Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

28
[TUGAS AUDIT KEUANGAN SEKTOR PEMERINTAH KELOMPOK 6 : ANALISIS KUANTITATIF LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN SOSIAL DAN PROGRAM AUDIT BELANJA MODAL – PERALATAN DAN MESIN] Disusun Oleh: 1. HENDRA MUKTI WIBAWA 134060018276 2. NI LUH RIANDEWI 124060018008 3. ROCHMAD BUDIYONO 134060018292 4. TIKA PATRIANA 134060018298 5. YORE ISTI TOSAN AJI 134060018301 PROGRAM DIPLOMA IV KHUSUS BPKP 2014 AUDIT KEUANGAN PEMERINTA H

description

kulaitatif

Transcript of Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

Page 1: Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

[TUGAS AUDIT KEUANGAN SEKTOR

PEMERINTAH

KELOMPOK 6 :

ANALISIS KUANTITATIF LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN SOSIAL DAN PROGRAM AUDIT BELANJA MODAL –

PERALATAN DAN MESIN]

Disusun Oleh:

1. HENDRA MUKTI WIBAWA 1340600182762. NI LUH RIANDEWI 1240600180083. ROCHMAD BUDIYONO 1340600182924. TIKA PATRIANA 1340600182985. YORE ISTI TOSAN AJI 134060018301

PROGRAM DIPLOMA IV KHUSUS BPKPSEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

2014

AUDIT KEUANGAN PEMERINTAH

Page 2: Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

18

ANALISIS KUANTITATIF VERTIKAL DAN HORIZONTAL

ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2011

A. Analisis atas LRA1. Analisis Kuantitatif Vertikal

Pos-pos di dalam Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Sosial yang harus diperdalam dan memerlukan perhatian dalam pelaksanaan audit terdiri atas sebagai berikut:

a. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah dari Kementerian Sosial tahun 2011 secara keseluruhan jumlahnya (100%) berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Selain itu realisasinya cenderung tinggi senilai Rp19.587.115.286,00 atau sebesar 371,45% dari estimasi anggarannya yang berjumlah Rp5.273.209.000,00. Kenaikan penerimaan PNBP disebabkan karena bertambahnya jumlah penerimaan yang bersumber dari penerimaan pendapatan penjualan hasil produksi sitaan, pendapatan sewa, pendapatan jasa II, pendapatan jasa lainnya, pendapatan denda, pendapatan dari penerimaan kembali TAYL, pendapatan lain-lain dan temuan BPK atas koreksipendapatan.Akun PNBP ini perlu dipelajari lebih mendalam mengapa realisasinya bisa lebih tinggi dari jumlah yang dianggarkan, kebenaran dan kevalidan sumber data perolehan PNBP tersebut, dan apakah ketentuan pengenaan PNBP sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku.Besarnya realisasi penerimaan PNBP dibandingkan dengan anggarannya ini bisa terjadi karena penetapan anggaran penerimaan yang dibuat kecil tidak sesuai dengan potensi penerimaan yang sebenarnya, sehingga capaiannya bisa sangat dramatis. Realisasi penerimaan yang jauh lebih besar dari anggaran ini juga wajib untuk tetap memperhatikan bahwa semua penerimaan telah disetorkan dan dilaporkan.Pengujian audit yang dilakukan antara lain : Pembuktian dokumen berupa vouching dan trasir semua transaksi penerimaan

apakah memang benar ada dan sudah semua dicatat. Telaah kesesuaian penarikan PNBP dengan peraturan pengenaan PNBP

apakah sudah semua dikenakan sesuai aturan atau apakah ada pengenaan yang tidak sesuai peraturan

Verifikasi dokumen penerimaan PNBP terkait kebenaran jumlah penerimaan, waktu penerimaan, kelengkapan atribut dokumen penerimaan

Wawancara dengan pegawai atau warga sekitar misalya terkait frekuensi penyewaan gedung kantor

b. Belanja Bantuan SosialBelanja Bantuan Sosial berdasarkan perhitungan rasio vertikal diperoleh persentase 58,74% dari total Belanja yang ada. Hal ini menandakan nilainya signifikan karena lebih dari separuh realisasi belanja ada pada belanja bantuan

Page 3: Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

18

sosial tersebut. Akan tetapi dari nilai yang besar tersebut mampu memberikan gambaran yang jelas karakteristik dan peran Kementerian Sosial dalam pelayanan sosial kepada masyarakat sudah berjalan optimal. Oleh karena itu jangan sampai tupoksi Kementerian Sosial disalahgunakan penggunaan anggarannya melalui penggunaan dana bantuan sosial.Berdasarkan angka persentase tersebut, akun Belanja Bantuan Sosial perlu dipelajari lebih lanjut digunakan untuk kegiatan apa saja, apakah peruntukannya sudah benar dan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku, apakah penerimanya sudah tepat dan tidak ada penyalahgunaan dalam penyalurannya.Pengujian audit yang dilakukan antara lain : Telaah dokumen belanja bantuan sosial, mulai dari dasar hukum atau alasan

dilakukan belanja apakah memang benar dibutuhkan dan kesesuaiannya dengan peraturan

Wawancara dengan pihak penerima misalnya terkait bantuan yang disalurkan apakah sesuai jumlahnya dan waktu penerimaanya tidak telat

Verifikasi dokumen belanja banuan sosial apakah sudah lengkap atribut yang disyaratkan, otorisasi, dan kesesuaian jumlah yang dapat dibayar dengan peraturan yang berlaku

c. Belanja BarangRealisasi Belanja Barang setelah dilakukan perhitungan rasio vertikal diperoleh persentasenya 32,27%, hampir sepertiga dari total realisasi belanja. Nilai yang cukup besar ini menandakan kecenderungan Kementerian Sosial yang lebih memprioritaskan Belanja Barang selain Belanja Lainnya. Belanja barang antara lain terdiri dari belanja pemeliharaan, belanja ATK, belanja perjalanan dinas, dan honor.Akun Belanja Barang perlu dipelajari lebih lanjut dalam hal kebenaran realisasinya dan mengapa persentasenya jika dibandingkan dengan total belanja cukup tinggi, dan apakah pengelolaannya sudah sesuai aturan yang berlaku.Pengujian audit yang digunakan antara lain : Vouching dan trasir terkait dokumen belanja barang mulai dari dasar hukum

adanya belanja barang hingga pencairan dananya apakah semua belanja barang sudah dicatat dan semua belanja memang benar terjadi

Observasi misalnya terkait belanja pemeliharaan dan perjalanan dinas Wawancara dengan pegawai atau pihak eksternal yang terkait dengan

pengelolaan belanja barang atau outputnya Verifikasi dokumen belanja barang apakah semua atribut yang disyaratkan

sudah dipenuhi

2. Analisis Kuantitatif Horizontal

Pos-pos di dalam Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Sosial yang harus diperdalam dan memerlukan perhatian dalam pelaksanaan audit terdiri atas sebagai berikut:

a. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Page 4: Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

18

Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah dari Kementerian Sosial tahun 2011 jika dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya (2010) diperoleh rasio horizontalnya sebesar 104,14%. Hal ini menandakan adanya peningkatan realisasi dari tahun sebelumnya sebesar 4,14% atau naik sebesar Rp778.526.211,00 dari tahun 2010 sebesar Rp18.808.589.075,00.Akun PNBP ini perlu dipelajari lebih mendalam mengapa realisasi pada tahun 2011 bisa lebih tinggi dari realisasi tahun sebelumnya, dari mana saja PNBP diperoleh dan kesesuaian perolehan dengan ketentuan yang ada.

b. Belanja BarangRealisasi Belanja Barang setelah dilakukan perhitungan rasio horizontal diperoleh persentasenya 121,71 dari realisasi tahun 2010. Hal ini menandakan terdapat kenaikan realisasi sebesar Rp227.789.402.944,00 atau21,71 % yang disebabkan volume kegiatan meningkat selama tahun anggaran 2011.Akun Belanja Barang perlu dipelajari lebih lanjut dalam hal kebenaran realisasinya dan mengapa persentasenya jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya cukup tinggi, dan apakah pengelolaannya sudah sesuai aturan yang berlaku.

c. Belanja Bantuan SosialBelanja Bantuan Sosial berdasarkan perhitungan rasio horizontal realisasi diperoleh persentase 112,70% dari realisasi tahun 2010. Hal ini menandakan adanya kenaikan senilai 12,70% dari tahun sebelumnya.Berdasarkan angka persentase tersebut, akun Belanja Bantuan Sosial perlu dipelajari lebih lanjut mengapa terjadi kenaikan realisasi dibanding tahun sebelumnya, apakah peruntukannya sudah benar dan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku, apakah penerimanya sudah tepat dan tidak ada penyalahgunaan dalam penyalurannya.

B. Analisis atas Neraca1. Analisis Kuantitatif Vertikal

Pos-pos di dalam Neraca Kementerian Sosial yang harus diperdalam dan memerlukan perhatian dalam pelaksanaan audit terdiri atas sebagai berikut:a. Persediaan

Persediaan setelah dilakukan perhitungan rasio vertikal diperoleh persentasenya 67,58%, lebih dari dua pertiga dari total Aset Lancar yang dimiliki. Nilai yang cukup besar ini menandakan stok persediaan yang dimiliki Kementerian Sosial cukup besar. Akan tetapi stok tersebut didominasi oleh barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.Akun Persediaan perlu dipelajari lebih lanjut dalam hal kebenaran jumlah stok persediaan yang ada sesuai dengan opname fisik, kesesuaian distribusi/penyaluran barang-barang yang diserahkan ke masyarakat.Pengujian audit yang dilakukan antara lain : Vouching dan trasir dokumen belanja persediaan mulai dari dasar hukum

dibutuhkannya persediaan hingga ke pencairan dana apakah semua sudah dicatat atau apakah semua belanja memang terjadi

Inventarisasi dan pemeriksaan fisik persediaan yang ada untuk mengecek kesesuaian jumlah dan kondisi persediaan

Page 5: Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

18

Wawancara dengan pihak terkait, misalnya pihak penerima apakah telah sudah sesuai jumlah dan kualitas barang yang diperoleh serta waktu penerimaannya

Verifikasi dokumen belanja barang apakah semua atribut yang disyaratkan sudah dipenuhi

b. TanahTanah setelah dilakukan perhitungan rasio vertikal diperoleh persentasenya 68,25%, lebih dari dua pertiga dari total Aset Tetap yang dimiliki. Nilai yang cukup besar ini menandakan sebagian besar aset tetap yang dimiliki Kementerian Sosial dalam wujud tanah. Nilai yang cukup besar tersebut sebenarnya sebagian besar berasal dari mutasi karena koreksi Tim Penertiban Aset.Akun Aset Tetap Tanah perlu dipelajari lebih lanjut dalam hal kesesuaian nilai yang tersaji di dalam Neraca dengan bukti-bukti kepemilikan yang sah atas kepemilikan aset tanah tersebut, kepastian tidak adanya masalah-masalah terkait kepemilikan dan pengelolaan aset.Pengujian audit yang dilakukan antara lain : Telaah dokumen terkait kepemilikan tanah apakah sudah lengkap dan

membuktikan hak milik atas tanah tersebut Observasi ke wilayah tanah yang dimiliki apakah telah dimanfaatkan atau

diperuntukkan sesuai dengan peraturan Keterangan ahli terkait kelayakan nilai tanah yang dicantumkan

c. Pendapatan yang DitangguhkanSetelah dilakukan perhitungan rasio vertikal atas Akun Pendapatan yang Ditangguhkan diperoleh persentasenya 92,83% dari Total Kewajiban Jangka Pendek yang dimiliki Kementerian Sosial. Nilai yang cukup besar ini menandakan hampir seluruh Kewajiban Jangka Pendek berasal dari Pendapatan yang Ditangguhkan.Akun Pendapatan yang Ditangguhkan perlu dipelajari lebih lanjut dalam hal kesesuaian nilai yang tersaji di dalam Neraca dengan bukti-bukti pendukungnya, kebenaran nilai pendapatan yang ditangguhkan dari masing-masing Eselon I dan mengapa nilainya sangat besar.Pengujian audit yang dilakukan antara lain : Telaah dokumen terkait transaksi yang menimbulkan pendapatan yang

ditangguhkan dan kesesuainnya dengan peraturan Wawancara dengan pihak pengelola kas, seperti staf bendahara penerimaan

dan pengeluaran terkait jumlah yang belum disetorkan Pemeriksaan/kas opname terkait jumlah uang yang ada di bendahara

2. Analisis Kuantitatif HorizontalPos-pos di dalam Neraca Kementerian Sosial yang harus diperdalam dan memerlukan perhatian dalam pelaksanaan audit terdiri atas sebagai berikut:a. Kas di Bendahara Penerimaan

Kas di Bendahara Penerimaan berdasarkan perhitungan rasio horizontal realisasi diperoleh persentase 19.220,17% dari realisasi tahun 2010. Hal ini menandakan adanya kenaikan yang sangat tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Besarnya Saldo Kas di Bendahara Penerimaan per 31 Desember 2011 sebesar Rp60.459.150,00 berupa pendapatan Jasa Giro yang sampai dengan tanggal 31

Page 6: Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

18

Desember2011 belum disetorkan ke kas negara, sedangkan per 31 Desember 2010 sebesar Rp314.561,00.Berdasarkan angka persentase tersebut, akun Kas di Bendahara Penerimaan perlu dipelajari lebih lanjut mengapa terjadi kenaikan realisasi yang sangat tinggi dibanding tahun sebelumnya dan jika sudah diketahui maka perlu dilakukan langkah penyetoran ke Kas Negara.Pengujian audit yang dilakukan antara lain : Rekonsiliasi dengan Bank dan pihak lain terkait kesesuaian jumlah uang yang

ada di bendahara dengan penyajian di laporan keuangan Wawancara dengan pihak pengelola kas, seperti staf bendahara penerimaan

dan pengeluaran terkait jumlah yang belum disetorkan Pemeriksaan/kas opname terkait jumlah uang yang ada di bendahara

b. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP)Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) berdasarkan perhitungan rasio horizontal realisasi diperoleh persentase 12.775,56% dari realisasi tahun 2010. Hal ini menandakan adanya kenaikan yang sangat tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.Berdasarkan angka persentase tersebut, akun KDP perlu dipelajari lebih lanjut mengapa bisa terjadi kenaikan realisasi yang sangat tinggi dibanding tahun sebelumnya, kemudian diperlukan pengecekan nilai KDP ke bukti-bukti pendukungnya untuk memastikan kebenaran nilai KDP yang tersaji di Neraca.Pengujian audit yang dilakukan antara lain : Telaah dokumen terkait KDP apakah sudah lengkap dan kesesuainnya dengan

peraturan serta dasar hukum dibutuhkannya aset tersebut Observasi dan pemeriksaan fisik KDP untuk menilai kesesuaian nilai dan

kualitas yang dilaporkan dengan persentase penyelesaian di lapangan Keterangan ahli terkait kelayakan nilai KDP yang dicantumkan

c. Tagihan TP/TGR (bruto)Jumlah Tagihan TP/TGR per 31 Desember 2011 sebesar Rp659.024.331,00 dan per31 Desember 2010 sebesar Rp7.304.000,00, kenaikannya sangat besar, rasio horizontalnya sebesar 9.022,79%. Jumlah tersebut merupakan tagihan kepada pegawai Kementerian Sosial terhadap kasus-kasus kerugian negara yang terjadi dan telah ditetapkan Surat Pembebanannya, serta akan jatuh tempo dalam jangka waktu lebih dari 1 tahun setelah tanggal neraca. Selain itu, ada hasil temuan BPK RI atas laporan dana hibah UKS pada Direktorat Pengumpulan dan Pengelolaan Sumber Dana Bantuan Sosial.Atas Akun Tagihan TP/TGR (bruto) ini perlu dipelajari mengapa pada tahun 2011 kenaikannya sangat tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, serta apakah nilai yang tersaji sudah benar dan penyisihan atas piutang tak tertagih dari tagihan TP/TGR pengenaannya sudah benar dan sesuai.Pengujian yang dilakukan antara lain : Telaah kesesuaian nilai penyisihan atas piutang tak tertagih dengan peraturan Vouching dan trasir dokumen pendukung adanya piutang TP/TGR mulai dari

dasar munculnya piutang hingga dokumen cara pelunasannya Verifikasi dokumen pelunasan TP/TGR

Page 7: Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

18

Meminta keterangan ke pihak terkait, misalnya DJKN terkait kelayakan nilai penyisihan atas piutang tak tertagih

Selain analisis atas LRA dan Neraca, perlu dilakukan lagi analisis kesesuaian antara Realisasi Belanja Modal dengan Kenaikan/Mutasi Aset Tetap di Neraca. Setiap penambahan Belanja Modal harus diikuti dengan penambahan Aset Tetap. Jadi Nilai Mutasi selama tahun berjalan harus sama diantara keduanya. Setelah dilakukan analisis dijumpai hal sebagai berikut:Realisasi Belanja Modal Tahun 2011 senilai Rp149.723.648.933,00 sedangkan mutasi/kenaikan aset tetap selama 2011 senilai Rp255.045.339.858,00. Terdapat perbedaan antara realisasi Belanja Modal dengan Kenaikan Aset Tetapnya. Namun di dalam penjelasan atas laporan keuangan Kementerian Sosial telah dijelaskan koreksi lain selain penambahan Belanja Modal yang mempengaruhi kenaikan maupun penurunan aset tetap. Aset Tetap yang tersaji di Neraca sudah direkonsiliasi dan sesuai dengan Aset Tetap yang terinci di dalam SIMAK BMN.

Page 8: Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

18

PROGRAM AUDIT BELANJA MODAL – PERALATAN DAN MESIN

1. DEFINISI AKUN, PENGAKUAN, PENGUKURAN DAN PENGUNGKAPAN SESUAI SAP.

Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap berupa peralatan dan mesin yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal merupakan salah satu jenis klasifikasi belanja menurut klsifikasi ekonomi, yaitu pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Kriteria belanja modal peralatan dan mesin antara lain :

a. Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset yang menambah aset pemerintah

b. Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang telah ditetapkan oleh pemerintah

c. Perolehan aset tersebut diniatkan bukan untuk dijual

Belanja modal peralatan dan mesin dicatat sebesar harga perolehannya, yaitu pengeluaran dari awal proses pembelian hingga aset siap dipakai dan dicatat secara bruto. Belanja modal peralatan dan mesin diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara. Belanja modal disajikan di Laporan Realisasi Anggaran sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.

Setelah aset diperoleh, Pemerintah masih melakukan pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan aset tersebut. Pengeluaran yang dapat memberikan manfaat lebih dari satu tahun (memperpanjang manfaat aset tersebut dari yang direncanakan semula atau peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan kinerja) disebut dengan pengeluaran modal (capital expenditure) sedangkan pengeluaran yang memberikan manfaat kurang dari satu tahun (termasuk pengeluaran untuk mempertahankan kondisi aset tetap) disebut dengan pengeluaran pendapatan (revenue expenditure).Pembedaan antara capital atau revenue expenditure selain dari menambah manfaat atau tidak juga dapat dilhat dari besarnya jumlah pengeluaran. Sebuah pembelian inventaris berupa jam dinding seharga Rp20.000,00 misalnya harus dicatat sebagai pengeluaran untuk aset tetap karena jam dinding tersebut dapat digunakan lebih dari satu tahun. Akan tetapi karena nilainya yang kecil tidak mungkin mencatat dan memperlakukan biaya tersebut seperti biaya perolehan aset yang besar. Untuk itu pemerintah harus menentukan batasan pengeluaran untuk memperoleh aset yang dapat dimanfaatkan lebih dari satu tahun yang dapat diklasifikasi sebagai aset tetap. Batasan ini disebut juga dengan capitalization threshold (nilai satuan minimum kapitalisasi aset).Lampiran II.08 Peraturan Pemerintah RI Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pernyataan No. 07 tentang Akuntansi Aset Tetap paragraf 50 disebutkan bahwa pengeluaran yang dapat di kapitalisasi merupakan  “Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang

Page 9: Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

18

akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan”.Berdasarkan Lampiran VII Peraturan Menteri Keuangan nomor 120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan BMN bahwa Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap adalah pengeluaran pengadaan baru dan penambahan nilai aset tetap dari hasil pengembangan, reklasifikasi, renovasi, dan restorasi, meliputi : a. pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin, dan alat olah raga yang

sama dengan atau lebih dari Rp 300.000 (tiga ratus ribu rupiah)b. pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang sama dengan atau lebih dari

Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dasar untuk dapat digolongkan sebagai belanja/beban pemeliharaan tidak hanya di lihat dari jenis belanja yang digunakan melainkan dari jenis pekerjaan dan nilai yang dibelanjakan, dengan kata lain suatu belanja pemeliharaan memenuhi syarat :a. Pengeluaran tersebut tidak rnengakibatkan bertambahnya masa manfaat,

kapasitas, kualitas, dan volume aset yang telah dimilikib. Pengeluaran tersebut tidak memenuhi batasan minimum nilai kapitalisasi aset

tetap/aset lainnya.2. RISIKO DAN KEGIATAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF PADA

BELANJA MODAL PERALATAN DAN MESIN

Asersi: Kelengkapan Risiko Pengendalian

Pengujian Pengedalian

Belanja modal telah seluruhnya dicatat dalam LRA dan kenaikan nilai asetnya telah masuk dalam neraca

Terdapat SPM/SP2D atas belanja modal yang belum diinput dalam aplikasi SAKPA

Pemisahan fungsi antara fungsi pencatatan dengan fungsi pembayaran

Review dokumen pendukung seperti Surat Keputusan Pembagian Tugas

 

 

Wawancara dengan pegawai terkait

 

Hilangnya dokumen penting sebagai sumber pencatatan belanja modal

Penyimpanan fisik atas dokumen penting instansi telah dilakukan secara memadai

Cek fisik atas penyimpanan dokumen-dokumen penting instansi

 

Observasi proses penyimpanan dokumen penting di instansi

Page 10: Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

18

Hilang atau rusaknya aset tetap hasil belanja modal

Pengamanan fisik atas aset, penyimpanan, pengamanan, dan akses terhadap aset tersebut dilakukan secara memadai

Cek fisik atas penyimpanan aset tetap yang dimiliki instansi

Setiap aset tetap yang dimiliki oleh instansi telah diberi nomer identitas barang, serta kartu identitas barang di setiap ruangan

Cek fisik atas aset yang dimiliki instansi

Pengujian Subtantif Belanja Modal

Asersi Kelengkapan yaitu memberikan keyakinan bahwa belanja modal yang direalisasikan atas aset tetap milik instansi, telah dicatat secara memadai di dalam Laporan Realisasi Anggaran dan aset tetap hasil belanja modal tersebut telah tercatat seluruhnya ke dalam neraca.

Pengujian Subtantif yang dilakukan adalah:

Trasir dokumen penting seperti SPM/SP2D sampai dengan Laporan Realisasi Anggaran untuk memastikan bahwa belanja modal telah terinput seluruhnya.

Membandingkan realisasi belanja modal dengan Buku Kas Umum dan Buku Kas Pembantu

Reperforming/hitung ulang jumlah realisasi belanja pada SPM/SP2D Membandingkan realisasi belanja pada LRA dengan pertambahan aset tetap pada

neraca apakah telah sesuai. Apabila belum sesuai pelajari mengenai perbedaan penambahan nilainya.

Membandingkan realisasi Belanja Modal yang digunakan untuk pihak ketiga dengan penambahan Aset Tetap Lain.

Asersi: Keterjadian

Risiko Pengendalian Pengujian Pengedalian

Sesuai dengan basis akuntansi kas menuju akrual, maka pengakuan keterjadian belanja modal peralatan dan mesin adalah pada saat terjadinya

Adanya belanja fiktif

1. TAHAPAN PENGADAANa. Rencana pengadaan

peralatan dan mesin harus didasarkan pada kebutuhan instansi dengan adanya dokumen permintaan dari unit kerja disertai otorisasi oleh pejabat yang berwenang, misalnya eselon 2 pada Biro/Direktorat

b. Adanya mekanisme

1. Review dokumen terkait pengadaan dan pembayaran, yaitu :a. Surat permintaan

pengadaan peralatan dan mesin dari unit kerja

b. Surat permintaan penawaran

c. Surat penawaran dari

Page 11: Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

18

pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara dan ada wujud fisik peralatan/mesin yag dibeli.

penyimpanan arsip/dokumen pengadaan yang aman dan mudah ditemukan kembali

c. Proses pengadaan harus didokumentasikan antara lain dalam surat permintaan penawaran, surat penawaran dari calon rekanan, berita acara negosiasi, penetapan pemenang, kontrak, berita acara serah terima, dan berita acara pembayaran, serta dokumen lain yang dibutuhkan sebagai bukti pengadaan peralatan dan mesin

d. Penetapan panitia pengadaan memperhatikan sertifikasi PBJ dan kemampuan mengenal spesifikasi barang sehingga panitia pengadaan dan penerima tidak mudah dibohongi penyedia

e. Formulir saat yang wajib diisi oleh penerima barang berupa formulir kosong agar pemeriksaan yang dilakukan lebih teliti

f. Adanya otorisasi oleh pihak yang berwenang pada setiap tahap pengadaan

g. Adanya pemisahan fungsi terkait perencanaan, pemilihan penyedia, pengawasan, dan penerimaan barang

penyediad. Berita Acara negosiasie. Penetapan Pemenangf. Bukti

perjanjian/kontrakg. Referensi Bank yang

menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia barang/jasa

h. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan

i. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang

j. Berita Acara Pembayaran

k. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan PPK

l. Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak/Bendahara Pengeluaran

m. SPPn. SPMo. SP2Dp. Dokumen pengadaan

dan pembayaran lain yang mendukung bukti belanja peralatan dan mesin

q. Pembukuan bendahara, seperti BKU, BKP, dan catatan lain

2. TAHAPAN PENCAIRAN DANA

a. Pengajuan SPP harus dilengkapi dengan dokumen

2. Wawancara dengan pihak terkait, antara lain :a. Unit kerja pengusul

belanja peralatan dan

Page 12: Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

18

antara lain : Surat permintaan

penawaran Surat penawaran dari

penyedia Berita Acara negosiasi Penetapan Pemenang Bukti

perjanjian/kontrak Referensi Bank yang

menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia barang/jasa

Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan

Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang

Berita Acara Pembayaran

Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan PPK

Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak/Bendahara Pengeluaran

b. Pemisahan fungsi pengajuan SPP, verifikasi SPP, penandatangan SPM, dan penerbit SP2D, hingga ke pencairan anggaran

c. Adanya otorisasi oleh pihak yang berwenang pada setiap tahap pembayaran, mulai dari persetujuan pengajuan SPP, SPM, SP2D, hingga pencairan dana

d. Adanya mekanisme penyimpanan arsip/dokumen pembayaran yang aman dan mudah

mesinb. Panitia pengadaanc. Panitia penerima

barangd. Tim verifikasi dokumen

permintaan pembayaran

e. Staf pembantu bendahara

Page 13: Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

18

ditemukan kembalie. Nomor SPP, SPM, SP2D

dan dokumen lain dibuat print number sehingga menghindari duplikasi atau dokumen transaksi belanja hilang yang tidak teridentifikasi

Barang yang diterima tidak sesuai dengan spesifikasi pada kontrak/rencana pengadaan

3. Reperformance proses pengadaan dan pembayaran belanja peralatan dan mesin :a. Proses verifikasi

dokumen pengajuan permintaan pembayaran mulai SPP hingga SP2D

b. Proses pemilihan rekanan mulai dari pengajuan surat permintaan penawaran hinga penetapan pemenang

c. Proses penyimpanan dokumen/arsip terkait belanja peralatan dan mesin

Penganggaran belanja modal tidak sesuai dengan kebutuhan

4. Observasi proses pengadaan dan pembayaran belanja peralatan dan mesin a. Letak dan kondisi

penyimpanan arsipb. Proses verifikasi

dokumen oleh verifikator

c. Sistem informasi yang digunakan dalam proses pengadaan dan pembayaran, seperti aplikasi untuk penerbitan SPP dan

Page 14: Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

18

SPMd. Jumlah SPP yang

dikembalikan ke unit kerja karena dokumen tidak lengkap atau belum memenuhi syarat

e. Kemampuan panitia pengadaan dan penerima barang dalam memahami spesifikasi barang

Tidak ada otorisasi oleh pihak yang berwenang pada setiap tahapan belanja

PENGUJIAN SUBSTANTIF

1. Vouching dokumen belanja modal peralatan dan mesin mulai dari jurnal ke SP2D hingga ke permintaan peralatan dan mesin dari unit kerja antara lain :a. Surat permintaan pengadaan peralatan dan mesin dari unit kerjab. Surat permintaan penawaranc. Surat penawaran dari penyediad. Berita Acara negosiasie. Penetapan Pemenangf. Bukti perjanjian/kontrakg. Referensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia

barang/jasah. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaani. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barangj. Berita Acara Pembayarank. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan PPKl. Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditandatangani

oleh Wajib Pajak/Bendahara Pengeluaranm. SPPn. SPMo. SP2Dp. Dokumen pengadaan dan pembayaran lain yang mendukung bukti belanja

peralatan dan mesinq. Pembukuan bendahara, seperti BKU, BKP, dan catatan lain

Page 15: Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

18

2. Cek fisik peralatan/mesin yang dibeli apakah sesuai dengan kontrak dengan membandingkan kontrak dan kondisi barang terkait kuantitas dan kualitas barang

3. Pengamatan dan observasi atas pemisahan fungsi perencanaan, pengadaan, pengawasan, penerimaan, persetujuan pembayaran, pembayaran, dan akuntansi

4. Observasi kemampuan panitia pengadaan dan penerimaan apakah telah mampu memahami spesifikasi barang

5. Telaah dan verifikasi dokumen belanja modal di setiap tahapan, perhatikan otorisasi dan syarat kelengkapan dokumen sesuai peraturan pencairan dana

6. Pengamatan proses pencatatan transaksi ke jurnal dan proses penyimpanan arsip/dokumen belanja serta proses verifikasi dokumen bukti pengadaan dan pembayaran

Asersi: Penilaian dan Alokasi

Risiko PengendalianPengujian Pengedalian

Belanja pemeliharaan yang mempengaruhi Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Pembebanan Anggaran tidak sesuai nilai yang seharusnya

Rencana pengadaan peralatan dan mesin harus didasarkan pada kebutuhan instansi

Reviu dokumen terkait pengadaan dan pembayaran:Surat Pesanan, Surat Permintaan Penawaran, Surat Penawaran, Kontrak, BA Penyelesaian Pekerjaan, BAST Barang, SPP, SPM, SP2D, SPJ dan Dokumen-Dokumen Pendukungnya, BKU dan BKP dan catatan lain.

Nilai perolehan atas Barang Modal Peralatan dan Mesin yakni semua biaya dalam rangka perolehan Barang Modal

Belanja untuk bukan Barang Modal ternyata menjadi penambah Belanja Modal

Proses pengadaan harus didokumentasikan antara lain dalam surat permintaan penawaran, surat penawaran dari calon rekanan, berita acara negosiasi, penetapan pemenang, kontrak, berita acara serah terima, dan berita acara pembayaran, serta dokumen lain yang dibutuhkan

Wawancara dengan pihak terkait: Unit Kerja Pengusul, Panitia PBJ, Panitia Penerima Barang, Panitia Pemeriksa Barang, Tim Verifikasi Dokumen

Page 16: Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

18

Adanya otorisasi oleh pihak yang berwenang pada setiap tahap pengadaan

Reperformance proses pengadaan dan pembayaran Belanja Modal

  Adanya pemisahan fungsi terkait perencanaan, pemilihan penyedia, pengawasan, dan penerimaan barang

Observasi fisikproses pengadaan dan pembayaran Belanja Modal

Adanya ketentuan dan aturan yang jelas mengenai criteria pemeliharaan dan batasan nilai pemeliharaan yang dapat dikapitalisasi sebagai Belanja Modal

Penyusunan dan Perencanaan yang baik dan memadai dalam menganggarkan belanja sehingga tidak terjadi atau dapat diminimalisir terjadinya kesalahan penganggaranPenentuan dan konsistensi penerapan kebijakan akuntansi terkait biaya-biaya yang dapat dijadikan penambah Belanja Modal (dapat dikapitalisasi)

Pengujian Subtantif Belanja Modal

Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen-komponen dalam Belanja Modal sudah disajikan dalam laporan keuangan pada jumlah yang benardansemestinyasertaalokasinyatelahsesuai.

Hal yang menjadi focus perhatian adalah belanja pemeliharaan yang akan mempengaruhi nilai Belanja Modal (dapat dikapitalisasi sebagai penambah Belanja Modal) dan biaya-biaya yang keliru ditambahkan ke Belanja Modal padahal semestinya tidak dijadikan penambah Belanja Modal.

Pengujian Subtantif yang dilakukan adalah:

1. Vouching dokumen belanja modal peralatan dan mesin mulai dari jurnal ke SP2D hingga ke permintaan peralatan dan mesin dari unit kerja antara lain :

a. Surat permintaan pengadaan peralatan dan mesin dari unit kerja

Page 17: Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

18

b. Surat permintaan penawaran

c. Surat penawaran dari penyedia

d. Berita Acara negosiasi

e. Penetapan Pemenang

f. Bukti perjanjian/kontrak

g. Referensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia barang/jasa

h. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan

i. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang

j. Berita Acara Pembayaran

k. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan PPK

l. Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak/Bendahara Pengeluaran

m. SPP

n. SPM

o. SP2D

p. Dokumen pengadaan dan pembayaran lain yang mendukung bukti belanja peralatan dan mesin

q. Pembukuan bendahara, seperti BKU, BKP, dan catatan lain

2. Reviu dan bandingkan nilai kesesuaian antara jumlah uang yang dibayarkan melalui SP2D yang diterbitkan terkait Belanja Modal dengan nilai di dalam Kontrak dan RAB (Rencana Anggaran dan Biaya) guna mengetahui kewajaran nilai perolehan Barang Modal. Nilai yang dibayarkan melalui SP2D tidak boleh melebihi dari nilai kontrak pengadaannya.

3. Reviu Dokumen Faktur maupun Berita Acara Penerimaan Barang untuk memastikan kesesuaian kuantitas barang yang dipesan dengan barang yang diterima dan nilai perolehannya sehingga diperoleh kepastian kebenaran Belanja Modal (tidak ada barang di bawah nilai kapitalisasi yang keliru masuk dalam Belanja Modal).

4. Cek fisik peralatan/mesin yang dibeli apakah sesuai dengan kontrak dengan membandingkan kontrak dan kondisi barang terkait kuantitas dan kualitas barang.

5. Observasi kemampuan panitia pengadaan dan penerimaan apakah telah mampu memahami spesifikasi barang dan kewajaran nilai perolehan Barang Modal.

6. Telaah dan verifikasi dokumen belanja modal di setiap tahapan, perhatikan otorisasi dan syarat kelengkapan dokumen sesuai peraturan pencairan dana.

7. Pengamatan proses pencatatan transaksi ke jurnal dan proses penyimpanan arsip/dokumen belanja serta proses verifikasi dokumen bukti pengadaan dan pembayaran.

Page 18: Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

18

Asersi: Penyajian dan Pengungkapan

Risiko PengendalianPengujian Pengedalian

Penyajian dan pengungkapan belanja modal di Laporan Keuangan apakah sudah sesuai SAP

Kesalahanklasifikasi

Belanja modal salah diklasifikasikan sebagai belanja barang persediaan, atau sebaliknya

Belanja yang menambah produktivitas aset diklasifikasikan sebagai belanja pemeliharaan

Belanja yang berkaitan dengan pengadaanbarang modal sampai dengan barang tsb bias digunakan tidak dikapitalisasikan ke dalam besarnya nilai barang tersebut

Sosialisasi pp 71 2010 Memberikan arahan

pada bagian akuntansi tentang transaksi tertentu yang sering terjadi kesalahan pencatatan dan menjelaskan perlakuan yang tepat

Batas kapitalisasi aset disosialisasikan pada pegawai

Review bukti pembelian aset

Review mengenai tujuan pengadaandan detail belanja modal tersebut

Kesalahan pengungkapan belanja modal tanpa memperhatikan basis akuntansi yang digunakan oleh instansi pelapor

Memilih petugas bagian akuntansi yang kompeten

Review dokumen yang berkaitan dengan latar belakang instansi

  Penyajian dan pengungkapan belanja modal di LO, seharusnya di LRA

Pembukuan dan pencatatan menggunakan sytem akuntansi

Review laporan keuangan

  Koreksi atas besarnya belanja modal belum disajikan sesuai dengan SAP atau malah belum dicatat

Pengecekan rincian besarnya belanja modal, apakah wajar atau tidak

Menggunakan system

Cek dan rekalkulasi dokumen pengadaan atau bukti transaksi pembelian/belanja modal

Pengadaan barang modal tertentu (contoh: system), tidak

Sosialisasi pp 71 2010 Memberikan arahan

pada bagian akuntansi

Review LRA dan Neraca

Page 19: Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

18

diperhatikan penyajian dan pengungkapannya karena merupakan transaksi yang tidak umum. Saat pengadaan sytem dan ternyata gagal, maka sytem tersebut tetap diklasifikasikan ke belanja modal, dan biaya penyempurnaan sytem tersebut sampai siap digunakan diklasifikasikan ke belanja barang.

tentang transaksi tertentu yang sering terjadi kesalahan pencatatan dan menjelaskan perlakuan yang tepat

Kesalahan dalam menghitung besarnya belanja modal

Menggunakan sytem akuntansi

Review LRA dan Neraca

Review bukti transaksi/kontrak

Belanja modal dicatat berdasarkan akumulasi nilai kontrak, tidak detail berdasarkan barang modal apa saja yang ada di dalamnya

Pencatatan berdasarkan rincian barang modal

Cek dan rekalkulasi dokumen pengadaan/kontrak atau bukti transaksi pembelian/belanja modal

Belanja modal pada LRA tidak sesuai dengan penambahan aset pada Neraca

Menggunakan sytem akuntansi

Review LRA dan Neraca

Review bukti transaksi/kontrak

.

Pengujian Subtantif Belanja Modal

Asersi Penyajian dan Pengungkapan berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya.

Pengujian Subtantif yang dilakukan adalah:

Tracing dokumen mulai dari SPJ sampai dengan SPP (pengajuan dari bendahara) mengenai pengajuan pembayaran atas belanja modal tersebut apakah telah menggunakan rekening belanja modal yang yang sesuai.

Vouching dokumen sampai dengan pencatatan pada jurnal. Footing LRA, Neraca, subsidiary ledger, dll Rekalkulasi dokumen pengadaan aset/belanja modal

Page 20: Analisis Kuantitatif Dan Belanja Modal_kelompok 6

18