ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI MODERNISASI … · analisis hubungan persepsi modernisasi administrasi...

131
ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN DENGAN PERSEPSI PENCAPAIAN AKUNTABILITAS PELAYANAN PUBLIK KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Oleh: Fabiola Desylita Christanti NIM: 122114035 PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI MODERNISASI … · analisis hubungan persepsi modernisasi administrasi...

ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI MODERNISASI

ADMINISTRASI PERPAJAKAN DENGAN PERSEPSI

PENCAPAIAN AKUNTABILITAS PELAYANAN

PUBLIK KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)

PRATAMA

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Fabiola Desylita Christanti

NIM: 122114035

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

i

ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI MODERNISASI

ADMINISTRASI PERPAJAKAN DENGAN PERSEPSI

PENCAPAIAN AKUNTABILITAS PELAYANAN

PUBLIK KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)

PRATAMA

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Fabiola Desylita Christanti

NIM: 122114035

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan

dan percayalah kepada-Nya,

dan Ia akan bertindak!

(Mazmur 37:5)

“Usaha yang kamu lakukan tidak akan dikecewakan-Nya”

~Fabiola Desylita Christanti~

In Nomine Jesu

Kupersembahkan Skripsi ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda-Nya

Bapak FX. Suwarli dan Mama Anastasia Warjiyah

Mba Justina Septiani Wulandari, S.Kom

Bulik Theodora Suwarni

FX. Reza Yunanto, S.E

Franz Himawan Ardianto, S.Mn., S.Ak

Keluarga Besar Akuntansi 2012

Keluarga Besar Akuntansi 2012 Kelas A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

limpahan kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul Analisis Hubungan Persepsi Modernisasi Administrasi Perpajakan

dengan Persepsi Pencapaian Akuntabilitas Pelayanan Publik Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama (Studi Kasus di KPP Pratama Sleman). Penulisan skripsi ini

bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada

Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata

Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar

dan mengembangkan kepribadian.

2. M. Trisnawati Rahayu, S.E., M.Si., Ak., QIA., C.A selaku Pembimbing

yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

3. Segenap dosen Fakultas Ekonomi yang telah membagikan ilmu dan

pengalamannya kepada penulis.

4. Segenap staf Sekretariat Fakultas Ekonomi yang telah memberikan

pelayanan terbaik.

5. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa

Yogyakarta dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………………….………. . i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………… . ii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………. . iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ………….. v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………. vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ……………………………………... . vii

HALAMAN DAFTAR ISI ………………………………………………. . ix

HALAMAN DAFTAR TABEL …………………………………………. . xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ……………………………………… . xii

ABSTRAK ……………………………………………………………….. . xiii

ABSTRACT ………………………………………………………………… xiv

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. . 1

A. Latar Belakang Masalah ………………………………. . 1

B. Rumusan Masalah …………………………………….. . 4

C. Tujuan Penelitian ……………………………………… . 4

D. Manfaat Penelitian ……………………………………. . 5

E. Sistematika Penulisan …………………………………. . 6

BAB II LANDASAN TEORI ……………..……………………….. . 7

A. Pajak …………....……………………………………... . 7

1. Pengertian Pajak ……………………………………. . 7

2. Fungsi Pajak ………………………………………... . 8

3. Sistem Pemungutan Pajak …………………………. . 9

B. Reformasi Perpajakan dan Modernisasi Administrasi

Perpajakan …………………………...……………….. . 11

1. Reformasi Perpajakan ……………………………… . 11

2. Modernisasi Administrasi Perpajakan ……………... . 12

a. Restrukturisasi Organisasi ………………….…. . 15

b. Proses Bisnis dan Teknologi Informasi dan

Komunikasi …………………………………..... . 20

c. Manajemen Sumber Daya Manusia ………....… . 21

d. Penerapan Kode Etik sebagai Pelaksanaan

Good Governance ……………………………... . 22

C. Good Governance ……………………………………... . 24

1. Pengertian Good Governance ……………………… . 24

2. Karakteristik Good Governance …………………… . 25

D. Akuntabilitas ………………………………………….. . 26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

E. Persepsi …………………………………………........... . 30

F. Penelitian Terdahulu ………………………………...... . 32

G. Kerangka Pemikiran …………………………………... . 33

BAB III METODE PENELITIAN ………………………………........ 35

A. Jenis Penelitian ………………………………………... . 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………… . 35

C. Subjek dan Objek Penelitian ………………………….. . 35

D. Desain Penelitian ……………………………………… . 36

E. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................... . 37

F. Data dan Teknik Pengumpulan Data …………………. . 39

G. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel ........... . 41

H. Pengukuran Data ……………………………………… . 48

I. Teknik Pengujian Instrumen ………………………….. . 48

1. Uji Validitas …………………………………… . 48

2. Uji Reabilitas ………………………………….. . 49

J. Teknik Analisis Data ………………………………….. . 50

1. Analisis Deskriptif …………………………….. . 50

2. Analisis Korelasi Spearman …………………… . 50

BAB IV GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA SLEMAN ……… . 52

A. Sejarah ………………………………………………… . 52

B. Visi, Misi, dan Motto Pelayanan ……………………… . 53

C. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Sleman ……………… . 53

1. Tugas KPP Pratama Sleman …………………... . 53

2. Fungsi KPP Pratama Sleman ………………….. . 54

3. Fungsi Organisasi ……………………………... . 55

D. Struktur Organisasi ……………………………………. . 57

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ………………... . 60

A. Deskripsi Data ………………………………………… . 60

B. Pengujian Inatrumen ………………………………….. . 63

1. Uji Validitas …………………………………… . 63

2. Uji Reliabilitas ………………………………… . 65

C. Analisis Data …………………………………………... . 66

1. Analisis Deskriptif …………………………….. . 66

2. Analisis Korelasi ………………………………. . 67

D. Pembahasan …………………………………………… . 70

BAB VI PENUTUP………………………………………………….. . 79

A. Kesimpulan ……………………………………………. . 79

B. Keterbatasan Penelitian ……………………………….. . 79

C. Saran…………………………………………………… . 80

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. . 81

LAMPIRAN ……………………………………………………………… . 84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Operasional Variabel ………………………………………….. . 46

Tabel 2 Pengukuran Terhadap Pertanyaan Kuesioner …………………. . 48

Tabel 3 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... . 51

Tabel 4 Jumlah Sumber Daya Manusia KPP Pratama Sleman ………... . 58

Tabel 5 Persentase Hasil Pendistribusian Kuesioner ………………...... . 60

Tabel 6 Persentase Responden Berdasarkan Seksi …………………….. . 61

Tabel 7 Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …………… . 62

Tabel 8 Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ……... . 62

Tabel 9 Hasil Uji Validitas …………………………………………….. . 64

Tabel 10 Hasil Uji Reliabilitas Modernisasi Administrasi Perpajakan …. . 65

Tabel 11 Hasil Uji Reliabilitas Pencapaian Akuntabilitas KPP Pratama .. . 65

Tabel 12 Hasil Uji Deskriptif …………………………………………….. 66

Tabel 13 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... . 68

Tabel 14 Hasil Uji Korelasi Spearman Modernisasi Administrasi Perpajakan

Dengan Pencapaian Akuntabilitas KPP Pratama ……………... . 68

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar I Kerangka Pemikiran ………….……………………………. . 34

Gambar II Struktur Organisasi KPP Pratama Sleman ………………… . 57

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

ABSTRAK

ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI MODERNISASI ADMINISTRASI

PERPAJAKAN DENGAN PERSEPSI PENCAPAIAN AKUNTABILITAS

PELAYANAN PUBLIK KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)

PRATAMA

(Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman)

Fabiola Desylita Christanti

NIM: 122114035

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2016

Modernisasi administrasi perpajakan merupakan kelanjutan dari reformasi

perpajakan yang diterapkan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) di bidang

administrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan

persepsi modernisasi administrasi perpajakan dengan persepsi pencapaian

akuntabilitas pelayanan publik di KPP Pratama Sleman.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data dikumpulkan dengan cara

mendistribusikan kuesioner kepada semua pegawai KPP Pratama Sleman.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Uji korelasi Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi

modernisasi administrasi perpajakan dengan persepsi pencapaian akuntabilitas

pelayanan publik di KPP Pratama Sleman. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh

sebesar +0,638 menunjukkan hubungan positif kuat. Hubungan positif kuat

artinya hubungan kedua variabel bersifat searah, yaitu semakin baik pelaksanaan

modernisasi administrasi perpajakan maka semakin baik pencapaian akuntabilitas

pelayanan publik di KPP Pratama Sleman.

Kata kunci: modernisasi administrasi perpajakan, akuntabilitas pelayanan publik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE RELATIONSHIP BETWEEN THE PERCEPTION

OF MODERNIZATION OF TAXATION ADMINISTRATION AND THE

PERCEPTION OF PUBLIC SERVICE ACCOUNTABILITY

ACHIEVEMENT AT TAX OFFICE

A Case Study in Sleman Tax Office

Fabiola Desylita Christanti

Student Number : 122114035

Sanata Dharma University

Yogyakarta

Modernization of tax administration is the next step of tax reform applied by

Directorate General of Taxation (DGT). This research aims to grasp the

relationship between the perception of modernization of taxation administration

and the perception of public service accountability achievement at tax office.

This is a case study research. The data were collected by distributing the

questionnaire to all employees at Sleman Tax Office. Spearman Correlation Test

was used to analyze the data.

The result of this research shows that there is a relationship between the

perception of modernization of taxation administration and the perception of

public service accountability achievement in Sleman Tax Office. The correlation

coefficient value is +0,638, which means a strong positive relationship. It

indicates that a better the implementation of tax administration modernization,

the public service accountability achievement in Sleman Tax Office tend to be

better also.

Keywords: modernization of taxation administration, public service

accountability achievement

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU No. 28

Tahun 2007). Berdasarkan pengertian tersebut, pajak merupakan salah satu

sumber pendapatan negara sekaligus menjadi sektor yang potensial dalam

rangka mensukseskan pembangunan nasional. Peran masyarakat dalam

memenuhi kewajiban perpajakan merupakan hal yang penting untuk

menunjang pembangunan nasional.

Peran masyarakat khususnya kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi

dalam pembangunan melalui pemenuhan kewajiban perpajakan masih

tergolong rendah. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kesadaran

masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, salah satunya adalah

persepsi masyarakat terhadap pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal

Pajak (DJP). Tingginya angka korupsi, kegaduhan sejumlah elit politik di

ruang publik, dan amburadulnya kualitas pelayanan publik merupakan

sejumlah fenomena yang dianggap paling bertanggung jawab dalam

pembentukan persepsi publik yang negatif terhadap pemerintah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

(Wijaya,2016). Salah satu persepsi publik yang negatif adalah hilangnya rasa

percaya terhadap instansi perpajakan.

Persepsi negatif publik perlu dihilangkan. Hal ini membuat perbaikan dan

perubahan dalam segala aspek perpajakan perlu dilakukan melalui

pengeluaran kebijakan-kebijakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Salah

satu perubahan yang ingin dicapai dalam perpajakan adalah terciptanya good

governance di instasi perpajakan. Hal ini diwujudkan dengan dilakukannya

reformasi perpajakan dari waktu ke waktu.

Reformasi perpajakan yang dilakukan mencakup dua bidang yaitu

reformasi di bidang kebijakan perpajakan dan reformasi di bidang

administrasi perpajakan (DJP,2007). Reformasi perpajakan dilakukan supaya

basis pajak dapat semakin diperluas sehingga potensi penerimaan pajak yang

tersedia dapat dipungut secara optimal dengan menjunjung asas keadilan

sosial dan memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak. Reformasi

kebijakan sudah dilakukan sejak tahun 1983, yaitu dengan mengadopsi sistem

perpajakan modern yang memberikan kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak

untuk menghitung, menyetorkan dan melaporkan sendiri kewajiban

perpajakannya atau yang disebut dengan self assessment system (DJP,2007).

Pada tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) meluncurkan program

perubahan atau reformasi administrasi perpajakan yang biasa disebut dengan

modernisasi administrasi perpajakan (DJP, 2007). Modernisasi administrasi

perpajakan memiliki ciri khusus antara lain: struktur organisasi berdasarkan

fungsi, perbaikan pelayanan bagi setiap Wajib Pajak melalui pembentukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

account representative dan complaint center untuk menampung keberatan

Wajib Pajak, penyempurnaan sumber daya manusia di setiap kantor pajak.

Modernisasi administrasi perpajakan juga merangkul kemajuan teknologi

dengan berbagai modul otomatisasi kantor serta berbagai pelayanan berbasis

e-system seperti e-SPT, e-Filling, e-Payment, Taxpayer’s Account, e-

Registration, dan e-Counceling. Melalui modernisasi ini diharapkan kontrol

menjadi lebih efektif ditunjang dengan adanya penerapan kode etik pegawai

DJP yang mengatur pegawai dalam melaksanakan tugasnya.

Pelaksanaan modernisasi administrasi perpajakan diharapkan mampu

menciptakan good governance. Menciptakan good governance adalah

mengubah cara kerja state, membuat pemerintah accountable, dan

membangun pelaku-pelaku di luar negara cakap untuk ikut berperan membuat

sistem baru yang bermanfaat secara umum. Salah satu prinsip yang sangat

penting dan merupakan kunci tercapainya good governance adalah prinsip

akuntabilitas (BPPN,2003).

Akuntabilitas ditandai oleh adanya akses yang mudah terhadap informasi,

standar profesional dan integritas personal yang tinggi dari badan publik dan

mekanisme umpan balik dari masyarakat. Prinsip akuntabilitas harus

dilaksanakan dalam kegiatan pelayanan publik. Berdasarkan Keputusan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 26 tahun 2004, akuntabilitas

dalam pelayanan publik utamanya diwujudkan pada aspek-aspek pembiayaan,

waktu, persyaratan, prosedur, informasi, pejabat yang berwenang dan

bertanggungjawab, mekanisme pengaduan masyarakat, standar, dan lokasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

pelayanan. Pelayanan publik dalam perpajakan utamanya dilaksanakan oleh

Kantor Pelayanan Pajak (KPP). KPP merupakan instansi vertikal DJP yang

berada di bawah dan tanggung jawab langsung kepala Kantor Wilayah (PMK

01). KPP Pratama merupakan salah satu instansi perpajakan yang

berhubungan langsung dengan masyarakat atau Wajib Pajak.

Terselenggaranya akuntabilitas di lingkungan KPP Pratama diharapkan

mampu meningkatkan kepercayaan dan kesadaran masyarakat.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulis melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Hubungan Persepsi Modernisasai Administrasi

Perpajakan dengan Persepsi Pencapaian Akuntabilitas Pelayanan Publik

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama”. Penelitian ini dilaksanakan di

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan persepsi modernisasi

administrasi perpajakan dengan persepsi pencapaian akuntabilitas pelayanan

publik Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana hubungan persepsi modernisasi administrasi perpajakan dengan

persepsi pencapaian akuntabilitas pelayanan publik Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama Sleman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

yang membacanya. Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) maupun Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) maupun Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama berkaitan dengan pelaksanaan modernisasi administrasi

perpajakan dan pencapaian akuntabilitas KPP Pratama, sehingga dapat

dijadikan bahan pertimbangan untuk meningkatkan akuntabilitas Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama.

2. Bagi Penulis

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan

dan pengetahuan penulis.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur atau bahan acuan

bagi penelitian selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan landasan teori yang digunakan dalam penelitian dan

menjadi dasar dalam pembahasan.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini terdiri atas: jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek

dan objek penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian,

data dan teknik pengumpulan data, variabel penelitian dan operasional

variabel, pengukuran data, teknik pengujian instrumen dan teknik analisis

data.

Bab IV : Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman

Bab ini menjelaskan secara garis besar KPP Pratama Sleman seperti:

sejarah, visi, misi, dan motto pelayanan, tugas dan fungsi KPP Pratama

Sleman, fungsi organisasi, dan struktur organisasi di KPP Pratama

Sleman.

Bab V : Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan tentang deskripsi data, analisis data, dan pembahasan

hasil penelitian.

Bab VI : Penutup

Bab ini terdiri atas: kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pajak

1. Pengertian Pajak

Banyak pihak mengemukakan pendapatnya tentang definisi atau

pengertian pajak, diantaranya para tokoh pendidikan dan negara (melalui

peraturan perundang-undangan). Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH

yang dikutip dari buku karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1), “Pajak

adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang

langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum.” Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak

memiliki unsur-unsur:

a) Iuran dari rakyat kepada negara

b) Berdasarkan undang-undang

c) Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung

dapat ditunjuk.

d) Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-

pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Menurut Prof. Dr. PJA Adriani dalam Rahayu (2010:22), sebagai berikut:

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-

peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung

dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara

untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Pengertian pajak yang dikemukakan oleh dua tokoh tersebut tidak jauh

berbeda dengan pengertian pajak yang ada dalam peraturan perundang-

undangan perpajakan. Menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007,

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

2. Fungsi Pajak

Menurut Madiasmo (2011:1) terdapat dua fungsi pajak, yaitu :

a) Fungsi Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluarannya. Terdapat beberapa faktor yang berperan

penting dalam mempengaruhi dan menentukan optimalisasi

pemasukan dana ke kas Negara melalui pemungutan pajak kepada

warga Negara, yaitu :

1) Kejelasan, kepastian dan kesederhanaan peraturan perundang-

undangan perpajakan.

2) Kebijakan pemerintah dalam mengimplementasikan undang-

undang perpajakan.

3) Sistem administrasi perpajakan yang tepat.

4) Pelayanan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

5) Kesadaran dan pemahaan warga Negara.

6) Kualitas petugas pajak (intelektual, keterampilan, integritas, moral

tinggi).

b) Fungsi Mengatur (regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa fungsi utama

pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah, sehingga pemerintah

melakukan upaya pemungutan pajak dari warga negaranya.

3. Sistem Pemungutan Pajak

Negara memerlukan sistem pemungutan yang baik supaya pemungutan

yang dilakukan dapat berjalan secara optimal. Menurut Mardiasmo

(2011:7), sistem pemungutan pajak dibagi menjadi tiga:

a) Official Assesment System, yaitu sistem pemungutan yang

memberikan wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan

besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Cirri-cirinya:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

fiskus.

2) Wajib Pajak bersifat pasif.

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh

fiskus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

b) Self Assesment System, yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri pajak yang

terutang.

Cirri-cirinya:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

Wajib Pajak sendiri.

2) Wajib Pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang.

3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

c) With Holding System, yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak

yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada

pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

B. Reformasi Perpajakan dan Modernisasi Administrasi Perpajakan

1. Reformasi Perpajakan

Menurut Gunadi (2010), pajak mengikuti fonemena kehidupan sosial

ekonomi masyarakat. Kehidupan sosial perekonomian masyarakat selalu

mengalami perubahan. Hal ini membuat perbaikan dan perubahan dalam

segala aspek perpajakan perlu dilakukan. Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

melakukan reformasi perpajakan dari waktu ke waktu untuk melakukan

perbaikan dan perubahan di bidang perpajakan.

Reformasi perpajakan merupakan perubahan mendasar yang dilakukan

oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dari segala aspek. Reformasi

perpajakan dilakukan agar sistem perpajakan dapat lebih efektif dan efisien

sehingga dapat memberikan kesadaran dan kepercayaan yang lebih tinggi

kepada Wajib Pajak. Reformasi perpajakan juga dilakukan supaya basis

pajak dapat semakin diperluas sehingga potensi penerimaan pajak yang

tersedia dapat dipungut secara optimal dengan menjunjung asas keadilan

sosial dan memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak. Indonesia

melaksanakan reformasi perpajakan sejak tahun 1983, yaitu berubahnya

sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self

Assesment System. Peningkatan penerimaan menjadi tuntutan pemerintah,

akan tetapi perbaikan dalam aspek perpajakan menjadi alasan mengapa

reformasi perpajakan dilakukan dari waktu ke waktu, baik itu

penyempurnaan dalam kebijakan maupun dalam administrasinya, (DJP,

2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Reformasi di bidang kebijakan adalah penyempurnaan kebijakan

perpajakan untuk menciptakan suatu sistem perpajakan yang sehat dan

kompetitif dalam mendorong kegiatan investasi di Indonesia, menciptakan

keseimbangan hak dan kewajiban antara Wajib Pajak dan aparat pajak,

memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak untuk melakukan pemenuhan

hak dan kewajiban perpajakan, serta memberikan keadilan dan kepastian

hukum. Reformasi kebijakan telah ditempuh melalui amandemen Undang-

Undang Perpajakan yang meliputi Undang-Undang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan (UU KUP), Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU

PPh), Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah (UU PPN dan PPnBM), serta menyempurnakan peraturan

pelaksanaannya.

2. Modernisasi Administrasi Perpajakan

Tidak hanya reformasi pada aspek kebijakan, reformasi perpajakan

juga mencakup aspek administrasi yang biasa disebut sebagai modernisasi

administrasi perpajakan. Pandiangan (2008) mengemukakan modernisasi

administrasi perpajakan sebagai bagian dari reformasi perpajakan menjadi

hal yang menarik dan trend di lingkungan DJP. Modernisasi administrasi

perpajakan memiliki nuansa tersendiri yang membuatnya menjadi lebih

teknis, fokus, dan dinamis sejalan reformasi perpajakan itu sendiri.

Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah meluncurkan

program perubahan atau reformasi administrasi perpajakan yang biasa

disebut modernisasi. Jiwa dari program modernisasi ini adalah pelaksanaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

good governance, yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang

transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem teknologi

informasi yang handal dan terkini. Tujuan modernisasi yang ingin dicapai

adalah meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak, meningkatkan

kepercayaan masyarakat, dan meningkatkan produktivitas serta integritas

aparat pajak. Untuk mewujudkan itu semua, maka program reformasi

administrasi perpajakan perlu dirancang dan dilaksanakan secara

menyeluruh dan komprehensif. Perubahan-perubahan yang dilakukan

meliputi bidang-bidang: struktur organisasi, proses bisnis dan teknologi

informasi dan komunikasi, manajemen sumber daya manusia, pelaksanaan

good governance dalam hal penerapan kode etik (DJP,2007).

Menurut Purwono (2010:17), reformasi perpajakan di Indonesia telah

dimulai sejak tahun 2002 dengan menerapkan sistem administrasi

perpajakan modern di Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar (Large

Tax Office). Beberapa sasaran dari penerapan sistem administrasi

perpajakan modern adalah tercapainya tingkat kepatuhan sukarela yang

tinggi, tercapainya tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap

administrasi perpajakan, dan tercapainya produktivitas aparat perpajakan

yang tinggi. Hal mendasar dalam modernisasi perpajakan adalah terjadinya

perubahan paradigma perpajakan, yaitu dari semula berbasis jenis pajak

menjadi berbasis fungsi, dan lebih mengedepankan aspek pelayanan

kepada masyarakat. Sistem modernisasi perpajakan juga didukung oleh

fungsi pengawasan, pemeriksaan, maupun penagihan pajak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Menurut Pandiangan (2008), konsep umum modernisasi administrasi

perpajakan yang dilakukan pada dasarnya terdiri dari:

a) Restrukturisasi organisasi, dengan konsep: debirokratisasi, struktur

organisasi berbasis fungsi terkait dengan perpajakan, dilakukan

pemisahan antara fungsi pemeriksaan dengan fungsi keberatan,

adanya segmentasi Wajib Pajak yang dikelola KPP, adanya internal

audit, dan lebih efisien dan customer oriented.

b) Penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi

komunikasi dan informasi, dengan konsep: berbasis teknologi

komunikasi dan informasi, efisien dan customer oriented, sederhana

dan mudah dimengerti dan adanya built-in control.

c) Penyempurnaan Sumber Daya Manusia (SDM), dengan konsep:

berbasis kompetensi, optimalisasi teknologi komunikasi dan

informasi, customer driven dan continous improvement.

Menurut Pandiangan (2008), berdasarkan konsep umum modernisasi

perpajakan tersebut, sebagai outcome yang diharapkan adalah:

a) Terjadinya perubahan paradigma, pola pikir dan nilai organisasi yang

tercermin pada perilaku setiap pegawai.

b) Terciptanya proses bisnis dari setiap jenis pekerjaan yang lebih

efisien, dan

c) Mampu menjalankan tata kelola pemerintahan yang baik dan benar

(good governance).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Berikut ini dijelaskan secara lebih mendalam mengenai perbaikan

yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam hal modernisasi

administrasi perpajakan:

a) Restrukturisasi Organisasi

Salah satu tujuan reformasi perpajakan adalah memperbaiki sistem

administrasi perpajakan sejalan dengan sistem administrasi perpajakan

nasional. Konsekuensi logis dari tanggung jawab Direktorat Jenderal

Pajak (DJP) sebagai instasi pemungut pajak adalah DJP harus

memiliki kecakapan untuk mengelola atau melakukan

pengadministrasian pemungutan pajak daerah secara efektif dan

efisien.

Sebagai langkah pertama, ketiga jenis kantor pajak yang ada, yaitu

Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

Bangunan (KPPBB), serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak

(Karikpa), dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Hal ini

dilakukan untuk memudahkan Wajib Pajak dalam memenuhi

kewajiban perpajakan atau menyelesaikan permasalahan perpajakan

dengan datang ke satu kantor saja, DJP (2007).

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 202.2/PMK.01/2014,

Kantor Pelayanan Pajak yang selanjutnya dalam Peraturan Menteri

Keuangan ini disebut KPP adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal

Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada

Kepala Kantor Wilayah. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dibagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

menjadi 3 jenis, yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Wajib Pajak

Besar, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya dan Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama.

Penelitian ini akan membahas Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama. Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

202.2/PMK.01/2014 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan

pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak

Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak

Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan dalam wilayah

wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 202.2/PMK.01/2014

(Pasal 60). Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama terdiri dari :

1) Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal.

Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal memiliki tugas

melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah

tangga, dan pengelolaan kinerja pegawai, pemantauan pengendalian

intern, pemantauan pengelolaan risiko, pemantauan kepatuhan

terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan,

serta penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis.

2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan

pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

perpajakan, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen

perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan,

pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan, pelayanan dukungan

teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling,

pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta pengelolaan kinerja

organisasi.

3) Seksi Pelayanan.

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan

penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen

dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat

Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, serta pelaksanaan

pendaftaran Wajib Pajak.

4) Seksi Penagihan.

Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan

penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan

pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta

penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

5) Seksi Pemeriksaan.

Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan

rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan,

penerbitan, penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak dan

administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya, serta pelaksanaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

pemeriksaan oleh petugas pemeriksa pajak yang ditunjuk oleh

kantor.

6) Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan.

Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan mempunyai tugas melakukan

pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak,

pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam

menunjang ekstensifikasi, bimbingan dan pengawasan Wajib Pajak

baru, serta penyuluhan perpajakan.

7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I.

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I mempunyai tugas melakukan

proses penyelesaian permohonan Wajib Pajak, usulan pembetulan

ketetapan pajak, bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan

kepada Wajib Pajak, serta usulan pengurangan Pajak Bumi dan

Bangunan.

8) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, III, dan IV.

Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, III dan IV masing-masing

mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban

perpajakan Wajib Pajak, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis

kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka

melakukan intensifikasi dan himbauan kepada Wajib Pajak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

9) Kelompok Jabatan Fungsional.

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan

kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Sebagai langkah kedua struktur organisasi berbasis fungsi

diterapkan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dengan sistem

administrasi modern untuk merealisasikan debirokratisasi pelayanan

sekaligus melaksanakan pengawasan terhadap Wajib Pajak secara

lebih sistematis berdasarkan analisis risiko. Unit vertikal dibedakan

berdasarkan segmentasi Wajib Pajak, yaitu Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Wajib Pajak Besar (LTO – Large Taxpayers Office), Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Wajib Pajak Madya (MTO- Medium

Taxpayers Office) dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama (STO –

Small Taxpayers Office). Dengan pembagian seperti ini, diharapkan

strategi dan pendekatan terhadap Wajib Pajak dapat disesuaikan

dengan karakteristik Wajib Pajak yang ditangani, sehingga berjalan

lebih optimal. Langkah ketiga dan hanya ada khusus di kantor

operasional, adalah posisi baru yang disebut Account Representative,

yang mempunyai tugas antara lain memberikan bantuan konsultasi

perpajakan kepada Wajib Pajak, menginformasikan peraturan

perpajakan yang baru serta mengawasi kepatuhan Wajib Pajak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

b) Proses Bisnis dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Perbaikan proses bisnis yang mencakup metode, sistem, dan

prosedur kerja merupakan kunci perbaikan birokrasi. Perbaikan proses

bisnis merupakan pilar penting terlaksananya program modernisasi

administrasi perpajakan. Proses bisnis diarahkan pada penerapan full

automation dengan memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi, terutama untuk pekerjaan yang bersifat

administratif/kerikal. Pelaksanaan full automation diharapkan akan

menciptakan suatu proses bisnis yang efisien dan efektif karena proses

administrasi menjadi lebih cepat, mudah, akurat, dan paperless,

sehingga dapat meningkatkan pelayanan terhadap Wajib Pajak baik

dari segi kualitas maupun waktu. Proses bisnis yang dilakukan dalam

modernisasi administrasi perpajakan dirancang sedemikan rupa

sehingga dapat mengurangi kontak langsung antara pegawai DJP

dengan Wajib Pajak untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya

Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN).

Langkah awal perbaikan proses bisnis adalah penulisan dan

dokumentasi Sandard Operating Procedures (SOP) untuk setiap

kegiatan di seluruh unit DJP. Selain itu, DJP telah meluncurkan 8

layanan unggulan bagi masyarakat yang di dalamnya terdapat janji

waktu pelayanan, kejelasan persyaratan dan prosedur. Perbaikan proses

bisnis yang juga dilakukan dalam modernisasi administrasi perpajakan

antara lain melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Pemanfaatan teknologi informasi dilakukan untuk mempermudah

Wajib Pajak dan administrasi perpajakan bagi aparatur pajak itu

sendiri. Pemanfaatan ini terlihat dengan dibukanya fasilitas e-filling

(pengiriman SPT secara online melalui internet), e-payment (Modul

Penerimaan Negara), dan e-registration (pendaftaran NPWP secara

online melalui internet), (DJP, 2007).

c) Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)

DJP menjelaskan bahwa untuk mendukung struktur, sistem,

teknologi informasi, metode, alur kerja suatu organisasi harus

didukung Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki integritas dan

profesionalisme. Hal ini juga sangat mempengaruhi keberhasilan

modernisasi administrasi perpajakan. Sejalan dengan keinginan untuk

melakukan perubahan serta memperbaiki citra dan meningkatkan

kinerja, reformasi di bidang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan

langkah yang sangat penting untuk dilakukan DJP. Reformasi di

bidang Sumber Daya Manusia (SDM) dilakukan untuk mendukung

sistem administrasi perpajakan modern melalui SDM berbasis

kompetensi dan kinerja.

Sebelum melakukan langkah perbaikan di bidang SDM, DJP

melakukan pemetaan kompetensi (competency mapping) terhadap

seluruh pegawai DJP guna mengetahui distribusi kuantitas dan kualitas

kompetensi pegawai. Meskipun program mapping ini masih terbatas

mengidentifikasikan “soft competency”, tetapi hasil program tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

menjadi informasi yang membantu DJP dalam merumuskan kebijakan

kepegawaian yang lebih tepat.

Unsur SDM di DJP mempunyai nilai strategis sebagai faktor

penentu organisasi. Dalam Rencana Strategis DJP, pengelolaan SDM

yang berbasis kompetensi merupakan salah satu sasaran yang ingin

dicapai DJP. Langkah-langkah atau strategi akan dilakukan oleh DJP

untuk mensinkronkan antara kebutuhan organisasi dengan kemampuan

dan kompetensi pegawai.

Sistem dan manajemen sumber daya manusia yang lebih baik dan

terbuka akan menghasilkan sumber daya manusia yang juga lebih baik,

khususnya dalam hal produktifitas dan profesionalisme. Untuk

mendukung sumber daya manusia yang semakin baik, DJP

memberikan pelatihan dan pengembangan kepada pegawai. Menurut

DJP, pelatihan dan pengembangan pegawai merupakan hal yang

sangat penting bagi peningkatan mutu pegawai dan kantor.

Pelaksanaan kegiatan pelatihan dan pengembangan tersebut

diwujudkan dalam bentuk pengadaan berbagai macam diklat, training,

short course, seminar, pengiriman pegawai tugas belajar baik dalam

maupun luar negeri.

d) Penerapan Kode Etik sebagai Pelaksanaan Good Governance

Sejalan dengan reformasi perpajakan yang dilaksanakan Direktorat

Jenderal Pajak (DJP), perubahan nilai organisasi juga ditandai dengan

diterapkannya Kode Etik pegawai DJP. Bagi pegawai DJP, kode etik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

memberikan panduan bagaimana mereka mengelola situasi dan

mengambil sikap atau pilihan yang tepat dalam melaksanakan

tugasnya. Keberhasilan penerapan kode etik dipengaruhi oleh beberapa

faktor di antaranya pemahaman pegawai terhadap kode etik,

keteladanan atasan dan pengawasan. Pelaksanaan kode etik akan lebih

efektif dan bermanfaat apabila didukung dengan komitmen untuk

menanamkan, menyebarluaskan, melaksanakan dan mengawasi

pelaksanaan kode etik pada semua tingkatan sehingga akan

mempengaruhi perilaku organisasi secara keseluruhan. Visi dan misi

DJP secara jelas menjadi pijakan bagi DJP dalam menjadikan kode

etik sebagai instrumen untuk mendorong dan mempertahankan

terwujudnya kepatuhan pegawai, (DJP,2007).

Untuk mempermudah pegawai dalam memahami ketentuan kode

etik, telah disusun buku panduan Kode Etik Pegawai DJP yang berisi

penjelasan yang lebih nyata tentang kode etik dan dilengkapi dengan

contoh-contoh situasi atau kasus yang sering dihadapi pegawai beserta

panduan sikap atau tindakan untuk menyikapi situasi atau kasus

tersebut. Pemahaman pegawai terhadap kode etik juga dilakukan DJP

dengan cara penyampaian informasi melalui website, rapat, program

internalisasi, dll. Kegiatan internalisasi bertujuan untuk

mensosialisasikan kode etik sekaligus untuk membangkitkan

kesadaran dan memotivasi pegawai untuk menjadi aparatur DJP yang

bersih, profesional serta menjunjung nilai-nilai moral dan etika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

C. Good Governance

1. Pengertian Good Governance

Sumarto (2004:1) Governance diartikan sebagai mekanisme, praktek

dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta

memecahkan masalah-masalah publik. Implikasinya merupakan peran

pemerintah sebagai pembangun maupun penyedia jasa pelayanan dan

infrastruktur akan bergeser menjadi badan pendorong terciptanya

lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak lain di komunitas dan sektor

swasta untuk ikut aktif melakukan upaya tersebut. Governance yang baik

hanya dapat tercipta apabila dua kekuatan yakni warga negara dan

pemerintah saling mendukung: warga yang bertanggung jawab, aktif dan

memiliki kesadaran, bersama dengan pemerintah yang terbuka, tanggap,

mau mendengar, dan mau melibatkan (inklusif). Selain kekuatan yang

saling mendukung, governance juga dikatakan baik apabila sumber daya

dan masalah-masalah publik dikelola secara efektif, efisien, yang

merupakan respon terhadap kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan pedoman Good Public Governance 2010 yang disusun

oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Good Public

Governance (GPG) merupakan sistem atau aturan perilaku terkait dengan

pengelolaan kewenangan oleh para penyelenggara negara dalam

menjalankan tugasnya secara bertanggungjawab dan akuntabel. GPG pada

dasarnya mengatur pola hubungan antara penyelenggara negara dengan

lembaga negara serta antar lembaga negara. Penerapan GPG mempunyai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

pengaruh yang sangat besar terhadap perwujudan Good Corporate

Governance oleh dunia usaha dan penyelenggara negara. Sinergi di

antaranya diharapkan keduanya dapat menciptakan pemerintahan yang

bersih dan berwibawa, yang pada gilirannya mampu meningkatkan

pertumbuhan ekonomi nasional dan kesejahteraan rakyat.

2. Karakteristik Good Governance

Menurut (United Nations Development Programme) UNDP dalam

buku karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2009:18) Good Governance

memiliki 8 karakteristik, yaitu :

a) Participation

Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara

langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang

dapat menyalurkan aspirasinya. Aspek partisipasi dalam governance

menuntut adanya hubungan langsung antara pemerintah dengan

warganya, tidak semata-mata melalui perantara, wakil dalam dewan

perwakilan rakyat, atau partai politik saja.

b) Rule of Law

Kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.

c) Transparancy

Transparancy dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi

yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dan dapat

diperoleh mereka yang membutuhkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

d) Responsiveness

Lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani

stakeholder.

e) Consensus orientation

Berorientasi pada kepentingan masyarakat luas.

f) Equity

Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh

kesetaraan dan keadilan.

g) Efficiency and Effectiveness

Pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna

(efisien) dan berhasil guna (efektif).

h) Accountability

Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang

dilakukan.

D. Akuntabilitas

Banyak pihak berpendapat tentang definisi atau pengertian akuntabilitas.

Menurut Turner and Hulme,1997 yang dikutip dari buku karangan Prof. Dr.

Mardiasmo (2002:17), Akuntabilitas merupakan konsep yang kompleks yang

lebih sulit mewujudkannya daripada memberantas korupsi. Terwujudnya

akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi sektor publik. Tuntutan

akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk

lebih menekankan pada pertanggungjawaban horizontal (horizontal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

accountability) bukan hanya pertanggungjawaban vertikal (vertical

accountability).

Deklarasi Tokyo dalam Khabibi, 2011 juga berpendapat mengenai

pengertian dari akuntabilitas, yakni kewajiban-kewajiban dari individu-

individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber

daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal

yang menyangkut pertanggungjawaban fiskal, manajerial, dan program.

Berdasarkan pedoman Good Public Governance 2010 yang disusun oleh

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), akuntabilitas mengandung

unsur kejelasan fungsi dan organisasi dan cara mewujudkannya. Akuntabilitas

diperlukan agar setiap lembaga negara dan penyelenggara negara

melaksanakan tugasnya secara bertanggungjawab. Untuk itu, setiap

penyelenggaran negara harus melaksanakan tugasnya secara jujur dan terukur

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan kebijakan publik yang

berlaku serta menghindarkan penyalahgunaan wewenang.

Menurut Anti Corruption Clearing House (ACCH:2014), ciri-ciri

pemerintah yang accountable dalam akuntabilitas publik adalah yang mampu

menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah secara terbuka, cepat, dan

tepat kepada masyarakat, mampu memberikan pelayanan yang memuaskan

bagi publik, mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan setiap

kebijakan publik secara proporsional, mampu memberikan ruang bagi

masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan dan pemerintahan, dan

adanya sarana publik untuk menilai kinerja pemerintah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

Pengertian akuntabilitas berbeda dengan responsibilitas, akuntabilitas

merupakan suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan

keberhasilan atau kegagalan visi, misi, strategi organisasi. Sedangkan

responsibilitas menyangkut pelaksanaan kegiatan organisasi sesuai dengan

prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan

organisasi baik secara eksplisit maupun implisit.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

akuntabilitas merupakan kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau

penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik

dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang

menyangkut pertanggungjawabannya.

Selain pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, negara juga

mengemukakan pendapatnya yang berkaitan dengan akuntabilitas dalam

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

KEP/26/M.PAN/2/2004. Keputusan tersebut menyatakan bahwa

penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan, baik

kepada publik maupun kepada atasan/pimpinan unit pelayanan instansi

pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pertanggungjawaban pelayanan publik yang dimaksud meliputi :

1. Akuntabilitas Kinerja Pelayanan Publik

a) Akuntabilitas kinerja pelayanan publik dapat dilihat berdasarkan

proses yang antara lain meliputi: tingkat ketelitian (akurasi),

profesionalitas petugas, kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

aturan (termasuk kejelasan kebijakan atau peraturan perundang-

undangan) dan kedisiplinan.

b) Akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus sesuai dengan standar

atau Akta/Janji Pelayanan Publik yang telah ditetapkan.

c) Standar pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan secara

terbuka, baik kepada publik maupun kepada atasan atau pimpinan unit

pelayanan instansi pemerintah. Apabila terjadi penyimpangan dalam

hal pencapaian standar, harus dilakukan upaya perbaikan.

d) Penyimpangan yang terkait dengan akuntabilitas kinerja pelayanan

publik harus diberikan kompensasi kepada penerima pelayanan.

e) Masyarakat dapat melakukan penilaian terhadap kinerja pelayanan

secara berkala sesuai mekanisme yang berlaku.

f) Disediakan mekanisme pertanggungjawaban bila terjadi kerugian

dalam pelayanan publik, atau jika pengaduan masyarakat tidak

mendapat tanggapan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

2. Akuntabilitas Biaya Pelayanan Publik

a) Biaya pelayanan dipungut sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang telah ditetapkan.

b) Pengaduan masyarakat yang terkait dengan penyimpangan biaya

pelayanan publik, harus ditangani oleh Petugas/Pejabat yang ditunjuk

berdasarkan Surat Keputusan/Surat Penugasan dari Pejabat yang

berwenang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

3. Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik

a) Persyaratan teknis dan administratif harus jelas dan dapat

dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan keabsahan produk

pelayanan.

b) Prosedur dan mekanisme kerja harus sederhana dan dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

c) Produk pelayanan diterima dengan benar, tepat dan sah.

E. Persepsi

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008:1061) persepsi adalah;

1. Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu: serapan.

2. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya.

Menurut Slameto (2010:109) menyatakan bahwa, “Persepsi adalah proses yang

menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia”. Melalui

persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.

Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu indera penglihat, pendengar,

peraba, perasa dan pencium.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan,

yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera

atau juga disebut sensoris stimulus. Stimulus merupakan faktor yang berperan

dalam persepsi. Menurut Walgito (2010:101), faktor-faktor yang berperan

dalam persepsi yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

1. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.

Stimulus dapat datang dari individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat

datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai

syaraf penerima yang berkerja sebagai reseptor.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di

samping itu juga harus ada syarat sensoris sebagai alat untuk meneruskan

stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai

pusat kesadaran.

3. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya

perhatian, yaitu langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka

mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari

seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan

objek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Dianasari dan Rima Rachmawati (2008)

dengan judul “Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan terhadap

Pencapaian Akuntabilitas pada KPP Modern”. Penelitian ini dilakukan di

Kantor Pelayanan Pajak Modern Bandung. Hasil penelitian ini menyimpulkan

bahwa penerapan modernisasi administrasi perpajakan berpengaruh terhadap

pencapaian akuntabilitas. Hal ini dikarenakan penerapan modernisasi sudah

memadai.

Penelitian lain yang serupa juga dilakukan oleh Depi Detiyani (2014) dengan

judul “Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan terhadap Pencapaian

Akuntabilitas Kantor Pelayanan Pajak Pratama”. Penelitian ini dilakukan di

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Muara Teweh. Hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwa modernisasi administrasi perpajakan memiliki pengaruh

positif terhadap pencapaian akuntabilitas Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Muara Teweh. Kedua penelitian ini membuktikan bahwa modernisasi

administrasi perpajakan memiliki pengaruh terhadap pencapaian akuntabilitas

Kantor Pelayanan Paajak (KPP).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

G. Kerangka Pemikiran

Modernisasi administrasi perpajakan merupakan kelanjutan dari reformasi

perpajakan yang ditetapkan DJP di bidang administrasi. Modernisasi administrasi

perpajakan memiliki ciri-ciri khusus antara lain restrukturisasi organisasi, proses

bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sumber daya

manusia dan penerapan kode etik pegawai di lingkungan DJP.

KPP Pratama merupakan salah satu instansi perpajakan yang berhubungan

langsung dengan masyarakat atau Wajib Pajak. Akuntabilitas dalam penelitian ini

menggunakan akuntabilitas pelayanan publik yang ditandai oleh adanya akses

yang mudah terhadap informasi, standar profesional dan integritas profesional

yang tinggi dari badan publik dan mekanisme umpan balik. Berdasarkan

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.26 tahun 2004,

akuntabilitas dalam pelayanan publik utamanya diwujudkan dalam hal

akuntabilitas kinerja pelayanan publik, akuntabilitas biaya pelayanan publik dan

akuntabilitas produk pelayanan publik. Pecapaian akuntabilitas pelayanan publik

yang baik di KPP Pratama diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan dan

kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

Pengukuran data dalam penelitian ini menggunakan persepsi pegawai di

KPP Pratama Sleman. Untuk mengetahui bagaimana hubungan persepsi

modernisasi administrasi perpajakan dengan persepsi pencapaian akuntabilitas

pelayanan publik KPP Pratama dilakukan pengujian statistik menggunakan uji

korelasi spearman.

Penjelasan di atas dituangkan dalam kerangka pemikiran pada gambar 2.1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

G. Kerangka Pemikiran

Persepsi Pencapaian Akuntabilitas

Pelayanan Publik KPP Pratama

Persepsi Modernisasi Administrasi Perpajakan

Restrukturisasi Organisasi

Proses Bisnis dan Teknologi Informasi dan

Komunikasi

Penyempurnaan Sumber Daya Manusia

Kode Etik Pegawai

Akuntabilitas Kinerja Pelayanan Publik

Akuntabilitas Biaya Pelayanan Publik

Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik

Analisis

Korelasi

Gambar I

Kerangka Konseptual

Hubungan Persepsi Modernisasi Administrasi Perpajakan dengan Persepsi Pencapaian

Akuntabilitas Pelayanan Publik KPP Pratama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.

Studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan pada satu subjek penelitian

untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan masalah yang dirumuskan,

(Sugiyono 2013). Tujuan dari studi kasus adalah untuk melakukan pengamatan

mendalam mengenai subjek tertentu untuk memberikan informasi dan

gambaran yang berkaitan dengan subjek yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman

yang terletak di Jalan Ringroad Utara No. 10 Maguwoharjo, Depok,

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – April 2016.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda,

ataupun lembaga (organisasi), yang sifat keadaannya akan diteliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

(Amirin, 2009). Subjek dari penelitian ini adalah pegawai Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman.

2. Objek penelitian

Objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang ataupun

lembaga (organisasi), yang menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian

(Amirin, 2009). Objek dari penelitian ini adalah modernisasi administrasi

perpajakan dan pencapaian akuntabilitas pelayanan publik di Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman.

D. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan persepsi

modernisasi administrasi perpajakan dengan persepsi pencapaian akuntabilitas

pelayanan publik di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman. Data

yang diperlukan dalam penelitian ini adalah gambaran modernisasi

administrasi perpajakan dan gambaran akuntabilitas KPP Pratama Sleman.

Akuntabilitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan petunjuk

teknis transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan

publik. Data tersebut dikumpulkan dengan cara mendistribusikan kuesioner.

Langkah pertama yang dilakukan adalah menganalisis indikator-indikator

yang dimiliki oleh variabel persepsi modernisasi administrasi perpajakan dan

variabel persepsi pencapaian akuntabilitas pelayanan publik Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama. Peneliti melakukan analisis terhadap indikator yang

sudah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pada awal mulainya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

modernisasi administrasi perpajakan yang merupakan kelanjutan dari

reformasi perpajakan. Peneliti juga melakukan analisis terhadap indikator

akuntabilitas dalam penyelenggaraan publik yang diterapkan di instansi

perpajakan, khususnya KPP Pratama Sleman. Indikator-indikator variabel

dirumuskan dalam bentuk pernyataan-pernyatan kuesioner yang

didistribusikan kepada pegawai di KPP Pratama Sleman.

Langkah yang dilakukan selanjutnya adalah menganalisis bagaimana

hubungan antara modernisasi administrasi perpajakan dengan pencapaian

akuntabilitas pelayanan publik Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Sleman. Hubungan dianalisis menggunakan pengujian statistik yaitu Uji

Korelasi Spearman Rank. Kesimpulan diambil dengan melihat nilai koefisien

korelasi yang dihasilkan dari pengujian korelasi Spearman.

E. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi berkaitan dengan seluruh kelompok orang, peristiwa, atau

benda yang menjadi pusat perhatian peneliti untuk diteliti, (Hermawan

2009). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pegawai Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2010). Jumlah sampel yang semakin banyak semakin

baik karena akan mewakili populasi yang diteliti, (Suparno,2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Sampel dari penelitian ini diambil menggunakan metode nonprobality

sampling dengan teknik purposive sampling. “Sampling purposive atau

purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu” (Sugiyono:2010). Adapun pertimbangan atau kriteria sampel

dalam penelitian ini adalah :

a) Pegawai KPP Pratama Sleman yang terdaftar aktif bekerja di

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman sampai April

2016.

b) Pegawai bekerja di seksi yang berhubungan dengan modernisasi

administrasi perpajakan di KPP Pratama Sleman.

Jumlah minimum sampel yang digunakan dalam penelitian ini

ditentukan berdasarkan rumus Slovin , sebagai berikut:

(dibulatkan menjadi 93)

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Batas Toleransi Kesalahan (error tolelance) = 5%

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100% jumlah populasi

yaitu 120 pegawai KPP Pratama Sleman. Sampling yang dilakukan

menghasilkan 120 sampel. Hal ini dikarenakan semua pegawai memenuhi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

kriteria yang telah ditetapkan. Jumlah minimum sampel ditentukan

berdasarkan jumlah perhitungan menggunakan rumus Slovin yang

dibulatkan dan `menghasilkan jumlah 93 sampel. Jumlah minimum sampel

digunakan karena data penelitian diperoleh dari distribusi kuesioner. Ada

kemungkinan kuesioner tidak kembali atau dianggap cacat.

F. Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data

primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti

untuk menjawab masalah atau tujuan penelitian yang dilakukan dalam

penelitian eksploratif, deskriptif maupun kausal dengan menggunakan

metode pengumpulan data berupa survei ataupun observasi, (Hermawan,

2009). Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan

cara mendistribusikan kuesioner kepada pegawai di KPP Pratama Sleman

sebagai responden. Kuesioner yang didistribusikan berisi pernyataan-

pernyataan mengenai modernisasi administrasi perpajakan dan

akuntabilitas di KPP Pratama. Pernyataan dalam kuesioner yang

didistribusikan bersifat tertutup.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara mendistribusikan

kuesioner. Kuesioner merupakan pengumpulan data yang sering tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

memerlukan kehadiran peneliti, namun cukup diwakili oleh daftar

pertanyaan yang sudah disusun secara cermat terlebih dahulu, (Sanusi,

2011). Kuesioner didistribusikan kepada pegawai yang ada di KPP Pratama

Sleman. Kuesioner tersebut berisi pernyataan-pernyataan yang

berhubungan dengan modernisasi administrasi perpajakan dan akuntabilitas

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman yang sifatnya tertutup.

Sebelum dilakukan pendistribusian kuesioner kepada responden yang

sebenarnya peneliti melakukan uji coba (pilot testing) terlebih dahulu. Pilot

testing ini dilakukan dengan cara mendistribusikan kuesioner kepada 15

pegawai yang berasal dari KPP Madya Tangerang dan KPP Pratama

Wates. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana responden

dapat mengerti dan memahami komponen-komponen yang terdapat

didalam kuesioner. Hasil dari pilot testing ini menyatakan bahwa semua

pernyataan dalam kuesioner sudah valid dan reliabel. Responden dapat

memahami pernyataan-pernyataan yang ada di dalam kuesioner, sehingga

kuesioner dapat didistribusikan kepada responden yang sebenarnya.

Kuesioner yang didistribusikan pada penelitian ini terbagi menjadi

2 bagian, yaitu :

a) Bagian pertama, berisi tentang pernyataan yang berkaitan dengan

identitas pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman.

b) Bagian kedua, berisi tentang pernyataan yang berhubungan dengan

modernisasi administrasi perpajakan dan pencapaian akuntabilitas

pelayanan publik Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

1) Modernisasi Administrasi Perpajakan yang meliputi:

(a) Restrukturasi organisasi.

(b) Proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi.

(c) Penyempurnaan sistem manajemen sumber daya manusia.

(d) Kode etik pegawai

2) Akuntabilitas di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama yang

meliputi :

(a) Akuntabilitas kinerja pelayanan publik.

(b) Akuntabilitas biaya pelayanan publik.

(c) Akuntabilitas produk pelayanan publik.

G. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, (Sugiyono

2010).

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

a) Variabel independen atau variabel bebas (X) adalah persepsi

modernisasi administrasi perpajakan.

Indikator variabel ini adalah:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

1) Aspek Restrukturasi Organisasi.

Perubahan struktur organisasi dan sistem kerja KPP Pratama

berkaitan dengan tingkat profesionalitas, efektifitas, dan efisiensi

organisasi di KPP Pratama dalam melaksanakan fungsi dan tugas

pokoknya untuk mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran-sasaran

strategis untuk dapat membantu Wajib Pajak dengan cepat dan

memudahkan tugas pegawai pajak. Restrukturasi juga berkaitan

dengan pembagian tugas, tanggung jawab, dan wewenang yang

sesuai dengan struktur organisasi serta penugasan pekerjaan sesuai

dengan tingkat pendidikan pegawai. Restrukturisasi organisasi juga

dilakukan melalui pembentukan Account Representatif (AR) yang

mempunyai tugas antara lain memberikan bantuan konsultasi

perpajakan kepada Wajib Pajak, menginformasikan peraturan

perpajakan yang baru serta mengawasi kepatuhan Wajib Pajak.

2) Aspek Proses Bisnis dan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Perbaikan proses bisnis dilakukan dengan cara penulisan dan

dokumentasi Standard Operating Procedures (SOP) untuk setiap

kegiatan di seluruh unit Direktorat Jenderal Pakal (DJP). Fasilitas

pelayanan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

merupakan pemanfaatan teknologi informasi terutama dalam

pekerjaan yang bersifat administratif. Fasilitas yang digunakan

bertujuan untuk memudahkan Wajib Pajak dan proses administrasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

bagi aparatur pajak sehingga dapat berlangsung secara efektif dan

efisien. Penerapan modernisasi dilakukan melalui penyempurnaan

proses bisnis dengan tersedianya fasilitas e-system.

3) Aspek Penyempurnaan Sumber Daya Manusia.

Perubahan implementasi pelayanan kepada Wajib Pajak mengarah

pada aspek penyempurnaan sumber daya manusia dengan

melakukan pemetaan kompetensi (competency maaping) terhadap

semua pegawai guna mengetahui distribusi dan kualitas kompetensi

pegawai. Penyempurnaan sumber daya manusia juga dilakukan

dengan pelatihan dan pengembangan pegawai demi meningkatnya

mutu pegawai.

4) Aspek Kode Etik Pegawai

Kode etik memberikan panduan tentang bagaimana pegawai

mengelola situasi dan mengambil sikap atau pilihan yang tepat

dalam melaksanakan tugasnya. Kode etik pegawai berisikan

larangan yang harus dihindari oleh pegawai pajak, seperti: ucapan,

tulisan, atau perbuatan yang bertentangan dengan kode etik dan

diharapkan tidak membebani pegawai di KPP Pratama karena kode

etik yang diterapkan dapat meningkatkan kinerja pegawai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

b) Variabel dependen atau variabel terikat (Y) adalah persepsi

pencapaian akuntabilitas pelayanan publikKantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama.

Indikator variabel ini adalah :

1) Akuntabilitas Kinerja Pelayanan Publik

(a) Akuntabilitas kinerja pelayanan publik dapat dilihat

berdasarkan proses yang antara lain meliputi: tingkat ketelitian

(akurasi), profesionalitas petugas, kelengkapan sarana dan

prasarana, kejelasan aturan (termasuk kejelasan kebijakan atau

peraturan perundang-undangan) dan kedisiplinan.

(b) Akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus sesuai dengan

standar atau Akta/Janji Pelayanan Publik yang telah

ditetapkan.

(c) Standar pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan

secara terbuka, baik kepada publik maupun kepada atasan atau

pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah. Apabila terjadi

penyimpangan dalam hal pencapaian standar, harus dilakukan

upaya perbaikan.

(d) Masyarakat dapat melakukan penilaian terhadap kinerja

pelayanan secara berkala sesuai mekanisme yang berlaku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

2) Akuntabilitas Biaya Pelayanan Publik

(a) Biaya pelayanan dipungut sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang telah ditetapkan.

(b) Pengaduan masyarakat yang terkait dengan penyimpangan

biaya pelayanan publik, harus ditangani oleh Petugas/Pejabat

yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan/Surat Penugasan

dari Pejabat yang berwenang.

3) Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik

(a) Persyaratan teknis dan administratif harus jelas dan dapat

dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan keabsahan

produk pelayanan.

(b) Prosedur dan mekanisme kerja harus sederhana dan

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

2. Operasional Variabel

Definisi operasional suatu concept atau construct merupakan suatu

definisi yang menyatakan secara jelas dan akurat mengenai bagaimana

suatu concept atau construct tersebut diukur (Hermawan, 2009).

Operasional variabel dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Tabel 1 : Operasional Variabel

Variabel

Penelitian Indikator

Skala

Pengukuran

Nomor

Kuesioner Item

Persepsi

Modernisasi

Administrasi

Perpajakan

(X)

1. Restrukturisasi

organisasi.

Likert

1 s/d 3

1. Struktur organisasi disesuaikan berdasarkan fungsi.

2. Sistem pembagian tugas, tanggung jawab dan wewenang sesuai

dengan struktur organisasi.

3. Pembentukan Account Representatif (AR).

2. Proses bisnis

dan teknologi

informasi dan

komunikasi.

4 s/d 7

4. Standard Operating Procedures (SOP) menjadi acuan bagi

pegawai.

5. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi memudahkan

pekerjaan pegawai.

6. Fasilitas e-system memudahkan Wajib Pajak.

7. E-system memudahkan manajemen pemeriksaan.

3. Penyempurnaan

SDM. 8 s/d 9

8. Sistem pemetaan kompetensi (competency mapping).

9. Pelatihan dan pengembangan kepada pegawai KPP Pratama.

4. Kode etik

pegawai 10 s/d 12

10. Pegawai memahami tata cara kode etik.

11. Kode etik mampu meningkatkan kinerja pegawai.

12. Pegawai tidak terbebani dengan adanya kode etik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Persepsi

Pencapaian

Akuntabilitas

Pelayanan

Publik KPP

Pratama (Y)

1. Akuntabilitas

kinerja

pelayanan

publik.

Likert

13 s/d 17

13. Pegawai memberikan pelayanan maksimal kepada Wajib Pajak.

14. KPP Pratama menyediakan sarana dan prasarana serta

menyusun kebijakan-kebijakan untuk membuat Wajib Pajak

mendapatkan pelayanan yang maksimal.

15. Pelaksanaan pelayanan sesuai dengan standar atau Akta/Janji

Pelayanan Publik.

16. Standar pelayanan publik dapat dipertanggungjawabkan secara

terbuka.

17. KPP Pratama menyediakan sarana yang dapat digunakan Wajib

Pajak untuj memberikan penilaian terhadap pelayanan KPP.

2. Akuntabilitas

biaya

pelayanan

publik.

18 s/d 19

18. Biaya pelayanan dipungut sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

19. Pengaduan masyarakat terkait penyimpangan biaya pelayanan

ditangani oleh petugas yang telah ditunjuk berdasarkan

peraturan.

3. Akuntabilitas

produk

pelayanan

publik.

20 s/d 21

20. Persyaratan teknis dan administrasi yang diterapkan di KPP

Pratama dirumuskan dengan jelas dan dapat

dipertanggungjawabkan.

21. Prosedur dan mekanisme kerja yang diterapkan di KPP Pratama

dilaksanakan dengan sederhana.

Sumber: Data diolah,2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

H. Pengukuran Data

Kuesioner yang didistribusikan diukur menggunakan skala likert. Skala

Likert yang digunakan adalah skala likert untuk mengukur sikap, pendapat

dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan

skala likert, variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.

Indikator variabel tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-

item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Responden

diminta untuk menyatakan tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan

berdasarkan persepsi responden. Pengukuran pada masing-masing pernyataan

yang terdapat di dalam kuesioner dilakukan menggunakan skala yang

memiliki nilai pada masing-masing jawaban sebagai berikut:

Tabel 2 : Pengukuran Terhadap Pernyataan Kuesioner

Alternatif Jawaban Skor Penilaian

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber: Data diolah,2016.

I. Teknik Pengujian Istrumen

1. Uji Validitas

Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data, (Sanusi,

2011). Data yang diperoleh harus mempunyai tingkat akurasi dan

konsistensi yang tinggi sehingga instrumen penelitian yang digunakan

harus valid dan realibel. Validitas instrumen ditentukan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

mengorelasikan antara skor yang diperoleh setiap butir pertanyaan atau

pernyataan dengan skor total. Skor total adalah jumlah dari semua skor

pertanyaan dan pernyataan. Jika skor tiap butir pertanyaan berkolerasi

secara signifikan dengan skor total pada tingkat alfa tertentu (misalnya 1%)

maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur itu valid, (Sanusi 2011). Uji

validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS

Versi 16.0. Berikut ini rumus dengan teknik korelasi pearson product

moment:

Keterangan :

r = koefisien korelasi

X = skor butir

Y = skor total butir

N = jumlah sampel (responden)

2. Uji Reabilitas

Perhitungan reliabilitas dilakukan terhadap butir pertanyaan atau

pernyataan yang sudah valid, dimana sudah dilakukan uji validitas

sebelumnya. Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian

Cronbach Alpha (α). Suatu variabel reliable jika memberikan Alpha

Cronbach’s > 0,60 Ghozali (2005:42). Uji reabilitas dalam penelitian ini

dilakukan dengan melihat Koefisien Alpha. Uji reabilitas dilakukan dengan

menggunakan bantuan program SPSS.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

J. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis Deskriptif

Deskripsi data dalam penelitian ini menggambarkan tentang variabel

yang digunakan berkaitan dengan data statistik dasar berupa rata-rata

(mean), simpangan baku (standard deviation), dan skor minimum serta

skor maksimum.

2. Analisis Korelasi Spearman

Teknik analisis data yang digunakan untuk menyelesaikan rumusan

masalah adalah analisis asosiatif atau korelasi. Analisis ini digunakan

untuk mengukur variabel bebas (X) persepsi modernisasi administrasi

perpajakan dengan variabel terikat (Y) persepsi pencapaian akuntabilitas

pelayanan publik KPP Pratama. Korelasi adalah salah satu teknik statistik

yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih

yang sifatnya kuantitatif dan kualitatif (Departemen Birostatistik FKM UI,

2009). Pengujian korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

korelasi Spearman Rank. Pengujian korelasi menggunakan korelasi

Spearman Rank karena data yang digunakan merupakan data ordinal.

Korelasi Spearman Rank digunakan untuk mencari hubungan atau

untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel

yang berbentuk ordinal (Sugiyono,2007:356). Pedoman yang digunakan

untuk memberikan interprestasi koefisien korelasi adalah :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Tabel 3 : Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat Rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat Kuat

Sumber: (Sugiyono,2007:250)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

BAB IV

GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA SLEMAN

A. Sejarah

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman dibentuk berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007. Sesuai

Keputusan Direktur Jendereal Pajak Nomor KEP-141/PJ/2007 tentang

Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II dan Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Kantor

Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Perpajakan di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa

Tengah I, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II, dan

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta,

ditetapkan bahwa Sistem Administrasi Modern pada KPP Pratama Sleman

dimulai sejak tanggal 30 Oktober 2007.

KPP Pratama Sleman bersama KPP Pratama Wates dan KPP Pratama

Wonosari merupakan pemecahan dari KPP Pratama Yogyakarta Dua. Selain

itu, KPP Pratama Sleman juga merupakan penggabungan dari Kantor

Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai fungsi Kantor Pemeriksaan dan

Penyidikan Pajak Yogyakarta. KPP Pratama Sleman menempati lantai I, lantai

IV, dan lantai V Gedung Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Istimewa Yogyakarta yang diresmikan oleh Ibu Sri Mulyani selaku Menteri

Keuangan Republik Indonesia pada tanggal 5 November 2007. Wilayah kerja

KPP Pratama Sleman mencakup seluruh wilayah Kabupaten Sleman yang

terdiri dari 17 wilayah Kecamatan, 86 Desa, dan 1212 Dusun.

B. Visi, Misi, dan Motto Pelayanan

1. Visi

Menjadi Kantor Pelayanan Pajak terbaik dalam memberikan pelayanan di

bidang perpajakan.

2. Misi

Memberikan pelayanan prima di bidang perpajakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3. Motto

Simpatik: siap melayani dengan tepat dan ikhlas

C. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Sleman

1. Tugas KPP Pratama Sleman

KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan,

dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak

Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak

Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

2. Fungsi KPP Pratama Sleman, yaitu:

a) Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi

perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan

subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.

b) Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

c) Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan

pengolahan Surat Pemeberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

d) Penyuluhan perpajakan.

e) Pelaksanaan regristrasi Wajib Pajak.

f) Pelaksanaan ekstensifikasi.

g) Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

h) Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

i) Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

j) Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

k) Pelaksanaan Intensifikasi.

l) Pembetulan ketetapan pajak.

m) Pelaksanaan administrasi kantor.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

D. Fungsi Organisasi

KPP Pratama Sleman memiliki beberapa seksi dengan tugasnya masing-

masing, yaitu:

1. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal

Bertugas melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan

rumah tangga, serta pemantauan pengendalian intern, pengelolaan risiko,

pengelolaan kinerja, kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak

lanjut hasil pengawasan, serta perumusan rekomendasi perbaikan proses

bisnis.

2. Seksi Pelayanan

Bertugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,

pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan

pengolahan Surat Pemberitahuan, penerimaan surat lainnya, penyuluhan

perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama

perpajakan.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Bertugas melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data,

penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan

tata usaha penerimaan perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer,

pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling, pelaksanaan i-SISMIOP dan

SIG, serta penyiapan laporan kinerja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

4. Seksi Penagihan

Bertugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan

angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang

pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

5. Seksi Pemeriksaan

Bertugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, melakukan

pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran

Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan

perpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan

Bertugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan

subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak

dalam menunjang ekstensifikasi serta melaksanakan bimbingan dan

pemantauan penyuluhan perpajakan.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Bertugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib

Pajak, membimbing/menghimbau kepada Wajib Pajak dan konsultasi

teknis perpajakan, melakukan penyusunan profil Wajib Pajak,

menganalisis kinerja Wajib Pajak, merekonsiliasi data Wajib Pajak dalam

rangka melakukan intensifikasi, melakukan usulan pembetulan ketetapan

pajak, serta melakukan evaluasi hasil banding.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Struktur Organisasi

Gambar II

Struktur Organisasi KPP Pratama Sleman

Sumber: Sub Bagian Umum KPP Pratama Sleman

Kepala Kantor

Seksi Pelayanan

Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Penagihan

Seksi Pemeriksaan

Seksi Ekstensifikasi dan

Penyuluhan

Sub Bagian Umum dan

Kepatuhan Internal

Seksi Pengawasan dan

Konsultasi I

Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

Seksi Pengawasan dan

Konsultasi III

Seksi Pengawasan dan

Konsultasi IV

Kelompok Fungsional

Pemeriksa Pajak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Tabel 4 : Jumlah Sumber Daya Manusia KPP Pratama Sleman

No Seksi Jumlah

1 Kepala Kantor 1

2 Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal 11

3 Seksi Pelayanan 18

4 Seksi Penagihan 6

5 Seksi Pengolahan Data dan Informasi 7

6 Seksi Pemeriksaan 4

7 Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan 8

8 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 9

9 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 15

10 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 14

11 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 13

12 Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak 14

JUMLAH 120

Sumber: Sub Bagian Umum KPP Pratama Sleman

Berikut jumlah Sumber Daya Manusia berdasarkan penggolongannya:

1. Berdasarkan Jenis Kelamin

a) Laki-laki : 68 orang

b) Perempuan : 52 orang

2. Berdasarkan Pendidikan

a) SMP : 2 orang

b) SMU dan sederajat : 13 orang

c) Diploma 1 : 12 orang

d) Diploma 3 : 17 orang

e) S1/Diploma IV : 62 orang

f) S2 : 14 orang

3. Berdasarkan Tingkat Golongan

a) Golongan II A : 2 orang

b) Golongan II B : 1 orang

c) Golongan II C : 14 orang

d) Golongan II D : 7 orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

e) Golongan III A : 16 orang

f) Golongan III B : 45 orang

g) Golongan III C : 16 orang

h) Golongan III D : 11 orang

i) Golongan IV A : 7 orang

j) Golongan IV B : 1 orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil penelitian yang

diperoleh dari distribusi kuesioner kepada pegawai KPP Pratama Sleman.

Jumlah kuesioner yang didistribusikan sesuai dengan jumlah sampling yang

telah dilakukan sebelumnya, yaitu 120 kuesioner. Dari 120 kuesioner yang

didistribusikan, hanya 119 yang kembali kepada peneliti dan hanya 98

kuesioner yang dapat digunakan untuk dilakukan analisis. Kuesioner yang

dianggap cacat sebanyak 21 kuesioner dikarenakan responden tidak menjawab

semua butir pertanyaan dengan lengkap. Persentase hasil pendistribusian

kuesioner adalah sebagai berikut :

Tabel 5 : Persentase Hasil Pendistribusian Kuesioner

Keterangan Jumlah Persentase

Kuesioner yang didistribusikan 120 100%

Kuesioner yang kembali 119 99,17%

Kuesioner yang cacat 21 17,5%

Kuesioner yang dapat diolah 98 81,67%

Sumber : Data diolah, 2016

Hasil kuesioner dalam penelitian ini dideskripsikan berdasarkan karakteristik

responden. Deskripsi karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari

seksi, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Ringkasan hasil analisis

karakteristik responden adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

1. Karakteristik Responden berdasarkan Seksi

Persentase responden berdasarkan seksi di KPP Pratama Sleman dapat

dilihat sebagai berikut:

Tabel 6 : Persentase Responden Berdasarkan Seksi

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Ektensifikasi dan

Penyuluhan 6 6.1 6.1 6.1

Fungsional 14 14.3 14.3 20.4

PDI 5 5.1 5.1 25.5

Pelayanan 18 18.4 18.4 43.9

Pemeriksaan 3 3.1 3.1 46.9

Penagihan 3 3.1 3.1 50.0

Pengawasan dan

Konsultasi 44 44.9 44.9 94.9

Sub Bagian Umum

dan Kepatuhan 5 5.1 5.1 100.0

Total 98 100.0 100.0

Sumber: data diolah, 2016

Tabel 6 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini terdiri

dari 8 seksi kerja, yaitu: 3 atau 3,1% berasal dari seksi pemeriksaan, 3 atau

3,1% berasal dari seksi penagihan, 5 atau 5,1% berasal dari seksi

pengolahan data dan informasi, 5 atau 5,1% berasal dari seksi sub bagian

umum dan kepatuhan internal, 14 atau 14,3% berasal dari seksi fungsional,

18 atau 18,4% berasal dari seksi pelayanan, dan 44 atau 44,9% berasal dari

seksi pengawasan dan konsultasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Persentase responden berdasarkan jenis kelamin di KPP Pratama

Sleman dapat dilihat sebagai berikut:

Sumber: data diolah,2016

Tabel 7 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini terdiri

dari 45 atau 45,9% perempuan dan 53 atau 54,1% laki-laki.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan di KPP Pratama

Sleman dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 8 : Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid D1 8 8.2 8.2 8.2

D3 13 13.3 13.3 21.4

S1 55 56.1 56.1 77.6

S2 10 10.2 10.2 87.8

SMP 2 2.0 2.0 89.8

SMU 10 10.2 10.2 100.0

Total 98 100.0 100.0

Sumber: data diolah, 2016

Tabel 7 : Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 53 54.1 54.1 54.1

Perempuan 45 45.9 45.9 100.0

Total 98 100.0 100.0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Tabel 8 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini terdiri

dari 6 tingkat pendidikan, yaitu: 2 atau 2% lulusan SMP, 8 atau 8,2%

lulusan D1, 10 atau 10,2% lulusan S2, 10 atau 10,2% lulusan SMU, 13

atau 13,3% lulusan D3, dan 55 atau 56,1% lulusan S1.

B. Pengujian Instrumen

Pengujian dilakukan berdasarkan pada data yang telah diperoleh. Data

merupakan gambaran dari variabel yang diteliti. Data memegang peranan

penting dalam penelitian ini. Sebelum melakukan olah data, instrumen diuji

terlebih dahulu dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas agar

memperoleh hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.

1. Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan program Pearson

Correlation SPSS versi 16,0. Kriteria pengambilan keputusan dalam

pengujian ini adalah jika nilai rhitung > nilai rtabel pada taraf 0,05 atau 5%

maka dikatakan valid, sebaliknya jika nilai rhitung < nilai rtabel pada taraf 0,05

atau 5% maka instrumen dikatakan tidak valid. Nilai rtabel dengan taraf

nyata 5% dan df = 98 – 2 = 96 adalah 0.1986. Hasil uji validitas variabel

persepsi modernisasi administrasi perpajakan dan variabel persepsi

perncapaian akuntabilitas pelayanan publik KPP Pratama dapat dilihat

pada tabel 9.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Tabel 9 : Hasil Uji Validitas

Variabel Butir

Pertanyaan r Hitung r Tabel Keterangan

Persepsi Modernisasi

Administrasi

Perpajakan

1 0.588 0.1986 Valid

2 0.659 0.1986 Valid

3 0.593 0.1986 Valid

4 0.661 0.1986 Valid

5 0.514 0.1986 Valid

6 0.598 0.1986 Valid

7 0.611 0.1986 Valid

8 0.645 0.1986 Valid

9 0.448 0.1986 Valid

10 0.517 0.1986 Valid

11 0.582 0.1986 Valid

12 0.604 0.1986 Valid

Persepsi

Pencapaian

Akuntabilitas

Pelayanan

Publik KPP

Pratama

13 0.554 0.1986 Valid

14 0.676 0.1986 Valid

15 0.660 0.1986 Valid

16 0.615 0.1986 Valid

17 0.617 0.1986 Valid

18 0.598 0.1986 Valid

19 0.636 0.1986 Valid

20 0.428 0.1986 Valid

21 0.426 0.1986 Valid Sumber: data diolah, 2016

Hasil dari uji validitas pada tabel 9 menunjukkan bahwa indikator-

indikator pernyataan dalam kuesioner baik variabel persepsi modernisasi

administrasi perpajakan maupun variabel persepsi pencapaian akuntabilitas

pelayanan publik KPP Pratama adalah valid. Hal ini ditunjukkan dari

nilainya r hitung lebih besar dari nilai r tabel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Sunjoyo, 2013). Uji

reliabilitas diukur dengan menggunakan Cronbach’s Alpha (α) dimana

hasil yang ditunjukkan lebih besar dari 0,60, maka dapat dikatakan reliabel.

Hasil uji reliabilitas yang dilakukan sebagai berikut:

Tabel 10 : Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Modernisasi Administrasi

Perpajakan

Sumber: data diolah, 2016

Hasil uji reliabilitas persepsi modernisasi administrasi perpajakan pada

tabel 10 menunjukkan bahwa nilai alpha cronbach sebesar 0,824 lebih

besar dari 0,60. Berdasarkan hasil tersebut, maka 12 butir pernyataan

terkait dengan persepsi modernisasi administrasi perpajakan adalah

reliabel.

Tabel 11 : Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Pencapaian Akuntabilitas

Pelayanan Publik KPP Pratama

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based

on Standardized Items

N of Items

.727 .762 9

Sumber: data diolah,2016

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based

on Standardized Items

N of Items

.824 .826 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Hasil uji reliabilitas persepsi pencapaian akuntabilitas pelayanan

publik KPP Pratama pada tabel 11 menunjukkan bahwa nilai alpha

cronbach sebesar 0,727 lebih besar dari 0,60. Berdasarkan hasil tersebut,

maka 9 butir pernyataan terkait persepsi pencapaian akuntabilitas KPP

Pratama adalah reliabel.

Dari hasil uji validitas dan reliabilitas dapat disimpulkan bahwa

kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini valid dan reliabel.

C. Analisis Data

Langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah:

1. Analisis Deskriptif

Deskripsi data dalam penelitian ini menggambarkan tentang

variabel yang digunakan berkaitan dengan data statistik dasar berupa

rata-rata (mean), simpangan baku (standard deviation), dan skor

minimum serta skor maksimum. Hasil analisis deskriptif disajikan

pada tabel 12 di bawah ini:

Tabel 12 : Hasil Uji Deskriptif

Sumber: data diolah, 2016

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Persepsi Modernisasi

Administrasi Perpajakan 98 38.00 60.00 50.7857 4.57751

Persepsi Pencapaian

Akuntabilitas 98 28.00 45.00 37.2245 3.75961

Valid N (listwise) 98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

a) Persepsi Modernisasi Administrasi Perpajakan

Tabel 12 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap

persepsi modernisasi administrasi perpajakan memiliki total nilai

rata-rata sebesar 50,7857 dengan total nilai tertinggi sebesar 60,00

dan total nilai terendah sebesar 38,00. Nilai rata-rata sebesar

50,7857 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap 12

butir pernyataan yang berkaitan dengan persepsi modernisasi

administrasi perpajakan yang diterapkan di KPP Pratama Sleman

adalah setuju (skor 4).

b) Persepsi Pencapaian Akuntabilitas Pelayanan Publik KPP Pratama

Tabel 12 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap

persepsi pencapaian akuntabilitas pelayanan publik KPP Pratama

memiliki total nilai rata-rata sebesar 37,2245 dengan total nilai

tertinggi sebesar 45,00 dan total nilai terendah sebesar 28,00. Nilai

rata-rata sebesar 37,2245 menunjukkan bahwa tanggapan

responden terhadap 9 butir pernyataan yang berkaitan dengan

persepsi pencapaian akuntabilitas KPP Pratama Sleman adalah

setuju (skor 4).

2. Analisis Korelasi

Analisis korelasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat

bagaimana hubungan variabel bebas (X) persepsi modernisasi

administrasi perpajakan dengan variabel terikat (Y) persepsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

pencapaian akuntabilitas pelayanan publik KPP Pratama. Analisis

korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

Spearman’s Rank Order Correlation. Adapun pedoman untuk

memberikan interpretasi koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 13 : Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat Rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono, 2007

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 14 : Hasil Uji Korelasi Spearman Persepsi Modernisasi

Administrasi Perpajakan dengan Persepsi Pencapaian Akuntabilitas

Pelayanan Publik KPP Pratama

Correlations

Persepsi

Modernisasi

Administrasi

Perpajakan

Persepsi

Pencapaian

Akuntabilitas

Pelayanan

Publik

Spearman's

rho

Persepsi

Modernisasi

Administrasi

Perpajakan

Correlation Coefficient 1.000 .638**

Sig. (2-tailed) . .000

N 98 98

Persepsi

Pencapaian

Akuntabilitas

Pelayanan

Publik KPP

Pratama

Correlation Coefficient .638**

1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N

98 98

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: data diolah, 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 14, menunjukkan bahwa adanya

hubungan antara persepsi modernisasi administrasi perpajakan dengan persepsi

pencapaian akuntabilitas KPP Pratama Sleman. Nilai koefisien korelasi yang

diperoleh sebesar +0,638. Bertanda positif menunjukkan bahwa hubungan antara

persepsi modernisasi administrasi perpajakan (X) dengan persepsi pencapaian

akuntabilitas pelayanan publik KPP Pratama (Y) adalah positif. Hal ini berarti jika

modernisasi administrasi perpajakan yang mencakup aspek restrukturisasi

organisasi, aspek proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi, aspek

penyempurnaan sumber daya manusia, aspek kode etik pegawai dilaksanakan

dengan baik, maka pencapaian akuntabilitas pelayanan publik KPP Pratama yang

mencakup akuntabilitas kinerja pelayanan publik, akuntabilitas biaya pelayanan

publik, dan akuntabilitas produk pelayanan publik juga baik. Nilai 0,638 berarti

kekuatan hubungan antara persepsi modernisasi administrasi perpajakan (X)

dengan persepsi pencapaian akuntabilitas pelayanan publik KPP Pratama (Y)

memiliki korelasi yang kuat karena berada pada rentang 0,60-0,799.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis korelasi yang telah dilakukan menunjukkan

adanya hubungan antara persepsi modernisasi administrasi perpajakan dengan

persepsi pencapaian akuntabilitas pelayanan publik KPP Pratama Sleman.

Nilai koefisien korelasi antara kedua variabel adalah +0,638. Hal ini

menunjukkan adanya hubungan positif yang kuat antara kedua variabel.

Pelaksanaan modernisasi administrasi perpajakan akan mendukung

pencapaian akuntabilitas pelayanan publik yang baik di KPP Pratama Sleman.

Semakin baik pelaksanaan modernisasi administrasi perpajakan di KPP

Pratama Sleman maka semakin baik pula pencapaian akuntabilitas KPP

Pratama Sleman. Hasil pengujian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan

oleh Dianasari di KPP Modern Bandung dan Depi Detiani di KPP Pratama

Muara Teweh yang menyimpulkan modernisasi administrasi perpajakan

memiliki pengaruh terhadap pencapaian akuntabilitas di KPP.

Berdasarkan persepsi pegawai KPP Pratama Sleman, modernisasi

administrasi perpajakan yang dilaksanakan memberikan dampak yang baik

terhadap pencapaian akuntabilitas pelayanan publik semua pegawai pajak

dalam hal pelayanan kepada Wajib Pajak (WP) yang berbasis fungsi seperti

pengawasan, pemeriksaan, dan penagihan. Hasil pengujian hubungan positif

yang kuat menunjukkan bahwa persepsi pegawai KPP Pratama Sleman

terhadap pelaksanaan modernisasi administrasi perpajakan dapat mendukung

pencapaian akuntabilitas pelayanan publik KPP Pratama Sleman yang baik.

Akuntabilitas merupakan kunci dari tercapainya good governance. Hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

berarti modernisasi administrasi perpajakan dapat mewujudkan good

governance.

Persepsi modernisasi administrasi perpajakan yang dapat menciptakan

akuntabilitas pelayanan public yang dimaksud adalah:

1. Restrukturisasi Organisasi

Perubahan struktur organisasi dan sistem kerja KPP Pratama Sleman

berkaitan dengan tingkat profesionalitas, efektifitas, dan efisiensi

organisasi. Berdasarkan persepsi pegawai di KPP Pratama Sleman,

perubahan ini dilakukan dalam pelaksanaan fungsi dan tugas pokoknya.

Sistem pembagian tugas, tanggung jawab, dan wewenang yang diterapkan

di KPP Pratama Sleman telah sesuai dengan struktur organisasi. Hal ini

bertujuan untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran-sasaran

strategisnya untuk bergerak cepat merespon dinamika Wajib Pajak dan

memudahkan pekerjaan pegawai. Rektrukturisasi organisasi berbasis fungsi

yang juga diterapkan adalah pembentukan Account Representative yang

memiliki tugas antara lain memberikan bantuan konsultasi perpajakan

kepada Wajib Pajak, menginformasikan peraturan perpajakan yang baru

serta mengawasi kepatuhan Wajib Pajak. Pembentukan Account

Representative yang diterapkan di KPP Pratama Sleman mampu

memberikan pelayanan yang optimal kepada Wajib Pajak. Hal ini

dikarenakan Wajib Pajak menjadi lebih mudah untuk melaksanakan

kewajiban perpajakannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

2. Perbaikan Proses Bisnis dan Fasilitas Pelayanan yang Memanfaatkan

Teknologi Informasi

Perbaikan proses bisnis dilakukan melalui penulisan dan

pendokumentasian Standard Operating Procedures (SOP) untuk setiap

kegiatan di seluruh unit Direktorat Jenderal Pajak (DJP). DJP juga

meluncurkan 8 layanan unggulan bagi masyarakat yang di dalamnya

mencakup janji waktu pelayanan, kejelasan persyaratan dan prosedur.

Berdasarkan persepsi pegawai, SOP dan layanan unggulan telah ditetapkan

dan diterapkan di KPP Pratama Sleman. SOP dan layanan unggulan yang

ditetapkan dan diterapkan di KPP Pratama Sleman sangat membantu

pekerjaan pegawai pajak. Hal ini dikarenakan tugas dan tanggungjawab

pegawai menjadi lebih terarah dan terkontrol sehingga mampu

meningkatkan kinerja pegawai di KPP Pratama Sleman.

Perbaikan proses bisnis juga dilakukan dengan memanfaatkan

teknologi informasi dalam modernisasi administrasi perpajakan.

Pelaksanaan modernisasi administrasi perpajakan di KPP Pratama Sleman

dilakukan melalui perbaikan proses bisnis yang mengutamakan fasilitas

pelayanan yang efektif dan efisien. Fasilitas pelayananan yang

memanfaatkan teknologi informasi dilakukan untuk mempermudah Wajib

Pajak dan proses administrasi perpajakan bagi pegawai pajak itu sendiri

dengan menggunakan fasilitas e-system. Fasilitas e-system yang digunakan

di KPP Pratama Sleman juga membuat manajemen pemeriksaan menjadi

lebih mudah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

3. Penyempurnaan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia di lingkungan kantor DJP harus memiliki

integritas dan profesionalitas yang tinggi. Oleh sebab itu, DJP

mengutamakan adanya penyempurnaan sumber daya manusia sehingga

mampu memberikan pelayanan yang optimal kepada Wajib Pajak.

Berdasarkan persepsi pegawai, penyempurnaan sumber daya manusia juga

sudah dilakukan di KPP Pratama Sleman.

Penyempurnaan SDM dilakukan melalui pemetaan kompetensi

(competency mapping). Pemetaan kompetensi telah dilakukan di KPP

Pratama Sleman dan bertujuan untuk mengetahui sebaran kuantitas dan

kualitas kompetensi pegawai. Selain itu, KPP Pratama Sleman juga selalu

memberikan pendidikan dengan cara pelatihan dan pengembangan bagi

pegawainya guna meningkatkan kualitas SDM yang ada.

4. Kode Etik Pegawai

Kode etik pegawai yang diterapkan di lingkungan DJP, khususnya di

KPP Pratama Sleman memberikan panduan bagaimana pegawai mengelola

situasi dan mengambil sikap atau pilihan yang tepat dalam melaksanakan

tugasnya. Kode etik diharapkan tidak membebani pegawai dan dapat

diterapkan dengan baik oleh pegawai. Pegawai di KPP Pratama Sleman

memahami dan tidak merasa terbebani dengan adanya kode etik di KPP

Pratama Sleman. Kode etik yang diterapkan justru dapat meningkatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

kinerja pegawai sehingga mampu memberikan pelayanan yang optimal

kepada Wajib Pajak.

Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-

individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber

daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal

yang menyangkut pertanggungjawabannya. Akuntabilitas juga merupakan

suatu perwujudan dan kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau

kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan. Penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi

yang diberikan oleh pegawai pajak terhadap modernisasi administrasi

perpajakan memiliki hubungan positif yang kuat dengan pencapaian

akuntabilitas pelayanan publik KPP Pratama Sleman. Artinya, pelaksanaan

modernisasi administrasi perpajakan di KPP Pratama Sleman telah berjalan

dengan baik dan mendukung pencapaian akuntabilitas pelayanan publik KPP

Pratama Sleman. Modernisasi administrasi perpajakan yang dilaksanakan

dengan baik membuat pencapaian akuntabilitas pelayanan publik di KPP

Pratama Sleman juga baik.

KPP Pratama merupakan instansi pemerintah di bidang pelayanan publik.

Akuntabilitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pedoman

pelaksanaan akuntabilitas pelayanan publik. Persepsi akuntabilitas pelayanan

publik yang dimaksud dalam hal ini adalah:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

1. Akuntabilitas Kinerja Pelayanan Publik

Akuntabilitas kinerja pelayanan publik dapat dilihat dari proses kinerja

pegawai di KPP Pratama Sleman. Berdasarkan persepsi pegawai, proses

kinerja yang dilakukan di KPP Pratama Sleman sudah baik. Proses kinerja

yang dimaksud antara lain: pegawai selalu mengedepankan ketelitian,

profesionalitas dan kedisiplinan guna memberikan pelayanan yang optimal

kepada Wajib Pajak. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik juga harus

sesuai dengan standar atau akta/janji pelayanan publik yang ditetapkan dan

dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa standar pelayanan publik tercermin di dalam SOP

yang menjadi salah satu program pelaksanaan modernisasi administrasi

perpajakan di KPP Pratama Sleman. SOP yang ditetapkan dalam

modernisasi administrasi perpajakan di KPP Pratama Sleman memicu

kinerja pegawai menjadi lebih terstruktur. Di dalam SOP juga terdapat janji

pelayanan kepada Wajib Pajak.

Akuntabilitas kinerja pelayanan publik ditandai dengan tersedianya

sarana bagi Wajib Pajak untuk dapat melakukan penilaian terhadap kinerja

pelayanan secara berkala sesuai mekanisme yang berlaku. Sesuai dengan

hal tersebut, KPP Pratama Sleman memiliki sarana yang dapat digunakan

Wajib Pajak untuk melakukan penilaian terhadap pelayanan yang

diberikan. Sarana tersebut antara lain adalah kotak saran yang diletakkan di

ruang pelayanan terpadu yang langsung berhubungan dengan Wajib Pajak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Selain itu, Wajib Pajak juga dapat memberikan masukan, menyampaikan

pendapat maupun pengaduan melalui kring pajak.

2. Akuntabilitas Biaya Pelayanan Publik

Akuntabilitas biaya pelayanan publik dapat dinyatakan baik jika biaya

pelayanan dipungut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang telah ditetapkan. Berdasarkan persepsi pegawai, biaya

pelayanan yang ada di KPP Pratama Sleman adalah gratis atau tidak

dipungut biaya sesuai yang tertulis dalam SOP maupun peraturan

perundang-undangan. Tidak dipungut biaya dikarenakan pajak merupakan

iuran wajib kepada negara dan KPP Pratama Sleman mempunyai tugas

memberikan pelayanan yang optimal kepada Wajib Pajak. Jika terjadi

penyimpangan yang terkait dengan biaya pelayanan publik di KPP Pratama

Sleman akan ditangani oleh petugas/pejabat yang ditunjuk berdasarkan

Surat Keputusan/Surat Penugasan dari pejabat yang berwenang.

3. Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik

Akuntabilitas produk pelayanan publik harus memiliki persyaratan

teknis dan administratif yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dari

segi kualitas dan keabsahan produk pelayanan. Selain itu, prosedur dan

mekanisme kerja harus sederhana dan dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

Produk pelayanan yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak

antara lain permohonan penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),

permohonan Surat Keterangan Fiskal (SKF). Produk pelayanan yang

dikeluarkan oleh KPP Pratama harus sesuai dengan prosedur dan

mekanisme yang ada di SOP sehingga menghasilkan akuntabilitas produk

yang baik.

Berdasarkan persepsi pegawai di KPP Pratama Sleman, persyaratan

teknis dan administrasi yang diterapkan di KPP Pratama Sleman sudah

dirumuskan secara jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dari segi

kualitas dan keabsahan produk pelayanan. Selain itu, prosedur dan

mekanisme kerja yang diterapkan di KPP Pratama Sleman juga telah

dilaksanakan dengan sederhana dan sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan.

Hasil penelitian menunjukkan hubungan positif kuat antara persepsi

modernisasi administrasi perpajakan dengan persepsi pencapaian akuntabilitas

pelayanan publik KPP Pratama Sleman. Hal ini berarti pelaksanaan

modernisasi administrasi perpajakan yang baik akan mendukung pencapaian

akuntabilitas pelayanan publik KPP Pratama yang baik. Akuntabilitas

pelayanan publik KPP Pratama yang baik juga akan menghilangkan persepsi

negatif masyarakat terhadap instansi perpajakan. Kepercayaan masyarakat

khususnya Wajib Pajak akan semakin membaik jika instansi perpajakan

terutama KPP Pratama yang berhubungan langsung dengan Wajib Pajak

melaksanakan prinsip-prinsip akuntabilitas pelayanan publik. Dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

demikian, kesadaran masyarakat khususnya Wajib Pajak dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya akan menjadi lebih tinggi. Modernisasi administrasi

perpajakan yang merupakan kelanjutan dari reformasi perpajakan perlu selalu

dikembangkan dan dilaksanakan dengan baik oleh KPP Pratama Sleman dan

seluruh kantor atau instansi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak supaya

pencapaian akuntabilitas pelayanan publik KPP Pratama dapat lebih baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

persepsi modernisasi administrasi perpajakan memiliki hubungan positif kuat

dengan persepsi pencapaian akuntabilitas pelayanan publik Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama Sleman. Hal ini didukung dengan hasil analisis data

pada pengujian korelasi Spearman yang menghasilkan nilai koefisien korelasi

sebesar +0,638. Hubungan positif kuat artinya hubungan kedua variabel

bersifat searah, yaitu semakin baik pelaksanaan modernisasi administrasi

perpajakan maka semakin baik pencapaian akuntabilitas pelayanan publik di

KPP Pratama Sleman.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini meneliti mengenai modernisasi administrasi perpajakan dan

akuntabilitas pelayanan publik Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

dengan pegawai pajak sebagai responden. Beberapa pernyataan dalam

kuesioner akan lebih objektif jika diambil dari persepsi Wajib Pajak. Karena

responden dalam penelitian ini adalah pegawai pajak, ada kemungkinan

persepsi yang diberikan terhadap pernyataan-pernyataan tersebut akan

berbeda jika diisi oleh Wajib Pajak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

C. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat beberapa saran yang dapat

dijadikan pertimbangan untuk waktu yang akan datang sebagai berikut:

1. Bagi DJP dan KPP Pratama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modernisasi administrasi

perpajakan telah dilaksanakan dengan baik dan mampu memberikan

pencapaian akuntabilitas pelayanan publik KPP Pratama yang baik.

Direktorat Jenderal Pajak disarankan untuk terus mengembangkan

kebijakan dan program yang berkaitan dengan modernisasi administrasi

perpajakan sehingga iklim perpajakan di Idonesia akan terus semakin baik.

KPP Pratama disarankan untuk mengimplementasikan setiap kebijakan

dan program yang diterapkan secara maksimal.

2. Bagi Wajib Pajak

Wajib Pajak disarankan untuk berperan aktif dalam mensukseskan

modernisasi administrasi perpajakan, salah satunya dengan memanfaatkan

fasilitas e-system.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya disarankan juga menggunakan Wajib Pajak sebagai

responden untuk mengetahui persepsi Wajib Pajak mengenai pelayanan

publik yang diberikan oleh KPP.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

DAFTAR PUSTAKA

Amirin, Tatang M.2009. “Subjek Penelitian, Responden Penelitian, dan Informan

(Narasumber) Penelitian.”

https://tatangmanguny.wordpress.com/2009/04/21/subjek-responden-dan-

informan-penelitian/ Diakses tanggal 10 Mei 2016.

Anti Corruption Clearing House. 2014. Transparansi dan Akuntabilitas Melalui E-

Governance.

http://acch.kpk.go.id/penyidikan//blogs/28068;jsessionid=4AA65B200FB4

C584514E58D79C3023BB. Diakses tanggal 15 Mei 2016.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2003. Indikator & Alat Ukur Prinsip

Akuntabilitas, Transparansi & Partisipasi.

Bungin, Burhan. 2011. Metodelogi Penelitian Kuantitatif. Edisi Kedua. Kencana

Prenada Media Group, Jakarta.

Departemen Birostatistik FKM UI. 2009. Statistik Non Parametrik.

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/7263bdba0cd59d61cd2ced60b

c3c4cf035dd81ae.pdf. Diakses tanggal 20 Februari 2016.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Detiyani, Depi 2014. “Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan terhadap

Pencapaian Akuntabilitas pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama”,

Skripsi. Universtas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dianasari, Rima Rachmawati 2010. “Pengaruh Modernisasi Administrasi

Perpajakan terhadap Pencapaian Akuntabilitas pada KPP Modern”, Jurnal.

Universtas Widyatama, Bandung.

Direktorat Jenderal Pajak. 2007. Laporan Tahunan 2007. Departemen Keuangan

Republik Indonesia, Jakarta.

Direktorat Jenderal Pajak. 2015. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor:

KEP – 167/PJ/2015 tentang Standar Operasional Prosedur Baru, Revisi,

dan Hapus Semester I Tahun 2015 di Ligkungan Direktorat Jenderal Pajak.

Ghozali, Imam.2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan

Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang.

Gunadi. 2004. Reformasi Administrasi Perpajakan dalam Rangka Kontribusi

Menuju Good Governance, Pidato Pengukuhan Guru Besar Perpajakan,

FISIP, Universitas Indonesia, Jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Hermawan, Asep. 2009. Penelitian Bisnis: Paradigma Kuantitatif. PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Jogiyanto. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-

Pengalaman. Edisi 2007. BPFE, Yogyakarta.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman, Profil Tahun 2013.

Khabibi, Fuad Setiawan. 2011. Konsep Akuntabilitas (Accountability Theory).

https://id.scribd.com/doc/91725005/Konsep-Akuntabilitas. Diakses tanggal

5 Juni 2016.

KNKG. (2010). Pedoman Umum Good Public Governance. Jakarta: KNKG

.

Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik. CV. Andi Offsett, Yogyakarta.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Revisi. CV. Andi Offset, Yogyakarta.

Menteri Keuangan Republik Indonesia, Peraturan Nomor:

206.2/PMK.01/20142014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi

Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Keputusan Nomor:

KEP/26/M.PAN/2/2004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan

Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Pandiangan, Liberti. 2008. Modernisasi Administrasi Perpajakan. Elex Media

Komputindo, Jakarta.

Priyatno, Dwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. ANDI,

Yogyakarta.

Purwono, Herry. 2010. Dasar-Dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak:

ERLANGGA, Jakarta.

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business: Metodologi Penelitian

untuk Bisnis. Edisi 4. Buku 1. Salemba Empat, Jakarta.

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business: Metodologi Penelitian

untuk Bisnis. Edisi 4. Buku 2. Salemba Empat, Jakarta.

Sumarto, SJ Hetifah. 2004. Inovasi Partisipasi dan Good Governance. 20 Prakarsa

Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Edisi Kedua: Yayasan Obor

Indonesia, Jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Suparno, Paul. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta.

Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal.

Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sanusi, Anwar. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis. Salemba Empat, Jakarta.

Slameto.2010. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Edisi Revisian.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono 2007. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D), Alfabeta, Bandung.

Sugiyono 2010. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D), Alfabeta, Bandung.

Tim Penelitian dan Pengembangan Wahana Komputer. 2006. Pengolahan Data

Statistik dengan SPSS 14. Salemba Infotek, Jakarta.

Trihendradi 2009. 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik menggunakan

SPSS 17. ANDI, Yogyakarta.

Umar Husein. 1996. Metode Penelitian : Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT

Grafindo Persada, Jakarta.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan ketiga atas Undang-

Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

Walgito, Bimo. 2005. Pengantar Psikologi Umum. Edisi Kelima. C.V. Andi

Offset, Yogyakarta.

Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Buku I Edisi 9. Salemba Empat, Jakarta.

Wijaya, Erikson. 2016. “Ada Pajak dalam Hubungan Antara Masyarakat dan

Pemerintah”. Klinik Pajak.

http://www.klinikpajak.co.id/artikel+detail/?id=artikel+pajak+-

+ada+pajak+dalam+hubungan+antara+masyarakat+dan+pemerintah.

Diakses tanggal 20 April 2016.

Wikipedia. 2013. Akuntabilitas. http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntabilitas.

Diakses tanggal 20 Maret 2016.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

Responden Seksi Jenis Kelamin Pendidikan

1 Pemeriksaan Perempuan D3

2 PDI Perempuan S1

3 Penagihan Laki-laki D3

4 Penagihan Laki-laki SMU

5 Ektensifikasi dan Penyuluhan Laki-laki SMU

6 Ektensifikasi dan Penyuluhan Laki-laki S1

7 Ektensifikasi dan Penyuluhan Laki-laki S2

8 Ektensifikasi dan Penyuluhan Laki-laki D3

9 Ektensifikasi dan Penyuluhan Perempuan D3

10 Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal Perempuan S1

11 Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal Perempuan D3

12 Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal Perempuan D3

13 Pelayanan Laki-laki S2

14 Pelayanan Laki-laki SMP

15 Pelayanan Perempuan S1

16 Pelayanan Laki-laki SMU

17 Pelayanan Perempuan D1

18 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan D1

19 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki S2

20 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki S2

21 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki S2

22 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan S1

23 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan D3

24 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki D3

25 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki S1

26 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki D3

27 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki D1

28 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki D3

29 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki S1

30 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki S1

31 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki S1

32 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki S1

33 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki S1

34 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki S1

35 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki S1

36 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan S1

37 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan S1

38 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan S1

39 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan S1

40 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan S1

41 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan S1

42 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan S1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Responden Seksi Jenis Kelamin Pendidikan

43 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan S1

44 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan S1

45 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan S1

46 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan S1

47 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki D3

48 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki S1

49 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki D3

50 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki S1

51 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki S1

52 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki S1

53 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki S1

54 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan S1

55 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan S1

56 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan SMU

57 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan SMU

58 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan D1

59 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan D3

60 Pengawasan dan Konsultasi Perempuan D1

61 Pengawasan dan Konsultasi Laki-laki S2

62 Pemeriksaan Perempuan S1

63 PDI Perempuan S1

64 PDI Laki-laki S1

65 PDI Laki-laki S1

66 PDI Laki-laki S1

67 Penagihan Perempuan S1

68 Ektensifikasi dan Penyuluhan Perempuan S1

69 Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal Laki-laki S2

70 Pelayanan Perempuan S1

71 Pelayanan Laki-laki SMU

72 Pelayanan Perempuan D1

73 Pelayanan Laki-laki S1

74 Pelayanan Laki-laki D1

75 Pelayanan Perempuan S1

76 Pelayanan Perempuan S1

77 Pelayanan Laki-laki S1

78 Pelayanan Laki-laki S1

79 Pelayanan Perempuan S1

80 Pelayanan Perempuan SMU

81 Pelayanan Laki-laki SMU

82 Pelayanan Perempuan SMU

83 Fungsional Perempuan S1

84 Fungsional Perempuan S1

85 Fungsional Perempuan S1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Responden Seksi Jenis Kelamin Pendidikan

86 Fungsional Perempuan S1

87 Fungsional Laki-laki S2

88 Fungsional Laki-laki S1

89 Fungsional Laki-laki S1

90 Fungsional Laki-laki S2

91 Fungsional Laki-laki S1

92 Fungsional Laki-laki SMP

93 Fungsional Laki-laki S1

94 Fungsional Laki-laki SMU

95 Fungsional Perempuan D1

96 Fungsional Laki-laki S1

97 Pemeriksaan Laki-laki S2

98 Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal Laki-laki S1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Responden Butir Pertanyaan Modernisasi Administrasi Perpajakan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah

1 2 2 4 3 4 4 3 2 4 4 3 3 38

2 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 56

3 4 3 5 4 3 4 3 4 5 4 4 3 46

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48

5 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 43

6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60

7 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 58

8 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 47

9 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 48

10 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 50

11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48

12 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 52

13 5 5 5 5 5 5 5 3 3 4 4 4 53

14 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 57

15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48

16 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 2 44

17 5 5 5 4 2 3 4 4 2 5 4 5 48

18 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 52

19 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 55

20 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 47

21 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 56

22 4 5 5 4 5 5 4 4 4 3 4 4 51

23 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 47

24 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 46

25 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 43

26 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 54

27 3 3 4 4 4 4 4 3 5 4 4 3 45

28 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 47

29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

Responden Butir Pertanyaan Modernisasi Administrasi Perpajakan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah

30 3 3 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 43

31 5 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 46

32 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 57

33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48

34 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 47

35 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 53

36 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 43

37 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 49

38 5 5 5 5 5 3 3 5 5 5 5 5 56

39 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48

40 3 2 4 3 5 4 3 2 2 4 3 4 39

41 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 55

42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48

43 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60

44 4 4 5 4 4 4 4 4 3 5 5 5 51

45 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48

46 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 47

47 3 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 54

48 5 5 5 5 5 5 3 5 4 4 5 5 56

49 3 4 5 5 4 3 4 3 4 5 4 4 48

50 5 4 4 4 5 4 5 4 4 3 4 4 50

51 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 55

52 3 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 3 54

53 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 54

54 4 5 5 4 4 5 4 4 3 4 5 5 52

55 4 3 3 4 5 4 3 4 3 4 5 3 45

56 4 4 4 4 5 5 3 3 3 4 4 4 47

57 5 5 5 4 5 5 3 4 4 4 3 4 51

58 4 4 3 5 5 5 3 4 3 5 5 4 50

59 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Responden

Butir Pertanyaan Modernisasi Administrasi Perpajakan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah

60 4 4 4 5 5 5 5 3 5 4 5 5 54

61 4 3 3 3 4 5 5 5 5 4 5 3 49

62 4 3 4 4 4 5 4 4 3 3 4 4 46

63 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51

64 5 4 2 3 4 4 3 4 5 4 3 4 45

65 4 3 3 4 3 4 4 5 5 4 4 5 48

66 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 57

67 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 3 4 53

68 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 56

69 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 52

70 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 50

71 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48

72 5 5 3 5 5 4 4 5 4 5 5 5 55

73 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60

74 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 49

75 4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 55

76 4 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 54

77 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 54

78 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 56

79 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 55

80 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 5 51

81 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 50

82 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 52

83 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 53

84 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51

85 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51

86 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 55

87 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 54

88 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 52

89 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Responden

Butir Pertanyaan Modernisasi Administrasi Perpajakan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah

90 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 49

91 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 53

92 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 3 53

93 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 51

94 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 52

95 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 5 55

96 4 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 54

97 5 5 5 5 5 4 4 3 4 5 5 4 54

98 3 4 3 4 5 1 3 3 5 4 2 3 40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Responden Butir Pertanyaan Variabel Pencapaian Akuntabilitas KPP Pratama

13 14 15 16 17 18 19 20 21 Jumlah

1 4 4 2 3 4 2 3 3 3 28

2 5 4 4 5 5 4 4 5 5 41

3 4 5 4 4 4 3 3 4 4 35

4 5 4 4 4 2 5 5 4 4 37

5 4 3 3 4 4 1 4 3 4 30

6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45

7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45

8 4 4 4 4 5 3 4 4 3 35

9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

10 4 4 4 5 4 4 4 4 5 38

11 3 4 4 4 4 3 3 3 4 32

12 4 4 5 5 5 4 4 4 5 40

13 4 4 4 4 4 3 4 4 4 35

14 5 5 5 5 5 3 5 5 5 43

15 5 4 4 4 4 1 4 5 4 35

16 4 4 4 3 4 3 3 4 4 33

17 5 4 3 2 5 1 4 5 5 34

18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

19 5 4 4 4 4 1 3 5 5 35

20 4 4 4 4 4 1 4 3 3 31

21 4 5 5 4 4 1 1 5 5 34

22 4 4 4 4 5 4 4 4 4 37

23 4 4 4 4 4 4 4 3 3 34

24 3 3 4 4 4 4 4 3 3 32

25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

26 5 4 4 4 4 3 3 5 4 36

27 5 3 4 4 3 3 3 4 4 33

28 4 4 4 4 4 3 4 4 4 35

29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Responden

Butir Pertanyaan Variabel Pencapaian Akuntabilitas KPP Pratama

13 14 15 16 17 18 19 20 21 Jumlah

30 4 4 4 4 2 3 3 4 4 32

31 4 4 4 4 4 4 4 3 3 34

32 5 4 4 4 5 5 5 4 5 41

33 4 4 4 4 4 1 1 4 4 30

34 4 4 4 4 4 1 3 4 4 32

35 4 4 4 4 4 1 2 4 4 31

36 4 4 4 4 4 3 4 4 4 35

37 4 4 4 4 4 3 4 4 4 35

38 5 5 5 5 5 5 5 1 1 37

39 4 4 4 4 4 3 4 4 4 35

40 4 4 4 4 4 4 3 4 4 35

41 5 4 4 4 4 4 4 5 5 39

42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

43 5 5 5 5 5 1 5 5 5 41

44 5 4 4 4 3 1 4 4 4 33

45 4 4 4 4 4 2 4 4 4 34

46 3 4 4 4 3 4 4 4 4 34

47 4 4 5 4 5 4 5 5 4 40

48 4 4 4 4 5 5 5 4 5 40

49 3 4 5 4 3 3 4 5 4 35

50 4 4 5 4 4 4 3 5 5 38

51 5 5 4 5 5 5 5 4 4 42

52 4 4 4 4 3 5 4 4 5 37

53 4 4 4 4 5 5 5 3 3 37

54 4 5 4 5 4 4 5 4 3 38

55 5 3 4 4 4 4 3 3 4 34

56 5 5 4 4 4 5 4 4 4 39

57 5 5 5 5 5 5 5 4 4 43

58 4 5 4 3 5 5 4 5 4 39

59 4 5 4 5 4 4 4 3 3 36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

Responden

Butir Pertanyaan Variabel Pencapaian Akuntabilitas KPP Pratama

13 14 15 16 17 18 19 20 21 Jumlah

60 4 4 3 3 5 5 5 4 4 37

61 4 4 5 5 4 4 5 4 4 39

62 4 3 4 5 4 4 3 4 3 34

63 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

64 4 5 4 4 3 3 4 4 4 35

65 4 5 4 4 3 5 5 4 5 39

66 4 4 3 4 5 4 5 4 3 36

67 3 3 4 3 5 5 3 4 5 35

68 5 5 5 4 5 4 4 5 5 42

69 5 5 5 5 5 4 4 4 4 41

70 5 4 4 4 3 4 4 4 3 35

71 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

72 5 4 5 4 4 3 3 3 3 34

73 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45

74 4 5 5 5 5 4 4 4 4 40

75 4 4 4 4 5 4 4 5 4 38

76 5 5 4 5 5 4 5 4 4 41

77 4 4 4 4 4 5 5 5 5 40

78 4 4 5 5 4 5 4 5 4 40

79 5 5 5 4 5 5 5 5 5 44

80 5 5 5 5 5 4 4 4 4 41

81 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

82 5 5 5 5 5 4 4 4 4 41

83 4 4 5 4 4 5 5 4 5 40

84 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

85 3 3 3 3 3 4 4 4 4 31

86 5 5 5 5 5 5 5 4 4 43

87 5 5 5 5 5 5 4 4 4 42

88 5 5 5 5 5 4 4 4 4 41

89 5 5 5 5 5 4 4 4 5 42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Responden

Butir Pertanyaan Variabel Pencapaian Akuntabilitas KPP Pratama

13 14 15 16 17 18 19 20 21 Jumlah

90 4 5 5 4 5 4 4 5 5 41

91 5 5 5 5 5 4 4 4 4 41

92 5 5 5 5 5 5 5 4 4 43

93 5 5 5 5 5 4 4 4 4 41

94 5 5 5 5 5 4 5 4 4 42

95 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36

96 5 5 4 5 5 3 5 5 4 41

97 4 4 3 4 5 5 5 4 4 38

98 5 5 4 5 4 1 4 4 4 36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Uji Validitas Variabel X

Correlations

Correlations

Pernyataan_1 Pernyataan_2 Pernyataan_3 Pernyataan_4 Pernyataan_5 Pernyataan_6 Pernyataan_7 Pernyataan_8 Pernyataan_9 Pernyataan_10 Pernyataan_11 Pernyataan_12 total

Pernyataan_1 Pearson

Correlation 1.000 .693** .294** .368** .216* .200* .175 .408** .012 .197 .191 .291** .588**

Sig. (2-tailed)

.000 .003 .000 .032 .048 .084 .000 .904 .052 .059 .004 .000

N 98.000 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98

Pernyataan_2 Pearson

Correlation .693** 1.000 .482** .488** .311** .158 .269** .360** .107 .220* .157 .289** .659**

Sig. (2-tailed) .000

.000 .000 .002 .120 .007 .000 .296 .030 .122 .004 .000

N 98 98.000 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98

Pernyataan_3 Pearson

Correlation .294** .482** 1.000 .371** .196 .290** .300** .179 .163 .311** .211* .328** .593**

Sig. (2-tailed) .003 .000

.000 .053 .004 .003 .077 .110 .002 .037 .001 .000

N 98 98 98.000 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98

Pernyataan_4 Pearson

Correlation .368** .488** .371** 1.000 .508** .222* .287** .271** .239* .243* .402** .315** .661**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

.000 .028 .004 .007 .018 .016 .000 .002 .000

N 98 98 98 98.000 98 98 98 98 98 98 98 98 98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

Pernyataan_5 Pearson

Correlation .216* .311** .196 .508** 1.000 .388** .263** .093 .187 .191 .220* .091 .514**

Sig. (2-tailed) .032 .002 .053 .000

.000 .009 .363 .065 .059 .030 .374 .000

N 98 98 98 98 98.000 98 98 98 98 98 98 98 98

Pernyataan_6 Pearson

Correlation .200* .158 .290** .222* .388** 1.000 .537** .316** .162 .160 .371** .376** .598**

Sig. (2-tailed) .048 .120 .004 .028 .000

.000 .002 .110 .114 .000 .000 .000

N 98 98 98 98 98 98.000 98 98 98 98 98 98 98

Pernyataan_7 Pearson

Correlation .175 .269** .300** .287** .263** .537** 1.000 .338** .333** .178 .263** .335** .611**

Sig. (2-tailed) .084 .007 .003 .004 .009 .000

.001 .001 .080 .009 .001 .000

N 98 98 98 98 98 98 98.000 98 98 98 98 98 98

Pernyataan_8 Pearson

Correlation .408** .360** .179 .271** .093 .316** .338** 1.000 .457** .319** .408** .357** .645**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .077 .007 .363 .002 .001

.000 .001 .000 .000 .000

N 98 98 98 98 98 98 98 98.000 98 98 98 98 98

Pernyataan_9 Pearson

Correlation .012 .107 .163 .239* .187 .162 .333** .457** 1.000 .199 .146 .127 .448**

Sig. (2-tailed) .904 .296 .110 .018 .065 .110 .001 .000

.050 .150 .214 .000

N 98 98 98 98 98 98 98 98 98.000 98 98 98 98

Pernyataan_10 Pearson

Correlation .197 .220* .311** .243* .191 .160 .178 .319** .199 1.000 .392** .318** .517**

Sig. (2-tailed) .052 .030 .002 .016 .059 .114 .080 .001 .050

.000 .001 .000

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

N 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98.000 98 98 98

Pernyataan_11 Pearson

Correlation .191 .157 .211* .402** .220* .371** .263** .408** .146 .392** 1.000 .418** .582**

Sig. (2-tailed) .059 .122 .037 .000 .030 .000 .009 .000 .150 .000

.000 .000

N 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98.000 98 98

Pernyataan_12 Pearson

Correlation .291** .289** .328** .315** .091 .376** .335** .357** .127 .318** .418** 1.000 .604**

Sig. (2-tailed) .004 .004 .001 .002 .374 .000 .001 .000 .214 .001 .000

.000

N 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98.000 98

total Pearson

Correlation .588** .659** .593** .661** .514** .598** .611** .645** .448** .517** .582** .604** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98.000

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-

tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

Uji Validitas Variabel Y

Correlations

Correlations

Pernyataan_13 Pernyataan_14 Pernyataan_15 Pernyataan_16 Pernyataan_17 Pernyataan_18 Pernyataan_19 Pernyataan_20 Pernyataan_21 total

Pernyataan_13 Pearson Correlation 1.000 .512** .361** .448** .348** .025 .253* .188 .138 .554**

Sig. (2-tailed)

.000 .000 .000 .000 .804 .012 .064 .175 .000

N 98.000 98 98 98 98 98 98 98 98 98

Pernyataan_14 Pearson Correlation .512** 1.000 .540** .540** .431** .173 .322** .200* .123 .676**

Sig. (2-tailed) .000

.000 .000 .000 .089 .001 .048 .228 .000

N 98 98.000 98 98 98 98 98 98 98 98

Pernyataan_15 Pearson Correlation .361** .540** 1.000 .635** .325** .246* .148 .229* .227* .660**

Sig. (2-tailed) .000 .000

.000 .001 .015 .146 .023 .025 .000

N 98 98 98.000 98 98 98 98 98 98 98

Pernyataan_16 Pearson Correlation .448** .540** .635** 1.000 .325** .218* .316** -.003 -.022 .615**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

.001 .031 .002 .977 .831 .000

N 98 98 98 98.000 98 98 98 98 98 98

Pernyataan_17 Pearson Correlation .348** .431** .325** .325** 1.000 .248* .336** .143 .122 .617**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .001

.014 .001 .161 .230 .000

N 98 98 98 98 98.000 98 98 98 98 98

Pernyataan_18 Pearson Correlation .025 .173 .246* .218* .248* 1.000 .542** -.038 .045 .598**

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Sig. (2-tailed) .804 .089 .015 .031 .014

.000 .711 .657 .000

N 98 98 98 98 98 98.000 98 98 98 98

Pernyataan_19 Pearson Correlation .253* .322** .148 .316** .336** .542** 1.000 .051 .031 .636**

Sig. (2-tailed) .012 .001 .146 .002 .001 .000

.620 .761 .000

N 98 98 98 98 98 98 98.000 98 98 98

Pernyataan_20 Pearson Correlation .188 .200* .229* -.003 .143 -.038 .051 1.000 .715** .428**

Sig. (2-tailed) .064 .048 .023 .977 .161 .711 .620

.000 .000

N 98 98 98 98 98 98 98 98.000 98 98

Pernyataan_21 Pearson Correlation .138 .123 .227* -.022 .122 .045 .031 .715** 1.000 .426**

Sig. (2-tailed) .175 .228 .025 .831 .230 .657 .761 .000

.000

N 98 98 98 98 98 98 98 98 98.000 98

total Pearson Correlation .554** .676** .660** .615** .617** .598** .636** .428** .426** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98.000

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-

tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-

tailed).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

Uji Reliability Variabel X

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 98 100.0

Excludeda 0 .0

Total 98 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in

the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.824 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Pernyataan_1 46.54 17.715 .476 .812

Pernyataan_2 46.59 17.028 .552 .805

Pernyataan_3 46.38 17.763 .484 .811

Pernyataan_4 46.58 17.813 .581 .804

Pernyataan_5 46.41 18.430 .404 .817

Pernyataan_6 46.46 17.674 .488 .811

Pernyataan_7 46.60 17.747 .511 .809

Pernyataan_8 46.78 17.537 .550 .805

Pernyataan_9 46.64 18.603 .316 .825

Pernyataan_10 46.48 18.541 .414 .816

Pernyataan_11 46.57 18.062 .482 .811

Pernyataan_12 46.61 17.745 .500 .809

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

Uji Reliability Variabel Y

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 98 100.0

Excludeda 0 .0

Total 98 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in

the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.727 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Pernyataan_13 32.90 12.031 .431 .701

Pernyataan_14 32.95 11.492 .576 .680

Pernyataan_15 32.99 11.495 .553 .682

Pernyataan_16 32.99 11.701 .499 .690

Pernyataan_17 32.95 11.327 .477 .690

Pernyataan_18 33.56 10.125 .321 .748

Pernyataan_19 33.18 10.914 .478 .688

Pernyataan_20 33.13 12.446 .269 .724

Pernyataan_21 33.14 12.412 .260 .725

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

Hasil Uji Analisis Karakteristik Responden

Frequencies

Statistics

Bidang Jenis Kelamin Pendidikan

N Valid 98 98 98

Missing 0 0 0

Frequency Table

Bidang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ektensifikasi dan

Penyuluhan 6 6.1 6.1 6.1

Fungsional 14 14.3 14.3 20.4

PDI 5 5.1 5.1 25.5

Pelayanan 18 18.4 18.4 43.9

Pemeriksaan 3 3.1 3.1 46.9

Penagihan 3 3.1 3.1 50.0

Pengawasan dan

Konsultasi 44 44.9 44.9 94.9

Sub Bagian Umum

dan Kepatuhan 5 5.1 5.1 100.0

Total 98 100.0 100.0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 53 54.1 54.1 54.1

Perempuan 45 45.9 45.9 100.0

Total 98 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid D1 8 8.2 8.2 8.2

D3 13 13.3 13.3 21.4

S1 55 56.1 56.1 77.6

S2 10 10.2 10.2 87.8

SMP 2 2.0 2.0 89.8

SMU 10 10.2 10.2 100.0

Total 98 100.0 100.0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

Descriptives Staistics

Persepsi Modernisasi Administrasi Perpajakan dan Persepsi Pencapaian

Akuntabilitas

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Persepsi Modernisasi

Administrasi

Perpajakan

98 38.00 60.00 50.7857 4.57751

Persepsi Pencapaian

Akuntabilitas 98 28.00 45.00 37.2245 3.75961

Valid N (listwise) 98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

Uji Korelasi Spearman’s rho

Nonparametric Correlations

Correlations

Modernisasi

Administrasi

Perpajakan

Pencapaian

Akuntabilitas

KPP Pratama

Sleman

Spearman's rho Persepsi

Modernisasi

Administrasi

Perpajakan

Correlation

Coefficient 1.000 .638

**

Sig. (2-tailed) . .000

N 98 98

Persepsi

Pencapaian

Akuntabilitas

KPP Pratama

Sleman

Correlation

Coefficient .638

** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 98 98

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-

tailed).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI