analisis lap keuangandaerah

130
Analisis Laporan Keuangan Daerah Disusun Oleh: Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik Sekolah Tinggi Akuntansi Negara 2007

Transcript of analisis lap keuangandaerah

Page 1: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Disusun Oleh:

Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara2007

Page 2: analisis lap keuangandaerah

Analisis Laporan Keuangan Daerah

Oleh Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK)

Departemen Keuangan Republik Indonesia

Bekerja sama dengan Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA)

Desain sampul dan isi : Tim YPIA

Diterbitkan pertama kali oleh :

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

Jl. Bintaro Utama Sektor V

Bintaro Jaya Tangerang 15223

Indonesia

Telp : 021 7361654 - 56

Fax : 021 7361653

Cetakan Pertama : Desember 2007

Buku ini bisa di download bebas melalui Website :

www.stan-star.ac.id

Page 3: analisis lap keuangandaerah

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

KataSambutanDengan mengucapkan syukur alhamdulillah pada tahun 2007 ini

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) dipercaya oleh Asian Development

Bank (ADB) untuk melaksanakan salah satu kegiatan reformasi birokrasi yakni

penyusunan program pelatihan auditor internal non-gelar bagi Inspektorat di

daerah. Hal ini didasarkan pada tekad pemerintah untuk melakukan reformasi

dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam kerangka good governance

mencakup reformasi audit pemerintahan daerah.

Dalam hubungan ini, pemerintah telah menetapkan proyek yang

disebut dengan State Audit Reform Sector Development Project (STAR-SDP).

Pelaksanaan STAR-SDP mendapat dukungan pendanaan yang berasal dari

Asian Development Bank (ADB) dan pemerintah Belanda.

Sejalan dengan tekad untuk menyukseskan penyelenggaraan otonomi

daerah, pemerintah juga menetapkan bahwa STAR-SDP mencakup proyek

peningkatan kuantitas dan kualitas auditor di lingkungan pemerintah daerah

melalui program pendidikan jangka pendek (non-gelar). Proyek pendidikan

non-gelar bagi auditor inspektorat daerah ini diserahkan kepada STAN –

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) Departemen Keuangan

RI dan pelaksanaannya harus melibatkan konsultan independen serta didukung

oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).

Modul ini merupakan bagian dari kegiatan STAR-SDP tersebut yang

dikhususkan bagi auditor inspektorat daerah. Semoga modul ini bermanfaat

bagi para auditor inspektorat daerah dan para instruktur pelatihan audit internal

sektor publik serta pihak lain yang tertarik untuk mendalami audit internal

sektor publik.

Selaku pimpinan STAN saya sangat bangga dengan kegiatan ini dan

peningkatan yang telah dicapai khususnya dalam hal pengembangan Sumber

Daya Manusia (SDM) aparatur negara, namun tidak cukup sampai di sini, kita

harus dapat mencapai kinerja yang lebih baik di masa mendatang.

Page 4: analisis lap keuangandaerah

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Akhirnya pada kesempatan ini, atas nama Direktur Sekolah Tinggi

Akuntansi Negara saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang

penuh dedikasi telah bekerja keras dalam pembuatan modul ini dan juga pihak

BAPPENAS serta Tim Teknis STAR-SDP STAN yang telah mendukung dengan

kemampuan profesionalisme sehingga proyek ini dapat berhasil dengan baik.

Semoga di tahun-tahun mendatang kita tetap meningkatkan kinerja.

Suyono Salamun, Ph.D

Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

Page 5: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

i

Daftar Isi....................................................................................................... i

Daftar Istilah................................................................................................. iii

Bagian I LAPORAN KEUANGAN PEMDA

Bab 1Pelaporan Keuangan.......................................................................01

A. Pengantar ...................................................................................01

B. Akuntabilitas dan Transparansi...................................................03

C. Entitas Pelaporan dan Tanggung Jawab Pelaporan...................05

D. Peran dan Tujuan Pelaporan Keuangan.....................................07

E. Asumsi Dasar Pelaporan Keuangan...........................................10

F. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan..................................11

G. Prinsip-prinsip Pelaporan Keuangan..........................................13

H. Pengguna Laporan Keuangan....................................................16

I. Rangkuman.................................................................................17

Bab 2 Sekilas Pengelolaan Keuangan Daerah........................................19

A. Ruang Lingkup Keuangan Daerah..............................................19

B. Azas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah.............................20

C. Perangkat Daerah dalam Pengelolaan Keuangan Daerah.........21

D. Rangkuman.................................................................................24

Bab 3 Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD.....................25

A. Penyusunan Laporan Keuangan.................................................25

B. Laporan Realisasi Anggaran.......................................................29

C. Neraca.........................................................................................38

D. Laporan Arus Kas........................................................................48

E. Catatan atas Laporan Keuangan................................................61

F. Rangkuman.................................................................................64

Bagian II DASAR-DASAR ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Bab 4 Konsep Analisis Laporan Keuangan............................................67

A. Pendahuluan...............................................................................67

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

DaftarIsi

Page 6: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

B. Pengertian Analisis Laporan Keuangan..................................... 68

C. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan.......................70

D. Rangkuman................................................................................ 71

Bab 5 Analisis Laporan Keuangan Pemerintah......................................73

A. Kondisi Saat Ini...........................................................................73

B. Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan Pemerintah..............74

C. Teknik Analisis Laporan Keuangan Pemerintah.........................75

D. Rangkuman............................................................................... 76

Bagian III ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMDA

Bab 6 Analisis Hubungan......................................................................... 79

A. Pendahuluan.............................................................................. 79

B. Laporan Realisasi APBD............................................................80

C. Neraca........................................................................................83

D. Laporan Realisasi APBD dan Neraca........................................ 87

E. Laporan Arus Kas, Realisasi APBD, dan Neraca.......................88

F. Rangkuman................................................................................ 93

Bab 7 Analisis Perbandingan....................................................................95

A. Keunggulan dan Kelemahan Perbandingan...............................95

B. Jenis-jenis Perbandingan........................................................... 96

C. Perbandingan Pos APBD........................................................... 99

D. Perbandingan Pos Neraca.........................................................106

E. Rangkuman................................................................................109

Bab 8 Analisis Kecenderungan................................................................111

A. Pengertian dan Sifat Analisis Kecenderungan...........................111

B. Analisis Kecenderungan dengan Tahun Dasar..........................112

C. Analisis Kecenderungan Bergerak.............................................113

D. Analisis Kecenderungan dengan Diagram Pencar.....................114

E. Analisis Kecenderungan dengan Hubungan antar Variabel.......116

F. Rangkuman................................................................................117

Daftar Pustaka............................................................................................119

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publikii

Page 7: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

iiiModul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas

dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan

dengan peraturan daerah.

2. Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)

adalah SKPD/unit kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang

dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa

penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari

keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip

efisiensi dan produktivitas.

3. Belanja Daerah

adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai

kekayaan bersih.

4. Bendahara Umum Daerah (BUD)

adalah PPKD yang bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum

daerah.

5. Dana Cadangan

adalah dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan yang memerlukan

dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.

6. Defisit Anggaran Daerah

adalah selisih kurang antara pendapatan daerah dan belanja daerah.

7. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD)

adalah dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan yang

digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran.

8. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD (DPPA-SKPD)

adalah dokumen yang memuat perubahan pendapatan, belanja dan

pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan perubahan

anggaran oleh pengguna anggaran.

DaftarIstilah

Page 8: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publikiv

9. Entitas akuntansi

adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh

karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan

keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.

10. Entitas pelaporan

adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau Iebih entitas akuntansi

yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampai-

kan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

11. Kepala Daerah

adalah gubemur bagi daerah provinsi atau bupati bagi daerah kabupaten

atau walikota bagi daerah kota.

12. Keuangan Daerah

adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya

segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban

daerah tersebut.

13. Kinerja

adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai

sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas

yang terukur.

14. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)

adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah (Kepala SKPKD)

yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak

sebagai bendahara umum daerah.

15. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)

adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada

SKPD.

16. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)

adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau

beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.

17. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah

adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan

menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.

Page 9: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

v

18. Pemerintahan Daerah

adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah

dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem

dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

19. Pemerintah Daerah

adalah gubernur, bupati, dan/atau walikota, dan perangkat daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

20. Pendapatan Daerah

adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan

bersih.

21. Pengelolaan Keuangan Daerah

adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan

keuangan daerah.

22. Pengguna Anggaran

adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk

melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.

23. Pembiayaan Daerah

adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran

yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan

maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

24. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)

adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana

pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana

pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD.

25. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)

adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama

satu periode anggaran.

26. Surplus Anggaran Daerah

adalah selisih lebih antara pendapatan daerah dan belanja daerah.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 10: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publikvi

27. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna

anggaran/pengguna barang.

28. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)

adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna

anggaran/pengguna barang, yang juga melaksanakan pengelolaan

keuangan daerah.

29. Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD)

adalah tim yang dibentuk dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin

oleh sekretaris daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta

melaksanakan kebijakan kepala daerah dalam rangka penyusunan APBD

yang anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah, PPKD dan pejabat

Iainnya sesuai dengan kebutuhan.

Page 11: analisis lap keuangandaerah

01

PelaporanKeuangan

1Bab

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:

• Memperoleh pemahaman mengenai perlunya akuntabilitas dan

transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah.

• Memperoleh pemahaman mengenai tujuan, asumsi dasar, dan prinsip-

prinsip pelaporan keuangan daerah.

• Memperoleh pemahaman mengenai karakteristik kualitatif dan

kelompok pengguna laporan keuangan daerah.

A. Pengantar

Dalam kehidupan sehari-hari, masing-masing dari kita yang merupakan

unsur terkecil dalam kehidupan bertetangga dan bermasyarakat di lingkungan

Rukun Tetangga (RT) / Rukun Warga (RW), pasti secara rutin mengikuti (baik

secara langsung maupun tidak langsung) bagaimana proses yang dilakukan

oleh Ketua RT dan perangkatnya dalam merencanakan suatu kegiatan di

lingkungan RT.

Ambil contoh misalnya kegiatan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT)

Kemerdekaan RI. Maka, pertama kali Ketua RT akan membicarakannya

dengan perangkatnya (sekretaris, bendahara, dan ketua-ketua seksi) mengenai

apa dan bagaimana kira-kira bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan dan

berapa dana yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut,

termasuk berapa dana yang bisa dipakai dari kas RT dan berapa yang perlu

dimintakan sumbangan dari warganya. Kemudian, usulan yang masih ‘mentah’

tersebut akan ‘dimatangkan’ melalui pembahasan dalam rapat warga.

Selanjutnya, rencana kegiatan yang sudah disetujui dalam rapat warga tersebut

akan menjadi dasar bagi Ketua RT dalam menyelenggarakan kegiatan perayaan

HUT Kemerdekaan RI tersebut.

Dengan rangkaian kegiatan yang sudah terjadual rapi dan dengan

dukungan sejumlah dana yang sudah terkumpul sesuai dengan yang

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 12: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

direncanakan, maka di lingkungan RT tersebut dapat diselenggarakan seluruh

acara peringatan hari kemerdekaan RI. Mulai perlombaan anak-anak,

pertandingan olahraga bagi orang dewasa, sampai dengan puncak acara

yaitu malam pembagian hadiah yang dimeriahkan oleh berbagai pertunjukan

musik dan tari. Singkat cerita, segala kegiatan berjalan dengan tertib-aman-

lancar dan acara klimaksnya pun sukses!

Apakah sudah selesai ceritanya? Ya, betul, selesai tahap pelaksanaan

kegiatannya, namun tahap berikutnya harus dilakukan oleh Ketua RT, yaitu

pertanggungjawaban.

Setelah berlalu sepekan sejak puncak acara peringatan hari kemerdekaan

RI yang terhitung sukses itu, seluruh warga RT menerima laporan pertangung-

jawaban yang ditandatangani oleh Ketua Panitia dan Ketua RT sebagai berikut.

Pada umumnya, dalam membaca laporan pertanggungjawaban yang

disampaikan oleh Panitia Pelaksana dan Ketua RT tersebut, warga akan

melihat, atau tepatnya melakukan penilaian, atas keakuratan dari laporan

tersebut. Pertama kali, warga akan melihat kewajaran angka-angka global

dari jumlah penerimaan dan pengeluaran, kemudian lebih jauh mencocokkan,

atau tepatnya menganalisis dan memverifikasi, dengan data rincian masing-

masing.

* Masing-masing dilampiri dengan rinciannya

Laporan Pertanggungjawaban

Pelaksanaan Peringatan HUT Kemerdekaan RI Ke-X

Rp

A Penerimaan:

1. Iuran Warga* 900.000

2. Sumbangan dari RW 250.000

1.150.000

B Pengeluaran:

1. Pelaksanaan Lomba Anak-anak* 150.000

2. Pelaksanaan Pertandingan OlahRaga* 200.000

3. Pembelian Hadiah Lomba dan Pertandingan* 650.000

4. Penyelenggaraan Malam Puncak* 500.000

1.500.000

C Defisit (= A - B) (350.000)

D Ditutup dari Kas RT 350.000

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik02

Page 13: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

03

Dari pengantar di atas, dengan mengambil contoh dari lingkup organisasi

terkecil yang sangat dekat dengan keseharian kita, dapat kita ambil pelajaran

bahwa pengelola dana tidak saja melaksanakan kegiatan melalui realisasi

dana sesuai yang direncanakan, tetapi juga harus mempertanggungjawabkan

pelaksanaan kegiatan yang dilakukannya. Dari contoh kecil tersebut di atas

kita bisa melihat perlunya akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan

dana atau anggaran. Kemudian, terhadap laporan pertanggungjawaban yang

disampaikan oleh pengelola dana, maka warga sebagai pengguna laporan

tersebut perlu melakukan analisis atas ketepatan atau keakuratannya.

Sejalan dengan jiwa yang terkandung dalam cerita kecil di atas, maka

secara garis besar modul ini akan diawali dengan pembahasan mengenai hal-

hal yang berkaitan dengan laporan apa saja yang harus disajikan dan disampaikan

oleh Pemerintah Daerah (sebagai wujud dari pertanggungjawaban atas realisasi

pengelolaan anggarannya), kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai

seluk-beluk analisis laporan keuangan Pemerintah Daerah.

B.Akuntabilitas dan Transparansi

Tuntutan yang semakin besar terhadap akuntabilitas publik menimbul-

kan implikasi bagi manajemen pemerintahan (sektor publik) untuk memberikan

informasi kepada publik. Salah satu informasi yang dibutuhkan oleh publik

adalah informasi mengenai pengelolaan keuangan negara/daerah dalam bentuk

laporan keuangan.

Akuntabilitas

Dari sudut pandang pengendalian tindakan pada pencapaian tujuan,

akuntabilitas mengandung arti kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan

segala tindak-tanduk dan kegiatan seseorang atau lembaga, terutama di bidang

administrasi keuangan, kepada pihak yang lebih tinggi atau atasannya (LAN

dan BPKP, 2000). Dalam konteks pemerintahan, akuntabilitas mempunyai arti

pertanggungjawaban, yang merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan

pemerintahan yang baik.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sejak berlakunya Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, maka setiap pengelola

keuangan daerah harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengelolaan

keuangannya dalam bentuk Laporan Keuangan, yang setidak-tidaknya meliputi

Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas

Laporan Keuangan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 14: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbenda-

haraan Negara menyebutkan bahwa Laporan Keuangan dimaksud harus

disusun berdasarkan proses akuntansi, yang wajib dilaksanakan oleh setiap

Pengguna Anggaran dan kuasa Pengguna Anggaran serta pengelola Bendahara

Umum Daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka setiap Pemerintah

Daerah perlu menyelenggarakan sistem akuntansi untuk lingkungan pemerintah

daerahnya yang pedomannya ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.

Transparansi

Dalam hubungannya dengan akuntabilitas keuangan, transparansi

mengandung arti penyajian laporan keuangan yang terbuka, terutama mengenai

informasi penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang oleh pengelola

keuangan daerah.

Sebagaimana kita ketahui, perkembangan paket peraturan perundang-

undangan di bidang keuangan negara menunjukkan adanya upaya dalam

meningkatkan keterbukaan informasi. Hal ini terlihat dari upaya dalam mengatasi

kelemahan-kelemahan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah

sebelumnya. Dari ketentuan peraturan perundang-undangan sebelumnya,

yang hanya mengharuskan penyampaian laporan pertanggungjawaban dalam

bentuk perhitungan anggaran, paling tidak terdapat beberapa kelemahan

berikut ini.

Pertama, laporan perhitungan anggaran hanya menginformasikan aliran

kas pada APBD sesuai dengan format anggaran yang disahkan oleh DPRD,

tanpa menyertakan informasi tentang posisi kekayaan dan kewajiban pemerintah.

Kedua, selain muatan informasinya terbatas, proses penyampaiannya kepada

legislatif sangat lambat. Ketiga, informasi keuangan yang disajikan dalam

perhitungan anggaran kurang dapat diandalkan karena sistem akuntansi yang

diselenggarakan belum didasarkan pada standar akuntansi dan tidak didukung

oleh perangkat data dan proses yang memadai.

Dengan demikian, bila kita bandingkan bentuk laporan pertanggung-

jawaban pengelolaan keuangan daerah yang berlaku saat ini dengan periode

sebelumnya, dapat kita lihat bahwa cakupan informasi dalam laporan

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah menjadi lebih luas namun

penyampaiannya tidak terlambat. Dengan kata lain, sejak diberlakukannya

paket peraturan perundang-undangan di bidang keuangan negara, terdapat

upaya nyata dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi di lingkungan

pemerintah.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik04

Page 15: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

05

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 juga disebutkan bahwa

laporan keuangan pemerintah harus diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK) sebelum disampaikan kepada pihak legislatif sesuai dengan kewenangan-

nya. Pemeriksaan BPK dimaksud adalah dalam rangka pemberian pendapat

(opini) sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004

tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Laporan Keuangan tersebut setelah diaudit oleh BPK perlu disesuaikan

berdasarkan temuan audit dan/atau koreksi lain yang diharuskan oleh Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP). Laporan Keuangan yang telah diaudit dan telah

diperbaiki itulah yang selanjutnya diusulkan oleh Pemerintah Daerah dalam

suatu rancangan peraturan daerah tentang Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah untuk dibahas dengan dan disetujui oleh DPRD.

Selain itu, menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, pada

rancangan peraturan daerah tentang Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

disertakan atau dilampirkan informasi tambahan mengenai kinerja instansi

pemerintah, yakni prestasi yang berhasil dicapai oleh Pengguna Anggaran

sehubungan dengan anggaran yang telah digunakan. Disebutkan bahwa

pengungkapan informasi tentang kinerja tersebut adalah relevan dengan

perubahan paradigma penganggaran pemerintah yang ditetapkan dengan

mengidentifikasikan secara jelas keluaran (outputs) dari setiap kegiatan dan

hasil (outcomes) dari setiap program. Dengan demikian, perlu disusun suatu

sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang terintegrasi dengan

sistem perencanaan strategis, sistem penganggaran, dan Sistem Akuntansi

Pemerintahan.

C. Entitas Pelaporan dan Tanggung Jawab Pelaporan

Unit pemerintahan Pengguna Anggaran yang berkewajiban

menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan disebut

sebagai Entitas Akuntansi. Bendahara Umum Daerah dan setiap Pengguna

Anggaran di lingkungan pemerintah daerah merupakan Entitas Akuntansi.

Entitas Pelaporan

Unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi

yang berkewajiban menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa

laporan keuangan disebut sebagai Entitas Pelaporan. Jadi, laporan keuangan

yang disajikan oleh Entitas Pelaporan merupakan gabungan dari laporan

keuangan beberapa Entitas Akuntansi.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 16: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Disebutkan bahwa dalam penetapan entitas pelaporan, perlu diper-

timbangkan syarat pengelolaan, pengendalian, dan penguasaan suatu entitas

pelaporan terhadap aset, yurisdiksi, tugas dan misi tertentu, dengan bentuk

pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari entitas pelaporan

lainnya.

Berkaitan dengan entitas pelaporan tersebut, Halim (2007) menyebut-

kan bahwa pada ketentuan terdahulu terdapat dua pilihan bagi pemerintah

daerah dalam menentukan entitas pelaporan, yaitu sistem sentralisasi dan

desentralisasi pelaporan keuangan pemerintah daerah. Namun, saat ini

pemerintah daerah diwajibkan menggunakan sistem desentralisasi dalam

pelaporan keuangannya, sehingga baik satuan kerja maupun bagian keuangan

pemerintah daerah melaksanakan akuntansi. Satuan kerja melaksanakan

akuntansi terhadap transaksi ekonomi (dan menghasilkan laporan keuangan)

yang terjadi pada bagiannya, dan bagian keuangan akan menggabungkan

atau mengkonsolidasikan laporan keuangan semua satuan kerja (termasuk

bagian keuangan itu sendiri) untuk disusun menjadi laporan keuangan

pemerintah daerah secara keseluruhan.

Pernyataan Tanggung Jawab

Dalam rangka memperkuat akuntabilitas pengelolaan anggaran dan

perbendaharaan, setiap pejabat yang menyajikan Laporan Keuangan diharuskan

memberi pernyataan tanggung jawab atas Laporan Keuangan yang

bersangkutan, yang ditandatangani oleh gubernur/bupati/walikota/kepala

Satuan Kerja Perangkat Daerah. Gubernur/bupati/walikota/kepala Satuan

Kerja Perangkat Daerah harus secara jelas menyatakan bahwa Laporan

Keuangan telah disusun berdasarkan Sistem Pengendalian Intern yang

memadai dan informasi yang dimuat dalam Laporan Keuangan telah disajikan

sesuai dengan SAP.

Di bawah ini adalah contoh dari pernyataan tanggung jawab, yang

merupakan Lampiran VI-A Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

8 Tahun 2006.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik06

Page 17: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

07

Untuk meningkatkan keandalan Laporan Keuangan dan Kinerja, setiap

Entitas Pelaporan dan Akuntansi wajib menyelenggarakan Sistem Pengendalian

Intern sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. Dalam

Sistem Pengendalian Intern ini harus diciptakan prosedur rekonsiliasi antara

data transaksi keuangan yang diakuntansikan oleh Pengguna Anggaran/kuasa

Pengguna Anggaran dengan data transaksi keuangan yang diakuntansikan

oleh Bendahara Umum Daerah.

Aparat Pengawas Intern Pemerintah pada pemerintah daerah melakukan

reviu atas Laporan Keuangan dan Kinerja dalam rangka meyakinkan keandalan

informasi yang disajikan sebelum disampaikan oleh gubernur/bupati/walikota

kepada pihak-pihak terkait.

D. Peran dan Tujuan Pelaporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan.

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan

mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu

entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama

digunakan untuk membandingkan realisasi (pendapatan, belanja, transfer,

dan pembiayaan) dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi

Pernyataan Tanggung Jawab

Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah/Satuan

Kerja Perangkat Daerah ………………. Tahun Anggaran ……….. sebagaimana

terlampir adalah merupakan tanggung jawab kami.

Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian

intern yang memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan

anggaran dan posisi keuangan secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi

Pemerintahan.

.........................., ………........................

Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/

Bupati/Walikota/Kepala Satuan Kerja

Perangkat Daerah ……....,

(............................................................)

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 18: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan,

dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-

undangan.

Mahsun (2007) menyebutkan beberapa tujuan pelaporan keuangan

sektor publik, yaitu:

a) Kepatuhan dan pengelolaan

b) Memberikan jaminan kepada pengguna dan penguasa bahwa pengelolaan

sumber daya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan

yang berlaku.

c) Akuntabilitas dan pelaporan restropektif

d) Bentuk pertanggungjawaban kepada publik dan sebagai alat untuk memonitor

dan menilai efisiensi kinerja, yang memungkinkan pihak eksternal untuk

menilai efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya.

e) Perencanaan dan informasi otorisasi

f) Memberikan dasar perencanaan kebijakan dan aktivitas di masa yang akan

datang serta memberikan informasi pendukung mengenai otorisasi peng-

gunaan dana.

g) Kelangsungan organisasi.

h) Membantu para pengguna laporan untuk menentukan apakah suatu

organisasi atau unit kerja dapat melangsungkan usahanya.

i) Hubungan masyarakat.

j) Sebagai alat komunikasi dan media untuk menyatakan prestasi yang telah

dicapai oleh organisasi.

k) Sumber fakta dan gambaran.

l) Merupakan sumber informasi bagi berbagai kelompok kepentingan yang

ingin mengetahui organisasi secara lebih dalam.

Pelaporan keuangan tidak hanya meliputi komponen laporan keuangan,

tetapi juga meliputi laporan-laporan lain yang diperlukan. Public Sector Committee

IFAC (1996) menyebutkan tujuan pelaporan keuangan sektor publik secara

umum adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat dan memenuhi

kebutuhan pengguna. Lebih lanjut disebutkan bahwa tujuan pelaporan keuangan

sektor publik, khususnya pemerintah daerah sesuai dengan pembahasan kita,

adalah sebagai berikut :

a) Mengidentifikasi sumber daya yang didapat dan digunakan sesuai dengan

anggaran yang telah disetujui oleh DPRD.

b) Menyediakan informasi tentang sumber daya keuangan dan penggunaannya.

c) Menyediakan informasi tentang cara pemerintah daerah membiayai aktivitas

dan memenuhi kebutuhan kasnya.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik08

Page 19: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

09

d) Menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi

kemampuan manajemen dalam membiayai aktivitasnya dan memenuhi

kewajibannya.

e) Menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan dan kinerja pemerintah

daerah, terutama yang berkaitan dengan efisiensi biaya operasi dan

pencapaian target.

Sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan menyebutkan bahwa setiap entitas pelaporan

mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan

serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan, secara sistematis dan

terstruktur pada suatu periode pelaporan, untuk kepentingan:

(a) Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan

kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

(b) Manajemen

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan

suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan, sehingga memudahkan

fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset,

kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

(c) Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat

berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui

secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah

dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan

ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

(d) Keseimbangan Antar generasi

Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan

pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran

yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan

akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

Pelaporan keuangan pemerintah menyajikan informasi yang bermanfaat

bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan,

baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 20: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

(a) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan

untuk membiayai seluruh pengeluaran.

(b) Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber

daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan

peraturan perundang-undangan.

(c) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang

digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah

dicapai.

(d) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai

seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.

(e) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas

pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka

pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan

pajak dan pinjaman.

(f) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas

pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat

kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan

informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, dana cadangan, pembiayaan,

aset, kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas suatu entitas pelaporan. Lebih

lanjut mengenai laporan keuangan, yang merupakan bentuk pertanggungjawaban

pemerintah daerah, dibahas dalam bagian tersendiri.

E. Asumsi Dasar Pelaporan Keuangan

Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah

adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan

agar standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari :

(a) Asumsi kemandirian entitas;

(b) Asumsi kesinambungan entitas; dan

(c) Asumsi keterukuran dalam satuan uang.

Kemandirian Entitas

Asumsi kemandirian entitas, baik entitas pelaporan maupun akuntansi,

berarti bahwa setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan

mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak

terjadi kekacauan antar unit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan.

Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas

untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik10

Page 21: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

11

penuh. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan sumber daya

di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas

kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya dimaksud, utang-piutang

yang terjadi akibat putusan entitas, serta terlaksana tidaknya program yang

telah ditetapkan.

Kesinambungan Entitas

Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan

akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak

bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.

Keterukuran dalam Satuan Uang

Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan

yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar

memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.

F. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif

yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi

tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif

yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas

yang dikehendaki:

(a) Relevan;

(b) Andal;

(c) Dapat dibandingkan; dan

(d) Dapat dipahami.

Relevan

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang

termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan

membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan

memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi

mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang

relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.

Informasi yang relevan adalah informasi yang memenuhi karakteristik berikut:

(a) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)

Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi

ekspektasi mereka di masa lalu.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 22: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

(b) Memiliki manfaat prediktif (predictive value)

Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan

datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

(c) Tepat waktu

Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna

dalam pengambilan keputusan.

(d) Lengkap

Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin,

yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi

pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir

informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan

jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang

menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur,

serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau

penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut

secara potensial dapat menyesatkan.

Informasi yang andal memenuhi karakteristik sebagai berikut:

(a) Penyajian Jujur

Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya

yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk

disajikan.

(b) Dapat Diverifikasi

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila

pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya

tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.

(c) Netralitas

Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada

kebutuhan pihak tertentu.

Dapat Dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna

jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau

laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.

Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal.

Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik12

Page 23: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

13

kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara

eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan

kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan menerapkan

kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang

diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.

Dapat Dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami

oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan

dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan

memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi

entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari

informasi yang dimaksud.

G. Prinsip-prinsip Pelaporan Keuangan

Prinsip pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yang

dipahami dan ditaati oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan

dalam melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan keuangan dalam

memahami laporan keuangan yang disajikan.

Berikut ini prinsip-prinsip yang digunakan dalam pelaporan keuangan pemerintah:

(a) Prinsip nilai historis;

(b) Prinsip realisasi;

(c) Prinsip substansi mengungguli bentuk formal;

(d) Prinsip periodisitas;

(e) Prinsip konsistensi;

(f) Prinsip pengungkapan lengkap; dan

(g) Prinsip penyajian wajar.

Nilai Historis

Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar

atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset

tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan

setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di

masa yang akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah.

Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain

karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai

historis, dapat digunakan nilai wajar aset atau kewajiban terkait.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 24: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Realisasi

Bagi pemerintah, pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan

melalui anggaran pemerintah selama suatu tahun fiskal akan digunakan untuk

membayar hutang dan belanja dalam periode tersebut.

Prinsip merpertandingkan biaya-pendapatan dalam akuntansi pemerintah

tidak mendapat penekanan sebagaimana dipraktekkan dalam akuntansi komersial.

Substansi Mengungguli Bentuk Formal

Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi

serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa

lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas

ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi

atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka

hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan

Keuangan.

Periodisitas

Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu

dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat di

ukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama

yang digunakan adalah tahunan. Namun, periode bulanan, triwulanan, dan

semesteran juga dianjurkan.

Konsistensi

Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa

dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi

internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu

metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain.

Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa

metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik

dibanding metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini

diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Pengungkapan Lengkap

Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuh-

kan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan

dapat ditempatkan pada halaman depan laporan keuangan atau pada Catatan

atas Laporan Keuangan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik14

Page 25: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

15

Penyajian Wajar

Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi

Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan diperlukan

ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidak-

pastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya

dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan.

Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan

prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak

dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah.

Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenan-

kan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi, sengaja menetapkan

aset atau pendapatan yang terlampau rendah, atau sengaja mencatat kewajiban

atau belanja yang terlampau tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tidak

netral dan tidak andal.

Basis Akuntansi

Selain prinsip-prinsip pelaporan keuangan tersebut di atas, terdapat

satu hal penting yang harus diperhatikan dalam pelaporan keuangan, yaitu

masalah penggunaan basis akuntansi.

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah

adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan

dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset,

kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca.

Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan

diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau

oleh entitas pelaporan, dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari

Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Entitas pelaporan

tidak menggunakan istilah laba. Penentuan sisa pembiayaan anggaran (baik

lebih atau kurang) untuk setiap periode tergantung pada selisih realisasi

penerimaan dan pengeluaran. Pendapatan dan belanja bukan tunai seperti

bantuan pihak luar asing dalam bentuk barang dan jasa disajikan pada Laporan

Realisasi Anggaran.

Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas

dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 26: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa

memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

Entitas pelaporan yang menyajikan Laporan Kinerja Keuangan

menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan

menggunakan sepenuhnya basis akrual, baik dalam pengakuan pendapatan,

belanja, dan pembiayaan, maupun dalam pengakuan aset, kewajiban, dan

ekuitas dana. Namun demikian, penyajian Laporan Realisasi Anggaran tetap

berdasarkan basis kas.

H. Pengguna Laporan Keuangan

Kelompok pengguna laporan keuangan pemerintah meliputi: lembaga

pemerintah, investor dan kreditor, penyedia sumber daya, badan pengawas,

dan konstituen (Mardiasmo, 2007). Pengelompokan yang kurang lebih sama

dikemukakan oleh Bastian (2001) yaitu: legislatif dan manajemen pemerintah,

masyarakat, investor dan kreditor, institusi internasional, pengamat, dan aparat

pemerintah.

Untuk menyederhanakan dan menyamakan persepsi tentang kelompok

pengguna laporan keuangan ini, kita gunakan Peraturan Pemerintah Nomor

24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai acuan,

yang menyebutkan kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah,

namun tidak terbatas, yaitu:

(a) masyarakat;

(b) para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;

(c) pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan

pinjaman; dan

(d) pemerintah.

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum

untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna. Dengan

demikian laporan keuangan pemerintah tidak dirancang untuk memenuhi

kebutuhan spesifik dari masing-masing kelompok pengguna. Namun demikian,

berhubung pajak merupakan sumber utama pendapatan pemerintah, maka

ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan informasi para

pembayar pajak perlu mendapat perhatian.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik16

Page 27: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

17

I. Rangkuman

Sejalan dengan tuntutan yang semakin besar terhadap akuntabilitas

publik, maka manajemen pemerintahan daerah (sektor publik) harus mem-

berikan informasi kepada publik mengenai pengelolaan keuangan daerah,

yang diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan (sebagai

laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan daerah) meliputi:

Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas

Laporan Keuangan. Dalam rangka memperkuat akuntabilitas pengelolaan

anggaran dan perbendaharaan, setiap pejabat yang menyajikan Laporan

Keuangan diharuskan memberi pernyataan tanggung jawab atas Laporan

Keuangan yang bersangkutan.

Sebelum disampaikan kepada DPRD, laporan keuangan harus diaudit

oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Setelah disesuaikan berdasarkan

temuan audit dan/atau koreksi lain yang diharuskan oleh Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP) dan dilampiri informasi mengenai kinerja instansi

pemerintah, kemudian diusulkan oleh Pemerintah Daerah untuk dibahas

dengan dan disetujui oleh DPRD. Selain legislatif, pengguna laporan keuangan

pemerintah daerah adalah masyarakat, lembaga pengawas, lembaga

pemeriksa, pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi,

dan pinjaman.

Asumsi dasar, karakteristik kualitatif, dan prinsip-prinsip dalam

pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah sebagai berikut:

• Asumsi dasar: kemandirian entitas, kesinambungan entitas, dan keterukuran

dalam satuan uang.

• Karakteristik kualitatif: relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat

dipahami.

• Prinsip-prinsip: nilai historis, realisasi, substansi mengungguli bentuk formal,

periodisitas, konsistensi, pengungkapan lengkap, dan penyajian wajar.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 28: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Halaman ini sengaja dikosongkan

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik18

Page 29: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

19

2Bab

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:

• Memperoleh pemahaman mengenai ruang lingkup keuangan daerah.

• Memperoleh pemahaman mengenai azas umum pengelolaan keuangan

daerah.

• Memperoleh pemahaman mengenai hirarki perangkat daerah pada

pemerintahan daerah yang terkait dalam pengelolaan keuangan daerah.

Sekilas PengelolaanKeuangan Daerah

A. Ruang Lingkup Keuangan Daerah

Sebelum membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan laporan

keuangan sebagai pertanggungjawaban pemerintah daerah atas pengelolaan

keuangan daerah, terlebih dahulu ada baiknya bila kita bahas sekilas tentang

pengelolaan keuangan daerah. Pada bab ini memang dimaksudkan hanya

mereviu sekilas (dengan rujukan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13

Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah), karena

pembahasan selengkapnya ada pada modul tersendiri dengan judul Pengantar

Keuangan Daerah.

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut dijelaskan bahwa

ruang lingkup keuangan daerah meliputi:

a. hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta

melakukan pinjaman;

b. kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah

dan membayar tagihan pihak ketiga;

c. penerimaan daerah;

d. pengeluaran daerah;

e. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,

surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan

uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah; dan

f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka

penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 30: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

B. Azas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah

Keuangan daerah dikelola dengan berdasarkan azas umum: tertib,

taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan,

dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan,

dan manfaat untuk masyarakat.

Tertib

Secara tertib adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan

tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Taat Peraturan

Taat pada peraturan perundang-undangan adalah bahwa pengelolaan keuangan

daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Efektif

Efektif merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah

ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.

Efisien

Efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan

tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran

tertentu.

Ekonomis

Ekonomis merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas

tertentu pada tingkat harga yang terendah.

Transparan

Transparan merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat

untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-Iuasnya tentang

keuangan daerah.

Bertanggung jawab

Bertanggung jawab merupakan perwujudan kewajiban seseorang untuk

mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan

pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik20

Page 31: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

21

Keadilan

Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya

dan/atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan

yang obyektif.

Kepatutan

Kepatutan adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar

dan proporsional.

Manfaat

Manfaat untuk masyarakat adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk

pemenuhan kebutuhan masyarakat.

C. Perangkat Daerah dalam Pengelolaan Keuangan Daerah

Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah adalah kepala

daerah, yang oleh karenanya mempunyai wewenang untuk:

a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;

b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah;

c. menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna barang;

d. menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran;

e. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan

daerah;

f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan

piutang daerah;

g. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik

daerah; dan

h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan

memerintahkan pembayaran.

Melalui keputusan kepala daerah, kepala daerah selaku pemegang

kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dapat melimpahkan sebagian atau

seluruh kekuasaannya kepada:

a. sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah;

b. kepala SKPKD selaku PPKD; dan

c. kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.

Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah,

berkaitan dengan peran dan fungsinya dalam membantu kepala daerah,

menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan

pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 32: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Koordinator pengelolaan keuangan daerah bertanggung jawab kepada

kepala daerah dan mempunyai tugas koordinasi di bidang:

a. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;

b. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah;

c. penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;

d. penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD;

e. tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas

keuangan daerah; dan

f. penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD.

Selain mempunyai tugas koordinasi sebagaimana tersebut di atas,

sekretaris daerah mempunyai tugas:

a. memimpin TAPD;

b. menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;

c. menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah;

d. memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;

e. melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah lainnya

berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah

Kepala SKPKD selaku PPKD mempunyai tugas:

a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah;

b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;

c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan

dengan Peraturan Daerah;

d. melaksanakan fungsi BUD;

e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD; dan

f. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh

kepala daerah.

PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD mempunyai wewenang:

a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;

b. mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;

c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;

d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran

kas daerah;

e. melaksanakan pemungutan pajak daerah;

f. menetapkan SPD;

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik22

Page 33: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

23

g. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama

pemerintah daerah;

h. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;

i. menyajikan informasi keuangan daerah; dan

j. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan

barang milik daerah.

PPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada

kepala daerah melalui sekretaris daerah, dan selaku BUD dapat menunjuk

pejabat di Iingkungan satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku kuasa

BUD

Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang

mempunyai tugas:

a. menyusun RKA-SKPD;

b. menyusun DPA-SKPD;

c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran

belanja;

d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

e. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;

f. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

g. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas

anggaran yang telah ditetapkan;

h. menandatangani SPM;

i. mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang

dipimpinnya;

j. mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung

jawab SKPD yang dipimpinnya;

k. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya;

l. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

m. melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya

berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah; dan

n. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah

melalui sekretaris daerah.

Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan

tugas-tugasnya dapat melimpahkan sebagian kewenangannya (ditetapkan

oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD) kepada kepala unit kerja pada

SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 34: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Selain itu, pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dan kuasa

pengguna anggaran/kuasa pengguna barang menunjuk pejabat pada unit

kerja SKPD selaku PPTK (dalam pelaksanakan program dan kegiatan).

Sedangkan untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD,

kepala SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha

keuangan pada SKPD sebagai PPK-SKPD

D. Rangkuman

Sebagaimana yang dinyatakan dalam Permendagri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, ruang lingkup keuangan

daerah meliputi: (a) hak daerah untuk memungut pajak dan retribusi daerah,

(b) kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah

dan membayar tagihan pihak ketiga, (c) penerimaan dan pengeluaran daerah,

(d) kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain, termasuk

kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah, dan (e) kekayaan pihak

lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan

tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum,

Adapun azas umum pengelolaan keuangan daerah adalah: tertib, taat

pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan,

dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan,

dan manfaat untuk masyarakat.

Hirarki perangkat daerah pada pemerintahan daerah yang terkait

dengan pengelolaan keuangan daerah adalah:

• Kepala daerah – pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah;

• Sekretaris daerah – koordinator pengelolaan keuangan daerah

• Kepala SKPKD – pengguna anggaran/barang, yang juga melaksanakan

pengelolaan keuangan daerah.

• Kepala SKPD – pengguna anggaran/barang daerah.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik24

Page 35: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

25

3Bab

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:

• Memperoleh pemahaman mengenai bentuk laporan pertanggung-

jawaban pemerintah daerah atas pengelolaan keuangan daerah.

• Memperoleh pemahaman mengenai proses penyusunan laporan

pertanggungjawaban pemerintah daerah.

• Memperoleh pemahaman mengenai proses persetujuan laporan

keuangan daerah oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

A. Penyusunan Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai

posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas

pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi

mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan

suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat

dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.

Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk

menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk

menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercaya-

kan kepadanya, dengan:

a). menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban,

dan ekuitas dana pemerintah;

b). menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi,

kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;

c). menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber

daya ekonomi;

d). menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;

PertanggungjawabanPelaksanaan APBD

Laporan

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 36: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

e).menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai

aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;

f). menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;

g).menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan

entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.

Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan

prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi

besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan,

sumber daya yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan

ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi

bagi pengguna mengenai:

a). indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan

anggaran dan

b).indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan

ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah.

Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan menyediakan

informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal:

a. aset;

b. kewajiban;

c. ekuitas dana;

d. pendapatan;

e. belanja;

f. transfer;

g. pembiayaan; dan

h. arus kas.

Laporan Keuangan SKPD

Kepala SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) selaku Pengguna

Anggaran menyusun Laporan Keuangan sebagai pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD pada Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan.

Laporan keuangan yang dihasilkan oleh SKPD selaku pengguna anggaran

adalah:

a. Laporan Realisasi Anggaran,

b. Neraca, dan

c. Catatan atas Laporan Keuangan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik26

Page 37: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

27

Laporan keuangan tersebut harus disampaikan oleh Kepala SKPD

kepada gubernur/ bupati/walikota melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

(PPKD) selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Selain laporan keuangan, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku

Pengguna Anggaran harus menyusun Laporan Kinerja dan menyampaikannya

kepada gubernur/bupati/walikota, dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Laporan Keuangan PPKD

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah

menyusun Laporan Keuangan sebagai pertanggungjawaban pengelolaan

perbendaharaan daerah. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh PPKD selaku

Bendahara Umum Daerah adalah:

a. Laporan Realisasi Anggaran,

b. Neraca,

c. Laporan Arus Kas, dan

d. Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan keuangan tersebut oleh PPKD disampaikan kepada gubernur/

bupati/walikota selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran

berakhir.

Laporan Keuangan Pemda

Berdasarkan Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah serta

laporan pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah tersebut,

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun Laporan Keuangan pemerintah

daerah yang terdiri dari:

a. Laporan Realisasi Anggaran,

b. Neraca,

c. Laporan Arus Kas, dan

d. Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan Keuangan tersebut oleh PPKD disampaikan kepada gubernur/

bupati/walikota untuk memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

Selanjutnya, laporan keuangan pemerintah daerah ini disampaikan oleh

gubernur/bupati/walikota kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selambat-

lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 38: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan, gubernur/

bupati/walikota memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian terhadap

Laporan Keuangan serta koreksi lain berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Selanjutnya, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun rancangan

peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, yang harus

disampaikan oleh gubernur/bupati/walikota kepada Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, Pemerintah

Daerah tidak hanya diwajibkan untuk menyusun dan menyajikan Laporan

Keuangan, tetapi juga harus membuat Laporan Kinerja, yang berisi ringkasan

tentang keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-

masing program sebagaimana ditetapkan dalam dokumen pelaksanaan APBD.

Laporan Kinerja dihasilkan dari suatu sistem akuntabilitas kinerja

instansi pemerintah (yang dikembangkan secara terintegrasi dengan sistem

perencanaan, sistem penganggaran, sistem perbendaharaan, dan Sistem

Akuntansi Pemerintahan) yang diselenggarakan oleh masing-masing Entitas

Pelaporan dan/atau Entitas Akuntansi.

Selain laporan kinerja, Pemerintah Daerah (gubernur/ bupati/ walikota

selaku wakil pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan pemerintah

daerah yang dipisahkan) juga harus menyusun ikhtisar laporan keuangan

Perusahaan Daerah.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka Perusahaan Daerah diwajibkan

menyampaikan:

a. laporan keuangan Perusahaan Daerah yang belum diaudit kepada Pejabat

Pengelola Keuangan Daerah selambat-lambatnya 2 1/2 (dua setengah)

bulan setelah tahun APBD berakhir; dan

b. laporan keuangan Perusahaan Daerah yang telah diaudit kepada Pejabat

Pengelola Keuangan Daerah selambat-lambatnya 5 1/2 (lima setengah)

bulan setelah tahun APBD berakhir.

Jadi, laporan keuangan pemerintah daerah beserta rancangan

Peraturan daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD, dilampiri

dengan ikhtisar laporan realisasi kinerja dan ikhtisar laporan keuangan

Perusahaan Daerah. Rancangan peraturan daerah yang telah disetujui bersama

dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, untuk tingkat pemerintah provinsi

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik28

Page 39: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

29

disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri, dan untuk tingkat pemerintah

kabupaten/kota disampaikan kepada gubernur.

Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi pelaksana kegiatan

Dana Dekonsentrasi menyelenggarakan akuntansi dan menyusun Laporan

Keuangan dan Kinerja sebagaimana berlaku bagi kuasa Pengguna Anggaran

pada tingkat pemerintah pusat. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah

menyampaikan Laporan Keuangan dan Kinerja atas pelaksanaan kegiatan

Dana Dekonsentrasi kepada gubernur. Selanjutnya, gubernur menyiapkan

Laporan Keuangan dan Kinerja gabungan berdasarkan laporan yang diterima

dari Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi pelaksana kegiatan Dana

Dekonsentrasi, dan menyampaikannya kepada Menteri/Pimpinan Lembaga

terkait serta kepada Presiden melalui Menteri Keuangan.

Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi pelaksana kegiatan

Tugas Pembantuan menyelenggarakan akuntansi dan menyusun Laporan

Keuangan dan Kinerja sebagaimana berlaku bagi kuasa Pengguna Anggaran

pada tingkat pemerintah pusat. Laporan Keuangan dan Kinerja atas pelaksanaan

kegiatan Tugas Pembantuan disampaikan kepada gubernur/bupati/walikota

dan Menteri/Pimpinan Lembaga terkait. Kemudian, gubernur/bupati/walikota

menyiapkan Laporan Keuangan dan Kinerja gabungan berdasarkan laporan

yang diterima dari Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi pelaksana

kegiatan Tugas Pembantuan dan menyampaikannya kepada Menteri/Pimpinan

Lembaga terkait serta kepada Presiden melalui Menteri Keuangan.

Laporan Keuangan dan Kinerja atas pelaksanaan kegiatan Dana

Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan dilaporkan secara terintegrasi dalam Laporan

Keuangan Kementerian Negara/Lembaga Pengguna Anggaran yang bersangkutan,

dan dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

B. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan

pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah,

yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam

satu periode pelaporan.

Dengan demikian, Laporan Realisasi Anggaran harus menyajikan

informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan. Pengertian

dari masing-masing unsur tersebut adalah sebagai berikut :

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 40: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Pendapatan

(a) Pendapatan (basis kas) adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Negara/

Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang

menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang ber-

sangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali

oleh pemerintah.

(b) Pendapatan (basis akrual) adalah hak pemerintah yang diakui sebagai

penambah nilai kekayaan bersih.

(c) Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan

dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana

bagi hasil.

(d) Unsur Pendapatan Daerah terdiri dari:

• Pendapatan Asli Daerah:

- Pajak Daerah,

- Retribusi Daerah,

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan,

- Lain-lain PAD yang Sah.

• Pendapatan Transfer/Dana Perimbangan:

- Dana Bagi Hasil,

- Dana Alokasi Umum, dan

- Dana Alokasi Khusus.

• Lain-lain Pendapatan yang Sah:

- Dana Darurat,

- Hibah

Belanja

(a) Belanja (basis kas) adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum

Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar

dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh pemerintah.

(b) Belanja (basis akrual) adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai

pengurang nilai kekayaan bersih.

(c) Unsur Belanja Daerah terdiri dari:

• Belanja Operasi:

- Belanja Pegawai

- Belanja Barang

- Bunga

- Subsidi

- Hibah

- Bantuan Sosial

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik30

Page 41: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

31

• Belanja Modal:

- Belanja Tanah

- Belanja Peralatan dan Mesin

- Belanja Gedung dan Bangunan

- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan

- Belanja Aset Tetap Lainnya

- Belanja Aset Lainnya

• Belanja Tak Terduga

Pembiayaan

(a) Pembiayaan (basis kas) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar

kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada

tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya,

yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk

menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.

(b) Unsur Pembiayaan Daerah terdiri dari:

• Penerimaan Pembiayaan:

- Penggunaan SiLPA

- Pencairan Dana Cadangan

- Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

- Penerimaan Pinjaman

- Penerimaan Pembayaran Piutang

• Pengeluaran Pembiayaan:

- Pembentukan Dana Cadangan

- Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

- Pembayaran Pokok Pinjaman

- Pemberian Pinjaman

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 42: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI

Sumber: Lampiran I-A.4 PP Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik32

Anggaran Realisasi (%) RealisasiUraianNo.

20X1 20X0

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0

(Dalam Rupiah)

1 PENDAPATAN

2 PENDAPATAN ASLI DAERAH

3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx

4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx

5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx

6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx xx xxx

7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) xxxx xxxx xx xxxx

8

9 PENDAPATAN TRANSFER

10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN

11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx

12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx

13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx

14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx

15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxxx xxxx xx xxxx

16

17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT – LAINNYA

18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx

19 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx

20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19) xxxx xxxx xx xxxx

21 Total Pendapatan Transfer (15 + 20) xxxx xxxx xx xxxx

22

23 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

24 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx

25 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx xxx

26 Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx

27 Jumlah Pendapatan Lain-lain yang Sah (24 s/d 26) xxx xxx xx xxx

28 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 21 + 27) xxxx xxxx xx xxxx

29 BELANJA

30 BELANJA OPERASI

31 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx

32 Belanja Barang xxx xxx xx xxx

33 Bunga xxx xxx xx xxx

Page 43: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

33

FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI

Sumber: Lampiran I-A.4 PP Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Anggaran Realisasi (%) RealisasiUraianNo.

20X1 20X0

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0

(Dalam Rupiah)

34 Subsidi xxx xxx xx xxx

35 Hibah xxx xxx xx xxx

36 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx

37 Jumlah Belanja Operasi (31 s/d 36) xxxx xxxx xx xxxx

38

39 BELANJA MODAL

40 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx

41 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx

42 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx

43 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx

44 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx

45 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx

46 Jumlah Belanja Modal (40 s/d 45) xxxx xxxx xx xxxx

47

48 BELANJA TAK TERDUGA

49 Belanja Tak Terduga xxxx xxxx xx xxxx

50 Jumlah Belanja Tak Terduga (49 s/d 49) xxxx xxxx xx xxxx

51 Jumlah Belanja (37 + 46 + 50) xxxx xxxx xx xxxx

52

53 TRANSFER

54 TRANSFER/BAGI HASIL PENDAPATAN KE KABUPATEN/KOTA

55 Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx

56 Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx

57 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx

58 Jumlah Transfer Bagi Hasil Pendapatan ke Kab./Kota (55 s/d 57) xxxx xxxx xx xxxx

59 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (51 + 58) xxxx xxxx xx xxxx

60 SURPLUS/DEFISIT (28 - 59) xxx xxx xx xxx

61

62 PEMBIAYAAN

63

64 PENERIMAAN PEMBIAYAAN

Page 44: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI

Sumber: Lampiran I-A.4 PP Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik34

Anggaran Realisasi (%) RealisasiUraianNo.

20X1 20X0

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0

(Dalam Rupiah)

65 Penggunaan SiLPA xxx xxx xx xxx

66 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx

67 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx

68 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx

69 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx

70 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx

71 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx

72 Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx xx xxx

73 Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya xxx xxx xx xxx

74 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx

75 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx

76 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx

77 Jumlah Penerimaan (65 s/d 76) xxxx xxxx xx xxxx

78

79 PENGELUARAN PEMBIAYAAN

80 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx

81 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx xx xxx

82 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx

83 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx

84 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx

85 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx

86 Pembayaran Pokok Pinjaman DN – Obligasi xxx xxx xx xxx

87 Pembayaran Pokok Pinjaman DN – Lainnya xxx xxx xx xxx

88 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx

89 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx

90 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx

91 Jumlah Pengeluaran (80 s/d 90) xxx xxx xx xxx

92 PEMBIAYAAN NETO (77 - 91) xxxx xxxx xx xxxx

93

94 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (60-92) xxxx xxxx xx xxxx

Page 45: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

35

FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA

Sumber: Lampiran I-A.5 PP Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Anggaran Realisasi (%) RealisasiUraianNo.

20X1 20X0

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTAUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0

(Dalam Rupiah)

1 PENDAPATAN

2 PENDAPATAN ASLI DAERAH

3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx

4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx

5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx

6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx xx xxx

7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) xxxx xxxx xx xxxx

8

9 PENDAPATAN TRANSFER

10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN

11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx

12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx

13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx

14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx

15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxxx xxxx xx xxxx

16

17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT – LAINNYA

18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx

19 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx

20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19) xxxx xxxx xx xxxx

21

22 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI

23 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx

24 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xx xxx

25 Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) xxxx xxxx xx xxxx

26 Total Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25) xxxx xxxx xx xxxx

27

28 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

29 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx

30 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx xxx

31 Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx

32 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (29 s/d 31) xxx xxx xx xxx

33 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32) xxx xxxx xx xxxx

34

35 BELANJA

Page 46: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA

Sumber: Lampiran I-A.5 PP Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik36

Anggaran Realisasi (%) RealisasiUraianNo.

20X1 20X0

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTAUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0

(Dalam Rupiah)

36 BELANJA OPERASI

37 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx

38 Belanja Barang xxx xxx xx xxx

39 Bunga xxx xxx xx xxx

40 Subsidi xxx xxx xx xxx

41 Hibah xxx xxx xx xxx

42 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx

43 Jumlah Belanja Operasi (37 s/d 42) xxxx xxxx xx xxxx

44

45 BELANJA MODAL

46 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx

47 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx

48 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx

49 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx

50 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx

51 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx

52 Jumlah Belanja Modal (46 s/d 51) xxxx xxxx xx xxxx

53

54 BELANJA TAK TERDUGA

55 Belanja Tak Terduga xxx xxx xx xxx

56 Jumlah Belanja Tak Terduga (55 s/d 55) xxxx xxxx xx xxxx

57 Jumlah Belanja (43 + 52 + 56) xxxx xxxx xx xxxx

58

59 TRANSFER

60 TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA

61 Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx

62 Bagi Hasil Retribusi xxx xxx xx xxx

63 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx

64 Jumlah Transfer Bagi Hasil ke Desa (61 s/d 63) xxxx xxxx xx xxxx

65 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (57+ 64) xxxx xxxx xx xxxx

66 SURPLUS/DEFISIT (33 - 65) xxxx xxxx xx xxxx

67

68 PEMBIAYAAN

69

Page 47: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

37

FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA

Sumber: Lampiran I-A.5 PP Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Anggaran Realisasi (%) RealisasiUraianNo.

20X1 20X0

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTAUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0

(Dalam Rupiah)

70 PENERIMAAN PEMBIAYAAN

71 Penggunaan SiLPA xxx xxx xx xxx

72 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx

73 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx

74 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx

75 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx

76 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx

77 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx

78 Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx xx xxx

79 Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya xxx xxx xx xxx

80 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx

81 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx

82 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx

83 Jumlah Penerimaan (71 s/d 82) xxxx xxxx xx xxxx

84

85 PENGELUARAN PEMBIAYAAN

86 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx

87 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx xx xxx

88 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx

89 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx

90 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx

91 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx

92 Pembayaran Pokok Pinjaman DN – Obligasi xxx xxx xx xxx

93 Pembayaran Pokok Pinjaman DN – Lainnya xxx xxx xx xxx

94 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx

95 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx

96 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx

97 Jumlah Pengeluaran (86 s/d 97) xxx xxx xx xxx

98 PEMBIAYAAN NETO (83 - 97) xxxx xxxx xx xxxx

99

100 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (66-98) xxxx xxxx xx xxx x

Page 48: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

C. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan pada

tanggal tertentu, dengan menyajikan informasi mengenai aset, kewajiban, dan

ekuitas dana. Pengertian dari masing-masing unsur Neraca sebagai berikut:

1. Aset

Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh

pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat

ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik

oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan

uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk

penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber daya yang dipelihara

karena alasan sejarah dan budaya.

Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi

aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak

langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah, berupa aliran pendapatan

atau penghematan belanja bagi pemerintah.

a. Aset Lancar

Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera

untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam

waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset yang tidak

dapat dimasukkan dalam kriteria tersebut diklasifikasikan sebagai

aset non-lancar. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi

jangka pendek, piutang, dan persediaan.

b. Aset Non-Lancar

Aset non-lancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan aset

tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung

untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum.

Aset non-lancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset

tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.

(1). Investasi Jangka Panjang

Investasi jangka panjang merupakan investasi yang diadakan

dengan maksud untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat

sosial dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Investasi

jangka panjang meliputi investasi non-permanen dan permanen.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik38

Page 49: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Investasi non-permanen antara lain investasi dalam Surat Utang

Negara, penyertaan modal dalam proyek pembangunan, dan

investasi non-permanen lainnya. Investasi permanen antara lain

penyertaan modal pemerintah dan investasi permanen lainnya.

(2). Aset Tetap

Aset tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan

bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, dan

konstruksi dalam pengerjaan.

(3). Aset Lainnya

Aset non-lancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya.

Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud dan aset

kerja sama (kemitraan).

2. Kewajiban

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang

penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi

pemerintah.

Karakterisitik esensial kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai

kewajiban masa kini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan

pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang.

Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau

tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan,

kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan

pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintah lain,

atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena

perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah atau dengan

pemberi jasa lainnya.

Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi

dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang undangan. Kewajiban

dikelompokkan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka

panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kelompok kewajiban yang

diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan setelah tanggal

pelaporan. Kewajiban jangka panjang adalah kelompok kewajiban yang

penyelesaiannya dilakukan setelah 12 (dua belas) bulan sejak tanggal

pelaporan.

39Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 50: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

3. Ekuitas Dana

Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih

antara aset dan kewajiban pemerintah.

Ekuitas Dana dapat dikelompokkan sebagai berikut:

(a) Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dengan kewajiban

jangka pendek.

(b) Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang

tertanam dalam aset non-lancar selain dana cadangan, dikurangi

dengan kewajiban jangka panjang.

(c) Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang

dicadangkan untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sesuai

peraturan perundang-undangan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik40

Page 51: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

41

FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA

Sumber: Lampiran I-A.5 PP Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

UraianNo. 20X1 20X0

NERACA PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTAPER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

(Dalam Rupiah)

1 ASET

2

3 ASET LANCAR

4 Kas di Kas Daerah xxx xxx

5 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx

6 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx

7 Investasi Jangka Pendek xxx xxx

8 Piutang Pajak xxx xxx

9 Piutang Retribusi xxx xxx

10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx

11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx

12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat xxx xxx

3 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

14 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx

15 Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx

16 Piutang Lainnya xxx xxx

17 Persediaan xxx xxx

18 Jumlah Aset Lancar (4 s/d 17) xxx xxx

19

20 INVESTASI JANGKA PANJANG

21 Investasi Non-permanen xxx xxx

22 Pinjaman Kepada Perusahaan Negara xxx xxx

23 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah xxx xxx

24 Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

25 Investasi dalam Surat Utang Negara xxx xxx

26 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx

27 Investasi Non-permanen Lainnya xxx xxx

28 Jumlah Investasi Non-permanen (22 s/d 27) xxx xxx

29 Investasi Permanen

30 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx

31 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx

32 Jumlah Investasi Permanen (30 s/d 31) xxx xxx

33 Jumlah Investasi Jangka Panjang (28 + 32) xxx xxx

34

35 ASET TETAP

Page 52: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

FORMAT NERACA PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

Sumber: Lampiran I-B.4 PP Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik42

UraianNo. 20X1 20X0

NERACA PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTAPER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

(Dalam Rupiah)

36 Tanah xxx xxx

37 Peralatan dan Mesin xxx xxx

38 Gedung dan Bangunan xxx xxx

39 Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx

40 Aset Tetap Lainnya xxx xxx

41 Konstruksi dalam Pengerjaan xxx xxx

42 Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)

43 Jumlah Aset Tetap (36 s/d 42) xxx xxx

44

45 DANA CADANGAN

46 Dana Cadangan xxx xxx

47 Jumlah Dana Cadangan (46) xxx xxx

48

49 ASET LAINNYA

50 Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx

51 Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx

52 Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx

53 Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx

54 Aset Tak Berwujud xx xx

55 Aset Lain-lain xxx xxx

56 Jumlah Aset Lainnya (50 s/d 55) xxx xxx

57

58 JUMLAH ASET (18+33+43+47+56) xxxx xxxx

59

60 KEWAJIBAN

61

62 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

63 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) xxx xxx

64 Utang Bunga xxx xxx

65 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx

66 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

67 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx

68 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx

69 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx

70 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx

Page 53: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

43

FORMAT NERACA PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

Sumber: Lampiran I-B.4 PP Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

UraianNo. 20X1 20X0

NERACA PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTAPER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

(Dalam Rupiah)

71 Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx

72 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (63 s/d 71) xxx xxx

73

74 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

75 Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx

76 Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

77 Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx

78 Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx

79 Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx

80 Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx

81 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (78 s/d 80) xxx xxx

82 JUMLAH KEWAJIBAN (72+81) xxx xxx

83

84 EKUITAS DANA

85

86 EKUITAS DANA LANCAR

87 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) xxx xxx

88 Pendapatan yang Ditangguhkan xxx xxx

89 Cadangan Piutang xxx xxx

90 Cadangan Persediaan xxx xxx

91 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek xxx xxx

92 Jumlah Ekuitas Dana Lancar (87 s/d 91) xxx xxx

93

94 EKUITAS DANA INVESTASI

95 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang xxx xxx

96 Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx xxx

97 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx xxx

98 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang xxx xxx

99 Jumlah Ekuitas Dana Investasi (95 s/d 98) xxx xxx

100

101 EKUITAS DANA CADANGAN

102 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan xxx xxx

103 Jumlah Ekuitas Dana Cadangan (102) xxx xxx

104 JUMLAH EKUITAS DANA (92+99+103) xxx xxx

105

106 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (82+104) xxx xxx

Page 54: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

FORMAT NERACA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Sumber: Lampiran I-B.5 PP Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik44

UraianNo. 20X1 20X0

NERACA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAHPER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

(Dalam Rupiah)

1 ASET

2

3 ASET LANCAR

4 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx

5 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx

6 Piutang xxx xxx

7 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx

8 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx

9 Persediaan xxx xxx

10 Jumlah Aset Lancar (4 s/d 9) xxx xxx

11

12 ASET TETAP xxx xxx

13 Tanah xxx xxx

14 Peralatan dan Mesin xxx xxx

15 Gedung dan Bangunan xxx xxx

16 Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx

17 Aset Tetap Lainnya xxx xxx

18 Konstruksi Dalam Pengerjaan xxx xxx

19 Jumlah Aset Tetap (13 s/d 18) xxx xxx

20

21 ASET LAINNYA

22 Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx

23 Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx

24 Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx

25 Aset Tak Berwujud xxx xxx

26 Aset Lain-Lain xxx xxx

27 Jumlah Aset Lainnya (22 s/d 26) xxx xxx

28

29 JUMLAH ASET (10+19+27) xxxx xxxx

30

31 KEWAJIBAN

32

33 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK xxx xxx

Page 55: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

45

FORMAT NERACA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Sumber: Lampiran I-B.5 PP Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

UraianNo. 20X1 20X0

NERACA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAHPER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

(Dalam Rupiah)

34 Uang Muka dari Bendahara Umum Daerah xxx xxx

35 Pendapatan yang Ditangguhkan xxx xxx

36 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (34 s/d 35) xxx xxx

37 JUMLAH KEWAJIBAN (36) xxx xxx

38

39 EKUITAS DANA

40

41 EKUITAS DANA LANCAR

42 Cadangan Piutang xxx xxx

43 Cadangan Persediaan xxx xxx

44 Jumlah Ekuitas Dana Lancar (42 s/d 43) xxx xxx

45

46 EKUITAS DANA INVESTASI

47 Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx xxx

48 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx xxx

49 Jumlah Ekuitas Dana Investasi (47 s/d 48) xxx xxx

50 JUMLAH EKUITAS DANA (44+49) xxx xxx

51

52 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (37 + 50) xxxx xxxx

Page 56: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

FORMAT NERACA BENDAHARA UMUM DAERAH

Sumber: Lampiran I-B.6 PP Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik46

UraianNo. 20X1 20X0

NERACA BENDAHARA UMUM DAERAHPER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

(Dalam Rupiah)

1 ASET

2

3 ASET LANCAR

4 Kas di Kas Daerah xxx xxx

5 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx

6 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx

7 Piutang Pajak xxx xxx

8 Piutang Retribusi xxx xxx

9 Investasi Jangka Pendek xxx xxx

10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx

11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx

12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat xxx xxx

13 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx

15 Jumlah Aset Lancar (4 s/d 14) xxx xxx

16

17 INVESTASI JANGKA PANJANG

18 Investasi Non-permanen

19 Pinjaman Kepada Perusahaan Negara xxx xxx

20 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah xxx xxx

21 Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

22 Investasi dalam Surat Utang Negara xxx xxx

23 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx

24 Investasi Non-permanen Lainnya xxx xxx

25 Jumlah Investasi Non-permanen (19 s/d 24) xxx xxx

26 Investasi Permanen

27 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx

28 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx

29 Jumlah Investasi Permanen (27 s/d 28) xxx xxx

30 Jumlah Investasi Jangka Panjang (25 + 29) xxx xxx

31

32 DANA CADANGAN

33 Dana Cadangan xxx

Page 57: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

47

FORMAT NERACA BENDAHARA UMUM DAERAH

Sumber: Lampiran I-B.6 PP Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

UraianNo. 20X1 20X0

NERACA BENDAHARA UMUM DAERAHPER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

(Dalam Rupiah)

34 Jumlah Dana Cadangan (33) xxx xxx

35

36 ASET LAINNYA

37 Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx

38 Aset Lain-lain xxx xxx

39 Jumlah Aset Lainnya (37 s/d 38) xxx xxx

40

41 JUMLAH ASET (15+30+34+39) xxxx xxxx

42

43 KEWAJIBAN

44

45 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

46 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx

47 Utang Bunga xxx xxx

48 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang xxx xxx

49 Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx

50 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (46 s/d 49) xxx xxx

51

52 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

53 Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx

54 Utang Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx

55 Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx

56 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (53 s/d 55) xxx xxx

57

58 JUMLAH KEWAJIBAN (50+56) xxx xxx

59

60 EKUITAS DANA

61

62 EKUITAS DANA LANCAR xxx xxx

63 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) xxx xxx

64 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jk. Pendek xxx xxx

65 Jumlah Ekuitas Dana Lancar (63 s/d 64) xxx xxx

66

Page 58: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

FORMAT NERACA BENDAHARA UMUM DAERAH

Sumber: Lampiran I-B.6 PP Nomor 8 Tahun 2006

D. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan

aktivitas operasional, investasi aset non-keuangan, pembiayaan, dan transaksi

non-anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran,

dan saldo akhir kas pemerintah daerah selama periode tertentu.

Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan

dan pengeluaran kas, yang masing-masing didefinisikan sebagai berikut:

(a) Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum

Daerah.

(b)Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum

Daerah.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik48

UraianNo. 20X1 20X0

NERACA BENDAHARA UMUM DAERAHPER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

(Dalam Rupiah)

67 EKUITAS DANA INVESTASI

68 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang xxx xxx

69 Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx xxx

70 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx xxx

71 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jk. Panjang xxx xxx

72 Jumlah Ekuitas Dana Investasi (68 s/d 71) xxx xxx

73

74 EKUITAS DANA CADANGAN

75 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan xxx xxx

76 Jumlah Ekuitas Dana Cadangan (75) xxx xxx

77

78 JUMLAH EKUITAS DANA (65+72+76) xxx xxx

79

80 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (58+78) xxxx xxxx

Page 59: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

49

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSI

Lampiran I-C.3 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

UraianNo. 20X1 20X0

LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSIUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0

Metode Langsung(Dalam Rupiah)

1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi

2 Arus Masuk Kas

3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx

4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx

5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx

6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx

7 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx

8 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx

9 Dana Alokasi Umum xxx xxx

10 Dana Alokasi Khusus xxx xxx

11 Dana Otonomi Khusus xxx xxx

12 Dana Penyesuaian xxx xxx

13 Pendapatan Hibah xxx xxx

14 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx

15 Pendapatan Lainnya xxx xxx

16 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 15) xxx xxx

17 Arus Keluar Kas

18 Belanja Pegawai xxx xxx

19 Belanja Barang xxx xxx

20 Bunga xxx xxx

21 Subsidi xxx xxx

22 Hibah xxx xxx

23 Bantuan Sosial xxx xxx

24 Belanja Tak Terduga xxx xxx

25 Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota xxx xxx

26 Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota xxx xxx

27 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota xxx xxx

28 Jumlah Arus Keluar Kas (18 s/d 27) xxx xxx

29 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (16 - 28) xxx xxx

30 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan

31 Arus Masuk Kas

32 Pendapatan Penjualan atas Tanah xxx xxx

33 Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin xxx xxx

Page 60: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSI

Lampiran I-C.3 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik50

UraianNo. 20X1 20X0

LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSIUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0

Metode Langsung(Dalam Rupiah)

34 Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan xxx xxx

35 Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx

36 Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap Lainnya xxx xxx

37 Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya xxx xxx

38 Jumlah Arus Masuk Kas (32 s/d 37) xxx xxx

39 Arus Keluar Kas

40 Belanja Tanah xxx xxx

41 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx

42 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx

43 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx

44 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx

45 Belanja Aset Lainnya xxx xxx

46 Jumlah Arus Keluar Kas (40 s/d 45) xxx xxx

47 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan (38 - 46) xxx xxx

48 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan

49 Arus Masuk Kas

50 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx

51 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx

52 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx

53 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

54 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx

55 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx

56 Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx

57 Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya xxx xxx

58 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx

59 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx

60 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

61 Jumlah Arus Masuk Kas (50 s/d 60) xxx xxx

62 Arus Keluar Kas

63 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx

64 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx

65 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Pemerintah Pusat xxx xxx

66 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

Page 61: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

51

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSI

Lampiran I-C.3 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

UraianNo. 20X1 20X0

LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSIUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0

Metode Langsung(Dalam Rupiah)

67 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx

68 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx

69 Pembayaran Pokok Pinjaman DN – Obligasi xxx xxx

70 Pembayaran Pokok Pinjaman DN – Lainnya xxx xxx

71 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx

72 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx

73 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

74 Jumlah Arus Keluar Kas (63 s/d 73) xxx xxx

75 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (61 - 74) xxx xxx

76 Arus Kas dari Aktivitas Non-anggaran

77 Arus Masuk Kas

78 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx

79 Jumlah Arus Masuk Kas (78) xxx xxx

80 Arus Keluar Kas

81 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx

82 Jumlah Arus Keluar Kas (81) xxx xxx

83 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran (79 - 82) xxx xxx

84 Kenaikan/Penurunan Kas xxx xxx

85 Saldo Awal Kas di BUD xxx xxx

86 Saldo Akhir Kas di BUD (84+85) xxx xxx

87 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx

88 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx

89 Saldo Akhir Kas (86+87+88) xxx xxx

Page 62: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Lampiran I-C.4 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik52

UraianNo. 20X1 20X0

LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTAUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0

Metode Langsung(Dalam Rupiah)

1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi

2 Arus Masuk Kas

3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx

4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx

5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx

6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx

7 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx

8 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx

9 Dana Alokasi Umum xxx xxx

10 Dana Alokasi Khusus xxx xxx

11 Dana Otonomi Khusus xxx xxx

12 Dana Penyesuaian xxx xxx

13 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx

14 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx

15 Pendapatan Hibah xxx xxx

16 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx

17 Pendapatan Lainnya xxx xxx

18 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 17) xxx xxx

19 Arus Keluar Kas

20 Belanja Pegawai xxx xxx

21 Belanja Barang xxx xxx

22 Bunga xxx xxx

23 Subsidi xxx xxx

24 Hibah xxx xxx

25 Bantuan Sosial xxx xxx

26 Belanja Tak Terduga xxx xxx

27 Bagi Hasil Pajak xxx xxx

28 Bagi Hasil Retribusi xxx xxx

29 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya xxx xxx

30 Jumlah Arus Keluar Kas (20 s/d 29) xxx xxx

31 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (18 - 30) xxx xxx

32 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan

33 Arus Masuk Kas

Page 63: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

53

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Lampiran I-C.4 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

UraianNo. 20X1 20X0

LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTAUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0

Metode Langsung(Dalam Rupiah)

34 Pendapatan Penjualan atas Tanah xxx xxx

35 Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin xxx xxx

36 Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan xxx xxx

37 Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx

38 Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap xxx xxx

39 Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya xxx xxx

40 Jumlah Arus Masuk Kas (34 s/d 39) xxx xxx

41 Arus Keluar Kas

42 Belanja Tanah xxx xxx

43 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx

44 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx

45 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx

46 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx

47 Belanja Aset Lainnya xxx xxx

48 Jumlah Arus Keluar Kas (42 s/d 47) xxx xxx

49 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan (40-48) xxx xxx

50 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan

51 Arus Masuk Kas

52 Pencairan Dana Cadangan

53 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx

54 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx

55 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

56 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx

57 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx

58 Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx

59 Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya xxx xxx

60 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx

61 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx

62 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

63 Jumlah Arus Masuk Kas (52 s/d 62) xxx xxx

64 Arus Keluar Kas

65 Pembentukan Dana Cadangan

66 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx

Page 64: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Lampiran I-C.4 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik54

UraianNo. 20X1 20X0

LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTAUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0

Metode Langsung(Dalam Rupiah)

67 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx

68 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

69 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx

70 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx

71 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx

72 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya xxx xxx

73 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx

74 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx

75 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

76 Jumlah Arus Keluar Kas (65 s/d 75) xxx xxx

77 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (63 - 76) xxx xxx

78 Arus Kas dari Aktivitas Non-anggaran

79 Arus Masuk Kas

80 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx

81 Jumlah Arus Masuk Kas (80) xxx xxx

82 Arus Keluar Kas

83 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx

84 Jumlah Arus Keluar Kas (83) xxx xxx

85 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non-anggaran (81 - 84) xxx xxx

86 Kenaikan/Penurunan Kas

87 Saldo Awal Kas di BUD xxx xxx

88 Saldo Akhir Kas di BUD (86+87) xxx xxx

89 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx

90 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx

91 Saldo Akhir Kas (88+89+90) xxx xxx

Page 65: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

55

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSI

Sumber: Lampiran I-C.5 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

UraianNo. 20X1 20X0

LAPORAN ARUS KAS BENDAHARA UMUM DAERAH PROVINSIUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0

Metode Langsung(Dalam Rupiah)

1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi

2 Arus Masuk Kas

3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx

4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx

5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx

6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx

7 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx

8 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx

9 Dana Alokasi Umum xxx xxx

10 Dana Alokasi Khusus xxx xxx

11 Dana Otonomi Khusus xxx xxx

12 Dana Penyesuaian xxx xxx

13 Pendapatan Hibah xxx xxx

14 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx

15 Pendapatan Lainnya xxx xxx

16 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 15) xxx xxx

17 Arus Keluar Kas

18 Belanja Pegawai xxx xxx

19 Belanja Barang xxx xxx

20 Bunga xxx xxx

21 Subsidi xxx xxx

22 Hibah xxx xxx

23 Bantuan Sosial xxx xxx

24 Belanja Tak Terduga xxx xxx

25 Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota xxx xxx

26 Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota xxx xxx

27 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota xxx xxx

28 Jumlah Arus Keluar Kas (18 s/d 27) xxx xxx

29 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (16 - 28) xxx xxx

30 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan

31 Arus Masuk Kas

32 Pendapatan Penjualan atas Tanah xxx xxx

33 Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin xxx xxx

Page 66: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSI

Sumber: Lampiran I-C.5 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik56

UraianNo. 20X1 20X0

LAPORAN ARUS KAS BENDAHARA UMUM DAERAH PROVINSIUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0

Metode Langsung(Dalam Rupiah)

34 Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan xxx xxx

35 Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx

36 Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap Lainnya xxx xxx

37 Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya xxx xxx

38 Jumlah Arus Masuk Kas (32 s/d 37) xxx xxx

39 Arus Keluar Kas

40 Belanja Tanah xxx xxx

41 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx

42 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx

43 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx

44 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx

45 Belanja Aset Lainnya xxx xxx

46 Jumlah Arus Keluar Kas (40 s/d 45) xxx xxx

47 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan (38 - 46) xxx xxx

48 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan

49 Arus Masuk Kas

50 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx

51 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx

52 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx

53 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

54 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx

55 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx

56 Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx

57 Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya xxx xxx

58 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx

59 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx

60 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

61 Jumlah Arus Masuk Kas (50 s/d 60) xxx xxx

62 Arus Keluar Kas

63 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx

64 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx

65 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Pemerintah Pusat xxx xxx

66 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

Page 67: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

57

UraianNo. 20X1 20X0

LAPORAN ARUS KAS BENDAHARA UMUM DAERAH PROVINSIUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0

Metode Langsung(Dalam Rupiah)

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSI

Sumber: Lampiran I-C.5 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

67 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx

68 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx

69 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Obligasi xxx xxx

70 Pembayaran Pokok Pinjaman DN – Lainnya xxx xxx

71 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx

72 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx

73 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

74 Jumlah Arus Keluar Kas (63 s/d 73) xxx xxx

75 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (61 - 74) xxx xxx

76 Arus Kas dari Aktivitas Non-anggaran

77 Arus Masuk Kas

78 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx

79 Jumlah Arus Masuk Kas (78) xxx xxx

80 Arus Keluar Kas

81 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx

82 Jumlah Arus Keluar Kas (81) xxx xxx

83 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non-anggaran (79 - 82) xxx xxx

84 Kenaikan/Penurunan Kas

85 Saldo Awal Kas di BUD xxx xxx

86 Saldo Akhir Kas di BUD (84+85) xxx xxx

87 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx

88 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx

89 Saldo Akhir Kas (86+87+88) xxx xxx

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 68: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Sumber: Lampiran I-C.6 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik58

UraianNo. 20X1 20X0

LAPORAN ARUS KAS BENDAHARA UMUM DAERAH KABUPATEN/KOTAUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0

Metode Langsung(Dalam Rupiah)

1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi

2 Arus Masuk Kas

3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx

4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx

5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx

6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx

7 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx

8 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx

9 Dana Alokasi Umum xxx xxx

10 Dana Alokasi Khusus xxx xxx

11 Dana Otonomi Khusus xxx xxx

12 Dana Penyesuaian xxx xxx

13 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx

14 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx

15 Pendapatan Hibah xxx xxx

16 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx

17 Pendapatan Lainnya xxx xxx

18 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 17) xxx xxx

19 Arus Keluar Kas

20 Belanja Pegawai xxx xxx

21 Belanja Barang xxx xxx

22 Bunga xxx xxx

23 Subsidi xxx xxx

24 Hibah xxx xxx

25 Bantuan Sosial xxx xxx

26 Belanja Tak Terduga xxx xxx

27 Bagi Hasil Pajak xxx xxx

28 Bagi Hasil Retribusi xxx xxx

29 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya xxx xxx

30 Jumlah Arus Keluar Kas (20 s/d 29) xxx xxx

31 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (18 - 30) xxx xxx

32 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan

33 Arus Masuk Kas

Page 69: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

59

UraianNo. 20X1 20X0

LAPORAN ARUS KAS BENDAHARA UMUM DAERAH KABUPATEN/KOTAUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0

Metode Langsung(Dalam Rupiah)

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Sumber: Lampiran I-C.6 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

34 Pendapatan Penjualan atas Tanah xxx xxx

35 Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin xxx xxx

36 Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan xxx xxx

37 Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx

38 Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap xxx xxx

39 Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya xxx xxx

40 Jumlah Arus Masuk Kas (34 s/d 39) xxx xxx

41 Arus Keluar Kas

42 Belanja Tanah xxx xxx

43 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx

44 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx

45 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx

46 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx

47 Belanja Aset Lainnya xxx xxx

48 Jumlah Arus Keluar Kas (42 s/d 47) xxx xxx

49 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan (40 - 48) xxx xxx

50 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan

51 Arus Masuk Kas

52 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx

53 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx

54 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx

55 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

56 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx

57 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx

58 Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx

59 Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya xxx xxx

60 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx

61 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx

62 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

63 Jumlah Arus Masuk Kas (52 s/d 62) xxx xxx

64 Arus Keluar Kas

65 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx

66 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 70: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Sumber: Lampiran I-C.6 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

UraianNo. 20X1 20X0

LAPORAN ARUS KAS BENDAHARA UMUM DAERAH KABUPATEN/KOTAUntuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0

Metode Langsung(Dalam Rupiah)

67 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx

68 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

69 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx

70 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx

71 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx

72 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya xxx xxx

73 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx

74 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx

75 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

76 Jumlah Arus Keluar Kas (65 s/d 75) xxx xxx

77 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (63 - 76) xxx xxx

78 Arus Kas dari Aktivitas Non-anggaran

79 Arus Masuk Kas

80 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx

81 Jumlah Arus Masuk Kas (80) xxx xxx

82 Arus Keluar Kas

83 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx

84 Jumlah Arus Keluar Kas (83) xxx xxx

85 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non-anggaran (81 - 84) xxx xxx

86 Kenaikan/Penurunan Kas

87 Saldo Awal Kas di BUD xxx xxx

88 Saldo Akhir Kas di BUD (86+87) xxx xxx

89 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx

90 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik60

Page 71: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

61

E. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian

dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan

Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang

kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi

lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar

Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan

penyajian laporan keuangan secara wajar.

Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai

berikut:

(a)Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro,

pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala

dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;

(b) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;

(c) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan

kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-

transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;

(d)Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Standar Akuntansi

Pemerintahan yang belum disajikan pada lembar muka (on the face) laporan

keuangan;

(e) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul

sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja

dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas; dan

(f) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang

wajar, yang tidak disajikan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Lampiran I-D menjelaskan

bahwa sistematika Catatan atas Laporan Keuangan terdiri dari: Kebijakan

fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-Undang APBN/

Perda APBD, ikhtisar pencapaian kinerja keuangan, kebijakan akuntansi, dan

penjelasan atas perkiraan Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan

Arus Kas.

Dari beberapa hal yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan

Keuangan, adalah yang terakhir yang perlu kita bahas karena hal tersebut

relevan dengan pokok bahasan dalam modul ini. Pengungkapan atas komponen

laporan keuangan adalah sebagai berikut.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 72: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Laporan Realisasi Anggaran

1. Pendapatan

- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas selisih

lebih/kurang antara realisasi dengan anggaran pendapatan.

- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas selisih

antara pendapatan periode ini dengan pendapatan periode yang lalu.

- Penjelasan atas masing-masing jenis pendapatan.

2. Belanja

- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas selisih

lebih/kurang antara realisasi dengan anggaran belanja.

- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas selisih

antara belanja periode ini dengan belanja periode yang lalu.

- Penjelasan atas masing-masing jenis belanja.

3. Transfer

- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas selisih

lebih/kurang antara realisasi dengan anggaran transfer.

- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas selisih

antara transfer periode ini dengan transfer periode yang lalu.

- Penjelasan atas masing-masing jenis transfer.

4. Pembiayaan

- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas selisih

lebih/kurang antara realisasi dengan anggaran pembiayaan.

- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas selisih

antara pembiayaan periode ini dengan pembiayaan periode yang lalu.

- Penjelasan atas masing-masing jenis pembiayaan.

Neraca

1. Aset Lancar

Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos aset lancar,

seperti Kas di Bendahara Pengeluaran, Kas di Bendahara Penerimaan,

dan Piutang.

2. Investasi Jangka Panjang

Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos investasi jangka

panjang, seperti Penyertaan Modal Pemerintah, Investasi dalam Obligasi,

dan Pinjaman kepada Perusahaan Daerah.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik62

Page 73: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

63

3. Aset Tetap

Untuk seluruh perkiraan yang ada dalam kelompok aset tetap, diungkapkan

dasar pembukuannya. Diungkapkan pula (apabila ada) perbedaan pencatatan

perolehan aset tetap yang terjadi antara unit keuangan dengan unit yang

mengelola/mencatat aset tetap. Daftar aset tetap juga disertakan sebagai

lampiran laporan keuangan.

4. Aset Lainnya

Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos aset lainnya,

seperti Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan Ganti Rugi, dan Kemitraan

dengan Pihak Ketiga.

5. Kewajiban Jangka Pendek

Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos Kewajiban Jangka

Pendek, seperti Uang Muka dari Kas Umum Negara (KUN), Pendapatan

yang Ditangguhkan, Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, dan Utang

Bunga.

6. Kewajiban Jangka Panjang

Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos Kewajiban Jangka

Panjang, seperti Utang Dalam Negeri Obligasi, Utang Dalam Negeri Sektor

Perbankan, dan Utang Luar Negeri.

7. Ekuitas Dana Lancar

Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos Ekuitas Dana

Lancar, seperti Cadangan Piutang dan Cadangan Persediaan.

8. Ekuitas Dana Investasi

Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos Ekuitas Dana

Investasi, seperti Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang dan

Diinvestasikan dalam Aset Tetap.

Laporan Arus Kas

1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi

Menjelaskan arus masuk kas dan arus keluar kas dari aktivitas operasi,

seperti Pendapatan Pajak dan Belanja Pegawai.

2. Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan

Menjelaskan arus masuk kas dan arus keluar kas dari aktivitas investasi

aset non-keuangan, seperti Pendapatan Penjualan Aset dan Belanja Aset.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 74: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

3. Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan

Menjelaskan arus masuk kas dan arus keluar kas dari aktivitas pembiayaan,

seperti Penerimaan Pinjaman dan Pembayaran Pokok Pinjaman.

4. Arus Kas dari Aktivitas Non-anggaran

Menjelaskan arus masuk kas dan arus keluar kas dari aktivitas non-anggaran,

seperti Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga dan Pengeluaran Perhitungan

Fihak Ketiga.

Adapun pengungkapan-pengungkapan lain yang perlu diungkapkan

dalam Catatan atas Laporan keuangan adalah hal-hal yang mempengaruhi

laporan keuangan, antara lain:

a. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan.

b. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen

baru

c. Kontijensi, yaitu suatu kondisi atau situasi yang belum memiliki kepastian

pada tanggal neraca. Misalnya, jika ada tuntutan hukum yang substansial

dan hasil akhirnya bisa diperkirakan. Kontijensi ini harus diungkapkan dalam

catatan atas neraca.

d. Komitmen, yaitu bentuk perjanjian dengan pihak ketiga yang harus di

ungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

e. Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan.

f. Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan

yang harus ditanggulangi pemerintah

g. Kejadian penting setelah tanggal neraca (subsequent event) yang berpengaruh

secara signifikan terhadap perkiraan yang disajikan dalam neraca.

F. Rangkuman

Proses penyusunan laporan pemerintahan daerah sebagai berikut:

• Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku Pengguna Anggaran

menyusun Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan

Keuangan, disampaikan kepada kepala daerah melalui Pejabat Pengelola

Keuangan Daerah (PPKD).

• Kepala SKPD juga menyusun Laporan Kinerja dan menyampaikannya

kepada kepala daerah dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara.

• PPKD selaku Bendahara Umum Daerah (BUD) menyusun Laporan Realisasi

Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan,

disampaikan kepada kepala daerah.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik64

Page 75: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

65

• Berdasarkan Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah serta

laporan pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah tersebut,

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun Laporan Keuangan

pemerintah daerah yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,

Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

• PPKD menyampaikan Laporan Keuangan Pemda kepada kepala daerah

untuk memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Selanjutnya,

kepala daerah menyampaikannya kepada Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK).

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah terdiri dari:

• Laporan Realisasi Anggaran, menyajikan informasi mengenai pendapatan,

belanja, transfer, dan pembiayaan.

• Neraca, menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan pada

tanggal tertentu, dengan menyajikan informasi mengenai aset, kewajiban,

dan ekuitas dana.

• Laporan Arus Kas, menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas

operasional, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan transaksi non-

anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran,

dan saldo akhir kas pemerintah daerah selama periode tertentu.

• Catatan atas Laporan Keuangan, yang meliputi: Kebijakan fiskal/keuangan,

ekonomi makro, pencapaian target Undang-Undang APBN/Perda APBD,

ikhtisar pencapaian kinerja keuangan, kebijakan akuntansi, dan penjelasan

atas perkiraan Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 76: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Halaman ini sengaja dikosongkan

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik66

Page 77: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:

• Memperoleh pemahaman mengenai perbedaan analisis laporan

keuangan sektor bisnis dan sektor pemerintahan.

• Memperoleh pemahaman mengenai teknik-teknik yang digunakan

dalam analisis laporan keuangan pemerintah daerah.

67

Konsep AnalisisLaporanKeuangan

4Bab

A. Pendahuluan

Dalam literatur akuntansi, keuangan, dan pemeriksaan akuntan, kalau

kita coba bandingkan antara buku-buku yang mengulas tentang sektor publik

dan sektor bisnis, terlihat bahwa literatur untuk sektor publik relatif lebih sedikit.

Lebih jauh lagi, kalau kita coba untuk mencari lliteratur mengenai analisis

laporan keuangan sektor publik, maka akan sangat sulit kita memperolehnya

atau bahkan tidak akan mendapatkannya, karena memang sampai saat ini

belum ada.

Tentang analisis laporan keuangan, memang telah lama banyak

dilakukan oleh pengguna laporan keuangan, tetapi terbatas pada sektor bisnis.

Manajemen perusahaan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, seperti

investor, kreditor, analis keuangan, telah banyak menerapkan metode-metode

analisis laporan keuangan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan

yang telah dicapai dan untuk memprediksikan prospek perusahaan di masa

yang akan datang. Jadi, pelaku bisnis dan pihak-pihak terkait lainnya telah

banyak memanfaatkan hasil analisis laporan keuangan sebagai dasar bagi

pengambilan keputusan ekonomis yang mereka buat.

Di sisi lain, analisis laporan keuangan di sektor pemerintahan hampir

tidak pernah dilakukan. Kalaupun dilakukan perhitungan-perhitungan melalui

pembandingan beberapa pos laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 78: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

daerah, itu pun dengan perhitungan sederhana dengan penggunaan yang

terbatas. Misalnya, bila kita ingin mengetahui kinerja pencapaian pendapatan

daerah, kita bandingkan antara realisasi pendapatan asli daerah dengan target/

anggarannya, atau menghitung perbandingan antara realisasi pendapatan pajak

daerah dengan total realisasi pendapatan asli daerah. Untuk menilai pelaksanaan

belanja modal misalnya, kita dapat membandingkan realisasi belanja modal

dengan pagunya, atau membandingkan realisasi belanja modal dengan realisasi

total belanja.

Seiring dengan makin majunya penerapan prinsip akuntabilitas dan

transparansi, yang ditandai dengan perkembangan peraturan perundang-

undangan dalam bidang keuangan negara/daerah, maka dengan sendirinya

terjadi perubahan kebutuhan atas teknik analisis laporan keuangan pemerintah

daerah.

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, maka setiap pengelola keuangan daerah harus menyampai-

kan laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangannya tidak saja dalam

bentuk Laporan Realisasi Anggaran, tetapi juga meliputi Neraca, Laporan Arus

Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan Daerah. Dengan bertambahnya

komponen laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tersebut, seyogya-

nya terdapat pula perkembangan teknik analisis laporan keuangan pemerintah

daerah, agar pengguna laporan keuangan memiliki dasar yang memadai dalam

mengevaluasi kondisi dan kinerja keuangan pemerintah daerah, yang pada

akhirnya hasil analisis laporan keuangan tersebut dapat digunakan sebagai

dasar dalam perumusan kebijakan anggaran daerah di masa mendatang.

B. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Secara singkat analisis laporan keuangan dapat diartikan sebagai

upaya untuk mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan

suatu entitas tertentu. Untuk itu, seseorang yang melakukan analisis atas

laporan keuangan perlu menguraikan pos-pos laporan tersebut menjadi unit

informasi yang lebih rinci dan melihat hubungan antara satu dengan yang

lainnya guna mengetahui kondisi keuangan entitas tersebut untuk dijadikan

dasar dalam pengambilan keputusan.

Analisis laporan keuangan dilakukan dengan menggunakan metode

dan teknik analisis tertentu dalam melihat ukuran dan hubungan unsur laporan

keuangan. Hasil dari analisis tersebut diharapkan dapat meminimalkan bahkan

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik68

Page 79: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

69

menghilangkan penilaian yang bersifat dugaan semata, ketidakpastian,

pertimbangan pribadi dan lain sebagainya. Bahkan melalui analisis laporan

keuangan juga kemungkinan dapat diketahui adanya kesalahan proses

akuntansi. Dengan demikian akan menambah keyakinan pengguna laporan

atas data atau informasi yang tersedia sehingga pengambilan keputusannya

menjadi lebih akurat.

Beberapa karakteristik dari analisis laporan keuangan dapat diringkas

seperti di bawah ini.

• Fokus pada laporan keuangan utama

Sesuai pembahasan dalam modul ini, maka fokusnya adalah pada Laporan

Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan

Keuangan.

• Memuat analisis hubungan

Dalam hal ini, analisis laporan keuangan menguraikan hubungan pos-pos

dalam satu laporan keuangan, hubungan pos-pos antar laporan keuangan,

serta perbandingan dan kecenderungan pos-pos tersebut.

• Memuat implikasi dan prediksi

Analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak

kejadian atau transaksi masa lalu sekaligus untuk meramalkan prospek

keuangan di masa mendatang.

• Dipengaruhi oleh kemampuan analis

Bila terdapat beberapa analis atas satu informasi yang sama, kemungkinan

masing-masing analis dapat memberikan hasil analisis yang berbeda,

tergantung pada kemampuan atau ketajaman masing-masing analis.

Seperti yang disebutkan pada poin fokus analisis laporan keuangan

di atas, maka kita akan menggunakan laporan keuangan pemerintah daerah

sebagai bahan utama dalam melakukan analisis. Dengan demikian, akurasi

hasil analisis laporan keuangannya sangat tergantung pada akurasi dan

validitas angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah

daerah tersebut. Oleh karena itu, hasil analisis laporan keuangan akan lebih

baik bila laporan keuangannya dihasilkan dari sistem akuntansi pemerintah

daerah yang sudah berjalan dengan baik, dan laporan keuangan tersebut

telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 80: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

C. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan

Telah kita bahas di bab sebelumnya, bahwa informasi yang disajikan

dalam laporan keuangan adalah untuk tujuan umum, yang berarti bahwa

laporan tersebut disajikan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi semua

kelompok pengguna laporan keuangan. Oleh sebab itu, jika pengguna laporan

keuangan menginginkan informasi tambahan dari laporan keuangan yang

tersedia, maka perlu melakukan analisis atas laporan keuangan tersebut.

Dalam laporan keuangan pemerintah daerah misalnya, tidak ada informasi

yang menyebutkan derajat kemampuan pemda dalam membayar kembali

pinjaman yang diterimanya. Bila kita ingin menilai seberapa besar tingkat

kemampuan pemda membayar kewajibannya, maka kita perlu melakukan

analisis atas pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan pemda tersebut.

Secara umum telah kita peroleh pemahaman bahwa tujuan analisis

laporan keuangan adalah untuk menilai kondisi dan kinerja keuangan dari

suatu entitas. Adapun tujuan dari analisis laporan keuangan pemerintah daerah

adalah untuk hal-hal berikut ini.

• Meyakini ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

• Mengetahui kondisi keuangan pemerintah daerah serta perubahan-perubahan-

nya

• Mengetahui kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajibannya.

• Mengetahui kemampuan pemerintah daerah dalam menyediakan dana

untuk kegiatannya.

• Mengevaluasi kinerja pemerintah daerah dalam melaksanakan program-

programnya.

• Mengetahui potensi pemerintah daerah dalam menghasilkan sumber daya.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat kita formulasikan beberapa

manfaat yang dapat kita peroleh dari kegiatan analisis laporan keuangan,

antara lain sebagai berikut:

• Dapat menyediakan tambahan penjelasan atas data dan informasi yang

memang sudah tersedia pada laporan keuangan.

• Dapat memberikan informasi yang tidak secara eksplisit disajikan di dalam

laporan keuangan

• Dapat mengetahui terdapatnya kesalahan dan hal-hal yang bersifat tidak

konsisten yang terkandung dalam laporan keuangan.

• Dapat mengetahui sifat-sifat dari hubungan baik antar-pos maupun antar

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik70

Page 81: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

71

laporan, yang dapat digunakan untuk prediksi, rating, dan lain sebagainya.

• Dapat menilai perkembangan dan pencapaian yang diperoleh oleh suatu

entitas serta membuat proyeksi keuangan di masa mendatang.

• Dapat mengevaluasi kondisi keuangan entitas masa lalu, saat ini, dan

perkiraan di masa yang akan datang.

• Dapat mengetahui komposisi struktur keuangan entitas, sehingga dapat

memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu entitas.

D. Rangkuman

Analisis laporan keuangan merupakan upaya untuk mengidentifikasi

ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan pemerintah daerah, dengan

menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih

rinci dan melihat hubungan antar pos untuk mengetahui kondisi keuangan,

sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

Hasil dari analisis laporan keuangan diharapkan dapat meminimalkan

bahkan menghilangkan penilaian yang bersifat dugaan semata, ketidakpastian,

pertimbangan pribadi, dan kesalahan proses akuntansi.

Karakteristik dari analisis laporan keuangan adalah: (a) fokus pada

laporan keuangan utama, (b) memuat analisis hubungan, (c) mengandung

implikasi dan prediksi, dan (d) hasilnya tergantung pada kemampuan analisnya.

Secara umum, tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk menilai

kondisi dan kinerja keuangan; sedangkan tujuan analisis laporan keuangan

daerah adalah untuk: (a) mengetahui kondisi keuangan pemerintah daerah

serta perubahan-perubahannya, (b) meyakini ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku, (c) mengetahui kemampuan pemerintah

daerah dalam memenuhi kewajibannya, (d) mengetahui kemampuan pemerintah

daerah dalam menyediakan dana untuk kegiatannya, (e) mengevaluasi kinerja

pemerintah daerah dalam melaksanakan program-programnya, dan (f)

mengetahui potensi pemerintah daerah dalam menghasilkan sumber daya.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 82: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Halaman ini sengaja dikosongkan

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik72

Page 83: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:

• Memperoleh pemahaman mengenai perbedaan analisis laporan

keuangan sektor bisnis dan sektor pemerintahan.

• Memperoleh pemahaman mengenai teknik-teknik yang digunakan

dalam analisis laporan keuangan pemerintah daerah.

73

Analisis LaporanKeuanganPemerintah

5Bab

A. Kondisi Saat Ini

Landasan teori untuk analisis laporan keuangan pada sektor bisnis

sudah lama menjadi pokok bahasan dalam literatur akuntansi dan keuangan.

Dapat dikatakan bahwa penggunaan teknik-teknik analisis laporan keuangan

di sektor bisnis memang sudah memiliki pijakan teori yang sudah mapan

dengan nama dan kaidah pengukuran yang standar.

Sedangkan pada sektor publik, khususnya pada lingkungan pemerintah

daerah, adalah sebaliknya. Penggunaannya masih sangat terbatas, dengan

fokus pada laporan realisasi anggaran, karena memang belum didukung

dengan pembahasan teori analisis laporan keuangan pemerintah yang

memadai. Oleh karena itu, belum ada nama dan kaidah pengukuran yang

seragam.

Mengenai terbatasnya penggunaan teknik analisis laporan keuangan

pada pemerintah daerah, khususnya analisis perbandingan atau rasio, bila

dibandingkan dengan sektor bisnis, Widodo (2007) mengemukakan

penyebabnya adalah:

• Keterbatasan penyajian laporan keuangan pada lembaga pemerintah

daerah yang sifat dan cakupannya berbeda dengan penyajian laporan

keuangan oleh lembaga perusahaan yang bersifat komersial.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 84: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

• Selama ini penyusunan APBD sebagian masih dilakukan berdasarkan

pertimbangan incremental budget (seharusnya disusun berdasarkan

pendekatan kinerja sebagaimana tersebut dalam pasal 20 Peraturan

Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000), yaitu besarnya masing-masing

komponen pendapatan dan belanja dihitung dengan meningkatkan persentase

tertentu (biasanya berdasarkan tingkat inflasi). Karena disusun dengan

pendekatan secara incremental, maka sering kali mengabaikan rasio keuangan

dalam APBD, seperti adanya prinsip “yang penting pendapatan naik meskipun

untuk menaikkannya itu diperlukan biaya yang tidak efisien”.

• Penilaian keberhasilan APBD sebagai penilaian pertanggungjawaban

pengelolaan keuangan daerah lebih ditekankan pada pencapaian target,

sehingga kurang memperhatikan bagaimana perubahan yang terjadi pada

komposisi ataupun struktur APBDnya.

B. Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan Pemerintah

Sudah kita bahas pada bab sebelumnya, bahwa akurasi hasil analisis

laporan keuangan sangat tergantung pada akurasi dan validitas angka-angka

yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah daerah tersebut. Selain

itu, pada analisis laporan keuangan itu sendiri terdapat keterbatasan yang

inheren, antara lain sebagai berikut.

1. Sifat laporan keuangan adalah historis.

Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai transaksi dan kejadian

pada masa lalu. Oleh karena itu, laporan keuangan tidak dapat dianggap

sebagai laporan mengenai keadaan saat ini. Akuntansi bukan merupakan

satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan

ekonomis.

2. Informasi dalam laporan keuangan adalah bertujuan umum

Informasi dalam laporan keuangan tidak dirancang untuk memenuhi

kebutuhan informasi secara khusus bagi setiap kelompok pengguna laporan

keuangan. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah

teknis, dan pengguna laporan diasumsikan memahami bahasa teknis

akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. Oleh karena itu, dibutuhkan

pemahaman dasar terhadap akuntansi dan laporan keuangan yang disusun

berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik74

Page 85: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

75

3. Penggunaan taksiran dalam laporan keuangan

Di dalam penyusunan laporan keuangan tidak dapat dihindari adanya

penggunaan estimasi akuntansi, yang cenderung bersifat subyektif. Misalnya,

estimasi atas kemungkinan tidak tertagihnya piutang, estimasi masa manfaat

atau umur ekonomis aset tetap, dan lain sebagainya.

4. Hakikat laporan keuangan adalah informasi kuantitatif

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, terutama berupa informasi

kuantitatif yang bersifat keuangan. Oleh sebab itu, hasil analisis laporan

keuangan dengan sendirinya juga bersifat kuantitatif. Sedangkan informasi

yang dibutuhkan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja

pemerintah bukan hanya informasi kuantitatif, tetapi juga informasi kualitatif.

Contoh informasi kualitatif yang relevan dengan analisis laporan keuangan

adalah opini auditor independen mengenai laporan keuangan pemerintah

daerah, alasan-alasan tidak tercapainya target pajak daerah, alasan-alasan

meningkatnya jumlah defisit dari yang dianggarkan.

5. Laporan keuangan lebih menggambarkan kinerja keuangan

Laporan keuangan yang menjadi obyek analisis adalah laporan keuangan

yang lebih menggambarkan kinerja keuangan. Meskipun APBD disusun

dengan pendekatan kinerja, akan tetapi kinerja pelaksanaan program dan

kegiatan tidak dapat dilihat dalam laporan realisasi anggaran, melainkan

dalam laporan kinerja instansi pemerintah. Dengan demikian, analisis

laporan keuangan dapat dikatakan lebih cenderung pada analisis kinerja

keuangan. Namun demikian, analisis dapat dikembangkan sampai kepada

analisis kinerja program/kegiatan dengan mengumpulkan data-data

mengenai rencana dan realisasi program/kegiatan berikut target dan

capaian kinerjanya.

C. Teknik Analisis Laporan Keuangan Pemerintah

Pada sub bab terakhir ini, yang sekaligus merupakan sub topik terakhir

dari bagian kedua (Dasar-dasar Analisis Laporan Keuangan), akan dikemuka-

kan teknik-teknik yang akan digunakan dalam pembahasan Analisis Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah pada bagian ketiga, yang merupakan bagian

terakhir dari modul ini.

Teknik-teknik yang akan digunakan adalah sebagai berikut.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 86: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

1. Analisis hubungan pos-pos laporan keuangan

Teknik analisis hubungan dilakukan dengan menguji hubungan logis antar

pos, baik dalam satu laporan keuangan maupun antar laporan. Tujuan

analisis ini adalah untuk menguji kebenaran angka-angka laporan keuangan

yang disajikan. Misalnya, adanya belanja modal di laporan realisasi APBD,

semestinya berkorelasi langsung dengan kenaikan aset tetap. Untuk itu,

harus dilakukan analisis apakah kedua pos tersebut terbukti berhubungan.

Pembahasan selengkapnya terdapat di bab 6.

2. Analisis perbandingan pos-pos laporan keuangan

Teknik analisis perbandingan dilakukan dengan membandingkan satu atau

beberapa pos dengan satu atau beberapa pos lainnya dalam satu periode.

Analisis ini dapat juga digunakan untuk membandingkan satu pos yang

sama dalam laporan keuangan dua periode yang berurutan. Tujuan analisis

ini antara lain untuk menilai kondisi atau kinerja keuangan pemerintah

daerah. Misalnya, rasio realisasi pajak daerah, diperoleh dari perhitungan

atau perbandingan antara realisasi pajak daerah dengan anggarannya

atau target pajak daerah. Bila hasil perbandingannya menunjukkan angka

lebih besar dari 1, berarti mengindikasikan tingkat capaian yang baik.

Semakin besar angka rasionya, maka semakin baik pula kinerja dari

pencapaian pajak daerah tersebut. Selengkapnya mengenai teknik analisis

perbandingan ini, dibahas dalam bab 7.

3. Analisis kecenderungan pos-pos laporan keuangan

Teknik analisis kecenderungan dilakukan dengan membandingkan pos yang

sama untuk periode lebih dari dua tahun, sehingga diperoleh gambaran

mengenai kecenderungan dari suatu pos dalam laporan keuangan pemerintah

daerah. Analisis kecenderungan ini umumnya digunakan dalam membuat

prediksi keuangan. Misalnya prediksi pencapaian pajak daerah pada tahun

yang akan datang, diperkirakan berdasarkan data atau informasi ke-

cenderungan pencapaian pajak daerah beberapa periode yang lalu sampai

saat dilakukannya analisis kecenderungan. Teknik analisis kecenderungan

ini akan dibahas di bab 8, yaitu bab terakhir dalam modul ini.

D. Rangkuman

Akurasi hasil analisis laporan keuangan sangat tergantung pada

akurasi dan validitas laporan keuangan pemerintah daerah. Lebih jauh, analisis

laporan keuangan itu sendiri mengandung keterbatasan inheren, antara lain,

adalah:

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik76

Page 87: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

77

• Sifat laporan keuangan adalah historis.

• Informasi dalam laporan keuangan adalah bertujuan umum.

• Penggunaan taksiran dalam laporan keuangan.

• Hakikat laporan keuangan adalah informasi kuantitatif.

• Laporan keuangan lebih menggambarkan kinerja keuangan.

Teknik-teknik yang digunakan dalam analisis laporan keuangan

Pemerintah Daerah adalah:

• Analisis hubungan pos-pos laporan keuangan.

• Analisis perbandingan pos-pos laporan keuangan.

• Analisis kecenderungan pos-pos laporan keuangan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 88: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Halaman ini sengaja dikosongkan

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik78

Page 89: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

79

AnalisisHubungan

6Bab

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:

• Memperoleh pemahaman mengenai hubungan antar pos pada Laporan

Realisasi APBD.

• Memperoleh pemahaman mengenai hubungan antar pos pada Neraca.

• Memperoleh pemahaman mengenai hubungan antar pos laporan

keuangan pada Realisasi APBD dan Neraca.

• Memperoleh pemahaman mengenai hubungan antar pos laporan

keuangan pada Arus Kas, Realisasi APBD dan Neraca.

A. Pendahuluan

Pengguna laporan keuangan harus memahami bahwa pos-pos di

dalam suatu laporan keuangan dapat mempunyai kaitan atau hubungan satu

dengan lainnya. Contoh sederhana, jumlah ekuitas dana lancar, di dalam

neraca, harus sama dengan aset lancar dikurangi kewajiban jangka pendek.

Demikian halnya, beberapa pos antar laporan keuangan dapat mempunyai

kaitan satu dengan lainnya, misalnya jumlah akhir kas di dalam laporan arus

kas harus sama dengan jumlah akhir kas di dalam neraca. Contoh lain, jumlah

arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan di dalam laporan arus kas, harus

sama dengan jumlah pengeluaran pembiayaan di dalam laporan realisasi

anggaran.

Berikut adalah pembahasan mengenai hubungan pos-pos laporan keuangan

pemerintah daerah, yang meliputi:

• Laporan Realisasi APBD,

• Neraca,

• Laporan Realisasi APBD dan Neraca,

• Laporan Arus Kas, Laporan Realisasi APBD dan Neraca.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 90: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

B. Laporan Realisasi APBD

Pada saat penyusunan APBD harus diperhatikan rencana pembiayaan

untuk mengalokasikan (menutup) surplus/defisit. Untuk membahas beberapa

hubungan antar pos di dalam laporan realisasi APBD, perhatikan kembali

format laporan realisasi APBD pada bab 3, yang secara ringkas dapat dilihat

sebagai berikut:

Hubungan antar pos laporan realisasi APBD adalah sebagai berikut:

1) Bila anggaran direncanakan defisit (negatif), maka jumlah pembiayaan

neto harus positif dengan jumlah minimal sama dengan jumlah defisit

tersebut. Jumlah pembiayaan neto positif berarti jumlah penerimaan

pembiayaan lebih besar dari pada jumlah pengeluaran pembiayaan.

Laporan Realisasi APBD Pemerintah Daerah “Y”

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 200X

PENDAPATAN

Pendapatan Asli Daerah xxx

Dana Penimbangan xxx

Lain-Lain Pendapatan yang Sah xxx

Total Pendapatan : (1) xxx

BELANJA

Belanja Operasi xxx

Belanja Modal xxx

Belanja Tak Terduga xxx

Total Belanja : (2) xxx

Surplus (Defisit) : (3) = (1) – (2) xxx

PEMBIAYAAN

Penerimaan Pembiayaan : (4) xxx

Pengeluaran Pembiayaan : (5) xxx

Pembiayaan Neto : (6) = (4) – (5) xxx

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) : (7) = (3) + (6) xxx

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik80

Page 91: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

81

2) Pembiayaan neto yang jumlahnya negatif hanya diijinkan bila anggaran

direncanakan surplus, dan jumlah surplusnya minimal sama dengan jumlah

pembiayaan neto yang negatif tersebut. Jumlah pembiayaan neto negatif

berarti jumlah penerimaan pembiayaan lebih kecil dari jumlah pengeluaran

pembiayaan.

* Pembiayaan neto minimal harus sama dengan jumlah defisit yaitu Rp

9.090. Bila direncanakan ada pengeluaran pembiayaan misalnya sebesar

Rp 500, maka jumlah penerimaan pembiayaan minimal sebesar Rp

9.590 atau dengan rumus:

(dalam jutaan rupiah)

Pendapatan 60.710

Belanja 69.800

Defisit (9.090)

Pembiayaan:

Penerimaan Pembiayaan* 9.590

Pengeluaran Pembiayaan (500)

Pembiayaan Neto 9.090

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran -

Ilustrasi:

Defisit > Pembiayaan neto positifKondisi yang salah :

Surplus < Pembiayaan neto negatifKondisi yang salah :

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Kondisi yang benar :

Defisit < Pembiayaan neto positif

Penerimaan Pembiayaan > Defisit + Pengeluaran Pembiayaan

Kondisi yang benar :Surplus > Pembiayaan neto negatif

Page 92: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

3) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) akan muncul dalam beberapa

kondisi berikut:

(a)Bila jumlah pembiayaan neto positif lebih besar daripada jumlah defisit,

maka selisihnya menjadi SiLPA.

(b) Bila terjadi surplus dan pembiayaan neto positif.

(dalam jutaan rupiah)

Pendapatan 60.710

Belanja 59.800

Surpus 910

Pembiayaan:

Penerimaan Pembiayaan 3.000

Pengeluaran Pembiayaan (3.500)

Pembiayaan Neto (500)

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 410

Ilustrasi:

SiLPA = Defisit + Pembiayaan neto positif

Syarat: Pembiayaan neto positif > Defisit

(dalam jutaan rupiah)

Pendapatan 60.710

Belanja 69.800

Defisit (9.090)

Pembiayaan:

Penerimaan Pembiayaan 10.590

Pengeluaran Pembiayaan (500)

Pembiayaan Neto 10.090

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 1.000

Ilustrasi:

SiLPA = Surplus + Pembiayaan neto positif

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik82

Page 93: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

83

(dalam jutaan rupiah)

Pendapatan 60.710

Belanja 59.800

Surplus 910

Pembiayaan:

Penerimaan Pembiayaan 10.590

Pengeluaran (500)

Pembiayaan Neto 10.090

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 11.000

Ilustrasi:

SiLPA = Surplus + Pembiayaan neto negatif

Syarat: Surplus > Pembiayaan neto negatif

(dalam jutaan rupiah)

Pendapatan 60.710

Belanja 59.800

Surplus 910

Pembiayaan:

Penerimaan Pembiayaan 3.000

Pengeluaran Pembiayaan (3.500)

Pembiayaan Neto (500)

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 410

Ilustrasi:

(c)Bila terjadi pembiayaan neto negatif tetapi surplusnya lebih besar.

C. Neraca

Sebagaimana yang telah dibahas pada bab 3, neraca memberikan

informasi mengenai posisi keuangan, yaitu posisi aset, kewajiban dan ekuitas

dana pada tanggal tertentu. Informasi keuangan di dalam neraca dapat

memberikan manfaat, antara lain, sebagai berikut:

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 94: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

• Meningkatkan akuntabilitas untuk para manajer (kepala daerah dan para

pejabat pemda) ketika mereka menjadi bertanggung jawab tidak hanya

pada kas masuk dan kas keluar, tetapi juga pada aset dan utang yang

mereka kelola;

• Meningkatkan transparansi dari aktivitas pemerintah. Pemerintah umumnya

mempunyai jumlah aset yang signifikan dan utang, pengungkapan atas

informasi ini merupakan suatu elemen dasar dari transparansi fiskal dan

akuntabilitas.

• Memfasilitasi penilaian posisi keuangan dengan menunjukkan semua

sumber daya dan kewajiban.

• Memberikan informasi yang lebih luas yang dibutuhkan untuk pengambilan

keputusan.

Bila tidak ada informasi mengenai posisi aset, kewajiban dan ekuitas

dana seperti yang dilaporkan dalam neraca, maka akan mengakibatkan, antara

lain, hal-hal sebagai berikut:

• Pengaruh dari transaksi keuangan pada pemerintah daerah dalam suatu

periode tidak tercermin secara penuh, misalnya tidak ada pelaporan mengenai

piutang pajak, saldo aktiva persediaan, aktiva dalam konstruksi, kewajiban

saat ini untuk menyerahkan (membayar) sejumlah uang atau barang di masa

yang akan datang.

• Akuntabilitas terbatas pada penerimaan dan pengeluaran kas dan mengabai-

kan transparansi dan akuntabilitas untuk pengelolaan aset dan utang;

• Tidak memfasilitasi penilaian posisi keuangan, karena tidak menunjukkan

semua sumber daya dan kewajiban.

• Informasi yang dibutuhkan tidak memadai untuk pengambilan keputusan

yang lebih baik.

Untuk menguraikan beberapa hubungan antar pos di dalam neraca,

perhatikan kembali format neraca pada bab 3, yang secara ringkas terlihat

seperti di bawah ini.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik84

Page 95: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

85

Hubungan antar pos-pos di dalam neraca adalah sebagai berikut:

1).Total aset harus sama dengan total kewajiban dan ekuitas dana. Bila tidak,

dapat dipastikan masih ada kesalahan dalam penyusunan neraca tersebut.

2) Ekuitas dana menunjukkan jumlah aset bersih pemerintah daerah. Oleh

karena itu, total ekuitas dana harus sama dengan selisih antara total aset

dengan kewajiban.

3).Jumlah Ekuitas Dana Lancar harus sama dengan jumlah aset lancar di-

kurangi kewajiban jangka pendek.

4). Jumlah SiLPA di dalam ekuitas dana lancar adalah jumlah total kas dikurangi

Utang Perhitungan Fihak Ketiga (potongan taspen, askes, PPh dan PPn).

Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana

Ekuitas Dana = Aset – Kewajiban

Ekuitas Dana Lancar = Aset Lancar – Kewajiban Jangka Pendek

SiLPA = Total Kas – Utang PFK

NERACA

Pemerintah Daerah “Y”

Per 31 Desember 200X

ASET

Aset Lancar xxx

Investasi Jangka Panjang xxx

Aset Tetap xxx

Dana Cadangan xxx

Aset Lainnya xxx

Total Aset xxx

KEWAJIBAN

Kewajiban Jangka Pendek xxx

Kewajiban Jangka Panjang xxx

Total Kewajiban xxx

EKUITAS DANA

Ekuitas Dana Lancar xxx

Ekuitas Dana Investasi xxx

Ekuitas Dana Cadangan xxx

Total Ekuitas Dana xxx

Total Kewajiban dan Ekuitas Dana xxx

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 96: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

5).Jumlah Ekuitas Dana Investasi diperoleh dengan persamaan berikut:

6) Jumlah ekuitas dana cadangan menunjukkan jumlah aset berupa dana

cadangan. Oleh karena itu, jumlah ekuitas dana cadangan sama dengan

jumlah dana cadangan.

Berdasarkan data di atas komponen ekuitas dana dapat dihitung sbb.:

1) Total Ekuitas Dana = Total Aset - Total Kewajiban

Total Ekuitas Dana = Rp 13.835 - Rp 3.000

Total Ekuitas Dana = Rp 10.835

2) Ekuitas Dana Lancar = Aset Lancar - Kewajiban Jangka Pendek

Ekuitas Dana Lancar = Rp 2.130 – Rp 500

Ekuitas Dana Lancar = Rp 1.630

3) Ekuitas Dana Investasi = (Investasi Jangka Panjang + Aset Tetap + Aset

Lainnya) – Kewajiban Jangka Panjang

Ekuitas Dana Investasi = (Rp 2.450 + Rp 8.620 + Rp 75) – Rp 2.500

Ekuitas Dana Investasi = Rp 8.645

4) Ekuitas Dana Cadangan = Dana Cadangan

Ekuitas Dana Cadangan = Rp 560

Ekuitas Dana Investasi = Investasi Jangka Panjang + Aset Tetap + Aset Lainnya – Kewajiban Jangka Panjang

Ekuitas Dana Cadangan = Dana Cadangan

(dalam jutaan rupiah)

Ilustrasi: Data aset dan kewajiban Pemda ‘P’ untuk menyusun Neracaper 31 Desember 200X adalah sebagai berikut:

ASET

Aset Lancar Rp 2.130

Investasi Jangka Panjang Rp 2.450

Aset Tetap Rp 8.620

Dana Cadangan Rp 560

Aset Lainnya Rp 75

Total Aset Rp13.835

KEWAJIBAN

Kewajiban Jangka Pendek Rp 500

Kewajiban Jangka Panjang Rp 2.500

Total Kewajiban Rp 3.000

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik86

Page 97: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

87Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Setelah komponen ekuitas dana ditentukan, neraca dapat disusun sebagai

berikut:

D. Laporan Realisasi APBD dan Neraca

Untuk mengetahui hubungan antara laporan realisasi APBD dan

neraca, dapat dilakukan analisis sebagai berikut :

1) Bila ada belanja modal dalam laporan realisasi APBD, maka jumlah aset

tetap di dalam neraca harus bertambah dengan jumlah yang sama.

2) Bila ada penerimaan pembiayaan berupa penerimaan pinjaman dalam

laporan realisasai APBD, maka jumlah kewajiban (utang) di dalam neraca

harus bertambah dengan jumlah yang sama. Demikian sebaliknya, jika

terjadi pengeluaran pembiayaan berupa pembayaran pinjaman, jumlah

kewajiban di dalam neraca harus berkurang dengan jumlah yang sama.

3) Bila ada penerimaan pembiayaan berupa penggunaan dana cadangan

dalam laporan realisasi APBD, maka jumlah dana cadangan (aset) di dalam

neraca harus berkurang dengan jumlah yang sama. Demikian sebaliknya,

jika terjadi pengeluaran pembiayaan berupa pembentukan dana cadangan,

jumlah dana cadangan (aset) di dalam neraca harus bertambah dengan

jumlah yang sama.

NERACAPemerintah Daerah “P”Per 31 Desember 200X

ASET Rp

Aset Lancar 2.130

Investasi Jangka Panjang 2.450

Aset Tetap 8.620

Dana Cadangan 560

Aset Lainnya 75

Total ASET 13.835

KEWAJIBAN Rp

Kewajiban Jangka Pendek 500

Kewajiban Jangka Panjang 2.500

Total Kewajiban 3.000

EKUITAS DANA

Ekuitas Dana Lancar 1.630

Ekuitas Dana Investasi 8.645

Ekuitas Dana Cadangan 560

Total Ekuitas Dana 10.835

Total Kewajiban dan Ekuitas Dana 13.835

Page 98: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

4) Bila ada penerimaan pembiayaan berupa penjualan investasi perusahaan

daerah dalam laporan realisasi APBD, maka jumlah investasi jangka

panjang (aset) di dalam neraca harus berkurang dengan jumlah yang sama.

Demikian sebaliknya, jika terjadi pengeluaran pembiayaan berupa penyertaan

modal dalam perusahaan daerah, jumlah investasi jangka panjang (aset)

di dalam neraca harus bertambah dengan jumlah yang sama.

5) SiLPA pada kelompok ekuitas dana lancar di neraca harus sama dengan

jumlah SiLPA (akhir tahun) di laporan realisasi APBD. SiLPA di neraca

diperoleh dengan perhitungan: jumlah total kas dikurangi kewajiban pada

PFK (potongan taspen, askes, dan PPh dan PPn yang belum disetor).

E. Laporan Arus Kas, Realisasi APBD, dan Neraca

Untuk mengetahui hubungan Laporan Arus Kas dengan beberapa

pos laporan keuangan lainnya, perhatikan kembali format Laporan Arus Kas

pada bab 3, yang bentuk ringkasnya seperti di bawah ini.

Hubungan berikut perlu diperhatikan dalam menilai kebenaran angka-

angka dalam laporan arus kas, antara lain:

1) Saldo kas pada akhir tahun dalam Laporan Arus Kas harus sama dengan

jumlah kas pada akhir tahun di Neraca (per 31 Desember 200X).

2) Apakah jumlah arus kas masuk dari aktivitas operasi sudah benar?. Untuk

mengujinya dapat dibandingkan dengan jumlah pendapatan daerah dalam

laporan realisasi anggaran dengan rumus sebagai berikut :

LAPORAN ARUS KAS Pemerintah Daerah “Y”

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 200X

Arus Kas Dari Aktivitas Operasi xxx

Arus Kas Dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan xxx

Arus Kas Dari Aktivitas Pembiayaan xxx

Arus Kas Dari Aktivitas Non Anggaran xxx

Kenaikan/Penurunan Kas xxx

Saldo Kas Pada Awal Tahun xxx

Saldo Kas Pada Akhir Tahun xxx

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik88

Page 99: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

89

Perhatikan:

(a)Arus kas masuk dari aktivitas operasi yang berasal dari Lain-lain PAD

tidak termasuk pendapatan dari penjualan aset daerah yang tidak

dipisahkan. Alasannya, penjualan aset tersebut dalam laporan arus kas

dilaporkan dalam arus kas masuk dari aktivitas investasi aset non

keuangan.

(b)Laporan arus kas hanya melaporkan transaksi kas baik pendapatan,

belanja maupun pembiayaan. Sebagai contoh, pendapatan berupa

hibah dalam bentuk barang tidak akan dilaporkan dalam laporan arus

kas, tetapi dalam laporan realisasi APBD hibah tersebut tentu akan

dilaporkan, meski dalam bentuk barang.

3) Jumlah arus kas keluar dari aktivitas operasi sama dengan jumlah total

belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran tetapi tidak termasuk belanja

modal.

4) Jumlah arus kas masuk dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama

dengan jumlah pendapatan dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan

yang dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran sebagai kelompok

Lain-lain PAD (perhatikan penjelasan pada angka 2 huruf (a) di atas)

5) Jumlah arus kas keluar dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama

dengan jumlah belanja modal di laporan realisasi anggaran.

6) Jumlah arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan tidak akan sama dengan

jumlah penerimaan pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran, sebab

SiLPA tahun anggaran sebelumnya tidak dianggap sebagai komponen

arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan.

7) Jumlah arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan harus sama dengan

jumlah pengeluaran pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran.

Arus kas masuk dari aktivitas operasi = jumlah pendapatan daerah – penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 100: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Laporan Realisasi APBDPemerintah Daerah “Q”

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2005

Data lainnya mengenai posisi utang PFK dan kas:

• Data mengenai jumlah potongan PFK (Taspen, Askes, dan PPh 21) adalah

sebagai berikut:

PENDAPATAN

Pendapatan Asli Daerah

(termasuk penjualan aset daerah yang dipisahkan

sebesar Rp 10) 10.450

Dana Perimbangan 50.000

Lain-Lain Pendapatan yang Sah 260

Total Pendapatan : (1) 60.710

BELANJA

Belanja Operasi 40.200

Belanja Modal 24.100

Belanja Tak Terduga 5.500

Total Belanja : (2) 69.800

Surplus (Defisit) : (3) = (1) – (2) (9.090)

PEMBIAYAAN

Penerimaan Pembiayaan : (4)

(termasuk SiLPA tahun sebelumnya Rp 15.200) 21.400

Pengeluaran Pembiayaan (5) (5.200)

Pembiayaan neto : (6) = (4) – (5) 16.200

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA): (7) = (3) + (6) 7.110

Utang PFK per 31 Desember 2004 (PFK yang belum

disetor sampai akhir tahun) Rp 55

Potongan PFK selama tahun 2005 Rp 4.800

Jumlah PFK yang harus disetor Rp 4.855

Jumlah yang telah disetor selama tahun 2005 Rp 4.820

Utang PFK per 31 Desember 2005 (PFK yang belum

disetor sampai akhir tahun) Rp 35

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik90

Page 101: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

91

• Data saldo kas dalam neraca adalah sbb.:

Berdasarkan data-data di atas laporan arus kas dapat disusun dengan

melakukan analisis sbb.:

1) Arus kas masuk dari aktivitas operasi =

Total Pendapatan – Penjualan Aset Daerah yang Dipisahkan

Arus kas masuk dari aktivitas operasi =

Rp 60.710 – Rp 10 = Rp 60.700

2) Arus kas keluar dari aktivitas operasi =

Total Belanja – Belanja Modal = Arus kas keluar dari aktivitas operasi =

Rp 69.800 – Rp 24.100 = Rp 45.700

3) Arus kas masuk berasal dari aktivitas investasi non-keuangan =

Lain-lain PAD yang berasal dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan.

Arus kas masuk dari aktivitas investasi non-keuangan = Rp 10

4) Arus kas keluar dari aktivitas investasi non-keuangan = belanja modal.

Arus kas keluar dari aktivitas investasi non-keuangan = Rp 24.100

5) Arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan =

Jumlah penerimaan pembiayaan – SiLPA tahun sebelumnya

Arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan = Rp 21.400 – Rp 15.200

Arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan = Rp 6.200

6) Arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan = jumlah pengeluaran pembiayaan

Arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan = Rp 5.200

7) Arus kas masuk dari aktivitas non-anggaran = jumlah potongan PFK tahun

berjalan

Arus kas masuk dari aktivitas non-anggaran = Rp 4.800

8) Arus kas keluar dari aktivitas non-anggaran = jumlah potongan PFK yang

disetor selama tahun berjalan

Arus kas keluar dari aktivitas non-anggaran = Rp 4.820

Saldo kas dalam Neraca per 31 Desember 2004 Rp 15.255

Saldo kas dalam Neraca per 31 Desember 2005 Rp 7.145

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 102: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Selanjutnya, laporan arus kas secara ringkas dapat disusun sebagai

berikut :

Berdasarkan contoh di atas, SiLPA akhir tahun dalam Laporan Realisasi

APBD Pemda “Q” untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2005 adalah Rp

7.110. Jumlah SiLPA tersebut harus sama dengan jumlah SiLPA yang akan

dilaporkan pada kelompok “Ekuitas Dana Lancar” di Neraca, yang dapat

dihitung dengan rumus:

Berdasarkan data mengenai posisi kas dan utang PFK di atas, SiLPA dalam

neraca dapat dihitung:

Ternyata, jumlah SiLPA akhir tahun di Laporan Realisasi APBD sudah

sama dengan jumlah SiLPA di Neraca. Pengujian ini memberikan salah satu

indikasi bahwa penyusunan laporan keuangan sudah benar.

LAPORAN ARUS KASPemerintah Daerah “Q”

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2005 (dalam jutaan rupiah)

Arus Kas Dari Aktivitas Operasi

(Rp 60.700 – Rp 45.700) 15.000

Arus Kas Dari Aktivitas Investasi Aset Non-Keuangan

(Rp 10 – Rp 24.100) (24.090)

Arus Kas Dari Aktivitas Pembiayaan

(Rp 6.200 – Rp 5.200) 1.000

Arus Kas Dari Aktivitas Non-Cadangan

(Rp 4.800 – Rp 4.820) (20)

Kenaikan (Penurunan) Kas (8.110)

Saldo Kas Pada Awal Tahun 15.255

Saldo Kas Pada Akhir Tahun 7.145

Rp

SiLPA = Jumlah kas akhir tahun – Jumlah Kewajiban PFK akhir tahun

SiLPA = Rp 7.145 – Rp 35 = Rp 7.110.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik92

Page 103: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

93

F. Rangkuman

Hubungan antar pos laporan realisasi APBD adalah sebagai berikut:

1) Bila anggaran direncanakan defisit (negatif), maka jumlah pembiayaan neto

harus positif, dengan jumlah minimal sama dengan jumlah defisit tersebut.

(Jumlah pembiayaan neto positif berarti jumlah penerimaan pembiayaan

lebih besar dari pada jumlah pengeluaran pembiayaan).

2) Pembiayaan neto negatif hanya diijinkan bila anggaran direncanakan

surplus, dan jumlah surplusnya minimal sama dengan jumlah pembiayaan

neto yang negatif tersebut. (Jumlah pembiayaan neto negatif berarti jumlah

penerimaan pembiayaan lebih kecil dari jumlah pengeluaran pembiayaan).

3) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) akan muncul dalam beberapa

kondisi berikut:

• Bila jumlah pembiayaan neto positif lebih besar daripada jumlah defisit,

maka selisihnya menjadi SiLPA.

• Bila terjadi surplus dan pembiayaan neto positif.

• Bila terjadi pembiayaan neto negatif tetapi surplusnya lebih besar.

Hubungan antar pos-pos di dalam neraca adalah sebagai berikut:

1).Total aset harus sama dengan total kewajiban dan ekuitas dana. Bila

tidak, dapat dipastikan masih ada kesalahan dalam penyusunan neraca

tersebut.

2).Ekuitas dana menunjukkan jumlah aset bersih pemerintah daerah. Oleh

karena itu, total ekuitas dana harus sama dengan selisih antara total aset

dengan kewajiban.

3).Jumlah Ekuitas Dana Lancar harus sama dengan jumlah aset lancar di

kurangi kewajiban jangka pendek.

4).Jumlah SiLPA di dalam ekuitas dana lancar adalah jumlah total kas dikurangi

utang Perhitungan Fihak Ketiga (potongan taspen, askes, PPh dan PPn).

5).Jumlah Ekuitas Dana Investasi diperoleh dengan perhitungan:

Investasi Jangka Panjang + Aset Tetap + Aset Lainnya – Kewajiban Jangka

Panjang

6) Jumlah ekuitas dana cadangan menunjukkan jumlah aset berupa dana

cadangan. Oleh karena itu, jumlah ekuitas dana cadangan sama dengan

jumlah dana cadangan.

Hubungan berikut dapat digunakan dalam menilai kebenaran angka-

angka dalam laporan arus kas:

1) Saldo kas pada akhir tahun harus sama dengan jumlah kas pada akhir

tahun di Neraca.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 104: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

2) Jumlah arus kas masuk dari aktivitas operasi dapat sama dengan jumlah

pendapatan daerah dikurangi penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan

(dalam laporan realisasi anggaran)

3) Jumlah arus kas keluar dari aktivitas operasi sama dengan jumlah total

belanja (dalam laporan realisasi anggaran) tetapi tidak termasuk belanja

modal.

4) Jumlah arus kas masuk dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama

dengan jumlah pendapatan dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan

(dalam laporan realisasi anggaran).

5) Jumlah arus kas keluar dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama

dengan jumlah belanja modal di laporan realisasi anggaran.

6) Jumlah arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan harus sama dengan

jumlah pengeluaran pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik94

Page 105: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

95

AnalisisPerbandingan

7Bab

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:

• Memperoleh pemahaman mengenai keunggulan dan kelemahan

analisis perbandingan.

• Memperoleh pemahaman mengenai jenis-jenis analisis perbandingan

pada laporan keuangan daerah.

• Memperoleh pemahaman dan memiliki kemampuan untuk melakukan

analisis perbandingan pada laporan keuangan daerah.

A. Keunggulan dan Kelemahan Perbandingan

Perbandingan pos-pos laporan keuangan sering disebut dengan istilah

rasio keuangan. Oleh karena itu, jika seseorang atau lembaga melakukan

perhitungan dengan membandingkan pos-pos laporan keuangan suatu entitas,

dengan maksud untuk mengetahui capaian atau kinerja keuangan entitas

dimaksud, dikatakan ia/mereka melakukan analisis rasio keuangan.

Dibandingkan dengan teknik analisis keuangan lainnya, analisis rasio

keuangan memiliki keunggulan, antara lain, sebagai berikut:

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah

dibaca dan ditafsirkan;

2. Rasio merupakan pengganti (yang lebih sederhana) dari informasi yang

disajikan di dalam laporan keuangan (yang rinci dan rumit);

3. Standarisasi unit-unit pengukuran komponen keuangan pemerintah daerah;

4. Lebih mudah memperbandingkan kondisi keuangan pemerintah daerah

dengan pemerintah daerah lain atau melihat perkembangan pemerintah

daerah secara periodik;

5. Lebih mudah melihat perkembangan pemerintah daerah serta melakukan

prediksi di masa yang akan datang.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 106: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Di sisi lain, khususnya di sektor pemerintahan, analisis perbandingan

pos-pos laporan keuangan ini memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:

1. Belum ada keseragaman dalam hal istilah-istilah rasio maupun dalam

kaidah pengukurannya.

2. Belum ada standar atau patokan yang dapat digunakan untuk menilai baik

atau buruknya suatu angka rasio. Misalnya, bila rasio realisasi pendapatan

pajak mencapai 110%, apakah angka tersebut berarti sangat baik, baik,

sedang atau kurang; berapa angka rasio kemandirian yang harus dicapai

oleh pemda untuk dapat dikatakan mandiri dalam hal pendanaan.

3. Angka rasio yang dihasilkan dari perhitungan perbandingan pos-pos laporan

keuangan suatu pemda belum tentu dapat dibandingkan dengan angka

rasio pemda lainnya, karena mungkin saja teknik perhitungannya berbeda

atau pemilihan metode dan prinsip akuntasi yang berbeda.

4. Validitas angka rasio dipengaruhi secara otomatis oleh validitas angka-

angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan dan dipengaruhi oleh

kelemahan inheren laporan keuangan, seperti nilai perolehan historis, nilai

estimasian, kebebasan memilih metode akuntansi.

B. Jenis-jenis Perbandingan

Pengguna hasil analisis laporan keuangan di sektor bisnis umumnya

adalah investor, kreditor, manajemen dan analis keuangan. Sedangkan di sektor

publik (pemerintahan), pengguna hasil analisis laporan keuangannya lebih luas

lagi, yaitu Pemerintah Daerah (eksekutif), Pemerintah Pusat, DPRD (legislatif),

masyarakat, investor dan kreditor.

Di sektor bisnis (perusahaan), analisis perbandingan pos-pos laporan

keuangan umumnya dinyatakan dalam suatu ukuran rasio keuangan yang

terdiri dari:

1. Rasio likuiditas yaitu rasio untuk mengukur kemampuan suatu entitas

(organisasi) dalam membayar utangnya yang akan jatuh tempo dalam

jangka pendek.

2. Rasio solvabilitas yaitu rasio untuk mengukur kemampuan suatu entitas

untuk membayar semua utangnya.

3. Rasio leverage yaitu rasio untuk mengukur perbandingan dana yang disedia-

kan oleh pemilik dengan dana yang dipinjam dari kreditor;

4. Rasio aktivitas yaitu rasio untuk mengukur efektif-tidaknya perusahaan di

dalam menggunakan dan mengendalikan sumber daya yang dimilikinya;

5. Rasio profitabilitas yaitu rasio untuk mengukur kemampuan entitas dalam

menghasilkan laba (keuntungan).

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik96

Page 107: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

97

Sedangkan di sektor publik (pemerintahan), beberapa perbandingan

pos-pos laporan keuangan, khususnya APBD, adalah sebagai berikut:

1. Dari format laporan realisasi APBD, sebagaimana yang telah dibahas di

bab 3, terdapat dua perhitungan yaitu:

a. Perbandingan Realisasi vs Anggarannya

b. Perbandingan Realisasi Tahun Ini vs Tahun Lalu

2. Dari data APBD yang dikembangkan oleh Widodo (dalam Halim, 2007),

antara lain terdapat empat perhitungan, yaitu:

a. Kemandirian Keuangan Daerah

b. Efektifitas Pendapatan Asli Daerah

c. Efisiensi Pendapatan Asli Daerah

d. Keserasian Belanja

3. Dari adaptasi terhadap rasio keuangan sektor bisnis, terdapat tiga

perhitungan perbandingan, yaitu:

a. Likuiditas,

b. Solvabilitas, dan

c. Leverage

Untuk mempermudah penyebutannya, perbandingan dalam kelompok

1 dan 2 di atas (kecuali Kemandirian Entitas) disebut Perbandingan Pos APBD,

sedangkan kelompok 3 disebut Perbandingan Pos Neraca.

Perbandingan Realisasi vs Anggaran

Perbandingan ini untuk mengukur realisasi pos-pos APBD yang meliputi

realisasi pendapatan, belanja, surplus (defisit) dan pembiayaan. Perbandingan

ini pada dasarnya untuk mengetahui keberhasilan pencapaian target pendapatan

dan mengevaluasi ketaatan dalam pelaksanaan belanja dan pembiayaan.

Perbandingan Realisasi Sekarang vs Tahun Lalu

Perbandingan ini dimaksudkan untuk mengukur pertumbuhan (kenaikan/

penurunan) pos-pos APBD dalam dua tahun anggaran yang berurutan. Misalnya

perbandingan realisasi pajak daerah Tahun Anggaran (T.A.) 2006 terhadap

realisasi pajak daerah T.A. 2005 (komparatif vertikal). Bisa juga perbandingan

realisasi pos-pos APBD dilakukan antara satu pemda dengan pemda yang lain

untuk tahun anggaran yang sama (komparatif horizontal).

Efektifitas PAD

Perbandingan ini digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah

daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan

target yang ditetapkan (berdasarkan potensi riil daerah). Kemampuan daerah

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 108: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

dalam melaksanakan tugasnya dikatakan efektif, jika hasil perhitungannya

minimal sebesar 1 atau 100%.

Efisiensi PAD

Perhitungan ini menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya

yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan (PAD) dengan realisasi

pendapatan yang diterima. Suatu pemerintah daerah dikatakan efisien dalam

melakukan pemungutan PAD, jika hasil perhitungannya kurang dari 1 atau

lebih kecil dari 100%. Semakin kecil hasil perhitungannya, berarti kinerja

pemerintah daerah semakin baik.

Keserasian Belanja

Rasio keserasian ini digunakan untuk mengukur keserasian belanja

yang direalisasikan oleh pemda. Contoh, rasio total belanja tidak langsung

terhadap total belanja langsung, rasio biaya pemungutan pajak dengan

pendapatan pajak.

Likuiditas

Perhitungan likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan

pemerintah daerah dalam membayar utang (kewajiban) jangka pendeknya.

Rasio ini bisa diukur dengan rasio lancar dan rasio kas.

Solvabilitas

Perhitungan solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan

pemerintah daerah dalam membayar semua utangnya yang akan jatuh tempo.

Rasio ini bisa diukur dengan rasio utang terhadap aktiva atau rasio utang

terhadap ekuitas dana.

Leverage

Perhitungan leverage digunakan untuk mengukur perbandingan

antara ekuitas dana (kekayaan bersih pemerintah daerah) dengan total utang.

Kemandirian

Perbandingan ini digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian

pemerintah daerah dalam hal pendanaan aktivitasnya. Rasio ini dapat diukur

dengan membandingkan jumlah PAD terhadap jumlah DAU ditambah jumlah

pinjaman (selain utang PFK dan utang pajak PPn/PPh). Di samping itu, tingkat

kemandirian dapat juga dibaca sebagai indikator tingkat partisipasi masyarakat

lokal terhadap pembangunan daerah, indikator perkembangan ekonomi daerah

dan kesejahteraan masyarakatnya.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik98

Page 109: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

99

C. Perbandingan Pos APBD

Contoh laporan realisasi APBD di bawah ini akan digunakan untuk

memberikan ilustrasi mengenai beberapa perbandingan pos-pos APBD.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

PENDAPATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Bagian Laba dari Perusda/BUMD

Lain-lain PAD yang Sah

DANA PERIMBANGAN

Dana Bagi Hasil

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

BELANJA

BELANJA TIDAK LANGSUNG

Belanja Pegawai

Belanja Bunga

Belanja Subsidi

Belanja Bantuan Keuangan

Belanja Tak Terduga

BELANJA LANGSUNG

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Modal

SURPLUS (DEFISIT)

PEMBIAYAAN

Penerimaan Pembiayaan

Pengeluaran Pembiayaan

SiLPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran)

359.995

38.200

21.250

12.950

1.800

2.200

321.795

34.750

275.500

11.545

0

349.820

247.820

215.540

120

10.000

22.000

160

102.000

8.000

19.000

75.000

10.175

56.515

64.515

8.000

66.690

3360.353

38.603

21.568

13.145

1.650

2.240

321.750

34.750

275.500

11.500

0

347.933

246.355

214.400

120

10.000

21.700

135

101.578

7.978

18.660

74.940

12.420

56.515

64.515

8.000

68.935

338.265

36.665

20.210

12.560

1.750

2.145

301.600

35.600

255.500

10.500

0

281.200

208.940

188.540

150

8.500

11.600

150

72.260

7.160

14.500

50.600

57.065

7.450

10.450

3.000

64.515

Anggaran SetelahPerubahan

TA 2007

RealisasiTA 2007

RealisasiTA 2006

Laporan Realisasi APBD Pemerintah Daerah “Suka2”Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2007 dan 2006

(dalam jutaan rupiah)

Page 110: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

1. Realisasi vs Anggaran

Berdasarkan data di atas dapat digambarkan perhitungan realisasi anggaran

sebagai berikut:

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik100

Laporan Realisasi APBD Pemerintah Daerah “Suka2”Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2007 dan 2006

(dalam jutaan rupiah)

Anggaran SetelahPerubahan TA 2007

(1)Realisasi TA 2007

(2)

Rasio Realisasi(%)

(3) = (2) : (1)

PENDAPATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Bagian Laba dari Perusda/BUMD

Lain-lain PAD yang Sah

DANA PERIMBANGAN

Dana Bagi Hasil

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

BELANJA

BELANJA TIDAK LANGSUNG

Belanja Pegawai

Belanja Bunga

Belanja Subsidi

Belanja Bantuan Keuangan

Belanja Tak Terduga

BELANJA LANGSUNG

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Modal

SURPLUS (DEFISIT)

PEMBIAYAAN

Penerimaan Pembiayaan

Pengeluaran Pembiayaan

SiLPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran)

359.995

38.200

21.250

12.950

1.800

2.200

321.795

34.750

275.500

11.545

0

349.820

247.820

215.540

120

10.000

22.000

160

102.000

8.000

19.000

75.000

10.175

56.515

64.515

8.000

66.690

360.353

38.603

21.568

13.145

1.650

2.240

321.750

34.750

275.500

11.500

0

347.933

246.355

214.400

120

10.000

21.700

135

101.578

7.978

18.660

74.940

12.420

56.515

64.515

8.000

68.935

100,09

101,05

101,50

101,51

91,67

101,82

99,97

100

100

99,61

0

99,46

99,41

99,47

100

100

98,64

84,38

99,59

99,73

98,21

99,92

122,06

100

100

100

103,36

Page 111: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

101

Realisasi anggaran dihitung secara sederhana yaitu dengan membandingkan

realisasi pos-pos APBD (kolom 2) dengan anggarannya masing-masing

(kolom 1). Perbandingan ini tidak hanya dihitung untuk mengetahui tingkat

realisasi tahunan, tetapi juga bisa dilakukan untuk melihat realisasi triwulanan

dan semesteran.

Realisasi Pendapatan

Semua pos PAD melampaui targetnya masing-masing, kecuali pos bagian

laba dari BUMD, meskipun pelampauannya sangat kecil. Harus dicermati

bahwa target pendapatan T.A. 2007 (setelah perubahan anggaran) idealnya

harus lebih besar atau paling tidak sama dengan realisasi pendapatan T.A.

2006. Untuk itu, agar mendapat gambaran yang lebih baik, seyogyanya

realisasi pendapatan tahun berjalan dibandingkan dengan tahun sebelumnya,

misalnya realisasi pajak daerah TA 2007 dibandingkan dengan realisasi

pajak daerah TA 2006.

Realisasi Belanja

Realisasi belanja tidak diperkenankan melebihi plafonnya. Analisis rasio

realisasi belanja di atas menunjukkan angka tertinggi 100%, hal ini menunjuk-

kan ketaatan pada peraturan. Sementara rata-rata tingkat penyerapan

adalah lebih dari 90%, hal ini menunjukkan tingkat penyerapan dana yang

optimal.

Harus dicermati bahwa persentase tingkat penyerapan dana idealnya

selaras dengan tingkat penyelesaian kegiatannya (kinerja program/kegiatan).

Sebagai contoh, realisasi belanja pembangunan gedung (belanja modal)

adalah 100%, akan tetapi tingkat penyelesaian gedung tersebut baru 90%.

Hal ini perlu mendapat jawaban tersendiri dari pihak pengelola kegiatannya

kenapa hal tersebut terjadi. Sebaliknya bila tingkat penyelesaian gedung

tersebut sudah 100% sementara penyerapan dananya adalah 96%, berarti

terdapat efisiensi 4% dari anggaran belanjanya.

Surplus (defisit)

Pemda yang mengalami defisit belum tentu kinerjanya lebih buruk dari pemda

yang surplus, karena mungkin saja pemda yang defisit tersebut mempunyai

anggaran belanja kegiatan yang jauh lebih besar dibanding dengan pemda

yang surplus. Surplus (defisit) hakikatnya bukan merupakan anggaran, tetapi

perhitungan yang menunjukan selisih dari anggaran pendapatan dan anggaran

belanja. Dengan demikian, tidak ada larangan atau bukan hal yang salah

bila realisasi defisit melebihi 100% dari yang direncanakan (misal karena

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 112: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

anjloknya realisasi pendapatan pajak dari yang ditargetkan), sepanjang

jumlah pembiayaan netonya dapat menutup realisasi defisit tersebut.

Realisasi Pembiayaan

Anggaran pengeluaran pembiayaan sifatnya seperti belanja di mana jumlah

yang dianggarkan merupakan pagu yang tidak boleh dilewati. Sedangkan

anggaran penerimaan pembiayaan sifatnya seperti pendapatan di mana

jumlah yang dianggarkan adalah target yang boleh dilampaui, sepanjang

tidak ada peraturan khusus yang melarangnya.

SiLPA akhir tahun

Seperti halnya surplus (defisit), SiLPA hakikatnya bukan anggaran tetapi

perhitungan yaitu selisih antara surplus (defisit) dengan pembiayaan neto.

Dengan demikian, yang menjadi fokus evaluasi adalah realisasi pendapatan,

belanja, dan pembiayaan.

2. Realisasi Sekarang vs Tahun Lalu

Perhitungan perbandingan realisasi sekarang vs tahun lalu (rasio komparatif)

pada dasarnya sama dengan perhitungan realisasi anggaran di atas, yaitu

angka pada kolom (2) dibagi dengan angka pada kolom (1). Dalam hal ini,

kolom (1) diisi dengan angka-angka realisasi APBD TA 2006 dan kolom (2)

diisi dengan angka-angka realisasi APBD TA 2007.

Berdasarkan data di atas dapat di gambarkan penggunaan rasio realisasi

anggaran untuk perbandingan realisasi saat ini vs tahun lalu (komparatif)

sebagai berikut:

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik102

Realisasi TA 2006(1)

Realisasi TA 2007(2)

Rasio Komparatif(%)

(3) = (2) : (1)

338.265

36.665

20.210

12.560

1.750

2.145

360.353

38.603

21.568

13.145

1.650

2.240

106,53

105,29

106,72

104,66

94,29

104,43

PENDAPATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Bagian Laba dari Perusda/BUMD

Lain2 PAD yang Sah

Laporan Realisasi APBD Pemerintah Daerah “Suka2”Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2007 dan 2006

(dalam jutaan rupiah)

Page 113: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

103

a. Rasio komparatif untuk pendapatan dapat diturunkan menjadi rasio

pertumbuhan. Sebagai contoh pajak daerah TA. 2007 tumbuh 6,72%

(106,72%-100%). Harus dicermati untuk pos pendapatan yang cenderung

naik dan jumlahnya signifikan seperti pajak daerah, retribusi daerah, dana

alokasi umum (DAU). Bila rasio komparatif dari ketiga pos pendapatan ini

turun signifikan, misal rasionya 90% (angka ini bukan hasil penelitian),

maka perlu mendapat penjelasan dari pemda karena ketiga pos tersebut

secara normal cenderung naik setiap tahunnya dan rasio komposisinya

signifikan terhadap jumlah pendapatan daerah.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

301.600

35.600

255.500

10.500

0

281.200

208.940

188.540

150

8.500

11.600

150

72.260

7.160

14.500

50.600

57.065

7.450

10.450

3.000

64.515

321.750

34.750

275.500

11.500

0

347.933

246.355

214.400

120

10.000

21.700

135

101.578

7.978

18.660

74.940

12.420

56.515

64.515

8.000

68.935

106,68

97,61

107,83

109,52

0

123,73

117,91

113,72

80

117,64

187,07

90

140,57

111,42

128,69

148,10

21,76

758,59

617,37

266,67

106,85

DANA PERIMBANGAN

Dana Bagi Hasil

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

LAIN2 PENDAPATAN YANG SAH

BELANJA

BELANJA TIDAK LANGSUNG

Belanja Pegawai

Belanja Bunga

Belanja Subsidi

Belanja Bantuan Keuangan

Belanja Tak Terduga

BELANJA LANGSUNG

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Modal

SURPLUS (DEFISIT)

PEMBIAYAAN

Penerimaan Pembiayaan

Pengeluaran Pembiayaan

SiLPA (Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran)

Realisasi TA 2007(2)

Rasio Realisasi(%)

(3) = (2) : (1)Realisasi TA 2006

(1)

Laporan Realisasi APBD Pemerintah Daerah “Suka2”Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2007 dan 2006

(dalam jutaan rupiah)

Page 114: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

b. Rasio komparatif baik untuk pos pendapatan dan pos belanja secara umum

di atas 100%. Hal ini menunjukkan kondisi yang normal, terlebih lagi belanja

yang cenderung naik setiap tahunnya.

c. Rasio komparatif untuk pos pembiayaan naik spektakuler hingga rasio

tertinggi 758%. Hal ini disebabkan karena SiLPA awal tahun 2006 yang

masuk ke penerimaan pembiayaan TA 2006 jumlahnya jauh lebih kecil

(Rp 10.450 juta) dibanding SiLPA awal tahun 2007 yang masuk ke

penerimaan pembiayaan TA 2007 (Rp 64.515 juta), bila dalam contoh di

atas diasumsikan penerimaan pembiayaan hanya berasal dari SiLPA awal

TA 2007 sebesar Rp 64.515 berasal dari SiLPA akhir TA 2006.

Analisis rasio komparatif di atas dapat juga dikembangkan dengan me-

nambahkan kolom baru untuk jumlah perubahannya (yang menggambarkan

pertumbuhan positif/negatif), seperti berikut ini.

Perhitungan rasio komparatif lainnya adalah dengan membandingkan

Realisasi Anggaran T.A. 2007 terhadap nilai Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB). Sebagai contoh, bila PDRB pada T.A. 2007 sebesar Rp. 8,5 Triliun,

maka ilustrasinya dapat digambarkan sebagai berikut:

PAD

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Dst….

RealisasiTA 2007

(2)

%(4) =(3) : (1)

RealisasiTA 2006

( 1 )

Perubahan = Naik(Turun)

Jumlah(3) =(2) - (1)

RasioKomparatif

(%)(5) =(2) : (1)

Pos/Rekening

20.210

12.560

21.568

13.145

1.358

585

6,72

4,66

106,72

104,66

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik104

PENDAPATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Bagian Laba dari Perusda/BUMD

Lain2 PAD yang Sah

360.353

38.603

21.568

13.145

1.650

2.240

4.24%

0.45%

0.25%

0.15%

0.02%

0.03%

RealisasiTA 2007

(%) terhadap PDRB

(dalam jutaan rupiah)

Page 115: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

105

3. Keserasian

Berdasarkan Pemendagri 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah, belanja dibagi ke dalam dua kelompok: belanja tidak

langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung adalah belanja

yang tidak terkait langsung dengan adanya program dan kegiatan.

Sedangkan belanja langsung adalah belanja yang terkait secara langsung

dengan adanya program dan kegiatan.

Belanja langsung harus ditetapkan indikator kinerjanya sebab akan diukur

kinerja pelaksanaan program/kegiatannya. Sedangkan belanja tidak

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

RealisasiTA 2007

(%) terhadap PDRB

(dalam jutaan rupiah)

DANA PERIMBANGAN

Dana Bagi Hasil

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

LAIN2 PENDAPATAN YANG SAH

BELANJA

BELANJA TIDAK LANGSUNG

Belanja Pegawai

Belanja Bunga

Belanja Subsidi

Belanja Bantuan Keuangan

Belanja Tak Terduga

BELANJA LANGSUNG

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Modal

SURPLUS (DEFISIT)

PEMBIAYAAN

Penerimaan Pembiayaan

Pengeluaran Pembiayaan

SiLPA (Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran)

321.750

34.750

275.500

11.500

0

347.933

246.355

214.400

120

10.000

21.700

135

101.578

7.978

18.660

74.940

12.420

56.515

64.515

8.000

68.935

3.79%

0.41%

3.24%

0.14%

0.00%

4.09%

2.90%

2.52%

0.00%

0.12%

0.26%

0.00%

1.20%

0.09%

0.22%

0.88%

0.15%

0.66%

0.76%

0.09%

0.81%

Page 116: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

langsung tidak dapat (sulit) untuk ditetapkan indikator kinerjanya, karena

itu belanja tidak langsung tidak perlu diukur kinerjanya. Berdasarkan konsep

tersebut maka perbandingan yang serasi adalah bila belanja langsung

lebih besar dan semakin lebih besar dibanding belanja tidak langsung.

Analisis bisa dikembangkan lebih spesifik lagi dengan mencermati berapa

komposisi antara belanja langsung yang dinikmati secara langsung atau

sebagian besar oleh masyarakat (belanja publik) dan belanja langsung

yang tidak dinikmati secara langsung oleh masyarakat (belanja non publik).

Perbandingan yang serasi adalah bila belanja publik lebih besar dan semakin

lebih besar dibanding dengan belanja non publik.

Berdasarkan contoh di atas:

Rasio keserasian belanja = belanja langsung : belanja tidak langsung

Rasio keserasian belanja = 101.578 : 246.355 = 41,23%

Dapat dikatakan bahwa rasio belanja masih jauh dari keseimbangan

(keserasian) karena belanja tidak langsung masih mendominasi. Sedangkan

kondisi ideal yang diharapkan adalah belanja langsung (terutama yang

bermanfaat langsung bagi publik) yang lebih besar dan semakin lebih besar

dari belanja tidak langsung.

D. Perbandingan Pos Neraca

Data berikut ini diambil dari Neraca Pemerintah Daerah “Suka2” untuk

memberikan ilustrasi perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas, leverage, dan

kemandirian.

(dalam jutaan rupiah)

NERACA Pemerintah Daerah “Suka2”Per 31 Desember 2007

AKTIVA

Aktiva Lancar

Kas

Piutang Pajak Daerah

Persediaan

Investasi Jk Panjang

Aktiva Tetap

Dana Cadangan

PASSIVA

UTANG

Utang Jk. Pendek

Utang Potongan PFK

Utang Pajak Pusat

Bagian Lancar Utang Jk. Panjang

Utang Jk. Panjang

EKUITAS DANA

Ekuitas Dana Lancar

Ekuitas Dana Investasi

Ekuitas Dana Cadangan

Rp 663.325

12.890

6.890

1.550

2.340

3.000

6.000

650.435

65.935

579.500

5.000

Rp 663.325

72.825

68.935

2.350

1.540

25.000

560.500

5.000

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik106

Page 117: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

107

1. Likuiditas

Rasio likuiditas mengukur kemampuan pemda untuk membayar utang

(kewajiban) jangka pendeknya. Rasio ini bisa diukur dengan rasio lancar

dan rasio kas (terhadap utang jk. Pendek). Pos persediaan pada neraca

pemda umumnya bukan persediaan barang dagang yang ditujukan untuk

dijual tetapi untuk digunakan dalam operasi pemerintah atau diserahkan

kepada masyarakat. Oleh karena itu, dalam perhitungan rasio lancar

sebaiknya pos persediaan tidak diperhitungkan.

Rasio lancar = (aktiva lancar – persediaan) : utang jk. Pendek

Rasio lancar = (72.825 – 1.540) : 6.890

Rasio lancar = 10,35

Rasio lancar ini menunjukkan perbandingan antara aktiva lancar (di luar

persediaan) dengan utang jangka pendek yang besarnya adalah 10,53:1.

Hal ini berarti untuk setiap Rp 1 utang, pemda mempunyai Rp 10,35 aktiva

yang sangat lancar. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan

pemda sangat likuid.

Rasio kas = kas dan setara kas : utang jk. Pendek

Rasio kas = 68.935 : 6.890

Rasio kas = 10

Kesimpulan: rasio kas menunjukkan perbandingan yang lebih likuid dari

rasio lancar, dalam hal ini perbandingan antara kas dengan utang jangka

pendek adalah 10 : 1. Hal ini berarti untuk setiap Rp 1 utang, pemda

mempunyai Rp 10 kas dan setara kas. Kondisi ini menunjukkan bahwa

kodisi keuangan pemda sangat likuid. Artinya tanpa harus menunggu

ditagihnya piutang pajak, pemda sudah dapat melunasi utang jangka pendek

tsb pada saat ini.

2. Solvabilitas

Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan pemda untuk

membayar semua utangnya yang akan jatuh tempo. Rasio ini bisa diukur

dengan rasio aktiva terhadap utang atau rasio ekuitas dana terhadap utang.

Rasio solvabilitas = total aktiva : total utang

Rasio solvabilitas = 663.325 :12.890 = 51,46

Kesimpulan: rasio solvabilitas menunjukkan perbandingan antara total

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 118: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

aktiva dengan total utang yang besarnya adalah 51,46 : 1. Hal ini berarti

untuk setiap Rp 1 utang, pemda mempunyai Rp 51,46 aset. Kondisi ini

menunjukkan bahwa kondisi keuangan pemda masih sangat solvable.

3. Leverage

Rasio leverage digunakan untuk mengukur perbandingan antara ekuitas

dana (kekayaan bersih pemda) dengan total utang. Rasio leverage selama

ini hanya digunakan di sektor perusahaan untuk mengukur komposisi sumber

pembiayaan yang berasal dari kreditor dan investor. Di pemerintah daerah,

rasio ini mungkin belum (tidak) merupakan rasio yang penting sebab tingkat

utang daerah yang masih relatif kecil dan syarat penarikan pinjaman daerah

menggunakan DSCR dan rasio maksimum pinjaman.

Rasio leverage = total ekuitas dana : total utang

Rasio leverage = 650.435 : 12.890 = 50,46

Kesimpulan: rasio leverage menunjukkan perbandingan antara kekayaan

bersih (ekuitas dana) dengan utang, yang besarnya adalah 50 : 1. hal ini

menunjukkan bahwa kondisi keuangan Pemkab Masyarakat Sejahtera

sangat solid.

4. Kemandirian

Rasio kemandirian digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian pemda

dalam hal pendanaan aktivitasnya. Rasio ini dapat diukur dengan membanding-

kan jumlah PAD terhadap jumlah DAU ditambah jumlah pinjaman (selain

utang PFK dan utang pajak PPn/PPh).

Dana alokasi umum merupakan dana yang berasal dari APBN yang

ditransfer ke pemda dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Dana

alokasi umum masih merupakan sumber pembiayaan yang utama (andalan)

bagi pemda-pemda pada umumnya. Dengan demikian, dapat dikatakan

bila perbandingan sumber pembiayaan dari PAD terhadap DAU semakin

besar, berarti hal ini menunjukkan tingkat kemandirian yang semakin

meningkat pula. Bila pinjaman jumlahnya dianggap material, maka untuk

mengukur kemandirian unsur pinjaman tersebut harus diperhitungkan,

akan tetapi sebaiknya mengeluarkan utang PFK dan utang pajak pusat

sebab kedua jenis utang tersebut tidak dimaksudkan untuk menambah

sumber pendanaan pemda.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik108

Page 119: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Rasio kemandirian =

Realisasi PAD : {DAU + (Utang – Utang PFK – Utang pajak pusat)}

Rasio kemandirian = 38.603 : {275.500 + (12.890 – 1.550 – 2.340)}

Rasio kemandirian = 38.603 : 284.500 = 13,57%

E. Rangkuman

Analisis perbandingan pos-pos laporan keuangan pemerintah daerah

memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:

• Belum ada keseragaman.

• Belum ada standar untuk melakukan penilaian

• Hasil perhitungannya belum tentu dapat dibandingkan

• Validitas hasil perhitungannya tergantung pada validitas angka-angka

laporan keuangan

Beberapa perbandingan pos-pos laporan keuangan pemerintah daerah

adalah sebagai berikut:

• Perbandingan Realisasi vs Anggarannya

• Perbandingan Realisasi Tahun Ini vs Tahun Lalu

• Kemandirian Keuangan Daerah

• Efektifitas Pendapatan Asli Daerah

• Efisiensi Pendapatan Asli Daerah

• Keserasian Belanja

• Likuiditas

• Solvabilitas

• Leverage

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 109

Page 120: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Halaman ini sengaja dikosongkan

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik110

Page 121: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

111

AnalisisKecenderungan

8Bab

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:

• Memperoleh pemahaman mengenai pengertian analisis kecenderungan

beserta sifat-sifatnya.

• Memperoleh pemahaman dan memiliki kemampuan untuk melakukan

analisis kecenderungan dengan menggunakan tahun dasar, bergerak,

dan menggunakan diagram pencar.

A. Pengertian dan Sifat Analisis Kecenderungan

Analisis kecenderungan (trend) adalah suatu teknik analisis yang

mencoba untuk mengidentifikasi pola-pola dari kecenderungan (perubahan-

perubahan yang terjadi dalam beberapa periode yang telah lalu) sebagai

dasar dari evaluasi dan prediksi keadaan atau perubahan di masa mendatang.

Suatu perubahan tentunya dapat diakibatkan oleh adanya interaksi

dari sejumlah faktor (variabel). Apabila faktor-faktor tersebut diperkirakan

dapat menyebabkan perubahan terhadap data yang kita analisis, maka dalam

hal ini dapat digunakan analisis sebab-akibat. Penggunaan regresi linear

sederhana dan regresi berganda merupakan contoh dari analisis sebab-akibat.

Sementara itu, apabila kita hanya menyusun suatu model dengan

menggunakan hubungan antara variabel tanpa memperhatikan apakah yang

satu mempengaruhi yang lain atau tidak, maka kita melakukan analisis

kecenderungan sederhana. Dengan demikian, sifat-sifat analisis kecenderungan

dapat disimpulkan sebagai berikut :

• Bertujuan untuk mengetahui arah atau kecenderungan suatu pos (misalnya

pos belanja pemeliharaan, pos pendapatan pajak daerah).

• Membutuhkan data runtut waktu (time series data) selama beberapa tahun

sebagai bahan analisis.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 122: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

• Analisis dilakukan dengan membandingkan (menghubungkan) angka-

angka untuk pos yang sama dari laporan beberapa tahun yang berurutan.

Pada bagian berikut akan dibahas tiga metode analisis kecenderungan

sederhana, yaitu analisis kecenderungan dengan tahun dasar, analisis

kecenderungan bergerak (dari tahun ke tahun), dan analisis kecenderungan

dengan diagram pencar.

B. Analisis Kecenderungan dengan Tahun Dasar

Analisis kecenderungan sederhana dimaksudkan hanya untuk me-

ngetahui kecenderungan suatu pos (naik atau turun) dengan membandingkan

angka-angka untuk pos yang sama dari laporan beberapa tahun yang berurutan,

tanpa mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi perubahan dari

pos tersebut.

Data berikut adalah untuk contoh perhitungan analisis kecenderungan

dengan menggunakan tahun dasar.

Analisis kecenderungan pada contoh di atas menggunakan belanja

tahun 2001 sebagai tahun dasar, dengan jumlah belanja sebesar Rp 200 juta.

Dengan demikian, indeks belanja pemeliharaan gedung tahun 2001 sampai

dengan 2005 dihitung dengan rumus:

Dengan demikian, kita dapat melihat besarnya kenaikan dari tahun

ke tahun dengan membandingkan kecenderungan (persentase dari tahun

dasarnya) tahun ke (n) dikurangi dengan kecenderungan tahun ke (n-1). Dari

perhitungan di atas, dengan melihat kenaikan dari tahun 2002 sampai dengan

2005, maka kita dapat memperkirakan kenaikan tahun 2006, yaitu kurang

lebih 40% atau besarnya belanja pemeliharaan gedung tahun 2006 kira-kira

sebesar Rp 280 juta atau 140% X Rp 200 juta.

Belanja tahun n----------------------------------- X 100%Belanja tahun 2001

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik112

(dalam jutaan rupiah)

Jenis Belanja Th. 2001 Th. 2002Th. 2003Th. 2004Th. 2005

Belanja Pemeliharaan Gedung 200 220 245 260 270

Kecenderungan (%) 100 110 123 130 135

Kenaikan dari tahun dasar - 10 23 30 35

Page 123: analisis lap keuangandaerah

C. Analisis Kecenderungan Bergerak

Kelemahan dari analisis kecenderungan dengan tahun dasar adalah

tidak dapat diketahui secara langsung berapa rata-rata kenaikan per tahunnya.

Oleh sebab itu, kita dapat menggunakan analisis kecenderungan bergerak

(dari tahun-ke-tahun) untuk mengetahui rata-rata kenaikan per tahun.

Misalnya terdapat data tentang Belanja Pemeliharaan Gedung sbb

Analisis kecenderungan perubahan pada contoh tersebut menggunakan

tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menghitung perubahan (kenaikan

atau penurunan), atau dapat dinyatakan dengan rumus:

Teknik analisis ini pada dasarnya sama dengan teknik analisis rasio

komparatif hanya di sini melibatkan data beberapa tahun agar diperoleh rata-

rata kenaikan per tahunnya. Selanjutnya, rata-rata kenaikan per tahun tersebut

dapat digunakan untuk mengestimasi kenaikan yang normal untuk tahun

berikutnya.

Dari contoh tersebut diketahui bahwa kenaikan belanja pemeliharaan

gedung berkisar antara 3,85% s.d. 11,36% atau rata2 sebesar 7,83%. Implikasi

dari hasil analisis ini adalah bila belanja pemeliharaan gedung yang diusulkan

untuk tahun 2006 naik di atas 11,36% (dari belanja th. 2005), maka perlu lebih

dicermati, apakah karena faktor inflasi semata, faktor volume pemeliharaan

gedung yang meningkat, atau kedua-duanya.

Selanjutnya, bila kita menggunakan angka kenaikan rata-rata untuk

mengestimasi belanja pemeliharaan gedung tahun 2006, maka diperkirakan

belanja pemeliharaan gedung tahun 2006 adalah sekitar Rp 300 juta, dengan

perhitungan: Rp 270 juta x 107,83% = Rp 299,76 juta

Analisis LaporanKeuanganDaerah

113

Belanja tahun n+1 – Belanja tahun n------------------------------------------------- X 100% Belanja tahun n

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Jumlah Kenaikan Keterangan

2001 2002002 220 10% Kenaikan dari th. 20012003 245 11,36% Kenaikan dari th. 20022004 260 6,12% Kenaikan dari th. 20032005 270 3,85% Kenaikan dari th. 2004

Rata-rata kenaikan per tahun 7,83% Kenaikan dari th. 2005

Page 124: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

D. Analisis Kecenderungan dengan Diagram Pencar

Metode ini dilakukan dengan penarikan garis kecenderungan yang

mendekati (mengikuti) pola dari sebaran titik-titik yang ada dalam grafik.

Penggambaran garis kecenderungan dapat dilakukan dengan tangan bebas

atau dengan bantuan penggaris.

Berikut ini disajikan data tentang hasil pajak daerah suatu pemda

selama 10 tahun terakhir dan langkah-langkah bagaimana menentukan garis

kecenderungannya.

Pendapatan Pajak Daerah, periode 1996 s.d. 2005

Maka diagram pencarnya akan nampak seperti di bawah ini.

Pendapatan Pajak Daerah, periode 1996 s.d. 2005

(dalam jutaan rupiah)

40.000

30.000

20.000

10.000

96 97 98 99 00 01 02 03 04 05

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik114

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Pajak daerah

1996 14.750

1997 12.245

1998 10.320

1999 11.145

2000 23.730

2001 23.766

2002 18.165

2003 26.680

2004 28.465

2005 37.062

Page 125: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

115

Langkah-langkah menentukan garis kecenderungan tersebut di atas

adalah sebagai berikut:

- Buat sumbu tegak Y (yang menunjukkan variable pendapatan pajak daerah)

dan sumbu mendatar X (yang menggambarkan tahun anggaran).

- Dari data yang tersedia pada contoh di atas, buat scatter plot, yaitu kumpulan

titik-titik koordinat (X,Y)

- Dengan jalan observasi atau pengamatan langsung terhadap bentuk scatter

plot, tariklah garis yang kira-kira mendekati (mengikuti) pola dari titik-titik

koordinat yang ada.

Dari diagram di atas maka kita dapat memprediksi pendapatan pajak

daerah untuk tahun-tahun yang akan datang. Garis kecenderungan di atas

juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya keanehan atau ketidak-

aturan yang terjadi. Dengan membandingkan garis kecenderungan dengan

sebaran titik-titik berdasarkan data yang sebenarnya, maka kita dapat melihat

adanya titik-titik yang ‘tidak mengikuti aturan’ misalnya terlalu jauh dari garis

kecenderungan.

Langkah selanjutnya adalah meneliti mengapa situasi tersebut terjadi,

atau kita dapat melakukan analisis hubungan antar variabel, misalnya antara

keadaan ekonomi, kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, biaya

sosialisasi dan pemungutan pajak dengan jumlah pendapatan pajak daerah.

Bagi pemerintah daerah, analisis di atas tentunya sangat bermanfaat

sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi kinerja satker yang bertanggung

jawab atas perolehan pajak daerah, misalnya Dinas Pendapatan Daerah. Di

samping itu, analisis ini dapat juga digunakan sebagai dasar pertimbangan

untuk perencanaan pada tahun-tahun berikutnya.

Bagi auditor, hasil diatas dapat digunakan untuk membuat perencanaan

audit dalam menentukan luasnya dan lokasi bukti-bukti yang akan diuji. Di

samping itu, hasil analisis tersebut dapat juga digunakan sebagai bahan untuk

membuat kesimpulan audit dan saran-saran perbaikan yang diperlukan oleh

manajemen pemerintah daerah.

Perlu diperhatikan bahwa pembuatan garis kecenderungan sifatnya

sangat subyektif. Artinya bila ada beberapa orang diminta untuk menarik garis

kecenderungan dengan, maka kemungkinan akan diperoleh garis kecenderungan

lebih dari satu, sebab masing-masing orang mempunyai pilihan sendiri sesuai

dengan anggapannya garis mana yang mewakili diagram pencar. Oleh karena

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 126: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

itu, metode ini tidak dapat memberikan alasan yang kuat secara ilmiah untuk

digunakan sebagai alat analisis.

E. Analisis Kecenderungan dengan Hubungan Antar Variabel

Terjadinya suatu biaya dan/atau pendapatan tentu ada pemicunya

yang lazimnya disebut sebagai variabel independen. Dalam berbagai situasi,

menentukan hubungan antara dua variablel (dependen dan independen) tidak

mudah dilakukan. Pada bagian ini akan diberikan ilustrasi analisis hubungan

antar dua variabel dengan teknik regresi linier sederhana.

Misalnya terdapat data yang menunjukkan hubungan antara biaya

pemeliharaan jalan (Y) dan luas jalan yang diperbaiki (X) di suatu pemda

dalam lima tahun terakhir sebagai berikut.

Dari data diatas, kita dapat menentukan hubungan antara X dan Y

dengan menghitung koefisien korelasi (r) dan koefisien penentu (r2) serta

membuat perkiraan berapa besarnya belanja pemeliharaan pada luas jalan

tertentu sebagai berikut.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik116

Biaya Pemeliharaan Jalan, periode 2001 s.d. 2005

Tahun Luas Jalan (m2) Biaya (jutaan Rp)

2001 50.000 6.250

2002 60.000 7.320

2003 40.000 5.200

2004 55.000 7.700

2005 65.000 9.230

X

(ribuan)

50

60

40

55

65

Xi = 270

X= 54

Y

(jutaan)

6.250

7.320

5.200

7.700

9.230

Yi = 35.700

Y = 7.140

X2

16

36

196

1

121

xi2= 370

y2

792.100

32.400

3.763.600

313.600

4.368.100

yi2 = 9.269.800

xy

3.560

1.080

27.160

560

22.990

xiyi = 55.350

Y-Y

y

-890

180

-1.940

560

2.090

yi = 0

X-X

x

-4

6

-14

1

11

xi= 0

Page 127: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

117

a). Koefisien korelasi ( r )

Koefisien korelasi 0,95 menunjukkan bahwa hubungn X (luas jalan) dan

Y (biaya pemeliharaan) sangat kuat dan positif.

(b). Koefisien penentu (KP) = r2 = (0,95)2 = 0,9025

Hal ini menunjukkan bahwa 90% dari perubahan biaya pemeliharaan (Y)

dipengaruhi oleh luas jalan (X), sedangkan 10% nya disebabkan oleh

faktor lain.

(c). Persamaan regresi linier: Y’ = a + bX

Dengan demikian, bila luas jalan 100 m2 maka perkiraan belanja

pemeliharaan adalah: Y’ = a + bX = -960 + 150 (100) = Rp14.040 juta

F. Rangkuman

Analisis kecenderungan mengidentifikasi pola-pola dari kecenderungan

(perubahan-perubahan yang terjadi dalam beberapa periode yang telah lalu)

sebagai dasar dari evaluasi dan prediksi keadaan atau perubahan di masa

mendatang.

Sifat-sifat analisis kecenderungan adalah:

• Bertujuan untuk mengetahui arah atau kecenderungan suatu pos laporan

keuangan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

xiyi

= -------------------------------

xi2 yi2√ √ 55.350 55.350

= ----------------------------------- = -------------- = 0,95

370 x 9.269.800 58.548

xiyi 55.350

b = --------- = ------------- = 150

xi2 370

a = Y - b X = 7.140 – (150 x 54) = 7.140 – 8.100 = - 960

Page 128: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

• Membutuhkan time series data selama beberapa tahun.

• Dilakukan dengan membandingkan (menghubungkan) angka-angka untuk

pos yang sama dari laporan beberapa tahun yang berurutan.

Analisis kecenderungan sederhana, baik dengan tahun dasar maupun

dengan bergerak, membandingkan angka-angka untuk pos yang sama dari

laporan beberapa tahun yang berurutan, tanpa mengidentifikasi variabel-

variabel yang mempengaruhi perubahan dari pos tersebut. Sedangkan analisis

kecenderungan dengan diagram pencar dilakukan dengan penarikan garis

kecenderungan yang mendekati (mengikuti) pola dari sebaran titik-titik yang

ada dalam grafik.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik118

Page 129: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

119

Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Yogyakarta:

Penerbit BPFE Yogyakarta.

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah, edisi 3. Jakarta: Penerbit

Salemba Empat.

LAN dan BPKP, 2000. Akuntabilitas dan Good Governance. Jakarta: Lembaga

Administrasi Negara

Mahsun, Mohamad, Firma Sulistyowati dan Heribertus A. Purwanugraha,

2007. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit BPFE Yogyakarta

Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik, edisi 2. Yogyakarta: Penerbit Andi

(CV Andi Offset).

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan

dan Kinerja Instansi Pemerintah

Widodo, 2007. “Analisis Rasio Keuangan pada APBD Kabupaten Boyolali”

dalam Abdul Halim. Akuntansi Keuangan Daerah, edisi 3. Jakarta: Penerbit

Salemba Empat.

DaftarPustaka

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Page 130: analisis lap keuangandaerah

Analisis LaporanKeuanganDaerah

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik120

Halaman ini sengaja dikosongkan