Analisis jurnal anemia

7
ANALISIS JURNAL PENYERAPAN ZAT BESI PADA WANITA MUDA INDIA: HUBUNGAN STATUS BESI DENGAN PENGARUH TEH DAN ASAM ASKORBAT PENDAHULUAN Diperkirakan bahwa 2 miliar orang di seluruh dunia kekurangan zat besi, termasuk 1 miliar diantaranya menderita anemia defisiensi zat besi. Di India, 74% dari anak-anak usia < 5 tahun dan 52% dari wanita muda menderita anemia . Wanita muda lebih rentan terhadap kekurangan zat besi karena mereka membutuhkan zat besi yang lebih banyak untuk menstruasi dan melahirkan anak. Rendahnya penyerapan zat besi bisa mempengaruhi defisiensi zat besi pada populasi. Di India, zat besi dari golongan nonheme sebesar 91% mendominasi dari sumber zat besi golongan heme . Faktor individu juga berpengaruh terhadap terhambatnya dan meningkatnya penyerapan zat besi. Zat lain yang juga dikenal menghambat penyerapan zat besi nonheme adalah asam fitat. Senyawa seperti asam khlorogenik, flavonoid, dan polifenol yang terdapat dalam kopi dan teh juga sangat menghambat penyerapan zat besi . Asam askorbat (AA) dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Zat besi dari golongan heme yang berasal dari sumber hewani merupakan sumber zat besi penting karena memliki bioavailabilitas yang tinggi. Faktor lain, fisiologis juga memainkan peran utama dalam jumlah zat besi yang diserap tubuh. Beberapa studi telah melaporkan hubungan terbalik antara status zat besi dalam tubuh dengan penyerapan zat besi: yaitu, lebih banyak zat besi yang diserap dalam keadaan kekurangan zat besi dan zat besi kurang diserap dalam keadaan zat besi yang berlebihan. Studi-studi ini berguna bagi subyek dengan status zat besi rendah dan subyek dengan status zat besi tinggi. Dan sejauh mana penyerapan zat besi menanggapi adanya enhancer(peningkat) dan inhibitor(penghambat) pada subyek dengan anemia defisiensi zat besi belum jelas. Informasi tersebut sangat penting untuk memahami bagaimana memodifikasi diet makanan sumber zat besi dan peningkatan inhibitor yang dapat meningkatkan status zat besi pada populasi yang kekurangan zat besi . Saat ini studi menggunakan teknik Label isotop

Transcript of Analisis jurnal anemia

Page 1: Analisis jurnal anemia

ANALISIS JURNAL

PENYERAPAN ZAT BESI PADA WANITA MUDA INDIA:

HUBUNGAN STATUS BESI DENGAN PENGARUH TEH DAN ASAM ASKORBAT

PENDAHULUAN

Diperkirakan bahwa 2 miliar orang di seluruh dunia kekurangan zat besi, termasuk 1

miliar diantaranya menderita anemia defisiensi zat besi. Di India, 74% dari anak-anak usia < 5

tahun dan 52% dari wanita muda menderita anemia . Wanita muda lebih rentan terhadap

kekurangan zat besi karena mereka membutuhkan zat besi yang lebih banyak untuk menstruasi

dan melahirkan anak. Rendahnya penyerapan zat besi bisa mempengaruhi defisiensi zat besi

pada populasi. Di India, zat besi dari golongan nonheme sebesar 91% mendominasi dari

sumber zat besi golongan heme . Faktor individu juga berpengaruh terhadap terhambatnya dan

meningkatnya penyerapan zat besi. Zat lain yang juga dikenal menghambat penyerapan zat besi

nonheme adalah asam fitat. Senyawa seperti asam khlorogenik, flavonoid, dan polifenol yang

terdapat dalam kopi dan teh juga sangat menghambat penyerapan zat besi .

Asam askorbat (AA) dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Zat besi dari golongan

heme yang berasal dari sumber hewani merupakan sumber zat besi penting karena memliki

bioavailabilitas yang tinggi. Faktor lain, fisiologis juga memainkan peran utama dalam jumlah

zat besi yang diserap tubuh. Beberapa studi telah melaporkan hubungan terbalik antara status

zat besi dalam tubuh dengan penyerapan zat besi: yaitu, lebih banyak zat besi yang diserap

dalam keadaan kekurangan zat besi dan zat besi kurang diserap dalam keadaan zat besi yang

berlebihan.

Studi-studi ini berguna bagi subyek dengan status zat besi rendah dan subyek dengan

status zat besi tinggi. Dan sejauh mana penyerapan zat besi menanggapi adanya

enhancer(peningkat) dan inhibitor(penghambat) pada subyek dengan anemia defisiensi zat besi

belum jelas. Informasi tersebut sangat penting untuk memahami bagaimana memodifikasi diet

makanan sumber zat besi dan peningkatan inhibitor yang dapat meningkatkan status zat besi

pada populasi yang kekurangan zat besi . Saat ini studi menggunakan teknik Label isotop

Page 2: Analisis jurnal anemia

digunakan untuk mempelajari apakah penyerapan zat besi dari pemberian makanan (nasi kari

tomat) dengan atau tanpa teh ditambahkan Asam askorbat akan berbeda antara status zat besi

yang kurang dan normal

SUBYEK DAN METODE

Subjek

- Dua studi terpisah yang dilakukan pada 40 perempuan berusia 18-35 tahun.

- Masing-masing studi berisi 10 orang (kelompok kasus) dan 10 orang ( kelompok kontrol),

yang diambil dari kalangan staf dan mahasiswa Fakultas Kedokteran St John (Bangalore, India).

- Semua sampel berada dalam kesehatan yang baik, tidak sedang hamil atau menyusui, dan tidak

ada memiliki riwayat gangguan pencernaan atau metabolisme.

-Tidak ada satu pun sampel yang telah mendonorkan darah dalam waktu 6 bulan dari awal studi.

Subjek yang rutin mengonsumsi suplemen vitamin-mineral menghentikan suplementasi, 2

minggu sebelum memulai penelitian. 40 perempuan dipilih berdasarkan kadar hemoglobin,

status besi status dan ada atau tidaknya peradangan/infeksi selama pemeriksaan awal.

-Kriteria untuk kelompok IDA adalah kadar hemoglobin < 11,0 g / dL, konsentrasi serum feritin

(SF) < 12 g / L, dan konsentrasi zink protoporfirin > 40 mol / mol heme atau reseptor transferin

yang larut (TFRs) > 8.5 mg / L.

-Kriteria untuk kelompok kontrol, kadar hemoglobin > 12,0 g / dL dan ukuran status zat besi

(SF, zink protoporfirin, dan TFRs) dalam rentang normal.

Uji makanan

- Persiapan Uji makanan dan komposisi

TABEL 1

Komposisi standar bahan makanan pada nasi tomat

Bahan Kebutuhan Energi Protein Lemak Karbohidrat Zat Besi

g kkal g g g mg

Beras 60 207 4.1 0.3 46.9 0.4

Tomat 45 10 0.9 0.0 1.6 0.8

Kunyit 0.125 <1 <0.1 <0.1 0.1 0.1

Cabe bubuk 0.125 <1 <0.1 <0.1 <0.1 <0.1

Minyak sayur 9 81 <0.1 <0.1 <0.1 <0.1

Garam 2

Page 3: Analisis jurnal anemia

Total 298 5.0 9.3 48.6 1.3

Makanan tersebut juga mengandung phytate sebesar 47.6 mg

Makanan referensi terdiri dari nasi kari tomat, yang dirancang sedemikian rupa sehingga

mengandung sedikit enhancer dan inhibitor penyerapan zat besi (Tabel 1). Makanan dibuat

dalam porsi untuk semua sampel di kedua penelitian, dibagi menjadi bagian-bagian individu

lalu ditimbang (200 g), dan disimpan beku pada suhu -80 ° C sampai digunakan.

- Persiapan teh dan asam askorbat

Beberapa teh India merek lokal (Taj Mahal; Hindustan Lever Ltd, Mumbai, India) diperoleh.

Rebus air (1000 mL) ditambahkan pada 10 g teh dalam gelas kaca, dan campuran dibiarkan

meresap selama 3 menit sembari diaduk. Teh yang sudah siap disimpan dalam termos. Isi total

polifenol pada teh diukur dengan menggunakan metode Folin- Cicoalteau dengan asam galat

sebagai standar. Pada pengujian 1,setiap cangkir teh hitam (150 ml) mengandung 78 mg

polifenol disajikan dengan makanan penguji Pada pengujian asam askorbat,siapkan 1 mL

larutan AA dengan molar rasio 2:1 dan 2 mL larutan AA dengan rasio molar 4:1. Tergantung

pada jenis makanan tes dalam studi 2 (B atau C), 1 atau 2 mL larutan AA dipipet ke dalam gelas

tared, yang kemudian diisi dengan air murni untuk volume akhir 150 mL dalam masing-masing

gelas.

TABEL 2

Hari(tipe makanan)

1 (A) 2 (B) 15 (A) 16 ( C )

Label Isotop 57

FeSO4 58

FeSO4 57

FeSO4 58

FeSO4

Pengujian teh Uji makanan + 300

mL air

Uji makanan + 150

mL air+ 150 ml teh

Uji makanan + 300

mL air

Uji makanan + 300

mL teh

Pengujian Asam

askorbat

Uji makanan + 300

mL air

Uji makanan + 150

mL air+ 150 mL air

+AA pada rasio

molar 2:1

Uji makanan + 300

mlLair

Uji makanan + 150

mL air+ 150 mL air

+AA pada rasio

molar 4:1

- Desain studi

Studi ini menggunakan desain penelitian secara acak crossover

Page 4: Analisis jurnal anemia

Tiap subyek menerima 2 uji makanan, yaitu A dengan B, atau A dengan C yang

diberi label isotop 57Fe atau 58Fe

Pada hari ke 1, berat badan dan tinggi diukur dengan menggunakan stadiometer.

Setelah pengukuran ini, subyek mengkonsumsi makanan pertama (A) dilanjut dengan

makanan penguji kedua (B atau C) yang diberikan pada hari berikutnya (hari ke 2).

Sampel darah vena diambil 14 hari setelah pemberian makanan penguji (B atau C),

Sampel darah diambil pada hari ke 29, 14 hari setelah dua pasangan makanan

penguji terakhir.

Makanan penguji diberikan sebagai sarapan.

- Label isotop

Penyusunan label isotop mirip dengan metode yang dijelaskan oleh Walczyk. Secara singkat,

label [57Fe]-FeSO4 dan [58Fe]-FeSO4 dibuat dari isotopikal yang diperkaya unsur besi (57Fe

pada pengayaan 95,9% dan 58Fe pada pengayaan 93,2% ) ( Chemgas, Boulogne, Prancis)

dengan dilarutkan dalam 0,1 mol H2SO4/L. Komposisi isotop dari besi dalam larutan ditentukan

dengan menggunakan ionisasi termal negatif- spektrometri massa.

- Pengukuran hemoglobin dan status zat besi

Konsentrasi hemoglobin dalam darah diukur keseluruhan dengan menggunakan counter Coulter.

SF dan TFRs dihitung dengan menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay dalam sampel

plasma. Jumlah zat besi yang beredar dihitung berdasar volume darah dan konsentrasi

hemoglobin,80 % zat besi besi diserap ke dalam eritrosit. Pergeseran diamati dalam rasio isotop

zat besi besi yang diubah menjadi pecahan zat besi dengan menggunakan algoritma standar .

Pergeseran rasio isotop yang diukur pada hari 15 digunakan sebagai dasar untuk pengukuran

pergeseran rasio isotop pada hari 29.

- Analisis statistik

Desain penelitian dengan 10 sampel per kelompok studi memiliki kekuatan 80% untuk

mendeteksi perbedaan yang signifikan dari 50% zat besi dengan tingkat signifikansi dari 0,05.

Tes digunakan untuk menguji perbedaan antara penyerapan zat besi dari makanan referensi

Page 5: Analisis jurnal anemia

dengan atau tanpa teh atau AA dalam IDA dan kelompok kontrol. Perbandingan penyerapan zat

besi antara IDA dan kelompok kontrol dibuat dengan menggunakan tes berpasangan. Perbedaan

dianggap signifikan (P < 0,05).

TABEL 3

Antropometri dan indikator status zat besi pada kelompok studi

Pengujian teh Pengujian AA

Variabel Kelompok IDA

(n=10)

Kelompok Kontrol (

n=10)

Kelompok IDA

(n=10)

Kelompok Kontrol

( n=10)

Umur (th) 22.6 ± 3.5

24.3 ± 2.9 24.6 ± 5.2 23.5 ± 5.1

Berat badan(kg) 52.3 ± 7.5 51.2 ± 7.1 44.4 ± 5.4 44.3 ± 4.3

Tinggi badan (m) 1.58 ± 0.05 1.56 ± 0.04 1.52 ± 0.04 1.55 ±0.05

BMI (kg/m2)

21.0 ± 2.7 21.0± 2.2 1.89 ± 1.8 18.3 ± 1.7

Hb (g/dL) 10.4 ± 0.9 12.7 ± 0.6 9.6 ± 0.9

13.3 ± 0.5

CRP (mg/L) 2.4 ± 1.4 3.2 ± 1.4 2.7 ± 1.6 3.2 ± 1.0

Serum ferritin

(µg/L)4

2.93 (0.62;13.66) 50.2( 39.43;63.84) 6.0

3(2.98;11.98) 36.5(23.14;57.56)

Serum reseptor

trasnferrin

9.9± 7.0 3.7 ± 1.3 24.7 ± 10.7

6.2 ± 1.1

Darah Zink

protoporphirin

(µmol/mol heme)

97.4 ± 77.5 26.6 ± 5.9 182.1 ± 92.4

33.3 ± 9.2

HASIL

- Karakteristik dan status zat besi

Pengukuran antropometrik dan status zat besi dari 2 kelompok penelitian dirangkum dalam

Tabel 3. Dalam masing-masing studi , usia dan antropometri sebanding antara kelompok IDA

dan kontrol, dan semua indikator status besi berbeda secara signifikan antar kelompok (P <0,001

untuk kedua studi).

- Penyerapan zat besi dari makanan referensi dan pengujian

Makanan referensi : Efek pada status zat besi

Page 6: Analisis jurnal anemia

Penyerapan zat besi dari makanan referensi di kedua penelitian adalah sedang hingga tinggi,

berkisar antara 15,6% dan 19,7% pada kelompok IDA dan antara 5,2% dan 9,4% di kelompok

kontrol. Penyerapan zat besi 1,8 -3,7 kali lebih tinggi pada kelompok IDA seperti dalam

kelompok kontrol dalam studi 1 dan 2 (P < 0,05 untuk keduanya).

Uji makanan : Efek dari teh

Penyerapan zat besi dari makanan referensi dengan 1 cangkir teh mengalami penurunan sebesar

59% (P < 0,001) dan 49% (P < 0,05) untuk masing-masing kelompok. Konsumsi dari 2 cangkir

teh dengan makanan referensi menurunkan penyerapan zat besi sebesar 67% (P <0,001) dan

66% (P < 0,01) untuk masing-masing kelompok pada subyek yang sama. Sebuah perbandingan

penyerapan rasio kelompok IDA dan kelompok kontrol tidak menunjukkan perbedaan

signifikan antara masing-masing kelompok dengan penambahan baik 1 cangkir teh (P = 0,26)

atau 2 cangkir teh (P =0,87).

- Uji makanan: Efek asam askorbat

Bila ditambahkan ke makanan dengan rasio molar untuk besi 2:1, ada

peningkatan penyerapan zat besi sebesar 291% pada kelompok IDA dan 270% pada kelompok

kontrol (P < 0,001). Peningkatan lebih lanjut dalam penyerapan zat besi diamati pada kedua

kelompok dengan AA dengan penambahan rasio molar untuk besi 4:1 (350% dan 343%, masing-

masing; P < 0,001).

PEMBAHASAN

Studi ini menunjukkan bahwa penyerapan zat besi dari makanan penguji pada IDA

sebesar 17,5% IDA dan 7,0% pada kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa adanya

hubungan terbalik antara status zat besi dalam tubuh dengan penyerapan zat besi. Orang

dengan defisiensi zat besi memiliki penyerapan lebih tinggi dari orang yang memiliki

status zat besi yang terpenuhi. Penyerapan zat besi meningkat menjadi 2,5 kali (rentang:

1,8-3,7) lebih tinggi pada subyek IDA daripada subyek kontrol dalam penelitian ini,

berkaitan dengan makanan dengan atau tanpa bahan peningkat atau penghambat

penyerapan zat besi.

Page 7: Analisis jurnal anemia

Penyerapan zat besi dari makanan referensi dengan 1 cangkir teh mengalami penurunan

sebesar 59% (P < 0,001) dan 49% (P < 0,05) untuk masing-masing kelompok. Konsumsi

dari 2 cangkir teh dengan makanan referensi menurunkan penyerapan zat besi sebesar

67% (P <0,001) dan 66% (P < 0,01) untuk masing-masing kelompok pada subyek yang

sama

Penyerapan zat besi dengan rasio molar besi 2:1, ada peningkatan penyerapan zat besi

sebesar 291% pada kelompok IDA dan 270% pada kelompok kontrol (P < 0,001).

Peningkatan lebih lanjut dalam penyerapan zat besi diamati pada kedua kelompok dengan

AA dengan penambahan rasio molar untuk besi 4:1 (350% dan 343%, masing-masing; P

< 0,001).

KESIMPULAN

Penyerapan zat besi pada perempuan India relatif lebih tinggi dari makan nasi sederhana.

Efek penghambatan kuat dari teh dan efek menguntungkan dari AA pada penyerapan zat

besi adalah sama besarnya pada perempuan dengan zat besi tercukupi dan perempuan

dengan IDA.