ANALISIS KESESUAIAN WADUK KIJUNG TIRTA UNTUK …digilib.unila.ac.id/57376/18/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of ANALISIS KESESUAIAN WADUK KIJUNG TIRTA UNTUK …digilib.unila.ac.id/57376/18/SKRIPSI TANPA BAB...
ANALISIS KESESUAIAN WADUK KIJUNG TIRTA UNTUK BUDIDAYA
IKAN KOAN Ctenopharyngodon idella (Valenciennes, 1844) DI DESA
KIJUNG, KECAMATAN WAY PENGUBUAN, LAMPUNG TENGAH
Skripsi
Oleh
ERLANGGA PRASETYO ACHMADI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
Analisis Kesesuaian Waduk Kijung Tirta Untuk Budidaya Ikan Koan
Ctenopharyngodon idella (Valenciennes, 1844) di Desa Kijung,
Kecamatan Way Pengubuan, Kabupaten Lampung Tengah
Oleh
ERLANGGA PRASETYO ACHMADI
Waduk Kijung Tirta merupakan waduk yang berada di Desa Kijung, Kecamatan
Way Pengubuan, Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian ini dilakukan di Waduk
Kijung Tirta karena perairan tersebut berpotensi untuk kegiatan budidaya ikan air
tawar.Waduk Kijung Tirta memiliki ketersediaan air yang cukup sepanjang tahun.
Salah satunya adalah budidaya ikan koan yang dapat mengendalikan gulma air di
perairan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2018 dengan
menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang ditujukan untuk mengevaluasi
kesesuaian waduk dengan mengetahui nilai parameter fisika dan kimia untuk
budidaya ikan koan. Data yang digunakan meliputi data primer berupa nilai
kualitas perairan dan data sekunder berupa peta lokasi penelitian. Analisis
kesesuaian perairan dilakukan dengan metode matching dan skoring dan daya
dukung lingkungan. Kisaran data yang diperoleh adalah kedalaman: 2,4-3,6 m,
kecerahan: 83-92 cm, suhu: 25-29oC, pH: 5,57-6,92, oksigen terlarut: 3,17-5,55
mg/l, TDS: 38,8-56,9 mg/l, amonia: 0,43-2,22 mg/l, fosfat: 0,35-4,95 mg/l.
Stasiun pengambilan sampel sebanyak 3 stasiun dan terdiri dari 3 titik yang
ditentukan menggunakan global positioning system (GPS). Hasil analisis stasiun 2
dan 3 diperoleh nilai cukup sesuai (S2) dan stasiun 1 diperoleh nilai sesuai
marginal (S3). Daya dukung dari waduk adalah 48 unit KJA dengan jumlah ikan
sebanyak 9.600 ekor ikan koan.
Kata kunci: waduk, ikan koan, kesesuaian, daya dukung.
ABSTRACT
Suitability Analysis of Kijung Tirta Reservoir for Grass Carp Culture
Ctenopharyngodon idella (Valenciennes, 1844) in Kijung Village,
Way Pengubuan District, Central Lampung Regency
By
ERLANGGA PRASETYO ACHMADI
Kijung Tirta Reservoir is located in Kijung Village, Way Pengubuan District,
Central Lampung Regency. This research was conducted at the Kijung Tirta
Reservoir because the waters have the potential for aquaculture activities. Kijung
Tirta Reservoir have sufficient water availability throughout the year. One of
culture species is grass carp which can control water weeds in the waters.This
research was conducted in January - March 2018 by using a quantitative
descriptive method aimed at evaluating the suitability of the reservoir by
analyzing the value of physical and chemical parameters for grass carp
culture.The data used include primary data consist of water quality values and
secondary data in the form of map location research.Waters suitability analysis
was carried out by matching and scoring methods and environmental carrying
capacity.The range of data obtained is depth: 2.4-3.6 m, brightness: 83-92 cm,
temperature: 25-29oC, pH: 5.57-6.92, dissolved oxygen: 3.17-5.55 mg/l, TDS:
38,8-56,9 mg/l, ammonia: 0,43-2,22 mg/l, phosphate: 0,35-4,95 mg/l.The
sampling station is 3 stations and consists of 3 points determined using the global
positioning system (GPS).The results of the analysis of stations 2 and 3 obtained
quite appropriate values (S2) and station 1 obtained a corresponding value
marginal (S3). The carrying capacity of the reservoir is 48 KJA units which are
maintained as many as 9,600 grass carp.
Keywords: reservoir, grass carp, suitability, carrying capacity.
ANALISIS KESESUAIAN WADUK KIJUNG TIRTA UNTUK BUDIDAYA
IKAN KOAN Ctenopharyngodon idella (Valenciennes, 1844) DI DESA
KIJUNG, KECAMATAN WAY PENGUBUAN, KABUPATEN LAMPUNG
TENGAH
Oleh
ERLANGGA PRASETYO ACHMADI
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Rara Diantari, S.Pi., M.Sc.
NIP. 197908212003122001 Dr. Ir. Abdullah Aman Damai, M.Si.
NIP.196505011989021001
2. Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan
Ir. Siti Hudaidah, M.Sc.
NIP 196402151996032001
Judul : ANALISIS KESESUAIAN WADUK
KIJUNG TIRTA UNTUK BUDIDAYA
IKAN KOAN Ctenopharyngodon idella
(Valenciennes, 1844) DI DESA KIJUNG,
KECAMATAN WAY PENGUBUAN,
LAMPUNG TENGAH
Nama Mahasiswa : Erlangga Prasetyo Achmadi
Nomor Pokok Mahasiswa : 1414111024
Jurusan / Program Studi : Perikanan dan Kelautan / Budidaya Perairan
Fakultas : Pertanian
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Rara Diantari, S.Pi., M.Sc. .......................
Sekretaris : Dr. Ir. A. Aman Damai, M.Si. .......................
Penguji
Bukan Pembimbing : Eko Efendi, S.T., M.Si. .......................
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.
NIP 196110201986031002
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 8 Mei 2019
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Karya tulis saya, Skripsi / Laporan Akhir ini, adalah asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapat gelar akademik (Sarjana / Ahli Madya), baik di
Universitas Lampung maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang
dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya yang sesuai dengan
norma yang berlaku di Perguruan Tinggi ini.
Bandar Lampung, 21 Juni 2019
Yang Membuat Pernyataan,
Erlangga Prasetyo Achmadi
NPM. 1414111024
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 16 Maret
1996, anak dari pasangan Bapak Nanang Hario Sugondo dan
Ibu Mursiti. Penulis merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara. Penulis menyelesaikan studi tingkat Taman
Kanak-Kanak (TK) di TK Islam Terpadu Bustanul Ulum Terbanggi Besar pada
tahun 2002, tingkat sekolah dasar (SD) di SD Xaverius Terbanggi Besar pada
tahun 2008, tingkat pertama (SMP) di SMP Xaverius Terbanggi Besar pada tahun
2011, dan tingkat atas (SMA) di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar tahun 2014.
Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Program Studi Budidaya
Perairan Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
pada tahun 2014 melalui jalur tes tertulis (SBMPTN).
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Bangun Rejo,
Kecamatan Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari pada bulan
Januari hingga Februari 2017. Pada Juli-Agustus 2017, penulis melakukan Praktik
Umum (PU) di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo, Jawa
Timur. Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis pernah
mengikuti organisasi Himapik sebagai anggota bidang III yaitu bidang Minat dan
Bakat pada periode tahun 2016/2017.
R
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunianya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Kesesuaian Waduk Kijung Tirta Untuk Budidaya Ikan Koan Ctenopharyngodon
idella (Valenciennes, 1844) di Desa Kijung, Kecamatan Way Pengubuan,
Lampung Tengah” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan dan Kelautan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3. Limin Santoso, S.Pi., M.Si., selaku Ketua Program Studi Budidaya
Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung.
4. Dr. Supono, S.Pi., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah
memberikan bimbingan serta saran kepada penyusun.
5. Rara Diantari, S.Pi., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah
memberikan banyak masukan, dan bimbingan kepada penulis dalam
penulisan dan penyelesaian skripsi.
6. Dr. Ir. Abdullah Aman Damai, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II, yang
telah memberikan banyak masukan, dan bimbingan kepada penulis dalam
penulisan dan penyelesaian skripsi.
7. Eko Efendi, S.T., M.Si., selaku Penguji, yang telah memberikan saran
yang membangun kepada penulis dalam penulisan dan penyelesaian
skripsi.
8. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung, atas segala ilmu dan bantuan yang
diberikan.
9. Kedua orang tuaku tercinta Ayahku Nanang Hario Sugondo dan Ibuku
Mursiti yang selalu memberikan kasih sayang, cinta, perhatian,
pengorbanan, dukungan moril maupun materil, dan doa yang dipanjatkan
tidak terhenti demi kelancaran, keselamatan dan kesuksesan penyusun.
10. Adik dan keluarga besar yang selalu memberikan nasehat, cinta, dukungan
serta doa yang menjadi penyemangat penyusun.
11. Teman seperjuangan saat penelitian Bagus Santoso, Fajri Muharram,
Bambang Prakoso, Leoni Dian Pratiwi, atas bantuannya selama penelitian.
12. Andre Setiawan dan R. Aken Yugo selaku “Trio Kentir” yang telah
senantiasa memberi dukungan dalam proses penyelesaian skripsi.
13. Sahabat-sahabatku Fajri Muharram, Bambang Prakoso, Andree
Firmansyah, Andre Setiawan, Bagus Santoso, Victor P. Malau, Rahadi
Lystia Wiguna, Edo Mandala Putra, Arif Julian, R.Aken Yugho, Ryan
Mauli, Adi Saputra, Nurjahadi, Wahid Abdul Rosyid, Triyanto, Ilham
Faisyal, Andika Sagita Yuda, Agung Hariyanto, M. Ainul Yaqin, M. Iqbal
Abdul Aziz, Made Andi, Jafar Sidik, Helpo Prayor, Egiptian Patrianagara,
Ogita Rumansyah, yang saling memberi semangat dan bantuan.
14. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014. Terimakasih atas
kebersamaan, bantuan, dukungan, semangat, dan persaudaraan kita selama
ini.
15. Seluruh kakak tingkat 2010, 2011, 2012, 2013 dan adik tingkat 2015,
2016, 2017, 2018 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu terimakasih telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penyusun menyadari dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.
Bandar Lampung, 21 Juni 2019
Penyusun
Erlangga Prasetyo Achmadi
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
C. Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
D. Kerangka Penelitian ................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik Waduk ................................................................................ 5
B. Biologi Ikan Koan (Ctenopharyngodon idella) ........................................ 7
C. Kualitas Air Budidaya Ikan Koan (Ctenopharyngodon idella) ................ 9
1. Parameter Fisika .................................................................................... 9
1.1 Suhu ................................................................................................ 9
1.2 Kecerahan ........................................................................................ 10
1.3 Kedalaman Perairan ........................................................................ 10
2. Parameter Kimia.................................................................................... 11
2.1 pH ................................................................................................... 11
2.2 Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) .............................................. 12
2.3 Amonia (NH3) ................................................................................. 12
2.4 Fosfat (PO4) ..................................................................................... 13
2.5 TDS (Total Dissolved Solids) ......................................................... 13
D. Evaluasi Kesesuaian Perairan................................................................... 14
E. Daya Dukung Lingkungan ........................................................................ 16
ii
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat ................................................................................... 20
B. Alat dan Bahan ......................................................................................... 21
C. Metode Penelitian ..................................................................................... 21
1. Parameter Fisika .................................................................................... 22
2. Parameter Kimia.................................................................................... 22
3. Evaluasi Kesesuaian Waduk Untuk Budidaya Ikan Koan .................... 23
4. Penilaian Untuk Lokasi Waduk Budidaya Ikan Koan ......................... 24
5. Penentuan Faktor Pembatas .................................................................. 26
6. Daya Dukung Perairan .......................................................................... 27
D. Analisis Data ............................................................................................ 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum ......................................................................................... 30
B. Kualitas Air ............................................................................................. 31
1. Kedalaman Perairan ............................................................................. 32
2. Kecerahan Perairan .............................................................................. 33
3. Suhu ..................................................................................................... 35
4. Derajat Keasaman (pH) ........................................................................ 37
5. Oksigen Terlarut (DO) .......................................................................... 38
6. TDS Perairan ........................................................................................ 40
7. Amonia ................................................................................................. 41
8. Fosfat .................................................................................................... 43
C. Kesesuaian Perairan.................................................................................. 45
D. Faktor Pembatas ...................................................................................... 47
E. Daya Dukung ........................................................................................... 48
V. PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 51
B. Saran ......................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 52
LAMPIRAN ..................................................................................................... 53
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian ................................................................. 4
2. Ikan koan . ................................................................................................. 8
3. Peta lokasi ................................................................................................. 20
4. Waduk Kijung Tirta .................................................................................. 30
5. Nilai kedalaman berbagai stasiun di Waduk Kijung Tirta ........................ 32
6. Nilai kecerahan berbagai stasiun di Waduk Kijung Tirta ......................... 34
7. Nilai suhu berbagai stasiun di Waduk Kijung Tirta ................................. 35
8. Nilai pH berbagai stasiun di Waduk Kijung Tirta .................................... 37
9. Nilai oksigen terlarut berbagai stasiun di Waduk Kijung Tirta ................ 38
10. Nilai TDS berbagai stasiun di Waduk Kijung Tirta ................................. 40
11. Nilai amonia berbagai stasiun di Waduk Kijung Tirta ............................. 41
12. Nilai fosfat berbagai stasiun di Waduk Kijung Tirta ................................ 43
13. Peta kesesuaian Waduk Kijung Tirta ........................................................ 48
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Alat dan bahan penelitian ......................................................................... 21
2. Batas-batas nilai kesesuaian perairan dalam budidaya ikan koan ............ 25
3. Data hasil pengukuran paramater kualitas air .......................................... 32
4. Pembobotan dan skoring kesesuaian perairan untuk budidaya ikan koan
pada stasiun 1 ........................................................................................... 45
5. Pembobotan dan skoring kesesuaian perairan untuk budidaya ikan koan
pada stasiun 2 ........................................................................................... 45
6. Pembobotan dan skoring kesesuaian perairan untuk budidaya ikan koan
pada stasiun 3 ........................................................................................... 46
7. Luas arahan kesesuaian Waduk Kijung Tirta .......................................... 49
8. Daya dukung lingkungan untuk kegiatan budidaya ikan koan dengan
sistem KJA di Waduk Kijung Tirta ......................................................... 49
6
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Laporan Analisis Kualitas Air Bulan Januari ............................................. 58
2. Laporan Analisis Kualitas Air Bulan Februari ............................................ 59
3. Laporan Analisis Kualitas Air Bulan Maret ............................................... 60
4. Desain Karamba Jaring Apung ................................................................... 61
5. Peta Kesesuaian Waduk dengan Karamba Jaring Apung .......................... 62
6. Peta Kesesuaian Waduk Kijung Tirta ........................................................ 63
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Lampung Tengah terdapat perkebunan nanas yang memiliki perairan
berupa waduk di setiap lokasinya. Salah satu waduk yang sangat berpotensi untuk
kegiatan budidaya ikan air tawar adalah waduk yang berada di area perbatasan
Desa Kijung karena memiliki ketersediaan air yang cukup sepanjang tahun.
Namun pemanfaatan waduk tersebut untuk kegiatan budidaya ikan air tawar
masih minim. Hal tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan mengenai potensi
kegiatan budidaya ikan air tawar di waduk.
Pemanfaatan waduk-waduk tersebut dapat dilaksanakan dengan baik jika
mengetahui cara-cara yang tepat dalam mengelolanya agar dapat memanfaatkan
dengan maksimal dan mengembangkan potensi yang baik. Untuk memanfaatkan
waduk dapat dilakukan dengan melakukan kesesuaian perairan di waduk tersebut.
Selain kesesuaian perairan yang digunakan untuk menentukan nilai lahan serta po-
tensi yang baik untuk budidaya, pemilihan jenis ikan yang dibudidaya sangat
berpengaruh terhadap berkembangnya kegiatan budidaya tersebut.
Dari kegiatan perkebunan tersebut sisa pupuk dapat masuk ke waduk Kijung yang
menyebabkan eutrofikasi di perairan tersebut. Ketika konsentrasi unsur-unsur
tersebut tinggi, terjadi pertumbuhan fitoplankton yang berlebih atau eutrofikasi
dan bisa terjadi pencemaran air waduk. Apabila sudah buruk, kualitas air akan
2
menurun, air berubah menjadi keruh, oksigen terlarut rendah, timbul gas-gas
beracun dan bahan beracun (cyanotoxin) (Sugiura et. al., 2004). Dampak dari
eutrofikasi dapat meningkatkan jumlah tanaman air di waduk Kijung. Salah satu
tanaman air yang mendominasi di waduk tersebut adalah eceng gondok. Apabila
gulma tersebut tidak dilakukan penanggulangan maka waduk tersebut akan meng-
alami pendangkalan dan mengganggu keseimbangan ekosistem waduk tersebut.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi permasalahan ter-
sebut yaitu dengan melakukan budidaya ikan koan.
Ikan koan adalah ikan introduksi dari China yang merupakan salah satu jenis ikan
yang dapat dijadikan sebagai pengendali gulma air di Indonesia. Ikan ini dikenal
sebagai ikan herbivor yang rakus sehingga dijuluki sebagai “kambing air”. Nama
umumnya adalah grass carp atau ikan karper yang suka memakan rumput. Pada
kondisi bahan makanan yang berkecukupan, ikan koan lebih memilih salah satu
jenis pakan yang diminatinya saja (Kordi, 2009). Ikan koan memiliki manfaat
ekonomis yang tinggi dan memiliki daging yang berwarna putih, sangat kenyal,
dan tebal di seluruh bagian tubuh. Dengan tekstur tubuh seperti itu, koan dapat
dimasak dengan cara dipepes, dibakar, dan disup.
Budidaya ikan koan di waduk tersebut akan dikelola dan dikembangkan untuk
mengatasi permasalahan perairan di sekitar perkebunan yang mengalami
blooming eceng gondok. Kesesuaian perairan berperan sangat penting dalam
menunjang keberhasilan bu-didaya ikan koan (Ctenopharyngodon idella) yang
dasarnya setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu
diperlukan penelitian ini untuk mengevaluasi kesesuaian Waduk Kijung Tirta
yang meliputi parameter fisika dan kimia.
3
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah evaluasi kesesuaian waduk dengan mengetahui
nilai parameter fisika dan kimia untuk budidaya ikan koan di Waduk Kijung Tirta
Kecamatan Way Pengubuan, Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai Waduk Kijung
Tirta untuk dikembangkan dan dikelola dengan baik untuk melakukan kegiatan
budidaya ikan koan dengan hasil yang optimal.
D. Kerangka Penelitian
Ikan koan merupakan salah satu ikan yang memiliki sifat hidup di air tawar yang
berpotensi tinggi untuk dibudidayakan. Ikan koan termasuk ikan herbivor yang
memiliki toleransi yang luas terhadap lingkungan dan berfungsi sebagai peng-
endali gulma air dan di perairan. Perairan memiliki potensi adanya pertumbuhan
gulma air yang tinggi. Salah satu gulma air tersebut adalah eceng gondok. Ikan
koan dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok dan luasa penutupan eceng
gondok di perairan. Untuk memanfaatkan potensi Waduk Kijung Tirta dalam ke-
giatan budidaya ikan koan di KJA, kajian kesesuaian perairan digunakan untuk
menduga serta menilai sejauh mana potensi sumberdaya perairan dapat diman-
faatkan. Kerangka dasar dari evaluasi perairan adalah membandingkan persyarat-
an yang diperlukan untuk suatu penggunaan perairan tertentu dengan sumberdaya
yang ada. Bagan kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat disajikan pada
Gambar 1.
4
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Pemanfaatan Waduk Kijung Tirta, Way Pengubuan
Lampung Tengah
Budidaya ikan koan (Ctenpharyngodon idella)
Data parameter fisika dan kimia
Pengolahan data
Evaluasi kesesuaian perairan untuk budidaya ikan koan
(Ctenopharyngodon idella) dengan metode matching and scoring
Kesimpulan
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik Waduk
Waduk didefinisikan sebagai perairan menggenang atau badan air yang memiliki
ceruk, saluran masuk (inlet), saluran pengeluaran (outlet) dan berhubungan lang-
sung dengan sungai utama yang mengairinya. Waduk umumnya memiliki ke-
dalaman 16 sampai 23 kaki (5-7 m) (Shaw et al., 2004 dalam Zulfia dan Aisyah,
2013). Menurut Perdana (2006) waduk merupakan badan air tergenang (lentik)
yang dibuat dengan cara membendung sungai, umumnya berbentuk memanjang
mengikuti bentuk awal dasar sungai. Berdasarkan pada tipe sungai yang diben-
dung dan fungsinya, dikenal tiga tipe waduk, yaitu waduk irigasi, waduk lapangan
dan waduk serbaguna. Waduk irigasi berasal dari pembendungan sungai yang
memiliki luas antara 10–500 ha dan difungsikan untuk kebutuhan irigasi. Waduk
lapangan berasal dari pembendungan sungai episodik dengan luas kurang dari 10
ha, dan difungsikan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat di sekitar waduk.
Waduk dicirikan dengan arus yang sangat lambat (0,001-0,01 m/s) atau tidak ada
arus sama sekali. Arus air waduk dapat bergerak ke berbagai arah. Perairan waduk
atau danau umumnya memiliki stratifikasi kualitas air secara vertikal. Stratifikasi
ini terjadi karena perbedaan intensitas cahaya dan perbedaan suhu pada kolom air.
Stratifikasi tersebut tergantung pada kedalaman air dan musim (Effendi, 2003).
Kondisi kualitas air waduk diklasifikasikan berdasarkan eutrofikasi yang disebab-
6
kan oleh adanya peningkatan kadar unsur hara dalam air. Faktor pembatas sebagai
penentu eutrofikasi adalah unsur Fosfor (P) dan Nitrogen (N). Eutrofikasi diklasi-
fikasikan menjadi empat kategori status trofik berdasarkan PerMen LH Nomor 28
tahun 2009, yaitu sebagai berikut:
a. Oligotrof adalah status trofik air danau dan atau waduk yang mengandung un-
sur hara dengan kadar rendah. Status tersebut menunjukkan kualitas air masih ber-
sifat alamiah belum tercemar dari sumber unsur hara N dan P.
b. Mesotrof adalah status trofik air danau dan atau waduk yang mengandung unsur
hara dengan kadar sedang. Status tersebut menunjukkan adanya peningkatan
kadar N dan P, namun masih dalam batas toleransi karena belum menunjukkan
adanya indikasi pencemaran air.
c. Eutrof adalah status trofik air danau dan atau waduk yang mengandung unsur
hara dengan kadar tinggi. Status tersebut menunjukkan air telah tercemar oleh
peningkatan kadar N dan P.
d. Hipereutrofik adalah status trofik air danau dan atau waduk yang mengandung
unsur hara dengan kadar sangat tinggi. Status tersebut menunjukkan air telah
tercemar berat oleh peningkatan kadar N dan P.
Waduk Kijung Tirta merupakan perairan yang dibuat oleh manusia yang memiliki
saluran masuk (inlet) dan saluran keluar (outlet) dan berhubungan langsung de-
ngan sungai Way Pengubuan. Waduk Kijung Tirta dibangun dengan cara mem-
buat bendungan yang lalu dialiri air sampai waduk tersebut penuh. Fungsi waduk
secara prinsip ialah menampung air saat debit tinggi untuk digunakan saat debit
rendah. Waduk Kijung Tirta memiliki luas genangan maksimum sekitar 49,2 Ha
yang terletak di daerah Way Pengubuan, Lampung Tengah yang di kelilingi oleh
7
perkebunan nanas, pisang dan terdapat permukiman warga. Waduk Kijung Tirta
dibangun pada tahun 1992 yang difungsikan sebagai sumber air yang digunakan
untuk pengairan perkebunan di daerah tersebut.
Eutrofikasi adalah proses pengayaan nutrien dan bahan organik dalam jasad air.
ini merupakan masalah yang dihadapi di seluruh dunia yang terjadi di ekosistem
air tawar maupun marin. Eutrofikasi memberi kesan kepada ekologi dan peng-
urusan sistem akuatik yang mana selalu disebabkan masuknya nutrient berlebih
terutama pada buangan pertanian dan buangan limbah rumah tangga. (Tusseau-
Vuilleman, M.H. 2001).
B. Biologi Ikan Koan (Ctenopharyngodon idella)
Ikan koan mempunyai klasifikasi sebagai berikut (Nelson, 1976) :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Class : Osteichthyes
Subclass : Actinopterygii
Divisi : Euteleostei
Ordo : Cypriniformes
Sub Ordo : Cyprinoidei
Famili : Cyprinidae
Sub Famili : Leuciscinae
Genus : Ctenopharyngodon
Spesies : Ctenopharyngodon idella
8
Gambar 2. Ikan koan (Liu dan He, 1992 dalam fao.org)
Ikan Koan (Ctenopharyngodon idella Val.) merupakan salah satu jenis Ikan
Karper China yang kini sudah tersebar di banyak negara, baik di daerah beriklim
dingin maupun di daerah tropis. Daerah asal jenis ikan ini terbentang dari sungai
Amur ke daerah Tiongkok Selatan dan Siam yang terletak pada 200 dan 50
0
lintang utara dan antara 1000 dan 140
0 bujur timur (Fishcher dan Lyakhnovich,
1973 dalam SEAMEO-BIOTROP, 1977).
Ikan ini berasal dari sungai-sungai besar di China, Siberia, Manchuria dan berhasil
diintroduksi ke beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand dan
juga ke negara lain seperti Taiwan, Jepang, Amerika Serikat, Eropa Timur,
Belanda dan Jerman (Cross, 1968 dalam Resmikasari, 2008).
Ikan ini mempunyai bentuk tubuh yang agak memanjang dan ramping dengan
perut yang besar, mulut berbentuk subterminal mengarah ke bentuk terminal,
kepala lebar dengan moncong bulat pendek dan gigi paringeal dalam deretan
ganda dengan bentuk seperti sisir. Sirip dorsal dan anal pendek serta tidak me-
miliki duri dengan tipe sisik sikloid, tanpa tulang belakang. Usus berdiferensiasi
menjadi esofagus pendek, katup pylorik dan rektum. Hati terletak di permukaan
dorsal usus dan lobusnya selalu memanjang pada rongga tubuh. Hati dan pankreas
dihubungkan oleh beberapa saluran kecil dengan saluran empedu yang memasuki
9
bagian posterior usus hingga ke katup pylorik. Kantung empedu terletak diantara
hati dengan usus dan kelenjar adrenal terletak pada ginjal pronephros. Pada ikan
yang panjang totalnya mencapai 58 mm (berumur 50-60 hari) gonadnya ber-
diferensiasi dan terletak di rongga peritoneum (Berry dan Low, 1970 dalam
Shireman dan Smith, 1983).
Aktivitas makan ikan koan dimulai pada umur 3-4 hari setelah menetas, pada
umur ini larva ikan koan memakan protozoa dan rotifera. Setelah 2 minggu me-
netas ukuran larva mencapai 12-17 mm dan mulai memakan makanan yang lebih
besar diantaranya larva insekta dan pada umur 3 minggu ikan koan mulai me-
makan tumbuhan, diantaranya alga dan makrofita, dan secara nyata terjadi pada 1-
1,5 bulan setelah penetasan. Ikan yang termasuk herbivora ini mempunyai usus
yang pendek yaitu 2-3 kali panjang badannya, sehingga 50 % dari bahan makanan
yang dicerna akan keluar dalam keadaan tidak tercerna secara sempurna. Bahan
kasar sisa pencernaan tersebut merupakan pupuk organik yang dapat merangsang
pertumbuhan fitoplankton, sehingga dapat menyebabkan blooming (Hickling,
1971 dalam SEAMEO BIOTROP, 1977).
C. Kualitas Air Budidaya Ikan Koan (Ctenopharyngodon idella)
1. Parameter Fisika
1.1 Suhu
Suhu adalah salah satu parameter fisika yang nilainya dipengaruhi oleh musim,
waktu, sirkulasi udara, penutupan awan dan kedalaman badan air (Effendie,
2003). Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi
badan air. Suhu air biasanya diukur dengan menggunakan termometer air raksa
(Hg) dengan satuan C. Ketelitian skala termometer sebaiknya tidak kurang dari
10
0,10C. Suhu air yang baik bagi kepentingan perikanan adalah suhu air normal (±
270C) dengan fluktuasi sekitar 3
0C (Hardiyanto et al., 2012). Menurut Stickney
(1979) dalam suatu wadah dan pada kondisi padat penebaran ikan yang semakin
tinggi maka konsumsi oksigen dan akumulasi bahan buangan metabolik ikan akan
semakin tinggi. Ikan koan mampu beradaptasi pada kisaran suhu perairan antara 0
- 33°C (Federenko dan Fraser, 1978). Menurut Amri dan Khairuman (2008), per-
tumbuhan ikan koan lebih baik jika dipelihara pada suhu air hangat (28 - 36°C).
1.2 Kecerahan
Menurut Hardiyanto et al., 2012, menyatakan bahwa kecerahan merupakan
ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan
secchi disk. Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan
dinyatakan dengan centimeter. Nilai kecerahan perairan sangat dipengaruhi oleh
keberadaan padatan tersuspensi, keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan,
zat-zat terlarut, partikel-partikel dan warna air (Effendi, 2003). Kecerahan juga
berfungsi untuk mengetahui proses asimilasi dalam air, bagian air yang tidak
keruh, agak keruh, dan paling keruh (Kordi, 2013). Penurunan nilai kecerahan
dipengaruhi oleh penurunan volume air. Hal tersebut mengakibatkan proses
fotosintesis menjadi terganggu sehingga terjadi penurunan kecerahan. Stratifikasi
kolam air pada perairan tergenang yang disebabkan oleh intensitas cahaya yang
masuk ke perairan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu lapisan eutrofik, lapisan
kompensasi dan lapisan preufondal (Hardiyanto et al., 2012).
1.3 Kedalaman Perairan
Kedalaman menentukan zonasi secara vertikal badan air, yang dipengaruhi oleh
intensitas cahaya matahari dan suhu. Berdasarkan intensitas cahaya matahari yang
11
masuk ke perairan lentik dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (1) Lapisan eutrofik,
yaitu lapisan yang masih mendapat cukup cahaya matahari: (2) Lapisan kompen-
sasi yaitu lapisan dengan intensitas cahaya 1 % dari intensitas cahaya permukaan:
(3) Lapisan profundal yaitu lapisan dibawah lapisan kompensasi, dengan inten-
sitas cahaya yang sangat kecil atau bahkan tidak ada cahaya (afotik). Berdasarkan
perbedaan panas pada setiap kedalaman (dalam bentuk perbedaan suhu), stra-
tifikasi vertikal kolom air (thermal stratification) pada perairan dibagi menjadi
tiga, yaitu: (1) epilimnion, yaitu lapisan atas perairan yang hangat dengan suhu
relatif konstan; (2) termoklin atau metalimnion, yaitu lapisan dengan perubahan
suhu dan panas secara vertikal relatif besar; dan (3) Hipolimnoin, yaitu lapisan di
bawah metalimnion yang lebih dingin, ditandai oleh perbedaan suhu secara ver-
tikal yang relatif kecil. Sedangkan pada perairan lotik yang mengalir biasanya
terjadi percampuran masa air secara menyeluruh dan tidak terbentuk stratifikasi
vertikal kolom air seperti pada perairan lentik (Effendi, 2003).
2. Parameter Kimia
2.1 pH
Nilai pH menunjukkan tingkat keasaman atau kebasaan dari suatu cairan yang
menggambarkan konsentrasi ion hidrogen dan diukur dalam unit yang mempunyai
skala 1-14. Nilai pH perairan dipengaruhi oleh fotosintesis, respirasi organisme
akuatik, suhu dan keberadaan ion-ion di perairan tersebut. Pada nilai pH 5,0-9,0
ikan koan dapat hidup dengan baik (Shireman dan Smith, 1983 dalam Cudmore
dan Mandrak, 2004). Pada pH yang relatif netral dengan alkalinitas sebagai pe-
nyangga pH yang cukup baik dan tidak adanya kandungan CO2 merupakan habitat
yang cukup baik bagi kehidupan ikan koan.
12
2.2 Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut adalah konsentrasi oksigen yang terlarut dalam air yang berasal
dari hasil fotosintesis oleh fitoplankton atau tumbuhan air serta difusi dari udara.
Menurut Welch (1952), kelarutan oksigen pada suatu perairan dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain suhu, tekanan parsial gas-gas dalam udara dan
air, kadar garam dan adanya senyawa-senyawa atau unsur-unsur yang mudah ter-
oksidasi dalam air. Oksigen terlarut sangat penting bagi pernafasan organisme
perairan. Ikan koan juga dapat mentolerir rendahnya kandungan oksigen terlarut
hingga 0,2 mg/l (Shireman dan Smith, 1983).
2.3 Amonia (NH3)
Total amonia merupakan produk hasil metabolisme ikan dan dekomposisi se-
nyawa organik seperti sisa-sisa pakan dan kotoran ikan oleh bakteri menjadi
nitrogen dalam bentuk amonium terlarut (Ahmad et al., 2007). Amonia total dapat
merusak insang dan menurunkan kemampuan darah dalam mengikat oksigen
(Boyd, 1979). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Imam, 2010) menyata-
kan hasil pengukuran kandungan amonia dalam air selama penelitian berkisar
antara 0,012–0,135 mg/L. Kisaran tersebut masih di bawah konsentrasi yang dapat
membahayakan ikan yaitu berkisar antara 0,1–0,3 mg/L.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Asep et al., (2013) bahwa amonia
Bebas (NH3) berkisar antara 0,021-0,030 mg/L, sedangkan menurut Hidayah
(1993) menyatakan bahwa kisaran amonia bebas (NH3) pada ikan air tawar kurang
dari 1 mg/L masih memenuhi kisaran yang layak untuk pemeliharaan ikan.
Konsentrasi amonia bebas (NH3) di perairan bergantung pada pH dan suhu per-
airan. Semakin meningkatnya pH dan suhu perairan menyebabkan persentase
13
amonia bebas (NH3) terhadap amonia total (NH3 dan NH4) semakin meningkat
(Effendi, 2003). Menurut Effendi (2003) amonia bebas (NH3) tidak dapat ter-
ionisasi (amoniak), sedangkan amonium (NH4) dapat terionisasi, pada pH 7 atau
kurang, sebagian besar amonia akan mengalami ionisasi. Sebaliknya, pada pH
lebih besar dari 7, amonia tak terionisasi yang bersifat toksik terdapat dalam
jumlah yang lebih banyak. Amonia bebas yang tak terionisasi bersifat toksik ter-
hadap organisme akuatik. Toksisitas amoniak terhadap organisme akuatik akan
meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, pH dan suhu (Effendi,
2003).
2.4 Fosfat (PO4)
Fosfat merupakan salah satu zat hara yang diperlukan dan mempengaruhi per-
tumbuhan dan perkembangan hidup organisme (Nybakken, 1992). Fosfor yang
mampu diserap oleh organisme tumbuhan adalah dalam bentuk orthofosfat.
Sumber fosfor dalam satu perairan dapat berasal dari udara, pelapukan batuan,
dekomposisi bahan organik, pupuk limbah pertanian, limbah industri, limbah
rumah tangga dan mineral-mineral fosfat (Saeni, 1989).
2.5 TDS (Total Dissolved Solids)
Salah satu faktor penting dalam menentukan kelayakan air untuk dikonsumsi
manusia adalah kandungan TDS (total dissolved solid) dalam air. TDS adalah
jumlah zat padat terlarut baik berupa ion-ion organik, senyawa, maupun koloid
didalam air (WHO, 2003). Konsentrasi TDS yang terionisasi dalam suatu zat cair
mempengaruhi konduktivitas listrik zat cair tersebut. Makin tinggi konsentrasi
TDS yang terionisasi dalam air, makin besar konduktivitas listrik larutan tersebut.
Sementara konsentrasi TDS juga dipengaruhi oleh temperatur (Bevilacqua, 1998).
14
D. Evaluasi Kesesuaian Perairan
Menurut Ritung et al., (2007) bahwa evaluasi kesesuaian perairan adalah suatu
proses penilaian sumber daya perairan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan
suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi kesesuaian perairan
akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan perairan sesuai dengan
keperluan. Evaluasi kesesuaian perairan merupakan salah satu komponen yang
penting dalam proses perencanaan penggunaan perairan dengan membuat per-
bandingan berbagai penggunaan perairan yang dikembangkan.
Evaluasi kesesuaian lahan perairan dapat menggunakan beberapa metode yang
serupa. Menurut Hadmoko (2012), beberapa metode klasifikasi kemampuan lahan
adalah sebagai berikut:
1. Metode kualitatif/deskriptif
Metode ini didasarkan pada analisis visual/pengukuran yang dilakukan langsung
di lapangan yang telah disepakati. Metode ini bersifat subyektif dan pada be-
berapa kasus tergantung pada kemampuan peneliti dalam menganalisis.
2. Metode statistik
Metode ini didasarkan pada analisis statistik variabel penentu kualitas lahan yang
disebut diagnostic land characteristic (variabel x) terhadap kualitas lahannya
(variabel y).
3. Metode matching
Metode ini didasarkan pada pencocokan yang terjadi antara kriteria kesesuaian
lahan terhadap data kualitas lahan. Evaluasi kemampuan lahan dengan cara
matching dilakukan dengan mencocokkan antara karakteristik lahan dengan syarat
penggunaan lahan tertentu.
15
Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam proses matching meliputi:
Kualitas lahan pada setiap satuan pemetaan lahan;
Kualitas lahan yang dipertimbangkan untuk setiap penggunaan lahan;
Rating kualitas lahan (persyaratan tipe penggunaan lahan).
Macam matching adalah sebagai berikut :
1) Weight factor matching, adalah teknik matching untuk mendapatkan faktor
pembatas yang paling berat dan kelas kemampuan lahan.
2) Arithmatic matching, adalah teknik matching dengan mempertimbangkan
faktor yang dominan sebagai penentu kelas kemampuan lahan.
3) Subjective matching, adalah teknik matching yang didasarkan pada
subyektivitas peneliti. Hasil pada teknik subjective matching sangat tergantung
pada pengalaman peneliti.
4. Metode pengharkatan (scoring)
Metode ini adalah nilai lahan menurut kegunaan, manfaat atau fungsi yang dapat
dijalankanya. Maka harkat lahan berkaitan dengan mutu lahan. Harkat lahan me-
rupakan nilai kualitatif dan karena itu tidak terukur secara langsung, akan tetapi
ditetapkan secara ditaksir atau ditafsir. Karena harkat lahan selalu berkenaan
dengan penggunaan tertentu maka suatu lahan yang berharkat baik untuk, misal-
nya pertanian tidak dengan sendirinya berharkat baik pula untuk penggunaan lain,
misalnya permukiman atau kawasan industri. Penilaian kesesuaian dapat di buat
secara mutlak atau nisbi. Dapat pula dibuat berdasarkan keadaan lahan sekarang
(actual suitability) atau berdasarkan keadaan lahan setelah diadakan pembenahan
besar-besaran (potential suitability), yang mengubah ciri-ciri lahan secara sangat
murad (very significant) dan cukup tetap dan hasil pengubahnya dapat bertahan
16
selama lebih dari 10. Metode pengharakatan lahan biasanya berbentuk sistem
klasifikasi harkat lahan dengan struktur kategori ganda, dari kategori tertinggi
sampai dengan yang terendah perampatan kriteria pemilihan kelas (FAO, 1976).
E. Daya Dukung Lingkungan
Daya dukung lingkungan atau carrying capacity sangat erat kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan karena carrying capacity menyangkut jumlah orang
yang, berbagi wilayah yang diberikan, dapat didukung basis yang berkelanjutan
setiap saat, yang menggunakannya menjadi sumberdaya yang diketahui per-
hitungannya seperti faktor-faktor sosial budaya (Rees dalam Carley and Christie,
2000). Hal ini menegaskan dua prinsip pembangunan berkelanjutan. Pertama,
bahwa tingkat pengambilan hasil sumberdaya yang dapat diperbarui harus setara
kapasitas regenerasi yang dihasilkan terus menerus. Kedua, tingkat emisi limbah
tidak boleh melebihi kapasitas asimilasi alamiah ekosistem. Kapasitas regenerasi
dan kapasitas asimilasi merupakan sumberdaya alam dan kegagalan dalam mem-
pertahannya dipandang sebagai konsumsi sumberdaya yang tidak berkelanjutan.
Carrying capacity didefinisikan sebagai kapasitas maksimum tingkat konsumsi
sumberdaya dan limbah yang dihasilkannya dalam suatu wilayah tanpa mem-
pengaruhi produktivitas dan integritas ekologi di wilayah tersebut (Carley and
Christie, 2000). Menurut Rees (dalam Carley dan Christie, 2000), sementara
masyarakat bergantung pada bermacam-macam sumberdaya ekologi dan fungsi-
nya untuk memenuhi kebutuhannya, daya dukung lingkungan pada akhirnya di-
tentukan oleh satu sumberdaya yang vital atau fungsi penyediaan ekologi yang
paling sedikit. Carrying capacity secara umum dapat dikatakan sebagai suatu
konsep mengenai kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan semua
17
populasi yang ada didalamnya tanpa merusak lingkungan itu sendiri. Carrying
capacity dalam terminologi ekologi adalah kemampuan lingkungan untuk menye-
diakan sumberdaya dan pelayanan yang diberikan oleh lingkungan tersebut untuk
mendukung jumlah populasi atau komunitas yang ada di dalam lingkungan ter-
sebut. Keterbatasan lingkungan dalam mendukung semua populasi yang ada di
dalamnya tergantung pada tiga faktor, yaitu:
(1) jumlah sumberdaya yang tersedia dalam lingkungan tersebut,
(2) jumlah populasi/ komunitas, dan
(3) jumlah sumberdaya yang dikonsumsi oleh masing-masing individu dalam
suatu komunitas tersebut. (Catton, 1986 dalam Rees, 1996) menyatakan carrying
capacity sebagai “the maximum persistently supportable load of an area” atau
jumlah maksimum yang dapat ditampung suatu area secara terus-menerus.
Keterbatasan jumlah yang dapat ditampung ini disebabkan oleh:
(a) ciri-ciri fisiografik lingkungan alam
(b) teknologi dan kerangka sistem utilitas umum dan sistem transportasi yang ada
(c) ketersediaan lahan,
(d) nilai guna/manfaat suatu barang yang mengikuti pola deminishing return
(e) pola regeneratif yang bersifat runtun dan tertentu. Untuk menentukan carrying
capacity suatu wilayah dapat dilakukan melalui beberapa tahap kegiatan, yaitu:
(a) menentukan luas wilayah studi
(b) menentukan sumberdaya yang akan dievaluasi
(c) memeriksa konsep-konsep yang berkaitan dengan keterbatasan yang ada pada
sumberdaya tersebut
18
(d) menstimulasikan konsep-konsep tersebut ke dalam sistem yang sebenarnya
dan
(e) membandingkan proyek yang didasarkan pada kapasitas lingkungan dengan
proyek yang didasarkan pada tingkat pertumbuhan.
Penentuan ruang lingkup wilayah dan sumberdaya yang akan dievaluasi ini sangat
penting untuk mengetahui siapa saja pihak yang terlibat, bagaimana kondisi
sumberdaya tersebut dan kaitannya dengan lingkungan sekitar. Pemeriksaan
konsep-konsep yang berkaitan dengan sumberdaya tersebut dapat menjelaskan
bagaimana karakteristik sumberdaya tersebut dan faktor-faktor apa saja yang ter-
kait dengan keterbatasan sumberdaya tersebut. Dengan demikian dapat ditentukan
indikator yang dapat digunakan dalam sistem lingkungan yang sebenarnya
kemudian dibandingkan dengan kegiatan yang berlangsung saat ini. Dari hasil
tersebut dapat dicari alternatif terbaik dalam merumuskan konsep pengelolaan
sumberdaya yang lebih baik.
Adapun tipe daya dukung antara lain:
1. Daya dukung fisik (physical carrying capacity), suatu kawasan berhubungan
dengan ukuran dan jumlah area yang dapat diakomodasi dalam suatu ruang fisik
yang layak. Pembatas ruang ini ditentukan oleh geografi fisik kawasan tersebut,
perencanaan, dan kebutuhan bagi pengembangan kawasan.
2. Daya dukung produksi (production carrying capacity), merujuk pada kelimpah-
an stok yang mengikuti panen yang kontinyu dan maksimal. daya dukung jenis ini
fokusnya diarahkan pada penentuan panen optimum berjangka panjang (long-
term) yang akan ditopang oleh kawasan itu.
19
3. Daya dukung ekologi (ecological carrying capacity), merupakan tingkat
maksimum (baik jumlah maupun volume) pemanfaatan suatu sumberdaya atau
ekosistem yang dapat di akomodasi oleh suatu kawasan atau area sebelum terjadi
penurunan kualitas ekologis.
4. Daya dukung sosial (social carrying capacity), merupakan tingkat kenyamanan
dan apresiasi pengguna suatu sumberdaya atau ekosistem terhadap suatu kawasan
area akibat adanya pengguna lain dalam waktu bersamaan.
Daya dukung tidaklah tetap, melainkan berkembang sesuai dengan waktu, per-
kembangan serta dapat dipengaruhi oleh teknik-teknik manajemen dan pengon-
trolan. Daya dukung dapat berubah sesuai dengan asupan manajemen dan tek-
nologi, sehingga daya dukung lingkungan bukanlah suatu konsep atau formula
untuk mendapatkan suatu angka. Batasan-batasannya dipandang sebagai suatu
arahan. Carrying capacity merupakan aspek penting dalam pengembangan dan
pembangunan wilayah. Hal ini terkait dengan pemanfaatan ruang suatu wilayah.
Bentuk tata ruang yang terjadi pada suatu wilayah adalah bentuk yang terjadi dari
hasil interaksi komponen supply (penyedia ruang) dan komponen demand (peng-
guna ruang), berupa tipe-tipe dan perbedaan struktur, sebaran, dan bentuk fisik
ruang yang terjadi. Komponen supply dibentuk oleh lingkungan fisik alam dan
binaan, sedangkan komponen demand dibentuk oleh aktifitas yang dilakukan
manusia di dalamnya.
20
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2018 sampai dengan Maret
2018 yang dilakukan di Waduk Kijung Tirta Desa Kijung, Kecamatan Way
Pengubuan, Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung. Analisis data di-
lakukan di Laboratorium Air PT Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar,
Lampung Tengah. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta Lokasi
21
Keterangan:
1. Titik 1 (4o46’42.6”S 105
o18’20.7”E)
2. Titik 2 (4o46’43.6”S 105
o18’22.6”E)
3. Titik 3 (4o46’44.9”S 105
o18’23.6”E)
4. Titik 4 (4o46’45.4”S 105
o18’24.1”E)
5. Titik 5 (4o46’46.5”S 105
o18’28.0”E)
6. Titik 6 (4o46’48.4”S 105
o18’27.5”E)
7. Titik 7 (4o46’49.1”S 105
o18’28.1”E)
8. Titik 8 (4o46’49.7”S 105
o18’32.1”E)
9. Titik 9 (4o46’53.6”S 105
o18’31.9”E)
B. Alat dan Bahan
Alat yang akan digunakan dalam penelitian adalah :
Tabel 1 Alat dan bahan penelitian
Variabel Satuan Alat Keterangan
Kedalaman Meter Tali ukur In situ
Kecerahan Meter Secchi disk In situ
Suhu 0C Termometer In situ
pH (Derajat Keasaman) pH meter Laboratorium
DO mg/l DO meter In situ
Amonia mg/l Spektrofotometer Laboratorium
Fosfat mg/l Spektrofotometer Laboratorium
TDS mg/l Spektrofotometer Laboratorium
Koordinat Lapangan GPS In situ
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kuantitatif dengan cara survey
pengamatan parameter fisika dan kimia. Penelitian ini dilaksanakan di Waduk
Kijung Tirta Kecamatan Way Pengubuan, Lampung Tengah. Data yang diguna-
kan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan sekunder. Data primer
meliputi suhu, pH, kecerahan, kedalaman, DO, fosfat, nitrat dan TDS. Sedangkan
pengumpulan data sekunder meliputi peta rupa bumi. Penentuan titik pengamatan
berdasarkan dengan menggunakan metode purposive sampling. Lokasi peng-
ambilan sampel disetiap stasiun dilakukan pengamatan pada 3 titik lokasi, dimana
dititik 1-3 mewakili lokasi disekitar perkebunan nanas, dititik 4-6 mewakili lokasi
disekitar pemukiman warga, dititik 7-9 mewakili lokasi disekitar perkebunan
pisang dan pengambilan sampel dilakukan selama 3 bulan. Koordinat pengambil-
22
an sampel dicatat dengan bantuan Global Positioning System (GPS) dengan
format (latitude:longtitude).
1. Parameter Fisika
Beberapa parameter fisika yang diukur adalah sebagai berikut :
a) Pengukuran suhu menggunakan termometer.
b) Derajat keasaman (pH) diukur di laboratorium analisis air di PT Great Giant
Pineapple.
c) Kecerahan diukur dengan menggunakan secchi disk.
d) Kedalaman diukur dengan menggunakan tali ukur.
e) Oksigen Terlarut (DO) dengan menggunakan water quality checker.
Setiap parameter fisika tersebut diukur secara langsung (in situ) pada tiap titik
sampling di Waduk Kijung Tirta, Kabupaten Lampung Tengah Provinsi
Lampung, kecuali pH (derajat keasaman) diukur secara ex situ.
2. Parameter Kimia
Beberapa parameter kimia yang diukur adalah sebagai berikut :
a) Amonia
Pengukuran amoniak dilakukan di laboratorium analisis air di PT Great Giant
Pineapple. Cara kerja yang digunakan untuk mengukur amonia dapat meng-
gunakan spektrofotometer.
b) Fosfat
Pengukuran kadar fosfat dilakukan di laboratorium analisis air di PT Great Giant
Pineapple. Cara kerja yang digunakan untuk mengukur fosfat dapat menggunakan
spektrofotometer secara asam askorbat.
c) TDS (Total Dissolved Solids)
23
Pengukuran TDS dilakukan di laboratorium analisis air di PT Great Giant
Pineapple. Cara kerja yang digunakan untuk mengukur fosfat dapat menggunakan
spektrofotometer.
3. Evaluasi Kesesuaian Waduk Untuk Budidaya Ikan Koan
Evaluasi kesesuaian perairan digolongkan kedalam beberapa kelas. Hal ini di-
lakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian perairan untuk budi-
daya perikanan khususnya untuk ikan koan. Hasil dari scoring dan pembobot di-
evaluasi sehingga akan didapat kelas kesesuaian yang menggambarkan tingkat
kelayakan dari suatu bidang untuk penggunaan tertentu. Menurut Trisakti (2003)
tingkat dari kesesuaian perairan dibagi menjadi empat kelas, yaitu:
1) Kelas S1 : Sangat Sesuai (Hightly Suitable) Nilai 85-100%
Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan perlakuan
yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti atau tidak ber-
pengaruh secara nyata terhadap penggunaannya dan tidak akan menaikkan masuk-
an atau tingkat perlakuan yang diberikan.
2) Kelas S2 : Cukup Sesuai (Moderately Suitable) Nilai 75-84%
Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk
mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas ini akan me-
ningkatkan masukan atau tingkat perlakuan yang diperlukan.
3) Kelas S3 : Sesuai Marginal (Marginally Suitable) Nilai 65-74%
Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk mempertahankan
tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas akan lebih menigkatkan
masukan atau tingkatan perlakuan yang diperlukan.
4) Kelas N : Tidak Sesuai (Not Sutable) Nilai < 65%
24
Daerah ini mempunyai pembatas permanen, sehingga mencegah segala kemung-
kinan perlakuan pada daerah tersebut.
Matrik kesesuaian perairan disusun melalui beberapa kajian pustaka dan pertim-
bangan teknis budidaya, sehingga diketahui peubah syarat yang dijadikan acuan
dalam pemberian bobot. Karena itu, peubah yang dianggap penting dan dominan
menjadi dasar yang kurang dominan. Untuk melihat keberadaan peubah di atas,
maka hubungan antar beberapa peubah dominan yang mungkin terjadi terhadap
peubah syarat, diperlukan sebagai data penunjang.
4. Penilaian Untuk Lokasi Waduk Budidaya Ikan Koan
Sistem penilaian atau skoring untuk mengetahui tingkat kelayakan Waduk Kijung
Tirta budidaya ikan koan dapat disusun dengan matrik kesesuaian perairan. Me-
tode skoring digunakan untuk pembobotan pada setiap parameter dikarenakan
setiap parameter memiliki andil yang berbeda dalam menunjang kehidupan suatu
komoditas. Dalam budidaya ikan, parameter yang memliki peran besar akan men-
dapatkan nilai besar dari parameter yang memiliki dampak yang besar (Kangkan,
2006). Matrik kesesuaian perairan disusun dengan sistem penilaian atau skoring
untuk mengetahui tingkat kelayakan untuk budidaya ikan koan yang disajikan
pada Tabel 2.
25
Tabel 2. Batas-batas nilai kesesuaian perairan dalam budidaya ikan koan
Variabel Kisaran BATAS NILAI
(A)
BOBOT
(B)
SKOR
MAXIMAL
(AxB)
Sumber
Amonia
0,556-0,779 mg/l
0,450-0,557 mg/l dan
0,779-0,783
> 0,784 mg/l
5 (Sesuai)
3 (Cukup Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
3 15 Robinette,
1976
Oksigen
Terlarut
5-7 mg/l
2-5 dan 7-10
<2 mg/l dan > 10 mg/l
5 (Sesuai)
3 (Cukup Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
3 15
Zonneveld
et al.,
(1991)
TDS
0-250 mg/l
250-850 mg/l
>850 mg/
5 (Sesuai)
3 (Cukup Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
3 15
Warsa et al.,
(2008)
Fosfat
> 0,2 mg/l
0,2-1 mg/l
>1 mg/l
5 (Sesuai)
3 (Cukup Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
3 15 Shelton et
al., (1981);
Kedalaman
1,5 - 4 m
0,6 – 1,4 m dan 5 - 7 m
<0,6 m dan >8 m
5 (Sesuai)
3 (Cukup Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
2 10 Serdiati,
1988
pH
6,5-8,5
6,0-6,4 dan 8,6-9
<5,9 - >9,1
5 (Sesuai)
3 (Cukup Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
2 10 Boyd
(1979);
Kecerahan
70-90 cm
40-69 cm dan >90 cm
<40 cm l
5 (Sesuai)
3 (Cukup Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
2 10 Hartoto et
al., 2001
Suhu
25oC-29oC
20-25oC
<20 - >29 oC
5 (Sesuai)
3 (Cukup Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
2 10 Boyd (1979)
SKOR TOTAL
MAKSIMAL 100
Keterangan:
1. Angka penilaian berdasarkan petunjuk DKP (2002), yaitu:
5 = baik
3 = sedang
1 = kurang
2. Bobot berdasarkan petunjuk Kangkan (2006), yaitu pertimbangan pengaruh variabel dominan.
3. Skor adalah ∑
Skor total dari hasil perkalian nilai parameter dengan bobotnya tersebut selanjut-
nya dipakai untuk menentukan kelas perairan budidaya ikan koan berdasarkan
karakteristik kualitas perairan dan dapat dihitung dengan perhitungan
26
(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002) :
Berdasarkan rumus dan perhitungan diatas diperoleh nilai (skor) kesesuaian per-
airan sebagai berikut (Cornelia, 2005) :
86 – 100 = Sangat Sesuai (S1)
76 – 85 = Cukup Sesuai (S2)
66 – 75 = Sesuai Marginal (S3)
0 – 65 = Tidak Sesuai (N)
Penyusunan matriks kesesuaian lahan untuk pengembangan budidaya ikan koan di
Waduk Kijung Tirta dilakukan dengan menilai tingkat pengaruhnya terhadap pe-
nentuan kesesuaian lahan. Pemberian nilai pada masing-masing parameter ini
menggunakan pembobotan (weighting). Pembobotan pada setiap parameter di-
tentukan berdasarkan pada dominannya pengaruh parameter tersebut terhadap ke-
layakan lahan budidaya ikan koan. Parameter tersebut kemudian diurutkan mulai
dari yang memberikan pengaruh lebih besar sampai yang memberikan pengaruh
lebih kecil terhadap kelayakan lahan budidaya ikan koan. Sehingga parameter
yang dapat memberikan pengaruh lebih besar untuk budidaya ikan koan diberi
bobot lebih tinggi. Setiap parameter akan memperoleh nilai akhir yang merupakan
hasil perkalian antara bobot dengan skor.
5. Penentuan Faktor Pembatas
Penentuan faktor pembatas adalah suatu cara untuk menyatakan kondisi lahan
atau karakteristik lahan pada tingkat kelas, dimana metode ini membagi lahan ber-
dasarkan jumlah dan intensitas pembatas lahan. Pembatas lahan adalah penyim-
27
pangan dari kondisi optimal karakteristik dan kualitas lahan yang memberikan
pengaruh buruk untuk berbagai penggunaan lahan (Sys et al., 1993). Metode ini
membagi tingkat pembatas suatu lahan ke dalam empat tingkatan, sebagai berikut:
a. 1 (tanpa pembatas), digolongkan ke dalam S1
b. 2 (pembatas ringan), digolongkan ke dalam S2
c. 3 (pembatas sedang), digolongkan ke dalam S3
d. 4 (pembatas berat), digolongkan ke dalam N
Faktor pembatas parameter kualitas perairan untuk pengembangan budidaya ikan
koan di Waduk Kijung Tirta dapat diketahui dengan menganalisis dan meng-
golongkan nilai kualitas airnya berdasarkan tingkat pembatas lahan. Apabila
parameter kualitas air tersebut digolongkan termasuk faktor pembatas berat yang
memiliki arti bahwa parameter kualitas air tersebut harus diperbaiki untuk men-
capai keberlangsungan kegiatan budidaya ikan koan.
6. Daya Dukung Perairan
Daya dukung perairan sangat penting dalam menunjang kegiatan budidaya ikan.
Daya dukung perairan merupakan ukuran kuantitatif yang akan memperlihatkan
berapa jumlah ikan yang dapat dipelihara pada lokasi budidaya dalam luasan area
yang telah ditentukan tanpa menimbulkan degradasi lingkungan. Selain itu, ana-
lisis daya dukung perairan juga dilakukan untuk mengestimasi jumlah unit budi-
daya yang dapat didukung pada areal yang berpotensi. Salah satu upaya yang
dapat digunakan dalam mengetahui daya dukung perairan adalah dengan pen-
dekatan fisik kawasan (Adibrata, 2012) sehingga selanjutnya disebut daya dukung
perairan (DDP), yakni dengan menghitung luas kawasan perairan budidaya yang
28
sesuai. Dalam kajian ini, kelas kesesuaian yang digunakan sebagai prioritas utama
adalah kelas sangat sesuai (S1) dan cukup sesuai (S2).
Analisis daya dukungnya dengan persamaan berikut:
DDPk = LKS/Luas keramba
DDPp = DDPk x a petak KJA
DDPi = DDPp × b ekor ikan
Keterangan:
LKS = Luas lahan yang sangat sesuai (m2)
DDPk = Daya dukung perairan per keramba
DDPp = Daya dukung perairan untuk seluruh petak KJA
DDPi = Daya dukung perairan untuk seluruh ikan koan jika diisi 50
ekor/keramba dengan ukuran berat antara 5-15gram/ekor (Krismono, 2010).
D. Analisis Data
Untuk mengetahui kesesuaian Waduk Kijung Tirta untuk kegiatan budidaya ikan
koan (Ctenopharyngodon idella) di Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah
Provinsi Lampung, pengamatan terhadap kualitas perairan yang meliputi para-
meter fisika dan kimia menggunakan metode deskriptif kualitatif selanjutnya di-
analisis hasil sampel air yang telah diuji serta kriteria kelayakanya, sehingga di-
peroleh parameter karakteristik perairan, parameter yang dihasilkan kemudian di-
analisis dengan metode matching dan skoring untuk mendapatkan kelas kesesuai-
an perairan (Hadmoko, 2012).
Indeks analisis kesesuaian lahan tambak budidaya ikan koan diketahui dengan
menggunakan metode kualitatif Hadmoko (2012), yaitu dengan cara menggabung-
kan analisis hasil beberapa parameter kualitas air sehingga diperoleh parameter
29
karakteristik lahan, yang kemudian parameter tersebut dianalisis dengan metode
matching untuk mendapatkan kelas kesesuaian lahan. Metode matching merupa-
kan metode yang dilakukan dengan cara mencocokkan serta membandingkan an-
tara karakteristik lahan dengan kriteria kelas kesesuaian lahan, sehingga diperoleh
potensi disetiap satuan lahan tertentu. Indeks kesesuaian lahan dapat dibedakan
menjadi empat kelas, yaitu S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai
marginal), dan N (tidak sesuai). Setelah lahan dikelompokkan dengan kriteria
kelas kesesuaian lahan, dilakukan penggabungan (overlay) peta tematik untuk
memperoleh lokasi ideal untuk pengembangan budidaya ikan koan di Waduk
Kijung Tirta.
Pengamatan terhadap kualitas perairan dilakukan setiap 1 bulan selama 3 kali.
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan sekun-
der. Penilaian kesesuaian perairan tersebut, didasarkan pada kualitas perairan
dengan sistem kesesuaian perairan yang digunakan. Hasil pengamatan yang telah
didapatkan akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram batang dengan
tujuan agar lebih mudah dipahami oleh pembaca.
51
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Tingkat kesesuaian perairan Waduk Kijung Tirta pada stasiun 2 dan 3 tergolong
cukup sesuai (S2) untuk budidaya ikan koan dan stasiun 1 tergolong sesuai
marginal (S3). Faktor pembatas dari perairan tersebut adalah fosfat dan amonia,
sehingga memerlukan penanganan lebih lanjut untuk digunakan dalam kegiatan
budidaya ikan koan. Daya dukung dari waduk adalah 48 unit KJA dengan jumlah
ikan sebanyak 9.600 ekor ikan koan.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui fluktuasi yang terjadi di
perairan Waduk Kijung Tirta dalam jangka panjang dikarenakan aktivitas yang
terjadi di sekitar waduk tidak menetap setiap bulannya.
52
DAFTAR PUSTAKA
Adibrata S. 2012. Evaluasi Kesesuaian Kawasan Untuk Pengembangan Budidaya
Kerapu (Famili Serranidae) di Perairan Pulau Pongok Kabupaten Bangka
Selatan. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ahmad T, Sofiarsih L, and Rusmana. 2007. The growth of patin (Pangasius
hypopthalmus) In a Close System Tank. Indonesian Aquaculture Journal.
Amri, K. dan Khairuman. 2008. Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan Konsumsi.
Agro Media Pustaka. 358p.
Apriliza. 2012. Analisis Dampak Lingkungan. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Asep S, Ikhsan K, Fajar A. 2013. Pemanfaatan Bioflok Dari Media Pendederan
Untuk Pemeliharaan Larva Udang Galah (Macrobrachium rosenbergi).
Widyariset, 16 (2): 277–282.
Bevilacqua, 1998. The Standard of Resistivity Measurements of Ultrapure Water.
Semiconductor Pure Water and Chemicals Conference, Massachusetts.
Boyd. C. E. 1979. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Department of
Fisheries and Allied Aquacultures, Auburn University, Alabama.
Carley, M. dan Christie, I. 2006. Managing Sustainable Development. 2nd Ed.
London: Earth Scan Publications Ltd.
Cornelia, M. 2005. Prosedur dan Spesifikasi Teknis Analisis Kesesuaian
Budidaya Rumput Laut. Pusat Survey Sumberdaya Alam Laut Bakosurtunal.
Cudmore B and NE Mandrak. 2004. Biological Synopsis of Grass Carp
(Ctenopharyngodon idella) Can. MS Rpt. Fish. Aquat. Sci. 2705. 2705.
Burlington-Kanada.
Cuvier and Valenciennes, 1844. Food and Aquaculture Organization Synopsis.
135: 86p.
53
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002. Modul Sosialisasi dan Orientasi
Penataan Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Ditjen Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil. Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil. Jakarta.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
FAO. 1976. A Frame Work For Land Evaluation Soil Resources Management and
Conservation Service Land and Water Development Division. FAO Soil
Bulletin No. 32. FAO-UNO, Rome.
Federenko, A.Y. and F.J. Fraser. 1978. Review of grass carp biology. Interagency
Committee on Transplants and Introductions of Fish and Aquatic
Invertebrates in British Columbia. British Columbia, Department of
Fisheries and Environment, Fisheries and Marine Service, Technical Report
No. 786. 15p.
Hadmoko. 2012. Evalusi Sumber Daya Lahan Prosedur dan Teknik Evaluasi
Lahan-Aplikasi Teknik Skoring dan Matching. Tesis. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Hardiyanto, R., H. Suherman, R. I. Pratama. 2012. Kajian Produktivitas Primer
Fitoplankton di Waduk Saguling Desa Bongas dalam Kaitannya dengan
Kegiatan Perikanan. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3 No. 4
Desember 2012 : 51-59.
Harsono. 2008. Pengelolaan Lualitas Air Dalam Budi Daya Perairan. Rinneka
Cipta. Jakarta.
Hartoto, D.E., K . Kusumadinata, Awalina dan Yustiawati, 2001. Water Hyacinth
Control Using Grass Carp (Ctenopharyngodon idella) and its Related
Limnological Changes in Lake Kerinci, Indonesia. In Dhayat et al. (eds).
Prosiding Semiloka Nasional: Pengelolaan dan Pemanfaatan Waduk dan
Danau. Universitas Padjadjaran.
Hendrawati., Tri H. P., Nuni N. R. 2007. Analisis Kadar Phosfat dan N-Nitrogen
(Amonia, Nitrat, Nitrit) pada Tambak Air Payau akibat Rembesan Lumpur
Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Jurnal Kelautan dan Perikanan, (8):
135143.
Hickling, C.F. 1971. Fish Culture. Faber and Faber, London
Hidayah, Z. 1993. Pengaruh Pemberian Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan
dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan yang Dipelihara Di Kolam. Skripsi
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor. Bogor. halaman 60.
54
Imam, T. 2010. Uji Multi Lokasi Pada Budidaya Ikan Nila dengan Sistem
Akuaponik. Laporan Hasil Penelitian. Badan Riset Kelautan dan Perikanan.
Jakarta. 30 hal.
Jewlaika, L. 2014. Studi Padatan Tersuspensi di Perairan Topang Kabupaten
Meranti Provinsi Riau. Jurnal. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Riau. Riau.
Kangkan, A.L. 2006. Studi Penentuan Lokasi untuk Pengembangan Budidaya
Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia dan Biologi di Teluk Kupang,
Nusa Tenggara Timur. Tesis Megister. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Kordi, M.G.H. dan A.B. Tancung. 2013. Pengelolaan Kualitas Air. PT Rinneka
Cipta. Jakarta.
Krismono, et. al., 2010. Pengaruh Padat Tebar Ikan Koan (Ctenopharyngodon
idella) Terhadap Laju Perambahan dan Luas Tutupan Eceng Gondok
(Eichornia crassipes) Di Danau Limboto, Gorontalo. Laporan akhir. Jawa
Barat.
Lesmana. 2004. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Liu and He,. 1992. Significant Role of UV and Carbonate Radical On The
Degradation of Oxytetracycline In UV-AOPs: Kinetics and Mechanism.
Water Research, 95, 195–204.
Mujito, M. H., H. Riyanto, A. G. Tjiptono, Suliantara, R.K. Risdianto dan
Sudiarto. 1997. Evaluasi Penginderaan Jauh untuk Studi Dasar Lingkungan
Wilayah Kerja UNOCAL Indonesia Company Kalimantan Timur. Bidang
Litbangtek Eksplorasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Minyak dan Gas Bumi. LEMIGAS. Jakarta.
Nelson, 1976. Practical Measurements for Evaluation in Physical Education,
Publishing Company Minneapolis, Minnesota.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia.
Jakarta.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor. 28 Tahun 2009, Tentang
Metode Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau Dan/Atau
Waduk.
Perdana, A. 2006. Pola Hubungan Antara Tata Guna Lahan dengan Erosi di
Daearah Tangkapan dan Nitrat dalam Waduk Cisanti Berdasarkan
Perhitungan Limpasan Hujan. Tugas Akhir. Teknik Lingkungan ITB.
Bandung.
55
Rees, W.E., 1996. Our Ecological Footprint Reducing Human Impact On The
Earth. New Society Publisher, Canada.
Resmikasari, Y, 2008. Tingkat Kemampuan Ikan Koan (Ctenopharyngodon
idella) Memakan Gulma Eceng Gondok (Eichhornia crassipes). Jurusan
Budidaya Perairan IPB. Bogor.
Ritung S., dan Nata Suharta. 2007. Sebaran dan Potensi Pengembangan Lahan
Sawah Bukaan Baru, halaman 5-24. Tanah sawah bukaan baru. Balai Besar
Litbang Pertanian.
Robinette, H.R. 1976. Effect of Sublethal Level of Ammonia on the Growth of
Channel Catfish (Ictalarus punctatus R.) Frog. Fish Culture, 38 (1) : 26-29.
Rudiyanti, Siti. 2009. Kualitas air sungai Banger Pekalongan Berdasarkan
Indikator Biologis. Jurnal Saintek Perikanan, 4 (2):46-52.
Saeni. 1989. Kimia Lingkungan. IPB. Bogor.
Sastrawijaya. 2009. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
SEAMEO-BIOTROP. 1977. Survei Biologi Danau Tempe dan Sekitarnya.
Departemen PUTL, Bogor Indonesia.
Sedlak, R. 1991. Phosphorus and Nitrogen Removal from Municipal Wastewater:
Principles and Practice (2nd ed.). Boca Raton: Lewis.
Selano, D.A.J., Adiwilaga, E.M., Dahuri, R., Muchsin, I., Effendi, H., 2009.
Sebaran Spasial Luasan Area Tercemar dan Analisis Beban Pencemar
Bahan Organik Pada Perairan Teluk Ambon Dalam. Torani (Jurnal Ilmu
Kelautan dan Perikanan)19 (2), 96–106.
Serdiati, 1988. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas
(Cyprinus carpio) yang Dipelihara dalam Keramba pada Kolam dengan
Input Air Limbah Rumah Tangga. Fakultas Peternakan. Universitas
Hasanudin. Ujung Pandang. Skripsi.
Shelton, W.L., R.O. Smitherman and G.L. Jensen. 1981. Density Related Growth
of Grass Carp, Ctenopharyngodon idella (Val.) in Managed Small
Impoundments in Alabama. J. Fish. Biol. 18: 45-51p.
Shireman, J.V. and C.R. Smith. 1983. Synopsis of Biological Data on the Grass
Carp, Ctenopharyngodon idella.
Stickney, 1979. Principles of Warm Water Aquaculture. John Wiley and Sons,
Inc. Toronto.
56
Trisakti, B., 2003. Pemanfaatan Data Satelit Untuk Analisis Potensi dan Dampak
Kerusakan Akibat Kenaikan Muka Air Laut. Jurnal Penginderaan Jauh, Vol.
9, No. 2, 140-151.
Vuilleman M.H, Tusseau, 2001. Do Food Processing Industries Contribute To
The Eutrophication of Aquatic Systems?Ecotoxicol. Environ.
Warsa, A., Krismono dan L.P. Astuti. 2008. Evaluasi Kesesuaian Habitat
Grasscarp (Ctenopharyngodon idella) Untuk Pengendalian Eceng Gondok
(Eichhornia crassipes) di Danau Limboto. Prosiding Seminar Nasional
Limnologi IV. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: 92 – 102p.
Welch, P. S. 1952. Limnology. Second edition. New York: McGraw Hill
International Book Company.
Wetzel, R. G. and G. E. Likens. 1991. Limnological Analisys. 2nd. Springer-
Verlag. New York. USA.
WHO. 1993. Guidelines for Drinking Water Quality (2nd edn)., WHO, Geneva.
Zonneveld, N., E.A. Huisman, dan J.H. Boon. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya
Ikan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
. 318 hlm.
Zulfia, N dan Aisyah. 2013. Status Trofik Perairan Rawa Pening Ditinjau dari
Kandungan Unsur Hara (NO3 dan PO4) serta Klorofil-al, Vol 5(3): 189-199