MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI...

117
MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI SYARIAH KANTOR CABANG PEMBANTU CIPULIR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: RIKA FITRIANTI NIM : 1110053000035 KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M

Transcript of MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI...

Page 1: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI

SYARIAH KANTOR CABANG PEMBANTU CIPULIR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

RIKA FITRIANTI

NIM : 1110053000035

KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014 M

Page 2: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro
Page 3: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro
Page 4: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro
Page 5: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

ii

ABSTRAK

RIKA FITRIANTI, 1110053000035, Pembimbing: Muammar Aditya, M.Ak

Manajemen Risiko Pembiayaan Mikro pada BRI Syariah Kantor Cabang

Pembantu Cipulir

Peningkatan laju pertumbuhan pembiayaan mikro sejalan dengan program

pemerintah yang semakin memberikan kemudahan pada sektor usaha mikro untuk

semakin berkembang. Salah satu perbankan syariah yang mempunyai misi

mengembangkan sektor usaha mikro dengan kemudahan akses permodalan yang

diberikan yaitu Bank BRI Syariah dengan produk pembiayaan mikro. Dalam

menjalankan produknya, BRI Syariah tidak terlepas dari risiko. Oleh karena itu,

manajemen risiko diperlukan BRI Syariah KCP Cipulir dan diharapkan dapat

meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro dengan

prosedur dan sistematika yang jelas dan baik.

Metode penelitian yang digunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif, yaitu penelitian dengan memadukan penelitian kepustakaan dan

penelitian lapangan yang mencari fakta dengan interpretasi yang tepat dengan

tujuan untuk mendapatkan gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan

akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang

diteliti.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis risiko yang dihadapi

pembiayaan mikro BRI Syariah KCP Cipulir dan menjelaskan penerapan

manajemen risiko pembiayaan mikro pada BRI Syariah KCP Cipulir.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risiko kredit (pembiayaan) adalah

jenis risiko yang dihadapi oleh BRI Syariah. Risiko ini terjadi disebabkan akibat

kegagalan dari pihak nasabah dalam memenuhi kewajibannya. Pembiayaan mikro

BRI Syariah KCP Cipulir menerapkan 2 tahap manajemen risiko yaitu manajemen

risiko pra-risiko dan manajemen risiko pada saat terjadinya risiko yang

berpedoman sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 13/23/PBI/2011

mengenai Penerapan Manajemen Risiko pada Bank Umum Syariah dan Unit

Usaha Syariah, yang dimulai dengan mengidentifikasi risiko, pengukuran risiko,

pemantauan risiko dan pengendalian risiko. Efektifitas manajemen risiko yang

diterapkan BRI Syariah terlihat dari kemungkinan risiko yang muncul pada

pembiayaan mikro di bawah 1%.

Kata kunci: Manajemen, Manajemen Risiko, Pembiayaan Mikro

Page 6: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

iii

KATA PENGANTAR

Rangkaian ucapan syukur yang tak terkira selalu penulis panjatkan kepada

Allah SWT yang telah melimpahkan kasih sayang dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta

salam semoga senantiasa tercurah kepada pemimpin umat, Baginda Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarga serta para sahabat yang telah menjadi suri

tauladan bagi kita dalam melangkah. Terima kasih penulis ucapkan khusus untuk

Bapak dan Ibu tercinta, Drs. Abdul Haris dan Puji Lestari, orang tua terkasih yang

selalu memberikan doa, semangat, motivasi, materi dan kasih sayangnya selama

ini kepada penulis. Semoga Allah senantiasa memberikan umur yang panjang,

diberikan kesehatan, serta keberkahan kepada mereka. Amin.

Sebagai manusia biasa, tentunya penulis memiliki keterbatasan

kemampuan dan pengetahuan. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas

keterbatasan dan kekurangan yang ada pada skripsi ini. Dibalik keberhasilan

selalu ada kebersamaan yang memberikan semangat, bimbingan, motivasi dan

doa. Oleh karena itu, tak lupa pada kesempatan ini dengan segenap kerendahan

hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan, Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D, selaku Wakil

Dekan Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang

Administrasi Umum, dan Dr. H. Sunandar, MA selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 7: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

iv

2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah dan

H. Mulkanasir B.A, S.Pd, M.M, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen

Dakwah, yang telah banyak memberikan motivasi.

3. Muammar Aditya, M.Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar

membimbing penulis dan memberikan arahan, saran serta masukan sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga apa yang telah Bapak ajarkan

mendapat balasan kebaikan dari Allah SWT.

4. Segenap Penguji Sidang kepada Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D, selaku Ketua

Sidang, H. Mulkanasir B.A, S.Pd, M.M, selaku Sekretaris Sidang, Noor

Bekti Negoro, M.Si selaku Penguji I dan Drs. M. Sungaidi, MA, selaku

Penguji II.

5. Segenap Dosen Pengajar dan Civitas Akademika Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan

ilmunya dengan ikhlas kepada penulis, serta kepada pengurus perpustakaan

utama dan perpustakaan fakultas yang telah meminjamkan buku-buku yang

diperlukan sebagai referensi oleh penulis.

6. Seluruh pihak BRI Syariah KCP Cipulir, Pak Yudhi, Mbak Risa,Mbak

Sulastri, Mbak Syarifah (Ipeh), Kak Noflim (Oim), yang telah memberikan

izin bagi penulis untuk melakukan penelitian. Pak Alfian, Pak Heldin dan

seluruh staff Unit Mikro Syariah, yang tidak pernah jenuh menjawab berbagai

pertanyaan wawancara dan membantu mengetik jawaban wawancarayang

diajukan penulis.

7. Adik Fajar Al-Amin, Budeh Siti, Budeh Nani, Budeh Yani, Bu’le Rita,

sepupu-sepupu, yang selalu memberikan semangat, motivasi, doa dan kasih

Page 8: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

v

sayangnya yang luar biasa. Semoga kalian diberikan umur panjang dan

kesehatan oleh Allah SWT. Keponakan-keponakanku, Raditya, Putri,

Rangga, Seruni, Sekar, Rayen, Abyan, Al-Fatih, Zico dan Keanu, semoga

kalian menjadi anak yang sholeh, sholehah dan berbakti kepada orang tua. I

always love you all. Muhammad Ade Hardiansyah, yang telah merelakan

waktunya menemaniku melakukan wawancara dan penelitian, memberikan

doa, semangat, motivasi dan perhatiannya. Thanks a lot for your kindness,

Boy.

8. Sahabat-sahabat tersayang Rosma Aliah (Iyos), Kak Tita, Anisa, Kak Dini,

Endah, Alvionita, Isye, Kak Ajeng, Kak Iis, Rifka Oktavia dan Putri Aulia,

terima kasih untuk keceriaan yang sangat menghibur pada saat pengerjaan

skrispsi ini. Love you so much. Teman-teman seperjuangan LKS-MD dan

ZISWAF-MD 2010, Nurul Husna, Ratih, Adinda, Zaitun, Mutiara, Melda,

Dewi, Maria Ulfah, Amelia, dan yang lainnya, terima kasih atas pertemanan

selama 4 tahun berjuang bersama-sama untuk mendapatkan gelar kesarjanaan

ini. Teman-teman KKN SPECTA 2013, terima kasih atas kekompakkan dan

support-nya selama ini. Semoga kita sama-sama sukses ke depannya. Teman-

teman Seni Tari Saman SKETSA FIDKOM dan Paduan Suara VOC

FIDKOM, terima kasih atas kebersamaan dan kehangatan yang selama ini

terjalin dalam organisasi. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai setiap

langkah kita. Amin.

Jakarta, 19 Juni 2014

Rika Fitrianti

Page 9: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN.........................................................................

ABSTRAK....................................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 9

D. Metodologi Penelitian .............................................................. 10

E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 13

F. Sistematika Penulisan .............................................................. 15

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Manajemen Risiko

1. Definisi Manajemen Risiko .............................................. 17

2. Fungsi dan Tujuan Manajemen Risiko ............................. 24

3. Proses Manajemen Risiko ................................................. 26

B. Pembiayaan Mikro

1. Definisi Pembiayaan ......................................................... 29

2. Prinsip dan Penilaian Pemberian Pembiayaan .................. 30

3. Fungsi dan Tujuan Pembiayaan ........................................ 35

4. Pembiayaan Usaha Mikro ................................................. 37

BAB III GAMBARAN UMUM BRI SYARIAH KANTOR CABANG

PEMBANTU CIPULIR

A. Sejarah Singkat Berdirinya BRI Syariah KCP Cipulir........... 42

B. Visi dan Misi BRI Syariah KCP Cipulir................................. 47

C. Struktur Organisasi BRI Syariah KCP Cipulir....................... 48

Page 10: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

vii

D. Produk Bank BRI Syariah KCP Cipulir

1. Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan................................ 49

2. Pembiayaan Mikro iB BRI Syariah................................. 56

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Proses Pembiayaan Mikro BRI Syariah KCP Cipulir............ 60

B. Jenis Risiko Pembiayaan Mikro BRI Syariah KCP Cipulir... 63

C. Analisis Penerapan Manajemen Risiko BRI Syariah KCP

Cipulir dalam Meminimalisir Risiko yang Dihadapi oleh

Pembiayaan Mikro.................................................................. 65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................ 87

B. Saran...................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 89

LAMPIRAN................................................................................................ 91

Page 11: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kolektibilitas Pembiayaan Mikro BRI Syariah Tahun 2012-2013.......... 6

Tabel 2 Kolektibilitas............................................................................................ 80

Page 12: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Organisasi BRI Syariah KCP Cipulir.................................... 48

Gambar 2 Proses Pembiayaan Mikro BRI Syariah KCP Cipulir......................... 60

Page 13: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

x

DAFTAR GLOSARIUM

Acceptable : Dapat diterima/diperkirakan

Automatic Roll Over : Sistem pada produk deposito BRI Syariah

Bankable : Persyaratan yang dapat diterima bank

BI Checking : Pengecekan dari Bank Indonesia

Cash Flow : Arus pendapatan

Cash Pick Up : Antar jemput angsuran

Colls : Kolektibilitas

Customer Service : Karyawan bank yang bertugas untuk melayani

konsumen/nasabah

Default : Nasabah bank yang mengalami kredit macet/gagal bayar

Early Warning System: Sistem Peringatan Secara Dini

Feasible : Sesuatu yang terlihat/memungkinkan

Filter : Penyaring

Financial : Pembiayaan

Financing Reviewer : Manajer Peninjau Pembiayaan

Manager

iB : Islamic Banking/Perbankan berbasis Islam

Ijarah : Prinsip sewa

Istishna’ : Prinsip

Maintain : Pemeliharaan

Margin : Keuntungan

Mixing : Penggabungan

Mudharabah : Akad bagi hasil

Murabahah : Akad jual beli

Musyarakah : Akad kerja sama

Return : Pengembalian

Risk Management : Manajemen Risiko

Risk : Risiko

Page 14: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

xi

Salam : Akad jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum

ada

Service Excellent : Pelayanan yang terbaik

Shahibul Maal : Seseorang yang mempunyai dana dalam akad

Mudharabah

Supplier : Penyedia barang

Syariah Comply : Pedoman berbasis syariah

Teller : Karyawan bank yang bertugas sebagai kasir untuk

mengelola kas

Top up : Pendapatan tertinggi

Track Checking : Pengecekan usaha yang dijalankan nasabah

Unacceptable : Tidak dapat diterima/diperkirakan

Uncertainty : Ketidakpastian

Uncontrolled : Tidak sesuai kontrol

Unit Head : Kepala unit

Volume : Tingkatan

Wadi’ah yad : Akad penitipan barang

dhamanah

Page 15: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan usaha mikro sangat membantu negara dalam memajukan

pertumbuhan ekonomi. Usaha mikro berusaha untuk mengurangi tingkat

pengangguran dan juga tingkat kemiskinan. Setidaknya ada tiga alasan yang

mendasari negara berkembang, termasuk Indonesia, belakangan ini memandang

penting keberadaan usaha mikro.1 Alasan pertama adalah karena kinerja usaha

mikro cenderung lebih baik dalam menghasilkan tenaga kerja yang produktif.

Kedua, usaha mikro sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui

investasi dan perubahan teknologi. Ketiga, adalah karena usaha mikro sering

diyakini memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dibanding usaha besar.

Dalam UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) mendefinisikan usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki nilai aset

paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) atau dengan hasil

penjualan tahunan paling besar Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).2

Usaha mikro sebagai sektor yang lekat dengan perbankan syariah tetap menjadi

prioritas penyaluran dana perbankan syariah, hal ini tidak mengherankan

1 Siti Maryama, “Permasalahan Manajemen Usaha Mikro”, Jurnal Liquidity Vol 1, No. 1,

Januari-Juni 2012, h. 81-90 2Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, “Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah”, diakses pada 6 April 2014 dari

http://www.depkop.go.id/index.php?/option=com_content&article&id=129

Page 16: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

2

mengingat nature bank syariah yang dekat dengan usaha mikro dan potensi pasar

sektor tersebut terbesar dan tersebar di seluruh pelosok tanah air. Peningkatan

laju pertumbuhan pembiayaan mikro sejalan dengan program pemerintah yang

semakin memberikan kemudahan pada sektor usaha mikro untuk semakin

berkembang. Perbankan selalu dituntut untuk lebih peduli terhadap UMKM

sebagai pasar potensial dalam penyaluran pembiayaannya. Di lain pihak,

perbankan sendiri masih menghadapi sejumlah persoalan yang juga harus segera

diselesaikan.

Berbagai kebijakan dan peraturan telah dikeluarkan pemerintah agar

perbankan lebih berorientasi kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Tidak dapat dipungkiri bahwa UMKM memiliki daya tahan yang tangguh dalam

menghadapi berbagai gejolak dan permasalahan. Sejak terjadinya krisis moneter

yang diikuti oleh krisis ekonomi dan berbagai krisis lainnya, ditemukan suatu

kenyataan bahwa ketahanan perekonomian nasional sesungguhnya ditopang oleh

UMKM. Oleh karena itu, upaya untuk terus memberdayakan UMKM merupakan

tantangan yang harus selalu ditingkatkan, termasuk dukungan pembiayaan

melalui perbankan. Keberadaan UMKM hendaknya diharapkan dapat memberi

kontribusi yang cukup baik terhadap upaya penanggulangan masalah-masalah

yang sering dihadapi, seperti tingginya tingkat kemiskinan dan besarnya jumlah

pengangguran. UMKM memiliki porsi terbesar dalam pembiayaan yang

diberikan oleh bank-bank syariah dengan nilai pembiayaan sebesar 17,9 triliun

rupiah pada tahun 2007, dibandingkan pembiayaan pada sektor non-UMKM

Page 17: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

3

yang mendapatkan alokasi pembiayaan senilai 7,7 triliun rupiah.3 Berdasarkan

laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia tahun 2007, pembiayaan rata-rata

perbulan untuk UMKM skim musyarakah sebesar 280 milyar rupiah,

mudharabah sebesar 2,18 triliun rupiah, dan murabahah sebesar 2,23 triliun

rupiah. Sedangkan berdasarkan data pembiayaan Bank Syariah Mandiri kepada

UMKM tahun 2007 tercatat sebesar 4,83 triliun rupiah.4

Salah satu perbankan syariah yang mempunyai misi mengembangkan sektor

UMKM dengan kemudahan akses permodalan yang diberikan yaitu Bank BRI

Syariah dengan produk pembiayaan mikro yang terbagi atas tiga kategori, yaitu

Mikro 25iB, Mikro 75iB, dan Mikro 500iB. Dalam mengembangkan sektor

usaha mikro, BRI Syariah melakukan sosialisasi tentang pembiayaan mikro

kepada calon nasabah dengan menerapkan margin di bawah kompetitor.

Pembiayaan mikro BRI Syariah menggunakan akad murabahah. Dalam akad ini

bank menjadi jembatan jual beli dengan nasabah. Rencana ke depan, BRI Syariah

akan menambah dua akad baru, yakni ijarah (sewa) dan musyarakah

mutanaqisah (kerja sama).5

Dengan adanya produk pembiayaan mikro ini BRI Syariah diharapkan

mampu menanggulangi masalah permodalan yang dialami oleh pengusaha mikro,

kecil, dan menengah, sehingga distribusi modal dan pendapatan dapat dirasakan

3 Bank Indonesia, Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2008, (Jakarta: Direktorat

Perbankan Syariah Bank Indonesia), h.12 4 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan

UKM di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h.292 5 Arief, “Perkembangan Pembiayaan Usaha Mikro”, diakses pada 8 April 2014 dari

http://bursa.ariefew.com/info/bri-syariah-incar-pembiayaan-mikro-30-persen/

Page 18: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

4

masyarakat kecil. BRI Syariah sebagai lembaga perbankan yang bergerak di

bidang ekonomi, tentunya tidak terlepas dari masalah-masalah yang dihadapi

dalam mengembangkan sektor UMKM. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut,

tentunya BRI Syariah harus mempunyai strategi yang tepat, terutama dalam

masalah permodalan, agar para pengusaha mikro dapat lebih meningkatkan

potensi dalam bidang usaha yang dijalankannya, mengurangi tingkat

pengangguran, dan berdampak dapat mengurangi tingkat kemiskinan.

Dekade ini industri perbankan di Indonesia dihadapkan oleh beberapa risiko

yang semakin kompleks akibat kegiatan usaha bank yang beragam mengalami

perkembangan pesat sehingga mewajibkan bank untuk meningkatkan kebutuhan

akan penerapan manajemen risiko untuk meminimalisir risiko yang terkait

dengan kegiatan usaha bank.6 Dengan adanya pembiayaan pada perbankan,

memungkinkan terjadinya beberapa risiko yang cukup signifikan. Risiko adalah

ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan

dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai.7 Risiko dalam sudut

pandang bank didefinisikan sebagai peluang dari kemungkinan terjadinya situasi

buruk yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank.

Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola dan

dikendalikan. Perbankan syariah dianggap memiliki keunggulan dalam

pengelolaan risiko karena berdasarkan nature bisnisnya, perbankan syariah harus

6 Lisa Kartika Sari, “Penerapan Manajemen Risiko pada Perbankan Indonesia”, diakses

pada7 April 2014, dari http//ejournal.unesa.ac.idindex.phpjurnal-akuntansiarticleview280204 7 Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, Cetakan ke-2, (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2011), h. 4

Page 19: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

5

ikut mengelola perusahaan yang diberikan pembiayaan, hal ini untuk

meminimalisir risiko.8 Oleh karena itu, sebagaimana lembaga perbankan pada

umumnya, bank syariah juga memerlukan serangkaian prosedur dan metodologi

yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan

mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha, atau yang biasa disebut

manajemen risiko.9

Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisa,

serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan

untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi.10

Dalam pengertian

lain, manajemen risiko juga merupakan suatu cara, metode, atau ilmu

pengetahuan yang mempelajari berbagai jenis risiko, bagaimana mengaturnya

dan bagaimana mengelola risiko tersebut dengan tujuan agar terhindar dari

risiko.11

Risiko pembiayaan muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan

pokok yang diberikannya atau investasi yang sedang dilakukannya. Penyebab

utama terjadinya risiko pembiayaan adalah terlalu mudahnya bank memberikan

pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan

kelebihan likuiditas, sehingga penilaian kredit kurang cermat dalam

mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya. Oleh

karena itu, bank atau lembaga keuangan perlu menerapkan sejumlah teknik dan

8 Antonius Alijoyo, Baik Perbankan Maupun Sektor Riil Perlu Manajemen Risiko, (Jakarta:

Sharing, 2006), h. 15 9Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2007), h. 255 10

Herman Darmawi, Manajemen Risiko, Cetakan ke-8, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 17 11

Safri Ayat, Manajemen Risiko, (Jakarta: Gema Insani Akastri, 2003), h. 1

Page 20: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

6

kebijakan untuk mengelola risiko pembiayaan dalam rangka meminimumkan

kemungkinan atau konsekuensi kerugian pembiayaan.12

Kolektibilitas

pembiayaan mikro BRI Syariah juga sangat berperan dalam meminimalisir

risiko. Berikut adalah data kolektibilitas pembiayaan mikro BRI Syariah tahun

2012-2013.

Tabel 1.1 Kolektibilitas Pembiayaan Mikro BRI Syariah

Kolektibilitas 2012 2013

Lancar Rp. 4.000.000.000,00 Rp. 6.120.000.000,00

Dalam Perhatian Khusus Rp. 2.531.300,00 Rp. 2.690.600,00

Kurang Lancar Rp. 2.242.590,00 Rp. 1.921.450,00

Diragukan Rp. 1.738.250,00 Rp. 1.518.500,00

Macet Rp. 10.074.560,00 Rp. 8.595.000,00

Total Rp. 4.016.586.700,00 Rp. 6.134.725.550,00

Sumber: Laporan Keuangan Pembiayaan Mikro BRI Syariah

Berdasarkan tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa BRI Syariah sangat

memperhatikan kolektibilitas angsuran nasabah. Terbukti dengan adanya

peningkatan pembiayaan lancar dan penurunan pembiayaan macet pada tahun

2012-2013. Dalam kolektibilitas pembiayaan mikro BRI Syariah mengalami

peningkatan jumlah pembiayaan lancar yaitu pada tahun 2012 sebesar Rp.

4.016.586.700,00, sedangkan pada tahun 2013 sebesar Rp. 6.134.725.550,00.

Sebaliknya, pembiayaan macet mengalami penurunan pada tahun 2012 sebesar

Rp. 10.074.560,00, sedangkan pada tahun 2013 sebesar Rp. 8.595.550,00.

Relationship Officer (RO) melakukan Colls (kolektibilitas) 2 hari atau 3 hari

12

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, h. 95

Page 21: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

7

sebelum tanggal jatuh tempo angsuran nasabah. Hal ini dilakukan agar tidak

terjadi penunggakan biaya angsuran.

Manajemen risiko yang baik dan tepat akan dapat menekan probabilitas dan

dampak negatif dari risiko yang ada, konsep manajemen risiko juga

diperuntukkan guna meminimalisir risiko yang terdapat pada dunia usaha.

Perusahaan yang melakukan proses manajemen risiko juga diharapkan lebih

dapat menciptakan nilai tambah, karena potensi return yang diperoleh sudah

diperhitungkan lebih besar daripada potensi risiko kerugiannya. Berdasarkan

pemaparan tersebut, sudah sepantasnya sebuah organisasi ataupun perusahaan

menyadari bahwa pengelolaan risiko merupakan sesuatu yang penting bagi

organisasi sehingga perlu memiliki suatu sistem manajerial yang mampu

meminimalisir bahkan menghilangkan segala kemungkinan risiko yang dihadapi

dalam kegiatan usahanya. Pada Bank BRI Syariah, pihak Risk Management

mereka menggunakan model manajemen risiko yang biasa diterapkan oleh

perusahaan keuangan lain dalam meminimalisir risiko, akan tetapi dengan

perbedaan ini BRI Syariah justru dapat menekan risiko tersebut dengan baik.

Dengan berdasarkan uraian di atas, peneliti berkeinginan untuk menganalisa

jenis risiko yang dihadapi pembiayaan mikro dan menganalisa bagaimana

penerapan manajemen risiko pembiayaan mikro BRI Syariah dalam

meminimalisir risiko. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul “Manajemen

Risiko Pembiayaan Mikro pada BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu

Cipulir”.

Page 22: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

8

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berbicara mengenai manajemen memang cukup luas. Demi

terselesaikannya penulisan skripsi ini, maka penulis dalam penelitiannya

hanya memfokuskan dan membatasi pada pembahasan manajemen risiko

yang terdapat pada lembaga keuangan syariah, sesuai dengan skripsi yang

ingin diangkat “Manajemen Risiko Pembiayaan Mikro pada BRI Syariah

Kantor Cabang Pembantu Cipulir”.

2. Rumusan Masalah

Berdasar pada pembatasan masalah dan pembatasan penelitian tersebut,

maka untuk mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalahnya

sebagai berikut:

a. Jenis risiko apa yang dihadapi oleh pembiayaan mikro BRI Syariah KCP

Cipulir?

b. Bagaimana penerapan manajemen risiko pembiayaan mikro BRI Syariah

KCP Cipulir untuk meminimalisir risiko yang dihadapi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan adanya perumusan masalah diatas, tentunya ada tujuan-tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian skripsi ini, diantaranya adalah sebagai

berikut:

Page 23: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

9

a. Mengetahui risiko yang dihadapi BRI Syariah KCP Cipulir dalam produk

pembiayaan mikro.

b. Menjelaskan manajemen risiko yang diterapkan BRI Syariah KCP Cipulir

dalam pembiayaan mikro.

2. Manfaat Penelitian

a. Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

bagi para pembaca khususnya mahasiswa Manajemen Dakwah, Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta dapat berguna bagi banyak pihak

terutama sebagai tambahan referensi atau perbandingan bagi studi-studi

yang akan datang.

b. Praktisi

Menjadi masukan dan saran bagi para praktisi, akademisi dalam

penelitian selanjutnya sehingga dapat menjadi perbandingan bagi

penelitian yang lain.

c. Rekomendasi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan

rekomendasi bagi pihak manajemen risiko BRI Syariah dan menjadi

bahan kajian, serta tim pelaksana program pembiayaan mikro yang

menangani masalah ini secara khusus, agar mampu mempertahankan

Page 24: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

10

kinerja yang sudah baik dan memaksimalkan kinerja yang belum

tercapai secara optimal.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam pembahasan dan pengumpulan data skripsi ini, penulis memakai

metode penelitian kualitatif deskriptif. Deskriptif menurut pengertiannya

adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat dengan tujuan untuk

mendapatkan gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang

diteliti.13

Fenomena itu dapat berupa bentuk aktivitas, karakteristik,

peubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu

dengan fenomena lainnya.14

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini

adalah:

a. Data Perusahaan yang terdiri dari gambaran dan sejarah singkat

perusahaan BRI Syariah KCP Cipulir.

b. Data tentang deskriptif mengenai Manajemen Risiko pada Pembiayaan

Mikro BRI Syariah KCP Cipulir. Data ini diperoleh melalui teknik

dokumentasi, wawancara, dan observasi lapangan.

13

Moh. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h.63 14

Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2006), h.72

Page 25: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

11

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah orang atau sekelompok orang yang

dapat memberikan informasi. Mereka terdiri dari pengelola perusahaan,

pimpinan manajemen hingga karyawan-karyawan yang berhubungan dengan

penelitian. Dalam penelitian ini, subjek penelitian lebih dibatasi hanya untuk

mereka yang dapat memberikan pengaruh terhadap manajemen risiko dalam

perusahaan. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah BRI Syariah

KCP Cipulir yang beralamat Jalan Ciledug Raya No. 25, Petukangan

Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Waktu penelitian Februari 2014 –

Mei 2014.

3. Jenis Data dan Sumber Data

Sumber data merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk

digunakan dalam penelitian guna menjelaskan valid atau tidaknya suatu

penelitian tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

sumber asli yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dan observasi

dengan objek penelitian yaitu pihak BRI Syariah KCP Cipulir.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh oleh suatu organisasi atau

perorangan dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi, data yang

Page 26: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

12

diperoleh dari buku-buku, jurnal, internet, serta sumber lainnya yang

dapat dijadikan bahan penunjang penulisan skripsi ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka

teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan

untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan

penginderaan.15

Dalam kegiatan observasi, penulis bertindak sebagai

pengamat dan pewawancara yang terjun langsung ke lapangan untuk

menemui informan.

b. Wawancara

Wawancara yang dilakukan untuk memperoleh informasi langsung

dari responden atau metode pengumpulan data dengan tanya jawab yang

dikerjakan berlandaskan pada tujuan penelitian dengan menggunakan

panduan wawancara.16

Dalam hal ini wawancara yang dilakukan peneliti dengan tokoh

lembaga atau para pihak khusus manajemen risiko yang dianggap

berkompeten dengan masalah yang dibahas untuk memperoleh

informasi mengenai manajemen risiko pembiayaan mikro.

15

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h.115 16

Moh. Nasir, Metode Penelitian, h.193

Page 27: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

13

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh

melalui dokumentasi-dokumentasi dan data-data dari pihak BRI Syariah

KCP Cipulir.

5. Teknik Analisis Data

Adapun dalam mengolah data penulis menggunakan jenis penelitian

kualitatif yang bersifat deskriptif analisis, yaitu suatu teknik penelitian

dimana penulis terlebih dahulu menggambarkan data dan informasi yang

berlandaskan fakta-fakta untuk dianalisis.

6. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah mengacu pada

buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang disusun oleh tim penulis UIN

Jakarta dan diterbitkan oleh CEQDA UIN Jakarta pada tahun 2007.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian, penulis telah membaca beberapa penelitian-

penelitian terdahulu yang terkait dengan judul yang penulis ajukan mengenai

manajemen risiko. Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang pernah dilakukan

berkaitan dengan materi yang akan dibahas:

1. Muhammad Amin, Mahasiswa Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan

Hukum 2009. “Strategi Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dalam

pengelolaan risiko dalam Pengelolaan Risiko Pembiayaan UKM (Studi Kasus

Page 28: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

14

BPRS Al Salam Cabang Cinere)”. Pada penulisan skripsi ini penulis fokus

membahas bagaimana BPRS Al Salam Cabang Cinere mengelola risiko dalam

pembiayaan UKM.

2. Nursyamsiah, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum 2009. “Peran

Manajemen Risiko dalam Pembiayaan Murabahah pada BNI Syariah”. Pada

penelitian ini menjelaskan proses manajemen risiko, sistem pengelolaan pada

pembiayaan murabahah dan mengidentifikasi penyebab pembiayaan

bermasalah yang terjadi pada Bank BNI Syariah.

3. Siti Maryama, Jurnal Liquidity Vol 1 No. 1, Januari-Juni 2012. “Permasalahan

Manajemen Usaha Mikro pada Pabrik Kerupuk UD Manunggal Karsa Lebak

Bulus”. Pada jurnal penelitian ini menjelaskan tentang manajemen usaha

mikro pabrik kerupuk, permasalahan yang dihadapi pada manajemen usaha

mikro dan penerapan manajemen usaha mikro pada pabrik kerupuk UD

Manunggal Karsa.

4. Lisa Kartika Sari, Jurnal Universitas Negeri Surabaya, Februari-Juli 2011.

“Penerapan Manajemen Risiko pada Perbankan Indonesia”. Pada jurnal ini

meneliti tentang penerapan manajemen risiko pada perbankan di Indonesia

dan mengetahui keuntungan dan hambatan menerapkan manajemen risiko

pada perbankan pada umumnya.

Sedangkan pada penelitian ini penulis membahas tentang jenis risiko yang

dihadapi oleh pembiayaan mikro BRI Syariah KCP Cipulir dan penerapan

manajemen risiko pembiayaan mikro BRI Syariah untuk meminimalisir risiko

yang dihadapi dan meminimalisir kerugian akibat risiko tersebut.

Page 29: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

15

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam memahami proses dan alur pemikiran dalam

penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan melalui sistematika penulisan

skripsi yang merupakan laporan hasil penelitian. Adapun sistematika penulisannya

adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah,

batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metodologi penelitian, tinjauan pustaka, sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini penulis akan menjelaskan Manajemen Risiko,

Fungsi dan Tujuan Manajemen Risiko, Proses Manajemen

Risiko, Pengertian Pembiayaan dan Pembiayaan Usaha Mikro.

BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI BRI SYARIAH

KANTOR CABANG PEMBANTU CIPULIR

Pada bab ini terdiri dari latar belakang berdirinya BRI Syariah

KCP Cipulir, visi dan misi BRI Syariah, struktur organisasi BRI

Syariah KCP Cipulir, produk-produk BRI Syariah dan

pembiayaan mikro BRI Syariah.

Page 30: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

16

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN

MIKRO PADA BRI SYARIAH KANTOR CABANG

PEMBANTU CIPULIR

Pada bab ini penulis memaparkan hasil penelitian yang

membahas proses pembiayaan mikro pada BRI Syariah, jenis

risiko yang dihadapi pada pembiayaan mikro, dan proses

penerapan manajemen risiko pada pembiayaan mikro BRI

Syariah KCP Cipulir.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan

pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya

dan saran-saran yang disampaikan dalam penulisan penulisan

skripsi ini.

Page 31: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

17

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Manajemen Risiko

1. Definisi manajemen risiko

Pemahaman tentang manajemen risiko pembiayaan akan dapat

dipahami apabila terlebih dahulu memahami definisi dari masing-masing

kata yang terkait di dalamnya, yaitu manajemen, risiko, dan pembiayaan.

Manajemen menurut pendapat George R. Terry, didefinisikan sebagai

proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan serta pengawasan

aktifitas-aktifitas suatu organisasi dalam rangka upaya mencapai suatu

koordinasi sumber-sumber daya manusia dan sumber daya alam dalam

hal pencapaian sasaran secara efektif dan efisien.1 Sementara menurut

James F. Stoner, manajemen merupakan proses perencanaan,

pengorganisasian dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.2

Dari definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen

merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan

pengendalian/pengawasan atas upaya-upaya anggota sebuah organisasi

dan atas penggunaan sumber daya yang terdapat pada organisasi tersebut

1 H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2005), h.2 2 H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah, h.3

Page 32: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

18

untuk mencapai tujuan tertentu, yang mana proses pencapaian tujuan

tersebut melalui keempat fungsi-fungsi manajemen tersebut (POAC).3

Setelah membahas manajemen, maka selanjutnya akan dibahas

mengenai pengertian risiko dan jenis-jenis risiko yang terjadi pada

perbankan. Risiko merupakan sesuatu yang mengandung bahaya, atau

ketidakpastian (uncertainty) dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan

menurut pendapat Gallati, risiko adalah suatu kemungkinan akan

terjadinya hasil yang tidak diinginkan, yang dapat menimbulkan kerugian

apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola semestinya.4

Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian

potensial, baik yang dapat diperkirakan (acceptable) maupun yang tidak

dapat diperkirakan (unacceptable) yang berdampak negatif terhadap

pendapatan dan permodalan bank. Risiko yang dapat diperkirakan berupa

risiko-risiko yang biasa terjadi dalam perbankan sesuai dengan Peraturan

Bank Indonesia. Sedangkan risiko yang tidak dapat diperkirakan

merupakan risiko baru yang muncul dan belum ada teori untuk

meminimalisir risiko tersebut sehingga sangat mudah untuk merugikan

bank. Risiko tersebut tidak dapat dihindarkan, tetapi dapat dikelola dan

dikendalikan.5

Dalam dunia perbankan terdapat beberapa jenis risiko,

diantaranya:

3 Suhendra dan Murdiyah, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: UIN Press,

2006), h.2 4 Prof. Dr. Winardi, SE, Asas-asas Manajemen, (Bandung: CV Mandar Maju, 2010)

Cetakan ke-3, h.7 5 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2007), Ed. 3, h.255

Page 33: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

19

a. Risiko Kredit

Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian sehubungan

dengan pihak peminjam tidak berkemampuan nasabah untuk

memenuhi kewajiban yaitu mengembalikan dana yang dipinjamnya

secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya. Apabila

pinjaman yang tidak dapat dikembalikan jumlahnya cukup besar,

maka hal ini dapat menyebabkan turunnya pendapatan, kinerja

maupun tingkat kesehatan bank.6

b. Risiko Pasar

Risiko pasar timbul akibat adanya perubahan variabel pasar,

seperti: suku bunga, nilai tukar mata uang dan harga komoditas

sehingga nilai aset yang dimiliki bank menurun. Sebagai bank umum

dengan prinsip syariah, maka bank hanya perlu mengelola risiko

pasar yang terkait dengan perubahan nilai tukar yang dapat

menyebabkan kerugian bank.7

c. Risiko Likuiditas

Risiko yang antara lain disebabkan oleh bank tidak mampu

memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo.8 Jika suatu bank

memiliki model bisnis yang lebih rumit, biasanya sejalan dengan

skala usaha yang semakin besar dari bank yang dimaksud, maka

Bank Indonesia akan meminta bank tersebut untuk mengatur: risiko

hukum, risiko reputasi, risiko strategi, dan risiko kepatuhan.

6 Veithzal Rivai, Islamic Risk Management for Islamic Bank, (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2013), h.243 7 Veithzal Rivai, Islamic Risk Management for Islamic Bank, h.259

8 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, h.274

Page 34: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

20

d. Risiko Operasional

Risiko operasional adalah konsep yang tidak terdefinisikan

dengan jelas, risiko ini muncul akibat kesalahan dan kecelakaan

yang bersifat manusiawi ataupun teknis. Ini merupakan risiko

kerugian yang secara langsung maupun tidak langsung dihasilkan

oleh ketidakcukupan atau kegagalan proses internal, faktor manusia,

teknologi atau akibat faktor-faktor eksternal.

e. Risiko Hukum

Risiko hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya

kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain

disebabkan oleh adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan

perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan

seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya suatu kontrak.

f. Risiko Strategi

Risiko strategi adalah risiko yang terkait dengan keputusan

bisnis jangka panjang yang dibuat oleh senior manajemen bank.

Risiko ini dapat juga dkaitkan dengan implementasi dari strategi-

strategi mereka.

g. Risiko Reputasi

Risiko reputasi adalah risiko kerusakan potensial pada suatu

perusahaan yang dihasilkan oleh opini publik yang negatif terhadap

bank.

h. Risiko Kepatuhan

Page 35: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

21

Risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain

yang berlaku.

Selanjutnya kita bahas mengenai pengertian manajemen risiko,

fungsi dan tujuan manajemen risiko dan proses manajemen risiko yang

diterapkan pada perbankan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia

Nomor 13/23/PBI/2011. Pengertian manajemen risiko adalah serangkaian

metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi,

mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari

seluruh kegiatan usaha bank.

Proses manajemen risiko pada jaman dahulu juga diterapkan oleh

Nabi Yusuf as. Kisah tersebut tercantum dalam Al-Qur’an Surat Yusuf

ayat 46-49 yang menceritakan tentang pertanyaan raja Mesir mengenai

mimpinya kepada Nabi Yusuf, di mana pada suatu ketika raja Mesir

pernah bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan

oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus, melihat tujuh bulir gandum yang

hijau dan tujuh bulir gandum yang kering. Dari kisah tersebut dapat

dikatakan bahwa telah timbul suatu risiko yang menimpa negeri Yusuf

yaitu pada tujuh tahun kedua akan timbul kekeringan yang dahsyat.

Mendengar cerita mengenai mimpi sang raja, kemudian Yusuf

memberikan saran agar seluruh rakyat menyimpan sebagian hasil

panennya dengan tujuan menghindari bahaya kelaparan akibat musim

paceklik yang akan menimpa negeri tersebut. Proses manajemen risiko

yang diterapkan Nabi Yusuf melalui tahapan pemahaman risiko,

Page 36: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

22

evaluasi dan pengukuran risiko, serta pengelolaan risiko. Selain itu, Allah

SWT juga berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 279:

Artinya: “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa

riba), Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu.

Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok

hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya” (QS. Al-

Baqarah:279)

Penerapan manajemen risiko pada bank umum diatur dalam

Peraturan Bank Indonesia Pasal 38 UU 21 Tahun 2008 (1) yang berisi

Bank Syariah dan UUS wajib menerapkan manajemen risiko, prinsip

mengenal nasabah, dan perlindungan nasabah. Hal ini bertujuan sebagai

upaya bank untuk meningkatkan efektivitas kinerja bank serta menjaga

kesehatan dari masing-masing bank. Penerapan manajemen risiko

sebagaimana dimaksud di atas kurang lebih mencakup:9

a. Pengawasan aktif Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas

Syariah

b. Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit manajemen

risiko

c. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan

pengendalian risiko, serta sistem informasi manajemen risiko

9 Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 Tentang Penerapan Manajemen

Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, diakses pada 26 tarat 2014 dari

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/pbi_132311f1.pdf

Page 37: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

23

d. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh

Selain itu, keberadaan manajemen risiko sebagai pelaksanaan

fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko

yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan. Hal ini mencakup

kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin,

mengawasi dan mengevaluasi program penanggulangan risiko.10

Pada saat ini, manajemen risiko merupakan kunci dari keseluruhan

manajemen bisnis. Tujuan utama manajemen risiko harus menyokong

objektif pengelolaan. Dengan berjalannya bisnis yang diharapkan

mendatangkan keuntungan, maka meminimalkan risiko untuk mencapai

keuntungan yang memuaskan menjadi sasaran bisnis.11

Hubungan antara

risiko dan hasil secara alami berkorelasi secara linier negative, yaitu

semakin tinggi hasil yang diharapkan, dibutuhkan risiko yang semakin

besar untuk dihadapi. Untuk itu diperlukan upaya yang serius agar

hubungan tersebut menjadi kebalikannya, yaitu yang meningkatkan hasil

pada saat risiko menurun.

2. Fungsi dan tujuan manajemen risiko

Sasaran manajemen risiko adalah mengidentifikasi, mengukur,

memantau, dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha bank dengan

tingkat risiko yang wajar secara terarah, terintegrasi, dan

berkesinambungan. Dengan demikian manajemen risiko berfungsi

10

Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Asuransi, (Jakarta:

Salemba Empat, 2003), h.4 11

Veithzal Rivai, Islamic Risk Management for Islamic Bank, h.85

Page 38: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

24

sebagai filter terhadap kegiatan usaha bank. Secara garis besar

manajemen risiko berfungsi, sebagai berikut:12

a. Menunjang ketepatan proses perencanaan dan pengambilan

keputusan

b. Menunjang efektifitas perumusan kebijakan sistem manajemen dan

bisnis

c. Menciptakan Early Warning System untuk meminimumkan risiko

d. Menunjang kualitas pengelolaan dan pengendalian pemenuhan

kesehatan bank

e. Menunjang penciptaan/pengembangan keunggulan kompetitif

f. Memaksimalisasi kualitas aset

Sementara itu, adapun tujuan manajemen risiko antara lain sebagai

berikut:13

a. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat

unacceptable

b. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat

uncontrolled

c. Untuk kelangsungan hidup perusahaan

d. Ketenangan dalam berpikir atau mengurangi keresahan

e. Memperkecil biaya

f. Menstabilisasi pendapatan perusahaan

g. Memperkecil atau bahkan meniadakan gangguan dalam

berproduksi

12

Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, h.255 13

Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, Ed.2, Cetakan ke 7, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2003), h.197

Page 39: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

25

h. Mengembangkan pertumbuhan perusahaan14

Risiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi

perusahaan apabila tidak dideteksi serta tidak dikelola sebagaimana

mestinya. Oleh karena itu, peran manajemen risiko sendiri sangatlah

penting dalam mengendalikan risiko-risiko yang mungkin timbul dalam

melaksanakan kegiatan usahanya, agar memperoleh hasil yang maksimal

dari program kerja (rencana) perusahaan. Sasaran kebijakan manajemen

risiko adalah mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan

jalannya kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko yang wajar secara

terarah, terintegrasi, dan berkesinambungan. Dengan demikian,

manajemen risiko juga berfungsi sebagai filter atau pemberi peringatan

secara dini terhadap kegiatan usaha.

3. Proses Manajemen Risiko

Proses manajemen risiko merupakan tindakan dari seluruh entitas

terkait di dalam organisasi.15

Untuk menerapkan proses manajemen

risiko, pada tahap awal bank harus secara tepat mengenal dan memahami

serta mengidentifikasi seluruh risiko, baik yang sudah ada maupun yang

mungkin timbul dari suatu bisnis atau produk baru bank. Selanjutnya,

secara bertahap, bank perlu melakukan pengukuran, pemantauan, dan

pengendalian risiko. Proses manajemen risiko yang diterapkan BRI

Syariah umumnya sama dengan penerapan manajemen risiko pada bank

lain sesuai Peraturan Bank Indonesia. Yang membedakan adalah pada

14

Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2007), h.201 15

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman 3 Pilar Kesepakatan

Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksaannya di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2008)

h.7

Page 40: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

26

BRI Syariah juga diterapkan manajemen risiko pra-risiko atau

identifikasi lebih mendalam terhadap calon nasabah. Hal ini dilakukan

dengan tujuan untuk dapat mengantisipasi risiko yang akan terjadi pada

kegiatan bank.

Meskipun unsur pokok dari manajemen risiko meliputi identifikasi,

mengukur, memonitor dan mengelola berbagai risiko, namun semua ini

tidak akan dapat diimplementasikan tanpa disertai dengan proses dan

sistem yang jelas.16

Keseluruhan proses manajemen risiko ini harus

meliputi seluruh departemen atau divisi kerja dalam lembaga sehingga

terciptanya budaya manajemen risiko. Di bawah ini akan dijelaskan

bagaimana proses manajemen risiko dalam mendukung aktivitas yang

dilakukan oleh bank.17

a. Identifikasi Risiko

Proses ini merupakan langkah awal dalam memulai identifikasi

dengan melakukan analisis pada karakteristik risiko yang melekat

pada aktivitas fungsional dan juga risiko dari produk dan kegiatan

usaha. Salah satu aspek penting dalam identifikasi risiko adalah

membuat daftar risiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin serta

menganalisisnya secara aktif agar tidak timbul risiko yang

berlebihan.18

b. Pengukuran Risiko

16

Ikhwan Abidin Basri, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2008), Cetakan ke-1, h.17 17

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman 3 Pilar Kesepakatan

Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksaannya di Indonesia, h.8 18

Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, h.260

Page 41: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

27

Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap selanjutnya

adalah pengukuran risiko dengan cara melihat potensial terjadinya

seberapa besar kerusakan dan probabilitas terjadinya risiko tersebut.

Beberapa risiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit

untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang

terjadi. Metode pengukuran ini dapat bersifat kualitatif dan

kuantitatif. Sedangkan model pengukuran risiko yang digunakan

harus sesuai dengan kebutuhan bank, manfaat yang dapat diperoleh,

serta peraturan yang berlaku.

c. Pemantauan Risiko

Pada tahapan ini dilakukan dengan cara mengevaluasi

pengukuran risiko yang terdapat pada kegiatan usaha bank serta pada

kondisi efektivitas proses manajemen risiko. Hal-hal yang harus

diperhatikan dalam pemantauan ini adalah melihat kemampuan bank

untuk menyerap risiko atau kerugian yang timbul, serta melihat

kemampuan kinerja sumber daya manusia yang terdapat di dalam

bank untuk mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi.19

Selain itu,

bank juga harus menyiapkan sistem dan prosedur yang efektif untuk

mencegah terjadinya gangguan dalam proses pemantauan risiko agar

hasilnya dapat menyempurnakan proses manajemen risiko yang

terdapat dalam bank tersebut.

d. Pengendalian Risiko

19

Veithzal Rivai, Islamic Risk Management for Islamic Bank, h.272

Page 42: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

28

Tahap ini dilakukan untuk melihat kemungkinan

penyempurnaan tahapan analisis risiko yang diakibatkan oleh

perubahan lingkungan. Langkah tersebut dilanjutkan dengan

penambahan serta penyempurnaan perencanaan risiko perusahaan.

Selain itu, dengan adanya pengawasan dan pengendalian risiko

bertujuan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko

berjalan sesuai rencana, memastikan bahwa pengelolaan risiko

cukup efektif, dan memantau perkembangan terhadap

kecenderungan berubahnya profil risiko, karena perubahan ini

berpengaruh pada pergeseran peta risiko dan prioritas risiko.20

B. Pembiayaan Mikro

1. Definisi Pembiayaan

Pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis. Pembiayaan

atau financing menurut UU No. 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 12 adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan hal

tersebut, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan

uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan

atau bagi hasil.21

Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang

dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.22

20

Veithzal Rivai, Bank and Financial Institution Management: Conventional and

Sharia System, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Terje, h.29 21

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2002), h.62 22

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Akademi

Manajemen Perusahaan YKPN, 2005), h.1

Page 43: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

29

Pembiayaan diluncurkan melalui dua jenis bank, yaitu bank konvensional

dan bank syariah. Sistem bunga yang diterapkan dalam perbankan

konvensional telah mengganggu hati nurani umat Islam di dunia tanpa

kecuali umat Islam di Indonesia. Bunga uang dalam fiqih dikategorikan

sebagai riba yang demikian merupakan sesuatu yang dilarang oleh

syariah (haram). Alasan mendasar inilah yang melatarbelakangi lahirnya

lembaga keuangan bebas bunga, salah satunya adalah Bank Syariah.

Dalam operasionalnya, Bank Syariah menawarkan produk yang

dibagi menjadi tiga bagian besar, antara lain:

a. Produk penyaluran dana (financing)

b. Produk penghimpunan dana (funding)

c. Produk jasa (service)

Dalam hal ini, penulis hanya membahas mengenai penyaluran dana

dalam bank syariah yang sering kita dengar adalah pembiayaan.

Pembiayaan dalam perbankan syariah mempunyai beberapa

prinsip, yaitu:

a. Tidak ada transaksi yang berbasis bunga

b. Pengerahan pajak religius atau pemberian sedekah dan zakat

c. Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan

nilai Islam

d. Penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan judi dan

ketidakpastian

Page 44: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

30

2. Prinsip dan Penilaian Pemberian Pembiayaan

Dalam hal prinsip pemberian pembiayaan terdapat penilaian atau

yang disebut dengan analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh

bank pada umumnya dengan analisis 5 C dan 7 P. Analisis tersebut

digunakan dengan tujuan mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya

yang benar-benar layak untuk diberikan pembiayaan. Penilaian dengan

analisis 5 C, antara lain:23

a. Character (kepribadian)

Merupakan sifat atau watak seseorang yang akan diberikan

kredit (pembiayaan) benar-benar harus dapat dipercaya. Bank harus

yakin bahwa calon mitra pembiayaannya memiliki karakter yang

baik, memegang teguh janjinya dan bersedia melunasi kewajibannya

pada waktu yang ditetapkan.

b. Capacity (kemampuan)

Merupakan analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah

dalam membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan

nasabah dalam mengelola bisnis. Pihak bank harus mengetahui

dengan pasti kemampuan calon nasabah pembiayaan, karena

kemampuan tersebut yang menentukan besar kecilnya pendapatan

suatu usaha nasabah di masa yang akan datang. Semakin baik

kemampuan keuangan calon nasabah pembiayaan, maka semakin

baik kemungkinan kualitas pembiayannya.

c. Capital (modal)

23

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h.117

Page 45: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

31

Merupakan jumlah modal sendiri yang dimiliki oleh calon

nasabah. Dalam aspek ini, lembaga keuangan menilai jumlah modal

yang dimiliki oleh calon nasabah sebelum nasabah tersebut diberikan

pembiayaan. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan,

nasabah tentu semakin tinggi kesungguhan calon nasabah dalam

menjalankan usahanya. Lembaga keuangan pun akan merasa lebih

yakin dalam memberikan pembiayaan.

d. Collateral (jaminan)

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang

bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah

kredit (pembiayaan) yang diberikan. Adanya jaminan diperlukan

untuk memberikan ketenangan dan menambah kepercayaan bagi

bank selaku pemberi pembiayaan. Jaminan mempunyai dua fungsi,

yaitu: untuk pembayaran utang bila nasabah pembiayaan tidak

mampu melunasi kewajibannya dan faktor yang menentukan jumlah

pembiayaan.

e. Condition of Economic (kondisi perekonomian)

Dalam menilai kredit (pembiayaan) hendaknya juga menilai

kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang ada sekarang dan prediksi

untuk masa yang akan datang.

BRI Syariah melakukan penilaian dengan analisis 5 C ini

bertujuan agar pembiayaan yang diberikan kepada nasabah benar-

benar digunakan untuk mengembangkan usaha yang dijalankannya.

Identifikasi terhadap karakteristik nasabah dan identifikasi mengenai

Page 46: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

32

modal, kemampuan membayar angsuran, barang jaminan dan

kondisi perekonomian perusahaan dilakukan oleh Unit Mikro BRI

Syariah secara cermat dan teliti agar tidak menimbulkan risiko yang

dapat merugikan pihak bank.

Selanjutnya penilaian pembiayaan dapat juga dilakukan dengan

analisis 7 P pembiayaan dengan unsur penilaian sebagai berikut:24

a. Personality (kepribadian)

Yaitu menilai nasabah dari kepribadiannya. Penilaian ini

mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam

menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.

b. Party (penggolongan)

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu

atas golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas serta

karakternya. Nasabah yang digolongkan dalam golongan tertentu

akan mendapatkan fasilitas berbeda dari bank.

c. Purpose (tujuan)

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil

pembiayaan, termasuk jenis pembiayaan yang diinginkan nasabah.

Misalkan apakah untuk modal kerja, investasi, konsumtif, produktif

dan lain-lain.

d. Prospect (prospek)

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang

menguntungkan atau tidak. Hal ini penting mengingat jika suatu

24

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, h.120

Page 47: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

33

fasilitas pembiayaan yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan

hanya bank yang rugi, tetapi juga nasabah.

e. Payment (pembayaran)

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan

pembiayaan yang telah diambil serta dari sumber mana saja dana

untuk pengembalian pembiayaan.25

f. Profitability (keuntungan)

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam

mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode, apakah

akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan

tambahan pembiayaan yang akan diperolehnya.

g. Protection (menjaga keamanan)

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar pembiayaan yang

diberikan mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga pembiayaan

yang diberikan benar-benar aman.

Setelah mengetahui prinsip-prinsip pemberian dan penilaian

pembiayaan yang telah dikemukakan di atas, dengan ini kita akan

membahas menyangkut prosedur pemberian pembiayaan. Pada dasarnya

prosedur pemberian dan penilaian pembiayaan oleh dunia perbankan

adalah sama, yang menjadi perbedaan adalah bagaimana cara bank

tersebut dalam menilai serta persyaratan yang diterapkan dengan

pertimbangan masing-masing bank. Pada BRI Syariah prinsip pemberian

pembiayaan dilakukan dengan cermat dan teliti pada awal penilaian

25

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, h.122

Page 48: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

34

kepribadian calon nasabah, pengklasifikasian golongan usaha calon

nasabah, hingga memberikan asuransi pada pembiayaan yang diajukan.

Tujuan utama BRI Syariah adalah mengutamakan kepuasan nasabahnya

dalam setiap kegiatan pembiayaan.

3. Fungsi dan Tujuan Pembiayaan

Pembiayaan yang menjadi sumber pendapatan pada bank syariah,

tentunya memiliki beberapa fungsi serta tujuan. Adapun fungsi tersebut

diantaranya:26

a. Meningkatkan daya guna uang

Nasabah menyimpan uangnya di bank dalam bentuk tabungan,

giro dan deposito. Dalam prosentase tertenu uang tersebut

ditingkatkan kegunaannya oleh bank untuk usaha dalam rangka

peningkatan produktivitas. Sementara itu para pengusaha juga dapat

menikmati pembiayaan dari bank untuk memperluas usahanya, baik

untuk peningkatan produksi maupun perdagangan.

b. Meningkatkan peredaran uang

Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran,

pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan

sejenisnya, seperti cek, bilyet giro, wesel dan sebagainya.

c. Menimbulkan keinginan besar untuk berusaha

Setiap manusia adalah makhluk yang selalu berusaha memenuhi

kebutuhannya. Oleh karena itu, pengusaha akan selalu berhubungan

dengan bank untuk memperoleh bantuan permodalan guna

26

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h.197

Page 49: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

35

peningkatan usahanya. Dengan begitu, para pengusaha tersebut dapat

memperbesar volume usaha dan produktivitasnya, serta memperluas

lapangan pekerjaan.

Secara umum tujuan pembiayaan perbankan dibedakan menjadi

dua kelompok, yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan

pembiayaan untuk tingkat mikro. Adapun tujuan pembiayaan untuk

tingkat mikro, antara lain:

a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka

memiliki tujuan tertinggi, yaitu memaksimalkan laba. Untuk

menghasilkan laba maksimal, maka perlu pendukung dana yang

cukup.27

b. Upaya meminimalkan risiko, artinya usaha yang dilakukan mampu

menghasilkan laba maksimal, maka para pengusaha harus mampu

meminimalkan risiko. Risiko kekurangan modal dapat diatasi dengan

tindakan pembiayaan.

c. Pendayagunaan ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat

dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam

dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal

(pembiayaan).

Selain tujuan, terdapat beberapa fungsi dari pembiayaan yang

diberikan oleh bank syariah kepada nasabah penerima seperti yang

disebutkan dalam bukunya Warkum Sumitro : 2004, antara lain:28

27

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, h.304 28

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, h.306

Page 50: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

36

a. Meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang

usaha yang lebih mandiri.

b. Membantu menanggulangi masalah kemiskinan melalui program

pengembangan modal kerja dan program usaha bersama.

c. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank

konvensional.

4. Pembiayaan Usaha Mikro

Usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau

badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk

tanah dan bangunan) paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) dan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah). Pengertian lain menyebutkan bahwa usaha mikro

adalah usaha informal yang memiliki aset, modal, omset yang amat

kecil.29

Pembiayaan mikro merupakan sektor terpenting dalam

perkembangan struktur industri dan produksi ekonomi di negara-negara

sedang berkembang. Dalam konteks Indonesia pembangunan dan

perkembangan usaha mikro mempunyai arti strategis, yaitu untuk

memperluas kesempatan kerja dan berusaha serta meningkatkan derajat

distribusi pendapatan. Menyadari pentingnya perkembangan sektor

pembiayaan usaha mikro bagi perekonomian negara, sudah sepatutnya

pemerintah memberikan perhatian besar dalam berbagai bentuk

kebijakan. Umumnya, pembiayaan mikro ini digunakan oleh para

29

Euis Amalia, Keadilan Distributif Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM

di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h.41

Page 51: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

37

pengusaha mikro yang berada di masyarakat. Usaha yang dijalankan

misalnya usaha pakaian jadi, bengkel motor, material,

sembako/kebutuhan sehari-hari, restoran/rumah makan, alat tulis/kantor,

dan lain-lain.

Bagi usaha mikro, kecil, dan menengah pembiayaan dirasa cukup

penting mengingat kebutuhan untuk pembiayaan modal kerja dan

investasi diperlukan guna menjalankan usaha dan meningkatkan

akumulasi pemupukan modal mereka. Permasalahan timbul ketika

pengusaha mikro, kecil dan menengah tersebut dihadapkan kepada

kelengkapan persyaratan bank guna memperoleh pinjaman.

Pembiayaan usaha mikro khusus memenuhi diberikan kepada

usaha mikro dengan maksimum limit pembiayaan sebesar Rp.

100.000.000,00. Khusus fasilitas top up diperkenankan sampai dengan

limit Rp. 200.000.000,00 dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Usaha minimum 2 tahun di lokasi dengan bidang usaha yang sama

b. Usia minimal 21 tahun atau sudah menikah. Maksimal usia 60 tahun

saat pembiayaan lunas

c. Surat ijin usaha

d. Belum pernah memperoleh fasilitas pembiayaan atau pernah/ telah

memperoleh fasilitas pembiayaan

e. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah)

Pembiayaan usaha mikro itu sendiri adalah pembiayaan yang

diberikan oleh perbankan kepada UMKM yang feasible (memungkinkan)

Page 52: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

38

tetapi belum bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki

prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk

mengembalikan.

Adapun produk-produk pembiayaan usaha mikro perbankan

syariah, antara lain:30

a. Pembiayaan Murabahah

Adalah akad jual beli di mana bank menyebutkan jumlah

keuntungan barang dengan menyatakan biaya perolehan barang,

meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk

memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang

disepakati oleh penjual dan pembeli dengan harga yang disepakati.

Misalnya, seseorang membeli barang kemudian menjualnya kembali

kepada orang lain dengan keuntungan tertentu. Kedua belah pihak

harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga

jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak

dapat berubah selama berlaku akad. Dalam perbankan, murabahah

selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan. Dalam transaksi

ini barang diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran

dilakukan secara cicilan.31

b. Pembiayaan Salam

Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang

diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan

30

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),

h.82 31

Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000) Cet.1,

h.118

Page 53: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

39

secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan secara tunai. Bank

bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual.

Sekilas transaksi ini mirip dengan jual beli ijon, namun dalam

transaksi ini kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan barang

harus ditentukan secara pasti.

Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada

bank, maka bank akan menjualnya kepada rekan nasabah itu sendiri

secara tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan oleh

bank adalah harga beli dari nasabah ditambah dengan

keuntungannya. Dalam hal ini menjualnya secara tunai biasanya

disebut pembiayaan talangan.32

c. Pembiayaan Istishna’

Pembiayaan istishna’ menyerupai pembiayaan salam, tetapi

dalam istishna’ pembayarannya dapat dilakukan melalui cicilan atau

ditangguhkan. Praktik istishna’ dalam bank syariah umumnya

diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan kontruksi. Ketentuan

umum pembiayaan istishna’ adalah spesifikasi barang pesanan harus

jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlah. Harga jual yang

telah disepakati dicantumkan dalam akad tidak boleh berubah selama

berlakunya akad, jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan

perubahan harga setelah akad ditandatangani, seluruh biaya

ditambah tetap akan ditanggung oleh nasabah.33

32

Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, h.125 33

Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, h.137

Page 54: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

40

d. Pembiayaan Ijarah

Adalah sebagai hak untuk memanfaatkan barang atau jasa

dengan membayar imbalan terhadap sesuatu yang dibolehkan dalam

waktu tertentu. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual

barang yang disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam

perbankan syariah dikenal ijarah muntahiyyah bittamlik (sewa yang

diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga

jual disepakati di awal perjanjian.

e. Pembiayaan Mudharabah

Adalah akad kerja sama suatu usaha antara dua pihak, dimana

pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak kedua

bertindak sebagai selaku pengelola dan keuntungan usaha dibagi

diantara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.

f. Pembiayaan Musyarakah

Adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu

usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi

dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko ditanggung

bersama sesuai dengan kesepakatan. Secara spesifik, bentuk

kontribusi dari bank yang bekerja sama dapat berupa dana, barang

dagangan, kewiraswastaan, kepandaian, kepemilikan, peralatan,

kepercayaan dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan

uang.34

34

Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, h.134

Page 55: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

42

BAB III

GAMBARAN UMUM BRI SYARIAH KANTOR CABANG PEMBANTU

CIPULIR

A. Sejarah Bank BRI Syariah

Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,

terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan

izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya

0.10/67/KEP.GBI/DPG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT.

Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI Syariah

merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional,

kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah

Islam.1

Empat tahun lebih PT. Bank BRI Syariah hadir mempersembahkan

sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai

kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih

bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence) dan

menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip

syariah.

Aktivitas PT. Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19

Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank

1http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah, Diakses pada tanggal 19 April 2014 pukul

12.30 WIB

Page 56: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

43

Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRI

Syariah yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan

dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama

PT. Bank BRI Syariah.2

Tahun 2009 merupakan tahun penyiapan infrastruktur, pemenuhan

sumber daya manusia serta penyiapan perangkat operasional seperti kebijakan,

SOP (Standar Operasional Prosedur) dan lain-lain. BRI Syariah telah

menyiapkan infrastruktur kantor pusat, renovasi dan relokasi beberapa kantor

cabang dan cabang pembantu.

Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRI Syariah merintis sinergi

dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan

jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai Kantor

Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan

penghimpun dana masyarakat dan kegiatan konsumer berdasarkan prinsip

Syariah.

Salah satu Kantor Cabang Pembantu PT. BRI Syariah adalah Cabang

Pembantu Cipulir yang berdiri dan beroperasi pada tanggal 17 November 2008

dan beralamat di Jalan Ciledug Raya No. 25, Petukangan Selatan,

Pesanggrahan, Jakarta-Selatan. BRI Syariah KCP Cipulir sudah memiliki

badan hukum sendiri yaitu No. 10/67/ Kep. GBI/ DPG/ 2008 dan dengan izin

2http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah, Diakses pada tanggal 19 April 2014 pukul

12.30 WIB

Page 57: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

44

domisili No. 82/1.824.02/IV/2010. Alasan penulis melakukan penelitian di

BRI Syariah KCP Cipulir karena penulis melihat lokasi kantor bank yang

strategis yakni berdekatan dengan ITC dan pasar Cipulir, tempat

berlangsungnya usaha mikro. Dengan demikian, BRI Syariah KCP Cipulir

dapat dengan mudah memasarkan produk pembiayaan mikro kepada para

pengusaha yang berada di pasar tersebut.

BRI Syariah KCP Cipulir didirikan dan mulai beroperasi pada tahun

2008 merupakan wujud dari BRI Syariah dalam hal Unit Usaha Syariah (UUS)

dengan tujuan mengembangkan pelayanan untuk usaha nasabah. Unit ini

ditetapkan sebagai bagian dari kegiatan bisnis yang mandiri dan berada di

bawah pimpinan langsung direktur bisnis mikro dan ritel. Adapun tugas utama

dari unit tersebut adalah merencanakan, mengoperasikan dan mengembangkan

usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah.

BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Cipulir memiliki 17 orang

karyawan yang terdiri dari Pemimpin Cabang Pembantu, Account Officer,

Supervisor Branch Operational, Penaksir Gadai, Teller, Customer Service,

Unit Mikro Syariah Head, Sales Officer, Relationship Officer, Unit Financing

Officer, Office Boy, dan Security. Berikut adalah tugas dari masing-masing

karyawan yang ada di BRI Syariah KCP Cipulir: 3

3Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI Syariah

KCP Cipulir, 21 April 2014

Page 58: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

45

1. Pimpinan Cabang Pembantu (Pincapem)

Adalah karyawan bank yang diberi tanggung jawab dan wewenang

untuk memimpin atau mengelola BRI Unit Syariah Kantor Cabang

Pembantu.

2. Account Officer

Adalah karyawan bank BRI Syariah yang bertugas menganalisa

laporan keuangan dan semua kegiatan dan transaksi yang terjadi pada BRI

Syariah KCP Cipulir.

3. Supervisor Branch Operational

Adalah karyawan BRI Syariah yang membawahi Teller, Customer

Service, Office Boy, dan Security yang bertugas mengkoordinir

pelaksanaan operasional bank di Kantor Cabang Pembantu Cipulir dengan

cara memberikan layanan operasional bank yang akurat dan tepat waktu,

sehingga seluruh transaksi dari nasabah dapat ditangani dan diselesaikan

dengan baik.

4. Penaksir Gadai

Sebagai komite pembiayaan gadai dengan melakukan penaksiran

quality emas untuk memberikan kepastian kadar emas murni 24 karat dan

atau emas perhiasan kadar 16 karat sampai dengan kadar 23 karat sesuai

prosedur dan ketentuan penaksir logam mulia, dalam rangka membantu

proses pencapaian target pembiayaan gadai di kantor cabang pembantu

Cipulir dengan tahap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

Page 59: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

46

5. Teller

Adalah karyawan BRI Syariah yang berwenang mengelola kas dan

berfungsi sebagai kasir.

6. Customer Service

Adalah karyawan BRI Syariah yang bertugas memberikan informasi

dan pelayanan produk dan jasa kepada nasabah sesuai peraturan yang

berlaku pada BRI Syariah KCP Cipulir lebih khususnya serta memberikan

pelayanan yang terbaik untuk mencapai kepuasan nasabah dalam

berhubungan dengan bank BRI Syariah KCP Cipulir.

7. Unit Mikro Syariah Head

Adalah karyawan BRI Syariah yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan dan memastikan bisnis mikro pada unit tersebut agar

berjalan sesuai target yang telah ditentukan atau yang telah diberikan dan

tidak melanggar syariah comply maupun Pedoman Pemberian Pembiayaan

Mikro (P3M).

8. Sales Officer

Adalah karyawan bank BRI Syariah yang mempunyai tugas

melakukan penjualan produk-produk mikro dan melakukan pre-screening

dokumen-dokumen calon nasabah sebagai persyaratan pengajuan

pembiayaan sebelum diserahkan kepada Unit Financing Officer untuk

diverifikasi.

9. Relationship Officer

Page 60: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

47

Adalah karyawan BRI Syariah yang bertugas melakukan proses cash

pick up dan melakukan kunjungan nasabah untuk memastikan

pembayaran angsuran nasabah secara tepat waktu.

10. Unit Financing Officer

Adalah karyawan bank yang mempunyai tugas yang sama dengan

Area Financing Officer, yaitu bertugas melakukan verifikasi usaha

nasabah, verifikasi jaminan, verifikasi biodata nasabah, dan lain-lain.

11. Office Boy

Adalah karyawan bank yang bertanggung jawab terhadap kebersihan

kantor dan mengantar surat-surat kantor.

12. Security

Adalah karyawan BRI Syariah yang bertugas mengamankan

lingkungan kerja serta mengawal penyetoran kas.

B. Visi dan Misi BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Cipulir

1. Visi4

Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial

sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan

lebih bermakna.

2. Misi5

4http://www.brisyariah.co.id/?q=visi-misi, diakses pada tanggal 19 April 2014 pukul

12.35 WIB

5 http://www.brisyariah.co.id/?q=visi-misi, diakses pada tanggal 19 April 2014 pukul

12.35 WIB

Page 61: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

48

a. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam

kebutuhan finansial nasabah

b. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah

c. Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun

dan di mana pun

d. Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup

dan menghadirkan ketenteraman pikiran

C. Struktur Organisasi BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu

Gambar 1. Struktur Organisasi BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu6

6 Wawancara langsung dengan Arisah Fitriyani sebagai Supervisor Branch Operational

BRI Syariah KCP Cipulir pada tanggal 21 April 2014

Penaksir Gadai

Pemimpin Cabang Pembantu

(Pincapem)

UMS Head

Account

Officer

Spv Branch

Operational

Customer

Service

Security

Teller

UFO

RO

SO

Office Boy

Page 62: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

49

D. Produk Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Cipulir

1. Dana pihak ketiga (Funding) dan Pembiayaan (Landing)

a. Tabungan BRI Syariah iB7

Tabungan BRI Syariah iB merupakan tabungan dari BRI

Syariah bagi nasabah perorangan yang menggunakan prinsip titipan,

dipersembahkan ntuk Anda yang menginginkan kemudahan dalam

transaksi keuangan.

Program Hujan Emas Tabungan BRI Syariah iB merupakan

program yang memberikan kesempatan kepada nasabah pemilik

Tabungan BRI Syariah iB untuk memperoleh hadiah emas murni.

Sehingga total hadiah yang diberikan selama Program Hujan Emas

Tabungan BRI Syariah iB lebih dari 9 kg untuk 218 orang pemenang

selama 2 periode.

1) Manfaat

Ketenangan serta kenyamanan yang penuh nilai kebaikan

serta lebih berkah karena pengelolaan dana sesuai syariah.

2) Fasilitas

Program ini didukung dengan FAEDAH (Fasilitas Serba

Mudah), merupakan fasilitas-fasilitas menarik yang diberikan

kepada Nasabah Tabungan BRI Syariah iB berupa:

a) Ringan, Setoran Awal Minimal Rp. 50.000,00

b) Gratis Biaya Administrasi Bulanan Tabungan

7 Brosur produk Tabungan Impian BRI Syariah iB, 2009

Page 63: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

50

c) Gratis Biaya Bulanan Kartu ATM

d) Gratis Biaya Tarik Tunai di ATM BRI

e) Jaringan ATM Bersama dan PRIMA

f) Gratis Biaya Cek Saldo di ATM BRI

g) Gratis Biaya Debit PRIMA

b. Tabungan Impian BRI Syariah iB

Tabungan Impian BRI Syariah iB adalah tabungan berjangka

dari BRI Syariah dengan prinsip bagi hasil yang dirancang untuk

mewujudkan impian dengan terencana. Tabungan Impian BRI

Syariah iB memberikan ketenangan serta kenyamanan yang penuh

nilai kebaikan serta lebih berkah karena pengelolaan dana sesuai

syariah serta dilindungi asuransi.

1) Syarat Pembukaan

a) Fotokopi KTP yang masih berlaku

b) Setoran awal minimal Rp. 50.000,00

c) Setoran rutin minimal Rp. 50.000,00 dan kelipatannya

d) Usia saat pembukaan minimal 17 tahun dan maksimal 60

tahun

e) Usia saat jatuh tempo maksimal 65 tahun

f) Wajib memiliki rekening Tabungan BRI Syariah iB8

8Brosur produk Tabungan Impian BRI Syariah iB, 2009

Page 64: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

51

c. Tabungan Haji BRI Syariah iB

Tabungan Haji iB merupakan tabungan investasi dari BRI

Syariah bagi calon Haji yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) dengan prinsip bagi hasil.9

1) Manfaat

Ketenangan, kenyamanan serta lebih berkah dalam

penyempurnaan ibadah karena pengelolaan dana sesuai syariah.

2) Fasilitas

a) Aman, karena diikutsertakan dalam program penjaminan

pemerintah

b) Dapat bertransaksi di seluruh jaringan kantor cabang BRI

Syariah secara online dengan SISKOHAT (Sistem

Komputerisasi Haji Terpadu)

c) Gratis asuransi jiwa dan kecelakaan

d) Gratis biaya administrasi bulanan

e) Bagi hasil yang kompetitif

f) Pemotongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang Anda

dapatkan

g) Dana tidak dapat ditarik sewaktu-waktu, tidak diberikan

Kartu ATM

h) Kemudahan dalam merencanakan persiapan ibadah haji Anda

9Brosur produk Tabungan Haji iB BRI Syariah, 2009

Page 65: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

52

i) Tersedia Fasilitas Dana Talangan Haji BRI Syariah iB yang

merupakan solusi terbaik mempercepat ke Baitullah dengan

persyaratan dan ketentuan mudah serta cepat

d. Giro BRI Syariah iB

Merupakan simpanan untuk kemudahan berbisnis dengan

pengelolaan dana berdasarkan prinsip titipan (wadi’ah yad

dhamanah) yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan

Cek/Bilyet Giro. Keuntungan dan fasilitas yang diberikan berupa

online real time di seluruh kantor BRI Syariah dan laporan dana

berupa rekening koran setiap bulannya.

Persyaratan yang diberikan oleh produk ini adalah setoran awal

Rp. 2.500.000,00 (Perorangan) dan Rp. 5.000.000,00 (Perusahaan),

biaya saldo minimal Rp. 20.000,00, serta saldo mengendap minimal

Rp. 500.000,00.

1) Manfaat

Keamanan, kemudahan berbisnis serta lebih berkah karena

pengelolaan dana sesuai syariah.

2) Fasilitas

a) Aman, karena diikutsertakan dalam program penjaminan

pemerintah

b) Dapat bertransaksi di seluruh jaringan Kantor Cabang BRI

Syariah secara online

c) Kemudahan bertransaksi bisnis sehari-hari

Page 66: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

53

d) Buku cek dan bilyet giro sebagai media penarikan

e) Bonus sesuai kebijakan bank

f) Pemotongan zakat secara otomatis dari bonus yang diterima

g) Tersedia layanan perbankan elektronik untuk kemudahan

transaksi perbankan non tunai tanpa hambatan waktu maupun

tempat10

e. Deposito BRI Syariah iB

Deposito BRI Syariah iB adalah produk investasi berjangka

kepada Deposan dalam mata uang tertentu. Keuntungan yang

diberikan adalah dana dikelola dengan prinsip syariah sehingga

shahibul maal tidak perlu khawatir akan pengelolaan dana. Fasilitas

yang diberikan berupa ARO (Automatic Roll Over) dan Bilyet

Deposito.11

1) Manfaat

Ketenangan serta kenyamanan investasi yang

menguntungkan dan membawa berkah karena pengelolaan dana

sesuai syariah.

2) Fasilitas

a) Aman, karena diikutsertakan dalam program penjaminan

pemerintah

b) Tersedia pilihan jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan

c) Bagi hasil yang kompetitif

10

Brosur produk Giro iB BRI Syariah, 2009 11

Brosur produk Deposito iB BRI Syariah, 2009

Page 67: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

54

d) Pemotongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang

didapatkan

e) Pemindahbukuan otomatis setiap bulan dari bagi hasil yang

didapat ke rekening Tabungan atau Giro di BRI Syariah

f) Dapat diperpanjang secara otomatis dengan nisbah bagi hasil

sesuai kesepakatan pada saat diperpanjang

g) Dapat dijadikan sebagai jaminan pembiayaan

f. KPR BRI Syariah iB

Merupakan Pembiayaan Kepemilikan Rumah kepada

perorangan untuk memenuhi sebagian atau keseluruhan kebutuhan

akan hunian dengan mengunakan prinsip jual beli (Murabahah)

dimana pembayarannya secara angsuran dengan jumlah angsuran

yang telah ditetapkan di muka dan dibayar setiap bulan.12

1) Fasilitas

a) Skim pembiayaan adalah jual beli (Murabahah), adalah

akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan

dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh Bank dan

Nasabah (fixed margin)

b) Uang muka ringan

c) Jangka waktu maksimal 15 tahun

d) Cicilan tetap dan meringankan selama jangka waktu

e) Bebas pinalti untuk pelunasan sebelum jatuh tempo

12

Brosur produk KPR BRI Syariah iB, 2009

Page 68: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

55

g. Gadai BRI Syariah iB

Gadai BRI Syariah iB hadir untuk memberikan solusi

memperoleh dana tunai untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak

ataupun untuk keperluan modal usaha dengan proses cepat, mudah,

aman dan sesuai syariah untuk ketenteraman nasabah.13

1) Manfaat

Pilihan tepat, penuh manfaat serta lebih berkah karena

pembiayaan sesuai syariah.

2) Fasilitas

a) Persyaratan mudah dan proses cepat

b) Jenis emas yang dapat digadaikan adalah perhiasan ataupun

emas batangan (logam mulia atau lokal)

c) Nilai pinjaman 90% dari nilai taksir barang dan s/d 93% untuk

logam mulia

d) Biaya administrasi ringan dan terjangkau berdasarkan berat

emas

e) Biaya simpan dan pemeliharaan per 10 harian dibayar pada

saat pelunasan pinjaman

f) Jangka waktu pinjaman maksimal 120 hari dan dapat

diperpanjang 2 kali

g) Fleksibilitas dalam pelunasan sesuai kemampuan

h) Dapat dilunasi sebelum jatuh tempo tanpa biaya pinalti

13

Brosur produk Gadai iB BRI Syariah, 2009

Page 69: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

56

i) Penyimpanan yang aman dan berasuransi syariah serta

Mendapat Sertifikat Gadai Syariah (SGS) sebagai bukti Gadai.

2. Pembiayaan Mikro iB BRI Syariah

Perkembangan usaha mikro dan koperasi memiliki potensi yang

besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan

oleh keberadaan usaha mikro dan koperasi yang telah mencerminkan

wujud nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat

Indonesia.

Untuk mendukung perkembangan usaha mikro pada khususnya, BRI

Syariah menerbitkan produk pembiayaan untuk usaha mikro.14

Pembiayaan usaha mikro BRI Syariah sebagai berikut:

a. Mikro 25iB

Produk ini adalah produk pembiayaan usaha mikro dengan

pembiayaan sebesar Rp 5.000.000,00 s/d Rp 25.000.000,00. Jangka

waktu pembiayaan yang diberikan 6 bulan s/d 12 bulan. Untuk

nasabah Mikro 25iB untuk pertama kali pembiayaan harus

menyerahkan jaminan sebagai tanda keseriusan/kesungguhan nasabah

dalam pembiayaan.

Namun, untuk pembiayaan yang selanjutnya tidak memerlukan

jaminan apabila pada pembiayaan sebelumnya nasabah taat dalam

membayar iuran/lancar setiap bulannya.

14

Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI Syariah

KCP Cipulir, 21 April 2014

Page 70: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

57

Untuk mengajukan pembiayaan Mikro 25iB harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:15

1) Persyaratan Umum

a) Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia

b) Usia minimal 21 tahun/telah menikah untuk usia diatas >18

tahun

c) Wiraswasta yang usahanya sesuai prinsip syariah

d) Lama usaha calon nasabah 3 tahun

e) Tujuan pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja atau

investasi

f) Memiliki usaha tetap

2) Persyaratan Dokumen

a) Fotocopy KTP Calon Nasabah dan Pasangan

b) Kartu Keluarga dan Akta Nikah

c) Surat Izin Usaha/Surat Keterangan Usaha

b. Mikro 75iB

Produk ini adalah produk pembiayaan usaha mikro dengan

pembiayaan sebesar Rp. 25.000.000,00 s.d Rp. 75.000.000,00. Jangka

waktu pembiayaan yang diberikan 6 bulan s/d 60 bulan.

Untuk mengajukan pembiayaan Mikro 75iB calon nasabah harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:16

1) Persyaratan Umum

15

Brosur produk Mikro iB BRI Syariah, 2009 16

Brosur produk Mikro iB BRI Syariah, 2009

Page 71: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

58

a) Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia

b) Usia minimal 21 tahun/telah menikah untuk usia diatas >18

tahun

c) Wiraswasta yang usahanya sesuai prinsip syariah

d) Lama usaha calon nasabah 2 tahun

e) Tujuan pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja atau

investasi

f) Memiliki usaha tetap

g) Jaminan atas namamilik sendiri atau pasangan atau orang tua

atau anak kandung

2) Persyaratan Dokumen

a) Fotocopy KTP Calon Nasabah dan Pasangan

b) Kartu Keluarga dan Akta Nikah

c) Surat Izin Usaha/Surat Keterangan Usaha

d) NPWP jika pembiayaan diatas Rp. 50.000.000,00

c. Mikro 500iB

Produk ini adalah produk pembiayaan usaha mikro dengan

pembiayaan sebesar Rp. 75.000.000,00 s/d Rp. 500.000.000,00.

Jangka waktu pembiayaan yang diberikan 6 bulan s/d 60 bulan.

Untuk mengajukan pembiayaan Mikro 500iB calon nasabah harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:17

1) Persyaratan Umum

17

Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI Syariah

KCP Cipulir, 21 April 2014

Page 72: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

59

a) Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia

b) Usia minimal 21 tahun/telah menikah untuk usia diatas >18

tahun

c) Wiraswasta yang usahanya sesuai prinsip syariah

d) Lama usaha calon nasabah 2 tahun

e) Tujuan pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja atau

investasi

f) Memiliki usaha tetap

g) Jaminan atas namamilik sendiri atau pasangan atau orang tua

atau anak kandung

2) Persyaratan Dokumen

a) Fotocopy KTP Calon Nasabah dan Pasangan

b) Kartu Keluarga dan Akta Nikah

c) Surat Izin Usaha / Surat Keterangan Usaha

d) NPWP jika pembiayaan diatas Rp. 50.000.000,00

Page 73: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Proses Pembiayaan Mikro BRI Syariah

Gambar 2. Proses pembiayaan mikro1

8 1

7 2

6 3

5 4

1 Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI Syariah

KCP Cipulir, 23 April 2014

Proses pencairan dana

kepada calon nasabah

Penyelidikan informasi

negatif calon nasabah

oleh Unit Financing

Officer (UFO)

Persetujuan pembiayaan

oleh pemegang Batas

Wewenang Pemutus

Persetujuan Pembiayaan

Unit Head dan Micro

Marketing Manager

melakukan kunjungan

usaha calon nasabah

Proses scoring oleh Unit

Financing Officer (UFO)

AFO dan UFO melakukan

verifikasi usaha calon

nasabah

Verifikasi dokumen

aplikasi oleh Sales

Officer

(SVerifikasdokumen

aplikasi oleh Sales

Officer (SO)

Calon nasabah mengisi

formulir aplikasi

pembiayaan usaha mikro

Page 74: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

61

Proses pembiayaan mikro BRI Syariah dilakukan melalui beberapa tahapan,

yaitu:

1. Calon nasabah pembiayaan mikro datang ke Bank BRI Syariah untuk

mengisi formulir aplikasi pembiayaan mikro. Formulir aplikasi ini terdiri

dari: nama calon nasabah, jenis kelamin, nomor KTP, tanggal jatuh tempo

KTP, alamat sesuai KTP, tempat tanggal lahir, pendidikan terakhir, status

perkawinan, nama pasangan, nama ibu kandung, jumlah tanggungan,

alamat dan nomor telepon tempat usaha dilengkapi dengan keterangan

mengenai kegiatan usaha perusahaan, lama usaha, omset rata-rata per

bulan, penawaran fasilitas cash pick up (antar jemput angsuran), serta

tanda tangan calon nasabah.

2. Selanjutnya, dokumen aplikasi yang telah diisi diserahkan kepada Sales

Officer (Divisi Penjualan) untuk diverifikasi dan diperiksa kebenaran

calon nasabah dalam mengisi formulir, serta kelengkapan dokumen

aplikasi pembiayaan. Jika dokumen aplikasi pembiayaan calon nasabah

belum lengkap, maka Sales Officer wajib meminta calon nasabah untuk

segera melengkapi dokumen tersebut agar dapat dilanjutkan ke tahap

selanjutnya.

3. Dokumen aplikasi yang telah lengkap dan selesai diperiksa oleh Sales

Officer, kemudian diserahkan kepada Unit Financing Officer (Divisi

Pembiayaan pada Wilayah Unit) untuk dilakukan penyelidikan informasi

negatif calon nasabah melalui BI checking dan DHN-BI.

4. Setelah verifikasi dokumen aplikasi selesai, Unit Head (Kepala Unit

Mikro) dan Micro Marketing Manager (Manajer Pemasaran Pembiayaan

Page 75: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

62

Mikro) melakukan kunjungan ke tempat usaha calon nasabah, mencari

informasi mengenai karakter calon nasabah dan kebenaran tujuan

pembiayaan yang akan diajukan.

5. Kemudian, Unit Financing Officer dan Area Financing Officer (Divisi

Pembiayaan pada Wilayah yang Lebih Besar atau Area) melakukan

verifikasi usaha calon nasabah yang terdiri dari lokasi usaha, jenis usaha,

lamanya usaha, aktivitas usaha, persediaan barang, kebutuhan modal kerja

dan informasi keuangan usaha.

6. UFO melakukan analisa keuangan melalui proses scoring untuk

menentukan Repayment Capacity (RPC)/Kemampuan Membayar Kembali

Biaya Angsuran dan Innicial Disposible Income Ratio (IDIR)/Pendapatan

Bersih. Proses ini bertujuan untuk memberikan informasi penting

keputusan pembiayaan dan kemampuan calon nasabah dalam pembayaran

angsuran.

7. Setelah semua dokumen calon nasabah dan informasi mengenai usaha

calon nasabah sudah lengkap, selanjutnya dikeluarkan persetujuan

pembiayaan oleh pemegang Batas Wewenang Pemutus Persetujuan

Pembiayaan (BWPP) yaitu UH, MMM, Pimpinan Cabang Pembantu dan

Pimpinan Cabang.

8. Dana dicairkan dan diserahkan kepada calon nasabah melalui rekening

tabungan mikro yang sebelumnya telah dibuat oleh calon nasabah pada

saat pengajuan pembiayaan.

Page 76: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

63

B. Jenis Risiko dalam Pembiayaan Mikro BRI Syariah KCP Cipulir

Menurut Alfian Faizir selaku Unit Mikro Head BRI Syariah KCP Cipulir,

perkembangan pembiayaan mikro BRI Syariah KCP Cipulir sangat

signifikan. Dari mulai dioperasikan pada tanggal 4 Januari 2010 hingga akhir

2012, pembiayaan mikro BRI Syariah KCP Cipulir berhasil mencapai out

standing (pendapatan) kurang lebih Rp. 4.000.000.000,00. Sementara pada

tahun 2013, out standing yang didapat mencapai Rp. 6.012.000.000,00

dengan total 37 nasabah dengan jenis usaha beragam, diantaranya usaha

pakaian jadi, konveksi, bengkel motor, material, listrik, rumah makan, alat

tulis dan kantor, sembako dan kontrakan. Keberhasilan BRI Syariah KCP

Cipulir dalam mencapai pendapatan tersebut karena memberikan pelayanan

dan fasilitas yang baik kepada nasabah atau calon nasabah pembiayaan

mikro.2

Calon nasabah yang menjadi sasaran utama pembiayaan mikro adalah

para pedagang khususnya pedagang mikro yang berada di radius 5 km dari

kantor bank. Ada dua jenis pedagang sebagai calon nasabah pembiayaan

mikro BRI Syariah KCP Cipulir, yaitu pedagang plasma (pedagang yang

tempat usahanya berada di luar radius 5 km dari kantor bank) dan pedagang

pasar inti (pedagang yang bertempat usaha dalam pasar radius 5 km dari

kantor bank).

Hasil pendapatan tersebut bukan berarti pembiayaan mikro BRI Syariah

KCP Cipulir tidak menemukan risiko. Pada pembiayaan mikro BRI Syariah

KCP Cipulir, risiko yang sering dihadapi adalah risiko kredit, di mana risiko

2Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI Syariah

KCP Cipulir, 25 April 2014

Page 77: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

64

ini timbul akibat kegagalan dari pihak nasabah dalam memenuhi

kewajibannya. Risiko kredit (pembiayaan) umumnya terjadi, karena usaha

nasabah yang sepi (kegiatan usaha sudah tidak berjalan lancar) dan usaha

nasabah tertimpa musibah (seperti banjir dan kebakaran) sehingga nasabah

sudah tidak mampu lagi membayar angsuran pembiayaan yang diajukannya

kepada bank.

Pemberian pembiayaan melibatkan penerimaan risiko serta menghasilkan

keuntungan. Dalam mempertimbangkan potensi pembiayaan, pihak bank

perlu untuk menetapkan ketentuan untuk kerugian yang diharapkan dan

menyiapkan modal yang cukup untuk menyerap kerugian yang tidak terduga.

Bank dapat menggunakan agunan dan jaminan untuk membantu mengurangi

risiko yang melekat dalam transaksi-transaksi tersebut.3

Pembiayaan mikro BRI Syariah memberikan persyaratan jaminan atau

agunan kepada calon nasabah dengan pembiayaan di atas >Rp. 75.000.000,00

yang berupa kendaraan bermotor, sebidang tanah dan kios tempat usaha.

Sementara untuk pembiayaan <Rp. 75.000.000,00, calon nasabah tidak

dibebankan dengan jaminan atau agunan, tetapi pembiayaan diasuransikan

dengan asuransi ASKRINDO (Asuransi Kredit Indonesia). Jika nasabah tidak

dapat melunasi angsuran yang telah disepakati oleh kedua pihak selama

sebulan sampai dua bulan, maka nasabah akan dikenakan sanksi berupa

denda. Sedangkan nasabah yang tidak dapat membayar angsuran selama tiga

bulan atau lebih, maka jaminan yang diberikan nasabah harus dihibahkan

kepada pihak bank.

3 Prof. Dr. Veithzal Rivai, S.E., M.M., M.B.A., Islamic Risk Management for Islamic

Bank, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Indonesia, 2013), terje h.239

Page 78: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

65

Risiko yang dihadapi oleh BRI Syariah KCP Cipulir dapat berdampak

kerugian yang ditimbulkan dari proses pencairan pembiayaan berupa modal

bank yang tidak dapat dikembalikan oleh nasabah atau terjadinya fraud

(penipuan) pada awal proses pembiayaan. Dalam hal ini dapat menimbulkan

NPF (Non Performance Financing) akibat nasabah tidak dapat membayar

angsuran selama lebih dari 61 hari dihitung dari tanggal jatuh tempo

pembiayaan yang disebut dengan DPD (Day Past Due). Yang dimaksud

dengan Non Performance Financing adalah pembiayaan tidak lancar/macet.

Apabila semakin rendah Non Performance Financing, maka bank tersebut

akan mengalami keuntungan. Karena dengan rendahnya Non Performance

Financing membuktikan bahwa manajemen risiko yang diterapkan pada BRI

Syariah dianggap sudah efektif.

C. Analisis Penerapan Manajemen Risiko BRI Syariah KCP Cipulir dalam

Meminimalisir Risiko yang Dihadapi oleh Pembiayaan Mikro

BRI Syariah mempunyai unit mikro untuk melaksanakan tugas pokok

masing-masing untuk meminimalisir risiko yang terjadi. Unit-unit tersebut

antara lain:

1. Micro Marketing Manager (MMM)

Berkewajiban untuk selalu berkoordinasi dengan Group Head Mikro

demi pencapaian target sales dan segala hal yang berhubungan dengan

bisnis mikro BRI Syariah. Struktur MMM berada langsung di bawah

koordinasi Pimpinan Cabang. MMM membawahi beberapa Unit Head

dan Colls, serta berkoordinasi dengan Area Financing Officer.

Page 79: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

66

2. Unit Head (UH)

UH mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan dan

memastikan bisnis mikro pada unit tersebut agar berjalan sesuai target

yang telah ditentukan atau yang telah diberikan dan tidak melanggar

syariah comply maupun Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro (P3M).

Struktur UH berada langsung di bawah tanggung jawab MMM dan UH

membawahi Sales Officer, Relationship Officer dan berkoordinasi

dengan Unit Financing Officer sebagai pihak Risk di Unit Mikro.

3. Area Financing Officer (AFO)

AFO bertugas sebagai pihak risk dalam area mikro, di antaranya

melakukan verifikasi usaha nasabah, verifikasi jaminan dan verifikasi

biodata nasabah, dan lain-lain. Struktur AFO berada langsung di bawah

Financing Reviewer Manager yang berada di cabang. AFO akan

melakukan verifikasi untuk limit pembiayaan >Rp. 75.000.000,00.

4. Unit Financing Officer (UFO)

UFO mempunyai tugas yang sama dengan AFO, yaitu bertugas

melakukan verifikasi usaha nasabah, verifikasi jaminan, verifikasi

biodata nasabah, dan lain-lain. Struktur UFO di bawah AFO dan sebagai

pihak risk di unit.

5. Relationship Officer (RO)

RO bertugas melakukan proses cash pick up dan melakukan

kunjungan nasabah untuk memastikan pembayaran angsuran nasabah

secara tepat waktu. Struktur RO berada di bawah tanggung jawab Unit

Head.

Page 80: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

67

6. Sales Officer (SO)

SO mempunyai tugas melakukan penjualan produk-produk mikro

dan melakukan pre-screening dokumen-dokumen calon nasabah sebagai

persyaratan pengajuan pembiayaan sebelum diserahkan kepada Unit

Financing Officer untuk diverifikasi. Struktur SO berada di bawah

tanggung jawab Unit Head.

Seperti halnya bank konvensional, BRI Syariah juga menghadapi

risiko kredit (pembiayaan) dalam menyalurkan dananya ke masyarakat.

Ketidakmampuan nasabah memenuhi perjanjian yang telah disepakati kedua

belah pihak secara teknis keadaan tersebut dikenal dengan default.

Penerapan manajemen risiko pada Mikro Syariah iB BRI Syariah

terbagi menjadi 2 tahap, yaitu:4

1. Pada tahap pra-risiko, Mikro Syariah iB BRI Syariah menerapkan prinsip

mengenal nasabah yang terdiri dari kebijakan dan prosedur penerimaan

serta melakukan identifikasi terhadap calon nasabah yang dilakukan oleh

Unit Head (Kepala Unit Mikro), Unit Financing Officer (Divisi

Pembiayaan pada wilayah kecil/Unit), Relationship Officer (Divisi

Hubungan antara bank dan nasabah untuk melakukan kolektibilitas) dan

Sales Officer (Divisi Penjualan), dimulai dari calon nasabah mengisi

formulir aplikasi pembiayaan mikro, kunjungan terhadap usaha calon

nasabah, pemantauan rekening dan transaksi calon nasabah, penyelidikan

informasi negatif calon nasabah dan menganalisa keuangan usaha calon

nasabah. Penerapan prinsip mengenal nasabah ini dilakukan untuk

4 Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI Syariah

KCP Cipulir, 28 April 2014

Page 81: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

68

mengetahui profil nasabah maupun keseriusan calon nasabah dalam

membayar angsuran pembiayaan yang diajukan dan menghindari risiko

tidak terduga yang akan terjadi.

2. Pada saat risiko terjadi, BRI Syariah menerapkan manajemen risiko

sesuai dengan standar yang diterapkan oleh Peraturan Bank Indonesia.

Langkah-langkah penerapan manajemen risiko yang dilakukan,

diantaranya:

a. Identifikasi risiko

Proses ini dilaksanakan dengan melakukan analisis terhadap

karakter risiko yang melekat pada aktivitas fungsional, risiko

terhadap produk dan kegiatan usaha Hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam menerapkan identifikasi risiko antara lain:

1) Mengidentifikasi karakter nasabah dengan menerapkan prinsip

5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Conditions of

Economics).

a. Dalam mengidentifikasi Character nasabah, BRI Syariah

mengamati sifat dan watak calon nasabah yang

menunjukkan kemauan untuk membayar kembali

kewajibannya. Dalam praktiknya, BRI Syariah tidak

menemukan kesulitan karena Unit Mikro BRI Syariah

sendiri yang mengunjungi lokasi usaha dan tempat tinggal

nasabah.

b. Dalam mengidentifikasi Capacity adalah dengan melihat

nasabah menjalankan usahanya dengan baik dan

Page 82: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

69

mendatangkan keuntungan sehingga dapat membayar

kembali angsuran yang diajukannya. Pada praktiknya,

terkadang usaha nasabah mengalami penurunan pendapatan

karena sepi konsumen sehingga beberapa nasabah terpaksa

menunggak pembayaran angsuran.

c. Dalam mengidentifikasi Capital dilakukan dengan cara

melihat dan menganalisis keuangan perusahaan seperti

menganalisis rasio dan modal usaha perusahaan.

d. Dalam mengidentifikasi Collateral, Unit Mikro BRI Syariah

melakukan survey dan pengukuran barang agunan yang akan

dijadikan penjaminan. Barang agunan ini dapat dilelang jika

nasabah tidak mampu melunasi pinjaman.

e. Dalam mengidentifikasi Conditions of Economics, BRI

Syariah melakukan pengawasan terhadap usaha nasabah

khususnya kondisi perekonomian nasabah. Karena jika

kondisi perekonomian nasabah memburuk, maka nasabah

akan mengalami kesulitan untuk melunasi pinjaman.

2) BI checking, untuk mengidentifikasi apakah calon nasabah

disiplin dalam pembayaran angsuran tepat pada waktunya atau

tidak5

3) Track checking, yaitu identifikasi terhadap usaha yang dijalani

calon nasabah dan agunan atau jaminan yang diajukan calon

nasabah.6

5 Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI

Syariah KCP Cipulir, 28 April 2014

Page 83: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

70

Pada tahapan ini, BRI Syariah dapat melakukan tindakan

preventif untuk menghindari atau setidaknya mengendalikan risiko,

sehingga potensi kerugian financial dan non financial lainnya dapat

dikendalikan, dieliminasi, dan tindakan lainnya. Proses mengenali

dengan baik seluruh risiko yang ada pada setiap aktivitas usaha bank,

produk, jenis dan transaksi finansial yang dijalankan serta

mendeteksi kemungkinan terjadi risiko baru dan berpotensi

menimbulkan kerugian. Dari serangkaian proses manajemen risiko,

identifikasi merupakan proses yang sangat penting dilakukan, karena

dengan melakukan identifikasi risiko secara cermat dan teliti maka

dapat menentukan langkah selanjutnya.

Identifikasi risiko dilakukan tidak hanya sebatas mendata

semua kemungkinan risiko yang terkait dengan produk pembiayaan

mikro, tetapi juga mengidentifikasi hal yang menyebabkan risiko

tersebut berpeluang untuk terjadi. Risiko pembiayaan macet atau

gagal bayar dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain

karena usaha nasabah yang sudah tidak berjalan lancar, karakter

nasabah yang tidak baik (misalnya nasabah melarikan diri dan pergi

tanpa kabar), usaha nasabah mengalami musibah (seperti banjir dan

kebakaran), serta adanya kesalahan analisa pada awal pembiayaan.7

Risiko gagal bayar atau default ini merupakan risiko yang melekat

pada pembiayaan mikro syariah iB, hal-hal yang diidentifikasi

6 Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI

Syariah KCP Cipulir, 28 April 2014 7 Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro (P3M), Pembiayaan Bermasalah, (PT. BRI

Syariah:2009) versi 1.0, h.92

Page 84: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

71

sebagai faktor yang memberikan peluang timbulnya risiko tersebut

didata dan dianalisis secara komprehensif seperti karakter nasabah,

analisa lingkungan usaha, analisa manajemen, analisa cash flow

nasabah, analisa agunan, semua hal tersebut didata dan dianalisis

oleh Unit Head, Unit Financing Officer, Sales Officer dan

Relationship Officer serinci mungkin sebagai acuan utama dalam

memutuskan pembiayaan yang diajukan oleh calon dapat diterima

atau ditolak. Begitu ketatnya proses pengidentifikasian risiko ini

sehingga probabilitas risiko untuk muncul dapat dimitigasi dengan

baik pada tahapan ini.

b. Pengukuran risiko

Proses ini dilakukan dengan melakukan evaluasi secara berkala

terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur yang

digunakan untuk mengukur risiko, penyempurnaan terhadap sistem

pengukuran risiko apabila terdapat perubahan kegiatan usaha,

produk, transaksi dan faktor risiko yang bersifat material.8

Metode pengukuran risiko dapat dilakukan dengan sistem

komputer yang dimiliki oleh bank. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan penulis, BRI Syariah dalam menentukan besaran risiko

yang dihadapi dalam pembiayaan mikro menggunakan sistem

penentuan besaran risiko akan muncul dengan sendirinya pada

sistem yang disediakan dengan cara memasukkan semua data calon

nasabah pembiayaan mikro.

8 Veithzal Rivai, Islamic Risk Management for Islamic Bank, h.83

Page 85: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

72

Selain itu, BRI Syariah juga mengembangkan pengukuran

secara kualitatif dan kuantitatif terhadap calon nasabah. Pengukuran

kualitatif ini dilakukan terpisah dari pengukuran yang lainnya karena

pengukuran kualitatif dilakukan pada tahapan identifikasi risiko,

yaitu saat melakukan identifikasi dan pengumpulan data terkait

dengan calon nasabah, diantaranya identifikasi identitas, identifikasi

usaha, identifikasi jaminan dan karakter calon nasabah. Pengukuran

kuantitatif BRI Syariah menggunakan 6 analisa pengukuran, yaitu

analisa keuangan, analisa karakter, analisa manajemen, analisa

fasilitas, analisa kondisi lingkungan usaha, dan analisa agunan atau

jaminan. Proses pengukuran usaha calon nasabah merupakan tugas

pokok Unit Financing Officer (UFO) dan Area Financing Officer

(AFO).

1) Analisis Keuangan9

Analisa keuangan digunakan untuk memberikan informasi

penting dalam pengambilan keputusan, serta rasio-rasio

keuangan usaha. Adapun rasio-rasio keuangan yang digunakan

dalam analisi keuangan yang dilakukan BRI Syariah, antara lain:

a) Perhitungan Working Investment (kebutuhan modal kerja)

Working investment adalah kebutuhan modal kerja

yang dibutuhkan nasabah pembiayaan mikro, dan tidak

diperuntukkan untuk pembiayaan konsumtif atau investasi

lainnya. Perhitungan working investment ini dibuat oleh

9 Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro (P3M), Pembiayaan Bermasalah, (PT. BRI

Syariah:2009) versi 1.0, h.96

Page 86: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

73

Unit Financing Officer atau Area Financing Officer

berdasarkan data hasil verifikasi langsung kepada nasabah

dan data-data pendukung lain yang digunakan untuk

menghitung total pembiayaan yang dapat diberikan kepada

nasabah.

b) Repayment Capacity (RPC)

Repayment Capacity adalah kemampuan membayar

kembali calon nasabah pembiayaan. Cara perhitungan RPC

adalah: 10

Sedangkan RPC Rasio didapat dari:

Pembiayaan yang diajukan akan diterima bila RPC

<75%, namun jika RPC >75% pembiayaan yang diajukan

akan ditolak atau rasio harus diatas 2x angsuran.

Perhitungan RPC dilakukan oleh UFO.

c) IDIR (Innicial Disposible Income Ratio)11

Yaitu perhitungan jumlah cicilan angsuran nasabah

pada BRI Syariah + angsuran pada bank lain/disposible

10

Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro (P3M), Pembiayaan Bermasalah, (PT. BRI

Syariah:2009) versi.1.0, h.98 11

Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro (P3M), Pembiayaan Bermasalah, (PT. BRI

Syariah:2009) versi 1.0, h.99

RPC = Maks 75% x Laba/Keuntungan Usaha

RPC = Nilai RPC

Besar angsuran pembiayaan

Page 87: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

74

income (pendapatan bersih). IDIR ini mempunyai fungsi

yang sama dengan RPC, yaitu sebagai alat ukur kemampuan

bayar nasabah terhadap pembiayaan yang diberikan oleh

bank.

2) Analisis Karakter

Dilakukan oleh UFO dengan menggunakan BI checking dan

DHN-BI (Daftar Hitam Nasional Bank Indonesia).12

BI

checking dilakukan untuk melihat track record dari calon

nasabah pembiayaan mikro, apakah calon nasabah tersebut

pernah mengajukan pembiayaan di bank atau lembaga keuangan

lain, dan melihat apakah pembiayaan si calon nasabah tersebut

yang terdapat di bank atau lembaga keuangan lain tergolong

lancar atau macet. Sedangkan DHN-BI digunakan untuk melihat

track record calon nasabah pada kejahatan umum, seperti

terlibat dalam kasus penipuan, perampokan, pencucian uang,

pemalsuan cek dan pidana lainnya.

Selain menggunakan BI checking dan DHN-BI, bank juga

harus melakukan verifikasi karakter calon nasabah dengan cara

melakukan kunjungan (survey) dan bertemu langsung dengan

calon nasabah di tempat usaha yang akan dibiayai, serta mencari

informasi lebih detail mengenai karakter calon nasabah dengan

cara bertanya kepada tetangga-tetangga calon

nasabah/lingkungan sekitar tempat tinggal calon nasabah.

12

Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI

Syariah KCP Cipulir, 29 April 2014

Page 88: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

75

Analisa karakter ini dilakukan dengan tujuan agar calon nasabah

mempunyai tanggung jawab, jujur, dan serius dalam

menjalankan usahanya, serta membayar kewajibannya.

3) Analisa Manajemen13

Analisa ini dilakukan untuk menganalisa tingkat risiko dari

kemampuan manajerial calon nasabah dan untuk mengetahui

kemampuan calon nasabah dalam mengelola usahanya, yang

meliputi pengalaman usaha serta lama usaha calon nasabah dan

prospek usaha yang akan dibiayai, apakah cenderung stabil,

fluktuatif, berkembang atau maju.

4) Analisa Fasilitas

Analisa terhadap tingkat risiko dari fasilitas pembiayaan

yang akan diberikan, seperti dilihat dari jangka waktu yang

dimohon oleh calon nasabah. Semakin lama jangka waktu yang

dimohon oleh calon nasabah, maka risiko pembiayaan akan

semakin tinggi karena kemungkinan terjadinya keterlambatan

pengembalian pokok pembiayaan menjadi lebih tinggi.

5) Analisa Kondisi Lingkungan Usaha

Analisa terhadap tingkat risiko dari situasi dan kondisi

lingkungan usaha yang dijalankan calon nasabah. Langkah

pertama meliputi ketergantungan terhadap supplier; apakah

calon nasabah termasuk wirausaha yang memiliki 1 supplier

atau banyak. Semakin banyak supplier yang menjadi rekan

13

Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI

Syariah KCP Cipulir, 29 April 2014

Page 89: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

76

bisnis calon nasabah, maka persediaan barang semakin tinggi

sehingga dapat meminimalkan risiko yang akan terjadi.

Kedua, meliputi ketergantungan terhadap pelanggan;

apakah pelanggan usaha calon nasabah banyak atau sedikit,

karena semakin banyak pelanggan yang dimiliki calon nasabah,

maka akan semakin besar omset yang didapatkan sehingga laba

usaha menjadi lebih baik.

Ketiga, wilayah pemasaran juga harus dianalisa; semakin

luas wilayah pemasaran, maka usaha calon nasabah semakin

baik. Keempat, jenis produk; jika jenis produk yang ditawarkan

calon nasabah termasuk barang dan jasa primer, maka

perputaran usahanya akan semakin cepat dan menghasilkan

keuntungan yang lebih baik.

6) Analisis Agunan atau Jaminan

Melakukan analisa terhadap tingkat nilai agunan atau

jaminan yang diberikan calon nasabah dengan besarnya

pembiayaan yang akan diajukan oleh calon nasabah kepada

bank. Analisa ini hanya diperuntukkan untuk jenis produk

pembiayaan yang disyaratkan adanya agunan atau jaminan.14

Penilaian jaminan dilakukan oleh Unit Financing Officer

dan Area Financing Officer dengan produk Kupedes 75iB dan

Kupedes 500iB. Penilaian ini dilakukan dengan mengunjungi

atau survey langsung ke lokasi jaminan yang berupa tanah, tanah

14

Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro (P3M), Proses Penilaian Jaminan, (PT. BRI

Syariah: 2009) versi 1.0, 82

Page 90: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

77

dan bangunan, kios dan kendaraan bermotor untuk melihat fisik

yang dijaminkan oleh calon nasabah.

Semua analisa tersebut merupakan hasil pengembangan dan

data empiris dari pelaksanaan manajemen risiko pada

pembiayaan mikro yang dilakukan BRI Syariah.

c. Pemantauan risiko

Proses ini dilaksanakan dengan memperhatikan perubahan yang

ada pada kegiatan pembiayaan yang sedang dilakukan. Yang

bertanggung jawab dalam proses pemantauan risiko ini adalah RO

(Relationship Officer) dengan melakukan kunjungan ke lokasi usaha

nasabah 3 hari pasca pencairan pembiayaan bersama Unit Head dan

melakukan pengecekan terhadap barang dagangan yang tersedia,

jumlah pelanggan nasabah, kondisi usaha nasabah (apakah banyak

pembeli atau tidak), melihat kuitansi asli pembelian barang modal

atau investasi, serta melihat kondisi jaminan nasabah.15

Proses ini dilakukan tidak hanya sebatas mengamati perubahan

usaha yang ada di lapangan saja, akan tetapi pemantauan ini lebih

dikenal dengan maintain yang diprioritaskan oleh BRI Syariah

dalam menjaga kualitas pembiayaan, karena maintain sangat erat

kaitannya dengan ketepatan nasabah dalam membayar kewajibannya

pada saat jatuh tempo. Maintain ini dilakukan melalui 2 tahapan,

yang pertama melalui telepon (sebelum RO mendatangi nasabah di

lokasi usaha atau tempat tinggal, RO mengkonfirmasi nasabah

15

PT. BRI Syariah. No.S.51 DIR-COM/MBG/XI/2010, Tentang petunjuk pelaksanaan

Relationship Officer (RO) pasca pencairan pembiayaan, (Jakarta: PT. BRI Syariah, 2010), h.3

Page 91: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

78

melalui telepon untuk memberitahukan waktu kedatangan yang akan

dilakukan), dan kedua adalah dengan kunjungan langsung ke tempat

usaha untuk melakukan cash pick up pembayaran angsuran nasabah.

BRI Syariah memberikan keringan serta kemudahan bagi

nasabah dalam sistem pembayaran angsuran, di mana sistem

pembayaran angsuran setiap bulannya dapat dijadikan penarikan per

minggu atau per hari sesuai keinginan nasabah. Semua mekanisme

pembiayaan disesuaikan dengan kemampuan nasabah agar risiko

keterlambatan pembayaran angsuran dapat diminimalisir dengan

baik. Selain memantau perubahan yang terjadi pada usaha nasabah

dan melaporkannya kepada pihak manajemen unit mikro,

Relationship Officer juga memberikan solusi kepada nasabah pada

saat usaha nasabah sedang mengalami penurunan secara finansial

agar usaha nasabah dapat berjalan normal kembali.16

Pendekatan secara emosional diterapkan oleh risk management

UMS BRI Syariah melalui RO kepada semua nasabah mikro mereka

sehingga risiko gagal bayar terhadap pembiayaan mikro yang

diberikan tersebut dapat dihindari atau diminimalkan. Jika mulai

terindikasi penyimpangan dari hasil pemantauan di lapangan, baik

dari usaha, karakter nasabah, dan jaminan, maka RO akan segera

memberikan laporan ke pihak manajemen Unit Mikro Syariah.

16

Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI

Syariah KCP Cipulir, 29 April 2014

Page 92: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

79

d. Pengendalian risiko

Dalam kegiatan pembiayaan usaha mikro, BRI Syariah

senantiasa berhadapan dengan berbagai risiko dan harus diakui

bahwa sesungguhnya industri perbankan adalah suatu industri yang

serat dengan risiko, terutama risiko nasabah yang mengalami

kegagalan dalam pembayaran angsuran/pembiayaan bermasalah.

Risiko yang sudah terdeteksi oleh RO dengan memberikan laporan

kepada pihak manajemen akan segera disikapi dan ditanggulangi

secepatnya. BRI Syariah akan melakukan proses collection setelah

pencairan pembiayaan. Collection atas keterlambatan pembayaran

pembiayaan angsuran diklasifikasikan sebagai berikut:17

1) Early Collection, yaitu tahapan/cara penanganan Collection atas

angsuran mulai DPD 7 – 30 hari

2) Soft Collection, yaitu tahapan cara penanganan Collection atas

angsuran mulai DPD 31 – 60 hari

3) Hard Collection, yaitu tahapan/cara penanganan Collection atas

angsuran mulai DPD 61 – 90 hari

4) Litigasi Collection, yaitu tahapan/cara penanganan Collection

atas angsuran DPD <90 hari

5) Hope, yaitu nasabah yang masih berkemampuan membayar

kembali biaya angsuran

17

Pedoman Panduan Pembiayaan Mikro (P3M), Proses Collection dan Penyelesaian

Pembiayaan Bermasalah, (PT. BRI Syariah:2009), versi.1.0

Page 93: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

80

6) No Hope, yaitu nasabah yang tidak mempunyai harapan dan

kemampuan usaha sudah tidak ada sehingga tidak mampu

melunasi biaya angsuran.

Di samping itu, penentuan kolektibilitas nasabah merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dalam proses penanganan pembiayaan

bermasalah pada tahapan pengendalian risiko. Untuk pembiayaan

dengan skema murabahah pada BRI Syariah, penentuan

kolektibilitas dapat dilihat dari kemampuan membayar berdasarkan

hari tunggaknya, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Kolektibilitas

Kolektibilitas 1 (L) Pembayaran tepat waktu dan tidak ada

tunggakan serta sesuai dengan persyaratan

akad

Kolektibilitas 2 (DPK) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran

pokok atau margin sampai dengan 90 hari

Kolektibilitas 3 (KL) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran

pokok atau margin telah melampaui 90 hari

sampai dengan 180 hari

Kolektibilitas 4 (D) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran

pokok atau margin yang telah melampaui

180 hari sampai dengan 270 hari

Kolektibilitas 5 (M) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran

pokok atau margin yang telah melampaui

270 hari

Page 94: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

81

Sumber : Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro (P3M) BRI

Syariah, 2009

Dalam kegiatan pembiayaan mikro, BRI Syariah senantiasa

berhadapan dengan risiko nasabah yang mengalami gagal bayar/

pembiayaan bermasalah karena industri perbankan merupakan suatu

industri yang sarat dengan risiko. Dalam upaya menghindari

pembiayaan mikro yang bermasalah tersebut, BRI Syariah dapat

melakukan:

1) Restructuring (Penataan Ulang)18

Tindakan ini dilakukan kepada nasabah yang kekurangan

dana untuk mengembalikan pembiayaan tetapi masih

berkemampuan untuk mengembalikan dana tersebut, ada barang

jaminan dan prospek usahanya pun bagus, maka tindakan yang

dilakukan oleh komite pembiayaan bermasalah ini dalam rangka

meringankan beban nasabah adalah dengan menambah dana

pembiayaan yang diharapkan dapat membantu nasabah untuk

meningkatkan usaha nasabah dan mengembalikan dana

pembiayaan tersebut.

Dalam tindakan ini dapat terjadi konversi akad antara bank

dengan nasabah karena terjadi penambahan jumlah plafond dan

jaminan. Restructuring hanya diberikan terhadap pembiayaan

dengan limit Rp. 200.000.000,00 sampai Rp. 500.000.000,00.

Untuk pembiayaan kurang dari Rp. 200.000.000,00 akan

18

Pedoman Panduan Pembiayaan Mikro (P3M) BRI Syariah, Proses Collection dan

Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah, (PT. BRI Syariah:2009), versi.1.0

Page 95: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

82

diusulkan untuk hapus buku. Berdasarkan wawancara penulis

dengan pihak BRI Syariah KCP Cipulir, persentase nasabah

pembiayaan mikro BRI Syariah yang mengalami pembiayaan

bermasalah masih dibawah 1%.

2) Reschedulling (Penjadwalan Ulang)

Tindakan ini dilakukan kepada nasabah yang tidak mampu

membayar angsuran tetapi masih berkemampuan dan besar

harapan untuk mengembalikan dana pembiayaan, potensi

usahanya masih besar, dan ada barang jaminan, maka tindakan

yang dilakukan komite pembiayaan bermasalah untuk

menangani pembiayaan bermasalah ini adalah dengan

memberikan perpanjangan waktu pelunasan dana pembiayaan,

perubahan besarnya angsuran tanpa adanya perubahan margin

pembiayaan. Fasilitas penjadwalan ulang ini diberikan kepada

nasabah yang mempunyai I’tikad baik untuk mengembalikan

dana pembiayaan dan berkarakter bagus serta jujur.19

3) Agunan Yang Diambil Alih atau Penyitaan Barang Jaminan

Tindakan ini dilakukan bagi nasabah yang tidak

berkemampuan dan mempunyai harapan untuk mengembalikan

dana pembiayaan, prospek usaha pun tidak bagus, tetapi ada

barang jaminan, maka tindakan yang perlu dilakukan oleh

komite penanganan pembiayaan bermasalah ini adalah dengan

19

Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI

Syariah KCP Cipulir, 29 April 2014

Page 96: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

83

menyita barang jaminan yang diserahkan secara sukarela

(dihibahkan) oleh nasabah kepada pihak bank.

Proses eksekusi ini dilakukan dengan melelang atau

menjual barang jaminan nasabah, apabila pelelangan atau

jumlah jaminan tersebut kurang dari dana pembiayaan yang

dipinjam oleh nasabah, maka kekurangan dari dana pembiayaan

tersebut dibebankan kepada nasabah, akan tetapi jika hasil dari

pelelangan penjualan barang jaminan nasabah tersebut melebihi

jumlahnya dari dana yang dipinjam, maka sisa atau kelebihan

dari hasil pelelangan barang jaminan tersebut akan dikembalikan

kepada nasabah.20

4) Write Off (Hapus Buku)

Tindakan ini dilakukan bagi nasabah yang tidak

berkemampuan dan tidak memiliki harapan untuk

mengembalikan dana pembiayaan, tidak ada barang jaminan dan

prospek usahanya pun tidak bagus, maka komite pembiayaan

bermasalah hanya dapat bertindak untuk menghapus dan

mengakhiri akad perjanjian dengan nasabah tersebut walaupun

pada akhirnya pihak bank yang akan menanggung semua

kerugian yang ada. Kriteria nasabah yang diusulkan untuk write

off, sebagai berikut:21

20

Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI

Syariah KCP Cipulir, 29 April 2014 21

Pedoman Panduan Pembiayaan Mikro (P3M) BRI Syariah, Proses Collection dan

Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah, (PT. BRI Syariah:2009), versi.1.0, h.110

Page 97: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

84

a) Nasabah meninggal dunia khusus produk yang tanpa

jaminan dan tidak dicover oleh asuransi

b) Nasabah mengalami musibah

c) Nasabah mengalami sakit permanen yang menyebabkan

tidak dapat melakukan aktivitas usaha

d) Keberadaan nasabah tidak diketahui selama 90 hari.

Dari uraian di atas, penulis berpendapat bahwa Unit Mikro BRI Syariah

menjadikan risiko sebagai budaya, sehingga secara tidak langsung kehati-

hatian terhadap risiko terinternalisasi ke setiap bagian yang ada pada BRI

Syariah dan menjadikan risiko tersebut sebagai tanggung jawab bersama,

bukan hanya menjadi tanggung jawab dari pihak risk Unit Mikro saja.

Manajemen risiko yang baik dan terarah sudah dapat dipastikan bisa menekan

dan meminimalkan probabilitas dan dampak negatif dari risiko yang

dihadapi.22

Dalam meminimalisir probabilitas tersebut, BRI Syariah menerapkan

konsep manajemen risiko yang berbeda seperti manajemen risiko yang

diterapkan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya, mulai dari tahapan

identifikasi. Pada tahap identifikasi, BRI Syariah melakukan 2 tahap

identifikasi yaitu identifikasi pra-risiko dan identifikasi pada saat risiko

terjadi. Begitu ketatnya proses pengidentifikasian risiko ini, sehingga

probabilitas risiko untuk muncul dapat diminimalisir dengan baik pada

tahapan ini. Manajemen risiko yang diterapkan oleh pembiayaan mikro BRI

22

Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI

Syariah KCP Cipulir, 29 April 2014

Page 98: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

85

Syariah tentunya memiliki kelebihan, yaitu dengan adanya manajemen risiko

yang terorganisir dengan baik, kemungkinan besar risiko yang akan timbul

dapat segera dikelola dan diminimalisir oleh divisi manajemen risiko BRI

Syariah sehingga risiko tersebut tidak mudah merugikan bank. Selain itu,

dengan adanya manajemen risiko, BRI Syariah dapat lebih menumbuhkan

pemahaman pengawasan melekat, yang merupakan fungsi penting dalam

setiap aktivitas bank.

Di samping kelebihan manajemen risiko, ternyata terdapat pula

kekurangan dari manajemen risiko itu sendiri, yaitu kurangnya

pengarahan/sosialisasi mengenai pemahaman pentingnya manajemen risiko

dari pihak BRI Syariah kepada nasabah pembiayaan mikro, akibatnya

beberapa nasabah pembiayaan mikro meremehkan pembayaran angsuran

pembiayaan yang diajukan sehingga risiko dapat muncul. Efektifitas

manajemen risiko yang diterapkan BRI Syariah terbukti dengan kemungkinan

risiko yang terjadi pada pembiayaan mikro di bawah 1%.

Selain menghadapi risiko pembiayaan yang muncul, BRI Syariah juga

menemukan hambatan-hambatan yang terjadi pada pelaksanaan Unit Mikro.

Hambatan-hambatan tersebut di antaranya adalah persaingan yang kompetitif

pada produk pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank syariah lain dan bank

konvensional. Persaingan ini dipicu oleh perkembangan usaha mikro yang

terjadi di masyarakat pada umumnya, sehingga bank atau lembaga keuangan

lain juga terdorong ingin mengeluarkan produk pembiayaan mikro dengan

margin yang kompetitif dan pemberian kemudahan persyaratan pengajuan

pembiayaan. Oleh karena itu, BRI Syariah memberikan beberapa keunggulan

Page 99: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

86

dari produk pembiayaan mikro yang ditawarkan, seperti margin yang

kompetitif dengan bank syariah lain atau bank konvensional, memberikan

kemudahan persyaratan dokumen yang mudah dilengkapi oleh calon nasabah,

memberikan pelayanan cash pick up (antar jemput angsuran) sehingga

memudahkan nasabah dalam pembayaran angsuran tanpa harus datang ke

kantor bank dan memberikan pembiayaan tanpa agunan dengan minimal

pembiayaan Rp. 5.000.000,00 dan maksimal Rp. 25.000.000,00. Semua

keunggulan yang ditawarkan oleh BRI Syariah bertujuan untuk menarik

minat masyarakat sebagai pedagang usaha mikro agar mau mengajukan

pembiayaan pada BRI Syariah khususnya KCP Cipulir.23

Produk pembiayaan mikro BRI Syariah masih akan terus berkembang.

Hal ini dapat dilihat dari besarnya antusias masyarakat terhadap produk

pembiayaan ini. Dengan berkembangnya usaha mikro, masyarakat terdorong

untuk mengajukan pembiayaan sebagai modal usaha dan memenuhi

kebutuhan investasi usaha yang sedang dijalankan. Tujuan utama BRI

Syariah mengeluarkan produk pembiayaan mikro syariah ini adalah untuk

memberikan tambahan modal kerja dan investasi yang tidak bertentangan

dengan prinsip syariah kepada pedagang usaha mikro. Dengan pemberian

pembiayaan ini pedagang usaha mikro dapat mengembangkan usaha yang

dijalankannya sehingga dapat mengurangi pengangguran.

23

Wawancara pribadi dengan Bapak Alfian Faizir, sebagai Unit Head Mikro BRI

Syariah KCP Cipulir, 29 April 2014

Page 100: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

87

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari analisis hasil penelitian yang telah penulis lakukan, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Risiko yang dihadapi oleh pembiayaan mikro BRI Syariah adalah risiko

kredit (pembiayaan), di mana risiko ini muncul akibat kegagalan dari

pihak nasabah dalam memenuhi kewajibannya. Proses pembiayaan mikro

dimulai dari pengisian formulir aplikasi permohonan pembiayaan,

analisis karakter calon nasabah dan usaha nasabah, serta analisis

keuangan usaha calon nasabah.

2. Untuk meminimalisir risiko yang timbul, pembiayaan mikro BRI Syariah

menerapkan dua proses manajemen risiko, yaitu manajemen risiko pra-

risiko dan manajemen risiko pasca risiko. Manajemen risiko yang

diterapkan BRI Syariah mempunyai kelebihan di antaranya dapat

menumbuhkan pemahaman pengawasan melekat, yang merupakan fungsi

penting dalam setiap aktivitas bank. Sementara itu, kekurangan

manajemen risiko pembiayaan mikro BRI Syariah adalah kurangnya

pengarahan/sosialisasi mengenai pemahaman pentingnya manajemen

risiko, akibatnya beberapa nasabah meremehkan pembayaran angsuran

pembiayaan yang diajukan sehingga risiko dapat muncul. Efektifitas

manajemen risiko pembiayaan mikro BRI Syariah terbukti dari

kemungkinan risiko yang terjadi di bawah 1%.

Page 101: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

88

B. Saran

1. Dipastikan hampir semua bank mengalami risiko pembiayaan, untuk itu

BRI Syariah perlu mempersiapkan manajemen risiko yang baik agar

dapat meminimalisir potensi kerugian akibat gagal bayar ataupun

pembiayaan bermasalah. Dalam memberikan pembiayaan mikro, pihak

bank seharusnya dapat memahami dan mengetahui dengan jelas

kegiatan/proyek yang akan dilaksanakan oleh calon nasabah pembiayaan

mikro tersebut benar adanya atau tidak menyimpang dari akad.

2. Pihak bank diharuskan berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan

mikro, karena pembiayaan mikro merupakan pembiayaan yang sarat akan

munculnya risiko. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen yang baik dan

harus melalui proses yang cermat dan teliti, analisa yang baik, jujur dan

benar terhadap calon nasabah yang akan mengajukan pembiayaan. BRI

Syariah harus menaati nilai-nilai syariah dalam menjalankan bisnisnya,

tidak hanya berorientasi pada keuntungan saja.

3. Pembinaan dan pengawasan juga harus dilakukan secara jelas dan

terlaksana dengan baik serta memperhatikan tingkat kolektibilitas

pembiayaan sehingga bank dapat menghindari pembiayaan bermasalah

yang mungkin muncul dalam proses pembiayaan mikro.

Page 102: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

89

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Masyhud. Manajemen Risiko: Strategi Perbankan dan Dunia Usaha dalam

Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada. 2006.

Alijoyo, Antonius. Baik Perbankan Maupun Sektor Riil Perlu Manajemen Risiko.

Jakarta: Sharing. 2006.

Amalia, Euis. Keadilan Distributif Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan

UKM di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2009.

Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet

Anggota IKAPI. 2006.

Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2007.

Ayat, Safri. Manajemen Risiko. Jakarta: Gema Insani Akastri. 2003.

Basri, Ikhwan Abidin. Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:

PT. Bumi Aksara. 2008.

BRI Syariah. Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro (P3M). Jakarta: PT.

BRISyariah. 2009.

Brosur produk-produk BRI Syariah. Jakarta: PT. BRI Syariah. 2009.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. 2010

Darmawi, Herman. Manajemen Risiko. Jakarta: Bumi Aksara. 2004.

Djojosoedarso, Soeisno. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Asuransi. Jakarta:

Salemba Empat. 2003.

Hasibuan, H. Malayu. Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta:

Bumi Aksara. 2005.

Idroes, Ferry N. Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman 3 Pilar Kesepakatan

Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksaannya di Indonesia.

Jakarta: Rajawali Press. 2008

Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada. 2002.

---------. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004.

Karim, Adiwarman A. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada. 2007.

Khan, Tariqullah. Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: PT.

Bumi Aksara. 2008.

Page 103: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

90

Lathif, Azharuddin. Fiqh Muamalat. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2000.

Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: Akademi

Manajemen Perusahaan YKPN. 2005.

--------------. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia. 2004.

Nasir, Moh. Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia. 2003.

Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro. Pembiayaan Bermasalah. Jakarta: PT

Bank BRI Syariah. 2009.

Rivai, Veithzal. Islamic Risk Management for Islamic Bank. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama. 2013.

Jurnal

Maryama, Siti. Permasalahan Manajemen Usaha Mikro. Jurnal Liquidity Vol. 1,

No. 1. Januari-Juni 2012.

Sari, Lisa Kartika. Penerapan Manajemen Risiko pada Perbankan Indonesia.

Jurnal Universitas Negeri Surabaya. Februari-Juli 2012.

Page 104: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

91

Page 105: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro
Page 106: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro
Page 107: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro
Page 108: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

WAWANCARA

Nama : Alfian Faizir

Jabatan : Unit Mikro Syariah Head

Hari, Tanggal : Senin, 21 April 2014

Waktu : 11.00 WIB

Tempat : BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Cipulir

1. Sudah berapa lama BRI Syariah KCP Cipulir berdiri dan mulai menjalankan

produk pembiayaan mikro? Berapa jumlah nasabah pembiayaan mikro pada

tahun 2013?

Jawab : BRI Syariah KCP Cipulir menjalankan produk pembiayaan mikro

pada tahun 2010, adapun BRI Syariah KCP Cipulir mulai berdiri

tahun 2008. Unit Mikro Syariah mulai berdiri tanggal 4 Januari 2008

dengan jumlah karyawan 8. Pada tahun 2013 nasabah pembiayaan

mikro berjumlah kurang lebih 55 Noa (nasabah) dengan out standing

mencapai kurang lebih Rp. 7.000.000.000,-.

2. Siapa saja yang menjadi sasaran dalam pembiayaan mikro BRI Syariah?

Jawab : Sasaran utama dalam pembiayaan mikro ini adalah para pedagang-

pedagang menengah kebawah khususnya yang berada radius 5 km

dari kantor bank BRI Syariah KCP Cipulir. Para pedagang tersebut

antara lain pedagang sembako, pakaian dan lain-lain. Ada dua jenis

pedagang yang dapat dibiayai oleh BRI Syariah KCP Cipulir, yaitu

pedagang plasma dan pedagang pasar inti. Pedagang pasar inti

maksudnya adalah para pedagang yang bertempat di dalam pasar

dengan jarak radius 5 km dari kantor bank BRI Syariah KCP Cipulir,

sedangkan pedagang plasma adalah pedagang yang bertempat di luar

radius tersebut.

Page 109: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

3. Bagaimana perkembangan pembiayaan mikro di BRI Syariah pada tahun

2013?

Jawab : Perkembangan pembiayaan mikro pada BRI Syariah KCP Cipulir

pada tahun 2013 sangat signifikan terlihat pada data neraca laba rugi

meningkat 125% dari tahun sebelumnya. Hal ini karena BRI Syariah

menawarkan margin yang sangat kecil dan kemudahan persyaratan

yang dapat dilengkapi oleh nasabah. Margin pembiayaan mikro ini

sangat kompetitif dengan bank syariah lainnya, karena margin yang

ditawarkan oleh BRI Syariah lebih kecil dari pada margin

pembiayaan mikro pada bank lainnya.

4. Apa tujuan BRI Syariah membuka produk pembiayaan mikro syariah?

Jawab : Tujuan BRI Syariah membuka produk pembiayaan mikro syariah

adalah untuk memberikan tambahan modal kerja kepada pedagang

usaha mikro dan investasi yang tidak bertentangan dengan prinsip

syariah, membuka lapangan pekerjaan karena dengan memberikan

pembiayaan kepada pedagang usaha mikro, maka usaha yang

dimiliki semakin berkembang, sehingga membuka lapangan kerja

baru bagi pengangguran.

5. Apa saja keunggulan dari produk pembiayaan mikro BRI Syariah?

Jawab : Keunggulan produk pembiayaan mikro BRI Syariah seperti yang

telah saya jelaskan pada pertanyaan nomor 4, yaitu yang pertama

BRI Syariah memberikan margin yang kompetitif dengan bank

syariah lainnya. Kedua, persyaratan dokumen yang sangat mudah

dilengkapi oleh nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan mikro.

Ketiga, BRI Syariah juga memberikan pelayanan berupa cash pick

up (antar jemput angsuran nasabah), hal ini memudahkan nasabah

untuk membayar angsuran per bulannya tanpa harus datang ke

kantor bank. Keunggulan lainnya adalah BRI Syariah memberikan

pembiayaan tanpa agunan dengan minimal pembiayaan Rp.

5.000.000,- dan maksimal Rp. 25.000.000,-.

Page 110: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

6. Bagaimana proses pemberian pembiayaan mikro BRI Syariah?

Jawab : Proses pemberian pembiayaan mikro BRI Syariah sangat mudah,

dengan datang ke kantor bank terdekat atau bisa seorang marketing

yang menawarkan langsung pembiayaan kepada nasabah. Kemudian,

prosedur pembiayaan di BRI Syariah adalah sebagai berikut:

a. Calon nasabah pembiayaan mikro datang ke Bank BRI Syariah

untuk mengisi formulir aplikasi pembiayaan mikro

b. Selanjutnya, dokumen aplikasi yang telah diisi diserahkan

kepada Sales Officer (SO) untuk diverifikasi dan diperiksa

kebenaran calon nasabah dalam mengisi formulir, serta

kelengkapan dokumen aplikasi pembiayaan

c. Unit Financing Officer (UFO) melakukan penyelidikan

informasi negatif calon nasabah melalui BI checking dan DHN-

BI

d. Unit Head (UH) dan Micro Marketing Manager (MMM)

melakukan kunjungan ke tempat usaha calon nasabah, mencari

informasi mengenai karakter calon nasabah dan kebenaran

tujuan pembiayaan yang akan diajukan

e. Kemudian, UFO dan Area Financing Officer (AFO) melakukan

verifikasi usaha calon nasabah yang terdiri dari lokasi usaha,

jenis usaha, lamanya usaha, aktivitas usaha, persediaan barang,

kebutuhan modal kerja dan informasi keuangan usaha

f. UFO melakukan analisa keuangan melalui proses scoring untuk

menentukan Repayment Capacity (RPC) dan Innicial Disposible

Income Ratio (IDIR)

g. Setelah semua dokumen calon nasabah dan informasi mengenai

usaha calon nasabah sudah lengkap, selanjutnya dikeluarkan

persetujuan pembiayaan oleh pemegang Batas Wewenang

Page 111: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

Pemutus Persetujuan Pembiayaan (BWPP) yaitu UH, MMM,

Pimpinan Cabang Pembantu dan Pimpinan Cabang.

h. Dana dicairkan dan diserahkan kepada calon nasabah melalui

rekening tabungan mikro yang sebelumnya telah dibuat oleh

calon nasabah pada saat pengajuan pembiayaan

7. Apakah yang menjadi pertimbangan bank dalam mencairkan dana

pembiayaan mikro?

Jawab : Yang menjadi pertimbangan BRI Syariah dalam mencairkan dana

pembiayaan mikro adalah prinsip 5 C

8. Jenis risiko apa yang sering dihadapi oleh pembiayaan mikro BRI Syariah?

Jawab : Risiko yang sering dihadapi oleh pembiayaan mikro BRI Syariah

yaitu risiko kredit (pembiayaan), diantaranya pembayaran kredit

nasabah yang macet.

9. Bagaimana dampak dari masing-masing risiko yang terjadi pada produk

pembiayaan mikro?

Jawab : Dampak dari risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

adalah kerugian yang ditimbulkan dari proses pencairan pembiayaan

yang bermasalah berupa modal bank yang tidak dapat dikembalikan

oleh nasabah sebagian atau seluruhnya yang dikarenakan oleh

nasabah menunggak atau terjadi fraud dalam proses pembiayaan.

Dan hal ini dapat berdampak pada neraca keuntungan Bank yang

bersangkutan, dan dapat menimbulkan NPF atau Non Performance

Financing. Dan NPF itu muncul setelah nasabah yang tidak dapat

membayar setelah lewat dari 61 hari dihitung dari tanggal jatuh

tempo pembiayaan atau disebut dengan DPD (Day Past Due).

10. Bagaimana penerapan manajemen risiko BRI Syariah dalam meminimalisir

risiko yang terjadi pada pembiayaan mikro?

Jawab : Pembiayaan mikro BRI Syariah menerapkan 2 tahap manajemen

risiko yaitu tahap pra risiko dan pasca risiko.

Page 112: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

a. Pada tahap pra-risiko, Mikro Syariah iB BRI Syariah

menerapkan prinsip mengenal nasabah yang terdiri dari

kebijakan dan prosedur penerimaan serta melakukan

identifikasi terhadap calon nasabah yang dilakukan oleh UH,

UFO, RO dan SO, dimulai dari calon nasabah mengisi formulir

aplikasi pembiayaan mikro, kunjungan terhadap usaha calon

nasabah, pemantauan rekening dan transaksi calon nasabah,

penyelidikan informasi negatif calon nasabah dan menganalisa

keuangan usaha calon nasabah. Penerapan prinsip mengenal

nasabah ini dilakukan untuk mengetahui profil nasabah

maupun keseriusan calon nasabah dalam membayar angsuran

pembiayaan yang diajukan dan menghindari risiko tidak

terduga yang akan terjadi.

b. Pada saat risiko terjadi, BRI Syariah menerapkan manajemen

risiko sesuai dengan standar yang diterapkan oleh Peraturan

Bank Indonesia, diantaranya mengidentifikasi risiko,

mengukur risiko, memantau risiko dan mengendalikan risiko

11. Apa hambatan-hambatan dari produk pembiayaan mikro BRI Syariah KCP

Cipulir?

Jawab : Persaingan yang kompetitif antara produk pembiayaan Bank

BRISyariah dengan bank-bank yang sejenis maupun dengan bank

konvensional dalam hal persaingan margin dan kemudahan

persyaratan pengajuan pembiayaan.

12. Bagaimana prospek ke depan dari produk pembiayaan mikro BRI Syariah

KCP Cipulir?

Jawab: Produk pembiayaan mikro BRI Syariah masih akan terus berkembang

hal ini dapat dilihat dari growth pembiayaan mikro khususnya

UMS Cipulir yang tahun 2010-2012 mendapatkan OS sebesar 4

Page 113: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

miliar rupiah dan pada tahun 2013 OS mikro UMS BRI Syariah

mencapai 7 miliar rupiah. Melihat dari pertumbuhan OS

(outstanding) maka bisa dibilang pertumbuhan pangsa pasar mikro

masih akan bertumbuh.

Alfian Faizir

Page 114: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

DOKUMENTASI KEGIATAN WAWANCARA

Wawancara dengan Bapak Alfian Faizir sebagai Unit Mikro Syariah Head BRI

Syariah Kantor Cabang Pembantu Cipulir

Page 115: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro

Mempelajari Kolektibilitas Pembiayaan Mikro BRI Syariah KCP Cipulir

Tahun 2012-2013

Foto bersama Bapak Alfian Faizir sebagai Unit Mikro Syariah Head BRI Syariah

Kantor Cabang Pembantu Cipulir

Page 116: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro
Page 117: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28794/1/RIKA... · meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro