Analisis Komponen Makna Kata ُوْغَل /lagwun/ ُنا َسِل ...

17
Analisis Komponen Makna Kata وْ غَ ل/lagwun/, انَ سِ ل/lisānun/ dan يِ بَ رَ ع/’arabiyyun/ dalam Al-Qur’an Abdul Mannan Akbar Kaban Letmiros Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Skripsi ini membahas ―Analisis Komponen Makna Kata وْ غَ ل/lagwun/, انَ سِ ل/lisānun/, dan يِ تَ رَ ع/„arabiyyun/ dalam Al-Qur‘an‖. Analisis kata وْ غَ ل/lagwun/, انَ سِ ل/lisānun/, dan يِ تَ رَ ع/„arabiyyun/ menggunakan teori analisis komponen makna yang dikemukakan oleh Nida. Teori ini terdiri dari empat langkah kerja, yaitu (1) penamaan, (2) parafrasa, (3) pendefinisian, dan (4) pengklasifikasian. Hasil dari analisis ini yaitu kata يِ تَ رَ ع/„arabiyyun/ menjadi kata yang memiliki makna paling produktif sebanyak sepuluh kali dalam Al-Qur‘an, lalu setelah itu ialah kata انَ سِ ل/lisānun/ sebanyak tujuh kali. Komponen makna pembeda yang dimiliki oleh kata يِ تَ رَ ع/„arabiyyun/ ialah penuh cinta dan orang Arab badui. Komponen makna pembeda yang dimiliki oleh kata انَ سِ ل/lisānun/ ialah buah tutur, tutur bahasa, dan lidah. Kata kunci: bahasa; analisis komponen makna; leksem. Componential Analysis of Meaning of Words وْ غَ ل/lagwun/, انَ سِ ل/lisānun/, and يِ بَ رَ ع/arabiyyun/ in Al-Quran Abstract This final assignment discusses ―Componential Analysis of Meaning of Words وْ غَ ل/lagwun/, انَ سِ ل/lisānun/, and يِ تَ رَ ع/„arabiyyun/ in Al-Quran‖. The analysis of the words وْ غَ ل/lagwun/, انَ سِ ل/lisānun/, and يِ تَ رَ ع/„arabiyyun/ uses a theory of componential analysis of meaning brought by Nida. This theory consists of four work steps, namely (1) naming, (2) paraphrasing, (3) defining, and (4) classifying. The result of this analysis is that the word يِ تَ رَ ع/„arabiyyun/ becomes a word whose most productive meaning as much as ten times in Al-Quran, then followed by the word انَ سِ ل/lisānun/ as much as seven times. Components of distinctive meaning held by the word يِ تَ رَ ع/„arabiyyun/ are: full of love and Bedouin Arabs. Components of distinctive meaning held by the word انَ سِ ل/lisānun/ are: pieces of speech, language speech, and tongue. Key words: language; componential analysis of meaning; lexeme. Pendahuluan Bahasa adalah sebuah alat untuk menyampaikan maksud kepada orang lain, seperti yang dikatakan oleh Everett (2012 : 6) ‗language is a tool. Language includes grammar, stories, sounds, meaning and signs‟. Pendapat ini menyatakan bahwa bahasa adalah sebuah alat yang Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013

Transcript of Analisis Komponen Makna Kata ُوْغَل /lagwun/ ُنا َسِل ...

Analisis Komponen Makna

Kata لغو /lagwun/, لسان /lisānun/ dan عربي /’arabiyyun/

dalam Al-Qur’an

Abdul Mannan Akbar Kaban

Letmiros

Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Skripsi ini membahas ―Analisis Komponen Makna Kata لغو /lagwun/, لسان /lisānun/, dan عرتي /„arabiyyun/

dalam Al-Qur‘an‖. Analisis kata لغو /lagwun/, لسان /lisānun/, dan عرتي /„arabiyyun/ menggunakan teori analisis

komponen makna yang dikemukakan oleh Nida. Teori ini terdiri dari empat langkah kerja, yaitu (1) penamaan,

(2) parafrasa, (3) pendefinisian, dan (4) pengklasifikasian. Hasil dari analisis ini yaitu kata عرتي /„arabiyyun/

menjadi kata yang memiliki makna paling produktif sebanyak sepuluh kali dalam Al-Qur‘an, lalu setelah itu

ialah kata لسان /lisānun/ sebanyak tujuh kali. Komponen makna pembeda yang dimiliki oleh kata عرتي

/„arabiyyun/ ialah penuh cinta dan orang Arab badui. Komponen makna pembeda yang dimiliki oleh kata لسان /lisānun/ ialah buah tutur, tutur bahasa, dan lidah.

Kata kunci: bahasa; analisis komponen makna; leksem.

Componential Analysis of Meaning of Words لغو /lagwun/, لسان /lisānun/, and عربي

/‘arabiyyun/ in Al-Quran

Abstract

This final assignment discusses ―Componential Analysis of Meaning of Words لغو/lagwun/, لسان /lisānun/, and

/arabiyyun„/ عرتي lisānun/, and/ لسان ,/lagwun/ لغو arabiyyun/ in Al-Quran‖. The analysis of the words„/ عرتي

uses a theory of componential analysis of meaning brought by Nida. This theory consists of four work steps,

namely (1) naming, (2) paraphrasing, (3) defining, and (4) classifying. The result of this analysis is that the word

arabiyyun/ becomes a word whose most productive meaning as much as ten times in Al-Quran, then„/ عرتي

followed by the word لسان /lisānun/ as much as seven times. Components of distinctive meaning held by the

word عرتي /„arabiyyun/ are: full of love and Bedouin Arabs. Components of distinctive meaning held by the

word لسان /lisānun/ are: pieces of speech, language speech, and tongue.

Key words: language; componential analysis of meaning; lexeme.

Pendahuluan

Bahasa adalah sebuah alat untuk menyampaikan maksud kepada orang lain, seperti yang

dikatakan oleh Everett (2012 : 6) ‗language is a tool. Language includes grammar, stories,

sounds, meaning and signs‟. Pendapat ini menyatakan bahwa bahasa adalah sebuah alat yang

Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013

di dalamnya terdapat tata bahasa, sejarah, bunyi, tanda, dan makna. Adapun bagian dari

bahasa yang mempelajari makna biasa disebut dengan ilmu semantik.

Secara etimologis, istilah semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari kata semantik dalam

bahasa Inggris. Menurut Chaer, kata semantics atau semantique dalam bahasa Prancis, pada

dasarnya berasal dari kata sema, nomina dalam bahasa Yunani, yang berarti ‗tanda‘ atau

‗lambang‘; atau dapat juga semaino, verba dalam bahasa Yunani, yang berarti ‗menandai‘

atau ‗melambangkan‘.

Secara terminologis, semantik dapat didefinisikan sebagai bidang lingusitik yang mengkaji

arti bahasa. Hal ini dapat dipahami dari definisi yang dikemukakan Griffiths, yaitu bahwa

semantik adalah „Study of the toolkit for meaning: knowledge encoded int the vocabulary of

the language and in its patterns for building more elaborate meanings, up to the level of

sentence meanings.‟ (Kajian terhadap ‗perangkat‘ yang berarti: pengetahuan yang tersandikan

dalam kosakata bahasa dan bagaimana kata tersebut digunakan dalam membentuk arti yang

lebih luas hingga pada tingkatan kalimat) (Subuki, 2011:4-5).

Semantik leksikal adalah salah satu bidang kajian semantik yang bertujuan menguraikan

makna dari satu lingual dalam suatu bahasa dan menggambarkan bagaimana makna dari

satuan-satuan lingual saling berelasi (Saeed, 1997:53). Dalam kajian linguistik semantik

leksikal memuat perangkat-perangkat untuk menganalisis makna dan menguraikan pelbagai

aspek yang terkandung dalam makna suatu satuan lingual.

Bahasa Arab adalah salah satu bahasa yang mempunyai sistem akar kata dalam morfologinya.

Berbeda halnya dengan bahasa Indonesia yang tidak mengenal sistem akar kata, tetapi hanya

mengenal kata dasar dan kata turunan (Nuha, 2012: 49). Dengan sistem akar kata, sebuah kata

bisa dilacak akar katanya. Dengan akar pula, satu akar kata bisa diderivasikan menjadi banyak

kata yang baru. Contoh, dari akar kata كتة /`ktb`/ bisa dibentuk kata كتاب /`kitabun`/ (buku),

.katibun`/ (penulis), dan lain-lain`/ كاتة ,maktabun`/ (meja, tempat untuk menulis)`/ مكتة

Bisa dikatakan bahwa bahasa Arab mempunyai struktur kata yang bisa berubah dan

berproduksi.

Makna kata „bahasa‟ bila dipadankan dengan bahasa Arab akan ditemukan leksem ل غة

/`lughah`/. Secara umum kata ini sudah dikenal sebagai makna kata „bahasa‟. Hal ini mudah

Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013

dibuktikan dengan mencarinya dalam kamus-kamus. Lema ل غة /`lughah`/ adalah kata yang

sering dimengerti sebagai makna kata „bahasa‟. Dalam beberapa kamus, seperti kamus Hans

Wehr, ل غة /`lughah`/ memiliki beberapa arti: language (bahasa); dialect (dialek); idiom

(idiom); vernacular (bahasa daerah), word (kata), dan expression (ekspresi). Masih dari

kamus yang sama, lema ل غة /`lughah`/ mempunyai beberapa bentuk kata yang berasal dari

akar kata yang sama, yaitu لغا-لغو /lagwun/ kata ini bisa berarti berbicara, berbicara yang

tidak bermanfaat, membuat kesalahan dalam berbicara, dan senda gurau. Derivasi dari kata

لغا-لغو /lagwun/ di antaranya:

لغو .1 /lagwun/ yang berarti: `foolish talk` (bicara bodoh); `nonsense` (omong kosong);

`null` (kosong); `ineffectual` (tidak efektif); `mistake` (kesalahan); `blunder`

(kesalahan); `ungrammatical language` (bahasa yang tak gramatikal).

lagwa/ yang berarti: `dialect` (dialek); `idiom` (idiom); `vernacular` (bahasa/ لغوة .2

daerah).

;lughawi`/ yang berarti: `linguistic` (linguistik); `philologic` (philology)`/ ل غوى .3

`lexicographic` (lexikograpi); `philologist` (seorang philolog); `lexicographer`

(seorang lexikografi); `linguist` (seorang linguis);

lagiya`/ yang berarti: `grammatical mistake` (kesalahan tata bahasa); `incorrect`/ لاغية .4

usage` (salah penggunaan).

Dari bentuk-bentuk hasil derivasi kata لغا-لغو /lagwun/ maka ada beberapa kata yang muncul

dalam Al-Qur‘an seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 225, Al-Fushilat ayat 26, Al-Mu‘minun

ayat 3, Al-Qashas ayat 55, dan Al-Ghasyiah ayat 11. Beberapa ayat dalam Al-Qur‘an lainnya

yang tidak dikemukakan di atas menunjukkan fakta yang sama bahwa derivasi kata لغا-لغو

/lagwun/ tidak memiliki makna kata „bahasa‟. Ayat-ayat tersebut ialah, Al-Maidah ayat 89,

At-Thur ayat 23, Maryam ayat 62, dan Al-Waqiah ayat 25. Kata ل غة /lughah/ dan beberapa

varian dari derivasinya terulang sebanyak sebelas kali.

Dalam Al-Qur‘an leksem yang digunakan untuk padanan kata bahasa ialah leksem لسان

/lisānun/ dan juga عرتية /a‟rabiyyah/. Leksem لسان /lisānun/ dan berbagai varian derivasinya

Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013

dalam Al-Qur‘an terulang sebanyak dua puluh lima kali, sedangkan kata عرتية /`a‟rabiyyah`/

dengan berbagai varian derivasinya terulang dua puluh dua kali.

Data-data di atas diambil dari buku karya Al-Baqi yang mengklasifikasikan kata-kata yang

terdapat dalam Al-Qur‘an dengan judul ‗Al-Mu‟jam-u Al-Mufahras-u li Al-Fāzi Al-Qurān-i

Al-Karῑm.

Berdasarkan data di atas, makna kata „bahasa‟ dalam Al-Qur‘an memiliki kasus tersendiri.

Hal ini mendorong penulis untuk menganalisisnya ditinjau dari segi bentuk, makna, dan

kasusnya. Analisis yang akan dilakukan dalam skripsi ini hanya pada kata-kata yang secara

langsung (secara leksikal) berhubungan dengan makna kata „bahasa‟ dalam Al-Qur‘an.

Berkaitan dengan hal-hal yang sudah dikemukakan di atas dapat dirumuskan beberapa

masalah yang perlu diteliti dalam skripsi ini, yaitu:

1. Apa bentuk produktif leksem yang memiliki makna „bahasa‟ dalam Al-Qur‘an?

2. Bagaimana perilaku semantik leksem yang memiliki makna „bahasa‟ dan derivasinya

dalam Al-Qur‘an?

3. Apa komponen makna pembeda dari kata لغو /lagwun/, لسان /lisānun/ dan عرتي

/‟arabiyyun/?

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas tentang

bentuk serta makna kata „bahasa‟ dalam Al-Qur‘an menyangkut komponen makna yang

dimiliki kata tersebut, juga untuk mengetahui beberapa kemungkinan yang lebih luas bagi

makna kata tersebut dalam tataran semantis. Pembahasan mengenai komponen diperlukan

untuk mengetahui komponen apa saja yang dimiliki oleh masing-masing kata dan

mengungkapkan kemungkinan adanya komponen-komponen bersama yang dimiliki oleh kata

tersebut.

Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada permasalahan kata yang memiliki makna kata

„bahasa‟ dalam Al-Qur‘an dari segi medan makna saja. Penelitian ini termasuk dalam bidang

semantik sebab berhubungan dengan makna. Meskipun demikian penelitian ini selanjutnya

mengacu pada makna kata ‗bahasa‘ dalam Al-Qur‘an, sehingga ruang lingkup penelitian ini

mencakup bidang yang lebih spesifik, yaitu bidang semantik leksikal.

Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013

Ruang lingkup mengacu pada semantik leksikal karena kajian semantik leksikal

memperhatikan makna tiap kata sebagai satuan mandiri (Pateda, 2001:74), dalam hal ini

memperhatikan makna kata „bahasa‟ dalam Al-Qur‘an untuk mengetahui komponen makna

tersebut. Analisis dilakukan dengan mengacu pada makna leksikal dari tiap data terlebih

dahulu, kemudian data dianalisis dengan menggunakan empat langkah kerja dari teori Nida,

yang akan diperjelas dalam Tinjauan Teoritis, agar selanjutnya dapat dilihat satuan komponen

makna dari setiap kata.

Tinjauan Teoritis

Dalam pembahasan ini akan disajikan tentang teori analisis komponen makna yang berkaitan

dengan pembahasan dalam skripsi ini. Teori analisis komponen makna berfungsi untuk dapat

memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: mengapa beberapa kalimat benar,

mengapa beberapa kalimat tidak benar, dan mengapa beberapa kalimat bersifat anomali.

Khususnya terkait dengan pembahasan dalam skripsi ini ialah leksem لغو /lagwun/, لسان

/lisānun/ dan عرتي /a‟rabiyyun/.

Komponen makna adalah sebuah susunan makna refrensial sebuah kata yang ditemukan

melalui analisis komponen. Komponen makna dapat berbentuk komponen umum, komponen

pembeda dan komponen tambahan. Tiga bentuk komponen makna menurut Nida (1975:32-

36) yaitu:

1. Komponen makna umum: merupakan satuan makna terkecil yang sama –sama dimiliki

oleh sejumlah kata, biasanya belum bisa digunakan untuk membedakan makna sebuah

kata. Komponen makna umum mengacu kepada komponen sebuah medan leksikal yang

berfungsi membentuk dan membatasi batas medan leksikal (Subuki, 2011: 185-187 ).

2. Komponen makna pembeda: merupakan satuan makna terkecil yang dapat digunakan

untuk membedakan makna. Contohnya apabila kita mempertimbangkan bujang dan

perawan sebagai bagian dari kategori lajang, maka +BELUM MENIKAH dan

+DEWASA adalah komponen umum dari keduanya. Akan tetapi, +LAKI-LAKI dan –

LAKI-LAKI menjadi komponen makna diagnostik yang membedakan keduanya.

3. Komponen makna pelengkap: merupakan satuan makna terkecil yang tidak selalu

dimiliki oleh suatu kata. Sifatnya sebagai tambahan atau pelengkap. Komponen

Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013

tambahan terkait dengan dua ciri komponen arti, yaitu sifat dan pemakaian. Sifat

mengacu kepada ciri tertentu dari arti bentuk leksikal yang melekat pada objek,

misalnya +DEWASA yang melekat pada lajang, sedangkan pemakaian mengacu

kepada arti yang didapat sebuah bentuk leksikal akibat pemakaiannya, misalnya

perbedaan dimensi arti antara jejaka dan bujang atau antara perawan dan gadis.

Nida menjelaskan langkah kerja analisis komponen untuk menghasilkan komponen makna

dari setiap kata. Langkah kerja tersebut terdiri dari empat cara, yaitu (a) penamaan; (b)

parafrasa; (c) pendefinisian; dan (d) pengklasifikasian. Berikut ini adalah langkah kerja

analisis komponen seperti yang disebutkan di atas:

1. Penamaan (Naming)

Menurut Nida (1975: 64), “the process of naming is the specific act of designating such

a referent”. ‗Proses penamaan adalah tindakan spesifik yang ditujukan kepada sebuah

referen.‘ Referensi biasanya digambarkan sebagai hubungan yang dibangun antara unit

linguistik dan acuan, sementara penamaan adalah tindakan spesifik menunjuk rujukan

tersebut. Langkah kerja penamaan adalah mengumpulkan kata-kata yang dimengerti dan

disetujui sebagai dengan pembuktian melalui kamus.

2. Parafrasa (Paraphrasing)

Menurut Nida (1975:65), “paraphrase is the capacity of the system any part of the

system in a more analytical fashion, this means that one can spell out the distinctive

features of any semantic unit by employing certain types of paraphrases. In example,

uncle may employ such a paraphrase as /+ my father‟s brother/ or /+ my mother‟s

brother/”. ‗Parafrasa adalah kemampuan sistem untuk menentukan tiap bagian sistem

tersebut dalam bentuk analitis yang lebih lanjut. Ini berarti bahwa seseorang dapat

mengatakan bentuk-bentuk yang berbeda dari tiap unit semantik dengan menggunakan

berbagai jenis parafrasa. Sebagai contoh, paman dapat diparafrasakan menjadi /+

saudara laki-laki ayah/, atau /+ saudara laki-laki ibu/.‘ Setiap pendekatan semantik

untuk parafrasa segera mengungkapkan dua jenis unit semantik: (1) unit inti dan (2)

ungkapan-ungkapan itulah yang menggabungkan unit inti dalam parafrasa. Pada saat

analisis, langkah kerja adalah membuat komponen makna melalui deskripsi makna inti

(leksikal).

3. Pendefinisian (Defining)

Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013

―The process of defining would be seen to be simply another form of paraphrase. It is

true, but defining is a highly specialized form of paraphrased and it is rarely used in

actual language situation. It contsits essentially in combining all the various specific

paraphrases into single statement based on the diagnostic component of particular

meaning.‖ ‗Proses pendefinisian merupakan bentuk lain dari parafrasa. Itu benar, tapi

pendefinisian adalah bentuk parafrasa tingkat tinggi dan jarang digunakan dalam situasi

bahasa yang sebenarnya. Pada dasarnya terdiri atas penggabungan semua sebuah bentuk

parafrasa spesifik, yang ditempatkan kedalam sebuah pernyataan singkat berdasarkan

atas komponen pembeda dari makna satu dengan yang lain‘. Pada langkah ini, hampir

sama dengan memparafrasa. Hanya saja, pendefinisian bertujuan untuk menemukan

komponen makna yang lebih spesifik. Dalam kerja ini, komponen makna spesifik dapat

dikatakan sebagai komponen makna pembeda (diagnostik), karena komponen makna

diagnostik terbentuk dari komponen-komponen makna yang bersifat spesifik.

Komponen makna pembeda tersebut dapat dilihat melalui bentuk pernyataan singkat

dalam sebuah kalimat.

4. Pengklasifikasian (Classifying)

Menurut Nida (1975: 66), “The fourth process employed in determining the semantic

components of any linguistic unit is classification. It involves triple procedures: (1)

lumping together those units which have certain features in common, (2) separating out

those units which are distinct from one another, and (3) determining the basics such

grouping.” ‗Proses ke empat yang digunakan dalam menetukan komponen-komponen

makna dari tiap unit adalah klasifikasi. Ini berhubungan dengan tiga langkah kerja: (1)

mengumpulkan unit-unit kata yang mempunyai ciri-ciri yang tertentu yang umum, (2)

memisahkan kata-kata yang memiliki makna berbeda dari yang lain, (3) menentukan

dasar untuk setiap kelompok. Pada saat analisis, langkah kerja dibagi menjadi 3 bagian,

yaitu:

a) Mengumpulkan kata-kata yang mempunyai makna umum. Pada bagian ini,

ditentukan terlebih dahulu bentuk komponen makna umumnya. Kata yang

mempunyai makna komponen umum tersebut dikumpulkan menjadi satu.

b) Memisahkan kata yang mempunyai komponen makna yang berbeda dari yang

lain. Contoh: kata-kata yang tidak memiliki komponen makna umum akan

dikumpulkan pada bagian ini.

Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013

c) Menentukan dasar-dasar untuk kelompok komponen makna yang spesifik.

Contoh: kata-kata pada bagian (B) akan dikelompokan menjadi sesuatu yang

spesifik.

Metode Penelitian

1. Korpus Data

Data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain dari Al-Qur‘an sebagai korpus

utama, kamus eka bahasa dan dwi bahasa, baik yang disusun oleh linguis Arab maupun

penulis Barat, buku-buku tafsir Al-Qur‘an, buku semantik, dan tata bahasa.

2. Prosedur Analisis

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dan jenis objek yang ditinjau maka dipilih metode

deskriptif analitis. Metode ini dipilih dengan tujuan bahwa analisis semata-mata berdasarkan

pada fakta yang ada (Sudaryanto, 1988:62). Metode deskriptif digunakan untuk mencari

jawaban atau kesimpulan dengan cara menjelaskan dan menggunakan perihal data yang

ditemukan pada contoh kasus. Dengan penjelasan tersebut diharapkan tujuan penelitian dapat

tercapai tanpa adanya subjektifitas penulis. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

semantik leksikal. Pendekatan tersebut dipilih karena analisis akan mengacu pada makna

leksikal dari data, yaitu makna kata bahasa dalam Al-Qur‘an. Langkah kerja penelitian ini

yaitu:

a) Pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri dan menelaah ayat dalam Al-Qur‘an;

b) Pencarian makna leksikal kata-kata (data) yang terkumpul tersebut melalui beberapa

kamus, yaitu kamus Hans Wehr;

c) Pelaksanaan langkah kerja analisis komponen makna untuk melihat komponen makna

dari tiap data yang terkumpul;

Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013

Hasil Penelitian

Tabel 1. Kumpulan Makna Kata لغو /lagwun/ dalam Al-Qur’an

No

Surat Nama Surat

Total Kata

لغو /lagwun/

No. Ayat Komponen Makna

2 Al-Baqarah 1 225 Sumpah tanpa niat

5 Al-Maidah 1 89 Senda gurau

19 Maryam 1 62 Kata-kata yang tidak bermanfaat

23 Al-Mu‘minun 1 3 Perkataan yang tidak bermanfaat

25 Al-Furqan 1 72 Perbuatan yang tidak bemanfaat

28 Al-Qashas 1 55 Perkataan yang tidak bermanfaat

41 Fushilat 1 26 Buatlah hiruk pikuk

52 Ath-Thur 1 23 Perkataan yang tidak bermanfaat

56 Al-Waqiah 1 25 Perkataan yang tidak bermanfaat

78 An-Naba‘ 1 35 Perkataan yang tidak bermanfaat

88 Al-Ghasyiah 1 11 Perkataan yang tidak bermanfaat

Tabel 2. Kumpulan Makna Kata لسان /lisānun/ dalam Al-Qur’an

No

Surat Nama Surat

Total Kata

لسان /lisānun/

No. Ayat Komponen Makna

3 Ali Imran 1 78 Lidah mereka

4 An-Nisa 1 46 Lidah mereka

5 Al-Maidah 1 78 Dengan lidah

14 Ibrahim 1 4 Bahasa

16 An-Nahl 3 62, 103

(2)

Lidah mereka, bahasa

19 Maryam 2 50, 97 Buah tutur, bahasa mu

20 Thaha 1 27 Lidahku

24 An-Nur 2 15 Lidah mereka

26 Asy-Syu‘ara 3 16, 83,

195

Lidahku, buah tutur, bahasa

28 Al-Qashas 1 34 Lidah

30 Ar-Rum 1 22 Keragaman bahasa

33 Al-Ahzab 1 19 Lidah

44 Ad-Dukhan 1 58 Bahasa mu

46 Al-Ahqaf 1 12 Bahasa Arab

48 Al-Fath 1 11 Lidah mereka

60 Al-Mumtahanah 1 2 Lidah mereka

75 Al-Qiyamah 1 16 Lidah mu

90 Al-Balad 1 9 Sebuah lidah

Tabel 3. Kumpulan Makna Kata عربي /‘arabiyyun/ Dalam Al-Qur’an

No

Surat Nama Surat

Total Kata

عربي

/„arabiyyun/

No. Ayat Komponen Makna

9 At-Taubah 6 90, 97, 98,

99, 101,

120,

Orang Arab Badui

12 Yusuf 1 2 Bahasa Arab

13 Ar-Ra‘du 1 37 Bahasa Arab

Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013

16 An-Nahl 1 103 Bahasa Arab

20 Thaha 1 113 Bahasa Arab

26 Asy-Syua‘ra 1 195 Bahasa Arab

33 Al-Ahzab 1 20 Orang Arab badui

39 Az-Zumar 1 28 Berbahasa Arab

41 Fushilat 2 3, 44 Bahasa Arab, bangsa Arab

42 Asy-Syura 1 7 Berbahasa Arab

43 Az-Zukhruf 1 3 Bahasa Arab

46 Al-Ahqaf 1 12 Bahasa Arab

48 Al-Fath 2 11, 16 Orang Arab badui,

49 Al-Hujurat 1 14 Orang Arab badui

56 Al-Waqiah 1 37 Penuh cinta

Pembahasan

Pembahasan ini berisi analisis kata لغو /lagwun/, لسان /lisānun/ dan juga عرتي /‘arabiyyun/.

Ketiga leksem tersebut bila dipadankan ke dalam bahasa Indonesia mempunyai makna kata

„bahasa‟ dilihat dari derivasi yang leksem-leksem tersebut. Ketiga leksem yang dianalisa

hanyalah leksem yang terdapat dalam Al-Qur‘an yang sudah dikumpulkan sebagai data.

Klasifikasi makna-makna kata لغو /lagwun/, لسان /lisānun/ dan juga عرتي /‘arabiyyun/ yang

terdapat di dalam Al-Qur‘an dikumpulkan dan disusun pada tabel komponen makna. Ada

empat langkah kerja yang dikemukakan oleh Nida dalam menganalisis komponen makna,

yaitu: penamaan, parafrasa, pendefinisian, dan pengklasifikasian. Keempat langkah kerja

tersebut, secara lebih lanjut akan diuraikan setelah pengelompokan kata ketiga leksem.

Terdapat 11 kali kata لغو /lagwun/ beserta derivasinya dalam Al-Qur‘an. Dari pengumpulan

makna kata لغو /lagwun/ dapat diklasifikasikan menjadi seperti berikut:

Tabel 4. Frekuensi kata لغو /lagwun/ dan padanannya

No Frekuensi Kata

ٱللغوPadanan

1. 1 Buatlah hiruk pikuk

2. 6 Sumpah tanpa niat,

perkataan yang tidak

berguna, perbuatan yang

tidak berguna, perkataan

yang buruk.

3. 3 Perkataan yang tidak

berguna, percakapan yang

sia-sia.

4. 1 Perkataan yang tidak

berguna

Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013

Terdapat kata لسان /lisānun/ 25 kali dalam Al-Qur‘an beserta derivasinya. Dari pengumpulan

kata لسان /lisānun/ dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 5. Tabel Frekuensi kata لسان dan Padanannya

No. Frekuensi Kata

لسان Padanan

1. 2 Bahasa

2. 2 Buah tutur

3. 14 Lidah

4. 7 Bahasa Arab

Terdapat kata عرتي /‘arabiyyun/ sebanyak 22 kali dalam Al-Qur‘an. Dari pengumpulan

makna kata عرتي /‘arabiyyun/ dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 6. Frekuensi kata عربي dan Padanannya

No Frekuensi Kata

عربي Padanan

1. 1 Penuh cinta

2. 10 Bahasa Arab

3. 10 Arab Badui

1. Penamaan

Langkah kerja penamaan adalah mengumpulkan kata-kata yang telah dimengerti dan disetujui

memiliki padanan tertentu dalam bahasa Arab. Semua data tersebut telah dimengerti

maknanya, yang diperjelas dengan makna leksikalnya.

Kumpulan kata عرتي /‘arabiyyun/, لسان /lisānun/ dan لغو /lagwun/ dalam bahasa Arab dan arti

leksikalnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Penamaan

Kata-kata Menurut Mu‟jam Al-Wasith Menurut Hans Wehr

Bahasa Arab, orang Arab Literatur عرتي

lidah, bahasa Arab Bahasa yang digunakan orang Arab untuk لسان

berkomunikasi

Perkataan yang sia-sia, omong kosong Kesalahan tata bahasa لغو

2. Parafrasa

Langkah kerja parafrasa adalah membuat komponen makna melalui deskripsi makna leksikal.

Untuk memparafrasa setiap kata, dilakukan dengan cara menggabungkan tiap data yang ada

Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013

dalam kamus. Tabel komponen-komponen makna dari data yang dikumpulkan yaitu kata

عرتي /‘arabiyyun/, لسان /lisānun/ dan لغو /lagwun/ dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut dengan

keterangannya, yaitu:

Tanda + : Berarti memiliki komponen makna tersebut.

Tanda - : Berarti tidak memiliki komponen makna tersebut

Tanda ± : Berarti bisa memiliki atau tidak komponen makna tersebut

Tabel 8. Komponen makna لسان ,لغو dan عربي

Kata Komponen Makna

Bahasa Arab Orang Arab Lidah Perkataan yang

sia-sia Omong kosong

عربي + + - - -

- - + - + لسان

+ + - - - لغو

3. Pendefinisian

Langkah kerja pendefinisian sama dengan langkah kerja parafrasa tetapi pendefinisian

bertujuan untuk menemukan komponen makna diagnostik dan bersifat spesifik. Komponen

makna diagnostik tidak muncul dalam makna leksikal, tetapi muncul dalam contoh kalimat.

Maka, untuk menemukan komponen makna diagnostik tersebut bisa dilihat dari contoh

kalimat dalam Al-Qur‘an.

Tabel hasil pendefinisian dapat dilihat di bawah ini. Dengan keterangan tabel sebagai berikut:

Tanda +: Berarti memiliki komponen makna diagnostik

Tanda -: Berati tidak memiliki komponen makna diagnostik.

Tanda ±: Berarti bisa memiliki maupun tidak komponen makna diagnostik.

Tabel 9. Hasil Pendefinisian

Komponen Makna لغو لسان عربي

Penuh cinta + - -

Mempertanyakan Al-

Qur‘an

± - -

Petunjuk ± - -

Ketidak tahuan/ keragu-

raguan

± - -

Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013

Buah tutur - + -

Penjelasan tentang rasul - ± -

Informasi - ± -

Kebencian - ± -

Kebohongan - - ±

Hiruk pikuk - - ±

4. Pengklasifikasian

Tahap pengklasifikasi dilakukan untuk memperjelas hasil dari tahap pendefinisian yang

dilakukan lebih dahulu. Tujuannya adalah untuk mempersempit definisi, semakin sempit

klasifikasi maka akan menghasilakan definisi yang semakin jelas. Untuk mendapatkan hasil

definisi yang lebih jelas, harus dilakukan pencarian makna umum dari setiap kata yang

diteliti, juga makna pembeda. Ada tiga langkah menurut teori Nida untuk menelitinya,

langkah itu sebagai berikut:

a) Mengumpulkan Kata Berkomponen Makna Umum

Pada langkah kerja yang pertama ini, dilakukan pencarian kata-kata yang berkomponen

makna umum. Hal utama yang harus ditentukan pada awal langkah ini adalah

menentukan bentuk makna umum, sebelum pada akhirnya nanti dijadikan satu.

Komponen makna umum yang ditemukan adalah komponen makna terkecil yang sama-

sama dimiliki oleh kata عرتي /‘arabiyyun/, لسان /lisānun/ dan لغو /lagwun/ dalam Al-

Qur‘an. Bila ada satu kata yang tidak memiliki komponen makna umum, maka tidak

akan dimasukkan kedalam pembahasan. Dalam pemilihan komponen makna umum,

dipilih komponen makna yang banyak terulang melebihi komponen makna yang lain.

Berdasarkan tabel ketiga, maka kata عرتي /‘arabiyyun/ memiliki dua komponen makna

umum yang sering terulang yaitu bahasa Arab dan orang Badui. Sedangkan terlihat

pada tabel kedua kata لسان /lisānun/ komponen makna umumnya ialah bahasa Arab dan

lidah. Adapun untuk kata لغو /lagwun/ memiliki komponen makna umu yaitu perkataan

yang sia-sia.

Berdasarkan penjelasan diatas, terlihat bahwa kata لغو /lagwun/ tidak memiliki

kesamaan komponen makna umum dengan dua kata lainnya dalam Al-Qur‘an.

Sedangkan kata عرتي /‘arabiyyun/ dan kata لسان /lisānun/ memiliki satu komponen

makna umum yang sama yaitu kata bahasa Arab.

Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013

b) Memisahkan Kata Berkomponen Makna Pembeda

Pada langkah kerja yang kedua ini, hal yang harus dilakukan adalah memisahkan kata-

kata yang tidak menjadi komponen makna umum selain bahasa Arab. Hal ini bisa

dilihat dari tabel pertama, kedua dan ketiga.

Pada kata عرتي /‘arabiyyun/ orang Badui dan penuh cinta. Pada kata لسان /lisānun/:

tutur kata, buah tutur, lidah dan bahasa-bahasa. Sedangkan untuk kata لغو /lagwun/,

karena tidak memiliki komponen makna umum seperti dua kata yang lain, maka tidak

dimasukkan lagi ke dalam pembahasan ini.

c) Menentukan Komponen Makna Spesifik

Langkah kerja yang ketiga ini, menentukan dasar-dasar kelompok komponen makna

yang spesifik. Cara menentukan komponen makna spesifik ialah dengan

memisahkannya dengan komponen makna umum. Berdasarkan hal tersebut

menghasilkan klasifikasi dari kata عرتي /‘arabiyyun/, لسان /lisānun/ dan لغو /lagwun/

sebagai berikut:

1. kata تا memiliki makna diagnostik penuh cinta ع ر

2. kata عرتي mempunyai komponen makna sebagai berikut: disebabkan suatu

permasalahan mempertanyakan Al-Qur‘an.

3. kata عرتيا memiliki komponen makna diagnostik petunjuk.

4. kata العراب memiliki komponen makna diagnostik keraguan dan ketidaktahuan.

5. kata لسان mempunyai komponen makna sebagai berikut penjelasan tentang rasul.

6. kata لسان memiliki komponen makna diagnostik buah tutur.

7. kata لسانا memiliki komponen makna diagnostik tutur bicara

8. kata لسانك mempunyai komponen makna berupa informasi.

9. kata ألسنة memiliki komponen makna berupa kebencian.

Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013

10. kata ألسنت ك م memiliki komponen makna kebohongan.

11. kata ٱلغوا memiliki komponen makna diagnostik membuat hiruk pikuk.

Kesimpulan

Setelah mekakukan analisa terhadap kata bahasa dalam Al-Qur‘an yang dipadankan ke dalam

bahasa Arab yaitu kata لغو /lagwun/, لسان /lisānun/ dan عرتي /‗arabiyyun/, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Hanya kata عرتي /‗arabiyyun/, لسان /lisānun/ yang memiliki komponen makna umum

„bahasa‟ dan „bahasa Arab‟.

2. Komponen makna pembeda yang dimiliki oleh kata عرتي /‗arabiyyun/ ialah penuh

cinta dan orang Arab badui.

3. Komponen makna pembeda yang dimiliki oleh kata لسان /lisānun/ ialah buah tutur,

tutur bahasa dan lidah.

4. Kata عرتي /‗arabiyyun/ yang terdapat dalam Al-Qur‘an memiliki satu klasifikasi

makna umum yaitu berhubungan dengan manusia. Kata عرتي /‗arabiyyun/ yang

berhubungan dengan manusia terbagi menjadi tiga, yaitu bermakna penuh cinta,

bahasa Arab dan orang Arab badui.

5. Kata لسان /lisānun/ yang terdapat dalam Al-Qur‘an memiliki dua klasifikasi makna

umum yaitu: berhubungan dengan Allah dan berhubungan dengan manusia. Kata لسان

/lisānun/ yang berhubungan dengan Allah hanya ada dalam satu bagian, yaitu tanda-

tanda kekuasaan-Nya. Lalu yang berhubungan dengan manusia terbagi menjadi lima

bagian yaitu bermakna lidah, bahasa ummat, buah tutur, tutur bahasa dan bahasa

Arab.

6. Kata لغو /lagwun/ terulang dalam Al-Qur‘an memiliki satu klasifikasi makna umum,

yaitu berhubungan dengan manusia. Kata لغو /lagwun/ yang berhubungan dengan

manusia terbagi dalam lima bagian yaitu kata-kata yang tidak berguna, percakapan

yang tidak bermanfaat, sumpah tanpa niat, dan hiruk pikuk.

Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013

7. Bentuk kata berupa kata nomina menjadi bentuk yang paling produktif sebagai

leksem yang memiliki makna „bahasa‟. Tujuh kali dengan leksem لسان /lisānun/ dan

leksem عرتي /‗arabiyyun/ sepuluh kali.

Saran

Diharapkan agar setiap penelitian yang berkaitan dengan bahasa suatu bangsa dibarengi

dengan penguasaan terhadap literatur-literatur yang mempunyai keterkaitan erat dengan

bahasa tersebut. Memahami kandungan bahasa Arab yang terdapat dalam Al-Qur‘an sudah

tentu membutuhkan banyak pemahaman—tidak hanya hanya paham tentang tata bahasa

melalui kamus-kamus dan buku ajar, apalagi buku ajaran tersebut sudah diterjemahkan

kedalam bahasa asing—tetapi juga harus dilihat dari sebab-sebab turunnya ayat tesebut serta

penjelasan dari para ahli terdahulu ketika membahas permasalahan yang sejenis. Wallahu

a‟lam.

Daftar Referensi

Al-Baqi, Muhammad Fuad. (1981). Al-Mu‟jam Al-Mufahras li Al-Fazh Al-Qur‟an Al-Karim.

Lubnan: Dār Al-Fikr.

Chaer, Abdul. (1996). Linguistik Umum: Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Everett, Daniel. (2012). Language: The Cultural Tool. London: Profile Books Ltd.

Nida, Eugene A. (1975). Componential Analysis of Meaning: An Introduction to Semantic

Structures. The Hague: Mouton.

Nuha, Ulin. (2012). Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: Diva

Press.

Pateda, Mansoer. (2001). Semantik Leksikal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Saeed, Jhon I. (1997). Semantics. Oxford: Blackwell Publishing.

Subuki, Makyun. (2011). Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa. Jakarta:

Transpustaka.

Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013

Sudaryanto. (1998). Metode Linguistik Bagian Pertama Ke Arah Memahami Metode

Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Syuruqul Dauliah Al-Maktabah. (2011). Mu‟jamu Al-Wasith. Kairo: Attabaqatu Rabiah.

Wehr, Hans. (2000). A Dictionary of Modern Written Arabic: Fourth Edition. Beirut:

Librairie du Liban Publisher.

Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013