ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM...

127
ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM PADA SURAT KABAR NASIONAL MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: ARFIAN FAHRI NIM: 109051000051 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2013 M

Transcript of ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM...

Page 1: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

1

ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI

ISLAM PADA SURAT KABAR NASIONAL

MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

ARFIAN FAHRI

NIM: 109051000051

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2013 M

Page 2: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI

ISLAM PADA SURAT KABAR NASIONAL

MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Arfian Fahri

NIM 109051000051

Pembimbing

Bintan Humeira, M.Si

NIP 19771105 200112 2 002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2013 M

Page 3: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya diajukan untuk memenuhi salah

pernyataan memperoleh gelar sarjana 1 (S1) Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini hasil plagiat atau hasil jiplakan

karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Oktober 2013

Arfian Fahri

Page 4: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Analisis Framing Isu Tentang Kondisi Partai Islam Pada Surat

Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Pada tanggal 14 Oktober 2013 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi

Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 14 Oktober 2013

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Jumroni, M.Si Umi Musyarrofah, MA

NIP: 19630515 199203 1 006 NIP: 19710816 199703 2 002

Penguji I Penguji II

Drs. Wahidin Saputra, MA Siti Nurbaya, M.Si

NIP: 19700903 199603 1 001 NIP: 19790823 200912 2 002

Dosen Pembimbing

Bintan Humeira, M.Si

NIP: 19771105 200112 2 002

Page 5: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

iv

ABSTRAK

Arfian Fahri

109051000051

Analisis Framing Isu Tentang Kondisi Partai Islam Pada Surat Kabar Nasional

Media Indonesia dan Republika

Partai Islam sekarang ini mendapat sorotan tajam dari media. Hasil survey

LSI yang mengatakan suara partai Islam lebih rendah dari partai nasionalis menjadi

penyebabnya. Dari peristiwa tersebut media massa berusaha menciptakan opini

publik dari berita yang dibuat, seperti yang dilakukan oleh Media Indonesia dan

Republika. Media massa memiliki peran sentral dalam pembentukan opini publik

tentang peristiwa yang terjadi. Dengan kontruksi yang dibuat oleh media, terkadang

dapat membuat pembaca tidak sadar akan peristiwa yang benar-benar terjadi. Dari penjabaran diatas, maka peneliti memunculkan pertanyaan penelitian

sebagai berikut yaitu Bagaimana Harian Umum Media Indonesia dan Republika

membingkai tentang kondisi partai Islam? Bagaimana bingkai tersebut diproduksi

oleh Media Indonesia dan Republika? Dalam pemberitaan tentang kondisi partai Islam menghadapi Pemilu 2014

Media Indonesia dan Republika memberitakan dengan strategi pengemasan pesan

yang berbeda. Media Indonesia melihat peristiwa ini dari hasil survey yang

dilakukan oleh Lingkaran Survey Indonesia (LSI). Hasil survey tersebut mengatakan

bahwa suara partai Islam lebih rendah dibanding partai nasionalis. Media Indonesia

dalam menuliskan berita tersebut lebih menekankan pada tiga masalah yang ada

dalam tubuh partai Islam. Berbeda dengan Media Indonesia, Republika melihat

peristiwa ini dari hasil survey yang dilakukan oleh Lembaga Survey Nasional (LSN).

Dalam hasil tersebut tertulis partai Islam lebih bersih terjerat kasus korupsi dari

partai nasionalis. Penelitian ini menggunakan metodologi paradigma konstruktivis dengan

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menganalisis data temuan dengan

wawancara, dan dokumentasi. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menganalisa

berita dengan model analisis data framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

Model framing ini memiliki empat struktur dalam menganalisis teks yaitu sintaksis,

skrip, tematik, dan retoris.

Media Indonesia melihat pemberitaan tentang kondisi partai Islam dari tiga

permasalahan yang terjadi dalam tubuh partai Islam. Media Indonesia berpendapat

bahwa turunnya suara partai Islam pada survey Lingkaran Survey Indonesia (LSI)

disebabkan tiga permasalahan tersebut. Tidak memiliki program yang konkret,

intregritas tokoh yang lemah, dan semakin banyak partai nasionalis yang

mengakomodasi kepentingan Islam, itulah tiga masalah yang dialami oleh partai

Islam. Berbeda dengan Media Indonesia, Republika lebih melihat pemberitaan

tentang kondisi partai Islam dari keberhasilan mendapatkan predikat bersih dari

kasus korupsi. Predikat brsih tersebut didapatkan berdasarkan hasil survey yang

dilakukan oleh Lembaga Survey Nasional (LSN). Republika berpendapat predikat

yang didapatkan partai Islam itu akan menolong dalam mendapatkan perolehan suara

pada pemilu selanjutnya.

Kata Kunci: Partai Islam, Media Indonesia, Republika, Lingkaran Survey

Indonesia, Lembaga Survey Nasional.

Page 6: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Alhamdullilah was syukurulillah, segala puji peneliti panjatkan kepada Allah

SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat dan juga nikmat begitu

banyak sehingga dengan ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan juga salam peneliti panjatkan kepada baginda besar Nabi Muhammad

SAW, para sahabat, keluarga dan pengikutnya.

Peneliti menyadari, dalam penulisan skripsi ini tidak jauh dari kesalahan dan

kekeliruan. Kesempurnaan dan keberhasilan peneliti untuk dapat menyelesaikan

skripsi ini tidak lain atas usaha dan upaya yang telah peneliti lakukan serta bantuan

yang sangat berharga dari beberapa pihak. Di tengah kesibukannya, mereka semua

menyempatkan memberi waktu luang untuk berbagi informasi dan motivasi bagi

peneliti agar dapat menyelesaikan skripsi ini. Maka dengan niat yang suci dan

ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang-orang

atas segala bantuannya teutama kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Suparto, M.Ed selaku Wakil

Dekan I Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan II

Administrasi Umum, Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Wakil Dekan III Bidang

Kemahasiswaan.

2. Ketua Konsentrasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Drs. Jumroni, M.Si

serta Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Umi Musyarrofah, M.A.

3. Dosen pembimbing skripsi, Bintan Humeira, M.Si yang telah banyak

memberikan pengarahan serta motivasi kepada peneliti sehingga skripsi ini

hingga dapat selesai dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada beliau, semoga Allah SWT senantiasa memberikan

keberkahan dan kebaikan setiap saat kepada beliau beserta keluarga.

Page 7: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

vi

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya untuk

Drs. Masran, M.A selaku dosen pembimbing akademik KPI B angkatan 2009,

yang sangat berjasa dalam skripsi ini. Serta semua dosen yang telah mengajarkan

dan memberikan ilmu pengetahuan serta ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

5. Segenap staf perpustakaan utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi.

6. Harian Umum Media Indonesia khususnya kepada Ade Alawi selaku Asisten

Kepala Divisi Pemberitaan, dan Harian Umum Republika khususnya kepada

Syaruhddin El-Fikri selaku Wakil Redaktur Pelaksana. Disela kesibukkannya

mereka telah meluangkan waktu untuk menjadi narasumber dalam penelitian ini.

7. Keluarga peneliti kedua orang tua tercinta (alm) Drs. H. Mustofa dan Hj.

Chotimah yang telah memberikan doa dan kasih sayang sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini dan empat kakak kandung peneliti M. Irfan Hanif dan

mbak Faizah, Mizan Abidi dan mbak Ifa, Hadiyan Hamidi dan mbak Risvy,

Fadil Skripsiadi dan mbak Ria yang selalu memberikan dukungan kepada peneliti

dalam mengerjakan skripsi ini.

8. Teman-teman jurusan Komunikasi Penyiaran Islam angkatan 2009, anggota

komunitas Gooners UIN, anggota KKN Beta 2012, teman-teman satu bimbingan

skripsi peneliti, dan seluruh kalangan yang sudah membantu peneliti dalam

pembuatan skripsi ini sehingga dapat selesai dengan baik.

Peneliti

Arfian Fahri

Page 8: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. i

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................ iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................ 3

C. Tujuan dan ManfaatPenelitian. ................................................ 4

D. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 5

E. Metodologi Penelitian................................................................ 6

F. Sistematika Penulisan ............................................................... 11

BAB II KERANGKA TEORI

A. Teori Konstruksi Sosial ............................................................ 13

B. Konstruksi Realitas Politik pada Media Massa ........................ 20

C. Analisis Framing ...................................................................... 30

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Profil Media Indonesia ............................................................. 43

1. Sejarah Singkat Media Indonesia ......................................... 43

2. Visi dan Misi Media Indonesia ............................................. 45

3. Struktur Organisasi Media Indonesia ................................... 47

B. Profil Media Republika ............................................................ 48

1. Sejarah Singkat Republika .................................................... 48

2. Visi dan MisiRepublika ........................................................ 53

3. Struktur RedaksionalRepublika ............................................ 55

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Hasil Temuan Penelitian tentang Perbedaan Bingkai antara

Media Indonesia dan Republika ............................................... 57

1. Sintaksis .............................................................................. 58

a. Headline. ....................................................................... 58

b. Lead. ............................................................................. 59

c. Latar. ............................................................................. 61

d. Kutipan Narasumber. .................................................... 62

e. Pernyataan. ................................................................... 65

f. Penutup. ........................................................................ 68

2. Skrip .................................................................................... 69

a. 5W+1H ......................................................................... 69

Page 9: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

viii

3. Tematik ............................................................................... 71

a. Detail ............................................................................ 71

b. Koherensi. ..................................................................... 74

c. Bentuk Kalimat. ............................................................ 76

d. Kata Ganti. .................................................................... 78

4. Retoris................................................................................. 79

a. Leksikon. ...................................................................... 79

b. Grafis dan Metafora. ..................................................... 80

B. Interpretasi ................................................................................ 82

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 99

B. Saran ......................................................................................... 100

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 102

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Proses Konstruksi Sosial Media Massa ...................................... 17

Tabel 2.2 Definisi Framing Menurut Para Ahli .….............................. ...... 30

Tabel 2.3 Model Framing Zhongdang Pan & Gerald M. Kosicki........ ...... 34

Tabel 3.1 Struktur Organisasi Media Indonesia ......................................... 47

Tabel 3.2 Struktur Organisasi Republika .................................................... 55

Tabel 4.1 Headline Media Indonesia & Republika…………………… ..... 58

Tabel 4.2 Lead Media Indonesia & Republika………………………. ...... 59

Tabel 4.3 Latar Media Indonesia & Republik................ ............................ 61

Tabel 4.4 Kutipan Narasumber Media Indonesia & Republika………. ..... 62

Tabel 4.5 Pernyataan Media Indonesia & Republika…………………. .... 65

Tabel 4.6 Penutup Media Indonesia & Republika …………………….. ... 68

Tabel 4.7 5W+1H Media Indonesia & Republika…………………….. .... 69

Tabel 4.8 Detail Media Indonesia & Republika……………………….. ... 71

Tabel 4.9 Koherensi Media Indonesia & Republika…………………… ... 74

Tabel 4.10 Bentuk Kalimat Media Indonesia & Republika ……………. .... 76

Tabel 4.11 Kata Ganti Media Indonesia & Republika …………………. .... 78

Tabel 4.12 Leksikon Media Indonesia & Republika …................………. .. 79

Tabel 4.13 Grafis & Metafora Media Indonesia & Republika …..........… .. 80

Page 11: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian Media Indonesia

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian Republika

Lampiran 3 Teks Berita Media Indonesia

Lampiran 4 Teks Berita Republika

Lampiran 5 Hasil Wawancara Penelitian Media Indonesia

Lampiran 6 Hasil Wawancara Penelitian Republika

Page 12: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Partai Islam sekarang ini mendapat sorotan tajam dari media. Hasil

survey yang datang dari berbagai sumber dalam waktu dekat ini membuat

partai Islam menjadi pembicaraan banyak pihak. Pembicaraan tersebut

mengarah pada kondisi partai Islam dalam hasil survey yang dilakukan oleh

Lingkaran Survey Indonesia (LSI). Pada hasil survey tersebut tercantum

bahwa suara partai Islam dibawah dari partai nasionalis. Partai Islam

mendapatkan suara yang rendah disebabkan belum memiliki pemimpin yang

cukup kuat untuk dicalonkan pada Pilpres 2014.

Faktor lain yang menyebabkan suara partai rendah adalah banyak

kader penting dari partai Islam yang terjerat kasus korupsi. Peristiwa tersebut

akan memunculkan sebuah opini publik yang mengartikan kejadian tersebut

secara general. Permasalahan yang terjadi pada partai Islam akan menciptakan

sebuah opini publik tentang kondisi partai Islam yang semakin menurun

menjelang pemilu 2014. Opini publik disini memiliki makna suatu opini yang

menyangkut isu atau kejadian yang mengandung keprihatinan (concern)

publik. Dengan demikian opini publik bukan banyaknya jumlah orang

melainkan karena sifatnya yang menyangkut isu publik tersebut.1

1 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik (Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah), h. 89.

Page 13: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

2

Sangat tragis memang jika kita melihat partai Islam pada saat ini.

Dengan berlandaskan ideologi agama Islam, parpol Islam justru kian meredup

perolehan suaranya dalam ranah politik yang warga negaranya mayoritas

muslim. Perkembangan beberapa isu pada masyarakat luas yang membawa

agama Islam seperti kasus terorisme, dan anarkisme ormas Islam juga

berdampak pada nama baik parpol Islam di Indonesia.

Disini media sangat berperan dalam kejadian tersebut. Media massa

menjadi sarana penting untuk menyediakan pemenuhan hak untuk mencari,

menerima, dan menyampaikan ide-ide melalui media apa saja dan tanpa

mengenal batasan-batasan. Media berperan bukan hanya melaporkan kegiatan

politik seperti kampanye, tapi juga memberi panduan bagi masyarakat untuk

menentukan pilihan. Media diharapkan menyampaikan kepentingan publik

secara obyektif, tidak hanya mengizinkan, memiliki akses ke media.2

Media massa memiliki peran sental dalam pembentukan opini publik

tentang peristiwa yang terjadi. Dengan kontruksi yang dibuat oleh media,

terkadang dapat membuat pembaca tidak sadar akan peristiwa yang benar-

benar terjadi. Menurut Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki seperti yang

dikutip Eriyanto, framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan

lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga

khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Ada dua konsep dari framing yang

saling berkaitan yaitu psikologi dan sosiologi.3

2 Ahmad Faisol.dkk., Media, Pemilu, dan Politik, (Jakarta: Institut Studi Arus Informasi,

2010), h. 10-11. 3 Eriyanto, Analisis Framing: Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LKIS,

2007), h.252-253.

Page 14: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

3

Media Indonesia dan Republika merupakan surat kabar berskala

nasional dan cukup menonjol di Indonesia. Surat kabar ini memiliki potensi

untuk dibaca oleh masyarakat luas, sehingga pemberitaan yang dikeluarkan

sedikit banyak mempengaruhi pola pikir masyarakat. Pandangan masyarakat

luas tentang isi berita media massa ini berbeda. Opini masyarakat

menganggap berita yang disajikan Republika lebih mendukung agama Islam,

sedangkan Media Indonesia bersifat netral atau tidak memihak kalangan

tertentu. Oleh sebab itu peneliti memilih media massa ini dalam penelitian.

Peneliti menyadari tulisan pada surat kabar menjadi sebuah komunikasi yang

sangat efektif pada masyarakat luas untuk membangun kerangka ide-ide,

opini, pemikiran tentang masalah yang akan terjadi pada masyarakat luas.

Dengan media massa, pembaca dapat menciptakan kerangka pemikiran

tentang peristiwa yang sebenarnya. Penggunaan tulisan dan bahasa, para

pekerja media dapat menciptakan serta meruntuhkan sebuah realitas peristiwa.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti ingin melihat bagaimana

Media Indonesia dan Republika dalam berita perkembangan isu kondisi partai

Islam dalam menghadapi pemilu 2014. Oleh sebab itu, peneliti bermaksud

mengadakan penelitian ilmiah yang akan dituangkan dalam skripsi yang

berjudul: “Analisis Framing Isu Tentang Kondisi Partai Islam Pada Surat

Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang masalah yang sudah

dipaparkan di atas, untuk membatasi masalah penulis memilih berita

Page 15: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

4

mengenai kondisi partai Islam edisi tanggal 21 Oktober 2012 pada surat

kabar Media Indonesia dan edisi tanggal 17 Oktober 2012 pada surat kabar

Republika.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan menjadi objek penelitian ini

terangkum dalam pertanyaaan, yaitu:

a. Bagaimana Harian Umum Media Indonesia dan Republika

membingkai pemberitaan tentang kondisi partai Islam?

b. Bagaimana bingkai tersebut diproduksi oleh Media Indonesia dan

Republika?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka ada beberapa

tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

Tujuan

a. Untuk mengetahui bagaimana pembingkaian berita tentang kondisi

partai Islam di harian umum Media Indonesia dan Republika.

b. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan bingkai berita tentang kondisi

partai Islam terkait dengan ideologi yang dimiliki media di harian

umum Media Indonesia dan Republika.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua aspek yaitu manfaat

teoritis dan manfaat praktis.

Page 16: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

5

Manfaat Teoritis:

Dalam segi akademis penelitian ini dilakukan untuk

mengaplikasikan teori komunikasi terutama penelitian yang bersifat

kualitatif dengan menggunakan metode analisis framing. Diharapkan

penelitian ini dapat dijadikan sebuah bahan ilmu pengetahuan dan data

khususnya mengenai analisis framing tentang konsep pengemasan berita

media massa terhadap peristiwa atau kejadian pada masyarakat luas.

Manfaat Praktis:

Dapat dijadikan referensi untuk masyarakat luas agar mengetahui

bagaimana cara media mengkonstruk sebuah peristiwa. Peneliti juga

berharap dengan adanya penelitian ini masyarakat lebih kritis terhadap

pemberitaan yang dihadirkan oleh media, karena tidak semua pemberitaan

yang dihadirkan oleh media sesuai dengan peristiwa sebenarnya.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum menentukan judul skripsi ini, peneliti melakukan tinjauan

pustaka pada beberapa perpustakaan, yaitu perpustakaan utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

Pada tinjauan tersebut peneliti menemukan beberapa judul skripsi yang

berkaitan dengan skripsi yang diteliti, yaitu:

M. Zaim Nugroho menulis tentang Analisis Framing Agresi Militer

Israel Di Jalur Gaza Pada Harian Kompas dan Republika, tahun 2009.

Persamaan skripsi ini menganalisis berita dengan membandingkan dua subyek

penelitian dan metodologi penelitian yang sama yaitu analisis framing

Page 17: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

6

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicky. Perbedaan terletak pada pembahasan

jenis berita yang dianalisis. M. Zaim Nugroho membahas tentang persoalan

Hak Asasi Manusia (HAM).

Lia Kholisha menulis tentang Analisis Framing Berita Haji dan Idul

Adha Pada Surat Kabar Sindo dan Republika. Persamaan skripsi ini keduanya

menggunakan teori analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

Perbedaannya terletak pada jenis berita yang dianalisis. Lia Kholisha

membahas persoalan sosial sedangkan peneliti membahas persoalan politik.

Ade Irfan Abdurahman menulis tentang Kekerasan Aparat Terhadap

Masyarakat (Analisis Framing Pemberitaan Konflik Mesuji Pada Surat Kabar

Republika dan Tempo), tahun 2012. Persamaan skripsi ini dalam proses

penelitiannya membandingkan berita dari dua surat kabar yang berbeda.

Perbedaannya terletak pada metodologi penelitiannya, Ade Irfan Abdurahman

menggunakan analisis framing Robert N. Entman.

E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan konstruksivisme.

Paradigma konstruksivis memandang realitas kehidupan sosial bukanlah

realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Paradigma

konstruksivis menolak pandangan positivis yang memisahkan subyek dan

obyek komunikasi. Dalam pandangan konstruksivis, bahasa tidak lagi

hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas obyektif belaka

dipisahkan dari subyek penyampai pesan. Konstruksivisme justru

Page 18: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

7

menganggap subyek (komunikator/decorder) sebagai faktor sentral dalam

kegiatan komunikasi serta hubungan sosial.4

Penelitian yang berlandaskan paradigma konstruktivisme

menggunakan pendekatan kualitatif. Istilah penelitian kualitatif merupakan

jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur

statistik atau bentuk hitungan lainnya. Bagi peneliti yang berlatar belakang

pada bidang pengetahuan seperti antropologi, atau yang terkait dengan

orientasi filsafat seperti fenomenologi, biasanya dianjurkan untuk

menggunakan metode kualitatif guna mengumpulkandan menganalisis

data.5

Berdasarkan jenis penelitian yang bersifat kualitatif, maka analisis

data berlangsung selama dan pasca pengumpulan data. Proses analisis

mengalir dari tahap awal hingga tahap penarikan kesimpulan hasil studi.6

Proses-proses analisis kualitatif tersebut dapat dijelaskan ke dalam tiga

langkah:

a. Reduksi data (data reduction)

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, abstraksi, dan tranformasi data kasar yang diperoleh

di lapangan.7Pada proses reduksi data ini peneliti akan menyeleksi data

dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi, dengan cara

4Terinspirasi komunikasi blog, ”Penjelasan Singkat Mengenai Paradigma Kualitatif dan

Kuantitatif., diakses pada 7 Juli 2013 pukul 14.33 dari

http://terinspirasikomunikasi.blogspot.com/2012/12/paradigma-positivisme-konstruktivisme.html 5Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Offset, 2009), h. 5. 6Agus Salim, Teori dan Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 22.

7Agus Salim, Teori dan Penelitian Sosial, h. 22.

Page 19: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

8

memfokuskan data yang lebih menarik, penting, berguna dan baru.

Data yang rasa tidak penting disingkirkan.8

b. Penyajian data (data display)

Alur terpenting yang kedua adalah penyajian data. Display data

merupakan proses mendeskripsikan kumpulan informasi secara

sistematis dalam bentuk susunan yang jelas untuk membantu penulis

menganalisa hasil penelitian.9

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclution drawing and

verification)

Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan

verifikasi. Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan kegiatan

interpretasi, dengan maksud untuk menemukan makna dari data yang

telah disajikan, misalnya dengan menghubungkan antara data satu

dengan yang lain.

Dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur

peristiwa secara kronologis, menilai sebab-akibat dalam lingkup pikiran

orang-orang setempat, dan memperoleh penjelasan yang banyak dan

bermanfaat. Dan lagi, data kualitatif lebih condong dapat membimbing

kita untuk memperoleh penemuan-penemuan yang tak diduga sebelumnya

dan untuk membentuk kerangka teoritis baru; data tersebut membantu para

peneliti untuk melangkah lebih jauh dan praduga dan kerangka kerja

awal.10

8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 338.

9 Agus Salim, Metode Penelitian Pendidikan (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 23.

10 http://iskandarlbs.files.worldpress.com/ diakses pada 14 September 2013 pukul 13:51

Page 20: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

9

Pada prosesnya nanti penelitian skripsi ini akan menjelaskan

tentang bagaimana surat kabar Media Indonesia dan Republika

mengkontruksi atau menuliskan realitas suatu kejadian yang diangkat

menjadi berita. Pemberitaan yang akan diteliti tentang berita kondisi partai

Islam melalui hasil survey LSI. Berita ini menjadi layak dan pantas

disediakan untuk dikonsumsi masyarakat luas dikarenakan Indonesia

menjadi negara muslim terbesar di dunia.

2. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah redaksi surat kabar Republikadan

Media Indonesia, sedangkan yang menjadi obyek penelitian ini adalah

berita tentang kondisi parpol Islam Media Indonesia edisi tanggal 21

Oktober 2012 dan Republika pada edisi tanggal 17 Oktober 2012.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dengan wawancara, dan

dokumentasi. Peneliti melakukan wawancara dengan salah satu seorang

tim redaksi yaitu Redaktur Pelaksana surat kabar Media Indonesia dan

Republika dalam upaya menghimpun dan mencari data yang akurat untuk

keperluan pelaksanaan proses pemecahan tertentu, yang sesuai dengan

data. Selain itu peneliti menghimpun data-data kepustakaan berupa buku

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

Dokumentasi dengan cara pengumpulan data yang diperoleh

menggunakan catatan tertulis pada lokasi penelitian serta sumber-sumber

lain yang menyangkut masalah dan berhubungan dengan pembahasan

peneliti.

Page 21: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

10

4. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis

framing (pembingkaian) adalah suatu metode untuk melihat cara bercerita

(story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada

“cara melihat” media terhadap realitas yang dijadikan berita.11

“Cara

melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis

framing adalah metode analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana

media mengonstruksikan realitas. Analisis framing digunakan untuk

melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Analisis

framingini kemudian digunakan sebagai teknik analisis data untuk

menganalisis pemberitaan.

Model analisis penelitian yang digunakan ialah model Zhondang

Pan dan Gerald M. Kosicki. Perangkat framing ini menganalisis media

melalui struktur bahasadalam mengkonstruksi realitas. Analisis framing

model Zhongdong Pan dan M. Kosicki ini, membagiempat unsur besar

dalam menganalisis data. Keempat unsur tersebut dibagi kedalam

perangkat framing sebagai berikut.12

a. Struktur Sintaksis, wartawan menyusun berita. Struktur sintaksis

memiliki perangkat berupa headline, lead, latar informasi, kutipan

sumber, pernyataan, dan penutup.

b. Struktur Skrip, perangkat framingnya adalah kelengkapan berita, unit

kelengkapan berita berupa 5W+1H.

11

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta; LkiS,

2002), h.4. 12

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 256.

Page 22: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

11

c. Struktur Tematik, perangkat framingnya adalah detail, koheresi,

bentuk kalimat, kata ganti. Sedangkan unit yang diamati adalah

paragraf atau proposisi.

d. Retoris adalah cara wartawan menuliskan fakta. Struktur retoris

mempunyai prangkat framing berupa leksikon/ pilihan kata, grafis,

metafor, dan pengandaian. Sedangkan unit yang diamati adalah kata,

idiom, gambar/ foto, dan grafis.

5. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di kantor berita Media Indoensia dan

Republika. Alamat kantor Media Indonesia Jl. Pilar Mas Raya Kav. A-D,

Kedoya Selatan, Komplek Delta Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta 115220 –

Indonesia. Email: mediaindonesia.com. Telp: +6221 581 2088, Fax: +6221

581 2102 (Redaksi), +6221 581 2110 (Iklan). Alamat kantor RepublikaJl.

Warung BuncitRaya No. 37 Jakarta Selatan 12510 – Indonesia.

Email:[email protected].

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembatasan skripsi ini, secara sistematis

penulisannya dibagi menjadi lima bagian, yaitu:

BAB I: Pendahuluan, berupa latar belakang masalah, batasan, dan rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: Kerangka teori yaitu berupa teori konstruksi realitas sosial, konstruksi

realitas politik pada media massa, dan analisis framing.

Page 23: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

12

BAB III: Gambaran umum surat kabar Media Indonesia dan Republika yaitu

berupa sejarah singkat,visi dan misi, profil pembaca, dan struktur redaksional.

BAB IV: Analisis temuan dan hasil penelitian yaitu berupa analisis temuan

teks berita Media Indonesia dan Republika dari empat struktur analisis

framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (sintaksis, skrip, tematik,

retoris) dan interpretasi.

BAB V: Penutup yaitu berupa kesimpulan dan saran dari penelitian yang

dilakukan dan menjadi penutup dari pembahasan penelitian ini.

Page 24: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

13

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Teori Konstruksi Realitas Sosial

Teori konstruksi sosial merupakan salah satu teori yang digunakan

dalam metode analisis framing. Teori ini membahas tentang proses

pembentukkan sebuah realitas sosial sehingga memiliki sebuah makna.

Konstruksi sosial berasal dari filsafat konstruktivisme yang dimulai dari

pemikiran konstruksi kognitif. Konstruktivisme dijadikan sebagai sebuah kerja

kognitif individu untuk mengartikan yang terjadi di dunia realitas tentang

interaksi antara individu dengan individu lain. Hal ini menyebabkan individu

tersebut membangun tentang pengetahuan atas realitas yang dirasakan dari

interaksi tersebut, yang biasa disebut dengan skema/skemata. Konstruksivisme

seperti inilah yang dikatakan sebagai konstruksi sosial. Gagasan-gagasan

pokok konstruktivisme sebenarnya telah dimulai oleh Giambatissta Vico,

seorang epistimolog dari Italia, ia adalah cikal bakal konstruktivisme.1

Peter L. Berger dan Thomas Luckmann mengatakan bahwa sebuah

realitas sosial tidak akan bisa berdiri sendiri tanpa kehadiran individu yang

berada di dalam ataupun di luar realitas tersebut. Pemikiran ini ditulis oleh

Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul The

Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge

(1966). Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya,

1 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2006), h. 189.

Page 25: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

14

dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang

dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.2 Suf kasman mengutip dari

Berger dan Luckmann mengatakan bahwa realitas memiliki makna ketika

realitas sosial tersebut dikonstruksi dan dimaknakan secara subjektif oleh

orang lain, sehingga memantapkan realitas tersebut secara objektif.3

Sebagai makhluk yang memiliki pola pemikiran yang tidak terbatas,

manusia dapat mengartikan kenyataan yang terjadi dalam kehidupannya.

Manusia dapat memaknai potensi dirinya dan objek disekitarnya berdasarkan

pengamatan ketika sedang berinteraksi. Proses pemaknaan tersebut terjadi dari

tindakan yang berlangsung secara berulang-ulang. Dari proses ini timbul

kesadaran untuk mempersepsikan makna yang terkadung pada objek tersebut.

Pendekatan Berger dan Luckmann mengatakan terjadi dialektika antara

individu yang membentuk masyarakat atau masyarakat yang membentuk

individu. Proses dialektika ini berlangsung dalam tiga momen yaitu

eksternalisasi (penyesuaian diri), objektivikasi, dan internalisasi.

Pertama, pada proses eksternalisasi dikatakan bawa dunia

sosiokultural merupakan produk manusia.4 Dalam eksternalisasi, manusia

melakukan tindakan secara berulang-ulang karena mereka beranggapan hal

tersebut dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Eksternalisasi

merupakan tahap yang sangat mendasar yang terjadi dari proses interaksi

2 Burhan Bungin, Kostruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa,

Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas

Luckmann (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2008), h. 12-13. 3Suf Kasman, Pers dan Pencitraan Umat Islam di Indonesia (Badan Litbang dan Diklat

Kementrian Agama RI, 2010), h. 118. 4Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2006), h. 193.

Page 26: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

15

antara individu dengan masyarakat. Dengan demikian, tahap eksternalisasi ini

berlangsung ketika produk sosial tercipta di dalam masyarakat, kemudian

individu menyesuaikan dirinya ke dalam dunia sosio-kultural sebagai bagian

dari produk manusia.5

Kedua, tahap objektivasi merupakan hasil dari proses eksternalisasi.

Pada tahap ini individu melakukan objektivasi terhadap kondisi produk sosial.

Hal ini berlangsung tanpa harus saling berinteraksi artinya, objektivasi dapat

terjadi melalui penyebaran opini yang berkembang pada masyarakat tanpa

harus terjadi tatap muka antar individu.

Ketiga, tahap internalisasi lebih merupakan penyerapan kembali dunia

obyektif ke dalam kesadaran sehingga subyektif individu dipengaruhi oleh

struktur dunia sosial. Disini individu mengindentifikasi dirinya dengan

lembaga-lembaga sosial yang telah menjadi tempat terjadinya proses interaksi

individu tersebut.

Menurut Berger dalam buku Eriyanto, realitas itu tidak dibentuk secara

ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya,

realitas tersebut dibentuk dan dikontruksi.6 Setiap orang bisa mempunyai

konstruksi yang berbeda atas sebuah realitas. Hal ini juga terjadi pada para

pekerja media yang memiliki pemikiran tersendiri dalam mengkonstruksi

peristiwa yang terjadi dalam pemberitaannya. Seperti pada isi berita sebuah

media merupakan hasil pengamatan peristiwa yang dilakukan oleh para

5Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat, h. 194. 6Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: PT

LkiS Pelangi Aksara, 2008), h. 15.

Page 27: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

16

pekerja media. Pada bagian ini konstruksi realitas itu terjadi. Dalam

mengkonstruksi peristiwa para pekerja media menggunakan bahasa dengan

sedemikian rupa untuk membentuk kontruksi pemberitaannya. Bahasa bukan

saja sebagai alat merepresentasikan suatu realitas, tetapi dapat digunakan

sebagai alat untuk menentukan gambaran seperti apa yang diciptakan oleh

bahasa tentang realitas tersebut. Oleh sebab itu, media massa mempunyai

peluang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang

dihasilkan dari realitas untuk dikonstruksi. Setiap upaya menceritakan sebuah

peristiwa, keadaan, benda atau apa pun, pada hakikatnya adalah usaha

mengkonstruksi realitas.7

Substansi teori konstruksi sosial media adalah pada sirkulasi informasi

yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat

cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk

opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis.8Posisi

konstruksi sosial media massa adalah mengkoreksi substansi kelemahan dan

melengkapi kelebihan media massa dan efek media pada keunggulan atas

konstruksi sosial dan realitas. Dari konten konstruksi sosial media massa,

proses kelahiran konstruksi sosial media massa melalui tahap-tahap sebagai

berikut: (a) tahap menyiapkan materi konstruksi, (b) tahap sebaran konstruksi

(c) tahap pembentukan konstruksi, dan (d) tahap konsfirmasi.9

7 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h. 88. 8Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2006), h. 203. 9Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat, h. 203-212.

Page 28: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

17

Tabel 2.1

Proses Konstruksi Sosial Media Massa10

Berikut penjelasan mengenai tahapan-tahapan proses konstruksi sosial

pada media massa:

1. Tahapan Menyiapkan Materi Konstruksi

Menyiapkan materi konstruksi sosial pada media massa adalah

tugas redaksi media massa, tugas itu didistribusikan pada desk editor yang

ada di setiap media massa. Masing-masing media memiliki desk yang

berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan visi suatu media. Ada tiga hal

penting dalam mempersiapkan materi konstruksi sosialyaitu keberpihakan

media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat,

dan keberpihakan kepada kepentingan umum.11

Pertama, keberpihakan

media massa kepada kapitalisme, seperti yang diketahui saat ini media

massa digunakan oleh kekuatan kapitalis untuk dijadikan sebagai mesin

penciptaan uang dan melipat ganda modal. Kedua, keberpihakan semu

10

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat, h.204 11

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat, h. 205

Page 29: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

18

kepada masyarakat. Bentuk keberpihakan tersebut bisa secara empati,

simpati dan berpartisipasi pada program untuk masyarakat, tapi biasanya

hal tersebut kembali untuk menjual berita dan menaikkan rating acara

untuk kepentingan kapitalis. Ketiga, keberpihakan kepada kepentingan

umum. Dalam hal ini pada pemberitaan media murni memihak pada

kepentingan umum untuk menjalankan visi dan misi yang telah dibuat

sebelumnya. Hal ini dilakukan agar visi dan misi media tersebut tetap

terdengar oleh masyarakat.

2. Tahap Sebaran Konstruksi

Tahap ini memiliki prinsip bahwa semua informasi harus sampai

kepada khalayak secara tepat waktu berdasarkan agenda media. Disini

peristiwa yang dianggap penting oleh media, menjadi suatu yang penting

juga bagi para pembaca. Pada media cetak konstruksi sosial ini dilakukan

satu arah, dimana media menyodorkan informasi sementara konsumen

media tidak memiliki pilihan lain kecuali mengonsumsi informasi itu.12

3. Pembentukan Kontruksi Realitas

Pada tahap ini terdapat dua bagian dalam proses pembentukannya.

Pada bagian pertama, memiliki tiga tahap yaitu tahap pembentukan

konstruksi realitas melalui realitas pembenaran sebagai bentuk konstruksi

media massa yang terbangun di masyarakat cenderung membenarkan apa

saja yang disajikan oleh media massa sebagai sebuah realitas pembenaran.

tahap kesediaan dikonstruksi oleh media massa, yaitu pilihan seseorang

12

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat, h. 207.

Page 30: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

19

untuk menjadi penikmat media massa bersedia pemikirannya dikonstruksi

oleh media massa yang mereka konsumsi. Terakhir tahap pilihan

konsumtif, pada bagian ini media massa merupakan bagian kebiasaan

hidup yang tidak dapat dilepaskan. Tiada hari tanpa menonton televisi,

membaca koran atau mendengar radio. Bila rutinitas tersebut tidak

dilaksanakan seseorang akan merasa ada suatu yang hilang dari hidupnya.

Pada bagian kedua, pembentukan konstruksi citra yang merupakan bentuk

yang diinginkan oleh tahap konstruksi. Bentuk konstruksi citra yang

dibangun oleh media massa dibagi menjadi dua model, model good news

dan model bad news. Pada model good news objek pemberitaan

dikonstruksi sebagai sesuatu yang memiliki citra baik sehingga terkesan

baik dari sesungguhnya kebaikan yang ada pada objek itu sendiri,

sedangkan model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

mengkonstruksi kejelekan atau cenderung memberi citra buruk pada objek

pemberitaan. Setiap pemberitaan media massa memiliki tujuan-tujuan

tertentu dalam model pencitraan. Jadi, umpamanya pada kasus kriminal,

maka model bad news menjadi tujuan akhir, dimana terbentuknya citra

buruk sebagai penjahat, koruptor, terdakwa, maupun burunan.13

4. Tahap Konfirmasi

Tahap konfirmasi ini dianggap sebagai proses media massa

maupun khalayak memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap

pilihannya untuk terlibat dalam pembentukan konstruksi. Bagi media,

13

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat, h. 209.

Page 31: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

20

tahapan ini perlu sebagai bagian untuk memberi argumentasi terhadap

alasan-alasannya kontruksi sosial sedangkan bagi pemirsa atau pembaca,

tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan

bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial.14

B. Kontruksi Realitas Politik Pada Media Massa

Sebelum kita membahas tentang realitas politik pada media massa, kita

harus mengetahui apa arti politik tersebut. Gun Gun Heryanto mengutip dari

Deliar Noer, politik dari terminologinya, merupakan aktivitas atau sikap yang

berhubungan dengan kekuasaan dan bermaksud untuk mempengaruhi dengan

jalan mengubah atau mempertahankan suatu bentuk susunan masyarakat.15

Politik berasal dari bahasa Yunani politicos (menyangkut warga

negara), polites (seorang warga negara), polis (kota atau negara), dan politeia

(kewargaan). Beberapa definisi tentang politik, yaitu16

1. Menurut Lasswell, politik adalah siapa memperoleh apa, kapan, dan

bagaimana (who gets what, when, and how),

2. Politik adalah proses pembagian nilai-nilai dan wewenang,

3. Politik adalah bagaimana memperoleh kekuasaan, bagaimana

memperagakannya, dan bagaimana mempertahankannya,

4. Politik adalah pengaruh,

5. Politik adalah tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan dan atau

memperluas tindakan lainnya,

14

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2006), h. 216. 15

Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik (Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 4. 16

Riswandi, Komunikasi Politik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 1.

Page 32: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

21

6. Politik adalah kegiatan orang secara kolektif yang mengatur perbuatan

mereka dalam kondisi konflik.

Berdasarkan UU No 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan UU No. 8

Tahun 2008 Tentang Partai Politik, partai Politik didefinisikan sebagai

organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara

Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk

memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat,

bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.17

Berbeda dengan di atas, Miriam Budiardjo mengatakan bahwa partai

Politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya

mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama dengan tujuan

memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya),

dengan cara konstitusional guna melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.18

Dari berbagai pengertian tentang politik yang sudah dibahas

sebelumnya, politik Islam dan partai politik maka dapat diketahui bahwa

partai politik Islam yang peneliti maksud ialah suatu kelompok orang-orang

Islam yang terorganisir dalam suatu wadah organisasi yang meletakkan nilai-

nilai agama Islam yaitu Qur’an dan Hadits sebagai dasar serta garis

perjuangan untuk menyampaikan aspirasi, maupun ide dan cita-cita umat

17

“Pengertian Partai Politik”. Artikel diakses pada tanggal 26 November 2013 pukul

22.31 http://comboran.blogspot.com/2012/05/pengertian-partai-politik-adalah.html 18

“Pengertian Partai Politik”. Artikel diakses pada tanggal 26 November 2013 pukul

22.31 http://comboran.blogspot.com/2012/05/pengertian-partai-politik-adalah.html

Page 33: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

22

Islam dalam suatu negara. Burhanuddin Mutadi, pengamat politik dari

Lembaga Survey Indonesia (LSI) mengatakan bahwa partai Islam itu terbagi

menjadi dua. Pertama ialah partai yang memang memiliki platform dengan

ideologi Islam, seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai

Keadilan Sejahtera (PKS). Kedua, ialah partai yang secara formal tidak

cantumkan Islam sebagai basis ideologinya, tapi basis utama konstituennya

Islam, seperti Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Kebangkitan Bangsa

(PKB).19

Atau dapat dikatakan bahwa partai Islam merupakan sekelompok

orang yang beragama Islam kemudian membentuk sebuah organisasi politik,

yang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:20

a) Partai yang menggunakan Islam (Qur’an, Sunah Rasul dan Syari’ah)

sebagai azas dalam menentukan visi dan misi perjuangan partai,

b) Partai yang menggunakan Islam (Qur’an, Sunah Rasul dan Syari’ah)

sebagai landasan untuk kemantapan perjuangan partai,

c) Partai yang menggunakan Islam sebagai dasar ideologi dalam

pembentukan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai,

d) Partai yang mempunyai program perjuangan untuk Islam, umat Islam,

serta kemaslahatan umat, baik lewat jalur parlementer maupun ekstra

parlementer, dan

19

“Definisi Partai Islam Itu Ada Dua”. Artikel diakses pada tanggal 29 November 2013

pukul 11.01 http://indonesiarayanews.com/news/politik-keamanan/12-24-2012-15-38/pengamat-

definisi-partai-islam-itu-ada-2#ixzz2m0B1ttXB 20 “Tinjauan Umum Tentang Partai Politik Islam”. Artikel diakses pada tanggal 26

November 2013 pukul 22:17 http://library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=795

Page 34: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

23

e) Partai mempunyai mempunyai basis pendukung, kader, dan partisan yang

keseluruhannya beragama Islam.

Dalam kegiatan politik, partai politik tidak terlepas dari media massa.

Ini disebabkan karena media massa merupakan sumber yang berpengaruh

dalam pemberitaan politik. Menurut Astrid (1981:1), semua media massa yang

dimiliki pemerintah ataupun swasta, sebenarnya merupakan aparatur ideologi.

Media massa, terutama pers karena kemampuannya untuk menyebarluaskan

pendapat, dinilai sebagai sumber kekuasaan. Dengan sendirinya, semua alat

komunikasi, baik yang dimiliki negara maupun tidak, akan berusaha

mengemukakan yang terbaik.21

Baik media massa maupun sistem politik, keduanya merupakan wujud

yang tidak lepas dari kepentingan serta kecenderungan atau keberpihakannya

kepada sesuatu nilai baik yang berakar pada budaya maupun agama. Para

pelaku media senantiasa tunduk pada kepentingan-kepentingan tertentu

dengan mengabaikan kecenderungan dan keberpihakannya kepada sesuatu

yang dianggap benar menurut ukuran-ukuran subyektif yang dimiliknya.22

Peristiwa politik yang terjadi pada masyarakat akan selalu menjadi hal

yang menarik untuk media massa sebagai bahan liputan. Hal ini disebabkan

dilandasi oleh dua faktor yang saling berkaitan. Pertama, dewasa ini politik

berada di era mediasi (politics in the age of medation), yakni media massa,

sehingga hampir mustahil kehidupan politik dipisahkan dari media massa.

21

Mahi M. Hikmat, Komunikasi Politik: Teori dan Praktik (Bandung:Simbiosa Rekatama

Media,2010), h. 55. 22

Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik Pasca

Orde Baru (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), h. 46.

Page 35: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

24

Malahan para aktor politik senantiasa berusaha menarik perhatian wartawan

agar aktivitas politiknya memperoleh liputan dari media. Kedua, peristiwa

dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan para aktor politik lazimnya selalu

mempunyai nilai berita sekalipun peristiwa politik itu bersifat rutin belaka,

seumpamanya rapat partai atau pertemuan seorang tokoh politik dengan para

pendukungnya.23

Politik komunikasi pemerintah yang dilaksanakan melalui media

massa seyogyanya senantiasa menjaga keseimbangan antara derasnya

informasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas secara timbal balik

(reciprocal two way communication) demikian pula kesimbangan dalam

menunjukkan perhatian terhadap ungkapan what do the media do with people

dan ungkapan what do people do with the media, yang berarti keseimbangan

antara informasi pemerintah yang wajib diketahui rakyat melaui media dengan

informasi yang ingin diketahui rakyat melalui media.24

Liputan politik juga lebih rumit dibandingkan dengan reportase

peristiwa lainnya. Ini disebabkan liputan politik memiliki dimensi

pembentukan opini publik (public opinion), baik yang diharapkan para politisi

maupun para wartawan. Dalam kerangka pembentukan opini publik ini, media

massaumumnya melakukan tiga kegiatan sekaligus. Pertama, menggunakan

simbol-simbol politik (language of politic). Kedua, melaksanakan strategi

pengemasan pesan (framing strategies). Ketiga, melakukan fungsi agenda

media (agenda setting function).25

23

Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa (Jakarta: Granit, 2004), h. 1. 24

Onong Uchjana Effendi, Dinamika Politik (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1986), h. 163. 25

Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Jakarta: Granit, 2004), h. 2.

Page 36: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

25

Tiga tindakan di atas, sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal yang terjadi pada media massa. Faktor internal ini terjadi pada

kebijakan redaksional. Pengelola media massa pasti memiliki relasi dengan

kekuatan politik tertentu. Dari keterikatan jalinan relasi ini akan membuat

kecenderungan media massa dalam penulisan beritanya. Dan faktor eksternal

terjadi pada tekanan pasar pembaca atau pemirsa, sistem politik yang berlaku,

dan kekuatan-kekuatan luar lainnya.

Di pihak lain, kegiatan di bidang media massa yang sekarang ini

masuk di bidang industri. Artinya, dengan masuknya unsur kapitalisme, media

massa harus memikirkan pasar demi memperoleh keuntungan yang besar dari

penjualan dan iklan yang ditampilkan pada media massa. Ini semua akan

mempegaruhi terhadap peristiwa yang diberitakan oleh media massa. Dan hal

tersebut sangat kental terlihat dalam penyajian peristiwa politik.

Dengan fenomena ini kita dapat mengetahui sejauh mana hasil

konstruksi realitas politik antara media yang satu dengan yang lainnya. Disini

terlihat betapa liputan politik memiliki banyak sisi yang terkait satu sama lain.

Ada kesadaran dalam pemilihan bahasa dan simbol politik, terdapat usaha

tertentu dalam memilih fakta dan pengemasan pesan, dan terdapat pemberian

ruang atau agenda untuk merilisnya.

Setiap media memiliki perbedaan dalam memilih bahasa politiknya

dan fakta yang akan dipakai dalam teks yang dibuatnya. Ini semua tergantung

pada pertimbangan faktor eksternal dan internal. Demikian pula setiap media

memiliki hak untuk memuat atau tidak menyiarkan hasil penulisan teks yang

Page 37: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

26

telah dibuatnya. Dengan adanya kebebasan membuat teks tersebut kita dapat

melihat sejauh mana media membuat berita politik dengan metodologi riset

tertentu. Apa motivasi dan tujuan setiap media di balik teks yang ditulisnya,

apakah terdapat motif ideologi, idealis, ekonomis ataupun politis.

Dengan teknik pemilihan dan penonjolan, media memberikan petunjuk

tentang mana isu yang lebih penting. Oleh sebab itu, model agenda setting

mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan

media kepada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak

kepada persoalan itu. Singkatnya apa yang dianggap penting oleh media, akan

dianggap penting pula oleh masyarakat. Begitu juga sebaliknya apa yang

dilupakan media, akan luput juga dari perhatian masyarakat.26

Media massa memiliki kekuatan tersendiri dalam mempengaruhi

sistem politik sehingga hubungan antara keduanya biasanya ditandai oleh dua

hal. Pertama, bentuk dan kebijakan politik sebuah negara menentukan pola

operasi media massa di negara itu, mulai dari kepemilikan, tampilan isi,

hingga pengawasannya. Begitu dominan sistem politik mempengaruhi sistem

media, sehingga kondisi demikian mendorong orang untuk membuat

kesimpulan, bahwa sistem media massa yang berlaku di sebuah negara

menjadi cerminan sistem politik negara itu.27

Kedua, media massa sering menjadi media komunikasi politik

terutama oleh para penguasa. Para aktor politik merupakan sumber berita yang

26

Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik Di Era Industri Citra (Jakarta: Lasswell

Visitama, 2010), h. 254. 27

Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Jakarta: Granit, 2004),

h. 7.

Page 38: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

27

menarik untuk media massa. Sebaliknya, media massa sering menjadi sumber

informasi disamping sebagai saluran komunikasi bagi para politisi. Cara

media menampilkan peristiwa politik dapat mempengaruhi persepsi para aktor

politik dan masyarakat mengenai perkembangan politik.28

Keikutsertaan

media dalam mengubah sistem politik tidak lain akan membentuk opini publik

secara alamiah. Media massa sering dijadikan alat propaganda dalam

komunikasi politik. Ini disebabkan pembicaraan politik dalam teks media di

dalamnya terdapat simbol dan fakta politik.

Dalam komunikasi politik, konstruksi realitas oleh media massa

tersebut menjadi sangat khas. Cara media mengkonstruksi suatu peristiwa

politik akan memberi citra tertentu mengenai sebuah realitas politik yang bagi

para aktor dan partai politik citra ini sangat penting demi kepentingan

politiknya masing-masing, karena sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media

massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka kesibukan utama media

massa adalah mengkonstruksikan berbagai realitas yang akan disiarkan. Media

menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita

atau wacana yang bermakna.

Dalam proses konstruksi realitas, bahasa merupakan unsur utama.

Bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi. Bahasa begitu penting

karena tak akan ada sebuah berita tanpa adanya sebuah bahasa. Jauh dari itu,

keberadaan bahasa tidak lagi dijadikan sebagai alat untuk menggambarkan

sebuah realitas, melainkan bisa menentukan gambar mengenai suatu realitas

28

Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, h. 7-8.

Page 39: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

28

yang akan dikonsumsi oleh khalayak pembaca.Menurut Giles dan Wieman

bahasa (teks) mampu menentukan konteks, bukan sebaliknya teks

menyesuaikan diri dengan konteks. Dengan begitu, lewat bahasa yang

dipakainya (melalui pilihan kata dan cara penyajian) seseorang bisa

mempengaruhi orang lain (menunjukkan kekuasaannya). Melalui teks yang

dibuatnya, ia dapat memanipulasi konteks.29

Pada komunikasi politik cara-

cara yang disebutkan di atas sering dilakukan oleh para aktor politik.

Ibnu Hamad menjelaskan bahwa terdapat tiga tindakan yang biasa

dilakukan pekerja media, khususnya oleh para komunikator massa. Tatkala

melakukan konstruksi realitas, termasuk realitas politik, yang berujung pada

pembentukkan citra sebuah kekuatan politik: pemilihan simbol (fungsi

bahasa); pemilihan fakta yang akan disajikan (strategi framing), dan kesediaan

memberi tempat (agenda setting).Pertama, dalam hal pilihan kata (simbol)

politik sekalipun media massa hanya bersifat melaporkan, tapi telah menjadi

sifat dari pembicaraan politik untuk selalu memperhitungkan simbol

politik.30

Kedua, dalam melakukan pembingkaian(framing) peristiwa politik.

Minimal oleh sebab adanya tuntutan teknis: keterbatasan-keterbatasan kolom

dan halaman (pada media cetak) atau waktu (pada media elektronik), jarang

ada media yang membuat berita sebuah peristiwa secara utuh mulai dari menit

pertama kejadian hingga ke menit akhir. Ditambah juga dengan berbagai

kepentingan, maka konstruksi realitas politik sangat ditentukan oleh berbagai

kepentingan, maka konstruksi realitas politik sangat ditentukan oleh siapa

29

Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Jakarta: Granit, 2004),

h.14. 30

Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Jakarta: Granit, 2004),

h. 16.

Page 40: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

29

yang memiliki kepentingan (menarik keuntungan atau pihak mana yang akan

diuntungkan) dengan suatu berita, dimana kepentingan itu bisa dimiliki oleh

media atau pihak yang memiliki relasi khusus dengan media tersebut.31

Terakhir, namun bukan yang terkecil adalah menyediakan ruang atau waktu

untuk sebuah peristiwa politik (fungsi agenda setting). Semakin besar, tempat

yang diberikan semakin besar pula perhatian yang diberikan khalayak. Pada

konteks ini media memiliki fungsi agenda setter sebagaimana dikenal dalam

teori agenda setting. Bila suatu media apalagi sejumlah media menaruh sebuah

kasus sebagai headline diasumsikan kasus itu pasti memperoleh perhatian

yang besar dari khalayak.32

Pada agenda setting, media massa memiliki kekuatan yang sangat

besar dalam mempengaruhi khalayak pembaca. Sehingga semua yang

disajikan oleh media langsung akan menjadi sebuah opini publik. Opini adalah

suatu respon aktif terhadap stimulus suatu respon yang dikonstruksi melalui

interpretasi pribadi yang berkembang dari dan menyumbang citra (image),

sedangkan publik adalah suatu kumpulan orang-orang yang sama minat dan

kepentingan terhadap isu. Jadi yang dimaksud opini publik yaitu suatu opini

yang mengangkat isu atau kejadian yang mengandung keprihatinan (concern)

publik.33

Dari tiga tindakan di atas, gambaran mengenai sebuah realitas partai

politik pada media massa sangat bergantung dari pemilihan bahasa, pemilihan

fakta yang akan disajikan (strategi framing), dan kesediaan memberi tempat

(agenda setting).

31

Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, h. 21. 32

Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, h. 23-24. 33

Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida,Komunikasi Politik (Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 89.

Page 41: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

30

C. Analisis Framing

Analisis framing merupakan suatu metode untuk melihat bagaimana

cara media bercerita (story telling) atas sebuah peristiwa. Cara bercerita disini

tergambar dari media melihat realitas yang dijadikan berita. Penglihatan media

terhadap peristiwa yang terjadi sangat berpengaruh terhadap hasil akhir dari

konstruksi realitas. Berikut adalah definisi framing menurut para ahli:34

Tabel 2.2

Definisi Framing Menurut Para Ahli

TOKOH DEFINISI

Robert N.

Entman

Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian

tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan

aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-

informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu

mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain.

William A.

Gamson

Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir

sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna

peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu

wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah

kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau

struktur pemahaman yang digunakan individu untuk

mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan,

serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.

Todd Gitlin Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan

disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada

khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam

pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian

khalayak pembaca.itu dilakukan dengan seleksi,

pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari

realitas.

David E.

Snow and

Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi

yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem

34

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: PT

LkiS Pelangi Aksara, 2008), h. 67-68

Page 42: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

31

TOKOH DEFINISI

Robert

Benfort

kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu,

anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat

tertentu.

Amy Binder Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk

menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan

melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung.

Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks ke dalam

bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu

individu untuk mengerti makna peristiwa.

Zhongdang

Pan and

Gerald M.

Kosicki

Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat

kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi,

menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas

dan konvensi pembentukan berita.

Gagasan mengenai analisis ini pertama kali dilontarkan oleh Beterson

tahun 1955. Awalnya, analisis framing dimaknai sebagai struktur konseptual

atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir suatu pandangan politik,

kebijakan, dan wacana. Analisis ini juga menyediakan kategori-kategori

standar untuk mengaprealisasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan

lebih jauh oleh Goufman pada tahun 1974, yang mengandalkan frame sebagai

kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu

dalam membaca realitas.35

Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana

media mengkontruksi realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat

bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Analisis ini

mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pentautan fakta dalam berita

agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti, atau lebih diingat, untuk

mengiring interpretasi khalayak sesuai dengan perspektifnya. Dengan kata

35

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 162.

Page 43: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

32

lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau

cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang

diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa

kemana berita tersebut.36

Terdapat dua esensi utama dari analisis framing. Pertama, bagaimana

peristiwa dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan

mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu ditulis. Aspek ini

berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk mendukung

gagasan. Sebagai sebuah metode analisis teks, analisis framing mempunyai

karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan analisis isi kualitatif. Dalam

analisis isi kuantitatif, yang ditekankan adalah isi (content) dari suatu

pesan/teks komunikasi. Sementara dalam analisis framing, yang menjadi pusat

perhatian adalah pembentukan pesan dari teks.37

Dengan menggunakan analisis framing, seorang jurnalis dapat

mengemas sebuah peristiwa yang sulit dimengerti menjadi sebuah peristiwa

yang mudah untuk dipahami. Semua itu terjadi karena penggunaan perspektif

tertentu dalam menuturkan peristiwa ke dalam penulisan berita. Berita yang

ditulis oleh wartawan pada akhirnya akan menampilkan tentang apa saja

dianggap penting, ditonjolkan dan perlu disampaikan kepada khalayak

pembaca.

Analisis framing didefinisikan sebagai sebuah proses yang membuat

suatu pesan lebih dominan. Pada analisis ini menempatkan informasi dengan

36

Nugroho, dkk., Politik Media Mengemas Media (Jakarta: Institut Studi Arus Informasi,

1999), h. 21. 37

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: PT

LkiS Pelangi Aksara, 2008), h. 10-11.

Page 44: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

33

lebih menarik sehingga khalayak tertarik pada pesan yang disampaikan.

Analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, memiliki empat

perangkat struktur didalamnya yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.

Pertama, struktur sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan

menyusun peristiwa, pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa

kedalam bentuk susunan umum berita. Struktur ini dengan demikian dapat

diamati dari bagan berita (lead yang dipakai, latar, headline, kutipan yang

diambil, dan sebagainya). Intinya, ia mengamati bagaimana wartawan

memahami peristiwa yang dapat dilihat dari cara ia menyusun fakta ke dalam

bentuk umum berita. Kedua, struktur skrip berhubungan dengan bagaimana

wartawan mengisahkan atau menceritakan sebuah peristiwa ke dalam bentuk

berita. Struktur ini melihat bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur yang

dipakai wartawan dalam mengemas peristiwa ke dalam bentuk berita. Ketiga,

struktur tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan

pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antar

kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini melihat

bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil.

Keempat, struktur retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan

menekankan arti tertentu ke dalam berita. Struktur ini akan melihat bagaimana

wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang dipakai

bukan hanya mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu

kepada pembaca. Empat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang

dapat menunjukkan framing dari suatu media. Kecenderungan atau

Page 45: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

34

kecondongan wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari

keempat struktur tersebut. Pendekatan itu dapat digambar ke dalam bentuk

skema sebagai berikut:38

Tabel 2.3

Model Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

STRUKTUR PERANGKAT

FRAMING

UNIT YANG

DIAMATI

SINTAKSIS

Cara wartawan

menyusun fakta

Skema berita Headline, lead, latar

informasi, kutipan sumber,

pernyataan, penutup.

SKRIP

Cara wartawan

mengisahkan

fakta

Kelengkapan berita

5W + 1H

TEMATIK

Cara wartawan

menulis fakta

Detail

Koherensi

Bentuk kalimat

Kata ganti

Paragraf, proposisi, kalimat,

hubungan antar kalimat

RETORIS

Cara wartawan

menekankan

fakta

Leksikon

Grafis

Metafora

Kata, ideom, gambar atau

foto, grafik

Dari tabel di atas tergambar bahwa struktur yang pertama dari

perangkat framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki adalah

sintaksis. Dalam wacana berita sintaksis merupakan susunan kata dari bagian

berita. Susunan kata disini terdiri dari headline, lead, latar informasi, sumber,

38

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: PT

LkiS Pelangi Aksara, 2008), h. 255-256.

Page 46: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

35

dan penutup. Semua bagian tersebut tersusun dalam bentuk tetap dan teratur

sehingga membentuk skema yang menjadi pedoman tentang proses fakta dari

sebuah peristiwa disusun.

Headline merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat

kemenonjolan yang tinggi yang menunjukkan kecenderungan berita. Headline

memiliki fungsi yang kuat dalam framing dan dapat memengaruhi bagaimana

kisah dimengerti untuk kemudian digunakan dalam membuat pengertian isu

dan peristiwa sebagaimana mereka beberkan. Headline digunakan untuk

menunjukkan bagaimana wartawan mengkonstruksi suatu isu, seringkali

dengan menekankan makna tertentu lewat pemakaian tanda tanya untuk

menunjukkan sebuah perubahan dan tanda kutip untuk menujukkan adanya

jarak perbedaan.39

Selain headline, lead adalah perangkat sintaksis lain yang sering

digunakan. Lead yang baik umumnya memberikan sudut pandang dari berita,

menunjukan perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan. Latar

merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang ingin

ditampilkan wartawan. Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya

mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih

menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Latar

umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat sebenarnya muncul dengan

maksud mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat

39

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: PT

LkiS Pelangi Aksara, 2008), h. 257-258

Page 47: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

36

beralasan. Oleh karena itu, latar membantu menyelidiki bagaimana seseorang

memneri pemaknaan atas suatu peristiwa.40

Bagian berita lain yang penting dalam unsur sintaksis adalah

pengutipan sumber berita. Bagian ini dalam penulisan berita dimaksudkan

untuk membangun objektivitas prinsip keseimbangan dan tidak memihak.

Pengutipan sumber juga merupakan bagian berita yang menekankan bahwa

apa yang ditulis oleh wartawan bukan pendapat wartawan semata, melainkan

pendapat dari orang yang mempunyai otoritas tertentu. Pengutipan sumber ini

menjadi perangkat framing atas tiga hal. Pertama, mengklaim validitas atau

kebenaran dari pernyataan yang dibuat dengan mendasarkan diri pada klaim

otoritas akademik. Kedua, menghubungkan poin tertentu dari pandangannya

kepada pejabat yang berwenang. Ketiga, mengecilkan pendapat atau

pandangan tertentu yang dihubungkan dengan kutipan atau pandangan

mayoritas sehingga pandangan tersebut tampak sebagai menyimpang.41

Struktur kedua pada model framing Zhongdang Pan dan Gerald M.

Kosicki adalah skrip. Skrip merupakan sebuah laporan berita. Dalam bentuk

sebenarnya laporan berita tersebut sering disusun ke dalam suatu cerita. Ini

disebabkan karena dua hal. Pertama, banyak laporan berita yang berusaha

menunjukkan hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari

peristiwa sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai orientasi

menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca.

Menulis berita dapat disamakan, dalam taraf tertentu, dengan seorang yang

40

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: PT

LkiS Pelangi Aksara, 2008), h. 258 41

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 259.

Page 48: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

37

menulis novel atau fiksi lain. Perbedaannya bukan terletak pada cara bercerita,

melainkan fakta yang dihadapi.42

Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W+1H yaitu who,

what, when, where, why dan how. Tetapi, tidak semua pola ini ditemukan

dalam setiap berita. Namun unsur kelengkapan berita tersebut menjadi

penanda framing yang sangat penting. Skrip adalah salah satu strategi

wartawan dalam mengkonstruksi berita: bagaimana suatu peristiwa dipahami

melalui cara tertentu dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu.

Skrip memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang

bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting.

Upaya penyembunyian itu dilakukan dengan menempatkan dibagian akhir

agar terkesan kurang menonjol.43

Tematik merupakan stuktur ketiga pada model framing Zhongdang

Pan dan Gerald M. Kosicki. Tematik adalah elemen topik yang menunjuk

pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut dengan sebagai

gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik

menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam

pemberitaannya. Topik menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling

penting dari isi suatu berita. Dalam analisis, topik suatu berita ini memang

baru bisa disimpulkan, seperti halnya kalau kita sehabis membaca satu buku,

satu cerita, atau menonton film kalau kita telah selesai membaca tuntas berita

tersebut. Topik menggambarkan gagasan apa yang dikedepankan atau gagasan

42

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: PT

LkiS Pelangi Aksara, 2008), h. 260. 43

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.261.

Page 49: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

38

inti dari wartawan ketika melihat atau memandang suatu peristiwa.44

Tematik,

bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis: peristiwa yang

diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang diungkapkan semua

perangkat itu digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi hipotesis

yang dibuat.45

Pada elemen tematik ada beberapa unsur yang diamati, antara lain

detil, koherensi, bentuk kalimat dan kata ganti. Pertama, elemen detil

berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang.

Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang

menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Detil yang lengkap dan panjang

lebar merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk

menciptakan citra tertentu kepada khalayak. Detil yang lengkap itu akan

dihilangkan kalau berhubungan dengan sesuatu yang menyangkut kelemahan

atau kegagalan dirinya. Hal yang menguntungkan komunikator atau pembuat

teks akan diuraikan secara detil dana terperinci, sebaliknya fakta yang tidak

menguntungkan, detil informasinya akan dikurangi. Elemen detil merupakan

strategi bagaimana wartawan mengekpresikan sikapnya secara tersembunyi.

Sikap atau wacana yang dikembangkan oleh wartawan kadangkala tidak perlu

disampaikan secara terbuka, tetapi dari detil bagian mana yang dikembangkan

dan mana diberitakan dengan detil yang besar, akan menggambarkan

bagaimana wacana yang dikembangkan oleh media.46

44

Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2011),

h. 229-230. 45

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: PT

LkiS Pelangi Aksara, 2008), h. 262. 46

Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media(Yogyakarta: LKiS, 2011),

h. 238.

Page 50: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

39

Kedua, elemen koherensi merupakan pertalian atau jalinan antarkata,

atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang

berbeda dapat dihubungkan terlihat koheren. Sehingga, fakta yang tidak

berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seorang

menghubungkannya. Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat

bagaimana seseorang secara strategis menggunakan wacana untuk

menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Apakah peristiwa itu dipandang saling

terpisah, berhubungan, atau malah sebab akibat. Koherensi ini secara mudah

dapat diamati di antaranya dari kata hubung (konjungsi) yang dipakai untuk

menghubungkan fakta. Apakah dua kalimat dipandang sebagai hubungan

kausal (sebab akibat), hubungan keadaan, waktu, kondisi, dan sebagainya.

Koherensi merupakan elemen yang menggambarkan bagaimana peristiwa

dihubungkan atau dipandang saling terpisah oleh wartawan. Koherensi ini

dibagi menjadi dua bagian yaitu:47

1. Koherensi kondisional

Koherensi kondisional di antaranya ditandai dengan pemakaian

anak kalimat sebagai penjelas. Disini ada dua kalimat, di mana kalimat

kedua adalah penjelas atau keterangan dari proposisi pertama, yang

dihubungkan dengan kata hubung (konjungsi) seperti “yang”, atau

“dimana”. Kalimat kedua fungsinya dalam kalimat hanya semata hanya

penjelas atau anak kalimat.

47

Eriyanto,Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media(Yogyakarta: LKiS, 2011),

h. 242-247.

Page 51: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

40

2. Koherensi pembeda

Koherensi kondisional berhubungan dengan pernyataan bagaimana

dua peristiwa dihubungkan atau dijelaskan, maka koherensi pembeda

berhubungan dengan pertanyaan bagaimana dua peristiwa atau fakta itu

hendak dibedakan. Dua buah peristiwa dapat dibuat seolah-olah saling

bertentangan dan berseberangan dengan menggunakan koherensi ini.

Ketiga, elemen bentuk kalimat ini menentukan apakah subjek

diekspresikan secara eksplisit atau implisit dalam teks. Kalimat aktif

umumnya digunakan agar seorang menjadi subyek dari tanggapannya,

sebaliknya pasif menempatkan seseorang sebagai objek. Bentuk kalimat

ini bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan

makna yang dibentuk oleh susunan kalimat.48

Keempat, elemen kata ganti ini merupakan elemen terakhir pada

struktur tematik. Kata ganti digunakan untuk memanipulasi bahasa dengan

menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang

digunakan oleh komunikator untuk menunjukkan dimana posisi seseorang

dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seorang dapat

menggunakan kata ganti “saya” atau “kami” yang menggambarkan bahwa

sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata-mata. Akan

tetapi, ketika memakai kata ganti “kita” menjadikan sikap tersebut sebagai

respresentasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu. Batas

antara komunikator dengan khalayak dengan sengaja dihilangkan untuk

48

Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, h. 253.

Page 52: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

41

menunjukkan apa yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap

komunitas secara keseluruhan.49

Struktur terakhir pada model framing Zhongdang Pan dan Gerald M.

Kosicki adalah retoris. Struktur retoris merupakan wacana dari berita yang

menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk

menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan

menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra, meningkatkan

kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan

dari suatu berita. Struktur retoris dari wacana berita juga menunjukkan

kecenderungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu kebenaran.

Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai oleh wartawan.50

Pertama,

leksikon elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan

kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Suatu fakta umumnya

terdiri atas beberapa kata yang menunjuk pada fakta. Kata meninggal misalnya

mempunyai kata lain yaitu mati, tewas, gugur, tersebunuh, dan sebagainya.

Dengan demikian pilihan kata yang dipakai tidak semata hanya karena

kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan

seseorang terhadap fakta atau realitas. Pilihan kata-kata yang dipakai

menunjukkan sikap dan ideologi tertentu.51

Kedua, grafis elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang

ditentukan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang

49

Eriyanto, Analisis Wacana :Pengantar Analisis Teks Media(Yogyakarta: LKiS, 2011),

h. 253-254. 50

Eriyanto, Analisis Framing:Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: PT

LkiS Pelangi Aksara, 2008), h.264. 51

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2011),

h. 255.

Page 53: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

42

yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul

lewat bagia tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian

huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan

ukuran lebih besar. Termasuk di dalamnya adalah pemakaian captoin, raster,

grafik, gambar, atau label untuk mendukung arti penting suatu pesan.52

Ketiga, metafora dalam suatu wacana, wartawan tidak hanya

menyampaikan pesan lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora, yang

dimaksud sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita. Metafora digunakan

oleh wartawan secara strategis sebagai landasan berfikir, alasan pembenaran

atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik. Wartawan menggunakan

kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari, peribahasa, petuah leluhur,

kata-kata kuno, bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci

yang semuanya dipakai untuk memperkuat pesan utama.53

52

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 257. 53

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 259.

Page 54: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

43

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil Media Indonesia

1. Sejarah Media Indonesia

Media Indonesia pertama kali terbit pada tanggal 9 Januari 1970 di

Jakarta dengan motto “Pembawa Suara Rakyat”. Berdasarkan Surat Izin

Terbit (SIT) No. 0856/SK/Dir-PK/SIT/1969 pada tanggal 6 Desember

1969, Media Indonesia diterbitkan oleh Badan Penerbit “Yayasan Warta

Indonesia” diketuai oleh Teuku Yously Syah yang juga merupakan pendiri

Media Indonesia. Pada masa pertama penerbitannya Media Indonesia

hanya dapat terbit sebanyak empat halaman dengan periode terbit setiap

hari. Pada tahun 1976, surat kabar ini kemudian berkembang menjadi

delapan halaman. Pada saat itu, perkembangan regulasi di bidang pers dan

penerbitan sedang terjadi, salah satunya dengan melakukan perubahan SIT

(Surat Izin Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). Hal

ini dilakukan agar setiap penerbitan surat kabar dihadapkan pada realitas

bahwa pers pada masa itu tidak semata menanggung beban idealnya tapi

juga harus tumbuh sebagai badan usaha.

Pada awal tahun penerbitan, Media Indonesia bukanlah suatu

harian politik atau bisnis, melainkan harian yang isi pemberitaaannya lebih

banyak mengarah pada bidang hiburan seperti cerita tentang artis dan lain

sebagainya. Inilah yang menyebabkan pada saat itu Media Indonesia

dikatakan sebagai koran kuning atau koran yang berisi penuh dengan

Page 55: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

44

cerita gosip. Perjalanan hidup Media Indonesia di dunia industri media

massa berlangsung seperti kehidupan pers nasional pada umumnya yang

tidak lepas dari berbagai kendala dan masalah, seperti kesulitan pada

bidang Sumber Daya Manusia (SDM) maupun keuangan. Hal tersebut

yang menyebabkan Media Indonesia tidak teratur dalam penerbitannya.

Dalam kondisi semakin kritis membuat Media Indonesia dengan terpaksa

harus menghentikan penerbitannya, dari surat kabar harian menjadi surat

kabar mingguan. Akibat ketidakaturan ini, pada tahun 1981 Departemen

Penerangan mengeluarkan sanksi dengan menerbitkan Surat Pembantalan

Sementara terhadap Surat Izin Terbit (SIT) Media Indonesia melalui Surat

Keputusan Menteri Penerangan RI No. 986/Ditjen-PPG/1982.

Berdasarkan keputusan sidang pleno XXXI Dewan Pers pada tahun

1988 di Pulau Batam, Riau, dalam membantu penerbitan pers yang masih

dalam keadaan lemah dengan memberikan kesempatan kepada penerbit

pers nasional untuk melakukan kerja sama baik dibidang teknik,

manajemen maupun permodalan dengan pihak lain. Pada akhirnya pada

tahun 1988, Teuku Yously Syah selaku ketua yayasan penerbit “Yayasan

Warta Indonesia” melakukan kerja sama dengan Surya Paloh, mantan

pemimpin umum harian “Prioritas” yang dibredel pada tahun 1986

dibidang permodalan dan manajemen baru harian umum Media

Indonesia.1 Ini merupakan kerjasama yang menggabungkan kekuatan

pengalaman dengan kekuatan modal dan semangat di bawah manajemen

1 Data resmi Media Indonesia tanggal 18 April 2013.

Page 56: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

45

baru PT. Citra Media Nusa Purnama. Perubahan manajemenini tidak

hanya memberikan suntikan modal untuk Media Indonesia akan tetapi

juga memberikan dampak pada kualitas SDM (Sumber Daya Manusia). Isi

pemberitaannya juga mengalami perubahan dengan kuantitas berita politik

sama besar dengan berita ekonomi. Perubahan isi berita ini juga diiringi

dengan perubahan segmentasi sasaran pembaca yaitu kalangan menengah

atas.

Surya Paloh sebagai Direktur Utama sedangkan Teuku Yously

Syah sebagai Pemimpin Umum, dan Pemimpin Perusahaan dipegang oleh

Lestary Luhur. Sementara itu, tempat usaha dan redaksi dipindahkan ke Jl.

Godangdia Lama Nomor 46, Jakarta. Pada awal tahun 1995, bertepatan

pada usianya yang ke 25 Media Indonesia menempati kantor barunya di

Komplek Delta Kedoya, Jalan Pilar Mas Raya Kav. A-D, Kedoya Selatan,

Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Pada gedung barunya semua kegiatan di

bawah satu atap, Redaksi, Usaha, Percetakan, Pusat Dokumentasi,

Perpustakaan, Iklan, Sirkulasi, dan Distribusi serta fasilitas penunjang

karyawan.

2. Visi dan Misi Media Indonesia

a. Visi

Menjadi surat kabar independen yang Inovatif, Lugas,

Terpecaya dan Paling Berpengaruh. Di bawah ini adalah uraian visi

dari Media Indonesia, yaitu:

1) Independen, yaitu menjaga sikap non partisipan, dimana karyawan

tidak menjadi pangurus partai politik, menolak segala bentuk

Page 57: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

46

pemberian yang dapat mempengaruhi objektivitas, dan mempunyai

keberanian bersikap beda.

2) Inovatif, yaitu terus menerus menyempurnakan dan

mengembangkan kemampun teknologi dan SDM (Sumber Daya

Manusia), serta secara terus menerus mengembagkan rublik,

halaman, dan penyempurnaan perwajahan.

3) Lugas, yaitu menggunakan bahasa yang terang dan langsung

4) Terpecaya, yaitu selalu melakukan check and recheck, meliputi

berita dari dua pihak dan seimbang, serta selalu melakukan

investigasidan pedalaman.

5) Paling Berpengaruh, yaitu dibaca oleh para pengambil keputusan,

memiliki kualitas editorial yang dapat mempengaruhi pengambilan

keputusan, memiliki kualitas editorial yang dapat mempengaruhi

pengambil keputusan, mampu membangun network narasumber,

dan memiliki pemasaran/distribusi yang handal.

b. Misi

1) Menyajikan informasi terpecaya secara nasional dan regional serta

berpengaruh bagi pengambil keputusan,

2) Mempertajam isi yang relevan untuk pengembangan pasar,

3) Membangun sumber daya manusia dan manajemen yang

profesional dan unggul, mampu mengembangkan perusahaan

penerbitan yang sehat dan menguntungkan.

Page 58: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

47

3. Struktur Organisasi Media Indonesia

Berdasarkan data company profile Republika, berikut adalah

susunan redaksi tersebut:2

Tabel 3.1

Struktur Organisasi Media Indonesia

Pendiri Drs. H. Teuku Yously Syah Msi (Alm)

Direktur Utama Rahni Lowhur-Sehad

Direktur Pemberitaan Saur M. Hutabarat

Direktur Pengembangan

Bisnis

Alexander Stefanus

Dewan Redaksi Media Group Elman Saragih (Ketua)

Ana Wijaya

Andy F. Noya

Bambang Eka Wijaya

Djadjat Sudradjat

Djafar H. Assegaff

Laurens Tato

Lestari Moerdijat

Rahni Lowhur Sehad

Saur M. Hutabarat

Sugeng Suparwoto

Toeti Adhitama

Redaktur Senior Elman Saragih

Laurens Tato

Saur M. Hutabarat

Deputi Direktur Pemberitaan Usman Kansong

Kepala Divisi Pemberitaan Kleden Suban

Deputi Kepala Content

Enrichment

Gaudensius Suhandi

Deputi Kepala Devisi

Pemberitaan

Abdul Khohar

2 Data resmi Media Indonesia tanggal 18 April 2013.

Page 59: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

48

Sekretariat Redaksi M. Nasri

Asisten Kepala Divisi

Pemberitaan

Ade Alawi

Fitriana Siregar

Haryo Prasetyo

Ono Sarwono

Roesmery C. Sihombing

Asisten Kepala Devisi Foto Hariyanto

Redaktur Agus Mulyawan

Anton Kustedja

Cri Qanon Ria Dewi

Eko Rahmawanto

Eko Suprihatno

Hapsoro Poetro

Henry Salomon Siagian

Ida Farida

Jaka Budisantosa

Mathias S. Brahmana

Mochamad Anwar Surahman

Sadyo Kristiarto

Santhy M. Sibarani

Soelistijono

B. Profil Republika

1. Sejarah Republika

Harian umum Republika diterbitkan atas kehendak mewujudkan

media massa yang mampu mendorong bangsa menjadi kritis dan

berkualitas. Yakni bangsa yang mampu sederajat dengan bangsa maju lain

di dunia, memegang nilai-nilai spiritualitas sebagai perwujudan Pancasila

sebagai filsafat bangsa, serta memiliki arah gerak seperti digariskan UUD

1945. Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang dibentuk pada 5

Page 60: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

49

Desember 1990. Salah satu program ICMI yang disebarkan ke seluruh

Indonesia, antara lain mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program

peningkatan 5k, yaitu:3

a. Kualitas iman,

b. Kualitas hidup,

c. Kualitas kerja,

d. Kualitas karya, dan

e. Kualitas pikir.

Untuk mewujudkan tujuan, cita-cita, dan program ICMII di atas,

beberapa tokoh pemerintah dan masyarakat yang berdedikasi dan

komitmen pada pembangunan bangsa dan masyarakat Indonesia yang

beragama Islam, membentuk Yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus

1992. Yayasan ini kemudian menyusun tiga program utamanya, yaitu:4

a. Pengembangan Islamic Center,

b. Pengembangan CIDES (Center for Information and Development

Studies), dan

c. Penerbitan harian umum Republika.

Pendiri yayasan Abdi Bangsa berjumlah 48 orang yang terdiri dari

beberapa menteri, pejabat tinggi negara, cendikiawan, tokoh masyarakat,

serta pengusaha. Mereka antara lain Ir. Drs. Ginanjar Kartasasmita, H.

Harmoko, Ibnu Sutowo, Muhammad Hasan, Ibu Tien Soeharto, Presiden

Soeharto berperan sebagai pelindung dan ketuanya dijabat oleh Prof. Dr.

Ing. BJ Habibie yang juga menjabat sebagai ketua ICMI.

3Data resmi Republika tanggal 23 Mei 2013.

4Data resmi Republika tanggal 23 Mei 2013.

Page 61: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

50

Sebagai usaha dalam mewujudkan programnya menerbitkan

sebuah koran harian, Yayasan Abdi Bangsa mendirikan PT. Abdi Bangsa.

Dengan melalui berbagai proses, Republika kemudian mendapatkan

SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers) dari Departemen Penerangan

Republik Indonesia. SIUPP itu bernomor 283/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/

1992 tertanggal 19 Desember 1992.

Nama Republika sendiri berasal dari kata “Republik” yang

diberikan Presiden Soeharto saat bertemu dengan para pengurus ICMI.

Kehadiran Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang saat itu

diketuai oleh BJ Habibie dapat menembus pembatasan ketat pemerintah

untuk izin penerbitan saat itu memungkinkan upaya tersebut berbuah. Dan

akhirnya Republika terbit perdana pada 4 Januari 1993.

Pada akhir tahun 2000 saham Republika dipegang oleh kelompok

Mahaka Media, yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh keluarga Erick

Tohir. PT. Abdi Bangsa selanjutnya menjadi perusahaan induk, dan

Republika berada di bawah bendera PT. Republika Media Mandiri, salah

satu anak perusahaan PT. Abdi Bangsa. Dibawah Mahaka Media,

kelompok ini juga menerbitkan majalah Golf Digest Indonesia, Majalah

Parent Indonesia, Radio Jak FM, Radio Gen FM, Radio Delta FM, Female

Radio, Prambors, Jak TV, Alif TV. Walaupun berganti kepemilikan,

Republika tak mengalami perubahan visi dan misi. Sentuhan bisnis dan

independensi membuat Republika semakin lebih kuat dalam

menghidupkan kegiatan ekonomi di media ini.

Page 62: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

51

Direktur Utama, Erick Thohir juga menjabat sebagai Ketua Umum

Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) periode 2010-2013. Ideologi

Republika yaitu kebangsaan, kerakyatan, dan keislaman dengan maksud

mempercepat terbentuknya “civil society”. Orientasi ini yang sehari-hari

dituangkan Republika dalam bentuk informasi dan sajian lainnya.

Republika menampilkan Islam yang moderat.5 Parni Hadi selaku

pemimpin redaksi pertama harian Republika mengatakan bahwa pada

awalnya Republika digagas berdasarkan untuk menyajikan yang terbaik

sebagai pengabdian kepada yang khaliq. Kemudian timbul niat, tekad, dan

akhirnya berbuat untuk mewujudkannya.

Sejak awal penerbitannya pada 4 Januari 1993 penjualan oprahnya

terus meningkat. Hanya dalam sepuluh hari sejak terbit pertama kali, oplah

Republika ini sudah mencapai 100.000 ekslempar, bahkan pada Desember

1993 oplah Republika sudah mencapai 130.000 per hari.Ini berarti terjadi

peningkatan 2,5 kali lipat dari rencana awal terbit yang hanya mengincar

oplah rata-rata sekitar 40.000 eksemplar per hari.

Harian Republika tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Di Jakarta

sebanyak 50,31%, Jawa Barat 17,30%, Jawa Tengah 6,90%, Jawa Timur

4,36%, sisanya tersebar di daerah lain. Walaupun masih tergolong media

cetak yang baru lahir di kancah industri media cetak di Indonesia,

Republika telah mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi tepatnya

pada pertengahan Oktober 1993 Republika berhasil menjadi juara pertama

5 Ibnu Hamad, Realitas Politik di Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis

(Jakarta: Granit, 2004), h.122.

Page 63: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

52

dalam lomba perwajahan media cetak. Bila diamati, sejak kelahirannya

telah banyak penyempurnaan yang dilakukan republika. Tak hanya dalam

disain penampilan korannya, melainkan juga isi. Kini porsi berita maupun

artikel yang berkaitan dengan bisnis akan lebih banyak dijumpai dalam

setiap halaman. Semua ini merupakan upaya pemenuhan tuntutan

khalayak pembaca yang semakin lama semakin meningkat, baik dalam hal

gaya hidup maupun status sosial ekonominya.6

Republika berusaha untuk menampilkan corak jurnalisme yang

khas dengan media cetak lainnya. Dalam penyajian beritanya Republika

cendurung atraktif, jelas, dan tuntas. Media cetak ini juga berusaha

mengembangkan penulisan jurnalisme yang readable atau enak dibaca.

Setiap pengunaan bahasa dan gaya penuturannya diupayakan popular,

renyah, tidak kaku, tanpa mengabaikan kaidah bahasa jurnalisme.

Republika juga memperhatikan dalam aspek visualisasi dan desain yang

menarik untuk disajikan dengan menonjolkan bentuk grafis yang

informatif (berupa gambar, foto, tabel) serta eksploitasi cetakan warna.

Topik pemberitaan yang dipilih adalah topik yang dekat dan berdampak

langsung pada khalayak pembaca. Berikut adalah topik yang

disegmentasikan dalam pemberitaannya: Resonansi, Hikmah, Solikui,

Wacana, Tajuk, Tekad, Rekor , Manager, Trend Teknologi, Dialog Jum’at,

Koran Kecil, dan Selasar.

Sebagai bentuk tanggung jawab sosial kepada masyarakat luas

khususnya kepada kaum dhuafa. Pada Juli 1993, Republika mendirikan

6Data resmi Republika tanggal 23 Mei 2013.

Page 64: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

53

program “Dompet Dhuafa” yang menghimpun, mengelola, dan

menyalurkan zakat para pembacanya. Program ini dilaksanakan sebagai

bentuk partisipasi Republika dalam menyukseskan program pengetasan

kemiskinan di Indonesia.

2. Visi dan Misi Republika

Republika adalah sebuah surat kabar yang lahir di tengah Indonesia

yang berubah secara cepat. Dalam perubahan yang melanda hampir semua

aspek kehidupan ini (politik, ekonomi, iptek, sosial, budaya) keterbukaan

menjadi kata kunci. Republika memilih berposisi untuk turut

mempersiapkan masyarakat Indonesia memasuki masa dinamis ini, tanpa

perlu kehilangan segenap kualitas yang telah dimilikinya.

Motto Republika mencanangkan kalimat “mencerdaskan

kehidupan bangsa” menunjukkan semangat mempersiapkan masyarakat

memasuki era baru. Keterbukaan dan perubahan telah dimulai dan tak ada

langkah kembali, bila kita memang bersepakat mencapai kemajuan. Meski

demikian, mengupayakan perubahan yang juga berarti pembaharuan tidak

mesti harus mengganggu stabilitas yang telah susah payah dibangun.

Keberpihakan Republika terarah kepada sebesar-besar penduduk

negeri ini, yang mempersiapkan diri bagi sebuah dunia yang lebih baik dan

adil. Media massa dengan Republika sebagai salah satu darinya, hanya jadi

penopang agar langkah itu bermanfaat bagi kesejahteraan bersama.Dengan

latar belakang tersebut, misi yang dikeluarkan oleh Republika diberbagai

bidang kehidupan adalah sebagai berikut:

Page 65: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

54

a. Politik

Dalam bidang politik, Republika mendorong demokratisasi, dan

optimalisasi lembaga-lembaga negara, partisipasi politik semua lapisan

masyarakat, dan pengutamaan kejujuran dan moralitas dalam politik.

b. Ekonomi

Keterbukaan dan demokratisasi ekonomi menjadi kepedulian

Republika, mempromosikan profesionalisasi yang mengindahkan nilai-

nilai kemanusiaan dalam manajemen, menekankan perlunya

pemerataan sumber-sumber daya ekonomi, dan mempromosikan

prinsip-prinsip etika dan moralitas dalam bisnis.

c. Budaya

Republika mendukung sikap yang terbuka dan apresiatif terhadap

bentuk-bentuk kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai

kemanusiaan, darimana pun datangnya, mempromosikan bentuk-

bentuk kesenian dan hiburan yang sehat, mencerdasakan,

menghaluskan perasaan, mempertajam kepekaan nurani serta bersikap

kritis terhadap bentuk kebudayaan yang cenderung mereduksi manusia

dan mendangkalkan nilai-nilai kemanusiaan.

d. Agama

Dalam bidang ini, Republika mendorong sikap beragama yang terbuka

sekaligus kritis terhadap realitas sosial-ekonomi kontemporer,

mempromosikan semangat toleransi yang tulus, mengembangkan

penafsiran ajaran-ajaran ideal agama dalam rangka mendapatkan

Page 66: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

55

pemahaman yang segar dan tajam, serta mendorong pencarian titik

temu di antara agama-agama.

3. Struktur Organisasi Republika

Berdasarkan data company profile Republika, berikut adalah

susunan redaksi tersebut:7

Tabel 3.2

Struktur Organisasi Harian Republika

Pemimpin Redaksi Nasihin Masha

Wakil Pemimpin Redaksi Arys Hilman Nugraha

Redaktur Pelaksana Koran Elba Damhuri

Redaktur Pelaksana Newsroom Maman Sudiaman

Redaktur Pelaksana Online M. Irwan Ariefyanto

Redaktur Senior Anif Punto Utomo

Wakil Redaktur Pelaksana Irfan Junaidi

Syahruddin El-Fikri

Kumara Dewantasari

Asisten Redaktur Pelaksana Fikrah Fansuri

Heri Ruslan

Johar Arief

Joko Sadewo

Nur Hasan Murtiaji

Subroto

Sekretaris Redaksi Hamidah Sagaf

Kepala Quality Control dan

Bahasa

Rakhmat Hadi Sucipto

Reporter Senior Harun Husein

Muhammad Subarkah

Nurul S. Hamami

Selamat Ginting

Siwi Tri Puji Budiwiyati

Teguh Setiawan

7 Data resmi Republika tanggal 23 Mei 2013.

Page 67: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

56

Kepala Desain Sarjono

Staf Redaksi Agus Yulianto, Alwi Shahab, EH

Ismail, Ferry Kisihandi, Fitryan

Zamzami, Heri Purwata, Indira

Rezki Sari, Irwan Kelana, Israr, M.

Ikhsan Shidieqy, Nashih Nasrullah,

Natalia Endah Hapsari, Nidiya

Zuraya, Nina Chairani Ibrahim,

Priantono Oemar, Rahmat Budi

Harto, Ratna Puspita, Reni

Dwinanda, R. Hiru Muhammad,

Stevy Maradona, Taufiqurahman

Bachdari, Teguh Firmansyah,

Wachidah Handasah, Wulan

Tunjung Palupi, Yeyen Rustiyani,

Yogi Agi Cahyadi, Yusuf Ashidiq,

Zaki Al Hamzah, Edwin Dwi

Putranto, Abdullah Sammy, Agus

Raharjo

Direktur Utama Daniel JP Wawengkang

Direktur Pemberitaan Ikhwanul Kiram Mashuri

Direktur Operrasional Mira R. Djarot

Direktur Business Development Tommy Tamtono

Komisaris Utama Adi Sasono

Wakil Komisaris Utama Erick Thohir

Komisaris R. Harry Zulnardy

Adrian Syarkawi

GM Keuangan Didik Irianto

GM Marketing dan Sales Yulianingsih

Manager Iklan Indar Wisnu Wardhana

Manager Produksi Nurrokhim

Manager Sirkulasi Darkiman Ruminta

Manager Keuangan Heri Setiawan

Page 68: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

57

BAB IV

ANALISIS TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN

Harian Media Indonesia dan Republika sama-sama mengangkat berita

hasil survey pada waktu terbit yang berbeda namun berdekatan. Hal ini yang

menjadi latar keingintahuan peneliti untuk melihat apakah terdapat sudut pandang

yang berbeda antara kedua media tersebut terhadap pemberitaan tentang hasil

survey yang dilakukan LSI. Walaupun Media Indonesia dan Republika sama-

sama media cetak yang beraliran nasionalis, tetapi opini masyarakat yang

berkembang mengatakan bahwa Republika memiliki sejarah kedekatan dengan

kelompok Islam. Hal ini yang menyebabkan peneliti tertarik untuk melihat apakah

mungkin faktor latar belakang berdiri media tersebut membuat perbedaan bingkai

dalam mengemas berita hasil survey LSI.

A. Hasil Temuan Penelitian Tentang Perbedaan Bingkai Antara Media

Indonesia dan Republika

Penelitian ini membandingkan dua media massa tersebut dari sisi

sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Judul berita dari Media Indonesia yang

digunakan menjadi dasar untuk analisis “Partai Islam Dihantam Tiga

Masalah”, diterbitkan pada tanggal 21 Oktober 2012, sedangkan Republika

dengan judul berita “Partai Islam Lebih Bersih”, ditebitkan pada 17 Oktober

2012. Berikut penjelasannya:

Page 69: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

58

1. Sintaksis

a. Headline

Tabel 4.1

Headline dari Media Indonesia dan Republika

Unsur yang

diamati Media Indonesia Republika

Headline Partai Islam Dihantam Tiga

Masalah

Partai Islam Lebih Bersih

Media Indonesia memasukkan berita yang berjudul “Partai Islam

Dihantam Tiga Masalah” pada headline tetapi berita tersebut tidak

diletakkan pada halaman utama. Berita tersebut hanya dimasukkan pada

kolom politik halaman ketiga. Pada headline yang dibuatMedia Indonesia

lebih mengangkat angle pemberitaan tentangkeadaan partai Islam yang

terlilit masalah besarmenurut hasil survey yang dilakukan oleh LSI.

Berbeda dengan Media Indonesia, harian umum Republika meletakkan

beritanya pada headline halaman utama. Republika menjadikan berita

tentang “Partai Islam Lebih Bersih”dominan pada halaman pertama

dengan huruf besar dan tebal yang dipadukan dengan gambar yang

menempati lebih dari empat kolom baris surat kabar.Berita yang diangkat

oleh Republika membahas mengenai persepsi baik masyarakat yang

mengatakan bahwa partai Islam lebih bersih dari partai nasionalis dalam

hal kasus korupsi. Republika menggunakan angle berita tidak hanya dari

hasil survey Lingkaran Survey Indonesia (LSI) untuk menguatkan isi

beritanya, tetapi juga dari Lembaga Survey Nasional (LSN).

Page 70: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

59

Republika lebih menonjolkan hasil survey dari Lembaga Survey

Nasional (LSN) pada awal paragraf penulisan berita. Hal ini dilakukan

oleh Republika untuk menyeimbangkan hasil survey dari Lingkaran

Survey Indonesia (LSI) yang mengatakan bahwa suara parpol Islam di

bawah dari partai nasionalis. Ini merupakan salah satu strategi Republika

dalam mengkonstruk berita.

b. Lead

Tabel 4.2

Unsur Lead dari Media Indonesia dan Republika

Unsur yang

diamati Media Indonesia Republika

Lead

Hasil survey yang

dirilis Lingkaran

Survey Indonesia

(LSI) menunjukkan

perolehan suara partai

politik berbasis Islam

lebih rendah jika

dibandingkan dengan

partai nasionalis.

JAKARTA- Partai politik

(parpol) Islam patut bernafas

lega dengan persepsi

masyarakat saat ini.

Masyarakat masih percaya

parpol Islam lebih bersih

dibandingkan dengan parpol

nasionalis. Meski begitu,

suara parpol Islam pada 2014

belum tentu memuaskan.

Pada tabel 4.2 menunjukan bahwa terdapat perbedaan lead yang

ditampilkan. Pada lead yang ditampilkan dari Media Indonesia terlihat

sudah tampak dasar argumen berita itu dihasilkan dari hasil survey LSI

yang mengatakan suara partai Islam lebih rendah jika dibandingkan dari

partai nasionalis. Berbeda dengan Media Indonesia lead yang ditampilkan

oleh Republika tidak menyebutkan darimana dasar argumen berita itu

dihasilkan.

Page 71: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

60

Lead yang digunakan oleh Media Indonesia ialah tentang hasil

survey LSI. Hasil survey tersebut menunjukkan perolehan suara partai

Islam lebih rendah dengan partai nasionalis. Jenis lead yang digunakan

Media Indonesia ialah what lead. Dari segi what lead yang ingin

ditampilkan oleh Media Indonesia ialah peristiwa apa yang terjadi. Berikut

kutipannya:

“Hasil survey yang dirilis Lingkaran Survey Indonesia

(LSI) menunjukkan perolehan suara partai politik berbasis Islam

lebih rendah jika dibandingkan dengan partai nasionalis.”

Media Indonesia menggunakan what lead karena ingin

menjelaskan kepada khalayak pembaca bahwa suara partai Islam pada

survey LSI lebih rendah dari partai nasionalis. Dengan menggunakan what

lead Media Indonesia berusaha menjelaskan kepada khalayak pembaca

tentang keadaan suara partai Islam yang lebih rendah dari partai nasionalis

pada survey LSI.

Republika menggunakan dua jenis lead yaitu who dan why lead.

Pada who lead berisi tentang kepercayaan masyarakat bahwa partai Islam

masih lebih bersih dari kasus korupsi dibandingkan dengan parpol

nasionalis. Dari who lead yang ditampilkan terlihat Republika ingin

menyampaikan siapakah yang memberikan persepsi baik terhadap partai

Islam. Berikut kutipannya:

“Masyarakat masih percaya parpol Islam lebih bersih

dibandingkan dengan parpol nasionalis.”

Kemudian jenis lead kedua yang digunakan oleh Republika adalah

why lead. Dari segi why lead Republika ingin menyampaikan kenapa

Page 72: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

61

parpol Islam patut bernafas lega dengan kondisinya saat ini. Berikut

kutipannya:

“Partai politik (parpol) Islam patut bernafas lega dengan

persepsi masyarakat saat ini. Masyarakat masih percaya parpol

Islam lebih bersih dibandingkan dengan parpol nasionalis.”

Peneliti melihat Republika menggunakan who lead dan why lead

disebabkan ingin membawa pembaca berfikir bahwa partai Islam yang

lebih bersih dari kasus korupsi dibandingkan partai nasionalis. Lewat

pemilihan kata lebih bersih pada lead akan menggiring pembaca percaya

bahwa kondisi partai Islam itu lebih bersih dari partai nasionalis.

c. Latar

Tabel 4.3

Latar dari Media Indonesia dan Republika

Unsur yang

diamati Media Indonesia Republika

Latar Mengenai tiga penyebab

turunnya pamor parpol

Islam pada survey yang

dilakukan oleh Lingkaran

Survey Indonesia (LSI).

Kepercayaan masyarakat

terhadap partai Islam

yang menganggap lebih

bersih daripada partai

nasionalis tercemin

dalam hasil survey

(LSN), tapi hal ini tidak

menempatkan suara

partai Islam lebih

memuaskan pada pemilu

2014.

Latar yang digunakan oleh Media Indonesia adalah data survey

dari Lingkaran Survey Indonesia (LSI). Pada bagian ini Media Indonesia

berusaha menjelaskan kepada pembaca bahwa terdapat tiga masalah yang

menjadi faktor turunnya partai Islam. Penggunaan kalimat tiga penyebab

Page 73: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

62

turunnya pamor partai Islam semakin menekankan makna bahwa benar

telah terjadi masalah dalam tubuh partai Islam.

Penggunaan latar yang ditampilkan Republika sangat berbeda jika

dibandingkan dengan Media Indonesia. Jika Media Indonesia

menggunakan latar dari permasalahan dalam tubuh partai Islam,

berdasarkan turunnya pamor partai Islam dari hasil survey LSI, sedangkan

Republika lebih melihat dari prestasi partai Islam berdasarkan hasil survey

LSN. Pada hasil survey tersebut menjelaskan bahwa partai Islam lebih

bersih dari partai nasionalis dari kasus korupsi. Dari pemilihan latar yang

dibuat terlihat Republika ingin memberikan kesan positif terhadap citra

partai Islam di masyarakat luas, sebaliknya Media Indonesia lebih

menekankan isu pamor partai Islam menurun.

d. Kutipan Narasumber

Tabel 4.4

Kutipan Narasumber pada Media Indonesia dan Republika

Unsur yang

diamati Media Indonesia Republika

Kutipan “... kalau partai nasionalis

semakin mengakomodasi

kepentingan Islam, alasan

pemilih untuk memilih

partai Islam semakin

kecil”

“kebijakan yang

dikeluarkan dewan

legislasinya tidak

diwarnai oleh ciri

keislaman.”

“kita akui masyarakat

sikapnya keras jika partai

yang mengatasnamakan

Islam, tetapi kadernya

berbuat tidak terpuji.

Meski kecil, responnya

luar biasa,” katanya.

Page 74: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

63

Media Indonesia secara umum berisikan kutipan hasil wawancara

mengenai kondisi dan masalah pada partai Islam menjelang pemilu 2014.

Media Indonesia memasukkan narasumber dari peneliti LSI, Adjie Al

Faraby dan ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera, Sohibul Iman.

Adjie Al Faraby mengatakan bahwa sekarang ini sudah banyak

partai nasionalis yang memasukan nilai-nilai keislaman dalam setiap

kegiatan organisasi partainya sehingga pemilih beralih kepada partai

nasionalis sehingga membuat semakin kecil suara partai Islam. Berikut

kutipannya:

“Persoalan yang terakhir menurut Adjie, saat ini semakin

banyak partai nasionalis yangjustru mengakomodasi kepentingan

Islam. Menurutnya hal itu harus semakin diwaspadai partai Islam.

”Kalau partai nasionalis semakin mengakomodasi kepentingan

Islam, alasanpemilihuntuk memilih partai Islam semakin kecil.”

Pernyataan dari Adjie Al Faraby semakin diperkuat dengan

pemilihan kata mengakomodasi kepentingan Islam. Kata tersebut

mempertegas jika partai nasionalis semakin memberikan perhatian pada

kepentingan Islam. Kata mengakomodasi sendiri dalam kamus besar

bahasa Indonesia memiliki arti membantu dan menolong. Penggunaan kata

tersebut mengindikasikan bahwa partai nasionalis mencoba membantu

dengan memberikan perhatian khusus pada kepentingan Islam.

Sejalan dengan permasalahan di atas, Sohibul Iman juga

mengungkapkan bahwa tokoh dari partai Islam seharusnya bisa menjaga

sikap dalam kegiatan politik dan kehidupan sehari-hari. Sorotan tajam dari

masyarakat dan media terhadap sifat mereka dapat menjadikan sebuah

Page 75: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

64

kerugian besar yang dapat menjatuhkan pamor partai Islam. Berikut

kutipannya:

“Kita akui masyarakat sikapnya keras jika partai yang

mengatasnamakan Islam, tetapi kadernya berbuat tidak terpuji.

Meski kecil, responnya luar biasa.”

Peneliti melihat Sohibul Iman sebagai narasumber yang mewakili

partai Islam, menyadari bahwa selama ini publik sangat kritis terhadap

segala sesuatu yang dilakukan oleh partai beraliran Islam ataupun para

kadernya. Hal tersebut tergambar dari kalimat masyarakat sikapnya

keras.

Media Indonesia memilih dua narasumber yaitu peneliti LSI, Adjie

Al Faraby dan ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera, Sohibul Iman

disebabkan mereka dianggap kompeten dengan pembahasan judul berita.

Hal itu dikarenakan mereka berasal dari intansi terkait yang dibahas dalam

berita. Dua orang tersebut diyakini oleh Media Indonesia mampu

memberikan penjelasan tentang faktor apa saja yang menjadi penyebab

turunnya suara partai Islam pada survey yang dilakukan oleh LSI.

Berbeda dengan Media Indonesia, pada elemen kutipan

narasumber tidak ada kutipan yang berhubungan langsung dengan judul

berita yang dibuat. Republika hanya mengunakan hasil survei yang

dilakukan oleh Lembaga Survei Nasional (LSN) untuk menguatkan judul

berita yang membahas partai Islam lebih bersih. Hal tersebut tampak pada

paragraf kedua berita yang dibuat oleh Republika. Pada paragraf tersebut

menjelaskan tentang persepsi publik tentang persoalan kader parpol

Page 76: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

65

terkorup versi LSN yang menempatkan tiga parpol nasionalis diposisi

teratas.

e. Pernyataan

Tabel 4.5

Pernyataan pada Media Indonesia dan Republika

Unsur yang

diamati Media Indonesia Republika

Pernyataan Menurut peneliti LSI Adjie

Al Faraby setidaknya ada

tiga hal yang menjadi

penyebab turunnya pamor

partai Islam.

Peneliti Lembaga

Survey Indonesia (LSI)

Burhanuddin Muhtadi

mengatakan, parpol

Islam memang lebih

baik dalam hal

kebersihan dari kasus

korupsi. Tetapi, kata

dia, saat ini parpol

manapun, baik Islam

maupun nasionalis,

tidak ada yang dikenal

bersih.

Adjie mengatakan, selama

ini partai Islam hanya

mengandalkan program

yang terlalu umum tanpa

menyentuh kesejahteraan

masyarakat.

Menurut Adjie, partai Islam

saat ini tidak memiliki tokoh

teladan yang jauh dari kasus

korupsi.

Persoalan terakhir, menurut

Adjie, saat ini partai

nasionalis yang justru

mengakomodasi

kepentingan Islam.

Page 77: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

66

Dalam pernyataan tersebut Media Indonesia menulis tentang faktor

penyebab turunnya pamor partai Islam pada survey yang dilakukan LSI.

Lewat pernyataan dari peneliti LSI, Adjie Al Faraby pada paragraf

pertama, Media Indonesia melihat terdapat tiga faktor penyebab turunnya

suara partai Islam. Berikut kutipannya:

“Menurut peneliti LSI Adjie Al Faraby setidaknya ada tiga

hal yang menjadi penyebab turunnya pamor partai Islam”

Ketiga masalah tersebut dijelaskan secara terperinci lewat

pernyataan narasumber selanjutnya. Pada penjelasan pertama digambarkan

bahwa partai Islam tidak memiliki program yang menarik untuk

ditawarkan kepada masyarakat. Media Indonesia menjelaskan program

yang ditawarkan oleh partai Islam tidak menyentuh untuk kesejahteraan

rakyat. Berikut pernyataannya:

“Pertama belakangan ini partai Islam tidak memiliki

program yang kongkret untuk ditawarkan kepada masyarakat.

Adjie mengatakan, selama ini partai Islam hanya mengandalkan

program yang terlalu umum tanpa menyentuh kesejahteraan

masyarakat”

Persoalan kedua yang dijelaskan ialah integritas tokoh partai Islam.

Pada permasalahan ini partai Islam dikatakan tidak memiliki tokoh yang

dapat diteladani. Maksud dari kata sifat teladan ini adalah tokoh yang jauh

dalam kasus korupsi. Media Indonesia juga mempertegasnya dengan

menyebutkan contoh tokoh dari partai Islam yang terlibat dalam kasus

korupsi. Berikut pernyataannya:

“Selain itu, persoalan yang mendasar ialah integritas tokoh.

Menurut Adjie, partai Islam saat ini tidak memiliki tokoh teladan

yang jauh dari kasus korupsi. Sebagai contoh dua tokoh masing-

Page 78: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

67

masing dari partai Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

Suryadarma Ali dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin

Iskandar, justru kementrian yang mereka pimpin banyak masalah.

Terjadi krisis kebanggaan Islam, orang percaya kepada individual

bukan kepada kelompok, jadi prestasi yang utama, terangnya”

Dan persoalan terakhir yang melanda partai Islam, menurut Media

Indonesia ialah semakin banyak partai nasionalis yang memasukan nilai

Islam dalam kegiatan politiknya. Dengan memasukan nilai Islam dalam

kegiatan politiknya partai nasionalis berusaha mendapatkan suara dari

umat Islam. Hal tersebut harus diwaspadai oleh partai Islam karena dapat

semakin memperkecil suaranya. Berikut pernyataannya:

“Persoalan terakhir menurut Adjie saat ini semakin

banyak partai nasionalis yang justru mengakomodasi kepentingan

Islam. Menurutnya, hal itu harus semakin diwaspadai partai Islam.

Kalau partai nasionalis semakin mengakomodasi kepentingan

Islam, alasan pemilih untuk memilih partai Islam semakin kecil”

Persoalan terakhir yang dibahas oleh Media Indonesia tadi untuk

memperjelas tentang masalah apa saja yang membelit tubuh partai Islam.

Dimulai dari penyebutan sumber masalah, dan penjelasan terhadap

masalah tersebut. Pemilihan kata ”persoalan terakhir” pada pernyataan

di atas ingin memberikan informasi secara jelas tentang masalah pada

tubuh partai Islam pada khalayak pembaca.

Berbeda dengan Media Indonesia, pernyataan yang dikeluarkan

oleh Republika tampak berusaha memberikan lampu kuning kepada parpol

Islam, bukan memberikan argumentasi tentang kondisi parpol. Menurut

Republika, berdasarkan pendapat Burhanuddin Muhtadi, peneliti dari LSI,

menyatakan bahwa parpol Islam lebih bersih dari partai nasionalis dalam

Page 79: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

68

kasus korupsi. Faktor di atas tidak akan banyak menolong perolehan suara

partai Islam karena hal tersebut belum bisa mengambil simpati dari

pemilih. Hal ini tergambar dari suara partai Islam yang masih di bawah

partai nasionalis dari survey yang dilakukan oleh LSI. Berikut kutipannya:

“Peneliti Lembaga Survey Indonesia (LSI) Burhanuddin

Muhtadi mengatakan, parpol Islam memang lebih baik dalam hal

kebersihan dari kasus korupsi. Tetapi, kata dia, saat ini parpol

manapun, baik Islam maupun nasionalis, tidak ada yang dikenal

bersih”

f. Penutup

Tabel 4.6

Penutup pada Media Indonesia dan Republika

Unsur yang

diamati Media Indonesia Republika

Penutup Dalam pilpres yang

penting adalah tokoh yang

dicalonkan, bukan

parpolnya.

Penurunan elektabilitas

terjadi di seluruh parpol.

Pada bagian akhir penutup Media Indonesia mengambil dari

pernyataan Ari Dwipayana, pengamat politik UGM. Pernyataan ini

menjelaskan bahwa kualitas tokoh masih menjadi hal yang utama dalam

pilpres. Urusan dari parpol nasionalis atau parpol Islam tidak menjadi

masalah. Berikut kutipannya:

“Dalam pilpres yang penting adalah tokoh yang dicalonkan, bukan

parpolnya.”

Bagian penutup Media Indonesia berusaha melihat secara subyektif

terhadap tokoh yang maju pada pilpres nanti. Pada bagian ini Media

Indonesia tidak mempermasalahkan dari mana calon itu berasal. Hal

Page 80: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

69

tersebut tergambar dari pemilihan kalimat tokoh yang dicalonkan, bukan

parpolnya. Berbeda dengan Media Indonesia, pada bagian penutup

Republika menjelaskan bahwa penurunan elektabilitas tidak hanya terjadi

pada partai Islam, tetapi juga pada partai nasionalis. Penjelasan di atas

diambil dari pernyataan yang dikeluarkan oleh Bima Arya, ketua DPP

PAN. Berikut adalah isi pernyataan yang diberikan:

“Ketua DPP PAN Bima Arya menjelaskan, penurunan elektabilitas

terjadi diseluruh parpol.”

2. Skrip

a. 5W+1H

Tabel 4.7

5W+1H pada Media Indonesia dan Republika

Unsur yang

diamati Media Indonesia Republika

5W+1H What (apa yang terjadi):

Hasil survey yang dirilis

Lingkaran Survey

Indonesia (LSI)

menunjukan perolehan

suara partai berbasis Islam

lebih rendah jika

dibandingkan dengan

partai nasionalis.

Why (kenapa perolehan

partai Islam lebih rendah

dibandingkan dengan

partai nasionalis dalam

hasil survey LSI): Menurut

peneliti Adjie Al Faraby,

setidaknya ada tiga hal

yang menjadi penyebab

What (apa yang terjadi):

Berdasarkan hasil survey

Lembaga Survey Nasional

(LSN), partai politik Islam

patut benafas lega dengan

persepsi masyarakat saat

ini. Masyarakat masih

percaya bahwa partai

Islam lebih bersih

dibanding partai

nasionalis. Meski begitu,

suara parpol Islam pada

pemilu 2014 belum tentu

memuaskan.

Why (kenapa suara parpol

Islam pada pemilu 2014

belum tentu memuaskan.

Page 81: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

70

Unsur yang

diamati Media Indonesia Republika

turunnya pamor partai

Islam.

Padahal pada survey LSN

mendapat predikat lebih

bersih dari partai

nasionalis): Berdasarkan

hasil survey Lingkaran

Survey Indonesia (LSI),

lima besar parpol pilihan

responden seluruhnya

partai nasionalis dengan

suara di atas lima persen.

Sedangkan, parpol

berbasis massa Islam

hanya memperoleh suara

di bawah lima persen.

Dari analisis skrip elemen 5W+1H di Media Indonesia dan

Republika unsur yang terkandung dari elemen skrip keduanya hanya

terdapat what, dan why. Elemen skrip merupakan cara wartawan

menceritakan sebuah peristiwa secara lengkap. Laporan kelengkapan

berita Media Indonesia dapat dilihat sebagai berikut what (apa hasil survey

yang dilakukan LSI), dan why (kenapa perolehan partai Islam lebih rendah

dibandingkan dengan partai nasionalis dalam hasil survey LSI). Dengan

ini dapat tergambar bahwa Media Indonesia menekankan partai Islam

mendapat suara lebih rendah dari partai nasionalis disebabkan oleh tiga

masalah. Penjelasan ketiga masalah tersebut ditempatkan pada teks

berikutnya. Peneliti menilai penempatan tersebut merupakan frame Media

Indonesia agar pembahasan ketiga masalah tersebut bisa dijelaskan secara

terperinci.

Page 82: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

71

Elemen skrip Republika lebih melihat dari survey yang dilakukan

oleh LSN. Kelengkapan berita yang disajikan oleh Republika adalah

sebagai berikut what (apa hasil survey yang dilakukan oleh LSN) dan why

(kenapa suara parpol Islam pada pemilu 2014 belum tentu memuaskan).

Pada bagian ini penulis melihat Republika berusaha mengabungkan hasil

survey dari LSN dan LSI. Dengan memasukkan hasil survey LSN,

Republika mengaburkan tentang hasil LSI yang mengatakan bahwa suara

partai nasionalis lebih besar dibanding dengan suara partai Islam.

3. Tematik

a. Detail

Tabel 4.8

Unsur Detail pada Media Indonesia dan Republika

Unsur yang

diamati Media Indonesia Republika

Detail ”... selama ini partai Islam

hanya mengandalkan program

yang terlalu umum tanpa

menyentuh kesejahteraan

masyarakat.”

“persepsi publik soal

kader parpol terkorup

versi Lembaga Survey

Nasional (LSN)

menempatkan tiga parpol

nasionalis di posisi teratas,

yakni Partai Demokrat,

Partai Golkar, dan PDIP.

Berdasarkan data

Indonesian Corruption

Watch (ICW), kader

parpol yang terjerat

korupsi sepanjang 1

Januari hingga 31 Juni

2012 juga didominasi oleh

tiga parpol itu.”

Page 83: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

72

Unsur yang

diamati Media Indonesia Republika

”selain itu, persoalan yang

mendasar ialah integritas

tokoh. Menurut Adjie, partai

Islam saat ini tidak memiliki

tokoh teladan yang jauh dari

kasus korupsi. Sebagai contoh

dua tokoh masing-masing dari

partai Partai Persatuan

Pembengunan (PPP)

Suryadarma Ali dan Partai

Kebangkitan Bangsa (PKB)

Muhaimin Iskandar, justru

kementrian yang mereka

pimpin banyak masalah ...”

“Anggota Fraksi PKS

Nasir Djamil mengatakan,

persepsi publik harus

menjadi penyemangat

untuk memperbaiki

kinerja parpol Islam pada

Pemilu 2014. PKS akan

melakukan evaluasi

struktur dan kader di

daerah. Wakil Sekjen PKS

memiliki program untuk

memberi solusi ekonomi

bagi rakyat kecil untuk

meraup suara.”

Dari struktur tematik yang masuk dalam elemen detail, topik yang

dipilih Media Indonesia terdapat dua tema dalam teks berita tersebut. Pada

detail pertama, membahas pernyataan yang dikeluarkan oleh peneliti

Lingkaran Survey Indonesia, Adjie Al Faraby. Adjie mengatakan bahwa

partai Islam selama ini tidak memiliki program yang kongkret untuk

ditawarkan kepada masyarakat. Media Indonesia menggunakan detail ini

untuk memperjelas bahwa program yang ditawarkan partai Islam tidak

kongkret dengan kondisi masyarakat. Berikut kutipannya:

Pertama, belakangan ini partai Islam tidak memiliki

program yang kongkret untuk ditawarkan kepada masyarakat.

Adjie mengatakan, selama ini partai Islam hanya mengandalkan

program yang terlalu umum tanpa menyentuh kesejahteraan

masyarakat.

Detail kedua yang diberikan oleh Media Indonesia masih mengenai

pernyataan yang dikeluarkan oleh peneliti Lingkaran Survey Indonesia,

Page 84: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

73

Adjie Al Faraby. Pada bagian detail yang kedua, Adjie Al Faraby

menjelaskan persoalaan partai Islam yang mendasar adalah integritas

tokoh. Detail ini dipilih oleh Media Indonesia untuk mengkritik partai

Islam yang tidak memiliki tokoh yang teladan yang jauh dari kasus

korupsi. Berikut kutipannya:

Selain itu, persoalan yang mendasar ialah integritas tokoh.

Menurut Adjie, partai Islam saat ini tidak memiliki tokoh teladan

yang jauh dari kasus korupsi. Sebagai contoh dua tokoh masing-

masing dari partai Partai Persatuan Pembengunan (PPP)

Suryadarma Ali dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin

Iskandar, justru kementrian yang mereka pimpin banyak masalah.

“Terjadi krisis kebanggaan Islam, orang percaya kepada individual

bukan kepada kelompok, jadi prestasi yang utama,” terangnya.

Republika memiliki dua tema detail pada teks beritanya. Tema

detail pertama membahas tentang hasil survey yang dilakukan Lembaga

Survey Nasional (LSN) dan Indonesian Corruption Watch (ICW). Bagian

detail yang ditonjolkan oleh Republika terletak pada kalimat kader

parpol terkorup versi Lembaga Survey Nasional (LSN)

menempatkantiga parpol nasionalis di posisi teratas, yakni Partai

Demokrat, Partai Golkar, dan PDIP. Detail ini berusaha menguatkan

bahwa partai nasionalis banyak kadernya yang terjerat dalam kasus

korupsi. Berikut kutipannya:

“Persepsi publik soal kader parpol terkorup versi Lembaga

Survey Nasional (LSN) menempatkan tiga parpol nasionalis di

posisi teratas, yakni Partai Demokrat, Partai Golkar, dan

PDIP. Berdasarkan data Indonesian Corruption Watch (ICW),

kader parpol yang terjerat korupsi sepanjang 1 Januari hingga 31

Juni 2012 juga didominasi oleh tiga parpol itu.”

Dan detail yang terakhir yang diambil oleh Republika membahas

pernyataan dari Anggota Fraksi PKS, Nasir Djamil yang menyatakan PKS

Page 85: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

74

akan menjadikan persepsi publik sebagai penyemangat untuk memperbaiki

kinerja parpol Islam pada Pemilu 2014. Bagian detail ini digunakan untuk

mempertegas respon positif dari salah satu partai Islam yaitu PKS dengan

memperbaiki kinerjanya dan belajar dari hasil survey LSI. Berikut

kutipannya:

“Anggota Fraksi PKS Nasir Djamil mengatakan, persepsi

publik harus menjadi penyemangat untuk memperbaiki kinerja

parpol Islam pada Pemilu 2014. PKS akan melakukan evaluasi

struktur dan kader di daerah. Wakil Sekjen PKS memiliki

program untuk memberi solusi ekonomi bagi rakyat kecil untuk

meraup suara.”

b. Koherensi

Tabel 4.9

Unsur Koherensi pada Media Indonesia dan Republika

Unsur yang

diamati Media Indonesia Republika

Koherensi Hasil survey yang dirilis

Lingkaran Survey Indonesia

(LSI) menunjukkan

perolehan suara partai

politik berbasis Islam lebih

rendah dibandingkan

dengan partai nasionalis.

Masyarakat masih percaya

parpol Islam lebih bersih

dibanding parpol

nasionalis.

Partai Islam saat ini tidak

memiliki tokoh teladan

yang jauh dari kasus

korupsi.

Menurut Umar, elektabilitas

parpol Islam rendah karena

di banyak daerah tidak

terlihat respresentasi parpol

Islam.

Koherensi yang terdapat pada tema pertama Media Indonesia

menggunakan koherensi pembeda. Koherensi pembeda ini berusaha

membandingkan suara yang didapatkan oleh partai Islam dan partai

Page 86: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

75

nasionalis pada survey LSI. Dengan penggunaan koherensi pembeda

tersebut Media Indonesia menekankan makna bahwa suara yang

didapatkan partai Islam lebih rendah dari partai nasionalis. Berikut

kutipannya:

“Hasil survey yang dirilis Lingkaran Survey Indonesia

(LSI) menunjukkan perolehan suara partai politik berbasis Islam

lebih rendah dibandingkan dengan partai nasionalis. Menurut

peneliti LSI Adjie Al Faraby setidaknya ada tiga hal yang menjadi

penyebab turunnya pamor partai Islam”

Kemudian koherensi yang terdapat dalam tema kedua

menggunakan koherensi kondisional. Pada koherensi kondisional ini

berusaha mencari makna penjelas dari anak kalimat. Koherensi kedua ini

digunakan Media Indonesia untuk menjelaskan perilaku tokoh dari partai

Islam kurang teladan dalam kasus korupsi. Berikut kutipannya:

Selain itu, persoalan yang mendasar ialah Integritas tokoh.

Menurut Adjie, partai Islam saat ini tidak memiliki tokoh teladan

yang jauh dari kasus korupsi. Sebagai contoh dua tokoh masing-

masing dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadarma Ali

dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, justru

kementrian yang mereka pimpin banyak masalah. “Terjadi krisis

kebanggan pada partai Islam. Orang percaya pada individual bukan

kepada kelompok, jadi prestasi yang utama, terangnya”.

Koheransi pertama Republika adalah koherensi pembeda.

Koherensi ini digunakan untuk membahas tentang persepsi masyarakat

yang menganggap bahwa partai Islam lebih bersih dari partai nasionalis

dalam kasus korupsi. Berikut kutipannya:

“Partai politik (parpol) Islam patut bernafas lega dengan

persepsi masyarakat saat ini. Masyarakat masih percaya parpol

Islam lebih bersih dibanding parpol nasionalis. Meski, begitu

suara parpol Islam pada 2014 belum tentu memuaskan”

Page 87: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

76

Koherensi kedua Republika menggunakan koherensi sebab-akibat.

Koherensi ini digunakan untuk menjelaskan elektabilitas parpol Islam dan

akibat dari rendahnya elektabilitas tersebut. Pada koherensi kedua ini

Republika berusaha menekankan parpol Islam memiliki elektabilitas yang

rendah. Hal ini disebabkan karena di banyak daerah tidak terlihat

respresentasi parpol Islam. Berikut kutipannya:

“Menurut Umar, elektabilitas parpol Islam rendah karena

di banyak daerah tidak terlihat respresentasi parpol Islam. Padahal

pada pemilu legislatif, parpol Islam jadi pemenang di daerah.

kebijakan yang dikeluarkan dewan legislasinya tidak diwarnai

dengan ciri keislaman”

c. Bentuk Kalimat

Tabel 4.10

Bentuk Kalimat pada Media Indonesia dan Republika

Unsur yang

diamati Media Indonesia Republika

Bentuk Kalimat “... orang percaya kepada

individual bukan kepada

kelompok, jadi prestasi yang

utama.”

”... parpol Islam

memang lebih baik

dalam hal kebersihan

dari korupsi ...”

“... kalau partai nasionalis

semakin mengakomodasi

kepentingan Islam, alasan

pemilih untuk memilih

partai Islam makin kecil.”

Dari struktur tematik Media Indonesia yang masuk dalam elemen

bentuk kalimat pada tema pertama ialah bersifat aktif dan berpola kalimat

deduktif. Media Indonesia menggunakan bentuk kalimat berbentuk aktif

karena ingin menjadikan tokoh partai Islam sebagai subyek dari

Page 88: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

77

pernyataan yang dibuat. Dengan menjadikannya sebagai subyek, Media

Indonesia dapat menjelaskan secara terperinci bagaimana sifat dari tokoh

partai Islam tersebut. Dalam teks berita dikatakan bahwa partai Islam tidak

memiliki tokoh teladan yang jauh dari kasus korupsi. Teks berita itu

diletakkan pada inti kalimat dan dijelaskan secara khusus (deduktif) pada

kalimat berikutnya sehingga dapat dipaparkan secara jelas tentang

bagaimana sifat dari tokoh partai Islam tersebut. Berikut kutipannya:

“Selain itu, persoalan yang mendasar ialah integritas tokoh. Menurut Adjie partai Islam saat ini tidak memiliki tokoh teladan yang jauh dari kasus korupsi. Sebagai contoh dua tokoh masing-masing dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suryadarma Ali dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar justru kementrian yang mereka pimpin banyak masalah. Terjadi krisis kebanggaan Islam. Orang percaya kepada individual bukan kepada kelompok, jadi prestasi yang utama”

Struktur tematik dalam elemen bentuk kalimat pada tema kedua

sama seperti tema pertama yaitu bersifat aktif dan berpola deduktif.

Penggunaan kalimat aktif ini untuk menjelaskan secara umum bahwa

sekarang partai nasionalis banyak yang mengakomodasi kepentingan

Islam. Teks tersebut diletakkan pada bagian awal untuk memperjelas isi

dari teks tersebut. Berikut kutipannya:

Persoalan yang terakhir menurut Adjie, saat ini semakin

banyak partai nasionalis yang justru mengakomodasi

kepentingan Islam. Menurutnya, hal itu harus diwaspadai partai

Islam. “Kalau partai nasionalis semakin mengakomodasi

kepentingan Islam, alasan pemilih untuk memilih partai Islam

makin kecil.”

Republika memiliki satu bentuk kalimat pada struktur tematiknya.

Bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat berbentuk aktif dan

bersifat deduktif. Republika menggunakan kalimat berbentuk aktif

Page 89: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

78

disebabkan ingin membahas subyek partai Islam secara mendalam.

Subyek pada teks ini dijelaskan secara eksplisit dalam teks. Sifat subyek

yang mendapatkan persepsi lebih baik dalam kebersihan dari korupsi

dibahas secara terperinci pada awal kalimat. Hal ini merupakan bentuk

usaha dari Republika yang menekankan sifat baik pada subyek tersebut.

Berikut kutipannya:

Peneliti Lembaga Survey Indonesia (LSI) Burhanuddin

Muhtadi mengatakan, parpol Islam memang lebih baik dalam

hal kebersihan dari korupsi. Tetapi, kata dia, saat ini parpol

manapun, baik Islam maupun nasionalis, tidak ada yang dikenal

bersih. Meski, dipersepsikan korup, parpol nasionalis tetap

mengungguli parpol Islam.

d. Kata Ganti

Tabel 4.11

Kata Ganti pada Media Indonesia dan Republika

Unsur yang diamati Media Indonesia Republika

Kata Ganti “kita akui masyarakat

sikapnya keras jika partai

yang mengatasnamakan

Islam, tetapi kadernya

berbuat tidak terpuji.

Meski kecil, responnya

luar biasa.” Katanya.

“kita yakin bisa

memegang massa NU,

minimal di tingkat

struktur”.

Dalam perangkat framing kata ganti ini Media Indonesia dan

Republika menggunakan kata ganti yang sama yaitu kita. Media Indonesia

mengambil pernyataan dari Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS),

Sohibul Iman yang mengatakan sifat masyarakat keras terhadap perilaku

dari kader partai Islam sedangkan Republika mengambil pernyataan dari

Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Marwan Djafar. Pernyataan

Page 90: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

79

tersebut berisi keyakinan PKB yang dapat memegang suara dari massa

NU. Kata ganti kita memiliki arti bahwa wartawan dan khalayak pembaca

sependapat dengan pernyataan tersebut.

4. Retoris

a. Leksikon

Tabel 4.12

Unsur Leksikon pada Media Indonesia dan Republika

Unsur yang

diamati Media Indonesia Republika

Leksikon “saat ini semakin banyak partai

nasionalis yang justru

mengakomodasi kepentingan

Islam”

“Partai politik

(parpol) Islam patut

bernafas lega

dengan persepsi

masyarakat saat ini.

“tokoh Islam yang menonjol

hanya berhenti pada era mantan

Ketua Majelis Permusyawaratan

Rakyat (MPR) RI Amien Rais

dan mantan Presiden RI

Abdurrahman Wahid ”

Penggunaan leksikon yang pertama Media Indonesia adalah

mengakomodasi. Kata lain dari mengakomodasi ialah memasukkan.

Penggunaan mengakomodasi digunakan oleh Media Indonesia untuk

memperjelas jika saat ini semakin banyak partai nasionalis yang

memasukkan nilai-nilai Islam dalam kegiatan partainya. Berikut teksnya:

“saat ini semakin banyak partai nasionalis yang justru

mengakomodasi kepentingan Islam”

Leksikon kedua yang digunakan adalah menonjol. Kata tersebut

memiliki arti sifat yang lebih baik dari orang lain. Media Indonesia

Page 91: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

80

menggunakan kata menonjol untuk menjelaskan tidak ada lagi tokoh

partai Islam yang berkualitas setelah era Ketua Majelis Permusyawaratan

Rakyat (MPR) RI Amien Rais dan mantan Presiden RI Abdurrahman

Wahid. Berikut teksnya:

“tokoh Islam yang menonjol hanya berenti pada era

mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Amien

Rais dan mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid”

Republika hanya menggunakan satu leksikon, yaitu bernafas lega.

Kata ini memiliki arti mendapatkan hasil yang memuaskan. Pada leksikon

ini Republika ingin menjelaskan bahwa saat ini partai Islam mendapatkan

hasil yang memuaskan karena mendapat persepsi baik dari masyarakat

luas. Berikut teksnya:

“Partai politik (parpol) Islam patut bernafas lega dengan

persepsi masyarakat saat ini”

b. Grafis

Tabel 4.13

Grafis dan Metafora pada Media Indonesia dan Republika

Unsur yang

diamati Media Indonesia Republika

Grafis Dua buah foto pengamat

partai politik, Ridwan

Saidi bersama Ketua DPP

PKS, Sohibul Iman saat

menjadi pembicara dalam

diskusi polemik bertema

„kata survey, partai Islam

melorot‟.

Sebuah gambar jari jempol

yang tersusun dari ilustrasi

tulisan anggota partai Islam

dan like Islam, partai pro

rakyat.

Dua buah gambar yang pada

pertama terdiri dari dua tabel

tentang kader parpol yang

Page 92: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

81

Unsur yang

diamati Media Indonesia Republika

terjerat korupsi (1 Januari-31

Juni 2012), bersumber dari

Indonesian Corruption Watch

(ICW) dan persepsi publik

soal kader parpol terkorup,

bersumber dari Lembaga

Survey Nasional (LSN). Pada

gambar yang kedua terdiri

dari dua buah data dari setkab

berupa angka yang

membahas tema “Presiden

beri 176 izin pemeriksaan

pejabat dari parpol selama

2004-2012” dan ”Pejabat dari

parpol yang diperiksa KPK

tanpa perlu izin Presiden”.

Dari dua data angka tersebut

mengarah kepada partai

nasionalis.

Metafora - -

Dari grafis digunakan Media Indonesia sangat terlihat berusaha

untuk memperkuat suara partai Islam yang semakin merosot pada hasil

survey LSI. Pada bagian bawah foto terdapat highlight dengan huruf cetak

kapital dan ditebalkan bertulis Partai Islam Merosot. Grafis yang

digunakan oleh Republika dengan gambar jari jempol yang tersusun dari

ilustrasi tulisan anggota parpol Islam dan like Islam, partai pro rakyat.

Penulis melihat gambar itu mempunyai arti simbolis bahwa parpol Islam

lebih oke dari segi kebersihan dari kasus korupsi dibandingkan dengan

partai nasionalis. Republika juga memasukkan dua buah gambar yang

Page 93: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

82

terdiri dari dua tabel tentang kader parpol yang terjerat korupsi (1 Januari-

31 Juni 2012), bersumber dari Indonesian Corruption Watch (ICW) dan

persepsi publik soal kader parpol terkorup, bersumber dari Lembaga

Survey Nasional (LSN). Pada gambar yang kedua terdiri dari dua buah

data dari setkab berupa angka yang membahas tema “Presiden beri 176

izin pemeriksaan pejabat dari parpol selama 2004-2012” dan ”Pejabat dari

parpol yang diperiksa KPK tanpa perlu izin Presiden”. Dari dua data angka

tersebut mengarah kepada partai nasionalis. Disini sangat terlihat bahwa

Republika ingin mempertegas bahwa parpol Islam lebih bersih dari partai

nasionalis.

B. Interpretasi

Dari hasil temuan yang telah diteliti, penulis melihat terdapat

perbedaan sudut pandang yang digunakan oleh Media Indonesia dan

Republika dalam memberitakan peristiwa tentang kondisi partai Islam melalui

hasil survey LSI. Media Indonesia melihat peristiwa tersebut dari tiga masalah

yang terjadi pada partai Islam, sedangkan Republika melihat keberhasilan

partai Islam mendapatkan predikat bersih dari kasus korupsi. Dalam

mengemas sebuah pesan, media massa dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal. Faktor internal disini berupa kebijakan redaksional tertentu

mengenai suatu kekuatan politik, kepentingan politik para pengelola media,

relasi media dengan sebuah kekuatan politik tertentu, dan faktor eksternal

seperti tekanan pasar pembaca atau pemirsa, sistem politik yang berlaku, dan

Page 94: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

83

kekuatan-kekuatan luar lainnya.1 Dalam hal ini Republika memiliki faktor

internal yang berasal dari pengelola media yang mayoritas orang lama ketika

masih dipegang oleh PT. Abdi Bangsa. Hal tersebut yang mengakibatkan

berita yang disajikan oleh Republika lebih mengangkat sisi positif dari umat

Islam. Berbeda dengan Republika, Media Indonesia memiliki faktor internal

dari Surya Paloh, Direktur Utama Media Indonesia yang merupakan salah satu

pendiri partai nasionalis. Tampak terlihat terdapat perbedaan faktor internal

antara Republika dan Media Indonesia.

Perbedaan kebijakan redaksional antara Republika dan Media

Indonesia mempengaruhi pengemasan pesan pemberitaan kedua media massa

tersebut. Hal ini terlihat dari berita yang membahas tentang kondisi partai

Islam. Dalam peristiwa tentang kondisi partai Islam Media Indonesia melihat

dari tiga masalah yang terjadi pada partai Islam, berita ini juga tidak

dicantumkan pada headline halaman utama. Media Indonesia hanya

mencatumkan berita tersebut pada headline halaman ketiga kolom politik.

Sebuah berita dapat dijadikan headline disebabkan berita yang diangkat

dianggap penting atau utama dan pada penggunaan jenis huruf, ukuran huruf

akan berbeda, dan pada penempatannya lebih dari satu kolom. Dalam

wawancara dengan pihak Media Indonesia, mengatakan sebuah berita layak

untuk dijadikan headline dapat dilihat dari cakupan masalah yang terjadi.

Berikut kutipannya:2

1Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Jakarta: Granit, 2004), h.

2-3. 2Wawancara Pribadi dengan Ade Alawi, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media

Indonesia, Jakarta 25 Maret 2013.

Page 95: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

84

“Dilihat dari wilayah cakupan masalah. Apakah masalah yang

terjadi pada level nasional atau provinsi. Seandainya masalah yang

terjadi melibatkan kesatuan bangsa dan negara masalah tersebut kita

akan angkat masalah tersebut sebagai headline.”

Pencakupan masalah di atas menggambarkan bahwa Media Indonesia

menerapkan tingkat nilai dalam pemilihan berita untuk dicantumkan sebagai

headline. Unsur tersebut dijadikan sebuah pedoman untuk para jurnalis dalam

membuat sebuah berita dan dapat mengetahui berita mana yang dianggap

penting atau tidak. Walaupun mempunyai cakupan masalah pada level

nasional dan memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat luas, tetapi Media

Indonesia tidak meletakkan judul berita “Partai Islam Dihantam Tiga

Masalah” pada headline halaman utama berita. Ini disebabkan berita tentang

pengangkatan Joko Widodo dan Ahok sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur

DKI Jakarta memiliki nilai yang lebih penting, karena nama besar yang

terlibat dalam berita tersebut sedang hangat diperbincangkan oleh masyarakat

luas. Berikut kutipannya:3

“Kelayakan berita itu pertama dilihat dari masalah. Artinya

apakah masalah yang terjadi memiliki pengaruh besar atau tidak pada

masyarakat luas. Kedua, up to date isu yang terjadi. Seandainya

sebuah isu memiliki pengaruh besar tapi sudah terjadi lama, tidak akan

kami tampilkan berita tersebut. Ketiga, tokoh yang terlibat dibalik

peristiwa yang ingin diberitakan. Seandainya terdapat nama besar yang

terlibat hal tersebut akan membuat berita tersebut akan semakin

menarik.”

Berbeda dengan Media Indonesia, Republika lewat Syahruddin El-

Fikri, Redaktur Pelaksana Republika mengatakan dalam pemberitaan mereka

berpegang pada kelengkapan berita. Kelengkapan ini dapat dilihat dari

narasumbernya, kejelasan waktu, dan bagaimana berita tersebut terjadi.

3Wawancara Pribadi dengan Ade Alawi, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media

Indonesia, Jakarta 25 Maret 2013.

Page 96: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

85

Tentang berita yang layak untuk dijadikan headline, mereka melakukan

beberapa pertimbangan. Dari unsur berita yang harus kuat dan aktual, baik

dari sisi news, value, atau benefit bagi masyarakat. Berikut kutipannya:4

“Penempatan berita untuk headline (HL) biasa dilakukan

berdasarkan pertimbangan bahwa berita itu sangat kuat dan aktual,

baik dari sisi news, value, atau benefit bagi masyarakat. Bisa juga

berita untuk headline itu berita yang paling dinantikan oleh pembaca

karena nilai-nilai newsnya sangat tinggi.”

Pemberitaan Republika yang berjudul “Partai Islam Lebih Bersih”

ditempatkan pada halaman utama atau headline. Republika menunjukkan

bahwa berita tersebut adalah sebuah berita yang memiliki nilai berita yang

sangat penting. Hal tersebut disebabkan Republika menganggap Indonesia

sebagai negara dengan penduduk yang memeluk agama Islam terbanyak di

dunia, tetapi kenapa di Indonesia suara partai Islam harus lebih rendah dari

partai nasionalis. Menurut Eriyanto secara sederhana, semakin besar peristiwa

dan semakin besar dampak yang ditimbulkannya, lebih memungkinkan

dihitung sebagai berita.5

Dalam headline ini Republika menggabungkan hasil survey LSN dan

LSI. Pada hasil survey LSN menempatkan partai Islam sebagai partai terbersih

dari kasus korupsi jika dibandingkan dengan partai nasionalis, sedangkan hasil

survey LSI mencantumkan suara partai nasionalis yang mengungguli suara

partai Islam. Tapi dalam headline yang dibuat, Republika lebih condong

menggunakan survey yang dilakukan oleh LSN untuk menonjolkan sisi positif

partai Islam sebagai partai bersih dari kasus korupsi dan berusaha

4Wawancara Pribadi dengan Syahruddin El-Fikri, Wakil Redaktur Pelaksana Harian

Republika, Jakarta 23 Mei 2013. 5Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: PT

LkiS Pelangi Aksara, 2008), h. 104.

Page 97: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

86

menyamarkan hasil survey LSI yang mengatakan suara partai nasionalis jauh

mengungguli partai Islam. Ini disebabkan dalam proses pendefinisian masalah

Republika ingin memainkan peranan penting lewat frame yang dibuat.

Republika berusaha menyeimbangkan berita tentang turunnya suara partai

Islam dengan menggabungkan berita predikat bersih yang dilabelkan pada

partai Islam. Keseimbangan berita lewat frame yang dibuat Republika

dimaksudkan untuk tidak membuat citra partai Islam jatuh terlalu jauh.

Elemen lain selain headline yang dapat memperkuat isi berita adalah

grafis. Elemen grafis muncul dalam bentuk foto, gambar, atau tabel untuk

mendukung gagasan atau bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan. Misalnya

ingin menonjolkan keberhasilan tentang suatu program yang telah dijalankan.

Selain dalam bentuk foto, gambar, atau tabel bentuk ekspresi lain yaitu dengan

penampilan huruf yang berbeda dengan huruf lain, contohnya dengan cetak

tebal, huruf miring, huruf besar, pemberian warna, pemberian tanda kutip, dan

lain-lain. Pencatuman grafis atau foto pada Media Indonesia harus terdapat

relevansi atau tidak dengan masalah yang diberitakan. Menurut Ade Alawi,

Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia, grafis atau foto pada

headline bukan hanya sebagai pelengkap tetapi juga dapat dijadikan sebagai

penguat isu dan bumbu penyedap terhadap isu yang terjadi. Elemen grafis

dapat memperkuat sebuah isu disebabkan elemen ini mendukung arti penting

suatu teks berita contohnya pemakaian angka dalam elemen grafis digunakan

untuk mensugestikan kebenaran, ketelitian, dan posisi dari suatu laporan

berita. Berikut kutipannya:6

6Wawancara Pribadi dengan Ade Alawi, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media

Indonesia, Jakarta 25 Maret 2013.

Page 98: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

87

“Harus terdapat relevansi atau tidak dengan masalah yang ingin

diberitakan. Grafik atau foto itu bukan hanya sebagai pelengkap pada

sebuah masalah tetapi juga dijadikan sebagai penguat isu yang terjadi

atau dapat dikatakan grafik atau foto sebagai bumbu penyedap

terhadap isu yang terjadi.”

Berbeda dengan Media Indonesia, grafis atau foto pada berita

Republika selain untuk memperkuat berita juga dapat memberikan nilai

tambah (added value) bagi pembaca. Nilai tambah dalam elemen grafis

diartikan dapat membantu kepada khalayak pembaca untuk mendapatkan

informasi yang lebih beragam dan mendalam dari sebuah berita. Berikut

kutipannya:7

“Mengenai penempatan foto atau penambahan grafis,

dimaksudkan untuk memperkuat berita yang ada sekaligus

memberikan nilai tambah (added value) bagi pembaca. Sebab, jika

hanya berdasarkan pada omongan sejumlah narasumber, kesan berita

hanya sebatas talking news yang berita itu sudah pasti dipakai oleh

media online. Jika media cetak melakukan hal serupa, maka berita di

media cetak akan semakin ketinggalan atau basi. Karena itu,

penambahan foto atau grafis itu akan membuat pembaca mendapatkan

informasi yang lebih beragam dan mendalam (in-depth).”

Pemilihan headline dan pencatuman foto serta grafis tidak terlepas dari

kebijakan media. Setiap media memiliki kebijakan redaksional tersendiri

dalam memproduksi berita. Entah itu berita yang membahas ekonomi, sosial,

dan politik. Khusus berita yang beraliran politik media massa menjadi alat

yang sangat penting dalam pemberitaan tersebut. Menurut Astrid (1981:1),

semua media massa yang dimiliki pemerintah ataupun swasta, sebenarnya

merupakan aparatur ideologi. Media massa, terutama pers karena

kemampuannya untuk menyebarluaskan pendapat, dinilai sebagai sumber

7Wawancara Pribadi dengan Syahruddin El-Fikri, Wakil Redaktur Pelaksana Harian

Republika, Jakarta 23 Mei 2013.

Page 99: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

88

kekuasaan. Dengan sendirinya, semua alat komunikasi, baik yang dimiliki

negara maupun tidak, akan berusaha mengemukakan yang terbaik.8

Berita politik mempunyai nilai berita yang tinggi untuk dijadikan

perhatian masyarakat. Selain memiliki nilai berita yang tinggiberita politik

lebih rumit dibandingkan dengan berita lainnya. Ini disebabkan liputan politik

memiliki dimensi pembentukan opini publik (public opinion), baik yang

diharapkan para politisi maupun para wartawan. Dalam kerangka

pembentukan opini publik ini, media massa umumnya melakukan tiga

kegiatan sekaligus. Pertama, menggunakan simbol-simbol politik (language

of politic). Kedua, melaksanakan strategi pengemasan pesan (framing

strategies). Ketiga, melakukan fungsi agenda media (agenda setting

function).9

Media Indonesia memiliki kebijakan redaksional tersendiri dalam

memproduksi berita politik. Media Indonesia dalam memproduksi berita

politik, menggunakan kebijakan yang fair atau adil. Maksudnya Media

Indonesia tidak tidak memihak kepada partai politik manapun. Berikut kutipan

wawancara dengan Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia, Ade

Alawi:10

“Kita menggunakan kebijakan yang fair atau adil. Artinya kita

tidak tidak memihak kepada partai politik manapun. Ini disebabkan

karena Media Indonesia media yang beraliran nasionalis.”

8 Drs Mahi M. Hikmat, M.Si, Komunikasi Politik: Teori dan Praktik (Bandung: Simbiosa

Rekatama Media, 2010), h. 55. 9 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa (Jakarta: Granit, 2004), h. 2.

10 Wawancara Pribadi dengan Ade Alawi, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media

Indonesia, Jakarta 25 Maret 2013.

Page 100: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

89

Berbeda dengan Media Indonesia, Republika memiliki kebijakan

redaksional sendiri dalam memproduksi berita politik, dengan mencatumkan

kriteria tertentu. Menurut Republika berita politik yang dicatumkan harus

aktual, serta berita tersebut harus memiliki news value yang sangat tinggi

untuk disebarkan kepada masyarakat luas. Berikut kutipan wawancara dengan

Wakil Redaktur Pelaksana Harian Republika, Syaruddin El-Fikri:11

“Kebijakan redaksi dalam memproduksi berita politik adalah

berita yang diangkat sangat actual, narasumbernya berkompeten untuk

berbicara mengenai masalah yang dibahas, berita itu memiliki news

value yang sangat atau cukup tinggi, dan masih banyak kriteria lainnya

lagi”

Semua peristiwa yang terjadi belum tentu mempunyai nilai kelayakan

berita. Sebuah peristiwa dikatakan memiliki nilai berita kalau peristiwa yang

terjadi berhubungan dengan orang penting atau terkenal, bersifat human

interest, dapat memancing emosional pembacanya dan lain-lain. Secara

sederhana, semakin besar peristiwa yang diberitakan semakin besar dampak

yang ditimbulkan. Hal ini merupakan awal dari proses bagaimana media

mengkonstruksi sebuah berita. Pada teori framing akan terlihat tentang

bagaimana cara realitas terbentuk dihadapan pembaca. Disinilah dapat terjadi

pengkonstruksian berita yang sama tapi dikemas secara berbeda. Hal ini yang

terjadi dalam pemberitaan di kedua media massa yaitu Media Indonesia dan

Republika.

Pemberitaan yang diangkat oleh kedua media cetak tersebut membahas

sebuah peristiwa memiliki inti persoalan yang sama yaitu mengenai kondisi

11

Wawancara Pribadi dengan Syahruddin El-Fikri, Wakil Redaktur Pelaksana Harian

Republika, Jakarta 23 Mei 2013.

Page 101: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

90

partai Islam. Walaupun terdapat kesamaan dalam inti permasalahan, tapi

media ini bisa saja mengkonstruksi berita tersebut dengan cara yang berbeda.

Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan peristiwa yang

benar terjadi. Hal tersebut memiliki arti bahwa realitas sosial tidak berdiri

sendiri tanpa kehadiran seseorang, baik di dalam dan di luar realitas tersebut.

Realitas memiliki makna ketika realitas sosial tersebut dikonstruksi dan

dimaknakan secara subjektif oleh orang lain, sehingga memantapkan realitas

tersebut secara objektif.12

Peristiwa tentang kondisi partai Islam menjelang pemilu 2014

dimaknai oleh kedua media tersebut secara berbeda. Media Indonesia melihat

peristiwa ini dari hasil survey yang dilakukan oleh Lingkaran Survey

Indonesia (LSI). Menurut, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media

Indonesia, Ade Alawi menilai partai Islam saat ini setidaknya dihantam tiga

permasalahan besar, tidak memiliki pemimpin yang kuat, isu terorisme, dan

korupsi menjadi hal yang harus dibenahi menjelang pemilu 2014 nanti.

Berikut kutipannya:

“Kami mengatakan pemimpin parpol Islam belum cukup kuat

dikarenakan mereka belum tampil di lapangan ketika terjadi

permasalahan di masyarakat. Isu yang berkembang di masyarakat

seperti isu korupsi dan isu terorisme. Jika hal ini tidak ditangkap

dengan serius oleh parpol Islam akan sangat berdampak buruk

terhadap kondisi parpol Islam itu sendiri.”

Berbeda dengan Media Indonesia, harian Republika menilai walaupun

dari hasil riset yang dilakukan beberapa lembaga survey mengatakan

12

Suf Kasman, Pers dan Pencitraan Umat Islam di Indonesia (Badan Litbang dan Diklat

Kementrian Agama RI, 2010), h. 118.

Page 102: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

91

elektabilitas parpol berbasis Islam masih rendah dibanding dengan parpol

nasionalis. tapi hasil tersebut dapat dijadikan sebuah semangat untuk

meningkatkan elektabilitas dari parpol Islam tersebut. Berikut kutipan

wawancara dengan Wakil Redaktur Pelaksana Harian Republika, Syahruddin El-

Fikri:13

“Berdasarkan hasil riset dari sejumlah lembaga survei,

elektabilitas parpol berbasis massa Islam berada di urutan 4-7. Ini

mengindikasikan bahwa parpol berbasis massa Islam masih kalah

popular dibanding dengan parpol yang mengusung ideologi

nasionalis.Namun demikian, ini menjadi tantangan bagi parpol

berbasis massa Islam untuk meningkatkan elektabilitas itu dengan

memperbaiki kinerja dan citra parpol serta citra dari kader-kader

parpol. Kader parpol yang terindikasi atau terlibat dalam dugaan kasus

korupsi, biasanya membuat elektabilitas parpol menjadi sangat

rendah.”

Cara Media Indonesia membentuk frame yang dibuat dengan

menceritakan tiga permasalahan partai Islam sehingga menurunkan pamor

mereka dalam survey Lingkaran Survey Indonesia (LSI). Hal tersebut

didukung dengan pemilihan judul, narasumber, dan isi berita yang

disampaikan oleh Media Indonesia. Pada bagian ini Media Indonesia

melakukan penekanan terhadap tiga permasalahan secara terperinci. Dimulai

dari awal masalah itu muncul, sampai dampak yang akan diterima oleh partai

Islam, selain itu Media Indonesia juga memberikan permasalahan tambahan

diluar dari tiga masalah besar yang dibahas.

Tidak seperti Media Indonesia, harian Republika menggunakan frame

berita yang menceritakan partai Islam mendapatkan predikat partai yang

bersih dari kasus korupsi dibandingkan partai nasionalis. Republika

13

Wawancara Pribadi dengan Syahruddin El-Fikri, Wakil Redaktur Pelaksana Harian

Republika, Jakarta 23 Mei 2013.

Page 103: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

92

menguatkan berita tersebut dengan hasil survey yang dilakukan Lembaga

Survey Nasional (LSN). Walaupun Republika juga membahas tentang hasil

survey LSI yang mengatakan perolehan suara responden partai Islam yang

dibawah lima persen dan berada dibawah pada partai nasionalis. Tapi, hasil

LSI tersebut tidak terlalu terlihat karena tertutupi predikat partai Islam yang

bersih dalam survey LSN.

Pada lead Republika, mereka menampilkan lead yang mendukung

dengan judul headline. Penulis melihat dalam lead tersebut, Republika

berusaha membuat opini atau statement yang menyatakan “masyarakat masih

percaya parpol Islam lebih bersih dibandingkan dengan parpol nasionalis”

melalui opini tersebutharian Republika berusaha menonjolkan tentang parpol

Islam yang lebih bersih jika dibandingkan dengan partai nasionalis.

Selain bagian lead, lewat latar informasi yang ditampilkan kedua

media massa juga semakin memperkuat frame berita tersebut. Pada bagian ini

Media Indonesia mengajak khalayak pembaca untuk mengetahui faktor apa

saja yang menjadi penyebab turunnya suara partai Islam pada survey LSI.

Menurut penulis, latar informasi yang dibuat Media Indonesia tersebut ingin

menggiring masyarakat untuk mengetahui bahwa saat ini partai Islam terlilit

banyak masalah menjelang pemilu 2014. Republika masih seperti dibagian

lead pada latar informasi yang menonjolkan opini atau statement baik tentang

partai Islam dan menganggap mereka lebih bersih dari kasus korupsi

dibandingkan partai nasionalis.

Sebuah berita juga harus terdapat unsur objektifitas dalam memberikan

informasi yang akurat. Dalam hal ini pemilihan narasumber untuk dijadikan

Page 104: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

93

unsur kutipan narasumber harus yang berkaitan dengan pemberitaan. Media

Indonesia mengatakan narasumber itu harus kompeten dan relevansi dengan

pemberitaan yang terkait. Berikut kutipan wawancaranya:14

“Pertama, narasumber itu harus kompeten. Maksudnya sejauh

mana narasumber memiliki pengetahuan terhadap topik peristiwa yang

ingin dibahas. Kedua, relevansi artinya keahlian yang dimiliki harus

sama dengan pembahasan masalah yang ingin diangkat. Contohnya

kita sedang membahas permasalahan tentang hukum pidana tetapi

yang dijadikan narasumber adalah ahli ekonomi. Ini tidak akan

relevan.”

Pernyataan yang dikeluarkan Media Indonesia pada wawancara

tersebut, menurut penulis sejalan dengan pemilihan narasumber yang

dilakukan Media Indonesia dalam berita “Partai Islam Dihantam Tiga

Masalah”. Pada berita tersebut Media Indonesia memilih narasumber yang

tepat dan menguasai tentang topik yang dibahas. Media Indonesia memilih

narasumber dari Peneliti Lingkaran Survey Indonesia (LSI), Adjie Al Faraby,

Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Sohibul Iman, Ketua Umum DPP

Partai Golkar, Aburizal Bakrie, dan Pengamat Partai Politik Universitas Gajah

Mada (UGM), Ari Dwipayana. Pemilihan narasumber ini dikatakan tepat

karena Media Indonesia memasukkan semua komposisi narasumber yang

mewakili semua kelompok yang dibahas dalam berita. Walaupun terdapat

narasumber dari perwakilan partai Islam yaitu Ketua DPP Partai Keadilan

Sejahtera (PKS), Sohibul Iman. Tapi pernyataan yang diberikan oleh Sohibul

bersifat netral dan sama sekali tidak memihak partai Islam. Hal tersebut

terlihat dari isi pernyataan yang menjelaskan tentang perilaku kader yang tidak

14

Wawancara Pribadi dengan Ade Alawi, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media

Indonesia, Jakarta 25 Maret 2013.

Page 105: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

94

terpuji seperti terjerat dalam kasus korupsi dapat mengakibatkan publik

menjauh dari partai Islam ini. Dari sinilah terlihat bahwa selain memilih

narasumber sesuai dengan topik yang dibahas narasumber yang dimasukkan

oleh Media Indonesia bersifat netral. Menurut Ade Alawi, Asisten Kepala

Divisi Pemberitaan Media Indonesia cara melihat narasumber yang bersifat

netral dengan melihat track record narasumber dalam memberikan pernyataan

ketika berbicara lewat media. Selain melihat track record, narasumber tersebut

harus memiliki kredibilitas yang tinggi. Berikut kutipannya:15

“Dalam persoalan netralitas narasumber kita lihat kembali dari

track record narasumber tersebut. Kita tidak bisa sembarangan

memilih narasumber. Dalam setiap berita kita selalu berusaha memilih

narasumber yang memiliki kredibilitas. Hal ini dilakukan agar tidak

menyesatkan masyarakat banyak.”

Sangat berbeda jika kita lihat dari pemilihan narasumber yang

dilakukan oleh Republika. Disini Republika hanya menampilkan narasumber

yang kebanyakan dari pihak partai Islam yaitu dari Anggota Fraksi PKS Nasir

Djamil, Ketua DPP PPP Arwani Thomafi, dan Ketua DPP PAN Bima Arya.

Dan isi pernyataan yang mereka sampaikan cenderung memihak partai Islam.

Sebagai salah satu contoh pernyataan yang diberikan oleh Ketua DPP PAN

Bima Arya Bima menjelaskan bahwa selama ini penurunan elektabilitas tidak

hanya terjadi pada partai Islam saja tetapi seluruh parpol baik parpol Islam

maupun parpol nasionalis. Dari pernyataan yang dikeluarkan Bima menyetujui

bahwa elektabilitas partai Islam memang turun, tetapi Bima berusaha

membela partai Islam dengan mengeluarkan penyataan penurunan elektabilitas

15

Wawancara Pribadi dengan Ade Alawi, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media

Indonesia, Jakarta 25 Maret 2013.

Page 106: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

95

terjadi pada seluruh parpol tidak hanya pada partai Islam. Selain itu,

Republika tidak memasukkan narasumber dari pengamat politik dan

perwakilan dari partai nasionalis. Walaupun pada wawancara yang dilakukan

oleh perwakilan Republika, mereka mengatakan narasumber merupakan orang

yang paling berkompeten dalam bidangnya, harus kredibilitas dan terlibat

dalam peristiwa yang terkait. Tapi kenapa dalam pemberitaan mengenai

“Partai Islam Lebih Bersih”, Republika tidak mencatumkan narasumber dari

pengamat politik dan perwakilan partai nasionalis padahal mereka terkait

dalam pemberitaan tersebut. Disini penulis melihat terdapat kecenderungan

Republika mencoba menutupi realitas sebenarnya lewat pemilihan

narasumber.

Dalam teori konstruksi realitas politik, pemberitaan mengenai

peristiwa politik menjadi hal yang sangat menarik bagi media massa. Liputan

politik memiliki banyak sisi yang terkait satu sama lain: ada kesadaran

memilih bahasa dan simbol politik, ada kiat tertentu dalam memilih fakta dan

pengemasan pesan, dan ada kesediaan memberi ruang atau agenda untuk

merilisnya. Selain itu, liputan politik juga mesti memperhitungkan berbagai

faktor internal dan eksternal masing-masing media, entah itu faktor idealisme,

kepentingan ekonomi dan politik maupun ideologis.16

Disini penulis melihat Media Indonesia dan Republika menggunakan

simbol atau bahasa politik untuk mengkonstruksikan berita tersebut. Bahasa

digunakan bukan sebagai alat saja tetapi juga untuk menggambarkan sebuah

realitas, melainkan bisa menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu

16

Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa (Jakarta: Granit, 2004),

h. 6.

Page 107: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

96

realitas-realitas media yang akan muncul di benak masyarakat. Media massa

memiliki banyak cara untuk mempengaruhi bahasa dan makna tersebut

melalui mengembangkan kata-kata baru beserta makna asosiatifnya;

memperluas makna dari istilah-istilah yang ada dan mengganti makna lama

sebuah istilah dengan makna baru.17

Hal ini ditunjukkan oleh Media Indonesia dan Republika dalam

menggunakan bahasa yang menguatkan bingkai berita yang mereka berikan.

Media Indonesia membingkai berita tentang kondisi partai Islam menjelang

pemilu 2014 dengan mengacu pada hasil survey yang dilakukan oleh

Lingkaran Survey Indonesia (LSI) dan menjelaskan permasalahan yang

mempengaruhi terhadap hasil survey LSI tersebut. Disisi lain, Republika

membingkai tentang kondisi partai Islam menjelang pemilu 2014 dengan

menggabungkan hasil riset yang dilakukan oleh Lembaga Survey Nasional

(LSN) dan Lingkaran Survey Indonesia (LSI). Pada penggabungan hasil riset

Republika mencoba menyembunyikan hasil survey LSI yang mengatakan

bahwa suara partai Islam dibawah dari partai nasionalis. Melalui bahasa Media

Indonesia dan Republika menonjolkan realitas yang berbeda.

Berita yang disebarkan kepada masyarakat merupakan hasil dari proses

panjang konstruksi yang dilakukan oleh para pekerja media. Media Indonesia

dan Republika merangkai bahasa dengan demikian rupa untuk menyakinkan

pembaca tentang keabsahan kontruksi yang telah dibuat. Jadi, baik Media

Indonesia dan Republika memandang suatu peristiwa dengan menggunakan

17

Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa (Jakarta: Granit, 2004),

h. 12.

Page 108: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

97

bahasa dan cara yang berbeda, mengkonstruksian tersebut dapat menghasilkan

pemaknaan yang berbeda dalam berita yang mereka sajikan.

Selain penggunaan bahasa, proses konstruksi realitas media massa juga

sangat terkait oleh ideologi yang dimiliki oleh masing-masing media. Kita

mengetahui bahwa Media Indonesia dan Republika adalah media cetak yang

sama-sama memiliki ideologi beraliran nasionalis. Tetapi, opini publik yang

berkembang pada masyarakat yang menganggap Republika adalah media

cetak beraliran Islami. Ini disebabkan dari sejarah dan latar belakang

berdirinya media tersebut. Republika berdiri atas dasar pemikiran dari Ikatan

Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang ingin berdedikasi dan komitmen

pada pembangunan bangsa dan masyarakat Indonesia yang beragama Islam.

Untuk mewujudkan hal tersebut mereka membentuk Yayasan Abdi Bangsa.

Pada awal pembentukannya memiliki tiga program dasar yang salah satu

programnya adalah menerbitkan harian umum Republika. Walaupun sekarang

ini tidak lagi dipegang oleh Yayasan Abdi Bangsa, tetapi struktur organisasi

pekerja media tidak berubah dari awal Republika berdiri. Hal ini yang

membuat Republika dalam berita kondisi partai Islam melalui hasil survey

yang dilakukan oleh LSI, mereka lebih condong membela partai Islam

dibandingkan dengan Media Indonesia. Ini terkait dengan kebijakan dari

struktur organisasi media yang dapat mempengaruhi hasil pemberitaan. Hal

tersebut dibahas secara jelas dalam teori level pengaruh.

Pada teori level pengaruh, salah satu yang memengaruhi media

adalah level organisasi. Seberapa kuat pemberitaan media dan pengaruhnya

Page 109: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

98

pada level organisasi ini dalam sebuah pemberitaan. Level organisasi ini

berkaitan dengan struktur manajemen organisasi pada sebuah media.

Kebijakan sebuah media dan tujuan sebuah media. Jadi, pemberitaan media

bukanlah hasil kerja yang bersifat perseorangan, melainkan kerja tim yang

menunjukkan aspek kolektivitas. Tujuannya seperti memproduksi konten yang

berkualitas, melayani publik dan mendapatkan pengakuan profesional

dibangun mengikuti tujuan mencari keuntungan untuk media.18

Dengan demikian dapat disimpulkan media mengkonstruksi berita

dengan berbagai cara agar masyarakat melihat berita tersebut melalui

pandangan yang berbeda sesuai dengan cara pandang media. Media Indonesia

dan Republika tanpa bisa dihindari sangat dipengaruhi oleh ideologi media

yang memiliki sudut pandang tersendiri terhadap kondisi partai Islam dalam

menghadapi pemilu 2014. Sudut pandang yang berbeda inilah yang akan

membuat hasil konstruksi media dalam membahas sebuah isu yang sama

menjadi terlihat berbeda. Hal ini juga dipengaruhi dengan kebijakan pada

setiap media. Disini, baik Media Indonesia maupun Republika memandang

suatu peristiwa dengan cara yang berbeda, melakukan konstruksi dengan cara

mereka sendiri, dan menghasilkan hasil pemaknaan yang berbeda.

18

Ramadhaniati Marchelina,”Analisis Pemberitaan Mundurnya HT dari Partai NasDem di

Media Massa (Analisis Framing Pemberitaan Mundurnya Hary Tanoe dari Partai NasDem di

Harian Umum Media Indonesia dan Harian Seputar Indonesia),” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013), h. 103.

Page 110: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

99

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam pemberitaan tentang kondisi partai Islam pada surat kabar Media

Indonesia dan Republika terdapat perbedaan dalam mengkonstruk berita. Hal

tersebut terlihat dari penggunaan strategi pengemasan pesan yang berbeda

pada berita yang dibuat. Media Indonesia melihat peristiwa tentang kondisi

partai Islam dari hasil survey yang dilakukan oleh Lingkaran Survey Indonesia

(LSI). Pada hasil survey tersebut mengatakan bahwa suara partai Islam lebih

rendah dibanding partai nasionalis. Media Indonesia dalam menuliskan berita

tersebut lebih menekankan pada tiga masalah yang ada dalam tubuh partai

Islam.

Berbeda dengan Media Indonesia, Republika melihat peristiwa ini dari

hasil survey yang dilakukan oleh Lembaga Survey Nasional (LSN). Dalam

hasil tersebut tertulis bahwa partai Islam lebih bersih daripada partai

nasionalis dalam kasus korupsi. Dalam pemberitaan tersebut Republika juga

mencatumkan hasil survey dari Lingkaran Survey Indonesia (LSI), tetapi

Republika lebih menekankan hasil survey yang dilakukan oleh LSN tentang

prestasi partai Islam yang mendapatkan predikat lebih bersih dalam kasus

korupsi dibandingkan partai nasionalis oleh masyarakat.

Tidak hanya terletak pada strategi pengemasan pesan, namun struktur

organisasi pada media juga memiliki peran penting terhadap hasil berita yang

dibuat. Dalam pembuatan berita setiap media massa memiliki kebijakan

Page 111: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

100

struktur organisasi yang berbeda, begitu juga yang terjadi pada Republika dan

Media Indonesia. Dalam memproduksi sebuah berita Republika dan Media

Indonesia dipengaruhi oleh kebijakan struktur organisasi, salah satu contohnya

dapat terlihat pada pemberitaan tentang yang membahas tentang kondisi partai

Islam.

Pada berita yang membahas kondisi partai Islam Republika melihat

peristiwa tersebut dari perspektif positif tentang partai Islam yang dianggap

lebih bersih dari kasus korupsi dibandingkan dengan partai nasionalis.

Republika menggunakan pengemasan pesan tersebut disebabkan memiliki

sejarah yang berhubungan erat dengan kaum Islam, karena didirikan oleh

Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI). Berbeda dengan Republika,

Media Indonesia melihat peristiwa dalam berita tentang kondisi partai Islam

dari tiga permasalahan yang terjadi dalam tubuh partai Islam. Hal itu

disebabkan Media Indonesia dipimpin oleh Surya Paloh yang menjadi salah

satu pendiri partai nasionalis. Dari penjelasan tersebut terdapat perbedaan

kebijakan redaksional di level organisasi media dalam memproduksi berita.

Hal ini yang mempengaruhi perbedaan isi pemberitaan pada media massa

Republika dan Media Indonesia.

B. Saran

1. Dalam memberitakan sebuah peristiwa sebaiknya Media Indonesia dan

Republika harus menggunakan berita yang berimbang dan akurat,

sehingga isi berita yang dibuat tidak merugikan kepada salah satu pihak

yang terlibat pada peristiwa yang diberitakan.

Page 112: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

101

2. Masyarakat sebaiknya harus mampu menjadi audiens yang kritis dalam

melihat pemberitaan yang dihadirkan oleh media, karena tidak semua isi

pemberitaan media itu sesuai dengan peristiwa yang terjadi.

Page 113: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

102

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media

Massa, Iklan televisi dan keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap

Peter L berger & Thomas Luckman. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2008.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Raja Grafindo

Persada, 2004 cet-III.

Effendi, Onong Uchjana. Dinamika Politik. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1986.

Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta:

Lkis, 2007.

Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS,

2011.

Faisol, Ahmad. dkk. Media, Pemilu, dan Politik. Jakarta: Institut Studi Arus

Informasi, 2010.

Firmanzah. Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi

Politik di Era Demokrasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008.

Hamad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa. Jakarta: Granit,

2004.

Heryanto, Gun Gun dan Farida, Ade Rina. Komunikasi Politik. Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011 cet-I.

Heryanto, Gun Gun. Komunikasi Politik Di Era Industri Citra. Jakarta: Lasswell

Visitama, 2010.

Hikmat, Drs. Mahi M. Komunikasi Politik: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media, 2010 cet-I.

Kasiram, Moh. Metodologi Penelitian Kualitatif Kuantitatif. Malang: UIN Maliki

Press, 2010.

Kasman, Suf. Pers dan Pencitraan Umat Islam di Indonesia. Badan Litbang dan

Diklat Kementrian Agama RI, 2010.

Muhtadi, Asep Saeful. Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik

PascaOrde Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.

Page 114: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

103

Nugroho. dkk. Politik Media Mengemas Media,Jakarta: Institut Studi Arus

Informasi, 1999.

Riswandi. Komunikasi Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

Salim, Agus, Teori dan Penelitian Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana, Cet. 1,

2006.

Salim, Agus, Metode Penelitian Pendidikan, Yogyakarta: Tiara Wacana, Cet. 1,

2006.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006.

Strauss, Anselm dan Corbin, Juliet. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2009.

Internet

“Definisi Partai Islam Itu Ada Dua”. Artikel diakses pada tanggal 29 November

2013 pukul 11. 01 http://indonesiarayanews. com/news/politik-

keamanan/12-24-2012-15-38/pengamat-definisi-partai-islam-itu-ada-

2#ixzz2m0B1ttXB

Terinspirasi komunikasi blog, ”Penjelasan Singkat Mengenai Paradigma

Kualitatif dan Kuantitatif”. Artikel diakses pada 7 Juli 2013 pukul 14. 33

dari http://terinspirasikomunikasi. blogspot. com/2012/12/paradigma-

positivisme-konstruktivisme. html

“Tinjauan Umum Tentang Partai Politik Islam”. Artikel diakses pada tanggal 26

November 2013 pukul 22:17 http://library. walisongo. ac.

id/digilib/download. php?id=795

http://thesis. binus. ac. id/doc/Bab3/2011-2-00629-%20MNSI%20Bab%203.

pdfdiakses pada 2 September 2013 pukul 12. 51

http://iskandarlbs. files. worldpress. com/ diakses pada 14 September 2013 pukul

13:51

http://comboran. blogspot. com/2012/05/pengertian-partai-politik-adalah. html

diakses pada tanggal 26 November 2013 pukul 22. 31

Page 115: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

104

Lain-lain

Company Profile Media Indonesia.

Company Profile Republika.

Wawancara dengan Ade Alawi, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media

Indonesia. Jakarta 25 Maret 2013.

Wawancara dengan Syahruddin El-Fikri, Wakil Redaktur Pelaksana Harian

Republika. Jakarta 23 Mei 2013.

Ramadhaniati Marchelina,“Analisis Pemberitaan Mundurnya HT dari Partai

NasDem di Media Massa (Analisis Framing Pemberitaan Mundurnya

Hary Tanoe dari Partai NasDem di Harian Umum Media Indonesia dan

Harian Seputar Indonesia)”. Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013.

Page 116: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan
Page 117: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan
Page 118: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan
Page 119: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan
Page 120: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

Hasil Wawancara Media Indonesia

1. Bagaimana cara menentukan sebuah berita layak atau tidak untuk diterbitkan?

Kelayakan berita itu pertama dilihat dari masalah. Artinya apakah masalah yang

terjadi memiliki pengaruh besar atau tidak pada masyarakat luas. Kedua, up to date

isu yang terjadi. Seandainya sebuah isu memiliki pengaruh besar tapi sudah terjadi

lama, tidak akan kami tampilkan berita tersebut. Ketiga, tokoh yang terlibat dibalik

peristiwa yang ingin diberitakan. Seandainya terdapat nama besar yang terlibat hal

tersebut akan membuat berita tersebut akan semakin menarik.

2. Apa saja yang dipertimbangkan sebuah berita layak dijadikan sebagai headline?

Dilihat dari wilayah cakupan masalah. Apakah masalah yang terjadi pada level

nasional atau provinsi. Seandainya masalah yang terjadi melibatkan kesatuan bangsa

dan negara masalah tersebut kita akan angkat masalah tersebut sebagai headline.

3. Dalam sebuah headline, terdapat grafik atau foto yang dicantumkan. Bagaimana cara

melakukan penilaian pencantuman hal tersebut layak atau tidak pada headline?

Harus terdapat relevansi atau tidak dengan masalah yang ingin diberitakan. Grafik

atau foto itu bukan hanya sebagai pelengkap pada sebuah masalah tetapi juga

dijadikan sebagai penguat isu yang terjadi atau dapat dikatakan grafik atau foto

sebagai bumbu penyedap terhadap isu yang terjadi.

4. Apakah terdapat kriteria tertentu yang dipertimbangkan dalam menentukan

narasumber?

Pertama, narasumber itu harus kompeten. Maksudnya sejauh mana narasumber

memiliki pengetahuan terhadap topik peristiwa yang ingin dibahas. Kedua, relevansi

artinya keahlian yang dimiliki harus sama dengan pembahasan masalah yang ingin

diangkat. Contohnya kita sedang membahas permasalahan tentang hukum pidana

tetapi yang dijadikan narasumber adalah ahli ekonomi. Ini tidak akan relevan.

Page 121: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

5. Bagaimana menentukan narasumber yang memiliki kredibilitas terhadap isu yang

dibahas?

Pertama, melihat dari track record narasumber. Selama ini bagaimana bahasa yang

digunakan narasumber tersebut. Apakah sopan santun, kurang sopan, atau asal bicara

saja tanpa pembenaran dan relevan.

6. Bagaimana menentukan narasumber yang bersifat netral?

Dalam persoalan netralitas narasumber kita lihat kembali dari track record narasumber

tersebut. Kita tidak bisa sembarangan memilih narasumber. Dalam setiap berita kita

selalu berusaha memilih narasumber yang memiliki kredibilitas. Hal ini dilakukan

agar tidak menyesatkan masyarakat banyak.

7. Apakah terdapat perbedaan dalam memilih narasumber pada berita politik dan non

politik?

Pada hal ini kita kembali melihat dari sisi kompetensi narasumber tersebut. Apakah

orang ini benar ahli dalam bidang politik atau ahli pada bidang lain. Kita melihat dari

latar belakang yang bersangkutan terlebih dahulu.

8. Kebijakan redaksi seperti apa yang diterapkan dalam memproduksi berita khususnya

dalam berita politik?

Kita menggunakan kebijakan yang fair atau adil. Artinya kita tidak tidak memihak

kepada partai politik manapun. Ini disebabkan karena Media Indonesia media yang

beraliran nasionalis.

9. Apakah pemilik media ikut berkonstribusi terhadap kebijakan redaksi?

Pemilik media dalam struktur kepengurusan dari awal sudah tidak masuk dalam board

of director, jadi tidak ada intervensi langsung dari pemilik media terhadap kebijakan

yang dibuat oleh redaksi.

10. Saat ini sedang hangat tentang berita mengenai persiapan partai politik menjelang

pemilu 2014. Menurut Media Indonesia berita apa saja yang menarik dari hal

tersebut?

Dari menjelang pemilu ini yang menurut kami menarik adalah Pertama, persiapan

Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mengelar perhelatan akbar 2014 dan

Page 122: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

keputusan KPU terhadap partai yang ikut serta. Kedua, melihat figure siapa saja yang

akan bertarung pada pemilu 2014. Apakah terdapat tokoh baru yang iktu serta atau

tokohnya sama seperti pada pemiliu sebelumnya.

11. Di negara ini menganut sistem pemerintahan demokrasi dengan mayoritas

penduduknya beragama Islam. Menurut Media Indonesia bagaimana melihat

elektabilitas parpol islam menjelang pemilu 2014?

Jika dilihat dari berbagai survey yang dilakukan, kita menilai secara keseluruhan

menempatkan parpol islam berada dibawah. Ini disebabkan isu yang dibawa parpol

Islam selama ini tidak menarik dan terlalu menyinggung isu keislaman. Dan tokoh

yang memimpin parpol Islam belum cukup kuat.

12. Apa alasan Media Indonesia mengatakan tokoh yang dimiliki parpol Islam belum

cukup kuat?

Kami mengatakan pemimpin parpol Islam belum cukup kuat dikarenakan mereka

belum tampil di lapangan ketika terjadi permasalahan di masyarakat.

13. Dan menurut Media Indonesia, bagaimana peluang parpol Islam pada pemilu 2014

ini?

Seandainya parpol Islam masih dipimpin oleh tokoh yang lemah mereka akan

semakin tertinggal dengan partai yang beraliran nasionalis dan hal ini akan

memperkecil peluang parpol islam.

14. Selain dari sosok pemimpin, faktor apa lagi yang akan memperlemah peluang parpol

islam pada pemilu 2014 ini?

Isu yang berkembang di masyarakat seperti isu korupsi dan isu terorisme. Jika hal ini

tidak ditangkap dengan serius oleh parpol Islam akan sangat berdampak buruk

terhadap kondisi parpol islam itu sendiri.

Asisten Kepala Divisi Pemberitaan

Ade Alawi

Page 123: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

Instrumen Wawancara Republika

1. Bagaimana cara menentukan sebuah berita layak atau tidak untuk diterbitkan?

- Cara menentukan berita layak atau tidak untuk diterbitkan, tentunya berdasarkan

beberapa pertimbangan. Di antaranya, berita itu harus lengkap (narasumbernya,

jelas waktunya, bagaimana kejadiannya), dan sesuai dengan kode etik yang

berlaku).

- Yang terpenting juga, berita itu punya manfaat besar untuk kepentingan publik.

Kami terpaksa tidak menurunkan sebuah berita dikarenakan adanya kekurangan

dari persyaratan yang sudah disepakati bersama, dan nilai beritanya terlalu kecil

untuk masyarakat. Terkadang, jika hanya untuk kelompok tertentu saja, maka bisa

saja kami tidak menurunkannya.

2. Apa saja yang dipertimbangkan sebuah berita layak dijadikan sebagai headline?

- Penempatan berita untuk headline (HL) biasa dilakukan berdasarkan

pertimbangan bahwa berita itu sangat kuat dan aktual, baik dari sisi news, value,

atau benefit bagi masyarakat. Bisa juga berita untuk headline itu berita yang

paling dinantikan oleh pembaca karena nilai-nilai newsnya sangat tinggi.

3. Dalam sebuah headline, terdapat grafik atau foto yang dicantumkan. Bagaimana

cara melakukan penilaian pencantuman hal tersebut layak atau tidak pada

headline?

- Mengenai penempatan foto atau penambahan grafis, dimaksudkan untuk

memperkuat berita yang ada sekaligus memberikan nilai tambah (added value)

bagi pembaca. Sebab, jika hanya berdasarkan pada omongan sejumlah

narasumber, kesan berita hanya sebatas talking news yang berita itu sudah pasti

diipakai oleh media online. Jika media cetak melakukan hal serupa, maka berita di

media cetak akan semakin ketinggalan atau basi. Karena itu, penambahan foto

atau grafis itu akan membuat pembaca mendapatkan informasi yang lebih

beragam dan mendalam (in-depth).

4. Apakah terdapat kriteria tertentu yang dipertimbangkan dalam menentukan

narasumber?

Page 124: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

- Narasumber adalah orang yang paling berkompeten dalam bidangnya. Misalnya,

untuk dugaan kasus korupsi di Kementerian Pertanian, maka narasumber yang

perlu dimasukkan adalah orang yang menjadi terduga (oknum), siapa yang

menduga (KPK), lalu respon dari pejabat terkait di instansi bersangkutan,

pengamat hukum, atau pengacara dari orang yang terduga (jika sudah ada).

Siapakah saksinya, adakah bukti-buktinya, dan lain-lain. Bisa juga minta

keterangan ke pejabat di Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

(PPATK).

- Narasumber itu tentunya memiliki kredibilitas yang cukup dalam bidangnya.

- Sedangkan untuk kasus yang berkaitan dengan peristiwa, misalnya kecelakaan.

Maka narasumbernya adalah pelaku, korban, saksi, polisi, keluarga atau teman

pelaku (korban), dan lainnya.

5. Bagaimana menentukan narasumber yang memiliki kredibilitas terhadap isu

yang dibahas?

- Jika masalah politik partai tersandera oleh kasus korupsi yang diduga dilakukan

oleh salah satu pengurusnya, maka narasumbernya bisa ditanya ke pengurus partai

bersangkutan, terutama pejabat tertinggi, mulai dari ketua umum, wakilnya,

sekretaris jenderal (umum) atau wakilnya, atau pimpinan tertinggi lainnya. Bisa

juga ditambahkan anggota dewan dari partai bersangkutan.

- Kemudian bisa ditambahkan narasumber lain seperti pengamat politik atau

kalangan akademisi. Dan dalam kasus seperti ini, maka oknum bersangkutan juga

bisa ditanyakan.

- Mereka itu adalah orang yang berkompeten karena memiliki posisi sebagai

pengambil kebijakan di lembaga tersebut.

- Kemudian, instansi lain seperti KPK jika proses penyidikan atau penyelidikan,

lalu ke kejaksaan, polisi, dan lainnya.

- Jika terkait UU, maka yang layak untuk dijadikan narasumbernya adalah anggota

DPR yang membidangi, pemerintah (dalam hal ini pihak yang mengusulkan

rancangan undang-undang seperti Kementerian Pertahanan (RUU Komponen

Cadangan Pertahanan Negara), dan pengamat militer atau TNI.

6. Bagaimana menentukan narasumber yang bersifat netral?

Page 125: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

- Untuk yang netral, maka ditambahkan saja narasumber dari pengamat atau

kalangan akademisi. Kalau ada pengamat yang berpihak pada kelompok tertentu,

tentu saja akan ditinggalkan karena sudah dianggap tidak layak menjadi

narasumber untuk itu.

7. Apakah terdapat perbedaan dalam memilih narasumber pada berita politik dan

non politik?

- Tentu saja harus ada perbedaan. Tidak mungkin orang ekonomi berbicara soal

politik, atau sebaliknya orang politik berbicara mengenai ekonomi. Kecuali

anggota dewan yang membidangi masalah ekonomi di komisi tertentu di DPR.

8. Kebijakan redaksi seperti apa yang diterapkan dalam memproduksi berita

khususnya dalam berita politik?

- Berita yang diangkat sangat aktual

- Narasumbernya berkompeten untuk berbicara mengenai masalah yang dibahas

- Berita itu memiliki news value yang sangat atau cukup tinggi

- Dan masih banyak kriteria lainnya lagi

9. Apakah pemilik media ikut berkonstribusi terhadap kebijakan redaksi?

- Untuk kasus tertentu, ada beberapa yang biasanya ikut serta. Namun, biasanya

yang demikian itu hanya terbatas pada isu-isu biasa.

- Dan kami merasa beruntung memiliki owner atau pemilik media seorang pebisnis

(businessman) sehingga beliau hanya fokus pada pengembangan bisnis. Dan juga

menggeluti bidang olahraga.

- Dan Erick Thohir selaku pemilik pernah berkata: “Yang mengetahui persoalan

berita atau pemberitaan adalah teman-teman di redaksi. Sedangkan saya (Erick)

tidak mengetahuinya. Karena itu, saya tidak akan turut campur dalam masalah

tersebut.”

- Pernyataan tersebut, menegaskan bahwa pemilik media di Republika, tidak ingin

campur tangan dalam mengurusi masalah redaksi, karena beliau tidak mengetahui

secara persis persoalan yang ada.

- Adapun untuk berita olahraga, terutama untuk basket dan bola, beliau biasanya

hanya meminta kepada redaksi untuk turut membantu menulis tentang berita klub-

klub yang beliau miliki. Namun demikian, berita olahraga lainnya, beliau tak ikut

campur.

Page 126: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

10. Saat ini sedang hangat tentang berita mengenai persiapan partai politik

menjelang pemilu 2014. Menurut republika berita apa saja yang menarik dari

hal tersebut?

- Kesiapan partai politik menghadapi pemilu

- Kesiapan penyelenggara pemilu (KPU dalam menyiapkan logistic pemilu

- Kesiapan dari pengawas pemilu (bawaslu) dan juga pengawas independen

- Masalah caleg ganda di partai politik

- Keterlibatan keluarga (dinasti) dalam partai politik

- Kesiapan masing-masing caleg menghadapi pemilu

- Kesiapan partai politik dalam mempersiapkan keterlibatan kaum perempuan

(affirmative action) minimal 20 persen dalam daftar caleg sementara (DCS), dll.

11. Di negara ini menganut sistem pemerintahan demokrasi dengan mayoritas

penduduknya beragama Islam. Menurut republika bagaimana melihat

elektabilitas parpol islam saat ini khususnya menjelang pemilu 2014?

- Berdasarkan hasil riset dari sejumlah lembaga survei, elektabilitas parpol berbasis

massa Islam berada di urutan 4-7. Ini mengindikasikan bahwa parpol berbasis

massa Islam masih kalah popular dibanding dengan parpol yang mengusung

ideologi nasionalis.

- Namun demikian, ini menjadi tantangan bagi parpol berbasis massa Islam untuk

meningkatkan elektabilitas itu dengan memperbaiki kinerja dan citra parpol serta

citra dari kader-kader parpol. Kader parpol yang terindikasi atau terlibat dalam

dugaan kasus korupsi, biasanya membuat elektabilitas parpol menjadi sangat

rendah.

12. Menurut republika, bagaimana peluang parpol Islam pada pemilu 2014 ini?

- Insya Allah, suara parpol berbasis massa Islam tetap ada peminatnya, baik PKB,

PKS, PAN, maupun PPP, atau PBB. Masih ada pemilihnya. Untuk menang,

mungkin cukup berat, karena tak ada kesamaan visi untuk membawa Islam.

Mereka lebih terkotak-kotak pada baju (identitas) parpol mereka. Tak murni

membawa misi Islam yang rahmatan lil „alamin.

Page 127: ANALISIS FRAMING ISU TENTANG KONDISI PARTAI ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27592/1/ARFIAN... · Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika telah diujikan

- Karena itu, mungkin akan lebih baik bila parpol berbasis massa Islam itu bersatu.

Untuk itu, diperlukan tokoh Muslim yang bisa dipercaya oleh keseluruhan parpol

berbasis massa Islam itu.

- Di satu sisi, jika parpol berbasis massa Islam ini bersatu, mungkin akan baik. tapi

ada pula nilai negatifnya. Seperti perolehan kursi yang akan menjadi minim.

13. Dan pertanyaan terakhir, selama berkecimpung dalam perindustrian media

cetak di Indonesia, apa saja prestasi serta penghargaan yang sudah dicapai

republika?

- Alhamdulillah, saat ini sudah lebih dari 20 tahun (terbit pertama 4 Januari 1993)

hingga sekarang, Republika sudah cukup banyak mendapatkan penghargaan atau

pengakuan atas peran dan kontribusi Republika, baik dari dalam maupun luar

negeri.

- Kami adalah media pertama yang meluncurkan website (www.republika.co.id)

- Kami adalah koran pertama yang melakukan cetak jarak jauh

- Kami adalah koran pertamaa yang masuk dalam listing Bursa Efek Jakarta

(sekarang Bursa Efek Indonesia).

- Setiap tahun kami meraih penghargaan dari Serikat Perusahaan Surat Kabar (SPS)

sebagai koran terbaik nasional.

- Wartawan kami juga sering mendapatkan penghargaan atau memenangkan lomba

penulisan yang diselenggarakan institusi pemerintah (kementerian, BUMN,

maupun lembaga swasta.

- Pada 2009, kami meraih medali emas dari Asosiasi Penerbit Surat Kabar se-Asia

(WAN-IFRA) sebagai koran dengan desain terbaik untuk halaman muka

(frontpage).

- Masih banyak lagi penghargaan lainnya. Selengkapnya bisa dicek di buku tentang

sejarah Republika.

Jakarta, 23 Mei 2013

Syahruddin El-Fikri

Wakil Redaktur Pelaksana

Harian Republika