Analisis Kesiapan Pemerintah Dalam Menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual

10
ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL Rumusan Masalah: 1. Bagaimanakah kesiapan Pemkot batu dalam mengimplementasikan SAP berbasis akrual bila dilihat dari kesiapan pemkot dalam hal komitmen, SDM, sarana prasarana dan sistem informasi dan kendala- kendala apa yang masih dihadapi selama persiapan penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual? Tujuan 1. Untuk mengetahui bagaimana kesiapan pemerintah kota batu dalam menerapkan system akuntansi pemerintahan berbasis akrual 2. Untuk mengetahui bagaimana pemerintah kota batu dapat mengatasi kendala yang muncul pada saat implementasi system akuntansi pemerintah berbasis akrual. Tinjauan Pustaka 1. SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan di Indonesia (Peraturan Pemerintah RI no 24 tahun 2005). 2. Basis Akrual Permendagri No.64 Tahun 2013 Pasal 1 ayat (10) menjelaskan bahwa Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar 3. PP RI No.71 Tahun 2010 pasal 1 ayat (8) menyatakan bahwa standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual adalah standar akuntansi pemerintahan yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD. Basis Akrual untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan di catat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada

description

nnnnnnnnnnn

Transcript of Analisis Kesiapan Pemerintah Dalam Menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual

ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUALRumusan Masalah:1. Bagaimanakah kesiapan Pemkot batu dalam mengimplementasikan SAP berbasis akrual bila dilihat dari kesiapan pemkot dalam hal komitmen, SDM, sarana prasarana dan sistem informasi dan kendala-kendala apa yang masih dihadapi selama persiapan penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual?Tujuan 1. Untuk mengetahui bagaimana kesiapan pemerintah kota batu dalam menerapkan system akuntansi pemerintahan berbasis akrual 2. Untuk mengetahui bagaimana pemerintah kota batu dapat mengatasi kendala yang muncul pada saat implementasi system akuntansi pemerintah berbasis akrual.Tinjauan Pustaka1. SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan di Indonesia (Peraturan Pemerintah RI no 24 tahun 2005). 2. Basis Akrual Permendagri No.64 Tahun 2013 Pasal 1 ayat (10) menjelaskan bahwa Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar3. PP RI No.71 Tahun 2010 pasal 1 ayat (8) menyatakan bahwa standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual adalah standar akuntansi pemerintahan yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD. Basis Akrual untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan di catat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas di terima atau di bayar. SAP berbasis akrual di terapkan dalam lingkungan pemerintah yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/ daerah, jika menurut peraturan perundangundangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan. SAP Berbasis Akrual tersebut dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) dan dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah.

Reviu penelitian terdahulu1. Dora (2014) dengan judul ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL ( STUDI KASUS PADA BPKD KOTA MEDAN ). Tujua penelitian ini adalah Untuk mengetahui kendala yang dihadapi Pemerintah Kota Medan dalam implementasi PP No 71 Tahun 2010, tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah kota medan dikategorikan sangat siap untuk melaksanakan SAP berbasis akrual berdasarkan PP No.71 Tahun 2010. Hal ini di dasarkan pada masing-masing parameter yang pada umumnya menyatakan siap dan sangat siap. Pengukuran kesiapan dilihat dari parameter integritas dan komitmen.2. Kusuma (2013) dengan judul Analisis Kesiapan Pemerintah Dalam Menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual (Kasus Pada Kabupaten Jember). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kesiapan Pemda Kabupaten Jember , mengetahui kendala dalam implementasi PP No.71 Tahun 2010 dan untuk mengetahui model strategis akselerasi implementasi PP No.71 Tahun 2010 tentang SAP. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Jember dilihat dari parameter integritas adalah kategori siap dan untuk kesiapan SDM, kesiapan sistem informasi dan sarana prasarana adalah kategori cukup siap.3. Arif(2014) dengan judul ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL (Studi pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bondowoso). Tujuan dari penelitian adalah mengetahui kesiapan Pemerintah Kabupaten Bondowoso dalam menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual jika dilihat dari perspektif komitmen, SDM, sarana prasarana, serta sistem informasi. ,etode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil analisis kesiapan elemen-elemen kunci dalam penerapan SAP akrual menujukkan hasil yang cukup untuk menyimpulkan bahwa secara umum Pemkab Bondowoso cukup siap untuk melaksanakan SAP berbasis akrual, meskipun memang masih ada beberapa persiapan yang harus dilakukan untuk mencapai pelaksanaan pada 2015 mendatang.

Jenis data 1. Data primer Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak terkait yang bertujuan untuk mendalami informasi yang belum didapat.2. Data sekunderData sekunder umumnya merupakan bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumentasi) yang di publikasikan dan yang tidak di publikasikan yang diperoleh dari perusahaan seperti sejarah ringkas dan struktur organisasi pada Pemerintah Kota Batu

Teknik pengumpulan data1. wawancara di berikan kepada Kepala setiap bagian yang ada dalam BPKD. Wawancara itu digunakan untuk mengungkapkan data atau menambah informasi tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual di Pemerintah Kota Batu, apakah sudah sesuai dengan PP No 71 Tentang SAP Berbasis Akrual.

Identifikasi Konsep :1. Variabel penelitian diukur dengan komitmen, sumber daya manusia, infrastruktur, sistem informasi yang dijelaskan sebagai berikut.a. Komitmen Menurut Porter et.al. dalam Miner, (1992:124), komitmen adalah dukungan yang kuat dari pimpinan dan bawahan satuan. Instrumen dalam variabel ini adalah 12 pertanyaanb. Sumber daya manusia Menurut Hasibuan (2000:3), sumber daya manusia adalah semua manusia yang terlibat dalam pembuatan laporan keuangan daerah. Instrumen dalam variabel ini teridiri dari 13c. Infrastruktur adalah pendukung utama penerapan sistem akuntansi Pemerintah berbasis akrual yang diukur dengan aset fisik yang penting dalam kelancaran penerapan SAP berbasis akrual (Grigg, 2000). Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari 6 pertanyaan yang harus di jawab oleh responden.d. Sistem informasi Menurut Mukhtar (2002: 4), sistem informasi adalah sistem pengendalian intern yang memadai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien. Instrumen dalam variabel ini terdiri dari 6 pertanyaan yang harus di jawab oleh responden.Tahapan analisis data :1. Uji Instrumen Data a. Uji Validitas Uji validitas adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana validitas data diperoleh dari penyebaran kuisioner. Uji validitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antar masing-masing pertanyaan ataupun pernyataan dengan skor total pengamatan (Arikunto, 2006:202).2. Analisis Deskripstif Kualitatif Teknik yang dipakai dalam menganalisis data adalah analisis kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Metode deskriptif menurut Indriantoro dan Supomo (2002:26), merupakan penelitian terhadap masalah-masalah yang berupa fakta saat ini dari suatu populasi.1. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan Pola Jawaban Pada tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan hasil kuisioner, peneliti melakukan pengelompokan atau distribusi tentang karakteristik responden seperti umur, jenis kelamin,pendidikan dan jabatan. Selanjutnya juga dilakukan pengelompokan jawaban responden kesiapan penerapan SAP berbasis akrual. 2. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Berdasarkan hasil jawaban kuisioner dan wawancara maka pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternatif lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran. 3. Menulis Hasil Penelitian Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan subjek. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek, dibaca berulang kali sehinggga penulis mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencakup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.

PENGARUH SOSIALISASI, MOTIVASI, DAN PEMAHAMAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK di KPP pratama BatuPENGARUH PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM, PENGETAHUAN PAJAK DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUANPENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN PADA KPP DKI JAKARTA KHUSUSNYA JAKARTA PUSATPengaruh pelaksanaan self assessment, sosialisasi dan motivasi terhadap kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan surat pemberitahuan.Rumusan masalah1. Apakah sosialisasi dan motivasi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak di kpp pratama batu?2. Apakah pelaksanaan self asessment system berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama batu ?Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui apakah sosialisasi, motivasi dan pelaksanaan self assessment berpengaruh terhadap kepatuhan wajibpajak dalam menyampaikan surat pemberitahuannya.Landasan Teori1. Kepatuhan Wajib Pajak dikemukakan oleh Zain (2004) seperti yang dikutip Rahayu (2010) sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana: a) Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. b) Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas. c) Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.d) Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.2. Menurut Diana dan Setiawati (2010) yang dimaksud dengan self assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggungjawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.3. Undang-undang No.28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 angka 11 bahwa pengertian SPT adalah surat yang digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.4. Basalamah (2004:196) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan sosialisasi adalah suatu proses dimana orang-orang mempelajari sistem nilai, norma dan pola prilaku yang diharapkan oleh kelompok suatu bentuk transformasi dari orang tersebut sebagai orang luar menjadi organisasi yang efektif. Pengertian sosialisasi yang berkaitan dengan perpajakan adalah suatu upaya dari DJP untuk memberikan pengertian, informasi, dan pembinaan kepada masyarakat pada umumnya dan wajib pajak pada khususnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan perpajakan (Puspitasari 2013).5. Syah (1997) mengemukakan, bahwa motivasi dapat dibagi menjadi dua yaitu: a. Motivasi Intrinsik adalah motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. b. Motivasi Ekstrinsik adalah motif yang menjadi aktif karena adanya rangsangan dari luar. Kedua motivasi ini sangat berkaitan dalam dunia perpajakan, DJP dapat memotivasi para wajib pajak dengan memahami kebutuhankebutuhan sosial mereka dengan pengadaan public goods and service dan membuat mereka penting bagi pelaksanaan pembangunan (Dianawati, 2008:40)6. Ongkowijoyo (2010:33) berpendapat, yang menjadi masalah utama perpajakan adalah minimnya pengetahuan wajib pajak mengenai hak dan kewajibannya sebagai wajib pajak. Diperlukan pemahaman yang tinggi dari wajib pajak untuk mewujudkan self assesment system, karena dalam sistem ini wajib pajak diberi kepercayaan dan tanggungjawab sepenuhnya mengisi SPT, yaitu untuk menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri jumlah pajak terhutang

Reviu penelitian terdahulu 1. Widiastuti (2013) dengan judul PENGARUH SOSIALISASI, MOTIVASI, DAN PEMAHAMAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh dari variabel sosialisasi, motivasi, dan pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Malang Utara. Menggunakan metode penelitian survey dengan kesimpulan peran sosialisasi, Peran motivasi sangat berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.2. Wahyuni (2013) dengan judul PENGARUH KESADARAN, PENERAPAN SELF ASSESMENT SYSTEM DAN PEMERIKSAAN TERHADAP KEWAJIBAN MEMBAYAR PAJAK ORANG PRIBADI. Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui kesadaran, penerapan self assessment system dan pemeriksaan berpengaruh secara simultan terhadap pemenuhan kewajiban membayar PPh orang pribadi. Dengan hasil akhir dapat dikatakan responden dalam penelitian ini setuju apabila kesadaran perpajakan, penerapan self assesment system dan pemeriksaaan pajak dapat mempengaruhi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban membayar PPh orang pribadi.3. Sari (2013) dengan judul PENGARUH PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM, PENGETAHUAN PAJAK DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan self asessment system berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Padang. Dengan hasil akhir adalah secara parsial self assessment system berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Pengembangan HipotesisH 1 : pelaksanaa self assessment berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak. Hal ini didukung dengan penelitian terdahulu dari sar (2013).H 2 : sosialisasi berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak.H 3: motivasi berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak.

Kerangka pemikiran :

Kepatuhan wajib pajak motivasiSosialisasiSelf assessmentH !

Populasi dan Sampel Peneliti menggunakan 2.000 PKP sebagai populasi, jumlah tersebut merupakan jumlah keseluruhan dari PKP yang ada di KPP Pratama Batu. Mengingat anggota populasi bersifat homogen, yaitu seluruh PKP yang terdaftar pada KPP Pratama Malang Utara, maka peneliti menggunakan teknik probability sampling dengan metode simple random sampling. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin, sehingga didapatkan 100 PKP sebagai sampel penelitian yang nantinya akan diberikan kuesioner. Kuesioner dan dokumentasi dalam penelitian ini digunakan sebagai sarana dalam pengumpulan data penelitian.Jenis dan sumber dataPeneliti menggunakan 1.051 PKP sebagai populasi, jumlah tersebut merupakan jumlah keseluruhan dari PKP yang ada di KPP Pratama Malang Utara. Mengingat anggota populasi bersifat homogen, yaitu seluruh PKP yang terdaftar pada KPP Pratama Malang Utara, maka peneliti menggunakan teknik probability sampling dengan metode simple random sampling. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin, sehingga didapatkan 100 PKP sebagai sampel penelitian yang nantinya akan diberikan kuesioner. Kuesioner dan dokumentasi dalam penelitian ini digunakan sebagai sarana dalam pengumpulan data penelitian dan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.

Teknik Perolehan Data