ANALISIS FAKTOR IBU DAN BAYI YANG BERHUBUNGAN … · 2011. 3. 30. · 4.13 Tabulasi Silang Antara...

139
i ANALISIS FAKTOR IBU DAN BAYI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN BATANG TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh : Ummul Mahmudah NIM. 6450406534 JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN 2011

Transcript of ANALISIS FAKTOR IBU DAN BAYI YANG BERHUBUNGAN … · 2011. 3. 30. · 4.13 Tabulasi Silang Antara...

  • i

    ANALISIS FAKTOR IBU DAN BAYI YANG

    BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

    KEMATIAN PERINATAL

    DI KABUPATEN BATANG

    TAHUN 2010

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat

    untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

    Oleh :

    Ummul Mahmudah

    NIM. 6450406534

    JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

    2011

  • ii

    Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

    Fakultas Ilmu Keolahragaan

    Universitas Negeri Semarang

    September 2010

    ABSTRAK

    Ummul Mahmudah.

    Analisis Faktor Ibu dan Bayi yang Berhubungan dengan Kejadian Kematian

    Perinatal di Kabupaten Batang Tahun 2010,

    VI + 74 halaman + 25 tabel + 2 gambar + 10 lampiran

    Kematian perinatal adalah kematian janin pada usia kehamilan ≥28

    minggu sampai dengan 7 hari pertama setelah bayi lahir dimana kematian

    perinatal mempunyai kontribusi terbesar pada angka kematian bayi. Tujuan

    penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor ibu dan bayi apa sajakah yang

    berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang.

    Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan metode survei dengan

    rancangan penelitian kasus kontrol (case control study). Populasi dalam penelitian

    ini adalah semua bayi yang lahir mulai umur kehamilan ≥28 minggu atau lebih

    dari tujuh hari yang tinggal di wilayah Kabupaten Batang. Kasus adalah semua

    kejadian kematian perinatal yaitu bayi yang meninggal pada umur kehamilan

    sudah mencapai 28 minggu sampai bayi berumur 7 hari. Sampel berjumlah 47

    kasus dan 47 kontrol yang diperoleh dengan menggunakan teknik simple random

    sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

    data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan

    kuesioner dan data sekunder dari puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten

    Batang. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan rumus

    statistik uji chi-square (α = 0,05) dengan penentuan Odds Ratio (OR).

    Dari hasil penelitian didapatkan bahwa faktor risiko yang berhubungan

    dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang adalah pendidikan ibu

    (p= 0,006, OR= 3,878), pengetahuan ibu (p= 0,013, OR= 2,843), paritas (p=

    0,016, OR= 2,988), BBLR (p= 0,001, OR= 7,570), asfiksia (p= 0,001, OR=

    2,270), dan kelainan kongenital (p= 0,003, OR= 2,205).

    Saran yang diajukan adalah supaya ibu hamil aktif memeriksakan

    kehamilan kepada pelayanan kesehatan yang tersedia.

    Kata Kunci : Kematian Perinatal

    Kepustakaan : 27 (1998 – 2009)

  • iii

    Public Health Departement

    Sport Science Faculty

    Semarang State University

    Semptember 2010

    ABSTRACT

    Ummul Mahmudah.

    Analysis of Maternal and Infant Factors Related with Perinatal Mortality

    Events in Batang Year 2010, VI + 74 pages + 25 tables + 2 figures + 10 appendices

    Perinatal deaths are fetal deaths at ≥ 28 weeks gestation until the first

    seven days after birth in which perinatal mortality has the largest contribution to

    infant mortality. The purpose of this study is to determine what factors are the

    mother and baby associated with the incidence of perinatal mortality in Batang.

    This research is an analytical research with a survey method with case-

    control study. The population in this study is that all babies born alive from age

    more than seven days living in the area of Batang regency. Cases of perinatal

    death are all occurrences of a baby who died at the age of 28 weeks of pregnancy

    has reached up to 7 days old baby. The sample amounted to 47 cases and 47

    controls obtained by using simple random sampling technique. The instrument

    used in this study are primary data and secondary. Primary data were obtained

    from interviews using questionnaires and secondary data from health centers and

    the Health Department Batang. Data obtained in this study were analyzed using a

    statistical formula chi-square test (α = 0.05) with determination of odds ratio

    (OR).

    The result showed that significant risk factors that related to perinatal

    mortality evens are maternal education (p = 0.006, OR = 3.878), knowledge of

    mother (p = 0.013, OR = 2.843), parity (p = 0.016, OR = 2.988), LBW (p= 0.001,

    OR = 7.570), asphyxia (p= 0,001, OR= 2,270), and congenital abnormalities (p=

    0,003, OR= 2,205).

    Based on this research, the proposed suggestions for pregnant mothers to

    actively seek prenatal care to available health services.

    Keywords : Perinatal mortality

    References : 27 (1998 – 2009)

  • iv

    PENGESAHAN

    Telah dipertahankan di hadapan panitia sidang ujian skripsi Fakultas Ilmu

    Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, skripsi atas nama Ummul

    Mahmudah, NIM : 6450406534, dengan judul “Analisis Faktor Ibu dan Bayi yang

    Berhubungan dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Tahun

    2010”

    Pada hari : Rabu

    Tanggal : 19 Januari 2011

    Panitia Ujian

    Ketua Panitia, Sekretaris

    Drs. H. Harry Pramono, M. Si Irwan Budiono, S. KM, M. Kes

    NIP. 19591019 198503 1 001 NIP. 19771227 200501 1 001

    Dewan Penguji Tanggal persetujuan

    Ketua Penguji 1. dr. Arulita Ika Fibriana, M. Kes

    NIP. 19740202 200112 2 001

    Anggota Penguji 2. Widya Hary Cahyati, S.KM, M.Kes

    (Pembimbing Utama) NIP. 19771227 200501 2 001

    Anggota Penguji 3. dr. Anik Setyo Wahyuningsih

    (Pembimbing Pendamping) NIP. 19740903 200604 2 001

  • v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah

    selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusanmu yang

    lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap

    (Q. S. Al Insyiroh: 7 - 8).

    Orang yang memiliki banyak ilmu maka ia lebih kaya dari pada banyak harta, dan

    orang yang mewariskan ilmu kepada sesamanya maka ia lebih tinggi dari pada

    mewariskan emas perhiasannya (penulis).

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

    1. Ayahanda (Bp. Tjahjono) dan ibunda

    (Ibu Titik Murdiesti) tercinta yang

    selalu menyayangi dan mengasihi ananda

    2. Kakak (Arief Mufti. M) dan adikku

    tersayang (A. Fahmi Huda),

    3. Almamaterku Universitas Negeri

    Semarang, khususnya Jurusan Ilmu

    Kesehatan Masyarakat.

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan dan hidayah-Nya

    sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Faktor Ibu dan Bayi Yang Berhubungan

    Dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Tahun 2010” dapat

    terselesaikan. Penyelesaian skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan

    memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

    Universitas Negeri Semarang.

    Keberhasilan penyelesaian penelitian sampai dengan tersusunnya skripsi

    ini atas bantuan dari berbagai pihak, dengan rendah hati disampaikan terima kasih

    kepada:

    1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Drs. Harry

    Pramono, M. Kes., atas ijin penelitian.

    2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

    Universitas Negeri Semarang, dr. H. Mahalul Azam, M. Kes., atas persetujuan

    penelitian.

    3. Pembimbing I, Widya Hary Cahyati, SKM, M. Kes., atas bimbingannya dalam

    penyusunan skripsi ini.

    4. Pembimbing II, dr. Anik Setyo Wahyuningsih, atas bimbingannya dalam

    penyusunan skripsi ini.

    5. Bapak dan ibu dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat atas bekal ilmu

    pengetahuan yang diberikan selama di bangku kuliah.

  • vii

    6. Seluruh staff TU FIK UNNES yang telah membantu dalam segala urusan

    administrasi dan surat perijinan penelitian.

    7. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Batang, Ir.

    Johan Rudi Widhianto,M.Si., dalam urusan perijinan penelitian.

    8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang, Dr. H. Budi Utomo Raharjo

    beserta staf dan jajarannya atas bantuan dalam urusan perijinan penelitian.

    9. Kepala Puskesmas Kabupaten Batang beserta staf dan jajarannya atas

    kerjasama dalam urusan perijinan dan pelaksanaan penelitian.

    10. Masyarakat Kabupaten Batang atas bantuan dan kerjasamanya dalam

    pelaksanaan penelitian.

    11. Ayah (Bp. Tjahjono), ibunda (Ibu Titik Murdiesti), kakak (Arief Mufti. M),

    serta adik (Ahmad Fahmi Huda) tercinta yang telah memberi dorongan dan

    bantuan baik materiil maupun spiritual.

    12. Mas Huda yang telah tulus ikhlas memberi dorongan lahir dan batin saat

    semangat ini sudah mulai hilang.

    13. Teman-teman Wisma Mutiara dan teman-teman seperjuangan (Hani, Devi,

    Aci, Eva dan Dwi) yang selalu menghibur serta membantu sehingga penulis

    dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Pada skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu segala kritik

    dan saran yang membangun demi kesempurnaan dalam laporan ini sangat

    diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

    Semarang, September 2010

    Penyusun

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    JUDUL ............................................................................................................ i

    ABSTRAK ...................................................................................................... ii

    ABSTRACT .................................................................................................... iii

    PENGESAHAN .............................................................................................. iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v

    KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

    DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL........................................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5

    1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6

    1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7

    1.5 Keaslian Penelitian ..................................................................................... 8

    1.6 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 10

    BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 11

    2.1 Defini Kematian Perinatal .......................................................................... 11

    2.2 Penyebab Kematian Perinatal .................................................................... 12

    2.3 Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kematian Bayi. ....................... 14

    2.4 Kerangka Teori........................................................................................... 32

    BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 33

    3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 33

    3.2 Variabel Penelitian ..................................................................................... 34

    3.3 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 35

    3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran .............................................. 37

  • ix

    3.5 Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................. 38

    3.6 Populasi dan Sampel .................................................................................. 39

    3.7 Instrumen Penelitian................................................................................... 43

    3.8 Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... 44

    3.9 Teknik Pengolahan Data ............................................................................ 44

    BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 47

    4.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Batang .......................................... 48

    4.2 Hasil Penelitian .......................................................................................... 50

    BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 62

    5.1 Pembahasan ................................................................................................ 62

    5.2 Hambatan dan keterbatasan penelitian ....................................................... 71

    BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 73

    6.1 Simpulan .................................................................................................... 73

    6.2 Saran ........................................................................................................... 74

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 75

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1.1 Keaslian Penelitian ..................................................................................... 8

    1.2 Matriks Perbedaan Penelitian ..................................................................... 9

    2.1 Skor APGAR .............................................................................................. 21

    3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ............................... 37

    4.1 Data Sarana Kesehatan Puskesmas dan Dinas Kesehatan ........................ 48

    4.2 Angka Kejadian Kematian Bayi Selama Empat Tahun Terakhir ............. 48

    4.3 Data Kematian Neonatal, Lahir Mati, dan Lahir Hidup Berdasarkan

    Puskesmas Tahun 2009………………...………………………………… 49

    4.4 Distribusi Responden menurut Umur Ibu ................................................. 50

    4.5 Distribusi Responden menurut Pendidikan Ibu.......................................... 51

    4.6 Distribusi Responden menurut Pengetahuan Ibu ....................................... 51

    4.7 Distribusi Responden menurut Paritas ....................................................... 52

    4.8 Distribusi Responden menurut Jarak Antar Kelahiran............................... 52

    4.9 Distribusi Responden menurut Penolong Persalinan ................................. 53

    4.10 Distribusi Responden menurut BBLR ..................................................... 53

    4.11 Distribusi Responden menurut Asfiksia .................................................. 54

    4.12 Distribusi Responden menurut Kelainan Kongenital ............................... 54

    4.13 Tabulasi Silang Antara Umur Ibu dengan Kematian Perinatal ................ 55

    4.14 Tabulasi Silang Antara Pendidikan Ibu dengan Kematian Perinatal ....... 56

    4.15 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Ibu dengan Kematian Perinatal ..... 57

    4.16 Tabulasi Silang Antara Paritas dengan Kematian Perinatal ..................... 57

    4.17 Tabulasi Silang Antara Jarak Antar Kelahiran dengan Kematian Perinatal 58

    4.18 Tabulasi Silang Antara Penolong Persalinan dengan Kematian Perinatal 59

    4.19 Tabulasi Silang Antara BBLR dengan Kematian Perinatal ..................... 59

    4.20 Tabulasi Silang Antara Asfiksia dengan Kematian Perinatal .................. 60

    4.21 Tabulasi Silang Antara Kelainan Kongenital dengan Kematian Perinatal 61

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    2.1 Kerangka Teori........................................................................................... 32

    3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 33

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Surat Keterangan Pembimbing ....................................................................

    2. Surat Ijin Penelitian 1 ...................................................................................

    3. Surat Ijin Penelitian 2 ...................................................................................

    4. Surat Keterangan Penelitian .........................................................................

    5. Kuesioner Penelitian ....................................................................................

    6. Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................................

    7. Identitas Responden .....................................................................................

    8. Hasil Penelitian ............................................................................................

    9. Analisis Hasil Penelitian ..............................................................................

    10. Dokumentasi Penelitian .............................................................................

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa diukur

    dengan menentukan tingggi rendahnya angka kematian ibu dan perinatal dalam

    100.000 persalinan hidup, namun pada kenyataannya angka kematian perinatal

    masih tinggi. Angka tersebut sesungguhnya dapat dihindari dengan cara

    memberikan pelayanan kesehatan terutama pada pertolongan pertama persalinan

    (Manuaba, 1998: 15).

    Pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk mencapai kemampuan

    hidup sehat bagi setiap penduduk, yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan

    yang optimal. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, pemerintah telah

    melakukan berbagai upaya pembangunan di bidang kesehatan dengan prioritas

    antara lain pada perbaikan tingkat kesehatan ibu dan anak. Angka Kematian Bayi

    (AKB) merupakan indikator yang lazim digunakan sebagai indeks pembangunan

    ekonomi, indikator kualitas hidup, dan komponen utama penentu angka harapan

    hidup suatu masyarakat. Bayi sebagai manusia yang baru lahir merupakan

    kelompok umur yang sangat rentan terhadap ketidakseimbangan berbagai faktor

    seperti faktor lingkungan dan sistem perawatan (Asnawi, 2005 dalam Ambarwati,

    2007).

    Kematian perinatal adalah jumlah lahir mati dan kematian bayi dalam 7

    hari pertama dalam hidupnya. Sedangkan yang disebut angka kematian perinatal

    1

  • 2

    adalah jumlah kematian perinatal dikalikan 1.000 kemudian dibagi jumlah bayi

    lahir-hidup dan lahir-mati pada tahun yang sama (Wiknjosastro, 2006: 786).

    Pada tahun 2000, lebih dari 6.300.000 kematian perintal terjadi di seluruh

    dunia, dimana 75% kematian terjadi di negara-negara berkembang (WHO, 2006:

    5). Angka kematian di Indonesia secara umum dari tahun ke tahun terjadi

    penurunan. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) pada tahun

    2007 diperoleh estimasi Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 34 per

    1.000 kelahiran hidup. Hasil pengukuran angka SKDI tahun 2007 tersebut

    diperoleh AKB untuk periode tahun 2003-2007. Angka tersebut sedikit lebih

    menurun dibandingkan dengan tahun 2006 dari hasil pengukuran tahun 2002-

    2003 yaitu sebebsar 35 per 1000 kelahiran hidup. Kecenderungan penurunan

    AKB tersebut dapat dipengaruhi oleh pemerataan pelayanan kesehatan berikut

    fasilitasnya (Profil Kesehatan Indonesia, 2008: 26).

    Angka kematian perinatal di Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena

    belum ada survey yang menyeluruh. Angka yang ada ialah angka kematian

    perinatal di rumah sakit-rumah sakit besar yang pada umumnya berkisar antara

    77,3 sampai 137,7 per 1.000 kelahiran hidup. Angka-angka tersebut dapat lebih

    tinggi daripada kenyataan sebenarnya karena rumah sakit sebagai referral hospital

    untuk daerahnya menampung kasus-kasus dalam keadaan darurat di daerah itu

    (Wiknjosastro, 2006: 785).

    Namun terdapat pendapat lain yang menyebutkan bahwa angka kematian

    perinatal di Indonesia sebesar 460 per 100.000 setiap tahunnya. Banyak faktor

    yang mempengaruhi angka tersebut, antara lain penyakit dan perkembangan

    kesehatan ibu dan janin serta semua hal yang berkaitan dengan pelayanan

  • 3

    kesehatan baik langsung maupun tidak langsung (Manuaba dalam Ambarwati,

    2007: 3).

    Angka kematian bayi di Propinsi Jawa Tengah tahun 2006 dalam kurun

    waktu satu tahun sebesar 11,03 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini meningkat

    dibandingkan pada tahun 2007 yaitu 10,48 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan

    tahun 2008 kembali mengalami penurunan sebesar 9,17% per 1.000 kelahiran

    hidup. Apabila dibandingkan dengan target yang diharapkan dalam MDG (

    Millenium Development Goals) ke-4 tahun 2010 yaitu 17 per seribu kelahiran

    hidup, berarti angka kematian bayi di Propinsi Jawa Tengah sudah di bawah

    angka tersebut (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2008).

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ambarwati pada tahun

    2007 hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas 95%, riwayat sakit

    95%, kelengkapan pemeriksaan antenatal 95%, rujukan 95% dengan kejadian

    kematian perinatal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya empat faktor

    (paritas, riwayat sakit, kelengkapan pemeriksaan antenatal dan rujukan) yang

    mempengaruhi kejadian kematian perinatal di wilayah kerja Puskesmas Rembang

    Kabupaten Purbalingga (Ambarwati, 2007: 52).

    Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Zubaidah pada tahun 2005

    menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara komplikasi kehamilan,

    komplikasi persalinan, asfiksia, dan BBLR terhadap kejadian kematian perinatal.

    Tidak ada hubungan variabel pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status keluarga, dan

    umur ibu terhadap kejadian kematian perinatal (Zubaidah, 2005).

    Di wilayah Jawa Tengah, Kabupaten Batang termasuk salah satu

    kabupaten dengan jumlah kematian bayi yang tinngi. Angka kematian bayi di

  • 4

    Kabupaten Batang selalu mengalami kenaikan selama empat tahun terakhir..

    Gambaran mengenai penyebab secara langsung kematian bayi di Kabupaten

    Batang pada tahun 2005 sebesar 12,85 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan pada

    tahun 2006 naik menjadi 14,86 per 1.000 kelahiran hidup, dan angka kematian

    bayi pada tahun 2007 mengalami kenaikan lagi menjadi 17,38 per 1.000 kelahiran

    hidup, sedangkan pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 21,30 per 1.000

    kelahiran hidup. Berdasarkan data dari Kabupaten Batang pada tahun 2009,

    kematian sebesar 198 kasus, dimana 135 kasus kematian perinatal, 15 kasus

    kematian neonatal, 48 kasus kematian bayi 1-12 bulan. Kematian bayi tersebut

    tersebar di 21 puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Batang. Penyebab

    kematian bayi pada tahun 2008 dan 2009 hampir sama, yaitu kurangnya

    pengetahuan masyarakat tentang cara pembuatan dan penggunaan metode

    kanguru yang sederhana dan tepat guna, serta belum terampilnya petugas

    kesehatan dalam manajemen asfiksia dan BBLR. Yang dimaksud dengan metode

    kangguru yang sederhana dan tepat guna yaitu malalui skin to skin, dimana kulit

    bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu, dan dengan pembuatan boks

    menyerupai inkubator. Bagi petugas kesaehatan khusunya bidan hendaknya sudah

    mengikuti manajemen asfiksia dan BBLR, yaitu suatu program pemerintah yang

    berupa pelatihan tentang penanggulangan bagi bayi asfiksia dan BBLR (DKK

    Batang, 2009).

    Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik melakukan

    penelitian mengenai “Analisis faktor ibu dan bayi yang berhubungan dengan

    kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010”.

  • 5

    1.2 Rumusan Masalah

    1.2.1 Permasalahan Umum

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang

    dapat diangkat dalam penelitian ini adalah faktor ibu dan bayi apa sajakah yang

    berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun

    2010?.

    1.2.2 Permasalahan Khusus

    Adapun masalah khusus dalam penelitian ini adalah :

    1. Adakah hubungan antara umur ibu dengan kejadian kematian perinatal

    di Kabupaten Batang tahun 2010?

    2. Adakah hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian kematian

    perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?

    3. Adakah hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian kematian

    perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?

    4. Adakah hubungan antara paritas dengan kejadian kematian perinatal

    di Kabupaten Batang tahun 2010?

    5. Adakah hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian kematian

    perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?

    6. Adakah hubungan antara penolong persalinan dengan kejadian

    kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?

    7. Adakah hubungan antara BBLR dengan kejadian kematian perinatal di

    Kabupaten Batang tahun 2010?

  • 6

    8. Adakah hubungan antara asfiksia dengan kejadian kematian perinatal

    di Kabupaten Batang tahun 2010?

    9. Adakah hubungan antara kelainan kongenital dengan kejadian

    kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan umum

    Untuk mengetahui faktor ibu dan bayi yang berhubungan dengan kejadian

    kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Untuk mengetahui hubungan antara umur ibu dengan kejadian

    kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

    2. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian

    kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

    3. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian

    kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

    4. Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian kematian

    perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

    5. Untuk mengetahui hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian

    kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

    6. Untuk mengetahui hubungan antara penolong persalinan dengan

    kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

  • 7

    7. Untuk mengetahui hubungan antara BBLR dengan kejadian kematian

    perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

    8. Untuk mengetahui hubungan antara asfiksia dengan kejadian kematian

    perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

    9. Untuk mengetahui hubungan antara kelainan kongenital dengan

    kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Batang

    Memberikan informasi mengenai faktor ibu dan bayi yang berhubungan

    dengan kematian perinatal, sehingga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan

    dalam perencanaan dan evaluasi pelaksanaan program Dinas Kesehatan

    Kabupaten selanjutnya, khususnya bidang KIA.

    1.4.2 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

    Memberikan tambahan pustaka tentang penyebab kematian perinatal.

    1.4.3 Bagi Peneliti

    Menambah wawasan dalam melakukan penelitian yang berhubungan

    dengan kesehatan ibu dan anak.

    1.5 Keaslian Penelitian

    Keaslian penelitian merupakan matriks yang memuat tentang judul

    penelitian, nama peneliti, tahun dan tempat penelitian, rancangan penelitian,

    variabel yang diteliti, dan hasil penelitian.

  • 8

    Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

    Judul/Peneliti/

    Lokasi Penelitian

    Tahun Desain Variabel Hasil

    Beberapa faktor

    yang berhubungan

    dengan kejadian

    kematian perinatal

    di Kabupaten

    Kulon Progo/

    Suparjono/ Kulon

    Progo.

    2003 Case

    control

    Variabel bebas :

    umur ibu,

    pendidikan ibu,

    paritas ibu, jarak

    antar kelahiran,

    perawatan

    antenatal, penolong

    persalinan,

    keterjangkauan

    tempat tinggal ke

    pelayanan

    kesehatan.

    Variabel terikat :

    kejadian kematian

    perinatal.

    Ada hubunngan

    antara umur ibu

    (p=0,004:OR=3,97),

    pendidikan ibu

    (p=0,013;OR= 3,97),

    dan perawatan

    antenatal

    (p=0,004:OR=3,046)

    dengan kejadian

    kematian perinatal.

    Hubungan antara

    karakteristik ibu

    dan pelayanan

    kesehatan dengan

    kejadian kematian

    perinatal di

    Kecamatan

    Rembang

    Kabupaten

    Purbalingga tahun

    2006/ Ambarwati/

    Purbalingga.

    2006 Case

    control

    Variabel bebas:

    umur ibu,

    pendidikan, paritas,

    riwayat sakit,

    kelengkapan

    pemeriksaan

    antenatal, penolong

    persalinan, rujukan.

    Variabel terikat:

    kematian perinatal

    Ada hubungan

    antara paritas

    (p=0,037

    OR=4,600), riwayat

    sakit (p=0,049

    OR=3,769),

    kelengkapan

    pemeriksaan

    antenatal (p=0,029

    OR=4,037, dan

    rujukan (p=0,002

    OR=7,480) dengan

    kejadian kematian

    perinatal

  • 9

    1.5.1 Perbedaan Penelitian

    Tabel 1.2 Matriks Perbedaan Penelitian

    Perbedaan Suparjono Ambarwati Ummul

    Mahmudah

    Judul

    penelitian

    Beberapa faktor yang

    berhubungan dengan

    kejadian kematian

    perinatal di

    Kabupaten Kulon

    Progo.

    Hubungan antara

    karakteristik ibu dan

    pelayanan kesehatan

    dengan kejadian

    kematian perinatal di

    Kecamatan Rembang

    Kabupaten Purbalingga

    tahun 2006

    Analisis faktor ibu

    dan bayi yang

    berhubungan dengan

    kejadian kematian

    perinatal di

    Kabupaten Batang

    Tahun 2010.

    Tahun dan

    tempat

    penelitian

    2003, Kabupaten

    Kulon Progo

    2006, Kecamatan

    Rembang Kabupaten

    Purbalingga

    2010, Kabupaten

    Batang

    Variabel

    penelitian

    Variabel bebas :

    umur ibu, pendidikan

    ibu, paritas ibu, jarak

    antar kelahiran,

    perawatan antenatal,

    penolong persalinan,

    keterjangkauan

    tempat tinggal ke

    pelayanan kesehatan.

    Variabel terikat :

    kejadian kematian

    perinatal.

    Variabel bebas : umur

    ibu, pendidikan, paritas,

    riwayat sakit,

    kelengkapan

    pemeriksaan

    antenatal, penolong

    persalinan, rujukan.

    Variabel terikat:

    kematian perinatal.

    Variabel bebas:

    umur ibu,

    pengetahuan ibu,

    pendidikan ibu,

    paritas, jarak antar

    kehamilan,

    penolong

    persalinan, BBLR,

    asfiksia, kelainan

    kongenital

    Variabel terikat :

    kematian perinatal

    Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terdapat perbedaaan

    variabel bebas yang diteliti (pengetahuan ibu, BBLR, dan kelainan kongenital).

  • 10

    1.6 Ruang Lingkup Penelitian

    1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

    Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Batang.

    1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

    Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni – Juli tahun 2010.

    1.6.3 Ruang Lingkup Materi

    Penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan masyarakat,

    khususnya dalam kajian epidemiologi tentang kematian perinatal.

  • 11

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Kematian Perinatal

    Menurut Abdul Basri dalam Ambarwati (2006), istilah kematian perinatal

    pertama kali didefinisikan oleh seorang dokter ahli kesehatan anak berkebangsaan

    Jerman yaitu Pfaundler pada tahun 1936. Menurutnya, periode perinatal

    merupakan interval waktu sebelum, selama, dan sesudah saat kelahiran yang

    ditandai dengan kematian janin dan bayi baru lahir. Sementara itu seorang dokter

    ahli kesehatan anak berkebangsaan Austria Peller pada tahun 1965 menyatakan

    bahwa lahir mati dan kematian pada minggu pertama kehidupan dapat dianalisis

    secara statistik dan epidemiologis untuk menentukan penyebab kematian yang

    diduga sangat komplek dan multifaktor dengan tingkat pola yang bervariasi

    perbedaannya (Ambarwati, 2007: 1).

    Kelahiran mati ialah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah

    mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama

    dengan 1.000 gram). Kematian perinatal dini adalah (early neonatal death) ialah

    kematian bayi dalam 7 hari pertama kehidupannya. Sedangkan yang disebut

    kematian perinatal (perinatal mortality) ialah jumlah bayi lahir mati dan kematian

    bayi dalam 7 hari pertama sesudah lahir (Wiknjosastro, 2006: 786).

    Angka kematian perinatal ialah jumlah kematian perinatal dikalikan 1.000

    dan kemudian dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati pada tahun

    yang sama. Perlu diperhatikan bahwa dalam definisi tersebut, WHO

    11

  • 12

    menganjurkan untuk kelahiran hidup dan kelahiran mati berat badan minimum

    adalah 1.000 gram (Wiknjosastro, 2006: 786).

    2.2 Penyebab Kematian Perinatal

    Angka kematian perinatal dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai

    tingkat keberhasilan pelayanan kesehatan pada masa perinatal. Perbaikan dalam

    angka kematian perinatal dapat dicapai dengan pemberian pengawasan antenatal

    untuk semua wanita hamil dan dengan menemukan dan memperbaiki faktor-

    faktor yang mempengaruhi keselamatan janin dan neonatus. Untuk mengetahui

    sebab kematian kematian perinatal diperlukan tindakan bedah mayat. Tetapi

    bedah mayat sangat susah dilakukan di Indonesia, sehingga kematian janin dan

    neonatus hanya didasarkan pada pemeriksaan klinik dan laboratorium

    (Wiknjosastro, 2006: 787).

    Penyebab kematian perinatal di beberapa rumah sakit di Indonesia

    menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kematian perinatal tidak

    banyak berbeda, yaitu faktor yang disebabkan oleh ibu dan faktor yang

    disebabkan oleh bayi.

    2.2.1 Faktor Ibu yang Memperbesar Risiko Kematian Perinatal (High Risk

    Mother).

    1. Status sosial ekonomi yang rendah

    2. Tingkat pendidikan ibu yang rendah

    3. Umur ibu lebih dari 30 tahun atau kurang dari 20 tahun

    4. Paritas pertama dan paritas ke lima atau lebih

  • 13

    5. Tinggi badan ibu dan berat badan ibu (pengaruh kedua fator ini pada

    angka kematian perinatal di beberapa rumah sakit di Indonesia tidak

    jelas).

    6. Kehamilan di luar perkawinan

    7. Gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan

    8. Ibu dengan anamnesis kehamilan dan persalinan yang sebelumnya

    yang tidak baik, misalnya kehamilan dan persalinan berakhir dengan

    kematian janin, kematian bayi dini, atau kelahiran bayi berat lahir

    rendah.

    2.2.2 Faktor Bayi yang Mempertinggi Kematian Perinatal (High Risk

    Infans).

    1. Bayi yang lahir dari kehamilan yang bersifat high risk

    2. Bayi yang berat badan lahir kurang dari 2.500 gram

    3. Bayi yang berat lahir lebih dari 4.000 gram

    4. Bayi yang dilahirkan kurang dari 37 minggu dan lebih dari 42 minggu

    5. Bayi yang berat badan lahir kurang dari berat badan lahir menurut

    masa kehamilannya (small for gestational age)

    6. Bayi yang nilai APGARnya kurang dari 7

    7. Bayi yang lahir dengan infeksi intrapartum, trauma kelahiran, atau

    kelainan kongenital

    8. Bayi yang lahir dalam keluarga yang mempunyai problema sosial

    (perceraian, perkawian dengan lebih dari satu istri, dan perkawinan

    tidak sah) (Winkjosastro, 2006: 788).

  • 14

    2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kematian Bayi

    2.3.1 Faktor Ibu

    2.3.1.1 Status Ekonomi

    Faktor sosial ekonomi tidak berpengaruh langsung terhadap terjadinya

    kematian bayi, tetapi sosial ekonomi yang buruk akan mempengaruhi seseorang

    dalam memperoleh pelayanan kesehatan dan gizi yang baik selama kehamilan.

    Keadaan sosial ekonomi yang rendah sering dihubungkan dengan malnutrisi dan

    bermacam-macam penyakit infeksi seperti malaria, cacingan, dan tuberkulosis

    (Manuaba, 1998).

    2.3.1.2 Tingkat Pendidikan Ibu

    Tingkat pendidikan ibu tidak berpengaruh secara langsung terhadap

    kematian bayi, akan tetapi akan berpengaruh terhadap kesadaran ibu dalam

    memanfaatkan sarana kesehatan, frekuensi pemeriksaan kehamilan, dan

    kewaspadaannya dalam menghadapi masalah-masalah kesehatan yang mungkin

    dijumpai selama kehamilan. Tingkat pendidikan ibu juga bisa mempengaruhi

    kepercayaan dan kebiasaan ibu, serta perhatian dan perawatan terhadap dirinya

    dan bayinya (Manuaba, 1998). Hasil penelitian Simbolon (2006) menyatakan

    bahwa probabilitas kelangsungan hidup bayi lebih tinggi pada bayi yang lahir dari

    ibu yang berpendidikan tinggi yaitu sebesar 98,38%.

    2.3.1.3 Umur Ibu

    Umur yang dianjurkan Depkes RI (1999) untuk hamil dan persalinan yang

    aman adalah pada rentang usia 20 tahun hingga usia 35 tahun. Pada usia kurang

    dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun risiko terjadinya prematuritas dan

  • 15

    komplikasi kehamilan akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena pada

    usia kurang dari 20 tahun kondisi ibu masih dalam masa pertumbuhan sehingga

    mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan, sedangkan pada

    usia lebih dari 35 tahun seorang ibu sudah mulai dihinggapi berbagai macam

    penyakit ditambah dengan menurunnya kekuatan ibu untuk melakukan proses

    persalinan bayi karena faktor usia maupun penyakit yang dideritanya (Manuaba,

    1998: 36).

    Raymond dkk (1994) menyatakan bahwa usia lanjut (≥35 tahun) akan

    meningkatkan risiko untuk melahirkan bayi mati. Cattingius dkk (1993) juga

    menyatakan bahwa umur ibu yang semakin lanjut (≥35 tahun) memiliki risiko

    untuk melahirkan bayi kecil masa kehamilan (KMK). Hasil penelitian Adimoelja

    (2004), pada periode 1 Januari 2002–31 Desember 2003 di Rumah Sakit Umum

    Pusat Manado didapatkan angka kematian perinatal yang tinggi pada kelompok

    umur < 20 tahun dan ≥ 40 tahun, masing-masing 67,34% dan 64,52%

    (Ambarwati, 2006: 22).

    2.3.1.4 Pengetahuan Ibu

    Pengetahuan ibu memegang peranan penting untuk mewujudkan

    kesehatan ibu dan bayi. Pengetahuan ibu diantaranya meliputi pengetahuan ibu

    tentang kesehatan kehamilan, penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan,

    pemeriksaan kehamilan yang harus dilakukan, dan imunisasi yang harus

    dilakukan selama masa kehamilan (Manuaba, 1998: 20).

  • 16

    2.3.1.5 Paritas

    Seorang ibu yang sudah mempunyai empat anak atau lebih dan menjadi

    hamil lagi keadaan kesehatannya sudah tampak menurun dan sering mengalami

    kurang darah (anemia). Selama hamil sering terjadi perdarahan jalan lahir dan

    letak bayi sungsang atau melintang. Akibat keadaan tersebut maka persalinan

    menjadi sulit dan lama, bahkan mengalami perdarahan dan infeksi. Paritas di atas

    lima merupakan faktor risiko penyebab kematian perinatal (Manuaba, 1998: 333).

    Menurut Lubis dalam Ambarwati menyatakan bahwa paritas berkaitan

    dengan jumlah kelahiran yang dialami oleh seorang ibu. Jumlah kelahiran yang

    berhubungan dengan terjadinya risiko kematian ibu adalah kelahiran lebih dari

    empat. Kelahiran pertama pada umumnya mempunyai risiko relatif tinggi karena

    dipengaruhi oleh kemungkinan adanya kelemahan atau kelainan-kelainan bawaan

    dari ibu. Kelahiran ke dua dan ke tiga adalah yang paling kurang risikonya. Mulai

    kelahiran keempat risiko kematian akan meningkat termasuk kelahiran-kelahiran

    berikutnya (Lubis dalam Ambarwati, 2006: 22).

    2.3.1.6 Jarak Antar Kelahiran

    Pembatasan kelahiran dan membuat jarak kelahiran paling sedikit 2 tahun

    baik untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, mengingat setiap kehamilan

    membawa risiko kesehatan yang potensial untuk ibu, walaupun ibu tersebut

    terlihat sehat dan berisiko rendah.

    2.3.1.7 Hamil dengan Penyakit

    Hamil disertai dengan penyakit yang sudah ada sebelum kehamilan dan

    menjadi lebih berat karena pengaruh kehamilan itu, atau karena penyakit yang

  • 17

    timbul selama kehamilan itu sendiri. Penyakit yang menyertai antara lain penyakit

    jantung, hipertensi, diabetes melitus, penyakit paru, infeksi, dan penyakit endokrin

    (Wiknjosastro, 1999).

    2.3.1.8 Hamil dengan Komplikasi

    Beberapa wanita ada kemungkinan mengalami penyimpangan dalam

    perjalanan kehamilannya. Komplikasi yang dapat dialami wanita hamil dibagi

    sesuai masa kehamilannya yaitu pada kehamilan muda atau kehamilan trimester

    ketiga (Manuaba, 1999).

    2.3.1.9 Komplikasi Persalinan

    Komplikasi dalam persalinan antara lain :

    1) Ketuban Pecah Dini

    Ketuban pecah dini yaitu pecahnya ketuban sebelum terdapat

    tanda persalinan, dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda

    persalinan. Makin lama periode laten makin besar kemungkinan

    infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas, dan selanjutnya

    meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau janin

    dalam rahim (Manuaba, 1998: 228).

    2) Pre-eklampsi / Eklampsi

    Pre-eklampsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,

    edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini

    umumnya terjadi dalam triwulan ketiga kehamilan, tetapi dapat terjadi

    sebelumnya. Pre-eklampsi dibagi dalam golongan ringan dan berat,

    sedangkan eklampsi merupakan kelanjutan dari pre-eklampsi berat

  • 18

    ditambah dengan kejang atau koma yang dapat berlangsung mendadak

    (Wiknjosastro, 2006: 241).

    Pre-eklampsi dikatakan berat jika satu atau lebih tanda atau

    gejala di bawah ini ditemukan :

    (1) Tekanan sistolik ≥ 160 mm Hg atau lebih atau tekanan diastolik ≥

    110 mm Hg atau lebih.

    (2) Proteinuria lebih 5 g/ 24 jam 4 + pada pemeriksaan kualitatif.

    (3) Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500cc/ 24 jam.

    (4) Kenaikan kadar kreatinin plasma

    (5) Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah

    epigastrium.

    (6) Edema paru-paru atau sianosis.

    (7) Trombositopenia berat, < 100.000 sel/mm3 atau penurunan

    trombosit dengan cepat.

    (8) Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat (Wiknjosastro,

    2008: 545).

    3) Kala II Tak Maju

    Persalinan dengan syarat yang adekuat tidak menunjukkan

    kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar faksi

    selama 2 jam terakhir berakhir. Hal ini dapat meningkatkan kejadian

    asfiksia dan Intra Uterine Fetal Distress (IUFD) (Muchtar, 1998).

  • 19

    4) Persalinan Lama

    Persalinan pada primigravida (kehamilan pertama) umumnya

    berlangsung dalam waktu 18-20 jam dan pada multigravida

    (kehamilan lebih dari satu) selama 12-14 jam, mereka yang lebih lama

    dari 24 jam disebut persalinan lama. Kontraksi rahim selama 24 jam

    tersebut telah dapat mengganggu aliran darah menuju janin, sehingga

    janin dalam rahim menjadi dalam situasi yang berbahaya (Manuaba,

    1998: 292).

    5) Perlukaan Kelahiran dalam Persalinan

    Persalinan selalu memberikan perlukaan pada bayi akibat

    kelahiran. Perlukaan ini diantaranya adalah cephalhematoma yang

    terjadi akibat persalinan normal dan terutama pada persalinan dengan

    cunam (Manuaba,1998: 320).

    2.3.2 Faktor Bayi

    2.3.2.1 Asfiksia Neonatorum

    Asfiksia neonatorum menurut Manuaba (1998) merupakan suatu keadaan

    bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan

    O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam

    kehidupan lebih lanjut. Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia, dan

    berakhir dengan asidosis.

    Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan

    sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi

  • 20

    berkurang. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya

    asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah :

    1. Faktor Ibu

    - Preeklamsia dan eklamsia.

    - Perdarahan abnormal.

    - Partus lama atau partus macet.

    - Demam selama persalinan.

    - Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).

    - Kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan ibu).

    - Penyakit ibu.

    2. Faktor Tali Pusat

    - Lilitan tali pusat.

    - Tali pusat pendek.

    - Simpul tali pusat.

    - Prolapsus tali pusat.

    3. Faktor Bayi

    - Bayi prematur (sebelum 37 minggu umur kehamilan).

    - Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar).

    - Kelainan bawaan (kongenital).

    - Air ketuban bercampur mekonium (berwarna hijau) (JNPK-KR/POGI,

    2007: 108).

    Keadaan umum bayi dinilai satu menit setelah lahir dengan penggunaan

    nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita

  • 21

    asfiksia atau tidak. Yang dinilai ialah frekuensi jantung (heart rate), usaha napas

    (respiratory effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour), dan reaksi

    terhadap rangsangan (response to stimuli). Skor APGAR biasanya dinilai satu

    menit setelah bayi lahir yaitu pada saat bayi telah diberi lingkungan yang baik,

    serta telah dilakukan penghisapan lendir dengan sempurna. Skor APGAR satu

    menit pertama menunjukkan beratnya asfiksia yang diderita dan sebagai pedoman

    untuk menentukan cara resusitasi, sedangkan skor APGAR yang dinilai setelah

    lima menit bayi lahir mempunyai korelasi yang erat dengan morbiditas dan

    mortalitas neonatal (Wiknjosastro, 1999). Adapun tabel skor APGAR adalah

    sebagai berikut :

    Tabel 2.1 Skor APGAR

    0 1 2 NA

    Apperance

    (warna kulit)

    Pucat Badan merah,

    ekstremitas biru

    Seluruh tubuh

    kemerah-

    merahan

    Pulse Rate

    (frekuensi nadi)

    Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100

    Grimace

    (reaksi rangsangan)

    Tidak ada Sedikit gerakan

    mimik (grimace)

    Batuk/bersin

    Activity

    (tonus otot)

    Tidak ada Ekstremitas dalam

    sedikit fleksi

    Gerakan aktif

    Respiration

    (pernapasan)

    Tidak ada Lemah/tidak

    teratur

    Baik/menangis

    Jumlah

    Sumber : Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga Cetakan Keempat, 1999.

    Catatan :

    NA 1 menit lebih/sama dengan tidak perlu resusitasi

    NA 1 menit 4 – 6 bag and mask ventilation

    NA 1 menit 0 – 3 lakukan intubasi

  • 22

    Atas dasar pengalaman klinis asfiksia neonatorum dapat dibagi :

    1) Vigorous baby, skor APGAR 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan

    tidak memerlukan tindakan istimewa.

    2) Mild moderate asfiksia (asfiksia sedang), skor APGAR 4-6. Pada

    pemeriksaan fisik terlihat frekuensi jantung >100x/menit, tonus otot

    kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.

    3) Asfiksia berat, skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan

    frekuensi jantung

  • 23

    1. Klasifikasi Berdasarkan Berat Badan

    Semua bayi yang lahir dengan berat badan yang sama atau kurang

    dari 2.500 gram disebut bayi berat badan lahir rendah (BBLR),

    dikelompokkan sebagai berikut :

    1) Bayi berat badan lahir amat sangat rendah, yaitu bayi yang lahir

    dengan berat badan lahir kurang dari 1.000 gram.

    2) Bayi berat badan lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan

    berat badan lahir kurang dari 1.500 gram.

    3) Bayi berat badan lahir cukup rendah adalah bayi yang lahir dengan

    berat badan 1.500 - 2.500 gram.

    2. Klasifikasi Berdasarkan Umur Kehamilan

    1) Bayi premature (preterm), adalah bayi yang lahir dengan umur

    kehamilan belum mencapai 37 minggu.

    2) Bayi cukup bulan (aterm), adalah bayi yang lahir dengan umur 38-42

    minggu.

    3) Bayi lebih bulan (posterm), adalah bayi yang lahir dengan umur

    kehamilan lebih dari 42 minggu.

    3. Klasifikasi Berdasarkan Umur dan Berat Badan

    1) Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) atau small for gestation age

    (SGA), yaitu bayi yang lahir dengan keterlambatan pertumbuhan

    intrauterine dengan berat badan terletak di bawah persentil ke-10

    dalam grafik pertumbuhan intrauterine.

  • 24

    2) Bayi sesuai untuk masa kehamilan (SMK) atau appropriate for

    gestation age (AGA), yaitu bayi yang lahir dengan berat badan sesuai

    dengan berat badan untuk masa kehamilan, yaitu berat badan terletak

    antara persentil ke-10 dan ke-90 dalam grafik pertumbuhan

    intrauterine.

    3) Bayi besar untuk masa kehamilan atau large for gestation age (LGA),

    yaitu bayi yang lahir dengan berat badan lebih besar untuk usia

    kehamilan dengan berat badan terletak di atas persentil ke-90 dalam

    grafik pertumbuhan intrauterin.

    4) Prematuritas murni, adalah bayi yang mempunyai masa gestasi kurang

    dari 37 minggu dengan berat badan sesuai dengan masa gestasinya

    atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa

    kehamilannya (NKB-SMK).

    5) Dismaturitas, adalah bayi lahir dengan berat badan lahir kurang dari

    berat badan seharusnya untuk masa gestasinya. Bayi mengalami

    retardasi intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa

    kehamilannya (KMK) (Wiknjosastro, 2006: 781).

    2.3.2.3 Kelainan Kongenital/ Bawaan

    Kelainan yang tampak sejak lahir dalam bentuk berbagai gangguan

    tumbuh kembang bayi baru lahir yang mencakup aspek fisik, intelektual, dan

    kepribadian. Sedangkan anomali kongenital atau yang umum disebut kelainan

    kongenital merupakan defek morfologis yang dijumpai sejak bayi lahir. Diagnosis

  • 25

    kelainan kongenital seringkali didasarkan atas ditemukannya kelainan pada

    bentuk tubuh dan struktur organ janin (Wiknjosastro, 2008: 261).

    Menurut Manuaba (1998), kelainan kongenital merupakan kelainan

    pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pembuahan. Kelainan kongenital

    merupakan penyebab terjadinya keguguran, lahir mati, atau kematian setelah

    persalinan pada minggu pertama, dan dapat mencapai kehidupan yang lebih besar,

    karena itu pada setiap kehamilan perlu melakukan pemeriksaan antenatal untuk

    mengetahui kelainan kongenital diantaranya dengan pemeriksaan Ultra Sonografi

    (USG), pemeriksaan air ketuban, dan pemeriksaan darah janin.

    Faktor penyebab langsung kelainan kongenital seringkali sukar diketahui,

    sekitar 40% tidak diketahui dengan pasti penyebabnya. Pertumbuhan embrional

    dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: faktor genetik, kromosom,

    infeksi, faktor ibu, faktor mekanik dan lingkungan, atau gabungan dari berbagai

    faktor secara bersama-sama sehingga bersifat multifaktor. Kelainan kongenital

    yang sering dijumpai antara lain :

    1) Anensefali, tidak terbentuk otak/kepala janin sehingga bentuk janin

    seperti kodok.

    2) Kelainan fungsi jaringan organ tubuh : spina bifida, labioskizis,

    palatoskizis, labiopalatoskizis.

    3) Gangguan pembentukan alat tubuh : atresia ani, atresia vagina,

    gangguan migrasi alat tubuh seperti migrasi testis.

    4) Hipospadia adalah saluran kemih yang tidak terbentuk pada tempatnya,

    biasanya di bagian bawah penis.

    5) Atresia esophagus, adalah esophagus yang tidak terbentuk.

  • 26

    Dilihat dari pertumbuhan organ tubuh, kelainan kongenital dapat

    digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu :

    1) Gangguan pertumbuhan atau pembentukan organ, termasuk dalam

    golongan ini adalah tidak terbentuknya organ atau sebagian organ.

    2) Gangguan penyatuan atau fungsi jaringan tubuh, misalnya

    labiognatopalatoskizis, spina bifida.

    3) Gangguan diferensiasi organ, misalnya sindaktili dan ginjal tapal kuda.

    4) Gangguan menghilangnya atau berkurangnya jaringan yang seharusnya

    hilang pada pertumbuhan normal, misalnya hernia inguinalis persisten.

    5) Gangguan invaginasi jaringan, misalnya atresia ani, atresia vagina.

    6) Gangguan migrasi suatu alat, contohnya adalah testis tidak turun, mal

    rotasi usus.

    7) Gangguan pembentukan saluran, misalnya hipospadia, atresia esophagus

    (Manuaba, 1998 : 322).

    2.3.2.4 Infeksi Neonatorum

    Mikroorganisme jarang melewati plasenta atau menembus amnion yang

    intak (utuh). Dampak dari infeksi tergantung dari sifat organisme dan masa

    kehamilan. Infeksi yang terjadi sangat dini dapat menyebabkan kematian janin,

    aborsi, atau malformasi berat. Infeksi pada neonatus merupakan sebab yang

    penting terhadap morbiditas dan mortalitas bayi. Lebih kurang 2% janin dapat

    terinfeksi in utero dan 10% bayi baru lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam

    bulan pertama kehidupan (Wiknjosastro, 2002).

  • 27

    Infeksi pada neonatus menurut Wiknjosastro (2007) dapat melalui

    beberapa cara antara lain :

    1. Infeksi intra uterine

    Infeksi intra uterine yang banyak terjadi adalah infeksi

    transplasenter melalui saluran darah. Secara teoritis dapat pula melalui

    jalan lain, yaitu melalui :

    1) Ruang peritoneum menuju tuba dan kemudian uterus

    2) Dinding uterus yang mengalami infeksi

    3) Naik ke atas dari vagina melalui kulit ketuban yang pecah ataupun

    masih utuh dan melalui antara kulit ketuban dan dinding uterus.

    Infeksi intra uterine oleh bakteri atau virus dapat berlangsung dengan

    gejala atau tidak.

    2. Infeksi selama partus

    Sebagian akan berhubungan dengan bakteri atau toksinnya apabila

    bayi melalui vagina. Bakteri yang ditemukan adalah stafilokokus, difteri,

    bakteri an aerob, dan jarang E.coli. Flora di vagina akan berubah apabila

    selama persalinan ibu diberikan antibiotika. Pemberian ampicillin akan

    mematikan semua streptokokus, E.coli, dan proteus berkurang, sedangkan

    klebsiella dan lain bakteri gram negatif akan masih tetap hidup dalam

    jumlah besar.

    Listeria monocytogenis dan gonokokus yang melekat pada luka

    kronis di servik uteri dapat menumbuhkan infeksi yang berat pada bayi

    waktu ia melalui jalan lahir tersebut. Ibu sebagai pembawa bakteri usus

  • 28

    yang patogen dapat memberikan infeksi pada bayinya dan ibunya sendiri

    mungkin tidak menderita sakit.

    3. Infeksi postnatal (bayi berada di luar kandungan)

    Bayi sesudah lahir akan dipengaruhi oleh keadaan yang ada di

    sekitarnya yang merupakan sumber infeksi, antara lain :

    1) Tangan yang merawat bayi.

    2) Alat-alat yang berhubungan dengan cairan : alat resusitasi, alat

    pembantu pernafasan, isap lendir.

    3) Minum dan obat-obatan yang kurang memperhatikan kebersihan.

    4. Infeksi sebelum dan waktu lahir

    Ibu yang sakit waktu hamil, bayi yang dilahirkan akan menderita

    sakit pula. Banyak terjadi pada infeksi intra uterine, ibu tidak nampak

    menderita sakit, diagnosis ibu baru ditemukan setelah bayi lahir abortus,

    preterm atau meninggal waktu lahir. Infeksi yang terjadi baik sebelum

    maupun waktu persalinan disebabkan oleh gonokokus, kandida albikan,

    herpes virus hominis, bakteri usus, dan cytomegali. Infeksi bakteri yang

    terjadi waktu bayi melalui jalan lahir, kadang-kadang dapat berkembang

    menjadi sepsis yang berat, dapat menyebabkan kematian bayi dalam waktu

    48 jam.

    2.3.3 Faktor Pelayanan Kesehatan

    2.3.3.1 Perawatan Antenatal

    Pelaksanaan antenatal care sangat penting karena dapat memberikan

    gambaran keadaan ibu hamil, janin dalam kandungan, dan kesejahteraan umum.

  • 29

    Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik

    untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan

    pemantauan rutin selama kehamilan. Alasan penting untuk mendapatkan asuhan

    antenatal, yaitu: membangun rasa percaya antara ibu dan petugas kesehatan,

    terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi, memperoleh informasi dasar

    tentang kesehatan ibu dan kehamilannya, mengidentifikasi kehamilan risiko

    tinggi, dan memberikan pendidikan kesehatan yang deperlukan dalam menjaga

    kualitas kehamilan (Wiknjosastro, 2008: 278).

    Pemeriksaan kehamilan yang baik adalah apabila diperiksa pada tenaga

    kesehatan yang terlatih sejak dini dan dilakukan secara teratur karena akan

    terdeteksi masalah kesehatan dan implikasinya. Sesuai dengan anjuran Depkes RI

    (1999), pada triwulan I (konsepsi tiga bulan) minimal 1 kali ibu memeriksakan

    diri, triwulan II (4 – 6 bulan) minimal 1 kali, sedangkan triwulan III (7 – 9 bulan)

    minimal 2 kali memeriksakan diri ke tenaga kesehatan. Hasil penelitian

    Ambarwati (2006) menunjukkan bahwa responden yang tidak lengkap

    pemeriksaan antenatal mempunyai risiko 4,037 kali lebih besar untuk terjadinya

    kematian perinatal dibandingkan ibu yang lengkap pemeriksaan antenatal

    (Ambarwati, 2006).

    2.3.3.2 Penolong Persalinan

    Ibu yang mendapat pertolongan persalinan oleh dukun berisiko lebih besar

    untuk melahirkan bayi mati dibandingkan dengan ibu yang melahirkan oleh

    tenaga kesehatan. Tingginya kematian bayi diantaranya disebabkan oleh belum

    memadainya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan rendahnya cakupan

  • 30

    penanganan kasus obstetri. Hasil penelitian Alisjahbana dalam Ambarwati (2006)

    menunjukkan bahwa hampir 90% persalinan berlangsung di rumah dan 80-90%

    persalinan ditolong oleh tenaga tidak terlatih. Faktor ini dapat mempengaruhi

    produk kehamilan dan kelangsungan hidup bayi. Pertolongan oleh dukun

    menimbulkan berbagai masalah dan penyebab utama tingginya angka kematian

    dan kesakitan ibu dan perinatal (Manuaba, 1998: 19).

    2.3.3.3 Rujukan

    Merupakan suatu sisitem pelayanan kesehatan dimana terjadi pelimpahan

    tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul

    secara horisontal maupun vertikal, baik untuk kegiatan pengiriman penderita,

    pendidikan, maupun penelitian (Wiknjosatro, 2008: 31).

    Indikasi rujukan harus mulai dipikirkan sejak bayi dalam kandungan, oleh

    karena tindakan penanganan kehamilan risiko tinggi maupun tindakan dan

    penanganan penyulit/ komplikasi persalinan yang kurang memadai akan sangat

    berpengaruh terhadap hidup bayi sehingga terhindar dari kematian pada masa

    neonatal. Rujukan bukanlah berarti satu kekurangan, tetapi satu tanggung jawab

    yang tinggi dan mendahulukan kepentingan masyarakat. Kelancaran rujukan

    dapat menjadi faktor yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu

    dan perinatal (Manuaba,1998: 22).

    Tanda-tanda/ kondisi bayi baru lahir yang perlu dirujuk (Pelayanan

    Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2006), yaitu :

    1. Bayi berat lahir rendah ≤ 2.000 gram.

    2. Bayi tidak mau minum ASI.

  • 31

    3. Tangan dan kaki bayi teraba dingin.

    4. Bayi mengalami gangguan kesulitan bernafas (asfiksia).

    5. Bayi mengalami perdarahan.

    6. Bayi mengalami kejang-kejang.

    7. Bayi mengalami gangguan saluran cerna disertai muntah-muntah, diare,

    atau tidak buang air besar sama sekali dengan perut membuncit.

    8. Bayi menunjukkan tanda infeksi berat seperti meningitis atau sepsis.

    9. Bayi menyandang kelainan bawaan.

  • 32

    2.4 Kerangka Teori

    Gambar 2.1 Kerangka Teori Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kematian

    Perinatal

    Sumber : Modifikasi Manuaba (1998: 333) dan Wiknjosastro (2006).

    FAKTOR IBU :

    1. Sosial : - Pendidikan rendah - Status ekonomi rendah

    2. Umur ≤ 20 tahun atau ≥ 35 tahun

    3. Paritas di atas 4 4. Jarak antar kelahiran 5. Hamil dengan penyakit

    - Hipertensi - Diabetes Melitus - Jantung - Penyakit paru - Infeksi - Penyakit endokrin

    6. Hamil dengan komplikasi 7. Komplikasi persalinan

    - Kehamilan ganda - Perdarahan - Ketuban Pecah Dini - Pre-eklamsi/Eklamsi - Perlukaan kelahiran

    dalam persalinan

    - Kala II tak maju - Persalinan lama

    FAKTOR BAYI :

    1. Bayi dengan risiko tinggi

    - BB ≤ 2.500 gr - BB ≥ 4.000 gr

    2. Hamil umur kurang dari 37

    minggu

    3. Kelainan kongenital

    4. Asfiksia

    FAKTOR

    PELAYANAN

    KESEHATAN :

    1. Perawatan antenatal

    2. Penolong persalinan

    3. Jarak tempat tinggal ke

    pelayanan

    kesehatan

    Kematian

    Perinatal

  • 33

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Kerangka Konsep

    Gambar 3.1 Gambar Kerangka Konsep

    Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah status ekonomi,

    perawatan antenatal, jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan, dan tempat

    persalinan.

    Variabel Bebas Variabel Terikat

    Variabel Perancu

    Kematian perinatal

    1. Faktor Ibu:

    - Umur ibu - Pendidikan ibu - Pengetahuan ibu - Paritas - Jarak antar kehamilan - Penolong persalinan

    2. Faktor Bayi:

    - Asfiksia - BBLR - Kelainan kongenital

    - Status ekonomi - Perawatan antenatal - Jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan

    33

  • 34

    3.2 Variabel Penelitian

    Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

    ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

    tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 38).

    Varibel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel terikat, dan

    variabel perancu.

    3.2.1 Variabel Bebas

    Variabel bebas atau disebut sebagai variable independent adalah varibel

    yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

    variabel terikat (dependent) (Sugiyono, 2008: 39).

    Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu, umur ibu, pengetahuan ibu,

    pendidikan ibu, paritas, jarak antar kelahiran, penolong persalinan, BBLR,

    asfiksia, dan kelainan kongenital.

    3.2.2 Variabel Tetikat

    Variabel terikat juga biasa disebut sebagai dependent variable merupakan

    variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas

    (Sugiyono, 2008: 39). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kematian

    perinatal.

  • 35

    3.2.3 Variabel Pengganggu

    Variabel pengganggu bukan merupakan variabel bebas tetapi

    mempengaruhi timbulnya kejadian pada variabel terikat (Suharsimi Arikunto,

    2006: 123).

    Yang termasuk variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah status

    ekonomi ibu, perawatan antenatal, jarak tempat tinggal dengan pelayanan

    kesehatan. Variabel pengganggu dalam penelitian ini sudah dikendalikan, yaitu

    dengan:

    1. Satatus ekonomi ibu dalam penelitian ini dianggap sama atau disetarakan.

    2. Cakupan perawatan antenatal yang meliputi K1 dan K4 di Kabupaten

    Batang sudah mencapai target. Cakupan K1 tahun 2009 adalah 102,56%

    (target 100%), sedangkan K4 92,78% (target 92%).

    3. Jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan disetarakan karena

    hampir seluruh tempat tinggal responden dekat dengan pelayanan

    kesehatan seperti puskesmas dan tempat praktek bidan desa setempat.

    3.3 Hipotesis Penelitian

    3.2.1 Hipotesis Mayor

    Ada hubungan antara faktor ibu dan bayi dengan kejadian kematian

    perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

  • 36

    3.2.2 Hipotesis Minor

    1. Ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian kematian perinatal di

    Kabupaten Batang tahun 2010.

    2. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian kematian perinatal

    di Kabupaten Batang tahun 2010.

    3. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian kematian perinatal

    di Kabupaten Batang tahun 2010.

    4. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian kematian perinatal di

    Kabupaten Batang tahun 2010.

    5. Ada hubungan antara jarak antar kehamilan dengan kejadian kematian

    perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

    6. Ada hubungan antara penolong persalinan dengan kejadian kematian

    perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

    7. Ada hubungan antara BBLR dengan kejadian kematian perinatal di

    Kabupaten Batang tahun 2010.

    8. Ada hubungan antara asfiksia dengan kejadian kematian perinatal di

    Kabupaten Batang tahun 2010.

    9. Ada hubungan antara kelainan kongenital dengan kejadian kematian

    perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

  • 37

    3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran.

    3.3.1 Definisi Operasional

    Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

    variabel atau konstrak atau dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan

    kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur

    konstrak atau variabel tersebut.

    Tabel 3.1.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

    Variabel Definisi Cara

    Pengukuran

    Kategori Skala

    Variabel

    Bebas :

    Umur ibu Umur ibu pada saat

    persalinan yang dihitung

    dengan tahun (Manuaba,

    1998: 36).

    Wawancara

    dengan

    kuesioner

    1. Risiko tinggi (35

    tahun)

    2. Risiko rendah (20-35 tahun)

    (Manuaba, 1998:

    333).

    Ordinal

    Pendidikan

    ibu

    Tingkat pendidikan

    formal terakhir yang

    pernah diselesaikan oleh

    ibu.

    Wawancara

    dengan

    kuesioner

    1. Rendah (< SLTP) 2. Tinggi (≥SLTP)

    Nominal

    Pengetahuan

    ibu

    Pemahaman ibu tentang

    materi mengenai masalah

    kehamilan dan persalinan

    yang didapat dari

    sejumlah pertanyaan.

    Wawancara

    dengan

    kuesioner

    1. Rendah (Skor

  • 38

    Penolong

    persalinan

    Orang yang membantu

    proses persalinan pada

    saat melahirkan (dokter,

    bidan, atau dukun).

    Wawancara

    dengan

    kuesioner

    1. Bukan tenaga kesehatan (dukun)

    2. Tenaga kesehatan

    Nominal

    BBLR Berat badan lahir rendah

    (BBLR) ialah kelahiran

    bayi dengan berat badan

    kurang dari 2.500 gram.

    Kuesioner

    dan data

    sekunder

    1. BBLR (BBL ≤ 2.500 gram)

    2. Tidak BBLR (BBL > 2.500 gram)

    (Manuaba,1998:

    332).

    Nominal

    Asfiksia Suatu keadaan bayi yang

    tidak dapat bernafas

    spontan dan teratur,

    sehingga dapat

    menurunkan O2 dan

    makin meningkatkan

    CO2.

    Kuesioner

    dan data

    sekunder

    1. Asfiksia 2. Tidak asfiksia

    Nominal

    Kelainan

    kongenital

    Kelainan dalam

    pertumbuhan janin yang

    terjadi sejak kehidupan

    konsepsi selama dalam

    kandungan.

    Kuesioner

    dan data

    sekunder

    1. Mengalami kelainan kongenital

    2. Tidak mengalami kelainan kongenital

    Nominal

    Variabel

    Terikat

    Kematian

    perinatal

    Jumlah kematian janin

    pada usia kehamilan ≥28

    minggu sampai dengan 7

    hari pertama setelah bayi

    lahir (Wiknjosastro, 2006:

    786).

    Kuesioner

    dan data

    sekunder

    1. Mengalami kematian perinatal

    2. Tidak mengalami kematian perinatal.

    Nominal

    3.5 Jenis Dan Rancangan Peneliti

    Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian yang

    menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat melalui

    pengujian hipotesis (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail : 2002). Dalam

    penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah umur ibu, pengetahuan ibu,

  • 39

    pendidikan ibu, paritas, jarak antar kehamilan, penolong persalinan, BBLR,

    asfiksia, kelainan kongenital, dan yang menjadi variabel terikat adalah kematian

    perinatal.

    Metode yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan kasus

    kontrol yaitu penelitian epidemiologis analitik observasional yang menelaah

    hubungan antara bayi yang mengalami kematian perinatal yaitu kematian bayi

    pada umur kehamilan 28 bulan sampai 7 hari setelah lahir (kelompok kasus) dan

    bayi yang lahir hidup (kelompok kontrol), kemudian secara retrospektif diteliti

    faktor risiko yang dapat menerangkan mengapa kasus mengalami kematian

    perinatal, sedang kontrol tidak mengalami kematian perinatal (Sudigdo

    Sostroasmoro dan Sofyan Ismael, 2002:111).

    3.6 Populasi Dan Sampel

    3.5.1 Populasi

    Populasi penelitian terdiri dari populasi kasus dan populasi kontrol yang

    selanjutnya akan diambil sebagai sampel penelitian.

    3.5.1.1 Populasi Kasus

    Populasi kasus dalam penelitian ini adalah semua bayi yang mengalami

    kematian perinatal yang terjadi di wilayah Kabupaten Batang antara periode bulan

    Januari s.d Desember tahun 2009 yaitu sejumlah 259 kasus, dengan responden

    adalah ibu.

  • 40

    3.5.1.2 Populasi Kontrol

    Populasi kontrol pada penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan

    bayi hidup yang tidak mengalami kematian perinatal selama periode bulan Januari

    s.d Desember tahun 2009.

    3.5.2 Sampel

    Sampel penelitian dalam peneliti ini adalah simple random sampling, yaitu

    setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk

    diseleksi sebagai sampel (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 85). Pemilihan anggota

    atau unit dilakukan dengan sistem undian (Suharsimi Arikunto, 2006: 136).

    Sampel dalam penelitian ini terdiri dari sampel kasus dan sampel kontrol.

    3.5.2.1 Sampel Kasus

    Sampel kasus pada penelitian ini yaitu kasus kematian perinatal yang

    memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kasus, sebagai berikut:

    3.5.2.1.1 Kriteria Inklusi

    1. Responden yang bersedia melakukan perawatan antenatal pada

    pelayanan kesehatan yang tersedia.

    2. Responden yang jarak tempat tinggalnya tidak terlalu jauh pelayanan

    kesehatan.

    3. Tercatat dalam data kematian perinatal.

    4. Bersedia untuk diteliti.

    3.5.2.1.2 Kriteria Eksklusi

    1. Telah pindah dari Kabupaten Batang.

    2. Tidak bersedia mengikuti penelitian.

  • 41

    3.5.2.2 Sampel Kontrol

    Sampel kontrol dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi kontrol

    yang terpilih dalam seleksi dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kontrol,

    sebagai berikut:

    3.5.2.2.1 Kriteria Inklusi

    1. Responden yang bayinya tidak mengalami kematian perinatal di

    Kabupaten Batang selama periode bulan Januari s.d Desember tahun

    2009.

    2. Bertempat tinggal dan berada di Kabupaten Batang pada saat

    penelitian.

    3. Berada dalam satu wilayah Puskesmas dengan kelompok kasus.

    3.5.2.2.2 Kriteria Eksklusi

    1. Telah pindah dari Kabupaten Batang.

    2. Tidak bersedia mengikuti penelitian.

    3.5.3 Besar Sampel

    Besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah dihitung dengan rumus

    Sudigdo Sostroasmoro dan Sofyan Ismael, 2002: 277).

    2

    21

    2

    2211221

    PP

    QPQPZPQZnn

    22

    21

    1 PORP

    PORP

  • 42

    nilai OR yaitu 3,769 nilai 1Q 0,223 nilai 2Q 0,519 nilai P =

    0,629 nilai Q = 0,371 dan nilai P2 = 0,481 sehingga nilai P1 adalah :

    777,0481,0)769,3()481,01(

    )481,0)(769,3(1P

    Keterangan :

    21 nn Perluasan besar sampel minimal

    1P Proporsi paparan pada kelompok kasus

    2P Proporsi paparan pada kelompok kontrol

    Z Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan

    tingkat kemaknaan ( α = 0,05 yaitu 1,960)

    Z Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa

    sebesar yang diinginkan ( sebesar 80% yaitu 0,842)

    OR = Odd Ratio

    Odd ratio dipertimbangkan menurut data rujukan dari penelitian terdahulu

    yang hampir sama, namun jika tidak diperoleh maka odd ratio dapat

    dipertimbangkan menurut perkiraan yang sesuai untuk penelitian yang akan

    dilaksanakan (Sudigdo, 2002: 87).

    Penentuan besar sampel minimal untuk kelompok kasus dan kelompok

    kontrol, dengan berdasarkan pada penelitian terdahulu yaitu OR= 3,769 dengan

    tingkat kepercayaan (Zα) 95% yaitu 1,960.

  • 43

    Perhitungan :

    2

    2

    481,0777,0

    )519,0481,0()519,0777,0(842,0)371,0629,0(2960,121 nn

    = 46,542

    = 47

    Dengan demikian diperlukan sebanyak 47 kasus dan 47 kontrol. Diambil

    perbandingan 1 : 1 sehingga sampel yang diamati sebanyak 94.

    3.7 Instrumen Penelitian

    Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

    mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

    dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis (Suharsimi Arikunto, 2002:136).

    Instrumen dalam penelitian ini adalah:

    1. Kuesioner

    Kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk

    memperoleh informasi dari reponden dalam arti laporan tentang pribadinya atau

    hal-hal yang diketahui (Suharsimi Arikunto, 2002:128). Kuesioner bertujuan

    untuk mengetahui informasi mengenai kematian perinatal di Kabupaten Batang

    tahun 2010.

    Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji validitas

    dan reliabilitas, untuk itu kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba di lapangan.

    2. Data kohort tentang kematian perinatal dan data audit maternal perinatal.

  • 44

    3.8 Validitas dan Reliabilitas

    3.7.1 Validitas

    Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

    mengukur apa yang diukur (Soekidjo, 2005: 129).

    3.7.2 Reliabilitas

    Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

    pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Soekidjo, 2005: 133).

    Reliabilitas menunjukkan bahwa pada suatu pengertian bahwa instrumen

    cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena

    instrumen tersebut cukup baik (Suharsimi, 2002:154). Metode pengujiannya

    menggunakan rumus alpha memakai program SPSS versi 16 for Windows.

    3.9 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

    Adapun langkah-langkah dalam pengolahan dan analisis data pada

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

    3.8.1 Editing

    Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih dahulu. Data atau

    keterangan yang telah dikumpulkan, dicatat dalam record book. Daftar pertanyaan

    ataupun pada lembar jawaban perlu dibaca sekali lagi dan diperbaiki jika

    dirasakan masih ada kesalahan dan keraguan data.

  • 45

    3.8.2 Koding

    Data yang dikumpulkan dapat berupa angka, kalimat pendek atau panjang.

    Sehingga dengan demikian untuk memudahkan analisis, maka jawaban-jawaban

    tersebut perlu diberi kode.

    3.8.3 Entri

    Data yang telah diberi kode tersebut kemudian dimasukkan dalam

    program komputer (SPSS versi 16) untuk selanjutnya akan diolah.

    3.8.4 Analisis Data

    Analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik

    sebagai berikut:

    3.8.4.1 Analisis Univariat

    Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel, yaitu variabel bebas

    dan variabel terikat. Hasil analisis ini berupa distribusi dan prosentase pada setiap

    variabel.

    3.8.4.2 Analisis Bivariat

    Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

    bebas dengan variabel terikat. Uji statistik yang digunakan yaitu chi-square (x2)

    dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05 dan Convidence Interval (CI) 95%. Analisis

    bivariat yang dilakukan untuk mengetahui analisis faktor ibu dan bayi yang

    berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun

    2010.

  • 46

    Untuk mengetahui estimasi risiko relatif, digunakan Ood Ratio (OR)

    dengan tabel 2x2 dan rumus sebagai berikut:

    (OR) = {α /(α + b) : b /(α + b)}/{c/(c + d) : d /(c + d)}

    = a/b:c/d = ad/bc

    Keterangan:

    a. Kasus yang mengalami paparan

    b. Kasus yang tidak terpapar

    c. Kontrol yang terpapar

    d. Kontrol yang tidak terpapar

  • 47

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    4.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Batang

    4.1.1 Keadaan Geografi Kabupaten Batang

    Kabupaten Batang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang

    berada di jalur pantura Pulau Jawa, terletak pada antara 60

    51”46’’ dan 7011’47’’

    Lintang Selatan dan antara 1090

    40’’19” dan 1100

    03”06’’ Bujur Timur. Batas-

    batas wilayah Kabupaten Batang adalah sebagai berikut :

    Sebelah Utara : Laut Jawa

    Sebelah Timur : Kabupaten Kendal

    Sebelah Selatan : Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo

    Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan dan Kota Pekalongan

    Luas wilayah Kabupaten Batang sebesar 788,64 km2

    terdiri dari 15

    kecamatan dan 248 desa/ kelurahan. Daerah terluas adalah Kecamatan Subah

    dengan luas 83,52 km2, atau sekitar 10,59% dari luas total Kabupaten Batang,

    sedangkan Kecamatan Warungasem merupakan daerah yang luasnya paling kecil

    di Kabupaten Batang, yaitu seluas 23,55 km2 atau sekitar 2,99%.

    4.1.2 Sarana Pelayanan Kesehatan

    Sarana kesehatan di Kabupaten Batang yang terbanyak adalah posyandu,

    polindes, dan puskesmas pembantu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

    4.1 sebagai berikut:

    47

  • 48

    Tabel 4.1 Data Sarana Kesehatan Puskesmas dan Dinas kesehatan

    Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2008

    4.1.3 Angka Kejadian Kematian Bayi Selama Empat Tahun Terakhir

    Jumlah kematian perinatal Kabupaten Batang dari tahun 2005 sampai

    tahun 2008 selalu mengalami kenaikan. Jumlah tersebut dapat dilihat pada tabel

    4.2 berikut:

    Tabel 4.2 Angka Kejadian Kematian Bayi Selama Empat Tahun Terakhir

    No. Tahun Angka Kematian Bayi

    1. 2005 12,85 per 1000 kelahiran hidup

    2. 2006 14,86 per 1000 kelahiran hidup

    3. 2007 17, 38 per 1000 kelahiran hidup

    4. 2008 21,30 per 1000 kelahiran hidup

    Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2008

    No. Jenis Sarana Jumlah

    1. Rumah Sakit 1

    2. Puskesmas Rawat Jalan 16

    3. Puskesmas Rawat Inap 5

    4. Puskesmas Pembantu 44

    5. Posyandu

    a. Pratama

    b. Madya

    c. Purnama

    d. Mandiri

    443

    152

    540

    18

    6. Gedung Farmasi 1

    7. Polindes 143

    8. Rumah Bersalin 2

    9. Balai Pengobatan 1

    10. Apotik 10

    11. Toko Obat 7

    12. Puskesling 24

  • 49

    4.1.4 Data Kematian Neonatal Berdasarkan Wilayah Puskesmas

    Kematian neonatal tersebar di 21 puskesmas yang ada di wilayah

    Kabupaten Batang. Adapun data kematian neonatal, lahir mati, dan lahir hidup

    tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:

    Tabel 4.3 Data Kematian Neonatal, Lahir Mati dan Lahir Hidup

    Berdasarkan Puskesmas Tahun 2009

    No. Puskesmas Lahir

    Mati

    Lahir

    Hidup

    Mati

    Umur < 1

    Minggu

    Mati

    Umur 1

    Minggu –

    1 Bulan

    1. Wonotunggal 11 557 10 0

    2. Bandar I 10 697 9 2

    3. Bandar II 2 288 5 2

    4. Blado I 7 491 3 0

    5. Blado II 4 201 4 1

    6. Reban 2 627 9 0

    7. Bawang 5 826 16 0

    8. Tersono 1 630 5 0

    9. Gringsing I 9 803 3 0

    10. Gringsing II 1 253 3 0

    11. Limpung 8 583 4 1

    12. Banyuputih 6 472 5 1

    13. Subah 6 722 9 1

    14. Pecalungan 5 483 2 1

    15. Tulis 2 632 11 0

    16. Kandeman 7 824 6 3

    17. Batang I 9 528 7 0

    18. Batang II 11 543 11 1

    19. Batang III 5 469 6 1

    20. Batang IV 6 443 3 0

    21. Warungasem 7 770 4 1

    Total 124 11842 135 15

    Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Btang Tahun 2009

    4.1.5 Karakteristik Penyebab Kematian Bayi di Kabupaten Batang

    Penyebab kematian bayi di Kabupaten Batang tahun 2009 diantaranya

    disebabkan oleh BBLR 53 (10,52%), asfiksia 73 (0,61%), cacat bawaan 19

    (0,16%), dan lain-lain 60 (0,050%) dengan tempat kejadian di rumah sakit dan di

    puskesmas atau di rumah, dan 124 mengalami lahir mati.

  • 50

    4.2 Hasil Penelitian

    4.2.1 Analisis Univariat

    Analisis univariat dilakukan terhadap variabel-variabel penelitian. Pada

    analisis ini akan menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap-tiap

    variabel yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten

    Batang tahun 2010.

    4.2.1.1 Distribusi Responden menurut Umur Ibu

    Umur ibu waktu terjadi kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori

    yaitu umur yang berisiko tinggi (< 20 dan > 35) dan umur yang tidak berisiko

    rendah (20 - 35 tahun) terhadap kematian perinatal. Distribusi umur ibu dengan

    kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

    Tabel 4.4 Distribusi Responden menurut Umur Ibu

    No. Umur Ibu Frekuensi Prosentase (%)

    1. Risiko tinggi (35 th) 29 31%

    2. Risiko rendah (20 – 35 tahun) 65 69%

    Total 94 100%

    Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa prosentase pada kelompok

    kasus yang melahirkan pada umur risiko tinggi sebanyak 29 responden (31 %),

    sedangkan yang melahirkan dengan umur yang memiliki risiko rendah sebanyak

    65 responden (69%). Dari hasil penelitian umur ibu yang paling muda adalah 17

    tahun dan yang paling tua adalah 42 tahun.

    4.2.1.2 Distribusi Responden menurut Pendidikan Ibu

    Pendidikan ibu dengan kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori

    yaitu berpendidikan rendah (

  • 51

    Distribusi pendidikan ibu dengan kematian perinatal dapat dilihat pada tabel

    4.5 berikut:

    Tabel 4.5 Distribusi Responden menurut Pendidikan Ibu

    No. Pendidikan Ibu Frekuensi Prosentase (%)

    1. Rendah 26 28%

    2. Tinggi 68 72%

    Total 94 100%

    Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan

    rendah sebanyak 26 responden (28%), sedangkan responden yang berpendidikan

    tinggi sebanyak 68 responden (72%). Responden yang berpendidikan paling

    rendah adalah tidak tamat SD, sedangkan yang paling tinggi adalah tingkat

    perguruan tinggi.

    4.2.1.3 Distribusi Responden menurut Pengetahuan Ibu

    Pengetahuan ibu pada kematian perinatal dibagi menjadi dua yaitu

    pengetahuan tinggi (skor ≥17) dan pengetahuan rendah (skor

  • 52

    4.2.1.4 Distribusi Responden menurut Paritas

    Paritas responden terhadap kejadian kematian perinatal dibagi menjadi

    dua kategori yaitu paritas yang berisiko terhadap kematian perinatal (1 atau ≥5)

    dan paritas yang tidak berisiko terhadap kematian perinatal (2 - 4). Distribusi

    paritas terhadap kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :

    Tabel 4.7 Distribusi Responden menurut Paritas

    No. Paritas Frekuensi Prosentase (%)

    1. Berisiko (1 atau ≥5) 31 33%

    2. Tidak berisiko (2 – 4) 63 67%

    Total 94 100%

    Tabel 4.7 menunjukkan responden dengan paritas yang berisiko terhadap

    kematian perinatal sebanyak 31 responden (33%), sedangkan responden dengan

    paritas yang tidak berisiko sebanyak 63 responden (67%).

    4.2.1.5 Distribusi Responden menurut Jarak Antar Kelahiran

    Jarak antar kelahiran anak terakhir dengan anak sebelumnya dibagi

    menjadi dua yaitu jarak kelahiran yang berisiko (

  • 53

    yang melahirkan dengan jarak antar kelahiran yang tidak berisiko sebanyak 82

    responden (87%).

    4.2.1.6 Distribusi Responden menurut Penolong Persalinan

    Penolong persalinan pada kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori

    yaitu bukan tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan. Distribusi penolong

    persalinan pada kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :

    Tabel 4.9 Distribusi Responden menurut Penolong Persalinan

    No. Penolong Persalinan Frekuensi Prosentase (%)

    1. Bukan tenaga kesehatan 8 9%

    2. Tenaga kesehatan 86 91%

    Total 94 100%

    Tabel 4.9 menunjukkan bahwa responden yang penolong persalinannya

    bukan tenaga kesehatan sebanyak 8 responden (9%), sedangkan responden yang

    persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 86 responden (91%).

    Penolong persalinan bukan tenaga kesehatan terdiri dari dukun bayi dan bersalin

    sendiri. Sedangkan yang berasal dari tenaga kesehatan terdiri dari bidan dan

    dokter spesialis obstetri.

    4.2.1.7 Distribusi Responden menurut BBLR

    Berat badan lahir pada kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori,

    yaitu BBLR (BBL ≤2.500 gram) dan tidak BBLR (BBL >2.500 gram). Distribusi

    BBLR pada kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:

    Tabel 4.10 Distribusi Responden menurut BBLR

    No. BBLR Frekuensi Prosentase (%)