i
ANALISIS FAKTOR IBU DAN BAYI YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
KEMATIAN PERINATAL
DI KABUPATEN BATANG
TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
Ummul Mahmudah
NIM. 6450406534
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
2011
ii
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
September 2010
ABSTRAK
Ummul Mahmudah.
Analisis Faktor Ibu dan Bayi yang Berhubungan dengan Kejadian Kematian
Perinatal di Kabupaten Batang Tahun 2010,
VI + 74 halaman + 25 tabel + 2 gambar + 10 lampiran
Kematian perinatal adalah kematian janin pada usia kehamilan ≥28
minggu sampai dengan 7 hari pertama setelah bayi lahir dimana kematian
perinatal mempunyai kontribusi terbesar pada angka kematian bayi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor ibu dan bayi apa sajakah yang
berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang.
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan metode survei dengan
rancangan penelitian kasus kontrol (case control study). Populasi dalam penelitian
ini adalah semua bayi yang lahir mulai umur kehamilan ≥28 minggu atau lebih
dari tujuh hari yang tinggal di wilayah Kabupaten Batang. Kasus adalah semua
kejadian kematian perinatal yaitu bayi yang meninggal pada umur kehamilan
sudah mencapai 28 minggu sampai bayi berumur 7 hari. Sampel berjumlah 47
kasus dan 47 kontrol yang diperoleh dengan menggunakan teknik simple random
sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan
kuesioner dan data sekunder dari puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten
Batang. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan rumus
statistik uji chi-square (α = 0,05) dengan penentuan Odds Ratio (OR).
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang adalah pendidikan ibu
(p= 0,006, OR= 3,878), pengetahuan ibu (p= 0,013, OR= 2,843), paritas (p=
0,016, OR= 2,988), BBLR (p= 0,001, OR= 7,570), asfiksia (p= 0,001, OR=
2,270), dan kelainan kongenital (p= 0,003, OR= 2,205).
Saran yang diajukan adalah supaya ibu hamil aktif memeriksakan
kehamilan kepada pelayanan kesehatan yang tersedia.
Kata Kunci : Kematian Perinatal
Kepustakaan : 27 (1998 – 2009)
iii
Public Health Departement
Sport Science Faculty
Semarang State University
Semptember 2010
ABSTRACT
Ummul Mahmudah.
Analysis of Maternal and Infant Factors Related with Perinatal Mortality
Events in Batang Year 2010, VI + 74 pages + 25 tables + 2 figures + 10 appendices
Perinatal deaths are fetal deaths at ≥ 28 weeks gestation until the first
seven days after birth in which perinatal mortality has the largest contribution to
infant mortality. The purpose of this study is to determine what factors are the
mother and baby associated with the incidence of perinatal mortality in Batang.
This research is an analytical research with a survey method with case-
control study. The population in this study is that all babies born alive from age
more than seven days living in the area of Batang regency. Cases of perinatal
death are all occurrences of a baby who died at the age of 28 weeks of pregnancy
has reached up to 7 days old baby. The sample amounted to 47 cases and 47
controls obtained by using simple random sampling technique. The instrument
used in this study are primary data and secondary. Primary data were obtained
from interviews using questionnaires and secondary data from health centers and
the Health Department Batang. Data obtained in this study were analyzed using a
statistical formula chi-square test (α = 0.05) with determination of odds ratio
(OR).
The result showed that significant risk factors that related to perinatal
mortality evens are maternal education (p = 0.006, OR = 3.878), knowledge of
mother (p = 0.013, OR = 2.843), parity (p = 0.016, OR = 2.988), LBW (p= 0.001,
OR = 7.570), asphyxia (p= 0,001, OR= 2,270), and congenital abnormalities (p=
0,003, OR= 2,205).
Based on this research, the proposed suggestions for pregnant mothers to
actively seek prenatal care to available health services.
Keywords : Perinatal mortality
References : 27 (1998 – 2009)
iv
PENGESAHAN
Telah dipertahankan di hadapan panitia sidang ujian skripsi Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, skripsi atas nama Ummul
Mahmudah, NIM : 6450406534, dengan judul “Analisis Faktor Ibu dan Bayi yang
Berhubungan dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Tahun
2010”
Pada hari : Rabu
Tanggal : 19 Januari 2011
Panitia Ujian
Ketua Panitia, Sekretaris
Drs. H. Harry Pramono, M. Si Irwan Budiono, S. KM, M. Kes
NIP. 19591019 198503 1 001 NIP. 19771227 200501 1 001
Dewan Penguji Tanggal persetujuan
Ketua Penguji 1. dr. Arulita Ika Fibriana, M. Kes
NIP. 19740202 200112 2 001
Anggota Penguji 2. Widya Hary Cahyati, S.KM, M.Kes
(Pembimbing Utama) NIP. 19771227 200501 2 001
Anggota Penguji 3. dr. Anik Setyo Wahyuningsih
(Pembimbing Pendamping) NIP. 19740903 200604 2 001
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah
selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusanmu yang
lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap
(Q. S. Al Insyiroh: 7 - 8).
Orang yang memiliki banyak ilmu maka ia lebih kaya dari pada banyak harta, dan
orang yang mewariskan ilmu kepada sesamanya maka ia lebih tinggi dari pada
mewariskan emas perhiasannya (penulis).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayahanda (Bp. Tjahjono) dan ibunda
(Ibu Titik Murdiesti) tercinta yang
selalu menyayangi dan mengasihi ananda
2. Kakak (Arief Mufti. M) dan adikku
tersayang (A. Fahmi Huda),
3. Almamaterku Universitas Negeri
Semarang, khususnya Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan dan hidayah-Nya
sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Faktor Ibu dan Bayi Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Tahun 2010” dapat
terselesaikan. Penyelesaian skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang.
Keberhasilan penyelesaian penelitian sampai dengan tersusunnya skripsi
ini atas bantuan dari berbagai pihak, dengan rendah hati disampaikan terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Drs. Harry
Pramono, M. Kes., atas ijin penelitian.
2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang, dr. H. Mahalul Azam, M. Kes., atas persetujuan
penelitian.
3. Pembimbing I, Widya Hary Cahyati, SKM, M. Kes., atas bimbingannya dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Pembimbing II, dr. Anik Setyo Wahyuningsih, atas bimbingannya dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dan ibu dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat atas bekal ilmu
pengetahuan yang diberikan selama di bangku kuliah.
vii
6. Seluruh staff TU FIK UNNES yang telah membantu dalam segala urusan
administrasi dan surat perijinan penelitian.
7. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Batang, Ir.
Johan Rudi Widhianto,M.Si., dalam urusan perijinan penelitian.
8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang, Dr. H. Budi Utomo Raharjo
beserta staf dan jajarannya atas bantuan dalam urusan perijinan penelitian.
9. Kepala Puskesmas Kabupaten Batang beserta staf dan jajarannya atas
kerjasama dalam urusan perijinan dan pelaksanaan penelitian.
10. Masyarakat Kabupaten Batang atas bantuan dan kerjasamanya dalam
pelaksanaan penelitian.
11. Ayah (Bp. Tjahjono), ibunda (Ibu Titik Murdiesti), kakak (Arief Mufti. M),
serta adik (Ahmad Fahmi Huda) tercinta yang telah memberi dorongan dan
bantuan baik materiil maupun spiritual.
12. Mas Huda yang telah tulus ikhlas memberi dorongan lahir dan batin saat
semangat ini sudah mulai hilang.
13. Teman-teman Wisma Mutiara dan teman-teman seperjuangan (Hani, Devi,
Aci, Eva dan Dwi) yang selalu menghibur serta membantu sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu segala kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan dalam laporan ini sangat
diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Semarang, September 2010
Penyusun
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
ABSTRACT .................................................................................................... iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7
1.5 Keaslian Penelitian ..................................................................................... 8
1.6 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 11
2.1 Defini Kematian Perinatal .......................................................................... 11
2.2 Penyebab Kematian Perinatal .................................................................... 12
2.3 Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kematian Bayi. ....................... 14
2.4 Kerangka Teori........................................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 33
3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 33
3.2 Variabel Penelitian ..................................................................................... 34
3.3 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 35
3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran .............................................. 37
ix
3.5 Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................. 38
3.6 Populasi dan Sampel .................................................................................. 39
3.7 Instrumen Penelitian................................................................................... 43
3.8 Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... 44
3.9 Teknik Pengolahan Data ............................................................................ 44
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 47
4.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Batang .......................................... 48
4.2 Hasil Penelitian .......................................................................................... 50
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 62
5.1 Pembahasan ................................................................................................ 62
5.2 Hambatan dan keterbatasan penelitian ....................................................... 71
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 73
6.1 Simpulan .................................................................................................... 73
6.2 Saran ........................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 75
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Keaslian Penelitian ..................................................................................... 8
1.2 Matriks Perbedaan Penelitian ..................................................................... 9
2.1 Skor APGAR .............................................................................................. 21
3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ............................... 37
4.1 Data Sarana Kesehatan Puskesmas dan Dinas Kesehatan ........................ 48
4.2 Angka Kejadian Kematian Bayi Selama Empat Tahun Terakhir ............. 48
4.3 Data Kematian Neonatal, Lahir Mati, dan Lahir Hidup Berdasarkan
Puskesmas Tahun 2009………………...………………………………… 49
4.4 Distribusi Responden menurut Umur Ibu ................................................. 50
4.5 Distribusi Responden menurut Pendidikan Ibu.......................................... 51
4.6 Distribusi Responden menurut Pengetahuan Ibu ....................................... 51
4.7 Distribusi Responden menurut Paritas ....................................................... 52
4.8 Distribusi Responden menurut Jarak Antar Kelahiran............................... 52
4.9 Distribusi Responden menurut Penolong Persalinan ................................. 53
4.10 Distribusi Responden menurut BBLR ..................................................... 53
4.11 Distribusi Responden menurut Asfiksia .................................................. 54
4.12 Distribusi Responden menurut Kelainan Kongenital ............................... 54
4.13 Tabulasi Silang Antara Umur Ibu dengan Kematian Perinatal ................ 55
4.14 Tabulasi Silang Antara Pendidikan Ibu dengan Kematian Perinatal ....... 56
4.15 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Ibu dengan Kematian Perinatal ..... 57
4.16 Tabulasi Silang Antara Paritas dengan Kematian Perinatal ..................... 57
4.17 Tabulasi Silang Antara Jarak Antar Kelahiran dengan Kematian Perinatal 58
4.18 Tabulasi Silang Antara Penolong Persalinan dengan Kematian Perinatal 59
4.19 Tabulasi Silang Antara BBLR dengan Kematian Perinatal ..................... 59
4.20 Tabulasi Silang Antara Asfiksia dengan Kematian Perinatal .................. 60
4.21 Tabulasi Silang Antara Kelainan Kongenital dengan Kematian Perinatal 61
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Teori........................................................................................... 32
3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 33
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Keterangan Pembimbing ....................................................................
2. Surat Ijin Penelitian 1 ...................................................................................
3. Surat Ijin Penelitian 2 ...................................................................................
4. Surat Keterangan Penelitian .........................................................................
5. Kuesioner Penelitian ....................................................................................
6. Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................................
7. Identitas Responden .....................................................................................
8. Hasil Penelitian ............................................................................................
9. Analisis Hasil Penelitian ..............................................................................
10. Dokumentasi Penelitian .............................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa diukur
dengan menentukan tingggi rendahnya angka kematian ibu dan perinatal dalam
100.000 persalinan hidup, namun pada kenyataannya angka kematian perinatal
masih tinggi. Angka tersebut sesungguhnya dapat dihindari dengan cara
memberikan pelayanan kesehatan terutama pada pertolongan pertama persalinan
(Manuaba, 1998: 15).
Pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk mencapai kemampuan
hidup sehat bagi setiap penduduk, yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan
yang optimal. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, pemerintah telah
melakukan berbagai upaya pembangunan di bidang kesehatan dengan prioritas
antara lain pada perbaikan tingkat kesehatan ibu dan anak. Angka Kematian Bayi
(AKB) merupakan indikator yang lazim digunakan sebagai indeks pembangunan
ekonomi, indikator kualitas hidup, dan komponen utama penentu angka harapan
hidup suatu masyarakat. Bayi sebagai manusia yang baru lahir merupakan
kelompok umur yang sangat rentan terhadap ketidakseimbangan berbagai faktor
seperti faktor lingkungan dan sistem perawatan (Asnawi, 2005 dalam Ambarwati,
2007).
Kematian perinatal adalah jumlah lahir mati dan kematian bayi dalam 7
hari pertama dalam hidupnya. Sedangkan yang disebut angka kematian perinatal
1
2
adalah jumlah kematian perinatal dikalikan 1.000 kemudian dibagi jumlah bayi
lahir-hidup dan lahir-mati pada tahun yang sama (Wiknjosastro, 2006: 786).
Pada tahun 2000, lebih dari 6.300.000 kematian perintal terjadi di seluruh
dunia, dimana 75% kematian terjadi di negara-negara berkembang (WHO, 2006:
5). Angka kematian di Indonesia secara umum dari tahun ke tahun terjadi
penurunan. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) pada tahun
2007 diperoleh estimasi Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 34 per
1.000 kelahiran hidup. Hasil pengukuran angka SKDI tahun 2007 tersebut
diperoleh AKB untuk periode tahun 2003-2007. Angka tersebut sedikit lebih
menurun dibandingkan dengan tahun 2006 dari hasil pengukuran tahun 2002-
2003 yaitu sebebsar 35 per 1000 kelahiran hidup. Kecenderungan penurunan
AKB tersebut dapat dipengaruhi oleh pemerataan pelayanan kesehatan berikut
fasilitasnya (Profil Kesehatan Indonesia, 2008: 26).
Angka kematian perinatal di Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena
belum ada survey yang menyeluruh. Angka yang ada ialah angka kematian
perinatal di rumah sakit-rumah sakit besar yang pada umumnya berkisar antara
77,3 sampai 137,7 per 1.000 kelahiran hidup. Angka-angka tersebut dapat lebih
tinggi daripada kenyataan sebenarnya karena rumah sakit sebagai referral hospital
untuk daerahnya menampung kasus-kasus dalam keadaan darurat di daerah itu
(Wiknjosastro, 2006: 785).
Namun terdapat pendapat lain yang menyebutkan bahwa angka kematian
perinatal di Indonesia sebesar 460 per 100.000 setiap tahunnya. Banyak faktor
yang mempengaruhi angka tersebut, antara lain penyakit dan perkembangan
kesehatan ibu dan janin serta semua hal yang berkaitan dengan pelayanan
3
kesehatan baik langsung maupun tidak langsung (Manuaba dalam Ambarwati,
2007: 3).
Angka kematian bayi di Propinsi Jawa Tengah tahun 2006 dalam kurun
waktu satu tahun sebesar 11,03 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini meningkat
dibandingkan pada tahun 2007 yaitu 10,48 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan
tahun 2008 kembali mengalami penurunan sebesar 9,17% per 1.000 kelahiran
hidup. Apabila dibandingkan dengan target yang diharapkan dalam MDG (
Millenium Development Goals) ke-4 tahun 2010 yaitu 17 per seribu kelahiran
hidup, berarti angka kematian bayi di Propinsi Jawa Tengah sudah di bawah
angka tersebut (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2008).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ambarwati pada tahun
2007 hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas 95%, riwayat sakit
95%, kelengkapan pemeriksaan antenatal 95%, rujukan 95% dengan kejadian
kematian perinatal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya empat faktor
(paritas, riwayat sakit, kelengkapan pemeriksaan antenatal dan rujukan) yang
mempengaruhi kejadian kematian perinatal di wilayah kerja Puskesmas Rembang
Kabupaten Purbalingga (Ambarwati, 2007: 52).
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Zubaidah pada tahun 2005
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara komplikasi kehamilan,
komplikasi persalinan, asfiksia, dan BBLR terhadap kejadian kematian perinatal.
Tidak ada hubungan variabel pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status keluarga, dan
umur ibu terhadap kejadian kematian perinatal (Zubaidah, 2005).
Di wilayah Jawa Tengah, Kabupaten Batang termasuk salah satu
kabupaten dengan jumlah kematian bayi yang tinngi. Angka kematian bayi di
4
Kabupaten Batang selalu mengalami kenaikan selama empat tahun terakhir..
Gambaran mengenai penyebab secara langsung kematian bayi di Kabupaten
Batang pada tahun 2005 sebesar 12,85 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan pada
tahun 2006 naik menjadi 14,86 per 1.000 kelahiran hidup, dan angka kematian
bayi pada tahun 2007 mengalami kenaikan lagi menjadi 17,38 per 1.000 kelahiran
hidup, sedangkan pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 21,30 per 1.000
kelahiran hidup. Berdasarkan data dari Kabupaten Batang pada tahun 2009,
kematian sebesar 198 kasus, dimana 135 kasus kematian perinatal, 15 kasus
kematian neonatal, 48 kasus kematian bayi 1-12 bulan. Kematian bayi tersebut
tersebar di 21 puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Batang. Penyebab
kematian bayi pada tahun 2008 dan 2009 hampir sama, yaitu kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang cara pembuatan dan penggunaan metode
kanguru yang sederhana dan tepat guna, serta belum terampilnya petugas
kesehatan dalam manajemen asfiksia dan BBLR. Yang dimaksud dengan metode
kangguru yang sederhana dan tepat guna yaitu malalui skin to skin, dimana kulit
bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu, dan dengan pembuatan boks
menyerupai inkubator. Bagi petugas kesaehatan khusunya bidan hendaknya sudah
mengikuti manajemen asfiksia dan BBLR, yaitu suatu program pemerintah yang
berupa pelatihan tentang penanggulangan bagi bayi asfiksia dan BBLR (DKK
Batang, 2009).
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik melakukan
penelitian mengenai “Analisis faktor ibu dan bayi yang berhubungan dengan
kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010”.
5
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Permasalahan Umum
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang
dapat diangkat dalam penelitian ini adalah faktor ibu dan bayi apa sajakah yang
berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun
2010?.
1.2.2 Permasalahan Khusus
Adapun masalah khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Adakah hubungan antara umur ibu dengan kejadian kematian perinatal
di Kabupaten Batang tahun 2010?
2. Adakah hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian kematian
perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?
3. Adakah hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian kematian
perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?
4. Adakah hubungan antara paritas dengan kejadian kematian perinatal
di Kabupaten Batang tahun 2010?
5. Adakah hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian kematian
perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?
6. Adakah hubungan antara penolong persalinan dengan kejadian
kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?
7. Adakah hubungan antara BBLR dengan kejadian kematian perinatal di
Kabupaten Batang tahun 2010?
6
8. Adakah hubungan antara asfiksia dengan kejadian kematian perinatal
di Kabupaten Batang tahun 2010?
9. Adakah hubungan antara kelainan kongenital dengan kejadian
kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor ibu dan bayi yang berhubungan dengan kejadian
kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan antara umur ibu dengan kejadian
kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
2. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian
kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
3. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian
kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
4. Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian kematian
perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
5. Untuk mengetahui hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian
kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
6. Untuk mengetahui hubungan antara penolong persalinan dengan
kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
7
7. Untuk mengetahui hubungan antara BBLR dengan kejadian kematian
perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
8. Untuk mengetahui hubungan antara asfiksia dengan kejadian kematian
perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
9. Untuk mengetahui hubungan antara kelainan kongenital dengan
kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Batang
Memberikan informasi mengenai faktor ibu dan bayi yang berhubungan
dengan kematian perinatal, sehingga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan
dalam perencanaan dan evaluasi pelaksanaan program Dinas Kesehatan
Kabupaten selanjutnya, khususnya bidang KIA.
1.4.2 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Memberikan tambahan pustaka tentang penyebab kematian perinatal.
1.4.3 Bagi Peneliti
Menambah wawasan dalam melakukan penelitian yang berhubungan
dengan kesehatan ibu dan anak.
1.5 Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian merupakan matriks yang memuat tentang judul
penelitian, nama peneliti, tahun dan tempat penelitian, rancangan penelitian,
variabel yang diteliti, dan hasil penelitian.
8
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Judul/Peneliti/
Lokasi Penelitian
Tahun Desain Variabel Hasil
Beberapa faktor
yang berhubungan
dengan kejadian
kematian perinatal
di Kabupaten
Kulon Progo/
Suparjono/ Kulon
Progo.
2003 Case
control
Variabel bebas :
umur ibu,
pendidikan ibu,
paritas ibu, jarak
antar kelahiran,
perawatan
antenatal, penolong
persalinan,
keterjangkauan
tempat tinggal ke
pelayanan
kesehatan.
Variabel terikat :
kejadian kematian
perinatal.
Ada hubunngan
antara umur ibu
(p=0,004:OR=3,97),
pendidikan ibu
(p=0,013;OR= 3,97),
dan perawatan
antenatal
(p=0,004:OR=3,046)
dengan kejadian
kematian perinatal.
Hubungan antara
karakteristik ibu
dan pelayanan
kesehatan dengan
kejadian kematian
perinatal di
Kecamatan
Rembang
Kabupaten
Purbalingga tahun
2006/ Ambarwati/
Purbalingga.
2006 Case
control
Variabel bebas:
umur ibu,
pendidikan, paritas,
riwayat sakit,
kelengkapan
pemeriksaan
antenatal, penolong
persalinan, rujukan.
Variabel terikat:
kematian perinatal
Ada hubungan
antara paritas
(p=0,037
OR=4,600), riwayat
sakit (p=0,049
OR=3,769),
kelengkapan
pemeriksaan
antenatal (p=0,029
OR=4,037, dan
rujukan (p=0,002
OR=7,480) dengan
kejadian kematian
perinatal
9
1.5.1 Perbedaan Penelitian
Tabel 1.2 Matriks Perbedaan Penelitian
Perbedaan Suparjono Ambarwati Ummul
Mahmudah
Judul
penelitian
Beberapa faktor yang
berhubungan dengan
kejadian kematian
perinatal di
Kabupaten Kulon
Progo.
Hubungan antara
karakteristik ibu dan
pelayanan kesehatan
dengan kejadian
kematian perinatal di
Kecamatan Rembang
Kabupaten Purbalingga
tahun 2006
Analisis faktor ibu
dan bayi yang
berhubungan dengan
kejadian kematian
perinatal di
Kabupaten Batang
Tahun 2010.
Tahun dan
tempat
penelitian
2003, Kabupaten
Kulon Progo
2006, Kecamatan
Rembang Kabupaten
Purbalingga
2010, Kabupaten
Batang
Variabel
penelitian
Variabel bebas :
umur ibu, pendidikan
ibu, paritas ibu, jarak
antar kelahiran,
perawatan antenatal,
penolong persalinan,
keterjangkauan
tempat tinggal ke
pelayanan kesehatan.
Variabel terikat :
kejadian kematian
perinatal.
Variabel bebas : umur
ibu, pendidikan, paritas,
riwayat sakit,
kelengkapan
pemeriksaan
antenatal, penolong
persalinan, rujukan.
Variabel terikat:
kematian perinatal.
Variabel bebas:
umur ibu,
pengetahuan ibu,
pendidikan ibu,
paritas, jarak antar
kehamilan,
penolong
persalinan, BBLR,
asfiksia, kelainan
kongenital
Variabel terikat :
kematian perinatal
Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terdapat perbedaaan
variabel bebas yang diteliti (pengetahuan ibu, BBLR, dan kelainan kongenital).
10
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1 Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Batang.
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni – Juli tahun 2010.
1.6.3 Ruang Lingkup Materi
Penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan masyarakat,
khususnya dalam kajian epidemiologi tentang kematian perinatal.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kematian Perinatal
Menurut Abdul Basri dalam Ambarwati (2006), istilah kematian perinatal
pertama kali didefinisikan oleh seorang dokter ahli kesehatan anak berkebangsaan
Jerman yaitu Pfaundler pada tahun 1936. Menurutnya, periode perinatal
merupakan interval waktu sebelum, selama, dan sesudah saat kelahiran yang
ditandai dengan kematian janin dan bayi baru lahir. Sementara itu seorang dokter
ahli kesehatan anak berkebangsaan Austria Peller pada tahun 1965 menyatakan
bahwa lahir mati dan kematian pada minggu pertama kehidupan dapat dianalisis
secara statistik dan epidemiologis untuk menentukan penyebab kematian yang
diduga sangat komplek dan multifaktor dengan tingkat pola yang bervariasi
perbedaannya (Ambarwati, 2007: 1).
Kelahiran mati ialah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah
mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama
dengan 1.000 gram). Kematian perinatal dini adalah (early neonatal death) ialah
kematian bayi dalam 7 hari pertama kehidupannya. Sedangkan yang disebut
kematian perinatal (perinatal mortality) ialah jumlah bayi lahir mati dan kematian
bayi dalam 7 hari pertama sesudah lahir (Wiknjosastro, 2006: 786).
Angka kematian perinatal ialah jumlah kematian perinatal dikalikan 1.000
dan kemudian dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati pada tahun
yang sama. Perlu diperhatikan bahwa dalam definisi tersebut, WHO
11
12
menganjurkan untuk kelahiran hidup dan kelahiran mati berat badan minimum
adalah 1.000 gram (Wiknjosastro, 2006: 786).
2.2 Penyebab Kematian Perinatal
Angka kematian perinatal dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai
tingkat keberhasilan pelayanan kesehatan pada masa perinatal. Perbaikan dalam
angka kematian perinatal dapat dicapai dengan pemberian pengawasan antenatal
untuk semua wanita hamil dan dengan menemukan dan memperbaiki faktor-
faktor yang mempengaruhi keselamatan janin dan neonatus. Untuk mengetahui
sebab kematian kematian perinatal diperlukan tindakan bedah mayat. Tetapi
bedah mayat sangat susah dilakukan di Indonesia, sehingga kematian janin dan
neonatus hanya didasarkan pada pemeriksaan klinik dan laboratorium
(Wiknjosastro, 2006: 787).
Penyebab kematian perinatal di beberapa rumah sakit di Indonesia
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kematian perinatal tidak
banyak berbeda, yaitu faktor yang disebabkan oleh ibu dan faktor yang
disebabkan oleh bayi.
2.2.1 Faktor Ibu yang Memperbesar Risiko Kematian Perinatal (High Risk
Mother).
1. Status sosial ekonomi yang rendah
2. Tingkat pendidikan ibu yang rendah
3. Umur ibu lebih dari 30 tahun atau kurang dari 20 tahun
4. Paritas pertama dan paritas ke lima atau lebih
13
5. Tinggi badan ibu dan berat badan ibu (pengaruh kedua fator ini pada
angka kematian perinatal di beberapa rumah sakit di Indonesia tidak
jelas).
6. Kehamilan di luar perkawinan
7. Gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan
8. Ibu dengan anamnesis kehamilan dan persalinan yang sebelumnya
yang tidak baik, misalnya kehamilan dan persalinan berakhir dengan
kematian janin, kematian bayi dini, atau kelahiran bayi berat lahir
rendah.
2.2.2 Faktor Bayi yang Mempertinggi Kematian Perinatal (High Risk
Infans).
1. Bayi yang lahir dari kehamilan yang bersifat high risk
2. Bayi yang berat badan lahir kurang dari 2.500 gram
3. Bayi yang berat lahir lebih dari 4.000 gram
4. Bayi yang dilahirkan kurang dari 37 minggu dan lebih dari 42 minggu
5. Bayi yang berat badan lahir kurang dari berat badan lahir menurut
masa kehamilannya (small for gestational age)
6. Bayi yang nilai APGARnya kurang dari 7
7. Bayi yang lahir dengan infeksi intrapartum, trauma kelahiran, atau
kelainan kongenital
8. Bayi yang lahir dalam keluarga yang mempunyai problema sosial
(perceraian, perkawian dengan lebih dari satu istri, dan perkawinan
tidak sah) (Winkjosastro, 2006: 788).
14
2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kematian Bayi
2.3.1 Faktor Ibu
2.3.1.1 Status Ekonomi
Faktor sosial ekonomi tidak berpengaruh langsung terhadap terjadinya
kematian bayi, tetapi sosial ekonomi yang buruk akan mempengaruhi seseorang
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dan gizi yang baik selama kehamilan.
Keadaan sosial ekonomi yang rendah sering dihubungkan dengan malnutrisi dan
bermacam-macam penyakit infeksi seperti malaria, cacingan, dan tuberkulosis
(Manuaba, 1998).
2.3.1.2 Tingkat Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan ibu tidak berpengaruh secara langsung terhadap
kematian bayi, akan tetapi akan berpengaruh terhadap kesadaran ibu dalam
memanfaatkan sarana kesehatan, frekuensi pemeriksaan kehamilan, dan
kewaspadaannya dalam menghadapi masalah-masalah kesehatan yang mungkin
dijumpai selama kehamilan. Tingkat pendidikan ibu juga bisa mempengaruhi
kepercayaan dan kebiasaan ibu, serta perhatian dan perawatan terhadap dirinya
dan bayinya (Manuaba, 1998). Hasil penelitian Simbolon (2006) menyatakan
bahwa probabilitas kelangsungan hidup bayi lebih tinggi pada bayi yang lahir dari
ibu yang berpendidikan tinggi yaitu sebesar 98,38%.
2.3.1.3 Umur Ibu
Umur yang dianjurkan Depkes RI (1999) untuk hamil dan persalinan yang
aman adalah pada rentang usia 20 tahun hingga usia 35 tahun. Pada usia kurang
dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun risiko terjadinya prematuritas dan
15
komplikasi kehamilan akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena pada
usia kurang dari 20 tahun kondisi ibu masih dalam masa pertumbuhan sehingga
mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan, sedangkan pada
usia lebih dari 35 tahun seorang ibu sudah mulai dihinggapi berbagai macam
penyakit ditambah dengan menurunnya kekuatan ibu untuk melakukan proses
persalinan bayi karena faktor usia maupun penyakit yang dideritanya (Manuaba,
1998: 36).
Raymond dkk (1994) menyatakan bahwa usia lanjut (≥35 tahun) akan
meningkatkan risiko untuk melahirkan bayi mati. Cattingius dkk (1993) juga
menyatakan bahwa umur ibu yang semakin lanjut (≥35 tahun) memiliki risiko
untuk melahirkan bayi kecil masa kehamilan (KMK). Hasil penelitian Adimoelja
(2004), pada periode 1 Januari 2002–31 Desember 2003 di Rumah Sakit Umum
Pusat Manado didapatkan angka kematian perinatal yang tinggi pada kelompok
umur < 20 tahun dan ≥ 40 tahun, masing-masing 67,34% dan 64,52%
(Ambarwati, 2006: 22).
2.3.1.4 Pengetahuan Ibu
Pengetahuan ibu memegang peranan penting untuk mewujudkan
kesehatan ibu dan bayi. Pengetahuan ibu diantaranya meliputi pengetahuan ibu
tentang kesehatan kehamilan, penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan,
pemeriksaan kehamilan yang harus dilakukan, dan imunisasi yang harus
dilakukan selama masa kehamilan (Manuaba, 1998: 20).
16
2.3.1.5 Paritas
Seorang ibu yang sudah mempunyai empat anak atau lebih dan menjadi
hamil lagi keadaan kesehatannya sudah tampak menurun dan sering mengalami
kurang darah (anemia). Selama hamil sering terjadi perdarahan jalan lahir dan
letak bayi sungsang atau melintang. Akibat keadaan tersebut maka persalinan
menjadi sulit dan lama, bahkan mengalami perdarahan dan infeksi. Paritas di atas
lima merupakan faktor risiko penyebab kematian perinatal (Manuaba, 1998: 333).
Menurut Lubis dalam Ambarwati menyatakan bahwa paritas berkaitan
dengan jumlah kelahiran yang dialami oleh seorang ibu. Jumlah kelahiran yang
berhubungan dengan terjadinya risiko kematian ibu adalah kelahiran lebih dari
empat. Kelahiran pertama pada umumnya mempunyai risiko relatif tinggi karena
dipengaruhi oleh kemungkinan adanya kelemahan atau kelainan-kelainan bawaan
dari ibu. Kelahiran ke dua dan ke tiga adalah yang paling kurang risikonya. Mulai
kelahiran keempat risiko kematian akan meningkat termasuk kelahiran-kelahiran
berikutnya (Lubis dalam Ambarwati, 2006: 22).
2.3.1.6 Jarak Antar Kelahiran
Pembatasan kelahiran dan membuat jarak kelahiran paling sedikit 2 tahun
baik untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, mengingat setiap kehamilan
membawa risiko kesehatan yang potensial untuk ibu, walaupun ibu tersebut
terlihat sehat dan berisiko rendah.
2.3.1.7 Hamil dengan Penyakit
Hamil disertai dengan penyakit yang sudah ada sebelum kehamilan dan
menjadi lebih berat karena pengaruh kehamilan itu, atau karena penyakit yang
17
timbul selama kehamilan itu sendiri. Penyakit yang menyertai antara lain penyakit
jantung, hipertensi, diabetes melitus, penyakit paru, infeksi, dan penyakit endokrin
(Wiknjosastro, 1999).
2.3.1.8 Hamil dengan Komplikasi
Beberapa wanita ada kemungkinan mengalami penyimpangan dalam
perjalanan kehamilannya. Komplikasi yang dapat dialami wanita hamil dibagi
sesuai masa kehamilannya yaitu pada kehamilan muda atau kehamilan trimester
ketiga (Manuaba, 1999).
2.3.1.9 Komplikasi Persalinan
Komplikasi dalam persalinan antara lain :
1) Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini yaitu pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan, dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda
persalinan. Makin lama periode laten makin besar kemungkinan
infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas, dan selanjutnya
meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau janin
dalam rahim (Manuaba, 1998: 228).
2) Pre-eklampsi / Eklampsi
Pre-eklampsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini
umumnya terjadi dalam triwulan ketiga kehamilan, tetapi dapat terjadi
sebelumnya. Pre-eklampsi dibagi dalam golongan ringan dan berat,
sedangkan eklampsi merupakan kelanjutan dari pre-eklampsi berat
18
ditambah dengan kejang atau koma yang dapat berlangsung mendadak
(Wiknjosastro, 2006: 241).
Pre-eklampsi dikatakan berat jika satu atau lebih tanda atau
gejala di bawah ini ditemukan :
(1) Tekanan sistolik ≥ 160 mm Hg atau lebih atau tekanan diastolik ≥
110 mm Hg atau lebih.
(2) Proteinuria lebih 5 g/ 24 jam 4 + pada pemeriksaan kualitatif.
(3) Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500cc/ 24 jam.
(4) Kenaikan kadar kreatinin plasma
(5) Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrium.
(6) Edema paru-paru atau sianosis.
(7) Trombositopenia berat, < 100.000 sel/mm3 atau penurunan
trombosit dengan cepat.
(8) Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat (Wiknjosastro,
2008: 545).
3) Kala II Tak Maju
Persalinan dengan syarat yang adekuat tidak menunjukkan
kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar faksi
selama 2 jam terakhir berakhir. Hal ini dapat meningkatkan kejadian
asfiksia dan Intra Uterine Fetal Distress (IUFD) (Muchtar, 1998).
19
4) Persalinan Lama
Persalinan pada primigravida (kehamilan pertama) umumnya
berlangsung dalam waktu 18-20 jam dan pada multigravida
(kehamilan lebih dari satu) selama 12-14 jam, mereka yang lebih lama
dari 24 jam disebut persalinan lama. Kontraksi rahim selama 24 jam
tersebut telah dapat mengganggu aliran darah menuju janin, sehingga
janin dalam rahim menjadi dalam situasi yang berbahaya (Manuaba,
1998: 292).
5) Perlukaan Kelahiran dalam Persalinan
Persalinan selalu memberikan perlukaan pada bayi akibat
kelahiran. Perlukaan ini diantaranya adalah cephalhematoma yang
terjadi akibat persalinan normal dan terutama pada persalinan dengan
cunam (Manuaba,1998: 320).
2.3.2 Faktor Bayi
2.3.2.1 Asfiksia Neonatorum
Asfiksia neonatorum menurut Manuaba (1998) merupakan suatu keadaan
bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan
O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam
kehidupan lebih lanjut. Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia, dan
berakhir dengan asidosis.
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi
20
berkurang. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah :
1. Faktor Ibu
- Preeklamsia dan eklamsia.
- Perdarahan abnormal.
- Partus lama atau partus macet.
- Demam selama persalinan.
- Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).
- Kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan ibu).
- Penyakit ibu.
2. Faktor Tali Pusat
- Lilitan tali pusat.
- Tali pusat pendek.
- Simpul tali pusat.
- Prolapsus tali pusat.
3. Faktor Bayi
- Bayi prematur (sebelum 37 minggu umur kehamilan).
- Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar).
- Kelainan bawaan (kongenital).
- Air ketuban bercampur mekonium (berwarna hijau) (JNPK-KR/POGI,
2007: 108).
Keadaan umum bayi dinilai satu menit setelah lahir dengan penggunaan
nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita
21
asfiksia atau tidak. Yang dinilai ialah frekuensi jantung (heart rate), usaha napas
(respiratory effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour), dan reaksi
terhadap rangsangan (response to stimuli). Skor APGAR biasanya dinilai satu
menit setelah bayi lahir yaitu pada saat bayi telah diberi lingkungan yang baik,
serta telah dilakukan penghisapan lendir dengan sempurna. Skor APGAR satu
menit pertama menunjukkan beratnya asfiksia yang diderita dan sebagai pedoman
untuk menentukan cara resusitasi, sedangkan skor APGAR yang dinilai setelah
lima menit bayi lahir mempunyai korelasi yang erat dengan morbiditas dan
mortalitas neonatal (Wiknjosastro, 1999). Adapun tabel skor APGAR adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Skor APGAR
0 1 2 NA
Apperance
(warna kulit)
Pucat Badan merah,
ekstremitas biru
Seluruh tubuh
kemerah-
merahan
Pulse Rate
(frekuensi nadi)
Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
Grimace
(reaksi rangsangan)
Tidak ada Sedikit gerakan
mimik (grimace)
Batuk/bersin
Activity
(tonus otot)
Tidak ada Ekstremitas dalam
sedikit fleksi
Gerakan aktif
Respiration
(pernapasan)
Tidak ada Lemah/tidak
teratur
Baik/menangis
Jumlah
Sumber : Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga Cetakan Keempat, 1999.
Catatan :
NA 1 menit lebih/sama dengan tidak perlu resusitasi
NA 1 menit 4 – 6 bag and mask ventilation
NA 1 menit 0 – 3 lakukan intubasi
22
Atas dasar pengalaman klinis asfiksia neonatorum dapat dibagi :
1) Vigorous baby, skor APGAR 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan
tidak memerlukan tindakan istimewa.
2) Mild moderate asfiksia (asfiksia sedang), skor APGAR 4-6. Pada
pemeriksaan fisik terlihat frekuensi jantung >100x/menit, tonus otot
kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.
3) Asfiksia berat, skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung
23
1. Klasifikasi Berdasarkan Berat Badan
Semua bayi yang lahir dengan berat badan yang sama atau kurang
dari 2.500 gram disebut bayi berat badan lahir rendah (BBLR),
dikelompokkan sebagai berikut :
1) Bayi berat badan lahir amat sangat rendah, yaitu bayi yang lahir
dengan berat badan lahir kurang dari 1.000 gram.
2) Bayi berat badan lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan
berat badan lahir kurang dari 1.500 gram.
3) Bayi berat badan lahir cukup rendah adalah bayi yang lahir dengan
berat badan 1.500 - 2.500 gram.
2. Klasifikasi Berdasarkan Umur Kehamilan
1) Bayi premature (preterm), adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan belum mencapai 37 minggu.
2) Bayi cukup bulan (aterm), adalah bayi yang lahir dengan umur 38-42
minggu.
3) Bayi lebih bulan (posterm), adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan lebih dari 42 minggu.
3. Klasifikasi Berdasarkan Umur dan Berat Badan
1) Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) atau small for gestation age
(SGA), yaitu bayi yang lahir dengan keterlambatan pertumbuhan
intrauterine dengan berat badan terletak di bawah persentil ke-10
dalam grafik pertumbuhan intrauterine.
24
2) Bayi sesuai untuk masa kehamilan (SMK) atau appropriate for
gestation age (AGA), yaitu bayi yang lahir dengan berat badan sesuai
dengan berat badan untuk masa kehamilan, yaitu berat badan terletak
antara persentil ke-10 dan ke-90 dalam grafik pertumbuhan
intrauterine.
3) Bayi besar untuk masa kehamilan atau large for gestation age (LGA),
yaitu bayi yang lahir dengan berat badan lebih besar untuk usia
kehamilan dengan berat badan terletak di atas persentil ke-90 dalam
grafik pertumbuhan intrauterin.
4) Prematuritas murni, adalah bayi yang mempunyai masa gestasi kurang
dari 37 minggu dengan berat badan sesuai dengan masa gestasinya
atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilannya (NKB-SMK).
5) Dismaturitas, adalah bayi lahir dengan berat badan lahir kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa gestasinya. Bayi mengalami
retardasi intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya (KMK) (Wiknjosastro, 2006: 781).
2.3.2.3 Kelainan Kongenital/ Bawaan
Kelainan yang tampak sejak lahir dalam bentuk berbagai gangguan
tumbuh kembang bayi baru lahir yang mencakup aspek fisik, intelektual, dan
kepribadian. Sedangkan anomali kongenital atau yang umum disebut kelainan
kongenital merupakan defek morfologis yang dijumpai sejak bayi lahir. Diagnosis
25
kelainan kongenital seringkali didasarkan atas ditemukannya kelainan pada
bentuk tubuh dan struktur organ janin (Wiknjosastro, 2008: 261).
Menurut Manuaba (1998), kelainan kongenital merupakan kelainan
pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pembuahan. Kelainan kongenital
merupakan penyebab terjadinya keguguran, lahir mati, atau kematian setelah
persalinan pada minggu pertama, dan dapat mencapai kehidupan yang lebih besar,
karena itu pada setiap kehamilan perlu melakukan pemeriksaan antenatal untuk
mengetahui kelainan kongenital diantaranya dengan pemeriksaan Ultra Sonografi
(USG), pemeriksaan air ketuban, dan pemeriksaan darah janin.
Faktor penyebab langsung kelainan kongenital seringkali sukar diketahui,
sekitar 40% tidak diketahui dengan pasti penyebabnya. Pertumbuhan embrional
dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: faktor genetik, kromosom,
infeksi, faktor ibu, faktor mekanik dan lingkungan, atau gabungan dari berbagai
faktor secara bersama-sama sehingga bersifat multifaktor. Kelainan kongenital
yang sering dijumpai antara lain :
1) Anensefali, tidak terbentuk otak/kepala janin sehingga bentuk janin
seperti kodok.
2) Kelainan fungsi jaringan organ tubuh : spina bifida, labioskizis,
palatoskizis, labiopalatoskizis.
3) Gangguan pembentukan alat tubuh : atresia ani, atresia vagina,
gangguan migrasi alat tubuh seperti migrasi testis.
4) Hipospadia adalah saluran kemih yang tidak terbentuk pada tempatnya,
biasanya di bagian bawah penis.
5) Atresia esophagus, adalah esophagus yang tidak terbentuk.
26
Dilihat dari pertumbuhan organ tubuh, kelainan kongenital dapat
digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu :
1) Gangguan pertumbuhan atau pembentukan organ, termasuk dalam
golongan ini adalah tidak terbentuknya organ atau sebagian organ.
2) Gangguan penyatuan atau fungsi jaringan tubuh, misalnya
labiognatopalatoskizis, spina bifida.
3) Gangguan diferensiasi organ, misalnya sindaktili dan ginjal tapal kuda.
4) Gangguan menghilangnya atau berkurangnya jaringan yang seharusnya
hilang pada pertumbuhan normal, misalnya hernia inguinalis persisten.
5) Gangguan invaginasi jaringan, misalnya atresia ani, atresia vagina.
6) Gangguan migrasi suatu alat, contohnya adalah testis tidak turun, mal
rotasi usus.
7) Gangguan pembentukan saluran, misalnya hipospadia, atresia esophagus
(Manuaba, 1998 : 322).
2.3.2.4 Infeksi Neonatorum
Mikroorganisme jarang melewati plasenta atau menembus amnion yang
intak (utuh). Dampak dari infeksi tergantung dari sifat organisme dan masa
kehamilan. Infeksi yang terjadi sangat dini dapat menyebabkan kematian janin,
aborsi, atau malformasi berat. Infeksi pada neonatus merupakan sebab yang
penting terhadap morbiditas dan mortalitas bayi. Lebih kurang 2% janin dapat
terinfeksi in utero dan 10% bayi baru lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam
bulan pertama kehidupan (Wiknjosastro, 2002).
27
Infeksi pada neonatus menurut Wiknjosastro (2007) dapat melalui
beberapa cara antara lain :
1. Infeksi intra uterine
Infeksi intra uterine yang banyak terjadi adalah infeksi
transplasenter melalui saluran darah. Secara teoritis dapat pula melalui
jalan lain, yaitu melalui :
1) Ruang peritoneum menuju tuba dan kemudian uterus
2) Dinding uterus yang mengalami infeksi
3) Naik ke atas dari vagina melalui kulit ketuban yang pecah ataupun
masih utuh dan melalui antara kulit ketuban dan dinding uterus.
Infeksi intra uterine oleh bakteri atau virus dapat berlangsung dengan
gejala atau tidak.
2. Infeksi selama partus
Sebagian akan berhubungan dengan bakteri atau toksinnya apabila
bayi melalui vagina. Bakteri yang ditemukan adalah stafilokokus, difteri,
bakteri an aerob, dan jarang E.coli. Flora di vagina akan berubah apabila
selama persalinan ibu diberikan antibiotika. Pemberian ampicillin akan
mematikan semua streptokokus, E.coli, dan proteus berkurang, sedangkan
klebsiella dan lain bakteri gram negatif akan masih tetap hidup dalam
jumlah besar.
Listeria monocytogenis dan gonokokus yang melekat pada luka
kronis di servik uteri dapat menumbuhkan infeksi yang berat pada bayi
waktu ia melalui jalan lahir tersebut. Ibu sebagai pembawa bakteri usus
28
yang patogen dapat memberikan infeksi pada bayinya dan ibunya sendiri
mungkin tidak menderita sakit.
3. Infeksi postnatal (bayi berada di luar kandungan)
Bayi sesudah lahir akan dipengaruhi oleh keadaan yang ada di
sekitarnya yang merupakan sumber infeksi, antara lain :
1) Tangan yang merawat bayi.
2) Alat-alat yang berhubungan dengan cairan : alat resusitasi, alat
pembantu pernafasan, isap lendir.
3) Minum dan obat-obatan yang kurang memperhatikan kebersihan.
4. Infeksi sebelum dan waktu lahir
Ibu yang sakit waktu hamil, bayi yang dilahirkan akan menderita
sakit pula. Banyak terjadi pada infeksi intra uterine, ibu tidak nampak
menderita sakit, diagnosis ibu baru ditemukan setelah bayi lahir abortus,
preterm atau meninggal waktu lahir. Infeksi yang terjadi baik sebelum
maupun waktu persalinan disebabkan oleh gonokokus, kandida albikan,
herpes virus hominis, bakteri usus, dan cytomegali. Infeksi bakteri yang
terjadi waktu bayi melalui jalan lahir, kadang-kadang dapat berkembang
menjadi sepsis yang berat, dapat menyebabkan kematian bayi dalam waktu
48 jam.
2.3.3 Faktor Pelayanan Kesehatan
2.3.3.1 Perawatan Antenatal
Pelaksanaan antenatal care sangat penting karena dapat memberikan
gambaran keadaan ibu hamil, janin dalam kandungan, dan kesejahteraan umum.
29
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik
untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan
pemantauan rutin selama kehamilan. Alasan penting untuk mendapatkan asuhan
antenatal, yaitu: membangun rasa percaya antara ibu dan petugas kesehatan,
terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi, memperoleh informasi dasar
tentang kesehatan ibu dan kehamilannya, mengidentifikasi kehamilan risiko
tinggi, dan memberikan pendidikan kesehatan yang deperlukan dalam menjaga
kualitas kehamilan (Wiknjosastro, 2008: 278).
Pemeriksaan kehamilan yang baik adalah apabila diperiksa pada tenaga
kesehatan yang terlatih sejak dini dan dilakukan secara teratur karena akan
terdeteksi masalah kesehatan dan implikasinya. Sesuai dengan anjuran Depkes RI
(1999), pada triwulan I (konsepsi tiga bulan) minimal 1 kali ibu memeriksakan
diri, triwulan II (4 – 6 bulan) minimal 1 kali, sedangkan triwulan III (7 – 9 bulan)
minimal 2 kali memeriksakan diri ke tenaga kesehatan. Hasil penelitian
Ambarwati (2006) menunjukkan bahwa responden yang tidak lengkap
pemeriksaan antenatal mempunyai risiko 4,037 kali lebih besar untuk terjadinya
kematian perinatal dibandingkan ibu yang lengkap pemeriksaan antenatal
(Ambarwati, 2006).
2.3.3.2 Penolong Persalinan
Ibu yang mendapat pertolongan persalinan oleh dukun berisiko lebih besar
untuk melahirkan bayi mati dibandingkan dengan ibu yang melahirkan oleh
tenaga kesehatan. Tingginya kematian bayi diantaranya disebabkan oleh belum
memadainya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan rendahnya cakupan
30
penanganan kasus obstetri. Hasil penelitian Alisjahbana dalam Ambarwati (2006)
menunjukkan bahwa hampir 90% persalinan berlangsung di rumah dan 80-90%
persalinan ditolong oleh tenaga tidak terlatih. Faktor ini dapat mempengaruhi
produk kehamilan dan kelangsungan hidup bayi. Pertolongan oleh dukun
menimbulkan berbagai masalah dan penyebab utama tingginya angka kematian
dan kesakitan ibu dan perinatal (Manuaba, 1998: 19).
2.3.3.3 Rujukan
Merupakan suatu sisitem pelayanan kesehatan dimana terjadi pelimpahan
tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul
secara horisontal maupun vertikal, baik untuk kegiatan pengiriman penderita,
pendidikan, maupun penelitian (Wiknjosatro, 2008: 31).
Indikasi rujukan harus mulai dipikirkan sejak bayi dalam kandungan, oleh
karena tindakan penanganan kehamilan risiko tinggi maupun tindakan dan
penanganan penyulit/ komplikasi persalinan yang kurang memadai akan sangat
berpengaruh terhadap hidup bayi sehingga terhindar dari kematian pada masa
neonatal. Rujukan bukanlah berarti satu kekurangan, tetapi satu tanggung jawab
yang tinggi dan mendahulukan kepentingan masyarakat. Kelancaran rujukan
dapat menjadi faktor yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu
dan perinatal (Manuaba,1998: 22).
Tanda-tanda/ kondisi bayi baru lahir yang perlu dirujuk (Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2006), yaitu :
1. Bayi berat lahir rendah ≤ 2.000 gram.
2. Bayi tidak mau minum ASI.
31
3. Tangan dan kaki bayi teraba dingin.
4. Bayi mengalami gangguan kesulitan bernafas (asfiksia).
5. Bayi mengalami perdarahan.
6. Bayi mengalami kejang-kejang.
7. Bayi mengalami gangguan saluran cerna disertai muntah-muntah, diare,
atau tidak buang air besar sama sekali dengan perut membuncit.
8. Bayi menunjukkan tanda infeksi berat seperti meningitis atau sepsis.
9. Bayi menyandang kelainan bawaan.
32
2.4 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kematian
Perinatal
Sumber : Modifikasi Manuaba (1998: 333) dan Wiknjosastro (2006).
FAKTOR IBU :
1. Sosial : - Pendidikan rendah - Status ekonomi rendah
2. Umur ≤ 20 tahun atau ≥ 35 tahun
3. Paritas di atas 4 4. Jarak antar kelahiran 5. Hamil dengan penyakit
- Hipertensi - Diabetes Melitus - Jantung - Penyakit paru - Infeksi - Penyakit endokrin
6. Hamil dengan komplikasi 7. Komplikasi persalinan
- Kehamilan ganda - Perdarahan - Ketuban Pecah Dini - Pre-eklamsi/Eklamsi - Perlukaan kelahiran
dalam persalinan
- Kala II tak maju - Persalinan lama
FAKTOR BAYI :
1. Bayi dengan risiko tinggi
- BB ≤ 2.500 gr - BB ≥ 4.000 gr
2. Hamil umur kurang dari 37
minggu
3. Kelainan kongenital
4. Asfiksia
FAKTOR
PELAYANAN
KESEHATAN :
1. Perawatan antenatal
2. Penolong persalinan
3. Jarak tempat tinggal ke
pelayanan
kesehatan
Kematian
Perinatal
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Gambar Kerangka Konsep
Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah status ekonomi,
perawatan antenatal, jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan, dan tempat
persalinan.
Variabel Bebas Variabel Terikat
Variabel Perancu
Kematian perinatal
1. Faktor Ibu:
- Umur ibu - Pendidikan ibu - Pengetahuan ibu - Paritas - Jarak antar kehamilan - Penolong persalinan
2. Faktor Bayi:
- Asfiksia - BBLR - Kelainan kongenital
- Status ekonomi - Perawatan antenatal - Jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan
33
34
3.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 38).
Varibel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel terikat, dan
variabel perancu.
3.2.1 Variabel Bebas
Variabel bebas atau disebut sebagai variable independent adalah varibel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel terikat (dependent) (Sugiyono, 2008: 39).
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu, umur ibu, pengetahuan ibu,
pendidikan ibu, paritas, jarak antar kelahiran, penolong persalinan, BBLR,
asfiksia, dan kelainan kongenital.
3.2.2 Variabel Tetikat
Variabel terikat juga biasa disebut sebagai dependent variable merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2008: 39). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kematian
perinatal.
35
3.2.3 Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu bukan merupakan variabel bebas tetapi
mempengaruhi timbulnya kejadian pada variabel terikat (Suharsimi Arikunto,
2006: 123).
Yang termasuk variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah status
ekonomi ibu, perawatan antenatal, jarak tempat tinggal dengan pelayanan
kesehatan. Variabel pengganggu dalam penelitian ini sudah dikendalikan, yaitu
dengan:
1. Satatus ekonomi ibu dalam penelitian ini dianggap sama atau disetarakan.
2. Cakupan perawatan antenatal yang meliputi K1 dan K4 di Kabupaten
Batang sudah mencapai target. Cakupan K1 tahun 2009 adalah 102,56%
(target 100%), sedangkan K4 92,78% (target 92%).
3. Jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan disetarakan karena
hampir seluruh tempat tinggal responden dekat dengan pelayanan
kesehatan seperti puskesmas dan tempat praktek bidan desa setempat.
3.3 Hipotesis Penelitian
3.2.1 Hipotesis Mayor
Ada hubungan antara faktor ibu dan bayi dengan kejadian kematian
perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
36
3.2.2 Hipotesis Minor
1. Ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian kematian perinatal di
Kabupaten Batang tahun 2010.
2. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian kematian perinatal
di Kabupaten Batang tahun 2010.
3. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian kematian perinatal
di Kabupaten Batang tahun 2010.
4. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian kematian perinatal di
Kabupaten Batang tahun 2010.
5. Ada hubungan antara jarak antar kehamilan dengan kejadian kematian
perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
6. Ada hubungan antara penolong persalinan dengan kejadian kematian
perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
7. Ada hubungan antara BBLR dengan kejadian kematian perinatal di
Kabupaten Batang tahun 2010.
8. Ada hubungan antara asfiksia dengan kejadian kematian perinatal di
Kabupaten Batang tahun 2010.
9. Ada hubungan antara kelainan kongenital dengan kejadian kematian
perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
37
3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran.
3.3.1 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel atau konstrak atau dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan
kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur
konstrak atau variabel tersebut.
Tabel 3.1.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Cara
Pengukuran
Kategori Skala
Variabel
Bebas :
Umur ibu Umur ibu pada saat
persalinan yang dihitung
dengan tahun (Manuaba,
1998: 36).
Wawancara
dengan
kuesioner
1. Risiko tinggi (35
tahun)
2. Risiko rendah (20-35 tahun)
(Manuaba, 1998:
333).
Ordinal
Pendidikan
ibu
Tingkat pendidikan
formal terakhir yang
pernah diselesaikan oleh
ibu.
Wawancara
dengan
kuesioner
1. Rendah (< SLTP) 2. Tinggi (≥SLTP)
Nominal
Pengetahuan
ibu
Pemahaman ibu tentang
materi mengenai masalah
kehamilan dan persalinan
yang didapat dari
sejumlah pertanyaan.
Wawancara
dengan
kuesioner
1. Rendah (Skor
38
Penolong
persalinan
Orang yang membantu
proses persalinan pada
saat melahirkan (dokter,
bidan, atau dukun).
Wawancara
dengan
kuesioner
1. Bukan tenaga kesehatan (dukun)
2. Tenaga kesehatan
Nominal
BBLR Berat badan lahir rendah
(BBLR) ialah kelahiran
bayi dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram.
Kuesioner
dan data
sekunder
1. BBLR (BBL ≤ 2.500 gram)
2. Tidak BBLR (BBL > 2.500 gram)
(Manuaba,1998:
332).
Nominal
Asfiksia Suatu keadaan bayi yang
tidak dapat bernafas
spontan dan teratur,
sehingga dapat
menurunkan O2 dan
makin meningkatkan
CO2.
Kuesioner
dan data
sekunder
1. Asfiksia 2. Tidak asfiksia
Nominal
Kelainan
kongenital
Kelainan dalam
pertumbuhan janin yang
terjadi sejak kehidupan
konsepsi selama dalam
kandungan.
Kuesioner
dan data
sekunder
1. Mengalami kelainan kongenital
2. Tidak mengalami kelainan kongenital
Nominal
Variabel
Terikat
Kematian
perinatal
Jumlah kematian janin
pada usia kehamilan ≥28
minggu sampai dengan 7
hari pertama setelah bayi
lahir (Wiknjosastro, 2006:
786).
Kuesioner
dan data
sekunder
1. Mengalami kematian perinatal
2. Tidak mengalami kematian perinatal.
Nominal
3.5 Jenis Dan Rancangan Peneliti
Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian yang
menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat melalui
pengujian hipotesis (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail : 2002). Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah umur ibu, pengetahuan ibu,
39
pendidikan ibu, paritas, jarak antar kehamilan, penolong persalinan, BBLR,
asfiksia, kelainan kongenital, dan yang menjadi variabel terikat adalah kematian
perinatal.
Metode yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan kasus
kontrol yaitu penelitian epidemiologis analitik observasional yang menelaah
hubungan antara bayi yang mengalami kematian perinatal yaitu kematian bayi
pada umur kehamilan 28 bulan sampai 7 hari setelah lahir (kelompok kasus) dan
bayi yang lahir hidup (kelompok kontrol), kemudian secara retrospektif diteliti
faktor risiko yang dapat menerangkan mengapa kasus mengalami kematian
perinatal, sedang kontrol tidak mengalami kematian perinatal (Sudigdo
Sostroasmoro dan Sofyan Ismael, 2002:111).
3.6 Populasi Dan Sampel
3.5.1 Populasi
Populasi penelitian terdiri dari populasi kasus dan populasi kontrol yang
selanjutnya akan diambil sebagai sampel penelitian.
3.5.1.1 Populasi Kasus
Populasi kasus dalam penelitian ini adalah semua bayi yang mengalami
kematian perinatal yang terjadi di wilayah Kabupaten Batang antara periode bulan
Januari s.d Desember tahun 2009 yaitu sejumlah 259 kasus, dengan responden
adalah ibu.
40
3.5.1.2 Populasi Kontrol
Populasi kontrol pada penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan
bayi hidup yang tidak mengalami kematian perinatal selama periode bulan Januari
s.d Desember tahun 2009.
3.5.2 Sampel
Sampel penelitian dalam peneliti ini adalah simple random sampling, yaitu
setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
diseleksi sebagai sampel (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 85). Pemilihan anggota
atau unit dilakukan dengan sistem undian (Suharsimi Arikunto, 2006: 136).
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari sampel kasus dan sampel kontrol.
3.5.2.1 Sampel Kasus
Sampel kasus pada penelitian ini yaitu kasus kematian perinatal yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kasus, sebagai berikut:
3.5.2.1.1 Kriteria Inklusi
1. Responden yang bersedia melakukan perawatan antenatal pada
pelayanan kesehatan yang tersedia.
2. Responden yang jarak tempat tinggalnya tidak terlalu jauh pelayanan
kesehatan.
3. Tercatat dalam data kematian perinatal.
4. Bersedia untuk diteliti.
3.5.2.1.2 Kriteria Eksklusi
1. Telah pindah dari Kabupaten Batang.
2. Tidak bersedia mengikuti penelitian.
41
3.5.2.2 Sampel Kontrol
Sampel kontrol dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi kontrol
yang terpilih dalam seleksi dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kontrol,
sebagai berikut:
3.5.2.2.1 Kriteria Inklusi
1. Responden yang bayinya tidak mengalami kematian perinatal di
Kabupaten Batang selama periode bulan Januari s.d Desember tahun
2009.
2. Bertempat tinggal dan berada di Kabupaten Batang pada saat
penelitian.
3. Berada dalam satu wilayah Puskesmas dengan kelompok kasus.
3.5.2.2.2 Kriteria Eksklusi
1. Telah pindah dari Kabupaten Batang.
2. Tidak bersedia mengikuti penelitian.
3.5.3 Besar Sampel
Besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah dihitung dengan rumus
Sudigdo Sostroasmoro dan Sofyan Ismael, 2002: 277).
2
21
2
2211221
PP
QPQPZPQZnn
22
21
1 PORP
PORP
42
nilai OR yaitu 3,769 nilai 1Q 0,223 nilai 2Q 0,519 nilai P =
0,629 nilai Q = 0,371 dan nilai P2 = 0,481 sehingga nilai P1 adalah :
777,0481,0)769,3()481,01(
)481,0)(769,3(1P
Keterangan :
21 nn Perluasan besar sampel minimal
1P Proporsi paparan pada kelompok kasus
2P Proporsi paparan pada kelompok kontrol
Z Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan
tingkat kemaknaan ( α = 0,05 yaitu 1,960)
Z Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa
sebesar yang diinginkan ( sebesar 80% yaitu 0,842)
OR = Odd Ratio
Odd ratio dipertimbangkan menurut data rujukan dari penelitian terdahulu
yang hampir sama, namun jika tidak diperoleh maka odd ratio dapat
dipertimbangkan menurut perkiraan yang sesuai untuk penelitian yang akan
dilaksanakan (Sudigdo, 2002: 87).
Penentuan besar sampel minimal untuk kelompok kasus dan kelompok
kontrol, dengan berdasarkan pada penelitian terdahulu yaitu OR= 3,769 dengan
tingkat kepercayaan (Zα) 95% yaitu 1,960.
43
Perhitungan :
2
2
481,0777,0
)519,0481,0()519,0777,0(842,0)371,0629,0(2960,121 nn
= 46,542
= 47
Dengan demikian diperlukan sebanyak 47 kasus dan 47 kontrol. Diambil
perbandingan 1 : 1 sehingga sampel yang diamati sebanyak 94.
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis (Suharsimi Arikunto, 2002:136).
Instrumen dalam penelitian ini adalah:
1. Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari reponden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal-hal yang diketahui (Suharsimi Arikunto, 2002:128). Kuesioner bertujuan
untuk mengetahui informasi mengenai kematian perinatal di Kabupaten Batang
tahun 2010.
Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji validitas
dan reliabilitas, untuk itu kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba di lapangan.
2. Data kohort tentang kematian perinatal dan data audit maternal perinatal.
44
3.8 Validitas dan Reliabilitas
3.7.1 Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Soekidjo, 2005: 129).
3.7.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Soekidjo, 2005: 133).
Reliabilitas menunjukkan bahwa pada suatu pengertian bahwa instrumen
cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut cukup baik (Suharsimi, 2002:154). Metode pengujiannya
menggunakan rumus alpha memakai program SPSS versi 16 for Windows.
3.9 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Adapun langkah-langkah dalam pengolahan dan analisis data pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.8.1 Editing
Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih dahulu. Data atau
keterangan yang telah dikumpulkan, dicatat dalam record book. Daftar pertanyaan
ataupun pada lembar jawaban perlu dibaca sekali lagi dan diperbaiki jika
dirasakan masih ada kesalahan dan keraguan data.
45
3.8.2 Koding
Data yang dikumpulkan dapat berupa angka, kalimat pendek atau panjang.
Sehingga dengan demikian untuk memudahkan analisis, maka jawaban-jawaban
tersebut perlu diberi kode.
3.8.3 Entri
Data yang telah diberi kode tersebut kemudian dimasukkan dalam
program komputer (SPSS versi 16) untuk selanjutnya akan diolah.
3.8.4 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik
sebagai berikut:
3.8.4.1 Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel, yaitu variabel bebas
dan variabel terikat. Hasil analisis ini berupa distribusi dan prosentase pada setiap
variabel.
3.8.4.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Uji statistik yang digunakan yaitu chi-square (x2)
dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05 dan Convidence Interval (CI) 95%. Analisis
bivariat yang dilakukan untuk mengetahui analisis faktor ibu dan bayi yang
berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun
2010.
46
Untuk mengetahui estimasi risiko relatif, digunakan Ood Ratio (OR)
dengan tabel 2x2 dan rumus sebagai berikut:
(OR) = {α /(α + b) : b /(α + b)}/{c/(c + d) : d /(c + d)}
= a/b:c/d = ad/bc
Keterangan:
a. Kasus yang mengalami paparan
b. Kasus yang tidak terpapar
c. Kontrol yang terpapar
d. Kontrol yang tidak terpapar
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Batang
4.1.1 Keadaan Geografi Kabupaten Batang
Kabupaten Batang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang
berada di jalur pantura Pulau Jawa, terletak pada antara 60
51”46’’ dan 7011’47’’
Lintang Selatan dan antara 1090
40’’19” dan 1100
03”06’’ Bujur Timur. Batas-
batas wilayah Kabupaten Batang adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Kabupaten Kendal
Sebelah Selatan : Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo
Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan dan Kota Pekalongan
Luas wilayah Kabupaten Batang sebesar 788,64 km2
terdiri dari 15
kecamatan dan 248 desa/ kelurahan. Daerah terluas adalah Kecamatan Subah
dengan luas 83,52 km2, atau sekitar 10,59% dari luas total Kabupaten Batang,
sedangkan Kecamatan Warungasem merupakan daerah yang luasnya paling kecil
di Kabupaten Batang, yaitu seluas 23,55 km2 atau sekitar 2,99%.
4.1.2 Sarana Pelayanan Kesehatan
Sarana kesehatan di Kabupaten Batang yang terbanyak adalah posyandu,
polindes, dan puskesmas pembantu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
4.1 sebagai berikut:
47
48
Tabel 4.1 Data Sarana Kesehatan Puskesmas dan Dinas kesehatan
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2008
4.1.3 Angka Kejadian Kematian Bayi Selama Empat Tahun Terakhir
Jumlah kematian perinatal Kabupaten Batang dari tahun 2005 sampai
tahun 2008 selalu mengalami kenaikan. Jumlah tersebut dapat dilihat pada tabel
4.2 berikut:
Tabel 4.2 Angka Kejadian Kematian Bayi Selama Empat Tahun Terakhir
No. Tahun Angka Kematian Bayi
1. 2005 12,85 per 1000 kelahiran hidup
2. 2006 14,86 per 1000 kelahiran hidup
3. 2007 17, 38 per 1000 kelahiran hidup
4. 2008 21,30 per 1000 kelahiran hidup
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2008
No. Jenis Sarana Jumlah
1. Rumah Sakit 1
2. Puskesmas Rawat Jalan 16
3. Puskesmas Rawat Inap 5
4. Puskesmas Pembantu 44
5. Posyandu
a. Pratama
b. Madya
c. Purnama
d. Mandiri
443
152
540
18
6. Gedung Farmasi 1
7. Polindes 143
8. Rumah Bersalin 2
9. Balai Pengobatan 1
10. Apotik 10
11. Toko Obat 7
12. Puskesling 24
49
4.1.4 Data Kematian Neonatal Berdasarkan Wilayah Puskesmas
Kematian neonatal tersebar di 21 puskesmas yang ada di wilayah
Kabupaten Batang. Adapun data kematian neonatal, lahir mati, dan lahir hidup
tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3 Data Kematian Neonatal, Lahir Mati dan Lahir Hidup
Berdasarkan Puskesmas Tahun 2009
No. Puskesmas Lahir
Mati
Lahir
Hidup
Mati
Umur < 1
Minggu
Mati
Umur 1
Minggu –
1 Bulan
1. Wonotunggal 11 557 10 0
2. Bandar I 10 697 9 2
3. Bandar II 2 288 5 2
4. Blado I 7 491 3 0
5. Blado II 4 201 4 1
6. Reban 2 627 9 0
7. Bawang 5 826 16 0
8. Tersono 1 630 5 0
9. Gringsing I 9 803 3 0
10. Gringsing II 1 253 3 0
11. Limpung 8 583 4 1
12. Banyuputih 6 472 5 1
13. Subah 6 722 9 1
14. Pecalungan 5 483 2 1
15. Tulis 2 632 11 0
16. Kandeman 7 824 6 3
17. Batang I 9 528 7 0
18. Batang II 11 543 11 1
19. Batang III 5 469 6 1
20. Batang IV 6 443 3 0
21. Warungasem 7 770 4 1
Total 124 11842 135 15
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Btang Tahun 2009
4.1.5 Karakteristik Penyebab Kematian Bayi di Kabupaten Batang
Penyebab kematian bayi di Kabupaten Batang tahun 2009 diantaranya
disebabkan oleh BBLR 53 (10,52%), asfiksia 73 (0,61%), cacat bawaan 19
(0,16%), dan lain-lain 60 (0,050%) dengan tempat kejadian di rumah sakit dan di
puskesmas atau di rumah, dan 124 mengalami lahir mati.
50
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap variabel-variabel penelitian. Pada
analisis ini akan menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap-tiap
variabel yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten
Batang tahun 2010.
4.2.1.1 Distribusi Responden menurut Umur Ibu
Umur ibu waktu terjadi kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori
yaitu umur yang berisiko tinggi (< 20 dan > 35) dan umur yang tidak berisiko
rendah (20 - 35 tahun) terhadap kematian perinatal. Distribusi umur ibu dengan
kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Responden menurut Umur Ibu
No. Umur Ibu Frekuensi Prosentase (%)
1. Risiko tinggi (35 th) 29 31%
2. Risiko rendah (20 – 35 tahun) 65 69%
Total 94 100%
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa prosentase pada kelompok
kasus yang melahirkan pada umur risiko tinggi sebanyak 29 responden (31 %),
sedangkan yang melahirkan dengan umur yang memiliki risiko rendah sebanyak
65 responden (69%). Dari hasil penelitian umur ibu yang paling muda adalah 17
tahun dan yang paling tua adalah 42 tahun.
4.2.1.2 Distribusi Responden menurut Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu dengan kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori
yaitu berpendidikan rendah (
51
Distribusi pendidikan ibu dengan kematian perinatal dapat dilihat pada tabel
4.5 berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Responden menurut Pendidikan Ibu
No. Pendidikan Ibu Frekuensi Prosentase (%)
1. Rendah 26 28%
2. Tinggi 68 72%
Total 94 100%
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan
rendah sebanyak 26 responden (28%), sedangkan responden yang berpendidikan
tinggi sebanyak 68 responden (72%). Responden yang berpendidikan paling
rendah adalah tidak tamat SD, sedangkan yang paling tinggi adalah tingkat
perguruan tinggi.
4.2.1.3 Distribusi Responden menurut Pengetahuan Ibu
Pengetahuan ibu pada kematian perinatal dibagi menjadi dua yaitu
pengetahuan tinggi (skor ≥17) dan pengetahuan rendah (skor
52
4.2.1.4 Distribusi Responden menurut Paritas
Paritas responden terhadap kejadian kematian perinatal dibagi menjadi
dua kategori yaitu paritas yang berisiko terhadap kematian perinatal (1 atau ≥5)
dan paritas yang tidak berisiko terhadap kematian perinatal (2 - 4). Distribusi
paritas terhadap kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7 Distribusi Responden menurut Paritas
No. Paritas Frekuensi Prosentase (%)
1. Berisiko (1 atau ≥5) 31 33%
2. Tidak berisiko (2 – 4) 63 67%
Total 94 100%
Tabel 4.7 menunjukkan responden dengan paritas yang berisiko terhadap
kematian perinatal sebanyak 31 responden (33%), sedangkan responden dengan
paritas yang tidak berisiko sebanyak 63 responden (67%).
4.2.1.5 Distribusi Responden menurut Jarak Antar Kelahiran
Jarak antar kelahiran anak terakhir dengan anak sebelumnya dibagi
menjadi dua yaitu jarak kelahiran yang berisiko (
53
yang melahirkan dengan jarak antar kelahiran yang tidak berisiko sebanyak 82
responden (87%).
4.2.1.6 Distribusi Responden menurut Penolong Persalinan
Penolong persalinan pada kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori
yaitu bukan tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan. Distribusi penolong
persalinan pada kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.9 Distribusi Responden menurut Penolong Persalinan
No. Penolong Persalinan Frekuensi Prosentase (%)
1. Bukan tenaga kesehatan 8 9%
2. Tenaga kesehatan 86 91%
Total 94 100%
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa responden yang penolong persalinannya
bukan tenaga kesehatan sebanyak 8 responden (9%), sedangkan responden yang
persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 86 responden (91%).
Penolong persalinan bukan tenaga kesehatan terdiri dari dukun bayi dan bersalin
sendiri. Sedangkan yang berasal dari tenaga kesehatan terdiri dari bidan dan
dokter spesialis obstetri.
4.2.1.7 Distribusi Responden menurut BBLR
Berat badan lahir pada kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori,
yaitu BBLR (BBL ≤2.500 gram) dan tidak BBLR (BBL >2.500 gram). Distribusi
BBLR pada kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10 Distribusi Responden menurut BBLR
No. BBLR Frekuensi Prosentase (%)
Top Related