ANALISIS KARAKTERISTIK FISIK LAHAN … 20110201... · penginderaan jauh dapat dibuat Peta Zona...

download ANALISIS KARAKTERISTIK FISIK LAHAN … 20110201... · penginderaan jauh dapat dibuat Peta Zona Rawan Bencana Tsunami yang dibutuhkan masyarakat pada saat ini. Penelitian ini bertujuan

If you can't read please download the document

Transcript of ANALISIS KARAKTERISTIK FISIK LAHAN … 20110201... · penginderaan jauh dapat dibuat Peta Zona...

  • Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

    Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 61 68

    61

    ANALISIS KARAKTERISTIK FISIK LAHAN MENGGUNAKAN CITRA SPOT 5

    UNTUK PEMETAAN DAERAH RAWAN BENCANA TSUNAMI (Studi Kasus : Wilayah Pantai Srandil, Kabupaten Cilacap)

    Suwardi1, Sisno

    2 dan Dedi Triono

    3

    1. PS Teknik Geologi UNSOED, Purwokerto e_mail : [email protected], 2. PS Ilmu Tanah UNSOED,

    3. PT. Examap, Jakarta

    Sari

    Kawasan pesisir Indonesia umumnya rawan bencana tsunami. Kondisi ini memerlukan upaya mitigasi

    bencana dengan menginventarisasi tingkat kerawanan bencana dan menyusun rekomendasi sebagai tindak

    antisipasi, sehingga dapat mengurangi risiko dan dampak yang ditimbulkan. Analisis topografi dengan data

    inderaja dapat dilakukan untuk pemetaan daerah rawan bencana tsunami. Analisis topografi meliputi

    inventarisasi unsur-unsur karakteristik lahan, yaitu tutupan lahan, bentuk lahan, kelas lereng dan ketinggian

    tempat. Unsur-unsur tersebut dihubungkan dengan jarak tubuh air dan tingkat magnitudo gempa untuk

    mengetahui tingkat risiko dan kerawanan bencana tsunami. Data inderaja yang digunakan adalah citra digital

    SPOT 5 dengan resolusi spasial 2,5 m, data referensi digital gempa dan data DEM-SRTM. Hasil analisis

    menunjukkan kerawanan bencana tsunami pada daerah penelitian mulai dari sedang hingga sangat rawan.

    Keberadaan Gunung Selok, Gunung Kembar, dan Gunung Srandil merupakan salah satu faktor yang

    memengaruhinya. Hasil analisis berupa Peta Rawan Bencana Tsunami dan Peta Jalur Evakuasi, diharapkan

    dapat bermanfaat sebagai dasar perencanaan tindak antisipasi bencana tsunami yang tidak dapat dipastikan

    kapan akan terjadi. Dengan disertai peningkatan kewaspadaan dan pengetahuan tentang tsunami oleh

    masyarakat dan peran serta pemerintah daerah, diharapkan nantinya Risiko dan dampak yang ditimbulkan

    dapat diminimalisasi.

    Kata kunci : tsunami, topografi, penginderaan jauh, karakteristik, fisik, lahan

    Abstract

    Usually, the coastal areas in Indonesia are susceptible to tsunami disasters. This condition need efforts to

    mitigate the disasters by inventing the level of the disaster susceptibility and by suggesting recomendation as

    the anticipation for minimizing impacts and risk. Topography analysis with remote sunsing data can be used

    to map tsunami disaster susceptible areas. Topography analysis includes inventing elements in land

    characteristic which are land cover, landform, slope class, and elevation. They were then correlated with the

    distance of water body and magnitudo level of earthquake to know the tsunami risk and susceptibility of

    tsunami disasters. Remote sensing data used are SPOT5 digital image with 2,5m spatial resolution,

    earthquake digital reference data, and DEM-SRTM data. The analysis result show that the susceptibility in the

    studied area range from moderate to very susceptible. The existence of mounth Selok, Kembar and Serandil is

    one of facter that influences. Analysis result in the form of tsunami disasters susceptible Map and Evacuation

    Path Mapis expected to be usefull for planing disaster anticipation because it can not be predicted when it will

    happen. The people improving awareness and knowledge alone with the local governments role, it is

    expected that the risk of tsunami can be minimized.

    Keyword : tsunami, topography, remote sensing, characteristic, physic, area

    PENDAHULUAN

    Indonesia sebagai negara kepulauan,

    memiliki banyak pulau besar dan kecil dengan

    kawasan pesisir pantai yang cukup luas. Luas

    wilayah Indonesia mencapai 3,1 juta km2 dan zona

    ekonomi eksklusif seluas 2,7 juta km2, sementara

    luas daratan adalah 9,1 juta km2, dengan jumlah

    pulau sebanyak 17.508 dan garis pantai sepanjang

    81.000 km, (Badan Meteorologi dan Geofisika,

    2006).

    Terkait dengan kondisi dan fenomena alam

    yang terjadi akhir-akhir ini, seperti gempa dan

    tsunami, perlu dilakukan inventarisasi potensi

    bencana, terutama pada kawasan pesisir. Hal

    ini sebagai dasar penyusunan program

    penanggulangan bencana melalui peringatan dini

    bahaya gempa dan tsunami, sehingga dampak dan

    Risikonya dapat diminimalisasi.

    Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang

    laut dengan periode panjang yang ditimbulkan

    mailto:[email protected]

  • Analisis Karakteristik Fisik Lahan Menggunakan Citra Spot 5

    Untuk Pemetaan Daerah Rawan Bencana Tsunami

    (Suwardi, Sisno dan Dedi Triono )

    62

    )1.......(..........1

    )(

    iGxiJ

    iMiRiPiKT

    oleh gangguan impulsife dari dasar laut. Gangguan

    impulsife tersebut berupa gempa bumi tektonik,

    erupsi vulkanik atau longsoran (Sutowijoyo,

    2006). Banyaknya kejadian tsunami di Indonesia,

    baik dalam skala besar, maupun kecil, dikarenakan

    wilayah Indonesia pada bentukan tektoniknya

    merupakan wilayah yang berada pada lempeng

    tektonik aktif. Zona subduksi aktif menyebabkan

    banyak sumber-sumber gempa yang menjadikan

    sebagian besar wilayah Indonesia rawan terhadap

    bencana gempa dan tsunami.

    Salah satu kejadian tsunami yang terjadi

    adalah pada tanggal 17 Juli 2006; 15:19:22 WIB,

    pada episentrum 9,46 LS 107,19 BT, pada

    kedalaman 33 Km dan magnitudo sebesar 6,8 SR

    yang menerpa wilayah Pangandaran sampai

    Yogyakarta (BMG, 2006). Kejadian tsunami

    tersebut memakan korban jiwa dan kerusakan

    lingkungan yang cukup besar di sepanjang pantai

    selatan pulau Jawa, mulai dari kawasan pantai

    Pangandaran Cilacap, Kebumen, sampai

    Yogyakarta.

    Menurut Lillesan, drr (1990) data

    penginderaan jauh memiliki kemampuan untuk

    merekam kondisi dan karakteristik wilayah dalam

    jangkauan wilayah yang luas. Penggunaan citra

    digital berresolusi tinggi, seperti citra SPOT,

    untuk analisis dan pemetaan bahaya tsunami dapat

    dilakukan melalui identifikasi dan analisis

    topografi dan bentukan permukaan lahan. Analisis

    topografi menggunakan citra digital dapat

    dilakukan dengan banyak pilihan menggunakan

    program-program sistem informasi geografis,

    salah satunya adalah fasilitas 3D Analyst pada

    program ArcView. Melalui teknik integrasi antara

    sistem informasi geografis dengan data

    penginderaan jauh dapat dibuat Peta Zona Rawan

    Bencana Tsunami yang dibutuhkan masyarakat

    pada saat ini.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji

    potensi dan ancaman bahaya tsunami yang

    mungkin terjadi di daerah kajian, yaitu wilayah

    pantai Srandil, Kabupaten Cilacap. Data inderaja

    yang digunakan adalah citra SPOT-5. Analisis

    karakteristik fisik lahan dilakukan dengan

    menggunakan program ER Mapper 7.0 dan

    ArcView 3.3 yang dihubungkan dengan besarnya

    ancaman atau tingkat Risiko bencana tsunami

    dengan mempertimbangkan faktor Tutupan lahan,

    kelerengan, ketinggian tempat, bentuk lahan dan

    besarnya magnitudo gempa. Hasil penelitian

    berupa Peta Kerawanan Bencana Tsunami pada

    tiap kelas magnitudo gempa dan Peta Peringatan

    dan Jalur Evakuasi Bencana Tsunami.

    Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan

    dapat bermanfaat dan dapat dijadikan dasar

    perencanaan pengembangan wilayah dan dasar

    informasi upaya penanganan dini bencana tsunami

    guna meminimalisasi Risiko kerusakan dan korban

    jiwa.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian dilakukan bekerja sama dengan

    Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi

    Penginderaan Jauh Lembaga Antariksa dan

    Penerbangan Nasional (LAPAN) Jakarta, sebagai

    penyedia data.

    Software sistem informasi geografis, berupa

    program ER Mapper 7.0 untuk pengolahan citra

    SPOT-5 dan ArcView 3.3. untuk penyusunan peta

    dan analisis spasial. Tahap pengolahan data terdiri

    atas tahap persiapan dan pengumpulan data. Tahap

    pengolahan data menggunakan ER Mapper 7.0

    berupa cropping citra, koreksi radiometrik,

    mozaik, analisis 3D, dan export data vektor.

    Pengolahan dengan ArcView 3.3 berupa delineasi,

    editing, labeling, 3D analyst, dan tumpang susun

    peta serta pengaturan tampilan peta.

    Penyusunan peta tematik berupa Peta

    Tutupan Lahan dan Bentuk Lahan dilakukan

    secara visual pada data citra SPOT-5, sedangkan

    Peta Ketinggian, Kelas Lereng, dan Peta Jarak

    Tubuh Air dilakukan dengan fungsi 3D Analyst,

    Spasial Analyst, dan Distance Analyst yang ada

    pada program ArcView 3.3. Peta tingkat Risiko

    tsunami pada tiap variabel ditentukan berdasarkan

    tingkat Risiko masing-masing variabel

    berdasarkan sistem skor yang telah ditentukan.

    Peta Kerawanan Tsunami diperoleh dari

    hasil tumpang susun dan formulasi hasil

    modifikasi metode Barret (1974) dalam Adningsih

    dan Komarudin (1998), yaitu :

    Keterangan :

    iKt : Indeks kerawanan tsunami

    iP : Indeks Risiko tsunami faktor Tutupan lahan

    iR : Indeks Risiko tsunami indeks rasio kelas

    lereng dan elevasi

    iM : Indeks Risiko tsunami berdasar faktor

    bentuk lahan

    iG : Indeks magnetudo gempa penyebab

    tsunami

  • Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

    Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 61 68

    63

    Penentuan tingkat kerawanan tsunami berdasarkan besarnya nilai indeks kerawanan tsunami adalah

    seperti yang tercantum dalam Tabel 1.

    Tabel 1. Tingkat kerawanan tsunami

    No Indeks kerawanan

    (iKT)

    Tingkat

    Kerawanan

    1. < 1,00 Rendah

    2. 1,01 5,00 Sedang

    3. 5,01 25,00 Tinggi

    4. > 25,01 Sangat Tinggi

    Sumber : Modifikasi Barret (1974) dalam Adiningsih (1998)

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Identifikasi Daerah Kajian

    Lokasi penelitian adalah daerah sekitar

    Pantai, Srandil, Kabupaten Cilacap. Secara

    geografis, daerah kajian terletak antara

    1090930 BT - 1091530 BT dan 073730

    LS - 074230 LS.

    Pengolahan Data Citra

    Pengolahan citra SPOT-5 dengan program

    ER Mapper 7.0 terdiri atas cropping citra, koreksi

    radiometrik untuk penajaman kontras citra,

    mozaik atau penggabungan citra, analisis 3 garis

    dimensi untuk memperoleh data vektor berupa

    kontur dan ekspor data set untuk diolah lebih

    lanjut pada program ArcView 3.3. Koreksi

    geometrik tidak dilakukan karena citra SPOT yang

    digunakan dalam kondisi sudah terkoreksi

    geometrik menggunakan sistem proyeksi UTM

    pada zona SUTM 49 dengan datum WGS 84.

    Penggabungan citra dilakukan untuk

    menggabungkan citra SPOT multispektral yang

    memiliki resolusi 10 m dengan citra SPOT-5

    pankromatik dengan resolusi 2,5 m, sehingga

    diperoleh tampilan citra SPOT-5 multispectral

    dengan resolusi 2,5 m (Gambar 1).

    Gambar 1. Citra SPOT-5 multispectral daerah penelitian.

  • Analisis Karakteristik Fisik Lahan Menggunakan Citra Spot 5

    Untuk Pemetaan Daerah Rawan Bencana Tsunami

    (Suwardi, Sisno dan Dedi Triono )

    64

    Hasil analisis 3D pada program ER Mapper

    7.0 digunakan sebagai dasar penyusunan Peta

    Ketinggian dan Peta Kelas Lereng menggunakan

    fungsi 3D Analyst pada program ArcView 3.3.

    Hasil klasifikasi visual pada bentuk lahan dan

    tutupan lahan berupa Peta Bentuk Lahan dan Peta

    Tutupan Lahan. Sementara Peta Jarak Tubuh Air

    diperoleh dari hasil analisis menggunakan fungsi

    distance analyst pada prohram ArcView 3.3.

    Pemetaan Tingkat Risiko Tsunami

    Penentuan tingkat Risiko tsunami pada tiap

    variabel dilakukan dengan cara generalisasi

    menggunakan geoproseccing wizard berdasarkan

    tingkat risiko tiap variabel sesuai dengan

    pembobotan atau skor yang telah ditentukan

    sebelumnya. Tingkat risiko dan skorring hasil

    proses generalisasi pada tiap variabel dapat dilihat

    pada Tabel 2.

    Tabel 2. Tingkat resiko tsunami hasil generalisasi.

    Sumber : Tabel Atribut ArcView 3.3

    Kelas indeks Indeks risiko skor A pemukiman tinggi 80 B sawah tinggi 80 C tegalan sedang 60 D perkebunan sedang 60 E tambak tinggi 80 F hutan rendah 40 G semak sedang 60 H lahan kosong sedang 60 Indeks kelas lereng (iL) Kelas indeks Indeks risiko

    skor 1 0 2% 0,50% rendah 1 2 2 5% rendah 1 3 5 15% 5 30% sedang 5 4 15 30% sedang 5 5 30 45% > 40% rendah 30 6 > 45% rendah 30 Indeks ketinggian (iE) Kelas indeks

    Indeks risiko

    skor 1 0 2 Mdpl 0 10 Mdpl tinggi 1 2 2 5 Mdpl tinggi 1 3 5 10 Mdpl tinggi 1 4 10 15 Mdpl 10 25 Mdpl sedang 10 5 15 25 Mdpl sedang 10 6 25 50 Mdpl > 25 Mdpl rendah 25 7 > 50 Mdpl rendah 25 Indeks rasio (iR=(iL/iE)) Kelas indeks

    Indeks risiko

    skor I 0 1 > 5 rendah 40 II 1 3.0 rendah 40 III 3.1 8.0 1,2 5 sedang 60 IV 8.1 40.0 < 1,2 tinggi 80 V > 40.0 tinggi 80 Indeks jarak dari tubuh air (iJ) Kelas indeks

    Indeks risiko

    skor a 0 500 m 0 2000 m tinggi 80 b 500 1000 m tinggi 80 c 1000 1500 m tinggi 80 d 1500 2000 m tinggi 80 e 2000 2500 m 2000 3500 m sedang

    60 f 2500 3000 m sedang 60 g 3000 3500 m sedang 60 h 3500 4000 m > 3500 m rendah 40 i 4000 4500 m rendah 40 j 4500 5000 m rendah 40 k > 5000 m rendah 40

    Indeks tutupan lahan (iP) Generalisasi

  • Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

    Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 61 68

    65

    Hasil pemetaan risiko menghasilkan enam

    Peta Tingkat Risiko Tsunami pada masing-masing

    variabel, yaitu Peta Tingkat Risiko Tsunami

    Faktor Tutupan Lahan (Gambar 2); Peta Tingkat

    Risiko Tsunami Faktor Kelas Lereng (Gambar 3);

    Peta tingkat Risiko Tsunami Faktor Ketinggian

    (Gambar 4); Peta Tingkat Risiko Tsunami Faktor

    Rasio Kelas Lereng, dan Ketinggian Tempat

    (Gambar 5); Peta Tingkat Risiko Tsunami Faktor

    Jarak Tubuh Air (Gambar 6), dan Peta Tingkat

    Risiko Tsunami Faktor Bentuk Lahan (Gambar 7).

    Pemetaan Rawan Tsunami dan Jalur Evakuasi

    Korban Bencana Tsunami

    Peta kerawanan diperoleh dari hasil skoring

    dan formulasi dari modifikasi persamaan Barret

    (1974) dalam Adiningsih (1998) seperti pada tabel

    2. Maka peta kerawanan tsunami dapat disusun

    menjadi delapan tingkat magnitudo gempa

    (Tabel 3).

    Tabel 3. Indeks magnitudo gempa penyebab

    tsunami

    Sumber : Harjono, I. (2006).

    Gambar 2. Peta Tingkat Risiko Tsunami Faktor

    Tutupan Lahan.

    Gambar 3. Peta Tingkat Risiko Tsunami Faktor

    Kelas Lereng.

    Gambar 4. Peta tingkat Risiko Tsunami Faktor

    Ketinggian.

    Gambar 5. Peta Tingkat Risiko Tsunami Faktor

    Rasio Kelas Lereng dan Ketinggian Tempat.

    No Magnitudo

    Gempa Skor (iG)

    1 < 2,0 SR 5

    2 2,0 2,9 SR 10

    3 3,0 3,9 SR 20

    4 4,0 4,9 SR 30

    5 5,0 5,9 SR 40

    6 6,0 6,9 SR 60

    7 7,0 7,9 SR 80

    8 8,0 8,9 SR 100

  • Analisis Karakteristik Fisik Lahan Menggunakan Citra Spot 5

    Untuk Pemetaan Daerah Rawan Bencana Tsunami

    (Suwardi, Sisno dan Dedi Triono )

    66

    Gambar 6. Tingkat Risiko Tsunami Faktor Jarak

    Tubuh Air.

    Gambar 7. Peta Tingkat Risiko Tsunami Faktor

    Bentuk Lahan.

    Gambar 8. Peta kerawanan tsunami pada magnitudo

    gempa 5,9 SR.

    Gambar 9. Peta kerawanan tsunami pada magnitudo

    gempa 6,9 SR.

    Gambar 10. Peta kerawanan tsunami pada magnitudo

    gempa 7,9 SR.

    Gambar 11. Peta kerawanan tsunami pada magnitudo

    gempa 8,9 SR.

    SAMUDERA HINDIA SAMUDERA HINDIA

    SAMUDERA HINDIA SAMUDERA HINDIA

  • Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

    Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 61 68

    67

    Gambar 12. Peta Jalur Evakuasi Korban Bencana Tsunami.

    Ha % Ha %

    1 Sedang 4985.28 47.71 1 Sedang 1815.34 17.37 2 Tinggi 3589.00 34.34 2 Tinggi 5390.33 51.58 3 Tubuh air 1875.79 17.95 3 Sangat tinggi 1368.61 13.10

    Total Area 10450.07 100.00 4 Tubuh air 1875.79 17.95

    Total Area 10.450.07 100.00

    Ha % Ha %

    1 Sedang 3341.75 31.98 1 Sedang 1722.97 16.49 2 Tinggi 4306.55 41.21 2 Tinggi 5445.80 52.11 3 Sangat tinggi 925.98 8.86 3 Sangat tinggi 1405.52 13.45 4 Tubuh air 1875.79 17.95 4 Tubuh air 1875.79 17.95

    Total Area 10.450.07 100.00 Total Area 10.450.07 100.00

    Tabel 7. Tingkat Kerawanan Tsunami pada Magnitudo Gempa 8,9 SR.

    Sumber : Tabel Atribut Rawan Tsunami 6,9 SR. shp-Program ArcView 3.3

    Sumber : Tabel Atribut Rawan Tsunami 6,9 SR. shp-Program ArcView 3.3

    Sumber : Tabel Atribut Rawan Tsunami 6,9 SR. shp-Program ArcView 3.3

    Tabel 4. Tingkat Kerawanan Tsunami pada Magnitudo Gempa 5,9 SR. Tabel 5 Tingkat Kerawanan Tsunami pada Magnitudo Gempa 7,9 SR.

    Tabel 5. Tingkat Kerawanan Tsunami pada Magnitudo Gempa 6,9 SR.

    Sumber : Tabel Atribut Rawan Tsunami 5,9 SR. shp-Program ArcView 3.3

    No Tingkat Kerawanan

    Luas

    No Tingkat Kerawanan Luas

    No Tingkat Kerawanan

    Luas

    No Tingkat Kerawanan Luas

    SAMUDERA HINDIA

  • Analisis Karakteristik Fisik Lahan Menggunakan Citra Spot 5

    Untuk Pemetaan Daerah Rawan Bencana Tsunami

    (Suwardi, Sisno dan Dedi Triono )

    68

    Peta Jalur Evakuasi Korban Bencana

    Tsunami (Gambar 12) disusun setelah diketahui

    daerah rawan tsunami sebagai dasar penentuan

    zona evakuasi. Hasil rekomendasi menunjukkan

    terdapat dua zona evakuasi, yaitu di desa

    Kedawung, Kecamatan Kroya dan Desa Kalikudi,

    Kecamatan Adipala.

    Selain itu, direkomendasikan zona evakuasi

    darurat di Gunung Srandil yang diperuntukkan

    bagi warga Desa Kedungbenda dan sekitarnya

    yang letaknya cukup jauh dari dua zona evakuasi

    yang ditentukan.

    SIMPULAN

    Berdasarkan hasil analisis dapat diambil

    simpulan sebagai berikut :

    Tingkat kerawanan tsunami sangat dipengaruhi oleh tingkat Risiko tsunami pada

    tiap variabel berupa faktor Tutupan lahan,

    rasio kelas lereng, ketinggian tempat, bentuk

    lahan, jarak dari tubuh air, dan besar kecilnya

    magnitudo gelombang penyebab tsunami.

    Pada magnitudo 3,9 5,9 SR terjadi tingkat kerawanan tinggi seluas 3.589 Ha. Sementara

    pada magnitudo lebih dari 5,9 SR sebagian

    daerah kajian penelitian memiliki tingkat

    kerawanan sangat tinggi mencapai 1.405,52

    Ha.

    Jalur evakuasi korban bencana tsunami diarahkan pada zona evakuasi di Desa

    Kedawung, Kecamatan Kroya dan di Desa

    Kalikudi, Kecamatan Adipala dengan tingkat

    kerawanan tsunami dari kerawanan sedang

    sampai rendah, melalui jalur yang telah

    ditentukan. Zona evakuasi darurat ditentukan

    di Gunung Selok yang ada di Desa

    Kedungbenda, Kecamatan Adipala yang

    hanya untuk bencana tsunami dengan

    magnitudo kurang dari 5,9 SR dan hanya

    diarahkan untuk warga terdekat di sekitar

    Gunung Selok.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Terima kasih ditujukan kepada Pusat

    Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi

    Penginderaan Jauh, Kedeputian Penginderaan

    Jauh, Lembaga Penerbangan dan Antariksa

    Nasional (LAPAN).

    ACUAN

    Adiningsih, E.S. Khomarudin, M.R. 1998.

    Analisis Pendugaan Curah Hujan

    gan Kerawanan Banjir Dengan Data

    Satelit Studi Kasus Kota Semarang.

    Majalah LAPAN No. 85 tahun XXII.

    April 1998:9-21.

    Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan

    Bencana dan Penanganan Pengungsi,

    2000. Panduan Pengenalan

    Karakteristik Bencana di Indonesia

    dan Upaya Mitigasinya (on-line).

    Satkorlak-PBP. Prov. Jawa Tengah.

    http://www.bakornaspbp.go.id/html/

    panduan_karakteristik/Bab3.pdf.

    Diakses tanggal 18 Januari 2007.

    Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). 2006.

    Laporan Gempa Bumi dan Tsunami

    Selatan Jawa Barat, 17 Juli 2006.

    Badan Meteorologi dan Geofisika,

    Jakarta. 17 hal.

    Harjono, I. 2006. Hirarki Gempa Bumi dan

    Tsunami. Forum Geografi, Vol.20,

    No.2:135-141.

    Lillesan dan M.Thomas. 1990. Penginderaan Jauh

    dan Interpretasi Citra;

    diterjemahkan oleh Dulbahri, et al;

    Penyunting, Sutanto, Gadjahmada

    University Press. Yogyakarta.

    Sutowijoyo, A.P. 2006. Tsunami, Karakteristik

    dan Pencegahannya (on-line) .

    PPI-Jepang. http://io.ppi-

    jepang.org/article.php?1d=201.

    Diakses tanggal 5 Mei 2007.

    http://www.bakornaspbp.go.id/html/panduan_karakteristik/Bab3.pdfhttp://www.bakornaspbp.go.id/html/panduan_karakteristik/Bab3.pdfhttp://www.bakornaspbp.go.id/html/panduan_karakteristik/Bab3.pdfhttp://io.ppi-jepang.org/article.php?1d=201http://io.ppi-jepang.org/article.php?1d=201