PEMBUATAN PETA DAERAH RAWAN LONGSOR DI DESA PESISIR KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG...

13
PEMBUATAN PETA DAERAH RAWAN LONGSOR DI DESA PESISIR KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE EQUAL INTERVAL BERBASIS PENGINDERAAN JAUH ARTIKEL PRAKTIK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN Oleh : ASMAUL MUFIDASARI 115080601111077 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

description

Bencana longsor adalah salah satu bencana alam yang sering melanda daerah Malang Selatan, terutama di Kecamatan Sumbermanjing Wetan.Bencana tanah longsor ini disebabkan oleh kontur lahan yang bervariasi, dan juga pengalihfungsian lahan hutan sebagai ladang.Tujuan dari pembuatan peta ini adalah untuk memahami langkah-langkah dalam proses pemetaan daerah rawan longsor beserta komponennya dan menilai kerawanan longsor didesa pesisir Kecamatan Sumbermanjing Wetan.Data yang digunakan dalam pembuatan peta daerah rawan longsor adalah Citra Satelit Landsat 8, ASTER GDEM, Peta Jenis tanah Jawa Timur, peta tutupan vegetasi, peta tutupan penggunaan lahan, peta curah hujan, peta kemiringan lahan, dan peta curah hujan.Hasil dari peta daerah rawan longsor menunjukkan bahwa potensi Longsor di desa pesisir Kecamatan Sumbermanjing Wetan dibagi menjadi 4 klasifikasi yaitu ringan (skor 2) didapat luasan 1546.04 ha, kemudian klasifikasi sedang (skor 3) didapat luasan 8307.24 ha. Setelah itu klasifikasi berat (skor 4) didapat luasan 931.96 ha, kemudian yang terakhir adalah klasifikasi sangat berat (skor 5) didapat luasan 8.89 ha

Transcript of PEMBUATAN PETA DAERAH RAWAN LONGSOR DI DESA PESISIR KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG...

PEMBUATAN PETA DAERAH RAWAN LONGSOR DI DESA PESISIR KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE EQUAL INTERVAL BERBASIS PENGINDERAAN JAUH

ARTIKEL PRAKTIK KERJA LAPANGPROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh :ASMAUL MUFIDASARI115080601111077

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015

PEMBUATAN PETA DAERAH RAWAN LONGSOR DI DESA PESISIR KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE EQUAL INTERVAL BERBASIS PENGINDERAAN JAUHOleh:Asmaul Mufidasari, Dhira K. SaputraProgram Studi Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang

AbstrakBencana longsor adalah salah satu bencana alam yang sering melanda daerah Malang Selatan, terutama di Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Bencana tanah longsor ini disebabkan oleh kontur lahan yang bervariasi, dan juga pengalihfungsian lahan hutan sebagai ladang. Tujuan dari pembuatan peta ini adalah untuk memahami langkah-langkah dalam proses pemetaan daerah rawan longsor beserta komponennya dan menilai kerawanan longsor didesa pesisir Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Data yang digunakan dalam pembuatan peta daerah rawan longsor adalah Citra Satelit Landsat 8, ASTER GDEM, Peta Jenis tanah Jawa Timur, peta tutupan vegetasi, peta tutupan penggunaan lahan, peta curah hujan, peta kemiringan lahan, dan peta curah hujan. Hasil dari peta daerah rawan longsor menunjukkan bahwa potensi Longsor di desa pesisir Kecamatan Sumbermanjing Wetan dibagi menjadi 4 klasifikasi yaitu ringan (skor 2) didapat luasan 1546.04 ha, kemudian klasifikasi sedang (skor 3) didapat luasan 8307.24 ha. Setelah itu klasifikasi berat (skor 4) didapat luasan 931.96 ha, kemudian yang terakhir adalah klasifikasi sangat berat (skor 5) didapat luasan 8.89 ha.Kata kunci: Landsat 8, ASTER GDEM, Overlay, klasifikasi.MAKING OF LANDSLIDE VULNERABILITY MAP IN COASTAL VILLAGES OF SUMBERMANJING WETAN, MALANG REGENCY WITH EQUAL INTERVAL METHOD BASED ON REMOTE SENSINGAbstractLandslide is the one of natural disaster which often happened in Southern Malang, especially in Sumbermanjing Wetan. This landslide caused by the contour of this area and also changed the function of forest into the croplands. The aim of this study is for understanding method for mapping landslide vulnerability area in coastal villages Sumbermanjing Wetan. Site vulnerability mapping use Landsat Images, ASTER GDEM, vegetation, land use, rainfall, elevation, and soil maps. The results of this landslide vulnerability map shows that landslide vulnerability area in coastal villages Sumbermanjing Wetan divided on 4 classifications, Low Risk (score 2) includes areas of 1546.04 ha, Moderate (score 3) ) includes areas of 8307.24 ha, High (score 4) ) includes areas of 931.96 ha, and the last Very High (score 5) ) includes areas of 8.89 ha.Key words: Landsat 8, ASTER GDEM, Overlay, Classification.

PENDAHULUANLatar belakangKecamatan Sumbermanjing Wetan adalah salah satu kecamatan dari 33 kecamatan yang ada di Kabupaten Malang. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia. Hal ini menjadikan kecamatan ini memiliki topografi yang cukup unik, yaitu perpaduan antara pegunungan dan laut. Longsor merupakan gerakan massa tanah atau bebatuan, atau campuran dari keduanya yang gerakannya menuruni atau keluar dari lereng. Gerakan ini diakibatkan oleh terganggunya kestabilan komponen penyusun lereng tersebut, misalnya bebatuan atau tanah. Penyebab terjadinya longsor ada 2 kategori besar yaitu yang pertama faktor pengontrol gangguan kestabilan lereng dan proses pemicu longsoran. Namun vegetasi yang terdapat dilereng tersebut juga mempengaruhi peluang terjadinya longsor (BPBD, 2013).Tanah longsor adalah salah satu bencana alam yang cukup sering terjadi diwilayah Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Dalam penelitian ini cakupan wilayah titik rawan longsor diperkecil menjadi didaerah pesisir Kecamatan Sumbermanjing Wetan saja. Hal ini dikarenakan karena banyak wilayah perbukitan dipesisir disini telah beralih fungsi lahan menjadi lahan berladang untuk penduduk sekitar kebanyakan ditanami hasil bumi seperti ketela pohon dan pisang.Data yang telah dihimpun dari berbagi sumber media elektronik dari tahun 2010 2013 didapat informasi pada 9 juli 2010 di Desa Sitiarjo telah terjadi banjir bandang dan tanah longsor diketahui 1 orang tewas. Pada 11 April 2012 di Desa Sumbermanjing Wetan terjadi tanah longsor, menewaskan 3 orang dan menghancurkan ratusan rumah dan tempat ibadah. Sedangkan pada 24 Januari 2013 bencana tanah longsor terjadi di 4 titik di Kecamatan Sumbermanjing Wetan yaitu pertama didaerah Jl. Raya gunung pletes, kemudian Dusun Prangas - Desa Klepu, Desa Harjokuncaran, Dan Desa Sitiarjo.Adapun tujuan dari kegiatan Praktikum Kerja Lapang ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui dan memahami langkah langkah dalam proses pembuatan pemetaan daerah rawan longsor didaerah pesisir dengan memanfaatkan penginderaan jauh; Untuk mengetahui dan menilai potensi longsor di daerah desa desa pesisir Kecamatan Sumbermanjing Wetan.METODE PRAKTIK KERJA LAPANGLokasi PKLLokasi praktik kerja lapang adalah di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, dimana wilayah yang dijadikan sebagai wilayah kajian adalah desa-desa pesisir yang ada di Kecamatan Sumbermanjing Wetan yang mencakup 3 desa yaitu, Desa Sitiarjo, Desa Tambakrejo dan Desa Tambak asri. Berikut adalah peta desa pesisir di Kecamatan Sumbermanjing Wetan:

Gambar 1. Peta Desa Pesisir Kec. Sumbermanjing Wetan, Kab. MalangAlat Laptop Acer Aspire 4710, Intel CoreTM Duo Processor T2450, RAM 512 MB, 120 GB HDD Software ENVI 4.5 Software Arcgis 9.3Bahan Citra Landsat 8 tanggal akuisisi 1 September 2014 Data DEM (Digital Elevation Model) Pesisir Malang Selatan, akuisisi 16 Oktober 2009 Peta Tanah Tinjau Jawa Timur tahun 1966, skala 1 : 250.000 Data Curah hujan tahunan Kabupaten Malang

Skema kerjaBerikut ini adalah Skema Kerja dari Praktik Kerja Lapang ini :

Gambar 2. Skema Kerja Pengolahan DataTahapan Pembuatan PetaTahap pertama dari pembuatan peta daerah rawan longsor adalah melakukan proses digitasi layar (on screen digitation) untuk parameter yaitu curah hujan dan jenis tanah. Tahap kedua adalah melakukan analisis NDVI dengan rumus:

Untuk memperoleh peta tutupan vegetasi, dimana proses ini dilakukan pada software ENVI 4.5. Selanjutnya, tahap ketiga adalah melakukan proses segmentasi / klasifikasi untuk memperoleh peta tutupan penggunaan lahan dengan menggunakan software ENVI ZOOM 4.5. Setelah itu tahap ke empat adalah melakukan analisis slope untuk mendapatkan peta kemiringan lahan dengan menggunakan software Arcgis 9.3. Setelah itu tahap terakhir yaitu tahap kelima adalah melakukan skoring pada masing masing parameter dan melakukan overlay, kemudian untuk mengetahui kelas kerawanan longsor dilakukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan : Ch: Skor curah hujan Jt: Skor jenis tanah Tl: Skor tutupan penggunaan lahan Tv: Skor tutupan vegetasi Kl: Skor kemiringan lahanBerikut adalah tabel klasifikasi beserta skor yang digunakan pada tiap tiap parameter:Tabel 1. Klasifikasi dan Skor parameter Keterangan:* : Nugroho, 2010**: Kementerian Kehutanan, 2013***: Keputusan Menteri Pertanian no. 837, 1980HASIL DAN PEMBAHASANPeta Tutupan VegetasiPeta tutupan vegetasi didapatkan dari hasil analisis NDVI dari band 5 dan band 4 citra satelit Landsat 8. Berikut adalah hasil dari Peta tutupan Vegetasi:

Gambar 3. Peta Tutupan VegetasiBerdasarkan tabel dibawah ini, luasan dalam satuan ha dapat dilihat bahwa vegetasi yang paling mendominasi adalah vegetasi dalam klasifikasi Sedang dimana luasannya mencapai 8700.45 ha. Dan luasan terendah yaitu vegetasi dalam klasifikasi Jarang yaitu dengan luasan 361 ha.Tabel 2. Tabel klasifikasi tutupan vegetasi dan luas area

Peta Kemiringan LahanPeta Kemiringan lahan didapatkan dari data ASTER GDEM yang diolah dan berikut ini adalah hasil dari peta kemiringan lahan:

Gambar 4. Peta Kemiringan LahanDari tabel luasan dibawah ini, diketahui bahwa daerah paling luas adalah daerah dengan klasifikasi kemiringan lahan yaitu datar dengan luasan area sebesar 2527.63 ha, dan daerah dengan luasan paling sedikit adalah daerah dengan klasifikasi kemiringan lahan yaitu sangat curam dengan luasan sebesar 1836.79 ha.Tabel 3. Tabel klasifikasi kemiringan lahan dan luas area

Peta Tutupan Penggunaan LahanPeta tutupan penggunaan lahan didapatkan dari proses segmentasi band citra landsat dan berikut ini adalah hasil peta tutupan penggunaan lahan:

Gambar 5. Peta Tutupan Penggunaan LahanBerdasarkan tabel dibawah ini, didapatkan hasil bahwa tutupan lahan yang paling luas adalah hutan yaitu dengan luas 5261.04 ha, dimana hutan ini juga termasuk hutan rakyat, dan hutan yang dikelola oleh perhutani.Penggunaan lahan yang terkecil adalah sawah yaitu dengan luas 459.72 ha, karena daerah desa-desa ini berada dipesisir sehingga pemanfaatan lahan menjadi sawah sedikit, kebanyakan masyarakat memanfaatkan lahan dengan berladang ketela pohon atau pisang.Nilai luas untuk laut tidak dihitung karena skornya 0 dan yang dihitung hanya luas daratan saja.Tabel 4. Tabel klasifikasi tutupan lahan dan luas area

Peta Jenis Tanah dan Peta Curah HujanPeta jenis tanah didapatkan dari hasil digitasi layar, dari peta jenis tanah tahun 1966. Berikut adalah hasil dari peta jenis tanah:

Gambar 6. Peta Jenis TanahBerdasarkan tabel dibawah ini, dapat dilihat bahwa jenis tahan litosol mendominasi jenis tanah yaitu dengan luasan 5405.11 ha, menurut keputusan menteri kehutanan no.837 tahun 1980, jenis tanah litosol merupakan jenis tanah yang peka terhadap goncangan sehingga litosol memiliki skor tertinggi. Tabel 5. Tabel klasifikasi jenis tanah dan luas area

Curah hujan tahunan diketiga desa adalah sama yaitu 2000-2500 mm/tahun. Oleh karena itu skor curah hujan semua daerah adalah sama yaitu 5. Berikut adalah hasil dari peta curah hujan tahunan:

Gambar 7. Peta Curah HujanPeta Daerah Rawan LongsorPeta daerah rawan longsor didapatkan dari overlay semua peta parameter yaitu peta tutupan vegetasi, peta tutupan penggunaan lahan, peta kemiringan lahan, peta jenis tanah dan peta curah hujan. Berikut adalah hasil dari peta daerah rawan longsor:

Gambar 8. Peta Daerah Rawan LongsorTabel dibawah ini menunjukkan luasan dari daerah rawan longsor di desa pesisir Kecamatan Sumbermanjing Wetan, dimana klasifikasi terluas adalah sedang yaitu dengan luasan 8307.24 ha, kemudian klasifikasi terluas kedua adalah klasifikasi ringan yaitu dengan luasan 1546.04 ha. Dari hasil Attribute Tabel didapatkan bahwa skor terkecil adalah 7 dan skor tertinggi adalah 21, dimana semakin besar skornya maka semakin rawan longsor daerah tersebut, begitu juga sebaliknya semakin kecil skornya maka semakin kecil kerawanan untuk longsor pada daerah tersebut.Tabel 6. Tabel klasifikasi daerah rawan longsor dan luas area

PENUTUPKesimpulanAdapun kesimpulan yang didapat dari Praktik Kerja Lapang dengan judul Pembuatan Peta Daerah Rawan Longsor di Desa Pesisir Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang dengan Menggunakan Metode Equal Interval Berbasis Penginderaan Jauh adalah sebagai berikut : Untuk menyusun peta daerah rawan longsor, diperlukan lima peta dasar sebagai pendukung yaitu peta tutupan vegetasi, peta tutupan lahan, peta curah hujan, peta jenis tanah, dan peta kemiringan lahan. Dimana masing masing peta mempunyai skor masing-masing yang kemudian akan dioverlay atau disatukan sehingga membentuk peta daerah rawan longsor. Potensi Longsor di desa pesisir Kecamatan Sumbermanjing Wetan dibagi menjadi 4 klasifikasi yaitu ringan (skor 2) didapat luasan 1546.04 ha, kemudian klasifikasi sedang (skor 3) didapat luasan 8307.24 ha. Setelah itu klasifikasi berat (skor 4) didapat luasan 931.96 ha, kemudian yang terakhir adalah klasifikasi sangat berat (skor 5) didapat luasan 8.89 ha.SaranSaran untuk Praktik Kerja Lapang yang ingin mengambil tema tentang pemetaan daerah rawan longsor, sebaiknya data curah hujan dalam bentuk harian / bulanan, sehingga data yang dihasilkan lebih akurat.Dan memperbanyak studi literature tentang keadaan dilapang, misalnya kejadian bencana alam yang terjadi di Kecamatan Sumbermanjing Wetan selama periode tahun 90an hingga sekarang.DAFTAR PUSTAKABPBD.2014.Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab.Malang/ tanah longsor. http://bpbd.malangkab.go.id/konten-9.html . Diakses pada 12 November 2014, pukul 14.00 WIB.Kementerian Kehutanan. 2013. Peraturan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Data Spasial Lahan Kritis.Diakses pada 13 November 2014, pukul 15.00 WIB.Keputusan Menteri Pertanian No. 837.1980.Tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung. Jakarta. Diakses pada 13 November 2014, pukul 15.00 WIBMalangweb.2014.http://ngalam.web.id/read/4074/pantai-sendangbiru/. Diakses tanggal 26 September 2014, pukul 16.00 WIB.Malangkab.2014.http://www.malangkab.go.id/konten-85.html. Diakses tanggal 26 September 2014, pukul 16.30 WIB.MSR.2014.Malang Selatan Rescue. http://www.msr.or.id/ . Diakses pada 15 November 2014 pukul 13.00 WIB.Nugroho, Jefri Ardian; Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo, Inggit Lolita Sari, ST. 2010.Pemetaan Daerah Rawan Longsor dengan Penginderaan Jauh dan SIG (Studi Kasus Hutan Lindung Kabupaten Mojokerto). Surabaya: ITSPeta Tanah Tinjau Jawa Timur. 1966. Lembaga Penelitian Tanah:BogorPPT (Pusat Penelitian Tanah) Bogor.Klasifikasi Tanah Indonesia. Bogor.SumbermanjingWetan. 2014. Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. http://sumbermanjingwetan.malangkab.go.id/?page_id=403 . Diakses pada 12 November 2014, pukul 13.30 WIB.

1