analisis kebijakan UAN

37
ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK “PENDIDIKAN” OLEH : RINDI PUJI A. 084674005 GEMILANG FARID P. 084674016 FIKRI HIDAYATI 084674022 SUCI RAMADANI 084674026 REZA YUNAN C. 084674038 ANDRY RISTIAWAN 084674049 S1 ADMINISTRASI NEGARA 2008

description

analisis kebijakan UAN

Transcript of analisis kebijakan UAN

Page 1: analisis kebijakan UAN

ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

“PENDIDIKAN”

OLEH :

RINDI PUJI A. 084674005

GEMILANG FARID P. 084674016

FIKRI HIDAYATI 084674022

SUCI RAMADANI 084674026

REZA YUNAN C. 084674038

ANDRY RISTIAWAN 084674049

S1 ADMINISTRASI NEGARA 2008

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Page 2: analisis kebijakan UAN

2010

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Ujian akhir nasional atau lebih sering kita kenal dengan sebutan UNAS atau UN

memang merupakan hal yang wajib dijalani oleh siswa siswi SMP dan SMA. Bagi

pemerintah ini adalah hal yang wajib dijalani para siswa tersebut guna mngetahui apakah

mereka layak dianggap lulus atau tidak. Dengan demikian mereka mampu melanjutkan

pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Namun tanpa disadari bagi para siswa,

UNAS layaknya ancaman yang selalu menghantui mereka, banyak siswa yang merasa

stres akibat tuntutan lulus UNAS dengan standar nilai yang makin naik tiap tahunnya.

Kebanyakan dari mereka bahkan merasa belum sanggup menjalani ujian ini yang pada

akhirnya berakibat fatal atau tidak lulus.

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa pelaksanaan ujian akhir di berbagai

tingkatan pendidikan setiap akhir tahun ajaran, seringkali memunculkan pro-kontra.

Tujuan UN memang sangat mulia. Peraturan Mendiknas No. 39 tahun 2007, pasal 2 (a)

menyebutkan tujuan UASBN adalah mendorong tercapainya target wajib belajar

pendidikan dasar yang bermutu. Artinya, ujian nasional dilaksanakan secara terintegrasi

dengan pelaksanaan ujian sekolah/madrasah. Hasil UASBN pun menjadi sumber untuk: a.

pemetaan mutu satuan pendidikan; b. dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya;

c. penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan; dan d. dasar pembinaan dan

pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan

(Peraturan Mendiknas No. 39 tahun 2007, pasal 3).

Namun pada pelaksanaannya, UN mendapat berbagai kecaman dari berbagai pihak,

terutama dari komunitas pendidikan di Tanah Air. Kalangan pendidikanpun malah

menganggap bahwa UN justru tidak sesuai dengan UU No 20/2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan berbagai program pemerintah lainnya pun pada

tahun 2008. Kalangan aktivis pendidikan dari Koalisi Pendidikan pun berpendapat serupa.

Pemerintah berkeinginan keras untuk menerapkan UN dengan harapan dapat mengangkat

kualitas pendidikan di Tanah Air. Peningkatan kualitas dianggap cukup lewat tes.

1

Page 3: analisis kebijakan UAN

Padahal, kualitas hanya dapat diperoleh lewat proses. Pemerintah justru harus melihat

faktor-faktor penentu berjalannya proses dan sejauh mana itu sudah terpenuhi di sekolah.

Akibat keinginan keras pemerintah ini pada akhirnya banyak kalangan masyarakat

berpendapat bahwa banyaknya siswa yang tidak lulus ini dikarenakan pemenuhan

berbagai sarana dan prasana kebutuhan pendidikan yang tampaknya belum terlalu

dihiraukan pemerintah, khususnya Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Selain

itu, perbedaan sarana pendidikan ditiap wilayahpun, menjadi salah satu sebab tidak tepat

menjadikan ujian nasional standar kelulusan siswa, hal tersebut menyebabkan dunia

pendidikan menjadi pasif dan apatis. Sebab, banyak sekolah menginginkan siswanya lulus

dan akhirnya menempuh cara-cara curang untuk menggapainya. Berdasarkan latar

belakang inilah kami membuat makalah ini untuk dapat menganalisis masalah dari

penyebab banyaknya siswa yang tidak lulus tersebut untuk dapat memecahkan masalah

ini melalui analisis kebijakan publik.

Dasar Hukum Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) adalah, sbb :

1. Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 58

ayat (2): “Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan

dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan

sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan”.

2. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Pasal 63 ayat (1). Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah terdiri atas:

a. penilaian hasil belajar oleh pendidik;

b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan

c. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

Pasal 66 ayat (1).

Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1)

butir c bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara

nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu

pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional.

2

Page 4: analisis kebijakan UAN

Pasal 66 ayat (2). Ujian nasional dilakukan secara obyektif, berkeadilan,

dan akuntabel.

Pasal 66 ayat (3). Ujian nasional diadakan sekurang-kurangnya satu kali

dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu tahun pelajaran.

Pasal 68. Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan

untuk:

a. pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;

b. dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya;

c. penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan

pendidikan;

d. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam

upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Pasal 69 ayat (1): Setiap peserta didik jalur formal pendidikan dasar dan

menengah dan pendidikan jalur nonformal kesetaraan berhak mengikuti

ujian nasional dan berhak mengulanginya sepanjang belum dinyatakan

lulus dari satuan pendidikan.

Pasal 69 ayat (2): Setiap peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib mengikuti satu kali ujian nasional tanpa dipungut biaya.

Pasal 69 ayat (3): Peserta didik pendidikan informal dapat mengikuti ujian

nasional setelah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh BSNP.

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 75 tahun 2009 tentang Ujian

Nasional Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Smp/Mts), Sekolah

Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah Atas/Madrasah

Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), Dan Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Tahun Pelajaran 2009/2010.

Tujuan diberlakukannya Ujian Nasional

UN bertujuan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata

pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.

3

Page 5: analisis kebijakan UAN

Anggapan UN dijadikan satu-satunya untuk menentukan kelulusan adalah keliru. Hasil

UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk

1) pemetaan mutu satuan dan/atau program pendidikan

2) seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya

3) penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan,

4) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya

peningkatan mutu pendidikan.

Faktor Munculnya Ujian Nasional Ulangan

Pada pelaksanaan UN tahun pelajaran 2009/2010 dilaksanakan dua kali yaitu UN

Utama dan UN Ulangan. Selain itu bagi peserta didik yang karena alasan tertentu dan

disertai bukti yang sah tidak dapat mengikuti UN Utama, maka dapat mengikuti UN

Susulan yang dilaksanakan seminggu setelah UN Utama.

Dibukanya kesempatan untuk melakukan UN Ulangan berkait dengan upaya (i)

memberi kesempatan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan formal untuk tetap

memperoleh tanda kelulusan di jalur formal (bukan penyetaraan); (ii) membantu

menghindari terjadinya tekanan psikologis terhadap peserta didik akibat gagal dalam

pelaksanaan UN Utama. Dengan tetap memberi kesempatan untuk mendaftar di

perguruan tinggi negeri.

UN Ulangan diikuti oleh peserta didik yang dinyatakan tidak lulus UN. Peserta

didik yang akan mengikuti UN ulangan adalah yang memiliki nilai mata pelajaran kurang

dari 5,5 pada semua atau sebagian mata pelajaran. Nilai yang dipakai adalah yang

tertinggi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah alternatif kebijakan yang tepat untuk mengatasi problem UNAS diatas?

2. Bagaimana deskripsi dan kerangka kebijakannya?

C. TUJUAN KEBIJAKAN

4

Page 6: analisis kebijakan UAN

1. Mencari kebijakan yang lebih baik, agar fenomena banyaknya siwa yang tidak lulus

ini bisa diselesaikan dengan lebih baik.

2. Bagi pemerintah agar sadar akan pentingnya menyadari kemampuan para siswa dan

kurang siapnya para siswa dalam menghadapi UNAS. Sehingga pemerintah bisa

memikirkan kembali kebijakan yang lebih baik untuk kemajuan pendidikan dan

tidakterlalu menekan para siswa.

3. Bagi para siswa agar nantinya lebih siap mengahadapi segala bentuk ujian demi

kemajuan bersama.

5

Page 7: analisis kebijakan UAN

BAB II

PERUMUSAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

1. Alternatif Kebijakan dan Deskripsi Sistem Ujian Kelulusan Siswa

(UKS) secara intern

Beberapa waktu yang lalu sempat muncul wacana untuk dilakukannya

penghapusan sistem Ujian Nasional (UNAS) sebagai salah satu syarat kelulusan proses

belajar mengajar siswa (SMP dan SMA). Ironisnya, sistem UNAS itu sendiri sebenarnya

memiliki tujuan yang baik, yaitu meningkatkan kualitas pendidikan dengan menetapkan

standart nilai sebagai acuan yang tiap tahunnya semakin meningkat. Namun, dibalik

tujuan yang baik tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan sarana dan prasarana

sebagai penunjang serta peningkatang SDM. Akibatnya UNAS itu sendiri saat ini bak

sebuah momok yang menakutkan di masa - masa akhir kelulusan sekolah. Muncul

berbagai dampak sebelum dan sesudah dilaksanakannya UNAS tersebut, dampak

psikologis yang lebih dirasakan baik dikalangan siswa maupun orang tua siswa.

Karena semakin meningkatnya siswa - siswa yang tidak lulus tiap tahunnya,

banyak kalangan yang menyayangkan bahwa sekolah yang telah ditempuh selama 3

tahun, kelulusannya hanya ditentukan 3 hari. Namun, wacana untuk melakukan

perubahan kebijakan tersebut memerlulkan proses dan waktu yang cukup panjang untuk

dapat disahkan menjadi sebuah kebijakan. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap kebijakan

pasti memiliki kelemahan dan kelebihannya.

Alternatif kebijakan yang mungkin dapat menggantikan sistem UNAS tersebut

adalah membuat sistem Ujian Kelulusan Siswa (UKS) secara intern yang diadakan oleh

tiap sekolah dengan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan selaku pengawas. Soal yang

digunakan berbeda tiap sekolah dengan bekerjasama Dinas Pendidikan pusat. Selain nilai

ujian tersebut yang menjadi acuan kelulusan siswa, dimasukkannya nilai perilaku/sikap

keseharian siswa selama bersekolah sebagai akumulasi.

Adapun kelemahan dari alternatif kebijakan tersebut, antara lain :

6

Page 8: analisis kebijakan UAN

Rawan terjadi kecurangan dari pihak sekolah, jika kurangya pengawasan dari

pusat serta kesadaran dari panitia penyelenggara Ujian untuk bertindak jujur.

Sedangkan kelebihan dari alternatif kebijakan tersebut, antara lain :

Dampak psikologis siswa sebagai peserta ujian dapat ditekan / diminimalisir.

Penilaian terjadi secara subyektif, tidak hanya mengacu pada satu faktor saja.

2. Alternatif Kebijakan dan Deskripsi Peningkatan Mutu dan

Pemerataan Pendidikan

Salah satu alasan mengapa penetapan standar dalam Ujian Akhir Nasional

diperdebatkan keberadaannya adalah karena masalah mutu dan akses terhadap pendidikan

di Indonesia yang belum merata antara daerah satu dengan daerah yang lain. Masalah

tersebut menyebabkan terjadinya kesenjangan kualitas pendidikan antar daerah. Kita tidak

bisa menyamakan kualitas pendidikan di daerah terpencil dengan fasilitas pendidikan

yang pas-pasan, bahkan bisa dibilang tidak layak dan akses yang terbatas dengan daerah

perkotaan yang didukung dengan sarana dan prasarana yang serba ada. Maka jika kita

menerapkan standar yang sama terhadap dua daerah dengan kondisi yang bertolak

belakang tersebut dapat dikatakan bahwa kita telah bertindak tidak adil. Bagaimana bisa

daerah dengan kondisi serba keterbatasan dalam hal pendidikan dapat mencapai standar

pendidikan yang biasanya diambil dari daerah dengan fasilitas pendidikan yang

memadahi? Alternatif ini mencoba untuk memberikan solusi dengan perbaikan terhadap

mutu dan pemerataan pendidikan terutama di daerah-daerah yang tertinggal sebelum

menetapkan suatu standar pendidikan yang bersifat nasional.

Pemerataan Pendidikan

Pemerataan pendidikan adalah suatu proses, cara dan perbuatan melakukan

pemerataan terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat

merasakan pelaksanaan pendidikan. Pemerataan dan perluasan pendidikan merupakan

salah satu sasaran dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar

setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan.

Masalah pendidikan ini lebih banyak terjadi pada daerah-daerah terpencil atau

perbatasan karena memang keadaan geografis negara indonesia yang berpulau-pulau

7

Page 9: analisis kebijakan UAN

sehingga menyebabkan sulitnya menghadirkan pendidikan yang layak di daerah-daerah

yang dimaksud. Akses jalan dan transportasi yang terbatas, bahkan mungkin tidak ada

sama sekali, menjadi kendala utamanya. Dengan kondisi yang serba keterbatasan tersebut

maka guru-guru pengajar banyak yang enggan bila dimutasi ke daerah-daerah terpencil

karena selain karena alasan diatas juga karena biaya hidup yang lebih tinggi akan

dibebabkan kepada mereka jika pindah ke daerah tersebut.

Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang tergorganisirnya koordinasi

antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil

sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan

daerah. Selain itu masalah pemerataan pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya

suatu lembaga pendidikan untuk melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi

jika kontrol pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau

daearh-daerah terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia

yang dalam usia sekolah, tidak dapat mengenyam pendidikan sebagaimana yang

diharapkan.

Peningkatan Mutu Pendidikan

Pendidikan yang bermutu yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghasilkan

tenaga profesional sesuai dengan kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Sejalan

dengan proses pemerataan pendidikan, peningkatan mutu untuk setiap jenjang pendidikan

melalui persekolahan juga dilaksanakan. Peningkatan mutu ini diarahkan kepada

peningkatan mutu masukan dan lulusan, proses, guru, sarana dan prasarana, dan anggaran

yang digunakan untuk menjalankan pendidikan.

Rendahnya mutu pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor terpenting

yang mempengaruhi adalah mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan

proses pembelajaran yang berkualitas. Hasil-hasil pendidikan juga belum didukung oleh

sistem pengujian dan penilaian yang melembaga dan independen, sehingga mutu

pendidikan tidak dapat dimonitor secara teratur.

Selain itu, kurikulum sekolah yang terstruktur dan sarat dengan beban menjadikan

proses belajar menjadi kaku dan tidak menarik. Akibat dari pelaksanaan pendidikan

tersebut adalah menjadikan sekolah cenderung kurang fleksibel, dan tidak mudah berubah

8

Page 10: analisis kebijakan UAN

seiring dengan perubahan jaman dan kondisi pada masyarakat. Rendahnya mutu

pendidikan juga dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas tenaga pengajar.

Beberapa kebijakan strategis yang dapat disusun dalam rangka peningkatan mutu

dan memperluas pemerataan pendidikan adalah sebagai berikut:

1. memperluas akses bagi anak usia 0-6 tahun, baik laki-laki mapun perempuan

untuk memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai potensi

yang dimiliki dan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan dalam

mengikuti pendidikan di SD / MI.

2. Menghapus biaya pendidikan melalui pemberian Bantuan Operasional Sekolah

(BOS) bagi semua siswa pada sekolah umum maupun madrasah yang dimiliki

oleh pemerintah. Di samping itu, dilakukan kebijakan pemberian bantuan biaya

personal terutama bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin melalui

pemanfaatan BOS untuk tujuan tersebut.

3. Membentuk ”SD-SMP Satu Atap” bagi daerah terpencil yang berpenduduk jarang

dan terpencar, dengan menambahkan ruang belajar SMP di SD untuk

menyelenggarakan program pendidikan SMP bagi lulusannya.

4. Memfasilitasi peran serta masyarakat dalam memperluas akses sekolah menengah

(SM), khususnya pada daerah-daerah yang memiliki lulusan SMP cukup besar. Di

sisi lain, juga mengembangkan SM terpadu, yitu pendidikan yang mampu

menyelenggarakan pendidikan umum dan kejujuran dalam satu satuan pendidikan.

5. Memperluas akses terhadap pendidikan di SMK sesuai dengan kebutuhan dan

keunggulan lokal. Perluasaan SMK ini dilaksanakan melalui penambahan program

pendidikan kejuruan yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan pasar kerja yang

berkembang.

6. Melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat agar keluarga makin sadar akan

pentingnya pendidikan serta mau mengirimkan anak-anaknya ke sekolah

7. Memfaatkan secara optimal siaran radio, televisi, komputer dan perangkat TIK

lainnya untuk digunakan sebagai mesin pembelajaran dan sarana belajar alternatif,

terutama bagi daerah terpencil dam mengalami hambatan dalam transportasi, serta

jarang pendduk.

9

Page 11: analisis kebijakan UAN

8. Melakukan koordinasi dengan instansi lain (Dinas PU mungkin) untuk

mempermudah akses jalan dari pemukiman penduduk ke sekolah pada daerah-

daerah yang terpencil sehingga mempermudah akses jalan ke sekolah bagi anak-

anak usia sekolah.

9. Memberikan insentif tambahan bagi guru-guru yang akan dimutasi ke luar

daerahnya. Pemberian insentif tersebut juga bisa disertai dengan pemberian rumah

dan kendaraan dinas untuk mempermudah guru dalam mengakses jalan ke

sekolah.

10. Mengharuskan calon-calon guru lulusan baru untuk melakukan pengablian ke luar

daerah sebelum diangkat menjadi PNS. Hal tersebut bertujuan untuk menambah

kuota guru di daerah terpencil dan juga mengasah pengalaman guru-guru muda

dalam mengajar.

11. Melakukan pengadaan alat-alat lab atau praktek bagi sekolah di daerah terpencil

untuk meningkatkan kualitas pengajaran.

12. Melakukan kegiatan peremajaan gedung sekolah beserta sarana prasarananya

secara berkala dalam kurun waktu tertentu.

Kekurangan

1. Program ini merupakan program jangka panjang, memerlukan waktu yang lama

dalam pelaksanaannya. Jadi untuk menentukan standar pendidikan bagi skala

nasional harus memerlukan waktu yang lama pula seiring dengan keberhasilan

program ini.

2. Biaya dalam APBD harus dianggarkan lebih besar dalam setiap periode untuk

pendidikan demi mendukung berjalannya program ini.

3. Biaya APBD untuk pendidikan ini sangat rentan untuk digelapkan, sehingga

program ini tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

4. Kondisi masyarakat daerah terpencil yang belum sadar akan pentingnya

pendidikan bagi putera-puterinya dapat menghambat berjalannya program ini.

5. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap guru-guru yang berdinas di luar pulau.

10

Page 12: analisis kebijakan UAN

Kelebihan

1. Dengan berjalannya program ini maka kita dapat menetapkan standar pendidikan

dalam skala nasional.

2. Kesenjangan dalam hal kualitas pendidikan antar daerah dapat dikurangi.

3. Kedepannya proses pendidikan di negeri ini dapar berjalan dengan lancar dan

berkeadilan.

4. Dengan adanya pengabdian dari para calon guru muda pada daerah terpencil akan

mengurangi biaya anggaran negara untuk pengadaan guru.

11

Page 13: analisis kebijakan UAN

BAB III

REKOMENDASI KEBIJAKAN

A. Penilaian Fisibilitas Alternatif

Fisibilitas adalah penerimaan masyarakat terhadap alternatif kebijakan yang telah

dibuat. Sebelum dilaksanakan harus dilakukan penilaian fisibiltas untuk meminimalisir

hal-hal yang merugikan saat pelaksanaan kebijakan.

Fisibilitas dapat dipandang dari dua sisi, yaitu dari segi kultur atau budaya dan

dari segi biaya. Dari dua alternatif kebijakan yang telah dibahas sebelumnya, penilaian

fisibilitasnya adalah sbb :

1. Segi Kultur / Budaya

Alternatif (1)

Dalam tiap sekolah terdapat ujian yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan

umum para siswanya. Dan semakin intensif pelaksanaan ujian, maka semakin paham

sekolah tersebut terhadap kemampuan individu para siswanya. Namun, terkadang ujian

yang dibuat dari pihak sekolah sangat berbeda dengan ujian nasional. Baik dari segi

kesulitan, gaya pembuatan soal hingga pilihan jawaban pada saat latihan soal disesuaikan

dengan kemampuan guru bidang studi masing-masing. Dengan adanya alternatif

kebijakan Sistem Ujian Kelulusan Sekolah, setiap sekolah memiliki otoritas dan

kemampuan untuk bisa meluluskan siswa-siswanya disesuaikan dengan kompetensi guru

dan siswa di sekolah tersebut. Namun, dalam setiap kebijakan terdapat kelemahan juga.

Salah satunya yaitu, dengan adanya ujian sekolah yang sekaligus sebagai standar

kelulusan, pihak sekolah dapat memanfaatkan situasi tersebut untuk meningkatkan tingkat

kelulusan di sekolah mereka, padahal belum tentu kompetensi siswa memenuhi standar

kompetensi yang ada.

Alternatif (2)

Saat ini setiap sekolah negeri mendapat bantuan operasional dari pemerintah

berbentuk dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Jumlahnya beragam, berbeda di tiap

12

Page 14: analisis kebijakan UAN

tingkatan dan daerah. Tujuan utama diberikan dana ini adalah sebagai wujud peningkatan

fasilitas pendidikan. Semakin baik faslitas pendidikan maka semakin baik kualitas yang

dihasilkan oleh sekolah tersebut. Dapat kita amati bahwa Ujian Nasional di tiap daerah

memiliki tingkat keluluan yang berbeda, hal ini dapat dipengaruhi oleh kompetensi SDM

pengajar dan juga minimnya fasilitas pendidikan yang ada. Maka dari itu campur tangan

pemerintah sangat dibutuhkan untuk perbaikan kualitas pendidikan ini, disamping untuk

menghasilkan output siswa-siswa yang lebih baik, hal ini juga dapat menekan tingginya

angka ketidaklulusan di tiap daerah. Solusi yang ditawarkan ini menjadi alternatif yang

lebih menguntungkan pemerintah saat ini. Karena tidak perlu menganalisis kembali

peraturan pengganti unas dengan “hanya” membenahi fasilitas pendidikan yang ada.

2. Segi Biaya

Dari kedua alternatif yang ada, biaya yang dikeluarkan lebih besar untuk alternatif

(2), karena pembenahan sarana dan prasarana tiap sekolah memiliki estimasi

penghitungan yang berbeda selain itu ditambah lagi dengan faktor wilayah atau daerah.

Pada alternatif (1) biaya yang dikeluarkan cenderung lebih kecil, karena pihak sekolah

tidak perlu melakukan ujian dua kali, seperti yang dilakukan pada tahun-tahun

sebelumnya. Ujian Sekolah yang disebut dengan EBTA dan Ujian nasional yang disebut

dengan EBTANAS. Kedua ujian itu memiliki sunstansi yang sama, namun kepentingan

dan tujuan yang berbeda.

B. Pihak-pihak yang terlibat

Peran Siswa

Para siswa sebagai peserta Ujian Nasional, mereka sebagai pengukur langsung

tingkat kualitas pendidikan di suatu sekolah. Namun, terkadang kualitas yang diukur tidak

murni hasil siswa tersebut, masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti

faslilitas pendidikan dan kompetensi guru sekolah mereka tersebut.

Peran BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) dalam pelaksanaan UN

Sebagai penyelenggara UN, BSNP memiliki tugas dan tanggungjawab,

diantaranya adalah melakukan sosialisasi penyelenggaraan UN, menetapkan kisi-kisi soal

berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL), menyusun dan merakit soal, menjamin

13

Page 15: analisis kebijakan UAN

mutu soal, menyiapkan master naskah soal, melakukan penskoran hasil UN,

mendistribusikan hasil UN ke provinsi, mengkoordinasikan kegiatan pemantauan UN,

menganalisis data hasil UN, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan UN kepada

Menteri Pendidikan Nasional.

Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005; Pasal 76 ayat (3) BSNP berwenang untuk :

a. mengembangkan Standar Nasional Pendidikan;

b. menyelenggarakan ujian nasional;

c. memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dan pemerintah daerah dalam

penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.

d. merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah.

PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 63 ayat (1). Penilaian pendidikan pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

a. penilaian hasil belajar oleh pendidik;

b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan

c. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

Dalam kenteks ini, penilaian hasil belajar oleh Pemerintah diselenggarakan oleh

BSNP. Sedangkan satuan pendidikan memiliki wewenang untuk menyelenggarakan ujian

sekolah untuk mata pelajaran yang tidak diujikan dalam UN. Dalam penyelenggaraan UN

BSNP bekerjasama dengan Pemerintah, Perguruan Tinggi Negeri, dan Pemerintah Daerah

Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Sekolah/Madrasah.

Peran dan fungsi perguruan tinggi dalam penyelenggaraan UN

Peran perguruan tinggi adalah sebagai koordinator tim pemantau independen

(TPI) untuk UN SMP/MTs dan SMPLB, sebagai koordinator pengawas pada satuan

pendidikan untuk UN SMA/MA, dan melakukan pemindaian LJUN SMA/MA.

Peran aparat penegak hukum

Menjaga distribusi soal-soal UNAS dan mengantisipasi terjadinya pembocoran

soal UN. Menyangkut pelaku pembocoran, kini pihak aparat penegak hukum, terutama

14

Page 16: analisis kebijakan UAN

polisi terus mengusut kasus ini. Dari pengungkapan polisi, terlihat banyak pihak yang

terlibat dalam masalah ini. Hanya jika diurai, pihak-pihak yang terlibat tersebut termasuk

orang-orang dari dunia pendidikan sendiri, dalam hal ini pihak guru dan siswa.

Biaya penyelenggaraan UN menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah

daerah.

C. Peramalan Kebijakan

Permasalahan pendidikan merupakan permasalahan bersama, yang harus ditangani

secara bersama – sama pula oleh para stakeholder pendidikan. Seperti yang tertuang

dalam Undang – Undang Dasar 1945 yang mengamanatkan bahwa agar pemerintah

mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karenanya pemerintah harus mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, bukan lantas bermakna bahwa

pendidikan nasional adalah hanya milik pemerintah. Penerapan kebijakan sistem

pendidikan nasional tidak boleh hanya berkiblat pada satu pusat yakni pemerintah saja.

Perjalanan pendidikan dimasa lalu cukup dijadikan sebagai batu pijakan bagi

pemerintah serta seluruh warga Indonesia dalam merumuskan kebijakan. Seperti yang

disinyalir dalam tajuk rencana media Indonesia yang menyatakan bahwa dalam negara

demokrasi pemerintah masih tampak belum melibatkan suara guru dalam proses

pengambilan kebijakan pendidikan (Tilaar, 2005:2). Oleh karenanya, kebijakan yang

berlaku hingga saat ini masih dalam kekalutan dan keterpurukan.

Toisuta menyatakan bahwa kekacauan manajemen pendidikan Indonesia

disebabkan karena pemerintah tidak mempunyai suatu platform pendidikan nasional.

Sehingga yang terjadi adalah adanya kebijakan yang tidak berkesinambungan. “ganti

menteri ganti kebijakan” jargon yang sering diperdengarkan. Kebijakan silih berganti

yang tidak berkesinambungan tersebut yang pada akhirnya menyebabkan evaluasi yang

dilakukan tidak tuntas sehingga melahirkan kebijakan – kebijakan baru yang tidak mantap

(Tilaar, 2005:2)

Oleh karenanya, dalam pembuatan kebijakan pendidikan tentunya para analis

harus menggunakan peramalan kebijakan. Meramalkan tentang kejadian yang akan terjadi

di masa depan merupakan faktor penting, karena sesuai dengan konsep peramalan

15

Page 17: analisis kebijakan UAN

ekstrapolatif bahwa kejadian-kejadian di masa lalu akan mempunyai kecenderungan dan

siklus yang sama di masa yang akan datang.

Saat ini banyak sekali kebijakan-kebijakan pemerintah kaitannya dengan

pendidikan yang ada di indonesia ini mempunyai dampak yang luar biasa baik terhadap

pengelola pendidikan maupun terhadap peserta didik. Misalnya kita dapat cermati pada

kebijakan yang saat ini sedang mendapat sorotan dari masyarakat yaitu tentang kebijakan

Ujian Nasional (Unas).

Ujian pada akhir satuan pendidikan secara nasional merupakan kegiatan rutin.

Ujian Nasional menuai kritikan tajam dari berbagai kalangan. Kontroversi tentang unas

diawali oleh munculnya penolakan sekelompok masyarakat terhadap kebijakan kenaikan

batas kelulusan dari 3,01 pada tahun 2003 menjadi 4,01 pada tahun 2004. kemudian pada

tahun 2006 naik menjadi 4,25, pada tahun 2008 naik menjadi 5,25 bahkan pada tahun

2010 naik menjadi 5,5 dan munculnya tambahan 3 Mata Pelajaran untuk tingkat SMU

yang tentu saja akan menambah deretan panjang penderitaan pada siswa.

Di antara mereka berpendapat bahwa unas bertentangan dengan UU No. 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (pasal 58 ayat 1 dan pasal 59 ayat 1). Sebagian

berpendapat bahwa unas berdampak negatif terhadap pembelajaran di sekolah,

menghamburkan biaya, dan hanya mengukur aspek kognitif. Argumentasi lain adalah

kondisi mutu sekolah yang sangat beragam sehingga tidak adil jika harus diukur dengan

menggunakan ukuran (standar) yang sama.

Salah satu isu yang mendapat perhatian banyak pihak adalah kekhawatiran tentang

kemungkinan banyaknya siswa yang tidak lulus (tidak dapat mencapai batas minimal

5,5). Berbagai survei pra-unas dilakukan di sejumlah daerah yang menunjukkan proporsi

siswa yang tidak lulus, cukup besar.

Selain keadaan diatas unas dengan standar kelulusannya sangat bertentangan

dengan prinsip KBK yang lebih menekankan pada pembelajaran tuntas, sehingga

kemampuan (kompetensi) siswa tidak hanya diukur dengan kognitifnya saja yang hanya

merupakan beberapa lembar soal.

Pendapat yang mendukung agar Unas tetap dipertahankan antara lain didasarkan

kepada argumentasi tentang pentingnya unas sebagai pengendali mutu pendidikan secara

16

Page 18: analisis kebijakan UAN

nasional dan pendorong bagi pendidik, peserta didik, dan penyelenggara pendidikan

untuk bekerja lebih keras guna meningkatkan mutu pendidikan (prestasi belajar).

Mereka berpendapat bahwa UU No. 20 tahun 2003 mengamanatkan perlunya

evaluasi untuk mengendalikan mutu pendidikan secara nasional (pasal 57) dan untuk

memantau tingkat ketercapaian standar nasional tentang kompetensi lulusan (pasal 35).

Selain itu, mereka juga melihat perlunya ukuran (skala) baku nasional yang dapat

digunakan untuk membandingkan posisi antara sekolah, kabupaten, dan antar provinsi,

serta perbandingan antar waktu bagi suatu sekolah, kabupaten/kota, provinsi, dan

nasional.

Sejumlah pengamat tidak terlalu mempersoalkan ada-tidaknya unas. Mereka lebih

memusatkan perhatiannya kepada sejumlah kelemahan dan kekurangan unas, seperti

mutu soal (termasuk mutu kertas dan cetakan) yang kurang memadai di sejumlah lokasi,

sosialisasi kebijakan yang tergesa-gesa, kurangnya balikan (feedback) ke sekolah

berdasarkan hasil ujian, distribusi dana yang lambat, dan kekurangterbukaan di dalam

pengelolaan (misalnya, tabel konversi).

Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan, antara lain, dengan menerapkan

sistem ujian yang baik pada setiap akhir tahun pelajaran untuk kenaikan kelas dan pada

akhir setiap satuan pendidikan. Ujian merupakan strategi yang umum digunakan oleh

negara-negara berkembang dalam meningkatkan mutu pendidikannya karena merupakan

cara yang efektif dan murah dalam memengaruhi apa yang diajarkan guru dan apa yang

dipelajari peserta didik. Penggunaan tes dan ujian dalam dunia pendidikan, walaupun

dengan misi dan tujuan yang beragam, terus berkembang di berbagai negara, termasuk di

negara-negara Mediterranean and Anglo-Saxon.

Selain itu peningkatan mutu pendidikan di Indonesia dapat dicapai dengan

memberlakukan sistem E-learning. Sistem ini telah banyak digunakan banyak negara di

dunia dan terbukti dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Sistem ini sangat cocok

diberlakukan di Indonesia karena sistem ini dapat menjangkau semua daerah di indonesia,

asalkan ada jaringan internet di sana.

Untuk memahami mengapa ujian yang dilaksanakan selama ini belum mampu

mewujudkan fungsinya secara optimal dapat merujuk, antara lain, kepada temuan tim dari

Bank Dunia yang menyatakan bahwa dua hal penting yang menentukan manfaat ujian

17

Page 19: analisis kebijakan UAN

bagi peningkatan mutu pendidikan adalah (a) mutu tes yang digunakan, dan (b) mutu

balikan yang diberikan. Selain itu, mereka juga menyatakan bahwa prasyarat agar kedua

faktor tersebut berfungsi dengan baik dalam meningkatkan prestasi akademik peserta

didik adalah kesamaan persepsi guru, kepala sekolah, orang tua, dan siswa tentang

pentingnya ujian dalam proses pendidikan.

Peramalan apapun bentuknya, memberikan informasi tentang perubahan di masa

yang akan datang dalam kebijakan dan akibat-akibatnya. Jika peramalan dapat

meningkatkan pemahaman, maka biasanya hal tersebut berhubungan dengan kontrol

sosial. Peramalan dapat membentuk masa depan dengan cara yang aktif dan kreatif,

daripada secara pasif menerima masa lalu sebagai penentu masa depan.

Dalam membuat kebijakan seharusnya pemerintah juga memperhatikan dan

meramalkan tentang kejadian-kejadian yang akan terjadi sebagai akibat dari

diberlakukannnya kebijakan tersebut. Misalnya dengan adanya kebijakan terbaru

mengenai unas harusnya pemerintah tidak menutup diri dengan masukan dari suara

masyarakat.

Dengan berbagai macam teknik peramalan tentang masa depan tentunya

pemerintah setelah merumuskan kebijakan tersebut akan meramal kejadian apa sebagai

akibat dari munculnya kebijakan tersebut. Namun seharusnya tidak menutup mata dengan

reaksi dari masyarakat yang selama ini kurang didengar oleh pemerintah pusat. Terlepas

dari adanya kepentingan dari berbagai pihak yang mendompleng kebijakan tersebut,

tentunya setiap kebijakan yang diambil adalah untuk kesejahteraan masyarakat, bukan

hanya untuk kesejahteraan kelompok tertentu. Misalnya kebijakan unas harusnya

fungsinya adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

UU No. 20 tahun 2003 mengamanatkan perlunya ujian untuk menentukan tingkat

kemampuan (prestasi belajar) peserta didik pada akhir setiap satuan pendidikan. Selain

menekankan perlunya evaluasi untuk mengendalikan mutu pendidikan secara nasional

dan memantau ketercapaian standar nasional (termasuk kompetensi lulusan), UU No. 20

tahun 2003 juga memberikan peluang kepada pemerintah, pemerintah daerah,

masyarakat, dan organisasi profesi untuk membentuk lembaga serta melakukan kegiatan

evaluasi (di dalamnya dapat mencakup pengujian hasil belajar peserta didik). Berbagai

kegiatan evaluasi dan ujian yang dimungkinkan oleh UU tersebut perlu dipetakan dan

18

Page 20: analisis kebijakan UAN

dirancang ke dalam suatu sistem evaluasi dan ujian di dalam kegiatan pendidikan secara

keseluruhan.

Sistem ujian yang diharapkan adalah suatu sistem yang mampu membantu

penyelenggara pendidikan menegakkan akuntabilitas publik, memberikan balikan yang

bermanfaat kepada sistem pendidikan untuk meningkatkan mutu kinerja dan

efektivitasnya, serta mampu mengendalikan dan mendorong terjadinya peningkatan mutu

pendidikan (sekurang-kurangnya prestasi akademik peserta didik). Studi yang dilakukan

oleh tim dari Bank Dunia memberikan pelajaran bahwa sistem apa pun yang dihasilkan

hanya akan efektif jika didukung oleh kesamaan persepsi dan komitmen dari pihak-pihak

yang terkait untuk mengimplementasikan sistem itu secara konsekuen.

D. Kerangka Strategi Implementasi Kebijakan

I. Peningkatan Mutu dan Pemerataan Pendidikan di Indonesia

Dalam sebuah riset dinyatakan bahwa perbedaan latar belakangan ekonomi siswa

tidak terlalu terlihat jika fasilitas yang sama diberikan ke semua siswa. Riset itu

mengundang para siswa dari kalangan tidak mampu yang bersekolah di sekolah terminal

Depok – Jawa Barat. Para siswa dari sekolah yang sangat mapanpun diundang untuk

partisipasi. Dalam kegiatan ini mereka diminta menggunakan portal e-learning yang

dikembangkan tim Fasilkom UI, yaitu E-School for Indonesia (ESFINDO). Pada sistem

ini, seluruh siswa diberikan tes pendahuluan (pretest), kemudian diberikan pelatihan

bagaimana mengikuti suatu pembelajaran suatu modul matematika dasar melalui sistem

e-learning. Kemudian para siswa diberikan tes akhir (posttest). Dari proses pelatihan dan

pembelajaran, siswa dari golongan tak mampu pada awalnya canggung berinteraksi

dengan komputer yang mengakses sistem e-learning, namun dalam waktu singkat mereka

mempunyai kecekatan yang sama dengan siswa dari sekolah yang mapan.

Perbandingan hasil pretest dan posttest menunjukkan memang secara umum siswa

dari sekolah tak mampu mempunyai nilai yang lebih rendah dibanding dengan siswa dari

sekolah mampu. Namun hasil menarik ditunjukkan pada peningkatan nilai seluruh siswa

dan peningkatan kecepatan mereka memecahkan persoalan. Berdasarkan ini, maka riset

tersebut menyimpulkan suatu hipotesis bahwa setiap manusia mempunyai kemampuan

pembelajaran yang sama, faktor fasilitas dan pendukung dapat mempengaruhi

kemampuan siswa. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana tindak lanjut yang akan

19

Page 21: analisis kebijakan UAN

dilakukan untuk merespon fenomena ini. Salah satu pendekatan yang mungkin adalah

mengajak semua pihak terkait untuk mendukung penerapan sistem e-learning sebagai

pendukung mutu pendidikan di sekolah. Pertanyaan berikutnya adalah langkah langkah

apa saja yang perlu dilakukan.

Penggunaan teknologi internet untuk mendukung kegiatan pembelajaran

merupakan hal yang cukup layak untuk dilakukan. Harga koneksi internet saat ini

semakin murah. Ini ditandai dengan jumlah pemakai internet untuk di Indonesia terus

meningkat. Menurut data dari APJII, pada tahun 2007 pemakai internet di Indonesia

mencapai 25 juta orang, meningkat 25% dibanding tahun sebelumnya. Jumlah warnet

juga semakin banyak. Menurut AWARI, pada awal tahun 2008 jumlah warnet di seluruh

Indonesia sekitar 10.000, dan diperkirakan mencapai 12.000 di akhir tahun. Biaya warnet

juga terus turun dari tahun ke tahun. Hal ini semakin memperluas peluang masyarakat

untuk menggunakan internet. Sementara di berbagai belahan dunia, pemanfaatan sistem

e-learning bukanlah suatu barang baru namun sudah lama dan meluas. Bahkan suatu riset

di US menyatakan bahwa proses pembelajaran online mempunyai dampak yang lebih

baik dibandingkan dengan pembelajaran tradisional Riset ini mengamati proses

pembelajaran online dan tradisional di berbagai tingkat, mulai dari pendidikan dasar,

menengah dan tinggi.

Memperhatikan beberapa hasil riset dan implementasi di berbagai institusi

pendidikan di Indonesia maka sistem e-learning sudah cukup layak untuk dipakai sebagai

pendukung pembelajaran di sekolah sekolah Indonesia. Faktor-faktor yang mendukung

hipotesis ini antara lain adalah

Pada tingkat SMP dan SMA, TIK merupakan salah satu mata pelajaran yang

wajib diadakan oleh sekolah tingkat SMP dan SMA [Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional No 22, 23, 24 Tahun 2006]. Para siswa tingkat SMA dan

SMP sudah sangat pandai dalam memanfaatkan TIK dalam aktifitas sehari

hari. Blog serta aplikasi social networking seperti Friendster dan Facebook

merupakan beberapa media mereka untuk saling berkomunikasi sesama

kawannya

Banyak sekolah sekolah di Indonesia sudah dilengkapi dengan komputer

namun kebanyakan hanya terbatas untuk pendukung administrasi sekolah dan

administrasi belajar mengajar yang terbatas pada pembuatan modul/materi

20

Page 22: analisis kebijakan UAN

statis. Dengan arahan yang lebih optimum maka penerapan sistem e-learning

dapat dimulai.

Rencana Pemerintah yang akan melengkapi daerah pedesaan di Indonesia

dengan sambungan internet pada akhir tahun 2010

Strategi Implementasi

1. Pemenuhan kebutuhan standar minimum

Standard minimum yang harus dipenuhi oleh suatu sekolah adalah adanya fasilitas

komputer dan sambungan internet yang dapat dimanfaatkan oleh guru, karyawan, dan

siswa.

2. Pemenuhan server dan SDM TIK di Sekolah

Server sistem e-learning dan SDM TIK merupakan inti dari penerapan sistem e-learning.

Ini dapat diatasi dengan berbagai strategi, tergantung pada kemampuan sekolah masing

masing.

3. Implementasi di tingkat Guru

Setiap guru perlu mempelajari bagaimana sistem e-learning dapat membantu pengelolaan

mata pelajaran yang diampunya. Apakah guru harus membuat seluruh materi

pelajarannya dalam bentuk yang on-line. Hasil pengalaman kebanyakan dosen yang telah

memanfaatkan sistem e-learning, tidak seluruh bagian perkuliahan perlu di lakukan secara

on-line, namun beberapa modul suatu pembelajaran didukung oleh implementasi e-

learning. Salah satu teknik yang dapat dicoba oleh seorang guru misalnya adalah dengan

memulai dengan satu modul lengkap dalam satu semester, dilanjutkan berkembang

menjadi dua modul di semester berikutnya, sampai seluruh modul on-line dapat

diterapkan.

4. Pelatihan berkala

Program pelatihan penggunaan sistem E-learning harus dilakukan berkala kepada siswa

dan guru. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan E-learning dapat berjalan secara optimal.

21

Page 23: analisis kebijakan UAN

5. Peran pemerintah

Pemerintah dapat menjadi faktor pendukung dari segi kebijaksanaan yang antara lain

mendorong sekolah sekolah untuk menerapkan dari mulai tingkat uji coba hingga tingkat

pemakaian secara penuh. Program program kompetitif yang melibatkan para ahli dapat

direncanakan guna memperkaya materi-materi online yang berkualitas untuk mengisi

portal-portal sistem e-learning. Selain itu pemerintah berperan menyediakan dana untuk

program ini melalui alokasi anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN.

Saat mutu dan sarana prasarana pendidikan dapat dirasakan secara adil di seluruh

Indonesia, barulah pemerintah dapat mempertimbangkan pemberlakuan standarisasi

sistem kelulusan secara nasonal.

II. Sistem Ujian Kelulusan Siswa (UKS) secara intern

Fakta ironis bahwa belum meratanya mutu dan sarana prasarana pendidikan di

Indonesia membuat pelaksanaan unas secara nasional terkesan tidak adil dan terlalu

dipaksakan. Jalan lain yang dapat ditempuh untuk menggantikan unas adalah dengan

memberikan wewenang kepada setiap sekolah untuk menentukan secara mandiri kriteria

kelulusan bagi peserta didiknya. Jalan tersebut ditempuh atas dasar beberapa hal, antara

lain :

Pihak sekolah yang tahu secara pasti kualitas peserta didiknya

Masih timpangnya mutu pendidikan antar daerah di Indonesia

Sarana prasarana pendukung pendidikan masih minim khususnya di daerah

terpencil

Strategi Implementasi

1. Pemetaan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah

Setiap sekolah melakukan pemetaaan kualitas pendidikan yang ada di sekolahnya,

termasuk di dalamnya kondisi peserta didik dan sarana prasarana pendukung

pendidikan.

22

Page 24: analisis kebijakan UAN

2. Menentukan standar kelulusan yang rasional

Melalui pemetaan diatas akan didapatkan informasi tentang keadaan riil

pendidikan di sekolah-sekolah. Melalui informasi tersebut, ditentukan standar

kelulusan yang relevan untuk diberlakukan di sekolah. Sekolah dengan kualitas

bagus memiliki standar kelulusan yang tinggi dan sebaliknya sekolah dengan

kualitas rendah memiliki standar kelulusan yang rendah pula.

3. Peran pemerintah

Pemerintah berperan membantu sekolah-sekolah untuk melakukan pemetaan

pendidikan. Selain itu pemerintah harus tetap berusaha meningkatkan kualitas

pendidikan di sekolah-sekolah dengan kualitas yang rendah untuk menciptakan

keadilan pendidikan di Indonesia.

23

Page 25: analisis kebijakan UAN

DAFTAR PUSTAKA

http://nunusdwinugroho.wordpress.com/2010/04/26/apa-dasar-hukum-pelaksanaan-un/

Tilaar, H.A. 2005. Manifesto Pendidikan; Tinjauan dari Perspektif Postmodernisme dan

Cultural. Kompas

24