hitung dengan t tabel

    a. Jika statistik hitung (angka t output) > statistik tabel (t

    tabel) atau t hitung < t tabel maka H0 ditolak dan H1

    diterima.

    b. Jika t tabel < statistik hitung (angka t output) < statistik

    tabel (t tabel) maka H0 diterima dan H1 ditolak.

    37

  • 52

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan

    PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan pada 24 Rabius

    Tsani 1412 H atau 1 November 1991. Pendirian Bank Muamalat

    Indonesia ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan

    Pemerintah Indonesia. Kegiatan operasi BMI di mulai pada 27

    Syawal 1412 H atau 1 Mei 1992. Setelah dua tahun sejak didirikan,

    bank Muamalat berhasil mendapatkan predikat sebagai Bank

    Devisa tepatnya pada tanggal 27 Oktober 1994. Pengakuan ini

    semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai bank syariah

    pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun

    produk yang terus berkembang.

    Pada akhir tahun 90an, bank Muamalat terkena dampak krisis

    moneter. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai

    lebih dari 60%. Perseroan mencatat kerugian sebesar Rp 105

    miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar

    kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat

    permodalannya, bank Muamalat memperoleh bantuan dari Islamic

    Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab

    Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi

    salah satu pemegang saham bank Muamalat. Dalam kurun waktu

    1999-2002, bank Muamalat berhasil mengubah kondisi dari rugi

    menjadi laba melalui upaya dan dedikasi setiap kru Muamalat,

    kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat,

    serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara

    murni.

    Pada akhir tahun 2004, bank Muamalat tetap merupakan bank

    syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar

    Rp 5,2 triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar

    serta perolehan laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar. Saat ini, BMI

  • 53

    merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang

    luar negeri yaitu Kuala Lumpur, Malaysia. Dalam upaya

    aksesibilitas nasabah di Malaysia, BMI melakukan kerjasama

    melalui jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS)

    sehingga layanan dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di

    Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank Muamalat

    berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak

    hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan

    aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen

    tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga

    nasional, dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari

    70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun

    terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain Best Islamic Bank

    in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur),

    Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global

    Finance (New York) serta The Best Islamic Finance House in

    Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong).

    4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan a. Visi Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

    Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar

    spiritual, dikagumi di pasar rasional.

    b. Misi Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

    Menjadi Role Model Lembaga Keuangan Syariah dunia

    dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan

    manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk

    memaksimumkan nilai bagi stakeholder.

    4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan Pemegang tertinggi dalam struktur organisasi bank Muamalat

    adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang membawahi

    Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Komisaris. Pada struktur

    organisasi Bank Muamalat Indonesia, Presiden Direktur terletak

    dibawah Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Komisaris serta

    39

  • 54

    membawahi 5 Divisi diantaranya Compliance and Corporate

    Planning Director, Corporate Banking Director, Retail Banking

    Director, Treasury and International Ban