analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

86
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SIG DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FIRMANSYAH SAMAD SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Transcript of analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

Page 1: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SIG

DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

FIRMANSYAH SAMAD

SKRIPSI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Page 2: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: ANALISIS KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SIG DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Skripsi ini. Bogor, Februari 2011 FIRMANSYAH SAMAD C54060074

Page 3: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

RINGKASAN

FIRMANSYAH SAMAD. Analisis Kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut Menggunakan Penginderaan Jauh dan SIG di Taman Nasional Karimunjawa. Dibimbing oleh SETYO BUDI SUSILO dan VINCENTIUS P. SIREGAR.

Taman Nasional Karimunjawa memiliki fungsi utama sebagai kawasan

konservasi yang memberlakukan tujuh sistem zonasi, salah satu diantaranya yaitu zona budidaya. Zona budidaya ini yang akan dikaji untuk menganalisis tingkat kesesuaian budidaya rumput laut di daerah tersebut.

Tahapan untuk mengetahui kesesuaian lahan budidaya rumput laut dilakukan dalam empat tahapan yaitu : pengumpulan basis data, pengolahan citra, survey lapang, dan analisis tingkat kesesuaian budidaya rumput laut. Penentuan kesesuaian lahan budidaya rumput laut dilakukan dengan menganalisis kesesuaian pada masing-masing bulan (April dan Mei) dianalisis dengan Sistem Informasi Geografi menggunakan metode scoring dan untuk mendapatkan daerah kesesuaian pada satu musim tanam rumput laut yaitu 1,5 bulan (45 hari) dalam penelitian ini bulan April dan Mei maka digunakan metode matching sehingga menghindari kemungkinan terburuk pada saat satu musim tanam.

Setelah didapat hasil kesesuaian lahan budidaya rumput laut, maka dilihat dari aspek keamanan dalam hal ini dari data angin. Hasil pengolahan data angin (windrose) menunjukan kecepatan angin pada bulan April – Mei 2009 dominan berkisar antara 3,6 – 5,7 m/s. Berdasarkan skala angin Beaufort (Met Office, 2010) kecepatan angin seperti ini disebut angin sepoi-sepoi lembut dan dampak yang akan timbul di laut yaitu gelombang laut kecil. Kondisi ini menunjukan pada bulan April – Mei aman untuk dilakukan kegiatan budidaya.

Kesesuaian budidaya rumput laut pada penelitian ini masuk dalam kategori sesuai dan sangat sesuai. Daerah dengan kategori sangat sesuai (S1) untuk dijadikan lokasi budidaya rumput laut memiliki luas 815,49 ha (88,69 % dari luas lokasi budidaya) dan daerah dengan kategori sesuai (S2) untuk dijadikan lokasi budidaya rumput laut memiliki luas 104,01 ha (11,31 % dari luas lokasi budidaya).

Page 4: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

© Hak cipta milik Firmansyah Samad, tahun 2011 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam

bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya

Page 5: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SIG

DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

FIRMANSYAH SAMAD

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Page 6: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

SKRIPSI

Judul skripsi : ANALISIS KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA RUMPUT

LAUT MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN

SIG DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

Nama : Firmansyah Samad

NIM : C54060074

Departemen : Ilmu dan Teknologi Kelautan

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc. Dr. Ir. Vincentius P. Siregar, DEA NIP. 19580909 198303 1 003 NIP. 19561103 198503 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc. NIP. 19580909 198303 1 003

Tanggal Lulus:

Page 7: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,

berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut

Menggunakan Penginderaan Jauh dan SIG di Taman Nasional

Karimunjawa” . Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Kelautan. Penulis menyadari

bahwa, tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini,

penulis akan mengalami banyak kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. Vincentius P.

Siregar, DEA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan

arahan serta meluangkan waktu kepada penulis.

2. Ibu Dr. Ir. Neviaty P. Zamani, M.Sc selaku dosen penguji dan Dr. Ir. Henry

M. Manik, M.T. selaku Ketua Komisi Pendidikan S1 Departemen Ilmu dan

Teknologi Kelautan yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi

ini.

3. Keluarga tercinta Ibu, Ayah, Kakak, dan Adik atas dukungan, motifasi, dan

doa yang telah diberikan.

4. Pusat Penelitian Oseanografi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-

LIPI) Prof. Drs. Ruyitno Nuchsin, M.Sc dan Drs. Muswery Muchtar, M.Sc

yang telah memberikan kemudahan dalam memperoleh data.

5. Riveral Hikmah yang telah memberikan data, informasi, dan masukan dalam

awal skripsi.

Page 8: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

6. Dinas Hidro Oseanografi TNI-AL yang telah memberikan peta batimetri

Kepulauan Karimunjawa.

7. Novilia Rosyadi yang senantiasa menemani penulis dengan sabar,

memberikan masukan, dan bantuannya dalam penulisan skripsi.

8. Warga ITK, khususnya ITK 43 yang telah memberikan dukungan dan

semangat pada penulis.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai rujukan untuk

penelitian berikutnya.

Bogor, Februari 2011

Penulis

Page 9: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv

1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2 Tujuan ................................................................................................ 3 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4 2.1 Kondisi Umum Taman Nasional Karimunjawa ................................ 4 2.2 Taksonomi dan Morfologi Rumput Laut ........................................... 9 2.3 Parameter Ekologis dan Metode Budidaya Rumput Laut ................. 10 2.3.1 Parameter Ekologis Budidaya Rumput Laut ............................. 10 2.3.2 Metode Budidaya Rumput Laut ................................................ 12 2.4 Aplikasi Penginderaan Jauh dan SIG Untuk Budidaya Rumput Laut ...................................................................................... 15 3. METODOLOGI .................................................................................... 17 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 17 3.2 Alat dan Bahan .................................................................................. 18 3.3 Pengumpulan Data ............................................................................. 18 3.4 Pengolahan Citra Landsat dan Data .................................................. 19 3.4.1 Penajaman Citra untuk Substrat Perairan Dangkal ................... 20 3.4.2 Pengolahan Data Kesesuaian Lahan ......................................... 21 3.5 Pembobotan Kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut .................. 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 25 4.1 Substrat Dasar Perairan Dangkal ....................................................... 25 4.2 Arus ................................................................................................... 28 4.3 Angin ................................................................................................ 31 4.4 Keterlindungan lokasi ........................................................................ 36 4.5 Batimetri ........................................................................................... 35 4.6 Kecerahan .......................................................................................... 38 4.7 Salinitas ............................................................................................. 42 4.8 Suhu ................................................................................................... 45 4.9 Kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut ....................................... 48 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 56 5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 56 5.2 Saran .................................................................................................. 56 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 57

Page 10: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

x

LAMPIRAN .............................................................................................. 59

RIWAYAT HIDUP ................................................................................... 72

Page 11: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria kesesuaian budidaya rumput laut ................................................. 22

2. Luas substrat dasar perairan Kepulauan Karimunjawa ............................. 25

3. Persentase substrat dasar perairan zona budidaya ..................................... 28

4. Arah dan kecepatan angin bulan Januari – Desember tahun 2009

di daerah penelitian ................................................................................... 35

5. Luas daerah kesesuaian budidaya rumput laut setiap pulau...................... 49

Page 12: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Lokasi Taman Nasional Karimunjawa .................................................... 5

2. Zonasi Taman Nasional Karimunjawa .................................................... 8

3. Sketsa penanaman rumput laut sistem lepas dasar .................................. 13

4. Sketsa penanaman rumput laut sistem rakit bambu ................................ 14

5. Sketsa penanaman rumput laut sistem tali rawai (long-line) .................. 14

6. Lokasi penelitian, zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa .......... 17

7. Diagram alir penelitian ............................................................................ 20

8. Kesesuaian berdasarkan substrat dasar perairan pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa ................................................................ 26

9. Komposisi substrat dasar perairan pada zona budidaya .......................... 27

10. Arah arus pada musim Pancaroba 1 (April-Juni) Kepulauan

Karimunjawa ........................................................................................... 29

11. Kesesuaian berdasarkan arus perairan pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa (bulan April) .................................................... 30

12. Kesesuaian berdasarkan arus perairan pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa (bulan Mei) ....................................................... 31

13. Arah dan kecepatan angin bulan Januari – desember 2009 di daerah penelitian ................................................................................................ 33

14. Kesesuaian berdasarkan keterlindungan wilayah perairan pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa .............................................. 37

15. Kesesuaian berdasarkan kedalaman perairan pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa .............................................................. 39

16. Kesesuaian berdasarkan kecerahan perairan pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa .............................................................. 41

17. Kesesuaian berdasarkan salinitas pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa (bulan April) .................................................... 43

18. Kesesuaian berdasarkan salinitas pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa (bulan Mei) ...................................................... 44

19. Kesesuaian berdasarkan suhu perairan pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa (bulan April) .................................................... 46

20. Kesesuaian berdasarkan suhu perairan pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa (bulan Mei) ...................................................... 47

Page 13: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

xiii

21. Kesesuaian lahan budidaya rumput laut zona budidaya pulau Karimunjawa .......................................................................................... 51

22. Kesesuaian lahan budidaya rumput laut zona budidaya pulau Kemujan ................................................................................................. 52

23. Kesesuaian lahan budidaya rumput laut zona budidaya pulau Menjangan Besar dan Kecil .................................................................... 53

24. Kesesuaian lahan budidaya rumput laut zona budidaya pulau Nyamuk .................................................................................................. 54

25. Kesesuaian lahan budidaya rumput laut zona budidaya pulau Parang ..................................................................................................... 55

Page 14: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kalkulasi koefisien attenuasi perairan .................................................... 60

2. Sebaran substrat dasar perairan Kepulauan Karimunjawa ...................... 61

3. Arah dan kecepatan arus perairan Kepulauan Karimunjawa (April) ...... 62

4. Arah dan kecepatan arus perairan Kepulauan Karimunjawa (Mei) ........ 63

5. Skala angin Beaufort ............................................................................... 64

6. Keterlindungan wilayah perairan Kepulauan Karimunjawa ................... 65

7. Sebaran kedalaman perairan Kepulauan Karimunjawa .......................... 66

8. Sebaran kecerahan perairan Kepulauan Karimunjawa ........................... 67

9. Sebaran salinitas perairan Kepulauan Karimunjawa (April) .................. 68

10. Sebaran salinitas perairan Kepulauan Karimunjawa (Mei) .................... 69

11. Sebaran suhu perairan Kepulauan Karimunjawa (April) ........................ 70

12. Sebaran suhu perairan Kepulauan Karimunjawa (Mei) .......................... 71

Page 15: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permintaan akan hasil-hasil perikanan pada masa sekarang dan akan

datang diperkirakan akan semakin meningkat, hal ini disebabkan banyaknya

masyarakat dunia yang semakin sadar akan pentingnya kualitas hidup dari apa

yang mereka makan. Salah satu komoditi perikanan penting yang diperjual

belikan secara besar yaitu rumput laut. Menurut Sulistijo (2002) perairan

Indonesia merupakan daerah tropik yang memiliki sumberdaya rumput laut yang

cukup besar, terdapat kurang lebih 555 jenis rumput laut yang ditemukan.

Budidaya rumput laut menjadi salah satu prospek di bidang perikanan

yang cemerlang karena selain memiliki nilai jual yang tinggi baik di pasaran lokal

mapun internasional juga memiliki banyak kegunaan dari hasil olahan seperti

makanan, industri farmasi, kosmetika dan makanan kesehatan serta substansi

bioaktif yang membuka peluang untuk penemuan obat-obatan. Menurut Sulistijo

(2002) rumput laut merupakan komoditas ekonomis penting yang mempunyai

potensi untuk dibudidayakan di perairan Indonesia terutama dari agarofit

(Glacilaria), karaginofit (Eucheuma dan Kappaphycus) dan alginofit (Sargassum

dan Turbinaria).

Taman Nasional Karimunjawa memiliki fungsi utama sebagai kawasan

konservasi. Disini diterapkan sistem zonasi sehingga tidak semua daerah dapat

dipergunakan secara bebas oleh manusia. Setiap zona memiliki fungsi masing-

masing dan memiliki batasan yang jelas, sehingga kegiatan yang dilakukan di

daerah tersebut tidak menggangu kegiatan lainnya, efektif, dan optimal sesuai

dengan fungsinya. Taman Nasional Karimunjawa memiliki potensi sumberdaya

Page 16: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

2

lahan perikanan budidaya laut yang masih lestari dan belum dimanfaatkan secara

optimal, jika dikelola dengan baik maka dapat menjadi peluang peningkatan hasil

budidaya laut di daerah ini.

Menurut Kadi dan Sulistijo (1988) terdapat 67 jenis rumput laut yang

ditemukan di Kepulauan Karimunjawa. Dari jenis-jenis tersebut, ada empat marga

yang memiliki nilai ekonomis penting yaitu : Eucheuma, Gracilaria, Hypnea, dan

Gelidiopsis. Potensi yang cukup besar adalah marga Eucheuma dengan kepadatan

total mencapai 1356,8 g/m2. Marga rumput laut Eucheuma dapat menghasilkan

karaginan sekitar 54 – 73 % tergantung dari jenis dan lokasi tempat tumbuhnnya.

Mengingat permintaan pasar yang semakin meningkat maka perlu

mengantisipasi permintaan tersebut dengan cara budidaya. Penentuan kawasan

budidaya rumput laut secara tepat merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha

budidaya ini. Dewasa ini penentuan kesesuaian lokasi budidaya dapat mencakup

daerah yang luas dan berkesinambungan. Teknologi penginderaan jauh dan

Sistem Informasi Geografi menjadi pilihan yang baik dalam menentukan

kesesuaian lahan budidaya rumput laut.

Penginderaan jauh dapat mengamati atau melihat suatu objek pada jarak

tertentu dengan mendeteksi atau mengukur sifat-sifat (karakteristik) dominan

objek tersebut tanpa mendatangi secara langsung objek tersebut. Selain itu,

penginderaan jauh satelit memiliki kemampuan pemantauan daerah yang luas

secara periodik. Penginderaan jauh juga memiliki keterbatasan dalam menyajikan

data sehingga diperlukan pengambilan data insitu atau pun data sekunder guna

melengkapi dan mendukung dalam menentukan daerah kesesuaian budidaya

rumput laut.

Page 17: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

3

Sistem Informasi Geografi merupakan sarana dalam mengumpulkan,

menggabungkan, dan mengolah data dari setiap parameter yang diperlukan.

Keberadaan Sistem Informasi Geografi dapat mempermudah pengolahan data

dengan struktur yang kompleks dengan jumlah yang besar secara efisien dan

dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan yang tepat.

1.2 Tujuan

Menentukan lokasi kesesuaian lahan budidaya rumput laut di Perairan

Taman Nasional Karimunjawa pada bulan April - Mei tahun 2009.

Page 18: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

4

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Umum Taman Nasional Karimunjawa

Kepulauan Karimunjawa secara geografis terletak sekitar 45 mil atau 83

kilometer di barat laut Kota Jepara, dengan ketinggian tempat 0 - 506 mdpl.

Secara geografis lokasi ini terletak antara 5°40’39”-5°55’00” LS dan

100°05’57”- 110°31’15” BT dengan luas wilayah 169.680 ha, lokasi Taman

Nasional Karimunjawa dapat dilihat pada Gambar 1. Secara administratif wilayah

ini termasuk ke dalam wilayah administratif Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten

Dati II Jepara, Jawa Tengah. Kecamatan Karimunjawa terbagi atas 3 desa, yaitu:

Desa Karimunjawa, Desa Kemujan dan Desa Parang (BPP, 2003). Taman

Nasional Karimunjawa merupakan gugusan pulau-pulau yang jumlahnya 22

pulau, namun hanya empat pulau yang berpenghuni yaitu Pulau Karimunjawa,

Pulau Kemujan, Pulau Parang, dan Pulau Nyamuk dengan jumlah penduduk

kurang lebih 9.054 jiwa.

Umumnya kondisi pesisir daerah ini yaitu pantai berpasir putih dan sangat

landai yang menjorok ke tengah laut. Fringing reefs mengelilingi pulau-pulau dan

menjadikan daerah ini terlindung dari hempasan gelombang. Di tengah perairan

banyak terdapat terumbu karang yang muncul kepermukaan, dua diantaranya yang

besar adalah Karang Kapal dan Karang Katang (BTNKJ, 2010).

Taman Nasional Karimunjawa memiliki iklim tropis, kondisi ini

dipengaruhi oleh angin laut yang bertiup sepanjang hari dengan suhu udara rata-

rata 20 – 30oC. Kondisi perairan seperti suhu permukaan laut berkisar antara 25 –

32oC, salinitas berkisar antara 30 – 35 ppt, derajat keasaman > 7, tinggi

Page 19: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

5

gelombang 300 meter dari garis pantai berkisar antara 15 – 18 cm, dan kecepatan

arus berkisar antara 13,2 – 40,2 cm/detik (BPP, 2003).

Gambar 1. Lokasi Taman Nasional Karimunjawa

Pulau Karimunjawa merupakan pulau berbukit dengan dataran pesisir

yang sempit. Dataran pesisir yang agak lebar terdapat di sebelah selatan,

sedangkan di sebelah barat, utara, dan timur lebih sempit. Material dari daratan ke

perairan laut sekitarnya biasanya terbawa oleh sungai, sebagaian material halus

lainnya terbawa oleh angin dan pada saat hujan maka material tersebut jatuh ke

perairan (Selley, 1976 in Helfinalis, 1999).

Kawasan Karimunjawa pada awalnya merupakan kawasan cagar alam

laut berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 123/Kpts-II/1986 tanggal

9 April tahun 1986. Kemudian melalui surat Menteri Kehutanan No.

161/Menhut-II/1988 tanggal 23 Februari tahun 1988, kawasan tersebut

dinyatakan sebagai Taman Nasional. Setelah itu, melalui Surat Keputusan Menteri

Kehutanan No. 78/Kpts-II/1999 tanggal 22 Februari tahun 1999 ditetapkan

Page 20: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

6

sebagai Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Karimunjawa. Taman

Nasional Karimunjawa memiliki luas 111.625 ha meliputi 22 pulau. SK Menteri

Kehutanan No. 74/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret tahun 2001 yang merupakan

keputusan terbaru tentang penetapan sebagai kawasan Taman Nasional

Karimunjawa seluas 110.117,30 ha kawasan perairan dan luas kawasan darat

Karimunjawa 1.285,50 ha dan darat Kemujan 222,20 ha, dan dikelola dengan

sistem zonasi. Sistem zonasi yang telah ada direvisi pada tahun 2005. Dasar

pertimbangan revisi zona antara lain adalah adanya kerusakan ekosistem pada

kawasan zona inti perairan (BTNKJ, 2010).

Keputusan Direktorat Jenderal PHKA No. SK. 79/IV/Set-3/2005

tanggal 30 Juni tahun 2005 tentang revisi zonasi di Taman Nasional

Karimunjawa seluas 111.625 ha adalah sebagai berikut :

1. Zona Inti meliputi sebagian perairan Pulau Kumbang, Perairan Taka

Menyawakan, Perairan Taka Malang, dan Perairan Tanjung Bomang.

2. Zona Perlindungan meliputi hutan tropis dataran rendah dan hutan mangrove

serta wilayah perairan Pulau Geleang, Pulau Burung, Tanjung Gelam, Pulau

Sintok, Pulau Cemara Kecil, Pulau Katang, Gosong Selikur, dan Gosong

Tengah.

3. Zona Pemanfaatan Pariwisata meliputi perairan Pulau Menjangan Besar, Pulau

Menjangan Kecil, Pulau Menyawakan, Pulau Kembar, sebelah timur Pulau

Kumbang, Pulau Tengah, Pulau Bengkoang, Indonor, dan Karang Kapal.

4. Zona Permukiman meliputi Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Parang,

dan Pulau Nyamuk.

Page 21: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

7

5. Zona Rehabilitasi meliputi perairan sebelah timur Pulau Parang, sebelah timur

Pulau Nyamuk, sebelah barat Pulau Kemujan, dan sebelah barat Pulau

Karimunjawa.

6. Zona Budidaya meliputi perairan Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau

Menjangan Besar, Pulau Menjangan Kecil, Pulau Parang, dan Pulau Nyamuk.

7. Zona Pemanfaatan Perikanan Tradisional meliputi seluruh perairan di luar zona

yang telah ditetapkan yang berada di dalam kawasan Taman Nasional

Karimunjawa.

Peraturan tentang sistem zonasi di Taman Nasional Karimunjawa ini

dimaksudkan sebagai acuan bagi pengelola kawasan taman nasional dalam

melaksanakan penataan zona di kawasan taman nasional dan bertujuan untuk

mewujudkan sistem pengelolaan taman nasional yang efektif dan optimal sesuai

dengan fungsinya. Zonasi Taman Nasional Karimunjawa dapat dilihat pada

Gambar 2.

Page 22: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

8

Gam

bar

2. Z

onas

i Tam

an N

asio

nal K

arim

unja

wa

Page 23: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

9

2.2 Taksonomi dan Morfologi Rumput Laut

Secara biologi rumput laut (seaweed) termasuk dalam anggota alga.

Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut sangat tergantung dari faktor-faktor

oseanografi (fisik, kimia, dan pergerakan atau dinamika air laut) serta jenis

substrat dasarnya (DKP, 2006). Secara morfologi rumput laut tidak

memperlihatkan perbedaan secara visual antara akar, batang, dan daun sejati.

Keseluruhan dari tubuh rumput laut memiliki bentuk yang mirip, walaupun

sebenarnya berbeda.

Ada banyak spesies dari rumput laut yang telah berhasil dibudidayakan,

namun pada tahun-tahun terakhir Eucheuma lebih mudah dikembangkan.

Anggadiredja et al. (2006) menjelaskan sistematika klasifikasi taksonomi rumput

laut jenis Eucheuma cottonii sebagai berikut :

Divisio : Thallophyta

Filum : Rhodophyta

Kelas : Rhodophyceae

Ordo : Gigarnitales

Famili : Solieriaceae

Genus : Eucheuma

Spesies : Eucheuma cottonii (Kappaphycus alvarezii)

Berbeda dengan ganggang lain, rumput laut tidak memiliki akar, batang,

dan daun sejati. Secara keseluruhan tubuhnya disebut sebagai thallus. Ciri-ciri

Eucheuma cottonii yaitu thallus silindris, permukaan tubuh licin, warna hijau

terang, hijau kuning, dan cokelat kemerahan (DKP, 2006). Menurut Aslan (1998)

keadaan warna rumput laut tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna hijau,

Page 24: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

10

hijau kuning, abu-abu atau merah. Perubahan warna sering terjadi sebabkan oleh

faktor lingkungan. Kejadian ini merupakan faktor adaptasi kromatik yaitu

penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan.

Percabangan thallus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus

(tonjolan-tonjolan), dan duri-duri lunak. Percabangan bersifat alternatus

(berseling), tidak teratur, serta dapat bersifat dichotomus (percabangan dua-dua)

atau trichotomus (percabangan tiga-tiga). Untuk pertumbuhan, rumput laut

mengambil nutrisi dari sekitarnya secara difusi melalui dinding thallus. Rumput

laut ini hanya dapat hidup pada lapisan fotik yaitu pada kedalaman dimana sinar

matahari masih dapat mencapainya, tumbuhan ini memerlukan cahaya matahari

guna proses fotosintesis untuk tubuhnya (Anggadiredja et al., 2006).

2.3 Parameter Ekologis dan Metode Budidaya Rumput Laut

Rumput laut tumbuh di alam dengan melekatkan dirinya pada karang,

pasir, batu, dan benda keras lainnya. Pantai yang berterumbu karang merupakan

tempat hidup yang baik bagi sebagian besar spesies rumput laut.

2.3.1 Parameter Ekologis Budidaya Rumput Laut

Pertumbuhan rumput laut sangat dipengaruhi oleh toleransi fisiologi dari

biota tersebut untuk beradaptasi terhadap faktor-faktor lingkungan seperti :

substrat, salinitas, suhu, dan intensitas cahaya. maka perlu diperhatikan berbagai

parameter yang mendukung pertumbuhan rumput laut itu sendiri, berikut beberapa

parameter yang perlu diperhatikan :

1. Lokasi budidaya terlindung dari hempasan gelombang yang keras dan angin

yang kuat, biasanya di bagian depan dari lokasi budidaya mempunyai karang

Page 25: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

11

penghalang ataupun gosong yang dapat meredam kekuatan gelombang

(Sulistijo, 2002).

2. Pergerakan air atau arus di lokasi budidaya terjadi secara terus menerus dengan

kecepatan arus berkisar antara 20-40 cm/detik (DKP, 2006).

3. Dasar perairan yang paling baik adalah substrat berbatu karang mati dengan

variasi suhu harian yang kecil (Aslan, 1998). Dasar yang sedikit berlumpur

masih baik untuk penanaman dengan sistem tanam rakit atau rawai (long-line)

(DKP, 2006).

4. Kecerahan perairan yang baik untuk pertumbuhan rumput laut harus jernih,

terhindar dari sedimentasi atau intrusi air sungai yang besar. Kecerahan

perairan optimal pada kisaran 2 – 5 meter (DKP, 2006).

5. Salinitas perairan pada lokasi sebaiknya dalam kondisi kadar garam air laut

sekitar 28 - 35 ppt (DKP, 2006).

6. Kedalaman perairan yang baik untuk budidaya rumput laut Eucheuma spp

adalah 0,3 – 0,6 meter pada waktu surut terendah untuk metode lepas dasar, 2 –

15 meter untuk metode rakit apung, dan 5 – 20 meter untuk metode rawai

(long-line) (DKP, 2006).

7. Lokasi budidaya sebaiknya secara alamiah ditumbuhi tumbuhan lain seperti

lamun/alang-alang laut (seagrass) dan perlu diperhatikan adanya hewan

herbivora misalnya bulu babi (Diadema spp), ikan beronang/lingkis (Siganus

spp), binatang laut lainnya serta penyu laut (Chelonia mydas) yang dapat

menjadi hama tanaman budidaya (Sulistijo, 2002).

Page 26: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

12

2.3.2 Metode Budidaya Rumput Laut

Metode penanaman rumput laut pada dasarnya disesuaikan dengan kondisi

perairan pantai setempat. Ada tiga macam metode penanaman rumput laut yaitu

sistem dasar, sistem lepas dasar, sistem rakit apung (Kadi, 2004). Namun untuk

jenis Eucheuma ada tiga metode (sistem) yang dikenal masyarakat serta

dikembangkan secara luas yaitu : sistem lepas dasar, sistem rakit bambu (apung),

dan sistem tali rawai (long-line) (Anggadiredja et al., 2006).

1. Sistem lepas dasar

Kerangka dibuat dengan patok kayu atau bambu di dasar perairan untuk

mengikatkan tali ris, jarak antar tali ris 25 cm dan jarak antar rumpun tanaman 15-

25 cm, sedangkan jarak tanaman dengan dasar perairan 30-50 cm. Sketsa

penanaman rumput laut dengan sistem lepas dasar dapat dilihat pada Gambar 3.

Sistem ini diterapkan pada lokasi yang dasar perairannya pasir berbatu karang

mati, air jernih, dan pergerakan arus kuat dan terus menerus. Sistem ini diterapkan

di Bali (Nusa Dua, Nusa Lembongan, Nusa Ceningan, dan Nusa Pedina) dan di

Lombok (Gerupuk Lombok Tengah) (Sulistijo, 2002). Sistem lepas dasar cocok

digunakan pada daerah dengan substrat pasir dengan pecahan karang, dikelilingi

karang pemecah gelombang (barrier reef) sehingga daerah tersebut terlindung

dari hempasan gelombang, dan kedalaman perairan sekitar 0,5 m pada surut

terendah dan 3 m pada saat pasang tertinggi (Anggadiredja et al., 2006).

2. Sistem rakit bambu (apung)

Kerangka rakit dapat dibuat ukuran yang bervariasi, misalnya 5 m x 2,5 m,

5 m x 5 m, tali ris berjarak 25 cm satu dengan yang lainnya, jarak antar rumpun

tanaman 15-25 cm, biasanya kedalaman perairan sekitar 2-15 m. Sketsa

penanaman rumput laut dengan sistem rakit bambu dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 27: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

13

Sistem ini banyak diterapkan di Lampung, Kepulauan Seribu, Madura,

Banyuwangi, Lombok Timur dan Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi

Selatan (Sulistijo, 2002).

3. Sistem tali rawai (long-line)

Tali nilon sebagai tali ris yang direntangkan pada dua ujung patok atau

pun jangkar sepanjang 25-100 m, rumpun rumput laut diikat pada tali ris dengan

jarak antar tanaman 20-50 cm dan pada jarak tiap 2-5 m diberi pelampung (botol

plastik). Tali rawai ini dapat dirangkai antara 4-5 jalur, jarak tiap tali rawai antara

1-2 m. Sistem ini kini sangat populer pengembangannya, hampir di seluruh lokasi

yang kedalamnnya antara 2-10 m yang mudah dijumpai di wilayah perairan

Indonesia. Disamping itu sistem ini dapat menghemat kerangka rakit bambu yang

cukup mahal dan terbatas. Sketsa penanaman rumput laut dengan sistem tali

rawan/rentang dapat dilihat pada Gambar 5 (Sulistijo, 2002).

Gambar 3. Sketsa penanaman rumput laut sistem lepas dasar (Sumber : Sulistijo, 2002)

Page 28: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

14

Gambar 4. Sketsa penanaman rumput laut sistem rakit bambu (Sumber : Sulistijo, 2002)

Gambar 5. Sketsa penanaman rumput laut sistem tali rawai (long-line) (Sumber :

Sulistijo, 2002)

Berdasarkan tiga metode penanaman rumput laut di atas, budidaya rumput

laut dengan sistem rakit bambu dan sistem tali rawai lebih baik dibandingkan

dengan sistem lepas dasar. Hal ini disebabkan pencahayaan yang diterima untuk

proses metabolisme pada lapisan dekat permukaan lebih besar dari pada dekat

dasar perairan. juga tampak penumpukan partikel yang menutupi rumpun rumput

Page 29: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

15

laut di dekat dasar perairan lebih banyak sehingga membuat rumput laut menjadi

rusak (Sulistijo, 2002).

Pada saat ini sistem tali rawai banyak digunakan untuk budidaya rumput

laut pada perairan dangkal di Indonesia, sebenarnya sistem ini sama baiknya

dengan sistem rakit bambu. Namun, sistem tali rawai lebih efisien karena sistem

ini dapat menghemat kerangka rakit bambu yang harganya cukup mahal dan

jumlahnya terbatas (Sulistijo, 2002).

2.4 Aplikasi Penginderaan Jauh dan SIG untuk Budidaya Rumput Laut

Dalam penentuan kesesuaian lokasi budidaya rumput laut harus

diperhatikan beberapa parameter yang mendukung bagi pertumbuhan rumput laut

tersebut. Pengambilan data insitu untuk cakupan area yang luas akan meyebabkan

banyaknya dana yang harus dikeluarkan dan memerlukan waktu yang lebih lama

dalam pengambilan data insitu. Dewasa ini teknologi penginderaan jauh dan

Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat memudahkan dalam memperoleh data

maupun mengolah data dengan cakupan area yang luas.

Teknologi penginderaan jauh membantu dalam memperoleh data lebih

cepat dalam waktu bersamaan dengan areal yang luas. Data penginderaan jauh

dapat diproses sesuai dengan faktor yang akan ditampilkan. Data yang dapat

dihasilkan oleh citra satelit (Landsat 7 ETM+) untuk budidaya laut bermacam-

macam seperti : klorofil-a, suhu permukaan laut, dan muatan padatan tersuspensi

(Arief dan Laksmi, 2006). Data lain yang dapat dihasilkan yaitu data

keterlindungan lokasi dan kedalaman perairan (Sulma et al., 2005), adanya

pengolahan data kedalaman perairan dan keterlindungan lokasi maka dapat

diperoleh pula informasi (data) substrat dasar perairan dangkal. Hasil olahan atau

Page 30: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

16

analisis suatu data tersebut harus memiliki suatu rujukan seperti peta tematik, data

statistik, dan data lapang (Purwadhi, 2001). Data yang di dapat dari pengolahan

citra kemudian diolah dengan bantuan sistem informasi geografis.

Sistem Informasi Geografis merupakan salah satu pilihan dalam

penentuan lokasi ideal untuk pengembangan budidaya laut. SIG dapat digunakan

untuk memasukkan, menyimpan, memanipulasi, menampilkan, dan keluaran

informasi geografis berikut atribut-atributnya (Prahasta, 2002). Dalam penentuan

kesesuaian lokasi budidaya rumput laut, SIG menjadi pilihan yang tepat dalam

pengambilan keputusan kesesuaian lahan budidaya rumput laut , SIG dapat

memadukan beberapa data dan informasi tentang budidaya perikanan dalam

bentuk lapisan (layer) yang nantinya dapat ditumpanglapiskan (overlay) dengan

data lainnya, sehingga menghasilkan suatu keluaran baru dalam bentuk peta

tematik yang mempunyai tingkat efisiensi dan akurasi yang cukup tinggi (Ariyati

et al., 2007).

Penelitian tentang budidaya rumput laut di Pulau Karimunjawa dan

Kemujan dengan menggunakan sistem informasi geografi sebelumnya telah

dilakukan pada bulan September – Oktober 2005. Hasil yang didapat adalah

perairan utara Pulau Kemujan paling sesuai dibanding untuk dijadikan lokasi

budidaya. Perairan sebelah barat Pulau Karimunjawa lebih sesuai sebagai lahan

pengembangan budidaya rumput laut berdasarkan kualitas perairannya jika

dibandingkan dengan perairan sebelah timur Pulau Karimunjawa (Ariyati et al.,

2007).

Page 31: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

17

3. METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di Perairan Taman Nasional Karimunjawa.

Secara geografis terletak antara 5°40’39”- 5°55’00” LS dan 110°05’57”-

110°31’15” BT. Gambar 6 di bawah merupakan tampilan peta lokasi penelitian

Taman Nasional Karimunjawa (Zona Budidaya: P. Kemujan, P. Karimunjawa, P.

Menjangan Besar, P. Menjangan Kecil, P. Parang, dan P. Nyamuk).

Gambar 6. Lokasi penelitian, zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa

Penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap yaitu : pengumpulan data sekunder

dari instansi (Maret – April 2010 dan 6 – 9 Juli 2010), pengolahan citra dan data

(Mei – Agustus 2010), survey lapang (11 – 12 Juli 2010), dan analisa akhir

(September – Oktober 2010).

Page 32: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

18

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini dari proses pengumpulan,

pengolahan hingga hasil akhir yaitu:

1. GPS (Global Positioning System) jenis Garmin - etrex

2. Alat Dasar Selam

3. Seperangkat komputer

4. Perangkat lunak image processing

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Citra Landsat 7 ETM+ Akuisisi 4 Mei 2009

2. Data sekunder ( Arus, Suhu Permukaan Laut, Salinitas, dan Kecerahan) bulan

April (Natih et al., 2009) dan bulan Mei (Hikmah, 2009).

3. Peta Batimetri Pulau - Pulau Karimunjawa dari Dinas Hidro-Oseanografi TNI-

AL, skala 1:100000, tahun 2005.

4. Data angin periode Januari – Desember 2009, interval 6 jam (Pukul 00:00,

06:00, 12:00, dan 18:00) diunduh dari http://www.ecmwf.int.

5. Peta Zonasi Taman Nasional Karimunjawa dari Balai Taman Nasional

Karimunjawa, tahun 2005.

3.3 Pengumpulan Data

Tahap yang perlu dilakukan dalam menentukan daerah kesesuaian lahan

budidaya rumput laut pada penelitian ini yaitu pengumpulan basis data dan

pengolahan citra awal. Pengumpulan basis data dilakukan dengan mengumpulkan

data lapang dari setiap parameter, data-data tersebut merupakan data sekunder

yang didapat dari instansi terkait maupun peneliti. Data sekunder yang dipakai

pada penelitian ini yaitu data arus, batimetri, kecerahan, salinitas, dan suhu

Page 33: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

19

permukaan laut. Data substrat dasar perairan dan keterlindungan didapat dari hasil

pengolahan citra. Dalam pengolahan data, perlu diperhatikan pola musiman,

dimana setiap terjadi perubahan musim maka kondisi dari parameter fisik dan

kimia periaran yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut juga akan berubah.

3.4 Pengolahan Citra Landsat dan Data

Pengolahan citra bertujuan untuk mendapatkan data yang tidak diperoleh

dari instansi sehingga dapat melengkapi dari parameter penentu kesesuaian lokasi

budidaya rumput laut . Tahap awal yang dilakukan dalam pengolahan citra yaitu

cropping, koreksi radiometrik, dan transformasi citra. Cropping bertujuan untuk

membatasi daerah penelitian. Koreksi radiometrik bertujuan menghilangkan

faktor-faktor yang menurunkan kualitas citra. Transformasi citra dilakukan untuk

mendapatkan informasi (data) substrat dasar perairan dan keterlindungan lokasi.

Data keterlindungan, substrat dasar perairan, dan batimetri dianggap tidak

mengalami perubahan yang signifikan dalam jangka waktu yang singkat, sehingga

data tersebut dapat digunakan untuk bulan April dan Mei. Data arus, salinitas, dan

suhu permukaan laut pada masing-masing bulan (April dan Mei).

Data batimetri diperoleh dengan mendigitasi peta batimetri kepulauan

karimunjawa. Sedangkan data substrat dasar perairan dan keterlindungan lokasi

diperoleh dari hasil pengolahan citra Landsat yang kemudian dibuat kelas baru

dari masing-masing kategori. Berikut pada Gambar 7 merupakan diagram alir

penelitian:

Page 34: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

20

Gambar 7. Diagram alir penelitian

Tahap awal yaitu data sekunder (arus, salinitas, suhu permukaan laut,

kecerahan, dan batimetri) digabungkan dengan data hasil penajaman citra Landsat

(substrat dasar perairan dan keterlindungan lokasi). Tahap kedua yang dilakukan

yaitu membuat kriteria kesesuaian budidaya rumput laut yang mengacu pada studi

pustaka dan dikonsultasikan pada pakar yang kompeten dibidang perikanan.

Selanjutnya pembuatan peta tematik dari setiap parameter berdasarkan kriteria

kesesuaian. Kemudian menumpang susunkan setiap parameter masing-masing

bulan dan dianalisis secara SIG dengan metode scoring, maka didapatkan hasil

kesesuaian budidaya rumput laut pada periode bulan April - Mei.

3.4.1 Penajaman Citra untuk Substrat Perairan Dangkal

Pengolahan citra Landsat untuk pemetaan substrat dasar perairan dangkal

dilakukan penajaman citra dengan pendekatan standard exponential attenuation

model. Metode ini efektif untuk membangun peta tematik terumbu karang dengan

menghasilkan “depth invariant index” atau karakteristik dasar perairan (Green et

Penajaman citra

1. Substrat dasar perairan 2. Keterlindungan lokasi

1. Arus (April & Mei) 2. Salinitas (April & Mei) 3. Suhu (April & Mei) 4. Kecerahan 5. Batimetri

Pembuatan peta tematik

Daerah kesesuaian budidaya rumput laut

Tumpang susun (Overlay) &

Analisis SIG (scoring)

Studi Pustaka

Konsultasi Pakar

Kriteria Kesesuaian

Data Sekunder Citra Satelit

Page 35: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

21

al., 2000). Algoritma ini menggunakan band 1 dan band 2 dari citra Landsat,

persamaan sebagai berikut.

Y = ln (Band1) - ki/kj*ln (Band2) ............................................................ (1)

Keterangan :

Y = informasi dasar perairan

ki/kj = rasio koefisien band 1 dan band 2

Dimana :

ki/kj = a + √ (a2 + 1), dan

a = (var (TM1) – var (TM2)) / 2*cov (TM1TM2)

3.4.2 Pengolahan Data Kesesuaian Lahan

Dari hasil pengolahan citra awal dan pengumpulan basis data maka kita

perlu melakukan penentuan matriks kesesuaian lokasi budidaya, pembobotan

setiap parameter didasarkan pada dominasi pengaruh parameter dalam penentuan

kesesuaian wilayah untuk budidaya tersebut. Pemberian skor dilakukan untuk

menilai faktor pembatas pada setiap parameter.

Dalam melakukan analisis spasial ada beberapa tahapan yang harus

dilakukan yaitu penyusunan basis data spasial dan teknik tumpang susun :

a) Penyusunan basis data

Penyusunan basis data spasial dimaksudkan untuk membuat peta tematik

secara digital yang dimulai dengan peta dasar, pengumpulan data (kompilasi data)

sampai tahap overlaying. Pada penelitian ini jenis data yang dipakai adalah data

yang berkaitan dengan budidaya rumput laut seperti salinitas, arus, kecerahan,

kedalaman, substrat perairan, keterlindungan, dan suhu permukaan laut.

Berdasarkan data-data tersebut akan dibuat kontur pada masing-masing kriteria

Page 36: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

22

dengan bantuan Extention Gird Contur sehingga terbentuk kontur, selanjutnya

kontur tersebut di convert to polygon yang menghasilkan tema itu sendiri. Hasil

dari poligon atau coverage (layer) ini yang digunakan untuk proses overlay.

b) Proses Tumpang Susun (overlay)

Sebelum proses tumpang susun dilakukan, setiap tema dinilai tingkat

pengaruhnya terhadap penentu kesesuaian lahan. Pemberian nilai pada masing-

masing tema ini menggunakan pembobotan (weighting). Setiap tema dibagi dalam

beberapa kelas (yang disesuaikan dengan kondisi daerah penelitian) diberi skor

sangat sesuai, sesuai, dan tidak sesuai. Setiap kelas akan memperoleh nilai akhir

yang merupakan hasil dari penjumlahan skor dari semua parameter.

3.5 Pembobotan Kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut

Setiap parameter memiliki skor yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat

pengaruh dari masing-masing parameter terhadap hasil akhir kesesuaian lahan

rumput laut. Tabel 1 berikut merupakan penilaian setiap parameter untuk

kesesuaian lahan budidaya rumput laut :

Tabel 1. Kriteria kesesuaian budidaya rumput laut

Sumber : DKP (2006); SNI (2010)

No Parameter Tidak sesuai (1)

Sesuai (3)

Sangat Sesuai (5)

Bobot (B)

1 Keterlindungan Terbuka Terlindung Sangat Terlindung

2

2 Arus (m/s) <0.1 & >0.4 0.1 – 0.2 & 0.3 – 0.4

0.2 – 0.3 2

3 Kedalaman (m) <5 & >20 10 – 20 5 – 10 2 4 Dasar Perairan Lumpur &

Karang hidup

Pasir Karang mati & Makro alga

1

5 Salinitas (ppt) <28 & >35 28 - 32 32 - 35 2 6 Suhu (oC) <20 & >32 20 – 26 26 - 32 2 7 Kecerahan (m) <1 & >10 1 – 2 &

5 - 10 2 – 5

1

Page 37: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

23

Setiap zona akan memiliki nilai kesesuaian dari setiap parameter yang

dianggap paling penting dalam penentuan kesesuaian lahan. Didasarkan pada

perhitungan dengan rumus sebagai berikut (scoring) :

N = Σ(Bi x Si) .......................................................... (2)

Dimana : N = Total bobot nilai

Bi = Bobot pada tiap kriteria

Si = Skor pada tiap kriteria

Interval kelas kesesuaian lahan diperoleh berdasarkan metode Equal

Interval (Prahasta, 2002), selang tiap-tiap kelas diperoleh dari jumlah perkalian

nilai maksimum tiap bobot dan skor dikurangi jumlah perkalian nilai

minimumnya yang kemudian dibagi jumlah kelas, kelas kesesuaian dibagi 3 yaitu

sangat sesuai, sesuai, dan tidak sesuai. Maka dapat dinyatakan dengan rumus

dibawah ini :

Selang tiap kelas = Σ (Bi x Si)max – Σ (Bi x Si)min ......................... (3) 3

Berdasarkan rumus di atas, selang masing-masing kelas ditetapkan nilainya

sebagai berikut :

Kelas sangat sesuai (S1) : 44 - 60

Kelas sesuai (S2) : 28 - 43

Kelas tidak sesuai (S3) : 12 - 27

Masing-masing kelas di atas didefinisikan sebagai berikut (Suwargana et

al., 2006) :

Kelas Sangat sesuai (S1), lahan ini tidak memiliki faktor pembatas yang

berarti untuk suatu penggunaan secara lestari. Hambatan tidak mengurangi

produktivitas atau keuntungan yang diperoleh dan tidak akan meningkatkan

Page 38: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

24

masukan yang diperlukan sehingga melampaui batas-batas yang masih dapat

diterima. Kelas sesuai (S2), lahan yang tergolong dalam kelas ini memiliki faktor

pembatas yang dapat mengurangi tingkat produksi atau keuntungan yang

diperoleh. Pembatas yang ada meningkatkan masukan atau biaya yang diperlukan.

Kelas tidak sesuai (S3), lahan ini disarankan untuk dibiarkan tanpa dikelola atau

dikelola secara alami, karena faktor pembatasnya bersifat permanen.

Selain faktor ekologis diatas ada faktor-faktor lain yang perlu

dipertimbangkan yaitu : faktor resiko (keamanan, keterlindungan, dan konflik)

dan kemudahan (aksesibilitas), faktor-faktor tersebut saling berkaitan dan

berpengaruh (DKP, 2006). Taman Nasional Karimunjawa sudah membuat zonasi

di masing-masing tempat (BTNKJ, 2010) sesuai kebutuhan , zonasi tersebut

mempertimbangan kelestarian lingkungan, konflik, dan lain-lain, sehingga akan

terwujud pengelolaan taman nasional yang efektif dan optimal sesuai dengan

fungsinya.

Page 39: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

25

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Substrat Dasar Perairan Dangkal

Pengolahan citra untuk mendapatkan penampakan substrat dasar perairan

maka dilakukan transformasi citra dengan pendekatan “Standard Exponential

Attenuation Model”. Dilakukan ekstrak nilai digital band 1 dan band 2 dari citra

Landsat 7 ETM+ sehingga didapatkan nilai koefisien attenuasi perairan (ki/kj)

yaitu 2,357859718 (contoh perhitungan pada Lampiran 1). Setelah didapat nilai

koefisien attenuasi perairan (ki/kj) maka persamaan algoritmanya yaitu Y= ln

(Band1) – 2,357859718*ln (Band2).

Dari hasil transformasi citra maka didapatkan perbedaan penampakan pada

citra antara karang hidup, karang mati, lamun/makro alga, dan pasir. Karang hidup

berwarna cyan, karang mati berwarna merah, lamun/makro alga berwarna merah

menuju kuning (bercak coklat), dan pasir berwarna kuning.

Substrat dasar perairan di Taman Nasional Karimunjawa lebih didominasi

oleh pasir kemudian karang hidup, lamun/makro alga, dan karang mati. Luas

masing-masing substrat dasar perairan dapat dilihat pada Tabel 2. Umumnya

substrat dasar yang mengelilingi pulau-pulau di Taman Nasional Karimunjawa

dimulai dengan substrat pasir, lamun/makro alga, karang mati, dan karang hidup

(Lampiran 2). Klasifikasi substrat dasar perairan dapat dilihat pada Gambar 8.

Tabel 2. Luas substrat dasar perairan Kepulauan Karimunjawa

Substrat dasar Luas (m2) Luas (ha) Karang hidup 16282380 1628,23 Karang mati 13631442 1363,14 Lamun / makro alga 15812335 1581,23 Pasir 34707346 3470,73

Page 40: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

26

Gambar 8. Kesesuaian berdasarkan substrat dasar perairan pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa

Page 41: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

27

Substrat dasar perairan pada zona budidaya lebih didominasi oleh substrat

dasar pasir, lamun/makro alga, dan karang mati, hanya sedikit karang hidup.

Substrat dasar karang hidup dominan berada diluar zona budidaya, kondisi seperti

ini menunjukan hasil yang baik karena kegiatan budidaya rumput laut dapat

dimaksimalkan pada zona budidaya tanpa mengganggu karang hidup yang ada di

Taman Nasional Karimunjawa. Persentase substrat dasar perairan pada zona

budidaya dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Komposisi substrat dasar perairan pada zona budidaya

Hasil ini pun tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya

(DKP, 2005) dimana substrat dasar perairan di masing-masing pulau didominasi

oleh substrat dasar pasir, persentase substrat dasar perairan di masing-masing

pulau tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 3. Dasar perairan berupa berupa

karang, pecahan karang, dan pasir kasar, dipandang baik untuk budidaya rumput

laut, kondisi seperti ini menunjukan adanya pergerakan air yang baik

(Anggadiredja et al., 2006; DKP, 2006). Sedangkan substrat dasar lumpur akan

mengganggu pertumbuhan rumput laut, karena partikel lumpur lebih mudah

Page 42: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

28

teraduk di kolom perairan dan akan menutupi rumpun rumput laut (Sulistijo,

2002).

Tabel 3. Persentase substrat dasar perairan P. Kemujan, P. Karimunjawa, P. Menjangan Besar dan Kecil, dan P. Nyamuk.

Jenis Substrat

Persentase (%) substrat dasar perairan

Kemujan Karimunjawa Menjangan Besar

Menjangan Kecil Nyamuk

karang hidup

15% 5% 10% 10% 15%

karang mati 20% 20% 15% 15% 10%

makro alga 15% 5% 10% 10% 10%

pasir 50% 70% 65% 65% 65% (Sumber : DKP, 2005)

4.2 Arus

Pola pergerakan arus permukaan sangat dipengaruhi oleh kecepatan angin.

Arus perairan di Taman Nasional Karimunjawa pada bulan April berkisar antara

0,23 – 0,42 m/s. Dapat dilihat pada Lampiran 3 pola sebaran arus permukaan laut

bergerak dari arah utara menuju selatan, kecepatan arus besar pada bagian selatan

Taman Nasional Karimunjawa. Kecepatan arus bulan April pada zona budidaya

berkisar antara 0,28 – 0,35 m/s (Gambar 11). Pada bulan Mei arus perairan

berkisar antara 0,2 – 0,3 m/s (Gambar 12). Kecepatan arus di bagian barat lebih

besar dari pada bagian timur Taman Nasional Karimunjawa dan arah arus

bergerak kearah barat dan utara. Sebaran arus permukaan laut pada bulan Mei

dapat dilihat pada Lampiran 4.

Kecepatan arus pada zona budidaya bulan April dan Mei menunjukan

kondisi yang baik untuk dilakukan budidaya rumput laut, kecepatan arus pada dua

bulan tersebut berkisar antara 0,2 – 0,35 m/s. Di Laut Jawa pada musim

Pancaroba 1 arus ke timur melemah bahkan mulai berbalik arah hingga

Page 43: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

29

dibeberapa tempat terjadi olakan-olakan (eddies). Biasanya dalam Musim

Pancaroba ini arus sudah mengalir ke barat dipantai selatan Kalimantan

sedangkan dilepas pantai utara Jawa arus masih mengalir ke timur (Nontji, 2005).

Pola pergerakan arus di Kepulauan Karimunjawa pada Pancaroba 1 (April – Juni)

bergerak dari arah barat laut, utara, dan timur laut menuju selatan. Arah arus dapat

dilihat pada Gambar 10 (DKP, 2005).

Gambar 10. Arah arus pada musim Pancaroba 1 (April – Juni) Kepulauan Karimunjawa

Kecepatan arus yang ideal untuk budidaya berkisar antara 0,2 – 0,4 m/s,

arus seperti ini berguna membawa nutrien yang berada di perairan masuk kedalam

tubuh rumput laut, mempercepat proses metabolisme dan sekaligus membersihkan

kotoran yang menempel pada thallus (DKP, 2006). Menurut Sulistijo (2002) pada

saat arus lemah rumput laut akan mudah kotor/penuh penempel dan terkena

penyakit, saat arus cukup kuat sirkulasi air di daerah rumput laut tumbuh akan

baik sehingga rumput laut tidak mudah terkena penyakit.

Page 44: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

30

Gambar 11. Kesesuaian berdasarkan arus perairan pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa (bulan April)

Page 45: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

31

Gambar 12. Kesesuaian berdasarkan arus perairan pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa (bulan Mei)

Page 46: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

32

4.3 Angin

Kecepatan angin bulanan tahun 2009 di daerah Kepulauan Karimunjawa

berkisar antara 0,5 – 11 m/s. Keterangan arah dan kecepatan angin dapat dilihat

pada Gambar 13 dan Tabel 4. Pada musim Barat (Desember – Maret) angin

dominan bertiup dari arah barat dengan kecepatan berkisar antara 5,7 – 8,8 m/s,

pada bulan Februari kecepatan angin mencapai maksimum yaitu berkisar antara

8,8 – 11 m/s. Musim Pancaroba 1 (April – Mei) arah angin bervariasi dari arah

barat dan timur dengan kecepatan berkisar antara 3,6 – 5,7 m/s. Musim timur

(Juni – Agustus) arah angin dominan berasal dari arah timur dengan kecepatan

berkisar antara 3,6 – 5,7 m/s. Pada musim Pancaroba 2 (September – November)

arah angin bervariasi dari arah barat dan timur laut dengan kecepatan berkisar

antara 3,6 – 5,7 m/s.

Angin di Kepulauan Karimunjawa pada bulan maret hingga desember

bertiup dengan kecepatan berkisar antara 3,6 – 5,7 m/s. Berdasarkan skala angin

Beaufort yang tertera pada Lampiran 5 (Met Office, 2010), kecepatan angin

seperti ini disebut juga angin sepoi-sepoi lembut dan akan menimbulkan dampak

di laut yaitu gelombang laut kecil. Pada musim Barat (Desember – Februari)

kecepatan angin lebih besar dibandingkan dengan musim yang lain yaitu berkisar

antara 5,7 – 8,8 m/s (angin sepoi-sepoi sedang) dan angin bertiup maksimum pada

bulan Februari dengan kisaran 8,8 – 11 m/s (angin sepoi-sepoi segar). Dampak

yang akan timbul di laut yaitu banyak ombak berujung putih dan sedikit percikan

air. Kondisi ini menunjukan pada bulan April – Mei tergolong aman (baik) untuk

dilakukan kegiatan budidaya.

Page 47: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

33

Gambar 13. Arah dan kecepatan angin bulan Januari – Desember 2009 di daerah penelitian

Page 48: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

34

Lanjutan Gambar 13.

Page 49: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

35

Tabel 4. Arah dan kecepatan angin bulan Januari – Desember tahun 2009 di daerah penelitian (Sumber : ECMWF, 2010)

Bulan arah Kecepatan (m/s) total

(%) 0.5 - 2.1 2.1 - 3.6 3.6 - 5.7 5.7 - 8.8 8.8 - 11.1

Januari

barat daya 3.2 - - - - 3.2

barat - 6.5 16.1 64.5 - 87.1

barat laut - - 6.5 3.2 - 9.7

Februari

barat daya - - 3.6 - - 3.6

barat 3.6 14.3 39.3 10.7 10.7 78.6

barat laut - - 3.6 7.1 7.1 17.8

Maret

barat 29.1 6.5 6.5 - - 42.1

barat laut 12.9 3.2 3.2 - - 19.3

timur 12.9 6.5 3.2 - - 22.6

April

barat laut 6.7 - - - - 6.7

timur 10 10 20 3.3 - 43.3

tenggara 13.3 10 3.3 - - 26.6

Mei

barat laut - 3.2 - - - 3.2

timur 12.9 12.9 41.9 3.2 - 70.9

tenggara - 12.9 6.5 - - 19.4

Juni timur 3.3 6.7 60 30 - 100

Juli

timur laut - 3.2 - - - 3.2

timur - 16.1 54.8 19.4 - 90.3

tenggara - - 3.2 3.2 - 6.4

Agustus timur laut 3.2 - 25.8 - - 29

timur - - 45.2 25.8 - 71

September

utara 3.3 6.7 3.3 - - 13.3

timur laut - 13.3 33.3 - - 46.6

timur - 3.3 10 20 - 33.3

Oktober

utara 3.2 3.2 - - - 6.4

timur laut 3.2 12.9 19.4 - - 35.5

timur 3.2 9.7 19.4 12.9 - 45.2

November

barat daya 3.3 16.7 - - - 20

barat 10 3.3 3.3 3.3 - 19.9

timur - - 10 23.3 - 33.3

Desember

barat 16.1 19.4 6.5 - - 42

barat laut 9.7 - 9.7 - - 19.4

utara 12.9 - 3.2 - - 16.1

Page 50: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

36

4.4 Keterlindungan Lokasi

Keterlindungan lokasi menjadi salah satu faktor penting dalam budidaya

rumput laut. Arus dan gelombang besar akan menyebabkan kerusakan pada

konstruksi budidaya rumput laut, selain itu tanaman rumput laut juga akan rontok

atau rusak (DKP, 2006). Penentuan keterlindungan lokasi dilakukan dengan

membuat komposit citra dan dilakukan training area menggunakan klasifikasi

supervis, sehingga didapatkan kelas baru berupa keterlindungan lokasi. Lokasi

terlindung terdapat pada daerah teluk atau selat yang sempit, daerah laguna

(goba), dan daerah rataan karang (Sulma et al.,2005). Pada daerah yang memiliki

tutupan karang yang panjang akan berguna untuk meredam gelombang. Perairan

terbuka yang mengalami hempasan gelombang besar dan angin kuat tidak

direkomendasikan sebagai daerah budidaya rumput laut.

Pada zona budidaya di Taman Nasional Karimunjawa sudah memiliki

keterlindungan lokasi yang baik, hal ini dapat dilihat pada Gambar 14. Zona

budidaya berada pada daerah dekat pantai, dimana pada daerah tersebut dikelilingi

oleh tutupan karang panjang yang berfungsi meredam gelombang, gelombang

yang mencapai zona budidaya akan lebih kecil dibandingkan pada daerah terbuka

(laut lepas), sehingga kegiatan budidaya rumput laut terlindung dari gelombang

dan arus besar (Lampiran 6). Pada pembahasan arus dan angin sebelumnya dapat

dilihat arus dan angin berasal dari arah barat hingga timur dan bergerak ke arah

selatan, sehingga pada bagian selatan Taman Nasional Karimunjawa lebih

terlindung dibandingkan bagian barat, utara, dan timur.

Page 51: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

37

Gambar 14. Kesesuaian berdasarkan keterlindungan wilayah perairan pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa

Page 52: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

38

4.5 Batimetri

Batimetri perairan Kepulauan Karimunjawa berkisar antara 0 – 55 meter.

Kedalaman perairan yang mengelilingi pulau-pulau dan gosong di Taman

Nasional Karimunjawa relatif dangkal. Dapat dilihat pada Lampiran 7 sebaran

kedalaman perairan semakin dalam saat menuju laut lepas. Kedalaman perairan

pada zona budidaya tergolong sesuai untuk dilakukan metode tali rawai karena

kedalaman perairan berkisar antara 0 – 30 meter (Gambar 15). Namun pada

daerah dekat darat kurang sesuai untuk metode tali rawai karena kedalaman

perairan kurang dari 5 meter.

Kedalaman perairan yang baik untuk budidaya rumput laut dengan sistem

tali rawai (long-line) berada pada kisaran 5 – 20 meter (DKP, 2006; SNI, 2010).

Kedalaman perairan antara 5 – 20 meter dimaksudkan agar rumput laut terhindar

dari penumpukan partikel dasar perairan jika substrat dasarnya lumpur pada saat

arus terlalu kencang terjadi. Kedalaman seperti ini juga terkait untuk kemudahan

saat pemasangan jangkar pada metode tali rawai (Sulistijo, 2002).

Page 53: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

39

Gambar 15. Kesesuaian berdasarkan kedalaman perairan pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa

Page 54: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

40

4.6 Kecerahan

Nilai kecerahan perairan di Taman Nasional Karimunjawa tergolong baik,

kecerahan perairannya mencapai 15 meter. Tingkat kecerahan yang tinggi

diperlukan dalam budidaya rumput laut. Hal ini dimaksudkan agar cahaya

matahari dapat masuk ke dalam air. Intensitas sinar yang diterima secara

sempurna oleh thallus merupakan faktor utama dalam proses fotosintesis (DKP,

2006). Faktor yang mempengaruhi kecerahan diantaranya kandungan lumpur,

plankton, dan bahan-bahan terlarut lainnya.

Kecerahan perairan zona budidaya berkisar antara 4 – 15 meter dapat

dilihat pada Gambar 16 dan sebaran kecerahan Taman Nasional Karimunjawa

dapat dilihat pada Lampiran 8. Kecerahan pada zona budidaya masuk dalam

kategori sangat sesuai, sesuai, dan tidak sesuai.

Page 55: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

41

Gambar 16. Kesesuaian berdasarkan kecerahan perairan pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa

Page 56: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

42

4.7 Salinitas

Salinitas perairan di Kepulauan Karimunjawa pada bulan April berkisar

antara 32,05 – 32,2 ppt. Sebaran salinitas bulan April di Kepulauan Karimunjawa

dapat dilihat pada Lampiran 9 dan pada zona budidaya salinitas berkisar antara

32,07 – 32,15 ppt (Gambar 17). Salinitas perairan pada bulan Mei berkisar antara

30 – 34 ppt dan pada zona budidaya berkisar antara 31 – 34 ppt (Gambar 18).

Sebaran salinitas bulan Mei di Kepulauan Karimunjawa dapat dilihat pada

Lampiran 10. Dapat dilihat sebaran salinitas baik pada bulan April maupun Mei,

bagian barat Taman Nasional Karimunjawa nilai salinitasnya lebih tinggi

dibandingkan bagian timur.

Pada zona budidaya Pulau Kemujan bagian timur dan Pulau Karimunjawa

kisaran salinitasnya lebih rendah dibanding pada zona budidaya di pulau lain, hal

ini dikarenakan pada zona budidaya Pulau Kemujan bagian timur dan Pulau

Karimunjawa di pengaruhi oleh muara sungai di daerah tersebut (Lampiran 9 dan

10).

Rumput laut Eucheuma tumbuh baik pada salinitas tinggi berkisar 28 – 35

ppt. Penurunan salinitas akibat air tawar yang masuk secara berlebih akan

menyebabkan pertumbuhan rumput laut menjadi tidak normal (DKP, 2006).

Daerah yang dianjurkan untuk budidaya rumput laut sebaiknya jauh dari mulut

muara sungai (Anggadiredja et al., 2006). Salinitas di zona budidaya Taman

Nasional Karimunjawa tergolong optimum (sesuai) untuk budidaya rumput laut

Eucheuma.

Page 57: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

43

Gambar 17. Kesesuaian berdasarkan salinitas pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa (bulan April )

Page 58: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

44

Gambar 18. Kesesuaian berdasarkan salinitas pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa (bulan Mei)

Page 59: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

45

4.8 Suhu

Nilai suhu perairan di Kepulauan Karimunjawa pada bulan April,berkisar

antara 29,96 – 30,37 oC, sebaran suhu permukaan laut pada bulan April dapat

dilihat pada Lampiran 11 dan pada zona budidaya berkisar antara 30,1 – 30,24 oC

(Gambar 19). Pada bulan Mei nilai suhu perairan di Kepulauan Karimunjawa

berkisar antara 25 - 32 oC, sebaran suhu permukaan laut pada bulan Mei dapat

dilihat pada Lampiran 12. Suhu permukaan laut bulan Mei pada zona budidaya

berkisar antara 27 - 32 oC (Gambar 20). Kondisi ini menunjukan bahwa suhu

permukaan laut tergolong baik untuk dilakukan kegiatan budidaya rumput laut

pada bulan April dan Mei.

Suhu permukaan laut rata-rata tahunan Pulau Karimunjawa adalah 29 oC,

P. Kemujan adalah 30 oC, P. Menjangan Besar adalah 28 oC, P. Menjangan Kecil

adalah 30 oC, P. Nyamuk adalah 30 oC, dan P. Parang adalah 30 oC (BTNKJ,

2010). Suhu memiliki peranan penting dalam proses tumbuh rumput laut.

Kenaikan temperatur yang tinggi akan mengakibatkan thallus rumput laut menjadi

pucat kekuningan dan tidak sehat, rumput laut dapat tumbuh dengan baik pada

kisaran suhu 26 – 32 oC (DKP, 2006). Kisaran suhu pada zona budidaya di tiap-

tiap pulau masuk dalam kisaran yang baik terhadap pertumbuhan rumput laut.

Page 60: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

46

Gam

bar

19. K

eses

uaia

n be

rdas

ark

an s

uhu

pera

iran

pa

da z

ona

budi

daya

Tam

an N

asio

nal K

arim

unja

wa

(bul

an

Apr

il)

Page 61: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

47

Gambar 20. Kesesuaian berdasarkan suhu perairan pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa (bulan Mei)

Page 62: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

48

4.9 Kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut

Sebelum menentukan kesesuaian lahan budidaya rumput laut, maka ada

beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu : faktor resiko (keamanan,

keterlindungan, dan konflik), kemudahan (aksesibilitas), dan faktor ekologis

(DKP, 2006). Dari faktor resiko dan kemudahan, Taman Nasional Karimunjawa

dirancang dengan sistem zonasi salah satu tujuannya untuk menghindari adanya

konflik penggunaan lahan, letak zonasi budidaya yang dekat dengan daratan dan

pemukiman sehingga akan mudah dalam mengontrol kegiatan budidaya tersebut.

Setelah dilakukan pembobotan dan skoring serta overlay ( tumpang

susun) dari ketujuh parameter (substrat dasar perairan, keterlindungan, kedalaman

perairan, kecerahan, arus, salinitas, dan suhu permukaan laut) dapat disimpulkan

bahwa kondisi perairan bulan April - Mei pada zona budidaya Taman Nasional

Karimunjaya berada dalam tingkatan sesuai dan sangat sesuai. Luas daerah

kesesuaian budidaya rumput laut dapat dilihat pada Tabel 5.

Pada hasil akhir penentuan kesesuaian lahan budidaya rumput laut (metode

long-line) harus diperhatikan juga parameter penentu lain dalam hal ini yaitu

angin. Jika pada saat musim dengan angin sangat kencang maka tidak dapat

dilakukan kegiatan budidaya. Hal ini akan menimbulkan gelombang laut besar

yang dapat merusak konstruksi budidaya dan sulitnya pengontrolah rumput laut

oleh nelayan. Dari hasil pengolahan data angin didapatkan kecepatan angin pada

bulan April - Mei tergolong angin sepoi-sepoi sedang, dampak yang akan timbul

dilaut adalah adanya gelombang laut kecil.

Page 63: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

49

Tabel 5. Luas daerah kesesuaian budidaya rumput laut setiap pulau

Pulau Kesesuaian Luas (ha) Luas (%)

Karimunjawa sangat sesuai 133.63 91.38

sesuai 12.61 8.62

Kemujan sangat sesuai 376.67 85.86

sesuai 62.01 14.14

Menjangan besar sangat sesuai 4.11 35.48

sesuai 7.48 64.52

Menjangan kecil sangat sesuai 2.90 60.44

sesuai 1.90 39.56

Nyamuk sangat sesuai 29.21 100

Parang sangat sesuai 282.42 97.72

sesuai 6.58 2.28

Pada bulan April dan Mei daerah yang sangat sesuai (S1) untuk dijadikan

lokasi budidaya rumput laut seluas 828,93 ha (90,14 % dari luas lokasi penelitian)

dan daerah yang sesuai (S2) untuk dijadikan lokasi budidaya rumput laut seluas

90,57 ha (9,85 % dari luas lokasi budidaya). Lokasi kesesuaian budidaya rumput

laut di tiap pulau dapat dilihat pada Gambar 21, 22, 23, 24, dan 25.

Hasil penelitian yang didapat jika dibandingkan dengan penelitian

sebelumnya oleh Ariyati et al.(2007) tidak berbeda jauh, Pulau Kemujan (Perairan

Telaga) mempunyai luas wilayah yang paling besar bagi pengembangan budidaya

rumput laut. Kualitas air yang disyaratkan bagi pertumbuhan optimum rumput

laut memenuhi nilai kesesuaian, sehingga Perairan Telaga merupakan lahan yang

paling sesuai bagi budidaya rumput laut. Salah satu contoh, substrat dasar perairan

pada Pulau Kemujan lebih di dominasi oleh karang mati (pecahan karang)

sedangkan pada zona pulau lain lebih di dominasi oleh substrat pasir dan

lamun/makro alga. Menurut Mubarak (1981) dan DKP (2006) suatu perairan yang

Page 64: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

50

terdiri dari potongan-potongan karang mati dan pasir berarti pergerakan airnya

cukup (baik), tidak lemah dan tidak kuat. Pada penelitian Ariyati et al.(2007)

faktor pembatas yang mengurangi tingkat kesesuaian terhambat pada faktor tinggi

gelombang (Septeber – Oktober). Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Mei,

arus tidak terlalu besar dan kondisi angin sebagai pembentuk gelombang juga

kecil sehingga pada periode ini baik untuk dilakukan kegiatan budidaya.

Zona budidaya rumput laut sudah dirancang dengan baik dari segi

kemudahan (aksesibilitas) dimana zona budidaya berada dekat dengan zona

pemukiman. Jarak zona budidaya terluar juga tidak terlalu jauh yaitu berkisar

antara 300 – 500 meter dari garis pantai. Hal ini baik dalam hal pengontrolan dan

pemanenan rumput laut.

Perlu diperhatikan kesesuaian pada Pulau Kemujan bagian timur dan

Pulau Karimunjawa dimana pada daerah ini terdapat beberapa anakan sungai.

Kondisi ini kurang baik untuk pertumbuhan rumput laut Eucheuma spp, perairan

dekat muara sungai akan memiliki salinitas yang rendah akibat masukan air tawar

dari daratan. Selain itu perairan yang dekat dengan muara sungai akan memiliki

kecerahan yang lebih rendah jika debit air terlalu besar, hal ini disebabkan karena

material dari daratan yang terbawa oleh arus sungai memiliki ukuran yang lebih

kecil (halus) dan akan lebih mudah teraduk dan sulit mengendap. Material halus

tersebut nantinya akan lebih mudah menempel pada rumput laut sehingga

menggangu pertumbuhannya. Menurut Mubarak (1981) dan Sulistijo( 2002)

tertutupnya permukaan thallus tanaman menyebabkan kurangnya sinar matahari

yang diterima yang diperlukan untuk proses fotosintesis.

Page 65: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

51

Gambar 21. Kesesuaian lahan budidaya rumput laut zona budidaya Pulau Karimunjawa

Page 66: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

52

Gambar 22. Kesesuaian lahan budidaya rumput laut pada zona budidaya Pulau Kemujan

Page 67: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

53

Gambar 23. Kesesuaian lahan budidaya rumput laut pada zona budidaya Pulau Menjangan Besar dan Kecil

Page 68: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

54

Gambar 24. Kesesuaian lahan budidaya rumput laut pada zona budidaya Pulau Nyamuk

Page 69: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

55

Gambar 25. Kesesuaian lahan budidaya rumput laut pada zona budidaya Pulau Parang

Page 70: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

56

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data menunjukan bahwa kesesuaian lahan budidaya

rumput laut pada bulan April - Mei tahun 2009 di zona budidaya Taman Nasional

Karimunjawa berada pada tingkatan “sesuai dan sangat sesuai”. Pada bulan April

dan Mei daerah yang sangat sesuai (S1) untuk dijadikan lokasi budidaya rumput

laut seluas 828,93 ha (90,14 % dari luas lokasi budidaya) dan daerah yang sesuai

(S2) untuk dijadikan lokasi budidaya rumput laut seluas 90,57 ha (9,85 % dari

luas lokasi budidaya).

5.2 Saran

Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperhatikan kondisi angin

pada musim barat khususnya bulan Februari dimana angin bertiup sangat kencang

sehingga akan mengganggu kegiatan budidaya.

Page 71: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

57

DAFTAR PUSTAKA

Anggadiredja, J.T., A. Zatnika, H. Purwoto, dan S.Istini. 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya. Bogor.

Arief, M. dan W.L. Laksmi. 2006. Analisis Kesesuaian Perairan Tambak di

Kabupaten Demak Ditinjau Dari Nilai Klorofil-a, Suhu Permukaan Perairan, dan Muatan Padatan Tersuspensi Menggunakan Data Citra Satelit Landsat ETM 7+. Jakarta. Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital. 3(1): 108-118.

Ariyati, R.W., L. Sya’rani, dan E. Arini. 2007. Analisis Kesesuaian Perairan Pulau

Karimunjawa dan Pulau Kemujan Sebagai Lahan Budidaya Rumput Laut Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Pasir Laut. 3(1): 27-45.

Aslan, L. M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta Badan Penelitian dan Pengembangan. 2003. Penelitian Identifikasi dan

Penyelamatan Ekosistem Terumbu Karang Bagi Nelayan Kecil di Karimunjawa. Jawa Tengah.

Balai Taman Nasional Karimunjawa. 2005. Penataan Zonasi Taman Nasional

Karimunjawa Kabupaten Jepara. BTNK. Semarang Balai Taman Nasional Karimunjawa. 2010. www. karimunjawanationalpark.org

[20 Juli 2010] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2006. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput

Laut Eucheuma spp. Jakarta. Dinas Kelautan dan Perikanan. 2005. Potensi Budidaya Rumput Laut Kepulauan

Karimunjawa Kabupaten Jepara. Semarang Green E.P., P.J. Mumby., A.J. Edwards., dan C.D. Clark. 2000. Mapping Bathymetry. P : 219-233 in Edwards, A. J. (ed.) Remote Sensing Handbook for Tropical Coastal Management. UNESCO Publishing. Paris. Helfinalis. 1999. Sebaran di Rataan Terumbu dan Suspensi Permukaan di Sebelah

Barat Perairan Pulau Karimunjawa. Puslitbang Oseanografi LIPI. Jakarta : dipresentasikan pada KIPNAS VII, 9-11 September 1999

Hikmah, R. 2009. Kerusakan Terumbu Karang di Kepulauan Karimunjawa.

Skripsi. Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. Jakarta.

Kadi, A. 2004. Rumput Laut Nilai Ekonomis dan Budidayanya. Pusat Penelitian

Oseanografi Lembaga Ilmu dan Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Page 72: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

58

Kadi, A. dan Sulistijo. 1988. Inventarisasi Jenis – jenis Rumput Laut di Karimun Jawa. Balai Penelitian dan Pengembangan Laut, P2O-LIPI. Jakarta.

Met Office. 2010. Beaufort Wind Force Scale.

http://www.metoffice.gov.uk/weather/marine/guide/beaufortscale.html. [8 November 2010] Mubarak, H. 1981. Budidaya Rumput Laut. Fisheries and Aquaculture

Department – FAO. Bali. Indonesia: dipresentasikan pada Training Workshop on Seafarming, Part II, 1-6 Maret 1981.

Natih, N.M.N., M. Budiarti, D.H. Yuliavi, dan Mawarda. 2009. Distribusi Suhu

dan Salinitas di Perairan Kepulauan Karimunjawa. in Nuchsin, R., M. Muchtar, Pramudji, Sulistijo, T. Susana, dan Fahmi. Studi Sumber Hayati Laut dan Oseanografi di Perairan Kepulauan Karimunjawa dan Bawean. DIKTI-Kementerian Pendidikan Nasional dan Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta.

Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta Prahasta, E. 2002. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografi. Informatika

Bandung. Bandung. Purwadhi, F.S.H. 2001. Interpretasi Citra Digital. Gramedia Widiasarana

Indonesia. Jakarta. Standar Nasional Indonesia. 2010. Produksi Rumput Laut kotoni (Eucheuma

cottonii) – Bagian 2: Metode Long-line. Badan Standardisasi Nasional. SNI : 7579.2:2010

Sulistijo, M.S. 2002. Penelitian Budidaya Rumput Laut (Alga Makro/Seaweed) di

Indonesia. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Sulma, S., B. Hasyim, A. Susanto, dan A. Budiono. 2005. Pemanfaatan

Penginderaan Jauh Untuk Penentuan Kesesuaian Lokasi Budidaya Laut di Kepulauan Seribu. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Jakarta.

Suwargana, N., Sudarsono, dan V.P. Siregar.2006. Analisis Lahan Tambak

Konvensional Melalui Uji Kualitas Lahan dan Produksi Dengan Bantuan Penginderaan Jauh dan SIG. Jakarta. Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital. 3(1): 1-13.

Page 73: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

59

LAMPIRAN

Page 74: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

60

Lampiran 1. Kalkulasi koefisien attenuasi perairan (ki/kj)

Class/Region Band1 Band2 ------ ----- ----- k1 79.478 44.261 k10 94.577 51.885 k11 78.875 40.25 k12 90.818 52.273 k13 87.559 49.588 k14 80.083 45.25 k15 72.5 41.75 k16 103.636 58 k17 96.478 48.696 k18 91.146 47.896 k19 117.533 61.4 k2 82.053 43.632 k20 96.676 49.529 k21 124.105 61 k22 99.625 52.125 k23 105.667 54 k24 101.389 51.611 k25 104.036 52.182 k26 112.5 61.875 k27 97.925 52 k28 102.218 51.885 k29 102.563 49.688 k3 87.171 48.857 k30 83.6 46.8 k4 98.714 58.143 k5 86.667 50 k6 81.867 41.533 k7 84.042 46.958 k8 84.736 48.528 k9 88.4 48.343 All 25.019 5.715 var 147.5943 31.94245

covar 59.80716 a 0.966873 ki/kj 2.35786

Page 75: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

61

Lampiran 2. Sebaran substrat dasar perairan Kepulauan Karimunjawa

Page 76: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

62

Lampiran 3. Arah dan kecepatan arus perairan Kepulauan Karimunjawa (April)

Page 77: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

63

Lampiran 4. Arah dan kecepatan arus perairan Kepulauan Karimunjawa (Mei)

Page 78: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

64

Lampiran 5. Skala angin Beaufort (Met Office, 2010)

Skala Beaufort

Deskripsi Kecepatan angin

Kondisi di laut tinggi gelombang Knot m/s

0 Angin tenang

< 1 0 - 0.2 Lautan seperti cermin 0

1 Angin ringan

1 - 3 0.3 - 1.5 Ada riak air, tapi tidak menimbulkan buih

0.1

2 Angin sepoi-sepoi ringan

4 – 6 1.6 - 3.3 Gelombang air kecil terbentuk

0.2

3 Angin sepoi-sepoi lembut

7 – 10 3.4 - 5.4 Gelombang air kecil 0.6

4 Angin sepoi-sepoi sedang

11 – 16 5.5 - 7.9 Terlihat beberapa ombak berujung putih

1

5 Angin sepoi-sepoi segar

17 – 21 8.0 - 10.7 Banyak ombak berujung putih dan sedikit percikan air

2

6 Angin sepoi-sepoi kuat

22 – 27 10.8 - 13.8

Ombak yang lebih besar, ombak berujung putih dimana-mana, lebih banyak percikan air

3

7 Angin ribut lemah

28 – 33 13.9 - 17.1 Buih putih dari ombak yang pecah mulai tertiup angin

4

8 Angin ribut 34 – 40 17.2 - 20.7 Ujung ombak mulai tergulung

5.5

9 Angin ribut keras

41 – 47 20.8 - 24.4

Ombak tinggi dan bergulung, percikan air mulai mengurangi jarak pandang

7

10 Badai 48 – 55 24.5 - 28.4

Ombak yang sangat tinggi, buih yang tertiup menjadikan lautan terlihat putih

9

11 Badai amuk 56 - 63 28.5 - 32.7 Ombak yang luar biasa tinggi

11.5

12 Topan > 64 > 32.7

Udara dipenuhi percikan air, warna lautan menjadi putih, jarak pandang sangat terbatas

> 14

Page 79: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

65

Lampiran 6. Keterlindungan wilayah perairan Kepulauan Karimunjawa

Page 80: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

66

Lampiran 7. Sebaran kedalaman perairan Kepulauan Karimunjawa

Page 81: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

67

Lampiran 8. Sebaran kecerahan perairan Kepulauan Karimunjawa

Page 82: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

68

Lampiran 9. Sebaran salinitas perairan Kepulauan Karimunjawa (April)

Page 83: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

69

Lampiran 10. Sebaran salinitas perairan Kepulauan Karimunjawa (Mei)

Page 84: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

70

Lampiran 11. Sebaran suhu perairan Kepulauan Karimunjawa (April)

Page 85: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

71

Lampiran 12. Sebaran suhu perairan Kepulauan Karimunjawa (Mei)

Page 86: analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut menggunakan ...

72

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal 3

Oktober 1988 dari pasangan Bapak Drs. Abdul Samad

Dunda dan Ibu Nilawaty Regita Sinaga. sebagai anak kedua

dari empat bersaudara. Lulus dari SMA Negeri 2 Bogor

pada tahun 2006, pada tahun yang sama penulis diterima

menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan

Seleksi Masuk IPB) dan tahun kedua penulis diterima menjadi mahasiswa di

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama menjalani kuliah di IPB, penulis aktif dalam Himpunan

Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA) Departemen

Kewirausahaan periode 2008 - 2009. Penulis menjadi ketua praktikum lapang

mata kuliah Sistem Informasi Geografi pada periode 2009 - 2010. Selain itu,

penulis juga aktif menjadi Asisten Praktikum mata kuliah Pemetaan Sumberdaya

Hayati Laut pada periode 2009 - 2010.

Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

penulis menyusun skripsi dengan judul “Analisi Kesesuaian Lahan Budidaya

Rumput Laut Menggunakan Penginderaan Jauh dan SIG di Taman Nasional

Karimunjawa”.