ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan,...

86
ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI KARET TERHADAP KINERJA USAHATANI DI KECAMATAN JASINGA KAB BOGOR SKRIPSI SALLY WULANDARI H34076137 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Transcript of ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan,...

Page 1: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI KARET TERHADAP KINERJA USAHATANI DI KECAMATAN JASINGA KAB BOGOR

SKRIPSI

SALLY WULANDARI H34076137

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2012

Page 2: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI KARET TERHADAP KINERJA USAHATANI DI KECAMATAN JASINGA KAB BOGOR

SKRIPSI

SALLY WULANDARI H34076137

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2012

Page 3: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

RINGKASAN SALLY WULANDARI. Analisis Keberhasilan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet Terhadap Kinerja Usahatani di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan YUSALINA).

Salah satu komoditas perkebunan unggulan yang dimiliki oleh Indonesia adalah tanaman karet. Indonesia merupakan negara dengan luas kebun karet terbesar di dunia, yakni seluas 3.433.000 Ha, dengan rata-rata produktivitas sebesar 1.004 Kg/Ha/Tahun. Salah satu daerah penghasil karet alam di Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor. Kecamatan Jasinga merupakan sentra produksi karet rakyat terbesar di Kabupaten Bogor. Pengolahan bahan olah karet di Kecamatan Jasinga mempunyai potensi untuk terus dikembangkan. Keterbatasan pengetahuan petani dan sarana pasca panen menjadi salah satu kendala dalam pengolahan bahan olah karet yang dihadapi oleh sebagian besar petani karet di Kecamatan Jasinga. Hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya mutu dan kualitas hasil bahan olah karet yang dihasilkan oleh petani karet di Kecamatan Jasinga. Untuk meningkatkan kualitas dan mutu karet yang dihasilkan oleh petani, maka Direktorat Jenderal Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Pertanian (Dirjen P2HP), Kementerian Pertanian melalui Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor mengadakan sebuah program, yakni Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet. Setelah Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet berjalan selama satu tahun, diperlukan evaluasi untuk menilai keberhasilan dari program yang telah dilakukan oleh pemerintah terhadap petani karet di Kecamatan Jasinga.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji gambaran pelaksanaan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet serta untuk mengkaji kinerja usahatani penerima bantuan dibandingkan dengan petani non penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet. Metode penelitian yang digunakan adalah probability sampling dengan metode pengambilan sampel adalah metode sensus, dengan jumlah responden sebanyak 43 orang. Data primer diperoleh dari wawancara dengan responden dan pihak instansi terkait dengan menggunakan pedoman kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait. Data yang diperoleh kemudian di tabulasi dan di analisis dengan analisis deskriptif, analisis usahatani untuk mengetahui tingkat pendapatan dari petani penerima bantuan program dan petani non penerima bantuan program.

Hasil penelitian berdasarkan analisis deskriptif bahwa status usahatani karet petani penerima bantuan adalah pekerjaan utama (81,40%) sebagian besar petani penerima bantuan berusia antara 35-44 tahun (58,14%), berpendidikan SD/sederajat (69,77%), mempunyai pengalaman bertani karet 16-20 tahun (25,58%), mempunyai luas lahan karet antara 1-2 Ha (44,19%), dan status kepemilikan lahan adalah milik sendiri (62,79%).

Pelaksanaan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet di Kecamatan Jasinga berjalan dengan baik. Penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet terdiri dari tiga kelompok tani, yakni kelompok tani Mandiri, Binangkit dan Kuningsari. Masing-masing kelompok tani mendapatkan alat pasca panen berupa hand mangel, timbangan gantung, mangkok lateks, pisau sadap dan loyang. Adanya Program Pengembangan Agribisnis

Page 4: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

Komoditi Karet di Kecamatan Jasinga ini membawa dampak yang sangat positif pada usahatani karet yang ada pada kelompok tani penerima bantuan. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan kualitas sheet yang dihasilkan oleh petani, dari sheet asalan menjadi sheet dengan kualitas 3. Peningkatan mutu dan kualitas tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan pada pendapatan petani penerima bantuan program, yaitu bertambahnya nilai jual sheet yang dihasilkan dari Rp 4.500,- menjadi Rp 7.500,- per kilogram.

Berdasarkan hasil kinerja usahatani, petani karet penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet mampu menghasilkan mutu dan kualitas sheet dengan kualitas 3 yang rata-rata harga jualnya adalah Rp 7.500,- per kilogram. Petani penerima bantuan program pun memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan petani karet non penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet. Pendapatan atas biaya tunai dari petani penerima bantuan program adalah sebesar Rp 16.511.500,- dan pendapatan atas biaya total adalah sebesar Rp 16.273.100,-. Nilai R/C rasio atas biaya tunai adalah 2,01 dan R/C atas biaya total adalah 1,98.

Berdasarkan analisis tersebut diperoleh beberapa rekomendasi yaitu diperlukan pelatihan dan penelitian mengenai teknik pasca panen karet yang baik. Terutama mengenai proses pembekuan, penggilingan, pencucian dan pengeringan lateks. Diperlukan penerapan teknologi modern misalnya: mekanisasi pertanian, penerapan kawasan agropolitan atau penerapan integrated farming. Petani karet yang belum tergabung dengan kelompok tani diharapkan bisa bergabung dengan kelompok tani. Untuk meningkatkan perkembangan kelompok tani, diperlukan upaya penyuluhan dan pelatihan yang lebih intensif dari pihak BP3K atau BP4K.

Page 5: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI KARET TERHADAP KINERJA USAHATANI DI KECAMATAN JASINGA KAB BOGOR

SKRIPSI

SALLY WULANDARI H 34076137

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 6: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

Judul Skripsi : Analisis Keberhasilan Program Pengembangan Agribisnis

Komoditi Karet Terhadap Kinerja Usahatani di Kecamatan

Jasinga Kab Bogor

Nama : Sally Wulandari

NIM : H34076137

Disetujui, Pembimbing

Dra. Yusalina, M.Si

NIP. 19650115 199003 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

Page 7: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis

Keberhasilan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet terhadap

Kinerja Usahatani di Kecamatan Jasinga Kab Bogor” adalah karya sendiri dan

belum diajukan berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2012

Sally Wulandari H34076137

Page 8: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya, Jawa Barat pada tanggal 06 Januari

1986 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Drs Darmawan Adhi

dan Yanti Heryanti. Penulis mengawali jenjang pendidikannya di Taman Kanak-

Kanak Perwari Ciamis pada tahun 1990. Pendidikan dasarnya diselesaikan pada

tahun 1998 di Sekolah Dasar (SD) Negeri Galuh II Ciamis. Penulis lalu

melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri

I Ciamis dan lulus pada tahun 2001. Tahun 2004 penulis menyelesaikan

pendidikan di Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri I Ciamis dan pada tahun

yang sama penulis diterima sebagai mahasiswi pada Program Diploma III

Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI) dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan

studi ke jenjang yang lebih tinggi pada Program Sarjana Agribisnis, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan

eksternal kampus, yaitu sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Cabang Bogor periode tahun 2006-2007, anggota Association bfor Agriculture

and Community Empowerment (ASPECT) dan staf redaksi DETAK Lembaga

Pers Mahasiswa Islam (LAPMI). Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai

Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Pertanian dan Kehutanan, Pemerintah Daerah

Kabupaten Bogor.

Page 9: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

KATA PENGANTAR

Teriring salam dan doa selalu penulis panjatkan sebagai rasa syukur atas

nikmat dan hidayah yang telah diberikan Allah SWT, karena hanya dengan

rahmat dan kasih saying-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Analisis Keberhasilan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet

terhadap Kinerja Usahatani di Kecamatan Jasinga Kab Bogor. Penulisan skripsi

ini adalah sebagai suatu syarat untuk memenuhi kelulusan pada Departemen

Agribisnis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji gambaran pelaksanaan

Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet di Kecamatan Jasinga

Kabupaten Bogor dan dampak terhadap kinerja usahatani yang ada di Kecamatan

Jasinga Kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi

masukan bagi pihak-pihak dan instansi yang terkait dengan pelaksanaan program

pengembangan agribisnis komoditi karet di Kabupaten Bogor.

Skripsi ini sangat bermanfaat bagi penulis sebagai salah satu mahasiswa

yang sedang menyelesaikan tugas akhir pada Program Sarjana Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini

merupakan hasil maksimal yang dapat diselesaikan oleh penulis selama mengikuti

pembelajaran dalam kegiatan kuliah maupun tugas akhir ini. Penulis menyadari

bahwa masih terdapat keterbatasan dan kendala yang dihadapi dalam skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

memang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Bogor, Juni 2012

Sally Wulandari H34076137

Page 10: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, Penulis ingin

menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Dra Yusalina, M.Si sebagai dosen pembimbing, yang telah memberikan

bimbingan, saran dan pengarahan selama proses penyusunan skripsi ini.

2. Dr.Ir. Anna Farianty, M.Si selaku dosen penguji utama dan dosen evaluator

pada kolokium yang telah memberikan berbagai saran dan masukan untuk

penulis dalam upaya memaksimalkan penulisan skripsi ini.

3. Ir. Netti Tinaprilla, MSi sebagai perwakilan dari komisi akademik yang telah

meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran yang sangat

bermanfaat untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Ayahanda tercinta atas segala didikan dan nasehatnya kepada penulis serta

Ibunda atas perhatian, kepercayaan, kasih sayang dan doa tulus yang selalu

membuat penulis menjadi lebih baik serta adik-adikku untuk doanya.

5. Edwin Ertiansyah sebagai pembahas pada seminar hasil penulis, dengan

segala kritik dan saran yang bermanfaat untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Enjen sebagai ketua kelompok tani penerima bantuan Program untuk

informasi dan bantuan yang diberikan selama penelitian.

7. Ir. Prasetiowati dan Ir. Cahyo Prayitno sebagai Kepala Bidang Perkebunan

dan Kepala Seksi Pengelolaan Hasil dan Pemasaran Distanhut Kab Bogor

yang memberikan banyak informasi serta masukan dalam skripsi ini.

8. Sahabat-sahabatku Ratna Khodijah, Andita Rahmawati, Dwi Novianti

Lestari, Arie Fahmiyati, Annisa Febriani, dan Dwi Antoro atas doa dan

bantuan serta semangat yang begitu besar.

9. Kakak-kakak ku Indri Wulandari, Lenny Sulistianty, Ine Prestiani, Mira

Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya.

10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Bogor, Juni 2012

Sally Wulandari

Page 11: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

i

DAFTAR ISI Halaman

DAFTAR ISI ..................................................................................... i

DAFTAR TABEL ............................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ v

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... vi I PENDAHULUAN ................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ............................................................ 7 1.3 Tujuan ................................................................................ 10 1.4 Kegunaan ........................................................................... 10 1.5 Ruang Lingkup ................................................................... 11 II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 11

2.1 Agribisnis Karet di Indonesia ............................................. 11 2.2 Industri Pengolahan Karet Alam Indonesia ........................ 13 2.3 Konsep Pemberdayaan Masyarakat ...................................... 14 2.4 Pengembangan Ekonomi Lokal ............................................ 15 2.5 Konsep Kelembagaan dan Peran Kelembagaan..................... 17 2.6 Kelompok Tani .................................................................... 19 2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................ 20

III KERANGKA PEMIKIRAN .................................................... 23 3.1 Kerangka Teoritis ................................................................ 23

3.1.1 Sumberdaya Ekonomi Lokal ...................................... 23 3.1.2 Sistem Agribisnis .................. .................................... 23 3.1.3 Kelembagaan dalam Agribisnis .................................. 25 3.1.4 Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet ... 27

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ......................................... 28

IV METODE PENELITIAN ......................................................... 31 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 31 4.2 Jenis dan Sumber Data ......................................................... 32 4.3 Metode Pengumpulan Data dan Penarikan Sampel ............... 32 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................. 34 4.4.1 Analisis Deskriptif ....................................................... 34 4.4.2 Analisis Pendapatan .................................................... 36 4.4.3 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) .................................................................. 36 4.5 Batasan Operasional ............................................................ 36

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...................... 38 5.1 Gambaran Wilayah Kabupaten Bogor .................................. 38

5.2 Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Kecamatan Jasinga .... 41 5.3 Karakteristik Petani Responden .......................................... 44 5.3.1 Status Usahatani Karet ................................................ 45

Page 12: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

ii

5.3.2 Usia Petani ................................................................. 46 5.3.3 Pendidikan Petani ....................................................... 46 5.3.4 Pengalaman Bertani Karet ........................................... 47 5.3.5 Luas Lahan Petani Responden ..................................... 48 5.3.6 Status Kepemilikan Lahan Petani . ............................... 49

VI PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI KARET ....................................... 50 6.1 Mekanisme Penyaluran Bantuan ......................................... 50 6.2 Tanggapan Petani Penerima Bantuan ................................... 53 VII ANALISIS KINERJA USAHATANI DAN PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN JASINGA .................... 55 7.1 Analisis Kinerja Usahatani ................................................... 55

7.1.1 Penggunaan Input ...................................................... 56 7.1.1.1 Pupuk ............................................................ 57 7.1.1.2 Koagulan (Asam Semut) .................................. 58 7.1.1.3 Tenaga Kerja .................................................. 58

7.2 Analisis Pendapatan Usahatani ............................................ 59 7.2.1 Analisis Usahatani Karet Petani Penerima

Bantuan Program ........................................................ 59 7.2.2 Analisis Usahatani Karet Petani Non Penerima

Bantuan Program ........................................................ 61

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 63 8.1 Kesimpulan ........................................................................ 63 8.2 Saran ................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 65 LAMPIRAN ....................................................................................... 68

Page 13: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pendapatan Domestik Bruto Atas Harga Berlaku (Milyar Rp)

pada Tahun 2005-2009 ............................................................ 1

2. Pendapatan Domestik Bruto Atas Harga Konstan Menurut

Lapangan Usaha (Milyar Rupiah) Tahun 2005-2009 ................ 2

3. Persentase Perkebunan Karet Rakyat di Negara Produsen

Utama Dunia Pada Tahun 2008 ............................................... 3

4. Luas Lahan Perkebunan Karet Rakyat di Indonesia Menurut

Jenis Tanaman Pada Tahun 2005-2009 ..................................... 3

5. Produksi Komoditi Perkebunan di Indonesia menurut Jenis

Tanaman pada Tahun 2005-2009 ............................................. 4

6. Luas Kebun, Produksi dan Konsumsi Karet di Indonesia

Tahun 2001-2008 .................................................................... 4

7. Luas Tanaman Menghasilkan dan Produksi Karet di

Pulau Jawa dan Status Penggunaan Lahan Tahun 2008 ............. 5

8. Perkembangan Jumlah Produksi Sheet Basah yang Dihasilkan

Oleh Petani di Kec Jasinga Kab Bogor Tahun 2009-2010 ........ 9

9. Perbandingan Pembangunan Ekonomi Lokal (PEL) dan

Pembangunan Terpusat serta Kaitannya dengan Kebijakan

Sektor Publik ........................................................................... 16

10. Sebaran Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor menurut

Sensus Penduduk Tahun 2010 .................................................. 39

11. Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Jasinga Tahun 2011 ........... 43

12. Jumlah Penduduk Kecamatan Jasinga Berdasarkan Jenis

Mata Pencaharian Tahun 2010 ................................................. 44

13. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria

Status Usahatani Karet Di Kecamatan Jasinga Tahun 2011 ....... 45

14. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Usia di

Kecamatan Jasinga Tahun 2011 ................................................ 46

15. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Pendidikan di

Kecamatan Jasinga Tahun 2011 ................................................ 47

Page 14: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

iv

16. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani

Karet di Kecamatan Jasinga Tahun 2011 .................................. 48

17. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Luas Lahan di

Kecamatan Jasinga Tahun 2011 ................................................ 48

18. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Status Lahan di

Kecamatan Jasinga Tahun 2011 ................................................ 49

19. Perbaikan Mutu Sheet dan Harga Jual yang Diterima Petani

Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Program Pengembangan

Agribisnis Komoditi Karet Tahun 2009-2010 ........................... 53

20. Rata-rata Penggunaan Input Usahatani Karet per Hektar

per Tahun yang dilakukan Petani Penerima Bantuan Program

Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet di Kec Jasinga ....... 56

21. Rata-rata Penggunaan Input Usahatani Karet per Hektar

per Tahun yang dilakukan Petani Non Penerima Bantuan

Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet di

Kec Jasinga ............................................................................. 56

22. Analisis Pendapatan Sheet pada Petani Penerima Bantuan

Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet per

Hektar per Tahun di Kec Jasinga ............................................. 60

23. Analisis Pendapatan Sheet pada Petani Non Penerima Bantuan

Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet per

Hektar per Tahun di Kec Jasinga ............................................. 61

Page 15: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

v

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman

1. Produk Hasil Olahan Getah Karet/ Lateks di Indonesia ............ 13

2. Sistem Agribisnis .................................................................... 24

3. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Keberhasilan

Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet terhadap Kinerja Usahatani di Kec Jasinga Kab Bogor ........................... 30

Page 16: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat Propinsi Jawa Barat Menurut Komoditas dan Keadaan Tanaman........... 69

2. Penyusutan Alat-Alat Pasca Panen Petani Karet Penerima Bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet Dengan Metode Garis Lurus .................................................... 71

3. Penyusutan Alat-Alat Pasca Panen Petani Karet Non Penerima Bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet Dengan Metode Garis Lurus .................................................... 72

Page 17: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

1

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pertanian dipandang sebagai sektor yang strategis untuk dikembangkan,

karena kondisi alam Indonesia sangat menunjang untuk menghasilkan produk

pertanian. Pertanian merupakan sektor unggulan dan memiliki potensi yang besar

dalam perekonomian nasional Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari kontribusi

sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). PDB merupakan salah

satu indikator ekonomi makro yang ditujukan untuk mengetahui seberapa besar

peranan kontribusi yang diberikan oleh suatu produk terhadap pendapatan

nasional. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang cukup besar dalam PDB

nasional. (Tabel 1).

Tabel 1. Pendapatan Domestik Bruto Atas Harga Berlaku (Milyar Rp) pada Tahun 2005-2009

Tahun Sektor

2005 2006 2007 2008 2009

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

364.169,89 433.233,45 541.593,60 731.291,66 858.252,80

Pertambangan Penggalian

309.014,45 366.521,05 441.007,91 543.364,09 591.531,67

Industri Pengolahan

760.361,67 919.539,64 1.068.654,08 1.380.732,57 1.480.905,94

Listrik, Gas, Air Bersih

26.694,32 30.355,17 34.725,61 40.847,34 46.823,11

Bangunan 195.111,80 251.132,36 305.216,27 419.322,50 554.982,62 Perdagangan, Hotel Restoran

431.620,12 501.542,61 589.352,30 692.119,77 750.605,20

Pengangkutan Komunikasi

180.585,78 231.524,45 264.264,45 312.454,41 352.407,72

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

230.523,16 269.121,81 305.214,78 368.130,03 404.116,54

Jasa – Jasa 276.204,08 336.259,80 399.299,73 483.771,76 573.818,70 Produk Domestik Bruto

2.774.281,76 3.339.216,20 3.949.321,85 4.954.029,41 513.44147

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009

Sektor pertanian terbagi ke dalam beberapa subsektor. Salah satunya

adalah subsektor tanaman perkebunan. Komoditas perkebunan mempunyai

potensi yang besar untuk dikembangkan dan banyak diperlukan oleh pasar

domestik dan pasar internasional. Subsektor perkebunan menempati urutan kedua

setelah tanaman pangan dalam kontribusi Produk Domestik Bruto (Tabel 2).

Page 18: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

2

Tabel 2. Pendapatan Domestik Bruto Atas Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah) Tahun 2005-2009

Tahun Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008* 2009**

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

253.163,68 262.402,81 271.509,43 284.620,87 296.369,03

a. Tanaman Pangan 125.801,85 129.548,26 133.888,45 142.000,64 148.691,86 b. Tanaman Perkebunan 39.810,09 41.318,50 43.199,32 44.785,65 45.887,21 c. Peternakan 32.346,45 33.430,62 34.220,07 35.425,43 36.743,56 d. Kehutanan 17.176,69 16.686,49 16.548,61 16.543,43 16.793,78 e. Perikanan 38.745,66 41.419,81 43.652,68 45.866,92 48.253,72

Keterangan : * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010

Subsektor perkebunan umumnya berkembang di wilayah pedesaan,

marginal dan kadang terpencil. Subsektor perkebunan mempunyai peranan yang

strategis dalam pengembangan wilayah di daerah pedesaan dan terpencil tersebut.

Keberadaan subsektor perkebunan telah memberi kontribusi yang signifikan pada

pertumbuhan wilayah, dimana perkebunan tersebut berada. Berkembangnya

berbagai industri pendukung perkebunan, sektor jasa transportasi, konstruksi dan

perdagangan tidak terlepas dari multiplier effect pembangunan perkebunan di

wilayah tersebut. Peranan subsektor perkebunan dalam perekonomian nasional

adalah melalui kontribusi dalam pendapatan nasional, penyediaan lapangan kerja

pertumbuhan ekonomi, sumber devisa, pengentasan kemiskinan, konservasi

lingkungan serta penerimaan ekspor dan pajak (Direktorat Jenderal Perkebunan

Departemen Pertanian, 2008).

Salah satu komoditas perkebunan unggulan yang dimiliki oleh Indonesia

adalah tanaman karet. Karet merupakan komoditas ekspor unggulan Indonesia

yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa negara. Hal

tersebut didukung dengan data yang menyatakan bahwa Indonesia merupakan

salah satu negara penghasil karet nomor tiga di dunia setelah Thailand dan

Malaysia (Tabel 3).

Page 19: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

3

Tabel 3. Persentase Perkebunan Karet Rakyat di Negara Produsen Utama Dunia Pada Tahun 2008

Negara Luas Kebun Karet (000 Ha)

Pangsa Produksi Dunia (%)

Kebun Karet Rakyat (%)

Produktivitas (Kg/Ha/Tahun)

India 650,50 8,07 89,86 1.896,48 Indonesia 3.433,89 27,89 85,13 1.004,20 Malaysia 1.247,51 10,26 95,15 1.430,31 Thailand 2.675,66 30.66 95,06 1.706,46 Vietnam 619,34 6,06 49,91 1.660,89

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009

Tabel 3 menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara dengan luas

kebun karet terbesar di dunia, yakni seluas 3.433.000 Ha, dengan rata-rata

produktivitas sebesar 1.004 Kg/Ha/Tahun. Produksi karet nasional Indonesia

menempati urutan kedua setelah Thailand, yakni sebesar 27,9 persen dan luas

kebun karet rakyat di Indonesia sebesar 85 persen. Berdasarkan kondisi tersebut,

Indonesia berpeluang untuk menjadi negara penghasil karet terbesar di dunia.

Karet alam (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi

perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan

devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar

perkebunan karet serta pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati (Direktorat

Jenderal Perkebunan, 2009). Luas areal tanaman karet di Indonesia menempati

urutan kedua tertinggi setelah kelapa sawit dibandingkan dengan produk

komoditas perkebunan unggulan lainnya (Tabel 4).

Tabel 4. Luas Lahan Perkebunan Rakyat di Indonesia menurut Jenis Tanaman

pada Tahun 2005-2009 (Ribu Ha) Komoditi Tahun Karet Kelapa Sawit Coklat Kopi Teh

2005 512,40 3.593,43 85,79 52,90 81,71 2006 513,20 3.748,50 101,02 53,67 78,44 2007 514,07 4.101,77 106,25 52,50 77,65 2008 515,80 4.451,85 98,84 58,32 78,90 2009 526,40 4.520,68 102,96 58,98 75,71

Sumber : Badan Pusat Statistik 2010

Tabel 4 menunjukan bahwa luas lahan tanaman karet terus meningkat dari

tahun 2005 sampai dengan 2009. Rata–rata peningkatan luas lahan tanaman karet

adalah sebesar kurang lebih 307.920 Ha setiap tahunnya. Luas lahan yang terus

meningkat tentunya akan berpengaruh terhadap jumlah produksi karet alam

tersebut (Tabel 5).

Page 20: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

4

Tabel 5. Produksi Komoditi Perkebunan di Indonesia menurut Jenis Tanaman pada Tahun 2005-2009 (Ton)

Komoditi Tahun Karet Kelapa Sawit Coklat Kopi Teh

2005 432.221 10.119.061 55.127 24.809 128.154 2006 554.634 10.961.756 67.200 28.900 115.436 2007 578.486 11.437.986 68.600 24.100 116.501 2008 586.081 12.477.752 62.913 28.074 114.689 2009 640.787 12.954.662 63,628 28.448 112.761

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010

Tabel 5 menunjukkan bahwa produksi nasional karet meningkat setiap

tahunnya, dengan rata-rata peningkatan sebesar 558,441 Ton. Adanya peningkatan

tersebut didorong oleh semakin luasnya lahan tanaman karet pada Tabel 4.

Peningkatan luas lahan perkebunan karet di Indonesia disebabkan oleh banyaknya

pembukaan lahan baru dan konversi tanaman perkebunan lain menjadi tanaman

karet. Hal ini terjadi pada perkebunan besar dan perkebunan rakyat.

Nilai ekspor karet yang tinggi mempunyai kontribusi besar dalam

perekonomian negara. Permintaan karet dunia yang terus mengalami peningkatan

akan menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan karet sebagai

komoditi ekspor unggulan (Tabel 6).

Tabel 6. Luas Kebun, Produksi dan Konsumsi Karet di Indonesia Tahun 2001-2008

Tahun Ket

2005

2006

2007

2008

Trend

Luas Areal (000) Ha 3.279,00 3.309,00 3.414,00 3.433,00 0,38 Produksi (000) ton 2.271,00 2.637,00 2.765,00 2.751,00 8,14

Pangsa Pasar Dunia (%) 26,25 27,20 27,85 27,87 3,28

Ekspor (000) ton 2.023,80 2.286,00 2.406,70 2.295,50 6,92

Nilai (Miliar US$) 2.582,50 4320,70 4.868,70 6.056,60 35,05

Produksi Domestik (000) ton 221,00 355,00 391,00 414,00 17,82

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (Diolah)

Tabel 6 menjelaskan bahwa nilai ekspor karet cenderung mengalami

kenaikan dengan laju pertumbuhan rata-rata pertahun adalah sebesar 35,05 persen.

Sama halnya dengan pertumbuhan ekspor, produksi karet domestik pun

Page 21: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

5

mengalami kenaikan dengan laju pertumbuhan rata-rata adalah sebesar 17,82

persen. Naiknya laju pertumbuhan rata-rata pertumbuhan karet pertahun

mengindikasikan bahwa peluang ekspor karet dalam perdagangan dunia masih

terbuka lebar.

Peluang ekspor karet alam Indonesia pada masa yang akan datang masih

tetap cerah. Indonesia berpotensi untuk menjadi negara pemasok utama karet

dalam perdagangan karet dunia mengingat dua negara pemasok utama lainnya

(Malaysia dan Thailand) sudah tidak mampu lagi meningkatkan produksinya

karena keterbatasan lahan pengembangan (Direktorat Jenderal Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian, 2010). Berdasarkan posisi yang cukup strategis

tersebut, karet diharapkan menjadi salah satu penggerak kebangkitan ekonomi

melalui peningkatan produksi yang akan meningkatkan ekspor karet. Strategi

optimalisasi ekspor karet dinilai tepat, mengingat tingginya harga komoditi karet

di pasar internasional.

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah penghasil karet, dengan

luas areal sebesar 44.825 Ha tanaman menghasilkan dan produksi rata-rata

sebanyak 65.826 ton (Tabel 7). Jawa Barat mempunyai luas areal paling besar dan

memiliki angka produksi tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya yang ada

di Pulau Jawa. Tabel 7. Luas Tanaman Menghasilkan (TM) dan Produksi Perkebunan Karet di Pulau

Jawa Menurut Provinsi dan Status Penggunaan Lahan Tahun 2008 (*)

Provinsi Perkebunan Rakyat Perkebunan Negara Perkebunan Swasta Jumlah Total

Luas TM Produksi Luas TM Produksi Luas TM Produksi Luas TM Produksi

Jawa Barat 5,35 4,68 22,35 33,42 17,18 27,74 44,86 65,83

Banten 15,02 10,32 1,09 1,56 3,50 5,20 19,60 17,09

Jawa Tengah 6,67 5,94 18,65 26,24 4,20 6,91 23,51 33,75

Jawa Timur 0 0 13,73 20,72 4,27 6,42 18,00 27,15

Total 27,04 20,94 55,82 81,95 29,09 46,27 105,94 143,81

Keterangan : * Angka Sementara Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009

Karet alam merupakan bahan baku berbagai jenis produk diantaranya

adalah ban, sarung tangan karet, balon dan kasur busa (Tim PS, 2009). Hal ini

menunjukkan bahwa karet alam merupakan salah satu komoditas penting dalam

perekonomian dunia. Pentingnya karet sebagai komoditas internasional didukung

Page 22: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

6

oleh produksi karet yang dilakukan oleh berbagai negara produsen karet alam,

diantaranya adalah Thailand, Indonesia, Malaysia, India, Vietnam, dan China.

Teknik penyadapan dan penanganan pasca panen yang dilakukan akan

berpengaruh pada kualitas dari sheet yang dihasilkan. Hal ini akan memberikan

pengaruh yang baik terhadap harga jual yang diterima oleh petani karet. Sejauh ini

teknik penyadapan, penanganan pasca panen serta pengelolaan hasil dan

pemasaran hasil dari petani karet belum dilakukan secara optimal sehingga harga

jual yang diterima oleh petani sangat rendah.

Salah satu daerah penghasil karet alam di Jawa Barat adalah Kabupaten

Bogor, Sukabumi dan Cianjur. Kecamatan Jasinga merupakan sentra produksi

karet rakyat di Kabupaten Bogor. Pengolahan bahan olah karet di Kecamatan

Jasinga mempunyai potensi untuk terus dikembangkan, baik dalam bentuk lump

ataupun RSS. Keterbatasan pengetahuan petani dan sarana pasca panen menjadi

salah satu kendala dalam pengolahan bahan olah karet yang dihadapi oleh

sebagian besar petani karet di Kecamatan Jasinga. Hal tersebut dibuktikan dengan

rendahnya mutu dan kualitas hasil bahan olah karet yang dihasilkan oleh petani

karet di Kecamatan Jasinga.

Bertani karet merupakan mata pencaharian utama di Kecamatan Jasinga.

Usahatani karet merupakan usaha yang dilakukan turun temurun di Kecamatan

Jasinga. Jumlah kepala keluarga di Kecamatan Jasinga adalah sebanyak 22.138

kk, 4.218 kk diantaranya bermatapencaharian sebagai petani karet. (Statistik

Kecamatan Jasinga, 2009). Luas lahan perkebunan karet rakyat di Kecamatan

Jasinga adalah seluas 735,82 Ha, dengan produksi sebanyak 1318,90 ton bahan

mentah dan 263,78 ton hasil olahan. Rata–rata produktivitas tanaman karet rakyat

di Kecamatan Jasinga adalah 0,55 ton/Ha (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab

Bogor, 2010) .

Untuk meningkatkan kualitas dan mutu karet yang dihasilkan oleh petani,

maka Direktorat Jenderal Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Pertanian (Dirjen

P2HP), Kementrian Pertanian melalui Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor

mengadakan sebuah program, yakni Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet.

Page 23: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

7

1.2 Perumusan Masalah

Upaya pengembangan potensi sumberdaya ekonomi lokal yang berbasis

komoditi unggulan telah sejak lama dilakukan oleh pemerintah dalam rangka

mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat lokal, baik dalam bentuk bantuan

dana maupun sarana produksi. Titik berat program tersebut lebih banyak

diarahkan pada pemberdayaan masyarakat dan masih bersifat proyek dari

pemerintah pusat, sehingga pada umumnya program-program tersebut tidak

berkelanjutan setelah masa proyek berakhir (Hariyoga et al, 2006). Oleh karena

itu, diperlukan suatu upaya pemanfaatan sumberdaya dan sumberdana untuk

menggerakkan ekonomi lokal dengan meningkatkan peran swasta, baik dunia

usaha maupun masyarakat terkait dengan agribisnis karet secara utuh dan saling

berhubungan satu sama lain.

Komoditi karet sebagai salah satu produk unggulan dari Kabupaten Bogor

yang mempunyai potensi untuk terus dikembangkan. Kecamatan Jasinga

mempunyai luas lahan pertanian yang relatif luas serta keadaan agroekosistem

yang mendukung untuk pengembangan komoditi karet. Kondisi ini pada dasarnya

menjadi peluang pemerintah maupun masyarakat setempat untuk mengembangkan

sektor pertanian di daerah tersebut. Kecamatan Jasinga merupakan sentra

penghasil karet terbesar di Kabupaten Bogor (Lampiran 1). Pengusahaan budidaya

karet oleh para petani di Kecamatan Jasinga dilakukan pada lahan yang sempit (1-

2 Hektar) maupun lahan yang luas (≥ 2 Hektar).

Kegiatan usahatani dan pasca panen karet yang dilakukan oleh petani di

Kecamatan Jasinga telah berlangsung secara turun temurun dan menjadi mata

pencaharian utama di Kecamatan Jasinga. Keterbatasan sarana dan prasarana

pasca panen karet menjadi salah satu masalah dalam upaya pengembangan

komoditi ini. Adanya keterbatasan sarana dan prasarana tersebut berakibat pada

mutu dan kualitas hasil yang didapatkan petani dalam melakukan pengolahan

sheet karet.

Kegiatan usahatani karet yang dilakukan adalah menanam dan memelihara

tanaman karet sampai usia tanaman berumur lima tahun. Setelah tanaman berumur

lima tahun, maka petani dapat menyadap getah karet. Penyadapan karet dilakukan

setiap hari pada pagi hari. Alat yang dibutuhkan untuk menyadap karet adalah

Page 24: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

8

pisau sadap dan mangkok lateks. Umumnya petani menggunakan batok kelapa

sebagai mangkok penampung lateks. Setelah lateks terkumpul, maka lateks

tesebut dituang ke dalam loyang untuk proses pembekuan. Loyang yang

digunakan petani adalah jerigen air yang dibelah dua sama panjang. Alat-alat

tersebut sebetulnya tidak layak untuk digunakan dalam proses penyadapan dan

pasca panen karet, karena akan mempengaruhi kualitas sheet basah yang

dihasilkan. Untuk memperbaiki hal tersebut, maka Direktorat Jenderal

Pangelolaan Hasil dan Pemasaran Kementerian Pertanian memberikan bantuan

berupa alat pasca panen untuk memperbaiki kualitas hasil yakni Program

Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet.

Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet merupakan Program

yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal

Pengelolaan Hasil dan Pemasaran Hasil Pertanian. Program Pengembangan

Agribisnis ini merupakan serangkaian dari kegiatan-kegiatan yang terintegrasi

dari pasca panen hingga pemasaran hasil. Salah satu bentuk kegiatan dari program

Pengembangan Agribisnis adalah Kegiatan Pengembangan Agroindustri

Perdesaan, Sub Kegiatan Pengembangan Pasca Panen, Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan yang diwujudkan dalam pemberian bantuan berupa alat pasca

panen karet.

Mekanisme pemberian bantuan Program Pengembangan Agribisnis

Komoditi Karet adalah pemberian bantuan berupa alat pasca panen karet untuk

pengolahan bahan olah karet. Pemberian bantuan alat pasca panen ini diberikan

pada kelompok tani karet yang telah memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh

Kementrian Pertanian. Tujuan utama dari Program Pengembangan Agribisnis

Komoditi Karet adalah untuk meningkatkan mutu dan kualitas bahan olah karet

yang dihasilkan oleh anggota kelompok tani penerima bantuan, sehingga

pendapatan anggota kelompok tani penerima bantuan dapat meningkat.

Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet merupakan salah satu

program pada bidang pasca panen yang menitikberatkan proses pengolahan bahan

olah karet pada perkebunan karet rakyat. Sejauh ini, bahan olah karet yang

mampu dihasilkan oleh sebagian besar petani karet di Kecamatan Jasinga adalah

dalam bentuk sheet basah. Sheet basah merupakan bahan olah karet yang terbuat

Page 25: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

9

dari lateks segar yang telah mengalami proses pembekuan dan diproses melalui

penggilingan oleh hand mangel.

Adapun bantuan yang diberikan pada kelompok petani penerima bantuan

adalah satu unit hand mangel, 43 buah loyang, satu unit timbangan gantung, 43

buah pisau sadap dan 43 buah mangkok lateks. Untuk hand mangel dan

timbangan gantung, penggunaannya secara bersama-sama oleh seluruh anggota

kelompok tani. Untuk pisau sadap, loyang dan mangkok lateks, seluruh anggota

kelompok tani mendapatkannya dan penggunaan bantuan tersebut digunakan

secara pribadi atau masing-masing.

Untuk melihat keberhasilan program tersebut, diperlukan monitoring dan

evaluasi untuk perbaikan dan saran pada tahun yang akan datang. Salah satu cara

yang dapat dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan program adalah

dengan mengukur kinerja usahatani yang terjadi setelah program berlangsung.

Keberhasilan usahatani tersebut salah satunya bias dilihat dari pendapatan dan

jumlah produksi sheet yang dihasilkan oleh petani karet.

Sejauh ini hasil dari kegiatan usahatani karet yang dilakukan oleh petani di

Kecamatan Jasinga adalah sheet asalan. Sheet asalan adalah sheet yang kurang

memenuhi standar pasar yang dibutuhkan. Harga rata-rata yang diterima oleh

petani untuk sheet asalan ini adalah Rp 4.500,- per Kg. Dari 43 orang penerima

bantuan program diperoleh data rata-rata jumlah produksi yang dihasilkan oleh

petani sebelum dan sesudah program berlangsung. Tabel 8 menjelaskan

perkembangan jumlah produksi sheet yang ada di Kecamatan Jasinga Kab Bogor

Tabel 8. Perkembangan Jumlah Produksi Sheet basah yang dihasilkan oleh petani di Kec Jasinga Kab Bogor Tahun 2009-2010

Tahun Rata-Rata Jumlah Produksi (Kg) 2009 219.000 2010 328.500

Sumber : Data Kelompok Tani, 2011 (Diolah)

Tabel 8 menjelaskan adanya perkembangan yang cukup signifikan pada

rata-rata jumlah produksi yang dihasilkan oleh petani penerima bantuan Program

Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet. Hal tersebut diduga karena dengan

adanya pemberian bantuan Program Pengembangan Agribisnis telah memperbaiki

kualitas hasil sheet yang dihasilkan petani.

Page 26: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

10

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam

penelitian ini adalah:

1) Bagaimana gambaran pelaksanaan Program Pengembangan Agribisnis

Komoditi Karet di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor?

2) Bagaimana kinerja usahatani petani penerima bantuan dibandingkan petani non

penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet

Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1) Mengkaji pelaksanaan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet di

Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor.

2) Mengkaji kinerja usahatani petani penerima bantuan dibandingkan dengan

petani non penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi

Karet di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian yang akan dilaksanakan ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dengan program Pengembangan

Agribisnis, antara lain:

1) Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi

kepuasan petani pada dinas terkait sehingga dapat menjadi pertimbangan dinas

pemberi bantuan dalam menentukan kebijakan.

2) Memberikan tambahan literatur berupa sumbangan perbendaharaan ilmu

pengetahuan, khususnya bagi para peneliti yang akan meningkatkan

pengetahuannya dalam bidang Pengembangan Agribisnis, terutama yang

berbasis pada potensi komoditi unggulan agribisnis perkebunan.

3) Bagi penulis, proses dan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

sebagai media pembelajaran dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang telah

diperoleh.

Page 27: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

11

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya mengkaji pada subsistem pasca panen, dimana objek

yang akan diteliti adalah petani yang mengusahakan pengolahan bahan olah karet

sampai produk sheet basah dan yang menerima bantuan program Pengembangan

Agribisnis Komoditi Karet. Hal ini dikarenakan bantuan yang diberikan

pemerintah pada petani karet di Kecamatan Jasinga adalah alat pasca panen karet.

Kajian lain yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah komponen peningkatan

mutu dan kualitas hasil melalui pelaksanaan program Pengembangan Agribisnis

Komoditi Karet Kabupaten Bogor di Kecamatan Jasinga, yaitu dengan

menganalisis pelaksanaan program dan kepuasan petani terhadap bantuan

program yang diberikan.

Page 28: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

12

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agribisnis Karet di Indonesia

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut

mempunyai iklim dan hawa yang sama dengan Indonesia. Tanaman karet

termasuk dalam divisio Spermatophyta, sub divisio Angiospermae, kelas

dycotyledonae, ordo Euphorbiaceae, genus Hevea. Tanaman karet dapat tumbuh

dengan baik pada ketinggian antara 1-600 meter di atas permukaan laut, dengan

suhu harian antara 25-300C dan pH tanah untuk tanaman karet berkisar antara 5-6.

(Tim Penebar Swadaya, 1994).

Tanaman karet mempunyai tiga fase, yakni tanaman belum menghasilkan

(TBM), Tanaman Menghasilkan (TM ) dan Tanaman Tua Rusak (TTR). Pada fase

TBM, tanaman karet berusia 0-5 tahun, tanaman tersebut belum bisa disadap

getahnya. Fase TM tanaman karet adalah fase produktif tanaman, dimana tanaman

sudah bisa disadap getahnya. Umur tanaman pada fase TM adalah 6-30 tahun.

Setelah karet berusia lebih dari 30 tahun, maka tanaman memasuki fase TTR,

dimana tanaman sudah tidak bisa disadap (sadap mati). Pada fase tersebut

biasanya tanaman ditebang dan diambil kayunya.

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup

besar. Tinggi pohon dewasa dari tanaman karet mencapai 25 meter. Batang

tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di

beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke

arah timur. Hal ini disebabkan oleh perkembangan tanaman karet yang mengikuti

arah sinar matahari. Batang tanaman karet mengandung getah yang dikenal

dengan nama lateks. Semakin rendah letak tanaman karet, maka akan semakin

banyak getah yang dihasilkan. Kondisi tanah yang paling baik untuk tempat hidup

karet adalah tidak berbatu-batu dan terdapat pengaliran air tanah yang baik,

karena air tidak boleh tergenang.

Di Indonesia tanaman karet disadap untuk diambil getahnya. Getah tersebut

kemudian diolah menjadi lembaran atau yang dikenal dengan sheet. Sheet

merupakan bahan baku untuk berbagai industri.

Page 29: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

13

2.2 Industri Pengolahan Karet Alam Indonesia

Ragam produk karet yang dihasilkan dan diekspor Indonesia masih

terbatas. Umumnya masih didominasi produk primer (raw material) dan produk

setengah jadi. Sebagian besar bahan olah karet (bokar) yang berasal dari

perkebunan diolah menjadi karet remah (crumb rubber) dengan kodifikasi SIR

(Standard Indonesian Rubber) yang terdiri dari SIR 5, SIR 10, SIR 20, SIR 3CV,

SIR 3L dan SIR 3F. Selain itu, bokar diolah dalam bentuk lateks pekat dan sheet

yang terdiri dari smoked sheet dan unsmoked sheet. Pada lateks jenis sheet, yang

paling banyak diproduksi adalah jenis smoked sheet dengan kodifikasi RSS

(Ribbed Smoked Sheet). Berbagai produk yang dihasilkan dari karet dapat dilihat

secara rinci pada Gambar 1.

Gambar 1. Produk Hasil Olahan Getah Karet/Lateks di Indonesia Sumber : Ditjen Industri Agro dan Kimia, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2007

Bahan olah

Lateks Pekat Industri Peralatan

Kesehatan

Sheet Unsmoked Sheet

Smoked Sheet

Karet Remah

SIR 5 SIR 10 SIR 20

SIR 3CV

SIR 3L SIR 3F

Industri tas,

sepatu dan alat rumah tangga

Biji Karet

Minyak Biji Karet Industri sabun, minyak cat

Industri Kerajinan Tangan

Getah Karet

(Lateks)

Kayu Karet Industri Furniture, Pulp

Page 30: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

14

Apabila diolah lebih lanjut, karet remah dapat dijadikan berbagai produk,

diantaranya adalah ban, sepatu, bola, balon, dot susu, perlak, karpet dan

pelampung. Produk lanjutan dari lateks adalah berbagai alat kesehatan dan

laboratorim, diantaranya adalah pipet, selang, stetoskop, dan sarung tangan. Hasil

sampingan dari tanaman karet adalah kayu yang berasal dari kegiatan peremajaan

kebun karet tua yang sudah tidak menghasilkan karet. Kayu karet dapat

dipergunakan sebagai bahan bangunan rumah, kayu api, arang ataupun kayu

gergajian untuk rumah tangga (Furniture) serta bahan baku dalam industri bubur

kertas (Pulp). Hasil sampingan lain dari tanaman karet adalah biji karet yang

dapat diolah menjadi kerajinan tangan, minyak cat dan makanan ternak

(Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, Kementrian Perindustrian dan

Perdagangan, 2007).

2.3 Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat terutama di pedesaan tidak cukup hanya

dengan upaya meningkatkan produktivitas atau modal saja, tetapi harus diikuti

pula dengan perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat, mendukung

berkembangnya potensi masyarakat melalui peningkatan peran terhadap empat

akses yaitu: akses sumberdaya, akses teknologi, akses pasar dan akses sumber

pembiayaan. Dari empat akses ini, disamping menjadi tanggung jawab pemerintah

untuk memfasilitasinya, juga diperlukan peran aktif dari kelompok-kelompok

masyarakat di desa untuk membentuk usaha bersama atas kepentingan bersama

(Wayan et al, 2000).

Menurut Suharto (2004), pemberdayaan merupakan suatu rangkaian

kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam

masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.

Pemberdayaan sebagai suatu tujuan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin

dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat miskin yang berdaya,

memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kepercayaan diri, mampu

menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam

kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.

Page 31: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

15

Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator

keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.

Konsep pemberdayaan masyarakat secara mendasar berarti menempatkan

masyarakat beserta institusi-institusinya sebagai kekuatan dasar bagi

pengembangan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Menghidupkan kembali

berbagai pranata ekonomi masyarakat untuk dihimpun dan diperkuat sehingga

dapat berperan sebagai lokomotif bagi kemajuan ekonomi merupakan keharusan

untuk dilakukan. Ekonomi rakyat akan terbangun bila hubungan sinergis dari

berbagai pranata sosial dan ekonomi yang ada di dalam masyarakat

dikembangkan kearah terbentuknya jaringan ekonomi rakyat. Selain itu juga

diharapkan tidak saja dituntut untuk dapat mendayagunakan dan menghasilkan

potensi sumber daya lokal untuk kepentingan kesejahteraan rakyat, tetapi juga

terlindunginya hak-hak rakyat dalam pengelolaan sumberdaya lokal sesuai dengan

kepentingan ekonomi dan sosialnya.

2.4 Pengembangan Ekonomi Lokal

Menurut Krisnamurthi (2002), pembangunan ekonomi lokal adalah suatu

proses pembangunan yang dilaksanakan di tingkat lokal untuk kepentingan

masyarakat lokal dan dilakukan terutama oleh anggota masyarakat itu sendiri.

Pembangunan ekonomi lokal menjadi alternatif pilihan kebijakan pembangunan

yang lebih bersifat pembangunan ekonomi lokal. Adapun perbandingan antara

pembangunan ekonomi lokal dan pembangunan ekonomi terpusat dapat dilihat

pada Tabel 9.

Page 32: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

16

Tabel 9. Perbandingan Pembangunan Ekonomi Lokal (PEL) dan Pembangunan Terpusat serta Kaitannya dengan Kebijakan Sektor Publik.

No Variabel Pembangunan Ekonomi Lokal

Pembangunan Ekonomi Terpusat

1 Tanggung Jawab

Sektor publik bertanggung jawab dalam memberikan arahan bagi investasi swasta sehingga dapat mendorong perkembangan ekonomi yang diharapkan.

Sektor publik bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan ekonomi dan sosial yang kondusif bagi investasi swasta.

2 Tujuan

Sektor publik ditujukan untuk menciptakan manfaat langsung kepada kelompok masyarakat yang paling membutuhkan.

Sektor publik ditujukan untuk mendorong pertumbuhan dan ekspansi pengeluaran publik.

3 Sarana

Sumberdaya sektor publik merupakan sarana untuk memastikan agar perkembangan ekonomi yang spesifik dapat dicapai.

Sumberdaya publik menjadi sarana untuk mengakomodasi kepentingan sektor swasta.

4 Target

Target kegiatan publik diarahkan langsung kepada kelompok tertentu yang membutuhkan.

Target kegiatan publik adalah kegiatan yang dimiliki oleh masyarakat lokal

Target kegiatan pada pertumbuhan sektoral

Target kegiatan sepenuhnya mengikuti kriteria efisiensi

5 Lokasi Kegiatan Desentralisasi kegiatan

Lokasi kegiatan dipilih yang paling ekonomis dengan dukungan sarana yang paling baik

6 Fokus Kegiatan

Menekankan pada penciptaan kesempatan kerja yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja lokal

Menekankan pada kompetisi kesempatan kerja berdasarkan keahlian dan keterampilan

Sumber: Krisnamurthi, 2002

Pengembangan ekonomi yang memiliki keunggulan komparatif dan

kompetitif termasuk dalam menghadapi pasar global adalah kegiatan ekonomi

yang mutlak dikembangkan dengan berbasiskan sumberdaya alam (resource

based economy), terutama yang berbasiskan sumberdaya alam pertanian

(Damanhuri, 2000). Kondisi tersebut diharapkan dapat mendukung

pengembangan agribisnis maupun agroindustri menjadi leading sector (core)

dalam proses pembangunan, termasuk kaitannya dengan pemberdyaan ekonomi

rakyat.

Page 33: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

17

Menurut Syaukat dan Hendrakusumaatmadja (2003), Pengembangan

Ekonomi Lokal (PEL) merupakan kerjasama seluruh komponen masyarakat di

suatu daerah (lokal) untuk mencapai partumbuhan ekonomi berkelanjutan yang

akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan kualitas hidup seluruh masyarakat

di dalam komunitas. Keberhasilan program PEL sangat ditentukan oleh motivasi

pemerintah pusat atau daerah dalam merencanakan, memformulasikan dan

mengimplementasikan program-program otonomi daerah. Konsep dasar dari PEL

adalah suatu proses dimana pemerintah setempat (Local governments) mengatur

sumber-sumber daya setempat dan menciptakan pola kemitraan dengan sektor

swasta atau sektor publik untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru dan

merangsang aktivitas ekonomi pada suatu wilayah ekonomi (Blakely, 1994).

Pengembangan ekonomi lokal erat kaitannya dengan pemberdayaan

sumberdaya manusia, lembaga dan lingkungan sekitarnya. Untuk

mengembangkan ekonomi lokal tidak cukup hanya dengan meningkatkan

kemampuan sumberdaya manusianya, tetapi juga diperlukan adanya lembaga

yang terlatih untuk mengelola sumberdaya manusia yang sudah maju, dan

memerlukan lingkungan yang kondusif untuk memungkinkan lembaga ekonomi

lokal tersebut berkembang. Pengembangan ekonomi lokal melalui pengembangan

lembaga kemitraan semua stakeholders (pemerintah, dunia usaha dan masyarakat)

tentunya membutuhkan kemampuan komunikasi diantara semua lembaga yang

bersangkutan, dalam menjamin kesinambungan mitra kerja dan mitra usaha.

Untuk selanjutnya, komunikasi multi arah menjadi kebutuhan dasar dalam

pengembangan lembaga kemitraan tersebut.

2.5 Konsep Kelembagaan dan Peran Kelembagaan

Menurut Mubyarto (1989), yang dimaksud dengan lembaga adalah

organisasi atau kaidah-kaidah baik formal maupun informal yang mengatur

perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu dalam kegiatan-kegiatan rutin

sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Nasution (2002), kelembagaan mempunyai pengertian sebagai

wadah dan sebagai norma. Lembaga atau institusi adalah seperangkat aturan,

prosedur norma perilaku individual dan sangat penting artinya bagi

Page 34: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

18

pengembangan pertanian. Pada dasarnya kelembagaan mempunyai dua pengertian

yaitu kelembagaan sebagai suatu aturan main (rule of the game) dalam interaksi

personal dan kelembagaan sebagai suatu organisasi yang memiliki hierarki

(Hayami dan Kikuchi, 1987 dalam Baga, 2009). Kelembagaan sebagai aturan

main diartikan sebagai sekumpulan aturan, baik formal maupun informal, tertulis

maupun tidak tertulis mengenai tata hubungan manusia dan lingkungannya yang

menyangkut hak-hak serta tanggung jawabnya. Kelembagaan sebagai organisasi

biasanya merujuk pada lembaga-lembaga formal seperti departemen dalam

pemerintah, koperasi, bank dan sebagainya.

Suatu kelembagaan (institution) baik sebagai aturan main maupun

sebagai suatu organisasi, dicirikan oleh adanya tiga komponen utama (Pakpahan,

1990 dalam Nasution, 2002) yaitu :

1. Batas Kewenangan (Jurisdictional Boundary)

Batas kewenangan merupakan batas wilayah kekuasaan atau batas

otoritas yang dimiliki oleh seseorang atau pihak tertentu terhadap sumberdaya,

factor produksi serta barang dan jasa. Dalam suatu organisasi batas kewenangan

menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam organisasi tersebut.

2. Hak kepemilikan (Property Right)

Konsep property right selalu mengandung makna social yang

berimplikasi ekonomi. Konsep property right atau hak kepemilikan muncul dari

konsep hak (right) dan kewajiban (obligation) dari semua masyarakat peserta

yang diatur oleh suatu peraturan yang menjadi pegangan, adat dan tradisi atau

consensus yang mengatur hubungan antar anggota masyarakat. Oleh karena itu,

tidak ada seorang pun yang dapat mengatakan hak milik atau penguasaan bila

tidak ada pengesahan dari masyarakat sekarang. Pengertian tersebut mengandung

dua implikasi, yakni hak seseorang adalah kewajiban orang lain dan hak yang

tercermin dalam kepemilikan (ownership) adalah sumber kekuasaan untuk

memperoleh sumberdaya.

3. Aturan Representasi (Rule of Representation)

Aturan representasi mengatur siapa yang berhak berpartisipasi dalam

pengambilan keputusan. Keputusan apa yang diambil dan apa akibatnya tehadap

performance akan ditentukan oleh kaidah representasi yang digunakan dalam

Page 35: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

19

proses pengambilan keputusan. Dalam proses ini bentuk partisipasi ditentukan

oleh keputusan kebijaksanaan organisasi dalam membagi beban dan manfaat

terhadap anggota dalam organisasi tersebut.

Terkait dengan komunitas perdesaan, maka terdapat beberapa unit-unit

sosial (kelompok, kelembagaan dan organisasi) yang merupakan aset untuk dapat

dikembangkan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan. Pengembangan

kelembagaan di tingkat local dapat dilakukan dengan system jejaring kerjasama

yang setara dan saling menguntungkan.

Menurut Sumarti, dkk (2008), kelembagaan di perdesaan dapat dibagi ke

dalam dua kelompok, yaitu : pertama, lembaga formal seperti pemerintah desa,

BPD, KUD dan lain–lain. Kedua, kelembagaan tradisional atau lokal.

Kelembagaan ini merupakan kelembagaan yang tumbuh dari dalam komunitas itu

sendiri yang sering memberikan “asuransi terselubung” bagi kelangsungan hidup

komunitas tersebut. Kelembagaan tersebut biasanya berwujud nilai-nilai,

kebiasaan-kebiasaan dan cara-cara hidup yang telah lama hidup dalam komunitas

seperti kebiasaan tolong-menolong, gotong royong, simpan pinjam, arisan,

lumbung paceklik dan lain sebagainya. Keberadaan lembaga di perdesaan

memiliki fungsi yang mampu memberikan “energi sosial” yang merupakan

kekuatan internal masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah mereka sendiri.

Berdasarkan hal tersebut, maka lembaga di perdesaan yang saat ini memiliki

kesamaan dalam karakteristik tersebut dapat dikatakan lembaga kelompok tani.

Peran kelembagaan sangat penting dalam mengatur sumberdaya dan

ditribusi manfaat. Untuk itu unsur kelembagan perlu diperhatikan dalam upaya

peningkatan potensi desa guna menunjang pembangunan desa. Dengan adanya

kelembagaan petani dan ekonomi desa sangat terbantu dalam hal mengatur silang

hubungan antar pemilik input dalam menghasilkan output ekonomi desa dan

dalam mengatur distribusi dari output tersebut.

2.6 Kelompok Tani

Menurut Departemen Pertanian (2008), kelompok tani diartikan sebagai

kumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri dari petani dewasa (pria atau

wanita), maupun petani taruna (pemuda atau pemudi) yang terkait secara informal

Page 36: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

20

dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama,

kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,

sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha

anggota.

2.7 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian Lestari (2010), mengemukakan bahwa konsumsi karet

alam dunia terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh

berkembangnya industri-industri yang berbahan baku karet alam. Sama halnya

dengan penelitian Priyohutomo (2010), peneliti mengemukakan bahwa

produktivitas karet alam Indonesia masih rendah yang menyebabkan ekspor karet

alam Indonesia berfluktuasi. Penelitian ini mengkaji tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi penawaran ekspor karet ala mini menggunakan alat analisis model

log ganda dan metode OLS. Variabel dependen yang digunakan adalah volume

ekspor karet alam Indonesia serta variabel independennya meliputi volume

produksi karet alam domestik, volume konsumsi karet alam domestik, nilai tukar

Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, volume ekspor bulan sebelumnya, harga

karet alam domestik, harga karet alam dunia dan harga karet alam sintesis. Hasil

penelitian dari penelitian tersebut adalah variabel yang berpengaruh signifikan

adalah volume produksi domestik, volume konsumsi domestik dan harga karet

sintesis. Volume produksi domestik menjadi satu-satunya variabel yang bersifat

elastis terhadap volume ekspor karet alam Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Sunandar (2007) dan Pratama (2010),

menunjukkan bahwa tingkat produksi karet alam Indonesia mengalami kenaikan

setiap tahunnya. Peran penting kebijakan pemerintah dalam input adalah

pemberian subsidi pupuk dan output sangat membantu petani karet alam dalam

meningkatkan daya saing. Penelitian ini menggunakan alat analisis Policy

Analysis Matrix (PAM) atau Matriks Analisis Kebijakan. Hasil analisis ini

menujukkan bahwa pengusahaan komoditi tanaman karet mempunyai daya saing.

Dengan adanya daya saing tersebut, menunjukkan bahwa karet alam masih

mempunyai keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif. Ekspor terbanyak

yang dilakukan Indonesia untuk Bahan Olah Karet (Bokar) adalah SIR (Standard

Page 37: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

21

Indonesian Rubber) yang merupakan spesifikasi teknis yang dibuat dari

koagulump lateks. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model

Regresi Logistik Biner dan analisis pendapatan usahatani. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani

dalam menentukan jenis bahan olah karet secar signifikan adalah jumlah anggota

keluarga petani, luas lahan yang dimiliki, keanggotaan petani dalam kelompok

tani, keberadaan PPL serta variabel harga koagulump yang diterima oleh petani.

Widhyastuti (2006) dan Firwiyanto (2008), menggunakan alat analisis

yang sama dalam penelitiannya yaitu metode Importance Performance Analysis

(IPA). Penelitian yang mengkaji tentang Evaluasi Program Pelaksanaan PIR serta

tingkat pendapatan dan tingkat kepuasan peternak terhadap pelaksanaan kemitraan

ayam broiler. Atribut penetapan denda sortasi merupakan atribut dengan nilai

terendah. Hasil penelitian menunjukan tingkat pendapatan yang diperoleh

peternak mitra lebih kecil dibandingkan dengan peternak mandiri tetapi cukup

sepadan bagi peternak yang tidak memiliki modal. Berdasarkan hasil IPA dan CSI

diketahui nilai sebesar 74 persen. Hal ini menandakan bahwa secara keseluruhan

peternak mitra merasa puas terhadap kinerja atribut kemitraan yang dilaksanakan

perusahaan inti. Penelitian yang dilakukan oleh Syahid (2005), tentang pengembangan

ekonomi lokal melalui pengembangan kelompok tani ternak itik di Kabupaten

Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini menunjukkan bahwa

diperlukan langkah strategis dalam pengembangan ekonomi lokal melalui

pengembangan kelompok tani ternak itik. Kajian ini juga bertujuan untuk

mengkonstruksikan konsep pemberdayaan yang sesuai bagi seluruh komunitas

dan kelompok tani dalam pengelolaan potensi sumberdaya lokal. Kegiatan dan

proses pemberdayaan yang dilakukan ternyata belum menunjukkan keberdayaan

masyarakat petani. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya masalah-masalah

sosial ekonomi yang dihadapi warganya.

Penelitian tentang program pengembangan pertanian (Primatani), dalam

hal ini dilakukan oleh Nur Yulistia (2009), yang menganalisis pendapatan dan

efisiensi produksi usahatani belimbing dewa peserta Primatani Di Kota Depok,

menyatakan bahwa adanya program primatani dalam pengembangan belimbing

Page 38: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

22

dewa ternyata tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat

pendapatan petani peserta primatani. Hal ini terlihat dari pendapatan atas biaya

tunai dan biaya total yang lebih besar diperoleh petani non peserta primatani

dibandingkan petani peserta primatani. Namun demikian, usahatani belimbing

dewa yang dilakukan Di Kota Depok selama ini sudah menguntungkan bagi para

petani, analisis ini terlihat dari nilai R/C rasio pada petani primatani maupun non

primatani yang lebih besar dari satu.

Konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini memiliki persamaan dan

perbedaan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Persamaannya

adalah mengkaji suatu program pemerintah, dalam hal ini adalah Pengembangan

Agribisnis Komoditi Karet terhadap masyarakat yang ada di suatu desa yang

berbeda. Perbedaannya adalah penelitian ini mengkaji bagaimana pelaksanaan

program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet dengan melihat bagaimana

keberhasilan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet di Kecamatan

Jasinga Kabupaten Bogor.

Page 39: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

23

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran untuk menguraikan nalar dan pola pikir dalam upaya

menjawab tujuan penelitian. Uraian pemaparan mengenai hal yang berkaitan dan

relevan dengan penelitian. Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini

membahas konsep sumberdaya ekonomi lokal, sistem agribisnis,kelembagaan

dalam agribisnis, pendapatan usahatani dan program pengembangan agribisnis

komoditi karet. Alat hitung yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendapatan usahatani.

3.1.1 Sumberdaya Ekonomi Lokal

Sumberdaya ekonomi lokal yang dimiliki oleh suatu daerah pada dasarnya

merupakan potensi yang dihasilkan dari suatu daerah. Pengembangan potensi

lokal ini menjadi sebuah peluang ketika diterapkannya kebijakan tentang otonomi

daerah. Pengembangan wilayah dalam ruang lingkup otonomi daerah juga harus

didasarkan atas keunggulan komparatif suatu wilayah sesuai dengan potensi dan

kendala bio-fisik (tanah, agroklimat) dan sosial ekonominya. Kecamatan Jasinga

sebagai salah satu daerah penanaman karet memiliki keunggulan tersendiri untuk

terus mengembangkan karet sebagai potensi lokal yang ada di kecamatan tersebut.

Sebagai produk unggulan yang menjadi salah satu pendukung pembangunan

kecamatan, sumberdaya ini menjadi penting untuk terus dikembangkan baik dari

segi produksi maupun kegiatan pemasarannya.

3.1.2 Sistem Agribisnis

Istilah sistem (system) berasal dari bahasa Yunani, systema yang berarti,

yaitu :(1) suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian dan (2)

hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen secara teratur.

Jadi istilah systema mengandung arti sebagai bagian keseluruhan atau komponen

atau himpunan yang saling berhubungan satu sama lain secara teratur menjadi satu

kesatuan menjadi satu kesatuan yang terpadu sesuai dengan mekanismenya

(Rahim dan Diah, 2008).

Page 40: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

24

Agribisnis adalah sebagai bentuk modern dari pertanian primer, paling

sedikit mencakup empat subsistem, yakni: susbsistem agribisnis hulu

(upstreamagribusiness), yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan dan

perdagangan sarana produksi pertanian primer (seperti industri pupuk, obat-

obatan, bibit/benih, alat dan mesin pertanian, dan lain-lain); subsistem usahatani

(on-farm agribusiness); subsistem agribisnis hilir (downstream agribusiness)

(Saragih,2010). Agribisnis ini membentuk suatu sistem yang simultan dan

memiliki keterkaitan yang erat antara keempat subsistem tersebut.

Sektor agribisnsis menurut Saragih (2010) adalah sebagai bentuk modern

dari pertanian primer, paling sedikit mencakup empat subsistem, yakni: subsistem

agribisnis hulu (upstream agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi yang

menghasilkan dan perdagangan sarana produksi pertanian primer (seperti industry

pupuk, obat-obatan,bibit/benih, alat dan mesin pertanian, dan lain-lain) ;

subsistem usahatani (on-farm agribusiness) atau disebut sebagai sector pertanian

primer; subsistem agribisnis hilir (downstream agribusiness), yaitu kegiatan

ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, baik yang

siap untuk dimasak atau siap untuk disaji atau siap untuk dikonsumsi beserta

kegiatan perdagangannya di pasar domestic dan internasional; dan subsistem jasa

layanan pendukung seperti lembaga keuangan dan pembiayaan, transportasi,

penyuluhan dan layan informasi agribisnis, penelitian dan pengembangan,

kebijakan pemerintah, asuransi agribisnis dan lain-lain. Secara sederhana sistem

agribisnis dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Sistem Agribisnis Sumber : Saragih (2010)

Subsistem Agribisnis Hulu

Subsistem Usahatani

Subsistem Pengolahan

Subsistem Jasa dan penunjang

Subsistem Pemasaran

Page 41: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

25

Agribisnis ini menunjukkan adanya keterkaitan vertical antar-subsistem

agribisnis serta keterkaitan horizontal dengan system atau subsistem lain di luar

seperti jasa-jasa (financial dan perbankan, transportasi, perdagangan, pendidikan,

dan lainnya) (Saragih,2010). Sistem agribisnis ini pada dasarnya merupakan

bentuk pertanian, industry dan jasa secara saling terkait (sinergis) dan menyeluruh

(utuh/sebagai suatu sistem).

3.1.3 Kelembagaan dalam Agribisnis

Kelembagaan agribisnis dapat berupa kelompok tani. Kelompok tani ini

yang kemudian menjalin kemitraan dengan pihak luar sebagai badan organisasi

perkumpulan petani. Menurut Keputusan Menteri Pertanian nomor 940 tahun

1997, kemitraan usaha pertanian merupakan suatu bentuk kerjasama usaha

diantara perusahaan dan kelompok mitra di bidang usaha pertanian.

Kemitraan merupakan suatu bentuk kerjasama yang mengacu pada

terbentuknya keseimbangan, keselarasan dan keterampilan yang didasari oleh

sikap saling percaya antara kedua pihak yang bermitra yaitu perusahaan dan

kelompok, dimana adanya hubungan kemitraan ini akan terwujud hubungan saling

menguntungkan, saling membutuhkan dan saling memperkuat. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa kerjasama dalam bentuk kemitraan ini bertujuan untuk

meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, adanya jaminan jumlah suplai,

meningkatkan kualitas produksi, meningkatkan kualitas kelompok mitra,

meningkatkan usaha, menciptakan kelompok mitra yang mandiri.

Kemitraan yang banyak dilakukan oleh petani adalah dengan adanya

bentuk kelembagaan agribisnis. Menurut Baga (2009), pada dasarnya

kelembagaan mempunyai dua pengertian, yaitu : kelembagaan sebgai suatu aturan

main (rule of the game) dalam interaksi personal dan kelembagaan sebagai suatu

organisasi yang memiliki hierarki. Kelembagaan sebagai aturan main diartikan

sebagai sekumpulan aturan baik formal maupun informal, tertulis maupun tidak

tertulis mengenai tata hubungan manusia dan lingkungannya yang menyangkut

hak-hak dan perlindungan hak-hak serta tanggung jawabnya.

Menurut Saptana (2006) membagi proses terbentuknya kelembagaan

menjadi dua, yaitu kelembagaan yang tumbuh secara alamiah dan kelembagaan

yang sengaja dibentuk dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu. Ciri

Page 42: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

26

kelembagaan yang tumbuh secara alamiah adalah terbentuk karena adanya

kebutuhan masyarakat, berlangsung dalam kurun waktu yang lama, bersifat in

formal dan umumnya tidak tertulis. Kelembagaan yang sengaja dibentuk memiliki

ciri adanya inisiasi dalam proses pembentukannya, sifatnya lebih formal adan

umumnya bersifat tertulis (rumusan tujuan, tata tertib yang berlaku dan rumusan

kerja sama antara pelaku.

Pembangunan kelembagaan merupakan suatu proses untuk memperbaiki

kemampuan suatu lembaga (institution) dalam menggunakan sumberdaya yang

tersedia, berupa manusia (human) maupun dana (financial) secara efektif.

Keefektifan suatu lembaga tergantung pada lokasi, aktivitas dan teknologi yang

digunakan oleh suatu lembaga. Konsep keefektifan (effectiveness) diartikan

sebagai kemampuan suatu lembaga dalam mendefinisikan seperangkat standar

dan menyesuaikannya dengan tujuan operasionalnya (Baga, 2009).

Keberadaan kelembagaan agribisnis dalam bentuk kelompok tani

memberikan peran yang sangat berarti bagi petani. Kelompok tani ini menjadi

organisasi kerjasama petani untuk berhubungan dengan pihak luar misalnya

perusahaan mitra untuk meningkatkan pendapatan. Selain itu, kelompok tani ini

menjadi tempat untuk mengadopsi penerapan teknologi ditingkat petani.

Keberadaan kelembagaan harus memberikan manfaat bagi anggotanya yaitu

melalui kinerjanya. Kinerja dapat diartikan sebagai sesuatu yang dicapai atau

prestasi yang diperlihatkan. Jhon Witmore dalam Coaching for Performance

(1997:104), menyatakan kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut

dari seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum

keterampilan. Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan

dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil

suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau

perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan

operasional.

Menurut Cascio (1992 :267), penilaian kinerja adalah sebuah gambaran

atau deskripsi yang sistematis tentang kekuatan dan kelemahan yang terkait dari

Page 43: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

27

seseorang atau suatu kelompok1. Kinerja mengenai keberadaan kelembagaan

agribisnis ini adalah bentuk manfaat yang diberikan dari kelembagaan tersebut

terhadapa anggotanya, dalam hal ini adalah bentuk kelompok tani yang

keberadaannya seberapa efektif terhadap produkivitas dan pendapatan

anggotannya.

3.1.4 Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet

Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet merupakan salah satu

program yang dilakukan oleh Kementrian Pertanian (Kementan) yang baru

dilakukan pada tahun 2009 hingga sekarang. Salah satu tujuan utamanya adalah

meningkatkan penanganan pasca panen, dengan mengurangi tingkat kehilangan

hasil. Penerapan program tersebut, diharapkan petani dapat meningkatkan

kemampuan dan pengetahuannya dalam penanganan pasca panen karet dengan

baik dan benar, yakni sesuai dengan kaidah Good Handling Practise (GHP)

melalui pembinaan yang terarah, intensif dan berkelanjutan (Dirjen P2HP,2008).

Bentuk bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada petani adalah alat

pasca panen karet yang terdiri atas hand mangel, timbangan gantung, mangkok

lateks, loyang, dan pisau sadap. Bantuan tersebut didistribusikan pada beberapa

kelompok, sesuai dengan proposal dan Rencana Usaha Kelompok (RUK) yang

diajukan pada lingkup Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

Sasaran dari program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet adalah

kelompok tani yang mempunyai usaha pasca panen karet, pengolahan karet dan

atau pemasaran hasil karet, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Mempunyai pengurus aktif (minimal ketua, sekretaris, bendahara) dan aturan

organisasi yang dibuktikan dengan Berita Acara pembentukan kelompok tani,

dengan disetujui oleh anggotanya, dan usahanya telah berjalan.

b. Tidak termasuk dalam daftar kredit macet atau kredit bermasalah serta tidak

termasuk dalam dalam daftar hitam Bank Indonesia

1Anonim. Penilaian Kinerja. www.google.com//search//penilaian kinerja//wikipedia//

html (15 Februari 2010).

Page 44: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

28

c. Mengusahakan penanganan pasca panen karet, pengolahan dan atau

pemasaran komoditas strategis yang telah ditetapkan Departemen Pertanian

yang mempunyai potensi dan prospek pasar yang jelas.

d. Mempunyai proposal kegiatan dan rencana penggunaan anggaran untuk

mengembangkan penanganan pasca panen, pengolahan, dan atau pemasaran

karet

e. Lolos seleksi dan disetujui oleh tim teknis Dinas lingkup pertanian

Kabupaten/Kota

f. Bersedia mengikuti petunjuk/pembinaan dari Dinas lingkup pertanian

Kabupaten/Kota

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Kecamatan Jasinga merupakan salah satu sentra pengembangan produksi

karet di Kabupaten Bogor yang mempunyai jumlah produksi dan lahan budidaya

yang lebih banyak dibandingkan beberapa kecamatan lainnya di Kabupaten Bogor

(Lampiran 1). Hingga saat ini wilayah Kecamatan Jasinga, sebagai sentra

produksi di Kabupaten Bogor belum mampu memberikan kontribusi untuk

memenuhi permintaan pasar karena masih rendahnya mutu sheet yang dihasilkan

oleh petani. Adanya kemajuan teknologi akan memungkinkan kualitas sheet yang

dihasilkan petani akan meningkat.

Karet merupakan salah satu komoditas yang dikembangkan di Kab Bogor

sebagai potensi lokal pertanian daerah pembudidayaannya masih dinilai sangat

sedikit dibandingkan dengan jenis tanaman perkebunan lainnya. Karet memiliki

nilai ekonomis tinggi apabila penanganan pasca panen dilakukan dengan baik dan

mengolahnya menjadi sheet yang memenuhi standar kualifikasi pasar yang

diinginkan. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kab Bogor dalam

mengembangkan komoditi karet sebagai potensi lokal diharapkan meningkatkan

produk unggulan tersebut baik dari segi produksi maupun pemasarannya. Salah

satu upaya yang dilakukan adalah pemberian bantuan alat pasca panen karet.

Pelaksanaan program melalui pemberian bantuan alat pasca panen

diharapkan dapat meningkatkan kegiatan pasca panen karet yang merupakan salah

satu mata pencaharian utama para petani responden. Secara tidak langsung adanya

Page 45: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

29

peningkatan kegiatan produksi ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan

para petani karet Dalam pelaksanaannya, pihak pelaksana program juga

melakukan kegiatan monitoring dan penyuluhan kepada para petani karet di

Kecamatan Jasinga. Dalam kegiatan pasca panen ini dianalisis dari berbagai faktor

yang mendukung, terutama penggunaan input seperti peralatan dan tenaga kerja.

Analisis pendapatan usahatani dalam penelitian ini sebagai gambaran

untuk mengukur seberapa besar tingkat keberhasilan program pengembangan

agribisnis komoditi karet di Ketingkat kepuasan penerima bantuan. Dari hasil

analisis ini diharapkan bisa dijadikan sebagai gambaran umum pelaksanaan

program pengembangan agribisnis komoditi karet di Kecamatan Jasinga

Kabupaten Bogor yang bisa dirumuskan menjadi kebijakan yang mungkin

dilakukan oleh pelaksana teknis program tersebut, yaitu Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bogor. Secara sistematis, kerangka berpikir operasional

pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 46: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

30

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Keberhasilan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet terhadap Kinerja Usahatani di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor.

Kualitas bahan olah karet di Kab Bogor belum optimal

Usaha perbaikan kualitas bahan olah karet sebagai potensi ekonomi lokal

Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kab Bogor

Pemberian bantuan alat pasca panen karet

Analisis pendapatan usahatani sebagai indikator keberhasilan

usahatani

Rekomendasi

Pelaksanaan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet

Gambaran pelaksanaan program

Mekanisme penyaluran bantuan

Tanggapan petani

Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet

Pendapatan Usahatani Variabel :

1. Pupuk 2. Koagulan (asam semut) 3. Pajak lahan 4. Tenaga kerja 5. Ember penampung 6. Cincin mangkuk 7. Talang sadap

Page 47: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

31

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor Jawa Barat, tepatnya di

Kecamatan Jasinga. Pemilihan lokasi ini dilakukan atas dasar pertimbangan

bahwa Kecamatan Jasinga merupakan salah satu daerah budidaya karet terbesar di

Kabupaten Bogor. Kondisi agroekosistem, infrastruktur serta kondisi perkebunan

karet menjadi salah satu daya dukung Kecamatan Jasinga untuk terus

mengembangkan agribisnis karet. Program Pengembangan Agribisnis Komoditi

Karet masih berjalan hingga saat ini termasuk untuk wilayah kecamatan lainnya,

baik dalam tahap pembinaan, pemberian bantuan maupun dalam kegiatan

monitoring dan evaluasi.

Program pengembangan agribisnis pada dasarnya merupakan bentuk lain

dari beberapa program pemerintah dalam mengembangkan potensi suatu daerah,

hal ini menjadi salah satu pertimbangan dalam batasan penelitian ini yang hanya

menganalisis pelaksanaan program pengembangan agribisnis karet yang dilakukan

di Kecamatan Jasinga. Sumber dana yang digunakan dalam Program

Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet ini berasal dari APBN Tahun 2009,

yakni Direktorat Jenderal Pengelolaan Hasil dan Pemasaran-Kementrian Pertanian

melalui Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.

Program Pengembangan Agribisnis ini berakhir pada tahun anggaran 2009

dan terus dievaluasi sampai tahun 2010. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

pada tahun 2011, pada saat evaluasi Program Pengembangan Agribisnis Komoditi

Karet telah selesai proses monitoring dan evaluasi. Diharapkan penelitian ini

dapat memberikan gambaran yang baik dan representatif dari program dan lokasi

yang akan diteliti.

Page 48: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

32

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua data berdasarkan

sumbernya, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan

cara pengamatan secara langsung di lokasi penelitian serta wawancara yang

dilakukan secara terstruktur dari responden yang menjadi peserta dari program

tersebut, data yang relevan dengan evaluasi Program Pengembangan Agribisnis

Komoditi Karet, serta hasil wawancara terhadap instansi terkait di Kabupaten

Bogor maupun yang lainnya sesuai dengan kerangka yang telah ditetapkan

sebelumnya. Data primer juga diperoleh melalui hasil pengisisan kuesioner yang

ditujukan kepada petani penerima bantuan.

Data sekunder diperoleh dengan membaca dan menganalisis berbagai

dokumen, arsip, buku maupun bentuk data lainnya yang diperoleh melalui

berbagai sumber yang memang terkait, baik secara langsung maupun tidak

langsung dengan topik penelitian, seperti Direktorat Jenderal Pengelolaan Hasil

dan Pemasaran, Litbang, Dinas Pertanian dan kehutanan Kabupaten Bogor, Biro

Pusat Statistik, artikel, internet, buku dan literatur lainnya yang relevan dengan

penelitian yang dilakukan.

.

4.3 Metode Pengumpulan Data dan Penarikan Sampel

Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan instansi terkait, yaitu

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bogor merupakan dinas penyelenggaran Program

Pengembangan Agribisnis di tingkat Kabupaten. Wawancara dengan petani

penerima bantuan program dipandu dengan kuesioner yang telah dipersiapkan

sebelumnya. Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan mengenai pelaksanaan

Program Pengembangan Agribisnis di lapangan, dalam hal ini adalah di tingkat

petani, tingkat kepuasan dan kepentingan petani dalam pelaksanan program yang

telah dilakukan.

Petani yang menjadi responden pada penelitian ini adalah petani penerima

bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet. Pemilihan petani

responden ini diperoleh dari daftar nama petani yang merupakan anggota

Page 49: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

33

kelompok tani penerima bantuan program. Informasi petani diperoleh dari

kelompok tani maupun instansi terkait.

Penarikan sampel dilakukan dengan metode sensus atau sampel total,

karena anggota populasi relatif kecil dan seluruh populasi menjadi responden

penelitian. Metode tersebut digunakan atas dasar kondisi para petani responden

yang memperoleh bantuan program, juga berdasarkan pertimbangan syarat yang

harus dipenuhi oleh para petani peserta program dari total petani yang menjadi

sampling frame sebanyak 75 orang. Sampel diambil sebanyak 43 orang petani

yang menjadi peserta program diambil secara sengaja dari sampling frame yang

ada. Jumlah populasi petani penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis

Karet adalah 43 orang petani. Sebagai pembanding, yaitu petani non penerima

bantuan diambil lima orang. Pengambilan sampel ini dilakukan secara sengaja dan

berdasarkan kemudahan akses para petani responden baik terhadap informasi

pelaksanaan program maupun informasi lainnya dalam kegiatan budidaya karet.

Selain itu, hal ini dilakukan berdasarkan hasil koordinasi dengan pihak kelompok

tani Mandiri yang ada di Kecamatan Jasinga maupun atas dasar kemampuan

petani dalam menyediakan sarana produksi lain yang memang diperlukan.

Berdasarkan metode ini sampel dapat langsung dipilih di lokasi penelitian

saat penelitian dilakukan dengan syarat sampel memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan. Kriteria sampel petani penerima anggota adalah petani yang

mendapatkan bantuan alat pasca panen dari program Pengembangan Agribisnis

Komoditi Karet. Analisis data yang lainnya juga digunakan sebagai pendukung

dalam penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari berbagai pihak yang

berkompeten dan berhubungan dengan pelaksanaan program, seperti bagian

penelitian dan evaluasi Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Bogor, maupun Unit Pelaksana Teknis (UPT) pertanian yang ada di

Kecamatan Jasinga. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a) Desk Study; cara ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai

literatur maupun data-data sekunder yang diperlukan dan terkait dengan

maksud penelitian, baik dari laporan-laporan, hasil penelitian, surat kabar,

artikel maupun majalah serta hasil survei awal di lapang yang telah dilakukan.

Page 50: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

34

b) Interview (wawancara); cara ini digunakan untuk memperoleh pendapat,

pandangan seseorang maupun informasi secara tertulis dari responden maupun

pihak-pihak terkait lainnya terhadap pelaksanaan program.

c) Observasi (pengamatan langsung); digunakan untuk memperoleh informasi

secara akurat yang dilakukan para petani dalam program pengembangan

agribisnis komoditi karet di lokasi penelitian.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Nazir (1983), kegiatan menganalisis data merupakan bagian yang

sangat penting dalam metode ilmiah, hal ini karena dengan adanya analisis data.

Data tersebut akan memiliki makna dan arti yang bermanfaat dalam memberikan

informasi maupun dukungan lainnya dalam mencari dan memberikan alternatif

penyelesaian masalah yang di bahas dalam penelitian termasuk dalam menguji

hipotesis. Analisis data yang dikumpulkan dari sampling pada lokasi penelitian

dikelompokkan menjadi dua yaitu data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif, data

tersebut selanjutnya disajikan baik dalam bentuk uraian maupun tabulasi.

Data yang diolah dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif

dan data kuantitatif. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif yang bertujuan

untuk melihat pelaksanaan program pengembangan agribisnis komoditi karet

apakah dapat dilakukan dengan baik dan peningkatan kesejahteraan petani.

Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan program Microsoft

Office Excel dan Minitab 14.

4.4.1 Analisis Deskriptif

Dalam menggambarkan pelaksanaan Program Pengembangan Agribisnis

Komoditi Karet digunakan analisis deskriptif yang didukung dengan data-data

kualitatif. Dengan demikian dapat dijelaskan mekanisme pelaksanaan Program

Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet pada tingkat kelompok di Kecamatan

Jasinga Kabupaten Bogor.

Page 51: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

35

4.4.2 Analisis Pendapatan

Analisis pendapatan dalam kegiatan usahatani ini didukung oleh data

dalam penerimaan usahatani, kemudian dianalisis tingkat pendapatan yang

diperoleh dengan mempertimbangkan besaran penerimaan dan biaya. Penerimaan

usahatani pada dasarnya merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual yang ada, secara matematik dapat dirumuskan sebagai berikut:

TRi = Yi . Pyi=1

Dimana:

TRi : Total Penerimaan Yi : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py : Harga y

Penggunaan biaya dalam suatu kegiatan usahatani akan di analisis melalui

perhitungan biaya yang merupakan hasil perkalian antara jumlah input yang

digunakan dengan harga input yang berlaku. Secara matematik perhitungan biaya

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

TCi = ∑ Xi . Pxi=1

Dimana: TCi : Total Biaya Xi : Input yang digunakan dalam suatu usahatani Px : Harga x

Setelah besarnya penerimaan dan biaya di analisis, maka pada tahap

selanjutnya akan di analisis tingkat pendapatan yang diperoleh. Pendapatan

usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan biaya (Soekartawi, 2002).

Secara matematik analisis ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

π = TRi-TCi

Kriteria yang digunakan dalam analisis pendapatan ini adalah:

TR > TC : Usaha yang dijalankan memberikan keuntungan TR = TC : Usaha yang dijalankan impas (Break Event Point) TR < TC : Usaha yang dijalankan mengalami kerugian Menurut Soekartawi (2002), terdapat banyak manfaat yang dapat diperoleh

dari analisis usahatani, diantaranya adalah:

Page 52: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

36

a) Data produktivitas dapat dipakai sebagai ukuran apakah produktivitas yang

diperoleh itu sudah cukup tinggi, sedang atau masih rendah.

b) Data pendapatan usahatani dapat dipakai sebagai ukuran untuk melihat apakah

usahatani itu menguntungkan atau merugikan dan sampai seberapa besar

keuntungan atau kerugian tersebut.

c) Data sebaran penggunaan input dapat dipakai untuk memberikan informasi

bagaimana alokasi input dan berapa besar biaya yang di alokasikan pada

masing-masing input.

4.4.3 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C)

Rasio R/C menunjukkan sebeerapa besar penerimaan yang diperoleh dari

setiap biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan uasahatani. Jika nilai rasi R/C >1,

maka penerimaan lebih besar dari setiap unit biaya yang dikeluarkan. Hal ini

berarti usahatani tersebut menguntungkan. Jika nilai rasio R/C <1, maka

penerimaan yang diperoleh lebih kecil dari unit biaya yang dikeluarkan dan

usahatani yang dilakukan tidak menguntungkan. Secara matematis, rasio R/C

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Rasio R/C = Penerimaan total

Biaya total

4.5 Batasan Operasional

Variabel-variabel yang digunakan dalam menganalisis tingkat produksi

sheet dan pendapatan usahatani karet, baik untuk petani peserta program maupun

non peserta program di wilayah penelitian antara lain adalah:

a. Luas lahan garapan adalah luas areal usahatani karet yang diusahakan dalam

satuan hektar (ha).

b. Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan produksi

sheet, baik yang berasal dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga yang

dinyatakan dalam satuan Hari Orang Kerja (HOK). Biaya tenaga kerja

dianalisis berdasarkan tingkat upah per HOK yang berlaku di wilayah

penelitian.

Page 53: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

37

c. Produksi total adalah hasil pengolahan lateks menjadi sheet yang diukur dalam

satuan kilogram (kg).

d. Produktivitas adalah produksi total karet yang dibagi oleh luas lahan (kg/ha).

e. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak tergantung pada banyaknya produksi

komoditi karet yang dihasilkan dan dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).

f. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan dalam pembelian sarana

produksi yang jumlahnya akan berubah sesuai dengan perubahan produksi

usahatani yang dihasilkan dan dinayatakan dalam satuan Rupiah (Rp).

g. Biaya total adalah semua jenis pengeluaran dalam usahatani karet, baik yang

tunai maupun yang diperhitungkan dan dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).

h. Biaya penyusutan merupakan biaya yang dikeluarkan karena adanya

penyusutan alat-alat pertanian yang dihitung dengan metode garis lurus dan

diperoleh dari nilai pembelian dibagi periode produksi serta umur ekonomis

alat-alat pertanian dan dihitung dengan menggunakan satuan Rupiah (Rp).

i. Biaya tunai adalah biaya faktor produksi untuk kegiatan usahatani karet yang

dibayarkan petani secara tunai dan dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).

j. Biaya diperhitungkan merupakan biaya faktor produksi milik sendiri maupun

dari bantuan program yang digunakan dalam usahatani karet. Biaya ini pada

dasarnya tidak dibayarkan secara tunai, namun hanya diperhitungkan untuk

melihat pendapatan petani bila faktor produksi yang dimiliki sendiri dibayar

dan dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).

k. Harga produk adalah harga jual rata-rata sheet bogor ditingkat petani dalam

setiap kali panen dan diukur dalam satuan Rupiah per buah (Rp./kg).

l. Penerimaan usahatani karet merupakan nilai produksi total komoditi karet

dalam satu kali panen yang dikalikan dengan harga jual sheet yang diterima

petani dan menggunakan satuan Rupiah (Rp).

m. Pendapatan atas biaya tunai merupakan selisih antara penerimaan usahatani

dan biaya tunai usahatani karet dalam satuan Rupiah (Rp).

n. Pendapatan atas biaya total merupakan selisih antara penerimaan usahatani

dan biaya total usahatani karet dalam satuan Rupiah (Rp).

Page 54: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

38

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang

memiliki potensi besar dalam sektor pertanian. Berdasarkan data geografis,

wilayah Kabupaten Bogor teletak diantara 6°18’0” – 6°47’10” Lintang Selatan

(LS) dan 106°23’45” – 107°13’30” Bujur Timur (BT). Wilayah sebelah utara

Kabupaten Bogor berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, Kota Depok,

Kab/Kota Bekasi. Wilayah sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak,

sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur serta

Kabupaten Purwakarta. Wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten

Sukabumi dan Kabupaten Cianjur serta bagian tengah berbatasan dengan Kota

Bogor. Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838,304 Ha.

Secara administratif Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan dan 428

desa/kelurahan, 3.768 Rukun Warga dan 14.951 Rukun Tetangga. Jumlah

kecamatan sebanyak 40 kecamatan tersebut merupakan jumlah kumulatif setelah

adanya hasil pemekaran lima kecamatan pada tahun 2005, yaitu Kecamatan

Leuwisadeng, Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Cigombong, Kecamatan

Cijeruk dan Kecamatan Tajurhalang. Keadaan alam di Kabupaten Bogor cukup

potensial untuk pertanian dan pendistribusian hasil pertanian karena wilayahnya

merupakan jalur tranportasi antar kota maupun antar provinsi serta berbatasan

langsung dengan Ibukota Republik Indonesia, Jakarta.

Kabupaten Bogor memiliki tipe morfologi tanah yang bervariasi, dari

dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian selatan.

Sekitar 29,28 persen berada pada ketinggian 15-100 meter di atas permukaan laut

(dpl), 42,62 persen berada pada ketinggian 100-500 meter dpl, 19,53 persen

berada pada ketinggian 500-1000 meter dpl, 8,43 persen berada pada ketinggian

1000-2000 meter dpl dan 0,22 persen berada pada ketinggian 2000-2500 meter

dpl.

Tabel 10 memaparkan komposisi penduduk di Kabupaten Bogor pada

Tahun 2010 adalah sebanyak 4.763.209 jiwa.

Page 55: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

39

Tabel 10. Sebaran Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor menurut Sensus Penduduk Tahun 2010

No Jenis Kelamin Jumlah (orang) 1 Laki-Laki 2.446.251 2 Perempuan 2.316.958

Jumlah 4.763.209 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011 Jumlah penduduk di Kabupaten Bogor dengan 11,07 persen dari jumlah

penduduk di Provinsi Jawa Barat, yaitu 43.021.826 jiwa dan merupakan jumlah

penduduk terbesar diantara kabupaten/kota lain di Jawa Barat. Jumlah penduduk

Kabupaten Bogor pada tahun 2010 lebih tinggi daripada jumlah penduduk pada

tahun 2009 yaitu sebanyak 4.477.296 jiwa, atau meningkat sebanyak 285.913

jiwa. Kondisi ini disebabkan oleh tingginya pertumbuhan penduduk alami dan

migrasi yang masuk ke Kabupaten Bogor. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk

di Kabupaten Bogor selama 10 tahun terakhir (2000-2010) adalah sebesar 3,13

persen.

Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan yang

strategis dalam pembangunan di Kabupaten Bogor. Hal tersebut tertuang dalam

misi kedua Kabupaten Bogor yaitu “Meningkatnya Perekonomian Daerah yang

Berdaya Saing dengan titik berat pada Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan

yang berbasis Perdesaan”. Misi tersebut bertujuan untuk meningkatkan ketahanan

pangan dan pengembangan agribisnis perdesaan dengan sasaran meningkatnya

produksi, produktivitas, distribusi dan konsumsi pangan daerah serta

berkembangnya agribisnis pertanian, perikanan, peternakan dan agribisnis hasil

perkebunan.

Strategi dan arah kebijakan Pemerintah Kabupaten Bogor dalam

pencapaian tujuan dan sasaran misi tersebut adalah dengan cara meningkatkan

ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis perdesaan beserta sasarannya.

Hal tersebut diwujudkan dengan merancang lima strategi pembangunan yang

menitikberatkan pada pertanian yakni : 1) intensifikasi komoditas pangan daerah;

2) ekstensifikasi komoditas pangan daerah; 3) peningkatan sistem agribisnis dan

aquabisnis; 4) mengembangkan sentra komoditas unggulan; dan 5) meningkatkan

pembangunan infrastruktur perdesaan.

Page 56: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

40

Pertanian di Kabupaten Bogor terdiri dari pertanian tanaman pangan,

sayuran, hortikultura serta perkebunan. Tanaman pangan padi menyebar hampir di

semua kecamatan, dengan variasi luasan yang berbeda. Umumnya padi sawah

menyebar di wilayah tengah dan utara, dimana daerah tersebut sudah tersedia

irigasi yang memadai. Daerah tersebut yakni Kecamatan Rumpin, Cigudeg,

Sukajaya, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Caringin, Jonggol, Sukamakmur

dan Cariu. Tanaman padi gogo menyebar hanya di beberapa kecamatan dalam

luasan yang terbatas. Produktivitas tanaman padi sawah berkisar antara 4-5 ton

per Ha, sedangkan produktivitas padi gogo berkisar antara 3-4 ton per Ha.

Produktivitas ini masih bisa ditingkatkan dengan memperbaiki kondisi lingkungan

seperti menekan bahaya banjir serta perbaikan manajemen ushatani. Perbaikan

manajemen usahatani dapat dilakukan dengan cara melakukan pemberian pupuk

tepat dosis dan waktu, penyediaan modal, sarana dan prasarana serta penyediaan

sarana pasca panen yang optimal.

Komoditas tanaman pangan lainnya seperti jagung dan kedelai pun

menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Bogor. Tanaman jagung terdapat di

Kecamatan Dramaga, Cisarua, Megamendung, Cileungsi, Kelapanunggal,

Rancabungur, Cibinong, Ciseeng, Gunung Sindur dan Rumpin. Untuk tanaman

kedelai, hanya terdapat di beberapa kecamatan saja diantaranya adalah Kecamatan

Tamansari, Kemang, Rancabungur, dan Megamendung.

Daerah pertanian hortikultur seperti sayur dan buah mengalami hal yang

serupa dengan pertanian tanaman pangan, yang membedakan adalah konsentrasi

komoditas tertentu hanya menyebar pada wilayah tertentu, seperti manggis yang

banyak dikembangkan di wilayah barat, seperti Kecamatan Nanggung,

Leuwiliang, Leuwisadeng, Cigudeg dan Jasinga. Tanaman buah nanas banyak

dikembangkan di wilayah tengah seperti di Kecamatan Caringin, Cijeruk dan

Cigombong. Sayuran banyak dikembangkan di wilayah atas yang memiliki

kondisi bentang alam berupa dataran tinggi, seperti Kecamatan Ciawi,

Megamendung dan Cisarua.

Pertanian hortikultur lainnya yang terus dikembangkan oleh Kabupaten

Bogor adalah pertanian hortikultur tanman hias. Wilayah penghasil tanaman hias

adalah Kecamatan Tamansari, Cijeruk, Ciawi, Megamendung, Tajurhalang,

Page 57: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

41

Gunung Sindur dan Bojong Gede. Dengan beragamnya tanaman hias di

Kabupaten Bogor yang menyebar di Kecamatan-Kecamatan tersebut, maka tidak

heran apabila Kabupaten Bogor dijadikan salah satu pusat produksi dan

pemasaran tanaman hias terbesar di Provinsi Jawa Barat.

Tanaman perkebunan relatif terbatas di wilayah Kabupaten Bogor.

Berdasarkan pengelolaan usahanya, perkebunan dibagi menjadi dua, yaitu

perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Perkebunan besar dikelola oleh

perusahaan negara ataupun swasta, sedangkan perkebunan rakyat dikelola

sepenuhnya oleh masyarakat tani setempat. Jumlah perkebunan negara di

Kabupaten Bogor berjumlah tiga kebun, yakni Kebun Cikasungka, Kebun

Gunung Mas dan Kebun Cianten dengan komoditas yang ditanami adalah kelapa

sawit, teh dan kina. Perkebunan besar negara dikelola oleh BUMN PT.

Perkebunan Nusantara VIII. Jumlah perkebunan besar swasta di Kabupaten Bogor

berjumlah 18 kebun dengan komoditi yang ditanami antara lain adalah karet, teh,

pala, coklat, kopi dan pinang. Perkebunan rakyat tersebar di seluruh wilayah

Kabupaten Bogor, dengan komoditi yang ditanami antara lain adalah karet, kopi,

cengkeh, kelapa, vanili, aren, pala dan tanaman obat.

Komoditi perkebunan unggulan Kabupaten Bogor adalah pala, cengkeh,

kopi, kelapa dan karet. Secara umum, tanaman perkebunan di Kabupaten Bogor

ditanam pada lahan yang berkategori kelas tiga, dengan kendala utama pada

kelerengan. Kendala tersebut menyebabkan adanya degradasi lahan melalui proses

erosi dan penurunan kesuburan lahan. Berkaitan dengan sisi luasan kawasan yang

dapat dikembangkan untuk tanaman perkebunan relatif tebatas yakni dengan total

luas lahan sekitar 27.000 Ha. Adanya potensi tersebut, pemerintah daerah

setempat menganjurkan bahwa bentuk usaha perkebunan dalam skala besar tidak

dianjurkan. Bentuk usaha ynag dianjurkan adalah skala kecil dan bekerjasama

dengan usaha perkebunan besar yang sudah ada. Tingginya alih fungsi lahan di

Kabupaten Bogor merupakan alasan yang tak kalah penting dalam anjuran

pemerintah daerah Kabupaten Bogor mengenai pembukaan usaha perkebunan

tersebut.

Page 58: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

42

5.2 Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Kecamatan Jasinga

Kecamatan Jasinga merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor

yang memiliki potensi dalam pengembangan komoditas perkebunan. Luas

Kecamatan Jasinga adalah 10.848 Hektar dengan jumlah penduduk sebanyak

97.235 jiwa. Jarak dengan ibukota kabupaten cukup jauh, yakni 64 kilometer

dengan akses transportasi sudah cukup baik. Kecamatan Jasinga ini merupakan

kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Rangkasbitung Provinsi

Banten. Jarak tempuh ke Kabupaten Rangkasbitung relatif lebih dekat apabila

dibandingkan dengan jarak tempuh ke ibukota kabupaten. Akses transportasi yang

sudah cukup baik dengan wilayah lainnya terutama dengan Kota Bogor dan

Kabupaten Rangkasbitung telah memberikan suatu gambaran yang dapat

mendukung kegiatan perekonomian masyarakat setempat. Kondisi jalan dan

infrastruktur yang ada juga telah mendukung kegiatan sehari-hari dan mobilitas

masyarakat Kecamatan Jasinga.

Kecamatan Jasinga memiliki suhu rata-rata tiap bulan sebesar 260 C

dengan suhu terendah 21,80 C dan suhu tertinggi adalah sebesar 30,40 C.

Kelembaban udara di Kecamatan Jasinga adalah sebesar 70% dengan curah hujan

sebesar 1.561,3 mm/tahun dan jumlah hari hujan sebanyak 125 hari. Hujan dalam

satu tahun. Secara umum kondisi topografi wilayah Kecamatan Jasinga adalah

berbukit-bukit dengan ketinggian 207 meter diatas permukaan laut. Lahan di

wilayah Kecamatan Jasinga sebagian besar didominasi oleh tanaman perkebunan

dan kehutanan seperti karet, manggis atau sengon dan sisanya adalah persawahan

dengan jenis tingkat kelerengan datar, landai dan curam. Tingkat kelerengan yang

datar dan landai ditanami dengan jenis tanaman pertanian dan kebun campuran

seperti padi, sengon, manggis dan karet. Tingkat kelerengan yang curam

digunakan untuk tanaman kopi arabika. Cara penanaman yang umumnya

dilakukan oleh petani di Kecamatan Jasinga adalah polikultur atau tanaman keras

yang ditumpangsarikan dengan tanaman semusim. Kondisi agroekosistem yang

ada di Kecamatan Jasinga memberikan gambaran peluang yang cukup baik dalam

pengembangan usaha perkebunan maupun bentuk usahatani lainnya.

Sebagian besar wilayah yang ada di Kecamatan Jasinga merupakan daerah

perbukitan, wilayah ini memiliki potensi yang cukup baik khususnya dalam

Page 59: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

43

pemanfaatan lahan untuk wilayah perkebunan karet, manggis, kopi, maupun

rempah-rempah. Keberadaan lahan untuk wilayah perkebunan ini merupakan

milik Perhutani dan pihak swasta, namun sudah beberapa tahun ini kurang

dimanfaatkan dengan baik, sehingga banyak dimanfaatkan untuk perkebunan

rakyat dengan pemberian hak garap kepada para petani setempat. Wilayah yang

dimanfaatkan untuk perkebunan rakyat dan swasta sendiri mencapai 3.326 Hektar

atau sekitar 30,66 persen. Kondisi ini menggambarkan bahwa Kecamatan Jasinga

memiliki potensi yang dapat dikembangkan dalam bidang perkebunan, terutama

dalam mengembangkan kegiatan perekonomian masyarakat setempat. Tabel 11

memberikan gambaran secara lengkap pemanfaatan lahan yang ada di Kecamatan

Jasinga, Kabupaten Bogor.

Tabel 11. Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Jasinga Tahun 2010

Pemanfaatan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

Perumahan, pemukiman dan Pekarangan 2.545,56 23,46 Tanah sawah 3.024,63 27,88 Perkebunan rakyat dan swasta 3.326,00 30,66 Kolam 354,61 3,26 Sungai 453,56 4,18 Jalan Kabupaten 1.078,65 9,94 Pemakaman Umum 29,92 0,27 Perkantoran 1,25 0,01 Lapangan Olah Raga 1,89 0,01 Tanah Peribadatan 15,93 0,15 Tanah Bangunan Pendidikan 16,00 0,15

Total 10.848,00 100,00 Sumber: Data Kependudukan Kecamatan Jasinga, 2011

Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa selain memiliki potensi untuk

pengembangan kegiatan perkebunan rakyat dan swasta, Kecamatan Jasinga juga

memiliki luasan lahan yang banyak dimanfaatkan untuk lahan sawah yang

mencapai 3.024,63 Hektar atau 27,88 persen dari total luas lahan di Kecamatan

Jasinga. Jika dilihat dari jenis mata pencaharian penduduk setempat, sebagian

besar masyarakat Kecamatan Jasinga pencaharian sebagai petani yang mencapai

667 orang atau sekitar 13,74 persen dari seluruh jumlah penduduk Kecamatan

Page 60: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

44

Jasinga berdasarkan jenis mata pencaharian. Pekerjaan sebagai petani maupun

peternak pada masyarakat setempat tentunya dipengaruhi oleh kondisi alam

maupun lingkungan sekitar yang memang mendukung kegiatan pertanian dan

peternakan, terutama dalam bidang perkebunan yang selama ini terus

dikembangkan dalam meningkatkan kegiatan perekonomian masyarakat.

Sementara sebagian yang lainnya bermata pencaharian sebagai pedagang maupun

pengrajin dan wiraswasta. Tabel 12 berikut menyajikan secara lengkap jumlah

penduduk Kecamatan Jasinga berdasarkan mata pencaharian masyarakat

setempat.

Tabel 12. Jumlah Penduduk Kecamatan Jasinga Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Tahun 2010

N0. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani dan peternak 667 13,74 2 Pedagang / Warung 571 11,76 3 Pegawai negeri 81 1,67 4 ABRI dan POLRI 3 0,06 5 Pensiunan dan Purnawirawan 7 0,14 6 Pengusaha 6 0,12 7 Wiraswasta 442 9,10 8 Pengrajin 547 11,26 9 Tukang Bangunan /Kayu /Batu 33 0,68

10 Penjahit 22 0,45 11 Tukang Las 2 0,04 12 Tukang Ojek 281 5,79 13 Jasa Bengkel 7 0,14 14 Pengemudi Angkot 47 0,97 15 Seniman 2 0,04 16 Tukang Pangkas Rambut' 2 0,04 17 Buruh / Jasa 1.681 34,62 18 Lainnya 455 9,37

Jumlah 4.856 100,00 Sumber: Data Kependudukan Kecamatan Jasinga, 2011

5.3 Karakteristik Petani Responden

Responden dalam penelitian ini adalah petani karet yang mendapatkan

bantuan program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet. Beberapa

karakteristik responden yang dianggap penting meliputi usia petani, pendidikan

petani, pengalaman bertani karet, luas lahan yang diusahakan, status kepemilikan

dan status usaha. Karakteristik responden yang dianggap penting tersebut dipilih

Page 61: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

45

karena dianggap mempengaruhi dalam pelaksanaan usahatani karet terutama

dalam melakukan teknik pascapanen yang berpengaruh pada pengolahan sheet.

5.3.1 Status Usahatani Karet

Petani responden yang ada di Kecamatan Jasinga sebagian besar

menganggap bahwa usahatani yang selama ini dijalankan merupakan bentuk mata

pencaharian utama, terdapat 81,40 persen atau 35 orang petani responden yang

menganggap bahwa usahatani karet ini merupakan mata pencaharian utama.

Sisanya yang mencapai 18,60 persen atau sekitar delapan orang menganggap

bahwa usahatani karet ini merupakan bentuk usaha sampingan. Petani responden

yang merupakan penerima bantuan program Pengembangan Agribisnis Komoditi

Karet juga menganggap bahwa usahatani karet yang selama ini dijalankan

merupakan mata pencaharian utamanya. Besarnya antusiasme petani dalam

mengembangkan usahatani karet dan menjadikan usaha ini sebagai mata

pencaharian utama, dikarenakan mereka beranggapan bahwa usaha ini telah

dilakukan secara turun-temurun dan menguntungkan bagi mereka, terutama untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tabel 13 menyajikan jumlah petani responden

berdasarkan kriteria status usahatani yang dijalankan.

Tabel 13. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Status Usahatani Karet, di Kecamatan Jasinga Tahun 2011

Status Usahatani Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Pekerjaan Utama 35 81,40 Pekerjaan Sampingan 8 19,60 Total 43 100.00

Petani responden yang menganggap usahatani karet sebagai mata

pencaharian utama juga memiliki pekerjaan sampingan seperti berdagang, buruh

tani maupun bentuk usaha sampingan lainnya. Hal ini dilakukan sebagai tambahan

pendapatan bagi keperluan keluarga maupun sebagai tambahan untuk membeli

sarana produksi yang dibutuhkan diluar usahatani yang selama ini dijalankan.

Tabel 13 juga menginformasikan bahwa seluruh petani yang menjadi peserta

program menganggap bahwa usahatani karet merupakan mata pencaharian utama,

hal ini juga menjadi pendukung dalam memenuhi salah satu syarat yang memang

telah ditentukan oleh pihak pelaksana program. Bentuk mata pencaharian utama

Page 62: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

46

ini diharapkan dapat lebih menstimulus para petani yang menjadi peserta program

untuk terus aktif dalam kegiatan budidaya karet maupun dalam upaya

memperoleh hasil produksi karet yang lebih baik.

5.3.2 Usia Petani

Usia petani dapat berpengaruh pada pola pikir dan kemampuan fisik dalam

bekerja. Umumnya petani yang berusia muda memiliki kemampuan fisik yang

lebih tinggi dan pola pikir yang dinamis dibandingkan dengan petani yang usianya

sudah tua. Berdasarkan kriteria usia petani dari responden yang ada, maka dapat

dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu terdiri dari usia 25-34 tahun, 35-44

tahun, 45-54 tahun dan 55-64 tahun. Secara lengkap, jumlah petani responden dari

masing-masing kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Usia di Kecamatan Jasinga Tahun 2011

Kelompok Usia (tahun)

Jumlah Petani (orang)

Persentase (%)

25-34 9 20,93 35-44 25 58,14 45-44 8 18,60 55-64 1 2,33 Jumlah 43 100,00

Berdasarkan Tabel 14, terlihat bahwa sebagian besar petani responden

penerima bantuan program Pengembangan Agribisnis Komoditas Karet sebagian

besar berusia 35-44 tahun, yaitu sebesar 58,14 persen. Kondisi ini

menggambarkan bahwa sebagian besar usia para petani responden merupakaan

usia yang produktif dalam menjalankan kegiatan usahataninya. Usia produktif ini

pada dasarnya mempunyai implikasi yang lebih baik dalam kegiatan usahatani

karet, kondisi tersebut juga didukung oleh adanya bantuan berupa sarana produksi

maupun bentuk monitoring dan penyuluhan yang dilakukan oleh pihak pelaksana

program (Dinas Pertanian dan Kehutanan) baik dalam kegiatan budidaya maupun

dalam kegiatan pengolahan hasil panen.

Page 63: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

47

5.3.3 Pendidikan Petani

Pendidikan berpengaruh pada kemampuan petani dalam menerima

pengetahuan dan keterampilan mengelola usahatani karet. Tingkat pendidikan

yang ada pada petani responden akan berpengaruh pada penyerapan teknologi dan

ilmu pengetahuan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan kepada para

petani responden di Kecamatan Jasinga, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

petani responden sebagian besar adalah Sekolah Dasar (SD). Tabel 15 menyajikan

informasi tingkat pendidikan para petani responden.

Tabel 15. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Pendidikan di Kecamatan Jasinga Tahun 2011

Tingkat Pendidikan Jumlah Petani Responden (Orang) Persentase (%) <SD 5 11,63 SD / Sederajat 30 69,77 SMP / Sederajat 7 16,28 SMA / Sederajat 1 2,33

Total 43 100,00

Berdasarkan Tabel 15, tingkat pendidikan petani responden di dominasi

dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD)/sederajat. Jumlah petani

mengenyam pendidikan SD/sederajat berjumlah 30 orang atau 69,77 persen dari

jumlah totalnya. Kondisi ini diperkirakan karena kelemahan para keluarga petani

dalam hal biaya pendidikan. Namun sudah beberapa tahun ini kesadaran terhadap

pendidikan mulai diperhatikan dengan baik oleh masyarakat setempat.

Tingkat pendidikan petani menjadi hal yang penting terutama kaitannya

dengan transformasi teknologi. Walaupun mayoritas hanya lulusan SD/sederajat,

tetapi petani tersebut sudah melakukan kegiatan usahatani karet dengan baik, hal

ini dilihat dari keuntungan yang diperoleh. Keberhasilan petani-petani tersebut

saat ini tidak terlepas dari peran serta adanya penyuluhan dari Dinas Pertanian dan

Kehutanan serta bimbingan dari kelompok tani yang sudah ada.

5.3.4 Pengalaman Bertani Karet

Pengalaman berusahatani merupakan salah satu faktor pendukung dalam

mengelola usahatani karet secara tepat. Dengan adanya pengalaman yang

memadai, maka biaya produksi, resiko dan ketidakpastian dalam usahatani dapat

Page 64: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

48

dikurangi dan perolehan produksi dapat ditingkatkan. Sebagian besar petani yang

menjadi responden mempunyai pengalaman berusahatani yang lebih dari lima

tahun, hal ini karena kegiatan usahatani karet di Kecamatan Jasinga telah

dilakukan secara turun temurun. Tabel 16 menunjukkan jumlah petani responden

berdasarkan pengalamannya dalam usahatani karet.

Tabel 16. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani Karet di Kecamatan Jasinga Tahun 2011

Pengalaman Berusahatani (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Presentase (%)

1-5 4 9,30 6-10 7 16,28

11-15 6 13,95 16-20 11 25,58 > 20 15 34,88 Total 43 100,00

Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden

mempunyai pengalaman berusahatani karet selama lebih dari 20 tahun yaitu

sebesar 34,88 persen dari jumlah total petani responden. Hal ini dikarenakan

usahatani karet telah dibudidayakan secara turun-temurun di Kecamatan Jasinga.

Umumnya petani responden telah melakukan usahatani karet sejak usia 12 sampai

13 tahun.

5.3.5 Luas Lahan Petani Responden

Luasan lahan yang digarap oleh setiap petani responden merupakan salah

satu faktor pendukung kegiatan budidaya karet. Luas lahan yang dimiliki oleh

petani karet di Kecamatana Jasinga bervariasi. Umumnya tanaman karet di

Kecamatan Jasinga ditanam secara tumpangsari dengan tanaman semusim. Tabel

17 memberikan gambaran jumlah petani karet berdasarkan kriteria luas lahan

yang dimiliki.

Page 65: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

49

Tabel 17. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Luas Lahan di Kecamatan Jasinga Tahun 2011

Luas Lahan (Ha) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) <1 18 41.86 1-2 19 44.19 2,1-3 3 6.98 3,1-4 1 2.33 4,1-5 0 0.00 > 5 2 4.65 Total 43 100,00

Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden memiliki

luas lahan karet seluas 1-2 Hektar, yaitu sebanyak 19 orang atau 44,19 persen dari

jumlah total responden. Rata-rata petani karet memiliki luas lahan 1,5 Hektar,

dengan populasi tanaman sebanyak 500 pohon per Hektar.

5.3.6 Status Kepemilikan Lahan Petani

Tabel 18 menunjukkan bahwa jumlah petani responden yang memiliki

status lahannya sebagai lahan milik sendiri sebanyak 27 orang atau 62,79 persen

dari total jumlah responden. Petani yang mempunyai lahan warisan adalah

sebanyak delapan orang atau 18,60 persen dari jumlah total. Status lahan milik

sendiri ini terdiri dari pembelian maupun dari warisan. Sisanya sebanyak delapan

orang melakukan usahatani karet dengan status kepemilikan lahan sewa dan

pinjam pakai. Pinjam pakai lahan ini bekerjasama dengan Kementerian Kehutanan

di areal kawasan Hutan Lindung Haur Bentes yakni sebanyak 16,28 persen.

Tabel 18. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Status Lahan di Kecamatan Jasinga Tahun 2011

Status Lahan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Milik Sendiri

Pribadi 27 62,79 Warisan 8 18,60

Sewa 1 2,33 Pinjam pakai 7 16,28 Total 43 100,00

Page 66: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

50

VI. PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI KARET

6.1 Mekanisme Penyaluran Bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet ini dilakukan untuk

meningkatkan mutu hasil bahan olah karet yang dihasilkan oleh petani sebagai

salah satu produk unggulan Kabupaten Bogor, terutama dalam mengembangkan

potensi lokal yang ada di Kabupaten Bogor. Tujuan utama dari Program

Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet adalah meningkatkan penanganan

pasca panen karet untuk meningkatkan kualitas hasil. Dengan adanya penanganan

panen yang optimal dan pasca panen yang baik, maka akan mendorong

peningkatan pendapatan petani serta terpenuhinya kebutuhan industri. Program

Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet ini merupakan program yang

diselenggarakan oleh Kementrian Pertanian yang dilaksanakan oleh pelaksana

teknis di tingkat kabupaten/kota, dalam hal ini adalah Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bogor. Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet

dilaksanakan pada daerah-daerah yang berpotensi untuk pengembangan usahatani

karet, terutama dalam pengolahan bahan olah karet.

Tahap awal yang dilakukan adalah dengan melakukan koordinasi dengan

pihak-pihak terkait yaitu Kementerian Pertanian serta Dinas Pertanian dan

Kehutanan di Kabupaten Bogor. Selanjutnya adalah dengan melakukan sosialisasi

kepada daerah terpilih, dalam hal ini adalah para petani karet yang ada di

Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor. Sosialisasi ini dilakukan dalam upaya

menilai dan menganalisis potensi komoditi lokal yang akan dikembangkan,

sosialisasi ini juga dilakukan dalam upaya melihat kesiapan para petani sebagai

peserta program. Hasil identifikasi dan verifikasi menetapkan kelompok tani yang

akan menjadi peserta program dengan kepemilikan lahan dan pengalaman

berusahatani yang berbeda. Selanjutnya, menentukan besarnya bantuan yang akan

diberikan, dan tahap pelaksanaan program.

Bentuk bantuan yang diberikan dalam pelaksanaan program ini adalah paket

alat pasca panen karet, yang terdiri atas hand mangel, loyang, timbangan gantung,

mangkok lateks dan pisau sadap. Penggunaan hand mangel dan timbangan adalah

Page 67: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

51

digunakan secara bersama-sama, artinya seluruh anggota kelompok tani dapat

menggunakan alat tersebut dan kepemilikannya dimiliki secara bersama. Untuk

loyang, pisau sadap dan mangkok lateks, penggunaan dan kepemilikannya secara

pribadi, artinya alat-alat tersebut diberikan pada masing-masing anggota

kelompok tani dan digunakan secara pribadi.

Dalam upaya menjaga keberlangsungan program ini, terutama dalam

melihat daya dukung agroekosistem yang ada di sentra karet Kabupaten Bogor,

maka pihak Kementerian Pertanian menetapkan bahwa lokasi yang akan

digunakan harus mempunyai beberapa persyaratan, (Pedoman Umum Kegiatan

Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet, 2008) diantaranya adalah:

1) Dilaksanakan di sentra produksi karet yang sudah mendapatkan rekomendasi

dari Balai Tanaman Industri (Balitri).

2) Lokasi pengolahan bahan olah karet berada dalam satu kawasan proses

produksi sheet dan kebun yang saling berdekatan.

Dalam Pedoman Umum Kegiatan Pengembangan Agribisnis Komoditi

Karet disebutkan bahwa petani penerima bantuan Program Pengembangan

Agribisnis Komoditas Karet mempunyai persyaratan tersendiri yang harus

dilaksanakan, persayaratan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Mempunyai pengurus aktif (minimal ketua, sekretaris, bendahara) dan aturan

organisasi yang dibuktikan dengan Berita Acara pembentukan kelompok tani,

dengan disetujui oleh anggotanya, dan usahanya telah berjalan.

2) Tidak termasuk dalam daftar kredit macet atau kredit bermasalah serta tidak

termasuk dalam dalam daftar hitam Bank Indonesia

3) Mengusahakan penanganan pasca panen karet, pengolahan dan atau

pemasaran komoditas strategis yang telah ditetapkan Departemen Pertanian

yang mempunyai potensi dan prospek pasar yang jelas.

4) Mempunyai proposal kegiatan dan rencana penggunaan anggaran untuk

mengembangkan penanganan pasca panen, pengolahan, dan atau pemasaran

karet

5) Lolos seleksi dan disetujui oleh tim teknis Dinas lingkup pertanian

Kabupaten/Kota

Page 68: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

52

6) Bersedia mengikuti petunjuk/pembinaan dari Dinas lingkup pertanian

Kabupaten/Kota

Dalam pelaksanaan program ini para petani memperoleh penyuluhan baik

dari Dinas Pertanian dan Kehutanan maupun dari Badan Pelaksana Penyuluhan

Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Namun demikian,

kurangnya pengawasan dan pembinaan lebih lanjut menyebabkan kurang

terdatanya kegiatan pengolahan produksi sheet yang dilakukan oleh petani karet di

Kecamatan Jasinga, termasuk kelompok tani penerima bantuan program

Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet. Berdasarkan pengamatan di lokasi

penelitian, nampak bahwa kegiatan pengolahan sheet belum terlaksana dengan

cukup baik, salah satunya adalah dalam hal kebersihan.

Pada dasarnya program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet

bertujuan untuk meningkatkan kegiatan perekonomian masyarakat setempat

melalui pemanfaatan sumberdaya lokal, dalam hal ini adalah komoditi karet.

Kegiatan Pengembangan Agribisnis merupakan kegiatan dari Kementerian

Pertanian yang telah ada sejak tahun 2007. Setiap tahun, Kementerian Pertanian

mengadakan program Pengembangan Agribisnis yang dimulai sejak bulan Mei

tahun 2007 dengan komoditi yang berbeda di setiap tahunnya. Proses penyaluran

bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet adalah Dinas

Pertanian dan Kehutanan memilih kelompok tani Mandiri, Kuning Sari dan

Binangkit sebagai penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis

Komoditi Karet. Sebelumnya, Dinas Pertanian dan Kehutanan melakukan seleksi

Calon Petani Calon Lahan (CP/CL) untuk petani penerima bantuan program

dengan dibantu oleh Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan Kabuaten Bogor. Pihak yang melaksanakan penyaluran bantuan ini

adalah Dinas Pertanian dan Kehutanan dengan rekomendasi dari Badan Pelaksana

Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Bogor.

Dengan adanya bantuan ini menjadi awal peningkatan mutu dan kualitas

hasil olahan sheet bagi para petani karet yang ada di Kecamatan Jasinga.

Peningkatan kualitas ini dapat terlihat dari perbaikan mutu dari kualitas sheet yang

dihasilkan. Hal ini terbukti dengan perbaikan kualitas sheet yang dihasilkan oleh

petani. Sebelum adanya bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi

Page 69: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

53

Karet, sheet yang dihasilkan oleh petani adalah sheet asalan yang harga jualnya

adalah Rp 3.500-4500,- per kg. Setelah adanya bantuan program Pengembangan

Agribisnis Komoditi Karet, petani mampu menghasilkan sheet 3 yang harga

jualnya adalah Rp 6000-7500,- per kg. Dengan adanya perbaikan mutu tersebut,

maka pendapatan yang diterima oleh petani relatif meningkat (Tabel 19)

Tabel 19. Perbaikan Mutu Sheet Karet dan Harga Jual yang Diterima Petani Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet Tahun 2009-2010

Tahun Mutu Sheet Harga Jual (Rp) Keterangan 2009 Asalan 3.500-4500 Sebelum adanya Program 2010 3 6000-7500 Setelah adanya program

Sumber: Kelompok Tani, 2011 (diolah)

Hasil pengamatan di lokasi penelitian selama program Pengembangan

Agribisnis Komoditi Karet berjalan, menunjukkan bahwa pada dasarnya para

petani karet menunjukkan respon yang positif dengan adanya program pemerintah

ini. Petani karet sudah mengelola dan melaksanakan kegiatan pengolahan sheet

karet setelah bantuan program disalurkan. Salah satu faktor yang selama ini

menjadi kendala bagi para petani adalah dalam hal pengadaan modal. Selain itu,

kondisi cuaca yang tidak dapat diprediksi menjadi hal yang dirasakan kurang baik,

karena dengan adanya hujan, maka lateks yang dihasilkan dari kebun akan

tercampur dengan air hujan. Hal ini akan berpengaruh pada sheet yang dihasilkan.

Bantuan Program Pengembangan Agribisnis ini terdiri atas dua bagian,

yaitu bantuan untuk perorangan dan bantuan yang dapat dikelola bersama di

kelompok tani. Bantuan yang diberikan untuk perorangan adalah pisau sadap,

Loyang dan mangkok lateks sedangkan bantuan bersama adalah satu unit hand

mangel batik dan polos serta timbangan gantung. Untuk hand mangel dan

timbangan gantung, alat tersebut disimpan di ketua kelompok tani dengan

penggunaan secara bersama-sama. Para anggota kelompok tani penerima bantuan

dapat menggunakan alat tersebut tanpa batasan waktu.

6.2 Tanggapan Petani Penerima Bantuan

Bantuan yang diberikan dibagikan kepada seluruh anggota kelompok tani

yang ada. Pada pelaksanaannya Program Pengembangan Agribisnis Komoditi

Karet ini mendapat sambutan yang baik dari para petani, terutama dengan adanya

Page 70: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

54

bantuan yang berhubungan dengan pengembangan pasca panen karet sebagai mata

pencaharian utama para petani di Kecamatan Jasinga. Antusiasme petani penerima

bantuan program ini dikarenakan masih terbatasnya alat pasca panen atau alat

produksi karet yang masih belum memadai di tingkat petani. Umumnya mereka

memiliki loyang dari jerigen minyak tanah yang dibelah dua, pisau sadap yang

umurnya sudah lama serta mangkok lateks sederhana yang terbuat dari batok

kelapa. Alat-alat tersebut tidak memberikan hasil yang optimal pada pengolahan

pasca panen karet yang dilakukan oleh petani. Dengan adanya bantuan pemerintah

ini, petani mendapatkan perbaikan mutu dan kualitas untuk pengembangan usaha

pasca panen karet di tingkat petani.

Selama program berlangsung, petani merasa kurang adanya pembinaan pada

program yang telah dijalankan oleh Kementerian Pertanian ini. Dinas teknis yang

seharusnya memberikan penyuluhan adalah Badan Pelaksana Penyuluhan

Pertanian Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Kurangnya

penyuluhan ini terjadi karena kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh Dinas

Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Hal ini juga terjadi karena pada tahap

awal program ini dilakukan untuk menstimulus para petani untuk dapat

meningkatkan kegiatan produksi sheet nya. Oleh karena itu, informasi teknologi

dan penggunaan bantuan tidak tersalurkan pada petani secara merata. Namun,

petani tetap antusias dalam melakukan pengembangan pasca panen karet karena

bantuan yang disalurkan merata pada seluruh petani penerima bantuan program.

Pada dasarnya program ini merupakan langkah awal yang dilakukan

Kementerian Pertanian, melalui Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam

upaya mengembangkan kegiatan perekonomian masyarakat setempat melalui

pemanfaatan komoditi unggulan yang ada di Kecamatan Jasinga. Antusias petani

terlihat ketika diadakan penyuluhan dan pembinaan dari pihak Dinas Pertanian

dan Kehutanan tentang bagaimana memanfaatkan potensi lokal yang ada. Petani

juga memperoleh banyak informasi tentang kegiatan pemasaran dan pengolahan

sheet yang benar guna meningkatkan harga jual. Kegiatan pemasaran dilakukan

dengan menjual sheet yang telah dihasilkan ke beberapa pasar yang dituju,

diantaranya adalah PT Vulkanin Jaya yang berlokasi di Kota Bogor serta H.

Arjawi yang berlokasi di Kabupaten Lebak, Banten.

Page 71: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

55

VII ANALISIS KINERJA USAHATANI DAN PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN JASINGA

7.1 Analisis Kinerja Usahatani

Kinerja usahatani karet dikaji untuk mengetahui gambaran umum

mengenai usahatani karet pada petani anggota dan non anggota kelompok tani

penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet. Analisis

mengenai keragaan usahatani dilakukan untuk mengidentifikasi beberapa hal

diantaranya mengenai penggunaan input produksi karet dan output yang

dihasilkan pada usahatani karet.

7.1.1 Penggunaan Input

Penggunaan input akan berpengaruh terhadap produksi sheet karet yang

dihasilkan. Semakin banyak input yang digunakan, maka biaya produksi juga

akan meningkat. Terdapat beberapa faktor input pada usahatani karet, diantaranya

adalah pupuk, koagulan (asam semut) dan tenaga kerja.

Rata - rata biaya yang dikeluarkan oleh petani anggota per hektar dalam

satu tahun adalah Rp 16,413,500,- per hektar per tahun. Biaya terbesar yang

dikeluarkan oleh petani adalah untuk tenaga kerja Rp 8.988.500/hektar. Biaya

tersebut sudah termasuk pupuk kandang, NPK dan KCl. Mahalnya harga pupuk

merupakan faktor utama besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani. Untuk

mengetahui mengenai rata–rata penggunaan input yang digunakan oleh petani

karet penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet dapat

dilihat pada Tabel 20.

Page 72: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

56

Tabel 20. Rata - rata Penggunaan Input Usahatani Karet per Hektar per Tahun yang dilakukan Petani Penerima Bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet di Kec Jasinga

Uraian Satuan Harga/satuan (Rp/satuan)

Jumlah Nilai (Rp)

1. Pupuk a. Pupuk Kandang Karung 10.000 600 6.000.000 b. Urea Kg 2.500 435 1.087.500 c. KCL Kg 2.000 397 794.000 d. NPK Kg 3.000 369 1.107.000

Sub Total Pupuk 8.988.500 2. Koagulan (Asam Semut)

Liter 45 5.000 225.000

3. Tenaga Kerja Orang 20.000 360 7.200.000 Grand Total 16.413.500

Petani karet non penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis

Komoditi Karet menggunakan input yang sama dengan petani anggota. Input

produksi yang digunakan adalah pupuk, koagulan (asam semut) dan tenaga kerja.

Rata - rata biaya yang dikeluarkan oleh petani karet non penerima bantuan

Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet dalam satu tahun disajikan

pada Tabel 21.

Tabel 21. Rata - rata Penggunaan Input Usahatani Karet per Hektar per Tahun yang dilakukan Petani Non Penerima Bantuan Program PengembanganAgribisnis Komoditi Karet di Kec Jasinga

Uraian Satuan Harga/satuan (Rp/satuan)

Jumlah Nilai (Rp)

1. Pupuk a. Pupuk Kandang Karung 10.000 600 6.000.000 b. Urea Kg 2.500 435 1.087.500 c. KCL Kg 2.000 397 794.000 d. NPK Kg 3.000 369 1.107.000

Sub Total Pupuk 8.988.500 2. Koagulan (Asam Semut)

225.000

45 5.000 225.000

3. Tenaga Kerja 7.200.000

20.000 360 7.200.000

Grand Total 16.413.500

Page 73: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

57

7.1.1.1 Pupuk

Produktivitas karet sangat dipengaruhi oleh pupuk yang digunakan oleh

petani. Penggunaan dosis pupuk harus tepat, sebab jika penggunaannya berlebihan

akan mengurangi produksi getah yang dihasilkan oleh tanaman karet. Pupuk yang

digunakan oleh petani penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis

Komoditi Karet dalam membudidayakan karet adalah pupuk kandang, Urea, KCl

dan NPK. Pupuk kandang yang digunakan petani anggota rata - rata 600

karung/hektar; pupuk Urea 435 kilogram/hektar; pupuk KCl 397 kilogram/hektar

dan pupuk NPK 369 kilogram/hektar. Dosis yang sama juga digunakan oleh

petani non Penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet.

Tanaman tahunan seperti karet membutuhkan dosis pupuk yang jauh lebih banyak

daripada tanaman hortikultura seperti sayuran.

Pupuk kandang didapatkan dari penjual pupuk yang terletak dekat dari

lahan petani, pupuk kandang yang digunakan berasal dari campuran beberapa

kotoran ternak seperti ayam, kambing, dan sapi. Harga pupuk kandang per

karungnya adalah Rp 10.000,00/karung. Pupuk kimia yang digunakan petani karet

anggota dan non anggota berasal dari toko saprodi yang ada di pasar Jasinga.

Harga pupuk kimia tersebut bermacam–macam, diantaranya adalah pupuk urea:

Rp 2.500,00 per kilogram; pupuk KCl: Rp 2.000,00 per kilogram; dan pupuk

NPK: Rp 3.000,00 per kilogram.

Menurut Susila (2006) pada tanah mineral dengan tingkat kandungan P

dan K sedang, pupuk yang digunakan dalam budidaya karet diantaranya adalah

Urea: 118 kilogram/hektar, SP36: 311 kilogram/hektar dan KCl: 112

kilogram/hektar. Sedangkan petani selain menggunakan Urea dan KCl, juga

menggunakan NPK. Untuk kedepannya diharapkan Dinas Pertanian atau pihak

lain yang berkompeten (akademisi) bisa melakukan uji tanah, sehingga bisa

didapatkan rekomendasi pemupukan yang tepat. Dengan didapatkannya

rekomendasi pemupukan yang tepat, diharapkan petani bisa menggunakan pupuk

dengan lebih efektif dan efisien.

Page 74: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

58

7.1.1.2 Koagulan (Asam Semut)

Koagulan merupakan larutan ammonia 20 persen yang berfungsi sebagai

pembeku lateks. Getah lateks yang baru disadap harus segera dibekukan dengan

menggunakan koagulan (asam semut). Pembekuan lateks merupakan tahapan

proses yang sangat penting dalam pengolahan sheet karet. Pembekuan yang baik

akan mempengaruhi pada saat penggilingan dan pengeringan sheet yang

berdampak pada kualitas sheet yang dihasilkan. Rata-rata penggunaan koagulan

(asam semut) untuk satu hektar tanaman karet adalah sebesar 45 Liter. Harga

koagulan (asam semut) ini adalah Rp 5.000,- per Liter. Kekeras bekuan dari sheet

basah dipengaruhi oleh jumlah pembeku atau koagulan (asam semut) yang

ditambahkan, kepekatan lateks kebun, dan lamanya proses pembekuan. Kekeras

bekuan yang dihasilkan harus berada pada kondisi yang optimal, karena bekuan

sheet basah yang terlalu keras akan sulit digiling. Sulitnya penggilingan akan

berdampak pada banyaknya waktu dan biaya yang akan terbuang.

7.1.1.3 Tenaga Kerja

Faktor produksi yang dapat mempengaruhi produktivitas karet berikutnya

adalah tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja juga harus tepat jumlahnya, jika

terlalu banyak menjadi tidak efisien karena biasanya pekerja akan lebih banyak

berinteraksi daripada bekerja. Tenaga kerja akan berpengaruh terhadap biaya

variabel usahatani karet, biaya tenaga kerja didapatkan dengan menghitung Hari

Orang Kerja (HOK) dikalikan dengan upah harian per HOK. Tenaga kerja yang

digunakan dalam proses budidaya tanaman karet adalah tenaga kerja pria dengan

biaya Rp 20.000,- per hari.

Penggunaan tenaga kerja dalam kegiatan usahatani karet memiliki peranan

yang cukup baik. Komponen ini menjadi salah satu komponen dengan biaya yang

relatif tinggi dalam kegiatan usahatani karet. Hasil analisis dan wawancara di

lokasi penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja yang digunakan

oleh para petani berasal dari keluarga. Peranan tenaga kerja dalam budidaya karet

tentunya akan sangat mendukung upaya menjaga dan meningkatkan produksi

getah karet atau lateks.

Page 75: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

59

7.2 Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis pendapatan yang dibahas pada bab berikut ini meliputi dua

bagian, yaitu analisis pendapatan usahatani petani penerima bantuan Program

Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet dan analisis usahatani petani non

penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet. Hal ini

dilakukan untuk menilai bagaimana tingkat keberhasilan program Pengembangan

Agribisnis yang telah dilakukan oleh pemerintah ditinjau dari segi pendapatan.

Analisis pendapatan ini membahas beberapa hal diantaranya adalah

perimaan usahatani, biaya usahatani, pendapatan atas biaya tunai, pendapatan atas

biaya total, R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total.

7.2.1 Analisis Usahatani Karet Petani Penerima Bantuan Program

Usahatani karet yang dianalisis adalah selama satu tahun, petani penerima

bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet mendapatkan

penerimaan dari hasil olahan sheet yang berupa sheet basah. Rata-rata

produktivitas per hektar per musim karet adalah 1.411 kilogram/hektar. Harga jual

sheet basah dengan kualitas sheet 3 rata-rata adalah Rp 7.500,- per kilogram.

Rata-rata penerimaan petani penerima bantuan Program Pengembangan

Agribisnis Komoditi Karet per hektar per tahun adalah Rp 32.925.000 per hektar

per tahun.

Biaya tunai yang dikeluarkan petani penerima bantuan diantaranya untuk

membeli pupuk kandang, pupuk kimia, koagulan (asam semut) dan membayar

upah tenaga kerja. Rata–rata biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani penerima

bantuan adalah Rp 16.413.500 per hektar per tahun. Biaya tebesar digunakan

untuk pembelian pupuk kandang dan membayar tenaga kerja.

Biaya diperhitungkan terdiri dari biaya pajak lahan dan biaya penyusutan

alat. Biaya pajak lahan dibayar satu kali dalam satu tahun. Penyusutan alat terdiri

dari penyusutan dari ember penampung, cincin mangkuk dan talang sadap.

Perhitungan mengenai penyusutan alat pertanian petani karet penerima bantuan

Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet terdapat pada Lampiran 3.

Adapun untuk analisis pendapatan karet petani penerima bantuan Program

Pengembangan Agrisnis Komoditi Karet terdapat pada Tabel 22.

Page 76: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

60

Tabel 22. Analisis Pendapatan Sheet pada Petani Penerima Bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet per Hektar per Tahun di Kec Jasinga Uraian Satuan Harga Satuan

(Rupiah) Volume

Nilai (Rupiah)

A Penerimaan Usahatani Sheet Basah Kilogram 7.500 4.390 32.925.000

Total Penerimaan 32.925.000 B Biaya Usahatani

B1

Biaya Tunai 1.Pupuk a. Pupuk Kandang Karung 10.000 600 6.000.000 b. Urea Kilogram 2.500 435 1.087.500 c. KCL Kilogram 2.000 397 794.000 d. NPK Kilogram 3.000 369 1.107.000 2. Koagulan (Asam Semut) Liter 45 5000 225.000 3. Tenaga Kerja Orang 20.000 360 7.200.000

Total Biaya Tunai 16.413.500

B2

Biaya diperhitungkan 1. Pajak Lahan 215.000 1 215.000 2. Penyusutan Alat 23.400 1 23.400 Total Biaya Diperhitungkan 238.400

C Total Biaya Usahatani (B1+B2) 16.651.900

D Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B1) 16.511.500

E Pendapatan Atas Biaya Total (A-C) 16.273.100

F R/C Atas Biaya Tunai (A/B1) 2,01

H R/C Atas Biaya Total (A/C) 1,98

Pendapatan petani terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan

atas biaya total. Besarnya pendapatan petani karet atas biaya tunai adalah Rp

16,511,500,- per hektar, sedangkan besarnya pendapatan petani atas biaya total Rp

16,273,100,- per hektar. Untuk mengetahui efisiensi usahatani dapat dicari dengan

rasio penerimanan terhadap biaya (R/C rasio). R/C rasio juga terbagi menjadi dua

jenis, yaitu R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. Nilai R/C

rasio atas biaya tunai adalah 2,01 artinya setiap pengeluaran satu satuan biaya

tunai akan menghasilkan penerimaan sebesar 2,01 satuan penerimaan. Nilai R/C

atas biaya total sebesar 1,98 artinya setiap pengeluaran satu satuan biaya total

akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,98 satuan penerimaan.

Page 77: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

61

7.2.2 Analisis Usahatani Karet Petani Non Penerima Bantuan

Berdasarkan analisis usahatani karet non penerima bantuan Program

Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet, diperoleh data bahwa jumlah produksi

sheet yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan petani penerima bantuan

program. Hal ini dikarenakan bantuan alat pasca panen yang diberikan pada petani

penerima bantuan program memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap

hasil produksi sheet dan kualitas sheet yang dihasilkan. Petani non penerima

bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet hanya mampu

menghasilkan sheet dengan mutu sheet asalan yang rata-rata dihargai Rp 4,500

per kilogram. Rincian mengenai usahatani karet pada petani non penerima

bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet pada Tabel 23.

Tabel 23. Analisis Pendapatan Sheet pada Petani Non Penerima Bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet per Hektar per Tahun di Kec Jasinga Uraian Satuan Harga Satuan

(Rupiah) Volume

Nilai (Rupiah)

A

Penerimaan Usahatani

Sheet Basah Kilogram

4.500 3.825

17.212.500 Total Penerimaan 17.212.500

B Biaya Usahatani

B1

Biaya Tunai 1.Pupuk a. Pupuk Kandang Karung 10.000 600 6.000.000 b. Urea Kilogram 2.500 435 1.087.500 c. KCL Kilogram 2.000 397 794.000 d. NPK Kilogram 3.000 369 1.107.000 2. Koagulan (Asam Semut) Liter 45 5000 225.000 3. Tenaga Kerja Orang 20.000 360 7.200.000

Total Biaya Tunai 16.413.500

B2

Biaya diperhitungkan 1. Pajak Lahan 118.000 1 118.000 2. Penyusutan Alat 36.900 1 36.900 Total Biaya Diperhitungkan 154.900

C Total Biaya Usahatani (B1+B2) 16.568.400 D Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B1) 799.000 E Pendapatan Atas Biaya Total (A-C) 644.100 F R/C Atas Biaya Tunai (A/B1) 1,05 H R/C Atas Biaya Total (A/C) 1,04

Page 78: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

62

Pada Tabel 23 menunjukkan analisis pendapatan usahatani petani karet

non penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet.

Berdasarkan hasil perhitungan, rata–rata biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani

non penerima bantuan adalah sama dengan petani penerima bantuan program

yaitu sebesar Rp 16.413.500,- per hektar. Biaya tunai terbesar dikeluakan untuk

pembelian pupuk kandang dan pembayaran tenaga kerja. Rata-rata biaya yang

diperhitungkan berupa pajak lahan dan penyusutan alat adalah sebesar Rp

154.900,- per hektar. Nilai penyusutan alat pada petani non penerima bantuan

program bernilai lebih kecil dibandingkan dengan petani penerima bantuan

program. Hal ini dikarenakan petani non penerima bantuan program harus

membeli pisau sadap, sedangkan petani penerima bantuan program mempunyai

pisau sadap yang diperoleh dari bantuan Program Pengembangan Agribisnis

Komoditi Karet. Variabel – variabel biaya tersebut akan mempengaruhi nilai R/C

rasio.

Nilai R/C rasio dibedakan menjadi R/C rasio atas biaya tunai dan R/C

rasio atas biaya total. Perbandingan antara nilai R/C rasio petani non anggota

dengan petani anggota adalah lebih kecil petani non anggota. Hal ini dikarenakan

mutu dari kualitas sheet yang dihasilkan sangat jauh dari petani penerima bantuan

program. Petani penerima bantuan program mampu menghasilkan sheet dengan

kualitas 3 yang mempunyai nilai jual rata-rata adalah sebesar Rp 7.500 per

kilogram, sedangkan petani non penerima bantuan program hanya mampu

menghasilkan sheet dengan kualitas asalan yang mempunyai nilai jual rata-rata

adalah Rp 4.500 per kilogram. Nilai R/C rasio atas biaya tunai pada petani non

penerima bantuan adalah sebesar 1,05 artinya setiap satu satuan biaya tunai yang

dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,05 satuan penerimaan.

Sedangkan, nilai R/C rasio atas biaya totalnya adalah 1,04 artinya setiap satu

satuan biaya total yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,54

satuan penerimaan.

Page 79: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

63

VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet dilaksanakan di

Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. Program ini merupakan Program yang

diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Pengelolaan

Hasil dan Pemasaran Hasil Pertanian. Program Pengembangan Agribisnis ini

merupakan serangkaian dari kegiatan-kegiatan yang terintegrasi dari pasca

panen hingga pemasaran hasil. Pelaksana teknis dari Program Pengembangan

Agribisnis Komoditi Karet ini adalah Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Bogor. Bentuk dari pelaksanaan program pemerintah ini adalah

pemberian bantuan berupa alat pasca panen karet pada kelompok tani yang

telah ditetapkan. Kelompok tani yang mendapatkan bantuan Program

Pengembangan Agribisnis berjumlah tiga kelompok tani, yaitu kelompok tani

Mandiri, Kuning Sari dan Binangkit. Bantuan yang diberikan pada masing-

masing kelompok tani alat pasca panen karet yang terdiri atas satu unit hand

mangel, loyang, timbangan gantung, pisau sadap dan mangkok lateks.

2. Berdasarkan hasil kinerja usahatani, petani karet penerima bantuan Program

Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet mampu menghasilkan mutu dan

kualitas sheet dengan kualitas 3 yang rata-rata harga jualnya adalah Rp 7.500,-

per kilogram. Petani penerima bantuan program pun memiliki pendapatan yang

lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan petani karet non penerima

bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet. Pendapatan atas

biaya tunai dari petani penerima bantuan program adalah sebesar Rp

16.511.500,- dan pendapatan atas biaya total adalah sebesar Rp 16.273.100,-.

Nilai R/C rasio atas biaya tunai adalah 2,01 dan R/C atas biaya total adalah

1,98. Petani non penerima bantuan hanya mampu menghasilkan sheet dengan

kualitas asalan yang rata-rata harga jualnya adalah Rp 4.500,- per kilogram.

Pendapatan atas biaya tunai dari petani non penerima bantuan program adalah

sebesar Rp 799.000,- dan pendapatan atas biaya total adalah sebesar Rp

Page 80: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

64

644.100,-. Nilai R/C rasio atas biaya tunai adalah 1,05 dan R/C atas biaya total

adalah 1,04.

8.2 Saran

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan penulis

adalah:

1. Berdasarkan analisis usahatani karet, diperlukan pelatihan dan penelitian

mengenai teknik pasca panen karet yang baik. Terutama mengenai proses

pembekuan, penggilingan, pencucian dan pengeringan lateks. Diperlukan

penerapan teknologi modern misalnya: mekanisasi pertanian, penerapan

kawasan agropolitan atau penerapan integrated farming. Dengan

banyaknya anggota kelompok tani penerima bantuan yang

membudidayakan kambing, kotoran dan air seni kambing dapat dijadikan

pupuk kandang, sehingga biaya untuk pembelian pupuk kandang dapat

ditekan.

2. Petani karet yang belum tergabung dengan kelompok tani diharapkan bisa

bergabung dengan kelompok tani yang telah terdaftar pada Dinas

Pertanian dan Kehutanan, hal ini dimaksudkan untuk kemudahan dalam

mendapatkan akses teknologi, modal dan pasar.

3. Untuk meningkatkan perkembangan kelompok tani, diperlukan upaya

penyuluhan dan pelatihan yang lebih intensif dari pihak BP3K atau BP4K.

Pertemuan harus lebih intensif dari satu bulan sekali menjadi satu minggu

sekali. Dengan demikian permasalahan-permasalahan yang menjadi

kendala petani karet di Kecamatan Jasinga dapat diatasi.

Page 81: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

65

DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Luas Kebun, Produksi dan Konsumsi Karet di

Indonesia Tahun 2001-2008. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga

Berlaku Menurut Lapangan Usaha Sektor Restoran Tahun 2004-2009. Jakarta: Badan Pusat Statistik Pusat Jakarta.

Baga, L. M.,Yanuar,R., K.,Feryanto W.,Aziz, K. 2009. Koperasi dan

Kelembagaan Agribisnis [Diktat Perkuliahan]. Bogor : Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Istitut Pertanian Bogor.

Blakely, E. J. Planning Local Economic Development. Theory and Practice.

Second Edition. London: Sage Publications, Inc. 1989/1994. http://bappenas.go .id/node/71/1142/kemitraan-bagi-pengembangan-ekonomi-lokal-kpel%C3. Diakses: Selasa, 12 Mei 2009.

Damanhuri, D. S. 2000. Paradoks Pembangunan Ekonomi Indonesia dan

Perspektif Pemberdayaan Ekonomi Rakyat di Sektor Pertanian dan Perikanan. Bogor: IPB Pers.

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2009. Petunjuk Teknis

Kegiatan Bantuan Sosial Pembangunan Pengolahan Hasil dan Pemasaran. Bogor: Dinas Pertanian dan Kehutanan.

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2009. Potensi dan Peluang

Pengembangan Pertanian dan Kehutanan. Bogor: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor 2009. Statistik Perkebunan

Semester II Tahun 2009. Bogor: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.

Direktorat Jenderal Pengolahan Hasil dan Pemasaran. Departemen Pertanian.

2010. Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Pengolahan Hasil dan Pemasaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengolahan Hasil dan Pemasaran. Departemen Pertanian.

Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian. 2009. Karet Rakyat di

Negara Produsen Utama Dunia Tahun 2008. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian.

Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia. Departemen Perindustrian. 2007.

Produk Hasil Olahan Getah Karet/ Lateks. Jakarta: Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kima. Departemen Perindustrian.

Page 82: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

66

Departemen Pertanian. 2008. Peraturan Menteri Pertanian No 16. OT. 140/2/ 2008. Jakarta: Deptan RI

Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Sumarno Z, penerjemah; Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Basic Econometric.

Krisnamurthi, B. 2002. Strategi Pembangunan Ekonomi Rakyat dalam Kerangka

Pembangunan Ekonomi Daerah. Bogor: Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian Bogor.

Komarudin. 2009. Pengaruh Program Local Economic Resources Development

Komoditi Nenas terhadap Produksi dan Pendapatan Petani di Desa Cipelang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Lestari, A. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor

Karet Alam Indonesia. [Skripsi]. Bogor: Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertania. Institute Pertanian Bogor.

Mintarti N. 2008. Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Komoditas

Kelapa di Kabupaten Pacitan. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi Ketiga. Jakarta : LP3ES. Nugraha. 2010. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Brokoli

[Skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Nasdian, F. 2003. Pengantar Pengembangan Masyarakat. Diktat Kuliah

Komukasi Pembangunan. Institut Pertanian Bogor. Nasution, M. 2002. Pengembangan Kelembagaan Koperasi untuk Agroindustri.

Bogor: IPB Press. Tidak dipublikasikan. Rachmina, D dan Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi.

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Insitut Pertanian Bogor. Bogor.

Rahim, Abd. dan Diah. 2008. Pengantar, Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian.

Jakarta : Penebar Swadaya. Saptana. 2006. Pengembangan Kelembagaan Kemitraan Usaha Hortikultura di

Sumatera Utara, Jawa Barat dan Bali. Bogor : Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Departemen Pertanian.

Saragih, B. 2010. Suara Agribisnis Kumpulan Pemikiran Bungaran Saragih.

Jakarta: PT. Permata Wacana Lestari.

Page 83: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

67

Soeharjo, A dan Dahlan Patong. 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor : IPB Press.

Suharto E. 2004. Pendampingan Sosial Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Miskin: Konsepsi dan Strategi. http://www.policy.hu/suharto/modul_a/ makindo_32.htm. Diakses: Sabtu, 23 Mei 2009.

Sunandar, Iwan. 2007. Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah

Terhadap Perusahaan Komoditi Tanaman Karet Alam (Hevea Brasiliensis) Kasus di Kecamatan Cambai, Kota Prabumulih Provinsi Sumatera Selatan. [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Susila, D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Tahunan. Bogor: Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Syahid M. 2005. Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui Pengembangan Kelompok Tani Ternak Itik, Kasus Desa Pematang Hambawang, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Syaukat dan Hendrakusumaatmadja. 2003. Pembangunan Ekonomi Berbasis

Lokal. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Tim Penebar Swadaya. 1994. Budidaya Karet. Jakarta: Penebar Swadaya. Walpole, R.E. 1995. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama. Wayan. 2000. Prosiding Perspektif Pembangunan Pertanian dan Pedesaan dalam

Era Otonomi Daerah. Bogor: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Balitbang Deptan.

Widhyastuti, 2006. Evaluasi Pelaksanaan PIR Pada PT Indosawit Subur (Kasus

PIR di Pabrik Minyak Kelapa Sawit Buatan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau) [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Yulistia, N. 2009. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani

Belimbing Dewa Peserta Primatani Di Kota Depok, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Page 84: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

68

LAMPIRAN

Page 85: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

69

Lampiran 2. Penyusutan Alat-Alat Pasca Panen Petani Karet Penerima Bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet dengan Metode Garis Lurus

Peralatan pertanian

Umur Pemakaian

(tahun) Jumlah Nilai

awal Penyusutan Penyusutan per Tahun Nilai akhir

Ember Penampung 5 1 30,000 5,400 1,080 3,000

Cincin Mangkuk 2 1 15,000 6,750 3,375 1,500

Talang Sadap 2 1 25,000 11,250 5,625 2,500

Jumlah 70,000 23,400 10,080 7,000

Page 86: ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN … · Apriani, Asti Yayuk Wahyuni atas semua dukungan, semangatnya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor,

70

Lampiran 3. Penyusutan Alat-Alat Pasca Panen Petani Karet Non Penerima Bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet dengan Metode Garis Lurus

Peralatan pertanian

Umur Pemakaian

(tahun) Jumlah Nilai

awal Penyusutan Penyusutan per Tahun Nilai akhir

Ember Penampung 5

1

30,000

5,400

1,080 3,000

Cincin Mangkuk

2

1

15,000

6,750

3,375 1,500

Pisau Sadap 10

1

150,000 13,500

1,350 15,000

Talang Sadap

2

1 25,000

11,250

5,625 2,500

Jumlah 220,000 36,900 11,430 22,000