ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …digilib.unila.ac.id/28053/5/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …digilib.unila.ac.id/28053/5/SKRIPSI TANPA BAB...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UKURANTAX AVOIDANCEPADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
(Skripsi)
Oleh
FITRIA MAHARANI AL ROZI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UKURANTAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG
KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh
FITRIA MAHARANI AL ROZI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh return onassets, debt to equity ratio, dan biaya iklan terhadap alat ukur tax avoidance(penghindaran pajak). Variabel yang diuji dalam penelitian ini terdiri dari returnon assets, debt to equity ratio, dan biaya iklan sebagai variabel independen danCash ETR sebagai alat ukur tax avoidance sebagai variabel dependen.
Pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah metode purposivesampling. Setelah pengurangan dengan beberapa kriteria, ditetapkan sebanyak 18perusahaan sampel. Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan analisisregresi linear.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa return on assets dan biaya iklanberpengaruh terhadap Cash ETR sedangkan debt to equity ratio tidak memilikipengaruh terhadap Cash ETR.
Kata kunci: Cash ETR, Tax Avoidance, Return on Assets, Debt to EquityRatio, Biaya Iklan.
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE FACTORS THAT INFLUENCE THE SIZE OFTAX AVOIDANCE IN THE CONSUMER GOODS INDUSTRYFIRMS LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE
By
FITRIA MAHARANI AL ROZI
The purpose of this study is to examine and analyze the influence of return onassets, debt to equity ratio, and advertising costs to tax avoidance gauges. Thevariables tested in this research consist of return on assets, debt to equity ratio,and advertising cost as independent variable and Cash ETR as measuringinstrument in tax avoidance as dependent variable.
The sample which is used in this research was extracted with using purposivesampling method. After reeduced with several criteria, 18 firms are determined assamples. The analysis technique in this study uses a linear regression.
The results showed that the return on assets and advertising costs affect the CashETR while the debt to equity ratio has no effect on Cash ETR.
Keywords: Cash ETR, Tax Avoidance, Return on Assets, Debt to Equity Ratio,Advertising Cost.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UKURANTAX AVOIDANCEPADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh
FITRIA MAHARANI AL ROZI
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 19
Februari 1996, merupakan anak pertama dari empat
bersaudara pasangan Bapak Ahmad Rozi dan Ibu Mey
Yusnani.
Penulis memulai jenjang pendidikan dari Taman Kanak-
Kanak (TK) Dwi Tunggal di Bandar Lampung, diselesaikan tahun 2001. Penulis
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 6 Penengahan, Bandar
Lampung pada tahun 2007. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di MTsN
1 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2010 dan melanjutkan pendidikan
Sekolah Menengah Atas di SMAN 5 Bandar Lampung dan diselesaikan pada
tahun 2013.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung pada tahun 2013. Pada tahun 2016 penulis mengikuti
program pengabdian kepada masyarakat melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Desa Kerbang Dalam, Kecamatan Pesisir Barat, Kabupaten Lampung Barat
selama 60 hari.
MOTTO
“Barangsiapa bersunggung-sungguh, sesungguhnya kesesungguhannya
itu adalah untuk dirinya sendiri.”
(Q.S. Al-Ankabut 29:6)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(Q.S. Al-Insyirah : 6)
“Selama ada keyakinan, semua akan menjadi mungkin.”
“Lakukan yang terbaik, bersikaplah yang baik maka kau
akan menjadi orang yang terbaik.”
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamin
Dengan segala rasa syukur kepada Allah SWT atas kemudahan, limpahan rahmatdan karunia yang engkau berikan selama ini.
Ku persembahkan karya kecil ini...
Untuk Kedua Orang Tuaku Bapak Ahmad Rozi dan Ibu Mey Yusnani
Dengan penuh keikhlasan, kesabaran membimbing serta mendidikku agarmenjadi manusia yang lebih baik di dunia dan akhirat. Selalu berdoa,
memberikan arahan, nasihat dan semangat untuk masa depan yang lebih baik.Terimakasih atas nasihat, pengorbanan, kesabaran serta didikanmu selalu
mendampingiku dalam keseharianku. Serta doa yang tiada henti sampai padaakhirnya skripsi ini terselesaikan.
Karya ini juga kupersembahkan untuk adik-adikku tersayang
Untuk teman-teman tersayang
Serta Almamaterku Tercinta
Universitas Lampung
SANWACANA
Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarokatu
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Ukuran Tax Avoidance pada Perusahaan Industri Barang
Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” sebagai salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, bantuan dan
kerjasama semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaiannya.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Ibu Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si., Akt., selaku Dosen Pembimbing Utama
yang telah memberikan ilmu dan arahan yang baik dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
5. Ibu Ade Widiyanti, S.E., M.S.Ak., Akt., selaku Dosen Pembimbing Kedua
telah meluangkan waktu, bimbingan, saran dan nasihat yang diberikan selama
proses penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Dr. Tri Joko Prasetyo, S.E., M.Si., Akt., selaku Dosen Penguji Utama
yang telah memberikan evaluasi serta saran yang membangun dalam proses
penyempurnaan skripsi ini.
7. Ibu Dewi Sukmasari, S.E., M.S.A., C.A., Akt., selaku Dosen Pembimbing
Akademik atas segala bantuannya dalam menyelesaikan proses belajar.
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan Karyawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung atas semua bimbingan, pengajaran, pelayanan, dan
bantuan yang telah diberikan.
9. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Ahmad Rozi dan Ibu Mey Yusnani yang
telah memberikan kasih sayang yang tak terhingga, yang tiada henti
mendoakanku, selalu memberikan dukungan dan semangat untuk keberhasilan
dan kesuksesanku. Tiada kata yang dapat menggambarkan rasa sayang dan
rasa terima kasih atas segala hal yang diberikan. Terima kasih pah mah.
10. Adik-adikku tersayang Safarah Rodifah Abrori, Sopia Rosaindah, dan
Laksamana Takamalaga yang telah mendukung, menyemangatiku, dan
memberikan keceriaan disetiap hari-hariku.
11. Teman SMPku. Sri, Saryati, Ncu, Nisa, Tika, Aas, dan Ade yang telah
menemaniku dari SMP hingga sekarang semoga kita selalu diberikan
kesehatan dan kesuksesan.
12. Teman SMAku. Desti, Ririn, Yolla, Suci, Eka, Intan, Anggun, Okta, Septi,
Hesti yang menemaniku dari SMA hingga sekarang, yang telah memberikan
masukan agar menjadi lebih baik. Semoga kita selalu diberikan kesehatan,
kesuksesan dan semoga pertemanan ini selalu abadi.
13. Teman Kuliahku, Girls dan Baby. Nadaa, Elsi, Ucha, Seli, Indika, Amel, Eten
dan Eza yang memberikanku arahan agar menjadi yang lebih baik dan
membantuku selama mengalami kesulitan dalam proses perkuliahan. Semoga
kita selalu diberikan kesehatan, kesuksesan dan semoga pertemanan ini selalu
abadi.
14. Teman sekelas dan seperjuangan Akuntansi Paralel 2013. Diska, Ratu, Tipeh,
Vectry, Kinan, Jania, Ara, Ayudia, Melin, Galuh, Diena, Novi , Lala, Dewi,
Sesil, Reni, Ulva, Sunu, Deni, Sulton, Adon, Ardi, Arbud, Gus, Syuhada,
Ferdinan, Boy, Adit, dll. Terimakasih atas bantuan kalian selama proses
perkuliahan. Semoga kita semua diberikan kesuksesan.
15. Teman-teman KKN, Ute, Mba Yossy, Roby, Atong, Kak Windu, dan Anam
serta Bapak Pratin, Ibu Pratin, dan Bang Hamzah selaku tuan rumah yang
telah memberikan banyak sekali pelajaran hidup selama proses KKN
berlangsung.
16. Serta kepada semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu,
penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan dan doanya.
Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala kebaikan, dukungan,
dan bantuan yang telah diberikan.
Penulis menyadari adanya kekurangan maupun kesalahan dalam skripsi ini, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari
semua pihak. Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis,
pembaca, dan pihak-pihak lainnya.
Bandar lampung, 08 Agustus 2017Penulis,
Fitria Maharani Al Rozi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i
ABSTRAK .............................................................................................. ii
ABSTRACT ............................................................................................ iii
HALAMAN JUDUL ............................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. viii
MOTTO................................................................................................... ix
PERSEMBAHAN ................................................................................... x
SANWACANA ....................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori .................................................................................. 8
2.1.1 Agency Teory ......................................................................... 8
2.1.2 Pajak ........................................................................................ 10
2.1.3 Perencanaan Pajak (Tax Planning) ......................................... 15
2.1.4 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) ..................................... 17
2.1.5 Return on Assets ...................................................................... 20
2.1.6 Debt to Equity Ratio ............................................................... 23
2.1.7 Biaya Iklan .............................................................................. 25
2.2 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 26
2.3 Kerangka Penelitian .......................................................................... 28
2.4 Pengembangan Hipotesis .................................................................. 29
2.4.1 Pengaruh Return on Assets terhadap Cash ETR ...................... 29
2.4.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Cash ETR ................ 30
2.4.3 Pengaruh Biaya Iklan terhadap Cash ETR ............................... 31
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel ......................................................................... 32
3.2 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 33
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 33
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ................................ 33
3.4.1 Variabel Dependen ................................................................... 33
3.4.2 Variabel Independen ................................................................ 34
3.5 Statistik Deskriptif Variabel .............................................................. 35
3.6 Metode Analisis ................................................................................ 36
3.7 Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 36
3.7.1 Uji Normalitas .......................................................................... 36
3.7.2 Uji Multikoloniearitas .............................................................. 37
3.7.3 Uji Autokorelasi ....................................................................... 37
3.7.4 Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 38
3.8 Uji Hipotesis...................................................................................... 38
3.8.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................................ 38
3.8.2 Uji Kelayakan Model Regresi (Uji Statistik F) ........................ 39
3.8.3 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) ............... 39
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ................................................................ 41
4.2 Statistik Deskriptif ............................................................................ 42
4.3 Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 45
4.3.1 Uji Normalitas ......................................................................... 45
4.3.2 Uji Multikolinearitas ............................................................... 47
4.3.3 Uji Autokorelasi ...................................................................... 48
4.3.4 Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 49
4.4 Analisis Regresi Linear Berganda ..................................................... 50
4.5 Uji Hipotesis...................................................................................... 51
4.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ............................................... 51
4.5.2 Uji Kelayanakan Model Regresi (Uji Statistik F) ................... 52
4.5.3 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) .............. 53
4.6 Pembahasan ....................................................................................... 54
4.6.1 Pengaruh Return on Assets terhadap Cash ETR ..................... 54
4.6.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Cash ETR ............... 55
4.6.3 Pengaruh Biaya Iklan terhadap Cash ETR ............................. 56
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ........................................................................................... 58
5.2 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 59
5.3 Saran .................................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Penelitian Terdahul ................................................................... 26
4.1 Prosedur Pemilihan Sampel ...................................................... 41
4.2 Statistik Deskriptif ................................................................... 42
4.3 One-Sample Kolmograv-Smirniv Test .................................... 46
4.4 Uji Multikolinearitas ................................................................ 47
4.5 Uji Autokorelasi ....................................................................... 48
4.6 Durbin – Watson ...................................................................... 48
4.7 Multiple Linear Regresion ....................................................... 50
4.8 Koefisien Determinasi .............................................................. 51
4.9 Uji Kelayakan Model Regresi (Uji Statistik F) ......................... 52
4.10 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ............. 53
4.11 Hasil Hipotesis ......................................................................... 54
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Penelitian .................................................................... 28
4.1 Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-plot .............................. 46
4.2 Uji Heteroskedastisitas ............................................................... 49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Sampel Penelitian
Lampiran 2 Data Perhitungan Nilai Cash ETR
Lampiran 3 Data Perhitungan Nilai Return on Assets (ROA)
Lampiran 4 Data Perhitungan Nilai Debt to Equity Ratio (DER)
Lampiran 5 Data Perhitungan Nilai Biaya Iklan
Lampiran 6 Data Keseluruhan
Lampiran 7 Statistik Deskriptif
Lampiran 8 Uji Asumsi Klasik
Lampiran 9 Uji Hipotesis
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan adalah sebuah organisasi yang berorientasi pada laba, dalam rangka
mengelola kekayaan perusahaan untuk memperoleh laba, manajemen perusahaan
akan membuat keputusan melalui pertimbangan yang matang. Salah satu
komponen penting yang menjadi pertimbangan perusahaan adalah pajak. Pajak
merupakan sumber pendapatan terbesar bagi negara, yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pembangunan
nasional. Bagi perusahaan, pajak merupakan biaya atau beban yang akan
mengurangi laba bersih. Sehingga pajak akan mengurangi bagian laba yang
seharusnya dapat dibagikan ke pihak manajemen, pemilik modal, atau
dimanfaatkan untuk meningkatkan investasi perusahaan. Untuk itu perusahaan
perlu meminimalkan beban pajak. Besarnya pajak tergantung pada besarnya
penghasilan. Semakin besar penghasilan, maka semakin besar pula pajak terutang.
Oleh karena itu perusahaan membutuhkan perencanaan pajak atau tax planning
yang tepat agar perusahaan membayar pajak dengan efisien.
Salah satu strategi perencanaan pajak yang sesuai dengan kondisi perusahaan
dimulai dengan strategi mengefisiensikan beban pajak. Tindakan yang dilakukan
perusahaan dalam mengefisiensikan pajak dapat berupa tindakan yang legal
2
maupun ilegal menurut undang-undang atau disebut tax evasion dan tax
avoidance. Tax avoidance adalah suatu upaya yang dilakukan perusahaan untuk
meminimumkan pajak yang harus ditanggung dengan cara yang legal, yaitu
dengan cara memanfaatkan kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan. Berbeda dengan tax evasion yang mengacu pada
penghindaran pajak dengan cara yang ilegal. Strategi yang dilakukan perusahaan
harus bersifat legal (tax avoidance) agar terhindar dari sanksi pajak dikemudian
hari. Strategi tax avoidance merupakan cara yang diperkenankan undang-undang
namun strategi yang diterapkan perusahaan ini tetap merugikan penerimaan
negara (Wirna, 2014). Tax avoidance memiliki persoalan yang rumit dan unik
karena di satu sisi tax avoidance diperbolehkan, namun disisi lain penghindaran
pajak tidak diinginkan (Budiman dan Setiyono, 2012).
Tax avoidance banyak dilakukan perusahaan karena tax avoidance adalah usaha
pengurangan pajak, namun tetap mematuhi ketentuan peraturan perpajakan seperti
memanfaatkan pengecualian dan potongan yang diperkenankan maupun menunda
pajak yang belum diatur dalam peraturan perpajakan yang berlaku dan biasanya
melalui kebijakan yang diambil oleh pimpinan perusahaan. Penerapan tax
avoidance dilakukan bukanlah tanpa sengaja, banyak perusahaan yang
memanfaatkan upaya pengurangan beban pajak melalui aktivitas penghindaran
pajak (tax avoidance). Terkait dengan fenomena penghindaran pajak, di Indonesia
pada tahun 2005 terdapat 750 perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang
ditengarai melakukan penghindaran pajak dengan melaporkan rugi dalam 5 tahun
berturut-turut dan tidak membayar pajak (Bapennas, 2005). Berdasarkan data
pajak yang disampaikan oleh Dirjen Pajak pada tahun 2012 ada 4.000 perusahaan
3
PMA yang melaporkan nihil nilai pajaknya, perusahaan tersebut diketahui ada
yang mengalami kerugian bahkan sampai 7 tahun berturut-turut. Perusahaan
tersebut umumnya bergerak pada sektor manufaktur dan pengelolaan bahan baku
(DJP, 2015). Sedangkan di Amerika paling tidak terdapat seperempat dari jumlah
perusahaan telah melakukan penghindaran pajak yakni dengan membayar pajak
kurang dari 20% padahal rata-rata pajak yang dibayarkan perusahaan mendekati
30% (Dyreng dkk, 2008). Fenomena penghindaran pajak selama beberapa tahun
ini merupakan isu yang penting untuk mendapatkan perhatian lebih.
Pada salah satu perusahaan sektor barang konsumsi yang melakukan
penghindaran pajak adalah pada sub sektor makanan dan minuman, sebagai
contoh beberapa tahun lalu Direktorat Jenderal Pajak telah menyelidiki kasus
penghindaran pajak oleh PT. Coca Cola Indonesia, karena diduga perusahaan
tersebut mengakali pajak sehingga menimbulkan kekurangan pembayaran pajak
senilai Rp 49,24 milyar. Hasil penelusuran Direktorat Jendral Pajak, bahwa
perusahaan tersebut telah melakukan tindakan penghindaran pajak yang
menyebabkan setoran pajak berkurang dengan ditemukannya pembengkakan
biaya yang besar pada perusahaan tersebut. Beban biaya yang besar menyebabkan
penghasilan kena pajak berkurang, sehingga setoran pajaknya juga mengecil.
Beban biaya itu antara lain untuk iklan dari rentang waktu tahun 2002-2006
dengan total sebesar Rp 566,84 milyar. Akibatnya, ada penurunan penghasilan
kena pajak.
Aktivitas tax avoidance dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan dalam upaya
sematamata untuk meminimalisasi kewajiban pajak perusahaan (Swigly dan
Surakartha, 2015). Dalam beberapa tahun terakhir pemerintah dalam hal ini pihak
4
otoritas pajak telah berupaya dengan semaksimal mungkin untuk menegakkan
batasan yang pasti antara tax avoidance dan tax evasion. Tidak hanya itu,
pemerintah juga berupaya mencegah wajib pajak masuk kedalam celah ambiguitas
yang ditimbulkan oleh peraturan perpajakan. Tujuannya untuk mengantisipasi
wajib pajak memakai struktur penilaian terhadap status hukum yang tampak
ambigu tersebut sehingga bisa diterima sebagai perencanaan pajak, namun pada
praktiknya melanggar peraturan itu sendiri (Annisa dan Kurniasih, 2012).
Terdapat 12 proksi untuk mengukur penghindaran pajak (Hanlon, 2010). Namun
pada penelitian ini akan menggunakan cash effective tax rate (Cash ETR) untuk
mengukur seberapa besar kemungkinan perusahaan melakukan tax avoidance.
Cash ETR baik digunakan untuk menggambarkan kegiatan penghindaran pajak
oleh perusahaan karena dengan menggunakan Cash ETR dapat melihat cash flow
untuk pembayaran pajak.
Penelitian ini mencoba mengkaitkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap alat
ukur dalam penghindaran pajak diantaranya Return on Assets (ROA), Debt to
Equity Ratio (DER), dan Biaya Iklan.
Return on assets (ROA) merupakan salah satu pendekatan yang dapat
mencerminkan profitabilitas suatu perusahaan. ROA juga memperhitungkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang terlepas dari pendanaan.
Semakin tinggi rasio ini maka semakin bagus performa perusahaan tersebut.
Kurniasih dan Sari (2013) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ROA
terhadap tax avoidance yang diukur dengan Cash ETR dan diperoleh hasil bahwa
ROA berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance dengan arah yang negatif.
5
Winoto (2015) menemukan hubungan dengan arah positif antara ROA dengan
effective tax rate (ETR).
Rasio leverage menunjukkan penambahan jumlah utang yang mengakibatkan
timbulnya pos biaya tambahan berupa bunga dan pengurangan beban pajak
penghasilan WP (Kurniasih dan Sari, 2013). Penelitian terkait dengan leverage
dilakukan oleh Ardyansyah (2014) yang menjelaskan bahwa leverage dapat
digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka panjangnya. Richardson dan Lanis (2007) menyatakan bahwa
leverage berpengaruh negatif terhadap Cash ETR yang dibayar oleh perusahaan.
Ardyansah (2014) menemukan hubungan yang tidak memiliki pengaruh yang
signifkan terhadap effective tax rate (ETR) dengan arah yang positif menunjukkan
bahwa peningkatan biaya bunga diikuti dengan peningkatan biaya pajak.
Faktor selanjutnya adalah biaya iklan, biaya iklan merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk memasarkan produknya. Beban iklan memiliki pengaruh
terhadap alat ukur dalam tax avoidance. Dyerng, dkk (2008) menyimpulkan
bahwa biaya iklan perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap penghindaran
pajak agresif yang diproksikan dengan Cash ETR. Sedangkan Sugitha dan
Supadmi (2016) menyatakan bahwa beban iklan berpengaruh positif terhadap
ETR.
Penelitian ini penting untuk diteliti karena pembayaran pajak merupakan hal yang
sangat potensial bagi sumber dana pemerintah yang dapat digunakan untuk
membiayai kegiatan negara. Di samping itu perusahaan juga memiliki kontribusi
yang besar bagi negara. Salah satunya adalah perusahaan industri barang
6
konsumsi yang termasuk ke dalam sektor perusahaan manufaktur. Industri barang
konsumsi merupakan industri yang memenuhi kebutuhan mendasar masyarakat.
Perkembangannya dari tahun ke tahunpun mengalami perkembangan seiring
dengan kebutuhan dan permintaan masyarakat yang tinggi. Perusahaan industri
barang konsumsi memiliki kontribusi yang besar bagi penerimaan negara dari
PPh, PPN, dan pajak lainnya yang ditanggung perusahaan tersebut sehingga beban
pajak perusahaan meningkat. Perusahaan barang konsumsi memiliki kontribusi
yang besar bagi penerimaan negara dibandingkan dengan sektor industri
perusahaan manufaktur lainnya.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti
mengenai “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ukuran Tax Avoidance
pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2011-2015”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan penelitian ini, maka pokok permasalahan
yang akan di bahas adalah sebagai berikut:
1. Apakah return on assets berpengaruh terhadap cash effective tax rate?
2. Apakah debt to equity ratio berpengaruh terhadap cash effective tax rate?
3. Apakah biaya iklan berpengaruh terhadap cash effective tax rate?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis:
1. Seberapa besar pengaruh return on asset terhadap cash effective tax rate?
7
2. Seberapa besar pengaruh debt to equity ratio terhadap cash effective tax rate?
3. Seberapa besar biaya iklan berpengaruh terhadap cash effective tax rate?
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, manfaat yang diharapkan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap ukuran tax avoidance serta dapat menjadi sumber
referensi dan bahan pengembangan bagi penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi pemerintah, hasil penelitian diharapkan agar menjadi bahan
pertimbangan bagi pemerintah untuk membuat kebijakan terkait dengan
pengenaan pajak pada perusahaan.
2. Bagi perusahaan sebagai wajib pajak, agar sebuah perusahaan dapat
menerapkan dan mendisiplinkan kewajiban pajak atas penghasilannya sesuai
dengan UU dan peraturan yang telah ditetapkan, sehingga dapat membantu
dan meningkatkan perekonomian.
3. Bagi investor, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
penghindaran pajak, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan
dalam melakukan keputusan investasi. Selain itu dapat menjadi pertimbangan
bagi investor untuk melihat kecenderungan perusahaan dalam melakukan
praktik penghindaran pajak.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Agency Theory
Dalam teori keagenan dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara pihak pemberi
wewenang (prinsipal) dengan pihak yang diberikan wewenang (agen). Menurut
Anthony dan Govindarajan (2009) hubungan keagenan terjadi ketika satu pihak
(prinsipal) mempekerjakan pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu pekerjaan
dengan memberikan pihak lain tersebut wewenang untuk mengambil keputusan.
Agen sebagai pihak yang diberi wewenang oleh prinsipal memiliki tanggung
jawab untuk dapat menjalankan perusahaan dengan sebaik mungkin sehingga
dapat mencapai tujuan perusahaan dan menghasilkan tingkat return yang tinggi
untuk pihak prinsipal. Namun, menurut Anthony dan Govindarajan (2009)
mengatakan bahwa teori agensi mengasumsikan bahwa prinsipal dan agen
bertindak untuk kepentingan mereka masing-masing .
Dalam teori ini terdapat perbedaan kepentingan yang akan membawa potensi
terjadinya konflik keagenan dan juga memicu biaya-biaya yang seharusnya tidak
perlu terjadi dalam perusahaan apabila dikelola baik oleh pemilik, disebut biaya
keagenan (agency cost). Konflik kepentingan antara agent dan principal
mendorong timbulnya biaya keagenan (agency cost). Biaya keagenan dapat
9
berupa pengeluaran untuk mengawasi agen, pengeluaran untuk menjamin bahwa
agen akan bertindak sesuai dengan keinginan pemilik, dan pengorbanan yang
berupa kurangnya kemakmuran prinsipal sebagai akibat dari perbedaan
kepentingan prinsipal dan agen.
Agen sebagai orang yang menjalankan perusahaan akan memiliki lebih banyak
informasi mengenai perusahaan dibandingkan informasi yang dimiliki oleh
prinsipal. Ketidaksempurnaan penyebaran informasi yang ada antara informasi
yang dimiliki agen dengan informasi yang dimiliki prinsipal ini memunculkan
suatu kondisi yang disebut asimetri informasi (information asymmetry). Dengan
memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan principal akan
mendorong agen melakukan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mengejar
kepentingan semata.
Dalam penelitian pajak ini, konflik tersebut terjadi antara pemungut pajak (fiskus)
dengan pembayar pajak (manajemen perusahaan). Perbedaan kepentingan antara
fiskus dan perusahaan akan menimbulkan ketidakpatuhan yang dilakukan oleh
wajib pajak atau pihak manajemen perusahaan yang akan berdampak pada upaya
perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak (tax avoidance). Dimana
manajemen perusahaan sebagai agent atau pihak yang diberi wewenang atas
kegiatan perusahaan dan berkewajiban menyediakan laporan keuangan, cenderung
akan memanfaakan kesempatan yang dimiliki untuk menekan beban pajak
perusahaan, sementara dari pihak pemungut pajak (fiskus) sebagai prinsipal
menginginkan penerimaan pajak yang sebesar-besarnya dari pemungutan pajak.
Dua sudut pandang berbeda inilah yang menyebabkan konflik antara fiskus
10
sebagai pemungut pajak dengan pihak manajemen perusahaan sebagai pembayar
pajak.
2.1.2 Pajak
Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam
pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam
negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang
berguna bagi kepentingan bersama. Menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007,
pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan menurut Zain (2008),
pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang
merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki kegunaan dan
manfaat pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum. Suatu negara tidak
akan mungkin menghendaki merosotnya kehidupan ekonomi masyarakat. Oleh
karena itu, berdasarkan definisi-definisi yang telah dijelaskan diatas, terlihat
adanya dua fungsi pajak menurut Waluyo (2010) yaitu:
1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
11
2. Fungsi Regulerend (Mengatur)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
dibidang sosial dan ekonomi.
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah semata-mata untuk keperluan
pemerintah di satu pihak, tetapi demi kepentingan rakyat banyak. Pemungutan
pajak yang dilakukan pemerintah, dilaksanakan sedemikian rupa agar tidak
merugikan masyarakat. Mardiasmo (2009) menyatakan bahwa sistem pemungutan
pajak yang digunakan di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 (tiga) sistem yaitu:
1. Official Assessment System
Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya: wewenang untuk menentukan
besarnya pajak terutang ada pada fiskus, wajib pajak bersifat pasif dan utang
pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
2. Self Assesment System
Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak
terutang. Ciri-cirinya: wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang
ada pada wajib pajak sendiri, wajib pajak pasif, mulai dari menghitung,
menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, fiskus tidak ikut
campur dan hanya mengawasi.
3. With Holding System
With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (atau bukan fiskus atau wajib pajak yang
12
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib
pajak. Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang
pada pihak ketiga, selain fiskus dan wajib pajak.
Wajib Pajak (orang pribadi atau badan) dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya harus sesuai dengan self assesment system, yaitu wajib melakukan
sendiri penghitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak terutang. Terdapat
beberapa jenis pajak bagi wajib pajak badan yang harus dibayarkan kepada
pemerintah pusat maupun daerah, khususnya pada industri barang konsumsi yang
terdiri dari 5 sub sektor, yakni sub sektor makanan dan minuman, sub sektor
rokok, sub sektor farmasi, sub sektor kosmetik dan keperluan rumah tangga, dan
sub sektor peralatan rumah tangga, jenis pajak tersebut adalah:
1. Pajak Penghasilan (PPh)
Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan UU No.7 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.36 Tahun 2008 adalah
pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima
atau diperolehnya dalam satu tahun pajak. Subjek pajak yang dimaksud
adalah baik orang pribadi maupun badan (perusahaan).
Wajib pajak badan turut membayar pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat melalui Direktorat Jenderal Pajak berupa Pajak Penghasilan (PPh).
Pajak Penghasilan pada perusahaan berupa PPh Badan atas penghasilan
bersih perusahaan, PPh pasal 21 atas pemotongan gaji pegawai, PPh Pasal
23/26 atas jasa-jasa maupun gaji dan honor pegawai ekspatriat, dan PPh Pasal
22 atas perdagangan barang (biasanya berupa kegiatan ekspor impor).
13
2. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak Negara yang dikenakan
terhadap Bumi dan Bangunan. Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun
1984 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana diubah dengan
Undang-undang No.12 Tahun 1994 Pajak Bumi dan bangunan adalah pajak
yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak yang terutang ditetapkan
oleh keadaan objek yaitu bumi atau tanah dan bangunan sedangkan keadaan
subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak
terutang.
Dasar penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Besarnya
persentase NJKP adalah sebagai berikut :
Objek pajak perkebunan adalah 40%
Objek pajak kehutanan adalah 40%
Objek pajak pertambangan adalah 40%
Objek pajak lainnya (pedesaan dan perkotaan):
apabila NJOP-nya ≥ Rp1.000.000.000,00 adalah 40%
apabila NJOP-nya < Rp1.000.000.000,00 adalah 20%
Berdasarkan pasal 5 Undang-undang No. 12 Tahun 1994 menerapkan tarif
Proposional tunggal terhadap Pajak Bumi dan Bangunan, yaitu 0.5 % (nol
koma lima persen) dari nilai jual objek pajak. Tarif ini berlaku untuk semua
jenis objek pajak.
14
3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak yang dikenakan pada
transanksi atas barang dan jasa kena pajak di Indonesia. Nilai PPN
ditambahkan pada harga pokok barang atau jasa tersebut yang
diperjualbelikan. Besarnya persentase PPN sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan dipungut oleh Direktorat Jenderal
Pajak. Tarif PPN untuk penjualan barang hasil produksi pada umumnya
adalah 10% dari harga barang tersebut. PPN merupakan salah satu
penyumbang sumber pendapatan negara setelah Pajak Penghasilan.
4. Cukai
Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang
tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan UU Nomor
39 Tahun 2007 tentang UU Nomor 11 tentang Cukai yang merupakan
penerimaan negara guna mewujudkan kesejahteraan, keadilan dan
keseimbangan. Yang dimaksud dalam undang-undang tersebut tentang
barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik sebagai
berikut:
1. Konsumsinya perlu dikendalikan
2. Peredarannya perlu diawasi
3. Pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau
lingkungan hidup
4. Pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan
keseimbangan.
15
Dengan demikian, peranan cukai tidak hanya berorientasi pada penerimaan
negara, melainkan mempertimbangkan pula aspek pembatasan produksi dan
konsumsi. Oleh karena itu dasar pertimbangan besarnya penerimaan cukai
tergantung pada jumlah barang yang kena cukai, tarif cukai dan harga dasar
barang kena cukai.
5. Pajak Rokok
Pajak rokok merupakan pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh
pemerintah. Melalui UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Industri rokok masih harus membayar pajak rokok sebesar
10% dari tarif cukai rokok. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
115/PMK.07/2013 Tentang Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pajak
Rokok, pajak rokok tersebut dibayarkan bersamaan dengan pembayaran
cukai.
2.1.3 Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Suatu sistem manajemen pajak yang efektif merupakan hal yang vital bagi suatu
usaha yang berorientasi kepada keuntungan, dan predikat seorang manajer yang
sukses kadang ditentukan oleh sukses tidaknya penyusunan suatu perencanaan
pajak (tax planning). Tax planning merupakan salah satu fungsi manajemen pajak.
Manajemen pajak disini tidak hanya sekedar mengatur jumlah pajak yang harus
dibayar, namun juga memastikan bahwa peraturan telah memenuhi aturan
perpajakan dengan benar, sehingga dapat terhindar dari denda pajak dikemudian
hari. Tahap awal yang dilakukan manajemen pajak oleh wajib pajak adalah
perencanaan pajak (tax planning), lalu diikuti dengan tax implementation dan tax
16
control. Perencanaan pajak itu sendiri sesunggungnya merupakan tindakan
penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang
tekanannya kepada pengendalian setiap transanksi yang ada konsekuensi
pajaknya. Pada tahap tax planning dilakukan pengumpulan dan penelitian
terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan
pajak yang akan dilakukan (Suandy, 2011).
Suatu perencanaan pajak yang tepat akan menghasilkan beban pajak minimal
yang merupakan hasil dari perbuatan penghematan pajak atau penghindaran pajak
yang dapat diterima oleh fiskus, dan sama sekali bukan karena penyelundupan
pajak yang tidak dapat diterima oleh fiskus dan tidak dapat ditolerir. Perencanaan
pajak merupakan upaya legal yang bisa dilakukan oleh wajib pajak, tax planning
legal karena penghematan pajak dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang
tidak diatur (loopholes). Upaya meminimalkan secara eufimisme sering disebut
dengan perencanaan pajak(tax planning) atau tax sheltering (Suandy, 2011).
Umumnya perencanaan pajak merujuk pada proses merekayasa usaha dan
transanksi wajib pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang minimal tetapi
masih dalam bingkai peraturan perpajakan.
Dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan kepentingan antara wajib pajak dengan
pemerintah. Wajib pajak berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin karena
dengan membayar pajak berarti mengurangi kemampuan ekonomis wajib pajak.
Di lain pihak, pemerintah memerlukan dana untuk membiayai menyelenggaraan
pemerintah, yang sebagian besar berasal dari penerimaan pajak. Perbedaan
kepentingan ini menyebabkan wajib pajak cenderung untuk mengurangi jumlah
pembayaran pajak, baik secara legal maupun ilegal. Hal ini dimungkinkan jika
17
ada peluang yang dapat dimanfaatkan, baik karena kelemahan peraturan pajak
maupun sumber daya manusia (fiskus). Ketidakpatuhan terhadap undang-undang,
dapat dikenakan sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Kedua transanksi ini
merupakan pemborosan sumber daya, sehingga perlu dihindari melalui tax
planning yang baik. Dalam rangka optimalisasi sumber dana manajemen, akan
dilakukan tax planning yang tidak lebih (dapat mengurangi optimalisasi alokasi
sumber daya) dan tidak kurang (agar tidak membayar sanksi administrasi yang
merupakan pemborosan dana).
2.1.4 Penghindaran Pajak (Tax avoidance)
Perencanaan pajak merujuk pada proses merekayasa usaha dan transanksi Wajib
Pajak (WP), agar utang pajak berada dalam jumlah minimal tetapi masih dalam
bingkai peraturan pajak (Suandy, 2008). Maka perencanaan pajak di sini sama
dengan tax avoidance karena secara hakikat ekonomis keduanya berusaha untuk
memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return) karena pajak
merupakan unsur pengurang laba yang tersedia, baik untuk dibagikan kepada
pemegang saham maupun untuk diinvestasikan kembali.
Pada peraturan pemerintah yang diatur dalam tarif PPh pasal 17 ayat 1 tentang
tarif pajak penghasilan (PPh) Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk
Usaha Tetap adalah sebesar 25%. Namun, tarif pajak tersebut bisa menjadi lebih
rendah sebesar 20% dengan ketentuan yang telah diatur oleh pemerintah sesuai
dengan isi PPh pasal 17 ayat 2b yaitu “Wajib Pajak badan dalam negeri yang
berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari
keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek Indonesia dan
memenuhi persyaratan lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% lebih rendah
18
daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ayat 1b dan 2a yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah”. Penurunan tarif yang lebih rendah akan
mendorong perusahaan melakukan manajemen laba dengan menggeser
penghasilan kearah tarif yang lebih rendah.
Upaya penghindaran pajak dengan tujuan untuk meminimumkan kewajiban pajak
dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan
perpajakan (lawful) maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful).
Istilah yang sering digunakan adalah tax avoidance dan tax evasion. Tax
avoidance adalah upaya penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan
aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan,
dimana metode dan teknik yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-
kelemahan (grey area) yang terdapat dalam undang-undang dan peraturan
perpajakan itu sendiri, untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang (Pohan,
2013). Sedangkan tax evasion adalah kebalikan dari tax avoidance, yaitu upaya
wajib pajak menghindari pajak terutang secara ilegal dengan cara
menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Cara ini tidak aman bagi wajib
pajak, karena metode dan teknik yang digunakan tidak berada dalam koridor
undang-undang dan peraturan perpajakan. Cara yang ditempuh berisiko tinggi dan
berpotensi dikenai sanksi pelanggaran hukum atau tindak pidana fiskal, kriminal.
Oleh sebab itu, sebagai tax planner yang baik cara ini tidak direkomendasikan
untuk diaplikasikan (Pohan, 2013).
Salah satu cara yang diperkenankan oleh perencanaan pajak perusahaan untuk
meminimalisasikan beban pajak adalah tax avoidance, karena tax avoidance
bukan tindakan melanggar hukum melainkan tindakan mengambil keuntungan
19
dari aturan yang ada untuk mengecilkan kewajiban pajak. Penghindaran pajak
sengaja dilakukan oleh perusahaan dalam rangka memperkecil besarnya tingkat
pembayaran pajak yang harus dilakukan dan meningkatkan cash flow perusahaan.
Seperti yang disebutkan oleh Budiman dan Setiyono (2012), bahwa manfaat dari
tax avoidance adalah untuk memperbesar tax saving yang berpotensi mengurangi
pembayaran pajak sehingga akan menaikkan cash flow.
Dalam penelitian Surbakti (2012) diungkapkan beberapa cara perusahaan
melakukan penghindaran pajak:
1. Menampakkan laba dari aktivitas operasional sebagai laba dari modal
sehingga mengurangi laba bersih dan utang pajak perusahaan tersebut.
2. Mengakui pembelanjaan modal sebagai pembelanjaan operasional, dan
membebankan yang sama terhadap laba bersih sehingga mengurangi utang
pajak perusahaan.
3. Membebankan biaya personal sebagai biaya bisnis sehingga mengurangi laba
bersih.
4. Membebankan depresiasi produksi yang berlebihan dibawah nilai penutupan
peralatan sehingga mengurangi laba kena pajak.
5. Mencatat pembuangan yang berlebihan dari bahan baku dalam industri
manufaktur sehingga mengurangi laba kena pajak.
Pengukuran penghindaran pajak sulit dilakukan, hal ini disebabkan data
pembayaran pajak dalam Surat Pemberitahuan Pajak (SPT-PPh) sulit diperoleh
dilapangan karena bersifat rahasia. Namun ada banyak cara yang bisa digunakan
dalam mengukur adanya penghindaran pajak. kebanyakan proksi pengukuran
penghindaran pajak membutuhkan data dari laporan keuangan karena
20
pengembalian pajak tidak dipublikasikan dan akses untuk mendapatkan data
tersebut terbatas.
Penghindaran pajak (tax avoidance) dalam penelitian ini diproksikan dengan cash
effective tax rate (Cash ETR). Cash ETR adalah effective tax rate berdasarkan
jumlah kas pajak yang dibayarkan perusahaan pada tahun berjalan. Cash ETR
merupakan kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan laba sebelum
pajak (Dewinta dan Setiawan, 2016). Pengukuran ini digunakan karena dapat
lebih menggambarkan adanya aktivitas tax avoidance. Pengukuran tax avoidance
menggunakan Cash ETR menurut Dyreng, dkk (2008) baik digunakan untuk
menggambarkan kegiatan penghindaran pajak oleh perusahaan karena Cash ETR
tidak terpengaruh dengan adanya estimasi seperti penyisihan penilaian atau
perlindungan pajak. Cash ETR mencerminkan tarif yang sesungguhnya berlaku
atas penghasilan wajib pajak yang dilihat berdasarkan jumlah pajak yang
dibayarkan.
2.1.5 Return on Assets (ROA)
Setiap perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaannya
dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. Tetapi selain itu,
perusahaan juga harus dapat mengadakan efektivitas dan efisiensi dalam
melakukan operasional usaha perusahaan. Peningkatan produktivitas dan
dilakukannya program efektivitas dan efesiensi merupakan langkah yang diambil
perusahaan dalam rangka untuk memperoleh keuntungan (profit).
Kemampuan perusahaan untuk tetap dapat bersaing dalam kompetisi dengan
perusahaan-perusahaan lainnya, menuntut perusahaan untuk dapat meningkatkan
21
profitabilitas. Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham
tertentu (Kurniasih dan Sari, 2013). Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Hal ini ditunjukkan
oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi yang dilakukan
oleh perusahaan (Ardyansah, 2014).
Secara umum ada lima jenis analisis utama yang digunakan untuk menilai tingkat
profitabilitas, antara lain :
1. Gross Profit Margin (GPM)
Gross profit margin merupakan rasio profitabilitas yang mengukur laba kotor
yang dihasilkan dari setiap penjualan.
2. Operating Profit Margin (OPM)
Operating profit margin mengukur seberapa besar tingkat laba operasional
atau usaha perusahaan dari setiap penjualannya.
3. Net Profit Margin (NPM)
Net profit margin merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak dengan
penjualan bersih.Rasio NPM mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dalam tingkat penjualan.Semakin tinggi NPM
menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba yang tinggi pula
pada tingkat penjualan tertentu.
4. Return on Assets (ROA)
Return on assets (ROA) merupakan asset yang menunjukkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba terhadap total asset setelah dikurangi beban
bunga dan pajak. ROA mengukur kemampuan perusahaan dalam
22
menghasilkan laba di masa lalu. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja
perusahaan akan semakin baik karena tingkat pengembalian investasi (return)
yang semakin besar.
5. Return on Equity (ROE)
Return on equity adalah rasio yang menunjukkan ukuran profitabilitas dari
sudut pandang pemegang saham. ROE merupakan rasio laba bersih setelah
pajak terhadap modal sendiri yang dipergunakan untuk mengukur
kemampuan laba yang tersedia bagi pemegang saham.
Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah rasio Return on
Assets (ROA), karena ROA menunjukkan efektifitas perusahaan dalam mengelola
aktiva baik dari modal sendiri maupun modal pinjaman, investor akan melihat
seberapa efektif perusahaan dalam mengelola asset. ROA dapat menghitung
kinerja perusahaan secara keseluruhan. ROA merupakan pengukur keuntungan
bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Semakin tingginya nilai ROA yang
mampu diraih oleh perusahaan maka performa keuangan perusahaan tersebut
dapat dikategorikan baik (Maharani dan Suardana, 2014).
ROA merupakan salah satu faktor penentu beban pajak, karena perusahaan yang
memiliki keuntungan yang besar akan membayar pajak setiap tahun. Sedangkan
perusahan yang memiliki tingkat keuntungan yang rendah atau bahkan mengalami
kerugian akan membayar pajak yang lebih sedikit atau tidak sama sekali selain itu
dengan menggunakan kompensasi kerugian, perusahaan dapat mengurangi
kewajiban membayar pajak untuk tahun buku sebelumnya atau berikutnya. Semua
ini merupakan manfaat beban pajak untuk perusahaan-perusahaan yang
23
mengalami kerugian. Berdasarkan konsep tersebut, kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dapat secara langsung mempengaruhi Cash ETR.
2.1.6 Debt to Equity Ratio
Leverage adalah salah satu rasio keuangan yang menggambarkan hubungan antara
hutang perusahaan terhadap modal maupun asset perusahaan. Rasio leverage
menggambarkan sumber dana operasi yang digunakan oleh perusahaan. Rasio
leverage merupakan rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan
pendanaan melalui utang (financial leverage). Ada beberapa jenis rasio leverage
yang dapat digunakan, antara lain:
1. Debt to Asset Ratio (DAR)
Debt to asset ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar
utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
2. Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
utang dengan ekuitas. Untuk mencari rasio ini dengan cara membandingkan
antara seluruh hutang. Termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio
ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam
(kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini untuk
mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang.
3. Long Term Debt to Equity Ratio
Long term debt to equity ratio merupakan rasio utang jangka panjang dengan
modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panjang dengan
24
cara membandingkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri
yang digunakan oleh perusahaan.
4. Times Interest Earned Ratio
Times interest earned ratio merupakan rasio untuk mencari jumlah kali
perolehan bunga. Rasio ini diartikan juga kemampuan perusahaan untuk
membayar biaya bunga.
5. Fixed Charge Coverage
Fixed charge coverage merupakan rasio yang menyerupai times interest
earned ratio. Hanya saja bedanya dalam rasio ini dilakukan apabila
perusahaan memperoleh hutang jangka panjang atau menyewa aktiva
berdasarkan kontrak sewa (lease contract).
Dalam penelitian ini rasio leverage yang digunakan adalah Debt to Equity Ratio
(DER). DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh
kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang
digunakan untuk membayar hutang. DER juga dapat memberikan gambaran
mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan (Agusti,2014).
Besar kecinya utang yang dimiliki perusahaan akan sangat berpengaruh terhadap
besar kecilnya pajak yang akan dibayar. Hal ini dikarenakan biaya bunga dapat
dikurangkan dalam menghitung pajak, sehingga utang akan secara langsung
mempengaruhi Cash ETR perusahaan (Ardyansah, 2014). Undang-Undang No.36
Tahun 2008 pasal 6 ayat (1) huruf a dan pasal 18 ayat (1) dan (3) mengatur bahwa
beban bunga yang dapat digunakan sebagai pengurang laba kena pajak adanya
beban bunga yang timbul dari pinjaman pihak ketiga/kreditur yang tidak memiliki
hubungan istimewa dengan perusahaan.
25
2.1.7 Biaya Iklan
Dalam kegiatan operasional perusahaan, penggunaan biaya sangat berperan
penting untuk kegiatan perusahaan. Tanpa adanya biaya tersebut, maka
perusahaan sangat sulit menjalankan usahanya. Salah satu dari biaya tersebut
adalah biaya iklan. Biaya iklan merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan
dalam rangka memasarkan produknya. Tujuannya adalah untuk promosi dan
meningkatkan volume penjualan. Menurut Sugitha dan Supadmi (2006) beban
iklan adalah beban yang dikeluarkan perusahaan berhubungan dengan segala
kegiatan untuk mempromosikan dan memasarkan produk baik berupa barang
maupun jasa. Biaya iklan merupakan proksi dari relational capital (Chen, dkk,
2005). Relational capital merupakan suatu hubungan harmonis atau association
network yang dimiliki perusahaan dengan mitranya, baik dari pemasok,
pelanggan, masyarakat maupun pemerintah.
Sugitha dan Supadmi (2016) menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki
perhatian terhadap reputasinya, dicirikan dengan perusahaan yang memiliki beban
iklan yang tinggi, sehingga memiliki kecenderungan yang lebih rendah dalam
melakukan penghindaran pajak. Hal ini disebabkan perusahaan yang memiliki
reputasi yang baik cenderung menjadi sorotan publik termasuk aparat pajak.
Sehingga perusahaan lebih berhati-hati dan memilih menghindari kesalahan
karena potensi untuk menghadapi pemeriksaan pajak cukup besar.
26
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti JudulPenelitian
Variabel Sampel Hasil
I MadeYogaSugitha, NiLuhSupadmi(2016)
PengaruhKarakteristikPerusahaandan BebanIklan padaTindakanPenghindaranPajak
X1: LikuiditasX2: ROAX3: DERX4: KualitasLabaX5: BebanIklan
PerusahaanManufakturdi BEItahun 2010-2014
Likuiditasdan BebanIklanberpengaruhpositifterhadap ETRsedangkanProfitabilitas,Leverage danKualitas lababepengaruhnegatifterhadapETR.
Akbar HadiWinoto(2015)
PengaruhROA,Leverage,CorporateGovernance,dan KarakterEksekutifterhadap TaxAvoidance
X1: ROAX2: DERX3: CorporateGovernanceX4: RISKX5: SIZEY: TaxAvoidance
Perusahaanyang terdaftardi CorporateGovernancePerceptionIndex (CGPI)periode 2011-2013
ROA danUkuranPerusahaanberpengaruhpositifterhadapCash ETR,sedangkanLeverage,CorporateGovernancedan RisikoPerusahaanberpengaruhnegatifterhadapCash ETR
DanisArdyansahdanZulaikha
PengaruhSize,Leverage,Profitability,
X1: SIZEX2: DERX3: ROAX4: CIR
PerusahaanManufakturdi BEIperiode 2010-
Size danKomisarisIndependenberpengaruh
27
(2014) CapitalIntensityRatio danKomisarisIndependenterhadapEffective TaxRate(ETR)
X5: INDEPY: Effective TaxRate (ETR)
2012 signifikanterhadapETR.SedangkanLeverage,Profitabilitydan CapitalIntensityRatio tidakberpengaruhsignifikanterhadapETR.
NgadimandanChristianyPuspitasari(2014)
PengaruhLeverage,KepemilikanInstitusional,dan UkuranPerusahaanterhadap TaxAvoidance
X1:DERX2:KepemilikanInstitusionalX3: SIZEY: TaxAvoidance
PerusahaanManufakturdi BEItahun 2010-2012
KepemilikanInstitusionaldan UkuranPerusahaanberpengaruhnamun tidaksignifikanterhadap TaxAvoidancesedangkanLeveragetidakberpengaruhterhadap TaxAvoidanceyangdiproksikandengan CashETR
BudimandanSetiyono(2012)
PengaruhKarakterEkskutifterhadap TaxAvoidance
X1: KarakterEksekutifY: TaxAvoidance
PerusahaanManufakturdi BEItahun 2006-2010
KarakterEksektifberpengaruhsignifikantehadap TaxAvoidanceyang diukurdengan CashETR
28
Richardsondan Lanis(2007)
Determinantsof TheVariability inCorporateEffective TaxReform
X1: SIZEX2: DERX3: CapitalIntensityX4: InventoryIntensityX6: Tax ReformY: Effective TaxRate (ETR)
Perusahaango public diAustralia1997-2003.
Ukuranperusahaan,leverage, danTax Reformberdampaknegatifterhadapeffective taxratesedangkancapitalintensity,inventoryintensity, danR&DintensityberpengaruhpositifterhadapETR.
2.3 Kerangka Penelitian
Untuk menggambarkan pengaruh antara Return on Assets, Debt to Equity Ratio
dan Biaya Iklan terhadap Cash ETR, maka dibuat suatu kerangka penelitian
sebagai berikut:
Gambar 2.1
Return on Assets
Debt to Equity Ratio
Biaya Iklan
Cash ETR
29
2.4 Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Return on Assets terhadap Cash Effective Tax Rate
ROA merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan (laba). ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba berdasarkan nilai aktiva yang dimilikinya. Semakin tinggi rasio ini maka
semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Menurut
Kurniasih dan Sari (2013) Return on assets (ROA) merupakan suatu indikator
yang mencerminkan performa keuangan perusahaan, semakin tinggi nilai ROA
maka akan semakin bagus performa perusahaan tersebut. ROA berkaitan dengan
laba bersih perusahaan dan pengenaan pajak penghasilan untuk wajib pajak badan.
Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi nilai dari ROA, berarti semakin tinggi nilai
dari laba bersih perusahaan dan semakin tinggi profitabilitas. Apabila rasio
profitabilitas tinggi, berarti menunjukkan adanya efisiensi yang dilakukan oleh
pihak manajemen. Laba yang meningkat mengakibatkan profitabilitas perusahaan
juga meningkat, sehingga jumlah pajak yang harus dibayarkan juga meningkat.
Richardson dan Lanis (2007) menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki
tingkat profitabilitas yang tinggi akan membayar pajak lebih tinggi dari
perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Noor, dkk (2010) menemukan hubungan negatif
antara ROA dengan tarif pajak efektif. Hubungan negatif ini mengindikasikan
perusahaan yang semakin efisien dan mempunyai profit yang tinggi membayar
pajak yang rendah. Alasan yang memungkinkan adalah bahwa profitabilitas
perusahaan dikelola untuk mendapatkan keuntungan dari insensif pajak dan
30
kelonggaran pajak lainnya untuk menurunkan tarif pajak efektifnya. Berdasarkan
uraian diatas maka hipotesis pertama yaitu:
H1: Return on Assets berpengaruh negatif terhadap cash effective tax rate.
2.4.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Cash Effective Tax Rate
Leverage merupakan suatu kebijakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan
dalam hal menginvestasikan dana atau memperoleh sumber dana yang disertai
dengan adanya beban atau biaya tetap yang harus ditanggung oleh perusahaan.
Perusahaan dimungkinkan menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan
operasional dan investasi perusahaan. Akan tetapi, utang akan menimbulkan
beban tetap (fixed rate of return) bagi perusahaan yang disebut dengan bunga.
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah debt to equity ratio (DER).
Nilai DER yang tinggi berarti jumlah kewajiban perusahaan lebih tinggi daripada
jumlah modal yang dimilikinya sendiri.
Leverage yang tinggi mengindikasikan bahwa sumber pendanaan yang berasal
dari pihak ketiga berupa utang juga tinggi. Diasumsikan jika perusahaan memiliki
leverage yang semakin tinggi dalam pendanaan perusahaan, maka akan
menimbulkan beban bunga yang semakin tinggi pula. Komponen bunga
akanmengurangi laba sebelum kena pajak perusahaan, sehingga beban pajak yang
harus dibayar oleh perusahaan akan menjadi berkurang. Dengan laba bersih yang
rendah, maka pajak yang dibayar perusahaan juga akan semakin kecil. Sebaliknya
pada tingkat penggunaan utang yang rendah, maka berdampak terhadap tingginya
Cash ETR yang dibayar oleh perusahaan. Oleh karena itu perusahaan dengan
jumlah utang yang lebih banyak memiliki nilai Cash ETR yang lebih rendah
karena pengeluaran biaya bunga akan mengurangi biaya pajak yang akan
31
dikeluarkan oleh perusahaan (Richardson dan Lanis, 2007). Berdasarkan uraian
diatas maka hipotesis kedua yaitu:
H2: Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap cash effective tax rate.
2.4.3 Pengaruh Biaya Iklan terhadap Cash Effective Tax Rate
Biaya Iklan merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka untuk
memasarkan produknya dengan tujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan
penjualan. Perusahaan yang memiliki perhatian terhadap reputasinya, dicirikan
dengan perusahaan yang memiliki beban iklan yang tinggi, sehingga memiliki
kecenderungan yang lebih rendah dalam melakukan penghindaran pajak. Hal ini
disebabkan perusahaan yang memiliki reputasi yang baik cenderung menjadi
sorotan publik termasuk aparat pajak. Sehingga perusahaan lebih berhati-hati dan
memilih menghindari kesalahan karena potensi untuk menghadapi pemeriksaan
pajak cukup besar (Sugitha dan Supadmi, 2016). Berdasarkan uraian diatas maka
hipotesis ketiga yaitu:
H3: Biaya Iklan berpengaruh positif terhadap cash effective tax rate.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh kumpulan dari elemen-elemen yang akan dibuat
kesimpulan. Besarnya populasi yang akan digunakan dalam suatu penelitian
tergantung pada jangkauan kesimpulan yang akan dibuat atau dihasilkan. Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 sampai 2015.
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan teknik purposive sampling, yang berarti pemilihan sampel
berdasarkan kriteria tertentu. Pemilihan sampel dengan menggunakan teknik
purposive sampling bertujuan untuk memperoleh sampel representative
berdasarkan kriteria tetentu.
Adapun kriteria sampel yang dikategorikan dalam penelitian ini adalah :
1. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2011 sampai tahun 2015.
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan secara berturut-turut pada
tahun 2011 sampai tahun 2015.
33
3. Perusahaan dengan nilai laba yang positif agar tidak mengakibatkan nilai Cash
Effective Tax Rate (Cash ETR) terdistorsi (Richardson dan Lanis, 2007).
4. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek
Indonesia tahun 2011 sampai 2015 yang terdapat biaya iklan.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa
laporan keuangan perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada
kurun waktu 2011-2015 dan telah dipublikasikan. Data diperoleh dari website BEI
(www.idx.co.id).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data penelitian ini adalah dengan menggunakan data
sekunder. Pada penelitian ini data sekunder didapat dari data yang diterbitkan
oleh perusahaan sampel barang dan konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI)
rentang tahun 2011-2015, melalui data laporan keuangan tahunan yang rutin
diterbitkan setiap tahunnya dalam bentuk cetakan maupun data download internet.
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.4.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang disebabkan atau dipengaruhi oleh adanya
variabel bebas atau variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah Penghindaran Pajak (tax avoidance) yang diukur dengan Cash ETR. Tax
avoidance adalah upaya wajib pajak untuk tidak melakukan perbuatan yang
dikenakan pajak atau upaya-upaya yang masih dalam kerangka ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan untuk memperkecil jumlah pajak yang
34
terhutang. Pada penelitian ini tax avoidance diukur dengan menggunakan
perhitungan Cash Effective Tax Rate (Cash ETR). Cash ETR diharapkan mampu
mengidentifikasi penghindaran pajak perusahaan yang dilakukan dengan
menggunakan perbedaan tetap maupun perbedaan temporer (Chen, 2010).
Perbedaan tetap dan temporer dapat diliat dalam catatan laporan keuangan
perusahaan. Menurut Hanlon (2010) Cash ETR bertujuan untuk
mengakomodasikan jumlah kas pajak yang dibayarkan oleh perusahaan dengan
rumus sebagai berikut:
3.4.2 Variabel Independen
Variabel Independen merupakan variabel yang memberikan pengaruh terhadap
variable dependen. Variable Independen dalam penelitian ini adalah Return on
Assets (X1), Debt to Equity Ratio (X2), dan Biaya Iklan (X3).
1. Return on Assets (ROA)
Profitabilitas dapat di ukur dengan menggunakan rasio return on assets
(ROA). ROA adalah perbandingan antara laba bersih dengan total aset pada
akhir periode, yang digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba (Kurniasih dan Sari, 2013), dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
35
2. Debt to Equity Ratio (DER)
Leverage merupakan rasio yang mengukur kemampuan utang baik jangka
panjang maupun jangka pendek untuk membiayai aktiva perusahaan
(Kurniasih dan Sari, 2013), dalam penelitian ini leverage diukur dengan total
debt to equity ratio yang merupakan salah satu rasio keuangan yang
menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal
perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu hutang.
Rasio leverage menggambarkan sumber dana operasi yang dilakukan oleh
perusahaan. Rasio ini juga menunjukkan risiko yang dihadapi perusahaan
(Agusti, 2014).
3. Biaya Iklan
Biaya Iklan adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka untuk
memasarkan produknya. Dengan tujuan untuk meningkatkan promosi dan
volume penjualan. Biaya Iklan dalam penelitian ini merupakan perbandingan
antara jumlah biaya iklan terhadap total asset.
3.5 Statistik Deskriptif Variabel
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data sehingga
menjadikan sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk dipahami.
Statistik deskriptif dapat dilihat dari penjabaran nilai minimum, maksimum, rata-
rata (mean), dan standar deviasi dari setiap variabel penelitian Ghozali (2016).
36
Statistik deskriptif dapat menjelaskan variabel-variabel yang terdapat dalam
penelitian.
3.6 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier
berganda. Analisis linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh antar
variabel independen terhadap variabel dependen. Model persamaan regresi
tersebut sebagai berikut :
………………. (1)
Keterangan :
Y = Cash Effective Tax Rate
α = Konstanta
X1 = Return on Assets
X2 = Debt to Equity Ratio
X3 = Biaya Iklan
= Koefisien Regresi
= Error
3.7 Uji Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa uji asumsi klasik sebelum menguji
hipotesis yaitu meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan
uji heteroskedastisitas.
3.7.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2016).
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati
37
normal. Pengujian normalitas akan dilakukan dengan menguji Kolmogorov-
Smirnov dengan tingkat signifikasi 0,05.
3.7.2 Uji Multikolonieritas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen
saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal
adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen
sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam
model regresi dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance
inflaction factor (VIF) (Ghozali, 2016).
3.7.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.
(Ghozali, 2016). Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi
yaitu dengan Uji Durbin-Watson (DW test) dengan ketentuan dU DW 4-Du
(Ghozali, 2016).
38
3.7.4 Uji Heteroskedestisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Uji heteroskedestisitas dalam penelitian dilakukan dengan pengamatan melalui
pengamatan pola pada grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat
(dependen) dengan residualnya. Apabila dalam grafik tersebut tidak ada pola yang
jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
diindentifikasikan tidak terdapat heteroskedestisitas (Ghozali, 2016).
3.8 Uji Hipotesis
3.8.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi menjelaskan seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Semakin besar nilai R2 maka semakin
besar variabel independen dalam menerangkan variabel dependennya.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinan adalah bias terhadap
jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Oleh karena itu,
banyak peneliti yang menyarankan untuk menggunakan adjusted R2 pada saat
mengevaluasi model regresi terbaik. Nilai adjusted R2 dapat naik atau turun
apabila satu variabel independen di tambah kedalam model.
39
Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun yang
dikehendaki bernilai positif. Menurut Ghozali (2016) jika dalam uji empiris
didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nila adjusted R2 dianggap bernilai nol.
3.8.2 Uji Kelayakan Model Regresi (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan kedalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2016). Kriteria
pengujiannya (Uji Statistik F) adalah sebagai berikut:
1. Ha ditolak yaitu apabila. value > 0,05 atau bila nilai signifikansi lebih dari
nilai α 0,05 berarti model regresi dalam penelitian ini tidak layak (fit)
digunakan dalam penelitian.
2. Ha diterima yaitu apabila. value = 0,05 atau bila nilai signifikansi kurang dari
atau sama dengan nilai α 0,05 berarti model regresi dalam penelitian ini
layak (fit) digunakan dalam penelitian.
3.8.3 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas (independen) secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2016). Kriteria pengujian hipotesis adalah seperti berikut ini:
1. Ha ditolak, yaitu apabila .value > 0.05 atau bila nilai signifikansi lebih dari
nilai α 0,05 berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
40
2. Ha diterima, yaitu apabila .value > 0.05 atau bila nilai signifikansi kurang dari
atau sama dengan α 0,05 berarti variabel independen secara individual
berpengaruh terhadap variabel dependen.
58
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini menguji secara empiris pengaruh return on assets, debt to equity
ratio dan biaya iklan terhadap cash effective tax rate (Cash ETR) sebagai alat
ukur dalam tax avoidance pada industri barang konsumsi yang terdiri dari lima
sub sektor, yakni sub sektor makanan dan minuman, sub sektor rokok, sub sektor
farmasi, sub sektor kosmetik dan keperluan rumah tangga, dan sub sektor
peralatan rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini
menggunakan data laporan keuangan perusahaan selama lima tahun, 2011-2015
yang mencakup 90 sampel perusahaan. Penelitian ini menggunakan regresi
berganda sebagai alat analisis hipotesis. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,
maka dapat disimpulkan:
1. Return on Assets berpengaruh negatif signifikan terhadap cash effective
tax rate (Cash ETR). Jadi, semakin besar laba yang dihasilkan perusahaan,
maka perusahaan cenderung melakukan penghindaran pajak. Hal ini
terlihat dari tarif pembayaran pajak efektif (Cash ETR) yang rendah saat
ROA perusahaan besar.
2. Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
Cash ETR. Jadi, semakin tinggi ataupun semakin rendah DER suatu
perusahaan tidak berpengaruh terhadap Cash ETR perusahaan tersebut.
59
3. Biaya Iklan berpengaruh positif signifikan terhadap cash effective tax rate.
Jadi, semakin tinggi biaya iklan yang dimiliki perusahaan tersebut maka
semakin tinggi pula Cash ETR perusahaan tersebut. Sehingga perusahaan
tersebut cenderung tidak melakukan penghindaran pajak (tax avoidance).
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Populasi dalam penelitian ini terbatas pada satu jenis sektor perusahaan
yang termasuk ke dalam sektor manufaktur, yakni industri barang
konsumsi dengan periode yang terbatas pada jangka waktu lima tahun
(2011-2015).
2. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independen dengan
kemampuan yang sangat terbatas dalam menjelaskan varians variabel
dependen sehingga masih terhadap faktor-faktor lain yang mempengaruhi
Cash ETR sebagai alat ukur dalam tax avoidance yang tidak dapat
dijelaskan dalam model penelitian ini.
3. Variasi variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh variabel
independen pada penelitian ini sekitar 11,1%. Sisanya sebesar 88,9% dapat
dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimodelkan dalam penelitian ini.
60
5.3 Saran
Peneliti memiliki beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi
penelitian-penelitian selanjutnya, antara lain:
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas sampel penelitian diluar
industri barang konsumsi. Perluasan perusahaan sampel dapat
menunjukkan hasil yang berbeda dan semakin akurat.
2. Menggunakan periode penelitian dengan rentang waktu yang jauh lebih
panjang untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik.
3. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel-variabel yang berbeda
untuk melihat pengaruh pada Cash ETR sebagai alat ukur dalam tax
avoidance seperti: ukuran perusahaan, kompensasi rugi fiskal, koneksi
politik, karakter eksekutif, intensitas aset tetap maupun variabel lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini sehingga dapat menjadi sumber informasi
baru bagi penelitian selanjutnya.
4. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan proxy yang berbeda untuk
mengukur tax avoidance. Misalnya dengan perbedaan nilai buku laba kena
pajak menurut komersil dan menurut fiskal (boox tax difference).
DAFTAR PUSTAKA
Agusti, Wirna Yola. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Dan Corporate
Governance Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi Universitas Negeri
Padang.
Anthony dan Govindarajan. 2009. Management Control System, Penerbit.
Salemba Empat: Jakarta.
Akbar, Hadi Winoto. 2015. Pengaruh Return on Assets , Leverage, Corporate Governance, dan Karakter Eksekutif terhadap Tax Avoidance. Journal of
Accounting and Banking Universitas Stikubank Semarang.
Ardyansah, Danis dan Zulaikha.2014. Pengaruh Size, Leverage, Profitability,
Capital Intensity Ratio dan Komisaris Independen terhadap Effective Tax
Rate (ETR). Jurnal Universitas Diponegoro. Semarang.
Budiman, Judi dan Setiyono. 2012. Pengaruh Karakter Eksekutif
TerhadapPenghindaran Pajak (Tax Avoidance). Simposium Nasional
Akuntansi 15. Semarang.
Chen, K, P., and Chu, C.Y.C. 2010.International Control vs Exsternal
Manipulation: A model of Financial Economic.
Chen, Ming-Chin, S.J, Cheng, Y.Hwang (2005), An Emprical Investigation of
The Relathionship Between Intellectual Capital and Firms’ Market Value
and Financial Performance. Journal of Intellectual Capital, 6 (2), hal: 159-
176.
Dewinta, I. A., & Setiawan, P. E. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Pertumbuhan Penjualan terhadap
Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
Dyreng, S., M. Hanlon, and E. Maydew. 2008. Long-Run Corporate Tax
Avoidance. The Accounting Review, 83 (1): 61-82.
Ghozali, Imam, 2016. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS
23. Edisi 8. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenorogo.
Hanlon, M., & Heitzman, S. 2010.A review of tax research. Journal of
Accounting and Economics 50, 127-178.
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: Rajawali Pers.
Kurniasih, Tommy dan M. M. Ratna Sari. 2012. Pengaruh Return On Assets,
Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi
Fiskal pada Tax avoidance. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Maharani, I Gusti dan K, A, Suardana.2014. PengaruhCorporate Governance,
Profitabilitas, Karakter Eksekutif, dan Tax avoidance. Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Yogyakarta: Andi.
Marfu’ah, Laila. 2015. Pengaruh Return on Asset, Leverage, Ukuran Perusahaan,
Kompensasi Rugi Fiskal, dan Koneksi Politik terhadap Tax Avoidance.
Naskah Publikasi.
Ngadiman dan Puspitasari, Christiany. 2014. Pengaruh Leverage, Kepemilikan
Institusional, dan Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance. Jurnal
Akuntansi Universitas Tarumanegara.
Noor, R.M., Fadzillah, N.S., dan Matsuki, N. 2010. Corporate Tax Planning: A
Study on Corporate Effective Tax Rates of Malaysian Listed Companies.
International Journal of Trade, Economics, and Finance.
Pohan, Chairil Anwar. 2013. Manajemen Perpajakan, Edisi Revisi. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Richardson, G., danLanis, R. 2007. Determinants of The Variability in Corporate
Effective Tax Rates and Tax Reform: Evidence from Australia. Journal of
Accounting and Public Policy, 26 (2007), 689-704.
Suandy, Erly. (2011) Perencanaan Pajak Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat
Supadmi, Ni Luh. 2016. PengaruhKarakteristik Perusahaan dan Beban Iklan pada
Tindakan Perpajakan. Jurnal Akuntansi Universitas Undayana.
Swingly, Calvin dan I, M, Surakarta. 2015. Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite
Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth terhadap Tax
Avoidance. Jurnal Akuntansi Universitas Undayana.
Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Zain, Mohammad. (2008) Manajemen Perpajakan, Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1995 Tentang Cukai.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.