MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI...
Transcript of MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI...
MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI
SYARIAH KANTOR CABANG PEMBANTU CIPULIR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
RIKA FITRIANTI
NIM : 1110053000035
KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
ii
ABSTRAK
RIKA FITRIANTI, 1110053000035, Pembimbing: Muammar Aditya, M.Ak
Manajemen Risiko Pembiayaan Mikro pada BRI Syariah Kantor Cabang
Pembantu Cipulir
Peningkatan laju pertumbuhan pembiayaan mikro sejalan dengan program
pemerintah yang semakin memberikan kemudahan pada sektor usaha mikro untuk
semakin berkembang. Salah satu perbankan syariah yang mempunyai misi
mengembangkan sektor usaha mikro dengan kemudahan akses permodalan yang
diberikan yaitu Bank BRI Syariah dengan produk pembiayaan mikro. Dalam
menjalankan produknya, BRI Syariah tidak terlepas dari risiko. Oleh karena itu,
manajemen risiko diperlukan BRI Syariah KCP Cipulir dan diharapkan dapat
meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro dengan
prosedur dan sistematika yang jelas dan baik.
Metode penelitian yang digunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif, yaitu penelitian dengan memadukan penelitian kepustakaan dan
penelitian lapangan yang mencari fakta dengan interpretasi yang tepat dengan
tujuan untuk mendapatkan gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diteliti.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis risiko yang dihadapi
pembiayaan mikro BRI Syariah KCP Cipulir dan menjelaskan penerapan
manajemen risiko pembiayaan mikro pada BRI Syariah KCP Cipulir.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risiko kredit (pembiayaan) adalah
jenis risiko yang dihadapi oleh BRI Syariah. Risiko ini terjadi disebabkan akibat
kegagalan dari pihak nasabah dalam memenuhi kewajibannya. Pembiayaan mikro
BRI Syariah KCP Cipulir menerapkan 2 tahap manajemen risiko yaitu manajemen
risiko pra-risiko dan manajemen risiko pada saat terjadinya risiko yang
berpedoman sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 13/23/PBI/2011
mengenai Penerapan Manajemen Risiko pada Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah, yang dimulai dengan mengidentifikasi risiko, pengukuran risiko,
pemantauan risiko dan pengendalian risiko. Efektifitas manajemen risiko yang
diterapkan BRI Syariah terlihat dari kemungkinan risiko yang muncul pada
pembiayaan mikro di bawah 1%.
Kata kunci: Manajemen, Manajemen Risiko, Pembiayaan Mikro
iii
KATA PENGANTAR
Rangkaian ucapan syukur yang tak terkira selalu penulis panjatkan kepada
Allah SWT yang telah melimpahkan kasih sayang dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurah kepada pemimpin umat, Baginda Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga serta para sahabat yang telah menjadi suri
tauladan bagi kita dalam melangkah. Terima kasih penulis ucapkan khusus untuk
Bapak dan Ibu tercinta, Drs. Abdul Haris dan Puji Lestari, orang tua terkasih yang
selalu memberikan doa, semangat, motivasi, materi dan kasih sayangnya selama
ini kepada penulis. Semoga Allah senantiasa memberikan umur yang panjang,
diberikan kesehatan, serta keberkahan kepada mereka. Amin.
Sebagai manusia biasa, tentunya penulis memiliki keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas
keterbatasan dan kekurangan yang ada pada skripsi ini. Dibalik keberhasilan
selalu ada kebersamaan yang memberikan semangat, bimbingan, motivasi dan
doa. Oleh karena itu, tak lupa pada kesempatan ini dengan segenap kerendahan
hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan, Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D, selaku Wakil
Dekan Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum, dan Dr. H. Sunandar, MA selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
iv
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah dan
H. Mulkanasir B.A, S.Pd, M.M, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah, yang telah banyak memberikan motivasi.
3. Muammar Aditya, M.Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar
membimbing penulis dan memberikan arahan, saran serta masukan sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga apa yang telah Bapak ajarkan
mendapat balasan kebaikan dari Allah SWT.
4. Segenap Penguji Sidang kepada Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D, selaku Ketua
Sidang, H. Mulkanasir B.A, S.Pd, M.M, selaku Sekretaris Sidang, Noor
Bekti Negoro, M.Si selaku Penguji I dan Drs. M. Sungaidi, MA, selaku
Penguji II.
5. Segenap Dosen Pengajar dan Civitas Akademika Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan
ilmunya dengan ikhlas kepada penulis, serta kepada pengurus perpustakaan
utama dan perpustakaan fakultas yang telah meminjamkan buku-buku yang
diperlukan sebagai referensi oleh penulis.
6. Seluruh pihak BRI Syariah KCP Cipulir, Pak Yudhi, Mbak Risa,Mbak
Sulastri, Mbak Syarifah (Ipeh), Kak Noflim (Oim), yang telah memberikan
izin bagi penulis untuk melakukan penelitian. Pak Alfian, Pak Heldin dan
seluruh staff Unit Mikro Syariah, yang tidak pernah jenuh menjawab berbagai
pertanyaan wawancara dan membantu mengetik jawaban wawancarayang
diajukan penulis.
7. Adik Fajar Al-Amin, Budeh Siti, Budeh Nani, Budeh Yani, Bu’le Rita,
sepupu-sepupu, yang selalu memberikan semangat, motivasi, doa dan kasih
v
sayangnya yang luar biasa. Semoga kalian diberikan umur panjang dan
kesehatan oleh Allah SWT. Keponakan-keponakanku, Raditya, Putri,
Rangga, Seruni, Sekar, Rayen, Abyan, Al-Fatih, Zico dan Keanu, semoga
kalian menjadi anak yang sholeh, sholehah dan berbakti kepada orang tua. I
always love you all. Muhammad Ade Hardiansyah, yang telah merelakan
waktunya menemaniku melakukan wawancara dan penelitian, memberikan
doa, semangat, motivasi dan perhatiannya. Thanks a lot for your kindness,
Boy.
8. Sahabat-sahabat tersayang Rosma Aliah (Iyos), Kak Tita, Anisa, Kak Dini,
Endah, Alvionita, Isye, Kak Ajeng, Kak Iis, Rifka Oktavia dan Putri Aulia,
terima kasih untuk keceriaan yang sangat menghibur pada saat pengerjaan
skrispsi ini. Love you so much. Teman-teman seperjuangan LKS-MD dan
ZISWAF-MD 2010, Nurul Husna, Ratih, Adinda, Zaitun, Mutiara, Melda,
Dewi, Maria Ulfah, Amelia, dan yang lainnya, terima kasih atas pertemanan
selama 4 tahun berjuang bersama-sama untuk mendapatkan gelar kesarjanaan
ini. Teman-teman KKN SPECTA 2013, terima kasih atas kekompakkan dan
support-nya selama ini. Semoga kita sama-sama sukses ke depannya. Teman-
teman Seni Tari Saman SKETSA FIDKOM dan Paduan Suara VOC
FIDKOM, terima kasih atas kebersamaan dan kehangatan yang selama ini
terjalin dalam organisasi. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai setiap
langkah kita. Amin.
Jakarta, 19 Juni 2014
Rika Fitrianti
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN.........................................................................
ABSTRAK....................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 9
D. Metodologi Penelitian .............................................................. 10
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 13
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 15
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Manajemen Risiko
1. Definisi Manajemen Risiko .............................................. 17
2. Fungsi dan Tujuan Manajemen Risiko ............................. 24
3. Proses Manajemen Risiko ................................................. 26
B. Pembiayaan Mikro
1. Definisi Pembiayaan ......................................................... 29
2. Prinsip dan Penilaian Pemberian Pembiayaan .................. 30
3. Fungsi dan Tujuan Pembiayaan ........................................ 35
4. Pembiayaan Usaha Mikro ................................................. 37
BAB III GAMBARAN UMUM BRI SYARIAH KANTOR CABANG
PEMBANTU CIPULIR
A. Sejarah Singkat Berdirinya BRI Syariah KCP Cipulir........... 42
B. Visi dan Misi BRI Syariah KCP Cipulir................................. 47
C. Struktur Organisasi BRI Syariah KCP Cipulir....................... 48
vii
D. Produk Bank BRI Syariah KCP Cipulir
1. Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan................................ 49
2. Pembiayaan Mikro iB BRI Syariah................................. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Proses Pembiayaan Mikro BRI Syariah KCP Cipulir............ 60
B. Jenis Risiko Pembiayaan Mikro BRI Syariah KCP Cipulir... 63
C. Analisis Penerapan Manajemen Risiko BRI Syariah KCP
Cipulir dalam Meminimalisir Risiko yang Dihadapi oleh
Pembiayaan Mikro.................................................................. 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 87
B. Saran...................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 89
LAMPIRAN................................................................................................ 91
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kolektibilitas Pembiayaan Mikro BRI Syariah Tahun 2012-2013.......... 6
Tabel 2 Kolektibilitas............................................................................................ 80
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi BRI Syariah KCP Cipulir.................................... 48
Gambar 2 Proses Pembiayaan Mikro BRI Syariah KCP Cipulir......................... 60
x
DAFTAR GLOSARIUM
Acceptable : Dapat diterima/diperkirakan
Automatic Roll Over : Sistem pada produk deposito BRI Syariah
Bankable : Persyaratan yang dapat diterima bank
BI Checking : Pengecekan dari Bank Indonesia
Cash Flow : Arus pendapatan
Cash Pick Up : Antar jemput angsuran
Colls : Kolektibilitas
Customer Service : Karyawan bank yang bertugas untuk melayani
konsumen/nasabah
Default : Nasabah bank yang mengalami kredit macet/gagal bayar
Early Warning System: Sistem Peringatan Secara Dini
Feasible : Sesuatu yang terlihat/memungkinkan
Filter : Penyaring
Financial : Pembiayaan
Financing Reviewer : Manajer Peninjau Pembiayaan
Manager
iB : Islamic Banking/Perbankan berbasis Islam
Ijarah : Prinsip sewa
Istishna’ : Prinsip
Maintain : Pemeliharaan
Margin : Keuntungan
Mixing : Penggabungan
Mudharabah : Akad bagi hasil
Murabahah : Akad jual beli
Musyarakah : Akad kerja sama
Return : Pengembalian
Risk Management : Manajemen Risiko
Risk : Risiko
xi
Salam : Akad jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum
ada
Service Excellent : Pelayanan yang terbaik
Shahibul Maal : Seseorang yang mempunyai dana dalam akad
Mudharabah
Supplier : Penyedia barang
Syariah Comply : Pedoman berbasis syariah
Teller : Karyawan bank yang bertugas sebagai kasir untuk
mengelola kas
Top up : Pendapatan tertinggi
Track Checking : Pengecekan usaha yang dijalankan nasabah
Unacceptable : Tidak dapat diterima/diperkirakan
Uncertainty : Ketidakpastian
Uncontrolled : Tidak sesuai kontrol
Unit Head : Kepala unit
Volume : Tingkatan
Wadi’ah yad : Akad penitipan barang
dhamanah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan usaha mikro sangat membantu negara dalam memajukan
pertumbuhan ekonomi. Usaha mikro berusaha untuk mengurangi tingkat
pengangguran dan juga tingkat kemiskinan. Setidaknya ada tiga alasan yang
mendasari negara berkembang, termasuk Indonesia, belakangan ini memandang
penting keberadaan usaha mikro.1 Alasan pertama adalah karena kinerja usaha
mikro cenderung lebih baik dalam menghasilkan tenaga kerja yang produktif.
Kedua, usaha mikro sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui
investasi dan perubahan teknologi. Ketiga, adalah karena usaha mikro sering
diyakini memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dibanding usaha besar.
Dalam UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) mendefinisikan usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki nilai aset
paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) atau dengan hasil
penjualan tahunan paling besar Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).2
Usaha mikro sebagai sektor yang lekat dengan perbankan syariah tetap menjadi
prioritas penyaluran dana perbankan syariah, hal ini tidak mengherankan
1 Siti Maryama, “Permasalahan Manajemen Usaha Mikro”, Jurnal Liquidity Vol 1, No. 1,
Januari-Juni 2012, h. 81-90 2Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, “Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah”, diakses pada 6 April 2014 dari
http://www.depkop.go.id/index.php?/option=com_content&article&id=129
2
mengingat nature bank syariah yang dekat dengan usaha mikro dan potensi pasar
sektor tersebut terbesar dan tersebar di seluruh pelosok tanah air. Peningkatan
laju pertumbuhan pembiayaan mikro sejalan dengan program pemerintah yang
semakin memberikan kemudahan pada sektor usaha mikro untuk semakin
berkembang. Perbankan selalu dituntut untuk lebih peduli terhadap UMKM
sebagai pasar potensial dalam penyaluran pembiayaannya. Di lain pihak,
perbankan sendiri masih menghadapi sejumlah persoalan yang juga harus segera
diselesaikan.
Berbagai kebijakan dan peraturan telah dikeluarkan pemerintah agar
perbankan lebih berorientasi kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Tidak dapat dipungkiri bahwa UMKM memiliki daya tahan yang tangguh dalam
menghadapi berbagai gejolak dan permasalahan. Sejak terjadinya krisis moneter
yang diikuti oleh krisis ekonomi dan berbagai krisis lainnya, ditemukan suatu
kenyataan bahwa ketahanan perekonomian nasional sesungguhnya ditopang oleh
UMKM. Oleh karena itu, upaya untuk terus memberdayakan UMKM merupakan
tantangan yang harus selalu ditingkatkan, termasuk dukungan pembiayaan
melalui perbankan. Keberadaan UMKM hendaknya diharapkan dapat memberi
kontribusi yang cukup baik terhadap upaya penanggulangan masalah-masalah
yang sering dihadapi, seperti tingginya tingkat kemiskinan dan besarnya jumlah
pengangguran. UMKM memiliki porsi terbesar dalam pembiayaan yang
diberikan oleh bank-bank syariah dengan nilai pembiayaan sebesar 17,9 triliun
rupiah pada tahun 2007, dibandingkan pembiayaan pada sektor non-UMKM
3
yang mendapatkan alokasi pembiayaan senilai 7,7 triliun rupiah.3 Berdasarkan
laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia tahun 2007, pembiayaan rata-rata
perbulan untuk UMKM skim musyarakah sebesar 280 milyar rupiah,
mudharabah sebesar 2,18 triliun rupiah, dan murabahah sebesar 2,23 triliun
rupiah. Sedangkan berdasarkan data pembiayaan Bank Syariah Mandiri kepada
UMKM tahun 2007 tercatat sebesar 4,83 triliun rupiah.4
Salah satu perbankan syariah yang mempunyai misi mengembangkan sektor
UMKM dengan kemudahan akses permodalan yang diberikan yaitu Bank BRI
Syariah dengan produk pembiayaan mikro yang terbagi atas tiga kategori, yaitu
Mikro 25iB, Mikro 75iB, dan Mikro 500iB. Dalam mengembangkan sektor
usaha mikro, BRI Syariah melakukan sosialisasi tentang pembiayaan mikro
kepada calon nasabah dengan menerapkan margin di bawah kompetitor.
Pembiayaan mikro BRI Syariah menggunakan akad murabahah. Dalam akad ini
bank menjadi jembatan jual beli dengan nasabah. Rencana ke depan, BRI Syariah
akan menambah dua akad baru, yakni ijarah (sewa) dan musyarakah
mutanaqisah (kerja sama).5
Dengan adanya produk pembiayaan mikro ini BRI Syariah diharapkan
mampu menanggulangi masalah permodalan yang dialami oleh pengusaha mikro,
kecil, dan menengah, sehingga distribusi modal dan pendapatan dapat dirasakan
3 Bank Indonesia, Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2008, (Jakarta: Direktorat
Perbankan Syariah Bank Indonesia), h.12 4 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan
UKM di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h.292 5 Arief, “Perkembangan Pembiayaan Usaha Mikro”, diakses pada 8 April 2014 dari
http://bursa.ariefew.com/info/bri-syariah-incar-pembiayaan-mikro-30-persen/
4
masyarakat kecil. BRI Syariah sebagai lembaga perbankan yang bergerak di
bidang ekonomi, tentunya tidak terlepas dari masalah-masalah yang dihadapi
dalam mengembangkan sektor UMKM. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut,
tentunya BRI Syariah harus mempunyai strategi yang tepat, terutama dalam
masalah permodalan, agar para pengusaha mikro dapat lebih meningkatkan
potensi dalam bidang usaha yang dijalankannya, mengurangi tingkat
pengangguran, dan berdampak dapat mengurangi tingkat kemiskinan.
Dekade ini industri perbankan di Indonesia dihadapkan oleh beberapa risiko
yang semakin kompleks akibat kegiatan usaha bank yang beragam mengalami
perkembangan pesat sehingga mewajibkan bank untuk meningkatkan kebutuhan
akan penerapan manajemen risiko untuk meminimalisir risiko yang terkait
dengan kegiatan usaha bank.6 Dengan adanya pembiayaan pada perbankan,
memungkinkan terjadinya beberapa risiko yang cukup signifikan. Risiko adalah
ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan
dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai.7 Risiko dalam sudut
pandang bank didefinisikan sebagai peluang dari kemungkinan terjadinya situasi
buruk yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank.
Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola dan
dikendalikan. Perbankan syariah dianggap memiliki keunggulan dalam
pengelolaan risiko karena berdasarkan nature bisnisnya, perbankan syariah harus
6 Lisa Kartika Sari, “Penerapan Manajemen Risiko pada Perbankan Indonesia”, diakses
pada7 April 2014, dari http//ejournal.unesa.ac.idindex.phpjurnal-akuntansiarticleview280204 7 Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, Cetakan ke-2, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2011), h. 4
5
ikut mengelola perusahaan yang diberikan pembiayaan, hal ini untuk
meminimalisir risiko.8 Oleh karena itu, sebagaimana lembaga perbankan pada
umumnya, bank syariah juga memerlukan serangkaian prosedur dan metodologi
yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha, atau yang biasa disebut
manajemen risiko.9
Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisa,
serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan
untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi.10
Dalam pengertian
lain, manajemen risiko juga merupakan suatu cara, metode, atau ilmu
pengetahuan yang mempelajari berbagai jenis risiko, bagaimana mengaturnya
dan bagaimana mengelola risiko tersebut dengan tujuan agar terhindar dari
risiko.11
Risiko pembiayaan muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan
pokok yang diberikannya atau investasi yang sedang dilakukannya. Penyebab
utama terjadinya risiko pembiayaan adalah terlalu mudahnya bank memberikan
pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan
kelebihan likuiditas, sehingga penilaian kredit kurang cermat dalam
mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya. Oleh
karena itu, bank atau lembaga keuangan perlu menerapkan sejumlah teknik dan
8 Antonius Alijoyo, Baik Perbankan Maupun Sektor Riil Perlu Manajemen Risiko, (Jakarta:
Sharing, 2006), h. 15 9Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2007), h. 255 10
Herman Darmawi, Manajemen Risiko, Cetakan ke-8, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 17 11
Safri Ayat, Manajemen Risiko, (Jakarta: Gema Insani Akastri, 2003), h. 1
6
kebijakan untuk mengelola risiko pembiayaan dalam rangka meminimumkan
kemungkinan atau konsekuensi kerugian pembiayaan.12
Kolektibilitas
pembiayaan mikro BRI Syariah juga sangat berperan dalam meminimalisir
risiko. Berikut adalah data kolektibilitas pembiayaan mikro BRI Syariah tahun
2012-2013.
Tabel 1.1 Kolektibilitas Pembiayaan Mikro BRI Syariah
Kolektibilitas 2012 2013
Lancar Rp. 4.000.000.000,00 Rp. 6.120.000.000,00
Dalam Perhatian Khusus Rp. 2.531.300,00 Rp. 2.690.600,00
Kurang Lancar Rp. 2.242.590,00 Rp. 1.921.450,00
Diragukan Rp. 1.738.250,00 Rp. 1.518.500,00
Macet Rp. 10.074.560,00 Rp. 8.595.000,00
Total Rp. 4.016.586.700,00 Rp. 6.134.725.550,00
Sumber: Laporan Keuangan Pembiayaan Mikro BRI Syariah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa BRI Syariah sangat
memperhatikan kolektibilitas angsuran nasabah. Terbukti dengan adanya
peningkatan pembiayaan lancar dan penurunan pembiayaan macet pada tahun
2012-2013. Dalam kolektibilitas pembiayaan mikro BRI Syariah mengalami
peningkatan jumlah pembiayaan lancar yaitu pada tahun 2012 sebesar Rp.
4.016.586.700,00, sedangkan pada tahun 2013 sebesar Rp. 6.134.725.550,00.
Sebaliknya, pembiayaan macet mengalami penurunan pada tahun 2012 sebesar
Rp. 10.074.560,00, sedangkan pada tahun 2013 sebesar Rp. 8.595.550,00.
Relationship Officer (RO) melakukan Colls (kolektibilitas) 2 hari atau 3 hari
12
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, h. 95
7
sebelum tanggal jatuh tempo angsuran nasabah. Hal ini dilakukan agar tidak
terjadi penunggakan biaya angsuran.
Manajemen risiko yang baik dan tepat akan dapat menekan probabilitas dan
dampak negatif dari risiko yang ada, konsep manajemen risiko juga
diperuntukkan guna meminimalisir risiko yang terdapat pada dunia usaha.
Perusahaan yang melakukan proses manajemen risiko juga diharapkan lebih
dapat menciptakan nilai tambah, karena potensi return yang diperoleh sudah
diperhitungkan lebih besar daripada potensi risiko kerugiannya. Berdasarkan
pemaparan tersebut, sudah sepantasnya sebuah organisasi ataupun perusahaan
menyadari bahwa pengelolaan risiko merupakan sesuatu yang penting bagi
organisasi sehingga perlu memiliki suatu sistem manajerial yang mampu
meminimalisir bahkan menghilangkan segala kemungkinan risiko yang dihadapi
dalam kegiatan usahanya. Pada Bank BRI Syariah, pihak Risk Management
mereka menggunakan model manajemen risiko yang biasa diterapkan oleh
perusahaan keuangan lain dalam meminimalisir risiko, akan tetapi dengan
perbedaan ini BRI Syariah justru dapat menekan risiko tersebut dengan baik.
Dengan berdasarkan uraian di atas, peneliti berkeinginan untuk menganalisa
jenis risiko yang dihadapi pembiayaan mikro dan menganalisa bagaimana
penerapan manajemen risiko pembiayaan mikro BRI Syariah dalam
meminimalisir risiko. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul “Manajemen
Risiko Pembiayaan Mikro pada BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu
Cipulir”.
8
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berbicara mengenai manajemen memang cukup luas. Demi
terselesaikannya penulisan skripsi ini, maka penulis dalam penelitiannya
hanya memfokuskan dan membatasi pada pembahasan manajemen risiko
yang terdapat pada lembaga keuangan syariah, sesuai dengan skripsi yang
ingin diangkat “Manajemen Risiko Pembiayaan Mikro pada BRI Syariah
Kantor Cabang Pembantu Cipulir”.
2. Rumusan Masalah
Berdasar pada pembatasan masalah dan pembatasan penelitian tersebut,
maka untuk mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalahnya
sebagai berikut:
a. Jenis risiko apa yang dihadapi oleh pembiayaan mikro BRI Syariah KCP
Cipulir?
b. Bagaimana penerapan manajemen risiko pembiayaan mikro BRI Syariah
KCP Cipulir untuk meminimalisir risiko yang dihadapi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan adanya perumusan masalah diatas, tentunya ada tujuan-tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian skripsi ini, diantaranya adalah sebagai
berikut:
9
a. Mengetahui risiko yang dihadapi BRI Syariah KCP Cipulir dalam produk
pembiayaan mikro.
b. Menjelaskan manajemen risiko yang diterapkan BRI Syariah KCP Cipulir
dalam pembiayaan mikro.
2. Manfaat Penelitian
a. Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
bagi para pembaca khususnya mahasiswa Manajemen Dakwah, Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta dapat berguna bagi banyak pihak
terutama sebagai tambahan referensi atau perbandingan bagi studi-studi
yang akan datang.
b. Praktisi
Menjadi masukan dan saran bagi para praktisi, akademisi dalam
penelitian selanjutnya sehingga dapat menjadi perbandingan bagi
penelitian yang lain.
c. Rekomendasi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan
rekomendasi bagi pihak manajemen risiko BRI Syariah dan menjadi
bahan kajian, serta tim pelaksana program pembiayaan mikro yang
menangani masalah ini secara khusus, agar mampu mempertahankan
10
kinerja yang sudah baik dan memaksimalkan kinerja yang belum
tercapai secara optimal.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam pembahasan dan pengumpulan data skripsi ini, penulis memakai
metode penelitian kualitatif deskriptif. Deskriptif menurut pengertiannya
adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat dengan tujuan untuk
mendapatkan gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diteliti.13
Fenomena itu dapat berupa bentuk aktivitas, karakteristik,
peubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu
dengan fenomena lainnya.14
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
adalah:
a. Data Perusahaan yang terdiri dari gambaran dan sejarah singkat
perusahaan BRI Syariah KCP Cipulir.
b. Data tentang deskriptif mengenai Manajemen Risiko pada Pembiayaan
Mikro BRI Syariah KCP Cipulir. Data ini diperoleh melalui teknik
dokumentasi, wawancara, dan observasi lapangan.
13
Moh. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h.63 14
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2006), h.72
11
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah orang atau sekelompok orang yang
dapat memberikan informasi. Mereka terdiri dari pengelola perusahaan,
pimpinan manajemen hingga karyawan-karyawan yang berhubungan dengan
penelitian. Dalam penelitian ini, subjek penelitian lebih dibatasi hanya untuk
mereka yang dapat memberikan pengaruh terhadap manajemen risiko dalam
perusahaan. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah BRI Syariah
KCP Cipulir yang beralamat Jalan Ciledug Raya No. 25, Petukangan
Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Waktu penelitian Februari 2014 –
Mei 2014.
3. Jenis Data dan Sumber Data
Sumber data merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk
digunakan dalam penelitian guna menjelaskan valid atau tidaknya suatu
penelitian tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dan observasi
dengan objek penelitian yaitu pihak BRI Syariah KCP Cipulir.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh oleh suatu organisasi atau
perorangan dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi, data yang
12
diperoleh dari buku-buku, jurnal, internet, serta sumber lainnya yang
dapat dijadikan bahan penunjang penulisan skripsi ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan.15
Dalam kegiatan observasi, penulis bertindak sebagai
pengamat dan pewawancara yang terjun langsung ke lapangan untuk
menemui informan.
b. Wawancara
Wawancara yang dilakukan untuk memperoleh informasi langsung
dari responden atau metode pengumpulan data dengan tanya jawab yang
dikerjakan berlandaskan pada tujuan penelitian dengan menggunakan
panduan wawancara.16
Dalam hal ini wawancara yang dilakukan peneliti dengan tokoh
lembaga atau para pihak khusus manajemen risiko yang dianggap
berkompeten dengan masalah yang dibahas untuk memperoleh
informasi mengenai manajemen risiko pembiayaan mikro.
15
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h.115 16
Moh. Nasir, Metode Penelitian, h.193
13
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh
melalui dokumentasi-dokumentasi dan data-data dari pihak BRI Syariah
KCP Cipulir.
5. Teknik Analisis Data
Adapun dalam mengolah data penulis menggunakan jenis penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif analisis, yaitu suatu teknik penelitian
dimana penulis terlebih dahulu menggambarkan data dan informasi yang
berlandaskan fakta-fakta untuk dianalisis.
6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah mengacu pada
buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang disusun oleh tim penulis UIN
Jakarta dan diterbitkan oleh CEQDA UIN Jakarta pada tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian, penulis telah membaca beberapa penelitian-
penelitian terdahulu yang terkait dengan judul yang penulis ajukan mengenai
manajemen risiko. Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang pernah dilakukan
berkaitan dengan materi yang akan dibahas:
1. Muhammad Amin, Mahasiswa Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan
Hukum 2009. “Strategi Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dalam
pengelolaan risiko dalam Pengelolaan Risiko Pembiayaan UKM (Studi Kasus
14
BPRS Al Salam Cabang Cinere)”. Pada penulisan skripsi ini penulis fokus
membahas bagaimana BPRS Al Salam Cabang Cinere mengelola risiko dalam
pembiayaan UKM.
2. Nursyamsiah, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum 2009. “Peran
Manajemen Risiko dalam Pembiayaan Murabahah pada BNI Syariah”. Pada
penelitian ini menjelaskan proses manajemen risiko, sistem pengelolaan pada
pembiayaan murabahah dan mengidentifikasi penyebab pembiayaan
bermasalah yang terjadi pada Bank BNI Syariah.
3. Siti Maryama, Jurnal Liquidity Vol 1 No. 1, Januari-Juni 2012. “Permasalahan
Manajemen Usaha Mikro pada Pabrik Kerupuk UD Manunggal Karsa Lebak
Bulus”. Pada jurnal penelitian ini menjelaskan tentang manajemen usaha
mikro pabrik kerupuk, permasalahan yang dihadapi pada manajemen usaha
mikro dan penerapan manajemen usaha mikro pada pabrik kerupuk UD
Manunggal Karsa.
4. Lisa Kartika Sari, Jurnal Universitas Negeri Surabaya, Februari-Juli 2011.
“Penerapan Manajemen Risiko pada Perbankan Indonesia”. Pada jurnal ini
meneliti tentang penerapan manajemen risiko pada perbankan di Indonesia
dan mengetahui keuntungan dan hambatan menerapkan manajemen risiko
pada perbankan pada umumnya.
Sedangkan pada penelitian ini penulis membahas tentang jenis risiko yang
dihadapi oleh pembiayaan mikro BRI Syariah KCP Cipulir dan penerapan
manajemen risiko pembiayaan mikro BRI Syariah untuk meminimalisir risiko
yang dihadapi dan meminimalisir kerugian akibat risiko tersebut.
15
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memahami proses dan alur pemikiran dalam
penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan melalui sistematika penulisan
skripsi yang merupakan laporan hasil penelitian. Adapun sistematika penulisannya
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka, sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini penulis akan menjelaskan Manajemen Risiko,
Fungsi dan Tujuan Manajemen Risiko, Proses Manajemen
Risiko, Pengertian Pembiayaan dan Pembiayaan Usaha Mikro.
BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI BRI SYARIAH
KANTOR CABANG PEMBANTU CIPULIR
Pada bab ini terdiri dari latar belakang berdirinya BRI Syariah
KCP Cipulir, visi dan misi BRI Syariah, struktur organisasi BRI
Syariah KCP Cipulir, produk-produk BRI Syariah dan
pembiayaan mikro BRI Syariah.
16
BAB IV ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN
MIKRO PADA BRI SYARIAH KANTOR CABANG
PEMBANTU CIPULIR
Pada bab ini penulis memaparkan hasil penelitian yang
membahas proses pembiayaan mikro pada BRI Syariah, jenis
risiko yang dihadapi pada pembiayaan mikro, dan proses
penerapan manajemen risiko pada pembiayaan mikro BRI
Syariah KCP Cipulir.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan
pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya
dan saran-saran yang disampaikan dalam penulisan penulisan
skripsi ini.
17
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Manajemen Risiko
1. Definisi manajemen risiko
Pemahaman tentang manajemen risiko pembiayaan akan dapat
dipahami apabila terlebih dahulu memahami definisi dari masing-masing
kata yang terkait di dalamnya, yaitu manajemen, risiko, dan pembiayaan.
Manajemen menurut pendapat George R. Terry, didefinisikan sebagai
proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan serta pengawasan
aktifitas-aktifitas suatu organisasi dalam rangka upaya mencapai suatu
koordinasi sumber-sumber daya manusia dan sumber daya alam dalam
hal pencapaian sasaran secara efektif dan efisien.1 Sementara menurut
James F. Stoner, manajemen merupakan proses perencanaan,
pengorganisasian dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.2
Dari definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen
merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengendalian/pengawasan atas upaya-upaya anggota sebuah organisasi
dan atas penggunaan sumber daya yang terdapat pada organisasi tersebut
1 H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2005), h.2 2 H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah, h.3
18
untuk mencapai tujuan tertentu, yang mana proses pencapaian tujuan
tersebut melalui keempat fungsi-fungsi manajemen tersebut (POAC).3
Setelah membahas manajemen, maka selanjutnya akan dibahas
mengenai pengertian risiko dan jenis-jenis risiko yang terjadi pada
perbankan. Risiko merupakan sesuatu yang mengandung bahaya, atau
ketidakpastian (uncertainty) dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
menurut pendapat Gallati, risiko adalah suatu kemungkinan akan
terjadinya hasil yang tidak diinginkan, yang dapat menimbulkan kerugian
apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola semestinya.4
Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian
potensial, baik yang dapat diperkirakan (acceptable) maupun yang tidak
dapat diperkirakan (unacceptable) yang berdampak negatif terhadap
pendapatan dan permodalan bank. Risiko yang dapat diperkirakan berupa
risiko-risiko yang biasa terjadi dalam perbankan sesuai dengan Peraturan
Bank Indonesia. Sedangkan risiko yang tidak dapat diperkirakan
merupakan risiko baru yang muncul dan belum ada teori untuk
meminimalisir risiko tersebut sehingga sangat mudah untuk merugikan
bank. Risiko tersebut tidak dapat dihindarkan, tetapi dapat dikelola dan
dikendalikan.5
Dalam dunia perbankan terdapat beberapa jenis risiko,
diantaranya:
3 Suhendra dan Murdiyah, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: UIN Press,
2006), h.2 4 Prof. Dr. Winardi, SE, Asas-asas Manajemen, (Bandung: CV Mandar Maju, 2010)
Cetakan ke-3, h.7 5 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2007), Ed. 3, h.255
19
a. Risiko Kredit
Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian sehubungan
dengan pihak peminjam tidak berkemampuan nasabah untuk
memenuhi kewajiban yaitu mengembalikan dana yang dipinjamnya
secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya. Apabila
pinjaman yang tidak dapat dikembalikan jumlahnya cukup besar,
maka hal ini dapat menyebabkan turunnya pendapatan, kinerja
maupun tingkat kesehatan bank.6
b. Risiko Pasar
Risiko pasar timbul akibat adanya perubahan variabel pasar,
seperti: suku bunga, nilai tukar mata uang dan harga komoditas
sehingga nilai aset yang dimiliki bank menurun. Sebagai bank umum
dengan prinsip syariah, maka bank hanya perlu mengelola risiko
pasar yang terkait dengan perubahan nilai tukar yang dapat
menyebabkan kerugian bank.7
c. Risiko Likuiditas
Risiko yang antara lain disebabkan oleh bank tidak mampu
memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo.8 Jika suatu bank
memiliki model bisnis yang lebih rumit, biasanya sejalan dengan
skala usaha yang semakin besar dari bank yang dimaksud, maka
Bank Indonesia akan meminta bank tersebut untuk mengatur: risiko
hukum, risiko reputasi, risiko strategi, dan risiko kepatuhan.
6 Veithzal Rivai, Islamic Risk Management for Islamic Bank, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2013), h.243 7 Veithzal Rivai, Islamic Risk Management for Islamic Bank, h.259
8 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, h.274
20
d. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah konsep yang tidak terdefinisikan
dengan jelas, risiko ini muncul akibat kesalahan dan kecelakaan
yang bersifat manusiawi ataupun teknis. Ini merupakan risiko
kerugian yang secara langsung maupun tidak langsung dihasilkan
oleh ketidakcukupan atau kegagalan proses internal, faktor manusia,
teknologi atau akibat faktor-faktor eksternal.
e. Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya
kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain
disebabkan oleh adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan
perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan
seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya suatu kontrak.
f. Risiko Strategi
Risiko strategi adalah risiko yang terkait dengan keputusan
bisnis jangka panjang yang dibuat oleh senior manajemen bank.
Risiko ini dapat juga dkaitkan dengan implementasi dari strategi-
strategi mereka.
g. Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko kerusakan potensial pada suatu
perusahaan yang dihasilkan oleh opini publik yang negatif terhadap
bank.
h. Risiko Kepatuhan
21
Risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain
yang berlaku.
Selanjutnya kita bahas mengenai pengertian manajemen risiko,
fungsi dan tujuan manajemen risiko dan proses manajemen risiko yang
diterapkan pada perbankan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 13/23/PBI/2011. Pengertian manajemen risiko adalah serangkaian
metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi,
mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari
seluruh kegiatan usaha bank.
Proses manajemen risiko pada jaman dahulu juga diterapkan oleh
Nabi Yusuf as. Kisah tersebut tercantum dalam Al-Qur’an Surat Yusuf
ayat 46-49 yang menceritakan tentang pertanyaan raja Mesir mengenai
mimpinya kepada Nabi Yusuf, di mana pada suatu ketika raja Mesir
pernah bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan
oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus, melihat tujuh bulir gandum yang
hijau dan tujuh bulir gandum yang kering. Dari kisah tersebut dapat
dikatakan bahwa telah timbul suatu risiko yang menimpa negeri Yusuf
yaitu pada tujuh tahun kedua akan timbul kekeringan yang dahsyat.
Mendengar cerita mengenai mimpi sang raja, kemudian Yusuf
memberikan saran agar seluruh rakyat menyimpan sebagian hasil
panennya dengan tujuan menghindari bahaya kelaparan akibat musim
paceklik yang akan menimpa negeri tersebut. Proses manajemen risiko
yang diterapkan Nabi Yusuf melalui tahapan pemahaman risiko,
22
evaluasi dan pengukuran risiko, serta pengelolaan risiko. Selain itu, Allah
SWT juga berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 279:
Artinya: “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa
riba), Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu.
Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya” (QS. Al-
Baqarah:279)
Penerapan manajemen risiko pada bank umum diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia Pasal 38 UU 21 Tahun 2008 (1) yang berisi
Bank Syariah dan UUS wajib menerapkan manajemen risiko, prinsip
mengenal nasabah, dan perlindungan nasabah. Hal ini bertujuan sebagai
upaya bank untuk meningkatkan efektivitas kinerja bank serta menjaga
kesehatan dari masing-masing bank. Penerapan manajemen risiko
sebagaimana dimaksud di atas kurang lebih mencakup:9
a. Pengawasan aktif Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas
Syariah
b. Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit manajemen
risiko
c. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian risiko, serta sistem informasi manajemen risiko
9 Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 Tentang Penerapan Manajemen
Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, diakses pada 26 tarat 2014 dari
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/pbi_132311f1.pdf
23
d. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh
Selain itu, keberadaan manajemen risiko sebagai pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko
yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan. Hal ini mencakup
kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin,
mengawasi dan mengevaluasi program penanggulangan risiko.10
Pada saat ini, manajemen risiko merupakan kunci dari keseluruhan
manajemen bisnis. Tujuan utama manajemen risiko harus menyokong
objektif pengelolaan. Dengan berjalannya bisnis yang diharapkan
mendatangkan keuntungan, maka meminimalkan risiko untuk mencapai
keuntungan yang memuaskan menjadi sasaran bisnis.11
Hubungan antara
risiko dan hasil secara alami berkorelasi secara linier negative, yaitu
semakin tinggi hasil yang diharapkan, dibutuhkan risiko yang semakin
besar untuk dihadapi. Untuk itu diperlukan upaya yang serius agar
hubungan tersebut menjadi kebalikannya, yaitu yang meningkatkan hasil
pada saat risiko menurun.
2. Fungsi dan tujuan manajemen risiko
Sasaran manajemen risiko adalah mengidentifikasi, mengukur,
memantau, dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha bank dengan
tingkat risiko yang wajar secara terarah, terintegrasi, dan
berkesinambungan. Dengan demikian manajemen risiko berfungsi
10
Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Asuransi, (Jakarta:
Salemba Empat, 2003), h.4 11
Veithzal Rivai, Islamic Risk Management for Islamic Bank, h.85
24
sebagai filter terhadap kegiatan usaha bank. Secara garis besar
manajemen risiko berfungsi, sebagai berikut:12
a. Menunjang ketepatan proses perencanaan dan pengambilan
keputusan
b. Menunjang efektifitas perumusan kebijakan sistem manajemen dan
bisnis
c. Menciptakan Early Warning System untuk meminimumkan risiko
d. Menunjang kualitas pengelolaan dan pengendalian pemenuhan
kesehatan bank
e. Menunjang penciptaan/pengembangan keunggulan kompetitif
f. Memaksimalisasi kualitas aset
Sementara itu, adapun tujuan manajemen risiko antara lain sebagai
berikut:13
a. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat
unacceptable
b. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat
uncontrolled
c. Untuk kelangsungan hidup perusahaan
d. Ketenangan dalam berpikir atau mengurangi keresahan
e. Memperkecil biaya
f. Menstabilisasi pendapatan perusahaan
g. Memperkecil atau bahkan meniadakan gangguan dalam
berproduksi
12
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, h.255 13
Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, Ed.2, Cetakan ke 7, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), h.197
25
h. Mengembangkan pertumbuhan perusahaan14
Risiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan apabila tidak dideteksi serta tidak dikelola sebagaimana
mestinya. Oleh karena itu, peran manajemen risiko sendiri sangatlah
penting dalam mengendalikan risiko-risiko yang mungkin timbul dalam
melaksanakan kegiatan usahanya, agar memperoleh hasil yang maksimal
dari program kerja (rencana) perusahaan. Sasaran kebijakan manajemen
risiko adalah mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan
jalannya kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko yang wajar secara
terarah, terintegrasi, dan berkesinambungan. Dengan demikian,
manajemen risiko juga berfungsi sebagai filter atau pemberi peringatan
secara dini terhadap kegiatan usaha.
3. Proses Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko merupakan tindakan dari seluruh entitas
terkait di dalam organisasi.15
Untuk menerapkan proses manajemen
risiko, pada tahap awal bank harus secara tepat mengenal dan memahami
serta mengidentifikasi seluruh risiko, baik yang sudah ada maupun yang
mungkin timbul dari suatu bisnis atau produk baru bank. Selanjutnya,
secara bertahap, bank perlu melakukan pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian risiko. Proses manajemen risiko yang diterapkan BRI
Syariah umumnya sama dengan penerapan manajemen risiko pada bank
lain sesuai Peraturan Bank Indonesia. Yang membedakan adalah pada
14
Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), h.201 15
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman 3 Pilar Kesepakatan
Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksaannya di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2008)
h.7
26
BRI Syariah juga diterapkan manajemen risiko pra-risiko atau
identifikasi lebih mendalam terhadap calon nasabah. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk dapat mengantisipasi risiko yang akan terjadi pada
kegiatan bank.
Meskipun unsur pokok dari manajemen risiko meliputi identifikasi,
mengukur, memonitor dan mengelola berbagai risiko, namun semua ini
tidak akan dapat diimplementasikan tanpa disertai dengan proses dan
sistem yang jelas.16
Keseluruhan proses manajemen risiko ini harus
meliputi seluruh departemen atau divisi kerja dalam lembaga sehingga
terciptanya budaya manajemen risiko. Di bawah ini akan dijelaskan
bagaimana proses manajemen risiko dalam mendukung aktivitas yang
dilakukan oleh bank.17
a. Identifikasi Risiko
Proses ini merupakan langkah awal dalam memulai identifikasi
dengan melakukan analisis pada karakteristik risiko yang melekat
pada aktivitas fungsional dan juga risiko dari produk dan kegiatan
usaha. Salah satu aspek penting dalam identifikasi risiko adalah
membuat daftar risiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin serta
menganalisisnya secara aktif agar tidak timbul risiko yang
berlebihan.18
b. Pengukuran Risiko
16
Ikhwan Abidin Basri, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2008), Cetakan ke-1, h.17 17
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman 3 Pilar Kesepakatan
Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksaannya di Indonesia, h.8 18
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, h.260
27
Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap selanjutnya
adalah pengukuran risiko dengan cara melihat potensial terjadinya
seberapa besar kerusakan dan probabilitas terjadinya risiko tersebut.
Beberapa risiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit
untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang
terjadi. Metode pengukuran ini dapat bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Sedangkan model pengukuran risiko yang digunakan
harus sesuai dengan kebutuhan bank, manfaat yang dapat diperoleh,
serta peraturan yang berlaku.
c. Pemantauan Risiko
Pada tahapan ini dilakukan dengan cara mengevaluasi
pengukuran risiko yang terdapat pada kegiatan usaha bank serta pada
kondisi efektivitas proses manajemen risiko. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pemantauan ini adalah melihat kemampuan bank
untuk menyerap risiko atau kerugian yang timbul, serta melihat
kemampuan kinerja sumber daya manusia yang terdapat di dalam
bank untuk mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi.19
Selain itu,
bank juga harus menyiapkan sistem dan prosedur yang efektif untuk
mencegah terjadinya gangguan dalam proses pemantauan risiko agar
hasilnya dapat menyempurnakan proses manajemen risiko yang
terdapat dalam bank tersebut.
d. Pengendalian Risiko
19
Veithzal Rivai, Islamic Risk Management for Islamic Bank, h.272
28
Tahap ini dilakukan untuk melihat kemungkinan
penyempurnaan tahapan analisis risiko yang diakibatkan oleh
perubahan lingkungan. Langkah tersebut dilanjutkan dengan
penambahan serta penyempurnaan perencanaan risiko perusahaan.
Selain itu, dengan adanya pengawasan dan pengendalian risiko
bertujuan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko
berjalan sesuai rencana, memastikan bahwa pengelolaan risiko
cukup efektif, dan memantau perkembangan terhadap
kecenderungan berubahnya profil risiko, karena perubahan ini
berpengaruh pada pergeseran peta risiko dan prioritas risiko.20
B. Pembiayaan Mikro
1. Definisi Pembiayaan
Pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis. Pembiayaan
atau financing menurut UU No. 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 12 adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan hal
tersebut, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan
uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
atau bagi hasil.21
Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.22
20
Veithzal Rivai, Bank and Financial Institution Management: Conventional and
Sharia System, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Terje, h.29 21
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), h.62 22
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN, 2005), h.1
29
Pembiayaan diluncurkan melalui dua jenis bank, yaitu bank konvensional
dan bank syariah. Sistem bunga yang diterapkan dalam perbankan
konvensional telah mengganggu hati nurani umat Islam di dunia tanpa
kecuali umat Islam di Indonesia. Bunga uang dalam fiqih dikategorikan
sebagai riba yang demikian merupakan sesuatu yang dilarang oleh
syariah (haram). Alasan mendasar inilah yang melatarbelakangi lahirnya
lembaga keuangan bebas bunga, salah satunya adalah Bank Syariah.
Dalam operasionalnya, Bank Syariah menawarkan produk yang
dibagi menjadi tiga bagian besar, antara lain:
a. Produk penyaluran dana (financing)
b. Produk penghimpunan dana (funding)
c. Produk jasa (service)
Dalam hal ini, penulis hanya membahas mengenai penyaluran dana
dalam bank syariah yang sering kita dengar adalah pembiayaan.
Pembiayaan dalam perbankan syariah mempunyai beberapa
prinsip, yaitu:
a. Tidak ada transaksi yang berbasis bunga
b. Pengerahan pajak religius atau pemberian sedekah dan zakat
c. Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan
nilai Islam
d. Penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan judi dan
ketidakpastian
30
2. Prinsip dan Penilaian Pemberian Pembiayaan
Dalam hal prinsip pemberian pembiayaan terdapat penilaian atau
yang disebut dengan analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh
bank pada umumnya dengan analisis 5 C dan 7 P. Analisis tersebut
digunakan dengan tujuan mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya
yang benar-benar layak untuk diberikan pembiayaan. Penilaian dengan
analisis 5 C, antara lain:23
a. Character (kepribadian)
Merupakan sifat atau watak seseorang yang akan diberikan
kredit (pembiayaan) benar-benar harus dapat dipercaya. Bank harus
yakin bahwa calon mitra pembiayaannya memiliki karakter yang
baik, memegang teguh janjinya dan bersedia melunasi kewajibannya
pada waktu yang ditetapkan.
b. Capacity (kemampuan)
Merupakan analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah
dalam membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan
nasabah dalam mengelola bisnis. Pihak bank harus mengetahui
dengan pasti kemampuan calon nasabah pembiayaan, karena
kemampuan tersebut yang menentukan besar kecilnya pendapatan
suatu usaha nasabah di masa yang akan datang. Semakin baik
kemampuan keuangan calon nasabah pembiayaan, maka semakin
baik kemungkinan kualitas pembiayannya.
c. Capital (modal)
23
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h.117
31
Merupakan jumlah modal sendiri yang dimiliki oleh calon
nasabah. Dalam aspek ini, lembaga keuangan menilai jumlah modal
yang dimiliki oleh calon nasabah sebelum nasabah tersebut diberikan
pembiayaan. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan,
nasabah tentu semakin tinggi kesungguhan calon nasabah dalam
menjalankan usahanya. Lembaga keuangan pun akan merasa lebih
yakin dalam memberikan pembiayaan.
d. Collateral (jaminan)
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang
bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah
kredit (pembiayaan) yang diberikan. Adanya jaminan diperlukan
untuk memberikan ketenangan dan menambah kepercayaan bagi
bank selaku pemberi pembiayaan. Jaminan mempunyai dua fungsi,
yaitu: untuk pembayaran utang bila nasabah pembiayaan tidak
mampu melunasi kewajibannya dan faktor yang menentukan jumlah
pembiayaan.
e. Condition of Economic (kondisi perekonomian)
Dalam menilai kredit (pembiayaan) hendaknya juga menilai
kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang ada sekarang dan prediksi
untuk masa yang akan datang.
BRI Syariah melakukan penilaian dengan analisis 5 C ini
bertujuan agar pembiayaan yang diberikan kepada nasabah benar-
benar digunakan untuk mengembangkan usaha yang dijalankannya.
Identifikasi terhadap karakteristik nasabah dan identifikasi mengenai
32
modal, kemampuan membayar angsuran, barang jaminan dan
kondisi perekonomian perusahaan dilakukan oleh Unit Mikro BRI
Syariah secara cermat dan teliti agar tidak menimbulkan risiko yang
dapat merugikan pihak bank.
Selanjutnya penilaian pembiayaan dapat juga dilakukan dengan
analisis 7 P pembiayaan dengan unsur penilaian sebagai berikut:24
a. Personality (kepribadian)
Yaitu menilai nasabah dari kepribadiannya. Penilaian ini
mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam
menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.
b. Party (penggolongan)
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu
atas golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas serta
karakternya. Nasabah yang digolongkan dalam golongan tertentu
akan mendapatkan fasilitas berbeda dari bank.
c. Purpose (tujuan)
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil
pembiayaan, termasuk jenis pembiayaan yang diinginkan nasabah.
Misalkan apakah untuk modal kerja, investasi, konsumtif, produktif
dan lain-lain.
d. Prospect (prospek)
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
menguntungkan atau tidak. Hal ini penting mengingat jika suatu
24
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, h.120
33
fasilitas pembiayaan yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan
hanya bank yang rugi, tetapi juga nasabah.
e. Payment (pembayaran)
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan
pembiayaan yang telah diambil serta dari sumber mana saja dana
untuk pengembalian pembiayaan.25
f. Profitability (keuntungan)
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode, apakah
akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan
tambahan pembiayaan yang akan diperolehnya.
g. Protection (menjaga keamanan)
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar pembiayaan yang
diberikan mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga pembiayaan
yang diberikan benar-benar aman.
Setelah mengetahui prinsip-prinsip pemberian dan penilaian
pembiayaan yang telah dikemukakan di atas, dengan ini kita akan
membahas menyangkut prosedur pemberian pembiayaan. Pada dasarnya
prosedur pemberian dan penilaian pembiayaan oleh dunia perbankan
adalah sama, yang menjadi perbedaan adalah bagaimana cara bank
tersebut dalam menilai serta persyaratan yang diterapkan dengan
pertimbangan masing-masing bank. Pada BRI Syariah prinsip pemberian
pembiayaan dilakukan dengan cermat dan teliti pada awal penilaian
25
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, h.122
34
kepribadian calon nasabah, pengklasifikasian golongan usaha calon
nasabah, hingga memberikan asuransi pada pembiayaan yang diajukan.
Tujuan utama BRI Syariah adalah mengutamakan kepuasan nasabahnya
dalam setiap kegiatan pembiayaan.
3. Fungsi dan Tujuan Pembiayaan
Pembiayaan yang menjadi sumber pendapatan pada bank syariah,
tentunya memiliki beberapa fungsi serta tujuan. Adapun fungsi tersebut
diantaranya:26
a. Meningkatkan daya guna uang
Nasabah menyimpan uangnya di bank dalam bentuk tabungan,
giro dan deposito. Dalam prosentase tertenu uang tersebut
ditingkatkan kegunaannya oleh bank untuk usaha dalam rangka
peningkatan produktivitas. Sementara itu para pengusaha juga dapat
menikmati pembiayaan dari bank untuk memperluas usahanya, baik
untuk peningkatan produksi maupun perdagangan.
b. Meningkatkan peredaran uang
Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran,
pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan
sejenisnya, seperti cek, bilyet giro, wesel dan sebagainya.
c. Menimbulkan keinginan besar untuk berusaha
Setiap manusia adalah makhluk yang selalu berusaha memenuhi
kebutuhannya. Oleh karena itu, pengusaha akan selalu berhubungan
dengan bank untuk memperoleh bantuan permodalan guna
26
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h.197
35
peningkatan usahanya. Dengan begitu, para pengusaha tersebut dapat
memperbesar volume usaha dan produktivitasnya, serta memperluas
lapangan pekerjaan.
Secara umum tujuan pembiayaan perbankan dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan
pembiayaan untuk tingkat mikro. Adapun tujuan pembiayaan untuk
tingkat mikro, antara lain:
a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka
memiliki tujuan tertinggi, yaitu memaksimalkan laba. Untuk
menghasilkan laba maksimal, maka perlu pendukung dana yang
cukup.27
b. Upaya meminimalkan risiko, artinya usaha yang dilakukan mampu
menghasilkan laba maksimal, maka para pengusaha harus mampu
meminimalkan risiko. Risiko kekurangan modal dapat diatasi dengan
tindakan pembiayaan.
c. Pendayagunaan ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat
dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam
dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal
(pembiayaan).
Selain tujuan, terdapat beberapa fungsi dari pembiayaan yang
diberikan oleh bank syariah kepada nasabah penerima seperti yang
disebutkan dalam bukunya Warkum Sumitro : 2004, antara lain:28
27
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, h.304 28
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, h.306
36
a. Meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang
usaha yang lebih mandiri.
b. Membantu menanggulangi masalah kemiskinan melalui program
pengembangan modal kerja dan program usaha bersama.
c. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank
konvensional.
4. Pembiayaan Usaha Mikro
Usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk
tanah dan bangunan) paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) dan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah). Pengertian lain menyebutkan bahwa usaha mikro
adalah usaha informal yang memiliki aset, modal, omset yang amat
kecil.29
Pembiayaan mikro merupakan sektor terpenting dalam
perkembangan struktur industri dan produksi ekonomi di negara-negara
sedang berkembang. Dalam konteks Indonesia pembangunan dan
perkembangan usaha mikro mempunyai arti strategis, yaitu untuk
memperluas kesempatan kerja dan berusaha serta meningkatkan derajat
distribusi pendapatan. Menyadari pentingnya perkembangan sektor
pembiayaan usaha mikro bagi perekonomian negara, sudah sepatutnya
pemerintah memberikan perhatian besar dalam berbagai bentuk
kebijakan. Umumnya, pembiayaan mikro ini digunakan oleh para
29
Euis Amalia, Keadilan Distributif Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM
di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h.41
37
pengusaha mikro yang berada di masyarakat. Usaha yang dijalankan
misalnya usaha pakaian jadi, bengkel motor, material,
sembako/kebutuhan sehari-hari, restoran/rumah makan, alat tulis/kantor,
dan lain-lain.
Bagi usaha mikro, kecil, dan menengah pembiayaan dirasa cukup
penting mengingat kebutuhan untuk pembiayaan modal kerja dan
investasi diperlukan guna menjalankan usaha dan meningkatkan
akumulasi pemupukan modal mereka. Permasalahan timbul ketika
pengusaha mikro, kecil dan menengah tersebut dihadapkan kepada
kelengkapan persyaratan bank guna memperoleh pinjaman.
Pembiayaan usaha mikro khusus memenuhi diberikan kepada
usaha mikro dengan maksimum limit pembiayaan sebesar Rp.
100.000.000,00. Khusus fasilitas top up diperkenankan sampai dengan
limit Rp. 200.000.000,00 dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Usaha minimum 2 tahun di lokasi dengan bidang usaha yang sama
b. Usia minimal 21 tahun atau sudah menikah. Maksimal usia 60 tahun
saat pembiayaan lunas
c. Surat ijin usaha
d. Belum pernah memperoleh fasilitas pembiayaan atau pernah/ telah
memperoleh fasilitas pembiayaan
e. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah)
Pembiayaan usaha mikro itu sendiri adalah pembiayaan yang
diberikan oleh perbankan kepada UMKM yang feasible (memungkinkan)
38
tetapi belum bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki
prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk
mengembalikan.
Adapun produk-produk pembiayaan usaha mikro perbankan
syariah, antara lain:30
a. Pembiayaan Murabahah
Adalah akad jual beli di mana bank menyebutkan jumlah
keuntungan barang dengan menyatakan biaya perolehan barang,
meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli dengan harga yang disepakati.
Misalnya, seseorang membeli barang kemudian menjualnya kembali
kepada orang lain dengan keuntungan tertentu. Kedua belah pihak
harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga
jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak
dapat berubah selama berlaku akad. Dalam perbankan, murabahah
selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan. Dalam transaksi
ini barang diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran
dilakukan secara cicilan.31
b. Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan
30
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),
h.82 31
Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000) Cet.1,
h.118
39
secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan secara tunai. Bank
bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual.
Sekilas transaksi ini mirip dengan jual beli ijon, namun dalam
transaksi ini kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan barang
harus ditentukan secara pasti.
Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada
bank, maka bank akan menjualnya kepada rekan nasabah itu sendiri
secara tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan oleh
bank adalah harga beli dari nasabah ditambah dengan
keuntungannya. Dalam hal ini menjualnya secara tunai biasanya
disebut pembiayaan talangan.32
c. Pembiayaan Istishna’
Pembiayaan istishna’ menyerupai pembiayaan salam, tetapi
dalam istishna’ pembayarannya dapat dilakukan melalui cicilan atau
ditangguhkan. Praktik istishna’ dalam bank syariah umumnya
diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan kontruksi. Ketentuan
umum pembiayaan istishna’ adalah spesifikasi barang pesanan harus
jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlah. Harga jual yang
telah disepakati dicantumkan dalam akad tidak boleh berubah selama
berlakunya akad, jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan
perubahan harga setelah akad ditandatangani, seluruh biaya
ditambah tetap akan ditanggung oleh nasabah.33
32
Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, h.125 33
Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, h.137
40
d. Pembiayaan Ijarah
Adalah sebagai hak untuk memanfaatkan barang atau jasa
dengan membayar imbalan terhadap sesuatu yang dibolehkan dalam
waktu tertentu. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual
barang yang disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam
perbankan syariah dikenal ijarah muntahiyyah bittamlik (sewa yang
diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga
jual disepakati di awal perjanjian.
e. Pembiayaan Mudharabah
Adalah akad kerja sama suatu usaha antara dua pihak, dimana
pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak kedua
bertindak sebagai selaku pengelola dan keuntungan usaha dibagi
diantara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.
f. Pembiayaan Musyarakah
Adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan. Secara spesifik, bentuk
kontribusi dari bank yang bekerja sama dapat berupa dana, barang
dagangan, kewiraswastaan, kepandaian, kepemilikan, peralatan,
kepercayaan dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan
uang.34
34
Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, h.134
42
BAB III
GAMBARAN UMUM BRI SYARIAH KANTOR CABANG PEMBANTU
CIPULIR
A. Sejarah Bank BRI Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan
izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya
0.10/67/KEP.GBI/DPG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT.
Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI Syariah
merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional,
kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah
Islam.1
Empat tahun lebih PT. Bank BRI Syariah hadir mempersembahkan
sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai
kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih
bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence) dan
menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip
syariah.
Aktivitas PT. Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19
Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank
1http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah, Diakses pada tanggal 19 April 2014 pukul
12.30 WIB
43
Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRI
Syariah yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan
dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama
PT. Bank BRI Syariah.2
Tahun 2009 merupakan tahun penyiapan infrastruktur, pemenuhan
sumber daya manusia serta penyiapan perangkat operasional seperti kebijakan,
SOP (Standar Operasional Prosedur) dan lain-lain. BRI Syariah telah
menyiapkan infrastruktur kantor pusat, renovasi dan relokasi beberapa kantor
cabang dan cabang pembantu.
Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRI Syariah merintis sinergi
dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan
jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai Kantor
Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan
penghimpun dana masyarakat dan kegiatan konsumer berdasarkan prinsip
Syariah.
Salah satu Kantor Cabang Pembantu PT. BRI Syariah adalah Cabang
Pembantu Cipulir yang berdiri dan beroperasi pada tanggal 17 November 2008
dan beralamat di Jalan Ciledug Raya No. 25, Petukangan Selatan,
Pesanggrahan, Jakarta-Selatan. BRI Syariah KCP Cipulir sudah memiliki
badan hukum sendiri yaitu No. 10/67/ Kep. GBI/ DPG/ 2008 dan dengan izin
2http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah, Diakses pada tanggal 19 April 2014 pukul
12.30 WIB
44
domisili No. 82/1.824.02/IV/2010. Alasan penulis melakukan penelitian di
BRI Syariah KCP Cipulir karena penulis melihat lokasi kantor bank yang
strategis yakni berdekatan dengan ITC dan pasar Cipulir, tempat
berlangsungnya usaha mikro. Dengan demikian, BRI Syariah KCP Cipulir
dapat dengan mudah memasarkan produk pembiayaan mikro kepada para
pengusaha yang berada di pasar tersebut.
BRI Syariah KCP Cipulir didirikan dan mulai beroperasi pada tahun
2008 merupakan wujud dari BRI Syariah dalam hal Unit Usaha Syariah (UUS)
dengan tujuan mengembangkan pelayanan untuk usaha nasabah. Unit ini
ditetapkan sebagai bagian dari kegiatan bisnis yang mandiri dan berada di
bawah pimpinan langsung direktur bisnis mikro dan ritel. Adapun tugas utama
dari unit tersebut adalah merencanakan, mengoperasikan dan mengembangkan
usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah.
BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Cipulir memiliki 17 orang
karyawan yang terdiri dari Pemimpin Cabang Pembantu, Account Officer,
Supervisor Branch Operational, Penaksir Gadai, Teller, Customer Service,
Unit Mikro Syariah Head, Sales Officer, Relationship Officer, Unit Financing
Officer, Office Boy, dan Security. Berikut adalah tugas dari masing-masing
karyawan yang ada di BRI Syariah KCP Cipulir: 3
3Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI Syariah
KCP Cipulir, 21 April 2014
45
1. Pimpinan Cabang Pembantu (Pincapem)
Adalah karyawan bank yang diberi tanggung jawab dan wewenang
untuk memimpin atau mengelola BRI Unit Syariah Kantor Cabang
Pembantu.
2. Account Officer
Adalah karyawan bank BRI Syariah yang bertugas menganalisa
laporan keuangan dan semua kegiatan dan transaksi yang terjadi pada BRI
Syariah KCP Cipulir.
3. Supervisor Branch Operational
Adalah karyawan BRI Syariah yang membawahi Teller, Customer
Service, Office Boy, dan Security yang bertugas mengkoordinir
pelaksanaan operasional bank di Kantor Cabang Pembantu Cipulir dengan
cara memberikan layanan operasional bank yang akurat dan tepat waktu,
sehingga seluruh transaksi dari nasabah dapat ditangani dan diselesaikan
dengan baik.
4. Penaksir Gadai
Sebagai komite pembiayaan gadai dengan melakukan penaksiran
quality emas untuk memberikan kepastian kadar emas murni 24 karat dan
atau emas perhiasan kadar 16 karat sampai dengan kadar 23 karat sesuai
prosedur dan ketentuan penaksir logam mulia, dalam rangka membantu
proses pencapaian target pembiayaan gadai di kantor cabang pembantu
Cipulir dengan tahap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
46
5. Teller
Adalah karyawan BRI Syariah yang berwenang mengelola kas dan
berfungsi sebagai kasir.
6. Customer Service
Adalah karyawan BRI Syariah yang bertugas memberikan informasi
dan pelayanan produk dan jasa kepada nasabah sesuai peraturan yang
berlaku pada BRI Syariah KCP Cipulir lebih khususnya serta memberikan
pelayanan yang terbaik untuk mencapai kepuasan nasabah dalam
berhubungan dengan bank BRI Syariah KCP Cipulir.
7. Unit Mikro Syariah Head
Adalah karyawan BRI Syariah yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan dan memastikan bisnis mikro pada unit tersebut agar
berjalan sesuai target yang telah ditentukan atau yang telah diberikan dan
tidak melanggar syariah comply maupun Pedoman Pemberian Pembiayaan
Mikro (P3M).
8. Sales Officer
Adalah karyawan bank BRI Syariah yang mempunyai tugas
melakukan penjualan produk-produk mikro dan melakukan pre-screening
dokumen-dokumen calon nasabah sebagai persyaratan pengajuan
pembiayaan sebelum diserahkan kepada Unit Financing Officer untuk
diverifikasi.
9. Relationship Officer
47
Adalah karyawan BRI Syariah yang bertugas melakukan proses cash
pick up dan melakukan kunjungan nasabah untuk memastikan
pembayaran angsuran nasabah secara tepat waktu.
10. Unit Financing Officer
Adalah karyawan bank yang mempunyai tugas yang sama dengan
Area Financing Officer, yaitu bertugas melakukan verifikasi usaha
nasabah, verifikasi jaminan, verifikasi biodata nasabah, dan lain-lain.
11. Office Boy
Adalah karyawan bank yang bertanggung jawab terhadap kebersihan
kantor dan mengantar surat-surat kantor.
12. Security
Adalah karyawan BRI Syariah yang bertugas mengamankan
lingkungan kerja serta mengawal penyetoran kas.
B. Visi dan Misi BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Cipulir
1. Visi4
Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial
sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan
lebih bermakna.
2. Misi5
4http://www.brisyariah.co.id/?q=visi-misi, diakses pada tanggal 19 April 2014 pukul
12.35 WIB
5 http://www.brisyariah.co.id/?q=visi-misi, diakses pada tanggal 19 April 2014 pukul
12.35 WIB
48
a. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam
kebutuhan finansial nasabah
b. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah
c. Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun
dan di mana pun
d. Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup
dan menghadirkan ketenteraman pikiran
C. Struktur Organisasi BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu
Gambar 1. Struktur Organisasi BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu6
6 Wawancara langsung dengan Arisah Fitriyani sebagai Supervisor Branch Operational
BRI Syariah KCP Cipulir pada tanggal 21 April 2014
Penaksir Gadai
Pemimpin Cabang Pembantu
(Pincapem)
UMS Head
Account
Officer
Spv Branch
Operational
Customer
Service
Security
Teller
UFO
RO
SO
Office Boy
49
D. Produk Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Cipulir
1. Dana pihak ketiga (Funding) dan Pembiayaan (Landing)
a. Tabungan BRI Syariah iB7
Tabungan BRI Syariah iB merupakan tabungan dari BRI
Syariah bagi nasabah perorangan yang menggunakan prinsip titipan,
dipersembahkan ntuk Anda yang menginginkan kemudahan dalam
transaksi keuangan.
Program Hujan Emas Tabungan BRI Syariah iB merupakan
program yang memberikan kesempatan kepada nasabah pemilik
Tabungan BRI Syariah iB untuk memperoleh hadiah emas murni.
Sehingga total hadiah yang diberikan selama Program Hujan Emas
Tabungan BRI Syariah iB lebih dari 9 kg untuk 218 orang pemenang
selama 2 periode.
1) Manfaat
Ketenangan serta kenyamanan yang penuh nilai kebaikan
serta lebih berkah karena pengelolaan dana sesuai syariah.
2) Fasilitas
Program ini didukung dengan FAEDAH (Fasilitas Serba
Mudah), merupakan fasilitas-fasilitas menarik yang diberikan
kepada Nasabah Tabungan BRI Syariah iB berupa:
a) Ringan, Setoran Awal Minimal Rp. 50.000,00
b) Gratis Biaya Administrasi Bulanan Tabungan
7 Brosur produk Tabungan Impian BRI Syariah iB, 2009
50
c) Gratis Biaya Bulanan Kartu ATM
d) Gratis Biaya Tarik Tunai di ATM BRI
e) Jaringan ATM Bersama dan PRIMA
f) Gratis Biaya Cek Saldo di ATM BRI
g) Gratis Biaya Debit PRIMA
b. Tabungan Impian BRI Syariah iB
Tabungan Impian BRI Syariah iB adalah tabungan berjangka
dari BRI Syariah dengan prinsip bagi hasil yang dirancang untuk
mewujudkan impian dengan terencana. Tabungan Impian BRI
Syariah iB memberikan ketenangan serta kenyamanan yang penuh
nilai kebaikan serta lebih berkah karena pengelolaan dana sesuai
syariah serta dilindungi asuransi.
1) Syarat Pembukaan
a) Fotokopi KTP yang masih berlaku
b) Setoran awal minimal Rp. 50.000,00
c) Setoran rutin minimal Rp. 50.000,00 dan kelipatannya
d) Usia saat pembukaan minimal 17 tahun dan maksimal 60
tahun
e) Usia saat jatuh tempo maksimal 65 tahun
f) Wajib memiliki rekening Tabungan BRI Syariah iB8
8Brosur produk Tabungan Impian BRI Syariah iB, 2009
51
c. Tabungan Haji BRI Syariah iB
Tabungan Haji iB merupakan tabungan investasi dari BRI
Syariah bagi calon Haji yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) dengan prinsip bagi hasil.9
1) Manfaat
Ketenangan, kenyamanan serta lebih berkah dalam
penyempurnaan ibadah karena pengelolaan dana sesuai syariah.
2) Fasilitas
a) Aman, karena diikutsertakan dalam program penjaminan
pemerintah
b) Dapat bertransaksi di seluruh jaringan kantor cabang BRI
Syariah secara online dengan SISKOHAT (Sistem
Komputerisasi Haji Terpadu)
c) Gratis asuransi jiwa dan kecelakaan
d) Gratis biaya administrasi bulanan
e) Bagi hasil yang kompetitif
f) Pemotongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang Anda
dapatkan
g) Dana tidak dapat ditarik sewaktu-waktu, tidak diberikan
Kartu ATM
h) Kemudahan dalam merencanakan persiapan ibadah haji Anda
9Brosur produk Tabungan Haji iB BRI Syariah, 2009
52
i) Tersedia Fasilitas Dana Talangan Haji BRI Syariah iB yang
merupakan solusi terbaik mempercepat ke Baitullah dengan
persyaratan dan ketentuan mudah serta cepat
d. Giro BRI Syariah iB
Merupakan simpanan untuk kemudahan berbisnis dengan
pengelolaan dana berdasarkan prinsip titipan (wadi’ah yad
dhamanah) yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
Cek/Bilyet Giro. Keuntungan dan fasilitas yang diberikan berupa
online real time di seluruh kantor BRI Syariah dan laporan dana
berupa rekening koran setiap bulannya.
Persyaratan yang diberikan oleh produk ini adalah setoran awal
Rp. 2.500.000,00 (Perorangan) dan Rp. 5.000.000,00 (Perusahaan),
biaya saldo minimal Rp. 20.000,00, serta saldo mengendap minimal
Rp. 500.000,00.
1) Manfaat
Keamanan, kemudahan berbisnis serta lebih berkah karena
pengelolaan dana sesuai syariah.
2) Fasilitas
a) Aman, karena diikutsertakan dalam program penjaminan
pemerintah
b) Dapat bertransaksi di seluruh jaringan Kantor Cabang BRI
Syariah secara online
c) Kemudahan bertransaksi bisnis sehari-hari
53
d) Buku cek dan bilyet giro sebagai media penarikan
e) Bonus sesuai kebijakan bank
f) Pemotongan zakat secara otomatis dari bonus yang diterima
g) Tersedia layanan perbankan elektronik untuk kemudahan
transaksi perbankan non tunai tanpa hambatan waktu maupun
tempat10
e. Deposito BRI Syariah iB
Deposito BRI Syariah iB adalah produk investasi berjangka
kepada Deposan dalam mata uang tertentu. Keuntungan yang
diberikan adalah dana dikelola dengan prinsip syariah sehingga
shahibul maal tidak perlu khawatir akan pengelolaan dana. Fasilitas
yang diberikan berupa ARO (Automatic Roll Over) dan Bilyet
Deposito.11
1) Manfaat
Ketenangan serta kenyamanan investasi yang
menguntungkan dan membawa berkah karena pengelolaan dana
sesuai syariah.
2) Fasilitas
a) Aman, karena diikutsertakan dalam program penjaminan
pemerintah
b) Tersedia pilihan jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan
c) Bagi hasil yang kompetitif
10
Brosur produk Giro iB BRI Syariah, 2009 11
Brosur produk Deposito iB BRI Syariah, 2009
54
d) Pemotongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang
didapatkan
e) Pemindahbukuan otomatis setiap bulan dari bagi hasil yang
didapat ke rekening Tabungan atau Giro di BRI Syariah
f) Dapat diperpanjang secara otomatis dengan nisbah bagi hasil
sesuai kesepakatan pada saat diperpanjang
g) Dapat dijadikan sebagai jaminan pembiayaan
f. KPR BRI Syariah iB
Merupakan Pembiayaan Kepemilikan Rumah kepada
perorangan untuk memenuhi sebagian atau keseluruhan kebutuhan
akan hunian dengan mengunakan prinsip jual beli (Murabahah)
dimana pembayarannya secara angsuran dengan jumlah angsuran
yang telah ditetapkan di muka dan dibayar setiap bulan.12
1) Fasilitas
a) Skim pembiayaan adalah jual beli (Murabahah), adalah
akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh Bank dan
Nasabah (fixed margin)
b) Uang muka ringan
c) Jangka waktu maksimal 15 tahun
d) Cicilan tetap dan meringankan selama jangka waktu
e) Bebas pinalti untuk pelunasan sebelum jatuh tempo
12
Brosur produk KPR BRI Syariah iB, 2009
55
g. Gadai BRI Syariah iB
Gadai BRI Syariah iB hadir untuk memberikan solusi
memperoleh dana tunai untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak
ataupun untuk keperluan modal usaha dengan proses cepat, mudah,
aman dan sesuai syariah untuk ketenteraman nasabah.13
1) Manfaat
Pilihan tepat, penuh manfaat serta lebih berkah karena
pembiayaan sesuai syariah.
2) Fasilitas
a) Persyaratan mudah dan proses cepat
b) Jenis emas yang dapat digadaikan adalah perhiasan ataupun
emas batangan (logam mulia atau lokal)
c) Nilai pinjaman 90% dari nilai taksir barang dan s/d 93% untuk
logam mulia
d) Biaya administrasi ringan dan terjangkau berdasarkan berat
emas
e) Biaya simpan dan pemeliharaan per 10 harian dibayar pada
saat pelunasan pinjaman
f) Jangka waktu pinjaman maksimal 120 hari dan dapat
diperpanjang 2 kali
g) Fleksibilitas dalam pelunasan sesuai kemampuan
h) Dapat dilunasi sebelum jatuh tempo tanpa biaya pinalti
13
Brosur produk Gadai iB BRI Syariah, 2009
56
i) Penyimpanan yang aman dan berasuransi syariah serta
Mendapat Sertifikat Gadai Syariah (SGS) sebagai bukti Gadai.
2. Pembiayaan Mikro iB BRI Syariah
Perkembangan usaha mikro dan koperasi memiliki potensi yang
besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan
oleh keberadaan usaha mikro dan koperasi yang telah mencerminkan
wujud nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat
Indonesia.
Untuk mendukung perkembangan usaha mikro pada khususnya, BRI
Syariah menerbitkan produk pembiayaan untuk usaha mikro.14
Pembiayaan usaha mikro BRI Syariah sebagai berikut:
a. Mikro 25iB
Produk ini adalah produk pembiayaan usaha mikro dengan
pembiayaan sebesar Rp 5.000.000,00 s/d Rp 25.000.000,00. Jangka
waktu pembiayaan yang diberikan 6 bulan s/d 12 bulan. Untuk
nasabah Mikro 25iB untuk pertama kali pembiayaan harus
menyerahkan jaminan sebagai tanda keseriusan/kesungguhan nasabah
dalam pembiayaan.
Namun, untuk pembiayaan yang selanjutnya tidak memerlukan
jaminan apabila pada pembiayaan sebelumnya nasabah taat dalam
membayar iuran/lancar setiap bulannya.
14
Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI Syariah
KCP Cipulir, 21 April 2014
57
Untuk mengajukan pembiayaan Mikro 25iB harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:15
1) Persyaratan Umum
a) Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia
b) Usia minimal 21 tahun/telah menikah untuk usia diatas >18
tahun
c) Wiraswasta yang usahanya sesuai prinsip syariah
d) Lama usaha calon nasabah 3 tahun
e) Tujuan pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja atau
investasi
f) Memiliki usaha tetap
2) Persyaratan Dokumen
a) Fotocopy KTP Calon Nasabah dan Pasangan
b) Kartu Keluarga dan Akta Nikah
c) Surat Izin Usaha/Surat Keterangan Usaha
b. Mikro 75iB
Produk ini adalah produk pembiayaan usaha mikro dengan
pembiayaan sebesar Rp. 25.000.000,00 s.d Rp. 75.000.000,00. Jangka
waktu pembiayaan yang diberikan 6 bulan s/d 60 bulan.
Untuk mengajukan pembiayaan Mikro 75iB calon nasabah harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:16
1) Persyaratan Umum
15
Brosur produk Mikro iB BRI Syariah, 2009 16
Brosur produk Mikro iB BRI Syariah, 2009
58
a) Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia
b) Usia minimal 21 tahun/telah menikah untuk usia diatas >18
tahun
c) Wiraswasta yang usahanya sesuai prinsip syariah
d) Lama usaha calon nasabah 2 tahun
e) Tujuan pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja atau
investasi
f) Memiliki usaha tetap
g) Jaminan atas namamilik sendiri atau pasangan atau orang tua
atau anak kandung
2) Persyaratan Dokumen
a) Fotocopy KTP Calon Nasabah dan Pasangan
b) Kartu Keluarga dan Akta Nikah
c) Surat Izin Usaha/Surat Keterangan Usaha
d) NPWP jika pembiayaan diatas Rp. 50.000.000,00
c. Mikro 500iB
Produk ini adalah produk pembiayaan usaha mikro dengan
pembiayaan sebesar Rp. 75.000.000,00 s/d Rp. 500.000.000,00.
Jangka waktu pembiayaan yang diberikan 6 bulan s/d 60 bulan.
Untuk mengajukan pembiayaan Mikro 500iB calon nasabah harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:17
1) Persyaratan Umum
17
Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI Syariah
KCP Cipulir, 21 April 2014
59
a) Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia
b) Usia minimal 21 tahun/telah menikah untuk usia diatas >18
tahun
c) Wiraswasta yang usahanya sesuai prinsip syariah
d) Lama usaha calon nasabah 2 tahun
e) Tujuan pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja atau
investasi
f) Memiliki usaha tetap
g) Jaminan atas namamilik sendiri atau pasangan atau orang tua
atau anak kandung
2) Persyaratan Dokumen
a) Fotocopy KTP Calon Nasabah dan Pasangan
b) Kartu Keluarga dan Akta Nikah
c) Surat Izin Usaha / Surat Keterangan Usaha
d) NPWP jika pembiayaan diatas Rp. 50.000.000,00
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Proses Pembiayaan Mikro BRI Syariah
Gambar 2. Proses pembiayaan mikro1
8 1
7 2
6 3
5 4
1 Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI Syariah
KCP Cipulir, 23 April 2014
Proses pencairan dana
kepada calon nasabah
Penyelidikan informasi
negatif calon nasabah
oleh Unit Financing
Officer (UFO)
Persetujuan pembiayaan
oleh pemegang Batas
Wewenang Pemutus
Persetujuan Pembiayaan
Unit Head dan Micro
Marketing Manager
melakukan kunjungan
usaha calon nasabah
Proses scoring oleh Unit
Financing Officer (UFO)
AFO dan UFO melakukan
verifikasi usaha calon
nasabah
Verifikasi dokumen
aplikasi oleh Sales
Officer
(SVerifikasdokumen
aplikasi oleh Sales
Officer (SO)
Calon nasabah mengisi
formulir aplikasi
pembiayaan usaha mikro
61
Proses pembiayaan mikro BRI Syariah dilakukan melalui beberapa tahapan,
yaitu:
1. Calon nasabah pembiayaan mikro datang ke Bank BRI Syariah untuk
mengisi formulir aplikasi pembiayaan mikro. Formulir aplikasi ini terdiri
dari: nama calon nasabah, jenis kelamin, nomor KTP, tanggal jatuh tempo
KTP, alamat sesuai KTP, tempat tanggal lahir, pendidikan terakhir, status
perkawinan, nama pasangan, nama ibu kandung, jumlah tanggungan,
alamat dan nomor telepon tempat usaha dilengkapi dengan keterangan
mengenai kegiatan usaha perusahaan, lama usaha, omset rata-rata per
bulan, penawaran fasilitas cash pick up (antar jemput angsuran), serta
tanda tangan calon nasabah.
2. Selanjutnya, dokumen aplikasi yang telah diisi diserahkan kepada Sales
Officer (Divisi Penjualan) untuk diverifikasi dan diperiksa kebenaran
calon nasabah dalam mengisi formulir, serta kelengkapan dokumen
aplikasi pembiayaan. Jika dokumen aplikasi pembiayaan calon nasabah
belum lengkap, maka Sales Officer wajib meminta calon nasabah untuk
segera melengkapi dokumen tersebut agar dapat dilanjutkan ke tahap
selanjutnya.
3. Dokumen aplikasi yang telah lengkap dan selesai diperiksa oleh Sales
Officer, kemudian diserahkan kepada Unit Financing Officer (Divisi
Pembiayaan pada Wilayah Unit) untuk dilakukan penyelidikan informasi
negatif calon nasabah melalui BI checking dan DHN-BI.
4. Setelah verifikasi dokumen aplikasi selesai, Unit Head (Kepala Unit
Mikro) dan Micro Marketing Manager (Manajer Pemasaran Pembiayaan
62
Mikro) melakukan kunjungan ke tempat usaha calon nasabah, mencari
informasi mengenai karakter calon nasabah dan kebenaran tujuan
pembiayaan yang akan diajukan.
5. Kemudian, Unit Financing Officer dan Area Financing Officer (Divisi
Pembiayaan pada Wilayah yang Lebih Besar atau Area) melakukan
verifikasi usaha calon nasabah yang terdiri dari lokasi usaha, jenis usaha,
lamanya usaha, aktivitas usaha, persediaan barang, kebutuhan modal kerja
dan informasi keuangan usaha.
6. UFO melakukan analisa keuangan melalui proses scoring untuk
menentukan Repayment Capacity (RPC)/Kemampuan Membayar Kembali
Biaya Angsuran dan Innicial Disposible Income Ratio (IDIR)/Pendapatan
Bersih. Proses ini bertujuan untuk memberikan informasi penting
keputusan pembiayaan dan kemampuan calon nasabah dalam pembayaran
angsuran.
7. Setelah semua dokumen calon nasabah dan informasi mengenai usaha
calon nasabah sudah lengkap, selanjutnya dikeluarkan persetujuan
pembiayaan oleh pemegang Batas Wewenang Pemutus Persetujuan
Pembiayaan (BWPP) yaitu UH, MMM, Pimpinan Cabang Pembantu dan
Pimpinan Cabang.
8. Dana dicairkan dan diserahkan kepada calon nasabah melalui rekening
tabungan mikro yang sebelumnya telah dibuat oleh calon nasabah pada
saat pengajuan pembiayaan.
63
B. Jenis Risiko dalam Pembiayaan Mikro BRI Syariah KCP Cipulir
Menurut Alfian Faizir selaku Unit Mikro Head BRI Syariah KCP Cipulir,
perkembangan pembiayaan mikro BRI Syariah KCP Cipulir sangat
signifikan. Dari mulai dioperasikan pada tanggal 4 Januari 2010 hingga akhir
2012, pembiayaan mikro BRI Syariah KCP Cipulir berhasil mencapai out
standing (pendapatan) kurang lebih Rp. 4.000.000.000,00. Sementara pada
tahun 2013, out standing yang didapat mencapai Rp. 6.012.000.000,00
dengan total 37 nasabah dengan jenis usaha beragam, diantaranya usaha
pakaian jadi, konveksi, bengkel motor, material, listrik, rumah makan, alat
tulis dan kantor, sembako dan kontrakan. Keberhasilan BRI Syariah KCP
Cipulir dalam mencapai pendapatan tersebut karena memberikan pelayanan
dan fasilitas yang baik kepada nasabah atau calon nasabah pembiayaan
mikro.2
Calon nasabah yang menjadi sasaran utama pembiayaan mikro adalah
para pedagang khususnya pedagang mikro yang berada di radius 5 km dari
kantor bank. Ada dua jenis pedagang sebagai calon nasabah pembiayaan
mikro BRI Syariah KCP Cipulir, yaitu pedagang plasma (pedagang yang
tempat usahanya berada di luar radius 5 km dari kantor bank) dan pedagang
pasar inti (pedagang yang bertempat usaha dalam pasar radius 5 km dari
kantor bank).
Hasil pendapatan tersebut bukan berarti pembiayaan mikro BRI Syariah
KCP Cipulir tidak menemukan risiko. Pada pembiayaan mikro BRI Syariah
KCP Cipulir, risiko yang sering dihadapi adalah risiko kredit, di mana risiko
2Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI Syariah
KCP Cipulir, 25 April 2014
64
ini timbul akibat kegagalan dari pihak nasabah dalam memenuhi
kewajibannya. Risiko kredit (pembiayaan) umumnya terjadi, karena usaha
nasabah yang sepi (kegiatan usaha sudah tidak berjalan lancar) dan usaha
nasabah tertimpa musibah (seperti banjir dan kebakaran) sehingga nasabah
sudah tidak mampu lagi membayar angsuran pembiayaan yang diajukannya
kepada bank.
Pemberian pembiayaan melibatkan penerimaan risiko serta menghasilkan
keuntungan. Dalam mempertimbangkan potensi pembiayaan, pihak bank
perlu untuk menetapkan ketentuan untuk kerugian yang diharapkan dan
menyiapkan modal yang cukup untuk menyerap kerugian yang tidak terduga.
Bank dapat menggunakan agunan dan jaminan untuk membantu mengurangi
risiko yang melekat dalam transaksi-transaksi tersebut.3
Pembiayaan mikro BRI Syariah memberikan persyaratan jaminan atau
agunan kepada calon nasabah dengan pembiayaan di atas >Rp. 75.000.000,00
yang berupa kendaraan bermotor, sebidang tanah dan kios tempat usaha.
Sementara untuk pembiayaan <Rp. 75.000.000,00, calon nasabah tidak
dibebankan dengan jaminan atau agunan, tetapi pembiayaan diasuransikan
dengan asuransi ASKRINDO (Asuransi Kredit Indonesia). Jika nasabah tidak
dapat melunasi angsuran yang telah disepakati oleh kedua pihak selama
sebulan sampai dua bulan, maka nasabah akan dikenakan sanksi berupa
denda. Sedangkan nasabah yang tidak dapat membayar angsuran selama tiga
bulan atau lebih, maka jaminan yang diberikan nasabah harus dihibahkan
kepada pihak bank.
3 Prof. Dr. Veithzal Rivai, S.E., M.M., M.B.A., Islamic Risk Management for Islamic
Bank, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Indonesia, 2013), terje h.239
65
Risiko yang dihadapi oleh BRI Syariah KCP Cipulir dapat berdampak
kerugian yang ditimbulkan dari proses pencairan pembiayaan berupa modal
bank yang tidak dapat dikembalikan oleh nasabah atau terjadinya fraud
(penipuan) pada awal proses pembiayaan. Dalam hal ini dapat menimbulkan
NPF (Non Performance Financing) akibat nasabah tidak dapat membayar
angsuran selama lebih dari 61 hari dihitung dari tanggal jatuh tempo
pembiayaan yang disebut dengan DPD (Day Past Due). Yang dimaksud
dengan Non Performance Financing adalah pembiayaan tidak lancar/macet.
Apabila semakin rendah Non Performance Financing, maka bank tersebut
akan mengalami keuntungan. Karena dengan rendahnya Non Performance
Financing membuktikan bahwa manajemen risiko yang diterapkan pada BRI
Syariah dianggap sudah efektif.
C. Analisis Penerapan Manajemen Risiko BRI Syariah KCP Cipulir dalam
Meminimalisir Risiko yang Dihadapi oleh Pembiayaan Mikro
BRI Syariah mempunyai unit mikro untuk melaksanakan tugas pokok
masing-masing untuk meminimalisir risiko yang terjadi. Unit-unit tersebut
antara lain:
1. Micro Marketing Manager (MMM)
Berkewajiban untuk selalu berkoordinasi dengan Group Head Mikro
demi pencapaian target sales dan segala hal yang berhubungan dengan
bisnis mikro BRI Syariah. Struktur MMM berada langsung di bawah
koordinasi Pimpinan Cabang. MMM membawahi beberapa Unit Head
dan Colls, serta berkoordinasi dengan Area Financing Officer.
66
2. Unit Head (UH)
UH mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan dan
memastikan bisnis mikro pada unit tersebut agar berjalan sesuai target
yang telah ditentukan atau yang telah diberikan dan tidak melanggar
syariah comply maupun Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro (P3M).
Struktur UH berada langsung di bawah tanggung jawab MMM dan UH
membawahi Sales Officer, Relationship Officer dan berkoordinasi
dengan Unit Financing Officer sebagai pihak Risk di Unit Mikro.
3. Area Financing Officer (AFO)
AFO bertugas sebagai pihak risk dalam area mikro, di antaranya
melakukan verifikasi usaha nasabah, verifikasi jaminan dan verifikasi
biodata nasabah, dan lain-lain. Struktur AFO berada langsung di bawah
Financing Reviewer Manager yang berada di cabang. AFO akan
melakukan verifikasi untuk limit pembiayaan >Rp. 75.000.000,00.
4. Unit Financing Officer (UFO)
UFO mempunyai tugas yang sama dengan AFO, yaitu bertugas
melakukan verifikasi usaha nasabah, verifikasi jaminan, verifikasi
biodata nasabah, dan lain-lain. Struktur UFO di bawah AFO dan sebagai
pihak risk di unit.
5. Relationship Officer (RO)
RO bertugas melakukan proses cash pick up dan melakukan
kunjungan nasabah untuk memastikan pembayaran angsuran nasabah
secara tepat waktu. Struktur RO berada di bawah tanggung jawab Unit
Head.
67
6. Sales Officer (SO)
SO mempunyai tugas melakukan penjualan produk-produk mikro
dan melakukan pre-screening dokumen-dokumen calon nasabah sebagai
persyaratan pengajuan pembiayaan sebelum diserahkan kepada Unit
Financing Officer untuk diverifikasi. Struktur SO berada di bawah
tanggung jawab Unit Head.
Seperti halnya bank konvensional, BRI Syariah juga menghadapi
risiko kredit (pembiayaan) dalam menyalurkan dananya ke masyarakat.
Ketidakmampuan nasabah memenuhi perjanjian yang telah disepakati kedua
belah pihak secara teknis keadaan tersebut dikenal dengan default.
Penerapan manajemen risiko pada Mikro Syariah iB BRI Syariah
terbagi menjadi 2 tahap, yaitu:4
1. Pada tahap pra-risiko, Mikro Syariah iB BRI Syariah menerapkan prinsip
mengenal nasabah yang terdiri dari kebijakan dan prosedur penerimaan
serta melakukan identifikasi terhadap calon nasabah yang dilakukan oleh
Unit Head (Kepala Unit Mikro), Unit Financing Officer (Divisi
Pembiayaan pada wilayah kecil/Unit), Relationship Officer (Divisi
Hubungan antara bank dan nasabah untuk melakukan kolektibilitas) dan
Sales Officer (Divisi Penjualan), dimulai dari calon nasabah mengisi
formulir aplikasi pembiayaan mikro, kunjungan terhadap usaha calon
nasabah, pemantauan rekening dan transaksi calon nasabah, penyelidikan
informasi negatif calon nasabah dan menganalisa keuangan usaha calon
nasabah. Penerapan prinsip mengenal nasabah ini dilakukan untuk
4 Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI Syariah
KCP Cipulir, 28 April 2014
68
mengetahui profil nasabah maupun keseriusan calon nasabah dalam
membayar angsuran pembiayaan yang diajukan dan menghindari risiko
tidak terduga yang akan terjadi.
2. Pada saat risiko terjadi, BRI Syariah menerapkan manajemen risiko
sesuai dengan standar yang diterapkan oleh Peraturan Bank Indonesia.
Langkah-langkah penerapan manajemen risiko yang dilakukan,
diantaranya:
a. Identifikasi risiko
Proses ini dilaksanakan dengan melakukan analisis terhadap
karakter risiko yang melekat pada aktivitas fungsional, risiko
terhadap produk dan kegiatan usaha Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam menerapkan identifikasi risiko antara lain:
1) Mengidentifikasi karakter nasabah dengan menerapkan prinsip
5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Conditions of
Economics).
a. Dalam mengidentifikasi Character nasabah, BRI Syariah
mengamati sifat dan watak calon nasabah yang
menunjukkan kemauan untuk membayar kembali
kewajibannya. Dalam praktiknya, BRI Syariah tidak
menemukan kesulitan karena Unit Mikro BRI Syariah
sendiri yang mengunjungi lokasi usaha dan tempat tinggal
nasabah.
b. Dalam mengidentifikasi Capacity adalah dengan melihat
nasabah menjalankan usahanya dengan baik dan
69
mendatangkan keuntungan sehingga dapat membayar
kembali angsuran yang diajukannya. Pada praktiknya,
terkadang usaha nasabah mengalami penurunan pendapatan
karena sepi konsumen sehingga beberapa nasabah terpaksa
menunggak pembayaran angsuran.
c. Dalam mengidentifikasi Capital dilakukan dengan cara
melihat dan menganalisis keuangan perusahaan seperti
menganalisis rasio dan modal usaha perusahaan.
d. Dalam mengidentifikasi Collateral, Unit Mikro BRI Syariah
melakukan survey dan pengukuran barang agunan yang akan
dijadikan penjaminan. Barang agunan ini dapat dilelang jika
nasabah tidak mampu melunasi pinjaman.
e. Dalam mengidentifikasi Conditions of Economics, BRI
Syariah melakukan pengawasan terhadap usaha nasabah
khususnya kondisi perekonomian nasabah. Karena jika
kondisi perekonomian nasabah memburuk, maka nasabah
akan mengalami kesulitan untuk melunasi pinjaman.
2) BI checking, untuk mengidentifikasi apakah calon nasabah
disiplin dalam pembayaran angsuran tepat pada waktunya atau
tidak5
3) Track checking, yaitu identifikasi terhadap usaha yang dijalani
calon nasabah dan agunan atau jaminan yang diajukan calon
nasabah.6
5 Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI
Syariah KCP Cipulir, 28 April 2014
70
Pada tahapan ini, BRI Syariah dapat melakukan tindakan
preventif untuk menghindari atau setidaknya mengendalikan risiko,
sehingga potensi kerugian financial dan non financial lainnya dapat
dikendalikan, dieliminasi, dan tindakan lainnya. Proses mengenali
dengan baik seluruh risiko yang ada pada setiap aktivitas usaha bank,
produk, jenis dan transaksi finansial yang dijalankan serta
mendeteksi kemungkinan terjadi risiko baru dan berpotensi
menimbulkan kerugian. Dari serangkaian proses manajemen risiko,
identifikasi merupakan proses yang sangat penting dilakukan, karena
dengan melakukan identifikasi risiko secara cermat dan teliti maka
dapat menentukan langkah selanjutnya.
Identifikasi risiko dilakukan tidak hanya sebatas mendata
semua kemungkinan risiko yang terkait dengan produk pembiayaan
mikro, tetapi juga mengidentifikasi hal yang menyebabkan risiko
tersebut berpeluang untuk terjadi. Risiko pembiayaan macet atau
gagal bayar dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
karena usaha nasabah yang sudah tidak berjalan lancar, karakter
nasabah yang tidak baik (misalnya nasabah melarikan diri dan pergi
tanpa kabar), usaha nasabah mengalami musibah (seperti banjir dan
kebakaran), serta adanya kesalahan analisa pada awal pembiayaan.7
Risiko gagal bayar atau default ini merupakan risiko yang melekat
pada pembiayaan mikro syariah iB, hal-hal yang diidentifikasi
6 Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI
Syariah KCP Cipulir, 28 April 2014 7 Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro (P3M), Pembiayaan Bermasalah, (PT. BRI
Syariah:2009) versi 1.0, h.92
71
sebagai faktor yang memberikan peluang timbulnya risiko tersebut
didata dan dianalisis secara komprehensif seperti karakter nasabah,
analisa lingkungan usaha, analisa manajemen, analisa cash flow
nasabah, analisa agunan, semua hal tersebut didata dan dianalisis
oleh Unit Head, Unit Financing Officer, Sales Officer dan
Relationship Officer serinci mungkin sebagai acuan utama dalam
memutuskan pembiayaan yang diajukan oleh calon dapat diterima
atau ditolak. Begitu ketatnya proses pengidentifikasian risiko ini
sehingga probabilitas risiko untuk muncul dapat dimitigasi dengan
baik pada tahapan ini.
b. Pengukuran risiko
Proses ini dilakukan dengan melakukan evaluasi secara berkala
terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur yang
digunakan untuk mengukur risiko, penyempurnaan terhadap sistem
pengukuran risiko apabila terdapat perubahan kegiatan usaha,
produk, transaksi dan faktor risiko yang bersifat material.8
Metode pengukuran risiko dapat dilakukan dengan sistem
komputer yang dimiliki oleh bank. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan penulis, BRI Syariah dalam menentukan besaran risiko
yang dihadapi dalam pembiayaan mikro menggunakan sistem
penentuan besaran risiko akan muncul dengan sendirinya pada
sistem yang disediakan dengan cara memasukkan semua data calon
nasabah pembiayaan mikro.
8 Veithzal Rivai, Islamic Risk Management for Islamic Bank, h.83
72
Selain itu, BRI Syariah juga mengembangkan pengukuran
secara kualitatif dan kuantitatif terhadap calon nasabah. Pengukuran
kualitatif ini dilakukan terpisah dari pengukuran yang lainnya karena
pengukuran kualitatif dilakukan pada tahapan identifikasi risiko,
yaitu saat melakukan identifikasi dan pengumpulan data terkait
dengan calon nasabah, diantaranya identifikasi identitas, identifikasi
usaha, identifikasi jaminan dan karakter calon nasabah. Pengukuran
kuantitatif BRI Syariah menggunakan 6 analisa pengukuran, yaitu
analisa keuangan, analisa karakter, analisa manajemen, analisa
fasilitas, analisa kondisi lingkungan usaha, dan analisa agunan atau
jaminan. Proses pengukuran usaha calon nasabah merupakan tugas
pokok Unit Financing Officer (UFO) dan Area Financing Officer
(AFO).
1) Analisis Keuangan9
Analisa keuangan digunakan untuk memberikan informasi
penting dalam pengambilan keputusan, serta rasio-rasio
keuangan usaha. Adapun rasio-rasio keuangan yang digunakan
dalam analisi keuangan yang dilakukan BRI Syariah, antara lain:
a) Perhitungan Working Investment (kebutuhan modal kerja)
Working investment adalah kebutuhan modal kerja
yang dibutuhkan nasabah pembiayaan mikro, dan tidak
diperuntukkan untuk pembiayaan konsumtif atau investasi
lainnya. Perhitungan working investment ini dibuat oleh
9 Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro (P3M), Pembiayaan Bermasalah, (PT. BRI
Syariah:2009) versi 1.0, h.96
73
Unit Financing Officer atau Area Financing Officer
berdasarkan data hasil verifikasi langsung kepada nasabah
dan data-data pendukung lain yang digunakan untuk
menghitung total pembiayaan yang dapat diberikan kepada
nasabah.
b) Repayment Capacity (RPC)
Repayment Capacity adalah kemampuan membayar
kembali calon nasabah pembiayaan. Cara perhitungan RPC
adalah: 10
Sedangkan RPC Rasio didapat dari:
Pembiayaan yang diajukan akan diterima bila RPC
<75%, namun jika RPC >75% pembiayaan yang diajukan
akan ditolak atau rasio harus diatas 2x angsuran.
Perhitungan RPC dilakukan oleh UFO.
c) IDIR (Innicial Disposible Income Ratio)11
Yaitu perhitungan jumlah cicilan angsuran nasabah
pada BRI Syariah + angsuran pada bank lain/disposible
10
Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro (P3M), Pembiayaan Bermasalah, (PT. BRI
Syariah:2009) versi.1.0, h.98 11
Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro (P3M), Pembiayaan Bermasalah, (PT. BRI
Syariah:2009) versi 1.0, h.99
RPC = Maks 75% x Laba/Keuntungan Usaha
RPC = Nilai RPC
Besar angsuran pembiayaan
74
income (pendapatan bersih). IDIR ini mempunyai fungsi
yang sama dengan RPC, yaitu sebagai alat ukur kemampuan
bayar nasabah terhadap pembiayaan yang diberikan oleh
bank.
2) Analisis Karakter
Dilakukan oleh UFO dengan menggunakan BI checking dan
DHN-BI (Daftar Hitam Nasional Bank Indonesia).12
BI
checking dilakukan untuk melihat track record dari calon
nasabah pembiayaan mikro, apakah calon nasabah tersebut
pernah mengajukan pembiayaan di bank atau lembaga keuangan
lain, dan melihat apakah pembiayaan si calon nasabah tersebut
yang terdapat di bank atau lembaga keuangan lain tergolong
lancar atau macet. Sedangkan DHN-BI digunakan untuk melihat
track record calon nasabah pada kejahatan umum, seperti
terlibat dalam kasus penipuan, perampokan, pencucian uang,
pemalsuan cek dan pidana lainnya.
Selain menggunakan BI checking dan DHN-BI, bank juga
harus melakukan verifikasi karakter calon nasabah dengan cara
melakukan kunjungan (survey) dan bertemu langsung dengan
calon nasabah di tempat usaha yang akan dibiayai, serta mencari
informasi lebih detail mengenai karakter calon nasabah dengan
cara bertanya kepada tetangga-tetangga calon
nasabah/lingkungan sekitar tempat tinggal calon nasabah.
12
Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI
Syariah KCP Cipulir, 29 April 2014
75
Analisa karakter ini dilakukan dengan tujuan agar calon nasabah
mempunyai tanggung jawab, jujur, dan serius dalam
menjalankan usahanya, serta membayar kewajibannya.
3) Analisa Manajemen13
Analisa ini dilakukan untuk menganalisa tingkat risiko dari
kemampuan manajerial calon nasabah dan untuk mengetahui
kemampuan calon nasabah dalam mengelola usahanya, yang
meliputi pengalaman usaha serta lama usaha calon nasabah dan
prospek usaha yang akan dibiayai, apakah cenderung stabil,
fluktuatif, berkembang atau maju.
4) Analisa Fasilitas
Analisa terhadap tingkat risiko dari fasilitas pembiayaan
yang akan diberikan, seperti dilihat dari jangka waktu yang
dimohon oleh calon nasabah. Semakin lama jangka waktu yang
dimohon oleh calon nasabah, maka risiko pembiayaan akan
semakin tinggi karena kemungkinan terjadinya keterlambatan
pengembalian pokok pembiayaan menjadi lebih tinggi.
5) Analisa Kondisi Lingkungan Usaha
Analisa terhadap tingkat risiko dari situasi dan kondisi
lingkungan usaha yang dijalankan calon nasabah. Langkah
pertama meliputi ketergantungan terhadap supplier; apakah
calon nasabah termasuk wirausaha yang memiliki 1 supplier
atau banyak. Semakin banyak supplier yang menjadi rekan
13
Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI
Syariah KCP Cipulir, 29 April 2014
76
bisnis calon nasabah, maka persediaan barang semakin tinggi
sehingga dapat meminimalkan risiko yang akan terjadi.
Kedua, meliputi ketergantungan terhadap pelanggan;
apakah pelanggan usaha calon nasabah banyak atau sedikit,
karena semakin banyak pelanggan yang dimiliki calon nasabah,
maka akan semakin besar omset yang didapatkan sehingga laba
usaha menjadi lebih baik.
Ketiga, wilayah pemasaran juga harus dianalisa; semakin
luas wilayah pemasaran, maka usaha calon nasabah semakin
baik. Keempat, jenis produk; jika jenis produk yang ditawarkan
calon nasabah termasuk barang dan jasa primer, maka
perputaran usahanya akan semakin cepat dan menghasilkan
keuntungan yang lebih baik.
6) Analisis Agunan atau Jaminan
Melakukan analisa terhadap tingkat nilai agunan atau
jaminan yang diberikan calon nasabah dengan besarnya
pembiayaan yang akan diajukan oleh calon nasabah kepada
bank. Analisa ini hanya diperuntukkan untuk jenis produk
pembiayaan yang disyaratkan adanya agunan atau jaminan.14
Penilaian jaminan dilakukan oleh Unit Financing Officer
dan Area Financing Officer dengan produk Kupedes 75iB dan
Kupedes 500iB. Penilaian ini dilakukan dengan mengunjungi
atau survey langsung ke lokasi jaminan yang berupa tanah, tanah
14
Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro (P3M), Proses Penilaian Jaminan, (PT. BRI
Syariah: 2009) versi 1.0, 82
77
dan bangunan, kios dan kendaraan bermotor untuk melihat fisik
yang dijaminkan oleh calon nasabah.
Semua analisa tersebut merupakan hasil pengembangan dan
data empiris dari pelaksanaan manajemen risiko pada
pembiayaan mikro yang dilakukan BRI Syariah.
c. Pemantauan risiko
Proses ini dilaksanakan dengan memperhatikan perubahan yang
ada pada kegiatan pembiayaan yang sedang dilakukan. Yang
bertanggung jawab dalam proses pemantauan risiko ini adalah RO
(Relationship Officer) dengan melakukan kunjungan ke lokasi usaha
nasabah 3 hari pasca pencairan pembiayaan bersama Unit Head dan
melakukan pengecekan terhadap barang dagangan yang tersedia,
jumlah pelanggan nasabah, kondisi usaha nasabah (apakah banyak
pembeli atau tidak), melihat kuitansi asli pembelian barang modal
atau investasi, serta melihat kondisi jaminan nasabah.15
Proses ini dilakukan tidak hanya sebatas mengamati perubahan
usaha yang ada di lapangan saja, akan tetapi pemantauan ini lebih
dikenal dengan maintain yang diprioritaskan oleh BRI Syariah
dalam menjaga kualitas pembiayaan, karena maintain sangat erat
kaitannya dengan ketepatan nasabah dalam membayar kewajibannya
pada saat jatuh tempo. Maintain ini dilakukan melalui 2 tahapan,
yang pertama melalui telepon (sebelum RO mendatangi nasabah di
lokasi usaha atau tempat tinggal, RO mengkonfirmasi nasabah
15
PT. BRI Syariah. No.S.51 DIR-COM/MBG/XI/2010, Tentang petunjuk pelaksanaan
Relationship Officer (RO) pasca pencairan pembiayaan, (Jakarta: PT. BRI Syariah, 2010), h.3
78
melalui telepon untuk memberitahukan waktu kedatangan yang akan
dilakukan), dan kedua adalah dengan kunjungan langsung ke tempat
usaha untuk melakukan cash pick up pembayaran angsuran nasabah.
BRI Syariah memberikan keringan serta kemudahan bagi
nasabah dalam sistem pembayaran angsuran, di mana sistem
pembayaran angsuran setiap bulannya dapat dijadikan penarikan per
minggu atau per hari sesuai keinginan nasabah. Semua mekanisme
pembiayaan disesuaikan dengan kemampuan nasabah agar risiko
keterlambatan pembayaran angsuran dapat diminimalisir dengan
baik. Selain memantau perubahan yang terjadi pada usaha nasabah
dan melaporkannya kepada pihak manajemen unit mikro,
Relationship Officer juga memberikan solusi kepada nasabah pada
saat usaha nasabah sedang mengalami penurunan secara finansial
agar usaha nasabah dapat berjalan normal kembali.16
Pendekatan secara emosional diterapkan oleh risk management
UMS BRI Syariah melalui RO kepada semua nasabah mikro mereka
sehingga risiko gagal bayar terhadap pembiayaan mikro yang
diberikan tersebut dapat dihindari atau diminimalkan. Jika mulai
terindikasi penyimpangan dari hasil pemantauan di lapangan, baik
dari usaha, karakter nasabah, dan jaminan, maka RO akan segera
memberikan laporan ke pihak manajemen Unit Mikro Syariah.
16
Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI
Syariah KCP Cipulir, 29 April 2014
79
d. Pengendalian risiko
Dalam kegiatan pembiayaan usaha mikro, BRI Syariah
senantiasa berhadapan dengan berbagai risiko dan harus diakui
bahwa sesungguhnya industri perbankan adalah suatu industri yang
serat dengan risiko, terutama risiko nasabah yang mengalami
kegagalan dalam pembayaran angsuran/pembiayaan bermasalah.
Risiko yang sudah terdeteksi oleh RO dengan memberikan laporan
kepada pihak manajemen akan segera disikapi dan ditanggulangi
secepatnya. BRI Syariah akan melakukan proses collection setelah
pencairan pembiayaan. Collection atas keterlambatan pembayaran
pembiayaan angsuran diklasifikasikan sebagai berikut:17
1) Early Collection, yaitu tahapan/cara penanganan Collection atas
angsuran mulai DPD 7 – 30 hari
2) Soft Collection, yaitu tahapan cara penanganan Collection atas
angsuran mulai DPD 31 – 60 hari
3) Hard Collection, yaitu tahapan/cara penanganan Collection atas
angsuran mulai DPD 61 – 90 hari
4) Litigasi Collection, yaitu tahapan/cara penanganan Collection
atas angsuran DPD <90 hari
5) Hope, yaitu nasabah yang masih berkemampuan membayar
kembali biaya angsuran
17
Pedoman Panduan Pembiayaan Mikro (P3M), Proses Collection dan Penyelesaian
Pembiayaan Bermasalah, (PT. BRI Syariah:2009), versi.1.0
80
6) No Hope, yaitu nasabah yang tidak mempunyai harapan dan
kemampuan usaha sudah tidak ada sehingga tidak mampu
melunasi biaya angsuran.
Di samping itu, penentuan kolektibilitas nasabah merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam proses penanganan pembiayaan
bermasalah pada tahapan pengendalian risiko. Untuk pembiayaan
dengan skema murabahah pada BRI Syariah, penentuan
kolektibilitas dapat dilihat dari kemampuan membayar berdasarkan
hari tunggaknya, yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Kolektibilitas
Kolektibilitas 1 (L) Pembayaran tepat waktu dan tidak ada
tunggakan serta sesuai dengan persyaratan
akad
Kolektibilitas 2 (DPK) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran
pokok atau margin sampai dengan 90 hari
Kolektibilitas 3 (KL) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran
pokok atau margin telah melampaui 90 hari
sampai dengan 180 hari
Kolektibilitas 4 (D) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran
pokok atau margin yang telah melampaui
180 hari sampai dengan 270 hari
Kolektibilitas 5 (M) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran
pokok atau margin yang telah melampaui
270 hari
81
Sumber : Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro (P3M) BRI
Syariah, 2009
Dalam kegiatan pembiayaan mikro, BRI Syariah senantiasa
berhadapan dengan risiko nasabah yang mengalami gagal bayar/
pembiayaan bermasalah karena industri perbankan merupakan suatu
industri yang sarat dengan risiko. Dalam upaya menghindari
pembiayaan mikro yang bermasalah tersebut, BRI Syariah dapat
melakukan:
1) Restructuring (Penataan Ulang)18
Tindakan ini dilakukan kepada nasabah yang kekurangan
dana untuk mengembalikan pembiayaan tetapi masih
berkemampuan untuk mengembalikan dana tersebut, ada barang
jaminan dan prospek usahanya pun bagus, maka tindakan yang
dilakukan oleh komite pembiayaan bermasalah ini dalam rangka
meringankan beban nasabah adalah dengan menambah dana
pembiayaan yang diharapkan dapat membantu nasabah untuk
meningkatkan usaha nasabah dan mengembalikan dana
pembiayaan tersebut.
Dalam tindakan ini dapat terjadi konversi akad antara bank
dengan nasabah karena terjadi penambahan jumlah plafond dan
jaminan. Restructuring hanya diberikan terhadap pembiayaan
dengan limit Rp. 200.000.000,00 sampai Rp. 500.000.000,00.
Untuk pembiayaan kurang dari Rp. 200.000.000,00 akan
18
Pedoman Panduan Pembiayaan Mikro (P3M) BRI Syariah, Proses Collection dan
Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah, (PT. BRI Syariah:2009), versi.1.0
82
diusulkan untuk hapus buku. Berdasarkan wawancara penulis
dengan pihak BRI Syariah KCP Cipulir, persentase nasabah
pembiayaan mikro BRI Syariah yang mengalami pembiayaan
bermasalah masih dibawah 1%.
2) Reschedulling (Penjadwalan Ulang)
Tindakan ini dilakukan kepada nasabah yang tidak mampu
membayar angsuran tetapi masih berkemampuan dan besar
harapan untuk mengembalikan dana pembiayaan, potensi
usahanya masih besar, dan ada barang jaminan, maka tindakan
yang dilakukan komite pembiayaan bermasalah untuk
menangani pembiayaan bermasalah ini adalah dengan
memberikan perpanjangan waktu pelunasan dana pembiayaan,
perubahan besarnya angsuran tanpa adanya perubahan margin
pembiayaan. Fasilitas penjadwalan ulang ini diberikan kepada
nasabah yang mempunyai I’tikad baik untuk mengembalikan
dana pembiayaan dan berkarakter bagus serta jujur.19
3) Agunan Yang Diambil Alih atau Penyitaan Barang Jaminan
Tindakan ini dilakukan bagi nasabah yang tidak
berkemampuan dan mempunyai harapan untuk mengembalikan
dana pembiayaan, prospek usaha pun tidak bagus, tetapi ada
barang jaminan, maka tindakan yang perlu dilakukan oleh
komite penanganan pembiayaan bermasalah ini adalah dengan
19
Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI
Syariah KCP Cipulir, 29 April 2014
83
menyita barang jaminan yang diserahkan secara sukarela
(dihibahkan) oleh nasabah kepada pihak bank.
Proses eksekusi ini dilakukan dengan melelang atau
menjual barang jaminan nasabah, apabila pelelangan atau
jumlah jaminan tersebut kurang dari dana pembiayaan yang
dipinjam oleh nasabah, maka kekurangan dari dana pembiayaan
tersebut dibebankan kepada nasabah, akan tetapi jika hasil dari
pelelangan penjualan barang jaminan nasabah tersebut melebihi
jumlahnya dari dana yang dipinjam, maka sisa atau kelebihan
dari hasil pelelangan barang jaminan tersebut akan dikembalikan
kepada nasabah.20
4) Write Off (Hapus Buku)
Tindakan ini dilakukan bagi nasabah yang tidak
berkemampuan dan tidak memiliki harapan untuk
mengembalikan dana pembiayaan, tidak ada barang jaminan dan
prospek usahanya pun tidak bagus, maka komite pembiayaan
bermasalah hanya dapat bertindak untuk menghapus dan
mengakhiri akad perjanjian dengan nasabah tersebut walaupun
pada akhirnya pihak bank yang akan menanggung semua
kerugian yang ada. Kriteria nasabah yang diusulkan untuk write
off, sebagai berikut:21
20
Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI
Syariah KCP Cipulir, 29 April 2014 21
Pedoman Panduan Pembiayaan Mikro (P3M) BRI Syariah, Proses Collection dan
Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah, (PT. BRI Syariah:2009), versi.1.0, h.110
84
a) Nasabah meninggal dunia khusus produk yang tanpa
jaminan dan tidak dicover oleh asuransi
b) Nasabah mengalami musibah
c) Nasabah mengalami sakit permanen yang menyebabkan
tidak dapat melakukan aktivitas usaha
d) Keberadaan nasabah tidak diketahui selama 90 hari.
Dari uraian di atas, penulis berpendapat bahwa Unit Mikro BRI Syariah
menjadikan risiko sebagai budaya, sehingga secara tidak langsung kehati-
hatian terhadap risiko terinternalisasi ke setiap bagian yang ada pada BRI
Syariah dan menjadikan risiko tersebut sebagai tanggung jawab bersama,
bukan hanya menjadi tanggung jawab dari pihak risk Unit Mikro saja.
Manajemen risiko yang baik dan terarah sudah dapat dipastikan bisa menekan
dan meminimalkan probabilitas dan dampak negatif dari risiko yang
dihadapi.22
Dalam meminimalisir probabilitas tersebut, BRI Syariah menerapkan
konsep manajemen risiko yang berbeda seperti manajemen risiko yang
diterapkan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya, mulai dari tahapan
identifikasi. Pada tahap identifikasi, BRI Syariah melakukan 2 tahap
identifikasi yaitu identifikasi pra-risiko dan identifikasi pada saat risiko
terjadi. Begitu ketatnya proses pengidentifikasian risiko ini, sehingga
probabilitas risiko untuk muncul dapat diminimalisir dengan baik pada
tahapan ini. Manajemen risiko yang diterapkan oleh pembiayaan mikro BRI
22
Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI
Syariah KCP Cipulir, 29 April 2014
85
Syariah tentunya memiliki kelebihan, yaitu dengan adanya manajemen risiko
yang terorganisir dengan baik, kemungkinan besar risiko yang akan timbul
dapat segera dikelola dan diminimalisir oleh divisi manajemen risiko BRI
Syariah sehingga risiko tersebut tidak mudah merugikan bank. Selain itu,
dengan adanya manajemen risiko, BRI Syariah dapat lebih menumbuhkan
pemahaman pengawasan melekat, yang merupakan fungsi penting dalam
setiap aktivitas bank.
Di samping kelebihan manajemen risiko, ternyata terdapat pula
kekurangan dari manajemen risiko itu sendiri, yaitu kurangnya
pengarahan/sosialisasi mengenai pemahaman pentingnya manajemen risiko
dari pihak BRI Syariah kepada nasabah pembiayaan mikro, akibatnya
beberapa nasabah pembiayaan mikro meremehkan pembayaran angsuran
pembiayaan yang diajukan sehingga risiko dapat muncul. Efektifitas
manajemen risiko yang diterapkan BRI Syariah terbukti dengan kemungkinan
risiko yang terjadi pada pembiayaan mikro di bawah 1%.
Selain menghadapi risiko pembiayaan yang muncul, BRI Syariah juga
menemukan hambatan-hambatan yang terjadi pada pelaksanaan Unit Mikro.
Hambatan-hambatan tersebut di antaranya adalah persaingan yang kompetitif
pada produk pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank syariah lain dan bank
konvensional. Persaingan ini dipicu oleh perkembangan usaha mikro yang
terjadi di masyarakat pada umumnya, sehingga bank atau lembaga keuangan
lain juga terdorong ingin mengeluarkan produk pembiayaan mikro dengan
margin yang kompetitif dan pemberian kemudahan persyaratan pengajuan
pembiayaan. Oleh karena itu, BRI Syariah memberikan beberapa keunggulan
86
dari produk pembiayaan mikro yang ditawarkan, seperti margin yang
kompetitif dengan bank syariah lain atau bank konvensional, memberikan
kemudahan persyaratan dokumen yang mudah dilengkapi oleh calon nasabah,
memberikan pelayanan cash pick up (antar jemput angsuran) sehingga
memudahkan nasabah dalam pembayaran angsuran tanpa harus datang ke
kantor bank dan memberikan pembiayaan tanpa agunan dengan minimal
pembiayaan Rp. 5.000.000,00 dan maksimal Rp. 25.000.000,00. Semua
keunggulan yang ditawarkan oleh BRI Syariah bertujuan untuk menarik
minat masyarakat sebagai pedagang usaha mikro agar mau mengajukan
pembiayaan pada BRI Syariah khususnya KCP Cipulir.23
Produk pembiayaan mikro BRI Syariah masih akan terus berkembang.
Hal ini dapat dilihat dari besarnya antusias masyarakat terhadap produk
pembiayaan ini. Dengan berkembangnya usaha mikro, masyarakat terdorong
untuk mengajukan pembiayaan sebagai modal usaha dan memenuhi
kebutuhan investasi usaha yang sedang dijalankan. Tujuan utama BRI
Syariah mengeluarkan produk pembiayaan mikro syariah ini adalah untuk
memberikan tambahan modal kerja dan investasi yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah kepada pedagang usaha mikro. Dengan pemberian
pembiayaan ini pedagang usaha mikro dapat mengembangkan usaha yang
dijalankannya sehingga dapat mengurangi pengangguran.
23
Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI
Syariah KCP Cipulir, 29 April 2014
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari analisis hasil penelitian yang telah penulis lakukan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Risiko yang dihadapi oleh pembiayaan mikro BRI Syariah adalah risiko
kredit (pembiayaan), di mana risiko ini muncul akibat kegagalan dari
pihak nasabah dalam memenuhi kewajibannya. Proses pembiayaan mikro
dimulai dari pengisian formulir aplikasi permohonan pembiayaan,
analisis karakter calon nasabah dan usaha nasabah, serta analisis
keuangan usaha calon nasabah.
2. Untuk meminimalisir risiko yang timbul, pembiayaan mikro BRI Syariah
menerapkan dua proses manajemen risiko, yaitu manajemen risiko pra-
risiko dan manajemen risiko pasca risiko. Manajemen risiko yang
diterapkan BRI Syariah mempunyai kelebihan di antaranya dapat
menumbuhkan pemahaman pengawasan melekat, yang merupakan fungsi
penting dalam setiap aktivitas bank. Sementara itu, kekurangan
manajemen risiko pembiayaan mikro BRI Syariah adalah kurangnya
pengarahan/sosialisasi mengenai pemahaman pentingnya manajemen
risiko, akibatnya beberapa nasabah meremehkan pembayaran angsuran
pembiayaan yang diajukan sehingga risiko dapat muncul. Efektifitas
manajemen risiko pembiayaan mikro BRI Syariah terbukti dari
kemungkinan risiko yang terjadi di bawah 1%.
88
B. Saran
1. Dipastikan hampir semua bank mengalami risiko pembiayaan, untuk itu
BRI Syariah perlu mempersiapkan manajemen risiko yang baik agar
dapat meminimalisir potensi kerugian akibat gagal bayar ataupun
pembiayaan bermasalah. Dalam memberikan pembiayaan mikro, pihak
bank seharusnya dapat memahami dan mengetahui dengan jelas
kegiatan/proyek yang akan dilaksanakan oleh calon nasabah pembiayaan
mikro tersebut benar adanya atau tidak menyimpang dari akad.
2. Pihak bank diharuskan berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan
mikro, karena pembiayaan mikro merupakan pembiayaan yang sarat akan
munculnya risiko. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen yang baik dan
harus melalui proses yang cermat dan teliti, analisa yang baik, jujur dan
benar terhadap calon nasabah yang akan mengajukan pembiayaan. BRI
Syariah harus menaati nilai-nilai syariah dalam menjalankan bisnisnya,
tidak hanya berorientasi pada keuntungan saja.
3. Pembinaan dan pengawasan juga harus dilakukan secara jelas dan
terlaksana dengan baik serta memperhatikan tingkat kolektibilitas
pembiayaan sehingga bank dapat menghindari pembiayaan bermasalah
yang mungkin muncul dalam proses pembiayaan mikro.
89
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Masyhud. Manajemen Risiko: Strategi Perbankan dan Dunia Usaha dalam
Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2006.
Alijoyo, Antonius. Baik Perbankan Maupun Sektor Riil Perlu Manajemen Risiko.
Jakarta: Sharing. 2006.
Amalia, Euis. Keadilan Distributif Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan
UKM di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2009.
Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet
Anggota IKAPI. 2006.
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007.
Ayat, Safri. Manajemen Risiko. Jakarta: Gema Insani Akastri. 2003.
Basri, Ikhwan Abidin. Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:
PT. Bumi Aksara. 2008.
BRI Syariah. Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro (P3M). Jakarta: PT.
BRISyariah. 2009.
Brosur produk-produk BRI Syariah. Jakarta: PT. BRI Syariah. 2009.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. 2010
Darmawi, Herman. Manajemen Risiko. Jakarta: Bumi Aksara. 2004.
Djojosoedarso, Soeisno. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Asuransi. Jakarta:
Salemba Empat. 2003.
Hasibuan, H. Malayu. Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta:
Bumi Aksara. 2005.
Idroes, Ferry N. Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman 3 Pilar Kesepakatan
Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksaannya di Indonesia.
Jakarta: Rajawali Press. 2008
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2002.
---------. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004.
Karim, Adiwarman A. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. 2007.
Khan, Tariqullah. Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: PT.
Bumi Aksara. 2008.
90
Lathif, Azharuddin. Fiqh Muamalat. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2000.
Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN. 2005.
--------------. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia. 2004.
Nasir, Moh. Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia. 2003.
Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro. Pembiayaan Bermasalah. Jakarta: PT
Bank BRI Syariah. 2009.
Rivai, Veithzal. Islamic Risk Management for Islamic Bank. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. 2013.
Jurnal
Maryama, Siti. Permasalahan Manajemen Usaha Mikro. Jurnal Liquidity Vol. 1,
No. 1. Januari-Juni 2012.
Sari, Lisa Kartika. Penerapan Manajemen Risiko pada Perbankan Indonesia.
Jurnal Universitas Negeri Surabaya. Februari-Juli 2012.
91
WAWANCARA
Nama : Alfian Faizir
Jabatan : Unit Mikro Syariah Head
Hari, Tanggal : Senin, 21 April 2014
Waktu : 11.00 WIB
Tempat : BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Cipulir
1. Sudah berapa lama BRI Syariah KCP Cipulir berdiri dan mulai menjalankan
produk pembiayaan mikro? Berapa jumlah nasabah pembiayaan mikro pada
tahun 2013?
Jawab : BRI Syariah KCP Cipulir menjalankan produk pembiayaan mikro
pada tahun 2010, adapun BRI Syariah KCP Cipulir mulai berdiri
tahun 2008. Unit Mikro Syariah mulai berdiri tanggal 4 Januari 2008
dengan jumlah karyawan 8. Pada tahun 2013 nasabah pembiayaan
mikro berjumlah kurang lebih 55 Noa (nasabah) dengan out standing
mencapai kurang lebih Rp. 7.000.000.000,-.
2. Siapa saja yang menjadi sasaran dalam pembiayaan mikro BRI Syariah?
Jawab : Sasaran utama dalam pembiayaan mikro ini adalah para pedagang-
pedagang menengah kebawah khususnya yang berada radius 5 km
dari kantor bank BRI Syariah KCP Cipulir. Para pedagang tersebut
antara lain pedagang sembako, pakaian dan lain-lain. Ada dua jenis
pedagang yang dapat dibiayai oleh BRI Syariah KCP Cipulir, yaitu
pedagang plasma dan pedagang pasar inti. Pedagang pasar inti
maksudnya adalah para pedagang yang bertempat di dalam pasar
dengan jarak radius 5 km dari kantor bank BRI Syariah KCP Cipulir,
sedangkan pedagang plasma adalah pedagang yang bertempat di luar
radius tersebut.
3. Bagaimana perkembangan pembiayaan mikro di BRI Syariah pada tahun
2013?
Jawab : Perkembangan pembiayaan mikro pada BRI Syariah KCP Cipulir
pada tahun 2013 sangat signifikan terlihat pada data neraca laba rugi
meningkat 125% dari tahun sebelumnya. Hal ini karena BRI Syariah
menawarkan margin yang sangat kecil dan kemudahan persyaratan
yang dapat dilengkapi oleh nasabah. Margin pembiayaan mikro ini
sangat kompetitif dengan bank syariah lainnya, karena margin yang
ditawarkan oleh BRI Syariah lebih kecil dari pada margin
pembiayaan mikro pada bank lainnya.
4. Apa tujuan BRI Syariah membuka produk pembiayaan mikro syariah?
Jawab : Tujuan BRI Syariah membuka produk pembiayaan mikro syariah
adalah untuk memberikan tambahan modal kerja kepada pedagang
usaha mikro dan investasi yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah, membuka lapangan pekerjaan karena dengan memberikan
pembiayaan kepada pedagang usaha mikro, maka usaha yang
dimiliki semakin berkembang, sehingga membuka lapangan kerja
baru bagi pengangguran.
5. Apa saja keunggulan dari produk pembiayaan mikro BRI Syariah?
Jawab : Keunggulan produk pembiayaan mikro BRI Syariah seperti yang
telah saya jelaskan pada pertanyaan nomor 4, yaitu yang pertama
BRI Syariah memberikan margin yang kompetitif dengan bank
syariah lainnya. Kedua, persyaratan dokumen yang sangat mudah
dilengkapi oleh nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan mikro.
Ketiga, BRI Syariah juga memberikan pelayanan berupa cash pick
up (antar jemput angsuran nasabah), hal ini memudahkan nasabah
untuk membayar angsuran per bulannya tanpa harus datang ke
kantor bank. Keunggulan lainnya adalah BRI Syariah memberikan
pembiayaan tanpa agunan dengan minimal pembiayaan Rp.
5.000.000,- dan maksimal Rp. 25.000.000,-.
6. Bagaimana proses pemberian pembiayaan mikro BRI Syariah?
Jawab : Proses pemberian pembiayaan mikro BRI Syariah sangat mudah,
dengan datang ke kantor bank terdekat atau bisa seorang marketing
yang menawarkan langsung pembiayaan kepada nasabah. Kemudian,
prosedur pembiayaan di BRI Syariah adalah sebagai berikut:
a. Calon nasabah pembiayaan mikro datang ke Bank BRI Syariah
untuk mengisi formulir aplikasi pembiayaan mikro
b. Selanjutnya, dokumen aplikasi yang telah diisi diserahkan
kepada Sales Officer (SO) untuk diverifikasi dan diperiksa
kebenaran calon nasabah dalam mengisi formulir, serta
kelengkapan dokumen aplikasi pembiayaan
c. Unit Financing Officer (UFO) melakukan penyelidikan
informasi negatif calon nasabah melalui BI checking dan DHN-
BI
d. Unit Head (UH) dan Micro Marketing Manager (MMM)
melakukan kunjungan ke tempat usaha calon nasabah, mencari
informasi mengenai karakter calon nasabah dan kebenaran
tujuan pembiayaan yang akan diajukan
e. Kemudian, UFO dan Area Financing Officer (AFO) melakukan
verifikasi usaha calon nasabah yang terdiri dari lokasi usaha,
jenis usaha, lamanya usaha, aktivitas usaha, persediaan barang,
kebutuhan modal kerja dan informasi keuangan usaha
f. UFO melakukan analisa keuangan melalui proses scoring untuk
menentukan Repayment Capacity (RPC) dan Innicial Disposible
Income Ratio (IDIR)
g. Setelah semua dokumen calon nasabah dan informasi mengenai
usaha calon nasabah sudah lengkap, selanjutnya dikeluarkan
persetujuan pembiayaan oleh pemegang Batas Wewenang
Pemutus Persetujuan Pembiayaan (BWPP) yaitu UH, MMM,
Pimpinan Cabang Pembantu dan Pimpinan Cabang.
h. Dana dicairkan dan diserahkan kepada calon nasabah melalui
rekening tabungan mikro yang sebelumnya telah dibuat oleh
calon nasabah pada saat pengajuan pembiayaan
7. Apakah yang menjadi pertimbangan bank dalam mencairkan dana
pembiayaan mikro?
Jawab : Yang menjadi pertimbangan BRI Syariah dalam mencairkan dana
pembiayaan mikro adalah prinsip 5 C
8. Jenis risiko apa yang sering dihadapi oleh pembiayaan mikro BRI Syariah?
Jawab : Risiko yang sering dihadapi oleh pembiayaan mikro BRI Syariah
yaitu risiko kredit (pembiayaan), diantaranya pembayaran kredit
nasabah yang macet.
9. Bagaimana dampak dari masing-masing risiko yang terjadi pada produk
pembiayaan mikro?
Jawab : Dampak dari risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro
adalah kerugian yang ditimbulkan dari proses pencairan pembiayaan
yang bermasalah berupa modal bank yang tidak dapat dikembalikan
oleh nasabah sebagian atau seluruhnya yang dikarenakan oleh
nasabah menunggak atau terjadi fraud dalam proses pembiayaan.
Dan hal ini dapat berdampak pada neraca keuntungan Bank yang
bersangkutan, dan dapat menimbulkan NPF atau Non Performance
Financing. Dan NPF itu muncul setelah nasabah yang tidak dapat
membayar setelah lewat dari 61 hari dihitung dari tanggal jatuh
tempo pembiayaan atau disebut dengan DPD (Day Past Due).
10. Bagaimana penerapan manajemen risiko BRI Syariah dalam meminimalisir
risiko yang terjadi pada pembiayaan mikro?
Jawab : Pembiayaan mikro BRI Syariah menerapkan 2 tahap manajemen
risiko yaitu tahap pra risiko dan pasca risiko.
a. Pada tahap pra-risiko, Mikro Syariah iB BRI Syariah
menerapkan prinsip mengenal nasabah yang terdiri dari
kebijakan dan prosedur penerimaan serta melakukan
identifikasi terhadap calon nasabah yang dilakukan oleh UH,
UFO, RO dan SO, dimulai dari calon nasabah mengisi formulir
aplikasi pembiayaan mikro, kunjungan terhadap usaha calon
nasabah, pemantauan rekening dan transaksi calon nasabah,
penyelidikan informasi negatif calon nasabah dan menganalisa
keuangan usaha calon nasabah. Penerapan prinsip mengenal
nasabah ini dilakukan untuk mengetahui profil nasabah
maupun keseriusan calon nasabah dalam membayar angsuran
pembiayaan yang diajukan dan menghindari risiko tidak
terduga yang akan terjadi.
b. Pada saat risiko terjadi, BRI Syariah menerapkan manajemen
risiko sesuai dengan standar yang diterapkan oleh Peraturan
Bank Indonesia, diantaranya mengidentifikasi risiko,
mengukur risiko, memantau risiko dan mengendalikan risiko
11. Apa hambatan-hambatan dari produk pembiayaan mikro BRI Syariah KCP
Cipulir?
Jawab : Persaingan yang kompetitif antara produk pembiayaan Bank
BRISyariah dengan bank-bank yang sejenis maupun dengan bank
konvensional dalam hal persaingan margin dan kemudahan
persyaratan pengajuan pembiayaan.
12. Bagaimana prospek ke depan dari produk pembiayaan mikro BRI Syariah
KCP Cipulir?
Jawab: Produk pembiayaan mikro BRI Syariah masih akan terus berkembang
hal ini dapat dilihat dari growth pembiayaan mikro khususnya
UMS Cipulir yang tahun 2010-2012 mendapatkan OS sebesar 4
miliar rupiah dan pada tahun 2013 OS mikro UMS BRI Syariah
mencapai 7 miliar rupiah. Melihat dari pertumbuhan OS
(outstanding) maka bisa dibilang pertumbuhan pangsa pasar mikro
masih akan bertumbuh.
Alfian Faizir
DOKUMENTASI KEGIATAN WAWANCARA
Wawancara dengan Bapak Alfian Faizir sebagai Unit Mikro Syariah Head BRI
Syariah Kantor Cabang Pembantu Cipulir
Mempelajari Kolektibilitas Pembiayaan Mikro BRI Syariah KCP Cipulir
Tahun 2012-2013
Foto bersama Bapak Alfian Faizir sebagai Unit Mikro Syariah Head BRI Syariah
Kantor Cabang Pembantu Cipulir