Analisis Kom 3
-
Upload
jannatur-rahmah -
Category
Documents
-
view
215 -
download
2
description
Transcript of Analisis Kom 3
-
Haeni Hartini
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedamg
Email: [email protected] 085221266311
1
TIPE PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PEROKOK
DI SMP NEGERI 1 JATINANGOR
Haeni Hartini1,Sari Fatimah
1, Ai Mardhiyah
1
1Fakultas ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat
ABSTRAK
Merokok merupakan penyebab kematian dini karena dapat membahayakan
kesehatan dan menjadi pintu masuk pertama perilaku negatif lainnya. Godaan
untuk merokok pada remaja dihubungkan dengan keadaan afektif dan gejala putus
nikotin sehingga sulit untuk berhenti merokok. Oleh karena itu, perlu ada upaya
untuk menghentikannya. Hal ini berkaitan dengan tipe perilaku merokok pada
setiap orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tipe perilaku
merokok pada remaja perokok di SMP Negeri 1 Jatinangor. Metode penelitian ini
menggunakan deskriptif kuantitatif menggunakan kuesioner yang berjumlah 30
item dengan 10 item setiap tipe yang terdiri dari perokok pengaruh positif,
perokok pengaruh negatif, dan perokok adiktif. Sampel berjumlah 50 remaja
perokok di SMP Negeri 1 Jatinangor menggunakan metode total sampel.
Responden termasuk tipe perokok tertentu jika memperoleh skor tertinggi pada
tipe tersebut. Hasilnya adalah sebagian responden (58%) termasuk perokok
pengaruh positif, sangat sedikit responden (16%) termasuk perokok pengaruh
negatif, dan sebagian kecil responden (26%) termasuk perokok adiktif. Untuk
mengatasinya diperlukan identifikasi tipe perilaku merokok remaja untuk
memudahkan penanganannya.
Kata kunci : Merokok, remaja, tipe perilaku merokok
ABSTRACT
Smoking was caused early death because it was harmful for health and
became first entrance for the other negative behaviors. The temptation to smoke
in adolescents associated with affective state and nicotine withdrawal symptoms
so that it make difficult to quit smoking. Therefore, there should be an effort to
stop it. This relates to the type of smoking behavior on everyone. The aim of study
was to identify type of smoking behavior in adolescent smokers at SMP Negeri 1
Jatinangor. The method used descriptive quantitative by questionnaire with 30
items and 10 items for each type consisting of positive affect smoker, negatif affect
smoker, and addictive smoker. The Samples were 50 adolescent smokers at SMP
Negeri 1 Jatinangor. Respondents include certain types of smokers if the highest
score on that type. Result showed, half respondents (58%) as smoker, very few
respondents (16%) as negative affect smoker, and a small respondents (26%) as
addictive smoker. To handle it required identification type of smoking behavior in
adolescent.
Key Words : Adolescent, smoking, type of smoking behavior
-
Haeni Hartini
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang
Email: [email protected] 085221266311
2
PENDAHULUAN
Rokok adalah penyebab kematian dini yang bisa dicegah. Sudah banyak
terbukti dari penelitian bahwa racun dalam rokok dapat membahayakan kesehatan
seseorang (Cahyono, 2008). Menurut Partodiharjo (2006) rokok mengandung zat
psikoaktif bernama nikotin dan 4000 zat kimia yang berbahaya, yaitu 20 macam
diantaranya adalah racun mematikan.
Pada tahun 2010, Indonesia menempati urutan ke-tiga di dunia dengan
jumlah perokok terbanyak setelah China 300 juta, India 120 juta, dan Indonesia 82
juta perokok (Wahyuningsih, 2011). Telah dilakukan upaya-upaya untuk
menanggulangi bahaya merokok, diantaranya pengamanan merokok bagi
kesehatan dan kawasan tanpa rokok (Farida, 2009) tetapi belum berhasil untuk
mengatasi bahaya merokok dan mengendalikan perilaku merokok.
Masa remaja merupakan suatu periode diantara masa kanak-kanak dan
masa dewasa, yakni dari 10 sampai 21 tahun (Rudolph, 2006). Remaja
dihadapkan dengan tekanan dari teman sebaya seperti tekanan untuk mencoba
melakukan hubungan seksual pranikah, menggunakan obat terlarang, alkohol,
rokok dan melakukan aktivitas-aktivitas yang membahayakan (Wong, 2009).
Godaan untuk merokok pada remaja dihubungkan dengan keadaan afektif
dan gejala putus nikotin (Soetjiningsih, 2004). Menurut Tomkins dan Demos
(1995) ada tiga tipe perilaku merokok yang mempengaruhi perilaku merokok
seseorang, yaitu perokok pengaruh positif, perokok pengaruh negatif dan perokok
adiktif. Metode terapi yang dipilih untuk tiga tipe ini berbeda. Dengan penelitian
-
Haeni Hartini
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang
Email: [email protected] 085221266311
3
ini akan diketahui tipe-tipe perilaku merokok remaja sehingga dapat diketahui
metode yang tepat untuk membantu menghentikannya.
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama karena seiring
dengan adanya pemikiran irrasional yang merupakan karakteristik usia SMP
(seperti merokok lebih macho), perlu ada upaya yang sistematis dan realistik
untuk menuntun mereka supaya mampu berpikir rasional dan proposional dalam
memahami suatu konteks masalah (Efendi, 2005).
Dari hasil studi pendahuluan didapatkan yaitu 46 orang remaja putra
perokok dan hampir semua siswa mengetahui bahaya merokok. Dari 9 orang
remaja yang diwawancarai, mereka merokok setelah makan sebanyak 4 orang,
merokok ketika bersenang-senang bersama teman-teman sebanyak 8 orang, dan 6
orang ketika sedang kesal. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Gambaran tipe perilaku merokok
pada remaja perokok di SMP Negeri 1 Jatinangor.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tipe perilaku merokok
pada remaja perokok di SMP Negeri 1 Jatinangor.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif. Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal, yakni tipe
perilaku merokok remaja di SMP Negeri 1 Jatinangor.
-
Haeni Hartini
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang
Email: [email protected] 085221266311
4
Definisi Konseptualnya adalah tipe perilaku merokok, yaitu beberapa jenis
kepuasan dalam merokok, yaitu perokok pengaruh positif, perokok pengaruh
negatif hingga perokok adiktif (Tomkins dan Demos, 1995).
Definisi Operasionalnya antara lain sebagai berikut. Untuk tipe perokok
pengaruh positif dibedakan menjadi tiga subtipe, antara lain merokok sebagai
stimulant untuk mengalami pengaruh positif berupa kegembiraan, merokok
sebagai relaxant untuk mengalami pengaruh positif kenikmatan, perokok
pengaruh positif yang berhubungan dengan aspek sensorimotor, yakni apa yang
dilakukan seseorang dengan tangannya dan pengaruh positif saat menyaksikan
asap rokok keluar dari mulutnya. Pernyataan untuk kategori perokok pengaruh
positif berjumlah 10 item. Skor dari sepuluh item ini dijumlahkan lalu
dibandingkan dengan skor total dari dua tipe yang lain. Dikatakan tipe ini jika
skor total tertinggi responden berada pada tipe ini.
Perokok pengaruh negatif biasanya bisa menggunakan rokok untuk
mengurangi perasaan negatif atau tertekan, misalnya bila marah, cemas ataupun
gelisah, ketakutan, rasa malu, rasa jijik, atau gabungan dari perasaan-perasaan
tersebut. Pernyataan untuk kategori perokok pengaruh negatif berjumlah 10 item.
Skor dari sepuluh item ini dijumlahkan lalu dibandingkan dengan skor total dari
dua tipe yang lain. Dikatakan tipe ini jika skor total tertinggi responden berada
pada tipe ini.
Perokok adiktif yaitu menggunakan rokok terutama untuk memenuhi
keinginan tak tertahankan terhadap rokok. Perokok ini akan menambah dosis
-
Haeni Hartini
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang
Email: [email protected] 085221266311
5
rokok yang dikonsumsi. Timbul gejala psikologis yaitu panik ketika tidak ada
rokok, khawatir rokok tidak tersedia saat diinginkan. Tipe ini juga gabungan dari
2 tipe sebelumnya yaitu tipe perokok pengaruh positif dan negatif. Pernyataan
untuk kategori perokok adiktif berjumlah 10 item. Skor dari sepuluh item ini
dijumlahkan lalu skor totalnya dibandingkan dengan skor total dari dua tipe yang
lain. Dikatakan tipe ini jika skor total tertinggi responden berada pada tipe ini atau
jika terdapat 2 kategori atau lebih yang skornya tertinggi.
Populasi dalam penelitian ini yaitu remaja perokok di SMP Negeri 1
Jatinangor kelas VII dan VIII yang berjumlah 50 orang. Teknik sampling yang
digunakan adalah total sampling. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1
Jatinangor pada bulan Mei 2012. Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan instrumen yang terdiri dari 30 pernyataan dengan jumlah
pernyataan pada masing-masing indikator sama, yaitu 10 pernyataan. Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala Likert dengan skor, selalu (4), sering
(3), kadang-kadang (2), dan tidak pernah (1) (Sugiyono, 2011).
Instrumen dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti dan telah
dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Setelah data terkumpul, kemudian data
diolah dengan cara editing, coding, entry data, dan mengeluarkan informasi
(Setiadi, 2007). Setelah data diolah, data dianalisa. Skor dari sepuluh item dari
masing-masing kategori ini dijumlahkan lalu skor totalnya dibandingkan dengan
skor total dari dua tipe yang lain. Hasilnya berupa persentase, dengan
menggunakan rumus: =
100%
-
Haeni Hartini
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang
Email: [email protected] 085221266311
6
Berdasarkan nilai dari persentase di atas maka dapat diinterpretasikan hasil
untuk variabel, yaitu : 0 %: tidak seorangpun dari responden, 1 19 %: sangat
sedikit responden, 20 39 %: sebagian kecil dari responden, 40 59 % : sebagian
responden, 60 79 %: sebagian besar dari responden, 80 99 %: hampir seluruh
responden, dan 100 %: seluruh responden (Al Rasyid, 1994).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dari hasil penelitian disajikan dalam tabel 1.1.
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Karakteristik Responden f %
Tingkatan
Kelas
Kelas VII 20 40
Kelas VIII 30 60
Jenis Kelamin Laki-laki 48 96
Perempuan 2 4
Lamanya
Merokok
< 1 tahun 10 20
1-3 tahun 38 76
> 3 tahun 2 4
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa dari 50 responden, sebagian besar
dari responden (60%) berada pada kategori tingkatan kelas VIII, hampir seluruh
responden (96%) berjenis kelamin laki-laki, dan sebagian besar dari responden
(76%) merokok selama 1-3 tahun.
2. Hasil Penelitian
Hasil penelitian gambaran dari tipe perilaku merokok pada remaja perokok
di SMP Negeri 1 jatinangor disajikan hasil perhitungan persentase dan kategori
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
-
Haeni Hartini
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang
Email: [email protected] 085221266311
7
Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Hasil Penelitian Gambaran Perilaku Merokok pada
Remaja Perokok di SMP Negeri 1 Jatinangor
Dari tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian responden yaitu
sebanyak 29 responden (58%) memiliki tipe perokok pengaruh positif.
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Hasil Penelitian Gambaran Perilaku Merokok pada
Remaja Perokok di SMP Negeri 1 Jatinangor Berdasarkan Kategori
Tingkatan Kelas
Berdasarkan tabel 1.3 dapat diketahui bahwa sebagian dari responden
(36%) memiliki tipe perokok pengaruh positif berada pada kategori tingkatan
kelas VIII.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Penelitian Gambaran Perilaku Merokok pada
Remaja Perokok di SMP Negeri 1 Jatinangor Berdasarkan Kategori
Jenis Kelamin
Tipe Perilaku Merokok F %
Perokok Pengaruh Positif 29 58
Perokok Pengaruh Negatif 8 16
Perokok Adiktif 13 26
Tipe Perilaku Merokok
Kategori Tingkatan Kelas Total
VII VIII
F % f % f %
Perokok Pengaruh Positif 11 22 18 36 29 58
Perokok Pengaruh Negatif 3 6 5 10 8 16
Perokok Adiktif 6 12 7 14 13 26
Tipe Perilaku Merokok
Kategori Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan
F % f % f %
Perokok Pengaruh Positif 29 58 0 0 29 58
Perokok Pengaruh Negatif 6 12 2 4 8 16
Perokok Adiktif 13 26 0 0 13 26
-
Haeni Hartini
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang
Email: [email protected] 085221266311
8
Berdasarkan tabel 1.4 dapat diketahui bahwa sebagian dari responden
(58%) memiliki tipe perokok pengaruh positif berada pada kategori jenis kelamin
laki-laki.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Penelitian Gambaran Perilaku Merokok pada
Remaja Perokok di SMP Negeri 1 Jatinangor Berdasarkan Kategori
Lamanya Merokok
Berdasarkan tabel 1.5 dapat diketahui bahwa sebagian responden (44%)
memiliki tipe perokok pengaruh positif berada pada kategori lamanya merokok 1-
3 tahun.
3. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel diatas dapat diketahui bahwa
sebagian responden (58%) memiliki tipe perokok pengaruh positif, sangat sedikit
responden (16%) memiliki tipe perokok pengaruh negatif, dan sebagian kecil dari
responden (26%) memiliki tipe perokok adiktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden (58%) memiliki
tipe perokok pengaruh positif. Responden menggunakan rokok sebagai stimulant,
relaxant, dan berhubungan dengan aspek sensorimotor. Hasil penelitian ini
didukung oleh Bhenthin, Slovic, Moran, Severson, Mertz, dan Gerrard (1995)
yang menyatakan bahwa alasan remaja melakukan perilaku yang mengancam
Tipe Perilaku Merokok
Kategori Lamanya Merokok Total
< 1 tahun 1-3 tahun >3 tahun
f % f % f % f %
Perokok Pengaruh Positif 7 14 22 44 0 0 29 58
Perokok Pengaruh Negatif 0 0 7 14 1 2 8 16
Perokok Adiktif 3 6 9 18 1 2 13 26
-
Haeni Hartini
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang
Email: [email protected] 085221266311
9
kesehatan, seperti merokok adalah kesenangan atau relaksasi dan fasilitasi sosial.
Selain itu, perilaku merokok remaja pengaruh positif juga terjadi karena adanya
persepsi remaja tentang perokok seperti maskulin atau gentle. Menurut Bhojani,
Elias, dan Devadasan (2011) persepsi positif remaja tentang perokok meliputi
sukses, pandai, cerdas, canggih, macho, dan hebat.
Sangat sedikit responden (16%) memiliki tipe perokok pengaruh negatif.
Hal ini ditunjukkan oleh responden yang menggunakan rokok untuk mengurangi
perasaan negatif atau tertekan, misalnya bila marah, cemas ataupun gelisah,
ketakutan, rasa malu, rasa jijik. Hasil ini didukung oleh Bonaguro dan Bonaguro
(1987) dalam Tyas dan Pederson (1998) yang menyatakan bahwa stres berkaitan
dengan pemeliharaan perilaku merokok. Merokok merupakan sarana untuk
mengatasi stres di kalangan perokok muda (Mates dan Allison, 1992 dalam Tyas
dan Pederson, 1998).
Sebagian kecil dari responden (26%) memiliki tipe perokok adiktif. Hal ini
ditunjukkan oleh responden memiliki perilaku merokok yang menggunakan rokok
terutama untuk memenuhi keinginan tak tertahankan terhadap rokok, menambah
dosis rokok yang digunakan, timbul gejala psikologis seperti panik ketika tidak
ada rokok, dan khawatir rokok tidak tersedia saat ia menginginkannya. Selain
hanya ditunjukkan oleh ciri-ciri tersebut, responden ini juga memiliki tipe
perilaku merokok yang disertai oleh pengaruh positif maupun merokok pengaruh
negatif. Pada remaja, godaan untuk merokok berhubungan dengan keadaan afektif
dan gejala putus nikotin (Soetjiningsih, 2004). Hal ini didukung oleh Quintero dan
-
Haeni Hartini
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang
Email: [email protected] 085221266311
10
Davis (2002) yang menyatakan bahwa adiksi merokok pada remaja tidak hanya
berhubungan dengan kebutuhan psikologis, kebiasaan dan daya tahan, tetapi juga
untuk mengontrol pengaruh perasaan.
Perilaku merokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Menurut Partodiharjo
(2006), rokok mengandung zat psikoaktif bernama nikotin dan 4000 zat kimia
yang berbahaya, yaitu 20 macam diantaranya adalah racun mematikan. Dampak
pengiring lain yang sangat mengkhawatirkan adalah keberadaan perilaku merokok
bisa menjadi pintu masuk pertama (first step) terhadap perilaku negatif lainnya,
seperti: minum alkohol, narkoba, perilaku agresif dan destruktif (Efendi, 2005).
Dampak dari perilaku merokok pengaruh positif ini yaitu para perokok tipe
ini kesulitan berhenti merokok karena memiliki banyak sumber pengaruh positif
lain sehingga meninggalkan merokok menimbulkan penyesalan. Dampak dari
perilaku merokok pengaruh negatif yaitu, perokok karena pengaruh negatif sulit
berhenti merokok karena perokok ini kembali merokok ketika ada beban pengaruh
negatif yang terlalu berat. Dampak dari perilaku merokok yang adiktif yaitu,
perokok adiktif paling sulit meninggalkan merokok. Kuantitas efek yang
dialaminya begitu besar sehingga menjadi panik kalau tidak ada rokok yang
tersedia ( Tomkins dan Demos 1995).
Metode terapi yang dipilih untuk tiga tipe perilaku merokok ini secara
sistematis berbeda Tomkins (1966). Untuk perokok pengaruh positif,
penanganannya dengan menggunakan metode yang didasarkan pada rasionalitas
dan persuasi yang efektif (Tomkins, 1966). Metode tersebut yaitu menggunakan
-
Haeni Hartini
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang
Email: [email protected] 085221266311
11
Cognitive Behavior Therapy. Cognitive Behavior Therapy mengubah pola pikir
siswa yang irrasional (seperti merokok lebih macho, dewasa, dan sebagainya) agar
dapat berfikir secara rasional. Terapi ini menekankan pada variasi pengalaman
belajar siswa melalui berbagai metode dan media, seperti analisis kasus, evaluasi
diri, diskusi, pengajaran langsung, uji pemahaman, modeling, dan latihan
menuangkan gagasan (Efendi, 2005).
Untuk perokok pengaruh negatif, penanganannya menggunakan sistem
teman atau terapi kelompok. Sistem untuk mengurangi frekuensi dan kepelikan
sumber pengaruh negatif, cara lain membuat perasaan lebih baik, atau langsung
memecahkan masalah daripada menenangkan diri saja (Tomkins, 1966). Menurut
Forman dalam Grey, Boland, Davidson, Yu, Bolyai, Tamborlane (1998), salah
satu bentuk terapi yang dapat digunakan, yaitu Coping skills training (CST) yang
mengajarkan keterampilan coping pribadi dan sosial, sehingga membantu
menangani stressor yang potensial dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dan
reaksi stres yang ditimbulkannya. CST terdiri dari role-playing berbagai situasi
sosial dengan menggunakan skenario untuk melatih kemampuan koping baru,
sehingga pelatih (perawat) dapat memodelkan perilaku koping yang tepat.
Untuk perokok adiktif, hanya metode heroik yang efektif. Hal ini mencakup
metode cold turkey yaitu cara yang dilakukan dengan merokok dalam jumlah
yang seperti biasa, merokok setiap hari, dan secara tiba-tiba berhenti merokok
sama sekali pada hari yang sudah ditentukan (Tomkins, 1966). Selain itu,
farmakoterapi bermanfaat dan aman pada remaja pengguna tembakau
-
Haeni Hartini
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang
Email: [email protected] 085221266311
12
(Soetjiningsih, 2004). Salah satu bentuk farmakoterapi yang aman digunakan bagi
remaja yaitu terapi pengganti nikotin tempel (nicotine patch) yang sesuai petunjuk
tenaga kesehatan.
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Dari hasil penelitian dapat diketahui tipe perilaku merokok pada remaja berbeda-
beda. Sebagian responden memiliki tipe perokok pengaruh positif, sangat sedikit
responden memiliki tipe perokok pengaruh negatif, dan sebagian kecil dari
responden memiliki tipe perokok adiktif.
2. Saran
a. Bagi Sekolah
Pihak sekolah disarankan untuk melakukan terapi untuk mengatasi perilaku
merokok berdasarkan tipe perilaku merokok tersebut bekerjasama dengan perawat
setempat. Terapi untuk perokok pengaruh positif yaitu Cognitive Behavior
Therapy, untuk perokok pengaruh negatif yaitu Coping skills training (CST), dan
untuk perokok adiktif menggunakan farmakoterapi terapi pengganti nikotin
tempel (nicotine patch).
b. Bagi Keperawatan Komunitas
Dengan hasil tersebut diharapkan perawat membuat program terapi
menangani perilaku merokok berdasarkan tipe perilaku merokok yang
bekerjasama dengan pihak sekolah.
-
Haeni Hartini
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang
Email: [email protected] 085221266311
13
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai data
awal bagi penelitian selanjutnya mengenai efektivitas Coping skills training
(CST) untuk menangani tipe perokok pengaruh negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Alrasyid. 1994. Dasar-Dasar Statistika Terapan (Penyunting: Teguh
Kismantoroadji, dkk). Bandung: Program Pascasarjana Universitas
Padjdjaran.
Bhenthin A, Slovic, P, Moran, P, Severson, H, Mertz, C.K, Gerrard, M. 1995.
Adolescent Health-threatening and Health-enhancing Behaviors: A Study
of Word Association and Imagery. USA: Journal of Adolescent Health
Volume 17. Available at http://www.sciencedirect. com (diakses 19 Juni
2012).
Bhojani, U. M, Elias, M. A & N, Devadasan. 2011. Adolescents Perceptions
About Smokers in Karnataka, India. India: BMC Public Health doi:1471-
2458/11/563. Available at: http://search.proquest.com (diakses tanggal 18
Juni 2012)
Cahyono, J. B. S. B. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta:
Kanisius.
Efendi, M. 2005. Penggunaan Cognitive Behavior Therapy untuk Mengendalikan
Kebiasaan Merokok di Kalangan Siswa Melalui Peningkatan Perceived
Self Efficacy Berhenti Merokok. Malang: Jurnal Pendidikan dan fkbud~
-
Haeni Hartini
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang
Email: [email protected] 085221266311
14
yann, No. 056, Tahun Ke-11 Available at http://jurnal.pdii.lipi.go.id
(diakses 28 September 2011).
Farida, N. 2009. Bad and Good Habit Kebiasaan untuk Tetap Sehat. Jakarta:
Grasindo. Available at http://books.google.co.id (diakses 20 Januari 2012).
Grey, M, Boland, E. A, Davidson, M, Yu, C, Bolyai, S. S, Tamborlane, W. V.
1998. Short-Term Effect of Coping Skills Training as Adjunct to Intensive
Therapy in Adolescents. PsychosociaI Research. Available at : http://care.
diabetesjournals.org (diakses 18 Juli 2012)
Partodiharjo, S. 2006. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Jakarta:
Esensi.
Quintero, G. & Davis, S. 2002. Why Do Teens Smoke? American Indian and
Hispanic Adolescents Perspective on Functional Values and addiction.
Prevention Research Center University of New Mexico. Available at:
http://search.proquest.com (diakses tanggal 18 Juni 2012)
Rudolph, A. M. et al. 2006. Buku Ajar Pediatri vol 1. Alih bahasa A. Samik
Wahab, Moeljono Trastotenojo, Brahm U. Pendit, Awal Prasetyo, dan
Sugiarto. Jakarta: EGC.
Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:
Sagung Seto.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
-
Haeni Hartini
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
JL. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang
Email: [email protected] 085221266311
15
Tomkins. S. S. 1966. Psychological Model for Smoking Behavior. New York:
National Institute of Mental Health doi 1-K6-MH-23, 797-01. Available at
http://ajph.aphapublications.org (diakses 20 Maret 2012)
Tomkins. S. S & Demos. E. V. 1995. Exploring Affect: The Selected Writings of
Silvan S. Tomkins Studies in Emotion and Social Interaction. New York:
Cambridge University Press. Available at http://books.google.co.id
(diakses 5 Maret 2011)
Tyas, S. L dan Pederson, L. L. 1998. Psychosocial Factor Related to Adolescent
Smoking: A Critical Review of The Literature. An International Peer-
reviewed Journal for Health Professionals and Others in Tobacco Control
doi:10.1136/tc.7.4.409 Available at http://bmj-tobacco.highwire.org
(Diakses 14 Juli 2012)
Wahyuningsih, M. 2011. Kenapa Jumlah Perokok Indonesia Masih Tertinggi
Ketiga di Dunia? Available at http://health.detik.com (Diakses 20 Februari
2012)
Wong, D. L, Eaton, M. H, Wilson, D, Winkelstein, M. L, Schwartz, P. 2009. Buku
Ajar keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa Agus Sutarna, Neti Juniarti, dan
H.Y. Kuncara. Jakarta: EGC.