IDENTIFIKASI FORMALIN PADA IKAN YANG DIJUAL DIPASAR … MAU DIKASETKAN.pdf · Kata Kunci : Formalin...
Transcript of IDENTIFIKASI FORMALIN PADA IKAN YANG DIJUAL DIPASAR … MAU DIKASETKAN.pdf · Kata Kunci : Formalin...
IDENTIFIKASI FORMALIN PADA IKAN YANG DIJUAL
DIPASAR BASAH MANDONGA KOTA KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebafgai salah satu syarat selama menyelesaikan pendidikan Diploma
III Analis Kesehatan di Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH:
FITRIANI HERSON
P00341014008
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Penulis
1. Nama : Fitriani Herson
2. Tempat Tangal Lahir : Doule 16 Maret 1996
3. JenisKelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Mornene / Indonesia
6. Alamat : Anduonohu Kota Kendari
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 2 Lampopala, Tamat Tahun 2008
2. SMP Negeri 1 Rumbia, Tahun Tamat 2011
3. SMK Negeri 1 Bombana, Tamat Tahun 2014
4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekes Kendari Jurusan Analis Kesehatan Tahun
2014 sampai sekarang.
MOTTO
Apa yang kita tanam hari ini, itulah yang kita tuai esok hari.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Dengan ilmu hidup akan jadi lebih bermakna,
dengan seni hidup akan terasa lebih berwarna
dan dengan agama, hidup akan lebih terarah
dan jujur bikin hidup lebih hidup
Karya tulis ilmiah ini akan
Kupersembahkan untuk Almamaterku
Ayah dan Ibunda tercinta
Keluargaku Tersayang
Serta untuk bangsa dan negaraku
ABSTRAK
Fitriani Herson (P00341014008) Identifikasi Formalin Pada Ikan Yang Dijual
Di Pasar Basah Mandonga Kota Kendari yang di bimbing oleh Ibu Sitti
Nurhayani dan Ibu Supiati (xiv+6 daftar tabel+3 daftar gambar+6 daftar lampiran+41
halaman).
Latar Belakang : Penggunaan formalin sebagai bahan pengawet pada ikan akan
menyebabkan gangguan pada organ pencernaan manusia dan dapat menyebabkan
fungsi ginjal dan hati terganggu sehingga dapat menyebakan kanker bahkan dapat
menyebabkan kematian.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi formalin pada ikan yang
dijual di pasar basah Mandonga Kota Kendari.
Metode : Populasi dalam penelitian ini adalah 3 tempat pedagang ikan dipasar basah
Mandonga Kota Kendari.Sampel dalam penelitian ini yaitu 3 sampel ikan dan teknik
pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling yaitu pemilihan
sampel berdasarkan ciri atau sifat tertentu yang berhubungan dengan karakteristik
populasi dan berdasarkan pertimbangan peneliti.
Hasil : Hasil pemeriksaan identifikasi kandungan formalin pada ikan yang di jual di
pasar basah Mandonga kota Kendari dari 3 sampel yang diuji dinyatakan positif
mengandung formalin.
Kesimpulan : Pada hasil penelitian disimpulkan bahwa pedagang menggunakan
formalin untuk mengawetkan ikan yang dijual dipasar yang disebabkan oleh
mahalnya harga es batu sehingga pedagang ikan lebih memilih menggunakan
formalin sebagai bahan pengawet.
Saran : Bagi pemerintah khususnya BPOM dan PERINDAG dapat dijadikan
masukan untuk terus memperketat pengawasan terhadap mutu dan keamanan
makanan dalam hal penggunaan formalin. Diharapkan kepada konsumen untuk lebih
selektif dalam memilih makanan dan diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk
melakukan penelitian dipasar lain dengan uji kuantitatif.
Kata Kunci : Formalin pada ikan segar
Daftar Pustaka : 31 Buah Literatur (1995 – 2016)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini dengan judul
‘Identifikasi Formalin Pada Ikan Yang Dijual Di Pasar Basah Mandonga Kota
Kendari’’.
Penulis menyadari bahwa semua ini dapat terlaksana karena dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Teristimewa kepada Ayahanda Herson dan Ibunda
Herniati yang telah mengasuh, membesarkan dengan cinta dan penuh kasih sayang,
serta memberikan dorongan moril, material, spiritual, serta saudara – saudaraku,
terima kasih atas pengertiannya selama ini serta atas bantuannya secara langsung
maupun tidak langsung dalam memberikan bimbingan dan petunjuk sejak dari
pelaksanaan kegiatan awal sampai pada penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Untuk itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Hj. St. Nurhayani S.Kep., Ns., M.Kep
selaku Pembimbing I dan Supiati STP., MPH selaku Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab guna
memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini.
Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat :
1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Ibu Ruth Mongan, B.Sc., S.Pd., M.Pd., selaku ketua jurusan Analis
Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari.
3. Terkhusus Bapak Petrus, SKM., M.Kes., Fonnie E Hasan DCN., M.Kes dan
Satya Darmayani S.Si, M. Eng atas bimbingan sekaligus penguji terbaik
4. Seluruh dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis
Kesehatan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu pengetahuan
maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes Kemenkes
Kendari
5. Seluruh rekan – rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Analis Kesehatan angkatan 2014
Tiada yang penulis dapat berikan kecuali memohon kepada Allah SWT,
semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua pihak selama ini
dapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis mengharapkan semoga karya tulis
ilmiah ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan serta bermanfaat bagi kita
semua, Amin
Kendari, Juli 2017
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINITAS ........................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................... v
MOTTO ..................................................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang .................................................................................... 1
B. RumusanMasalah ............................................................................... 4
C. TujuanPenelitian ................................................................................ 4
D. ManfaatPenelitian .............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TinjauanUmumTentangFormalin ........................................................ 5
B. TinjauanUmumTentangIkan ............................................................. 13
C. TinjauanUmumTentangpenggunaan formalin pada ikan ................. 21
BAB III KERANGKA KONSEP
A. TeoriKerangkaKonsep ..................................................................... 25
B. Bagan KerangkaKonsep ................................................................... 25
C. Variable Penelitian ........................................................................... 26
D. DefinisiOperasionaldanKriteriaObjektif .......................................... 26
bBAB IV METODE PENELITIAN
A. JenisPenelitian ................................................................................... 27
B. Tempat Dan WaktuPenelitian .......................................................... 27
C. Populasi Dan Sampel ....................................................................... 27
D. InstrumenPenelitian.......................................................................... 27
E. Prosedurkerja.................................................................................... 27
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Ciri utama ikan segar dan ikan yang mulai busuk.......................................5
Tabel 2.2.Kandungan zat gizi ikan per 100 gram.........................................................8
Tabel 2.2. Kerangka pikir...........................................................................................24
Tabel 5.1.ciri – ciri ikan yang mengandung formalin.................................................32
Tabel 5.2.Uji kontrol positif dan negatif.....................................................................33
Tabel 5.2. Hasil uji laboratorium identifikasi formalin pada ikan yang dijual dipasar
basah Mandonga Kota Kendari...................................................................................34
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Formaldehid/formalin..............................................................................5
Gambar 2.2.Perbedaan ikan segar dan berformalin......................................................8
Gambar 2.2. ikan segar (ikan tuna)...............................................................................9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian dari Poltekkes Kemenkes Kendari
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 4 : Dokumentasi Penelitian
Lampiran 5 : Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 6 : Surat Keterangan Bebas Laboratorium
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Formalin adalah larutan formaldehid didalam pelarut air 37% dengan ciri
tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Formalin dapat bercampur dengan
air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dengan kloroform dan eter. Formalin
dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan
dalam industri. Nama lain dari formalin adalah formol, metheylene aldehyde,
paraforin, morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal,
Formoform, Superlysorofom, Formaldehyde, dan formalith (Astawan, 2006).
Secara umum formalin di peruntukan sebagai bahan untuk perbersi lantai,
gudang, dan kapal. Namun dewasa ini sebagian orang banyak yang menyalah
gunakan formalin sebagai bahan pengawet pangan salah satu adalah sebagai
bahan pengawet pada ikan.
Dalam teknologi pengolahan pangan, dikenal pula usaha untuk menjaga daya
tahan suatu bahan sehingga banyaklah muncul bahan-bahan pengawet yang
bertujuan untuk memperpanjang masa simpan suatu bahan pangan. Namun
dalam praktiknya di masyarakat, masih banyak yang belum memahami
perbedaan penggunaan bahan pengawet untuk bahan-bahan pangan dan non
pangan. Menurut (Huseini 2007), penggunaan bahan kimia berbahaya dalam
penanganan dan pengolahan ikan, seperti : formalin, boraks, zat pewarna, CO,
antiseptik, antibiotik (Kloramfenikol, Niiro furans, OTC), semakin marak. Hal
ini disebabkan oleh bahan pengganti pengawet tersebut kurang tersedia dan
peredaran bahan kimia berbahaya tidak terkontrol dengan baik, dapat diperoleh
dengan harga murah dan sangat mudah didapat.
Berdasarkan hasil penyelidikan Badan POM Republik Indonesia, terdapat
sekitar 20 produsen yang menjual formalin ke pasar secara eceran dalam skala
besar dan luas, dengan jumlah produksi tak kurang dari 800 ribu ton formlain
setiap bulan. Salah satu produsen diindentifikasi sanggup memproduksi formalin
4000 Mton/bulan. Sekitar 2.700 Mton dipergunakan sendiri, 300 Mton diekspor
ke Malaysia, sekitar 1000 Mton dijual kepasar setiap bulan, kepada konsumen
perorangan, toko kimia, dan inustri (Taufan, 2007).
Penggunaan formalin dalam produk perikanan ditemukan baik pada ikan
segar ataupun ikan olahan. Penggunaan formalin pada ikan segar dipicu oleh
kenaikan biaya produksi yang ditanggung oleh nelayan akibat makin jauhnya
lokasi penangkapan dan makin tingginya harga solar dan harga es. Dengan
penggunaan formalin, selain mengurangi beban muatan nelayan juga tidak perlu
repot membawa dalam jumlah banyak, biaya produksi diperkirakan dapat
ditekan hingga kurang lebih 20% (BBRSE, 2005 dalam Hikmayani etal., 2007).
Penemuan adanya formalin dalam penelusuran selama ini didasarkan pada
analisis ada tidaknya kandungan formalin pada daging ikan yang dijual, tetapi
tidak pada air penyimpanan ikan laut segar.
Data Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), tahun 2007 produksi
perikanan dunia mencapai 143 juta ton, terdiri dari 91 juta ton dari hasil
tangkapandan sebesar 51 juta ton dari hasil budidaya. Pasokan produk perikanan
terus bertambah dari tahun ketahun, dan dua pertiganya masih berasal dari
penangkapan (Andi, 2010).
Perairan laut Sulawesi Tenggara memiliki potensi sumber daya ikan sebesar
1.520.340 ton/tahun, yang telah dikelola sampai saat ini mencapai 15,14% atau
sebesar 234,239 ton (DKP Sultra, 2011).
Data Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), tahun 2007 produksi
perikanan dunia mencapai 143 juta ton, terdiri dari 91 juta ton dari hasil
tangkapan(capture) dan sebesar 51 juta ton dari hasil budidaya (capture).
Pasokan produk perikanan terus bertambah dari tahun ketahun, dan dua
pertiganya masih berasal dari penangkapan (Andi, 2010).
Sejak tahun 2006, di Indonesia bermunculan berbagai kasus penggunaan
bahan pengawet non pangan yang digunakan pada bahan makanan, salah satunya
adalah penggunaan formalin, khususnya pada produk perikanan. Berdasarkan
hasil survei tersebut disebutkan bahwa formalin yang seharusnya digunakan
untuk mengawetkan mayat justru digunakan sebagai pengawet ikan segar. Di
samping itu juga terdapat penggunaan bahan-bahan lain yang digunakan sebagai
pengawet dan pemutih, seperti: Rhodamin B, Auramin, pastak, Baygon, Startox,
Boraks, Detergen, Bayclin, H2O2 dan lain-lain.
Lis (2005), dalam penelitiannya menemukan bahwa formalin digunakan
sebagian nelayan untuk mengawetkan ikan segar yang baru yang ditangkapnya,
karena mahalnya harga es batu akhir – akhir ini. Es baru sekarang mahal
sehingga mereka mencari alternative lain tanpa memikirkan dampak dari
penggunaan formalin tersebut yang dapat merugikan kesehatan konsumen.
Menurut Alfina (2006), berdasarkan penelitian Analisa Kadar Formalin Pada
Ikan Segar Yang Dijual Di Pasar Inpres II Kisaran Kecamatan Kota Kisaran
Barat Kabupaten Asahan Tahun 2006 Dalam penelitiannya, semua sampel ikan
segar yang diperiksa secara kualitatif positif mengandung formalin. Sampel
yang kadar formalinya tertinggi terkandung pada ikan Pari yaitu sebesar 11,29
mg/ml, menyusul ikan manyung dan kakap sebesar 10,86 mg/L, sedangkan yang
terendah adalah pada ikan Kembung yaitu sebesar 1,23mg/L.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh peneliti, alasan peneliti
memilih pasar basah Mandonga Kota Kendari sebagai pusat penelitian karna
banyaknya pelanggan yang berbelanja ditempat tersebut dan murahnya harga
ikan dibandingkan ditempat penjual ikan lain. Setelah mensurvei lokasi peneliti
kembali mensurvei pedagang ikan yang ada dipasar tersebut, berdasarkan survei,
ikan yang dijual mempunyai ciri-ciri fisik seperti insang berwarnah merah pucat,
kulit putih mengkilat dan tidak dihinggapi lalat.
Dari data yang diperoleh, berdasarkan ciri-ciri diatas peneliti mencurigai
adanya kandungan formalin yang terdapat pada ikan. Perbedaan penelitian ini
adalah menggunakan metode kualitatif yaitu dengan pereaksi asam kromatrofat.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah apakah terdapat kandungan formalin pada ikan yang dijual dipasar
basah Mandonga Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
C. TUJUAN PENELITIAN
a. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi kandungan formalin pada ikan yang dijual dipasar
basah Mandonga Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui ciri – ciri ikan yang mengandung formalin
2. Melakukan analisis Laboratorium dengan uji Asam Kromatropat pada
sampel yang di jual di pasar basah Mandonga Kota Kendari
3. Melakukan identifikasi formalin pada ikan basah yang dijual di pasa basah
Mandonga Kota Kendari
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumbangan ilmiah terhadap almamater Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kendari. Serta bahan
informasi dan masukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan bagi
calon pranata laboratorium kesehatan terutama di bidang Toksikologi.
2. Manfaat Bagi Peneliti
Menambah wawasan, pengalaman, dan pengetahuan serta bahan
dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya tentang pemeriksaan
formalin pada bahan makanan.
3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat menambah dan memperluas keilmuan khususnya
dalam bidang Toksikologi tentang Identifikasi kandungan formalin pada ikan
yang dijual dipasar basah Mandonga Kota Kendari serta dapat digunakan
sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang formalin
1. Pengertian Formalin
Formalin dalam bentuk formaldehid biasanya digunakan untuk
mengawetkan spesimen hayati. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh
hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri (Dir, Jen. POM,
2003; Norliana, S et al. 2009).
Berat molekul formalin 30,03 dengan rumus molekul HCOH. Ukuran
molekulnya yang kecil memudahkan absorbsi dan distribusinya ke dalam sel
tubuh. Sifat antimikrobial dari formaldehid merupakan hasil dari
kemampuannya mengaktivasi protein dengan cara mengkondensasi dengan
asam amino bebas dalam protein menjadi campuran lain (Narendra, 2010).
Formalin sangat sesuai digunakan untuk desinfektan hanya dalam situasi
yang memang dapat mempertahankan tingkat keamanan terhadap bahan
kimia. Hal ini dikarnakan penggunaan formalin yang memang membutuhkan
keamanan yang tinggi, sebab merupakan bahan yang berbahaya (Fuziah, 200
; Norliana, S et al. 2009).
Formalin awalnya disintesis oleh kamiawan Rusia Alexander Butlerov
tahun 1859, di identifikasi oleh Hoffiman von Hoffman tahun 1868. Formalin
ditemukan August Wilhelm von Hoffman pada tahun 1868 ketika ia
mengalirkan uap methanol dan air di atas spiral platinum yang panas. Namun,
fungsinya sebagai desinfektan (pembasmi kuman) baru ditemukan pada tahun
1888 (Dir. Jen. POM, 2003).
Gambar 2.1 Formaldehid/formalin
2. Sifat Fisikokimia Formaldehid
Nama Kimia : Formaldehyde
Nama Lain : Formol, Morbicid, Methanal, Formac aldehyle,
Methyl de, Oxomethan, Formoform, Formalith,
Karsan, Methylene glycol, Paraforin,
Polyoxymethylene glycols, Superlysoform,
Tetraoxymethylene, Trioxane.
Massa molar : 30,03 g/mol
Titik Leleh : -920C
TiIik Didih : -210C
Rumus : CH2O
Kelarutandalam air (g/100 ml) : bercampur sempurna
Formalin gas pada suhu ambien mudah terbakar dan meledak jika
dicampur dengan udara pada konsentrasi 7 – 73 % reaktif pada suhu ambien,
dapat berpolimerasi pada suhu dibawah 800C . Formalin adalah larutan
formaldehid 37%. Ambang bau formaldehid 0,1-1 ppm (Fauziah, 2005).
Suhu tinggi mempercepat volatilisasi atau penguapan formalin dan
juga mempercepat pembentukan senyawa formaldehid. Sebenarnya formalin
yang terdapat pada cumi kering juga terbentuk akibat proses pemanasan dan
pendidihan. Hal ini menunjukan bahwa proses memasak dapat mempercepat
produksi formaldehid. Dari data hasil penelitian penentuan formalin pada
cumi menggunakan metode HPLC dapat digunakan untuk menetukan
formalin dari cumi dan juga produk makanan lainnya dengan memberi hasil
yang memuaskan (Lis, 2007).
3. Toksisitas Formalin
Nilai acuan dari WHO untuk masyrakat umum 0,1 ppm. Nilai acuan
dari WHO untuk pajanan pekerjaan 1 ppm selama 5 menit, dengan tidak
lebih dari 8 puncak dalam satu periode bekerja (sampai 8 jam). Efek iritan
dapat terjadi pada konsentrasi 1-3 ppm ke atas. Pajanan konsentrasi di atas 10
ppm dapat mengakibatkan iritasi yang parah pada mata dan saluran
pernapasan. Batas keselamatan kerja 1 ppm di AS. Dengan demikian, semua
tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menghindari inhalasi senyawa ini
selama penanganannya. NIOSH IDLH : 20 ppm (Fauziah, 2005).
Toksisitas formalin telah dievaluasi oleh berbagai organisasi ternama
seperti IARC (Internasional Agency For Research on Cancer), ASTR
(Agency for Toxic Substance and Chemical safety). Aldehid-aldehid toksik
yang bersifat volatil terutama formaldehid telah diklasifikasi oleh
internasional Agency For Research On Cancer (IARC) kedalam kelompok
senyawa pertama yang berisiko menyebabkan kanker.
Hasil evaluasi semua organisasi tersebut memberikan kesimpulan
yang sama bahwa formalin merupakan suatu karsinogen (dapat
menyebabkan kanker). Status terakhir yang diberikan oleh IARC menunjukan
adanya data epidemologi terbaru yang merujuk pada kesimpulan bahwa
positif formalin dapat menyebabkan kanker saluran pernafasan pada manusia.
Kesimpulan ini merupakan peningkatan dari status sebelumnya pada tahun
1995 (Uzairu, A et al. 2009).
a. Penggunaan Formalin
1. Penggunaan formalin yang benar
Formaldehid biasanya digunakan sebagai pembunuh kuman
sehingga dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan
pakaian. Pembasmi lalat dan sarangga lain. Bahan pada pembuatan
sultra buatan, zat pewarna, cermkin kaca, dan bahan peledak.
Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras
lapisan gelatin dan kertas. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
Bahan untuk insulasi busa. Bahan perekat untuk bahan produk kayu
lapis (plywood). Cairan pembalsam (pengawet mayat). Dalam
konsentrasi yang sangat kecil (<1) digunakan sebagai pengawet untuk
berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga , cairan
pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, sampo mobil, lilin dan
pembersih karpet (Dir. Jen.POM, 2003).
2. Penggunaan Formalin Yang Salah
Penggunaan formalin yang salah adalah hal yang sangat
disesalkan. Melalui sejumblah survei dan pemeriksaan laboratorium,
ditemukan sejumblah produk pangan yang menggunakan formalin
sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan oleh
produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab.
Beberapa contoh produk yang sering diketahui mengandung formalin
misalnya :
1. Ikan Segar : Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal,
insangnya berwarnah merah tua (bukan merah segar),awet sampai
beberapa hari dan tidak mudah busuk.
2. Ayam Potong : Ayam yang sudah dipotong berwarna putih bersih,
awet dan tidak mudah busuk.
3. Mie Basah : Mie basah yang awet sampai beberapa hari dan
tidak basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin.
4. Tahu : Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, dan tidak mudah
hancur, awet beberapa hari dan tidak mudah basi.
5. Ikan Asin : Ikan yang keringnya merata, awet sampai beberapa
minggu atau bulan dan tidak mudah busuk (Dir.Jen.POM,2003).
b. Dampak Formalin Terhadap Kesehatan
Formalin bila menguap di udara, berupa gas yang tidak berwarna,
dengan bau yang tajam dan menyesakkan, sehingga merangsang hidung,
tenggorokan dan mata. Dalam tubuh manusia, formalin dikonversi menjadi
asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi
pendek dan sering hipotermia juga koma, atau sampai pada kematian
(Norliana,S et al. 2009).
Beberapa dampak formalin yang sering ditemukan.
1. Bahaya utama
Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan
tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa : luka bakar pada
kulit,iritasi pada saluran pernafasan,reaksi alergi dan bahaya kanker
pada manusia.
a. Bahaya jangka pendek (akut)
1. Bila terhirup
• iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan,
rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk.
• Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti
radang paru,pembengkakan paru.
• Tanda-tanda lainnya meliputi bersin, radang tekak, radang
tenggorokan, sakit dada yang berlebihan, lelah, jantung
berdebar,sakit kepala,mual dan muntah.
• Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan
kematian
2. Bila terkena kulit
Apabila terkena kulit maka akan menimbulkan perubahan
warna, yakni kulit menjadi merah, mengeras,mati rasa dan rasa
terbakar.
3. Bila terkena Mata
Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata
sehingga mata memerah,rasanya sakit,gatal-gatal,penglihatan
kabur dan mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan
berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebebkan
pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa
mata.
4. Bila Tertelan
Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa
terbakar, sakit menelan, mual, muntah, dan diare, kemungkinan
terjadi perdarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala,hipotensi
(tekanan darah rendah),kejang, tidak sadar hingga koma. Selain
itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung,
otak,limpa,pankreas, sistem susunan saraf pusat dan ginjal.
Orang yang sering mengomsumsi formalin akan mengalami
iritasi saluran pernafasan dan muntah-muntah. Korban juga
merasa pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, dan gatal di dada.
Sedangkan jangka panjangnya mengakibatkan kerusakan hati,
jantung, otak, limpa, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal.
Yang paling menakutkan adalah kanker (Jum, 2005).
b. Bahaya Jangka Panjang (kronis)
1. Bila terhirup
• Apabila terhirup dalam jangka lama maka akan
menimbulkan sakit kepala, gangguan sakit kepala, gangguan
pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung
,mual,mengantuk,luka pada ginjal dan sensitasi pada paru.
• Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur,cepat marah,
keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi, dan daya
ingat berkurang.
• Gangguan haid dan kemandulan pada perempuan
• Kanker pada hidung, rongga hidung , mulut, tenggorokan,
paru dan otak.
2. Bila Terkena Kulit
Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal
serta memerah, kerusakan pada jaringan tangan, pengerasan kulit
dan kepekaan pada kulit, dan terjadi radang kulit yang
menimbulkan gelembung.
3. Bila Terkena Mata
Jika terkena mata, bahaya yang paling menonjol adalah
terjadinya radang selaput mata.
4. Bila Tertelan
Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran
pernafasan, muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada
tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal didada
c. Tindakan Pencegahan
1) Terhirup
a) Untuk mencegah agar tidak terhirup gunakan alat pelindung
pernafasan seperti masker, kain atau alat lainnya yang dapat
mencegah kemungkinan masuknya formalin kedalam hidung
atau mulut.
b) Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap udara (exhaust)
yang tahan ledakan
2) Terkena Mata
a) Gunakan pelindung mata atau kacamata pengaman
yang tahan terhadap percikan
b) Sediakan kran air untuk mencuci mata ditempat kerja yang
berguna apabila terjadi kecelakaan darurat
3) Terkena Kulit
a) Gunakan pakaian pelindung bahan kimia yang cocok
b) Gunakan sarung tangan yang tahan bahan kimia
4) Tertelan
Hindari makan dan minum, minum dan merokok selama
bekerja. Cuci tangan sebelum makan.
d. Cara Penyimpanan Formalin
1) Jangan disimpan dilingkungan bertempratur dibawah 150C
2) Tempat penyimpanan harus terbuat dari baja tahan karat,
aluminium murni, polietilen atau poliester yang dilapisi
fiberglass.
3) Tempat penyimpanan tidak boleh terbuat dari baja biasa,
tembaga,nikel,atau campuran seng dengan permukaan yang
tidak dilindungi/lapisi
4) Jangan menggunakan bahan aluminium bial temperatur
lingkungan berada diatas 600C
5. Ciri-ciri ikan yang berformalin
Departemen Kelautan dan perikanan, baru-baru ini mengakui masih
banyak nelayan menggunakan formalin buat mengawetkan ikan hasil
tangkapan mereka. Ini lantaran obat pengawet jenazah itu di nilai lebih
murah untuk mengawetkan ikan segar ketimbang menggunakan es.
Gambar : 2.2 Ikan yang mengadung formalin dan yang tidak
mengandung formalin
Dari gambar 2.2 terlihat bahwa ikan segar yang tidak berformalin
tampak kelihantan berwarna merah segar, tertutup lendir bening, dagingnya
padat/kenyal, sisik menempel kuat pada kulit,sedangkan ikan yang telah
diberi formalin kelihatan berwarna merah pucat, berbau asam, biloa ditekan
bekasnya tidak hilang, sisik ikan mudah lepas.
Menurut Direktorat Jendral pengolahan dan pemasaran hasil
perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan Achmad Poernomo, ikan
yang menggunakan formalin bisa dibedakan melalui ciri-ciri fisiknya yakni
insang pucat, dan tekstur daging yang kenyal. Selain itu, tubuh ikan tampak
bersih cemerlang. Bau bahan kimia yang menyebar juga membuat ikan
tersebut dijauhi lalat (TOZ, 2005).
Dari segi warna, ikan segar warnanya cemerlang, lendir jernih, elastis
bila ditekan dengan jari dan mempunyai bau segar, sedangkan ikan yang
berformalin warnanya kusam pucat, tidak ada lendir, keras padat bila di
tekan dengan jari serta berbau asam.
B. Tunjauan Umum Tentang Ikan
1. Pengertian IkanSecara Umum
Ikan adalah bahan pangan yang mengandung protein tinggi, yang
sangat dibutuhkan oleh manusia karena selain mudah dicerna, juga
mengandung asam amino dengan pola yang hampir sama dengan asam amino
yang terdapat dalam tubuh manusia (Suhartini dan Hidayat, 2005).
Kandungan gizi dan protein yang tinggi menjadikan ikan sebagai makanan
yang sangat dianjurkan untuk dikonsumsi setiap hari, baik dalam bentuk
segar, amupun dalam bentuk olahan (Hutagalung,2007).
Menurut Adawyah (2007), ikan segar adalah ikan yang mempunyai
sifat sama seperti ikan hidup, baik rupa, bau, rasa, maupun teksturnya
Tabel 2.1 Ciri Utama Ikansegar Dan Ikan Yang Mulai Busuk
Ikan segar Ikan yang mulai busuk
Warna kulit terang dan jerni
Kulit kuat masih membungkus tubuh,
tidak mudah sobek, terutama pada
bagian perut
Warna khusus yang ada masih terlihat
jelas
Kulit berwarna suram, pucat dan
berlendir banyak
Kulit mulai terlihat mengendur
dibeberapa tempat tertentu
Kulit mulai robek dan warna – warna
khusus sudah hilang
Sisik
Sisik menempel kuat pada tubuh
sehingga sulit dilepas
Sisik mudah terlepas dari tubuh
Mata
Mata tampak terang, jernih menonjol
dan cembung
Mata tampak suram, tenggelam dan
berkerut
Daging
Daging kenyal, menandakan rigor
mortir masih berlangsung
Daging dan bagian tubuh lain berbau
segar
Bila daging ditekan dengan jari tidak
tampak bekas lekukan
Daging melekat pada tulang
Daging perut utuh dan kenyal
Warna daging putih
Daging lunak, menandakan rigor mortit
telah selesai
Daging dan bagian tubuh lain mulai
berbau busuk
Bila ditekan dengan jari tampak bekas
lekukan
Daging lembek dan isi perut sering
keluar
Daging berwarna kuning kemerahan
terutama disekitar tulang punggung
Insang
Insang berwarna merah sampai tua,
terang dan lamella insang terpisah
Insang berwarna coklat suram atau abu
– abu dan lamella insang berdempetan
Lendir insang keruh dan berbau asam
menusuk hidung
Sumber :Adawyah, 2007
2. Kandungan Gizi Ikan
Saat ini sumber protein hewani yang dikonsumsi masyrakat adalah ikan.
Ikan mengandung lemak tidak jenuh yang dapat meningkatkan kecerdasan
dan kolesterol. Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi
dan mengandung asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping
itu nilai biologisnya mencapai 90%, dengan jaringan pengikat sedikit
sehingga mudah dicerna. Hal yang paling penting adalah harganya jauh lebih
murah dibandingkan dengan sumber protin lain. Ikan juga dapat digunakan
sebagai obat – obatan, pakan ternak, dan lainnya. Kandungan kimia, ukuran,
dan nilai gizinya tergantung pada jenis umur, kelamin, tingkat kematangan,
dan kondisi tempat hidupnya (Adwyah, 2008).
Konsumsi ikan sangat baik karna mempunyai kemampuan dalam
memperbaiki. Krana ikan mempunyai kandungan Vitamin A, Vitamin D,
Fosfor, Magnesium, Selenium, Yodium, Protein serta kalsium. Sehingga
manfaat mengkonsumsi ikan yang diperoleh adalah : Menekan resiko stroke
dan serangan jantung, mengurangi kolesterol, rendah lemak, mengurangi
peradang dan sakit sendi, minyak ikan untuk janin dan bayi menyusui,
menurunkan tekanan darah, kesehatan kardiovaskuler, menekan resiko
kanker, mengatasi resiko kanker, mengatasi depresi (Afrianto, 1989).
Berdasarkanhabitatnya, ikandigolongkanmenjadiduayaituikan air
lautdanikan air tawar. Habitat tersebutakan menentukanjenismakananikan,
yang kemudianakanmempengaruhikandunganzatgiziikan. Ikan air
tawarterutama kaya akankarbohidratdan protein, sedangkanikanlaut kaya
akan lemak, vitamin dan mineral (Khomsan,2004 : 43). Hal ini senada juga
diuangkapkan oleh Astawan (2005) bahwa kandungan gizi ikan air tawar
cukup tunggi dan hamper sama dengan ikan air laut.
Komposisi gizi ikan sangat bervariasi dan di pengharuhi oleh banyak
faktor yaitu spesies, jenis kelamin, tingkat kematangan (umur), musim, siklus
bertelur dan letak geografis. Kandungan protein ikan sangat dipengaruhi oleh
kadar air dan lemaknya. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa ikan
bersirip mengandung protein 16 – 24 %, sedangkan pada ikan yang telah di
olah kandungan proteinnya dapat mencapai 35%. Proposi protein kolektif
(kolagen) pada ikan jauh labih rendah dari pada daging ternak yaitu berkisar
antara 3 – 5 % dari total protein. Hal ini juga menyebabkan daging ikan lebih
empuk (Khosman, 2004 : 41).
Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mempunyai kandungan
protein yang cukup tinggi. Ikan basah sekitar 17% dan kering 40 %. Susunan
asam amino didalam protein ikan cukup baik, sehingga dapat dikatakan mutu
gizinya setingkat dengan pangan hewani asal ternak seperti daging dan telur.
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut
Tabel 2.2Kandunganzatgiziikan per 100 gram.
Jenisikan Kalori (%) Protein (%) Lemak (%) Air (%)
Ikansegar 198 19,0 13,0 66,0
Tawes 129 20,0 4,8 74,0
Bandeng 96 17,0 1,7 78,0
Bawal 109 20,0 4,0 70,0
Ekorkuning 92 20,0 0,7 77,0
Kakap 103 22,0 1,0 76,0
Kembung 109 22,0 1,7 74,0
Layang 112 20,0 3,0 76,0
Lemuru 86 16,0 2,0 80,0
Mas 100 18,8 2,2 75,0
Selas 77 16,0 1,0 80,0
Teri 89 18,7 1,0 79,7
Mujair
Ikankering 292 58,0 4,0 24,0
Gabus 556 28,0 4,0 46,0
Pedabanjar 153 30,0 4,2 59,0
Pindangbanjar 153 30,0 2,8 60,0
Pindanglaying 194 38,0 3,5 43,0
Selarasin 289 38,0 14,6 30,0
Sepat 170 33,4 3,6 37,0
Teri 252 19,9 19,6 10,0
Lele goreng
Sumber : Khomsan, 2004.
3. PengelolaanIkan Segar
Tidak semua hewan – hewan vertebrata yang hidup didalam air dapat
digolongkan pada kelas ikan, sebab hewan – hewan dari kelas amphibian,
reptilia dan mamalia pun banyak pula yang hidupnya juga di air dan bernafas
dengan insang, tapi makhluk ini kalau sudah selesai periode larvanya, segera
akan meninggalkan air menjadi katak dewasa, bernafas dengan paru – paru
dan bergerak dengan menggunakan sepasangkakinya.
Menurut Adawyah (2007), Mengatakan bahwa segar atau tidaknya
ikan Ndapat dinilai melalui pengamatan kondisi fisik ikan, yaitu sebagai
berikut :
a. Kenampakan luar
Ikan yang masih segar mempunyai penampakan cerah dan tidak
suram. Keadaan itu dikarenakan belum banyak perubahan biokomia yang
terjadi. Metabolisme dalam tubuh ikan masih berjalan sempurna. Pada
ikan tidak ditemukan tanda-tanda perubahan warna, tetapi secara
berangsurnya proses biokimiawi lebih lanjut dan berkembangnya mikroba.
b. Lenturan Daging Ikan
Daging ikan segar cukup lentur jika dibengkokkan dan segera akan
kembali kebentuknya semula apabila dilepaskan. Kelenturan itu
dikarenakanbelum terputusnya jaringan pengikat pada daging,
sedangkan pada ikan busuk jaringan pengikat banyak mengalami
kerusakan dan dinding selnya banyak yang rusak sehingga daging ikan
kehilangan kelenturan.
c. Keadaan Mata
Parameter ini merupakan yang paling mudah dilihat. Perubahan
kesegaran ikan akan menyebabkan perubahan yang nyata pada
kecerahan matanya.
d. Keadaan Daging
Kualitas ikan ditentukan oleh dagingnya. Ikan yang masih segar,
berdaging kenyal, jika ditekan dengan telunjuk atau ibu jari maka
bekasnya akan segera kembali. Daging ikan yang belum kehilangan
cairan daging kelihatan basah dan pada permukaan tubuh belum
terdapat lendir yang menyebabkan kenampakan ikan menjadi
suram/kusam dan tidak menarik. Setelah ikan mati, beberapa jam
kemudian daging ikan menjadi kaku. Karena kerusakan pada jaringan
dagingnya, maka makin lama kesegaranya akan hilang, timbul cairan
sebagai tetes-tetes air yang mengalir keluar, dan daging kehilangan
kekenyalan tekstur.
e. Keadaan insang dan sisik
Warna insang dapat dikatakan sebagai indikator, apakah ikan masih
segar atau tidak. Ikan yang masih segar berwarna cerah, sedangkan ikan
yang tidak segar berwarnah coklat gelap. Insang ikan merupakan pusat
darah mengambil oksigen dari dalam air. Ikan yang mati
mengakibatkan peredaran darah terhenti, bahkan sebaliknya dapat
teroksidasi sehingga warnanya berubah menjadi merah gelap. Sisik ikan
dapat menjadi parameter kesegaran ikan, untuk ikan bersisik jika
sisiknya masih melekat kuat , tidak mudah dilepas dari tubuhnya berarti
ikan tersebut masih segar (Adawiyah, 2007).
4. Proses Perubahan Pada Ikan
Proses perubahan pada ikan terjadi karena adanya aktivitas enzim,
mikroorganisme atau oksidasi oksigen. Setelah ikan mati, berbagai proses
perubahan fisik maupun kimiawi berlangsung lebih cepat. Semua perubahan
ini akhirnya mengarah kepembusukan. Seluruh permukaan tubuh ikan yang
sedang mengalami proses pembusukan dipenuhi lendir
Adapun urutan proses perubahan yang terjadi pada tubuh ikan menurut
Afrianto (1989), adalah sebagai berikut :
1. Proses Rigor Mortis
Pada saat ditangkap, ikan masih bernafas hingga beberapa waktu
kemudian, seluruh jaringan peredaran darah ikan masih mampu menyerap
oksigen sehingga proses kimia yang terjadi dapat berlangsung secara aerob
(memanfaatkan oksigen). Reaksi aerob yang terpenting adalah reaksi
glikogenosis, yaitu proses perubahan glikogen menjadi asam sitrat dengan
menghasilkan 30 unit ATP (Adenosin Tri Phospat). Selama ikan hidup, ATP
yang terbentuk akan digunakan sebagai sumber energi untuk melakukan
berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari.
Setelah ikan mati, tidak terjadi aliran oksigen di dalam jaringan
peredaran darah karena aktivitas jantung dan kontrol otaknya telah terhenti.
Akibatnya didalam tubuh ikan mati tidak terjadi reaksi glikogenosis yang
dapat menghasilkan ATP. Terhentinya aliran oksigen kedalam aliran
peredaran darah menyebabkan terjadinya reaksi anaerob yang tidak
diharapkan karena sering mengakibatkan kerugian.
2. Proses Perubahan karena aktivitas enzim (Autolisis)
Autolisis adalah proses penguraian organ-organ tubuh ikan oleh enzim-
enzim yang terdapat didalam tubuh ikan sendiri. Proses ini biasanya terjadi
setelah ikan yang mati melewati fase rigor mortir.
Selama ikan hidup, enzim-enzim yang terdapat didalam tubuh berasal
dari daging,(cathepsin),enzim pencernaan (trypsin, chemotrypsin dan pepsin)
atau enzim dari mikroorganisme yang terdapat pada saluran pencernaan akan
membantu proses metabolisme makanan. Enzim-enzim ini selama bekerja
selalu dikontrol oleh otak. Dengan demikian, aktivitas enzim selalu
menguntungkan bagi kehidupan ikan itu sendiri.
Ketika ikan mati, ternyata enzim-enzim ini masih mepunyai kemampuan
untuk bekerja secara aktif, tetapi karena jaringan sebagai organ pengontrol
sudah tidak dapat berfungsi lagi, maka sistem kerja enzim tersebut menjadi
tidak terkontrol dan dapat merusak organ tubuh lainnya, seperti dinding usus,
otot daging, serta menguraikan senyawa kompleks menjadi senyawa
sederhana.
3. Proses perubahan akibat aktivitas mikroorganisme
Fase pembusukan berikutnya ialah perubahan yang disebabkan oleh
aktivitas mikroorganisme, terutama bakteri. Dalam keadaan hidup, ikan dapat
sanggup tidak mengandung bakteri yang sifatnya tidak merusak (ateril),
meskipun sebenarnya pada tubuh ikan banyak sekali dijumpai
mikroorganisme sehingga tidak terlihat selama ikan masih hisup.
4. Proses perubahan karena oksidasi
Proses perubahan pada ikan dapat juga terjadi karena proses oksidasi
lemak, sehingga timbul aroma tengik yang tidak di inginkan. Meskipun bau
tengik tidak berpengaruh terhadap kesehatan, bau ini sangat merugiakan
proses pengolahan maupun pengawetan karena dapat menurunkan mutu dan
daya jualnya.
C. Tinjauan Umum Tentang Ikan Yang Mengandung Formalin
Ikan adalah bahan pangan yag mudah rusak (membusuk), apabila tidak
diberikan perlakuan atau penanganan yang tepat, hanya dalam waktu beberapa
jam sejak ditangkap dan didaratkan maka akan timbul proses perubahan yang
mengarah pada kerusakan. Karena itu, agar dapat dimantfaatkan semaksimal
mungkin, kondisinya perlu dijaga (Wicaksono, 2011).
Penanganan yang tepat dapat menghambat atau menghentikan aktivitas zat –
zat dan mikroorganisme perusak atau enzim – enzim yang dapat menyebabkan
kemunduran mutu dan kerusakan sehingga ikan mampu disimpan lama sampai
tiba waktunya untuk dijadikan bahan konsumsi. Semua penyebab kebusukan
dapat dihambat dengan segera mendinginkan ikan setelah diangkat dari air dan
menjaga agar suhunya tetap kurang lebih 00C seraya memelihara kebersihan.
Namun pada beberapa tahun terakhir ditemukan kasus penyalagunaan formalin
sebagai pengganti es batu untuk mencegah kebusukan ikan (Wicaksono, 2011).
Formalin bersifat mudah larut dalam air sehingga memudahkannya untuk di
serap jaringan dalam daging. Penyerapan tersebut berjalan melalui proses
osmosis melalui membran sel. Osmosis merupakan proses perpindahan larutan ke
larutan lainnya melalui membran. Perpindahan tersebut disebabkan oleh
perbedaan kekentalan. Laritan yang kekentalannya rendah akan pindah melalui
membran ke larutan yang kekentalannya lebih tinggi. Dengan mekanisme itulah
formalin dapat masuk ke jaringan ikan. Formalin akan mengeluarkan isi sel
sehingga tercipta sel baru yang memiliki struktur kuat dalam mencegah
pembusukan oleh bakteri. Kuat dugaan bahwa ikan segar sudah mulai diberi
formalin di dalam kapal (Wicaksono, 2011).
Agar tidak terkecoh, konsumen dituntut untuk lebih teliti untuk memilih
dalam membeli serta mewaspadai pada ikan berformalin yang ciri – cirinya
adalah sebagai berikut :
1. Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar 250C
2. Mata ikan merah, tetapi warna insang merah tua, bukan merah segar, dan
tidak cemerlang
3. Warna daging ikan putih bersih dengan tekstur kaku/kenyal
4. Bau amis (spesefik ikan) kurang, lendir pada kulit ikan hanya sedikit, dan
tercium bau seperti bau kaporit
5. Tidak dikerubungi lalat (Nasiri, 2003).
D. Analisi Kadar Formalin Pada Ikan
1. Analisis formalin sacara kualitatif
Terdapat banyak metode untuk mengetahui apakah sutau bahan
makanan mengandung formalin atau tidak, mulai dari pengamatan secara
fisik pada makanan seperti warna pada makanan lebih terang, tekstur kaku,
dan dapat teramati lebih detail adalah pada keawetan makanan tersebut.
Namun pada konsentrasi adalah pengamatan secara fisik akan sukar
dilakukan sehingga perlu dilakukan analisis kualitatif formalin dalam bahan
makanan agar diketahui ada atau tidaknya formalin. Analisis kualitatif
cenderung mudah dilakukan yaitu dengan menambahkan pereaksi tertentu ke
dalam bahan makanan yang diduga mengandung formalin sehingga akan
dihasilkan perubahan warna yang khas. Uji seperti ini disebut juga spot
test.Analisis kualitatif formalin dapat dilakukan dengan pereaksi KmnO4,
K2Cr2O7, FeCl3, Asam kromatofat, Schiff,s, fehling,dan Schryver. Persamaan
reaksi yang terjadi antara formalin dengan pereaksi - pereaksinya yaitu :
a. Pereaksi asam kromatrofat (C10H6Na2O8S2.2H2O)
b. Pereaksi Schiff,s
c. Pereaksi KMnO4
3CH2O(aq) + 2KMnO4(aq) + H2O(l) 3CH2O2(aq)+ 2MnO2(s)
Larutan berwarna merah Endapan coklat
d. Pereaksi fehling
CH2O(aq) + 2CU2+(aq) + 5OH-(aq) HCOO-(aq) +
3H2O(l)+Cu2O(s)
Larutan berwarna biru endapan merah bata
(Fessenden, 1986)
e. Pereaksi Schryver
Larutan kompleks berwarna merah
(Suryadi, Herman,Hayun,dan Harsono, 2008)
Pereaksi Schryver merupakan pereaksi yang spefisik untuk uji
formalin. Reaksi kimia yang terjadi berdasarkan kondensasi antara formalin
dengan fenihidrazin, yang pada suatu reaksi oksidasi akan menghasilkan
suatu basah lemah. Hasil reaksi berupa larutan kompleks berwarna merah,
yaitu senyawa kompleks formazil, yaitu senyawa yang memiliki gugus azo
(mengandung nitrogen). Kemudian dengan adanya kelebihan asam kuat akan
menghasilkan garam dan pada akhirnya mengalami disosiasi hidrolik pada
pengenceran. Schryver kemudian memodifikasi pereaksi yang
digunakan,yaitu dengan mengganti ferri klorida dengan agen pengoksidasi
yang tidak menghancurkan warna yaitu kalium ferrisianida, dan dengan
menggunakan asam klorida pekat sebagai pengganti asam sulfat (Leni Fauzy,
2016).
2. Analisis Formalin secara Kuantitatif dengan menggunakan
Spektrofotometer
Analisis kuantitatif digunakan untuk menetukan kadar suatu senyawa
dalam sampel atau menetapkan banyaknya sutau zat tertentu yang ada dalam
sampel. Metode Spektrofotometer adalah metode yang sering digunakan
untuk mengetahui kadar formalin dalam sampel. Prinsif spektrofotometri
didasarkan adanya interaksi dari energi radiasi elektromagnetik dengan suatu
zat kimia. Tempat cahaya putih diubah menjadi cahaya monokromatis yang
bisa dilewatkan kedalam larutan berwarna, sebagian cahaya diserap dan
sebagian diteruskan (Leni Fauzy, 2016).
E. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari
sesuatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti. Pertimbangan
ilmiah harus sebagai pedoman didalam menetukan kriteria inklusi. Misalnya
kita akan meneliti tentang manfaat senam hamil terhadap percepatan
pembukaan pada kala 1, maka yang perlu sebagai bahan pertimbangan dalam
kriteria inklusi adalah peritas dan umur, karena kedua faktor tersebut sangat
mempengaruhi hasil dari intervensi yang dilakukan.
2. Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subyek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab, antara lain :
a. Terdapat keadaan suatu penyakit yang mengganggu pengukuran maupun
interprestasi hasil. Misalnya, Dalam studi kasus kontrol yang mencari
hubungan suatu faktor resiko dengan kejadian penyembuhan luka paska
operasi laparatomi, maka subyek dengan kelainan imunologis tidak boleg
diikut sertakan dalam kelompok kasus.
b. Terdapat keadaan yang mengganggu kemampulaksnaan, seperti subyek
yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap sehingga sulit dilanjuti.
c. Hambatan etis.
d. Subyek menolak berpartisipasi.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia.
Jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan
hampir semua zat didalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan
kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh.
Formalin sering disalah gunakan pada pedagang untuk mengawetkan
dagangan mereka agar dapat bertahan lama. Formalin biasa digunakan pada
tahu, mie basah, ayam potong, ikan asin dan ikan basah.
Makanan dapat di duga mengandung formalin apa bila memiliki ciri – ciri
:Tahu yang bentuknya sangat bagus, tekstur lebih kenyal, tidak mudah hancur
atau rusak, awet beberapa hari, dan berbau menyengat khas formalin. Mie basah
yang awet bebrapa hari dan tidak mudah basi, lebih berminyak, beraroma
menyengat karna mengandung formalin. Ayam potong yang berwarna putih
bersih, awet, dan tidak mudah busuk. Ikan asin yang mengandung formalin tidak
rusak sampai lebih sebulan, berwarna bersi cerah, tidak di hinggapi lalat bila
tidak di tutupi atau di tempatkan di tempat terbuka. Ikan basah yang
mengandung formalin berwarna putih mengkilat, kenyal bersih dan tidak mudah
hancur, insang pada ikan berwarna merah pucat, tidak di hinggapi lalat walau
disimpan di tempat terbuka, tidak berbau.
Jika mengonsumsi ikan yang mengandung formalin secara terus – menerus
akan menyebabkan beberapa gejalanya seperti : muntah, mual, dan diare
berkepanjangan. Dan dapat juga terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa,
pankreas, ginjal, sistem, susunan saraf pusat dan kanker.
Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya formalin pada ikan yang
dijual di pasar basah Mandonga Kota Kendari adalah melakukan pemeriksaan
Laboratorium secara kualitatif dengan menggunakan pereaksi asam Asam
Kromatropat dimana jika dilakukan pemanasan akan terjadi perubahan warna
yaitu warna ungu, maka ikan tersebut positif mengandung formalin.
B. Kerangka Pikir
Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah ikan yang dijual di pasar basah
Mandonga Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
Ikan Tidak Segar
Formalin
Formalin digunakan sebagai
pembersi lantai, kapal, gudang dan
pakaian. Di bidang medis digunakan
sebagai pengawet kulit
Ciri – ciri ikan yang
mengandung formalin
Warna ikan putih mengkilat, krnyal
bersih dan tidak mudah hancur,
insang pada ikan pucat, idak di
hinggapi lalat, mata berwarna
merah,tidak berbau
Pemeriksaan identifikasi formalin uji
Asam Kromatropat
Kontrol negatif Kontrol positif
Tidak terjadi peubahan Tejadi perubahan warna
menjadi ungu
Positif mengandung formalin
C. Definisi Operasional
1. Ciri – ciri ikan yang mengandung formalin : kelihatan berwarna merah pucat,
berbau asam, bila ditekan bekasnya tidak hilang, sisik ikan mudah lepas,
tidak di hinggapi lalat walau di simpan di tempat terbuka.
2. Pada uji Asam Kromatropat yang dilakukan untuk mengidentifikasi formalin
pada ikan yang dijual di pasar basah Mandonga Kota Kendari di dapatkan
hasil yang positif mengandung formalin pada 3 sampel ikan yaitu : ikan tuna,
ikan layang, dan ikan kembung. Dengan 3 pedagang yang berbeda.
3. Identifikasi formalin pada ikan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
ikan yang di ambil dari pasar basah Mandonga Kota Kendari mengandung
formalin atau tidak, ternyata setelah dilakukan identifikasi formalin pada
sampel dengan cara penambahan asam phosfat pekat 1 ml dan asam
ktomatropat 5ml di dapatkan hasil dari 3 sampel ikan dengan pedagang yang
berbeda positif mengandung formalin.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu untuk mengetahui
hasil identifikasi formalin pada ikan yang dijual dipasar basah Mandonga Kota
Kendari.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada 24 – 25 Juli 2017
2. Tempat Penelitian
Tempat pengambilan sampel penelitian ini yaitu ikan yang dijual di pasar
basah Mandonga Kota Kendari Sulawesi Tenggara, penelitian ini telah
dilaksanakan di Laboratorium Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan
Kendari untuk pembuatan kontrol positif dan negatif. Dan Laboratorium
Kimia Terpadu Yayasan Bina Husada Kendari dilakukan destilasi sampel dan
identifikasi sampel.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah 3 tempat pedagang ikan di Pasar Basah
Mandonga Kota Kendari Sulawesi Tenggara
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini yaitu 3 sampel dan tehnik pengambilan sampel
yang digunakan yaitu purposive sampling yaitu pemilihan sampel
berdasarkan ciri – ciri atau sifat tertentu yang berhubungan dengan
karakteristik populasi dan berdasarkan pertimbangan peneliti.
a. Kriteria Inklusi
- Ikan yang memiliki ciri – ciri telah di awetkan dengan formalin
- Ikan yang tidak di hinggapi lalat walau di simpan di tempat
terbuka
- Ikan yang memiliki warna yang lebih
b. Kriteria Eksklusi
- Ikan yang masih segar
- Ikan yang baru datang dari penangkapan
D. Instrumen Penelitian
a. Mortir dan Stampet
b. Tabung reaksi
c. Beaker glass
d. Gelas ukur
e. Pipet volume
f. Neraca analitik
g. Hot plate
h. Labu ukur
i. Destilasi
E. Prosedur Kerja Identifikasi Formalin Pada Ikan Basah Yang Dijual Di
Pasar Basah Mandonga Kota Kendari
1. Pra Analitik
a. Metode pemeriksaan dan prinsipnya
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah metode kualitatif. Prinsipnya
adalah formalin dapat diketahui dengan penambahan reagen asam
kromatropat dalam asam sulfat pekat disertai pemanasan beberapa menit
akan terjadi pewarnaan violet.
b. Persiapan alat penelitian
Alat – alat yang digunakan seperti mortar dan stamper, tabung reaksi,
beaker glass, glass ukur, pipet volume, neraca analitik, hot plate, destilasi,
batang pengaduk, dan labu ukur di bersihkan terdahulu.
2. Analitik
a. Pembuatan larutan stock induk (370 ppm)
1. Ambil 1 ml formalin dari sediaan formalin 37%
2. Masukkan kedalam labu ukur 1000 ml
3. Tambahkan aquadest sampai batas.
b. Pembuatan asam kromatropat 0,5 % dan Asam sulfat 60 %
1. Ambil 63 ml Asam Sulfat 95 %
2. Masukkan kedalam labu ukur 100 ml yang sudah diisi aquades 37 ml
3. Tambahkan Asam Kromatropat 0,5 %
c. Preparasi Sampel
a. Pembuatan Kontrol Positif
1. Diambil sediaan formalin 1 ml, masukkan kedalam tabung reaksi
2. Tambahkan 5 ml pereaksi (Asam Kromatropat) dan tutup bibir
tabung reaksi menggunakan kapas.
3. Dimasukkan kedalam penangas air mendidih selam 15 menit
4. Diamati perubahan warna yang terjadi, akan membentuk warna
ungu
b. Pembuatan Kontrol Negatif
1. Diambil 1 ml aquades masukkan kedalam tabung reaksi
2. Ditambah 5 ml pereaksi (Asam Kromatropat) dan tutu bibir
tabung menggunakan kapas
3. Dimasukkan dalam penangas air mendidih selam 15 menit
4. Diamati perubahan yang terjadi, maka akan membentuk warna
kuning keruh
d. Identifikasi formalin pada sampel ikan
1. Potong kecil – kecil sampel ikan lalu ditimbang sebanyak 25 gram
2. Dimasukkan kedalam labu destilasi
3. Ditambahkan aquades kurang lebih 100 ml dan tetesi 1 ml Asam
fosfat pekat
4. Didestilasi dan hasil destilasi ditampung
5. Diambil 1 ml hasil destilasi dan masukkan dalam tabung reaksi
6. ditambahkan dengan 5 ml pereaksi asam kromatropat dan tutup bibir
tabung reaksi menggunakan kapas
7. Dimasukkan dalam penangas air mendidih selama 15 menit
8. Diamati perubahan warna yang terjadi
3. Pasca Analitik
Hasil (+) : Jika berubah warna menjadi ungu maka sampel ikan tersebut
positif mengandung formalin.
Hasil (-) : Jika berubah warna menjadi kuning keruh maka sampel ikan
tersebut tidak mengandung formalin.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis Pasar Basah
Pasar basahh adalah pasar tradisional yang berada di Jantung Kota.
Pasar ini terletak di jalan Lasandara, Kelurahan Korumba, Kecamatan
Mandonga, Kabupaten Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Letak
Pasar Basah pada sebelah utara pasar merupakan jalan poros lasandara, pada
bagian timur pasar terdapat sungai Lahundape, dibagian barat pasar
merupakan mall Mandonga, sedangkan pada bagian selatan pasar merupakan
pasar Korem.
Bangunan pasar basah terdiri dari tiga lantai, dimana terdapat kios,
serta lodz didalamnya. Pada lantai 1 gedung digunkan sebagai tempat
penjualan syur-sayuran, buah- buahan, dan juga ikan, untuk lantai 2
digunakan sebagai tempat penjualan sembako, obat – obatan, asesoris, jajan –
jajanan, dan juga ikan, sedangkan lantai 3 digunakan sebagai tempat
penjualan pakaian, sepatu, dan juga sandal.
2. Jumlah Penduduk
Pada tahun 1990 jumah penduduk Sulawesi Tenggara sekitar
1.349.619 jiwa. Kemudian tahun 2000 meningkat menjadi 1.776.292 jiwa dan
berdasarkan hasil survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik
tahun 2005 adalah sejumlah 1.959.414 jiwa. Dari publikasi Proyeksi
Penduduk Indonesia tahun 2010-2035 disebutkan bahwa jumlah Penduduk
Sulawesi Tenggara berturut-turut (dalam ribuan) 2.243,6 (2010), 2.499,5
(2015), 2.755,6 (2020), 3.003,3 (2025), 3.237,7 (2030)dan 3.458,1 (2035).
Laju pertumbuhan Penduduk Sulawesi Tenggara selama tahun 1990-2000
adalah 2,79% per tahun dan tahun 2004-2005 menjadi 0,02%. Laju
pertumbuhan penduduk menurut kabupaten selama kurun waktu 2004-2005
hanya Kota Kendari dan Kabupaten Muna yang menunjukan pertumbuhan
yang positif, yaitu 0,03% dan 0,02% per tahun,sedangkan Kabupaten yang
lain menunjukan pertumbuhan negatif.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh peneliti alasan peneliti
mengambil pasar basah Mandonga sebagai tempat penelitian karna banyaknya
pelanggan yang berbelanja dan murahnya harga ikan di bandingkan tempat
lain. Dari data yang diperoleh di pasar basah Mandonga terdapat tujuh tempat
pedagang ikan dan tujuh tempat penjual daging, untuk pengambilan sampel
tehnik yang digunakan yaitu proposive sampling yaitu pemilihan sampel
berdasarkan ciri – ciri atau sifat tertentu yang berhubungan dengan
karakteristik populasi dan berdasarkan pertimbangan peneliti, dari tujuh tempat
pedagang ikan hanya tiga tempat yang saja yang mememuhi ciri – ciri atau
sifat tertentu yang di curigai mengandung formalin.
Setelah sampel di dapatkan dan di lakukan identifikasi formalin hasil
penelitian ini menunjukan bahwa setiap sampel yang diambil dari tiga
pedagang ikan yang berbeda di pasar basah Mandonga Kota Kendari
menunjukan hasil yang positif (terjadi perubahan warna ungu). Cara
pengujianya dilakukan dengan menggunakan metode Analisis kualitatif dengan
menggunakan larutan asam kromatropat (K10H8O8S2) dan Asam phosfat
(H3PO4). Pada uji asam kromatropat, sampel yang telah di blender ditetesi
dengan larutan asam phosfat 1 ml dan aquadest 100 ml kemudian di destilasi
dan hasil destilasi ditampung kemudian di ambil sebanyak 5 ml dan
tambahkan pereaksi asam kromatropat dan di masukkan kedalam penangas air
mendidih selama 15 menit setelah itu diamati perubahan warna yang terjadi
dan hasil menunjukkan terjadinya perubahan warna ungu. Hal ini menandakan
bahwa semua sampel yang diuji mengandung formalin.
Tabel 5. 1 Ciri – ciri ikan yang mengandung formalin
Jenis ikan Ciri – ciri ikan yang mengandung formalin
PI
Ikan tuna
▪ Warna
▪ Tekstrur
▪ Aroma
▪ Keabu –
abuan
▪ Lembek
bersih,
keadaan
mata
berwarna
putih, tidak di
hinggapi
lalat.
▪ Berbau
menyengat
PII
Ikan Layag
▪ Warna
▪ Tekstur
▪ Aroma
▪ Putih
mengkilat
▪ Keadaan ikan
utuh, lembek,
keadaan mata
putih bersih,
tidak di
hinggapi lalat
▪ Berbau
menyengat
PIII
Ikan Kembung
▪ Warna
▪ Tekstrur
▪ Aroma
▪ Putih
mengkilat
▪ Putih
mengkilat,
keadaan ikan
utuh, mata
ikan berwarna
putih, tidak
dihinggapi
lalat
▪ Berbau
menyengat
Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat di lihat ciri – ciri ikan yang mengandung
formalin.
Tabel 5.2 Uji kontrol positif dan negatif
Kode Sampel Reaksi Hasil
Kontrol positif Terjadi perubahan warna
menjadi ungu
Positif
Kontrol Negatif Tidak terjadi perubahan
warna ungu
Negatif
Dari tabel 5.2 di atas dapat di lihat perbedaan uji positif dan negatif.
Tabel 5.3
Hasil Uji Laboratorium Identifikasi Formalin Pada Ikan Yang Di Jual Di Pasar
Basah Mandonga Kendari
No Kode sampel Reaksi Gambar
Positif Negatif
1 PI
Pasar BM
Ikan Tuna
Terjadi
perubahan
warna ungu
2 PII
Pasar BM
Ikan Layang
Terjadi
perubahan
warna ungu
3 PIII
Pasar BM
Ikan Kembung
Terjadi
perubahan
warna ungu
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 3 sampel yang di
identifikasi, ditemukan adanya kandungan formalin pada sampel ikan.
B. Pembahasan
1. Ciri – Ciri Ikan yang Mengandung Formalin
Pedagang ikan sering menggunakan formalin dengan tujuan ingin
merenguk keuntungan, dan sebagai bahan pengawet juga untuk
memperpanjang masa pakai produk tersebut (Sugiyatmi, 2006).
Ada pun jenis ikan yang mempunyai ciri – ciri mengandung formalin yaitu
: ikan tuna berwarna keabu – abuan mengkilat, teksturnya lembek, keadaan
matanya berwarna putih dan tidak di hinggapi lalat. Ikan layang, berwarna
putih mengkilat, keadaan ikan utuh, lembek, keadaan mata putih bersih,
berbau menyengat, dan tidak dihinggapi lalat. Ikan kembung, berwarna putih
mengkilat, teksturnya utuh, lembek, keadaan mata putih bersih berbau
menyengat, dan tidak di hinggapi lalat.
Dari hasil identifikasi formalin pada ikan yang di ambil dari tiga pedagang
yang berbeda yang ada dipasar basah Mandonga Kota Kendari di dapatkan
hasil yang positif.
Dari hasil tersebut dapat diidentifikasi bahwa kemungkinan penyebab
hasil Positif karna disebabkan olah murahnya harga formalin dan mudah
ditemukan serta mahalnya harga es batu yang menyebabkan pedagang beralih
menggunakan formalin sebagai bahan pengawet ikan yang di dagangkan. Hal
ini dapat di uraikan sebagai berikut. Formalin digunakan sebagai bahan
pengawet fungsi utama formalin yaitu sebagai bahan pengawet hayati (mayat)
namun dari hasil penelitian diketahui bahwa pedagang ikan di Kecamatan
Mandonga Kota Kendari menggunakan formalin sebagai bahan pengawet
pada ikan.
2. Analisis Laboratorium Dengan Uji Asam Kromatropat
Sampel yang di curigai mengandung fomalin di ambil dan di lakukan uji
laboratorium dengan menggunakan pereaksi asam kromatropat cara
pengujiannya dilakukan dengan cara : sampel terlebih dahulu di hancurkan
menggunakan blender atau mortar setelah hancur sampel ditimbang sebanyak
25 gram, kemudian di tambahkan dengan aquadest sebanyak 100 ml dan di
teteskan 1 ml asam phosfat pekat kemudian dimasukkan dalam labu destilasi
dan di destilasi, setelah hasil destilasi keluar dan ditampung dalam
erlenmeyer selanjutnya ditambahkan dengan 5 ml pereaksi asam kromatropat
dan bibir tabung ditutup menggunakan kapas, kemudian dimasukkan dalam
penangas air mendidih selama 15 menit dan diamati perubahan warna yang
terjadi.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil positif pada ke
tiga sampel yang diambil dari pasar basah Mandonga Kota Kendari yang
berarti ketiga sampel ikan tersebut positif mengandung formalin.
3. Identifikasi Laboratorium Menggunakan Pereaksi Asam Kromatropat
Hasil uji kualitatif formalin dengan menggunakan pereaksi asam
kromatropat dan Asam Phosfat, menunjukkan semua sampel yang di uji
positif mengandung formalin. Berdasarkan hasil analisis dari jenis pengujian
yang digunakan untuk uji formalin, menunjukkan hasil positif yang berarti
bahwa senyawa formalin ditemukan dalam sampel yang diperoleh dari 1
lokasi dengan tiga pedagang yang berbeda. Hal ini terlihat pada uji
kromatropat dan phosfat ketika di tambahkan pereaksi asam phosfat dan di
panaskan selama 15 menit terjadi perubahan warnah yaitu warna ungu. Hal
ini membuktikan bahwa ikan yang beredar di pasar basah Mandonga
mengandung bahan pengawet berupa formalin sehingga ikan tersebut tidak
aman untuk dikonsumsi.
Menurut Tanu (2000). Penggunaan formalin sebagai bahan pengawet
sangat dilarang oleh pemerintah karena sifatnya sangat berbahaya bagi
kesehatan.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 1168/ Per/X/1998 tentang
bahan tambahan makanan, bahan tanbahan makanan yang dilarang dalam
makanan adalah : Asam Borat dan senyawanya, Asam Salisilat, dan
garamnya, Dietilpirokarbonat, Dulsin, Kalium klorat,dan formalin
(formaldehida). Didalam industri makanan, terutama industri makanan yang
masih terbatas, penggunaan bahan tambahan yang berbahaya masih sering
dilakukan (Anggraini, 2007). Bahan tambahan yang paling sering
ditambahkan adalah zat pewarna Rhodamin B dan Methanyl kuning, pemanis
buatan siklamat dan sakarin, seta pembuat kenyal formalin dan boraks
(Didinkaen, 2007).
Formalin tidak bisa ditambahkan ke dalam bahan makanan, tetapi formalin
mudah di dapat dipasar bebas dengan harga murah. Hal tersebut dapat
digunakan dalam pengaturan formalin, yaitu Undang – Undang Nomor 23
tahun 1992 tentang kesehatan, Undang – Undang nomor 7 tahun 1996 tentang
pangan, Undang – Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen, dan SK Memperindag Nomor 254/2000 tentang Tataniaga Impor
dan Peredaran Bahan Berbahaya (Didinkaen, 2007).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian identifikasi formalin pada ikan yang
dijual di pasar basah Mandonga Kota Kendari dapat disimpulkan bahwa
ikan yang dijual di pasar basah Mandonga Kota Kendari mengandung
formalin dengan ciri – cir :
1. Jenis ikan yang mempunyai ciri – ciri mengandung formalin yaitu : ikan
tuna berwarna keabu – abuan mengkilat, teksturnya lembek, keadaan
matanya berwarna putih dan tidak di hinggapi lalat. Ikan layang, berwarna
putih mengkilat, keadaan ikan utuh, lembek, keadaan mata putih bersih,
berbau menyengat, dan tidak dihinggapi lalat. Ikan kembung, berwarna
putih mengkilat, teksturnya utuh, lembek, keadaan mata putih bersih
berbau menyengat, dan tidak di hinggapi lalat.
2. Dengan menggunakan pereaksi asam kromatropat dan asam phosfat pekat
diketahui seluruh sampel mengandung formalin
3. Hasil uji kualitatif formalin dengan menggunakan pereaksi asam
kromatropat dan Asam Phosfat, menunjukkan semua sampel yang di uji
positif mengandung formalin. Berdasarkan hasil analisis dari jenis
pengujian yang digunakan untuk uji formalin, menunjukkan hasil positif
yang berarti bahwa senyawa formalin ditemukan dalam sampel yang
diperoleh dari 1 lokasi dengan tiga pedagang yang berbeda. Hal ini terlihat
pada uji kromatropat dan phosfat ketika di tambahkan pereaksi asam
phosfat dan di panaskan selama 15 menit terjadi perubahan warnah yaitu
warna ungu. Hal ini membuktikan bahwa ikan yang beredar di pasar basah
Mandonga mengandung bahan pengawet berupa formalin sehingga ikan
tersebut tidak aman untuk dikonsumsi.
B. Saran
1. Bagi pemerintah khususnya badan POM dan PERINDAG dapat dijadikan
sebagai masukan untuk terus memperketat pengawasan terhadap mutu
dan keamanan makanan dalam hal penggunaan formalin.
2. Diharapkan kepada konsumen untuk lebih selektif dalam memilih
makanan yang akan di konsumsi
3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dipasar
lain
4. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk melanjutkan uji kuantitatif
untuk mengetahui kandungan formali pada ikan.
DOKUMENTASI PENELITIAN
Pipet ukur karet penghisap
Labu ukur lampu spiritus
Kaki tiga penjempit
glas ukur pipet tetes
Pipet ukur 5 ml gelas kimia
Timbangan neraca destilasi
Mortar
Proses kerja
Pemitan asam kromatropat pemipetan formalin dan asan kromatrpat
pemanasan
Sampel ikan tuna,latang dan kembung pencampuran asam phospat pada sampel proses
destilasi
Pemipetan asam kromatropat pada hasil
Hasil penelitian
P1.ikan tuna (+) p2.ikan layang (+) p3.ikan kembung(+)