ANALISIS KESALAHAN FUNGSI SUBJEK, PREDIKAT,...

107
SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN FUNGSI SUBJEK, PREDIKAT, OBJEK, PELENGKAP, DAN KETERANGAN DALAM KALIMAT KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 9 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) BUDI SANTOSO NIM 100388201089 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2015

Transcript of ANALISIS KESALAHAN FUNGSI SUBJEK, PREDIKAT,...

SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN FUNGSI SUBJEK, PREDIKAT,

OBJEK, PELENGKAP, DAN KETERANGAN DALAM

KALIMAT KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VIII

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 9

TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan guna mencapai gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

BUDI SANTOSO

NIM 100388201089

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2015

Moto

“Yen ArepWeruhTrahingNgaluhur,

TitikenAlusingTingkah-Laku Budi Basane”

Persembahan

Karya puniko dalem persembahaken kagem kekalih

tiyang sepah dalem,rayi rayi dalem,kaliyan kgem

tiyang engkang sampun kerso ngelampahi sisah

bingah kalih dalem...

ABSTRAK

Santoso, Budi. 2015. Analisis Kesalahan Fungsi Subjek, Predikat, Objek,

Pelengkap, dan Keterangan dalam Kalimat Karangan Deskripsi Siswa Kelas

VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Tanjungpinang Tahun Pelajaran

2014/2015. Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim

Raja Ali Haji. Pembimbing I : Drs. Suhardi, M.Pd. Pembimbing II : Hj. Dewi

Murni, M.Hum.

Kata Kunci : Fungsi Subjek, Predikat, Objek, Pelengkap, Keterangan,

Kalimat Karangan Deskripsi

Latar belakang penelitian ini adalah siswa masih melakukan banyak kesalahan

dalam memahami fungsi kata sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, dan

keterangan pada kalimat. Ini berdasarkan hasil evaluasi tes tertulis mengenai soal-

soal yang berhubungan dengan struktur gramatikal. Tujuan penelitian ini adalah

untuk menganalisis fungsi subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan pada

karangan deskripsi siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9

Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2014/2015.

Sampel penelitian ini berjumlah 20 siswa. Metode yang digunakan pada

penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian

ini adalah tes paragraf deskripsi yang berupa lembar kerja siswa. Teknik analisis data

dalam penelitian ini adalah teknik analisis kesalahan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang melakukan kesalahan pada

fungsi subjek sebanyak 72,5%, fungsi predikat sebanyak 30%, fungsi objek sebanyak

45%, fungsi pelengkap sebanyak 15%, dan fungsi keterangan sebanyak 17,5% dalam

kalimat pada paragraf deskripsi. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kesalahan

penggunaan unsur fungsional kalimat siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Tanjungpinang

Tahun Pelajaran 2014/2015 masih tinggi.

Saran yang ingin disampaikan peneliti antara lain: (1) Guru hendaknya

melakukan evaluasi proses pembelajaran; (2) Siswa melatih diri untuk selalu belajar

menulis dan memahami unsur fungsional kalimat; (3) bagi orang tua siswa sebaiknya

lebih memperhatikan pelajaran siswa dan memberikan motivasi kepada siswa.

ABSTRACT

Santoso, Budi. 2015. An Analysis of The Error of Subject, Predicate, Object,

Complement, and Adjective Function in Description Essay’s Sentences of The

Eight Grade Students of Sekolah Menengah Pertama 9 Tanjungpinang School

Year 2014/2015. Essay. Tanjungpinang: Indonesian Literature and Language

Education Department, Teacher Training and Education Faculty, University

of Maritim Raja Ali Haji. Advisor : Drs. Suhardi, M.Pd. Co-advisor : Hj.

Dewi Murni, M.Hum.

Key Words : Subject, Predicate, Object, Complement, and Adjective

Function, Description Essay’s Sentences

The background of this research was the students were still doing many

mistakes in understanding word’s function as subject, predicate, object,

complement, and adjective in sentences. This based on the written test’s

evaluation result of grammatical structure’s questions. The purpose of this

research is to analyze the function of subject, predicate, object, complement,

and adjective in description essay of the eight grade students of Sekolah

Menengah Pertama 9 Tanjungpinang School Year 2014/2015.

The sample of this research was 20 students. This research is a

descriptive research. Collecting data technique in this research was test of

description paragraph in the form of students’ worksheets. The data analyzed

technique in this research was error analyzing technique.

The result of this research showed that the students were doing some

errors on subject function as many as 72.5%, predicate function as many as

30%, object function as many as 45%, complement function as many as 15%,

and adjective function as many as 17.5% on sentences in description

paragraph. So, it could be conclude that the error of using sentence’s

functional elements of the eight grade students of Sekolah Menengah Pertama

9 Tanjungpinang School Year 2014/2015 was still high.

The suggestions which researcher wanted to conveyed were: (1) The

teacher should evaluate learning process; (2) The students must train

themselves and start to write and understanding the sentence’s functional

elements; (3) The parents should be care and motivated for the student.

KATA PENGANTAR

Peneliti mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis

Kesalahan Fungsi Fungsi Subjek, Predikat, Objek, Pelengkap, dan keterangan

dalam Kalimat Karangan Deskripsi Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah

Pertama Negeri 9 Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2014/2015” dapat

diselesaikan dengan baik. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk

memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Abdul Malik, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji yang telah memberi masukan

dalam penentuan judul proposal skripsi ini;

2. Harry Andheska, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji

yang telah mengesahkan judul skripsi ini;

3. Suhardi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu

dan memberikan arahan serta bimbingan;

4. Hj. Dewi Murni, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan memberikan arahan serta bimbingan;

5. Para dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja

Ali Haji yang juga telah memberikan pengetahuan dan motivasi;

6. Orang tua penulis yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi baik

morel maupun materil; dan

7. Rekan-rekan mahasiswa dan para sopir bus yang turut memberikan dukungan

kepada peneliti untuk meneruskan penelitian ini hingga selesai.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Tanjungpinang, Agustus 2015

Peneliti,

DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK ……………………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iv

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………. 1

1.2 Pembeberan Masalah ………………………………………………….. 5

1.3 Pembatasan Masalah ………………………………………………….. 11

1.4 Perumusan Masalah …………………………………………………... 11

1.5 Tujuan Penelitian ……………………………………………………… 12

1.6 Manfaat Penelitian ……………………………………………………. 13

1.6.1 Manfaat Teoretik ……………………………………………………. 13

1.6.2 Manfaat Praktik …………………………………………………….. 13

1.7 Definisi Istilah …………………………………………………………. 14

BAB II Landasan Teori

2.1 Kerangka Teoretik ……………………………………………………. 15

2.1.1 Fungsi Kata dalam Kalimat ………………………………………… 15

2.1.2 Analisis Fungsi Kata dalam Kalimat……………………………… 16

2.1.2.1 Predikat …………………………………………………………… 18

2.1.2.2 Subjek …………………………………………………………….. 24

2.1.2.3 Objek ……………………………………………………………… 24

2.1.2.4 Fungsi Pelengkap ………………………………………………… 25

2.1.2.5 Fungsi Keterangan ……………………………………………….. 27

2.1.2.5.1 Keterangan Waktu ……………………………………………… 28

iv

2.1.2.5.2 Keterangan Tempat …………………………………………….. 29

2.1.2.5.3 Keterangan Tujuan ……………………………………………... 29

2.1.2.5.4 Keterangan Cara ……………………………………………….. 30

2.1.2.5.5 Keterangan Penyerta …………………………………………… 30

2.1.2.5.6 Keterangan Alat ………………………………………………... 31

2.1.2.5.7 Keterangan Penyebaban ……………………………………….. 31

2.1.3 Pola Kalimat Dasar …………………………………………………. 31

2.1.4 Paragraf Deskripsi ………………………………………………….. 32

2.2 Asumsi ………………………………………………………………… 35

2.2.1 Filosofis …………………………………………………………….. 35

2.2.2 Subtantif ……………………………………………………………. 35

2.2.3 Prosedural ………………………………………………………….. 35

2.3 Penelitian Relevan ……………………………………………………. 36

2.4 Kerangka Konseptual ………………………………………………… 38

BAB III Metodologi Penelitian

3.1 Subjek Penelitian …………………………………………………….. 39

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………….. 39

3.2.1 Tempat Penelitian …………………………………………………… 39

3.2.2 Waktu Penelitian ……………………………………………………. 39

3.3 Metode Penelitian ……………………………………………………… 40

3.4 Teknik Penelitian ……………………………………………………… 41

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………. 41

3.5 Teknik Analisis Data …………………………………………………. 41

3.6 Instrumen Penelitian ………………………………………………….. 43

BAB IV Hasil-Hasil Penelitian

4.1 Kesalahan-Kesalahan Unsur Fungsional Kalimat ………………….. 45

v

BAB V Pembahasan Hasil Penelitian

5.1 Deskripsi Data ……………………………………………………….. 57

BAB VI Simpulan dan Saran

6.1 Simpulan …………………………………………………………….. 79

6.2 Saran …………………………………………………………………. 80

Daftar Pustaka

vi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat, berupa lambang

bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Pengertian bahasa itu meliputi

dua bidang, yaitu: bunyi yang dihasilkan oleh alat dan arti makna tersirat dalam arus

bunyi itu sendiri. Bunyi itu merupakan getaran yang merangsang alat pendengar

manusia, serta arti atau makna adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang

menyebabkan adanya reaksi terhadap hal yang manusia dengar. Untuk selanjutnya

arus bunyi itu disebut sebagai arus ujaran (Ritonga, 2002:1).

Setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia belum bisa dikatakan

bahasa apabila tidak terkandung makna di dalamnya. Apakah setiap arus ujaran

mengandung makna atau tidak, haruslah ditilik dari konvensi suatu kelompok

masyarakat tertentu. Setiap kelompok masyarakat bahasa, baik kecil maupun besar,

secara konvensional telah sepakat bahwa setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan

mempunyai arti tertentu pula. Dengan demikian terhimpunlah bermacam-macam

susunan bunyi yang satu berbeda dari yang lain, masing-masing mengandung suatu

maksud tertentu di dalam suatu masyarakat bahasa. Kesatuan-kesatuan arus ujaran

tadi yang mengandung suatu makna tertentu bersama-sama membentuk

perbendaharaan kata dari suatu masyarakat bahasa.

Bahasa Indonesia sudah ditetapkan sebagai bahasa negara, seperti tercantum

dalam Pasal 36, Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu, semua warga negara

Indonesia wajib menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar (Arifin dan

Junaiah, 2008:1). Berdasarkan kedudukannya dan fungsinya, Bahasa Indonesia

dipakai sebagai alat komunikasi dalam berbagai keperluan, situasi, dan kondisi.

Dalam praktik pemakaiannya, Bahasa Indonesia pada dasarnya beranekaragam.

Keanekaragaman bahasa atau variasi pemakaian bahasa bisa diperhatikan dari

saranya, suasananya, norma pemakaiannya, tempat atau daerahnya, bidang

penggunaannya, dan lain-lain.

Berdasarkan bidang penggunaannya, ragam bahasa dapat dibedakan atas

ragam bahasa ilmu, sastra, hukum, jurnalistik, dan sebagainya. Ragam bahasa ilmu

adalah suatu ragam bahasa yang digunakan untuk mengkomunikasikan ilmu

pengetahuan. Ragam bahasa ilmu digunakan oleh cendikiawan dan kaum terpelajar di

seluruh Indonesia. Sebagai cendikiawan dan kaum terpelajar, para siswa dan

mahasiswa dituntut untuk bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar

dalam mengkomunikasikan ilmunya. Bahasa Indonesia yang baik adalah Bahasa

Indonesia yang digunakan sesuai norma kemasyarakatan yang berlaku. Bahasa

Indonesia yang benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan

atau kaidah Bahasa Indonesia yang berlaku. Jadi, Bahasa Indonesia yang baik dan

benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan

yang berlaku dan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang berlaku (Hasan Alwi,

2008:21).

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, masih banyak kesalahan dilakukan

oleh siswa dalam berbahasa. Kesalahan berbahasa tidak hanya terdapat pada tuturan

tetapi juga pada bahasa tulis. Hal ini ditinjau dari ragam bahasa berdasarkan sarana

pemakaiannya, yaitu ragam lisan dan tulis (Hasan Alwi, 2008:7). Bahasa tertulis

terikat pada aturan-aturan kebahasaan, seperti ejaan, susunan, sistematika, dan

teknik–teknik penulisan. Apabila siswa tidak memenuhi aturan-aturan kebahasaan

tertulis, terjadilah kesalahan berbahasa. Salah satu kesalahan kebahasaan tertulis yang

masih sering dilakukan siswa adalah kesalahan sintaksis. Istilah sintaksis berkaitan

dengan konsep pengaturan hubungan antara kata atau satuan-satuan yang lebih besar

dalam bahasa (Suhardi dan Teguh, 1997:23). Ruang lingkup kesalahan sintaksis

berkisar pada kesalahan diksi, frasa, klausa dan kalimat, berikut alat-alat sintaksis

yang membentuk unsur-unsur tersebut. Selain itu diangkatnya permasalahan ini

karena dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa

pemahaman dan penguasaan struktur bahasa khususnya pemilihan kata (diksi), frasa,

klausa, dan kalimat dalam bahasa tulis yang dimiliki siswa rata-rata belum benar.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah sering kali pemakaiannya itu melanggar kaidah

yang berlaku, baik kaidah ejaan, pilihan kata, maupun struktur kalimatnya tidak

dipedulikan (Alwi dan Sugono, 2011:1).Jadi, pengaturan yang salah pada kata atau

satuan-satuan bahasa dapat menyebabkan kesalahan arti dalam kalimat.

Kesalahan bahasa pada dasarnya disebabkan pada diri orang yang

menggunakan bahasa yang bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakannya. Ada

tiga kemungkinan penyebab seseorang dapat salah dalam berbahasa, antara lain: (a)

terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya, (b) kekurangpahaman pemakai

bahasa terhadap bahasa yang dipakainya, (c) pengajaran bahasa yang kurang tepat

atau sempurna. Analisis kesalahan dapat berguna sebagai alat pada awal-awal dan

selama tingkat-tingkat variasi program pengajaran target dilaksanakan. Tindakan ini

pada awalnya sebagai alat yang dapat membuka pikiran guru untuk mengatasi

kerumitan bidang sintaksis yang dihadapkab pada siswa. Analisis kesalahan juga

dapat mengungkapkan keberhasilan dan kegagalan program pembelajaran yang

dirancang oleh guru. Selain itu, analisis kesalahan sintaksis juga dapat digunakan

sebagai alat mengukur kemampuan berbahasa siswa pada umumnya. Pada umumnya

ketidakmampuan siswa dalam menggunakan Bahasa Indonesia tampak pada

pemakaian kalimat dalam karya tulis atau tulisan. Salah satu model analisis dalam

sintaksis ialah analisis kalimat. Analisis kalimat ini sudah dikenal dan banyak

digunakan di sekolah-sekolah. Model ini adalah menganalisis kalimat menjadi subjek

(S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (K) atau dalam istilah

tradisional disebut sebagai jabatan kalimat, dan dalam istilah struktural disebut

sebagai fungsi sintaksis (Suhardi dan Teguh, 1997:43). Analisis struktur gramatikal

pada kalimat ini menghasilkan deskripsi fungsi subjek, predikat, objek dan fungsi-

fungsi lainnya di samping memperhatikan batas fungsi itu sendiri juga harus

memperhatikan ciri dari masing-masing struktur gramatikal pada kalimat. Dalam

sebuah karya tulis atau karangan, kalimat yang baik dapat mengatur pembaca pada

maksud yang dipaparkan penulis. Oleh karena itu, untuk membuat suatu karangan

yang baik siswa harus mengetahui sistem tata bahasa yang baik dan benar pula.

Rendahnya penguasaan tata bahasa akan menghambat siswa untuk menyusun

karangan dan akibatnya karangan yang dibuat tidak dapat dipahami maksudnya oleh

pembaca. Dapat dikatakan bahwa karangan terdiri dari kalimat-kalimat yang disusun

menjadi sebuah paragraf.

Peneliti tertarik pada aspek kajian ini karena dari hasil evaluasi tes tertulis

mengenai soal-soal yang berhubungan dengan struktur gramatikal atau jabatan

kalimat pada siswa Sekolah Menengah Negeri 9 Tanjungpinang, khusus kelas VIII

masih melakukan banyak kesalahan dalam memahami fungsi kata sebagai subjek,

predikat, objek, pelengkap, dan keterangan pada kalimat.

Berdasarkan kesenjangan tersebut di atas, peneliti merasa perlu mengkaji

masalah tersebut dengan memberi judul “Analisis Kesalahan Fungsi Subjek, Predikat,

Objek, Pelengkap, dan Keterangan dalam Kalimat Karangan Deskripsi Siswa Kelas

VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Tanjungpinang Tahun Pelajaran

2014/2015”.

1.2 Pembeberan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, persoalan utama yang

memungkinkan untuk diteliti atau diselidiki dalam analisis sintaksis adalah sebagai

berikut.

a. Kesalahan bidang frasa

Kesalahan dalam bidang sintaksis, khususnya segi frasa, antara lain sebagai

berikut.

(1) Penggunaan kata depan tidak tepat.

Contoh: di masa itu seharusnya pada masa itu

(2) Penyusunan frasa yang salah struktur.

Contoh: belajar sudah seharusnya sudah belajar

(3) Penambahan kata yang dalam frasa benda (B+S)

Contoh: petani yang muda seharusnya petani muda

(4) Penambahan kata dari atau tentang dalam frasa benda (B+B).

Contoh: gadis dari Bali seharusnya gadis Bali

(5) Penambahan kata kepunyaan dalam frasa Benda (B+Pr).

Contoh: Golok kepunyaan Ayah seharusnya golok Ayah

(6) Penambahan kata untuk dalam frasa kerja (K pasif + K lain).

Contoh: diajar untuk membaca seharusnya diajar membaca

(7) Penghilangan kata yang dalam frasa benda ( Benda + yang + K pasif).

Contoh: kursi kududuki seharusnya kursi yang kududuki

(8) Penghilangan kata oleh dalam frasa kerja pasif (K pasif + oleh + Benda).

Contoh: diminta ibu seharusnya diminta oleh ibu

(9) Penghilangan kata yang dalam frasa sifat (yang + paling + sifat).

Contoh: paling besar seharusnya yang paling besar

b. Kesalahan Bidang Klausa

Kesalahan bidang sintaksis, khususnya segi klausa, antara lain sebagai

berikut.

(1) Penambahan preposisi di antara kata kerja dan objeknya dalam klausa aktif.

Contoh:

- Rakyat mencintai akan pimpinan yang jujur, seharusnya

-Rakyat mencintai pimpinan yang jujur.

(2) Penambahan kata kerja bantu dalam klausa ekuasional.

Contoh: -Nenekku adalah dukun. Seharusnya

-Nenekku dukun

(3) Pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa aktif.

Contoh:

- Saya akan membeli rumah itu. Seharusnya

- Akan saya membeli rumah itu.

(4) Penghilangan kata oleh dalam klausa pasif.

Contoh:

- Roman Tenggelamnya Kapal Tanpomas dibaca Rina. Seharusnya

- Roman Tenggelamnya Kapal Tanpomas dibaca oleh Rina.

(5) Penghilangan kata kerja dalam klausa instranstif.

Contoh:

- Pak camat ke Maros kemarin.

Semestinya

- Pak Camat pergi ke Maros kemarin.

c. Kesalahan Bidang Kalimat

Kesalahan yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya dari segi

kalimat antara lain sebagai berikut.

(1) Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah.

Contoh:

- Amin pergi ke rumahnya Rudy. Seharusnya Amin pergi ke rumah Rudy.

- Buku itu ditulis oleh saya. Seharusnya Buku itu saya tulis.

(2) Kalimat yang tidak bersubjek karena terdapat preposisi di awal.

Contoh:

- Dalam pertemuan itu membahas berbagai persoalan. Seharusnya

- Pertemuan itu membahas berbagai persoalan. Atau

- Dalam pertemuan itu dibahas berbagai persoalan.

(3) Penggunaan kata penghubung secara ganda pada kalimat majemuk.

Contoh:

- Meskipun sedang sakit kepala, namun Alimudin tetap pergi sekolah.

Seharusnya

- Meskipun sedang sakit kepala, Alimudin tetap pergi ke sekolah.

(4) Penggunaan subjek yang berlebihan.

Contoh:

- Ali menulis drama saat Ali telah membaca buku Rendra tentang drama.

Seharusnya

- Ali menulis drama setelah membaca buku Rendra tentang drama.

(5) Penggunaan kalimat yang tidak logis.

Contoh:

- Dalam buku itu dibahas tentang peningkatan mutu pendidikan Sekolah

Dasar. Seharusnya

- Dalam buku itu, pengarang membahas peningkatan mutu pendidikan di

Sekolah Dasar.

(6) Penggunaan kata penghubung berpasangan secara tidak tepat.

Contoh:

- Mereka tidak menulis melainkan sedang melukis.

Seharusnya

- Mereka tidak menulis tetapi sedang melukis.

(7) Penyusunan kalimat yang mubazir.

Contoh:

- Dalam konsep pendidikan yang disusunnya banyak terdapat berbagai

kesalahan. Seharusnya

- Dalam konsep pendidikan yang disusunnya terdapat banyak kesalahan.

(8) Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa asing.

Contoh:

- Rumah di mana dia bermalam dekat dari pasar. seharusnya

- Rumah tempat dia bermalam dekat dari pasar.

- Orang dengan siapa dia ajak bicara belum datang. seharusnya

- Orang yang akan dia ajak bicara belum datang.

(9) Penggunaan kalimat yang tidak padu.

Contoh:

- Mereka menyatakan persetujuannya tentang keputusan yang bijaksana itu.

seharusnya

- Mereka menyetujui keputusan yang bijaksana itu.

- Yang menjadi sebab rusaknya hutan adalah perladangan liar.

Seharusnya Penyebab rusaknya hutan adalah perladangan liar.

Kesalahan yang sedang dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran saat ini

adalah lebih ke dalam bidang sintaksis, yakni pada struktur kalimat.Tarigan (1984:16)

mengemukakan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang dari tatabahasa yang

membicarakan struktur kalimat, klausa, dan frasa. Kridalaksana (1982: 16)

mengatakan kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,

mempunyai pola intonasi final dan secara aktual dan potensial terdiri dari klausa,

misalnya saya makan nasi. Sedang klausa adalah satuan bentuk linguistik yang terdiri

atas subjek dan predikat. Sedangkan frasa adalah satuan tatabahasa yang tidak

melampaui batas fungsi subjek atau predikat.

Kaitannya dengan hal tersebut, Tarigan (1984:25) mengemukakan bahwa

kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis meliputi: kesalahan frasa, kesalahan

klausa, dan kesalahan kalimat. Kesalahan berbahasa dalam bidang kalimat juga sering

dijumpai pada bahasa lisan maupun bahasa tulis. Kesalahan dalam bidang kalimat

dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu: (a) kalimat yang tidak bersubjek, (b)

kalimat yang tidak berpredikat, (c) kalimat yang buntung (tidak bersubjek dan

berpredikat), (d) penggandaan subjek, (e) antara predikat dan objek yang tersisipi, (f)

kalimat yang tidak logis, (g) kalimat yang ambiguitas, (h) penghilangan konjungsi, (i)

konjungsi yang berlebihan, (j) urutan kalimat yang tidak pararel, (k) penggunaan

istilah asing (Lamuddin, 2008:163).

1.3 Pembatasan Masalah

Permasalahan-permasalahan yang telah diidentifikasi di atas merupakan hal-

hal yang sangat penting untuk diteliti karena merupakan masalah-masalah yang

sering dihadapi oleh penulis. Namun, permasalahan-permasalahan yang telah

dibeberkan tidak semuanya diteliti karena penulis mempertimbangkan kemampuan,

waktu, dan tenaga. Oleh karena itu, penulis hanya membatasi untuk meneliti pada

analisis berbahasa dalam bidang kalimat, yakni mengenai fungsi kata sebagai subjek,

predikat, objek, keterangan, dan pelengkap dalam kalimat.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang terdapat pada latar belakang masalah di atas,

rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah analisis fungsi subjek pada karangan deskripsi siswa kelas VIII

Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang Tahun Pelajaran

2014/2015?

2. Bagaimanakah analisis fungsi predikat pada karangan deskripsi siswa kelas VIII

Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang Tahun Pelajaran

2014/2015?

3. Bagaimanakah analisis fungsi objek pada karangan deskripsi siswa kelas VIII

Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang Tahun Pelajaran

2014/2015?

4. Bagaimanakah fungsi pelengkap pada karangan deskripsi siswa kelas VIII

Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang Tahun Pelajaran

2014/2015?

5. Bagaimanakah fungsi keterangan pada karangan deskripsi siswa kelas VIII

Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang Tahun Pelajaran

2014/2015?

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Untuk menganalisis fungsi subjek pada karangan deskripsi siswa kelas VIII

Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang Tahun Pelajaran

2014/2015.

2. Untuk menganalisis fungsi predikat pada karangan deskripsi siswa kelas VIII

Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang Tahun Pelajaran

2014/2015.

3. Untuk menganalisis fungsi objek pada karangan deskripsi siswa kelas VIII

Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang Tahun Pelajaran

2014/2015.

4. Untuk menganalisis fungsi pelengkap pada karangan deskripsi siswa kelas VIII

Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang Tahun Pelajaran

2014/2015.

5. Untuk menganalisis fungsi keterangan pada karangan deskripsi siswa kelas VIII

Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang Tahun Pelajaran

2014/2015.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoretik

Secara teoretis penelitian ini memiliki manfaat yang bersifat aplikatif, artinya

memperbaiki struktur gramatikal pada kalimat siswa tanpa mengabaikan hal yang

penting, yaitu penyusunan dan pengembangan teori pembelajaran mengenai

performansi siswa.

1.6.2 Manfaat Praktik

a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan yang

bermanfaat bagi sekolah, terutama dalam rangka perbaikan pembelajaran

mengenai fungsi kata sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan dalam

bahasa tulis.

b. Bagi peneliti, peneliti secara bertahap dapat mengetahui pembelajaran untuk

memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas sehingga permasalahan

yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran dapat teratasi. Di samping itu,

dengan melaksanakan penelitian tindakan ini, masalah yang dihadapi yang

tentunya akan sangat membantu bagi perbaikan pembelajaran serta

profesionalisme peneliti yang bersangkutan.

c. Bagi peneliti lain, memberikan pengetahuan kepada peneliti dan menjadi bahan

dasar pertimbangan untuk melanjuti penelitian pada kajian bahasa yang lebih

dalam.

1.7 Definisi Istilah

a. Subjek adalah unsur kalimat yang berfungsi sebagai inti pembicaraan dalam

suatu kalimat atau subjek biasanya berupa unsur yang melakukan pekerjaan.

b. Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan perbuatan apa

subjek atau unsur kalimat yang menjelaskan tindakan atau perbuatan subjek.

c. Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat atau unsur kalimat yang

dikenai pekerjaan.

d. Keterangan adalah unsur kalimat yang menerangkan semua unsur kalimat,

biasanya diletakkan di awal atau akhir kalimat.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Teoretik

2.1.1 Fungsi Kata dalam Kalimat

Secara etimologis istilah sintaksis dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa

Yunani suntassein. Kata tersebut dari kata sun yang berarti dengan atau bersama dan

tassein yang berarti menyusun atau mengatur bersama secara tertib. Secara

keseluruhan kata sutassein berarti menyusun atau mengatur bersama secara tertib.

Berdasarkan hal itu, istilah sintaksis dalam bahasa Indonesia berarti pengaturan atau

penyusunan kata menjadi kelompok kata (frasa), klausa, atau kalimat secara baik dan

benar (Suhardi dan Teguh, 1997:23).

Dalam berbagai buku tata bahasa istilah sintaksis diberi batasan yang

bervariasi. Stryker dalam Tarigan (1990:23) mengungkapkan bahwa istilah sintaksis

adalah telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk

menggabung-gabungkan kata menjadi kalimat. Batasan lain yang senada dengan hal

tersebut adalah batasan sintaksis yang dikemukakan oleh Bloch dan Trager dalam

Suhardi dan Teguh (1997:23), bahwa sintaksis merupakan analisis mengenai

konstruksi-konstruksi yang hanya mengikutsertakan kata (bentuk bebas).

Kridalaksana (1985:154) mengadaptasikan kata syntax ke dalam bahasa

Indonesia menjadi sintaksis, sedangkan kata syntactic menjadi sintaktika. Istilah

sintaksis berkaitan dengan konsep pengaturan hubungan antara kata atau satuan-

satuan yang lebih besar dalam bahasa, sedangkan istilah sintaktika merupakan cabang

semiotika yang membicarakan hubungan tanda atau lambang bahasa. Atas dasar hal

tersebut, kata pertamalah yang lebih cocok untuk diadaptasikan menjadi istilah

sintaksis dalam bahasa Indonesia.

Kedua batasan tersebut terkandung sedikit perbedaan. Batasan pertama

mengarah pada bentuk konstruksi kata yang berupa kalimat, sedangkan batasan kedua

tidak menunjuk bentuk konstruksi yang dihasilkannya, tetapi satuan minimalnya jelas

yaitu berupa kata. Bertolak dari hal tersebut, Ramlan dalam Suhardi dan Teguh

(1997:23) memberikan batasan sintaksis sebagai ilmu bahasa yang membicarakan

seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.

Selain berusaha menerangkan pola-pola yang mendasari satuan-satuan

sintaksis dan bagian-bagian yang membentuk satuan-satuan sintaksis itu sendiri,

sintaksis juga membicarakan alat-alat sintaksis yang menghubungkan bagian-bagian

yang membentuknya dan menunjukkan makna gramatikal di antara unsur

pembentuknya. Oleh sebab itu, satuan-satuan sintaksis (konstruksi sintaksis) yang

berupa klausa, frasa, atau kalimat bukanlah deretan kata yang dirangkaikan

sekehendak hati pemakainya, melainkan merupakan rangkaian kata yang berstruktur.

2.1.2 Analisis Fungsi Kata dalam Kalimat

Salah satu model analisis kalimat yang sudah dikenal dan banyak digunakan

di sekolah-sekolah adalah menganalisis kalimat menjadi subjek (S), predikat (P),

objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (K) atau dalam istilah tradisional disebut

sebagai jabatan kalimat, dan dalam istilah srtuktural disebut sebagai struktur

gramatikal. Analisis struktur gramatikal pada kalimat yang menghasilkan deskripsi

fungsi subjek, predikat, objek dan fungsi-fungsi lainnya di samping harus

memperhatikan batas fungsi itu sendiri juga harus memperhatikan ciri dari masing-

masing struktur gramatikal pada kalimat ( Suhardi dan Teguh, 1997:43).

Menurut Finoza (2008:142) bahwa unsur kalimat adalah struktur gramatikal

pada kalimat yang dalam buku-buku tata bahasa lama lazim disebut jabatan kata dan

kini disebut peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (pel), dan

keterangan (Ket). Kalimat baku sekurang-kurangnya terdiri dari dua unsur, yakni S

dan P. unsur lain (O, Pel, dan Ket) dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib

tidak hadir dalam suatu kalimat.

Hal penting perlu diketahui untuk dipraktikkan dalam penyusunan kalimat

adalah tentang satuan bentuk yang akan mengisi S, P, O, Pel, Ket dalam kalimat

bukan hanya kata, melainkan juga frasa. Untuk mengenali sekilas wajah S, P, O, Pel,

Ket, dan sebelum membahas kelima struktur gramatikal pada kalimat itu satu per

satu, berikut ini ditampilkan lima contoh yang S, P, O, Pel, Ket-nya berbentuk frasa,

yaitu pembawa acara yang kocak (itu).

(S) 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐚𝐰𝐚 𝐚𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐨𝐜𝐚𝐤 𝐢𝐭𝐮

S

membeli

P bunga.

O

(P) Indra

S (𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡) 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐚𝐰𝐚 𝐚𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐨𝐜𝐚𝐤.

𝐏

(O) Madona

S

menelepon

P

𝐩𝐞𝐦𝐛𝐚𝐰𝐚 𝐚𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐨𝐜𝐚𝐤 𝐢𝐭𝐮.

𝐎

(Pel) Pesulap itu

S menjadi

P 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐚𝐰𝐚 𝐚𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐨𝐜𝐚𝐤.

𝐏𝐞𝐥

(Ket) Si Fulan

S pergi

P (𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧) 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐚𝐰𝐚 𝐚𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐨𝐜𝐚𝐤 𝐢𝐭𝐮.

𝐊𝐞𝐭

2.1.2.1 Predikat

Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan perbuatan

(action) apa subjek, yaitu pelaku atau tokoh atau sosok di dalam suatu kalimat. Selain

itu, P juga menyatakan sifat atau keadaan bagaimana subjek. Termasuk juga sebagai

predikat dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki

subjek. Satuan bentuk pengisi predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar

berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numerilia, nomina, atau frasa nominal

(Finoza, 2008:142).

Perhatikan contoh berikut ini.

(1) Kuda merumput.

(2) Ibu sedang tidur siang.

(3) Putri Indonesia cantik jelita.

(4) Kota Jakarta dalam keadaan aman.

(5) Kucingku belang tiga.

(6) Robby mahasiswa baru.

(7) Rumah Pak Hartawan lima.

Bagian kalimat yang digaris bawah dalam contoh (1) – (7) adalah predikat.

Kata merumput pada kalimat (1) memberi tahu pekerjaan kuda. Frasa sedang tidur

siang pada kalimat (2) memberi tahu keadaan ibu; cantik jelita pada kalimat (3)

memberi tahu keadaan putri Indonesia; dalam keadaan aman pada kalimat (4)

memberi tahu situasi kota Jakarta; belang tiga pada kalimat (5) memberi tahu ciri

kucingku; mahasiswa baru pada kalimat (6) memberi tahu status Robby; dan lima

pada kalimat (7) memberi tahu jumlah rumah Pak Hartawan. Perlu diperhatikan, P

dalam kalimat (1) – (7) tidak hanya berupa kata (merumput, lima), tetapi juga berupa

frasa (sedang tidur siang, cantik jelita, dalam keadaan aman, belang tiga, dan

mahasiswa baru).

Menurut Suhardi dan Teguh (1997:46) bahwa fungsi predikat sebagai unsur

pusat dalam arti yang menentukan boleh tidaknya fungsi lainnya hadir mempunyai

dua ciri. Pertama, fungsi predikat berada di sebelah kanan fungsi subjek. Kedua,

unsur pengisi fungsi predikat pada umumnya bergolongan atau berkatagori verba,

namun demikian tidak menutup kemungkinan berkatagori nonverbal, seperti nominal,

adjektival, atau numerial.

Untuk dapat menganalisis kalimat berdasarkan struktur gramatikal pada

kalimat dengan tepat, di samping memperhatikan batasan dan ciri masing-masing

struktur gramatikal pada kalimat, juga harus memperhatikan golongan unsur pengisi

predikat. Hal ini dikarenakan kehadiran suatu fungsi tertentu dipengaruhi oleh

golongan unsur pengisi predikat. Kalimat yang unsur pengisi predikatnya

bergolongan verba aktif akan menghasilkan deskripsi fungsi berbeda dengan

predikatnya bergolongan verba pasif. Apabila bergolongan aktif, aktif transitif atau

aktif intransitif, sebab kedua bentuk verba tersebut memiliki perbedaan yang prinsip

sehingga akan menghasilkan deskripsi struktur gramatikal pada kalimat yang

berbeda.

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.

(1) Pak dokter datang.

(2) Penari sedang berjoget di panggung.

(3) Pemuda itu berbuat kebaikan.

(4) Kakak sedang bermain golf di lapangan.

(5) Mobil itu menabrak pohon.

(6) Ibu sedang membuat kue di dapur.

(7) Mahasiswa KKN membuatkan penduduk desa sebuah jembatan.

(8) Paman membelikan adik sepatu baru di toko.

(9) Jalan itu diperbaiki oleh pemerintah daerah.

(10) Harimau itu ditangkap penduduk di pinggir sungai.

(11) Anak itu digambarkan pesawat oleh kakaknya.

(12) Pencuri itu diamankan polisi kemarin.

(13) Kertas gambar itu kugunting.

(14) Sampul surat itu saya sobek.

(15) Rumah itu kita beli.

(16) Halaman itu kamu bersihkan.

(17) Meja itu tergores pisau.

(18) Kambing itu kejatuhan kelapa.

(19) Gambar itu tercetak di halaman empat.

(20) Dia kehujanan tadi malam.

(21) Gadis itu karyawan perusahaan.

(22) Pemuda itu rajin sekali.

(23) Para dosen di ruang sidang.

(24) Anak pengusaha itu empat orang.

Verba pengisi predikat pada kalimat (1) – (4) termasuk verba aktif intransitif

dan oleh karenanya kalimat itu disebut kalimat aktif intransitif. Jenis kalimat ini

predikatnya tidak memerlukan hadirnya fungsi objek, akan tetapi memungkinkan

hadirnya fungsi pelengkap. Dengan kata lain, tidak ada deskripsi fungsi objek dalam

kalimat aktif intransitif. Unsur pak dokter, penari itu, pemuda itu, dan unsur kakak

pada keempat kalimat itu berfungsi sebagai subjek (S), dan unsur datang, sedang

bejoget, berbuat, dan sedang bermain berfungsi sebagai predikat (P), sedang unsur

kebaikan, golf, dan unsur di panggung dan di lapangan masing-masing berfungsi

sebagai pelengkap (Pel) dan keterangan (K).

Keempat kalimat kedua, yaitu kalimat (5) – (8), verba pengisi predikatnya

tergolongkan verba aktif transitif dan oleh karenanya disebut kalimat aktif transitif.

Dikatakan mungkin ada pelengkap karena tidak semua predikat berverba transitif

menuntut hadirnya fungsi pelengkap. Kalimat (5) – (6) predikatnya hanya menuntut

kehadiran fungsi objek, sedangkan kalimat (7) – (8) predikatnya tidak hanya

menuntut hadirnya fungsi objek tetapi juga hadirnya fungsi pelengkap. Unsur mobil,

ibu, mahasiswa KKN dan unsur paman dalam keempat kalimat itu berfungsi sebagai

subjek (S), unsur menabrak, sedang membuat, membuatkan dan membelikan

berfungsi sebagai predikat. Sementara itu unsur pohon, kue, penduduk dan adik

berfungsi sebagai objek (O), sedangkan unsur sebuah jembatan dan buku baru

berfungsi sebagai pelengkap (Pel) dan unsur di dapur dan di toko berfungsi sebagai

keterangan (K).

Pada kalimat (9) – (12) verba pengisi predikatnya bergolongan verba pasif.

Yang verba pengisi predikat diturunkan dari verba aktif transitif. Kalimat yang

predikatnya berjenis verba ini selanjutnya disebut kalimat pasif transitif. Kalimat (9)

dan (10) tidak mengandung fungsi pelengkap, sedangkan kalimat (11) dan (12)

memiliki fungsi pelengkap. Secara rinci keempat kalimat tersebut dapat dianalisis

sebagai berikut. Unsur jalan itu, harimau itu, anak, dan pencuri itu berfungsi sebagai

subjek, unsur diperbaiki, ditangkap, digambarkan, dan diamankan berfungsi sebagai

predikat, sedangkan unsur pemerintah daerah, penduduk, kakaknya, dan polisi

berfungsi sebagai keterangan dan unsur kemarin dan di pinggir sungai juga berfungsi

sebagai keterangan (Suhardi dan Teguh, 1997:413).

Kalimat (12) – (15) jenisnya sama dengan kalimat (9) – (12), yaitu kalimat

pasif. Namun demikian ada suatu perbedaan, yaitu pada kalimat (9) – (12) sebelum

menjadi kalimat pasif fungsi subjeknya adalah orang ketiga sehingga pemasifannya

dengan di- dan fungsi subjek berubah menjadi keterangan, sedangkan kalimat (12) –

(15) selagi masih kalimat aktif subjeknya orang pertama atau orang kedua. Oleh

karena itu, bentuk pasifnya tidak dengan di-. Konsekuensinya tidak akan ditemukan

fungsi keterangan yang berasal dari fungsi subjek. Unsur ku, saya, kita, dan kami

dalam keempat kalimat tersebut bergabung dengan fungsi predikat, yang selanjutnya

gabungan itu berfungsi predikat. Untuk lebih jelasnya perhatikan deskripsi fungsi

keempat kalimat (13) – (16). Unsur kertas itu, sampel surat itu, rumah itu, dan

halaman itu berfungsi sebagai subjek, sedangkan unsur kugunting, saya sobek, kita

beli, dan kamu bersihkan berfungsi predikat.

Kalimat (17) – (20) memiliki persamaan dengan kalimat (13) – (16), tetapi

juga mempunyai perbedaan. Persamaannya adalah sama-sama kalimat pasif,

perbedaannya, kalimat (13) – (16) adalah kalimat pasif yang diturunkan dari kalimat

aktif transitif, sedangkan kalimat (17) – (20) termasuk kalimat pasif yang tidak

berasal dari kalimat aktif. Deskripsi fungsi kalimat (17) – (20) secara lengkap sebagai

berikut. Secara berurutan unsur meja itu, kambing itu, gambar itu, dan unsur uangnya

berfungsi sebagai subjek; unsur tergores, kejatuhan, tercetak, dan terjatuh berfungsi

sebagai predikat; sedangkan unsur pisau dan kelapa berfungsi sebagai pelengkap serta

unsur di halaman empat dan di depan rumah berfungsi sebagai keterangan.

Kalimat (21) – (24) berbeda dengan kalimat-kalimat sebelumnya. Kalimat

sebelumnya unsur predikatnya bergolong verba, sedangkan kalimat (21) – (24)

bergolongan nonverba. Pada kalimat (21) unsur predikatnya bergolongan benda, yaitu

frase benda; kalimat (22) bergolongan adjektif atau sifat, yaitu frase sifat; kalimat

(23) bergolongan preposisi, yaitu frase preposisi, sedangkan unsur pengisi predikat

pada kalimat (24) bergolongan numeral, yaitu frase numeral (bilangan). Namun

demikian, frase-frase tersebut menduduki fungsi yang sama, yaitu predikat. Unsur

lainnya, yaitu gadis itu, pemuda itu, para dosen, dan unsur anak pengusaha itu

menduduki fungsi subjek ( Suhardi dan Teguh, 1997:414).

2.1.2.2 Subjek

Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh, sosok,

sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan (Finoza, 2008:14).

Ada tiga ciri fungsi subjek. Pertama, dalam kalimat yang runtut (bukan

inversi), fungsi subjek berada di sebelah kiri fungsi predikat. Kedua, unsur pengisi

fungsi subjek pada umumnya berkategori nominal. Contoh:

(1) Suaminya

S

sudah datang.

P

(2) Mahasiswa baru

S sedang mengikuti

P penataran P4.

O

(3) Paman

S

akan membeli

P

rumah.

O

Ketiga kalimat di atas menunjukkan bahwa posisi fungsi subjek berada di

sebelah kiri fungsi predikat, sedangkan unsur pengisi fungsi tersebut semuannya

bergolongan nominal. Pada kalimat (1) dan (2) berupa frase benda sedangkan pada

kalimat (3) berupa kata benda.

2.1.2.3 Objek

Menurut Finoza (2008:145), objek (O) adalah bagian yang melengkapi

predikat. Objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Fungsi

objek sebagai unsur pendamping mempunyai empat ciri.

a. Fungsi objek ada apabila unsur pengisi predikatnya adalah berkategori verba

aktif transitif.

b. Posisi fungsi objek berada di sebelah kanan fungsi predikat.

c. Unsur pengisi fungsi objek bergolongan nominal.

d. Fungsi objek dapat berubah fungsi menjadi subjek dalam kalimat pasif.

Perhatikan contoh kalimat berikut ini.

(1) Pedagang itu

S menjual

P mainan.

O

(2) Para pemenang

S menerima

P hadiah.

O

(3) Para guru

S sedang mengikuti

P seminar

O

Unsur pengisi predikat pada kalimat (1) – (3) bergolongan verba transitif. Hal

ini dapat dilihat dari adanya fungsi objek. Fungsi objek pada ketiga kalimat di atas

menunjukkan bahwa posisi fungsi objek berada tepat di sebelah kiri fungsi predikat.

Adapun kategori unsur pengisi fungsi objek pada ketiga kalimat tersebut adalah

nominal, yaitu berupa kata benda.

Ciri terakhir fungsi ini adalah dapat berubah fungsi menjadi subjek pada

kalimat pasif tersebut tampak bahwa unsur mainan, hadiah, dan seminar yang tadinya

berfungsi objek pada kalimat aktif telah berubah fungsi menjadi subjek (Suhardi dan

Teguh, 1997:47).

2.1.2.4 Fungsi Pelengkap

Menurut Finoza (2008:146) ,Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian

kalimat yang melengkapi predikat.

Fungsi pelengkap memiliki prilaku yang hampir sama dengan fungsi objek.

Hal ini disebabkan beberapa ciri fungsi pelengkap sama dengan sebagian ciri fungsi

objek. Secara rinci fungsi pelengkap adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan posisinya, fungsi pelengkap berada di sebelah kanan predikat,

tepatnya setelah fungsi objek pada verba transitif.

b. Unsur pengisi fungsi pelengkap adalah golongan nominal.

c. Fungsi ini tidak hanya terdapat pada kalimat yang predikatnya verba aktif

transitif dan verba aktif intransitif, tetapi juga terdapat pada kalimat verba pasif.

d. Apabila kalimat dipasifkan, fungsi pelengkap tidak mengalami perubahan fungsi

seperti pada fungsi objek.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh di bawah ini.

(1) Para mahasiswa

S

sedang belajar

P

bahasa Indonesia.

Pel

(2) Ibu

S membelikan

P adik

O baju baru.

Pel

(3) Anak itu

S dibuatkan

P baju baru

Pel oleh Pak Tono.

K

(4) Para pemain

S kehabisan

P tenaga.

Pel

Keempat kalimat tersebut di atas memperlihatkan bahwa letak fungsi

pelengkap dipengaruhi oleh verba pengisi predikatnya. Verba pada kalimat

(1) termasuk verba intransitif. Oleh karena itu, letak pelengkap berada tepat di

sebelah kanan predikat. Ini berbeda dengan kalimat (2). Pada kalimat (2) verbanya

termasuk verba transitif yang tidak hanya memerlukan fungsi pelengkap, tetapi juga

fungsi objek sehingga fungsi pelengkap ada setelah fungsi objek. Kalimat (2) juga

berbeda dengan kalimat (3) dan kalimat (4). Kalimat (3) dan (4) memiliki kesamaan,

yaitu sama-sama kalimat berverba pasif. Akan tetapi, ada perbedaan yang mendasar.

Kalimat (3) berasal dari bentuk aktif transitif, oleh karena fungsi objeknya menjadi

fungsi subjek maka fungsi pelengkap berada setelah predikat, sedangkan pada kalimat

(4) bukan berasal dari kalimat aktif, tetapi asli kalimat berverba pasif. Untuk jenis

verba pasif seperti fungsi pelengkap ada di sebelah kanan fungsi predikat. Keempat

kalimat di atas juga memperlihatkan pengisi fungsi pelengkap semuanya nomina.

Unsur anak dan mahasiswa bergolongan kata benda, sedangkan unsur baju baru dan

bahasa Indonesia bergolongan frase benda.

Ciri terakhir dari fungsi pelengkap adalah fungsi pelengkap dalam kalimat

aktif transitif tidak mengalami perubahan fungsi (menjadi subjek seperti yang dialami

fungsi objek) jika kalimat tersebut diubah menjadi kalimat pasif. Ciri ini merupakan

dasar pembeda dengan fungsi objek (Suhardi dan Teguh, 1997:49).

2.1.2.5 Fungsi Keterangan

Menurut Arifin dan Junaiyah (2008:10) berdasarkan fungsinya, unsur-unsur

kalimat ada yang disebut subjek, predikat (transitif, intransitif), objek, pelengkap

(pelengkap subjek, pelengkap objek), serta keterangan (keterangan waktu, keterangan

tempat, keterangan sebab, keterangan akibat, keterangan cara, dan keterangan

modalitas).

Fungsi keterangan (Ket) merupakan fungsi yang tidak bergantung dengan

fungsi lain. Artinya tidak ada syarat yang mengikat atas hadir tidaknya fungsi

keterangan. Bila dibandingkan dengan fungsi objek dan pelengkap, kehadiran kedua

fungsi tersebut cukup dipengaruhi oleh unsur pengisi predikatnya. Oleh karena itu,

fungsi keterangan biasa disebut fungsi noninti. Fungsi ini biasanya diisi oleh unsur

berkategori benda yang berfungsi sebagai keterangan atau preposisi. Adapun posisi

fungsi keterangan dalam suatu kalimat runtut berada di awal atau di akhir konstruksi,

dan tidak menutup kemungkinan dalam suatu kalimat terdapat dua fungsi keterangan.

Seperti yang dikemukakan di atas, dalam bahasa Indonesia lazim dibedakan beberapa

macam keterangan.

2.1.2.5.1 Keterangan Waktu

Keterangan waktu memberikan informasi mengenai saat terjadinya suatu

peristiwa. Fungsi keterangan itu diisi oleh berbagai macam bentuk: (a) kata tunggal,

(b) frasa nominal, dan (c) frasa preposisional. Pada umumnya keterangan waktu

diletakkan pada bagian belakang kalimat, tetapi dapat pula pada bagian tengah atau

depan.

Keterangan waktu yang berbentuk kata tunggal mencakupi kata, seperti

kemarin, sekarang , besok, lusa, tadi, dan nanti. Keterangan waktu yang berbentuk

frasa nominal dapat berupa pengulangan kata, seperti pagi-pagi, malam-malam,

siang-siang, dan sore-sore atau macam gabungan yang lain seperti sebentar lagi,

kemarin dulu, dan tidak lama kemudian.

Keterangan waktu berbentuk frasa preposisional diawali dengan preposisi dan

kemudian diikuti oleh nomina tertentu. Preposisi yang dipakai adalah di, dari,

sampai, pada, sesudah, sebelum, ketika, sejak, buat, dan untuk. Frasa nominal yang

mengikutinya bukanlah sebarang frasa nominal, melainkan frasa nominal yang

memiliki ciri waktu. Dengan demikian, frasa nominal seperti pukul, tanggal, tahun,

minggu, zaman, hari, bulan, masa, Senin, Kamis, Januari, malam, permulaan, akhir

pertunjukkan, subuh, dan Natal dapat digabungkan dengan preposisi di atas untuk

mengisi keterangan waktu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992:297).

2.1.2.5.2 Keterangan Tempat

Keterangan tempat adalah keterangan yang menunjukkan tempat terjadinya

peristiwa atau keadaan. Berbeda dengan keterangan waktu, keterangan tempat hanya

dapat diisi oleh frasa preposisional. Preposisi yang dipakai adalah di, ke, dari,

sampai, dan pada. Di samping bentuk di atas, preposisi dapat pula bergabung dengan

nomina lain untuk membentuk keterangan tempat asalkan nomina itu memiliki ciri

semantik yang mengandung makna tempat. Kata seperti jembatan, rumah, Jakarta,

nomor memiliki ciri semantik tempat. Ada juga sekelompok nomina, seperti atas,

bawah, dalam, dan belakang yang dapat membentuk keterangan tempat ( Suhardi dan

Setiawan, 1997:44).

2.1.2.5.3 Keterangan Tujuan

Keterangan tujuan adalah keterangan yang menyatakan tujuan atau maksud

perbuatan atau kejadian. Wujud keterangan tujuan selalu dalam bentuk frasa

preposisional dan preposisi yang dipakai adalah demi, bagi, guna, untuk, dan buat.

Pada umumnya preposisi yang dapat dipakai dengan verba hanyalah untuk

dan guna. Dari segi maknanya, keenam preposisi yang membentuk keterangan tujuan

mempunyai makna yang sama atau mirip (Abdul Chaer, 1998:45).

2.1.2.5.4 Keterangan Cara

Keterangan cara adalah keterangan yang menyatakan cara suatu peristiwa

terjadi. Seperti halnya dengan keterangan waktu, keterangan cara dapat berupa kata

tunggal atau frasa preposisional. Kata tunggal yang menyatakan cara (atau sebagian,

yang menyatakan kekerapan) adalah, misalnya, pernah, sering (kali), selalu, kadang-

kadang, biasanya, sepenuhnya.

Keterangan cara dapat juga dibentuk dengan memakai preposisi atau klitika

tertentu yang dihubungkan dengan kata tertentu pula. Berikut adalah preposisi dan

beberapa contoh kata tersebut.

Preposisi : dengan, secara, tanpa, demi

Klitika : se-, -nya

Afiks : -an

Adjektiva : baik, jelas, tegas, pelan

Nomina : jantan, kesatria, kekeluargaan. Kemauan, semangat, perhatian,

langkah (Suhardi dan Teguh, 1997:45)

2.1.2.5.5 Keterangan Penyerta

Keterangan penyerta adalah keterangan yang menyatakan adanya atau tidak

adanya orang yang menyertai orang lain dalam melakukan suatu perbuatan. Kecuali

untuk kata sendiri yang dapat berdiri sendiri tanpa iringan kata lain, semua

keterangan penyerta dibentuk dengan menggabungkan preposisi dengan, tanpa, atau

bersama dengan kata atau frasa tertentu. Kata atau frasa yang berdiri di belakang

preposisi itu harus merupakan benda yang bernyawa atau dianggap bernyawa (Arifin

dan Junaiyah, 2008:20).

2.1.2.5.6 Keterangan Alat

Keterangan alat adalah keterangan yang menyatakan ada atau tidak adanya

alat yang dipakai untuk melakukan suatu perbuatan. Pengertian alat dalam hal itu

tidak selalu dalam bentuk bentuk benda konkret. Keterangan alat selalu berwujud

frasa preposisional dengan memakai preposisi dengan atau tanpa (Finoza, 2008:128).

2.1.2.5.7 Keterangan Penyebaban

Keterangan penyebaban adalah keterangan yang menyatakan sebab atau

alasan terjadinya suatu keadaan, kejadian, atau perbuatan. Wujud keterangan ini

selalu frasa dengan preposisi karena atau sebab.

Contoh :

(1) Karena kelakuan anaknya keluarga itu dijauhi para tetangganya.

(2) Banyak pemimpin dunia jatuh sebab wanita.

(3) Gaji terasa kurang terus karena inflasi (Departemen Pendidikan dan Kebudyaan,

1992:304).

2.1.3 Pola Kalimat Dasar

Menurut Finoza (2008:149), berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya ada

enam tipe kalimat yang dapat dijadikan model pola kalimat dasar bahasa Indonesia.

Keenam tipe kalimat yang dimaksud tercantum dalam tabel berikut ini.

TABEL 1

TIPE KALIMAT DASAR

No Fungsi dan

Tipe

Subjek Predikat Objek Pel Ket

1 S – P

Orang itu

Saya

sedang tidur.

mahasiswa baru.

-

-

-

-

-

-

2 S – P – O Ayahnya

Rani

mengendarai

mendapat

mobil baru.

piagam.

-

-

-

-

3 S – P – Pel Beliau

Pancasila

Menjadi

merupakan

-

-

ketua koperasi.

dasar negara kita

-

4 S – P – Ket Kami

Kecelakaan itu

Tinggal

terjadi

-

-

-

-

di Jakarta.

tahun 1999.

5 S – P – O – Pel Hasan

Diana

Mengirimi

mengambilkan

ibunya

adiknya

uang.

Buku tulis.

-

-

6 S – P – O – Ket Pak Bejo

Beliau

menyimpan

memperlakukan

uang

kami

-

-

di bank.

dengan baik.

(dikutip dengan perubahan dari Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia 2003:322).

2.1.4.2 Paragraf Deskripsi

Deskripsi dipungut dari bahasa Inggris ’description’. Kata ini berhubungan

dengan verba to describe (melukis dengan bahasa). Dalam bahasa latin, deskripsi

dikenal dengan describere yang berarti ’menulis tentang’ membeberkan sesuatu hal,

melukis sesuatu hal (Finoza, 2008:197-198). Deskripsi adalah tulisan yang tujuannya

memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh

pada sentivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar bagaikan mereka ikut melihat,

mendengar, merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut (Semi, 2003:41).

Deskripsi bertujuan menyampaikan sesuatu hal dalam urutan atau rangka

ruang, dengan maksud untuk menghadirkan di depan mata angan-angan pembaca

segala sesuatu yang dilihat, didengar, dicecap, diraba, atau dicium oleh pengarang.

(Widyamartaya, 1992:9-10). Jadi, deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan

memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat

objek sebenarnya.

Supaya karangan ini sesuai dengan penulisannya, diperlukan suatu

pendekatan. Pendekatan dimaksud adalah pendekatan realistis dan pendekatan

impresionistis. Penulis dituntut memotret hal atau benda seobjektif mungkin sesuai

dengan keadaan yang dilihatnya, dinamakan pendekatan realistis. Sebaliknya,

pendekatan impresionistis adalah pendekatan yang berusaha menggambarkan sesuatu

secara subjektif (Finoza, 2008:197-198).

Menurut Semi (2003:41), deskripsi ini merupakan ekposisi juga sehingga ciri

umum yang dimiliki oleh ekposisi pada dasarnya dimiliki pula oleh deskripsi. Lebih

lanjut, Semi (2003:41) mengatakan bahwa ciri-ciri deskripsi yang sekaligus sebagai

pembeda dengan ekposisi adalah sebagai berikut.

1) Deskripsi lebih berupaya memperlihatkan detail atau perincian tentang objek.

2) Deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi

pembaca.

3) Deskripsi disampaikan dengan gaya yang nikmat dengan pilihan kata yang

menggugah; sedangkan ekposisi gayanya lebih lugas.

4) Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar dilihat,

dan dirasakan sehingga objeknya pada umumnya berupa benda, alam, warna, dan

manusia.

5) Organisasi penyampaiannya lebih banyak menggunakan susunan ruang (spartial

order).

Di antara ciri-ciri tersebut yang tidak dimiliki oleh ekposisi adalah gaya yang

indah dan memikat sehingga memancing sensitivitas dan imajinasi pembaca atau

pendengar. Ada pula deskripsi yang disampaikan dengan bahasa lugas dan juga tidak

memancing sensitivitas pembaca, tetapi menekankan pada perincian atau detail

dengan mengajukan pembuktian atau banyak contoh (mis. deskripsi tentang keadaan

ruang praktik atau deskripsi tentang keadaan daerah yang dilanda tsunami). Oleh

sebab itu, karangan deskripsi dibagi atas dua, yaitu deskripsi ekpositoris (deskripsi

teknis) dan deskripsi artistik (disebut juga deskripsi literer, impresionistik, atau

sugestif) (Semi, 2003:43). Lebih lanjut, Semi (2003:43) mengatakan bahwa

”Karangan yang bertujuan menjelaskan sesuatu dengan perincian yang jelas

sebagaimana adanya tanpa manekankan unsur impresif atau sugestif kepada

pembaca, dinamakan deskripsi ekpositorik. Selain itu juga menggunakan

bahasa-bahasa yang formal dan lugas. Sebaliknya, deskripsi artistik adalah

deskripsi yang mengarah kapada pangalaman kepada pembaca bagaikan

berkenalan langsung dengan objek yang disampaikan dengan jalan

menciptakan sugesti dan impresi melalui keterampilan penyampaian dengan

gaya yang memikat dan pilihan kata yang menggugah perasaan”.

2.2 Asumsi

Asumsi adalah sebuah titik tolak pemikiran kebenarannya diterima oleh

penyelidik itu (Surakhmad, 2006: 65).

Berdasarkan pendapat di atas, penulis mengemukakan anggapan dasar bahwa

siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 telah menerima materi

struktur gramatikal pada kalimat berupa unsur-unsur subjek, predikat, objek, dan

keterangan dalam kalimat karena analisis kalimat berdasarkan fungsinya diajarkan

kepada siswa kelas VIII.

2.2.1 Filosofis

Analisis kesalahan penggunaan unsur fungsional kalimat adalah suatu proses

yang menghasilkan deskripsi fungsi subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap

(Pel), dan keterangan (K) secara struktural atau sesuai dengan jabatannya dalam

kalimat.

2.2.2 Subtantif

Penggunaan unsur fungsional kalimat ditandai oleh unsur-unsur dalam kalimat

memiliki batas, yakni antara fungsi subjek dan predikat, predikat dan objek, objek

dengan fungsi lainnya pelengkap atau keterangan ada batasnya.

2.2.3 Prosedural

Metode deskriptif adalah metode yang mengambarkan analisis struktur

gramtikal pada penggunaan unsur fungsional kalimat berupa subjek, predikat, objek,

pelengkap, dan keterangan dalam kalimat siswa kelas VIII Sekolah Menengah

Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang.

2.3 Penelitian Relevan

Peneliti mengambil judul Analisis Fungsi Kata dalam Kalimat Karangan

Deskripsi Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang

karena sebelumnya telah ada penelitian yang dilakukan oleh:

1. Zahrulia Arina (2012) dengan judul skripsi “Analisis Struktur Kalimat pada

Wacana Iklan Brosur Provider Telekomunikasi”. Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Zahrulia Arina dinyatakan kemampuan penggunaan pola dasar kalimat

berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku sudah benar.

Persamaan dari judul penelitian Zahrulia Arina dengan judul yang dilakukan oleh

peneliti adalah sama-sama menganalisi pada kalimat berdasarkan unsur-unsur

subjek, predikat, objek dan keterangan, sedangkan perbedaannya adalah

penelitian Zahrulia Arina meneliti struktur kalimat pada Wacana Iklan Brosur

Provider Telekomunikasi atau kajian objeknya.

2. Pari Luat (2013) dengan judul skripsi “Analisis Kesalahan Berbahasa dalam

Bidang Sintaksis Siswa Kelas X SMK Negeri Sumbarsari Malang.” Penelitian

ini menghasilkan kesalahan berbahasa siswa sangat minim. Persamaan yang

diteliti oleh peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Pari Luat adalah

analisis pada kajian jabatan kalimat yakni subjek, predikat, objek, dan keterangan

pada kalimat. Perbedaannya penelitian Pari Luat meneliti kesalahan berbahasa

khusus pada kalimat efektif dan kebakuan, sedangkan penelitian Budi hanya pada

fungsi kata dalam kalimat.

3. Nanda (2014) dengan judul skripsi “Analisis Kesalahan Penggunaan Fungsional

Kalimat pada Paragraf Deskripsi Siswa Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan

Negeri 3 Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2013/2014”. Hasil penelitian yang

dapat dilihat ialah kesalahan penggunaan unsur fungsional kalimat siswa kelas x

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Tanjungpinang masih rendah karena

banyak ditemukan kesalahan pada inti kalimat, yakni unsur inti subjek dan

predikat. Persamaan kedua penelitian, yakni pada fungsi kata dalam kalimat,

sedangkan perbedaannya terletak pada subjek penelitian.

4. Dian Iramayati (2011) dengan judul skripsi “Analisis Kesalahan Kalimat Siswa

Kelas X SMK Negeri 2 Mataram.” Hasil penelitian kesalahan kalimat siswa

tergolong minim. Persamaan kedua penelitian, yakni sama-sama pada kalimat

yang jabatannya tidak jelas, sedangkan perbedaannya terletak pada kalimat tidak

logis.

2.4 Kerangka Konseptual

Teoretis :

Prosedural :

Operasional :

Analisis Fungsi Kata

Analisis fungsi kata dalam kalimat pada karangan

deskripsi.

Analisis fungsi kata dalam kalimat pada karangan

deskripsi siswa kelas VIII Sekolah Menengah

Pertama Negeri 9 Pulau Penyengat Tahun Pelajaran

2014/2015, Semester II

BAB III

METODOLOGI PENELITAN

4.1 Subjek Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik simpulannya. Populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian (Arikunto, 2002:108).

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama

Negeri 9 di Tanjungpinang yang berjumlah 2 kelas yakni, kelas VIII A dan kelas VIII

B dengan jumlah siswa 40 orang.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Pulau

Penyengat, Tanjungpinang yang beralamat di jalan Datuk Ibrahim, Pulau Penyengat.

3.2.2 Waktu Penelitian

Perencanaan penelitian ini dilaksanakan mulai Januari 2015, dan masih terus

meneliti hingga April 2015, penelitian ini akan dilaksanakan setelah pengumpulan

data telah terkumpul, yakni pada Februari. Setelah itu, peneliti melakukan pengolahan

data pada Maret 2015 sambil diikuti menulis hasil hingga penulisan akhir skripsi,

yakni pada April 2015. Adapun perincian kegiatan penelitian atau jadwal penelitian

dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

TABEL 2

JADWAL PENELITIAN

n

o

Kegiatan Bulan/Minggu

Januari Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pembuatan prosposal

2. Konsultasi prosposal

3. Seminar proposal

4. Persiapan penelitian

5. Pengumpulan data

6. Pengolahan data

7. Penulisan hasil penelitian

3.3 Metode Penelitian dan Teknik Penelitian

3.3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Yang

dimaksud dengan metode deskriptif adalah metode yang memecahkan masalah atau

menjawab permasalahan yang dihadapi dengan jalan mengumpulkan data,

mengklarifikasikannya, menyusun peringkat kesalahannya, menjelaskan

kesalahannya, memperkirakan atau memprediksi daerah letak kesalahan, mengoreksi

kesalahan, memperbaiki kesalahan, bila mungkin menghilangkan kesalahan melalui

penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan teknik pengajaran yang

serasi (Tarigan, 1990:71).

3.3.2 Teknik Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan penelitian ini adalah teknik kualitatif.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Kajian penelitian ini diperoleh dengan mendeskripsikan subjek, predikat,

objek, dan keterangan pada paragraf deskripsi siswa. Teknik ini mengumpulkan data

relevan dengan masalah pokok penelitian. Hal ini dimaksudkan agar bentuk bahan

dan data yang berhubungan dengan aspek penelitian diambil dari materi-materi

pelajaran mengenai jabatan kalimat.

Hal ini dapat dipelajari dan dicatat sebanyak mungkin hal-hal yang berkaitan

dengan objek penelitian. Hal ini berkaitan dengan analisis struktur gramatikal pada

kalimat sehingga mendapat pedoman dan informasi jelas dalam mengumpulkan data.

Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah mengumpulkan hasil tes

paragraf deskripsi siswa mengenai analisis subjek, predikat, objek, dan keterangan

yang dijadikan sumber dalam penelitian ini sehingga dapat dijadikan pedoman dan

informasi jelas dalam mengumpulkan data.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik analisis kesalahan.

Teknik ini merupakan suatu prosedur kerja yang memiliki langkah-langkah tertentu.

Adapun urutan-urutan langkah kerja yang dimaksud sebagai berikut.

1. Mengumpulkan data berbahasa yang dibuat oleh si pembelajar (siswa), berupa

karangan;

2. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan karangan dengan cara mengenali dan

memilah-milah kalimat berdasarkan kategori kebahasaan;

3. Menyusun peringkat fungsional, seperti mengurutkan kesalahan berdasarkan

frekuensi atau keseringannya;

4. Menjelaskan kesalahan: menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan,

dan memberikan contoh yang benar;

5. Memperkirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan:

meramalkan tatataran bahasa yang dipelajari yang potensial menyebabkan

kesalahan;

6. Mengoreksi kesalahan: memperbaiki kesalahan, bila mungkin menghilangkan

kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan

teknik pengajaran yang serasi (Tarigan, 1990:71).

3.6 Instrumen Penelitian

Penelitian kualitatif ini yang dijadikan instrumen atau alat penelitian adalah

peneliti sendiri.

TABEL 3

LEMBAR KERJA SISWA

Nama :

NIS :

Kelas :

Perintah:

1. Tulislah sebuah paragraf deskripsi yang bertema tentang hewan!

2. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar!

3. Waktu mengerjakan karangan sebanyak 45 menit!

----------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------------------------

TABEL 4

TABEL ANALISIS DATA

Tabel analisis adalah tabel yang digunakan untuk menuliskan kalimat-kalimat

paragraf deskripsi siswa. Kalimat-kalimat tersebut akan dianalisis kesalahan subjek,

predikat, objek, dan keterangan pada kalimat siswa.

No

Nama Siswa

Kalimat

Aspek

Kesalahan

Perbaikan

S P O K

1.

2.

3.

4.

5.

6.

BAB IV

HASIL-HASIL PENELITIAN

4.1 Kesalahan-Kesalahan Unsur Fungsional Kalimat

4.1.1 Kesalahan Subjek

Karangan yang dituliskan oleh siswa dalam paragraf deskripsi memiliki

kesalahan-kesalahan pada unsur fungsional kalimat, yakni berupa kesalahan subjek,

predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Hal ini tampak pada kalimat-kalimat berikut

ini.

TABEL 5

KESALAHAN SUBJEK

No Nama Siswa Kesalahan

1 Sonia

(K1) Ketika lapar ia mengeong sambil mengelus kakiku.

(K2) Setelah makan ia tidur di atas kursi.

(K3) Sebelum tidur ia menjilat badannya terlebih dahulu.

(K4) Setelah bangun tidur ia bermain di halaman rumahku

2 Octaviany (K1) Ayam akan berkokok pada saat waktunya ia berkokok.

3 Reza

(K1) Di dalam tubuh babi memiliki jenis cacing yang sangat

berbahaya

(K2) Walaupun kita memasaknya dengan api yang sangat

panas ia tidak akan mati.

(K3) Apabila kita memotongnya cacing tersebut akan

bertambah banyak.

4 Dwi Aidil

(K1) Jenggotnya yang berwarna merah, postur badannya yang

menarik.

(K2) memiliki jalu yang panjang.

5 M. Fachyen (K1) Kucing bisa kita pelihara dengan baik.

6 M. Ramdani

(K1) Selain itu jerapah juga memiliki ciri khas, yang ada pada

jerapah yaitu kulitnya yang berwarna oren yang disertai

dengan bintik-bintiknya kuning di seluruh tubuhnya.

7 Raja Nur Amila

(K1) Jika ia diganggu saat tidur maka ia marah dan

mengeluarkan cakarnya.

8 M.Amirul

(K1) Memiliki kaki yang panjang dan mempunyai bulu yang

panjang

(K2) Karena itu ayam sering diternak dan ada juga yang dijual

atau dipotong untuk dijadikan lauk pauk.

9 Tri Adyastuti (K1) Mempunyai 4 buah kaki.

(K2) Suka memakan daging ikan.

10 M. Ilham

(K1) Yang membuat orang mempesona tetapi bukan setiap

burung yang mempunyai warna bulu yang menarik

hanya burung langka dilindungi.

11 Andika Firman

(K1) Elang juga hewan yang memakan daging yang adalah

terbusuk dan daging ikan yang ada di laut.

(K2) Jika kita memeliharanya dari kecil elang juga akan ikut

orang yang peliharanya.

12 Nurhaliza

(K1) Selain memiliki kuku yang panjang kucing juga

mempunyai taring yang tajam dan kucing juga memiliki

bulu yang lebat.

13 Nuraini Indri

(K1) Dengan dua antena di kepala dan kaki-kaki mungil di

badannya

(K2) Menghirup bunga dan memperoleh madu telah menjadi

kebiasaannya.

14 Melya Murni

(K1) Tetapi kupu-kupu mempunyai racun pada sayapnya.

(K2) Dari salah satu kupu-kupu jantan tersebut akan menjadi

pasangan kupu-kupu betinanya.

15 M. Effendi

(K1) Betina penghisap darah sedangkan nyamuk jantan lebih

banyak yang menghirup sari-sari buah.

(K2) Karena gigitan nyamuk sangat berbahaya bisa

menyebabkan kematian karena virusnya.

16 Al-Furkan (K1) Ikan air tawar, ikan air laut.

(K2) Macam-macam ikan air tawar ikan cupang, ikan mas,

ikan kiloi.

17 Aditya R (K1) Paling tidak suka sama air.

(K2) Karena itu harimau sangat lemah kalau kena air.

18 M. Asroi

(K1) Makan di malam hari.

(K2) Tidur di siang hari.

(K3) Mempunyai ukuran tubuh 10-15 cm.

(K4) Berwarna hitam dan sayapnya berwarna sedikit

kecoklatan.

19 Putra (K1) Meskipun ia hidup di darat, tetapi ia mempunyai

makanan yang terfavorit, yaitu ikan.

20 Resmawati (K1) Di dalam daging babi ada banyak cacing.

21 Desra (K1) Ciri-ciri gajah mempunyai belalai yang panjang dan

gading yang lancip

22 Leni (K1) Dan mempunyai bulu lembut.

(K2) Sangat suka minum susu.

23 Sumaryanti (K1) Apabila terkena di rambut atau di kulit bisa membuat

rambut menjadi rontok dan kulit menjadi terkelupas.

24 Dimas V (K1) Untuk merobek-robek tubuh mangsa tersebut.

25 Feisyal M

(K1) Dan aku pun menemui seekor burung kakak tua yang

sedang bertenggek di pohon mangga di sekitar

perumahanku.

(K2) Dan aku pun sangat menyukainya.

(K3) Karena burung itu mempunyai bulu yang tebal dan

berwarna putih, matanya kebiru-biruan, jambulnya yang

berwarna kuning yang dapat ditegakkan.

(K4) Paruhnya yang berwarna kehitam-hitaman, kakinya

berwarna abu-abu, ekornya berwarna kuning,

panjangnya 35 cm.

26 M. Effendi

(K1) Tidak banyak menuntut persyaratan khusus untuk

kelangsungan hidupnya.

(K2) Termasuk ternak yang mudah untuk dijinakki.

27 Nurafni R

(K1) Tempat di mana selalu ramai dikunjungi banyak orang,

yaitu kebun binatang.

(K2) Melihat beragam macam satwa liar dan tersadar kami pun

berkeliling di sana.

TABEL 6

KESALAHAN PREDIKAT

No Nama Siswa Kesalahan

1 Sonia

(K1) Ketika lapar ia mengeong sambil mengelus kakiku.

(K2) Setelah makan ia tidur di atas kursi.

(K3) Sebelum tidur ia menjilat badannya terlebih dahulu

(K4) Setelah bangun tidur ia bermain di halaman rumahku.

2 Reza (K1) Di dalam tubuh babi memiliki jenis cacing yang sangat

berbahaya.

3 M. Ramdani (K1) Jerapah juga binatang herbivora

(K2) Jerapah juga binatang yang jinak.

4 M. Ilham

(K1) Yang membuat orang mempesona tetapi bukan setiap

burung yang mempunyai warna bulu yang menarik

hanya burung langka dilindungi.

5 Jumi Ratna (K1) Harimau hidupnya di hutan.

6 M. Effendi

(K1) Betina penghisap darah sedangkan nyamuk jantan lebih

banyak yang menghirup sari-sari buah.

(K2) Perkembangan nyamuk dimulai dari nyamuk betina

menaruh telur-telurnya di sebuah bak yang airnya bersih.

7 Al-Furkan (K1) Ikan air tawar, ikan air laut.

(K2) Ikan air tawar juga menjadi nilai jual tinggi.

8 Aditya R (K1) Hewan mamalia yang hidup di darat

9 Desra (K1) Ukurannya 60 meter dan berat 1 ton.

(K2) Kakinya yang empat dan cukup besar.

10 Leni (K1) Kukunya untuk membelah dirinya dari musuhnya

11 Dimas V (K1) Untuk merobek-robek tubuh mangsa tersebut.

12 Feisyal M (K1) Dan aku pun menemui seekor burung kakak tua yang

sedang bertenggek di pohon mangga di sekitar

28 Nurelyta

(K1) Yang mempunyai tubuh mungil dan lincah.

(K2) Sehingga burung kakak tua telah menjadi judul lagu yang

diciptakan Ibu Sud.

(K3) Tetapi burung kakak tua kini telah terancam punah.

29 Nuraini (K1) Mempunyai rahang yang kuat untuk menggigit mangsa.

30 Frida Yuliana (K1) Berat hingga 50 gram-430 gram.

31 Nuraini K

(K1) Mempunyai suara yang keras untuk memanggil teman-

temannya.

(K2) Bisa juga disebut juga amfibi.

(K3) Karena katak mempunyai dua pernafasan yaitu paru-paru

dan trakea waktu itu katak disebut hewan amfibi.

perumahanku.

(K2) Karena burung itu mempunyai bulu yang tebal dan

berwarna putih, matanya kebiru-biruan, jambulnya yang

berwarna kuning yang dapat ditegakkan.

13 Nuraini K (K1) Katak mempunyai badan yang kecil dan berlendir.

TABEL 7

KESALAHAN OBJEK

NO NAMA SISWA KESALAHAN

1 Sonia (K1) Kucing memiliki karakter yang unik, yaitu suka bergurau

dan juga mengejar ekornya sendiri.

2 Reza (K1) Babi memiliki 4 kaki dan telinga yang agak besar.

(K2) Babi juga memiliki lubang hidung yang besar.

3 Dwi Aidil (K1) Ia memiliki bulu yang cantik.

4 M. Fachyen

(K1) Kucing adalah hewan yang berkumis dia memakan ikan

kucing memiliki 4 kaki dan mempunyai bulu yang lembut

dan cantik.

5 M. Ramdani

(K1) Jerapah memiliki leher yang panjang, yang bisa digunakan

sebagai alat untuk mencari makanan yang ada di suatu

tempat yang tinggi.

6 Raja Nur Amila (K1) Ia memiliki empat kaki dan bulu yang lebat dan juga

memliki cakar tajam.

7 M. Amirul

(K1) Ayam memiliki bulu yang unik.

(K2) Memiliki kaki yang panjang dan mempunyai bulu yang

panjang.

8 Nurhaliza (K1) Kucing juga memiliki kumis yang panjang.

9 Jumi Ratna (K1) Harimau mempunyai taring dan kuku yang tajam.

10 R. Syahla (K1) Ia memiliki bulu yang lembut dan mata yang sangat indah.

11 Syakilla (K1) Kelinci mempunyai gigi yang panjang.

(K2) Kelinci mempunyai bulu-bulu yang lembut dan bersih.

12 Desra (K1) Ciri-ciri gajah mempunyai belalai yang panjang dan gading

yang lancip.

13 Raja Gumar

(K1) Elang memiliki kuku yang tajam.

(K2) Selain mempunyai kuku yang tajam, elang juga mempunyai

paruh yang tajam untuk memakan mangsanya.

14 Dimas V (K1) Serigala mempunyai cakar yang tajam.

15 Nuraini K (K1) Mempunyai suara yang keras untuk memanggil teman-

temannya.

16 Laras (K1) Ia memiliki bulu yang lembut dan mata yang indah.

TABEL 8

KESALAHAN PELENGKAP

NO NAMA SISWA KESALAHAN

1 Syaiful Putra (K1) Kucing adalah hewan yang lucu dan unik.

2 Andika Firman (K1) Selain itu elang termasuk elang yang cerdik.

3 Munawarman (K1) Kucing termasuk hewan yang manja, hewan yang comel, dan

kucing memiliki rambut yang panjang dan cantik.

4 Putra

(K1) Kucing adalah seekor hewan mamalia.

(K2) Kucing juga memiliki bulu yang indah dan gigi yang

bertaring.

5 Syakilla (K1) Kelinci adalah hewan yang menggemaskan.

(K2) Kelinci termasuk hewan yang pembersih.

6 Leni (K1) Kucing adalah pemakan daging.

TABEL 9

KESALAHAN KETERANGAN

No NAMA SISWA KESALAHAN

1 M. Ramdani (K1) Jerapah adalah hewan tertinggi yang ada di muka bumi

ini..

2 Melya Murni (K1) Pada saat masa kawin, .. . .

3 Al-Furkan (K1) Ikan sering dipelihara orang.

4 Aditya R (K1) Paling tidak suka sama air.

6 M. Asroi (K1) Makan di malam hari.

(K2) Tidur di siang hari.

7 Leni (K1) Kucing itu sering bermain rumput.

8 Sumaryanti (K1) Bunglon aktif di siang dan di malam hari.

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

5.1 Deskripsi Data

5.1.1 Kesalahan Subjek

Berdasarkan hasil-hasil penelitian mengenai penggunaan unsur fungsional

pada kalimat dalam paragraf deskripsi siswa, peneliti akan membahas dan

menganalisis letak kesalahan penggunaan unsur fungsional kalimat secara rinci.

Adapun kesalahan penggunaan unsur fungsional kalimat pada kesalahan subjek yang

dilakukan oleh siswa adalah sebagai berikut.

Data (1) oleh Sonia Lingga Anggriyani

Yang tertulis:

(K1) Ketika lapar ia mengeong sambil mengelus kakiku.

(K2) Setelah makan ia tidur di atas kursi.

(K3) Sebelum tidur ia menjilat badannya terlebih dahulu.

(K4) Setelah bangun tidur ia bermain di halaman rumahku.

Yang seharusnya:

(K1) Ketika lapar, ia mengeong sambil mengelus kakiku.

(K2) Setelah makan, ia tidur di atas kursi.

(K3) Sebelum tidur, ia menjilat badannya terlebih dahulu.

(K4) Setelah bangun tidur, ia bermain di halaman rumahku.

Menurut Ritonga (2003:45) Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak

kalimat dari induk kalimat bila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.

Tanda koma ini memperjelas struktur kalimat agar fungsional atau unsur kalimat

menjadi lebih jelas. Kalimat yang ditulis oleh siswa di atas tidak menngunakan tanda

koma sebagai pemisahan anak kalimat dan induk kalimat sehingga unsur fungsional

kalimat tidak jelas. Oleh karena itu, sesuai dengan keterangan pendapat ahli mengenai

fungsi tanda koma maka tanda tersebut harus dibubuhi dalam kalimat tersebut.

Data (2) oleh Oktaviany Dwi Putri

Yang tertulis:

(K1) Ayam akan berkokok pada saat waktunya ia berkokok

Yang seharusnya:

(K1) Ayam akan berkokok pada waktunya berkokok

Menurut Finoza (2008:147) Keterangan adalah bagian kalimat yang

menerangkan predikat dan klausa dalam sebuah kalimat. Kalimat yang ditulis siswa

menggunakan frasa keterangan (saat waktunya) yang mubazir sehingga keterangan

itu tidak baik. Seharusnya salah satu kata yang maknanya hampir sama (sinonim)

dihilangkan.

Data (3) oleh Reza Arwani

Yang tertulis:

(K3) Di dalam tubuh babi memiliki jenis cacing yang sangat berbahaya…

(K4) Walaupun kita memasaknya dengan api yang sangat panas ia tidak akan

mati.

(K5) Apabila kita memotongnya cacing tersebut akan bertambah banyak.

Yang seharusnya:

(K3) Tubuh babi memiliki jenis cacing yang sangat berbahaya…

(K4) Walaupun memasaknya dengan api yang sangat panas, ia tidak akan

mati.

(K5) Apabila memotong cacing tersebut, ia akan bertambah banyak.

Menurut Malik dan Leo (2003:4), kalimat dibangun oleh unsur-unsur tertentu.

Kalimat sekurang-kurangnya terdiri atas unsur fungsional predikat. Akan tetapi,

kalimat dapat diperlengkap oleh subjek, objek, pelengkap, dan/atau keterangan.

Kalimat yang ditulis oleh siswa di atas penyebab ketidakutuhan kalimat karena

kalimat tersebut tidak memiliki subjek. Kalimat tersebut harus diperbaiki, seperti

tertera di atas yang seharusnya. Kalimat di atas juga terjadi kesalahan dalam

meletakkan preposisi di awal kalimat sehingga kalimat tersebut tidak memiliki

subjek.

Data (4) oleh Dwi Aidil Fadli Singian

Yang tertulis:

(K2) Jenggotnya yang berwarna merah, postur badannya yang menarik.

(K3) memiliki jalu yang panjang.

Yang seharusnya:

(K2)Jenggotnya berwarna merah, postur badannya menarik.

(K3) Ayam memiliki jalu yang panjang.

Menurut Suhardi (2013:65) Fungsi kata-kata dalam kalimat terdiri atas subjek,

predikat, objek, pelengkap, dan keterangan dan merupakan klausa tak lengkap.

Subjek adalah sesuatu yang diberitakan, pelaku perbuatan, sesuatu yang menjadi

pokok permasalahan. Kalimat di atas tidak memiliki subjek yang tidak jelas. Oleh

karena itu, kedua kalimat di atas dapat diperbaiki dengan menambahkan subjek.

Data (5) oleh M. Fakychen

Yang tertulis:

(K3) Kucing bisa kita pelihara dengan baik.

Yang seharusnya:

(K3) Kita bisa memelihara kucing dengan baik.

Menurut Malik dan Leo (2003:13) salah satu ketidakpaduan kalimat adalah

karena terpisah dari induknya. Seperti susunan kalimat yang ditulis oleh siswa.

Seharusnya disusun secara benar agar pola kalimat semakin jelas.

Data (6) oleh M. Ramdani

Yang tertulis:

(K3) Selain itu jerapa juga memiliki cirri khas, yang ada pada jerapa yaitu

kulitnya yang berwarna oren yang disertai dengan bintik-bintiknya

kuning di seluruh tubuhnya.

Yang seharusnya:

(K3) Selain itu, jerapa juga memiliki ciri khas, yaitu kulitnya berwarna oren

disertai bintik-bintik kuning di seluruh tubuhnya.

Menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan (2005:39) Tanda koma dipakai

di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal

kalimat. Kalimat yang ditulis oleh siswa di atas tidak meletakkan tanda koma

sehingga kalimat itu kurang jelas.

Data (7) oleh Raja Nur Amira Aqila

Yang tertulis:

(K2) Jika ia diganggu saat tidur maka ia marah dan mengeluarkan

cakarnya.

Yang seharusnya:

(K2) Jika diganggu saat tidur, ia marah dan mengeluarkan cakarnya.

Menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan (2005:39) Tanda koma dipakai

di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal

kalimat. Kalimat yang ditulis oleh siswa di atas tidak meletakkan tanda koma

sehingga kalimat itu kurang jelas.

Data (8) M. Amirul Rasyid

Yang tertulis:

(K2) Memiliki kaki yang panjang dan mempunyai bulu yang panjang.

(K3) karena itu ayam sering diternak dan ada juga yang dijual atau dipotong

untuk dijadikan laukpauk.

Yang seharusnya:

(K2) Ayam memiliki kaki panjang dan mempunyai bulu panjang.

(K3) Ayam sering diternak dan ada juga dijual atau dipotong untuk dijadikan

laukpauk.

Data (9) Tri Adyastuti

Yang tertulis:

(K1) mempunyai 4 buah kaki.

(K3) Suka memakan daging ikan.

Yang seharusnya:

(K1) Kucing mempunyai 4 buah kaki.

(K3) Kucing suka memakan daging ikan.

Menurut Suhardi (2013:65) Fungsi kata-kata dalam kalimat terdiri atas subjek,

predikat, objek, pelengkap, dan keterangan dan merupakan klausa tak lengkap.

Subjek adalah sesuatu yang diberitakan, pelaku perbuatan, sesuatu yang menjadi

pokok permasalahan. Kalimat di atas tidak memiliki subjek yang tidak jelas. Oleh

karena itu, kedua kalimat di atas dapat diperbaiki dengan menambahkan subjek.

Data (10) oleh Muhammad Ilham Saputra

Yang tertulis:

(K1) Yang membuat orang mempersona tetapi bukan setiap burung yang

mempunyai warna bulu yang menarik hanya burung langka dilindungi.

Yang seharusnya:

(K1) Burung membuat orang terpersona, tetapi tidak setiap burung

mempunyai warna bulu menarik dan hanya burung langka dilindungi.

Data (11) oleh Andika Firman Sahputra

Yang tertulis:

(K1) Elang juga hewan yang memakan daging yang adalah terbusuk dan

daging ikan yang ada di laut.

(K3) Jika kita memeliharanya dari kecil elang juga akan ikut orang yang

peliharanya.

Yang seharusnya:

(K1) Elang juga memakan daging busuk dan daging ikan di laut.

(K3)Jika kita memelihara dari kecil, elang akan mematuhi pada orang yang

memeliharanya

Data (11) oleh Nurhaliza

Yang tertulis:

(K1) Selain memiliki kuku yang panjang kucing juga mempunyai taring yang

tajam dan kucing juga memiliki bulu yang lebat.

Yang seharusnya:

(K1) Selain memiliki kuku panjang, kucing juga mempunyai taring tajam dan

kucing juga memiliki bulu lebat.

Data (12) oleh Nuraini Indri Salsabila

Yang tertulis:

(K1) Dengan dua antena dikepala dan kaki-kaki mungil di badannya.

(K2)Menghirup bunga dan memperoleh madu telah menjadi kebiasaannya.

Yang seharusnya:

(K1) Kupu-kupu mempunyai dua antena di kepala dan kaki-kaki mungil di

badannya.

(K2)Kupu-kupu menghirup bunga dan memperoleh madu telah menjadi

kebiasaannya.

Menurut Suhardi (2013:65) Fungsi kata-kata dalam kalimat terdiri atas subjek,

predikat, objek, pelengkap, dan keterangan dan merupakan klausa tak lengkap.

Subjek adalah sesuatu yang diberitakan, pelaku perbuatan, sesuatu yang menjadi

pokok permasalahan. Kalimat di atas tidak memiliki subjek yang tidak jelas. Oleh

karena itu, kedua kalimat di atas dapat diperbaiki dengan menambahkan subjek.

Data (12) oleh Jumi Ratna

Yang tertulis:

(K2) Tetapi kupu-kupu mempunyai racun pada sayapnya.

(K6) Dari salah satu kupu-kupu jantan tersebut akan menjadi pasangan kupu-

kupu betinanya.

Yang seharusnya:

(K2) Kupu-kupu mempunyai racun pada sayapnya.

(K6) Salah satu kupu-kupu jantang tersebut akan menjadi pasangan kupu-kupu

betinanya.

Data (13) oleh M. Effendi

Yang tertulis:

(K1) Betina penghisap darah sedangkan nyamuk jantan lebih banyak yang

menghirup sari-sari buah.

(K2) Karena gigitan nyamuk sangat berbahaya bisa menyebabkan kematian

karena virusnya.

Yang seharusnya:

(K1) Nyamuk betina menghisap darah, sedangkan nyamuk jantan lebih banyak

menghirup sari-sari buah.

(K2) Gigitan nyamuk sangat berbahaya dan bisa menyebabkan kematian.

Menurut Finoza (2008:52) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat

setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya didahului oleh kata seperti tetapi,

sedangkan, dan melainkan. Kalimat kesatu di atas kurang baik karena tidak

meletakkan tanda koma.

Data (14) oleh Al Furkhan

Yang tertulis:

(K1) Ikan air tawar, ikan air laut.

(K2) Macam-macam ikan air tawar ikan cupang, ikan mas, ikan kiloi.

Yang seharusnya:

(K1) Ikan hidup di air tawar dan ikan air laut hidup di laut.

(K2) Ikan air tawar bermacam-macam, seperti ikan cupang, ikan mas, dan ikan

kiloi.

Menurut Suhardi (2013:65) Fungsi kata-kata dalam kalimat terdiri atas subjek,

predikat, objek, pelengkap, dan keterangan dan merupakan klausa tak lengkap.

Subjek adalah sesuatu yang diberitakan, pelaku perbuatan, sesuatu yang menjadi

pokok permasalahan. Kalimat di atas tidak memiliki predikat yang tidak jelas. Oleh

karena itu, kedua kalimat di atas dapat diperbaiki dengan menambahkan predikat.

Data (15) oleh Aditya Raimdi

Yang tertulis:

(K2) Paling tidak suka sama air.

(K3) Karena itu harimau sangat lemah kalau kena air.

Yang seharusnya:

(K2) Harimau Paling tidak suka pada air.

(K3) Harimau sangat lemah kalau terkena air.

Menurut Suhardi (2013:65) Fungsi kata-kata dalam kalimat terdiri atas subjek,

predikat, objek, pelengkap, dan keterangan dan merupakan klausa tak lengkap.

Subjek adalah sesuatu yang diberitakan, pelaku perbuatan, sesuatu yang menjadi

pokok permasalahan. Kalimat di atas tidak memiliki subjek yang tidak jelas. Oleh

karena itu, kedua kalimat di atas dapat diperbaiki dengan menambahkan subjek.

Data (16) oleh Mohammad Asroi

Yang tertulis:

(K1) Makan di malam hari.

(K2) Tidur di siang hari.

(K3) Mempunyai ukuran tubuh 10-15 cm.

(K4) Berwarna hitam dan sayapnya berwarna sedikit kecoklatan.

Yang seharusnya:

(K1) Kelelawar makan pada malam hari.

(K2) Kelelawar tidur pada siang hari.

(K3) Kelelawar mempunyai ukuran tubuh 10-15 cm.

(K4) Kulitnya berwarna hitam dan sayapnya berwarna sedikit kecoklatan.

kecoklatan.

Menurut Suhardi (2013:65) Fungsi kata-kata dalam kalimat terdiri atas subjek,

predikat, objek, pelengkap, dan keterangan dan merupakan klausa tak lengkap.

Subjek adalah sesuatu yang diberitakan, pelaku perbuatan, sesuatu yang menjadi

pokok permasalahan. Kalimat di atas tidak memiliki subjek yang tidak jelas. Oleh

karena itu, kedua kalimat di atas dapat diperbaiki dengan menambahkan subjek.

Data (17) oleh Putra Syahrizal

Yang tertulis:

(K3) Meskipun ia hidup di darat, tetapi ia mempunyai makanan yang

terfavorit, yaitu ikan.

Yang seharusnya:

(K3) Meskipun hidup di darat, ia mempunyai makanan terfavorit, yaitu ikan.

Kalimat majemuk yang ditulis oleh siswa kurang baik karena menggunakan

konjungsi perlawanan (meskipun dan tetapi) yang mubazir. Menurut Razak (1985:44)

unsur penghubung dalam kalimat luas yang ditempati kata penghubung yang

bersangkutan menyatakan perlawanan terhadap pernyataan ruas yang lain, tetapi tidak

mubazir. Oleh karena itu, salah satu penghubung harus dihilangkan agar struktur

kalimat tersebut manjadi efektif.

Data (18) oleh Rismawati Kurnia Sapitri

Yang ditulis:

(K1) di dalam daging babi ada banyak cacing.

Yang seharusnya:

(K1) Daging babi memiliki banyak cacing.

Menurut Finoza (2008:171) salah satu kesalahan yang tergolong laten di

kalangan pemakai awam adalah pemakaian kata depan di awal kalimat yang

menyebabkan kesatuan kalimat menjadi tidak jelas.

Data (19) oleh Desra Nurseha

Yang tertulis:

(K3) Ciri-ciri gajah mempunyai belalai yang panjang dan gading yang lancip.

Yang seharusnya:

(K3) Gajah mempunyai belalai yang panjang dan gading yang lancip.

Menurut Finoza (2008:168) kalimat efektif memiliki ciri-ciri kehematan,

artinya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu. Hemat di sini berarti tidak

memakai kata-kata mubazir. Seperti kalimat yang ditulis oleh siswa (ciri-ciri),

padahal belalai yang panjang dan gading yang lancip sudah melambangkan ciri-ciri

gajah. Jadi, kata ciri-ciri tidak perlu dicantumkan sehingga tidak menjamakkan

subjek.

Data (20) oleh Leni Farameswari

Yang tertulis:

(K3) dan mempunyai bulu yang lembut.

(K5) sangat suka minum susu.

Yang seharusnya:

(K3) Kucing mempunyai bulu lembut.

(K5) Kucing sangat suka minum susu.

Menurut Razak (1985:11) Unsur-unsur kalimat dalam sebuah kalimat, sering

kali terdapat kata-kata yang berfungsi membuat subjek itu lebih jelas atau

mempertegas kedudukannya. Kalimat yang ditulis siswa di atas kurang jelas karena

tidak memiliki subjek.

Data (21) oleh Sumaryanti

Yang tertulis:

(K3) apabila terkena di rambut atau di kulit bisa membuat rambut menjadi

rontok dan kulit menjadi terkelupas.

Yang seharusnya:

(K3) Apabila terkena pada rambut atau pada kulit, air kencing bunglon bisa

membuat rambut rontok dan kulit terkelupas.

Menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan (2005:39) Tanda koma dipakai

di belakang kata atau ungkapan penghubung persyaratan (apabila) antarkalimat yang

terdapat pada awal kalimat. Kalimat yang ditulis oleh siswa di atas tidak meletakkan

tanda koma sehingga kalimat itu kurang jelas.

Data (22) oleh Dhimas Vantoja

Yang tertulis:

(K2) Untuk merobek-robek tubuh mangsa tersebut.

Yang seharusnya:

(K2) Serigala mempunyai cakar tajam untuk merobek-robek tubuh mangsa

tersebut.

Menurut Razak (1985:11) Unsur-unsur kalimat dalam sebuah kalimat, sering

kali terdapat kata-kata yang berfungsi membuat subjek itu lebih jelas atau

mempertegas kedudukannya. Kalimat yang ditulis siswa di atas kurang jelas karena

tidak memiliki subjek.

Data (23) Fisyal Meydeta P

Yang tertulis:

(K2) Dan aku pun menemui seekor burung kakak tua yang sedang bertenggek

di pohon mangga di sekitar perumahanku.

(K3) Dan aku pun sangat menyukainya.

(K4) Karena burung itu mempunyai bulu yang tebal dan berwarna putih,

matanya kebiru-biruan, jambulnya yang berwarna kuning yang dapat

ditegakkan.

(K5) Paruhnya yang berwarna kehitam-hitaman, kakinya berwarna abu-abu,

ekornya berwarna kuning, panjangnya 35 cm.

Yang seharusnya:

(K2) Aku pun menemui seekor burung kakak tua yang sedang bertenggek di

pohon mangga di sekitar perumahanku.

(K3) Aku pun sangat menyukainya.

(K4) Burung itu mempunyai bulu tebal dan berwarna putih. Matanya kebiru-

biruan, jambulnya yang berwarna kuning dapat ditegakkan.

(K5) Paruhnya berwarna kehitam-hitaman, kakinya berwarna abu-abu,

ekornya berwarna kuning, panjangnya 35 cm.

Menurut Finoza (2008:171) salah satu kesalahan yang tergolong laten di

kalangan pemakai awam adalah pemakaian kata depan dan kata hubung setara (dan)

di awal kalimat yang menyebabkan kesatuan kalimat menjadi tidak jelas dan

koherensi kalimat tidak jelas.

Data (24) oleh Mohd Effendi

Yang tertulis:

(K2) Tidak banyak menuntut persyaratan khusus untuk kelangsungan

hidupnya.

(K4) Termasuk ternak yang mudah untuk dijinakki.

Yang seharusnya:

(K2)Burung tidak banyak menuntut persyaratan khusus untuk kelangsungan

hidupnya.

(K4) Burung termasuk ternak yang mudah untuk dijinakki.

Menurut Razak (1985:11) Unsur-unsur kalimat dalam sebuah kalimat, sering

kali terdapat kata-kata yang berfungsi membuat subjek itu lebih jelas atau

mempertegas kedudukannya. Kalimat yang ditulis siswa di atas kurang jelas karena

tidak memiliki subjek.

Data (25) oleh Nurafni Ramadhan

Yang tertulis:

(K2) Tempat di mana selalu ramai dikunjungi banyak orang, yaitu kebun

binatang.

(K3) Melihat beragam macam satwa liar dan tersadar kami pun berkeliling di

sana.

Yang seharusnya:

(K2)Burung tidak banyak menuntut persyaratan khusus untuk kelangsungan

hidupnya.

(K3) Makanan dan perawatannya cukup mudah dikembangkan.

Menurut Razak (1985:11) Unsur-unsur kalimat dalam sebuah kalimat, sering

kali terdapat kata-kata yang berfungsi membuat subjek itu lebih jelas atau

mempertegas kedudukannya. Kalimat yang ditulis siswa di atas kurang jelas karena

tidak memiliki subjek.

Data (26) oleh Nurelyta F

Yang tertulis:

(K2) Yang mempunyai tubuh mungil dan lincah.

(K3) Sehingga burung kakak tua telah menjadi judul lagu yang diciptakan ibu

Sud.

(K4) Tetapi burung kakak tua kini telah terancam punah.

Yang seharusnya:

(K2) Tempat yang selalu ramai dikunjungi banyak orang, yaitu kebun

binatang.

(K3) Kami melihat beragam macam satwa liar dan tersadar kami pun

berkeliling di sana.

Menurut Razak (1985:11) Unsur-unsur kalimat dalam sebuah kalimat, sering

kali terdapat kata-kata yang berfungsi membuat subjek itu lebih jelas atau

mempertegas kedudukannya. Kalimat yang ditulis siswa di atas kurang jelas karena

tidak memiliki subjek.

Data (27) oleh Nuraini G

Yang tertulis:

(K2) Mempunyai rahang yang kuat untuk menggigit mangsa.

Yang seharusnya:

(K2) Buaya mempunyai rahang kuat untuk menggigit mangsa.

Menurut Razak (1985:11) Unsur-unsur kalimat dalam sebuah kalimat, sering

kali terdapat kata-kata yang berfungsi membuat subjek itu lebih jelas atau

mempertegas kedudukannya. Kalimat yang ditulis siswa di atas kurang jelas karena

tidak memiliki subjek.

Data (28) oleh Frida Yuliana

Yang tertulis:

(K2) Berat hingga 50 gram-430 gram.

Yang seharusnya:

(K2) Burung cenderawasih memiliki berat hingga 50 gram sampai dengan 430

gram.

Menurut Razak (1985:11) Unsur-unsur kalimat dalam sebuah kalimat, sering

kali terdapat kata-kata yang berfungsi membuat subjek itu lebih jelas atau

mempertegas kedudukannya. Kalimat yang ditulis siswa di atas kurang jelas karena

tidak memiliki subjek.

Data (29) oleh Nuraini K

Yang tertulis:

(K2) Mempunyai suara yang keras untuk memanggil teman-temannya.

(K3) Bisa juga disebut juga amfibi.

(K4) Karena katak mempunyai dua pernafasan yaitu paru-paru dan trakea waktu

itu katak disebut hewan amfibi.

Yang seharusnya:

(K2) Katak mempunyai suara keras untuk memanggil teman-temannya.

(K3) Katak juga disebut juga amfibi.

(K4) Katak mempunyai dua pernafasan, yaitu paru-paru dan trakea. Oleh karena

itu, katak disebut hewan amfibi.

Menurut Razak (1985:11) Unsur-unsur kalimat dalam sebuah kalimat, sering

kali terdapat kata-kata yang berfungsi membuat subjek itu lebih jelas atau

mempertegas kedudukannya. Kalimat yang ditulis siswa di atas kurang jelas karena

tidak memiliki subjek.

5.1.2 Kesalahan Predikat

Data (1) Sonia

Yang tertulis:

(K1) Ketika lapar ia mengeong sambil mengelus kakiku.

(K2) Setelah makan ia tidur di ata kursi.

(K3) Sebelum tidur ia menjilat badannya terlebih dahulu.

(K4) Setelah bangun tidur ia bermain di halaman rumahku.

Yang seharsunya:

(K1) Ketika lapar, ia mengeong sambil mengelus kakiku.

(K2) Setelah makan, ia tidur di ata kursi.

(K3) Sebelum tidur, ia menjilat badannya terlebih dahulu.

(K4) Setelah bangun tidur, ia bermain di halaman rumahku.

Menurut Ritonga (2003:45) Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak

kalimat dari induk kalimat bila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.

Tanda koma ini memperjelas struktur kalimat agar fungsional atau unsur kalimat

menjadi lebih jelas. Kalimat yang ditulis oleh siswa di atas tidak menngunakan tanda

koma sebagai pemisahan anak kalimat dan induk kalimat sehingga unsur fungsional

kalimat tidak jelas. Oleh karena itu, sesuai dengan keterangan pendapat ahli mengenai

fungsi tanda koma maka tanda tersebut harus dibubuhi dalam kalimat tersebut.

Data (2) Reza

Yang tertulis:

(K3) Di dalam tubuh babi memiliki jenis cacing yang sangat berbahaya…

Yang seharusnya:

(K3) Tubuh babi memiliki jenis cacing yang sangat berbahaya…

Menurut Finoza (2008:171) salah satu kesalahan yang tergolong laten di

kalangan pemakai awam adalah pemakaian kata depan dan kata hubung setara (dan)

di awal kalimat yang menyebabkan kesatuan kalimat menjadi tidak jelas dan

koherensi kalimat tidak jelas.

Data (3) M. Ramdani

Yang tertulis:

(K4) Jerapa juga binatang herbivora.

(K5) Jerapa juga binatang yang jinak.

Yang seharusnya:

(K4) Jerapa disebut juga binatang herbivora.

(K5) Jerapa disebut juga binatang jinak.

Menurut Suhardi (2013:65) Fungsi kata-kata dalam kalimat terdiri atas subjek,

predikat, objek, pelengkap, dan keterangan dan merupakan klausa tak lengkap.

Predikat adalah hal yang dilakukan subjek. Kalimat di atas tidak memiliki predikat

yang tidak jelas. Oleh karena itu, kedua kalimat di atas dapat diperbaiki dengan

menambahkan predikat.

Data (4) M. Ilham

Yang tertulis:

(K1) Yang membuat orang mempersona tetapi bukan setiap burung yang mempunyai

warna bulu yang menarik hanya burung langka dilindungi.

Yang seharusnya:

(K1) Burung membuat orang terpersona, tetapi tidak setiap burung mempunyai

warna bulu menarik dan hanya burung langka dilindungi.

Menurut Suhardi (2013:65) Fungsi kata-kata dalam kalimat terdiri atas subjek,

predikat, objek, pelengkap, dan keterangan dan merupakan klausa tak lengkap.

Subjek adalah sesuatu yang diberitakan, pelaku perbuatan, sesuatu yang menjadi

pokok permasalahan dan predikat adalah hal yang dilakukan subjek. Kalimat di atas

tidak memiliki predikat yang tidak jelas. Oleh karena itu, kalimat di atas dapat

diperbaiki dengan menambahkan subjek dan menghilang kan aspek ‘yang’.

Data (5) Jumi Ratna

Yang tertulis:

(K2) Harimau hidupnya di hutan.

Yang seharusnya:

(K2) Harimau hidup di hutan.

Menurut Suhardi (2013:65) Fungsi kata-kata dalam kalimat terdiri atas subjek,

predikat, objek, pelengkap, dan keterangan dan merupakan klausa tak lengkap.

Predikat adalah hal yang dilakukan subjek. Kalimat di atas tidak memiliki predikat

yang tidak jelas. Oleh karena itu, kedua kalimat di atas dapat diperbaiki dengan

menambahkan predikat.

Data (6) M. Effendi

Yang tertulis:

(K1) Betina penghisap darah sedangkan nyamuk jantan lebih banyak yang

menghirup sari-sari buah.

(K2) Perkembangan nyamuk dimulai dari nyamuk betina menaruh telur-telurnya di

sebuah bak yang airnya bersih.

Yang seharusnya:

(K1) Nyamuk betina menghisap darah, sedangkan nyamuk jantan lebih banyak

menghirup sari-sari buah.

(K2) Perkembangan nyamuk dimulai dari nyamuk betina bertelur di sebuah bak yang

airnya bersih.

Menurut Razak (1985:11) Unsur-unsur kalimat dalam sebuah kalimat, sering

kali terdapat kata-kata yang berfungsi membuat subjek itu lebih jelas atau

mempertegas kedudukannya. Kalimat yang ditulis siswa di atas kurang jelas karena

tidak memiliki subjek.

Data (7) Al Furkan

Yang tertulis:

(K1) Ikan air tawar, ikan air laut.

(K4) Ikan air tawar juga manjadi nilai jual tinggi.

Yang seharusnya:

(K1) Ikan hidup di air tawar dan ikan air laut hidup di laut.

(K4) Ikan air tawar juga memiliki nilai jual tinggi.

Menurut Suhardi (2013:65) Fungsi kata-kata dalam kalimat terdiri atas subjek,

predikat, objek, pelengkap, dan keterangan dan merupakan klausa tak lengkap.

Predikat adalah hal yang dilakukan subjek. Kalimat di atas tidak memiliki predikat

yang tidak jelas. Oleh karena itu, kedua kalimat di atas dapat diperbaiki dengan

menambahkan predikat.

Data (8) Adiytia R

Yang tertulis:

(K1) Hewan mamalia yang hidup didarat.

Yang seharusnya:

(K1) Hewan mamalia hidup di darat.

Menurut Suhardi (2013:65) Fungsi kata-kata dalam kalimat terdiri atas subjek,

predikat, objek, pelengkap, dan keterangan dan merupakan klausa tak lengkap.

Predikat adalah hal yang dilakukan subjek. Kalimat di atas tidak memiliki predikat

yang tidak jelas karena adanya aspek ‘yang’ di antara predikat dan objek. Oleh karena

itu, kalimat di atas dapat diperbaiki dengan menghilangkan aspek ‘yang’.

Data (8) Desra

Yang tertulis:

(K2) Ukurannya 60 meter dan berat 1 ton.

(K4) Kakinya yang empat dan cukup besar.

Yang seharusnya:

(K2) Ukurannya mencapai 6 meter dan berat 1 ton.

(K4) Kakinya empat dan cukup besar.

Menurut Suhardi (2013:65) Fungsi kata-kata dalam kalimat terdiri atas subjek,

predikat, objek, pelengkap, dan keterangan dan merupakan klausa tak lengkap.

Predikat adalah hal yang dilakukan subjek. Kalimat di atas tidak memiliki predikat

yang tidak jelas. Oleh karena itu, kedua kalimat di atas dapat diperbaiki dengan

menambahkan predikat.

Data (9) Leni

Yang tertulis:

(K1) Kukunya untuk membelah dirinya dari musuhnya.

Yang seharusnya:

(K1) Kukunya berguna untuk membelah diri dari musuhnya.

Menurut Suhardi (2013:65) Fungsi kata-kata dalam kalimat terdiri atas subjek,

predikat, objek, pelengkap, dan keterangan dan merupakan klausa tak lengkap.

Predikat adalah hal yang dilakukan subjek. Kalimat di atas tidak memiliki predikat

yang tidak jelas. Oleh karena itu, kedua kalimat di atas dapat diperbaiki dengan

menambahkan predikat.

Data (10) Dimas

Yang tertulis:

(K2) Untuk merobek-robek tubuh mangsa tersebut.

Yang seharusnya:

(K2) Serigala mempunyai cakar tajam untuk merobek-robek tubuh mangsa tersebut.

Menurut Suhardi (2013:65) Fungsi kata-kata dalam kalimat terdiri atas subjek,

predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Predikat adalah hal yang dilakukan

subjek. Kalimat di atas tidak memiliki subjek yang tidak jelas. Oleh karena itu, kedua

kalimat di atas dapat diperbaiki dengan menambahkan subjek sehingga predikatnya

lebih jelas.

Data (11) Feisyal M

Yang tertulis:

(K2) Dan aku pun menemui seekor burung kakak tua yang sedang bertenggek di

pohon mangga di sekitar perumahanku.

(K4) Karena burung itu mempunyai bulu yang tebal dan berwarna putih, matanya

kebiru-biruan, jambulnya yang berwarna kuning yang dapat ditegakkan.

Yang seharusnya:

(K2) Aku pun menemui seekor burung kakak tua yang sedang bertenggek di pohon

mangga di sekitar perumahanku.

(K4) Burung itu mempunyai bulu tebal dan berwarna putih. Matanya kebiru-biruan,

jambulnya yang berwarna kuning dapat ditegakkan.

Menurut Finoza (2008:171) salah satu kesalahan yang tergolong laten di

kalangan pemakai awam adalah pemakaian kata depan dan kata hubung setara (dan)

di awal kalimat yang menyebabkan kesatuan kalimat menjadi tidak jelas dan

koherensi kalimat tidak jelas.

Data (12) Nuraini K

Yang tertulis:

(K1) Katak mempunyai badan yang kecil dan berlendir.

Yang seharusnya:

(K1) Katak berbadan kecil dan berlendir.

Menurut Finoza (2008:165) Keparalelan atau kesejajaran dalam kalimat efektif

adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata

dan frasa yang dipakai di dalam kalimat. Kalimat yang ditulis oleh siswa di atas

predikatnya tidak paralel atau sejajar sehingga harus diperbaiki dengan verba yang

sejajar sebagai predikat.

5.1.3 Kesalahan Objek

Data (1) Sonia

Yang tertulis:

(K5) Kucing memiliki karakter yang unik, yaitu suka bergurau dan juga mengejar

ekornya sendiri.

Yang seharusnya:

(K5) Kucing memiliki karakter unik, yaitu suka bergurau dan juga mengejar ekornya

sendiri.

Data (2) Reza

Yang tertulis:

(K1) Babi memiliki 4 kaki dan telinga yang agak besar.

(K2) Babi juga memiliki lubang hidung yang besar.

Yang seharusnya:

(K1) Babi memiliki 4 kaki dan telinga agak besar.

(K2) Babi juga memiliki lubang hidung besar.

Data (3) Dwi Aidil

Yang tertulis:

(K1) Ia memiliki bulu yang cantik.

Yang seharusnya:

(K1) Ia memiliki bulu cantik.

Data (4) M. Fachyen

Yang tertulis:

(K1) Kucing adalah hewan yang berkumis dia memakan ikan kucing memiliki 4 kaki

dan mempunyai bulu yang lembut dan cantik.

Yang seharusnya:

(K1) Kucing adalah hewan berkumis karena dia memakan ikan kucing dan memiliki

4 kaki dan mempunyai bulu lembut dan cantik.

Data (5) M. Ramdani

Yang tertulis:

(K2) Jerapa memiliki leher yang panjang, yang bisa digunakan sebagai alat untuk

mencari makanan yang ada di suatu tempat yang tinggi.

Yang seharusnya:

(K2) Jerapa memiliki leher panjang dan bisa digunakan sebagai alat untuk mencari

makanan di suatu tempat yang tinggi.

Data (6) Raja Nur Amelia

Yang tertulis:

(K1) Ia memiliki empat kaki dan bulu yang lebat dan juga memliki cakar tajam.

Yang seharusnya:

(K1) Ia memiliki empat kaki, dan bulu lebat, serta memiliki cakar tajam.

Data (7) M.Amirul

Yang tertulis:

(K1) Ayam memiliki bulu yang unik.

(K2) Memiliki kaki yang panjang dan mempunyai bulu yang panjang.

Yang seharusnya:

(K1) Ayam memiliki bulu unik.

(K2) Ayam memiliki kaki panjang dan mempunyai bulu panjang.

Data (8) Nurhaliza

Yang tertulis:

(K2) Kucing juga memiliki kumis panjang.

Yang seharusnya:

(K2) Kucing juga memiliki kumis yang panjang.

Data (9) Jumi Ratna

Yang tertulis:

(K1) Harimau mempunyai taring dan kuku yang tajam.

Yang seharusnya:

(K1) Harimau mempunyai taring dan kuku tajam.

Data (10) R. Syahla

Yang tertulis:

(K1) Ia memiliki bulu yang lembut dan mata yang sangat indah.

Yang seharusnya:

(K1) Ia memiliki bulu lembut dan mata yang sangat indah.

Data (11) Munawarman

Yang tertulis:

(K1) Kucing termasuk hewan yang manja, hewan yang comel, dan kucing memiliki

rambut yang panjang dan cantik.

Yang seharusnya:

(K1) Kucing termasuk hewan yang manja, hewan yang comel, dan kucing memiliki

rambut panjang dan cantik.

Data (12) Izul Ilfan

Yang tertulis:

(K1) Dia memiliki badan yang panjang juga cukup besar.

Yang seahrusnya:

(K1) Dia memiliki badan panjang juga cukup besar.

Data (13) Putra

Yang tertulis:

(K2) Kucing juga memiliki bulu yang indah dan gigi yang bertaring.

Yang seahrusnya:

(K2) Kucing juga memiliki bulu indah dan gigi bertaring.

Data (14) Syakilla

Yang tertulis:

(K2) Kelinci mempunyai gigi yang panjang.

(K3) Kelinci mempunyai bulu-bulu yang lembut dan bersih.

Yang seharusnya:

(K2) Kelinci mempunyai gigi panjang.

(K3) Kelinci mempunyai bulu-bulu lembut dan bersih.

Data (15) Desra

Yang tertulis:

(K3) Ciri-ciri gajah mempunyai belalai yang panjang dan gading yang lancip.

Yang seharusnya:

(K3) Gajah mempunyai belalai panjang dan gading lancip.

Data (16) Raja Gumar

Yang tertulis:

(K3) Selain mempunyai kuku yang tajam, elang juga mempunyai paruh yang tajam

untuk memakan mangsanya.

Yang seharusnya:

(K3) Selain mempunyai kuku tajam, elang juga mempunyai paruh tajam untuk

memakan mangsanya.

Data (17) Dimas V

Yang tertulis:

(K1) Serigala mempunyai cakar yang tajam.

Yang seharusnya:

(K1) Serigala mempunyai cakar tajam.

Data (18) Nuraini K

Yang tertulis:

(K2) Mempunyai suara yang keras untuk memanggil teman-temannya.

Yang seharusnya:

(K2) Katak mempunyai suara keras untuk memanggil teman-temannya.

Data (19) Laras

Yang tertulis:

(K1) Ia memiliki bulu yang lembut dan mata yang indah.

Yang seharusnya:

(K1) Ia memiliki bulu lembut dan mata indah.

Menurut Indihadi dalam Nanda (2013:6) Kesalahan bidang sintaksis,

khususnya segi frasa, antara lain penambahan kata yang dalam frasa benda (Benda +

Sifat). Oleh karena itu, aspek yang pada kalimat di atas dihilangkan. Kesalahan objek

pada kalimat-kalimat yang ditulis siswa di atas harus diperbaiki dengan cara

menghilangan aspek ‘yang’.

5.1.4 Kesalahan Pelengkap

Data (1) Syaiful Putra

Yang tertulis:

(K1) Kucing adalah hewan yang lucu dan unik.

Yang seharusnya:

(K1) Kucing adalah hewan lucu dan unik.

Menurut Indihadi dalam Nanda (2013:6) Kesalahan bidang sintaksis,

khususnya segi frasa, antara lain penambahan kata yang dalam frasa benda. Oleh

karena itu, aspek yang pada kalimat di atas dihilangkan.

Data (2) Andika Firman

Yang tertulis:

(K2) Selain itu elang termasuk elang yang cerdik.

Yang seharusnya:

(K2) Selain itu, elang termasuk hewan cerdik.

Menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan (2005:39) Tanda koma dipakai

di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal

kalimat. Kalimat yang ditulis oleh siswa di atas tidak meletakkan tanda koma

sehingga kalimat itu kurang jelas. Begitu juga penggunaan aspek ‘yang’ pada frasa

benda. Sebaiknya aspek ‘yang’ tersebut dihilangkan.

Data (3) Munawarman

Yang tertulis:

(K1) Kucing termasuk hewan yang manja, hewan yang comel, dan kucing memiliki

rambut yang panjang dan cantik.

Yang seharusnya:

(K1) Kucing termasuk hewan manja, hewan comel, dan kucing memiliki rambut

panjang dan cantik.

Menurut Indihadi dalam Nanda (2013:6) Kesalahan bidang sintaksis,

khususnya segi frasa, antara lain penambahan kata yang dalam frasa benda. Oleh

karena itu, aspek yang pada kalimat di atas dihilangkan.

Data (4) Putra

Yang tertulis:

(K1) Kucing adalah seekor hewan mamalia.

Yang seharusnya:

(K1) Kucing adalah hewan mamalia.

Menurut Suhardi dan Setiawan (2007:48) Fungsi pelengkap memiliki prilaku

yang hampir sama dengan fungsi objek. Kalimat yang ditulis oleh siswa di atas

memiliki pelengkap yang tak baik, sebaiknya kalimat di atas kata ‘seekor’

dihilangkan agar pelengkapnya lebih jelas.

Data (5) Syakilla

Yang tertulis:

(K1) Kelinci adalah hewan yang menggemaskan.

(K4) Kelinci termasuk hewan yang pembersih.

Yang seharusnya:

(K1) Kelinci adalah hewan menggemaskan.

(K4) Kelinci termasuk hewan pembersih.

Menurut Indihadi dalam Nanda (2013:6) Kesalahan bidang sintaksis,

khususnya segi frasa, antara lain penambahan kata yang dalam frasa benda. Oleh

karena itu, aspek yang pada kalimat di atas dihilangkan.

Data (6) Leni

Yang tertulis:

(K2) Kucing adalah pemakan daging.

Seharusnya:

(K2) Kucing adalah hewan pemakan daging.

Menurut Suhardi dan Setiawan (2007:48) Fungsi pelengkap memiliki prilaku

yang hampir sama dengan fungsi objek. Kalimat yang ditulis oleh siswa di atas

memiliki pelengkap yang tak baik, sebaiknya kalimat di atas diletakkan kata ‘hewan’

agar pelengkapnya lebih jelas.

5.1.5 Kesalahan Keterangan

Data (1) M. Ramdani

Yang tertulis:

(K1) Jerapa adalah hewan tertinggi yang ada di muka bumi ini.

Yang seharusnya:

(K1) Jerapa adalah hewan tertinggi di muka bumi ini.

Menurut Suhardi dan Setiawan (2007:25), Preposisi atau kata depan adalah

salah satu jenis kata tugas yang bertugas sebagai unsur pembentuk frase

preposisional. Contoh kata berkategori preposisional adalah di, ke, dari, oleh, dan

dengan. Kalimat yang ditulis di atas kurang baik karena tidak diletakkan preposisi

oleh yang menyatakan keterangan pelaku.

Data (2) Melya Murni

Yang tertulis:

(K5) Pada saat masa kawin, .. . .

Seharusnya:

(K5) Pada saat kawin, .. . .

Menurut Finoza (2008:147) Keterangan adalah bagian kalimat yang

menerangkan predikat dan klausa dalam sebuah kalimat. Kalimat yang ditulis siswa

menggunakan frasa keterangan (saat waktunya) yang mubazir sehingga keterangan

itu tidak baik. Seharusnya salah satu kata yang maknanya hampir sama (sinonim)

dihilangkan.

Data (3) Al Furkan

Yang tertulis:

(K3) Ikan sering dipelihara orang.

Yang saharusnya:

(K3) Ikan sering dipelihara oleh orang.

Menurut Suhardi dan Setiawan (2007:25), Preposisi atau kata depan adalah

salah satu jenis kata tugas yang bertugas sebagai unsur pembentuk frase

preposisional. Contoh kata berkategori preposisional adalah di, ke, dari, oleh, dan

dengan. Kalimat yang ditulis di atas kurang baik karena tidak diletakkan preposisi

oleh yang menyatakan keterangan pelaku.

Data (4) Aditya

Yang tertulis:

(K2) Paling tidak suka sama air.

Seharusnya:

(K2) Harimau paling tidak suka pada air.

Menurut Suhardi (2013:50), klausa tak lengkap adalah klausa yang tidak

memiliki unsur Subjek. Sebaiknya diletakkan subjek sehingga kalimat tersebut

menjadi kalimat yang baik

.

Data (5) M. Asroi

Yang tertulis:

(K1) Makan di malam hari.

(K2) Tidur di siang hari.

Seharusanya:

(K1) Kelelawar makan pada malam hari.

(K2) Kelelawar tidur pada siang hari.

Menurut Ramlan (2005:115) Unsur pengisi fungsi KET yang menyatakan

makna ‘waktu’ bukan saja menjawab pertanyaan bilamana, tetapi juga menjawab

pertanyaan sejak bilamana, hingga bilamana, dan berapa lama. Frasa waktu yang

dituliskan oleh siswa di atas kurang tepat karena menggunakan preposisi tempat

bukan preposisi waktu, yakni pada.

Data (6) Leni

Yang tertulis:

(K6) Kucing itu sering bermain rumput.

Yang seharusnya:

(K6) Kucing itu sering bermain di rumput.

Menurut Suhardi dan Setiawan (2007:25), Preposisi atau kata depan adalah

salah satu jenis kata tugas yang bertugas sebagai unsur pembentuk frase

preposisional. Contoh kata berkategori preposisional adalah di, ke, dari, oleh, dan

dengan. Kalimat yang ditulis di atas kurang baik karena tidak diletakkan preposisi di

yang menyatakan tempat.

Data (7) Sumaryanti

Yang tertulis:

(K1) Bunglon aktif di siang dan di malam hari.

Seharusnya:

(K1) Bunglon aktif pada siang dan malam hari.

Menurut Ramlan (2005:115) Unsur pengisi fungsi KET yang menyatakan

makna ‘waktu’ bukan saja menjawab pertanyaan bilamana, tetapi juga menjawab

pertanyaan sejak bilamana, hingga bilamana, dan berapa lama. Frasa waktu yang

dituliskan oleh siswa di atas kurang tepat karena menggunakan preposisi tempat

bukan preposisi waktu, yakni pada.

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan pada bab V, peneliti

dapat menyimpulkan sebagai berikut.

1. Kesalahan fungsi subjek dalam kalimat pada karangan deskripsi siswa masih

terdapat kesalahan sebanyak (77,5%), sedangkan siswa yang tidak melakukan

kesalahan sebanyak (22,5%).

2. Kesalahan fungsi predikat dalam kalimat pada karangan deskripsi siswa masih

ditemukan kesalahan sebanyak (32,5%), sedangkan siswa yang tidak melakukan

kesalahan sebanyak (67,5%).

3. Kesalahan fungsi objek dalam kalimat pada karangan deskripsi siswa juga

terdapat kesalahan sebanyak (40%), sedangkan siswa yang tidak melakukan

kesalahan (60%).

4. Kesalahan fungsi pelengkap dalam kalimat pada karangan deskripsi siswa juga

melakukan beberapa kesalahan sebanyak (15%), sedangkan siswa yang tidak

melakukan kesalahan sebanyak (85%).

5. Kesalahan penggunaan unsur fungsi keterangan dalam kalimat pada karangan

deskripsi siswa hanya ditemukan beberapa kesalahan sebanyak(20%), sedangkan

siswa yang tidak melakukan kesalahansebanyak (80%).

Dari rincian simpulan di atas dapat dinyatakan bahwa kesalahan penggunaan

unsur fungsional kalimat siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9

Tanjungpinang masih rendah karena banyak ditemukan kesalahan pada inti kalimat,

yakni unsur inti subjek dan predikat maupun pada unsur noninti.

6.2 Saran

Hasil analisis data dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti masih banyak

ditemukan kesalahan dalam penggunaan unsur fungsional kalimat. Oleh karena itu,

peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut.

1. Bagi guru Sekolah Menegah Pertama Negeri 9 yang mengajar mata pelajaran

Bahasa Indonesia hendaknya melakukan evaluasi proses pembelajaran dengan

saksama agar keterampilan siswa lebih terampil khsususnya dalam keterampilan

menulis.

2. Bagi Siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 untuk selalu belajar

menulis dan memahami dengan sungguh-sungguh dalam keterampilan menulis

khususnya mengenai unsur fungsional kalimat.

3. Bagi para orang tua siswa sebaiknya lebih memperhatikan pelajaran siswa dan

memberikan memotivasi agar siswa lebih giat lagi dalam belajar, khususnya

pelajaran yang berhubungan dengan unsur fungsional kaliamat.

BIOGRAFI

BUDI SANTOSO, lahir di sawang

pada tanggal 03 Februari 1992.

Anak dari pasangan Abd. Rahman

dan Norwati dan merupakan anak

pertama dari tiga bersaudara.

Penulis mulai mengenyam bangku

pendidikan di Sekolah Dasar

Negeri 003 Sawang Selatan, dan

Sekolah Menengah Pertama

Negeri 1 Kundur Barat. Setelah

itu, penulis meneruskan

pendidikannya ke Sekolah

Menengah Atas Negeri 4 Kundur.

Setelah tamat dari SMA, penulis

melanjutkan studinya di Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan di Universitas

Maritim Raja Ali Haji di

Tanjungpinang pada tahun 2010.

Saat ini, penulis telah

menyelesaikan pendidikannya dan

menyandang gelar Sarjana

Pendidikan pada tanggal 18

Agustus 2015.