ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

114
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA KARANGAN NARASI SISWA YANG BERLATAR BELAKANG BAHASA BETAWI KELAS VII MTS NEGERI PARUNG SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Disusun oleh Ikawati 109013000031 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013

Transcript of ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

Page 1: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA

KARANGAN NARASI SISWA YANG BERLATAR

BELAKANG BAHASA BETAWI KELAS VII MTS NEGERI

PARUNG SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN

2012/2013

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusun oleh

Ikawati

109013000031

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013

Page 2: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …
Page 3: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …
Page 4: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …
Page 5: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

i

ABSTRAK

Ikawati, Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul Skripsi “ Analisis Penggunaan

Kosakata Pada Karangan Narasi Siswa yang Berlatar Belakang Bahasa Betawi

Kelas VII MTs Negeri Parung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan penggunaan kosakata

pada karangan narasi siswa yang berlatar belakang bahasa Betawi kelas VII

semeser genap tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini di lakukan di MTs

Negeri Parung pada bulan Februari sampai dengan bulan Agustus 2013.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Instrumen

dalam penelitian ini adalah tes tertulis dengan cara memberikan siswa tugas

untuk membuat karangan sebanyak satu halaman. Penelitian ini menggunakan

teknik analisis data yakni, karangan dianalisis dengan memperhatikan tiap-tiap

kata. Kata yang menunjukkan adanya kesalahan penggunaan kosakata digaris

bawahi dan dicatat, selanjutnya kata-kata tersebut dikategorikan ke dalam jenis

kesalahan penggunaan kosakata.

Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian siswa yang dijadikan objek

penelitian melakukan kesalahan penggunaan kosakata dalam menulis

karangannya. Berdasarkan perhitungan dari tabel jumlah kesalahan penggunaan

kosakata pada karangan narasi siswa, dapat dilihat bahwa karangan dari siswa

Putri Dewi paling banyak terdapat penggunaan kosakata berbahasa Betawi yaitu

sebanyak dua puluh enam kali atau 14,15%. Siswa tersebut bersuku Sunda, tetapi

bahasa sehari-hari dan bahasa keduanya adalah bahasa Betawi. Berdasarkan data

siswa tersebut, latar belakang bahasa siswa tersebut adalah bahasa Betawi.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan agar guru hendaknya dalam

proses pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain

itu, seorang guru juga hendaknya memperhatikan situasi kebahasaan tempat guru

mengajar dan situasi kebahasaan anak didiknya. Seorang guru juga harus dapat

menciptakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang menyenangkan bagi siswa,

dapat memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan baik, serta dapat

melakukan pendekatan kepada siswa agar terlihat keakraban.

Kata kunci: analisis kesalahan, kedwibahasaan, bahasa Betawi, karangan narasi

Page 6: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

ii

ABSTRACT

Ikawati, Program Study Indonesian Language and Literature Faculty of Tarbiya

and Teacher Learning UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Skripsi, title "On the

Authorship Analysis Using Narrative Vocabulary Students Set Rear Betawi

Parung Class VII MTsN Semester Academic Year 2012/2013".

This study aims to determine the use of vocabulary errors on narrative

essay students whose background Betawi class VII semeser even the school year

2012/2013. The research was done at MTsN Parung on February to August

2013.

The method used is descriptive qualitative. Instrument in this study is a

written test with a vara give students assignments to make as much as one-page

essay. This study uses data analysis techniques namely, essay analyzed by

considering each word. Word indicating an error underlined vocabulary usage

and recorded, then the words are categorized into types of errors the use of

vocabulary.

The study states that most students who were subjected to experiments

made a mistake in writing the essay vocabulary usage. Based on the calculation of

the table the number of errors in the use of vocabulary student narrative essay, it

can be seen that the essays of students Dewi Putri most numerous Betawi

language vocabulary use as many as twenty-six times or 14,15%. The students

Sunda tribes, but everyday language and second language is Betawi. Based on

data from the student, the student's language background is the Betawi language.

based on the results of the study, the authors suggest that teachers should be in

the process of learning the Indonesian language is good and true. In addition, a

teacher should also pay attention to the situation where teachers teach language

and linguistic situation of the students. A teacher should also be able to create the

Teaching and Learning Activities is fun for students, to motivate students to

participate in learning well, and can appeal to the students to look intimacy.

Keywords: error analysis, bilingualism, Betawi language, narrative essay

Page 7: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, Tuhan semesta alam,

karena dengan karunia-Nya skripsi yang berjudul “Analisis Kesalahan

Penggunaan Kosakata pada Karangan Narasi Siswa yang Berlatar Belakang

Bahasa Betawi Kelas VII MTs Negeri Parung Tahun Pelajaran 2012/2013” ini

dapat diselesaikan. Shalawat serta salam juga penulis sampaikan kepada Nabi

Muhamad Saw yang telah memberikan bimbingan kebaikan kepada seluruh umat.

Banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi selama penulisan

skripsi. Tetapi, berkat doa, usaha, dan perjuangan, serta dorongan dari berbagai

pihak, akhirnya segala hambatan dan rintangan dapat diatasi.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D., selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan yang dapat

memotivasi penulis.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku ketua jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, karena dengan perhatian dan kesabaran dalam membimbing

mahasiswanya penulis termotivasi untuk mengerjakan penulisan skripsi

hingga selesai;

3. Dra. Hindun, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

pengarahan sampai selesainya penulisan skripsi ini;

4. Seluruh dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang

tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, terima kasih telah

memberikan bimbingan kepada penulis dari awal sampai dengan akhir

perkuliahan;

5. Hj. Eti Munyati, S.Ag., selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri

Parung yang telah membimbing penulis selama penelitian skripsi

berlangsung;

Page 8: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

iv

6. Seluruh siswa MTs Negeri Parung, khususnya kelas VII, terima kasih atas

partisipasinya selama penelitian skripsi berlangsung;

7. Orang tuaku, yang tak henti-hentinya memberikan doa dan motivasi

selama proses penyelesaian skripsi ;

8. Teman-teman seperjuanganku di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

khususnya Ety Fitriyah, Ulfiana Permata, Wawah Marwatul Hasanah, dan

Nurfadillah, juga pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan

namanya satu persatu, terima kasih atas partisipasinya dalam penyelesaian

skripsi ini; dan

9. Temanku mahasiswa seperjuangan PPKT selama di MTs Negeri Parung:

Yayah Fauziah, Ernawati, Yayan Afriani, Selli Mauludani, Aulia Nursyifa,

Hammam Nasrudin, Aa Saprudin, Ajami Solichin, dan Solehudin.

Semoga semua bantuan, bimbingan, ilmu, dan doa yang telah

diberikan mendapat balasan dari Allah Swt. Penulis berharap semoga

skripsi ini dapat menjadi masukan yang positif dalam rangka

meningkatkan mutu pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di negeri ini.

Jakarta, Agustus 2013

Penulis

Ikawati

Page 9: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

ABSTRACK ................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 5

C. Batasan Masalah.................................................................................. 5

D. Perumusan Masalah ............................................................................. 5

E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6

BAB II KAJIAN TEORETIS

A. Landasan Teori ..................................................................................... 7

1. Pengertian Menulis .......................................................................... 7

2. Pengertian Karangan........................................................................ 8

3. Karangan Narasi .............................................................................. 13

4. Kedwibahasaan ............................................................................... 17

5. Analisis Kesalahan Berbahasa ......................................................... 18

6. Analisis Kesalahan Kosakata ......................................................... 20

7. Bahasa Betawi ................................................................................. 23

B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 27

Page 10: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 30

B. Populasi dan Sampel ........................................................................... 30

C. Metode Penelitian................................................................................. 31

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 32

E. Instrumen Pengumpulan Data .............................................................. 33

F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 33

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data ..................................................................................... 36

B. Interpretasi Data ................................................................................... 84

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................. 87

B. Saran ..................................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 88

LAMPIRAN-LAMPIRAN

BIOGRAFI PENULIS

Page 11: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Bella Safitri 37

Tabel 4.2 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Dini Hulia 39

Tabel 4.3 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Syifa Dwi 40

Tabel 4.4 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Syah Reza 43

Tabel 4.5 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Nurul Aini 45

Tabel 4.6 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Hany Hapita 48

Tabel 4.7 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Wafha Fauziah 50

Tabel 4.8 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Lailatul Qadariyah 51

Tabel 4.9 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Citra Jendagia 53

Tabel 4.10 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Nurruba Rahayu 55

Tabel 4.11 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Alfira Faila 56

Page 12: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

viii

Tabel 4.12 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Julian Ramayanti 57

Tabel 4.13 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Peri Irawan 58

Tabel 4.14 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Mega Citra 59

Tabel 4.15 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Alvira Damayanti 59

Tabel 4.16 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Shipa Pauziah 62

Tabel 4.17 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Nurkamala 62

Tabel 4.18 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Nisfi Fadilah 64

Tabel 4.19 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Putri Dewi 67

Tabel 4.20 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Ida Laela 70

Tabel 4.21 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Windi Anggraini 74

Tabel 4.22 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Dinda Humairah 76

Tabel 4.23 Kesalahan Penggunaan Kosakata pada

Karangan Narasi Amelia Agustin 78

Page 13: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

ix

Tabel 4.24 Jumlah Kesalahan Penggunaan Kosakata

pada Karangan Narasi Siswa 79

Tabel 4.25 Persentase Jumlah Kesalahan Penggunaan

Kosakata pada Karangan Narasi Siswa 84

Page 14: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

x

DAFTAR LAMPIRAN

1. Karangan Narasi Siswa

2. Angket Awal

3. Uji Referensi

4. Surat Bimbingan Skripsi

5. Surat Izin Penelitian

6. Surat Keterangan Sekolah

Page 15: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi sebagai sarana pendukung ilmu dan

teknologi yang berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi

tersebut. Perkembangan bahasa itu akan terus berlanjut dengan perkembangan

budaya bangsa yang memilikinya karena bahasa sebagai sarana pendukungnya.

Bahasa juga merupakan bagian dari kehidupan masyarakat penutur. Bagi

masyarakat Indonesia bahasa mempunyai kedudukan dan fungsi di dalam

kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Secara umum sudah

diketahui bahwa bahasa berfungsi sebagai alat berkomunikasi, alat

mengidentifikasi diri, ataupun sebagai alat berinteraksi dalam masyarakat.

Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi dan memperhatikan

wujud bahasa itu, pengertian bahasa dapat dibatasi sebagai alat komunikasi antara

anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Indonesia sebagai bangsa yang multilingual, selain bahasa Indonesia yang

digunakan secara nasional, terdapat pula ratusan bahasa daerah yang tersebar di

seluruh kepulauan, besar maupun kecil, yang digunakan oleh para anggota

masyarakat bahasa daerah itu untuk keperluan berkomunikasi

antarmasyarakatnya. Dalam masyarakat multilingual yang gerakan mobilitasnya

tinggi, maka anggota masyarakatnya akan cenderung untuk menggunakan dua

bahasa atau lebih, baik sepenuhnya maupun sebagian, sesuai dengan

kebutuhannya.

Pelajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar pada hakikatnya sudah

diajarkan sejak peserta didik berada pada jenjang pendidikaan usia dini, sekarang

lazim disebut dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai ke jenjang

Perguruan Tinggi. Walaupun demikian, tetap saja kekeliruan bahasa masih sering

terjadi bahkan berulang-ulang. Ketidakpahaman terhadap tata bahasa Indonesia

yang mengakibatkan orang-orang selalu melanggar aturan resmi yang telah

Page 16: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

2

ditentukan oleh pemerintah. Selain itu, yang mengakibatkan terjadinya kesalahan

bahasa adalah acuhnya masyarakat Indonesia terhadap aturan pemerintah tentang

tata bahasa. Keacuhan masyarakat terhadap peraturan pemerintah tersebut sangat

dikhawatirkan dan disayangkan sekali, sebagai pengguna dan penutur asli bahasa

Indonesia dengan sengaja tidak memperhatikan kaidah bahasanya sendiri.

Kekhawatiran tersebut akan dianggap lazim bagi generasi penerus, dan ini

merupakan salah satu dampak negatif yang akan tersalur dalam pemikiran anak-

cucu bangsa.

Siswa sebagai insan terpelajar telah mendapatkan kesempatan seluas-

luasnya untuk mempelajari penggunaan bahasa yang baik dan benar. Hal ini

memiliki konsekuensi, bahwa mereka harus mampu menggunakan bahasa dalam

berbagai kepentingan yang bersifat resmi baik tulis maupun lisan. Penggunaan

ragam bahasa dalam bentuk lisan secara resmi atau formal dapat kita temukan

dalam kegiatan-kegiatan akademik, misalnya seminar pendidikan, presentasi,

pidato kenegaraan, dan lain-lain. Sementara penggunaan ragam bahasa tulis dapat

kita temukan pada tulisan-tulisan yang bersifat akademik, misalnya karya tulis,

skripsi, desertasi dan tesis. Contoh-contoh tersebut dapat ditulis dengan baik dan

benar sesuai dengan kaidah bahasa apabila penulisnya sudah terlatih dengan baik.

Pelatihan-pelatihan dapat dilakukan dengan cara membuat tulisan yang ringan

terlebih dahulu, misalnya menulis sebuah karangan.

Pengajaran bahasa Indonesia mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang

menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan

menggunakan bahasa yang baik dan benar. Tujuan akhir pengajaran bahasa adalah

kemampuan komunikatif, yaitu kemampuan penggunaan bahasa sesuai dengan

aturan penggunaan bahasa dan keadaan sosiolinguistik.

Kemampuan berbahasa memerlukan kosakata yang cukup. Dengan kata

lain, kosakata seseorang yang cukup kaya akan membantu keterampilan

berbahasanya. Seseorang tidak mungkin dapat berbicara dengan lancar tanpa

mengetahui kosakata bahasa yang cukup. Penguasaan terhadap kosakata sangat

diperlukan oleh setiap pemakai bahasa, selain merupakan alat penyalur gagasan,

penguasaan terhadap sejumlah kosakata dan memperlancar informasi yang

Page 17: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

3

diperlukan melalui komunikasi lisan maupun tulisan. Misalnya, seseorang yang

memiliki kemampuan dalam menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan

setidaknya ia telah memiliki tingkat penguasaan kebahasaan yang cukup

memadai. Jika tidak, komunikasi yang dilakukan tidak akan berjalan lancar dan

sempurna.

Untuk mencapai tujuan itu, perhatian terhadap kosakata perlu

ditingkatkan. Namun demikian, harus disadari bahwa bangsa Indonesia terdiri atas

beratus-ratus suku bangsa yang masing-masing memiliki perbendaharaan

kosakata bahasanya masing-masing.

Setiap bahasa memiliki kehalusan, kepelikan, keunikan, serta nuansa-

nuansa sendiri, maka wajarlah telaah kosakata yang dilakukan tidak hanya

memikirkan kata baru saja atau kata terkenal saja, tetapi yang terpenting justru

kata yang tepat. Namun, laju pengembangan bahasa Indonesia tidak terlepas dari

berbagai pengaruh, salah satunya dari bahasa daerah.

Adakalanya pengaruh bahasa daerah itu menimbulkan salah kaprah.

Kesalahan itu bila dibiarkan berlarut-larut akan menimbulkan kekacauan pemakai

bahasa. Oleh karena itu, kesalahan-kesalahan itu perlu dianalisis.

Analisis kesalahan berbahasa merupakan suatu pengkajian terhadap

kesalahan yang dilakukan oleh pemakai bahasa (siswa) dalam berbahasa kedua

(B2). Dengan demikian, analisis kesalahan merupakan suatu alternatif praktis.

Analisis kesalahan memusatkan perhatian pada kesukaran-kesukaran yang paling

sering dihadapi oleh dwibahasawan.

Dalam menggunakan bahasa secara lisan maupun tertulis diharapkan

bahasa itu digunakan dengan terpilih dan tersusun. Jika penggunaan bahasa itu

terpilih dan tersusun, penggunaan bahasa itu dapat disebut “karangan”. Dalam hal

ini penulis akan membahas mengenai karangan narasi. Karangan narasi adalah

karangan atau wacana yang mengisahkan atau menceritakan suatu peristiwa atau

kejadian dalam suatu rangkaian waktu.

Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang sangat penting. Kegiatan

menulis, menuangkan konsep-konsep atau ide-ide ke dalam suatu tulisan yang

menggunakan kaidah-kaidah penulisan yang tepat sesuai dengan bentuk tulisan

Page 18: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

4

yang akan dibuat. Kegiatan menulis menuntut siswa untuk dapat melahirkan

segala yang dirasakan, dikehendaki, dan dipikirkan penulis untuk dikemukakan

kepada orang lain. Selain itu, menulis merupakan proses keterampilan yang

bersifat kompleks karena kegiatan ini melibatkan seluruh tatanan bahasa, baik

tatanan fonologi, morfologi, semantik, sintaksis, paragraf maupun wacana.

Dengan menguasai seluruh tatanan bahasa itu maka diharapkan akan diperoleh

hubungan yang logis antara penguasaan kebahasaan dan kemampuan mengarang.

Dalam hubungannya dengan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah,

mengarang merupakan salah satu materi yang diberikan dalam pelajaran menulis,

khususnya tentang menulis karangan. Banyak orang menganggap bahwa menulis

itu mudah dan tidak perlu dipelajari. Namun pada kenyataannya menulis itu tidak

mudah dan banyak hal yang harus diperhatikan dalam menulis, terutama menulis

karangan.

Di Provinsi Jawa Barat, tepatnya di daerah Bogor sebagian besar

masyarakatnya ber-B1 bahasa Sunda dan ber-B2 bahasa Indonesia. Namun, lain

halnya di daerah Parung. Karena letaknya yang berbatasan dengan Kota Depok,

masyarakatnya pun banyak yang menggunakan bahasa Betawi sebagai bahasa

sehari-hari. Mereka menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Betawi secara

bergantian meskipun lawan bicara mereka tidak mengerti atau tidak berlatar

belakang bahasa Betawi. Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dalam

kaitannya dengan kesalahan berbahasa dalam pengajaran bahasa Indonesia yang

mungkin dilakukan oleh siswa yang berlatarbelakang bahasa Betawi dalam

berkomunikasi sehari-hari.

Penulis berasumsi bahwa siswa yang berlatar belakang bahasa Betawi

akan banyak melakukan kesalahan berbahasa ketika ia membuat karangan dalam

bahasa Indonesia. Kesalahan itu dapat terjadi pada kategori linguistik seperti

ejaan, kosakata, morfologi, dan sintaksis.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul penelitian

Analisis Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Karangan Narasi Siswa yang

Berlatar Belakang Bahasa Betawi Kelas VII MTs Negeri Parung Semester Genap

Tahun Pelajaran 2012/2013.

Page 19: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

5

B. Identifikasi Masalah

1. Dwibahasawan menggunakan B-1 dan B-2 secara bergantian dalam

percakapan sehari-hari.

2. Kesalahan penggunaan kosakata yang dilakukan siswa karena faktor

penggunaan dua bahasa secara bergantian.

3. Kesalahan dalam menulis karangan siswa terpengaruh oleh kesalahan

berbicaranya.

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan lebih terarah dan tidak melebar, maka penulis

membatasi masalah penelitian yaitu pengklasifikasian tipe kesalahan dilakukan

berdasarkan kategori linguistik. Kategori linguistik yang diamati hanya kategori

kosakata.

Dalam hal ini penulis akan membicarakan masalah kesalahan penggunaan

kosakata hanya pada karangan narasi yang dilakukan oleh siswa kelas VII MTs

Negeri Parung yang berlatar belakang bahasa Betawi semester genap tahun

pelajaran 2012/2013.

D. Perumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar dalam penelitian ini tidak

terjadi kerancuan, maka penulis dapat merumuskan permasalahan yang akan di

angkat dalam penelitian ini. Masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut: “Bagaimana kesalahan penggunaan kosakata pada karangan narasi yang

dilakukan oleh siswa kelas VII MTs Negeri Parung semester genap tahun

pelajaran 2012/2013 sebagai dwibahasawan?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan hal yang penting dalam kegiatan penelitian

ini. Sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti, maka dalam penelitian ini

penulis bertujuan menjelaskan data tentang kesalahan penggunaan kosakata pada

karangan khususnya karangan narasi oleh siswa yang berlatar belakang bahasa

Betawi.

Page 20: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

6

F. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis adalah manfaat yang berhubungan dengan

pengembangan ilmu. Dengan adanya penelitian ini, manfaat bagi peneliti di

antaranya dapat meningkatkan kualitas ilmu pendidikan bahasa Indonesia

dan mampu mengaplikasikannya. Selain itu, peneliti dapat memahami

berbagai problematika yang terjadi dalam penggunaan kosakata pada

karangan narasi siswa dan dapat menemukan solusi yang berkaitan dengan

kesalahan penggunaan kosakata, serta dapat memberikan rekomendasi atas

hasil temuan yang kiranya dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran

bahasa Indonesia di sekolah.

b. Manfaat Praktis

1) Siswa, diharapkan mendapat pengetahuan tentang kesalahan

menggunakan bahasa (kosakata) akibat pengaruh bahasa Betawi serta

dapat memperbaiki kesalahannya dalam menggunakan bahasa

(kosakata).

2) Guru, mampu membantu mengatasi kesalahan berbahasa siswa yang

ditimbulkan oleh pengaruh bahasa Betawi.

3) Peneliti, dapat menambah wawasan dalam penggunaan bahasa yang

baik dan benar, dan memperoleh gambaran tentang kesalahan berbahasa

yang dilakukan oleh siswa yang berlatar belakang bahasa Betawi dalam

berbahasa Indonesia.

Page 21: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

7

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Landasan Teori

1. Pengertian Menulis

Menulis merupakan kegiatan mengekspresikan informasi yang diterima

dari proses menyimak dan membaca. Jadi semakin banyak seseorang menyimak

atau membaca semakin banyak pula informasi yang diterimanya untuk

diekspresikan secara tertulis.

Menurut Wallace dalam Hindun menulis merupakan sebuah proses kreatif

menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan, misalnya, memberi

tahu, meyakinkan, menghibur. Menulis sebagai sebuah keterampilan berbahasa

adalah kemampuan seseorang dalam mengemukakan gagasan, perasaan, dan

pikiran-pemikirannya kepada orang atau pihak lain dengan menggunakan media

tulisan. Hasil dari proses kreatif menulis ini biasa disebut dengan istilah tulisan

atau karangan.1

Tarigan mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan

berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak

secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang

produktif dan ekspresif.2 Pendapat lain diungkapkan oleh Nurudin bahwa menulis

adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan

gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar

mudah dipahami. 3

Definisi di atas mengungkapkan bahwa menulis yang baik adalah menulis

yang bisa dipahami oleh orang lain. Menulis merupakan salah satu keterampilan

berbahasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Tidaklah

terlalu berlebihan bila kita mengatakan bahwa keterampilan menulis merupakan

1 Hindun, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah

Dasar, (Depok: Nufa Citra Mandiri, 2013), hlm.203 2 Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:

Angkasa Bandung, 2008), hlm. 3 3 Nurudin, Dasar-dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), hlm.4

Page 22: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

8

suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Keterampilan

menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan

praktik yang banyak dan teratur.

2. Pengertian Karangan

Untuk memulai mengembangkan diri agar dapat mengarang suatu tulisan

apapun, seorang penulis perlu terlebih dahulu mengerti dan memahami pengertian

karangan. Sebelum merumuskan pengertian karangan, perlu diketahui terlebih

dahulu makna kata mengarang. Mengarang berarti „menyusun‟ atau „merangkai‟.

Pada awalnya kata merangkai tidak berkaitan dengan kegiatan menulis.

Cakupan makna kata merangkai mula-mula terbatas pada pekerjaan yang

berhubungan dengan benda konkret seperti merangkai bunga atau merangkai

benda lain. Sejalan dengan kemajuan komunikasi dan bahasa, lama-kelamaan

timbul istilah merangkai kata. Lalu berlanjut dengan merangkai kalimat,

kemudian jadilah dengan apa yang disebut pekerjaan mengarang. Orang yang

merangkai atau menyusun kata, kalimat, dan alinea tidak disebut perangkai, tetapi

penyusun atau pengarang untuk membedakannya misalnya dengan perangkai

bunga. Mengingat karangan tertulis juga disebut tulisan, kemudian sebutan

penulis untuk orang yang menulis karangan.4

Mengarang adalah pekerjaan merangkai atau menyusun kata, frasa,

kalimat, dan alinea yang dipadukan dengan topik dan tema tertentu untuk

memperoleh hasil akhir berupa (bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga

dengan hasil akhir berupa rangkaian bunga).5

Karangan berarti merupakan hasil dari proses mengarang, baik dalam

menyusun ataupun merangkai. Sesuai pembahasan mengarang di sini dapat

diartikan menyusun atau merangkai kata-kata hingga menjadi suatu kalimat,

paragraf, bahkan menjadi sebuah cerita. Wibowo menyebutkan bahwa karang-

mengarang adalah suatu penyampaian pikiran secara resmi atau teratur dalam

tulisan, karena disampaikan secara resmi atau teratur, berarti karang-mengarang

4 Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan

Bahasa, (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2010), hlm.233 5 Ibid, hlm.234

Page 23: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

9

memiliki mekanisme yang mau tak mau, mesti kita pahami secara sungguh-

sungguh.6 Karang - mengarang di sini merupakan proses penyampaian ide pikiran

dari pengarang. Proses penyampaian ide tersebut dilakukan dalam bentuk tulisan

secara teratur hingga menjadi sebuah karangan. Karangan itulah yang dapat

mewakili ide pikiran dan perasaan dari pengarang.

Menurut Lado dalam Wibowo, mengarang adalah menurunkan atau

melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang

dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang

grafik tersebut asalkan mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.7 Selain

karangan dapat menerangkan ide pikiran pengarang, karangan juga dapat

menggambarkan suatu hal yang ingin disampaikan pengarang, baik itu berupa

gambar, grafik, dll, sehingga karangan juga dapat mewakili pengarang dalam hal

apapun.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan para ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa karangan adalah seluruh rangkaian perbuatan seseorang dalam

mengolah gagasan, pikiran, dan perasaan yang dituangkan melalui bahasa tulis

kepada pembaca untuk dipahami.

Jenis-jenis Karangan

Bentuk penyampaian pikiran dan perasaan kepada orang lain dengan

melalui dua bentuk komunikasi yaitu secara lisan dan tulisan. Mengarang adalah

pengungkapan pikiran dan perasaan melalui tulisan. Karangan dapat dibedakan

melalui berbagai sudut pandang. Tentang jenis karangan berdasarkan isinya,

karangan dapat digolongkan atas karangan bahasan, karangan lukisan, dan

karangan drama.

Berdasarkan penyajian dan tujuan penyampaiannya karangan dapat

digolongkan atas lima jenis, yaitu:

a) Karangan Deskripsi (lukisan)

6 Wahyu Wibowo, Manajemen Bahasa Pengorganisasian Karangan pragmatik dalam

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa dan Praktisi Bisnis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2003),hlm.56 7Ibid, hlm.56

Page 24: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

10

Karangan deskripsi adalah karangan yang lebih menonjolkan aspek

pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya. Hal ini sesuai dengan asal

katanya, yaitu describere (bahasa Latin) yang berarti menulis tentang,

membeberkan sesuatu hal, melukiskan sesuatu hal.8 Suparno dan Yunus

mengemukakan bahwa karangan deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang

melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca

dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang

dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya.9

Menulis deskripsi juga bisa dilakukan untuk melukiskan perasaan, seperti

bahagia, takut, sepi, sedih, dan sebagainya.penggambaran itu mengandalkan

pancaindera dalam proses penguraiannya. Deskripsi yang baik harus

didasarkan pada pengamatan yang cermat dan penyusunan yang tepat.10

Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan karangan deskripsi adalah

karangan yang isinya melukiskan tentang suatu hal secara objektif dengan

menggunakan kata-kata yang dapat membangkitkan khayalan, dan pengarang

harus bisa melukiskan apa yang diindra dan dirasakan dalam wujud kalimat-

kalimat.

b) Karangan Narasi (kisahan)

Istilah narasi (berasal dari narration = bercerita). Karangan narasi adalah

suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan

tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis

atau yang berlangsung dalam satu kesatuan waktu.11

Narasi adalah suatu bentuk karangan atau wacana yang mengisahkan atau

menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dalam suatu rangkaian waktu.

Dengan pengisahan peristiwa ini penulis berharap dapat membawa pembaca

8 Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan

Bahasa, (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2010), hlm.244 9 Suparno dan Muhamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas Terbuka,

2006), hlm.4.6 10

Nurudin, Dasar-dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), hlm.60 11

Op cit. hlm.95

Page 25: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

11

kepada suatu suasana yang memungkinkannya seperti menyaksikan atau

mengalami sendiri peristiwa itu.12

Dari kedua pendapat di atas, penulis simpulkan bahwa karangan narasi

adalah karangan yang isinya menggambarkan suatu peristiwa yang telah terjadi

dengan sejelas-jelasnya.

c) Karangan Eksposisi (paparan)

Kata eksposisi yang dipungut dari kata bahasa Inggris exposition

sebenarnya berasala dari kata bahasa Latin yang berarti membuka atau

memulai. Memang karangan eksposisi merupakan wahana yang bertujuan

untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu.13

Pendapat lain yang diungkapkan oleh Sudarno dan Rahman bahwa

eksposisi adalah karangan yang memberikan informasi, penjelasan, atau

laporan kepada pembaca. Termasuk ke dalamnya tulisan yang menerangkan

proses.14

Pada dasarnya, eksposisi berusaha menjelaskan suatu prosedur atau

proses, memberikan definisi, menerangkan, menjelaskan menafsirkan gagasan,

menerangkan bagan atau tabel, atau mengulas sesuatu.15

Dari kedua pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang

dimaksud karangan eksposisi adalah karangan yang menguraikan,

menerangkan dan bertujuan memaparkan suatu objek dengan tujuan

memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang.

d) Karangan Argumentasi (alasan)

Karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan untuk meyakinkan

pembaca agar menerima atau mengambil doktrin, sikap, dan tingkah laku

tertentu.16

Sedangkan menurut Nurudin karangan argumentasi biasanya

bertujuan untuk meyakinkan pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau

12

Sabarti Akhadiah, Menulis I, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm.7.3 13

Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa,,

(Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2008), hlm.246 14

Sudarno dan Eman A. Rahman, Kemampuan Berbahasa Indonesia untuk Perguruan

Tinggi, (Jakarta: PT. Hikmat Syahid Indah, 1986), hlm.174 15

Nurudin, Dasar-dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), hlm.67 16

Op cit, hlm.250

Page 26: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

12

pendirian dirinya. Bisa juga untuk membujuk pembaca agar pendapat penulis

dapat diterima.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karangan

argumentasi adalah karangan yang isinya terdiri dari alasan-alasan untuk

membuktikan dan meyakinkan tentang sesuatu hal agar pembaca berbuat atau

mengambil suatu sikap, sehingga nantinya pembaca sependapat dengan

pengarang.

e) Karangan Persuasi (membujuk)

Menurut Suparno dan Yunus karangan persuasi adalah karangan yang

berisi paparan berdaya -bujuk, berdaya –ajuk, ataupun berdaya himbau yang

dapat membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti

himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis.17

Dengan

kata lain, persuasi berurusan dengan masalah mempengaruhi orang lain lewat

bahasa.

Senada dengan pendapat di atas, Finoza juga mengemukakan bahwa

karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya,

yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomnikasikan yang mungkin berupa

fakta, suatu pendidrian umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan

seseorang.18

Karena persuasi bertujuan agar pendengar atau pembaca melakukan

sesuatu maka persuasi termasuk ke dalam cara-cara untuk mengambil

keputusan. Orang yang menerima persuasi harus yakin bahwa keputusan yang

diambilnya merupakan keputusan yang benar dan bijaksana yang dilakukan

tanpa paksaan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa karangan persuasi

bertujuan untuk mempengaruhi dan meyakinkan orang lain serta para pembaca

agar melakukan sesuatu hal yang dikehendaki oleh orang yang melakukan

persuasi.

17

Suparno dan Muhamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas

Terbuka, 2006), hlm.5.47 18

Op cit, hlm.253

Page 27: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

13

3. Karangan Narasi

1) Pengertian Karangan Narasi

Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan

sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai suatu peristiwa yang terjadi.

Pengertian tersebut menegaskan bahwa narasi berusaha untuk menjawab apa yang

terjadi. Narasi merupakan bentuk karya tulis yang umum dijumpai. Menarasikan

berarti menceritakan atau mengisahkan.

Menurut Keraf, narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha

menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang

terjadi.19

Jadi, narasi berusaha menjawab pertanyaan “apa yang terjadi?”.

Pertanyaan tersebut digambarkan secara lengkap dengan urutan peristiwa

berdasarkan waktu dan tempat. Sedangkan menurut Nurudin narasi adalah

bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak

tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang

berlangsung dalam suatu kesatuan waktu tertentu.20

Narasi biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Namun, narasi

juga bisa ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulis, pengamatan, dan

wawancara. Narasi pada umumnya merupakan himpunan peristiwa yang disusun

berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian. Dalam tulisan narasi selalu ada

tokoh-tokoh yang terlibat dalam suatu atau berbagai peristiwa yang diceritakan.

Dengan kata lain, narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha menciptakan,

mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah

peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung urut dalam suatu kesatuan

waktu.

Karakteristik Karangan Narasi

Karangan narasi berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut

urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau

serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.

19

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III, (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 1997), hlm.136 20

Nurudin, Dasar-dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), hlm. 71

Page 28: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

14

Dengan kata lain, karangan semacam ini hendak memenuhi keingintahuan

pembaca yang selalu bertanya, “Apa yang terjadi?”

Unsur penting yang membedakannya dengan dari deskripsi, karangan

narasi mengandung unsur utama berupa unsur perbuatan dan waktu. Keduanya

dalam tata keutuhan tempat dan waktu. Jika ingin menulis karangan narasi, maka

peristiwa atau kejadian yang sudah dikumpulkan disusun beruntun sehingga

menjadi serangkaian peristiwa yang menarik.

Hal terpenting yang harus diingat dalam mengarang narasi ialah: (1)

walaupun khayal atau berimajinasi, kita tidak boleh sesuka hati menciptakan

cerita. Tokoh harus bertindak wajar sesuai dengan watak dan kepribadian yang

diberikan, (2) harus berlogika, kalau tidak cerita akan kacau atau sukar

dimengerti.21

Contoh karangan narasi:

S menuturkan, siang itu tanggal 26 Mei 1985, ia sedang bersembahyang

di dalam bloknya. Tiba-tiba ia mendengar suara gaduh. Puluhan orang

berhamburan keluar lewat pintu gerbang Rutan Salemba. Laki-laki yang

belum menerima vonis itu ikut keluar.

Belum sampai satu kilometer dari Rutan, ia singgah di sebuah warung

kecil karena melihat dua buronan lainnya ada di situ. Salah seorang temannya

itu memberinya uang Rp. 2000,00 dan menyuruhnya segera pergi. Dengan

bekal tersebut, S naik bajaj ke rumah seorang kenalannya di Tanah Abang,

Jakarta Pusat.

Harapannya untuk mendapat perlindungan di rumah kenalannya menjadi

sirna, ketika kenalannya itu mengetahui bahwa seharusnya S masih

mendekam di dalam tahanan. S disuruh pergi dari rumah itu. Buronan ini

kemudian berkeliaran di kawasan pelacuran Bongkaran Tanah Abang. “Tiga

hari pertama saya selalu merasa diawasi dan curiga kepada siapa saja,”

ujarnya. S sempat ditanyai oleh seorang warga Bongkaran yang merasa

curiga. S mengaku bernama N, dan menceritakan bahwa ia sedang terlantar di

Jakarta. Kemudian ia berhasil berkenalan dengan salah seorang warga

Bongkaran itu dan menetap di sana selama lebih kurang dua minggu.

Tetapi rasa takut terus melecutnya, Suwardi ingin lari ke luar Jakarta.

Lewat kenalannya di Bongkaran, S menitipkan surat kepada seorang teman

dekatnya di Jatinegara. Teman dekatnya ini memberinya uang Rp. 5000,00.

Dengan bekal ini S pulang ke kampung halamannya di Sukakilo, Pati, Jawa

Tengah. Beruntung tidak ada keluarga atau tetangga yang mengetahui

pelariannya. S tinggal di kampungnya selama sembilan bulan.

21

Suparno dan Muhamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas

Terbuka, 2006), hlm.4.31

Page 29: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

15

Tiba-tiba ada seorang tetangganya pulang dari daerah transmigrasi di

Kecamatan Ipuh, Bengkulu Utara. Tetangganya akan kembali lagi ke

Bengkulu Utara. S yang sudah merasa aman di desanya ini, mencium peluang

emas untuk ikut pergi ke daerah transmigrasi, sekaligus mengubur masa

lalunya dan masa depan yang baru.

Selang beberapa waktu kemudian, S memang mendarat di Bengkulu dan

menuju kawasan transmigrasi di bagian Utara. Ia mulai menghirup udara

kebebasan di sebuah daerah terpencil dan mulai bergulat dengan sebuah

babak baru kehidupan. Ia ingin hidup sebagai petani.

Tetapi hukum dan kebebasan kadang-kadang nampak paradoks. Sementara

itu, satu tim reserse Polres Jakarta Pusat yang dipimpin Capa D meluncur

dalam sebuah tugas perburuan ke Jawa Tengah, menangkap seorang

tersangka pencuri emas. Hamba hukum ini juga mengetahui alamat S di

Sukakilo. Petugas memburu ke Sukakilo, tetapi S sudah berangkat ke

Bengkulu Utara. Dari bengkulu, hamba hukum ini melanjutkan perburuannya

ke Kecamatan Ketahun Ipuh, 160 kilometer dari Bengkulu. Mereka sampai di

sana pukul 02.00 Minggu, dini hari. Paginya mereka menuju ke tempat yang

diperkirakan S bersembunyi. Namun hasilnya nihil. Diperoleh keterangan S

bekerja di sebuah ladang di desa Karangpulo, sekitar 47 kilometer dari

Ketahun Ipuh.

Kedua hamba hukum ini pun melanjutkan perburuannya ke desa

Karangpulo, dengan membawa seseorang yang kenal betul dengan S. Sekitar

pukul 09.00 pagi hari Minggu, kendaraan yang ditumpangi reserse ini

memperlambat jalannya, ketika tiga orang laki-laki melangkah dari arah yang

berlawanan. Salah seorang di antaranya dikenal sebagai S. Dua anggota

reserse itu langsung meloncat ke luar dari dalam mobilnya. “Jangan

bergerak”, ancam Capa D sambil mengacungkan pistolnya. Bumi tempat S

berpijak serasa runtuh. Buronan yang masih memanggul cangkul sepulang

dari ladang itu, menyerah. Dengan mobil, S dibawa kembali ke Jakarta dan

tentu kembali menjadi penghuni Rutan Salemba.

(Diedit dari Kompas, 2 April 1986)22

2) Jenis-jenis Karangan Narasi

Karangan narasi dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu narasi

ekspositoris dan narasi sugestif.

a. Narasi Ekspositoris

Narasi ekspositoris bertujuan memberi informasi pada pembaca agar

pengetahuannya bertambah luas. Artinya, narasi ini berusaha menggugah

pembaca agar mengetahuai apa yang dikisahkan. Narasi ini mempersoalkan tahap-

tahap kejadian dan rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca. Contoh

22

Sabarti Akhadiah, Menulis I, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm.7.5

Page 30: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

16

narasi ekspositoris antara lain kisah perjalanan, otobiografi, kisah perampokan,

dan cerita tentang pembunuhan.

Narasi ekspositoris bisa dibagi menjadi dua yakni bersifat generalisasi dan

khusus. Narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang

menyampaikan suatu proses umum dan dapat dilakukan oleh siapa saja dan dapat

dilakukan berulang-ulang. Kemahiran menjadi tujuan utama narasi sifat ini.

Misalnya adalah narasi yang menceritakan bagaimana membuat pisang goreng.

Narasi ini memberikan tahap-tahap pembuatan pisang goreng sampai menjadi

pisang goreng siap makan. Semua orang bisa melakukannya asal dilakukan sesuai

petunjuk dan berulang-ulang dipraktikkan.

Sementara itu, narasi ekpositoris yang bersifat khusus adalah narasi yang

berusaha menceritakan suatu peristiwa yang kha, yang hanya terjadi satu kali saja.

Peristiwa tersebut tentu saja tidak bisa diulang-ulang, karena merupakan

pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja. Misalnya, pengalaman

seseorang yang baru saja pergi ke luar negeri, yang tidak mungkin diulang karena

dikisahkan dalam sebuah narasi yang bersifat khusus

b. Narasi Sugestif

Narasi ini berkaitan dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dalam

suatu kejadian. Seluruh rangkaian peristiwanya berlangsung dalam suatu kesatuan

waktu. Tujuannya bukan utuk memperluas pengetahuan pembaca tetapi usaha

memberi makna atas kejadian yang disampaikan. Maka, narasi sugestif bertujuan

untuk menimbulkan daya khayal atau mampu menyampaikan makna kepada

pembaca melalui daya khayalnya. Pembaca diharapkan mampu menarik suatu

makna baru di luar apa yang diungkapkan secara ekplisist (sesuatu yang tersurat

mengenai objek atau subjek yang bergerak dan bertindak), sementara itu makna

baru adalah sesuatu yang tersirat. Semua objek dipaparkanm sebagai suatu

rangkaian gerak yang dinamis, bagaimana kehidupan itu berubah dari waktu ke

waktu. Makna yang baru akan jelas dipahami sesudah narasi itu selesai dibaca,

karena ia tersirat dalam seluruh narasi itu. Contoh tulisan narasi sugestif adalah

novel dan cerpen.

Page 31: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

17

4. Pengertian Kedwibahasaan

Dilihat dari jumlah bahasa yang digunakan dalam suatu masyarakat

bahasa, ada masyarakat bahasa yang menggunakan satu bahasa dan ada

masyarakat bahasa yang menggunakan dua bahasa atau lebih.

Zaman yang terus maju, ilmu pengetahuan tentang masalah kebahasaan

pun turut berkembang. Pengertian kedwibahasaan sebagai salah satu gejala

kebahasaan turut pula berkembang. Kedwibahasaan adalah istilah yang

pengertiannya bersifat nisbi (relatif). Kenisbian tersebut terjadi karena batas

seseorang untuk dapat disebut dwibahasawan itu bersifat arbitrer.

Pada mulanya kedwibahasaan diartikan sebagai penguasaan yang sama

baik terhadap dua buah bahasa oleh seseorang seperti halnya penguasaan oleh

pembicara asli.23

Kedwibahasaan merupakan kenyataan dalam masyarakat

Indonesia, pada masa lalu, masa sekarang, dan lebih-lebih pada masa mendatang.

Hal itu merupakan bagian dan sekaligus pencerminan dari keadaan kebudayaan

kita yaitu kebudayaan bhineka tunggal ika.

Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia di

sebut juga kedwibahasaan. Dalam sosiolinguistik, secara umum bilingualisme

diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam

pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.24

Senada dengan pendapat yang dikemukakan sebelumnya, Ohoiwutun

mengemukakan bahwa penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seseorang atau

suatu masyarakat dinamai bilingualisme atau kedwibahasaan.25

Kedwibahasaan

adalah kebiasaan penggunaan dua bahasa atau lebih dalam suatu masyarakat

bahasa. 26

According to Dornyei bilingualism that defines the term as the ability

23

Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan, (Bandung: CV Diponegoro,

1984), hlm.26 24

Abdul Chaer, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 84 25

Paul Ohoiwutun, Sosiolinguistik Memahami Bahasa dalam Konteks Masyarakat dan

Kebudayaan, (Jakarta: Kesaint Blanc, 1997), hlm.66 26

Abdul Syukur Ibrahim dan Suparno, Sosiolinguistik, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007),

hlm.3.9

Page 32: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

18

to produce complete meaningful utterances in two language.27

yang artinya

kemampuan menghasilkan keseluruhan makna dalam dua bahasa.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kedwibahasaan

merupakan penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seseorang atau masyarakat

secara bergantian. Untuk dapat menggunakan dua bahasa, tentunya seseorang

harus menguasai kedua bahasa tersebut terlebih dahulu.

5. Analisis Kesalahan Berbahasa

a. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa

Manusia sebagai makhluk Tuhan tidak akan lepas dari kesalahan. Setiap

kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara kelompok maupun individu

selalu mengandung dua risiko. Pertama, risiko kebenaran dan kedua resiko

kesalahan. Namun, pada hakikatnya kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan

itu harus dikurangi bahkan dihilangkan sama sekali.

Setiap manusia baik itu anak-anak, remaja, ataupun dewasa, dalam

kegiatan berkomunikasi baik lisan maupun tulis setiap hari menggunakan bahasa.

Dalam berkomunikasi, siswa terkadang atau sering melakukan kesalahan.

Istilah “kesalahan” yang dipergunakan dalam buku ini adalah

padanan dari kata “errors” dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris

sendiri kata errors mempunyai sinonim, antara lain: mistakes dan goofs.

Demikian pula halnya dalam bahasa Indonesia, di samping kata kesalahan

kita pun mengenal kata kekeliruan dan kata kegalatan.28

Dalam kegiatan berbahasa yang terdiri dari empat kegiatan berbahasa yaitu

menyimak, membaca, menulis, dan berbicara tidak lepas dari kesalahan-

kesalahan. Kesalahan yang ditimbulkan tentu berhubungan dengan masalah-

masalah kebahasaan pula. Di dalam kegiatan berbahasa, khususnya menulis,

kesalahan-kesalahan mengenai penggunaan kosakata, tanda baca, ejaan, dan

pilihan kata banyak dilakukan oleh penulis.

27

Zoltan Dornyei, The Psychology of Second Language Acquisition, (New York: Oxford ,

2009), hlm.15 28

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,

1988), hlm.142

Page 33: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

19

Seseorang melakukan kesalahan berbahasa disebabkan oleh dua

kemungkinan. Pertama pengarang benar-benar tidak tahu bahwa yang ditulisnya

itu salah, kedua melakukan kesalahan berbahasa, walaupun sebenarnya pengarang

tahu bahwa hal itu salah, tetap saja ia melakukannya. Pada sebab kesalahan

pertama harus diberitahu mengenai kesalahan yang dilakukan oleh pengarang,

mana yang benar dan salah, sedangkan pada sebab kesalahan kedua pengarang

harus diberi tahu dan diperbaiki agar mendapatkan bahasa Indonesia yang baku.

Banyak pakar kebahasaan yang tertarik pada analisis kesalahan dan

mereka mengkhususkan diri pada bidang ini. Ada di antara mereka yang telah

memberi batasan dan pengertian mengenai analisis kesalahan yaitu antara lain:

Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan oleh

para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar,

pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut,

pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-

sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya.29

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Yulianto dan Mintowati bahwa analisis

kesalahan merupakan suatu prosedur. Sebagai suatu prosedur terdapat langkah-

langkah yang harus ditempuh oleh peneliti dan guru bahasa saat menghadapi

sejumlah contoh kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa.30

Telah berulang-ulang dijelaskan bahwa analisis kesalahan pada mulanya

hanya untuk menganalisis penyimpangan penggunaan bahasa Inggris, terutama

dalam kedudukan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing. Namun

ide, teknik dan teori yang mendasari analisis kesalahan kiranya dapat diterapkan

untuk pengembangan bahasa Indonesia, khususnya dalam kaitannya dengan

pengajaran bahasa Indonesia.31

Dari batasan yang dikemukakan oleh dua ahli di atas dapat ditarik

kesimpulan mengenai analisis kesalahan yaitu:

29

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa

Bandung, 1988),hlm. 170 30

Bambang Yulianto dan Maria Mintowati, Analisis Kesalahan Berbahasa, (Jakarta:

Universitas Terbuka, 2009), hlm.2.5 31

Mansoer Pateda, Analisis Kesalahan, (Flores: Nusa Indah, 1989), hlm.108

Page 34: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

20

Suatu prosedur yang digunakan peneliti untuk pengumpulan sampel,

pendeskripsian, pengklasifikasian, pengevaluasian, serta merupakan bentuk

penyimpangan wujud bahasa yang menghambat kelancaran komunikasi.

b. Jenis-jenis Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa atau “language errors” memang beraneka ragam

jenisnya dan dapat dikelompok-kelompokkan dengan berbagai cara sesuai dengan

cara seseorang memandangnya. Dengan perkataan lain, setiap sudut pandang

menghasilkan pengelompokkan tertentu.

Ada pakar yang membedakan jenis-jenis kesalahan berbahasa atas dua

jenis, yaitu:

1). Kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor kelelahan, keletihan, dan

kekurangan perhatian, yang oleh Chomsky disebut faktor performansi. Faktor

performansi ini, merupakan kesalahan penampilan, dalam beberapa

kepustakaan disebut mistake.

2). Kesalahan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-

kaidah bahasa, yang disebut oleh Chomsky sebagai faktor kompetensi,

merupakan penyimpangan-penyimpangan sistematis yang disebabkan oleh

pengetahuan pelajar yang sedang berkembang mengenai sistem B2 (bahasa

kedua) disebut “errors”32

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis

kesalahan berbahasa disebabkan oleh faktor-faktor kelelahan, keletihan, dan

kekurangan perhatian serta kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah

bahasa. Selain itu, kesalahan berbahasa dapat ditinjau dari segi penyebab dan dari

segi kebahasaan.

6. Analisis Kesalahan Kosakata

a. Pengertian Kosakata

Setiap penutur bahasa memiliki sejumlah kosakata. Dengan sejumlah

kosakata yang dimilikinya, penutur bahasa tersebut dapat menunjukkan

32

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa

Bandung, 1988),hlm.143

Page 35: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

21

kemahiran berbahasanya karena kemahiran berbahasa seseorang ditentukan oleh

sejumlah kosakata yang dikuasainya. Semakin besar jumlah kosakata yang

dikuasainya semakin leluasa pula dia menetukan kata-kata yang tepat pada saat

berbahasa.

Untuk memberikan gambaran lebih jelas berikut ini penulis kemukakan

beberapa pendapat para ahli tentang pengertian kosakata.

Kosakata adalah perbendaharaan kata.33

Pendapat lain tentang kosakata

yang dikemukakan Keraf yaitu kesatuan-kesatuan arus ujaran yang mengandung

suatu makna.34

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Zainuddin bahwa kosakata

adalah sebuah kata atau kelompok kata untuk mewakili suatu nama, sifat, bentuk

dan jenis benda.35

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kosakata

merupakan perbendaharaan kata atau kumpulan kata yang dimiliki oleh suatu

bahasa yang mengandung suatu makna. Jadi seseorang yang perbendaharaannya

sedikit akan memiliki wawasan yang sempit dalam berkomunikasi dan tidak akan

terampil menggunakan bahasanya. Artinya, apa yang terlintas dalam pikirannya

itu tidak bisa diungkapkan dengan bahasa yang tepat seperti yang diinginkan,

karena ia tidak memiliki wawasan yang cukup untuk mengungkapkan apa yang

dipikikannya itu. Dengan demikian, penguasaan kosakata yang banyak sangat

menguntungkan kita dalam belajar, bahkan dalam kehidupan sehari-hari dalam

berkomunikasi.

b. Analisis Kesalahan Kosakata

Pemakai bahasa sudah sepatutnya menggunakan kosakata yang

dikuasainya dengan tepat. Penggunaan kosakata yang tepat akan menghasilkan

tulisan yang enak dibaca. Sebaliknya, jika penggunaan kosakata tidak tepat,

tulisan atau pembicaraan tidak mustahil akan membingungkan pembaca atau

pendengarnya, akibat pemilihan kata yang kurang tepat, kalimat menjadi samar-

33

Pusat Pembinaan dan Pengembangna Bahasa, KBBI, (DP & K: Balai Pustaka, 2008),

hlm.736. 34

Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 1999), hlm.15 35

Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: PT. Melton Putra, 1992),

hlm.86

Page 36: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

22

samar atau bahkan menggelikan. Ada juga pemilihan kata yang tidak tepat yanag

masih dapat dipahami oleh orang lain, tetapi dari segi kaidah bahasa kata yang

dipilihnya tidak termasuk kata yang baku.

Dalam kaitan inilah, pemilihan kata itu dilakukan dengan cermat, agar

kalimat yang disusun dapat dicerna dan dipahami pembaca atau pendengar. Pada

umumnya bangsa Indonesia dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang

berbahasa daerah. Oleh karena itu, janganlah heran apabila bahasa daerah sebagai

bahasa pertama besar pengaruhnya terhadap bahasa Indonesia.

Bahasa daerah itu telah memperkaya bahasa Indonesia, bahkan telah

menyerap ke dalam berbagai unsur kebahasaan, seperti: fonologi, morfologi,

sintaksis, serta kosakata yang tidak sedikit jumlahnya.

Kontak bahasa Indonesia dengan bahasa derah tentu tidak terhindar dari

kesalahan. Tidak semua kosakata bahasa daerah dapat secara langsung digunakan

dalam bahasa Indonesia.

Sering tidak disadari bahwa bahasa Indonesia yang kita gunakan bukanlah

bahasa Indonesia yang murni, melainkan bahasa Indonesia yang sudah

dipengaruhi oleh bahasa daerah. Pengaruh itu bermacam-macam, ada pengaruh

makna kata, pengaruh bentukan kata, dan ada pula pengaruh struktur kalimat.

Kesalahan kosakata termasuk ke dalam kesalahan leksikon, yaitu kesalahan

memakai kata yang tidak atau kurang tepat.36

Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

kesalahan kosakata dapat dikelompokkan atas: pengaruh kata, pengaruh struktur

kata, pengaruh struktur frase dan pengaruh struktur klausa dan kalimat, serta

kesalahan memakai kata yang tidak atau kurang tepat.

c. Evaluasi Kesalahan Kosakata

Evaluasi pendidikan dan pengajaran dilakukan untuk mengumpulkan

informasi tentang kesalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa. Hal

itu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Evaluasi dilakukan

secara langsung pada objek penelitian melalui karangan narasi siswa.

36

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa

Bandung, 1988),hlm.198

Page 37: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

23

Dalam penelitian yang penulis lakukan ini adalah ingin mengetahui

kesalahan berbahasa dalam bidang kosakata siswa yang berlatar belakang bahasa

Betawi pada karangan narasi melalui beberapa teknik, yaitu tes dan angket.

1) Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat

yang dimiliki oleh indovidu atau kelompok.37

Teknik tes digunakan pada siswa secara langsung. Teknik tersebut dilakukan

setelah kegiatan belajar mengajar dilakukan. Bentuk tes yang digunakan

adalah tes essai yang dilakukan secara langsung oleh siswa dengan membuat

karangan narasi.

2) Angket

Pengumpulan data melalui angket dilakukan oleh penulis kepada siswa

secara langsung untuk mengetahui gambaran tentang kesulitan penggunaan

kosakata yang dilakukan oleh siswa kelas VII MTs Negeri Parung sebagai

dwibahasawan. Hal tersebut akan mempermudah penulis dalam pengumpulan

data.

Dalam penelitian ini angket dibuat dengan bentuk campuran.

Maksudnya, responden diberikan pilihan untuk menjawab setiap pertanyaan

sesuai alternatif jawaban yang telah disediakan atau dapat menuliskan

jawaban lain yang sesuai pada alternatif jawaban yang telah dikosongkan.

Pertanyaan dalam angket berjumlah 13 pertanyaan.

7. Bahasa Betawi

Pembicaraan mengenai bahasa Betawi, sama halnya seperti pembicaraan

mengenai bahasa Indonesia. Bahasa Betawi dan bahasa Indonesia lahir dari

bahasa Melayu. Pembicaraan mengenai bahasa Indonesia sama halnya dengan

membicarakan bahasa Melayu. Muhadjir mengungkapkan bahwa bahasa

37

Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta:

BPFE Yogyakarta, 2001),hlm.5

Page 38: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

24

Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 28 Oktober 1928 diangkat dari

bahasa Melayu. 38

Pada hakikatnya, bahasa Indonesia bersumber dari bahasa

Melayu yang telah dipakai bertahun-tahun lamanya. Bahasa Melayu pada saat itu

telah dipakai sebagai lingua-franca oleh antarsuku baik dalam lisan maupun dalam

tulisan. Bahasa Melayu tidak jauh berbeda dengan bahasa Indonesia. Masyarakat

yang mula-mula memakai bahasa Melayu sebagai lingua-franca, kemudian

dibebani tugas yang tak mudah yaitu mengganti bahasanya dengan bahasa

Indonesia. Perubahan bahasa seperti ini membuat bahasa Melayu masih tetap

dipakai oleh sekelompok masyarakat sebagai percakapan sehari-hari, khususnya

di daerah Jakarta.

a. Wilayah Bahasa dan Budaya Betawi

Dari segi sejarah kependudukan kota ini, masyarakat asli Jakarta terbentuk

dari berbagai macam suku yang datang dari luar Jakarta, yang bersama-sama

meninggalkan identitas asalnya dan bersama-sama membentuk etnis baru, Kaum

Betawi, kurang lebih sama halnya seperti masyarakat Betawi tersebut, penghuni

kota metropolitan Jakarta dewasa ini juga terbentuk oleh masyarakat pendatang

dari berbagai wilayah di luar Jakarta, dan bersama anak Betawi membentuk

masyarakat Jakarta modern dengan menggunakan bahasa yang berakar pada

bahasa Betawi.

Lengkapnya wilayah persebaran bahasa Melayu Betawi menurut Muhadjir

adalah sebagai berikut:39

a) Di seluruh wilayah administratif DKI Jakarta yang tersebar dalam 30

Kecamatan.

b) Di luar wilayah DKI Jakarta, terdapat di:

Kabupaten Tangerang, yakni di kecamatan-kecamatan: Mauk, Sepatan,

Teluk Naga, Batu Ceper, Ciledug, Cipondoh, Pondok Aren, Ciputat, dan

Serpong.

38

Muhadjir, Bahasa Betawi: Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2000), hlm.102 39

Ibid , hlm.56

Page 39: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

25

Kabupaten Bogor, yakni di kecamatan-kecamatan: Gunung Sindur, Parung

Sawangan, Bojong Gede, Semplak, Cibinong, Pancoran Emas Sukma

Jaya, Beji, dan Cimanggis.

Kabupaten Bekasi, yakni di kecamatan-kecamatan: Pondok Gede, Jati

Asih, Bekasi Barat, Bekasi Selatan, Bekasi Utara, Bekasi Timur, Bantar

Gedang, Setu, Tambun, Cibitung, Cikarang, Sukatani, Tambelang,

Pabayuran, Cabang Bungin, Muara Gembong, Taruna Jaya, dan Babelan.

b. Ciri Khas Bahasa Betawi

1. Ciri Tata Ucap

Untuk memudahkan pembahasan tentang ciri-ciri khas bahasa Betawi,

yaitu membandingkannya dengan ciri-ciri tata ucap bahasa Indonesia.

Ciri 1: Kata-kata apè, anè, ayè, gilè bila diucapkan dalam bahasa Indonesia

sama dengan apa, ana, aya, gila. Selain itu bahasa Betawi tidak mengenal

vokal rangkap atau diftong ai, au. Dengan demikian kata-kata yang dalam

bahasa Indonesia diucapkan dengan diftong dalam bahasa Betawi diucapkan

dengan è dan o. Kata-kata seperti pantai, cerai, atau pulau dan tembakau,

diucapkan sebagai pantè, cerè, pulo dan tembako.

Ciri 2: Kaidah kedua adalah kata-kata yang berakhir dengan konsonan h dalam

bahasa Indonesia, dalam bahasa Betawi diucapkan tanpa h.demikian misalnya

kata-kata seperti darah, merah, sebelah, salah, tengah, dalam bahasa Betawi

menjadi darè, merè, salè, tengè.

Ciri 3: Seperti dapat dilihat pada beberapa contoh yang sudah disebut, salah

satu ciri bahasa Betawi adalah terjadinya pemenggalan kata atau bunyi awal.

Seperti terjadi pada beberapa contoh, sayè diucapkan ayè, samè sering

diucapkan amè.

2. Ciri Morfologis

Ciri yang menonjol dalam bidang pembentukan kata adalah:

(1) Awalan kata kerja prenasal

Page 40: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

26

Kata-kata kerja yang dalam bahasa Indonesia berbentuk me- dalam

bahasa Betawi hanya berupa nasal yang mengawali bentuk dasar. Kata kerja

seperti pukul, bakar, kunyè „kunyah‟, ganggu menjadi kata kerja mukul,

mbakar, ngunyè, dan nganggu, yang sejajar dalam bahasa Indonesia memukul,

membakar, mengunyah, dan mengganggu.

(2) Awalan ber-

Bentuk awalan itu pun mempunyai ciri khas. Hampir dalam semua

bentuk dasar tidak pernah muncul utuh ber-, melainkan selalu hanya berbentuk

be- seperti bebisik untuk „berbisik‟, bejalan „berjalan‟, bejanji „berjanji‟,

betemen „berteman‟, dan sebagainya.

(3) Akhiran –in

Dalam bahasa Indonesia terdapat dua akhiran –i dan –kan yang sama

artinya dengan akhiran dalam bahasa Betawi yaitu –in. Kata-kata Indonesia

mendatangi, menyembunyikan, mengambilkan, menjahitkan, dalam bahasa

Betawi adala: ndatangin, ngumpetin, ngambilin, dan ngejaitin.

(4) Akhiran –an

Akhiran sama bentuknya dengan bahasa Indonesia, tetapi

penggunaannya di Jakarta cukup khas. Dalam bahasa Betawi akhiran itu bisa

menyatakan „lebih‟ bila dihubungkan dengan bentuk dasar adjektiva, seperti

cepetan, tinggian, baikan, „lebih cepat‟, „lebih tinggi‟, „lebih baik‟.

(5) Bentuk kata ulang

Dalam bahasa Indonesia terdapat dua bentuk ulangan kata: ulangan kata

penuh, seperti laki-laki, beramai-ramai dan ulangan suku awal seperti lelaki

atau tetangga. Dalam bahasa Indonesia kehadiran bentuk ulang yang kedua

sangat terbatas. Tetapi dalam bahasa Betawi, sekalipun tidak seproduktif

seperti dalam bahasa Sunda, jumlah contoh bentuk ulang yang kedua tampak

lebih banyak, seperti tetamu „tamu‟, gegares „makan‟, bebenah „memberes-

bereskan‟, gegaruk „garuk-garuk‟, sesenggukan „tersengguk-sengguk‟.

(6) Awalan maen dan kejè

Page 41: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

27

Frasa kata kerja dengan maen tampaknya juga khas Betawi seperti

terdapat dalam maen pukul, maen ambil, maen tubruk, yang berarti „melakukan

pekerjaan secara sembarangan, semaunya sendiri‟.

Model pembentukan kata itu juga terdapat dengan awalan kejè atau

kerja (pinggiran) seperti terdapat dalam kejè ketawa, „membuat orang tertawa‟

kejè mare „menyebabkan marah.

3. Ciri Sintaksis

Ciri yang bersifat tata kalimat khususnya menonjol dengan munculnya

berbagai kata partikel kalimat seperti si(h), kek, dong, deh, dan sebagainya.

a. Lu udè nggak kenal langgar sih

„Kau tidak lagi mengenal musalla‟

b. Tapinyè bilang dulu amè si Miun dong yè

„Tetapi bicarakan dulu dengan si Miun, ya‟

c. Nyai kek perawan sini kek

„(Tidak peduli), apakah Nyai atau gadis dari sini‟

d. Belon pulang kok delmannyè ada di blakang

„Dia belum pulang, mengapa delmannya sudah ada di belakang‟

B. Penelitian yang Relevan

Sebelum melakukan penelitian ini, penulis telah menelusuri beberapa

hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang

penulis lakukan ini. Penelitian terdahulu akan dipaparkan sebagai berikut:

Maidatussalamiyah mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul

skripsi “Analisis Kesalahan Diksi dalam Paragraf Deskripsi Siswa Kelas X

Semester Ganjil di MAN 12 Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/2012”.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat dikemukakan beberapa

simpulan yaitu kesalahan yang dilakukan siswa dalam paragraf deskripsi pada

penggunaan kata tidak baku, kesalahan diksi pada penggunaan kata ciptaan

Page 42: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

28

sendiri, penggunaan kata yang bersinonim, penggunaan idiomatik, penggunaan

kata asing, penggunaan kata yang bermakna denotasi atau konotasi, dan

penggunaan kata yang berhubungan dengan panca indra. Kesalahan yang paling

banyak dilakukan siswa Kelas X Semester Ganjil di MAN 12 Jakarta Barat adalah

kesalahan yang disebabkan oleh penggunaan kata ciptaan sendiri.

Adapun perbedaan penelitian Maidatussalamiyah dengan skripsi ini yaitu

kesalahan yang diteliti adalah kesalahan diksi di dalam karangan deskripsi siswa,

sedangkan kesalahan yang penulis teliti adalah kesalahan pada penggunaan

kosakata dalam karangan narasi siswa.

Lieza Yanti mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Interferensi

Bahasa Betawi Pada Karangan Narasi Siswa Kelas XI Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Miftahul Falah Cipulir-Kebayoran Lama Jakarta Selatan”.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bentuk-bentuk

interferensi pada karangan narasi siswa terjadi pada bentuk kata, afiks kategori

prefiks, sufiks, dan konfiks. Sedangkan pada afiks kategori infiks dan

pengulangan tidak terjadi. Bentuk yang paling sering terinferensi adalah bentuk

kata, sedangkan pada bentuk afiks paling sering terinferensi adalah konfiks. Dari

45 karangan Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Miftahul Falah

Cipulir-Kebayoran Lama Jakarta Selatan karangan yang terinterferensi bahasa

Betawi sebanyak 33 atau 73,30%, karangan yang tidak terinterferensi bahasa

betawi sebanyak 12 atau 26,70%. Jadi sebagian besar siswa melakukan

interferensi bahasa Betawi dalam karangan narasinya.

Adapun perbedaan penelitian Lieza Yanti dengan skripsi ini yaitu terletak

pada masalah yang diteliti. Masalah yang diteliti oleh Lieza yanti adalah

interferensi bahasa Betawi bukan hanya pada kosakata saja, tetapi juga pada

proses morfologis seperti imbuhan dan kata ulang. Sedangkan masalah yang

penulis teliti hanya kesalahan pada penggunaan kosakata.

Lili Sholihah mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “ Interferensi

Page 43: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

29

Morfologi dan Sintaksis Bahasa Jawa Dialek Cirebon Terhadap Bahasa Indonesia

dalam Karangan Narasi Siswa Kelas V Semester Ganjil di SD Negeri 1 Babakan

Ciwaringin Cirebon Tahun Pelajaran 2011/2012”. Berdasarkan penelitian tersebut

dapat disimpulkan bahwa bentuk interferensi pada tataran morfologi dan sintaksis

dalam karangan narasi siswa terdapat penyimpangan pada pembentukan prefiks

nasal /N/ menjadi /m-, ñ-, n-, ŋ-/, pembentukan prefiks /kǝ-/ dalam bahasa Jawa

Cirebon menyatakan makna ketidaksengajaan berpadanan dengan prefiks /tǝr-/

dan /bǝr/, pembentukan morfem zero dalam hal ini tidak munculnya prefiks /bǝr-/,

/mǝN-/, dan /tǝr-/, konfiks /mǝ-kan/, dan tidak terdapat afiks karena dalam bahasa

Jawa tidak memiliki afiks tersebut, pembentukan sufiks /-akǝn/ dalam bahasa

Indonesia berpadanan dengan sufiks /-kan/ yang menyatakan‟melakukan untuk

orang lain‟ dan memasukan kata bahasa Jawa Cirebon ke dalam Bahasa

Indonesia. Bentuk interferensi sintaksis dalam penggunaan bahasa Indonesia

dalam karangan narasi yaitu pola penggunaan klitika /-ña/, pola pembentukan

frasa, dan pola pembentukan klausa (pengulangan subjek ganda).

Adapun perbedaan penelitian Lili Sholihah dengan skripsi ini yaitu pada

masalah yang diteliti. Lili Sholihah meneliti tentang interferensi morfologi dan

sintaksis bahasa Jawa Dialek Cirebon dalam karangan narasi, sedangkan masalah

yang penulis teliti yaitu kesalahan penggunaan kosakata dalam karangan narasi

siswa yang berlatar belakan bahasa Betawi.

Berdasarkan tinjauan pustaka yang didapat, penulis belum mendapati

kesalahan penggunaan kosakata pada karangan narasi siswa yang berlatar

belakang bahasa Betawi. Maka dari itu penulis ingin mengetahui atau melihat

tipe-tipe kesalahan kosakata yang dilakukan oleh siswa kelas VII MTs Negeri

Parung. Penelitian ini merupakan penelitian terkini yang berusaha memperkaya

khazanah penelitian tentang kesalahan berbahasa khususnya dalam kategori

kosakata. Dengan demikian hasilnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran bahasa Indonesia.

Page 44: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, beserta

jalan dan kotanya. Dalam penelitian terhadap kesalahan kosakata pada karangan

narasi siswa yang berlatar belakang bahasa Betawi dalam berbahasa Indonesia,

lokasi yang di ambil untuk melakukakan penelitian yaitu di Madrasah Tsanawiyah

Negeri Parung.

MTs Negeri Parung terletak di Lebak Wangi, Jalan Raya Parung, Kota

Bogor, Provinsi Jawa Barat. Di provinsi Jawa Barat, tepatnya di daerah Parung,

banyak ditemukan masyarakat yang dwibahasawan. Salah satu di antaranya

masyarakat yang ber-B1 bahasa Betawi dan ber-B2 bahasa Indonesia.

Waktu yang digunakan dalam melakukan penelitian ini yaitu selama tujuh

bulan yaitu dimulai dari bulan Februari 2013 sampai dengan bulan Agustus 2013.

Pengambilan data penelitian dilakukan di sekolah ini, khususnya pada siswa kelas

VII semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.40

Jadi populasi bukan

hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga

bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi

meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTs Negeri Parung kelas VII

berjumlah sembilan kelas yang terdiri dari 423 siswa.

40

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009),

hlm. 80.

Page 45: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

31

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi.41

Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua

yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu,

maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Dalam penelitian ini, penulis memilih satu kelas yang diambil secara acak

dari sembilan kelas. Kelas VII-1 menjadi kelas terpilih sebagai kelas sampel

dengan jumlah 30 siswa. Peserta dengan jumlah tersebut adalah benar-benar dapat

mewakili seluruh peserta didik. Pengambilan sampel tersebut berdasarkan

pertimbangan, yaitu bahasa yang digunakan siswa kelas VII-1 dalam percakapan

sehari-hari di sekolah adalah bahasa Betawi.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian ialah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan

analisis data yang dipergunakan, guna menjawab persoalan yang dihadapi.

Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian

deskriptif tidak diperlukan administrasi dan pengontrolan terhadap perlakuan.

Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi

hanya meggambarkan “apa adanya” tentang satu variabel, gejala atau keadaan.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

mengumpulkan informasi mangenai status suatu gejala menurut apa adanya pada

saat penelitian dilakukan.42

Metode deskriptif adalah metode yang di dalamnya terdapat upaya

mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi

yang terjadi atau ada. Dalam hal ini penulis akan mendeskripsikan tipe-tipe

kesalahan berbahasa tulis yang dilakukan oleh siswa yang berlatar belakang

bahasa Betawi dalam berbahasa Indonesia. Pengklasifikasian dilakukan

berdasarkan kesalahan pada kategori kosakata.

41

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009),

hlm. 81 42 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatam Praktik, (Rineka Cipta:

Jakarta, 2006), hlm.309

Page 46: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

32

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam

penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data

agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang

sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.

Dalam penelitian yang penulis lakukan ini adalah ingin mengetahui

kesalahan berbahasa dalam bidang kosakata siswa yang berlatar belakang bahasa

Betawi pada karangan narasi melalui beberapa teknik, yaitu observasi, tes, dan

angket.

1) Observasi

Cara yang pertama dilakukan peneliti untuk mendapatkan data penelitian

yaitu dengan melakukan observasi. Peneliti datang ke sekolah dengan

menyertakan surat izin observasi dan proposal penelitian. Setelah

mendapatkan izin, barulah melakukan observasi yang berkaitan dengan

penelitian yaitu mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang latar

belakang bahasa yang digunakan oleh siswa kelas VII MTs Negeri Parung.

2) Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat

yang dimiliki oleh indovidu atau kelompok.43

Teknik tes digunakan pada siswa secara langsung. Teknik tersebut

dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar dilakukan. Bentuk tes yang

digunakan adalah tes essai yang dilakukan secara langsung oleh siswa dengan

membuat karangan narasi.

3) Angket

Pengumpulan data melalui angket dilakukan oleh penulis kepada siswa

secara langsung untuk mengetahui gambaran tentang kesulitan penggunaan

kosakata yang dilakukan oleh siswa kelas VII MTs Negeri Parung sebagai

43

Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta:

BPFE Yogyakarta, 2001),hlm.5

Page 47: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

33

dwibahasawan. Hal tersebut akan mempermudah penulis dalam pengumpulan

data.

Dalam penelitian ini angket dibuat dengan bentuk campuran.

Maksudnya, responden diberikan pilihan untuk menjawab setiap pertanyaan

sesuai alternatif jawaban yang telah disediakan atau dapat menuliskan

jawaban lain yang sesuai pada alternatif jawaban yang telah dikosongkan.

Pertanyaan dalam angket berjumlah 13 pertanyaan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat untuk memperoleh informasi dan sumber data.44

Keberhasilan penelitian ditentukan oleh instrumen yang digunakan, karena data

yang diperoleh melalui instrumen. Alat pengambilan harus dirancang dan dibuat

sedemikian rupa, sehingga menghasilkan data empiris. Instrumen penelitian ini

dibantu dengan timbal (observasi) atau nontes. Dibuat oleh peneliti sendiri untuk

mencatat data berupa kalimat yang terdapat pada karangan narasi dalam

penggunaan kosakata yang salah, seperti contoh:

Tabel 3.1

Tabel Analisis Kesalahan Kosakata

Nama Siswa (judul karangan)

No Kalimat Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi dan

mengelompokkan data. Pada tahap ini dilakukan upaya mengelompokkan,

44

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2002), hlm. 136.

Page 48: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

34

menyamakan data yang sama dan membedakan data yang memang berbeda, serta

menyisihkan pada kelompok lain data yang serupa, tetapi tidak sama. Dalam

rangka pengklasifikasian dan pengelompokkan data tentu harus didasarkan pada

apa yang menjadi tujuan penelitian.45

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis jalinan atau mengalir (flow model of analysis) model Miles dan

Hubermen, yang meliputi tiga langkah, antara lain: (1) reduksi data, (2)

display/penyajian data, (3) mengambil kesimpulan kemudian diverifikasi. Berikut

penjelasannya.

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan menajamkan untuk mengorganisasikan

data. Pada tahap ini peneliti merekam data lapangan dalam bentuk catatan-

catatan lapangan, lalu ditafsirkan masing-masing data yang relevan dengan

fokus masalah yang diteliti. Pada tahap ini peneliti mulai

mempertimbangkan apakah data yang dihasilkan dari penelitian sesuai

dengan tujuan penelitian.

2. Display/penyajian data

Pada langkah ini peneliti menyusun data secara teratur dan

terperinci sehingga mudah dipahami. Data-data yang digunakan, dianalisis

secara teliti untuk menunjukkan jawaban yang diharapkan. Kegiatan

analisis dapat dilakukan sebagai berikut: (1) membaca karangan narasi

siswa, (2) mencatat kata-kata yang bukan bahasa Indonesia, (3)

menganalisis kata-kata yang merupakan bahasa Betawi dan menganalisis

siswa yang paling banyak melakukan kesalahan penggunaan kosakata.

45

Mahsun, Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.253

Page 49: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

35

3. Mengambil kesimpulan/verifikasi

Pada langkah ini peneliti sudah memasuki tahap membuat

simpulan dari data yang sudah diperoleh sejak awal penelitian. Simpulan

ini masih bersifat sementara, untuk itu perlu adanya verifikasi selama

penelitian berlangsung. Ketiga komponen tersebut saling berkaitan dan

dilakukan secara terus menerus mulai dari awal, saat penelitian

berlangsung, sampai akhir.

Page 50: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Sebelum meminta siswa untuk membuat karangan narasi, mereka

terlebih dahulu diingatkan tentang pengertian karangan narasi. Setelah itu siswa

diminta untuk membuat sebuah karangan narasi sebanyak satu halaman yang

masing-masing siswa berbeda-beda jumlah paragrafnya. Ada siswa yang

membuat sebanyak tiga paragraf, ada juga yang membuat dua paragraf, bahkan

ada juga siswa yang membuat satu paragraf dalam satu halaman. Hasil karangan

tersebut dikumpulkan menjadi satu dan dianalisis untuk mengetahui ada atau

tidaknya kesalahan penggunaan kosakata yang dibuat oleh siswa yang berlatar

belakang bahasa Betawi.

Cara mengetahui siswa yang berlatar belakang bahasa Betawi adalah

dengan melihat angket, yakni asal suku siswa, suku yang paling dominan di

tempat tinggal siswa, dan bahasa yang digunakan siswa dalam kehidupan sehari-

hari. Jika siswa berasal dari suku Betawi, dan bahasa yang digunakan juga bahasa

Betawi, bahasa sehari-hari dan bahasa pertamanya juga bahasa Betawi, maka

siswa tersebut berlatar belakang bahasa Betawi.

Berdasarkan hasil penelitian, banyak siswa yang belum mengerti dan

paham tentang karangan narasi. Banyak dari siswa yang membuat karangan narasi

seperti halnya menulis buku harian. Selain itu banyak karangan siswa yang tidak

memiliki rangkaian peristiwa seperti halnya konflik di dalam cerita.

Pada bagian deskripsi data ini, penulis akan menguraikan tentang frekuensi

kesalahan penggunaan kosakata dalam karangan narasi masing-masing siswa pada

tiap-tiap kalimat. Setelah diketahui frekuensi kesalahannya, data-data tersebut

kemuadian dianalisis. Hasil analisis disajikan dalam bentuk wacana deskripsi.

Untuk lebih jelas mengenai data hasil karangan siswa dimaksud, dapat diuraikan

satu persatu di bawah ini:

Page 51: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

37

Tabel 4.1

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi

“Pengalaman di MTs Negeri Parung” Siswa Bella Safitri

No Kalimat Kosakata Berbahasa

Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

1 Lama-lama aku

dan teman-

temanku di SDN

Jampang 5 sudah

tidak main bareng

lagi. (kalimat ke-

5)

Bareng Bersama Lama-lama aku

dan teman-

temanku di SDN

Jampang 5 sudah

tidak main

bersama lagi.

2 Aku ketemu teman

aku di kantin

langsung aku

panggil tapi dia

gak ngejawab

padahal Bella

manggilnya di

kuping dia.

(kalimat ke-8)

-ketemu

-tapi

-gak

-ngejawab

-manggilnya

-bertemu

-tetapi

-tidak

-menjawab

-memanggilnya

Aku bertemu

temanku di kantin

langsung aku

panggil tetapi dia

tidak menjawab

padahal Bella

memanggilnya di

telinganya.

3 Langsung aku

panggil namanya

dan aku senyum

tetapi dia gak

ngejawab hanya

senyum saja tetapi

buatku itu sudah

cukup daripada

gak senyum juga

gak ngejawab.

(kalimat ke-10)

-gak

-ngejawab

-tidak

-menjawab

Langsung aku

panggil namanya

dan aku senyum

tetapi dia tidak

menjawab hanya

senyum saja tetapi

buatku itu sudah

cukup daripada

tidak senyum juga

tidak menjawab

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Bella Safitri sebanyak delapan kali.

Kesalahan terletak pada kalimat lima, delapan, dan sepuluh.

Page 52: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

38

1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-5

Kalimat ke-5 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata. Kutipan yang

terdapat pada kalimat ke-5 “Lama-lama aku dan teman-temanku di SDN Jampang

5 sudah tidak main bareng lagi”.

Penggunaan kata „bareng‟ pada kalimat di atas tidak tepat, karena kata

„bareng‟ bukan kata baku di dalam bahasa Indonesia. Kata yang seharusnya

digunakan dalam kalimat tersebut yaitu kata „bersama‟. Dengan demikian, kalimat

di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Semakin lama saya dan teman-teman di SDN Jampang V sudah tidak bermain

bersama lagi”.

2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-8

Kalimat ke-8 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak lima

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-5 “Aku ketemu teman aku di kantin

langsung aku panggil tapi dia gak ngejawab padahal Bella manggilnya di kuping

dia”.

Penggunaan kata „ketemu‟, „tapi‟, „gak‟, „ngejawab‟, dan „manggilnya‟

pada kalimat di atas tidak tepat. Kata „ketemu‟,‟ngejawab‟, „manggilnya‟ adalah

bahasa Betawi yang masuk ke dalam susunan kalimat bahasa Indonesia. Bentuk

kata dasar dari kata-kata tersebut adalah „temu‟, „jawab‟, dan „panggil‟.

Seharusnya bahasa Indonesianya adalah „bertemu‟, „menjawab‟, dan

„memanggil‟. Kata „gak‟ merupakan bahasa Betawi yang di dalam bahasa

Indonesia berarti „tidak‟. Kata „tapi‟ merupakan bahasa Betawi yang sejajar

artinya dengan kata „tetapi‟ dalam bahasa Indonesia sebagai kata penghubung

yang menunjukkan ketidaksejajaran. Kata „tapi‟ pada kalimat di atas seharusnya

diganti dengan kata „tetapi‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan

menjadi kalimat berikut.

“Saya bertemu teman di kantin. Saya panggil tetapi dia tidak menjawab

padahal saya memanggil di telinganya”.

3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-10

Kalimat ke-10 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata. Kutipan yang

terdapat pada kalimat ke-10 “Langsung aku panggil namanya dan aku senyum

Page 53: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

39

tetapi dia gak ngejawab hanya senyum saja tetapi buatku itu sudah cukup daripada

gak senyum juga gak ngejawab”.

Penggunaan kata „gak‟ dan „ngejawab‟ pada kalimat tersebut tidak tepat.

Kata „gak‟ merupakan kata dalam bahasa Betawi yang sama artinya dengan

„tidak‟ di dalam bahasa Indonesia. Kata „ngejawab‟ adalah bahasa Betawi yang

masuk ke dalam susunan kalimat bahasa Indonesia. Bentuk kata dasar „ngejawab‟

adalah „jawab‟. Kata yang seharusnya digunakan yaitu „menjawab‟. Dengan

demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Saya panggil namanya dan tersenyum kepadanya, tetapi dia tidak

menjawab hanya tersenyum. Bagi saya itu sudah cukup dari pada tidak senyum

dan juga tidak menjawab”.

Tabel 4.2

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi

Siswa Dini Hulia

No Kalimat Kosakata Berbahasa

Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

4 Hmm... ia

membawa

anaknya yang

masih kecil,

iiiiihhh lucu

banget namanya

Amel, dan pukul

20.00 aku tidak

bisa tidur dan

akhirnya kira-kira

jam 22.00 aku bisa

tidur. (kalimat ke-

4)

Banget Sangat Hmm...ia

membawa anaknya

yang masih

kecil,iiiiiihhhh

sangat lucu,

namanya Amel.

Pukul 20.00 aku

tidak bisa tidur dan

akhirnya sekitar

pukul 22.00 aku

bisa tidur.

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Dini Hulia sebanyak satu kali.

Kesalahan tersebut terletak pada kalimat ke-4. Kutipan yang terdapat pada

kalimat tersebut “Hmm... ia membawa anaknya yang masih kecil, iiiiihhh lucu

banget namanya Amel, dan pukul 20.00 aku tidak bisa tidur dan akhirnya kira-

kira jam 22.00 aku bisa tidur”.

Page 54: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

40

Penggunaan kata „banget‟ pada kalimat di atas tidak tepat, karena kata

„banget‟ bukan kata baku di dalam bahasa Indonesia. Kata yang seharusnya

digunakan yaitu „sangat‟. Dengan demikian, kalimat yang benar sebagai berikut.

“Ia membawa anaknya yang masih kecil dan sangat lucu, namanya Amel.

Pukul 20.00 saya tidak bisa tidur dan akhirnya sekitar pukul 22.00 saya baru bisa

tidur”.

Tabel 4.3

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi

“Taman Bunga Nusantara” Siswa Syifa Dwi

No Kalimat Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

5 Disana aku cuma

jalan-jalan dan naik

mobil-mobilan sama

temen-temen.

(kalimat ke-3)

Temen-temen

Teman-teman Di sana aku cuma

jalan-jalan dan naik

mobil-mobilan

dengan teman-teman.

6 Gak cuma itu ajah

aku sama temen-

temen aku mau ke

taman bunga tapi

karena Taman

Bunganya jauh aku

masuk dulu ke

rumah Jepang.

(kalimat ke-4)

Gak

Ajah

Temen-temen

Tapi

Dulu

Tidak

Saja

Teman-teman

Tetapi

Dahulu

Tidak hanya itu saja,

aku dan teman-

temanku mau ke

Taman Bunga tetapi

karena Taman

Bunganya jauh, aku

masuk dahulu ke

rumah Jepang.

7 Kayanya sih dia

sekeluarga terus

ngomongnya pake

bahasa Arab lagi

kan aku sama

temen-temen gak

ngerti apa yang

mereka lagi

omongin. (kalimat

ke-6)

Kayanya

Sih

Terus

Ngomongnya

Pake

Kan

Temene-temen

Gak

Ngerti

Omongin

Sepertinya

Lalu

Bicaranya

Pakai

Teman-teman

Tidak

Mengerti

Bicarakan

Sepertinya dia

sekeluarga. Lalu

bicaranya pakai

bahasa Arab, aku dan

teman-teman tidak

mengerti apa yang

sedang mereka

bicarakan.

8 Setelah lama mereka

pada ngobrol-

ngobrol, aku sama

temen-temen diusir

sama mereka dari

Ngobrol-ngobrol

Temen-temen

Mengobrol

Teman-teman

Setelah lama mereka

mengobrol, aku dan

teman-teman diusir

oleh mereka dari

rumah Jepang itu.

Page 55: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

41

rumah Jepang itu.

(kalimat ke-7)

9 Yaudah setelah itu

aku jalan ke taman

bunga disana aku

foto-foto dan disana

juga aku ketemu

orang arab itu.

(kalimat ke-8)

Ketemu Bertemu Setelah itu aku jalan

ke Taman Bunga, di

sana aku berfoto-foto

dan di sana juga aku

bertemu orang Arab

itu.

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Syifa Dwi sebanyak sembilan belas

kali. Kesalahan terletak pada kalimat tiga, empat, enam, tujuh, dan delapan.

1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-3

Kalimat ke-3 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak

satu kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-3 “Disana aku cuma jalan-jalan

dan naik mobil-mobilan sama temen-temen. ”.

Penggunaan kata „temen-temen‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata

„temen-temen‟ merupakan kata dalam bahasa Indonesia yang terpengaruh oleh

bahasa Betawi. Kata dalam bahasa Indonesia yang benar adalah „teman-teman‟.

Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Di sana saya hanya jalan-jalan dan naik mobil-mobilan bersama teman-

teman.”

2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-4

Kalimat ke-4 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak

empat kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-4 “Gak cuma itu ajah aku

sama temen-temen aku mau ke taman bunga tapi karena Taman Bunganya jauh

aku masuk dulu ke rumah Jepang.”

Penggunaan kata „gak‟, „ajah‟, „temen-temen‟, „tapi‟, dan „dulu‟ pada

kalimat di atas tidak tepat. Kata yang seharusnya digunakan yaitu „tidak‟, „saja‟,

„teman-teman‟, „tetapi‟, dan „dahulu‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat

dibetulkan menjadi kalimat berikut.

Page 56: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

42

“Tidak hanya itu saja, saya dan teman-teman ingin ke Taman Bunga,

tetapi karena Taman Bunganya jauh, saya masuk terlebih dahulu ke rumah

Jepang.”

3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-6

Kalimat ke-6 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak

sepuluh kali. pada pemilihan kata baku dan struktur kata. Kutipan yang terdapat

pada kalimat ke-6 “Kayanya sih dia sekeluarga terus ngomongnya pake bahasa

Arab lagi kan aku sama temen-temen gak ngerti apa yang mereka lagi omongin.”

Penggunaan kata „kayanya‟, „ sih‟, „terus‟, „ngomongnya‟, „pake‟,

„kan‟, „temen-temen‟, „gak‟, „ngerti‟, dan „omongin‟ pada kalimat tersebut tidak

tepat. Kata „kayanya‟, „terus‟, „ngomongnya‟, „temen-temen‟, gak‟, „ngerti‟ dan

„omongin‟ merupakan kata-kata di dalam bahasa Betawi. Seharusnya kata-kata

tersebut diganti menjadi „sepertinya‟, „lalu‟, bicaranya‟, „teman-teman‟, „tidak‟,

„mengerti‟, dan „bicarakan‟. Kata „sih‟ dan „kan‟ merupakan kata partikel di

dalam bahasa Betawi, sehingga tidak perlu ditulis ke dalam kalimat bahasa

Indonesia. Kata ‟pake‟ juga merupakan bahasa Betawi. Bahasa Betawi tidak

mengenal vokal rangkap atau diftong ai, au. Kata-kata yang dalam bahasa

Indonesia diucapkan dengan diftong dalam bahasa Betawi diucapkan dengan è

dan o. Kata „pake‟ dalam bahasa Indonesia yaitu „pakai‟. Dengan demikian,

kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Sepertinya dia sekeluarga. Bicaranya menggunakan bahasa Arab,

saya dan teman-teman tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.”

4. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-7

Kalimat ke-7 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak

dua kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-7 “Setelah lama mereka pada

ngobrol-ngobrol, aku sama temen-temen diusir sama mereka dari rumah Jepang

itu.”

Penggunaan kata „ngobrol-ngobrol‟, dan „temen-temen‟ pada kalimat

di atas tidak tepat. Kata „ngobrol‟ merupakan kata dalam bahasa Betawi dengan

ciri nasal yang mengawali bentuk kata kerja dasar „obrol‟. Kata „temen-temen‟

merupakan kata bahasa Indonesia yang terpengaruh tata ucap dalam bahasa

Page 57: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

43

Betawi yang menggunakan è di setiap akhir kata. Kata yang tepat digunakan

pada kalimat tersebut yaitu „mengobrol‟, „dan‟, teman-teman‟. Dengan

demikian, kalimat yang benar adalah sebagai berikut.

“setelah lama mereka mengobrol, saya dan teman-teman diusir oleh

mereka dari rumah Jepang itu.”

5. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-8

Kalimat ke-8 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak

satu kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-8 ” Yaudah setelah itu aku jalan

ke taman bunga disana aku foto-foto dan disana juga aku ketemu orang arab itu.”

Penggunaan kata „ketemu‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata yang

seharusnya digunakan pada kalimat tersebut „bertemu‟. Dengan demikian,

kalimat yang tepat sebagai berikut.

“Setelah itu saya jalan ke Taman Bunga. Di sana saya berfoto-foto

dan di sana juga saya bertemu dengan orang Arab itu.”

Tabel 4.4

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi

“Nonton Pertandingan Sepak Bola Persikabo Vs Persikad “

Siswa Syah Reza

No Kalimat Kosakata Berbahasa

Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

11 Saya pengen

cepet-cepet liat

pertandingan

sepak bola,

rasanya lama

banget hari

minggu. (kalimat

ke-1)

Pengen

Liat

Cepet-cepet

Banget

Ingin

Lihat

Cepat-cepat

Sangat

Saya ingin cepat-

cepat melihat

pertandingan sepak

bola. Rasanya lama

sekali hari minggu.

12 Saya menabung

uang sehari 5ribu

buat bayar liat

pertandingan

sepak bola.

(kalimat ke-2)

Buat

Liat

Untuk

Lihat

Saya menabung

uang sehari 5ribu

untuk melihat

pertandingan sepak

bola.

13 Pada saat jam 2

siang saya dan

Temen-temen Teman-teman Saat jam 2 siang

saya dan teman-

Page 58: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

44

temen-temen saya

berkumpul di

depan. (kalimat

ke-4).

teman berkumpul

di depan.

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Syah Reza sebanyak tujuh kali.

Kesalahan terletak pada kalimat satu, dua, dan empat.

1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-1

Kalimat ke-1 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak

empat kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-3 “Saya pengen cepet-cepet

liat pertandingan sepak bola, rasanya lama banget hari minggu.”

Penggunaan kata „pengen‟, „cepet-cepet‟, „liat‟, dan „banget‟ pada

kalimat di atas tidak tepat. Kata-kata tersebut merupakan kosakata dalam bahasa

Betawi. Kata-kata tersebut dalam bahasa Indonesia yaitu menggunakan kata

„ingin‟, „cepat-cepat‟, „lihat‟, dan „sangat‟. Dengan demikian, kalimat di atas

dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Saya ingin cepat-cepat melihat pertandingan sepak bola. Hari minggu

terasa sangat lama.”

2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-2

Kalimat ke-2 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-2 “Saya menabung uang sehari

5ribu buat bayar liat pertandingan sepak bola.”

Penggunaan kata „buat‟ dan „liat‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata

yang seharusnya digunakan yaitu „untuk‟ dan „lihat‟. Dengan demikian, kalimat

di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Saya menabung uang sehari lima ribu rupiah untuk melihat

pertandingan sepak bola.”

3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-4

Kalimat ke-4 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak satu

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-4 “Pada saat jam 2 siang saya dan

temen-temen saya berkumpul di depan.”

Page 59: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

45

Penggunaan kata „temen-temen‟ pada kalimat tersebut tidak tepat,

karena kata tersebut bukan merupakan kata baku dalam bahasa Indonesia. Kata

yang seharusnya digunakan yaitu „teman-teman‟. Dengan demikian, kalimat di

atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Saat pukul dua siang, saya dan teman-teman berkumpul di depan.”

Tabel 4.5

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi

“Latihan Paskibra” Siswa Nurul Aini

No Kalimat Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata dalam

Kalimat

14 Pas salah satu teman

saya datang, tiba-tiba dia

langsung menangis,

terus dia cerita sama

kakak kelas dan teman-

temannya katanya kaki

dia dilindas motor.

(kalimat ke-3)

Pas

Terus

Saat

lalu

Saat salah satu teman

saya datang, tiba-tiba

dia langsung menangis,

lalu dia bercerita

kapada kakak kelas dan

teman-temannya bahwa

kakinya dilindas motor.

15 Pas itu ada kakak kelas

yang baru datang, pas

mereka kita kasih tau

kalau teman kita kakinya

habis dilindas motor,

mereka berdua langsung

panik terus kita semua

jadi ikutan panik deh.

(kalimat ke-4)

Pas

Kasih tau

Terus

Deh

Saat

Beri tahu

Lalu

Saat itu ada kakak

kelas yang datang, saat

mereka kita beri tahu

kalau teman kita

kakinya habis dilindas

motor, mereka berdua

langsung panik lalu kita

semua jadi ikut panik.

16 Teman saya terusnya

dibawa pulang sama

satpam sekolah. (kalimat

ke-6)

Terusnya Kemudian Teman saya kemudian

dibawa pulang oleh

satpam sekolah.

17 Pas pelatih kita datang

kita diajari formasi untuk

lomba nanti, formasinya

agak ribet tapi keren loh.

(kalimat ke- 9)

Pas

Ribet

Loh

Tapi

Saat

Sulit

Saat pelatih kita

datang, kita diajari

formasi untuk lomba

nanti. Formasinya agak

sulit tetapi keren.

Page 60: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

46

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Nurul Aini sebanyak sebelas kali.

Kesalahan terletak pada kalimat tiga, empat, enam, dan sembilan.

1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-3

Kalimat ke-3 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-3 “ Pas salah satu teman saya

datang, tiba-tiba dia langsung menangis, terus dia cerita sama kakak kelas dan

teman-temannya katanya kaki dia dilindas motor.”

Penggunaan kata „pas‟, dan „terus‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata-

kata tersebut seharusnya menggunakan kata „saat‟, dan „lalu‟. Dengan demikian,

kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Saat salah satu teman saya datang, tiba-tiba dia langsung menangis. Dia

bercerita kapada kakak kelas dan teman-temannya bahwa kakinya terlindas

motor.”

2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-4

Kalimat ke-4 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak empat

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-4 “Pas itu ada kakak kelas yang

baru datang, pas mereka kita kasih tau kalau teman kita kakinya habis dilindas

motor, mereka berdua langsung panik terus kita semua jadi ikutan panik deh.”

Penggunaan kata „pas‟, „kasih tau‟, „terus‟ dan „deh‟ pada kalimat di atas

tidak tepat. Kata „pas‟, „kasih tau‟, dan „terus‟ dalam bahasa Indonesia

seharusnya menggunakan kata „saat‟, „beri tahu‟, dan „lalu‟. Sedangkan kata

„deh‟ merupakan kata partikel dalam bahasa Betawi yang seharusnya tidak

ditulis dalam kalimat tersebut. Dengan demikian, kalimat di atas dapat

dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Saat itu ada kakak kelas yang datang. Mereka kami beri tahu bahwa

teman kami kakinya terlindas motor. Mereka berdua langsung panik, lalu kami

semua pun ikut panik.”

Page 61: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

47

3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-6

Kalimat ke-6 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak satu

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-6 “Teman saya terusnya dibawa

pulang sama satpam sekolah.”

Penggunaan kata „terusnya‟ pada kalimat tersebut tidak tepat, karena kata

tersebut bukan merupakan kata baku dalam bahasa Indonesia. Kata yang

seharusnya digunakan yaitu „kemudian‟. Dengan demikian, kalimat di atas

dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Kemudian teman saya dibawa pulang oleh satpam sekolah.”

4. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-9

Kalimat ke-9 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak empat

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-9 “Pas pelatih kita datang kita

diajari formasi untuk lomba nanti, formasinya agak ribet tapi keren loh.”

Penggunaan kata „pas‟, „ribet‟, „tapi‟, dan „loh‟ pada kalimat tersebut

tidak tepat. Karena kata tersebut bukan merupakan kata baku dalam bahasa

Indonesia. Kata „pas‟ dan „ribet‟ merupakan kata dalam bahasa Betawi yang

sama artinya dengan kata „saat‟ dan „sulit‟ dalam bahasa Indonesia. Kata „tapi‟

merupakan bahasa Betawi yang sejajar artinya dengan kata „tetapi‟ dalam bahasa

Indonesia sebagai kata penghubung yang menunjukkan ketidaksejajaran.

Kalimat tersebut merupakan struktur kalimat bahasa Indonesia yang terpengaruh

bahasa Betawi. Kata „tapi‟ pada kalimat di atas seharusnya diganti dengan kata

„tetapi‟. Kata yang seharusnya digunakan yaitu „kemudian‟. Kata „loh‟

merupakan kata partikel dalam bahasa Betawi. Serharusnya tidak perlu ditulis

dalam kalimat tersebut. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan

menjadi kalimat berikut.

“Saat pelatih kami datang, kami diajari formasi untuk lomba nanti.

Formasinya agak sulit, tetapi keren.”

Page 62: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

48

Tabel 4.6

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi

“Pengalaman yang Berbeda” Siswa Hanny Hapita

No Kalimat Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya

Perbaikan Kata dalam

Kalimat

18 Pengalaman saya

pada saat di sd sangat

mengasyikan dengan

teman-teman,

bercanda bersama,

senang bareng, sedih

bareng, dan pada saat

suka maupun duka

tetap bersama.

(kalimat ke-1)

Bareng Bersama Pengalaman saya pada

saat di SD sangat

mengasyikan dengan

teman-teman, bercanda

bersama, senang

bersama, sedih

bersama, dan pada saat

suka maupun duka

tetap bersama.

19 Pada saat saya sd

kalau ketemu antara 1

dengan yang lain kita

sering menegor tapi

kenapa pada saat

berpisah semuanya

berubah. (kalimat ke-

3)

Ketemu

Menegor

Tapi

Bertemu

Menegur

Tetapi

Saat saya SD kalau

bertemu antara satu

dengan yang lain kita

saling menegur, tetapi

kenapa pada saat

berpisah semuanya

berubah.

20 Dulu kita saling

menyapa tapi skarang

mah udah pada

berubah semua.

(kalimat ke-5)

Dulu

Tapi

Mah

Udah

Dahulu

Tetapi

Sudah

Dahulu kita saling

menyapa tetapi

sekarang sudah

berubah semua

21 Temanku yang di

sdnya pendiem

skarang jadi berubah

jadi sombong sok

cantik, sok pinter

pokoknya berubah

drastis deh. (kalimat

ke-6)

Pendiem

Pinter

Deh

Pendiam

Pintar

Temanku yang di SD

nya pendiam sekarang

jadi berubah, jadi

sombong sok cantik,

sok pintar pokoknya

berubah drastis

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Hany Hapita sebanyak sebelas kali.

Kesalahan terletak pada kalimat satu, tiga, lima, dan enam.

Page 63: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

49

1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-1

Kalimat ke-1 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak satu

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-1 “Pengalaman saya pada saat di sd

sangat mengasyikan dengan teman-teman, bercanda bersama, senang bareng,

sedih bareng, dan pada saat suka maupun duka tetap bersama.”

Penggunaan kata „bareng‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata „bareng

merupakan kata dalam bahasa Betawi yang sama artinya dengan kata „bersama‟

di dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan

menjadi kalimat berikut.

“Pengalaman saya pada saat di SD sangat menyenangkan. Selalu bersama

dengan teman-teman, bercanda bersama, senang bersama, sedih bersama, dan

saat suka maupun duka tetap bersama.”

2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-3

Kalimat ke-3 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak tiga

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-3 “Pada saat saya sd kalau ketemu

antara 1 dengan yang lain kita sering menegor tapi kenapa pada saat berpisah

semuanya berubah. “

Penggunaan kata „ketemu‟, „menegor‟ dan „tapi‟ pada kalimat di atas tidak

tepat. Kata „ketemu‟ bentuk dasarnya adalah‟ temu‟ jika ditambahkan awalan

menjadi „bertemu‟. Kata „menegor‟ bentuk kata dasarnya adalah „tegur‟ dan jika

diberikan awalan me-, maka menjadi „menegur‟. Kata „tapi‟ merupakan kata

dalam bahasa Betawi yang sejajar artinya dengan kata „tetapi‟ dalam bahasa

Indonesia sebagai kata penghubung yang menunjukkan ketidaksejajaran.

Kalimat tersebut merupakan struktur kalimat bahasa Indonesia yang terpengaruh

bahasa Betawi. Kata „tapi‟ pada kalimat di atas seharusnya diganti dengan kata

„tetapi‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat

berikut.

“Saat saya SD jika bertemu antara satu dan yang lain kami saling

menegur, tetapi saat berpisah semuanya berubah.”

Page 64: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

50

3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-5

Kalimat ke-5 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak empat

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-5 “Dulu kita saling menyapa tapi

skarang mah udah pada berubah semua.”

Penggunaan kata „dulu‟, „tapi‟, „mah‟, „udah‟ pada kalimat tersebut tidak

tepat. Penulisan kata „dulu ‟ seharusnya „dahulu‟ dan kata „udah‟ seharusnya

„sudah‟. Kata „tapi‟ merupakan bahasa Betawi yang sejajar artinya dengan kata

„tetapi‟ dalam bahasa Indonesia sebagai kata penghubung yang menunjukkan

ketidaksejajaran. Kata „tapi‟ pada kalimat di atas seharusnya diganti dengan kata

„tetapi‟. Sedangkan kata „mah‟ bukan merupakan kata yang ada di dalam bahasa

Indonesia. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat

berikut.

“Dahulu kita saling menyapa, tetapi sekarang semua sudah berubah.”

Tabel 4.7

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi

“Pengalaman Liburan” Siswa Wafha Fauziyah

No Kalimat Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

22 Saya dipanggil sama

mamah saya kata

mamah saya, saya

akan pergi berenang

ke Jungle, terus saya

langsung pulang dan

siap-siap untuk

berangkat. (kalimat

ke-3)

Terus Lalu Saya dipanggil

oleh mamah saya.

Saya akan pergi

berenang ke

Jungle, lalu saya

langsung pulang

dan siap-siap untuk

berangkat.

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Wafha Pauziah sebanyak satu kali.

Kesalahan terletak pada kalimat ketiga.

Kalimat ke-3 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata. Kutipan yang

terdapat pada kalimat ke-3 “Saya dipanggil sama mamah saya kata mamah saya,

Page 65: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

51

saya akan pergi berenang ke Jungle, terus saya langsung pulang dan siap-siap

untuk berangkat..”

Penggunaan „terus‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata tersebut

seharusnya menggunakan kata „lalu‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat

dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Saya dipanggil oleh ibu. Saya akan pergi berenang ke Jungle, lalu saya

langsung pulang dan bersiap-siap untuk berangkat.”

Tabel 4.8

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi Siswa

Lailatul Qadariyah

No Kalimat Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

23 Pada hari rabu aku mau

berangkat sekolah aku

mandi dulu, sesudah

mandi aku memakai

baju, terus aku sarapan.

(kalimat ke-1)

Dulu

Terus

Dahulu

Lalu

Pada hari Rabu aku

mau berangkat ke

sekolah, aku mandi

terlebih dahulu.

Sesudah mandi aku

memakai baju, lalu

aku sarapan.

24 Sesudah di sekolah aku

belajar penjaskes,

olahraga terus gurunya

gak ada, akhirnya aku

jalan-jalan sama teman-

teman ke duren seribu.

(kalimat ke-3)

Terus

Gak

Lalu

Tidak

Sesudah di sekolah

aku belajar

penjaskes lalu

gurunya tidak ada,

akhirnya aku jalan-

jalan bersama

teman-teman ke

Duren Seribu.

25 Kita jalan-jalan kekali,

kesawah terus kita ke

sasar deh akhirnya kita

nanya-nanya jalan

kekali kemana.

(kalimat ke-4)

Kali

Terus

Kesasar

Nanya-nanya

Sungai

Lalu

Tersesat

Bertanya

Kita jalan-jalan ke

sungai dan ke

sawah, lalu kita

tersesat. Akhirnya

kita bertanya

kemana arah jalan

ke sungai.

26 Akhirnya kita tau dan

sampai dikali eh kita

mau nyebrang kali tau-

tau jembatannya gak

ada, akhirnya kita tanya

lagi alhamdulillah

Tau

Kali

Eh

Nyebrang

Gak

Tahu

Sungai

Menyebrang

Tidak

Akhirnya kita tahu

dan sampai di

sungai. Saat kita

mau menyebrang

sungai ternyata

jembatannya tidak

Page 66: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

52

jembatannya ada.

(kalimat ke-6)

ada. Akhirnya kita

tanya lagi

alhamdulillah

jembatannya ada.

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Laelatul Qadariyah sebanyak tiga

belas kali. Kesalahan terletak pada kalimat satu, tiga, empat, dan enam.

1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-1

Kalimat ke-1 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua

Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-1 “Pada hari rabu aku mau berangkat

sekolah aku mandi dulu, sesudah mandi aku memakai baju, terus aku sarapan.”

Penggunaan kata „dulu‟ dan „terus‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata

tersebut seharusnya menggunakan kata „dahulu‟ dan „lalu‟. Dengan demikian,

kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Ketika hari Rabu, saat ingin berangkat ke sekolah, saya mandi terlebih

dahulu. Sesudah mandi saya memakai baju lalu sarapan.”

2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-3

Kalimat ke-3 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-3 “Sesudah di sekolah aku belajar

penjaskes, olahraga terus gurunya gak ada, akhirnya aku jalan-jalan sama

teman-teman ke duren seribu.“

Penggunaan kata „terus‟ dan „gak‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata

yang seharusnya digunakan yaitu „lalu‟ dan „tidak‟. Dengan demikian, kalimat di

atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Sesudah di sekolah saya belajar penjaskes, tetapi gurunya tidak ada.

Akhirnya, saya dan teman-teman pergi jalan-jalan ke Duren Seribu.”

3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-4

Kalimat ke-4 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata pada pemilihan

kata, pemilihan kata baku, dan struktur kata. Kutipan yang terdapat pada kalimat

ke-4 “Kita jalan-jalan kekali, kesawah terus kita ke sasar deh akhirnya kita

nanya-nanya jalan kekali kemana.”

Page 67: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

53

Penggunaan kata „kali‟, „terus‟, „kesasar‟, „nanya-nanya‟ dan „deh‟ pada

kalimat tersebut tidak tepat. Kata „kali ‟ seharusnya diganti menjadi „sungai‟.

Kata „nanya-nanya‟ di sini merupakan bentuk kata ulang. Namun penggunaan

kata ulang pada kalimat tersebut tidak tepat. Seharusnya menggunakan kata

„bertanya‟. Sedangkan kata „deh‟ merupakan kata partikel dalam bahasa Betawi.

Seharusnya tidak perlu ditulis dalam kalimat tersebut. Dengan demikian,

kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Kami jalan-jalan ke sungai dan ke sawah, lalu kita tersesat. Akhirnya

kami bertanya arah jalan ke sungai .”

4. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-6

Kalimat ke-6 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak lima

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-4 “Akhirnya kita tau dan sampai

dikali eh kita mau nyebrang kali tau-tau jembatannya gak ada, akhirnya kita

tanya lagi alhamdulillah jembatannya ada.”

Penggunaan kata „tau‟, „kali‟, „eh‟, „nyebrang‟, dan „gak‟ pada kalimat

tersebut tidak tepat. Kata-kata tersebut seharusnya diganti menjadi „tahu‟,

„sungai‟, „menyebrang‟, „tahu-tahu‟, dan „tidak‟. Dengan demikian, kalimat di

atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Akhirnya kami tahu dan sampai di sungai. Saat kami mau menyebrang

sungai ternyata jembatannya tidak ada. Akhirnya kami bertanya lagi dan

alhamdulillah jembatannya ada.”

Tabel 4.9

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi “Kenangan

Teman-teman Sewaktu SD” Siswa Citra Jendagia

No Kalimat Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

27 Dulu waktu SD,

setiap anak

perempuan sama

anak laki-laki selalu

berebutan tempat

ngumpul. (kalimat ke-

1)

Dulu

Ngumpul

Dahulu

berkumpul

Dahulu ketika SD,

setiap anak

perempuan dan anak

laki-laki selalu

berebutan tempat

berkumpul.

Page 68: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

54

28 Dan akhirnya anak

perempuan yang

dapetin tempat itu

setiap pagi. (kalimat

ke-2)

Dapetin Mendapatkan Dan akhirnya anak

perempuan yang

mendapatkan tempat

itu setiap pagi.

29 Jadi kita semua

jarang-jarang ketemu

lagi, kadang hanya

beberapa saja yang

sering bertemu.

(kalimat ke-8)

Ketemu Bertemu Jadi kita semua

jarang-jarang

bertemu lagi,

kadang hanya

beberapa saja yang

sering bertemu.

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Citra Jendagia sebanyak empat kali.

Kesalahan terletak pada kalimat satu, dua, dan delapan.

1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-1

Kalimat ke-1 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak

dua kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-1 “Dulu waktu SD, setiap anak

perempuan sama anak laki-laki selalu berebutan tempat ngumpul.”

Penggunaan kata „dulu‟ dan „ngumpul‟ pada kalimat di atas tidak

tepat. Kata „dulu‟ seharusnya menggunakan kata „dahulu‟. Kata „ngumpul‟

merupakan bahasa Betawi yang masuk ke dalam susunan kata bahasa

Indonesia. Bentuk kata dasar dari ngumpul „kumpul‟. Seharusnya dalam

dalam bahasa Indonesia ditambahkan awalan ber- menjadi „berkumpul‟.

Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Dahulu ketika SD, setiap anak perempuan dan anak laki-laki selalu

berebutan tempat berkumpul.”

2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-2

Kalimat ke-2 ditemukan kesalahan sebanyak satu kali. Kutipan yang

terdapat pada kalimat ke-2 “Dan akhirnya anak perempuan yang dapetin

tempat itu setiap pagi.”

Penggunaan kata „dapetin‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Bahasa

Indonesia tidak mengenal adanya akhiran–in. Kata „dapetin‟ sejajar dengan

Page 69: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

55

kata „mendapatkan‟ dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, kalimat di atas

dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Dan akhirnya anak perempuan yang mendapatkan tempat itu setiap

pagi.”

3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-8

Kalimat ke-8 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak

satu kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-8 “Jadi kita semua jarang-

jarang ketemu lagi, kadang hanya beberapa saja yang sering bertemu”

Penggunaan kata „ketemu‟ pada kalimat tersebut tidak tepat. Kata

tersebut seharusnya diganti menjadi „bertemu‟ Dengan demikian, kalimat di

atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Jadi, kami semua jarang bertemu lagi, kadang hanya beberapa orang

saja yang sering bertemu.”

Tabel 4.10

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi Siswa

Nurruba Rahayu (Kenangan di Waktu SD)

No Kalimat Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

30 Bercanda bareng,

sarapan bareng

pokoknya selalu

bareng deh.(kalimat

ke-2)

Bareng

Deh

Bersama

Bercanda bersama,

sarapan bersama

pokoknya selalu

bersama.

31 Kalau kekamar mandi

berebutan, terus harus

berantem dulu.

(kalimat ke-4)

Terus

Berantem

Dulu

Lalu

Bertengkar

Dahulu

Kalau ke kamar

mandi berebutan,

lalu harus

bertengkar dahulu.

Berdasarkan tabel 4.10 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Nurruba Rahayu sebanyak lima kali.

Kesalahan terletak pada kalimat dua dan empat.

Page 70: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

56

1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-2

Kalimat ke-2 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-2 “Bercanda bareng, sarapan

bareng pokoknya selalu bareng deh.”

Penggunaan kata „bareng „ dan „deh‟ pada kalimat di atas tidak tepat.

Kata „bareng‟ merupakan kata dalam bahasa Betawi yang sama artinya dengan

„bersama‟ dalam bahasa Indonesia. Kata „deh‟ merupakan kata partikel

bahasa Betawi, sehingga tidak perlu ditulis di dalam kalimat tersebut. Dengan

demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Bercanda bersama, sarapan bersama, pokoknya selalu bersama.”

2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-4

Kalimat ke-4 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata pada pemilihan

kata dan pemilihan kata baku. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-4 “Kalau

kekamar mandi berebutan, terus harus berantem dulu.”

Penggunaan kata „terus‟, „berantem‟, dan „dulu‟ pada kalimat di atas

tidak tepat. Kata yang seharusnya digunakan yaitu „lalu‟, „bertengkar‟, dan

„dahulu‟. Kalimat yang benar adalah:

“Kalau ingin ke kamar mandi haru berebutan dan bertengkar terlebih

dahulu.

Tabel 4.11

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi

“Tentang Teman Sebangku ku yang Baik tetapi Selalu Buat Usil”

Siswa Alfira Faila

No

Kalimat

Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

32 Terus waktu Farel

sakit, Helen tidak

bisa ngejenguk Farel

waktu sakit karena

waktu itu Helen ada

ekskul, lalu pas ke

esokan harinya Helen

bicara dia itu

menyesal karena tiak

Terus

Pas

Ngejenguk

Lalu

Saat

Menjenguk

Lalu waktu Farel

sakit, Helen tidak

bisa menjenguk

Farel waktu sakit

karena waktu itu

Helen ada ekskul,

lalu saat

keesokan harinya

Helen bicara dia

Page 71: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

57

bisa ngejenguk Farel

waktu Farel sakit.

(kalimat ke-6)

itu menyesal

karena tiak bisa

menjenguk Farel

waktu Farel sakit.

Berdasarkan tabel 4.11 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Alfira Faila sebanyak tiga kali.

Kesalahan terletak pada kalimat keenam. Kutipan yang terdapat pada kalimat

ke-6 “Terus waktu Farel sakit, Helen tidak bisa ngejenguk Farel waktu sakit

karena waktu itu Helen ada ekskul, lalu pas ke esokan harinya Helen bicara dia

itu menyesal karena tiak bisa ngejenguk Farel waktu Farel sakit”

Penggunaan kata „terus‟, „ngejenguk‟ dan „pas‟ pada kalimat di atas tidak

tepat. Kata tersebut seharusnya menggunakan kata „lalu‟, „menjenguk‟, dan

„saat‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat

berikut.

“Lalu ketika Farel sakit, Helen tidak bisa menjenguk, karena saat itu

Helen ada kegiatan ekskul, keesokan harinya, Helen bercerita bahwa ia

menyesal karena tiak bisa menjenguk Farel ketika sedang sakit.”

Tabel 4.12

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi

“Pengalaman Kenaikan Kelas” Siswa Julian Ramayanti

No Kalimat Kosakata Berbahasa

Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

33 Pada jalan-jalan

kenaikan kelas tahun

kemaren saya pergi ke

Taman Matahari.

(kalimat ke-1)

Kemaren Kemarin Saat jalan-jalan

kenaikan kelas

tahun kemarin

saya pergi ke

Taman Matahari.

Berdasarkan tabel 4.12 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Julian Ramayanti sebanyak satu kali.

Kesalahan terletak pada kalimat kesatu. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-1

“Pada jalan-jalan kenaikan kelas tahun kemaren saya pergi ke Taman Matahari.”

Page 72: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

58

Kata „kemaren‟ pada kalimat di atas tidak tepat . kata tersebut bukan

merupakan kata baku dalam bahasa Indonesia karena terpengaruh oleh tata ucap

dalam bahasa Betawi yaitu setiap akhir kata diucapkan dengan è. Kata

„kemaren‟ seharusnya ditulis „kemarin‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat

dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Saat jalan-jalan kenaikan kelas tahun kemarin, saya pergi ke Taman

Matahari.”

Tabel 4.13

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi

“Menang Bermain Sepak Bola “ Siswa Peri Irawan

No Kalimat Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

34 Setelah itu saya dan

teman-teman istirahat

sejenak dan

dilanjutkan yang

bermain bola orang

yang gede sehingga

lawan yang datang

jauh-jauh kalah juga.

(kalimat ke-6)

Gede Besar Setelah itu saya

dan teman-teman

istirahat sejenak

dan dilanjutkan

yang bermain bola

orang yang besar,

sehingga lawan

yang datang jauh-

jauh kalah juga.

Berdasarkan tabel 4.13 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Peri Irawan sebanyak satu. Kesalahan

terletak pada kalimat keenam. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-6 “Setelah

itu saya dan teman-teman istirahat sejenak dan dilanjutkan yang bermain bola

orang yang gede sehingga lawan yang datang jauh-jauh kalah juga.”

Penggunaan kata „gede‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata tersebut

seharusnya diganti dengan kata „besar‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat

dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Setelah itu saya dan teman-teman beristirahat sejenak. Lalu dilanjutkan

dengan permainan sepak bola orang yang berbadan besar, sehingga lawan yang

datang dari jauh akhirnya kalah. ”

Page 73: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

59

Tabel 4.14

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi “Jalan-

jalan ke Pantai Acara Perpisahan Kelas” Siswa Mega Citra

No Kalimat Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

35 Saya dan teman-

teman ngumpul di

BSI (Bukit Sawangan

Indah) ternyata sudah

banyak yang datang,

setelah semuanya

datang kita pun pergi

ke pantai. (kalimat ke-

4)

Ngumpul Berkumpul Saya dan teman-

teman berkumpul di

BSI (Bukit

Sawangan Indah)

ternyata sudah

banyak yang datang,

setelah semuanya

datang kita pun

pergi ke pantai

Berdasarkan tabel 4.14 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Mega Citra sebanyak satu kali,

Kesalahan terletak pada kalimat keempat. Kutipan yang terdapat pada kalimat

ke-4 “Saya dan teman-teman ngumpul di BSI (Bukit Sawangan Indah) ternyata

sudah banyak yang datang, setelah semuanya datang kita pun pergi ke pantai.”

Penggunaan kata „ngumpul‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata

„ngumpul‟ ‟ merupakan kata dalam bahasa Betawi dengan ciri nasal yang

mengawali bentuk kata kerja dasar „kumpul‟. Kata tersebut seharusnya

ditambahkan awalan ber- menjadi „berkumpul‟. Dengan demikian, kalimat di

atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Saya dan teman-teman berkumpul di BSI (Bukit Sawangan Indah).

ternyata sudah banyak orang yang datang. Setelah semuanya datang kami pun

pergi ke pantai.

Tabel 4.15

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi

Siswa Alvira Damayanti

No Kalimat Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

36 Dan di tengah perjalanan

ternyata mobilnya mogok,

Ujan

Geladag-geludug

Hujan

Petir

Dan di tengah

perjalanan ternyata

Page 74: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

60

padahal ujan, geladag-

geludug. (kalimat ke-3)

mobilnya mogok,

padahal sedang hujan

dan petir.

37 Untung aja ada warung dan

mushola, tapi musholanya juga

dari gubug. (kalimat ke-4)

Aja

Tapi

Saja

Tetapi

Untung saja ada

warung dan mushola,

tapi musholanya juga

dari gubug.

38 Sambil nungguin knek supir

membeli bensin aku makan

mie bareng sama kakak, dan

aku shalat juga di situ.

(kalimat ke-5)

Nungguin

Bareng

Menunggu

Bersama

Sambil menunggu

kernet supir membeli

bensin, aku makan

mie bersama dengan

kakak dan aku shalat

juga di situ.

39 Karena jalannya lukak-likuk

aku sampai puyeng. (kalimat

ke-11)

Lukak-likuk

Puyeng

Berliku-liku

Pusing

Karena jalannya lika-

liku aku sampai

pusing.

Berdasarkan tabel 4.15 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Alfira Damayanti sebanyak delapan

kali. Kesalahan terletak pada kalimat tiga, empat, lima, dan sebelas.

1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-3

Kalimat ke-3 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-3 “Dan di tengah perjalanan

ternyata mobilnya mogok, padahal ujan, geladag-geludug.”

Penggunaan kata „ujan‟ dan „geladag-geludug‟ pada kalimat di atas tidak

tepat. Kata „ujan‟ bukanlah kata baku di dalam bahasa Indonesia. Penulisan

yang tepat seharusnya „hujan‟, sedangkan kata „geladag;geludug‟ bukan

merupakan kata di dalam bahasa Indonesia. Kata yang maknanya sama dengan

kata tersebut yaitu „petir‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan

menjadi kalimat berikut.

“Dan di tengah perjalanan ternyata mobilnya mogok, padahal saat itu

sedang hujan dan petir.”

2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-4

Kalimat ke-4 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-4 “Untung aja ada warung dan

mushola, tapi musalanya juga dari gubug.”

Page 75: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

61

Penggunaan kata „aja‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata yang

seharusnya digunakan yaitu „saja‟. Kata „tapi‟ merupakan bahasa Betawi yang

sejajar artinya dengan kata „tetapi‟ dalam bahasa Indonesia sebagai kata

penghubung yang menunjukkan ketidaksejajaran. Kata „tapi‟ pada kalimat di

atas seharusnya diganti dengan kata „tetapi‟. Dengan demikian, kalimat di atas

dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Untung saja ada warung dan musala, meskipun musalanya dari gubuk.”

3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-5

Kalimat ke-5 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-5 “Sambil nungguin knek supir

membeli bensin aku makan mie bareng sama kakak, dan aku shalat juga di situ”

Penggunaan kata „nungguin‟, ‟bareng‟, dan „sama‟ pada kalimat tersebut

tidak tepat. Kata „nungguin‟ mengunakan akhiran–in yang merupakan akhiran

dalam bahasa Betawi. Bahasa Indonesia tidak mengenal adanya akhiran –in.

Kata „nungguin‟ sejajar dengan kata „menunggu‟ dalam bahasa Indonesia. Kata

„bareng‟ seharusnya diganti menjadi „bersama‟. Dengan demikian, kalimat di

atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Sambil menunggu kernet supir membeli bensin, saya makan mie bersama

dengan kakak dan saya shalat juga di sana.”

4. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-11

Kalimat ke-11 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-11 “Karena jalannya lukak-likuk aku

sampai puyeng”

Penggunaan kata „lukak-likuk‟ dan ‟puyeng‟ pada kalimat tersebut tidak

tepat. Kata-kata tersebut seharusnya diganti menjadi „berliku-liku‟ dan „pusing‟.

Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Karena jalannya yang berliku-liku, saya jadi pusing.

Page 76: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

62

Tabel 4.16

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi

Siswa Shipa Pauziah

No Kalimat Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

40 Dan sesudah naik

kereta gantung aku

dan keluargaku

memasuki area

berenang disitu airnya

dingin banget bibirku

pun sampai bergetar,

dingin banget.

(kalimat ke-6)

Banget Sangat Dan sesudah naik

kereta gantung aku

dan keluargaku

memasuki area

berenang di situ

airnya sangat

dingin bibirku pun

sampai bergetar,

dingin sekali.

Berdasarkan tabel 4.16 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Sipa Pauziah sebanyak satu kali.

Kesalahan terletak pada kalimat enam.

Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-6 “Dan sesudah naik kereta

gantung aku dan keluargaku memasuki area berenang disitu airnya dingin

banget bibirku pun sampai bergetar, dingin banget.”

Penggunaan kata „banget ‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata tersebut

sama artinya dengan kata „sangat‟ dalam bahasa Indonesia. Kalimat yang benar

adalah:

“Sesudah naik kereta gantung, saya dan keluarga memasuki area

berenang. Airnya sangat dingin, hingga bibir saya bergetar.”

Tabel 4.17

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi

Siswa Nurkamala

No Kalimat Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata dalam

Kalimat

41 Ada sodaraku yang

nginep dia tidurnya di

lantai engga mau di

kasur. (kalimat ke-2)

Sodaraku

Nginep

Engga

Saudaraku

Menginap

Tidak

Ada saudaraku yang

menginap, dia tidurnya

di lantai tidak mau di

kasur.

42 Tetapi waktu di Mabok Mabuk Tetapi waktu di

Page 77: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

63

perjalanan ada yang

mabok alhamdulillah

saya tidak mabok.

(kalimat ke-8)

perjalanan ada yang

mabuk alhamdulillah

saya tidak mabuk.

43 Kita pun pulang ke

rumah masing-masing

sampai sekarang aku

tidak ketemu teman-

teman lagi karna sudah

perpisahan di sekolah.

(kalimat ke-9)

Ketemu Bertemu Kita pun pulang ke

rumah masing-masing

sampai sekarang aku

tidak bertemu teman-

teman lagi karena sudah

perpisahan di sekolah.

Berdasarkan tabel 4.17 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Nurkamala sebanyak lima kali.

Kesalahan terletak pada kalimat dua, delapan, dan sembilan.

1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-2

Kalimat ke-2 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak tiga

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-2 “Ada sodaraku yang nginep dia

tidurnya di lantai engga mau di kasur.”

Penggunaan kata „sodaraku‟, „nginep‟, dan „engga‟ pada kalimat di atas

tidak tepat. Kata „sodaraku ‟ merupakan bahasa Betawi yang tidak mengenal

vokal rangkap atau diftong ai, au. Kata-kata yang dalam bahasa Indonesia

diucapkan dengan diftong dalam bahasa Betawi diucapkan dengan è dan o. Kata

„sodaraku‟ sehaarusnya ditulis „saudaraku‟ di dalam bahasa Indonesia..

Sedangkan penggunaan kata „nginep‟ dan „engga‟ juga merupakan bahasa

Betawi. Kedua kata tersebut seharusnya diganti menjadi „menginap‟ dan „tidak‟.

Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Ada saudara saya yang menginap, tidurnya di lantai tidak mau di kasur.”

2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-8

Kalimat ke-8 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata pada pemilihan

kata baku. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-8 “Tetapi waktu di perjalanan

ada yang mabok alhamdulillah saya tidak mabok.”

Penggunaan kata „mabok‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata yang

tepat yaitu kata „mabuk‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan

menjadi kalimat berikut.

Page 78: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

64

“tetapi saat di perjalanan ada yang mabuk. Alhamdulillah saya tidak ikut

mabuk.”

3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-9

Kalimat ke-9 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata pada pemilihan

kata baku dan struktur kata. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-9 “Kita pun

pulang ke rumah masing-masing sampai sekarang aku tidak ketemu teman-teman

lagi karena sudah perpisahan di sekolah.”

Penggunaan kata „ketemu‟ pada kalimat tersebut tidak tepat. Kata

„ketemu‟, adalah bahasa Betawi yang masuk ke dalam susunan kalimat bahasa

Indonesia. Bentuk kata dasar dari kata tersebut adalah „temu‟. Seharusnya

bahasa Indonesianya adalah „bertemu‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat

dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Kami pun pulang ke rumah masing-masing. Sampai sekarang saya sudah

tidak bertemu lagi dengan teman-teman, karena sudah perpisahan di sekolah.”

Tabel 4.18

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi

“Kerja Kelompok Bersama Teman “ Siswa Nisfi Fadilah

No Kalimat Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

44 Waktu kita belajar

kelompok kita ketawa

terus, malah paling

heboh sendiri, yang

lain pada diem.

(kalimat ke-4)

Ketawa

Diem

Tertawa

Diam

Waktu kita belajar

kelompok kita

tertawa terus, malah

paling heboh

sendiri, yang lain

diam.

45 Kita cuma main-main

ajah, kita di sana

foto-foto dan

karokean, pokoknya

seru deh sampe-

sampe lupa waktu.

(kalimat ke-9)

Ajah

Deh

Sampe-sampe

Saja

Sampai-sampai

Kita cuma main-

main saja, kita di

sana foto-foto dan

karokean, pokoknya

seru sampai-sampai

lupa waktu

46 Waktu di jalan kita

ketemu ibu Lilis dan

akhirnya kita sempet

ngobrol dulu deh ga

Ketemu

Sempet

Ngobrol

Dulu

Bertemu

Sempat

Mengobrol

Dahulu

Waktu di jalan kita

bertemu ibu Lilis

dan akhirnya kita

sempat mengobrol

Page 79: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

65

nyangka bisa ketemu

ibu Lilis. (kalimat ke-

11)

Deh

Ga

nyangka

Tidak

Menyangka

dahulu tidak

menyangka bisa

bertemu ibu Lilis.

47 Katanya sih abis

pulang dari rumah

kepala sekolah yang

dulu karna kepala

sekolah yang dulu

sudah meninggal.

(kalimat ke-12)

Sih

Abis

Habis

Katanya habis

pulang dari rumah

kepala sekolah yang

dahulu karena

kepala sekolah yang

dahulu sudah

meninggal.

Berdasarkan tabel 4.18 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Nisfi Fadilah sebanyak empat belas

kali. Kesalahan terletak pada kalimat empat, sembilan, sebelas dan dua belas.

1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-4

Kalimat ke-4 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-4 “Waktu kita belajar kelompok

kita ketawa terus, malah paling heboh sendiri, yang lain pada diem.”

Penggunaan kata „ketawa‟ dan „diem‟ pada kalimat di atas tidak tepat.

Kedua kata tersebut merupakan kata bahasa Betawi, seharusnya diganti menjadi

„tertawa‟ dan „diam‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan

menjadi kalimat berikut.

“Saat kami belajar kelompok, kami tertawa-tawa dan paling heboh

sendiri, yang lain hanya diam.”

2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-9

Kalimat ke-9 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak tiga

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-9 “Kita cuma main-main ajah, kita

di sana foto-foto dan karokean, pokoknya seru deh sampe-sampe lupa waktu”

Penggunaan kata „ajah‟, „deh‟, dan „sampe-sampe‟ pada kalimat tersebut

tidak tepat. Kata „ajah‟ bukan merupakan kata baku bahasa Indonesia.

Seharusnya diganti menjadi „saja‟. Kata „sampe-sampe‟ merupakan kata dalam

bahasa Betawi. Bahasa Betawi tidak mengenal vokal rangkap atau diftong ai,

au. Kata-kata yang dalam bahasa Indonesia diucapkan dengan diftong dalam

bahasa Betawi diucapkan dengan è dan o. Kata „sampe-sampe‟ menjadi „sampai-

Page 80: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

66

sampai‟ dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, kalimat di atas dapat

dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Kami hanya bermain-main, foto-foto, dan karokean. Pokoknya sangat

menyenangkan hingga lupa waktu.”

3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-11

Kalimat ke-11 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak tujuh

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-11 “Waktu di jalan kita ketemu ibu

Lilis dan akhirnya kita sempet ngobrol dulu deh ga nyangka bisa ketemu ibu

Lilis.”

Penggunaan kata „ketemu‟, „sempet‟, „ngobrol‟, „deh‟, „ga‟, dan „nyangka‟

pada kalimat di atas tidak tepat. Kata-kata „ketemu‟, „sempet‟, „ngobrol‟, „ga‟,

dan „nyangka‟ seharusnya diganti menjadi „bertemu‟, „sempat‟, „mengobrol‟,

tidak‟, dan „menyangka‟. Sedangkan „deh‟ merupakan kata partikel dalam

bahasa Betawi. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi

kalimat berikut.

“Saat di jalan, kami bertemu ibu Lilis dan akhirnya kami sempat

mengobrol. Tidak disangka dapat bertemu ibu Lilis.”

4. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-12

Kalimat ke-12 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata pada pemilihan

kata dan pemilihan kata baku. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-12

“Katanya sih abis pulang dari rumah kepala sekolah yang dulu karna kepala

sekolah yang dulu sudah meninggal.”

Penggunaan kata „sih‟ , „abis‟, dan „dulu‟ pada kalimat di atas tidak tepat.

Kata „sih‟ merupakan kata partikel dalam bahasa Betawi. Sedangkan kata „abis‟

dan „dulu‟ bukan kata baku dalam bahasa indonesia. Kata yang benar adalah

„habis‟ dan „dahulu‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi

kalimat berikut.

“Katanya mereka dari rumah kepala sekolah yang dahulu, karena kepala

sekolah yang dahulu baru saja meninggal.”

Page 81: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

67

Tabel 4.19

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan

Narasi Siswa Putri Dewi

No Kalimat Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

48 Padahal kan gunung

kapur itu jauh Banget

tapi nggak kerasa

kalau kita bercanda,

ketawa-ketawa, ngak

ada rasa capek

ataupun ngeluh dari

mulut kita. (kalimat

ke-6)

Kan

Banget

Tapi

Nggak

Kerasa

Ketawa-ketawa

Ngeluh

Sangat

Tetapi

Tidak

Terasa

Tertawa

Mengeluh

Padahal Gunung

Kapur itu sangat

jauh tetapi tidak

terasa kalau kita

bercanda, tertawa,

tidak ada rasa capek

ataupun mengeluh

dari mulut kita.

59 Sesampainya di

gunung kapur kita

semua bermain bom-

bom kar resep banget

sampe nabrak-

nabrak. (kalimat ke-

7)

Resep

Banget

Sampe

Nabrak-nabrak

Senang

Sangat

Sampai

Menabrak

Sesampainya di

Gunung Kapur kita

semua bermain

bom- bomkar,

sangat senang

sampai menabrak.

50 Pas udah bosen kita

semua langsung

kegunungnya kita

mendaki kaya orang

mendaki beneran.

(kalimat ke-8)

Pas

Udah

Bosen

Kaya

Beneran

Saat

Sudah

Bosan

Seperti

Sebenarnya

Saat sudah bosan

kita semua langsung

ke gunungnya, kita

mendaki seperti

orang mendaki

sebenarnya.

51 Setelah waktu udah

menjelang siang di

sana ada dangdut kita

semua ngeliat trus

joget-joget dah.

(kalimat ke-9)

Udah

Ngeliat

Trus

Joget-joget

Dah

Sudah

Melihat

Goyang-goyang

Setelah waktu sudah

menjelang siang, di

sana ada dangdut

kita semua melihat

lalu goyang-goyang.

52 Stelah waktu udah

jam 13.30 kita semua

pulang. (kalimat ke-

10)

Udah Sudah Setelah waktu sudah

pukul 13.30 kita

semua pulang.

53 Coba ajah sahabat-

sahabatku bisa maen

seperti ini lagi pasti

seru deh jangan

bosen-bosen deh

kalau berteman

denganku. (kalimat

ke-13)

Ajah

Maen

Deh

Bosen-bosen

Saja

Main

Bosan-bosan

Coba saja sahabat-

sahabatku bisa main

seperti ini lagi pasti

seru, jangan bosan-

bosan kalau

berteman denganku.

Page 82: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

68

Berdasarkan tabel 4.19 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Putri Dewi sebanyak dua puluh enam

kali. Kesalahan terletak pada kalimat enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh,

dan tiga belas.

1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-6

Kalimat ke-6 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak tujuh

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-6 “Padahal kan gunung kapur itu

jauh Banget tapi ngak kerasa kalau kita bercanda, ketawa-ketawa, ngak ada rasa

capek ataupun ngeluh dari mulut kita.”

Penggunaan kata „kan‟, „banget‟, „tapi‟, „ngak‟, „kerasa‟, „ketawa-

ketawa‟, dan „ngeluh‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata „kan‟ bukan kata

dalam bahasa Indonesia. Seharusnya tidak perlu ditulis pada kalimat tersebut.

Kata-kata tersebut seharusnya diganti menjadi „ sangat‟, „tetapi‟, „tidak‟,

„terasa‟, „tertawa‟, dan „mengeluh‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat

dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Padahal Gunung Kapur itu sangat jauh, tetapi tidak terasa jika sambil

bercanda dan tertawa. Tidak ada rasa capek ataupun mengeluh dari mulut kami.”

2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-7

Kalimat ke-7 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak empat

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-7 “Sesampainya di gunung kapur

kita semua bermain bom- bom kar resep banget sampe nabrak-nabrak.”

Penggunaan kata „resep‟, „banget‟, „sampe‟, dan „nabrak-nabrak‟ pada

kalimat tersebut tidak tepat. Kata-kata tersebut seharusnya diganti menjadi

„senang‟, „sangat‟, „sampai‟, dan „menabrak‟. Dengan demikian, kalimat di atas

dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Sesampainya di Gunung Kapur, kami semua bermain bom- bomkar, sangat

senang hingga menabrak.”

Page 83: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

69

3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-8

Kalimat ke-8 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak lima

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-8 “Pas udah bosen kita semua

langsung kegunungnya kita mendaki kaya orang mendaki beneran.”

Penggunaan kata „pas‟, „udah‟, „bosen‟, „kaya‟, dan „beneran‟ pada

kalimat di atas tidak tepat. Kata „pas‟ sama artinya dengan kata „saat‟ dalam

bahasa Indonesia. Kata „udah‟ dan „bosen‟bukan kata baku bahasa Indonesia,

kata tersebut terpengaruh oleh bahasa Betawi. Seharusnya kata yang digunakan

adalah „sudah‟ dan „bosan‟. Kata „kaya‟ dalam bahasa Betawi sama artinya

dengan‟seperti‟ dalam bahasa Indonesia. Kata „beneran‟ menggunakan akhiran-

an. Akhiran tersebut sama bentuknya dengan akhiran bahasa Indonesia, tetapi

penggunaannya dalam bahasa Betawi cukup khas. Dalam bahasa Betawi akhiran

itu bisa menyatakan „lebih‟ bila dihubungkan dengan bentuk dasar adjektiva.

Sedangkan dalam bahasa Indonesia akhiran-an menyatakan hasil. Jadi, kata

yang tepat digunakan untuk kalimat tersebut yaitu „sebenarnya‟. Dengan

demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Saat sudah bosan, kami semua langsung ke gunung. Kami mendaki

seperti pendaki gunung sebenarnya.”

4. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-9

Kalimat ke-9 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak lima

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-9 “Setelah waktu udah menjelang

siang di sana ada dangdut kita semua ngeliat trus joget-joget dah.”

Penggunaan kata „udah‟, „ngeliat‟, „trus‟, joget-jeget‟, dan „dah‟ pada

kalimat di atas tidak tepat. Kata-kata tersebut merupakan bahasa Betawi yang

dalam bahasa Indonesia menjadi „sudah‟, „lalu‟, „melihat‟, dan „goyang-goyang‟.

Sedangkan „dah‟ bukan kata dalam bahasa Indonesia melainkan kata partikel

dalam bahasa Betawi. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan

menjadi kalimat berikut.

“Setelah waktu menjelang siang, di sana ada dangdut. Kami semua melihat

lalu ikut bergoyang.”

Page 84: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

70

5. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-10

Kalimat ke-10 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak satu

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-10 “Stelah waktu udah jam 13.30

kita semua pulang.”

Penulisan kata „udah‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata „udah‟

seharusnya diganti „sudah‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan

menjadi kalimat berikut.

“Setelah waktu menunjukkan pukul 13.30, kami semua pulang.”

6. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-13

Kalimat ke-13 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak enam

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-13 “Coba ajah sahabat-sahabatku

bisa maen seperti ini lagi pasti seru deh jangan bosen-bosen deh kalau berteman

denganku”

Penggunaan kata „ajah‟, „maen‟, „bosen-bosen‟, dan „deh‟ pada kalimat di

atas tidak tepat. Kata „ajah‟ tersebut seharusnya diganti menjadi „saja‟. Kata

„maen‟ dan „bosen-bosen‟ merupakan kata bahasa Indonesia yang terpengaruh

tata ucap bahasa Betawi yang setiap akhir katanya dilafalkan è. Kata „maen‟

dan „bosen-bosen‟ dalam bahasa Indonesia yang benar adalah „main‟ dan

„bosan-bosan‟. Sedangkan „deh‟ bukan kata dalam bahasa Indonesia melainkan

kata partikel dalam bahasa Betawi, seharusnya tidak perlu ditulis dalam kalimat

tersebut. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat

berikut.

“Jika saja sahabat-sahabat saya bisa main seperti ini lagi, pasti

menyenangkan. Jangan bosan-bosan kalau berteman dengan saya.”

Tabel 4.20

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi

“Maaf untuk Ummi “Siswa Ida Laela

No Kalimat Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

54 Ummi: “sini dulu

sebentar, beliin umi

Beliin Belikan Ummi: “sini dulu

sebentar, belikan umi

Page 85: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

71

gula ke warung

2kg”.(kalimat ke-5)

gula ke warung 2kg.”

55 Aku gak dengerin

umi, terus umi

marah-marah.

(kalimat ke-8)

Gak

Dengerin

Tidak

mendengarkan

Aku tidak

mendengarkan umi,

lalu umi marah-

marah.

56 Aku dinasehatin

sama nenek, kata

nenek “neng Fa‟ud

gak boleh ngebantah,

bantuin umi”.

(kalimat ke-10)

Dinasehatin

Gak

Ngebantah

Bantuin

Dinasihati

Tidak

Membantah

Bantu

Aku dinasihati oleh

nenek, kata nenek

“neng Fa‟ud tidak

boleh membantah,

bantu umi.”

57 Terutama umi, umi

yang udah ngelahirin

kamu, ngerawat

kamu sampe

sekarang kamu inget

surga ada di telapak

kaki ibu, kalau kamu

ngelawan emang

kamu mau dosa terus

masuk neraka?.

(kalimat ke-13)

Udah

Ngelahirin

Ngerawat

Sampe

Inget

Ngelawan

Emang

Terus

Sudah

Melahirkan

Merawat

Sampai

Ingat

Melawan

Memang

Lalu

Terutama umi, umi

yang sudah

melahirkan kamu,

merawat kamu

sampai sekarang

kamu ingat surga ada

di telapak kaki ibu,

kalau kamu melawan

memang kamu mau

dosa lalu masuk

neraka?

58 Terus gak tau kenapa

hati aku jadi tunduk

karena perkataan

nenek tadi, aku

langsung lari ke

dalam rumah,

sampai-sampai HP

aku jatuh, enggak aku

hiraukan, di dalam

rumah aku menemui

ummi sedang ngiris

bawang, aku masih

takut deketin ummi,

tapi aku berusaha,

aku

berkata:”ummi...”

(kalimat ke-14)

Terus

Gak

Tau

Enggak

Ngiris

Deketin

Tapi

Lalu

Tidak

Tahu

Tidak

Mengiris

Mendekati

tetapi

Lalu tidak tahu

kenapa hati aku jadi

tunduk karena

perkataan nenek tadi,

aku langsung lari ke

dalam rumah, sampai-

sampai HP aku jatuh,

tidak aku hiraukan, di

dalam rumah aku

menemui ummi

sedang mengiris

bawang, aku masih

takut mendekati

ummi, tetapi aku

berusaha, aku

berkata:”ummi...”

Berdasarkan tabel 4.20 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Ida Laela sebanyak dua puluh dua

Page 86: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

72

kali. Kesalahan terletak pada kalimat lima, delapan, sepuluh, tiga belas, dan

empat belas.

1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-5

Kalimat ke-5 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak satu

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-5 “Ummi: “sini dulu sebentar, beliin

umi gula ke warung 2kg.”

Penggunaan kata „beliin‟ pada kalimat tersebut tidak tepat. Kata „beliin‟

menggunakan akhiran -in. Akhiran –in merupakan akhiran dalam bahasa Betawi

yang di dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan akhiran –i dan –kan.

Kata „beliin‟ adalah kata bahasa Betawi yang dalam bahasa Indonesianya

„belikan‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat

berikut.

“Ummi: “sini dulu sebentar, belikan umi gula ke warung 2 kg.”

2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-8

Kalimat ke-8 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak tiga

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-8 “Aku gak dengerin umi, terus

umi marah-marah.”

Penggunaan kata „gak‟, „dengerin‟, dan „terus‟ pada kalimat di atas tidak

tepat. Kata „gak‟ seharusnya diganti menjadi „tidak‟. Kata „dengerin‟ merupakan

kata bahasa Betawi dengan akhiran –in. Akhiran –in merupakan akhiran dalam

bahasa Betawi yang di dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan akhiran –i

dan –kan. Kata „dengerin‟ dalam bahasa Indonesia adalah „mendengarkan‟.

Kata „terus‟ seharusnya diganti dengan „lalu‟. Dengan demikian, kalimat di atas

dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Saya tidak mendengarkan umi, lalu umi marah-marah.”

3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-10

Kalimat ke-10 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak empat

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-10 “Aku dinasehatin sama nenek,

kata nenek “neng Fa‟ud gak boleh ngebantah, bantuin umi.”

Penggunaan kata „dinasehatin‟, „gak‟, ngebantah‟, dan „bantuin‟ pada

kalimat di atas tidak tepat. Kata-kata tersebut adalah kata dalam bahasa Betawi.

Page 87: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

73

Dalam bahasa Indonesianya adalah „tidak‟, „dinasihati‟, „membantah‟ dan

„bantu‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat

berikut.

“Saya dinasihati oleh nenek. Kata nenek “neng Fa‟ud tidak boleh

membantah, bantu umi.”

4. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-13

Kalimat ke-13 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak

delapan. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-13 “Terutama umi, umi yang

udah ngelahirin kamu, ngerawat kamu sampe sekarang kamu inget surga ada di

telapak kaki ibu, kalau kamu ngelawan emang kamu mau dosa terus masuk

neraka?.”

Penggunaan kata „udah‟, „ngelahirin‟, ngerawat‟, „sampe‟, „inget‟,

„ngelawan‟, „emang‟, dan „terus‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata-kata

tersebut merupakan kata-kata dalam bahasa Betawi. Dalam bahasa Indonesianya

adalah „sudah‟, „melahirkan‟, „merawat‟, „sampai‟, „ingat‟, „melawan‟,

„memang‟, dan „lalu‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan

menjadi kalimat berikut.

“Terutama umi, umi yang sudah melahirkan kamu, merawat kamu sampai

sekarang, kamu harus ingat surga ada di telapak kaki ibu, kalau kamu melawan

memang kamu mau dosa lalu masuk neraka?.”

5. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-14

Kalimat ke-14 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak tujuh

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-14 “Terus gak tau kenapa hati aku

jadi tunduk karena perkataan nenek tadi, aku langsung lari ke dalam rumah,

sampai-sampai HP aku jatuh, enggak aku hiraukan, di dalam rumah aku

menemui ummi sedang ngiris bawang, aku masih takut deketin ummi, tapi aku

berusaha, aku berkata:”ummi...”

Penggunaan kata „terus‟, „gak‟, „tau‟, „enggak‟ „ngiris‟dan „deketin‟ pada

kalimat di atas tidak tepat. Kata-kata tersebut merupakan bahasa Betawi yang

bahasa Indonesianya adalah „lalu‟, „tidak‟, „tahu‟, „tidak‟, „mengiris‟, dan

Page 88: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

74

„mendekati‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat

berikut.

“Lalu tidak tahu kenapa hati saya menjadi tunduk karena perkataan nenek

tadi, saya berlarilari ke dalam rumah hingga hand phone saya terjatuh, namun

tidak saya hiraukan. Di dalam rumah saya menemui ummi yang sedang mengiris

bawang. Saya masih takut untuk mendekati ummi, tetapi saya terus berusaha.

Saya berkata:”ummi....”

Tabel 4.21

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi

Siswa Windi Anggraini

No Kalimat Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

59 Pada hari itu aku

sedih banget nyari-

nyari Hp aku.

(kalimat ke-3)

Banget

Nyari-nyari

Sangat

Mencari-cari

Pada hari itu aku

sangat sedih

mencari-cari Hp aku

60 Tapi pas aku mau

pake Hpnya malah

dibawa kakak aku

kerja. (kalimat ke-11)

Tapi

Pas

pake

Malah

Tetapi

Saat

Pakai

Justru

Tetapi saat aku mau

pakai, Hpnya justru

dibawa kakak ku

kerja.

61 Trus aku nungguin

kakak aku pulang tapi

dia belum pulang

juga hingga aku

tertidur di ruang

tamu, taunya kakak

ku nginep di kosan

temennya. (kalimat

ke-12)

Trus

Nungguin

Tapi

Tau

Nginep

Temen

Lalu

Menunggu

Tetapi

Tahu

Menginap

Teman

Lalu aku menunggu

kakak aku pulang

tetapi dia belum

pulang juga hingga

aku tertidur di ruang

tamu, tahunya kakak

ku menginap di

kosan temannya.

Page 89: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

75

Berdasarkan tabel 4.21 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Windi Anggraini sebanyak dua

belas kali. Kesalahan terletak pada kalimat tiga, sebelas, dan dua belas.

1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-3

Kalimat ke-3 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-3 “Pada hari itu aku sedih banget

nyari-nyari Hp aku.”

Penggunaan kata „banget‟ dan „nyari-nyari‟ pada kalimat di atas tidak

tepat. Kata tersebut sama artinya dengan„ sangat‟ dan „mencari-cari‟ dalam

bahasa Indonesia. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi

kalimat berikut.

“ Hari itu saya sangat sedih karena mencari-cari hand phone.”

2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-11

Kalimat ke-11 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak

empat kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-11 “Tapi pas aku mau pake

Hpnya malah dibawa kakak aku kerja.”

Penggunaan kata „tapi‟, „pas‟, „malah‟ dan „pake‟ pada kalimat tersebut

tidak tepat. Kata „tapi‟ merupakan bahasa Betawi yang sejajar artinya dengan

kata „tetapi‟ dalam bahasa Indonesia sebagai kata penghubung yang

menunjukkan ketidaksejajaran. Kalimat tersebut merupakan struktur kata

bahasa Indonesia yang terpengaruh bahasa Betawi. Kata „tapi‟ pada kalimat di

atas seharusnya diganti dengan kata „tetapi‟. Sedangkan kata „pake‟ juga

merupakan bahasa Betawi. Bahasa Betawi tidak mengenal vokal rangkap atau

diftong ai, au. Dengan demikian kata-kata yang dalam bahasa Indonesia

diucapkan dengan diftong dalam bahasa Betawi diucapkan dengan è dan o.

Kata „pake‟ yang benar yaitu „pakai‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat

dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Tetapi saat saya ingin memakainya, ternyata hand phone itu dibawa kakak

ke tempat kerja.”

Page 90: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

76

3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-12

Kalimat ke-12 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata pada pemilihan

kata, pemilihan kata baku, dan struktur kata. Kutipan yang terdapat pada

kalimat ke-12 “Trus aku nungguin kakak aku pulang tapi dia belum pulang

juga hingga aku tertidur di ruang tamu, taunya kakak ku nginep di kosan

temennya.”

Penggunaan kata „trus‟, „nungguin‟, „taunya‟, „nginep‟, dan „temen‟ pada

kalimat di atas tidak tepat. Kata „trus‟ merupakan kata bahasa Betawi yang

artinya sama dengan „lalu‟ dalam bahasa Indonesia. Kata „tau‟ merupakan

unsur bahasa Betawi yang masuk ke dalam bahasa Indonesia. Kata „tau‟ pada

kalimat di atas, seharusnya diganti dengan kata „tahu‟. Kata „nginep‟ dan

„temen‟ merupakan kata bahasa Betawi, yang seharusnya diganti dengan

„menginap‟ dan „teman‟. Sedangkan kata „nungguin‟ merupakan kata yang

terpengaruh oleh unsur kata bahasa Betawi. Akhiran –in merupakan akhiran

dalam bahasa Betawi. Kata „nungguin‟ seharusnya diganti menjadi

„menunggu‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi

kalimat berikut.

“Lalu saya menunggu kakak pulang, tetapi dia belum pulang juga hingga

saya tertidur di ruang tamu. Ternyata kakak menginap di kosan temannya.”

Tabel 4.22

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi

Siswa Dinda Humairah

No Kalimat Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

62 Sesudah membantu

keluarga saya mandi

abis mandi memakai

baju dan sarapan.

(kalimat ke-4)

Abis Habis Sesudah membantu

keluarga, saya

mandi. Habis

mandi memakai baju

dan sarapan

Page 91: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

77

63 Abis sarapan saya

bermain sepedah

bersama teman-teman

saya. (kalimat ke-5)

Abis

Sepedah

Habis

Sepeda

Habis sarapan

saya bermain sepeda

bersama teman-

teman saya.

Berdasarkan tabel 4.22 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Dinda Humairah sebanyak tiga kali.

Kesalahan terletak pada kalimat empat dan lima

1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-4

Kalimat ke-4 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak satu

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-4 “Sesudah membantu keluarga

saya mandi abis mandi memakai baju dan sarapan.”

Penggunaan kata „abis‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata-tersebut

seharusnya diganti „ setelah‟. Dengan demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan

menjadi kalimat berikut.

“Sesudah membantu keluarga, saya mandi. Setelah itu saya memakai

baju dan sarapan.”

2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-5

Kalimat ke-5 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-5 “Abis sarapan saya bermain

sepedah bersama teman-teman saya.”

Penggunaan kata „abis‟, dan „sepedah‟ pada kalimat tersebut tidak tepat.

Kata tersebut seharusnya diganti menjadi „sehabis‟ dan „sepeda‟. Dengan

demikian, kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Setelah sarapan saya bermain sepeda.”

Page 92: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

78

Tabel 4.23

Kesalahan Penggunaan Kosakata dalam Karangan Narasi

Siswa Amelia Agustin

No Kalimat Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya Perbaikan Kata

dalam Kalimat

64 Saya ga nyangka

kejadian itu bisa

terjadi. (kalimat ke-1)

Ga

Nyangka

Tidak

Menyangka

Saya tidak

menyangka kejadian

itu bisa terjadi.

65 Saya juga ga tau

kenapa hati ini terus

berkata begitu.

(kalimat ke-8)

Ga

Tau

Tidak

Tahu

Saya juga tidak tahu

kenapa hati ini terus

berkata begitu

66 Saat itu saya bingung

harus gimana.

(kalimat ke-13)

Gimana Bagaimana Saat itu saya

bingung harus

bagaimana

Berdasarkan tabel 4.23 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan kosakata yang dilakukan oleh Amelia Agustin sebanyak lima kali.

Kesalahan terletak pada kalimat satu, delapan, dan tiga belas.

1. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-1

Kalimat ke-1 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata sebanyak dua

kali. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-1 “Saya ga nyangka kejadian itu

bisa terjadi.”

Penggunaan kata „ga‟ dan „nyangka‟ pada kalimat di atas tidak tepat.

Penggunaan kata yang tepat adalah „tidak‟ dan „menyangka‟ . Dengan demikian,

kalimat di atas dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Saya tidak menyangka kejadian itu bisa terjadi.”

2. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-8

Kalimat ke-8 ditemukan kesalahan penggunaan kosakata pada pemilihan

kata dan pemilihan kata baku. Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-8 “Saya

juga ga tau kenapa hati ini terus berkata begitu.”

Page 93: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

79

Penggunaan kata „ga‟ dan „tau‟ pada kalimat tersebut tidak tepat. Kata

„ga‟ dalam bahasa Indonesianya yaitu „tidak‟. Kata „tau‟ merupakan unsur

bahasa Betawi yang masuk ke dalam bahasa Indonesia. Kata „tau‟ pada kalimat

di atas, seharusnya diganti dengan „tahu‟. Dengan demikian, kalimat di atas

dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Saya juga tidak tahu kenapa hati ini terus berkata begitu.”

3. Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Kalimat ke-13

Kalimat ke-13 ditemukan kesalahan penggunaan sebanyak satu kali.

Kutipan yang terdapat pada kalimat ke-13 “Saat itu saya bingung harus

gimana.”

Penggunaan kata „gimana‟ pada kalimat di atas tidak tepat. Kata yang

seharusnya digunakan yaitu „bagaimana‟. Dengan demikian, kalimat di atas

dapat dibetulkan menjadi kalimat berikut.

“Saat itu saya bingung harus bagaimana.”

TABEL 4.24

JUMLAH KESALAHAN PENGGUNAN KOSAKATA

PADA KARANGAN NARASI SISWA

No Nama Siswa Kosakata

Berbahasa Betawi

Seharusnya Jumlah %

1 Bella Safitri Bareng

Ketemu

Tapi

Gak

Ngejawab

Manggilnya

Gak

Ngejawab

Bersama

Bertemu

Tetapi

Tidak

Menjawab

Memanggilnya

Tidak

Menjawab

9 4,97

2 Dini Hulia Banget Sangat 1 0,55

3 Syifa Dwi Temen-temen

Gak

Ajah

Temen-temen

Tapi

Dulu

Kayanya

Teman-teman

Tidak

Saja

Teman-teman

Tetapi

Dahulu

Sepertinya

19 10,49

Page 94: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

80

Sih

Terus

Ngomongnya

Pake

Kan

Temene-temen

Gak

Ngerti

Omongin

Ngobrol-ngobrol

Temen-temen

Ketemu

-

Lalu

Bicaranya

Pakai

-

Teman-teman

Tidak

Mengerti

Bicarakan

Mengobrol

Teman-teman

Bertemu

4 Syah Reza Pengen

Liat

Cepet-cepet

Banget

Buat

Liat

Temen-temen

Ingin

Lihat

Cepat-cepat

Sangat

Untuk

Lihat

Teman-teman

7 3,86

5 Nurul Aini Pas

Terus

Pas

Kasih tau

Terus

Deh

Terusnya

Pas

Ribet

Loh

Tapi

Saat

Lalu

Saat

Beri tahu

Lalu

-

Kemudian

Saat

Repot

-

Tetapi

11 6,07

6 Hanny Hapita Bareng

Ketemu

Menegor

Tapi

Dulu

Tapi

Mah

Udah

Pendiem

Pinter

Deh

Bersama

Bertemu

Menegur

Tetapi

Dahulu

Tetapi

-

Sudah

Pendiam

Pintar

-

11 6,07

7 Wafha

Fauziah

Terus Lalu 1 0,55

8 Lailatul Dulu

Terus

Dahulu

Lalu

13 7,18

Page 95: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

81

Qadariyah Terus

Gak

Kali

Terus

Kesasar

Nanya-nanya

Tau

Kali

Eh

Nyebrang

Gak

Lalu

Tidak

Sungai

Lalu

Tersesat

Bertanya

Tahu

Sungai

-

Menyebrang

Tidak

9 Citra

Jendagia

Dulu

Ngumpul

Dapetin

Ketemu

Dahulu

Berkumpul

Mendapatkan

Bertemu

4 2,20

10 Nurruba

Rahayu

Bareng

Deh

Terus

Berantem

Dulu

Bersama

-

Lalu

Bertengkar

Dahulu

5 2,76

11 Alfira Faila Terus

Pas

Ngejenguk

Lalu

Saat

Menjenguk

3 1,65

12 Julian

Ramayanti

Kemaren Kemarin 1 0,55

13 Peri Irawan Gede Besar 1 0,55

14 Mega Citra Ngumpul Berkumpul 1 0,55

15 Alvira

Damayanti

Ujan

Geladag-geludug

Aja

Tapi

Nungguin

Bareng

Lukak-likuk

Puyeng

Hujan

Petir

Saja

Tetapi

Menunggu

Bersama

Berliku-liku

Pusing

8 4,41

16 Shipa

Pauziah

Banget Sangat 1 0,55

17 Nurkamala Sodaraku

Nginep

Engga

Mabok

Ketemu

Saudaraku

Menginap

Tidak

Mabuk

Bertemu

5 2,76

Page 96: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

82

18 Nisfi Fadilah Ketawa

Diem

Ajah

Deh

Sampe-sampe

Ketemu

Sempet

Ngobrol

Dulu

Deh

Ga

nyangka

Sih

Abis

Tertawa

Diam

Saja

-

Sampai-sampai

Bertemu

Sempat

Mengobrol

Dahulu

-

Tidak

Menyangka

-

Habis

14 7,73

19 Putri Dewi Kan

Banget

Tapi

Nggak

Kerasa

Ketawa-ketawa

Ngeluh

Resep

Banget

Sampe

Nabrak-nabrak

Pas

Udah

Bosen

Kaya

Beneran

Udah

Ngeliat

Trus

Joget-joget

Dah

Udah

Ajah

Maen

Deh

Bosen-bosen

-

Sangat

Tetapi

Tidak

Terasa

Tertawa

Mengeluh

Senang

Sangat

Sampai

Menabrak

Saat

Sudah

Bosan

Seperti

Sebenarnya

Sudah

Melihat

Lalu

Goyang-goyang

-

Sudah

Saja

Main

-

Bosan-bosan

26 14,36

20 Ida Laela Beliin

Gak

Dengerin

Dinasehatin

Gak

Ngebantah

Belikan

Tidak

Mendengarkan

Dinasihati

Tidak

Membantah

22 12,15

Page 97: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

83

Bantuin

Udah

Ngelahirin

Ngerawat

Sampe

Inget

Ngelawan

Emang

Terus

Terus

Gak

Tau

Enggak

Ngiris

Deketin

Tapi

Bantu

Sudah

Melahirkan

Merawat

Sampai

Ingat

Melawan

Memang

Lalu

Lalu

Tidak

Tahu

Tidak

Mengiris

Mendekati

Tetapi

21 Windi

Anggraini

Banget

Nyari-nyari

Tapi

Pas

pake

Malah

Trus

Nungguin

Tapi

Tau

Nginep

Temen

Sangat

Mencari-cari

Tetapi

Saat

Pakai

Justru

Lalu

Menunggu

Tetapi

Tahu

Menginap

Teman

12 6,62

22 Dinda

Humairah

Abis

Abis

Sepedah

Sehabis

Sehabis

Sepeda

3 1,65

23 Amelia

Agustin

Ga

Nyangka

Ga

Tau

Gimana

Tidak

Menyangka

Tidak

Tahu

Bagaimana

5 2,76

Jumlah

181 100%

Page 98: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

84

TABEL 4.25

PERSENTASE JUMLAH KESALAHAN PENGGUNAN

KOSAKATA PADA KARANGAN NARASI SISWA

No Nama Siswa Jumlah Kosakata

Berbahasa Betawi

%

1 Dini Hulia 1 0,55

2 Wafha Fauziah 1 0,55

3 Julian Ramayanti 1 0,55

4 Peri Irawan 1 0,55

5 Mega Citra 1 0,55

6 Shipa Pauziah 1 0,55

7 Alfira Faila 3 1,65

8 Dinda Humairah 3 1,65

9 Citra Jendagia 4 2,20

10 Nurruba Rahayu 5 2,76

11 Nurkamala 5 2,76

12 Amelia Agustin 5 2,76

13 Syah Reza 7 3,86

14 Alvira Damayanti 8 4,41

15 Bella Safitri 9 4,97

16 Nurul Aini 11 6,07

17 Hanny Hapita 11 6,07

18 Windi Anggraini 12 6,62

19 Lailatul Qadariyah 13 7,18

20 Nisfi Fadilah 14 7,73

21 Syifa Dwi 19 10,49

22 Ida Laela 22 12,15

23 Putri Dewi 26 14,15

B. Interpretasi data

Berdasarkan deskripsi data di atas, diperoleh tiga puluh karangan narasi

siswa kelas VII MTs Negeri Parung semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

Dari tiga puluh karangan tersebut didapatkan dua puluh tiga karangan yang

termasuk dalam karangan narasi dan penggunaan kosakatanya tidak tepat

(kesalahan kosakata). Setelah menyelesaikan analisis pada tabel kesalahan

penggunaan kosakata pada karangan narasi siswa, penulis membuat rincian

jumlah penggunaan kosakata bahasa Betawi pada karangan narasi siswa yang

Page 99: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

85

berlatar belakang bahasa Betawi. Perhitungan ditujukan untuk melihat banyaknya

penggunaan bahasa Betawi pada karangan narasi siswa.

Selanjutnya, jumlah yang terkumpul dihitung dengan persentase.

Perhitungan persentase digunakan untuk besarnya persentase penggunaan bahasa

Betawi pada tiap karangan siswa berlatar belakang bahasa Betawi menggunakan

rumus sebagai berikut:

P =

Keterangan:

P = Persentase

F = Jumlah Kata Berbahasa Betawi pada Tiap Karangan

N = Jumlah Kata Berbahasa Betawi pada Seluruh Karangan

Berdasarkan perhitungan dari tabel jumlah kesalahan penggunaan

kosakata pada karangan narasi siswa, dapat dilihat bahwa karangan dari siswa

Putri Dewi paling banyak terdapat penggunaan kosakata berbahasa Betawi yaitu

sebanyak dua puluh enam kali atau 14,15%. Siswa tersebut bersuku Sunda, tetapi

bahasa sehari-hari dan bahasa keduanya adalah bahasa Betawi. Berdasarkan data

siswa tersebut, latar belakang bahasa siswa tersebut adalah bahasa Betawi.

Karangan kedua yang terdapat paling banyak penggunaan kosakata

berbahasa Betawi yaitu karangan siswa Ida Laela sebanyak dua puluh dua kali

atau 12,15%. Siswa tersebut bersuku asli Betawi dan bahasa yang digunakan

sehari-hari juga bahasa Betawi. Berdasarkan data siswa tersebut, latar belakang

bahasa siswa tersebut adalah bahasa Betawi.

Karangan ketiga yang terdapat paling banyak penggunaan kosakata

berbahasa Betawi yaitu karangan siswa Syifa Dwi sebanyak sembilan belas kali

atau 10,49%. Siswa tersebut juga bersuku asli Betawi dan bahasa yang

digunakannya sehari-hari adalah bahasa Betawi. Berdasarkan data siswa tersebut,

latar belakang bahasa siswa tersebut adalah bahasa Betawi.

Page 100: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

86

Dari data pada tabel tabel jumlah kesalahan penggunaan kosakata pada

karangan narasi siswa, dapat dikatakan bahwa pemahaman siswa dalam berbahasa

Indonesia masih terbatas, terutama pada penggunaan kosakata. Siswa sulit

membedakan antara bahasa Betawi dan bahasa Indonesia, maka dari itu banyak

sekali penggunaan bahasa Betawi dalam karangan narasi siswa.

Page 101: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

87

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kesalahan penggunaan kosakata

pada karangan narasi siswa kelas VII MTs Negeri Parung semester genap tahun

pelajaran 2012/2013, maka dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut:

Dari tiga puluh karangan yang dianalisis, tedapat dua puluh tiga karangan

yang penggunaan kosakatanya tidak tepat (kesalahan kosakata). Karangan yang

diteliti paling banyak menggunakan kosakata berbahasa Betawi yaitu karangan

siswa Putri Dewi terdapat dua puluh enam kali atau 14,15% misalnya, kata

„banget‟, „ngeluh‟, „resep‟, „bosen‟, „ngeliat‟, „kerasa‟, dan „sampe‟. Siswa

tersebut bersuku asli Sunda, tetapi bahasa sehari-hari yang digunakan adalah

bahasa Betawi. Berdasarkan data siswa yang diperoleh, latar belakang bahasa

siswa tersebut adalah bahasa Betawi.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, penulis ingin mengungkapkan saran-saran

sebagai berikut:

1) Guru bahasa dan sastra Indonesia, hendaknya dalam proses pembelajaran

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2) Sebagai seorang guru hendaknya memperhatikan situasi kebahasaan tempat

guru mengajar dan situasi kebahasaan anak didiknya. Seorang guru juga

harus dapat menciptakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang

menyenangkan bagi siswa, dapat memotivasi siswa untuk mengikuti

pembelajaran dengan baik, serta dapat melakukan pendekatan kepada siswa

agar terlihat keakraban.

87

Page 102: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

88

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti. Menulis I. Jakarta: Universitas Terbuka. 2007.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta. 2006

Chaer, Abdul. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.

Dornyei, Zoltan. The Psychology of Second Language Acquisition. New York:

Oxford . 2009.

Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

2010.

Hindun. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter di Madrasah

Ibtidaiyah/Sekolah Dasar. Depok: Nufa Citra Mandiri. 2013.

Ibrahim, Abdul Syukur dan Suparno. Sosiolinguistik. Jakarta: Universitas

Terbuka. 2007.

Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama. 1997.

Tata Bahasa. Jakarta: Grasindo. 1999.

Mahsun. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007.

Muhadjir. Bahasa Betawi: Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia. 2000.

Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. 2001.

Nurudin. Dasar-dasar Penulisan. Malang: UMM Press. 2010.

Ohoiwutun, Paul. Sosiolinguistik Memahami Bahasa dalam Konteks Masyarakat

dan Kebudayaan. Jakarta: Kesaint Blanc. 1997

Pateda, Mansoer. Analisis Kesalahan. Flores: Nusa Indah. 1989.

Pusat Pembinaan dan Pengembangna Bahasa. KBBI. DP & K: Balai Pustaka.

1999.

Rusyana, Yus. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV

Diponegoro. 1984.

Sudarno dan Eman A. Rahman. Kemampuan Berbahasa Indonesia untuk

Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Hikmat Syahid Indah. 1986.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta. 2009.

Suparno dan Muhamad Yunus. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas

Terbuka. 2006.

Page 103: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

89

Tarigan, Henry Guntur. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa Bandung. 2008.

Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 1988.

Wibowo, Wahyu. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2003.

Yulianto, Bambang dan Maria Mintowati. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta:

Universitas Terbuka. 2009.

Zainuddin. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: PT. Melton

Putra. 1992.

Page 104: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …
Page 105: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …
Page 106: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …
Page 107: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …
Page 108: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …
Page 109: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …
Page 110: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …
Page 111: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …
Page 112: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …
Page 113: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …
Page 114: ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KOSAKATA PADA …

BIOGRAFI PENULIS

Ikawati, lahir di Bogor pada tanggal 08 Agustus

1990. Merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari

pasangan Arsyad bin Enggu dan Ida Binti Unus yang saat ini

masih tinggal di daerah kelahirannya yaitu di Bogor. Penulis

mempunyai seorang kakak bernama Ade Irma Suryani dan

seorang Adik bernama Khairudin Nawawi.

Penulis memulai pendidikannya dari SDN Kayumanis 2 kemudian

melanjutkannya ke MTs Nurul Huda. Lalu dilanjutkan lagi ke Madrasah Aliyah

Daarul Uluum Lido. Lulus MA tahun 2009 penulis mencoba mendalami

linguistik dan satra Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta sampai menduduki semester IX (sembilan).

Menurut penulis, kesalahan berbahasa merupakan hal yang perlu

diperhatikan di dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Kesalahan tersebut harus

segera diperbaiki agar tidak terjadi kesalahan secara terus menerus yang dilakukan

oleh peserta didik. Maka dari itu, dalam skripsi ysng berjudul “ Analisis

Kesalahan Penggunaan Kosakata pada Karangan Narasi Siswa yang Berlatar

Belakang Bahasa Betawi Kelas VII Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013”

penulis ingin membenahi kesalahan penggunaan kosakata yang disebabkan

adanya pengaruh dari bahasa kedua, di antaranya bahasa Betawi.