ANALISIS MAKNA SIMBOLIS PEMAKAIAN BUSANA ADAT DAN ... · Suku Karo tidak terlepas juga dari sejarah...

32
1 ANALISIS MAKNA SIMBOLIS PEMAKAIAN BUSANA ADAT DAN PERHIASAN EMAS SERTALI PADA UPACARA ADAT KARO LUKAS TARIGAN Magister Pengkajian dan Penciptaan Seni Fakultas Ilmu Budaya USU ABSTRAK Latar belakang Penulisan ini adalah kurangnya kepedulian masyarakat Karo dalam menggali dan melestarikan makna simbolis yang terdapat pada pemakaian Busana dan Aksesori yang dikenakan oleh masyarakat Karo baik pada pesta yang disebut Rose Ertanda-tanda,Rose Lengkap dan Rose Lengkap Eremas- emas. Populasi yang diambil dalam peneliian ini adalah seluruh Busana dan Perhiasan yang dikenakan oleh masyarakat Karo dalam setiap Pesta adat Karo. Adapun sampel dalam Penelitian ini adalah sebanyak 3 jenis pemakaian Busana dan 14 jenis Aksesori/perhiasan yang dikenakan oleh Masyarakat Karo di sekitar Kabanjahe,Berastagi,Simpang Empat dan Tigapanah. Sampel yang diambil dengan tehnik “Purposive sample” yaitu sample yang disesuaikan dengan kriteria perlengkapan busana dan Aksesori yang dipakai dalam upacara adat Perkawinan Kerja sintua dan Kematian Cawir metua Rose. Metode Penelitian yang digunakan pendekatan metode deskriptifKualitatif yaitu dengan menguraikan masing masing subjek yang akan diteliti dan disesuaikan dengan kerangka teori yang telah ditetapkan dan kemudian diinterpretasikan oleh peneliti. Makna simbol yang terdapat pada setiap bagian Busana dan Perhiasan dan pada setiap kain yang digunakan oleh Sukut pemilik pesta baik Pengantin dan Orangtua mempelai ataupun yang menjadi Sukut langsung pada upacaraadat Kematian yang pada intinya menjunjung nilai-nilai budaya pada Masyarakat Karo seperti nilai nilaikekerabatan,nilai sistem sosial,nilai kesopanan, nilai berwibawa,nilai etika dalam bertatakrama kepada semua keluarga,nilai tanggungjawab,nilai kerja keras,nilai gotongroyong dan nilai-nilai yang sarat dengan kebenaran dan nilai kejujuran yang harus dijalankan oleh setiap Masyarakat. Hasil Penelitian menunjukkan Busana dan Perhiasan yang dikenakan oleh Sukut terutama Pengantin dan kedua belah pihak orangtua mempelai dalam pesta perkawinan dan juga Sukut langsung dalam acara kematian terdapat beberapa macam tehnik pemakaian dan bentuk juga bahannya yang juga berbeda. Pengantin,orangtua mempelai maupun” Sukut sierkemalangen “ tidak mengerti akan makna simbolis yang terdapat pada Busana dan Aksesori tersebut dan hanya berpikir jika Busana dan perhiasan yang mereka kenakan hanya sebagai hiasan untuk mempercantik penampilan mereka. Kata Kunci:Busana,Aksesori dan Simbol,Sukutdalam adat Karo.

Transcript of ANALISIS MAKNA SIMBOLIS PEMAKAIAN BUSANA ADAT DAN ... · Suku Karo tidak terlepas juga dari sejarah...

1

ANALISIS MAKNA SIMBOLIS PEMAKAIAN BUSANA ADAT DAN

PERHIASAN EMAS SERTALI PADA UPACARA ADAT KARO

LUKAS TARIGAN

Magister Pengkajian dan Penciptaan Seni

Fakultas Ilmu Budaya USU

ABSTRAK

Latar belakang Penulisan ini adalah kurangnya kepedulian masyarakat Karo dalam menggali dan melestarikan makna simbolis yang terdapat pada pemakaian Busana dan Aksesori yang dikenakan oleh masyarakat Karo baik pada pesta yang disebut Rose Ertanda-tanda,Rose Lengkap dan Rose Lengkap Eremas-emas. Populasi yang diambil dalam peneliian ini adalah seluruh Busana dan Perhiasan yang dikenakan oleh masyarakat Karo dalam setiap Pesta adat Karo. Adapun sampel dalam Penelitian ini adalah sebanyak 3 jenis pemakaian Busana dan 14 jenis Aksesori/perhiasan yang dikenakan oleh Masyarakat Karo di sekitar Kabanjahe,Berastagi,Simpang Empat dan Tigapanah. Sampel yang diambil dengan tehnik “Purposive sample” yaitu sample yang disesuaikan dengan kriteria perlengkapan busana dan Aksesori yang dipakai dalam upacara adat Perkawinan Kerja sintua dan Kematian Cawir metua Rose.

Metode Penelitian yang digunakan pendekatan metode deskriptifKualitatif yaitu dengan menguraikan masing masing subjek yang akan diteliti dan disesuaikan dengan kerangka teori yang telah ditetapkan dan kemudian diinterpretasikan oleh peneliti.

Makna simbol yang terdapat pada setiap bagian Busana dan Perhiasan dan pada setiap kain yang digunakan oleh Sukut pemilik pesta baik Pengantin dan Orangtua mempelai ataupun yang menjadi Sukut langsung pada upacaraadat Kematian yang pada intinya menjunjung nilai-nilai budaya pada Masyarakat Karo seperti nilai nilaikekerabatan,nilai sistem sosial,nilai kesopanan, nilai berwibawa,nilai etika dalam bertatakrama kepada semua keluarga,nilai tanggungjawab,nilai kerja keras,nilai gotongroyong dan nilai-nilai yang sarat dengan kebenaran dan nilai kejujuran yang harus dijalankan oleh setiap Masyarakat.

Hasil Penelitian menunjukkan Busana dan Perhiasan yang dikenakan oleh Sukut terutama Pengantin dan kedua belah pihak orangtua mempelai dalam pesta perkawinan dan juga Sukut langsung dalam acara kematian terdapat beberapa macam tehnik pemakaian dan bentuk juga bahannya yang juga berbeda. Pengantin,orangtua mempelai maupun” Sukut sierkemalangen “ tidak mengerti akan makna simbolis yang terdapat pada Busana dan Aksesori tersebut dan hanya berpikir jika Busana dan perhiasan yang mereka kenakan hanya sebagai hiasan untuk mempercantik penampilan mereka. Kata Kunci:Busana,Aksesori dan Simbol,Sukutdalam adat Karo.

2

A. Pendahuluan

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai

Merauke yang terdiri dari lima pulau besar yaitu Pulau

Sumatera,Jawa,Kalimantan dan Papua.Memiliki iklim tropis karena terletak di

daerah Khatulistiwa dengan keanekaragaman budaya,seperti dalam hal adat

istiadat,Bahasa maupun sistem kekeluargaan.

Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri

dari10 Propinsi.Salah satu Propinsi yang ada di pulau Sumatera dengan ibukota

MEDAN. Sumatera Utara terdiri dari 33 Kabupaten dan Kota yang berbatasan

dengan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD ) dan Sumatera Barat dan

dihuni 7 etnis asli ditambah dengan etnis pendatang.

Masyarakat Karo secara umum mendiami daerah dataran tinggi pegunungan

diantara hamparan Bukit Barisan, yang memiliki bentuk struktur sosial,budaya

dan kesenian yang beraneka ragam yang menjadi tanda pengenal(Icon) daerah

tersebut agar bisa dikenal oleh masyarakat luas. Terdapat beberapa peninggalan “

Artefak” seperti Artefak seperti peninggalan rumah adat,benda benda

pakai,Busana adat/KAIN (UIS) serta Aksesories EMAS SERTALI . Salah satu

hasil kebudayaan Karo terus dilakukan dalam kehidupan masyarakat saat

melangsungkan Upacara adat baik bersifat Sukacita maupun Dukacita seperti pada

upacara Pesta Perkawinan,Anak lahir,Upacara Penguburan baik dalam bentuk

Kategori Kerja singuda,sintengah maupun sintua,Cawir metua dan lain lainnya.

Tata busana (ROSE ADAT ) tidak pernah ketinggalan .

Biasanya Rose Ertanda-tanda,Rose Lengkap dan Rose Lengkap er emas-emas

pada masyarakat Karo baik Busana dan Aksesorinya memiliki nilai simbolis yang

dipakai pada setiap acara adat seperti Tudung Teger Limpek,Ergonje,er emas

emas sertali; PadungRaja Mehuli,Sertali layang –layang Galang,sertali layang-

laang kitik,Bura,Gelang sarung (AG SITEPU,1998:78-93 ) tidak lah selalu dapat

dipakai setiap harinya dan bahkan secara umum pada masa sekarang ini mayoritas

tidak mengerti akan makna simbolis pemakaian Busana adat dan Aksesoris yang

ada dipergunakan masyarakat.

3

Dari hasil observasi di lapangan yang telah dilakukan peneliti,Busana dan

perhiasan yang dikenakan pada tiap tiap acara adat hanya berupa pelengkap

seremonial saja. Dari latar belakang diatas penulis ingin meneliti apa makna yang

tersembunyi pada berbagai jenis busana adat serta aksesorinya yang dikenakan

pada upacara adat Karo,sehingga penulis membuat judul penelitian Analisis

Makna Simbolis Busana Adat dan Aksesori Emas Sertali yang dikenakan

pada upacara adat Karo.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang masalah yang telah diuraikan,maka dapat

dibuat identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Setiap acara adat, masyarakat selalu mengenakan Busana Adat dan disertai

Aksesori tertentu

2. Busana adat dan aksesori merupakan suatu syarat kelengkapan pakaian

adat Karo.

3. Jenis jenis busana adat dan aksesori yang dikenakan pada setiap bagian

tubuh memiliki makna yang berbeda.

4. Makna dari setiap busana dan perhiasan yang dikenakan masyarakat

seperti pengantin dan orangtua mempelai memiliki hubungan dengan

harapan dalam membentuk keluarga baru.

5. Makna tatabusana dan perhiasan yang dikenakan Sukut(pemilik pesta)

tidak saja sebagai hiasan tetapi juga dipercaya sebagai simbol status dan

penolak bala.

Pembatasan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah diatas penulis membuat batasan atau

fokus masalah hanya pada masalah makna yang terdapat di setiap bagian Busana

dan perhiasan Pengantin dan Orangtua mempelai di daerah Kabanjahe dan

Berastagi. Batasan masalah ini untuk menghindari agar penelitian jangan sampai

melebar.

Perumusan Msalah

4

Untuk lebih memfokuskan dan memusatkan masalah dalam penelitian maka

penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bentuk bentuk /jenis jenis Busana yang dikenakan masyarakat Karo

seperti Pengantin dan orangtua mempelai pada upacara adat.

2. Apakah ada makna dari bentuk bentuk simbol Busana dan perhiasan yang

dikenakan Pengantin dan orangtua mempelai tersebut?

3. Apakah Jenis jenis Busana dan perhiasan yang dikenakan Pengantin dan

orangtua mempelai dapat menjadi simbol status Pengantin/Orangtua

mempelai?

4. Apakah ada hubungan pemakaian busana dan perhiasan penganti Karo dan

orangtua mempelai dengan harapan harapan mereka sebagai keluarga baru.

Rumusan Masalah

Berkaitan dengan hal hal Penciptaan dan Penggalian Seni (PPSn) Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara dalam hal mensukseskan Seminar

BudayaPopuler tahun 2017 ini penulis menetapkan batasan batasan masalah yang

akan saya tuangkan pada kesempatan ini hanya membahas masalah masalah

berikut ini:

a. Nama nama Kain adat ( UIS ) Karo

b. Jenis jenis Pemakaian Busana Adat Karo

c. Tehnik Pembuatan Tudung (Tutup Kepala Wanita) dan Bulang (Tutup

Kepala Laki-laki)

d. Makna Pemakaian Busana Adat Karo

Kerangka Teoritis

Sejarah Suku Karo

Karo adalah salah asatu nama suku yang mendiami salah satu propinsi

Sumatera Utara.Menurut Brahma Putra dalam Darwan Prinst(2004:1) pada abad 1

M mulai berdiri suatu kerajaan di pantai timur Sumatera yaitu kerajaaan

Karo(Haru).Raja dari kerajaan ini berasal dari suku karo karena namanya yang

5

khas dalam bahasa Karo. Kerajaan Haru/mulai menjadi kerajaan besar di

Sumatera dengan nama Rajanya “Pa Lagan”.Menilik dari nama itu berasal dari

suku Karo. Pa artinya sebutan untuk seorang ayah,sedangkan Lagan berarti tempat

menggiling cabai. Kerajaan Haru-Karo diketahui tumbuh dan berkembang

bersamaan dengan Kerajaan Majapahit,Sriwijaya,Malaka dan Aceh.

Kerajaan Haru identik dengan Karo,yakni salah satu suku di

Indonesia.Pada masa keemasannya kekuasaan kerajaan Haru-Karo mulai dari

Aceh besar sampai ke sungai Siak Riau.Eksistensi Haru/Karo di Aceh dipastikan

dengan beberapa nama desa di sana yang berasal dari bahasa Karo seperti kuta

Raja dan Kuta Karang. Suku Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran

Tinggi Karo,Sumatera Utara,Indonesia. Nama suku ini dijadikan salah satu nama

kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu

Kabupaten Karo. Suku iini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo.

Suku Karo tidak terlepas juga dari sejarah suku Batak,sebab jika dilihat salah”

satu dari bangsa Proto Melayu adalah suku bangsa Batak yang terdiri dari

Toba,Simalungun,Mandailing,Angkola,Dairi,Karo. Sebelum kedatangan bangsa

Proto Melayu ternyata sudah didiami oleh bangsa Negrito yang bertempat tinggal

di gua gua batu. Orang orang Karo sekarang menamakan mereka sebagai bangsa

Umang mereka tinggal di gua gua batu yang disebut bangsa Umang. Lubang

Umang ini banyak terdapat di daerah dataran Tinggi Karo,Langkat dan Deli

Serdang. Bangsa Negrito ini kemudian terdesak dengan kedatangan bangsa Proto

Melayu dengan bercampur-baur dengannya”.( Darwan,Prinst,1894:11).

Letak dan Geografis Kabupaten Karo

Secara geografis daerah tingkat II Kabupaten Karo terletak diantara 2

derajat50’ Lintang Utara sampai 3 derajat 19’ Lintang Utara dan 97 derajat 55’

Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli

Serdang,sebelah Selatan berbatasan dengan ujung utara Danau Toba dan

Kabupaten Dairi, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan

Kabupaten Simalungun, serta sebelah barat dengan Daerah tingkat II Kabupaten

Aceh Tenggara.

6

Kabupaten ini mempunyai luas 2,127.25 km bujursangkar atau 212,275.00

ha atau 2,97 % dari luas Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini merupakan daerah

pegunungan dengan puncak tertinggi Sinabung (2417 m ) dan gunung Sibayak

(2172 m ) mempunyai Danau yang indah danau Lau Kawar dengan luas (50 ha )

dengan kedalaman 100 m ( http://www.karokab.go.id/w/index.php/produk-

hukum/propinsi/peraturan-gubernur-sumatera-utara/731-gambaran-umum).

Keadaan Sosial dan Budaya Masyarakat Karo

Untuk memahami adat istiadat Karo secara baik tidak ada jalan lain selain

terlebih dahulu memahami tentang tatanan sosial budaya Karo,karena dalam

setiap pelaksanaan adat-istiadat ada sistem kekeluargaan yang mengatur setiap

pelaksanaan kehidupan sehari hari masyarakat Karo.Pada suku Karo ada

hubungan kekeluargaan yang terdiri dari tiga kelompok menurut fungsinya dalam

sistem kekeluargaan masyarakat Karo. Tiga kelompok tersebut memiliki

hubungan yang erat dan akan melaksanakan fungsinya masing masing dalam

keidupan sehari-hari.Biasanya pada upacara tertentu sistem kekeluargaan tersebut

akan memiliki kedudukan yang berbeda-beda.Mereka yang bersaudara dan

mempunyai marga yang sama ataupun sub marganya berbeda asalkan mereka

sangkep nggeluh.Tiga kelompok dalam sistem sosial masyarakat karo disebut

dengan Sangkep nggeluh Arti dari sangkep nggeluh tersebut adalah suatu sistem

kekeluargaan pada masyarakat karo yang secara garis besarnya terdiri dari atas

senina/Sukut Anak beru dan Kalimbubu.antara laki-laki atau perempuan antara

perempuan maka dalam masyarakat Karo disebut Senina. Pihak yang mengambil

anak perempuan satu keluarga tertentu diperistri disebut Anakberu dalam

masyarakat Karo.Kalimbubu adalah pihak yang pemberi gadis kepada kelompok

tertentu dalam masyarakat Karo.

Dalam melaksanakan upacara adat tertentu seperti

perkawinan,kematian,memasuki rumah baru,dan lain-lain sangkep nggeluh akan

berfungsi sesuai tugas masing masing.Dengan mengetahui marga orang

Karo,maka dapat ditentukan dan mengetahui ketiga kelompok sistem sosial pada

masyarakat Karo. Orang Karo menarik garis keturunan (lineage) baik dari

keturunan ayah (patrilineal ) maupun dari garis keturunan ibu (materilineal) yang

7

melekat pada setiap individu suku Karo,yang dalam bahasa sehari-hari dikenal

dengan garis keturunan oarat tutur (terombo). Adapun cara menarik garis

keturunan atau tutur meliputi: merga / beru adalah nama keluarga bagi seseorang

dari (merga ) ayah. Untuk anak peempuan disebut beru.Bagi anak laki-laki merga

ini akan diwariskan secara turun temurun. Secara singkat sistem

kekeluargaan/kekerabatan dalam kehidupan sosial bermasyarakat dikenal dengan

” Merga silima,Tutur siwaluh,Rakut sitelu,Perkade-kadeen sepuludua tambah

sada”

Kesenian Masyarakat Karo

MasyarakatKaro mengenal berbagai bidang Seni dan selalu sampai saat ini

dijalankan dan dijaga kelestariannya sperti; Seni Arsitektur,Seni Ragam

Hias/Ornamen(Seni Rupa),Seni Musik,Seni Tari,Seni Kerajinan Tangan,Seni

Sastra dan Seni Tenun/Kain (Uis ).

Tenun/Kain pada masyarakat Karo dinamakan UIS yang ditenun sendiri

oleh masyarakat dan bahan bakunya pun dari daerah Karo sendiri.Bahan-bahan

untuk Uis tersebut adalah Kambayat (Kapas) yang ditanam sendiri oleh

masyarakat,kemudian dipintal menjadi benang. Untuk mewarnai benang tersebut

dipergunakan air (lau) abu,kapur,kuning gersing(kunyit) dan telep(berasal dari

tanaman yang bernama sarap). Ramuan ramuan diatas diaduk hingga nanti

menimbulkan warna biru dan juga warna hitam. Untuk mewarnai benang ialah

dengan cara ipelabuhken (dicelup ). Setelah benang berwarna biru atau hitam

maka seterusnya dimasukkan ke dalam air tajin ( Nasi yang diremas ). Kemudian

dikeluarkan,lalu disisir,seterusnya dijemur. Setelah kering benang kemudian

digulung,dibuat ukuran sepanjang Uis dan seterusnya ditenun. Setelah selesai

ditenun maka benang sisa ujung benang dipintal dan diketang-ketang (membuat

ornamen) pada pinggiran Kanan dan Kiri Uis. Uis dipergunakan untuk pakaian

sehari-hari dan pakaian pada upacara-upacara adat. Misalnya dipakai pada pesta

perkawinan,pesta kesenian,Upacara kematian.

8

B. Pembahasan

Mengenal Nama-nama Kain Adat Karo (Uis Adat Karo)

Yang termasuk Uis Kapal Seperti;

a. Uis Gara

b. Uis Julu

c. Uis Gatip Mbiring

d. Uis Arinteneng(Teba)

e. Uis Kelam-Kelam

ARINTENENG,UIS GARA GATIP JULU,BATUJALA,UIS GARA

Uis Nipes (Selendang)

Yang termasuk Uis Nipes Seperti;

a. Uis Nipes Ragi Barat

b. Uis Nipes Ragi Mbacang

c. Uis Nipes Ragi Ireng

d. Uis Nipes Kurung Tendi

e. Uis Nipes Beka Buluh

f. Uis Jujung-jujungen

9

Kelengkapan Busana Pengantin Wanita

a. Kebaya

b. Longtorso/Kamisoll

c. Sarung

d. Uis Julu

e. Uis Nipes

f. Uis Kelam kelam

g. Uis Bekabuluh

h. Sandal

i. Emas Sertali

j. Kampil Rawang

Kebaya&Longtorso,Julu,Uisnipes,Kelam-kelam,Uis ekabuluh,Uis Jujungen

10

UIS JULU UIS NIPES

BAHAN TUDUNG KELAM –KELAM UIS BEKA BULUH

AKSESORIES PENGANTIN WANITA

11

SERTALI TUDUNG PADUNG KUDUNG KUDUNG BURA

KAMPIL RAWANG SANDAL

1. KELENGKAPAN BUSANA PENGANTIN PRIA KARO

a. Kemeja

b. Celanapanjang

c. Dasi

d. Jas

e. Gatip (Gonje)

f. Uis Nipes Bekabuluh (Bulang)

g. Uis Nipes Beka Buluh(Cengkok-cengkok)

h. Sarung/Selendang sarung(Kadangen)

i. Emas Sertali

j. Sepatu

12

2. AKSESORI PENGANTIN LAKI-LAKI

13

Sertali Bulang Rudang Mas Gelang Sarung

Bura Layang

Dalam Kehidupan sehari harinya masyarakat suku KARO yang salah satu

suku yang ada di Sumatera Utara yang mendiami dataran Tinggi daerah

pegunungan sangat melekat dengan adat istiadat yang memegang teguh sistem

kekerabatan” Mergasilima,Tutur siwaluh,Rakut sitelu” yang selalu penuh kegiatan

sehubungan dengan kaitan upacara adat,setiap saat terlihat dari TATABUSANA

nya.

Adapun pengelompokan TATABUSANA pada masyarakat KARO baik

pada acara acara adat, baik Suka maupun duka misalnya seperti

Pesta Perkawinan baik Kerja singuda,Kerja Sintengah dan Kerja Sintua.

Pesta Kematian baik acara Cawir metua la Rose maupun acara Cawir

metua Rose.

Acara Guro-guro Aron/Mantek baik saat Kerja tahun ataupun acara

Mburo ate tedeh dan lain-lainnya.

Berkaitan dengan segala acara pesta adat baik Suka maupun Duka tersebut

Seni Tatabusana khususnya pada masyarakat Karo dapat digolongkan menjadi 3

golongan besar yaitu:

14

a. Rose Ertanda-tanda

b. Rose Lengkap

c. Rose Lengkap Eremas-emas

Dalam hal ini keseluruhan bahan akan diperkenalkan berkaitan dengan

seni pemakaiannya, apa sajakah yang harus dipersiapkan dan

dipakaikan seseorang yang mengenakannya.

Rose Ertanda-tanda

Laki-laki;

* .KEMEJA(Batik)

* CELANA PANJANG

* SARUNG(Sampan)

* CENGKOK-CENGKOK

Wanita;

.KEBAYA

SARUNG

TUDUNG LIMPEK/LOLO

.UIS NIPES

Rose Lengkap

LAKI-LAKI:

* .KEMEJA+ DASI

* .CELANA PANJANG + JAS

* .GONJE(GATIP 20/UIS MBIRING)

* .BULANG/TENGKULUK

* .CENGKOK-CENGKOK

* .KADANGEN

WANITA :

* .KEBAYA+LONGTORSO/KAMISOL

* .SARUNG

* .GONJE(JULU)

* .LANGGE-LANGGE(UIS NIPES)

15

* .TUDUNG KELAM KELAM(Teger limpek)

1. ROSE LENGKAP ER EMAS-EMAS

LAKI-LAKI:

* KEMEJA+ DASI

* CELANA PANJANG + JAS

* GONJE(GATIP 20/UIS MBIRING)

* .BULANG/TENGKULUK

* .CENGKOK-CENGKOK

* .KADANGEN

* .EMAS SERTALI

WANITA :

* .KEBAYA+LONGTORSO/KAMISOL

* .SARUNG

* .GONJE(JULU)

* .LANGGE-LANGGE(UIS NIPES)

* TUDUNG KELAM KELAM(Teger limpek)

* .EMAS SERTALI + KAMPIL

CONTOH PEMAKAIAN BUSANA ADAT

16

DOKUMEN ACARA” KALIMBUBU NGAMPEKEN OSE”

DOKUMEN ROSE LENGKAP DAN ROSE LENGKAP ER EMAS EMAS

DOKUMEN ROSE LENGKAP DAN ROSE LENGKAP ER EMAS EMAS

17

Busana Pengantin Modifikasi Busana Pengantin Busana

Tehnik/Langkah-langkah Pembuatan Tudung Teger Limpek ( Penutup Kepala

Wanita)

Dalam perjalanan tata kehidupan masyarakat Karo seorang Wanita tidak terlepas

dengan “Tudung” (Tutup Kepala) baik dalam kegiatan sehari hari maupun juga

seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pesta/Upacara adat.

Pada masa masa sekarang ini sangat banyaksekali kaum ibu-ibu yang

sudah tidak tau cara pembuatan “Tudung” yang selalu sangat dibutuhkan dalam

setiap kegiatan sehari hari terutama dalam setiap acara adat istiadat Karo baik

bersifat Suka( misalnya pesta Perkawinan) maupun Dukacita (misalnya

Kematian).

Kami merasa perlu untuk membantu masyarakat untuk memaparkan tehnik dan

cara –cara praktis untuk pembuatan “Tudung” tersebut dengan membagi kedalam

beberapa langkah secara garis besarnya;

1. Membuat Ikat Rambut pada kepala dan Pembuatan Asak-asak(sumpel)

2. Membentuk Dasar Tudung

3. Memasang Uis Jujungen (Lapisan Luar atas Tudung)

4. Memasang Emas Sertali (Aksesori )

18

Ikat Rambut(Konde) Dasar Tudung BentukDepan

Membentuk Teger(Bentuk Belakang) Dasar Tudung Mbiring

MEMASANG JUJUNGEN

19

Memasang Aksesories

Tehnik/Langkah Pembuatan Bulang(Penutup Kepala Laki-lakiI )

1. Pertama tama Kain Uis bekabuluh dilipat menjadi 2 sesudah itu dilipat

menjadi berbentuk segi tiga dan bagian alasnya dilipat 2 kali selebar

kening (lbih kurang 3 jari)

2. Diletakkan diatas kepala pemakai,tarik ke belkang dan dililtkan pada

kepala mulai dari sisi kiri ke arah kanan lalu ke kiri

3. Rumbai ujung kain uis disisakan di sebelah kanan belakang kuping

(ikur cicak Bulang) kemudian dililit pakai bagian dari kanan ke kiri

dan dikunci di bagian Kiri (sengkul)

20

4. Dirapikan bahagian atas bagian sisi Kanan dan sisi kiri ,ditekukkan ke

depan

5. Pakaikan/lilitkan Emas Sertali Rumah –rumah Kitik pada Bulang

Acara Ngampeken Bulang(Memakaikan Bulang) secara Adat Karo

21

Makna Pemakaian Busana dan Aksesori Dalam Adat Karo

Busana “Erose Lengkap Eremas emas “ adalah merupakan kategori bbusana yang

paling tinggi dan dianggap merupakan busana yang paling diagungkan dalam

adat Karo dimana pada masa masa jaman dahulu hanya dipakai dan dimiliki oleh

orang –orang keturunan Raja yang disebut Pengulu.Ose Lengkap eremas emas

yang dipaikan Perhiasan Emas Sertali tersebut merupakan pakaian kebesaran

pada upacara adat Karo seperti pesta perkawinan (Kerja adat Erdemu Bayu

),memasuki rumah baru (Mengket Rumah Mbaru) dan Upacara Kematian

Cawirmetua Kalimbubu maba Ose.

Makna berhias/ berbusana pada masyarakat Karo secara umum dapat

dikelompokkan menjadi tiga golongan penting yang masing masing memiliki

perbedaan. Istilah berhias pada masyarakat Karo adalah Ose (Er-Ose ). Pada suku

Karo Er-ose itu dapat digolongkan menjadi:Er-ose Ertanda-tanda,Er-Ose

Lengkap dan Er-Ose Lengkap-er emas-emas.

Pada Er-ose ertanda tanda adalah biasanya pihak sukut atau Kalimbubu yang

mengenakannya dan hanya memakai pakaian biasa namun mereka harus

dipakaikan cengkok-cengkok dan tidak memakai bulang,sarung yang dipakai juga

sarung biasa untuk laki-laki,jika untuk perempuan sarungnya juga biasa dan

22

memakai tudung lolo/tudung limpek,kemudian harus memakai uis nipes Kadang-

kadangen (diselempangkan?diselendangkan).

Kedua adalah Erose Lengkap dimana yang akan memakai busana ini adalah kedua

orangtua mempelai pengantin pada pesta perkawinan dan juga yang menjadi sukut

pada acara kematian Cawirmetua er-ose,Untuk Laki laki harus memakai Double

dress(Jas)-pada kepala pakai bulang,Gonjenya uis Gatip 20(Uis mbiring)-pada

bahu dipakaikan selempang sarung pada bahu kanan jatuh ke arah kiri-dan juga

pada bahu dipakaikan cengkok-cengkok yang mana secara umum dapat

melambangkan makna Gagah perkasa,Sopan santun,berwibawa,Kerjakeras dan

bertanggungjawab serta punya keyakinan akan terhindar dari mara bahaya.

Ketiga adalah Er-Ose Lengkap Er-emas emas dimana yang memakai tambahan

aksesories “Emas Sertali” dari busana Ose Lengkap dan biasanya dipakaikan pada

kedua Mempelai( Pengantin Karo ). Pada pengantin Laki-laki perlengkapan yang

dipakainya adalah Doubel Dress- Bulang pada kepala dari uis bekabuluh dan juga

pada bahu uis bekabuluh sebagai cengkok-cengkok-memakai gonje uis gatip

20(gatip mbiring)-sebagai aksesori dikenakan pada Bulang diselipkan sebelah

kanan Rudang emas(Bunga mpalas) dan sertali rumah rumah kitik dililitkan pada

bulang kemudian dipakaikan Bura layang layang galang sebagai Kalung serta

gelang Sarung/gelang pijer pada tangan kanan.Dan pada masa masa awalnya

dahulu dipakaikan uis pementing sebagai ikat pinggang yang sekaligus berfungsi

sebagai tempat diselipkan pisau Tumbuk lada.Makna dari pemakaian busana ini

adalah melambangkan gagah perkasanya seorang laki-laki-punya etika sopan

santun-sanggup bekerja keras –Bertanggungjawab dan berani membela kebenaran

untuk kepentingan umum – mempunyai keyakinan akan terhindar dari mara

bahaya serta memiliki sifat yang bijaksana serta mampu hidup

sederhana/ekonomis serta menjalankan prinsip rajin menabung dan juga

menjalankan falsafah hidup suku Karo “Mergasilima,tutur siwaluh rakut sitelu

perkadekaden si sepuluhdua tambah sada.Pada masa sekarang ini pemakaian uis

pementing dan pisau tumbuklada ini sudah sangat jarang ditemukan dengan alasan

situasi. Pada pengantin perempan perlengkapannya adalah,memakai sarung

diabitkan(dililitkan),dilapisi gonje(Uis) Julu gatip 9-Uis nipes sebagai langge-

23

langge yang memiliki motif ornamen ujung panah yang melambangkan simbol

kekeluargaan dan pada kepala pengantin akan memakai tutup kepala “Tudung

teger limpek” dimana uis yang dipakai adalah uis kelam-kelam,dan Uis

Jujungen.Tudung Uis gara jongkit biasa dipakai oleh perempuan baik sukut dan

Kalimbubu.Ornamen pada Uis gara gatip memiliki lambang kekeluargaan dan

kegotongroyongan. Pada uis jujungen terdapat ornamen yang motifnya ipen-ipen

yang fungsinya sebagai penolak bala. Pada tudung akan dipasang perhiasan

Sertali layang layang kitik dan padung Rajamehuli/padung kudung-kudung yang

pemakaiannya sejajar dengan telinga.selanjutnya pada leher dipakaikan Kalung

sertali layang-layang galang(besar).Makna dari pemakaian busana pada engantin

perempuan adalah beluh erjile jile (ikut membantu perbulangen) dalam

menjalankan rumah tangga yang harmonis dan sanggup menjadi Ibu yang arif dan

bijaksana-mampu menjaga harkat dan martabat keluarga-sehati sepikir dengan

suami dalam menjalani rumah tangga-menjalankan falsafah hidup suku Karo

“Mergasilima,tuturna siwalun rakut si telu perkade-kaden si sepuluhdua tambah

sada-gotongroyong-rajin dan ulet serta rajin menabung.

Perlengkapan perhiasan tersebut (emas sertali) tidak boleh sembarangan

yang memakainya karena hanya dipakai pada upacara upacara tertentu saja.Pada

awalnya perhiasan tersebut akan dilengkapi dan dipersiapkan oleh pihak

Kalimbubu,namun pada masa masa sekarang semua perlengkapan mulai dari kain

Uis sampai ke Aksesories pengantin dan pihak orangtua kedua mempelai sudah

dilengkapi oleh bidan pengatin(Salon). Setiap pengantin pada masa sekarang akan

memakai semua aksesories perhiasan pengantin tersebut,namun setiap pengantin

sudah tidak mengerti lagi makna simbol yang terdapat pada semua perlengkapan

yang mereka kenakan pada upacara perkawinan tersebut.

Setiap bagian perhiasan yang dikenakan oleh pengantin laki-laki adalah

Rudang emas,Sertali rumah-rumah kitik,Gelang Sarung/Pijer,Sertali Layang-

layang Galang,Uis Bekabuluh,Uis Gatip 20(Uis mbiring),Uis Gara-gara,Uis

Pementing dan Pisau Tumbuk Lada. Pengantin Perempuan perlengkapannya :Uis

gara Jongkit,Uis Kelam-kelam,Uis Jujung-jujungen,Uis Nipes,Padung

Rajamehuli/Kodong-kodong,Sertali Layang-layang Kitik,Sertali Layang –layang

24

Galang,dan Kampil. Makna simbol yang terdapat pada setiap bagian perhiasan

pengantin Karo adalah bilangan 3 melambangkan Rakut si

telu;Sukut/sembuyak,Kalimbubu dan Anakberu,Bilangan 5 melambangkan

lambang 5 cabang besar merga Karo (Merga si lima);Karo-

karo,Sembiring,Tarigan,Ginting,Perangin-angin.,bilangan 8 melambangkan

Tutur siwaluh; Puang Kalimbubu,Kalimbubu,Sembuyak, senina sipemeren,Senina

Sepengalon/Sendalanen,Anakberu,Anakberu menteri dan bilangan 12 dimana

bilangan tersebut memiliki lambang tentang menjunjung tinggi sistem

kekerabatan ,sistem sosial,silsilah marga dan aturan aturan adat yang masih

terjaga sampai sekarang dan tetap menjalankan peraturan adat yang berlaku.

Makna Busana Pengantin Laki-laki:

1. Bulang-bulang/Tengkuluk (Topi)=Tampe Medolat(Lambang gagah Perkasa)

2. Cengkok-cengkok=ula lit ukur kalak Ilat (Penolak Bala)

3.Kadangen=Nggeluh Erjujung Erkanting( Merupakan perlambang Kerja Keras)

4.Gonje,Sampan)=Pantang Mereha/Encidahken Kehamaten(Perlambang etika

sopan santun).

5.Gendit/Pementing=Erbenting Kibul (perlambang bertanggung jawab

menjalankan tugas.

6.Emas Sertali = Perlambang suka Menabung sehingga kumpulan kumpulan emas

dirajut dengan tali dimana simbol ini juga merupakan gambaran sistem

kekerabatan KARO dengan sebutan “Merga silima,Tutur si waluh Rakut sitelu

Perkade-kaden si sepuluhdua tambah sada”

Makna Busana Pengantin Wanita;

1. Tudung=Melambangkan Wanita Karo cantik dan baik budi pekertinya(Beluh

Erjile-jile) serta melambangkan sistem Kekerabatan Karo

2.Sarung,Gonje Langge-Langge=Merupakan perlambang keibuan serta etika

sopan santun(Pantang Mereha/Mehamat).

25

3.Kampil =Menghormati/Menghargai semua Tamu

4.Emas Sertali=Perlambang Suka Menabung sehingga kumpulan emas dirajut

dengan tali dan sekaligus merupakan gambaran sistem kekerabatan KARO yang

disebut”Merga Silima,Tutur iwaluh,Rakut Sitelu,Perkade-kadeen si Sepuluhdua

tambah sada”..

Makna Perhiasan Emas dalam Masyarakat Karo

Pada awalnya seorang perempuan itu menyimpan Emas/Suasa/Perak

menandakan dahulu seorang anak perempuan lahir akan digendong bibinya

dibawa ke pancuran atau ke mata air untuk dimandikan kemudian dibawa ke

rumah dan diucapkan kepada anak yang digendongnya”lampas kam mbelin

lampas gedang ya nakku gelah galang kam man impalndu kam ya” ( artinya cepat

besar ya keponakanku agar nanti besar menikah dengan anak tante). Anak

perempuan yang lahir pada masyarakat Karo akan ditupuk cupingna( Ditindik

kupingnya) kemudian dipakaikan Emas,kalaupun tidak ada Emas maka sebagai

penggatinya adalah sejenis rumput yaitu Padang teguh. Namun ketika sudah

tumbuh gigi dan usia anak tersebut mencapai 2 atau 3 tahun maka akan diadakan

acara CABUR BULUNG artinya diadakan perjodohan dini antara anak

perempuan tadi dengan impalnya(anak bibinya) walaupun ketika mereka dewasa

belum tentu kedua anak tersebut akan berjodoh.Pada upacara tersebut maka si bibi

anak perempuan tadi akan memberi Emas sebagai lambang kekelengen atau

lambang ikatan (lambang penghargaan bibi terhadap permennya). Jadi selain

makna simbolis juga memiliki lambang ikatan kekeluargaan untuk mempererat

semua keluarga “.

Namun disisi lain makna Emas pada dasarnya adalah melambangkan masyarakat

Karo adalah pribadi yang suka dan rajin menabung yang terbukti dari hiasan

pengantin Karo yang namanya ‘Emas Sertali” . Emas sertali asal katanya adalah

Emas si Ernali maksudnya dalah jalinan jalinan Emas yang diikat dengan tali.

Masyarakat dulu suka menyimpan emas kecil-kecil,disimpan sedikit demi sedikit

kemudian dikumpulkan dan jadilah Emas Sertali. Selain itu makna Emas pada

masyarakat Karo juga diartikan sebagai bentuk tabungan,sebab ibu ibu(Nande-

nande) suku Karo ketika mereka memiliki uang ,maka akan membeli Emas

26

dengan tujuan jadi simpanan,bila ada keperluan mendadak bisa menggadaikan

ataupun menjualkan Emas simpanan itu untuk memenuhi keperluan.

Makna Pemkakaian Wana –warna Busana Karo

a. Hitam (Mbiring) berarti memiliki makna Duka,Kelam,Teduh

(Megenggeng)

b. Biru (Biru )berarti makna Damai,Tenteram(Perkeleng )

c. Kuning (Megersing) berarti Agung,Mahal (Mehaga)

d. Merah (Megara ) berarti Berani berbuat untuk kepentingan umum (Mbisa)

e. Putih(Mbentar/Mbulan) berarti Suci,Bersih (Sabar)

f. Hijau (Meratah) berarti Sejuk,Subur ( Mehumur )

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian,Analisis data dan Observasi

lapangan,maka dapat dibuat kesimpulan perhiasan pengantin Karo berdasarkan

jumlah yang dipakai oleh pengantin Laki-laki sebanyak 8 motif yang terdiri dari 4

jenis perhiasan yang berbahan Kuningan disepuh emas.Perhiasan tersebut adalah

Rudang emas,Sertali Layang layang Kitik,Uis bekabuluh yang dikenakan pada

Kepala.Kemudian 1 jenis perhiasan dikalungkan yaitu Sertali Layang-layang

Galang dan ada 2 jenis kain uis bekabuluh sebagai Cengkok-cengkok atau

diletakkan pada bahu dengan dilipat membentuk segitiga,Uis Gara gara(Kampuh

sebagai Kadangen) sebagai Selempang yang terletak dibahu kanan dan terbentang

ke sisi pinggul kiri serta ada 1 gelang yang dipakai di tangan yaitu Gelang

sarung/Gelang Pijer. Jumlah perlengkapan yang dikenakan oleh pengantin laki-

laki yaitu ada 4 jenis perhiasan yang terbuat dari kuningan sepuhan emas dan ada

4 jenis kain yang dikenakan di kepala,di bahu dan di pinggang.

27

Pada pengantin perempuanperlengkapan yang dipakai sama jumlahnya

dengan pengantin laki-laki yaitu terdapat 8 motif yang terdiri dari 2 jenis

perhiasan yang disepuh emas biasanya dipakai pada penutup kepala (Tudung ).

Pada pengantin perempuan ada 1 jenis perhiasan berupa Kalung yang disebut

Sertali layang-layang galang . Pemakaian di pinggang ada 2 jenis kain yaitu; Uis

Julu dan Uis nipes.Kedua kain ini dililitkan pada pinggang atau bisa disebut

diabitken(Langge-langge). Selain itu ada juga tempat sirih,pinang yang selalu

dibawa pengantin perempuan yaitu Kampil yang melambangkan perempuan yang

sudah matang dalam kehidupan rumah tangga serta simbol penghormatan kepada

setiap tamu yang datang. Dalam perhiasan pengantin tersebut terdapat 30 motif

yang berbeda dan bervariasi, ada yang memiliki motif geometris motif hewan dan

motif tumbuhan. Walaupun ditemukan beberapa macam bentuk yang

berbeda,umumnya pada dasarnya memiliki makna yang sama serta tidak

mengurangi nilai Kesakralan upacara perkawinan tersebut.

Makna Simbolis yang terdapat pada setiap bagian perhiasan dan pada

setiap kain yang digunakan olehpengantin dalam upacara adat perkawinan pada

intinya menjunjung Tinggi nilai-nilai budaya pada masyarakat Karo seperti nilai

nilai kekerabatan,nilai sistem sosial, nilai kekeluargaan yang terdapat pada kain

Uis Nipes,Rudang Emas-emas,sertali layang-layang kitik,Uis Julu,Uis Jujung-

jujungen. Nilai kesopanan yang terdapat pada Uis gara-gara,Gelang sarung,Uis

Gatip 20,Uis gara Jongkit,Padung Raja mehuli,Kampil. Nilai Kesuburan dan

Kemakmuran adalah Sertali Layang-layang Galang. Nilai Kerja keras dan

pantang menyerah adalah Sertali Layang-layang Galang,Uis Mbiring atau Uis

Gatip 20, Uis Gara-gara.Nilai Tanggungjawab,Melaksanakan tugas sesuai sistem

kekerabatan pada masyarakat Karo dan nilai pembelaan diri terdapat pada pisau

Tumbuk Lada,Uis Pementing. Pada setiap perhiasan dulu dipercaya memilii nilai

simbol penolak bala,walaupun demikian pada dasarnya setiap bagian perhiasan

memilik nilai bilangan 3 yang melambangkan Rakut si Telu ,kemudian nilai

bilangan 5 yang memiliki arta 5 cabang marga pada masyarakat Karo yaitu Merga

silima dan nilai bilangan 8 yang berarti adalah Tutur si waluh atau delapan sapaan

28

panggilan kepada anggota keluarga atau sebut saja juga cara bertutur dalam

masyarakat Karo.

Diantara bentuk bentuk simbol yang dipakai oleh pengantin Karo ternyata

ada hubungan satu sama yang lain,karena ada perlengkapan yang dipakai oleh

pengantin laki-laki memiliki nilai Tanggungjawab melindungi istrinya.,dan

perlengkapan pada pengantin perempuan memiliki nilai menjaga kehormatan

suaminya.Setiap perhiasan yang dikenakan oleh kedua pengantin memiliki

hubungan yang erat dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kekerabatan ,sebab

didalam satu perhiasan terdapat nilai-nilai Norma yang berlaku pada kehidupan

Masyarakat Karo. Sehingga nilai-nilai yang terdapat di masing-masing jenis

perhiasan saling melengkapi peran pasangan pengantin dalam memasuki

kehidupan rumah tangga baik untuk keluarga masing-masing pengantin maupun

untuk keluarga besar kedua belah pihak.

Jenis-jenis perhiasan yang dikenakan oleh pasangan pengantin Karo

memiliki hubungan dengan simbol status Keluarga dalam masyarakat Karo.

.Karena dalam Aksesori perhiasan pengantin Karo,Sertali juga memiliki makna

bahwa seseorang perempuan telah memiliki suami. Tiga bentuk perhiasan yang

dikenakan tersebut memiliki makna bahwa seorang pengantin perempuan yang

telah memakai Sertali memiliki makna tiga ikatan yaitu; (1)ikatan pertama diikat

dan terikat pada pasangan( Suami/Istri).

(2) Ikatan kedua diikat dan terikat kepada orangtua dan keluarga kedua belah

pihak

(3)Ikatan ke Tiga terikatkepada Tuhan Yang Maha Esa,Sertali yang juga memiliki

hubungan dengan tinali-tinali memiliki fungsi sebagai pengikat,dalam hal ini

pengikat antara pengantin Laki-laki dan Perempuan saja,tetapi mengikat

hubungan kekeluargaan atau kekerabatan baru antar dua belah pihak keluarga.

Kemudian ketika seorang perempuan telah memakai perhiasan dan mengikuti

proses Upacara pesta perkawinan,maka secara langsung ketika seorang

perempuan tersebut pergi menghadiri upacara-upacara adat lainny,maka dia akan

mengenakan Uis Nipes di bahunya sebagai selendang( Kadang-kadangen ),arti

pemakaian kain iini adalah melambangkan seorang perempuan yang sudah

29

berkeluarga dan menjadi istri,oleh karena itu kain ini tidak sembarangan dipakai

oleh anak gadis. Pada pengantin Pria juga berlaku hal yang sama,ketika mereka

sudah mengenakan perhiasan tersebut dan mengikuti proses adat

perkawinan,maka ketika pergi mengadiri upacara-upacara maka dia wajib

memakai sarung biasa dan diletakkan pada bahu mereka,dimana pemakaian kain

ini juga merupakan simbol telah berkeluarga dan telah menjadi suami.

Ketika pasangan pengantin telah berganti status menjadi suami istri maka

mereka harus mampu menempatkan diri di tengah-tengah masyarakat,terutama

yang memulai kehidupan berumahtangga agar dalam kehidupan yang baru mereka

lebih mengerti akan tatanan adat yang wajib mereka junjung tinggi baik untuk

keluarga sendiri ataupun untuk keluarga pasangannya ,nilai kegotongroyongan

,nilai etika dalam bertatakrama kepada semua keluarga,nilai tanggungjawab,nilai

kerja keras,nilai berwibawa dan nilai-nilai yang sarat dengan kebenaran dan nilai

kejujuran.Hal penting yang perlu diperhatikan adalah adanya hubungan

pemakaian perhiasan pengantin dengan harapan-harapan baru karena dengan

mereka memakai perhiasan tersebut maka setiap pasangan ataupun pengantin

dapat menjunjung tinggi nilai-nilai adat yang sudah berlaku pada masyarakat

Karo,sebab pada prosesi upacara adat yang dilakukan kedua pengantin sudah

diberikan nasehat-nasehat dalam menghadapi kehidupan berumah tangga.

30

Saran

Dengan adanya pembahasan ini maka diharapkan kepada Pemerintah Daerah

Kabupaten Karo untuk lebih memperhatikan hasil kebudayaan daerah agar nilai-

nilai yang terdapat di setiap benda peninggalan sejarah tetap terpelihara dan wajib

dilestarikan agar tidak memudar seiring perkembangan Zaman dimana budaya

luar masuk dan berkembang ditengah-tengah kehidupan generasi muda.

Kepada Generasi muda Karo agar tetap memelihara,menjaga,dan

menjunjung tinggi serta melestarikan hasil budaya sendiri dengan jalan

mempelajari serta mengenali lebih dalam entang Busana dan Aksesories perhiasan

adat Karo secara umum dan khususnya Pengantin Karo serta mempelajari nama-

nama dan makna simbolis dari setiap bagian busana dan perhiasan yang masih

ada.

Kepada seluruh masyarakat Karo agar berperan serta dalam menanamkan

kembali nilai-nilai budaya kepada generasi muda dimulai dari lingkungan

keluarga,lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat agar tetap terjaga nilai-

nilai yang sudah menghilang karena pengaruh budaya luar dan kurang pedulinya

lapisan masyarakat terhadap budaya sendiri.

Kepada Pemerintah Daerah setempat agar membuat program sosialisasi

tentang kekayaan lokal kepada generasi muda sehingga tradisi budaya Karo tetap

dikenal oleh masyarakat luas.

31

Daftar Pustaka

Tarigan,Sarjani,2009.Lentera Kehidupan Orang Karo dalam Berbudaya.Balai Adat Budaya Karo Indonesia.Medan

Sitepu AG,1980.Ragam Hias (Ornamen ) Tradisional Karo Seri A,Proyek Penelitian Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional Sumatera Utara,Medan.

Sitepu AG,1996. Pilar Budaya Karo.Medan,Bali Scan Prinst,Darwan,2004 Adat KaroMedan,Bina Media Perintis. Tarigan,Henry Guntur 2008.DinamikaOrang Karo Budaya dan Modernisme. Tanpa penerbit. Medan

32

BIODATA

1. Nama :LUKAS TARIGAN S.Pd

2. Tempat/Tanggal Lahir :Karo/12 Mei 1967

3.Jenis kelamin :Laki –laki

4.Agama :Kristen Protestan

5.Alamat :Jl.Sukaraja Munte NO 32 Kabanjahe

6.Status Perkawinan :Kawin

7.Pendidikan Terakhir :S-1 Bahasa Indonesia

8.Jabatan dalam Kursus :GURUSeniBudaya(PNS )Fasilitator/Instruktur

9. Tempat Bertugas :SMP Negeri 2 Kabanjahe

9.Pengalaman :

a. Pendiri LKP.LINGGATA SALON

b. Sekretaris DPC Tiara Kusuma Kab.Karo Periode 2003-2008

c. Instruktur Kursus Wanita Kristen GBKP Berastagi Tahun 1994s/d Sekarang

d. Mengikuti berbagai Seminar Kecantikan (Tatarias Rambut dan Tatarias Wajah dari tahun 1990 s/d sekarang

e.PNS (Guru Seni Budaya ) di SMP Negeri 1 Juhar tahun 1991 s/d 1999

f.PNS (Guru Seni Budaya) di SMP Negeri 2 Kabanjahe tahun 2000 s/d Sekarang

g.Wakil Ketua DPC HIPPKI Kab.Karo tahun 2006 s/d Sekarang.