ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka...

83
PagePageError! Main Document Only. ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L.) DI DESA KUNDI KECAMATAN SIMPANG TERITIP KABUPATEN BANGKA BARAT CYNTHIA MAWARNITA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka...

Page 1: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

Pag

eErr

or!

Mai

n D

ocu

me

nt

On

ly.

1

Pag

eErr

or!

Mai

n D

ocu

me

nt

On

ly.

1

1

ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L.)

DI DESA KUNDI KECAMATAN SIMPANG TERITIP

KABUPATEN BANGKA BARAT

CYNTHIA MAWARNITA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan
Page 3: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

Pag

eErr

or!

Mai

n D

ocu

me

nt

On

ly.

3

Pag

eErr

or!

Mai

n D

ocu

me

nt

On

ly.

3

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis

Kelayakan Usaha Lada (Piper nigrum L.) di Desa Kundi Kecamatan Simpang

Teritip Kabupaten Bangka Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari

Dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Cynthia Mawarnita

NIM. H34090017

Page 4: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

ABSTRAK

CYNTHIA MAWARNITA. Analisis Kelayakan Usaha Lada (Piper nigrum L.) di

Desa Kundi, Kecamatan Simpang Teritip, Kabupaten Bangka Barat. Dibimbing

oleh JUNIAR ATMAKUSUMA.

Indonesia merupakan salah penghasil lada putih di dunia. Selama beberapa

periode, kontribusi lada putih Indonesia di pasar dunia mengalami kecendrungan

penurunan pasokan. Desa kundi merupakan salah satu wilayah sentra produksi

lada putih di Kabupaten Bangka Barat. Fluktuasi harga jual dan penurunan

poduksi lada putih menyebabkan berkurangnya volume produksi lada putih. Lada

putih merupakan komoditas yang memiliki potensi untuk dikembangkan karena

merupakan komoditas ekspor dan permintaan yang belum terpenuhi. Usaha lada

putih membutuhkan investasi yang tinggi sehingga perlu dilakukan suatu studi

kelayakan lada putih di tingkat petani Desa Kundi untuk mengetahui kelayakan

usaha tersebut. Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif

untuk menganalisis kelayakan dari aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek

teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi, lingkungan dan metode

kuantitatif untuk menganalisis kelayakan dari aspek finansial beradasarkan

kriteria invetasi (NPV, IRR, Net B/C, dan PP) dan analisis sensitivitas. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa usaha budidaya lada putih di Desa Kundi

Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat layak untuk dilakukan.

Kata kunci : lada putih, desa kundi, kelayakan

ABSTRACT

CYNTHIA MAWARNITA. The Business Feasibility Analysis of White Pepper

(Piper nigrum L.) in Kundi Village, Simpang Teritip District, Bangka Barat

Regency. Supervised by JUNIAR ATMAKUSUMA.

Indonesia is one of the countries of white pepper producers in the world. During

some periods, the contribution Indonesia in the world markets had tendencies a

decrease supplied. Kundi village is one of the areas of white pepper production

center in Bangka Barat Regency. Fluctuations in selling prices and a decrease in

the number of white pepper production leads to reduced production volumes

resulting white pepper. White pepper is a commodity which has a potential to be

developed because it is a commodity export and unfullfilling demand. The

Bussiness of white pepper is necessary high investments so that it needs a

feasibility studi of the white pepper of farmer’s level, Kundi village to determine

business feasibility. Methods of analysis data which are used on this research is

qualitative analysis method to analyze feasibility based on nonfinancial aspect

such as market aspect, technical aspect, management aspect, and also social,

economic, and environmental aspect and quantitative which used to analyze the

financial based on investment criteria (NPV,IRR,Net B/C,PP) and sensitivity

analysis. The research result showed that the white pepper cultivation in Kundi

Village, Simpang Teritip District, Bangka Barat Regency is feasible to be done .

Keywords: white pepper, kundi village, feasibility

Page 5: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

Pag

eErr

or!

Mai

n D

ocu

me

nt

On

ly.

5

Pag

eErr

or!

Mai

n D

ocu

me

nt

On

ly.

5

5

ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L.)

DI DESA KUNDI KECAMATAN SIMPANG TERITIP

KABUPATEN BANGKA BARAT

CYNTHIA MAWARNITA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

`1INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 6: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan
Page 7: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

7

7

7

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Lada (Piper nigrum L.) di Desa

Kundi Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat

Nama : Cynthia Mawarnita

NRP : H34090017

Disetujui oleh

Ir Juniar Atmakusuma, MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Page 8: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah dan pemimpin

terbaik bagi umat manusia. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

sejak bulan Maret sampai April 2013 ini adalah Studi Kelayakan Bisnis, dengan

judul Analisis Kelayakan Usaha Lada (Piper nigrum L.) di Desa Kundi

Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Juniar Atmakusuma, MS

selaku Dosen pembimbing skripsi. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ir.

Narni Farmayanti M.Sc selaku Dosen pembimbing akademik selama menjalani

perkuliahan, serta kepada Dr Amzul Rifin, SP., MA dan Bapak Rahmat Yanuar,

SP., M.Si selaku Dosen penguji. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan

kepada Bapak Kadin Kabupaten Bangka Barat, Bapak Nadiono selaku kepala

Desa Kundi yang telah memberikan kemudahan dan izinnya untuk melakukan

penelitian di Desa Kundi, Bapak pemadu lapang dan penyuluh lapang (Bang

Pediar) serta para petani lada atas bantuan dan arahannya selama penulis

mengumpulkan data di lokasi penelitian. Ungkapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada kedua orangtua tercinta (bapak dan ibu) dan seluruh keluarga

atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Terakhir penulis sampaikan

ucapkan terima kasih kepada sahabat penulis, Nora asfia, Emilia Huda, Windy

Kurniasari, Intan Wiyanti, Novita Dewiratnasari, Rina Fauzah, Kak Ida, Kak Kiki,

Vina Fauziah, Dewi Ayuamiati, Virgin, teman seperjuangan skripsi Resti Prastika

D, dan Iqbal Yudhana, sahabat Agribisnis 46 IPB, HIPMA IPB 2011-2012, dan

sahabat-sahabat lainnya yang selalu memberi dukungan dan bantuan dalam

pembuatan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2013

Cynthia Mawarnita

Page 9: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

9

9

9

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 6 Tujuan Penelitian 9 Manfaat Penelitian 10 Ruang Lingkup Penelitian 10

TINJAUAN PUSTAKA 10 Budidaya Lada 10 Kelayakan Finansial Lada Putih 13

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Produksi Lada Putih 14 KERANGKA PEMIKIRAN 16

Kerangka Pemikiran Teoritis 16 Kerangka Pemikiran Operasional 22

METODE PENELITIAN 25 Lokasi dan Waktu Penelitian 25 Jenis Data dan Sumber data 25 Metode Pengumpulan Data 25 Metode Pengolahan dan Analisis Data 25 Analisis Switching Value (Nilai Pengganti) 28 Asumsi yang Digunakan dalam Penelitian 28

GAMBARAN UMUM 29 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 29

Karakteristik Petani Responden 30 ASPEK NON FINANSIAL 32

Aspek Pasar 32 Aspek Teknis 37 Aspek Manajemen 45 Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan 48

ASPEK FINANSIAL 50 Arus Penerimaan (Inflow) 50 Nilai Sisa 51 Arus Pengeluaran (Outflow) 51 Analisis Laba Rugi 56

Analisis Kelayakan Investasi 56 Analisis Switching Value 58

SIMPULAN DAN SARAN 59

Simpulan 59 Saran 60

DAFTAR PUSTAKA 60 LAMPIRAN 62

Page 10: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan
Page 11: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

vii

vii

vii

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan volume ekspor komoditas primer perkebunan

tahun 2008 - 2013 1

2 Luas areal, produksi, dan produktivitas lada nasional tahun 2008-2012 2

3 Perkembangan harga lada hitam dan lada putih di dunia dalam US $

/MT setiap bulan tahun 2011-2013 3

4 Produksi lada putih negara produsen utama di dunia tahun 2005-2010 4

5 Luas areal dan produksi lada putih Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung tahun 2005-2011 4

6 Volume dan nilai ekspor lada putih Bangka Belitung tahun 2009-2011 5

7 Luas areal, produksi, dan produktivitas lada putih pada enam

kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2011 6

8 Karakteristik petani responden lada putih di Desa Kundi 30

9 Kepemilikan luas lahan petani responden lada putih di Desa Kundi 31

10 Volume ekspor lada putih negara produsen utama di dunia tahun

2001-2010 34

11 Import lada beberapa negara konsumen tahun 2010 35

12 Peralatan budidaya lada putih yang digunakan petani responden di

Desa Kundi tahun 2013 38

13 Jenis-jenis pupuk yang digunakan petani responden dalam budidaya

lada putih di Desa Kundi 39

14 Jenis–jenis obat atau pestisida yang digunakan petani responden

dalam budidaya lada putih di Desa Kundi pada tahun 2013 40

15 Produksi dan produktivitas lada pada kondisi normal per hektar 44

16 Penggunaan tenaga kerja (HOK) pada usaha budidaya lada putih di

Desa Kundi Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat 46

17 Komponen penerimaan pada usaha budidaya lada putih pada luasan

1 hektar di Desa Kundi 50

18 Nilai sisa dari biaya investasi pada budidaya lada putih pada luasan

1 hektar 51

19 Rincian biaya investasi dalam budidaya lada putih di Desa Kundi pada

luasan 1 hektar 52

20 Penggunaan pupuk dalam budidaya lada putih pada luasan 1 hektar 54

21 Penggunaan obat-obatan/ pestisida dalam budidaya lada putih pada

luasan 1 hektar 54

22 Rincian biaya tenaga kerja dalam budidaya lada putih pada luasan

1 hektar 55

23 Biaya variabel dalam budidaya lada putih di Desa Kundi pada luasan

1 hektar 56

24 Nilai hasil kelayakan investasi yang didapatkan dari hasil perhitungan

cashflow 57

Page 12: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

DAFTAR GAMBAR

1 Perkembangan luas areal dan produksi lada putih di Kabupaten

Bangka Barat 7

2 Hubungan antara NPV dan IRR 21

3 Kerangka pemikiran operasional 24

4 Saluran pemasaran komoditi lada putih di Bangka Belitung 36

5 Tanaman lada dengan ajir 41

6 Tanaman lada yang diberi naungan 41

7 Kayu yang digunakan sebagai tajar 41

8 Aplikasi hubungan antara NPV dan IRR 58

DAFTAR LAMPIRAN

1 Luas areal dan produksi lada per Provinsi di Indonesia tahun 2009

dan 2010 62

2 Karakteristik petani responden budidaya lada putih di Desa Kundi 63

3 Hasil panen lada putih dari responden petani di Desa Kundi 64

4 Rata-rata peralatan petani responden dalam budidaya lada putih 65

5 Laporan laba/rugi pada budidaya lada putih di Desa Kundi pada

luasan 1 hektar 66

6 Cashflow Budidaya lada putih di Desa Kundi pada luasan lahan

1 hektar 67

7 Analisis Switching Value Budidaya lada putih di Desa Kundi pada

luasan lahan 1 hektar apabila terjadi penurunan harga jual lada putih

yaitu 25.64% atau Rp61 718.80 68

8 Analisis Switching Value Budidaya lada putih di Desa Kundi pada

luasan lahan 1 hektar apabila terjadi penurunan jumlah produksi lada

putih sebesar 25.64% 69

9 Analisis Switching Value Budidaya lada putih di Desa Kundi pada

luasan lahan 1 hektar apabila terjadi kenaikan harga pupuk sebesar

311.637% 70

Page 13: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

1

1

1

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejak awal pembangunan, sektor pertanian sudah memegang peranan

penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Peran pertanian terhadap

pembangunan nasional mencakup peranannya dalam produksi berupa terjaminnya

ketersediaan pangan, memberikan kesempatan kerja, sebagai faktor produksi

suatu industri, dan kontribusinya dalam menyumbang produk domestik bruto

nasional serta sebagai sumber penerimaan devisa hasil ekspor komoditi. Pertanian

dalam arti luas meliputi pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan.

Subsektor pertanian memiliki kontribusi dalam meningkatkan laju pertumbuhan

ekonomi nasional.

Sektor pertanian memberikan sumbangsih terbesar kedua dalam

menghasilkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia baik pada tahun 2008 dan

2009 sebesar 14.46% dan 15.29% (Direktorat Jendral Perkebunan 2010). Dari

total persentase Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian ini, sebagian

didapatkan dari subsektor perkebunan. Kontribusi PDB subsektor perkebunan

terhadap sektor pertanian atas dasar harga berlaku meningkat 8.14% dari 19.9%

pada tahun 2011 menjadi 21.52% pada tahun 2012 (Direktorat Jendral

Perkebunan 2013). Terdapat beberapa komoditas ekspor unggulan dari subsektor

perkebunan diantaranya: kelapa sawit, karet, kakao, kopi, tembakau, kelapa, teh,

lada, tebu, kapas, dan cengkeh yang ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan volume ekspor komoditas primer perkebunan

tahun 2008 - 2013 a

Komoditas

Perkebunan

Ekspor Komoditas Primer Perkebunan

2008 2009 2010 2011 2012* 2013*

Januari Februari Maret

…Volume (000/Ton)…

Karet 2 283.2 1 991.5 2 351.9 2 556.2 2 444.3 199.5 201.6 229.7

Minyak sawit 14 91.0 16 29.0 16 292.0 16 36.0 18 850.8 2 296.6 1 889.0 1 367.3 Kelapa 1 080.1 992.8 1 045.3 1 199.8 269.4 18.4 19.0 22.0

Kopi 468.7 510.9 433.6 346.5 448.6 30.1 35.2 31.0

The 96.2 92.3 87.1 75.4 70.1 5.8 6.5 6.3 Lada 52.4 50.6 62.6 36.5 62.6 3.8 1.8 1.8

Tembakau 50.3 52.5 57.4 38.9 37.7 3.6 4.0 4.8

Kakao 515.5 535.2 552.9 410.2 388.0 34.0 26.0 35.0 Jambu Mete 67.0 68.8 45.6 46.1 62.6 6.7 4.0 1.2

Cengkeh 4.3 5.1 6.0 5.4 5.9 0.4 0.4 0.5

Kapas 1.9 0.5 2.0 2.0 0.4 0.0 0.0 0.1 Tebu (molasses) 945.9 496.3 469.5 529.4 0.5 0.1 0.0 0.0

Tebu (gula hablur) 1.5 0.8 - - - - - -

Total 19 857.9 21 626.4 21 405.8 23 682.4 23 064.0 2 559.0 2 187.5 1 699.7 aSumber: Direktorat Jendral Perkebunan (2013)

Keterangan: *) Angka sementara

Neraca perdagangan 12 komoditas unggulan perkebunan sampai dengan

triwulan III tahun 2012, yaitu US $ 24.70 milyar mengalami peningkatan bila

Page 14: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

2

dibandingkan pada triwulan III tahun 2011 yang besarnya US $ 21.74 milyar 1.

Semua komoditas tersebut memegang peranan dalam menghasilkan devisa negara

dan memajukan kondisi perekonomian serta tingkat kesejahteraan masyarakat.

Lada (Piper nigrum L. atau pepper) merupakan salah satu jenis rempah

ekspor unggulan dari komoditas subsektor perkebunan Indonesia. Lada telah

sejak lama dibudidayakan di Indonesia yang digunakan sebagai komoditas

konsumsi dan bahan baku industri. Kegiatan budidaya lada secara ekonomi

merupakan sumber pendapatan petani dan devisa negara non migas untuk

Indonesia. Devisa yang diterima negara pada tahun 2011 sebesar US $ 195.9 juta

dan pada tahun 2012 meningkat menjadi US $ 423.5 juta (Direktorat Jenderal

Perkebunan 2013). Kegiatan budidaya lada tersebar di 29 provinsi dan hampir

99.90% dikelola oleh rakyat dengan luas areal, produksi, dan produktivitas yang

berbeda (Lampiran 1). Perkembangan luas areal, produksi, dan produktivitas lada

nasional dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Luas areal, produksi, dan produktivitas lada nasional tahun 2008-2012a

Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kg/Ha)

2008 183 082 80 420 702

2009 185 941 82 834 729

2010 179 318 83 663 756

2011 177 490 87 089 784

2012* 178 622 88 160 - aSumber : Departemen Pertanian (2013)

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada tahun 2012, luas areal lada cenderung

mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Sementara itu, produksi lada

setiap tahunnya terus meningkat dan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2012,

yaitu sebesar 88 160 ton.

Umumnya, lada yang diperdagangkan di pasar internasional terdiri dari dua

jenis lada yaitu lada hitam (Black Pepper) dan lada putih (White Pepper).

Perbedaan jenis lada ini terdapat pada proses pengolahan (pascapanen) lada. Lada

putih dihasilkan dari buah lada yang dipetik sudah berwarna kuning kemerahan

dan harus dicuci serta direndam selama 10 sampai 15 hari sebelum dikeringkan.

Sementara itu, lada hitam merupakan buah lada yang dipetik saat masih berwarna

hijau dan langsung bisa dikeringkan tanpa harus direndam. Lada putih dan lada

hitam mempunyai cita rasa yang berbeda, lada putih mempunyai cita rasa yang

lebih pedas dibandingkan lada hitam. Komoditi lada dalam perkembangannya

mempunyai volume penawaran ekspor dan harga yang cenderung berfluktuasi.

Perkembangan harga lada dan harga lada hitam ditunjukkan pada tabel 3.

1 www.deptan.go.id//tayangan_perkebunan. [ 12 Agustus 2013]

Page 15: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

3

3

3

3

Tabel 3 Perkembangan harga lada hitam dan lada putih di dunia dalam US $

/MT setiap bulan tahun 2011-2013a

Bulan Lada Hitam Lada Putih

2011 2012 2013 2011 2012 2013

Januari 4 796 6 514 6 592 7 103 9 396 9 039

Februari 4 794 6 522 6 758 7 142 9 388 9 213

Maret 4 773 7 007 6 556 7 213 9 562 9 068

April 5 673 6 670 6 416 8 088 9 443 9 039

Mei 5 870 6 848 8 315 9 633

Juni 5 958 6 607 8 156 9 354

Juli 6 024 6 485 8 252 9 117

Agustus 6 325 6 354 8 297 8 905

September 7 436 6 577 9 540 9 222

Oktober 7 778 6 492 10 367 9 157

November 7 141 6 445 10 120 9 010

Desember 6 957 6 420 9 745 8 964 aSumber: Internasional Pepper Community (2013)

2

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa harga lada putih lebih tinggi

daripada harga lada hitam. Selain itu, pergerakan harga lada di pasar dunia

menunjukkan bahwa komposisi harga lada hitam mengalami penurunan sebesar

US$ 140 per MT yaitu dari US$ 6 556 per MT Maret 2013 menjadi US$ 6 416

per MT pada bulan April 2013. Sementara itu, pada periode yang sama lada putih

hanya mengalami penurunan harga jual sebesar US$ 29 per MT.

Berkaitan dengan volume penawaran dan nilai ekspor lada di pasar dunia,

pada bulan Oktober 2011, ekspor lada Indonesia baru mencapai 29 000 ton.

Volume ekspor ini turun 40% dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu

yakni sebesar 48 000 ton (Internasional Pepper Community 2011).3 Laju

pertumbuhan lada putih relatif lebih tinggi dibandingkan lada hitam, yaitu secara

rata-rata masing-masing sebesar 14.68% dan 20.29% sedangkan lada hitam

sebesar 14.60% dan 19.26% pada tahun 2011. Meskipun pertumbuhan volume

dan nilai ekspor rata-rata lada putih relatif lebih tinggi dibandingkan lada hitam

namun fluktuasinya relatif lebih besar. Hal ini berarti perekonomian lada putih

memiliki tingkat ketidakpastian yang juga lebih besar4. Produksi dan perdagangan

lada putih dilakukan oleh tujuh negara di dunia yaitu: Vietnam, Indonesia,

Malaysia, China, Brazil, India, dan Sri Lanka. Gambaran produksi lada putih

dunia dapat dilihat pada tabel 4. Produksi lada telah diekspor ke sejumlah negara,

antara lain: Amerika Serikat, Vietnam, Jerman, Singapura, Perancis dan India.

Dalam perdagangan dunia, pasokan lada Indonesia beberapa diantaranya

dipenuhi dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dikenal dengan lada

putih (Muntok White Pepper) dan lada dari Provinsi Lampung yaitu lada hitam

(Lampung Black Pepper). Berdasarkan luas areal dan jumlah produksi lada,

2 “ Internasional Pepper Community, 2013”. “Info komoditi/analisis bulanan harga lada hitam dan

lada putih april 2013” www.peppertrade.com [Agustus 2013] 3 “Internasional Pepper Community, 2011”. “Volume ekspor lada Indonesia” www.kompas.com

[Januari 2013] 4 “Penawaran dan Permintaan lada Bangka di pasar dunia” www.stisipol.ac.id

Page 16: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

4

Bangka Belitung menempati posisi kedua tertinggi setelah Lampung (Lampiran

1).

Tabel 4 Produksi lada putih negara produsen utama di dunia tahun 2005-2010 a

Negara Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

Produksi (Ton)

Brazil 4 500 3 500 3 000 2 500 2 000

India - 50 100 450 450

Indonesia 21 000 21 000 18 000 17 000 19 000

Malaysia 3 000 4 000 6 600 6 600 7 050

Sri Lanka - - 50 50 100

Vietnam 16 000 11 000 9 970 22 000 22 000

China, RRC 18 000 20 000 28 000 21 800 22 800

Total 62 500 59 550 65 720 70 400 73 400 aSumber : Internasional Pepper Community (2013)

5

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada tahun 2006 sampai 2007, Indonesia

menjadi negara penghasil lada putih terbesar di dunia. Pada tahun 2008 sampai

2010 produksi lada putih Indonesia mengalami penurunan sehingga pada tahun

2009, negara Vietnam sebagai produksi lada putih terbesar. Sementara itu, negara

China merupakan negara penghasil lada putih tertinggi pada tahun 2010.

Perkembangan produksi lada putih di negara Vietnam dan China dari tahun 2006

sampai 2010 cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu wilayah yang

berkontribusi dalam pemenuhan pasokan lada putih dunia. Pengembangan luas

areal lada tahun 2011 mencapai 39 165.00 hektar dengan produksi 28 241.51 ton

yang tersebar dienam Kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Luas

areal dan produksi lada putih di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditunjukkan

pada tabel 5.

Tabel 5 Luas areal dan produksi lada putih Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

tahun 2005-2011a

Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)

2005 41 834.10 18 273.50

2006 40 720.65 16 292.36

2007 35 842.44 16 424.18

2008 33 739.07 15 671.21

2009 36 961.26 15 601.12

2010 36 372.37 18 472.15

2011 39 165.00 28 241.51 aSumber: Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2013)

5 Identifikasi Kebutuhan Pengembangan Sumberdaya Tanaman Lada Provinsi kepulauan Bangka

Belitung Tahun 2012

Page 17: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

5

5

5

5

Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa luas areal dan produksi lada putih

berfluktuatif. Setelah tahun 2005, lada putih Bangka Belitung mengalami

penurunan dan fluktuatif pada luas areal dan jumlah produksi. Produksi lada putih

mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 9 769.36 ton (65.40%) yaitu

dari 18 472.15 ton pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 28 241.51 ton pada

tahun 2011. Lada putih Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diekspor dalam

bentuk butiran. Penurunan produksi lada putih akan mempengaruhi volume

ekspor lada putih. Perkembangan volume penawaran dan nilai ekspor lada putih

di pasar dunia mencapai 60% sampai 80%. Data volume dan nilai ekspor lada

putih Bangka Belitung dalam tiga tahun terakhir ditunjukkan pada tabel 6.

Tabel 6 Volume dan nilai ekspor lada putih Bangka Belitung tahun 2009-2011a

Tahun Jumlah

Volume (Ton) Nilai (US $)

2009 6 234.70 26 228 153.71

2010 7 627.68 42 346 703.36

2011 5 576.45 50 593 319.15 aSumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2013)

Tabel 6 menunjukkan bahwa pada tahun 2011 lada putih mengalami

penurunan volume ekspor dari dua tahun sebelumnya. Penurunan volume ekspor

lada putih sebesar 2 051.23 ton dari tahun 2010. Meskipun demikian, nilai ekspor

lada putih mengalami peningkatan. Perkembangan harga lada putih di pasar dunia

cenderung berfluktuatif.

Perkembangan harga di pasar dunia yang cenderung berfluktuatif sangat

mempengaruhi produksi dan ekspor lada putih. Lada putih Bangka Belitung

(Muntok White Pepper) merupakan lada putih unggulan nasional. Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah penghasil utama lada putih di

Indonesia. Permintaan terhadap Muntok White Pepper sangat diminati di pasar

Internasional karena sejak lama dikenal memiliki cita rasa dan aroma yang khas.

Permintaan lada putih Bangka Belitung di pasar dunia mencapai 240 ribu ton per

tahun. Keseluruhan permintaan ini belum mampu dipenuhi karena keterbatasan

produksi lada putih yang dihasilkan. Saat ini, produksi lada putih petani Bangka

Belitung hanya mampu memenuhi permintaan pasar dunia sekitar 5 000 hingga

6 000 ton per tahun6. Oleh sebab itu, pengusahaan lada putih di tingkat petani

harus terus dilakukan melalui peningkatan luas areal, produksi, dan produktivitas

untuk mengembalikan kejayaan Muntok White Pepper serta mengembalikan

posisi Indonesia sebagai penghasil lada putih terbesar di dunia.

Kegiatan budidaya lada tersebar di enam Kabupaten di Bangka Belitung.

Berdasarkan luas areal tanaman lada, terdapat empat kabupaten sentra produksi

lada putih di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diantaranya: Kabupaten

Bangka Selatan, Belitung, Bangka Barat, dan Belitung Timur. Produksi yang

dihasilkan oleh setiap Kabupaten tentunya akan mempengaruhi total produksi lada

6 www.kompas.com “permintaan dan penawaran lada putih Bangka Belitung” [diakses April

2013]

Page 18: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

6

putih Bangka Belitung. Data luas areal, produksi, dan produktivitas lada setiap

kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Luas areal, produksi, dan produktivitas lada putih pada enam kabupaten

di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2011a

Kabupaten Luas Areal

(Ha)

Produksi

(Ton)

Produktivitas

(Ton/Ha/Th)

Bangka 2 785.96 3 400.00 2.17

Bangka Selatan 19 943.60 12 937.95 1.92

Bangka Tengah 2 241.19 723.85 1.21

Bangka Barat 4 478.18 1 942.85 1.17

Belitung 6 611.52 7 241.00 2.43

Belitung Timur 3 104.55 1 995.86 1.05

Total 39 165.00 28 241.51 1.83 aSumber: Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2013)

Tabel 7 menunjukkan gambaran luas areal, produksi, dan produktivitas lada

putih dari setiap kabupaten akan mempengaruhi total produksi dan volume ekspor

lada putih dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kabupaten penghasil lada

putih lada tertinggi adalah Kabupaten Bangka Selatan. Sementara itu, dapat dilihat

juga bahwa produksi terendah dari keempat kabupaten sentra produksi lada putih

yaitu sebesar 1 942.85 ton terjadi pada Kabupaten Bangka Barat.

Kabupaten Bangka Barat merupakan wilayah di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung yang sebagian masyarakatnya melakukan aktivitas budidaya lada dan

tersebar pada lima kecamatan. Produksi lada putih di Kabupaten Bangka Barat

cenderung mengalami penurunan. Padahal, daerah ini mempunyai potensi yang

baik dalam menghasilkan lada putihnya karena merupakan salah satu kabupaten

sentra produksi lada putih di Bangka Belitung. Apalagi lada putih memiliki

peluang pasar yang potensial sehingga pengusahaan lada putih harus terus

dilakukan guna mengembalikan kejayaan lada putih (Muntok White Pepper).

Meskipun kegiatan lada sudah dilakukan sejak lama oleh masyarakat setempat

namun tetap perlu dikaji mengenai pelaksanaan kegiatan lada mulai dari

penanaman hingga pemasarannya dan dilakukan perhitungan secara finansial

untuk melihat tingkat kelayakannya. Hal ini sebagai upaya untuk mendorong

minat masyarakat untuk kembali menanam lada, memaksimalkan pengusahaan

lada, dan melihat besarnya perubahan maksimum dari berbagai permasalahan

yang sering terjadi akibat adanya resiko dan ketidakpastian. Keterkaitan antara

input, proses, dan output yang dihasilkan akan mempengaruhi keberlangsungan

kegiatan budidaya, apalagi budidaya lada putih membutuhkan biaya investasi dan

biaya operasional terutama biaya tenaga kerja dan biaya pupuk yang cukup tinggi.

Perumusan Masalah

Kabupaten Barat merupakan salah satu sentra produksi lada putih di

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada tahun 2011, kabupaten ini memiliki

Page 19: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

7

7

7

7

produksi lada putih terendah dibandingkan kabupaten sentral produksi lainnya.

Produksi lada putih di Kabupaten Bangka Barat dalam beberapa tahun terakhir

cukup berfluktuatif dan mengalami penurunan. Data perkembangan luas areal dan

produksi lada putih selama lima tahun terakhir ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1 Perkembangan luas areal dan produksi lada putih di Kabupaten Bangka Barat

Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan Kabupaten Bangka Barat (2013)

Gambar 1 menunjukkan bahwa produksi lada putih di Kabupaten Bangka

Barat cenderung berfluktuatif dan mengalami penurunan dari tahun 2009 ke

tahun 2010, yaitu sebesar 1 894 ton. Pada tahun 2013, rata-rata produksi lada

putih di Kabupaten Bangka Barat mencapai 1 940.16 ton per tahun dan

produktivitasnya mencapai 5.75 ton per hektar per tahun, dengan luas areal tanam

3 799.67 ha yang tersebar di lima kecamatan. Jumlah produksi lada putih sebesar

1 940.16 ton tersebut berasal dari Kecamatan Muntok sebesar 258 ton, Simpang

Teritip 898.27 ton, Jebus 265.22 ton, Kelapa 223.57 ton dan Tempilang 295.10

ton.7

Penurunan hasil produksi lada putih yang terjadi di Kabupaten Bangka

Barat disebabkan oleh beberapa hal, seperti terjadinya konversi lahan menjadi

tambang timah. Pada tahun 2008 hanya tersisa sekitar 45 025 hektar dari 80 000

hektar lahan lada. Hal ini disebabkan karena lahan tersebut dialih fungsikan

menjadi lahan tambang timah. Peralihan profesi petani menjadi penambang timah

dan konversi lahan menjadi komoditas perkebunan lainnya, seperti karet dan

kelapa sawit serta adanya gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT)

merupakan penyebab menurunnya jumlah produksi lada putih. Selain itu, faktor

utama yang menjadi pertimbangan petani dalam melakukan budidaya lada adalah

ketidakpastian harga jual lada putih. Fluktuasi harga jual lada yang terlalu tinggi

apalagi biaya perawatan, biaya tenaga kerja, dan biaya tiang panjat mati yang

cukup tinggi semakin mendorong petani untuk mengurangi kegiatan budidaya

lada.

7 Produksi lada di Kecamatan Simpang Teritip

http://portal.bangkabaratkab.go.id/id/informasi/bangka-barat-gandeng-belanda-laksanakan-

revitalisasi-lada [ Agustus 2013]

Page 20: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

8

Desa Kundi merupakan sentra produksi lada putih di Kecamatan Simpang

Teritip, Kabupaten Bangka Barat. Produksi lada putih di Desa Kundi akan

mempengaruhi total produksi lada putih di Kabupaten Bangka Barat. Sebagian

besar, mata pencaharian masyarakat Desa Kundi adalah seorang petani. Kegiatan

budidaya lada putih sudah turun menurun dilakukan oleh masyarakat desa ini.

Selain lada putih, masyarakat Desa Kundi juga melakukan kegiatan budidaya dari

komoditas perkebunan lainnya seperti; karet, kelapa sawit, dan cengkeh.

Kegiatan penambangan timah yang semakin marak terjadi di Kabupaten

Bangka Barat menyebabkan masyarakat Desa Kundi yang biasanya menanam

lada, beralih profesi menjadi penambang timah. Hal ini terjadi pada beberapa

tahun yang lalu, yaitu pada tahun 2009 sampai 2010. Pada saat itu, harga jual lada

putih di tingkat petani hanya sebesar Rp30 000.00 per kg sampai Rp40 000.00 per

kg. Harga tersebut dinilai petani cukup rendah dan tidak sebanding dengan biaya

pemeliharaan, biaya tenaga kerja, dan biaya investasi yang telah mereka

keluarkan. Saat ini, harga jual lada putih di Desa Kundi adalah Rp83 000.00 per

kg. Harga jual lada putih cenderung berfluktuatif. Selama tahun 2013, harga jual

lada putih sebelumnya berkisar antara Rp75 000.00 per kg sampai Rp80 000.00

per kg. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan petani untuk pemeliharaan dan

biaya tenaga kerja, gangguan organisme pengganggu tanaman, dampak

penambangan timah ilegal, dan pengembangan komoditas perkebunan lain seperti

karet dan kelapa sawit menyebabkan penurunan produksi lada beberapa tahun

terakhir selain fluktuasi harga jual lada putih. Peralihan profesi petani menjadi

seorang penambang menyebabkan lahan yang sudah ditanami lada menjadi

terbengkalai selama beberapa tahun. Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan

terjadi konversi lahan menjadi lahan karet dan kelapa sawit karena lahan bekas

lada yang sudah tidak produktif lagi untuk ditanami lada.

Keadaan pertanaman lada di Bangka Belitung ini juga didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati Y, et al. 2009 dalam Ginting (2010)

yang menyebutkan bahwa telah terjadi penurunan jumlah produksi lada yang

disebabkan oleh menurunnya harga jual lada sekitar Rp37 750.00 sampai

Rp40 000.00 per kg, biaya yang cukup besar harus dikeluarkan petani lada untuk

membudidayakan lada, seperti biaya pupuk kimia dan tenaga kerja untuk merawat

kebun lada dan petani beralih profesi ke usaha lain seperti penambang timah, serta

berkebun kelapa sawit dan karet, dimana harga jual dan proses produksi dianggap

lebih cepat dan lebih mudah. Begitu juga dengan hasil studi lapang dari Daras dan

Pranowo (2009) yang menyatakan bahwa adanya penurunan produksi yang

disebabkan oleh penurunan luas areal lada di Bangka Belitung disebabkan oleh

empat faktor. Empat faktor dominan yang menjadi penyebabnya adalah fluktuasi

harga lada, gangguan OPT, dampak penambangan timah ilegal, dan

pengembangan komoditas lain.

Sebagai komoditas primadona dan desa sentra produksi lada putih di

Kabupaten Bangka Barat, pengusahaan terhadap lada putih harus terus dilakukan

untuk meningkatkan produksi dan produktivitas nasional. Hal ini juga dilakukan

untuk memenuhi permintaan lada putih di pasar internasional yang belum

tercukupi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa permintaan lada putih

Bangka Belitung di pasar dunia mencapai 240 ribu ton per tahun. Permintaan ini

belum mampu tercukupi karena keterbatasan produksi lada putih yang dihasilkan.

Bangka Belitung hanya mampu memenuhi permintaan pasar dunia terhadap lada

Page 21: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

9

9

9

9

putih sekitar 5 000 hingga 6 000 ton per tahun untuk saat ini. Oleh sebab itu,

masih terdapat peluang dan potensi pasar yang baik terhadap lada putih. Selama

ini, pelaksanaan budidaya lada putih cukup memberikan manfaat sosial dan

ekonomi bagi petani, masyarakat Desa Kundi khususnya dan umumnya Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung. Meskipun demikian, dari sisi produktivitasnya,

tanaman lada di desa tersebut dapat dinilai memiliki hasil yang masih rendah.

Berdasarkan perkiraan atau teori, hasil produksi pada tahun keempat seharusnya

dapat mencapai 1.5 kg hingga 2 kg per pohon jika perawatan tanaman dilakukan

secara optimal. Namun, hasil produksi petani di Desa Kundi masih jauh dari

jumlah tersebut, yaitu hanya 0.8 kg per pohon. Hal ini salah satunya terjadi akibat

kurang optimalnya perawatan tanaman yang dilakukan oleh petani. Keadaan

tersebut mengindikasikan bahwa dalam kegiatan budidaya lada putih terdapat

resiko produksi yang dihadapi oleh petani selain ketidakpastian harga jual di

tingkat petani. Berbagai permasalahan yang dihadapi petani akibat ketidakpastian

harga dan resiko produksi serta kebutuhan akan biaya investasi dan pemeliharaan

yang tinggi dengan pengembalian yang cukup lama membuat menurunnya minat

para petani untuk melakukan budidaya lada.

Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan juga adanya evaluasi terhadap

pelaksanaan budidaya lada putih melalui pendekatan kelayakan di tingkat petani

Desa Kundi. Sebagai upaya mengembalikan kejayaan Muntok White Pepper dan

mendorong minat masyarakat untuk terus mengembangkan pengusahaan lada

yang sekarang ini hampir tergeser oleh penanaman komoditas perkebunan

lainnya. Berdasarkan pemaparan di atas, adapun perumusan masalahnya antara

lain:

1. Bagaimana kelayakan usaha lada putih dilihat dari aspek non finansial yang

meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial,

ekonomi dan lingkungan di Desa Kundi Kecamatan Simpang teritip Kabupaten

Bangka Barat?

2. Bagaimana kelayakan usaha lada putih dilihat dari aspek finansial di Desa

Kundi Kecamatan Simpang teritip Kabupaten Bangka Barat?

3. Bagaimana kelayakan usaha budidaya lada putih apabila terjadi penurunan

harga jual lada putih, penurunan prduksi lada putih, dan kenaikan biaya pupuk?

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis kelayakan usaha lada putih di Desa Kundi Kecamatan Simpang

Teritip Kabupaten Bangka Barat dilihat dari aspek non finansial yang meliputi:

aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi, dan

lingkungan.

2. Menganalisis kelayakan usaha lada putih di Desa Kundi Kecamatan Simpang

Teritip Kabupaten Bangka Barat dilihat dari aspek finansial berdasarkan

kriteria investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal rate of Return

(IRR), Net B/C ratio dan Payback Period (PP).

3. Mengidentifikasi perubahan maksimum terhadap penurunan harga jual,

penurunan produksi lada putih dan kenaikan biaya pupuk yang memungkinkan

budidaya masih layak untuk dilakukan melalui analisis switching value.

Page 22: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

10

Manfaat Penelitian

1. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai budidaya lada putih,

khususnya di Desa Kundi, Kecamatan Simpang Teritip, Kabupaten Bangka

Barat dan umumnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

2. Sumber informasi yang dapat digunakan untuk pengembangan lada putih bagi

petani dan masyarakat baik di Desa Kundi, Kecamatan Simpang Teritip,

Kabupaten Bangka Barat maupun Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.

4. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan keputusan dalam kebijakan

yang berkenaan dengan kegiatan budidaya lada putih di Desa Kundi,

Kecamatan Simpang Teritip, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung.

Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan keterbatasan akses tempat penelitian, data, dan informasi yang

diperoleh, penelitian hanya mengkaji mengenai pelaksanaan budidaya lada putih

dalam aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial meliputi:

aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi, dan

lingkungan. Aspek finansial dinilai berdasarkan kriteria investasi, yaitu Net

Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C Ratio, dan Payback

Period (PP) serta laporan laba/rugi. Selain itu, dilakukan analisis switching value

untuk mengetahui perubahan maksimum terhadap penurunan harga jual,

penurunan produksi lada putih, dan kenaikan biaya pupuk yang memungkinkan

budidaya lada putih di Desa Kundi, Kecamatan Simpang Teritip, Kabupaten

Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih layak dilakukan.

Penelitian dilakukan melalui wawancara kepada 30 responden petani

melalui panduan kusioner, dua pedagang pengumpul desa, penyuluh lapang,

kepala desa, serta observasi secara langsung ke tempat tujuan. Petani responden

didapatkan dari referensi pihak terkait, yaitu kepala desa setempat.

TINJAUAN PUSTAKA

Budidaya Lada

Lada merupakan tanaman rempah yang termasuk dalam komoditas

perkebunan unggulan. Budidaya tanaman lada sudah dilakukan Indonesia sejak

zaman penjajahan. Umumnya, terdapat dua jenis lada yaitu, lada hitam dan lada

putih. Di Indonesia terdapat 40 jenis lada dan penanamannya tergantung dari

daerahnya masing-masing. Pengusahaan lada putih terdapat di Provinsi Bangka

Belitung salah satunya di Kabupaten Bangka Barat yang biasa dikenal dengan

sebutan (Muntok White Pepper ) sementara lada hitam (Lampung Black Pepper)

berasal dari Provinsi Lampung. Secara umum, tidak ada perbedaan dalam

Page 23: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

11

11

11

11

budidaya antara lada hitam dan lada putih, perbedaannya pada saat penanganan

pascapanen. Umumnya, budidaya lada di Bangka menggunakan tiang panjat mati

sebagai medium jalar lada sehingga membutuhkan biaya investasi yang tinggi

untuk pembelian tiang panjat TKTM (2010). Namun demikian, masa produktif

lada dengan tiang panjat mati hanya 3 tahun dengan produktivitas optimum

minimal 1 ton/ha.

Persyaratan Tumbuh

Pedoman budidaya lada yang baik yang disusun oleh IPC (2011)

mengatakan bahwa tanaman lada dapat tumbuh baik pada iklim dengan curah

hujan yang merata sepanjang tahun, yakni rata-rata 2000 sampai 3000 mm per

tahun dan hari hujan 110 sampai 170 hari. Musim kemarau hanya terjadi selama 2

sampai 3 bulan per tahun untuk merangsang pembentukan bunga. Kelembaban

udara berkisar antara 70% sampai 90% dengan suhu maksimum 35 0C dan

minimum 25 0C. Penggunaan jenis tanah yang baik pada tanaman lada yaitu tanah

berpasir gembur, tanah podsolik atau latosol dengan kisaran pH 5.5 sampai 6.5.

Tanaman lada membutuhkan tanah yang mengandung banyak bahan organik

sebagai nutrisi dan membantu mempertahankan air tanah.

Pengolahan Tanah

Penanaman lada yang direkomendasikan adalah menggunakan jarak tanam

2.5 m x 2.5 m (1600 tanaman/ Ha) atau 3.0 m x 3.0 m (1100 tanaman/ Ha) dengan

ukuran lubang tanam sekitar 45 cm x 45 cm x 45 cm sampai 60 cm x 60 cm x 60

cm (panjang x lebar x dalam). Tanah galian dibiarkan terbuka agar terkena

matahari selama kurang lebih 40 hari sebelum tanam. Tanah yang berasal dari

bagian atas dicampur dengan bahan organik atau kompos dan mikroba berguna

seperti: mikoriza, Trichoderma sp., Pseudomonas flurescens serta tambahkan

dolomit apabila diperlukan. Tanaman lada tumbuh kurang baik pada areal yang

tergenang. Oleh sebab itu, diperlukan saluran drainase berukuran 30 cm x 20 cm

dan parit keliling beukuran 40 cm x 30 cm (lebar x dalam). Medium jalar lada

dianjurkan menggunakan tanaman hidup, seperti: tanaman gamal (Gliricidia

maculata), dadap cangkring (Erythrina fusca Lour) atau jenis tanaman lainnya

yang mempunyai sifat cepat tumbuh, dapat dipangkas secara periodik dengan

sistem perakaran yang dalam. Panjang dan diameternya kurang lebih 2 m dan 5

cm dengan jarak minimal 30 cm dari lubang tanam.

Penanaman

Bibit setek lada yang telah berakar dan tumbuh 5 sampai 7 buku (ruas)

dapat langsung ditanam dan diletakkan miring, yaitu 300 sampai 45

0 mengarah ke

tajar. Ruas daun setinggi 3 sampai 4 buku bagian pangkal (tanpa daun)

dibenamkan mengajar ke tajar sedangkan 2 sampai 3 buku (berdaun) sisanya

disandarkan dan diikat pada tajar. Apabila bibit lada ditumbuhkan dalam polybag,

polybag terlebih dahulu harus dilepaskan sebelum ditanam. Setelah ditanam,

tanah di sekelilingnya dipadatkan kemudian bibit tersebut diberi naungan berupa

alang-alang atau lainnya yang mudah diperoleh agar terlindungi dari teriknya

sinar matahari. Pelindung dapat dibuka atau diangkat apabila tanaman lada telah

kuat.

Page 24: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

12

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman lada dilakukan melalui pengikatan sulur panjat dan

pemangkasan tanaman dengan tujuan untuk membentuk kerangka tanaman lada

yang baik, dilakukan tiga kali sebelum tanaman berproduksi. Pemangkasan

pertama dilakukan apabila tanaman lada telah tumbuh mencapai 8 sampai 9 buku

(umur 5-6 bulan), dengan ketinggian pemangkasan 25 sampai 30 cm dari

permukaan tanah (di atas 2 buku yang telah melekat kuat pada tajar).

Pemangkasan kedua dilakukan apabila tanaman telah mencapai 7 sampai 9 buku

(± 12 bulan) yaitu pada buku yang tidak mengeluarkan cabang buah.

Pemangkasan ketiga dilakukan pada umur tanaman 24 bulan (tinggi tanaman ±

2.5 m) sehingga akan terbentuk kerangka tanaman lada yang mempunyai banyak

cabang produktif. Sulur gantung dan sulur cacing (tanah) merupakan sulur panjat

yang tidak melekat pada tajar dan tidak produktif sehingga harus dipangkas.

Penyiangan gulma atau rumput dilakukan secara rutin dan terbatas.

Penyiangan bersih hanya dilakukan di sekeliling pangkal batang tanaman lada

dengan radius kurang lebih 60 cm. Tanaman lada yang menggunakan tajar hidup

maka harus dilakukan pemangkasan tajar sebanyak 3 sampai 4 kali pertahun.

Pemangkasan tanaman lada dilakukan sebelum pemupukan dengan tujuan untuk

mengoptimalkan sinar matahari dan menekan kompetisi pengambilan hara dan air

antara tanaman lada dan pohon panjat atau tajar.

Pemupukan

Berdasarkan pedoman budidaya lada yang baik, IPC (2011) dalam

pertumbuhannya, tanaman lada membutuhkan jumlah pupuk yang cukup sebagai

nutrisinya. Pemberian pupuk untuk tanaman lada dapat dibagi 2 kali atau lebih.

Umumnya, pada tahun pertama pertumbuhan, diberikan 5 kg bahan organik per

tanaman dan pupuk anorganik sebanyak 300 g per tahun (12:12:17 NPK).

Pemberian pupuk anorganik dibagi/displit 4 kali, yaitu 30 g, 60 g, 90 g, dan 120 g

dengan interval 3 bulan. Tanaman lada yang belum berproduksi diberikan pupuk

5 kg sampai 10 kg bahan organik per tanaman dan pupuk NPK sebanyak 600 g

per tahun dalam 4 kali pemupukan. Pada tanaman lada produktif, pupuk organik

diberikan sebanyak 10 kg sampai 15 kg per tanaman dan pupuk anorganik

sebanyak 1.0 sampai 1.5 kg per tahun dengan 4 kali pembagian, yaitu 40%, 30%,

20%, dan 10%. Pemupukan pertama biasanya dilakukan pada awal musim hujan.

Pemberian pupuk sebaiknya dilakukan dengan mengikis (mengangkat)

permukaan tanah di sekitar tanaman lada, pupuk disebarkan dan tanah ditutup

kembali dengan bahan organik ditambah dengan tanah dari sekitar tanaman.

Panen dan Pascapanen

Pada saat berumur 24 bulan, tanaman lada baru mengeluarkan bunga

pertamanya. Setelah tanaman lada menginjak umur tiga tahun, muncul bunga

tahap kedua yang dibiarkan menjadi buah. Pada umur 3 tahun, tanaman sudah

dapat dipanen dan pertumbuhannya mencapai ujung tiang penegak dengan

ketinggian 3 meter. Namun, biasanya lada yang dihasilkan masih sedikit. Buah

pertama dipanen 9 bulan setelah persarian selesai sehingga panen pertama terjadi

pada umur tanaman kurang lebih 4 tahun. Pada tahun ke empat ini, hasil panen

lada mencapai jumlah yang paling banyak. Budidaya lada dengan media tiang

Page 25: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

13

13

13

13

panjat mati dan pemeliharaan yang baik akan mulai berproduksi pada umur 2

sampai 3 tahun hingga tanaman berumur 10 tahun.

Sejak terbentuk bunga sampai buah matang memerlukan waktu cukup lama,

yaitu sekitar 8 sampai 9 bulan. Panen buah lada dilakukan tergantung pada produk

lada yang dihasilkan, lada hitam atau lada putih. Hasil untuk produk lada putih

dilakukan pada saat buah berwarna kuning kemerahan. Buah yang terlalu matang

(berwarna merah) akan menurunkan mutu lada karena akan menghasilkan produk

lada berwarna kehitaman. Selama musim panen, pemanenan buah lada sebaiknya

dilakukan beberapa kali dengan tujuan mendapatkan kualitas buah yang seragam

sehingga akan diperoleh produk lada bermutu tinggi. Rata-rata produksi maksimal

yang dihasilkan lada putih mencapai 4 ton per hektar. Jumlah produksi tentunya

ditentukan juga oleh pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit. Menurut Suwarto dan Yuke (2010) tahapan pengolahan lada putih secara

manual yang umum dilakukan adalah memasukkan lada ke dalam karung, diikat,

selanjutnya direndam dalam air mengalir dan bersih selama kurang lebih 1

minggu. Tumpukan karung lada sebaiknya dibolak balik agar pelepasan biji dari

kulit buahnya terjadi dengan sempurna. Pengupasan yang dilakukan dengan

menginjak-injak karung lada akan menyebabkan mutu lada putih yang dihasilkan

menjadi rendah. Setelah dicuci bersih, biji lada dijemur sampai kering dan

dihasilkan biji lada putih.

Kelayakan Finansial Lada Putih

Dalam penelitian Sumantri, Basuki, dan Mery (2004), mengenai

“Kelayakan Finansial Lada Putih di Desa Kudaran Kecamatan Ulu Musi

Kabupaten Lahat” menyatakan bahwa pengusahaan lada dilakukan dalam skala

luas lahan yang relatif kecil dan teknologi sederhana. Berdasarkan penggunaan

faktor produksinya, luas lahan yang dikuasai oleh para petani untuk

mengusahakan lada mempunyai kisaran 0.25 hektar sebanyak 55% sedangkan

45% sisanya memiliki luas lahan 0.5 hektar. Status kepemilikan lahan adalah

milik sendiri. Dalam penggunaan tenaga kerja pada usahatani lada menggunakan

tenaga kerja dalam dan luar keluarga. Biaya terbesar tenaga kerja terdapat pada

panen. Bibit lada yang digunakan berasal dari stek sendiri dan membeli dari

petani lain. Dalam budidaya lada di Sumatra Selatan menggunakan tiang panjat

hidup. Biaya-biaya yang dikeluarkan selama melakukan usahatani lada putih di

Desa Kundaran, yaitu biaya investasi (cangkul, parang, sabit, hand sprayer,

keranjang), biaya tenaga kerja, bibit (lada dan panjatan), pupuk, pestisida, sewa

lahan, pajak/PBB, bangunan dan adanya penyusutan. Berdasarkan hasil

perhitungan kriteria invetasi menunjukkan bahwa usahatani lada seluas satu

hektar dengan tingkat bunga 15% per tahun maka didapatkan NPV sebesar

Rp 46 311 720.00, Gross B/C ratio sebesar 1.5, Net B/C Ratio sebesar 2.5 dan

IRR sebesar 37.50%.

Dalam penelitian Nurasa (2002) mengenai “Analisis Kelayakan Finansial

Lada Putih di Kabupaten Bangka” mengatakan bahwa pemeliharaan tanaman

dilakukan secara intensif, mencakup penyiangan kebun, pemangkasan lada dan

pengendalian hama penyakit. Kegiatan ini memerlukan tenaga kerja cukup besar,

minimal dilakukan empat kali dalam setahun karena tanaman lada sangat peka

Page 26: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

14

terhadap pemeliharaan. Salah satu masalah serius yang dihadapi petani lada di

Bangka adalah masalah hama penyakit tanaman yang sudah pada tingkat

endemik. Dua penyakit tanaman yang utama adalah Sakit Bujang (Penyakit

Kuning/Yellow desease) dan Mati Mendadak (Sudden death). Kedua penyakit ini

menyebabkan kematian tanaman hingga 35% per tahun. Masalah ini telah

memperpendek umur produktif tanaman di Bangka hingga menjadi hanya 5

sampai 7 tahun, padahal pada periode yang lalu misalnya pada periode tahun lima

puluhan dan enam puluhan umur produktif tanaman dapat mencapai belasan

tahun. Biaya-biaya yang dikeluarkan meliputi, sarana produksi, tenaga kerja, sewa

lahan, dan pajak/PBB. Pada tingkat bunga 24% keuntungan bersih (NPV) dari

budidaya ini mencapai Rp0.27 juta per hektar dengan nilai Net B/C Ratio 1.23,

dan IRR sebesar 32.49%. Sementara itu, pada tingkat bunga 30%, akan mengalami

kerugian sebanyak 2 juta per hektar dengan nilai B/C Ratio 0.83. Pada tingkat

input-output aktual, titik impas usahatani lada berada pada nilai IRR 24.63%.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Produksi Lada Putih

Ginting (2010) menggambarkan bahwa fluktuasi dan tren penurunan

produksi lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga diikuti oleh fluktuasi

dan tren penurunan luas areal tanam. Pada tahun 2008, luas areal tanaman lada

menghasilkan di provinsi tersebut menurun sebesar 14 644.89 hektar (48.72%)

dibandingkan tahun 2002. Jumlah ekspor lada menurun sebesar 21 133 759 ton

(71.7%). Fluktuasi produksi lada dengan tren yang menurun di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung ini merupakan dampak dari terjadinya hal yang sama

di tingkat kabupaten dan kota, terutama enam kabupaten yang merupakan daerah

penghasil lada di Provinsi tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya indikasi

terhadap harga jual lada, adanya peluang usaha lain, dan penerapan teknologi

budidaya lada petani mempengaruhi produksi lada di Kabupaten Bangka. Adanya

peralihan usaha pada komoditi lainnya seperti karet dan kelapa sawit merupakan

pilihan utama petani lada untuk berdiversifikasi usaha karena dianggap lebih

menguntungkan daripada mengusahakan lada. Komoditi karet dan kelapa sawit

mengalami perkembangan yang positif terlihat dari tren produksinya yang

semakin meningkat. Sementara itu, komoditi lada perkembangannya negatif yang

terlihat dari tren produksinya yang menurun. Penerapan teknologi budidaya lada

petani masih dikategorikan rendah, dilihat dari pengolahan lahan yang masih

tradisional, kurangnya pemeliharaan, serta kurangnya pengendalian hama dan

penyakit. Akibatnya, tanaman lada yang diusahakan tidak berproduksi dengan

baik. Selama tahun 2009, harga dari hasil karet dan kelapa sawit sebagai alih

usaha lain utama yang dilakukan oleh responden petani lada sangat membantu

perekonomian teknologi budidaya lada petani yang mencakup teknik budidaya

lada (pemupukan, penggunaan bibit unggul, pengendalian hama dan penyakit)

berpengaruh positif terhadap produksi lada.

Menurut Kurniawati Y, et al. 2009 dalam Ginting (2010), menyebutkan

bahwa telah terjadi penurunan jumlah produksi lada yang disebabkan oleh

1) menurunnya harga jual lada (sekitar Rp37.750 sampai Rp40.000 per kg),

2) biaya yang cukup besar harus dikeluarkan petani lada untuk mebudidayakan

lada, seperti biaya pupuk kimia dan tenaga kerja untuk merawat kebun lada, dan

Page 27: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

15

15

15

15

3) petani beralih profesi ke usaha lain seperti penambang timah, serta berkebun

kelapa sawit dan karet, dimana harga jual dan proses produksi dianggap lebih

cepat dan lebih mudah. Usaha lada pada dasarnya membutuhkan waktu yang

relatif lama untuk dapat dipanen (sekitar 2-3 tahun) juga memerlukan biaya,

tenaga, dan waktu dalam perawatannya, ditambah harga pupuk dan bibit yang

mahal serta sulit diperoleh. Petani lada membutuhkan pengembalian keuntungan

(uang) dalam waktu yang cepat. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar petani

lada beralih profesi ke bidang lain, seperti penambang timah, berkebun kelapa

sawit, atau berkebun karet. Pertanian lada yang dikembangkan oleh petani lada di

Bangka Belitung pada umumnya menggunakan teknologi tradisional, dalam

lingkup yang kecil dan sederhana dan hingga saat ini tidak mengalami perubahan

yang signifikan.

Hal tersebut dipertegas oleh hasil studi lapang dari Daras dan Pranowo,

(2009)8 bahwa adanya penurunan produksi yang disebabkan oleh penurunan luas

areal lada di Bangka Belitung disebabkan oleh empat faktor. Empat faktor

dominan yang menjadi penyebabnya adalah fluktuasi harga lada, gangguan OPT,

dampak penambangan timah ilegal, dan pengembangan komoditas lain. Lada

merupakan komoditas ekspor sehingga fluktuasi harga di pasar internasional

berpengaruh langsung terhadap harga lada di dalam negeri. Ketika harga lada di

tingkat petani rendah, banyak petani lada tidak mampu merawat tanaman secara

baik sehingga produktivitasnya menurun. Hama utama lada seperti penggerek

batang (Lophobaris piperis), pengisap bunga (Diconocoris hewitti) dan pengisap

buah (Dasynus piperis). Penyakit utama yang menyerang pertanaman lada di

Bangka Belitung adalah penyakit kuning.

Kegiatan penambangan timah mampu memberikan pendapatan secara cepat.

Akibatnya, sebagian petani lada beralih ke usaha penambangan timah sehingga

kegiatan budidaya lada hanya sebagai usaha sampingan dan menjadi terbengkalai.

Kondisi ini menyebabkan produksi dan produktivitas lada semakin menurun.

Tidak diperoleh data atau informasi yang akurat mengenai kerusakan lingkungan

di Bangka Belitung akibat penambangan timah yang tidak terkendali. Bahkan,

sebagian petani tidak lagi menanam lada atau mengurangi luas areal lada dengan

beralih pada budidaya komoditas lain. Komoditas perkebunan alternatif tersebut,

seperti; karet, kelapa, dan kelapa sawit. Kelapa sawit sebagai komoditas baru di

Bangka Belitung memperlihatkan perkembangan luas areal tanam yang pesat

selama tahun 2001 sampai 2006 dengan laju pertumbuhan rata-rata 107.60% per

tahun. Selama 5 tahun, luas areal kelapa sawit di Bangka Belitung meningkat

hampir 25 kali lipat.

8 Usman Daras dan D. Pranowo. 2009. Kondisi Kritis Lada Putih Bangka Belitung dan Alternatif

Pemulihannya. http:// http://pustaka.litbang.deptan.go.id. [Diakses tanggal 06 Juli 2013]

Page 28: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

16

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Investasi

Gittinger (1986) mengungkapkan bahwa kegiatan investasi dapat mengubah

sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan

keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu. Secara umum, bisnis

merupakan kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan

memperoleh hasil atau benefit dan secara logika merupakan wadah untuk

melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam

satu unit bisnis. Dalam studi kelayakan bisnis adanya penilaian investasi

bertujuan untuk menghindari terjadinya investasi yang tidak menguntungkan

karena bisnis yang tidak layak akibat kekeliruan dan kesalahan dalam menilai

investasi yang menyebabkan risiko yang menimbulkan kerugian.

Studi Kelayakan Bisnis

Sektor agribisnis merupakan lahan yang potensial bagi pertumbuhan

perekonomian nasional, karena dapat menyerap banyak tenaga kerja mulai dari

tingkat petani, produksi maupun tingkat pemasaran. Dalam meyakinkan para

pelakunya, membutuhkan suatu analisis kelayakan terhadap bisnis yang akan

dijalankan. Studi kelayakan bisnis merupakan analisis tentang kelayakan dari

suatu kegiatan investasi yang dapat memberikan manfaat atau tidak apabila

dilaksanakan. Sebagai bahan pertimbangan pengambilan suatu keputusan bisnis,

studi kelayakan bisnis mempunyai keterikatan dengan kepentingan masyarakat

dan pemerintah. Penilaian dalam studi kelayakan bisnis dilakukan secara

menyeluruh dalam berbagai aspek Nurmalina, et al. ( 2010).

Aspek Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Nurmalina, et al. ( 2010) dalam tahap persiapan dan analisis suatu

kelayakan bisnis perlu mempertimbangkan berbagai aspek yang mungkin terlibat

dan saling berkaitan. Aspek tersebut terdiri dari aspek non finansial dan aspek

finansial. Aspek non finansial, meliputi, aspek pasar, aspek teknis, aspek

manajemen-hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, dan aspek lingkungan.

Gittinger (1986) menyatakan ada enam aspek yang harus dipertimbangkan

dalam proyek-proyek pertanian, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen

(aspek institusional-organisasi-manajerial), aspek sosial, aspek finansial, dan

aspek ekonomi. Dalam penelitian mengenai analisis kelayakan budidaya lada

putih ini meliputi beberapa aspek terkait, yaitu; aspek pasar, aspek teknis, aspek

manajemen, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, dan aspek finansial.

Aspek Non Finansial

Aspek Pasar

Aspek komersial suatu proyek adalah rencana pemasaran output yang

dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk

kelangsungan dan pelaksanaan proyek Gittinger (1986). Analisis pemasaran

penting dilakukan untuk mengetahui tingkat permintaan dan penawaran terhadap

Page 29: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

17

17

17

17

barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan dari pelaksanaan proyek. Menurut

Suratman (2002) kajian aspek pasar berkaitan dengan ada tidaknya potensi dan

peluang pasar atas suatu produk yang akan dihasilkan.

Aspek Teknis

Menurut Gittinger (1986), analisis secara teknis berhubungan dengan input

proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang dan jasa. Selain

itu, aspek teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis dalam suatu proyek

terhadap pertanian yang diusulkan, keadaan tanah di daerah proyek dan

potensinya bagi pembangunan pertanian, ketersediaan air, varietas bibit tanaman

dan benih ternak yang cocok dengan areal proyek, pengadaan produksi, potensi

dan keinginan penggunaan mekanisasi dan pemupukan areal, dan alat-alat kontrol

yang diperlukan.

Aspek Manajemen

Dalam aspek manajemen, menurut Gittinger (1986), pada proyek-proyek

pertanian suatu kemampuan manajerial petani harus diikut sertakan. Para petani

yang mempunyai pengalaman terbatas harus diarahkan untuk mempelajari

keahlian baru tersebut, rancangan organisasi, dan biaya-biaya adminstrasi untuk

proyek yang dilakukan. Kontribusi suatu investasi dalam menciptakan pendapatan

baru yang sangat sensitif terhadap keterlambatan dalam pelaksanaan proyek.

Aspek ini berkaitan dengan pengorganisasian dan pengelolaan sumberdaya-

sumberdaya yang terlibat dalam pelaksanaaan proyek. Analisis dilakukan

berkenaan dengan model dan personal manajerial yang digunakan dalam proses

pengambilan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan perencanaan dan

operasional harus sesuai dengan bentuk dan tujuan dari proyek.

Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

Dalam aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang dinilai adalah dampak

yang diberikan oleh bisnis tersebut secara sosial, ekonomi, dan lingkungannya di

dalam masyarakat. Gittinger (1986) menyatakan bahwa pertimbangan-

pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan bahwa

suatu proyek yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial atau lingkungan

tersebut. Analisis aspek ini juga berkenaan dengan kontribusi bisnis atau proyek

terhadap manfaat ekonomi, seperti: penyerapan tenaga kerja, pemerataan

pendapatan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keberlangsungan dari

lingkungan sekitar.

Aspek Finansial

Dalam analisis finansial, tujuan utamanya adalah untuk menentukan

proyeksi mengenai anggaran yang akan digunakan secara efisien dengan cara

mengestimasi penerimaan dan pengeluaran pada saat pelaksanaan proyek serta

pada masa-masa yang akan datang setiap tahunnya (Gittinger 1986). Menurut

Umar (2005), tujuan dari analisis aspek finansial pada suatu analisis kelayakan

proyek adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan

manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan

pendapatan, seperti: ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk

membayar kembali dana tersebut dalam kurun waktu yang telah ditentukan, dan

Page 30: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

18

menilai suatu proyek akan dapat berkembang terus. Aspek ini bertujuan untuk

menilai biaya-biaya yang akan dihitung dan besarnya biaya-biaya yang akan

dikeluarkan serta besarnya pendapatan yang akan diterima jika bisnis dijalankan.

Hal-hal yang diteliti dalam aspek ini adalah lama pengembalian investasi yang

ditanamkan, sumber pembiayaan, tingkat suku bunga yang berlaku, biaya

kebutuhan investasi, dan aliran kas (cashflow).

Teori Biaya dan Manfaat

Dalam menganalisis suatu usaha, tujuan analisis harus disertai dengan

definisi biaya dan manfaat. Biaya diartikan sebagai salah satu yang mengurangi

suatu tujuan, sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang membantu

terlaksananya suatu tujuan (Gittinger 1986). Menurut Nurmalina et al. (2010),

biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi tujuan bisnis,

sedangkan manfaat adalah sesuatu yang menimbulkan kontribusi terhadap tujuan

suatu proyek. Dalam analisis bisnis, umumnya biaya yang dimasukkan adalah

biaya-biaya yang langsung berpengaruh terhadap suatu investasi, yaitu biaya

investasi dan biaya operasional. Menurut Nurmalina et al. (2010) komponen-

komponen biaya tersebut pada dasarnya terdiri dari:

1. Barang-barang fisik

Barang atau bahan dalam bentuk fisik sebagai material untuk terbentuknya

asset bisnis maupun yang dibutuhkan untuk bahan material dalam operasional

bisnis. Adapun contohnya, seperti gudang penyimpanan produksi, atau input-

input untuk menghasilkan komoditi pertanian, seperti benih, pupuk, dan

pestisida.

2. Tenaga kerja

Tenaga kerja juga mudah diidentifikasi dalam bisnis-bisnis pertanian dan

agroindustri.

3. Tanah

Komponen tanah tidak dapat habis terpakai selama umur bisnis.

4. Biaya tak terduga

Biaya tak terduga dapat dibagi atas dua macam biaya. Pertama, biaya tak

terduga yang bersifat fisik, contohnya jumlah penggunaan input yang lebih

banyak yang diakibatkan oleh perubahan perencanaan spesifikasi bisnis.

Kedua, biaya tak terduga harga yang lebih jauh akibat perubahan harga relatif

dan inflasi.

5. Sunk Cost

Sunk cost merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan di masa lalu sebelum

investasi baru yang direncanakan akan ditetapkan.

Dalam arus cashflow terdapat aliran yang menunjukkan pengurangan kas

akibat biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan bisnis di awal

pendirian maupun pada saat tahun berjalan. Komponen-komponen yang terdapat

dalam arus kas keluar (outflow), diantaranya: biaya investasi, biaya operasional,

debt service, dan pajak.

1. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan

dan pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian.

Biaya investasi juga dapat dikeluarkan pada beberapa tahun setelah bisnis

berjalan yang disebut dengan biaya reinvestasi.

Page 31: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

19

19

19

19

2. Biaya Operasional

Biaya operasional menggambarkan pengeluaran untuk menghasilkan produksi

yang digunakan bagi setiap proses produksi dalam satu periode kegiatan

produksi. Biaya operasional terdiri dari dua komponen utama, yaitu biaya

variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya

selaras dengan perkembangan produksi atau penjualan setiap tahun. Sementara

itu, biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh

perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam satu tahun.

3. Debt Service

Debt service merupakan pembayaran yang dilakukan berupa suku bunga dan

modal yang dipinjam. Biaya ini dikeluarkan untuk pembayaran modal

pinjaman yang diterima oleh suatu usaha.

4. Pajak

Pajak berhubungan dengan pengurangan manfaat bersih yang diterima bisnis.

Menurut Nurmalina et al. (2010), manfaat bisnis terdiri dari tiga macam,

yaitu tangible benefit, indirect or secondary benefit, dan intangible benefit.

Tangible benefit adalah manfaat yang dapat diukur. Pada umumnya disebabkan

oleh peningkatan produksi, perbaikan kualitas produk, perubahan waktu dan

lokasi penjualan, perubahan bentuk produk, mekanisasi pertanian, pengurangan

biaya transportasi, dan penurunan atau menghindari kerugian. Indirect or

secondary benefit adalah manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu sendiri

sehingga mempengaruhi keadaan ekstemal di luar bisnis. Intangible benefit adalah

adanya manfaat yang rill tapi sulit diukur seperti: bisnis pertamanan yang

memberikan manfaat berupa keindahan, kenyamanan, kesegaran, dan kesehatan.

Konsep Nilai Waktu Uang (Time Value of Money)

Menurut Nurmalina et al. (2010), konsep waktu uang merupakan suatu

konsep yang mengacu pada perbedaan nilai uang yang disebabkan karena

perbedaan waktu. Manfaat time value of money adalah untuk mengetahui bahwa

investasi yang dilakukan dapat memberikan keuntungan atau tidak dengan adanya

perbedaan waktu. Dalam menilai kelayakan (investasi), efisiensi penggunaan

sumber-sumber daya yang tebatas yang menjadi perhatian utama. Penilaian

jumlah sumber daya yang terserap dalam bisnis, dibandingkan dengan hasil yang

diharapkan dari penggunaan sumber-sumber tersebut setelah diolah (output) atau

membandingkan biaya dan manfaat bisnis.

Dalam menganalisis pendanaan bisnis mempertimbangkan faktor inflasi,

namun apabila menganalisis efisiensi penggunaan sejumlah sumberdaya yang

akan terserap dalam bisnis maka harus lebih memperhatikan faktor produktivitas

sumber-sumber tersebut. Adanya faktor inflasi, time preference of money, risiko,

dan ketidakpastian serta faktor produktivitas uang akan mempengaruhi nilai uang

sekarang dibandingkan dengan nilainya diwaktu yang akan datang. Opportunity

cost of capital atau biaya imbangan dari modal yang diinvestasikan dalam bisnis

merupakan dasar dalam penentuan tingkat bunga (tingkat diskonto/ discount rate

atau tingkat penggandaaan/ compounding rate).

Page 32: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

20

Umur Bisnis

Berdasarkan Nurmalina et al. (2010) penentuan panjangnya umur bisnis

suatu bisnis berdasarkan tingkat kemampuan kegiatan bisnis. Terdapat beberapa

cara diantaranya:

1. Umur ekonomis suatu bisnis

Ditetapkan berdasarkan jangka waktu yang kira-kira sama dengan umur

ekonomis dari aset terbesar yang ada pada bisnis yaitu jumlah tahun selama

pemakaian aset tersebut dan meminimumkan biaya tambahannya.

2. Umur teknis

Umur teknis digunakan untuk memudahkan perhitungan dan pada umumnya

digunakan untuk bisnis besar bergerak. Umur teknis umumnya lebih panjang

dibandingkan umur ekonomis, tetapi hal ini tidak berlaku apabila ada

keusangan teknologi dengan adanya penemuan teknologi baru (absolence).

3. Untuk bisnis yang umur teknis atau ekonomisnya lebih dari 25 tahun biasanya

umur bisnis ditentukan selama 25 tahun karena nilai setelah 25 tahun akan

menghasilkan nilai discount factor yang kecil mendekati nol jika dihitung pada

discount rate dengan tingkat bunga lebih besar dari 10%.

Laporan Laba/ Rugi

Menurut Nurmalina et al. (2010), laporan laba rugi menggambarkan kinerja

perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Langkah

penting yang dilakukan dalam pengelolaan usaha adalah menyusun laporan laba

rugi yang berisi tentang total penerimaan, pengeluaran dan kondisi keuntungan

yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi.

Kriteria Investasi

Pada analisis finansial dilakukan evaluasi terhadap kriteria kelayakan

investai. Kriteria kelayakan investasi menurut Nurmalina et al. (2010) yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. NPV (Net Present Value) atau nilai kini manfaat bersih merupakan selisih

antara total present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah

present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Suatu bisnis

dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya

yang dikeluarkan.

2. IRR (Internal Rate of Return) menilai besarnya pengembalian usaha atau bisnis

terhadap investasi yang ditanamkan. IRR adalah tingkat discount rate (DR)

yang menghasilkan NPV sama dengan nol (NPV=0). Besaran yang dihasilkan

dari perhitungan ini dinyatakan dalam satuan persentase (%). Terdapat

hubungan antara IRR dan NPV. IRR merupakan tingkat discount rate (DR)

yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Artinya, pada saat tingkat discount

rate sebesar IRR akan menghasilkan NPV sama dengan 0. Hubungan antara

NPV dan IRR ditunjukkan pada gambar 2.

3. Net B/C ratio merupakan perbandingan antara manfaat bersih yang bernilai

positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat

yang menguntungkan bisnis terhadap satu kerugian dari bisnis tersebut.

4. PP (Payback Period) merupakan metode yang digunakan untuk mengukur

waktu pengembalian investasi dari suatu bisnis.

Page 33: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

21

21

21

21

Analisis Sensitivitas dan Switching Value

Analisis sensitivitas digunakan untuk menganalisa adanya pengaruh resiko,

ketidakpastian di masa mendatang serta adanya perubahan-perubahan yang terjadi

terkait dengan keberlangsungan suatu proyek.

Menurut Gittinger (1986) proyek pertanian sensitif terhadap perubahan

empat faktor atau variabel, antara lain:

1. Harga

Pada setiap proyek pertanian ada kemungkinan terjadi kekeliruan terhadap

harga jual produk. Oleh sebab itu, diperlukan analisis untuk membuat asumsi

alternatif mengenai harga jual pada masa yang akan datang dan meneliti

pengaruhnya terhadap manfaat sekarang (netto) yang akan diterima oleh

proyek terhadap tingkat pengembalian secara finansial maupun ekonomi atau

terhadap perbandingan manfaat dan investasi bersih.

2. Keterlambatan Pelaksanaan

Keterlambatan pelaksanaan mempengaruhi hampir semua proyek pertanian.

Masalah keterlambatan dalam pemesanan dan penerimaan peralatan baru, serta

persyaratan administrasi yang tak terhindarkan akan memperlambat

pelaksanaan proyek karena pada pelaksanaan pertanian memiliki keterkaitan

dan terintegrasi dengan berbagai subsistem dalam sistemnya.

3. Kenaikan biaya

Proyek-proyek cenderung sangat sensitif terhadap kenaikan biaya terutama

konstruksi biaya seringkali diperkirakan sebelum proyek dilaksanakan yang

mungkin faktor diskonto yang digunakan terlalu besar atau karena semua

fasilitas harus sudah tersedia padahal manfaat proyek belum dapat direalisasi.

4. Hasil

Dalam proyek-proyek pertanian, terdapat kecenderungan untuk bersikap

optimis dalam memperkirakan hasil yang akan diperoleh, terutama bila suatu

Gambar 2 Hubungan antara NPV dan IRR Sumber: Nurmalina, et al. (2010)

NPV

560

760

0

-260 25

(i1) 30

(i2)

10

OCC

IRR

i = Discount Rate (%)

Page 34: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

22

cara panen baru sedang diusulkan dan bila informasi agronomisnya terutama

didasarkan atas percobaan-percobaan eksperimental.

Analisis switching value merupakan variasi pada analisis sensitivitas

(Gittinger 1986). Analisis ini merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan

maksimum dari suatu perubahan komponen inflow (penurunan harga output,

penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/

peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditolerir agar bisnis masih tetap

layak. Perhitungan ini mengacu kepada besarnya perubahan yang terjadi sampai

menghasilkan NPV sama dengan nol (NPV=0).

Pada analisis switching value dicari beberapa nilai pengganti pada

komponen biaya dan penurunan manfaat dapat terjadi yang masih memenuhi

kriteria minimum kelayakan investasi atau masih mendapatkan keuntungan

normal. Keuntungan normal terjadi apabila NPV sama dengan nol, IRR sama

dengan tingkat diskonto yang digunakan dan nilai Net B/C Ratio sama dengan

satu (ceteris paribus).

Kerangka Pemikiran Operasional

Pasokan lada putih Indonesia dalam perdagangan dunia beberapa

diantaranya dipenuhi dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dikenal

dengan lada putih (Muntok White Pepper). Lada putih Bangka Belitung (Muntok

White Pepper ) merupakan lada putih unggulan nasional. Permintaan terhadap

Muntok White Pepper sangat diminati di pasar Internasional karena sejak lama

dikenal memilki cita rasa dan aroma yang khas. Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung merupakan daerah penghasil utama lada putih di Indonesia. Kegiatan

budidaya lada tersebar di enam Kabupaten di Bangka Belitung. Produksi yang

dihasilkan oleh setiap Kabupaten tentunya akan mempengaruhi total produksi lada

putih Bangka Belitung.

Kegiatan budidaya lada putih juga dilakukan di Kabupaten Bangka Barat

yang merupakan salah satu sentra produksi lada putih dengan produksi terendah di

wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dalam beberapa tahun yang lalu,

produksi lada putih di Kabupaten Bangka Barat mengalami penurunan. Penurunan

hasil produksi lada putih yang terjadi di Kabupaten Bangka Barat disebabkan oleh

beberapa hal, diantaranya adalah peralihan lahan menjadi lahan tambang timah.

Banyak lahan perkebunan yang dialih fungsikan menjadi kegiatan pertambangan

timah. Selain itu juga, terdapat peralihan lahan lada untuk ditanami komoditas

perkebunan lainnya, seperti karet dan kelapa sawit. Gangguan organisme

pengganggu tanaman (OPT) juga merupakan penyebab menurunnya jumlah

produksi lada putih. Fluktuasi harga jual lada yang terlalu tinggi apalagi biaya

perawatan, biaya tenaga kerjanya, dan biaya tiang panjat mati yang cukup tinggi

semakin mendorong petani untuk mengurangi kegiatan budidaya lada.

Desa-desa penghasil lada putih yang terdapat di Kabupaten Bangka Barat

akan mempengaruhi jumlah total produksi lada putihnya. Salah satu desa sentra

produksi lada putih di Kabupaten Bangka Barat adalah Desa Kundi. Selama

beberapa waktu terakhir terjadi penurunan jumlah produksi dari rata-rata lada

putih yang dihasilkan oleh petani di Desa Kundi. Hal ini disebabkan karena

banyaknya petani di Desa Kundi yang beralih profesi menjadi penambang timah.

Page 35: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

23

23

23

23

Selain itu, selama ini petani lada putih menghadapi kenyataan bahwa harga jual

buah lada putih yang berfluktuatif dengan harga jual tertinggi pada tahun 2013

sebesar Rp83 000.00 per kg. Pada tahun 2009 sampai 2010, harga jual lada putih

di tingkat petani hanya sebesar Rp30 000.00 per kg sampai Rp40 000.00 per kg.

Tingginya fluktuasi harga lada putih, gangguan organisme pengganggu tanaman,

dampak penambangan timah ilegal, dan pengembangan komoditas perkebunan

lain menyebabkan penurunan produksi yang dihasilkan karena kurangnya

motivasi petani untuk menanam lada. Padahal, masih terdapat peluang pasa r yang

potensial terhadap permintaan terhadap lada putih di pasar internasional.

Peningkatan produksi terus dilakukan untuk mencukupi permintaan akan

kebutuhan pasar guna mengembalikan kejayaan lada putih.

Pelaksanaan budidaya lada putih selama ini telah memberikan manfaat

secara sosial dan ekonomi. Meskipun produktivitas tanaman lada belum sesuai

dengan kondisi seharusnya karena kurang optimalnya perawatan atau

pemeliharaan yang dilakukan petani. Kegiatan budidaya lada putih juga tentunya

tidak terlepas dari ketidakpastian harga dan resiko produksi yang dihadapi oleh

petani. Biaya investasi, biaya pemeliharaan serta biaya tenaga kerja yang tinggi

dengan pengembalian yang cukup lama disertai ketidakpastian harga dan resiko

produksi tersebut membuat menurunnya minat para petani untuk melakukan

budidaya lada. Oleh sebab itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan

budidaya lada putih di Desa Kundi melalui analisis kelayakan di tingkat petani.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan kegiatan budidaya lada

putih. Analisis kelayakan tersebut dilakukan dengan melihat dari aspek non

finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial, meliputi: aspek pasar, aspek

teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan untuk melihat

kelayakan pelaksanaan kegiatan lada putih yang dilakukan. Sementara itu, aspek

finansial didapatkan dari perhitungan berdasarkan kriteria Investasi yaitu Net

Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C Ratio, dan Payback

Period (PP) dan laporan laba/rugi. Selain itu, analisis kelayakan terhadap lada

putih juga dilakukan untuk mengetahui besarnya perubahan maksimum dari

penurunan harga jual, penurunan produksi lada putih, dan kenaikan biaya pupuk

yang masih dapat diterima oleh para petani sehingga kegiatan budidaya lada putih

masih layak untuk dilakukan melalui perhitungan analisis switching value (nilai

pengganti). Nilai-nilai yang dihasilkan dari kriteria-kriteria investasi tersebut

digunakan sebagai indikator untuk memberikan kesimpulan mengenai tingkat

kelayakan budidaya lada putih di Desa Kundi. Hasil dari seluruh analisis yang

meliputi analisis aspek non finansial dan aspek finansial digunakan untuk

menentukan keadaan budidaya lada putih tersebut layak atau tidak layak untuk

dilakukan. Jika hasil analisisnya layak maka usaha budidaya dapat terus

dijalankan dan dapat dilakukan upaya pengembangan budidaya lada putih di Desa

Kundi serta pengoptimalan terhadap hasil yang dihasilkan. Namun, jika hasil dari

analisis adalah tidak layak maka dapat dilakukan evaluasi kembali terhadap

pelaksanaan kegiatan budidaya lada putih di Desa Kundi. Keseluruhan hasil dari

analisis ini akan memberikan kesimpulan dan saran mengenai alternatif kebijakan

terhadap kelayakan kegiatan budidaya lada putih di Desa Kundi. Skema atau

gambar kerangka pemikiran operasional secara terstruktur dapat dilihat pada

gambar 3.

Page 36: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

24

- Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Merupakan salah penghasil

utama lada putih

- Permintaan terhadap Muntok White Pepper diminati di pasar

Internasional karena memilki cita rasa dan aroma yang khas.

- Kabupaten Bangka Barat mengalami penurunan produksi lada putih

terendah dibandingkan kabupaten sentra produksi lainnya.

Analisis kelayakan usaha lada (Piper nigrum L.) di Desa Kundi Kecamatan

Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat

Aspek Non Finansial

- Aspek Pasar

- Aspek Teknis

- Aspek Manajemen

- Aspek Sosial, Ekonomi

dan Lingkungan

Aspek Finansial

Kriteria Investasi

- NPV

- IRR

- Net B/C ratio

- PP

- Peralihan profesi petani menjadi penambang, konversi lahan,

gangguan organisme, fluktuasi harga jual lada putih.

- Desa Kundi merupakan salah satu sentra penghasil lada putih di

wilayah Kabupaten Bangka Barat.

- Mengembalikan kejayaan muntok white pepper melalui peningkatan

produksi dan produktivitas

- Ketidakpastian harga dan resiko produksi disertai dengan biaya

investasi, pemeliharaan yang tinggi dan pengembalian yang lama.

Analisis Switching value

Layak Tidak Layak

Saran dan Rekomendasi terhadap budidaya lada putih

Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional

Page 37: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

25

25

25

25

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Kundi, Kecamatan Simpang Teritip,

Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Lada yang

dihasilkan di provinsi ini dikenal di dunia dengan sebutan Muntok White Pepper

(lada putih Mentok). Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa di daerah tersebut merupakan desa sentra penghasil lada

putih, khususnya di Kecamatan Simpang Teritip, Kabupaten Bangka Barat,

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian dilakukan pada bulan Maret

sampai April 2013.

Jenis Data dan Sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara secara

langsung dengan 30 petani responden melalui panduan kuisioner, dua pedagang

pengumpul, penyuluh lapang, dan kepala desa. Data primer digunakan untuk

mengetahui karakteristik responden petani dan informasi mengenai pelaksanaan

budidaya lada putih di Desa Kundi, Kecamatan Simpang Teritip, Kabupaten

Bangka Barat. Data sekunder merupakan data pendukung informasi yang diterima

di lapangan. Informasi data sekunder diperoleh dari berbagai instansi antara lain,

kantor Desa Kundi, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Bangka Barat, serta

publikasi atau literatur lainnya yang terkait dengan penelitian seperti: jurnal,

skripsi, serta data dari internet dan perpustakaan LSI IPB.

Metode Pengumpulan Data

Pengambilan contoh (sampling) adalah suatu proses pemilihan bagian

(contoh) yang representatif dari suatu populasi. Dalam penelitian ini, penentuan

jumlah sampel dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu sebanyak 30 orang

petani. Pemilihan sampel sebanyak 30 responden di Desa Kundi dipilih secara

purposive oleh aparatur daerah setempat atas pertimbangan karena petani tersebut

sudah berpengalaman dan masih aktif dalam melakukan kegiatan budidaya lada

putih. Banyaknya sampel yang diambil sebanyak 30 orang karena pendapat Gay

dalam Umar (2003), ukuran minimum sampel dalam pengolahan data secara

statistik yang dapat digunakan dalam penelitian adalah 30 orang.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data primer dan data sekunder diolah dan dianalisis dengan menggunakan

dua cara yaitu secara kuantiatif dan kualitatif. Pengolahan data dan informasi

secara kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek non finansial, meliputi:

aspek pasar, teknis, manajemen, dan sosial, ekonomi dan lingkungan. Pengolahan

Page 38: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

26

data secara kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial

lada putih di Desa Kundi berupa nilai dari kriteria investasi, yaitu Net Present

Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C),

Payback Periode (PP). Data yang telah diperoleh dari 30 responden petani diolah

dengan menggunakan kalkulator dan program komputer Microsoft Excel 2007.

Data dan informasi disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik untuk

mengklasifikasikan data dan mempermudah dalam melakukan analisis data.

Metode yang digunakan dalam menganalisis data kualitatif dan kuantitatif adalah

metode deskriptif dan menampilkan data-data yang mendukung dalam bentuk

tabulasi.

Aspek Pasar

Hal-hal yang dianalisis terkait dengan aspek pasar dalam penelitian tentang

kelayakan budidaya lada putih ini adalah peluan, potensi pasar, perkembangan

harga lada putih, dan gambaran saluran pemasaran lada putih di Desa Kundi,

Kecamatan Simpang Teritip, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung.

Aspek Teknis

Aspek teknis yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi, keseluruhan

kegiatan budidaya lada putih dan penanganan pascapanen, yaitu: persiapan

budidaya dan faktor-faktor input produksi (lahan, varietas bibit tanaman lada

putih yang digunakan oleh para petani, pengadaan pupuk dan obat, dan tenaga

kerja), kegiatan budidaya, penanganan permasalahan hama dan penyakit, dan

penanganan lada putih pascapanen.

Aspek Manajemen

Dalam menganalisis aspek manajemen, beberapa faktor yang dianalisis

adalah terkait manajemen pelaksanaan kegiatan budidaya lada, manajemen

sumberdaya manusia dalam kegiatan budidaya lada dan kemampuan manajerial

para petani dalam kaitannya dengan penjualan hasil lada putih.

Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam penelitian kelayakan

budidaya lada putih mempertimbangkan faktor-faktor sosial, ekonomi dan

lingkungan mencakup kontribusi usaha budidaya lada putih yang dilakukan oleh

para petani terhadap masyarakat sekitar dalam hal penyerapan tenaga kerja dan

penyediaan lapangan pekerjaan, kontribusi terhadap pembangunan dan

pendapatan daerah, dan dampak dari kegiatan budidaya lada putih terhadap

lingkungan di Desa Kundi.

Aspek Finansial

Dalam penelitian mengenai kelayakan lada putih, analisis aspek finansial

difokuskan untuk mengetahui manfaat dan menilai tingkat kelayakan usaha pada

budidaya lada putih. Pada analisis aspek finansial ini, akan digunakan empat

kriteria investasi untuk menyatakan layak-tidaknya usaha budidaya lada putih

untuk terus dilaksanakan. Kriteria investasi tersebut, meliputi: Net Present Value

(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan

Page 39: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

27

27

27

27

Payback Periode (PP). Dalam penelitian ini juga akan dilakukan perhitungan

laporan laba/rugi dan analisis switching value (nilai pengganti).

Berikut ini adalah perumusan secara sistematis fungsi masing-masing

kriteria kelayakan investasi yang digunakan dalam penelitian kelayakan finansial

lada putih, yaitu:

1. Net Present Value (NPV) yaitu selisih antara total present value manfaat

dengan total present value biaya selama umur bisnis. Suatu bisnis

dinyatakan layak jika NPV > 0 yang artinya bisnis menguntungkan atau

memberikan manfaat. Dengan demikian, jika suatu bisnis mempunyai

NPV < 0 maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan.

n

tt

n

tt

n

tt i

CtBt

i

Ct

i

BtNPV

111 )1()1()1(

Keterangan:

Bt = Manfaat pada tahun t

Ct = Biaya pada tahun t

t = Tahun kegiatan bisnis

i = Tingkat DR (%)

Sumber: Nurmalina et al. (2010)

2. Internal Rate of Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur besarnya

pengembalian bisnis terhadap investasi yang dilakukan. Internal Rate of

Return (IRR) adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan

NPV = 0 yang dinyatakan dalam persentase (%). Sebuah bisnis dinyatakan

layak apabila IRR > DR (opportunity cost of capital).

IRR = )( 12

21

11 ii

NPVNPV

NPVi

Keterangan:

i1 = Discount Rate yang menghasilkan NPV positif

i2 = Discount Rate yang menghasilkan NPV negatif

NPV 1 = NPV positif

NPV 2 = NPV negative

Sumber: Nurmalina et al. (2010)

3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) adalah rasio antara manfaat bersih yang

bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Manfaat bersih

yang menguntungkan setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Suatu

bisnis dapat dikatakan layak apabila Net B/C > 1 dan tidak layak apabila

Net B/C < 1.

Page 40: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

28

Net B/C =

n

tt

n

tt

i

CtBt

i

CtBt

1

1

)1(

)1(………….

Keterangan:

Bt = Manfaat pada tahun t

Ct = Biaya pada tahun t

i = Discount Rate (%)

t = Tahun

Sumber: Nurmalina et al. (2010)

4. Payback Period merupakan metode untuk mengukur lamanya waktu

pengembalian investasi. Metode payback periode merupakan metode

pelengkap penilaian investasi.

Payback Periode = Ab

I

Keterangan:

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya

Sumber : Nurmalina et al. (2010)

.

Hasil yang diperoleh dari perhitungan payback period menyimpulkan

bahwa usulan proyek dapat diterima jika masa pengembalian lebih cepat dari

umur proyek. Sebaliknya, usulan proyek ditolak jika masa pengembalian lebih

lama dari umur proyek, artinya proyek tidak mampu mngembalikan biaya yang

telah dikeluarkan.

Analisis Switching Value (Nilai Pengganti)

Analisis sensitivitas dilakukan sebagai antisipasi terhadap kemungkinan

perubahan arus penerimaan dan biaya yang mungkin terjadi di masa mendatang

akibat adanya ketidakpastian dan resiko. Analisis switching value merupakan

variasi dari analisis sensitivitas yang tujuan untuk mengetahui perubahan

maksimul dari variabel-variabel yang yang memungkinkan proyek tetap layak

untuk dijalankan. Analisis switching akan menghasilkan nilai perubahan yang

menyebabkan NPV bernilai nol. Variabel-variabel yang digunakan dalam

switching value adalah penurunan harga jual lada putih, penurunan produksi lada

putih, dan kenaikan biaya pupuk.

Asumsi yang Digunakan dalam Penelitian

1. Umur proyek lada ditentukan berdasarkan umur ekonomis dari lada putih

yaitu enam tahun merupakan investasi utama dalam budidaya lada putih

yang berupa umur produksi dari bibit lada.

( Bt-Ct ) > 0

( Bt- Ct ) < 0

Page 41: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

29

29

29

29

2. Modal yang digunakan petani dalam melakukan usaha budidaya lada putih

semuanya berasal dari modal sendiri.

3. Analisis dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan luasan lahan yang

dimiliki petani contoh dan tidak menggolongkan jumlah pohon yang

dimiliki petani. Sementara untuk hasil produksi lada putih didapatkan dari

rata-rata 30 responden petani dan dikonversi dalam satuan hektar.

4. Jumlah pohon dalam 1 ha adalah 1557 yang didapatkan dari rata-rata dari 30

responden.

5. Panen lada mulai diperhitungkan pada musim awal menghasilkan, yaitu

tahun ke 3.

6. Lahan yang digunakan adalah lahan milik sendiri. Biaya beli lahan di awal

tahun sebesar Rp5 000 000.00 per hektar.

7. Harga, jumlah, dan rincian lainnya dari seluruh input, biaya tenaga kerja dan

yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari hasil wawancara dan

survey langsung kepada para responden di tempat penelitian dan

disesuaikan pada standar daerah tersebut. Diasumsikan konstan.

8. Biaya tenaga kerja dalam keluarga dimasukkan dalam biaya perhitungan

dan diasumsikan sama dengan upah biaya tenaga luar keluarga.

9. Harga jual lada putih pada penelitian ini disesuaikan dengan harga saat

penelitian Maret-April 2013, yaitu sebesar Rp83 000.00 per kg.

10. Hasil panen yang diperoleh dalam satu kali panen terjual seluruhnya.

11. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus.

Penyusutan = isUmurEkonom

NilaisisaNilaiBeli

12. Tingkat diskonto yang digunakan dalam perhitungan cashflow adalah suku

bunga BI rate selama satu tahun, dari bulan Mei sampai April 2013 yaitu

sebesar 5.75% dan diasumsikan tetap selama umur usaha.

13. Pada analisis switching value, diasumsikan komponen lain tidak berubah

(ceteris paribus).

GAMBARAN UMUM

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Letak Geografis dan Iklim

Desa Kundi merupakan desa yang terletak di Kecamatan Simpang Teritip,

Kabupaten Bangka Barat. Desa Kundi berbatasan dengan empat Desa atau

Kelurahan, yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Simpang Tiga, sebelah

Selatan berbatasan dengan Desa Bukit Terak, sebelah Timur berbatasan dengan

Desa Air Menduyung dan sebelah Barat berbatasan Desa Mayang dan Belo Laut,

Kecamatan Mentok.

Desa Kundi terletak sekitar 15 km dari Ibukota Kecamatan Simpang Teritip

dengan waktu tempuh sekitar 30 menit menggunakan kendaraan bermotor.

Sementara jarak Desa Kundi ke Ibukota Kabupaten Bangka Barat dan Provinsi

Page 42: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

30

adalah 32 km dan 186 km, dengan waktu tempuh sekitar satu jam dan tiga jam.

Secara keseluruhan, total luas Desa Kundi adalah 98.36 km2, yang

penggunaannya terdiri dari: tanah kering (tegal/ladang, pemukiman, dan sawah

pemukiman), tanah basah (tanah rawa), tanah perkebunan rakyat, tanah fasilitas

umum (kas desa, lapangan olahraga, tempat pemakaman umum, pasar), dan tanah

hutan (produksi, asli, rakyat). Secara topografi, Desa Kundi terletak pada wilayah

dataran rendah dengan ketinggian sekitar 26 meter di atas permukaan laut (dpl).

Desa ini memiliki intensitas curah hujan sebanyak 33 Mm per tahun dengan

jumlah bulan hujan kurang lebih empat bulan. Suhu udara rata-rata harian di Desa

Kundi adalah sekitar 33 0C.

Karakteristik Petani Responden

Jumlah responden dalam penelitian kelayakan usaha budidaya lada putih

adalah 30 orang yang merupakan petani lada putih di Desa Kundi. Tingkat

pendidikan yang pernah ditempuh oleh petani lada putih di Desa Kundi ini cukup

beragam dengan proporsi yang hampir merata dari mulai yang tidak pernah

menempuh pendidikan, sekolah dengan tamatan Sekolah Dasar, Sekolah

Menengah Pertama/ Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Atas sampai Diploma.

Petani responden menunjukkan sebaran umur dari usia 27 sampai 65 tahun.

Sebaran lamanya petani melakukan budidaya lada putih dari mulai dari 10 hingga

42 tahun. Hal ini dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8 Karakteristik petani responden lada putih di Desa Kundia

Keterangan Jumlah

Petani

Persentase

(%)

Tingkat pendidikan petani

a. Tidak Sekolah

b. Sekolah Dasar (SD)

c. Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Sederajat

d. Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sederajat

e. Diploma/ Sarjana Sederajat

5

7

8

9

1

17

23

24

33

3

Total 30 100

Sebaran umur petani

a. 27 - 36 tahun

b. 37 - 46 tahun

c. 47 – 56 tahun

d. 57 – 66 tahun

7

15

5

3

23

50

17

10

Total 30 100

Lama pengalaman budidaya petani

a. 10 - 19 tahun

b. 20 - 29 tahun

c. 30 - 39 tahun

d. 40 - 49 tahun

Total

14

9

3

4

30

47

30

10

13

100 aSumber: Data primer (2013)

Page 43: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

31

31

31

31

Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani lada putih di Desa

Kundi hampir merata. Tingkat pendidikan formal petani sangat penting, karena

berkaitan dengan kapasitas petani dalam menghitung, menilai, dan menganalisis

suatu usaha. Semestinya, tingkat pendidikan yang lebih baik mempunyai

kemampuan untuk menganalisis suatu usaha akan lebih baik pula. Pada petani

responden dalam budidaya lada putih mempunyai pendidikan formal tertinggi

sebesar 33% terdapat pada petani responden yang memiliki tingkat pendidikan

akhir Sekolah Menengah Atas (SMA).

Dalam melakukan budidaya lada ini, petani responden dengan sebaran umur

37 sampai 46 tahun yang paling banyak melakukan budidaya lada dan memiliki

persentase terbesar, yaitu 50% atau 15 orang petani. Berdasarkan data umur petani

tersebut, pada umumnya petani lada berada pada usia produktif sehingga masih

mempunyai kemampuan yang baik dalam berfikir dan bertindak untuk

merencanakan kegiatan budidaya lada. Sementara itu, berdasarkan lama

budidayanya, petani reponden di Desa Kundi mayoritas telah melakukan

budidaya lada selama 10 sampai 19 tahun dengan persentase sebesar 47%.

Dengan pengalaman budidaya lada yang lebih dari 10 tahun, seharusnya

berpengaruh terhadap keahlian dan keberhasilan budidaya lada putih, sehingga

meskipun pendidikan formal dan informalnya rendah, tetapi dengan pengalaman

budidaya lada yang cukup lama, petani merasa belum mampu dan ahli dalam

mengusahakan lada putih karena kegiatan usaha lada putih bersifat turun-

menurun. Pekerjaan utama dari reponden ini umumnya sebagai petani, yaitu

sebanyak 28 orang. Terdapat 2 orang petani yang menjadikan kegiatan usaha

budidaya lada putih sebagai pekerjaan sampingan dengan pekerjaan utamanya

sebagai PNS dan Kepala Desa. Adapun pekerjaan sampingan yang biasanya

dilakukan oleh petani Desa Kundi, yaitu sebagai penambang timah, nelayan, dan

karyawan swasta.

Menurut luas penggunaan lahan dalam melakukan kegiatan budidaya lada

putih, sebagian besar petani responden memiliki lahan dengan luas areal antara

0.25 sampai 0.5 hektar. Luas lahan terbesar yang dimiliki petani responden adalah

seluas 1 hektar dan 1.5 hektar. Luas lahan rata-rata dari 30 responden petani

dalam pengusahaan lada putih di Desa Kundi adalah kurang lebih 0.85 hektar.

Rincian mengenai sebaran luas lahan lada putih petani responden dapat dilihat

pada tabel 9.

Tabel 9 Kepemilikan luas lahan petani responden lada putih di Desa Kundi a

No. Luas Lahan (Ha) Jumlah Petani Persentase Petani

(%)

1. 0.25 4 14

2. 0.5 18 60

3. 1 7 23

4. 1.5 1 3

Total 30 100 a Sumber: Data primer (2013)

Page 44: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

32

Tabel 9 menunjukkan bahwa penggunaan lahan petani responden untuk lada

putih di Desa Kundi paling banyak adalah dengan luas areal tanam 0.85 hektar,

yaitu sebanyak 60% atau sebanyak 18 orang petani. Status kepemilikan lahan

yang digunakan untuk melakukan kegiatan budidaya lada di daerah penelitian

merupakan lahan pribadi. Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang tidak

dapat dipisahkan dalam kegiatan budidaya. Dalam luasan 1 hektar, umumnya

terdapat 2000 pohon lada yang ditanam.

ASPEK NON FINANSIAL

Analisis aspek non finansial merupakan bagian penting dalam analisis dari

studi kelayakan bisnis yang harus dilakukan karena akan mempengaruhi proses

pengambilan keputusan terhadap kelayakan usaha budidaya lada di Desa Kundi

Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat. Adapun aspek-aspek non

finansial tersebut, meliputi: aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek

ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan.

Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan salah satu aspek non finansial yang penting untuk

dikaji dalam studi kelayakan bisnis. Hal ini dilakukan untuk melihat peluang dan

potensi pasar yang ada karena akan berkaitan dengan permintaan dan penawaran

pasar serta penyerapan pasar terhadap output yang dihasilkan. Aspek pasar akan

memaparkan mengenai potensi dan peluang pasar yang berkaitan dengan

permintaan dan penawaran, perkembangan harga dan saluran pemasaran yang

terjadi pada komoditas lada di Desa Kundi, Kecamatan Simpang Teritip,

Kabupaten Bangka Barat.

a. Potensi

Perkebunan lada merupakan perkebunan rakyat yang keseluruhannya

dikelola oleh masyarakat. Kegiatan budidaya lada telah lama dilakukan untuk

menopang ekonomi dan menyejahterakan keluarga petani lada. Sebagai

komoditas ekspor, harga lada sering dipengaruhi oleh pasar dunia sehingga

menyebabkan harga lada menjadi fluktuatif. Pada saat krisis moneter yang

melanda Indonesia, para petani lada mencapai kejayaannya karena pada saat itu,

harga lada putih Rp100 000.00 per kg. Setelah itu, harga lada mengikuti

perkembangan harga lada di pasar dunia. Fluktuasi harga menyebabkan budidaya

lada mengalami penurunan karena banyak petani yang mengalihkan profesinya di

bidang lain atau mengganti tanaman lada dengan karet atau kelapa sawit.

Penurunan produksi lada di Indonesia yang menyebabkan berkurangnya

penawaran ekspor lada harus diterima bahwa Indonesia bukan lagi menjadi

penghasil terbesar lada di dunia terutama lada putih.

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu penghasil lada

putih di Indonesia bahkan 60% sampai 80% ekspor lada putih dipenuhi dari

Page 45: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

33

33

33

33

Bangka Belitung. Permasalahan terkait pelaksanaan budidaya lada yang terjadi di

berbagai daerah juga terjadi di wilayah Bangka Belitung, khususnya Kabupaten

Bangka Barat. Hal ini menyebabkan terjadinya peralihan profesi petani menjadi

penambang timah dan pengusahaan tanaman lain seperti karet dan kelapa sawit

sehingga mengakibatkan menurunnya jumlah produksi lada putih. Pada tahun

2008 hanya tersisa sekitar 45 025 hektar dari 80 000 hektar lahan lada karena

lahan tersebut dialih fungsikan menjadi lahan tambang timah. Lada putih Bangka

Belitung sudah dikenal sejak dulu dengan sebutan Muntok White Pepper.

Kegiatan budidaya lada putih yang sempat terbengkalai dalam beberapa tahun lalu

yang berdampak pada penurunan produksi lada di Bangka Belitung saat ini mulai

dilakukan upaya untuk mengembalikan kejayaan Muntok White Pepper. Cita

rasanya yang khas membuat lada putih Indonesia yang berasal dari Bangka

Belitung sangat digemari di pasar internasional. Hal ini menjadi suatu potensi

pemasaran yang baik bagi Bangka Belitung untuk terus mengoptimalkan produksi

ladanya dalam mencukupi kebutuhan pasar. Apalagi produk lada putih (Muntok

White Pepper) sudah dikenal di pasar internasional.

b. Peluang

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah penghasil terbesar

lada putih di Indonesia (Lampiran 1). Secara nasional, lada putih (Muntok White

Pepper) merupakan produk lada unggulan Indonesia. Beberapa tahun yang lalu,

Indonesia pernah menjadi negara penghasil lada putih terbesar di dunia. Namun,

sejak tahun 2010 Indonesia menjadi penghasil lada putih nomor tiga terbesar di

dunia karena tergeser oleh negara China dan Vietnam. Meskipun terjadi

penurunan produksi yang diikuti dengan menurunnya volume ekspor lada putih,

lada putih Indonesia di pasar Internasional mempunyai peluang pasar yang baik

karena sudah dikenal sejak jaman dulu sebagai Muntok White Pepper dengan cita

rasa dan aroma yang khas. Oleh sebab itu, sebagai negara produsen, Indonesia

tetap berkontribusi dalam ekspor lada putih di dunia. Indonesia hanya mampu

memasok lada putih sebesar 43.31% dari kebutuhan dunia pada tahun 2005. Saat

itu, Indonesia masih menempati posisi pertama untuk penawaran ekspor lada

putih di dunia.

Sejak tahun 2009, volume ekspor lada putih tertinggi ditempati oleh negara

Vietnam. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan volume ekspor Vietnam selama

periode 2001 sampai 2010 yang terus mengalami peningkatan sehingga

menggeser posisi Indonesia sebagai pengekspor lada putih terbesar. Selain itu,

kenaikan volume ekspor lada putih juga terjadi pada Malaysia. Sementara volume

ekspor Brazil dan China cukup berfluktuatif yang mengalami kenaikan hingga

tahun 2006, namun kemudian kembali mengalami penurunan. Apabila dilihat dari

periode tahun 2001 sampai 2010 volume ekspor lada putih Indonesia terus

mengalami penurunan. Pada tahun 2010 Indonesia merupakan negara dengan

volume ekspor kedua tertinggi setelah Vietnam. Data perkembangan volume

ekspor lada putih negara produsen utama di tunjukkan pada tabel 10.

Lada putih Bangka Belitung sangat diminati oleh pasar internasional.

Permintaan terhadap lada putih Bangka Belitung di pasar dunia yang tinggi

dikarenakan lada putih tersebut memiliki cita rasa, aroma, dan kualitas yang khas

daripada daerah dan negara penghasil lainnya. Negara tujuan ekspor utama dari

lada putih adalah Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Singapura, Belanda, Perancis,

Page 46: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

34

Inggris, dan negara lainnya. Permintaan lada putih Bangka Belitung di pasar dunia

mencapai 240 ribu ton per tahun. Permintaan ini belum mampu tercukupi karena

keterbatasan produksi lada putih yang dihasilkan. Saat ini, produksi lada putih

Bangka Belitung hanya mampu memenuhi permintaan pasar dunia sekitar 5 000

hingga 6 000 ton per tahun9. Desa Kundi sebagai salah satu desa sentra produksi

lada di Bangka Belitung juga ikut berkontribusi dalam pemenuhan permintaan

pasar dunia.

Tabel 10 Volume ekspor lada putih negara produsen utama di dunia tahun

2001-2010a

Negara Produksi (Ton)

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Brazil 2 700 2 800 2 800 4 000 3 500 3 800 3 000 2 500 2 500 2 000

India 147 213 312 189 1 269 1 531 1 460 1 396 1 509 1 250

Indonesia 29 637 31 343 24 596 13 762 16 227 15 045 15 544 16 038 11 465 13 453

Malaysia 1 812 2 190 4 334 2 695 2 861 5 469 3 884 3 090 2 642 2 887

Sri Lanka - - - - - - - 5 8 -

Vietnam 2 506 2584 4 500 7 880 11 350 17

872

11 872 9 976 22 532 20 000

China,PR 2 079 5 890 4 563 3 479 2 530 10 185 4 801 6 620 2 100 2 400

Total 38 881 45 020 41 105 32 005 37 737 53 903 39 752 39 624 42 756 41 990 aSumber: Internasional Pepper Community (2012)

10

Penawaran volume ekspor lada Indonesia masih terjadi jika masih terdapat

permintaan oleh negara konsumen lada di pasar internasional. Adanya permintaan

dari negara-negara konsumen lada di dunia mengharuskan negara tersebut

mengimpor lada dari berbagai negara produsen dan salah satunya adalah

Indonesia sebagai produsen utama lada. Hal ini menunjukkan bahwa masih

terdapat peluang pasar yang baik bagi komoditas lada. Oleh sebab itu, Indonesia

harus terus melakukan upaya agar tetap dapat menjadi produsen utama dan

mengembalikan kejayaannya sebagai penghasil dan pengekspor tertinggi di dunia.

Adapun beberapa negara konsumen yang melakukan impor lada ditunjukkan pada

tabel 11.

Berdasarkan data mengenai impor pada beberapa negara konsumen pada

Tabel 11 menunjukkan bahwa, negara Amerika (USA) merupakan negara

pengimpor lada terbesar. Adanya nilai total impor tersebut menunjukkan bahwa

permintaan lada tertinggi di pasar internasional adalah Amerika. Sementara itu,

Jerman menempatkan urutan kedua sebagai pengimpor lada terbesar.

9 www.kompas.com “permintaan dan penawaran lada putih Bangka Belitung” [diakses April

2013] 10 Identifikasi Kebutuhan Pengembangan Sumberdaya Tanaman Lada Provinsi kepulauan Bangka

Belitung Tahun 2012

Page 47: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

35

35

35

35

Tabel 11 Import lada beberapa negara konsumen tahun 2010a

Negara Total Import (US $’000)

Australia 11 807

Belgium 15 743

Canada 30 975

Egypt 26 992

France 43 641

Germany 118 866

Italy 15 329

Japan 48 546

Korea, Rep 13 746

Netherlands 52 071

Poland 20 097

Russian Federation 21 061

Singapore 41 653

Spain 26 470

United Arab Emirates 31 285

United Kingdom 40 057

USA 250 757 a Sumber : Internasional Pepper Community (2012)

11

c. Perkembangan harga lada

Perkembangan harga di pasar dunia cenderung berfluktuatif sehingga

mempengaruhi produksi dan ekspor lada Indonesia. Harga lada putih lebih

fluktuatif dibandingkan lada hitam. Pergerakan harga lada putih di pasar

internasional sedikit mengalami penurunan, yaitu sebesar kisaran 0.3% dari

US$ 9 068 per MT Maret 2013 menjadi US$ 9 039 per MT pada April 2013.

Sebagai komoditas ekspor, harga lada domestik dipengaruhi oleh harga lada di

pasar internasional. Harga lada putih di Bangka Belitung juga cenderung

berfluktuatif. Pada saat krisis moneter tahun 1998, petani lada menikmati

kejayaannya dalam melakukan budidaya lada karena pada saat itu, harga jual lada

putih mencapai Rp100 000.00 per kg. Namun, setelah itu harga lada putih terus

menurun dan berfluktuatif. Pada tahun 2009 sampai 2010, harga lada putih hanya

berkisar antara Rp30 000.00 per kg sampai Rp40 000.00 per kg. Harga yang

diterima petani di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2010 sebesar

Rp45 925.00 per kg. Harga lada putih secara perlahan terus meningkat dan

bertahan pada Rp 80 000.00 per kg pada tahun 2012. Hal ini juga mendorong

petani lada terus berupaya untuk meningkatkan luas areal dan produksi lada putih

sehingga membuat pengusahaan lada putih mulai digemari kembali oleh petani.

Saat ini, harga jual lada putih di Desa Kundi adalah Rp83 000.00 per kg.

Selama tahun 2013, harga jual lada putih berkisar antara Rp75 000.00 per kg

sampai Rp80 000.00 per kg. Pedagang pengumpul lada putih hanya mendapatkan

margin keuntungan sekitar Rp250.00 per kg sampai Rp1 000.00 per kg dari lada

11

Identifikasi Kebutuhan Pengembangan Sumberdaya Tanaman Lada Provinsi kepulauan Bangka

Belitung Tahun 2012

Page 48: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

36

putih yang dipasarkan. Harga ditingkat petani ditentukan oleh pedagang

pengumpul desa.

d. Pemasaran

Berdasarkan data (Tabel 11) yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa lada

puth diekspor ke sejumlah negara. Produk lada putih dijual dalam bentuk butiran.

Negara tujuan ekspor utama dari lada putih adalah Amerika Serikat, Eropa,

Jepang, Singapura, Belanda, Perancis, Inggris, dan negara lainnya. Sebelum

diekspor, pemasaran lada putih dilakukan dari petani kepada lembaga-lembaga

pemasaran yang ada di daerah sekitar, misalnya kepada pengumpul desa,

pengumpul besar, pedagang besar sampai pihak eksportir.

Lada putih yang dihasilkan petani dijual pada pedagang desa yang bertindak

sebagai pedagang pengumpul kecil dan pedagang pengumpul besar. Pedagang

pengumpul ini berkedudukan di Desa Kundi. Dalam penjualan lada dari petani ke

pedagang pengumpul dan pedagang besar tidak ada sortiran dan pemisahan

kualitas lada. Harga lada ditetapkan sama untuk semua lada yang dijual.

Pemisahan lada berdasarkan kualitasnya terjadi pada saat lada akan dieskpor.

Dengan penguasaan modal yang kuat, pedagang pengumpul ini umumnya

membayar secara tunai setiap lada putih yang dibeli. Beberapa pedagang

pengumpul desa akan langsung menjualnya kepada pedagang pengumpul besar

yang ada di Provinsi (Pangkal Pinang). Sementara itu, pedagang pengumpul

lainnya akan menjual kembali lada putih kepada pedagang besar lainnya dan

biasanya pedagang besar dari daerah lain yang langsung mendatangi desa

tersebut. Pedagang pengumpul besar menjual lada putih ke pedagang besar atau

pihak eksportir yang ada di Provinsi (Pangkal Pinang). Setelah itu, dari pihak

eksportir atau pedagang besar di Pangkal Pinang akan melakukan ekspor lada

putih dengan persentase sebanyak 90% dan memenuhi permintaan domestik

sebanyak 10%. Gambaran saluran pemasaran yang umumnya terjadi pada

komoditi lada putih dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4 Saluran pemasaran komoditi lada putih di Bangka Belitung

Petani

Pedagang pengumpul besar Pedagang pengumpul kecil

Domestik

Pedagang besar/ eksportir

Ekspor

30 % 70 %

80 %

100 % 20 %

10 % 90 %

Page 49: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

37

37

37

37

Berdasarkan analisis terhadap aspek pasar, usaha budidaya lada putih di

Desa Kundi Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat masih layak

dijalankan. Aspek pasar yang telah dianalisis menghasilkan bahwa usaha budidaya

lada putih menghasilkan produk yang dapat diterima oleh pasar. Selain itu, masih

terdapat potensi dan peluang pasar lada putih yang ditunjukkan dari belum

tercukupinya permintaan pasar internasional karena masih sedikitnya penawaran

lada putih dari Bangka Belitung.

Aspek Teknis

Aspek teknis yang dianalisis adalah mencakup pengadaan kebutuhan

produksi (budidaya lada), keseluruhan kegiatan budidaya lada putih dan

penanganan pascapanen, yaitu: kegiatan budidaya, pengolahan tanah,

penanamam, pemeliharaan, pemupukan, penanganan permasalahan hama dan

penyakit, panen, dan pascapanen lada putih.

a. Pengadaan faktor-faktor produksi (budidaya lada)

Lahan

Keadaan tekstur tanah di Desa Kundi adalah berupa pasiran atau debuan.

Secara topografi, Desa Kundi terletak pada wilayah dataran rendah dengan

ketinggian sekitar 26 meter di atas permukaan laut (dpl). Desa ini memiliki

intensitas curah hujan sebanyak 33 Mm per tahun dengan jumlah bulan hujan

kurang lebih empat bulan. Suhu udara rata-rata harian di Desa Kundi adalah

sekitar 33 0C.

Dalam melakukan budidaya lada di Desa Kundi, para petani umumnya

menggunakan lahan milik sendiri. Lahan yang digunakan sebagai tempat

tumbuhnya lada putih merupakan lahan yang sengaja dimanfaatkan oleh para

petani untuk menanam lada putih. Lahan tersebut sebelumnya merupakan lahan

hutan yang belum dimanfaatkan. Para petani merasa tidak terlalu mengalami

banyak permajsalahan dengan jenis lahan ini, karena sudah sesuai dengan

tanaman lada yang diusahakan, sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh dengan

baik di sana. Penggunaan wilayah untuk usahatani lada putih di Desa ini

mayoritas mempunyai luasan 0.5 hektar. Rincian mengenai luas lahan lada putih

yang dimiliki oleh setiap petani responden dan luas lahan lada putih di Desa

Kundi dapat dilihat pada lampiran 3.

Peralatan dan Kebutuhan Budidaya

Peralatan yang digunakan oleh para petani dalam kegiatan budidaya lada

putih di Desa Kundi terdiri dari beberapa jenis peralatan dan kebutuhan yang

biasa digunakan. Jenis-jenis peralatan utama yang digunakan oleh setiap petani

responden beserta sumber perolehan dan fungsinya dapat dilihat pada tabel 12.

1. Cangkul

Cangkul merupakan peralatan dari kegiatan budidaya lada putih yang

berfungsi untuk membuat parit dan lubang tanam. Rata-rata setiap petani memiliki

2 unit cangkul.

Page 50: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

38

Tabel 12 Peralatan budidaya lada putih yang digunakan petani responden di

Desa Kundi tahun 2013

Peralatan Budidaya Sumber

Perolehan

Fungsi

Cangkul Toko alat pertanian Membuat parit dan lubang tanam

Parang Toko alat pertanian Menebas rumput, persiapan lahan

Linggis Toko alat pertanian Membersihkan rumput

Ajir/Tajar Tukang kayu Tempat jalar pohon lada

Tali Toko Pengecer Mengikat pohon lada ke tajar

2. Parang

Parang merupakan peralatan kegiatan yang biasanya digunakan pada saat

persiapan lahan dan untuk menebas rumput. Setiap petani rata-rata memiliki 2 unit

parang dengan umur pakai selama 4 tahun.

3. Linggis

Linggis memiliki fungsi sebagai alat untuk membersihkan rumput saat

penyiangan. Dalam pembudidayaan lada, setiap petani rata-rata petani memiliki

3 unit linggis.

4. Ajir/Tajar

Ajir/ tajar merupakan kayu yang digunakan sebagai tempat jalar pohon lada.

Istilah ajir merupakan kayu yang berukuran kecil dan dipakai pada saat pohon

lada berumur 3-18 bulan. Setelah itu diganti dengan kayu yang lebih besar dan

kuat (tajar) sampai abisnya umur usaha budidaya lada. Jumlah ajir/ tajar sesuai

dengan banyaknya jumlah pohon yang akan ditanam.

5. Tali

Tali merupakan kebutuhan perlengkapan dalam budidaya lada yang

digunakan untuk mengikat pohon lada ke ajir/ tajar. Penggunaan tali biasanya

tergantung pertumbuhan dari pohon lada tersebut.

Peralatan cangkul, parang, linggis, dan tali merupakan peralatan yang

biasanya digunakan petani dalam kegiatan budidaya. Pengeluaran untuk membeli

peralatan ini pun tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar. Namun, adanya

kayu panjat mati membutuhkan biaya pengeluaran yang cukup tinggi untuk

membeli kayu tersebut yang digunakan sebagai ajir/tajar.

Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi penting dalam kegiatan

budidaya. Tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan budidaya lada putih

terdiri dari tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Namun, sebagian

besar petani di Desa Kundi menggunakan tenaga kerja dalam keluarga mulai dari

pembukaan lahan, penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan kecuali panen.

Adapun penggunaan tenaga kerja luar keluarga seluruhnya berasal dari warga

Desa Kundi. Dalam pemanenan (memetik buah lada), biasanya petani

membutuhkan tenaga kerja tambahan dengan menggunakan tenaga kerja luar

keluarga. Setiap tenaga kerja menghabiskan waktu 6 jam sehari untuk memetik

Page 51: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

39

39

39

39

buah lada dengan upah sebesar Rp75 000 00 per hari. Besaran upah tersebut

disesuaikan pada standar yang berlaku di Desa Kundi saat pemanenan lada untuk

setiap tenaga kerja panen. Dalam luasan tanam 1 ha lada putih, biasanya

menggunakan maksimal berjumlah total 8 tenaga kerja untuk memetik buah lada

pada saat musim panen. Biasanya 6 tenaga kerja dari luar keluarga. Namun,

penggunaan tenaga kerja luar keluarga kebutuhan dan banyaknya produksi lada

yang dihasilkan. Biaya tenaga kerja merupakan biaya terbesar dalam kegiatan

budidaya lada putih ini. Oleh sebab itulah dengan keadaan lahan yang juga

terbatas, petani hanya menggunakan tenaga luar keluarga sebagai tenaga kerja

bantuan pada saat panen. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir biaya yang

dikeluarkan.

Bibit

Bibit lada yang ditanam di Desa Kundi sebagian besar merupakan bibit hasil

pemangkasan lada yang ditanam (setek batang). Apabila persediaan bibit lada

tidak mencukupi, petani tersebut akan membeli di petani lain. Pada saat bibit lada

berumur 12 sampai 18 bulan, tanaman lada akan dipotong sepanjang 7 ruas untuk

menghasilkan bibit lada. Dengan cara pemotongan tersebut dapat menghasilkan 1

sampai 3 bibit lada kemudian diletakkan di dalam polybag. Bibit lada biasanya

digunakan sendiri oleh petani tetapi terkadang juga dijual jika ada petani yang

membutuhkan bibit lada dengan harga jual Rp6 000 00 per bibit. Berbagai

varietas bibit yang ditanam petani. Dalam istilah petani di Desa Kundi terdapat

jenis bibit lada yaitu, lada kasar, merapen, beluluk, tujuh ruas. Jenis bibit yang

paling banyak ditanam di Desa Kundi adalah jenis bibit merapen.

Pupuk

Pemberian pupuk pada tanaman bertujuan untuk memacu pertumbuhan

tanaman dan meningkatkan produksi tanaman melalui pembentukkan bunga,

buah sesuai dengan potensinya. Dalam kegiatan budidaya lada putih ini, terdapat

beberapa jenis pupuk yang umum digunakan petani responden. Jenis-jenis pupuk

tersebut disajikan dalam tabel 13.

Tabel 13 Jenis-jenis pupuk yang digunakan petani responden dalam budidaya

lada putih di Desa Kundi

Jenis pupuk Sumber perolehan Fungsi

Pupuk organik Kelompok Tani Menyuburkan tanah, menambah

kandungan organik tanah

Pupuk urea Kelompok Tani Pertumbuhan vegetative tanaman (daun)

Pupuk SP-36 Kelompok Tani Pertumbuhan generative tanaman (bunga

dan buah)

Pupuk NPK Toko pertanian Pertumbuhan vegetative dan generatif

tanaman

Pupuk Phonska Kelompok Tani Pertumbuhan vegetative dan generatif

tanaman

Page 52: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

40

Obat-obatan/pestisida

Dalam upaya mencegah berkembangnya penyakit atau hama akibat kondisi

cuaca atau hewan-hewan perusak (hama) maka dilakukan penyemprotan obat-

obatan atau pestisida. Hal ini dilakukan untuk menghindari ulat atau jenis semut-

semutan dan memberantas cendawan. Penggunaan pestisida disesuaikan dengan

kondisi tanaman lada dan hanya digunakan jika hama-hama tersebut menyerang

tanaman. Namun penggunaan obat biasanya dilakukan setelah pemupukan. Setiap

petani responden menggunakan jenis obat-obatan berbeda sesuai dengan

pengetahuan atau pemahaman petani dan penyakit tanaman yang menyerang.

Namun, ada beberapa petani yang tidak menggunakan obat-obatan atau pestisida

dalam pengendaliannya terhadap hama dan penyakit. Rincian jenis-jenis obat

yang digunakan setiap petani responden dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14 Jenis – jenis obat atau pestisida yang digunakan petani responden dalam

budidaya lada putih di Desa Kundi pada tahun 2013

Jenis Obat/Pestisida Sumber Fungsi

Puradan Toko pertanian Pemberantasan hama yang diletakkan

di sekitar tanaman

Matador Toko pertanian Pemberantasan hama

Baycid Toko pertanian Pemberantasan hama

b. Kegiatan Budidaya

Secara umum, kegiatan teknis budidaya lada putih di Desa Kundi hampir

seluruhnya sama karena berdasarkan sifatnya yang turun-menurun. Penggunaan

pupuk dalam budidaya lada disesuaikan dengan modal yang dimiliki.

Jumlah/dosis pupuk yang digunakan terkadang penuh atau hanya sebagian.

Kegiatan budidaya lada yang dilakukan di Bangka, khususnya Desa Kundi

menggunakan tiang panjat mati yaitu menggunakan tiang panjat kayu yang

bermutu tinggi sehingga biaya produksinya pun cukup tinggi. Masa produksi lada

dengan tiang panjat mati di Desa Kundi ini hanya 3 tahun. Selain adanya

pengaruh dari penggunaan kayu panjat mati, lama umur lada juga bergantung dari

pemeliharaannya.

Pengolahan Tanah Para petani lada putih di Desa Kundi mengusahakan budidaya lada putih

menggunakan lahan milik sendiri. Pada awalnya, lahan yang telah disiapkan

untuk melakukan budidaya lada putih harus dibersihkan terlebih dahulu dari

berbagai tanaman pengganggu, seperti, pohon-pohon, semak-semak dan rumput,

serta tanaman lainnya. Kemudian lahan tersebut dibakar dengan alasan untuk

mempermudah proses pembersihan lahan. Setelah dibakar, lahan dibersihkan

kembali sampai lahan tersebut siap ditanami lada. Pada tahapan ini, dilakukan

pemasangan patok sebagai tanda bahwa tempat tersebut akan dijadikan lubang

galian untuk menanam lada.

Penanaman

Penanaman lada yang umumya dilakukan petani lada di Desa Kundi adalah

menggunakan ukuran lubang tanam sekitar 40 cm x 40 cm x 40 cm (panjang x

Page 53: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

41

41

41

41

lebar x dalam) dengan jarak tanam 165 cm x 165 cm. Tanah galian dibiarkan

terbuka agar terkena matahari selama kurang lebih 1 sampai 2 minggu sebelum

tanam. Tanaman lada tumbuh kurang baik pada areal yang tergenang. Oleh sebab

itu, dibuat saluran parit keliling beukuran 30 cm x 30 cm (lebar x dalam).

Lubang tanam setelah penggalian untuk penanaman lada dibiarkan kurang

lebih 1 sampai 2 minggu, sebelum ditanami lada. Bibit yang digunakan

merupakan bibit hasil pemangkasan dari pohon lada sebelumnya sepanjang 7

buku (ruas). Sebagian besar, petani Desa Kundi menggunakan bibit lada jenis

kasar dan merapen yang umur produktifnya tiga kali panen. Penanaman bibit lada

diletakkan miring (300-45

0) mengarah ke bagian pangkal (tanpa daun)

dibenamkan mengajar ke tajar sedangkan sisanya 2 sampai 3 ruas atau ukuran 10

cm bibit lada tersebut berada di atas tanah. Setelah ditanam, tanah disekelilingnya

dipadatkan kemudian bibit tersebut diberi naungan berupa tanaman kering yang

disebut rebak atau lainnya yang mudah diperoleh agar terlindungi dari teriknya

sinar matahari. Pelindung dapat dibuka atau diangkat apabila tanaman lada telah

kuat. Pada saat umur lada sudah mencapai 3 bulan, rebak (tanaman penutup)

dilepaskan dan dipasang ajir (kayu jalar kecil). Ajir berupa kayu kecil yang

berdiamater kurang lebih 15 cm dengan tinggi 2 m dan biasanya diperoleh petani

di hutan atau dengan membeli. Setelah di pasang ajir, setiap sebulan sekali

dilakukan pengikatan ke tiang panjat (ajir). Pada saat umur lada mencapai 12

sampai 18 bulan maka akan dilakukan pemangkasan lada untuk mendapatkan

bibit lada, dipotong sepanjang 7 ruas dan akan diperoleh maksimal 3 bibit lada.

Setelah itu, ajir diganti dengan tiang panjat mati (junjung) dengan tinggi 2.5

sampai 3 meter dengan umur produksi tajar maksimal 5 tahun. Sementara itu,

ketika lada berumur 24 sampai 30 bulan lada akan mencapai ketinggian tiang

panjat mati.

Gambar 5 Tanaman lada dengan ajir

Gambar 6 Tanaman lada yang diberi

naungan

Gambar 7 Kayu yang digunakan sebagai tajar

Page 54: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

42

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman lada dilakukan melalui pengikatan sulur panjat,

pemangkasan tanaman, dan penyiangan rumput di sekitar tanaman. Penyiangan

gulma atau rumput dilakukan secara rutin dan terbatas, yaitu sebanyak lima kali

dalam setahun. Penyiangan bersih hanya dilakukan di sekeliling pangkal batang

tanaman lada. Pengikatan tanaman lada sulur panjat biasanya dilakukan satu bulan

sekali, namun hal ini juga bergantung pada frekuensi pemberian pupuk pada

tanaman lada. Pupuk akan mempengaruhi kesuburan dan pertumbuhan tanaman

lada.

Pemupukan

Kegiatan pemberian pupuk pada tanaman bertujuan untuk memacu

pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi tanaman melalui

pembentukkan bunga, buah sesuai dengan potensinya. Biasanya, pemberian

pupuk pada tanaman dilakukan pada saat awal musim hujan. Dalam kegiatan

budidaya lada putih ini, terdapat beberapa jenis pupuk yang umum digunakan

petani responden. Pemupukan pada tanaman lada di Desa Kundi menggunakan

pupuk organik dan pupuk anorganik, seperti Urea, SP-36, NPK, Phonska

Penggunaan pupuk disesuaikan dengan modal yang dimiliki oleh petani. Pada

awal penanaman, petani menggunakan pupuk organik dengan tujuan untuk

meningkatkan kesuburan tanah. Pemberian pupuk organik hanya dilakukan sekali

pada saat awal penanaman dengan dosis sebanyak 0.2 kg sampai 1 kg per pohon.

Selanjutnya dilakukan pemberian pupuk anorganik seperti; pupuk Urea, SP-36,

NPK, Phonska sebanyak 2 sampai 3 kali pertahun. Pada tahun pertama sampai

tahun keempat, pemupukan biasanya dilakukan 3 sampai 4 kali pemupukan

pertahun, tergantung dari musim hujan. Sementara itu, pada tahun kelima dan

keenam, pemberian pupuk masih dengan takaran yang sama, namun dilakukan

sebanyak 2 kali per tahun.

Pada tahun pertama, penggunaan pupuk anorganik pada tanaman lada

memiliki komposisi Urea, SP-36, Phonska yang diberikan sebanyak 2 : 1 :1 dalam

satuan karung dengan berat 50 kg. Pada tahun kedua, penggunaan pupuk terus

meningkat menjadi dua kali lebih banyak dari sebelumnya. Pada tahun ketiga dan

ke empat akan menghabiskan pupuk sebanyak 8 karung dengan komposisi Urea:

SP-36: Phonska (8 : 6 : 6) per hektar dengan frekuensi pemberian pupuk sebanyak

3 kali per tahun. Pupuk NPK sering digunakan petani untuk mengganti pupuk

phonska apabila terjadi keterlambatan pupuk subsidi dari pemerintah. Pemberian

pupuk yang dilakukan oleh petani di Desa Kundi dilihat dari frekuensinya telah

sesuai dengan yang dianjurkan. Pupuk diberikan 3 sampai 4 kali sesuai dengan

awal musim hujan. Banyaknya pupuk yang diberikan pada setiap pohon lada

terkadang tidak sesuai dengan anjuran karena pengalaman yang didapatkan petani

secara turun-menurun. Jumlah pupuk yang diberikan juga terkadang disesuaikan

dengan kondisi keuangan petani. Kegiatan pemberian pupuk tetap dilakukan

meskipun dalam jumlah yang terbatas hanya saja pemberian pupuk yang tidak

sesuai akan berpengaruh terhadap produksi lada putih.

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Lada

Berdasarkan teori yang telah dijelaska bahwa tanaman lada di Bangka

Belitung sangat rentan terhadap penyakit kuning dan busuk pangkal batang.

Page 55: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

43

43

43

43

Hampir 35% dari pertanaman lada biasanya terserang penyakit tersebut. Hal yang

sama juga terjadi pada tanaman lada putih di Desa Kundi yang cukup rentan

terhadap hama dan penyakit. Penyakit kuning adalah penyakit yang susah

diberantas. Tanaman yang terserang penyakit ini akan terbawa jika bagian

tanaman tersebut digunakan sebagai bibit. Masalah ini juga telah memperpendek

umur produktif tanaman lada di Bangka Belitung hingga menjadi hanya 5 sampai

7 tahun. Adanya hama dan penyakit yang tidak terkendali dengan baik merupakan

salah satu faktor penyebab penurunan produksi lada putih. Secara umum, hama

utama yang menyerang tanaman lada di Desa Kundi terdiri dari penggerek batang

dan penghisap buah. Sementara penyakit utama tanaman lada adalah busuk

pangkal batang, penyakit kuning, dan penyakit kerdil/ keriting.

a. Hama penggerek batang (Lophobaris piperis).

Cara pengendalian : disemprot dengan menggunakan matador/baycid.

b. Hama penghisap buah (Dasynus piperis).

Cara pengendalian : disemprot dengan menggunakan matador/baycid

c. Penyakit busuk pangkal batang (BPB)

d. Penyakit kuning

e. Penyakit kerdil/ keriting

Pengendalian tanaman lada yang terkena penyakit busuk pangkal batang,

penyakit kuning, penyakit kerdil atau keriting biasanya dilakukan dengan

membuang bagian tanaman yang sakit, mencabut tanaman yang sakit, hingga

mati. Namun, biasanya tanaman lada yang terserang penyakit tersebut dibiarkan

begitu saja karena petani tidak mengetahui cara pengendalian terhadap penyakit

tersebut. Keterbatasan pengetahuan petani, membuat pengendalian hama dan

penyakit di Desa Kundi belum dilakukan dengan baik dan sesuai pedoman. Hal

ini tentunya mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi lada yang dihasilkan.

Panen dan Pascapanen

Secara umum, tidak ada perbedaan dalam budidaya antara lada hitam dan

lada putih, perbedaannya hanya pada saat penanganan pada saat panen. Budidaya

lada di Bangka menggunakan tiang panjat mati sebagai medium jalar lada. Masa

produktif lada dengan tiang panjat mati hanya 3 tahun dengan produktivitas

optimum minimal 1 ton/ha. Namun, budidaya lada dengan media tiang panjat

mati dengan pemeliharaan yang baik akan mulai berproduksi pada umur 2 sampai

3 tahun hingga tanaman berumur 10 tahun. Pengetahuan petani yang terbatas

terhadap pengendalian hama dan penyakit dan pemeliharaan yang baik

menyebabkan kegiatan budidaya lada putih tidak optimal. Hal inilah yang

tentunya akan berdampak pada masa produksi lada putih di Bangka Belitung

yang hanya 3 tahun (umur ekonomis bibitnya hanya 6 tahun).

Sejak terbentuknya bunga sampai buah matang memerlukan waktu cukup

lama, yaitu sekitar 8 sampai 9 bulan. Umumnya, fase produksi lada di Desa Kundi

terjadi pada saat umur lada kurang lebih 4 tahun. Pada tahun ketiga sebenarnya

pohon lada sudah menghasilkan namun hasilnya masih sedikit sekali sehingga

umumnya para petani mengganggap panen lada terjadi pada tahun ke empat. Lada

merupakan tanaman yang hanya menghasilkan buah lada sebanyak satu kali

dalam setahun. Panen lada berlangsung selama 2 sampai 3 bulan. Periode

pemetikan lada dilakukan dalam berkali-kali selama musim panen, biasanya 2

sampai 3 kali petik dengan selang waktu 2 minggu. Pemetikan buah lada

Page 56: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

44

dilakukan dengan memotong bagian tangkainya. Buah lada dapat dipanen apabila

dalam satu tangkai sudah terdapat minimal satu buah yang sudah berwarna kuning

kemerahan. Buah yang terlalu matang (berwarna merah) akan menurunkan mutu

lada karena akan menghasilkan produk lada berwarna kehitaman.

Pada tahun ke 3, rata-rata hasil panen lada putih adalah sebanyak 133 kg.

Pada tahun ke 4, rata-rata hasil panen lada putih adalah sebanyak 1247 kg. Pada

tahun ke 5, rata-rata hasil panen lada putih adalah sebanyak 800 kg dan pada

tahun ke 6, yang merupakan masa akhir produksi lada putih rata hasil panen lada

putih mengalami penurunan menjadi 393 kg. Penerimaan tertinggi terjadi pada

tahun ke empat, dimana tahun keempat merupakan puncak produksi dari lada.

Hasil yang diperoleh dari budidaya lada di Desa Kundi belum sesuai dengan

kondisi normal yang diharapkan. Pada puncak produksi, produktivitas lada putih

yang dihasilkan di Desa Kundi hanya 0.8 kg per pohon, padahal produktivitas

lada putih pada saat puncak produksi seharusnya mencapai 1.5 kg - 2 kg per

pohon. Produktivitas lahan pada tanaman menghasilkan (TM) per ha kondisi

normal yang diharapkan dalam MP-PKT lada ditunjukkan pada tabel 15.

Tabel 15 Produksi dan produktivitas lada pada kondisi normal per hektara

Tahun Produksi (Kg) Produktivitas (Kg/Ha)

TM-I 1 500 0.6

TM-II 3 750 1.5

TM-III 1 500 0.6

TM-IV 1 250 0.5

TM-V 1 000 0.4 aSumber: Direktorat Kredit, BPR, dan UMKM (2013)

12

Perawatan atau pemeliharaan tanaman lada seperti: pemberian pupuk,

pengendalian hama dan penyakit yang kurang optimal, pemeliharaan lainnya

merupakan faktor penyebab produktivitas dan produksi lada tidak optimal.

Tahapan pengolahan lada putih di Desa Kundi masih dilakukan secara manual.

Lada yang telah dipanen dimasukkan ke dalam karung dan diikat, selanjutnya

direndam dalam air mengalir dan bersih selama 10 sampai 15 hari. Perendaman

dilakukan untuk memisahkan lada dari kulit dan tangkai lada. Setelah

perendaman, lada dicuci bersih, biji lada dijemur sampai kering dan dihasilkan

biji lada putih. Lamanya penjemuran lada bergantung pada keadaan cuaca.

Biasanya pada musim kemarau hanya membutuhkan tiga hari untuk

mengeringkan lada dan menghasilkan lada putih. Berdasarkan penelitian

terdahulu diperoleh bahwa hasil pengolahan tersebut akan diperoleh lada putih

kering dengan rendemen berkisar antara 15 sampai 45% atau rata-rata 24%.

Selain harga jual, jumlah produksi lada putih juga akan mempengaruhi

besarnya penerimaan petani. Selama ini, meskipun kegiatan budidaya lada putih

ini menguntungkan petani secara finansial namun produksi yang dihasilkan belum

mencapai produksi yang optimal. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pemeliharaan

12

“Bank Indonesia- pola pembiayaan usaha kecil (ppuk)-perkebunan lada” [Agustus 2013]

Page 57: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

45

45

45

45

yang kurang optimal karena keterbatasan pengetahuan petani. Oleh sebab itu,

diperlukan upaya peningkatan produksi agar kegiatan budidaya lada putih dapat

meningkatkan kesejahteraan petani lada dan menghasilkan produksi sesuai yang

diharapkan.

Dalam pelaksanaannya, kegiatan budidaya lada putih di Desa Kundi

dilakukan berdasarkan sifatnya yang turun menurun. Apabila dilihat dari

lokasinya, Desa Kundi merupakan sentra produksi lada putih di Kabupaten

Bangka Barat dan merupakan salah satu desa pengembangan pemerintah dalam

budidaya lada putih. Kegiatan budidaya lada putih juga sudah lama dilakukan di

desa ini sebagai aktivitas masyarakat untuk menghasilkan pendapatan.

Ketersediaan sarana produksi budidaya lada putih cukup mudah untuk diperoleh

petani. Dalam pengolahan pasca panen masih dilakukan secara manual, namun hal

ini bukan suatu hambatan bagi pelaksanaan kegiatan budidaya lada putih di Desa

Kundi. Oleh sebab itu, berdasarkan aspek teknis yang telah dianalisis maka dapat

disimpukan bahwa berdasarkan aspek teknis, kegiatan budidaya lada putih masih

layak untuk dijalankan. Hanya saja, para petani desa perlu mendapatkan

sosialisasi dan pengetahuan mulai dari cara budidaya yang baik menurut GAP

(Good Agricultural Practice), teknologi budidaya sebagai pendukung, seperti:

penggunaan bibit unggul, pengendalian hama dan penyakit untuk meningkatkan

mutu dan kualitas serta jumlah produksi lada putih.

Aspek Manajemen

Analisis aspek manajemen dalam budidaya lada putih di Desa Kundi

ditinjau melalui beberapa faktor, yaitu: pengetahuan, pengalaman, dan keahlian

para petani dalam melakukan budidaya lada putih, kemampuan manajerial para

petani, manajemen petani dalam kaitannya dengan hubungan kepada para

pedagang pengumpul.

a. Pelaksanaan kegiatan budidaya

Kegiatan budidaya lada di Desa Kundi merupakan kegiatan yang sudah

sejak lama dilakukan dan sifat budidayanya turun-menurun. Tahapan

pelaksanaannya sudah dilakukan dengan baik mulai dari mempersiapkan lahan

melalui pengolahan tanah sampai kegiatan pengangkutan. Keterbatasan

pengetahuan petani membuat manajemen yang kurang terstruktur dalam bentuk

pencatatan tertulis. Dalam hal ini, petani tidak membuat rincian pembukuan

mengenai pengeluaran dan pemasukan dari budidaya lada. Mengatasi

keterlambatan datangnya pupuk subsidi dari pemerintah biasanya petani tetap

memupuk namun membelinya di toko pertanian biasa dengan harga yang pastinya

lebih tinggi. Kegiatan pemupukan terkadang disesuaikan dengan kondisi

keuangan petani tanpa mengikuti pedoman jumlah takaran yang dianjurkan.

Dalam pemasaran, petani menjual lada putih kering kepada pengumpul desa

dengan sistem bayaran tunai. Sebelum menjual hasil panen ladanya, petani juga

melihat tingkat harga jual lada putih di pengumpul desa. Hal ini dilakukan untuk

memaksimalkan keuntungan dan menghindari kerugian dalam budidaya lada

putih ini, karena keadaan harga jual lada putih yang sangat berfluktuatif dan hasil

panen yang juga tidak maksimal. Apabila harga jual rendah dan belum

Page 58: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

46

membutuhkan uang, petani biasanya lebih memilih untuk menyimpan hasil panen

lada putihnya karena lada putih merupakan produk tabungan bagi petani bukan

sebagai mata pencaharian utama. Penyimpanan lada dilakukan di rumah masing-

masing petani. Apabila pengeringan lada putih dilakukan secara maksimal maka

lada yang disimpan akan bertahan sampai 12 tahun.

b. Manajemen sumber daya manasia

Dalam melakukan budidaya lada putih, tenaga kerja merupakan salah satu

faktor produksi yang dibutuhkan oleh petani. Tenaga kerja terbagi dari tenaga

kerja dalam dan luar keluarga. Berdasarkan jenis kelaminnya terbagi atas tenaga

kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan. Petani lada di Desa kundi biasanya

menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, seperti: istri, anak atau mantu. Hal ini

dikarenakan kegiatan budidaya lada merupakan usaha petani sebagai pendapatan

keluarga. Selain itu, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dilakukan untuk

menghemat penggunaan biaya terhadap tenaga kerja karena upah yang dibayarkan

cukup mahal. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga biasanya dibutuhkan pada

saat panen lada. Para petani lada juga menerapkan sistem besaoh (gotong-royong)

untuk saling membantu secara bergantian dalam kegiatan budidaya, misalnya

pada saat pembukaan lahan dan awal penanaman. Pemberian upah pada kegiatan

budidaya lada di Desa Kundi, Kecamatan Simpang Teritip, Kabupaten Bangka

Barat, disesuaikan dengan jenis kegiatan dan jenis kelaminnya. Standar upah yang

diberikan sesuai dengan standar upah tenaga kerja yang berlaku di desa tersebut.

Petani menghabiskan waktu kurang lebih 6 jam dalam satu hari untuk

melakukan aktivitas budidaya lada dengan hari kerja sebanyak 6 hari dalam satu

minggu. Hari jum’at merupakan hari libur bagi petani untuk melakukan aktivitas

di kebun. Dalam budidaya lada di Desa Kundi, terdapat sistem (besaoh) gotong

royong antar sesama petani lada/ masyarakat misalnya; pada saat pembukaan

lahan, mencari rebak untuk keperluan tanam maka petani lada lainnya akan

membantu petani yang baru akan menanam lada tersebut. Hal itu akan dilakukan

bergantian kepada petani lada yang ikut membantu. Kegiatan gotong-royong antar

sesama petani juga merupakan cara petani untuk menghemat biaya tenaga kerja

dan mempererat silaturahmi. Penggunaan tenaga kerja usaha budidaya lada putih

di Desa Kundi berdasarkan perhitungan HOK dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16 Penggunaan tenaga kerja (HOK) pada usaha budidaya lada putih di

Desa Kundi Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat

Kegiatan

HOK ∑ Persentase

Dalam

Keluarga

Luar

Keluarga HOK (%)

Pengolahan tanah 14.1

14.1 2.6

Pembuatan lubang tanam 14.1

14.1 2.6

Penanaman 3.9 2.4 6.3 1.2

Pemupukan 7.2

7.2 1.3

Pemeliharaan 147.8

147.8 27.2

Panen 157.2 180.2 337.3 62.0

Pengangkutan 14.8 14.8 3.2

Total 359 182.5 544.1 100

Page 59: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

47

47

47

47

1. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah dalam budidaya lada dilakukan oleh 2 orang tenaga kerja

laki-laki keluarga dengan waktu persiapan 10 hari dan jam kerja 6 jam perhari.

Waktu tersebut merupakan waktu yang dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk

mempersiapkan lahan seluas satu hektar. Besarnya upah yang diberikan biasanya

ditetapkan berdasarkan luasan tanah yang diolah. Dalam satu hektar

membutuhkan biaya sebesar Rp1000 000.00 per tenaga kerja. Pengolahan tanah

hanya dilakukan pada tahun pertama.

2. Pembuatan lubang tanam

Pembuatan lubang tanam disesuaikan dengan jumlah pohon yang akan

ditanam. Berdasarkan perhitungan HOK, kegiatan ini dilakukan oleh 2 orang

dengan waktu 10 hari. Namun,besarnya upah yang diterima tenaga kerja untuk

pembuatan lubang tanam di Desa Kundi dihitung per lubang tanam. Upah yang

dibayar adalah Rp1 500.00 per lubang tanam.

3. Penanaman

Penanaman lada hanya dilakukan sekali pada tahun pertama

pembudidayaan. Kegiatan ini dilakukan dalam waktu satu hari dengan enam jam

kerja dan membutuhkan 8 tenaga kerja. Upah yang diterima tenaga kerja sebesar

Rp1 500.00 per bibit yang ditanam.

4. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan lada meliputi: pengikatan sulur panjat,

pemangkasan tanaman, pengendalian hama dan penyakit serta penyiangan rumput

di sekitar tanaman. Pemeliharaan lada menggunakan 3 orang tenaga kerja.

Penyiangan gulma atau rumput dilakukan secara rutin dan terbatas, yaitu

sebanyak lima kali dalam setahun. Kegiatan ini dilakukan dengan intensitas 4 kali

dalam setahun dan menghabiskan waktu 10 hari dalam sekali penyiangan.

Pengikatan tanaman lada sulur panjat biasanya dilakukan satu bulan sekali, namun

hal ini juga bergantung pada frekuensi pemberian pupuk pada tanaman lada. Upah

yang diterima tenaga kerja sebesar Rp75 000 per HOK. Dalam setahun, total hari

dari kegiatan pemeliharaan lada adalah sebanyak 62 hari atau 147.8 HOK.

5. Pemupukan

Kegiatan pemupukan terdiri dari pemberian pupuk kandang, pupuk organik,

dan pupuk kimia (Urea, SP36, NPK dan Phonska). Kegiatan tersebut dilakukan

oleh 2 orang. Pemupukan hanya menghabiskan waktu satu hari. Pupuk tersebut

hanya disebarkan di sekitar tanaman. Kegiatan ini dilakukan setiap 4 bulan sekali

sehingga dalam satu tahun ada 3 kali pemberian atau kegiatan pemupukan. Pada

tahun kelima dan keenam pemberian pupuk hanya dilakukan 2 kali dalam setahun

atau 6 bulan sekali. Total hari kegiatan ini adalah 3 hari dalam setahun atau 7.2

HOK. Upah yang diberikan dihitung berdasarkan HOK, yaitu Rp75 000.00 per

HOK.

6. Panen

Tanaman lada adalah tanaman yang hanya menghasilkan buah lada sekali

dalam setahun. Panen lada berlangsung selama 2 sampai 3 bulan. Periode

Page 60: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

48

pemetikan lada dilakukan dalam berkali-kali selama musim panen, biasanya 2-3

kali petik dengan selang waktu 2 minggu. Pada saat panen, membutuhkan

banyak tenaga kerja untuk memrtik buah lada. Setiap panen, membutuhkan

jumlah tenaga kerja yang berbeda karena setiap panen menghasilkan jumlah yang

berbeda. Panen pertama terjadi pada tahun ketiga dimana lada yang dihasilkan

belum banyak sehingga hanya menggunakan 2 orang tenaga kerja dalam keluarga

dalam 6 hari panen. Pada tahun keempat membutuhkan tenaga kerja paling

banyak karena merupakan puncak panen selama masa produksi lada. Tenaga kerja

yang dibutuhkan sebanyak 8 orang dengan hari panen sebanyak 31 hari. Panen

tahun kelima, membutuhkan sebanyak 7 orang tenaga kerja dan tahun keenam

membutuhkan 3 orang tenaga kerja karena hanya menghasilkan lada dalam

jumlah yang sedikit. Total hari pada panen ketiga dan keempat adalah sebanyak

30 hari dan 20 hari. Tenaga kerja luar keluarga yang digunakan dalam kegiatan

panen merupakan warga sekitar Desa Kundi. Upah yang diberikan adalah sebesar

Rp75 000.00 per HOK. Kegiatan panen merupakan kegiatan budidaya lada

dengan HOK terbesar, yaitu 337.3 HOK atau 62% dari penggunaan tenaga kerja.

7. Pengangkutan

Penggunaan tenaga kerja pada saat setelah panen, biasanya digunakan untuk

melakukan kegiatan pengangkutan ke tempat pencucian lada. Pengangkutan

membutuhkan maksimal oleh 2 orang tenaga kerja dengan waktu kerja sesuai

dengan banyaknya hari panen lada. Upah yang diterima tenaga kerja sebesar

Rp75 000.00 per HOK.

Kegiatan budidaya lada mulai dari pengolahan tanah, pembuatan lubang

tanam, pemeliharaan, pemupukan dan pengangkutan umumnya dilakukan oleh

tenaga kerja dalam keluarga. Namun, pada saat penanaman, dan panen, yang

membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga menggunakan tenaga kerja luar

keluarga. Kegiatan panen merupakan kegiatan dengan HOK terbesar. Berdasarkan

aspek manajemen yang telah dianalisis dapat disimpulkan usaha budidaya lada

layak untuk dilaksanakan. Pengelolaan terhadap ketersediaan tenaga kerja telah

dilakukan dengan baik. Upah yang diberikan jelas dan sesuai dengan standar

daerah tersebut. Meskipun petani belum mampu membuat manajemen terstruktur

karena keterbatasan pengetahuan namun Manajemen dalam pelaksanaannya telah

dilakukan dengan baik karena pengalaman turun–menurun yang telah dimiliki

petani. Permasalahan terkait dengan biaya dan keterlambatan terhadap input

produksi dapat diatasi oleh petani.

Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan

Aspek Sosial

Pelaksanaan budidaya lada putih di Desa Kundi memberikan dampak sosial

yang positif bagi masyarakat. Pertama, kegiatan budidaya lada putih mampu

memberikan pendapatan tambahan kepada masyarakat Desa Kundi melalui

penggunaan tenaga kerja pada kegiatan budidaya lada putih ini. Apalagi dalam

musim panen lada putih yang umumnya satu tahun sekali akan membutuhkan

tenaga kerja yang cukup banyak untuk memetik buah lada putih. Pada saat panen,

biasanya menggunakan tenaga kerja perempuan yang merupakan ibu-ibu

masyarakat sekitar Desa Kundi sehingga akan membantu meningkatkan

Page 61: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

49

49

49

49

kesejahteraan rumah tangga masyarakat Desa Kundi. Meskipun bukan merupakan

tenaga kerja tetap namun bagi mereka pekerjaan tersebut dirasakan telah cukup

mengurangi pengangguran. Selain itu, dengan adanya kegiatan budidaya lada

putih menciptakan suatu perkerjaan bagi masyarakat untuk berperan sebagai

pedagang pengumpul. Dalam hal ini, pedagang pengumpul melakukan kegiatan

pemasaran lada putih dengan membeli hasil panen lada putih dari petani

kemudian menjualnya kepada pihak pengumpul besar dengan margin tertentu.

Kedua, dengan adanya kegiatan budidaya lada putih ini para petani dan

masyarakat Desa Kundi merasa memiliki hubungan dan ikatan sosial yang

semakin baik dan kuat. Hal ini terlihat adanya sistem (besaoh) gotong royong

antar sesama petani lada atau masyarakat dalam kegiatan budidaya lada putih,

misalnya: pada saat pembukaan lahan, mencari rebak untuk keperluan tanam

maka petani lada lainnya akan membantu petani yang baru akan menanam lada

tersebut. Hal itu akan dilakukan bergantian kepada petani lada yang ikut

membantu. Pada kenyataannya, selain dapat menambah ikatan silaturahmi yang

baik, kegiatan besaoh ini juga dilakukan untuk menghemat biaya operasional

tenaga kerja yang harus dibayarkan petani.

Aspek Ekonomi

Secara aspek ekonomi, dampak kegiatan budidaya lada putih dapat dilihat

dari peningkatan pendapatan masyarakat yang menjadi tenaga kerja luar keluarga.

Dalam pemetikan lada, biasanya petani menggunakan tenaga kerja perempuan

tambahan yang berasal dari luar keluarga. Para tenaga kerja tersebut memang

bukan tenaga kerja tetap dari budidaya lada putih. Dalam sekali musim panen

selama 2 sampai 3 bulan mereka mendapatkan upah sebesar Rp60 000.00 per hari

selama 30 hari, karena pemetikan buah lada dilakukan 2 sampai 3 kali selama

musim panen.

Aspek ekonomi juga dapat ditinjau dari kegiatan para pedagang pengumpul

dalam memasarkan hasil panen lada putih yang sebagian besar merupakan warga

sekitar Desa Kundi. Dengan kegiatan tersebut, sebagian masyarakat Desa Kundi

dapat memperoleh penghasilan dari pemasaran lada putih. Pedagang pengumpul

desa hanya mendapatkan penghasilan sekitar Rp250.00 sampai Rp1 000.00 per

kg lada putih yang dipasarkan. Pemasaran lada putih yang dilakukan petani

terhadap pedagang pengumpul biasanya bergantung pada keadaan harga jual.

Kegiatan budidaya lada putih di Desa Kundi juga akan meningkatkan pendapatan

daerah, devisa negara karena lada putih di desa ini merupakan komoditas

perkebunan ekspor untuk mencukupi kebutuhan akan permintaan lada putih di

pasar internasional.

Aspek Lingkungan

Analisis aspek lingkungan dari budidaya lada di Desa Kundi menunjukkan

bahwa tidak ada dampak merugikan yang ditimbulkan dari adanya kegiatan

budidaya lada. Pada dasarnya, tempat pencucian lada yang merupakan sungai

mengalir dan bersih terletak jauh dari pemukiman warga, sehingga bau yang

ditimbulkan dari perendaman lada berhari-hari tidak menggangu masyarakat.

Sementara itu, tangkai dan sampah lainnya akibat aktivitas pengolahan

pascapanen lada juga dibuang pada tempatnya. Selama melakukan budidaya lada

putih, belum ada dampak serius yang dirasakan oleh masyarakat setempat.

Page 62: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

50

Berdasarkan analisis terhadap aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan,

kegiatan budidaya lada putih di Desa Kundi, Kecamatan Simpang teritip,

Kabupaten Bangka Barat masih layak dilakukan. Hal ini karena secara aspek

sosial dan ekonomi masih memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar daerah

pemerintah setempat, dan penghasil devisa negara karena lada putih merupakan

komoditas ekspor. Selain itu, dari kegiatan budidaya lada putih ini juga tidak ada

dampak lingkungan merugikan yang dirasakan oleh masyarakat.

ASPEK FINANSIAL

Arus Penerimaan (Inflow)

Penerimaan merupakan segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan

pada usaha budidaya lada putih. Penerimaan hasil penjualan yang diterima para

petani berasal dari penjualan bibit lada putih pada tahun kedua dan hasil produksi

lada putih mulai tahun ke 3 sampai tahun ke 6. Selain itu, nilai sisa juga dihitung

sebagai penerimaan di akhir umur usaha. Pada musim panen selama 2 sampai 3

bulan tersebut, para petani melakukan pemanenan sebanyak 2 sampai 3 kali petik,

yaitu berselang dua minggu sekali. Pada musim panen, para petani menghasilkan

lada putih dengan jumlah yang bervariasi antara 100 kg sampai 2 000 kg.

Penerimaan yang diperoleh didapatkan dari harga yang berlaku pada saat itu.

Harga jual bibit lada putih, Rp6 000.00 per pohon dan harga jual lada putih

sebesar Rp83 000.00 per kg. Perincian penerimaan usaha budidaya lada putih

dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17 Komponen penerimaan pada usaha budidaya lada putih pada luasan

1 hektar di Desa Kundi

Tahun Penjualan

Jumlah Harga Total Penerimaan

(Rp) (Rp)

1. - - - -

2. Bibit lada 2 000 6 000 12 000 000

3. Produksi Lada 133 83 000 11 039 000

4. Produksi Lada 1 247 83 000 103 501 000

5. Produksi Lada 800 83 000 66 400 000

6. Produksi Lada 393 83 000 32 619 000

Total 225 559 000 Keterangan: Jumlah bibit lada (Pohon), produksi lada (Kg)

Page 63: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

51

51

51

51

Nilai Sisa

Nilai sisa merupakan tambahan manfaat yang diperoleh diakhir tahun yang

merupakan nilai dari barang modal yang tidak habis pakai selama umur proyek.

Nilai sisa berasal dari investasi yang belum habis umur ekonomisnya selama umur

proyek. Komponen nilai sisa pada budidaya lada putih meliputi: lahan, cangkul,

parang, linggis dan komponen lainnya yang digunakan sampai habis pakai atau

rusak atau bernilai 0 di akhir umur proyek. Nilai sisa yang diperoleh dari

budidaya lada putih sebesar Rp5 217 150.00. Lahan merupakan komponen yang

memiliki nilai sisa karena selama umur bisnisnya tidak mengalami penyusutan

sehingga diperoleh nilai sisa sebesar Rp5000 000.00 yang merupakan nilai lahan

pada saat pembelian. Selain itu, nilai sisa diperoleh dari adanya reinvestasi

terhadap peralatan cangkul, parang, dan linggis yang setelah reinvestasi masih

terdapat nilai pakainya. Adapun besarnya nilai sisa dari masing-masing peralatan

tersebut adalah Rp86 400.00, Rp72 750.00, dan Rp58 000.00. Perhitungan nilai

nilai dari biaya investasi pada budidaya lada putih dapat dilihat pada tabel 18. .

Tabel 18 Nilai sisa dari biaya investasi pada budidaya lada putih pada luasan

1 hektar

Jenis

Investasi

Satuan Harga

satuan

(Rp)

Jumlah Nilai

Beli

(Rp)

Umur

pakai

(tahun)

Nilai

sisa

Akhir

Penyusutan

Per tahun

Lahan Ha 5 000 000 1 5 000 000 5 000 000

Bibit lada Pohon 6 000 1557 9 342 000 6

Cangkul Unit 54 000 2 108 000 5 86 400 21 600

Parang Unit 48 500 2 97 000 4 72 750 24 250

Linggis Unit 29 000 3 87 000 3 58 000 29 000

Ajir/Tajar Pohon 17 000 1557 26 469 000 5

Total 5 217 150 74 850

Arus Pengeluaran (Outflow)

Arus Pengeluaran merupakan aliran kas yang dikeluarkan pada kegiatan

budidaya lada putih. Arus Pengeluaran berupa biaya-biaya yang dikeluarkan pada

saat akan memulai suatu kegiatan usaha maupun selama berlangsungnya suatu

usaha. Komponen Outflow terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional.

1. Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal tahun proyek

atau awal periode dan pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa

tahun (periode) kemudian. Biaya tersebut dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan

sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha budidaya lada

putih. Rincian mengenai berbagai komponen investasi, biaya perolehannya,

beserta umur ekonomis komponen-komponen investasi ini dapat diamati pada

tabel 19.

Page 64: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

52

Tabel 19 Rincian biaya investasi dalam budidaya lada putih di Desa Kundi pada

luasan 1 hektar

No. Komponen Satuan Jumlah Harga Jumlah Persentase

(Rp) (Rp) (%)

1 Lahan Ha 1 5 000 000 5 000 000 12.16

2 Bibit Pohon 1557 6 000 9 342 000 22.73

3 Cangkul Unit 2 54 000 108 000 0.26

4 Parang Unit 2 48 500 97 000 0.24

5 Linggis Unit 3 29 000 87 000 0.21

6 Ajir/Tajar Pohon 1557 17 000 26 469 000 64.40

Total 41 103 000 100.00

Biaya investasi pada budidaya lada putih terdiri dari beberapa komponen,

yaitu: lahan, bibit lada, cangkul, parang, linggis, dan ajir/tajar. Masing-masing

komponen tersebut memiliki nilai umur ekonomis yang berbeda. Umur ekonomis

terbesar terdapat pada bibit lada pada penelitian ini adalah enam tahun dengan

masa produksi sebanyak tiga kali. Namun, umur ekonomis lada juga bergantung

pada pemeliharaan. Dengan pemeliharaan yang baik, umur tanaman lada akan

mencapai belasan 10 sampai 12 tahun. Penentuan umur usaha budidaya lada putih

pada perhitungan ini menggunakan umur ekonomis dari tanaman lada (bibit

lada), yaitu enam tahun karena memiliki umur ekonomis terbesar.

1. Lahan

Lahan untuk budidaya lada putih merupakan lahan milik petani. Perhitungan

harga jual lahan di Desa Kundi berdasarkan luasan tanah per hektar, yaitu

Rp5 000 000.00 per hektar. Lahan merupakan investasi yang tidak mengalami

penyusutan karena diprediksi mengalami peningkatan harga jual setiap tahunnya.

Dalam investasi kegiatan budidaya lada putih, biaya lahan diasumsikan dari biaya

yang harus dikeluarkan pada awal usaha budidaya untuk membeli lahan seluas 1

hektar sebesar Rp5 000 000.00 per hektar.

2. Bibit lada

Bibit lada memiliki umur ekonomis selama 6 tahun. Penentuan umur usaha

dari budidaya lada dilihat berdasarkan umur ekonomis bibit lada karena memiliki

umur bisnis terlama. Biaya pembelian untuk bibit lada adalah sebesar Rp6 000.00

per pohon. Bibit yang dibeli merupakan bibit yang siap tanam.

3. Cangkul

Cangkul merupakan peralatan dari kegiatan budidaya lada putih yang

berfungsi untuk membuat parit dan lubang tanam. Rata-rata setiap petani memiliki

2 unit cangkul dengan masa pakai selama 5 tahun. Harga cangkul sebesar

Rp54 000.00 per unit.

4. Parang

Parang digunakan pada saat persiapan lahan dan menebas rumput. Dalam

satu petani, rata-rata memiliki 2 unit parang dengan umur pakai selama 4 tahun.

Harga parang adalah sebesar Rp48500.00 per unit.

Page 65: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

53

53

53

53

5. Linggis

Dalam kegiatan budidaya lada, linggis memiliki fungsi sebagai alat untuk

membersihkan rumput saat penyiangan. Linggis memiliki umur pakai selama 3

tahun. Rata-rata petani memiliki 3 unit linggis dalam pembudidayaan lada. Harga

linggis adalah sebesar Rp29 000.00 per unit.

6. Ajir/Tajar

Ajir/ tajar merupakan kayu yang digunakan sebagai tempat jalar pohon lada.

Istilah ajir digunakan untuk kayu yang berukuran kecil dan dipakai pada saat

pohon lada berumur 3 sampai 18 bulan. Setelah itu diganti dengan kayu yang

lebih besar dan kuat (tajar) sampai abisnya umur usaha budidaya lada. Biaya

pembelian ajir sebesar Rp2 000.00 per pohon dan tajar Rp 15 000.00 per pohon.

Biaya pembelian terhadap ajir/tajar merupakan biaya investasi terbesar pada

kegiatan budidaya lada putih, yaitu Rp26 469 000 atau 64.40% dari total

keseluruhan biaya investasi. Harga ajir/tajar sesuai dengan kualitas kayu.

Selain biaya investasi, terdapat biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh

petani lada agar kegiatan budidaya lada putih tetap berjalan ketika ada komponen

peralatan telah habis umur ekonomisnya karena setiap tahunnya peralatan tersebut

mengalami penyusutan. Komponen investasi yang memiliki umur ekonomis akan

dilakukan reinvestasi setiap akhir periode umur ekonomis. Kebutuhan peralatan,

seperti: cangkul, parang, dan linggis akan direinvestasi pada tahun tertentu sesuai

dengan umur ekonomisnya. Reinvestasi cangkul akan dilakukan pada tahun

keenam, sementara reinvestasi parang akan dilakukan pada tahun kelima dan

reinvestasi linggis akan dilakukan pada tahun keempat.

2. Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama kegiatan

budidaya lada putih. Biaya operasional termasuk semua biaya produksi,

pemeliharaan, dan lainnya yang menggambarkan pengeluaran selama kegiatan

budidaya lada putih dalam periode produksi. Komponen biaya operasional terdiri

dari biaya variabel dan biaya tetap.

a. Biaya Variabel

Biaya variabel merupakan biaya yang menggambarkan pengeluaran untuk

menghasilkan produksi yang digunakan bagi setiap proses produksi dalam satu

periode produksi. Biaya variabel dalam budidaya lada putih di Desa Kundi terdiri

dari beberapa komponen, yaitu: biaya pupuk, obat-obatan, tali, dan biaya tenaga

kerja. Setiap tahunnya, nilai biaya variabel dari budidaya lada putih tidaklah sama

karena bergantung pada jumlah produksi yang dihasilkan dari budidaya lada

putih.

1. Pupuk

Dalam kegiatan budidaya lada putih, para petani menggunakan beberapa

jenis pupuk. Dalam perhitungan ini, hanya digunakan jenis pupuk organik, urea,

NPK, SP-36/ TSP dan phonska, karena jenis-jenis pupuk tersebut merupakan jenis

pupuk yang paling banyak digunakan oleh para petani. Sementara itu, pupuk yang

lainnya memiliki fungsi yang hampir sama dengan jenis pupuk yang digunakan

Page 66: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

54

dalam perhitungan, sehingga dapat disetarakan dan dianggap sebagai pengganti.

Data dapat dilihat pada tabel 20.

Tabel 20 Penggunaan pupuk dalam budidaya lada putih pada luasan 1 hektar

Jenis Harga Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6

Pupuk

Persatuan

(kg)

Jumlah (Kg)

Organik 1000 600 - - - - -

Urea 2200 100 150 300 400 400 400

SP-36 2400 50 100 200 300 300 300

NPK 9000 50 50 50 50 50 50

Phonska 2800 50 50 100 100 100 100

Total (Kg) 850 350 750 850 850 850

Biaya (Rp) 2 490 000 2 580 000 4 710 000 6 540 000 4 210 000 4 210 000

2. Pestisida/ Obat

Dalam budidaya lada putih di Desa Kundi, terdapat beberapa jenis obat atau

pestisida yang digunakan untuk meningkatkan fungsi tanaman dan menjaga

tanaman dari serangan berbagai hama dan penyakit. Dalam analisis ini, jenis-jenis

obat atau pestisida yang digunakan dalam perhitungan dibatasi pada jenis-jebis

obat, yaitu: furadan, matador, dan baycid. Hal ini dikarenakan jenis-jenis obat

tersebut tidak seluruhnya digunakan oleh para petani dan terdapat beberapa jenis

obat yang memiliki fungsi yang sama. Petani yang satu dapat menggunakan jenis

obat A sementara petani yang lain menggunakan jenis obat B. Oleh karenanya,

dalam perhitungan ini hanya digunakan beberapa jenis obat yang dapat mewakili

jenis obat yang lainnya karena memiliki fungsi yang sama dan merupakan jenis-

jenis obat yang paling banyak digunakan oleh para petani. Data dapat dilihat pada

tabel 21.

Tabel 21 Penggunaan obat-obatan/ pestisida dalam budidaya lada putih pada

luasan 1 hektar

Jenis obat/ pestisida Harga

per satuan

Jumlah Waktu pemakaian

Furadan 25 000/ 2 kg 10 Pada awal penanaman

Matador 20 000/ btl 1 Setelah pemupukan

Baycid 20 000/ btl 1 Setelah pemupukan

Penggunaan jenis obat atau pestisida furadan dalam budidaya lada hanya

digunakan sekali, yaitu pada saat awal penanaman. Sehingga pada tahun pertama

biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan furadan sebesar Rp250 000.00.

Sementara itu, jenis obat atau pestisida matador dan baycid dapat saling

menggantikan karena memiliki fungsi yang sama. Penggunaan pestisida hanya

dilakukan petani apabila terdapat serangan dari hama dan penyakit. Biasanya

pemyemprotan obat atau pestisida dilakukan setelah pemupukan. Adapun biaya

Page 67: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

55

55

55

55

yang dikeluarkan untuk pembelian obat atau pestisida tersebut sebesar

Rp60 000.00 pada tahun pertama sampai tahun keempat dan Rp40 000.00 pada

tahun kelima dan keenam.

3. Tali

Penggunaan tali diperlukan untuk mengikat lada ke tiang panjat (tajar).

Dalam satu hektar, petani membutuhkan kurang lebih 6 gulungan tali setiap tahun

dengan harga Rp9000.00 per gulungan. Setiap tahunnya, petani harus

mengeluarkan biaya sebesar Rp54 000.00 untuk pembelian tali. Namun,

penggunaan tali ini juga bergantung kesuburan dari tanaman lada.

4. Tenaga kerja

Dalam kegiatan budidaya lada putih tenaga kerja variabel merupakan tenaga

kerja yang melakukan kegiatan yang saling berpengaruh terhadap output. Pada

umumnya, petani menggunakan tenaga kerja keluarga dalam budidaya lada putih.

Para petani hanya menggunakan jasa para tenaga kerja pada waktu tertentu. Pada

tahun pertama terdapat pengeluaran biaya tenaga kerja yang digunakan untuk

melakukan pengolahan tanah, pembuatan lubang tanam, dan menanam lada. Pada

saat mulai menghasilkan, jika hasil panen sedikit maka jumlah tenaga kerja akan

berkurang, bahkan petani tidak menggunakan tenaga kerja luar keluarga karena

petani dapat melakukan kegiatan pemanenan sendiri. Dalam penelitian ini, biaya

tenaga kerja dalam keluarga dimasukkan ke dalam perhitungan sebagai biaya

yang diperhitungkan. Selama panen lada, yaitu 2 sampai 3 bulan, lada dipetik

sebanyak 2 sampai 3 kali atau sebanyak 20 sampai 30 hari kerja, kecuali pada

tahun ketiga hanya 6 hari karena produksi lada masih sangat sedikit. Waktu yang

digunakan adalah 6 jam per hari, yaitu 3 jam di pagi hari dan 3 jam di siang

sampai sore hari. Rincian biaya tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 22.

Tabel 22 Rincian biaya tenaga kerja dalam budidaya lada putih pada luasan

1 hektar

Kegiatan ∑ Upah Total Persentase

HOK (Rp) Biaya (Rp) (%)

Pengolahan Tanah 14.1 1 000 000/ha 2 000 000 4.46

Pembuatan Lubang Tanam 14.1 1 500/lubang 2 335 500 5.20

Penanaman 6.3 1 500/pohon 2 335 500 5.20

Pemupukan 7.2 75 000/HOK 536 250 1.19

Pemeliharaan 147.8 75 000/HOK 11 085 000 24.69

Panen 1 3.0 75 000/HOK 225 000 0.50

Panen 2 161.4 75 000/HOK 12 103 000 26.96

Panen 3 137.7 75 000/HOK 10 323 750 23.00

Panen 4 35.3 75 000/HOK 2 646 750 5.90

Pengangkutan panen 1 0.9 75 000/HOK 67 500 0.15

Pengangkutan Panen 2 9.1 75 000/HOK 682 500 1.52

Pengangkutan Panen 3 4.4 75 000/HOK 330 000 0.74

Pengangkutan Panen 4 2.9 75 000/HOK 217 500 0.48

Total 544.1 44 888 750 100.00

Page 68: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

56

Dalam perhitungan biaya tenaga pada tabel 23 dapat dilihat bahwa biaya

penggunaan tenaga kerja terbesar terdapat pada total kegiatan selama panen, yaitu

sebesar 56.36 persen. Pada tahun pertama, terdapat penggunaan biaya tenaga kerja

untuk pengolahan tanah, pembuatan lubang tanam dan penanaman. Sementara itu,

pemupukan dan pemeliharaan diperhitungkan pada tahun pertama hingga tahun

keenam dengan jumlah yang tetap. Biaya penggunaan tenaga kerja untuk panen

dan pengangkutan diperhitungkan pada tahun ketiga sampai tahun keenam.

Secara keseluruhan pengeluaran biaya variabelnya, biaya tenaga kerja

merupakan biaya variabel terbesar pada kegiatan budidaya lada putih di Desa

Kundi dengan persentase 78.18% atau sebesar Rp93 018 000.00 selama umur

bisnis. Adapun perinciannya dapat dilihat pada tabel 24.

Tabel 23 Biaya variabel dalam budidaya lada putih di Desa Kundi pada luasan

1 hektar

Komponen Biaya Tahun ke- Total

(Rp)

Persentase

(%) 1 2 3 4 5 6

Pupuk 2 490 000 2 580 000 4 710 000 6 540 000 4 210 000 4 210 000 24 740 000 20.79 Pestisida 250 000 60 000 60 000 60 000 40 000 40 000 890 000 0.75

Tali 54 000 54 000 54 000 54 000 54 000 54 000 324 000 0.27 Tenaga Kerja 18 292 250 11 621 250 11 913 750 24 406 750 22 275 000 4 509 000 93 018 000 78.18

Total 23 0696 25 16 955 250 21 507 750 37 660 750 30 829 000 13 063 000 118 972 000 100.00

b. Biaya Tetap

Biaya tetap dalam kegiatan budidaya lada putih adalah biaya-biaya yang

diperhitungkan terkait dengan biaya PBB. Pajak bumi bangunan dibayarkan setiap

tahunnya untuk tanah yang dijadikan perkebunan lada sebesar Rp15 000.00.

Dalam laporan laba rugi terdapat biaya tetap berupa nilai penyusutan dari

peralatan sebesar Rp74 850.00 per tahunnya.

Analisis Laba Rugi

Penyusunan laporan laba rugi dalam budidaya lada putih berkaitan dengan

total penerimaan, pengeluaran, penyusutan, dan kondisi keuntungan yang

diperoleh dalam satu tahun produksi. Berdasarkan perhitungan tersebut, bahwa

total laba bersih setelah pajak yang diperoleh dalam budidaya lada putih adalah

Rp106 047 900.00 selama umur usaha budidaya lada putih. Rata-rata laba bersih

per tahun sebesar Rp17 674 650.00. Rincian laporan laba rugi dapat dilihat pada

lampiran 5..

Analisis Kelayakan Investasi

Dalam menganalisis kelayakan investasi budidaya lada putih di Desa Kundi,

digunakan kriteria investasi yang berupa: Net present value (NPV), Internal Rate

of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP).

Nilai hasil kelayakan investasi yang didapatkan dari perhitungan cashflow dapat

dilihat pada tabel 24. Sementara itu, rincian cahsflow budidaya lada putih dapat

dilihat pada lampiran 6.

Page 69: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

57

57

57

57

Tabel 24 Nilai hasil kelayakan investasi yang didapatkan dari hasil perhitungan

cashflow

Kriteria

Investasi

Nilai Indikator

Kelayakan

Hasil Kelayakan

NPV (Rp) 42 469 987 > 0 Layak

IRR (%) 22 > 5.75 Layak

Net B/C 1.72 >1 Layak

PP (Tahun) 4 tahun 3 bulan 8 hari < 6 Layak

Net Present Value (NPV)

Perhitungan NPV dilakukan untuk mengetahui nilai kini manfaat bersih

yang diperoleh selama periode kegiatan budidaya lada putih. Nilai NPV dapat

dilihat pada cashflow (Lampiran 6). Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan

nilai NPV dari budidaya lada putih adalah sebesar Rp42 469 987. Nilai ini

menunjukkan bahwa kegiatan budidaya lada putih di Desa Kundi akan

menghasilkan manfaat bersih tambahan sebesar Rp42 469 987. Uraian tersebut

menunjukkan bahwa kegiatan budidaya lada putih di Desa Kundi ini layak untuk

dilaksanakan, karena menghasilkan NPV lebih besar dari nol (NPV > 0).

Internal Rate of Return (IRR)

Dalam menghitung kelayakan budidaya lada putih pada tingkat Internal

Rate of Return (IRR) maka dilakukan dengan membandingkan hasil Internal Rate

of Return (IRR) yang diperoleh dengan nilai opportunity cost of capital (OCC).

Nilai OCC yang digunakan sebagai pembanding dan indikator kelayakan

berdasarkan kriteria IRR dalam analisa ini adalah sebesar 5.75%. Nilai tersebut

merupakan nilai suku bunga BI rate seperti yang telah dijelaskan pada penjelasan

asumsi perhitungan. Berdasarkan hasil perhitungan (Lampiran 6) didapatkan nilai

IRR dari kegiatan budidaya lada putih adalah sebesar 22%. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa tingkat pengembalian kegiatan budidaya lada putih terhadap

investasi yang ditanamkan adalah sebesar 22%. Nilai IRR yang diperoleh

berdasarkan hasil perhitungan ini lebih besar dibandingkan dengan nilai OCC

yang telah ditentukan, yaitu sebesar 5.75% (IRR=22% > 5.75%). Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan budidaya lada putih di Desa Kundi

layak untuk dilaksanakan. Terdapat hubungan antara IRR dan NPV. IRR

merupakan tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0.

Artinya, pada saat tingkat discount rate sebesar 22% akan menghasilkan NPV

sama dengan 0. Adapun hubungan antara NPV dan IRR ditunjukkan pada

gambar 8.

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Berdasarkan hasil perhitungan cashflow (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa

nilai Net B/C Ratio yang diperoleh dari kegiatan budidaya lada putih adalah

sebesar 1.72. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tambahan biaya sebesar Rp1.00

akan menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp1.72 pada kegiatan budidaya

lada putih di Desa Kundi. Nilai Net B/C Ratio yang dihasilkan lebih besar dari 1

(Net B/C Ratio=1.72 > 1). Berdasarkan indikator kelayakan kriteria Net B/C Ratio

dapat disimpulkan bahwa kegiatan budidaya lada putih layak untuk dilakukan.

Page 70: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

58

Gambar 2 Aplikasi hubungan antara NPV dan IRR

Payback Period (PP)

Payback Period (PP) merupakan suatu perhitungan untuk melihat jangka

waktu pengembalian modal dari pelaksanaan kegiatan budidaya lada. Dalam

kegiatan budidaya lada putih ini, diperoleh Payback Period (PP) selama 4 tahun 3

bulan 8 hari. Bila dibandingkan dengan umur usaha budidaya lada putih selama 6

tahun maka jangka waktu pengembalian modal kegiatan budidaya lada putih ini

lebih cepat daripada umur usaha sehingga kegiatan budidaya lada putih layak

untuk dilaksanakan.

Nilai IRR dan Net B/C Ratio yang didapatkan pada perhitungan ini

mempunyai nilai yang lebih kecil dari penelitian terdahulu. Pada kedua penelitian

terdahulu yang dilakukan pada tahun 2004 dan tahun 2002, nilai IRR yang

diperoleh adalah sebesar 37.50% dan 32.49% dengan perolehan Net B/C Ratio

sebesar 2.5 dan 1.23. Adanya perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal,

diantaranya: biaya investasi yang dikeluarkan untuk keperluan kayu panjat, biaya

operasional untuk pembelian sarana dan prasarana produksi yang terus meningkat

setiap tahunnya akibat pengaruh inflasi atau faktor lainnya, serta tingkat suku

bunga (discount factor) yang ditetapkan pada perhitungan tersebut. Selain itu,

perbedaan pada umur ekonomis bibit lada, harga jual lada putih yang

berfluktuatif, dan faktor lainnya. Meskipun demikian, kegiatan budidaya lada

putih yang sejak lama diusahakan ini sampai sekarang masih layak untuk

dilakukan karena masih memberikan manfaat bagi petani dan masyarakat

khususnya, serta pemerintah pada umumnya.

Analisis Switching Value

Analisis switching value merupakan variasi dari analisis sensitivitas yang

digunakan untuk melihat perubahan maksimal agar kegiatan budidaya lada putih

di Desa Kundi masih layak untuk di lakukan. Variabel yang digunakan adalah

penurunan harga jual lada putih, penurunan produksi lada putih, dan kenaikan

biaya pupuk. Adanya perubahan tersebut tentunya akan mempengaruhi

perhitungan cashflow dari sisi inflow (penerimaan) dan outflow (pengeluaran).

NPV

i = Discount rate (%)

5.75 22

IRR 42 469 987

0

8

Page 71: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

59

59

59

59

Perubahan variabel ini menyebabkan keuntungan mendekati normal dimana NPV

mendekati atau sama dengan nol.

Berdasarkan simulasi penurunan harga jual lada putih pada proyeksi arus

kas, diperoleh hasil switching value sebesar 25.64% atau sebesar Rp61 718.80

dari harga sekarang. Pada simulasi penurunan jumlah produksi diperoleh

switching value sebesar 25.64%. Kedua simulasi tersebut menghasilkan NPV

sama dengan 0, IRR sama dengan nilai discount rate-nya, dan Net B/C Ratio sama

dengan satu. Sementara itu, pada simulasi kenaikan biaya pupuk switching value

yang didapatkan adalah 311.637% yang menghasilkan NPV sama dengan 0, IRR

sama dengan nilai discount rate-nya, dan Net B/C Ratio sama dengan satu. Dari

hasil perhitungan ketiga skenario tersebut menunjukkan bahwa kegiatan budidaya

lada putih masih layak untuk dilaksanakan jika terjadi penurunan jumlah produksi

dan harga jual lada putih sebesar 25.64% dan kenaikan biaya pupuk sebesar

311.637%. Apabila terjadi perubahan penurunan harga jual dan poduksi lada putih

melebihi 25.64% dan kenaikan biaya pupuk lebih dari 311.637% maka budidaya

lada putih ini tidak layak untuk dilakukan karena secara perhitungan finansial

tidak lagi menguntungkan. Usaha budidaya lada putih lebih sensitif terhadap

penurunan harga jual dan penurunan jumlah produksi daripada peningkatan biaya

pupuk. Kenaikan biaya pupuk pada budidaya lada putih tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan petani.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Secara aspek non finansial, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek

manajemen, dan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan kegiatan budidaya

lada putih di Desa Kundi layak untuk dilaksanakan.

2. Secara aspek finansial, kegiatan budidaya lada putih di Desa Kundi layak

untuk dilaksanakan karena kriteria penilaian investasi yakni NPV (Net

Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C ratio, dan PP

(Payback Period) memenuhi indikator kelayakan.

3. Hasil perhitungan analisis switching value menunjukkan bahwa variabel

penurunan jumlah produksi dan harga jual lada putih adalah sama, yaitu

sebesar 25.64%. Sementara itu, switching value pada simulasi kenaikan

biaya pupuk sebesar 311.637%. Dalam keadaan tersebut merupakan

perubahan maksimal yang masih dapat meghasilkan kegiatan lada putih

layak untuk dilaksanakan. Variabel penurunan harga jual dan jumlah

produksi lebih sensitif dibandingkan kenaikan biaya pupuk.

Page 72: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

60

Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan dalam pelaksanaan kegiatan budidaya

lada putih di Desa Kundi :

1. Petani sebaiknya diberikan insentif seperti: pemberian bibit lada unggul,

pupuk, dan kayu panjat yang berkualitas untuk mendorong minat petani

kembali menanam lada.

2. Meskipun kegiatan budidaya lada telah dilakukan secara turun menurun

namun pengetahuan petani terhadap cara budidaya lada yang baik masih

kurang sehingga menyebabkan produksi lada yang dihasilkan kurang

optimal. Oleh sebab itu, untuk mendukung pengoptimalan kualitas dan

produktivitas lada putih di Desa Kundi, Kecamatan Simpang Teritip,

Kabupaten Bangka Barat diperlukan pedampingan dari penyuluh pertanian

lapangan agar petani paham dan aplikatif terhadap pengelolaan agribisnis

lada yang baik.

3. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, dan pemeliharaan

lainnya, harus dilakukan dengan baik sesuai dengan jumah yang disarankan

untuk mendapatkan kualitas dan produktivitas yang optimal. Adanya

penerapan teknologi yang tepat dengan teknik budidaya intensif juga sangat

diharapkan untuk peningkatan produksi lada putih. 4. Perlu adanya koordinasi dan pengendalian yang baik pada pengadaan input

pupuk agar tidak terjadi kelangkaan pada saat musim tanam. Sementara itu,

untuk melidungi harga lada putih yang diterima petani agar tetap tinggi dapat

dilakukan dengan membentuk kelompok atau kantor pemasaran bersama.

DAFTAR PUSTAKA [BALITTRO]. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Perkebunan Lada.

2005. Pedoman Budidaya Tanaman Lada. Provinsi Lampung.

[Deptan] Departemen Pertanian. 2013. Statistik Pekebunan. Luas Areal Dan

Produksi, dan Produktivitas Lada Nasional Tahun 2008-2012. Jakarta :

Pusat Data dan Informasi.

Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

2013. Statistik Perkebunan. Luas Tanam dan Rata-Rata Produksi di

Beberapa Wilayah. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung: Dinas

Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung.

. 2013. Luas areal dan Produksi Lada Putih Di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung Tahun 2005-2011. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung: Dinas

Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung.

. 2013. Luas Areal Dan Produksi, Dan Produktivitas Lada Putih Pada

Enam Kabupaten Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011.

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung: Dinas Pertanian, Perkebunan, dan

Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Page 73: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

61

61

61

61

[Diperindag] Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2013. Volume dan Nilai

Ekspor Lada Putih di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2009-

2011. Jakarta : Pusat Data dan Informasi.

[Dirjen Perkebunan] Direktorat Jendral Perkebunan. 2013. Perkembangan

Volume Ekspor Komoditas Primer Perkebunan Tahun 2008-2013. Jakarta

: Pusat Data dan Informasi.

Ginting, Kristiawan H. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Produksi Lada di Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung. [Skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan

Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Gittinger, J. Price. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian.Penerjemah,

Komet Mangiri, Slamet Sutomo. Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia (UI), 1986.

[IPC] International Pepper Community. 2011. Volume Ekspor Lada Putih

Bangka Belitung Di Pasar Internasional, Tahun 2006-2010. Jakarta:

International Pepper Community. www. Kompas. Com

Kementrian Pertanian. 2012. Statistik Perfkebunan Indonesia Lada Tahun 2005-

2011. Luas Areal Lahan dan Produksi, Produktivitas Lada Putih di

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung: Dinas Pertanian, Perkebunan, dan

Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Manohara, Dyah. 2011. Good Agricultural Practice (GAP. Jakarta: International

Pepper Community. (IPC)

Nurasa, Tjetjep . 2002. Analisis Kelayakan Finansial Lada Putih di Kabupaten

Bangka. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.

Bogor, Jawa Barat.

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor:

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor.

Sumantri, Basuki, dan Mery. 2004. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Lada

(Pepper nigrum, L) Di Desa Kunduran Kecamatan Ulu Mui Kabupaten

Lahat Sumatera Selatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, Volume 6,

No 1, 2004, Hlm. 32-42.

Suratman. 2002. Studi Kelayakan Proyek. Proyek Peningkatan Penelitian

Pendidikan Tinggi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen

Pendidikan Nasional.

Suwarto, Yuke. 2010. Budidaya Tanman Perkebunan. Jakarta: Penebar Swadaya

Syam, Ammirudin. 2000. Efisiensi Produksi Komoditas Lada Putih Di Bangka

Belitung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi

Tenggara.

[TKTM] Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Lada. Bandung: CV

Nuansa Aulia.

Umar, Husein. 2001. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

.2005. Studi Kelayakan Bisnis “Teknik Menganalsis Kelayakan Rencana

Bisnis secara Komprehensif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Page 74: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

62

Lampiran 1 Luas areal dan produksi lada per Provinsi di Indonesia tahun 2009

dan 2010

Provinsi

2009 2010

Luas

Areal (Ha)

Produksi

(Ton)

Luas

Areal (Ha)

Produksi

(Ton)

Nangro Aceh Darussalam 1 022 274 1 026 259

Sumatera Utara 162 83 153 86

Sumatera barat 485 138 519 145

Riau 18 3 15 3

Kepulauan Riau 309 61 310 55

Jambi 233 33 267 34

Sumatera Selatan 11 074 10 568 11 886 11 121

Bangka Belitung 36 961 15 601 36 790 16 416

Bengkulu 7 089 3 690 6 943 3 882

Lampung 64 073 22 311 63 819 22 281

Jawa Barat 2 787 866 2 790 911

Banten 1 050 196 1 089 206

Jawa Tengah 1 577 965 1 687 1 016

DI Yogyakarta 61 10 66 11

Jawa Timur 958 322 1 041 339

Bali 24 4 24 5

Nusa Tenggara Barat 162 30 149 31

Nusa Tenggara Timur 553 84 610 88

Kalimantan Barat 9 629 4 620 9 416 4 861

Kalimantan Tengah 4 334 1 734 4 152 1 825

Kalimantan Selatan 979 366 1 048 385

Kalimantan Timur 14 906 8 980 13 973 9 177

Sulawesi Utara 423 82 419 86

Sulawesi Tengah 2 144 258 2 413 272

Sulawesi Selatan 12 589 6 365 12 593 5 271

Sulawesi barat 446 70 446 65

Sulawesi Tenggara 11 775 5 104 12 522 5 371

Maluku Utara 77 7 86 7

Papua 41 9 42 9

Indonesia 185 941 82 834 186 294 84 214

Page 75: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

63

63

63

63

Lampiran 2 Karakteristik petani responden budidaya lada putih di Desa Kundi

No Nama Umur

(Tahun) Pendidikan

Pekerjaan

Utama

Pekerjaan

Sampingan

Jumlah

Anggota Keluarga

Lama

Melakukan Budidaya

Lada Putih

1. M. Sali Usman 44 SMA Petani - 7 15 tahun

2. Iwan 46 SMA Petani - 4 21 tahun

3. Nadiono 45 SMA Petani Kepala Desa 5 25 tahun

4. Usman 40 SD Petani - 5 15 tahun

5. Muzakir 35 SD Petani Swasta 5 10 tahun

6. H. Rahim 53 Tidak

Sekolah

Petani - 6 39 tahun

7. H. Ajio 61 Tidak

sekolah

Petani - 6 42 tahun

8. H. Jamaluddin 48 Tidak sekolah

Petani - 9 35 tahun

9. Mulyadi 38 SMA Petani - 4 15 tahun

10 Naning 34 SMP Petani - 3 10 tahun

11 Jemaun 45 SMP Petani Nelayan 7 17 tahun

12 Matjais 42 SD Petani 3 15 tahun 13 Darman 27 SMA Petani Tambang

Timah

3 13 Tahun

14 Karya 41 SMA Petani - 5 22 tahun 15 Rusman 45 SD Petani - 6 25 tahun

16 Arba’i 49 SD Petani - 3 33 tahun

17 Saryadi 44 SMP Petani - 4 25 tahun 18 Abdullah 33 Madrasah

Aliyah

Petani - 3 10 tahun

19 Dedi S. 31 Madrasah Aliyah

Petani 3 10 tahun

20 Masidan 43 Madrasah

Aliyah

Petani - 5 15 tahun

21 Armin 34 Tidak

Sekolah

Petani - 4 12 tahun

22 Imron 51 D2 PNS Petani 5 20 tahun

23 Leuspik 32 SLTA Petani - 5 12 tahun 24 Rasidi 65 SMP Petani - 12 41 tahun

25 Kidin 38 SD Petani - 4 21 tahun

26 Dulani 44 SMA Petani - 5 24 tahun

27 Iyas Budaya 40 SMA Petani - 5 14 tahun

28 Taurat 58 Tidak Sekolah

Petani - 7 42 tahun

29 H. Abidin 55 SD Petani - 5 40 tahun

30 Suhar 45 SMP Petani - 3 23 tahun

Page 76: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

64

64

Lampiran 3 Hasil panen lada putih dari responden petani di Desa Kundi

Petani Responden Jenis Bibit

Luas

Jumlah Pohon Mortalitas

(pohon)

Hasil Panen (Kg) Per Musim Panen

Lahan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun (Ha) ke -3 ke – 4 ke-5 ke-6 ke - 7

M. Sali Usman Kasar 0.5 1000 200 0 600 500 0 0

Iwan Kasar 1,5 3000 200 0 1200 1000 700 0

Nadiono Cunuk 0,5 1000 200 400 800 500 200 100 Usman Kasar 0.5 1000 25 0 700 150 100 0

Muzakir Merapen 0,25 500 100 0 600 400 500 0

H. Rahim Kasar 0,5 1000 200 0 600 400 200 0 H. Ajio Kasar 1 2000 400 0 2000 1300 400 0

H. Jamaluddin Merapen 1 2000 350 0 1500 1000 300 0

Mulyadi Merapen 0.5 1000 150 0 800 500 200 0 Naning Merapen 0,25 400 100 0 300 150 100 0

Jemaun Merapen 0,25 500 10 0 500 600 400 0 Matjais Kasar 1 2000 100 0 1700 900 300 0

Darman Kasar 0,5 1000 200 0 1000 700 300 0

Karya Cunuk 1 2500 500 200 1500 1300 800 500 Rusman Merapen 0,5 1000 200 0 800 500 0 0

Arba’i Kasar 1 2000 500 0 1400 500 400 0

Saryadi Cunuk 1 2000 200 400 2000 2000 1000 500 Abdullah Merapen 0,5 1000 50 0 800 400 100 0

Dedi S. Kasar 0,25 500 20 0 500 150 200 0

Masidan Kasar 0,5 2000 100 500 1700 900 500 0 Armin Merapen 0,5 1000 100 0 600 300 500 0

Imron Kasar 0,5 2000 120 0 1900 1000 500 0

Leuspik Kasar 0,5 1300 30 0 1200 850 0 0 Rasidi Merapen 0,5 1000 100 600 800 400 150 0

Kidin Merapen 0,5 1000 150 400 800 500 10 0

Dulani Kasar 0,5 1000 100 0 1000 1100 800 0 Iyas Budaya Kasar 0,5 1000 100 400 1000 400 200 0

Taurat Kasar 0,5 1000 200 0 800 300 150 0

H. Abidin Kasar 0,5 1000 50 500 1000 800 600 0 Suhar Kasar 1 2000 250 0 1700 900 400 0

Rata-Rata 0.85 1323 167 113 1060 680 334 37

Konversi 1 ha 1557 196 133 1247 800 393

Konversi ke 1 hektar =1/0.85 ha x jumlah pohon (jumlah panen)

Page 77: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

65

65

65

65

Lampiran 4 Rata-rata peralatan petani responden dalam budidaya lada putih

No Jumlah Umur pakai Harga satuan

Cangkul Parang Linggis Tali Cangkul Parang Linggis Tali Cangkul Parang Linggis Tali

1 2 2 2 16 5 3 5 3 45000 50000 25000 6000

2 1 2 2 5 5 3 1 1 50000 50000 30000 8000

3 2 2 2 5 5 2 2 1 50000 40000 25000 6000

4 6 2 3 1 4 3 3 4 55000 50000 35000 25000

5 2 3 4 3 3 5 3 1 50000 65000 25000 6000

6 1 1 2 6 4 3 1 2 45000 35000 25000 6000

7 4 4 4 10 5 3 3 6 60000 90000 60000 9000

8 2 3 3 5 5 1 3 6 60000 25000 50000 6000

9 1 2 2 5 5 3 5 2 60000 50000 25000 6000

10 1 1 2 3 5 3 3 1 70000 50000 25000 6000

11 4 2 4 1 4 4 5 1 50000 40000 30000 8000

12 1 2 1 10 4 1 4 6 40000 46000 15000 20000

13 2 2 2 20 5 5 5 3 50000 50000 25000 7000

14 3 3 3 10 5 3 3 2 40000 35000 25000 6000

15 1 2 2 6 2 3 5 1 50000 40000 25000 6000

16 3 3 3 8 5 3 3 1 50000 60000 30000 6000

17 2 4 4 10 4 2 3 2 50000 50000 20000 15000

18 3 3 2 6 4 2 3 1 50000 35000 20000 6000

19 1 1 1 1 5 1 3 1 50000 60000 25000 9000

20 2 2 3 6 5 3 3 1 60000 50000 25000 6000

21 1 1 1 3 5 5 6 1 50000 50000 30000 15000

22 2 2 6 6 4 4 4 1 80000 35000 35000 6000

23 1 1 1 6 2 2 3 2 50000 50000 25000 5000

24 3 3 3 5 6 6 6 1 75000 70000 30000 5000

25 1 1 1 5 6 4 4 1 50000 40000 30000 6000

26 3 3 3 6 6 2 6 1 60000 50000 30000 12000

27 2 2 2 2 3 2 3 2 50000 50000 30000 12000

28 2 2 2 5 5 4 3 1 60000 45000 30000 12000

29 1 1 2 6 3 3 3 1 40000 40000 30000 9000

30 2 2 3 8 6 5 3 1 65000 50000 30000 12000

Rataan 2 2 3 6 5 3 4 2 54000 48500 29000 9000

Page 78: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

66

Pag

e66

Lampiran 5 Laporan laba/rugi pada budidaya lada putih di Desa Kundi pada

luasan 1 hektar

Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6

PENERIMAAN A. Produksi Lada Putih 11 039 000 103 501 000 66 400 000 32 619 000

B. Bibit Lada Putih 12 000 000

TOTAL PENERIMAAN 0 12 000 000 11 039 000 103 501 000 66 400 000 32 619 000 BIAYA VARIABEL

A. Pupuk

- Pupuk Organik 600 000 - Pupuk Urea 660 000 990 000 1 980 000 2 640 000 1 760 000 1 760 000

- Pupuk SP-36/TSP 360 000 720 000 1 440 000 2 160 000 1 440 000 1 440 000 -Pupuk NPK 450 000 450 000 450 000 900 000 450 000 450 000

- Pupuk Phonska 420 000 420 000 840 000 840 000 560 000 560 000

B. Pestisida - Puradan 250 000

- Matador 60 000 60 000 60 000 60 000 40 000 40 000

- Baycid 60 000 60 000 60 000 60 000 40 000 40 000

C. Tali 54 000 54 000 54 000 54 000 54 000 54 000

D. Biaya Tenaga Kerja 18 292 250 11 621 250 11 913 750 24 406 750 22 275 000 4 509 000

TOTAL BIAYA VARIABEL

21 206 250 14 375 250 16 797 750 31 120 750 26 619 000 8 853 000

LABA KOTOR -21 206 250 - 2 375 250 -5 758 750 72 380 250 39 781 000 23 776 000

BIAYA TETAP A. Biaya Pajak PBB 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000

B. Penyusutan 74 850 74 850 74 850 74 850 74 850 74 850

TOTAL BIAYA TETAP 89 850 89 850 89 850 89 850 89 850 89 850

LABABERSIH SEBELUM

BUNGA DAN PAJAK

-21 296 100 - 2 465 100 -5 848 600 72 290 400 36 691 150 23 676 150

BIAYA BUNGA 0 0 0 0 0 0 LABABERSIH SEBELUM

PAJAK

-21 296 100 - 2 465 100 -5 848 600 72 290 400 36 691 150 23 676 150

PAJAK 0 0 0 0 0 0 LABA BERSIH

SETELAH PAJAK

-21 296 100 - 2 465 100 -5 848 600 72 290 400 36 691 150 23 676 150

Page 79: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

67

67

67

67

Lampiran 6 Cashflow Budidaya lada putih di Desa Kundi pada luasan lahan

1 hektar

Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6

INFLOW 1. Produksi Lada Putih 11 039 000 103 501 000 66 400 000 32 619 000

2. Bibit Lada Putih 12 000 000

3. Nilai Sisa 5 217 150 TOTAL INFLOW 0 12 000 000 11 039 000 103 501 000 66 400 000 37 836 150

OUTFLOW

BIAYA INVESTASI a. Lahan 5 000 000

b. Bibit 9 342 000 c. Cangkul 108 000 108 000

d. Parang 97 000 97 000

e. Linggis 87 000 87 000 f. Ajir/Tajar 26 469 000

TOTAL BIAYA

INVESTASI

41 103 000 87 000 97 000 108 000

BIAYA

OPERASIONAL

A. Biaya Variabel a. Pupuk

- Pupuk Organik 600 000

- Pupuk Urea 660 000 990 000 1 980 000 2 640 000 1 760 000 1 760 000 - Pupuk SP-36/TSP 360 000 720 000 1 440 000 2 160 000 1 440 000 1 440 000

- Pupuk NPK 450 000 450 000 450 000 900 000 450 000 450 000

- Pupuk Phonska 420 000 420 000 840 000 840 000 560 000 560 000 b. Pestisida

- Puradan 250 000

- Matador 60 000 60 000 60 000 60 000 40 000 40 000 - Baycid 60 000 60 000 60 000 60 000 40 000 40 000

c. Tali 54 000 54 000 54 000 54 000 54 000 54 000

d. Biaya Tenaga Kerja 18 292 250 11 621 250 11 913 750 24 406 750 22 275 000 4 509 000 B. Biaya Tetap

Biaya pajak PBB 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000

TOTAL BIAYA OPERASIONAL

21 221 250 14 390 250 16 812 750 31 135 750 26 634 000 8 868 000

TOTAL OUTFLOW 62 324 250 14 390 250 16 812 750 31 135 750 26 634 000 8 976 000

NET BENEFIT -62 324 250 -2 390 250 -5 773 750 72 278 250 39 669 000 28 860 150 DF (5.75 %) 0.95 0.89 0.85 0.80 0.76 0.72

PV NET BENEFIT

(NPV)

-58 935 461 -2 137 384 -4 882 214 57 794 449 29 995 035 20 635 563

PV Benevit / Tahun - 10 730 513 9 334 447 82 760 488 50 207 223 27 053 576

PV Cost/ Tahun 58 935 461 12 867 897 1 14 216 662 24 966 039 20 212 188 6 418 013

NPV 42 469 987

IRR 22% PV POSITIF 101 405 448

PV NEGATIF -58 935 461

NET B/C 1.72 PAYBACK PERIOD 4 tahun 3

bulan 8 hari

Page 80: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

68

Lampiran 7 Analisis Switching Value Budidaya lada putih di Desa Kundi pada

luasan lahan 1 hektar apabila terjadi penurunan harga jual lada

putih yaitu 25.64% atau Rp61 718.80

Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6

INFLOW

1. Produksi Lada Putih 8 203 358 76 961 068 49 373 580 24 254771

2. Bibit Lada Putih 12 000 000

3. Nilai Sisa 5 217 150

TOTAL INFLOW 0 12 000 000 8 203 358 76 961 068 49 373 580 29 471 921 OUTFLOW

BIAYA INVESTASI

a. Lahan 5 000 000

b. Bibit 9 342 000 c. Cangkul 108 000 108 000

d. Parang 97 000 97 000 e. Linggis 87 000 87 000

f. Ajir/Tajar 26 469 000

TOTAL BIAYA INVESTASI

41 103 000 87 000 97 000 108 000

BIAYA

OPERASIONAL

A. Biaya Variabel

a. Pupuk

- Pupuk Organik 600 000 - Pupuk Urea 660 000 990 000 1 980 000 2 640 000 1 760 000 1 760 000

- Pupuk SP-36/TSP 360 000 720 000 1 440 000 2 160 000 1 440 000 1 440 000

-Pupuk NPK 450 000 450 000 450 000 900 000 450 000 450 000 - Pupuk Phonska 420 000 420 000 840 000 840 000 560 000 560 000

b. Pestisida

- Puradan 250 000 - Matador 60 000 60 000 60 000 60 000 40 000 40 000

- Baycid 60 000 60 000 60 000 60 000 40 000 40 000

c. Tali 54 000 54 000 54 000 54 000 54 000 54 000 d. Biaya Tenaga Kerja 18 292 250 11 621 250 11 913 750 24 406 750 22 275 000 4 509 000

B. Biaya Tetap

Biaya pajak PBB 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000

TOTAL BIAYA

OPERASIONAL

21 221 250 14 390 250 16 812 750 31 135 750 26 634 000 8 868 000

TOTAL OUTFLOW 62 324 250 14 390 250 16 812 750 31 135 750 26 731 000 8 976 000 NET BENEFIT -62 324 250 -2 390 250 -8 604 392 45 738 318 22 642 580 20 495 921

DF (5.75 %) 0.95 0.89 0.85 0.80 0.76 0.72

PV NET BENEFIT

(NPV)

-58 935 461 -2 137 384 -7 275 772 36 572 840 17 120 799 14 654 978

PV Benevit / Tahun - 10 730 513 6 940 890 61 538 879 37 332 987 21 072 991 PV Cost/ Tahun -58 935 461 12 867 897 14 216 662 24 966 039 20 212 188 6 418 013

NPV 0

IRR 5.75% PV POSITIF 58 935 461

PV NEGATIF -58 935 461

NET B/C 1.00 PAYBACK PERIOD -

Page 81: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

69

69

69

69

Lampiran 8 Analisis Switching Value Budidaya lada putih di Desa Kundi pada

luasan lahan 1 hektar apabila terjadi penurunan jumlah produksi lada

putih sebesar 25.64%

Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6

INFLOW 1. Produksi Lada Putih 8 203 358 76 961 068 49 373 580 24 254771

2. Bibit Lada Putih 12 000 000

3. Nilai Sisa 5 217 150 TOTAL INFLOW 0 12 000 000 8 203 358 76 961 068 49 373 580 29 471 921

OUTFLOW

BIAYA INVESTASI

a. Lahan 5 000 000

b. Bibit 9 342 000

c. Cangkul 108 000 108 000 d. Parang 97 000 97 000

e. Linggis 87 000 87 000

f. Ajir/Tajar 26 469 000

TOTAL BIAYA

INVESTASI

41 103 000 87 000 97 000 108 000

BIAYA OPERASIONAL A. Biaya Variabel

a. Pupuk

- Pupuk Organik 600 000

- Pupuk Urea 660 000 990 000 1 980 000 2 640 000 1 760 000 1 760 000 - Pupuk SP-36/TSP 360 000 720 000 1 440 000 2 160 000 1 440 000 1 440 000

-Pupuk NPK 450 000 450 000 450 000 900 000 450 000 450 000 - Pupuk Phonska 420 000 420 000 840 000 840 000 560 000 560 000

b. Pestisida

- Puradan 250 000

- Matador 60 000 60 000 60 000 60 000 40 000 40 000 - Baycid 60 000 60 000 60 000 60 000 40 000 40 000

c. Tali 54 000 54 000 54 000 54 000 54 000 54 000

d. Biaya Tenaga Kerja 18 292 250 11 621 250 11 913 750 24 406 750 22 275 000 4 509 000

B. Biaya Tetap

Biaya pajak PBB 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000

TOTAL BIAYA OPERASIONAL

21 221 250 14 390 250 16 812 750 31 135 750 26 634 000 8 868 000

TOTAL OUTFLOW 62 324 250 14 390 250 16 812 750 31 135 750 26 731 000 8 976 000

NET BENEFIT -62 324 250 -2 390 250 -8 604 392 45 738 318 22 642 580 20 495 921

DF (5,75 %) 0.95 0.89 0.85 0.80 0.76 0.72

PV NET BENEFIT

(NPV)

-58 935 461 -2 137 384 -7 275 772 36 572 840 17 120 799 14 654 978

PV Benevit / Tahun - 10 730 513 6 940 890 61 538 879 37 332 987 21 072 991

PV Cost/Tahun -58 935 461 12 867 897 14 216 662 24 966 039 20 212 188 6 418 013

NPV 0 IRR 5.75%

PV POSITIF 58 935 461

PV NEGATIF -58 935 461 NET B/C 1.00

PAYBACK PERIOD -

Page 82: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

70

Pag

e70

Lampiran 9 Analisis Switching Value Budidaya lada putih di Desa Kundi pada

luasan lahan 1 hektar apabila terjadi kenaikan harga pupuk sebesar

311.637%

Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6

INFLOW 1. Produksi Lada Putih 11 039 000 103 501 000 66 400 000 32 619 000

2. Bibit Lada Putih 12 000 000

3. Nilai Sisa 5 217 150 TOTAL INFLOW 0 12 000 000 11 039 000 103 501 000 66 400 000 37 836 150

OUTFLOW

BIAYA INVESTASI

a. Lahan 5 000 000

b. Bibit 9 342 000

c. Cangkul 108 000 108 000 d. Parang 97 000 97 000

e. Linggis 87 000 87 000

f. Ajir/Tajar 26 469 000

TOTAL BIAYA

INVESTASI

41 103 000 87 000 97 000 108 000

BIAYA OPERASIONAL A. Biaya Variabel

a. Pupuk

- Pupuk Organik 1 869 821 - Pupuk Urea 2 056 803 3 085 204 6 170 408 8 227 211 5 484 808 5 484 808

- Pupuk SP-36/TSP 1 121 892 2 243 785 4 487 570 6 731 355 4 487 570 4 487 570 -Pupuk NPK 1 402 366 1 402 366 1,402 366 2 804 731 1 402 366 1 402 366

- Pupuk Phonska 1 308 875 1 308 875 2 617 749 2 617 749 1 745 166 1 745 166

b. Pestisida

- Puradan 250 000

- Matador 60 000 60 000 60 000 60 000 40 000 40 000 - Baycid 60 000 60 000 60 000 60 000 40 000 40 000

c. Tali 54 000 54 000 54 000 54 000 54 000 54 000

d. Biaya Tenaga Kerja 18 292 250 11 621 250 11 913 750 24 406 750 22 275 000 4 509 000

B. Biaya Tetap

Biaya pajak PBB 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000 15 000 TOTAL BIAYA

OPERASIONAL 26 491 006 19 850 479 26 780 843 44 976 796 35 543 909 17 777 909

TOTAL OUTFLOW 67 594 006 19 850 479 26 780 843 45 063 796 35 640 909 17 885 909 NET BENEFIT -67 594 006 -7 850 479 -15 741 843 58 437 204 30 759 091 19 950 241

DF (5.75 %) 0.95 0.89 0.85 0.80 0.76 0.72

PV NET BENEFIT (NPV)

-63 918 682 -7 019,973 -13 311 115 46 727 003 23 257 960 14 264 807

PV Benevit / Tahun 10 730 513 9 334 447 82 760 488 50 207 223 27 053 576

PV Cost/ Tahun 63,918,682 17 750 486 22 645 562 36 033 485 26 949 263 12 788 769

NPV 0

IRR 5.75%

PV POSITIF 63 918 682 PV NEGATIF - 63 918 682

NET B/C 1.00

PAYBACK PERIOD -

Page 83: ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L. DI DESA ... · dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya tulis ini. ... Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan

71

71

71

71

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Belinyu-Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

pada tanggal 01 November 1991. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara

pasangan Bapak Eduard Syrman dan Ibu Rusmiati. Setelah lulus SD, penulis

melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Belinyu-Bangka. Pada tahun 2009 penulis

lulus dari SMA Negeri 2 Kraatau Steel Cilegon Bogor dan pada tahun yang sama,

penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Depertemen Agribisnis, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, IPB.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan kepanitiaan

maupun organisasi. Kepanitiaan yang pernah diikuti diantaranya yaitu sebagai

Sekretaris One Day No Rice HIPMA IPB tahun 2011, Sekretaris Jelajah Tani

(Fieldtrip Agribisnis 46 Jawa-Bali) tahun 2012, sebagai Staf Konsumsi pada

kegiatan Agribusiness National Competition (Agrination) 2012, sebagai

Bendahara pada kegiatan Agricareer 2012, Staf Humas pada kegiatan Affection

2012. Sedangkan untuk organisasi yang diikuti yaitu sebagai Anggota Agriaswara

tahun 2009-2010, sebagai Sekretaris Departement Career and Development

(CCDD) HIPMA IPB periode 2010-2011, dan sebagai Sekretaris Umum

Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) IPB periode 2011-

2012.

Selama perkuliahan, penulis pernah memperoleh prestasi, diantaranya

sebagai Finalis FEM Ambassador 2010, juara 2 lomba penulisan proposal bisnis

dalam kegiatan Enterprise tingkat TPB (Tahap Persiapan Bersama), juara 1 lomba

masak dalam kegitan I-Food Day dari Himitepa Fateta IPB. Selain itu, penulis

juga mendapatkan Beasiswa POM dari tahun 2009-2010 dan Beasiswa BRI 100

tahun 2011-2012.