Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari ...

17
Majalah Ilmu Kefarmasian Majalah Ilmu Kefarmasian Volume 7 Number 3 Article 2 12-30-2010 Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari Pasar Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari Pasar Muara Angke Muara Angke Herman Suryadi Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok 16424 Maryati Kurniadi Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok 16424 Yuanki Melanie Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok 16424 Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/mik Recommended Citation Recommended Citation Suryadi, Herman; Kurniadi, Maryati; and Melanie, Yuanki (2010) "Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari Pasar Muara Angke," Majalah Ilmu Kefarmasian: Vol. 7 : No. 3 , Article 2. DOI: 10.7454/psr.v7i3.3458 Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/mik/vol7/iss3/2 This Original Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Pharmacy at UI Scholars Hub. It has been accepted for inclusion in Majalah Ilmu Kefarmasian by an authorized editor of UI Scholars Hub.

Transcript of Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari ...

Page 1: Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari ...

Majalah Ilmu Kefarmasian Majalah Ilmu Kefarmasian

Volume 7 Number 3 Article 2

12-30-2010

Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari Pasar Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari Pasar

Muara Angke Muara Angke

Herman Suryadi Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok 16424

Maryati Kurniadi Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok 16424

Yuanki Melanie Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok 16424

Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/mik

Recommended Citation Recommended Citation Suryadi, Herman; Kurniadi, Maryati; and Melanie, Yuanki (2010) "Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari Pasar Muara Angke," Majalah Ilmu Kefarmasian: Vol. 7 : No. 3 , Article 2. DOI: 10.7454/psr.v7i3.3458 Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/mik/vol7/iss3/2

This Original Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Pharmacy at UI Scholars Hub. It has been accepted for inclusion in Majalah Ilmu Kefarmasian by an authorized editor of UI Scholars Hub.

Page 2: Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari ...

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN16

Herman Suryadi, Maryati Kurniadi, Yuanki MelanieFakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok 16424

ANALISIS FORMALINDALAM SAMPEL IKAN DAN UDANGSEGAR DARI PASAR MUARA ANGKE

Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VII, No. 3, Desember 2010, 16-31ISSN : 1693-9883

ABSTRACT

The use of formalin as a food additive has been prohibited by the ministry of health asstipulated in The Indonesia Ministry of Health Regulations No.722/Menkes/Per/IV/88. However, in recent years the Indonesian authorities have found trace amounts offormalin as a preservative in perishable foods such as fish and shrimp. The aim of thisresearch is to identify the use of formalin in fresh fish and shrimp samples sold inMuara Angke Market as the fresh seafood market in Jakarta. The first step of thisresearch was formalin identification in fish and shrimp samples and continued byquantitative analysis to assure the results obtained. Qualitative determination of for-malin was carried out by Schryver reagent and the quantitative determination wascarried out spectrophotometrically using Nash reagent. Validation of UV-Vis spec-trophotometric method for determination of formalin showed that Nash reagent wassuitable to determine formalin. The limit of detection, limit of quantitation, andcoefficient of variation for formalin were 0,0102 mg/L, 0,0341 mg/L, and 0,09%,respectively. Recovery of formalin in fish samples was 89,79-109,58% and shrimpsamples was 82,11-97,76%. Qualitative determination in six fish samples and sixshrimp samples showed negative results and the quantitative analysis confirmed thatformalin was not found in the fresh fish and shrimp samples from Muara AngkeMarket.

Keywords : fish, formalin, Nash, Schryver, shrimp, Spectrophotometry.

ABSTRAK

Penggunaan formalin sebagai bahan tambahan dalam makanan telah dilarang olehkementerian kesehatan dan tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia No.722/MenKes/Per/IV/88. Meskipun demikian, pada beberapa tahun terakhirini muncul pemberitaan mengenai maraknya penggunaan formalin sebagai pengawetbahan makanan yang mudah membusuk seperti ikan dan udang. Penelitian inibertujuan mengidentifikasi penggunaan formalin pada ikan dan udang segar yangdijual di Pasar Muara Angke, pasar tempat penjualan hasil laut segar di Jakarta.Penelitian ini diawali dengan identifikasi kandungan formalin dalam sampel ikan

Corresponding author : ..................................

Page 3: Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari ...

17Vol. VII, No.3, Desember 2010

PENDAHULUAN

Potensi lestari sumber daya ikanlaut Indonesia diperkirakan 6,26 jutaton per tahun yang terdiri daripotensi di perairan wilayah Indone-sia sekitar 4,4 juta ton per tahun danperairan Zona Ekonomi EksklusifIndonesia (ZEEI) sekitar 1,86 juta tonper tahun (Kwik Kian Gie, 2005). Haltersebut menjadikan hasil laut, antaralain ikan dan udang, sebagai sumberpangan dan komoditi perdagangannasional.

Di sisi lain, ikan dan udangtermasuk jenis bahan pangan yangmudah rusak (membusuk). Hanyadalam waktu beberapa jam saja sejakditangkap dan didaratkan akan tim-bul proses perubahan yang mengarahpada kerusakan (Adawyah, 2007).Cara yang umum dilakukan untukmencegah kerusakan yaitu penga-wetan dengan menggunakan esbalok. Kendala yang dihadapi bilamenggunakan es balok adalah di-butuhkan jumlah yang cukup banyaksehingga tidak praktis dan harganya

relatif mahal. Hal tersebut menye-babkan nelayan dan penjual yangcurang menggunakan zat kimiaberbahaya seperti formalin sebagaipengganti es balok.

Formalin adalah senyawa for-maldehida dalam air dengan konsen-trasi rata-rata 37% dan metanol 15%dan sisanya adalah air. Formalinbukan pengawet makanan tetapibanyak digunakan oleh industri keciluntuk mengawetkan produk ma-kanan karena harganya yang murahsehingga dapat menekan biayaproduksi, dapat membuat kenyal,utuh, tidak rusak, praktis dan efektifmengawetkan makanan (Widowati &Sumyati, 2006). Larangan pengguna-an formalin sebagai bahan tambahanmakanan telah tercantum dalamPermenkes RI No.033 tahun 2012,tentang Bahan Tambahan Pangan,pada Lampiran II tentang bahan yangdilarang digunakan sebagai BTP.

Kontaminasi formaldehida da-lam bahan makanan sangat memba-hayakan tubuh. (Norliana, Abdul-amir, Abu Bakar, dan Salleh 2009)

dan udang segar kemudian dilanjutkan dengan analisis kuantitatif untuk memperkuathasil yang diperoleh. Analisis kualitatif formalin dilakukan dengan pereaksi Schryversedangkan untuk analisis kuantitatif secara spektrofotometri UVVis menggunakanpereaksi Nash. Hasil validasi metode menunjukkan batas deteksi 0,0102 mg/L, bataskuantitasi 0,0341 mg/L, dan koefisien variasi 0,09%. Perolehan kembali formalindalam sampel ikan berkisar antara 89,79-109,58% sedangkan dalam sampel udangudang 82,11-97,76%. Identifikasi terhadap enam sampel ikan dan enam sampel udangmenunjukkan hasil yang negatif dan hasil analisis kuantitatif pada seluruh sampelmemperkuat hasil yang diperoleh, yaitu tidak ditemukan adanya formalin dalam sampelikan dan udang segar di Pasar Muara Angke.

Kata kunci : formalin, ikan, Nash, udang, spektrofotometri.

Page 4: Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari ...

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN18

menyatakan bahwa formaldehidadapat menyebabkan kanker saluranpernapasan dan meningkatkan resikoleukimia. International Agency for Re-search on Cancer (IARC) mengklasi-fikasikan formaldehida ke dalamkelompok 1 (carcinogenic to humans)(IARC, 2006).

Terdapat beberapa cara untukmenganalisis formaldehida dalamsampel makanan, antara lain denganmetode kolorimetri (Altshuller,Miller, & Sleva, 1961; Nash, 1953),spektrofotometri (Wang, Cui, &Fang, 2007), kromatografi cair kinerjatinggi (Li, Zhu, & Ye, 2007), dan kro-matografi gas (Bianchi, Careri, Musci,& Mangia, 2007).

Analisis secara KG-MS danKCKT memerlukan instrumentasiyang relative mahal dan rumit. Selainitu, dibutuhkan proses derivatisasimenggunakan zat penderivat yangmahal sehingga tidak cocok untukanalisis rutin yang relative murah.Oleh karena itu, diperlukan metodeanalisis lebih sederhana, cepat,ekonomis, dan sensitif. Metode yangdigunakan dalam penelitian iniadalah kolorimetri dengan pereaksiSchryver untuk analisis kualitatif danspektrofotometri UV-Vis mengguna-kan pereaksi Nash untuk analisiskuantitatif.

Pemilihan pereaksi Schryveruntuk analisis kualitatif disebabkanoleh terbentuknya warna yang spe-sifik dan sensitif antara pereaksidengan formaldehida dengan batasdeteksi terendah 0,2 mg/L (Suryadi,Hayun, & Harsono, 2008). Analisis

kuantitatif formalin dilakukanmenggunakan spektrofotometer UV-Vis berdasarkan reaksi antaraformaldehida dengan pereaksi Nashyang menghasilkan senyawa kom-pleks 3,5-diasetil-1,4-dihidrolutidin(DDL) (Nash, 1953).

Penelitian ini bertujuan untukmelakukan validasi metode analisisformalin dalam ikan dan udang segardengan pereaksi Nash secara spek-trofotometri UV-Vis, mengiden-tifikasi formalin dalam ikan danudang segar menggunakan pereaksiSchryver, mengukur kadar formalindalam ikan dan udang segar secaraspektrofotometri UV-Vis meng-gunakan pereaksi Nash.

METODE

Bahan-BahanBahan kimia terdiri atas :

Aquadest, larutan baku formalin 37%(Merck), fenilhidrazin hidroklorida(Merck), kalium ferrisianida (Merck),asam klorida pekat (Merck), ammo-nium asetat (Merck), asetil aseton(Merck), asam asetat glasial (Mal-linckrodt), hydrogen peroksida(Merck), natrium hidroksida (Mal-linckrodt).

Sampel ikan dan udang segaradalah sampel yang diperoleh darikapal nelayan yang baru mendarat diPasar Muara Angke, Jakarta Utara.pada hari yang sama untuk masing-masing sampel.

Sampel ikan segar diperolehdari enam pedagang berbeda yangdipilih secara acak di Pasar Muara

Page 5: Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari ...

19Vol. VII, No.3, Desember 2010

Angke. Sampel ikan yang diperolehantara lain ikan bawal yang beru-kuran sedang (I1), ikan ekor kuningyang berukuran sedang (I2), ikankacang-kacang yang berukuran kecil(I3), ikan kakap yang berukuranbesar (I4), ikan tenggiri yang beru-kuran besar (I5), dan ikan kembungyang berukuran sedang (I6).

Sampel udang segar diperolehdari enam pedagang berbeda yangdipilih secara acak di Pasar MuaraAngke. Sampel udang yang diperolehantara lain udang jerbung yang ber-ukuran besar (U1), udang jerbungberukuran kecil (U2), udang pancetyang berukuran kecil (U3), udangpancet yang berukuran sedang (U4),udang pancet yang berukuran kecil(U5), dan udang fame yang beru-kuran besar (U6).

AlatSpektrofotometer UV-Vis (Jasco

V-530), timbangan analitik (Acculab),penangas air (Lab-Line), oven (He-raeus), sentrifugator (Labofuge),lemari pendingin, alat-alat gelas.

MetodePenetapan kadar larutan baku

formalin dilakukan dengan metodetitrasi asam basa sesuai denganprosedur Farmakope Indonesia (edisi3 dan 4). Larutan standar formal-

dehid 0,03% dibuat dari larutaninduk formaldehid 0,3% (b/v)dengan pengenceran 10 kali. Kondisioptimum analisis secara Spektro-fotometri Visibel dengan pereaksiNash diperoleh dengan mencaripanjang gelombang maksimum dankestabilan serapan warna kompleksyang dihasilkan. Validasi metodeanalisis dilakukan dengan penentuanlinieritas kurva kalibrasi, penentuanbatas deteksi dan batas kuantitasi, ujiketerulangan dan uji perolehankembali.

Pembuatan pereaksi Schryver danpereaksi Nash

Pereaksi Schryver dibuat ber-dasarkan hasil penelitian yang telahdilakukan, dan formula berikutterbukti yang paling sensitif dalammendeteksi formalin secara kualitatifdengan batas deteksi terendah 0,2mg/L (Suryadi, Mansur, & Christine,2008).

Pereaksi Nash dibuat dari 2 mLasetil aseton, 3 mL asam asetatglasial, dan 150 gram amonium asetatyang diencerkan dengan aquadesthingga 1 L (Nash, 1953).

Penyiapan sampel untuk analisisformalin dalam sampel ikan segar

Sampel ikan yang telah diberikode (I1, I2, I3, I4, I5, dan I6) dibuang

Tabel 1. Formula pereaksi Schryver

Fenilhidrazin HCl K3Fe(CN)6 HCl

5% dalam HCl 4,5 N (1:4); 0,7 mL 5%; 0,3 mL -

[Sumber: Suryadi, Mansur, & Christine, 2008 (telah diolah kembali]

Page 6: Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari ...

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN20

kepala, ekor, dan isi perutnya.Pembilasan dengan air dilakukansecukupnya untuk menghilangkandarah yang menempel ketika isi perutdibuang. Sampel kemudian di-filletkemudian fillet tersebut dipotong-potong sampai berukuran ± 1 cm x0,5 cm x 0,5 cm. Potongan sampelditimbang sebanyak ± 5 g, dima-sukkan ke dalam Erlenmeyer ber-tutup dan ditambahkan 50 mL aqua-dest. Panaskan selama 1 jam padasuhu 40±2°C sambil dikocok selama1 menit setiap 5 menit. Biarkan dinginlalu saring ke dalam labu ukur 100,0mL. Volume dicukupkan hingga batasmenggunakan air bilasan residu.Prosedur di atas dilakukan sebanyaktiga kali untuk masing-masingsampel, totalnya akan didapat 18filtrat. Masing-masing filtrat disen-trifus untuk selanjutnya dianalisissecara kualitatif dan kuantitatif.Prosedur yang serupa dilakukanterhadap sampel udang segar.

Analisis kualitatif denganmenggunakan pereaksi Schryver

Masing-masing filtrat yangdiperoleh dari sampel I1, I2, I3, I4,I5, dan I6 diambil sebanyak 5 tetes,diteteskan ke plat tetes, ditambahkanpereaksi Schryver lalu diamatiperubahan warna yang terjadi. Hasilyang positif formalin ditunjukkanoleh terbentuknya warna merah.(Suryadi, Mansur, & Christine, 2008).

Analisis kuantitatif denganmenggunakan pereaksi Nash

Masing-masing filtrat yang

diperoleh dari sampel I1, I2, I3, I4,I5, dan I6 dipipet sebanyak 5,0 mLke dalam labu ukur 10,0 mL. Volu-menya dicukupkan

dengan menggunakan pereaksiNash sampai tanda batas, dipanaskanselama 30 menit pada suhu 40±2°Clalu dibiarkan dingin pada suhukamar selama 30 menit. Serapandiukur menggunakan spektrofoto-meter UV-Vis pada l maksimum,dicatat dan kadar formalin dalamikan dihitung.(Suryadi, Hayun &Harsono, 2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan formalin sebagaipengawet bahan pangan telah dila-rang oleh pemerintah Indonesia,namun masih ada pihak-pihaktertentu yang melanggarnya demikepentingan pribadi. Oleh karena itu,perlu dilakukan analisis rutin ter-hadap bahan-bahan pangan yangrentan diberi formalin untuk menjagakualitas bahan pangan yang beredardi masyarakat.

Maraknya pemberitaan formalinsebagai pengawet bahan panganmembuat formalin memperolehperhatian besar. Analisis kualitatifmaupun kuantitatif formalin dalambahan pangan telah banyak dilaku-kan, antara lain menggunakanpereaksi asam kromatropat, pereaksiNash, dan pereaksi Schryver. Dariketiga pereaksi tersebut, pereaksiSchryver merupakan pereaksi warnayang paling baik untuk analisis for-malin karena kemudahan penga-

Page 7: Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari ...

21Vol. VII, No.3, Desember 2010

matan dan pelaksanaannya sertamemiliki batas deteksi terendah yangdapat dibedakan dengan jelas de-ngan penglihatan normal (Suryadi,Hayun, & Harsono, 2008). Sedangkananalisis kuantitatif dapat dilakukandengan kromatografi gas-spektro-fotometri massa (Bianchi, Careri,Musci, & Mangia, 2007) dan kroma-tografi cair kinerja tinggi (Liu, Peng,Chi, & Jiang, 2005), masing-masingdengan batas deteksi 17 μg/kgsampel ikan dan 0,18 mg/kg dalamsampel cumi.

Meskipun memiliki sensitivitasyang sangat baik, analisis secara KG-MS dan KCKT memerlukan instru-mentasi yang relatif mahal danrumit. Selain itu, dibutuhkan prosesderivatisasi menggunakan zat pen-derivat yang mahal sehingga tidakcocok untuk analisis rutin. Olehkarena itu, diperlukan metodeanalisis kuantitatif yang lebih seder-hana, cepat, ekonomis namun sen-sitif. Pada penelitian ini metodekuantitatif yang digunakan adalahspektrofotometri UV-Vis menggu-nakan pereaksi Nash.

Penetapan kadar larutan bakuformalin

Penetapan kadar ini bertujuanuntuk mengetahui kadar larutanbaku formalin 37% yang sebenarnya.Penetapan kadar dilakukan secaratitrasi asam basa tidak langsungkarena reaksi berjalan lambat padasuhu kamar sehingga dibutuhkanpemanasan. Prinsip reaksi ini yaituoksidasi formaldehida menjadi asamformat oleh hidrogen peroksidadalam suasana alkali berlebih. Selan-jutnya, asam format akan bereaksidengan natrium hidroksida berlebihmenghasilkan natrium format.Kelebihan natrium hidroksida di-titrasi dengan asam klorida. Darititrasi tersebut diperoleh kadar for-maldehida sebesar ± 34,46% (Tabel2). Hasil ini memenuhi persyaratanFarmakope Indonesia edisi III (34,0%- 38,0%).

Kadar larutan formalin bakuyang diperoleh dari tahap sebelum-nya digunakan untuk perhitunganpembuatan larutan induk dan larutanstandar. Konsentrasi larutan indukdan larutan standar formalin yang

Tabel 2. Data penetapan kadar larutan baku formalin secaratitrasi asam basa

Berat formalin Volume NaOH Volume HCl(mg) 0,9308 N (mL) 0,6815 N (mL)

1518,3 25,0 0,00 – 10,85

1552,3 25,0 0,00 – 10,40

1505,7 25,0 0,00 – 10,50

Kadar larutan baku formalin yang diperoleh dari rata-rata ketiga kadar adalah sebesar±34,46%.

Page 8: Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari ...

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN22

didapat sebesar 1043,86 mg/L dan104,386 mg/L. Larutan standar inidigunakan untuk membuat konsen-trasi yang diinginkan pada tahap-tahap berikutnya.

Penentuan panjang gelombangmaksimum

Sebelum melakukan validasimetode, terlebih dahulu ditentukanpanjang gelombang maksimumuntuk analisis formalin secaraspektrofotometri menggunakanpereaksi Nash. Penetapan kadardilakukan pada panjang gelombangmaksimum karena : i) pada l mak-simum diperoleh serapan maksimumdimana perubahan serapan karenakonsentrasi juga maksimum sehinggamenghasilkan kepekaan dan ke-

akuratan yang lebih tinggi; ii) padapita panjang gelombang maksimumdaya serap relatif konstan sehinggadiperoleh kurva kalibrasi yang linier;iii) pada panjang gelombang maksi-mum bentuk serapan pada umumnyalandai sehingga kesalahan penem-patan/pembacaan panjang gelom-bang dapat diabaikan (Harmita,2006). Spektrum serapan untukmemperoleh panjang gelombangmaksimum dibuat dari larutan for-maldehida dengan konsentrasi 5,2mg/L yang dicampurkan denganpereaksi Nash. Panjang gelombangmaksimum yang diperoleh yaitu 409,5nm (Gambar 1), sedikit berbeda daripanjang gelombang maksimum lite-rature, 412 nm (Nash, 1953).

Gambar 1. Spektrum serapan hasil reaksi antara formalin konsentrasi5,2 mg/L dengan pereaksi Nash.

Page 9: Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari ...

23Vol. VII, No.3, Desember 2010

Penentuan kestabilan serapanwarna kompleks hasil reaksiformalin dengan pereaksi Nash

Tahap ini dilakukan untuk men-dapatkan waktu analisis optimumdimana pada waktu tersebut serapancukup stabil dan perbedaan serapankarena perbedaan waktu analisistidak signifikan. Serapan warnakompleks yang stabil diperoleh padamenit ke-5 sampai menit ke-10setelah tahap mereaksikan selesai.(Gambar 2).

Validasi metode analisis formalinsecara spektrofotometri UV-Vis

Diperoleh persamaan regresilinier dari kurva kalibrasi : y =0,13717x + 0,04860 dengan koefisienkorelasi r = 0,99998. Harga koefisienkorelasi (r) yang mendekati nilai 1menyatakan hubungan yang linier

antara konsentrasi dengan serapanyang dihasilkan. (Gambar 3)

Berdasarkan perhitungan secarastatistik menggunakan persamaanregresi linier dari kurva kalibrasi,diperoleh batas deteksi formalinsebesar 0,0102 mg/L dan bataskuantitasi formalin sebesar 0,0341mg/L.

Uji presisi dilakukan dengan caramengukur keterulangan pemben-tukan warna kompleks hasil reaksiantara formalin dengan pereaksiNash. Kriteria seksama atau presisidiberikan jika metode memberikansimpangan baku relative (koefisienvariasi atau KV) sebesar 2% ataukurang. Nilai koefisien variasi yangdiperoleh dalam penelitian ini yaitu0,09%. (Data tidak ditampilkan)

Pada uji perolehan kembali,penambahan formalin ke dalam

Gambar 2. Kurva kestabilan serapan warna kompleks hasil reaksi formalinkonsentrasi 5,2 mg/L dengan pereaksi Nash.

Page 10: Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari ...

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN24

sampel ikan dilakukan pada rentang50%, 100%, dan 150%. Pada rentang50% diperoleh persentase rata-rataperolehan kembali sebesar 102,29%;pada rentang 100% diperoleh per-sentase rata-rata perolehan kembalisebesar 99,41%; pada rentang 150%diperoleh persentase rata-rata per-olehan kembali sebesar 96,46%.Dengan demikian, hasil uji perolehankembali formalin pada sampel ikanmemenuhi kriteria, dimana nilaipersen perolehan kembali yang baikberada dalam rentang 80-120%. Dataselengkapnya dapat dilihat padaTabel 3.

Seperti halnya pada sampel ikan,uji perolehan kembali pada sampeludang dilakukan dengan metodeadisi. Penambahan formalin ke dalamsampel udang juga dilakukan pada

rentang 50%, 100%, dan 150%. Padarentang 50% diperoleh persentaserata-rata perolehan kembali sebesar90,44%; pada rentang 100% diper-oleh persentase rata-rata perolehankembali sebesar 84,40%; padarentang 150% diperoleh persentaserata-rata perolehan kembali sebesar93,97%. Dengan demikian, hasil ujiperolehan kembali formalin padasampel udang memenuhi kriteria,dimana nilai persen perolehankembali yang baik berada dalamrentang 80-120%. Data selengkapnyadapat dilihat pada Tabel 4.

Analisis sampel ikan segar secarakualitatif

Pemeriksaan kualitatif I1, I2, I3, I4,I5, dan I6 dilakukan dengan meng-gunakan pereaksi Schryver. Ketika

Gambar 3. Kurva kalibrasi senyawa kompleks hasil reaksi antara formalindengan pereaksi Nash pada panjang gelombang 409,5 nm.

Page 11: Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari ...

25Vol. VII, No.3, Desember 2010

Tabel 3. Data uji perolehan kembali formalin dengan konsentrasi 3,0; 5,0;dan 8,0 mg/L yang ditambahkan pada sampel ikan

Simulasi Ulangan Serapan (A) Kadar (mg/L) Perolehan Rata-rataλ = 409,5 nm B Diperoleh Kembali (%) UPK

1 0,51023 3,53 3,36 95,18I 2 0,55473 3,61 3,69 102,22 102,29

3 0,57279 3,49 3,82 109,46

1 0,78293 5,87 5,35 91,14II 2 0,84259 5,80 5,79 99,83 99,41

3 0,90039 5,78 6,20 107,27

1 1,14911 8,91 8,02 90,01III 2 1,14608 8,91 8,00 89,79 96,46

3 1,38219 8,87 9,72 109,58

Tabel 4. Data uji perolehan kembali formalin dengan konsentrasi 3,0; 5,0;dan 8,0 mg/L yang ditambahkan pada sampel udang

Simulasi Ulangan Serapan (A) Kadar (mg/L) Perolehan Rata-rataλ = 409,5 nm B Diperoleh Kembali (%) UPK

1 0,52513 3,55 3,47 97,75I 2 0,46571 3,52 3,04 86,36 90,44

3 0,47000 3,52 3,07 87,22

1 0,70915 5,87 4,82 82,11II 2 0,71157 5,87 5,54 82,28 84,40

3 0,68146 5,19 4,61 88,82

1 1,26192 9,37 8,80 93,92III 2 1,21564 9,43 8,51 90,24 93,97

3 1,30795 9,39 9,18 97,76

pereaksi Schryver diteteskan ke plattetes yang telah berisi filtrat masing-masing sampel, tidak terjadi peru-bahan warna pada seluruh sampel(Gambar 4). Hal ini menunjukkanbahwa dalam seluruh sampel tidakterkandung formalin. Untuk lebihmemastikan hasil tersebut, dilakukananalisis kuantitatif secara spektro-fotometri menggunakan pereaksiNash.

Analisis sampel ikan segar secarakuantitatif

Pemeriksaan sampel I1, I2, I3, I4,I5, dan I6 dilakukan dengan spek-trofotometer UV-Vis menggunakanpereaksi Nash pada panjang gelom-bang 409,5 nm. Spektrum yang diha-silkan keenam sampel (Gambar 5)sama dengan larutan blanko (Gambar6). Hal ini menunjukkan bahwakeenam sampel ikan segar yang

Page 12: Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari ...

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN26

Keterangan:I1 = ikan bawal;I2 = ikan ekor kuning;I3 = ikan kacang-kacang;I4 = Ikan kakap;I5 = Ikan tenggiri;I6 = ikan kembung.

Gambar 4. Gambar Pengujian 5 g sampel ikan segar dari Pasar Muara Angkesecara kualitatif menggunakan pereaksi Schryver.

Gambar 5. Spektrum serapan sampel ikan segar yang tidak mengandungformalin dengan pereaksi Nash.

Page 13: Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari ...

27Vol. VII, No.3, Desember 2010

diperoleh dari Pasar Muara Angketidak mengandung formalin.

Analisis sampel udang segar secarakualitatif

Pemeriksaan sampel U1, U2, U3,U4, U5, dan U6 dengan pereaksiSchryver menunjukkan warna larutanyang sama dengan blanko padaseluruh sampel (Gambar 7). Hal inimenunjukkan bahwa keenam sampeludang segar yang diperoleh dariPasar Muara Angke tidak mengan-dung formalin.

Analisis sampel udang segar secarakuantitatif

Seperti pada sampel ikan, spek-trum yang dihasilkan dari keenamsampel udang sama dengan larutanblanko. Hal ini memperkuat hasil

dari analisis kualitatif bahwa keenamsampel udang segar yang diperolehdari Pasar Muara Angke tidakmengandung formalin (data tidakditampilkan).

Berdasarkan penelitian yangdilakukan oleh Suryadi, Mansur, &Christine, pereaksi Schryver denganformula yang digunakan dalampenelitian ini sensitif untuk formalindan memiliki batas deteksi terendah0,2 mg/L. Dalam penelitian tersebutjuga dilakukan pengujian stabilitasdan dilaporkan bahwa dengan for-mula tersebut pereaksi Schryverdapat bertahan sampai tiga minggu.Selain itu, formula tersebut hanyatersusun atas dua komponen se-hingga praktis untuk dijadikansebagai pereaksi kit.

Gambar 6. Spektrum serapan blanko (aquadest + pereaksi Nash).

Page 14: Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari ...

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN28

Keterangan:U1 & U2 = udang jerbung berukuran besar & kecil; U3 & U4 = udang pancet berukurankecil & sedang; U5 & U6 = udang fame berukuran kecil & besar.

Gambar 7. Pengujian 5 g sampel udang segar dari Pasar Muara Angke secarakualitatif menggunakan pereaksi Schryver.

Dalam penelitian mengenaimetode pemilihan analisis formalinberdasarkan reaksi warna dan spek-trofotometri UV-Vis yang dilakukanoleh Suryadi, Hayun, & Harsonodilaporkan bahwa pereaksi Nashmerupakan pereaksi warna yang pal-ing baik untuk digunakan dalamanalisis formalin secara kuantitatifdibandingkan dengan pereaksi asamkromatropat dan pereaksi Schryver.

Reaksi warna yang terjadi ter-bentuk dari hasil kondensasi antaraformaldehida dan fenilhidrazin,yang pada reaksi oksidasi meng-hasilkan basa lemah. Basa lemahtersebut dengan adanya asam kuatberlebih akan menghasilkan garamyang langsung mengalami disosiasihidrolitik pada pengenceran danmenghasilkan kompleks yang ber-

warna merah (Gambar 8).Hasil analisis menunjukkan

bahwa sampel ikan dan udang segaryang diperoleh dari Pasar MuaraAngke tidak mengandung formalin.Hasil ini dapat

disebabkan oleh sampel yangdiambil adalah yang baru tiba dipasar setelah

diturunkan dari kapal nelayan.Namun, dapat pula dikarenakantingkat pencemaran formalin padaikan dan udang sangat rendah se-hingga tidak terdeteksi denganmetode dan cara penyarian yangdigunakan.

KESIMPULAN

Hasil uji validasi dari metodeuntuk analisis formalin menggunakan

Page 15: Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari ...

29Vol. VII, No.3, Desember 2010

Gambar 8. Reaksi antara formaldehida dengan pereaksi Schryver(telah diolah kembali).

pereaksi Nash secara spektro-fotometri menunjukkan hasil yangmemenuhi syarat yang ditetapkan.Hasil analisis formalin dalam enamsampel ikan dan enam sampel udangsegar yang diperoleh dari PasarMuara Angke menunjukkan hasilyang negatif.

DAFTAR ACUAN

Adawyah Rabiatul. 2007. Pengolahandan pengawetan ikan. Jakarta: BumiAksara.

Altshuller A.P., Miller D.L., Sleva S.F.1961. Determination of formalde-

hyde in gas mixture by the chro-motropic acid method. Anal.Chem., 33(4), 621-625.

Bianchi F., et al. 2007. Fish and foodsafety: determination of formal-dehyde in 12 fish species bySPME extraction and GC-MSanalysis. Food Chem., 100: 1049-1053.

Bosetti C., et al. 2008. Formaldehydeand cancer risk: A quantitativereview of cohort studies through2006. Ann. Oncol., 19: 29-43.

Cosmetic Ingredient Review ExpertPanel. 1984. Final report on thesafety assessment of formalde-

Page 16: Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari ...

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN30

hyde. J. Am. Coll. Toxicol., 3:157–184.

Duhayon S., et al. 2008. Carcinogenicpotential of formaldehyde inoccupational settings: A criticalassessment and possible impacton occupational exposure levels.Int. Arch. Occup. Environ. Health,81: 695-710.

Farmakope Indonesia III. 1979. Ja-karta: Departemen KesehatanRepublik Indonesia.

Gerberich H.R., Seaman G.C. 2004.Formaldehyde. In J.I. Kroschwitz& M. Howe-Grant (Ed.). Kirk–Othmer Encyclopedia of ChemicalTechnology 5th Ed., 11: 929-951.

Wiley & Sons. Harmita. 2004. Petun-juk pelaksanaan validasi metode dancara penggunaannya. Majalah IlmuKefarmasian 1(3): 117-135.

Harmita. 2006. Buku ajar analisisfisikokimia. Depok: DepartemenFarmasi FMIPA UI.

Harmita. 2006. Analisis kuantitatifbahan baku dan sediaan farmasi.Depok: Departemen FarmasiFMIPA UI.

IARC. 1995. IARC Monographs on theevaluation of carcinogenic risks tohumans: Wood dust and formalde-hyde. Vol. 62. Lyon: WHO.

IARC. 2006. IARC monographs on theevaluation of carcinogenic risks tohumans: Formaldehyde, 2-Butoxye-thanol and 1-tert-Butoxypropan-2-ol. Vol. 88. Lyon: WHO.

Kwik Kian Gie. 2005. Kebijakan danstrategi pembangunan nasional:Sektor pertanian sebagai ‘primemover’ pembangunan ekonomi

nasional. Dalam bundling pemikirandan permasalahan ekonomi di Indo-nesia dalam setengah abad terakhir,Buku 5 (1997-2005) Krisis dan Pe-mulihan Ekonomi. Yogyakarta:Penerbit Kanisius.

Li J., Zhu J., Ye L. 2007. Determina-tion of formaldehyde in squid byhighperformance liquid chroma-tography. Asia Pac. J. Clin. Nutr.,16(1): 127-130.

Nash T. 1953. Colorimetric estima-tion of formaldehyde by meansof Hantzch reaction. Biochem. J.,55(3), 417-418.

Naya M, Nakahashi J. 2005. Risk as-sessment of formaldehyde forthe general population in Japan.Regul. Toxicol. Pharmacol., 43: 232-248.

Noisel N., Bouchard M., Carrier G.2007. Evaluation of the health im-pact of lowering the formalde-hyde occupational exposure limitfor Quebec workers. Regul.Toxicol. Pharmacol., 48, 118-127.

Norliana S., et al. 2009. The healthrisk of formaldehyde to humanbeings. Am. J. Pharm. & Toxicol.,4(3): 98-106.

Patnaik Praydot. 1992. A comprehen-sive guide to the hazardous proper-ties of chemical substances. NewYork: Van Nostrand Reinhold.

Reuss G., al. 2003. Formaldehyde. InUllmann’s Encyclopedia of Indus-trial Chemistry 6th rev. Ed.,Weinheim: Wiley. 15: 1-34.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 1991.Dasar-dasar spektroskopi. (Ed. ke2).Yogyakarta: Liberty.

Page 17: Analisis Formalin dalam Sampel Ikan dan Udang Segar dari ...

31Vol. VII, No.3, Desember 2010

Schryver S.B. 1910. The photochemi-cal formation of formaldehyde ingreen plants. Proc. Roy. Soc. Lon-don, Series B, 82(554): 227.

Speit S., Schmid O. 2006. Localgenotoxic effects of formalde-hyde in humans measured by themicronucleus test with exfoli-ated epithelial cells. Mutat.Res.,613: 1-9.

Suryadi H., Hayun, Harsono F.D.2008. Pemilihan metode analisis for-malin berdasarkan reaksi warna danspektrofotometri UV-Tampak.Makalah dipresentasikan padaKongres Ilmiah XVI Ikatan Sar-jana Farmasi Indonesia, Yogya-karta.

Suryadi H., Mansur U., Christine N.2008. Optimasi pereaksi Schryveruntuk identifikasi formalin dalamsampel permen. Makalah dipresen-tasikan pada Kongres Ilmiah XVIIkatan Sarjana Farmasi Indone-sia, Yogyakarta.

The Merck Index. 2001. The MerckIndex (13th ed.). New Jersey: Au-thor.

Vairavamurthy A., Roberts J.M., &Newman L. 1991. Methods fordetermination of low molecularweight carbonyl compounds inthe atmosphere: A review.Atmos. Environ., 26A (11): 1965-1988.

Wang S., Cui X., Fan G. 2007. Rapiddetermination of formaldehydeand sulfur dioxide in food prod-ucts and chinese herbals. FoodChem., 103: 1487- 1493.

WHO. 1989. Environmental Health Cri-teria 89: Formaldehyde. Geneva: In-ternational Programme onChemical Safety.

WHO. 2002. Concise internationalchemical assessment document 40:Formaldehyde. Geneva: WorldHealth Organization.

Widowati W., Sumyati. 2006. Penga-turan tata niaga formalin untukmelindungi produsen makanandari ancaman gulung tikar danmelindungi konsumen daribahaya formalin. PemberitaanIlmiah Percikan, 63, 33-40.

Young E.G., Conway C.F. 1941. Onthe estimation of allantoin by theRimini-Schryver reaction. J. Biol.Chem., 55: 849.

Zhang L., et al. 2008. Formaldehydeexposure and leukimia: A newmetaanalysis and potential me-chanisms. Mutat. Res., 681: 150-168.